ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

143
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-06A; Tgl. Efektif : 01 Des 2015; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1 ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR HIGH CRANE STUDI KASUS: PT. PELINDO I MEDAN (PERSERO) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh ANITA NANDA SARI 120403174 DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

Page 1: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-06A; Tgl. Efektif : 01 Des 2015; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1

ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

HIGH CRANE STUDI KASUS: PT. PELINDO I

MEDAN (PERSERO)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

ANITA NANDA SARI

120403174

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler

strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk

tugas sarjana ini adalah “Analisis Penilaian Risiko Kerja Operator High Crane

Studi Kasus: PT. Pelindo I Medan (Persero)”

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan

pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS

JANUARI, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta

telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas

sarjana ini. Terimakasih juga kepada kedua orang tua yang tiada hentinya

mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat

diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih

sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini

sebagai ungkapan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Salmin

dan Ibunda tercinta Fatimah .

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. Eng Ir. Listiani Nurul Huda, M.T. selaku Dosen Pembimbing I atas

waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis

dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

2. Ir. Khawarita Siregar, M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas

Sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

vi

3. Ir. Ukurta Tarigan, M.T. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas

Sarjana ini

4. Ibu Dr.Ir. Juliza Hidayati, MT dan Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT sebagai

Dosen Pembanding yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan

memberikan kritik dan saran serta membimbing penulis untuk

penyempurnaan laporan tugas sarjana.

5. Pak Barman Simangunsong, Pak Said, dan Kak Yuni yang memberikan izin,

bimbingan dan fasilitas selama di PT Pelindo I sehingga memudahkan penulis

dalam mengumpulkan data.

6. Kakak penulis yaitu Zulfatmamin Narsih dan keponakan tersayang Keyza

Amira Fanesa yang mendukung dan memberikan semangat selama

perkuliahan di Departemen Teknik Industri.

7. Sahabat terdekat penulis yaitu Tri Rahmadani SP, Dodi Irawan, dan Fahmi

Permana Arrasyid yang telah memberikan semangat dan mendukung serta

mendoakan penulis.

8. Adik-adik terdekat penulis yaitu Indah Aprilla, Rizky Hasbi Indriyani,

Anggie Eka Putri, Adelina Putri Noer, Khairunnisa Rizki Ginting, M. Sofyan

Bahrum Juniardi, Egi Sahrahmatan, dan Cyintia Yolanda Pardede yang telah

memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan TA di PT. Pelindo I Medan (Persero), Adella

Sirait dan M. Tuah Affandi yang telah banyak memberi kenangan, motivasi,

dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

vii

10. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang

menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.

11. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Nurmansyah, Bang Ridho, Bang Mijo,

Kak Dina, Kak Rahma dan Kak Ani, terimakasih atas bantuannya dalam hal

penyelesaian administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.

12. Sahabat-sahabat pejuang dalam grup Buruh Wanita yaitu Jennifer ST, Adella

Ris Daina Sirait, Dian Labora ST, Mutiara Natasa Sembiring ST, dan Gretty

Margaretha yang senantiasa memberi dukungan moril dan bantuan tenaganya

selama masa di perkuliahan dan membantu dalam penyelesaian laporan ini.

13. Seluruh keluarga Laboratorium Sistem Produksi USU yaitu Ibu Ir. Rosnani

Ginting, MT, Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng, Ibu Dr. Ir. Juliza Hidayati,

MT yang selalu mengingatkan dan mendukung penulis untuk segera

menyelesaikan tugas sarjana dan rekan-rekan asisten SISPRO 2012 yaitu

Abdul Kadir Batubara ST, Rahmawati Putri, Jovianto Trisila ST, Rizky

Marini Rambe ST, Claudia Ursula ST, Eric Hertanto ST dan Conan Yuwono

Lauden ST yang telah menjadi bagian keluarga yang tidak terlupakan serta

adik-adik 2013 yaitu Jessica Tanuwijaya, Siti Soraya Faiza Nasution, Jeremia

Jepta Sinuraya, Robby Apriandi Sugara, Muhammad Bayu Noviza, M.

