ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL · PDF fileGuna Memperoleh Derajat Sarjana ... Sahid...
Transcript of ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL · PDF fileGuna Memperoleh Derajat Sarjana ... Sahid...
i
ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL TERHADAP
BARANG MILIK PENYEWA ARCADE
( Studi di Hotel Sahid Kusuma Surakarta)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
AAN RIZKA A.F.S NIM . E. 1103001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL TERHADAP
BARANG MILIK PENYEWA ARCADE
( Studi di Hotel Sahid Kusuma Surakarta)
Disusun Oleh :
AAN RIZKA A F S
NIM : E. 1103001
Disetujui untuk Dipertahankan
Pembimbing
ANJAR SRI CN, SH, MHum
NIP.197301221998022001
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL TERHADAP
BARANG MILIK PENYEWA ARCADE
( Studi di Hotel Sahid Kusuma Surakarta)
Disusun Oleh :
AAN RIZKA A F S
NIM : E. 1103001
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum(Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Rabu
Tanggal : 17 Juli 2009
TIM PENGUJI
1. ( Djuwityastuti, SH ) : ............................................... KETUA 2. ( Yudho Taruno M, SH, MHum ) : ...............................................
SEKRETARIS
3. ( Anjar Sri CN, SH, MHum ) : ............................................... ANGGOTA
MENGETAHUI
Dekan
MOH. JAMIN, SH, MHUM. NIP. 196109301986011001
iv
MOTTO
“Sungguh telah ada bagi kamu dalam pribadi (sabda dan amal kelakuan)
rosulullah itu contoh teladan yang utama dan baik, bagi orang yang mengharap
karunia rahmat Allah dan bahagia di kemudian hari, dan banyak zikir (ingat)
Pada Allah”
(Q.S Al-Ahzab 21)
“Dan semua yang diajarkan (diberikan) kepadamu oleh Rosulullah maka harus
kamu terima, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan
bertakwalah kepada Allah dalammelaksanakan perintah Allah ini”
(Q.S Al-Hasyr 7)
“Sesungguhnya tiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan yang
dianggap bagi tiap manusia apa yang Ia niatkan. Maka yang hijrahnya tulus
ikhlas menurut Allah SWT dan Rosul-Nya maka hijrahnya akan diterima. Dan
siapa yang niat hijrahnya untuk dunia atau wanita yang akan dikawini maka
hijrah itu berhenti pada niat hijrah yang Ia tuju”
(H.R Bukhari, Muslim)
Suatu perbuatan yang diawali dengan niat kejujuran dan kebaikan disertai
dengan doa serta rasa syukur maka akan berakhir dengan suatu keindahan
dalam segala hal
(penulis)
Jika mengetahui suatu peluang dan tahu jika peluang tersebut memiliki potensi
besar untuk dikembangkan maka raih peluang tersebut.
( Bob Sadino)
v
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
Ø Kakak- kakaku atas kasih sayang dan bimbingan yang telah diberikan
serta dukungannya.
Ø Keluarga besar alm Syarofi Ades
Ø Dosen-dosen terbaik yang pernah membimbing dalam masa
perkuliahan
Ø Seluruh teman FH UNS dan teman kumpul
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH SWT atas berkah dan
anugerah yang telah dilimpahkan serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan hukum ini.
Penyusunan penulisan hukum ini penulis tujukan terutama untuk
melengkapi salah satu syarat dalam mencapai derajat sarjana (S1) dalam bidang
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam memberi dukungan baik
material maupun immaterial sehingga penulisan hukum ini dapat diselesaikan
dengan lancar. Ucapan terima kasih ini terutama penulis tujukan kepada:
1. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prasetyo HP, S.H, M.S. selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Hukum
UNS.
3. Ibu Anjar Sri CN, S.H, M.H selaku dosen Pembimbing penulisan hukum
yang dengan sangat sabar telah menyediakan waktu dan pikirannya dalam
membimbing penyusunan skripsi ini atas segala masukan, saran, nasihat
dari awal hingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Aminah, S.H, M.H selaku pembimbing akademik di Fakultas Hukum
Univeritas sebelas Maret
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah membagikan ilmu pengetahuannya terutama ilmu
hukum kepada penulis sehingga dapat menambah wawasan penulis yang
pada akhirnya dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi
6. Bapak Yudi selaku staff bagian HRD Hotel Sahid Kusuma atas bantuan
yang telah diberikan selama ini
vii
7. Bapak Aris selaku Sales and Marketing Manager beserta segenap staf dan
karyawan Hotel Sahid Kusuma Surakarta yang telah menyediakan waktu
dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Bahrun selaku penyewa Arcade
9. Kakak-kakak tercinta Jibran Syah, Barly Syarief, Ade Helmawati, Asa
Ahmadin, Roy HN yang selalu dengan dukungannya dan nasihat untuk
dapat menjadi seseorang yang tangguh juga menjadi keluarga yang tak
rapuh. “maaf belum bisa memberi yang terbaik bagi kalian”.
10. Keluarga besar di Sumatra dan Jakarta atas support yang di berikan untuk
menyelesaikan studi. Kak Dakwan, Kak Ida, Kak Robbah, Kak Zaky, Kak
Nizar, Kak Jap, Uwak-uwak sukron kathir.
11. Agusta Widianto “Pak Dhe” terima kasih atas nasihat dan segala
pertolongannya dalam penyelesaian skripsi.
12. Sobat-sobatku yang kompak : Bos Dhe Gusta, Bos Widyo, Bos Aji Gusur,
Bos Tom, Kris, Hananto Melki, Zen Bebex, Genduke Resti, Rahmat,
Sunaryo, Bos Alma Venus, Bos Jimanto, Bos Alex Bule, Retno, Deni
Kebo, Elvira Londo, Hendik Cenil, Jalu, Adnan Toyo, Nunung, Arky,
Asrukul, Rangga, Anggono Gogon, Aris, Adam Yoga, Muslimin asyifa
com.
13. Adek-adek FH UNS: Ucul V Dipta, Ridwan, Binu, Luki, Si Mbah Yanur,
Triono, Pluto Ananto, Yoga, Ronggo
14. Genk IPA atas silaturohmi yang selama ini masih terjalin Hesty Warung
Jawi, Edy SPG, Ney, Putri, Yudi, Deri, Prasad, Catur, Fitri, Septi dan
semuanya.
15. Sohib-sobib ndalan nuwun atas pembelajaran mental yang diberikan Heri
Cuces, Gundul, C-ponk, Kesno Jlabang, Anton Mendhil, Salam, Icus,
Bolot, Atut Sambeng, “Jumbo bersaudara” Grand Mall, Maryiono, Om
Mail, Om Bag, Pak met, Bos Sastro pitik, Pak Arif, Mas Fajar, Mas
Imung, Rohdi Pancing, Djiang Carbon, Koh Tung ABC Lohan, Hoek Sui,
Danu, Nury Mas Mbong “ W.Steik MM”, Panji “Bharata” and Group
mancing Pasar Kliwon.
viii
16. Semua pihak dan teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah memberikan pemikiran dan tenaga, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Surakarta, 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ..……………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………….…………………………. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xii
ABSTRAK ………………………………………………………………... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………….... 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 5
E. Metodologi Penelitian …………………………………………. 6
F. Sistematika Skripsi …………………………………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ……………………………………………….. 13
1. Tinjauan Umum Tentang Hukum Perjanjian ………………… 13
a. Pengertian Hukum Perjanjian ……………………………… 13
b. Subyek dan Obyek Perjanjian …………………………….. 14
c. Unsur dan Syarat Perjanjian ……………………………….. 15
d. Lahirnya Perjanjian dan Akibat Hukum Syahnya perjanjian .. 16
e. Prestasi dan Wanprestasi ………………………………….. 17
f. Keadaan Memaksa dan Risiko ……………………………… 18
g. Hapusnya Perjanjian ………………………………………. 20
x
2. Tinjauan Umum Tentang Sewa-Menyewa …………………. 21
3. Tinjauan Umum Mengenai Pengelolaan Hotel ………………. 22
a. Pengertian Hotel ..………………………………………… 22
b. Sejarah Perkembangan hotel di Indonesia ………………… 23
c. Fungsi dan Peranan Hotel …………………………………. 25
B. Kerangka Pemikiran ……….……………………………………. 27
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Mengenai Hotel Sahid Kusuma …. …………………... 29
B. Prosedur Terjadinya Perjanjian Antara Pemilik Hotel
dengan Penyewa Arcade ………………………………………… 38
C. Pelaksanaan Perjanjian Antara Pemilik Hotel Dengan
Penyewa Arcade …………………………………………………. 41
D. Tanggung Jawab Pengusaha Hotel Terhadap Barang Milik
Penyewa Arcade ………………………………………………….. 47
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 49
B. Saran-saran ………………………………………………………. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Bagan 1 ………………………………………………….. 11
2. Bagan 2…………………………………………………… 27
3. Bagan 3 ………………………………………………….. 33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat keterangan Penelitian
Lampiran 3 : Surat Perjanjian Sewa- Menyewa
xiii
ABSTRAK
AAN RIZKA A.F.S, 2009. ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL TERHADAP BARANG MILIK PENYEWA ARCADE ( Studi di Hotel Sahid Kusuma Surakarta). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui prosedur terjadinya perjanjian antara pemilik hotel dengan penyewa arcade, untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian antara pemilik hotel dengan penyewa arcade serta tanggung jawab pemilik hotel terhadap barang milik penyewa aracade. Penulisan ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat dekriptif. Lokasi penelitian di Hotel Sahid Kusuma Surakarta. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui wawancara dan penelitian kepustakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis data interaktif. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa Prosedur terjadinya perjanjian antara pemilik hotel dengan pernyewa arcade di Hotel Sahid Surakarta adalah adanya promosi dari pihak hotel, kemudian pengajuan permohonan sewa arcade dari pihak penyewa, proses seleksi surat permohonan sewa arcade oleh pihak hotel dan pembuatan perjanjian sewa arcade, kemudian dalam pelaksanaan perjanjian sewa arcade antara pihak hotel dengan penyewa arcade di Hotel Sahid Surakarta harus sesuai dengan kesepakatan yang diatur dalam surat perjanjian sewa arcade dan dapat dilaksanakan oleh kedua belah pihak dengan itikad baik. Tanggung jawab pihak hotel didasarkan pada klausul perjanjian yang disepakati oleh kedua pihak.
Implikasi teori dari penelitian ini adalah adanya pertanggungjawaban yang pasti dari pihak hotel jika penyewa arcade merasa dirugikan karena hilangnya suatu barang milik penyewa.
Implikasi praktis penelitian ini adalah penulisan ini bisa menjadi pertimbangan dalam pembuatan suatu kontrak perjanjian mengenai pertanggungjawaban terhadap barang milik penyewa arcade.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea empat adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Dalam rangka mencapai tujuan negara tersebut diselenggarakan
pembangunan nasional di semua bidang kehidupan secara berkesinambungan
yang merupakan salah satu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terpadu,
dan terarah. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya adalah pembangunan dari rakyat dan untuk
rakyat yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa secara merata.
Penitik beratan pembangunan yang hanya pada satu bidang saja akan
mengakibatkan kepincangan pada bidang yang lain.
Pembangunan untuk tercapainya masyarakat yang adil dan makmur,
Indonesia telah berusaha dengan melakukan pembangunan di segala bidang.
Salah satunya adalah bidang kepariwisataan yang pada saat ini mengalami
kelesuan karena adanya resesi global serta banyak tragedi yang menimpa
Indonesia antara lain adanya isu flu babi,avian influenza, bencana alam, serangan
teroris, dan banyak kecelakaan alat transportasi baik darat, laut, ataupun udara.
Untuk meningkatkan pembangunan pariwisata di Indonesia juga diperlukan
perlengkapan di bidang hukum.
Usaha untuk memulihkan dunia pariwisata di Indonesia sebagai suatu
industri yang dapat menyerap tenaga kerja dan sebagai penghasil devisa untuk
negara, perlu ditunjang dengan berbagai macam usaha. Usaha tersebut dapat
1
2
dilakukan dengan adanya dukungan sarana dan prasarana akomodasi yang
memadai berupa penginapan ataupun tempat-tempat peristirahatan. Di bidang ini
diperlukan peran serta pemerintah dan swasta yang bergerak di sektor pariwisata.
