Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

14
UJIAN AKHIR SEMESTER Mata Kuliah Pengantar Sosiologi (C) – Mei 2011 Nama : Hevi Setiawati 51408065 Steffi Yudanto 51410008 Patricia Evangeline S. 51410014 Amalia Pranata 51410018 Objek analisa : Sitkom Suami-Suami Takut Istri (1) Film indie Cin(t)a (2) 1. SITKOM SUAMI-SUAMI TAKUT ISTRI Media menggambarkan beberapa gambaran ras dan etnis yang ada di Indonesia yang termasuk dalam masyarakat multikultural. Artinya, masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat multikultural merupakan bentuk masyarakat yang modern yang terdiri atas berbagai golongan suku, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka hidup bersama dalam suatu wilayah lokal dan nasional. Masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan atau kesederajatan kebudayaan 1

description

Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

Transcript of Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

Page 1: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah Pengantar Sosiologi (C) – Mei 2011

Nama : Hevi Setiawati 51408065

Steffi Yudanto 51410008

Patricia Evangeline S. 51410014

Amalia Pranata 51410018

Objek analisa : Sitkom Suami-Suami Takut Istri (1)

Film indie Cin(t)a (2)

1. SITKOM SUAMI-SUAMI TAKUT ISTRI

Media menggambarkan beberapa gambaran ras dan etnis yang ada di Indonesia yang

termasuk dalam masyarakat multikultural. Artinya, masyarakat yang terdiri atas beragam

kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat

multikultural merupakan bentuk masyarakat yang modern yang terdiri atas berbagai golongan

suku, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka hidup bersama dalam suatu wilayah lokal

dan nasional. Masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan atau kesederajatan

kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat (Kun Maryati & Juju Suryawati, 2001, p.159).

Media menggambarkan ras dan etnis melalui ciri khas budaya dan cara berperilaku yang

dimiliki masing-masing etnis yang ada. Setiap ras dan etnis yang ada mempunyai ciri khas yang

berbeda dan itu yang ditonjolkan media dengan menampilkan multikulturalisme yang menuntut

masyarakat untuk hidup penuh toleransi, saling pengertian antarbudaya dan antarbangsa dalam

membina suatu dunia baru. Dalam multikulturalisme, bangsa-bangsa duduk bersama, saling

menghargai, saling membantu, dan tidak memandang apakah suatu kelompok masyarakat

merupakan kelompok minoritas atau mayoritas (Kun Maryati & Juju Suryawati, 2001, p.160).

1

Page 2: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

Berikut adalah ulasan singkat dari sitkom SSTI:

Suami-suami Takut Istri adalah sitkom yang ditayangkan Trans TV setiap Senin

hingga Jumat pukul 18.00 WIB sejak 15 Oktober 2007. Sitkom ini diperankan oleh Otis Pamutih

sebagai Sarmili (Pak RT), Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT), Marissa sebagai Sarmilila,

Irfan Penyok sebagai Karyo, Putty Noor sebagai Sheila, Yanda Djaitov sebagai Tigor, Asri

Pramawati sebagai Welas, Ramdan Setia sebagai Faisal, Melvy Noviza sebagai Deswita, Epy

Kusnandar sebagai Mang Dadang, Desi Novitasari sebagai Pretty, Ady Irwandi sebagai Garry,

dan Dadang Usman sebagai Ki Daus.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri)

Sitkom ini memperlihatkan etnis dan ras yang berbeda pada setiap individunya.

Contohnya pada pasangan Welas dan Tigor, pasangan Faisal dan Deswita serta Mang Dadang

dengan ketiga istrinya yang etnisnya berbeda-beda.

Cara media dalam menyampaikan ras dan etnisitas tokoh-tokoh dalam film suami-

suami takut istri ini ,mereka hidup bersama dalam satu wilayah perumahan di daerah Jakarta,

dengan pasangan suami istri yang berasal dari suku yang sama maupun suami istri yang

berbeda etnis ataupun ras. Cara media dalam menyampaikan ras dapat dilihat pada pasangan

mang dadang seorang satpam di komplek tersebut sebagai orang sunda tetapi memiliki tiga istri

yang salah satu istrinya berasal dari ras china. Sedangkan cara media dalam menyampaikan

etnis di film ini dapat dilihat pada keragaman peran yang ada yaitu berasal dari berbagai

budaya, bahasa, dan perilaku. Seperti peran ketua RT yang berasal dari budaya betawi, yang

dapat kita lihat juga dari bahasa atau perilaku mereka, misalnya Pak RT yang sering

mengenakan celana khas betawi dan memakai bahasa “elu” “gua”. Selain itu juga dari budaya

