ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

21
ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: PROVINSI RIAU) Ulfa Kinasih Arumayu (23116013) Pembimbing¹ Dr. Ir. Bambang Edhi Leksono, M.Sc. Pembimbing² Agung Mahadi Putra Perdana, S.Si., M.Sc. Provinsi Riau memiliki sebaran titik panas (hotspot) tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, 2014, dan 2015. Bencana kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau pada Maret 2014 membakar 652 hektar kawasan Hutan Tanaman Industri dan membakar 5.434 hektar kawasan Hutan Konservasi. Bencana kebakaran hutan memiliki risiko berupa potensi kerugian yang ditimbulkan pada kawasan hutan dalam kurun waktu tertentu. Penanggulangan bencana memiliki siklus berupa periode prabencana, bencana, dan pascabencana. Salah satu kegiatan penanggulangan prabencana kebakaran hutan adalah melakukan pemetaan dan analisis risiko prabencana kebakaran hutan bertujuan untuk menganalisis sebaran potensi ancaman, kerentanan, kapasitas, dan risiko yang ditimbulkan bencana kebakaran hutan Provinsi Riau tahun 2018. Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis metode skoring dan pembobotan yang mengacu kepada Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukan sebaran potensi risiko bencana kebakaran hutan di Provinsi Riau pada kawasan hutan, kawasan Hutan Konservasi dan kawasan Hutan Lindung memiliki potensi risiko terluas pada tingkat rendah, sedangkan kawasan Hutan Produksi memiliki potensi risiko terluas pada tingkat tinggi. Sebaran potensi risiko bencana kebakaran hutan berdasarkan kabupaten atau kota dari total luas wilayah Provinsi Riau, Kabupaten Indragiri Hilir memiliki risiko tingkat rendah terluas dengan luas 1.085.907 hektar, Kabupaten Pelalawan memiliki risiko tingkat sedang terluas dengan luas 323.239 hektar dan memiliki risiko tingkat tinggi terluas dengan luas 645.864 hektar. Kabupaten Indagiri Hilir memiliki potensi risiko bencana kebakaran hutan terluas pada tingkat rendah dikarenakan memiliki kapasitas tingkat sedang dalam menanggulangi potensi ancaman dan kerentanan bencana kebakaran hutan. Kabupaten Pelalawan memiliki potensi risiko bencana kebakaran hutan terluas pada tingkat sedang dan tingkat tinggi dikarenakan memiliki kapasitas tingkat rendah dalam menanggulangi potensi ancaman dan kerentanan bencana kebakaran hutan. Kata Kunci : Kebakaran Hutan, Sistem Informasi Geografis, Metode Skoring dan Pembobotan I. PENDAHULUAN Data Distribusi Hotspot Tahunan di Indonesia Periode 1997-2015 menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan berfluktuasi setiap tahun sesuai dengan pola tertentu [1]. Pulau Kalimantan dan Sumatera masih menjadi pulau yang memiliki sebaran titik panas ( hotspot) dari tahun ke tahun khususnya di Provinsi Riau, hasil analisis tahun-tahun sebelumnya Provinsi Riau menduduki 3 provinsi dengan sebaran titik panas tertinggi pada tahun 2013, 2014, dan 2015 [2]. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebakaran merupakan masalah yang cukup serius yang ditunjukkan dengan kondisi berbahaya di hampir seluruh wilayah Riau pada Maret 2014 yang mengalami kebakaran di kawasan Hutan Tanaman Industri seluas 652 hektar dan kawasan

Transcript of ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Page 1: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN MENGGUNAKAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: PROVINSI RIAU)

Ulfa Kinasih Arumayu (23116013)

Pembimbing¹ Dr. Ir. Bambang Edhi Leksono, M.Sc.

Pembimbing² Agung Mahadi Putra Perdana, S.Si., M.Sc.

Provinsi Riau memiliki sebaran titik panas (hotspot) tertinggi di Indonesia pada tahun

2013, 2014, dan 2015. Bencana kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau pada Maret

2014 membakar 652 hektar kawasan Hutan Tanaman Industri dan membakar 5.434 hektar

kawasan Hutan Konservasi. Bencana kebakaran hutan memiliki risiko berupa potensi

kerugian yang ditimbulkan pada kawasan hutan dalam kurun waktu tertentu.

Penanggulangan bencana memiliki siklus berupa periode prabencana, bencana, dan

pascabencana. Salah satu kegiatan penanggulangan prabencana kebakaran hutan adalah

melakukan pemetaan dan analisis risiko prabencana kebakaran hutan bertujuan untuk

menganalisis sebaran potensi ancaman, kerentanan, kapasitas, dan risiko yang

ditimbulkan bencana kebakaran hutan Provinsi Riau tahun 2018. Penelitian ini

menggunakan Sistem Informasi Geografis metode skoring dan pembobotan yang

mengacu kepada Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukan sebaran

potensi risiko bencana kebakaran hutan di Provinsi Riau pada kawasan hutan, kawasan

Hutan Konservasi dan kawasan Hutan Lindung memiliki potensi risiko terluas pada

tingkat rendah, sedangkan kawasan Hutan Produksi memiliki potensi risiko terluas pada

tingkat tinggi. Sebaran potensi risiko bencana kebakaran hutan berdasarkan kabupaten

atau kota dari total luas wilayah Provinsi Riau, Kabupaten Indragiri Hilir memiliki risiko

tingkat rendah terluas dengan luas 1.085.907 hektar, Kabupaten Pelalawan memiliki

risiko tingkat sedang terluas dengan luas 323.239 hektar dan memiliki risiko tingkat

tinggi terluas dengan luas 645.864 hektar. Kabupaten Indagiri Hilir memiliki potensi

risiko bencana kebakaran hutan terluas pada tingkat rendah dikarenakan memiliki

kapasitas tingkat sedang dalam menanggulangi potensi ancaman dan kerentanan bencana

kebakaran hutan. Kabupaten Pelalawan memiliki potensi risiko bencana kebakaran hutan

terluas pada tingkat sedang dan tingkat tinggi dikarenakan memiliki kapasitas tingkat

rendah dalam menanggulangi potensi ancaman dan kerentanan bencana kebakaran hutan.

Kata Kunci : Kebakaran Hutan, Sistem Informasi Geografis, Metode Skoring dan

Pembobotan

I. PENDAHULUAN

Data Distribusi Hotspot Tahunan di Indonesia

Periode 1997-2015 menunjukkan bahwa

kebakaran hutan dan lahan berfluktuasi setiap

tahun sesuai dengan pola tertentu [1]. Pulau

Kalimantan dan Sumatera masih menjadi pulau

yang memiliki sebaran titik panas (hotspot) dari

tahun ke tahun khususnya di Provinsi Riau, hasil

analisis tahun-tahun sebelumnya Provinsi Riau

menduduki 3 provinsi dengan sebaran titik panas

tertinggi pada tahun 2013, 2014, dan 2015 [2].

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebakaran

merupakan masalah yang cukup serius yang

ditunjukkan dengan kondisi berbahaya di hampir

seluruh wilayah Riau pada Maret 2014 yang

mengalami kebakaran di kawasan Hutan

Tanaman Industri seluas 652 hektar dan kawasan

Page 2: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Hutan Konservasi seluas 5.434 hektar [3].

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran Hutan

dapat merugikan lingkungan, fisik, dan ekonomi

daerah tertentu.

Bencana alam baik alamiah maupun non-

alamiah kerap terjadi yang menyebabkan

peningkatkan bencana alam lainnya maupun

risiko dari bencana tersebut meningkat. ESCAP

(Economic and Social Commission for Asia and

the Pacific) menyatakan hampir 40 persen

dampak bencana ada di sektor sosial kesehatan,

pendidikan, dan mata pencaharian, yang

menghasilkan ketidaksetaraan kesempatan yang

lebih dalam dan menciptakan lingkaran

kemiskinan, ketimpangan dan bencana yang

ditransmisikan dari generasi ke generasi [4].

Salah satu bencana di dunia adalah kebakaran

hutan dan lahan. Bencana kebakaran tidak hanya

membakar areal hutan saja, namun fenomena

bencana ini juga kerap terjadi dalam waktu

bersamaan pada areal non hutan. Kebakaran

Hutan didefinisikan sebagai suatu fenomena

bencana di mana api melahap vegetasi yang

terjadi di kawasan hutan yang menyebar secara

luas, bebas, dan tidak terkendali [5].

Risiko bencana kebakaran hutan merupakan

potensi kerugian yang ditimbulkan akibat

terjadinya bencana kebakaran hutan di suatu

daerah dan kurun waktu tertentu. Risiko bencana

dapat diidentifikasi menggunakan penilaian

risiko dan analisis risiko. Penilaian risiko

merupakan proses evaluasi kondisi fisik,

lingkungan, dan kapasitas terhadap ancaman

bencana tertentu. Analisis risiko merupakan

proses menentukan risiko melalui analisis

ancaman yang mungkin terjadi dan analisis

kerentanan yang sudah ada pada suatu daerah

tertentu. Analisis risiko dapat menggunakan

analisis spasial, sebuah metode sistematis yang

memproses nilai sebuah data yang mengacu pada

sistem koordinat geografis yang berfungsi untuk

mengetahui sebaran potensi ancaman,

kerentanan, kapasitas, dan risiko bencana pada

daerah tertentu. Risiko pada suatu bencana

tersusun dari ancaman, kerentanan, dan

kapasitas. Ancaman merupakan peristiwa atau

kejadian yang dapat menimbulkan bencana.

