ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA...

193
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Transcript of ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA...

Page 1: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI

LAMPUNG DAN JAWA BARAT

ANNA FITRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis

saya yang berjudul

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 8 Agustus 2006

Anna Fitriani Nrp. A.151020021

Page 3: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

ABSTRAK

ANNA FITRIANI. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak Ayam di Propinsi Lampung dan Jawa Barat (HERMANTO SIREGAR sebagai ketua, dan ARIEF DARYANTO sebagai anggota Komisi Pembimbing).

Industri pakan ternak ayam sebagai penyedia pakan jadi bagi perusahaan

peternakan ayam memiliki posisi strategis di dalam pembangunan peternakan. Namun di dalam perkembangannya mengalami berbagai hambatan diantaranya sulitnya memperoleh bahan baku (raw material) di dalam negeri sehingga dibutuhkan impor. Perilaku seperti ini tentunya akan berdampak kepada kinerja industri pakan. Selain itu, adanya indikasi struktur industri pakan sekarang ini dikuasai oleh beberapa perusahaan besar dan membentuk oligopoli. Di sisi lain, ada keterkaitan yang kuat antara struktur, perilaku dan kinerja, dimana kinerja nantinya akan menentukan struktur industri selanjutnya. Akan tetapi, secara empiris belum ada data yang menginformasikan keterkaitan dari ketiga komponen tersebut, sehingga perlu dilakukan kajian secara komprehensif.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengkaji perilaku bisnis industri pakan ternak ayam melalui analisis keterkaitan Structure – Conduct – Performance (Struktur – Perilaku – Kinerja), (2) menganalisis arah perkembangan industri pakan ternak ayam dan (3) merumuskan kebijakan bagi pemerintah dalam mendorong perkembangan industri pakan. Penelitian ini menggunakan data pooling yaitu gabungan time series dari tahun 1999 – 2003 dan cross section pada sembilan industri pakan di propinsi Lampung dan Jawa Barat, yang dianalisis melalui pendekatan ekonometrika. Model terdiri dari 17 persamaan struktural dan 3 persamaan identitas dan pendugaan parameter dilakukan dengan metode 2 SLS (Two Stage Least Squares).

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan erat antara struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam dimana masuknya pesaing baru ke dalam industri mendorong perusahaan menekan biaya produksi melalui pengurangan penggunaan input bahan baku yang harganya relatif mahal dan susah didapat yaitu bungkil kedele. Perilaku biaya ini selanjutnya berdampak kepada efisiensi biaya dan harga output pakan. Selanjutnya harga pakan akan menarik perusahaan untuk masuk atau keluar dari industri. Apabila dilihat dari indikator rasio konsentrasi, struktur pasar pakan di propinsi Lampung cenderung mengarah ke pasar oligopoli, sementara di Jawa Barat mengarah ke persaingan monopolistik. Hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario peningkatan permintaan lebih besar dampaknya terhadap industri pakan dibanding skenario peningkatan penawaran dan kenaikan harga input, terutama terkait efisiensi industri.

Perkembangan industri pakan ternak harus didukung dengan meningkatnya permintaan akan produk peternakan melalui peningkatan daya beli dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein asal ternak. Selain itu, penyediaan input berupa bahan baku penyusun pakan terutama bahan baku sumber protein alternatif pengganti bungkil kedele melalui kegiatan penelitian menjadi prioritas utama dalam mendorong perkembangan industri pakan ternak. Kata kunci : Industri pakan ternak, structure-conduct-performance, simultan.

Page 4: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

Page 5: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI

LAMPUNG DAN JAWA BARAT

Oleh : ANNA FITRIANI

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 6: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Judul Penelitian : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak Ayam di Propinsi Lampung dan Jawa Barat

Nama Mahasiswa : ANNA FITRIANI

Nomor Pokok : A151020021

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, M.A. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian: 31 Juli 2006 Tanggal Lulus:

Page 7: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jambi pada tanggal 28 Oktober 1973, sebagai

anak ketiga dari enam bersaudara pasangan HM. Noer Mong, BE dan Hj. Kartini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 15 Jambi pada tahun 1986. Pada

tahun 1989 lulus dari sekolah menengah SMPN 2 Jambi dan di tahun 1992

menamatkan sekolah menengah atas dari SMAN 1 Jambi.

Pada tahun itu juga penulis melanjutkan ke jenjang Sarjana di Program

Studi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi dan

menamatkannya pada tahun 1998. Kemudian tahun 2002 penulis mendapat

beasiswa dari BPPS untuk meneruskan pendidikan Pascasarjana pada Program

Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 1999 penulis diangkat sebagai staf pengajar di Fakultas

Peternakan Universitas Jambi untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi dan

Tataniaga Pertanian pada Laboratorium Ekonomi dan Bisnis.

Penulis menikah dengan Ir. Saiful Helmi Pohan pada tahun 2001 dan telah

dikaruniai tiga orang putra, M. Imam Aqillah Pohan (4.5 tahun), Aulia Zuhdi

Makarim Pohan (2 tahun) dan Fajar Adhirajasa Pohan (7 bulan).

Page 8: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

rahmat dan hidayahnya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini menyajikan

hasil penelitian penulis mengenai Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja

Industri Pakan Ternak Ayam di Propinsi Lampung dan Jawa Barat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar,

MEc., sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc.,

sebagai anggota, yang telah banyak mencurahkan waktu dan pikirannya, serta

saran-saran dalam membimbing penulis mulai dari mempersiapkan proposal

sampai penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS yang telah bersedia sebagai dosen

penguji luar komisi dan telah banyak memberikan saran dan masukan untuk

mempertajam tesis ini.

2. Rektor Universitas Jambi yang telah mengizinkan dan merekomendasikan

penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian

Bogor.

3. Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang telah mengizinkan penulis

untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor.

4. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua

Program Studi serta segenap dosen pada program studi Ilmu Ekonomi

Page 9: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Pertanian Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan pengalaman.

5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa

selama penulis kuliah di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

6. Rekan-rekan EPN 2002, khususnya kepada Ima Aisyah, Mimi, Dwi, Andre,

Bedi, Ardi, Adam, Aneng, Ujay, Endang, dan Elis yang telah banyak

memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

7. Ungkapan rasa sayang dan terima kasih yang mendalam kepada Papa, Mama,

Kakak Nita Sahara, Adik Neni Urfiani dan Chairunnisa serta Abang dan

Kakak Ipar, atas dorongan dan doanya bagi penulis.

8. Teristimewa kepada Suamiku tersayang, Saiful Helmi Pohan dan Anak-

anakku tercinta, yang telah setia dan sabar menemani penulis dan terus

memberikan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini tidak luput dari kekurangan,

namun demikian penulis tetap berharap semoga dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2006

Anna Fitriani

Page 10: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 6

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 11

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................. 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 14

2.1. Perkembangan Kebijakan Agribisnis Ayam Ras ........................ 14

2.2. Keterkaitan Agroindustri Pakan Ternak dengan Budidaya Ayam Ras .................................................................................... 18

2.3. Perkembangan Industri Pakan Ternak ……………................... 21

2.4. Permasalahan dan Tantangan Industri Pakan Ternak .................. 25

2.5. Kebijaksanaan Integrasi Vertikal ……………………………... 33

2.6. Pendekatan Ekonomi Kelembagaan Terhadap Perilaku Industri . . 37

2.7. Tinjauan Studi Terdahulu ........................................................... 40

2.7.1. Industri Pakan Ternak ...................................................... 40

2.7.2. Structure-Conduct-Performance ………........................... 43

III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................... 49

3.1. Kerangka Teoritis ......................................................................... 49

3.1.1. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak ........... 49

3.1.2. Analisa Perilaku Usaha ………….................................... 50

3.2. Kerangka Konseptual ................................................ 67

IV. METODE PENELITIAN ........................................................ 70

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 70

4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 70

Page 11: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

4.3. Spesifikasi Model ...................................................................... 71

4.3.1. Blok Struktur Industri …………………........................ 72

4.3.2. Blok Perilaku Industri ………….................................... 75

4.3.3. Blok Kinerja Industri ……….................................... 81

4.3.4. Elastisitas ………………………………………………. 88

4.4. Identifikasi Model ...................................................................... 89

4.5. Metode Estimasi ………………………………………………. 90

4.6. Validasi Model ………………………………………………… 90

4.7. Simulasi Dampak Kebijakan …………………………………. 91

V. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN INDUSTRI PAKAN TERNAK DI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ……………….... 93

5.1. Karakteristik Penggunaan Bahan Baku Pakan …......................... 93

5.2. Perkembangan Industri Pakan Ternak di Lampung dan Jawa Barat ......................................................................................... 98

5.3. Dampak Perkembangan Industri Pakan Ternak Ayam Terhadap Perkembangan Industri Perunggasan Nasional ………….. 105

VI. STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK ………………………………........................................... 108

6.1. Struktur Industri Pakan Ternak ................................................. 109

6.2. Perilaku Industri Pakan Ternak ................................................. 113

6.3. Kinerja Industri Pakan Ternak ...................................................... 122

6.4. Hubungan Antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan …………………………….…………………………….. 128

VII. DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA ………………………. 132

7.1. Hasil Validasi Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak …………………………………………………. 132

7.2. Simulasi Dampak Perubahan Permintaan dan Penawaran Terhadap Industri Pakan Ternak ……………………………. 134

7.2.1. Dampak Peningkatan Permintaan Pakan Ternak ………. 134

7.2.2. Dampak Peningkatan Penawaran Pakan Ternak ……… 136

7.3. Simulasi Dampak Perubahan Harga Input Terhadap Industri Pakan Ternak …………………………………………………. 138

ii

Page 12: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

7.3.1. Dampak Peningkatan Harga Bungkil Kedele …………… 138

7.3.2. Dampak Peningkatan Harga Jagung ………………….. 140

7.3.3. Dampak Peningkatan Upah …………………………… 142

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ………………… 145

8.1. Kesimpulan ……………………............................................... 145

8.2. Implikasi Kebijakan ................................................................. 146

8.3. Saran Penelitian Lanjutan ......................................................... 147

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 148

LAMPIRAN ……………………………………………………….. 152

iii

Page 13: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Perkembangan Jumlah dan Kapasitas Pabrik Pakan di Indonesia Tahun 1990-2001 ............................................................................. 22 2 Perkembangan Produksi Pakan dan Penggunaannya di Indonesia Tahun 1992-2003 ................................................................................. 23 3 Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Jagung di Indonesia ........................................................................................ 27 4 Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia, Tahun 1993-2003 …. 28 5 Komposisi Penggunaan Jagung Impor dan Domestik dalam Pembuatan Pakan Ternak di Indonesia, Tahun 1993-2003 ……………………… 30 6 Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia ............................................................................................ 31 7 Jenis dan Pengelompokkan Variabel dalam Penelitian ……………….. 87 8 Perbandingan Nilai Gizi Jagung dengan Biji-bijian Lain dan Dedak

Padi …………………………………………………………………… 94

9 Perbedaan Perilaku Penggunaan Bahan Baku pada Industri Pakan Ternak di Lampung dan Jawa Barat …………………………………. 96 10 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Industri

Pakan Ternak …………………………………………………………. 110 11 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Industri Pakan Ternak ……………………………………………………….. 114 12 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Pakan Ternak ………………………………………………………… 123 13 Hasil Validasi Model Ekonometrika Menggunakan Kriteria RMSE, R-Square dan U-Theil ………………………………………………. 132 14 Implikasi Kebijakan Pemerintah di dalam memperbaiki SCP Industri,

Sehubungan dengan Simulasi ……………………………………….. 144

Page 14: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Sistem Agribisnis Ayam Ras .............................................................. 19 2 Urutan Segmen Produksi Terintegrasi ..................................................... 36 3 Unsur dan Keterkaitan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ............. 53 4 Penetapan Harga pada Pasar Bersaing Sempurna …………………. 56 5 Penetapan Harga pada Monopoli Murni dan Persaingan Monopolistik .. 58 6 Penetapan Harga oleh Perusahaan Monopoli dan Bersaing ………….. 59 7 Kurva Permintaan yang Patah (Kinked-Demand Curve) dan Kurva

Penerimaan Marjinal yang Terputus pada Pasar Oligopolistik ……. 62 8 Mekanisme tidak Tercapainya Keuntungan Maksimum dalam Kartel … 65 9 Kerangka Pemikiran Struktur dan Keragaan Industri Pakan Ternak Ayam .................................................................................................. 69 10 Diagram Keterkaitan Variabel-variabel dalam SCP Industri Pakan Ternak .................................................................................................. 86 11 Indeks Rasio Konsentrasi Industri Pakan Ternak di Propinsi Lampung Dan Jawa Barat, 1999-2003 ………………………………………… 102 12 Pangsa Pasar Industri Pakan Ternak di Propinsi Lampung dan Jawa Barat, 1999-2003 …………………..……………………………….. 102 13 Market Power Industri Pakan Ternak di Propinsi Lampung dan Jawa Barat, 1999-2003 ……………………………………………………. 103 14 Harga Pakan Ternak di Propinsi Lampung dan Jawa Barat, 1999- 2003 …………………………………………………………………. 104 15 Hubungan Antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan …… 131 16 Dampak Peningkatan Permintaan Terhadap Struktur, Perilaku dan

Kinerja Industri Pakan Ternak ……………………………………….. 135

17 Dampak Peningkatan Penawaran Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak ………………………………………. 137

Page 15: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

18 Dampak Peningkatan Harga Bungkil Kedele Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak ………………………. 139

19 Dampak Peningkatan Harga Jagung Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak ………………………………….. 141

20 Dampak Peningkatan Upah Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak ……………………………………………… 142

vi

Page 16: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Data Aktual Peubah Model Analisis SCP Industri Pakan Ternak ...... 152 2 Hasil Pengolahan Data Model Analisis Struktur Produksi dan

Keragaan Industri Pakan Ternak Ayam ............................................ 163

3 Hasil Validasi Model Analisis SCP Industri Pakan Ternak Ayam di Lampung dan Jawa Barat ................................................................... 180

4 Hasil Simulasi Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap SCP Industri Pakan Ternak Ayam ................................................................. 183

Page 17: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan

peternakan mengalami pergeseran paradigma. Titik berat kepada sistem budidaya

(on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

komprehensif, yaitu agribisnis. Agribisnis perunggasan nasional berupa

peternakan ayam ras, secara nasional telah menunjukkan perkembangan yang

sangat mengesankan selama Pembangunan Jangka Panjang I (PJP I). Hampir

tidak ada komoditi pertanian lainnya yang mampu menyamai prestasi

perunggasan nasional, yang hanya dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun,

perunggasan nasional telah berhasil melakukan pendalaman struktur baik ke hulu

(subsistem agribisnis hulu) maupun ke hilir (subsistem agribisnis hilir)

sedemikian rupa sehingga dewasa ini perunggasan nasional telah menjadi suatu

agribisnis modern.

Serangkaian kebijakan yang dilakukan pemerintah baik berupa regulasi

maupun deregulasi pada awalnya telah berhasil mendorong perkembangan

agribisnis perunggasan yang antara lain ditunjukkan oleh peningkatan investasi

pada industri hulu (breeding farm, feed mill) maupun industri pengolahan,

berkembangnya perunggasan rakyat, berkembangnya poultry shop, Rumah

Potong Hewan (RPH) dan Rumah Potong Ayam/Tempat Pemotongan Ayam

(RPA/TPA), yang dalam batas-batas tertentu telah berhasil menembus pasar

ekspor. Hal ini menunjukkan apabila target yang ingin dicapai adalah masalah

pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri maka kebijakan pemerintah

1

Page 18: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

2

paling tidak sampai dengan pertengahan 1997 dapat dikatakan berhasil. Namun

apabila ditinjau dari aspek pemerataan maka kebijakan regulasi dan deregulasi di

sub sektor perunggasan sampai dewasa ini dapat dikatakan belum berhasil dalam

menjadikan usaha ternak ayam ras sebagai basis peternakan rakyat (Saptana et al,

2002).

Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa usaha ternak skala kecil

berkembang baik apabila rasio (bandingan) harga produk ayam ras dan harga

pakan cukup besar. Hal ini tidak lain karena biaya pakan merupakan bagian

terbesar, antara 65 sampai 85 persen dari biaya produksi. Dengan demikian, kunci

penyelesaian kemelut yang dialami peternakan rakyat dewasa ini adalah

bagaimana memperbesar rasio harga produk dan harga pakan ayam ras.

Untuk memperbesar rasio harga produk dan harga pakan ayam ras, tersedia

tiga alternatif pemecahan : (1) mempertahankan harga produk ayam ras pada

tingkat harga sekarang dan menurunkan harga pakan sampai tercapai rasio yang

menguntungkan bagi kedua belah pihak, (2) mempertahankan harga pakan ayam

ras pada harga sekarang dan meningkatkan harga produk ayam ras sampai pada

rasio yang diinginkan, dan (3) bila harga produk dan harga pakan sama-sama naik,

maka kenaikan harga produk ayam ras harus lebih tinggi dari kenaikan harga

pakannya.

Perkembangan harga produk ayam ras berada di luar kekuasaan dunia

usaha perunggasan yang berwawasan agribisnis. Sedangkan harga pakan ayam ras

berada didalam kekuasaan dunia usaha perunggasan yang berwawasan agribisnis.

Dengan demikian, harga pakan dapat digunakan sebagai alat kendali. Agar alat

kendali ini dapat berfungsi baik, industri pakan ayam ras harus berada dalam

Page 19: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

3

suatu posisi skala usaha tertentu, yang dapat berproduksi secara efisien (Alim,

1996).

Industri pakan ayam ras memerlukan bahan baku untuk penyusunan

ransum (pakan) lebih dari 15 jenis. Untuk itu harga dan suplai dari bahan baku

tersebut baik yang diproduksi di dalam negeri atau di impor akan mempengaruhi

industri pakan.

Salah satu kesalahan kita pada masa lalu adalah mendorong pertumbuhan

investasi pabrik pakan dan pembibitan, baik PMDN maupun PMA dengan

mengambil lokasi Jawa Barat. Kebijakan ini telah mendorong pertumbuhan usaha

rakyat di Jawa Barat pula. Padahal Jawa Barat bukanlah wilayah penghasil

tanaman butir-butiran untuk ternak yang utama seperti jagung, kedelai, kacang

tanah dan sebagainya. Namun diakui bahwa Jawa Barat sangat dekat dengan

wilayah konsumsi utama yakni kota Jakarta.

Sejarah membuktikan, bahwa peternakan rakyat menghadapi masalah

dalam mendapatkan bahan baku pakan. Sebagian besar pabrik pakan tradisional

dan skala menengah yang sejak semula melayani usaha rakyat berguguran satu

persatu dan akhirnya punah semuanya. Sebagai gantinya muncul pabrik pakan

skala besar yang menguasai seluruh persediaan bahan baku pakan dalam negeri,

sehingga peternak dipaksa hidup dengan membeli pakan pada harga yang tidak

rasional. Kesulitan dan persaingan di dalam mendapatkan bahan baku di Jawa

Barat telah mendorong perusahaan-perusahaan membangun lebih banyak armada

untuk memperkuat diri sendiri dan akhirnya membentuk kekuatan monopoli.

Terkait dengan kebutuhan industri pakan akan hasil-hasil pertanian berupa

butir-butiran, maka akan lebih menghemat biaya apabila industri pakan tersebut

Page 20: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

4

berlokasi dekat dengan sentra produksi butir-butiran. Hal inilah yang menjadi

pertimbangan pemerintah sekarang ini sehubungan dengan pengembangan

wilayah peternakan. Salah satunya di wilayah Lampung. Propinsi ini merupakan

wilayah sentra produksi bahan baku pakan (butir-butiran) dan sudah sejak lama

menjadi daerah pengekspor bahan baku pakan ternak terutama ke Jepang dan

Eropa (Disnakkeswan-Lampung, 2004). Data tahun 1994, di Lampung terdapat 20

buah industri bahan baku pakan ternak dari total 35 industri bahan baku pakan

ternak di wilayah Sumatera, dengan kapasitas produksi 1 216 580 per tahun

(Ekamasni Consulting,1995).

Sejak tahun 1993/1994 propinsi Lampung telah menjadi salah satu

pemasok ternak potong ke pasar raksasa DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sekarang

ini Lampung merupakan salah satu propinsi terkemuka dalam industri

perunggasan di Indonesia, dan mempunyai peluang pengembangan yang besar

dengan didukung adanya industri pakan (6 perusahaan), breeder (2 perusahaan),

perusahaan yang melaksanakan kemitraan (4 perusahaan), perusahaan

pemotongan ayam (1 perusahaan).

Populasi ayam ras pedaging di Lampung sampai dengan tahun 2003

mencapai 23 juta ekor, sementara konsumsi lokal hanya mencapai 16-17 juta

ekor, ekspor ke Jepang 1 juta ekor dan 5 juta ekor untuk pasar luar propinsi

(Disnakkeswan-Lampung, 2004).

Fenomena krisis moneter di propinsi Lampung ditandai dengan bangkrut

atau tutupnya beberapa usaha ternak. Informasi dari Dinas Peternakan setempat

menyatakan bahwa usaha ternak yang paling parah terkena dampak krisis moneter

adalah yang berstatus mandiri, yaitu dengan perkiraan sekitar 50-60 persen

Page 21: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

5

mengalami kebangkrutan. Sementara itu untuk usaha ternak pola kemitraan

cenderung lebih bertahan dengan perkiraan persentase kebangkrutan lebih

kurang 30 persen. Kondisi demikian mengisyaratkan bahwa pola kemitraan

sedikit banyaknya dapat dianggap sebagai faktor kunci dalam menopang

eksistensi usaha ternak ditengah terpaan krisis moneter.

Beberapa usaha ternak di luar pola kemitraan yang masih sempat bertahan

terhadap dampak krisis moneter, lebih disebabkan karena relatif kuatnya modal

dan manajemen, serta adanya substitusi pemberian pakan alternatif yang

diistilahkan dengan ”pakan oplosan”. Khusus untuk pakan alternatif, pihak Dinas

Peternakan Lampung Selatan mengemukakan bahwa sebagian peternak telah

mengupayakan oplosan antara jagung, dedak, ikan asin, C2CO3 dengan sebagian

pakan pabrik. Bahan-bahan tersebut tersedia secara lokal baik di pasar maupun di

toko ternak (poultry shop), namun terkadang langka diperoleh dengan harga yang

cenderung mahal.

Adanya kelangkaan bahan baku yang dialami peternak Lampung

merupakan suatu ironi, mengingat propinsi ini memiliki potensi sumberdaya

produksi, misalnya dalam penyediaan jagung, dedak, atau bahkan tepung ikan.

Salah satu contoh yang dikemukakan aparat Dinas terkait setempat menyatakan

bahwa produksi jagung Lampung mencapai 1.3 juta ton per tahun. Tingkat

kebutuhan lokal hanya berkisar antara 600–800 ribu ton per tahun, tapi tetap saja

tidak terpenuhi. Bahkan untuk tepung ikan, propinsi ini dikelilingi oleh laut yang

cukup luas, namun tidak bisa memenuhi pasokan lokal setempat.

Bila ditelusuri, menurut aparat Dinas tersebut, di propinsi Lampung

terdapat beberapa perusahaan besar seperti PT Charoen Pokphand Indonesia, PT

Page 22: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

6

Comfeed, dan PT Anwar Sierad yang memiliki silo-silo untuk menampung dan

menyimpan jagung. Artinya, bahan baku pakan tersebut diindikasikan telah diraup

pabrik pakan tersebut untuk diolah menjadi pakan ternak atau didistribusikan ke

cabang perusahaan di wilayah lain. Sementara untuk tepung ikan, disinyalir di

wilayah setempat terdapat industri produk terkait dengan orientasi ekspor. Oleh

karena itu tidak mengherankan jika kondisi ironi seperti dikemukakan di atas

menjadi kenyataan (Yusdja et al, 2000).

Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan industri pakan

ternak ayam yang ada di Indonesia sekarang ini, yang diwakili oleh daerah/

propinsi Lampung dan Jawa Barat dengan gambaran yang berbeda seperti yang

telah diungkapkan di atas.

1.2. Perumusan Masalah

Pada tahun 1961 terdapat sekitar 200 pabrik pakan tradisional di Indonesia,

namun pada tahun 1994 hanya terdapat 68 pabrik dan tidak ada pabrik berskala

tradisional. Selanjutnya dilaporkan bahwa jumlah pabrik pakan di Indonesia tahun

1998 sebanyak 67 buah dan di tahun 2000 jumlah perusahaan pakan ternak sedikit

mengalami penurunan menjadi 61 perusahaan (Ditjen Peternakan, 2000).

Walau jumlah pabrik pakan lebih banyak pada tahun 1998 dan 1999,

namun demikian ternyata total kapasitas terpasang justru terbesar berada pada

tahun 2000 dan 2001. Fenomena ini menunjukkan bahwa selama tahun tersebut

banyak pabrik pakan skala kecil yang tidak mampu bertahan (bangkrut),

sebaliknya muncul beberapa pabrik pakan dengan skala yang relatif besar

(Kariyasa, 2003).

Page 23: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

7

Keragaman perkembangan industri dicerminkan oleh kondisi internalnya,

terutama dalam kaitannya dengan berbagai indikator kinerja. Keragaman

perkembangan tersebut kemudian mempengaruhi respon industri terhadap

masukan dan fasilitas, baik yang datang dari pihak luar industri maupun strategi

usaha yang dilakukan industri itu sendiri. Beberapa industri memiliki kemampuan

untuk memberi respon yang lebih baik dibandingkan yang lain, dan industri yang

berada pada kelompok ini dapat diidentifikasi sebagai industri yang memiliki

kemampuan usaha yang tinggi. Di lain pihak tantangan terbesar yang saat ini

masih dihadapi oleh industri di Indonesia adalah untuk dapat mewujudkan industri

sebagai badan usaha yang tangguh, yang mampu berusaha secara efisien dan ikut

dalam misi memberdayakan ekonomi rakyat. Hal tersebut dapat diartikan sebagai

tantangan untuk meningkatkan kinerja industri.

Melihat keragaman perkembangan industri dapat diduga bahwa diantara

industri ada yang mampu menjawab tantangan tersebut, tetapi juga ada yang tidak

mampu. Dalam kerangka pemikiran ekonomi kelembagaan, perilaku usaha

(business conduct / business behavior / business strategy) berinteraksi dengan

struktur usaha (business structure) yang kemudian akan mempengaruhi kinerja

(business performance). Kinerja itu sendiri pada gilirannya akan membangun

struktur usaha pada tahap selanjutnya (Rumelt, 1986 dalam Krisnamurthi, 1998).

Dalam pandangan ini, perilaku usaha dapat diartikan sebagai pengambilan

keputusan usaha yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi struktur usaha

menuju pencapaian tujuan usaha tertentu. Perilaku usaha sendiri merupakan hasil

dari pemikiran dasar - bahkan teori - yang memandu pengambil keputusan dalam

mengelola sumberdaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang diinginkan

Page 24: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

8

dan tingkat perkembangan usaha yang telah dicapai (Kohls and Uhl, 1990 dalam

Krisnamurthi, 1998).

Kenyataan sekarang memperlihatkan bahwa struktur industri unggas

nasional yang ada selama ini tidak berakar pada kekuatan sendiri, tidak

terintegrasi dan tidak jelas apakah untuk elemen budidaya pengembangan usaha

rakyat atau usaha skala besar. Disisi lain, profil industri unggas nasional

mempunyai masalah pada hampir seluruh simpul-simpul agribisnis, mulai dari

pengadaan sarana produksi, budidaya, pengolahan, sampai pada simpul

pemasaran. Simpul-simpul agribisnis tersebut bekerja tidak saling menunjang dan

tidak saling seimbang sehingga strategi dan kebijakan pemerintah menjadi serba

salah. Perlu juga diperhatikan bahwa pemerintah mempunyai komitmen bahwa

budidaya peternakan merupakan sumber lapangan kerja dan mata pencaharian

rakyat terutama di pedesaan. Namun, komitmen ini mendukung adanya intervensi

pemerintah dalam industri unggas nasional. Atas dasar itu usaha-usaha dalam

merancang strategi dan program pembangunan industri unggas yang efektif

menjadi lebih penting (Yusdja, 2000).

Adapun kajian yang dilakukan pada industri perunggasan dipandang

sangat relevan, karena kegiatan pada bidang ini patut diduga telah terjadi praktek

monopoli dalam bentuk kartel, atau paling tidak peternak rakyat menghadapi

masalah ganda yaitu struktur pasar yang oligopolistik pada pasar input dan

struktur yang oligopsonistik pada pasar output. Disamping itu isu adanya integrasi

vertikal yang disertai adanya integrasi horisontal telah menyebabkan peternak

rakyat berada pada posisi rebut tawar yang lemah.

Page 25: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

9

Peternak rakyat banyak yang mengeluh dengan adanya integrasi vertikal

ini. Dalam hal ini peternak akan menghadapi masalah ganda yaitu masalah pada

pasar input dan sekaligus masalah pada pasar output. Peternak akan sebagai price

taker pada pasar input dan terpaksa harus membayar harga input yang terkadang

tidak rasional. Hal ini antara lain disebabkan oleh : (1) integrasi vertikal yang

dijalankan adalah integrasi vertikal yang semu, sehingga tujuan utama integrasi

vertikal adalah mencapai efisiensi tertinggi tidak tercapai. Hal ini disebabkan

perusahaan peternakan terbagi dalam unit-unit industri yang terpisah yang pada

masing-masing unit perusahaan terdapat margin pemasaran, sehingga peternak

rakyat menghadapi margin ganda dan (2) struktur perusahaan peternakan yang

melakukan integrasi vertikal adalah perusahaan yang oligopolistik, yang bagi

perusahaan akan lebih menguntungkan melakukan kesepakatan-kesepakatan

bisnis dari pada melakukan perang harga. Sementara itu pada sisi pasar output

peternak unggas rakyat menghadapi masalah : (1) pangsa produksi yang dikuasai

baik secara individu maupun kelompok sangatlah kecil dibandingkan pangsa

produksi perusahaan peternakan, (2) tidak ada perbedaan segmentasi dan tujuan

pasar, dan (3) peternak unggas rakyat juga menghadapi struktur pasar yang

oligopsonistik terutama dalam berhadapan dengan inti.

Selama periode 2001-2005, jumlah produksi daging dan populasi ayam ras

di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9.9 persen dan 9.8 persen

per tahun (Statistik Peternakan, 2005). Meningkatnya produksi daging dan

populasi ayam ras selanjutnya berdampak terhadap kenaikan permintaan pakan

ayam ras. Permintaan pakan yang meningkat tersebut harus diikuti oleh adanya

peningkatan produksi pakan. Produksi pakan pada tahun 1996 sebesar 4.3 juta ton

Page 26: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

10

dan menurun menjadi 2.7 juta ton pada tahun 1999, kemudian kembali meningkat

berturut-turut menjadi 4.5 juta ton pada tahun 2000 dan mencapai 10 juta ton pada

tahun 2003 (Deptan, 2004).

Meningkatnya produksi pakan tentu semakin meningkatkan kebutuhan

pabrik pakan akan bahan baku pakan. Di dalam komposisi pakan ayam ras, jagung

memiliki proporsi terbesar yaitu berkisar 51.4 persen, disusul bungkil kedelai 18.0

persen, dedak 15.0 persen, pollard 10.0 persen, tepung ikan 5.0 dan feed

supplement 0.6 persen (Tangendjaja et al, 2002 dan Deptan, 2002). Terlihat

bahwa jagung mempunyai peranan yang sangat besar dalam produksi daging

ayam. Jagung sudah lama merupakan bahan baku populer di seluruh dunia. Selain

harganya relatif murah, juga mengandung kadar kalori yang relatif tinggi,

mempunyai protein dan kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi

dalam jumlah yang besar dan sangat digemari oleh ternak. Telah banyak usaha

dilakukan dalam upaya mencari alternatif substitusi jagung, tapi tampaknya belum

ada yang bisa menggantikannya secara sempurna.

Sementara untuk bahan baku bungkil kedele, yang merupakan by product

dari kedelai, produksinya di dalam negeri sangat sedikit sehingga dibutuhkan

impor. Sulitnya memproduksi kedelai terkait dengan kesesuaian lahan di

Indonesia. Setiap tahunnya dibutuhkan impor kedelai lebih dari dua juta ton.

Pada pasar pakan ternak ayam ras, fenomena yang terjadi selama ini adalah

laju kenaikan harga pakan jauh melebihi laju kenaikan harga jagung dan kedelai.

Hal ini dapat dilihat semakin melebarnya rasio harga jagung terhadap pakan

ternak yaitu dari 0.78 pada tahun 1980 menjadi 0.22 pada tahun 1996 (Purba,

1999). Selain itu, penyediaan pakan yang belum sesuai harapan juga menjadi

Page 27: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

11

masalah dalam pasar ini, karena ketergantungan pabrik pakan terhadap bahan

baku impor masih tinggi, terutama jagung dan bungkil kedelai. Pada tahun 1990,

pangsa penggunaan jagung impor hanya 3.63 persen dari jumlah total kebutuhan

jagung yang dibutuhkan dalam pembuatan pakan. Mulai tahun 1994 pangsa

jagung impor sudah lebih dari 30 persen, bahkan tahun 2000 pangsa penggunaan

jagung impor dan domestik hampir berimbang (47.04 persen berbanding 52.96

persen) (Kariyasa, 2003).

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, terlihat jelas bahwa pentingnya

peranan industri pakan dalam menunjang industri perunggasan. Namun untuk

melihat perkembangan ke depan ada beberapa pertanyaan pokok berkaitan dengan

peningkatan kinerja industri pakan yaitu pertama, bagaimana perilaku bisnis

perusahaan pakan ternak yang ada sekarang dan pengaruhnya terhadap kinerja

perusahaan ? kedua, bagaimana arah perkembangan industri pakan ? serta ketiga,

bentuk kebijakan pemerintah seperti apa yang perlu dilakukan agar perkembangan

tersebut dapat mengarah kepada peningkatan kinerja industri pakan dalam rangka

pengembangan peternakan rakyat.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur,

perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di Lampung dan Jawa Barat,

sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji perilaku bisnis industri pakan ternak ayam melalui analisis

keterkaitan hubungan antara Structure - Conduct - Performance (Struktur -

Perilaku - Kinerja)

Page 28: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

12

2. Menganalisis arah perkembangan industri pakan ternak ayam

3. Merumuskan kebijakan bagi pemerintah untuk mendorong perkembangan

industri pakan.

Dengan mengetahui struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak

ayam ras di Lampung dan Jawa Barat, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi para pengambil keputusan untuk program pengembangan

industri pakan ternak ayam ras, khususnya di dalam periode mendatang.

Disamping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi informasi bagi peneliti

lainnya, khususnya peneliti di bidang peternakan.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Kegiatan penelitian ini diawali oleh suatu diskusi mengenai perkembangan

dan perilaku usaha industri pakan ternak ayam di Lampung dan Jawa Barat.

Kemudian disusun model analisa empirik mengenai struktur, perilaku dan kinerja

usaha industri. Dalam hal ini dianalisa sembilan perusahaan (pabrik) pakan ternak

yang ada di wilayah Lampung dan Jawa Barat. Unit analisis yaitu pabrik pakan

yang menghasilkan sepenuhnya atau sebagian besar pakan untuk ternak ayam.

Kebijakan-kebijakan pemerintah lebih difokuskan pada kebijakan yang berkenaan

dengan industri pakan dan impor bahan baku pakan.

Namun demikian, studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Dilihat dari

ruang lingkup, studi ini terbatas pada :

1. Data-data yang tersedia dari berbagai aspek ekonomi di industri pakan ternak

dan tidak secara langsung membahas berbagai aspek non ekonomi yang juga

menjadi komponen dan yang mempengaruhi perilaku dan kinerja industri

Page 29: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

13

2. Analisis dibatasi hanya pada aspek produksi pada industri pakan ayam ras,

tanpa membahas lebih lanjut secara mendalam tentang aspek pasar atau

tataniaga bahan baku dan produk akhir pakan ternak ayam ras tersebut

3. Tidak menganalisis aspek perdagangan internasional, walaupun aspek ini

sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan industri pakan ternak ayam

ras dan performance agribisnis ayam ras di Indonesia

4. Harga pakan, volume, biaya produksi untuk masing-masing jenis produk tidak

dapat di disagregasi sesuai dengan diferensiasi produk yang dihasilkan. Harga

pasar pakan merupakan harga rata-rata dari harga pakan perusahaan sampel.

Page 30: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Kebijakan Agribisnis Ayam Ras

Perkembangan perunggasan Indonesia dari tahun 1965 hingga sekarang

berjalan dengan tingkat pertumbuhan yang cukup berhasil. Misi penyediaan

pangannya telah mampu ikut menyumbang dan membangun sumber daya

manusia. Tidak kurang dari 200 juta penduduk Indonesia telah mampu

mengkonsumsi rata-rata 11 kg/kapita/tahun hasil unggas dari hasil sebesar 2.5

trilyun kg/tahun. Berarti pula, di bidang ekonomi, tidak kurang dari 20 trilyun

rupiah uang masyarakat beredar untuk membelanjakan hasil-hasil unggas dan ini

semua berarti hasil dari investasi, teknologi, kesepakatan kerja/kesempatan

berusaha yang tumbuh di dalam masyarakat (Oetoro, 2002).

Program pemerintah dalam mengembangkan peternakan ayam ras terlihat

dari adanya program Bimbingan Massal (Bimas) ayam yang dimulai pada 1976.

Program ini dilakukan mirip dengan Bimas padi yang ditujukan untuk

swasembada beras. Program dimulai dengan membangun paket proyek di Bogor

dan Yogyakarta. Mengingat proyek percontohan ini dinilai berhasil, maka

program ini dilanjutkan untuk daerah-daerah lain. Sampai dengan 1977/1978,

program Bimas ini telah meluas ke 18 lokasi dengan jumlah proyek mencapai

2 325 paket dengan nilai kredit sebesar Rp. 813.75 milyar.