Padang, dan Jawa. Keragaman yang ada tersebut ditampilkan oleh media secara jelas dengan

logat atau bahasa yang ada, bahkan ada beberapa yang ditunjukkan lebih pada tingkah laku

yang kalem yang berasal dari jawa, ceplas ceplos dari betawi. Dengan keragaman tersebut

mereka dapat hidup bersama-sama sekalipun konflik diantara mereka juga bisa terjadi, mereka

selalu dapat menyelesaikannya, bahkan kerap kali mereka bekerja sama untuk tujuan tertentu

dalam perbedaan etnis dan ras yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa dalam film Suami-suami

Takut Istri ini, perbedaan etnis dan ras tidak menjadi masalah dalam kehidupan berkeluarga,

maupun dalam masyarakat. Selain itu di film ini tidak ditonjolkan bahwa perbedaan ras atau

etnis menjadi masalah utama .Di film ini seakan-akan tidak ada percekcokkan yang terjadi

karena perbedaan mereka, hanya sebuah konflik atau permasalahan umum yang ada dalam

masyarakat namun tanpa menyinggung keragaman mereka. Jadi media menggambarkan ras

atau etnis hanya pada sikap tingkah laku mereka, dalam bahasa, maupun ciri-ciri biologis.

Seperti istri mang dadang yang berasal dari ras cina yang memiliki mata sipit.

Penggambaran yang terdapat pada film Suami-Suami Takut Istri ini tidak sepenuhnya

benar. Dalam kehidupan nyata, perbedaan ras dan etnis justru bisa menjadi salah satu pemicu

utama dalam kehidupan masyarakat apalagi dalam masyarakat modern yang hidup

berkelompok. Masyarakat sulit unuk menerima adanya perbedaan yang berhubungan dengan

2

Page 3: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

ras dan etnis karena masyarakat merasa tidak sama dengan masyarakat lain yang berbeda

etnis maupun ras. Film ini sebenarnya mengharapkan adanya perbedaan dalam etnis dan ras

bukan menjadi masalah dalam menjalankan kehidupan di masyarakat. Dalam film Suami-Suami

Takut Istri ini juga terdapat penggambaran yang kurang mengena di hati, khususnya kepada

penonton yang berasal dari etnis Sunda karena pada tokoh Mang Dadang diceritakan sebagai

keluarga paling miskin jika dibandingkan dengan keluarga lainnya yang ada di kompleks

tersebut. Maka tidak heran jika keluarganya-lah yang paling sering menderita akibat kesulitan

ekonomi. Salah satu jalan keluarnya adalah menghalalkan segala cara demi mendapatkan

uang hingga sampai pada kesan menjual harga diri, seperti menipu orang, meminjam uang,

menjual informasi, menjadi mata-mata para istri, dan sebaliknya menjadi mata-mata para

suami, dan bahkan sering juga menempuh jalan yang negatif seperti ketika Mang Dadang

menjual kunci jawaban ujian sekolah yang pada akhirnya ia harus berurusan dengan pihak

berwajib.

Adakalanya pencitraan-pencitraan tersebut dirasa begitu keras dan berbeda dengan

kenyataan yang sebenarnya hingga kadang-kadang menimbulkan kesan adanya kekerasan

simbolik. Seperti halnya yang dapat kita saksikan lewat representasinya terhadap sosok Mang

Dadang diatas. Digunakannya istilah pencitraan yang keras ini didasarkan pada alasan bahwa

pencitraan tersebut tidak menggambarkan sebuah citra yang positif sebagaimana yang diyakini

oleh kebanyakan orang Sunda. Dalam kenyataannya, orang Sunda sangat menghormati adat

kesopanan seperti yang terdapat dalam undak usuk basa, yang didalamnya mencerminkan

penggunaan bahasa dengan mempertimbangkan kesopanan penggunaannya. Selain itu dalam

salah satu artikel harian Pikiran Rakyat, dikatakan bahwa budaya Sunda termasuk kedalam

salah satu kebudayaan Indonesia yang berusia tua, serta sosok ideal orang Sunda sering

dikaitkan dengan sosok raja-raja Sunda seperti dalam sosok Prabu Siliwangi yang sering

menjadi panutan bagi orang Sunda karena keberhasilannya memimpin kerajaan Sunda dan

berhasil mensejahterakan rakyatnya. Berbeda dengan konstruksi identitas budaya yang

terdapat dalam komedi situasi ini yang justru lebih menitik beratkan pada nilai-niLai yang negatif

dan bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang Sunda. Salah satu contohnya

adalah gambaran mengenai orang Sunda yang dikonstruksi sebagai sosok materialistis hingga

segala sesuatu pada akhirnya harus dikaitkan dengan masalah uang. Selain itu sosok orang