Sarana akomodasi yang dapat berupa perhotelan tidak hanya untuk dunia
pariwisata tapi juga dapat meningkatkan perekonomian dan membuka lapangan
kerja yang dapat mengurangi pengangguran. Hotel kini telah berkembang
menjadi industri jasa yang handal, untuk penopang utama di dalam pembangunan
pariwisata. Menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi No.KM 37/PW340/MPPT-86 yang dimaksud dengan hotel
adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian ataupun seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta
juga jasa lainnya secara komersial.
Semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
hal komunikasi maupun transportasi, menyebabkan masyarakat sering berpergian
dari kota satu ke kota yang lain bahkan berpergian antar negara untuk sekedar
berwisata ataupun untuk melakukan kegiatan bisnis. Mereka yang termasuk
masyarakat mobile, memerlukan hotel sebagai tempat singgah untuk beristirahat
melepas lelah ataupun sekedar makan dan minum, sehingga tamu-tamu hotel
berasal dari berbagai kalangan masyarakat, antara lain wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara, para pejabat ataupun para pegawai, juga para
pelaku usaha yang melakukan pertemuan bisnis.
Pelaku usaha di sektor perhotelan yang ingin memajukan usahanya
berkembang dengan baik harus bisa memberikan rasa aman, nyaman layaknya
berada di rumah sendiri. Saat ini perhotelan di Indonesia tidak terbatas pada
adanya restoran dan penyediaan kamar tapi juga menyewakan ruko (rumah toko)
dalam istilah hotelnya arcade sebagai etalase yang biasanya pada lobi hotel.
Etalase tersebut biasanya menjual souvenir/cinderamata juga oleh-oleh khas dari
daerah asli di mana hotel itu berada ataupun kantor biro perjalanan, sehingga
bagi para tamu yang tidak mempunyai waktu dapat berbelanja dalam hotel.
3
Pendapat bahwa tamu-tamu hotel khususnya hotel berbintang berasal dari
kalangan mampu menjadi pertimbangan untuk melakukan kegiatan usaha dalam
hotel. Bagi pihak hotel penyediaan fasilitas yang bermacam-macam tidak dapat
lepas dari faktor keamanan. Para pengguna arcade tenant biasanya meninggalkan
barang dagangan mereka dalam arcade yang di sewanya, tentu mereka
menginginkan barang yang ditinggalkan mendapatkan keamanan yang memadai
meskipun arcade yang disewanya hanya digunakan untuk sekedar usaha
makanan dan minuman. Pada season tertentu misalnya pada event/pameran
perhiasan yang terbuat dari logam mulia dan batu mulia tentunya faktor
keamanan perlu ditingkatkan, agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan bagi para
pihak.
Dengan adanya penyewaan arcade tersebut banyak pelaku usaha
berminat menggunakannya untuk melakukan kegiatan usaha dalam hotel, yang
kemudian kedua belah pihak mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian sewa
menyewa mengenai sewa ruangan/arcade tenant, sebagai contoh hotel di Jakarta
pernah terjadi peristiwa penyewa kamar hotel kehilangan sebuah Laptop dan
perhiasan ketika menginap. Pihak hotel yang disewa kamarnya tersebut
mengatakan tidak tahu menahu kejadian kehilangan tersebut dan tidak mau
bertanggung jawab mengganti barang yang hilang tersebut, akibatnya tamu yang
menginap tersebut melaporkan kejadian itu ke pihak yang berwajib. Apabila
dikaji jika peristiwa ini terjadi tentunya sangat merugikan pihak penyewa dan
pihak hotel. Pihak penyewa mengalami kerugian materiil, sedangkan pihak hotel
juga dapat mengalami kerugian, karena namanya bisa tercemar, hal ini tentunya
akan sangat mempengaruhi kredibilitas hotel. Tentunya agar hal seperti ini tidak
terjadi seharusnya ada suatu bentuk tanggung jawab bersama baik antara pihak
penyewa dan pihak hotel, dimana bentuk tanggung jawab itu dimulai dengan
adanya perjanjian bersama antara pihak penyewa dan pihak hotel mengenai sewa
kamar, dimana salah satu isinya juga mencakup hak dan kewajiban masing-
masing pihak, begitu juga dengan perjanjian penyewaan arcade. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak maka dalam
4
perjanjian sewa arcade perlu diatur ketentuan-ketentuan yang jelas dan tidak
merugikan kedua belah pihak.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang sekaligus juga melatar
belakangi penulisan untuk menuangkan dalam sebuah penelitian hukum dengan
judul: “ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL
TERHADAP BARANG MILIK PENYEWA ARCADE ( Studi Kasus di
Hotel Sahid Kusuma Surakarta )”.
Dari penulisan mengenai perjanjian sewa menyewa tersebut, maka dapat
diperoleh implikasi teoritis penelitian ini adalah adanya pertanggungjawaban
yang pasti dari pihak hotel jika penyewa arcade merasa dirugikan karena
hilangnya suatu barang milik penyewa. Implikasi praktis penelitian ini adalah
penulisan ini bisa menjadi pertimbangan dalam pembuatan suatu kontrak
perjanjian mengenai pertanggungjawaban terhadap barang milik penyewa
arcade.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Dengan menggunakan perumusan masalah seorang peneliti dapat
mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai
menjadi jelas, terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang hendak diteliti dan dibahas dalam
penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur terjadinya perjanjian antara pemilik hotel dengan
penyewa arcade?
2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian antara pemilik hotel dengan penyewa?
3. Bagaimana tanggung jawab pemilik hotel dengan penyewa apabila barang
milik penyewa hilang?
5
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang jelas
yang hendak dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam
melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui prosedur terjadinya perjanjian antara pemilik hotel
dengan penyewa arcade.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian antara pemilik hotel dengan
penyewa.
c. Untuk mengetahui tanggung jawab pemilik hotel apabila barang milik
penyewa hotel hilang.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam
menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan
dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan
praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis.
c. Untuk memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
didapat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
6
a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data
sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk
mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk sedikit memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.
c. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama menjalani
kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal
untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu tulisan atau karangan mengenai
penelitian disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok
pikiran yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur yang sistematis dengan
menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan dengan
cara yang obyektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian (Winarno
Surachman, 1990:26).
Metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan
memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 1986 :6).
Maka dalam penulisan skripsi ini bisa disebut sebagai suatu penelitian ilmiah dan
dapat dipercaya kebenarannya dengan menggunakan metode yang tepat. Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
7
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah jenis
penelitian empiris, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sebab-
sebab berlangsungnya suatu proses, akibat, serta efek-efek dari suatu kondisi
tertentu.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang penulis susun adalah termasuk penelitian yang bersifat
deskriptif. Penelitian Deskriptif menurut Prof. Dr Soerjono Soekanto adalah
suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah
terutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat
teori – teori lama, atau di dalam kerangka penyusun teori baru (Soerjono
Soekanto, 1986 : 10).
Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif ini tidak terbatas hanya sampai
pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan
interprestasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan
yang dapat didasarkan penelitian data itu.
3. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis
melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Hotel Sahid Kusuma
Surakarta, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemkot Kota Surakarta jumlah
hotel yang berada di Kota Surakarta berjumlah 121 hotel, dari jumlah
hotel tersebut Hotel Sahid Kusuma merupakan hotel berkelas dengan
predikat hotel bintang 4 (empat) yang merupakan hotel paling bergengsi
di Kota Surakarta yang sejajar dengan Hotel Sahid Raya, Hotel Novotel,
dan juga Hotel The Sunan.
b. Hotel Sahid Kusuma merupakan hotel berbintang terdekat dengan pusat
kebudayaan Kota Surakarta yang menjadi daya tarik pariwisata di Kota
8
Surakarta, sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para
Wisatawan dan para pelaku usaha penyewa arcade.
c. Hotel tersebut mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di lokasi
tersebut dan memberikan kemudahan dalam memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi.
4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung
melalui penelitian lapangan, baik dengan cara wawancara atau observasi
terhadap responden dalam penelitian, yaitu pihak hotel dan penyewa
arcade. Dalam penelitian ini penulis akan secara langsung
mewawancarai Bapak Aris selaku marketing and sales promotion
manager, Bapak Yudi selaku human and resource development Hotel
Sahid Kusuma Surakarta dan Bapak Bahrun selaku penyewa arcade.
b. Data Sekunder
Yaitu data pendukung data primer yang diperoleh dari buku-buku,
dokumen perjanjian sewa-menyewa antara pihak hotel dengan penyewa
arcade.
Sumber data adalah tempat ditemukan data. Adapun data dari
penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu, Pertama sumber data primer,
Kedua, sumber data sekunder yang terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan.
b. Bahan Hukum Sekunder
9
Yaitu hasil karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian, artikel
koran dan internet serta bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, yakni kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia dan
sebagainya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang
sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Data Primer
Untuk mendapatkan data primer, digunakan alat pengumpulan data
berupa Wawancara / Interview.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang terarah,
terpimpin dan mendalam sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti
guna memperoleh hasil berupa data dan informasi yang lengkap dan
seteliti mungkin.
b. Data Sekunder
Untuk memperoleh data sekunder adalah dengan penelitian atau
kepustakaan atau library research guna memperoleh bahan-bahan hukum
atau bahan penulisan lainnya yang dapat dijadikan landasan teori, yang
antara lain meliputi : peraturan perundang-undangan, kebijaksanaan dan
publikasi yang dibuat oleh pemerintah, buku-buku literatur, dan bahan
lainnya yang tentunya berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti
dan dapat menunjang dalam penulisan skripsi ini.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data
dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan
10
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J.
Maleong, 2002:103). Penulis menggunakan model analisis interaktif
(interaktif model of analisis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa
melalui tiga tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan. Dalam model ini dilakukan suatu proses siklus antar tahap-tahap,
sehingga data yang terkumpul akan berhubungan dengan satu sama lain dan
benar-benar data yang mendukung penyusunan laporan penelitian (HB.
Sutopo, 2002 :35) Tiga tahap tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan
pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-terus menerus sampai
laporan akhir penelitian selesai.
b. Penyajian Data
Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat
dilaksanakan.
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal
yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan,
pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab
akibat, akhirnya penulis menarik kesimpulan. (HB. Sutopo, 2002:37)
11
Berikut ini penulis memberikan ilustrasi bagan dari tahap analisis data:
Gambar 1 : Bagan Analisis Interaktif
Dengan model analisis ini maka penulis harus bergerak diantara
empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bolak
balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan selama
sisa waktu penelitian. Aktivitas yang dilakukan dengan proses itu
komponen-komponen tersebut akan didapat yang benar-benar mewakili dan
sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Setelah analisis data selesai, maka
hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan jalan apa adanya
sesuai dengan masalah yang diteliti dan data yang diperoleh. Setelah semua
data dikumpulkan, kemudian penulis ambil kesimpulan dan langkah tersebut
tidak harus urut tetapi berhubungan terus menerus sehingga membuat siklus
(HB.Sutopo, 2002:37).
Pengumpulan data
Reduksi
Penarikan
kesimpulan/Verifikasi
Penyajian data
12
F. Sistematika Skripsi
Agar skripsi ini dapat tersusun secara teratur dan berurutan sesuai apa
yang hendak dituju dan dimaksud dengan judul skripsi, maka dalam sub bab ini
penulis akan membuat sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab yang kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka
teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis
menguraikan tinjauan umum tentang Hukum Perdata, tinjauan
umum tentang Hukum Perjanjian, Tinjauan umum tentang
Perjanjian Sewa menyewa, tinjauan umum tentang pengelolaan
hotel. Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan
menampilkan bagan kerangka pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini memuat diskripsi lokasi penelitian dan hasil penelitian,
yaitu : prosedur terjadinya perjanjian antara pemilik hotel dengan
penyewa hotel, pelaksanaan perjanjian antara pemilik hotel dengan
penyewa dan, tanggung jawab pemilik hotel apabila barang milik
penyewa hilang.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Hukum Perjanjian
a. Pengertian hukum Perjanjian
Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata, yaitu :
suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih. Para
pakar sarjana Hukum Perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi
perjanjian yang terdapat dalam di dalam ketentuan KUHPerdata adalah
tidak lengkap dan juga cakupannya terlalu luas. Definisi tersebut tidak
lengkap karena yang di rumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak
saja, dan cakupannya terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di
lapangan hukum keluarga, seperti janji dalam perkawinan yang juga
merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang
diatur dalam KUHPerdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara
materiil, dengan kata lain dinilai dengan uang (Mariam Darus
Badrulzaman, 2001:65).