Kerentanan merupakan faktor yang telah ada

yang menurunkan kemampuan suatu daerah

menghadapi bencana. Kapasitas merupakan

kemampuan sumber daya yang telah ada yang

dapat mengurangi risiko bencana yang akan

terjadi [6].

Pemetaan risiko (Risk Mapping) adalah salah

satu kegiatan dalam tahapan prabencana dalam

pemantauan risiko untuk mengurangi dampak

buruk yang mungkin ditimbulkan yang

dihasilkan dalam bentuk peta risiko [6]. Aditya

(2010) dalam bukunya mengatakan bahwa

analisis risiko pada pembuatan peta risiko

melibatkan tiga komponen yaitu bahaya,

kerentanan, dan kapasitas [7]. Pembuatannya

menggunakan perhitungan analisis risiko dapat

ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi

oleh daerah yang bersangkutan menggunakan

Sistem Informasi Geografis. Penelitian

sebelumnya, Adiet menggunakan Sistem

Informasi Geografis metode skoring dan

pembobotan dengan mengolah data ancaman,

data kerentanan, dan data kapaitas dalam

pemetaan risiko kebakaran lahan gambut dan

melakukan analisis risiko yang mengacu pada

Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012

[8].

Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi

Geografis (SIG) bertujuan untuk melakukan

pemetaan dan menganalisis sebaran potensi

ancaman, kerentanan, kapasitas, dan risiko yang

ditimbulkan dari bencana kebakaran hutan

meggunakan metode skoring dan pembobotan

pada setiap parameter penyusun sesuai dengan

Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012

dengan skala 1:250.000 dengan kedalaman

analisis hingga tingkat kabupaten di Provinsi

Riau. Penelitian ini dilakukan agar dapat

membantu dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan ataupun tindakan lebih lanjut terhadap

penanggulangan kebakaran baik waktu sekarang

maupun masa yang akan datang.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis sebaran potensi ancaman

bencana kebakaran hutan di Provinsi Riau.

2. Menganalisis sebaran potensi risiko bencana

kebakaran hutan di Provinsi Riau.

Page 3: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Penelitian ini membuat peta tematik berupa

peta risiko kebakaran hutan yang tersusun dari

peta ancaman kebakaran hutan, peta kerentanan

kebakaran hutan, dan peta kapasitas Provinsi

Riau. Penelitian ini membuat peta risiko bencana

kebakaran hutan di kawasan hutan Provinsi Riau.

Ruang Lingkup kegiatan dalam penelitian ini

dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Studi kasus penelitian bencana kebakaran

hutan ini berada di Provinsi Riau dengan

kedalaman analisis tingkat kabupaten.

2. Penelitian ini difokuskan pada kawasan hutan

Provinsi Riau.

3. Penelitian ini dilakukan dengan analisis

spasial menggunakan Sistem Informasi

Geografis (SIG) metode skoring dan

pembobotan pada beberapa parameter dengan

acuan Peraturan Kepala BNPB Nomor 02

Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum

Pengkajian Risiko Bencana.

II. METODOLOGI PENELITIAN

2. 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berfokus pada kawasan hutan

Provinsi Riau dengan kedalaman analisis pada

tingkat kabupaten. Kawasan hutan Provinsi Riau.

Data kawasan hutan berupa data spasial batas

kawasan hutan Provinsi Riau dalam bentuk

vektor tahun 2018 dengan skala observasi

1:250.000 dari Badan Pemantapan Kawasan

Hutan (BPKH) Wilayah XIX Provinsi Riau yang

disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1. Peta Kawasan Hutan Provinsi Riau Tahun 2018

(Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan XIX Provinsi Riau)

2.2. Alat dan Data Penelitian

Alat yang digunakan pada pembuatan peta

risiko bencana kebakaran hutan dan lahan ini

menggunakan sebuah perangkat keras laptop

Asus A456U dan perangkat lunak berupa

ArcGIS 10.6 sebagai perangkat pengolahan data,

Microsoft Excel sebagai perangkat perhitungan

data tabular, dan Microsoft Word sebagai

perangkat penulisan draft penelitian. Penelitian

analisis spasial bencana kebakaran hutan

menggunakan sistem informasi geografis ini

menggunakan data - data yang akan diolah dalam

pembuatan peta risiko, data – data tersebut

disajikan pada Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Alat dan Bahan

Jenis Data Tipe

Data

Tahun

Data Sumber

Batas Administrasi

Provinsi Riau Vektor 2018

BAPPEDA

Riau

Curah Hujan Provinsi

Riau Tabular 2018 BMKG

Jenis Tanah Provinsi

Riau Vektor 2018

DISLHK

Riau

Kawasan Hutan

Provinsi Riau Vektor 2018

BPKH

Riau

Kerentanan Bencana

Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau

Vektor 2018 BPBD Riau

Kapasitas Provinsi Riau Vektor 2018 BPBD Riau

Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan

Lahan Provinsi Riau

Vektor 2016 BPBD

Riau

Titik Panas (Hotspot)

Provinsi Riau Tahun

2018

Tabular 2018 KLHK

Page 4: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

2.3. Diagram Alir Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

2.4. Pengolahan Data

2.4.1. Penentuan Potensi Ancaman

Prabencana Kebakaran Hutan

(Peraturan Kepala BNPB Nomor 02

Tahun 2012)

Ancaman kebakaran hutan dan lahan dapat

ditentukan dengan metode bobot dan skor dan

menggunakan parameter sesuai dengan

ketentuan dari Peraturan Kepala BNPB Nomor

02 Tahun 2012, tersusun dari jenis tutupan lahan,

iklim berupa curah hujan, dan jenis tanah yang

diidentifikasi untuk mendapatkan tingkat

parameter dan dinilai berdasarkan tingkat

pengaruh atau kepentingan masing-masing

tingkat menggunakan metode perkalian bobot

dan skor. Berikut parameter penentuan ancaman

pada tabel berikut.

Tabel 2. Parameter Penentuan Tingkat Ancaman Bencana Kebakaran

Hutan dan Lahan

Parameter Tingkat Parameter Bobot

Rendah Sedang Tinggi

Tutupan

Lahan

Hutan Lahan

Perkebunan

Padang

Rumput

Kering

dan

Belukar,

Lahan

Pertanian

40%

Parameter Tingkat Parameter Bobot

Rendah Sedang Tinggi

Curah

Hujan

3.333 –

5.000

mm/tahun

1.667 –

3.333

mm/tahun

0 – 1.667

mm/tahun

30%

Jenis

Tanah

Non

Organik /

Non

Gambut /

Mineral

- Organik /

Gambut

30%

(Sumber : Perka BNPB Nomor 02 Tahun 2012)

2.4.1.1. Data Tutupan Lahan

Penelitian yang berfokus pada kebakaran di

kawasan hutan ini menyesuaikan parameter dari

Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012

yang dalam menentukan potensi ancaman

kebakaran hutan dengan hanya menggunakan

tingkat rendah pada parameter tutupan lahan,

yaitu hutan, sehingga data yang digunakan

berupa data spasial kawasan hutan tahun 2018

dalam bentuk vektor yang didapatkan dari Badan

Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah

XIX Provinsi Riau berikut dan diklasifikasikan

berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan

Republik Indonesia Nomor: P. 50/Menhut-

II/2009 pada tabel berikut.

Tabel 3. Klasifikasi Kawasan Hutan

Jenis Kawasan

Hutan Kawasan Hutan

Hutan Produksi Hutan Produksi, Hutan Produksi Tetap, Hutan

Produksi Konservasi

Hutan

Konservasi

Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Kawasan

Konservasi Alam, Taman Hutan Raya, Taman

Nasional, Taman Wisata Alam

Hutan Lindung Hutan Lindung

Areal

Penggunaan

Lain

Areal Penggunaan Lain Non Hutan

(Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.

50/Menhut-II/2009)

2.4.1.2. Data Curah Hujan

Tabel 4. Data Curah Hujan Tahun 2018

Nama Stasiun BMKG X Y

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Stasiun Indragiri Hulu -0,33000 102,32000 2022

Stasiun Sultan Syarif

Kasim II

0,45924 101,44743 2698,7

Stasiun Aek Godang 1,55000 99,45000 1839,6

Stasiun Teluk Bayur -0,99639 100,37222 3928

Stasiun Sultan Thaha -1,63368 103,64000 2333,4

(Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)

Page 5: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Data curah hujan yang digunakan pada

penelitian ini berupa data nonspasial yaitu data

tabular yang diunduh dari situs Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

(BMKG) dan disasjikan pada Tabel 4. Data

berupa titik koordinat (X,Y) dari lima stasiun

yang menjadi referensi dan nilai intensitas curah

hujan harian (mm/hari) yang kemudian nilai

intensitas dijumlahkan dan menjadi nilai

intensitas curah hujan tahunan (mm/tahun). Data

curah hujan tersebut kemudian diolah pada

perangkat lunak ArcGIS dengan memasukan

data excel pada ArcGIS, melakukan interpolasi

data menggunakan metode yang tersedia pada

tools ArcMap yaitu IDW (Inverse Distance

Weighted). Hasil interpolasi kemudian di

reclassify atau klasifikasi ulang sesuai dengan

Peraturan BNPB Nomor 02 Tahun 2012.