Sunda di film ini dikenal sebagai sosok yang sering menghalalkan segala cara demi

mendapatkan uang, padahal tidak seperti itu keadaan sebenarnya. Tentu saja konstruksi

tersebut lebih bernada negatif. Inilah yang kemudian memunculkan istilah konstruksi makna

yang keras yang membuat adanya sebuah bentuk kekerasan simbolik.

Istilah kekerasan simbolik (symbolic violence) digunakan Pierre Bourdieu dalam

tulisannya yang berjudul Outline of a Theory of Practice. Menurutnya, istilah ini digunakan untuk

menjelaskan sebuah bentuk kekerasan khusus dalam mekanisme yang tidak dikenal, atau

hanya dikenal hanya dengan menyembunyikan mekanisme tempatnya bergantung.

3

Page 4: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

Dalam tayangan komedi situasi Suami-Suami Takut Istri, dengan kemasannya sebagai

tayangan komedi, maka audience kadang tidak menyadari jika didalamnya terdapat bentuk

dominasi simbol dan kekerasan simbolik. Audience cenderung lebih menyadari bahwa

tayangan tersebut hanya merupakan tayangan komedi saja. Maka dari itu, menurut kelompok

kami yang sebenarnya terjadi disini adalah sebuah bentuk dominasi simbol yang sangat halus,

audience melihat hal ini sebagai sebuah bentuk kewajaran alami yang tidak perlu untuk

dipertanyakan lagi.

Sebagai pembanding atau pendukung hal diatas, kelompok kami mengambil sumber

dari google books. Tercatat ada beberapa surat pengaduan ke KPI yang menunjukkan

keberatannya atas komedi situasi Suami-Suami Takut Istri. Tidak hanya sampai di situ saja,

beberapa forum dunia maya juga ikut memperbincangkan masalah ini. Berikut beberapa reaksi

masyarakat yang sempat didokumentasikan dan sebagaian besar dari reaksi tersebut meminta

agar tayangan komedi situasi Suami-suami Takut Istri dihentikan penayangannya.

Dokumentasi di atas merupakan salah satu surat aduan yang ditujukan kepada KPI

(Komisi Penyiaran Indonesia) yang beralamat di http://www.kpi.go.id, dalam surat pengaduan

tersebut sang pengadu (Irwan Avianto, DKI Jakarta) meminta kepada KPI agar menghentikan

tayangan komedi situasi Suami-Suami Takut Istri yang salah satu alasannya adalah berkaitan

dengan tokoh Mang Dadang yang mengajarkan mental menjadi pengemis kepada anak-

anaknya. Ini merupakan tayangan yang tidak memiliki nilai moral dan tidak baik ditonton oleh

anak-anak.

Menurut kami, audience menyadari pengaruh televisi pada pemahaman ras dan etnis

tertentu karena media dapat menjadi pengaruh yang sangat kuat dan menanamkan kesan dan

pesan pada tiap audiencenya, jika hal yang ditampilkan media merupakan hal yang positif,

maka kesan dan pesan yang ditanamkan juga akan berdampak positif, namun jika yang

4

Page 5: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

ditampilkan media tersebut negatif, maka dapat menanamkan pesan negatif. Hal ini disebabkan

karena media mempunyai pengaruh yang kuat dan kemampuan untuk membentuk pemikiran

audience. Pengaruhnya bisa berupa cara pandang terhadap berbagai etnis dan ras yang

beragam. Contohnya, dengan adanya film ini membuat cara pandang audience terhadap

beragam etnis dan ras mempunyai perbedaan bahasa dan logat serta bentuk fisik(biologis).

Audience akan berpikir bahwa etnis(suku) Padang mempunyai sifat yang pelit dan mempunyai

ciri khas bahasa seperti “ambo”, “inda”, “dinda”.

Etnis adalah kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yg mempunyai arti

atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, dan bahasa.

