ANALISIS STAKEHOLDER PADA PENGEMBANGAN EKONOMI WISATA SITU...
Transcript of ANALISIS STAKEHOLDER PADA PENGEMBANGAN EKONOMI WISATA SITU...
ANALISIS STAKEHOLDER PADA PENGEMBANGAN EKONOMI
WISATA SITU CIPONDOH DI KOTA TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Prasyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yushi Septiana
NIM. 11140840000007
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITA ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440/2019 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS STAKEHOLDER PADA PENGEMBANGAN EKONOMI
WISATA SITU CIPONDOH DI KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Prasyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
Yushi Septiana
NIM. 11140840000007
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITA ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440/2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 11 April 2018 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Yushi Septiana
2. NIM : 11140840000007
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Stakeholder Pada Pengembangan Ekonomi
Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang
Setelah melihat dan mempertimbangkan kemampuan yang bersangkutan
selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa yang
bersangkutan dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 02 Mei 2018
1. Dr. Aizirman Djusan, M.Sc., Econ ( )
NIP. 195312051981031002 Penguji I
2. Muhammad Irfan,SE., M.Si ( )
NIP. Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, jumat 24 Mei 2019 telah dilakukan Uji Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Yushi Septiana
2. NIM : 11140840000007
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Stakeholder Pada Pengembangan Ekonomi
Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang
Setelah melihat dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi padawss Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ASLI ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Yushi Septiana
NIM 11140840000007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain tanpa
menyebutkan sumber asli ataupun tanpa izin pemilik karya
3. Tidak melakukan pemalsuan data
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan atas karya saya dan melalui pembuktian yang
dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah
melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
v
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Yushi Septiana
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 01 September
1996
3. Alamat : Perumahan Korpri blok: X,
No: 11 RT/RW 006/004, Kel. Kedaung Wetan, Kec. Neglasari,
Kota Tangerang
4. No. Handphone 081288577190
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Trisula : 2000-2002
2. SDN 06 Kota Tangerang : 2002-2008
3. SMPN 22 Kota Tangerang : 2008-2011
4. MAN 1 Kota Tangerang : 2011-2014
5. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2014-2019
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Pelatihan kader kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
(2010 bersertifikat )
2. Kursus Bahasa Inggris di KING’S dan IEC di Kota Tangerang
(2009-2010)
3. Kegiatan Ekstrakulikuler karate BKC Bandung (2011 bersertfikat)
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 2015 Anggota HMJ IESP Divisi Olahraga dan Seni
(ORSENI) periode 2014-2015
2. Tahun 2015 Anggota UKM LDK Syahid Jakarta Divisi
Pengembangan Ekonomi (PE) periode 2014-2015
3. Tahun 2016 Koordinator Akhwat UKM LDK Syahid Jakarta Divisi
Pengembangan Ekonomi (PE) periode 2016-2017
vi
4. Bendahara kegiatan ECLASHIP tahun 2016
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Yusep Zaelani
2. Ibu : Gita Mutiana
3. Kakak : Yugi Marshal
6. Alamat : Perumahan Korpri blok: X, No: 11 RT/RW
006/004, Kel. Kedaung Wetan, Kec. Neglasari, Kota Tangerang
vii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the role of stakeholders in developing
the tourism potential of Situ Cipondoh in Tangerang City, and the magnitude of
the economic impact. This research uses the Matrix of Alliances and Conflict
Tactics, Objectives, and Recommendations MACTOR program, Microsoft Excel,
and a multiplier effect analysis. The results of the analysis show that the 3 actors
have the highest influence are: Situ Cipondoh tourism manager, Tangerang City
Culture and Tourism Office and residents around Situ Cipondoh, Tangerang City.
Keynesian Income Multiplier value is 0.06, Ratio Income Multiplier Type I 1.6
and Type II Ratio of Income Multiplier 111.8.
Keywords: Stakeholder, and Economic Value.
viii
ASBTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran stakeholder dalam
mengembangakan potensi wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang, dan
besarnya dampak ekonomi. Penelitian ini menggunakan program Matrix of
Alliances and Conflict Tactics, Objectives, and Recommendations
MACTOR, Microsoft Excel, dan Analisis Nilai Ekonomi (multiplier effect).
Hasil analisis menunjukkan 3 aktor utama yang memiliki pengaruh paling
tinggi yaitu: pengelola wisata Situ Cipondoh, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tangerang dan warga sekitar Situ Cipondoh Kota
Tangerang.. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,06, Ratio Income
Multiplier Tipe I 1,6 dan Ratio Income Multiplier Tipe II 111,8.
Kata Kunci: Stakeholder, dan Nilai Ekonomi.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS
STAKEHOLDER PADA PENGEMBANGAN EKONOMI WISATA SITU
CIPONDOH DI KOTA TANGERANG” sholawat serta salam tercurahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantkan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyapampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan pengarahan, bimbingan serta memberikan
dukungan berupa semangat dan do’a selama proses studi penulis hingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Adapun
pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keluarga tercinta, Papa, Mama, dan Aa yang selalu mendoakan penulis
agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta selalu mendoakan agar penulis
diberikan kemudahan dan segala bentuk dukungan yang sudah diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas
kesempatan berharga yang diberikan kepada penulis untuk duduk
dibangku perkuliahan Fakultas Ekonomi dan Bisnis selama mengenyam
pendidikan perkuliahan di FEB.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Bapak Sofyan Rizal, M.Si. selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas perannya yang selalu memberikan bimbingan
dan dukungan baik akademik maupun non-akademik.
4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku pembimbing utama bagi penulis atas
perannya yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dari awal sampai
akhir sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
5. Untuk Suami tercinta Geo Fikri Muhammad yang selalu sabar, setia
mendoakan menemani dan mendukung agar selesainya skripsi ini
x
6. Sahabat tercinta yang sabar menghadapi ku KEJEDAK : Terry, Nonik,
Varrah, Tiwi dan Anis, terimakasih atas kesabaran selama ini dalam
menemani suka dan duka kehidupan perkuliahan selama 4 tahun lama.
Sampai Berjumpa Kembali.
7. Sahabatku Nurul Fauziah yang selalu ada kapanpun dan siap membantu
dalam menyelesaikab selesaikan.
8. Teman Perjuangan Ekonomi Pembangunan : Gilang Yoyo G., Vanya A.,
Wahyu A, dan seluruh angkatan Ekonomi 2014 atas dukungan yang
diberikan.
9. Sahabat Kecil: Tia Maryani dan Adha Chasanah N. Terimakasih dukungan
dan kesabaran selama ini yang selalu mendoakan.
10. Sahabat KL sejak SMP : lili, mada, fida, yayah, tien, rizal, isma, arif, vivi,
iyat, fikri, yogi, anis, chani, imel dan alpian terimakasih atas semangat
yang selalu diberikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala
bentuk saran, masukan dan kritik dan pembaca akan diterima oleh penulis untuk
memperbaiki dan mengembangkan bagi para pembaca yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarkatuh.
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMMBING ................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 13
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 14
A. Landasan Teori ........................................................................................................... 14
1. Pariwisata 14
a. Definisi Pariwisata.......................................................................................... 14
2. Ekowisata 16
a. Definisi Ekowisata.......................................................................................... 16
3. Stakeholder 19
xii
a. Definisi Stakeholder ....................................................................................... 19
b. Klasifikasi Stakeholder................................................................................... 20
c. Definisi Analisis Stakeholder ......................................................................... 22
4. Dasar Pengembangan Pariwisata ......................................................................... 23
a. Pengembangan Pariwisata .............................................................................. 23
b. Unsur-Unsur Pokok Pengembangan Pariwisata ............................................. 25
5. Dampak Ekonomi Wisata..................................................................................... 26
6. Konsep Dampak Ganda (Multiplier Effect).......................................................... 27
B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................................. 28
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 33
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 36
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 36
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................... 36
C. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 37
1. Penentuan Responden (Narasumber dan Pengisian Kuesioner) .......................... 37
2. Informan Penelitian ............................................................................................. 38
D. Metode Pengambilan Responden ............................................................... 40
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 41
a. Analisis Deskriptif Kualitatif .............................................................................. 41
b. Analisis Stakeholder ............................................................................................ 42
F. Analisis Dampak Ekonomi ......................................................................... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 48
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................................... 48
a. Sejarah Singkat Kawasan Wisata Situ Cipondoh ................................................ 48
b. Keadaan Umum Wilayah .................................................................................... 49
c. Aksesbilitas ......................................................................................................... 51
d. Dayat Tarik .......................................................................................................... 51
e. Pengelolaan Wisata ............................................................................................. 52
B. Pengembangan Potensi Wisata Situ Cipondoh ........................................... 53
xiii
1. Identifikasi Stakeholder ...................................................................................... 53
a. Analisis Stakeholder dengan program Matrix of Alliances and
Conflict Tactics, Objectives, and Recommendations (MACTOR) .................. 54
C. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh Kota
Tangerang
................................................................................................................... 77
a. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) ....................................... 80
b. Dampak Ekonomi Tidak langsung (Indirect Impact) ........................... 83
c. Dampak Lanjutan (Induced Impact) ..................................................... 86
d. Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Responden
Wisatawan ............................................................................................. 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................. 91
B. Saran ........................................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 93
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 95
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Wisatawan Nasional (WISNAS) Tahun 2011-2016 ............................. 3
1.2 Kondisi Industri Pariwisata Indonesia Terhadap Perekonomian Nasional.................... 4
1.3 Jumlah Data Wisatawan Kota Tangerang ..................................................................... 8
3.1 Daftar Informan Penelitian ........................................................................................... 39
3.2 Tabel Matriks Metode Analisis .................................................................................... 40
3.3 Tabel Pengelompokan Stakeholder .............................................................................. 44
4.1 Daftar Stakeholder yang terlibat dalam Pengeloaan Wisata Situ Cipondoh di
Kota Tangerang ............................................................................................................ 53
4.2 Matriks MDI Pengembangan Potensi Wisata Situ Cipondoh di Kota
Tangerang ..................................................................................................................... 54
4.3 Matriks 2MAO Pengembangan Potensi Wisata Situ Cipondoh di Kota
Tangerang ..................................................................................................................... 60
4.4 Matriks MDII Pengembangan Potensi Wisata Situ Cipondoh di Kota
Tangerang Secara Langsung ......................................................................................... 64
4.5 Daya Saing Pengembangan Potensi wisata Situ Cipondoh di Kota
Tangerang ..................................................................................................................... 66
4.6 Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat Kebocoran
Wisata Situ Cipondoh ...................................................................................................... 78
4.7 Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi Terhadap Penerimaan Total
Responden Unit Usaha Wisata Situ Cipondoh................................................................. 81
4.8 Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha dan Dampak
Langsung yang Dirasakan di Wisata Situ Cipondoh .................................................. 82
4.9 Sebaran Total Biaya Unit Usaha di Dalam Lokasi Wisata dan Dampak
Ekonomi Tidak Langsung yang Dirasakan Akibat Keberadaan Wisata Situ
Cipondoh .................................................................................................................... 84
4.10 Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja dan Tingkat Kebocoran di
Wisata Situ Cipondoh ................................................................................................. 86
4.11 Sebaran Pengeluaran Responden Tenaga Kerja (TK) dan Dampak
Lanjutan yang Dirasakan di Wisata Situ Cipondoh ................................................... 87
xv
4.12 Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang Terjadi di Wisata
Situ Cipondoh ............................................................................................................. 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Letak Lokasi Danau Situ Cipondoh ............................................................................... 9
1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh Januari 2017-Januari 2018 .................. 11
2.1 Stakeholder Yang Terlibat Dalam Pengembangan Potensi Wisata Situ
Cipondoh ...................................................................................................................... 34
2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................................................... 35
4.1 Pengaruh dan Ketergantungan Masing-Masing Aktor dalam
Mengembangkan Potensi Wisata Situ Cipondoh Kota Tangerang ............................... 65
4.2 Daya Saing Masing-Masing Aktor dalam Mengembangkan Wisata Situ
Cipondoh Kota Tangerang ............................................................................................ 67
4.3 Peta Convergen Mengembangkan Wisata Situ Cipondoh di Kota
Tangerang ..................................................................................................................... 68
4.4 Convergen Diantara Aktor Pada Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang ................ 68
4.5 Peta Convergen Mengembangkan wisata Situ Cipondoh di Kota
Tangerang ..................................................................................................................... 69
4.6 Convergen Diantara Aktor Pada wisata Situ Cipooh di Kota Tangerang ..................... 69
4.7 Peta Convergen mengembangkan wisata Situ Cipondoh di Kota
Tangerang ..................................................................................................................... 70
4.8 Convergen Diantara Aktor pada wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang ................. 70
4.9 Divergen (bercabang-cabang, menyebar ) mengembangkan Wisata Situ
Cipondoh Di Kota Tangerang ....................................................................................... 71
4.10 Divergen Diantara Aktor Pada Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang ................. 72
4.11 Peta Divergence Diantara Aktor ................................................................................... 73
4.12 Peta Divergence Diantara Aktor Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang ................ 74
4.13 Peta Divergen Diantara Aktor Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang ................... 75
4.14 Divergence diantara Aktor Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang ............... 76
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Jumlah Wisatawan Situ Cipondoh Kota Tangerang 95
2. Dampak Ekonomi Wisata Situ Cipondoh .................................................................. 96
3. Dokumentasi .............................................................................................................. 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai
macam destinasi wisata. Setiap daerah memiliki kawasan wisata yang
sangat indah dan menarik untuk dikunjungi bagi wisatawan domestik
maupun mancanegara. Wisata yang dimiliki baik dari wisata alam, wisata
religi, tempat rekreasi maupun wisata sejarah mempunyai keindahan dan
keunikan masing-masing yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung.
Sektor pariwisata Indonesia terus mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2017 pertumbuhan
kunjungan wisatawan mancanegara meningkat sebesar 5,86 persen.
Pemerintah terus mengembangkan potensi wisata yang dimiliki Indonesia
melalui berbagai program yang telah direncanakan, salah satunya yaitu
wisata halal.
Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki multidimensi dari
berbagai rangkaian dalam proses pembangunan. Pembangunan dari sektor
pariwisata ini dapat menyangkut berbagai aspek, seperti aspek sosial,
budaya, ekonomi, dan politik (Spillane, 1994 :14).
Perkembangan pariwisata dapat mendorong dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik
konsumsi maupun investasi yang akan menimbulkan kegiatan produksi
barang dan jasa. Hal ini akan memberikan dampak dari pariwisata
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal.
Sektor pariwisata sekarang ini telah menjadi salah satu sektor
ekonomi terbesar dan mempunyai tingkat pertumbuhan paling pesat dan
menjadi salah satu sumber utama pendapatan bagi banyak negara di dunia.
Hal ini dapat terjadi melalui penerimaan devisa, penciptaan lapangan
pekerjaan dan kesempatan berusaha, serta pembangunan infrastruktur
menjadikan pariwisata sebagai salah satu penggerak utama (key driver)
kemajuan sosio-ekonomi suatu negara.
2
Berdasarkan laporan World Travel and Tourism Council (WTTC)
pada tahun 2016 sumbangan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) dunia mencapai 10 persen. Sementara penerimaan dari kunjungan
wisatawan internasional menyumbang 7 persen dari total ekspor barang
dan jasa dunia. Dilihat dari penciptaan lapangan kerja, satu dari 10 tenaga
kerja diciptakan oleh sektor pariwisata (UNWTO, 2017).
Pada tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
mencapai 11,52 juta kunjungan atau naik 10,70 persendibandingkan
jumlah kujungan tahun sebelumnya (BPS,2017). Dengan peningkatan
jumlah kunjungan wisman ini, adapun faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi terhadap industri pariwisata Indonesia adalah peregerakan
wisatawan nusantara (wisnus). Wisnus mempunyai peran terbesar dalam
menciptakan dampak ekonomi, maka Kementerian Pariwisata (Kemenpar)
semakin meningkatkan promosi pariwisata kepada masyarakat agar
melakukan perjalanan wisata di dalam negeri. Memiliki slogan “Pesona
Indonesia” dan penyelenggaraan berbagai kegiatan, diharapkan semakin
banyak penduduk Indonesia yang ingin mengetahui lebih banyak tentang
Indonesia. Pada tahun 2016 diperkirakan jumlah perjalanan wisnus
mencapai 264,3 juta atau 3,09 persen dibandingkan dengan jumlah
perjalanan tahun 2015.
Berdasarkan laporan resmi World Economic Forum, Indonesia
mendapatkan peringkat ke-42 pada 6 April tahun 2017, naik sebanyak
delapan peringkat. Sebelumnya, di peringkat ke-70 dari 141 negara pada
tahun 2013.
Sektor pariwisata diproyeksikan akan menyumbang Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar 15%, yaitu: sebanyak Rp280 triliun untuk
devisa negara, 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara, 275 juta
perjalanan wisatawan nusantara dan dapat menyerap 13 juta tenaga kerja
pada tahun 2019. Hal ini akan menciptakan pusat-pusat perrtumbuhan
ekonomi yang lebih besar dan tersebar di seluruh negeri. Pemerintah
mengharapkan dapat memutuskan rantai kemiskinan, pengangguran
dengan cepat dan tepat. Pada tahun 2016 Indonesia meraih 46 penghargaan
3
dari 22 negara dan Pavilion Wonderful Indonesia sukses mempertahankan
gelar The Best Exhibition 2017 dan tercatat pada tahun 2017 meraih
kembali 17 penghargaan. Penghargaan yang diterima menandakan
Indonesia memiliki potensi yang sudah banyak diakui oleh negara lain,
yang memiliki tempat untuk berlibur yang aman dan nyaman. Hal ini
sangat memberikan pengaruh bagi pertumbuhan pariwisata Indonesia di
tahun 2017 sebesar 22,4%.1
Potensi wisata dapat memicu aktivitas di sektor pariwisata yang
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pengembangan ekonomi
daerah. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kunjungan pariwisata yang
mengunjungi ke tempat wisata baik wisatawan asing maupun wsiatawan
domestik. Jumlah wisatawan nusantara terus mengalami peningkatan
selama tahun 2011 sampai tahun 2016, keterangan mengenai
perkembangan wisatawan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Perkembangan Wisatawan Nasional (WISNAS) Tahun 2011-2016
Tahun Wisatawan Nasional
(jumlah) Pertumbuhan (%)
2011 6.750.416 8.26
2012 7.453.633 10.42
2013 8.024.876 7.66
2014 7.899.070 -1.57
2015 7.908.534 0.12
2016 6.677.918 1.97
Sumber : Pusdatin Kemenparekraf &BPS
1https://ekbis.sindonews.com diakses pada tanggal 14 Januari 2018
4
Sektor pariwisata memberikan kontribusi positif terhadap
pertumbuhan nasional, hal ini dapat dilihat pada tabel diatas. Pada tahun
2011-2016 dapat dilihat perkembangan wisatawan yang mengalami
peningkatan maupun penurunan. Tahun 2013 merupakan tahun yang
memiliki jumlah wisatawan nasional paling tinggi dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Hal ini berdampak terhadap pertumbuhan yang tidak
stabil. Industri pariwisata Indonesia terus melakukan berbagai kegiatan
untuk meningkatkan penerimaan yang akan memberikan kontribusi
terhadap perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari nilai Produk
Domestrik Bruto (PDB) yang dapat meningkatkan devisa negara (karena
setiap turis asing dapat menghabiskan antara 1.100 dollar AS sampai 1.200
dollar AS per kunjungan), dan juga dapat menyediakan kesempatan kerja
untuk masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran di
tahun 2015 di negara ini mencapai 5,81%. Dapat diperkirakan bahwa
hampir 9% dari total angkatan kerja nasional dipekerjakan di sektor
pariwisata. Saat ini, sektor pariwisata Indonesia memberikan kontribusi
kira-kira mencapai 4% dari total perekonomian.