2.4.1.3. Data Jenis Tanah

Data Jenis Tanah pada penelitian ini berupa

data spasial yaitu data vektor jenis tanah tahun

2018 yang berasal dari Dinas Lingkungan Hidup

dan Kehutanan (DISLHK) Provinsi Riau. Data

jenis tanah yang disajikan menginformasikan

bahwa pada Provinsi Riau memiliki lima jenis

tanah, yaitu Organosol, Aluvial, Latosol,

Podsolik Merah Kuning, dan Brown Forest Soil.

Data jenis tanah tersebut diklasifikasi ulang

dengan menyesuaikan parameter pada Peraturan

Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 dengan

mempertimbangkan penafsiran setiap kelas jenis

tanah pada data menggunakan Petunjuk Teknis

Klasifikasi Tanah Nasional oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian [19],

sehingga didapatkan parameter penentuan kelas

jenis tanah pada tabel berikut.

Tabel 5. Parameter Penentuan Jenis Tanah

Jenis Tanah

BNPB

Data Jenis Tanah

Bappeda Riau Kelas Skor Bobot

Non-organik /

Non-Gambut

/ Mineral

Aluvial, Latosol,

Podsolik Merah

Kuning, Brown Forest

Soil

Rendah 1

30%

- - Sedang 2

Organik /

Gambut Organosol Tinggi 3

(Sumber: Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012 dan Petunjuk Teknis

Klasifikasi Tanah Nasional)

2.4.2. Data Kerentanan Kebakaran Hutan

dan Lahan (Sumber : BPBD Provinsi

Riau)

Data kerentanan pada penelitian ini berupa

data spasial yaitu data vektor kerentanan tahun

2018 yang berasal dari Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau. Data

kerentanan dibagi menjadi tiga tingkat yaitu

kerentanan dengan tingkat rendah, sedang, dan

tinggi. Kerentanan kebakaran hutan dan lahan

dapat ditentukan dengan metode skoring dan

pembobotan dan menggunakan parameter sesuai

dengan ketentuan dari Peraturan Kepala BNPB

Nomor 02 Tahun 2012. Parameter penyusun

kerentanan kebakaran hutan dan lahan terdiri dari

kerentanan sosial, kerentana fisik, kerentanan

ekonomi, dan kerentanan lingkungan.

2.4.3. Data Kapasitas (Sumber : BPBD

Provinsi Riau)

Data kapasitas Provinsi Riau pada penelitian

ini berupa data spasial yaitu data vektor kapasitas

tahun 2018 yang berasal dari Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Provinsi Riau. Data kapasitas dibagi menjadi tiga

tingkat tingkat yaitu kapasitas dengan tingkat

rendah, sedang, dan tinggi. Kapasitas suatu

daerah dalam menghadapi bencana merupakan

salah satu dasar sebagai upaya pengurangan

risiko bencana. Peta Kapasitas adalah gambaran

atau representasi kapasitas suatu wilayah dalam

mengurangi risiko bencana. Kapasitas dapat

dimodelkan sebagai jumlah total dari komponen

kapasitas yang ada. Indikator penyusun

komponen kapasitas adalah kesiapsiagaan,

infrastruktur sosial dan fisik, serta komponen

kesehatan.

2.4.4. Penentuan Potensi Risiko Prabencana

Kebakaran Hutan (Peraturan Kepala

BNPB Nomor 02 Tahun 2012)

Potensi risiko tersebut dihitung dengan

mempertimbangkan tingkat ancaman,

kerentanan dan kapasitas suatu daerah dalam

menghadapi bencana tertentu. Peta risiko

bencana dibuat dengan menumpangsusunkan

(overlay) peta ancaman, peta kerentanan dan peta

Page 6: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

kapasitas. Peta-peta yang sudah ditupangsusun

(overlay) kemudian dihitung nilai risikonya

dengan rumus berikut :

𝑅 = 𝐻 × 𝑉

𝐶

.……............................. (2.1)

dimana R : Risiko (Risk)

H : Ancaman (Hazard)

V : Kerentanan (Vulnerability)

C : Kapasitas (Capacity)

Hasil perhitungan kemudian diklasifikai

menjadi tiga tingkat yakni tingkat rendah sedang,

dan tinggi sesuai interval yang didapatkan

dengan perhitungan menggunakan persamaan

(2.2 sebagai berikut

Nilai Interval Kelas = Nilai Tertinggi − Nilai Terendah

Jumlah Kelas

...... (2.2)

2.4.5. Validasi

Validasi pada penelitian ini diawali dengan

validasi dengan peta risiko bencana kebakaran

hutan dan lahan Provinsi Riau tahun 2016 dari

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Provinsi Riau . Peta risiko yang sudah

divalidasi menggunakan peta risiko bencana

kebakaran hutann dan lahan Provinsi Riau tahun

2016 dari Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Provinsi Riau kemudian

divalidasi kembali menggunakan data titik panas

(hotspot) di Provinsi Riau tahun 2018 yang

didapatkan pada website SiPongi dari

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

[30]. Sebaran titik panas (hotspot) di Provinsi

Riau disajikan pada Gambar 3. berikut ini.

Gambar 3. Peta Sebaran Titik Panas (Hotspot) Provinsi Riau

Tahun 2018

(Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

2018)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Risiko Prabencana Kebakaran Hutan

Provinsi Riau Tahun 2018

Tabel 6. Risiko Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau Tahun 2018

Tingkat Risiko Luas (Hektar) Persentase (%)

Rendah 4.705.043 52,16

Sedang 1.822.083 20,20

Tinggi 2.492.664 27,64

TOTAL 9.019.790 100

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Potensi risiko prabencana kebakaran hutan

dengan tingkat rendah memiliki luas 4.705.043

hektar atau setara dengan 52,16% dari total luas

wilayah Provinsi Riau, potensi risiko bencana

kebakaran hutan dengan tingkat sedang memiliki

luas 1.822.083 hektar atau setara dengan 20,20%

dari total luas wilayah Provinsi Riau, dan potensi

risiko kebakaran hutan dengan tingkat tinggi

memiliki luas 2.492.664 hektar atau setara

dengan 27,64% dari total luas wilayah Provinsi

Riau. Suatu daerah memiliki potensi risiko

kebakaran hutan dengan tingkat tinggi karena

daerah tersebut memiliki potensi ancaman dan

kerentanan kebakaran hutan dengan tingkat

tinggi namun memiliki kapasitas yang rendah.

Sebaliknya, suatu daerah memiliki potensi risiko

kebakaran hutan dengan tingkat rendah karena

suatu daerah tersebut memiliki potensi ancaman

dan kerentanan yang tinggi atau rendah namun

memiliki kapasitas yang tinggi sehingga tingkat

Page 7: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

risiko dapat diminimalisir sehingga risiko berada

di tingkat rendah.

Tabel 7. Risiko Prabencana Kebakaran Hutan Berdasarkan Kawasan

Hutan

Jenis Kawasan

Hutan

Luas

Kawasan

(Hektar)

Tingkat Risiko Bencana Kebakaran

Hutan Di Kawasan Hutan Provinsi Riau

RENDAH

Luas

(Hektar)

SEDANG

Luas

(Hektar)

TINGGI

Luas

(Hektar)

Areal Penggunaan

Lain

3.525.951 2.484.753 845.333 195.865

Hutan Konservasi 656.528 303.999 199.189 153.340

Hutan Lindung 267.741 167.572 14.543 85.626

Hutan Produksi 4.569.570 1.748.719 763.018 2.057.833

TOTAL 9.019.790 4.705.043 1.822.083 2.492.664

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kawasan Hutan Produksi memiliki potensi

risiko bencana kebakaran hutan terluas pada

tingkat tinggi karena kawasan Hutan Produksi

tidak hanya memiliki jenis tanah yang dominasi

orgnaik sehingga menghasilkan ancaman tingkat

tinggi dan memiliki kerentanan tingkat tinggi,

namun kawasan Hutan Produksi juga merupakan

kawasan hutan yang digunakan bagi

pembangunan di luar kehutanan yang dapat

diekploitasi untuk memproduksi kayu dengan

intensitas yang rendah, sehingga Hutan Produksi

mengalami penebangan yang menyebabkan

kawasan Hutan Produksi berpotensi mengalami

kebakaran hutan. Kawasan Areal Penggunaan

Lain memiliki potensi risiko bencana kebakaran

hutan tingkat rendah terluas di Provinsi Riau

dikarenakan kawasan Areal Penggunaan Lain

merupakan daerah bukan kawasan hutan seperti

lahan terbangun, perkebunan, tubuh air, atau

tutupan lahan lainnya yang susah untuk terbakar,

namun tidak menutup kemungkinan terjadi

bencana kebakaran di kawasan Areal

Penggunaan Lain dikarenakan kodisi alam yang

berbeda-beda seperti memiliki jenis tanah

organik yang mudah terbakar, sehingga kawasan

Areal Penggunaan Lain memiliki potensi risiko

bencana kebakaran hutan terluas pada tingkat

sedang setelah tingkat rendah. Kawasan Hutan

Konservasi dan Hutan Lindung memiliki potensi

risiko bencana kebakaran hutan terluas pada

tingkat rendah dikarenakan Hutan Konservasi

dan Hutan Lindung merupakan kawasan hutan

yang dilindungi oleh pemerintah, serta memiliki

jenis tanah mineral dan tingkat kerentanan yang

rendah sehingga memiliki potensi risiko yang

rendah.