Hasil analisis memperlihatkan bahwa program pemberian kredit Bimas

ayam ras tersebut ternyata menguntungkan bagi petani. Oleh karena itu, program

tersebut kemudian dilanjutkan dengan program Bimas broiler (ayam ras pedaging)

sejak tahun 1980. Pada program Bimas ayam broiler ini para peternak kecil yang

14

Page 31: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

15

dinilai layak, mendapatkan kredit dan diberi jatah paket berupa 500 ekor ayam/

periode atau 2 500 ekor ayam/tahun (tiap periode terdiri dari 7- 8 minggu).

Program Bimas ayam ras broiler maupun ayam ras petelur ini ternyata

berkembang dengan baik karena dapat mendatangkan keuntungan dengan baik

yang menarik bagi peternak peserta Bimas. Walaupun demikian, dalam perjalanan

lebih lanjut, program ini mulai menemui sejumlah masalah di lapangan, terutama

mulai memasuki pelita III (1979-1984), seiring dengan munculnya masalah

pemasaran daging dan telur ayam. Masalah mulai timbul karena dalam kurun

waktu tersebut peternak yang mengelola ayam ras ternyata bukan hanya peserta

Bimas, tetapi meluas ke peternak mandiri yang lahir dari unsur wiraswasta murni

tanpa bantuan kredit dan fasilitas lainnya dari pemerintah.

Banyak di antara peternak mandiri ini memelihara ayam ras dalam jumlah

besar yang mencapai puluhan hingga ratusan ribu dan jutaan ekor. Masalah utama

yang timbul adalah kurangnya bahan baku pakan ternak, terutama pada saat

musim kemarau tiba. Pada saat itu harga pakan ternak menjadi mahal sementara

harga jual daging dan telur ayam relatif stagnan. Dilain pihak, karena

manajemennya yang lebih baik, peternak skala besar mampu menjual produk

daging dan telur ayam dengan harga yang lebih murah dibanding peternak kecil.

Akibatnya, mulai timbul kemelut berupa pertentangan antara peternak kecil

dengan peternak besar.

Sebagai respon terhadap kemelut tersebut, maka pemerintah kemudian

menetapkan sebuah Keputusan Presiden, yakni Keppres No. 50/1981 tanggal

2 November 1981 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras dengan inti

materi sebagai berikut:

Page 32: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

16

1. Perorangan atau badan hukum yang menjalankan usaha peternakan ayam

petelur hanya diperkenankan mengelola jumlah ayam dewasa sebanyak-

banyaknya 5 ribu ekor, sedangkan untuk ayam pedaging maksimum 750 ekor

per minggu

2. Perorangan atau badan hukum yang mengelola ayam petelur atau pedaging

melebihi jumlah yang telah ditentukan, harus mengurangi secara bertahap

sampai dengan batas jumlah yang ditentukan

3. Untuk menjamin tersedianya produksi telur dan daging ayam ras, maka

dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Meningkatkan usaha peternakan ayam ras yang sudah ada untuk mencapai

skala usaha peternakan kecil yang maksimal

b. Mendorong terbentuknya peternakan-peternakan ayam ras baru, baik

melalui Bimas maupun non Bimas.

Keppres No 50/1981 ini pada hakekatnya merupakan upaya restrukturisasi

dan stabilisasi di bidang perunggasan setelah terjadinya ketimpangan struktur

usaha dan munculnya pertentangan antara peternak kecil dengan peternak besar.

Namun demikian, pelaksanaan Keppres ini tenyata tidak terlalu sesuai dengan

yang diharapkan. Akibat banyaknya pelanggaran yang terjadi, maka Menteri

Pertanian RI kemudian menerbitkan SK Mentan No. TN 406/Kpts/5/1984

tertanggal 28 Mei 1984. SK Mentan tersebut pada intinya mengatur pola

kerjasama tertutup yang saling menguntungkan antara perusahaan peternakan

sebagai inti dengan peternak sebagai plasma, yang kemudian dikenal sebagai pola

Perusahaan Inti Rakyat (PIR).

Page 33: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

17

Dalam perkembangannnya, pola PIR ini ternyata belum juga mampu

meredam gejolak di lapangan sehingga dengan berbagai upaya konsolidasi dengan

masyarakat perunggasan, pada tahun 1990, Keppres No 50/1981 dicabut dan

diganti dengan Keppres No 22/1990, yang berisi tentang Kebijakan Pembinaan

Usaha Peternakan Ayam Ras. Untuk mendukung pelaksanaannya, diterbitkan pula

SK Menteri Pertanian No 362/Kpts/TN/120/1990 tentang Ketentuan dan Tatacara

Pelaksanaan Pemberian Izin dan Pendaftaran Usaha Peternakan.

Keppres No 22/1990 pada hakekatnya merupakan upaya deregulasi

tentang bidang perunggasan. Skala usaha yang pada Keppres sebelumnya dibatasi

maka pada Keppres yang baru tersebut tidak lagi diatur. Pengaturan skala usaha

hanya dilakukan pada SK Mentan No 362/1990, yang berisi tentang tatacara

perizinan, bukan pembatasan. Dalam SK Mentan tersebut dinyatakan bahwa

untuk usaha peternakan yang jumlahnya 10 ribu ekor petelur dewasa atau

dibawahnya, maka dimasukkan sebagai kategori peternakan rakyat, yang

pendiriannya tidak memerlukan izin, melainkan hanya cukup dengan

mendaftarkannya saja. Sedangkan untuk ayam pedaging, jumlah maksimum 15

ribu ekor per siklus, dikategorikan sebagai peternakan rakyat, dan bila melebihi

jumlah tersebut, maka dikategorikan sebagai perusahaan peternakan.

Perubahan peraturan perundang-undangan ini menjadi pemicu bagi

berkembangnya agribisnis perunggasan di Indonesia, terutama ayam ras karena

pada saat itulah siapapun boleh mengusahakan peternakan ayam ras, asal

memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dengan diberlakukannya Keppres No.

22/1990, maka muncul banyak peternakan ayam ras dalam skala besar yang

dikelola dengan cara-cara modern, baik dalam hal budidaya maupun dalam

pemasarannya.

Page 34: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

18

2.2. Keterkaitan Agroindustri Pakan Ternak dengan Budidaya Ayam Ras

Industri pakan ayam ras mempunyai keterkaitan ke belakang (backward

linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang cukup panjang. Kaitan ke

belakang dari industri pakan ayam ras adalah kebutuhan akan hasil-hasil pertanian

tanaman pangan sebagai masukan (input), baik yang sudah terolah maupun belum.

Selain daripada itu, industri pakan ayam ras juga memerlukan hasil-hasil industri

lain sebagai pelengkap (supplement) bagi pakan ayam ras. Sedangkan kaitan ke

depan berhubungan dengan penggunaan hasil produksi pakan bagi institusi

berikutnya. Dalam hal ini hasil olahan industri pakan digunakan oleh institusi

budidaya ayam ras yang dikelola secara komersial. Selanjutnya hasil budidaya

ayam ras digunakan sebagai masukan bagi industri lain atau dikonsumsi langsung

oleh konsumen. Dengan demikian apabila industri pakan ayam ras didudukkan

dalam sistem agribisnis tanaman pangan ia berada pada posisi sebagai sub-sistem

agroindustri dan bila didudukkan dalam sistem agribisnis ayam ras ia berada pada

posisi sebagai sub-sistem penyediaan sarana produksi ternak (sapronak).

Keterkaitan ini secara sederhana dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada

Gambar 1.

Dari Gambar 1 nampak bahwa industri pakan ayam ras sangat tergantung

pada beberapa hasil pertanian tanaman pangan. Sedangkan hasil pertanian

tanaman pangan tergantung pada tingkat kesuburan dan kecocokan lahan serta

musim. Apabila produksi tanaman pangan terganggu oleh musim atau oleh hama,

maka harga dari tanaman pangan tersebut akan bergejolak. Gejolak harga bahan

baku pakan akan berpengaruh terhadap harga pakan ayam ras dan pada gilirannya

akan mempengaruhi biaya produksi budidaya ayam ras. Apabila harga pakan

Page 35: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

19

Jagung Kuning

Bungkil Kc. Kedele

Bungkil Kc.Tanah

Dedak Tepung Ikan

Wheat Pollard

RapeseedMeal

Industri Pakan A. Ras

Industri Peralatan Kandang

Dedak DOC

Poultry Shop

Agroindustri Hasil Budidaya

Ayam Ras

Usaha Ternak Ayam Ras

Industri Obat2 an

P a s a r

Gambar 1. Sistem Agribisnis Ayam Ras

Sumber : Alim, 1996

Page 36: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

20

bergejolak naik dan tidak diikuti oleh kenaikan harga hasil ternak ayam ras, maka

para peternak akan menderita rugi.

Selain daripada itu, Gambar 1 memperlihatkan pula bahwa ada empat pola

usaha ternak (budidaya) ayam ras, yakni : (1) usaha ternak ayam ras menyediakan

sendiri seluruh sapronaknya baik langsung maupun melalui perusahaan afiliasi,

(2) usaha ternak ayam menyediakan sendiri sebagian sapronaknya, misalnya

usaha ternak menghasilkan sendiri pakan ayam ras tetapi tidak menyediakan DOC

atau sebaliknya, (3) usaha ternak yang membeli sendiri seluruh sapronaknya

langsung dari pabrik, dan (4) usaha ternak ayam ras yang membeli

seluruh sapronaknya melalui poultry shop. Dari empat pola usaha ini, pola satu

dan dua mempunyai peluang yang lebih baik dalam berbagai kondisi pasar.

Sedangkan usaha ternak pola empat berada pada posisi bersaing yang lemah dan

sangat peka terhadap perubahan harga sapronak. Dalam keadaan harga sapronak

naik, sedangkan harga produk ayam ras tidak naik, maka usaha ternak pola

keempat ini akan sangat menderita.

Peternakan Rakyat (usaha ternak ayam ras skala kecil) pada umumnya

termasuk dalam kategori usaha ternak pola keempat. Dengan demikian,

sesungguhnya Peternakan Rakyat pada umumnya berada pada kondisi pasar yang

rentan terhadap perubahan harga.

Kerumitan-kerumitan yang dialami oleh dunia usaha ayam ras bersumber

dari dua arah, yakni dari luar dan dari dalam dunia usaha ayam ras sendiri. Yang

bersumber dari luar setidak-tidaknya ada tiga sumber yang dominan, yaitu :

(1) berasal dari goncangan harga bahan baku utama pakan ayam ras, (2) berasal

dari goncangan harga produk (daging dan telur) ayam ras, dan (3) berasal dari

Page 37: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

21

pola konsumsi masyarakat (selera konsumen). Sedangkan yang bersumber dari

dalam dunia usaha ayam ras sendiri, sekurang-kurangnya ada tiga . yaitu: (1) mutu

sarana produksi budidaya ayam ras, (2) pola tataniaga ayam ras, dan (3) kemitraan

secara padu antara semua sub-sistem dalam sistem agribisnis ayam ras.

2.3. Perkembangan Industri Pakan Ternak

Perkembangan industri pakan ternak, khususnya pakan ayam ras, tidak

terlepas dari budidaya ayam ras itu sendiri. Korelasi antara keduanya sangat kuat,

sebab output dari industri pakan dikonsumsi oleh ayam ras sebagai sumber utama

kebutuhan gizi. Disisi lain kemampuan produksi ayam ras tergantung pula pada

unsur-unsur gizi yang dikonsumsinya. Ketika ayam ras mulai memasyarakat di

Indonesia dirasakan perlu untuk mendirikan pabrik pakan. Tahun 1972 dipandang

sebagai titik awal berdirinya usaha ternak ayam ras secara serius, dan pada tahun

ini didirikanlah pabrik-pabrik pakan skala menengah di Jakarta. Pabrik-pabrik

pakan kala itu memasarkan hasil produksinya pada kalangan peternak ayam ras

yang masih terbatas. Namun demikian, tahun 1976 peranan pabrik-pabrik pakan

semakin jelas dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-1981 dengan berdirinya

puluhan pabrik pakan, diantaranya banyak yang berskala besar.

Salah satu faktor penyebab berhentinya banyak usaha dalam industri

unggas nasional adalah karena ketergantungan bahan baku pakan dan bibit serta

pinjaman modal pada impor. Dalam krisis moneter dan ekonomi, harga bahan

baku impor melambung, pengembalian utang membengkak, dan pengadaan impor

terpaksa dihentikan. Setelah krisis, ternyata pabrik pakan belum pulih ke posisi

semula. Produksi pakan terpaksa diturunkan sebesar 60 persen, dan akibat lebih

Page 38: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

22

jauh harga pakan melambung sehingga banyak perusahaan yang terpaksa

menghentikan usahanya.

Perkembangan jumlah pabrik pakan, kapasitas terpasang dan kapasitas

terpakai pabrik pakan di Indonesia periode 1990-2001 disajikan pada Tabel 1.

Dalam periode tersebut, rata-rata jumlah pabrik pakan ternak di Indonesia

sebanyak 61 buah, dengan rata-rata total kapasitas 6.3 juta ton atau 102.1 ribu ton

per pabrik.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah dan Kapasitas Pabrik Pakan Indonesia Tahun 1990-2001

Kapasitas

Tahun

Jumlah Pabrik (unit)

Terpasang (000 ton)

Rataan Terpasang (000 ton/pabrik)

Terpakai ( % )

1990 59 2 945 49.9 54.26

1991 59 2 945 49.9 64.07

1992 68 2 949 43.4 61.07

1993 56 3 305 59.0 76.73

1994 56 4 785 85.4 69.80

1995 58 5 278 91.0 63.47

1996 59 6 839 115.9 62.82

1997 63 8 250 131.0 53.88

1998 67 9 089 135.7 22.95

1999 67 9 089 135.7 30.52

2000 61 10 019 164.2 44.88

2001 61 10 019 164.2 44.84 Rataan r (%/th)

61.20 0.63

6 293 12.52

102.1 11.91

54.12 -5.22

Sumber: Statistik Peternakan (diolah) dalam Kariyasa, 2003

Walau jumlah pabrik pakan terbanyak berada pada tahun 1998 dan 1999

(67 buah), namun demikian ternyata total kapasitas terpasang justru terbesar

berada pada tahun 2000 dan 2001, dimana jumlah pabrik pada tahun tersebut

hanya sebanyak 61 buah. Kalau dilihat dari perkembangannya, baik jumlahnya,

Page 39: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

23

total kapasitas maupun rata-rata kapasitas per pabrik pakan periode 1990-2001

mengalami peningkatan berturut-turut 0.63 persen, 12.52 persen dan 11.91 persen

per tahun (Kariyasa, 2003).

Sementara itu, rata-rata kapasitas terpakai dari pabrik pakan selama

periode 1990-2001 hanya sekitar 54.12 persen, itu pun terjadi kecenderungan

menurun sebesar 5.22 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa hampir

sekitar 45.88 persen terjadi idle capacity, sehingga hal ini diduga sebagai salah

satu kenapa biaya produksi pakan di Indonesia relatif masih tinggi.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Pakan dan Penggunaannya di Indonesia, Tahun 1992-2003

Kebutuhan Ternak ayam ras Tahun

Produksi (000 ton) Jumlah (000 ton) Pangsa (%) Lainnyaa (%)

1992 1 806 1 774 98.23 1.77

1993 2 536 2 409 94.99 5.01

1994 3 340 2 841 85.06 14.94

1995 3 350 3 145 93.88 6.12

1996 4 296 3 448 80.26 19.74

1997 4 445 3 017 67.87 32.13

1998 2 086 1 665 79.82 20.18

1999 2 774 1 526 55.01 44.99

2000 4 497 2 497 55.53 44.47

2001 4 991 3 598 72.10 27.90

2002 5 511 2 577 46.80 53.20

2003 10 026 5 382 53.70 46.30 Rataan r (%/th)

4 138 41.40

2 823 18.50

73.60 -4.10

26.40 228.70

Keterangan: a termasuk untuk kebutuhan selain ternak ayam ras dan stok Sumber : Statistik Peternakan (2004)

Perkembangan produksi pakan dan penggunaannya di Indonesia periode

1992-2003 menunjukkan bahwa selama periode tersebut rata-rata produksi pakan

Page 40: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

24

di Indonesia mencapai 4.1 juta ton, dimana setiap tahunnya cenderung mengalami

peningkatan sebesar 41.40 persen (Tabel 2.). Dari segi penggunaannya, tampak

bahwa pada tahun 1992-1995 lebih dari 93 persen dari total produksi pakan

digunakan untuk memenuhi permintaan peternak ayam ras, sisanya sekitar

6 persen untuk memenuhi permintaan lainnya. Dalam periode 1992-2003 rata-rata

penggunaan pakan untuk ternak ayam ras 2.8 juta ton atau sekitar 73.60 persen.

Walaupun dari segi jumlah permintaan pakan dari peternak ayam ras

mengalami peningkatan sebesar 18.50 persen per tahun, namun dari sisi

pangsanya terhadap total penawaran mengalami penurunan sebesar 4.10 persen

per tahun. Sementara itu, pangsa permintaan lainnya (peternakan lainnya dan

stok) mengalami peningkatan tajam sekitar 228.70 persen pertahun.

Kecenderungan pertumbuhan industri pakan menuju bentuk monopoli

dapat pula dilihat dari porsi produksi pakan dari sekelompok pabrik pakan dalam

industri. Porsi produksi pakan dari pabrik pakan yang hanya berjumlah 12 persen

atau secara absolut berjumlah 8 pabrik pakan memiliki pangsa pasar sebesar 65

sampai 83 persen. Dengan demikian, ke delapan pabrik pakan tersebut dapat

dikatakan sebagai pengendali pasar pakan. Pada kenyataannya ke delapan pabrik

pakan tersebut bergabung dalam organisasi GPMT yang mempertegas adanya

kartel diantara mereka.

Hasil kajian Yusdja dan Saptana (1995) mengungkapkan bahwa ada

kecenderungan pertumbuhan pabrik pakan ke arah bentuk monopoli, yang sampai

saat ini sudah dalam bentuk oligopoli. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh :

(1) proporsi produksi pakan dari pabrik pakan berskala besar yang berjumlah 8

buah (12 persen) memiliki pangsa pasar sebesar 65-83 persen, (2) hasil estimasi

Page 41: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

25

keuntungan pabrik pakan (1993) Rp. 265/kg pakan petelur dan Rp. 287/kg pakan

broiler atau sekitar 42-44 persen dari harga jual pakan, (3) bahkan beberapa

perusahaan peternakan skala besar melakukan integrasi vertikal, seperti

perusahaan PT. Japfa Comfeed, PT. Charoen Phokphand, PT. Cargill, PT. Anwar

Sierad, Group Subur, PT. Multi Breeder, dll, dan (4) pada kenyataannya ke

delapan pabrik pakan skala besar ini berada dalam satu organisasi GPMT

(Gabungan Pengusaha Makanan Ternak) yang mempertegas adanya kartel di

antara mereka.

GPMT (Gabungan Pengusaha Makanan Ternak) dikenal sebagai media

yang memperjuangkan nasib pabrik pakan dan mengadakan persekutuan dalam

mengatur harga pakan. Menurut analisis pasar Warta Pertanian (1996) terdapat

dua perusahaan besar yang menguasai lebih setengah pangsa pasar pakan unggas

yang tersedia. Diperkirakan mereka mempunyai pengaruh yang besar dalam

menentukan harga pakan selama ini. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2000 terdapat

61 perusahaan pakan ternak seluruh Indonesia dengan kapasitas produksi

10 018 791 ton. Semakin dominannya perusahaan skala besar dapat ditunjukkan

bahwa ditahun 1999 PT. Charoen Pokphand Indonesia (CPI) mempunyai

kapasitas produksi pakan sebesar 2 410 000 ton pertahun. Selanjutnya

dikemukakan oleh pihak PT. CPI bahwa pangsa pasarnya saat ini mencapai 38

persen untuk pakan unggas. Suatu pangsa pasar yang sangat potensial untuk

menjadi leader dalam perusahaan oligopoli.

2.4. Permasalahan dan Tantangan Industri Pakan Ternak

Tingkat keuntungan pabrik pakan ditentukan oleh biaya bahan baku

makanan ternak yang digunakan (dan bagaimana meramunya menjadi pakan yang

Page 42: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

26

memenuhi syarat), biaya produksi pakan, dan biaya pemasaran. Keberhasilan

pabrik pakan memperoleh keuntungan yang maksimum ditentukan oleh banyak

faktor. Yusdja dan Pasandaran (1996) memperlihatkan bahwa biaya bahan baku

makanan ternak merupakan biaya terbesar bagi pabrik pakan, yakni 78.8 persen

dari total biaya. Sedangkan biaya memproduksi adalah 7.8 persen dan pemasaran

4.4 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa biaya produksi pakan sangat

rendah. Dengan kata lain, biaya investasi relatif kecil sehingga sebenarnya

perusahaan baru tidak akan menghadapi kesulitan jika ingin mendirikan pabrik

pakan. Masalahnya adalah kemampuan dalam menguasai bahan baku.

Sekitar 85-90 persen produksi pakan di Indonesia ditujukan untuk

membuat pakan unggas, yaitu ayam ras pedaging (broiler) dan ayam ras petelur

(layer). Dengan meningkatnya produksi unggas maka produksi pakan juga terus

meningkat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya produksi pakan di awal

tahun 1970an ketika ayam ras pertama kali dimasukkan ke Indonesia.

Industri pakan ayam ras memerlukan bahan baku lebih dari 15 jenis. Dari

sekian banyak jenis bahan baku yang diperlukan, yang paling sering menimbulkan

gejolak harga pakan adalah jagung kuning, bungkil kacang kedele dan tepung

ikan. Dalam komposisi pakan ayam ras, pihak pabrik memperkirakan kontribusi

jagung kuning berkisar antara 30-55 persen, bungkil kedele antara 10-18 persen

dan tepung ikan sebesar 5 persen.

Melihat komposisi pakan sebagaimana diperkirakan oleh pihak pabrik,

jelaslah bahwa jagung kuning mengambil porsi terbesar dalam formula pakan

ayam ras, kemudian disusul dengan bungkil kedele. Hal ini jelas dikarenakan

pakan ayam membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari jagung. Memang

Page 43: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

27

sumber energi bisa diperoleh dari bahan lain seperti sorgum, singkong maupun

minyak. Akan tetapi dengan keterbatasan jumlah, harga dan nilai gizi, maka

jagung masih merupakan bahan baku utama untuk membuat ransum ayam.

Dengan demikian tidak mengherankan apabila terjadi guncangan harga dari kedua

bahan baku utama ini harga pakan ayam ras pun ikut terguncang. Oleh karena itu

produksi dan tataniaga kedua bahan baku ini perlu dicermati.

Kebutuhan bahan baku jagung kuning dari sisi kuantitas belum dapat

dipenuhi dari dalam negeri dan kekurangan ini seringkali cukup besar.

Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mengatasi kekurangan pasokan jagung

dari dalam negeri dilakukan impor, yang kadang-kadang jumlahnya cukup besar

dan dengan harga yang relatif tinggi dibanding harga jagung domestik.

Tabel 3. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Jagung di Indonesia

(ton)

Tahun Produksi Jagung

Ekspor Jagung

Impor Jagung

Net Impor

Permintaan Jagung

1993 6 459 737 52 090 494 446 442 356 6 902 093

1994 6 868 885 28 880 1 109 253 1 080 373 7 949 258

1995 8 245 902 74 879 969 145 894 266 9 140 168

1996 9 307 423 17 505 587 603 570 098 9 877 521

1997 9 161 362 18 956 1 098 353 1 087 397 10 248 759

1998 10 169 488 632 515 313 463 -319 052 9 850 436

1999 9 204 036 90 647 618 060 527 413 9 731 449

2000 9 677 000 28 066 1 264 575 1 236 509 10 913 509

2001 9 347 192 90 474 1 035 797 945 323 10 292 515

2002 9 654 105 14 285 1 149 844 1 135 559 10 789 664

2003 10 886 442 34 172 1 371 126 1 336 954 12 223 396

2004 11 225 243 51 479 1 115 093 1 063 614 12 288 857 Sumber : Statistik Pertanian (2005)

Page 44: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

28

Tabel 3 menunjukkan bahwa peningkatan kebutuhan jagung ini dalam

beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam

negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar.

Hal yang menjadi kendala untuk meningkatkan produksi jagung Indonesia adalah

produktivitas yang masih rendah, yaitu sekitar 2.4 – 2.9 ton/ha.

Secara umum penggunaan jagung di Indonesia dapat dikelompokkan

menjadi empat yaitu : (1) konsumsi langsung, (2) bahan baku pakan ternak, (3)

bahan baku industri pangan dan (4) kebutuhan lainnya. Perkembangan

penggunaan jagung di Indonesia periode 1993-2003 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia, Tahun 1993-2003

Konsumsia Pakanb Industri Pangan dan lainnya Tahun Volume

(000 ton) Pangsa

(%) Volume (000 ton)

Pangsa (%)

Volume (000 ton)

Pangsa (%)

1993 864 13.45 2 298 35.77 3 261 50.78

1994 723 9.67 2 359 31.56 4 392 58.76

1995 567 6.60 2 420 28.18 5 601 65.22

1996 416 4.47 3 315 35.61 5 578 59.92

1997 460 4.96 3 075 33.16 5 738 61.88

1998 516 5.57 1 294 13.96 7 461 80.47

1999 563 6.15 1 717 18.77 6 868 75.07

2000 573 5.57 2 285 22.23 7 421 72.20

2001 582 6.12 2 518 26.47 6 414 67.41

2002 823 7.63 6 538 60.60 3 428 31.77

2003 718 5.88 6 942 56.80 4 562 37.32

Rataan 619 6.91 3 160 33.01 5 520 60.07

r (%/th) -1.69 -5.63 20.20 5.88 3.99 -2.65

Sumber : a SUSENAS (diolah) b Statistik Peternakan berbagai series (diolah)

Page 45: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

29

Rata-rata penggunaan jagung untuk konsumsi langsung relatif sedikit yaitu

619 ribu ton per tahun atau hanya 6.91 persen dari total penggunaan jagung,

bahkan cenderung mengalami penurunan masing-masing 1.69 persen dan 5.63

persen per tahun menurut volume dan pangsa. Seperti dikutip dalam Kariyasa

(2003), sampai dengan tahun 2001, penggunaan jagung terbesar adalah untuk

kebutuhan industri pangan. Namun setelah tahun 2001, penggunaan jagung

terbesar beralih untuk kebutuhan industri pakan. Sementara itu, rata-rata

penggunaan jagung untuk industri pakan periode 1993-2003 sekitar 3.1 juta ton

atau 33.01 persen dari total penggunaan jagung. Baik dari segi volume maupun

pangsa, penggunaan jagung untuk bahan baku pakan mengalami peningkatan

masing-masing 20.20 persen dan 5.88 persen per tahun.

Tujuan utama dilakukan impor jagung adalah dalam upaya untuk

memenuhi kekurangan kebutuhan jagung dalam negeri khususnya untuk bahan

baku pakan. Sementara itu, penggunaan jagung impor untuk bahan baku industri

makanan dan non makanan masih relatif terbatas, diperkirakan hanya sekitar 15

persen. Pada Tabel 5 disajikan perkembangan komposisi penggunaan jagung

impor dan produksi domestik periode 1993-2003. Pada tahun 1993 dari total

jagung yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak, pangsa penggunaan

jagung impor masih sangat kecil yaitu hanya 18.29 persen. Artinya hampir sekitar

81.71 persen masih menggunakan jagung domestik sehingga dapat dikatakan

bahwa jagung impor hanya sebagai pelengkap saja.

Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan Indonesia terhadap jagung

impor sangat tinggi, dimana pada tahun tersebut sekitar 40.29 persen dipenuhi

dari jagung impor, bahkan tahun 2000 penggunaan jagung impor dan jagung

Page 46: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

30

domestik dalam pembuatan pakan ternak hampir berimbang (47.04 persen dan

52.96 persen). Kondisi ini menunjukkan bahwa ketergantungan pabrik pakan yang

semakin tinggi terhadap jagung impor kurang menguntungkan bagi perkembangan

industri pakan dan peternakan di Indonesia, apalagi dalam sepuluh tahun terakhir

volume jagung yang diperdagangkan dalam pasar dunia sangat kecil (Kasryno,

2002).

Tabel 5. Komposisi Penggunaan Jagung Impor dan Domestik dalam Pembuatan Pakan Ternak di Indonesia, Tahun 1993-2003

(%)

Komposisi Jagung Tahun

Impor Domestik

1993 18.29 81.71

1994 40.29 59.71

1995 34.04 65.96

1996 15.82 84.18

1997 30.36 69.64

1998 20.59 79.41

1999 30.60 69.40

2000 47.04 52.96

2001 34.97 65.03

2002 7.60 92.40

2003 11.60 88.40

Rataan 26.47 73.53

r (%/th) -3.66 0.82 Sumber : Tabel 3 dan 4, dimana penggunaan jagung impor untuk non pakan sebesar 15% (diolah)

Namun mulai tahun 2002 penggunaan jagung impor dalam pakan

mengalami penurunan yang signifikan. Pada Tabel 5 juga terlihat bahwa selama

periode 1993-2003 pangsa penggunaan jagung impor mengalami penurunan yaitu

3.66 persen per tahun, sebaliknya pangsa penggunaan jagung produksi domestik

cenderung mengalami peningkatan sebesar 0.82 persen per tahun. Keadaan ini

Page 47: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

31

memperlihatkan bahwa produksi jagung Indonesia mulai meningkat dengan

gencarnya penanaman jagung hibrida varietas unggul, karena dari data luas panen

jagung sampai dengan tahun 2005 tidak ada peningkatan signifikan pada luas

panen tanaman jagung. Jagung hibrida varietas unggul sendiri diperkirakan

produktivitasnya berkisar 6 – 8 ton per hektar, yang jika dibandingkan dengan

produktivitas jagung varietas biasa yang hanya berkisar 3 ton per hektar.

Lain halnya dengan kedelai. Indonesia hanya menghasilkan sedikit

tanaman keluarga kacang-kacangan yang satu ini. Buktinya, produksi kedelai

Indonesia, bahkan Asia secara keseluruhan, tergolong rendah dan hampir semua

negara Asia mengandalkan pasokan impor untuk kebutuhan kedelainya. Impor

kedelai Indonesia mencapai lebih dari dua juta ton per tahunnya. Belum lagi

bungkil kedelai yang merupakan by product kedelai dan komponen penting kedua

dalam penyusunan ransum pakan ternak. Sejak tahun 2000, impor bungkil kedelai

tercatat diatas 1 juta ton per tahun. Perkembangan produksi, ekspor dan impor

kedelai Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Kedelai Indonesia

(ton)

Tahun Produksi Kedelai

Ekspor Kedelai

Impor Kedelai

Net Impor

Permintaan Kedelai

1998 1 305 640 0 343 124 343 124 1 648 764

1999 1 382 848 16 1 301 755 1 301 739 2 684 587

2000 1 018 000 521 1 277 685 1 277 164 2 295 164

2001 826 932 1 188 1 136 419 1 135 231 1 962 163

2002 673 056 0 1 325 833 1 325 833 1 998 889

2003 672 000 13 624 2 773 667 2 760 043 3 432 043

2004 723 000 18 381 2 881 735 2 863 354 3 586 354 Sumber: Statistik Pertanian (2005)

Page 48: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

32

Sementara itu, Sekretaris Jendral Gabungan Pengusaha Makanan Ternak

(GPMT) Fenni Firman Gunadi mengatakan bahwa kenaikan harga pakan dari

Rp. 2 300/kg menjadi Rp. 2 750/kg disebabkan naiknya harga bahan baku pakan

ternak selama periode Januari hingga Maret 20041. Misalnya jagung dari

Rp. 1 100/kg menjadi Rp. 1 200/kg, bungkil kedelai dari 310 menjadi 390 dollar

AS/ton, meat bone meal (MBM) dari 300 menjadi 405 dollar AS/ton. Kenaikan

harga MBM lebih banyak disebabkan berhentinya impor dari AS dan Kanada

karena wabah Mad Cow, sehingga pasokan terbatas dan impor hanya dari

Australia dan Selandia Baru. Selama semester I 2004 produksi pakan ternak

mengalami penurunan sekitar 20 persen hanya 3.6 juta ton dibandingkan semester

I (satu) 2003 sebanyak 3.8 juta ton. Penurunan tersebut karena turunnya konsumsi

pakan ternak akibat wabah Avian Influenza (AI).

Selanjutnya diakui bahwa industri pakan ternak kesulitan mencari bahan

baku pakan ternak, terutama jagung, setelah Cina menghentikan ekspor jagung

mereka. Saat ini negara yang menjadi tujuan impor lainnya adalah Thailand dan

India. Sebenarnya industri pakan lebih menyukai jagung lokal karena mutunya

lebih baik yaitu kadar betakaroten dan proteinnya lebih tinggi. Namun, meski

produksi jagung nasional mencapai 9.8 juta ton masih sulit untuk memenuhi

kebutuhan industri pakan ternak yang mencapai 300 ribu ton/bulan. Alasannya,

panen yang tidak berlangsung kontinu dalam setahun dan daerah sentra produksi

jagung tidak berdekatan dengan industri pakan ternak sehingga harga jagung

impor lebih murah dibandingkan jagung lokal karena mahalnya transportasi.

________________

1 Bali Post (2004). Harga Pakan Melonjak, Peternak Demo : Dikaji Dewan Peternakan Ayam. Kamis, 29 April 2004.

Page 49: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

33

2.5. Kebijaksanaan Integrasi Vertikal

Industri unggas nasional terdiri atas beberapa segmen kegiatan yang satu

sama lain memiliki ketergantungan yang sangat besar karena menyangkut

kebutuhan biologis. Segmen pertama adalah budidaya, kemudian segmen pabrik

pakan, pembibitan, farmasi, industri rumah potong, dan selanjutnya pengemasan.

Menurut Nesheim (1979), urutan segmen produksi terintegrasi berada dalam satu

unit perusahaan, bahkan juga berada dalam satu lokasi perusahaan. Transfer

output intermediate sangat hemat dalam biaya angkutan, kemasan, resiko

kematian/ kerusakan dalam perjalanan, resiko penghematan tenaga kerja, dan

tidak ada margin keuntungan pada setiap segmen. Dengan demikian struktur

produksi vertikal semacam itu memberikan hasil akhir yang lebih efisien

dibandingkan jika segmen tersebut berserakan, baik menurut perusahaan maupun

berdasarkan lokasi perusahaan.

Indonesia memiliki corak perkembangan industri unggas yang banyak

didorong oleh pengaruh kebijaksanaan pemerintah. Sebelum tahun 1970, seluruh

rangkaian produksi berada dalam satu unit usaha tetapi dalam ukuran skala kecil

yakni usaha rakyat. Tetapi kemudian perkembangan industri unggas tumbuh

menurut segmen-segmen tersendiri, maka kita mengenal adanya perusahaan

pabrik pakan yang menghasilkan pakan untuk perusahaan pembibitan dan

perusahaan budidaya. Demikian juga kita memiliki perusahaan pembibitan untuk

menghasilkan bibit untuk perusahaan peternakan. Sehingga apa yang dimaksud

dengan peternakan adalah terbatas pada budidaya itu sendiri. Akibatnya

konsumen hasil akhir harus membayar mahal biaya-biaya ekonomi yang

ditimbulkannya.

Page 50: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

34

Kemudian setelah tahun 1990 ada kecenderungan industri nasional

membentuk integrasi vertikal, tetapi baru dalam bentuk kesatuan finansial yang

terdiri atas beberapa perusahaan yang tidak terintegrasi baik dalam satu

perusahaan, apalagi dalam satu lokasi. Saat ini kita mengenal beberapa grup yang

memiliki 5 sampai 7 perusahaan yang keseluruhannya merupakan segmen-segmen

agribisnis unggas. Berbagai sumber informasi melaporkan antara lain Bisnis

Indonesia (1994), Business Survey and Report (1995), dan Poultry Indonesia

(1994) serta didukung oleh data statistik Direktorat Peternakan (1993, 1994 dan

1995) bahwa beberapa perusahaan pabrik pakan skala besar melakukan integrasi

secara vertikal dalam satu kesatuan finansial meskipun dalam bentuk anak-anak

perusahaan. Bahkan beberapa diantaranya melakukan integrasi secara sempurna

dari hulu sampai ke hilir. Contoh perusahaan yang melakukan integrasi sempurna

ini adalah Charoen Pokphand grup, Cargill, Sierad dan terakhir Grup Subur yang

cikal bakalnya adalah perusahaan pakan, pada tahun 1997 meresmikan perusahaan

ketujuh yang bergerak dalam bidang industri peternakan (Poultry Indonesia, 1997)

Secara nasional usaha semacam ini tidak efisien karena hanya

menguntungkan bagi pemilik modal tetapi biaya produksi menjadi lebih tinggi

dan menjadi beban bagi konsumen. Dalam sistem peternakan yang terintegrasi,

semestinya keuntungan perusahaan diperoleh dari pengolahan lebih lanjut (further

processing), bukan dari pemeliharaan ayam. Ukuran pemeliharaan ayam per

peternaknya menjadi semakin besar. Djarsanto (1997) menyatakan bahwa masing-

masing sub-sistem dalam industri peternakan mau menang sendiri, tidak mau

berpadu. Keadaan ini sama sekali tidak memberikan dampak positif

terhadap penurunan biaya, malah meningkat. Dengan kata lain harga output tidak

Page 51: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

35

berubah antara sebelum dan sesudah integrasi. Seharusnya, dengan integrasi,

harga output akan lebih rendah.

Integrasi seperti ini telah memberikan keuntungan secara akumulasi dari

setiap sub-sistem, sehingga memberi keuntungan yang besar bagi pemilik modal.

Apalagi, dengan menguasai pangsa pasar yang besar, maka perusahaan induk

finansial dapat mengatur pasar sehingga menimbulkan suatu integrasi yang

merugikan peternak yang berada diluar integrasi tersebut.

Kini ada masalah pokok yang timbul kepermukaan yakni integrasi vertikal

semu. Integrasi vertikal yang terjadi saat ini masih jauh dari sempurna. Pada

sisi lain integrasi semu ini cenderung tumbuh membentuk monopoli atau

oligopoli. Thailand negara Asia yang sudah maju dalam industri broilernya, telah

sejak semula membangun secara terintegrasi, tetapi terjerumus kedalam bentuk

monopoli (Panayotou, 1989 dalam Yusdja et al, 2000). Sekalipun integrasi tidak

saja merupakan suatu keharusan, tetapi memang harus begitu, namun tidak harus

disertai watak monopoli.

