ANALISIS SISTEM PENANGGALAN MASEHI DALAM BUKU …eprints.walisongo.ac.id/8946/1/skripsi fix...
Transcript of ANALISIS SISTEM PENANGGALAN MASEHI DALAM BUKU …eprints.walisongo.ac.id/8946/1/skripsi fix...
ANALISIS SISTEM PENANGGALAN MASEHI DALAM BUKU
ALMANAK SEPANJANG MASA KARYA SLAMET HAMBALI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Syariah dan Hukum
Disusun Oleh:
NURFA NURUL FADILLAH
1402046102
JURUSAN ILMU FALAK
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
iv
MOTTO
هار مبصرة لتبت غوا هار آي ت ي فمحونا آية الليل وجعلنا آية الن فضال من وجعلنا الليل والن
ني والساب وكل شيء فصلناه ت فصي 1ال ربكم ولت علموا عدد الس
“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan
tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari
karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan
perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”2
1 QS. Al-Isra’ [17] : 12
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta Pusat: Bintang Indonesia
Jakarta, 2011), h. 283.
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Orang tuaku yang tak hentinya memberikan do’a, ridha, kasih sayang, nasehat
dan semangat setiap saat
Bapak Fendi Rahmat & Mamah Ade Rosita
Adik-adik sholehahku:
Sifa Fatimatuz Zahra & Jamilatun Naziha
Keluarga Besar di Limbangan Barat, Garut, Jawa Barat
Kementerian Agama RI
Pondok Pesantren Al-Islam Kemuja Bangka
Pondok Pesantren YPMI Al-Firdaus
Keluarga CSS MoRA UIN Walisongo Semarang
Keluarga Kanf4s Never Ending
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
PEDOMAN TRANSLITERASI HURUF ARAB – LATIN
A. Konsonan
q = ق z = ز ‘ = ء
k = ك s = س b = ب
l = ل sy = ش t = ت
m = م sh = ص ts = ث
n = ن dl = ض j = ج
w = و th = ط h = ح
h = ھ zh = ظ kh = خ
y = ي ‘ = ع d = د
gh = غ dz = ذ
f = ف r = ر
B. Vokal
- a
- i
- u
C. Diftong
ay اي
aw او
viii
D. Syaddah ( -)
Syaddah dilambangkan dengan konsonan ganda, misalnya الطب at-thibb.
E. Kata Sandang (... ال)
Kata Sandang (... ال) ditulis dengan al-... misalnya الصناعو = al-shina’ah. Al-
ditulis dengan huruf kecil kecuali jika terletak pada permulaan kalimat.
F. Ta’ Marbuthah (ة)
Setiap ta’ marbuthah ditulis dengan “h” mislanya املعيشو الطبيعية = al-
ma’isyah al-thabi’iyyah.
ix
ABSTRAK
Penanggalan Masehi merupakan salah satu sistem penanggalan yang
digunakan oleh masyarakat dan diakui secara Internasional. Untuk
mengatahui hari tahun Masehi yang telah dan yang akan datang diperlukan
ilmu tertentu. Salah satunya adalah sistem perhitungan dalam buku Almanak
Sepanjang Masa yang mampu menunjukkan hari tahun Masehi yang telah
berlalu dan yang akan datang, bahkan dapat mengetahui hari tahun Sebelum
Masehi (SM) hanya dengan menggunakan perhitungan manual yang
sederhana. Sistem perhitungan ini mengakui adanya peristiwa perubahan 3
hari yang terjadi pada tahun 325 M, sehingga akan ada perbedaan hasil hari
dengan sistem perhitungan kontemporer. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana
sistem penanggalan dalam buku Almanak Sepanjang Masa dan bagaimana
akurasi sistem perhitungan penanggalan Masehi dalam buku Almanak
Sepanjang Masa?.
Metode penelitian ini berdasarkan analisisnya termasuk kualitatif. Jenis
penelitiannya adalah library research (penelitian kepustakaan) yang bersifat
analisis deskriptif. Sumber data primer penelitian ini adalah buku Almanak
Sepanjang Masa, dan sumber data sekundernya adalah wawancara kepada
Slamet Hambali sebagai penulis buku, dan tambahan data-data tambahan dari
buku-buku, karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian penelitian.
Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode content analysis
(analisis isi), kemudian sebagai tolak ukur akurasi perhitungannya
menggunakan sistem perhitungan kontemporer berbasis tekhnologi (Winhisab
2010 v.2.12 dan Digital Falak 2.06).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, metode perhitungan
sistem penanggalan Masehi dalam buku Almanak Sepanjang Masa berasal
dari hitungan manual yang kemudian di formulasikan dalam sebuah tabel.
Tabel yang digunakan ada dua, yaitu tabel alamat hari tahun Masehi dan tabel
hari tanggal tahun Masehi. Untuk menggunakannya harus memahami
ketentuan dan keterangannya terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan
hasil. Misalnya, membedakan bilangan tahun abad dan bilangan tahun
kelebihan, membedakan tahun kabisat dan basithah, dan lain sebagainya.
Kedua, akurasi sistem penanggalan Masehi dalam buku Almanak Sepanjang
Masa ini terdapat perbedaan hasil untuk tahun-tahun dibawah tahun 325 M,
karena sistem perhitungan ini mengakui adanya peristiwa perubahan 3 hari
pada tahun 325 M, sedangkan sistem perhitungan kontemporer tidak
mengakuinya. Namun, untuk tahun-tahun diatas tahun 325 M, perhitungan ini
mampu menunjukkan hasil yang sama dengan sistem perhitungan
kontemporer berbasis teknologi seperti winhisab 2010 v.2.12 dan Digital
Falak v.2.06. berdasarkan hal tersebut, sistem perhitungan penetuan hari
tahun Masehi dalam buku Almanak Sepanjang Masa ini akurat dan dapat
dijadikan sebagai rujukan.
Key words: Penanggalan Masehi, Almanak Sepanjang Masa, Perhitungan
Kontemporer.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING I dan II ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... vi
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI.............................................vii
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9
F. Metode Penelitian.................................................................... 15
1. Jenis Penelitian ................................................................ 15
2. Sumber Data .................................................................... 15
3. Metode Pengumpulan Data ............................................. 16
4. Metode Analisis Data ...................................................... 17
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 18
BAB II KAJIAN UMUM SISTEM PENANGGALAN
MASEHI ....................................................................................... 19
A. Sistem Penanggalan Masehi .................................................... 19
1. Definisi Sistem Penanggalan ............................................ 18
2. Macam-macam Sistem Penanggalan................................. 20
3. Sejarah Penanggalan Masehi............................................. 23
4. Sistem Perhitungan Penanggalan Masehi ......................... 30
B. Dasar Hukum Sistem Penanggalan ........................................ 32
1. Al-Quran .......................................................................... 32
xiv
2. Hadits .............................................................................. 34
C. Software Untuk Mengetahui Hari Tahun Masehi ................... 35
1. Winhisab .......................................................................... 35
2. Digital Falak .................................................................... 37
BAB III SISTEM PENANGGALAN MASEHI DALAM
BUKU ALMANAK SEPANJANG MASA ................................ 39
A. Biografi Slamet Hambali......................................................... 39
1. Riwayat Hidup ................................................................. 39
2. Riwayat Organisasi ......................................................... 41
3. Karya-karya Ilmiah ......................................................... 42
B. Buku Almanak Sepanjang Masa ............................................. 43
C. Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak
Sepanjang Masa ...................................................................... 46
BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN MASEHI
DALAM BUKU ALMANAK SEPANJANG MASA
DAN KEAKURATANNYA ........................................................ 68
A. Analisis Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku
Almanak Sepanjang Masa .................................... ................. 68
B. Analisis Keakuratan Sistem Penangalan Masehi
dalam Buku Almanak Sepanjang Masa ................................... 83
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 91
A. Kesimpulan ............................................................................. 91
B. Saran ........................................................................................ 93
C. Penutup .................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergerakan benda langit seperti Matahari, Bumi dan Bulan secara
alamiah dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dan perbedaan waktu,
pergantian siang dan malam yang mengakibatkan adanya siklus hari,
pergantian musim, adanya penampakan rasi bintang, perubahan deklinasi1
dan perata waktu (equatoin of time2), terjadinya gerhana matahari
3 dan
gerhana bulan4, terjadinyanya ijtimak
5 atau konjungsi, terjadinya istiqbal
6
atau oposisi, dan lain sebagainya.
1Deklinasi atau Mail adalah jarak suatu benda langit dengan equator atau khatulistiwa
langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu. Lihat. Slamet Hambali,
Pengantar Ilmu Falak, (Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012) h. 203. 2Equation of Time atau ta’dil syams adalah selisih antara kulminasi atas Matahari hakiki
dengan waktu Matahari rata-rata. Lihat. Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, (Banyuwangi:
Bismillah Publisher, 2012) h. 204 3Gerhana Matahari disebut juga dengan Kusuf yang berarti menutupi, sehingga Kusufus
Syams adalah piringan Bulan menutupi piringan dilihat dari Bumi baik sebagian atau seluruhnya.
Keadaan tersebut akan terjadi saat bulan mati atau ijtimak, dimana Bulan dan Matahari berada di
salah satu titik simpul (node). Gerhana Matahari ada tiga macam, yaitu: Gerhana Matahari
Sebagian, Total, dan Cincin. Lihat Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2005), h. 47. Lihat juga Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik,
(Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004), h. 187. 4Gerhana Bulan disebut juga dengan Khusuf yang berarti memasuki, sehingga khusuful
Qamar atau gerhana Bulan adalah sebagian atau seluruh piringan Bulan memasuki krucut
bayangan inti bumi (umbra). Gerhana Bulan terjadi pada saat Istiqbal atau Oposisi dengan
Matahari. Gerhana Bulan ada tiga macam, yaitu: Gerhana Bulan Semu, Sebagian, dan Total. Lihat
Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 45. Lihat
juga Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),
h. 187. 5Ijtimak artinya “kumpul” atau “iqtiran” memiliki makna “bersama”, yaitu posisi
Matahari dan Bulan berada pada satu bujur astronomi. Dalam astronomi dikenal dengan istilah
Conjunction (konjungsi). Para ahli astronomi murni menggunakan ijtimak ini sebagai pergantian
bulan kamariah, sehingga ia disebut dengan New Moon. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu
Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 32. 6Istiqbal artinya “berhadapan”, yaitu fenomena saat Matahari dan Bulan sedang
berhadap-hadapan, sehingga antara keduanya mempunyai selisih bujur astronomi sebesar 180ᵒ.
Pada saat itu bulan berada pada fase purnama. Dalam astronomi, Istiqbal dikenal dengan istilah
Oposisi. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 38.
2
Di antara perubahan waktu adalah sebagai perubahan jam dalam
suatu hari7, perubahan hari dalam suatu bulan
8, perubahan bulan dalam
suatu tahun9, dan pergantian tahun ke tahun begitu seterusnya. Adanya
perubahan tersebut disatukan dalam satu kesatuan yang disebut dengan
Sistem Penanggalan atau Kalender.
Istilah kalender menurut bahasa Inggris Modern adalah “calendar”,
sedangkan menurut bahasa Inggris pertengahan yang asalnya dari bahasa
Prancis lama yaitu “calendier” yang asal mulanya dari bahasa latin
“kalendarium” yang bermakna buku catatan pemberi pinjaman uang. Dalam
bahasa Latinnya sendiri, kalendarium berasal dari kata kalendae atau
calendae yang berarti hari permulaan suatu bulan. Dalam bahasa Indonesia,
istilah kalender sepadan dengan penanggalan.10
Makna kalender menurut beberapa istilah, di antaranya: Pertama,
kalender adalah suatu tabel atau deret halaman-halaman yang
memperlihatkan hari, pekan, dan bulan dalam satu tahun tertentu. Kedua,
suatu sistem yang dengannya permulaan, panjang, dan pemecahan bagian
tahun ditetapkan. Ketiga, sebuah daftar atau jadwal mengenai hari-hari,
kejadian khusus atau yang melibatkan kelompok tertentu. Keempat,
Kalender adalah sebuah sistem pengorganisasian satuan-satuan waktu untuk
tujuan menghitung waktu melewati jangka waktu. Kelima, kalender atau
7 Hari adalah pola berulang yang paling awal dari hasil pengamatan terhadap pergerakan
benda angkasa yang cukup lama. Lihat. Ruswa Darsono, Penanggalan Islam, (yogyakarta: Labda
Press, 2010), h. 29. 8 Bulan adalah pola berulang yang dihasilkan dari pengamatan fase fase bulan. Ruswa
Darsono, Penanggalan Islam, (yogyakarta: Labda Press, 2010), h. 30. 9 Tahun adalah pola berulang dari hasil pengamatan gerakan matahari dan perputaran
musim. Ruswa Darsono, Penanggalan Islam, (yogyakarta: Labda Press, 2010), h. 30. 10
Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan,
(yogyakarta: Labda Press, 2010), h. 27.
3
penanggalan sebagai sistem, maka dapat didefinisikan dengan sistem
pengorganisasian satuan-satuan waktu yang dengannya permulaan, panjang
dan pemecahan bagian tahun ditetapkan yang bertujuan menghitung waktu
melewati jangka yang panjang.11
Keenam, kalender adalah sistem
pengorganisasian satuan-satuan waktu, untuk tujuan penandaan serta
penghitungan waktu dalam jangka panjang. Kalender berkaitan erat dengan
peradaban manusia, karena berperan penting dalam penentuan waktu
berburu, bertani, peribadatan, dan perayaan-perayaan.12
Metode yang digunakan dalam pembuatan kalender adalah atau
penanggalan sangat beragam, di antaranya: penanggalan kalender yang
mendasarkan pada daur astronomis dengan aturan-aturan tetap; penanggalan
kalender yang berdasarkan pada perulangan yang terus menerus dan abstrak
dari suatu daur tanpa hubungan astronomis sama sekali; Adapun sebagian
kalender diatur oleh pengamatan astronomis, setiap unitnya dihitung dengan
hati-hati dan berlebih; kalender yang menduaarti dan terputus hubungan
antar bagiannya; kalender dibukukan dalam aturan-aturan tertulis; sebagian
lain kalender yang hanya disebarkan dengan tradisi bertutur.13
Sistem Penanggalan telah digunakan oleh masyarakat di zaman
dahulu kala sehingga ada macam-macam Kalender yang harus kita
ketahui:14
1. Kalender Sistem Matahari (Solar Sistem)
11
Ruswa Darsono, Penanggalan..., h. 28 12
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet.
III, h. 115. 13
Ruswa Darsono, Penanggalan..., h. 28 14
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, (Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN
Walisongo Semarang, 2011), h. 3-23.
4
a. Kalender Syamsiah/Masehi
b. Kalender Mesir Kuno
c. Kalender Romawi Kuno
d. Kalender Maya
e. Kalender Julian
f. Kalender Gregorian
g. Kalender Jepang
2. Kalender yang berdasarkan fase Bulan (Lunar System)
a. Kalender Hijriah (Islam/Arab)
b. Kalender Saka
c. Kalender Jawa Islam
3. Kalender berdasarkan Bulan-Matahari (Luni-Solar System)
a. Kalender Babilonia
b. Kalender Ibrani/Yahudi
c. Kalender Cina
Dari macam-macam kalender diatas, yang akan menjadi bahan
kajian yang akan diteliti penulis adalah yang berkaitan dengan kalender
Masehi. Kalender Masehi adalah Sistem perhitungan waktu yang
berdasarkan pada pergerakan relatif Bumi terhadap Matahari atau yang
disebut revolusi Bumi selama 365 hari 5 jam 48 menit 2,8 detik.15
Kalender
Masehi ini disebut juga dengan Kalender Syamsiah atau Kalender
Miladiyah.16
15 Slamet Hambali, Almanak..., h. 27. 16
Susiknan Azhari, Ensiklopedi..., h. 121.
5
Kalender ini digunakan secara Internasional salah satunya digunakan
oleh Negara Indonesia dan oleh kalangan gereja disebut dengan Anno
Domini17
(AD) terhitung sejak kelahiran Nabi Isa as (Yesus)18
. Pada masa
sebelum kelahiran Nabi Isa as, penanggalannya disebut dengan masa
Sebelum Masehi (SM). Semua peristiwa dunia dihitung mundur dengan
sebuah gagasan teologis Nabi Isa as. Kalender ini sebelum menjadi
sempurna seperti sekarang ini telah mengalami sejarah yang cukup panjang,
sejak zaman Romawi, jauh sebelum pemerintahan Julius Caesar.19
Dengan
demikian, sistem penanggalan dalam kalender Masehi mengikuti
perkembangan dari kalender Julian dan Gregorian.
Dalam sistem penanggalan Masehi terdapat tahun kabisat dan tahun
basithah. Tahun kabisat (Leap Year) adalah satuan waktu dalam satu tahun
dengan umur 366 hari20
, sedangkan tahun basithah (Common Year) adalah
tahun pendek, yaitu satuan waktu dalam satu tahun umurnya 365 hari.21
Dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan, diantarnya: Januari, Februari, Maret,
April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan
Desember.
17
Anno Domini (AD) artinya Tahun daripada Tuhan kita (In the year of Our Lord) atau
sama dengan Tahun Masehi. Dalam bahasa Indonesia, tahun Masehi disingkat menjadi M dan
tahun-tahun sebelum perhitungan tahun Masehi dihitung mundur yang dinamakan tahun Sebelum
Masehi disingkat menjadi SM. Lihat. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anno_Domini diakses
tanggal 12/02/18 pada pkl: 22:03. 18
Kelahiran Nabi Isa as (Yesus) menjadi titik tolak dalam perhitungan tahun Masehi
berawal dari tahun 527 M karena adanya seorang Biarawati katolik bernama Dionisius Exoguus
yang diberi tugas oleh pimpinan Gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan titik tolak
kelahiran Nabi Isa as (Yesus). Lihat. Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, (Semarang:
Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011), h. 28. 19
Slamet Hambali, Almanak..., h. 29. 20
Muhyiddin Khazin, Kamus..., h. 41. 21
Muhyiddin Khazin, Kamus..., h. 12.
6
Kalender Masehi ini termasuk kalender aritmatik22
yaitu sistem
penanggalan yang bisa dihitung karena berdasarkan rumus-rumus atau
perhitungan aritmatika tanpa harus melakukan pengamatan astronomi23
.
Rumus-rumus atau metode-metode yang selama ini digunakan masih
terkesan njelimet bagi masyarakat awam, salah satunya ilmu hitung dalam
menetukan hari tahun Masehi yang akan datang atau tahun yang telah
terlewat.
Pentingnya mengetahui hari tahun yang akan datang selain untuk
merencanakan sesuatu yang akan dicapai di tahun yang akan datang atau di
tahun-tahun tertentu, penting dalam kepentingan ibadah seperti pelaksanaan
puasa, ibadah haji, penentuan hari raya idul fitri dan idul adha, kepentingan
administrasi, dan lain sebagainya. Sedangkan urgensi mengetahui hari tahun
yang telah berlalu dapat mencari tahu dan mengingat kembali peristiwa
penting yang telah terjadi karena manusia tidak luput dari salah dan lupa.
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk memudahkan masyarakat
dalam menentukan hari tahun Masehi (sebelum dan sesudah), Drs. KH.
Slamet Hambali, M.S.I merumuskan metode perhitungan penentuan hari
tahun Masehi yang lebih sederhana yang disajikan dalam sebuah buku yang
berjudul Almanak Sepanjang Masa.
22
Ahmad Izzuddin, Sistem Penanggalan, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), h.
36-37. 23
Pengamatan astronomi disebut juga dengan observasi bulan atau rukyatulhilal yaitu
usaha melihat atau mengamati hilal di tempat terbuka secara kasatmata atau menggunakan bantuan
alat-alat pengamatan yang dilaksanakan pada saat sebelum terbenamnya Matahari di akhir bulan
kamariah yang sedang berlangsung. Apabila hilal berhasil terlihat maka esok harinya dinyatakan
tanggal satu bulan berikutnya. Apabila hilal tidak terlihat maka esok harinya ditetapkan sebagai
tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak,
(Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 69.
7
Didalam buku Almanak Sepanjang Masa terdapat beberapa materi
yang disajikan, tetapi penulis hanya mengkaji bab II nya saja, yakni sistem
penanggalan Masehi. Kajian yang akan diteliti lebih dalam oleh penulis
adalah tentang “Analisis sistem penanggalan Masehi dalam Buku
Almanak Sepanjang Masa karya Slamet Hambali”. Dalam hal ini yang
akan diteliti dan dianalisis adalah mengenai cara menentukan hari tahun
masehi (sebelum dan sesudah) karena menurut penulis, metode yang
digunakan oleh Drs. KH. Slamet Hambali, M.S.I24
adalah metode
perhitungan manual yang lebih sederhana dan praktis.
Dengan metode sistem penanggalan Masehi dalam buku Almanak
Sepanjang Masa, kita bisa mengetahui hari tahun masehi yang telah berlalu
dan hari tahun Masehi yang akan datang, bahkan kita bisa mengetahui hari
tahun sebelum Masehi (SM) hingga tahun 46 SM. Metode tersebut bisa
digunakan untuk mengetahui hari tahun Masehi yang akan datang tanpa ada
batasan tahun yang dicari atau berlaku sepanjang masa. Berbeda dengan
sistem perhitungan kontemporer, sistem perhitungan ini mengakui adanya
peristiwa perubahan 3 hari pada tahun 325 M, sehingga akan mengakibatkan
adanya perbedaan hasil hari dengan sistem perhitungan kontemporer yang
telah digunakan oleh masyarakat secara umum.
24
Slamet Hambali adalah seorang ahli falak berkaliber nasional, beliau berguru ilmu falak
kepada KH. Zubair Umar al-Jailany dengan mendalami sebuah kitab falak “Al-Khulashoh al-
Wafiyah”. Beliau diberi gelar “sang kalkulator berjalan” saking mahirnya dalam perhitungan
tentunya yang berkaitan dengan ilmu falak. Beliau menjadi Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Walisongo Semarang, UNISSULA, STIE Dharma Putra dan Pasca Sarjana UIN Walisongo
Semarang, juga sebagai Ketua LF-PWNU Jawa Tengah, Wakil Ketua LF-PBNU, Wakil Ketua
Tim Hisab Rukyat Jawa Tengah, Anggota Musyawarah Kerja dan THR Kemenag RI, dan pernah
mengikuti pelatihan Hisab Rukyat tingkat ASEAN (MABIMS). Lihat. Slamet Hambali, Almanak
Sepanjang Masa, (Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011), h.105-
106.
