ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

121
ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015-2019 Disusun Oleh : Fauzan Azhima NIM: 11160840000085 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

Page 1: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS

PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015-2019

Disusun Oleh :

Fauzan Azhima

NIM: 11160840000085

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS

PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015-2019

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

Fauzan Azhima

NIM:11160840000085

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I

Drs. Rusdianto, M.Sc

NIP: 195501041984031001

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 3: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Rabu 15 Bulan April Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan Ujian

Komprehensif atas Mahasiswa :

1. Nama : Fauzan Azhima

2. NIM : 11160840000085

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Sektor Ekonomi Potensial Sebagai Prioritas

Pembangunan Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019

Setelah Mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 April 2020

Page 4: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Page 5: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Page 6: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama : Fauzan Azhima

2. Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 11 Mei 1998

3. Alamat : Jl. Setia 1 rt 05/12 No.77 Jatiwaringin,

Pondok Gede, Bekasi, 17411

4. Telepon : 0858-8225-8467

5. Email : [email protected]

II. Riwayat Pendidikan

1. SDIT Miftahul Amal 2004-2010

2. MTsN 42 Jakarta 2010-2013

3. MAN 9 Jakarta 2013-2016

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2020

III. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Departemen Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Jurusan

Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fak. Ekonomi

dan Bisnis

IV. Seminar

1. Seminar “Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

dan Ekonomi Digital” diselenggarakan oleh HMJ EP.

2. Seminar Nasional “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan

Financial Technology di Indonesia” diselenggarakan oleh HMJ EP.

3. Seminar Nasional “Peningkatan Sumber Daya Kelautan Nasional Sebagai

Pilar Pembangunan Ekonomi”

4. Kuliah Dosen Tamu “Recent Issues in Public Finance”

Page 7: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

vii

ABSTRACT

This study aims to determine the basic and non-basic sectors, determine the

leading and potential sectors to be developed, and determine sectoral development

priorities in Bogor Regency. The data used in this research is secondary data

obtained from related institutions for the period 2015 to 2019. The data is sourced

from BPS Bogor Regency and BPS West Java Province. The model used in this

research is Location Quotient Analysis (LQ), Dynamic Location Quotient

Analysis (DLQ), Growth Ratio Model Analysis (MRP) and Overlay Analysis. The

results of the Location Quotient (LQ) research analysis conclude that Bogor

Regency still has twelve non-basic sectors and there are five sectors that are

classified as basic sectors. The results of the Dynamic Location Qoutient (DLQ)

analysis show that there are six economic sectors that have rapid development in

Bogor Regency compared to the same sectors in West Java Province. With the

Growth Ratio Model (MRP) analysis model, it can be seen that there are five

sectors that are equally prominent in growth at the district and provincial levels,

and there are two sectors that have more prominent growth in Bogor Regency

compared to the same sector in West Java Province. Based on the results of the

overlay analysis, there is one sector that has a level of specialization and

excellence at the district and provincial levels, namely the construction sector, and

there are two sectors that have a level of specialization and excellence at the level

of Bogor Regency. These three sectors are sectors that must be developed and

enhanced so that they become sectors that can make a major contribution to the

Gross Domestic Product (PDRB). Based on all the analyzes that have been carried

out, conclusions can be made using descriptive analysis which shows that the

main sector that is the priority for development of Bogor Regency is the

construction sector which has a positive notation in every analysis that has been

carried out.

Keywords: Economic Potential Sector, Location Quotient (LQ) Analysis,

Dynamic Location Quotient (DLQ) Analysis, Growth Ratio Model (MRP)

Analysis and Overlay

Page 8: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor basis dan sektor non

basis, menentukan sektor unggulan dan potensial untuk dikembangkan, serta

menentukan prioritas pembangunan sektoral di Kabupaten Bogor. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari

lembaga terkait dengan kurun waktu tahun 2015 hingga 2019. Data bersumber

dari BPS Kabupaten Bogor dan BPS Provinsi Jawa Barat. Model yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Dynamic

Location Quotient (DLQ), Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan

Analisis Overlay. Hasil analisis penelitian Location Quotient (LQ) memberikan

kesimpulan bahwa Kabupaten Bogor masih memiliki sebanyak dua belas sektor

non basis dan terdapat lima sektor yang tergolong sebagai sektor basis. Hasil dari

analisis Dynamic Location Qoutient (DLQ) terdapat enam sektor ekonomi yang

memiliki perkembangan yang cepat di Kabupaten Bogor dibandingkan sektor

yang sama di Provinsi Jawa Barat. Dengan model analisis Model Rasio

Pertumbuhan (MRP) dapat diketahui bahwa terdapat lima sektor yang sama-sama

menonjol pertumbuhanya pada tingkat Kabupaten maupun Provinsi, serta terdapat

dua sektor yang memiliki pertumbuhan yang lebih menonjol di Kabupaten Bogor

dibanding sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis

overlay terdapat satu sektor yang memiliki tingkat spesialisasi dan unggul

ditingkat kabupaten maupun provinsi yaitu sektor konstruksi, serta terdapat dua

sektor yang memilliki tingkat spesialisasi dan unggul ditingkat Kabupaten Bogor.

Ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang harus dikembangkan dan

ditingkatkan sehingga menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi besar

terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan semua analisis

yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan menggunakan analisis

deksriptif yang menunjukan bahwa sektor utama yang menjadi prioritas

pembangunan Kabupaten Bogor adalah sektor konstruksi yang memiliki notasi

positif di setiap analisis yang telah dilakukan.

Kata kunci : Sektor Potensi Ekonomi, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis

Dynamic Location Quotient (DLQ), Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

dan Overlay

Page 9: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata‟ala

yang mana telah memberikan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Sektor Ekonomi Potensial

Sebagai Prioritas Pembangunan Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2015-

2019” dengan segala kelancaran dan kemudahan yang Allah SWT berikan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita

sebagai umat muslim baginda Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wa Sallam, yang

telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

tidak akan terselesaikan dengan baik jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan

semoga Allah SWT memberikan pahala, kesehatan dan keberkahan serta balasan

yang setimpal atas amal kebaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Kepada keluarga penulis. Orang tua penulis, Bapak Ahmadi dan Ibu Dian

Nur Aini, Kakak saya M. Hasbi Al-baihaqy serta ketiga adik perempuan

saya yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa tiada hentinya

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi. Juga keluarga besar

yang selalu mendoakan dan mendukung segala pilihan yang telah

ditempuh penulis.

2. Bapak Prof.Dr.Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta jajaran.

3. Bapak Drs. Rusdianto, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk selalu membimbing, membantu, dan memotivasi

penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi. Semoga bapak selalu

diberikan rahmat, keberkahan, dan mendapat karunia Allah SWT.

Page 10: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

x

4. Bapak Pheny Chalid, Ph.D, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan dukungan dan arahan serta motivasi kepada penulis

semenjak semester 1 hingga dapat menyelesaikan skripsi.

5. Bapak M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Bapak Deni Pandu, M.Sc.

selaku Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan

yang telah memberikan arahan yang sangat membantu penulis selama

masa perkuliahan hingga pengerjaan skripsi ditengah pandemi Covid-19.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pelayanan yang selama diberikan

kepada penulis.

7. Teman-teman “Wejangan Kaleh Tigo” yang hari demi hari telah

menghilang dengan kesibukanya masing-masing mengejar masa depan,

sukes untuk kalian semua dan terus semangat menjadi kehidupan dimasa

pandemi ini.

8. Teruntuk Fitriani Hasan sebagai seseorang yang selama ini telah menjadi

bagian dari kehidupan penulis, memberikan dukungan, masukan bahkan

sebagai penyemangat untuk terus berjuang meski banyak cobaan yang kita

lalui bersama.

9. Teman-teman “KKN 88 Gemilang” yang telah berupaya bersama dalam

membangun sebuah desa Rabak yang memiliki berbagai macam adat

istiadat, semua perjuangan dan kenangan akan selalu diingat sebagai

pengalaman berharga.

10. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2016 Ekonomi Pembangunan

khususnya tyas,alaika,naza,jule,ijal,barjun (pak RW) ,ryan (aki), arif

sebagai ketua kontrakan dan semua yang kini sama-sama berjuang untuk

mengejar impian satu sama lainnya serta menjadi bagian dari kehidupan

yang terkadang harus ditertawakan.

11. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih

kepada kalian semua yang telah memberikan dukungan kepada penulis

selama pengerjaan skripsi.

Page 11: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

xi

Penulis sangat menyadari bahwa didalam skripsi ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka penulis memohon maaf atas segala

kekurangan. Dan karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang dapat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak serta penulis sangat

mengharapkan dan menerima dengan terbuka jika ada kritik dan saran, terima

kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 21 September 2020

Fauzan Azhima

Page 12: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

xii

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi

ABSTRACT ........................................................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................... 1

B. Batasan Masalah .............................................................................................. 8

C. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 8

D. Rumusan Masalah ............................................................................................ 9

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 11

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 12

A. Landasan Teori .............................................................................................. 12

1. Teori Basis Ekonomi ......................................................................................... 12

2. Potensi Ekonomi ............................................................................................... 15

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................. 23

4. Produk Domestik Regional Bruto ..................................................................... 24

5. Keunggulan Kompetitif..................................................................................... 26

B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 27

C. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 37

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 37

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ..................................................... 37

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 38

Page 13: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

xiii

D. Metode Analisis Data ..................................................................................... 39

1. Analisis Location Quotient (LQ) ...................................................................... 40

2. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) .................................................... 41

3. Analisis Gabungan LQ dan DLQ ...................................................................... 42

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ...................................................... 44

5. Analisis Overlay ................................................................................................ 47

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................... 51

A. Gambaran Umum Objek Penelitian............................................................. 51

1. Luas dan Batasan Wilayah Administrasi .......................................................... 51

2. Letak dan Kondisi Geografis ............................................................................ 52

3. Topografi........................................................................................................... 52

4. Klimatologi ....................................................................................................... 53

5. Demografi ......................................................................................................... 54

6. Kondisi Perekonomian ...................................................................................... 55

B. Analisis dan Pembahasan .............................................................................. 59

1. Analisis Location Quotient ............................................................................... 59

2. Analisis Dynamic LQ (DLQ) ............................................................................ 69

3. Analisis Gabungan LQ dan DLQ ...................................................................... 71

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ...................................................... 74

5. Analisis Overlay ................................................................................................ 77

6. Analisis Penetapan Prioritas Pembangunan Kabupaten Bogor ......................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 85

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 85

B. Saran ............................................................................................................... 87

LAMPIRAN......................................................................................................................... 90

Page 14: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2010 ................................ 4

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019 (persen) ......... 5

Tabel 1.3 Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja ................................................................ 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 27

Tabel 3.1 Penggolongan Sektor Gabungan Hasil LQ dan DLQ ........................................ 43

Tabel 4.1 Suhu rata-rata Kabupaten Bogor Bulanan ........................................................ 54

Tabel 4.2 Tingkat Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk............................................. 55

Tabel 4.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Kabupaten Bogor .................................................. 56

Tabel 4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor ............................................... 58

Tabel 4.5 Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019 .................... 61

Tabel 4.6. Nilai LQ dan Rata-rata LQ Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019 ................... 62

Tabel 4.7 Dinamis Location Quotient Kabupaten Bogor 2015-2019 ................................ 70

Tabel 4.8 Matriks Hasil LQ dan DLQ Kabupaten Bogor .................................................. 72

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten Bogor ................... 76

Tabel 4.10 Hasil Analisis Overlay Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Bogor ................ 78

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Penelitian PDRB Sektor Ekonomi Kabupaten Bogor ..... 82

Page 15: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2010 ..................... 90

Lampiran II PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 ....... 91

Lampiran III Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) 2015-2019 .............. 92

Lampiran IV Hasil Perhitungan Analisis Dynamic Location Quotient ......................... 98

Lampiran V Perhitungan Rasio Pertumbuhan Studi (RPs) .......................................... 99

Lampiran VI Perhitungan Rasio Pertumbuhan Referensi (RPr)................................. 101

Lampiran VII Hasil Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ................................................ 103

Lampiran VIII Hasil analisis Overlay ............................................................................... 104

Lampiran IX Penetapan Sektor Prioritas Pembangunan .............................................. 105

Page 16: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu proses yang harus dilakukan untuk

mencapai sebuah kemajuan di suatu negara. Hampir semua negara melakukan

pembangunan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan negaranya. Indonesia merupakan

negara yang menganut sistem desentrasilasi yang mengartikan semua kebijakan dalam

pembangunan suatu daerah menjadi tanggung jawab dan tugas untuk pemerintah daerah

dalam membangun daerahnya masing masing.

Sebelum diberlakukanya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di

Indonesia disebabkan karena sistem sentralistik dimana pemerintah pusat menguasai dan

mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai

penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor

pertambangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Hal ini berakibat daerah-daerah

yang kaya akan sumber daya alam tidak menikmati hasilnya secara layak.

Pembangunan ekonomi merupakan proses yang bersifat multidimensional, yang

melibatkan kepada perubahan besar,baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan

sosial, mengurangi dan menghapuskan kemiskinan , mengurangi ketimpangan, dan

pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. (Sirojuzilam, 2008).

Pembangunan wilayah (regional )merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam,

tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana

pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi

dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan

daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

(Adisasmita, 2008)

Page 17: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

2

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah

beserta rakyatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan lapangan kerja dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah

merupakan suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru,

pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk

menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar baru, alih ilmu

pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan. (Arsyad, 1999).

Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda menyebabkan potensi ekonomi

daerah tersebut pasti berbeda. Dalam hal ini pemerintah daerah harus melakukan berbagai

upaya untuk melakukan pembangunan ekonomi daerahnya masing-masing dengan

meninjau sumberdaya yang tersedia di daerahanya. Setiap upaya pemerintah daerah untuk

melakukan pembangunan daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah

dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam mencapai hal itu pemerintah

daerah dan masyarakat secara bersama harus mengambil inisiatif pembangunan daerah

dengan menggunakan potensi yang dimiliki daerahnya.

Perbedaan tingkat pembangunan yang didasarkan dengan potensi suatu daerah,

akan berdampak terhadap perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Hipotesis yang ada menjelaskan bahwa semakin besar peranan

potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau

pertumbuhan PDRB disuatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah

tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB di Kabupaten Bogor mengalami

fluktuasi atau ketidakstabilan pada tahun 2015 sampai 2019. Hal ini bisa dilihat dari grafik

dibawah ini yang merupakan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor dari tahun 2015

hingga 2019 (persen).

Page 18: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

3

Grafik 1.1

Grafik Laju PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2015-

2019 (dalam persen)

Sumber : BPS Kabupaten Bogor (diolah penulis)

Pada grafik diatas menjelaskan bahwa pada tahun 2015 sampai kepada tahun 2016

laju PDRB menurut lapangan usaha mengalami penurunan dari 6,09 persen menjadi 5,84

persen yang artinya sekitar 2,5 persen penurunanya. Berikutnya hingga tahun 2018 laju

pertumbuhan PDRB mengalami peningkatan mencapai 6,19. Namun pada akhirnya di

tahun 2019 laju PDRB kembali mengalami penurunan hingga titik 5,85 persen yaitu hanya

berbeda sebesar 0,1 persen dibandingkan tahun 2016. Meskipun laju pertumbuhan

Kabupaten Bogor telah diatas rata-rata dari laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa

Barat, akan tetapi laju pertumbuhanya masih terlihat sangat fluktuatif. Oleh karena itu

harus ada strategi yang direncanakan untuk dapat mendorong dan mempertahankan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

2015 2016 2017 2018 2019

PDRB 6.09 5.84 5.92 6.19 5.85

5.6

5.7

5.8

5.9

6

6.1

6.2

6.3

LAJU PDRB KABUPATEN BOGOR

Page 19: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

4

Tabel 1.1

PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2010

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015-2019 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.396.019,10 6.682.547,10 6.871.112,30 7.031.218,60

7.169.948,4

Pertambangan dan Penggalian 3.576.366,10 3.476.358,40 3.455.649,50 3.544.118,30 3.499.075,50

Industri Pengolahan 68.263.029,20 72.308.796,10 76.161.876 80.870.971,30 85.430.232,70

Pengadaan Listrik dan Gas 220.986 235.306,70 239.512,70 241.878 248.466,40

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 140.322,30 150.304,80 161.904,10 171.051,70 182.405,20

Konstruksi 11.174.993,70 11.838.084,40 13.104.723,50 14.487.248,90 15.605.651,10

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 15.880.416 16.582.678,50 17.332.719,90 18.022.213,50 19.253.967,40

Transportasi dan Pergudangan 3.808.474,70 4.140.802,80 4.457.494,10 4.818.894,70 5.215.802,40

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 3.040.655,80 3.305.911,30 3.586.564,30 3.839.850,90 4.035.979,20

Informasi dan Komunikasi 2.804.160,10 3.203.436 3.582.162,90 3.907.670,90 4.267.773

Jasa Keuangan dan Asuransi 634.240,40 705.290,10 739.620,80 791.542,60 846.853,90

Real Estate 1.040.219,50 1.104.473,60 1.207.411,70 1.323.707 1.448.109,60

Jasa Perusahaan 248.647,70 268.786,20 292.339,20 311.436,60 339.540

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.050.710,70 2.113.304,40 2.211.110 2.245.690,30 2.283.877,90

Jasa Pendidikan 2.366.984,80 2.543.885,50 2.763.581,90 2.923.511,20 3.086.897,80

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 654.698,50 720.816,70 786.292,20 846.994 902.558,70

Jasa lainnya 2.186.052,70 2.379.584,60 2.607.378,70 2.825.355,60 3.052.565

Sumber : BPS Kabupaten Bogor (diolah Penulis)

Jika dilihat pada tabel 1.1 sektor yang berkontribusi paling rendah terhadap PDRB

adalah sektor pengadaan Air, Pengelolaan sampah, limbah dan Daur Ulang yaitu hanya

sebesar 140 miliyar pada tahun 2015 hingga 182 miliyar di tahun 2019. Hal ini

menggambarkan bahwa sektor tersebut kurang berpotensi dibandingkan sektor lainnya

yang mengahasilkan angka sangat besar. Hal ini berkaitan dengan permasalahan yang telah

dipaparkan di dalam RPJMD Kabupaten Bogor bahwa dalam bidang pekerjaan umum dan

penataan ruang, Kabupaten Bogor masih belum bisa mengoptimalkan pemenuhan

Page 20: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

5

kebutuhan dasar masyarkat berupa sanitasi lingkungan, air bersih, air minum, pemakaman

dan ruang publik lainnya. Data yang ada bahwa akses air minum hanya sebesar 4,78%,

daerah rawan air bersih sebesar 62,50% dan rumah tinggal yang bersanitasi hanya 68,53%.

Kemudian pada bidang lingkungan hidup masih belum optimalnya penanganan sampah

yang dimana baru sebesar 65% jumlah sampah yang ditangani. Kemudian berkurangnya

lahan resapan air, dan masih tingginya tingkat pencemaran air, udara dan tanah.

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019 (persen)

Kategori

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen)

Persentase

2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,98 4,48 2,82 2,33 1,97

Pertambangan dan Penggalian -0,72 -2,8 -0,6 2,56 -1,27

Industri Pengolahan 5,36 5,93 5,33 6,18 5,64

Pengadaan Listrik dan Gas -0,11 6,48 1,79 0,99 2,72

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

9,88 7,11 7,72 5,65 6,64

Konstruksi 9,29 5,93 10,7 11 7,72

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4,91 4,42 4,52 3,98 6,83

Transportasi dan Pergudangan 9,84 8,73 7,65 8,11 8,24

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

8,2 8,72 8,49 7,06 5,11

Informasi dan Komunikasi 17,21 14,24 11,82 9,09 9,22

Jasa Keuangan 7,6 11,2 4,87 7,02 6,99

Real Estate 6,48 6,18 9,32 9,63 9,4

Jasa Perusahaan 8,15 8,1 8,76 6,53 9,02

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

6,46 3,05 4,63 1,56 1,7

Jasa Pendidikan 10,66 7,47 8,64 5,79 5,59

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17,35 10,1 9,08 7,72 6,56

Jasa Lainnya 9,6 8,85 9,57 8,36 8,04

PDRB Kabupaten dengan Migas 6,09 5,84 5,92 6,19 5,85

Sumber : Kabupaten Bogor dalam angka (diolah)

Page 21: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

6

Sektor utama yang memberikan kontribusi paling besar adalah sektor industri

pengolahan dengan nilai PDRB yang mengalami peningkatan setiap tahunya sebesar Rp 68

triliun ditahun 2015 menjadi sekitar Rp 85 triliun pada tahun 2019. Meskipun sektor

tersebut terus mengalami peningkatan, ternyata laju pertumbuhanya terlihat fluktuatif dan

relatif lebih rendah dibandingkan sektor lainnya yaitu sebesar 5,36 persen di tahun 2015

dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 dan 2018 namun mengalami penurunan

kembali pada tahun 2019. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar 6,18

persen dan penurunan terendah terjadi pada tahun 2017 sebesar 5,33 persen dapat dilihat

pada tabel 1.2.