Salah satu faktor pendorong terjadinya integrasi yang ada saat ini adalah

karena struktur perizinan. Struktur perizinan usaha yang ada saat ini tidak

menguntungkan sektor pertanian. Sebagai contoh, jika seorang pengusaha

bermaksud mendirikan usaha peternakan ayam, pabrik pakan untuk kebutuhan

sendiri, dan pembibitan, maka dia harus memiliki tiga buah surat izin. Hasilnya

adalah terciptanya tiga buah perusahaan yang terintegrasi secara semu.

Sebagaimana telah diperlihatkan bahwa integrasi semu ternyata mendorong

terjadinya peningkatan biaya. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya segera

melakukan deregulasi dalam bidang perizinan usaha peternakan. Sistem perizinan

Page 52: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

36

per sektor dan per komoditas yang berlaku saat ini tidak sesuai bagi membangun

industri ayam ras yang efisien.

Pasar Eceran Modern

Pasar Eceran Tradisional Ekspor

Koperasi Pemasaran

Pasar RT, Hotel, Rumah Makan, Konsumen Khusus

Peternak Skala Menengah

Koperasi Produksi

Pabrik Pakan Pembibitan Pabrik Obat Lainnya

Sumber Bahan Baku Pertanian

Gambar 2. Urutan Segmen Produksi Terintegrasi

Sumber : Yusdja et al, 2000

Page 53: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

37

2.6. Pendekatan Ekonomi Kelembagaan Terhadap Perilaku Industri

Kajian terhadap perilaku suatu lembaga ekonomi sangat tergantung pada

konsep pemikiran ekonomi yang mendasarinya. Saat ini terdapat dua aliran

pemikiran besar yang mewarnai hampir setiap kajian ekonomi mikro modern

(Spechler, 1990), yaitu pendekatan neo-klasik dan pendekatan ekonomi

kelembagaan (institusional). Pendekatan neo-klasik menekankan pada asumsi-

asumsi dasar yang telah mapan dan berbagai perangkat teori yang telah lengkap

dan mantap, terutama dalam menjelaskan berbagai perilaku perusahaan, perilaku

konsumen, perilaku pasar, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan

masyarakat; sebagai hasil dari proses berbagai kajian yang panjang. Neo-klasik

mendasari pemikiran tentang perilaku ekonomi pada beberapa perspektif dasar

yaitu : (a) adanya keseimbangan pasar bersaing sempurna dan ketidaksempurnaan

pasar hanya merupakan pengecualian, (b) faktor (produksi) mendapat imbalan

sesuai dengan nilai dan kontribusi marjinalnya terhadap produksi, hal yang dapat

mempengaruhi kondisi tersebut umumnya diabaikan, (c) selera diasumsikan tetap

dan universal, (d) faktor organisasi dan manajemen diabaikan, (e) pengaruh politis

dan sosial dianggap minimal, dan (f) masalah pemerataan ditangani secara

terpisah dari efisiensi.

Dilain pihak pendekatan ekonomi kelembagaan justru berusaha untuk

mendalami hal-hal yang dinilai sebagai kelemahan dalam pendekatan neo-klasik.

Berangkat dari pemikiran Thorstein Veblen (1857-1929), dan dalam pengaruh

pemikiran beberapa guru ekonomi dan sosiolog Eropa, seperti Gustav Schmoller

(1839-1917), Max Weber (1864-1920) dan Werner Sombart (1883-1941);

pemikiran ekonomi kelembagaan justru berkembang di Amerika, walaupun salah

Page 54: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

38

satu penulis kelembagaan terkemuka, yaitu John Kenneth Galbraith (1908-....)

menolak untuk dikatakan sebagai “orang kelembagaan”. Walaupun beberapa

bentuk mekanisme kajian yang dilakukan mungkin juga menggunakan teknik

yang dikembangkan oleh neo-klasik, perspektif ekonomi kelembagaan yang

dikembangkan para pemikir di atas menegaskan pentingnya beberapa hal yang

tidak terdapat pada pendekatan neo-klasik (Spechler, 1990).

Pertama, fokus kajian ekonomi kelembagaan ditujukan pada lembaga atau

organisasi sebagai unit analisa. Dalam hal ini yang dimaksud kelembagaan adalah

pengaturan-pengaturan sosial tentang hubungan antar individu dan kelompok.

Ekonomi kelembagaan menempatkan norma, peraturan, kesepakatan dan berbagai

bentuk serupa; yang kemudian tercermin dalam bentuk struktur hak (property

rights) dan hal-hal yang diakui bersama (common denominator), sebagai faktor

penentu dalam pengambilan keputusan ekonomi. Perbedaan unsur kelembagaan

tersebut akan membedakan kriteria pencapaian tujuan suatu kegiatan ekonomi.

Hal berbeda dengan pendekatan neo-klasik yang umumnya memandang

rasionalitas dari pencapaian keuntungan maksimum dan kriteria hedonistik

lainnya. Kedua, kegiatan ekonomi dipandang sebagai suatu proses evolusi yang

berkelanjutan menuju pencapaian tujuan tertentu (bukan sekedar hanya mencari

keseimbangan), dan tujuan tersebut bukan hanya keuntungan maksimum. Proses

evolusi dari lembaga ekonomi tersebut mirip dengan proses evolusi berdasarkan

teori Darwin. Kondisi lembaga pada tahap berikut ditentukan oleh kemampuan

lembaga yang bersangkutan beradaptasi dengan perkembangan kondisi

lingkungan. Ketiga, setiap lembaga dan aktivitas ekonomi dapat memiliki tujuan

yang berbeda atau memiliki beberapa tujuan. Dan keempat, ekonomi

Page 55: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

39

kelembagaan menekankan pentingnya memperhatikan berbagai orientasi normatif

(sosial, politik, dan sebagainya) yang dapat mempengaruhi tujuan atau perilaku

suatu kegiatan ekonomi.

Salah satu pendekatan yang dikembangkan oleh pendekatan ekonomi

kelembagaan adalah bahwa kelembagaan memandang perilaku sebagai bagian

dari rangkaian Struktur – Perilaku - Kinerja (Structure – Conduct - Performance).

Struktur dianggap akan menentukan pola perilaku, dan pola perilaku akan

mempengaruhi kinerja, serta pada akhirnya kinerja akan mempengaruhi kondisi

struktur kelembagaan ekonomi yang bersangkutan (Cook, 1995; Schmid, 1987

dalam Krisnamurthi, 1998). Oleh sebab itu kajian terhadap perilaku usaha perlu

dimulai dengan memahami struktur kelembagaan atau dapat pula diartikan

sebagai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku; yang kemudian

dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola perilaku lembaga serta berbagai

penjelasan mengapa perilaku tersebut terbentuk; serta dilanjutkan dengan usaha

untuk memahami keterkaitan perilaku dengan keragaan yang ditimbulkannya.

Dalam satu sistem yang berkelanjutan (proses), kinerja pada gilirannya kemudian

akan mempengaruhi struktur kelembagaan karena unsur-unsur dari struktur

berkembang sebagai akibat tingkat kinerja yang diperoleh. Jika seluruh proses

tersebut mengarah kepada tujuan yang telah disepakati oleh unsur-unsur dalam

lembaga maka kegiatan yang dilakukan oleh lembaga dinilai menunjukkan

kemajuan.

Dalam konteks struktur, terdapat satu aspek yang dinilai oleh para pemikir

ekonomi kelembagaan memiliki pengaruh yang besar, yaitu aspek hak (rights atau

property rights). Perbedaan atau perubahan struktur hak-hak pelaku dalam setiap

Page 56: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

40

kelembagaan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku,

dengan memperhatikan karakteristik interdepedensi dan karakteristik sumberdaya

(Schmid, 1987 dalam Krisnamurthi, 1998).

2.7. Tinjauan Studi Terdahulu

2.7.1. Studi Mengenai Industri Pakan Ternak

Hasil penelitian Rusastra et al (1990) tentang keunggulan komparatif

produksi pakan ternak di Lampung dan Jawa Barat menemukan bahwa dinamika

harga pakan ternak sangat dipengaruhi oleh gejolak harga bahan baku, bahkan

pakan mempunyai pangsa antara 70-80 persen dari biaya produksi, sehingga

pembenahan dalam industri perunggasan maupun peternakan akan sangat

dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembenahan sub-sektor tanaman pangan.

Temuan serupa juga diperoleh dari hasil kajian Hutabarat et al (1993) di

empat propinsi (DKI, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) dan Sajuti

(2001), dimana jagung merupakan bahan baku utama, dengan pangsa 40-60

persen dari bahan baku pabrik pakan ternak. Besarnya komponen jagung dalam

bahan baku pakan ternak disebabkan karena harganya relatif murah, mudah

diproduksi dalam jumlah banyak, mengandung kalori yang tinggi dan sangat

disukai ternak. Oleh sebab itu upaya untuk mengganti jagung dengan bahan lain

belum berhasil hingga saat ini. Temuan ini juga diperkuat oleh hasil kajian

Tangendjaja et al (2002) yang menunjukkan bahwa peranan jagung dalam

produksi pakan ternak sangat penting dan posisinya belum bisa digantikan secara

sempurna oleh bahan baku lainnya.

Page 57: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

41

Pada tahun 1996, Alim meneliti tentang efisiensi skala usaha pabrik pakan

dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan pendugaan laba dengan

metode SUR (Seemingly Unrelated Regression). Penelitian ini memanfaatkan

pool data, yang terdiri dari data penampang lintang dari tiga pabrik yang berlokasi

di wilayah Bogor dan Bekasi, serta data bulanan selama tiga tahun (1992-1994),

sehingga jumlah pengamatan adalah 108 titik data. Kesimpulan dari penelitian ini

menyatakan bahwa harga jagung kuning sangat dominan dalam mempengaruhi

tingkat 1aba dan efisiensi usaha. Hal ini disebabkan jagung kuning mempunyai

pangsa yang relatif tinggi dalam penyusunan pangsa pakan ternak dan belum

tersedia bahan substitusi yang mempunyai kandungan gizi yang setara.

Penelitian Yusdja dan Pasandaran (1996) dengan menggunakan metode

linear programming menghasilkan temuan yang sangat mendukung hasil-hasil

penelitian di atas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jagung merupakan bahan

baku utama dari industri pakan ternak. Pangsa jagung sebagai bahan baku utama

pakan ternak mencapai 56-62 persen dari keseluruhan bahan baku pakan ternak.

Sementara biaya pakan mencapai 87.8 persen dari keseluruhan biaya produksi

daging ayam.

Hasil penelitian Purba (1999) tentang keterkaitan pasar jagung dan pakan

ternak ayam ras di Indonesia : suatu analisis simulasi dengan menggunakan data

deret waktu periode 1969-1996 dengan sistem persamaan simultan dengan

menggunakan metode 2SLS menunjukkan bahwa produksi pakan ternak sesuai

dengan teori ekonomi secara nyata dipengaruhi oleh peubah selisih harga pakan

dan jagung, tingkat suku bunga dan populasi ayam ras. Akan tetapi, baik jangka

pendek maupun jangka panjang produksi pakan ternak kurang respon terhadap

Page 58: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

42

perubahan dari peubah-peubah tersebut. Sementara itu, peubah-peubah yang

berpengaruh nyata terhadap permintaan pakan ternak adalah rasio harga pakan

terhadap harga ayam ras dan populasi ayam ras.

Selain itu, Yusdja et al (2000) meneliti struktur industri unggas nasional

yang meliputi produksi, peternak dan struktur industri pakan. Adapun responden

yang diteliti selain peternak adalah pedagang, pabrik pakan, pengolahan,

kelembagaan dan instansi pemerintah terkait di tiga propinsi yaitu Jawa Barat,

Jawa Timur dan Lampung. Pengkajian ilmiah teoritis dilakukan untuk melihat

perubahan struktur industri sebelum dan sesudah krisis moneter. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur produksi dari waktu ke

waktu. Dikemukakan bahwa pada periode 1970-an, usaha peternakan ayam ras

100 persen dikuasai oleh peternakan rakyat dengan dukungan kebijakan PMA.

Namun pada periode 1990-an sebagian besar pangsa produksi dikuasai oleh

perusahaan peternakan skala besar (60 persen), skala menengah (20 persen) dan

skala kecil tinggal menguasai 20 persen.

Sejalan dengan Purba, Kariyasa (2003) meneliti perilaku dan keterkaitan

pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, mengevaluasi dampak

kebijakan domestik dan faktor eksternal terhadap kesejahteraan para pelaku pasar

serta melakukan proyeksi produksi dan permintaan domestik terhadap ketiga

komoditi tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder deret waktu 1980-

2001 dan dianalisis melalui pendekatan ekonometrika. Hasil pendugaan

menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara pasar jagung, pakan dan daging ayam

domestik, serta antara pasar domestik dan dunia lewat harga jagung (domestik,

impor dan dunia), harga pakan domestik, harga daging ayam (domestik, impor

Page 59: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

43

dan dunia). Kebijakan subsidi suku bunga kredit usahatani dan harga pupuk

disarankan sebagai alternatif utama dalam pengembangan pasar jagung, pakan dan

daging ayam domestik.

2.7.2. Studi Mengenai Structure-Conduct-Performance

Salah satu penelitian mengenai kinerja ekonomi dengan menggunakan

pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) dilakukan oleh Acharya (1998)

pada pasar produk-produk pertanian di India. Penekanan dalam penelitian ini

adalah keterkaitan antara sektor on farm dan off farm yang dihubungkan oleh

sebuah sistem pemasaran produk pertanian. Sistem pemasaran diyakini

memegang peranan penting dalam menentukan harga yang merupakan sinyal bagi

produsen dan konsumen, dan kemudian kinerja sistem ini sangat ditentukan oleh

perilaku dan struktur pasar itu sendiri. Variabel-variabel yang diteliti adalah

pengukuran regulasi, infrastruktur sistem pemasaran, harga yang ditetapkan oleh

pemerintah, agen-agen dalam pasar, ekspor-impor dan kebijakan ekonomi makro.

Hasil yang didapatkan adalah keseluruhan variabel yang diteliti berpengaruh

nyata terhadap dinamika pasar produk pertanian. Karakteristik struktural pasar

produk pertanian menunjukkan dominasi lembaga-lembaga yang terorganisasi

atas lembaga-lembaga yang tidak terorganisasi dengan konsekuensi timbulnya

potensi terciptanya praktek monopoli atau oligopoli. Saran sebagai hasil dari

penelitian ini adalah perlunya meningkatkan linkages antara petani dengan sektor

ritel, pembangunan infrastruktur di pedesaan dan perlunya perhatian pada proses

grading dan pengontrolan kualitas untuk meningkatkan kinerja pasar.

Page 60: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

44

Viaenne and Gellynck (1995) menggunakan SCP untuk mengevaluasi

pertumbuhan dan situasi terkini industri makanan di Eropa, terutama perusahaan-

perusahaan yang berada di Belanda, Jerman, Inggris dan Perancis. Penelitian ini

menggunakan variabel konsentrasi industri dan intensitas penggunaan tenaga

kerja sebagai indikator struktur, nilai tambah dan investasi sebagai indikator

perilaku, serta produktivitas, tingkat pertumbuhan dan profitabilitas sebagai

indikator kinerja. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan variabel-variabel

didalam structure, conduct, performance. Hasil penelitian menunjukkan Perancis

memiliki struktur industri yang paling terintegrasi dibandingkan dengan negara

yang lain, sementara Inggris dan Jerman mengalami pertumbuhan yang negatif.

Namun Belanda dan Jerman memiliki tingkat profitabilitas yang tertinggi di

antara negara yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar makanan Eropa

sangat ditentukan oleh keterkaitan struktur usaha, perilaku dan kinerja dalam

industri tersebut.

Vlachvei and Oustapassidis (1998) melakukan penelitian untuk membuat

hipotesis mengenai hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja pada industri

makanan di Yunani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter

tingkat profitabilitas yang dipengaruhi oleh konsentrasi industri dan iklan pada 38

manufaktur dalam industri pangan dengan menggunakan metode estimasi 3SLS.

Indikator struktur diwakili oleh indeks konsentrasi perusahaan, indikator perilaku

diwakili oleh rasio antara pengiklanan dengan total penjualan, dan tingkat

profitabilitas sebagai indikator kinerja. Hasil yang didapatkan adalah bahwa

intensitas pemasangan iklan dan ekspor berpengaruh nyata dalam meningkatkan

tingkat profitabilitas. Selanjutnya kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh tingkat

Page 61: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

45

konsentrasi perusahaan, dan pada sebelumnya konsentrasi tersebut sangat

dipengaruhi oleh economies of scale perusahaan yang bersangkutan. Rekomendasi

yang dinyatakan oleh peneliti adalah bahwa pengiklanan dan diferensiasi produk

merupakan variabel utama yang sangat mempengaruhi profitabilitas. Hubungan

antara pemasangan iklan dan tingkat konsentrasi menunjukan bahwa perusahaan

yang memiliki pangsa produk yang besar lebih efektif untuk menggunakan media

periklanan dibandingkan dengan perusahaan dengan pangsa yang kecil.

Krisnamurthi (1998) menggunakan SCP untuk mengetahui perilaku usaha

KUD pada setiap tingkat perkembangan kelembagaan KUD. Analisis hubungan

struktur, perilaku dan kinerja koperasi menggunakan pendekatan ekonometrika

dengan persamaan simultan. Penelitian ini menggunakan variabel modal dan

volume usaha sebagai indikator struktur, orientasi usaha dan kegiatan usaha utama

serta penggunaan modal luar sebagai indikator perilaku serta produktivitas, SHU

dan volume usaha total sebagai indikator kinerja. Disimpulkan bahwa tingkat

perkembangan koperasi sangat ditentukan oleh orientasi usaha, pengembangan

usaha utama yang berbasis agribisnis pada subsistem produksi dan pemasaran

terutama yang non program dan mampu menciptakan integrasi usaha serta dengan

mencapai tingkat jumlah anggota yang optimal.

Sayaka (2003) menganalisis struktur pasar, perilaku dan kinerja industri

benih jagung di provinsi Jawa Timur, menggunakan data primer dan sekunder.

Data primer dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan

swasta serta distributor benih jagung. Dimensi dari struktur pasar adalah derajat

konsentrasi penjual dan pembeli, diferensiasi produk, barriers to entry and exit

serta pengetahuan pasar. Perilaku pasar dievaluasi menggunakan pendekatan

Page 62: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

46

kelembagaan dan fungsional. Kinerja pasar mencakup efisiensi teknis, efisiensi

harga dan progressiveness. Analisis deskriptif dan statistik digunakan untuk

menentukan struktur, perilaku dan kinerja dari industri. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa struktur industri benih jagung di Jawa Timur adalah

sangat oligopolistik. Tiga perusahaan multinasional mendominasi industri.

Investasi yang besar dan terus menerus penemuan varietas baru merupakan

hambatan masuk yang dominan di industri benih jagung meskipun laba tinggi

mencegah produsen meninggalkan industri. Iklan dan jasa servis konsumen

merupakan faktor utama pilihan konsumen terhadap benih. Produsen benih

mendapat laba tinggi disamping resiko dari produk yang banyak tidak terjual. Di

tingkat pedagang besar, pasar benih jagung adalah sangat oligopolistik yang

ditandai dengan konsentrasi lebih dari 40 persen. Disisi lain pedagang pengecer

relatif kompetitif. Pedagang besar membeli dan menjual benih pada harga yang

lebih rendah dan mendapat laba yang lebih tinggi dibanding pedagang pengecer.

Secara umum, pasar benih jagung tidak efisien.

Selanjutnya Hakobyan (2004) meneliti jaringan pemasaran susu sapi di

Armenia, menggunakan analisis structure-conduct-performance. Analisis

sebagian besar terkonsentrasi pada rantai pemasaran yaitu koperasi dan pengolah

(pabrik susu). SCP digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang menentukan

daya saing dari suatu pasar, meneliti perilaku dari perusahaan dan menaksir

sukses dari suatu industri dalam pencapaian tujuan. Penelitian menggunakan data

dan informasi dari dokumen internal USDA Marketing Assistance Project

(USDA-MAP), wawancara personal dan data publikasi. Indikator structure

diwakili oleh struktur kepemilikan, ukuran distribusi dan konsentrasi, serta

Page 63: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

47

integrasi dan kerjasama. Conduct diwakili oleh aktivitas pemasaran, kebijakan

harga dan kebijakan produk. Sementara performance dilihat dari pendapatan

peternak, pencapaian dan problem yang dihadapi. Adapun masing-masing

komponen di dalam SCP dibahas secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa masalah utama yang menghalangi peningkatan lebih lanjut

dari pabrik susu adalah ketiadaan modal untuk modernisasi dari peralatan yang

ketinggalan zaman dan mutu dari susu mentah. Problem banyak terdapat di area

pemasaran, diantaranya yang utama menghambat kemajuan dari susu yang

dipasarkan koperasi adalah rendahnya harga susu mentah serta ketiadaan ransum

dan bibit berkualitas tinggi.

Resende (2005) meneliti keterkaitan hubungan SCP dalam konteks

industri manufaktur di Brazil tahun 1996. Untuk tujuan itu, dipertimbangkan suatu

sistem dengan empat persamaan yaitu konsentrasi, iklan, R&D, dan tingkat

keuntungan yang diestimasi menggunakan model persamaan simultan. Sebagai

tambahan untuk explanatory variabel, diproksi dari barriers to entry dan kondisi-

kondisi permintaan, juga memasukkan variabel skema insentif dan praktek

organisatoris. Dari hasil penelitian mengindikasikan suatu peran penting untuk

variabel yang berhubungan dengan barriers to entry dalam mempengaruhi

struktur pasar, suatu efek non linear dan penting dari konsentrasi periklanan, suatu

dampak relevan dari firm-size terhadap penggunaan R&D dan akhirnya suatu

dampak positif yang signifikan dari konsentrasi terhadap tingkat keuntungan dan

hasil yang sama dengan sebelumnya pada negara maju. Sebagai tambahan, tidak

ada peran penting yang terdeteksi untuk praktek organisatoris dan skema insentif

pada hubungan SCP.

Page 64: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

48

Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, karena variabel-variabel yang ada di dalam masing-masing

komponen struktur, perilaku dan kinerja dari industri pakan ternak ayam

dianalisis secara simultan untuk melihat keterkaitan antar komponen tersebut.

Selain itu dilakukan analisis simulasi untuk melihat perkembangan industri pakan

serta merumuskan kebijakan bagi pemerintah untuk mendorong perkembangan

industri pakan di Indonesia.

Page 65: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak

Perusahaan adalah satu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu

perusahaan adalah suatu bentuk kelembagaan, bisa perorangan atau dalam bentuk

sekumpulan orang sebagai pemiliknya (Henderson and Quant, 1972). Perusahaan

melakukan proses produksi, yakni melakukan pengaturan penggunaan input

dalam rangka menghasilkan output. Pengelola perusahaan membuat keputusan

tentang berapa seharusnya dan bagaimana output dihasilkan sehubungan dengan

tingkat keuntungan yang akan diperoleh.

Industri merupakan kumpulan perusahaan yang menghasilkan output

sejenis. Kumpulan usaha pakan ternak merupakan suatu industri dan output yang

dihasilkan adalah pakan. Faktor produksi utama dari pabrik pakan ternak adalah

jagung yaitu khususnya jagung kuning yang banyak mengandung vitamin A dan

zat karoten pemberi warna kuning pada kulit kaki dan kuning telur unggas.

Karena di satu sisi jagung merupakan input bagi pabrik pakan ternak dan di sisi

lain jagung merupakan output dari produsen (petani jagung), maka permintaan

input jagung merupakan permintaan turunan (derived demand) dari pabrik pakan

ternak. Oleh sebab itu fungsi permintaan jagung dapat didefinisikan sebagai

fungsi dari harga jagung, input lain dan harga pakan ternak. Penurunannya akan

dijelaskan pada bagian berikut ini.

Fungsi permintaan input termasuk jagung dan penawaran pakan ternak,

dapat diturunkan dari fungsi produksi pabrik pakan ternak, yang dirumuskan

49

Page 66: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

50

sebagai berikut :

QSP = QS

P (QJ,QF)............................................................................... (1)

dimana QSP = produksi pakan ternak, QJ = volume penggunaan jagung dan QF =

jumlah penggunaan input lainnya. Bila PP = harga per unit pakan ternak, PJ =

harga per unit jagung dan PF = harga per unit input lainnya, maka keuntungan

pabrik pakan ternak dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = PP* QSP (QJ,QF) – (PJ*QJ + PF* QF ) ............................................. (2)

Dengan memaksimumkan fungsi keuntungan di atas dan bila second order

condition dapat dipenuhi, maka keadaan keseimbangan pada pabrik pakan ternak

adalah sebagai berikut :

PJ = PP * QJ' .................................................................................... (3)

PF = PP * QF' .................................................................................... (4)

dimana PP, PJ dan PF merupakan peubah eksogen, QJ dan QF merupakan peubah

endogen. Dengan demikian fungsi permintaan input pabrik pakan ternak adalah:

Permintaan jagung : QDJP = QD

JP (PP, PJ, PF) ............................................... (5)

Permintaan input lain QDFP = QD

FP (PP,PJ,PF) ............................................. (6)

Dengan mensubstitusi persamaan (5) dan (6) ke dalam persamaan (1), maka

fungsi penawaran pakan ternak dari pabrik pakan ternak dapat dirumuskan

sebagai berikut :

QSP = QS

P (PP, PJ, PF )....................................................................... (7)

3.1.2. Analisa Perilaku Usaha

Dalam kerangka pemikiran ekonomi kelembagaan, kita mengenal apa yang

dinamakan Paradigma SCP (Structure-Conduct-Performance) atau Struktur-

Page 67: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

51

Perilaku-Kinerja. Struktur mempengaruhi Perilaku yang pada gilirannya

mempengaruhi Kinerja dan feedback-mechanism membuat Kinerja mempengaruhi

Struktur. Sementara komponen struktur di dalam industri tergantung pada kondisi

dasar, seperti teknologi, skala ekonomis, penawaran dan permintaan akan produk.

Yang dimaksud Struktur adalah mengacu pada struktur pasar yang digambarkan

sebagian besar oleh konsentrasi penguasaan pasar didalam pasar tersebut. Dalam

konteks industri, yang termasuk dalam Structure antara lain jumlah dan ukuran

perusahaan dalam industri tersebut, tingkat konsentrasi, hambatan masuk bagi

perusahaan baru, diferensiasi produk, diversifikasi atau konglomerasi, dan

integrasi vertikal (Carlton and Perloff, 2000).

Conduct merupakan perilaku perusahaan, dengan bersaing atau kolusi.

Yang termasuk dalam Conduct antara lain perilaku harga, kapasitas produksi,

advertensi, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D), strategi

produk dan non harga, investasi dan kelakuan terhadap pesaing.

Conduct ini mempengaruhi Performance perusahaan dalam industri

tersebut yang tercermin dalam harga produk, efisiensi produktif dan alokatifnya,

pemerataan (equity), kemajuan teknis, laba dan pertumbuhannya (Carlton and

Perloff, 2000). Perubahan kinerja tersebut tentu logisnya dalam kerangka pikir

SCP harus bermula dari perilaku yang juga logisnya harus didahului perubahan

struktur. Perubahan itu bisa berasal dari luar sebagai external forces atau

exogenous variable dan dari dalam sebagai audit internal (endogenous variable).

Struktur mempengaruhi perilaku, dimana semakin rendah konsentrasi

maka semakin kompetitif perilaku perusahaan. Perilaku mempengaruhi kinerja,

dimana semakin kompetitif perilaku maka market power (kekuatan pasar)

Page 68: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

52

semakin kecil (artinya semakin besar efisiensi sosial). Struktur mempengaruhi

kinerja, dimana penurunan konsentrasi pasar kearah penguasaan pasar yang lebih

rendah. Hal ini menyiratkan bahwa secara langsung dan tidak langsung struktur

mempengaruhi kinerja (Gambar 3).

S = f1 (C,P) dimana S = Structure

C = f2 (S,P) C = Conduct

P = f3 (S,C) P = Performance

Secara empirik, ketika membandingkan industri, kita perlu mengamati

bahwa industri dengan konsentrasi yang lebih rendah memiliki kekuatan pasar

(market power) yang kecil. Struktur (konsentrasi) adalah eksogenus, variabel yang

menjelaskan. Kinerja, contohnya market power sebagai variabel dependen.

Mengukur Tingkat Konsentrasi :

Jika beberapa perusahaan memiliki penguasaan pasar yang berbeda, jumlah

perusahaan tidaklah mencerminkan tingkat konsentrasi.

Contoh :

Industri I : dua perusahaan masing-masing memilki 50 persen market share.

Industri II : tiga perusahaan – satu dengan 90 persen dan dua lainnya dengan

5 persen market share.

Sesungguhnya, industri II yang lebih terkonsentrasi jika dikaitkan dengan

penguasaan pasar, meskipun jumlah perusahaan lebih banyak dibandingkan

industri I. Konsentrasi pasar dapat dihitung dengan menggunakan Indeks

Herfindahl-Hirschman (HHI), yaitu :

Page 69: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

53

Struktur 1. Jumlah dan ukuran Perusahaan 2. Tingkat konsentrasi 3. Hambatan masuk bagi

perusahaan baru 4. Diferensiasi produk 5. Diversifikasi 6. Integrasi Vertikal

Perilaku 1. Pricing 2. Taktik legal 3. Advertensi 4. Pengeluaran untuk R & D 5. Strategi Produk 6. Investasi

Kinerja 1. Efisiensi 2. Profit 3. Produktivitas 4. Pertumbuhan 5. Harga produk

Gambar 3. Unsur dan Keterkaitan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri (diadopsi dari Carlton and Perloff, 2000)

Kondisi Dasar 1. Permintaan konsumen 2. Penawaran 3. Teknologi 4. Skala ekonomis

Kebijakan Pemerintah 1. Regulasi 2. Antitrust 3. Hambatan masuk 4. Pajak dan subsidi 5. Insentif investasi 6. Kebijakan makroekonomi

Page 70: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

54

Misalkan terdapat n perusahaan di sebuah industri. Untuk masing-masing

perusahaan i, qi merupakan output dari perusahaan i.

Total output dari industri : q = q1 + q2 + ... + qn

Market share dari perusahaan i dinyatakan dengan si = qi/q

Indeks Herfindahl-Hirschman :

HHI = s12+ s2

2+ ...sn2

Untuk contoh di atas :

Industri I: n = 2, s1 = s2 = ½, HHI = ¼ + ¼ = 0.5

Industri II: n = 3, s1 = 0.9, s2 = s3 = 0.05, HHI = (0.9)2 + (0.05)2 + (0.05)2 = 0.815

Jadi, dari nilai Herfindahl-Hirschman Index menunjukkan bahwa industri II lebih

terkonsentrasi.

Struktur Industri

Struktur disini mengacu pada struktur pasar yang digambarkan sebagian

besar oleh konsentrasi penguasaan pasar didalam pasar tersebut. Istilah

konsentrasi atau derajat tingkat konsentrasi mengacu pada kepemilikan atau

kontrol proporsi yang besar dari beberapa kumpulan atau aktivitas sumber daya

ekonomi. Secara kuantitatif, kita mengukur struktur industri berdasarkan rasio

konsentrasi. CR diduga dipengaruhi oleh faktor teknis, variabel perilaku dan

kinerja. Yang termasuk faktor teknis adalah skala ekonomis, yang diproksi dari

biaya produksi (Strickland & Weises, 1976).

Penguasaan pasar (market share) adalah indikator utama dari posisi suatu

perusahaan dalam pasar. Semakin kecil market share, semakin besar tekanan

bersaing perusahaan tersebut. Rasio konsentrasi dari beberapa perusahaan besar

menentukan horisontalnya market power dari perusahaan besar di dalam pasar.

Page 71: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

55

Rasio konsentrasi adalah penguasaan pasar dari perusahaan besar yang

umumnya didasarkan pada empat perusahaan besar. Ini juga merupakan indikator

langsung dari derajat tingkat oligopoli (Sheperd, 1997). Jika banyaknya penjual di

pasar hanya satu, maka disebut monopoli. Jika banyaknya penjual ada beberapa,

maka disebut oligopoli. Secara teori atau prakteknya, karakter, intensitas dan

efektivitas dari kompetisi antar perusahaan akan dipengaruhi secara signifikan

oleh CR (Bain, 1968).

Konsentrasi menyiratkan derajat tingkat dari market power

(Suvanichwong, 1977 dalam Sayaka, 2003). Kekuatan pasar (market power)

adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mempengaruhi dengan kuat kuantitas

dan harga di pasar. Ini juga merupakan share perusahaan dari total penerimaan

output industri yang bervariasi dari 0 sampai 100 persen. Suatu perusahaan

dengan market share kurang dari 10 persen dapat dikatakan tidak memiliki market

power. Market power muncul jika share perusahaan mencapai 15 persen dan dapat

dikatakan monopoli jika mencapai 25 sampai 30 persen (Sheperd, 1997). Untuk

market share lebih dari 40 sampai 50 persen, maka market power secara relatif

kuat. Dari waktu ke waktu market power suatu perusahaan dapat berubah-ubah

tergantung market sharenya. Sementara itu, Market share mempunyai hubungan

yang positif dengan profitabilitas, dimana market share yang semakin meningkat,

juga akan meningkatkan profitabilitas (Sheperd, 1997).

Perilaku Industri

Conduct mengacu pada cara dimana perusahaan sebagai individu atau

grup bertindak dengan cara bersaing untuk memaksimumkan keuntungan dalam

Page 72: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

56

industri tersebut. Menurut Bain (1968), conduct mengacu pada pola perilaku dari

perusahaan dalam mengadopsi atau menyesuaikan diri dalam pasar dimana

mereka menjual produk. Perilaku pasar mencerminkan perilaku dari penjual dan

pembeli di pasar yang mencakup kebijakan penetapan harga dan prakteknya,

strategi periklanan, riset dan pengembangan, investasi dan taktik legal (Scherer

and Ross, 1990). Format lain dari conduct meliputi kolusi dengan pesaing dan

strategi melawan pesaing, sebagai contoh adanya koordinasi dan penyesuaian

harga dari perusahaan yang bersaing dan taktik saling menghancurkan (Sheperd,

1997 and Bain, 1959).

O X2 X1

P2

P1

Harga

Output

C1

G

ATCMC

4a. Firm 4b. Industri

P2

P1

O Z1 Z2 Output

D

S2

S1

Harga

Gambar 4. Penetapan Harga Pada Pasar Bersaing Sempurna (diadopsi dari Scherer and Ross, 1990)

Seperti terlihat pada Gambar 4, dalam pasar yang kompetitif, kurva

permintaan jangka pendek dari perusahaan adalah suatu garis mendatar di OP1

dan kurva penawaran jangka pendek, S1 (Scherer and Ross, 1990). Perusahaan

memaksimumkan laba sampai biaya marjinal (MC) sama dengan harga OP1.

Page 73: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

57

Perusahaan menghasilkan output di OX1 dan mendapatkan profit diatas normal

(GC1 sampai OX1). Kondisi ini menarik perusahaan baru untuk masuk industri,

dan menambahkan fungsi biaya marjinal baru mereka ke dalam kurva penawaran

industri yang membuat kurva penawaran bergeser ke kanan. Entry dan ekspansi

akan meningkatkan output dan akan menekan harga sampai MC sama dengan

biaya rata-rata total (ATC). Kondisi zero-profit dicapai dengan kurva penawaran

jangka pendek, S2, ketika jumlah penawaran sama dengan Z2 dan harga pasar

bergeser ke bawah ke OP2. Perusahaan di industri memaksimumkan keuntungan

mereka dengan menyamakan biaya marjinal mereka, dengan harga baru di OP2

dan level output mereka di OX2.

Pada sisi lain, harga di pasar monopoli ditentukan dengan menyamakan

biaya marjinal jangka pendek (SRMC) dan pendapatan marjinal (MR) di OP3.

Level output yang diproduksi oleh perusahaan adalah OX3. Dengan demikian,

perusahaan mendapat keuntungan sebesar P3C3 sampai OX3. Jika hambatan

masuk (barriers to entry) industri ada, keseimbangan tingkat keuntungan akan

terus berlanjut (Gambar 5a). Penetapan harga output berbeda jika pasar adalah

monopolistik. Bagaimanapun, asumsi dirasa rumit untuk persaingan monopolistik

termasuk penguasaan yang kecil sehubungan dengan pasar, produk diferensiasi,

dan bebas masuk pasar. Laba ekonomi yang didapat oleh perusahaan yang ada

menarik peminat yang baru ke dalam industri dan pergeseran kurva permintaan ke

kiri sampai pada tangen fungsi biaya untuk jangka panjang (LRATC). Level

output menjadi OX4 dan tingkat harga di OP4, dimana LRMC sama dengan MR.

Penetapan harga ini tidak akan memberi laba ekonomi bagi perusahaan di industri

(Gambar 5b).

Page 74: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

58

Harga

O X3 Output

MR

D

SRATCSRMC

C3

P3

5a. Monopoli murni

Harga

5b. Persaingan monopolistik

X4 Output

D MR

LRATC

LRMC

P4

Gambar 5. Penetapan Harga pada Monopoli Murni dan Persaingan Monopolistik (diadopsi dari Scherer and Ross, 1990)

O

Perbandingan antara penetapan harga dibawah pasar monopoli dengan

pasar bersaing, dengan baik diterangkan oleh Nicholson (2000). Diasumsikan

bahwa biaya rata-rata total (AC) adalah tetap untuk suatu periode tertentu.

Gambar 6 menunjukkan bahwa pasar bersaing menentukan harga keseimbangan

dengan menyamakan biaya rata-rata total dengan kurva permintaan (D),

perpotongan di titik E. Di sisi lain, monopoli menetapkan harga di titik B. Harga

monopoli (P**) lebih tinggi dibanding harga dari pasar bersaing (P*) dan

perbedaan ini sama dengan BA. Output dari monopolis adalah OQ**, yang mana

lebih rendah dari pasar bersaing (OQ*). Pengeluaran konsumen dan input

produktif senilai AEQ*Q** dialokasikan kedalam produksi barang lain. Surplus

konsumen yang sama dengan P**BAP* ditransfer menjadi laba monopoli.

