analisis risiko
-
Upload
dwi-handayani -
Category
Documents
-
view
70 -
download
0
Transcript of analisis risiko
A. Latar Belakang
Lingkungan pemukiman dan perumahan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
yang juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan karena
lingkungan digunakan oleh manusia sebagai tempat tinggal bahkan sebagai tempat untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi pemukiman yang tidak sehat sangat mempengaruhi
timbulnya suatu penyakit. Menurut Keman (2005), menyatakan bahwa berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut dan tuberkulosis erat kaitannya dengan kondisi sanitasi pemukiman yang
tidak sehat. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
menjadi faktor risiko utama terhadap penyakit diare dan kecacingan yang menyababkan
produktivitas kerja menurun.
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992). Permasalahan permukiman yang
dihadapi kota besar semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi
penduduk yang terbentur pada kenyataan bahwa lahan di perkotaan semakin terbatas dan
nilai lahan yang semakin meningkat serta mayoritas penduduk dari tingkat ekonomi
rendah, menimbulkan permukiman-permukiman padat di kawasan yang dianggap
strategis yaitu kawasan pusat kota, industri dan perguruan tinggi. Selain itu, kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada daerah pemukiman akan menimbulkan suatu
pencemaran pada lingkungan pemukiman yang berdampak pada status kesehatan
masyarakat setempat.
Untuk mengetahui risiko kesehatan yang mungkin terjadi pada lingkungan
pemukiman, perlu dilakukan analisis risiko dengan melihat faktor-faktor yang meliputi
lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas tanah, prasarana dan sarana
lingkungan, vektor penyakit, dan penghijauan. Maka dari itu kami melakukan observasi
di Tukad Banyusari dan menganalisis faktor risiko yang mungkin terjadi pada lingkungan
pemukiman di daerah tersebut.
B. Tujuan
1. Mengetahui keadaan lingkungan pemukiman di Jalan Tukad Banyusari.
2. Menganalisis faktor risiko dan masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada
lingkungan pemukiman di Jalan Tukad Banyusari.
C. Landasan teori
Analisis risiko kesehatan lingkungan wilayah pemukiman merupakan suatu
pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan
mendiskripsikan masalah lingkungan pemukiman yang telah dikenal dan melibatkan
penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan
yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah
lingkungan saat ini atau di masa lalu.
Menurut UU RI no.4 Tahun 1992, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan
perdesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sementara itu, Undang -
undang No 4 tahun 1999 mendefinisikan bahwa satuan lingkungan permukiman
merupakan kawasan perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertentu, yang
dilengkapi dengan sistem prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas dengan
penataan ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkinkan pelayanan dan
pengelolaan yang optimal. UU tersebut menyatakan bahwa perumahan dan permukiman
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Perumahan, lingkungan permukiman
serta prasarana dan sarana pendukungnya diperlukan dalam kawasan permukiman untuk
memenuhi fungsinya sebagai kebutuhan dasar manusia, pengembangan keluarga dan
mendorong kegiatan ekonomi.