Pada tabel 1.3 menjelaskan tentang penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor

usaha. Sektor yang paling besar menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor adalah sektor

Perdagangan,Rumah Makan dan Akomodasi sebesar 598 ribu orang ditahun 2015 dan terus

mengalami peningkatan mencapai 816.764 orang di tahun 2018. Sesuai dengan prediksi

BAPPEDA LITBANG Kabupaten Bogor bahwa pada tahun 2018 sektor yang

mendominasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor adalah sektor industri

pengolahan dan perdagangan besar yang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Ada 5 wilayah yang merupakan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bogor,

seperti Kecamatan Cibinong, Citeureup, Gunung Putri, Cileungsi dan Kelapa Nunggal.

Namun dari nilai pertumbuhan ekonomi tertinggi disektor industri pengolahan yang

didapat berdasarkan PDRB Kabupaten Bogor, ternyata sebaran tenaga kerja menurut

lapangan usaha di Kabupaten Bogor pada tabel 1.2 didominasi sektor perdagangan, rumah

makan dan jasa akomodasi yaitu sebesar 34,7 %.

Page 22: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

7

Tabel 1.3

Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Bogor Tahun 2015-2018

No Sektor Ekonomi

Tahun 2015

(Dalam Juta)

Tahun 2017

(Dalam Juta)

Tahun 2018

(Dalam Juta)

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

187.910 9,0 194.562 8,3 203.393 8,6

2 Pertambangan dan Penggalian 31.645 1,5 34.717 1,5 21.682 0,9

3 Industri Pengolahan 503.487 24,2 456.020 19,4 447.386 19,0

4

Pengadaan Listrik dan Gas dan

Air Minum

3.764 0,2 11.417 0,5 12.559 0,5

5 Konstruksi 158.393 7,6 160.088 6,8 160.006 6,8

6

Perdagangan,Rumah Makan dan

Jasa Akomodasi

598.786 28,7 750.152 31,9 816.764 34,7

7

Transportasi pergudangan dan

Komunikasi

134.204 6,4 188.773 8,0 214.546 9,1

8

Jasa Keuangan, Real Estate, dan

Jasa Perusahaan

96.402 4,6 110.972 4,7 89.346 3,8

9

Jasa Pendidikan ,Sosial dan

lainnya

368.643 17,7 445.052 18,9 391.211 16,6

Bogor 2.083.234 100,0 2.351.753 100,0 2.356.893 100,0

Sumber : Kabupaten Bogor dalam angka (diolah)

Page 23: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

8

B. Batasan Masalah

Penulis membatasi dari latar belakang yang telah diuraikan diatas sehingga

lebih terarah dan dapat diselesaikan dengan baik sebagai berikut :

1. Penulis membatasi tahun penelitian hanya 5 tahun dari 2015 hingga 2019.

2. Penulis membatasi variabel yang digunakan hanya 17 sektor yang terdapat

pada PDRB Kabupaten Bogor.

3. Penulis membatasi metode yang digunakan hanya 2 metode inti dan sisanya

merupakan analisis deskriptif.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, peneliti

melakukan identifikasi masalah dengan uraian sebagai berikut:

1. Terdapat pergeseran sektor ekonomi dari pertanian menjadi industri.

2. Sektor industri yang menjadi leading sector ternyata memiliki pertumbuhan

yang kecil.

3. Harus adanya penentuan sektor potensial untuk dikembangkan.

4. Harus menentukan sektor potensial yang dapat dijadikan prioritas dalam

perencanaan pembangunan daerah.

Page 24: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

9

D. Rumusan Masalah

Kabupaten Bogor memiliki berbagai sektor sebagai penunjang

perekonomian daerah yang tujuanya untuk mensejahterakan masyarakat dari

berbagai sektor potensial yang ada. Dari 17 sektor yang berada di Kabupaten

Bogor, sektor yang paling kecil berkontribusi adalah sektor Pengadaan

Air,Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 171 miliyar di tahun

2018 dan mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar 182 miliyar. Salah satu

alasan sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat kecil yaitu karena

pemerintah daerah Kabupaten Bogor masih belum bisa mengoptimalkan

penanganan masalah terkait air dan sampah.

Sementara sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB

Kabupaten Bogor adalah sektor industri pengolahan yakni sebesar Rp 85.430.232

(dalam Juta) hal ini memang tercermin dari wilayah Kabupaten Bogor yang beralih

dari daerah yang agraris. Tercatat dari tahun 2013 hingga 2017 sumbangan hasil

pertanian kedalam PDRB Kabupaten Bogor hanya berkisar 5% terhadap seluruh

output yang dihasilkan. Banyaknya bangunan tempat tinggal,pabrik, sarana

perdagangan, sarana pendidikan, jalan dan bangunan lainnya menjadikan kawasan

hijau di Kabupaten Bogor terus berkurang.

Industri di Kabupaten Bogor terdiri dari industri mikro,kecil,menengah dan

besar. Industri tersebut beragam macamnya seperti industri makanan,tekstil,pakaian

jadi, alas kaki, industri kertas, percetakan, industri kimia, industri furniture, industri

barang logam, industri peralatan listrik, industri alat angkutan dan lain-lain. Industri

memang menjadi leading sector bagi perekonomian Kabupaten Bogor dengan

dibuktikan nilai NTB (Nilai Tambah Bruto) lapangan usaha hasil industri

menembus angka 55 persen terhadap PDRB Kabupaten Bogor. Namun ternyata

Page 25: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

10

sektor yang menjadi penggerak perekonomian terbesar tersebut nyatanya kurang

menyerap tenaga kerja dan memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah

dibandingkan sektor yang lainnya. Sektor perdangan besar,eceran dan rumah makan

lah yang paling besar menyerap tenaga kerja sebesar 34 persen di tahun 2019.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti mengangkat

tema ini untuk dilakukan penelitian agar mengetahui sektor apa saja yang menjadi

sektor basis atau memiliki spesialiasasi tinggi dalam proses identifikasi potensi

ekonomi. Kemudian perlu diidentifikasi juga mengenai sektor yang memiliki

keunggulan dalam pertumbuhanya sehingga bisa menjadi acuan bagi daerah dalam

melakukan pembangunan ekonomi secara maksimal sehingga terciptana multiplier

effect terhadap sektor lainya. Untuk mengetahui kegiatan ekonomi yang berpotensi

dan unggul di Kabupaten Bogor maka dapat menggunakan beberapa pendekatan

yaitu Analisis Location Quotient (LQ), Analisis LQ Dinamis (DLQ), Analisis

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Analisis Overlay.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sektor ekonomi apa yang termasuk ke dalam sektor basis atau memiliki

spesialisasi tinggi di Kabupaten Bogor?

2. Sektor ekonomi apa yang harus dikembangkan di wilayah Kabupaten Bogor?

3. Sektor ekonomi apa yang mempunyai potensi untuk dijadikan prioritas

pembangunan di wilayah Kabupaten Bogor?

Page 26: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

11

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang akan

dicapai dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui sektor ekonomi apa yang termasuk kedalam sektor basis

atau memiliki spesialisasi tinggi di Kabupaten Bogor.

2. Untuk mengetahui sektor ekonomi apa di Kabupaten Bogor yang memiliki

potensi untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor.

3. Untuk mengetahui sektor ekonomi apa yang memiliki potensi untuk

dijadikan prioritas pembangunan di Kabupaten Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait

dengan permasalahan yang diungkap sehingga dapat digunakan sebagai salah satu

pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan akan menjadi hasil yang lebih

baik. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah

daerah Kabupaten Bogor untuk mengambil sebuah kebijakan

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para peneliti

selanjutnya pada bidang yang sejenis

Page 27: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi menjadi dasar pandangan bahwa laju pertumbuhan ekonomi

suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.

Kegiatan ekonomi daerah dikelompokan menjadi 2 yaitu sektor basis dan non basis.

Hanya sektor yang basis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Robinson

Tarigan, 2005).

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Richardson (1973) yang menyatakan

bahwa faktor penentu yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah

adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah

(Arsyad, 1999).

Pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya dan bahan baku lokal

juga termasuk tenaga kerja untuk dieskpor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan

penciptaan lapangan kerja (job creation). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa suatu

daerah akan mempunyai sektor unggulan jika daerah tersebut memenangkan persaingan

pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat melakukan ekspor.

(Suyatno,2000).

Menurut Sjafrizal, (2008) model basis ekspor dapat dijelaskan dengan model

basis ekonomi (Economic Base Model) dengan hasil yang sangat bersamaan. Dalam hal

ini, perekonomian suatu daerah (Y) diuraiakan atas 2 kelompok sektor utama yaitu

sektor basis (B) dan sektor non basis (S).

Page 28: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

13

Menurut Glasson (1990), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian

menjadi dua sektor yaitu:

a) Sektor-sektor Basis

Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa

ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan

barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan

perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Aktifitas basis disuatu daerah dapat

menggerakan pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah. Semakin besar ekspor yang

dilakukan suatu wilayah maka semakin meningkat pertumbuhan ekonomi di

wilayah tersebut. Aktifitas basis ini juga dapat memberikan multiplier effect

didalam perekonomian wilayah. Emilia (2006)

b) Sektor-sektor Bukan Basis

Sektor bukan basis adalah sektor sektor yang menjadikan barang barang

yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian

masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak dapat mengekspor barang-barang.

Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat local atau hanya di

daerah tersebut. Sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang

berpotensi tetapi berfungsi sebagai penunjang Sektor Basis atau Service Industries

(Sjafrijal, 2008).

Aditya Nugraha (2013: 13), mendefinisikan bahwa sektor non basis adalah

sektor yang hanya bisa menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat yang ada di

dalam batas wilayah perekonomian bersangkutan. Luas lingkup produksi dan

pemasaran bersifat lokal. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan

suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.

Page 29: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

14

Tarigan (2005), menjelaskan bahwa terdapat 4 metode dalam menentukan

kegiatan basis dengan nonbasis, yaitu:

a. Metode Langsung

Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku

usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana

mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut.

Dari jawaban yang mereka berikan, dapat ditentukan berapa persen produk

yang dijual ke luar wilayah dan berapa persen yang dipasarkan di dalam

wilayah. Untuk kepentingan analisis, perlu diketahui jumlah orang yang

bekerja dan berapa nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tersebut.

Namun, menggunakan variabel nilai tambah/pendapatan sangat sulit karena di

dalamnya terdapat unsur laba yang biasanya sensitif untuk ditanyakan.

b. Metode Tidak Langsung

Salah satu metode tidak langsung adalah dengan menggunakan asumsi atau

biasa disebut metode asumsi. Ada kegiatan yang secara tradisional

dikategorikan sebagai kegiatan basis, misalnya:

a) Asrama militer karena gaji penghuninya dan biaya operasional atau

perawatan lokasi berasal dari uang pemerintah pusat

b) Kegiatan pertambangan karena umumnya hasilnya dibawa ke luar

wilayah

c) Kegiatan pariwisata karena mendatangkan uang dari luar wilayah.

Didalam metode asumsi tersebut dijelaskan bahwa kegiatan lain yang

bukan merupakan basis, maka secara otomatis telah dianggap menjadi

kegiatan non basis.

Page 30: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

15

c. Metode campuran

Dalam metode campuran diadakan survei pendahuluan, yaitu

pengumpulan data sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau lembaga

pengumpul data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan analisis

ditentukan kegiatan mana yang dianggap basis dan yang nonbasis. Asumsinya

apabila 70% atau lebih produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah maka

kegiatan itu langsung dianggap basis. Sebaliknya, apabila 70% atau lebih

produknya dipasarkan di tingkat lokal maka langsung dianggap nonbasis.

d. Metode Location Quetion

Metode LQ membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk

sektor tertentu di wilayah regional/lokal dibandingkan dengan porsi lapangan

kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. LQ > 1 memberi

penjelasan bahwa sektor tersebut adalah sektor basis dan LQ < 1 berarti sektor

tersebut adalah non basis. LQ digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat

spesialisasi sektor basis atau unggulan dengan cara membandingkan peran

sektor dalam perekonomian daerah dengan peranan sektor yang sama dalam

perekonomian regional.

2. Potensi Ekonomi

Menurut Soeparmoko (2002) didalam Ni Komang, Potensi ekonomi suatu

daerah merupakan kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak

dapat dikembangkan, sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan

rakyat setempat, bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan.

Page 31: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

16

Ketika ditentukannya sebuah kebijakan mengenai otonomi daerah, pemerintah

daerah memiliki hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam mengelola dearahnya

sendiri termasuk potensi yang ada didalam daerah tersebut baik dari sumber daya alam

maupun sumber daya manusia. Hal itu bertujuan agar pemerintah daerah menggunakan

kebijakanya untuk membangun hajat hidup dan kesejahteraan masyarakat daerah serta

menjadikan potensi yang dimilikinya sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan

pertumbuhan serta pembangunan daerah.

Robinson Tarigan (2005) menjelaskan bahwa seorang yang menjadi perencana

wilayah harus memiliki kemampuan untuk menganalisis potensi ekonomi didaerahnya.

Hal ini terkait dengan kewajibannya di suatu sisi menentukan sektor-sektor rill yang

perlu dikembangkan agar perekonomian daerah tumbuh cepat dan di sisi lain mampu

mengidentifikasikan faktor-faktor yang membuat potensi sektor tertentu rendah dan

menentukan apakah prioritas untuk menanggulangi sektor yang memiliki kelemahan

tersebut.

Ada beberapa alat analisis yang digunakan untuk menganalisis suatu potensi

yang ada disuatu daerah, diantaranya adalah (Arsyad, 2010) :

a. Analisis Koefisien Lokasi / Location Quotient (LQ)

Menurut (Bendavid Val,1991) teori LQ digunakan untuk menganalisis

keragaman basis ekonomi. Berdasarkan analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-

sektor apa saja yang dapat dikembangkan untuk tujuan sektor dan tujuan

menyupply kebutuhan lokal sehingga dapat dikatakan sebagai sektor potensial dan

dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi.

Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi sektor yang potensial di Kabupaten

Bogor yang termasuk ke dalam sektor basis dan non basis. Pada kegiatan basis

suatu sektor dapat mengekspor atau menjual hasil produksi untuk pemenuhan

Page 32: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

17

kebutuhan masyarakat yang ada didalam daerah dan juga diluar daerah.

Sedangkan pada sektor non basis sektor tersebut hanya dapat memenuhi

kebutuhan di daerahnya sendiri, sehingga sektor tersebut harus diperhatikan dan

diprioritaskan untuk dapat dikembangkan menjadi sektor yang basis. Ketika banyak

sektor yang dikategorikan menjadi basis, maka daerah tersebut mengalami

peningkatan pada kesejahteraan masyarakatnya.

Pada perhitungan analisis LQ data yang diperlukan adalah Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) didaerah dan PDRB daerah referensi dalam hal ini

provinsi. Analisis LQ ini dapat diketahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor

basis di Kabupaten Bogor, dengan rumus sebagai berikut (Tarigan Robinson,

2005) :

LQ = (Si/S) / (Ri/R)

Keterangan :

Si = PDRB sektor i di Kabupaten

S = Total PDRB di daerah Kabupaten

Ni = PDRB sektor i di Provinsi

R = Total PDRB di Provinsi

LQ = nilai Location Quotient

Setelah dilakukan analisis Locatiaon Quotient (LQ), maka akan ada 3 kriteria yang

akan muncul menurut Bendavid Val dalam Kuncoro (2004):

a. Bila LQ >1, berarti tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten

lebih besar dibandingkan di sektor yang sama pada daerah provinsi.

b. Bila LQ<1, berarti tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten

lebih kecil dibandingkan di sektor yang sama pada daerah provinsi.

c. Bila LQ=1, berarti tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten

sama dengan sektor yang sama pada daerah provinsi.

Page 33: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

18

Ketika LQ > 1 maka sub sektor dapat menjadi sub sektor yang unggul

dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penggerak ekonomi

dearah. Ketika LQ < 1 maka sub sektor tersebut bukan merupakan sub sektor

unggulan dan kurang berpotensi untuk dikembangkan sebagai penggerak

ekonomi daerah.

Kelebihan ketika menggunakan metode LQ dalam menentukan sektor

unggulan adalah penerapanya sederhana, mudah dan tidak memerlukan

program pengolahan data yang rumit. Penyelesaianya hanya cukup dengan

microsoft excel. Namun disisi lain metode ini memiliki kekurangan dimana

karena metode ini sangat sederhana maka harus dituntut terkait keakuratan

data yang digunakan dan untuk menghindari bias maka data tidak kurang

dari 5 tahun. Kemudian metode ini bersifat statis karena hanya memberikan

gambaran pada satu titik waktu tertentu. Teknik ini belum memberikan

kesimpulan akhir melainkan hanya memberi kesimpulan sementara yang

masih harus dibandingkan dengan teknik analisis lainnya.

b. Dynamic Location Quotient (DLQ)

Untuk mengatasi kelemahan LQ sehingga nanti dapat dilihat perubahan

sektoral digunakan analisis DLQ, yaitu dengan mengintordusikan laju

pertumbuhan dengan asumsi setiap nilai tambah sektoral maupun PDRB

mempunyai rata-rata laju pertumbuhan pertahun sendiri-sendiri selama kurun

waktu tahun awal dan tahun berjarak (Sambodo,2002). Teknik analisis

Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah bentuk modifikasi dari teknik

analisis LQ, yaitu dengan mempertimbnagkan variabel faktor pertumbuhan

sektor/subsektor dari waktu ke waktu (Kuncoro, 2012).

Page 34: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

19

Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) digunakan untuk menetukan

perubahan posisi sektor dan sub sektor ke waktu yang akan datang di daerah

tertentu. Analisis ini penting digunakan untuk melihat apakah nanti dimasa

yang akan datang suatu sektor maupun subsektor bisa berubah menjadi basis

ataupun non basis atau mungkin bisa bertahan pada golongan basis ataupun

non basis. Jika suatu sektor ataupun sub sektor yang sebelumnya basis

namun nilai DLQ nya menunjukan basis, maka ada kemungkinan sektor

tersebut akan terjadi reposisi.

Menurut Tarigan (2009), DLQ merupakan perkembangan dari LQ. DLQ

atau Dynamic Location Quotient adalah analisis LQ yang dilakukan dalam

bentuk time series/trend. Dalam hal ini, perkembangan LQ bisa dilihat untuk

suatu sektor tertentu pada kurun waktu yang berbeda apakah mengalami

penurunan atau kenaikan. DLQ merupakan modifikasi dari LQ dengan

mengakomodasi besarnya PDRB (nilai produksi komoditas) dari waktu ke

waktu.

c. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis model rasio pertumbuhan adalah analisis untuk melihat

perbandingan besarnya peningkatan pendapatan di suatu sektor ekonomi di

wilayah yang lebih kecil dengan wilayah yang lebih besar. Model ini

mempunyai rentang nilai lebih besar, lebih kecil ataupun sama dengan satu.

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan alat analisis alternatif yang

dapat digunakan dalam perencanaan wilayah yang diperoleh dengan

memodifikasi model analisis Shift-Share (Suyana Utama, 2010). MRP ini

dapat digunakan untuk menentukan sektor unggulan berdasarkan

pertumbuhan PDRB.