Tabel 1.2
Kondisi Industri Pariwisata Indonesia
Terhadap Perekonomian Nasional
Keterangan 2016 2017 2018 2019
Kontribusi terhadap PDB
(%)
11 13 14 14
Penerimaan Devisa (Rp
triliun)
172.8 182.0 223.0 275.0
Penyerapan Tenaga Kerja
(juta orang)
11.7 12.4 12.7 13.0
Kunjungan Wisman (juta) 12 15 17 20
Perjalanan Wisnus (juta) 260 265 270 275
Sumber : Kementrian Pariwisata
5
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB dalam lima tahun
terakhir yaitu tahun 2010-2015 selalu mengalami peningkatan. Menurut
data dari BPS dan Kementrian Pariwisata, pada tahun 2010 kontribusi
sektor pariwisata terhadap PDB sebesar 261,05 triliun menjadi 461,36
triliun rupiah. Kontribusi sektor pariwisata terhadap devisa sebesar
7.603,45 juta dollar pada tahun 2010 menjadi 12.225,89 juta dollar tahun
2015 dan kontribusi terhadap tenaga kerja sebesar 4 juta orang di tahun
2010 menjadi 12,1 juta orang atau 10,6% dari total tenaga kerja
nasional.Selain itu, dampak pariwisata dapat dilihat dari pariwisata
kontribusi PDB nasional dan penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata.
Pada tahun 2011 yang sebesar Rp 361,39 triliun, pada tahun 2012
kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional adalah sebesar Rp 326,24
triliun atau sebesar 3,96 persen dari total PDB nasional, tahun 2013
kontribusi mengalami peningkatan mencapai Rp 365,02 triliun atau
sebesar 4,02 persen dari total PDB nasional, sedangkan pada tahun 2014
kontribusi mencapai Rp 436,78 triliun atau 4,13 persen dari total PDB
nasional. Pada tahun 2015 mengalami peningkatan mencapai Rp 489,62
triliun atau sebesar 4,25 persen, sedangkan pada tahun 2016 mengalami
peningkatan mencapai Rp 495,74 triliun atau sebesar 4,13 persen dari total
keseluruhan PDB nasional. Hal ini dapat tercipta karena dampak terhadap
PDB adanya peran belanja wisnus yang terus meningkat.
Selain memberikan kontribusi terhadap PDB nasional, pariwisata
pun memberikan dampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada tahun
2012 menyerap tenaga kerja mencapai 9,35 juta orang atau 8,46 persen
dari tenaga kerja nasional, tahun 2013 mencapai 9,61 juta orang atau 8,52
persen dari tenaga kerja nasional. Tahun 2014 mencapai Rp 133,30 triliun
atau 3,06 persen dari total tenaga kerja nasional, sedangkan tahun 2015
menyerap tenaga kerja sebesar 11,3 juta. Pada tahun 2016 mengalami
peningkatan yang mencapai Rp 148,11 triliun atau 4,04 persen terhadap
upah nasional.
6
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS)
memaparkan data statistik ekonomi kreatif tahun 2016 yang terdiri dari
data makro ekonomi kreatif, yaitu : PDB, tenaga kerja, dan ekspor, yang
diperoleh dari hasil survei khusus ekonomi kreatif. Selama lima tahun dari
tahun 2010-2015 PDB ekonomi kreatif mengalami kenaikan dari
Rp525,96 triliun meningkat menjadi Rp852,24 triliun atau meningkat rata-
rata 10,14% per tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa hasil dari ekonomi
kreatif memberikan kontribusi perekonomian nasional sebesar 7,38%
sampai 7,66%, yang mendominasi sektor perekonomian ini ada tiga sektor
yaitu : fashion, kriya, dan kuliner.
Laju pertumbuhan PDB ekonomi kreatif dari tahun 2010-2015
sekitar 4,38% sampai 6,33%. Tiga negara tujuan ekspor komoditi ekonomi
kreatif terbesar pada tahun 2015 adalah Amerika Serikat (AS) sebesar
31,72%, Jepang sebesar 6,74%, dan Taiwan sebesar 4,99%. Sedangkan,
untuk sektor tenaga kerja ekonomi keratif pada tahun 2010-2015
mengalami pertumbuhan sebesar 2,15%. Pada tahun 2015 ini jumlah
tenaga kerja ekonomi kreatif sebanyak 15,9 juta orang dengan share
sebesar 13,90%. Kekuatan ekonomi kreatif terletak pada sumber daya
manusia, dari ide-ide yang dihasilkan. Semakin sumber daya manusia
menghasilkan ekonomi kreatif, maka hasil karya pun akan terus meningkat
dan dapat dihargai di mata dunia.
Kota Tangerang adalah Kota yang memiliki julukan sebagai Kota
Seribu Industri, dikarenakan terdapat berbagai perusahaan yang
mendirikan perusahaan industrinya di Kota Tangerang. Kota Seribu
Industri ini juga memiliki beberapa objek wisata alam, baik wisata alam,
wisata budaya dan wisata rohani. Objek-objek wisata yang telah tersedia di
Kota Tangerang perlu dikelola dengan baik, terus ditingkatkan, agar dapat
meningkatkan pengunjung wisata datang ke Kota Tangerang dan tetap
mempertahankan cagar budaya asli Kota Tangerang. Selain itu, Kota
Tangerang pun memiliki berbagai tempat dan agenda yang menarik. Jika
potensi wisata dapat dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan arus
wisatawan dan dapat meningkat perekonomian wilayah, serta
7
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya yang ada di
Kota Tangerang.
Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang,
pengembangan pariwisata Provinsi Banten dapat diidentifikasikan atas 241
obyek daerah tujuan wisata (ODTW)2. Sedangkan menurut Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) tahun 2010 obyek tujuan
wisata tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten terdiri dari wisata alam
60 obyek wisata sejarah dan budaya, 181 obyek wisata buatan dan
kehidupan masyarakat tradisional (living culture) yang berkembang
sebagai destinasi wisata berskala internasional seperti Pesona Pantai
Anyer, Carita &Tanjung Lesung, wisata bahari Pulau Umang, Taman
Nasional Ujung Kulon, wisata Religi Banten Lama dan keunikan
masyarakat Tradisional Baduy3.
Kota Tangerang terus mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari
jumlah wisatawan yang mengunjungi Kota Tangerang, tercatat jumlah
wisatawan tahun 2016 sebanyak 536.963 orang, yang terdiri dari 461.502
wisatawan domestik dan 75.461 wisatawan mancanegara. Data pada tahun
2013 jumlah wisatawan sebesar 362.435, tahun 2014 meningkat menjadi
398.679 dan tahun 2015 terus meningkat menjadi 482.903. Jumlah tersebut
dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan, pada
tahun 2015 tercatat sebanyak 444.000 ribu wisatawan.
Setiap tahun dipredikisi meningkat sekitar 20 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa Kota Tangerang terus mengalami peningkatan di
sektor pariwisata. Sedangkan, pada tahun 2016 jumlah pengunjung yang
ditargetkan mencapai 500.000 orang. Jika hal ini dibandingkan dari tahun
sebelumnya pun dapat dikatakan meningkat. Pada tahun 2017 pun
memiliki target 750.000 orang dan dapat tercapai dengan baik.
2Anonim. 212. Profil Potensi Budaya dan Pariwisata Banten. Sumber : Dinas Budaya dan
Pariwisata Banten. http://bantenculturetourism.com/. Hal. 1 diakses tanggal 1 Maret 2018. 3Wikipedia. 2018. Tempat Wisata di Banten. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Banten diakses
pada tanggal 1 Maret 2018
8
Tabel 1.3
Jumlah Data Wisatawan Kota Tangerang
Tahun Nusantara Mancanegara Total
2013 277.818 84.617 362.435
2014 305.600 93.079 398.679
2015 454.160 28.743 482.903
2016 469.173 85.126 554.299
2017 793.390 295.357 1.088.747
Sumber : http://tangerangkota.go.id
Data yang diatas dapat menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan
Pemerintah Kota Tangerang untuk menjadikan kota layak dikunjungi
mulai menunjukan hasil yang baik. Hal ini dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan baik domestik maupun internasional terus meningkat disetiap
tahunnya. Faktor utama dapat dilihat dari perkembangan berdirinya hotel
berbintang yang semakin banyak di Kota Tangerang, serta adanya agenda
festival yang berskala internasional yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Tangerang. Pemerintah terus melakukan berbagai
kegiatan yang akan menarik wisatawan berkunjung ke Kota Tangerang.
Sehingga, Kota ini tidak hanya dikenal sebagai kota seribu industri tetapi
dapat dikenal sebagai kota yang memiliki destinasi wisata yang menarik.4
Kepariwisataan Kota Tangerang berkembang pesat, hal ini didorong
sejak daerah otonom ditetapkan. Kota Tangerang pun memiliki sejumlah
tempat yang dijadikan objek wisata, yang mampu menarik kunjungan
nusantara dan mancanegara antara lain : potensi wisata sejarah berupa :
Masjid Tertua Kalipasir, Vihara Boen Tek Bio tempat wisata ini terletak di
pasar lama, sedangkan Vihara Boen San Bio terletak di koang jaya,
bendungan pintu sepuluh terletak di koang jaya. Adapun potensi wisata
rekreasi, belanja dan kuliner berupa : wisata Mall Tangcity, CBD Ciledug,
Pasar Tekstil Terpadu Cipadu. Kota Tangerang memiliki kuliner makanan
tradisional yaitu: laksa, dan pusat kuliner di pasar lama. Potensi wisata
4http://tangerangkota.go.id diakses pada tanggal 14 Januari 2018
9
alam berupa wisata Taman Permai Tepian Sungai Cisadane, Taman
Rekreasi Air Situ Bulakan, Situ Cipondoh, dan lain-lain.
Peluang investasi di sektor kepariwisataan ini cukup besar, baik yang
terkait dengan objek wisata maupun dengan yang lainnya. Salah satu
lokasi wisata alam yang paling sering dikunjungi oleh warga Kota
Tangerang adalah Danau Situ Cipondoh, yang terletak di Jalan Kyai Haji
Hasyim Ashari yang merupakan wilayah Kecamatan Cipondoh dan
Kecamatan Pinang. Danau ini merupakan kawasan yang strategis dari
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (Perda No. 5,
2012).
Gambar 1.1
Letak Lokasi Danau Cipondoh
Sumber : http://tangerangkota.go.id5
Danau Situ Cipondoh memiliki luas 126,7 hektar dan pada tahun
2005 baru mulai di lestarikan, sedangkan untuk dikembangkan sebagai
tempat wisata baru dilestarikan pada tahun 2007. Namun, dari pihak
pengelola Situ Cipondoh mulai mengelola secara baik untuk menjadi
tempat wisata pada tahun 2010. Sebelumnya, Danau Situ Cipondoh
merupakan kawasan konservasi air yang sekaligus kawasan wisata air
yang disediakan oleh Pemerintah Kota Tangerang.
5http://tangerangkota.go.id diakses pada tanggal 14 Januari 2018
10
Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota
Tangerang, masyarakat Cipondoh dan Pemerintah Kota Tangerang belum
mengelola kawasan ini secara maksimal, sehingga wisatawan asing
maupun domestik kurang tertarik untuk berkunjung. Danau Situ Cipondoh
ini merupakan tempat alternatif bagi masyarakat yang mudah dijangkau
dengan harga yang murah. Adapun fasilitas yang tersedia di Situ Cipondoh
yaitu, tempat parkir, tempat bermain, memancing, sepeda air, flying fox,
dan tempat wisata kuliner.
Dalam mengelola Situ Cipondoh dikelola oleh masyarakat sekitar
dan tetap Pemerintah Kota Tangerang memberikan dan membantu melalui
pembentukan program komunitas pembersih Situ Cipondoh, yang
melibatkan masyarakat sekitar, agar dapat menjaga kebersihan dan
melestarikan Situ Cipondoh dengan baik.
Dengan adanya kegiatan wisata Situ Cipondoh memberikan dampak
ekonomi bagi masyarakat di sekitar Situ Cipondoh. Danau Situ Cipondoh
dapat dikelola secara baik, baru mulai pada tahun 2010. Dalam satu tahun
terakhir dapat dilihat mengalami peningkatan di tiap bulannya. Namun,
mengalami penurunan jumlah pengunjung terjadi pada bulan Mei 2017
yang disebabkan karenapada bulan tersebut merupakan bulan suci
ramadhan, sehingga jumlah pengunjung tidak sebanyak seperti diluar
bulan ramadhan. Namun, peningkatan yang tajam terjadi pada bulan Juni
2017 yang bertepatan dengan hari raya lebaran sehingga pengunjung dapat
berlibur untuk menghabiskan waktu liburannya untuk berwisata ke Situ
Cipondoh.
11
Waktu liburan sekolah di Bulan Desember pun kunjungan wisata
Situ Cipondoh mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sehingga
anak-anak dapat menikmati liburan di Situ Cipondoh. Jumlah kunjungan
wisatawan ke Situ Cipondoh selama bulan Januari 2017 hingga Januari
2018 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh
Januari 2017-Januari 2018
Sumber : Pengelola Situ Cipondoh (2018)
Dari gambar diatas dapat dilihat rata-rata pengunjung di hari kerja
sebanyak 50-100 orang, sedangkan di hari libur meningkat bisa mencapai
500 orang per hari yang berkunjung ke Situ Cipondoh.
Namun, dari pihak Pemerintah daerah tidak mendapatkan retribusi
secara langsung, namun mendapatkan keuntungan bagi masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, melalui pengunjung wisata yang
datang ke Situ Cipondoh.
Kegiatan pariwisata memiliki potensi yang akan memberikan
dampak ke depan maupun ke belakang. Adapun tujuan yang akan dicapai
di sektor pariwisata ini adalah untuk memperbesar output atau nilai tambah
yang akan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Jumlah Wisatawan (orang)
5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000
500
Jumlah Wisatawan (orang)
Jan
uar
i
Feb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Jun
i
Juli
Agu
stus
Sep
tem
ber
Okt
ob
er
No
vem
ber
Des
emb
er
Jan
uar
i
12
Dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata ini merupakan perubahan
yang mendasar yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut terhadap
kondisi masyarakat sekitar, misalnya terjadi peningkatan atau penurunan
pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan dan perilaku
masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Sampai saat ini, sudah pernah
dilakukan penelitian di tempat wisata ini, namun penulis saat ini akan
melakukan pembaharuan yang melihat seberapa besar dampak, baik positif
maupun negatif, yang akan menimbulkan dari aktivitas wisata di Situ
Cipondoh terhadap kondisi ekonomi, khususnya masyarakat di sekitar
kawasan yang terkait secara langsung dengan kegiatan tersebut. Dengan
dilakukan penelitian ini dapat melihat penilaian dari dampak tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi yang telah berlangsung sebagai
pertimbangan untuk menetapkan kebijakan pengelolaan, baik itu kebijakan
oleh pengelola tempat wisata, pemerintah daerah maupun pusat yang akan
berkaitan dengan penyediaan jasa pariwisata alam di masa yang akan
datang.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk memberikan masukan kepada
stakeholder yang terlibat, terutama pada Pemerintah Daerah (Pemda)
bahwa dengan adanya obyek wisata ini dapat diperhitungkan
keberadaannya, karena memberikan kontribusi terhadap perekonomian
masyarakat lokal. Penelitian ini juga membantu pengelola obyek wisata
agar dapat mengevaluasi dan memperbaiki manajemen dalam mengelola
obyek wisata sehingga tempat wisata ini akan terus dikembangkan menjadi
pariwisata alam yang menarik wisatawan berkunjung. Dari latar belakang
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan
mengangkat judul “Analisis Stakeholder Pada Pengembangan Ekonomi
Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang”.
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Siapa saja Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan potensi
wisata Situ Cipondoh?
2. Seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan
wisata di Situ Cipondoh?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan Potensi
wisata Situ Cipondoh
2. Mengetahui besarnya dampak ekonomi yang ditimbulkan dari
kegiatan wisata Situ Cipondoh.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Banten dan Kota Tangerang dapat
dijadikan sebagai pengembangan sektor pariwisata yang mampu
mendukung perekonomian daerah.
2. Bagi pengelola dapat dijadikan evaluasi dalam pengelolaan kawasan
wisata agar dapat meningkatkan wisatawan untuk berkunjung.
3. Bagi akademisi dan peneliti ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan dan rujukan untuk melakukan penelitian-penelitian
selanjutnya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pariwisata
a. Definisi Pariwisata
Secara etymologis kata “pariwisata” berasal dari bahasa
sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu, Pari yang artinya
banyak, berkali-kali, sedangkan wisata memiliki arti pergi secara
menerus. Jadi, pariwisata adalah perjalanan atau kegiatan yang
dapat dilakukan secara berkali-kali.
Pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009
tentang kepariwisataan, wisata dapat didefinisikan sebagai kegiatan
perjalanan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu yang bertujuan untuk rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Sedangkan, pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Perjalanan pariwisata yang dilakukan bukanlah merupakan
pergerakan yang bersifat ulang-alik, sesuai dengan definisi yang
dinyatakan oleh Mathieson dan Wall (dalam Gunn, 1993:5).
Pariwisata adalah seluruh perjalanan wisata yang meliputi daerah
yang luas, namun bukanlah yang termasuk dalam pergerakan
ulang-alik. Pariwisata dapat ditinjau dari berbagai segi yang
berbeda. Pariwisata dapat dilihat sebagai suatu kegiatan melakukan
perjalanan dari rumah dengan maksud tidak melakukan usaha atau
bersantai. Pariwisata juga dapat dilihat sebagai suatu bisnis yang
berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan
dan menyangkut setiap pengeluaran oleh atau untuk wisatawan
15
atau pengunjung dalam perjalanannya (Kusmayadi dan Endar,
2000:6-8).
Berdasarkan definisi yang dibuat Badan Pusat Statistik
(BPS), pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan
atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya satu tempat
atau beberapa tempat tujuan diluar lingkungan tempat tinggalnya
yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa maksud
mencari nafkah.
Menurut Mc. Intosh (1990:3), pariwisata adalah hubungan
yang ditimbulkan dari adanya interaksi antara wisatawan, bisnis,
pemerintah dan masyarakat dalam proses menarik dan melayani
pengunjung dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Pariwisata
juga dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali
atau berputar-putar, dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti,
1996:112).