Segitiga ABE merupakan welfare loss dari konsumen sehubungan dengan

monopoli.

Page 75: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

59

B

MR

P**

P*

0

A

E

Q**

MC (=AC)

Q*

D

Harga

Gambar 6. Penetapan Harga oleh Perusahaan Monopoli dan Bersaing (diadopsi dari Nicholson (2000)

Kinerja Industri

Pada hipotesis awal menyatakan bahwa struktur pasar merupakan

exogenous explanatory variabel. Namun kenyataannya, struktur pasar

(konsentrasi) itu sendiri mempengaruhi perilaku perusahaan (dan selanjutnya

kinerja perusahaan). Karena itu entry dan exit dari perusahaan di industri

mencerminkan bagaimana kolusi atau kompetitifnya perusahaan, jenis hambatan

yang mereka ciptakan, bagaimana perusahaan besar menghancurkan perusahaan

kecil, dan seterusnya. Entry dan exit, pada gilirannya, mempengaruhi konsentrasi

pasar. Di pihak lain, baik konsentrasi maupun penguasaan pasar ditentukan secara

endogen, masing-masing mempengaruhi yang lain. Korelasi antara konsentrasi

dan market power tidaklah selalu positif. Sebagai contoh, semakin kolusif suatu

Page 76: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

60

industri, harga dan market power semakin tinggi. Namun pada waktu yang sama,

tingginya harga dan tingkat keuntungan dapat menarik pemain baru sehingga

tingkat konsentrasi dapat menurun.

Market power (kekuatan pasar) biasanya diukur oleh kenaikan harga

relatif di atas biaya marjinal, yang disebut Lerner Index. Jika semua perusahaan

mempunyai biaya marjinal dari produksi yang sama, lalu,

L = p – MC p Bagaimana jika perusahaan mempunyai MC produksi yang berbeda-beda?

Selanjutnya, Lerner indeks melihat rata-rata tertimbang dari tiap kenaikan harga

di atas biaya marjinal di mana yang tertimbang di sini adalah market share dari

tiap perusahaan. Jika terdapat n perusahaan dan si adalah pangsa perusahaan i,

L = s1 ( p – MC1 ) + s2 (p – MC2) + …. + sn (p – MCn) p p p

Paradigma SCP percaya bahwa Herfindahl-Hirschman index menjelaskan Lerner

index, perbedaan pada H menjelaskan perbedaan pada L.

Hasil penelitian empiris dengan cross section di industri, biasanya

memiliki hubungan statistik yang lemah. Hal yang menjadi problem adalah data.

Lerner index memerlukan informasi biaya marjinal dari produksi, sementara data

tersebut sulit didapat oleh pihak di luar bisnis. Peneliti dapat menggunakan rata-

rata tertimbang dari tingkat keuntungan (rasio keuntungan terhadap pendapatan)

sebagai proksi dari Lerner index. Mengapa? Karena jika perusahaan-perusahaan

memiliki biaya marjinal yang tetap untuk setiap level output, ci untuk perusahaan

i, maka,

Page 77: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

61

p – ci = p.qi - ci.qi p p.qi

= Profit perusahaan i

Revenue perusahaan i

Namun data perhitungan laba yang dilaporkan industri biasanya tidak

mencerminkan konsep ekonomi tentang laba.

Konsep Pasar Oligopolistik dan Kartel

Dalam sistematika struktur pasar, kartel masuk dalam struktur pasar

oligopoli yang kolusif (Koutsoyiannis, 1979). Pasar Oligopoli dapat didefinisikan

sebagai suatu pasar di mana terdapat beberapa produsen yang menghasilkan

barang dan atau jasa yang saling bersaingan (Sukirno, 1985). Selanjutnya

dikemukakan bahwa ciri-ciri pasar oligopoli adalah : (1) jumlah perusahaan

sangat sedikit, (2) barang yang dihasilkan dapat merupakan produk yang standar

dan berbeda corak, sehingga saling bersaing di pasar, (3) kemampuannya

mempengaruhi harga ada kalanya lemah dan ada kalanya kuat, (4) hambatan

untuk memasuki industri atau pasar (barriers to entry) cukup tangguh, dan (5)

pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi melalui iklan,

secara gencar.

Sebagai akibat dari perkaitan dan hubungan yang saling mempengaruhi,

perusahaan oligopoli harus membuat perhitungan yang cermat mengenai reaksi

dari perusahaan pesaing lainnya apabila ia mengambil kebijakan menurunkan atau

menaikkan harga. Secara umum, reaksi dari perusahaan oligopoli saingan adalah

sebagai berikut : (1) apabila salah satu perusahaan oligopoli menaikkan harga,

sementara perusahaan oligopoli saingan tetap mempertahankan harga, sehingga

Page 78: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

62

perusahaan oligopoli tersebut akan kehilangan langganannya dan perusahaan

pesaingnya dapat merebut pangsa pasar, (2) apabila salah satu perusahaan

oligopoli menurunkan harga, maka perusahaan saingan akan mengikuti

menurunkan harga, kondisi ini dapat menimbulkan perang harga di antara

perusahaan oligopoli sehingga akan dapat mengancam kesinambungan usahanya.

Sebagai ilustrasi struktur pasar oligopoli yang ada di Indonesia adalah

industri pembibitan DOC, industri pakan ternak, industri mie instan, industri

pupuk, industri pengolahan susu, dan dalam batas-batas tertentu Poultry shop-

Poultry shop adalah contoh perusahaan oligopoli. Sementara itu, contoh struktur

pasar yang oligopsonistik adalah industri tepung tapioka di Lampung Tengah,

pedagang jeruk antar pulau asal Pontianak, Kalimantan Barat.

Oleh karena reaksi perusahaan lain adalah seperti dijelaskan di atas, maka

kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopolistik adalah kurva

permintaan yang patah (kinked demand curve) dan kurva penerimaan marginal

(marginal revenue MR) adalah terputus (MR1 dan MR2) seperti pada Gambar 7

berikut:

7a. Kurva Permintaan yang Patah 7b. Kurva Penerimaan Marjinal Yang Terputus

Gambar 7. Kurva Permintaan yang Patah (Kinked-Demand Curve) dan Kurva

Penerimaan Marjinal yang Terputus pada Pasar Oligopolistik (diadopsi dari Koutsoyiannis, 1979)

Page 79: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

63

Dalam kondisi demikian, maka keuntungan maksimal dicapai pada saat

MC=MR. Pada Gambar 7b menunjukkan bahwa pada perusahaan yang

mempunyai struktur biaya antara MC1 hingga MC2 (Titik B1 hingga titik B2) maka

tingkat keuntungan maksimum yang dicapai perusahaan akan tetap sama dengan

tingkat harga Po dan jumlah Qo. Atau dengan kata lain selama kurva biaya

marginal (MC) memotong MR antara titik B1 dan B2, harga dan jumlah produksi

yang dihasilkan perusahaan oligopolis tidak mengalami perubahan.

Berdasarkan pada analisis diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam pasar

oligopoli dimana perusahaan-perusahaan tidak melakukan kesepakatan diantara

mereka, tingkat harga bersifat rigit (sukar berubah). Dalam pasar oligopolistik

akan sangat menguntungkan bagi semua perusahaan jika mereka bekerjasama

melakukan kesepakatan-kesepakatan, inilah yang disebut kartel. Dengan

terjadinya kartel pada industri perunggasan di satu sisi menyebabkan

pertumbuhan yang cepat pada semua subsistem agribisnis termasuk subsistem

budidaya, namun terbatas pada anggota kartel, dan di sisi yang lain telah

menyebabkan banyak pengusaha dan peternak rakyat yang tidak tergabung dalam

kartel mengalami kerugian dan gulung tikar.

Secara umum ada 2 bentuk kartel, yaitu : (1) kartel yang bertujuan

memaksimumkan keuntungan bersama (joint profit maximization), dan (2) kartel

yang bertujuan melakukan pembagian pasar (Sharing of the market). Pada kartel

bentuk yang pertama, perusahaan-perusahaan anggota kartel menyatukan struktur

biayanya dan memaksimumkan keuntungan bersama. Sementara bentuk yang

kedua, dibedakan menjadi 2, yaitu : (1) persetujuan persaingan non harga (non

price competition agreement), sebagai contoh pada perusahaan maskapai

Page 80: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

64

penerbangan di Indonesia, dan (2) persetujuan kuota (Quota agreement), sebagai

contoh adalah OPEC.

Biasanya struktur industri dari pasar oligopoli adalah terdapat beberapa

perusahaan besar yang mendominasi industri dan beberapa perusahaan kecil.

Beberapa perusahaan golongan pertama (yang menguasai pasar) saling

mempengaruhi satu sama lain, karena keputusan dan tindakan oleh salah satu

perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan lainnya. Dominasi

perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh pangsa produksinya yang besar atau

disebabkan oleh struktur biaya produksinya yang rendah atau kombinasi

keduanya. Adanya kondisi yang saling mempengaruhi, penguasaan pangsa pasar

dan perbedaan dalam struktur biaya maka maksimisasi keuntungan pada kartel

hampir tidak dimungkinkan.

Kondisi tidak tercapainya keuntungan maksimum pada masing-masing

perusahaan dalam kartel dapat diilustrasikan melalui gambar 8. Dimana gambar

8a menunjukkan perusahaan dengan struktur biaya lebih tinggi dan gambar 8c

adalah gabungan perusahaan 1 dan 2 membentuk struktur pasar monopoli (kartel).

Kondisi tidak tercapainya keuntungan maksimum pada masing-masing

perusahaan tersebut, menyebabkan kerugian ganda yaitu: (1) tidak tercapainya

efisiensi atau tidak tercapainya pertumbuhan yang optimal, dan (2) tidak

tercapainya pemerataan kesempatan kerja dan pendapatan.

Keuntungan maksimum kartel dicapai pada titik perpotongan antara kurva

MC dan MR (di titik e, gambar ketiga), dengan menarik titik tersebut ke kurva

permintaan (D) dan kemudian dengan menarik ke sumbu vertikal diperoleh

tingkat harga P. Pada tingkat harga tersebut besarnya keuntungan perusahaan 1

Page 81: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Gambar 8. Mekanisme Tidak Tercapainya Keuntungan Maksimum dalam Kartel

Sumber : Koutsoyiannis, 1979.

65

8a. Struktur Biaya Perusahaan 1 8b. Struktur Biaya Perusahaan 2 8c. Gabungan Struktur Biaya Perusahaan 1 & 2

c f

Page 82: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di
Page 83: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

62

Page 84: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

66

adalah sebesar persegi panjang a,b,c,P, sedangkan perusahaan 2 sebesar persegi

panjang q,f,h,P. Besarnya keuntungan perusahaan 1 lebih besar dibandingkan

perusahaan 2, dan tingkat keuntungan yang dicapai masing-masing perusahaan

bukanlah keuntungan maksimalnya.

Permasalahan Pokok Kartel

Suatu faktor penting yang mempengaruhi struktur pasar dalam bentuk

kartel adalah tingkat kerja sama antar perusahaan yang tergabung dalam kartel.

Artinya mereka mengadakan kesepakatan-kesepakatan (kolusi) baik dalam

penetapan harga, besarnya output, membagi pasar, dan membuat keputusan-

keputusan bisnis lainya, untuk menghindarkan terjadinya perang harga, sehingga

kesinambungan usaha mereka terjamin.

Untuk menciptakan kondisi tersebut tidaklah mudah, permasalahan pokok

yang dihadapi kartel, misalnya pada joint profit maximization antara lain adalah :

(1) adanya kecenderungan kesalahan dalam menduga permintaan pasar,

(2) kecenderungan akan menimbulkan kesalahan dalam menduga marginal cost

(MC) masing-masing, (3) proses negosiasi yang berjalan lambat, (4) tingkat harga

yang dihasilkan dari negosiasi bersifat rigit (kaku), (5) sifat yang kurang

menunjang dari para anggota yang tergabung dalam kartel tersebut, (6)

perusahaan-perusahaan mempunyai struktur biaya tinggi, (7) campur tangan

pemerintah, sebagai contoh di Amerika Serikat keberadaan kartel dilarang oleh

undang-undang Anti Trust, di Indonesia ada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

tentang larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, (8) keinginan untuk

memperoleh citra yang baik di hadapan masyarakat masing-masing perusahaan,

(9) ketakutan terhadap masuknya perusahaan baru dalam industri dengan struktur

Page 85: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

67

biaya yang lebih rendah, dan (10) bebas dalam mendesain produk, sehingga

konsumen cenderung lebih menyukai produk dari perusahaan oligopoli tertentu.

3.2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini pertama-tama dilandasi oleh tiga dasar pemikiran

yaitu: Pertama, adalah komitmen bahwa pengembangan usaha ternak unggas

diutamakan bagi usaha rakyat. Pemerintah berniat mempertahankan komitmen

tersebut sejak awal usaha ternak unggas mulai berkembang pada tahun 1976

sehingga sampai sekarang. Namun setelah krisis ekonomi membuat semuanya

serba salah. Pemerintah dalam kurun waktu 30 tahun telah menerapkan berbagai

kebijaksanaan untuk menegakkan komitmen tersebut, namun yang terjadi adalah

sebaliknya, yakni industri usaha unggas justru menjadi ladang bagi usaha swasta

(Yusdja dan Effendi, 1999).

Kedua, adalah Keppres 22/1990 dan SK Menteri Pertanian No.

314/Mentan/1996. Kedua peraturan ini merupakan fondasi kebijaksanaan

pemerintah dalam membangun model-model pengembangan usaha rakyat dan

usaha swasta sejak tahun 1990. Dua hal utama yang dicantumkan dalam kedua

peraturan tersebut adalah bahwa batasan skala usaha rakyat ditingkatkan dari 5

ribu ekor menjadi 15 ribu ekor, dan pengusaha swasta diizinkan masuk ke dalam

sektor budidaya dengan skala usaha yang bebas tetapi ia harus memenuhi dua hal

yakni pertama tujuan produksi untuk ekspor dan kedua harus melibatkan peternak

rakyat dalam bentuk kemitraan.

Ketiga, adalah bahwa Indonesia cepat atau lambat akan menghadapi pasar

bebas dunia. Pasar bebas mempunyai arti bahwa Indonesia harus membuka diri

Page 86: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

68

bagi masuknya produksi dunia, demikian juga sebaliknya. Kebijakan penetapan

tarif dan non-tarif bagi produk impor tidak bisa dilakukan untuk memproteksi

produksi dalam negeri. Salah satu cara yang legal bagi menghambat masuknya

produk dunia dan mendorong produksi dalam memasuki pasar dunia adalah

dengan meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan keunggulan komparatif

sebesar-besarnya.

Ketiga dasar diatas yakni Komitmen Usaha Rakyat, Keppres 22/1990, dan

Pasar Bebas akan sulit berjalan seiring, karena pertentangan-pertentangan yang

ada di dalam ketiga dasar tersebut. Suatu kajian yang menyeluruh pada semua

elemen struktur industri unggas sangat diperlukan untuk menjawab bagaimana

sebenarnya struktur industri unggas itu sendiri (Gambar 4). Sebagaimana

dikatakan oleh Nesheim (1979), bahwa apa yang dikatakan usaha ternak adalah

usaha yang mengandung tiga unsur terpadu yakni pemeliharaan, pembuatan

pakan, dan pembibitan. Pada kenyataannya struktur terpadu itu tidak kita temukan

di Indonesia, karena struktur industri unggas nasional yang ada mempunyai unsur-

unsur yang berdiri sendiri-sendiri.

Page 87: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

69

Keppres No. 20/1990 Pasar Bebas

Perkembangan Industri Unggas

Nasional

Analisis perilaku Industri pakan

Struktur - Jumlah perusahaan - Rasio konsentrasi - Diferensiasi produk - Struktur tenaga

kerja

Kinerja - Efisiensi usaha - Penetapan harga - Tk. Keuntungan - Market share - Market power

Perilaku - Perilaku biaya - Perilaku

Produksi

Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Idaman

Peternak Mandiri Terintegrasi

Terorganisasi

Komitmen Pemerintah

Gambar 9. Kerangka Pemikiran Struktur dan Keragaan Industri Pakan Ternak

Ayam.

Page 88: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

70

Page 89: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian berlangsung selama 6 bulan mulai April sampai Oktober 2005

dengan lokasi penelitian pada dua propinsi yaitu Lampung dan Jawa Barat.

Pemilihan propinsi berdasarkan pusat kawasan industri pakan untuk wilayah Jawa

dan Sumatera sedangkan populasi sasaran berdasarkan kriteria industri pakan

ternak yang konsisten menghasilkan sebagian besar (lebih dari 50%) pakan atau

ransum untuk ternak ayam ras mulai dari tahun 1999 – 2003. Di propinsi

Lampung terdapat 5 perusahaan pakan ternak dan yang sesuai kriteria ada 3

perusahaan pakan. Sementara di propinsi Jawa Barat terdapat 22 perusahaan

pakan ternak dan yang sesuai kriteria di atas ada 6 perusahaan pakan, sehingga

keseluruhan industri pakan yang diambil berjumlah sembilan perusahaan pakan

ternak ayam.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang

merupakan data pooling yaitu gabungan time series dari tahun 1999 sampai 2003

dan cross section pada sembilan industri pakan. Di Propinsi Lampung terdapat

perusahaan seperti PT. Japfa Comfeed, PT. Vista Grain Corp (Charoen Pokphand

Group), PT. Sentraprofeed Intermitra dan PT. Sierad Grain. Di Propinsi Jawa

Barat terdapat perusahaan seperti PT. Anwar Sierad, PT. Cargill Indonesia, PT.

Charoen Pokphand Indonesia, PT. Gold Coin Indonesia, PT. Japfa Comfeed

Indonesia dan PT. Cheil Jedang Superfeed. Data yang dikumpulkan mencakup

70

Page 90: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

71

perkembangan jumlah perusahaan dan produksi pakan, penggunaan bahan baku

dan tenaga kerja, integrasi produk, harga output dan input, volume dan nilai

penjualan serta produksi bahan baku (jagung dan bungkil kedele) dan output

pakan ternak ayam masing-masing kawasan dan industri. Sumber data sekunder

diperoleh dari Badan Pusat Statistik berdasarkan kode ISIC versi 3 serta berbagai

sumber lainnya seperti FAO, Ditjen Peternakan, Ditjen Tanaman Pangan dan

Hortikultura, dan Poultry Indonesia.

4.3. Spesifikasi Model

Model ekonometrika dalam penelitian ini dikembangkan untuk

membangun model keterkaitan struktur, perilaku dan kinerja industri pakan

ternak. Oleh karena itu, dengan memadukan kerangka teoritis pada Bab III dan

kenyataan yang ada yang menggambarkan bahwa ada keterkaitan diantara

komponen struktur, perilaku dan kinerja industri pakan yang sedang dikaji, seperti

ditunjukkan oleh peubah endogenous pada suatu komponen relevan sebagai

peubah explanatory pada komponen lainnya, sehingga model keterkaitan struktur,

perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di Lampung dan Jawa Barat

merupakan sebuah sistem persamaan simultan.

Model ekonometrika adalah suatu model statistika yang menghubungkan

peubah-peubah ekonomi dari suatu fenomena ekonomi yang mencakup unsur

stokastik (Intriligator, 1978). Selanjutnya suatu model yang baik harus dapat

memenuhi kriteria ekonomi, statistika dan ekonometrika (Koutsoyiannis, 1977).

Model dibagi dalam 3 blok yaitu blok struktur industri, blok perilaku industri dan

blok kinerja industri dengan persamaan masing-masing blok sebagai berikut:

Page 91: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

72

4.3.1. Blok Struktur Industri

Blok struktur mencakup jumlah perusahaan dalam industri pakan, tingkat

konsentrasi dan intensitas penggunaan tenaga kerja (Viaenne and Gellynck

(1995). Selanjutnya Carlton and Perloff (2000) menyatakan bahwa struktur

industri tergantung pada kondisi dasar yang ada. Kondisi dasar di sini diistilahkan

sebagai faktor eksternal yang turut menentukan struktur industri. Yang termasuk

faktor eksternal di dalam model SCP industri pakan diantaranya permintaan

pakan, volume pengeluaran pakan ke luar daerah, produksi pakan regional, harga

input jagung, harga input bungkil kedele dan skala produksi.

Jumlah Perusahaan dalam Industri Pakan (JIPK)

Jumlah perusahaan dalam industri merupakan fungsi dari harga output,

tingkat keuntungan, investasi awal, permintaan pakan dan volume ekspor pakan

ke luar daerah. Peningkatan harga pakan dan tingkat keuntungan akan menarik

investor baru membuka pabrik pakan, sementara nilai investasi awal yang kecil

akan menarik minat investor baru untuk memasuki industri. Selain itu, Nicholson

(2000) menyatakan bahwa jumlah perusahaan ditentukan oleh permintaan pasar,

sehingga persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

JIPK = a1.0 + a1.1RHPKN + a1.2PROF + a1.3INVEA + a1.4DEMDR + a1.5VEXSP +

a1.6DSCL + a1.7DDAE + a1.8YEAR + e1 ................................................. (1)

Hipotesis : a1.1, a1.2, a1.4, a1.5 >0; a1.3, a1.6 <0

dimana: JIPK = Jumlah perusahaan dalam industri (unit)

RHPKN = Rataan harga pakan (Rp/kg)

PROF = Tingkat keuntungan (%)

INVEA = Investasi awal (milyar rp)

DEMDR = Permintaan pakan (juta ton)

VEXSP = Pengeluaran pakan (juta ton)

Page 92: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

73

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Efisiensi Teknis Industri Pakan (EFITR)

Keinginan perusahaan untuk memaksimalkan laba akan menghasilkan

pilihan alokasi sumber daya ekonomi pada batas kemungkinan produksi, yang

efisien secara ekonomi (Nicholson, 2000). Efisiensi teknis industri diduga

dipengaruhi permintaan pakan, tingkat keuntungan, penambahan investasi,

struktur tenaga kerja, kapasitas produksi pakan wilayah dan efisiensi teknis

perusahaan. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

EFITR = a2.0 + a2.1DEMDR + a2.2PROF + a2.3DINVE + a2.4LABS + a2.5KPRDR +

a2.6EFITF + a2.7DSCL + a2.8DDAE + a2.9YEAR + e2 …………………. (2)

Hipotesis : a2.1, a2.2, a2.5, a2.6, a2.7 >0; a2.3, a2.4 <0

dimana: EFITR = Efisiensi teknis industri (%)

DEMDR = Permintaan pakan (juta ton)

PROF = Tingkat keuntungan (%)

DINVE = Penambahan investasi (milyar rp)

LABS = Struktur tenaga kerja produksi

KPRDR = Kapasitas produksi kawasan (juta ton)

EFITF = Efisiensi teknis Perusahaan (%)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Rasio Konsentrasi Industri Pakan (RCON)

Rasio konsentrasi diduga dipengaruhi oleh faktor teknis, variabel perilaku

dan kinerja. Yang termasuk faktor teknis adalah skala ekonomis, yang dapat di

proksi dari biaya produksi (Strickland and Weises, 1976). Selain itu, entry dan

Page 93: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

74

exit, pada gilirannya akan mempengaruhi konsentrasi pasar. Persamaannya dapat

dirumuskan sebagai berikut :

RCON = a3.0 + a3.1JIPK + a3.2PRODR + a3.3MSHA + a3.4EFITR + a3.5DEMDR+

a3.6COSU+ a3.7DSCL+ a3.8DDAE+ a3.9YEAR+ e3 ………………... (3)

Hipotesis : a3.3, a3.5, a3.7 >0; a3.1, a3.2, a3.4, a3.6 <0

dimana: RCON = Rasio konsentrasi (0 sampai 1)

JIPK = Jumlah perusahaan dalam industri (unit)

PRODR = Volume produksi kawasan (juta ton)

PROPS = Produksi pesaing (juta ton)

MSHA = Market share atau pangsa pasar (%)

EFITR = Efisiensi teknis industri (%)

DEMDR = Permintaan pakan (juta ton)

COSU = Biaya produksi per unit (Rp/kg)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Struktur Tenaga Kerja (LABS)

Struktur tenaga kerja diduga dipengaruhi oleh upah, penggunaan tenaga

kerja non produksi, diferensiasi produk, produksi perusahaan dan kapasitas

produksi perusahaan. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

LABS = a4.0 + a4.1WAGR + a4.2NLABP + a4.3DIPR + a4.4PRODF + a4.5KPRDF +

a4.6DSCL + a4.7DDAE + a4.8YEAR + e4 ............................................ (4)

Hipotesis : a4.3, a4.4, a4.5, a4.6 >0; a4.1, a4.2 <0

dimana: LABS = Struktur tenaga kerja

WAGR = Upah rata-rata (juta rp)

NLABP = Tenaga kerja non produksi (orang)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PRODF = Volume produksi perusahaan (juta ton)

KPRDF = Kapasitas produksi perusahaan (juta ton)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

Page 94: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

75

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Diferensiasi Produk (DIPR)

Diferensiasi produk merupakan komponen struktur dimana rintangan

paling besar bagi para pesaing potensial adalah makin berkembangnya

diferensiasi produk (Samuelson and Nordhaus, 1995). Diferensiasi produk diduga

dipengaruhi oleh investasi awal, harga input, skala usaha, efisiensi perusahaan,

struktur tenaga kerja, jumlah industri pesaing dan permintaan pakan.

Persamaannya adalah:

DIPR = b1.0 + b1.1INVEA + b1.2HBKD + b1.3HJGG + b1.4DSCL + b1.5EFITF +

b1.6LABS + b1.7JPES + b1.8DEMDR + b1.9DDAE + b1.10YEAR + e5 ..... (5)

Hipotesis : b1.1, b1.3, b1.4, b1.5, b1.6, b1.7 >0; b1.2, b1.8 <0

dimana: DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

INVEA = Investasi awal (milyar rp)

HBKD = Harga bungkil kedele (Rp/kg)

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

EFITF = Efisiensi teknis perusahaan (%)

LABS = Struktur tenaga kerja

DEMDR = Permintaan pakan (juta ton)

JPES = Jumlah perusahaan pakan pesaing (unit)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

4.3.2. Blok Perilaku Industri

Perilaku industri berkaitan dengan alokasi penggunaan kapital sebagai

dampak dari struktur industri. Conduct (perilaku) mengacu pada pola perilaku dari

perusahaan dalam mengadopsi atau menyesuaikan diri dalam pasar dimana

Page 95: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

76

mereka menjual produk (Bain, 1968). Perilaku merupakan strategi perusahaan

dalam menghadapi persaingan yang mencakup strategi produk, alokasi biaya

tenaga kerja dan biaya produksi serta penggunaan input bahan baku. Penggunaan

bahan baku dapat mengindikasikan formulasi pakan, yang nantinya akan

menunjukkan kualitas pakan yang dihasilkan oleh perusahaan. Namun yang

ditekankan dalam penelitian ini hanya terbatas pada bahan baku utama yaitu

jagung sebagai sumber energi dan bungkil kedele sebagai sumber protein.

Pangsa Penggunaan Jagung (SPJG)

Persamaan pertama di dalam blok perilaku adalah pangsa (share)

penggunaan jagung. Pangsa penggunaan jagung diduga dipengaruhi oleh harga

output, harga input, pangsa penggunaan bahan baku lainnya, diferensiasi produk,

produksi perusahaan dan tingkat persaingan. Persamaannya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

SPJG = b2.0 + b2.1HPKN + b2.2HJGG + b2.3HBKD + b2.4SRWL + b2.5DIPR + b2.6PRODF

+ b2.7DSCL + b2.8PROPS + b2.9JPES + b2.10DDAE + b2.11YEAR + e6 .... (6)

Hipotesis : b2.1, b2.3, b2.6, b2.7 >0; b2.2, b2.4, b2.5, b2.8, b2.9 <0

dimana: SPJG = Pangsa penggunaan jagung (%)

HPKN = Harga pakan (Rp/kg)

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PRODF = Produksi pakan perusahaan (juta ton/th)

SRWL = Pangsa penggunaan bahan baku lainnya (%)

HBKD = Harga bungkil kedele (Rp/kg)

PROPS = Produksi pesaing (juta ton/th)

JPES = Jumlah perusahaan pakan pesaing (unit)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Page 96: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

77

Pangsa Penggunaan Bungkil Kedele (SPBK)

Pangsa penggunaan bungkil kedele diduga dipengaruhi oleh harga output,

harga input, pangsa bahan baku lainnya, diferensiasi produk, produksi perusahaan

dan tingkat persaingan. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

SPBK = b3.0 + b3.1HPKN + b3.2HBKD + b3.3HJGG+ b3.4SRWL + b3.5DIPR + b3.6PRODF

+ b3.7DSCL + b3.8PROPS + b3.9JPES + b3.10DDAE + b3.11YEAR + e7 … (7)

Hipotesis : b3.1, b3.3, b3.5, b3.6, b3.7 >0; b3.2, b3.4, b3.8, b3.9 <0

dimana: SPBK = Pangsa penggunaan bungkil kedele (%)

HPKN = Harga pakan (Rp/kg)

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PRODF = Produksi pakan perusahaan (juta ton/th)

SRWL = Pangsa penggunaan bahan baku lainnya (%)

HBKD = Harga bungkil kedele (Rp/kg)

PROPS = Produksi pesaing (juta ton/th)

JPES = Jumlah perusahaan pakan pesaing (unit)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Pangsa Penggunaan Bahan Baku lainnya (SRWL)

Pangsa bahan baku lainnya merupakan persentase total penggunaan bahan

baku setelah dikurangi pangsa penggunaan jagung dan bungkil kedele, sehingga

merupakan persamaan identitas. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai

berikut :

SRWL = 100 - SPJG - SPBK .............................................................................. (8)

Sementara itu, keluar masuknya perusahaan memiliki pengaruh pada

kurva biaya perusahaan. Di sini diasumsikan bahwa masuknya perusahaan baru

Page 97: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

78

akan memberi pengaruh terhadap harga input dimana permintaan input akan naik

sehingga harga input juga ikut naik (Nicholson, 2000).

Pangsa Biaya Bahan Baku Jagung (SCJG)

Pangsa biaya bahan baku jagung diduga dipengaruhi volume dan harga

input itu sendiri, pangsa penggunaan jagung lokal, pangsa biaya lainnya, volume

bungkil kedele, jumlah perusahaan dalam industri, produksi perusahaan, dan

diferensiasi produk. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

SCJG = b4.0 + b4.1VJGG + b4.2HJGG + b4.3SJGL + b4.4SCOT + b4.5VBKD + b4.6JIPK +

b4.7PRODF + b4.8DIPR + b4.9DSCL + b4.10DDAE + b4.11YEAR + e8 ... (9)

Hipotesis : b4.1, b4.2, b4.6, b4.7 >0; b4.3, b4.4, b4.5, b4.8, b4.9 <0

dimana: SCJG = Pangsa biaya bahan baku jagung (%)

VJGG = Volume penggunaan jagung (ribu ton)

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

SJGL = Pangsa penggunaan jagung lokal (%)

VBKD = Volume penggunaan bungkil kedele (ribu ton)

JIPK = Jumlah perusahaan dalam industri (unit)

SCOT = Pangsa biaya lainnya (%)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PRODF = Produksi pakan perusahaan (juta ton/th)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Pangsa Biaya Bahan Baku Bungkil Kedele (SCBK)

Pangsa biaya bahan baku bungkil kedele diduga dipengaruhi oleh volume

dan harga input sendiri, pangsa penggunaan bungkil kedele lokal, pangsa biaya

lainnya, volume jagung, jumlah industri pakan, produksi perusahaan dan

diferensiasi produk. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Page 98: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

79

SCBK = b5.0 + b5.1VBKD + b5.2HBKD + b5.3SBKL + b5.4SCOT + b5.5VJGG + b5.6JIPK

+ b5.7PRODF + b5.8DIPR + b5.9DSCL + b5.10DDAE + b5.11YEAR + e9 .. (10)

Hipotesis : b5.1, b5.2, b5.6, b5.7, b5.8 >0; b5.3, b5.4, b5.5, b5.9 <0

dimana: SCBK = Pangsa biaya bahan baku bungkil kedele (%)

VJGG = Volume penggunaan jagung (ribu ton)

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

SBKL = Pangsa penggunaan bungkil kedele lokal (%)

VBKD = Volume penggunaan bungkil kedele (ribu ton)

JIPK = Jumlah perusahaan dalam industri (unit)

SCOT = Pangsa biaya lainnya (%)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PRODF = Produksi pakan perusahaan (juta ton/th)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Pangsa Biaya Tenaga Kerja (SCLB)

Pangsa biaya tenaga kerja diduga dipengaruhi oleh upah, struktur tenaga

kerja, pangsa biaya bungkil kedele, pangsa biaya jagung, biaya per unit, produksi

perusahaan, jumlah perusahaan pakan dan diferensiasi produk. Persamaannya

dapat dirumuskan sebagai berikut :

SCLB = b6.0 + b6.1WAGR + b6.2LABS + b6.3SCBK + b6.4SCJG + b6.5COSU+

b6.6PRODF+ b6.7JIPK + b6.8DIPR + b6.9DSCL + b6.10DDAE + b6.11YEAR +

e10 ........................................................................................................ (11)

Hipotesis : b6.1, b6.2, b6.6, b6.7, b6.8 >0; b6.3, b6.4, b6.5, b6.9 <0

dimana: SCLB = Pangsa biaya tenaga kerja (%)

WAGR = Upah rata-rata (juta Rp)

LABS = Struktur tenaga kerja

SCBK = Pangsa biaya bahan baku bungkil kedele (%)

SCJG = Pangsa biaya bahan baku jagung (%)

COSU = Biaya per unit (Rp/kg)

PRODF = Produksi pakan perusahaan (juta ton/th)

Page 99: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

80

JIPK = Jumlah perusahaan dalam industri (unit)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Pangsa Biaya Produksi (SCPR)

Pangsa biaya produksi merupakan penjumlahan pangsa biaya jagung,

pangsa biaya bungkil kedele dan pangsa biaya tenaga kerja. Persamaannya adalah

sebagai berikut :

SCPR = SCJG + SCBK + SCLB ........................................................................... (12)

Pangsa Biaya Lainnya (SCOT)

Pangsa biaya lainnya didapat dengan mengurangi pangsa biaya total

terhadap pangsa biaya produksi. Persamaannya adalah sebagai berikut :

SCOT = 100 – SCPR ............................................................................................ (13)

Produksi pakan perusahaan (PRODF)

Produksi pakan perusahaan diduga dipengaruhi oleh harga output, harga

input, kapasitas produksi, efisiensi teknis, struktur tenaga kerja, skala usaha,

diferensiasi produk dan tingkat persaingan. Adapun peningkatan harga output

akan memberikan sinyal bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya

(Nicholson, 2000). Selain itu sesuai teori ekonomi dan hasil penelitian Purba

(1999), bahwa produksi pakan ternak secara nyata dipengaruhi oleh peubah

selisih harga pakan dan jagung.

PRODF = b7.0 + b7.1RHPJG + b7.2RHPBK + b7.3KPRDF + b7.4EFITF + b7.5LABS +

b7.6DSCL + b7.7DIPR + b7.8PROPS + b7.9JPES + b7.10DDAE + b7.11YEAR +

e11 ........................................................................................................ (14)

Page 100: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

81

Hipotesis : b7.1, b7.2, b7.3, b7.4, b7.5, b7.6 >0; b7.7, b7.8, b7.9 <0

dimana: PRODF = Produksi pakan perusahaan (juta ton/th)

RHPJG = Rasio harga pakan terhadap jagung

RHPBK = Rasio harga pakan terhadap bungkil kedele

KPRDF = Kapasitas produksi perusahaan (juta ton/th)

EFITF = Efisiensi produksi perusahaan (%)

LABS = Struktur tenaga kerja

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PROPS = Produksi pesaing (juta ton/th)

JPES = Jumlah perusahaan pakan pesaing (unit)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

4.3.3. Blok Kinerja Industri

Kinerja industri pakan mencakup efisiensi biaya perusahaan yang dapat

dilihat dari biaya per unit produksi. Biaya ini selanjutnya akan berpengaruh

terhadap harga jual output di pasaran dan perusahaan yang mampu berproduksi

dengan biaya lebih rendah akan memiliki daya bersaing lebih tinggi sehingga

kemampuan penguasaan pasar akan lebih besar (Sheperd, 1997). Efisiensi dalam

biaya akan memberikan nilai tambah lebih tinggi tetapi juga akan terkait dengan

harga output. Persamaan struktural pada blok kinerja sebagai berikut:

Biaya Per Unit (COSU)

COSU = c1.0 + c1.1HJGG + c1.2HBKD + c1.3SPJG + c1.4SPBK + c1.5SCLB + c1.6PRODF

+ c1.7DSCL + c1.8DIPR + c1.9DDAE + c1.10YEAR + e12 ....................... (15)

Hipotesis : c1.1, c1.2, c1.4, c1.5, c1.8 >0; c1.3, c1.6, c1.7,c1.9 <0

dimana: COSU = Biaya per unit (Rp/kg)

SPJG = Pangsa penggunaan jagung (%)

SPBK = Pangsa penggunaan bungkil kedele (%)

Page 101: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

82

HBKD = Harga bungkil kedele (Rp/kg)

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PRODF = Produksi pakan perusahaan (juta ton/th)

SCLB = Pangsa biaya tenaga kerja (%)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Harga Pakan (HPKN)

Harga pakan ternak sangat dipengaruhi oleh gejolak harga bahan baku

(Rusastra et al, 1990). Harga output diduga dipengaruhi oleh permintaan dan

penawaran output, biaya per unit, harga-harga input, pangsa pasar, struktur tenaga

kerja, rasio konsentrasi dan skala usaha. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai

berikut :

HPKN = c2.0 + c2.1DEMDR + c2.2PRODR + c2.3COSU + c2.4HJGG + c2.5HBKD +

c2.6MSHA + c2.7LABS + c2.8RCON + c2.9DSCL + c2.10DDAE + c2.11YEAR +

e13 ......................................................................................................... (16)

Hipotesis : c2.1, c2.3, c2.4, c2.5, c2.6, c2.7, c2.8 >0; c2.2, c2.9 <0

dimana: HPKN = Harga pakan (Rp/kg)

DEMDR = Permintaan pakan (juta ton)

PRODR = Volume produksi kawasan (juta ton)

COSU = Biaya per unit (Rp/kg)

HBKD = Harga bungkil kedele (Rp/kg)

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

MSHA = Pangsa pasar (%)

LABS = Struktur tenaga kerja

RCON = Rasio konsentrasi (0 sampai 1)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Page 102: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

83

Pangsa Pasar (MSHA)

Pangsa pasar diduga dipengaruhi oleh biaya per unit, harga output, tingkat

keuntungan, diferensiasi produk, tingkat persaingan, permintaan pakan, rasio

konsentrasi dan skala usaha. Pangsa pasar mempunyai hubungan yang positif

dengan tingkat keuntungan (Sheperd, 1997). Persamaannya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

MSHA = c3.0 + c3.1COSU + c3.2HPKN + c3.3PROF + c3.4DIPR + c3.5PROPS + c3.6JPES

+ c3.7DEMDR + c3.8RCON + c3.9DSCL + c3.10DDAE + c3.11YEAR +

e14 ........................................................................................................ (17)

Hipotesis : c3.3, c3.4, c3.7, c3.8, c3.9 >0; c3.1, c3.2, c3.5, c3.6, <0

dimana: MSHA = Pangsa pasar (%)

HPKN = Harga pakan (Rp/kg)

COSU = Biaya per unit (Rp/kg)

PROF = Tingkat keuntungan (%)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PROPS = Produksi perusahaan saingan (juta ton/th)

JPES = Jumlah perusahaan saingan (unit)

DEMDR = Permintaan pakan (juta ton/th)

RCON = Rasio konsentrasi (0 sampai 1)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Market Power/Lerner Index (MPWR)

Market power diduga dipengaruhi oleh biaya per unit, efisiensi teknis,

pangsa pasar, tingkat persaingan, skala usaha, rasio konsentrasi dan harga output.