(http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html) Dalam hal ini, etnis mempunyai hubungan yang

sangat erat dengan kebudayaan dan etnis itu sendiri lahir dari budaya yang merupakan hasil

karya dari masyarakat. Disini, kebudayaan mempunyai hakekat yang merupakan ciri dari setiap

kebudayaan yang ada (Soerjono Soekanto,2010, p. 160);

- Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewar perilaku manusia.

- Kebudayaan telah ada terlebih dahulu dan tidak akan mati.

- Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.

- Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,

tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan yang

diizinkan.

Film SSTI menampilkan ciri-ciri kebudayaan diatas melalui etnis-etnis yang ada. Para

tokoh menyalurkan kebudayaan mereka dengan perilaku yang mereka lakukan seperti tokoh

Welas sebagai etnis Jawa yang mempunyai watak lemah lembut seperti budaya Jawa yang

mengajarkan kesopanan dan kehalusan dalam bertutur kata, sedangkan tokoh Tigor yang

berasal dari etnis Batak mempunyai tutur kata dengan nada yang lebih tinggi dan keras.

Kebudayaan dalam etnis yang ditampilkan dalam film SSTI tidak semata-mata

meupakan hal baru dan ide baru yang dibuat oleh media melainkan kebudayaan yang telah ada

terlebih dahulu yang akan terus meregenerasi dan tidak akan mati karena kebudayaan

merupakan hal yang sangat dijaga sebagai identitas diri. Oleh karena itu, kebudayaan sangat

diperlukan untuk masyarakat khususnya sebagai identitas diri dan sebagian besar pribadi

masyarakat terbentuk oleh kebudayaan yang dimilikinya.

Kebudayaan tidak hadir begitu saja tanpa aturan-aturan yang ada. Ada penolakan dan

penerimaan yang terjadi seperti pada film ini menggambarkan adanya penerimaan terhadap

budaya lain walaupun tetap sering diwarnai konflik karena perbedaan pendapat maupun

beragamnya sifat yang dimiliki setiap peran etnis. Misalnya saja peran Deswita yang tidak

terlalu disukai oleh ibi-ibu yang lain karena memiliki sifat pelit seperti suaminya juga yang

merupakan etnis Padang.

2. FILM INDIE CIN(T)A

5

Page 6: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

Media menggambarkan adanya perbedaan ras dan agama dalam suatu hubungan

percintaan dalam film ini. Ras adalah karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan

membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. (id.wikipedia.org/wiki/Ras_manusia).

Menariknya, dengan perbedaan, awalnya hubungan itu bisa tetap terjalin antara lelaki yang

bernama Cina dengan perempuan yang bernama Annisa. Film ini menggambarkan secara

gamblang perbedaan ras dan agama yang ada disetiap tokoh film ini. Cina adalah seorang

lelaki keturunan Tionghoa pada film ini. Hal ini bisa dilihat audience oleh penggambaran fisik

yang sangat sesuai dengan ciri-ciri fisik orang-orang keturunan Tionghoa. Dari dialognya

dengan Annisa, tokoh utama perempuan, dapat diketahui pula dari dialeknya bahwa Cina

berasal Sumatera. Di awal film juga digambarkan bagaimana Cina berangkat kuliah dengan

membawa kitab Puji Syukur yang secara otomatis akan membuat audience menyimpulkan

bahwa Cina adalah seorang Kristiani. Tokoh Annisa juga membawa identitas etnis yang sangat

khas di Indonesia. Cara berbicara dan dialek yang digunakan Annisa menunjukkan ciri gaya

bicara dan dialek yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Pulau Jawa. Ketika adegan

Annisa menerima telpon dari ibunya, audience akan langsung bisa memastikan bahwa Annisa

adalah seorang Jawa, karena gaya bicaranya yang halus dan menggunakan bahasa Jawa

krama ketika berbicara dengan ibunya, dimana ciri gaya bahasa tersebut biasa dipakai oleh

sebagian besar masyarakat Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Penggambaran fisik dan

tingkah laku Annisa yang lemah lembut sesuai dengan stereotipe wanita Jawa tradisional

semakin menguatkan bahwa ia tak hanya orang dari Jawa, tetapi juga seorang yang ber-etnis

Jawa. Selain itu, audience dengan cepat akan menyimpulkan bahwa Anissa merupakan

seorang muslim dengan adegan Annisa mengambil air wudhu.

Keakraban mereka juga awalnya tidak tampak terkendala oleh perbedaan etnis dan

ras. Salah satu hal yang menarik adalah ketika Annisa menanyakan mengapa Cina bekerja

sebagai seorang pemijat refleksi di sebuah spa padahal ia adalah seorang keturunan Tionghoa.