Menurut Wahab (1992:65), pariwisata mengandung tiga
unsur antara lain : manusia, tempat, dan waktu. Menurut Cooper et
al. (1993:138), pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh perorangan, keluarga atau kelompok dari tempat
tinggal ke berbagai tempat lain yang bertujuan untuk melakukan
kunjungan wisata dan mencari kesenangan. Kunjungan ini bersifat
sementara (satu hari, satu minggu, atau satu bulan) dan pada
waktunya akan kembali ke tempat tinggal.
16
Sedangkan, menurut Mulyadi Pariwisata adalah suatu
aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang
mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan6
Dilihat dari dimensinya, Mill menyebutkan ada 4 dimensi
utama pariwisata: Pertunjukkan, Pelayanan fasilitas, transportasi,
dan keramahtamahan7.
Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan pariwisata
adalah aktivitas yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu
dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan
untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk
bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu
senggang atau waktu libur dengan tujuan-tujuan lainnya.
2. Ekowisata
a. Definisi Ekowisata
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh
perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata.
Ekowisata dapat melihat melalui dua sisi yaitu: 1) Ekowisata dari
segi konsep dan 2) Ekowisata dari segi pasar. Ekowisata dari segi
konsep merupakan pariwisata bertanggung jawab yang dilakukan
pada tempat-tempat alami, serta memberikan kontribusi terhadap
kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
setempat (TIES – The International Ecotourism Society dengan
sedikit modifikasi).
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia, ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata
yang berkelanjutan yang memiliki tujuan untuk mendukung upaya-
upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan
6Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. 2009. Penerbit STMT Trisakti. Jakarta. Hal 7.
7Robert Christie, 2000, Tourism The International Business, Ed. Bahasa indonesia, Terjemahan Tri
Budi Santosos, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 26.
17
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan
manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
Ekowisata memiliki banyak definisi yang seluruhnya
terdapat prinsip pada pariwisata yang kegiatannya mengacu pada
lima elemen penting yaitu :
Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan
yang dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap
daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Pendidikan yang
diberikan melalui pemahaman akan pentingnya pelesatarian
lingkungan, dapat melalui kegiatan wisata yang kreatif
disertai dengan pelayanan prima.
Memperkecil dampak negatif yang dapat merusak
lingkungan.
Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan
pelaksanaannya.
Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada
masyarakat lokal, untuk kegiatan ekowisata harus bersifat
profit (menguntungkan).
Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.
Berdasarkan dari elemen ekowisata, terdapat beberapa
cakupan ekowisata yaitu untuk edukasi, pemberdayaan masyarakat,
peningkatan ekonomi, serta upaya dalam kegiatan konservasi.
Sedangkan, ekowisata dari segi pasar dapat dilihat dari kata
ekowisata yang selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang
mendukung pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak
hanya sebagai konsep tapi juga sebagai produk wisata, misalnya :
paket wisata. Konsep “kembali ke alam” cenderung dipilih oleh
sebagian besar konsumen yang mulai peduli akan langkah
pelestarian dan keinginan untuk berpartisipasi pada daerah tujuan
wisata yang dikunjunginya. Akomodasi, atraksi wisata maupun
produk wisata lainnya yang menawarkan konsep kembali ke alam
semakin diminati oleh pasar. Ekowisata di Indonesia sudah sejak
18
tahun 2002 dicanangkan sebagai Tahun Ekowisata dan
Pegunungan di Indonesia.
Dari berbagai workshop dan diskusi yang diselenggarakan
pada tahun tersebut di berbagai daerah di Indonesia baik oleh
pemerintah pusat maupun daerah, dapat dirumuskan 5 (lima)
Prinsip dasar, pengembangan ekowisata di Indonesia yaitu :
1. Pelestarian
2. Pendidikan
3. Pariwisata
4. Perekonomian
5. Partisipasi masyarakat setempat
Menurut Damanik dan Weber (2006:38) mempunyai tiga
konsep ekowisata yang lebih operasional, yaitu sebagai berikut,
yaitu 1) perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan, 2) mengutamakan
penggunaan fasilitas transportasi yang dapat diciptakan dan
dikelola masyarakat di kawasata wisata, 3) perjalanan wisata akan
memberikan peerbaikan besar pada lingkungan alam dan budaya
lokal.
Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama, yaitu: alam
atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan dapat diterima
dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata
secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat,
mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan
budaya masyarakat lokal. Jadi, ekowisata memberikan kesempatan
bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan alam dan budaya
untuk lebih mengetahui budaya lokal yang berkembang di kawasan
tersebut.
19
Kegiatan ekowisata ini pun, dapat meningkatkan
pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek
wisata ekowisata dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi
kehidupan masyarakat setempat.
Dari beberapa definisi diatas yang dikemukakan oleh para
ahli maka dapat dijelaskan pemahaman mengenai ekowisata
merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang
alami maupun buatan yang ada yang bersifat informatif dan
partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan
sosial budaya.
3. Stakeholder
a. Definisi Stakeholder
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan menurut para
ahli, yaitu sebagai berikut: 1) Menurut Freeman dama Oktavia dan
Sahruddin (2013:233) mendefinisikan stakeholder adalah
seseorang atau sekelompok yang mempunyai pengaruh atau dapat
dipengaruhi untuk memperoleh tujuan dari program yang ingin
dicapai. Sedangkan 2) Menurut Fletcher et al dalam Santoso dkk
(2015:200) stakeholder merupakan pihak yang mempertimbangkan
kepentingan dalam suatu masalah. 3) Menurut Supoharjo (2005:56)
stakeholder adalah orang-orang yang mempunyai hak dan
kepentingan dalam suatu sistem yang ingin dicapai. 4) Menurut
Ramirez (1999:67) stakeholder diidentifikasikan sebagai suatu
dasar tertentu yaitu dapat dilihat dari segi kekuatan dan
kepentingan relatif stakeholder terhadap isu atau dari segi posisi
penting dan pengaruh yang dimiliki oleh mereka.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa stakeholder adalah individu atau kelompok yang memiliki
kepentingan baik secara langsung maupun secara tidak langsung
yang dapat mempengaruhi atau dipngaruhi dalam pengambilan
kebijakan.
20
b. Klasifikasi Stakeholder
Menurut Brown et al. (2001) klasifikasi stakeholder
menjadi tiga yaitu :
a. Stakeholder primer adalah individu atau kelompok yang
mempunyai pengaruh rendah terhadap hasil kebijakan, tetapi
kesejahteraan penting bagi pengambil kebijakan.
b. Stakeholder sekunder adalah pihak yang dapat mempengaruhi
keputusan yang dibuat karena pihak ini merupakan sebgaian
besar dari pengambil kebijakan dan terlibat dalam
implementasi kebijakan. Secara relatif mereka tidak penting,
demikian dengan tingkat kesejahteraannya bukan suatu
prioritas.
c. Stakeholder eksternal adalah individu atau kelompok yang
dapat mempengaruhi hasil dari suatu proses melalui lobby
kepada pengambil keputusan, tetapi interest mereka tidak
teralu penting.
Menurut Orbach M. (1995) mengklasifikasikan stakeholder
menjadi tiga yaitu:
a. Stakeholder utama yang merupakan stakeholder yang memiliki
kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan,
program, dan proyek. Harus ditempatkan sebagai penentu,
misalnya masyarakat, tokoh masyarakat, dan manajer publik.
b. Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang
tidak memiliki kaitan kepentigan secara langsung terhadap
suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki
kepedulian (concern) dan keprihatinan, sehingga mereka
mengeluarkan hak suaranya dan berpengaruh terhadap sikap
masyarakat keputusan legal pemerintah. Misalnya lembaga
pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki
tanggung jawab langsung, lembaga pemerintah yang terkait
dengan isu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung
21
dalam pengambilan keputusan; lembaga swadaya masyarakat
(LSM) setempat, perguruan tinggi, dan pengusaha yang terkait.
c. Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki
kewenangan secara legal dalam hal pengambil keputusan.
Stakeholder kunci ini adalah unsur eksekutif sesuai dengan
level, legislatif, dan instansi.
Menurut Eden dan Ackerman (1998:143) diacu dalam Reed
et al. (2009) mengklasifikasikan stakeholder menjadi empat yaitu :
1. Key player merupakan stakeholder yang paling aktif karena
mempunyai pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap
pengembangan suatu proyek.
2. Subject memiliki kepentingan yang tinggi tetapi pengaruhnya
rendah. Stakeholder ini bersifat supportive, mempunyai
kapasitas yang kecil untuk mengubah situasi. Namun, dapat
mempengaruhi yang lain jika stakeholder yang lain
membentuk aliansi dan juga sebaliknya mungkin dapat
dipengaruhi oleh stakeholder lainnya.
3. Context setter memiliki pengaruh yang tinggi tetapi sedikit
adanya kepentingan. Hal ini bisa menjadi resiko yang
signifikan dan harus dipantau.
4. Crowd merupakan stakeholder yang memiliki sedikit pengaruh
dan kepentingan terhadap hasil yang diinginkan dan hal ini
menjadi pertimbangan untuk mengikutsertakan dalam
pengambilan keputusan. Pengaruh dan kepentingan akan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga perlu
menjadi bahan pertimbangan.
22
Menurut Mitchel, Abell, dan Wood dalam Heene dkk
(2015:161-162) mengklasifikasikan stakeholder menjadi tiga
kecendrungan dalam berperilaku yang paling terlihat dari masing-
masing stakeholder yang memiliki kepentingan. Hal ini dapat
terlihat dari kepentingan stakeholder dari setiap karakteristik yang
terlihat dari kekuasaan yang dimiliki maupun keterlibatan
komunikasi antar stakeholder.
c. Definisi Analisis Stakeholder
Analisis Stakeholder adalah suatu proses yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi secara kualitatif untuk
menentukan kepentingan siapa yang harus diperhitungkan untuk
menerapkan suatu kebijakan atau program. Analisis stakeholder
bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami setiap antar
stakeholder yang berbeda, untuk dapat melakukan kerjasama
dalam menjalankan suatu perencanaan yang telah ditetapkan.
Dalam penggunaan analisis stakeholder ini akan membuat para
kebijakan memahami secara lebih riil bagaimana stakeholder yang
berbeda dapat memperoleh keuntungan atau kerugian dari
kebijakan yang telah ditetapkan, untuk memfokuskan cara-cara
yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan (Suporahardjo
2005).
Menurut Reed et al. (2009:98) analisis stakeholder dilakukan
dengan cara antara lain:
a. Mengidentifikasi stakeholder
b. Mengklasifikasikan stakeholder
c. Menyelidiki hubungan antar stakeholder
23
Menurut Santoso dkk (2015:200) analisis stakeholder
dilakukan dengan menggunakan tiga cara :
1. Mengidentifikasi stakeholder
2. Mengelompokkan dan mengaktegorikan stakeholder
3. Menggambarkan hubungan antara stakeholder
Menurut Race dan Millar dalam Iqbal (2007:92) analisis
stakeholder memiliki manfaat dalam mengidentifikasi kelompok
untuk melihat dampak dari suatu pembangunan. Ada tiga hal yang
yang menjadi perhatian yaitu :
1. Pihak yang mempunyai kepentingan baik individu maupun
kelompok yang terpengaruh dari pembangunan
2. Keterlibatan
3. Keterkaitan antar stakeholder
4. Dasar Pengembangan Pariwisata
a. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata merupakan usaha yang dilakukan
untuk menarik wisatawan dan meningkatkan obyek wisata agar
dapat berekembang dengan baik, tetap memelihara kelestarian
obyek wisata dan mewujudkan obyek wisata yang menarik.
Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan menyebutkan tujuan kepariwisataan
Indonesia adalah :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
3. Menghapus kemiskinan
4. Mengatasi pengangguran
5. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
6. Memajukan kebudayaan
7. Mengangkat citra bangsa
8. Memupuk rasa cinta tanah air
9. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa
24
10. Memperat persahabatan antar bangsa
Berdasarkan Undang-undang tersebut adapun prinsip-prinsip
yang dilakukan yaitu :
1. Menjunjung tinggi norma agama dan budaya sebagai
pengenjawatahan dari konsep hidup dalam keseimbangan
hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara sesama manusia dan sesama manusia, serta
hubungan antara manusia dan lingkungan.
2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan
kearifan lokal.
3. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan,
kesetaraan, dan proposionalitas.
4. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.
5. Memberdayakan masyarakat setempat.
6. Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat
dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistem dalam
kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku
kepentingan.
7. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan
internasional dalam bidang pariwisata.
8. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengembangan pariwisata mempunyai dampak secara positif maupun
negatif (Spillane, 1994:20). Dampak positif dari pengembangan pariwisata :
1. Menciptakan lapangan pekerjaan, dalam industri pariwisata
memerlukan tenaga kerja yang tidak dapat digantikan oleh
peralatan.
2. Sebagai sumber devisa asing
3. Pariwisata dapat mengembangkan suatu wilayah, dari wilayah
desa yang belum berkembang, menjadi pembangunan regional
yang tertata dengan baik dan benar.
25
Dampak negatif yang ditimbulkan dari pengembangan parwisata :
1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, ketergantungan negara
kecil dengan pasar asing
2. Terjadinya kasus kebocoran sangat luas dan besar, seperti :
proyek-proyek pariwisata yang skala besar dan diluar kapasitas
perekonomian, yaitu barang impor, biaya promosi keluar
negeri.
3. Bekerja untuk industri pariwisata yang menerima gaji rendah,
dikarenakan hanya bekerja musiman saja.
4. Dampak terhadap lingkungan, seperti : polusi air, udara, dan
keramaian lalu lintas dan bisa menimbulkan kerusakan dari
pemandangan alam.
d. Unsur-Unsur Pokok Pengembangan Pariwisata
Menurut Gamal Suwantoro (1997:56) pembangunan obyek
wisata bersumber pada potensi daya tarik dari obyek wisata yang
dimiliki dengan mengacu pada kriteria keberhasilan untuk
mengembangan pariwisata yang meliputi:
1. Kelayakan Finansial
Kelayakan finansial menyangkut tentang perhitungan secara
komersial dari pembangunan obyek wisata yang direncanakan.
Memperkirakan untung-rugi harus diperkirakan dari awal.
2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Hal ini dilakukan untuk melihat investasi yang ditanamkan di
obyek wisata akan memberikan dampak sosial secara regional,
meningkatkan devisa, dan meningkatkan pada penerimaan
sektor yang lain.
3. Kelayakan Lingkungan
Analisis dampak lingkungan ini perlu dilakukan untuk melihat
dampak pembangunan lingkungan yang ditimbulkan dari
pembangunan obyek wisata. Pembangunan ini untuk
memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dapat
26
digunakan menjadi obyek wisata yang menarik dan menjaga
kelestarian lingkungan.
5. Dampak Ekonomi Wisata
Dalam kegiatan pariwisata akan memberikan pengaruh terhadap
ekonomi wilayah berupa dampak langsung (direct effect) yang
diperoleh dari unit usaha berupa perbelanjaan pengunjung. Dampak
tidak langsung (indirect effect) berupa pengeluaran yang dikeluarkan
unit usaha untuk membayar upah tenaga kerja pada unit usaha,
sedangkan untuk dampak lanjutan (induced effect) berupa terjadinya
perubahan aktivitas ekonomi wilayah yang dapat menghasilkan dari
perbelanjaan tenaga kerja untuk memenuhi konsumsinya (Vanhove,
2005).
Analisis dampak ekonomi merupakan kegiatan pariwisata yang
memfokuskan pada kegiatan penjualan, adanya penghasilan, dan
menciptakan tempat tenaga kerja dari adanya kegiatan pariwisata ini.
Pada dampak dari kegiatan ekonomi pariwisata dapat ditelusuri aliran
uang yang dilakukan untuk melakukan kegiatan perbelanjaan, yaitu :
(1) badan usaha dan peran pemerintah, (2) bidang dalam bagian
pemasok barang dan jasa usaha, (3) rumah tangga sebagai penerima
hasil dari kegiatan pariwisata, (4) pemerintah yang menetapkan pajak
dan pungutan secara resmi dari kegiatan pariwisata, usaha dan rumah
tangga (Milasari, 2010:87).
6. Konsep dampak ganda (Multiplier Effect)
Menurut Clement dalam Yoeti (2008:75) dapat menjelaskan
mengenai dampak kegiatan ekonomi dari tempat wisata, ketika
wisatawan melakukan kunjungan ke tempat wisata maka akan
dipastikan melakukan transaksi atau pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan selama kunjungan ke tempat wisata tersebut. Uang yang
dipergunakan dipastikan akan melakukan perbelanjaan yang tidak
akan berhenti beredar, tetapi akan berpindah dari satu tangan ke
27
tangan yang lain selama kegiatan transaksi terus dilakukan. Hal ini
yang dinamakan sebagai efek pengganda (Multiplier effect).
Efek pengganda (Multiplier effect) memiliki beberapa prinsip
yaitu :
1. Uang akan selalu digunakan untuk berbelanja, tidak akan pernah
berhenti beredar dalam kegiatan ekonomi.
2. Uang selalu berpindah tangan, dari yang satu ke orang yang lain.
3. Semakin uang cepat berpindah, maka semakin cepat juga
memberikan pengaruh dalam perekonomian setempat dan
semakin besar nilai koefisien multiplier.
4. Uang akan hilang dalam peredaran, jika uang tersebut tidak lagi
berpindah tetapi berhenti dari peredaran, yang akan memberikan
pengaruh sangat besar terhadap perekonomian setempat.
5. Pengukuran uang dapat dilihat dari berapa kali uang tersebut
digunakan untuk transaksi dalam kegiatan ekonomi.
Daerah Tujun Wisata (DTW) yang dikemas dengan baik, akan
mampu menarik wisatawan berkunjung. Pariwisata dapat menaikkan
tarif hidup masyarakat melalui efek pengganda (multiplier effect) yang
besar. Dijelaskan oleh Mill (Mill,2000:169) bahwa akibat ekonomi
pariwisata bisa langsung dan tidak langsung. Akibat langsung berasal
dari uang masyarakat yang dibelanjakan para wisatawan di tempat
tujuan wisata8.
8Robert Christie Mill, Ibid, 2000:169
28
B. Penelitian sebelumnya
1. (Ni’mah Aulia Hidayah,2018)
Analisis Peran Stakeholder Dalam Pengambangan Wisata
Talang Air Peninggalan Kolonial Belanda Di Kelurahan Pajaresuk
Kabupaten Pringsewu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
siapa saja dan menganalisa apa saja yang dilaakukan stakeholder yang
terlibat dalam pengembangan Wisata alang Air di Kelurahan
Pajaresuk Kabupaten Pringsewu. Hasil penelitian menggambarka
bahwa stakeholder yang terlibat dalam pengembangan Wisata Talang
Air terdiri dari masyarakat, pemerintah,dan sektor privat, stakeholder
yang terlibat dalam pengembangan Wisata Talang Air telah
melakukan pembangunan yang bersifat fisik maupun pembangunan
nonfisik. Kerjasama dan komunikasi yang terjalin antar stakeholder
relatif baik sehingga mempercepat proses pelaksanaan pengembangan
Wisata Talang Air.