Industri dengan konsentrasi yang lebih rendah memiliki kekuatan pasar yang kecil

(Suvanichwong, 1977 dalam Sayaka, 2003). Namun dari waktu ke waktu market

Page 103: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

84

power suatu perusahaan dapat berubah-ubah tergantung pangsa pasarnya

(Sheperd, 1997)

MPWR = c4.0 + c4.1COSU + c4.2EFITF + c4.3MSHA + c4.4PROPS + c4.5JPES +

c4.6DSCL + c4.7RCON + c4.8HPKN + c4.9DDAE + c4.10YEAR + e15 … (18)

Hipotesis : c4.2, c4.3, c4.6, c4.7, c4.8 >0; c4.1, c4.4, c4.5, <0

dimana: MPWR = Market power atau kekuatan pasar (indeks)

MSHA = Pangsa pasar (%)

HPKN = Harga pakan (Rp/kg)

COSU = Biaya per unit (Rp/kg)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PROPS = Produksi perusahaan saingan (juta ton/th)

JPES = Jumlah perusahaan saingan (unit)

RCON = Rasio konsentrasi (0 sampai 1)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Efisiensi Teknis Perusahaan (EFITF)

Efisiensi teknis atau kapasitas terpakai merupakan persentase jumlah

output yang dihasilkan dari kemampuan industri sebenarnya untuk menghasilkan

output. Efisiensi teknis perusahaan diduga dipengaruhi oleh permintaan pakan,

harga-harga input, kapasitas produksi perusahaan, skala usaha, tingkat persaingan

dan diferensiasi produk. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

EFITF = c5.0 + c5.1DEMDR + c5.2HBKD + c5.3HJGG + c5.4WAGR + c5.5KPRDF +

c5.6DSCL + c5.7PROPS + c5.8JPES + c5.9DIPR + c5.10DDAE + c5.11YEAR +

e16 ……………………………………………………..……….…….. (19)

Hipotesis : c5.1, c5.6, c5.9 >0; c5.2, c5.3, c5.4, c5.5, c5.7, c5.8 <0

dimana: EFITF = Efisiensi teknis perusahaan (%)

DEMDR = Permintaan pakan (juta ton/th)

HBKD = Harga bungkil kedele (Rp/kg)

Page 104: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

85

HJGG = Harga jagung (Rp/kg)

WAGR = Upah rata-rata (juta rp)

KPRDF = Kapasitas produksi perusahaan (juta ton/th)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

PROPS = Produksi perusahaan saingan (juta ton/th)

JPES = Jumlah perusahaan saingan (unit)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Tingkat keuntungan (PROF)

Salah satu indikator kinerja adalah tingkat keuntungan (profitabilitas),

dimana keuntungan dipengaruhi oleh persentase nilai tambah, pangsa pasar,

diferensiasi produk, jumlah perusahaan saingan, rasio konsentrasi dan skala

usaha. Menurut hasil penelitian Vlachvei and Oustapassidis (1998), diferensiasi

produk merupakan variabel utama yang sangat mempengaruhi profitabilitas.

Sementara berdasarkan penelitian Resende (2005), tingkat konsentrasi

mempengaruhi profitabilitas.

PROF = c6.0 + c6.1PVADD + c6.2MSHA + c6.3DIPR + c6.4JPES + c6.5RCON +

c6.6DSCL + c6.7DDAE + c6.8YEAR + e17 …..…………………….…. (20)

Hipotesis : c6.1, c6.2, c6.3, c6.5, c6.6 >0; c6.4 <0

dimana: PROF = Tingkat keuntungan (%)

PVADD = Nilai tambah output pakan (Rupiah/kg)

MSHA = Tingkat penguasaan pasar (%)

DIPR = Diferensiasi produk (jumlah jenis)

JPES = Jumlah perusahaan saingan (unit)

RCON = Rasio konsentrasi (0 sampai 1)

DSCL = Variabel skala usaha (1 Besar dan 0 kecil)

DDAE = Variabel dummy kawasan (1 Lampung dan 0 Jabar)

YEAR = Tahun

Page 105: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

86

Hubungan antara berbagai variabel endogen dan eksogen baik dalam satu

blok maupun antara blok seperti Gambar 10.

JIPK

RCON

DIPR

EFITR

LABS

COSU

HPKN

MPWR

MSHA

VEXSP

WAGR

PRODR KPRDR DINVE

LABP

INVEA

HJGG

HBKD

VJGG

VBKD

SBKL

SJGL

Gambar 10. Diagram Keterkaitan Variabel-variabel dalam SCP Industri Pakan Ternak

Blok Struktur Blok Perilaku Blok Kinerja

DDAE

Keterangan:

= Endogen = Eksogen

PRODF

SPJG

SPBK

SRWL

SCJG

SCLB

SCBK

YEAR

EFITF

PROF

DEMDR

DSCL

KPRDF

SCPR SCOT PVADD

Page 106: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

87

Tabel 7. Jenis dan Pengelompokkan Variabel dalam Penelitian

No Variabel Keterangan Satuan Kelompok* 1 JIPK = Jumlah perusahaan pakan Buah Struktur 2 RCON = Rasio Konsentrasi Rasio Struktur 3 EFITR = Efisiensi Teknis Kawasan % Struktur 4 LABP = Penggunaan tenaga kerja produksi Orang Struktur 5 LABT = Penggunaan Tenaga Kerja Total Orang Struktur 6 LABS = Struktur Tenaga Kerja Struktur 7 KPRDR = Kapasitas Produksi Kawasan Juta ton/tahun Struktur 8 PRODR = Produksi Kawasan Juta ton/tahun Struktur 9 WAGR = Upah Rata-rata Industri Rp. Juta Struktur

10 DIPR Diferensiasi Produk Jenis Struktur 11 INVEA = Nilai Investasi Awal Rp. Milyar Perilaku 12 INVET = Nilai Total Investasi Rp. Milyar Perilaku 13 DINVE = Penambahan Investasi Rp. Milyar Perilaku 14 KPRDF = Kapasitas Produksi Perusahaan Juta ton/tahun Perilaku 15 SJGL = Pangsa Penggunaan Jagung Lokal % Perilaku 16 SRWL = Pangsa Penggunaan Bahan Baku lainnya % Perilaku 17 SPBK = Pangsa Penggunaan Bungkil Kedele % Perilaku 18 SPJG = Pangsa Penggunaan Jagung % Perilaku 19 PRODF = Volume produksi perusahaan Juta ton/tahun Perilaku 20 PRODF1 = Volume produksi tahun sebelumnya Juta ton/tahun Perilaku 21 SBKL = Pangsa penggunaan bungkil kedele lokal % Perilaku 22 VBKD = Volume penggunaan bungkil kedele Ribu ton/tahun Perilaku 23 VJGG = Volume penggunaan jagung Ribu ton/tahun Perilaku 24 SCJG = Pangsa Biaya Bahan Baku Jagung % Perilaku 25 SCBK = Pangsa Biaya Bahan Baku B.Kedele % Perilaku 26 SCLB = Pangsa Biaya Tenaga Kerja % Perilaku 27 SCOT = Pangsa Biaya Lainnya % Perilaku 28 PVADD = Persentase Nilai Tambah % Perilaku 29 HPKN = Harga Pakan Rp/kg Perilaku 30 MSHA = Pangsa Pasar (Market Share) % Kinerja 31 COSU = Biaya Per Unit Rp/kg Kinerja 32 EFITF = Efisiensi Teknis Perusahaan % Kinerja 33 MPWR = Market Power (Lerner Indeks) Indeks Kinerja 34 PROF = Tingkat Keuntungan % Kinerja 35 DEMDR = Permintaan Pakan Juta ton/tahun Eksternal 36 VEXSP = Volume Pengeluaran Pakan Juta ton/tahun Eksternal 37 HBKD = Harga bungkil kedele Rp/kg Eksternal 38 HJGG = Harga jagung Rp/kg Eksternal 39 DSCL = Dummy Skala Produksi 1/0 Eksternal 40 DDAE = Dummy Kawasan 1/0 Eksternal 41 YEAR = Tahun -

*Keterangan : komponen eksternal merupakan kondisi dasar yang mempengaruhi struktur industri

Page 107: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

88

4.3.4 Elastisitas

Konsep elastisitas digunakan untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon

suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk model yang

dinamis, dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang (Gujarati,

1995). Dikarenakan model persamaan dalam penelitian ini bukan model yang

dinamis (tidak melibatkan peubah tenggang waktu/lagged variable sebagai

peubah penjelas/explanatory variable), elastisitas yang dapat diukur hanya

elastisitas jangka pendek, sehingga hanya mampu menginformasikan respon

dalam jangka pendek.

Elastisitas jangka pendek (E-SR) dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

E-SR = δYt/ δXt * Xt/Yt ............................................................ (21)

dimana :

X = rata-rata peubah eksogen

Y = rata-rata peubah endogen

Ukuran-ukuran elastisitas populer digunakan pada analisis permintaan

yang mengacu pada teori tingkah laku konsumen. Menurut Koutsoyiannis (1977),

ada tiga elastisitas yang penting dalam teori tersebut, yaitu : (a) elastisitas harga

(ep), (b) elastisitas pendapatan (ey), dan (c) elastisitas silang (exy).

Nilai elastisitas tersebut dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

ep = δQx/δPx * P/Q ................................................................ (22)

ey = δQx/δY * Y/Q ................................................................ (23)

exy = δQx/δPy * Py/Qx ......................................................... (24)

dimana :

Qx = rata-rata jumlah barang X yang diminta

Page 108: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

89

Y = rata-rata jumlah pendapatan konsumen

Px = rata-rata harga barang X

Py = rata-rata harga barang Y

Nilai elastisitas harga diantara 0 – 1 (inelastis) merupakan barang-barang

kebutuhan pokok, sedangkan yang bernilai antara 1 - ∞ merupakan barang

mewah. Barang-barang yang mempunyai barang substitusi biasanya lebih elastis.

Nilai elastisitas pendapatan yang bernilai positif untuk barang normal,

bernilai nol untuk barang netral dan bernilai negatif untuk barang inferior.

Sementara dari nilai elastisitas silang dapat diklasifikasikan apakah suatu barang

berhubungan sebagai substitusi atau komplemen. Jika tanda elastisitas silang

positif maka barang X merupakan barang substitusi terhadap barang Y dan jika

bertanda negatif maka barang X bersifat komplemen terhadap barang Y.

4.4. Identifikasi Model

Indentifikasi model ditentukan atas dasar “order condition” sebagai syarat

keharusan berdasarkan Koutsoyiannis (1977) dengan rumusan identifikasi model

persamaan struktural sebagai berikut: (K – M) ≥ (G – 1),

dimana :

K = total peubah dalam model (peubah endogen dan predetermine)

M = jumlah peubah endogen dan eksogen dalam persamaan yang diidentifikasi

G = total persamaan dalam model (jumlah peubah endogen dalam model

Jika suatu persamaan menunjukkan kondisi (K-M)>(G-1), maka

persamaan teridentifikasi berlebih (over identified), apabila persamaan

menunjukkan kondisi (K-M) = (G-1) maka persamaan teridentifikasi secara tepat

Page 109: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

90

(exactly identified) dan bila persamaan menunjukkan kondisi (K-M)<(G-1) maka

persamaan tidak teridentifikasi (unidentified). Hasil identifikasi setiap persamaan

struktural harus exactly identified atau over identified agar dapat diduga

parameternya.

Model analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ayam di

propinsi Lampung dan Jawa Barat terdiri dari 17 persamaan struktural dan 3

persamaan identitas. Model terdiri dari 20 peubah endogenous dan 25 peubah

exogenous (predetermine). Hasil identifikasi model menunjukkan persamaan

teridentifikasi berlebih (K = 45, M = 12 dan G = 20).

4.5. Metode Estimasi

Metode estimasi yang digunakan dalam penelitian adalah 2SLS (Two

Stage Least Square) dan untuk mengetahui apakah variabel penjelas secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel endogen pada setiap persamaan

digunakan uji F dan untuk masing-masing variabel penjelas digunakan uji t.

Analisis model dilanjutkan dengan simulasi kebijakan dengan menggunakan paket

program komputer yang meliputi Excel 2003 dan SAS/ETS 9.0.

4.6. Validasi Model

Validasi dilakukan untuk mengetahui kevalidan model yang akan

digunakan untuk simulasi kebijakan. Validasi model berdasarkan Pindyck dan

Rubinfeld (1998) menggunakan kriteria Root Mean Square Error (RMSE) dan

Theil’s Inequality Coefficient (U). Makin kecil nilai RMSE dan U maka model

Page 110: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

91

semakin valid untuk disimulasi. Nilai U berkisar antara 0 dan 1. Jika U = 0, maka

pendugaan model sempurna. Sebaliknya U = 1, maka pendugaan model naif.

Indikator lain yang digunakan adalah nilai koefisien determinasi (R2)

dimana semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar variasi perubahan peubah

endogen aktual mampu dijelaskan oleh peubah endogen simulasi dasar yang

menunjukkan model semakin baik.

4.7. Simulasi Dampak Kebijakan

Simulasi dampak kebijakan bertujuan untuk mengetahui dampak suatu

perubahan faktor eksternal terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri. Ada 5

perubahan faktor eksternal yang disimulasikan dalam kajian ini yaitu:

(1) perubahan potensi pasar melalui perubahan peningkatan permintaan (demand)

pakan kawasan (DEMDR) 10 persen, (2) meningkatnya penawaran (supply)

pakan kawasan (PREG) 10 persen, peningkatan harga bungkil kedele (HBKD) 10

persen, peningkatan harga jagung (HJGG) 10 persen dan peningkatan upah

(WAGR) 20 persen.

Peningkatan permintaan dan penawaran pakan 10 persen. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan beberapa tahun terakhir ini jumlah produksi daging

dan populasi ayam ras rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9.9 persen dan

9.8 persen per tahun.

Peningkatan harga jagung dan bungkil kedele 10 persen. Dalam paket

Deregulasi tahun 1994, Pemerintah membebaskan bea masuk impor jagung,

bungkil kedele, tepung ikan, bungkil kacang tanah dan bibit doc. Namun menurut

wacana terakhir, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menetapkan bea

Page 111: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

92

masuk impor bahan baku. Jika jadi diterapkan, kemungkinan besar hanya berkisar

5-10 persen.

Peningkatan upah 20 persen. Akhir-akhir ini banyak tuntutan dari para

buruh, meminta kenaikan upah. Seandainya pemerintah menyetujui, hal ini

biasanya disesuaikan dengan tingkat inflasi. Adapun tingkat inflasi beberapa

tahun terakhir ini rata-rata berkisar 17 persen.

Page 112: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

93

Page 113: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

V. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN INDUSTRI PAKAN TERNAK DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT

5.1. Karakteristik Penggunaan Bahan Baku Pakan

Salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia adalah

kemampuan menghasilkan sendiri bahan baku pakan. Hampir seluruh bahan baku

pakan dapat dihasilkan di Indonesia. Selama ini pemanfaatan bahan baku

tergantung pada impor, sehingga fungsinya sebagai industri biologis dalam

meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dalam negeri sangat rendah.

Pemanfaatan jagung untuk pakan dibagi dalam dua kelompok, yaitu untuk

ruminansia dan bukan ruminansia. Umumnya ternak ruminansia memanfaatkan

limbah jagung berupa jerami jagung atau tanaman jagung muda (umur 60 hari)

sebagai hijauan. Jagung biji hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk pakan ternak

bukan ruminansia (ayam, babi dan itik) dan sedikit untuk pakan sapi perah. Dalam

ransum, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang diukur dengan istilah

energi metabolis. Walaupun jagung juga mengandung protein hampir 9 persen,

pertimbangan pemakaian jagung pada ransum adalah untuk sumber energi.

Apabila energi dalam jagung kurang mencukupi, misalnya untuk pakan broiler, ke

dalam ransum sering ditambahkan minyak agar energi ransum sesuai dengan

kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah dari patinya yang mudah

dicerna.

Jagung mengandung lemak 3.5 persen terutama pada lembaga biji. Lemak

jagung mengandung asam lemak linoleat yang tinggi sehingga dapat memenuhi

kebutuhan ayam terutama petelur. Jagung mengandung kalsium dan fosfor relatif

rendah dan sebagian besar fosfor terikat dalam bentuk fitat yang tidak tersedia

93

Page 114: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

94

bagi ternak berperut tunggal. Jagung mengandung lisin dan metionin lebih rendah

dibanding gandum atau dedak padi (Tabel 8) yang disebabkan oleh kandungan

protein yang relatif rendah.

Tabel 8. Perbandingan Nilai Gizi Jagung dengan Biji-bijian Lain dan Dedak Padi

Nilai gizi Jagung Sorgum Gandum Gaplek (hard)

Beras Dedak padi

Kadar air (%) 12 13 13 13 11 9Protein (%) 8.5 8.8 14.1 2.50 8.7 12.9Lemak (%) 3.8 2.9 2.5 0.50 0.7 13.0Serat kasar (%) 2.2 2.3 3.0 4.0 9.8 11.4Kalsium (%) 0.02 0.04 0.05 0.12 0.08 0.07Fosfor (%) 0.28 - 0.37 0.10 0.08 1.50Fosfor tersedia (%) 0.08 - 0.13 0.03 0.03 0.22Energi metabolis ayam (kkal/kg)

3 350 3 288 3 120 2 900 2 990 2 980

Asam amino Lisin (%) Metionin (%)

0.26 0.18

0.21 0.16

0.37 0.21

0.08 0.04

0.43 0.22

0.59 0.26

Metionin+sistin (%) Triptofan (%) Treonin (%)

0.36 0.06 0.29

0.33 0.02 0.29

0.51 0.16 0.39

0.07 0.02 0.08

0.43 0.10 0.36

0.53 0.12 0.48

Asam linoleat (%) 2.20 1.13 0.59 - - 3.57Xantofil (ppm) 17 - - - - -

Sumber : NRC (1994)

Salah satu kelebihan jagung untuk pakan unggas terutama ayam petelur

adalah kandungan xantofil yang berguna untuk menjadikan warna kuning telur

lebih cerah. Bahan ini tidak dijumpai pada biji-bijian lain, dedak, atau ubi kayu.

Oleh karena itu, apabila jagung tidak digunakan dalam ransum ayam petelur tetapi

diinginkan warna kuning telur yang lebih cerah, perlu ditambahkan sumber

xantofil lain seperti tepung daun lamtoro, corn gluten meal atau bahan xantofil

murni.

Pemakaian jagung dalam ransum ditentukan oleh berbagai faktor, antara

lain jenis ransum, kandungan gizi yang dikehendaki, alternatif bahan baku lain

yang tersedia, dan harga. Namun demikian, jagung di Indonesia merupakan bahan

baku utama ransum ayam, puyuh, itik, dan kadang-kadang babi. Pemakaian

Page 115: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

95

jagung untuk pakan ikan, serta ayam kampung, itik, dan babi yang dipelihara

secara tradisional masih sangat sedikit. Pemakaian jagung dalam ransum broiler

biasanya lebih tinggi dibanding ayam petelur karena broiler membutuhkan energi

yang lebih tinggi.

Daya simpan untuk menghindari variasi suplai dan harga di kalangan

produsen masih rendah, sehubungan masih sedikitnya tersedia silo penyimpanan

dan pengeringan jagung di sentra-sentra produksi jagung. Penyimpanan sederhana

yang terlalu lama di tingkat petani atau pengumpul akan meningkatkan kandungan

aflatoksin pada jagung yang menurunkan kualitas komoditi tersebut. Setidaknya

24 jam setelah panen, jagung sudah bisa dikirim ke pabrik pakan.

Kebanyakan penanaman jagung dilakukan pada lahan kering yang

mengandalkan dukungan curah hujan sehingga biasanya saat musim tanam

dilakukan serempak pada saat musim hujan. Biasanya berlangsung pada bulan

Februari - Maret sehingga panen akan berlangsung hampir bersamaan.

Benih jagung lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 2,9 ton per hektar,

sementara jagung varietas unggul mempunyai produktivitas 4,5 - 5,7 ton per

hektar. Belakangan ini mulai populer diperkenalkan jagung hibrida yang mampu

menghasilkan lebih dari 6 ton per hektar, dengan berbagai kelebihan karakteristik

seperti tahan terhadap kekeringan dan kebasahan, serta tahan serangan hama

penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung. Perbedaan perilaku industri

dalam penggunaan input untuk kawasan Lampung dan Jawa Barat dapat dilihat

pada Tabel 9.

Page 116: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

96

Tabel 9. Perbedaan Perilaku Penggunaan Bahan Baku pada Industri Pakan Ternak di Lampung dan Jawa Barat

Indikator Propinsi

HJGG SPJG SJGL HBKD SPBK SBKL

Lampung 1 081.71 48.086 93.6 2 108.31 11.964 56.7

Jawa Barat 1 029.36 38.004 82.5 1 097.78 16.528 41.2 Keterangan : HJGG = Harga jagung (Rp/kg) SPJG = Pangsa penggunaan jagung (%) SJGL = Pangsa penggunaan jagung lokal (%) HBKD = Harga bungkil kedele (Rp/kg) SPBK = Pangsa penggunaan bungkil kedele (%) SBKL = Pangsa penggunaan bungkil kedele lokal (%)

Pangsa pemakaian jagung di dalam komposisi pakan pada industri pakan

di Lampung berkisar 48.086 persen, dimana pangsa penggunaan jagung lokalnya

adalah 93.6 persen. Pemakaian jagung ini lebih tinggi dibandingkan Jawa Barat

yang hanya 38.004 persen dengan pangsa penggunaan jagung lokalnya sedikit

lebih rendah yaitu 82.5 persen. Hal ini mengingat Lampung merupakan sentra

produksi jagung sehingga pabrik pakan tidak banyak menemukan kesulitan di

dalam mendapatkan jagung dengan harga berkisar Rp. 1 081.71 per kg. Namun

harga jagung di Jawa Barat sedikit lebih rendah yaitu Rp. 1 029.36 per kg. Hal ini

dikarenakan harga jagung impor yang biasanya lebih murah dibandingkan jagung

lokal.

Pangsa pemakaian bungkil kedele di dalam komposisi ransum pada

industri pakan di Lampung berkisar 11.964 persen, dimana pangsa penggunaan

bungkil kedele lokalnya adalah 56.7 persen. Pemakaian bungkil kedele ini lebih

rendah dibandingkan Jawa Barat yang berkisar 16.528 persen, namun pangsa

penggunaan bungkil kedele lokalnya lebih rendah yaitu 41.2 persen. Diakui

bahwa industri pakan di Jawa Barat kesulitan mendapatkan kedelai di dalam

negeri dikarenakan produksinya yang rendah sehingga dibutuhkan impor. Industri

Page 117: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

97

pakan di Jawa Barat sebenarnya lebih senang mengimpor bahan baku selain

karena harganya lebih murah, kualitasnya lebih baik dan kontinuitas bahan baku

terjamin. Jawa Barat juga secara geografis dekat dengan pelabuhan masuknya

barang impor di kota Jakarta sehingga dibutuhkan biaya transportasi yang kecil di

dalam mendapatkan bahan baku bungkil kedele. Hal ini terlihat dari perbedaan

harga bungkil kedele yang besar, yang dibeli oleh industri pakan di Lampung dan

Jawa Barat. Di Lampung harga bungkil kedele rata-rata berkisar Rp. 2 108.31 per

kg, sementara di Jawa Barat Rp. 1 097.78 per kg.

Kenyataan bahwa akhir-akhir ini perusahaan lebih banyak membeli bahan

baku pakan (raw material) didalam negeri, tidak terlepas dari peran pemerintah

yang telah mengeluarkan kebijakan bagi industri pakan untuk lebih banyak

membeli jagung dan bungkil kedele di dalam negeri. Pemerintah mewajibkan

importir membeli bungkil kedele dalam negeri dengan rasio impor 40 dibanding

60 persen.

Pada tahun 2000, industri pakan mulai menunjukkan pertumbuhan setelah

produksi pakan turun hingga 60 persen akibat krisis ekonomi. Industri pakan

memfokuskan pengadaan jagung dari dalam negeri meskipun impor jagung masih

dilakukan untuk menutupi kekurangan pasokan. Upaya industri pakan untuk

memperoleh jagung dalam negeri antara lain dilakukan dengan membuka ladang

jagung sendiri dengan menggunakan benih hibrida, membuka pabrik pakan baru

di daerah sentra produksi jagung sehingga memungkinkan berhubungan langsung

dengan petani, dan membuka serta membangun fasilitas pengeringan dan

pergudangan (silo) skala besar di daerah sentra produksi.

Page 118: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

98

Sebagaimana diinginkan kemandirian pangan atau swasembada, begitu

pula dalam penyediaan pakan, juga tengah diupayakan dengan keras kemandirian

pakan. Ketergantungan pakan ternak terhadap komoditi impor perlahan-lahan

turun. Disamping itu, sedang digali potensi bahan baku pakan ternak yang

menjadi unggulan. Misalnya, sekarang ini terbukti dari data yang ada,

ketersediaan bahan baku pakan lokal seperti jagung, semakin meringankan beban

produksi pakan ternak. Selain itu, salah satu industri pakan terkemuka di

Lampung, beberapa tahun terakhir ini mengganti bungkil kedele sebagai sumber

protein dengan minyak kasar (mentah) kelapa atau kopra (coconut oil) dan

minyak kasar (mentah) kelapa sawit (crude palm oil). Kandungan energi CPO

mencapai 7 800 kkal, namun, persentasenya pada ransum paling tinggi hanya

4 persen karena pemakaian yang lebih tinggi akan menyulitkan dalam mencampur

pakan atau dapat menurunkan kualitas pellet yang dihasilkan. Mungkin dalam

waktu yang tidak terlalu lama, limbah sawit yang melimpah akan termanfaatkan

dengan baik sebagai bahan baku pakan ternak.

5.2. Perkembangan Industri Pakan Ternak di Lampung dan Jawa Barat

Meningkatnya permintaan daging ayam ras menyebabkan meningkatnya

produksi daging dan populasi ayam ras di Indonesia. Selama periode 2001-2005,

jumlah produksi daging dan populasi ayam ras di Indonesia rata-rata mengalami

peningkatan sebesar 9.9 persen dan 9.8 persen per tahun (Statistik Peternakan,

2005). Meningkatnya produksi daging dan populasi ayam ras selanjutnya

berdampak terhadap kenaikan permintaan pakan ayam ras. Permintaan pakan

yang meningkat tersebut harus diikuti oleh adanya peningkatan produksi pakan.

Page 119: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

99

Produksi pakan pada tahun 1996 sebesar 4.3 juta ton dan menurun menjadi 2.7

juta ton pada tahun 1999, kemudian kembali meningkat berturut-turut menjadi 4.5

juta ton pada tahun 2000 dan mencapai 10 juta ton pada tahun 2003 (Deptan,

2004).

Indonesia telah mempunyai pengalaman 25 tahun dalam membina usaha

ternak rakyat, namun perkembangannya mengalami stagnasi dan tetap

bermasalah. Peternak ayam rakyat dalam 20 tahun terakhir telah berkembang silih

berganti. Peternak rakyat yang kemarin telah jatuh pailit, sedangkan yang ada

sekarang sedang megap-megap. Maka salah jika ada dugaan peternak rakyat yang

ada sekarang sudah berpengalaman 25 tahun dan mereka sekarang sudah mapan.

Peternak rakyat yang ada sekarang adalah peternak baru. Peternak rakyat, karena

mereka memiliki kemampuan modal yang rendah, tidak akan pernah menjadi

mapan secara sendiri-sendiri. Mereka hanya bisa menjadi mapan, jika mereka

bersatu dalam suatu organisasi yang mampu menghilangkan semua titik lemah

usaha kecil.

Salah satu kesalahan kita pada masa lalu adalah mendorong pertumbuhan

investasi pabrik pakan, baik PMDN maupun PMA dengan mengambil lokasi Jawa

Barat. Kebijaksanaan ini telah mendorong pertumbuhan usaha rakyat di Jawa

Barat pula. Padahal Jawa Barat bukanlah wilayah penghasil butir-butiran pakan

ternak yang utama seperti jagung, kedele, kacang tanah, dan sebagainya. Namun

diakui bahwa Jawa Barat sangat dekat dengan wilayah konsumsi utama yaitu

Jakarta. Kota ini memang menjadi andalan bagi semua produsen hasil pertanian

sampai sekarang.

Page 120: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

100

Pengalaman dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan, bahwa

peternak ayam rakyat yang berlokasi di wilayah sentra produksi bahan baku pakan

tidak begitu terusik dengan masalah harga pakan dibandingkan dengan peternak

rakyat di Jawa Barat.

Pergeseran usaha rakyat ke wilayah produksi butir-butiran tidak hanya

terjadi dalam wilayah propinsi tetapi juga antar propinsi. Hasil penelitian dan data

BPS memperlihatkan dalam periode 1976 sampai tahun 1985, usaha rakyat

terkonsentrasi di wilayah Jabotabek. Namun setelah tahun 1986 sampai sekarang,

sebagian besar usaha rakyat bergeser ke wilayah sentra produksi butir-butiran.

Pergeseran usaha rakyat antar propinsi terjadi dari Jawa Barat ke Jawa Timur,

Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan terakhir ke Lampung. Menurut sensus BPS

(2003), usaha broiler dalam bentuk usaha rakyat hanya berkembang di delapan

propinsi, diantaranya Jawa Barat (35 persen), Jawa Timur (22 persen), Jawa

Tengah (8 persen), Sumatera Utara (6 persen), serta sisanya di Riau, Bali,

Lampung dan Sulawesi Selatan (masing-masing 3 persen). Hal ini juga terjadi

untuk ayam ras petelur. Sebagian besar populasi ayam ras petelur berada pada

propinsi yang sama dengan ayam broiler. Sementara dari data produksi jagung

BPS (2004), produksi jagung terpusat di Jawa Timur (37 persen), Jawa Tengah

(16 persen), Lampung (11 persen), Sumatera Utara (6 persen) dan Sulawesi

Selatan (6 persen). Dari informasi ini terlihat bahwa dari 30 propinsi di Indonesia,

usaha rakyat hanya terdapat pada delapan propinsi dimana seluruhnya berada

dalam wilayah penghasil butir-butiran pakan ternak.

Di propinsi Lampung, pada tahun 1999 terdapat enam pabrik pakan,

sementara di tahun 2003 terdapat lima pabrik pakan. Ini artinya ada perusahaan

Page 121: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

101

yang bangkrut dan menutup usahanya, namun digantikan oleh perusahaan baru

dengan kapasitas produksi lebih besar. Di tahun 2001 sebuah perusahaan bernama

PT. Jaka Utama Kraftfutther telah menutup usahanya di Lampung. Kemudian di

tahun 2003 masuk perusahaan baru, yang merupakan anak perusahaan PT. Anwar

Sierad di Jakarta, dengan nama PT. Sierad Grain. Sementara di Jawa Barat pada

tahun 1999 terdapat 23 pabrik pakan dan diakhir tahun 2003 jumlahnya turun

menjadi 21 pabrik pakan.

Bila dilihat dari kapasitas produksi pakan ternak di kawasan Lampung

rata-rata 648.43 ribu ton per tahun dengan lima industri pakan, didapat rataan

efisiensi teknis kawasan 31.54 persen per tahun. Bandingkan dengan Jawa Barat

dimana kapasitas produksi pabrik pakan rata-rata 3 577.88 ribu ton per tahun,

didapat rataan efisiensi teknis kawasan sebesar 51.32 persen per tahun. Hal ini

mengindikasikan bahwa dengan tingkat persaingan yang tinggi mendorong

perusahaan berusaha dengan lebih efisien. Namun bila dilihat dari rataan efisiensi

teknis tiap perusahaan, pabrik pakan di Lampung ternyata lebih efisien

dibandingkan Jawa Barat, dengan masing-masing 68.40 persen dan 59.17 persen.

Hal ini diduga karena di Lampung, penjualan pakan lebih didominasi oleh dua

perusahaan besar, sehingga secara keseluruhan efisiensi teknisnya kecil.

Selain itu bila dilihat dari indikator pasar seperti rasio konsentrasi, maka di

Lampung menunjukkan rataan yang lebih besar. Rasio konsentrasi dihitung

menggunakan Herfindahl-Hirschman Index, dan hasilnya di kawasan Lampung

didapat rataan 0.2792, sementara di Jawa Barat rata-rata rasio konsentrasi yaitu

0.1458. Gambar 11 memperlihatkan rasio konsentrasi industri di dua propinsi

mulai tahun 1999-2003.

Page 122: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

102

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

1999 2000 2001 2002 2003

Tahun

LampungJabar

Gambar 11. Indeks Rasio Konsentrasi Industri Pakan Ternak di Propinsi Lampung dan Jawa Barat, 1999-2003

Sementara itu rata-rata pangsa pasar di Lampung adalah 29.35 persen dan

di Jawa Barat 4.982 persen. Gambar 12 memperlihatkan pangsa pasar di dua

propinsi mulai tahun 1999-2003.

0

5

10

15

20

25

30

35

1999 2000 2001 2002 2003

Tahun

LampungJabar

Gambar 12. Pangsa pasar Industri Pakan Ternak di Propinsi Lampung dan Jawa Barat, 1999-2003

Page 123: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

103

Sementara itu rata-rata market power di Lampung adalah 0.31 dan di

Jawa Barat 0.20. Market power dihitung menggunakan Lerner Index dan secara

teori, semakin terkonsentrasi suatu industri maka market power semakin besar.

Gambar 13 memperlihatkan market power di dua propinsi mulai tahun 1999-

2003.

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

1999 2000 2001 2002 2003

Tahun

LampungJabar

Gambar 13. Market Power Industri Pakan Ternak di Propinsi Lampung dan Jawa Barat, 1999-2003

Bila dilihat dari rata-rata rasio konsentrasi, pangsa pasar dan market power

di propinsi Lampung, maka dapat disimpulkan bahwa struktur pasar pakan di

Lampung cenderung mengarah ke pasar oligopoli atau monopoli (Sheperd, 1997).

Selain itu lanjut Sheperd, Market power muncul jika pangsa perusahaan mencapai

15 persen dan dapat dikatakan monopoli jika mencapai 25 sampai 30 persen.

Dengan menggunakan indikator yang sama, untuk Jawa Barat dapat

disimpulkan bahwa struktur pasar pakan di Jawa Barat mengarah kepada pasar

bersaing. Namun harga pakan di kawasan Jawa Barat yang berkisar Rp. 1 791.8

per kg, lebih tinggi dibandingkan Lampung yang rata-rata berkisar Rp. 1 710 per

Page 124: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

104

kg, padahal harga input lebih rendah di Jawa Barat. Semestinya harga pakan di

kawasan Jawa Barat lebih rendah. Gambar 14 memperlihatkan harga pakan di dua

propinsi mulai tahun 1999-2003.

0200400600800

100012001400160018002000

1999 2000 2001 2002 2003

Tahun

LampungJabar

Gambar 14. Harga Pakan Ternak di Propinsi Lampung dan Jawa Barat, 1999-2003

Bila dilihat dari pangsa biaya produksi di Jawa Barat yang berkisar 53.97

persen dan Lampung berkisar 75.18 persen memperlihatkan bahwa di Jawa Barat

pangsa biaya yang cukup besar ada di pangsa biaya lainnya. Biasanya biaya-biaya

lain yang dikeluarkan perusahaan pakan adalah biaya iklan atau promosi dan

biaya riset dan pengembangan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa struktur pasar

pakan di Jawa Barat merupakan pasar persaingan monopolistik, dimana ciri-

cirinya yaitu jumlah industri pakan yang banyak, tidak terdapat hambatan masuk

(barriers to entry), produk didiferensiasikan, tingkat konsentrasi yang rendah,

harga output ditetapkan tinggi, sementara perusahaan gencar melakukan promosi

(Samuelson and Nordhaus, 1995).

Page 125: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

105

5.3. Dampak Perkembangan Industri Pakan Ternak Ayam terhadap Perkembangan Industri Perunggasan Nasional

Peran dan posisi peternakan memang terbukti sangat strategis, namun

banyak menghadapi berbagai permasalahan pelik serta tantangan yang berat.