Dwiky Cahyo, Cyintia Yolanda Pardede dan Meutia Fadilla yang telah

mendukung dan mendoakan penulis.

14. Teman-teman terdekat penulis yaitu Dika Ayu Hardianti, Lailan Rahmadani,

Febry Eudina, Meirin Catherina, Khairini Wijaya, Tioni Rohana, Yulianti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

viii

Irawati ST, dan Tengku Henny Kartika yang saling mendukung dan

memberikan semangat selama menyelesaikan tugas sarjana ini.

15. Teman-teman DUABELATI yang merupakan teman-teman stambuk 2012

Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

16. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin

disebutkan satu per satu, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas

kalian semua, Amin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

Abstrak

Penilaian risiko (risk assessment) adalah suatu proses yang sistematik

untuk menilai dan mengintegrasikan pertimbangan profesional mengenai

kemungkinan kondisi yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan

keselamatan kerja sesuai PP No.50 Tahun 2012. Penilaian risiko (risk

assessment) yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi potensial

bahaya yang terdapat dalam suatu lingkungan kerja sehingga dapat dilakukan

pengendalian terhadap bahaya yang terjadi.

Pada penelitian ini berfokus penilaian risiko operator crane yang berkeja

pada ketinggian yaitu operator container crane di PT. Pelindo I Medan (Persero)

untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan

kerja yang mungkin terjadi pada operator. High crane operator adalah operator

container crane yang bertugas untuk memindahkan peti kemas dari kapal ke

dermaga dan menyusun peti kemas sesuai dengan blok yang disediakan. Penilaian

program dilakukan untuk menilai kesesuaian program risk assessment perusahaan

dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sehingga

dapat dilakukan perbaikan indikator yang tidak sesuai standar pada tahun-tahun

berikutnya. Berdasarkan penilaian dan pencegahan risiko yang dilakukan

perusahaan diperoleh ternyata masih banyak terjadi kecelakaan kerja sehingga

dilakukan penilaian kembali mengenai risk assessment perusahaan dan

mengidentifikasi potensi penyebab kecelakaan kerja dengan penilaian langsung

menggunakan formulir identifikasi bahaya yang telah diterapkan oleh perusahaan.

Akibat potensi bahaya yang tinggi sehingga terjadi kecelakaan kerja sebanyak 8

kejadian selama waktu 3 tahun terakhir.

Hasil penilaian yang diperoleh bahwa pencapaian penerapan program risk

assessment yang dilaksanakan perusahaan untuk menjamin keselamatan operator

container crane antara lain pencapaian penerapan program risk assessment sudah

berjalan dengan baik dan dipatuhi oleh seluruh karyawan pada perusahaan. Pada

proses risk assessment yang dilakukan pengkategorian risiko bahaya untuk menilai

bobot dari risiko. Berdasarkan identifikasi bahaya dari 9 potensi bahaya yang

terjadi di perusahaan dinilai 2 aktivitas risiko bahaya dengan kategori sangat

tinggi.

Kata Kunci: Risk assessment, Risiko, Kecelakaan Kerja, Potensi Bahaya,

High Crane Operator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA .............................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xxii

I PENDAHULUAN ................................................................................ I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ..................................................... I-1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... I-7

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ I-8

1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... I-9

1.5. Batasan dan Asumsi Masalah ...................................................... I-10

1.6. Sistematika Penulisan Laporan ................................................... I-11

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ...................................................................... II-1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xi

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha .................................................... II-3

2.3. Organisasi dan Manajemen ......................................................... II-4

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... II-4

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ................................ II-6