Tabel 8. Risiko Prabencana Kebakaran Hutan Berdasarkan Kabupaten

atau Kota

Kabupaten / Kota

Tingkat Risiko Berdasarkan

Kabupaten / Kota Luas

Kabupaten/

Kota

(Hektar)

Rendah

Luas

(Hektar)

Sedang

Luas

(Hektar)

Tinggi

Luas

(Hektar)

Bengkalis 118.628 161.779 575.673 856.080

Dumai 9.955 37.508 185.787 233.250

Indragiri Hilir 1.085.907 247.886 0 1.333.793

Indragiri Hulu 592.137 217.110 0 809.247

Kampar 1.043.500 36.662 0 1.080.162

Kepulauan

Meranti

44.104 60.127 263.639 367.870

Kuantan Singingi 533.484 0 0 533.484

Pekanbaru 69.710 0 0 69.710

Pelalawan 330.057 323.239 645.864 1.299.160

Rokan Hilir 145.417 190.415 581.062 916.894

Rokan Hulu 233.156 260.245 240.639 734.040

Siak 498.988 287.112 0 786.100

TOTAL 4.705.043 1.822.083 2.492.664 9.019.790

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kabupaten Pelalawan memiliki kapasitas

tingkat rendah dalam menanggulangi potensi

ancaman dan kerentanan bencana kebakaran

hutan sehingga memiliki potensi risiko bencana

kebakaran hutan terluas pada tingkat sedang dan

tinggi. Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota

Pekanbaru hanya memiliki potensi risiko

bencana kebakaran hutan tingkat rendah

dikarenakan Kabupaten Kuantan Singingi

memiliki kapasitas tingkat sedang dan Kota

Pekanbaru memiliki kapasitas tingkat tinggi.

Persebaran risiko bencana kebakaran hutan

berdasarkan kabupaten atau kota kemudian

disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut.

Page 8: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Gambar 4. Peta Risiko Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Tahun 2018

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 5. Peta Risiko Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Tahun 2018 Skala 1:250.000 NLP 0817

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kabupaten dan kota yang didominasi potensi

risiko bencana kebakaran hutan tingkat rendah

adalah Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten

Indragiri Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten

Kuantan Singingi, Kota Pekanbaru, dan

Kabupaten Siak. Kabupaten dan kota yang

didominasi potensi risiko kebakaran hutan

tingkat sedang adalah Kabupaten Rokan Hulu.

Kabupaten dan kota yang didominasi potensi

risiko kebakaran hutan tingkat tinggi adalah

Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai, Kabupaten

Kepulauan Meranti, dan Kabupaten Pelalawan,

dan Kabupaten Rokan Hilir. Data risiko bencana

kebakaran hutan di Provinsi Riau ini kemudian

dikaji untuk menentukan pola persebaran risiko

bencana kebakaran hutan berdasarkan jenis

kawasan hutan pada setiap kabupaten atau kota

yang ada di Provinsi Riau yang disajikan pada

Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Pola Persebaran Risiko Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi

Riau Tahun 2018

Jenis Kawasan Hutan Tingkat

Risiko

Kabupaten /

Kota

Luas

(Hektar)

Hutan Lindung

Rendah Kampar 53.659

Sedang Rokan Hulu 3.672

Tinggi Rokan Hulu 56.884

Hutan Konservasi

Rendah Kampar 104.675

Sedang Indragiri Hulu 65.405

Tinggi Bengkalis 77.699

Hutan Produksi

Rendah Indragiri Hilir 500.533

Sedang Indragiri Hilir 159.100

Tinggi Pelalawan 545.162

Areal Penggunaan

Lain

Rendah Indragiri Hilir 537.904

Sedang Rokan Hulu 191.336

Tinggi Rokan Hilir 62.228

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kawasan Hutan Lindung memiliki potensi

risiko bencana kebakaran hutan tingkat rendah

terluas di Kabupaten Kampar, tingkat sedang

terluas di Kabupaten Rokan Hulu, dan tingkat

tinggi terluas di Kabupaten Rokan Hulu.

Kawasan Hutan Konservasi memiliki potensi

risiko bencana kebakaran hutan tingkat rendah

terluas di Kabupaten Kampar, tingkat sedang

terluas di Kabupaten Indragiri Hulu, dan tingkat

tinggi terluas di Kabupaten Bengkalis. Kawasan

Hutan Produksi memiliki potensi risiko bencana

kebakaran hutan tingkat rendah terluas di

Kabupaten Indragiri Hilir, tingkat sedang terluas

di Kabupaten Indragiri Hilir, dan tingkat tinggi

terluas di Kabupaten Pelalawan. Kawasan Areal

Penggunaan Lain memiliki potensi risiko

bencana kebakaran hutan tingkat rendah terluas

di Kabupaten Indragiri Hilir, tingkat sedang

terluas di Kabupaten Rokan Hulu, dan tingkat

tinggi terluas di Kabupaten Rokan Hilir. Data

persebaran risiko di Provinsi Riau disajikan

dalam bentuk peta pola sebaran risiko kebakaran

hutan pada Gambar 6 dan Gambar 7 berikut.

Page 9: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Gambar 6. Peta Pola Sebaran Risiko Prabencana Kebakaran Hutan

Provinsi Riau Tahun 2018

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 7. Peta Pola Sebaran Risiko Prabencana Kebakaran Hutan

Provinsi Riau Tahun 2018 Skala 1:250.000 NLP 0817

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

3.2. Ancaman Prabencana Kebakaran Hutan

Provinsi Riau Tahun 2018

Tabel 10. Ancaman Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau Tahun

2018

Tingkat Ancaman Luas (Hektar) Persentase (%)

Rendah 2.636.935 29,23

Sedang 2.899.723 32,15

Tinggi 3.483.132 38,62

TOTAL 9.019.790 100%

(Sumber: Hasil Pemgolahan, 2020)

Ancaman yang didapatkan dari hasil

pengolahan menunjukan bahwa Provinsi Riau

berpotensi memiliki tiga tingkat ancaman yang

disajikan pada Error! Reference source not

found. yaitu tingkat tinggi, sedang, dan rendah.

Potensi ancaman bencana kebakaran hutan

tingkat rendah memiliki luas 2.636.935 hektar

atau sebesar 29,23% dari total luas wilayah

Provinsi Riau, potensi ancaman bencana

kebakaran hutan tingkat sedang memiliki luas

2.899.723 hektar atau sebesar 32,15% dari total

luas wilayah Provinsi Riau, dan potensi ancaman

bencana kebakaran hutan tingkat tinggi memiliki

luas 3.483.132 hektar atau sebesar 38,62% dari

total luas wilayah Provinsi Riau.

Tabel 11. Ancaman Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Berdasarkan Kawasan Hutan

Jenis Kawasan

Hutan

Luas

Kawasan

(Hektar)

Tingkat Ancaman Bencana Kebakaran

Hutan di Kawasan Hutan Provinsi Riau

RENDAH

Luas

(Hektar)

SEDANG

Luas

(Hektar)

TINGGI

Luas

(Hektar)

Areal Penggunaan

Lain 3.525.951 2.636.935 0 889.016

Hutan Konservasi 656.528 0 402.194 254.334

Hutan Lindung 267.741 0 246.902 20.839

Hutan Produksi 4.569.570 0 2.250.627 2.318.943

TOTAL 9.019.790 2.636.935 2.899.723 3.483.132

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kawasan Hutan Konservasi memiliki potensi

ancaman bencana kebakaran hutan tingkat

sedang dengan luas 402.194 hektar atau sebesar

61,26% dari luas total kawasan Hutan

Konservasi di Provinsi Riau. Kawasan Hutan

Lindung memiliki potensi ancaman bencana

kebakaran hutan tingkat sedang dengan luas

246.902 hektar atau sebesar 92,22% dari luas

total kawasan Hutan Lindung di Provinsi Riau.

Kawasan Hutan Produksi memiliki potensi

ancaman bencana kebakaran hutan tingkat tinggi

dengan luas 2.318.943 hektar atau sebesar

50,75% dari luas total kawasan Hutan Produksi

di Provinsi Riau. Kawasan Areal Penggunaan

Lain memiliki potensi ancaman bencana

kebakaran hutan tingkat rendah dengan luas

2.636.935 hektar atau sebesar 74,79% dari luas

total kawasan Areal Penggunaan Lain di Provinsi

Riau.

Tabel 12. Ancaman Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Berdasarkan Kabupaten atau Kota

.Kabupaten / Kota

Tingkat Ancaman Berdasarkan

Kabupaten / Kota Luas

Kabupaten

/ Kota

(Hektar)

Rendah

Luas

(Hektar)

Sedang

Luas

(Hektar)

Tinggi

Luas

(Hektar)

Bengkalis 179.868 180.937 495.275 856.080

Dumai 34.003 26.986 172.261 233.250

Indragiri Hilir 307.997 416.509 609.287 1.333.793

Page 10: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

.Kabupaten / Kota

Tingkat Ancaman Berdasarkan

Kabupaten / Kota Luas

Kabupaten

/ Kota

(Hektar)

Rendah

Luas

(Hektar)

Sedang

Luas

(Hektar)

Tinggi

Luas

(Hektar)