Pertanyaan Annisa ini mencirikan sebuah stereotipe tentang orang-orang etnis Tionghoa yang

terlihat “wah” di Indonesia, namun oleh Cina pertanyaan itu dijawab dengan santai bahwa tidak

semua stereotipe itu benar. Annisa langsung memaklumi kenyataan tersebut dan menghargai

apa yang dilakukan oleh Cina sebagai sesuatu yang wajar. Di sini nampak bahwa hubungan

antara Cina dan Annisa adalah hubungan yang dilandasi sikap saling menghormati dan

menghargai walaupun terdapat stereotipe-stereotipe yang ada dalam diri mereka masing-

masing tentang ras dan etnis lain.

Film ini tidak banyak memakai pemeran figuran, sehingga audience bisa memfokuskan

cerita pada Cina dan Annisa. Dalam hubungan itu saling menjaga perbedaan dan tidak

menyinggung satu sama lain walaupun pada akhirnya hubungan itu berakhir. Contohnya,

mereka memiliki cara untuk berdoa dan membahas tentang perbedaan ras dan agama mereka

secara tersendiri. Namun, bukan berarti hubungan yang diawali pertemanan ini berjalan mulus,

ada konflik yang terjadi diantara mereka menyangkut masalah-masalah perbedaan yang

6

Page 7: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

mereka miliki. (Nb: Sesuai dengan tujuan analisis, dalam analisis ini kami hanya membahas

masalah perbedaan ras dan etnis saja dan menghilangkan masalah perbedaan agama.)

Penggambaran peristiwa atau fenomena hubungan seperti pada film ini sangatlah

relevan dengan kehidupan sesungguhnya dan merupakan hal yang benar adanya menurut

kelompok kami. Pertama, Stereotipe tentang orang tionghoa yang selalu terlihat “wah” dan tidak

mungkin bekerja sebagai pemijat refleksi misalnya, hal ini pun benar-benar terjadi dalam

kehidupan kelompok kami sebagai warga negara Indonesia yang berketurunan tionghoa.

Masyarakat Indonesia mengambil perspektif bahwa orang berketurunan tionghoa mayoritas

berasal dari kalangan keluarga ekonomi menengah keatas dan tidak bekerja sebagai karyawan.

Kedua, Audience bisa melihat dalam Cin(t)a terdapat potongan-potongan layaknya testimoni

dari pasangan yang memiliki perbedaan seperti Cina dan Annisa yang berhasil. Potongan-

potongan adegan tersebut tentunya membuat audience menyimpulkan bahwa dalam dunia

nyata, ada orang lain yang mengalami hal yang sama dan mungkin saja audience memiliki

pengetahuan yang sama di dunia nyata sesuai dengan pengalaman hidupnya.

Di akhir film ini, Cina dan Annisa tidak dapat bersatu karena perbedaan-perbedaan

yang mereka miliki. Mereka berdua terhimpit masalah ras dan agama. Meskipun saat dilihat dari

segi politis mereka berdua merupakan warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah negara

yang sama. Namun mereka memutuskan untuk berpisah karena dari segi sosiologis yang

menyatakan bahwa adanya perbedaan tidak dapat membuat mereka melanjutkan hubungan ke

arah yang lebih serius(pernikahan).

Stereotipe tentang orang berketurunan tionghoa juga muncul pada film ini seperti yang

sudah kami singgung di paragraf sebelumnya. Stereotipe adalah generalisasi tentang

sekelompok orang dengan mengabaikan realitas yang ada (Haryanti, 2007: 100). Pada

kenyataannya tidak semua orang tionghoa merupakan orang yang tidak mungkin menjadi

karyawan menengah kebawah.

Meskipun hubungan mereka akhirnya bukanlah sebuah hubungan asmara lagi,

melainkan sahabat karena masalah sosiologis, hubungan antara Cina dan Annisa merupakan

hubungan yang bersifat mempersatukan. Sehingga hubungan ini kami golongkan dalam bentuk

interaksi sosial yang bersifat asosiatif atau bersekutu (processes of assosiation). Proses

asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya suatu persatuan atau integrasi sosial.

(Maryati & Suryawati, 2006:75).

Hubungan Cina dan Annisa juga kami klasifikasikan ke dalam kelompok sosial primer.

Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-

mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja-sama erat yang bersifat pribadi. Cooley

mengemukakan tiga syarat terjadinya kelompok primer. (Soekanto, 2010:111) Pertama, setiap

anggota kelompok secara fisik berdekatan satu sama lain, kelompok tersebut kecil dan adanya

suatu kelanggengan hubungan antaranggota yang bersangkutan. Cina dan Annisa secara fisik

sudah tergolong dekat karena mereka memiliki ikatan asmara dan kelompoknya kecil karena

hanya terdiri dari dua orang. Namun kedekatan dan kecilnya kelompok ini tidak dilengkapi

7

Page 8: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

dengan kelanggenan hubungan antara Cina dan Annisa. Mereka berpisah kafrena perbedaan

yang mereka miliki. Mereka akhirnya berpisah dan memutuskan untuk menjadi sahabat yang

ditunjukan di adegan testimoni mereka. Kedua, kesamaan tujuan setiap individu dalam

kelompok tersebut. Cina dan Annisa yang berpacaran tentunya memiliki tujuan untuk

mempersatukan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Namun hubungan yang

bersifat pribadi ini tidak dapat mereka lanjutkan karena masalah perbedaan dalam diri mereka.

Ketiga, kelompok sosial tersebut tidak ada yang memenuhi persyaratan secara sempurna

karena dalam setiap masyarakat terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang paling tidak bersifat

memaksa, yang mengatur pergaulan hidup manusia. Cinta Cina dan Annisa terbentur masalah

yang terkait dengan norma dan nilai sosial dan aturan-aturan yang sudah dibudidayakan di

masyarakat. Sehingga membuat banyaknya pilihan prioritas kepentingan. Misalnya, hubungan

asmara mereka atau memilih berpisah karena pemersatuan ras dan agama merupakan hal

yang tidak wajar dan tidak mungkin dilakukan dalam keluarganya atau lain sebagainya.

Indonesia merupakan negara yang memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang

berarti “berbeda-beda tetapi satu”. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan

dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka

ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika).

Dengan adanya film ini, audience disadarkan dengan realita multikulturalisme yang ada

di Indonesia, khususnya tentang perbedaan ras, etnis dan agama. Sesuai dengan semboyan

“Bhinneka Tunggal Ika”, seharusnya masyarakat Indonesia bisa menyikapi perbedaan-

perbedaan yang ada pada setiap individu sesuai dengan tujuan semboyan tersebut. Semua

keputusan kembali pada individu yang menyoroti masalah perbedaan ini. Bila terjadi hal yang

serupa dalam realita kehidupan yang sebenarnya, bisakah kita tetap menjunjung semboyan

negara kita. Akankah perbedaan ras menjadi suatu masalah bagi suatu hubungan. Apakah kita

bisa mengambil jalan tengah untuk menguraikan dan menyelesaikan suatu masalah yang

berkaitan dengan perbedaan ras seperti pada film ini.

8

Page 9: Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

Daftar Pustaka

Haryanti, Dwi. (2007). Linguistik Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

Maryati, Kun & Suryawati, Juju. (2006). Sosiologi. Esis: Jakarta

Soekanto, Soerjono. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Rajawali Pers: Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika

http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri

http://www.kpi.go.id,

http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html

Video Suami-Suami Takut Istri

http://www.youtube.com/watch?v=qM76RJ6PFd4

http://www.youtube.com/watch?v=mDX9645Qfc8

http://www.youtube.com/watch?v=LvrC6XLrmFQ

http://www.youtube.com/watch?v=a64hZNxGY9g

http://www.youtube.com/watch?v=jqZvEn2iufs

http://www.youtube.com/watch?v=lEBzXUHK324

http://www.youtube.com/watch?v=37PpSQ4Vb8I

http://www.youtube.com/watch?v=_OyJWjfBo5s

http://www.youtube.com/watch?v=_4f2XB_9QwI

http://www.youtube.com/watch?v=C-4U1ojxgdU

Video Cin(t)a

http://www.youtube.com/watch?v=yDUx1dZICKM

http://www.youtube.com/watch?v=TnOgyoAeaUs

http://www.youtube.com/watch?v=mW_AU-jkxkc

http://www.youtube.com/watch?v=q4OYM-q0KX0

http://www.youtube.com/watch?v=FycymXCy7MA

http://www.youtube.com/watch?v=UWXxAq0_238

http://www.youtube.com/watch?v=gQgKXxFddZg

http://www.youtube.com/watch?v=B0UunIfpX4k

9