Analisis Sediaan Ob at Laporan

8
ANALISIS SEDIAAN OB AT LAPORAN TAHAPAN PENENTUAN KADAR SAMPEL SECARA SPEKTROFOTOMETRI 1. Penentuan panjang gelombang maksium (?max) Definisi: panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu Alasan mengapa dipergunakan panjang gelombang maksimum dalam pemeriksaan spektrofotometri, sbb : – panjang gelombang max memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar – Pada panjang gelombang max bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer Hal yang perlu diperhatikan pada penentuan ?max sbb : Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik). (Rohman, A. 2007) 2. Penentuan Operating Time (OT) TUJUAN : untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil yaitu saat sampel bereaksi sempurna dengan reagen warna . Waktu kerja ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan 3. Pembuatan Kurva Larutan Baku Linier TUJUAN : untuk memperoleh persamaan larutan baku dalam penentuan kadar sampel Tahapan yang diperlukan sbb : a. Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. b. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur pada ?max (berdasarkan hasil ?max yang diperoleh dari tahap 1) dan Operating Time (berdasarkan waktu yang diperoleh pada tahap 2) c. Membuat Kurva Larutan Baku yang merupakan hubungan antara konsentrasi (sumbu y) dan absorbansi (sumbu x). d. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus. e. Paling sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan linier f. Kemiringan atau slope adalah nilai e (absorptivitas molar). g. Nilai R antara 0,70 – 1,00 (pertanda terbentuk garis lurus linear pada rentang konsentrasi yang dibuat) Apabila persyaratan pembuatan kurva baku di atas tidak terpenuhi maka penyimpangan dari garis lurus biasanya dapat disebabkan oleh: (i) kekuatan ion yang tinggi, (ii) perubahan suhu, dan (iii) reaksi ikutan terjadi.

Transcript of Analisis Sediaan Ob at Laporan

Page 1: Analisis Sediaan Ob at Laporan

ANALISIS SEDIAAN OB AT LAPORAN

TAHAPAN PENENTUAN KADAR SAMPEL SECARA SPEKTROFOTOMETRI1. Penentuan panjang gelombang maksium (?max)Definisi: panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu

Alasan mengapa dipergunakan panjang gelombang maksimum dalam pemeriksaan spektrofotometri, sbb :– panjang gelombang max memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar– Pada panjang gelombang max bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer

Hal yang perlu diperhatikan pada penentuan ?max sbb :Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik). (Rohman, A. 2007)

2. Penentuan Operating Time (OT)TUJUAN : untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil yaitu saat sampel bereaksi sempurna dengan reagen warna . Waktu kerja ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan

3. Pembuatan Kurva Larutan Baku LinierTUJUAN : untuk memperoleh persamaan larutan baku dalam penentuan kadar sampelTahapan yang diperlukan sbb :a. Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi.b. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur pada ?max (berdasarkan hasil ?max yang diperoleh dari tahap 1) dan Operating Time (berdasarkan waktu yang diperoleh pada tahap 2)c. Membuat Kurva Larutan Baku yang merupakan hubungan antara konsentrasi (sumbu y) dan absorbansi (sumbu x).d. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus.e. Paling sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan linierf. Kemiringan atau slope adalah nilai e (absorptivitas molar).g. Nilai R antara 0,70 – 1,00 (pertanda terbentuk garis lurus linear pada rentang konsentrasi yang dibuat)

Apabila persyaratan pembuatan kurva baku di atas tidak terpenuhi maka penyimpangan dari garis lurus biasanya dapat disebabkan oleh: (i) kekuatan ion yang tinggi, (ii) perubahan suhu, dan (iii) reaksi ikutan terjadi.

4. Penentuan Kadar Sampel

Penentuan kadar sampel metode regresi linier yaitu metode parametrik dengan variabel bebas (konsentrasi sampel) dan variabel terikat (absorbansi sampel) menggunakan persamaan garis regresi Kurva Larutan Baku. Konsentrasi sampel dapat dihitung berdasarkan persamaan kurava baku tersebut (Rohman, 2007).

