ANALISIS TEBAL PERKERASAN PERENCANAAN PERBAIKAN DAN...
Transcript of ANALISIS TEBAL PERKERASAN PERENCANAAN PERBAIKAN DAN...
1
ANALISIS TEBAL PERKERASAN
PERENCANAAN PERBAIKAN DAN PENINGKATAN
JALAN RAWABALI I, RAWABALI II, DAN RAWASUMUR BARAT
KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG – JAKARTA TIMUR
HARYONO PUTRO
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jalan raya merupakan salah satu prasarana yang sangat dibutuhkan dalam menunjang
pembangunan pada masa sekarang ini dan sangat penting untuk memperlancar kegiatan
perekonomian. Jalan dengan kondisi baik merupakan bagian yang sangat vital dari
infrastruktur. PT. JIEP sebagai pengelola Kawasan Industri Pulogadung beberapa kali perlu
melakukan maintenance jalan dikarenakan kondisi jalan rusak akibat beban lalulintas berulang
yang berlebihan (overloading) atau mobilitas kendaraan berat yang sering melintas seperti truk,
mulai dari jenis diesel, fuso hingga kontainer juga kendaraan roda empat dan dua yang hampir
24 jam selalu ada. Di samping itu juga bisa dikarenakan suhu udara, tergenang air (banjir) dan
hujan. Adapun di JI. Rawasumur Barat dimana saat ini mengalami kondisi jaIan yang rusak
cukup parah padahal kondisi eksistingnya telah menggunakan material beton. Mobilitas
kendaraan berat cukup banyak melintas jalan ini. Sedangkan Jalan Rawabali I dan II juga telah
menggunakan material beton dan saat ini direncanakan dilakukan peninggian jalan kembali
dikarenakan faktor elevasi jalan yang rendah dan sering mengalami banjir.
Permasalahan kerusakan pada jalan ini menimbulkan banyak kerugian yang dapat
dirasakan oleh pengguna secara langsung karena sudah pasti akan menghambat laju dan
kenyamanan pengguna jalan serta banyak menimbulkan korban akibat dari kerusakan jalan
tersebut. Melihat kondisi di atas maka permasalahan kerusakan jalan perlu segera diatasi
dengan dilakukan kajian awal dan perencanaan peningkatan serta perbaikan jalan yang tepat
guna, efektif dan efisien sesuai kondisi jalan di tiap area tersebut.
2
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan tebal perkerasan guna
perbaikan jalan yang ada sesui dengan peraturan dan ketentuan, ideal dan efisien untuk
keseluruhan perbaikan di Jalan Rawa Sumur Barat, Jalan Rawabali I dan Jalan Rawabali II,
Kawasan Industri Pulogadung.
1.3 SASARAN
Sasaran untuk mencapai tujuan dari pekerjaan Perencanaan Perbaikan dan
Peningkatan Jalan ini adalah sebagai berikut:
1. Data dan fakta terhadap berbagai aspek (potensi dan permasalahan) untuk perbaikan
jalan di Kawasan Industri Pulogadung.
2. Kajian/ analisa terhadap data dan fakta yang diperoleh sehingga diperoleh gambaran
mengenai kerusakan jalan yang terjadi.
1.4 LOKASI KEGIATAN
Lokasi berada di tiga titik yaitu di Jalan Rawasumur Barat, Jalan Rawabali I dan Jalan
Rawabali II, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur yang tercantum dalam gambar di
bawah ini.
3
Gambar 1. Denah Lokasi Kegiatan
Sumber: Google Maps, 2020
METODOLOGI
2.1. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, tahapan pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:
Jl. Rawa Bali I
Jl. Rawa Bali II
Jl. Rawasumur Barat
4
Gambar 2. Bagan Alir Pelaksanaan Perencanaan
1. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam perencanaan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu peta topografi. Sedangkan data
primer yang dibutuhkan yaitu:
a. Survey perbandingan lalu lintas harian rata-rata (LHR)
b. Data CBR dari analisis CBR dengan data perhitungan CBR 5,1% untuk jalan Rawa
Sumur Barat dan CBR 4,2%.