8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak
Sepanjang Masa Karya Slamet Hambali?
2. Bagaimana Akurasi Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak
Sepanjang Masa Karya Slamet Hambali?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak
Sepanjang Masa Karya Slamet Hambali.
2. Untuk mengetahui hisab dalam penentuan hari tahun Masehi (sebelum
dan sesudah).
3. Untuk mengetahui keakuratan perhitungan sistem penanggalan Masehi
dalam Buku Almanak Sepanjang Masa karya Slamet Hambali.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak
Sepanjang Masa Karya Slamet Hambali.
2. Mengetahui hisab dalam penentuan hari tahun Masehi (sebelum dan
sesudah).
3. Mengetahui keakuratan perhitungan sistem penanggalan Masehi dalam
Buku Almanak Sepanjang Masa karya Slamet Hambali.
4. Memudahkan masyarakat awam untuk mengetahui hari tahun Masehi
(sebelum dan sesuadah) dengan cara yang manual.
5. Menambah khazanah keilmuan dalam perkembangan ilmu falak.
9
E. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian
atau kajian-kajian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantara
penelitian-penelitian tersebut, di antaranya:
Buku Sistem Penanggalan Karya Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag,
didalamnya terdapat bahasan tentang Sistem Penanggalan Masehi pada Bab
VI, meliputi: Sejarah Penanggalan Masehi, Perhitungan tahun Masehi,
Sistem Perhitungan Penanggalan Masehi dan contoh perhitungannya.25
Persamaannya dengan pembahasan yang akan diteliti penulis adalah
keduanya membahas sistem penanggalan Masehi, namun yang membedakan
adalah buku yang menjadi acuan dan sistem perhitungan penanggalan
Masehinya. Buku yang menjadi acuan penulis adalah buku Almanak
Sepanjang Masa karya Drs. KH. Slamet Hambali, M.S.I.
Buku Ilmu Falak Teori dan Praktik Karya Muhyiddin Khazin,
didalamnya terdapat bahasan tentang Penanggalan Masehi pada Bab IV,
meliputi: Sejarah Penanggalan Masehi, ketentuan umum, menghitung hari
dan pasaran, dan pembuatan kalender Masehi.26
Persamaannya dengan
pembahasan yang akan diteliti penulis adalah keduanya membahas sistem
penanggalan Masehi, namun yang membedakan adalah buku yang menjadi
acuan dan sistem perhitungan penanggalan Masehinya. Buku yang menjadi
acuan penulis adalah buku Almanak Sepanjang Masa karya Drs. KH.
Slamet Hambali, M.S.I.
25
Ahmad Izzuddin, Sistem Penanggalan, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), h.
76-83. 26
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), h. 103-107.
10
Buku Mengenal Ilmu Falak (Teori dan Implementasi) Karya KH.
Abdul Karim dan Rifa Jamaluddin Nasir, didalamnya terdapat bahasan
tentang Tarikh Masehi, meliputi: Mengetahui permulaan tahun Masehi
(mengetahui permulaan hari, pasaran, dan bulan Masehi).27
Persamaannya
dengan pembahasan yang akan diteliti penulis adalah keduanya membahas
sistem penanggalan Masehi, namun yang membedakan adalah buku yang
menjadi acuan dan sistem perhitungan penanggalan Masehinya. Buku yang
menjadi acuan penulis adalah buku Almanak Sepanjang Masa karya Drs.
KH. Slamet Hambali, M.S.I.
Buku Penanggalan Islam Karya Muh. Adi Bashori, didalamnya
terdapat bahasan tentang Sistem Penanggalan Masehi, meliputi: Sejarah
penanggalan Masehi, Perhitungan tahun Masehi (tahun sideris dan tahun
tropis), sistem perhitungan penanggalan Masehi (menghitung hari dan
pasaran, dan contoh perhitungannya).28
Persamaannya dengan pembahasan
yang akan diteliti penulis adalah keduanya membahas sistem penanggalan
Masehi, namun yang membedakan adalah buku yang menjadi acuan dan
sistem perhitungan penanggalan Masehinya. Buku yang menjadi acuan
penulis adalah buku Almanak Sepanjang Masa karya Drs. KH. Slamet
Hambali, M.S.I.
Buku Sistem Kalender Islam (Dari Perspektif Astronomi) Karya
Mohammad Ilyas, didalamnya terdapat lebih banyak bahasan tentang Sistem
Penanggalan Islam yaitu kalender Qamari, untuk bahasan penanggalan
27
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan Islam, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013),
h. 261-269. 28
Abdul Karim dan M. Rifa Jamaluddin Nasir, Mengenal Ilmu Falak (Teori dan
Implementasi), (Yogyakarta: Qudsi Media, 2012), h. 26-27.
11
Masehi hanya disinggung mengenai masa dan kalender, meliputi:
Pengenalan waktu siang, bulan, tahun, dan permulaan hari, bulan dan
tahun).29
Persamaannya dengan pembahasan yang akan diteliti penulis
adalah keduanya membahas tentang sistem penanggalan, namun yang
membedakan adalah spesifikasi sistem penanggalannya karena yang diteliti
penulis adalah sistem penanggalan Masehi buku yang menjadi acuan buku
Almanak Sepanjang Masa karya Drs. KH. Slamet Hambali, M.S.I.
Skripsi Roudlotul Firdaus yang berjudul “Nalar Kritis Terhadap
Sistem Penanggalan Im Yang Lik” menjelaskan bahwa penanggalan Im
Yang Lik merupakan penanggalan tertua di dunia warisan konsep astronomi-
mitologi petani Cina tradisional sejak abad 13 SM pada masa kejayaan
dinasti Shang (1600-1046 SM) yang hingga kini masih terus dijadikan
pedoman dalam bidang praksis dan penentuan perayaan atau hari besar bagi
komunitas Tionghoa pada umumnya. Dalam sistem lunisolar yang diadopsi
sistem penanggalan Im Yang Lik, terdapat tiga komponen utama, konsep
hari, bulan dan tahun, serta musim.30
Persamaan materi yang dikaji antara
Skripsi Roudlatul Firdaus dengan penelitian yang akan dibahas penulis
adalah keduanya membahas sistem penanggalan, namun berbeda nama
sistem penanggalan. Roudlatul Firdaus menganalisis Sistem Penanggalan Im
Yang Lik, sedangkan penulis menganalisis Sitem Penanggalan Masehi.
Skripsi Anifatul Kiftiyah yang berjudul “Posisi Penggunaan
Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan Ibadah di Keraton
29
Mohammad Ilyas, Sistem Kalender Islam (Dari Perspektif Astronomi), (Selangor Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997), h. 9-22. 30
Roudlotul Firdaus, “Nalar Kritis Terhadap Sistem Penanggalan Im Yang Lik”, Skripsi
IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: 2012).
12
Ngayogyakarta Hadiningrat” dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa dalam
penetapan awal bulan Kamariah, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat saat
ini menggunakan sistem hisab Asapon. Metode perhitungannya
menggunakan sistem perhitungan aritmatik sehingga untuk menentukan
awal bulan, ahli hisab keraton harus tahu penanggalan sebelumnya.
Kemudian terdapat dua pemetaan dalam penggunaan penanggalan Jawa
Islam, sebelum kemerdekaan RI penggunaan Jawa Islam masih digunakan
sebagai penentu pelaksanaan ibadah awal bulan Kamariah dan penentu
pelaksanaan upacara adat istiadat, akan tetapi setelah kemerdekaan RI
penggunaan penanggalan Jawa Islam mengalami pergeseran, penanggalan
Jawa Islam hanya dipakai sebagai penentu upacara adat istiadat dan
penentuan pelaksanaan ibadah awal bulan mengikuti ketetapan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah RI.31
Perbedaan yang signifikan antara skripsi
Anifatul Kiftiyah dengan materi yang dikaji penulis, yaitu skripsi Anifatul
Kiftiyah membahas Penanggalan Jawa Islam sedangkan penulis meneliti
penanggalan Masehi, namun keduanya sama-sama membahas sistem
penanggalan.
Makalah yang berjudul “Penentuan Hari pada Berbagai Sistem
Penanggalan Menggunakan Kekongruenan Zeller” karya Devia Hoesen,
didalamnya dipaparkan bahwa Kekongruenan Zeller dapat digunakan untuk
menentukan hari pada kalender Gregorian dan Julian. Prinsip dasar
perhitungan kekongruenan Zeller adalah menghitung perubahan hari untuk
perubahan jangka waktu tertentu baik perubahan tanggal (hari), bulan,
31
Anifatul Kiftiyah, “Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan
Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat”, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang:
2011).
13
tahun, empat tahunan (Kabisat), abad, empat ratus tahunan, maupun jangka
waktu lainnya. Dengan prinsip dasar tersebut, Kekongruenan Zeller dapat
diperluas untuk memperkirakan hari dari suatu tanggal pada penanggalan
Hijriyah. Perubahan jangka waktu yang diperhitungkan pada penanggalan
ini adalah perubahan tanggal (hari), bulan, tahun, tiga puluh tahunan, dan
tahun kabisat yang jangka waktunya tidak pasti. Namun, rumus
Kekongruenan Zeller untuk kalender Hijriah hanya bisa memperkirakan hari
karena penentuan kalender Hijriah harus disertai dengan pengamatan bulan
baru/rukyatulhilal.32
Persamaan materi makalah yang dibahas oleh Devia
Hoesen dengan materi penelitian Penulis adalah keduanya mengkaji tentang
memperkirakan hari tahun Masehi, namun berbeda metode yang digunakan.
Metode yang digunakan oleh Devia Hoesen adalah Rumus Kekongruenan
Zeller, sedangkan metode yang digunakan penulis adalah Metode penentuan
hari tahun Masehi menurut Drs. KH. Slamet Hambali.
Skripsi berjudul “Analisis Penanggalan Sunda dalam Perspektif
Astronomi” karya Jannatun Firdaus, didalamnya menjelaskan bahwa aturan
tahun kabisat kala saka Sunda sama dengan aturan penanggalan Julian, yaitu
angka tahun yang habis dibagi 4 menjadi tahun kabisat, tetapi ada
pengecualiannya yaitu tahun yang habis dibagi 128 tidak boleh kabisat
walau habis dibagi 4. Aturan kala saka Sunda dengan menghilangkan satu
tahun kabisat setiap 128 tahun menghasilkan penyimpangan hanya
0,0000125 hari/tahun atau penyimpangan 1 hari dalam 80.000 tahun.
Artinya setelah 80.000 tahun harus ada penambahan 1 hari pada kala saka
32
Devia Hoesen, “Penentuan Hari pada Berbagai Sistem Penanggalan Menggunakan
Kekongruenan Zeller”, Makalah Institut Teknologi Bandung, (Bandung: 2011).
14
Sunda. Adapun penanggalan masehi mempunyai selisih 0,0003 hari/tahun
sehingga akurasinya adalah 3.334 tahun. Sedangkan kala caka Sunda dan
penanggalan hijriah berbasis hisab urfi mempunyai selisih 0,0004133
hari/tahun, sehingga akurasinya adalah 2.420 tahun.33
Perbedaannya dengan
yang akan dikaji penulis adalah dari segi subjeknya. Subjek kajian skripsi
Jannatun Firdaus adalah Penanggalan Sunda sedangkan Subjek kajian
penulis adalah Penanggalan Masehi.
Skripsi Mutmainah yang berjudul “Studi Analisis Pemikiran Slamet
Hambali Tentang Penentuan Awal Waktu Salat Perode 1980-2012”,
menjelaskan bahwa dalam perhitungan waktu salat, Slamet Hambali
memberikan alur perhitungan yang sistematis. Perhitungan diawali dengan
menentukan tinggi Matahari dari masing-masing waktu. Dalam
perkembangannya Slamet Hambali beberapa kali melakukan perubahan.
Adapun aspek yang berkembang dari pemikiran Slamet Hambali adalah: a).
Penggunaan formulasi ketinggian tempat dalam penentuan tinggi Matahari
saat terbenam. b). Pengambilan nilai ikhtiyat, yakni 2 menit untuk semua
waktu dan 3 menit khusus untuk Zuhur, dan c). Formulasi baru untuk tinggi
Matahari awal Isya’ dan Subuh, yakni menggunakan refraksi 0ᵒ 03’.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Slamet Hambali membuktikan
bahwa pemikiran Slamet Hambali ini terus berkembang. Corak pemikiran
Slamet Hambali merupakan sintesa kreatif antara ilmu falak dan ilmu
astronomi.34
Persamaan kajian yang dibahas oleh penulis dengan hasil
33
Jannatun Firdaus, “Analisis Penanggalan Sunda dalam Perspektif Astronomi”, Skripsi
IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: 2013). 34
Mutmainah, “Studi Analisis Pemikiran Slamet Hambali Tentang Penentuan Awal
Waktu Salat Perode 1980-2012”, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: 2012).
15
penelitian Mutmainah terletak pada Tokoh yang dijadikan sumber utama
penelitian yaitu Bapak Drs. KH. Slamet Hambali, M. SI, kemudian
perbedaannya sangat mencolok, Skripsi Mutmainah menganalisis tentang
waktu salat sedangkan penulis menganalisis tentang sistem penanggalan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan analisisnya, penelitian ini merupakan jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.35
yang dalam hal ini penulis bertujuan untuk
mendeskripsikan sistem penanggalan masehi dalam buku Almanak
Sepanjang Masa karya Slamet Hambali. Penelitian ini juga merupakan
kajian kepustakaan (library research) karena berdasarkan pada data
sebuah buku berjudul Almanak Sepanjang Masa serta wawancara kepada
KH. Slamet Hambali, M. SI sebagai penulis buku tersebut.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang
dikumpulkan dan berkaitan dengan objek penelitian yang dikaji.36
Data
35
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 4. 36
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. IV, h.
36.
16
primer dalam penelitian ini berupa buku yang berjudul Almanak
Sepanjang Masa karya Slamet Hambali.
b. Data Sekunder
Data Sekunder dalam penelitian ini berupa wawancara kepada Drs.
KH. Slamet Hambali, M. SI sebagai penulis buku Almanak Sepanjang
Masa, dan data berupa buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan
sistem penanggalan seperti buku yang berjudul Penanggalan Islam
karya Ruswa Darsono, buku Sistem Penanggalan Karya Dr. H. Ahmad
Izzuddin, M. Ag, dan buku-buku lainnya yang berhubungan dengan
bahasan materi yang dikaji dalam penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan dua metode pengumpulan data:
a. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode menganalisis data atau fakta yang
disusun secara logis dari sejumlah bahan. Dokumen dalam penelitian
ini berupa buku yang berjudul Almanak Sepanjang Masa, buku Sistem
Penanggalan Tinjauan Sistem, Fiqih, dan Hisab Penanggalan, buku
Ilmu Falak, buku Sistem Penanggalan, buku Ilmu Falak dalam Teori
dan Praktik, dan buku-buku lainnya serta artikel-artikel, jurnal,
makalah-makalah yang berhubungan dengan materi yang dikaji dalam
penelitian ini.
b. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan
pertemuan antara dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan
17
ide melalui tanya jawab, komunikasi via email, dan sosial media
lainnya sehingga menghasilkan keterangan, pendapat secara lisan
dengan bertanya langsung kepada responden37
. Wawancara pada
penelitian ini akan ditujukan kepada Drs. KH. Slamet Hambali, M. SI,
sebagai penulis buku Almanak Sepanjang Masa.
4. Metode Analisis Data
Ditinjau dari segi analisisnya, penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif.38
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.39
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif.
Rujukan utama penelitian ini berupa buku Almanak Sepanjang Masa karya
Slamet Hambali. Penulis menganalisis data sistem penanggalan Masehi
yang digunakan oleh Slamet Hambali. Kemudian untuk mengetahui
akurasi sistem perhitungan penentuan hari tahun Masehi (sebelum dan
sesudah) dalam buku Almanak Sepanjang Masa tersebut, penulis
menggunakan sistem perhitungan kontemporer berbasis tekhnologi, seperti
Aplikasi Win hisab dan Digital Falak sebagai tolak ukurnya. Win Hisab
dan Digital Falak tersebut digunakan sebagai parameter pembanding
karena secara umum telah terpercaya keakuratannya secara internasional.
37
Suyanto, Metode..., h. 69. 38
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Pres, 1986), h. 20. 39
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 64.
18
G. Sistematika penulisan
Secara umum, penulisan penelitian ini akan disusun menjadi lima bab
dan terdiri dari beberapa sub bab untuk memudahkan dalam memahami
hasil penelitian ini, yaitu:
Bab I membahas tentang latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II membahas tentang tinjauan umum sistem penanggalan,
meliput: Sistem penanggalan Masehi (Definisi sistem penanggalan, Macam-
macam sistem penanggalan, Sejarah penanggalan Masehi, Sistem
perhitungan penanggalan Masehi), Dasar hukum sistem penanggalan (al-
Quran dan Hadits), Software untuk mengetahui hari tahun Masehi
(Winhisab 2007 v.2.0, Winhisab 2010 v.2.12 dan Digitsl Falak v.2.06).
Bab III membahas tentang sistem penanggalan masehi dalam buku
Almanak Sepanjang Masa yang terdiri dari biografi Slamet Hambali, karya-
karya Slamet Hambali, buku Almanak Sepanjang Masa, sistem penanggalan
masehi dalam buku Almanak Sepanjang Masa.
Bab IV terdiri dari analisis sistem penanggalan masehi dalam buku
Almanak Sepanjang Masa dan analisis keakuratan sistem penanggalan
masehi dalam buku Almanak Sepanjang Masa.
Bab V berisi kesimpulan, saran dan penutup
19
BAB II
KAJIAN UMUM SISTEM PENANGGALAN MASEHI
A. Sistem Penanggalan Masehi
1. Definisi Sistem Penanggalan
Penanggalan dalam pemahaman modern masyarakat umum lebih
dikenal dengan sebutan kalender. Istilah kalender sendiri berasal dari
bahasa Inggris Calendar. Dalam bahasa Prancis lama disebut Calendier,
sedangkan padanan dalam bahasa Latin yaitu Kalendarium yang berasal
dari kata Kalendae atau Calendae yang berarti hari permulaan suatu bulan.
Penanggalan disebut juga dengan Tarikh, Taqwim, dan Almanak.1
Istilah penanggalan berarti suatu sistem pengorganisasian waktu
dalam dalam satuan-satuan untuk perhitungan jangka bilangan waktu.
Dalam ranah praktisnya, penanggalan terdiri dari hari, sedangkan hari
merupakan akumulasi dari satuan detik ke menit, menit ke jam dan jam ke
hari.2
Penanggalan merupakan sebuah kebutuhan dalam peradaban
manusia karena erat kaitannya dengan peradaban manusia. Penanggalan
diciptakan untuk memenuhi kebutuhannya, di antaranya seperti untuk
memperiodesasikan waktu untuk tujuan-tujuan didalam hajat manusia,
1 Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan,
(yogyakarta: Labda Press, 2010), h. 27. 2 Muh. Hadi Bashori, Penanggalan Islam, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013),
h.1.
20
untuk menentukan masa bertani, penentu waktu untuk berburu, bermigrasi,
peribadatan, dan perayaan-perayaan, dan lain sebagainya.3
Arti penting penanggalan dalam peradaban manusia selain
dirasakan di zaman kuno dan zaman modern, penanggalan tidak dapat
dikesampingkan walaupun telah memiliki berbagai tekhnologi, karena
penanggalan sangat penting dalam pengorganisasian waktu, baik dalam
aktivitas sehari-hari manusia dengan sesama, ataupun rutinitas ibadah
yang kaitannya merupakan kewajiban sebagai umat beragama.4
Sistem penanggalan pada dasarnya mengacu pada fenomena
astronomi, sedangkan dalam perhitungan matematisnya, penyusunan
penanggalan didasarkan pada siklus astronomi tertentu dengan aturan yang
berbeda. Pada umumnya, sistem penanggalan yang digunakan
mendasarkan pada siklus astronomi yang mengikuti aturan tetap, seperti
mengikuti daur fase bulan, fase Bumi mengelilingi Matahari, dan
mendasarkan pada aturan abstrak yang hanya mengikuti siklus berulang
tanpa memiliki makna astonomis, aturan ini berdasarkan aturan hukum
tertulis ataupun hukum yang disampaikan melalui lisan.5
2. Macam-Macam Sistem Penanggalan
a. Sistem Penanggalan berdasarkan Jenis Acuan Pewaktuan
1) Kalender Matahari (Solar System),
Kalender Matahari merupakan kalender yang menggunakan
pergerakan Matahari sebagai dasar perhitungannya, patokan
3 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet.
III, h. 115. 4 Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 4-5.
5 Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 2.
21
utamanya adalah ketika Matahari di equator atau ketika lama
siang dan malam hari sama panjangnya pada awal musim semi
di belahan bumi bagian utara. Satu tahun adalah lamanya
Matahari beredar dari titik musim semi ke titik musim semi
selanjutnya, yaitu selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik
(365.2422 hari) atau disebut juga lamanya revolusi Bumi.6
Contoh kalender ini adalah Kalender Mesir Kuno, Kalender
Romawi Kuno, Kalender Maya, Kalender Julian, Kalender
Gregorian, dan Kalender Jepang.
2) Kalender Bulan (Lunar System)
Kalender Bulan memanfaatkan perubahan fase bulan sebagai
dasar perhitungan waktu. Dalam perjalanannya mengelilingi
Bumi, fase bulan akan berubah dari fase bulan mati ke bulan
sabit, bulan separuh, bulan lebih separuh, purnama, bulan
separuh, bulan sabit, dan kembali ke bulan mati. Lamanya rata-
rata 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (29.5306 hari), periode ini
disebut satu bulan. Panjang tahunnya adalah 12 bulan (12 x
29.5306 hari) = 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik (354.3672
hari).7 Contoh kalender ini adalah Kalender Hijriah, Kalender
Saka, dan Kalender Jawa Islam.