Salah satu permasalahan pelik itu adalah ketergantungan industri pakan ternak

terhadap bahan baku asal impor. Padahal biaya terbesar dari produksi pangan asal

ternak berada pada pakan. Yang memprihatinkan, bahan baku yang diimpor

tersebut justru merupakan hasil pertanian yang sebenarnya mudah diproduksi di

dalam negeri, umpamanya jagung dan tepung ikan. Sediaan premix feed additive

dan feed supplement masih banyak yang harus didatangkan dari luar negeri.

Peternakan akhir-akhir ini kembali mengalami krisis, setelah sempat pulih

akibat krisis moneter 1998 lalu. Tahun 2004 diawali dengan adanya wabah flu

burung (Avian Influenza) yang langsung mengguncang dunia perunggasan.

Berdasarkan data yang ada, dari 87 juta populasi ayam petelur di tahun 2003,

pada saat itu tinggal 30-40 persen saja. Harga ayam potong di tingkat peternak

yang biasanya berkisar Rp 8 400 per kg, telah tertekan menjadi Rp 3 900 sampai

Rp 4 000 per kg. Daya serap di tingkat konsumsi mengalami stagnasi sampai

50-60 persen.

Di samping peternak, yang juga paling menderita akibat isu flu burung

adalah industri pembibitan. Akibat terjadinya stagnasi konsumsi daging ayam,

harga Day Old Chick (DOC) jatuh sampai ke titik terendah, yakni Rp 400 per

ekor. Dengan produksi bibit ayam mencapai 20 juta ekor per minggu, maka terjadi

kelebihan penawaran sekitar separuhnya. Jatuhnya harga DOC sebagai dampak

terlambatnya serapan daging ayam oleh masyarakat. Penumpukan ayam siap

Page 126: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

106

panen di kandang-kandang peternak telah menyebabkan terhentinya siklus

produksi lanjutan2.

Wabah flu burung belum mereda, di pertengahan 2004 perunggasan

kembali diguncang dengan melambungnya harga pakan. Harga pakan ternak terus

melonjak seiring dengan naiknya harga bahan baku pakan di pasar internasional

dan biaya pengapalan. Akibatnya produsen pakan ternak secara bertahap

menaikkan harga pakan rata-rata Rp 200 per kg dan akhirnya mencapai Rp 2 700

per kg. Kenaikan harga itu tidak bisa dielakkan, soalnya, bahan baku pakan ternak

umumnya masih impor. Selain harga impor naik akibat kenaikan harga

internasional bahan baku pakan sekitar 50 persen, biaya pengapalan juga naik 40

persen. Di pasar internasional harga jagung mencapai US$ 200/ton dari harga

sebelumnya sebesar US$ 120/ton. Lonjakan yang sama juga terjadi pada harga

bungkil kedele yang mencapai US$ 400/ton dari harga sebelumnya US$ 185/ton.

Tepung tulang yang seluruhnya impor dari US$ 300/ton menjadi US$ 405/ton.

Biaya pengapalan semula hanya US$ 22/ton menjadi US$ 85/ton.

Bagi pengusaha ternak rakyat tentunya kenaikan itu sangat memberatkan.

Di lain pihak untuk meningkatkan harga jual ayam tidaklah mudah. Poduksi ayam

merosot tajam, harga jual turun drastis hingga Rp 1 100/kg dari sebelumnya

Rp 7 300/kg karena masyarakat enggan mengkonsumsi daging ayam dan telur3.

Apabila mengikuti tren kenaikan harga pakan, resikonya adalah masyarakat

mengurangi konsumsi daging atau telur terlebih kemampuan daya beli masih

rendah.

______________________ 2 Pikiran Rakyat (2004). Harga Pakan ”Meroket”, Bahan Baku Berkurang Karena Diduga Tersedot

ke Cina. Jum’at, 30 April 2004. 3 Http/www.sinarharapan.co.id. 2003

Page 127: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

107

Di tingkat petani, pakan berkualitas bagus harganya Rp 2 700/kg. Bila

menggunakan FCR (Food Convertion Ratio) ideal sebesar 1.5-1.6 yakni untuk

mendapatkan bobot ayam hidup satu kilogram diperlukan konsumsi pakan

sebanyak 1.6 kilogram, maka itu berarti biaya pembelian pakan untuk FCR 1.6

adalah paling sedikit Rp 4 320 dengan bobot ayam hidup satu kilogram.

Kenyataannya, peternak sulit mendapatkan FCR ideal dan seringkali melonjak

hingga 1.8-2.0 (Rasyaf, 1994). Sementara itu maraknya penyelundupan,

khususnya telur ditengarai ikut merusak harga pasar. Telur produksi peternak sulit

bersaing dengan telur selundupan dari Malaysia yang dijual dengan harga Rp 4

000/kg. Padahal harga telur ayam di peternak sudah mencapai Rp 6 200/kg.

Untuk itu industri peternakan ayam perlu dibenahi agar produksinya bisa

maksimal dan bersaing, di samping meningkatkan kesejahteraan peternak ayam,

dan menaikkan daya beli masyarakat. Penanganan jangka panjang ketersediaan

bahan baku sangat penting agar peternak rakyat bisa berkompetisi. Kondisi

peternak saat ini sangat sulit, dimana di satu sisi harus berhadapan dengan

perusahaan besar yang menguasai peternakan unggas dari hulu sampai hilir

(integrasi vertikal dan horisontal) sehingga bisa mengendalikan harga, sementara

di sisi lain harus bersiap dengan serbuan produk selundupan.

Page 128: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

VI. STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM

Secara umum hasil pendugaan model Analisis Struktur, Perilaku dan

Kinerja Industri Pakan Ternak Ayam di Lampung dan Jawa Barat cukup baik

dilihat dari kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrika. Hasil pendugaan model

menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen (12 persamaan) dari 17 persamaan

struktural mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) berkisar 0.67583 – 0.99840.

Artinya secara umum kemampuan peubah-peubah penjelas untuk menjelaskan

variasi nilai peubah endogennya cukup tinggi. Sebaliknya peubah-peubah penjelas

pada persamaan diferensiasi produk, share biaya tenaga kerja, efisiensi teknis

perusahaan, biaya perunit dan harga pakan belum mampu menjelaskan keragaman

nilai peubah endogennya secara baik, yaitu masih dibawah 60.0 persen. Arah dan

besaran nilai parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai harapan, meskipun

hasil uji t-statistik menunjukkan masih ada beberapa peubah penjelas yang

berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 15 persen.

Hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara

komponen struktur (structure), perilaku (conduct) dan kinerja (performance) di

industri pakan ternak ayam. Perilaku biaya (share biaya bahan baku) di industri

pakan ternak ayam dipengaruhi oleh jumlah industri pakan (indikator struktur).

Sementara diferensiasi produk (indikator struktur) merupakan faktor yang

mempengaruhi efisiensi teknis perusahaan dan profitabilitas (indikator kinerja).

Sebaliknya perubahan dalam kinerja secara langsung atau tidak langsung akan

merubah struktur industri pakan ternak (jumlah industri pakan dipengaruhi oleh

harga pakan, sebagai indikator kinerja).

108

Page 129: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

109

Hasil pengolahan data analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan

ternak ayam di Lampung dan Jawa Barat dengan metode 2SLS secara lengkap

disajikan pada Tabel Lampiran 2.

6.1. Struktur Industri Pakan Ternak Ayam

Struktur mengacu pada struktur pasar yang digambarkan sebagian besar

oleh konsentrasi penguasaan pasar di dalam pasar tersebut. Struktur industri pakan

ternak ayam di sini dapat dilihat dari jumlah perusahaan dalam industri, tingkat

konsentrasi, pemanfaatan kapital, intensitas penggunaan tenaga kerja dan

diferensiasi produk. Struktur industri pakan selanjutnya akan mempengaruhi

perilaku dan kinerja industri. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur industri

pakan ternak ayam terlihat pada Tabel 10.

Jumlah perusahaan dalam industri mengindikasikan tingkat persaingan dan

dipengaruhi secara signifikan oleh harga output, volume permintaan dan

pengeluaran pakan. Peningkatan harga output pakan akan signifikan

meningkatkan jumlah perusahaan dalam industri. Hal ini mengindikasikan

adanya kemudahan dalam ”entry and exit” suatu perusahaan dalam industri

pakan dimana adanya keuntungan normal akibat kenaikan harga akan menarik

adanya investasi baru dalam industri. Namun dari hasil estimasi ternyata peubah

tingkat keuntungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah industri pakan,

meskipun tandanya sesuai harapan. Peningkatan permintaan pakan akan

meningkatkan jumlah perusahaan dalam industri yang diindikasikan melalui

peningkatan signifikan jumlah perusahaan akibat peningkatan permintaan pakan

kawasan (DEMDR) dan luar kawasan (VEXSP). Jumlah perusahaan dalam

Page 130: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

110

Tabel 10. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Industri Pakan Ternak Ayam

No Variabel Lambang Koefisien Pr > |t| Elastisitas

Jumlah Industri Pakan Ternak (JIPK) 1 Konstanta Intercept 634.4795 0.0001 - 2 Rataan Harga Pakan RHPKN 0.002708 0.0001 0.3072 3 Tingkat Keuntungan PROF 0.000982 0.4229 0.0027 4 Investasi Awal INVEA 0.000702 0.7498 0.0012 5 Permintaan Pakan DEMDR 0.000352 0.1113 0.0245 6 Volume Pengeluaran VEXSP 0.007736 0.0001 0.0818 7 Dummy Skala Perusahaan DSCL -0.02719 0.8327 - 8 Dummy Daerah DDAE -13.1577 0.0001 - 9 Tahun YEAR -0.31020 0.0001 - R2 0.99840 F hit 2801.04

Efisiensi Teknis Industri (EFITR) 1 Konstanta Intercept 8671.183 0.0086 - 2 Permintaan Pakan DEMDR 0.026656 0.0001 0.6666 3 Tingkat Keuntungan PROF -0.03548 0.2165 -0.0348 4 Penambahan Investasi DINVE 0.101635 0.7009 0.0057 5 Struktur Tenaga Kerja LABS 19.02983 0.1514 0.2412 6 Kapasitas Terpasang Industri KPRDR -0.00872 0.1129 -0.5072 7 Efisiensi Teknis Perusahaan EFITF 0.050851 0.5195 0.0708 8 Dummy Skala Perusahaan DSCL 1.897522 0.4439 - 9 Dummy Daerah DDAE -6.59009 0.6257 - 10 Tahun YEAR -4.32039 0.0090 - R2 0.83333 F hit 19.44

Rasio Konsentrasi Industri (RCON) 1 Konstanta Intercept -32.0624 0.2352 - 2 Jumlah Industri Pakan JIPK -0.04572 0.0104 -3.8607 3 Produksi Industri PRODR 0.000060 0.6641 0.4062 4 Pangsa Pasar MSHA 0.000507 0.6837 0.0360 5 Efisiensi Teknis Industri EFITR 0.002293 0.4062 0.5391 6 Permintaan Pakan DEMDR -0.00014 0.1365 -0.8229 7 Biaya Per Unit COSU -9.22E-6 0.4377 -0.0698 8 Dummy Skala Perusahaan DSCL -0.00292 0.8714 - 9 Dummy Daerah DDAE -0.65661 0.0517 - 10 Tahun YEAR 0.016586 0.2204 - R2 0.78116 F hit 13.88

Struktur Tenaga Kerja (LABS) 1 Konstanta Intercept 2.395162 0.8993 - 2 Upah rata-rata WAGR -0.00337 0.0438 -0.0819 3 Tenaga Kerja Non-Produksi NLABP -0.00268 0.0001 -0.3735 4 Diferensiasi Produk DIPR -0.00200 0.7330 -0.0087 5 Produksi Perusahaan PRODF -0.00003 0.9324 -0.0045 6 Kapasitas Produksi Perusahaan KPRDF 0.001803 0.0001 0.4532 7 Dummy Skala Perusahaan DSCL -0.08711 0.0235 - 8 Dummy Daerah DDAE -0.05002 0.1629 - 9 Tahun YEAR -0.00088 0.9262 - R2 0.71455 F hit 11.26

Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85% (P ≤ 0.15)

Page 131: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

111

Tabel 10. Lanjutan

No Variabel Lambang Koefisien Pr > |t| Elastisitas Diferensiasi Produk (DIPR)

1 Konstanta Intercept -1957.08 0.1672 - 2 Investasi Awal INVEA 0.048034 0.0046 0.5361 3 Harga Bungkil Kedele HBKD 0.001325 0.2721 1.0607 4 Harga Jagung HJGG -0.00045 0.5993 -0.1867 5 Dummy Skala Perusahaan DSCL -0.05503 0.9600 - 6 Efisiensi Teknis Perusahaan EFITF -0.06464 0.0202 -1.6313 7 Struktur Tenaga Kerja LABS -0.20274 0.9574 -0.0466 8 Jumlah Pesaing JPES 1.418724 0.1918 8.6657 9 Permintaan Pakan DEMDR 0.000476 0.6709 0.2158 10 Dummy Daerah DDAE 25.41112 0.1525 - 11 Tahun YEAR 0.964456 0.1670 - R2 0.53942 F hit 3.98

Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85% (P ≤ 0.15) industri pakan pada kawasan Jawa Barat signifikan lebih banyak dibanding

dengan kawasan Lampung tetapi secara umum jumlahnya mengalami penurunan

signifikan selama periode 1999 sampai 2003.

Efisiensi teknis industri akan mengalami peningkatan signifikan akibat

kenaikan permintaan pakan dan sebaliknya semakin tinggi kapasitas terpasang

industri akan signifikan menurunkan efisiensi teknis industri. Hal ini

mengindikasikan bahwa produksi pada perusahaan dengan kemampuan produksi

sebenarnya lebih besar lebih kecil dibanding perusahaan kecil. Struktur tenaga

kerja berpengaruh signifikan terhadap efisiensi dimana rasio penggunaan tenaga

kerja produksi yang lebih besar dibandingkan tenaga kerja non produksi akan

meningkatkan efisiensi teknis. Menurunnya permintaan pakan akhir-akhir ini

disamping menurunkan jumlah industri pakan juga secara signifikan

menyebabkan penurunan kapasitas terpakai atau efisiensi teknis industri pakan

dari tahun ke tahun.

Semakin banyak jumlah perusahaan dalam industri maka penyebaran

produksi akan semakin luas sehingga secara signifikan akan menurunkan rasio

Page 132: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

112

konsentrasi. Peningkatan jumlah perusahaan dalam industri disebabkan oleh

meningkatnya permintaan sehingga peningkatan permintaan juga signifikan

menurunkan rasio konsentrasi. Jumlah industri pakan pada kawasan Jawa Barat

yang lebih banyak menyebabkan rasio konsentrasi pada kawasan ini signifikan

lebih rendah dibanding kawasan Lampung.

Struktur tenaga kerja perusahaan menunjukkan porsi tenaga kerja produksi

terhadap total tenaga kerja yang digunakan dan perubahannya relatif lebih

fleksibel dibanding perubahan tenaga kerja non-produksi. Porsi tenaga kerja

produksi akan mengalami peningkatan signifikan jika kapasitas produksi

perusahaan meningkat dan jumlah tenaga kerja non-produksi menurun. Sementara

itu apabila tingkat upah turun maka permintaan tenaga kerja akan meningkat,

sesuai teori ekonomi, turunnya harga input akan meningkatkan permintaan akan

input tersebut, ceteris paribus. Pada perusahaan pakan ternak dengan skala kecil

maka penggunaan tenaga kerja hampir seluruhnya merupakan tenaga kerja

produksi sehingga terdapat perbedaan signifikan antar skala perusahaan. Porsi

tenaga kerja produksi pada perusahaan skala kecil signifikan lebih besar

dibanding dengan perusahaan skala besar.

Dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, peubah-peubah endogen

yang merupakan komponen struktur, kurang respon terhadap perubahan peubah-

peubah penjelasnya. Hanya peubah rasio konsentrasi yang sangat respon terhadap

perubahan peubah jumlah perusahaan. Hal ini mengingat perlu waktu yang cukup

lama bagi industri pakan untuk merespon perubahan kinerja dan lingkungan usaha

yang ada.

Page 133: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

113

Diferensiasi produk membutuhkan kapital yang lebih besar dan

teridentifikasi dari dampak signifikan besarnya investasi awal terhadap variasi

output yang dihasilkan. Untuk meningkatkan volume penjualan maka suatu

perusahaan akan mencari peluang pasar baru dengan memproduksi produk yang

bervariasi atau terdiferensiasi. Variasi produk perusahaan pakan biasanya berupa

konsentrat dimana kandungan protein konsentrat lebih tinggi dari ransum biasa,

berkisar 30-45 persen. Bahan baku yang biasa dipakai untuk konsentrat adalah

bungkil kedele, bungkil kacang tanah atau dedak padi. Namun ternyata efisiensi

teknis semakin kecil dengan meningkatnya diferensiasi produk. Hal ini mengingat

bahwa bahan baku yang digunakan pada produk konsentrat tidak sebanyak dan

tidak kompleks seperti bahan baku pembuatan ransum. Pada kawasan Lampung,

produk pakan lebih terdiferensiasi dibanding kawasan Jawa Barat.

Sementara bila dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek

diferensiasi produk sangat respon terhadap perubahan harga bungkil kedele,

efisiensi teknis perusahaan dan jumlah pesaing.

6.2. Perilaku Industri Pakan Ternak

Perubahan dalam struktur industri pakan ternak selanjutnya akan

mempengaruhi perilaku perusahaan terutama berkaitan dengan penggunaan bahan

baku dan alokasi biaya produksi. Semakin tinggi tingkat persaingan, semakin

kompetitif perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perusahaan pakan

ternak dalam produksi terlihat pada Tabel 11.

Produksi pakan perusahaan lebih dipengaruhi oleh kapasitas dan efisiensi

teknis dibanding dengan perubahan harga output dan input. Produksi pakan akan

Page 134: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

114

Tabel 11. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perusahaan Pakan Ternak Ayam

No Variabel Lambang Koefisien Pr > |t| Elastisitas

Produksi pakan perusahaan (PRODF) 1 Konstanta Intercept 1145.772 0.9210 - 2 Rasio Harga Pakan-B.kedele RHPJG -0.00034 0.7046 0.0001 3 Rasio Harga Pakan-Jagung RHPBK 6.362304 0.6980 0.0716 4 Kapasitas Produksi Perusahaan KPRDF 0.541176 0.0001 0.9131 5 Efisiensi Teknis Perusahaan EFITF 2.283659 0.0001 1.6833 6 Struktur Tenaga Kerja LABS 35.44822 0.3130 0.2379 7 Dummy Skala Perusahaan DSCL 6.931893 0.5163 - 8 Diferensiasi Produk DIPR 4.720900 0.0069 0.1379 9 Produksi Pesaing PROPS 7.289E-6 0.9995 0.0001 10 Jumlah Pesaing JPES -1.25626 0.8800 -0.2241 11 Dummy Daerah DDAE -47.1938 0.7401 - 12 Tahun YEAR -0.64330 0.9103 -

R2 0.93965 F hit 46.71

Pangsa Penggunaan Bungkil Kedele (SPBK) 1 Konstanta Intercept 12800.42 0.0003 - 2 Harga Pakan HPKN 0.002235 0.3992 0.2628 3 Harga Bungkil Kedele HBKD -0.01273 0.0001 -1.6750 4 Harga Jagung HJGG 0.004723 0.0429 0.3221 5 Pangsa Bahan Baku Lain SRWL -0.12654 0.0335 -0.3679 6 Diferensiasi Produk DIPR 1.227155 0.0009 0.2017 7 Produksi Perusahaan PRODF 0.004666 0.7814 0.0263 8 Dummy Skala Perusahaan DSCL -1.24103 0.6265 - 9 Produksi Pesaing PROPS 0.000722 0.7927 0.0579 10 Jumlah Pesaing JPES -8.31962 0.0008 -8.3528 11 Dummy Daerah DDAE -136.539 0.0008 - 12 Tahun YEAR -6.29505 0.0003 -

R2 0.67583 F hit 6.25

Pangsa Penggunaan Jagung (SPJG) 1 Konstanta Intercept -12700.4 0.0003 - 2 Harga Pakan HPKN -0.00224 0.3992 -0.0956 3 Harga Jagung HJGG -0.00472 0.0429 -0.1168 4 Harga Bungkil Kedele HBKD 0.012725 0.0001 0.6074 5 Pangsa Bahan Baku Lain SRWL -0.87346 0.0001 -0.9213 6 Diferensiasi Produk DIPR -1.22716 0.0009 -0.0732 7 Produksi Perusahaan PRODF -0.00467 0.7814 -0.0095 8 Dummy Skala Perusahaan DSCL 1.241032 0.6265 - 9 Produksi Pesaing PROPS -0.00072 0.7927 -0.0209 10 Jumlah Pesaing JPES 8.319624 0.0008 3.0303 11 Dummy Daerah DDAE 136.5387 0.0008 - 12 Tahun YEAR 6.295048 0.0003 -

R2 0.92684 F hit 38.01

Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85% (P ≤ 0.15)

Page 135: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

115

Tabel 11. Lanjutan

No Variabel Lambang Koefisien Pr > |t| Elastisitas Pangsa Biaya Bahan Baku Jagung (SCJG)

1 Konstanta Intercept -9398.56 0.0001 - 2 Volume Penggunaan Jagung VJGG 0.599809 0.0001 0.5962 3 Harga Jagung HJGG 0.004734 0.0822 0.1328 4 Pangsa Penggunaan Jagung Lokal SJGL 0.064261 0.0716 0.1518 5 Pangsa Biaya Lainnya SCOT -0.51003 0.0001 -0.5713 6 Volume Penggunaan Bungkil Kedele VBKD -1.08634 0.0001 -0.3954 7 Jumlah perusahaan pakan JIPK 6.063830 0.0001 2.6699 8 Produksi Perusahaan PRODF -0.08399 0.0423 -0.1944 9 Diferensiasi Produk DIPR -1.66229 0.0005 -0.1124 10 Dummy Skala Perusahaan DSCL 2.857070 0.1995 - 11 Dummy Daerah DDAE 104.0350 0.0001 - 12 Tahun YEAR 4.655455 0.0001 -

R2 0.96492 F hit 82.53

Pangsa Biaya Bahan Baku Bungkil Kedele (SCBK) 1 Konstanta Intercept 10825.00 0.0001 - 2 Volume Penggunaan Bungkil Kedele VBKD 1.102486 0.0001 0.7343 3 Harga Bungkil Kedele HBKD -0.00075 0.7508 -0.0743 4 Pangsa Penggunaan B. Kedele Lokal SBKL -0.00783 0.6446 -0.0182 5 Pangsa Biaya Lainnya SCOT -0.27936 0.0005 -0.5726 6 Volume Penggunaan Jagung VJGG -0.50024 0.0001 -0.9100 7 Jumlah perusahaan pakan JIPK -6.05026 0.0034 -4.8749 8 Produksi Perusahaan PRODF 0.072657 0.0520 0.3077 9 Diferensiasi Produk DIPR 0.602855 0.1573 0.0745 10 Dummy Skala Perusahaan DSCL -3.60573 0.0853 - 11 Dummy Daerah DDAE -97.5390 0.0041 - 12 Tahun YEAR -5.32943 0.0001 -

R2 0.86135 F hit 18.64

Pangsa Biaya Tenaga Kerja (SCLB) 1 Konstanta Intercept 985.7463 0.3275 - 2 Upah Rata-Rata WAGR 0.050531 0.1742 0.2557 3 Struktur Tenaga Kerja LABS -4.58600 0.1411 -0.9545 4 Pangsa Biaya Jagung SCJG 0.043858 0.0517 0.5877 5 Pangsa Biaya Bungkil Kedele SCBK -0.05948 0.2521 -0.4355 6 Biaya per unit COSU -0.00069 0.3183 -0.3648 7 Produksi Perusahaan PRODF -0.01746 0.0268 -0.5414 8 Jumlah perusahaan pakan JIPK -0.83906 0.1883 -4.9504 9 Diferensiasi produk DIPR 0.612026 0.0022 0.5543 10 Dummy Skala Perusahaan DSCL -0.56806 0.6037 - 11 Dummy Daerah DDAE -17.7003 0.0927 - 12 Tahun YEAR -0.48020 0.3343 -

R2 0.51956 F hit 3.24

Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85% (P ≤ 0.15)

Page 136: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

116

meningkat signifikan pada perusahaan dengan kapasitas produksi lebih besar dan

meningkatnya efisiensi teknis. Ini artinya perusahaan lebih respon meningkatkan

produksi apabila terjadinya peningkatan permintaan pakan dibandingkan dengan

turunnya harga-harga input. Hal ini dikarenakan produk pakan bukan termasuk

produk tahan lama sehingga produk pakan tersebut harus sesegera mungkin

terpakai/terjual. Produksi juga akan mengalami peningkatan signifikan pada

perusahaan yang memiliki variasi produk (produk terdiferensiasi) lebih banyak.

Produksi pakan perusahaan dalam jangka pendek sangat respon terhadap

perubahan efisiensi teknis perusahaan dan kurang respon terhadap peubah

penjelas lainnya, diantaranya harga output dan input serta perubahan faktor

eksternal seperti produksi pesaing. Kuat dugaan bahwa pabrik pakan berperilaku

demikian hanya bertujuan meningkatkan pangsa pasar dengan menjual produk

sebanyak-banyaknya, bukan bertujuan memaksimisasi tingkat keuntungan.

Pada perusahaan pakan ternak, bahan baku utama dengan fungsi berbeda

adalah bungkil kedele dan jagung. Bungkil kedele merupakan bahan baku sumber

protein sedangkan jagung merupakan sumber energi sehingga perubahan dalam

penggunaan tidak hanya mempengaruhi biaya produksi tetapi juga kualitas pakan

yang dihasilkan.

Pangsa penggunaan bungkil kedele akan menurun signifikan akibat

kenaikan harga bungkil kedele dan sebaliknya akan mengalami penurunan

signifikan akibat penurunan harga jagung dan peningkatan penggunaan bahan

baku penyusun pakan lainnya. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan

substitusi dalam penggunaan input bahan baku penyusun pakan ternak dan ini

dilakukan perusahaan untuk menjaga kualitas pakan terutama menyangkut

Page 137: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

117

kandungan zat-zat makanan dalam ransum. Pada perusahaan pakan ternak dengan

produk terdiferensiasi atau beragam, pangsa penggunaan bungkil kedele lebih

tinggi terutama untuk perusahaan yang juga menghasilkan pakan konsentrat

sebagai pakan sumber protein.

Dari hasil estimasi di atas kiranya sesuai dengan kenyataan yang ada

bahwa bungkil kedele dapat bersubstitusi dengan jagung. Bila komposisinya

dalam pakan bersamaan dengan jagung, maka penggunaan bungkil kedele

berkisar 10-15 persen. Namun bila harga jagung mahal dan langka di pasaran,

kedelai dapat dicampur dengan gaplek atau ubi kayu dengan komposisi 22-28

persen kedelai dan 75-78 persen gaplek atau ubi kayu. Campuran ini perlu diolah

lebih lanjut, terutama kedelai, agar tidak beracun bagi unggas, karena biji kedelai

mengandung racun yang dapat menekan produktivitas unggas.

Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk menekan biaya

produksi dan salah satu cara adalah mengurangi penggunaan input bahan baku

yang harganya relatif mahal dan susah didapat. Hal ini diduga menjadi penyebab

peningkatan jumlah pesaing dalam industri akan menurunkan pangsa penggunaan

bungkil kedele dalam pakan. Seperti diketahui, di dalam negeri produksi kedelai

sangat sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kita

mengimpor kedelai dalam jumlah besar, lebih dari dua juta ton per tahun.

Penggunaan bungkil kedele signifikan lebih tinggi pada perusahaan yang berada

pada kawasan Jawa Barat dibanding Lampung dan ini akan mengindikasikan

perbedaan dalam kualitas pakan yang dapat dilihat pada harga pakan masing-

masing perusahaan. Untuk wilayah Jawa Barat memang lebih mudah bagi

perusahaan dengan mengimpor bungkil kedele dan biaya yang dikeluarkan juga

Page 138: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

118

relatif kecil apabila mengimpor dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan wilayah

Jawa Barat yang dekat pelabuhan masuknya barang impor di Jakarta.

Ketergantungan terhadap impor serta tersedianya berbagai bahan baku pakan

sumber protein pengganti diduga menjadi penyebab penurunan signifikan pangsa

penggunaan bungkil kedele dalam pakan ternak dari tahun ke tahun. Sementara

dalam jangka pendek, pangsa penggunaan bungkil kedele sangat respon terhadap

perubahan harga bungkil kedele dan jumlah pesaing.

Hal yang sama terjadi pada bahan baku penyusun pakan utama lain

dimana peningkatan harga jagung akan menyebabkan penurunan signifikan

pangsa penggunaan jagung. Sebaliknya pangsa penggunaan jagung akan

meningkat signifikan jika terjadi penurunan pangsa penggunaan bungkil kedele

akibat kenaikan harga bungkil kedele dan penurunan pangsa penggunaan bahan

baku lainnya. Kebalikan dengan bungkil kedele, maka dengan semakin

terdiferensiasi atau bervariasi output perusahaan maka penggunaan jagung akan

semakin kecil. Sementara itu, peningkatan pangsa penggunaan jagung dapat

menurunkan biaya produksi sehingga untuk meningkatkan daya saing maka

perusahaan akan meningkatkan penggunaan jagung. Hal ini diduga menjadi

penyebab meningkatnya jumlah pesaing akan mendorong peningkatan

penggunaan jagung sebagai bahan baku penyusun ransum. Penggunaan jagung

signifikan lebih tinggi pada perusahaan pakan di kawasan Lampung dibanding

Jawa Barat. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa di Lampung, produksi

jagung cukup besar dan Lampung termasuk daerah sentra produksi jagung di

Indonesia. Penurunan signifikan pangsa penggunaan bungkil kedele akan diikuti

dengan peningkatan signfikan pangsa penggunaan jagung dari tahun ke tahun.

Page 139: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

119

Pangsa penggunaan jagung ternyata juga sangat respon terhadap

perubahan jumlah pesaing. Namun kurang respon terhadap perubahan harganya

sendiri. Hal ini mengindikasikan tingkat persaingan industri pakan di dalam

mendapatkan bahan baku pakan.

Apabila dilihat dari komposisi ransum ayam, baik untuk broiler maupun

petelur, maka kandungan jagung yang terdapat didalamnya rata-rata mencapai 41

persen dari total ransum. Hal ini jelas dikarenakan pakan ayam membutuhkan

sumber energi yang diperoleh dari jagung. Memang sumber energi bisa diperoleh

dari bahan lain seperti sorgum, singkong maupun minyak. Akan tetapi dengan

keterbatasan jumlah, harga dan nilai gizi, maka jagung masih merupakan bahan

baku utama untuk membuat ransum ayam.

Dari data statistik yang ada menunjukkan bahwa produksi jagung akan

meningkat pada tahun-tahun mendatang seiring dengan konsumsinya. Hal ini

didasarkan atas perkembangan industri pakan yang terus meningkat di masa

mendatang dan juga terjadinya peningkatan produksi jagung. Peningkatan

produksi dapat terjadi apabila usaha ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman

jagung juga ditingkatkan. Penanaman jagung hibrida yang mempunyai produksi

yang lebih tinggi masih bisa ditingkatkan. Saat ini diperkirakan penanaman

jagung hibrida masih kurang dari 30 persen dari total penanaman jagung. Kondisi

ini masih jauh tertinggal dibanding Thailand, bahkan China. Rendahnya

penanaman jagung hibrida di Indonesia bisa ditunjukkan dari rataan produktivitas

jagung yang masih di bawah 3 ton per hektar.

Selain itu produksi jagung saat ini diperoleh dari luas areal tanaman

sebesar 3.5 juta ton (Statistik pertanian, 2005). Apabila dilihat dari data lima

Page 140: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

120

tahun terakhir ini, luas areal penanaman jagung tidak banyak berubah. Apabila

menginginkan peningkatan produksi jagung dalam negeri maka perluasan areal

tanaman jagung perlu ditingkatkan. Lahan tidak berfungsi di Indonesia masih luas

dan ini bisa dimanfaatkan untuk perkebunan jagung.

Perilaku produksi seperti di atas akan berpengaruh terhadap alokasi

sumber daya finansial terutama berkaitan dengan biaya produksi seperti pada

Tabel 11. Peningkatan harga dan volume penggunaan jagung akan meningkatkan

secara signifikan pangsa biaya jagung tetapi sebaliknya jika pangsa biaya lainnya

dan penggunaan bungkil kedele meningkat maka pangsa biaya bahan jagung akan

mengalami penurunan signifikan. Pangsa biaya jagung akan meningkat signifikan

apabila pangsa penggunaan jagung lokal meningkat. Peningkatan jumlah

perusahaan pakan mendorong peningkatan permintaan terhadap input sehingga

harga-harga input akan naik, sehingga pangsa biaya input mengalami

peningkatan. Selanjutnya perusahaan akan mengurangi penggunaan input jagung

di dalam produksi apabila harganya naik sehingga pangsa biaya jagung ikut turun.

Sejalan dengan penggunaan jagung yang relatif kecil apabila produk

terdiferensiasi, maka pangsa biaya jagung juga mengalami penurunan signifikan

apabila produk terdiferensiasi. Dikarenakan penggunaan jagung lebih tinggi di

kawasan Lampung maka pangsa biaya jagung juga lebih besar dibandingkan Jawa

Barat. Meningkatnya penggunaan jagung akibat meningkatnya produksi jagung

dalam negeri menyebabkan pangsa biaya jagung dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan signifikan.

Hal yang sama terjadi pada pangsa biaya bahan baku bungkil kedele

dimana terjadi peningkatan signifikan akibat kenaikan volume penggunaan

Page 141: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

121

bungkil kedele. Penurunan signifikan pangsa biaya bahan baku bungkil kedele

terjadi jika harga dan penggunaan bahan baku lainnya seperti jagung mengalami

peningkatan. Faktor lain yang menyebabkan penurunan pangsa biaya bahan baku

bungkil kedele adalah dengan meningkatnya biaya lain-lain seperti biaya iklan

dan promosi. Meningkatnya jumlah perusahaan pakan akan meningkatkan

persaingan industri di dalam mendapatkan bahan baku sehingga menurunkan

pangsa biaya bungkil kedele, akibat turunnya penggunaan bungkil kedele di

dalam ransum. Sementara bila produksi perusahaan naik, maka pangsa biaya

bungkil kedele juga ikut naik. Berbeda dengan perusahaan besar yang mampu

mengimpor bungkil kedele dalam jumlah besar sehingga menghemat biaya,

kesulitan dalam memperoleh bahan baku bungkil kedele ini terindikasi juga

dengan semakin kecil skala perusahaan maka semakin besar pangsa biaya bahan

baku bungkil kedele. Hubungan yang erat antara penggunaan jagung dan bungkil

kedele sebagai bahan baku penyusun ransum menyebabkan kenaikan pangsa

biaya bahan baku jagung dari tahun ke tahun mendorong penurunan biaya bahan

baku bungkil kedele dari tahun ke tahun.

Biaya lain yang cukup signifikan mempengaruhi perilaku perusahaan

pakan ternak adalah biaya tenaga kerja. Pangsa biaya tenaga kerja akan meningkat

signifikan dengan menurunnya struktur tenaga kerja yang artinya perusahaan

dengan porsi tenaga kerja non produksi yang lebih besar akan mengeluarkan biaya

lebih besar dibandingkan perusahaan dengan porsi tenaga kerja produksi yang

lebih besar. Pangsa biaya jagung yang meningkat akibat meningkatnya

penggunaan jagung, juga signifikan meningkatkan pangsa biaya tenaga kerja.

Selanjutnya pangsa biaya tenaga kerja akan meningkat signifikan apabila produksi

Page 142: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

122

pakan perusahaan turun. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan tenaga

kerja dalam perusahaan masih belum optimal dalam kapasitas sebenarnya untuk

berproduksi. Diferensiasi produk akan membutuhkan tenaga kerja produksi yang

lebih besar sehingga apabila diferensiasi produk meningkat maka pangsa biaya

tenaga kerja juga akan meningkat. Pangsa biaya tenaga kerja signifikan lebih

tinggi pada perusahaan pakan di kawasan Jawa Barat dibanding Lampung.

Bila dilihat dari nilai elastisitas, baik pangsa biaya bahan baku jagung,

bungkil kedele maupun pangsa biaya tenaga kerja sangat respon terhadap

perubahan jumlah perusahaan pakan.

6.3. Kinerja Industri Pakan Ternak

Selanjutnya struktur dan perilaku industri pakan akan mempengaruhi

kinerja industri tersebut dan sebaliknya dengan kinerja yang ada maka akan

berdampak terhadap perubahan struktur industri pakan ternak nantinya. Kinerja

industri dapat berupa efisiensi baik teknis maupun efisiensi biaya yang terindikasi

melalui biaya per unit pakan, harga output pakan, pangsa pasar (market share) dan

kekuatan pasar (market power) serta tingkat keuntungan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja industri pakan ternak dapat dilihat pada Tabel 12.

Peningkatan permintaan akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan

produksi sehingga efisiensi teknis akan mengalami peningkatan signifikan.