Indragiri Hulu 223.818 357.168 228.261 809.247

Kampar 465.774 547.487 66.901 1.080.162

Kepulauan

Meranti

88.235 78.285 201.350 367.870

Kuantan Singingi 217.407 313.218 2.859 533.484

Pekanbaru 56.482 7.109 6.119 69.710

Pelalawan 250.530 313.711 734.919 1.299.160

Rokan Hilir 233.244 211.821 471.829 916.894

Rokan Hulu 329.395 347.584 57.061 734.040

Siak 250.182 98.908 437.010 786.100

TOTAL 2.636.935 2.899.723 3.483.13

2 9.019.790

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kabupaten Pelalawan memiliki ancaman

tingkat tinggi terluas karena Kabupaten

Pelalawan memiliki tutupan lahan kawasan

Hutan Produksi lebih mendominasi dari Areal

Penggunaan Lain. Kabupaten Pelalawan juga

memiliki jenis tanah berupa organik lebih

mendominasi sehingga Kabupaten Pelalawan

memiliki tingkat ancaman tinggi terluas di antara

kabupaten atau kota lainnya. Hasil ancaman

bencana kebakaran hutan di Provinsi Riau

kemudian dikaji untuk menentukan pola

persebaran ancaman kebakaran hutan

berdasarkan jenis kawasan hutan pada setiap

kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Riau

yang disajikan pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Pola Persebaran Ancaman Prabencana Kebakaran Hutan

Provinsi Riau Tahun 2018

Jenis Kawasan Hutan Tingkat

Ancaman

Kabupaten /

Kota

Luas

(Hektar)

Hutan Lindung

Rendah - 0

Sedang Rokan Hulu 83.281

Tinggi Pelalawan 3.477

Hutan Konservasi

Rendah - 0

Sedang Kampar 104.634

Tinggi Siak 65.606

Hutan Produksi

Rendah - 0

Sedang Kampar 383.523

Tinggi Pelalawan 525.322

Areal Penggunaan

Lain

Rendah Kampar 460.105

Sedang - 0

Tinggi Indragiri Hilir 316.680

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

. Kawasan Hutan Lindung memiliki potensi

ancaman tingkat sedang terluas di Kabupaten

Rokan Hulu dan tingkat tinggi terluas di

Kabupaten Pelalawan. Kawasan Hutan

Konservasi memiliki potensi ancaman tingkat

sedang terluas di Kabupaten Kampar dan tingkat

tinggi terluas di Kabupaten Siak. Kawasan Hutan

Produksi memiliki potensi ancaman tingkat

sedang terluas di Kabupaten Kampar dan tingkat

tinggi terluas di Kabupaten Pelalawan. Kawasan

Areal Penggunaan Lain memiliki potensi

ancaman tingkat rendah terluas di Kabupaten

Kampar dan tingkat tinggi terluas di Kabupaten

Indragiri Hilir. Potensi ancaman bencana

kebakaran hutan tingkat rendah hanya dimiliki

kawasan Areal Penggunaan Lain dikarenakan

kawasan Areal Penggunaan Lain memiliki jenis

tanah non-organik yang sulit untuk terbakar dan

pada penelitian ini Area Penggunaan Lain tidak

memiliki bobot dan skor karena berfokus pada

kawasan hutan, sehingga Areal Penggunaan Lain

memiliki tingkat ancaman paling rendah di

kawasan hutan Provinsi Riau. Kawasan hutan

yang memiliki potensi ancaman tingkat sedang

dikarenakan jenis tanah yang terdapat pada

kawasan hutan tersebut berupa tanah non-

organik yang sulit terbakar, sedangkan kawasan

hutan memiliki potensi ancaman tingkat tinggi

dikarenakan jenis tanah yang terdapat pada

kawasan hutan tersebut berupa tanah organik

yang mudah terbakar dan sulit dipadamkan saat

bencana kebakaran terjadi. Persebaran potensi

ancaman bencana kebakaran hutan di Provinsi

Riau disajikan dalam bentuk peta ancaman

kebakaran hutan pada Gambar 8 dan Gambar 9

berikut ini.

Page 11: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Gambar 8. Peta Ancaman Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Tahun 2018

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 9. Peta Ancaman Prabencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Tahun 2018 Skala 1:250.000 NLP 0817

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

3.3. Tutupan Lahan Provinsi Riau

Tabel 14. Hasil Klasifikasi Kawasan Hutan Provinsi Riau

Jenis Kawasan Hutan Luas

(Hektar)

Presentase

(%)

Areal Penggunaan Lain

(APL)

3.525.951 39,09

Hutan Konservasi 656.528 7,28

Hutan Lindung 267.741 2,97

Hutan Produksi 4.569.570 50,66

TOTAL 9.019.790 100

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Data tutupan lahan yang digunakan pada

penelitian ini adalah data spasial tutupan lahan

tahun 2018 yang didapatkan dari Badan

Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah

XIX Provinsi Riau. Fungsi hutan terbagi menjadi

tiga jenis yaitu Hutan Produksi, Hutan

Konservasi, dan Hutan Lindung, serta Areal

Penggunaan Lain [14]. Hutan Produksi yang

terdiri dari kawasan Hutan Produksi, Hutan

Produksi Tetap, dan Hutan Produksi Konservasi

memiliki luas terbesar di Provinsi Riau dengan

luas 4.569.570 hektar. Hutan Konservasi di

Provinsi Riau terdiri dari kawasan Cagar Alam,

Suaka Marga Satwa, Kawasan Pelestarian Alam,

Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, dan

Taman Nasional memiliki luas 656.528 hektar.

Hutan Lindung di Provinsi Riau memiliki luas

267.741 hektar. Areal Penggunaan Lain yang

merupakan areal non-hutan memiliki luas

terbesar kedua di Provinsi Riau dengan luas

3.525.951 hektar. Hasil klasifikasi kemudian

dikaji untuk menentukan luasan tutupan lahan

setiap kawasan hutan berdasarkan kota atau

kabupaten di Provinsi Riau yang disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 15. Kawasan Hutan Berdasarkan Kabupaten atau Kota di Provinsi

Riau

Kabupaten / Kota

Luas Jenis Hutan (Hektar) Luas

Kabupaten/ Kota

(Hektar) APL

Hutan Konservasi

Hutan Lindung

Hutan Produksi

Bengkalis 258.588 89.095 2.531 505.866 856.080

Dumai 53.611 6.081 0 173.558 233.250

Indragiri Hilir

623.846 26.138 22.496 661.313 1.333.793

Indragiri

Hulu

249.810 152.620 22.568 384.249 809.247

Kampar 500.189 109.804 56.157 414.012 1.080.162

Kepulauan

Meranti

101.472 6.980 5.002 254.416 367.870

Kuantan Singingi

216.762 53.244 44.742 218.736 533.484

Pekanbaru 60.032 3.540 0 6.138 69.710

Pelalawan 410.396 125.246 11.782 751.736 1.299.160

Rokan Hilir 340.946 9.128 14.106 552.714 916.894

Rokan Hulu 354.168 3.028 85.779 291.065 734.040

Siak 356.131 71.624 2.578 355.767 786.100

TOTAL 3.525.951

656.528 267.741 4.569.570 9.019.790

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kawasan hutan pada setiap kabupaten atau

kota di Provinsi Riau memiliki luas yang

berbeda-beda, namun di seluruh kabupaten atau

kota di Provinsi Riau didominasi oleh kawasan

Hutan Produksi dan Areal Penggunaan Lain yang

terdiri dari lahan terbangun, perkebunan, atau

tutupan lahan lainnya. Kawasan hutan di Provinsi

Riau diklasifikasikan menurut fungsi disajikan

pada gambar berikut.

Page 12: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Gambar 10. Peta Klasifikasi Kawasan Hutan Provinsi Riau Tahun 2018

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 11. Peta Klasifikasi Kawasan Hutan Provinsi Riau Skala

1:250.000 NLP 0817 (Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

3.4. Curah Hujan Provinsi Riau

Data curah hujan yang digunakan pada

penelitian ini berasal dari situs Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

(BMKG). Data curah hujan yang digunakan

adalah data curah hujan harian (mm/hari) yang

digabungkan menjadi data curah hujan tahunan

(mm/tahun) dengan waktu pengamatan 1 Januari

2018 hingga 31 Desember 2018 dalam bentuk

tabular. Data curah hujan yang digunakan berasal

dari lima stasiun berbeda yang terdiri dari dua

stasiun BMKG di dalam Provinsi Riau (Stasiun

BMKG Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru dan

Stasiun BMKG Japura di Indragiri Hulu) dan tiga

stasiun BMKG di luar Provinsi Riau (Stasiun

BMKG Sultan Thaha di Jambi, Stasiun BMKG

Aek Godang di Sumatera Utara, dan Stasiun

Teluk Bayur di Sumatera Barat).

Gambar 12. Peta Curah Hujan Provinsi Riau Tahun 2018

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 13. Peta Curah Hujan Provinsi Riau Tahun 2018 Skala

1:250.000 NLP 0817

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Data curah hujan tersebut dilakukan

interpolasi untuk mengamati pola persebaran

curah hujan yang terjadi di Provinsi Riau. Curah

hujan memiliki peran penting dalam penentuan

tingkat ancaman kebakaran hutan. Suatu daerah

yang memiliki intensitas curah hujan rendah

berpotensi memiliki ancaman bencana kebakaran

hutan tingkat tinggi jika dibandingkan dengan

daerah yang memiliki intensitas curah hujan

tinggi dikarenakan intensitas curah hujan suatu

daerah mampu mempengaruhi kelembaban dan

kadar air pada suatu daerah sehingga suatu

daerah dapat mudah atau sulit terkabar. Hasil

pengolahan menggunakan interpolasi dan

klasifikasi data curah hujan Provinsi Riau

berdasarkan parameter ancaman bencana

kebakaran hutan menunjukan bahwa Provinsi

Riau hanya memiliki satu tingkat klasifikasi,

yaitu curah hujan tingkat sedang dengan

Page 13: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

intensitas curah hujan 1.667 – 3.333 mm/tahun.