Page 35: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

20

Model ini diturunkan dari persamaan awal komponen utama dalam

analisis Shift and Share yakni, Differential Shift dan Proportionality Shift

dengan tujuan menyamakan bahasa menjadi rasio (Bendavid Val, 1991).

Menurut Suyana Utama (2010), model dalam analisis MRP ini terbagi

menjadi 2 bagian yaitu :

1) Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Merupakan perbandingan pertumbuhan pendapatan sektor ekonomi

wilayah Kabupaten dengan provinsi.

*Jika nilai RPs > 1 diberi notasi positif (+) yang menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi (kabupaten/kota) lebih

tinggi dibanding dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi

(provinsi/nasional).

* Jika nilai RPs < 1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukkan

bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi

(kabupaten/kota) lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan

sektor pada wilayah referensi (provinsi/nasional).

2) Rasio pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

Meupakan perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan sektor

ekonomi di wilayah provinsi dan pertumbuhan total di wilayah

provinsi.

*Jika nilai RPr >1 diberi notasi positif (+) yang menunjukan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah provinsi lebih

tinggi dari pertumbuhan PDRB total di wilayah provinsi tersebut.

*Jika nilai RPr<1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah provinsi lebih

Page 36: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

21

rendah dari pertumbuhan PDRB total di wilayah provinsi tersebut.

d. Analisis Overlay

Setelah dilakukanya perhitungan menggunakan analisis LQ dan MRP,

langkah berikutnya adalah melakukan overlay data antara hasil analisis LQ

dengan analisis MRP. Teknik overlay ini menggunakan hasil perhitungan MRP

dan LQ untuk melihat deskripsi sektor ekonomi yang potensial untuk

dikembangkan (Kuncoro, 2004). Menurut Suyana Utama (2010) analisis ini

digunakan untuk mendeksripsikan kegiatan ekonomi yang potensial, dengan

menggunakan kriteria pertumbuhan dan kriteria keunggulan komparatif.

Analisis overlay ini hampir memiliki kesamaan dengan analisis Model

Rasio Pertumbuhan (MRP). Perbedaanya terletak pada hasil analisisnya yaitu

analisis overlay ini merupakan perbandingan antara nilai Rasio Pertumbuhan

Wilayah Studi (RPs), Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) dan nilai

Location Quotient (LQ).

Metode ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan dengan

menggabungkan hasil dari metode LQ dengan metode Model Rasio

Pertumbuhan (MRP) yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) dan

Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs). Metode ini memberikan penilaian

kepada sektor-sektor ekonomi dengan melihat nilai positif (+) dan negatif (-).

Sektor yang jumlah nilai positif (+). Paling banyak berarti sektor tersebut

merupakan sektor unggulan dan begitu juga sebaliknya jika nilai suatu sektor

tidak mempunyai nilai positif berarti sektor tersebut bukan sektor unggulan

(Choliq Sabana, 2007).

Page 37: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

22

Ada 3 klasifikasi yang disampaikan dan digunakan oleh Choliq Sabana (2007).

Klasifikasi tersebut adalah :

1). Klasifikasi 1 yaitu dengan nilai (+++) yang mengartikan bahwa kegiatan

sektor tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang tinggi di tingkat Jawa

Barat maupun tingkat Kabupaten Bogor. Kemudian kontribusi sektoral

Kabupaten Bogor lebih tinggi dari Jawa Barat. Artinya sektor tersebut

mempunyai potensi daya saing yang tinggi karena unggul baik di tingkat

Kabupaten maupun di tingkat provinsi dan dapat dikatakan sektor tersebut

memiliki keunggulan kompetitif.

2). Klasifikasi 2 yaitu dengan nilai (-++), dimana RPr tersebut bernilai negatif

yang mengartikan bahwa kegiatan sektor tersebut mempunyai pertumbuhan

sektoral yang rendah di tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan nilai positif untuk RPs

dan LQ yang berarti kegiatan sektor tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral

yang tinggi di tingkat Kabupaten Bogor dan kontribusi sektoral Kabupaten

Bogor lebih tinggi daripada Jawa Barat. Dengan kata lain sektor tersebut

merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Bogor.

3). Klasifikasi 3 yaitu dengan nilai (---), dimana semuanya bernilai negatif yang

mengartikan bahwa sektor tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang

rendah di tingkat Jawa Barat maupun di Kabupaten Bogor dan kontribusi

sektoral di Kabupaten Bogor lebih rendah dari Jawa Barat. Hal ini menandakan

sektor ekonomi tersebut memiliki daya saing yang rendah karena tidak unggul

baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat provinsi. Dan dapat dikatakan

bahwa sektor tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif dan bukan

merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Page 38: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

23

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Kemajuan ekonomi daerah menunjukan adanya keberhasilan suatu

pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya keberhasilan dalam

pembangunan (Todaro, 2006). Ada 3 macam klasifikasi untuk menilai pertumbuhan

ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan

output per pekerja. Pertumbuhan output digunakan oleh adanya peningkatan tenaga

kerja dan modal di daerah yang bersangkutan.

Pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan

kesejahteraan ekonomi. Dan pertumbuhan output per pekerja digunakan sebagai

indikator perubahan daya saing daerah tersebut (Bhinadi, 2003).

Menurut model Teori Ekonomi Neo-Klasik yang kemudian dipelopori oleh

George H. Bort (1960), pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan

oleh kemampuan daerah tersebut untuk dapat meningkatkan kegiatan produksinya.

Sedangkan kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi

daerah, tetapi juga ditentukan oleh peningkatan tenaga kerja dan modal antar daerah.

Karena kunci utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah peningkatan kegiatan

produksi. Selanjutnya Model Neo-Klasik yaitu pertumbuhan ekonomi suatu daerah

ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu kemajuan teknologi, penambahan modal atau

investasi , dan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kerja (Sjafrizal, 2008).

Pertumbuhan ekonomi dapat ditunjukan dengan besaran pendapatan dari Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) (Afzal, 2007). PDRB tersebut berasal dari

pendapatan total setiap orang yang berada didalam perekonomian daerah, kenaikan

produk dan jasa setiap tahunya juga bisa disebut sebagai pertumbuhan ekonomi.

Salah satu langkah yang harus diambil untuk mendorong dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yaitu dengan meningkatkan potensi dari berbagai sektor yang

Page 39: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

24

dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah.

Sektor yang berpotensi dan berada di Kabupaten Bogor diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mensejahterakan masyarakat. Karena

salah satu tujuan pemerintah daerah yaitu membangun daerahnya melalui kegiatan

pembangunan ekonomi. Pada teori yang ada dijelaskan bahwa pembangunan

ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan ekonominya. Jika suatu pertumbuhan ekonomi

didaerah Kabupaten Bogor meningkat, maka dapat memperlancar proses

pembangunan ekonomi di wilayah tersebut dan memberikan dampak positif terhadap

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor.

4. Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Badan Pusat Statistik PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam suatu wilayah tertentu atau merupakan

jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan

dari kegiatan ekonomi di suatu daerah tanpa melihat pemilik atas faktor produksinya,

apakah memang dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut atau milik penduduk

wilayah lain (Sukirno, 1994). PDRB menjadi indikator yang menggambarkan

pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang biasanya juga

digunakan untuk melihat sejauhmana pembangunan berhasil dilakukan di suatu

daerah dalam periode tertentu dan menjadikan tolak ukur untuk menentukan

kebijaksanaan pembangunan dimasa yang akan datang.

Menurut Kuncoro pendekatan pembangunan tradisional dimaknai sebagai

pembangunan yang fokus terhadap peningkatan PDRB suatu wilayah. Pembangunan

ekonomi tidak hanya diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional

Page 40: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

25

Bruto (PDRB) scara keseluruhan, tetapi harus juga melihat distribusi pendapatan

telah tersebar di masyarakat yang menikmati hasilnya.

Pembangunan ekonomi bertujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat

melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Masalah pertumbuhan ekonomi disuatu

daerah tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah kebijakan pemerintah

daerah itu sendiri. Kebijakan pemerintah daerah harus dirancang secara tepat agar

pertumbuhan ekonomi disuatu daerah tercapai yang dapat diukur dengan melihat laju

pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan pertumbuhan output yang dibentuk

oleh sektor ekonomi daerah tersebut sehingga dapat menggambarkan bagaimana

kemajuan atau kemunduran yang dicapai dari sektor ekonomi tersebut pada periode

waktu tertentu. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan

data dan informasi dasar tentang kegiatan ekonomi suatu daerah. Secara definisi,

PDRB tersebut pada dasarnya adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang

dihasilkan pada suatu daerah pada periode tertentu. (Sjafrizal, 2016).

BPS dan BAPPEDA menjelaskan bahwa PDRB terbagi menjadi 2 yaitu :

1. PDRB atas harga konstan

Yaitu menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan

dihitung menurut harga tahun dasar.

2. PDRB atas harga berlaku

Yaitu menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan

dihitung menurut harga tahun berjalan.

Nilai PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai PDRB atas dasar

harga konstan yang ditujukan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dan

melihat sektor potensial yang ada di daerah Kabupaten Bogor.

Page 41: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

26

5. Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif menunjukan kemampuan daerah untuk dapat

memasarkan produknya menuju luar daerahnya maupun terhadap pasar global.

Dalam ekonomi regional keunggulan kompetitif dimaknai oleh kemampuan daya

saing kegiatan ekonomi disuatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama

didaerah lainnya.

Keunggulan kompetitif bersifat dinamis karena bergantung kepada keunggulan

daerah yang selaras dengan perkembangan daerah lain. Jika daerah itu lebih tinggi

laju pertumbuhan jumlah produksinya dibandingkan dengan daerah lain, maka

keunggulannya daerah tersebut semakin besar, (Sjafrizal, 2008).

Keunggulan kompetitif merupakan keunggulan yang mengandalkan faktor-faktor

non alam dan merupakan sesuatu yang dibuat oleh manusia. Suatu wilayah yang

memiliki sumber daya alam melimpah dibandingkan dengan wilayah lain yang

kurang sumber dayanya akan dapat mengembangkan lebih besar potensi yang

dimilikinya dengan mengeksploitasi sumberdaya yang tesedia.

Dengan tersedianya dan lancarnya akses dapat mempercepat pertumbuhan

wilayah tersebut. Hal ini juga tidak terlepas juga dari kemampuan sumberdaya

manusia yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi daerah, semakin berkualitas

sumber daya yang dimiliki daerah maka pemanfaatan sumberdaya alam dapat lebih

efektif dan efisien.

Menurut Robinson Tarigan (2004) dalam Choliq (2007), terdapat sejumlah

faktor yang bisa membuat suatu daerah memiliki keunggulan kompetitif (competitive

advantage), dapat berupa kondisi alam, yaitu suatu yang sudah given tetapi dapat

juga karena usaha-usaha manusia.

Page 42: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

27

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama dan Tahun Judul Alat Analisis Hasil Penelitian

1 Ismail Ibrahim (2018) Analisis Potensi Sektor Ekonomi

Dalam Upaya Peningkatan

Pertumbuhan Ekonomi (Studi

Empiris Pada Kabupaten dan Kota

di Provinsi Gorontalo tahun 2012-

2016)

Location Quotient (LQ) Berdasarkan hasil perhitungan LQ

diperoleh bahwa Kabupaten Gorontalo

dan di Kota Gorontalo yang menjadi

sektor basis adalah sektor industri

pengolahan, sektor listrik gas dan air

bersih serta konstruksi, sektor

transportasi dan pergudangan, sektor jasa

keuangan.

Page 43: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

28

2. Ahmad Afan Ayubi

(2014)

Analisis Potensi Ekonomi

Kabupaten Banyuwangi

1. Location

Quotient

2. Model Rasio

Pertumbuhan

3. Analisis

Shift-share

Berdasarkan hasil perhitungan tiga alat

analisis yaitu analisis LQ,MRP, dan Shift-

Share kemudian dirangking untuk

menentukan sektor prioritas maka dapat

disimpulkan bahwa sektor yang tergolong

dalam kategori prioritas pertama adalah

sektor pertanian dan sektor pertambangan

dan penggalian. Sektor ekonomi yang masuk

prioritas kedua (ke-2) adalah sektor industri

pengolahan, sektor bangunan, sektor

perdagangan, hotel & restauran, sektor

Keuangan, persewaaan & jasa perusahaan

dan sektor jasa-jasa.

Page 44: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

29

3. Yohan Nasution

(2018)

Strategi Peningkatan Pertumbuhan

Ekonomi Melalui Analisis Sektor

Basis di Kota Batu Periode 2010-

2014

Location Quotient Dari hasil perhitungan dengan

mempergunakan metode analisis LQ

diatas dapat diketahui bahwa terdapat

beberapa sektor ekonomi yang memiliki

keunggulan komparatif di Kota Batu,

dimana lebih tepatnya terdapat 12 sektor

ekonomi basis yang potensial untuk

lebih dikembangkan.

4. Ida Bagus dan

Adytia (2017)

Penentuan Prioritas Pembangunan

Melalui Analisis Sektor Potensial di

Kabupaten Gianyar

1. Location Quotient

2. DLQ

3. MRP

4. Overlay

Sektor ekonomi yang dapat dikembangkan

di Kabupaten Gianyar ada 7 sektor dan

sektor yang mempunyai potensi untuk

menentukan prioritas pembangunan di

wilayah Kabupaten Gianyar adalah sektor

penyedia akomodasi makanan dan

minuman,sektor real estate, dan jasa

kesehatan.

Page 45: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

30

5. Anna Yulianita

(2017)

Analisis potensi Daerah Sebagai Upaya

Peningkatan Perekonomian Daerah di

Sumatera Bagian Selatan

1. Location Quotient

2. Analisis Shift-

Share

3. Tipologi Daerah

1. Hasil analisis LQ menunjukkan

bahwa sektor pertanian, kehutanan

dan perikanan merupakan sektor basis

yang dominan di wilayah Sumatera

Bagian Selatan karena terdapat di

semua provinsi.

2. Hasil analisis Shift-Share di wilayah

Sumatera Bagian Selatan

menunjukkan hasil bahwa terdapat

beberapa provinsi yang memiliki

keunggulan/daya saing kompetitif

antara lain : provinsi Jambi memiliki

9 sektor kompetitif, Sumatera Selatan

memiliki 11 sektor kompetitif,

Bengkulu memiliki 9 sektor

kompetitif, Lampung memiliki 13

sektor kompetitif, Bangka Belitung

memiliki 10 sektor kompetitif.

3. Menurut tipologi provinsi Jambi

masuk dalam tipologi daerah cepat

maju dan cepat tumbuh.

Page 46: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

31

6. Dini Adiyatin

(2019)

Analisis Overlay Untuk Menentukan

Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Dalam Pembangunan Daerah.

1. Location Quotient

2. DLQ

3. Model Rasio

Pertumbuhan

4. Shift-share

5. overlay

Hasil analisis Typology Klassen sektor

perekonomian di Kota Pontianak pada

sektor Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang; dan

sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

tahun 2012-2016 menunjukkan sektor

tumbuh cepat (Kuadran 1). Laju

pertumbuhan dan pendapatan perkapita

pada sektor lebih tinggi dari rata-rata

wilayah provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil analisis Overlay, sektor

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang; dan sektor Jasa

Kesehatan dan Kegiatan Sosial merupakan

sektor unggulan di Kota Pontianak. Sektor

tersebut menunjukkan pertumbuhan dan

kontribusi yang sangat besar terhadap

pembentukan PDRB dan pembangunan di

Kota Pontianak. Sektor layak

dikembangkan serta dapat menjadi

perhatian khusus pemerintah daerah dalam

Page 47: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

32

meningkatkan pendapatan daerah.

7. Muhammad

Averos (2010)

Analisis Potensi Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Lampung

Periode 2004-2009

1. Location

Quotient (LQ)

2. Shift Share

1. Berdasarkan perhitungan LQ,

Provinsi Lampung hanya memiliki

satu subsektor ekonomi yang

mempunyai nilai LQ > 1 yang

merupakan sektor basis, di mana

subsektor tersebut adalah subsektor

peternakan.

2. Dan berdasar kan hasil shift share

subsektor ekonomi yang potensial

dengan kriteria tergolong kedalam

subsektor sejenis ditingkat provinsi

(Pj rata-rata > 0) yaitu subsektor

tanaman pangan ,dan subsektor

kehutanan dan perburuan.

8. Soo Won Mo

(2020)

Analysis of Import Changes

Through Shift-share, Location

Quotient and BCG Technique :

Gwangyang Port in Asia

1. Location

Quotient

2. Shift-share

Analysis

1. The import performance of

Gwangyang Port of four sectors :

coal, iron ore, natural gas and

vegetables matter.

Page 48: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

33

9. A.K. Alhoawaish

(2013)

Location Quotient Technique and

Economy Analysis of Regions :

Tabuk Province of Saudi Arabia

1. Location

Quotient

2. Multiplier

Effect

1. First Economic Power includes

activities such as “education, art,

tourism, agriculture, fishing and

health.

2. Based on the current status, basic

manpower concerntration was in

the service sectors was 66%

meaning that economy region

depends on the export of basic

human resources.

10. Alasmail, M.A

(2019)

Analysis of Potential Sectors and

Policy Priorities of Regional

Economic Development in Maluku

1. Location

Qoutient

2. MRP

3. Overlay

1. Peneliti menemukan 8 sektor

yang memiliki kategori basis.

2. Hasil MRP menunjukan bahwa

sektor dengan RPs tertinggi

adalah sektor pertambangan dan

penggalian.

3. Hasil analisis overlay

menunjukan sektor administrasi

pemerintahan,pertahanan dan

jaminan sosial wajib;

perdagangan ritel reparasi mobil

Page 49: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

34

dan motor adalah sektor yang

paling dominan pertumbuhanya

dan memberikan kontribusi

sangat besar terhadap PDRB dan

pembangaunan di Provinsi

Maluku.

Page 50: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

35

C. Kerangka Pemikiran

Potensi di suatu daerah memiliki berbagai macam perbedaan yang

mungkin dapat dikembangkan menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan

masyarakat di daerah tersebut. Dari berbagai sektor yang menjadi potensi daerah

tersebut masih banyak yang belum teridentifikasi secara benar yang

menyebabkan potensi daerah tersebut tidak dapat dirasakan dan dimanfaatkan

secara maksimal. Untuk itu harus ada analisis potensi daerah agar tujuan dari

pembangunan daerah itu sendiri dapat tercapai dan berjalan dengan efektif serta

efisien.

Ketika suatu pembangunan berhasil dijalankan, maka akan terjadi

peningkatan pada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi

daerah bisa dilihat dari hasil Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang

dijadikan sebuah indikator dalam membangun dan menciptakan lapangan usaha

ataupun sektor-sektor yang berkontribusi terhadap daerahnya sendiri.

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan pada tahun

2019 tercatat bahwa sektor industri pengolahan menjadi kontributor terbesar

terhadap PDRB Kabupaten Bogor yakni sebesar Rp.85,430,232.70.

Sesuai dengan penelitian terdahulu (Dini Adiyatin 2019), bahwa untuk

mengidentifikasi sektor unggulan disuatu wilayah harus menggunakan analisis

Location Quotient (LQ). Namun ternyata didalam analisis LQ tersebut terdapat

kelemahan yaitu analisis ini hanya bersifat statis dan tidak dapat menjamin

apakah sektor yang unggulan saat ini menjadi sektor unggulan juga dimasa yang

akan datang. Untuk itu hadir lah analisis Dynamic Location Qoutient (DLQ)

untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi dalam suatu sektor

perekonomian suatu daerah dan bagaimana perkembanganya dengan cara

Page 51: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

36

membandingkan sektor yang sama pada wilayah yang lebih luas (referensi).

Kemudian munculah analisis Model Rasio Pertumbuhan dimana model

ini melihat sektor ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan

struktur ekonomi wilayah baik eksternal maupun internal. Model ini

diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu RPr dan RPs dimana RPr ini

membandingkan laju pertumbuhan suatu sektor di wilayah referensi terhadap

laju pertumbuhan total di wilayah referensi. Sedangkan Rps membandingkan

laju pertumbuhan suatu sektor diwilayah studi (Kabupaten Bogor) terhadap laju

pertumbuhan suatu sektor ekonomi di wilayah referensi.