Perusahaan dengan kapasitas produksi lebih kecil ternyata memiliki efisiensi

teknis yang signifikan dibanding perusahaan besar. Rata-rata kapasitas terpakai

perusahaan pakan ternak yaitu 62.25 persen, yang artinya sekitar 37.75 persen

terjadi idle capacity. Sementara itu dengan meningkatnya produksi pesaing juga

Page 143: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

123

Tabel 12. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Pakan Ternak

No Variabel Lambang Koefisien Pr > |t| Elastisitas

Efisiensi Teknis Perusahaan (EFITF) 1 Konstanta Intercept 11089.16 0.2010 - 2 Permintaan pakan DEMDR 0.106035 0.0003 1.9052 3 Harga bungkil kedele HBKD -0.00327 0.6642 -0.1037 4 Harga jagung HJGG 0.004566 0.4442 0.0751 5 Upah rata-rata WAGR -0.06123 0.8533 -0.0136 6 Kapasistas produksi firma KPRDF -0.08376 0.0397 -0.1917 7 Produksi pesaing PROPS -0.11486 0.0007 -2.2214 8 Jumlah pesaing JPES 3.685788 0.5991 0.8921 9 Diferensiasi produk DIPR -2.33015 0.0489 -0.0923

10 Dummy Skala Perusahaan DSCL 7.700891 0.3265 - 11 Dummy daerah DDAE 29.04059 0.7988 - 12 Tahun YEAR -5.52550 0.1958 - R2 0.51075 F hit 3.13

Biaya Per Unit (COSU) 1 Konstanta Intercept -260761 0.1417 - 2 Harga jagung HJGG 0.192552 0.5013 0.1369 3 Harga bungkil kedele HBKD -0.10747 0.6754 -0.1474 4 Pangsa penggunaan jagung SPJG -3.40953 0.6950 -0.0979 5 Pangsa penggunaan bk.kedele SPBK 36.07647 0.0910 0.3760 6 Pangsa Biaya Tenaga Kerja SCLB -15.5752 0.8607 -0.0294 7 Produksi Perusahaan PRODF -4.17100 0.1319 -0.2446 8 Diferensiasi Produk DIPR 129.8673 0.0628 0.2225 9 Dummy Skala Perusahaan DSCL 475.3955 0.1609 -

12 Dummy daerah DDAE -237.426 0.5924 - 13 Tahun YEAR 130.7847 0.1400 - R2 0.47639 F hit 3.09

Harga Pakan (HPKN) 1 Konstanta Intercept -85385.8 0.6284 - 2 Permintaan Pakan DEMDR 0.636434 0.3784 0.4034 3 Produksi Kawasan PRODR -0.72825 0.3883 -0.4968 4 Biaya Per Unit COSU 0.273542 0.0098 0.2232 5 Harga Jagung HJGG 0.156283 0.1962 0.0906 6 Harga Bungkil Kedele HBKD 0.410419 0.0099 0.4593 7 Pangsa Pasar MSHA 10.56811 0.3155 0.0809 8 Rasio Konsentrasi RCON -598.223 0.8148 -0.0645 9 Struktur Tenaga Kerja LABS 1309.103 0.0184 0.4205

10 Dummy Skala Perusahaan DSCL -96.5735 0.5464 - 11 Dummy Daerah DDAE -508.000 0.3842 - 12 Tahun YEAR 42.70911 0.6283 - R2 0.51660 F hit 3.21

Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85% (P ≤ 0.15)

Page 144: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

124

Tabel 12. Lanjutan

No Variabel Lambang Koefisien t-hitung Elastisitas Tingkat keuntungan (PROF)

1 Konstanta Intercept -3843.90 0.1460 - 2 Persentase nilai tambah PVADD 0.833992 0.0001 1.1791 3 Pangsa pasar perusahaan MSHA 0.508704 0.0142 0.1568 4 Diferensiasi produk DIPR -1.46822 0.0031 -0.0826 5 Jumlah pesaing JPES 0.487137 0.8349 0.1674 6 Dummy skala perusahaan DSCL -6.26121 0.0340 - 7 Rasio konsentrasi RCON -2.53758 0.9589 -0.0110 8 Dummy daerah DDAE 0.266681 0.9939 - 9 Tahun YEAR 1.915402 0.1427 - R2 0.99004 F hit 447.35

Pangsa Pasar (MSHA) 1 Konstanta Intercept -2343.97 0.5810 - 2 Harga pakan HPKN 0.007297 0.1341 0.9529 3 Biaya per unit COSU -0.01086 0.0491 -1.1572 4 Permintaan pakan DEMDR -0.00887 0.6406 -0.7342 5 Produksi Pesaing PROPS 0.003517 0.8606 0.3133 6 Jumlah Pesaing JPES -2.86506 0.4783 -3.1947 7 Rasio konsentrasi RCON -65.2515 0.5166 -0.9188 8 Tingkat keuntungan PROF -0.04351 0.3295 -0.1412 9 Diferensiasi Produk DIPR 1.670857 0.0474 0.3050

10 Dummy Skala Perusahaan DSCL 8.037048 0.0135 - 11 Dummy daerah DDAE -22.4723 0.6866 - 12 Tahun YEAR -1.210558 0.5701 - R2 0.78846 F hit 11.18

Market Power (MPWR) 1 Konstanta Intercept -27.0772 0.2030 - 2 Biaya Per Unit COSU -0.00061 0.0001 -4.9535 3 Efisiensi Teknis Perusahaan EFITF -0.00019 0.8311 -0.0667 4 Pangsa Pasar Perusahaan MSHA -0.00194 0.3147 -0.1478 5 Produksi Pesaing PROPS 0.000011 0.7318 0.0749 6 Jumlah Pesaing JPES 0.011164 0.5918 0.9486 7 Dummy Skala Perusahaan DSCL 0.053153 0.0289 - 8 Rasio Konsentrasi RCON 0.273299 0.5298 0.2933 9 Harga Pakan HPKN 0.000409 0.0001 4.0703

10 Dummy Daerah DDAE 0.204876 0.5323 - 11 Tahun YEAR 0.013551 0.1986 - R2 0.98494 F hit 222.29

Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85% (P ≤ 0.15) akan mengurangi produksi sehingga efisiensi teknis juga menurun signifikan.

Selain itu dalam jangka pendek terlihat bahwa efisiensi teknis sangat respon

Page 145: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

125

terhadap perubahan permintaan pakan dan produksi pesaing. Keputusan

perusahaan melakukan diferensiasi produk ternyata menurunkan efisiensi teknis.

Biaya per unit menunjukkan efisiensi biaya dan sangat signifikan

dipengaruhi oleh struktur bahan penyusun pakan. Hal ini terlihat dengan

peningkatan signifikan biaya per unit akibat peningkatan penggunaan bungkil

kedele dalam ransum. Bungkil kedele merupakan bahan penyusun ransum utama

sebagai sumber protein dan harganya relatif mahal sehingga perubahan dalam

penggunaannya merupakan upaya perusahaan untuk melakukan penyesuaian

dalam biaya.

Permintaan pakan yang turun akhir-akhir ini, diantaranya disebabkan

wabah Avian Influenza (flu burung), memaksa pebisnis melakukan strategi

diantaranya diferensiasi produk yang menyebabkan biaya per unit pakan

mengalami peningkatan. Namun dalam jangka pendek, biaya per unit kurang

respon terhadap perubahan semua peubah penjelasnya. Rendahnya permintaan

pakan dan masih besarnya ketergantungan pabrik pakan terhadap bahan baku

impor, diduga menjadi penyebab biaya produksi pakan dari tahun ke tahun

meningkat signifikan.

Dengan melihat hasil estimasi pada efisiensi usaha, dalam hal ini efisiensi

teknis dan efisiensi biaya, harga jagung tidak berpengaruh signifikan pada

keduanya. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Alim (1996) yang

menyatakan bahwa harga jagung kuning sangat dominan dalam mempengaruhi

tingkat laba dan efisiensi usaha. Hal ini dikarenakan pada saat ini, perusahaan

tidak terlalu kesulitan mendapatkan jagung dikarenakan produksinya yang

meningkat. Ternyata yang lebih sering menimbulkan gejolak harga pakan adalah

Page 146: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

126

harga bungkil kedele, dimana sebagian besar masih impor dan malah akhir-akhir

ini Indonesia kesulitan mendapatkan bahan baku bungkil kedele akibat tersedot

semua ke negara Cina4.

Dengan peluang pasar (budidaya) yang sempit dan jumlah produsen pakan

ternak yang cukup banyak, memaksa pebisnis pakan ternak melakukan persaingan

yang sangat ketat. Setiap pabrik pakan mengeluarkan beberapa merk pakan

dengan harga yang bervariasi, bahkan berbeda-beda harga untuk setiap pembeli.

Penetapan harga dalam pasar pakan ternak menggunakan pendekatan

biaya produksi dimana harga pakan ditentukan oleh biaya ditambah margin untuk

perusahaan. Peningkatan biaya per unit akan meningkatkan secara signifikan

harga pakan ternak. Dampak peningkatan permintaan yang tidak signifikan dan

adanya kemudahan dalam ”entry and exit” mengindikasikan suatu bentuk pasar

persaingan tidak sempurna dengan banyak pelaku usaha. Ciri-ciri ini

menunjukkan bahwa pasar industri pakan merupakan suatu bentuk pasar

persaingan monopolistik. Harga bungkil kedele secara signifikan mempengaruhi

harga pakan dimana peningkatan harga input bungkil kedele akan meningkatkan

pula harga pakan. Hal ini mengindikasikan bahwa di antara jagung dan bungkil

kedele, yang paling berperan mempengaruhi harga pakan adalah bungkil kedele.

Namun jika dilihat dari elastisitasnya, harga pakan kurang respon terhadap

perubahan semua peubah penjelasnya.

Profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan per unit dan merupakan

persentase selisih harga dan biaya per unit produksi terhadap biaya. Tingkat

keuntungan akan meningkat signifikan jika nilai tambah bahan baku yang

___________________ 4 Pikiran Rakyat. 2004. Harga Pakan ”Meroket”, Bahan Baku Berkurang karena Diduga Tersedot

ke Cina. Jum’at, 30 April 2004

Page 147: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

127

dihasilkan dan penguasaan pasar perusahaan semakin besar. Di sini terlihat bahwa

terdapat hubungan yang positif antara profitabilitas dengan market share

(Sheperd, 1997). Jika produk yang dihasilkan perusahaan semakin terdiferensiasi

maka peningkatan variasi output akan menurunkan secara signifikan tingkat

keuntungan. Hal ini sejalan dengan penelitian Vlachvei and Oustapassidis (1998),

dimana diferensiasi produk merupakan variabel utama yang sangat mempengaruhi

tingkat keuntungan. Jika dibandingkan antar skala perusahaan maka keuntungan

per unit pada perusahaan skala besar signifikan lebih kecil dibanding dengan

perusahaan skala kecil. Perbedaan ini belum mengindikasikan keuntungan riil

perusahaan karena jika dilihat juga dari sisi volume produksi maka keuntungan

total perusahaan skala besar akan lebih tinggi. Hal ini diduga karena perusahaan

skala besar dengan kemampuan modal lebih kuat dalam menghadapi persaingan

akan cenderung untuk mengejar keuntungan total dengan menjual ouput dengan

harga lebih rendah untuk mendorong peningkatan volume penjualan. Berdasarkan

hasil penelitian Resende (2005), bahwa terdapat hubungan positif dari konsentrasi

terhadap keuntungan, tidak terbukti dalam penelitian ini. Jika dilihat dari

elastisitasnya, dalam jangka pendek, tingkat keuntungan sangat respon terhadap

perubahan persentase nilai tambah, namun kurang respon terhadap perubahan

pangsa pasar dan diferensiasi produk. Sementara itu tingkat keuntungan

perusahaan pakan signifikan meningkat dari tahun ke tahun.

Kecenderungan perusahaan besar untuk mendorong peningkatan volume

penjualan ini menyebabkan penguasaan pasar perusahaan besar akan lebih tinggi

dibanding perusahaan kecil. Penguasaan pasar dapat dilihat dari porsi volume

produksi perusahaan terhadap produksi suatu kawasan atau yang lebih dikenal

Page 148: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

128

dengan market share. Pangsa pasar akan meningkat signifikan dengan

menurunnya biaya per unit produksi perusahaan dan secara umum perusahaan

skala besar dengan volume produksi lebih besar, pangsa pasar juga lebih besar.

Permintaan pakan yang meningkat akan meningkatkan harga pakan dan

perusahaan tertarik memproduksi lebih banyak sehingga pangsa pasar ikut naik.

Diferensiasi produk akan meningkatkan volume penjualan sehingga pangsa pasar

juga ikut meningkat. Dalam jangka pendek, pangsa pasar ternyata cukup respon

terhadap perubahan biaya per unit dan jumlah pesaing.

Kinerja perusahaan dalam industri pakan juga dapat dilihat dari kekuatan

pasar (market power) dengan menghitung Lerner Index. Market power suatu

perusahaan akan meningkat signifikan dengan menurunnya biaya per unit pakan.

Ini artinya perusahaan yang mampu meminimalisasi biaya produksi akan mampu

bersaing dan menguasai pasar. Kekuatan pasar ternyata memiliki hubungan positif

dengan harga pasar dimana semakin besar kekuatan pasar, harga pakan semakin

tinggi. Hal yang diduga selama ini bahwa terjadi kolusif di dalam menetapkan

harga pakan ada benarnya. Seiring dengan pangsa pasar maka market power pada

perusahaan skala besar signifikan lebih tinggi dibanding perusahaan skala kecil.

Sementara itu market power dalam jangka pendek sangat respon terhadap

perubahan biaya per unit dan harga pakan.

6.4. Hubungan Antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan

Berdasarkan arah dan besaran pengaruh antara berbagai variabel pada

masing-masing persamaan maka secara umum dapat dinyatakan bahwa terdapat

keterkaitan erat antara struktur, perilaku dan kinerja. Perilaku dan kinerja industri

Page 149: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

129

pakan dipengaruhi oleh struktur industri dan sebaliknya perubahan struktur

industri meskipun secara tidak langsung dipengaruhi oleh strategi dan kinerja

industri seperti terlihat pada Gambar 15.

Gambar 15 menunjukkan bahwa struktur industri berupa jumlah

perusahaan dalam industri pakan yang mengindikasikan tingkat persaingan akan

mempengaruhi penggunaan kapital (efisiensi teknis) perusahaan pakan ternak dan

sebaliknya efisiensi pada level perusahaan akan mempengaruhi efisiensi teknis

industri. Jumlah perusahaan dalam industri ini juga akan mempengaruhi strategi

perusahaan dalam bersaing dengan memproduksi output yang bervariasi sehingga

berpengaruh dalam penggunaan input bahan baku yang harga dan sharenya dalam

biaya produksi relatif tinggi seperti penggunaan bungkil kedele dan jagung.

Formulasi penggunaan bahan baku penyusun pakan ini akan menyebabkan

perubahan dalam struktur biaya produksi dan efisiensi biaya (biaya per unit) serta

harga jual pakan ternak.

Hipotesis awal yang menyatakan bahwa struktur industri pakan ternak

sekarang ini cenderung mengarah pada struktur pasar yang oligopolistik kolusif

ada benarnya. Hal ini terlihat pada hubungan positif yang signifikan antara market

power dan harga pakan. Karena semakin kolusif suatu industri, harga dan market

power semakin tinggi. Namun pada waktu yang sama, tingginya harga dan tingkat

keuntungan dapat menarik pemain baru sehingga tingkat konsentrasi dapat

menurun.

Harga jual pakan pada suatu industri yang bersaing akan mempengaruhi

kemampuan perusahaan dalam penguasaan pasar (market share) dan pada

perusahaan dengan tingkat efisiensi biaya lebih tinggi akan memiliki kekuatan

Page 150: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

130

pasar (market power) lebih tinggi sehingga produksi meningkat dan market share

juga lebih tinggi. Hasil menunjukkan bahwa harga pakan sangat dipengaruhi oleh

gejolak harga bahan baku terutama bungkil kedele. Perusahaan dengan

kemampuan menguasai bahan baku yang tinggi yang akan dapat bertahan. Rasio

harga jual pakan terhadap biaya yang lebih tinggi akan mendorong peningkatan

keuntungan sehingga peningkatan harga pakan akan mendorong masuknya pelaku

baru dalam industri dan jumlah perusahaan dalam industri pakan akan meningkat.

Hal ini terlihat dengan adanya hubungan positif antara tingkat keuntungan dengan

jumlah perusahaan pakan meskipun tidak signifikan. Kinerja industri selanjutnya

akan mempengaruhi struktur industri terlihat dari hubungan antara efisiensi teknis

perusahaan yang merupakan indikator kinerja terhadap diferensiasi produk, yang

merupakan indikator struktur. Produk semakin terdiferensiasi apabila efisiensi

teknis semakin kecil. Selanjutnya jumlah perusahaan pakan akan mempengaruhi

rasio konsentrasi industri tersebut. Hasil ini mengindikasikan bahwa dalam

industri pakan model lebih mengarah pada bentuk siklus dimana struktur industri

akan mempengaruhi strategi dan kinerja industri pakan ternak, dan sebaliknya

kinerja industri pakan ternak akan mempengaruhi keluar atau masuknya (entry

and exit) suatu perusahaan dalam industri. Artinya jika menginginkan perubahan

dalam kinerja industri agar lebih efisien, maka mutlak diperlukan perubahan

dalam struktur industri, agar didapat struktur industri yang lebih bersaing sehat.

Page 151: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

EFITR

RCON

JIPK EFITF HPKN PRODF

SCBK

SCJG SCPR

SCOT

SCLB

PROF COSU

MSHA MPWR

Gambar 15. Hubungan Antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan

LABS

SPBK SPJG

SRWL

+ (s)

+ (ts)

- (s)

- (s) +( s)

- (s)

- (s) - (s)

- (s)

+ (s) + (s)

+ (ts)

- (s)

- (s) - (s)

- (s)

- (s)

+ (s)

- (ts)

- (s)

+ (s)

+ (s)

- (s)

+ (s)

Keterangan : = Struktur = Perilaku = Kinerja

+ (s)

+ (s)

- (s)

+ (s)

+ (s)

- (s)

DIPR

131

Page 152: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

95

Page 153: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

VII. DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

7.1. Hasil Validasi Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak

Hasil validasi model ekonometrika struktur, perilaku dan kinerja

perusahaan pakan ternak menggunakan kriteria Root Mean Square Error (RMSE),

R-Square (R2) dan U-theil secara umum menunjukkan bahwa model layak

digunakan untuk simulasi seperti pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Validasi Model Ekonometrika Menggunakan Kriteria RMSE, R-Square dan U-Theil

Indikator No. Peubah RMSE R-Square U-Theil

1. JIPK 0.3182 0.9983 0.0092

2. EFITR 6.5643 0.8113 0.0710

3. RCON 0.0480 0.6649 0.1146

4. SPJG 4.8359 0.8773 0.0512

5. SPBK 4.8354 0.5896 0.1427

6. LABS 0.0705 0.6464 0.0634

7. DIPR 2.0845 0.4761 0.2868

8. SCJG 5.8309 0.9215 0.0656

9. SCBK 4.6152 0.7666 0.1029

10. SCLB 1.8138 0.3426 0.2647

11. SCPR 3.2851 0.9729 0.0249

12. PRODF 26.7974 0.8799 0.1173

13. EFITF 13.2963 0.4666 0.1022

14. COSU 753.6 0.2529 0.2307

15. HPKN 314.3 0.3250 0.0872

16. MSHA 8.0433 0.7067 0.1985

17. PROF 8.3574 0.9639 0.0757

18 MPWR 0.4303 0.2955 0.4931

132

Page 154: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

133

Validasi model dilakukan untuk melihat daya prediksi model yang akan

digunakan dalam simulasi kebijakan dengan menggunakan kriteria Root Mean

Square Error (RMSE), R-Square dan U-Theil. Hasil validasi menunjukkan bahwa

sebagian besar (88.89 persen) persamaan memiliki nilai RMSE kecil dari 30

persen dan hanya sebagian kecil (11.11 persen) memiliki RMSE yang lebih besar

dari 30 persen. Distribusi nilai kriteria yang lebih bervariasi terdapat pada nilai R-

Square, tetapi sebagian besar (61.11 persen) masih di atas 0.6 dan sisanya

memiliki nilai kecil dari 0.6 (38.89 persen). Kedua indikator ini menunjukkan

bahwa model cukup valid untuk digunakan dalam simulasi karena secara umum

memiliki daya prediksi yang bagus.

Kelayakan model juga didukung dengan nilai U-theil yang sebagian besar

mendekati nilai 0 dimana sebagian besar (77.78 persen) memiliki nilai kecil dari

0.2 dan hanya 4 persamaan (22.22 persen) yang memiliki nilai besar dari 0.2

dengan nilai U-theil terbesar adalah 0.4931 pada persamaan market power

(MPWR). Nilai U-theil yang besar pada persamaan market power diduga karena

keterkaitan yang tinggi antara market power dan market share (saling beriringan),

dimana market power suatu perusahaan dapat berubah-ubah tergantung market

sharenya. Nilai U-theil yang berkisar antara 0 dan 1 menunjukkan bahwa model

mendekati sempurna jika mendekati 0 dan semakin tidak sempurna jika mendekati

1. Kelayakan model juga diperkuat dengan hasil dekomposisi U-Theil (Lampiran)

dimana bias proporsi (UM), bias varian (UR) dan bias kovarian (US) sebagian

besar mendekati 0 dan sebaliknya nilai kovarian (UD) dan nilai kovarian (UC)

mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa bias model akan semakin kecil dan

nilai hasil prediksi mendekati nilai yang sebenarnya.

Page 155: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

134

Berdasarkan hasil validasi model dengan menggunakan berbagai indikator

di atas maka secara umum dapat dinyatakan bahwa model struktur, perilaku dan

kinerja industri pakan ternak ini layak digunakan dalam simulasi. Pada penelitian

ini, simulasi yang dilakukan adalah perubahan variabel makro dan mikro yang

akan mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja industri pakan, yaitu:

1. Peningkatan sebesar 10 persen permintaan (demand) pakan ternak

2. Peningkatan sebesar 10 persen penawaran (supply) pakan ternak

3. Peningkatan sebesar 10 persen harga input bahan baku bungkil kedele

4. Peningkatan sebesar 10 persen harga input bahan baku jagung

5. Peningkatan sebesar 20 persen upah tenaga kerja.

7.2. Simulasi Dampak Perubahan Permintaan dan Penawaran Terhadap Industri Pakan Ternak

Peningkatan permintaan (demand) dan penawaran (supply) akan

mempengaruhi harga dan output keseimbangan pasar sehingga untuk

mempertahankan kinerjanya perusahaan pakan ternak akan melakukan perubahan

dalam struktur dan strategi usaha.

7.2.1. Dampak Peningkatan Permintaan Pakan Ternak

Dampak peningkatan permintaan akan menggeser harga dan output

keseimbangan sehingga akan berpengaruh terhadap struktur, perilaku dan kinerja

industri pakan ternak seperti terlihat pada Gambar 16.

Page 156: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

135

81.74

5.85

-5.35

1.807.860.25

-32.65

0.93

-31.89

-3.24

0.15

-15.99

-1.59-0.59

30.4220.80

4.58 4.55

-40

-20

0

20

40

60

80

100

JIPK

EFIT

R

RCON

SPJG

SPBK

LABS

DIPR

SCJG

SCBK

SCLB

SCPR

PROD

F

EFIT

F

COSU

HPKN

MSHA

PROF

MPW

R

Variabel

Perubahan (%)

Gambar 16. Dampak Peningkatan Permintaan (dalam %) Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak

Peningkatan permintaan akan menggeser kurva permintaan ke kanan atas

sehingga terjadi peningkatan harga dan output keseimbangan. Peningkatan harga

pakan (HPKN) dan output ini akan meningkatkan permintaan terhadap input

termasuk bahan baku dan input lain sehingga harga input akan mengalami

peningkatan. Peningkatan produksi perusahaan (PRODF) akibat meningkatnya

permintaan akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan penggunaan kapital

(efisiensi teknis/EFITF meningkat). Peningkatan produksi akan menaikkan pangsa

pasar perusahaan (MSHA) dan untuk mempertahankan pangsa pasar maka

perusahaan akan melakukan perubahan dalam formulasi bahan baku penyusun

pakan. Untuk bersaing dalam harga maka perusahaan akan mengurangi

penggunaan bahan baku bungkil kedele (SPBK) dan sebaliknya akan

meningkatkan penggunaan jagung (SPJG) yang harganya relatif lebih murah.

Namun dikarenakan harganya yang mahal membuat pangsa biaya bungkil kedele

tetap naik.

Page 157: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

136

Dalam merespon permintaan, perusahaan lebih berkonsentrasi kepada

produk yang diminta sehingga produk lebih terspesialisasi sehingga pemakaian

tenaga kerja lebih intensif. Hal ini akan menurunkan biaya produksi perusahaan

(COSU), sehingga dengan harga pakan yang bersaing perusahaan mendapatkan

keuntungan (PROF) yang cukup tinggi. Pangsa pasar dan tingkat keuntungan

yang tinggi akan semakin meningkatkan market power (MPWR). Namun

peningkatan keuntungan akan memancing masuknya pesaing baru dan hal ini

menjadi penyebab turunnya rasio konsentrasi industri pakan ternak.

7.2.2. Dampak Peningkatan Penawaran Pakan Ternak

Perubahan penawaran pasar sebagaimana halnya dengan perubahan

permintaan akan menyebabkan terjadinya pergeseran dalam harga dan output

keseimbangan sehingga juga akan berpengaruh terhadap struktur, perilaku dan

kinerja industri pakan ternak seperti pada Gambar 17. Peningkatan penawaran

dapat terjadi akibat meningkatnya jumlah perusahaan dalam industri atau salah

satu pesaing meningkatkan produksinya dan akan menggeser kurva penawaran ke

kanan. Pergeseran kurva ini akan menyebabkan turunnya harga keseimbangan dan

akan diikuti dengan turunnya harga pakan (HPKN) perusahaan. Pada sisi lain

peningkatan penawaran akan meningkatkan rasio konsentrasi (RCON) dan di

pasar input terjadi peningkatan permintaan input sehingga terjadi peningkatan

harga input seperti bahan baku jagung dan bungkil kedele. Untuk bersaing dalam

harga maka perusahaan akan mengurangi penggunaan bahan baku bungkil kedele

(SPBK) dan sebaliknya akan meningkatkan penggunaan jagung (SPJG) yang

harganya relatif lebih murah.

Page 158: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

137

-1.71

3.55

0.53

-1.57 -0.67

-6.07

-7.31

-19.59

0.00

0.05

0.00 0.00 -0.01

0.02

0.24 0.01 0.00 0.00

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

JIPK

EFIT

R

RCON

SPJG

SPBK

LABS

DIPR

SCJG

SCBK

SCLB

SCPR

PROD

F

EFIT

F

COSU

HPKN

MSH

A

PROF

MPW

R

Variabel

Perubahan (% )

Gambar 17. Dampak Peningkatan Penawaran Pasar (dalam %) Terhadap

Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak Persentase penurunan harga output yang lebih besar dibandingkan biaya

akan menyebabkan turunnya keuntungan (PROF) perusahaan pakan ternak.

Tingkat keuntungan mempunyai hubungan yang positif dengan pangsa pasar

(MSHA), sehingga bila keuntungan turun, pangsa pasar akan turun. Pangsa pasar

turun, market power juga akan turun.

Peningkatan permintaan yang diikuti dengan peningkatan penawaran atau

permintaan akan menciptakan penawaran (demand creates supply) merupakan

faktor positif pendorong perkembangan industri pakan ternak. Hal ini

mengindikasikan bahwa kebijakan untuk mengembangkan industri pakan ternak

oleh pemerintah akan lebih efektif dengan mendorong terjadinya peningkatan

permintaan dibanding hanya dengan mendorong peningkatan produksi atau

industri. Permintaan pakan ternak akan meningkat dengan meningkatnya jumlah

usaha peternakan dan perkembangan usaha peternakan didorong oleh

meningkatnya permintaan akan daging ternak unggas. Kondisi ini dapat tercapai

Page 159: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

138

jika daya beli dan kesejahteraan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya

protein hewani di tingkat masyarakat meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa

faktor konsumen produk hasil ternak menjadi faktor penting dalam

pengembangan industri pakan ternak karena permintaan pakan yang tinggi akan

mendorong masuknya pelaku baru dalam industri pakan ternak.

Namun yang perlu diperhatikan bahwa peningkatan permintaan ini akan

semakin meningkatkan market power, sehingga disamping perlunya upaya

mendorong konsumsi produk pangan hewani ini, pemerintah juga harus

menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan kondusif. Program kemitraan

antara perusahaan dengan peternak merupakan salah satu upaya yang harus terus

dikembangkan selain mengembangkan usaha peternakan yang terintegrasi

(business integration).

7.3. Simulasi Dampak Perubahan Harga Input Terhadap Industri Pakan Ternak

Perubahan dalam struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak juga

dapat terjadi jika terjadi perubahan dalam pasar input seperti kenaikan harga

bahan baku dan upah tenaga kerja. Peningkatan harga input terutama bahan baku

utama penyusun pakan seperti bungkil kedele sebagai sumber protein dan jagung

sebagai sumber energi.

7.3.1. Dampak Peningkatan Harga Bungkil Kedele

Peningkatan harga bungkil kedele akan mendorong perubahan dalam

struktur produksi perusahaan terutama komposisi bahan baku penyusun pakan

ternak (Gambar 18). Peningkatan harga bungkil kedele akan mendorong

Page 160: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

139

terjadinya penurunan penggunaan bungkil kedele (SPBK) dan sebaliknya akan

mendorong peningkatan penggunaan bahan baku jagung (SPJG). Perubahan

dalam struktur produksi ini merupakan strategi perusahaan untuk menghemat

biaya produksi agar tidak mengalami kerugian dan ini terlihat dengan menurunnya

pangsa biaya bahan baku dan sebaliknya pangsa biaya tenaga kerja dan lainnya

meningkat. Peningkatan share biaya ini merupakan implikasi dari tidak

berkurangnya biaya tenaga kerja non-produksi dan biaya lainnya seperti biaya

iklan dan promosi.

14.60

-12.65

-0.30

9.68

-0.39

-2.03 -2.40 -3.30

4.8511.05

0.92

35.43

4.240.00 -0.23 0.51 -0.13

-1.14

-20

-10

0

10

20

30

40

JIPK

EFIT

R

RCON

SPJG

SPBK

LABS

DIPR

SCJG

SCBK

SCLB

SCPR

PROD

F

EFIT

F

COSU

HPKN

MSHA

PROF

MPW

R

Variabel

Perubahan (% )

Gambar 18. Dampak Peningkatan Harga Bungkil Kedele (dalam %) Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak

Dampak peningkatan harga input bahan baku bungkil kedele ini akan

mendorong meningkatnya harga jual output (HPKN) dan secara umum akan

menurunkan produksi industri (PRODF) yang terindikasi dengan menurunnya

efisiensi teknis (EFITF) pada level perusahaan dan regional. Penurunan produksi

ini terutama terjadi pada perusahaan skala kecil yang merupakan konsekuensi dari

Page 161: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

140

menurunnya tingkat keuntungan (PROF) meskipun secara umum biaya per unit

(COSU) menurun dan harga jual output meningkat.

Peningkatan harga bungkil kedele memberikan dampak meningkatnya

diferensiasi produk (DIPR). Strategi ini dilakukan perusahaan untuk

meningkatkan penjualan meskipun konsekuensinya keuntungan (PROF) turun.

Pada sisi lain penurunan efisiensi teknis atau produksi industri tidak diikuti

dengan menurunnya produksi pada beberapa perusahaan besar. Hal ini diduga

karena kenaikan harga bungkil kedele hanya berpengaruh signifikan pada

perusahaan pakan ternak skala kecil tetapi pada perusahaan skala besar dengan

kemampuan modal tinggi masih dapat diatasi dengan melakukan impor. Indikasi

ini juga terlihat dengan dampak kenaikan harga input bungkil kedele yang diikuti

dengan meningkatnya rasio konsentrasi (RCON) dan pangsa pasar (MSHA)

perusahaan skala besar dalam industri karena faktor menurunnya produksi

perusahaan skala kecil.

7.3.2. Dampak Peningkatan Harga Jagung

Peningkatan harga jagung sebagaimana harga bungkil kedele akan

mendorong perubahan dalam strategi produksi perusahaan terutama komposisi

bahan baku penyusun pakan ternak (Gambar 19).

Peningkatan harga jagung akan mendorong perusahaan pakan ternak

melakukan penyesuaian dalam biaya produksi dengan menurunkan penggunaan

bahan baku jagung (SPJG). Komposisi jagung sebagai bahan penyusun pakan

mencapai 45.737 persen dan merupakan yang terbesar dibanding bahan baku

lainnya sehingga penurunan porsi penggunaannya tetap menyebabkan terjadinya

Page 162: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

141

kenaikan pangsa biaya jagung, pangsa biaya produksi dan bahkan biaya produksi

per unit pakan ternak.

0.000.09

-0.15-1.03

3.06

-3.98

0.02

1.49

0.15

-2.67

0.87 1.45 1.19 1.62 1.240.07

-2.94

-1.62

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

JIPK

EFIT

R

RCON

SPJG

SPBK

LABS

DIPR

SCJG

SCBK

SCLB

SCPR

PROD

F

EFIT

F

COSU

HPKN

MSHA

PROF

MPW

R

Variabel

Perubahan (% )

Gambar 19. Dampak Peningkatan Harga Jagung (dalam %) Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak

Peningkatan biaya per unit (COSU) mendorong terjadinya kenaikan harga

output (HPKN), meskipun dengan persentase yang lebih rendah. Peningkatan

harga pakan inilah yang diduga akan memancing perusahaan untuk meningkatkan

produksinya dan hal ini terindikasi dari meningkatnya produksi perusahaan

(PRODF). Meningkatnya produksi akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja

produksi, terjadi perubahan struktur tenaga kerja (LABS) dimana terjadi

peningkatan penggunaan tenaga kerja produksi sehingga porsi biaya tenaga kerja

menurun. Peningkatan produksi yang bersamaan akan meningkatkan persaingan

dan mengakibatkan turunnya keuntungan (PROF) sehingga penguasaan pasar

(MSHA) perusahaan turun.

Page 163: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

142

7.3.3. Dampak Peningkatan Upah

Peningkatan upah sebesar 20 persen akan mendorong perubahan dalam

struktur industri terutama intensitas penggunaan tenaga kerja (Gambar 20).

Peningkatan upah akan mendorong terjadinya perubahan struktur tenaga kerja

dimana terjadi penurunan penggunaan tenaga kerja produksi.

0.00

-0.45 -0.26

0.03 -0.08

-1.83

0.640.09

-0.23

7.76

0.33

-0.89 -0.34

0.10

-0.72 -0.31 -0.14

-3.51-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

JIPK

EFIT

R

RCON

SPJG

SPBK

LABS

DIPR

SCJG

SCBK

SCLB

SCPR

PROD

F

EFIT

F

COSU

HPKN

MSHA

PROF

MPW

R

Variabel

Perubahan (% )

Gambar 20. Dampak Peningkatan Upah (dalam %) Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak

Secara keseluruhan peningkatan upah sebesar 20 persen tidak terlalu besar

dampaknya terhadap industri pakan, hanya terjadi kenaikan pangsa biaya tenaga

kerja (SCLB) sebesar 7.78 persen. Produksi pakan (PRODF) dan harga pakan

(HPKN) hanya mengalami penurunan masing-masing 0.89 persen dan 0.72

persen. Variabel cukup besar pengaruhnya terhadap peningkatan upah adalah

market power (MPWR), terjadi penurunan sebesar 3.51 persen.

Dampak kenaikan harga bahan baku kedua input ini mengindikasikan

bahwa respon perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya dilakukan dengan

cara berbeda. Peningkatan harga bungkil kedele karena faktor harga menyebabkan

Page 164: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

143

penurunan penggunaan yang lebih besar dibanding dengan penurunan penggunaan

jagung akibat kenaikan harga jagung. Peningkatan harga bungkil kedele akan

menyebabkan penurunan produksi dan efisiensi teknis industri tetapi sebaliknya

peningkatan harga jagung akan meningkatkan produksi dan efisiensi industri.

Selain itu, peningkatan harga jagung akan berdampak menurunkan pangsa pasar

dan market power, sehingga industri dapat lebih bersaing. Dampak terhadap

industri yang berbeda ini sangat terkait dengan perubahan dalam tingkat

keuntungan meskipun kenaikan biaya produksi akan diikuti dengan kenaikan

harga output tetapi dengan besaran yang berbeda.

Dampak peningkatan harga input ini juga dapat dijadikan sebagai acuan

bagi pemerintah dalam pengembangan industri pakan ternak. Peningkatan harga

bungkil kedele yang relatif lebih banyak negatifnya dibanding peningkatan harga

jagung terutama bagi perusahaan skala kecil dan perkembangan industri pakan

ternak. Harga bungkil kedele yang relatif mahal dan sangat tergantung pada impor

karena ketidaksesuaian lahan seharusnya mendorong pemerintah untuk

mendorong kegiatan riset dan pengembangan bahan baku penyusun pakan

alternatif. Bahan baku alternatif ini sebaiknya berasal dari bahan baku lokal tetapi

memiliki ketersediaan yang berkelanjutan sehingga mampu mendorong

peningkatan efisiensi biaya dan harga jual pakan dapat lebih bersaing. Kondisi ini

tidak hanya akan mendorong peningkatan produksi industri tetapi juga mampu

meningkatkan permintaan pakan oleh usaha peternakan dan permintaan produk

asal ternak oleh masyarakat.

Pada sisi lain, industri perunggasan menghadapi berbagai tantangan baru

di depan, antara lain pasar bebas baik regional maupun pasar dunia. Mejelang

Page 165: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

144

tahun pasar bebas tersebut akan terjadi berbagai perubahan-perubahan lingkungan

strategis. Semua tantangan yang ada didepan dan permasalahan yang ada saat ini,

menjadi bahan pertimbangan utama dalam menciptakan industri perunggasan

yang tangguh, mandiri dan efisien. Untuk itu diperlukan strategi dan program

yang pas.

Pemerintah dalam menyusun strategi dan program pembangunan industri

unggas nasional perlu adanya kesamaan persepsi tentang dasar pemikiran dan

konsepsi tentang perunggasan. Pembenahan dalam industri perunggasan akan

sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembenahan sub-sektor tanaman

pangan.

Tabel 14. Implikasi Kebijakan Pemerintah di dalam memperbaiki SCP Industri, Sehubungan dengan Simulasi

Simulasi Implikasi Kebijakan Pemerintah

Kenaikan permintaan

- Mendorong perkembangan usaha peternakan

- Menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan kondusif

Kenaikan penawaran

- Meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat

- Mengkampanyekan pentingnya pangan asal protein hewani di masyarakat

Kenaikan harga b.kedele

- Mendorong kegiatan riset dan pengembangan bahan baku penyusun pakan alternatif sumber protein

Kenaikan harga jagung

- Memberikan insentif kepada petani didalam budidaya jagung

- Mendorong pengembangan dan penanaman jagung varietas unggul

- Memperbaiki infrastruktur pemasaran jagung

Kenaikan upah

- Meningkatkan kemampuan tenaga kerja melalui bimbingan dan pelatihan kerja

Page 166: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang struktur, perilaku dan

kinerja perusahaan pakan ternak maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat keterkaitan erat antara struktur, perilaku dan kinerja industri pakan

ternak. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk menekan

biaya produksi dengan mengurangi penggunaan input bahan baku yang

harganya relatif mahal dan susah didapat, yaitu bungkil kedele.