2. (Arif Putranto, 2016)
Analisis Geografi Terhadap Potensi Wisata Di Situ Cipondoh
Kota Tangerang Banten. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi pengembangan kawasan Situ Cipondoh
dengan mengkaji beberapa faktor yaitu, karakteristik fisik, sosial
budaya, aksesbiliats, fasilitas, dan keadaan ekologi di kawasan Situ
Cipondoh. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode
deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik aksidental yang disajikan dalam analisis
deskriptif menggunakan tabel frekuensi tunggal. Hasil penelitian
menunjukkan adanya potensi fisik Situ Cipondoh memiliki skor 11
yang berarti kurang mendukung, selanjutnya skor potensi sosial
budaya adalah 40 yang berarti mendukung. Skor potensi aksebilitas
menunjukkan skor 13 yang berarti sangat mendukung, dan skor
keberadaan fasilitas sebesar 10 yang berarti mendukung. Jumlah
seluruh skor adalah 74 yang dapat menunjukkan bahwa Situ Cipondoh
mendukung dan layak untuk menjadi daerah wisata.
29
3. (Vidya,2014)
Dampak Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Pantai
Gondoriah Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi presepsi multi stakeholder tehadap kondisi kegaiatan
wisata dan sumberdaya alam di Pantai Gondoriah, dan menganalisa
dampak kegiatan objek wisata Gondoriah terhadap perekonomian
sekitar. Dalam penelitian ini mengkaji kegiatan pariwisata yang dapat
menimbulkan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat
sekitar, namun dilain sisi juga memiliki potensi terhadap penurunan
kualitas sumberdaya alam. Multi stakeholder menilai dengan adanya
kegiatan wisata di Pantai Gondoriah sudah termasuk bik, dan dengan
adanya keberadaan objek wisata ini tidak menimbulkan kerusakan
terhadap sumberdaya alam. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari
wisata Pantai Gondoriah dapat menggunakan multiplier effect, dampak
ekonomi langsung, tidak langsung, dan lanjutan berturut-turut sebesar
Rp 502.308.304, Rp 695.120.645 dan Rp 90.257.025. Hasil dari nilai
Keynesian Income Multiplier sebesar 1,12, nilai Ratio Multiplier
Incomme Tipe I adalah 2,38 dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II
adalah 2,56. Pengeluaran wisatawan tidak semuanya dapat dinikmati
oleh masyarakat lokal karena masih terdapat pengunjung yang
mengeluarkan sejumlah uang di luar objek wisata atau yang disebut
dengan kebocoran. Nilai kebocoran sebesar Rp 15.867.657.020 per
tahun. Stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan
paling tinggi dalam pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah
diantaranya yaitu : Dinas Budaya dan Pariwisata, LPM, Dinas PU,
Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Lingkungan Hidup, dan
Masyarakat Lokal.
4. (Evy Nurfiana,2013)
Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di
Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai dari dampak ekonomi langung dan
30
lingkungan kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan. Hasil
penelitian menunjukkan dampak ekonomi yang diperoleh pemilik unit
usaha memiliki proporsi 60,5% atau sebesar RP1.154.155,00 dari rata-
rata penerimaan unit usaha. Dampak ekonomi secara tidak langsung
dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha didalam pembelian kawasan
wisata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unit usaha yang
berupa tenaga kerja, pembelian input bahan baku dan transportasi.
Untuk upah tenaga kerja memiliki proporsi sebesar 2,72%, pembelian
input bahan baku sebesar 35% dan transportasi lokal sebesar
kebutuhan pangan, yaitu sebesar 58,1%. Nilai Keynesian Income
Multiplier sebesar 0,3, sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I
dan II sebesar 1,7 dan 2,5.
5. (Arif Putranto, 2016)
Analisis Geografi Terhadap Potensi Wisata Di Situ Cipondoh
Kota Tangerang Banten. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi pengembangan kawasan Situ Cipondoh
dengan mengkaji beberapa faktor yaitu, karakteristik fisik, sosial
budaya, aksesbiliats, fasilitas, dan keadaan ekologi di kawasan Situ
Cipondoh. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode
deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik aksidental yang disajikan dalam analisis
deskriptif menggunakan tabel frekuensi tunggal. Hasil penelitian
menunjukkan adanya potensi fisik Situ Cipondoh memiliki skor 11
yang berarti kurang mendukung, selanjutnya skor potensi sosial
budaya adalah 40 yang berarti mendukung. Skor potensi aksebilitas
menunjukkan skor 13 yang berarti sangat mendukung, dan skor
keberadaan fasilitas sebesar 10 yang berarti mendukung. Jumlah
seluruh skor adalah 74 yang dapat menunjukkan bahwa Situ Cipondoh
mendukung dan layak untuk menjadi daerah wisata.
6. (Nadia Mutiarani,2011)
Analisis Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ
Cipondoh Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
31
karakteristik pengunjung, unit usaha, dan masyarakat, fakor-faktor
yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi Situ Cipondoh,
mengetahui nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek
wisata dengan menggunakan metode perjalanan, dan menganalisis
dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata Situ
Cipondoh.
Hasil penelitian dapat diperoleh rata-rata pengunjung Situ
Cipondoh berusia 21-25 tahun dengan rata-rata pekerjaan pengunjung
sebagai karyawan swasta dan berpenghasilan berkisar antara Rp
5000.000 hingga Rp 1.500.000, sebagian besar pengunjung berasal
dari Tangerang dan Jakarta. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata ke Situ cipondoh dengan menggunkana model
regresi linear berganda dan dapat dilakukan dengan menggunakan
metode biaya perjalanan individual (Individual Travel Cost Method)
tiap individu pertahun kunjungan, adapun variabel yang
mempengaruhi pengunjung yaitu : variabel pendapatan, variabel biaya
perjalanan, variabel waktu tempuh dan variabel jumlah rombongan
yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan.
Hasil penelitian dari dampak ekonomi menggunakan pendekatan
multiplier effect. Berdasarkan pendekatan tersebut maka dampak
langsung wisata Situ Cipondoh yang diterima oleh pemilik unit usaha
sebesar 72.3%, dampak tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja
lokal adalah 0.44% dan dampak lanjutan yang merupakan pengeluaran
untuk kebutuhan pangan tenaga kerja lokal sebesar 85,37%. Nilai
keynesian income multiplier sebesar 4,04,ratio income multiplier tipe
Isebesar 1,08 dan ratio income multiplier tipe II sebesar 1,16.
7. (Ida Ayu Arisya Leri,2011)
Dampak Pengeluaran Wisatawan Terhadap Perkembangan
Sektor Ekonomi di Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak pengeluaran wisatawan terhadap perkembangan
sektor-sektor pembangunan lainnya di Provinsi Bali dengan melihat
keterkaitan antar sektor dan efek penggandanya. Hasil penelitian ini
32
menunjukkan bahwa sektor memiliki keterkaitan ke depan (forward
linkage) tertinggi adalah sektor peternakan dan perikanan dengan nilai
keterkaitan ke depan secara langsung sebesar 0,6150 dan keterkaitan
tidak langsung sebesar 1,3429. Sedangkan sektor yang memiliki
keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi adalah industri
makanan dan tembakau dengan nilai keterkaitan ke belakang secara
langssung sebesar 0,6960 dan keterkaitan tak langsung sebesar 1,0963.
Dapat dilihat dari daya sebar ke depan dan ke belakang tertinggi dari
kelompok sektor pariwisata adalah sektor restoran, yaitu sebesar
1,0058 dan 1,1364 (DD > 1 ; DSB > 1). Koefisien output multiplier
tipe I tertinggi adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan
koefisien 1,958. Nilai multiplier tipe II yang memiliki koefisien
tertinggi adaalah sektor peeternakan dan perikanan sebesar 2,599.
Sektor industri makanan dan tembakau merupakan sektor yang
memiliki koefisieen income multiplier Tipe I yang tertinggi yaitu 1,8.
Sementara, untuk koefisien income multiplier II sektor jasa
sosial dan kemasyarakatan menjadi sektor yang memiliki koefisien
tertinggi yaitu 2,392. Jika mengacu pada koefisen pengganda output,
maka indeks kelompok sektor non pariwisata lebih besar dibandingkan
dengan kelompok sektor pariwisata. Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan pariwisata lebih banyak memanfaatkan sektor non
pariwisata. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-
penelitian terdahulu yaitu penelitian ini selain melihat dampak
ekonomi, karakteristik wisatawan, tenaga kerja, unit usaha dan juga
melihat tingkat pengaruh dan kepentinganstakeholder yang perlu dikaji
untuk melihat apakah Wisata Situ Cipondoh sudah dikelola dengan
baik, sehingga dapat meningkatkan dampak ekonomi masyarakat
dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam wisata Situ
Cipondoh.
33
C. Kerangka Pemikiran
Kota Tangerang merupakan kota yang dijuluki sebagai Kota
Seribu industri. Aktivitas ekonomi banyak dilakukan, seperti:
perdagangan barang dan jasa. Kota Seribu Industri dimana kota ini
terdapat berbagai macam perusahaan industri yang akan memberikan
dampak ekonomi secara positif. Dampak positif seperti: membuka
lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran. Meskipun
kota ini dikenal sebagai kota industri, Kota Tangerang memiliki
berbagai macam destinasi wisata, baik wisata alam, wisata budaya,
wisata tempat bersejarah, maupun wisata rohani. Berbagai obyek
wisata tersebut merupakan aset bagi Kota Tangerang. Jika obyek
wisata tersebut dikelola dengan profesional dan baik, pasti dapat
meningkatkan jumlah wisatawan untuk berkunjung ke Kota
Tangerang.
Selain itu, Kota Tangerang memiliki beberapa kegiatan budaya
yang diadakan setiap tahun dan kegiatan tersebut sangat menarik. Jika
potensi yang dimiliki Kota Tangerang dikelola dengan baik, maka
akan mendatangkan wisatawan dan mendorong perekonomian
wilayah. Adapun apresiasi yang diberikan masyarakat terhadap
pariwisata, seni dan budaya akan memperkuat karakter yang dimiliki
oleh masyarakat Kota Tangerang. Kota Tangerang memiliki berbagai
macam tempat wisata, salah satu yang dikembangkan adalah wisata
alam yaitu, Situ Cipondoh. Situ Cipondoh merupakan tempat yang
dipenuhi rawa-rawa yang ditumbuhi berbagai macam tanaman air,
seperti eceng gondok. Tempat ini juga merupakan tempat yang
dijadikan sebagai konversi air, untuk mengendalikan kondisi air agar
tidak terjadi banjir. Warga sekitar Situ Cipondoh memiliki kepedulian
yang sangat tinggi, sehingga warga melakukan kegiatan
membersihkan Situ Cipondoh dan menjadikan destinasi wisata bagi
warga Kota Tangerang. Situ Cipondoh memiliki keindahan alam dan
fasilitas yang dapat menunjang pembangunan wisata dan dapat
menarik bagi wisatawan yang berkunjung.
34
Namun, dalam hal ini pengelolaan yang dilakukan di Situ
Cipondoh ini masih belum optimal serta peran pemerintah yang
dianggap belum maksimal dalam mengembangkan wisata Situ
Cipondoh ini. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan
penelitian yang melihat karakteristik masyarakat sekitar, unit usaha,
tenaga kerja dan pengunjung yang dapat dideskripsikan melalui
kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Situ Cipocndoh. Hal ini
dapat dilihat dampak yang ditimbulkan dari wisata Situ Cipondoh
terhadap masyarakat sekitar.
Gambar 2.1
Stakeholder Yang Terlibat Dalam Pengembangan Potensi Wisata Situ
Cipondoh
PENGELOLA SITU CIPONDOH
BAPPEDA KOTA
TANGERANG
DINAS
KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA KOTA
STAKEHOLDER
PIHAK KECAMATAN CIPONDOH
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA
WARGA CIPONDOH
PEDAGANG
35
Rekomendasi untuk
Pengelola dan
Pemerintah Kota
Tangerang
is
tif
istik
Pengembangan
Laju Wisatawan
Pengembangan
Potensi Wisata
Karakter
Analis
Deskrip
KAWASAN KOTA
TANGERANG
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang sudah dipaparkan, maka
dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:
1. Terdapat 8 stakeholder yang berperan secara bertingkat dalam
pengembangan dan pengelolaan Situ Cipondoh sebagai tempat
wisata.
2. Aktivitas wisata Situ Cipondoh memberikan dampak peningkatan
pendapatan atau multiplier effect income terhadap masyarakat
sekitar Situ Cipondoh.
Situ Cipondoh
Masyarakat
Stakeholder
Analisis
Stakeholder
Dampak
Ekonomi
Analisis Nilai
Ekonomi
36
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di
Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Lokasi
penelitan ini berdasarkan secara sengaja (purposive). Hal ini dikarenakan
Situ Cipondoh merupakan salah satu wisata alam yang terletak di daerah
Kota Tangerang yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Waktu
pengambilan data berlangsung selama April sampai Mei 2018.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini terdiri atas dua data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang dalam pengambilan datanya
dilakukan secara langsung seperti: melakukan observasi, data diperoleh
dari kuesioner, wawancara langsung kepada responden, instansi
pemerintah, dan tokoh masyarakat. Data primer yang dibutuhkan terdiri
dari karakteristik pengunjung, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja
lokal di lokasi wisata, pendapatan dari unit usaha, dan masyarakat lokal di
sekitar Situ Cipondoh.
Sedangkan, data sekunder merupakan data yang diperoleh secara
langsung yang telah tersedia. Data sekunder diperoleh dari catatan buku,
laporan berupa artikel, buku-buku untuk teori, dan lain sebagainya. Data
yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Data
sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah
kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata seperti
sejarah, status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta
informasi lain yang dapat menunjang penelitian.
37
C. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan responden pada penelitian ini dilakukan untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian. Metode yang
digunakan adalah non-probability sampling. Hal ini disebabkan karena
setiap anggota populasi tidak diberikan peluang atau kesempatan untuk
dipilih menjadi sampel. Responden dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya atau berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria dari
responden pengunjung dapat dilihat berdasarkan usia, asal daerah, dan cara
kedatangan.
Kriteria untuk responden unit usaha yaitu berdasarkan keterwakilan
dari jenis usaha yang terdapat di sekitar wisata Situ Cipondoh seperti
tempat makan, tempat minuman, pedagang asongan, dan jenis unit usaha
lainnya. Pengambilan contoh responden tenaga kerja berdasarkan
keterwakilan dari masing-masing jenis unit usaha. Sementara itu, untuk
pertimbangan kriteria masyarakat di sekitar wisata Situ Cipondoh adalah
masyarakat lokal yang merasakan langsung aktifitas kegiatan wisata Situ
Cipondoh. Responden key person dipilih dari instansi yang dianggap
memiliki informasi penting terkait dengan penelitian.
Pengambilan sampel untuk para stakeholder yang memiliki
kepentingan di wisata Situ Cipondoh diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling dengan penggalian data menggunakan panduan
kuesioner. Responden berasal dari berbagai kalangan mulai dari
pemerintah, masyarakat dan pengusaha atau swasta.
1. Penentuan Responden (Narasumber) dan Pengisian Kuesioner
Tahap selanjutnya menentukan responden sesuai dengan faktor-
faktor yang terkait dalam permasalahan ini, tahap ini menggunakan
purposive sampling. Dalam penelitian ini responden dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu :
1. Pihak pengelola Situ Cipondoh,
2. Pengusaha sekitar Situ Cipondoh
3. Masyarakat sekitar Situ Cipondoh
38
Dalam pemilihan kelompok ini sebagai responden dilakukan
berdasarkan masalah yang akan dilakukan dalam studi untuk
mendukung penelitian. Setelah menetukan stakeholder kemudian
dilakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan informasi dari
responden.
Adapun jumlah responden yang diperlukan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Jumlah sampel untuk pengunjung wisata Situ Cipondoh 60 orang
b. Jumlah sampel untuk tenaga kerja lokal 25 orang
c. Jumlah sampel untuk unit usaha 20 unit usaha
d. Jumlah sampel untuk masyarakat sekitar 30 orang
2. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mengetahui
dan menguasai kondisi sekitar, dan terlibat secara langsung dengan
masalah penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif, maka peneliti dapat memperoleh informasi secara lengkap
dari berbagai sumber yang tersedia. Dalam hal ini, peneliti melakukan
wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan
potensi wisata Situ Cipondoh Kota Tangerang baik pemerintah
maupun masyarakat sekitar.
39
D. Metode Pengolahan Data
Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
No. Nama Jabatan
1. Merun Pengelola wisata Situ Cipondoh
2. Usup Supriadi
Kasi Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Tangerang
3. Arief Suamiarsa Kasubid Ekonomi BAPPEDA Kota Tangerang
4. Muhammad Djarkasih
Kepala Seksi pemantauan Kualitas Lingkunga
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota
Tangerang
5. Widiati Chuzaimah
Kasie Ekonomi Pembangunan,
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang
6. Nurdin RW 02 Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang
7. Dika Pemiliki Cafe Natasha di Situ Cipondoh
8. Iwan Sekbid Perencanaan Kecamatan Pinang, selaku
masyarakat sekitar
Metode untuk mengolah data ini meliputi metode kuantitatif dan
kualitatif. Metode kuantitatif dapat dilakukan dengan mengumpulkan dan
mengolah data yang diperoleh melalui kuesioner sedangkan metode
kualitatif yang menyajikan data dengan cara menginterpretasikan dan
mendeskripsikan data kuantitatif. Analisis data merupakan proses
penyederhanaan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian
disajikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Data yang telah diperoleh
dan dikumpulkan kemudian dianalisis data yang dapat dilakukan secara
manual dan menggunakan komputer menggunakan program Microsoft
Office Excel 2010. Matrik metode analisis data dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2018
40
Tabel 3.2
Tabel Matriks Metode Analisis Data
No. Tujuan Metode Analisis
1. Mengetahui stakeholder yang terlibat dalam
pengembangan potensi wisata Situ Cipondoh
Analisis Stakeholder
dengan program
MACTOR
2. Mengetahui besarnya dampak ekonomi yang
ditimbulkan dari kegiatan wisata Situ
Cipondoh.
Analisis Nilai Ekonomi
(Multiplier Effect)
D. Metode Pengambilan Responden
Dalam pengambilan responden peneliti menggunakan non-
probability sampling, dimana metode ini digunakan untuk mengambil
populasi secara tidak acak. Responden dipilih dengan menggunakan
purposive sampling, peneliti mengambil responden sesuai dengan kriteria
yang diperlukan. Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 17
tahun keatas yang sedang melakukan kegiatan wisata di Situ Cipondoh.
Usia 17 tahun ke atas diplih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan
baik dan bersedia untuk di wawancarai sehingga mudah untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Jumlah sampel yang diperlukan untuk
wisatawan wisata Situ Cipondoh adalah 60 orang.
Sedangkan, metode pengambilan responden untuk unit usaha dan
tenaga kerja lokal serta masyarakat sekitar dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling, hal ini ditentukan berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan. Responden untuk unit usaha adalah 20 orang dan
tenaga kerja lokal sebanyak 25 orang. Untuk responden masyarakat sekitar
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan maka terpilih 30 orang yang
telah mengetahui keberadaan wisata Situ Cipondoh.
41
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : analisis
stakeholderdengan menggunakan program mactor, analisis nilai ekonomi,
dan analisis deskriptif kualitatif.