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB)

Location Quotient

(LQ)

Dynamic Location

Quotient (DLQ)

Model Rasio

Pertumbuhan

Overlay

Hasil dan Prioritas Pembangunan

Page 52: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan adapun

sumber data-data yang digunakan adalah dari BPS Kabupaten Bogor, Publikasi

Kabupaten Bogor Dalam Angka dan Website Resmi Pemerintah Kabupaten Bogor. Objek

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Bogor dari tahun 2015-2019. Sektor-sektor yang tercantum dalam PDRB

Kabupaten Bogor adalah : Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Industri Pengolahan;

Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;

Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi

dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan;

Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan;Jasa

Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya.

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti

dan kemudian dipelajari sehingga mencapai sebuah kesimpulan.

Menurut Sugiyono (2017) populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh

subyek atau obyek itu.

Page 53: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

38

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Jika ruang lingkup populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Hal yang dipelajari

dari sampel dibuat sebuah kesimpulan dan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus sangat representatif (mewakili).

Namun dalam hal ini peneliti menggunakan tidak menggunakan sample akan tetapi

menggunakan seluruh populasi Kabupaten Bogor. Populasi yang digunakan adalah PDRB

seluruh sektor yang berkontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Bogor atas dasar

harga konstan menurut lapangan usaha.

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini didasarkan dan menggunakan data sekunder. Data sekunder

merupakan data yang diambil secara tidak langsung dengan melihat dokumen yang

tersedia atau berbagai laporan yang memang telah disediakan dari berbagai lembaga

maupun sumber tertentu.

Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini bersumberkan dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, Web resmi pemerintahan Kabupaten Bogor serta

Unduhan Publikasi Kabupaten Bogor Dalam Angka. Data tersebut berbentuk dokumen

statistik dan laporan tahunan (time series) yang isinya berkaitan dengan apa yang

diperlukan peneliti di Kabupaten Bogor periode 2015 hingga tahun 2019.

Page 54: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

39

D. Metode Analisis Data

Jenis metode analisis data dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan

kualitatif-deskriptif, yang ditujukan untuk mengetahui sektor ekonomi unggulan di

Kabupaten Bogor. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB semua

sektor ekonomi di Kabupaten Bogor, yakni sektor: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;

pertambangan dan penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas;

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan

Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan;

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan

dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa

Lainnya.

Dalam menganalisis dan mengidentifikasi sektor apa yang paling unggul, dan

berpotensi untuk dikembangkan, analisis yang digunakan penelitian ini ada empat yaitu :

a) Mengenai sektor ekonomi yang termasuk ke dalam sektor basis atau

memiliki spesialisasi tinggi di Kabupaten Bogor, menggunakan metode

analisis Location Quotient (LQ).

b) Mengenai sektor ekonomi apa di Kabupten Bogor yang potensi

perkembangannya lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di Provinsi

Jawa Barat, menggunakan metode analisis LQ Dinamis (DLQ).

c) Mengenai sektor ekonomi apa yang pertumbuhannya unggul baik di tingkat

Kabupaten Bogor maupun di tingkat Provinsi Jawa Barat, menggunakan

metode analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP).

Page 55: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

40

d) Mengenai sektor ekonomi apa yang unggul di Kabupaten Bogor baik dari

segi kontribusi maupun pertumbuhannya menggunakan pendekatan analisis

Overlay.

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis ini digunakan untuk menentukan atau mengelompokan sektor-

sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Bogor menjadi 2 bagian yaitu sektor basis

dan non basis.

Sektor basis adalah sektor ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan

barang-barang dan jasa-jasa untuk pasar dan masyarakat yang ada di daerah itu

sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan. Sektor non-basis

adalah sektor ekonomi yang hanya dapat memenuhi kebutuhan barang-barang dan

jasa-jasa untuk pasar maupun masyarakat yang ada di daerah itu sendiri, hal ini

yang mengindikasikan bahwa komoditas tersebut kurang/tidak unggul di daerah

yang bersangkutan.

Untuk menganalisis sebuah sektor dan mengklasifikasikanya kedalam 2

kelompok sektor basis ataupun non basis peneliti menggunakan rumus :

LQ = (Si/S) / (Ri/R)

Keterangan :

Si = PDRB sektor i di Kabupaten Bogor

S =Total PDRB di Kabupaten Bogor

Ri = PDRB sektor i di Provinsi Jawa Barat

R = Total PDRB di Provinsi Jawa Barat

LQ = Nilai Location Quotient

Page 56: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

41

Setelah dilakukan analisis Locatiaon Quotient (LQ), maka akan ada 3 kriteria yang

akan muncul menurut Bendavid Val dalam bukunya Kuncoro (2004) :

a. Bila LQ >1, berarti tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten lebih

besar dibandingkan di sektor yang sama pada daerah provinsi. Ketika LQ >

1 maka sub sektor dapat menjadi sub sektor yang unggul dan memiliki

potensi untuk dikembangkan sebagai penggerak ekonomi dearah.

b. Bila LQ<1, berarti tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten lebih

kecil dibandingkan di sektor yang sama pada daerah provinsi. Ketika LQ <

1 maka sub sektor tersebut bukan merupakan sub sektor unggulan dan

kurang berpotensi untuk dikembangkan sebagai penggerak ekononmi

daerah.

c. Bila LQ=1, berarti tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten sama

dengan sektor yang sama pada daerah provinsi.

2. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)

Setelah dilakukan analisis location quotient untuk menentukan sektor basis

dan non basis, peneliti melakukan analisis LQ dinamis (DLQ) untuk mengetahui

sektor yang basis/non basis dalam bentuk trend/time series.

Menurut Tarigan (2009), DLQ merupakan perkembangan dari SLQ. DLQ

atau Dinamic Location Quotient (DLQ) adalah analisis LQ yang dilakukan dalam

bentuk time series/trend. Dalam hal ini, perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu

sektor tertentu pada kurun waktu yang berbeda; apakah mengalami penurunan atau

kenaikan. DLQ merupakan modifikasi dari SLQ dengan mengakomodasi besarnya

PDRB (nilai produksi komoditas) dari waktu ke waktu. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Page 57: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

42

DLQ = [( ) ( )

/ ( )

( ]t

Keterangan :

gi = rata – rata laju pertumbuhan PDRB sektor i di Kabupaten Bogor

Gi = rata – rata laju pertumbuhan PDRB sektor i di Provinsi Jawa Barat

gt = rata – rata laju pertumbuhan total PDRB di Kabupaten Bogor

Gt = rata – rata laju pertumbuhan total PDRB di Provinsi Jawa Barat

t = tahun penelitian

DLQ = koefisien DLQ

Adapun ketentuanya sebagai berikut :

a) Ketika nilai DLQ > 1, artinya sektor i di Kabupaten Bogor berkembang

lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat.

b) Ketika nilai DLQ < 1, artinya sektor i di Kabupaten Bogor berkembang

lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di provinsi Jawa Barat.

c) Ketika nailai DLQ = 1, artinya perkembangan sektor i di Kabupaten Bogor

sama dengan sektor yang sama di provinsi Jawa Barat.

3. Analisis Gabungan LQ dan DLQ

Untuk mengetahui sektor ekonomi di Kabupaten Bogor yang termasuk

kedalam 4 kategori yaitu unggulan, andalan, prospektif atau pun tertinggal

menggunakan analisis gabungan dari hasil LQ dan DLQ berupa matriks

(Kuncoro,2012).

Page 58: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

43

Tabel 3.1

Penggolongan Sektor Gabungan Hasil LQ dan DLQ

Hasil DLQ>1 DLQ<1

SLQ >1 Unggulan Prospektif

SLQ<1 Andalan Tertinggal

Sumber : (Suyatno, 2000)

Keterangan :

a) SLQ>1 dan DLQ>1, sektor tersebut masuk ke dalam golongan sektor

unggulan yang berarti sektor itu akan menjadi sektor basis dimasa sekarang

maupun selanjutnya.

b) SLQ>1 dan DLQ<1, sektor tersebut masuk ke dalam golongan sektor

prospektif yang berarti sektor itu menjadi basis dimasa sekarang dan

berubah dimasa yang akan datang menjadi sektor non basis.

c) SLQ<1 dan DLQ>1, sektor tersebut masuk ke dalam golongan sektor

andalan yang berarti sektor tersebut dimasa sekarang non basis dan berubah

dimasa yang akan datang menjadi sektor basis.

d) SLQ<1 dan DLQ<1, sektor tersebut masuk kedalam golongan sektor

tertinggal yang berarti sektor tersebut akan menjadi non basis dimasa

sekarang maupun masa yang akan datang.

Page 59: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

44

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Model Rasio Pertumbuhan merupakan analisis yang bertujuan guna melihat

gambaran kegiatan ekonomi yang potensi terutama struktur perekonomian yang ada

di kabupaten/kota dalam perbandingan dengan daerah referensinya yaitu provinsi.

Didalam perhitungan MRP ini akan mendapatkan nilai riil yang nantinya akan

dikonversikan dengan nilai nominal baik RPs maupun RPr.

Analisis Model Rasio Pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan

untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang potensial.

Analisis MRP ini dibagi lagi ke dalam dua kriteria, yaitu Rasio Pertumbuhan

Wilayah Studi (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) Suyana

Utama (2010).

Jika nilai riil >1 akan dinominalkan sebagai positif, dan sebaliknya jika nilai

riil <1 maka nilai nominalnnya akan menjadi negatif. Rumus dari RPs dan RPr

adalah :

a) Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

RPs merupakan perbandingan antara laju pertumbuhan di sektor i wilayah

studi (Kabupaten Bogor) dengan wilayah laju pertumbuhan sektor i di

wilayah referensi (Jawa Barat).

RPs =

Page 60: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

45

Keterangan :

Eij = pertumbuhan pendapatan sektor i di wilayah Kabupaten Bogor

periode 2015-2019

Eij = pendapatan sektor i diwilayah Kabupaten Bogor tahun pertama

Ein = pertumbuhan pendapatan sektor i di wilayah Provinsi Jawa Barat

periode 2015-2019

Ein = pendapatan sektor i di wilayah provinsi Jawa Barat tahun pertama

Penjelasan hasil :

Ketika Nilai RPs > 1 menjelaskan bahwa pertumbuhan sektor i pada

wilayah studi (Kabupaten Bogor) lebih tinggi dibandingkan dengan sektor

yang sama pada wilayah referensi (Provinsi Jawa Barat).

Ketika Nilai RPs < 1 menjelaskan bahwa pertumbuhan sektor i pada

wilayah studi (Kabupaten Bogor) lebih rendah dibandingkan dengan sektor

yang sama pada wilayah referensi (Provinsi Jawa Barat).

b) Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

RPr merupakan perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i pada

wilayah referensi (provinsi Jawa Barat) dengan laju pertumbuhan total

(PDRB) wilayah referensi.

RPr =

Keterangan :

Ein = pertumbuhan pendapatan sektor i di wilayah Provinsi Jawa Barat

periode 2015-2019

Ein = pendapatan sektor i diwilayah provinsi Jawa Barat tahun pertama

Page 61: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

46

En = pertumbuhan pendapatan total di wilayah Provinsi Jawa Barat

periode 2015-2019

En = pendapatan total di wilayah provinsi Jawa Barat tahun pertama

Penjelasan hasil :

Ketika Nilai RPr > 1 menjelaskan bahwa pertumbuhan sektor i pada

wilayah referensi (provinsi Jawa Barat) lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan total wilayah referensi (Provinsi Jawa Barat).

Ketika Nilai RPr < 1 menjelaskan bahwa pertumbuhan sektor i pada

wilayah referensi (provinsi Jawa Barat) lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan total wilayah referensi (Provinsi Jawa Barat).

Dari uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat dikategorikan menjadi 4

nominasi, yaitu :

1) Jika nilai RPs(+) dan RPr (+) maka kegiatan sektor tersebut pada tingkat studi

dan referensi memiliki pertumbuhan yang menonjol disebut dengan dominan

pertumbuhan.

2) Jika nilai RPs(+) dan RPr(-) maka kegiatan sektor tersebut pada tingkat studi

memiliki pertumbuhan yang menonjol, namun pada tingkat referensi kurang

menonjol.

3) Jika nilai RPs(-) dan RPr(+) maka kegiatan sektor tersebut pada tingkat studi

memiliki pertumbuhan kurang menonjol, namun pada tingkat referensi

menonjol.

4) Jika nilai RPs(-) dan RPr(-) maka kegiatan pertumbuhan sektor tersebut pada

tingkat studi dan referensi kurang menonjol.

Page 62: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

47

5. Analisis Overlay

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan sektor apa yang memiliki

pertumbuhan yang baik dan berkontribusi terhadap daerahnya sehingga menjadi

sektor unggulan. Dalam analisis ini menggabungkan hasil analisis LQ dan MRP.

Setiap hasil yang telah muncul akan diberikan notasi yaitu berupa lambang positif

(+) dan lambang negatif (-).

Metode ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan dengan

menggabungkan hasil dari metode LQ dengan metode Model Rasio Pertumbuhan

(MRP) yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) dan Rasio Pertumbuhan

Wilayah Studi (RPs). Metode ini memberikan penilaian kepada sektor-sektor

ekonomi dengan melihat nilai positif (+) dan negatif (-). Sektor yang jumlah nilai

positif (+). Paling banyak berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan

begitu juga sebaliknya jika nilai suatu sektor tidak mempunyai nilai positif berarti

sektor tersebut bukan sektor unggulan.

Ada 3 klasifikasi yang disampaikan dan digunakan oleh Choliq Sabana

(2007). Klasifikasi tersebut adalah :

1). Klasifikasi 1 yaitu dengan nilai (+++) yang mengartikan bahwa kegiatan sektor

tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang tinggi di tingkat Jawa Barat

maupun tingkat Kabupaten Bogor. Kemudian kontribusi sektoral Kabupaten Bogor

lebih tinggi dari Jawa Barat. Artinya sektor tersebut mempunyai potensi daya saing

yang tinggi karena unggul baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat provinsi

dan dapat dikatakan sektor tersebut memiliki keunggulan kompetitif.

2). Klasifikasi 2 yaitu dengan nilai (-++), dimana RPr tersebut bernilai negatif yang

mengartikan bahwa kegiatan sektor tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang

rendah di tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan nilai positif untuk RPs dan LQ yang

Page 63: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

48

berarti kegiatan sektor tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang tinggi di

tingkat Kabupaten Bogor dan kontribusi sektoral Kabupaten Bogor lebih tinggi

daripada Jawa Barat. Dengan kata lain sektor tersebut merupakan spesialisasi

kegiatan ekonomi di Kabupaten Bogor.

3). Klasifikasi 3 yaitu dengan nilai (---), dimana semuanya bernilai negatif yang

mengartikan bahwa sektor tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang rendah

di tingkat Jawa Barat maupun di Kabupaten Bogor dan kontribusi sektoral di

Kabupaten Bogor lebih rendah dari Jawa Barat. Hal ini menandakan sektor

ekonomi tersebut memiliki daya saing yang rendah karena tidak unggul baik di

tingkat Kabupaten maupun di tingkat provinsi. Dan dapat dikatakan bahwa sektor

tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif dan bukan merupakan spesialisasi

kegiatan ekonomi di Kabupaten Bogor.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Bagian ini akan menjelaskan definisi dari masing-masing variable yang digunakan,

adapun variable yang terlibat dalam penelitian ini adalah :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Merupakan keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi di

suatu daerah tanpa melihat pemilik atas faktor produksinya, apakah memang dimiliki

oleh penduduk wilayah tersebut atau milik penduduk wilayah lain (Sukirno, 1994).

Dalam penelitian ini menggunakan seluruh sektor ekonomi yang ada di Kabupaten

Bogor atas dasar harga konstan yaitu :

a. Pertanian, kehutanan dan perikanan

b. Industri Pengolahan

c. Pengadaan Listrik dan Gas

Page 64: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

49

d. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

e. Konstruksi

f. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

g. Transportasi dan Pergudangan

h. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

i. Informasi dan Komunikasi

j. Jasa Keuangan dan Asuransi

k. Real Estate

l. Jasa Perusahaan

m. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

n. Jasa Pendidikan

o. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

p. Jasa lainnya

Terdapat 2 jenis Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) :

a. PDRB atas dasar harga konstan

PDRB ini merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi

sebagai unit produksi di suatu wilayah dan dengan jangka waktu tertentu

pada harga tahun dasar

b. PDRB atas dasar harga berlaku

PDRB ini merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi

sebagai unit produksi di suatu wilayah dan dengan jangka waktu tertentu

pada harga yang sedang berlaku di periode tertentu.

Page 65: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

50

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan merupakan suatu proses dimana pemerintah bersama dengan

masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk sebuah pola

kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak swasta dalam menciptakan

peluang usaha serta lapangan kerja baru untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di

wilayah tersebut.

3. Pertumbuhan sektor ekonomi

Pertumbuhan nilai barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari

angka PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010. PDRB (ADHK)

merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam suatu waktu kurun waktu

tertentu orang-orang dan perusahaan. Dinamakan bruto karena memasukkan

komponen penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut

konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu, tahun dasar 2010

(Muhammad, 2011).

4. Potensi Ekonomi

Merupakan besaran sektor yang ada di suatu wilayah dalam berkontribusi terhadap

perekonomian daerahnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Kontribusi ekonomi tersebut akan dihitung dengan jumlah PDRB yang dihasilkan

oleh daerah tersebut.

Page 66: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambar 4.1

Peta Kabupaten Bogor

Sumber : RPIJM Kabupaten Bogor 2019

1. Luas dan Batasan Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Bogor sebesar 266.383 Ha yang terdiri dari 40

kecamatan dimana didalamnya terdapat 417 desa dan 17 kelurahan. Kecamatan

yang memiliki luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Cigudeg dengan

besaran 15.890 Ha yang terdiri dari 15 kelurahan, sedangkan luas terendah ada pada

wilayah Kecamatan Ciomas yaitu sebesar 1.631 Ha dengan 10 kelurahan

didalamnya.

Page 67: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

52

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat

dengan Ibukota kabupaten yang terletak di Kecamatan Cibinong, dengan batasan

wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kota Depok

b. Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

d. Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Banten

e. Bagian Tengah : Kota Bogor

2. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak diantara 6,190 LU – 6,47

0 LS

dan 1060 1’ - 1070103’ Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibukota Negara

sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan

yang cukup tinggi. Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang

bervariasi, mulai dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran

tinggi di bagian selatan. (RPJMD Kabupaten Bogor 2015-2019).

3. Topografi

Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian berkisar antara 50 m – 3000 m

dpl dengan topografi yang beragam, mulai dari landai hingga berbukit terjal.

Daerah dataran, yaitu daerah yang mempunyai bentuk morfologi yang hampir datar

dengan kemiringan lereng 0-5 %, dengan ketinggian wilayah mulai dari 125 meter

sampai 175 dpl. Adapun klasifikasi keadaan morfologi wilayah serta presentasenya

terhadap luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

Page 68: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

53

a. Dataran rendah (15 - 100 m dpl,) sekitar 29,28 %, merupakan kategori

ekologi hilir.

b. Dataran bergelombang (100 - 500 m dpl,) sekitar 42,62 %, merupakan

kategori ekologi tengah.

c. Pegunungan (500 – 1.000 m dpl,) sekitar 19,53 %, merupakan kategori

ekologi hulu.

d. Pegunungan tinggi (1.000 – 2.000 m dpl,) sekitar 8,43 %, merupakan

kategori ekologi hulu.

e. Puncak-puncak gunung (2.000 – 2.500 m dpl,) sekitar 0,22 %,

merupakan kategori ekologi hulu.

4. Klimatologi

Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang

banyak. Curah hujan di Kabupaten Bogor berkisar antara 2.000 mm untuk daerah

dataran rendah diwilayah hilir hingga sebesar 6.000 mm pada wilayah dataran

tinggi/pegunungan. Berdasarkan data stasiun Dermaga, curah hujan tahunan rata-

rata daerah setinggi 3.930 mm. Sedangkan curah hujan bulanan rata-rata daerah

yang tertinggi adalah 414 mm terjadi pada bulan april dan terendah sebesar 180 mm

terjadi dibulan agustus.

Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis (tipe A) sangat basah

di bagian selatan dan iklim tropis basah (tipe B) di bagian utara, berdasarkan

klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Pada tahun 2014 suhu udara di Kabupaten Bogor

ratarata berkisar antara 22,7°C sampai 31,60C. Suhu udara maksimum terjadi pada

bulan September yaitu 36,0°C, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan

Page 69: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

54

September dengan suhu sebesar 19,2°C. Suhu rata-rata di tiap Wilayah

Pengembangan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Suhu rata-rata Kabupaten Bogor Bulanan

Sumber : Kabupaten Bogor dalam angka,2015

5. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan data Kabupaten Bogor

dalam angka sebesar 4.699.282 penduduk pada tahun 2019. Jumlah tersebut terdiri

dari 2.410.405 orang laki-laki dan 2.288.877 orang berjenis kelamin perempuan.

Hasil proyeksi penduduk di Kabupaten Bogor menunjukan bahwa sebanyak

2.769.906 tinggal di daerah perkotaan dan sebesar 4.154.861 berada di daerah

pedesaan.

No Bulan Temperatur

Rata-Rata Minimal Maksimal

1 Januari 24,6 32,5 20,6

2 Februari 25 33,4 21,6

3 Maret 25,6 33,1 21,5

4 April 26,2 33,7 21,8

5 Mei 26,2 34,2 22

6 Juni 26,5 33,4 21,6

7 Juli 25,8 32,8 20,6

8 Agustus 25,7 33 20,5

9 September 26,3 36 19,2

10 Oktober 26,9 34,8 21,4

11 November 26,3 34,4 21,5

12 Desember 26,3 33,6 22,2

Page 70: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

55

Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Bogor tiap tahunnya terus

mengalami peningkatan, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kabupaten

Bogor selain merupakan potensi dan aset yang cukup besar dalam pelaksanaan

proses pembangunan juga merupakan pasar bagi produk dan jasa yang beredar di

sekitar Kabupaten Bogor. Hal ini terlihat dari kepadatan penduduk Kabupaten

Bogor yang terus mengalami peningkatan setiap tahunya pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Tingkat Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Bogor Tahun 2016-2019

Tahun

Kabupaten Bogor

Tingkat Pertumbuhan

penduduk (%)

Kepadatan Penduduk

(orang/ha)

2016 4,74 22,76

2017 4,52 23,84

2018 4,33 24,92

2019 4,15 26

2020 3,98 27,07

Sumber: Proyeksi Penduduk Kabupaten Bogor. 2015

6. Kondisi Perekonomian

Sektor ekonomi yang berkontribusi paling besar terhadap PDRB Kabupaten

Bogor adalah sektor industri pengolahan sebesar 54 persen dan stabil setiap

tahunya. Selain sektor industri pengolahan, ada sektor lain yang menyumbangkan

kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Bogor yaitu sektor Perdagangan

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan persentase sebesar 12

persen dari total PDRB Kabupaten Bogor.

Page 71: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

56

Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terkecil dalam

perekonomian Kabupaten Bogor adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,11 persen dan disusul oleh jasa

perusahaan yaitu hanya sebesar 0,21 persen terhadap PDRB Kabupaten Bogor

dapat dilihat dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3

Kontribusi Sektor Ekonomi Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2015-2019 (persentase)

Kategori Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,14 5,07 4,92 4,74 4,57

B Pertambangan dan Penggalian 2,87 2,64 2,48 2,39 2,23

C Industri Pengolahan 54,84 54,88 54,57 54,57 54,46

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,18 0,18 0,17 0,16 0,16

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 0,11 0,11 0,12 0,12 0,12

F Konstruksi 8,98 8,98 9,39 9,78 9,95

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 12,76 12,59 12,42 12,16 12,27

H Transportasi dan Pergudangan 3,06 3,14 3,19 3,25 3,32

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,44 2,51 2,57 2,59 2,57

J Informasi dan Komunikasi 2,25 2,43 2,57 2,64 2,72

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,51 0,54 0,53 0,53 0,54

L Real Estate 0,84 0,84 0,87 0,89 0,92

M,N Jasa Perusahaan 0,2 0,2 0,21 0,21 0,22

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 1,65 1,6 1,58 1,52 1,46

P Jasa Pendidikan 1,9 1,93 1,98 1,97 1,97

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,53 0,55 0,56 0,57 0,58

R,S,T,U Jasa lainnya 1,76 1,81 1,87 1,91 1,95

PDRB 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Kabupaten Bogor (data diolah)

Page 72: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

57

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor dari tahun 2015 hingga tahun

2019 mengalami fluktuasi dimana mengalami penurunan dan peningkatan. Pada

tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor sebesar 6,09 persen

kemudian mengalami peningkatan hingga tahun 2018 dan kembali mengalami

penurunan laju di tahun 2019 dengan besaran 5,85 persen. Hampir semua sektor

ekonomi mengalami fluktuatif cenderung menurun laju pertumbuhan ekonominya

dari tahun 2015 hingga 2019 dan hanya 1 sektor yang secara signifikan mengalami

peningkatan laju yang baik yaitu sektor real estate. Pada tahun 2015 laju

pertumbuhanya sebesar 6,48 persen dan mengalami kenaikan hingga 9,40 persen di

tahun 2019. Hal ini bisa di lihat lebih rinci pada tabel 4.4.

Page 73: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

58

Tabel 4.4

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2015-2019 (persentase)

Kategori

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen)

Persentase

2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.98 4.48 2.82 2.33 1.97

Pertambangan dan Penggalian -0.72 -2.80 -0.60 2.56 -1.27

Industri Pengolahan 5.36 5.93 5.33 6.18 5.64

Pengadaan Listrik dan Gas -0.11 6.48 1.79 0.99 2.72

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

9.88 7.11 7.72 5.65 6.64

Konstruksi 9.29 5.93 10.70 10.55 7.72

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4.91 4.42 4.52 3.98 6.83

Transportasi dan Pergudangan 9.84 8.73 7.65 8.11 8.24

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

8.20 8.72 8.49 7.06 5.11

Informasi dan Komunikasi 17.21 14.24 11.82 9.09 9.22

Jasa Keuangan 7.60 11.20 4.87 7.02 6.99

Real Estate 6.48 6.18 9.32 9.63 9.40

Jasa Perusahaan 8.15 8.10 8.76 6.53 9.02

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

6.46 3.05 4.63 1.56 1.70

Jasa Pendidikan 10.66 7.47 8.64 5.79 5.59

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17.35 10.10 9.08 7.72 6.56

Jasa Lainnya 9.60 8.85 9.57 8.36 8.04

PDRB Kabupaten Bogor 6.09 5.84 5.92 6.19 5.85

Sumber : BPS Kabupaten Bogor

Page 74: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

59

B. Analisis dan Pembahasan

Kabupaten Bogor memiliki banyak sumber daya alam yang sangat potensial untuk

dikembangkan menjadi produk unggulan daerah. Untuk itu potensi-potensi sumber daya

alam tersebut harus selalu dikembangkan agar menjadi komoditi unggulan yang memiliki

daya saing yang kuat, baik di tingkat kabupaten, regional maupun tingkat nasional bahkan

internasional.

Untuk melihat berbagai potensi yang ada suatu daerah harus mengidentifikasi

sektor apa saja yang dapat dijadikan unggulan dan dapat menyumbang perekonomian

terbesar baik saat ini maupun dimasa yang akan datang untuk wilayah Kabupaten Bogor.

Dalam melihat itu semua peneliti menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ),

analisis LQ dinamis, Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan analisis overlay.

1. Analisis Location Quotient

Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki suatu daerah

berupa sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis (basis sector) dan sektor mana

yang bukan menjadi basis (non basis sector). Pada dasarnya teknik ini menyajikan

perbandingan relatif antara kemampuan satu sektor antara daerah yang diteliti dalam

hal ini wilayah studi dengan daerah yang lebih luas atau biasa disebut wilayah

referensi (Warpani, 2001).

Menurut (Glasson, 1990), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian

menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis adalah sektor-sektor

yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian

masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada

masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang

bersangkutan.

Page 75: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

60

Sektor bukan basis adalah sektor sektor yang menjadikan barang barang yang

dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian

masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak dapat mengekspor barang-barang.

Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat local atau hanya di

daerah tersebut.

Dalam menentukan kriteria pengukuran LQ dibagi menjadi 3 yaitu, ketika LQ>1

maka dapat dikategorikan sebagai sektor basis dimana sektor tersebut tingkat

spesialisasinya lebih tinggi diwilayah studi dibandingkan dengan wilayah referensinya.

LQ<1 maka dapat dikategorikan sebagai sektor non basis dimana sektor tersebut

tingkat spesialisasinya lebih rendah diwilayah studi dibandingkan dengan wilayah

referensinya. Sedangkan LQ=1 dikategorikan sebagai sektor basis dan memiliki

tingkat spesialisasi yang sama antara wilayah studi dengan wilayah referensinya.

Dalam penelitian ini analisis LQ dihitung atas nilai sektor yang ada pada PDRB

Kabupaten Bogor sebagai wilayah studi dan PDRB provinsi Jawa Barat sebagai

wilayah referensi pada tahun 2015 hingga 2019.

Hasil perhitungan Metode LQ dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 di

Kabupaten Bogor, dari 17 sektor yang dijadikan penelitian dan telah dihitung dengan

nilai rata-rata LQ hanya ada 5 sektor yang tergolong sebagai sektor basis dengan nilai

LQ>1 dan 12 sektor yang lain tergolong sebagai sektor non basis dengan nilai LQ<1.

Ini mengartikan bahwa sektor-sektor yang ada di Kabupaten Bogor lebih didominasi

oleh sektor yang tergolong non basis yang berarti sektor-sektor tersebut memiliki

tingkat spesialisasi yang lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat.

Page 76: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

61

Tabel 4.5

Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019

Basis Non Basis

1. sektor pertambangan dan

penggalian

2. sektor industri pengolahan

3. sektor pengadaan air,pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang

4. sektor konstruksi

5. sektor penyediaan akomodasi dan

makanan minuman

1. sektor pertanian,kehutanan dan

perikanan

2. sektor pengadaan listrik dan gas

3. sektor perdagangan besar dan

eceran

4. sektor transportasi pergudangan

5. sektor informasi komunikasi

6. sektor jasa keuangan dan asuransi

7. sektor real estate

8. sektor jasa perusahaan

9. sektor administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial

wajib

10. sektor jasa pendidikan

11. sektor jasa kesehatan

12. sektor jasa lainnya

Sumber : Hasil Analisis LQ (data diolah)

Nilai LQ rata-rata pada sektor basis atau unggulan di Kabupaten Bogor adalah :

sektor pertambangan dan penggalian (1,3); sektor industri pengolahan (1,3); sektor

pengadaan air,pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang (1,4); sektor konstruksi

(1,1); sektor penyediaan akomodasi dan makanan minuman (1,0). Hasil tersebut sesuai

dengan jurnal penelitian (Eka Rima,2018) mengenai analisis sektor unggulan

perekonomian Kabupaten Bogor, namun pada penelitian tersebut hanya sebanyak 4

sektor yang menjadi sektor basis.

Page 77: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

62

Sedangkan nilai LQ rata-rata pada sektor non basis atau bukan merupakan sektor

unggulan di Kabupaten bogor adalah : sektor pertanian,kehutanan dan perikanan (0,7);

sektor pengadaan listrik dan gas (0,4); sektor perdagangan besar dan eceran (0,8);

sektor transportasi pergudangan (0,7); sektor informasi komunikasi (0,6); sektor jasa

keuangan dan asuransi (0,2); sektor real estate (0,7); sektor jasa perusahaan (0,5);

sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (0,8); sektor

jasa pendidikan (0,7); sektor jasa kesehatan (0,7); sektor jasa lainnya (0,9). Nilai

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6.

Nilai LQ dan Rata-rata LQ Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019 LQ RATA"

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Pertambangan dan Penggalian 1,3 1,2 1,3 1,3 1,3 1,3

Industri Pengolahan 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3

Pengadaan Listrik dan Gas 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5 1,4

Konstruksi 1,1 1,1 1,1 1,2 1,2 1,1

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Transportasi dan Pergudangan 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 1 1 1 1 0,9 1,0

Informasi dan Komunikasi 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Real Estate 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Jasa Perusahaan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Jasa Pendidikan 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Jasa lainnya 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9

Sumber : BPS Kabupaten Bogor dan Provinsi Jawa Barat (diolah)

Page 78: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

63

a. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor ini merupakan sektor yang terklasifikasi sebagai sektor non

basis yang berarti tingkat spesialisasi sektor ini di Kabupaten Bogor lebih

rendah dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Hal ini

jika dilihat dari data LQ selama 5 tahun tersebut memang nilai LQ selalu

konsisten diangka 0,7 yang mengartikan memang sektor tersebut memang

bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bogor.

Bahkan berdasarkan data yang ada dari pemerintah Kabupaten Bogor,

tanaman pangan padi hanya tersebar di wilayah tengah dan utara yang memang

tersedia irigasi. Kecamatan yang ada didaerah tersebut adalah kecamatan

Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin,

Jonggol, Sukamakmur dan Cariu (LQ>1). Artinya hanya 10 dari 40 kecamatan

di Kabupaten Bogor yang memiliki produktivitas padi yang baik. Produktivitas

ini harus bisa ditingkatkan dengan berbagai cara diantaranya penyediaan modal,

meningkatkan sarana prasarana yang menunjang sektor pertanian, dan

perbaikan irigasi disetiap daerah penghasil komoditas pangan pertanian.

Selain itu lahan untuk pertanian di Kabupaten Bogor setiap tahunya

mengalami penurunan hingga 1.000 Ha yang dialihkan menjadi perumahan

maupun untuk industri. Saat ini Kabupaten Bogor hanya dapat memproduksi

hasil pertanian sebesar 65% dari kebutuhan masyarakat yang setiap tahunya

semakin bertambah jumlahnya.

Page 79: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

64

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini tergolong sebagai sektor basis yang berarti memiliki tingkat

spesialisasi dan keunggulan di Kabupaten Bogor jika dibandingkan dengan

sektor yang sama pada Provinsi Jawa Barat. Sektor kerap menjadi sorotan bagi

wilayah Provinsi Jawa Barat dikarenakan sektor pertambangan yang ada di

Kabupaten Bogor memang lebih baik jika dibandingkan sektor pertambangan

yang ada di Kabupaten lainnya di Jawa Barat.

Uang hasil galian tambang di Kabupaten Bogor berkontribusi terhadap

PAD yang tercatat paling tinggi dibanding Kabupaten lainnya di Jawa Barat,

yakni sebesar Rp. 2,74 triliun. Kemudian belum lagi cadangan batu andesit

yang biasanya dijadikan sebagai komponen untuk pembangunan infrastruktur di

Kabupaten Bogor masih tersedia sebanyak 1,5 miliar ton. Namun sektor

tersebut masih memiliki banyak kekurangan dari mulai perusahaan yang

memiliki kendala akan pajak, kemudian kinerja PT Prayoga sebagai BUMD

yang belum maksimal, dan banyak perusahaan lain yang tidak beroperasi

hingga terancam bangkrut.

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini termasuk ke dalam sektor basis yang berarti memilki

spesialisasi lebih tinggi di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan Provinsi

Jawa Barat. Nilai LQ pada sektor ini dalam kurun waktu 2015 hingga 2019

stagnan diangka 1,30. Sektor ini juga memberikan kontribusi terbesar terhadap

perekonomian Kabupaten Bogor dilihat dari nilai PDRB yang di hasilkan

terhadap PDRB total Kabupaten Bogor yakni sekitar 54 persen.

Page 80: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

65

Kabupaten Bogor memang memiliki banyak pabrik industri khususnya

industri pengolahan yang tersebar di 5 wilayah, yaitu Kecamatan Cibinong,

Citeureup, Gunung Putri, Cileungsi dan Kelapa Nunggal. Sektor industri

pengolahan juga sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar kedua

setelah sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi. Pada tahun 2019

sektor ini menyerap tenaga kerja sebesar 22,43 persen dari total penduduk di

Kabupaten Jawa Barat.

d. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas

Sektor ini tergolong sebagai sektor non basis dengan angka LQ (0,40)

yang berarti sektor ini tidak memiliki spesialisasi di Kabupaten Bogor

dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat . Pada tahun

2018 sektor ini juga menjadi memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang paling

kecil dibandingkan dengan sektor lainnya yang ada di Kabupaten Bogor, yakni

sebesar 0,97 persen.

Terhitung jumlah pelanggan listrik dari tahun 2015-2019 terus

mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2017 memang mengalami

penurunan yang sangar besar. Dari total 1.085.680 orang ditahun 2016 menjadi

494.740 orang pada tahun 2017, yang menyebabkan turunya juga tingkat

produksi listrik di Kabupaten Bogor.

e. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Daur ulang

Sektor ini tergolong sebagai sektor basis dengan nilai LQ sebesar

(1,42) yang berarti sektor ini memiliki spesialisasi dan keunggulan di

Kabupaten Bogor dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa

Barat. Sektor ini memang menjadi salah satu sektor prioritas Kabupaten Bogor

dalam melaksanakan pembangunan daerah.

Page 81: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

66

Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya untuk membangun

kesejahteraan masyarakat untuk semua kalangan termasuk yang berpenghasilan

rendah agar dapat menikmati air bersih. Salah satu program yang direncanakan

adalah bekerjasama dengan United Agency For International Development

(USAID) dengan programnya yaitu Urban Water Sanitation and Hygiene

(UWASH) sebagai upaya dalam peningkatan penyediaan air minum bersih dan

sanitasi.

Kabupaten Bogor memiliki 6 daerah aliran sungai yang memiliki

fungsi untuk irigasi, rumah tangga, dan industri serta untuk drainase utama

wilayah. Namun dalam hal ini ketersediaan air bersih menjadi salah satu syarat

terwujudnya pemukiman yang sehat. Cakupan pelayanan air bersih baru

mencapai 56 persen dari total penduduk Kabupaten Bogor (RPJP Kabupaten

Bogor).

Salah satu perusahaan penyedia air bersih di Kabupaten Bogor adalah

PDAM Tirta Kahuripan merupakan BUMD yang tergabung ke dalam organisasi

internasional. Pada tahun 2019 PDAM Tirta Kahuripan telah berhasil mencakup

24,10 persen dari wilayah administratif dan sebanyak 25 kecamatan dari 40

kecamatan yang ada diKabupaten Bogor dengan jumlah pelanggan 174.531 SL.

f. Sektor Kontruksi

Sektor ini merupakan sektor yang terklasifikasi sebagai sektor basis

yang berarti tingkat spesialisasi sektor ini di Kabupaten Bogor lebih tinggi

dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Hal ini jika

dilihat dari data LQ rata-rata selama 5 tahun tersebut memang nilai LQ >1

(1,14) yang mengartikan memang sektor tersebut memang merupakan sektor

unggulan di Kabupaten Bogor.

Page 82: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

67

Sektor ini dilihat dari berbagai pembangunan yang dilakukan berupa

peningkatan jalan, perbaikan jalan, pembangunan jembatan, pembangunan

gedung dan berbagai tender proyeksi yang dikelola oleh pemerintah daerah

Kabupaten Bogor. Adanya perpanjangan jalan yang terjadi di tahun 2017 yaitu

sepanjang 1.707,38 km menjadi 1.748,91 km di tahun 2018.

g. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

Sektor ini merupakan sektor yang terklasifikasi sebagai sektor non

basis yang berarti tingkat spesialisasi sektor ini di Kabupaten Bogor lebih

rendah dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Hal ini

jika dilihat dari data LQ selama 5 tahun tersebut memang nilai LQ selalu

konsisten diangka 0,8 yang mengartikan memang sektor tersebut memang

bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bogor.

