analisis risiko

15
A. Latar Belakang Lingkungan pemukiman dan perumahan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan karena lingkungan digunakan oleh manusia sebagai tempat tinggal bahkan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi pemukiman yang tidak sehat sangat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit. Menurut Keman (2005), menyatakan bahwa berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan tuberkulosis erat kaitannya dengan kondisi sanitasi pemukiman yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko utama terhadap penyakit diare dan kecacingan yang menyababkan produktivitas kerja menurun. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992). Permasalahan permukiman yang dihadapi kota besar semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang terbentur pada kenyataan bahwa lahan di perkotaan semakin terbatas dan nilai lahan yang semakin meningkat serta mayoritas penduduk dari tingkat ekonomi rendah, menimbulkan permukiman-permukiman padat di kawasan yang dianggap strategis yaitu kawasan pusat kota, industri dan perguruan tinggi. Selain itu, kegiatan atau aktivitas yang

Transcript of analisis risiko

Page 1: analisis risiko

A. Latar Belakang

Lingkungan pemukiman dan perumahan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia

yang juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan karena

lingkungan digunakan oleh manusia sebagai tempat tinggal bahkan sebagai tempat untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi pemukiman yang tidak sehat sangat mempengaruhi

timbulnya suatu penyakit. Menurut Keman (2005), menyatakan bahwa berdasarkan

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut dan tuberkulosis erat kaitannya dengan kondisi sanitasi pemukiman yang

tidak sehat. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat

menjadi faktor risiko utama terhadap penyakit diare dan kecacingan yang menyababkan

produktivitas kerja menurun.

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung,

baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992). Permasalahan permukiman yang

dihadapi kota besar semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi

penduduk yang terbentur pada kenyataan bahwa lahan di perkotaan semakin terbatas dan

nilai lahan yang semakin meningkat serta mayoritas penduduk dari tingkat ekonomi

rendah, menimbulkan permukiman-permukiman padat di kawasan yang dianggap

strategis yaitu kawasan pusat kota, industri dan perguruan tinggi. Selain itu, kegiatan atau

aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada daerah pemukiman akan menimbulkan suatu

pencemaran pada lingkungan pemukiman yang berdampak pada status kesehatan

masyarakat setempat.

Untuk mengetahui risiko kesehatan yang mungkin terjadi pada lingkungan

pemukiman, perlu dilakukan analisis risiko dengan melihat faktor-faktor yang meliputi

lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas tanah, prasarana dan sarana

lingkungan, vektor penyakit, dan penghijauan. Maka dari itu kami melakukan observasi

di Tukad Banyusari dan menganalisis faktor risiko yang mungkin terjadi pada lingkungan

pemukiman di daerah tersebut.

B. Tujuan

1. Mengetahui keadaan lingkungan pemukiman di Jalan Tukad Banyusari.

2. Menganalisis faktor risiko dan masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada

lingkungan pemukiman di Jalan Tukad Banyusari.

Page 2: analisis risiko

C. Landasan teori

Analisis risiko kesehatan lingkungan wilayah pemukiman merupakan suatu

pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan

mendiskripsikan masalah lingkungan pemukiman yang telah dikenal dan melibatkan

penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan

yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah

lingkungan saat ini atau di masa lalu.

Menurut UU RI no.4 Tahun 1992, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup

di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan

perdesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sementara itu, Undang -

undang No 4 tahun 1999 mendefinisikan bahwa satuan lingkungan permukiman

merupakan kawasan perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertentu, yang

dilengkapi dengan sistem prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas dengan

penataan ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkinkan pelayanan dan

pengelolaan yang optimal. UU tersebut menyatakan bahwa perumahan dan permukiman

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Perumahan, lingkungan permukiman

serta prasarana dan sarana pendukungnya diperlukan dalam kawasan permukiman untuk

memenuhi fungsinya sebagai kebutuhan dasar manusia, pengembangan keluarga dan

mendorong kegiatan ekonomi.

