Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

15
1 Analisis SWOT Kurikulum 2013 dalam Implementasinya * Oleh : Drs. H. Amiruddin, S.Pd., MM A. Landasan Penyempurnaan Kurikulum 1. Landasan Yuridis Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. 2. Landasan Filosofis Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis * Artikel ini dipresentasikan pada “Seminar Pendidikan, tema Menuju Pendidikan Indoensia yang Berkarakter dan Berkualitas” Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) As’adiyah Sengkang, pada tanggal 15 Mei 2014. Drs. H. Amiruddin, S.Pd., MM., Pengawas Kementerian Pendidikan Nasional, Instruktur Nasional Kurikulum 2013

description

Kurikulum 2013

Transcript of Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

Page 1: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

1

Analisis SWOT Kurikulum 2013 dalam Implementasinya*

Oleh : Drs. H. Amiruddin, S.Pd., MM

A. Landasan Penyempurnaan Kurikulum 1. Landasan Yuridis

Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

2. Landasan FilosofisPendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.

Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara aktif

*Artikel ini dipresentasikan pada “Seminar Pendidikan, tema Menuju Pendidikan Indoensia yang Berkarakter dan Berkualitas” Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) As’adiyah Sengkang, pada tanggal 15 Mei 2014.

Drs. H. Amiruddin, S.Pd., MM., Pengawas Kementerian Pendidikan Nasional, Instruktur Nasional Kurikulum 2013

Page 2: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

2

mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.

Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia dikemas sebagai konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari kehidupan masa kini.

Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.

1. Landasan TeoritisKurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori

pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar

nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).

Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan konten. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan memproses konten menjadi kompetensi. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan.

Page 3: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

3

Komponen ruang lingkup adalah keluasan lingkungan minimal dimana kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005). Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.

Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Dalam dimensi rencana tertulis, konten kurikulum tersebut dikemas dalam berbagai mata pelajaran sebagai unit organisasi konten terkecil. Dalam setiap mata pelajaran terdapat konten spesifik yaitu pengetahuan dan konten berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu sikap dan keterampilan. Secara langsung mata pelajaran menjadi sumber bahan ajar yang spesifik dan berbagi untuk dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum.

Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan. Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari

Page 4: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

4

SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

B. Landasan pengembangan kurikulum 2013Secara aspek filosofi Kurikulum 2013 melanjutkan pengembangan kurikulum

berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan pengembangan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Sedangkan pada aspek yuridis kurikulum 2013 lebih menekankan pada metodologi pembelajaran dan pembelajaran aktif siswa yang lebih pada penguatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.dan yang terakhir dalam aspek konseptual cenderung pada relevansi,kurikulum yang berbasis kompetensi,proses dan output belajar serta kompetensi penjenjangan penilaian.

C. Rumusan permasalahan kurikulum 2006Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya: (1) Kurikulum

belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (2) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; (3) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (7) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

D. Identifikasi kesenjangan kurikulum 2006

1. KelulusanDalam kurikulum 2006 Sikap yang diharapkan belum mencerminkan karakter

mulia sedangkan idealnya berkarakter mulia,keterampilan yang diharapkan belum sesuai dengan kebutuhan yang idealnya keterampilan yang relevan, sedangkan pengetahuan yang diterapkan adalah pengetahuan lepas bukan bukan pengetahuan terkait.

2. Materi Pembelajaran

Dalam kurikulum 2006 Materi pembelajaran dirasa belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan ,Disamping itu beban siswa terlalu berat karena materi terlalu luas tetapi kurang mendalam

Page 5: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

5

Sedangkan idealnya Untuk materi pembelajaran diarahkan pada penyediaan materi esensial yang relevan dan kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga peserta didik tidak terbebani terlalu berat. Sedangkan untuk proses pembelajarannya berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dan pembelajaran yang bersifat kontekstual yang mengacu pada pendekatan sains melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

3. Proses PembelajaranDalam kurikulum 2006 Proses Pembelajaran yang diberikan kebanyakan Berpusat

pada guru (teacher centered learning) dan Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks seharusnya pembelajaran yang diberikan Berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dan Sifat pembelajaran yang kontekstual. Buku teks pelajaran hanya memuat materi bahasan padahal seharusnya juga memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

4. PenilaianPada kurikulum 2006 penilaian hanya Menekankan aspek kognitif saja dan

berbasis pada test ,padahal idealnya perlu menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional melalui penilaian berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi.