Sehubungan dengan ketentuan definisi perjanjian dalam Pasal 1313
KUHPerdata yang kurang memuaskan, ada beberapa sarjana berpendapat
mengenai definisi perjanjian, antara lain:
1) Prof. Subekti, SH.
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Subekti, 2002 : 1).
13
14
2) Prof. Dr. Wiryono Projodikoro
Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta
benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji untuk
melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu sedang pihak
yang lain berhak menuntut pelaksanaan dari perjanjian itu.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perjanjian dapat
terjadi bila ada kesepakatan antara dua orang atau lebih, mengenai sesuatu
hal, yang dibuat oleh para pihak yang terlibat dalam perjanjian untuk saling
terikat dan berkewajiban mentaati. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan
yang diucapkan atau ditulis ( Subekti 2001 : 1 ).
b. Subyek dan Obyek Perjanjian
Pihak-pihak dalam perjanjian diatur secara sporadis di dalam KUH
Perdata, yaitu Pasal 1315, Pasal 1317, Pasal 1318. Yang di maksud
dengan subyek perjanjian adalah pihak-pihak yang terikat dengan
diadakannya suatu perjanjian. KUHPerdata membedakan 3 (tiga) subyek
yang tersangkut dalam perjanjian, yaitu:
1) Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri. (perorangan atau
badan hukum)
2) Ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak dari padanya.
3) Pihak Ketiga (Mariam Darus Badrulzaman, 2001 : 70).
Obyek dalam perjanjian dapat diartikan sebagai hal yang
diperlukan oleh subyek itu dalam tujuan perjanjian. Menurut Pasal 1332
KUHPerdata menyebutkan bahwa hanya barang-barang yang dapat
diperdagangkan saja yang dapat menjadi obyek perjanjian, sedang Pasal
1333 KUHPerdata memberi batasan yaitu suatu perjanjian harus
15
mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan
jenisnya.
c. Unsur dan Syarat Sahnya Perjanjian
Dalam suatu perjanjian perlu diperhatikan adanya 3 (tiga) macam
unsur antara lain :
1) Essentialia ialah unsur yang sangat penting dalam suatu perjanjian
yang harus ada. Unsur essentialia dalam perjanjian mewakili
ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh
salah satu pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut,
yang membedakannya secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya.
Misalnya : dalam perjanjian jual beli juga harus ada kata sepakat
antara kedua pihak, juga adanya kesepakatan mengenai barang dan
harga.
2) Naturalia ialah unsur dalam perjanjian yang sewajarnya ada dalam
suatu perjanjian, namun kewajiban ini dapat ditiadakan dengan
kesepakatan kedua belah pihak.
Misalnya : dalam perjanjian yang mengandung unsur essentialia jual
beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual
untuk menanggung kebendaan yang dijual dan cacat tersembunyi,
menurut Pasal 1474 KUHPerdata dalam perjanjian jual beli barang,
penjual wajib menjamin cacat tersembunyi.
3) Accidentalia ialah unsur perjanjian yang ada jika dikehendaki kedua
belah pihak. Perjanjian tidak dibutuhkan suatu bentuk tertentu, artinya
perjanjian boleh dibuat dengan akte ataupun hanya secara lesan.
Misalnya : apabila perjanjian sewa – menyewa dilakukan dengan akte
notaris, maka para pihak menghendaki unsur accidentalia dalam
perjanjian sewa-menyewa tersebut (Komariah, 2005 : 172 ).
16
Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya perjanjian
diperlukan adanya 4 (empat) syarat, antara lain:
1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya
Dengan sepakat dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau sepakat
mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan tersebut. Kata
sepakat merupakan kecocokan antara kehendak atau kemauan kedua
belah pihak yang akan mengadakan perjanjian.
2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Dalam membuat suatu perjanjian, subyek perjanjian harus
cakap menurut hukum. Pasal 1330 KUHPerdata disebutkan orang-
orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian, yaitu orang-
orang yang belum dewasa dan mereka yang di bawah pengampuan.
3) Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu artinya barang yang menjadi obyek perjanjian
paling sedikit harus dapat ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya
tidak menjadi soal asal dapat ditentukan kemudian. Syarat tersebut
ditegaskan dalam Pasal 1333 KUHPerdata bahwa syarat itu tidak
mengenai obyek dari perjanjian yang tertentu jenisnya tetapi juga
meliputi benda-benda yang jumlahnya pada saat perjanjian belum
ditentukan, asal dapat ditentukan jumlahnya kemudian.
4) Suatu sebab yang halal
Sebab yang dimaksudkan Undang-undang adalah isi perjanjian
itu sendiri, jadi sebab atau causa tidak berarti sesuatu yang
menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang dimaksud
(Komariah, 2005 : 175).
17
d. Lahirnya Perjanjian dan Akibat Hukum Sahnya Perjanjian
1) Lahirnya perjanjian
Menurut asas konsensualitas, suatu perjanjian lahir pada detik
tercapainya kesepakatan atau persetujuan kedua belah pihak mengenai
hal-hal yang pokok dari apa yang menjadi obyek perjanjian.
Kesepakatan adalah penyesuaian paham dan kehendak dari kedua belah
pihak. Saat lahirnya perjanjian sangat penting untuk diketahui dan
ditetapkan, berhubung ada kalanya terjadi suatu perubahan Undang-
undang atau peraturan, yang mempengaruhi nasib perjanjian tersebut
dalam pelaksanaannya (Subekti, 2002 : 26).
2) Akibat hukum perjanjian yang sah
Setelah lahirnya perjanjian yang sah, yaitu memenuhi syarat
subyektif dan obyektif seperti yang disebut dalam Pasal 1320 KUH
Perdata, maka perjanjian tersebut mempunyai akibat hukum seperti
yang telah ditentukan dalam Pasal 1338 KUH Perdata, yaitu:
a) Perjanjian berlaku sebagai Undang-undang bagi para pihak, artinya
para pihak harus mentaati Undang-undang dan dalam
pelaksanaannya perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan
bersifat memaksa.
b) Persetujuan tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata sepakat
kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-
undang dinyatakan untuk itu.
e. Prestasi dan Wanprestasi
Prestasi merupakan suatu hal yang dijanjikan dan harus
dilaksanakan dalam suatu perjanjian, dalam Pasal 1234 KUHPerdata
disebutkan macam prestasi, antara lain:
1) Memberikan sesuatu atau menyerahkan sesuatu barang, misal jual-beli
atau tukar menukar atau dengan membayar harga.
18
2) Berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk memperbaiki barang yang
rusak, membangun rumah, melukis suatu lukisan untuk pemesanan.
3) Tidak berbuat sesuatu, misal perjanjian untuk tidak mendirikan suatu
bangunan, perjanjian untuk tidak menggunakan merk dagang
(Komariah, 2005 : 149).
Dalam Pasal 1333 KUHPerdata dan Pasal 1334 KUHPerdata
dijelasakan mengenai prestasi dari suatu perjanjian, dimana dalam pasal
tersebut dijelaskan bahwa paling sedikit ditentukan jenisnya dan dalam hal
jumlah barang tidak tentu. Hal ini dapat diperbolehkan asalkan jumlah
barang tersebut dapat ditentukan kemudian.
Wanprestasi adalah suatu keadaan apabila seseorang debitur tidak
melaksanakan prestasi sama sekali, atau melaksanakan prestasi yang keliru
atau terlambat melakukan prestasi. Dari tinjauan tersebut terdapat bentuk-
bentuk wanprestasi, yaitu:
1) Tidak melakukan prestasi sama sekali.
2) Melakukan prestasi yang keliru.
3) Terlambat melakukan prestasi.
f. Keadaan Memaksa dan Risiko
Keadaan memaksa (overmacht) merupakan suatu keadaan yang
terjadi setelah dibuatnya persetujuan, yang menghalangi debitur memenuhi
prestasinya, sehingga debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus
menanggung risiko serta tidak dapat pula menduga pada waktu persetujuan
dibuat. Adanya overmacht ini tidak bisa menghilangkan perikatan, tetapi
hanya menghentikan daya berlakunya perikatan.
Dalam Pasal 1244 KUHPerdata dan Pasal 1245 KUHPerdata
menguraikan bahwa keadaan memaksa (overmacht) merupakan suatu
alasan untuk membebaskan dari kewajiban untuk mengganti rugi.
Keadaan memaksa menimbulkan beberapa akibat, yaitu:
19
1) Kreditur tidak dapat lagi meminta pemenuhan prestasi.
2) Debitur tidak lagi dapat dinyatakan lalai, dan karenanya tidak wajib
membayar ganti rugi.
3) Risiko tidak beralih kepada debitur.
4) Kreditur tidak dapat menuntut pembatalan pada persetujuan timbal
balik.
Adanya overmacht akan menimbulkan permasalahan siapa yang
menangung risiko bila terjadi keadaan memaksa. Risiko ialah kewajiban
memikul kerugian yang disebabkan karena kejadian diluar kesalahan salah
satu pihak. Permasalahan risiko adalah pokok dari suatu keadaan
memaksa. (Komariah, 2005 : 163)
Pasal 1237 KUHPerdata menjelaskan tentang pengaturan mengenai
risiko yang juga dapat diartikan sama dengan tanggungan. “Dalam hal
adanya perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, maka barang itu
semenjak perikatan dilahirkan, adalah tanggungan si berpiutang”.
Menurut Pasal 1553 KUHPerdata dalam sewa-menyewa itu risiko
mengenai barang yang dipersewakan dipikul oleh si pemilik barang, yaitu
pihak yang menyewakan. Pengaturan risiko dalam sewa-menyewa tidak
begitu dijelaskan dalam Pasal 1553 KUHPerdata tersebut, seperti halnya
dengan pengaturan risiko dalam jual beli yang dijelaskan dalam Pasal
1460 KUHPerdata, dimana dengan jelas dipakai kata “tanggungan” yang
berarti risiko, sehingga pengaturan risiko yang paling tepat dan sebaiknya
dipakai sebagai pedoman untuk segala macam perjanjian timbal balik yaitu
pada Pasal 1545 KUHPerdata yang meletakkan risiko pada masing-masing
pemilik barang, (Subekti, 2002 : 92) sedangkan dalam Pasal 1237
KUHPerdata diatur siapa yang menaggung risiko dalam perjanjian sepihak.
Perikatan sepihak adalah perikatan yang prestasinya hanya ada pada salah
satu pihak saja. Ketentuan dalam Pasal 1237 KUHPerdata diperluas lagi
dalam ketentuan Pasal 1444KUHPerdata:
20
“Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian musnah, tak
lagi dapat diperdagangkan, atau hilang sedemikian hingga sama sekali tak
diketahui apakah barang tersebut masih ada, maka hapuslah perikatanya,
asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya Si berutang, dan
sebelum Ia lalai menyerahkanya. Bahkan meskipun Si berpiutang lalai
menyerahkan suatu barang sedangkan Ia tidak menanggung terhadap
kejadian yang tidak terduga, perikatan hapus jika barangnya akan musnah
secara yang sama di tangan Si berpiutang, seandainya sudah diserahkan
kepadanya.
Si berpiutang diwajibkan membuktikan kejadian yang tidak
terduga, yang dimajukan itu. Dengan cara bagaimanapun sesuatu barang,
yang telah dicuri, musnah atau hilang, hilangnya barang ini tidak sekali-
kali membebaskan orang yang mencuri barang dari kewajibannya untuk
mengganti harganya.
g. Hapusnya Perjanjian
Hapusnya perjanjian dapat disamakan dengan hapusnya perikatan.
Pasal 1381 KUHPerdata menyebutkan cara hapusnya suatu perikatan,
yaitu:
1) Pembayaran.
2) Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan.
3) Pembaharuan utang.
4) Perjumpaan utang atau kompensasi.
5) Percampuran utang.
6) Pembebasan utang.
7) Musnahnya suatu barang yang terutang.
8) Batal/pembatalan.