Meskipun sektor ini belum tergolong sebagai sektor yang basis, namun

sektor ini menyerap banyak sekali tenaga kerja dibandingkan dengan sektor

industri pengolahan yang menjadi penyumbang PDRB terbesar untuk

Kabupaten Jawa Barat. Trend peningkatan perdangangan juga cukup baik yakni

ditahun 2016 total sarana perdagangan sebanyak 772 terdiri dari berbagai

klasifikasi dan terus mengalami kenaikan hingga tahun 2019 jumlah sarana

perdagangan di Kabupaten Bogor sebanyak 1221.

h. Sektor Transportasi dan Pergudangan

Sektor ini merupakan sektor yang terklasifikasi sebagai sektor non

basis yang berarti tingkat spesialisasi sektor ini di Kabupaten Bogor lebih

rendah dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat dengan

nilai LQ dalam 5 tahun terakhir stabil diangka 0,7.

Page 83: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

68

Berdasarkan data dari dinas pekerjaan umum dan penataan ruang

Kabupaten Bogor, untuk sektor transportasi jika dilihat dari kondisi jalan, dari

tahun 2017 hingga 2019 untuk jalanan baik mengalami penurunan yang cukup

besar. Di tahun 2017 jalan yang terkategori baik sepanjang 1.210 km dan

ditahun 2019 turun mencapai 343 km saja. Hal ini juga bersinambungan dengan

kenaikanya jalan sedang dan jalan rusak yang ada di Kabupaten Bogor. Untuk

jalan kondisi sedang tahun 2017 sepanjang 274 km dan meningkat hingga tahun

2019 mencapai 1.037 km.

i. Sektor Penyediaan Akomodasi Makanan dan Minuman

Sektor ini masih tergolong basis jika dilihat dari nilai rata-rata LQ

selama 4 tahun terakhir nilai LQ pada sektor ini adalah 1 dan mengalami

penurunan di tahun 2019 menjadi 0,98. Namun jika dirata-ratakan selama 5

tahun maka sektor ini masih dalam kategori sektor basis.

Sektor ini mencakup data akomodasi baik itu untuk kcsumsi maupun

penginapan yang jika dilihat berdasarkan data, jumlah restaurant di Kabupaten

Bogor sebanyak 2.493 dengan daerah yang memiliki restaurant terbanyak

adalah kecamatan Cibinong yaitu sebanyak 667 unit. Namun untuk jumlah

penginapan masih tergolong sedikit yakni 20 untuk total hotel bintang 1 hingga

5 dan 28 untuk wisma tamu dan total akomodasi sebanyak 21 di hotel

berbintang dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Jumlah

wisatawan yang mengunjungi akomodasi di Kabupaten Bogor baik dari

mancanegara maupun lokal sebanyak 4.557.906 orang.

j. Sektor Informasi dan Komunikasi

Sektor ini merupakan sektor yang terklasifikasi sebagai sektor non

basis yang berarti tingkat spesialisasi sektor ini di Kabupaten Bogor lebih

Page 84: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

69

rendah dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat dengan

nilai LQ dalam 5 tahun terakhir stabil diangka 0,6.

Berdasarkan data dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Bogor dari tahun 2016 hingga 2019 jumlah kantor pos pembantu mengalami

penurunan jumlah dari 18 di tahun 2016 menjadi 5 unit pada tahun 2019.

Kemudian untuk cakupan layanan provider di Kabupaten Bogor baru sebanyak

352 desa dengan jumlah BTS 1.447 dan dengan jumlah provider sebanyak

2.324

k. Seluruh Jasa di PDRB Kabupaten Bogor

Seluruh sektor jasa yang ada di Kabupaten Bogor tidak ada yang

tergolong sebagai sektor basis. Nilai LQ paling kecil adalah terdapat pada

sektor jasa keungan dan asuransi yaitu sebesar 0,2. Kemudian untuk sektor jasa

yang memiliki nilai LQ terbesar adalah sektor jasa lainnya yaitu sebesar 0,9.

Dari keseluruhan nilai LQ yang ada bahwa seluruh sektor jasa di

Kabupaten Bogor tidak memiliki tingkat spesialisasi yang lebih tinggi jka

dibandingkan dengan sektor jasa yang ada di Provinsi Jawa Barat. Untuk

penyerapan tenaga kerja dari seluruh sektor jasa yaitu sebesar 20 persen.

2. Analisis Dynamic LQ (DLQ)

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan menentukan sektor-sektor

ekonomi yang memiliki potensi berkembang setiap tahunya dan bisa lebih maju

kurang maju dibandingkan dengan sektor-sektor yang ada di wilayah Provinsi Jawa

Barat. Untuk dapat menghitung atau menganalisis sektor tersebut, digunakan data

PDRB sektoral berupa rata-rata laju pertumbuhan dan jumlah periode yang digunakan

untuk diteliti yakni dari tahun 2015 hingga tahun 2019.

Page 85: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

70

Tabel 4.7

Dinamis Location Quotient Kabupaten Bogor 2015-2019

Lapangan Usaha

RATA-RATA LAJU

PERTUMBUHAN TAHUN (1+gi)/(1+gt) (1+Gi)/(1+Gt) DLQ

Kabupaten

Bogor

Jawa

Barat

Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 3,12 2,48

5 0,59 0,55 1,4

Pertambangan dan

Penggalian -0,57 -1,89

5 0,06 -0,14 0,0

Industri Pengolahan 5,69 5,01 5 0,96 0,95 1,1

Pengadaan Listrik dan

Gas 2,37 -3,21

5 0,48 -0,35 -5,1

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

7,4 5,46

5 1,20 1,02 2,3

Konstruksi 8,84 6,46 5 1,41 1,17 2,5

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

4,93 4,88

5 0,85 0,93 0,7

Transportasi dan

Pergudangan 8,51 6,58

5 1,36 1,19 1,9

Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 7,52 8,24

5 1,22 1,46 0,4

Informasi dan

Komunikasi 12,32 12,18

5 1,91 2,08 0,7

Jasa Keuangan dan

Asuransi 7,54 5,89

5 1,22 1,09 1,8

Real Estate 8,2 8,09 5 1,32 1,43 0,7

Jasa Perusahaan 8,11 8,51 5 1,31 1,50 0,5

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

3,48 3,97

5 0,64 0,78 0,4

Jasa Pendidikan 7,63 7,47 5 1,24 1,33 0,7

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 10,16 9,88

5 1,60 1,71 0,7

Jasa lainnya 8,88 8,26 5 1,42 1,46 0,9

Sumber : BPS Kabupaten Bogor dan Jawa Barat (diolah)

Dari hasil perhitungan DLQ di Kabupaten Bogor, didapatkan hasil bahwa terdapat

6 sektor yang memiliki nilai DLQ>1 yaitu sektor pertanian,kehutanan dan perikanan

(1,4); sektor industri pengolahan (1,1); sektor pengadaan air, limbah dan daur ulang

(2,3); sektor konstruksi (2,5); sektor transsportasi dan pergudangan (1,9); sektor jasa

keuangan dan asuransi (1,8). Hasil tersebut bisa dilihat lebih rinci pada tabel 4.7.

Page 86: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

71

Ini mengartikan bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai DLQ>1 memiliki potensi

perkembangan yang lebih maju di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan sektor-

sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat dan juga sektor yang memiliki nilai

DLQ<1. Sekitar 11 sektor yang ada di Kabupaten Bogor memiliki nilai DLQ<1 yang

mengartikan sektor-sektor tersebut memiliki potensi perkembangan yang lebih lambat

dibandingkan sektor yang sama pada Provinsi Jawa Barat.

Sektor yang memiliki nilai DLQ<1 adalah sektor pertambangan dan

penggalian(0,02); sektor pengadaan listrik dan gas (-5,1); sektor perdagangan besar

dan eceran (0,7); sektor penyediaan akomodasi makan dan minum (0,4); sektor

informasi dan komunikasi (0,7); sektor real estate (0,7) ; sektor jasa perusahaan (0,5);

sektor administrasi pemerintahan,pertahanan dan jaminan sosial (0,4); sektor jasa

pendidikan (0,7); sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (0,7); jasa lainnya (0,9).

Setelah didapatkan hasil DLQ setiap sektor maka telah dapat diidentifikasi sektor

apa saja yang memiliki potensi perkembangan untuk periode kedepanya dan sektor

mana yang tidak memiliki potensi perkembangan setiap tahunya.

3. Analisis Gabungan LQ dan DLQ

Analisis ini digunakan untuk mengetahui sektor ekonomi di Kabupaten Bogor yang

termasuk unggulan, andalan, prospektif atau pun tertinggal dengan menggunakan

analisis matriks gabungan dari hasil LQ dan DLQ.

Page 87: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

72

Tabel 4.8

Matriks Hasil LQ dan DLQ Kabupaten Bogor

Hasil DLQ>1 DLQ<1

LQ >1

Sektor Unggulan

1. Industri Pengolahan

2. Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah

dan daur ulang

3. Kontruksi

Sektor Prospektif

1. Pertambangan dan penggalian

2. Penyediaan akomodasi dan makanan

LQ<1

Sektor Andalan

1. Pertanian, kehutanan dan perikanan

2. Transportasi dan pergudangan

3. Jasa keuangan dan asuransi

Sektor Tertinggal

1. Pengadaan listrik dan gas

2. Perdagangan besar dan eceran;

reparasi mobil dan motor

3. Informasi dan komunikasi

4. Real estate

5. Jasa perusahaan

6. Administrasi pemerintahan dan

jaminan sosial

7. Jasa pendidikan

8. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

9. Jasa lainnya

Sumber : BPS Kabupaten dan Provinsi Jawa Barat (diolah)

Dari matriks diatas dapat menjelaskan bahwa Kabupaten Bogor memiliki 3 sektor

unggulan yaitu industri pengolahan; pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan

daur ulang; serta sektor kontruksi. Ketiga sektor tersebut memiliki nilai LQ dan DLQ

lebih dari satu yang mengartikan bahwa sektor tersebut memiliki spesialisasi yang

tinggi dan memiliki pertumbuhan yang lebih pesat di Kabupaten Bogor dibandingkan

dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Ketiga sektor tersebut juga tidak

mengalami reposisi atau tetap menjadi sektor basis saat ini dan tetap basis di masa

yang akan datang.

Page 88: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

73

Ada 3 sektor yang tergolong sebagai sektor andalan yaitu pertanian, kehutanan dan

perikanan; transportasi dan pergudangan; jasa keuangan dan asuransi. Ketiga sektor

tersebut memiliki nilai DLQ>1 dan LQ<1 yang berarti meskipun sektor tersebut

tergolong sebagai sektor yang non basis, sektor tersebut masih dapat berkembang

karena memiliki perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang

sama di wilayah Provinsi Jawa Barat. Dimasa yang akan datang sektor tersebut bisa

mengalami reposisi menjadi sektor yang basis dikarenakan nilai DLQ melebihi satu.

Sektor ekonomi yang masuk kedalam golongan sektor prospektif adalah

pertambangan dan penggalian serta penyediaan akomodasi makan dan minuman.

Kedua sektor ini memilki nilai LQ>1 dan DLQ<1 yang mengartikan sektor tersebut

tergolong sebagai sektor basis atau memiliki tingkat spesialisasi yang lebih tinggi di

Kabupaten Bogor dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat namun dalam laju

perkembangan sektor tersebut tergolong yang memiliki laju perkembangan yang

lamban dibandingkan dengan provinsi Jawa Barat. Sektor tersebut akan mengalami

reposisi pada masa yang akan datang menjadi sektor nonbasis.

Ada 9 sektor ekonomi yang tergolong sebagai sektor tertinggal di Kabupaten Bogor

yakni Pengadaan listrik dan gas ; Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan

motor; Informasi dan komunikasi; Real estate; Jasa perusahaan; Administrasi

pemerintahan dan jaminan sosial; Jasa pendidikan; Jasa kesehatan dan kegiatan sosial;

Jasa lainnya. Kesembilan sektor tersebut tergolong sebagai sektor non basis atau tidak

memiliki tingkat spesialisasi yang tinggi dan tidak memiliki laju perkembangan yang

pesat di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Jawa

Barat pada saat ini dan pada masa yang akan datang.

Page 89: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

74

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MRP merupakan sebuah langkah untuk mengidentifikasi sektor ekonomi

di wilayah studi dalam penelitian ini yaitu Kabupaten Bogor yang memiliki potensi

dengan cara melihat perbandingan pertumbuhanya melalui PDRB suatu sektor di

Kabupaten Bogor dengan pertumbuhan di sektor yang sama pada Provinsi Jawa Barat

atau biasa disebut dengan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs).

Selain melihat perbandingan pertumbuhan PDRB di wilayah studi, analisis MRP

juga melihat perbandingan antara pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di wilayah

referensi yaitu Provinsi Jawa Barat dengan pertumbuhan total PDRB di wilayah

referensi tersebut yang biasa disebut dengan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi

(RPr).

Ada 4 klasifikasi untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki

perkembangan yang unggul di Kabupaten Bogor maupun Provinsi Jawa Barat.

Klasfikasi tersebut adalah :

1) Jika nilai RPs(+) dan RPr (+) maka kegiatan sektor tersebut pada tingkat studi

dan referensi memiliki pertumbuhan yang menonjol disebut dengan dominan

pertumbuhan.

2) Jika nilai RPs(+) dan RPr(-) maka kegiatan sektor tersebut pada tingkat studi

memiliki pertumbuhan yang menonjol, namun pada tingkat referensi kurang

menonjol.

3) Jika nilai RPs(-) dan RPr(+) maka kegiatan sektor tersebut pada tingkat studi

memiliki pertumbuhan kurang menonjol, namun pada tingkat referensi

menonjol.

4) Jika nilai RPs(-) dan RPr(-) maka kegiatan pertumbuhan sektor tersebut pada

tingkat studi dan referensi kurang menonjol.

Page 90: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

75

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode MRP pada periode 2015

hingga 2019 menunjukan bahwa terdapat 5 sektor yang termasuk dalam klasifikasi

pertama dengan nilai RPs dan RPr lebih dari satu yang berarti bahawa kegiatan sektor

ekonomi di tingkat kabupaten maupun provinsi sama-sama menonjol. Sektor tersebut

adalah sektor kontruksi dengan nilai RPs (1,39) dan RPr (1,21); sektor transportasi dan

pergudangan dengan nilai RPs (1,41) dan RPr (1,11); sektor jasa keuangan dengan

nilai RPs (1,41) dan RPr (1,01); Jasa Pendidikan dengan nilai RPs (1,01) dan RPr

(1,27); jasa lainnya dengan nilai RPs (1,09) dan RPr (1,55).

Untuk sektor yang tergolong pada klasifikasi kedua dengan nilai RPs lebih dari satu

dan RPr kurang dari satu yang mengartikan bahwa sektor tersebut memiliki kegiatan

ekonomi yang menonjol pada tingkat kabupaten. Sektor tersebut adalah sektor industri

pengolahan dengan nilai RPs (1,13) dan RPr (0,95); sektor pengadaan air,pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai RPs (1,29) dan RPr (0,98).

Untuk klasifikasi ketiga ketika nilai RPs kurang dari satu dan RPr melebihi satu

yang berarti kegiatan sektor ekonomi pada wilayah provinsi memiliki perkembangan

yang menonjol dibandingkan dengan sektor ekonomi di tingkat kabupaten. Sektor

yang tergolong sebagai klasifikasi ketiga adalah sektor penyedia akomodasi makanan

dan minuman dengan nilai RPs (0,87) dan RPr (1,59); sektor informasi dan

komunikasi dengan nilai RPs (0,99) dan RPr (2,23); sektor real estate dengan nilai RPs

(0,98) dan RPr (1,69); sektor jasa perusahaan dengan nilai RPs (0,93) dan RPr (1,66);

sektor jasa kesehatan dengan nilai RPs (0,94) dan RPr (1,97).

Klasifikasi keempat dengan nilai RPs dan RPr kurang dari satu mengartikan bahwa

kegiatan ekonomi untuk sektor tertentu baik di wilayah studi yaitu kabupaten maupun

tingkat wilayah referensi yaitu provinsi sama-sama tidak mengalami perkembangan

dalam pertumbuhanya atau dalam hal ini disebut tidak menonjol perekonomian

Page 91: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

76

disektor tersebut. Sektor yang tergolong dalam klasifikasi ini adalah sektor

pertanian,kehutanan dan perikanan dengan nilai RPs (0,95) dan RPr (0,54); sektor

pertambangan dan penggalian dengan nilai RPs (0,23) dan RPr (-0,4); sektor

pengadaan listrik dan gas dengan nilai RPs (-1,3) dan RPr (-0,4); sektor perdagangan

besar dan eceran dengan nilai RPs (0,95) dan RPr (0,95); sektor administrasi

pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial dengan nilai RPs (0,75) dan RPr (0,64).

Untuk dapat melihat hasil perhitungan analisis MRP periode 2015-2019 di

Kabupaten Bogor lebih rinci terdapat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Hasil Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan

Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019

Lapangan Usaha MRP

RPs RPr

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,95 0,54

Pertambangan dan Penggalian 0,23 -0,4

Industri Pengolahan 1,13 0,95

Pengadaan Listrik dan Gas -1,3 -0,4

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 1,29 0,98

Konstruksi 1,39 1,21

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 0,95 0,95

Transportasi dan Pergudangan 1,41 1,11

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,87 1,59

Informasi dan Komunikasi 0,99 2,23

Jasa Keuangan dan Asuransi 1,41 1,01

Real Estate 0,98 1,69

Jasa Perusahaan 0,93 1,66

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 0,75 0,64

Jasa Pendidikan 1,01 1,27

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,94 1,7

Jasa lainnya 1,09 1,55

Sumber : BPS Kabupaten Bogor dan Provinsi Jawa Barat

Page 92: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

77

5. Analisis Overlay

Analisis overlay merupakan teknik yang digunakan untuk mengambil sebuah

kesimpulan dari berbagai analisis yang telah dilakukan guna melihat sektor ekonomi

yang potensial dalam segi pertumbuhanya. Teknik analisis ini menggunakan hasil dari

nilai MRP dan LQ. Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada metode LQ dan MRP

akan diberikan lambang positif (+) jika nilainya lebih dari satu dan diberi lambang

negatif (-) untuk nilai yang kurang dari satu. Dalam analisis overlay ini dibagi menjadi 3

klasifikasi yaitu :

1) Klasifikasi 1 yaitu dengan nilai (+++) yang mengartikan bahwa kegiatan sektor

tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang tinggi di tingkat Jawa Barat

maupun tingkat Kabupaten Bogor. Kemudian kontribusi sektoral Kabupaten

Bogor lebih tinggi dari Jawa Barat. Artinya sektor tersebut mempunyai potensi

daya saing yang tinggi karena unggul baik di tingkat Kabupaten maupun di

tingkat provinsi dan dapat dikatakan sektor tersebut memiliki keunggulan

kompetitif.

2) Klasifikasi 2 yaitu dengan nilai (-++), dimana RPr tersebut bernilai negatif

yang mengartikan bahwa kegiatan sektor tersebut mempunyai pertumbuhan

sektoral yang rendah di tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan nilai positif untuk

RPs dan LQ yang berarti kegiatan sektor tersebut mempunyai pertumbuhan

sektoral yang tinggi di tingkat Kabupaten Bogor dan kontribusi sektoral

Kabupaten Bogor lebih tinggi daripada Jawa Barat. Dengan kata lain sektor

tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Bogor.

3) Klasifikasi 3 yaitu dengan nilai (---), dimana semuanya bernilai negatif yang

mengartikan bahwa sektor tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral yang

rendah di tingkat Jawa Barat maupun di Kabupaten Bogor dan kontribusi

Page 93: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

78

sektoral di Kabupaten Bogor lebih rendah dari Jawa Barat. Hal ini

menandakan sektor ekonomi tersebut memiliki daya saing yang rendah

karena tidak unggul baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat provinsi.

Dan dapat dikatakan bahwa sektor tersebut tidak memiliki keunggulan

kompetitif dan bukan merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di Kabupaten

Bogor.