3) Kalender Bulan-Matahari (Luni-Solar System)
Kalender Luni-Solar adalah kalender yang dalam satu tahun
berumur 365.2422 hari (sama seperti kalender Matahari),
6 Ruswa Darsono, Penanggalan..., h. 32.
7 Ruswa Darsono, Penanggalan..., h. 32-33.
22
namun didalam pergantian bulan dalam kalender ini
disesuaikan dengan fase-fase bulan sehingga 1 bulan = 29.5306
hari. Normalnya, kalender terdiri dari 12 bulan. 1 bulan ada
yang lamanya 29 hari, ada yang 30 hari. Maka, jika kita hitung
dalam setahun hanya ada 12 x 29.5309 hari = 354 hari, lebih
cepat 11 hari dari yang seharusnya.
Agar kalender ini tetap konsisten dengan pergerakan Matahari,
dibuatlah tahun kabisat yang terdiri dari 13 bulan sebanyak 7
kali dalam 19 tahun. Kelebihan kalender ini adalah
konsistennya dengan musim sekaligus penggunaannya untuk
keperluan ibadah.8 Contoh kalender ini adalah Kalender Cina,
Kalender Yahudi, dan Kalender Babilonia.
b. Sistem Penanggalan berdasarkan mudah dan tidaknya perhitungan
1) Aritmatik adalah sistem kalender yang dapat dengan mudah
dihitung karena berdasarkan rumus-rumus dan perhitungan
aritmatik, contohnya: Kalender Masehi.9
2) Astronomik adalah sistem kalender yang didasarkan pada
pengamatan astronomi (pengamatan posisi benda langit) yang
berkelanjutan, contohnya: Kalender Hijriah dan Kalender
Cina.10
Sistem penanggalan yang berkembang di dunia sejak zaman kuno
sampai era modern yang dicatat dalam Ensiklopedia Britannica, antara
lain: Penanggalan Sistem Primitif (Primitive Calendar System);
8 Ruswa Darsono, Penanggalan..., h. 33.
9 Ahmad Izzuddin, Sistem..., h. 36-37.
10 Ahmad Izzuddin, Sistem..., h. 40-41.
23
Penanggalan Barat (Western Calendar), meliputi: Penanggalan Romawi,
Penanggalan Julian, Penanggalan Gregorius, Penanggalan Perpertual;
Penanggalan Cina (Chinese Calendar); Penanggalan Mesir (Egyptian
Calendar); Penanggalan Hindia (Hindia Calendar) atau Penanggalan
Saka; Penanggalan Babilonia (Babylonia Calendar); Penanggalan Yahudi
(Jewish Calendar); Penanggalan Yunani (Greek Calendar); Penanggalan
Islam (Islamic Calendar); Penanggalan Amerika Tengah (Middle
American Calendar).11
3. Sejarah Penanggalan Masehi
Sistem penanggalan Masehi (Gregorian) yang sekarang digunakan
berakar dari sistem kalender Julian yang merupakan perbaikan sistem
kalender Romawi. Reformasi kalender ini dilakukan Julius Caesar pada
tahun 45 SM dengan bantuan seorang ahli Mastematika dan Astronomi
Alexandria yang bernama Sosigenes dengan mempergunakan panjang satu
tahun masehi = 365,25 hari. Sistem Kalender ini kemudian terkenal
dengan sistem kalender (penanggalan) Julian.12
Nama lain Penanggalan Masehi adalah penanggalan Syamsiah atau
penanggalan Miladiah, penanggalan ini diciptakan dan diproklamirkan
penggunaannya dengan Numa Pompilus pada tahun berdirinya kerajaan
Roma tahun 753 SM. Penanggalan ini berdasarkan pada perubahan musim
sebagai akibat peredaran semu Matahari dan menetapkan panjang satu
11
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 2. 12
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 261.
24
tahun berumur 366 hari. Bulan pertamanya adalah Maret karena posisi
Matahari berada di titik Aries pada bulan Maret. 13
Kemudian pada tahun 46 SM, menurut penanggalan Numa sudah
bulan Juni tetapi posisi Matahari sebenarnya baru pada bulan Maret
sehingga oleh Julius Caesar sebagai penguasa kerajaan Romawi atas saran
dari ahli Astronomi Iskandaria yang bernama Sosigenes diperintahkan agar
penanggalan Numa tersebut diubah dan disesuaikan dengan posisi
Matahari yang sebenarnya, yaitu dengan memotong penanggalan yang
sedang berjalan sebanyak 90 hari dan menetapkan pedoman baru bahwa
satu tahun = 356.25 hari.14
Bilangan tahun yang tidak habis dibagi empat dinamakan sebagai
tahun Basithah (tahun pendek atau Common Year) dengan umur 365 hari,
sedangkan bilangan tahun yang bisa dibagi empat dinamakan tahun
Kabisat (tahun panjang atau Leap Year) dengan umur 366 hari.
Penanggalan hasil koreksian ini kemudian dinamakan dengan Kalender
Yulius atau Kalender Yulian.15
Dalam sistem penanggalan Julian ini mengabaikan bilangan 0 jam
11 menit 14 detik padahal yang semestinya pada setiap 128 tahun, sistem
penanggalan diajukan 1 hari. Namun ketika itu tidak diperhatikan sehingga
pada tahun 325 M terjadilah permasalahan dan kesimpangsiuran. Hal ini
terjadi pada Consili di Necia dimana penanggalan diloncatkan 3 hari.
Sebenarnya sistem perhitungan serupa ini telah berlangsung lama sebelum
13
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 262. 14
Ahmad Izzuddin, Sistem..., h. 74. 15
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h..262.
25
dilahirkannya Nabi Isa as. Saat itu bulan yang pertama adalah Maret, bulan
kedua April dan bulan terakhir adalah Februarius.16
Kalender Romawi hanya berumur 10 bulan, yaitu: Martius (Maret),
Aprilis (April), Maius (Mei), Junius (Juni), Quintilis (Juli), Sextilis
(Agustus), September (September), October (Oktober), November
(Nopember), December (Desember). Berkembang di Romawi sebelum
Julius Caesar di kota Antium dan sekitar tahun 700 SM terjadi
penambahan jumlah bulan menjadi 12 bulan.17
Nama-nama bulan pada masa Julis Caesar, yaitu: Martius (31),
Aprilis (29), Maius (31), Junius (29), Quintius (31), Sextilis (29),
September (29), October (31), November (29), December (29), Ianuarius
(29), Februarius (28). Seperti halnya pemberian nama-nama hari,
pemberian nama bulan pada kalender yang kemudian menjadi kalender
Masehi ini ada kaitannya dengan Dewa bangsa Romawi. Contohnya: bulan
Maritius (Dewa Mars), bulan Maius (Dewa Maia), dan bulan Junius
(Dewa Juno).18
Kemudian pada waktu Dewan Gereja bersidang yang pertama
kalinya pada bulan Januari, sehingga pada saat itu, bulan Januari
ditetapkan sebagai bulan yang pertama dan bulan yang terakhir adalah
Desember. Sistem ini dikenal dengan sistem Yustinian. Meskipun telah
diadakan koreksian dan peruabahan, namun ternyata kalender Julian masih
16
Slamet Hambali, Almanak..., h. 33-34. 17
Ahmad Izzuddin, Sistem..., h. 74. 18
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 263.
26
panjang 11 menit 14 detik dari titik musim yang sebenarnya, sehingga
akibatnya kalender itu harus mundur 3 hari setiap 400 tahun.19
Pada tahun 1582 M ada hal yang menarik perhatian, yaitu saat
penentuan wafat Isa Al-Masih yang diyakini oleh orang-orang bahwa
peristiwa itu jatuh pada hari Minggu setelah bulan purnama yang selalu
terjadi setelah Matahari di titik Aries (21 Maret). Namun pada saat itu
mereka memperingatinya tidak lagi pada hari Minggu setelah terjadi bulan
purnama setelah Matahari di titik Aries, tetapi setelah beberapa hari
berlalu. Dengan terjadinya peristiwa tersebut mengetuk hati Paus
Gregorius XIII (paus renaissance) untuk mengadakan koreksi terhadap
kalender Yustinian yang sudah berlaku agar sesuai dengan posisi Matahari
yang sebenarnya.20
Paus Gregorius XIII atas saran Christopher Clavius (ahli
perbintangan) melakukan koreksi terhadap penanggalan yang berlaku pada
saat itu dengan memotong 10 hari, dengan memerintahkan agar keesokan
harinya langsung langsung hari Jumat, 15 Oktober 1582 M dan bukan lagi
hari hari Kamis 5 Oktober 1582 M.21
Koreksi ini agar peringatan wafatnya
Isa Al-Masih jatuh pada bulan Purnama segera saat Matahari melintasi
titik Aries (21 Maret) sehingga pada saat itu juga ditetapkan bahwa tahun
pertama Masehi adalah pada saat kelahiran Isa Al-Masih.22
19
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 264. 20
Ahmad Izzuddin, Sistem..., h. 75. 21
Slamet Hambali, Almanak..., h. 37-38. 22
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 264.
27
Masalah ini dapat dipecahkan dengan hari-hari kabisat yang agak
berbeda pada penanggalan sekarang. Pada sistem Julian (Yustinian) setiap
tahun yang bisa dibagi 4 adalah tahun kabisat padahal masa revolusi Bumi
mengelilingi Matahari dalam 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik dibulatkan
menjadi 365 hari 6 jam atau 365.25 hari. Dengan pembulatan ini terjadi
loncatan 0 jam 11 menit 14 detik. Maka dalam masa 128 tahun, jumlah
loncatan itu terkumpul menjadi 23 jam 57 menit 52 detik yang dibulatkan
menjadi 24 jam atau 1 hari. Akibat dari pembulatan yang dilakukan untuk
membulatkan menjadi 1 hari atau 24 jam, maka terjadi loncatan lagi
sebesar 0 jam 2 menit 8 detik. Dalam masa 86400 tahun, loncatan 0 jam 2
menit 8 detik terkumpul menjadi 24 jam 00 menit 0.01 detik atau 1 hari.
Untuk menjaga agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang,
maka ada dua ketetapan: Pertama, Penanggalan Masehi harus diajukan 10
hari (Kamis Legi, 4 Oktober 1582 M berikutnya Jumat Pahing, 15 Oktober
1582 M). Ketetapan Kedua, Tahun ratusan yang tidak habis dibagi 400
ditetapkan sebagai tahun Basithah. Misalnya tahun 1700, 1800, 1900,
2100, 2200, dst.23
Adapun perbedaan tahun kabisat sistem julian dan sistem gregorian
adalah dalam Periode Julian, tahun kabisat adalah tahun Masehi yang
habis dibagi 4 saja. Sedangkan dalam periode Gregorian, tahun kabisat
adalah tahun Masehi yang habis dibagi 4 dan 400.
23
Slamet Hambali, Almanak..., h. 39.
28
Tabel yang menunjukkan perbedaan karena adanya anggara Gregorian.24
Tahun Menurut
Tahun Menurut
Julian Gregorian Julian Gregorian
1600 Kabisat Kabisat 1600 Kabisat Kabisat
1602 Basithah Basithah 1604 Kabisat Kabisat
1612 Kabisat Kabisat 1614 Basithah Basithah
1722 Basithah Basithah 1624 Kabisat Kabisat
1700 Kabisat Basithah 1700 Kabisat Basithah
1736 Kabisat Kabisat 1738 Basithah Basithah
1746 Basithah Basithah 1748 Kabisat Kabisat
1800 Kabisat Basithah 1800 Kabisat Basithah
1852 Basithah Basithah 1852 Kabisat Kabisat
1864 Kabisat Kabisat 1862 Basithah Basithah
1900 Kabisat Basithah 1900 Kabisat Basithah
1966 Basithah Basithah 1968 Kabisat Kabisat
1976 Kabisat Kabisat 1978 Basithah Basithah
2000 Kabisat Kabisat 2000 Kabisat Kabisat
Pada daftar tabel diatas tampak bahwa dalam waktu 400 tahun,
Gregorian berhasil meniadakan 3 kali tahun kabisat, berarti Gregorian
berhasil memperkecil kesalahan sistem penanggalan Julian. Ketentuan-
ketentuan tersebut masih berlaku hingga saat ini sehingga dinamakan
dengan Sistem Gregorian atau Kalender Gregorian.
Meskipun demikian, peniadaan tahun kabisat pada tahun abad yang
tidak dapat dibagi 400, yaitu untuk masa tertentu (3.323 tahun) masih tetap
akan ada selisih 1 hari, sehingga untuk menyesuaikannya harus menjadi 1
tahun kabisat lagi. Maka kekurangan 0 jam 11 menit 14 detik diatas dalam
24
Slamet Hambali, Almanak..., h. 39-40.
29
jangka 4 abad (400 tahun) = 400 x 0 jam 11 menit 14 detik = 74 jam 53
menit 20 detik, sama dengan 3 hari 2 jam 53 menit 20 detik, berarti lebih 2
jam 53 menit 20 detik dalam jangka waktu 3.323 tahun, kelebihan itu akan
berjumlah 24 jam (1 hari). 25
Untuk menghadapi perhitungan yang rumit, maka harus ada
penyederhanaan lagi, yaitu 1 siklus (4 tahun) = 1461 hari, dengan
demikian untuk memperoleh jumlah hari dapat dirumuskan bilangan hari
dibagi 4 kemudian dikalikan 1461 hari, setelah itu hasilnya dikurangi 13
hari. Bilangan 13 hari ini berasal dari dua kejadian, yaitu: Pertama, jumlah
10 hari akibat dari pembaharuan sistem Gregorian yang mengakibatkan
majunya hari dari dari 4 Oktober 1582 M menjadi 15 Oktober 1582 M.
Kedua, jumlah 3 hari berasal dari abad ke-17, 18, dan 19 yang didalam
perhitungan dianggap sebagai tahun panjang padahal semestinya tahun
pendek. 26
Sistem penanggalan ini berlaku di Indonesia sejak negara Belanda
memasuki Indonesia sekitar tahun 1600-an karena di Belanda sendiri
sistem penanggalan Gregorian diberlakukan sejak tahun 1583.27
Kemudian
ketentuan-ketentuan yang harus diketahui adalah satu tahun Masehi ada 12
bulan, yaitu Januari (31 hari), Februari (Jika tahun Kabisat = 29 hari, jika
tahun Basithah = 28 hari), Maret (31 hari), April (30 hari), Mei (31 hari),
Juni (30 hari), Juli (31 hari), Agustus (31 hari), September (30 hari),
Oktober (31 hari), November (30 hari), Desember (31 hari).28
25
Slamet Hambali, Almanak..., h. 40-41. 26 Slamet Hambali, Almanak..., h. 41 27
Slamet Hambali, Almanak..., h. 44. 28
Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 265.
30
Jumlah hari dalam tahun Kabisat adalah 366 hari, sedangkan
jumlah hari dalam tahun Basithah adalah 365 hari, ini disebabkan revolusi
Bumi mengelilingi Matahari yang tidak tetap akibat lintasannya yang
ellips. Jumlah hari dalam 1 Minggu ada 7 hari, yaitu Minggu/Ahad
(Sunday), Senin (Monday), Selasa (Tuesday), Rabu (Wednesday), Kamis
(Thursday), Jumat (Friday), dan Sabtu (Saturday). Akhirnya sistem
penanggalan Masehi atau Kalender Masehi dapat diterima di seluruh dunia
untuk perhitungan dan pendokumentasian waktu secara Internasional.29
4. Sistem Perhitungan Penanggalan Masehi
a. Ketentuan Umum:30
1 tahun Masehi = 365 hari (basithah), Februari = 28 hari atau
366 hari (kabisat), Februari = 29 hari.
Tahun kabisat adalah bilangan tahun yang habis dibagi 4
(misalnya tahun 1992, 1996, 2000, 2004), kecuali bilangan abad
yang tidak habis dibagi 4 (misalnya 1700, 1800, 1900, 2100,
dst) adalah tahun basithah.
1 siklus = 4 tahun (1461 hari)
Penyesuaian akibat anggaran Gregorian sebanyak 10 hari sejak
15 Oktober 1582 M serta penambahan 1 hari pada setiap
bilangan abad yang tidak habis dibagi 4 sejak tanggal tersebut,
sehingga sejak tahun 1900 sampai 2099 ada penambahan
koreksi 13 hari (10 + 3).
29 Slamet Hambali, Almanak..., h. 45. 30
Ahmad Izzuddin, Sistem..., h. 78
31
b. Perhitungan penentuan hari tahun Masehi (tanggal 1 Januari)
dengan cara:
Tentukan tahun yang akan dihitung.
Hitung tahun tam, yakni tahun yang bersangkutan dikurangi satu
(-1).
Hitung berapa siklus selama tahun tam tersebut, yakni interval
(tahun tam : 4).
Hitung berapa tahun kelebihan dari sejumlah siklus tersebut.
Hitung berapa hari selama siklus yang ada, yakni siklus x 1461
hari.
Hitung berapa hari selama tahun kelebihan tersebut, yaitu
kelebihan tahun x 365 hari.
1 tahun = 365 hari 3 tahun = 1095 hari
2 tahun = 730 hari 4 tahun = 1461 hari.
Jumlahkan hari-hari tersebut dan tambahkan 1 (tanggal 1
Januari).
Kurangi dengan koreksi Gregorian, yaitu 10 + .... hari.
Jumlah hari kemudian dibagi 7, selebihnya dihitung mulai hari
sabtu atau
1 = Sabtu, 3 = Senin, 5 = Rabu 7 = Jumat
2 = Ahad, 4 = Selasa, 6 = Kamis 0 = Jumat. 31
31
Ahmad Izzuddin, Sistem..., h. 79-80.
32
B. Dasar Hukum Sistem Penanggalan
1. Al-Quran
a. QS. At-Taubah ayat 36
هور عند اللو اث نا عشر شهرا ف كتاب اللو ي وم خلق ة الش إن عدي ها أرب عة حرم ذلك الد ماوات واألرض من ن القيم فال تظلموا فيهن الس
أن فسكم وقاتلوا المشركني كافة كما ي قاتلونكم كافة واعلموا أن اللو مع المتقني
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua
belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya
diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum
musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi
kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa.” (QS. 9 [At-Taubah]: 36)32
b. QS. Al-Isra’ ayat 12
هار مبصرة وجعلنا ا هار آي ت ني فمحونا آية الليل وجعلنا آية الن لليل والن نني والساب وكل شيء لتبت غوا فضال من ربكم ولت علموا عدد الس
فصلناه ت فصيال“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang
itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya
kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan
segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.” (QS. 17 [Al-
Isra’]: 12)33
32
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta Pusat: Bintang Indonesia
Jakarta, 2011), h. 192. 33
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an..., h. 283.
33
c. QS. Yunus ayat 5
ره منازل لت علموا عدد مس ضياء والقمر نورا وقد ىو الذي جعل الشنني والساب ما خلق اللو ذلك إال ل اآليات لقوم الس بالق ي فص
ي علمون
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-
tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
(QS. 10 [Yunus]: 5)34
Berdasarkan firman Allah SWT QS. Yunus ayat 5, Sesungguhnya
Tuhan telah menciptakan langit dan bumi dan menjadikan matahari
bersinar diwaktu siang dan rembulan bercahaya di waktu malam serta
mengatur kehidupan hamba-Nya dengan aturan yang indah. Kemudian
Allah menentukan tempat-tempat persinggahan rembulan yang ada 28 dan
pada setiap malamnya dan singgah pada salah satunya tanpa melampaui
dan tanpa terlambat. Rembulan atau bulan dapat dilihat dengan mata
kepala pada tempat-tempat persinggahan namun pada satu atau dua malam
lainnya ia tertutup awan tidak bisa dilihat. Dengan adanya sifat kedua
benda angkasa dan telah ditentukan tempat-tempat persinggahannya
dimaksudkan agar dapat mengetahui perhitungan waktu, bulan, hari dalam
menetapkan waktu ibadah dan muamalah.35
34
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an..., h. 208. 35
Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz II, (Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang, 1993), h. 125-126.
34
2. Hadits
Dalam Islam mengenai jumlah hari dalam satu Bulannya juga telah
dijelaskan dalam beberapa hadits nabi. Jumlah hari yang dijelaskan dalam
hadits nabi berjumlah terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari. Jumlah hari
ini sangat sesuai dengan revolusi Bulan Sinodis.36
Salah satu hadits yang
menjelaskan tentang jumlah hari dalam satu Bulan adalah hadits riwayat
Imam Bukhari dari Ibnu Umar.
ع ثناسعيد بن عمر و ابو س ثنا االسود بن ق يس حد ثنا شعبة حد ثنا آدم حد حدية ابن عم هما عن النب صلى اللو عليو و سلم انو قال:انا امة ام ر رضي اللو عن
آل نكتب وآل نسب الشهر ىكذا وىكذا ي عىن مرة تسعة و عسرين و مرة 37.ثالثني
“Adam telah menceritakan kepada kami, Syu‟bah menceritakan
kepada kami, al-Aswad bin Qais menceritakan kepada kami, Sa‟id bin
„Amr menceritakan kepada kami, bahwa beliau mendengar Ibnu „Umar
radliyallahu „ahhuma, dari Nabi shalallahu „alaihi wa sallam
Sesungguhnya beliau Nabi Muhammad SAW telah bersabda:
Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi, tidak bisa menulis dan tidak
bisa menghisab. Bulan itu begini dan begini yakni sekali dua puluh
sembilan sekali tiga puluh.” (HR. Bukhari [1913])38
.
Dalam Fath al-Baari dijelaskan bahwa kata “lȃ nahsub” bermakna
bahwa bangsa arab saat itu banyak yang tidak mengetahui ilmu tentang
perkiraan perjalanan bintang. Sedangkan umur Bulan yang berjumlah
terkadang 29 dan 30 itu juga dijelaskan seperti itu oleh Adam guru Imam
Bukhari tanpa penafsiran lainnya. Ibnu Baththal berkata bahwa hadits ini
menunjukan agar tidak memperhatikan masalah nujum berdasarkan hukum
36 Ruswa Darsono, Penanggalan…, h. 113.
37
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-
Bukhari Al-ju’fi, Shahih Bukhari, (Beirut: Darul Kutub Al-ilmiyah, 1992), h. 589.