21
9) Berlakunya suatu syarat batal.
10) Lewat waktu.
Dari cara tersebut di atas belum lengkap, karena masih ada cara-
cara yang tidak disebutkan misalnya berakhirnya suatu ketetapan waktu
dalam suatu perjanjian atau meninggalnya seorang pesero dalam suatu
perjanjian firma pada umumnya dalam perjanjian di mana prestasi hanya
dapat dilaksanakan oleh si debitur sendiri dan tidak dilakukan oleh orang
lain (Subekti, 2001:64).
2. Tinjauan Umum Tentang Sewa-Menyewa
Sewa-menyewa ( Huur en verhuur ) adalah persetujuan antara pihak
yang meyewakan dengan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan atau
pemilik menyerahkan barang yang hendak disewa kepada pihak penyewa
untuk dinikmati sepenuhnya ( volledige genot ). Dari rumusan tersebut
penertiannya dapat disimpulkan :
a. Suatu persetujuan antara pihak yang menyewakan / pemilik barang
dengan penyewa.
b. Pihak yang menyewakan memberikan suatu barang kepada penyewa
untuk dinikmati sepenuhnya.
c. Penikmatan berlangsung untuk jangka waktu terentu dengan pembayaran
sejumlah harga sewa yang telah ditentukan ( M. Yahya Harahap : 221).
Menurut Pasal 1548 KUHPerdata mengenai perjanjian sewa-
menyewa pengertian dari sewa-menyewa ialah suatu perjanjian dengan mana
pihak yang satu mengikat dirinya untuk memberikan kepada pihak lain
kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dengan
pembayaran sesuatu harga yang oleh pihak terakhir disanggupi
pembayarannya.
22
Sewa-menyewa seperti halnya dengan jual beli dan perjanjian lain
pada umumnya adalah suatu perjanjian konsensuil, artinya perjanjian tersebut
sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat atau persetujuan dari
para pihak mengenai unsur pokok yaitu tentang barang dan harga. Obyek dari
perjanjian sewa-menyewa yaitu meliputi segala jenis benda, baik yang
berwujud atau tak berwujud maupun benda bergerak atau benda tak bergerak
dengan kata lain obyek dari perjanjian sewa-menyewa adalah segala jenis
benda yang dapat dipersewakan kecuali benda yang dilarang dalam
perniagaan juga ketentuan undang-undang. Mengenai essensialia harga sewa
menyewa harus ditentukan bersama antara pihak yang menyewakan dengan
pihak penyewa, karena itu besarnya uang sewa harus dapat ditentukan secara
tegas atau dapat berupa prestasi lain, disamping besaran uang sewa yang
tegas telah ditentukan dapat dilakukan dengan cara diam-diam misalnya tanpa
lebih dulu menanyakan besarnya uang harga sewa penyewa lantas
membayarkan sejumlah uang yang diterima oleh pemilik barang. Perbedaan
antara sewa-menyewa dengan jual –beli yaitu :
a. Pada sewa-menyewa hak menikmati barang yang diserahkan penyewa
hanya terbatas pada jangka waktu yang disetujui dalam perjanjian.
b. Pada jual-beli disamping hak pembeli untuk menikmati sepenuhnya tanpa
jangka waktu tertentu.
c. Tujuan pembayaran sejumlah uang dalam sewa-meyewa hanya sebagai
imbalan atas benda yang disewa untuk dinikmati, sedang pembayaran
dalam jual-beli tujuan pembayaran untuk kepemilikan atas barang yang
dibeli.
Kewajiban bagi pihak yang menyewakan yaitu menyerahkan
barangnya untuk dinikmati oleh penyewa sedangkan kewajiban bagi penyewa
yaitu membayar harga sewa, jadi barang yang disewa tersebut bukan untuk
dimiliki, tapi hanya untuk dipakai dan dinikmati kegunaannya, sehingga
penyerahan tadi hanya bersifat menyerahkan kekuasaan atas barang yang
disewa, sebagai contoh misalnya seseorang diserahi barang untuk dipakainya
23
tanpa membayar suatu hal maka yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam
pakai, tetapi jika si pemakai barang itu diwajibkan membayar maka yang
terjadi adalah mengenai hal sewa-menyewa (Subekti, 2001 : 90). Terhadap
barang yang menjadi obyek sewa menyewa jika barang tersebut rusak
kewajiban untuk memikul atau perbaikan atas barang tersebut dipikul oleh
kedua belah pihak artinya jika perbaikan itu hanya memerlukan reparasi kecil
maka harus dilaksanakan oleh pihak penyewa sedang untuk reparasi total atau
besar maka pihak yang menyewakan harus melaksanakan reparasi tersebut.
Dalam hal perjanjian sewa-menyewa, pihak penyewa memikul 2 (dua)
kewajiban pokok, yaitu:
a. Membayar uang sewa pada waktunya.
b. Memelihara barang yang disewa itu sebaik-baiknya, seolah-olah barang
milik sendiri.
kewajiban dari pihak yang menyewakan dalam perjanjian sewa-
menyewa antara lain:
a. Menyerahkan barang yang disewakan itu kepada penyewa.
b. Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat
dipakai untuk keperluan yang disewakan.
c. Memberikan si penyewa kenikmatan yang tenteram dari barang yang
disewakan selama berlangsungnya persewaan (Subekti, 2002 : 91).
Perjanjian sewa menyewa bertujuan untuk memberikan hak pemakaian
saja, bukan hak milik atas suatu benda, karena itu pihak yang menyewakan
tidak usah seorang pemilik atas benda yang disewakan itu. Perjanjian sewa-
menyewa juga tidak memberikan suatu hak kebendaan, perjanjian tersebut
hanya memberikan suatu hak perseorangan terhadap orang yang menyewakan
barang. Hak sewa bukan merupakan suatu hak kebendaan, maka jika si
penyewa diganggu oleh seorang pihak ketiga dalam menikmati haknya itu, ia
tidak dapat secara langsung menuntut orang yang mengganggu itu, tetapi ia
harus mengajukan tuntutannya pada orang yang menyewakan. Dalam
24
perjanjian sewa-menyewa jika tidak diperjanjikan lain, si penyewa tidak
boleh menyewakan lagi benda yang disewanya tersebut karena penyewa
hanya merupakan suatu hak perseorangan saja (Subekti, 1995 : 164).
3. Tinjauan Umum Mengenai Pengelolaan Hotel
a. Pengertian Hotel
Secara harfiah kata ”Hotel” dulunya berasal dari kata Hospitium
yang artinya ruangan tamu (Richard Sihite, 2000 : 44). Ada beberapa pihak
yang telah berusaha memberikan pengertian tentang hotel antara lain dalam
Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KM
37/PW340/MPPT-86 mendefinisikan hotel adalah suatu jenis akomodasi
yang mempergunakan sebagian ataupun seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta juga jasa
lainnya secara komersial, sedangkan dalam SK Menhub RI No. PM
10/PW.391/Phb-77 mendefinisikan hotel adalah suatu bentuk akomodasi
yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk
memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum (Bambang
Sujatno, 2005 : 30).
Menurut Prof K Krapf hotel adalah sebuah gedung (bangunan)
untuk menyediakan penginapan, makanan dan pelayanan yang
bersangkutan dengan menginap serta makan itu bagi mereka yang
mengadakan perjalanan. Dalam kehidupan sehari-hari pengertian sebuah
hotel sangat kabur, namun demikian hotel itu digolongkan ke dalam
bangunan akomodasi yang menyediakan keenakan yang lebih tinggi dan
status yang tertentu bagi mereka yang menginap di situ (Richard Sihite,
2000 : 49).
b. Sejarah Perkembangan Hotel di Indonesia
Pertumbuhan usaha perhotelan tidaklah dapat terlepas dari
pertumbuhan dan perkembangan kepariwisataan. Pertumbuhan usaha
25
perhotelan di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode, yaitu masa
penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang dan masa setelah Indonesia
Merdeka.
1) Masa Penjajahan Belanda
Dalam masa penjajahan Belanda dapat dikatakan kegiatan
pariwisata yang ada hanya terbatas pada kalangan orang-orang kulit
putih saja, sedangkan kalangan bangsa Indonesia boleh dikatakan tidak
ada sama sekali, walaupun terdapat adanya arus kunjungan wisatawan
pada masa penjajahan Belanda ini masih sangat terbatas, akan tetapi di
beberapa kota dan tempat-tempat tertentu di Indonesia telah didirikan
hotel-hotel untuk melayani kebutuhan akomodasi bagi mereka yang
berkunjung di daerah-daerah Hindia Belanda. Pertumbuhan usaha
perhotelan di Indonesia baru dikenal pada abad ke 19 dan itupun hanya
terbatas di kota-kota besar yang berlokasi dekat pelabuhan saja
(Richard Sihite, 2000 : 35).
Berdasarkan catatan yang ada pada waktu itu, di dalam tahun
1933 di seluruh Indonesia terdapat sekitar 114 (seratus empat belas)
hotel dengan kapasitas jumlah kamar lebih kurang sebanyak 4139
(empat ribu seratus tiga puluh sembilan) buah. Semua hotel-hotel itu
adalah hotel-hotel besar pada saat itu dan kegiatannya lebih
ditunjukkan untuk memberikan pelayanan akomodasi bagi orang-orang
kulit putih saja, khususnya orang-orang Belanda, dan sesuai dengan
perkembangan kemajuan zaman, untuk memenuhi kebutuhan
akomodasi ini bagi masyarakat Indonesia yang semakin banyak
mengadakan perjalanan, maka berdirilah hotel-hotel kecil yang berupa
losmen atau penginapan biasa.
Semenjak itulah fungsi hotel sebagai sarana akomodasi mulai
dikenal masyarakat Indonesia. Orang-orang yang menggunakan
fasilitas dan pelayanan menempatkan dirinya masing-masing sesuai
dengan kemampuan ekonomi dan serajat sosialnya. Sejalan dengan
26
dikenalnya secara meluas akomodasi tersebut sebagai sarana kebutuhan
orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan, maka pada saat itu
terkenal istilah Hotel dan Losmen (Richard Sihite, 2000 : 37).
2) Masa pendudukan Jepang
Berkobarnya Perang Dunia II yang disusul dengan pendudukan
tentara Jepang di Indonesia menyebabkan keadaan pariwisata di
Indonesia menjadi terlantar. Orang-orang tidak bergairah dan tidak
berkesempatan untuk melakukan perjalanan, karena selain keadaan
tidak menentu juga keadaan ekonomi yang sangat sulit. Banyak hotel-
hotel yang diambil alih oleh pemerintah Jepang, diantaranya dijadikan
rumah sakit atau asrama, sedangkan hotel yang agak bagus ditempati
oleh perwira-perwira tinggi militer Jepang sebagai tempat tinggalnya
yang pada waktu itu tempat-tempat tersebut bernama Heitany Ryokan.
Tahun-tahun selanjutnya menjelang pihak Jepang akan kalah
perang, setelah jatuhnya bom atom di Nagasaki dan Hirosima,
terjadilah inflasi di mana-mana. Keadaan ini mengakibatkan dunia
kepariwisataan menjadi macet, sehingga usaha perhotelan menjadi mati
(Richard Sihite, 2000 : 38).
3) Masa setelah Indonesia merdeka
Pada tahun 1946 sebagai akibat dari perjuangan bangsa
Indonesia, maka pemerintah Indonesia mulai menghidupkan kembali
industri-industri yang mendukung perekonomian negara diseluruh
wilayah Indonesia. Demikian pula bidang kepariwisataan dan usaha
perhotelan pun mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Pada
tahun 1852 beberapa tokoh perhotelan di Indonesia mendirikan suatu
organisasi yang bernama SERGANTI (Serikat Gabungan Hotel dan
Tourism Indonesia).
Di Indonesia perkembangan usaha perhotelan modern diawali
dengan dibukannya Hotel Indonesia, yang lebih dikenal dengan
27
singkatannya HI. Di Jakarta pada tahun 1962 bersamaan dengan Pesta
Olah Raga yang saat itu terkenal dengan nama Ganefo I.