2. Analisis Data dan Penentuan Metode Perencanaan
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menentukan metode mana
yang paling sesuai untuk memperbaiki jalan tersebut.
ANALISIS
3.1 SURVEI LALU-LINTAS
Data lalu lintas harian rata-rata (LHR) digunakan untuk perencanaan struktur
konstruksi perkerasan jalan dan analisa kapasitaas jalan dengan memperkerikan tingkat
kenaikan intensitas lalu lintas harian rata – rata per tahun sampai dengan umur rencana.
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Survey Pengumpulan data
(LHR, CBR)
Analisis Data
Selesai
5
Gambar 3. Dokumentasi Survei Lalu-lintas
Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020
Survei lalu-lintas dilakukan pada ruas jalan rawa sumur barat dan ruas jalan rawa bali
I dan II dengan hasil sebagai berikut:
6
Tabel 1. Hasil Survei Lalu-lintas Harian Rata-rata
waktu Posisi
Golongan
1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8
Sepeda
motor,
sekuter,
dan
roda 3
Sedan,
Jeep &
station
wagon
Opelet,
Puick-
up,
minibus
Pick-up,
mikro
truk &
mobil
hantaran
Bus
Kecil
Bus
besar
Truk
ringan
2
sumbu
Truk
sedang
2
sumbu
Truk 3
sumbu
Truk
gandeng
Truk
semi
trailler
Kendaraan
tidak
bermotor
JL. Rawa Sumur Barat
STA Awal
10.00 -
11.00
Kanan-Kiri 269 61 22 27 0 0 20 26 31 0 11 7
Kiri-Kanan 345 89 0 23 0 0 41 34 19 0 10 13
Total 1 614 150 22 50 0 0 61 60 50 0 21 20
STA Awal
10.00 -
11.00
Kanan-Kiri 350 49 47 58 0 0 27 10 22 0 10 10
Kiri-Kanan 110 11 3 2 0 0 23 20 8 0 0 10
Total 2 460 60 50 60 0 0 50 30 30 0 10 20
Maksimum 614 150 50 60 0 0 61 60 50 0 21 20
JL. Rawa Bali
STA Awal
Kanan-Kiri 68 22 3 3 0 0 11 4 0 0 0 1
7
waktu Posisi
Golongan
1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8
Sepeda
motor,
sekuter,
dan
roda 3
Sedan,
Jeep &
station
wagon
Opelet,
Puick-
up,
minibus
Pick-up,
mikro
truk &
mobil
hantaran
Bus
Kecil
Bus
besar
Truk
ringan
2
sumbu
Truk
sedang
2
sumbu
Truk 3
sumbu
Truk
gandeng
Truk
semi
trailler
Kendaraan
tidak
bermotor
13.30 -
14.30
Kiri-Kanan 106 22 0 1 0 0 12 5 0 0 0 0
Total 1 174 44 3 4 0 0 23 9 0 0 0 1
STA Awal
13.30 -
14.30
Kanan-Kiri 173 21 6 12 0 0 12 6 3 0 0 2
Kiri-Kanan 144 33 7 7 0 0 8 7 1 0 0 2
Total 2 317 54 13 19 0 0 20 13 4 0 0 4
Maksimum 317 54 13 19 0 0 23 13 4 0 0 4
Sumber: Perhitungan Penelitian, 2020
8
Tabel 2. Analisa Volume Lalu-lintas Harian Rata-rata
Durasi
Golongan
1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8
Sepeda
motor,
sekuter,
dan
roda 3
Sedan,
Jeep &
station
wagon
Opelet,
Puick-
up,
minibus
Pick-up,
mikro
truk &
mobil
hantaran
Bus
Kecil
Bus
besar
Truk
ringan
2
sumbu
Truk
sedang
2
sumbu
Truk 3
sumbu
Truk
gandeng
Truk
semi
trailler
Kendaraan
tidak
bermotor
JL. Rawa Sumur Barat
1 Jam 614 150 50 60 0 0 61 60 50 0 21 20
8 Jam Puncak 4912 1200 400 480 0 0 488 480 400 0 168 160
(40%
Pandemi) 6877 1680 560 672 0 0 684 672 560 0 236 224
JL. Rawa Sumur Barat
1 Jam 317 54 13 19 0 0 23 13 4 0 0 4
8 Jam Puncak 2536 432 104 152 0 0 184 104 32 0 0 32
(40%
Pandemi) 3550 605 146 213 0 0 258 146 45 0 0 45
Sumber: Perhitungan Penelitian, 2020
9
Tabel 1 menunjukan jumlah masing-masing golongan kendaraan dalam waktu satu jam