38 M. Nashiruddin Al-albani, Mukhtashar Shahih al-imam al-Bukhari, terj. As‘ad Yasin,
Elly Latifa, (Depok: Gema Insani, 2013), h. 605.
35
ilmu hisab namun yang menjadi pegangan dalam masalah ini adalah
melihat hilal.39
C. Software Untuk Mengetahui Hari Tahun Masehi
1. Winhisab
Winhisab adalah sebuah software program yang memudahkan
masyarakat dalam mengetahui Hari tahun Masehi yang telah berlalu
maupun tahun-tahun Masehi yang akan datang, Perhitungan Waktu Shalat,
Perhitungan Arah Kiblat, Penentuan Awal Bulan, Data Ephemeris
Matahari dan Bulan dan lain sebagainya tanpa harus menghitung secara
manual. Aplikasi ini ada dua versi:
a. Winhisab Version 2.0 adalah Program yang dibuat oleh Badan
Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI pada tahun 1996.
Didalamnya terdapat perhitungan-perhitungan, di antaranya:40
Perhitungan Waktu Salat untuk Kota-Kota yang disertai
dengan Arah Kiblatnya.
Data Ephemeris Matahari, antara lain: Jam, Ecliptic Longitude,
Ecliptic Latitude, Apparent Right Ascension, Apparent
Declination, True Geocentric Distance, Semi Diameter, True
Obliquity, Equation of Time.
Data Ephemeris Bulan, antara lain: Jam, Apparent Longitude,
Apparent Latitude, Apparent Right Ascension, Apparent
Declination, Horizontal Parallax, Semi Diameter, Angle Bright
Limb, dan Fraction Illumination.
39 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al- Bukhari, terj. Amiruddin,
(Jakarta:Pustaka Azzam, 2014), h. 81. 40
Winhisab 2007 Version 2.0
36
Data Tinggi Hilal Saat Matahari Terbenam.
Kita dapat mengetahui hari tahun Masehi yang telah berlalu
dan tahun-tahun Masehi yang akan datang pada data Ephemeris
dibagian kolom tanggal. Disana kita bisa klik tanggal lalu
masukkan nama bulan dan tahun Masehi untuk mengetahui hari
tahun yang kita inginkan.
b. Winhisab 2010 Version 2.12 adalah Program yang dibuat oleh Tim
Pengembang Aplikasi Kemenag RI tahun 2010. Didalamnya berisi
perhitungan – perhitungan, antara lain:41
Perhitungan Kalender urfi, didalamnya meliputi Kalender
Masehi, Kalender Hijriah, Kalender Hijriah dan Masehi, dan
Kalender Masehi dan Hijriah). Dengan Kalender Urfi ini kita
bisa mengetahui hari tahun Masehi dan tahun Hijriah pada
tahun-tahun yang telah berlalu dan tahun-tahun yang akan
datang.
Konversi sistem Kalender urfi
Data Ephemeris Matahari, terdiri dari: Tanggal Masehi, Jam,
Julian Date, Apparent Ecliptic Longitude, Apparent Ecliptic
Latitude, Apparent Right Ascension, Apparent Declination,
True Geocentric Distance, Semi Diameter, True Obliquity,
Equation of Time.
Data Ephemeris Bulan, terdiri dari: Tanggal Masehi, Jam,
Julian Date, Apparent Ecliptic Longitude, Apparent Ecliptic
41
Winhisab 2010 Version 2.12.
37
Latitude, Apparent Right Ascension, Apparent Declination,
Horizontal Parallax, Semi Diameter, Angle Bright Limb, dan
Fraction Illumination.
Phase Bulan
Daftar Refraksi
Delta T
Perhitungan Arah Kiblat
Perhitungan Awal Bulan Hijriah
Perhitungan Awal Waktu Shalat
Gerhana Matahari dan Bulan
Bayang-Bayang Kiblat
Taqwim Awal Bulan Kamariah
Jadwal Imsakiyah Puasa
Jadwal Waktu Shalat
Data Kiblat untuk Kota-Kota
Phase-phase Bulan (Masehi dan Hijriah)
Data Hilal untuk Kota-Kota
Ketinggian Hilal Indonesia
Ketinggian Hilal 0 derajat
Data Rukyat
2. Digital Falak
Aplikasi Digital Falak merupakan salah satu aplikasi android
buatan Ahmad Tholhah Ma’ruf yang dipublikasikan di play store.
Aplikasi ini dibuat pada tahun 2012 namun pada tahun 2014 aplikasi
38
ini baru dirilis. Dan akhirnya pada pertengahan tahun 2015 aplikasi ini
resmi diunggah dan dapat digunakan oleh banyak orang khususnya
bagi para pengguna android. Di dalamnya berisi beberapa program
yaitu:
Waktu salat, yaitu waktu salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya, Imsak,
Subuh, Thulu, dan Duha.
Kompas Kiblat untuk penentuan arah kiblat.
Istiwak/Kalender Hijriah dengan metode dua kitab dalam
pembuatannya yaitu menggunakan kitab Fathu al-Rouf al-Manan
dan kitab Nurul Anwar. Pengguna tinggal memilih saja kitab mana
yang akan digunakan.
Wilayah Setempat/Kalender Masehi, dalam Kalender Masehi ini
kita bisa mengetahui hari tahun Masehi pada tahun-tahun yang
telah berlalu maupun tahun-tahun yang akan datang. Pengguna
tinggal klik bagian Bulan dan Tahun kemudian setting bulan dan
tahun Masehi sesuai yang kita inginkan.
Data Lokasi, terdiri dari: lintang, bujur dan tinggi tempat zona
waktu dan nama tempat sesuai dengan posisi di GPS.42
42
Bangkit Riyanto, “Studi Analisis Algoritma Waktu Sholat dalam Aplikasi Android
Digital Falak karya Ahmad Tholhah Ma‟ruf”, Skripsi UIN Walisongo Semarang (Semarang:
2016), h. 62-67.
39
BAB III
SISTEM PENANGGALAN MASEHI DALAM BUKU ALMANAK
SEPANJANG MASA KARYA SLAMET HAMBALI
A. Biografi Slamet Hambali
1. Riwayat Hidup
Slamet Hambali lahir di Dukuh Bajangan Desa Sumbirejo Kec. Bringin
Kab. Semarang Jawa Tengah pada hari Kamis, 5 Agustus 1954 M, bertepatan
tanggal 5 Dzulhijjah 1373 H dari pasangan suami isteri KH. Hambali dan Hj.
Djuwariyah. Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara, keempat
saudaranya tinggal di Salatiga menemani ibunya. Kakaknya bernama H.
Ma‟shum, dan adik-adiknya bernama Siti Fatihah, Siti Mas‟udah, dan
Mahasin.1
Jenjang pendidikan yang ia tempuh, yaitu dimulai dari Sekolah Rakyat
(SR) Desa Rembes Kec. Bringin Kab. Semarang (Lulus tahun 1965).
Kemudian melanjutkan Madrasah Tsanawiyah NU Salatiga (Lulus tahun
1969), dan dilajutkan Madrasah Aliyah NU Salatiga (Lulus tahun 1972).
Slamet Hambali telah mengenal ilmu falak dari sejak kecil yaitu dari
sang Ayah KH. Hambali, kemudian ia mondok di pondoknya KH. Isom
sembari melanjutkan pendidikan tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah, ia juga mengaji dengan KH. Zubair Umar al-Jailani2. Dari sinilah
1 Slamet Hambali, “Menguji Keakuratan Hasil Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan
Istiwaaini Karya Slamet Hambali”, Laporan Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang,
(Semarang: 2014). 2 KH. Zubair Umar al-Jailani adalah seorang tokoh falak yang berasal dari Bojonegoro,
namun kemudian menetap sampai wafat di Salatiga. Beliau wafat pada hari Senin tanggal 22
Jumadil Ula 1411 H / 10 Desember 1990 M. Zubair (nama panggilan akrabnya) adalah salah satu
santri kinasih KH. Hasyim Asy‟ari (Tebuireng-Jombang) yang kemudian bermukim di Mekkah. Ia
40
kemahirannya dalam ilmu falak mulai berkembang. Melalui bimbingan
langsung kyai Zubair, ia belajar falak dengan mendalami sebuah kitab falak
karya sang kyai, yaitu kitab al-Khulasah al-Wafiyah3
Tahun 1973 melanjutkan Kuliah S1 di Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang menjadi Sarjana Muda (Lulus tahun 1976), dan Kuliah
Doktoral di tempat yang sama (Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang)
lulus Sarjana Lengkap tahun 1979. Kemudian pada tahun 2008 masuk kuliah
S2 di Program PascaSarjana IAIN Walisongo Semarang (Lulus tahun 2011).
Pada saat kuliah Doktoral II (tingkat lima) tahun 1977, ia mulai
mengajar ilmu falak di fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang sebagai
Asisten Dosen Al-Maghfurlah KH. Zubair Umar Al-Jailany, dan pada tahun
sama (1977) ia juga diminta mengajar di Ilmu Falak di Fakultas Syariah
UNISSULA (Universitas Islam Sultan Agung) hingga saat ini.
Selain menjadi dosen tetap di Fakultas Syariah dan Hukum IAIN
Walisongo Semarang dan UNISSULA Semarang, Ia pernah lama menjadi
dosen tidak tetap di INISNU Jepara dan akhirnya mengundurkan diri saat
jalan Semarang-Demak lewat jalur Welahan rusak berat. Pernah juga menjadi
dosen tidak tetap di IAIN Surakarta yang kemudian mengundurkan diri pada
menyusun kitab falak bernama “Al-Khulashah al-Wafiyyah fi al-Falak bijadwalil Lugharitmiyah”
yang diterbitkan percetakan Melati Solo, kemudian di cetak lagi oleh percetakan Menara Kudus.
Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 118. 3 Kitab Al-Khulashah al-Wafiyah merupakan kitab yang cukup lengkap karena memuat
perhitungan penanggalan secara urfi, pengetahuan teoritis falakiyah yang meliputi sekilas pendapat
para astronomi tempo dulu, Bumi dan geraknya, Bulan dan geraknya, Planet-planet beserta
gerakannya masing-masing; perhitungan waktu salat,arah kiblat, awal bulan kamariah yang
meliputi ijtima‟, irtifa‟ hilal, arah hilal, umur hilal, nurul hilal ; perhitungan gerhana Matahari dan
gerhana Bulan. Data astronomis yang digunakan adalah sama dengan data pada kitab al-athla‟us
Said dengan epoch Mekah (39ᵒ 50‟) karena kitab ini dikonsep ketika KH. Zubair Umar al-Jailani
bermukim di Mekah. Ketika menghitung ketinggian hilal menggunakan rumus-rumus ilmu ukur
segitiga bola dan penyelesaiannya menggunakan Daftar Logaritma, maka data yang dihasilkan
cukup akurat meskipun masih perlu penyempurnaan. Kitab ini diterbitkan oleh percetakan Melati
Solo, yang kemudian dicetak lagi oleh percetakan menara kudus. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu
Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 118.
41
saat menunaikan ibadah haji pada tahun 1996. Dan pernah juga mengajar di
STIE Dharmaputra Semarang sejak tahun 1996 – 2014, namun karena ada
kewajiban ngantor untuk seluruh dosen tetap IAIN Walisongo, sehingga
Slamet Hambali mengundurkan diri dari mengajar di STIE Dharmaputra.
Disamping mengajar S1 Ilmu falak di Fakultas Syariah UIN Walisongo
Semarang, Ia juga mengajar di PascaSarjana Ilmu Falak UIN Walisongo sejak
tahun 2010 hingga saat ini. Pada tahun 2009, Slamet Hambali pernah juga
ikut mengajar di Program Beasiswa S3 Ilmu Falak pada mata kuliah
Independent Learning.4
Kesibukan Slamet Hambali pada beberapa lembaga negara yang ia
jalani menjadi alasan untuk tinggal di Semarang. Ia menetap di Semarang
sejak tahun 1988 tepatnya di kawasan perumahan Pasadena, Jl. Candi
Permata II/180 Krapyak Semarang Barat bersama Hj. Isti‟anah istri yang
dinikahinya pada tahun 1984 dan dua puterinya yang bernama Rusda Kamalia
dan Jamilia Husna.
2. Riwayat Organisasi:5
Wakil Katib Syuriyah PWNU Jawa Tengah (1993-1998)
Wakil Ketua Tanfidiyah (1998-2003)
Penasehat Lajnah Falakiya (2003-2008)
Ketua Lajnah Falakiyah PWNU Jawa Tengah (2013-sekarang)
Anggota Lajnah Falakiyah PBNU (1995-2005)
4 Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 15 Februari 2018, Pukul 12:30 WIB. Lihat
juga Slamet Hambali, “Menguji Keakuratan Hasil Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan
Istiwaaini Karya Slamet Hambali”, Laporan Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang,
(Semarang: 2014). 5 Slamet Hambali, Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta, 2013), h. 174.
42
Ketua Biro Litbang Lajnah Falakiyah (2005-2010)
Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU (2010-sekarang)
Wakil Ketua (SK Ka PTA) Tim Hisab Rukyat Jawa Tengah (2002-
2007)
Anggota Musyawarah Kerja dan Tim Hisab Rukyat Kemenag RI
(2007-sekarang)
Anggota Komisi Fatwa MUI Jawa Tengah (2006 – sekarang).6
3. Karya-karya Ilmiah (Buku dan Laporan Penelitian):
Almanak Sepanjang Masa, Semarang: Program PascaSarjana IAIN
Walisongo, 2011.
Ilmu Falak I (Penentuan Awal Waktu Salat dan Arah Kiblat),
Program PascaSarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam
Semesta, Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.
Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, Yogyakarta: Pustaka Ilmu,
2013.
Metode Pengukuran Arah Kiblat yang Dikembangkan di Pondok
Pesantren Al-Hikmah II Benda Sirampok Kabupaten Brebes,
Penelitian Individual, 2010
Tahqiq Kitab Al-Futuhiyyah A’mal Al-Hisabiyyah, Penelitian
Individual, 2011.
6 Slamet Hambali, “Menguji Keakuratan Hasil Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan
Istiwaaini Karya Slamet Hambali”, Laporan Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang,
(Semarang: 2014).
43
Aplikasi Astonomi Modern dalam Kitab As-Salat Karya Abdul
Hakim, Penelitian Individual, 2012. 7
Menguji Keakuratan Hasil Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan
Istiwaaini Karya Slamet Hambali, Penelitian Individual, 2014.8
B. Buku Almanak Sepanjang Masa
Buku Almanak Sepanjang Masa merupakan salah satu buku pedoman
dalam bidang ilmu falak9, buku ini diterbitkan oleh Program PascaSarjana
IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2011. Buku ini ditujukan kepada
seluruh masyarakat karena tujuan utama pembuatan buku ini adalah untuk
mempermudah pemahaman khalayak umum dan bisa dikaji oleh banyak
kalangan, baik itu Islam-nonIslam, Pelajar-nonPelajar, Pesantren-
nonPesantren, Formal-nonFormal, maupun Individual.
Secara umum, buku ini memiliki ketebalan halaman 117 halaman,
kajian materi yang dibahas dalam buku ini meliputi empat hal utama, yaitu:
1. Penanggalan Masehi dari tahun 46 Sebelum Masehi hingga tahun-tahun
mendatang lengkap dengan pasarannya;
2. Penanggalan Hijriah dari tahun-tahun sebelum Hijriah hingga tahun-
tahun mendatang lengkap dengan pasarannya menurut hisab istilahi;
3. Penanggalan tahun Jawa/Saka;
7 Slamet Hambali, “Menguji Keakuratan Hasil Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan
Istiwaaini Karya Slamet Hambali”, Laporan Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang,
(Semarang: 2014). 8 Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 15 Februari 2018, Pukul 12:30 WIB.
9 Ilmu falak secara etimologi, “falak” atau “Orbit” adalah lintasan benda-benda langit,
sedangkan secara terminologi, Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan
benda-benda langit pada orbitnya masing-masing untuk diketahui posisi suatu benda langit
terhadap benda langit lainnya agar diketahui pengaruhnya terhadap perubahan waktu di muka
bumi. Ilmu falak dikenal juga dengan Ilmu Hisab karena ilmu falak menggunakan perhitungan
(hisab = perhitungan), Ilmu Rashd karena ia memerlukan pengamatan (Rashd = pengamatan), dan
Ilmu Miqat karena ia mempelajari tentang batas-batas waktu. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus
Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005) h. 34.
44
4. Mencari penanggalan Masehi dari tahun Hijriah menurut hisab istilahi
dan sebaliknya.
Sedangkan secara terperinci, buku Almanak Sepanjang Masa ini
terdapat beberapa sub-bab bahasan, yaitu sebagai berikut:
Bab I tentang Almanak, meliputi:
1. Pendahuluan
2. Macam-macam Almanak, antara lain:
a. Almanak Sistem Matahari (Solar System10
):
1) Almanak Mesir Kuno
2) Almanak Romawi Kuno
3) Almanak Maya
4) Almanak Julian
5) Almanak Gregorius
6) Almanak Jepang
b. Almanak yang menggunakan Lunar System11
:
1) Almanak Hijriyah (Islam/Arab)
2) Almanak Saka
10
Solar System sama dengan Nidhamus Syams adalah „tata surya‟ yaitu susunan benda-
benda langit yang terdiri dari Matahari sebagai pusat peredarannya yang dikelilingi oleh planet-
planet dengan bulannya masing-masing, komet, batu meteor, dll. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus
Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h.60. Kalender Matahari berarti kalender yang
menggunakan pergerakan matahari sebagai patokan dasar perhitungannya. Patokan utamanya
adalah ketika Matahari berkedudukan di equator atau lama siang dan malam hari sama panjangnya
pada awal musim semi di belahan bumi bagian utara. Satu tahun adalah lamanya matahari beredar
dari titik musim semi ke musim semi selanjutnya yaitu selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik
(365. 2422 hari). Lihat. Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqh, dan Hisab
Penanggalan, (Yogyakarta: Labda Press, 2010), h. 32. 11
Lunar System adalah sistem kalender bulan yang memanfaatkan fase-fase bulan sebagai
dasar-dasar perhitungan waktu. Dalam perjalanannya mengelilingi Bumi, fase bulan akan berubah
dari fase bulan mati sampai ke bulan mati lagi atau disebut periode satu bulan Sinodis, periode
lamanya sekitar 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (29. 5306 hari). Panjang tahun dalam kalender ini
adalah 12 bulan (12 x 29.5306 hari) 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik (354. 3672 hari). Lihat.
Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqh, dan Hisab Penanggalan,
(Yogyakarta: Labda Press, 2010), h. 32-33.
45
3) Almanak Jawa Islam
c. Almanak yang menggunakan Luni-Solar System12
:
1) Almanak Babilonia
2) Almanak Yahudi
3) Almanak China
Bab II tentang Tahun Syamsiyah atau Tahun Masehi, meliputi:
1. Tahun Syamsiyah
a. Almanak Julian
b. Almanak Gregorian
2. Cara menentukan hari tahun Syamsiyah /Masehi (sebelum dan sesudah)
3. Cara manentukan Pasaran tahun Syamsiyah
Bab III tentang Tahun Hijriyah, meliputi:
1. Pendahuluan
2. Sejarah Tahun Hijriyah
3. Cara menentukan hari dari tahun Hijriyah
4. Cara manentukan Pasaran tahun Hijriyah
Bab IV tentang Konversi Masehi dan Hijriyah menurut Hisab Istilahi.
1. Pendahuluan
12
Luni-Solar System yaitu kalender yang merupakan gabungan dari solar calendar dan
lunar calender, yaitu pergantian bulan-bulannya berdasarkan siklus Sinodis bulan dan beberapa
tahun sekali disisipi tambahan bulan (Intercalary Month) agar kalender tersebut kembali sama
dengan panjang siklus tropis matahari. Lihat. Ahmad Izzuddin, Sistem Penanggalan, (Semarang:
CV. Karya Abadi Jaya, 2015), h. 83-84. Dalam kalender Bulan-Matahari, satu tahun adalah 365.
2422 hari (sama seperti kalender Matahari/Solar System), namun pergantian bulan disesuaikan
dengan fase bulan (1 bulan = 29. 5306 hari). Lihat. Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan
Sistem, Fiqh, dan Hisab Penanggalan, (Yogyakarta: Labda Press, 2010), h. 33.
46
2. Cara perhitungannya:
a. Menentukan konversi Masehi ke Hijriyah
b. Menentukan konversi Hijriyah ke Hijriyah
C. Sistem Penanggalan Masehi dalam buku Almanak Sepanjang Masa
Tahun Masehi disebut juga tahun Syamsiah adalah tahun yang
menggunakan sistem perhitungan perjalanan Bumi dalam berevolusi
mengelilingi Matahari selama 365 hari 5 jam 48 menit dan 2,8 detik dalam
satu tahun. Setiap tahun terdiri dari 12 bulan, setiap bulan ada yang berumur
31 hari, ada yang berumur 30 hari. Kecuali bulan Februari, jika berada di
tahun Kabisat berumur 29 hari, dan jika berada di tahun Basithah berumur 28
hari.13
Permulaan tahun Masehi adalah hari lahir Nabi Isa as. Tahun ini
disusun dan mulai dipergunakan 527 tahun setelah hari kelahiran tersebut.
Sebelum menggunakan penanggalan Masehi, masyarakat banyak
menggunakan penanggalan Romawi. Tahun Masehi terdiri dari dua macam,
yaitu tahun Kabisat dan tahun Basithah.14
Sistem penanggalan Masehi adalah sistem perhitungan untuk
menentukan hari tanggal pada tahun Masehi, baik tahun Masehi yang akan
datang maupun tahun-tahun Masehi yang telah berlalu. Metode yang
digunakan untuk mengetahui permulaan hari tahun Masehi sangat beragam,
bisa kita lihat di buku-buku yang berkaitan dengan ilmu falak khususnya
sistem penanggalan.