Dalam dasawarsa 1970-an baru muncul hotel-hotel bertaraf
internasional lainnya yang dimiliki oleh perusahaan swasta nasional
dan saat itu pendidikan perhotelan di Bandung sudah mulai
menghasilkan tenaga-tenaga profesional muda siap pakai. Banyak
tenaga ahli perhotelan bangsa indonesia yang telah mendapatkan
pendidikan di Hotel Indonesia menyebar dan menduduki jabatan-
jabatan penting di berbagai hotel di Indonesia. (Richard Sihite, 2000 :
41)
c. Fungsi dan Peranan Hotel
Hotel berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan
tamu (wisatawan atau pelancong) sebagai tempat tinggal sementara selama
berada jauh di tempat asalnya. Hotel sebagai suatu akomodasi komersial
berfungsi bukan hanya untuk menginap saja, beristirahat, makan dan
minum bagi masyarakat tamu, akan tetapi hotel juga sebagai tempat
suksesnya suatu acara atau upacara, konferensi, dan lain-lain, sehingga
penyediaan fasilitasnya disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan para
tamunya (Richard Sihite, 2000 : 62).
Dalam menunjang pembangunan negara usaha perhotelan dapat
berperan aktif dalam berbagai hal, antara lain :
1) Meningkatkan industri dan penghasilan masyarakat.
2) Menciptakan lapangan kerja sekaligus alih tehnologi.
3) Meningkatkan pendapatan daerah.
4) Devisa negara dan hubungan antar bangsa (Richard Sihite, 2000 : 65).
d. Jasa dan Usaha Hotel
Dalam perkembangannya sektor perhotelan saat ini melakukan
banyak terobosan dalam melakukan usaha untuk meningkatan keuntungan
28
dan juga penyediaan fasilitas bagi para tamunya. Usaha tersebut tidak
hanya terbatas pada penyediaan fasilitas berupa kamar dan juga adanya
restoran, tetapi pihak hotel juga menyediakan berbagai jasa antara lain:
1) Jasa telekomunikasi.
2) Jasa sewa ruangan / arcade.
3) Jasa laundry.
29
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran
Pengusaha / Pemilik
Hotel
Penyewa
(Arcade Tenant)
Pertanggungjawaban
Perjanjian
Barang Hilang
Pelaksanaan
Pembangunan
Hotel
Pariwisata
Penyewaan Ruangan
30
Untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan
tujuan negara yang tecantum dalam pembukan UUD 1945, Indonesia telah
berusaha dengan melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satunya
adalah bidang kepariwisataan, sebagai penopang industri pariwisata, hotel
merupakan salah satu sarana dan prasarana yang paling utama. Dalam
perkembangannya jasa usaha perhotelan saat ini juga bergerak dalam sewa
ruangan atau arcade tenant.
Dari adanya sewa ruangan tersebut timbul para pihak yaitu pengusaha
hotel dan penyewa ruangan yang mengikatkan diri dalam perjanjian sewa
menyewa. Perjanjian sewa menyewa tersebut berisi klausul mengenai hal- hal
yang berhubungan dengan obyek yang disewakan, dan dalam klausul
perjanjian tersebut tentunya harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak yang
menandatangani perjanjian tersebut dengan itikad baik.
Dalam setiap perjanjian tersebut diuraikan secara jelas mengenai
pokok perjanjian yang disepakati agar bila timbul suatu permasalahan dapat
diselesaikan sesuai dengan isi kesepakatan dalam perjanjian, karena ada
kalanya timbul suatu persengketaan yang dapat merugikan salah satu pihak.
Salah satu permasalahan yang dapat timbul dalam perjanjian sewa arcade
adalah hilangnya barang milik penyewa sehingga pihak penyewa mengalami
kerugian. Citra suatu hotel tentunya akan turun jika hal itu terjadi, jadi disini
diperlukan suatu bentuk tanggung jawab yang jelas sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati kedua belah pihak.
31
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI MENGENAI HOTEL SAHID KUSUMA SURAKARTA
1. Sejarah Tentang Hotel Sahid Kusuma Surakarta
Hotel modern dan megah dengan fasilitas bintang empat bernama
Sahid Kusuma Raya yang berada di Jl Sugiyopranoto no 20 Solo ini, memiliki
latar belakang sejarah yang panjang dan penting bagi masyarakat Surakarta,
karenanya manajemen senantiasa berusaha untuk memelihara nilai-nilai
budaya dan tradisi jawa yang ada di dalam hotel ini bersamaan dengan laju
arus globalisasi yang menuntut modernisasi di segala bidang. Berawal dari
kediaman seorang pangeran, bangunan yang telah dirombak di beberapa
bagian namun tetap mempertahankan estetika dan nilai-nilai filosofi bangunan
khas Jawa, kini telah berkembang menjadi salah satu hotel terkemuka di Kota
Solo atau secara administratif disebut sebagi Kota Surakarta. Jauh sebelum
berkembang menjadi kota modern seperti sekarang ini telah menjadi kota
modern seperti sekarang ini, Surakarta sudah terkenal sebagi wilayah pusat
kebudayaan jawa yang adiluhung.
Di Surakarta ini terdapat dua buah istana, yaitu Karaton Kasunanan
Surakarta hadiningrat dan Istana Mangkunegaran. Karaton Surakarta
hadiningrat dibangun oleh Pakubuwono II, setelah pusat pemerintahan
Kerajaan Mataram yang berada di Kartasura dihancurkan oleh pemberontakan
pimpinan Mas Garendi, cucu Sunan Amangkurat III yang didukung oleh
masyarakat etnis Cina pada tahun 1774 yang dikenal dengan sebutan Geger
Pacinan. Setelah behasil merebut kekuasaan, Pakubuwono II yang
menyaksikan Karaton Kartasura rusak parah, akhirnya memutuskan untuk
memindahkan Karaton dan pemerintahannya ke Desa Sala yang terletak di
tepi Sungai Bengawan Solo. Di tanah yang subur inilah dinasti Mataram
dengan rajanya yang bergelar Paku Buwono bertahta hingga PB XII yang
wafat pada bulan Juni 2004 silam hingga PB XIII yang sekarang bertahta.
31
32
Salah satu raja terkemuka di Karaton Surakarta adalah Pakubuwono
ke X yang begelar Sampeyan Dalem Hengkang Sinuwun Kanjeng Susuhan
Pakubuwana Ing Ngalaga Abdulrahman Sayidin Panata Gama Kalifatullah
Ingkang Kaping Sadasa Ing Nagari Surakarta Hadiningrat. Beliau bertahta
antar tahun 1893 hingga tahun 1933. PB X dikenal sebagai raja yang berhasil
mencapai kejayaannya, karena kerajaan Surakarta menjadi makmur dan
kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan keseniannya terutama dalam
kebudayaan Jawa serta perkembangan Agama Islam begitu pesat.
Pada era PB X ini pula sejarah tentang Hotel Sahid kusuma Raya
mulai terukir. Raja yang mempunyai dua permaisuri dan 30 orang garwa
ampeyan (selir) dikaruniai 63 (enam puluh tiga) putera-puteri. Salah satunya
adalah Pangeran Abimanyu yang lahir pada tahun 1907. Pangeran Abimanyu
adalah putera ke 5 (lima) dari garwa ampeyan (selir) yang bernama
K.B.R.AY. Retnopurnomo, setelah dewasa Pangeran Abimanyu bergelar
Kanjeng Gusti Pangeran Kusumoyudo. Dari berbagai sumber sejarah yang
ada, sebetulnya sang Pangeran Kusumoyudo inilah yang akan dijadikan raja
untuk menggantikan ayahnya sebagai Raja Karaton Surakarta Hadiningrat,
namun karena terlambat lahir walaupun sesungguhnya sang ibunda terlebih
dahulu mengandung dibanding saudara laki-lakinya yang lahir dari ibu selir
yang lain yaitu Pangeran Hangabehi, akhirnya Hangabehi-lah yang diangkat
menjadi sebagai PB XI karena Dia memang lebih tua, lahir dari kandungan
Ibunya yang lebih dulu. Pangeran Kusumoyudo oleh Ayahnya diberi sebuah
rumah tinggal yang cukup besar dan luas yang kemudian terkenal sebagai
dalem Kusumoyudan. Dalem kusumoyudan tersebut dibeli oleh
Pakubuwono X dari Istana Mangkunegaran sejak menjelang kelahiran
puteranya. Pada tahun 1909 Dalem Kusumoyudan dibangun oleh Kanjeng
Pangeran Hadiwijoyo, dengan arsitektur campuran Jawa dan Belanda.
Dalem Kusumoyudan dahulu memang banyak dimanfaatkan untuk
pertemuan-pertemuan dan tempat keramaian karena Pangeran Kusumoyudo
memang senang apabila kediamannya dipakai untuk berkumpul. Pangeran
Kusumoyudo wafat pada tahun 1956, setelah beliau wafat Dalem
33
Kusumoyudan dipakai oleh putera-puteri beliau beserta keluarga yang lain.
Pada tahun 1961 oleh ahli waris Dalem Kusumoyudan dijual kepada H.
Mursidi Effendi pemilik PT IFCO, sebuah perusahaan dagang yang bergerak
di bidang assembling sepeda dan mesin jahit. Gedung ini pernah pula dipakai
sebagai Universitas Cokroaminoto, sebuah universitas swasta di Solo antara
tahun 1964-1970. Menurut kisah Ibu Sukamdani selama memiliki Dalem
Kusumoyudan Bapak H. Mursidi Effendi hidupnya merasa gelisah, selalu
mendapat gangguan yang tak kunjung usai dan usahanya nyaris bangkrut.
Sewaktu Bapak H. Mursidi Effendi bertemu dengan Bapak Sukamdani
Sahid Gitosardjono di kediaman Bapak Sarwoko (adik Mr. Sartono) di Jakarta
beliau menawarkan Dalem Kusumoyudan tersebut kepada Bapak Sukamdani
untuk berkenan menerima sebagai pusaka dengan imbalan mas kawin berapa
saja terserah Bapak Sukamdani. Dalam pertemuan yang banyak orang
tersebut Bapak Suakamdani belum bisa menanggapi tawaran tersebut, tetapi
Bapak H. Mursidi Effendi terus mendesaknya hingga mengunjungi rumah
Bapak Sukamdani di Jl. Radio Dalam Raya No.9 Jakarta Selatan, kemudian
Bapak Sukamdani memberitahukan kepada istrinya yang kemudian menerima
tawaran tersebut. Jual-beli Dalem Kusumoyudan tersebut akhirnya disepakati
sebesar Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) sedangkan biaya
pembebasan para penghuni (magersari) ditanggung oleh pembeli pada tahun
1970. Pembelian Dalem Kusumoyudan tersebut oleh Bapak Sukamdani
direncanakan untuk didirikan sebuah hotel, untuk mengantisipasi
perkembangan Solo sebagai kota pariwisata.
Pada tanggal 26 Oktober 1974 dilakukan peletakan batu pertama
pemangunan hotel oleh Gusti Kanjeng Putri MangkunegoroVIII dan peletakan
prasasti oleh Presiden Sahid Group yaitu Bapak Sukamdani Sahid
Gitosardjono. Pembangunan hotel selesai pada tahun 1977, dan pada tanggal
8 Juli 1977 diresmikan pembukaannya oleh Bapak Ahmad Tahir, Sekretaris
Jendral Departemen Perhubungan, mewakili Menteri Perhubungan RI. Hotel
yang pada awalnya memiliki 28 (dua puluh delapan) bungalow itu, diberi
nama Kusuma Sahid Prince Hotel. Bulan Oktober 1977, manajemen
34
menambah 18 (delapan belas) kamar cabanas, dan pada tanggal 8 Juli 1980
ada penambahan 36 (tiga puluh enam) kamar di moderate, sehingga total
kamar mencapai 82 (delapan puluh dua) kamar dengan kategori hotel
berbintang tiga. Pada tahun 1981, hotel terus berkembang dengan menambah
12 (dua belas) kamar dan sebuah royal suite untuk melestarikan bekas kamar
tidur Pangeran kusumoyudo di bangunan utama. Kusuma Sahid Prince Hotel
diresmikan sebagai hotel berbintang empat pada tahun 1985, dengan
penambahan berbagai fasilitas dan menjadi hotel pilihan utama di Kota Solo
yang memiliki keunikan dan sejarah yang ada di dalamnya.