survei lalu-lintas dan diperoleh nilai maksimum kendaraan untuk masing-masing ruas. Tabel 2
merupakan hasil dari analisa volume lalu lintas yang dikalikan dengan jam puncak (diambil 8
jam per hari). Volume tersebut merupakan jumlah kendaraan dalam masa Pandemik sehingga
perlu dikoreksi. Berdasarkan hasil suvei dibeberapa Perusahaan diperoleh angka penurunan
dalam interval 30% – 50%. Nilai tersebut dirata-rata sehingga diperoleh asumsi penambahan
40% volume lalu lintas dalam keadaan Normal.
Tabel 3. Kesimpulan Lalu-lintas Harian Rata-rata
No Golongan
Jumlah Kendaraan
(buah/hari)
Jl. Rawa
Sumur
Barat
Jl. Rawa
Bali I&II
1 Sedan, Jeep & station wagon 1680 605
2 Opelet, Puick-up, minibus 560 146
3 Pick-up, mikro truk & mobil hantaran 672 213
4 Truk ringan 2 sumbu 684 0
5 Truk sedang 2 sumbu 672 0
6 Truk 3 As 560 146
7 Truk semi trailler 236 45
Sumber: Perhitungan Penelitian, 2020
Tabel 3 menunjukan kesimpulan dari hasil analisa lalu-lintas harian rata-rata (LHRT).
Data tersebut kemudian digunakan sebagai dasar analisa perhitungan untuk perencanaan tebal
perkerasan.
10
3.2 PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN RAWA SUMUR BARAT
3.2.1 Data Parameter Perencanaan
• CBR = 5,10 %
• Kuat tarik lentur (fcf) = 4,5 MPa
• Tebal perkerasan lama = 200 mm (Hasil Survei)
• Mutu baja tulangan = BJTU 24 (fy : tegangan leleh = 2400kg/cm2 untuk
BBDT)
• Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi (μ) = 1,3
• Bahu jalan = Tidak
• Ruji (dowel) = Ya
• Data harian lalu-lintas harian rata-rata (Tabel 4.19):
o Mobil penumpang : 1680 buah/hari
o Pick-up, Minibus : 560 buah/hari
o Truk Ringan 2 Sumbu : 672 buah/hari
o Truk Sedang 2 Sumbu : 683 buah/hari
o Truk 3 Sumbu : 560 buah/hari
o Truk Semi Trailler : 235 buah/hari
• Direncanakan perkerasan beton bersambung dengan tulangan (BBDT)
• Direncanakan umur rencana perkerasan = 30 Tahun
• Asumsi pertumbuhan lalu-lintas (i) = 6%
• Nilai R = 79,10
• Koefisien distrubusi = 0,5
Tabel 4. Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R)
Umur
Rencana
(Tahun)
Laju Pertumbuhan (i) per tahun (%)
0 2 4 6 8 10
5 5,00 5,20 5,40 5,60 5,90 6,10
10 10,00 10,90 12,00 13,20 14,50 15,90
15 15,00 17,30 20,00 23,30 27,20 31,80
20 20,00 24,30 29,80 36,80 45,80 57,30
25 25,00 32,00 41,60 54,90 73,10 98,30
30 30,00 40,60 56,10 79,10 113,30 164,50
11
Umur
Rencana
(Tahun)
Laju Pertumbuhan (i) per tahun (%)
0 2 4 6 8 10
35 35,00 50,00 73,70 111,40 172,30 271,00
40 40,00 60,40 95,00 154,80 259,10 442,60
Sumber: Pd T-14-2003
Tabel 5. Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C) kendaraan
niaga pada lajur rencana
Lebar Perkerasan (LP) Jumlah
Lajur
Koefisien
distrubusi
1 Arah 2 Arah
Lp<5,50m 1 Lajur 1 1
5,50m ≤ Lp<8,25m 2 Lajur 0,7 0,5
8,25m ≤ Lp<11,25m 3 Lajur 0,5 0,475
11,23m ≤ Lp<15,00m 4 Lajur - 0,45
15,00m ≤ Lp<18,25m 5 Lajur - 0,425
18,75m ≤ Lp<22,00m 6 Lajur - 0,4
Sumber: Pd T-14-2003
3.2.2. Perhitungan Tebal Pelat
a) Analisa lalu-lintas
12
Tabel 6. Perhitungan Jumlah Berdasarkan Jenis dan Bebannya
No Golongan Konfigurasi Beban Sumbu Jumlah
Kendaraan
Jml.