PENENTUAN KETELITIAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

Melalui Perhitungan Standar Deviation (SD) dan Relative Standar Deviation (RSD)harga SD < 2 dan harga RSD < 2 % dapat dikatakan mempunyai harga ketelitian yang baik (Harminta, 2004)Tabel 2. Data Hasil Ketelitian Eksperimen

PENENTUAN KETEPATAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

Metode Penambahan Baku (standard addition method)

Page 2: Analisis Sediaan Ob at Laporan

Dilakukan dengan menambahkan analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis lagi metode tersebut (WHO, 1992). Nilai rentang recovery dianggap baik 80 – 120%

ANALISIS SEDIAAN OBAT LAPORAN II

Instrumen pada spektroskopi UV-Vis, yaitu :

1.      Sumber Radiasi

         Lampu deuterium (λ= 190nm-380nm, umur pemakaian 500 jam)

         Lampu tungsten, merupakan campuran dari flamen tungsten dan gas iodine. Pengukurannya pada daerah

visible 380-900nm.

         Lampu merkuri, untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spectra UV-VIS pada 365 nm.

2.      Sistem dispersi

      Filter

Hanya digunakan pada colorimeter murah pita ± 25-50 nm, tidak umum digunakan dalam instrumen

modern

      Prisma

Prisma kwarsa memiliki karakteristik dispersi lemah pada daerah sinar tampak (380-780) dispersi

bervariasi sesuai panjang gelombang labih mahal daripada grating.

Gambar. Sistim dispersi pada monokromator dengan prisma

            Difractions gratings

Dispersi kontan dengan panjang gelombang yang lebih besar daripada yang biasa digunakan.

Gambar. Sistim dispersi pada monokromator dengan grating

3.      Sel kuvet

Merupakan tempat penyimpanan larutan sampel atau blanko,adapun macam-macam kuvet

diantaranya :

Page 3: Analisis Sediaan Ob at Laporan

(a). Gelas

Umum digunakan pada 300-1000 nm, biasanya memiliki panjang 1 cm (atau 0.1; 0.2; 0.5;

2; atau 4 cm). Khusus untuk sinar uv adalah kwarsa. Sedangkan untuk visibel adalah gelas atu

kaca.

(b). Kwarsa

Mahal, range (190-1000 nm)

(c). Sel otomatis (flow through cells)

(d). Matched cells

(e). Polistirene range (340-1000 nm) throw away type

(f). Micro cells

Syarat kuvet yaitu tidak menyerap sinar yang digunakan. Bahan kuvet biasanya terbuat

dari kaca, plastik, atau bahan kwarsa. Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet

kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan

sel kuasa, karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Tebal kuvetnya umumnya 10 mm,

tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan

berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Sel yang baik adalah kuarsa atau

gelas hasil leburan serta seragan keseluruhannya.

4.      Monokromator

Alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang

gelombang. Monokromator untuk UV-VIS dan IR serupa, yaitu mempunyai celah, lensa, cermin

dan prisma atau grating.

Fungsi detektor ialah sebagai penyeleksi panjang gelombang, yaitu mengubah cahaya

yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis.

Monokromator terdiri dari :

         Celah masuk (split)

Berfungsi untuk menerima sinar yang telah dipersempit pada daerah panjang gelombang tertentu untuk

diteruskan ke zat.

         Lensa kolimator

Berfungsi untuk mengubah sinar menjadi berkas yang sejajar.

         Media pendispersi

Terdapat dua jenis, yaitu prisma dan gratting.

Pada gratting atau kisi difraksi, cahaya monokromatis dapat dipilih panjang gelombang tertentu yang

sesuai. Kemudian dilewatkan melalui celah yang sempit yang disebut split. Ketelitian dari monokromator

dipengaruhi oleh lebar celah (slif widht ) yang dipakai.

         Celah keluar

Berfungsi untuk mengisolasi sinar yang diinginkan.

Page 4: Analisis Sediaan Ob at Laporan

5.      Detektor

Merupakan alat untuk mendeteksi komponen yang terpisah dari kolom. Peranan detektor adalah

memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya

menjadi signal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampilan data dalam bentuk jarum

petunjuk atau angka digital atau radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan

mengubahnya menjadi besaran terukur.

Syarat-syarat detektor :

a.       Kepekaan yang tinggi

b.      Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi

c.       Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi

d.      Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi

Selain itu juga detektor harus menghasilkan signal yang mempunyai hubungan kuantitatif dengan

intensitas sinar, dapat menangkap atau merespon energi sinar, peka dengan noise rendah, waktu respon

pendek, stabil, dapat memperkuat isyarat listrik dengan mudah, dimana isyarat listrik yang dihasilkan

berbanding lurus dengan intensitas.