Hasil klasifikasi curah hujan menunjukan seluruh

kabupaten atau kota di Provinsi Riau memiliki

potensi ancaman kebakaran hutan tingkat

sedang. Persebaran pola ancaman pada curah

hujan di Provinsi Riau tahun 2018 kemudian

disajikan dalam bentuk peta klasifikasi curah

hujan pada gambar berikut.

Gambar 14. Peta Klasifikasi Curah Hujan Provinsi Riau 2018

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 15. Peta Klasifikasi Curah Hujan Provinsi Riau 2018 Skala

1:250.000 NLP 0817

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

3.4. Jenis Tanah Provinsi Riau

Gambar 16. Peta Jenis Tanah Provinsi Riau 2018

(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provisi Riau)

Gambar 17. Peta Jenis Tanah Provinsi Riau 2018 Skala 1:250.000 NLP

0817

(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau)

Data jenis tanah yang digunakan pada

penelitian ini adalah data spasial jenis tanah

tahun 2018 yang didapatkan dari Dinas

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DISLHK)

Provinsi Riau. Setelah melakukan klasifikasi

berdasarkan Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah

Nasional oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian [19], tanah berjenis

Aluvial, Latosol, Podsolik Merah Kuning, dan

Brown Forest Soil merupakan jenis tanah

mineral yang sulit untuk terbakar. Tanah berjenis

Organosol atau tanah gambut merupakan jenis

tanah organik yang sangat mudah terbakar dan

sulit dipadamkan apinya saat terjadi sebuah

kebakaran.

Page 14: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Tabel 16. Hasil Klasifikasi Jenis Tanah Provinsi Riau

Tingkat Ancaman Luas (Hektar) Persentase (%)

Rendah 5.524.730 61,25

Sedang 0 0

Tinggi 3.495.060 38,75

TOTAL 9.019.790 100%

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Hasil klasifikasi jenis tanah menunjukan

bahwa jenis tanah dengan tingkat rendah

memiliki luas lebih besar dari jenis tanah dengan

tingkat tinggi, hal ini menunjukan ancaman

kebakaran dengan tingkat rendah lebih

mendominasi dari ancaman kebakaran dengan

tingkat tinggi di Provinsi Riau. Jenis tanah

dengan tingkat tinggi memiliki jenis tanah

organik berupa tanah organosol, jenis tanah yang

mudah terbakar dan saat terbakar sangat sulit

untuk dipadamkan. Jenis tanah dengan tingkat

rendah memiliki jenis tanah non-organik atau

jenis tanah mineral yang sulit terbakar

Tabel 17. Jenis Tanah Berdasarkan Jenis Kawasan Hutan

Provinsi Riau

Jenis Kawasan

Hutan

Luas

Kawasan

Hutan

(Hektar)

Tingkat Ancaman

Berdasarkan Jenis Tanah

Rendah (Non-

Organik)

Luas (Hektar)

Tinggi

(Organik)

Luas

(Hektar)

Hutan Konservasi 656.528 143.692 512.836

Hutan Lindung 267.741 19.450 248.291

Hutan Produksi 4.569.570 2.531.330 2.038.240

Areal Penggunaan

Lain

3.525.951 800.588 2.725.363

TOTAL 9.019.790 3.495.060 5.524.730

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Jenis tanah terluas pada kawasan Hutan

Konservasi adalah jenis tanah organik dengan

luas 512.836 hektar atau sebesar 78,11% dari

luas total kawasan Hutan Konservasi di Provinsi

Riau. Jenis tanah terluas pada kawasan Hutan

Lindung adalah jenis tanah organik dengan luas

248.291 hektar atau sebesar 92,74% dari luas

total kawasan Hutan Lindung di Provinsi Riau.

Jenis tanah terluas pada kawasan Hutan Produksi

adalah jenis tanah non-organik dengan luas

2.531.330 hektar atau sebesar 55,40% dari luas

total kawasan Hutan Produksi di Provinsi Riau.

Jenis tanah terluas pada kawasan Areal

Penggunaan Lain adalah jenis tanah organik

dengan luas 2.725.363 hektar atau sebesar

77,29% dari luas total kawasan Areal

Penggunaan Lain di Provinsi Riau. Kawasan

Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan Areal

Penggunaan Lain yang memiliki jenis tanah

organik lebih mendominasi sehingga memiliki

potensi ancaman bencana kebakaran hutan

tingkat tinggi. Kawasan Hutan Produksi yang

memiliki jenis tanah non-organik lebih

mendominasi sehingga memiliki potensi

ancaman bencana kebakaran hutan tingkat

rendah, namun juga dapat memiliki potensi

ancaman bencana kebakaran hutan tingkat tinggi

dikarenakan kawasan Hutan Produksi memiliki

jenis tanah organik hampir mendominasi sebesar

44,60% dari luas total Hutan Produksi. Hasil

klasifikasi jenis tanah kemudian dikaji untuk

menentukan luasan jenis tanah setiap tingkat

ancaman kebakaran hutan berdasarkan kota atau

kabupaten yang ada pada Provinsi Riau yang

disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 18. Jenis Tanah Berdasarkan Kabupaten atau Kota di Provinsi

Riau

Kabupaten / Kota

Tingkat Ancaman Berdasarkan Jenis

Tanah

Luas

Kabupaten

/ Kota

(Hektar)

Rendah (Non-

Organik)

Luas (Hektar)

Tinggi

(Organik)

Luas (Hektar)

Bengkalis 383.608 472.472 856.080

Dumai 63.989 169.261 233.250

Indragiri Hilir 720.787 613.006 1.333.793

Indragiri Hulu 584.074 225.173 809.247

Kampar 998.153 82.009 1.080.162

Kepulauan Meranti 162.459 205.411 367.870

Kuantan Singingi 528.979 4.505 533.484

Pekanbaru 58.889 10.821 69.710

Pelalawan 595.210 703.950 1.299.160

Rokan Hilir 437.447 479.447 916.894

Rokan Hulu 665.497 68.543 734.040

Siak 325.638 460.462 786.100

TOTAL 5.524.730 3.495.060 9.019.790

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Page 15: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Jenis tanah dengan tingkat ancaman rendah

terluas di Provinsi Riau berada di Kabupaten

Kampar seluas 998.153 hektar, diikuti dengan

Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas 720.787

hektar dan Kabupaten Rokan Hulu dengan luas

665.497 hektar. Jenis tanah dengan tingkat

ancaman tinggi terluas di Provinsi Riau berada di

Kabupaten Pelalawan terluas seluas 703.950

hektar, diikuti dengan Kabupaten Indragiri Hilir

dengan luas 613.006 hektar dan Kabupaten

Rokan Hilir dengan luas 479.447 hektar

Persebaran pola ancaman pada jenis tanah

disajikan dalam bentuk peta klasifikasi jenis

tanah pada gambar berikut.

Gambar 18. Peta Klasifikasi Jenis Tanah Provinsi Riau

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 19. Peta Klasifikasi Jenis Tanah Provinsi Riau Skala 1:250.000

NLP 0817

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Kabupaten atau kota yang didominasi jenis

tanah tingkat rendah (non-organik) adalah

Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri

Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan

Singingi, Kota Pekanbaru, dan Kabupaten Rokan

Hulu. Kabupaten atau kota yang didominasi jenis

tanah tingkat tinggi (oganik) adalah Kabupaten

Bengkalis, Kota Dumai, Kabupaten Kepulauan

Meranti, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten

Rokan Hilir, dan Kabupaten Siak.

3.5. Kerentanan Kebakaran Hutan dan

Lahan di Provinsi Riau 2018

Tabel 19. Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi

Riau 2018

Tingkat Kerentanan Luas (Hektar) Persentase (%)

Rendah 1.048.837 11,63

Sedang 3.372.187 37,39

Tinggi 4.598.766 50,98

TOTAL 9.019.790 100

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, 2018)

Data kerentanan kebakaran hutan yang

digunakan pada penelitian ini adalah data spasial

berupa data vektor tahun 2018 yang didapatkan

dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Provinsi Riau. Hasil klasifikasi

kerentanan kemudian dikaji untuk menentukan

luasan kerentanan kebakaran hutan setiap tingkat

berdasarkan kabupaten yang ada di Provinsi Riau

seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 20. Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kawasan Hutan Provinsi Riau

Jenis Kawasan

Hutan

Luas

Kawasan

(Hektar)

Tingkat Kerentanan Bencana Kebakaran

Hutan di Kawasan Hutan Provinsi Riau

RENDAH

Luas

(Hektar)

SEDANG

Luas

(Hektar)

TINGGI

Luas

(Hektar)

Areal

Penggunaan Lain 3.525.951

325.643 1.775.509 1.424.799

Hutan

Konservasi 656.528

180.261 72.092 404.175

Hutan Lindung 267.741 88.713 26.462 152.566

Hutan Produksi 4.569.570 454.220 1.498.124 2.617.226

TOTAL 9.019.790 1.048.837 3.372.187 4.598.766

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Seluruh kawasan hutan di Provinsi Riau

memiliki potensi kerentanan bencana kebakaran

hutan tingkat tinggi, kecuali kawasan Areal

Penggunaan Lain. Areal Penggunaan Lain

memiliki potensi kerentanan bencana kebakaran

hutan tingkat sedang terluas dengan luas

1.775.509 hektar atau sebesar 50,36% dari total

luas kawasan Areal Penggunaan Lain di Provinsi

Riau, hal ini dapat disebabkan karena kawasan

Areal Penggunaan Lain tidak tersusun atau

Page 16: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

terbentuk oleh hutan atau tumbuhan yang mudah

terbakar, namun tersusun dari penggunaan lahan

lainnya seperti bangunan, pemukiman,

perkebunan, dan tutupan lainnya. Kawasan

Hutan Produksi merupakan kawasan hutan yang

memiliki potensi kerentanan dengan tingkat

tinggi terluas dengan luas 2.617.226 hektar dari

total luas Provinsi Riau

Tabel 21. Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kabupaten atau Kota di Provinsi Riau