Sumbu
Per Kend
(bh)
Jml.
Sumbu
(bh)
STRT STRG STdRG
RD RB RT RGD RGB BS (ton) JS (bh) BS (ton) JS (bh) BS (ton) JS (bh)
1 Sedan, Jeep &
station wagon 1 1 - - - 1.680 - - - - - - - -
2 Opelet, Puick-
up, minibus 1 1 - - - 560 - - - - - - - -
3
Pick-up, mikro
truk & mobil
hantaran
1 1 - - - 672 - - - - - - - -
4 Truk ringan 2
sumbu 3 6 - - - 683 2 1.366 3 683 6 683 - -
5 Truk sedang 2
sumbu 6 12 - - - 672 2 1.344 6 672 12 672 - -
6 Truk 3 As 6 - - - 19 560 2 1.120 6 560 - 560 19 560
7 Truk semi
trailler 5 11 11 - 13 235 3 706 5 235 11 235 - -
- - - - 11 235 - -
13
Jumlah 4.536 2.150 2.386 560
RD = roda depan, RB = roda belakang, RGD = roda gandeng depan, RGB = roda gandeng belakang, BS = beban sumbu, JS = jumlah sumbu,
STRT = sumbu tunggal roda tunggal, STRG = sumbu tunggal roda ganda, STdRG = sumbu tandem roda ganda
Sumber: Perhitungan konsultan, 2020
14
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (30 tahun).
JSKN = 365 x JSKNH x R
= 365 x 4.536 x 79,10
= 130.961.124
= 130.961.124
JSKN
rencana = C x JSKN
= 0,5 x 130.961.124
= 65.480.562
a) Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana
Tabel 7. Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana
Jenis
sumbu
Beban
Sumbu
(ton)
Jumlah Sumbu Proporsi
Beban
Proporsi
Sumbu
Lalu-lintas
Rencana
Repetisi yang
terjadi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x(5)x(6)
STRT 6 672 0,31 0,50 65.480.562 10.231.338
6 560 0,26 0,50 65.480.562 8.526.115
5 235 0,11 0,50 65.480.562 3.580.968
3 683 0,32 0,50 65.480.562 10.401.860
15
Jenis
sumbu
Beban
Sumbu
(ton)
Jumlah Sumbu Proporsi
Beban
Proporsi
Sumbu
Lalu-lintas
Rencana
Repetisi yang
terjadi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x(5)x(6)
Total 2.150 1,00
STRG 12 672 0,42 0,37 65.480.562 10.231.338
11 235 0,15 0,37 65.480.562 3.580.968
6 683 0,43 0,37 65.480.562 10.401.860
Total 1.590 1,00
STdRG 19 560 1,00 0,13 65.480.562 8.526.115
Total 560 1,00
Sumber: Perhitungan Konsultan, 2020
16
b) Perhitungan Tebal Pelat Beton
• Jenis Perkerasan : BBDT
• Jenis Bahu : Tanpa
• Umur Rencana : 30 Tahun
• JSKN Rencana : 65.480.562
• FK Beban : 1,2
• Kuat Tarik Beton : 4,5 MPa
• Jenis Pondasi : Perkerasan lama
• Tebal Lantai Kerja : 10 cm
• CBR Tanah Dasar : 5,1 %
• CBR Efektif : 50 %
Tabel 8. Faktor keamanan beban (FKB)
No. Penggunaan Nilai
1 Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan berlajur banyak, yang
aliran lalu lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan niaga yang
tinggi. Bila menggunakan data lalu-lintas dari hasil survai beban (weight-in-
motion) dan adanya kemungkinan route alternatif, maka nilai faktor
keamanan beban dapat dikurangi menjadi 1,15
1,2
2 Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri dengan volume kendaraan
niaga menengah
1,1
3 Jalan dengan volume kendaraan niaga rendah 1,0
Sumber: Pd T-14-2003
17
Gambar 4. CBR tanah dasar efektif
Sumber: Pd T-14-2003
Dari data tersebut kemudian dilakukan analisa fatik dan erosi pada Error! Reference source
not found..