13
Abdul Karim dan Rifa Jamaluddin Nasir, Mengenal Ilmu Falak Teori dan
Implementasi, (Yogyakarta: Qudsi Media, 2012), h. 25. 14 Abdul Karim dan Rifa Jamaluddin Nasir, Mengenal..., h. 25.
47
Salah satu buku yang menerangkan tentang metode untuk mengetahui
hari tahun Masehi adalah buku Almanak Sepanjang Masa karya Slamet
Hambali. Di dalamnya terdapat bab pembahasan sistem perhitungan
penanggalan Masehi. Embrio dari sistem perhitungan penanggalan Masehi ini
adalah dari kitab al-Khulasah al-Wafiyah15
(halaman 212) yang kemudian
dikembangkan oleh sang penulis buku Almanak Sepanjang Masa.
Dengan menggunakan metode perhitungan tersebut kita bisa
mengetahui hari tahun tahun Masehi, baik tahun-tahun yang telah berlalu
maupun hari tanggal tahun Masehi di tahun-tahun yang akan datang tanpa
batasan waktu atau berlaku sepanjang masa, bahkan bisa digunakan untuk
mengetahui hari tahun Sebelum Masehi (SM) sampai tahun 46 SM. Metode
yang digunakan terbilang lebih praktis, sederhana dan mudah dipahami.
Sistem perhitungan penentuan hari tahun Masehi dalam buku Almanak
Sepanjang Masa ini berawal dari perhitungan manual yang kemudian di
formulasikan dalam sebuah tabel. Perhitungan manual tersebut memiliki
beberapa yang harus dipahami, antara lain sebagai berikut:16
1. Penambahan kaidah (+1) untuk Tahun 1801 – 1900 M, yaitu:
Contoh:
a. Tahun 1833 (Tahun Basithah)
= 1833 : 28 = 13 (sisa)
= 13 : 4 = 3 (hasil)
= 13 (sisa) + 3 (hasil) = 16
= 16 : 7 = 2 (sisa)
15
Lihat kitab al-Khulasah al-Wafiyah halaman 212, Slamet Hambali, Wawancara,
Semarang, 08 Mei 2018, Pukul: 07:46 WIB 16
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB
48
= 2 (sisa) + 1 (kaidah) = 3 (Selasa), dihitung dari 1 = Ahad
Maka, 1 Januari 1833 M adalah hari Selasa.
b. Tahun 1840 (Tahun Kabisat)
= 1840 : 28 = 20 (sisa)
= 20 : 4 = 5 (hasil)
= 5 (hasil) – 117
= 4
= 20 + 4 = 24
= 24 : 7 = 3 (sisa)
= 3 (sisa) + 1 (kaidah) = 4 (Rabu), dihitung dari 1 = Ahad.
Maka, 1 Januari 1840 M adalah hari Rabu.
2. Penambahan kaidah (+2) untuk Tahun 1701 – 1800 M, yaitu:
Contoh:
a. Tahun 1762 M (Tahun Basithah)
= 1762 : 28 = 26 (sisa)
= 26 : 4 = 6 (hasil)
= 26 (sisa) + 6 (hasil) = 32
= 32 : 7 = 4 (sisa)
= 4 (sisa) + 2 (kaidah) = 6 (Jumat), dihitung dari 1 = Ahad
Maka, 1 Januari 1762 M adalah hari Jumat.
b. Tahun 1748 M (Tahun Kabisat)
= 1748 : 28 = 12 (sisa)
= 12 : 4 = 3 (hasil)
= 3 (hasil) – 118
= 2
17
Minus 1 (-1) karena tahun tersebut adalah tahun Kabisat, maka setelah diketahui hasil
pembagian dari 28 dan hasil pembagian dari 4 harus dikurangi 1 (-1). Slamet Hambali,
Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB.
49
= 12 (sisa) + 2 = 14
= 14 : 7 = 0 (habis)
= 0 + 2 (kaidah) = 2 (Senin), dihitung dari 1 = Ahad
Maka, 1 Januari 1748 adalah hari Senin.
3. Penambahan kaidah (+3) untuk 15 Oktober 1582 (setelah perubahan 10
hari) – 1700 M.
Contoh:
a. Tahun 1598 (Tahun Basithah)
= 1598 : 28 = 2 (sisa)
= 2 (sisa) + 3 (kaidah) = 5 (Kamis)
b. Tahun 1640 (Tahun Kabisat)
= 1640 : 28 = 16 (sisa)
= 16 : 4 = 4 (hasil)
= 4 (hasil) - 119
= 3
= 16 (sisa) + 3 = 19
= 19 : 7 = 5 (sisa)
= 5 (sisa) + 3 (kaidah) = 8
= 8 : 7 = 1 (sisa)
= 1 = Ahad
Maka, 1 Januari 1640 adalah hari Ahad.
18
Minus 1 (-1) karena tahun tersebut adalah tahun Kabisat, maka setelah diketahui hasil
pembagian dari 28 dan hasil pembagian dari 4 harus dikurangi 1 (-1). Slamet Hambali,
Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB. 19
Minus 1 (-1) karena tahun tersebut adalah tahun Kabisat, maka setelah diketahui hasil
pembagian dari 28 dan hasil pembagian dari 4 harus dikurangi 1 (-1). Slamet Hambali,
Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB.
50
4. Penambahan kaidah (+6) untuk tahun 325 (setelah perubahan 3 hari) – 4
Oktober 1582 M.20
Contoh:
a. Tahun 571 M (Tahun Basithah)
= 571 : 28 = 11 (sisa)
= 11 : 4 = 2 (hasil)
= 11 (sisa) + 2 (hasil) = 13
= 13 : 7 = 6 (sisa)
= 6 (sisa) + 6 (kaidah) = 12
= 12 : 7 = 5 (sisa)
= 5 = Kamis, dihitung dari 1 = Ahad.
Maka, 1 Januari 571 M adalah hari Kamis.
b. Tahun 1548 M (Tahun Kabisat)
= 1548 : 28 = 8 (sisa)
= 8 : 4 = 2 (hasil)
= 2 (hasil) – 121
= 1
= 8 (sisa) + 1 = 9
= 9 : 7 = 2 (sisa)
= 2 (sisa) + 6 (kaidah) = 8
= 8 : 7 = 1 (sisa)
= 1 = Ahad
Maka, 1 Januari 1548 M adalah hari Ahad.
20
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB. 21
Minus 1 (-1) karena tahun tersebut adalah tahun Kabisat, maka setelah diketahui hasil
pembagian dari 28 dan hasil pembagian dari 4 harus dikurangi 1 (-1). Slamet Hambali,
Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB.
51
5. Penambahan kaidah (+2) untuk tahun 46 SM – 325 M (sebelum
perubahan 3 hari).22
Contoh:
a. Jika mengakui adanya perubahan 3 hari (Consili Necia),
Tahun 1 M = 1 + 2 (kaidah) = 3 (Selasa)
1 Januari 1 M adalah hari Selasa.
Jika tidak mengakui adanya perubahan 3 hari (Consili Necia),
Tahun 1 M = 1 + 6 (kaidah) = 3 (Selasa)
1 Januari 1 M adalah hari Selasa
b. Jika mengakui adanya perubahan 3 hari (Consili Necia)
Tahun 40 M (tahun Kabisat)
= 40 : 28 = 12 (sisa)
= 12 : 4 = 3 (hasil)
= 3 (hasil) – 123
= 2
= 12 (sisa) + 2 = 14
= 14 : 7 = 0 (habis)
= 0 + 2 (kaidah) = 2 (Senin), dihitung dari 1 = Ahad.
Maka, 1 Januari 40 M adalah hari Senin.
Jika tidak mengakui perubahan 3 hari (Consili Necia)
Tahun 40 M (tahun Kabisat)
= 40 : 28 = 12 (sisa)
= 12 : 4 = 3 (hasil)
22
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB 23
Minus 1 (-1) karena tahun tersebut adalah tahun Kabisat, maka setelah diketahui hasil
pembagian dari 28 dan hasil pembagian dari 4 harus dikurangi 1 (-1). Slamet Hambali,
Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB.
52
= 3 (hasil) – 124
= 2
= 12 (sisa) + 2 = 14
= 14 : 7 = 0 (habis)
= 0 + 6 (kaidah) = 6 (Jumat), dihitung dari 1 = Ahad.
Maka, 1 Januari 40 M adalah hari Jumat
6. Kaidah untuk tahun 2100 M – Keatas memiliki beberapa ketentuan yang
harus dipahami:25
a. Tahun Abad yang dicari – tahun abad 20 = sisanya berapa (?)
b. Sisa dari pengurangan antara tahun abad yang dicari – tahun abad 20
dibagi 4;
c. Hasil dibagi 4 tersebut untuk mengurangi sisa dari hasil pengurangan
tahun abad – tahun abad 20.
d. Sisa terakhir untuk mengurangi hasil perhitungan.
Contoh:
1) Tahun 4433 (Tahun Basithah)
= 44 : 28 = 9 (sisa)
= 9 : 4 = 2 (hasil)
= 9 (sisa) + 2 (hasil) = 11
= 11 : 7 = 4 (sisa)
Kemudian 4 (sisa) dikurangi berapa?
24
Minus 1 (-1) karena tahun tersebut adalah tahun Kabisat, maka setelah diketahui hasil
pembagian dari 28 dan hasil pembagian dari 4 harus dikurangi 1 (-1). Slamet Hambali,
Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB. 25
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018, Pukul: 11:57 WIB
53
Untuk mengetahui penambahan kaidahnya, kita harus melakukan
ketentuan-ketentuan diatas, yaitu:
= 44 (tahun abad yang dicari) – 20 (tahun abad 20) = 24 (sisa)
= 24 : 4 = 6 (hasil)
= 24 (sisa) – 6 (hasil) = 18
= 18 : 7 = 4 (sisa)
hasil dari perhitungan ini 4 (sisa) untuk mengurangi hasil perhitungan
diatas, maka:
= 4 (sisa) – 4 (sisa) = 0 = 7 = Sabtu
Jadi, 1 Januari 4433 M adalah hari Sabtu.
2) Tahun 21162 M (Tahun Basithah)
= 21162 : 28 = 22 (sisa)
= 22 (sisa) : 4 = 5 (hasil)
= 22 (sisa) + 5 (hasil) = 27
= 27 : 7 = 6 (sisa)
Kemudian 6 (sisa) dikurangi berapa?
Untuk mengetahui penambahan kaidahnya, kita harus melakukan
ketentuan-ketentuan diatas, yaitu:
= 211 (tahun abad yang dicari) – 20 (tahun abad 20) = 191 (sisa)
= 191 : 4 = 47 (hasil)
54
= 191 (sisa) – 47 (hasil) = 144
= 144 : 7 = 4 (sisa)
hasil dari perhitungan ini adalah 4 (sisa) untuk mengurangi hasil
perhitungan diatas, maka:
= 6 (sisa) – 4 (sisa) = 2 = Senin, dihitung dari 1 = ahad.
Jadi, 1 Januari 21162 M adalah hari Senin.
Kemudian dari perhitungan tersebut diformulasikan dalam sebuah tabel.
Tabel yang dibuat terbilang lebih simpel dari hitungan diatas. Tabel tersebut
ada dua macam, yaitu Tabel.1 Alamat Hari Tahun Masehi dan Sebelumnya,
dan Tabel.2 Hari Tanggal Tahun Masehi dan Sebelumnya. Untuk
memahaminya, dibawah ini cara menentukan hari tahun Masehi (sebelum dan
Sesudah) menurut Slamet Hambali.
Sebelum melakukan perhitungan penentuan hari tahun Masehi tersebut,
kita harus mengetahui ketentuan-ketentuannya terlebih dahulu, antara lain
sebagai berikut:26
1. Pertemukan antara bilangan tahun abad dengan bilangan tahun
kelebihan (Masehi (M) atau Sebelum Masaehi (SM)) pada tabel I (tabel
alamat hari dan tahun Masehi), pada huruf kolom pertemuan adalah hari
(alamat hari).
Catatan:
Apabila bertepatan pada tahun abad 3 dan 15 maka harus
memperhatikan apakah saat itu sudah diadakan perubahan atau belum.
26
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, (Semarang: Program Pascasarjana IAIN
Walisongo Semarang, 2011), h. 46-47.
55
a. Apabila sebelum dilakukan perubahan 10 hari, maka tahun abad 15
diambilkan dari tabel tahun abad bagian kiri (tahun abad P. 10 hari
(Perubahan Sepuluh Hari) atau tahun abad S.P.10 hari (Sebelum
Perubahan Sepuluh Hari)) dan sebaliknya.
b. Apabila sebelum diadakan perubahan 3 hari, maka tahun abad 3
diambil dari tabel tahun abad ujung kiri (tahun abad S.P; 3 hari
(Sebelum Perubahan 3 hari)).
2. Pertemuan antara alamat hari (dari tabel I) dengan tanggal dalam bulan
yang dikehendaki pada tabel ke II (Tabel tahun Masehi), dua huruf pada
kolom pertemuan adalah sebagian huruf dan nama hari yang dicari.
Catatan:
Pada bulan JANUARI dan FEBRUARI yang berhuruf besar
dipergunakan manakala tahunnya adalah tahun kabisat27
.
a. Pertemuan antara tahun yang kelebihan 00 Masehi dengan semua
tahun abad samping kiri dan tahun abad 16, 20, 24, dan 28
sebagaimana yang habis dibagi 4 pada samping kanan.
b. Pertemuan pada semua tahun abad dengan tahun Masehi yang habis
dibagi 4, dan tahun sebelumnya Masehi yang jika dibagi 4 ada sisa
1 (termasuk 1 SM).28
27
Tahun kabisat adalah satuan waktu dalam tahun yang panjangnya 366 hari untuk
Masehi/Syamsiah, dan 355 hari untuk tahun Hijriah/Kamariah. Dalam bahasa Inggris disebut
dengan Leap Year, dalam Kalender Jawa Islam disebut Wuntu, sedangkan didalam bahasa Latin
disebut Annus Bissextilis. Lihat. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), cet. III, h. 208. Tahun Kabisat pada Penanggalan Masehi/Syamsiah terjadi
pada tiap-tiap tahun yang habis dibagi 4, misalnya tahun 2000, 2004. Tahun-tahun Kabisat yang
pada Penanggalan Masehi terjadi pada tahun yang jatuh pada urutan ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, atau 16,
18, 21, 24, 26, dan 29 (setelah bilangan tahun yang bersangkutan dibagi 30). Dengan demikian,
bilangan abad yang tidak habis dibagi 4 dinamakan Tahun Basithah, seperti tahun 1700, 1800,
1900. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005) h. 41. 28
Slamet Hambali, Almanak..., h. 47.
56
Tabel 1. Alamat Hari Tahun Masehi dan Sebelumnya29
Tahun Abad Masehi (M)
S.P.; P3 hari 7
S.P 10 Hari
Alamat Hari Tahun Masehi
Tahun Abad Masehi (M)
P. 10 Hari
.1 . 5 12 A G F E D C B . 16 20 24 28
.2 . 6 13 B A G F E D C . . . . .
.3 . 7 14 C B A G F E D . 17 21 25 29
.. . 8 15 D C B A G F E . . . . .
.. . 9 . E D C B A G F . 18 22 26 30
.. 3 10 . F E D C B A G . . . . .
0. 4 11 . G F E D C B H 15 19 23 27 31 dst...
Tahun Masehi (M)
00 01 02 03 ... 04 05
06 07 ... 08 09 10 11
... 12 13 14 15 ... 16
17 18 19 ... 20 21 22
23 ... 24 25 26 27 ...
28 29 30 31 ... 32 33
34 35 ... 36 37 38 39
... 40 41 42 43 ... 44
45 46 47 ... 48 49 50
51 ... 52 53 54 55 ...
56 57 58 59 ... 60 61
62 63 ... 64 65 66 67
... 68 69 70 71 ... 72
73 74 75 ... 76 77 78
79 ... 80 81 82 83 ...
84 85 86 87 ... 88 89
90 91 ... 92 93 94 95
... 96 97 98 99 ... ...
Tahun Sebelum Masehi (SM)
01 ... ... ... ... ... ...
06 05 04 03 02 ...
12 11 10 ... 09 08 07
... 17 16 15 14 ... 13
23 22 ... 21 20 19 18
29 28 27 26 ... 25 24
34 ... 33 32 31 30 ...
40 39 38 ... 37 36 35
... 45 44 43 42 ... 41
... ... ... ... ... ... 46
29
Slamet Hambali, Almanak..., h. 107.
57
Keterangan Tabel 1:
1. Bagian Kiri adalah kolom bilangan tahun abad Masehi sebelum perubahan
3 hari dan tahun abad Masehi sebelum perubahan 10 hari.
a. Tahun 325 M adalah tahun perubahan 3 hari, sehingga tahun-tahun
sebelum tahun 325 M merupakan tahun sebelum perubahan 3 hari.
Dengan demikian, jika yang dicari adalah hari tahun Masehi sebelum
tahun 325 M, maka tahun abad yang dilihat adalah tahun abad pada
kolom tahun abad Masehi sebelum perubahan 3 hari (S.P; P. 3 hari).
Contoh 1:
Tahun 323 M adalah tahun Masehi sebelum tahun 325 M
= 3 : Bilangan yang pertama adalah tahun abad
= 23 : Dua angka dibelakang tahun abad adalah bilangan tahun
kelebihan,
Karena tahun tersebut adalah tahun Masehi sebelum perubahan 3
hari, maka lihat bilangan tahun abad (3) pada kolom tahun abad
Masehi sebelum perubahan 3 hari (S.P; P.3 hari). Kemudian untuk
bilangan tahun kelebihan (25) tersebut lihat di tabel tahun Masehi
karena yang dicari adalah tahun Masehi.
Contoh 2:
Tahun 25 SM adalah tahun sebelum tahun 325 M
= 0 : Bilangan tahun abad sebelum perubahan 3 hari
= 25 : Bilangan tahun kelebihan
Lihat tahun abad 0 di kolom tahun abad Masehi sebelum
perubahan 3 hari (S.P; P.3 hari), kemudian untuk bilangan tahun
58
kelebihan (20) lihat di tabel kolom tahun Sebelum Masehi karena
tahun yang dicari adalah tahun Sebelum Masehi (SM).
Contoh 3:
Tahun 5 SM adalah Tahun sebelum tahun 352 M
= 0 : Bilangan tahun abad sebelum perubahan 3 hari
= 5 : Bilangan tahun kelebihan
Cari tahun abad 0 di kolom tahun abad Masehi sebelum
perubahan 3 hari (S.P; P.3 hari), kemudian untuk bilangan tahun
kelebihan (5) lihat di tabel kolom tahun Sebelum Masehi karena tahun
yang dicari adalah tahun Sebelum Masehi (SM).
b. Tahun 1582 M adalah tahun terjadinya perubahan 10 hari, maka
tahun-tahun sebelum tahun 1582 M merupakan tahun-tahun sebelum
perubahan 10 hari. Dengan demikian, jika yang dicari adalah hari
tahun Masehi sebelum tahun 1582 M, maka yang dilihat adalah kolom
tahun abad sebelum perubahan 10 hari (S.P. 10 hari).
Contoh 4:
Tahun 1553 M adalah tahun Masehi sebelum tahun 1582 M
= 15 : Bilangan tahun abad sebelum perubahan 10 hari
= 53 : Bilangan tahun kelebihan
Lihat bilangan tahun abad (15) pada kolom sebelah kiri, yaitu
pada kolom tahun abad Masehi sebelum perubahan 10 hari
(S.P.10 hari). Kemudian lihat bilangan tahun kelebihan (53) pada
tabel kolom tahun Masehi karena yang dicari adalah tahun Masehi.
59
Contoh 5:
Tahun 1440 adalah tahun sebelum tahun 1582 M
= 14 : Bilangan tahun abad Masehi sebelum perubahan 10 hari
= 40 : Bilangan tahun kelebihan
Lihat bilangan tahun abad (14) pada kolom sebelah kiri, yaitu
pada kolom tahun abad Masehi sebelum perubahan 10 hari
(S.P.10 hari). Kemudian lihat bilangan tahun kelebihan (40) pada
tabel kolom tahun Masehi karena yang dicari adalah tahun Masehi.
2. Kolom tengah adalah kolom alamat hari tahun Masehi, kolom tersebut
merupakan kolom pertemuan antara bilangan tahun abad dengan bilangan
tahun kelebihan (M atau SM). 30
3. Bagian kanan adalah kolom bilangan tahun abad Masehi setelah
perubahan 10 hari. Tahun 1582 M adalah tahun terjadinya perubahan 10
hari, maka tahun-tahun setelah tahun 1582 M merupakan tahun abad
masehi setelah perubahan 10 atau tahun abad Masehi perubahan 10 hari
(P. 10 hari).
Contoh 6:
Tahun 1583 M adalah tahun Masehi setelah tahun 1582 M
= 15 : Bilangan tahun abad Masehi setelah perubahan 10 hari
= 83 : Bilangan tahun kelebihan
Cari bilangan tahun abad (15) pada kolom paling kanan, yaitu kolom
tahun abad Masehi setelah perubahan 10 hari (P.10 hari). Kemudian
30
Slamet Hambali, Almanak..., h. 46.
60
lihat bilangan tahun kelebihan (83) pada tabel kolom tahun Masehi karena
yang dicari adalah tahun Masehi.
Contoh 7:
2019 M adalah tahun Masehi setelah tahun 1582 M
= 20 : Bilangan tahun abad Masehi setelah perubahan 10 hari
= 19 : Bilangan tahun kelebihan
Cari bilangan tahun abad (20) pada kolom paling kanan, yaitu kolom
tahun abad Masehi setelah perubahan 10 hari (P.10 hari). Kemudian
lihat bilangan tahun kelebihan (19) pada tabel kolom tahun Masehi karena
yang dicari adalah tahun Masehi.
4. Dibawah kolom tabel 1 ada tabel angka tahun Masehi (M) dan tabel angka
tahun Sebelum Masehi (SM), tabel tersebut untuk mencari bilangan tahun
kelebihan. Bilangan tahun kelebihan yang dimaksud adalah 2 angka di
belakang tahun abad.