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
menggunakan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan
lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. Pencarian data-
data dilakukan dengan metode induktif, yang terdiri dari fakta-
fakta atau peristiwa umum kemudian dapat ditarik generalisasi
yang bersifat khusus. Dalam metode ini mengandalkan penilaian
subyektif terhadap suatu masalah. Metode kualitatif lebih
cenderung meneliti fenomena dan rincian deskripsi dari suatu
perihal (Eriyatno 2007).
Metode kualitatif digunakan ketika dalam situasi tidak terlalu
jelas apa yang sedang dicari dalam suatu penelitian, fokus
penelitian menjadi lebih jelas pada saat penelitian
dilakukan.Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
mengidentifikasi presepsi stakeholder terhadap kondisi kegiatan
wisata dan sumberdaya alam yang ada di wisata Situ Cipondoh.
Identifikasi perlu dilakukan agar infomasi dapat dijadikan sebagai
acuan atau rekomendasi dalam pengelolaan dan pengembangan
kawasan wisata Situ Cipondoh agar dapat lebih baik dan dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki.
Presepsi stakeholder terhadap kondisi kegiatan wisata saat
ini dapat dilihat dari kondisi fasilitas wisata yang tersedia, kondisi
sosial, dan aksebilitas. Sedangkan untuk kondisi sumberdaya alam
saat ini dapat dilihat dari kebersihan, kondisi Situ Cipondoh, dan
panorama alam.
42
b. Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder dapat didefinisikan sebagai pendekatan
dan prosedur yang digunakan untuk memperoleh pemahaman dari
suatu sistem melalui identifikasi stakeholder kunci dari sistem
tersebut dan melakukan asesmen terhadap interes mereka terhadap
sistem (Grimble dan Chan 1995). Dalam hal konflik sumber daya
alam, maka analisis stakeholdermenyediakan framework untuk
mengetahui siapa yang terlibat apa kepentingannya, dan bagaimana
kaitan antar stakeholder dalam mengambil keputusan. Analisis ini
memberikan cara pemahaman yang baik tentang siapa yang
mempengaruhi dan siapa yang terlibat secara aktif dalam
pengelolaan sumber daya alam (Buckles 1999).
Analisis stakeholder adalah cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi dari suatu kelompok atau individu yang
terkait, memberikan informasi, menjelaskan adanya konflik yang
terjadi, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off
(Brown et al. 2001).
Analisis stakeholder harus dilakukan dalam tahap
perencanaan dari suatu proyek kegiatan. Sumber informasi untuk
keperluan analisis stakeholder bisa berupa orang, baik individu
maupun kelompok serta dokumen tertulis. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari laporan hasil perencanaan atau proyek atau
program sebelumnya.
Sumber informasi tersebut bisa diperoleh dari:
a) Dokumen pemerintah/LSM
b) Laporan atas hasil penelitian yang relevan
c) Anggota masyarakat
d) Tokoh masyarakat
e) Pelaku usaha
f) Aparat pemerintah atau pemimpin formal
g) Aktivis LSM
h) Tokoh politik
43
Dalam melakukan analisis stakeholder terdapat prinsip yang
perlu diperhatikan, yakni:
a) Keterlibatan semua pihak
b) Relevan
c) Kepekaan gender
Analisis stakeholder dijalankan dengan tahap adalah sebagai
berikut ini:
1. Identifikasi stakeholder
Tahap ini dilaksanakan dengan melakukan identifikasi awal
melalui data masyarakat, Ormas, Asosiasi profesi yang ada di
daerah studi
2. Merumuskan isu yang dibahas
Dalam proses identifikasi stakeholder harus dikaitkan dengan
isu khusus yang sesuai dengan kondisi daerah
3. Membuat “Daftar Panjang”
Membuat dafar stakeholder dilakukan dengan mengidentifikasi
stakeholder yang terkait. Identifikasi ini dapat dilakukan
melalui berbagai tekhnik, yaitu kuesioner, wawancara, diskusi,
observasi, dan studi dokumen. Stakeholder yang telah
diidentifikasi dan dicek ulang, maka dimasukkan ke dalam
daftar panjang. Selanjutnya, berdasarkan rumusan isu apa yang
telah ditentukan, maka disusunlah daftar partisipan yang
dianggap sebagai stakeholder. Siapa yang menjadi stakeholder
bisa dibedakan berdasarkan:
a) yang terkena dampak
b) yang sangat terkena dampak
c) yang memiliki informasi, pengetahuan, dan keahlian, serta
d) yang memiliki kontrol atau pengaruh atas isu
44
4. Pemetaan stakeholder
Daftar panjang yang dihasilkan bisa dikelompokkan dalam
berbagai kategori sesuai dengan tingkat kepentingan, kapasitas,
relevansi atas pokok masalah.
a) profil para pelaku utama (nama orang/lembaga, alamat
lengkap, lingkup kegiatan, profesi)
b) minat para pelaku utama terhadap proses partisipatif
c) pengalaman dalam mengupayakan partisipatif
d) gambaran kondisi aktual mengenai proses
Tabel 3.3
Pengelompokkan stakeholder
Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi
Kepentingan Rendah Kelompok stakeholder
yang paling rendah
prioritasnya
Kelompok yang
bermanfaat untuk
merumuskan atau
menjembatani
keputusan dan opini
Kepentingan Tinggi Kelompok stakeholder
yang penting namun
perlu pemberdayaan
Kelompok stakeholder
yang paling krtitis
Sumber: Tools to Support Participatory Urban Decision Making, UNCHS
Habitat, Kenya (2001)
Secara lebih rinci, pemetaan stakeholder bisa dilakukan
dengan memberikan skor dengan melihat peran dan pengaruh
stakeholder.Skor yang diperoleh dari setiap responden dapat
dianalisis dengan statistik deskriptif, yakni modus ( untuk setiap
item pertanyaan) dan rata-rata untuk total skor.
45
Hasil dari penentuan kepentingan dan pengaruh masing-
masing stakeholder terhadap kegiatan yang akan disajikan dalam
bentuk grafik hubungan antara tingkat kepentingan dengan
pengaruh yang disebut stakeholder grid. Analisis data
menggunakan analisis stakeholder dengan program MACTOR
(Matrix of Alliances andConflicts: Tactics, Objectives and
Recommendations).
F. Analisis Dampak Ekonomi
Analisis yang dilakukan dalam kegiatan pariwisata ini dilakukan
pada masing-maisng kelompok pelaku kegiatan wisata, yaitu unit usaha
lokal untuk menyediakan barang dan jasa untuk kegiatan wisata
(META,2001). Adapun hal yang terkait dengan dampak ekonomi adalah:
(1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke
unit usaha. (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan
oleh unit usaha (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran
arus uang terhadap tenaga kerja lokal, investo, supplier, pajak, (4) tipe dan
kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, (5) rencana investasi kedepan.
Dengan adanya informsi tersebut maka akan dapat diperkirakan dampak
langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung untuk menyediakan
barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung.
Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal
dalam menyediakan barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Hal yang
berkaitan dnegan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang
terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3)
pengeluaran sehari-hari pekerja, (4) pendapatan bekerja. Infromasi yang
diperoleh diharapkan dapat memperkirakan dampak tidak langsung
(indirect impact), dampak lanjutan (induced impact) dari pengeluaran
pengunjung.
46
D+N+U
E
Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal, informasi yang terkait
dampak ekonomi adalah informasi mengenai dampak adanya wisata Situ
Cipondoh, manfaat yang diperoleh, keterlibatan masyarakat dan dukungan
masyarakat dalam mengembangkan potensi wisata Situ Cipondoh.
Dampak ekonomi dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda
(multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak
ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua
tipe pengaanda, yaitu (META,2001):
1. Keynesian Local Income Multiplier
Nilai yang menunjukkan besarnya pengeluaran pengunjung yang
berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
2. Ratio Income Multiplier
Nilai ini menunjukkan besarnya dampak langsungyang dirasakan dari
pengeluaran pengunjung yang berdampak terhadap perekonomian
lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak
lanjutan (induced impact).
Secara matematis dirumuskan :
1. Keynesian Income Multipiler
2. Ratio Income Multiplier, Tipe I
D+N
D
47
D+N+U
D
3. Ratio Income Multiplier, Tipe II
Dimana :
E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)
D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)
N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah)
U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)
48
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kawasan Situ Cipondoh
Danau Situ Cipondoh merupakan kawasan yang memiliki banyak
tumbuhan eceng gondok, dan banyak jenis ikan tawar seperti ikan belut,
dan berbagai jenis hewan lainnya. Kawasan ini sebelum dijadikan sebagai
tempat wisata, pada tahun 2005 kondisi Situ Cipondoh sangat
memprihatinkan karena daerah ini tidak terawat dan banyak rumput serta
teratai yang sangat sulit untuk melihat permukaan air. Dengan kondisi
seperti itu, warga sekitar Situ Cipondoh memiliki inisiatif untuk
melakukan perubahan agar kawasan Situ Cipondoh menjadi kawasan yang
lebih baik dan bersih. Warga melakukan gotong-royong secara bersama
yang dilakukan oleh kedua kecamatan yaitu Kecamatan Cipondoh dan
Kecamatan Pinang. Masyarakat melakukan gerakan bersih-bersih di
sekitar Situ Cipondoh.
Kegiatan gotong-royong membersihkan Situ Cipondoh awalnya
hanya dilakukan setiap seminggu sekali di hari minggu oleh masyarakat
sekitar, setelah tiga bulan kemudian maka dibuatlah jadwal masing-masing
rt/rw agar semua warga dapat ikut kerjasama membersihkan Situ
Cipondoh. Awalnya kawasan ini hanya sebagai konversi air saja, namun
dengan melihat antusias warga yang terus berkunjung membuat warga
sekitar Situ Cipondoh berinisiatif menjadikan Situ Cipondoh sebagai
tempat wisata. Kemudian pengelola merubah tempat Situ Cipondoh
menjadi kawasan wisata dengan menyediakan berbagai permainan, seperti
sepeda air. Dengan dijadikan Situ Cipondoh menjadi tempat wisata
memperoleh pendapatan yang menguntungkan warga sekitar.
Hasil pemasukan yang diperoleh akan dialokasikan untuk menjaga
kelestarian Situ Cipondoh. Meskipun sudah dijadikan tempat wisata,
pengelola tidak ingin merubah fungsi utama Situ Cipondoh sebagai tempat
resapan air.
49
B. Keadaan Umum Wilayah
Wisata Situ Cipondoh merupakan tempat wisata alam yang terbentuk
secara alami, wisata alam Situ Cipondoh terletak di wilayah Kota
Tangerang. Situ Cipondoh memiliki luas wilayah sekitar 126,7 Ha. Lokasi
Situ Cipondoh terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Pinang dan
Kecamatan Cipondoh. Wilayah Kecamatan Pinang memiliki luas wilayah
sekitar 21,59 Km2 atau 2.139,01 Ha. Kecamatan Pinang terdiri dari 11
kelurahan, yaitu : Kelurahan Pinang, Sudimara Pinang, Neroktog, Cipete,
Pakojan, Panunggangan, Panunggangan Utara, Panunggangan Timur,
Kunciran, Kunciran Indah, dan Kunciran Jaya. Sedangkan, secara
administratif Kecamatan Pinang berbatasan dengan :
Sebelah Barat : Kecamatan Tangerang dan Cibodas.
Sebelah Timur : Kecamatan Karang Tengah dan Ciledug.
Sebelah Utara : Kecamatan Tangerang dan Cipondoh.
Sebelah Selatan : Kabupaten Tangerang.
Kecamatan Cipondoh terdiri dari 10 Kelurahan, yaitu : Kelurahan
Poris Palawad Indah, Cipondoh, Kenanga, Gondrong, Petir, Ketapang,
Cipondoh Indah, Poris Plawad Utara, Poris Plawad, dan Cipondoh
Makmur. Kecamatan Cipondoh memiliki luas wilayah 1.791 Ha.
Sedangkan, secara administrasi Kecamatan Cipondoh berbatasan dengan :
Sebelah Barat : Kecamatan Tangerang
Sebelah Timur : Kecamatan Karang Tengah Kota
Tangerang dan Kecamatan Kembangan
Kotamadya Jakarta Barat.
Sebelah Utara : Kecamatan Batuceper Kota Tangerang,
Kecamatan Kalideres, dan Kecamatan
Cengkareng Kotamadya Jakarta Barat.
Sebelah Selatan : Kecamatan Pinang
50
Secara administratif Situ Cipondoh berbatasan dengan Kelurahan
Cipete dan Kelurahan Poris Plawad di sebelah barat, Kelurahan Neroktog
di sebelah timur, Kelurahan Cipondoh di sebelah utara, dan Kelurahan
Kunciran Jaya di sebelah selatan.
Situ Cipondoh berasal dari kata “ci” yang memiliki arti air yang
menggenang di lingkungan. Sebelum Situ Cipondoh dijadikan sebagai
tempat wisata, Situ Cipondoh merupakan kawasan yang memilki deretan
hutan-hutan, akar-akar yang besar dan terdapat beberapa jenis ikan air
tawar, seperti : ikan gabus, belut, dan berbagai jenis hewan lain. Situ
Cipondoh sebelum dikelola sebagai tempat wisata, masih dalam keadaan
yang memprihatinkan dikarenakan kondisi di sekitar Situ Cipondoh
ditumbuhi gulma, seperti : eceng gondok, rumput pakis, teratai, dan
sarekat sehingga sangat sulit untuk melihat air di dalam Situ Cipondoh.
Situ Cipondoh memiliki kedalaman air yang terus mengalami
pendangkalan hingga kedalaman air yang hanya mencapai 0.5-2 meter
yang diakibatkan adanya pembusukan dari gulma-gulma yang tumbuh
tersebut. Akibat dari pendangkalan yang akan mengakibatkan banjir.
Berdasarkan kondisi yang memprihatinkan, maka pada tahun 2005
sekitar bulan Maret masyarakat Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan
Pinang berinisiatif melakukan kegiatan bersih-bersih di kawasan Situ
Cipondoh. Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan Situ Cipondoh
yang dilakukan secara gotong-royong. Kerja bakti dilakukan setiap hari
minggu secara swadaya. Pada awalnya kegiatan bersih-bersih dilakukan
selama tiga bulan di setiap di hari minggu, kemudian dijadwalkan secara
bergiliran yang dilakukan oleh warga RW 02. Semakin banyak pihak yang
ingin mengelola Situ Cipondoh menjadi tempat wisata, maka Situ
Cipondoh dilengkapi dengan sarana permainan berupa sepeda air, ayunan,
bebekan, dan spead boat. Meskipun Situ Cipondoh dijadikan tempat
wisata, namun pengelola tidak merubah fungsinya sebagai tempat
penyerapan air. Seluruh hasil kegiatan wisata yang diperoleh digunakan
untuk melestarikan Situ Cipondoh.
51
Daya tarik pada Wisata Daerah Tujuan Wisata (DTW) perlu adanya
perencanaan yang baik agar dapat menarik minat pengunjung berkunjung
ke daerah wisata. Kegagalan yang terjadi dapat dipengaruhi dari
pengelolaan daya tarik yang tidak dilakukan secara optimal. Umumnya
kegagalan terjadi disebabkan oleh kurangnya ketetapan dan keterampilan
dalam mengelola daya tarik para pelaku industri. Untuk menarik minat
wisatawan perlu dilakukan langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu
mengidentifikasi daya tarik yang ada, membuat tempat wisata menjadi
menarik, serta membangun dan mengelola secara baik.
1. Aksesbilitas
Aksesbiliats menuju wisata Situ Cipondoh termasuk sangat
mudah, karena banyak akses yang dapat digunakan oleh pengunjung.
Hal ini dikarenakan lokasi wisata Situ Cipondoh yang berada sisi jalan
Hasyim Ashari yang merupakan jalur utama di wilayah Cipondoh,
Kota Tangerang.
Jalan KH. Hasyim Ashari sangat mudah diakses dan memiliki
kondisi jalan yang baik, sehingga memudahkan wisatawan untuk
berkunjung ke lokasi wisata Situ Cipondoh baik dengan menggunakan
kendaraan pribadi maupun dengan kendaraan umum. Bagi masyarakat
sekitar Ciledug dan Kunciran dapat mencapai lokasi wisata Situ
Cipondoh lebih cepat, dikarenakan lokasi yang termasuk dekat dari
wilayah Cipondoh. Namun, ada beberapa titik yang menjadi
kemacetan, dikarenakan perbatasan Ciledug dengan wilayah Jakarta
Barat. Bagi wisatawan yang berasal dari arah Cikokol Tangerang yang
menggunakan akses angkutan umum dapat menggunakan B-02 atau
R-10.
2. Daya Tarik
Daya tarik dari wisata Situ Cipondoh dapat diperoleh dari
suasana yang asri, sarana permainan yang murah meriah seperti
sepeda air dan speed boat, terdapat taman yang berbentuk pulau
ditengah Situ Cipondoh dan terdapat rumah makan. Pemandangan
yang indah dan sejuk menjadikan wisata Situ Cipondoh menarik bagi
52
wisatawan untuk berkunjung, dimana lokasi yang terletak ditengah
Kota Tangerang sehingga akses berkunjung pun mudah. Namun,
kondisi kebersihan yang kurang diperhatikan membuat tempat wisata
Situ Cipondoh menjadi kurang nyaman. Wisata Cipondoh termasuk
tempat wisata murah meriah yang dapat dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat, terutama untuk tempat bersantai warga Cipondoh. Harga
tiket yang sangat terjangkau yaitu Rp 5.000 per orang mampu
meningkatkan pengunjung untuk berwisata di lokasi wisata Situ
Cipondoh. Selain sarana permainan tersedia, masyarakat yang
mempunyai hobi memancing bisa melakukan hobi memancingnya di
wisata Situ Cipondoh.Situ Cipondoh terdapat berbagai jenis ikan
untuk memancing.
3. Pengelolaan Wisata
Pengelolaan wisata Situ Cipondoh diketahui masih di bawah
kewenangan pemerintah Provinsi Banten, sedangkan lokasi wisata
Situ Cipondoh berada di Kota Tangerang. Namun, dalam pengelolaan
wisata Situ Cipondoh masih dikelola oleh masyarakat sekitar
Cipondoh dan Forum Masyarakat Pelestarian dan Pengembangan Situ
Cipondoh (Formasi), tetapi saat ini formasi sudah tidak aktif.
Sehingga dalam pengelolaan wisata Situ Cipondoh dikelola oleh
masing-masing pengelola tempat wisata Situ Cipondoh, dikarenakan
setiap tempat yang berada di wisata Situ Cipondoh beda pengelola.
Harga tiket yang ditetapkan oleh pengelola dibedakan sesuai dengan
hari kunjungan. Hari senin-jumat harga tiket diberlakukan sebesar Rp
5000, sedangkan hari sabtu, minggu, dan hari libur nasional dikenakan
sebesar Rp 25.000 sudah termasuk dengan parkir bagi pengguna
sepeda motor. Khusus untuk weekend tempat wisata Situ Cipondoh
menyediakan live music unuk menghibur wisatawan yang berlibur.
Adapun harga tiket sarana permainan yang tersedia yaitu tiket sepeda
air sebesar Rp 25.000 per 30 menit, tiket perahu untuk mengelilingi
Danau Cipondoh sebesar Rp 10.000 per orang.