.Kabupaten /

Kota

Tingkat Kerentanan Berdasarkan

Kabupaten / Kota Luas

Kabupaten/

Kota

(Hektar)

Rendah

Luas

(Hektar)

Sedang

Luas

(Hektar)

Tinggi

Luas

(Hektar)

Bengkalis 51.625 265.592 538.863 856.080

Dumai 9.946 30.730 192.574 233.250

Indragiri Hilir 57.358 603.860 672.575 1.333.793

Indragiri Hulu 36.319 184.598 588.330 809.247

Kampar 312.397 330.467 437.298 1.080.162

Kepulauan

Meranti

35.494 38.760 293.616 367.870

Kuantan Singingi 171.004 339.190 23.290 533.484

Pekanbaru 6.904 58.923 3.883 69.710

Pelalawan 131.850 750.312 416.998 1.299.160

Rokan Hilir 56.608 254.175 606.111 916.894

Rokan Hulu 115.130 211.264 407.646 734.040

Siak 64.202 304.316 417.582 786.100

TOTAL 1.048.837 3.372.187 4.598.766 9.019.790

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, 2018)

Kabupaten atau Kota yang memiliki potensi

kerentanan kebakaran hutan tingkat rendah

terluas berada di Kabupaten Kampar dengan luas

312.397 hektar dari total luas Provinsi Riau.

Kabupaten atau Kota yang memiliki potensi

kerentanan kebakaran hutan tingkat sedang

terluas berada di Kabupaten Pelalawan dengan

luas 750.312 hektar dari total luas Provinsi Riau.

Kabupaten atau Kota yang memiliki potensi

kerentanan kebakaran hutan tingkat tinggi terluas

berada di Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas

672.575 hektar dari total luas seluruh Provinsi

Riau. Persebaran potensi kerentanan bencana

kebakaran hutan disajikan dalam bentuk peta

kerentanan bencana kebakaran hutan pada

gambar berikut.

Gambar 21. Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Tahun 2018

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau)

Gambar 22. Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Provinsi Riau Tahun 2018 Skala 1:250.000 NLP 0817

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau)

Data kerentanan bencana kebakaran hutan

dan lahan di Provinsi Riau ini kemudian dikaji

untuk menentukan pola persebaran kerentanan

bencana kebakaran hutan dan lahan berdasarkan

jenis kawasan hutan pada setiap kabupaten atau

kota yang ada di Provinsi Riau yang disajikan

pada Tabel berikut ini.

Tabel 22. Pola Persebaran Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan

Lahan Provinsi Riau 2018

Jenis Kawasan Hutan Tingkat

Kerentanan

Kabupaten /

Kota

Luas

(Hektar)

Hutan Lindung

Rendah Kampar 39.321

Sedang Kuantan

Singingi

10.608

Tinggi Rokan Hulu 56.884

Hutan Konservasi

Rendah Kampar 96.809

Sedang Pelalawan 52.169

Tinggi Indragiri Hulu 150.019

Hutan Produksi Rendah Kampar 131.673

Page 17: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Jenis Kawasan Hutan Tingkat

Kerentanan

Kabupaten /

Kota

Luas

(Hektar)

Sedang Pelalawan 367.606

Tinggi Rokan Hilir 411.493

Areal Penggunaan

Lain

Rendah Kampar 41.889

Sedang Indragiri Hilir 350.848

Tinggi Indragiri Hilir 230.926

(Sumber : Hasil Pengolahan, 2020)

Kawasan Hutan Lindung memiliki potensi

kerentanan bencana kebakaran hutan tingkat

rendah terluas di Kabupaten Kampar, tingkat

sedang terluas di Kabupaten Kuantan Singingi,

dan tingkat tinggi terluas di Kabupaten Rokan

Hulu. Kawasan Hutan Konservasi memiliki

potensi kerentanan bencana kebakaran hutan

tingkat rendah terluas di Kabupaten Kampar,

tingkat sedang terluas di Kabupaten Pelalawan,

dan tingkat tinggi terluas di Kabupaten Indragiri

Hulu. Kawasan Hutan Produksi memiliki potensi

kerentanan bencana kebakaran hutan tingkat

rendah terluas di Kabupaten Kampar, tingkat

sedang terluas di Kabupaten Pelalawan, dan

tingkat tinggi terluas di Kabupaten Rokan Hilir.

Kawasan Areal Penggunaan Lain memiliki

potensi kerentanan bencana kebakaran hutan

tingkat rendah terluas di Kabupaten Kampar,

tingkat sedang terluas di Kabupaten Indragiri

Hilir, dan tingkat tinggi terluas di Kabupaten

Indragiri Hilir. Tinggi atau rendahnya tingkat

kerentanan bencana kebakaran hutan yang

berpotensi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh

faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor fisik,

dan faktor sosial budaya yang terdapat di daerah

tersebut.

3.6. Kapasitas Provinsi Riau

Tabel 23. Kapasitas Provinsi Riau 2018

Tingkat Kapasitas Luas (Hektar) Persentase (%)

Rendah 4.407.294 48,86

Sedang 4.542.786 50,36

Tinggi 69.710 0,77

TOTAL 9.019.790 100

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau,

2018)

Data kapasitas Provinsi Riau yang digunakan

pada penelitian ini adalah data spasial berupa

data vektor tahun 2018 yang didapatkan dari

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Provinsi Riau. Kapasitas Provinsi Riau

yang memiliki 3 tingkat kapasitas yang disajikan

pada Tabel 22.

Tabel 24. Kapasitas Berdasarkan Kabupaten atau Kota di Provinsi Riau

Tingkat Kapasitas Kabupaten / Kota

Rendah

1. Bengkalis

2. Dumai

3. Kepulauan Meranti

4. Pelalawan

5. Rokan Hulu

6. Rokan Hilir

Sedang

1. Indragiri Hilir

2. Indragiri Hulu

3. Kampar

4. Kuantan Singingi

5. Siak

Tinggi 1. Pekanbaru

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2018)

Tabel menunjukan bahwa Kabupaten

Bengkalis, Kota Dumai, Kabupaten Kepulauan

Meranti, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten

Rokan Hilir, dan Kabupaten Rokan Hulu

memiliki kapasitas dengan tingkat rendah.

Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri

Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan

Singingi, dan Kabupaten Siak memiliki kapasitas

dengan tingkat sedang. Kota Pekanbaru memiliki

kapasitas dengan tingkat tinggi. Kabupaten dan

kota yang memilki kapasitas tingkat rendah

kurang mampu mengurangi risiko bencana yang

terjadi pada masing – masing kabupaten.

Kapasitas Provinsi Riau disajikan dalam bentuk

peta kapasitas Provinsi Riau yang disajikan pada

gambar berikut.

Gambar 23. Peta Kapasitas Provinsi Riau Tahun 2018

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau)

Page 18: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

Gambar 24. Peta Kapasitas Provinsi Riau Tahun 2018 Skala 1:250.000

NLP 0817

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau)

3.7. Validasi Peta Risiko Prabencana

Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Tabel 25. Perbandingan Hasil Risiko Pengolahan Tahun 2018 dengan

Data Risiko BPBD Provinsi Riau Tahun 2016

Tingkat Risiko

Luas (Hektar)

Hasil Pengolahan

(2018)

Data BPBD (2016)

Rendah 4.705.043 3.222.137

Sedang 1.822.083 2.488.306

Tinggi 2.492.664 3.309.347

TOTAL 9.019.790 9.019.790

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Peta potensi risiko bencana kebakaran hutan

Provinsi Riau tahun 2018 yang dihasilkan

divalidasi dengan peta risiko bencana kebakaran

hutan dan lahan Provinsi Riau tahun 2016 dari

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Provinsi Riau. Peta potensi risiko

bencana kebakaran hutan tahun 2018 hasil

pengolahan memiliki perbedaan luasan setiap

tingkat risikonya dengan Peta risiko bencana

kebakaran hutan tahun 2016 pada milik BPBD

Provinsi Riau. Hasil pengolahan menunjukan

bahwa Provinsi Riau memiliki potensi risiko

bencana kebakaran hutan terluas pada tingkat

rendah karena pada pengolahan kawasan Areal

Penggunaan Lain tidak diberi nilai parameter

atau tidak digunakan sehingga nilai yang

didapatkan pada kawasan Areal Penggunaan

Lain sebagian besar memiliki risiko bencana

kebakaran hutan yang rendah. Peta risiko

bencana kebakaran hutan dan lahan milik BPBD

Provinsi Riau tahun 2016 memiliki potensi risiko

bencana kebakaran hutan terluas pada tingkat

tinggi karena dalam pengolahan tutupan lahan

pihak BPBD Provinsi Riau tidak hanya

menggunakan Hutan saja dalam penentuan

tingkat ancaman bencana kebakaran hutan,

melainkan juga menggunakan parameter tutupan

lahan lainnya. Hasil validasi luasan tingkat risiko

kebakaran hutan di Provinsi Riau antara hasil

pengolahan dan data dari Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau disajikan

pada Tabel berikut ini.