Analisis risiko lingkungan pemukiman dapat dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap persyaratan kesehatan pemukiman. Berikut ini adalah persyaratan Persyaratan
Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No. 829/ MENKES/SK/VII/1999, yaitu :
1. Lokasi
a. Lingkungan tersebut tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti
bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa, dan sebagainya;
b. Lingkungan pemukiman tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan
2. Kualitas udara :
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 mg maksimum 150 µg/m3;
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran :
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 m/detik
4. Kualitas tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman :
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan Sarana Lingkungan :
Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah,
jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon,
gas, dan sebagainya. Sedangkan Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya. Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas
pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan,
rekreasi dan olahraga, pertamanan, pemakaman (Keman, 2005). Berikut ini adalah
prasarana dan sarana yang hendaknya tersedia dilingkungan pemukiman, yaitu :
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu
penerangan jalan tidak menyilaukan mata
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan;
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. vektor penyakit :
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan :
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
D. Gambaran Umum Wilayah Jalan Tukad Banyusari
Jalan Tukad Banyusari terletak di lingkungan Br. Kaja Desa Sesetan Kecamatan
Denpasar Selatan. Jalan ini dibatasi oleh Jalan Waturenggong di sebelah timur dan Jalan
Tukad Yeh Biu di sebelah baratnya. Panjang jalan Tukad Banyusari adalah 1 km dengan
jumlah gang sebanyak 41 gang. Belum ada data yang pasti mengenai jumlah kepala
keluarga di daerah Jalan Tukad Banyusari, Br. Kaja, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar
Selatan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pemukiman ini heterogen dimana
terdapat campuran antara penduduk asli yang mayoritas beragama Hindu dan penduduk
pendatang yang beragama islam dan kristiani. Terdapat beragam jenis mata pencaharian
masyarakat yang bermukim di pemukiman Jalan Tukad Banyusari ini, seperti masyarakat
yang berprofesi sebagai PNS, pedagang kaki lima, pemilik warung, pemilik industri
rumahan, sebagai kuli bangunan, dan lainnya. Hal ini berdampak pada keberagaman
kondisi sosial ekonomi masyarakat di pemukiman Jalan Tukad Banyusari dimana terdapat
penduduk yang memiliki kondisi sosial ekonomi menengah ke atas hingga penduduk
yang memiliki kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah. Hal ini juga berdampak pada
keberagaman konstruksi rumah di daerah ini dimana terdapat rumah yang berkonstruksi
permanen dengan lingkungan rumah yang sangat baik hingga rumah yang berkonstruksi
semi permanen dengan lingkungan rumah yang bisa dikatakan kurang memenuhi standar
kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman.
E. Hasil Observasi
Berikut akan dipaparkan hasil observasi kami mengenai kondisi pemukiman di
Lingkungan Tukad Banyusari Banjar Kaja, Desa Sesetan. Hasil dari pemantauan yang
telah kami lakukan mengacu pada aspek-aspek Persyaratan Kesehatan Perumahan dan
Lingkungan Pemukiman menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999, yaitu :
1. Lokasi :
Pemukiman ini tidak terletak di bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor,
gelombang tsunami, daerah gempa, tempat pembuangan akhir sampah, dan pada jalur
pendaratan penerbangan. Tetapi daerah ini rawan terhadap banjir, karena dibeberapa
gang masih banyak selokan yang dangkal. Selain itu pada beberapa titik lokasi
pemukiman, masyarakat memanfaatkan lahan kosong yang ada disana digunakan
sebagai tempat pembuangan sampah sehingga berpotensi untuk menimbulkan banjir
pada saat musim hujan. Jarak antara bangunan yang satu dengan yang lainnya sangat
rapat dan ada yang masih menggunakan anyaman dari bambu sebagai pembatas
dinding rumah sehingga sangat berbahaya jika terjadi kebakaran.
2. Kualitas udara :
Secara umum udara di pemukiman ini tidak terlalu tercemar. Namun, salah satu gang
di wilayah Jalan Tukad Banyusari terdapat sebuah industri yang berpotensi
menimbulkan hazard yang dapat mencemari udara. Industri tersebut adalah industri
pembuatan kipas yang menghasilkan limbah debu bekas serutan kayu dan juga
menimbulkan bau yang menyengat akibat penggunaan vernis sebagai finishing dalam
pembuatan produk kipas tersebut. Disisi lain, masih ada beberapa rumah warga yang
menggunakan asbes sebagai atap rumah mereka. Hal ini tentu dapat mempengaruhi
kualitas udara dari lingkungan tersebut dan dapat berdampak pada kesehatan jika
lama terpapar debu yang dihasilkan oleh asbes. Karena menurut Conant dan Fadem
(2009), asbes yang berasal dari serat halus dapat beterbangan di udara dan dengan
mudah terhirup masuk ke dalam paru-paru, memotong dan merobek jaringan paru-
paru, dan beberapa tahun kemudian menyebabkan kerusakan permanen pada paru-
paru. Karena asbes sangat berbahaya, banyak pemerintah-pemerintah negara tidak
mengijinkan pemanfaatan asbes di bangunan-bangunan atau produk-produk industri
baru.