5. Pendidik dan Tenaga KependidikanPada kurikulum 2006 Pendidik dan Tenaga Kependidikan Memenuhi kompetensi

profesi saja dan Fokus pada ukuran kinerja PTK, sedangkan idealnya seorang Pendidik dan Tenaga Kependidikan selain memenuhi kompetensi profesi,, juga pedagogi, sosial, dan personal, serta adanya motivasi mengajar yang kuat.

6. Pengelolaan KurikulumPada kurikulum 2006 dalam hal Pengelolaan Kurikulum setiap Satuan pendidikan

mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum, yang cenderung tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerahnya.Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran,sedangkan idealnya dalam pengelolaan kurikulum harus melibatkan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Satuan pendidikan juga harus mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah. Pemerintah juga harus mampu menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman.

E. Alasan pengembangan kurikulum 2013Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah (a)

Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu] dan proses penilaian [dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output] memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran [KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan]; (c) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan (d)

Page 6: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

6

Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial

Tiga faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

F. Elemen perubahanDalam kurikulum 2013, perubahan tersebut meliputi: pertama, dari segi

kompetensi lulusan, ada upaya meningkatkan sekaligus menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kedua, Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi. Ketiga, kompetensi dikembangkan pada:

jenjang SD/MI melalui Tematik Integratif dalam semua mata pelajaranSMP/MTS melalui mata pelajaran.mata pelajaran wajib dan pilihan.mata pelajaran wajib, pilihan dan vokasi. Elemen perubahan dalam kurikulum 2013 mempengaruhi struktur kurikulum yang

saat ini biasa digunakan. Pada jenjang SD/MI, struktur kurikulum dilaksanakan secara holistik dan integratif. Berfokus kepada alam, sosial dan budaya. Sistem pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains, Jumlah matapelajaran dipadatkan dari 10 menjadi 6 sementara jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.Pada jenjang SMP/MTs, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi media semua matapelajaran. Selanjutnya, pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler. Sedangkan jumlah matapelajaran dirampingkan dari 12 menjadi 10, dan jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. Pada jenjang SMA/MA, mengalami perubahan sistem, yakni ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan. Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa serta jumlah jam bertambah 2 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. Pada jenjang SMK, penyesuaian jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan saat ini. Selain itu dilakukan penyeragaman mata pelajaran dasar umum. Mata pelajaran produktif disesuaikan dengan tren perkembangan Industri. Di samping itu, dilakukan pengelompokan mata pelajaran produktif sehingga tidak terlau rinci pembagiannya.

Page 7: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

7

G. Analisis SWOTAnalisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. (sumber: wikipedia)

Indonesia merupakan negara yang aktif dalam mengembangkan dunia pendidikan. Hal tersebut ditandai dengan terus dilakukannya perubahan dalam kurikulum pendidikan. Hingga saat ini terhitung sudah 8 kali kurikulum mengalami perubahan, sebagai berikut :

1. Pendidikan Sebelum Masa Kolonialisme2. Pendidikan Masa Kolonialisme3. Kurikulum Sederhana (1947-1964)4. Pembaharuan Kurikulum 1968 Dan 19755. Kurikulum Keterampilan Proses6. Kurikulum Berbasis Kompetensi7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp 2006)8. Kurikulum 2013

Untuk mengetahui atau mengukur efektifitas sebuah kurikulum perlu dilakukan analisis. Salah satu alat analisis yang digunakan yaitu SWOT. Analisis SWOTadalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Analisis ini dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang

Page 8: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

8

mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. (Wikipedia, 2013).