53
C. Pengembangan Potensi Wisata Situ Cipondoh
1. Identifikasi Stakeholder
Pengelolaan wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang
melibatkan 8 stakeholder. Stakeholder tersebut berasal dari instansi
pemerintah daerah, pengelola wisata, pedagang, kelompok masyarakat
dan masyarakat. Hasil identifikasi stakeholder yang terlibat dalam
pengeloaan wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Daftar Stakeholder yang terlibat dalam Pengeloaan
Wisata Situ Cipondoh Di Kota Tangerang
No. Stakeholder Keterangan
1. Pengelola wisata Situ
Cipondoh
Pengelola tempat wisata Situ
Cipondoh
2.
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota
Tangerang
Pemerintah Daerah
3.
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kota Tangerang
Pemerintah Daerah
4.
Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kota Tangerang
Pemerintah Daerah
5. Kecamatan Cipondoh
Kota Tangerang Pemerintah Daerah
6. RW 02 Perwakilan Masyarakat Cipondoh
7. Pedagang Pemiliki Cafe Natasha di Situ
Cipondoh
8. Warga Kecamatan Pinang Masyarakat
Sumber: Data Primer Diolah 2019
54
a. Analisis Stakeholder dengan program Matrix of Alliances and
Conflict Tactics, Objectives, and Recommendations (MACTOR)
Matrix Direct of Influence (MDI) merupakan matriks yang
menjelaskan adanya keterkaitan secara langsung maupun tidak
adanya pengaruh stakeholder yang terlibat dalam pengembangan
potensi wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang. Matriks ini
berpengaruh secara langsung yang dapat dijelaskan melalui 4 poin.
Jika 0 : tidak ada pengaruh, 1: sesuai dengan prosedur (SOP), 2:
adanya projek yang dilakukan, 3: adanya misi yang ingin dicapai,
4: keberadaan yang sudah dilakukan. Tabel matriks MDI dapat
dilihat di bawah ini:
Tabel 4.2
Matriks MDI Pengembangan Potensi
Wisata Situ Cipondoh Di Kota Tangerang
MDI
DK
P
Pe
ng
elo
la
Ksu
bid
eko
DL
H
Ka
si E
ko
Pe
da
ga
ng
RW
02
Wa
rga
DKP 0 3 1 1 0 0 1 0 Pengelola 3 0 0 1 0 1 1 2
Ksubid eko 0 0 0 0 0 0 0 0 DLH 1 1 0 0 0 0 0 1
Kasi Eko 0 1 0 0 0 0 0 0 Pedagang 1 1 0 0 0 0 0 0
RW 02 0 1 0 1 0 1 0 1 Warga 1 2 0 0 0 2 1 0
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Dari tabel 1matrix Direct of Influences (MDI) diatas dapat
dilihat bahwa setiap masing-masing stakeholder ada yang
berpengaruh secara langsung dan ada juga yang tidak berpengaruh.
Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang memiliki
misi yang ingin dicapai dengan pihak pengelola wisata Situ
Cipondoh, sedangkan dengan pihak Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tangerang sebatas pada
© L
IPS
OR
-EP
ITA
-MA
CT
OR
55
kesamaan dan dengan pihak RW 02 sebagai perwakilan dari
masyarakat berkaitan namun tidak secara langsung untuk wisata
Situ Cipondoh. Sedangkan, dengan pihak Kecamatan Cipondoh
dan warga sekitar Situ Cipondoh Dinas kebudayaan dan Pariwisata
Kota Tangerang tidak berpengaruh secara langsung. Didalam
dokumen Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) Kota Tangerang terdapat pembahasan mengenai
Situ Cipondoh, luas permukaan Situ Cipondoh pada tahun 1993
seluas 142 ha mengalami perubahan di tahun 2007 menjadi 126.17
ha.9
Hal ini dikarenakan adanya fungsi alih lahan bantaran Situ
seperti lahan yang dijadikan pemukiman, sedangkan kapasitas
tampung air disebabkan oleh tertutupnya situ atau kering secara
alami. Adapun dalam mengembangkan fungsi Situ Cipondoh
selain sebagai pengairan, sebagai perikanan dapat pula
dimanfaatkan menjadi tempat rekreasi dan usaha pariwisata ramah
lingkungan.10
Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang
merencanakan pada tahun 2019 akan melaksanakan kegiatan
Festival Betawi di Situ Cipondoh dengan membuat Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA), didalamnya terdapat berbagai
kegiatan yaitu : palang pintu wisata kuliner, nanas betawi dan lain-
lain. Adapun kegiatan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM) Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang
membuat kegiatan pelatihan mengenai cara pengelolaan wisata
dengan baik, menjaga kebersihan, pelayanan terhadap pengunjung,
serta objek wsiata yang dapat dikelola dengan baik. Kegiatan
tersebut sudah berjalan selama satu tahun, dimana setiap tiga bulan
sekali dilakukan pembinaan dan dilakukan pengecekan jumlah
pengunjung yang berkunjung ke Situ Cipondoh kota Tangerang.
9Buku Data Status Lingkungan Hidup DAERAH Provinsi Banten Tahun 2014, diakses pada
tanggal 9 Juni 2018 10
Dokumen Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota
Tangerang, diakses pada tanggal 9 Juni 2018
56
Dana dari pemerintah sudah disiapkan untuk memperbaiki
infrastruktur tetapi masih terhambar dengan kepemilikian yang
belum terselesaikan dengan baik.11
Pengelola Situ Cipondoh dengan pihak Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Tangerang mempunyi misi yang ingin dicapai
yaitu ingin meningkatkan promosi wisata Situ Cipondoh dan
menjadikan tempat wisata ini banyak diminati masyarakat.
Dengan pihak Dinas Lingkungaan Hidup (DLH) Kota
Tangerang menjalankan programnya yaitu menjaga konservasi air,
fungsi utama Situ Cipondoh adalah resapan air dan juga
melibatkan pihak pengelola untuk selalu menjaga kebersihan di
sekitar wisata Situ Cipondoh, kemudian dengan pihak pedagang
pengelola mempunyai hubungan menyediakan tempat untuk
berdagang secara nyaman untuk wisatawan yang berkunjung, serta
dengan pihak RW 02 mempunyai keterkaitan untuk selalu menjaga
kebersihan dan selalu menjaga keadaan sekitar wisata Situ
Cipondoh, dan dengan warga sekitar pihak pengelola bekerja sama
untuk menjaga kebersihan dengan melakukan kegiatan gotong
royong secara rutin. Peneliti menemukan bahwa pengelola Situ
Cipondoh berbeda, hal ini dikarenakan setiap wilayah atau bagian
dikelola oleh masing-masing pihak yang bersangkutan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Tangerang tidak memiliki pengaruh dengan para aktor yang lain,
karena tujuan BAPPEDA adalah perencanaan pembangunan
daerah yang melakukan koordinasi, merumuskan, serta menyusun
anggaran belanja daerah, mengevaluasi pembangunan daerah yang
dilaksanakan. Dalam hal ini BAPPEDA merupakan lembaga yang
mengawasi secara keseluruhan pembangunan di seluruh Kota
Tangerang, termasuk wisata Situ Cipondoh.
11Hasil wawancara dengan Kasi Promosi Dinas Kebudayaan dan Parwisata Kota Tangerang yang
dilakukan pada tanggal 4 Juni 2018
57
Dari pihak BAPPEDA hanya sebagai pihak pembina yang
mengawasi masyarakat agar tidak melanggar aturan seperti:
menguruk atau mendirikan bangunan permanen, serta tidak ikut
dalam mengelola wisata Situ Cipondoh. BAPPEDA melakukan
kerjasama dengan pihak lain, yaitu bekerjasama dengan komunitas
Kota Tua atau biasa disebut Kota Lama. Jaringan Kota Tua ini
untuk kota-kota yang mempunyai potensi wisata, dimana Kota
Tangerang yang memiliki museum heritage, boen tek bio, dan
masjid pintu seribu. Dengan pihak Provinsi Banten sudah menjalin
kerjasama untuk menyelenggarakan Festival Cisadane yang
termasuk kedalam agenda provinsi 7 wonders Banten. Salah satu
cara yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang menggagas City
Tour sebagai cara mempromosikan pariwisata Kota Tangerang.12
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memiliki keterkaitan
dengan pengelola Situ Cipondoh untuk bekerjasama dalam
menjalankan tugas DLH yaitu konservasi air, yang menyertakan
warga Situ Cipondoh untuk menjaga kebersihan disekitar Situ
Cipondoh agar keadaan Situ Cipondoh bersih dan nyaman. Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) dengan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tangerang memiliki tingkat keterkaitan hanya
sebagai lembaga pemerintah yang masing-masing menjalankan
tugasnya sesuai dengan tugas dari maisng-masing Dinas.
Sedangkan, DLH dengan stakeholder Kecamatan Cipondoh,
pedagang dan RW 02 tidak memiliki pengaruh yang berkaitan
mengenai wisata Situ Cipondoh. Situ Cipondoh merupakan Situ
terbesar di Kota Tangerang dengan volume 2.523.400 m3.
Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang dapat diketahui kualitas
air situ terhadap Situ Cangkring, Situ Bulakan, Situ Gede, Situ
Kunciran, dan Situ Cipondoh menunjukkan bahwa kondisi air situ
12Hasil wawancara dengan Kasubid Ekonomi BAPPEDA Kota Tangerang yang dilakukan pada
tanggal 4 Juni 2018
58
telah tercemar, baik tercemar dengan tingkat sedang maupun
tingkat tinggi. Hal ini menandakan bahwa kelentingan dan
kelembaman ekosistem situ masih besar, sehingga polutan yang
masuk dapat tereduksi13
.
Stakeholder Kecamatan Cipondoh hanya berpengaruh
terhadap pengelola Situ Cipondoh, dikarenakan lokasi Kantor
Kecamatan Cipondoh berada bersebrangan dengan kawasan wisata
Situ Cipondoh menjalin kerjasama untuk melakukan kegiatan
gotong royong membersihkan Situ Cipondoh, sedangkan dengan
stakeholder yang lain tidak memiliki pengaruh terhadap wisata
Situ Cipondoh.
Pedagang Situ Cipondoh memberikan pengaruh terhadap
pengelola untuk menarik pengunjung Situ Cipondoh dan Dinas
Kebudayaan Pariwisata Kota Tangerang pun sebagai lembaga
pemerintah ikut berpengaruh menjadikan kawasan Situ Cipondoh
menarik wisatawan untuk berkunjung.
RW 02 sebagai pihak yang bertanggungjawab dengan warga
dan keadaan sekitar berpengaruh terhadap pengelola Situ Cipondoh
untuk menjaga ketertiban dari setiap kegiatan yang dilakukan di
kawasan Situ Cipondoh, sedangkan Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kota Tangerang menjaga konservasi air, warga dan
pedagang dihimbau menjaga kebersihan sekitar Situ Cipondoh.
Ketua RW 02 pernah ikut terlibat dalam pengelolaan, namun saat
ini sudah tidak terlibat dikarenakan adanya pergantian pengelola
wisata Situ Cipondoh.
Warga Situ Cipondoh dengan stakeholder Dinas Kebudayaan
Pariwisata Kota Tangerang sebagai pihak yang mengawasi
keadaan Situ Cipondoh dalam keadaan baik, sedangkan dengan
warga dengan penglola memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu
bisa membuka tempat usaha di sekitar Situ Cipondoh. Warga
13
Dokumen Ringkasan Eksekutif Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(DIKPLHD) Tahun 2017, diakses pada tanggal 9 Juli 2018
59
dengan pedagang saling menguntungkan satu sama lain, dan
dengan RW 02 sebagai pimpinan di wilayah menghimbau menjaga
kebersihan sekitar Situ Cipondoh.
Untuk Matrix of Valued Positions Actor X Objective
(2MAO) merupakan matriks yang menjelaskan keterkaitan aktor
dnegan objektif yang terlibat dalam pengembangan wisata Situ
Cipondoh di Kota Tangerang. Dalam pengembangan wisata ini
melibatkan 8 objektif, yaitu:
a. Terwujudnya obyek wisata yang menarik
b. Menjaga kelestarian keadaan Situ Cipondoh
c. Menjaga kebersihan wisata Situ Cipondoh
d. Mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan di Situ Cipondoh
e. Meningkatkan perekonomian
f. Menentukan perencanaan dan pembangunan obyek wisata
g. Melakukan kerjasama antar pihak
h. Program konservasi air
Dari 8 objektif tersebut, selanjutnya akan dikaitkan dengan
masing-masing dari setiap aktor untuk melihat adanya keterkaitan
antar aktor dengan objektif. Keterkaitan tersebut dapat melalui 4
poin. Jika 0 : tidak ada pengaruh, 1: sesuai dengan prosedur (SOP),
2: adanya projek yang dilakukan, 3: adanya misi yang ingin
dicapai, 4: keberadaan yang sudah dilakukan.
60
Tabel 4.3
2MAO Pengembangan Potensi wisata Situ Cipondoh
di Kota Tangerang
2MAO
Wu
jud
Le
sta
rika
n
Ke
be
rsih
an
ke
un
tun
ga
n
Ke
gia
tan
Eko
no
mi
pm
ba
ng
un
an
ke
rjasa
ma
air
DKP 4 3 3 1 2 1 2 1 1 Pengelola 2 3 3 3 3 4 1 2 0 Ksubid eko 1 2 1 1 2 0 3 1 0 DLH 1 2 3 0 2 0 2 1 4 Kasi Eko 1 2 3 1 2 2 0 1 0 Pedagang 1 1 2 3 1 4 0 1 0 RW 02 1 2 3 1 3 3 1 1 0 Warga 2 2 3 2 2 3 0 1 0
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Dari matriks Valued Position Matrix (2MAO) diatas dapat
dilihat bahwa antara aktor dan objek saling berkaitan diantaranya,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tangerang dengan objek
mewujudkan obyek wisata Situ Cipondoh memiliki peran yang
paling tinggi, dikarenakan tugas dari Dinas salah satunya adalah
mempromosikan wisata Kota Tangerang agar wisata yang ada di
Kota Tangerang dapat berkembang dengan baik dan menarik
wisatawan berkunjung ke Kota Tangerang. Menjaga kelestarian
dan menjaga kebersihan Situ Cipondoh memiliki nilai yang sama
dan termasuk kedalam tugas dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Tangerang sehingga satu sama lain terjadi
keterkaitan untuk selalu menjaga kondisi wisata Situ Cipondoh
Kota Tangerang. Untuk keterkaitan dengan objektif mengawasi
setiap kegiatan dan menentukan perencanaan dan pembangunan
obyek wisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tangerang
tidak terlalu kuat karena hal ini hanya sebagai mengawasi secara
keseluruhan tidak mengawasi secara langsung. Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Tangerang tidak mengambil keuntungan
© L
IPS
OR
-EP
ITA
-MA
CT
OR
61
secara langsung dan dari sisi ekonomi pun tidak dikarenakan tidak
ada retribusi secara langsung di lokasi wisata ini. Dan untuk
konservasi air Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tangerang
tidak ikut secara langsung dalam menjaga keadaan resapan air
wisata Situ Cipondoh.
Pengelola wisata Situ Cipondoh memiliki peran penting dari
segi ekonomi, dikarenakan dapat menjadikan Situ Cipondoh
sebagai tempat wisata yang murah meriah dengan bekerja sama
secara gotong royong dengan warga sekitar. Meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar Situ Cipondoh. Untuk
melestaarikan keadaan Situ Cipondoh, menjaga kebersihan,
memperoleh keuntungan, dan mengawasi setiap kegiatan yang
dilakukan di wisata Situ Cipondoh memiliki nilai yang sama, hal
ini dikarenakan pihak pengelola bertanggung jawab secara
keseluruhan terutama mengawasi setiap kegiatan dan menjaga
kebersihan. Menjaga kebersihan termasuk salah satu yang perlu
diatasi dengan baik. Sedangkan untuk kategori menentukan
perencanaan dan pembangunan obyek wisata tidak termasuk
kedalam tugas dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Tangerang tetapi tetap ada pengaruhnya dalam pembangunan
daerah yang mendorong wisata Kota Tangerang.
Pengelola melakukan kerjasama dengan beberapa pihak,
namun pihak yang terkait hanya masyarakat sekitar, pedagang
untuk mengembangkan wisata Situ Cipondoh dan untuk program
konservasi air pengelola tidak memiliki keterkaitan secara kuat,
hanya sebagai penyedia tempat saja.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Tangerang memiliki keterkaitan yang kuat dengan objektif dalam
menentukan perencanaan dan pembanguan obyek wisata Kota
Tangerang, namun BAPPEDA tidak terlibat secara langsung.
Sedangkan, dari sisi ekonomi dan konservasi air tidak memiliki
keterkaitan.
62
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang memiliki
nilai yang paling tinggi yaitu untuk menjaga program konservasi
air, yang merupakan salah satu tugas dari Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kota Tangerang dan untuk menjaga kebersihan. Pihak DLH
selalu mengontrol keadaan resapan air dan mengangkut sampah di
sekitar Situ Cipondoh. Sedangkan, untuk ekonomi tidak memiliki
pengaruh kepada pihak yang lain.
Pihak Kecamatan Cipondoh bagian perekonomian (Kasi
Ekonomi) memiliki peran yang terpenting yaitu menjaga
kebersihan, dikarenakan lokasi kantor Kecamatan Cipondoh berada
disebrang jalan dengan wisata Situ Cipondoh. Adapun kegiatan
yang dilakukan pihak Kecamatan Cipondoh dengan warga untuk
gotong royong secara bersama-sama membersihkan Situ Cipondoh
dan hal yang paling penting yaitu tidak membuang sampah
sembarangan. Untuk melestarikan keadaan Situ Cipondoh,
mengawasi setiap kegiatan dan meningkatkan ekonomi memiliki
nilai yang sama, karena pihak Kecamatan Cipondoh tidak secara
langsung mengelola Situ Cipondoh, hanya sebagai perwakilan dari
pemerintah. Untuk mewujudkan obyek wisata yang menarik tetap
memiliki nilai yang berpengaruh tetapi tidak secara langsung
terlibat dalam pengelolaan Situ Cipondoh.
Pedagang memilki nilai objektif paling tinggi dalam
memperoleh keuntungan dan ekonomi, hal ini dikarenakan
memperoleh keuntugan dari hasil berdagang. Tidak memiliki
keterkaitan dengan program konservasi air. Namun, pedagag
memiliki sedikit peran dalam mewujudkan obyek wistaa Situ
Cipondoh, melestarikan keadaan Situ Cipondoh, menjaga keadaan
lingkungan agar wisata Situ Cipondoh dapat berkembang.
Pedagang hanya melakukan kerjasama dengan pihak pengelola
wisata Situ Cipondoh.
63
Pihak RW 02 sebagai ketua RW 02 selalu menggerakan
warganya untuk menjaga kebersihan, namun kesadaran masyarakat
masih termasuk sulit,untuk konservasi air tidak memiliki
keterkaitan satu sama lain. Nilai objektif yang paling tinggi dan
berkaitan dengan pihak RW 02 adalah menjaga kebersihan,
mengawasi setiap kegiatan dan meningkatkan perekonomian warga
sekitar dan yang terakhir adalah objektif mewujudkan obyek
wisata yang menarik, memperoleh keuntungan, menentukan
perencanaan pembangunan dan melakukan kerjasama dengan
pihak pengelola wisata Situ Cipondoh.
