ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

10
ANALISIS SENYAWA KURKUMIN DARI RIMPANG KUNYIT DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Oleh WINDA DEWI IRIANI 0621 11 020 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2012

Transcript of ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

Page 1: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

DARI RIMPANG KUNYIT DENGAN METODE KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS

Oleh

WINDA DEWI IRIANI

0621 11 020

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar

Belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian...............................................................................................2

1.3 Hipotesis.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Curcuma domestica Val

2.1.1 Kunyit.........................................................................................................3

2.1.2 Manfaat Tanaman Kunyit...........................................................................4

2.2 Kurkumin...........................................................................................................4

2.3 kromatografi.......................................................................................................4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan tempat penelitian

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

3.2.2 Bahan

3.3 Penyiapan sample

3.4 Analisa kurkumin dengan metode kromatografi lapis tipis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekayaan Indonesia akan tumbuhan yang berkhasiat obat sangat berlimpah

dan banyak digunakan sebagai obat tradisional, oleh karena itu obat tradisional

perlu dikembangkan, karena terdapat banyak kandungan kimia yang

menguntungkan. Obat tradisional menawarkan satu produk yang lebih aman

karena kecilnya efek samping dan efektif untuk pencegahan penyakit atau

pengobatan sendiri, selain dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih murah

dibandingkan dengan obat-obatan sintetik.

Kunyit sebagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan, telah digunakan

secara tradisional oleh nenek moyang kita sejak lama. Diantara beberapa manfaat

rimpang kunyit yang dapat digunakan adalah sebagai antikoagulan, menurunkan

tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut,

memperbanyak ASI, fungisida, mengobati keseleo, memar dan rematik, obat

asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah,

menghilangkan noda di wajah, penurun panas dan mengobati luka (Tilaar 2002).

Kurkumin [ 1,7-bis(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-dione ]

merupakan konstituen rizoma utama yang terdapat pada tumbuhan Curcum Longa

yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kosmetik dan obat

tradisional. Selain itu, dilaporkan juga bahwa senyawa ini memiliki fungsi dalam

farmakologi seperti antioksidan, antibiotik dan antitumor. (Chignell, C.F, 1994).

Kromatografi ditemui oleh Michael Tswett, seorang ahli botani diUniversiti

Warsaw (Poland),pada tahun1906. Perkataan kromatografi berasal daripada

perkataan Yunani "warna" dan "tulis". Kromatografi lapis tipis merupakan salah

satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan

komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi

komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang

Page 4: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis,

Linderniaanagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki

banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi

kesehatan manusia,di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor /

antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis.

Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.Kromatografi

juga merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi senyawa murninya dan

mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi campuran

dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak

hanyakontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol

danoptimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari

kuantitasmaterial. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan

preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi. ( Gandjar.

Abdul Rohman. 2007 ).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis senyawa kurkumin dari rimpang

kunyit dengan metode kromatografi lapis tipis.

1.3 Hipotesis

Senyawa kurkumin yang terdapat pada rimpang kunyit dapat di analisis

dengan metode kromatografi lapis tipis.

Page 5: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Curcuma domestica Val

2.1.1 Kunyit

Kunyit telah digunakan oleh bangsa Assyiria sebagai obat herbal sejak 600

tahun sebelum masehi. Sejak beratus-ratus tahun kunyit juga digunakan oleh

orang India sebagai pewarna dan pemberi rasa pada makanan. Pada tahun 1971

kunyit pertama kali dilaporkan sebagai anti peradangan baik bagi kasus akut

maupun kronik (Miils 2000).

Klasifikasi kunyit menurut Linnaeus dalam Winarto (2003), selengkapnya

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Palantae

Divisi : Spermatophita

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Subkelas : Zingiberales

Famili : Zingibereaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma Longa Linn.

Kunyit dapat menghasilkan rimpang yang cukup besar dan baik, saat di

tanam didaerah yang terbuka sedikit naungan (Tilaar 2002). Jenis tanah yang

cocok bagi tanaman kunyit adalah tanah ringan dengan bahan organik yang tinggi,

seperti tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air. Tanaman ini

dapat hidup di daerah yang memiliki intensitas cahaya matahari penuh atau di

daerah yang ternaungi. Rimpang kunyit dapat pula ditanami tumpang sari bersama

dengan padi gogo, jagung, singkong, kacang merah atau palawija lainnya ( Syukur

dan Hernani 2001).

Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri 3-5 (Departemen Kesehatan

1989). Minyak atsiri tersebut terdiri dari senyawa antara lain, fellandrene,

sabinene, sineol, borneol, zingibrene, curcumene, turmeron,kamfene, kamfor,

Page 6: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

seskuiterpene, asam kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil karbinol. Selain itu

rimpang kunyit juga mengandung alkohol kurkumin (Syukur dan Hernani 2001).

2.1.2 Manfaat Tanaman Kunyit

Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan

tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut,

memperbanyak ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik,

obat asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah,

menghilangkan noda diwajah, penurun panas, melindungi jantung, radang hidung,

menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka dan obat

penyakit hati. Selain obat, rimpang kunyit dapat dimanfaatkan untuk bumbu

dapur. Zat warna kuning yang dikandungnya dimanfaatkan sebagai bahan

pewarna alami dan tambahan untuk makanan ternak (Syukur dan Hernani 2001).

2.2 Kurkumin

Kurkuminoid adalah kelompok senyawaan fenolik yang terkandung dalam

rimpang tanaman famili zingikeraceae antara lain: Curcuma longa syn, Curcuma

domestica (kunyit) dan Curcuma xanthorhoza (temulawak). Kurkuminoid

bermanfaat untuk mencegah timbulnya infeksi berbagai penyakit. Kandungan

utama dari kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning. Kandungan

kurkumin di dalam kunyit berkisar antara 3-4% (Singh, Wahajuddin* and Jain G.