Tabel 26. Hasil Validasi Peta Risiko Kebakaran Hutan Provinsi Riau

Validasi Luas

Tingkat Risiko

Data BPBD Tahun 2016 (Hektar)

Total

Rendah Sedang Tinggi

Hasil

Olahan

Tahun

2018

(Hektar)

Rendah 2.944.420 1.512.682 247.941 4.705.043

Sedang 259.584 668.686 893.813 1.822.083

Tinggi 18.133 306.938 2.167.593 2.492.664

Total 3.222.137 2.488.306 3.309.347 9.019.790

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Luas risiko kebakaran hutan tingkat rendah

yang bertampalan memiliki luasan seluas

2.944.420 Hektar. Luas risiko kebakaran hutan

tingkat sedang yang bertampalan memiliki

luasan seluas 668.686 Hektar. Luas risiko

kebakaran hutan tingkat tinggi yang bertampalan

memiliki luasan seluas 2.167.593 Hektar. Total

luas seluruh tingkat risiko kebakaran hutan yang

bertampalan seluas 5.780.699 hektar. Jumlah

presentase disajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 27. Hasil Persentase Validasi Peta Risiko Kebakaran Hutan

Provinsi Riau

Kelas Luas (Hektar) Persentase (%)

Rendah 2.944.420 32,64

Sedang 668.686 7,41

Tinggi 2.167.593 24,03

Total 5.780.699 64,09

(Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Persentase dari validasi risiko kebakaran

hutan tingkat rendah sebesar 32,64% dari total

luas wilayah Provinsi Riau. Persentase dari

validasi risiko kebakaran hutan tingkat sedang

sebesar 7,41% dari total luas wilayah Provinsi

Riau. Persentase dari validasi risiko kebakaran

hutan tingkat tinggi sebesar 24,03% dari total

Page 19: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

luas wilayah Provinsi Riau. Total persentase dari

validasi risiko kebakaran hutan seluruh tingkat

sebesar 64,09% dari total luas wilayah Provinsi

Riau. Persebaran tingkat risiko pada kedua peta

sebagian besar berada di daerah sama.

Hasil luasan tingkat risiko dan persebaran

tingkat risiko yang berbeda disebabkan oleh

perubahan kondisi yang terjadi pada tahun 2016

dan 2018. Ditinjau dari data penyusun risiko

bencana kebakaran hutan, kerentanan dan

kapasitas, data yang digunakan pada pengolahan

penelitian ini menggunakan data tahun 2018,

sehingga menimbulkan perbedaan hasil antara

hasil pengolahan dengan data risiko dari BPBD

Provinsi Riau tahun 2016. Ditinjau dari penyusun

ancaman bencana kebakaran hutan, curah hujan

tahunan yang dinamis dan tutupan lahan yang

mengalami perubahan di setiap tahunnya juga

mampu mempengaruhi hasil pengolahan risiko

sehingga terdapat perbedaan antara hasil

pengolahan dengan data risiko dari BPBD

Provinsi Riau, terutama pada penelitian ini hanya

berfokus pada kawasan hutan saja, sehingga

terdapat perbedaan pada tingkat ancaman

bencana kebakaran hutan di Provinsi Riau.

Validasi selanjutnya dilakukan antara peta

risiko bencana kebakaran hutan menggunakan

data sebaran titik panas (hotspot) Provinsi Riau

tahun 2018 yang didapatkan dari SiPongi

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

dengan menumpang susunkannya yang hasilnya

disajikan pada Tabel berikut ini

Tabel 28. Hasil Validasi dengan Titik Panas (Hotspot) Provinsi Riau

Tahun 2018

Tingkat Risiko Jumlah Titik Panas (Hotspot)

Provinsi Riau Tahun 2018

Rendah 56

Sedang 225

Tinggi 412

Total 693 (Sumber: Hasil Pengolahan, 2020)

Tabel menunjukan hasil validasi peta risiko

bencana kebakaran hutan Provinsi Riau 2018

hasil pengolahan dengan data sebaran titik panas

(hotspot) di Provinsi Riau tahun 2018 dari

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Persebaran titik panas menunjukan bahwa

sebaran titik panas tersebar di seluruh Provinsi

Riau dengan jumlah yang berbeda-beda setiap

tingkatan potensi risiko bencana kebakaran

hutan. Jumlah titik panas pada tingkat rendah

sebanyak 56 titik, pada tingkat sedang sebanyak

225 titik, dan pada tingkat tinggi sebanyak 412

titik. Hasil validasi menunjukan bahwa semakin

tinggi tingkatan risiko juga semakin banyak

jumlah titik panas yang tersebar pada wilayah

tingkatan risiko tersebut. Hasil tumpang susun

antara peta risiko bencana kebakaran hutan

dengan titik panas (hotspot) diasjikan pada

gambar berikut.

Gambar 25. Hasil Validasi Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan

dengan Titik Panas

(SumberL Hasil Pengolahan, 2020)

Gambar 26. Hasil Validasi Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan

dengan Titik Panas Skala 1:250.000 NLP 0817

(SumberL Hasil Pengolahan, 2020)

Page 20: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Sebaran potensi ancaman bencana kebakaran

hutan di Provinsi Riau pada kawasan hutan,

potensi ancaman tingkat sedang terluas berada

pada kawasan Hutan Konservasi dan kawasan

Hutan Lindung, sedangkan potensi ancaman

tingkat tinggi terluas berada pada kawasan

Hutan Produksi. Sebaran potensi ancaman

bencana kebakaran hutan berdasarkan

kabupaten atau kota dari total luas wilayah

Provinsi Riau, potensi ancaman tingkat

rendah terluas berada di Kabupaten Kampar

dengan luas 465.774 hektar, potensi ancaman

tingkat sedang terluas berada di Kabupaten

Kampar dengan luas 547.487 hektar, dan

potensi ancaman tingkat tinggi terluas berada

di Kabupaten Pelalawan dengan luas 734.919

hektar.

2. Sebaran potensi risiko bencana kebakaran

hutan di Provinsi Riau pada kawasan hutan,

potensi risiko tingkat rendah terluas berada

pada kawasan Hutan Konservasi dan

kawasan, sedangkan potensi risiko tingkat

tinggi terluas berada pada kawasan Hutan

Produksi. Sebaran potensi risiko bencana

kebakaran hutan berdasarkan kabupaten atau

kota dari total luas wilayah Provinsi Riau,

potensi risiko tingkat rendah terluas berada di

Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas

1.085.907 hektar. Kabupaten Pelalawan

memiliki risiko tingkat sedang terluas dengan

luas 323.239 hektar, dan Kabupaten

Pelalawan memiliki risiko tingkat tinggi

terluas dengan luas 645.864 hektar.

4.2. Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan

validasi lapangan untuk memvalidasi hasil

pengolahan yang sudah didapatkan agar hasil

lebih valid dengan kondisi lapangan yang

sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Endrawati, Analisis Data Titik Panas

(Hotspot) Kebakaran Lahan dan Hutan

tahun 2015, Jakarta: Direktorat

Inventarisasi dan Pemantauan Sumber

Daya Hutan, Ditjen Planologi Kehutanan

dan Tata Lingkungan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015.

[2] Endrawati, Analisis Data Titik Panas

(Hotspot) dan Areal Kebakaran Hutan dan

Lahan Tahun 2016, Jakarta: Direktorat

Inventarisasi dan Pemantauan Sumber

Daya Hutan, Ditjen Planologi Kehutanan

dan Tata Lingkungan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016.

[3] I Gusti Ayu Arlita NK, Ario Akbar

Lomban, Theophilus Yanuarto, GEMA

BNPB Vol. 5 No. 1 : Karhutla Riau,

Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan

Bencana, 2014.

[4] ESCAP (Economic and Social

Commission for Asia and the Pacific),

"Asia-Pacific Disaster Report 2019,"

United Nations Publications, United

Kingdom, 2019.

[5] Syaufina, Lailan, Kebakaran Hutan dan

Lahan di Indonesia : Perilaku Api,

Peyebab, dan Dampak Kebakaran,

Malang: Bayumedia Publishing, 2008.

[6] Khambali, Manajemen Penanggulangan

Bencana, Yogyakarta: Andi Offset, 2017.

[7] T. Aditya, Visualisasi Risiko Bencana di

Atas Peta, Yogyakarta: Fakultas Teknik

Geodesi Universitas Gadjah Mada, 2010.

[8] A. Arafat, Pemetaan Risiko Bencana

Kebakaran Lahan Gambut di Kabupaten

Bengkalis Provinsi Riau, Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada, 2015.

Page 21: ANALISIS RISIKO PRABENCANA KEBAKARAN HUTAN …

[9] Subardja, D., S. Ritung, M. Anda,

Sukarman, E. Suryani, dan R.E.

Subandiono., Petunjuk Teknis Klasifikasi

Tanah Nasional. Edisi Ke-2. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor:

Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2016.

[10] Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan

dan Lahan, Direktorat Jenderal

Pengendalian Perubahan Iklim,

Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, "SiPongi - Karhutla Monitring

Sistem," [Online]. Available:

[11] Menteri Kehutanan Republik Indonesia,

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.50/Menhut-II/2009 tentang Penegasan

Status dan Fungsi Kawasan Hutan,

Jakarta: Republik Indonesia, 2009.

[12] Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan

Geofisika, "Data

Online - Pusat

Database - BMKG,"

[Online]. Available:

dataonline.bmkg.go.id.

[Accessed 23 Agustus

2020].