Pada tahun 8 Juli 1995 bertepatan dengan ulang tahun hotel yang
ke 18 (delapan belas) seiring dengan program Pemerintah Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, Kusuma Sahid Prince
Hotel diganti namanya menjadi Hotel Sahid Kusuma dan diresmikan pula
penambahan18 (delapan belas) kamar extention yang terdiri dari kamar suite
serta griyadi sahid kusuma, unit kamar baru dengan 20 (dua puluh) kamar,
sehingga total kamar hotel sampai saat ini menjadi 121 (seratus dua puluh
satu) kamar.
2. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Struktur
organisasi secara keseluruhan menceminkan pola hubungan yang tetap,
mempunyai pola interaksi tertentu dan mencerminkan cara kordinasinya.
Dalam struktur organisasi masing-masing bertanggung jawab sendiri-sendiri.
Pembagian kerja ini dimaksudkan untuk menyederhanakan keanekaragaman
dari kegiatannya.
Adapun bagan atau gambar struktur organisasi dari Hotel Sahid
Kusuma adalah sebagai berikut :
35
Gambar 3 : Struktur Organisasi
3. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Operasional Hotel Sahid Kusuma
Board of
Directores
Marketing &
Sales
Promotion
Manager
Food and
Beverage
Front Office
Manager
Executive
Assistant
Manager Duty
Manager
Chief
Accountant
Laundry
Manager
Chief
Personal &
Security
Chief
Engineer
House
Keeping
36
Adapun tugas dan tanggung jawab General Manager adalah sebagai
pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi Hotel Sahid Kusuma Surakarta.
General Manager harus mempertanggungjawabkan semua kegiatan
operasional hotel kepada Board of Directors Sahid Group yang berkedudukan
di Jakarta. Dalam kegiatan operasional General Manager tersebut dibantu
oleh beberapa kepala bagian operasional, antara lain:
a. Executive Assistant Manager
Tugas:
1) Menerima usulan dari head department/kepala bagian untuk dievaluasi
kemudian diasampaikan kepada General Manager.
2) Memberikan pengarahan kepada tiap kepala bagian tentang tugas dan
partisipasinya terhadap hotel.
3) Menjalankan tugas coaking dan conseling pada kepala bagian atau first
line supervisor terutama room, laundry, engineering dan personal untuk
mencapai target yang diharapkan.
b. Chief Accountant
Bertugas dan bertanggung jawab atas kegiatan operasional di bagian
accounting department yang menyangkut administrasi kantor dan membuat
laporan keuangan atau anggaran yang dibutuhkan untuk membiayai
operasional hotel.
c. Food and Beverage Manager
Bertugas dan melakukan pengawasan langsung terhadap head waiter dan
chief cook, yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional hotel dalam
bidang produksi makanan, minuman, serta kualitas ataupun mutu
pelayanan.
d. Laundry Manager
Bertugas dan bertanggung jawab atas kelancaran kerja di laundry
department yang memberikan pelayanan dalam bidang cucian, baik cucian
dari tamu hotel maupun yang bukan merupakan tamu hotel.
e. Marketing and Sales Promotion Manager
37
Tugas:
1) Mengadakan penelitian tentang masukan atau saran-saran yang
diberikan para tamu untuk menjadikan hotel lebih maju dan mengerti
tentang kebutuhan yang diperlukan oleh tamu hotel.
2) Memberikan entertainment yang bermutu untuk memberikan
kenyamanan bagi tamu hotel.
3) Mempromosikan hotel.
Tanggung jawab:
Bertanggung jawab secara langsung kepada general manager.
f. Duty Manager
Tugas:
1) Mewakili general manager dalam berhubungan dengan tamu dan
berperan sebagai acting public relation.
2) Memeriksa dan menjalankan operasional hotel pada malam hari atupun
pada hari-hari tertentu sesuai dengan penugasan sehingga kegiatan
operasional hotel dapat berjalan dengan lancar.
g. Front Office Manager
Bertugas untuk memimpin tentang kelancaran operasional menyangkut
reservation, check in dan check out procedure, penitipan barang, informasi,
operator telepon, serta transportasi.
h. Chief Personal and Security
Bertugas dalam menjaga ketertiban dan keamanan baik untuk tamu hotel
maupun karyawan hotel serta mengawasi pergantian atau pembebanan
tugas. chief personal and security bertanggung jawab atas kondisi kerja
ataupun prestasi kerja karyawan hotel.
i. Chief Engineer
Bertugas dalam perawatan dan perbaikan sistem tata cahaya, kelistrikan,
power, semua mesin dan kendaraan milik hotel sebagai pendukung kegiatan
operasional.
j. House Keeping Manager
38
Tugas:
Menjaga kebersihan hotel, baik dalam hotel ataupun di halaman hotel.
Penataan ruangan yang disesuaikan dengan model yang berkembang.
Mengawasi kesopanan dan kerapian pakaian seragam karyawan yang
termasuk dalam pengawasannya.
4. Kegiatan Usaha
Macam usaha yang dilakukan dalam Hotel Sahid Kusuma Surakarta,
antara lain:
a. Room Sales sebanyak 121 (seratus dua puluh satu) kamar, yaitu:
1) Moderate Room
2) Suite Room
3) Bungalows
4) Royal suite
b. Food and Beverage
Pelayanan makanan dan minuman dari pihak hotel untuk
memberikan kenyamanan para tamu, yang terdiri dari beberapa cafeteria:
1) Gambir Seketi Shop
Kedai makanan dan minuman dengan menu dari berbagai negara, antara
lain: Indonesia, Jepang, Eropa, dan berbagai masakan oriental.
2) Madugondo Bar
Kedai minuman dengan menu berbagai macam soft drink, cocktail,
snack, yang diiringi dengan hiburan live music.
3) Coffe Shop
Kedai minuman kopi dengan berbagai macam selera.
4) Room Service
Jasa pelayanan makanan dan minuman yang dapat diantar ke kamar
selama 24 (dua puluh empat) jam nonstop.
c. Convention Hall
39
Beberapa ruangan yang disewakan untuk umum dengan berbagai
ukuran sesuai dengan kebutuhan penyewa, antara lain:
1) Tirta Sari Room, Ruangan dengan kapasitas 400 (empat ratus) tempat
duduk. Dapat digunakan untuk pesta perkawinan, perjamuan makan,
pameran, atau dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
2) Panti Arjo Room, dengan kapasitas 100(seratus) hingga 300 (tiga ratus)
tempat duduk yang dilengkapi dengan peralatan delegate mic, wireless
mic, podium, proyektor, bendera-bendera negara, dan meja yang dapat
disesuaikan sesuai dengan keperluan.
3) Sriwedari Room, dengan kapasitas sekitar 100 (seratus) tempat duduk
yang dapat digunakan untuk tempat pertemuan, rapat, ataupun acara
seminar.
d. Telephone dan Facsimile
Untuk mempermudahkan tamu untuk berkomunikasi. Fasilitas
telepon dan faksimili disediakan dan dapat digunakan untuk berkomunikasi
yang dilayani oleh operator.
e. Laundry
Jasa layanan dari hotel dalam bidang pencucian baik untuk tamu
hotel maupun yang bukan merupakan tamu hotel.
f. Sport, Healthy, and Fitness
1) Swimming Pool
2) Fitness Program
3) Beauty and Spa
4) Billiard
5) Massage Service
g. Arcade Sales
Ruangan yang disewakan kepada pihak yang menjalin kerjasama dengan
pihak hotel sebagai sarana pendukung hotel, untuk memberikan kemudahan
fasilitas bagi para tamu.
B. PROSEDUR TERJADINYA PERJANJIAN ANTARA PEMILIK HOTEL
DENGAN PENYEWA ARCADE
40
Dalam penelitian ini yang menjadi responden untuk memperoleh data
mengenai Tanggung Jawab Pengusaha Hotel terhadap Barang Milik Penyewa
Arcade di Hotel Sahid Kusuma Surakarta adalah :
1. Bapak Aris selaku Promotion and Sales Manager.
2. Bapak Yudi selaku Staf Human Resource and Development.
3. Bapak Bahrun selaku penyewa arcade.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Aris selaku Promotion and Sales
Manager pada tanggal 10 November 2007 Diperoleh ahasil sebagai berikut :
Untuk menyikapi persaingan usaha perhotelan, dalam hal ini Hotel Sahid
Kusuma Surakarta. Hotel sebagai sarana pendukung pariwisata harus dapat
memberikan kenyamanan bagi para tamu, agar dapat menarik tamu untuk singgah
dan menginap dalam hotel, tentunya pihak hotel harus memberikan layanan yang
memuaskan sehingga tamu tertarik untuk beristirahat dalam hotel tersebut.
Pemberian layanan dan fasilitas bagi para tamu merupakan hal terpenting dalam
usaha perhotelan, oleh karena itu pihak hotel bekerjasama dengan pihak kedua
untuk memenuhi kebutuhan para tamu. Kerjasama tersebut dalam hal sewa
arcade.
Kerjasama tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa pihak hotel
selain menerima keuntungan dari arcade yang disewa, tetapi juga dari arcade yang
disewa tersebut memberikan kemudahan dan fasilitas bagi para tamu yang
menginap dalam hotel, adapun prosedur dari perjanjian antara pemilik hotel
dengan penyewa arcade yaitu :
1. Dari pihak hotel menyediakan tempat/arcade untuk disewakan, adanya
ruangan yang disewakan tersebut kemudian pihak hotel melakukan promosi
melalui beberapa editorial atau media kepada pihak luar, yang tertarik untuk
melakukan kegiatan usaha ataupun pihak yang ingin berinvestasi dengan
menjalankan usaha sebagai sarana pendukung fasilitas hotel.
2. Para pihak yang berminat untuk menyewa arcade kemudian mengajukan
permohonan untuk menyewa arcade kepada pihak hotel disertai dengan data
41
diri ataupun data perusahaan baik perorangan maupun suatu badan hukum
dengan jelas, misalnya :
a. KTP / Identitas lainnya
b. Akta Perusahaan
c. SIUP
d. NPWP
Dalam permohonan tersebut selain disertai profil perusahaah disertakan pula
jenis kegiatan/usaha yang akan dilaksanakan dalam arcade. Bagi para pihak
yang berminat untuk menyewa arcade dapat datang langsung ke hotel Sahid
dan bertemu langsung dengan Promotion and Sales Manager hotel untuk
membicarakan mengenai permohonan sewa arcade, setelah bertemu langsung
dengan Promotion and Sales Manager, maka pihak hotel akan membuatkan
surat permohonan sewa arcade. Tahap permohonan sewa arcade ini pihak
hotel juga menerima permohonan sewa arcade melalui telepon, faximile
maupun email. Hal ini bertujuan untuk mempermudah calon penyewa dalam
mengajukan permohonan sewa arcade..
Untuk jenis usaha/kegiatan yang boleh dilaksanakan dalam arcade adalah
jenis usaha dagang/jasa yang tidak bertentangan dengan hukum dan sesuai
dengan visi dan misi hotel Sahid. Jenis usaha/kegiatan yang boleh
dilaksanakan dalam arcade antara lain penjualan aneka makanan, penjualan
aneka souvenir, jasa spa, salon, internet dll. Pada dasarnya semua jenis
kegiatan/usaha yang dilaksanakan di dalam hotel adalah sebagai penunjang
fasilitas hotel dan tidak melanggar ketentuan hukum.
3. Setelah surat permohonan diterima / masuk kepada pihak hotel, kemudian
pihak hotel akan melakukan seleksi bagi pemohon sewa arcade. Seleksi bagi
pemohon sewa arcade ini dilakukan agar kegiatan usaha dalam arcade tersebut
saling menguntungkan / tidak saling merugikan bagi para pihak dan kegiatan /
usaha tersebut sesuai dengan visi hotel untuk memberikan fasilitas penunjang
dan kenyamanan bagi para tamunya.
42
Seleksi pemohon sewa arcade ini meliputi seleksi kelengkapan
administrasi dan jenis usaha/kegiatan yang dilaksanakan dalam arcade.
Kelengkapan permohonan tersebut berupa kejelasan maksud sewa arcade,
data diri dari pemohon sewa arcade dan tingkat keseriusan pemohon sewa
arcade. Maksud dari tingkat keseriusan pemohon sewa arcade misalnya ada
kalanya pemohon tidak benar-benar serius untuk menyewa arcade, pemohon
hanya sekedar bertanya mengenai sewa arcade saja. Biasanya pemohon yang
kurang serius ini hanya mengajukan permohonan tanpa melampirkan data diri
yang jelas, jadi pemohon sewa arcade yang telah mengajukan permohonan
sewa arcade yang disertai dengan melampirkan data identitas diri mendapat
prioritas lebih dibandingkan pemohon yang belum melampirkan data identitas
diri secara lengkap.