Tabel 4.10

Hasil Analisis Overlay Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019

Lapangan Usaha LQ MRP

RPs RPr

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan - - -

Pertambangan dan Penggalian + - -

Industri Pengolahan + + -

Pengadaan Listrik dan Gas - - -

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang + + -

Konstruksi + + +

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor - - -

Transportasi dan Pergudangan - + +

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum + - +

Informasi dan Komunikasi - - +

Jasa Keuangan dan Asuransi - + +

Real Estate - - +

Jasa Perusahaan - - +

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

- - -

Jasa Pendidikan - + +

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial - - +

Jasa lainnya - + +

Sumber : BPS Kabupaten Bogor dan Provinsi Jawa Barat (diolah)

Page 94: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

79

Sektor yang memiliki notasi (+) terbanyak dalam metode analisis yang

digunakan tersebut merupakan sektor yang harus dikembangkan oleh pemerintah

daerah untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Hasil analisis overlay sektor

perekonomian Kabupaten Bogor tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 4.10.

Terlihat bahwa sektor yang masuk kedalam klasifikasi pertama yaitu sektor

kontruksi dengan nilai keseluruhan positif dan mengartikan bahwa sektor tersebut

mempunyai pertumbuhan sektoral yang tinggi dan kontribusi yang lebih besar di

Kabupaten Bogor dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat. Hal ini menunjukan

bahwa sektor tersebut memiliki daya saing karena memiliki keunggulan ditingkat

kabupaten maupun provinsi dan harus dikembangkan. Sesuai dengan data kondisi

pada RPJMD Kabupaten Bogor poin 17 yang menjelaskan bahwa Kabupaten Bogor

akan membangun poros barat-utara-tengah dan infrastruktur yang mantap dengan

menyelesaikan pembebasan lahan dan pelaksanaan konstruksi yang dilaksanakan

pada tahun 2015-2018.

Sektor ekonomi yang masuk dalam klasifikasi kedua yaitu dimana sektor

tersebut memiliki simbol negatif pada sisi RPr dan positif pada sisi LQ dan Rpsnya,

sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan air,

pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang. Sektor tersebut dapat diartikan sebagai

sektor yang memiliki pertumbuhan sektoral rendah pada Provinsi Jawa Barat namun

memiliki pertumbuhan dan kontribusi sektoral yang tinggi pada Kabupaten Bogor

sehingga dapat dikatakan sektor tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di

Kabupaten Bogor. Kedua sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan total PDRB Provinisi Jawa Barat.

Page 95: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

80

Sektor ekonomi yang masuk kedalam klasifikasi ketiga ada 4 sektor yaitu sektor

pertanian,kehutanan dan perikanan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor

perdagangan besar dan eceran; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan

jaminan sosial wajib. Keempat sektor tersebut dapat dikatakan memiliki

pertumbuhan sektoral yang rendah baik di Kabupaten Bogor maupun di Provinsi

Jawa Barat, dan sektor tersebut memiliki kontribusi sektoral yang rendah di

Kabupaten Bogor daripada Jawa Barat. Dapat disimpulkan bahwa keempat sektor

tersebut memang memiliki daya saing yang rendah karena tidak memiliki keunggulan

baik di Kabupaten Bogor maupun di Provinsi Jawa Barat sehingga sektor tersebut

termasuk kedalam sektor yang tidak memiliki keunggulan kompetitif. Keempat

sektor tersebut tidak memiliki potensi basis dimasa sekarang maupun dimasa yang

akan datang.

Berdasarkan hasil analisis overlay yang dilakukan dengan cara membuat 3

klasifikasi sektor ekonomi berdasarkan ketentuan yang ada, maka untuk klasifikasi

pertama dan kedua merupakan sektor-sektor yang harus menjadi prioritas

pembangunan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor yang diharapkan dapat

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Bogor. Sektor yang

termasuk kedalam klasifikasi pertama dan kedua adalah sektor kontruksi; sektor

industri pengolahan dan sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,limbah dan daur

ulang. Sektor tersebut merupakan sektor potensial yang memiliki dominan

pertumbuhan dan keunggulan komparatif, hal ini dapat dilihat berdasarkan data

BAPPEDA LITBANG bahwa sektor kontruksi merupakan sektor yang pertumbuhan

ekonominya paling besar diantara sektor lainnya di Kabupaten Bogor.

Page 96: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

81

6. Analisis Penetapan Prioritas Pembangunan Kabupaten Bogor

Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran dengan menentukan sektor

yang termasuk kedalam prioritas pembangunan menggunakan hasil analisis overlay dan

akan terbagi kedalam 5 golongan yaitu prioritas pembangunan pertama hingga prioritas

pembangunan kelima dilihat dari banyaknya nilai positif disetiap hasil analisis. Secara

rinci hasil penentuan prioritas pembangunan dapat dilihat pada tabel 4.11.

Dari hasil analisis penentuan sektor prioritas yang didasarkan atas hasil analisis

LQ,DLQ dan MRP, terdapat 1 sektor yang temasuk kedalam prioritas pembangunan

pertama yaitu sektor kontruksi. Sektor tersebut layak untuk dikembangkan dan harus

mendapat perhatian khusus untuk pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam

meningkatkan pendapatan daerahnya. Hal tersebut didukung dengan misi ke 4 pada

RPJMD Kabupaten Bogor yang akan mewujudkan pembangunan daerah yang merata,

berkeadilan dan berkelanjutan.

Sektor yang termasuk kedalam prioritas pembangunan kedua terdapat 4 sektor yaitu

Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; sektor Industri

Pengolahan; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi.

Untuk sektor prioritas ketiga terdapat 3 sektor yaitu sektor Jasa Pendidikan, Penyediaan

Akomodasi makan dan minuman dan sektor Jasa lainnya. Untuk prioritas pembangunan

keempat terdapat 6 sektor dan prioritas terakhir yaitu kelima terdapat 3 sektor.

Sesuai dengan data kondisi pada RPJMD Kabupaten Bogor poin 17 yang

menjelaskan bahwa Kabupaten Bogor akan membangun poros barat-utara-tengah dan

infrastruktur yang mantap dengan menyelesaikan pembebasan lahan dan pelaksanaan

konstruksi yang dilaksanakan pada tahun 2015-2018.

Page 97: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

82

Tabel 4.11

Rangkuman Hasil Penelitian PDRB Sektor Ekonomi Kabupaten Bogor

Tahun 2015-2019

Lapangan Usaha LQ DLQ MRP Nilai Keterangan

RPs RPr

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan - + - -

1 Prioritas Pembangunan Keempat

Pertambangan dan Penggalian + - - - 1 Prioritas Pembangunan Keempat

Industri Pengolahan + + + - 3 Prioritas Pembangunan Kedua

Pengadaan Listrik dan Gas - - - - 0 Prioritas Pembangunan kelima

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang + + + -

3 Prioritas Pembangunan Kedua

Konstruksi + + + + 4 Prioritas Pembangunan Pertama

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor - - - -

0 Prioritas Pembangunan Kelima

Transportasi dan Pergudangan - + + + 3 Prioritas Pembangunan Kedua

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum + - - +

2 Prioritas Pembangunan Ketiga

Informasi dan Komunikasi - - - + 1 Prioritas Pembangunan Keempat

Jasa Keuangan dan Asuransi - + + + 3 Prioritas Pembangunan Kedua

Real Estate - - - + 1 Prioritas Pembangunan Keempat

Jasa Perusahaan - - - + 1 Prioritas Pembangunan Keempat

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

- - - -

0 Prioritas Pembangunan Kelima

Jasa Pendidikan - - + + 2 Prioritas Pembangunan Ketiga

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial - - - +

1 Prioritas Pembangunan Keempat

Jasa lainnya - - + + 2 Prioritas Pembangunan Ketiga

Sumber : BPS Kabupaten Bogor dan Jawa Barat (diolah)

Page 98: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

83

Sektor konstruksi memang perlu untuk dikembangkan dan di prioritaskan dengan

tujuan menciptakan kemudahan masyarakat dalam melakukan aktifitas harianya

sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Berdasarkan rencana infrastruktur

strategis Kabupaten Bogor dengan misi menjadi kabupaten termaju di Indonesia

yang terdapat pada BAPPEDA LITBANG Kabupaten Bogor, terdapat beberapa

sektor yang harus dibangun untuk menciptakan sebuah akses kemudahan bagi

masyarakat sekitar maupun pendatang yang ingin menuju Kabupaten Bogor.

Berikut beberapa pengembangan yang akan dilakukan Bappeda Kabupaten Bogor

:

1. Pengembangan transportasi seperti APTB,BRT, 5 jalur kereta api baru, 12

stasiun KA dan 5 stasiun LRT.

2. Pengembangan infrastruktur transportasi regional seperti tol (tol Cibinong-

Cisauk,Tol Cimanggis-Cibitung, tol Bogor-Ciawi-Sukabumi), jl.stra.nas

dan jalan poros serta pengembangan terminal antar Moda.

3. Pengembangan infrastruktur sumber daya air seperti Waduk

ciawi,sukamahi dan waduk di daerah Bogor Bagian Timur.

4. Pengembangan fasilitas infrastruktur perkotaan seperti pengembangan

PLT, Pengembangan RSUD dan pengembangan Sport Center Pakansari.

5. Pengembangan jalan Poros Tengah Timur sepanjang 56,25 km.

6. Penanganan Kawasan Puncak melalu jangka pendek (membangun JPO

dalam penataan pasar Cisarua, pelebaran jalan dibeberapa titik) dan

melalui Jangka Panjang (membangun fasilitas park/rest area pada bus

pariwisata, mengembangkan transportasi monorel gantung, dan cable car).

Page 99: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

84

7. Penganganan infrastruktur bagi RTLH (rumah tidak layak huni) yang

sudah dilakukan pada tahun 2010 dan akan rampung 100% sebanyak

66.513 unit hingga tahun 2032.

8. Penataan ruang terbuka yang aktif dan pasif disetiap lahan produktif.

Page 100: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan berbagai metode analisis yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis Location Quotient (LQ) pada sektor ekonomi Kabupaten Bogor

tahun 2015 hingga 2019, dari 17 sektor yang diteliti terdapat 5 sektor

ekonomi yang memiliki nilai rata-rata LQ>1 (lebih dari satu) dan 12 sektor

yang lainnya memiliki nilai rata-rata LQ<1 (kurang dari satu). Hasil ini

memberikan arti bahwa sektor ekonomi di Kabupaten Bogor sebagian besar

merupakan sektor non basis atau dapat diartikan juga sektor yang ada pada

Kabupaten Bogor memiliki tingkat spesialisasi yang lebih rendah

dibandingkan dengan sektor ekonomi yang ada pada Provinsi Jawa Barat.

Hanya 5 sektor yang tergolong sebagai sektor basis atau memiliki tingkat

spesialisasi tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat.

2. Hasil analisis overlay menunjukan sektor ekonomi yang memiliki potensi

besar untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor karena pertumbuhan dan

kontribusinya tinggi terhadap perekonomian. Sektor yang tergolong

klasifikasi satu yaitu sektor konstruksi dengan semua nilai analisisnya positif

yang berarti sektor tersebut mempunyai potensi daya saing yang kompetitif

atau lebih unggul dibanding sektor yang sama pada provinsi Jawa Barat.

Page 101: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

86

Untuk sektor yang tergolong sebagai klasifikasi kedua adalah sektor industri

pengolahan serta sektor pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan daur

ulang. Sektor tersebut merupakan sektor yang berkontribusi besar terhadap

perekonomian Kabupaten Bogor dibandingkan dengan sektor yang ada pada

Provinsi Jawa Barat atau dapat dikatakan sektor tersebut sebagai sektor yang

memiliki spesialisasi tinggi kegiatan ekonomi di Kabupaten Bogor.

3. Hasil analisis prioritas pembangunan yang didasarkan atas hasil

LQ,DLQ,MRP dan Overlay, terdapat 1 sektor tergolong sebagai sektor yang

termasuk kedalam prioritas pembangunan pertama yaitu sektor konstruksi.

sektor tersebut merupakan sektor utama yang harus dikembangkan dan

dibangun sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Bogor karena

memiliki nilai positif baik dari segi kontribusi maupun laju pertumbuhanya

pada periode 2015-2019.

Page 102: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

87

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sektor ekonomi

potensial di Kabupaten Bogor periode 2015 hingga 2019, peneliti memiliki

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah Kabupaten Bogor dapat meninjau dan menjadikan sektor

konstruksi, sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan air, pengelolaan

sampah,limbah dan daur ulang sebagai sektor yang harus dikembangkan

untuk kedepanya, hal itu dikarenakan sektor tersebut memiliki kontribusi

yang tinggi serta laju pertumbuhan yang baik sebagai sektor ekonomi di

Kabupaten Bogor. Kemudian sektor konstruksi dapat dijadikan sebagai

prioritas pembangunan untuk Kabupaten Bogor karena memiliki nilai rasio

positif disetiap analisis yang telah dilakukan. Hasil tersebut menandakan

bahwa sektor konstruksi merupakan sektor yang unggul baik ditingkat

Kabupaten Bogor maupun di Provinsi Jawa Barat dari segi kontribusi maupun

laju pertumbuhan yang tinggi. Namun dalam hal ini pemerintah diharapkan

memperhatikan masalah yang akan timbul dalam pengembangan sektor

kontruksi baik dari segi pembangunan hingga maintenance setiap tahunya.

2. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

melakukan pengembangan penelitian yang berkaitan dengan sektor ekonomi

potensial di Kabupaten Bogor. Untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya

untuk memperkuat hasil penelitian menggunakan data yang rill dan

menggambarkan kondisi yang sebenarnya di Kabupaten Bogor.

Page 103: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

88

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. “Pengembangan Wilayah :Konsep dan Teori”, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2008

Aditya Nugraha. “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta”, Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Arsyad, L. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.

BPFE,Yogyakarta,1999

Bappeda Kabupaten Bogor. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019”. 2015

Bappeda Kabupaten Bogor. “Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019”. 2015

Bendavid-Val, Avrom. “Regional and Local Economic Analysis for

Practioners”. Four edition. Praeger Publisher. New York, 1991.

Benny Oksatriandhi dan Eko Budi. “Identifikasi Komoditas Unggulan di

Kawasan Agropolitan Kabupaten Pasaman”, Jurnal Perencanaan

Wilayah dan Kota, Fakultas Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 2014.

Bhinadi, Ardito. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa Dengan Luar Jawa.

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol.8 No 1, 30-48. 2003

BPS. “Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2015-2019”, BPS Kabupaten

Bogor, 2019.

BPS. “Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2020”, BPS Kabupaten Bogor,

2020.

BPS. “Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat

Menurut Lapangan Usaha 2015 – 2019”, BPS Provinsi Jawa Barat,

2019.

Page 104: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

89

BPS. “Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor

Menurut Lapangan Usaha 2015 – 2019”, BPS Kabupaten Bogor, 2019.

BPS. “Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat Menurut Lapangan

Usaha 2015 – 2019”, BPS Provinsi Jawa Barat, 2019

BPS. “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor Menurut Lapangan

Usaha 2015 – 2019”, BPS Kabupaten Bogor, 2019.

Emilia dan Imelia. “Modul Ekonomi Regional” Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Universitas Jambi. 2006

Glasson, John. “Pengantar Perencanaan Regional”. Terjemahan oleh Paul

Sitohang, LPFEUI, Jakarta, 1990.

Kuncoro, M. “Otonomi dan Pembangunan Daerah”. Erlangga, 2004.

Kuncoro, M. “Perencanaan Daerah : bagaimana membangun ekonomi

lokal,kota dan kawasan”. Salemba Empat, 2012.

Muhammad Averos. “Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Lampung Periode 2004-2009”, Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Sabana, Choliq. “Analisis Pengembangan Kota Pekalongan sebagai Salah

Satu Kawasan Andalan di Jawa Timur” Tesis S-2 Jurusan Magister Ilmu

Ekonomi dan Studi Pembangunan Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro Semarang. 2007.

Sadono,Sukirno. Pengantar Ekonomi Makro. PT. Raja Grasindo Perseda.

Jakarta.1994

Sambodo, M.T. “Analisis Sektor Unggulan Propinsi Kalimantan Barat”.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. X(2). Pusat Penelitian Ekonomi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2002.

Page 105: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

90

Sirojuzilam. “Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional,Ketimpangan

Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara”,

Pustaka Bangsa Press, 2008.

Sjafrijal. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, Praninta Offset,

Padang,2008.

Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods)”. Bandung:

Alfabeta, 2017

Suparmoko,M.“Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah”,

edisi I, Yogyakarta: Andi Yogyakarta,2002.

Suyana Utama, I Made. “Buku Ajar Ekonomi Regional”. Denpasar ,2010

Suyatno, Teori Basis Ekonomi, BPFE, Yogyakarta,2000

Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, edisi revisi

cetakan pertama, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005.

Todaro, Michael P. Pembangunan Ekonomi (edisi kesembilan, jilid 1).

Erlangga,Jakarta,2006

Warpani, Suwardjoko. 2001. Analisis Kota dan Daerah., Penerbit ITB,

Bandung

Page 106: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

91

Lampiran I

PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2015-2019 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.396.019,10 6.682.547,10 6.871.112,30 7.031.218,60

7.169.948,4

Pertambangan dan Penggalian 3.576.366,10 3.476.358,40 3.455.649,50 3.544.118,30 3.499.075,50

Industri Pengolahan 68.263.029,20 72.308.796,10 76.161.876 80.870.971,30 85.430.232,70

Pengadaan Listrik dan Gas 220.986 235.306,70 239.512,70 241.878 248.466,40

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 140.322,30 150.304,80 161.904,10 171.051,70 182.405,20

Konstruksi 11.174.993,70 11.838.084,40 13.104.723,50 14.487.248,90 15.605.651,10

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 15.880.416 16.582.678,50 17.332.719,90 18.022.213,50 19.253.967,40

Transportasi dan Pergudangan 3.808.474,70 4.140.802,80 4.457.494,10 4.818.894,70 5.215.802,40

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 3.040.655,80 3.305.911,30 3.586.564,30 3.839.850,90 4.035.979,20

Informasi dan Komunikasi 2.804.160,10 3.203.436 3.582.162,90 3.907.670,90 4.267.773

Jasa Keuangan dan Asuransi 634.240,40 705.290,10 739.620,80 791.542,60 846.853,90

Real Estate 1.040.219,50 1.104.473,60 1.207.411,70 1.323.707 1.448.109,60

Jasa Perusahaan 248.647,70 268.786,20 292.339,20 311.436,60 339.540

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.050.710,70 2.113.304,40 2.211.110 2.245.690,30 2.283.877,90

Jasa Pendidikan 2.366.984,80 2.543.885,50 2.763.581,90 2.923.511,20 3.086.897,80

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 654.698,50 720.816,70 786.292,20 846.994 902.558,70

Jasa lainnya 2.186.052,70 2.379.584,60 2.607.378,70 2.825.355,60 3.052.565

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

Page 107: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

92

Lampiran II

PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2015-2019 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 92.802.798,97 98.096.580,31 99.669.370,03 101.777.202,76 104.656.781,50

Pertambangan dan Penggalian 27.403.820,15 27.138.684,60 26.589.926,88 25.496.225,87 24.791.421,10

Industri Pengolahan 524.466.677,04 549.471.383,78 578.858.482,37 616.441.684,99 641.352.048,20

Pengadaan Listrik dan Gas 5.939.653,36 6.139.545,25 5.438.106,38 5.438.947,93 5.373.577

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 948.977,84 1.009.018,45 1.080.964,63 1.134.533,19 1.168.926,20

Konstruksi 98.555.254,72 103.507.069,45 111.001.029,17 119.305.155,02 126.631.198,70

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 190.440.113,16 198.865.387,31 207.909.713,33 216.613.826,81 232.876.124,20

Transportasi dan Pergudangan 56.320.031,81 61.297.384,59 64.258.641,57 67.701.976,39 71.064.359,90

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 29.776.546,22 32.559.353,38 35.285.421,71 38.160.143,18 40.928.315,70

Informasi dan Komunikasi 41.878.751,58 47.856.799,53 53.527.156,09 58.420.751,33 63.861.229,70

Jasa Keuangan dan Asuransi 29.521.633,81 33.030.521,52 34.179.944,74 35.727.388,51 36.520.827