18
Tabel 9. Analisa Fatik dan Erosi
Jenis
Sumbu
Beban
Sumbu
Ton
(kN)
Beban
Rencna
Per
Roda
(kN)
Repetisi yang
Terjadi
Faktor Tegangan dan
Erosi Analisa Fatik Analisa Erosi
TE FRT FE Repetisi Ijin Persen
Rusak (%)
Repetisi
Ijin
Persen
Rusak (%)
1 2 3,00 4 5 6 7 8
STRT 62 37,20 10.231.338
0,49 0,11 1,66
TT 0 TT 0
60 36,00 8.526.115 TT 0 TT 0
47 28,20 3.580.968 TT 0 TT 0
28 16,80 10.401.860 TT 0 TT 0
STRG 120 36,00 10.231.338
0,82 0,19 2,26
TT 0 80.000.000 13
107 32,10 3.580.968 TT 0 TT 0
55 16,50 10.401.860 TT 0 TT 0
STdRG 190 28,50 8.526.115 0,72 0,17 2,41 TT 0 98000000 9
Total
<100%
OK…! 0
<100%
OK…! 21,5
Keterangan : TE = tegangan ekivalen; FRT = faktor rasio tegangan; FE = faktor erosi; TT = tidak terbatas
Sumber: Perhitungan Penelitian, 202
19
Gambar 5. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan dengan Bahu Beton (Tebal
Taksiran Beton =300mm)
Sumber: Pd T-14-2003
20
Gambar 6. Ploting Nomogram Analisis Fatik dengan Taksiran Tebal 300mm
Sumber: Pd T-14-2003
21
Gambar 7. Ploting Nomogram analisis erosi dengan taksiran tebal 300mm
Sumber: Pd T-14-2003
22
c) Kesimpulan Perhitungan Tebal Perkerasan
Berdasarkan perhitungan dengan metode Pd-T-14-2003 maka dapat disumpulkan tebal
perkerasan yang memenuhi analisa fatik dan erosi ialah 300 mm. Nilai analisa fatik sebesar
0% < 100 % (OK) dan Analisa erosi 21,5% < 100 %. Berdasarkan analisa tersebut pelat mampu
menerima beban hingga akhir umur rencana(30 tahun).
Adapun penjelasan analisa fatik dan erosi sebagai berikut:
a. Analisa fatik (kelelahan) adalah kekuatan perkerasan baton menerima beban berulang
dengan terus menerus dan faktor kuat lentur beton sangat berpengaruh pada analisa
fatik atau kelelahan beton menerima beban berulang.
b. Analisa Erosi adalah daya dukung tanah dasar untu menerima lendutan yang
ditimbulkan oleh perkerasan beton (plat). CBR tanah menjadi factor utama untuk
mengetahui ketahanan pondasi untuk meneruma beban berulang.