2.3.3. Jam Kerja dan Shift .......................................................... II-11

III LANDASAN TEORI .......................................................................... III-1

3.1. Pelabuhan Peti Kemas ................................................................. III-1

3.2. Crane ......................................................................................... III-2

3.2.1. Crane Stasioner ............................................................... III-2

3.2.2. Tower Crane .................................................................... III-3

3.2.3. Mobile Crane (Truck Crane) ........................................... III-3

3.2.4. Hydraulic Crane .............................................................. III-4

3.2.5. Hoist Crane ..................................................................... III-5

3.2.6. Jip Crane ......................................................................... III-5

3.2.7 Jenis Risiko pada Crane .................................................. III-6

3.3. Operator High Crane ................................................................... III-7

3.4. Penialaian Risiko (Risk Assessment) ........................................... III-9

3.4.1. Rencana Penilaian Risiko Perusahaan ............................. III-11

3.5. Pendekatan Risk Assessment ....................................................... III-14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xii

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.6. Bahaya (Hazard) ......................................................................... III-15

3.7. Kecelakaan Kerja ........................................................................ III-18

3.7.1. Klasifikasi Cidera Akibat Kecelakaan Kerja ................... III-20

3.8. Perhitungan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Kerja ... III-21

3.9. Keselamatan Kerja ...................................................................... III-24

3.9.1. Unsur Keselamatan Kerja ................................................ III-25

3.9.2. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan

Kerja ................................................................................ III-28

3.9.3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja .......................................... III-29

3.9.4. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan ............................... III-31

3.9.5. Pencegahan-Pencegahan Kecelakaan Kerja .................... III-34

3.10. Pengendalian Kecelakaan Akibat Bahaya pada Container Crane III-36

3.10.1. Terjatuh dari Ketinggian ................................................. III-36

3.10.2. Jatuh Tertimpa Benda ...................................................... III-37

3.10.3. Cidera Akibat Peralatan ................................................... III-38

3.10.4. Kelelahan ......................................................................... III-38

3.10.5. Metode Pengendalian Risiko ........................................... III-39

3.11. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) III-40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xiii

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ IV-1

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... IV-1

4.2 Objek Penelitian .......................................................................... IV-1

4.3 Jenis Penelitian ............................................................................ IV-2

4.4. Kerangka Konseptual .................................................................. IV-2

4.5 Prosedur Penelitian ...................................................................... IV-4

4.6 Variabel Penelitian ...................................................................... IV-6

4.6.1. Variabel Independen ........................................................ IV-7

4.6.2. Variabel Dependen .......................................................... IV-7

4.7 Metodologi Penelitian ................................................................. IV-7

4.7.1. Instrumen Penelitian ........................................................ IV-9

4.8 Metode Pengumpulan Data ......................................................... IV-12

4.9 Metode Pengolahan Data ............................................................. IV-14

4.10 Analisis Pemecahan Masalah ...................................................... IV-16

4.11 Kesimpulan dan Saran ................................................................. IV-16

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA............................ V-1

5.1. Pengumpulan Data ...................................................................... V-1

5.1.1. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perushaan.................. V-1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xiv

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.1.1. Penentuan Indikator Penilaian Risiko

Kecelakan Kerja Perusahaan ............................. V-1

5.1.1.2. Pengelompokkan Indikator Pernyataan ............. V-3

5.1.2. Identifikasi Bahaya ............................................................ V-15

5.1.3. Pengkategorian dan Perangkingan Sumber Bahaya .......... V-20

5.1.3.1. Pengkategorian Risiko pada Aktivitas

Operator Bekerja pada Ketinggian 40 Meter ...... V-24

5.1.3.2. Operator Naik Ke Container Crane Secara

Manual Menggunakan Tangga ............................ V-27

5.1.3.3. Operator Memindahkan Peti Kemas dari Kapal

ke Dermaga ......................................................... V-30

5.1.4. Menghitung Tingkat Kehilangan (Lost Rate) .................. V-37

5.1.5. Rencana Pengendalian Risiko .......................................... V-40

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ........................................... VI-1