Real Estate 13.837.689,48 14.738.072,12 16.109.923,50 17.663.387,11 19.348.731,90

Jasa Perusahaan 4.932.613,38 5.334.980,44 5.784.330,04 6.284.130,74 6.861.262,40

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 24.987.382,17 25.739.066,98 26.933.346,19 27.360.564,73 28.754.684,20

Jasa Pendidikan 32.418.865,50 34.885.810,90 37.909.721,09 40.075.480,26 42.156.299,60

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.880.758,33 9.723.042,98 10.537.792,90 11.369.959,23 12.448.015,10

Jasa lainnya 24.120.774,04 26.226.539,58 28.790.561,55 30.717.757,85 32.912.005,20

PDRB 1.207.232.341 1.275.619.241 1.343.864.432 1.419.689.115 1.491.705.807

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Page 108: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

93

Lampiran III

Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Bogor

Tahun 2015

PDRB 17 Sektor

Kab. Bogor

Total PDRB

Kab. Bogor

PDRB 17

Sektor Jawa

Barat

Total PDRB

Jawa Barat

LQ

6.396.019,10 124.486.977,40 92.802.798,97 1.207.232.341,56 0,7

3.576.366,10 124.486.977,40 27.403.820,15 1.207.232.341,56 1,3

68.263.029,20 124.486.977,40 524.466.677,04 1.207.232.341,56 1,3

220.986 124.486.977,40 5.939.653,36 1.207.232.341,56 0,4

140.322,30 124.486.977,40 948.977,84 1.207.232.341,56 1,4

11.174.993,70 124.486.977,40 98.555.254,72 1.207.232.341,56 1,1

15.880.416 124.486.977,40 190.440.113,16 1.207.232.341,56 0,8

3.808.474,70 124.486.977,40 56.320.031,81 1.207.232.341,56 0,7

3.040.655,80 124.486.977,40 29.776.546,22 1.207.232.341,56 1,0

2.804.160,10 124.486.977,40 41.878.751,58 1.207.232.341,56 0,6

634.240,40 124.486.977,40 29.521.633,81 1.207.232.341,56 0,2

1.040.219,50 124.486.977,40 13.837.689,48 1.207.232.341,56 0,7

248.647,70 124.486.977,40 4.932.613,38 1.207.232.341,56 0,5

2.050.710,70 124.486.977,40 24.987.382,17 1.207.232.341,56 0,8

2.366.984,80 124.486.977,40 32.418.865,50 1.207.232.341,56 0,7

654.698,50 124.486.977,40 8.880.758,33 1.207.232.341,56 0,7

2.186.052,70 124.486.977,40 24.120.774,04 1.207.232.341,56 0,9

Page 109: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

94

Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Bogor

Tahun 2016

PDRB 17 Sektor

Kab. Bogor

Total PDRB

Kab. Bogor

PDRB 17

Sektor Jawa

Barat

Total PDRB

Jawa Barat

LQ

6.682.547,10 131.760.367,20 98.096.580,31 1.275.619.241,16 0,7

3.476.358,40 131.760.367,20 27.138.684,60 1.275.619.241,16 1,2

72.308.796,10 131.760.367,20 549.471.383,78 1.275.619.241,16 1,3

235.306,70 131.760.367,20 6.139.545,25 1.275.619.241,16 0,4

150.304,80 131.760.367,20 1.009.018,45 1.275.619.241,16 1,4

11.838.084,40 131.760.367,20 103.507.069,45 1.275.619.241,16 1,1

16.582.678,50 131.760.367,20 198.865.387,31 1.275.619.241,16 0,8

4.140.802,80 131.760.367,20 61.297.384,59 1.275.619.241,16 0,7

3.305.911,30 131.760.367,20 32.559.353,38 1.275.619.241,16 1,0

3.203.436 131.760.367,20 47.856.799,53 1.275.619.241,16 0,6

705.290,10 131.760.367,20 33.030.521,52 1.275.619.241,16 0,2

1.104.473,60 131.760.367,20 14.738.072,12 1.275.619.241,16 0,7

268.786,20 131.760.367,20 5.334.980,44 1.275.619.241,16 0,5

2.113.304,40 131.760.367,20 25.739.066,98 1.275.619.241,16 0,8

2.543.885,50 131.760.367,20 34.885.810,90 1.275.619.241,16 0,7

720.816,70 131.760.367,20 9.723.042,98 1.275.619.241,16 0,7

2.379.584,60 131.760.367,20 26.226.539,58 1.275.619.241,16 0,9

Page 110: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

95

Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Bogor

Tahun 2017

PDRB 17 Sektor

Kab. Bogor

Total PDRB

Kab. Bogor

PDRB 17

Sektor Jawa

Barat

Total PDRB

Jawa Barat

LQ

6.871.112,30 139.561.453,80 99.669.370,03 1.343.864.432,16 0,7

3.455.649,50 139.561.453,80 26.589.926,88 1.343.864.432,16 1,3

76.161.876 139.561.453,80 578.858.482,37 1.343.864.432,16 1,3

239.512,70 139.561.453,80 5.438.106,38 1.343.864.432,16 0,4

161.904,10 139.561.453,80 1.080.964,63 1.343.864.432,16 1,4

13.104.723,50 139.561.453,80 111.001.029,17 1.343.864.432,16 1,1

17.332.719,90 139.561.453,80 207.909.713,33 1.343.864.432,16 0,8

4.457.494,10 139.561.453,80 64.258.641,57 1.343.864.432,16 0,7

3.586.564,30 139.561.453,80 35.285.421,71 1.343.864.432,16 1,0

3.582.162,90 139.561.453,80 53.527.156,09 1.343.864.432,16 0,6

739.620,80 139.561.453,80 34.179.944,74 1.343.864.432,16 0,2

1.207.411,70 139.561.453,80 16.109.923,50 1.343.864.432,16 0,7

292.339,20 139.561.453,80 5.784.330,04 1.343.864.432,16 0,5

2.211.110 139.561.453,80 26.933.346,19 1.343.864.432,16 0,8

2.763.581,90 139.561.453,80 37.909.721,09 1.343.864.432,16 0,7

786.292,20 139.561.453,80 10.537.792,90 1.343.864.432,16 0,7

2.607.378,70 139.561.453,80 28.790.561,55 1.343.864.432,16 0,9

Page 111: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

96

Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Bogor

Tahun 2018

PDRB 17 Sektor

Kab. Bogor

Total PDRB

Kab. Bogor

PDRB 17

Sektor Jawa

Barat

Total PDRB

Jawa Barat

LQ

7.031.218,60 148.203.354,20 101.777.202,76 1.419.689.115,90 0,7

3.544.118,30 148.203.354,20 25.496.225,87 1.419.689.115,90 1,3

80.870.971,30 148.203.354,20 616.441.684,99 1.419.689.115,90 1,3

241.878 148.203.354,20 5.438.947,93 1.419.689.115,90 0,4

171.051,70 148.203.354,20 1.134.533,19 1.419.689.115,90 1,4

14.487.248,90 148.203.354,20 119.305.155,02 1.419.689.115,90 1,2

18.022.213,50 148.203.354,20 216.613.826,81 1.419.689.115,90 0,8

4.818.894,70 148.203.354,20 67.701.976,39 1.419.689.115,90 0,7

3.839.850,90 148.203.354,20 38.160.143,18 1.419.689.115,90 1,0

3.907.670,90 148.203.354,20 58.420.751,33 1.419.689.115,90 0,6

791.542,60 148.203.354,20 35.727.388,51 1.419.689.115,90 0,2

1.323.707 148.203.354,20 17.663.387,11 1.419.689.115,90 0,7

311.436,60 148.203.354,20 6.284.130,74 1.419.689.115,90 0,5

2.245.690,30 148.203.354,20 27.360.564,73 1.419.689.115,90 0,8

2.923.511,20 148.203.354,20 40.075.480,26 1.419.689.115,90 0,7

846.994 148.203.354,20 11.369.959,23 1.419.689.115,90 0,7

2.825.355,60 148.203.354,20 30.717.757,85 1.419.689.115,90 0,9

Page 112: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

97

Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Bogor

Tahun 2019

PDRB 17 Sektor

Kab. Bogor

Total PDRB

Kab. Bogor

PDRB 17

Sektor Jawa

Barat

Total PDRB

Jawa Barat

LQ

7.169.948,4 156.869.704,10 104.656.781,50 1.491.705.807,50 0,7

3.499.075,50 156.869.704,10 24.791.421,10 1.491.705.807,50 1,3

85.430.232,70 156.869.704,10 641.352.048,20 1.491.705.807,50 1,3

248.466,40 156.869.704,10 5.373.577 1.491.705.807,50 0,4

182.405,20 156.869.704,10 1.168.926,20 1.491.705.807,50 1,5

15.605.651,10 156.869.704,10 126.631.198,70 1.491.705.807,50 1,2

19.253.967,40 156.869.704,10 232.876.124,20 1.491.705.807,50 0,8

5.215.802,40 156.869.704,10 71.064.359,90 1.491.705.807,50 0,7

4.035.979,20 156.869.704,10 40.928.315,70 1.491.705.807,50 0,9

4.267.773 156.869.704,10 63.861.229,70 1.491.705.807,50 0,6

846.853,90 156.869.704,10 36.520.827 1.491.705.807,50 0,2

1.448.109,60 156.869.704,10 19.348.731,90 1.491.705.807,50 0,7

339.540 156.869.704,10 6.861.262,40 1.491.705.807,50 0,5

2.283.877,90 156.869.704,10 28.754.684,20 1.491.705.807,50 0,8

3.086.897,80 156.869.704,10 42.156.299,60 1.491.705.807,50 0,7

902.558,70 156.869.704,10 12.448.015,10 1.491.705.807,50 0,7

3.052.565 156.869.704,10 32.912.005,20 1.491.705.807,50 0,9

Page 113: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

98

Rata- Rata Location Quotient Kabupaten Bogor

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019 LQ

RATA"

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,70

Pertambangan dan Penggalian 1,3 1,2 1,3 1,3 1,3 1,28

Industri Pengolahan 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,30

Pengadaan Listrik dan Gas 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,40

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5

1,42

Konstruksi 1,1 1,1 1,1 1,2 1,2 1,14

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

0,80

Transportasi dan Pergudangan 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,70

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 1 1 1 1 0,9

0,98

Informasi dan Komunikasi 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,60

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,20

Real Estate 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,70

Jasa Perusahaan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,50

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

0,80

Jasa Pendidikan 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,70

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,70

Jasa lainnya 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,90

Page 114: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

99

Lampiran IV

Hasil Perhitungan Dinamis Location Quotient (DLQ) Kabupaten Bogor

Tahun 2015-2019

Lapangan Usaha RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN

TAHUN (1+vi)/(1+vt) (1+Vi)/(1+Vt) DLQ Kabupaten Bogor Jawa Barat

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3,12 2,48

5 0,59 0,55 1,4

Pertambangan dan

Penggalian -0,57 -1,89

5 0,06 -0,14 0,0

Industri Pengolahan 5,69 5,01 5 0,96 0,95 1,1

Pengadaan Listrik dan Gas 2,37 -3,21 5 0,48 -0,35 -5,1

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

7,4 5,46

5 1,20 1,02 2,3

Konstruksi 8,84 6,46 5 1,41 1,17 2,5

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

4,93 4,88

5 0,85 0,93 0,7

Transportasi dan

Pergudangan 8,51 6,58

5 1,36 1,19 1,9

Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 7,52 8,24

5 1,22 1,46 0,4

Informasi dan Komunikasi 12,32 12,18 5 1,91 2,08 0,7

Jasa Keuangan dan

Asuransi 7,54 5,89

5 1,22 1,09 1,8

Real Estate 8,2 8,09 5 1,32 1,43 0,7

Jasa Perusahaan 8,11 8,51 5 1,31 1,50 0,5

AdministrasiPemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

3,48 3,97

5 0,64 0,78 0,4

Jasa Pendidikan 7,63 7,47 5 1,24 1,33 0,7

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 10,16 9,88

5 1,60 1,71 0,7

Jasa lainnya 8,88 8,26 5 1,42 1,46 0,9

Total PDRB 5,98 5,35

Page 115: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

100

Lampiran V

Perhitungan Rasio Pertumbuhan Studi (RPs) Kabupaten Bogor 2015-2019

Lapangan Usaha Eijt Eij ∆Eij ∆Eij/Eij Eint Ein ∆Ein ∆Ein/Ein RPs

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 7.169.948,40 6.396.019,10

773.929,30 0,12 104.656.781,50 92.802.798,97 11.853.982,53 0,13

0,95

Pertambangan dan

Penggalian 3.499.075,50 3.576.366,10

(77.290,60)

(0,02) 24.791.421,10 27.403.820,15 -2.612.399,05 -0,10

0,23

Industri Pengolahan 85.430.232,70 68.263.029,20

17.167.203,50 0,25 641.352.048,20 524.466.677,04 116.885.371,16 0,22

1,13

Pengadaan Listrik dan Gas 248.466,40 220.986

27.480,40 0,12 5.373.577 5.939.653,36 -566.076,36 -0,10

(1,30)

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

182.405,20 140.322,30

42.082,90 0,30 1.168.926,20 948.977,84 219.948,36 0,23

1,29

Konstruksi 15.605.651,10 11.174.993,70

4.430.657,40 0,40 126.631.198,70 98.555.254,72 28.075.943,98 0,28

1,39

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

19.253.967,40 15.880.416

3.373.551,40 0,21 232.876.124,20 190.440.113,16 42.436.011,04 0,22

0,95

Transportasi dan

Pergudangan 5.215.802,40 3.808.474,70

1.407.327,70 0,37 71.064.359,90 56.320.031,81 14.744.328,09 0,26

1,41

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 4.035.979,20 3.040.655,80

995.323,40 0,33 40.928.315,70 29.776.546,22 11.151.769,48 0,37

0,87

Informasi dan Komunikasi 4.267.773 2.804.160,10

1.463.612,90 0,52 63.861.229,70 41.878.751,58 21.982.478,12 0,52

0,99

Page 116: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

101

Jasa Keuangan dan Asuransi 846.853,90 634.240,40

212.613,50 0,34 36.520.827 29.521.633,81 6.999.193,19 0,24

1,41

Real Estate 1.448.109,60 1.040.219,50

407.890,10 0,39 19.348.731,90 13.837.689,48 5.511.042,42 0,40

0,98

Jasa Perusahaan 339.540 248.647,70

90.892,30 0,37 6.861.262,40 4.932.613,38 1.928.649,02 0,39

0,93

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

2.283.877,90 2.050.710,70

233.167,20 0,11 28.754.684,20 24.987.382,17 3.767.302,03 0,15

0,75

Jasa Pendidikan 3.086.897,80 2.366.984,80

719.913,00 0,30 42.156.299,60 32.418.865,50 9.737.434,10 0,30

1,01

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 902.558,70 654.698,50

247.860,20 0,38 12.448.015,10 8.880.758,33 3.567.256,77 0,40

0,94

Jasa lainnya 3.052.565 2.186.052,70

866.512,30 0,40 32.912.005,20 24.120.774,04 8.791.231,16 0,36

1,09

Page 117: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

102

Lampiran VI

Perhitungan Rasio Pertumbuhan Referensi (RPr) Provinsi Jawa Barat 2015-2019

Lapangan Usaha Eint Ein ∆Ein ∆Ein/Ein Ent En ∆En ∆En/En RPr

Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 104.656.781,50 92.802.798,97 11.853.982,53 0,13 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 0,54

Pertambangan dan

Penggalian 24.791.421,10 27.403.820,15 (2.612.399,05) (0,10) 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 (0,40)

Industri Pengolahan 641.352.048,20 524.466.677,04 116.885.371,16 0,22 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 0,95

Pengadaan Listrik dan

Gas 5.373.577 5.939.653,36 (566.076,36) (0,10) 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 (0,40)

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur

Ulang

1.168.926,20 948.977,84 219.948,36 0,23 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 0,98

Konstruksi 126.631.198,70 98.555.254,72 28.075.943,98 0,28 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,21

Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda

Motor

232.876.124,20 190.440.113,16 42.436.011,04 0,22 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 0,95

Transportasi dan

Pergudangan 71.064.359,90 56.320.031,81 14.744.328,09 0,26 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,11

Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum

40.928.315,70 29.776.546,22 11.151.769,48 0,37 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,59

Page 118: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

103

Informasi dan

Komunikasi 63.861.229,70 41.878.751,58 21.982.478,12 0,52 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 2,23

Jasa Keuangan dan

Asuransi 36.520.827 29.521.633,81 6.999.193,19 0,24 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,01

Real Estate 19.348.731,90 13.837.689,48 5.511.042,42 0,40 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,69

Jasa Perusahaan 6.861.262,40 4.932.613,38 1.928.649,02 0,39 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,66

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

28.754.684,20 24.987.382,17 3.767.302,03 0,15 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 0,64

Jasa Pendidikan 42.156.299,60 32.418.865,50 9.737.434,10 0,30 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,27

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 12.448.015,10 8.880.758,33 3.567.256,77 0,40 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,70

Jasa lainnya 32.912.005,20 24.120.774,04 8.791.231,16 0,36 1.491.705.807,50 1.207.232.341,56 284.473.465,94 0,24 1,55

Page 119: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

104

Lampiran VII

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten Bogor Tahun 2015-2019

Lapangan Usaha MRP

RPs RPr

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,95 0,54

Pertambangan dan Penggalian 0,23 -0,4

Industri Pengolahan 1,13 0,95

Pengadaan Listrik dan Gas -1,3 -0,4

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 1,29 0,98

Konstruksi 1,39 1,21

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 0,95 0,95

Transportasi dan Pergudangan 1,41 1,11

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,87 1,59

Informasi dan Komunikasi 0,99 2,23

Jasa Keuangan dan Asuransi 1,41 1,01

Real Estate 0,98 1,69

Jasa Perusahaan 0,93 1,66

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 0,75 0,64

Jasa Pendidikan 1,01 1,27

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,94 1,7

Jasa lainnya 1,09 1,55

Page 120: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

105

Lampiran VIII

Hasil Overlay Kabupaten Bogor 2015-2019

Lapangan Usaha LQ MRP

RPs RPr

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan - - -

Pertambangan dan Penggalian + - -

Industri Pengolahan + + -

Pengadaan Listrik dan Gas - - -

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang + + -

Konstruksi + + +

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor - - -

Transportasi dan Pergudangan - + +

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum - - +

Informasi dan Komunikasi - - +

Jasa Keuangan dan Asuransi - + +

Real Estate - - +

Jasa Perusahaan - - +

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

- - -

Jasa Pendidikan - + +

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial - - +

Jasa lainnya - + +

Page 121: ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI PRIORITAS ...

106

Lampiran IX

Penetapan Prioritas Pembangunan Kabupaten Bogor tahun 2015-2019

Lapangan Usaha LQ DLQ MRP Nilai Keterangan

RPs RPr

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan - + - -

1 Prioritas Pembangunan

Keempat

Pertambangan dan Penggalian + - - - 1 Prioritas Pembangunan

Keempat

Industri Pengolahan + + + - 3 Prioritas Pembangunan Kedua

Pengadaan Listrik dan Gas - - - - 0 Prioritas Pembangunan kelima

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang + + + -

3 Prioritas Pembangunan Kedua

Konstruksi + + + + 4 Prioritas Pembangunan Pertama

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

- - - -

0 Prioritas Pembangunan Kelima

Transportasi dan Pergudangan - + + + 3 Prioritas Pembangunan Kedua

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum - - - +

1 Prioritas Pembangunan

keempat

Informasi dan Komunikasi - - - + 1 Prioritas Pembangunan

Keempat

Jasa Keuangan dan Asuransi - + + + 3 Prioritas Pembangunan Kedua

Real Estate - - - + 1 Prioritas Pembangunan

Keempat

Jasa Perusahaan - - - + 1 Prioritas Pembangunan

Keempat

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

- - - -

0 Prioritas Pembangunan Kelima

Jasa Pendidikan - - + + 2 Prioritas Pembangunan Ketiga

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial - - - +

1 Prioritas Pembangunan

Keempat

Jasa lainnya - - + + 2 Prioritas Pembangunan Ketiga