3. Kebisingan dan getaran
Tingkat kebisingan di daerah pemukiman ini cukup bising karena daerah pemukiman
ini terletak dekat dari jalan raya dan jalan raya tersebut cukup ramai dilewati oleh
kendaran-kendaraan. Selain itu terdapat pula sumber kebisingan yang ditimbulkan
dari kegiatan industri, seperti pada industri kipas. Kegiatan yang menimbulkan
kebisingan tersebut adalah pada proses pemotongan kayu dengan mesin. Jenis
kegiatan lain yang juga menimbulkan kebisingan di sekitar lingkungan tersebut adalah
pada kegiatan perbengkelan. Sedangkan untuk getaran, di daerah pemukiman ini tidak
terdapat getaran yang bersifat mengganggu karena di pemukiman ini tidak terdapat
sumber getaran.
4. Kualitas tanah :
Kualitas tanah dapat diketahui dari warna tanah. Dari hasil observasi diketahui
kondisi tanah di sekitar pemukiman mengindikasikan bahwa tanah tersebut terdapat
bahan organik, telihat dari warna tanah yang gelap. Tanah organik cenderung
memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi
humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya
miskin mineral, dimana pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi
jaringan makhluk hidup. Tanah organik ini dapat ditanami karena memiliki sifat fisik
gembur, sehingga mampu menyimpan cukup air. Namun karena memiliki keasaman
tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan dibawah
capaian optimum. (the color of soil united state department of agriculture natural
resources conservation service) http: //
soils.usda.gov/education/resources/k_12/lessons/color/ diakses tgl 3 januari 2013
5. Sarana dan Prasarana lingkungan :
a. Taman bermain dan sarana rekreasi :
Pemukiman ini tidak memiliki taman bermain untuk anak dan sarana rekreasi
keluarga.
b. Sarana drainase :
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Namun sarana drainase yang terdapat di wilayah
Tukad Banyusari rata-rata dipenuhi oleh sampah sehingga proses pengaliran air
buangan menjadi terganggu. Selain itu, sampah yang terdiri atas berbagai bahan
organik dan anorganik apabila telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar
dapat menjadi sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat
menjadi vektor penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa dan sebagainya. Akumulasi
sampah juga merupakan sumber dari berbagai organisme patogen, sehingga dapat
membahayakan kesehatan masyarakat, terutama yang bertempat tinggal dekat
dengan drainase yang dipenuhi oleh sampah.
c. Konstruksi jalan raya :
Kondisi jalan raya Tukad Banyusari tergolong kurang lebar mengingat banyaknya
kendaraan yang melintasi jalan tersebut setiap harinya. Selain itu, saluran drainase
yang terdapat dipinggir jalan raya tidak ditutup, sehingga dapat membahayakan
pengguna jalan raya. Dan menurut salah satu warga yang kami wawancarai di
daerah tersebut, bahwa pernah terjadi kecelakaan di salah satu ruas jalan, akibat
tidak adanya konstruksi trotoar yang menutupi saluran drainase tersebut. Dengan
tidak adanya trotoar, keselamatan pejalan kaki dan bagi penyandang cacat menjadi
terancam. Padahal salah satu persyaratan kesehatan lingkungan pemukiman adalah
adanya konstruksi trotoar yang tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang
cacat. Dalam Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 007/T/BNKT/1990, suatu ruas
jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila disepanjang jalan tersebut
terdapat penggunaan lahan seperti perumahan yang mempunyai potensi
menimbulkan pejalan kaki.
d. Lampu penerangan jalan :
Secara umum, pada jalan raya Tukad Banyusari sudah terdapat lampu penerangan
jalan, namun tingkat penerangannya masih dirasa kurang karena jarak antar lampu
jalan terlalu jauh satu sama lainnya. Sedangkan disepanjang gang-gang pemukiman
ini tidak terdapat lampu yang dipasang khusus sebagai penerangan jalan. Tetapi
gang-gang di pemukiman ini sudah cukup terang karena rumah-rumah penduduk
disana terletak berimpitan sehingga lampu yang berasal dari masing-masing rumah
penduduk dapat menerangi jalan di depan rumah mereka.
e. Ketersediaan air bersih :
Sumber air yang digunakan oleh penduduk di pemukiman ini PDAM. Hal ini sudah
cukup memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga pemukiman di daerah Tukad
Banyusari..