Selain kelengkapan administrasi yang menjadi pertimbangan lain
dalam proses seleksi pemohon sewa arcade adalah jenis usaha/kegiatan yang
akan dijalankan dalam arcade. Pihak hotel akan memberikan prioritas lebih
kepada pemohon sewa arcade yang jenis kegiatan/usaha yang akan
dilaksanakan dalam arcade dinilai lebih menguntungkan bagi kedua belah
pihak.
Contoh : Pihak hotel akan lebih memilih pemohon sewa arcade untuk usaha
souvenir batik/handycraft daripada pemohon sewa arcade untuk gerai
makanan karena usaha souvenir batik/handycraft dinilai lebih menguntungkan
karena dengan adanya arcade souvenir batik /handycraft memudahkan
wisatawan/tamu jika ingin memberi cinderamata khas solo, dengan begitu
secara tidak langsung dapat mengangkat citra hotel Sehingga dapat lebih
menarik wisatawan/tamu untuk menginap di hotel Sahid
Pihak hotel juga tentunya akan lebih memilih pemohon sewa arcade untuk
usaha salon/spa atau usaha internet daripada pemohon sewa arcade untuk
usaha game center karena usaha salon/spa dan internet tentunya menjadi
fasilitas penunjang dan memberikan nilai kenyamanan lebih kepada para
tamu.
43
4. Pemohon sewa arcade yang telah terseleksi dan telah memenuhi persyaratan
serta disetujui oleh pihak hotel yang diwakili oleh Marketing and Sales
Promotion Manager dan Chief Accounting Manager akan diberi pernawaran
oleh pihak hotel mengenai isi/klausula perjanjian sewa arcade tersebut. Isi /
klausul yang ditawarkan tersebut antara lain mengenai luas/ukuran, fasilitas,
perlengkapandan poerabotan penunjang, harga sewa dan lama/waktu sewa.
Setelah timbul kesepakatan bersama mengenai ukuran, fasilitas, harga sewa
dan lamanya sewa kemudian kedua belah pihak menandatangani perjanjian
kontrak sewa arcade. Dalam perjanjian sewa arcade tersebut segala
ketentuannya ditetapkan oleh pihak hotel, tetapi walaupun demikian pihak
hotel juga bersedia merevisi apabila ada ketentuan yang memberatkan pihak
kedua. Sehingga perjanjian sewa arcade tersebut dapat menguntungkan kedua
belah pihak.
C. PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PEMILIK HOTEL DENGAN
PENYEWA ARCADE
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bp Bahrun, selaku penyewa arcade
Hotel Sahid Surakarta bahwa pelaksanaan perjanjian antara pemilik hotel dengan
penyewa arcade adalah sebagai berikut :
1. Pihak hotel memang menyewakan satu ruangan yang terletak di sebelah barat.
Luas ruangan yang disewakan tersebut memang 7m X 3m
2. Jangka waktu penyewaan arcade tersebut adalah satu tahun dan dimulai pada
tanggal 15 juni 2007 dan akan berakhir pada 14 Juni 2008. Arcade yang
disewa tersebut baru bisa digunakan usaha oleh pihak kedua pada tanggal 17
juni 2007 karena 2 hari sebelumnya pihak kedua sibuk mempersiapkan dan
mengatur semua barang dagangannya, jadi arcade tersebut baru benar-benar
berfungsi sebagai usaha dari pihak kedua pada tanggal 17 juni 2007.
3. Dalam Pasal 3 perjanjian antara pihak hotel dengan penyewa arcade diatur
mengenai pihak kedua yang tidak boleh menyewakan ulang arcade yang
disewa tersebut. Selama masa berlakunya perjanjian arcade tersebut pihak
44
kedua sampai saat ini belum pernah menyewakan ulang arcade yang disewanya
dan masih dipakai sendiri oleh pihak penyewa.
4. Pada kurun waktu tahun 2007 sampai sekarang di Hotel Sahid Kusuma belum
pernah direnovasi atau diperbaiki, baik ruangan hotel maupun ruangan arcade
yang disewakan pada pihak kedua., jadi ruangan arcade yang disewakan oleh
pihak kedua belum pernah dipindahkan ke ruangan lain.
5. Fasilitas yang diberikan oleh pihak hotel terhadap ruangan arcade yang disewa
adalah :
a. 1 almari dan 2 kursi tamu
b. Almari kerja
c. AC Windows 1 PK
d. Toilet
Selain barang-barang yang dipersiapkan oleh pihak hotel tersebut pihak
penyewa menambah sendiri barang-barangnya seperti :
a. 2 buah rak
b. 1 buah almari
c. 1 buah meja dan 2 kursi tamu
Penambahan fasilitas dan barang-barang di dalam ruangan arcade
tersebut tentunya sudah mendapat persetujuan dari pihak hotel, karena apabila
pihak hotel tidak mengijinkan / menolak penambahan barang-barang tersebut
tentunya pihak penyewa tidak menambah barang-barang trersebut. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 10 Perjanjian sewa arcade antara pihak hotel
dengan penyewa yang berbunyi : perubahan atau penambahan di dalam
ruangan oleh ruangan oleh pihak kedua hanya diijinkan berdasarkan syarat-
syarat dan persetujuan pihak pertama.
45
6. Untuk pembayaran rekening listrik dan telepon telah ditentukan oleh pihak
hotel sesuai dengan penggunaan oleh pihak penyewa, jadi apabila penyewa
sering menggunakan telepon dan boros menggunakan listrik, maka tentu biaya
yang dikeluarkan untuk membayar rekening listrik dan telepon menjadi mahal.
Begitu juga sebaliknya apabila penyewa arcade menggunakan telepon dengan
bijak dan menggunakan listrik dengan tidak boros, tentunya dapat menekan
biaya rekening listrik dan rekening telepon yang akan dibayarkan.
7. Untuk perpanjangan kontrak sewa menyewa batas waktunya adalah tiga bulan
sebelum waktu sewa habis. Sampai saat ini pihak kedua sudah 3 (tiga) kali
memperpanjang kontrak sewa arcade. Pertimbangan penyewa memperpanjang
kontrak sewanya adalah karena lokasi tempat arcade merupakan tempat yang
strategis untuk berdagang, selain itu pihak hotel juga mau memperpanjang atau
melanjutkan penyewaan karena pada masa kontrak pihak penyewa arcade
memberikan keuntungan kepada pihak hotel, jadi apabila pada saat masa
kontrak dipandang penyewa berbuat tidak baik yang dirasa merugikan pihak
hotel, maka pihak hotel akan menolak iuntuk melakukan perpanjangan kontrak
sewa arcade. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 9 tentang Perjanjian
kontrak arcade antara pihak hotel dengan pihak kedua. Dimana dalam pasal
tersebut berbunyi : pihak hotel berhak menolak dan tidak melanjutkan
perjanjian kontrak apabila dipandang selama masa kontrak yang telah berjalan
tadi terjadi hal-hal yang merugikan pihak hotel.
8. Pihak hotel tidak bertanggung jawab atas semua barang-barang dari pihak
penyewa yang berada di ruangan arcade, jadi pihak penyewa wajib menjaga
barang-barangnya sendiri. Selain itu semua kunci almari dan rak disimpan oleh
pihak penyewa. Pihak hotel hanya mempunyai kunci dari ruang arcade saja,
jadi semua tanggung jawab atas barang-barang yang berada di ruang arcade
adalah menjadi tanggung jawab dari pihak penyewa.
9. Sampai saat ini di Hotel Sahid Kusuma belum pernah terjadi perselisihan antara
pihak hotel dan pihak penyewa, namun jika terjadi perselisihan antara pihak
46
hotel dengan pihak penyewa, maka para pihak akan berusaha
menyelesaikannya secara kekeluargaan.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, disini penulis berpendapat bahwa
pada dasarnya pelaksanaan perjanjian antara pemilik hotel dengan penyewa
arcade telah sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Ruangan yang disewakan
oleh pihak hotel sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian, begitu juga
dengan waktu perjanjian. Masalah usaha dari pihak penyewa yang baru
melaksanakan usahanya 2 hari setelah tanggal yang ditetapkan dalam perjanjian
adalah karena pada hari pertama dan kedua ruangan tersebut baru dipersiapkan
dan baru diisi dengan barang-barang yang diperlukan, jadi menurut penulis adalah
hal yang wajar jika ada penyewa baru memulai usahanya dua hari setelah tanggal
persetujuan sewa arcade.
Mengenai ketentuan larangan pemindahan hak pakai atau disewakan
ulang untuk orang lain, selama ini pihak penyewa juga telah mematuhi ketentuan
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari lokasi ruangan arcade yang digunakan sendiri
oleh pihak kedua untuk berdagang. Fasilitas yang disediakan oleh pihak hotel
juga sudah sesuai dengan yang diperjanjikan. Pihak penyewa juga menambah
barang-barang di arcade setelah mendapat persetujuan dari pihak hotel.
Biasanya yang membedakan mengenai isi perjanjian sewa arcade di
Hotel Sahid hanya mengenai luas ruangan dan harga sewa arcade tersebut.
Tentunya apabila ruangan yang disewa lebih besar tentunya biaya sewa arcade
tersebut juga lebih mahal. Selain itu letak arcade juga mempengaruhi harga sewa.
Semakin strategis letaknya, maka semakin mahal pula harga sewa arcade.
Sampai saat ini di hotel sahid surakarta telah menyewakan ruangan
arcade untuk kegiatan usaha sebanyak 4 (empat) ruangan. Pada penulisan hukum
ini sebenarnya penulis ingin lebih banyak mengetahui dan membahas semua
penyewa arcade di Hotel Sahid Surakarta, namun demi menjaga privasi,
kerahasiaan dan kenyamanan para penyewa arcade di Hotel Sahid Surakarta,
maka penulis hanya diperbolehkan bertemu dengan salah satu penyewa arcade di
Hotel Sahid Surakarta yang bernama Bapak Bahrun.
47
Bapak Bahrun merupakan salah satu penyewa arcade di hotel Sahid
Surakarta. Bapak Bahrun menyewa arcade di Hotel Sahid Surakarta untuk
menjalankan usahanya di bidang perdagangan souvenir dan batik. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, maka pada dasarnya bahwa pelaksanaan perjanjian sewa
arcade antara pihak hotel dengan penyewa arcade sesuai dengan kesepakatan
yang diatur dalam surat perjanjian sewa. Adapun ketentuan perjanjian tersebut
antara lain:
1 Pihak hotel menyewakan satu ruangan kepada pihak kedua dengan luas
ruangan teraebut adalah 7m X 3m, yang terletak di Arcade sebelah barat Hotel
Sahid Kusuma.
2. Pihak hotel menyewakan kepada pihak kedua satu ruangan tersebut untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun mulai tanggal 15 Juni 2007 s/d 14 Juni 2008.
3. Pihak kedua tidak diperbolehkan menyewakan sebagian atau seluruh
bangunan ini dari apa yang telah disewakan dalam surat perjanjian ini. Dalam
hal ini apabila ketentuan tersebut tidak diindahkan oleh pihak kedua, maka
pihak hotel akan mengakhiri sewa ini tanpa perantara instansi dan hukum
yang berwenang.
4. Apabila sewaktu-waktu ruangan tersebut diperbaiki/ direnovasi, pihak kedua
bersedia dipindahkan ke ruangan lain di Hotel Sahid Kusuma Surakarta yang
disediakan oleh pihak hotel.
5. Harga yang disepakati oleh kedua belah pihak sebesar Rp 7.244.000 (tujuh
juta dua ratus empat puluh ribu rupiah) sudah termasuk 10% PPN.
Pembayaran dilakukan dimuka.
6. Adapun fasilitas yang tersedia :
a. 1 meja dan 2 kursi tamu
b. Almari kerja
c. AC window 1 PK
d. Public toilet yang dipergunakan bersama-sama
7. Rekening listrik dibayar perbulan dengan perhitungan sesuai harga PLN untuk
hotel, dengan meteran yang dipasang pihak hotel, demikian juga dengan
48
rekening telepon yang akan ditagihkan ke pihak kedua dengan perhitungan
bulanan sesuai tagihan kantor telepon.