3.2.3. Perhitungan Tulangan
Perkerasan beton bersambung dengan tulangan
Tebal pelat
= 0,30 m
Lebar pelat
2x3,5 m = 7,00 m
Panjang pelat (L)
= 15,00 m
Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi
bawah = 1,30
Kuat tarik ijin baja
= 240 Mpa
Berat isi beton (M)
= 2400 kg/m3
Gravitasi (g)
= 9,81 m/dt2
a) Tulangan memanjang
As
(μ*L*M*g*h)/(2*fs) = 286,9425 mm2/m1
As min
0,1%*h*1000 = 300 mm2/m1
Gunakan As
min...
D 10 mm
As bar 78,53982 mm2
n bar 3,819719 bh
23
4 bh
As pasang
= 314,1593 mm2
OK...
Spasi
= 250 mm
b) Tulangan melintang
As
(μ*L*M*g*h)/(2*fs) = 133,9065 mm2/m1
As
min
0,1%*h*1000 = 300 mm2/m1
Gunakan As
min...
D 10 mm
As
bar 78,53982 mm2
n bar 3,819719 bh
4 bh
As pasang
= 314,1593 mm2
OK...
Spasi
= 250 mm
c) Konversi Tulangan ke Wiremesh
Untuk tulangan memanjang dan melintang dengan D10-250 dapat dikonversi ke dalam
tulanagan wiermesh dan diperoleh wiremesh M8 – 150.
24
Gambar 8. Perhitungan Konversi Tulangan Konvensional ke Wiremesh
Sumber: Perhitungan Penelitian, 2020
d) Sambungan Dowel
Dowel berupa batang baja tulangan polos (maupun profil), yang digunakan sebagai
sarana penyambung / pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan.
Tabel 10. Ukuran dan jarak dowel (ruji) yang disarankan
ANALISA : Perhitungan Konversi Tulangan Plat Konvensional Menjadi Wiremesh
PROYEK : Perkerasan Jalan
DATA LANTAI
Tulangan plat konvensional
Ø D 10 -
Mutu tulangan polos (Ø) fyp = 2.400,00 kg/cm2
Mutu tulangan deform / ulir (D) fyd = 4.000,00 kg/cm2
Mutu tulangan wiremesh fyw = 5.000,00 kg/cm2
PERHITUNGAN KONVERSI TULANGAN KE WIRE MESH
Luas tulangan konvensional As = 314,16 mm2
Luas tulangan wiremesh yang dibutuhkan As butuh = As*(fy/fyw)
= 251,33 mm2
Maka digunakan wiremesh M - As w = 335,10 mm2
As w sisa = (83,78) mm2
Tambahan tulangan konvensional As k sisa = (104,72) mm2
D - As k = - mm2
As w = - mm2 Hemat
Maka digunakan M8 - 150 Astp = 335,10 mm2 …ok mm283,78
250
Konversi Tulangan
Untuk D10-250
8 150
- 150
25
Dari Tabel 10 tebal pelat 300mm menggunakan diameter 38 mm, Panjang 450 mm dan
jarak pasang 300 mm. mengingat ketersediaan pasar terhadap tulangan polos diameter 38 mm
sulit, sehingga dalam perencanaan ini dipasang dowel diameter 36 mm Panjang 450 mm dan
jarak pasang 300 mm dengan justifiksi bahwa kekuarangan luasan tulangan diakomodasi dari
luas tulangan wiremesh karena dilihat dari sisi fungsi dowel adalah dengan maksud sebagai
sistem penyalur beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi
perbedaan penurunan yang berarti, dalam hal ini 36mm cukup untuk menyalurkan beban
tersebut.
e) Sambungan Tie Bar
Sambungan memanjang dengan tie bar dihitung mengunakan persamaan sebagai
berikut:
𝐴𝑡 = 204 × 𝑏 × ℎ dan 𝐿 = 38,3 × ∅ × 75
Sehingga,
At
204*b*h = 214,2 mm2/m1
D 16 mm
As bar 201,0619 mm2
n bar 1,065343 bh
2 bh
As pasang
= 402,1239 mm2
OK...