Analisis risiko lingkungan pemukiman dapat dilakukan dengan melakukan analisis

terhadap persyaratan kesehatan pemukiman. Berikut ini adalah persyaratan Persyaratan

Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan No. 829/ MENKES/SK/VII/1999, yaitu :

1. Lokasi

a. Lingkungan tersebut tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti

bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah

gempa, dan sebagainya;

b. Lingkungan pemukiman tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan

akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan

Page 3: analisis risiko

2. Kualitas udara :

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas

beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 mg maksimum 150 µg/m3;

c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

3. Kebisingan dan Getaran :

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

b. Tingkat getaran maksimum 10 m/detik

4. Kualitas tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman :

a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg

5. Prasarana dan Sarana Lingkungan :

Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah,

jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon,

gas, dan sebagainya. Sedangkan Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas

penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan

ekonomi, sosial dan budaya. Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas

pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan,

rekreasi dan olahraga, pertamanan, pemakaman (Keman, 2005). Berikut ini adalah

prasarana dan sarana yang hendaknya tersedia dilingkungan pemukiman, yaitu :

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan

konstruksi yang aman dari kecelakaan

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor

penyakit

c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak

mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki

Page 4: analisis risiko

dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu

penerangan jalan tidak menyilaukan mata

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi

persyaratan kesehatan;

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi

persyaratan kesehatan;

f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat

kesehatan;

g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat

kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6. vektor penyakit :

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;

b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

7. Penghijauan :

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga

berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

D. Gambaran Umum Wilayah Jalan Tukad Banyusari

Jalan Tukad Banyusari terletak di lingkungan Br. Kaja Desa Sesetan Kecamatan

Denpasar Selatan. Jalan ini dibatasi oleh Jalan Waturenggong di sebelah timur dan Jalan

Tukad Yeh Biu di sebelah baratnya. Panjang jalan Tukad Banyusari adalah 1 km dengan

jumlah gang sebanyak 41 gang. Belum ada data yang pasti mengenai jumlah kepala

keluarga di daerah Jalan Tukad Banyusari, Br. Kaja, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar

Selatan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pemukiman ini heterogen dimana

terdapat campuran antara penduduk asli yang mayoritas beragama Hindu dan penduduk

pendatang yang beragama islam dan kristiani. Terdapat beragam jenis mata pencaharian

masyarakat yang bermukim di pemukiman Jalan Tukad Banyusari ini, seperti masyarakat

yang berprofesi sebagai PNS, pedagang kaki lima, pemilik warung, pemilik industri

rumahan, sebagai kuli bangunan, dan lainnya. Hal ini berdampak pada keberagaman

kondisi sosial ekonomi masyarakat di pemukiman Jalan Tukad Banyusari dimana terdapat

Page 5: analisis risiko

penduduk yang memiliki kondisi sosial ekonomi menengah ke atas hingga penduduk

yang memiliki kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah. Hal ini juga berdampak pada

keberagaman konstruksi rumah di daerah ini dimana terdapat rumah yang berkonstruksi

permanen dengan lingkungan rumah yang sangat baik hingga rumah yang berkonstruksi

semi permanen dengan lingkungan rumah yang bisa dikatakan kurang memenuhi standar

kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman.

E. Hasil Observasi

Berikut akan dipaparkan hasil observasi kami mengenai kondisi pemukiman di

Lingkungan Tukad Banyusari Banjar Kaja, Desa Sesetan. Hasil dari pemantauan yang

telah kami lakukan mengacu pada aspek-aspek Persyaratan Kesehatan Perumahan dan

Lingkungan Pemukiman menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999, yaitu :

1. Lokasi :

Pemukiman ini tidak terletak di bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor,

gelombang tsunami, daerah gempa, tempat pembuangan akhir sampah, dan pada jalur

pendaratan penerbangan. Tetapi daerah ini rawan terhadap banjir, karena dibeberapa

gang masih banyak selokan yang dangkal. Selain itu pada beberapa titik lokasi

pemukiman, masyarakat memanfaatkan lahan kosong yang ada disana digunakan

sebagai tempat pembuangan sampah sehingga berpotensi untuk menimbulkan banjir

pada saat musim hujan. Jarak antara bangunan yang satu dengan yang lainnya sangat

rapat dan ada yang masih menggunakan anyaman dari bambu sebagai pembatas

dinding rumah sehingga sangat berbahaya jika terjadi kebakaran.

2. Kualitas udara :

Secara umum udara di pemukiman ini tidak terlalu tercemar. Namun, salah satu gang

di wilayah Jalan Tukad Banyusari terdapat sebuah industri yang berpotensi

menimbulkan hazard yang dapat mencemari udara. Industri tersebut adalah industri

pembuatan kipas yang menghasilkan limbah debu bekas serutan kayu dan juga

menimbulkan bau yang menyengat akibat penggunaan vernis sebagai finishing dalam

pembuatan produk kipas tersebut. Disisi lain, masih ada beberapa rumah warga yang

menggunakan asbes sebagai atap rumah mereka. Hal ini tentu dapat mempengaruhi

kualitas udara dari lingkungan tersebut dan dapat berdampak pada kesehatan jika

lama terpapar debu yang dihasilkan oleh asbes. Karena menurut Conant dan Fadem

Page 6: analisis risiko

(2009), asbes yang berasal dari serat halus dapat beterbangan di udara dan dengan

mudah terhirup masuk ke dalam paru-paru, memotong dan merobek jaringan paru-

paru, dan beberapa tahun kemudian menyebabkan kerusakan permanen pada paru-

paru. Karena asbes sangat berbahaya, banyak pemerintah-pemerintah negara tidak

mengijinkan pemanfaatan asbes di bangunan-bangunan atau produk-produk industri

baru.