Jika yang dicari adalah tahun abad Masehi maka kita lihat bilangan
tahun kelebihan pada tabel tahun Masehi (M). Bilangan yang ada
didalam tabel tersebut dari angka 00 – 99.
Contoh 8:
Tahun 2000 M adalah tahun setelah tahun 1582 M
= 20 : Bilangan tahun abad setelah perubahan 10 hari
= 00 : Bilangan tahun kelebihan
61
Carilah bilangan tahun abad (20) pada tabel kolom paling
kanan, yaitu kolom tahun Masehi setelah perubahan 10 hari (S.P.10
hari), kemudian cari bilangan tahun kelebihan (00) pada tabel
tahun Masehi (M).
Jika yang dicari adalah tahun abad Sebelum Masehi, maka yang kita
lihat adalah bilangan tahun kelebihan pada tabel tahun Sebelum
Masehi (SM). Bilangan yang ada didalam tabel tersebut dari angka
01 – 46. 31
Contoh 9:
Tahun 33 SM
= 00 : Bilangan tahun abad sebelum perubahan 3 hari
= 33 : Bilangan tahun kelebihan
Carilah bilangan tahun abad (00) pada tabel kolom paling
kanan, yaitu kolom tahun Masehi sebelum perubahan 3 hari (S.P; P.
3 hari), kemudian cari bilangan tahun kelebihan (33) pada tabel
tahun Sebelum Masehi (SM).
31
Slamet Hambali, Almanak..., h. 107.
62
Tabel 2. Hari Tanggal Tahun Masehi dan Sebelumnya.32
Alamat Hari Hari Tanggal Alamat Hari
A Ah Sn Sl Rb Km Jm Sb A
B Sb Ah Sn Sl Rb Km Jm B
C Jm Sb Ah Sn Sl Rb Km C
D Km Jm Sb Ah Sn Sl Rb D
E Rb Km Jm Sb Ah Sn Sl E
F Sl Rb Km Jm Sb Ah Sn F
G Sn Sl Rb Km Jm Sb Ah G
Januari
1
8
15
22
29
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
5
12
19
26
6
13
20
27
7
14
21
28
FEBRUARI
1
8
15
22
29
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
September
Desember Februari
Maret
November
5
12
19
26
6
13
20
27
7
14
21
28 1
8
15
22
29
Mei JANUARI
April
Juni
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
5
12
19
26
6
13
20
27
7
14
21
28
1
8
15
22
29
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
...
5
12
19
26
...
Juni Agustus
6
13
20
27
7
14
21
28
Keterangan Tabel 2 :
1. Kolom kiri dan kolom kanan adalah kolom alamat hari. Alamat hari yang
ada di tabel 1 dan tabel 2 adalah berkaitan, yaitu untuk mencari hari
tanggal tahun Masehi.
2. Untuk mengetahui hari yang dicari harus disesuaikan apabila nama bulan
terdapat pada bagian kiri, maka alamat harinya pun harus diambil dari
32
Slamet Hambali, Almanak..., h. 108.
63
bagian kiri juga, begitupun sebaliknya apabila nama bulan terdapat pada
bagian kanan, maka alamat harinya harus diambil dari bagian kanan.33
Nama-nama bulan yang berada di bagian kiri:
Januari (Tahun Basithoh)
Oktober
Februari ( Tahun Basithoh)
Maret
November
JANUARI (Tahun Kabisat)
April
Juli
Agustus
Nama-nama bulan yang berada di sebelah kanan:
FEBRUARI (Tahun Kabisat)
September
Desember
Mei
Juni
3. Kode nama hari:
Ah = Ahad
Sn = Senin
Sl = Selasa
33
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 15 Februari 2018, Pukul 12:30 WIB
64
Rb = Rabu
Km = Kamis
Jm = Jumat
Sb = Sabtu
4. JANUARI dan FEBRUARI yang berhuruf besar digunakan manakala
tahunnya adalah tahun kabisat34
. Sedangkan bulan Januari dan Februari
yang berhuruf kecil digunakan untuk tahun Basithoh35
.
5. Kolom tengah adalah kolom hari tanggal, kolom tersebut merupakan
kolom pertemuan antara alamat hari dan tanggal tahun Masehi atau
Sebelum Masehi.36
Contoh 10:
Tahun 1996 M : tahun Masehi setelah tahun 1582 M
: tahun Masehi setelah perubahan 10 hari
: tahun Kabisat
= 19 : Bilangan tahun Abad Masehi setelah perubahan 10 hari (Lihat di
tabel.1 kolom paling kanan, kolom Tahun Abad Masehi P.10)
34
Tahun kabisat adalah satuan waktu dalam tahun yang panjangnya 366 hari untuk
Masehi/Syamsiah, dan 355 hari untuk tahun Hijriah/Kamariah. Dalam bahasa Inggris disebut
dengan Leap Year, dalam Kalender Jawa Islam disebut Wuntu, sedangkan didalam bahasa Latin
disebut Annus Bissextilis. Lihat. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), cet. III, h. 208. Tahun Kabisat pada Penanggalan Masehi/Syamsiah terjadi
pada tiap-tiap tahun yang habis dibagi 4, misalnya tahun 2000, 2004. Tahun-tahun Kabisat yang
pada Penanggalan Masehi terjadi pada tahun yang jatuh pada urutan ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, atau 16,
18, 21, 24, 26, dan 29 (setelah bilangan tahun yang bersangkutan dibagi 30). Dengan demikian,
bilangan abad yang tidak habis dibagi 4 dinamakan Tahun Basithoh, seperti tahun 1700, 1800,
1900. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005) h. 41. 35
Tahun Basithah adalah satuan waktu selama satu tahun yang panjangnya 365 hari
untuk tahun Masehi dan 354 untuk tahun Hijriah. Dalam bahasa Inggris disebut dengan Common
Year dan dalam Kalender Jawa Islam disebut Wastu. Lihat Lihat. Susiknan Azhari, Ensiklopedi
Hisab Rukyat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet. III, h. 208. 36
Slamet Hambali, Almanak..., h. 108.
65
= 96 : Bilangan tahun kelebihan (Cari di tabel.1 bagian tabel tahun
Masehi/M)
= Alamat Hari : F (Lihat tabel.1 kolom tengah, kolom alamat hari tahun
Masehi. Karena alamat hari adalah kolom pertemuan
tahun abad 19 dan tahun kelebihan 96)
Setelah diketahui alamat hari (F) di tabel.1, kemudian lihat alamat hari
tersebut (F) di tabel.2,
= Hari tanggal : Sn/Senin (Lihat tabel.2 kolom tengah, karena kolom hari
tanggal adalah kolom pertemuan alamat hari dan tanggal)
karena tahun 1996 M adalah tahun kabisat, maka lihat nama bulan
JANUARI yang berhuruf kapital.
Maka,
= 1 Januari 1996 M : Sn/Senin (Lihat alamat hari (F) di sebelah kiri
karena nama bulan januari kabisat ada di sebelah
kiri “JANUARI”, kemudian lihat tanggal 1 Januari
tersebut)
= 1 Februari 1996 M : Km/Kamis (Lihat alamat hari (F) di sebelah
kanan karena nama bulan Februari kabisat ada di
sebelah kanan “FEBRUARI”, kemudian lihat
tanggal 1 Februari tersebut).
= 1 Maret 1996 M : Jm/Jumat. (Lihat alamat hari (F) di sebelah kiri
karena nama bulan Maret ada di sebelah kiri,
kemudian lihat tanggal 1 Maret tersebut).
66
= 1 April 1996 M : Sn/Senin (Lihat alamat hari (F) di sebelah kiri
karena nama bulan April ada di sebelah kiri,
kemudian lihat tanggal 1 April tersebut).
= 1 Mei 1996 M : Rb/Rabu (Lihat alamat hari (F) di sebelah kanan
karena nama bulan Mei ada di sebelah kanan,
kemudian lihat tanggal 1 Mei tersebut).
= 1 Juni 1996 M : Sb/Sabtu (Lihat alamat hari (F) di sebelah kanan
karena nama bulan Juni ada di sebelah kanan,
kemudian lihat tanggal 1 Juni tersebut).
= 1 Juli 1996 M : Sn/Senin (Lihat alamat hari (F) di sebelah kiri
karena nama bulan Juli ada di sebelah kiri,
kemudian lihat tanggal 1 Juli tersebut).
= 1 Agustus 1996 M : Km/Kamis (Lihat alamat hari (F) di sebelah kiri
karena nama bulan Agustus ada di sebelah kiri,
kemudian lihat tanggal 1 Agustus tersebut).
= 1 September 1996 M : Ah/Ahad (Lihat alamat hari (F) di sebelah kanan
karena nama bulan September ada di sebelah
kanan, kemudian lihat tanggal 1 September
tersebut).
= 1 Oktober 1996 M : Sl/Selasa (Lihat alamat hari (F) di sebelah kiri
karena nama bulan Oktober ada di sebelah kiri,
kemudian lihat tanggal 1 Oktober tersebut).
67
= 1 November 1996 M : Jm/Jumat (Lihat alamat hari (F) di sebelah kiri
karena nama bulan November ada di sebelah kiri,
kemudian lihat tanggal 1 November tersebut).
= 1 Desember 1996 M : Ah/Ahad (Lihat alamat hari (F) di sebelah kanan
karena nama bulan Desember ada di sebelah kanan,
kemudian lihat tanggal 1 Desember tersebut).
68
BAB IV
ANALISIS SISTEM PENANGGALAN MASEHI DALAM BUKU
ALMANAK SEPANJANG MASA DAN AKURASINYA
A. Analisis Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak Sepanjang
Masa
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada pembahasan sebelumnya
bahwa sistem penanggalan sudah ada sejak kekaisaran Romawi yang
kemudian mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dari masa ke masa.
Penanggalan, yang kini dikenal dengan istilah kalender merupakan
salah satu hasil karya manusia dalam mempelajari dan memanfaatkan
keteraturan gerak alam atau benda-benda langit khususnya Matahari, Bulan
dan bintang. Pada umumnya penanggalan digunakan untuk keperluan
penataan waktu hidup manusia. Adanya penanggalan, telah membantu
manusia agar dapat mencatat fenomena dan peristiwa besar yang terjadi pada
dirinya. Meskipun pada dasar kemunculannya lebih dikarenakan kebutuhan
manusia untuk beribadah kepada Tuhannya.1
Sistem penanggalan pertama adalah sistem penanggalan Julian atau
Yulian2. Kemudian adanya sistem Gregorian
3 sebagai koreksian terhadap
1 Hendro Setyanto & Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani, “Kriteria 29: Cara Pandang
Baru dalam Penyusunan Kalender Hijriyah”, Al-Ahkam, vol. 25, no. 2 (Oktober, 2015), h. 206. 2 Julian adalah suatu sistem kalender penanggalan Masehi yang digunakan sejak tahun 46
SM oleh Julius Caesar (Romawi Kuno) dengan ketentuan bahwa satu tahun berumur 365.25 hari.
Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 41. 3 Gregorian adalah suatu sistem kalender penanggalan Masehi yang di proklamirkan
penggunaannya oleh Paus Gregorius XIII pada hari Jumat, 15 Oktober 1582 M. Ia melakukan
koreksi terhadap sistem penanggalan Julian sebanyak 10 hari. Menurut kalender Gregorian, satu
tahun Masehi berumut 365.2422 hari. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2005) h. 28.
69
sistem Julian karena dianggap sudah tidak sesuai dengan posisi Matahari
yang sebenarnya.4
Sistem Gregorian adalah sistem penanggalan yang digunakan dalam
penanggalan Masehi yang sekarang kita gunakan. Permulaan penanggalan
Masehi sejak tahun kelahiran Nabi Isa as, yaitu 1 Januari tahun 1 jam 0:0
(saat Matahari ada di titik kulminasi bawah).5 Tahun-tahun sebelum kelahiran
Nabi Isa as dihitung mundur dari sejak tahun kelhiran tersebut yang sekarang
kita kenal sebagai tahun Sebelum Masehi (SM).6 Penanggalan Masehi ini
sebelum menjadi sempurna seperti saat ini telah mengalami sejarah yang
cukup panjang sejak zaman Romawi bahkan jauh sebelum pemerintahan
Julius Caesar.7
Pergerakan Matahari menjadi acuan dalam penanggalan Masehi, jumlah
hari dalam satu tahun masehi sesuai dengan periode Revolusi Bumi, yaitu
perputaran Bumi mengelilingi Matahari dari arah barat ke timur dengan
kecepatan sekitar 30 km/detik. Satu kali putaran penuh (360 derajat)
memerlukan waktu sekitar 365.2425 hari.8 Harus kita ketahui bahwa Bumi
mengelilingi Matahari tidak berbentuk lingkaran persis, tetapi berbentuk
ellips.
Dalam satu tahun Masehi terdiri dari 12 bulan dengan jumlah hari yang
berbeda karena sesuai tahun yang sedang berlangsung, jika tahun yang
berlangsung adalah tahun Kabisat maka umurnya 366 hari, sedangkan jika
tahun yang sedang berlangsung adalah tahun Basithah maka umurnya 365
4 Muhyiddin Khazin, Ilmu..., h. 104.
5 Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada (GP Press), 2010), cet. Ke-II, h. 189.
6 Muh. Hadi Bashori, Penanggalan..., h. 262-263.
7 Slamet Hambali, Almanak..., h. 29.
8 Muh. Nashirudin, Kalender Hijriah Universal, (Semarang: El-Wafa, 2013), h. 29.
70
hari. Pergantian hari tanggal tahun Masehi di suatu tempat di muka bumi
berlangsung pada saat tengah malam atau jam 00 waktu setempat.9
Semakin berkembangnya ilmu pengetahun dan teknologi, pembuatan
kalender semakin marak dan mudah bagi kita untuk melihat hari tanggal
tahun Masehi di berbagai software tersebut, dengan adanya itu kita juga bisa
mengetahui hari tahun Masehi yang telah berlalu bahkan tahun-tahun yang
akan datang.
Meskipun sebuah aplikasi tekhnologi memudahkan kita, di sisi lain kita
harus mengetahui sistem perhitungan penentuan hari tahun Masehi
menggunakan metode perhitungan secara manual, karena dengan mengetahui
ilmu tersebut akan menambah wawasan dan membantu kita jika suatu saat
dalam keadaan darurat tanpa tekhnologi.
Dalam pembuatan sebuah kalender harus memiliki keahlian tertentu,
salah satu ilmu yang membantu hal tersebut adalah ilmu falak. Dalam kajian
ilmu Falak, yang dikaji tidak hanya tentang perhitungan arah kiblat,
perhitungan waktu shalat, perhitungan penentuan awal bulan kamariah,
perhitungan kapan terjadinya gerhana Matahari dan gerhana Bulan. Namun,
kita juga bisa mempelajari perhitungan penentuan hari tahun Masehi dan
tahun Hijriah.
Perhitungan penentuan hari tahun Masehi tentunya menggunakan
metode perhitungan tersendiri, dengan metode tersebut kita bisa mengetahui
hari tahun Masehi baik tahun-tahun yang telah berlalu maupun tahun-tahun
9 Ahmad Adib Rofiudin, “Penentuan Hari dalam Sistem Kalender Hijriah” , Al-Ahkam,
vol. 26, no. 1 (april, 2016), h. 126.
71
yang akan datang. Metode tersebut merupakan metode manual dengan
beberapa ketentuan-ketentuan yang harus dipahami.
Salah satu metode perhitungan manual yang penulis anggap lebih
praktis, sederhana, dan mudah dipahami, yaitu metode perhitungan penentuan
hari tahun Masehi yang dirumuskan oleh Drs. KH. Slamet Hambali, M. SI.
Perhitungan yang digunakan adalah perhitungan yang tidak terlalu panjang
dan dibantu dengan sebuah tabel.
Pembuatan tabel tersebut dilatar belakangi oleh sistem perhitungan
yang cukup panjang yang kemudian di formulasikan dalam sebuah tabel
dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam memahaminya. Tabel
tersebut ada dua macam, yakni tabel alamat hari tahun Masehi dan
sebelumnya dan tabel hari tanggal tahun Masehi dan sebelumnya.10
Sebelum menuju tabel, kita harus mengetahui cara perhitungan dan
penggunaan menuju tabel, yaitu:11
1. Pertemukan antara bilangan tahun abad dengan bilangan tahun kelebihan
(Masehi atau Sebelum Masehi) pada tabel.1 (tabel alamat hari tahun
Masehi dan sebelumnya), kemudian huruf pada kolom pertemuan adalah
hari (alamat hari).
2. Pertemuan antara alamat hari (tabel.1) dengan tanggal dalam bulan yang
dikehendaki pada tabel.2 (tabel hari tahun Masehi dan sebelumnya), dua
huruf pada kolom pertemuan adalah sebagian huruf dari nama hari yang
dicari.
Kemudian, kita lihat tabel.1 dan tabel.2 beserta keterangan-keterangannya.
10
Slamet Hambali, Almanak..., h. 107-108. 11
Slamet Hambali, Almanak..., h. 46.
72
Tabel.1 Alamat Hari Tahun Masehi dan Sebelumnya (Versi Lengkap)12
Tahun Abad Masehi (M)
S.P.; P3 hari 7
S.P 10 Hari
Alamat Hari Tahun Masehi
Tahun Abad Masehi
P. 10 Hari
.1 . 5 12 A G F E D C B . 16 20 24 28
.2 . 6 13 B A G F E D C . . . . .
.3 . 7 14 C B A G F E D . 17 21 25 29
.. . 8 15 D C B A G F E . . . . .
.. . 9 . E D C B A G F . 18 22 26 30
.. 3 10 . F E D C B A G . . . . .
0. 4 11 . G F E D C B H 15 19 23 27 31 dst...
Tahun Masehi (M)
00 01 02 03 ... 04 05
06 07 ... 08 09 10 11
... 12 13 14 15 ... 16
17 18 19 ... 20 21 22
23 ... 24 25 26 27 ...
28 29 30 31 ... 32 33
34 35 ... 36 37 38 39
... 40 41 42 43 ... 44
45 46 47 ... 48 49 50
51 ... 52 53 54 55 ...
56 57 58 59 ... 60 61
62 63 ... 64 65 66 67
... 68 69 70 71 ... 72
73 74 75 ... 76 77 78
79 ... 80 81 82 83 ...
84 85 86 87 ... 88 89
90 91 ... 92 93 94 95
... 96 97 98 99 ... ...
Tahun Sebelum Masehi (SM)
01 ... ... ... ... ... ...
06 05 04 03 02 ...
12 11 10 ... 09 08 07
... 17 16 15 14 ... 13
23 22 ... 21 20 19 18
29 28 27 26 ... 25 24
34 ... 33 32 31 30 ...
40 39 38 ... 37 36 35
... 45 44 43 42 ... 41
... ... ... ... ... ... 46
12
Slamet Hambali, Almanak..., h. 107.
73
Tabel.1 merupakan sistem perhitungan metode Slamet Hambali dalam
penentuan hari tahun Masehi, baik tahun-tahun Masehi yang akan datang
maupun tahun-tahun Masehi yang telah berlalu bahkan dengan tabel ini kita
bisa mengetahui hari tahun Sebelum Masehi (SM) hingga tahun 46 SM.
Tabel.1 tersebut memiliki beberapa aturan yang harus dipahami, yaitu:
1. Kolom paling kiri memiliki tiga kegunaan, di antaranya:
Pertama, untuk mengetahui bilangan tahun abad Sebelum Masehi
(SM) yang belum mengalami perubahan 3 hari,
Kedua, untuk mengetahui bilangan tahun abad Masehi (M) yang
belum perubahan 3 hari atau sebelum perubahan.
Ketiga, untuk mengetahui bilangan tahun abad Masehi yang telah
mengalami perubahan 3 hari
2. Kolom tengah (Alamat hari tahun Masehi) adalah kolom pertemuan
antara bilangan tahun abad dan bilangan tahun kelebihan
3. Kolom paling kanan adalah kolom untuk mengetahui bilangan tahun abad
Masehi (M) yang telah mengalami perubahan 10 hari.
4. Tabel tahun Masehi adalah tabel untuk mencari bilangan tahun kelebihan
jika tahun yang dicari adalah tahun Masehi.
5. Tabel tahun Sebelum Masehi adalah tabel untuk mencari bilangan tahun
kelebihan jika tahun yang dicari adalah tahun Sebelum Masehi (SM).
Setelah kita ketahui alamat hari tahun Masehi di kolom tengah tabel.1,
kemudian kita lihat lihat tabel.2 untuk mengetahui keterangan lebih lanjut,
yaitu untuk mengetahui hari tahun Masehi yang dicari dengan cara
mempertemukan antara alamat hari tahun Masehi di tabel.1 tadi dengan
74
tanggal dan bulan. Kolom pertemuan itu berada di kolom tengah tabel.2.
Lihat tabel.2 dibawah ini.
Tabel.2 Hari Tanggal Tahun Masehi dan Sebelumnya.13
Alamat Hari Hari Tanggal Alamat Hari
A Ah Sn Sl Rb Km Jm Sb A
B Sb Ah Sn Sl Rb Km Jm B
C Jm Sb Ah Sn Sl Rb Km C
D Km Jm Sb Ah Sn Sl Rb D
E Rb Km Jm Sb Ah Sn Sl E
F Sl Rb Km Jm Sb Ah Sn F
G Sn Sl Rb Km Jm Sb Ah G
Januari
1
8
15
22
29
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
5
12
19
26
6
13
20
27
7
14
21
28
FEBRUARI
1
8
15
22
29
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
September
Desember Februari
Maret
November
5
12
19
26
6
13
20
27
7
14
21
28 1
8
15
22
29
Mei JANUARI
April
Juni
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
5
12
19
26
6
13
20
27
7
14
21
28
1
8
15
22
29
2
9
16
23
30
3
10
17
24
31
4
11
18
25
...
5
12
19
26
...
Juni Agustus
6
13
20
27
7
14
21
28
Tabel.2 adalah tabel hari tanggal tahun Masehi, tabel.1 dan tabel.2
adalah berkesinambungan, karena untuk mengetahui hari tanggal tahun
Masehi dapat kita ketahui pada tabel.2 sedangkan untuk tahap awal
perhitungan harus menggunakan tabel.1.