f. Pengelolaan dan Pembuangan Sampah Rumah Tangga :
Di daerah pemukiman Tukad Banyusari ini pengelolaan dan pembuangan sampah
rumah tangganya masih belum memenuhi syarat kesehatan. Masih banyak
masyarakat yang membuang sampah rumah tangga mereka di lahan kosong yang
berada sekitar pemukiman tersebut, selain itu juga terlihat banyak sampah di
selokan. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang enggan untuk
membayar iuran kebersihan. Sehingga sampah mereka tidak ikut diangkut oleh truk
sampah.
g. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah Rumah Tangga :
Pengelolaan pembuangan tinja pada pemukiman ini sudah memenuhi syarat
kesehatan. Karena pengelolaan pembuangan tinja tersebut telah menggunakan
septic tank. Sedangkan pengelolaan pembuangan limbah rumah tangga langsung
dialirkan ke selokan yang terdapat di sekitar pemukiman tersebut.
h. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan :
Pelayanan kesehatan yang dapat dengan mudah diakses oleh warga di pemukiman
ini adalah Puskesmas Denpasar Selatan 1.
i. Akses terhadap komunikasi :
Di pemukiman ini terdapat sarana komunikasi berupa telepon rumah. Tetapi warga
di pemukiman ini rata-rata sudah memiliki handphone yang bisa dipakai sebagai
sarana komunikasi.
j. Akses terhadap tempat kerja :
Berdasarkan hasil observasi di sekitar wilayah pemukiman, terdapat beberapa
tempat kerja yang menampung atau mempekerjakan masyarakat sekitar
pemukiman, seperti : industri rumah tangga (produksi kipas, catering, bengkel, dan
warung makan). Namun tidak semua masyarakat di pemukiman tersebut bekerja di
sekitar daerah pemukiman. Bagi mereka yang berprofesi sebagai PNS, jarak tempat
kerja tidak terlalu jauh dari rumah mereka.
k. Akses terhadap tempat hiburan :
Akses terhadap tempat hiburan yang mudah dijangkau oleh warga di pemukiman
ini adalah Mall Robinson dan Matahari.
l. Akses terhadap sarana pendidikan :
Terdapat sarana pendidikan mulai dari TK, SD, SMA dan perguruan tinggi.
a. TK
b. SD……………..
c. SMP
d. SMA/SMK………
e. Perguruan Tinggi
m. Akses terhadap tempat kesenian :
Di pemukiman kelas bawah tersebut, tidak terdapat tempat kesenian untuk akses
kegiatan di pemukiman tersebut.
n. Pengaturan instalasi listrik :
Pengaturan instalasi listrik di pemukiman ini sudah cukup aman dikarenakan sudah
terdapat sekring pada tiap rumah untuk mengatur arus listrik yang digunakan.
o. Tempat Pengelolaan makanan :
Tempat pengelolaan makanan yang terdapat disekitar daerah pemukiman ini adalah
banyak warung makan yang menyediakan berbagai jenis makanan. Jika dilihat dari
penyajiaan makanan, sebagian besar warung makan telah menyimpan makanan
didalam rak kaca, sehingga kecil risiko makanan tersebut terkontaminasi oleh
vektor penyakit (misalnya: tikus, lalat dan kecoa). Namun untuk pedagang
makanan yang tidak memiliki tempat yang tetap, cenderung pengelolaan makanan
yang diperdagangkan kurang memperhatikan higienitas, karena lokasi yang terletak
di pinggir jalan menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi oleh debu. Tempat
pengelolaan makanan ini hendaknya dilengkapi dengan tempat cuci tangan, air
bersih, dan segala peralatan yang digunakan dalam pengelolaan makanan
hendaknya dilakukan pembersihan setiap selesai dipergunakan dengan
menggunakan sabun dan air bersih sehingga dapat menghindari terjadinya
keracunan makanan.
6. Vektor penyakit
Jenis vektor yang banyak ada di pemukiman ini diprediksikan adalah lalat, nyamuk
dan tikus. Adanya Vektor ini tidak terlepas dari lingkungan pemukiman yang kurang
bersih dan kurang tertata.
7. Penghijauan
Penghijauan di pemukiman ini sudah cukup, karena sebagian besar warga memelihara
beberapa tanaman di sekitar depan rumah mereka walaupun banyak yang tidak
memiliki lahan pekarangan yang luas.
Simpulan :