3. Kebisingan dan getaran

Tingkat kebisingan di daerah pemukiman ini cukup bising karena daerah pemukiman

ini terletak dekat dari jalan raya dan jalan raya tersebut cukup ramai dilewati oleh

kendaran-kendaraan. Selain itu terdapat pula sumber kebisingan yang ditimbulkan

dari kegiatan industri, seperti pada industri kipas. Kegiatan yang menimbulkan

kebisingan tersebut adalah pada proses pemotongan kayu dengan mesin. Jenis

kegiatan lain yang juga menimbulkan kebisingan di sekitar lingkungan tersebut adalah

pada kegiatan perbengkelan. Sedangkan untuk getaran, di daerah pemukiman ini tidak

terdapat getaran yang bersifat mengganggu karena di pemukiman ini tidak terdapat

sumber getaran.

4. Kualitas tanah :

Kualitas tanah dapat diketahui dari warna tanah. Dari hasil observasi diketahui

kondisi tanah di sekitar pemukiman mengindikasikan bahwa tanah tersebut terdapat

bahan organik, telihat dari warna tanah yang gelap. Tanah organik cenderung

memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi

humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya

miskin mineral, dimana pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi

jaringan makhluk hidup. Tanah organik ini dapat ditanami karena memiliki sifat fisik

gembur, sehingga mampu menyimpan cukup air. Namun karena memiliki keasaman

tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan dibawah

capaian optimum. (the color of soil united state department of agriculture natural

resources conservation service) http: //

soils.usda.gov/education/resources/k_12/lessons/color/ diakses tgl 3 januari 2013

5. Sarana dan Prasarana lingkungan :

a. Taman bermain dan sarana rekreasi :

Page 7: analisis risiko

Pemukiman ini tidak memiliki taman bermain untuk anak dan sarana rekreasi

keluarga.

b. Sarana drainase :

Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan,

menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan

sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau

membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat

difungsikan secara optimal. Namun sarana drainase yang terdapat di wilayah

Tukad Banyusari rata-rata dipenuhi oleh sampah sehingga proses pengaliran air

buangan menjadi terganggu. Selain itu, sampah yang terdiri atas berbagai bahan

organik dan anorganik apabila telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar

dapat menjadi sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat

menjadi vektor penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa dan sebagainya. Akumulasi

sampah juga merupakan sumber dari berbagai organisme patogen, sehingga dapat

membahayakan kesehatan masyarakat, terutama yang bertempat tinggal dekat

dengan drainase yang dipenuhi oleh sampah.

c. Konstruksi jalan raya :

Kondisi jalan raya Tukad Banyusari tergolong kurang lebar mengingat banyaknya

kendaraan yang melintasi jalan tersebut setiap harinya. Selain itu, saluran drainase

yang terdapat dipinggir jalan raya tidak ditutup, sehingga dapat membahayakan

pengguna jalan raya. Dan menurut salah satu warga yang kami wawancarai di

daerah tersebut, bahwa pernah terjadi kecelakaan di salah satu ruas jalan, akibat

tidak adanya konstruksi trotoar yang menutupi saluran drainase tersebut. Dengan

tidak adanya trotoar, keselamatan pejalan kaki dan bagi penyandang cacat menjadi

terancam. Padahal salah satu persyaratan kesehatan lingkungan pemukiman adalah

adanya konstruksi trotoar yang tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang

cacat. Dalam Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 007/T/BNKT/1990, suatu ruas

jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila disepanjang jalan tersebut

terdapat penggunaan lahan seperti perumahan yang mempunyai potensi

menimbulkan pejalan kaki.

d. Lampu penerangan jalan :

Secara umum, pada jalan raya Tukad Banyusari sudah terdapat lampu penerangan

jalan, namun tingkat penerangannya masih dirasa kurang karena jarak antar lampu

jalan terlalu jauh satu sama lainnya. Sedangkan disepanjang gang-gang pemukiman

Page 8: analisis risiko

ini tidak terdapat lampu yang dipasang khusus sebagai penerangan jalan. Tetapi

gang-gang di pemukiman ini sudah cukup terang karena rumah-rumah penduduk

disana terletak berimpitan sehingga lampu yang berasal dari masing-masing rumah

penduduk dapat menerangi jalan di depan rumah mereka.