13
Slamet Hambali, Almanak..., h. 108.
75
Setelah diketahui alamat hari tahun masehi pada tabel.1, kemudian kita
pertemukan alamat hari tahun masehi di tabel.1 tersebut dengan bulan yang
kita cari, yakni di kolom tengah (hari tanggal Masehi) pada tabel.2. Untuk
mengetahui hari yang dicari harus disesuaikan, apabila nama bulan terdapat
pada bagian kiri, maka alamat harinya pun harus diambil dari bagian kiri,
begitupun sebaliknya apabila nama bulan terdapat pada bagian kanan, maka
alamat harinya harus diambil dari bagian kanan.14
Untuk bulan JANUARI dan FEBRUARI yang berhuruf besar
digunakan apabila tahun yang dicari adalah tahun kabisat. Sedangkan bulan
Januari dan Februari yang berhuruf kecil digunakan apabila tahun yang dicari
adalah tahun Basithah. Untuk bulan-bulan lainnya tidak ada perbedaan baik
karena tahun yang dicari adalah tahun kabisat ataupun tahun Basithah. Tetapi,
Untuk tahun kabisat pada tahun Sebelum Masehi (SM), ada ketentuan
tersendiri, yaitu tahun Sebelum Masehi yang jika dibagi 4 ada sisa 1
(termasuk 1 SM) dinamakan tahun kabisat.15
Hal tersebut dibedakan karena tahun kabisat adalah satuan waktu yang
berumur 366 hari (Leap Year) dalam satu tahun Masehi. Tahun Kabisat
terjadi pada tiap-tiap tahun yang habis dibagi 4 dan tahun abad yang habis
dibagi 400, misalnya tahun 2000, 2004.16
Sedangkan Tahun Basithah adalah
satuan waktu selama satu tahun yang panjangnya 365 hari (Common Year), dan
14
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 15 Februari 2018, Pukul 12:30 WIB. 15
Slamet Hambali, Almanak..., h. 47. 16
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005) h. 41.
76
bilangan abad yang tidak habis dibagi 4 dinamakan Tahun Basithah, seperti
tahun 1700, 1800, 1900.17
Pembedaan tahun kabisat dan tahun basithah ini telah ada sejak
pemerintahan Julius Caesar dan Paus Gregorius XIII, namun penetepan tahun
kabisat antara sistem Julian18
dan sistem Gregorian19
terdapat perbedaan,
yaitu: Menurut sistem Julian, tahun kabisat adalah tahun Masehi yang habis
dibagi 4 saja. Sedangkan menurut sistem Gregorian, tahun kabisat adalah
tahun Masehi yang habis dibagi 4 atau 400.20
Jumlah hari pada tabel.2 adalah 7 hari sesuai dengan jumlah hari yang
telah disepakati seluruh dunia untuk perhitungan dan pendokumentasian
secara Internasional. Hari pertama dalam sistem penanggalan Masehi ini
adalah hari Ahad atau Minggu (Sunday) dengan simbol Ah, kemudian hari
kedua Senin (Monday) dengan simbol Sn, hari ketiga Selasa (Tuesday)
dengan simbol Sl, hari keempat Rabu (Wednesday) dengan simbol Rb, hari
kelima Kamis (Thursday) dengan simbol Km, hari keenam Jumat (Friday)
dengan simbol Jm, dan hari ketujuh Sabtu (Saturday) dengan simbol Sb.
Nama-nama hari tersebut ada di kolom tengah tabel.2 (Hari Tanggal).
17
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet.
III, h. 208. 18
Julian adalah suatu sistem kalender penanggalan Masehi yang digunakan sejak tahun
46 SM oleh Julius Caesar (Romawi Kuno) dengan ketentuan bahwa satu tahun berumur 365.25
hari. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 41. 19
Gregorian adalah suatu sistem kalender penanggalan Masehi yang di proklamirkan
penggunaannya oleh Paus Gregorius XIII pada hari Jumat, 15 Oktober 1582 M. Ia melakukan
koreksi terhadap sistem penanggalan Julian sebanyak 10 hari. Menurut kalender Gregorian, satu
tahun Masehi berumut 365.2422 hari. Lihat. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2005) h. 28. 20
Slamet Hambali, Almanak..., h. 39.
77
Apabila kita lihat tabel.1 dengan cermat, tabel.1 dapat kita uraikan
menjadi 4 tabel dengan fungsinya yang berbeda. Lihat tabel 1.1 – 1.4.
Tabel 1.1. Tahun Abad Sebelum Masehi (SM) dan Sebelum Perubahan 3 hari
Tahun Abad Masehi (M)
S.P.; P3 hari 7
Alamat Hari Tahun Masehi
.1
.2
.3
..
..
..
0.
A G F E D C B
B A G F E D C
C B A G F E D
D C B A G F E
E D C B A G F
F E D C B A G
G F E D C B H
Tahun Sebelum Masehi (SM)
01 ... ... ... ... ... ...
06 05 04 03 02 ...
12 11 10 ... 09 08 07
... 17 16 15 14 ... 13
23 22 ... 21 20 19 18
29 28 27 26 ... 25 24
34 ... 33 32 31 30 ...
40 39 38 ... 37 36 35
... 45 44 43 42 ... 41
... ... ... ... ... ... 46
Tabel 1.1 diatas digunakan apabila hari tahun Masehi yang dicari
adalah tahun Sebelum Masehi (SM), sehingga bilangan tahun kelebihan yang
dicari harus menggunakan tabel tahun Sebelum Masehi (SM) dan bilangan
tahun abad yang dicari adalah bilangan tahun abad yang belum mengalami
perubahan tiga hari.
Apabila melihat sejarah penanggalan adanya perubahan tiga hari terjadi
pada tahun 325 M (370 tahun setelah penanggalan Julian) diadakan rapat
gereja di Necia untuk mengoreksi ketetapan tahun tahun penanggalan Julian.
78
1 tahun dalam kalender Julian = 362.25 hari padahal sebenarnya peredaran
Matahari per tahun adalah 362.2422 hari. Hal tersebut berarti ada selisih
0.0078 hari 1/128 hari = 11.23 menit dalam 1 tahun. Perbedaan tersebut akan
menjadi 1 hari dalam 128 tahun. Oleh karenanya, pada saat diadakan rapat
gereja itu perbedaan sudah mencapai 3 hari, yaitu 370 : 128 x 1 = 2.8906 hari.
Dengan demikian, permulaan musim bunga yang semula di tetapkan tanggal
24 Maret dimajukan menjadi tanggal 21 Maret.21
Berdasarkan hal diatas, dapat kita pahami bahwa perubahan 3 hari
adalah loncatan 3 hari dari tanggal 21 Maret 325 M ke 24 Maret 523 M
karena alasan tertentu, sehingga tahun-tahun Masehi yang sebelum tanggal 21
Maret tahun 325 M dikatakan sebagai tahun-tahun Masehi sebelum
perubahan 3 hari (lihat Tabel 1.2). Sedangkan tahun-tahun Masehi setelah
tanggal 24 Masehi 325 M dikatakan sebagai tahun Masehi setelah perubahan
3 hari (lihat Tabel 1.3). Begitu juga dengan tahun Sebelum Masehi (SM)
termasuk tahun-tahun sebelum perubahan 3 hari (lihat Tabel 1.2).
21
Maskufa, Ilmu..., h. 187.
79
Tabel 1.2. Tahun Abad Masehi dan Sebelum Perubahan 3 hari
Tahun Abad Masehi (M)
S.P.; P3 hari 7
Alamat Hari Tahun Masehi
.1
.2
.3
..
..
..
0.
A G F E D C B
B A G F E D C
C B A G F E D
D C B A G F E
E D C B A G F
F E D C B A G
G F E D C B H
Tahun Masehi (M)
Tabel 1.2 diatas digunakan apabila hari tahun Masehi yang dicari
adalah tahun Masehi (M), sehingga bilangan tahun kelebihan yang dicari
harus menggunakan tabel tahun Masehi (M) dan bilangan tahun abad yang
dicari adalah bilangan tahun abad yang belum mengalami perubahan tiga hari.
Tahun abad sebelum perubahan 3 hari adalah tahun-tahun Masehi sebelum
tahun 325 M (21 Maret 325 M).
00 01 02 03 ... 04 05
06 07 ... 08 09 10 11
... 12 13 14 15 ... 16
17 18 19 ... 20 21 22
23 ... 24 25 26 27 ...
28 29 30 31 ... 32 33
34 35 ... 36 37 38 39
... 40 41 42 43 ... 44
45 46 47 ... 48 49 50
51 ... 52 53 54 55 ...
56 57 58 59 ... 60 61
62 63 ... 64 65 66 67
... 68 69 70 71 ... 72
73 74 75 ... 76 77 78
79 ... 80 81 82 83 ...
84 85 86 87 ... 88 89
90 91 ... 92 93 94 95
... 96 97 98 99 ... ...
80
Tabel 1.3. Tahun Abad Masehi dan Sebelum Perubahan 10 Hari
Tahun Abad Masehi (M)
S.P 10 Hari Alamat Hari Tahun Masehi
. 5 12
. 6 13
. 7 14
. 8 15
. 9 .
3 10 .
4 11 .
A G F E D C B
B A G F E D C
C B A G F E D
D C B A G F E
E D C B A G F
F E D C B A G
G F E D C B H
Tahun Masehi
Tabel 1.3 diatas digunakan apabila hari tahun Masehi yang dicari
adalah tahun Masehi (M), sehingga bilangan tahun kelebihan yang dicari
harus menggunakan tabel tahun Masehi (M) dan bilangan tahun abad yang
dicari adalah bilangan tahun abad yang sudah mengalami perubahan tiga hari
atau sebelum perubahan 10 hari. Tahun abad setelah perubahan 3 hari adalah
tahun-tahun Masehi setelah tahun 325 M (24 Maret 325 M).
00 01 02 03 ... 04 05
06 07 ... 08 09 10 11
... 12 13 14 15 ... 16
17 18 19 ... 20 21 22
23 ... 24 25 26 27 ...
28 29 30 31 ... 32 33
34 35 ... 36 37 38 39
... 40 41 42 43 ... 44
45 46 47 ... 48 49 50
51 ... 52 53 54 55 ...
56 57 58 59 ... 60 61
62 63 ... 64 65 66 67
... 68 69 70 71 ... 72
73 74 75 ... 76 77 78
79 ... 80 81 82 83 ...
84 85 86 87 ... 88 89
90 91 ... 92 93 94 95
... 96 97 98 99 ... ...
81
Tabel 1.4. Tahun Abad Masehi Setelah Perubahan 10 hari
Alamat Hari Tahun Masehi
Tahun Abad Masehi
P. 10 Hari
A G F E D C B . 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80 84 88
B A G F E D C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C B A G F E D . 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89
D C B A G F E . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E D C B A G F . 18 22 26 30 34 38 42 46 50 54 58 62 66 70 74 78 82 86 90
F E D C B A G . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
G F E D C B H 15 19 23 27 31 35 39 43 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 91 dst...
Tahun Masehi
Tabel 1.4 diatas digunakan apabila hari tahun Masehi yang dicari
adalah tahun Masehi (M), sehingga bilangan tahun kelebihan yang dicari
harus menggunakan tabel tahun Masehi (M) dan bilangan tahun abad yang
dicari adalah bilangan tahun abad yang sudah mengalami perubahan 10 hari.
Latar belakang adanya perubahan 10 hari adalah terjadi pada sejarah
penanggalan ketika pemerintahan Paus Gregorius XIII. Pada saat itu Paus
Gregorius XII melakukan perubahan dan koreksian terhadap penanggalan
00 01 02 03 ... 04 05
06 07 ... 08 09 10 11
... 12 13 14 15 ... 16
17 18 19 ... 20 21 22
23 ... 24 25 26 27 ...
28 29 30 31 ... 32 33
34 35 ... 36 37 38 39
... 40 41 42 43 ... 44
45 46 47 ... 48 49 50
51 ... 52 53 54 55 ...
56 57 58 59 ... 60 61
62 63 ... 64 65 66 67
... 68 69 70 71 ... 72
73 74 75 ... 76 77 78
79 ... 80 81 82 83 ...
84 85 86 87 ... 88 89
90 91 ... 92 93 94 95
... 96 97 98 99 ... ...
82
Julian. Pada tahun 1582 M, atas saran Christopher Clavius (Ahli
Perbintangan) setelah munculnya keraguan akan saat-akan penentuan wafat
Isa Al-Masih, maka pada hari Kamis, 4 Oktober 1582 M Paus Gregorius XIII
memerintahkan bahwa esok harinya adalah hari Jumat, 15 Oktober 1582 M,
berarti terjadi loncatan 10 hari. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada lagi
keraguan bahwa peringatan hari wafatnya Isa Al-Masih dilakukan sesuai
dengan keadaan peredaran Matahari yang sesungguhnya, yaitu jatuh pada
bulan purnama segera setelah Matahari melintasi titik Aries.22
Ada beberapa alasan terjadinya loncatan 10 hari, antara lain:
1. Untuk menyesuaikan dengan kesepatakan Necia, bahwa permulaan musim
bunga adalah pada tanggal 21 Maret, maka sesuai dengan apa yang dilihat
Chritopher Clavius pada tanggal 11 Maret 1582 M bahwa pada hari itu
sebenarnya sudah memasuki permulaan musim bunga. Hal ini berarti
penanggalan sudah mengalami keterlambatan 10 hari, yakni 21-11 = 10.
2. Peredaran semu Matahari menurut penanggalan Julian adalah 365.25 hari,
sedangkan yang sebenarnya adalah 365.2422 hari. Jadi ada seisih
sebanyak 0.0078 hari per tahun = 1/128 hari/tahun = 1 hari dalam 128
tahun. Maka 1582 – 325 tahun / 128 x 1 tahun = 9.9605 hari dibulatkan
menjadi 10 hari.23
Berdasarkan hal tersebut diatas, telah jelas bahwa perubahan 10 hari
merupakan loncatan 10 hari yang terjadi pada tahun 1582 M, tepatnya pada
hari Kamis, 4 Oktober 1582 M ke hari Jumat, 15 Oktober 1582 M. Maka,
22
Maskufa, Ilmu..., h. 188. 23
Maskufa, Ilmu..., h. 188.
83
apabila hari tahun Masehi yang dicari adalah tahun Masehi setelah tanggal 15
Oktober 1582 M, maka tahun tersebut termasuk tahun-tahun Masehi setelah
perubahan 10 hari, sehingga tabel yang digunakan adalah tabel 1.4.
Sedangkan untuk tahun-tahun Masehi sebelum tanggal 4 Oktober 1582
M termasuk tahun-tahun Masehi sebelum perubahan 10 hari. Maka, tabel
yang digunakan adalah tabel 1.3 (lihat tabel 1.3). tahun-tahun Masehi
sebelum perubahan 10 hari bisa dikatakan juga sebagai tahun-tahun Masehi
setelah perubahan 3 hari.
Dalam penggunaan tabel 1.4 kolom kanan, yakni kolom tahun abad
Masehi P. 10 hari kita bisa meneruskan bilangan abadnya sendiri dengan
mengikuti pola yang ada. Pada tabel 1.4 penulis hanya menyediakan bilangan
abad sampai abad ke-91. Jika kita ingin mecari hari tahun Masehi hingga
abad ke-200 sampai seterusnya, maka kita harus menambahkan bilangan
tersebut sampai dengan bilangan 200, karena sistem penanggalan ini bersifat
sepanjang masa, sehingga tidak ada batas waktu yang ditentukan didalam
tabel kolom bilangan tahun abadnya.24
B. Analisis Akurasi Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak
Sepanjang Masa
Kata akurat yang sering dipakai dalam hasil perhitungan hisab
mempunyai arti: teliti, saksama, cermat, tepat benar.25
Akurasi perhitungan
sistem penanggalan Masehi ini diukur dengan metode perhitungan tekhnologi
yang dianggap akurat oleh masyarakat karena untuk mengukur tingkat akurasi
suatu perhitungan dibutuhkan suatu parameter atau tolak ukur.
24
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 15 Februari 2018, Pukul 12:30 WIB 25
https://kbbi.web.id/akurat diakses tanggal 25/02/18 pada pkl: 9:28 WIB.
84
Dalam pengukuran tingkat akurasi metode sistem penanggalan Mashi
dalam buku Almanak Sepanjang Masa ini, penulis menggunakan metode
sistem perhitungan Masehi dalam perhitungan kontemporer yang berbasis
teknologi, yaitu aplikasi Winhisab 2010 version 2.1226
, dan Digital Falak
version 2.0627
.
Menurut penulis, tingkat akurat dalam perhitungan penentuan hari
tahun dalam bulan Masehi jika dapat menunjukkan hasil yang sama dengan
sistem perhitungan kontemporer berbasis teknologi yang sudah diakui
akurasinya oleh masyarakat secara umum. Dari data hasil perbandingan yang
dilakukan oleh penulis, Metode perhitungan buku Almanak Sepanjang Masa
dalam sistem penanggalan Masehi ini jika dibandingkan dengan perhitungan
sistem penanggalan kontemporer berbasis teknologi, seperti Winhisab 2010
v.2.12 dan Digital Falak v.2.06 dapat memberikan hasil yang sama, dengan
kata lain perhitungan dalam buku Almanak Sepanjang Masa dapat dikatakan
akurat. Disini penulis melakukan beberapa contoh pembuktian perbandingan
hasil perhitungan sistem penanggalan Masehi manual dalam buku Almanak
Sepanjang Masa dengan hasil perhitungan kontemporer. (lihat Tabel.3 data
hasil perbandingan ).
26
Winhisab Version 2.12 adalah Program yang dibuat oleh Tim Pengembang Aplikasi
Kemenag RI tahun 2010. Didalamnya berisi perhitungan – perhitungan, yakni Perhitungan arah
kiblat, data kiblat untuk kota-kota, bayang-bayang kiblat, perhitungan waktu salat, perhitungan
awal bulan Hijriah, perhitungan gerhana Matahari dan Bulan, kalender urfi, konversi kalender urfi,
data Ephemeris Matahari dan Bulan, data hilal kota-kota, data tinggi hilal Indonesia, phase Bulan,
jadwal Imsakiyah puasa, taqwim awal bulan Qomariyah, daftar Refraksi, Delta T, dan lain
sebagainya. Lihat Winhisab 2010 v.2.12. 27
Digital Falak version 2.06 merupakan salah satu aplikasi android buatan Ahmad
Tholhah Ma’ruf. aplikasi ini resmi diunggah dan dapat digunakan oleh banyak orang khususnya
bagi para pengguna android. Di dalamnya berisi beberapa program yaitu: Waktu salat, kompas
kiblat, kalender Hijriah/Istiwak, kalender Masehi, dan data lokasi. Lihat Digital Falak v. 2.06.
85
Berikut Tabel.3 Data Hasil Perbandingan:
Tgl/bln/Tahun
Hari Tahun Masehi
Almanak
Sepanjang
Masa
Winhisab
2010 v.2.12
Digital Falak
v.2.06
1 Jan 327 M Ahad Ahad Ahad
1 Jan 460 M Jumat Jumat Jumat
1 Jan 571 M Kamis Kamis Kamis
1 Jan 927 M Senin Senin Senin
1 Jan 1566 M Selasa Selasa Selasa
1 Jan 1700 M Jumat Jumat Jumat
1 Jan 1818 M Kamis Kamis Kamis
1 Jan 1980 M Selasa Selasa Selasa
1 Jan 1996 M Senin Senin Senin
1 Jan 2003 M Rabu Rabu Rabu
1 Jan 2018 M Senin Senin Senin
1 Jan 2038 M Jumat Jumat Jumat
1 Jan 2217 M Rabu Rabu Rabu
1 Jan 2416 M Jumat Jumat Jumat
1 Jan 3679 M Ahad Ahad Ahad
1 Jan 4922 M Kamis Kamis Kamis
1 Jan 5966 M Sabtu Sabtu Sabtu
1 Jan 6464 M Selasa Selasa Selasa
1 Jan 7000 M Rabu Rabu Selasa
1 Jan 8877 M Jumat Jumat Jumat
1 Jan 9999 M Jumat Jumat Jumat
Tabel.3 Data Hasil Perbandingan.
86
Dari tabel hasil perbandingan, dapat kita lihat bahwa hasil dari
perhitungan metode sistem penanggalan Masehi dalam buku Almanak
Sepanjang Masa yang menggunakan metode perhitungan manual yang
sederhana, dapat menunjukkan hasil yang sama dengan perhitungan
kontemporer berbasis teknologi.
Meskipun begitu, ada tahun tertentu yang apabila dihitung dengan
sistem penanggalan Masehi dalam Buku Almanak Sepanjang Masa dapat
menunjukkan hasil yang berbeda. Seperti perhitungan penentuan hari tanggal
1 Januari 1 M.
Berikut hasil perbandingan dan perbedaannya:
Tgl/bln/Tahun
Hari Tahun Masehi
Almanak
Sepanjang
Masa
Winhisab
2010 v.2.12
Digital Falak
v.2.06
1 Jan 1 M Selasa Sabtu Sabtu
1 Jan 5 M Ahad Kamis Kamis
1 Jan 12 M Senin Jumat Jumat
1 Jan 25 M Kamis Senin Senin
Dari hasil perbandingan diatas dapat kita lihat perbedaan hasil, yaitu
nama hari yang berbeda antara sistem perhitungan Almanak Sepanjang Masa
dengan sistem perhitungan Winhisab 2010 v.2.12 dan Digital Falak v.2.06.
Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan pendapat yang merumuskan
metode.
Metode perhitungan sistem penanggalan Masehi dalam buku Almanak
Sepanjang Masa mengakui adanya perubahan 3 hari yang terjadi pada tahun
87
325 M, sedangkan sistem perhitungan kontemporer seperti aplikasi Winhisab
2010 v.2.12, dan Digital Falak v.2.06, referensi sistem perhitungannya
menggunakan perhitungan Jean Meeus yang tidak mengakui adanya
perubahan 3 hari yang terjadi pada tahun 325 M.28
Peristiwa terjadinya perubahan 3 hari disebabkan selisih antara panjang
tahun dalam sistem penanggalan Julian dengan panjang rata-rata tahun tropis.