Warga Situ Cipondoh tidak memiliki keterkaitan dengan
objektif dalam menentukan perencanaan dan pembangunan obyek
wisata dan dalam program konservasi air. Warga memiliki tingkat
paling tinggi di objektif menjaga kebersihan Situ Cipondoh dan
memperoleh dampak ekonomi dari tempat wisata Situ Cipondoh
yaitu berjualan diseKitar Situ Cipondoh dan bekerja sebgai
karyawan Situ Cipondoh. Namun, dalam nilai menjaga kebersihan
perlu ditingkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan
dikarenakan kondisi saat ini masih sering terjadi warga membuang
sampah sembarangan disekitar Situ Cipondoh. Untuk warga
melakukan kerjasama dengan pihak pengelola saja, tidak ada
kerjasama dengan pihak yang lain. Sedangkan, untuk mewujudkan
obyek wisata yang menarik, melestarikan keadaan Situ Cipondoh
dengan cara ikut serta dalam kegiatan gotong royong yang
dilakukan sebulan sekali untuk membersihkan Situ Cipondoh,
memperoleh keuntungan dari berjualan dan bekerja di wisata Situ
Cipondoh dan selalu mengawasi setiap kegiatan agar keadaan Situ
Cipondoh dalam keadaan baik. Dari keempat nilai objektif tersebut
memiliki nilai yang sama dan sesuai dengan keadaan di wisata Situ
Cipondoh.
64
Matrix of Direct and Indirect Influences (MDII) merupakan
matriks yang menjelaskan hubungan tingkat pengaruh dan
ketergantungan dari masing-masing aktor dalam pengembangan
potensi wisata Situ Cipondoh. Dalam matriks ini terdapat baris
dengan Ii, sedangkan untuk kolom dengan Di.
1. Ii : Tingkat pengaruh langsung dan tidak langsung dari
masing-masing aktor (dengan menjumlahkan baris)
2. Di : Tingkat ketergantungan langsung dan tidak
ketergantungan dari masing-masing aktor (Di, dengan
menjumlahkan kolom)
Dari nilai-nilai yang diperoleh mewakili pengaruh secara
langsung maupun tidak langsung antara aktor. Semakin tinggi
nilai, maka semakin banyak pengaruh aktor terhadap yang lain.
Tabel 4.4
MDII Pengembangan Potensi wisata
Situ Cipondoh di Kota Tangerang
MDII
DK
P
Pe
ng
elo
la
Ksu
bid
eko
DL
H
Ka
si E
ko
Pe
da
ga
ng
RW
02
Wa
rga
Ii
DKP 4 5 1 3 0 2 2 4 17
Pengelola 6 8 1 3 0 4 3 4 21
Ksubid eko 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DLH 3 3 1 2 0 2 3 2 14
Kasi Eko 1 1 0 1 0 1 1 1 6
Pedagang 2 2 1 2 0 1 2 1 10
RW 02 4 4 0 2 0 3 2 3 16
Warga 4 5 1 3 0 4 3 3 20
Di 20 20 5 14 0 16 14 15 104
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Dari matriks of Direct and Indirect Influences (MDII) diatas
dapat dilihat bahwa terdapat 3 aktor utama yang memiiki pengaruh
paling tinggi yaitu pengelola Situ Cipondoh, warga Situ Cipondoh,
dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Tangerng. Untuk
© L
IPS
OR
-EP
ITA
-MA
CT
OR
65
stakeholder yang memiliki pengaruh paling rendah yaitu Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tangerang
dan pihak Kecamatan Cipondoh (Kasi Ekonomi).
Gambar 4.1
Pengaruh dan Ketergantungan Masing-Masing Aktor dalam
Mengembangkan Potensi Wisata Situ Cipondoh
Kota Tangerang
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Dari gambar Map of influences and dependeces between
actors diatas dapat dijelaskan bahwa antar stakeholder memiliki
pengaruh dan memiliki ketergantungan terhadap pengembangan
potensi wisata Situ Cipondoh. Dapat dilihat dari tingkat pengaruh
yang tinggi dan ketergantungan yang tinggi yaitu :
1. Pengelola Situ Cipondoh
2. Warga sekitar Situ Cipondoh
66
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang
4. RW 02
5. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang
Namun, untuk stakehoder pedagang berada di tengah garis
yang memiliki arti yaitu pengaruh rendah dan ketergantungannya
termasuk tinggi, karena memberikan dampak ekonomi untuk
masyarakat sekitar Situ Cipondoh dan menarik wisatawan untuk
berkunjung.
Sedangkan, untuk pihak Kecamatan Cipondoh bagian
perekonomian (Kasi Ekonomi) memiliki tingkat pengaruh dan
ketergantungan yang lemah, hal ini terihat dari posisi Kasi
Ekonomi yang berada di sisi kiri kiri bagian bawah. Dan yang
stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh paling rendah dan
ketergantungan rendah yaitu Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kota Tangerang, karena tujuan utama
BAPPEDA Kota Tangerang menentukan perencanaan dan
pembangunan Kota Tangerang, tidak berkaitan dengan pariwisata
Kota Tangerang secara langsung.
Tabel 4.5
Daya Saing Pengembangan Potensi Wisata Situ Cipondoh
di Kota Tangerang
Ri
DKP 1.06
Pengelola 1.18
Ksubid eko 0.00
DLH 1.06
Kasi Eko 1.06
Pedagang 0.61
RW 02 1.32
Warga 1.72
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
© L
IPS
OR
-EP
ITA
-MA
CT
OR
67
Gambar 4.2
Daya Saing Masing-Masing Aktor dalam Mengembangkan
Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Dari gambar histogram of MDII’s competitiveness diatas
menjelaskan daya saing dari masing-masing stakeholder dalam
mengembangkan wisata Situ Cipondoh Kota Tangerang yang dapat
dilihat dari nilai masing-masing aktor. Nilai daya saing paling
tinggi yaitu masyarakat cipondoh dengan 1.7, tokoh masyarakat
1.3, dan pengelola Situ Cipondoh 1.2. Sedangkan, nilai dari Dinas
Kebudayaan Pariwisata Kota Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup
Kota Tangerng, dan pihak Kecamatan Cipondoh memiliki nilai
yang sama yaitu 1.1 Untuk Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Tangerang (BAPPEDA) tidak memiliki daya saing.
68
Gambar 4.3
Peta Convergen Mengembangkan Wisata
Situ Cipondoh di Kota Tangerang
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Gambar 4.4
Convergen Diantara Aktor Pada Wisata Situ Cipondoh
di Kota Tangerang
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
69
Dari gambar graph order 1 convergencees between actors
dapat dilihat bahwa konvergensi yang paling kuat antar aktor yaitu:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang, Pengelola
wisata Situ Cipondoh, dan RW 02.
Gambar 4.5
Peta Convergen Mengembangkan Wisata
Situ Cipondoh di Kota Tangerang
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Gambar 4.6
Convergen Diantara Aktor Pada Wisata Situ Cipondoh
di Kota Tangerang
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
70
Dari gambar graph order 2 convergences between actors
dapat dilihat bahwa konvergensi yang paling kuat antar aktor yaitu:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang dan Pengelola
Situ Cipondoh.
Gambar 4.7
Peta Convergen mengembangkan wisata
Situ Cipondoh di Kota Tangerang
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Gambar 4.8
Convergen Diantara Aktor pada wisata Situ Cipondoh
di Kota Tangerang
71
Sumber: Lipsor-Epita-Mactor Diolah
Dari gambar graph order 3 convergences between actors
dapat dilihat bahwa konvergensi yang paling kuat antar aktor yaitu:
Pengelola Situ Cipondoh dan warga sekitar wisata Situ Cipondoh.
Gambar 4.9
Divergence (bercabang-cabang, menyebar) Mengembangkan
Wisata Situ Cipondoh Di Kota Tangerang
72
Gambar 4.10
Divergence Diantara Aktor
Pada Wisata Situ Cipondoh di Kota Tangerang
73
Gambar 4.11
Peta divergence diantara aktor
74
Gambar 4.12
Peta Divergences Diantara Aktor
Wisata Situ Cipondoh Kota Tangerang
75
Gambar 4.13
Peta Divergence Diantara Aktor Wisata
Situ Cipondoh di Kota Tangerang
76
Gambar 4.14
Divergence diantara aktor Wisata Situ Cipondoh
di Kota Tangerang
Dari gambar graph order 1-3 divergences between actors dapat dilihat
bahwa tidak ada yang saling berkaitan satu sama lain, dikarenakan tidak ada nilai
negatif diantara aktor yang berkaitan dengan 8 objektif yang digunakan dalam
penelitian ini.
77
C. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh Kota
Tangerang
Adanya aktivitas wisata di Situ Cipondoh akan menimbulkan
dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Dampak
yang muncul dari kegiatan wisata, yaitu dampak ekonomi. Dampak
ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif
yang ditimbulkan dapat dilihat dari aspek ekonomi. Dampak positif
dari kegiatan wisata yaitu dampak ekonomi yang bersifat secara
langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect impact), dan
dampak lanjutan (induced impact). Adapun contoh dari dampak
ekonomi langsung yaitu pendapatan masyarakat meningkat, membuka
lapangan pekerjaan.
Selanjutnya, dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak
tidak langsung merupakan kegiatan ekonomi lokal dari kegiatan
pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak
lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan
sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan
masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegitan
wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran wisatawan
untuk akomodasi, konsumsi (baik konsumsi dari rumah maupun
konsumsi di lokasi wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata,
pembelian souvenir, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari
biaya pengeluaran wisatawan akan diestimasi dari jumlah keseluruhan
kunjungan wisatawan dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali
kunjungan wisata.
Sedangkan, dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan
wisata antara lain masalah kebersihan atau pencemaran lingkungan.
Berdasarkan sebaran wisatawan yang menjadi responden di
wisata Situ Cipondoh berdasarkan struktur pengeluaran wisatawan
selama berwisata antara lain digunakan untuk biaya transportasi,
konsumsi, akomodasi, parkir, dan kebutuhan lainnya. Proporsi
terbesar yang dikeluarkan wisatawan adalah biaya transportasi. Hal ini
78
dikarenakan sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan
kendaraan pribadi seperti mobil dan motor atau kendaraan umum.
Oleh karena itu, dapat mempengaruhi besaran proporsi biaya yang
akan mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi
wisatawan yang menggunakan mobil atau motor pribadi, biaya
transportasi yang dikeluarkan berasal dari biaya bahan bakar
kendaraan, sedangkan biaya transportasi bagi wisatawan yang
menggunakan kendaraan umum yaitu biaya pulang-pergi atau biaya
sewa kendaraan umum yang digunakan. Hasil analisis secara rinci
dijelaskan pada Tabel 4.6 dan Lampiran 1.
Tabel 4.6
Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan
dan Tingkat Kebocoran Wisata Situ Cipondoh
Biaya Nilai
(Rp)
Proporsi
(%)
A. Pengeluaran di luar kawasan wisata
1. Biaya Transportasi 51.716 42,85
2. Konsumsi dari Rumah 15.344 12,71
Total A 67.060 55.56
B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata
1. Konsumsi di lokasi 32.550 26,97
2. Tiket masuk 10.000 8,27
3. Penyewaan alat 6.083 5,04
4. Parkir 5.000 4,14
Total B 53.633 44,52
Total Pengeluaran Wisatawan 120.693 100,0
∑ Kunjungan Wisatawan per bulan 24.096 orang
Total Pengeluaran Wisatawan per tahun di
lokasi wisata 129.473.888.866
Total Kebocoran per tahun 161.580.621.415
Sumber : Data Primer Diolah (2019)
79
Pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa tiket masuk ke kawasan
wisata yangdikeluarkan wisatawan keuntungannya dapat menjadi
manfaat di dalam lokasi wisata. Adapun tiket masuk yang dikeluarkan
oleh wisatawan yaitu sebesar Rp 10.000 yang dimana pemasukan tiket
tersebut adalah untuk pihak pengelola. Sedangkan, untuk weekend
dikenakan Rp 25.000 yang sudah termasuk biaya parkir. Biaya
transportasi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh
responden wisatawan dan memiliki proporsi sebesar 42,85% atau
dengan nilai sebesar Rp 51.716 dari rata-rata total pengeluaran
responden wisatawan. Hal ini menunjukan bahwa biaya transportasi
memiliki pengaruh yang besar terhadap pengeluaran wisatawan saat
mereka melakukan kegiatan wisata karena sebagian besar dari
wisatawan menggunakan mobil dan motor pribadi, atau kendaraan
umum seperti bus dan angkot. Besarnya biaya yang dikeluarkan
wisatawan akan berbeda-beda sesuai dengan lokasi jarak dari rumah
ke kawasan wisata yang akan di kunjungi.
Proporsi pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan terkait
dengan keragaman unit usaha dan fasilitas rekreasi yang tersedia.
Rata-rata total pengeluaran wisatawan untuk satu kali kunjungan
berkisar Rp 120.693. Hal ini dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan,
jumlah tanggungan, jenis kendaraan yang digunakan, dan lain-lain.
Tabel 1 menunjukan jumlah pengeluaran wisatawan per tahun di
lokasi wisata sebesar Rp 129.473.888.866. Jumlah ini disesuaikan
dengan rata-rata jumlah wisatawan per bulan yaitu 24.096 orang.
Besarnya arus uang akan menunjukan besarnya dampak ekonomi yang
berasal dari pengeluaran wisatawan. Kebocoran merupakan bagian
uang yang dibelanjakan wisatawan yang tidak dibelanjakan kembali
dan tidak memberikan pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat
(Yoeti, 2008). Secara umum, dilihatdari proporsi biaya rekreasinya,
pengeluaran wisatawan yang berekreasi ke Wisata Situ Cipondoh
mengalami kebocoran (leakage) sebesar 55,56% atau sebesar Rp
67.060 untuk satu kali kunjungan, yang berupa biaya perjalanandan
80
konsumsi dari rumah. Proporsi kebocoran ini cukup tinggi, oleh sebab
itu perlu diminimalisasi dengan cara peningkatan fasilitas di sekitar
lokasi wisatam misalnya dengan meningkatkan keragaman jenis kios
makanan sehingga proporsi pengeluaran di luar lokasi wisata dapat
semakin kecil.
a. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact)
Keberadaan Wisata Situ Cipondoh membuka peluang bagi
masyarakat sekitar untuk membuka usaha terkait dengan
pemenuhan kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi.
Walaupun unit usaha di kawasan wisata ini merupakan unit usaha
kecil dan hanya akan ramai dikunjungi pada akhir pekan dan hari
libur nasional, namun unit usaha di lokasi wisata ini cukup banyak.
Hal ini menimbulkan perputaran uang yang terjadi antara
wisatawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai usaha di
lokasi. Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah
suatu pengeluaran wisatawan yang kemudian digunakan kembali
oleh mereka untukmenjalani kegiatan unit usaha. Pemilik usaha
membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka, baik
yang berasal dari lokasi wisata ataupun luar lokasi wisata.
Komponen biaya yang utama dari unit usaha ini adalah biaya upah
karyawan, pemeliharaan alat, biaya operasi unit usaha, dan biaya
sewa.
81
Tabel 4.7
Proporsi Pendapatan Dan Biaya Produksi Terhadap
Penerimaan Total Responden Unit Usaha Wisata Situ Cipondoh
Komponen Nilai (Rp) Proporsi
(%)
A. Biaya di Luar Kawasan Wisata
1. Biaya Operasional Unit Usaha 0 0,00
2. Biaya Sewa 0 0,00
Total A 0 0,00
3. Pengeluaran di dalam lokasi wisata
1. Pendapatan Pemilik Usaha 1.454.250 64,57
2. Upah Karyawan 262.900 11,67
3. Pembelian Bahan Baku 535.050 23,76
4. Biaya Pemeliharaan Alat 0 0
Total B 2.252.200 100,00
Total Pengeluaran Wisatawan 2.252.200 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Keuntungan yang diterima oleh pemilik (pendapatan
pemilik) adalah penerimaan total dikurangi dengan total biaya.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi terbesar terhadap
penerimaan unit usaha adalah pendapatan pemilik yaitu sebesar Rp
1.454.250 dari total penerimaan. Dapat dilihat pada Tabel 4.12,
proporsi untuk upah tenaga kerja pada obyek wisata ini masih
rendah sebesar 11,67% atau sebesar Rp 262.900 dari rata-rata total
penerimaan unit usaha. Hal ini dikarenakan mayoritas unit usaha
yang berada di sekitar lokasi wisata mengelola unit usahanya
sendiri. Hanya beberapa unit usaha yang memperkerjakan orang
lain untuk membantu mengelola unit usaha tersebut.
82
Dampak ekonomi langsung dari pengeluaran wisatawan
dirasakan langsung oleh pemilik unit usaha. Dampak ekonomi ini
berupa pendapatan pemilik dari unit usaha. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata pendapatan pemilik unit usaha berbeda-
beda tergantung dari jenis usahanya (Tabel 4.13).
Tabel 4.8
Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha
dan Dampak Langsung yang Dirasakan di Wisata Situ Cipondoh
Jenis Unit
Usaha
Jumlah
Sample
(Orang)
Rata-rata
Pendapatan
(Rp)
Jumlah (Unit)
Total
Pendapatan
(Rp)
Warung
Makanan 12 1.886.250 25 47.156.250
Warung
Minuman 8 806.250 30 24.187.500
Total 20 55
Total Penerimaan (Dampak Langsung) Rp 71.343.750
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Dapat dilihat pada Tabel 4.8, bahwa unit usaha warung
makan memiliki pendapatan paling besar diantara jenis unit usaha
lainnya yang berada di Wisata Situ Cipondoh yaitu rata-rata
sebesar Rp 1.886.250 perbulannya, sedangkan pendapatan terkecil
yaitu pada warung minuman yang hanya memiliki rata-rata
pendapatan sebesar Rp 806.250 per bualannya. Dapat dilihat pada
Tabel 2, total penerimaan rata-rata dari keseluruhan responden unit
usaha yaitu sebesar Rp 2.252.200 per bulan, dari total penerimaan
tersebut terdapat pendapatan pemilik unit usaha (dampak ekonomi
langsung) yang dirasakan oleh pemilik unit usaha yaitu sebesar Rp
1.454.250 per bulan. Adapun total penerimaan dampak langsung
dari keseluruhan unit usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata
yaitu sebesar Rp 71.343.750 per bulan (Tabel 4.8).
83
b. Dampak Ekonomi Tidak langsung (Indirect Impact)
Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) dapat
dilihat dari pembelian bahan baku untuk keperluan unit usaha,
transportasi lokal, dan upah tenaga kerja yang bekerja pada unit
usaha yang berada di sekitar Wisata Situ Cipondoh. Sebagian besar
unit usaha yang berada di Wisata Situ Cipondoh dikelola langsung
oleh masyarakat yang berdekatan dengan Wisata Situ Cipondoh
yang cukup banyak menyerap tenaga kerja sekitar lokasi wisata,
namunterdapat beberapa pula unit usaha yang menggunakan tenaga
kerja sekitar (bukan dari keluarga), terutama pada saat akhir pekan
atau hari libur ketika lokasi wisata dipadati oleh wisatawan.