6.1. Analisis ........................................................................................ VI-1

6.1.1. Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan ............... VI-1

6.1.2. Analisis Identifikasi Bahaya ............................................ VI-7

6.1.3. Analisis Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko .. VI-7

6.1.4. Analisis Tingkat Kerugian (Lost Rate) ............................ VI-9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xv

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

6.1.5. Analisis Pengendalian Risiko ........................................... VI-12

6.2. Pembahasan ................................................................................. VI-13

6.2.1. Pembahasan Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja

Perusahaan ....................................................................... VI-13

6.2.2. Pembahasan Identifikasi Bahaya ...................................... VI-15

6.2.3. Pembahasan Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian

Risiko ............................................................................... VI-16

6.2.4. Pembahasan Tingkat Kerugian (Lost Rate)...................... VI-17

6.2.5. Pembahasan Pengendalian Risiko .................................... VI-19

VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... VII-1

7.1. Kesimpulan.................................................................................. VII-1

7.2. Saran ............................................................................................ VII-2

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Kecelakaan Perusahaan ........................................................... I-7

3.1. Jenis Kategori Risiko Crane ............................................................ III-6

3.2. Pengoperasian High Crane .............................................................. III-8

3.3. Kriteria Kategori Risiko ................................................................... III-11

3.4. Pengkodean Risk Assessment ........................................................... III-14

3.5. Kategori Risiko Berdasarkan Nilai Risiko ....................................... III-15

3.6. Kategori Bahaya............................................................................... III-16

3.7. Kategori Keparahan Kecelakaan Kerja ............................................ III-23

3.8. Kategori Kerugian Materil ............................................................... III-23

3.9. Klasifikasi Jenis Kecelakaan Berdasarkan Penyebab ...................... III-30

4.1. Pengamatan yang Dilakukan di Perusahaan ................................... IV-6

4.2. Kuesioner Penilaian Risk Assessment ............................................. IV-10

4.3. Formulir Identifikasi Bahaya .......................................................... IV-12

5.1. Pengelompokkan Pernyataan untuk Setiap Indikator ..................... V-4

5.2. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) ..................................................................... V-5

5.3. Indikator Penilaian Penggunaan APD ............................................. V-6

5.4. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Upaya Pencegahan

Terjadinya Keadaan Darurat ........................................................... V-7

5.5. Indikator Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat .......................... V-8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xvii

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.6. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Disiplin dan Pengawasan . V-9

5.7. Indikator Penilaian Disiplin dan Pengawasan ................................. V-10

5.8. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Prosedur Keselamatan

dan Kesehatan Kerja ....................................................................... V-11

5.9. Indikator Penilaian Prosedur Keselamatan Kerja ........................... V-12

5.10. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Publikasi Keselamatan

Kerja ................................................................................................ V-13

5.11. Indikator Penilaian Publikasi Keselamatan Kerja ........................... V-14

5.12. Hasil Identifikasi Bahaya ................................................................ V-17

5.13. Formulir Identifikasi Bahaya .......................................................... V-18

5.14. Formulir Identifikasi Bahaya .......................................................... V-22

5.15. Bobot Kemungkinan Terjadi ........................................................... V-24

5.16. Standar Penilaian Risiko Akibat List Rusak ................................... V-25

5.17. Standar Penilaian Risiko Akibat Sepatu Licin ................................ V-26

5.18. Standar Penilaian Risiko Akibat Tidak Ada APD Khusus ............. V-27

5.19. Standar Penilaian Risiko Akibat Kondisi Tangga ........................... V-28

5.20. Standar Penilaian Risiko Akibat Tangga Licin ............................... V-29

5.21. Standar Penilaian Risiko Akibat Tidak Ada Pegangan Tangga ...... V-30

5.22. Standar Penilaian Risiko Akibat Operator Tidak Konsentrasi ........ V-31

5.23. Standar Penilaian Risiko Akibat Komunikasi Buruk ...................... V-32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xviii