K., 2010).

Kurkumin (C2H20O6) atau diferuloyl methane pertama kali diisolasi pada

tahun 1815. Kemudian tahun 1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan

bisa dilarutkan pada tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut

dalam etanol dan aseton (Gómez-estaca J., m.p. Balaguer, r. Gavara, p.

Hernández-muñoz, 2010).

2.3 Kromatografi

Kromatografi terbentuk apabila terdapat satu fasa diam dan satu fasa

bergerak.Fasa diam biasanya ialah padatan atau cair an manakala fasa bergerak

biasanya ialah cair atau gas. Setiap molekul yang berbeza akan terjerap kepada

Page 7: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

fasa pegun dengan kekuatan yang berbeda. Pada masa yang sama, dua molekul

yang berlainan jugamempunyai keterlarutan yang berbeza dalam fasa bergerak.

Katakan kita mempunyai campuran dua bahan A dan B. A akan terjerapkepada

fasa pegun dengan kuat manakala B tidak. A juga mempunyai keterlarutan dalam

fasa bergerak yang lebih rendah berbanding dengan B.Justru, apabilacampuran A

dan B dibiarkan melalui satu lajur kromatografi, B dapat bergerak dengan lebih

cepat berbanding dengan A karena A mengalami rintangan yang kuat dalam

perjalanannya. Katakan kita mempunyai campuran dua bahan A dan B. A akan

terjerapkepada fasa pegun dengan kuat manakala B tidak. A juga mempunyai

keterlarutandalam fasa bergerak yang lebih rendah berbanding dengan B. justru,

apabilacampuran A dan B dibiarkan melalui satu lajur kromatografi, B dapat

bergerak denganlebih cepat berbanding dengan A kerana A mengalami rintangan

yang kuat dalam perjalanannya. Kromatografi digunakan untuk memisahkan

campuran dari substansinyamenjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk

kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.Seluruh bentuk kromatografi

memiliki fase diam (berupa padatan atau cairanyang didukung pada padatan) dan

fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa

komponen-komponen dari campuran bersama-sama.Komponen-komponen yang

berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda p Kromatografi digunakan untuk

memisahkan campuran dari substansinyamenjadi komponen-komponennya.

Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.Seluruh

bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairanyang

didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir

melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-

sama.Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda

pula. ( Sutjadi. 1998 )

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-

komponenatas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh pase diam dibawah

gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan

kromatografi kertas , terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya

terlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis

adsorben sebagai pengganti kertas. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat

Page 8: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

digunakan silika gel, alumina danserbuk selulosa. Partikel selika gel mengandung

gugus hidroksil pada permukaannyayang akan membentuk ikatan hidrogen

dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga

mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet.

Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. ( Underwood

dkk)

Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna

dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak

relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh

komponen dibagidengan jarak tempuh oleh eluen ( fase gerak ) untuk setiap

senyawa berlaku rumus sebagai berikut:

Rf = jarak yang ditempuh oleh senyawa

jarak yang ditempuh oleh pelarut

Rf juga menyatakan drajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu

Rf juga disebut factor referensi.

Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat

kelarutansenyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah

senyawayang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti

asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk

identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan

nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang

ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh

pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari

1,0.Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,atau

kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).Fase gerak

mengalirmelalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat

dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang

berbeda (Gandjar. Abdul Rohman. 2007).

Page 9: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

Fasa diam

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau

alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang

keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk

kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat

berpendar flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau

campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah

alumina-aluminiumoksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki

gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa

untuk alumina (Gandjar. Abdul Rohman. 2007).

Fasa gerak

Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting

padaproses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).

Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat 2 menentukan terjadinya

pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes

secara kromatografidipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent

dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau

campuran pelarut tersebut padaadsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan

adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini

dikenal sebagai deret eluotropikpelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif

polar, dapat mengusir pelarutyang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina

(jel silika) (Gandjar. Abdul Rohman. 2007).

Page 10: ANALISIS SENYAWA KURKUMIN

DAFTAR PUSTAKA

Chignell, C.F.; Bilski, P.; Reszka, K.J.; Motten, A.G.; Sik, R.H.; Dahl, T.A.

Spectral and photochemical properties of curcumin. Photochem.

Photobiol. 59,295-302. (1994)

Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis Pustaka. Pelajar :

Yogjakarta.

Gómez-estaca J., m.p. Balaguer, r. Gavara, p. Hernández-muñoz, 2010,

Nanoencapsulation of the functional food ingredient Curcumin by

electrohydrodynamic atomization Instituto de agroquímica y tecnología de

alimentos, csic, apdo. Correos 73, 46100 Burjassot, valencia, spain.

Mills, S. 2000. Principles And Practice of Phitotherapy Modern Herbal Medicine.

London: Churchill Livingstone. hlm: 569-570.

Singh, Wahajuddin and Jain G. K., 2010, Extraction using LC–MS/MS with

Electrospray Ionization:nAssay Development, Validation and Application

to Pharmacokinetic Study Pharmacokinetics and Metabolism Division,

Central Drug Research Institute, Council of Scientifi c and Industrial

Research (CSIR), Lucknow 226001, Uttar Pradesh, India.

Sudjadi. 1988. Metode pemisahan. Yogyakarta : Kanisius

Syukur, C dan Hernani. 2001. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta:

Penebar Swadaya. HLm :76-77.

Tilaar, M. 2002. Budi Daya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta:

Penebar Swadaya.hlm:56-70.

Underwood, AL dan JR. Day R.A. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.

Jakarta : Erlangga

Winarto, WP. 2003. Khasiat dan Tanaman Kunyit. Jakarta: PT Agromedia

Pustaka.