Satu tahun dalam kalender julian adalah 365.25 hari sedangkan satu tahun
tropis adalah 365.2422. berarti mengabaikan bilangan 0.0078 hari atau 0 jam
11 menit 4 detik, padahal selisih ini akan menjadi satu hari dalam jangka 128
tahun. Kesalahan ini diketahui karena adanya pergeseran (semu) sistematis
kedudukan Matahari terhadap titik Aries pada tanggal yang sama setiap tahun
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu saat Matahari ke arah titik
vernal equinox melintas ekuator langit atau saat posisi Matahari ke arah titik
vernal equinox tidak dapat dipertahankan pada tanggal yang tertentu (21
Maret)29
.
Terjadilah permasalahan dan kesimpangsiuran pada tahun 325 M, yaitu
pada saat Consili di Necia dimana penanggalan Julian diloncatkan 3 hari
(perubahan 3 hari), yaitu dari tanggal 21 Maret 325 M, esok harinya bukan
lagi tanggal 22 Maret 325, namun tanggal 24 Maret 325 M.30
Berdasarkan hal tersebut diatas, telah jelas bahwa adanya perbedaan
yang disebabkan adalah referensi sistem perhitungan yang berbeda.
28
Slamet Hambali, Wawancara, Semarang, 15 Februari 2018, Pukul 12:30 WIB. 29
Muh. Nashirudin, Kalender..., h. 56 30
Slamet Hambali, Almanak..., h. 33.
88
Berikut bukti cara menentukan hari tahun Masehi sesuai dengan
pendapat yang berbeda dan menunjukkan hasil yang berbeda:
1. Mencari hari tahun Masehi 1 Januari 1 M dengan metode manual sistem
Almanak Sepanjang Masa:
= 1 Januari 1 M (Tahun Basithah)
= Alamat hari = F (tahun abad 0 – tahun kelebihan 01 M)
= 1 Januari 1 M = Sl/Selasa (F – 1 Januari).
2. Mencari hari tahun Masehi 1 Januari 1 M menggunakan Winhisab 2010
version 2.12.
Gambar 2. Winhisab 2010 version 2.12
Gambar 2. Winhisab 2010 v.2.12 diatas menunjukkan 1 Januari 1
M dengan simbol Sa = Sabtu.
89
3. Mencari hari tahun Masehi 1 Januari 1 M menggunakan aplikasi Digital
Falak version 2.06
Gambar 3. Digital Falak v.2.06.
Gambar 3 menunjukkan bahwa 1 Januari 1 M dalam aplikasi
Digital Falak adalah hari Sabtu.
Berdasarkan data hasil perbandingan diatas, penulis menyimpulkan
bahwa metode perhitungan sistem penanggalan Masehi dalam Buku
Almanak Sepanjang Masa dapat dikatakan akurat karena dapat
menunjukkan hasil yang sama dengan sistem perhitungan kontemporer
berbasis teknologi, seperti Winhisab 2010 v.2.12 dan Digital Falak
v.2.06.
Meskipun ada selisih perbedaan hasil dalam penentuan hari tahun
Masehi untuk tahun-tahun dibawah tahun 325 M, namun tidak menutup
kemungkinan sistem penanggalan Masehi dalam buku Almanak
90
Sepanjang Masa ini untuk dijadikan sebuah rujukan atau referensi dalam
penentuan hari tahun Masehi.
Penentuan hari tahun Masehi menggunakan metode dalam buku
Almanak Sepanjang Masa dapat kita gunakan kapanpun dan dimanapun,
karena sistem penanggalan ini bersifat sepanjang masa, tidak ada batas
waktu. Kita dapat mengetahui hari tahun Masehi di tahun-tahun yang
akan datang maupun tahun yang telah berlalu hingga tahun sebelum
masehi (SM). Hanya saja untuk tabel kolom bagian tahun abad Masehi
apabila tahun abad tidak ada dalam kolom tersebut, kita harus
menambahkan sendiri hingga tahun abad yang kita cari ditemukan. (lihat
tabel 1.4). Cara penambahan tahun abad, yaitu dengan mengikuti pola
yang sudah ada. kita juga harus memahami ketentuan-ketentuannya
terlebih dahulu agar tidak ada kesalahan hasil yang kita cari.
Menurut penulis, perbedaa hasil untuk tahun-tahun dibawah tahun
325 M seperti yang telah disampaikan sebelumnya akan menjadi ciri
khas perhitungan masing-masing perumus metode. Perbedaan akan selalu
ada seiring perkembangan zaman, semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan karena pemikiran manusia berbeda-beda dan berkembang
sesuai keilmuwannya masing-masing untuk kemajuan peradaban yang
berkualitas. Adanya perbedaan menjadikan ilmu baru dalam perbedaan
menimbulkan hal-hal baru yang dapat menambah wawasan untuk kita
semua.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan bahwa skripsi ini memaparkan sekaligus menganalisis
sistem penanggalan Masehi dalam Buku Almanak Sepanjang Masa yang
ditulis oleh Slamet Hambali. Dari data tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa:
1. Sistem Penanggalan Masehi dalam Buku Almanak Sepanjang Masa
merupakan sistem penanggalan yang menggunakan metode perhitungan
sederhana yang kemudian di formulasikan dalam sebuah tabel. Tabel
yang disediakan ada dua macam, yaitu Tabel 1: Alamat hari tahun
Masehi dan sebelumnya, dan Tabel 2 : Hari tanggal tahun Masehi dan
sebelumnya. Sebelum menggunakan tabel-tabel tersebut, kita harus
memahami ketentuan berserta keterangan penggunaannya terlebih
dahulu, misalnya membedakan bilangan tahun abad dan bilangan tahun
kelebihan, membedakan tahun kabisat dan tahun basithah, membedakan
tahun-tahun abad sebelum perubahan 3 hari, tahun abad sebelum
perubahan 10 hari dan tahun abad setelah perubahan 10 hari. Dengan
perhitungan tersebut, kita bisa mengetahui hari tahun Masehi baik tahun-
tahun Masehi yang telah berlalu maupun tahun-tahun Masehi yang akan
datang bahkan tahun-tahun Sebelum Masehi (SM).
2. Akurasi hasil perhitungan sistem penanggalan Masehi dalam buku
Almanak Sepanjang Masa terdapat perbedaan hasil (hari) untuk tahun-
tahun dibawah tahun 325 M. Perbedaan tersebut disebabkan oleh dua
92
pendapat yang berbeda antara sistem perhitungan Masehi dalam Almanak
sepanjang Masa dengan perhitungan kontemporer (Winhisab 2010 v.2.12
dan Digital Falak v.2.06), yaitu:
a. Sistem penanggalan Masehi dalam Almanak Sepanjang Masa
mengakui adanya perubahan 3 hari yang terjadi pada tahun 325 M.
Peristiwa yang terjadi adalah adanya loncatan 3 hari pada tahun 325
M, tepatnya tanggal 21 Maret esok harinya langsung menjadi 24
Maret (ada loncatan tiga hari); sedangkan
b. Sistem penanggalan Masehi dalam perhitungan kontemporer berbasis
teknologi seperti Winhisab 2010 v.2.12 dan Digital Falak v.2.06 tidak
mengakui adanya perubahan 3 hari, seperti halnya sistem perhitungan
Jean Meeus.
Meskipun demikian, untuk tahun-tahun Masehi diatas tahun 325 M,
sistem penanggalan Masehi dalam buku Almanak Sepanjang Masa ini
dapat menunjukkan hasil yang sama dengan sistem perhitungan
kontemporer berbasis teknologi seperti Winhisab 2010 v.2.12 dan Digital
Falak v.2.06. Hasil yang dimaksud adalah menunjukkan hari yang sama
untuk tahun Masehi pada tahun-tahun yang telah berlalu maupun tahun-
tahun yang akan datang, sehingga sistem penanggalan Masehi dalam
buku Almanak Sepanjang Masa ini dapat dikatagorikan sebagai sistem
perhitungan penanggalan Masehi yang akurat dan dapat dijadikan
sebagai rujukan.
93
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah tertera diatas, saran peneliti adalah:
1. Bagi para pengguna sistem penanggalan Masehi dalam Buku Almanak
Sepanjang Masa agar memperhatikan hasil penelitian ini ketika
mendasarkan sistem penanggalan Masehinya dari buku Almanak
Sepanjang Masa.
2. Untuk pengamalan sistem penanggalan dalam buku Almanak Sepanjang
Masa ini, kita harus memahami cara penggunaannya dengan sungguh-
sungguh, bahkan lebih baik jika mengetahui latar belakang perhitungan
tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman pada hasil akhir.
3. Meskipun metode perhitungan dalam Almanak Sepanjang Masa karya
Slamet Hambali terbilang lebih sederhana dan masih bersifat manual,
namun dapat menunjukkan hasil yang sama dengan perhitungan
kontemporer berbasis teknologi seperti Winhisab dan Digital Falak,
Sehingga dianjurkan untuk melestarikan ilmu-ilmu yang sederhana ini,
seperti mengajarkannya kepada kerabat, peserta didik, dan masyarakat
umum. Hal ini dimaksudkan agar warisan keilmuwan ulama terdahulu
tidak hilang seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan.
4. Perbedaan hasil sistem penanggalan sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, harus kita sikapi dengan bijak karena dalam perbedaan
tersebut terdapat alasan-alasan tersendiri yang menjadikannya sebagai ciri
khas masing-masing.
94
5. Ilmu falak merupakan ilmu langka dan harus sungguh-sungguh dalam
mendalaminya, hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah, sehingga
ilmu ini harus dijaga eksistensinya dengan cara mengamalkan, menjaga,
mengembangkan seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan
serta teknologi tanpa menghilangkan warisan para ulama.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT
yang Maha Segalanya, karena dengan limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan ini, penulis
telah berusaha yang terbaik untuk menyelesaikannya secara optimal, namun
penulis menyadari dalam penulisan ini tentunya masih banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa penulis
harapkan. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-albani, M. Nashiruddin. Mukhtashar Shahih al-imam al-Bukhari, terj. As‘ad
Yasin, Elly Latifa, Depok: Gema Insani, 2013.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz II, Semarang:
PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993.
Anwar, H. Syamsul. Diskusi dan Korespondensi Kalender Hijriah Global,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2014.
______. Interkoneksi Studi Hadits dan Astronomi, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2011.
Azhari, Susiknan. Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern),
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.
______. Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
______. Kalender Islam (Ke Arah Integrasi Muhammadiyah-NU), Yogyakarta:
Museum Astronomi Islam, 2012.
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Bashori, Muh. Hadi. Penanggalan Islam, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2013.
Darsono, Ruswa. Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqih dan Hisab
Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta Pusat: Bintang
Indonesia Jakarta, 2011.
Djamaluddin, Thomas. Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Ummat, Jakarta:
LAPAN, 2011.
Hambali, Slamet. Almanak Sepanjang Masa, Semarang: Program Pascasarjana
IAIN Walisongo Semarang, Semarang: 2011(a).
_______. Ilmu Falak (Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia), Semarang: Program PascaSarjana IAIN Walisongo, 2011(b).
_______. Ilmu Falak (Arah Kiblat Sepanjang Masa), Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta, 2013.
_______. Pengantar Ilmu Falak (Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta),
Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.
Ibrahim, Salamun. Ilmu Falak (Cara Mengetahui Awal Bulan, Awal Tahun,
Musim, Kiblat, dan Perbedaan Waktu), Surabaya: Penerbit Pustaka
Progressif, 2003.
Ilyas, Mohammad. Sistem Kalender Islam, Selangor: Percetakan Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1997.
Izzuddin, Ahmad. Ilmu Falak Praktis, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012.
_______. Sistem Penanggalan, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.
Karim, KH. Abdul Karim dan Rifa Jamaluddin Nasir. Mengenal Ilmu Falak Teori
dan Implementasi, Yogyakarta: Qudsi Media, 2012.
Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004.
______. Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Maskufa. Ilmu Falak, Jakarta: Gaung Persada (GP Press), 2010.
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari
Al-ju’fi, Abu Abdullah. Shahih Bukhari, Beirut: Darul Kutub Al-ilmiyah,
1992.
Musonnif, Ahmad. Ilmu Falak (Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah Kiblat,
Hisab Urfi, dan Hisab Hakiki Awal Bulan), Yogyakarta: Teras, 2011.
Nashirudin, Muh. Kalender Hijriah Universal, Semarang: El-Wafa, 2013.
Qulub, Siti Tatmainul. Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi, Depok: PT.
Raja Grafindo Persada, 2017.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986.
Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana, 2005.
Tanzeh, Ahmad. Metodologi Penelitian Praktis, Yogyakarta: Teras, 2011.
Jurnal:
Adib Rofiuddin, Ahmad. Penentuan Hari dalam Sistem Kalender Hijriah, Al-
Ahkam, vol. 26, 2016.
Hambali, Slamet. Astronomi Islam dan Teori Heliocentris Nicolaus Copernicus,
Al-Ahkam, vol. 23, 2013.
Setyanto, Hendro & Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani. Kriteria 29: Cara
Pandang Baru dalam Penyusunan Kalender Hijriyah, Al-Ahkam, vol.
25, 2015.
Penelitian:
Firdaus, Jannatun.“Analisis Penanggalan Sunda dalam Perspektif Astronomi”,
Skripsi IAIN Walisongo Semarang, Semarang: 2013.
Firdaus, Roudlotul.“Nalar Kritis Terhadap Sistem Penanggalan Im Yang Lik”,
Skripsi IAIN Walisongo Semarang, Semarang: 2012.
Hambali, Slamet. “Menguji Keakuratan Hasil Pengukuran Arah Kiblat
Menggunakan Istiwaaini Karya Slamet Hambali”, Laporan Penelitian
Individual IAIN Walisongo Semarang, Semarang: 2014.
Hoesen, Devia. “Penentuan Hari pada Berbagai Sistem Penanggalan
Menggunakan Kekongruenan Zeller”, Makalah Institut Teknologi
Bandung, Bandung: 2011.
Kiftiyah, Anifatul. “Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam dalam
Pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat”, Skripsi
IAIN Walisongo Semarang, Semarang: 2011.
Riyanto, Bangkit. “Studi Analisis Algoritma Waktu Sholat dalam Aplikasi Android
Digital Falak karya Ahmad Tholhah Ma’ruf”, Skripsi UIN Walisongo
Semarang, Semarang: 2016.
Wawancara:
Hambali, Slamet. Wawancara, Semarang, 15 Februari 2018.
_______. Wawancara, Semarang, 22 Februari 2018.
Website:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anno_Domini diakses tanggal 12/02/18 pada pkl:
22:03 WIB.
https://kbbi.web.id/akurat diakses tanggal 25/02/18 pada pkl: 9:28 WIB.
LAMPIRAN
1. Wawancara dengan Drs. KH. Slamet Hambali, M.S.I pada 15 Februari 2018
di Kantor Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang.
Pertanyaan:
Bagaimana sistem perhitungan penanggalan Masehi dalam buku Almanak
Sepanjang Masa?
Jawaban:
Untuk tahun-tahun dibawah tahun 325 M (sebelum perubahan 3 hari) dan
tahun diatas tahun 325 M (setelah perubahan 3 hari atau sebelum perubahan
10 hari), gunakan tabel.1 kolom paling kiri. Sedangkan untuk tahun-tahun
dibawah tahun 1582 M (setelah perubahan 10 hari), gunakan tabel.1 kolom
paling kanan.
Pada sistem ini mengakui adanya perubahan 3 hari, sehingga akan ada
perbedaan hasil dengan sistem pperhitungan kontemporer yang tidak
mengakui adanya perubahan 3 hari, salah satunya perhitungan Jean Meeus
Jika bilangan abad tahun Masehi yang dicari tidak ada dalam kolom paling
kanan (misalnya, tahun abad 200, dst), kita bisa menambah dan atau
mengurutkan bilangannya sampai tahun yang kita cari ditemukan. Caranya
dengan mengikuti pola yang sudah ada (lihat tabel.1 kolom paling kanan).
Tabel yang berada dibawah tabel.1 merupakan tabel bilangan tahun
kelebihan. Tabel tahun Masehi yang berada dibawah tabel.1 digunakan
apabila tahun yang dicari adalah tahun Masehi, apabila tahun yang dicari
adalah tahun Sebelum Masehi (SM), maka gunakan tabel tahun Sebelum
Masehi (SM).
Untuk tabel.2 adalah tabel hari tanggal tahun Masehi. Sesuaikan antara
nama bulan dengan alamat hari. Jika nama bulan yang dicari berada
dikanan, gunakan alamat hari pada kolom paling kanan, begitupun
sebaliknya, jika bulan yang dicari berada disebelah kiri, gunakan alamat hari
sebelah kiri. Untuk tahun kabisat gunakan bulan JANUARI dan FEBRUARI
yang berhuruf kapital, untuk tahun basithah gunakan bulan Januari dan
Februari yang berhuruf kecil.
2. Wawancara dengan Drs. KH. Slamet Hambali, M.S.I pada 22 Februari 2018
di Kantor Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang.
Pertanyaan:
Bagaimana perhitungan yang melatar belakangi adanya tabel tersebut?
Jawaban:
Sistem perhitungan yang melatar belakangi adanya tabel adalah sistem yang
besifat induktif, perhitungan manual yang kemudian di formulasikan dalam
sebuah tabel. Perhitungan tersebut terdiri dari 6 ketentuan:
1. Kaidah (+1) untuk tahun 1801 – 1900 M,
Contoh:
1 Januari 1840 M
= 1840/24 = 20 (sisa)
= 20/5 = 5 (hasil)
= 5 – 1 = 4
= 20+4 = 24
= 24/7 = 3 (sisa)
= 3 (sisa) + 1 (kaidah) = 4 = Rabu
Maka, 1 Januari 1840 adalah Rabu.
2. Kaidah (+2) untuk tahun 1701 – 1800 M
Contoh:
1 Januari 1762 M
= 1762/28 = 26 (sisa)
= 26/4 = 5 (hasil)
= 26+6 = 32
= 32/7 = 4 (sisa)
= 4 (sisa) + 2 (kaidah) = 6 = Jumat
Maka, 1 Januari 1840 M adalah Jumat.
3. Kaidah (+3) untuk 15 Oktober 1582 – 1700 M (setelah perubahan 10
hari)
Contoh:
1 Januari 1640 M
= 1640/28 = 16 (sisa)
= 16/4 = 4
= 4 – 1= 3
= 16+3 = 19
= 19/7 = 5(sisa)
= 5 + 3 (kaidah) = 8
= 8/7 = 1 (sisa) = Ahad
Maka, 1 Januari 1640 adalah Ahad.
4. Kaidah (+6) untuk tahun 325 M – 4 Oktober 1582 M (setelah perubahan
3 hari).
Contoh:
1 Januari 571 M
= 571/28 = 11(sisa)
= 11/4 = 2 (hasil)
= 11+2 = 13
= 13/7 = 6 (sisa)
= 6+6 (kaidah) = 12
= 12/7 = 5 (sisa) = Kamis
Maka, 1 Januari 571 M adalah Kamis.
5. Kaidah (+2) untuk tahun 46 SM – 325 M (sebelum perubahan 3 hari).
Contoh:
1 Januari 1 M
= 1+2 (kaidah) = 3
= 3 = Selasa
Maka, 1 Januari 1 M adalah Selasa.
6. Untuk tahun 2100 – Keatas, kaidahnya:
a. Tahun abad yang dicari dikurangi (-) tahun abad 20, sisanya berapa?
b. Kemudian sisa tersebut dibagi 4;
c. Hasilnya untuk mengurangi sisa tadi;
d. Sisa terakhir untuk mengurangi hasil perhitungan.
Contoh:
1 Januari 4433 M
= 4433/28 = 9 (sisa)
= Sisa 9/4 = 2 (hasil)
= 9+2 = 11
= 11/7 = 4 (sisa), (4 kurangi berapa?)
Kembali ke kaidah (a)
Maka, 44-20 = 24
24/4 = 6
24-6 = 18
18/7 = 4 (sisa ini menjadi kaidah untuk mengurangi sisa 4
yang diatas)
Maka, 4 (sisa) – 4 (kaidah) = 0 = 7= Sabtu
1 Januari 4433 M adalah Sabtu.
DATA RIWAYAT PENULIS
Nama Lengkap : Nurfa Nurul Fadillah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 25 Maret 1996
Agama : Islam
Alamat Asal : Sungaibuluh, Kec. Jebus, Kab. Bangka Barat,
Kep.Bangka Belitung
Alamat Sekarang : YPMI Al-Firdaus, Jl. Kedondong Dukuh Duwet
Bukit Silayur Permai, Kelurahan Beringin, Kec.
Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah .
No. Hp/Email : 0831-7502-2548 / [email protected]
Pendidikan Formal :
• MI Lio Limbangan Barat Garut (Lulus tahun 2008)
• MTs YPI Pulosari Tasikmalaya (Lulus tahun 2011)
• MA Al-Islam Kemuja Bangka (Lulus tahun 2014)
Pendidikan Non Formal :
• PP. Nurul Fatah, Limbangan Barat Garut (Tahun 1999 – 2011)
• PP. Al-Islam, Kemuja Bangka (Tahun 2011 – 2014)
• PP. YPMI Al-Firdaus (Tahun 2014 – Sekarang)
Pengalaman Organisasi :
• Divisi Pangan OP3AI Al-Islam Kemuja Bangka (Periode 2012 – 2013)
• Divisi PSDM CSS MoRA UIN Walisongo Semarang (Periode 2016 – 2017)
• LPM Zenith CSS MoRA UIN Walisongo Semarang (Periode 2016 – 2017)
• Divisi Kesehatan PP. YPMI Al-Firdaus Putri (Periode 2016 – 2017)
Demikian riwayat pendidikan ini saya lampirkan untuk dipergunakan dengan
semestinya sebagai pemakluman.
Semarang, 05 Maret 2018
Nurfa Nurul Fadillah
NIM: 1402046102