Macam-macam detektor diantaranya yaitu :

1). Detektor selektif

Adalah detektor yang peka terhadap golongan senyawa tertentu saja, detektor ini terbagi menjadi dua,

yaitu :

(1). Detektor flouoresensi

(2). Detektor konduktivitas listrik

2). Detektor universal

Yaitu detektor yang peka terhadap golongan senyawa apapun, kecuali pelarutnya itu sendiri.

Detektor ini terbagi menjadi tiga, yaitu :

a)      Detektor spektrometer massa

b)      Detektor spektrometer infra merah

c)      Detektor indeks bias

Detektor indeks bias inimemberi respon terhadap senyawa yang dianalisis apapun termasuk

pelarutnya sendiri. Prinsip dasar kerja detektor ini adalah perubahan indeks bias karena adanya

komponen sampel dalam pelarut.. detektor ini bersifat merusak (non-destruktif), sensitivitasnya cukup

tinggi (minimum 106 g) dan umumnya digunakan dalam pekerjaan preparatif.

d)      Detektor uv-vis

Page 5: Analisis Sediaan Ob at Laporan

Detektor uv-vis (uv-sinar tampak) paling banyak digunakan, karena sentivitasnya baik, mudah

menggunakannya, tidak merusak senyawa yang dianalisis, dan memungkinkan untuk melakukan elusi

ber-gradien. Ada yang dipasang pada panjang gelombang tetap, yaitu pada panjang gelombang 254 nm,

dan ada juga yang panjang gelombangnya dapat dipilih sesuai yang diinginkan, antara 190-600 nm.

Detektor dengan panjang gelombang bervariabel ini ada yang dilengkapi alat untuk memilih panjang

gelombang secara otomatis dan dapat me-nol-kan sendiri (auto zero). Detektor jenis ini juga ada ayang

menggunakan drode arrays (sebagai pengganti photo tube), sehingga dapat melakukan pembacaan

absorban yang kontinyu pada berbagai macam panjang gelombang.

Berikut jenis-jenis detektor UV-Vis, yaitu :

         Barrier layer cell (photo cell atau photo votaice cell)

Gambarnya :

         Photo tube

Lebih sensitif dari photo cell, memerlukan power suplay yang stabil dan amplifier

Gambarnya :

         Photo mulipliers

Sangat sensitif, respon cepat, digunakan dalam instrumen double beam panguatan internal.

Gambarnya :

6.      Rekorder

Fungsi rekorder mengubah panjang gelombang hasil deteksi dari detektor yang diperkuat oleh

amplifier menjadi radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dalam

bentuk spektrum. Spektrum tersebut selanjunya dibawa ke monitor sehingga dapat dibaca dalam bentuk

transmitan.

7.      Read Out

a) Null balance

Page 6: Analisis Sediaan Ob at Laporan

menggunakan prinsip null balance potentiomer, tidak nyaman, banyak diganti dengan

pembacaan langsung dan pembacaan digital.

b) Direct readers

absorbansi (A), konsentrasi (C), dan persen transmitan (%T), dibaca langsung dari skala

c) Pembacaan digital

mengubah signal analog ke digital dan menampilkan peraga angka light emithing diode (LED),

sebagai A, %T, atau C. Dengan pembacaan meter seperti gambar, akan lebih mudah dibaca

skala transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A = - log T.

Gambar. Pembaca transmitansi dan absorbansi pada spektrofotometer

Dengan pembacaan meter seperti gambar diatas, akan lebih mudah dibaca skala

transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A= -lig T. Skema dasar instrumen

single beam dan double beam seperti disajikan pada gambar dibawah.

         Fitur instrumen single beam

Biaya rendah, tujuan dasar untuk mengukur A, C, atau %T pada apanjang gelombang terpisah. 100%

T(OA) harus diatur pada setiap panjang gelombang tidak dapat digunakan untuk meneliti spektra.

         Fitur instrumen double beam

Dugunakan untuk meneliti spektra pada panjang gelombang lebih tinggi (190-880) nm. Dapat

menghasilkan spektra A vs? %v? Atau spektra derivatif 1st, 2nd, 3rd, 4th. Dapat digunakan untuk

pengukuran A atau %T saja pada apanjang gelombang tertentu. (Sabarudin. 2000 : 112-133)