Adapun analisis SWOT Kurikulum 2013, sebagai berikut:

KEKUATAN (STRENGTHS) KELEMAHAN (WEAKNESESS)

PELUANG (OPPORTUNITIES)

ANCAMAN (THREATS)

2. Guru dan siswa berkolaborasi dalam menciptakan KBM yang efektif sehingga tercipta hubungan yang kondusif

3. Guru lebih kreatif dalam mengajar karena pada kurikulum ini guru dituntut untuk terus mengembangkan metode mengajar sesuai dengan perkembangan teknologi

4. Setiap siswa memliki kesempatan yang sama dalam KBM

5. Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka diwajibkan pada setiap siswa sehingga siswa menjadi pribadi yang aktif.

6. Keterampilan, nilai dan sikap sangat diperhatikan dalam kurikulum ini.

7. Penilaian siswa dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) tidak hanya dari niai ujian tetapi juga dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain lain.

8. Ada pengembangan karakter dan pendidikan budi

1. Dengan kurikulum ini, guru beranggapan bahwa dengan tidak perlu menjelaskan materinya sehingga setiap siswa memahami ilmi secara berbeda-beda sesuai dengan fakta yang ditemukan di lapangan.

2. Banyak guru yang belum siap karena kurang kreatifnya guru dalam mendesain pembelajaran yang efektif.

3. Konsep pendekatan scientific masih belum dipahami, apalagi tentang metoda pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.

4. Guru belum sepenuhnya mampu merancang RPP dan penilaian autentik belum sepenuhnya dikuasai oleh guru.

5. Guru kurang

1. Pemerintah daerah sangat berperan dalam pengembangan kurikulum ini sehingga sekolah berpeluang untuk dapat melengkapi sarana dan prasarana Sekolah dengan cara mengajukan prososal ke Pemerintah Daerah.

2. Persamaan kesempatan pendidikan bagi siswa baik di kota maupun di daerah bahkan daerah pelosok

3. Kurikulum 2013 Pendidikan Menengah disesuaikan dengan kurikulum Perguruan Tinggi sehingga siswa nantinya menjadi siap menghadapi dunia kampus

1. Belum ada evaluasi yang menyeluruh pada kurikulum KTSP sehingga dikhawatirkan pada kurikulum ini akan mengalami hal yang sama

2. Cakupan kurikulum di Indonesia dipersempit dengan target UN baik dari pemerintah daerah maupun pusat

3. Terlalu dekatnya jarak sosialisasi kurikulum 2013 dengan implementasinya sehingga banyak sekolah yang belum siap melaksanakan kurikulum ini.

4. Kurikulum 2013 bersifat sentralistik mutlak sehingga membawa kelemahan dan ketidakefektifan dalam

Page 9: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

9

pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program mata pelajaran

9. Siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam pemecahan masalah.

10. Kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

11. Kompetensi menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

12. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan).

13. Kurikulum 2013 tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. . Untuk tingkat SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat SMA/SMK,

kreatif dalam mengembangkan buku ajar karena sudah disediakan pemerintah.

6. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.

7. Guru dan siswa dianggap memiliki kapasitas yang sama.

8. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013.

9. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.

10. Mata pelajaran no-UN dikesampingkan padahal juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

11. Kurikulum 2013 ditetapkan tanpa ada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP.

12. Pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

kerangka ke-Bhinekaan

5. Kurikulum 2013 kurang atau tidak melibatkan komponen utama pendidikan, yaitu guru. Guru dan sekolah lebih banyak didudukan sebagai pelaksana dari kurikulum tersebut.

Page 10: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

10

dituntut memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia.

14. Menuntut adanya remediasi secara berkala.

15. Tidak memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia

16. Sifat pembelajaran kontekstual.

17. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

18. Buku, dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

19. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan

Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda.

13. Penyusunan materi ajar belum runtut sesuai tahap berpikir siswa, guru harus memilah dan menentukan materi esensial mengingat materi yang harus dikuasai siswa cukup banyak.

14. Materi yang harus dikuasai siswa banyak dan luas serta kurang mendalam.

15. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat kemampuan siswa

16. Standar proses pembelajaran menggambarkan urutan pembelajaran yang kurang rinci sehingga

Page 11: Analisis SWOT Kurikulum 2013 Dalam Implementasinya

11

menyenangkan.20. Proses pembelajaran

menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.

membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

17. Beban belajar terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

Daftar Pustaka