8. Apabila dalam jangka waktu sewa-menyewa akan berakhir dan pihak kedua
masih berminat melanjutkan penyewaannya, maka pihak kedua harus
memberitahukan kepada pihak hotel paling lambat 3 (tiga) bulan sebelumnya.
9. Pihak hotel berhak menolak tidak melanjutkan perjanjian kontrak apabila
dipandang selama masa kontrak yang telah berjalan tadi, terjadi hal-hal yang
merugikan pihak hotel.
10. Perubahan atau penambahan di dalam ruangan pleh pihak kedua hanya
diijinkan berdasarkan syarat-syarat dan persetujuan pihak pertama.
11. Pihak kedua tidak dapat memindah-tangankan ruangan tersebut kepada pihak
lain tanpa persetujuan pihak hotel.
12. Pihak hotel tidak betanggung jawab atas segala sesuatu yang
disimpan/dipasang dalam ruangan tersebut dengan alasan atau bentuk apapun
13. Pihak kedua harus menjaga kebersihan dan kerapian ruangan serta ketertiban
dan sopan santun baik antar karyawan, para tamu maupun pelanggan.
14. Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian ini akan diatur kemudian secara
bersama-sama oleh kedua belah pihak. Bila kemudian hari terjadi perselisihan
paham, maka akan dipilih musyawarah sebagi jalan keluar.
Dalam pelaksanaan suatu perjanjian diatas, terlebih dahulu harus
ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tersebut, atau dengan
kata lain apa saja kewajiban dan hak masing-masing pihak. Menurut Pasal 1339
KUHPerdata, suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
sifat perjanjian diharuskan atau merupakan kewajiban, kepatutan, kebiasaan dan
undang-undang, Walaupun dalam pelaksanaan perjanjian antara pihak Hotel
Sahid Kusuma dengan penyewa arcade telah sesuai dengan perjanjian yang
disepakati kedua belah pihak namun salah satu klausul perjanjian diatas
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu
mengenai bentuk tanggung jawab masing-masing pihak yang tidak sesuai dengan
49
ketentuan dalam Pasal 1545 KUHPerdata. Dalam pasal mengenai sewa-
menyewa tersebut secara tegas meletakkan risiko pada masing-masing pihak
pemilik barang.
D. TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL TERHADAP BARANG
MILIK PENYEWA ARCADE
Sebagai dasar oleh pihak hotel mengenai tanggung jawab terhadap barang
milik penyewa arcade adalah ketentuan mengenai tanggung jawab pengusaha
hotel terhadap barang milik penyewa arcade tidak diatur dalam KUHPerdata,
tetapi dalam KUHPerdata menjelaskan ketentuan mengenai tanggung jawab
pengusaha hotel terhadap barang milik penyewa kamar atau tamu hotel.
Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebenarnya pihak hotel pada dasarnya
tidak membedakan antara penyewa arcade dengan tamu penyewa kamar.
Sebenarnya apabila dicermati penyewa arcade juga merupakan tamu hotel, hanya
saja penyewa arcade menyewa dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan
penyewa kamar hanya menyewa untuk waktu yang relative pendek. Menurut
penulis yang menjadi alasan pihak hotel memberlakukan peraturan yang sama
antara penyewa arcade dengan penyewa kamar karena mereka sama-sama
merupakan penyewa, yang membedakan hanya karena faktor ekonomi, dan juga
penyewa kamar merupakan tamu hotel untuk menikmati fasilitas yang disediakan
oleh pihak hotel, sedangkan penyewa arcade merupakan pihak yang bekerjasama
dengan pihak hotel untuk memberikan sarana penunjang untuk tamu hotel. Maka
berdasarkan ketentuan dalam KUHPerdata mengenai tanggung jawab pihak hotel
terhadap barang milik penyewa dijelaskan sebagai berikut :
1. Pasal 1709 KUHPerdata
“Orang-orang yang menyelenggarakan rumah penginapan dan penguasa-
penguasa losmen adalah, sebagai orang-orang yang menerima titipan barang,
bertanggung jawab untuk barang-barang yang dibawa oleh para tamu yang
menginap pada mereka. Penitipan barang yang semacam itu dianggap sebagai
suatu penitipan barang karena terpaksa”.
50
2. Pasal 1710 KUHPerdata
“Mereka adalah bertanggung jawab tentang pencurian atau kerusakan pada
barang-barang kepunyaan para penginap, baik pencurian itu dilakukan atau
kerusakan itu diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau lain-lain budak dari rumah
penginapan, maupun oleh setiap orang lain”.
3. Pasal 1711 KUHPerdata
“Mereka tidak bertanggung jawab tentang pencurian-pencurian yang dilakukan
oleh orang-orang yang telah dimasukkan sendiri oleh Si penginap”.
Berdasarkan Pasal 1709 KUHPerdata mengenai tanggung jawab
pengusaha hotel atau losmen sebagai pihak yang menerima titipan dari penyewa
bertanggung jawab terhadap barang milik penyewa, kemudian Pasal 1710
KUHPerdata disebutkan bahwa pihak hotel maupun pengelola losmen
bertanggung jawab atas pencurian maupun kerusakan barang milik penyewa
arcade, baik pencurian ataupun kerusakan tersebut dilakukan oleh para pelayan
hotel maupun yang dilakukan oleh orang lain. Dalam Pasal 1711 KUHPerdata
menerangkan bahwa pihak hotel ataupun pengelola losmen tidak bertanggung
jawab dan terlepas dari tanggung jawab atas pencurian yang dilakukan oleh orang
yang dimasukkan sendiri oleh penyewa.
Dari ketentuan KUHPerdata diatas mengenai tanggung jawab pengusaha
hotel terhadap barang milik penyewa arcade dapat disimpulkan bahwa pihak hotel
bertanggung jawab terhadap barang milik penyewa yang dibawa dalam hotel,
namun dari ketentuan kontrak perjanjian yang diutarakan diatas disebutkan bahwa
pihak hotel tidak bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi terhadap barang
milik penyewa, kecuali dalam perjanjian disebutkan sebaliknya.
Jika didasarkan pada Pasal 1237 KUHPerdata menjelaskan tentang
pengaturan mengenai risiko yang juga dapat diartikan sama dengan tanggungan
atau tanggung jawab. Menurut Pasal 1553 KUHPerdata dalam sewa-menyewa itu
risiko mengenai barang yang dipersewakan dipikul oleh si pemilik barang, yaitu
pihak yang menyewakan. Pengaturan risiko dalam sewa-menyewa tidak begitu
51
dijelaskan dalam Pasal 1553 KUHPerdata tersebut, seperti halnya dengan
pengaturan risiko dalam jual beli yang dijelaskan dalam Pasal 1460 KUHPerdata,
dimana dengan jelas dipakai kata “tanggungan” yang berarti risiko, sehingga
pengaturan risiko yang paling tepat dan sebaiknya dipakai sebagai pedoman untuk
segala macam perjanjian timbal balik yaitu pada Pasal 1545 KUHPerdata yang
meletakkan risiko pada masing-masing pemilik barang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak aris selaku Promotion and
Sales manager pada tanggal 27 Desember 2007 diperoleh hasil sebagai berikut :
bahwa untuk tanggung jawab pengusaha hotel terhadap barang milik penyewa
arcade adalah tergantung dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak
perjanjian diatas. Dalam kontrak perjanjian diatas dijelaskan bahwa pihak hotel
tidak bertanggung jawab atas barang yang dibawa ataupun ditinggal dalam arcade
kecuali barang tersebut secara tegas dititipkan kepada pihak hotel sesuai dengan
prosedur yang berlaku, dengan kata lain apabila barang milik penyewa tersebut
secara tegas dititipkan kepada pihak hotel, yang kemudian oleh pihak hotel
barang tersebut akan diinventarisir keberaadaan ataupun keadaanya maka pihak
hotel akan bertanggung jawab atas segala hal secara penuh atas barang milik
penyewa arcade. Pihak hotel juga bersedia bila tanggung jawab atas barang milik
penyewa arcade sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak hotel jika ada
kesepakatan dengan pihak penyewa yang tertuang dalam kontrak perjanjian.
Alasan pihak hotel tidak bertanggung jawab atas barang milik penyewa
adalah untuk menghindari adanya penyalahgunaan orang yang tidak bertanggung
jawab, sebagai contoh misalnya penyewa tersebut mengatakan bahwa membawa
kalung berlian dan kalung tersebut hilang padahal kenyataannya penyewa tersebut
tidak membawa barang tersebut, sehingga pihak hotel tidak bertanggung jawab
atas kejadian semacam itu. Pihak hotel hanya akan bertanggung jawab bila
barang tersebut secara nyata dititipkan kepada pihak hotel sesuai dengan prosedur
yang berlaku ataupun jika ada perjanjian yang mengatakan lain antara pihak
penyewa dengan pihak hotel.
52
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis
Tanggung Jawab Pengusaha Hotel Terhadap Barang Milik Penyewa Arcade maka
penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Prosedur terjadinya perjanjian antara pemilik hotel dengan pernyewa arcade
di Hotel Sahid Surakarta adalah promosi dari pihak hotel, pengajuan
permohonan sewa arcade dari pihak penyewa, penyeleksian surat permohonan
sewa arcade oleh pihak hotel dan pembuatan perjanjian sewa arcade.
2. Pelaksanaan perjanjian sewa arcade antara pihak hotel dengan penyewa
arcade di Hotel Sahid Surakarta telah sesuai dengan kesepakatan yang diatur
dalam surat perjanjian sewa arcade. Hal ini ditandai dengan telah
dilaksanakannya seluruh isi perjanjian oleh Pihak Hotel, namun dalam
pelaksanaan perjanjian tersebut mengenai bentuk tanggung jawab pihak hotel
terhadap barang milik penyewa arcade tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan Pasal 1545 KUHPerdata.
3. Tanggung jawab pihak hotel terhadap barang milik penyewa arcade
didasarkan atas keputusan bersama yang dituangkan dalam klausul perjanjian,
meskipun dalam klausul tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku
sesuai dengan Pasal 1545 KUHPerdata yang tegas menyatakan bentuk
tanggung jawab masing-masing pihak dalam segala perjanjian sewa-menyewa
yang meletakakkan tanggung jawab pada masing-masing pihak pemilik
barang.
53
B. Saran-Saran
1. Pihak Hotel Sahid Kusuma harusnya mengacu pada ketentuan yang berlaku
sesuai dengan Pasal 1545 KUHPerdata untuk bentuk tanggung jawab pemilik
hotel terhadap barang milik penyewa arcade dalam perjanjian sewa-menyewa.
2. Pihak penyewa arcade seharusnya lebih selektif dalam mencermati isi
perjanjian sewa arcade agar tidak terjadi kerugian pada salah satu pihak.
3. Dalam pembuatan kontrak perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang tegas
dituangkan dalam klausul perjanjian tetapi juga untuk segala hal yang
merupakan kewajiban, kepatutan, dan kebiasaan.
54
DAFTAR PUSTAKA
A. Bambang Sujatno, CHA. 2005. Hotel Courtesy. Yogyakarta : Andi.
Bambang Sunggono. 2003. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
HB Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar Teoritis dan Praktis). Pusat Penelitian Surakarta.
J Satrio. 1999. Hukum Perikatan (Perikatan Pada Umumnya). Bandung : PT Alumni.
Komariah. 2005. Hukum Perdata. Malang : UMM Press.
Lexi J Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mariam Darus Badrulzaman. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
M Yahya Harahap.1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung : PT Alumni.
Richard Sihite, Ssos. 2000. Hotel Management (Pengelolaan Hotel). Surabaya : SIC.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
_____________. 2001. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Subekti. 1995. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : PT. Intermasa.
______, 2001. Hukum Perjanjian, Jakarta : PT. Intermasa.
Sukamdani S. Gitosardjono. 2001. Wira Usaha Mengabdi Pembangunan, Otobiografi 1, Jakarta : CV. Haji Masagung.
Tim Penulis Sejarah Hotel Sahid Kusuma. 2004. 30 Tahun Hotel Sahid Kusuma Raya-Pelestari Tradisi di Era Globalisasi. Surakarta.