Spasi
= 500 mm
L (panjang tie bars)
(38,3*φ)+75 = 687,8 mm
Dipasang 700,00 mm
Dari perhitungan diatas dengan tebal pelat 300 mm menggunakan diameter tie bars
16mm (ulir), Panjang tie bar 700 mm dan jarak antar tie bar adalah 500 mm.
f) Penempatan Tulangan
Penempatan tulangan berdasarkan peraturan adalah sebagai berikut:
26
Gambar 10. Posisi Penulangan
Berdasarkan ketentuan setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan
bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton.
Penulangan melintang pada perkerasan beton semen harus ditempatkan pada
kedalaman lebih besar dari 65 mm dari permukaan untuk tebal ≤ 20 cm dan maksimum samapi
sepertiga tebal plat untuk tebal plat > 20 cm. Tulangan arah memanjang diapasang diatas
tulangan arah melintang.
Karena tebal perkerasan yang direncanakan adalah 30 cm, maka penulangan
memanjang diletakkan sepertiga dari 30 cm tebal plat, yaitu 10 cm dari permukaan plat beton.
Kemudian untuk wiremesh penulangan arah memanjang dipasang diatas tulangan arah
melintang.
3.3. PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN RAWA BALI I&II
Berdasarkan hasil survei kerusakan jalan pada Tabel 1 dan Tabel 2 di jalan rawa bali I
dan II dengan pertimbangan sebagai berikut:
27
a) Nilai LHR untuk jalan Rawa Bali memperoleh nilai yang relative kecil dibandingkan
jalan rawa sumur sehingga apabila direncanakan akan diperoleh tebal perkerasan
minimum.
Ditinjau dari beberapa aspek diatas maka jalan Rawa Bali I dan II direkomendasikan:
1) Jalan Rawa Bali I dan II dilakukan perbaikan setempat atau tetap direncanakan untuk
dinaikan elevasi permukaan jalan untuk menghindari genangan.
2) Jalan Rawa Bali I dan II dapat direncanakan overlay perkerasan untuk menambah
elevasi jalan, dalam rangka meminimalisir dampak dari genangan/ banjir.
3) Tinggi elevasi jalan direncanakan tebal 30 cm dengan analisa perhitungan nilai LHR
yang diasumsikan sama dengan Jalan Rawa Sumur Barat, dengan jumlah kebutuhan
penulangan yang sama seperti yang direncanakan pada analisa penulanagan jalan Rawa
Sumur Barat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data survey yang telah dilakukan, dapat disimpulkan yaitu:
1. Nilai CBR Rencana untuk jalan Rawa Sumur sebesar 5,1% dan jalan Rawa Bali
sebesar 4,2%. Nilai CBR Rencana yang diperoleh merupakan nilai minimum sehingga
perkerasan lama tidak perlu dibongkar untuk memperoleh CBR yang lebih baik.
2. Nilai rata-rata mutu beton 577,55 g/cm2 atau senilai dengan nilai fc’ 50 MPa.
3. Tebal perkerasasan baru untuk jalan Rawa Sumur Barat dan Rawa Bali 1 dan II adalah
300 mm dengan ditambah lantai kerja 30mm dengan beton asphal. Dipasang
Wiremesh M8-150, Dowel D36 (polos), panjang dowel 450 mm, jarak 300 mm. Tie
bar menggunakan D16 mm (ulir), Panjang tie bar 700 mm, dan jarak pasang 500 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2015) Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test, http://www.hesa.co.id , diakses 21
Juli 2020.
ASTM D6433 – 07 (2007) Standard Practice for Road and Parking Lots Pavement Condition
Index Surveys, USA.
Departemen Perkerjaan Umum (2002), Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen, Pd T-14-
2002. Penerbit: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
28
Departemen Perkerjaan Umum (2017), Perencanaan Teknis fasilitas Pejalan Kaki, Pd 03 –
2017 - B. Penerbit: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2002), Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton
Semen, Jakarta.
Departemen Perkerjaan Umum (2010). Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR)
dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP), Jakarta.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jendral Bina Marga (2017)
Manual Pekerjaan Jalan, Jakarta.
Suryawan, A. (2005). Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid
Pavement), Penerbit Beta Offset, Jakarta.