Pihak pengelola tidak akan mempersulit warga yang ingin
membuka usaha di lokasi ini. Hal ini disebabkan oleh salah satu
tujuan dibukanya obyek wisata ini dalam rangka usaha
pemberdayaan masyarakat sekitar. Adapun biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh unit usaha di dalam kawasan wisata dan dampak
tidak langsung yang dirasakan dari keberadaan Wisata Situ
Cipondoh dapat dilihat pada Tabel 4.9.
84
Tabel 4.9
Sebaran Total Biaya Unit Usaha di Dalam Lokasi Wisata dan
Dampak Ekonomi Tidak Langsung yang dirasakan Akibat
Keberadaan Wisata Situ Cipondoh
Jenis Unit
Usaha
Jumla
h Unit
Usaha
Upah
Tenaga
Kerja
(Rp)
Bahan
Baku
(Rp)
Transporta
si
(Rp)
Total
Biaya
(Rp)
Total
(Rp)
Warung
makanan 25 298.750 633.916 12.916 945.582 23.639.550
Warung
Minuman
30
209.125
386.750
5.000
600.875
18.026.250
Total Dampak Tidak Langsung (Rp)
41.665.800
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Tenaga kerja merupakan pihak yang secara tidak langsung
mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan obyek wisata yaitu
melalui pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari pemilik unit
usaha sekitar lokasi wisata. Begitupun dengan kebutuhan untuk
pembelian bahan baku bagi unit usaha seperti warung makanan dan
warung minuman mereka dapat memenuhi kebutuhan bahan baku
tersebut di dalam kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 4.9,
untuk upah tenaga kerja yang diperoleh berbeda-beda
tergantungdengan jenis unit usaha tempat mereka bekerja. Dampak
tidak langsung yang berupa upah (pendapatan) tenaga kerja
dirasakan paling besar yaitu dari tenaga kerja warung makanan
yang berasal dari pengelola Wisata Situ Cipondoh yaitu rata-rata
sebesar Rp 945.582 perbulan.
Kemudian untuk pembelian bahan baku (input) guna
memenuhi kebutuhan unit usaha, biaya pembelian input terbesar
dikeluarkan oleh jenis unit usaha warung makanan yaitu sebesar
85
Rp 633.916, sedangkan untuk warung minuman memiliki
pembelian bahan baku terendah yaitu sebesar Rp 386.750.
Besarnya pengeluaran unit usaha di dalam lokasi wisata
akanberimplikasi pada besarnya dampak ekonomi tidak langsung
yang akan diterimaoleh masyarakat sekitar lokasi wisata Wisata
Situ Cipondoh.
Berdasarkan Tabel 4.9, dapat dilihat bahwa besarnya dampak
ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan
Wisata Situ Cipondoh berbeda-beda tergantung dari jenis unit
usahanya. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan paling
besar yaitu jenis unit usaha warung makanan, hal ini dikarenakan
sebagian besar unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata
didominasi oleh warung makanan yaitu sebesar Rp 23.639550.
Adapun besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat
dirasakan dari keberadaan Wisata Situ Cipondoh dapat dilihat dari
jumlah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh unit
usaha yaitu sebesar Rp 41.665.800 per bulan.
c. Dampak Lanjutan (Induced Impact)
Kegiatan wisata tidak hanya menghasilkan dampak langsung
dan tidak langsung, tetapi juga menghasilkan dampak induced.
Dampak ini merupakan dampak lanjutan dari pengeluaran yang
dilakukan oleh tenaga kerja sekitar obyek wisata. Dampak ini
berasal dari pengeluaran sehari-hari tenaga kerja sekitar. Adapun
proporsi pengeluaran responden tenaga kerja dapat dilihat pada
Tabel 4.10.
86
Tabel 4.10
Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja
dan Tingkat Kebocoran di Wisata Situ Cipondoh
Biaya Nilai
(Rp)
Proporsi
(%)
A. Pengeluaran di luar kawasan wisata 29.760
6,02 1. Biaya Listrik
Total 29.760 6,02
B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata
1. Kebutuhan Pangan 293.200 59,31
2. Biaya Transportasi 15.200 3,07
3. Biaya Sekolah Anak 135.240 27,36
4. Biaya Lainnya 20.960 4,24
Total 464.600 93,98
Total Pengeluaran Tenaga Kerja 494.360 100,00
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Secara umum, rata-rata total pengeluaran responden tenaga
kerja yaitu sebesar Rp 494.360. Namun, dari rata-rata pengeluaran
tenaga kerja tersebut dapat kebocoran (leakages) yaitu biaya yang
tidak dikeluarkan di sekitar lokasi wisata sebesar Rp 29.760
dengan proporsi 6,02% dari rata-rata total pengeluaran tenaga
kerja. Adapun biaya yang dikeluarkan di luar kawasan wisata yaitu
biaya listrik. Sisanya yaitu sebesar 93,98% atau dengan nilai Rp
494.360 dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja dikeluarkan di
dalam kawasan wisata. Adapun biaya tersebut yaitu biaya untuk
kebutuhan pangan, biaya transportasi, biaya sekolah anak, dan
biaya kebutuhan lainnya. Hal ini dikarenakan seluruh tenaga kerja
merupakan penduduk asli sekitar kawasan wisata sehingga
biayayang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari masih di dalam
kawasan wisata.
87
Dampak lanjutan dari keberadaan Wisata Situ Cipondoh
dapatdilihat dari besarnya pengeluaran tenaga kerja di dalam
kawasan wisata. Adapun sebaran pengeluaran tenaga kerja menurut
jenis pekerjaannya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.11
Sebaran Pengeluaran Responden Tenaga Kerja (TK) dan
Dampak Lanjutan yang dirasakan di Wisata Situ Cipondoh
Jenis Pekerjaan TK Total
(Orang)
Pengeluaran
per bulan (Rp)
Total Pengeluaran
(Rp)
Warung Makan 25 1.727.250 43.181.250
Warung Minuman 30 1.350.625 40.518.750
Total 55 83.700.000
Proporsi penerimaan di lokasi wisata 93,98
Dampak Lanjutan 7.866.126.000
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Total pengeluaran tenaga kerja sekitar kawasan Wisata Situ
Cipondoh yaitu sebesar Rp 83.700.000. Namun, dari total
pengeluaran tersebut terdapat biaya yang tidak dilakukan di dalam
kawasan wisata dengan proporsi 6,02% (Tabel 4.11) atau sebesar
Rp 29.760 dari total pengeluaran keseluruhan tenaga kerja. Sisanya
yaitu sebesar 93,98% pengeluaran dilakukan di dalam kawasan
wisata, sehingga dampak ekonomi lanjutan yang dirasakan dari
adanya keberadaan Wisata Alam Situ Cipondoh yaitu sebesar Rp
7.866.126.000.
88
d. Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Responden
Wisatawan
Nilai efek pengganda (Multiplier Effect) dapat digunakan
untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat kawasan
wisata. Efek penggganda dapat dilihat dari jumlah pengeluaran
wisatawan selama melakukan wisata di Wisata Situ Cipondoh.
Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat diestimasi, yaitu:
(1) Keynesian Income Multiplier merupakan nilai yang diperoleh
dari dampak langsung atas pengeluaran wisatawan, (2) Ratio
Income Multiplier Tipe 1, merupakan nilai yang diperoleh dari
dampak tidak langsung atas pengeluaran wisatawan, dan (3) Ratio
Income Multiplier Tipe 2 merupakan nilai yang diperoleh dari
dampak lanjutan, (META, 2001). Nilai pengganda ketiga tipe
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.12
Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang terjadi
di Wisata Situ Cipondoh
Multiplier Nilai
Keynesian Income Multiplier 0,06
Ratio Income Multiplier Tipe 1 1,6
Ratio Income Multiplier Tipe 2 111,8
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya
dampak ekonomi di Wisata Situ Cipondoh, diperoleh nilai
Keynesian Multiplier Effect yaitu sebesar 0,06 yang artinya setiap
terjadi peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah,
maka akan berdampak langsung sebesar 0,06 rupiah terhadap
perekonomian masyarakat sekitar.
89
Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah sebesar 1,6 yang
artinya setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha
akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,6 rupiah terhadap
pendapatan tenaga kerja sekitar (berupa pendapatan pemilik usaha
dan upah tenaga kerja). Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio
Income Multiplier Tipe 2 sebesar 111,8 yang artinya apabila terjadi
peningkatan sebesar satu rupiah pada penerimaan unit usaha
diduga akan mengakibatkan peningkatan sebesar 111,8 rupiah pada
pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan tenaga kerja,
danpengeluaran konsumsi tenaga kerja ditingkat lokal.
Berdasarkan hasil dari penjelasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa keberadaan Wisata Alam Situ Cipondoh secara
nyata telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian
masyarakat sekitar, bagi masyarakat yang membuka usahanya di
lingkungan Wisata Situ Cipondoh. Dampak ekonomi yang terjadi
pada penelitian inidikatakan rendah, dapat dilihat dari nilai
Keynesian Income Multiplier yang diperoleh yaitu sebesar 0,06.
Menurut META (2001) apabila nilai tersebut terletak diantara nol
sampai dengan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut
memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan
wisatawan yang datang ke lokasi ini lebih cenderung
mengeluarkan pengeluarannya di luar obyek wisata. Dengan kata
lain, proporsi leakages (kebocoran / pengeluaran di luar lokasi
wisata) lebih besar daripada proporsi pengeluarannya di lokasi
wisata. Sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe 1 dan Ratio
Income Multiplier Tipe 2 dapat dikatakan telah memberikan
dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata karena nilai Ratio
Income MultiplierTipe 1 dan Tipe 2 sudah lebih besar atau sama
dengan satu (≥ 1).
90
Nilai Keynesian Income Multiplier ini masih terus dapat
ditingkatkan dengan usaha peningkatan pengembangan sektor
pariwisata alam dengan cara terus meningkatkan jumlah wisatawan
yang datang, peningkatan pemberdayaan masyarakat lokal dan
penyediaan barang yang diperlukan wisatawan oleh unit usaha
yang ada agar dapat menarik minat wisatawan untuk membeli
konsumsi pada unit usaha di sekitar lokasi wisata. Hal ini diduga
akan meningkatkan proporsi pengeluaran wisatawan di obyek
wisata (tourist expenditure), yang secara langsung maupun tidak
langsung akan berdampak terhadap kondisi perekonomian
masyarakat sekitar.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menjawab
rumusan masalah yang mengacu pada proses dan hasil analisis data dalam
penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 3 stakeholder utama yang memiliki pengaruh paling tinggi,
yaitu: pengelola wisata Situ Cipondoh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Tangerang dan warga sekitar Situ Cipondoh Kota Tangerang. Untuk
stakeholder pengaruh paling rendah yaitu Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tangerang, dan pihak
Kecamatan Cipondoh.
2. Rata-rata kunjungan wisatawan per bulan sebanyak 24.096 orang. Dengan
total rata-rata pengeluaran wisatawan sebesar Rp 120.693. Total
pengeluaran wisatawan per tahun di lokasi wisata sekitar Rp
129.473.888.866. Penerimaan unit usaha tenaga kerja pada obyek wisata
ini masih rendah sebesar 11,67% atau sebesar Rp 262.900. Nilai
Keynesian Income Multiplier sebesar 0,06, Ratio Income Multiplier Tipe I
1,6 dan Ratio Income Multiplier Tipe II 111,8.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian,
maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Pihak pengelola perlu memperbaiki sistem administrasi dan
pembukuan laporan keuangan Wisata Situ Cipondoh.
2. Pemerintah Kota Tangerang perlu berpartisipasi lebih aktif dalam
mengembangkan wisata Situ Cipondoh, serta melakukan kerjasama
dengan pihak Provinsi Banten agar kawasan wisata Situ Cipondoh
berkembang dengan baik.
92
3. Stakehoder dari pihak Kecamatan Cipondoh, warga Cipondoh,
BAPPEDA, tokoh masyarakat, pedagang, Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) diharapkan dapat bekerja sama menjaga keadaan Situ Cipondoh
agar tetap dalam keadaan asri, bersih, dan nyaman menjadi tempat
wisata Kota Tangerang.
93
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Jelajah Pesona Wisata Banten Indonesia, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provins Banten.
Arief,Putranto. 2016. Analisis Geografi Terhadap Potensi Wisata
di Situ Cipondoh Kota Tangerang Banten. Skripsi. Fakultas Ilmu Tenaga
Keguruan dan: universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ayu, Ida Arisya Leri. 2011. Dampak Pengeluaran Wisatawan
Terhadap Perkembngan Sektor Ekonomi di Provinsi Bali. Tesis. Program
magister Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. (2006), Perencanaan Ekowisata,
Dari Teori ke Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata UGM dan Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Evy Nurfiana. 2013. Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan
dan Pariwisata Provinsi Banten. di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu,
Kab. Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat sekitar.
Skripsi, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Fandeli, C. 2002. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.
Liberty, Yogyakarta.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia. Jakarta
Heene, Aime, dkk. 2015. Manajemen Strategik Keorganisasian Publik.
Bandung: Refika Aditama.
I Gede Pitana., 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Iqbal, Muhammad. 2007. Analisis Para Pemangku Kepentingan
dan Implementasinya dalam Pembangunan Pertanian, Bogor. Jurnal
Litbang Pertanian. Vol.26,No.3:89-99.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.
Meita Amanda. 2009. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari
94
Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai Bandulu
Serang Kabupaten Seran Provinsi Banten. Program Studi Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Meriwijaya, Suranto, Resolusi Konflik Dalam Pengelolaan Pariwisata
Berbasis Masyarakat, Yogyakarta: Magister Ilmu Pemerintahan 2016.
Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. 2009.
Penerbit STMT Trisakti, Jakarta. Hal.7.
Nadia Mutiarani, 2011 Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi
dan Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Kota Tangeran, Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
Orbach M. 1995. Social Scientific Contributions to Coastal Policy Making.
In improving Interactions between Coastal Science Policy. Procedings of
the California Symposium, 49-59. Washington. D.C National Academy
Press.
Ramirez R. 1999. Stakeholder Analysis and Conflict Management.
In Buckles D,editor, Conflict and Collaboration in Natural Resources
Management, Ottawa and Washington D.C:IDRC/World Bank Institute.
Reed M. Graves A, Dandy N, Posthumus H, Hubacek K, Morris J, Prell C,
Qinn CH,Sringer LC.. 2009. Who’s Why? A Typology of Stakeholder
Analysis Methods fo Natural Resourecs Management. Journal of
Enviromental Manajemen 90:1993-1949.
Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata.Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Zulfikar, Muamar. 2013. Analisis Stakeholder Dalam Pengelolaan Wisata
Alam di Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.Skripsi,Institut
Pertanian Bogor.
95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Jumlah Wisatawan Situ Cipondoh Kota Tangerang
JUMLAH PENGUNJUNG SITU CIPONDOH
JANUARI 2017-JANUARI 2018
No. Bulan Kunjungan Jumlah (Orang)
1. Januari 1.891
2. Februari 1.576
3. Maret 1.932
4. April 1.124
5. Mei 852
6. Juni 2.710
7. Juli 1.154
8. Agustus 1.950
9. September 1.900
10. Oktober 1.954
11. November 1.978
12. Desember 3.348
13. Januari 2.660
Total 24.096
Sumber : Pengelola Situ Cipondoh (2018)
96
Lampiran 2 : Dampak Ekonomi Wisata Situ Cipondoh
A. Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat
Kebocoran Wisata Situ Cipondoh
Biaya Nilai
(Rp)
Proporsi
(%)
C. Pengeluaran di luar kawasan wisata
3. Biaya Transportasi 51.716 42,85
4. Konsumsi dari Rumah 15.344 12,71
Total A 67.060 55.56
D. Pengeluaran di dalam lokasi wisata
5. Konsumsi di lokasi 32.550 26,97
6. Tiket masuk 10.000 8,27
7. Penyewaan alat 6.083 5,04
8. Parkir 5.000 4,14
Total B 53.633 44,52
Total Pengeluaran Wisatawan 120.693 100,0
∑ Kunjungan Wisatawan per bulan 24.096 orang
Total Pengeluaran Wisatawan per bulan di
lokasi wisata 129.473.888.866
Total Kebocoran per bulan 161.580.621.415
Sumber : Data Primer Diolah (2018)
B. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact)
Proporsi Pendapatan Dan Biaya Produksi Terhadap
Penerimaan Total Responden Unit Usaha Wisata Situ Cipondoh
Komponen Nilai (Rp) Proporsi
(%)
B. Biaya di Luar Kawasan Wisata
1. Biaya Operasional Unit Usaha 0 0,00
2. Biaya Sewa 0 0,00
Total A 0 0,00
97
C. Pengeluaran di dalam lokasi wisata
5. Pendapatan Pemilik Usaha 1.454.250 64,57
6. Upah Karyawan 262.900 11,67
7. Pembelian Bahan Baku 535.050 23,76
8. Biaya Pemeliharaan Alat 0 0
Total B 2.252.200 100,00
Total Pengeluaran Wisatawan 2.252.200 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
D. Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact)
Sebaran Total Biaya Unit Usaha di Dalam Lokasi Wisata dan
Dampak Ekonomi Tidak Langsung yang dirasakan Akibat
Keberadaan Wisata Situ Cipondoh
Jenis Unit
Usaha
Jumla
h Unit
Usaha
Upah
Tenaga
Kerja
(Rp)
Bahan
Baku
(Rp)
Transporta
si
(Rp)
Total
Biaya
(Rp)
Total
(Rp)
Warung
makanan 25 298.750 633.916 12.916 945.582
23.63
9.550
Warung
Minuman
30
209.125
386.750
5.000
600.875 18.02
6.250
Total Dampak Tidak Langsung (Rp)
41.665.800
98
E. Dampak Lanjutan (Induced Impact)
Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja
dan Tingkat Kebocoran di Wisata Situ Cipondoh
Biaya Nilai
(Rp)
Proporsi
(%)
C. Pengeluaran di luar kawasan wisata 29.760
6,02 5. Biaya Listrik
Total 29.760 6,02
D. Pengeluaran di dalam lokasi wisata
2. Kebutuhan Pangan 293.200 59,31
6. Biaya Transportasi 15.200 3,07
7. Biaya Sekolah Anak 135.240 27,36
8. Biaya Lainnya 20.960 4,24
Total 464.600 93,98
Total Pengeluaran Tenaga Kerja 494.360 100,00
Sumber: Data Primer Diolah 2019
99
Lampiran 3 : Dokumentasi
1. Dinas Kebuadayaan dan
Pariwisata Kota Tangerang
2. Pengelola Wisata Situ
Cipondoh Kota Tangerang
3. Dinas Lingkungan Hidup
Kota Tangerang
100
4. RW 02 Kecamatan
Cipondoh
5. Gapura Wisata Situ
Cipondoh Kota Tangerang
6. Jembatan Wisata Situ
Cipondoh
7. Tempat Makan
101
8. Fasilitas Permainan