2. Perilaku biaya selanjutnya berdampak kepada efisiensi biaya dan harga output

pakan. Selanjutnya harga pakan akan menarik perusahaan untuk masuk atau

keluar dari industri.

3. Model industri pakan lebih mengarah pada bentuk siklus dimana struktur

industri akan mempengaruhi strategi dan kinerja perusahaan pakan ternak, dan

sebaliknya kinerja perusahaan pakan ternak akan mempengaruhi keluar atau

masuknya (entry and exit) suatu perusahaan dalam industri.

4. Jumlah perusahaan dalam industri pakan yang banyak dengan hambatan untuk

”entry and exit” yang relatif kecil, produk didiferensiasi serta penentuan harga

lebih pada pendekatan biaya produksi (cost plus approach) mengindikasikan

bahwa bentuk pasar adalah persaingan monopolistis (monopolistic

competition).

5. Perubahan faktor eksternal berdampak terhadap perubahan perilaku dan

kinerja perusahaan pakan. Peningkatan permintaan yang diikuti dengan

peningkatan penawaran atau permintaan akan menciptakan penawaran

145

Page 167: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

146

(demand creates supply) merupakan faktor positif pendorong perkembangan

industri pakan ternak. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan untuk

mengembangkan industri pakan ternak oleh pemerintah akan lebih efektif

dengan mendorong terjadinya peningkatan permintaan dibanding hanya

dengan mendorong peningkatan produksi atau industri.

6. Perubahan faktor eksternal melalui peningkatan biaya input berdampak

terhadap perubahan perilaku dan kinerja perusahaan. Peningkatan harga

bungkil kedele yang relatif lebih banyak negatifnya dibanding peningkatan

harga jagung terutama bagi perusahaan skala kecil dan perkembangan industri

pakan ternak.

8.2. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil pembahasan struktur, strategi dan kinerja industri dan

perusahaan pakan ternak dan dilanjutkan dengan simulasi kebijakan maka

beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendorong perkembangan industri pakan

ternak adalah:

1. Perkembangan industri pakan ternak harus didukung dengan meningkatnya

permintaan akan produk peternakan melalui peningkatan daya beli dan

kesadaran masyarakat akan pentingnya protein asal ternak.

2. Penyediaan input berupa bahan baku penyusun pakan terutama bahan baku

sumber protein alternatif pengganti bungkil kedele melalui kegiatan penelitian

menjadi prioritas utama dalam mendorong perkembangan industri pakan

ternak.

Page 168: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

147

3. Terkait efisiensi biaya, perkembangan industri pakan seharusnya lebih

diarahkan ke wilayah sentra butir-butiran pakan.

4. Pemerintah dalam mendorong masuknya investasi baru dalam industri pakan

perlu menyediakan berbagai regulasi untuk mendorong perubahan struktur

industri menuju pasar persaingan yang lebih bersaing.

5. Pengembangan pasar input bahan baku penyusun pakan, lembaga penunjang

(perbankan dan koperasi), pengembangan industri pakan dan DOC serta sarana

dan prasarana serta budidaya unggas dan pengolahan hasil ternak harus

dilakukan secara terintegrasi dalam kerangka pengembangan agribisnis

peternakan unggas.

8.3 Saran Penelitian Lanjutan

Penelitian yang sudah dilakukan peneliti masih jauh dari harapan dan

masih banyak terdapat kekurangan disana-sini. Adapun penelitian lanjutan sangat

diharapkan untuk dapat melihat perkembangan industri pakan ternak yang ada di

Indonesia secara lebih komprehensif, diantaranya :

1. Ditelitinya kelembagaan dalam struktur pasar pakan diantaranya koperasi,

poultry shop-poultry shop melalui analisis SCP.

2. Ditelitinya juga kinerja peternak ayam baik itu peternak mandiri atau

kemitraan, untuk dapat melihat langsung kondisi peternakan yang ada

sekarang.

3. Data industri pakan sebaiknya menggunakan data primer bulanan/triwulanan

sehingga dapat lebih akurat dan dapat menangkap fenomena yang ada.

Page 169: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, S.S. 1998. Agricultural Marketing in India : Some Facts and Emerging Issues. Indian Journal of Agricultural Economics, 53 (3) : 311 – 332.

Alim, M.R. 1996. Keragaan Pakan Ayam Ras di Wilayah Bogor dan Bekasi :

Suatu Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

_______. 2004. Http/www. disnakkeswan-Lampung.co.id. Mei 2004 Bain, J.S. 1968. Industrial Organization. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc.

New York. Barney, J.B. and W.G. Ouchi. 1986. Organizational Economics. Toward a New

Paradigm For Understanding and Studying Organization. Jossey — Bass Inc. California.

BPS. 2004. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.

Carlton, D.W. and J.M. Perloff. 2000. Modern Industrial Organization. Third Edition. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

DEPTAN. 2005. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Ditjen Peternakan. 1997. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan.

Departemen Pertanian, Jakarta. _______. 1998. Data Monitoring Pasar. Direktorat Jenderal Peternakan.

Departemen Pertanian, Jakarta. _______. 2004. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi

Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. FAO. 2002. Production and Trade Year Book. Food And Agricultural

Organization, Roma. Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hakobyan, A. 2004. Evolving Marketing Channels in Armenia : A Structure-

Conduct-Performance Analysis. Diperoleh dari world wide web : http://www.usda.am/

Henderson, J.M. and R.E. Quandt. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical

Approach. Mc Graw-Hill International Book Company, London.

148

Page 170: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

149

Kariyasa, I. K. 2003. Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan untuk rakyat : Memadukan Pertumbuhan

dan Pemerataan. Center for Information and Development Studies, Jakarta. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics. Second edition. The Macmillan

Press Ltd, London. ________. 1979. Modern Microeconomics. Halsted Press Book Water 100,

Ontario. Krisnamurthi, B. 1998. Perkembangan Kelembagaan dan Perilaku Usaha Koperasi

Unit Desa di Jawa Barat : Suatu Kajian Cross Section. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nesheim, M .C., R. E. Austia and L. E. Lesly. 1979. Poultry Production. Twelfth

Edition. Lea and Febiger, Philadelphia. Nicholson, W. 2000. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi

Kedelapan. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Domestic Animals.

Nutrient Requirement of Poultry. Ninth Rev. Edition. Natl. Acad. Sci, Washington, DC.

Oetoro. 2002. Paradigma, Misi dan Manajemen Perunggasan Nasional. Tulisan

Disampaikan dalam Rangka Ulang Tahun Poultry Indonesia ke 23. Majalah Poultry Indonesia, Jakarta.

Poultry Indonesia. 1997. Laporan Perkembangan Perusahaan Grup Subur,

Pembangunan Perusahaan yang ke Tujuh. Majalah Poultry Indonesia, Jakarta.

Purba, H.J. 1999. Keterkaitan Pasar Jagung dan Pasar Pakan Ternak Ayam Ras di

Indonesia: Suatu Analisis Simulasi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pyndick, R.S. and D.L. Rubinfeld. 1998. Econometric Models and Economic

Forecast. Third Edition. McGraw-Hill International, Singapura. Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Resende, M. 2005. Structure, Conduct and Performance : a Simultaneous

Equations Investigation for the Brazilian Manufacturing Industry. Instituto de Economia, Universidade Federal do Rio de Janeiro, Rio de Janeiro.

Page 171: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

150

Rusastra, I.W., Sumaryanto dan Arti Djatiharti. 1990. Analisis Keunggulan Komparatif Produksi Pakan Ternak di Jawa Barat dan Lampung. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Sajuti, R. 2001. Analisis Agribisnis Ayam Buras Melalui Pendekatan Fungsi

Keuntungan Multi Output Kasus Jawa Timur. Jurnal Agro Ekonomi, 19 (2): 56 – 74.

Saptana., R. Sajuti dan K.M Noekman. 2002. Industri Perunggasan : Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Saragih, B. 2001, Kumpulan Pemikiran Agribisnis. Paradigma Baru

Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT. Surveyor Indonesia.

Sayaka, B. 2003. Market Structure, Conduct, and Performance of The Corn Seed

Industry in East Java, Indonesia. Ph.D Dissertation. University of the Philippines, Los Banos.

Scherer, F. and D. Ross. 1990. Industrial Market Structure and Economic

Performance. Third Edition. Houghton Mifflin Company, Boston. Sheperd, W.G. 1997. The Economics of Industrial Organization : Analysis,

Markets and Policies. Fourth Edition. Prentice Hall Intl, Inc. New Jersey. Spechler, M.C. 1990. Perspectives in Economic Thought. Mc Graw-Hill

Publishing Company, New York. Strickland, A.D. and L.W. Weiss. 1976. Advertising, Concentration and Price-

Cost Margins. Journal of Political Economy, 84 : 1109-21 Tangendjaja, B., Y. Yusdja dan N. Ilham. 2002. Analisis Ekonomi Permintaan

Jagung untuk Pakan. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4 Juni 2002 di Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Yusdja, Y. dan E. Pasandaran. 1996. Analisis Harga Pokok dan Bentuk Pasar

Pakan dan Kaitannya Dengan Pengembangan Agribisnis Ayam Ras Rakyat. Jurnal Agro Ekonomi 15 (1) : 13 – 25.

Yusdja, Y dan Saptana. 1995. Disintegrasi Pola Kemitraan dan Inefisiensi dalam

Industri Ayam Ras. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kemitraan Menuju Industrialisasi Usaha Ternak Rakyat, diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) dan Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Page 172: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

151

Yusdja, Y., R. Sajuti., M. Iqbal dan M.S.M Tambunan. 2000. Perumusan Kebijaksanaan dan model Restrukturisasi Industri Ternak Unggas Nasional. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Viaene, J. and X. Gellynck. 1995. Structure, Conduct and Performance of the

European Food Sector. European Review of Agricultural Economics, 22 (3) : 282 – 295.

Vlachvei, A. and K. Oustapassidis. 1998. Advertising, Concentration and

Profitability in Greek Food Manufacturing Industries. Journal Agricultural Economics 18 (2) : 191 – 198.

Page 173: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

LAMPIRAN

Page 174: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Tabel Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Model Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak Ayam di Lampung dan Jabar The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model JIPK Dependent Variable JIPK Label Jumlah perusahaan dalam industri Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 8 2590.696 323.8370 2801.04 <.0001 Error 36 4.162077 0.115613 Corrected Total 44 2594.800 Root MSE 0.34002 R-Square 0.99840 Dependent Mean 16.06667 Adj R-Sq 0.99804 Coeff Var 2.11630 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 634.4795 101.7484 6.24 <.0001 Intercept RHPKN 1 0.002708 0.000433 6.26 <.0001 Rataan harga pakan PROF 1 0.000982 0.001212 0.81 0.4229 Tingkat keuntungan INVEA 1 0.000702 0.002184 0.32 0.7498 Nilai investasi awal DEMDR 1 0.000352 0.000216 1.63 0.1113 Permintaan pakan regional VEXSP 1 0.007736 0.001177 6.57 <.0001 Volume pengeluaran pakan regional DSCL 1 -0.02719 0.127761 -0.21 0.8327 Dummy skala produksi DDAE 1 -13.1577 0.607596 -21.66 <.0001 Dummy daerah YEAR 1 -0.31020 0.050752 -6.11 <.0001 Tahun

Page 175: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model EFITR Dependent Variable EFITR Label Efisiensi teknis kawasan Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 9 8247.038 916.3375 19.44 <.0001 Error 35 1649.400 47.12572 Corrected Total 44 9795.104 Root MSE 6.86482 R-Square 0.83333 Dependent Mean 44.72538 Adj R-Sq 0.79048 Coeff Var 15.34882 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 8671.183 3116.375 2.78 0.0086 Intercept DEMDR 1 0.026656 0.003650 7.30 <.0001 Permintaan pakan regional PROF 1 -0.03548 0.028188 -1.26 0.2165 Tingkat keuntungan DINVE 1 0.101635 0.262405 0.39 0.7009 Penambahan investasi LABS 1 19.02983 12.97463 1.47 0.1514 Struktur tenaga kerja KPRDR 1 -0.00872 0.005363 -1.63 0.1129 Kapasitas produksi kawasan EFITF 1 0.050851 0.078157 0.65 0.5195 Efisiensi teknis perusahaan DSCL 1 1.897522 2.450295 0.77 0.4439 Dummy skala produksi DDAE 1 -6.59009 13.39160 -0.49 0.6257 Dummy daerah YEAR 1 -4.32039 1.562557 -2.76 0.0090 Tahun

Page 176: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model RCON Dependent Variable RCON Label Rasio konsentrasi industri Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 9 0.217066 0.024118 13.88 <.0001 Error 35 0.060811 0.001737 Corrected Total 44 0.295965 Root MSE 0.04168 R-Square 0.78116 Dependent Mean 0.19027 Adj R-Sq 0.72488 Coeff Var 21.90761 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -32.0624 26.54370 -1.21 0.2352 Intercept JIPK 1 -0.04572 0.016888 -2.71 0.0104 Jumlah perusahaan dalam industri PRODR 1 0.000060 0.000136 0.44 0.6641 Produksi pakan kawasan MSHA 1 0.000507 0.001234 0.41 0.6837 Penguasaan pasar EFITR 1 0.002293 0.002728 0.84 0.4062 Efisiensi teknis kawasan DEMDR 1 -0.00014 0.000090 -1.52 0.1365 Permintaan pakan regional COSU 1 -9.22E-6 0.000012 -0.79 0.4377 Biaya perunit DSCL 1 -0.00292 0.017924 -0.16 0.8714 Dummy skala produksi DDAE 1 -0.65661 0.325909 -2.01 0.0517 Dummy daerah YEAR 1 0.016586 0.013292 1.25 0.2204 Tahun

Page 177: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model LABS Dependent Variable LABS Label Struktur tenaga kerja Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 8 0.594842 0.074355 11.26 <.0001 Error 36 0.237629 0.006601 Corrected Total 44 0.833355 Root MSE 0.08125 R-Square 0.71455 Dependent Mean 0.56682 Adj R-Sq 0.65112 Coeff Var 14.33362 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 2.395162 18.79178 0.13 0.8993 Intercept WAGR 1 -0.00337 0.001610 -2.09 0.0438 Upah rata-rata NLABP 1 -0.00268 0.000370 -7.25 <.0001 Tenaga kerja non-produksi DIPR 1 -0.00200 0.005818 -0.34 0.7330 Diferensiasi produk PRODF 1 -0.00003 0.000396 -0.09 0.9324 Produksi pakan perusahaan KPRDF 1 0.001803 0.000347 5.20 <.0001 Kapasitas produksi perusahaan DSCL 1 -0.08711 0.036815 -2.37 0.0235 Dummy skala produksi DDAE 1 -0.05002 0.035118 -1.42 0.1629 Dummy daerah YEAR 1 -0.00088 0.009394 -0.09 0.9262 Tahun

Page 178: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model SPBK Dependent Variable SPBK Label Share penggunaan bkl kedele Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 1799.122 163.5565 6.25 <.0001 Error 33 862.9887 26.15117 Corrected Total 44 2798.559 Root MSE 5.11382 R-Square 0.67583 Dependent Mean 15.00686 Adj R-Sq 0.56777 Coeff Var 34.07656 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 12800.42 3156.458 4.06 0.0003 Intercept HPKN 1 0.002235 0.002617 0.85 0.3992 Harga pakan HBKD 1 -0.01273 0.002835 -4.49 <.0001 Harga bungkil kedele HJGG 1 0.004723 0.002243 2.11 0.0429 Harga jagung SRWL 1 -0.12654 0.057043 -2.22 0.0335 Share bahan baku lain-lain DIPR 1 1.227155 0.336320 3.65 0.0009 Diferensiasi produk PRODF 1 0.004666 0.016681 0.28 0.7814 Produksi pakan perusahaan DSCL 1 -1.24103 2.526510 -0.49 0.6265 Dummy skala produksi PROPS 1 0.000722 0.002727 0.26 0.7927 Produksi pesaing JPES 1 -8.31962 2.242633 -3.71 0.0008 Jumlah industri pakan pesaing DDAE 1 -136.539 36.93285 -3.70 0.0008 Dummy daerah YEAR 1 -6.29505 1.557322 -4.04 0.0003 Tahun

Page 179: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model SPJG Dependent Variable SPJG Label Share penggunaan jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 10933.20 993.9270 38.01 <.0001 Error 33 862.9887 26.15117 Corrected Total 44 13760.79 Root MSE 5.11382 R-Square 0.92684 Dependent Mean 41.36502 Adj R-Sq 0.90246 Coeff Var 12.36267 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -12700.4 3156.458 -4.02 0.0003 Intercept HPKN 1 -0.00224 0.002617 -0.85 0.3992 Harga pakan HJGG 1 -0.00472 0.002243 -2.11 0.0429 Harga jagung HBKD 1 0.012725 0.002835 4.49 <.0001 Harga bungkil kedele SRWL 1 -0.87346 0.057043 -15.31 <.0001 Share bahan baku lain-lain DIPR 1 -1.22716 0.336320 -3.65 0.0009 Diferensiasi produk PRODF 1 -0.00467 0.016681 -0.28 0.7814 Produksi pakan perusahaan DSCL 1 1.241032 2.526510 0.49 0.6265 Dummy skala produksi PROPS 1 -0.00072 0.002727 -0.26 0.7927 Produksi pesaing JPES 1 8.319624 2.242633 3.71 0.0008 Jumlah industri pakan pesaing DDAE 1 136.5387 36.93285 3.70 0.0008 Dummy daerah YEAR 1 6.295048 1.557322 4.04 0.0003 Tahun

Page 180: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model DIPR Dependent Variable DIPR Label Diferensiasi produk Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 213.3024 21.33024 3.98 0.0012 Error 34 182.1280 5.356707 Corrected Total 44 343.2000 Root MSE 2.31446 R-Square 0.53942 Dependent Mean 2.46667 Adj R-Sq 0.40395 Coeff Var 93.82930 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -1957.08 1386.643 -1.41 0.1672 Intercept INVEA 1 0.048034 0.015812 3.04 0.0046 Nilai investasi awal HBKD 1 0.001325 0.001187 1.12 0.2721 Harga bungkil kedele HJGG 1 -0.00045 0.000858 -0.53 0.5993 Harga jagung DSCL 1 -0.05503 1.088318 -0.05 0.9600 Dummy skala produksi EFITF 1 -0.06464 0.026531 -2.44 0.0202 Efisiensi teknis perusahaan LABS 1 -0.20274 3.770057 -0.05 0.9574 Struktur tenaga kerja JPES 1 1.418724 1.065223 1.33 0.1918 Jumlah industri pakan pesaing DEMDR 1 0.000476 0.001111 0.43 0.6709 Permintaan pakan regional DDAE 1 25.41112 17.36354 1.46 0.1525 Dummy daerah YEAR 1 0.964456 0.682978 1.41 0.1670 Tahun

Page 181: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model PRODF Dependent Variable PRODF Label Produksi pakan perusahaan Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 230065.6 20915.05 46.71 <.0001 Error 33 14776.38 447.7692 Corrected Total 44 243953.9 Root MSE 21.16056 R-Square 0.93965 Dependent Mean 84.44687 Adj R-Sq 0.91953 Coeff Var 25.05784 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 1145.772 11469.08 0.10 0.9210 Intercept RHPJG 1 -0.00034 0.000893 -0.38 0.7046 Rasio harga pakan thd jagung RHPBK 1 6.362304 16.25551 0.39 0.6980 Rasio harga pakan thd b.kedele KPRDF 1 0.541176 0.046948 11.53 <.0001 Kapasitas produksi perusahaan EFITF 1 2.283659 0.255864 8.93 <.0001 Efisiensi teknis perusahaan LABS 1 35.44822 34.60013 1.02 0.3130 Struktur tenaga kerja DSCL 1 6.931893 10.56560 0.66 0.5163 Dummy skala produksi DIPR 1 4.720900 1.637363 2.88 0.0069 Diferensiasi produk PROPS 1 7.289E-6 0.011685 0.00 0.9995 Produksi pesaing JPES 1 -1.25626 8.259734 -0.15 0.8800 Jumlah industri pakan pesaing DDAE 1 -47.1938 141.0715 -0.33 0.7401 Dummy daerah YEAR 1 -0.64330 5.665301 -0.11 0.9103 Tahun

Page 182: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model SCJG Dependent Variable SCJG Label Share biaya bahan baku jagung Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 19059.33 1732.666 82.53 <.0001 Error 33 692.8459 20.99533 Corrected Total 44 22114.74 Root MSE 4.58207 R-Square 0.96492 Dependent Mean 36.48991 Adj R-Sq 0.95323 Coeff Var 12.55708 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -9398.56 1880.845 -5.00 <.0001 Intercept VJGG 1 0.599809 0.116615 5.14 <.0001 Volume penggunaan jagung HJGG 1 0.004734 0.002641 1.79 0.0822 Harga jagung SJGL 1 0.064261 0.034521 1.86 0.0716 Share penggunaan jagung lokal SCOT 1 -0.51003 0.109500 -4.66 <.0001 Share biaya lain-lain VBKD 1 -1.08634 0.155098 -7.00 <.0001 Volume penggunaan bkl kedele JIPK 1 6.063830 1.343380 4.51 <.0001 Jumlah perusahaan dalam industri PRODF 1 -0.08399 0.039760 -2.11 0.0423 Produksi pakan perusahaan DIPR 1 -1.66229 0.429184 -3.87 0.0005 Diferensiasi produk DSCL 1 2.857070 2.182337 1.31 0.1995 Dummy skala produksi DDAE 1 104.0350 21.70957 4.79 <.0001 Dummy daerah YEAR 1 4.655455 0.929763 5.01 <.0001 Tahun

Page 183: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model SCBK Dependent Variable SCBK Label Share biaya bahan baku bkl kedele Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 3391.282 308.2984 18.64 <.0001 Error 33 545.8697 16.54151 Corrected Total 44 4134.496 Root MSE 4.06712 R-Square 0.86135 Dependent Mean 19.94042 Adj R-Sq 0.81514 Coeff Var 20.39639 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 10825.00 2468.761 4.38 0.0001 Intercept VBKD 1 1.102486 0.157178 7.01 <.0001 Volume penggunaan bkl kedele HBKD 1 -0.00075 0.002356 -0.32 0.7508 Harga bungkil kedele SBKL 1 -0.00783 0.016817 -0.47 0.6446 Share penggunaan bkl kedele lokal SCOT 1 -0.27936 0.072312 -3.86 0.0005 Share biaya lain-lain VJGG 1 -0.50024 0.090996 -5.50 <.0001 Volume penggunaan jagung JIPK 1 -6.05026 1.919308 -3.15 0.0034 Jumlah perusahaan dalam industri PRODF 1 0.072657 0.036047 2.02 0.0520 Produksi pakan perusahaan DIPR 1 0.602855 0.416637 1.45 0.1573 Diferensiasi produk DSCL 1 -3.60573 2.032890 -1.77 0.0853 Dummy skala produksi DDAE 1 -97.5390 31.58831 -3.09 0.0041 Dummy daerah YEAR 1 -5.32943 1.212580 -4.40 0.0001 Tahun

Page 184: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model SCLB Dependent Variable SCLB Label Share biaya tenaga kerja Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 115.9843 10.54403 3.24 0.0043 Error 33 107.2504 3.250013 Corrected Total 44 225.5787 Root MSE 1.80278 R-Square 0.51956 Dependent Mean 2.72320 Adj R-Sq 0.35942 Coeff Var 66.20071 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 985.7463 991.6943 0.99 0.3275 Intercept WAGR 1 0.050531 0.036383 1.39 0.1742 Upah rata-rata LABS 1 -4.58600 3.041239 -1.51 0.1411 Struktur tenaga kerja SCJG 1 0.043858 0.021727 2.02 0.0517 Share biaya bahan baku jagung SCBK 1 -0.05948 0.051019 -1.17 0.2521 Share biaya bahan baku bkl kedele COSU 1 -0.00069 0.000683 -1.01 0.3183 Biaya perunit PRODF 1 -0.01746 0.007530 -2.32 0.0268 Produksi pakan perusahaan JIPK 1 -0.83906 0.624624 -1.34 0.1883 Jumlah perusahaan dalam industri DIPR 1 0.612026 0.184508 3.32 0.0022 Diferensiasi produk DSCL 1 -0.56806 1.083852 -0.52 0.6037 Dummy skala produksi DDAE 1 -17.7003 10.22276 -1.73 0.0927 Dummy daerah YEAR 1 -0.48020 0.490036 -0.98 0.3343 Tahun

Page 185: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model EFITF Dependent Variable EFITF Label Efisiensi teknis perusahaan Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 7976.128 725.1025 3.13 0.0054 Error 33 7640.227 231.5220 Corrected Total 44 15616.36 Root MSE 15.21585 R-Square 0.51075 Dependent Mean 62.24584 Adj R-Sq 0.34767 Coeff Var 24.44476 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 11089.16 8499.202 1.30 0.2010 Intercept DEMDR 1 0.106035 0.026220 4.04 0.0003 Permintaan pakan regional HBKD 1 -0.00327 0.007462 -0.44 0.6642 Harga bungkil kedele HJGG 1 0.004566 0.005895 0.77 0.4442 Harga jagung WAGR 1 -0.06123 0.328578 -0.19 0.8533 Upah rata-rata KPRDF 1 -0.08376 0.039104 -2.14 0.0397 Kapasitas produksi perusahaan PROPS 1 -0.11486 0.030636 -3.75 0.0007 Produksi pesaing JPES 1 3.685788 6.942798 0.53 0.5991 Jumlah industri pakan pesaing DIPR 1 -2.33015 1.139395 -2.05 0.0489 Diferensiasi produk DSCL 1 7.700891 7.731163 1.00 0.3265 Dummy skala produksi DDAE 1 29.04059 113.0269 0.26 0.7988 Dummy daerah YEAR 1 -5.52550 4.184646 -1.32 0.1958 Tahun

Page 186: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model COSU Dependent Variable COSU Label Biaya perunit Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 14559669 1455967 3.09 0.0067 Error 34 16002872 470672.7 Corrected Total 44 33198789 Root MSE 686.05590 R-Square 0.47639 Dependent Mean 1439.84577 Adj R-Sq 0.32239 Coeff Var 47.64787 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -260761 173316.0 -1.50 0.1417 Intercept HJGG 1 0.192552 0.283315 0.68 0.5013 Harga jagung HBKD 1 -0.10747 0.254453 -0.42 0.6754 Harga bungkil kedele SPJG 1 -3.40953 8.623695 -0.40 0.6950 Share penggunaan jagung SPBK 1 36.07647 20.74172 1.74 0.0910 Share penggunaan bkl kedele SCLB 1 -15.5752 88.05835 -0.18 0.8607 Share biaya tenaga kerja PRODF 1 -4.17100 2.701615 -1.54 0.1319 Produksi pakan perusahaan DIPR 1 129.8673 67.51528 1.92 0.0628 Diferensiasi produk DSCL 1 475.3955 331.6877 1.43 0.1609 Dummy skala produksi DDAE 1 -237.426 439.3169 -0.54 0.5924 Dummy daerah YEAR 1 130.7847 86.54524 1.51 0.1400 Tahun

Page 187: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model HPKN Dependent Variable HPKN Label Harga pakan Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 4021622 365602.0 3.21 0.0046 Error 33 3763164 114035.3 Corrected Total 44 6574943 Root MSE 337.69110 R-Square 0.51660 Dependent Mean 1764.57778 Adj R-Sq 0.35547 Coeff Var 19.13722 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -85385.8 174787.3 -0.49 0.6284 Intercept DEMDR 1 0.636434 0.712737 0.89 0.3784 Permintaan pakan regional PRODR 1 -0.72825 0.832959 -0.87 0.3883 Produksi pakan kawasan COSU 1 0.273542 0.099829 2.74 0.0098 Biaya perunit HJGG 1 0.156283 0.118484 1.32 0.1962 Harga jagung HBKD 1 0.410419 0.149902 2.74 0.0099 Harga bungkil kedele MSHA 1 10.56811 10.36871 1.02 0.3155 Penguasaan pasar RCON 1 -598.223 2533.929 -0.24 0.8148 Rasio konsentrasi industri LABS 1 1309.103 527.5530 2.48 0.0184 Struktur tenaga kerja DSCL 1 -96.5735 158.4615 -0.61 0.5464 Dummy skala produksi DDAE 1 -508.000 576.0560 -0.88 0.3842 Dummy daerah YEAR 1 42.70911 87.40459 0.49 0.6283 Tahun

Page 188: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model PROF Dependent Variable PROF Label Tingkat keuntungan Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 8 165559.9 20694.99 447.35 <.0001 Error 36 1665.395 46.26097 Corrected Total 44 167697.1 Root MSE 6.80154 R-Square 0.99004 Dependent Mean 43.84770 Adj R-Sq 0.98783 Coeff Var 15.51174 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -3843.90 2586.603 -1.49 0.1460 Intercept PVADD 1 0.833992 0.015415 54.10 <.0001 Persen nilai tambah bahan baku MSHA 1 0.508704 0.197342 2.58 0.0142 Penguasaan pasar DIPR 1 -1.46822 0.462335 -3.18 0.0031 Diferensiasi produk JPES 1 0.487137 2.320389 0.21 0.8349 Jumlah industri pakan pesaing DSCL 1 -6.26121 2.840680 -2.20 0.0340 Dummy skala produksi RCON 1 -2.53758 48.88823 -0.05 0.9589 Rasio konsentrasi industri DDAE 1 0.266681 34.74161 0.01 0.9939 Dummy daerah YEAR 1 1.915402 1.278299 1.50 0.1427 Tahun

Page 189: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model MSHA Dependent Variable MSHA Label Penguasaan pasar Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 11 7295.388 663.2171 11.18 <.0001 Error 33 1957.373 59.31435 Corrected Total 44 9341.672 Root MSE 7.70158 R-Square 0.78846 Dependent Mean 13.51198 Adj R-Sq 0.71794 Coeff Var 56.99817 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -2343.97 4204.794 -0.56 0.5810 Intercept HPKN 1 0.007297 0.004751 1.54 0.1341 Harga pakan COSU 1 -0.01086 0.005317 -2.04 0.0491 Biaya perunit DEMDR 1 -0.00887 0.018830 -0.47 0.6406 Permintaan pakan regional PROPS 1 0.003517 0.019875 0.18 0.8606 Produksi pesaing JPES 1 -2.86506 3.994359 -0.72 0.4783 Jumlah industri pakan pesaing RCON 1 -65.2515 99.52824 -0.66 0.5166 Rasio konsentrasi industri PROF 1 -0.04351 0.043963 -0.99 0.3295 Tingkat keuntungan DIPR 1 1.670857 0.811097 2.06 0.0474 Diferensiasi produk DSCL 1 8.037048 3.077571 2.61 0.0135 Dummy skala produksi DDAE 1 -22.4723 55.21577 -0.41 0.6866 Dummy daerah YEAR 1 1.210558 2.110469 0.57 0.5701 Tahun

Page 190: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 2. Lanjutan The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model MPWR Dependent Variable MPWR Label Market power Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 6.135704 0.613570 222.29 <.0001 Error 34 0.093846 0.002760 Corrected Total 44 11.27194 Root MSE 0.05254 R-Square 0.98494 Dependent Mean 0.17731 Adj R-Sq 0.98050 Coeff Var 29.63012 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -27.0772 20.85832 -1.30 0.2030 Intercept COSU 1 -0.00061 0.000020 -29.84 <.0001 Biaya perunit EFITF 1 -0.00019 0.000898 -0.21 0.8311 Efisiensi teknis perusahaan MSHA 1 -0.00194 0.001898 -1.02 0.3147 Penguasaan pasar PROPS 1 0.000011 0.000032 0.35 0.7318 Produksi pesaing JPES 1 0.011164 0.020624 0.54 0.5918 Jumlah industri pakan pesaing DSCL 1 0.053153 0.023292 2.28 0.0289 Dummy skala produksi RCON 1 0.273299 0.430566 0.63 0.5298 Rasio konsentrasi industri HPKN 1 0.000409 0.000025 16.55 <.0001 Harga pakan DDAE 1 0.204876 0.324706 0.63 0.5323 Dummy daerah YEAR 1 0.013551 0.010336 1.31 0.1986 Tahun

Tabel Lampiran 3. Hasil Validasi Model Analisis SCP Industri Pakan Ternak Ayam di Lampung dan Jawa Barat ANALISIS ANALISIS INDUSTRI PAKAN TERNAK The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Solution Range NO = 1 To 40 Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

Page 191: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

JIPK 40 40 15.4000 7.8929 15.3959 7.8781 JIPK EFITR 40 40 43.9010 15.3019 43.9584 13.9482 EFITR RCON 40 40 0.1958 0.0840 0.1943 0.0710 RCON SPJG 40 40 45.1632 13.9826 45.5902 12.7102 SPJG SPBK 40 40 15.7127 7.6439 15.2880 6.1279 SPBK LABS 40 40 0.5477 0.1201 0.5417 0.1055 LABS DIPR 40 40 2.5750 2.9167 2.4986 2.3407 DIPR SCJG 40 40 39.7165 21.0741 40.1705 18.4306 SCJG SCBK 40 40 20.5388 9.6742 20.3022 9.1084 SCBK SCLB 40 40 2.8288 2.2656 2.8206 1.6280 SCLB SCPR 40 40 63.0841 20.1930 63.2933 18.5692 SCPR PRODF 40 40 86.5201 78.3261 86.1096 73.0895 PRODF EFITF 40 40 63.0432 18.4376 62.9938 13.7790 EFITF COSU 40 40 1508.5 882.9 1442.7 499.2 COSU HPKN 40 40 1773.1 387.5 1767.4 291.2 HPKN MSHA 40 40 14.6874 15.0404 15.1292 12.6671 MSHA PROF 40 40 32.9151 44.5283 33.8243 44.4447 PROF MPWR 40 40 0.1386 0.5192 0.1736 0.2978 MPWR

Lampiran 3. Lanjutan Statistics of fit Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS % Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square JIPK 40 -0.00411 0.1770 0.2549 3.4777 0.3182 5.5070 0.9983 EFITR 40 0.0574 3.1799 4.4527 11.7536 6.5643 16.7473 0.8113 RCON 40 -0.00157 4.6867 0.0363 19.7425 0.0480 26.2287 0.6649 SPJG 40 0.4270 . 3.9709 . 4.8359 . 0.8773 SPBK 40 -0.4247 60.8608 3.9706 87.1698 4.8354 244.0 0.5896 LABS 40 -0.00602 1.8004 0.0505 12.0744 0.0705 22.6794 0.6464 DIPR 40 -0.0764 32.2127 1.5910 99.7582 2.0845 148.2 0.4761 SCJG 40 0.4540 114113 4.7404 114122 5.8309 721684 0.9215 SCBK 40 -0.2365 6.9285 3.6238 37.8353 4.6152 88.5357 0.7666 SCLB 40 -0.00821 23.9372 1.4212 78.0793 1.8138 113.8 0.3426 SCPR 40 0.2093 2.7621 2.4753 5.8703 3.2851 10.7075 0.9729 PRODF 40 -0.4104 11.6496 21.4144 65.5756 26.7974 121.1 0.8799 EFITF 40 -0.0494 9.3094 11.1448 24.6607 13.2963 42.9090 0.4666 COSU 40 -65.8236 5.2265 435.2 28.8894 753.6 41.9097 0.2529 HPKN 40 -5.7304 1.6556 226.7 12.7152 314.3 15.7918 0.3250 MSHA 40 0.4417 28.7544 5.3166 136.5 8.0433 323.6 0.7067 PROF 40 0.9093 -16.3574 6.1207 101.2 8.3574 251.5 0.9639 MPWR 40 0.0350 -370.8 0.2524 560.7 0.4303 2115.2 0.2955

Page 192: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Lampiran 3. Lanjutan Theil Forecast Error Statistics MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U JIPK 40 0.1012 1.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.0184 0.0092 EFITR 40 43.0904 0.90 0.00 0.00 1.00 0.04 0.96 0.1414 0.0710 RCON 40 0.00231 0.82 0.00 0.00 1.00 0.07 0.93 0.2258 0.1146 SPJG 40 23.3863 0.94 0.01 0.01 0.99 0.07 0.92 0.1024 0.0512 SPBK 40 23.3811 0.77 0.01 0.00 0.99 0.10 0.90 0.2774 0.1427 LABS 40 0.00497 0.81 0.01 0.01 0.98 0.04 0.95 0.1258 0.0634 DIPR 40 4.3452 0.70 0.00 0.02 0.98 0.07 0.92 0.5396 0.2868 SCJG 40 33.9999 0.96 0.01 0.10 0.89 0.20 0.79 0.1300 0.0656 SCBK 40 21.2998 0.88 0.00 0.02 0.98 0.01 0.98 0.2037 0.1029 SCLB 40 3.2898 0.60 0.00 0.02 0.98 0.12 0.88 0.5029 0.2647 SCPR 40 10.7916 0.99 0.00 0.18 0.82 0.24 0.76 0.0497 0.0249 PRODF 40 718.1 0.94 0.00 0.00 1.00 0.04 0.96 0.2309 0.1173 EFITF 40 176.8 0.69 0.00 0.01 0.99 0.12 0.88 0.2026 0.1022 COSU 40 567881 0.51 0.01 0.00 0.99 0.25 0.74 0.4325 0.2307 HPKN 40 98806.9 0.59 0.00 0.04 0.96 0.09 0.91 0.1733 0.0872 MSHA 40 64.6952 0.84 0.00 0.00 1.00 0.08 0.91 0.3851 0.1985 PROF 40 69.8462 0.98 0.01 0.01 0.98 0.00 0.99 0.1522 0.0757 MPWR 40 0.1852 0.55 0.01 0.00 0.99 0.26 0.74 0.8102 0.4931

Tabel Lampiran 4. Hasil Simulasi Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap SCP Industri Pakan Ternak Ayam

Page 193: ANALISIS STRUKTUR,PERILAKU DAN KINERJA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8193/2006afi.pdf · analisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di

Error! Not a valid link.