e. Ketersediaan air bersih :

Sumber air yang digunakan oleh penduduk di pemukiman ini PDAM. Hal ini sudah

cukup memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga pemukiman di daerah Tukad

Banyusari..

f. Pengelolaan dan Pembuangan Sampah Rumah Tangga :

Di daerah pemukiman Tukad Banyusari ini pengelolaan dan pembuangan sampah

rumah tangganya masih belum memenuhi syarat kesehatan. Masih banyak

masyarakat yang membuang sampah rumah tangga mereka di lahan kosong yang

berada sekitar pemukiman tersebut, selain itu juga terlihat banyak sampah di

selokan. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang enggan untuk

membayar iuran kebersihan. Sehingga sampah mereka tidak ikut diangkut oleh truk

sampah.

g. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah Rumah Tangga :

Pengelolaan pembuangan tinja pada pemukiman ini sudah memenuhi syarat

kesehatan. Karena pengelolaan pembuangan tinja tersebut telah menggunakan

septic tank. Sedangkan pengelolaan pembuangan limbah rumah tangga langsung

dialirkan ke selokan yang terdapat di sekitar pemukiman tersebut.

h. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan :

Pelayanan kesehatan yang dapat dengan mudah diakses oleh warga di pemukiman

ini adalah Puskesmas Denpasar Selatan 1.

i. Akses terhadap komunikasi :

Di pemukiman ini terdapat sarana komunikasi berupa telepon rumah. Tetapi warga

di pemukiman ini rata-rata sudah memiliki handphone yang bisa dipakai sebagai

sarana komunikasi.

j. Akses terhadap tempat kerja :

Berdasarkan hasil observasi di sekitar wilayah pemukiman, terdapat beberapa

tempat kerja yang menampung atau mempekerjakan masyarakat sekitar

pemukiman, seperti : industri rumah tangga (produksi kipas, catering, bengkel, dan

warung makan). Namun tidak semua masyarakat di pemukiman tersebut bekerja di

Page 9: analisis risiko

sekitar daerah pemukiman. Bagi mereka yang berprofesi sebagai PNS, jarak tempat

kerja tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

k. Akses terhadap tempat hiburan :

Akses terhadap tempat hiburan yang mudah dijangkau oleh warga di pemukiman

ini adalah Mall Robinson dan Matahari.

l. Akses terhadap sarana pendidikan :

Terdapat sarana pendidikan mulai dari TK, SD, SMA dan perguruan tinggi.

a. TK

b. SD……………..

c. SMP

d. SMA/SMK………

e. Perguruan Tinggi

m. Akses terhadap tempat kesenian :

Di pemukiman kelas bawah tersebut, tidak terdapat tempat kesenian untuk akses

kegiatan di pemukiman tersebut.

n. Pengaturan instalasi listrik :

Pengaturan instalasi listrik di pemukiman ini sudah cukup aman dikarenakan sudah

terdapat sekring pada tiap rumah untuk mengatur arus listrik yang digunakan.

o. Tempat Pengelolaan makanan :

Tempat pengelolaan makanan yang terdapat disekitar daerah pemukiman ini adalah

banyak warung makan yang menyediakan berbagai jenis makanan. Jika dilihat dari

penyajiaan makanan, sebagian besar warung makan telah menyimpan makanan

didalam rak kaca, sehingga kecil risiko makanan tersebut terkontaminasi oleh

vektor penyakit (misalnya: tikus, lalat dan kecoa). Namun untuk pedagang

makanan yang tidak memiliki tempat yang tetap, cenderung pengelolaan makanan

yang diperdagangkan kurang memperhatikan higienitas, karena lokasi yang terletak

di pinggir jalan menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi oleh debu. Tempat

pengelolaan makanan ini hendaknya dilengkapi dengan tempat cuci tangan, air

bersih, dan segala peralatan yang digunakan dalam pengelolaan makanan

hendaknya dilakukan pembersihan setiap selesai dipergunakan dengan

menggunakan sabun dan air bersih sehingga dapat menghindari terjadinya

keracunan makanan.

Page 10: analisis risiko

6. Vektor penyakit

Jenis vektor yang banyak ada di pemukiman ini diprediksikan adalah lalat, nyamuk

dan tikus. Adanya Vektor ini tidak terlepas dari lingkungan pemukiman yang kurang

bersih dan kurang tertata.

7. Penghijauan

Penghijauan di pemukiman ini sudah cukup, karena sebagian besar warga memelihara

beberapa tanaman di sekitar depan rumah mereka walaupun banyak yang tidak

memiliki lahan pekarangan yang luas.

Simpulan :