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.24. Standar Penilaian Risiko Akibat Breakdown Mesin ....................... V-33

5.25. Kategori Risiko ............................................................................... V-33

5.26. Penilaian Risiko .............................................................................. V-34

5.27. Rekapitulasi Pengkategorian Sumber Bahaya ................................ V-35

5.28. Data Kecelakaan PT. Pelindo I Medan (Persero)............................ V-37

5.29. Peralatan Pendukung Operator ........................................................ V-38

5.30. Aktivitas Pengendalian dengan Cara Rekayasa Engineering ......... V-40

6.1. Pencapaian Program Risk Assessment Perusahaan ......................... VI-2

6.2. Hasil Identifikasi Bahaya ................................................................. VI-7

6.3. Penilaian Risiko ............................................................................... VI-8

6.4. Rekapitulasi Tingkat Kerugian (Lost Rate) ..................................... VI-9

6.5. Fasilitas Pendukung Operator .......................................................... VI-10

6.6. Rencana Pengendalian Risiko .......................................................... VI-12

6.7. Indikator Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan ............... VI-14

6.8. Tindakan Pencegahan ...................................................................... VI-15

6.9. Kategori Potensi Bahaya .................................................................. VI-16

6.10. Penjabaran Potensi Bahaya Tinggi .................................................. VI-16

6.11. Tindakan untuk Mengurangi Tingkat Kerugian .............................. VI-18

6.12. Pengendalian Risiko......................................................................... VI-19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Penilaian Risk Assessment ............................................................ I-2

1.2. Angka Kecelakaan Operator Crane ............................................. I-3

2.1. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I ........................... II-6

3.1. Container Crane .......................................................................... III-3

3.2. Tower Crane ................................................................................ III-3

3.3. Truck Crane ................................................................................. III-4

3.4. Hydraulic Crane .......................................................................... III-4

3.5. Hoist Crane .................................................................................. III-5

3.6. Jip Crane .................................................................................... III-5

4.1. Lokasi PT. Pelindo I Medan (Persero) ......................................... IV-1

4.2. Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. IV-3

4.3. Metodologi Penelitian .................................................................. IV-4

4.3. Pengamatan Hari 1-4 .................................................................... IV-4

4.4. Pengamatan Hari 5 ....................................................................... IV-5

4.5. Pengamatan Hari 6 ....................................................................... IV-5

4.6. Cara Pengumpulan Data ............................................................... IV-6

4.7. Metodelogi Penelitian .................................................................. IV-8

5.1. Grafik Presentasi Penilaian Penggunaan APD ............................. V-5

5.2. Grafik Persentasi Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat .......... V-7

5.3. Grafik Persentasi Penilaian Disipllin dan Pengawasan ................ V-9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

xxi

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.4. Grafik Persentasi Penilaian Prosedur Keselamatan Kerja ........... V-11

5.5. Grafik Persentasi Penilaian Publikasi Keselamatan Kerja ........... V-13

5.6. Grafik Pencapaian Program Risk Assessment ............................. V-15

5.7. Grafik Rekapitulasi Kategori Risiko ............................................ V-36

6.1. Penilaian Risiko ........................................................................... VI-8

6.2. Fluktuasi Denyut Nadi Operator Sebelum dan Sesudah Bekerja . VI-10

6.3. Grafik Bobot Penyebab Kecelakaan ............................................ VI-17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Penilain Program Risk Assessment .................... L-1

2. Formulir Identifikasi Bahaya .............................................. L-2

3. Form Tugas Akhir ............................................................... L-3

4. Surat Penjajakan .................................................................. L-4

5. Surat Balasan ....................................................................... L-5

6. Surat Keputusan Tugas Akhir ............................................. L-6

7 Lembar Asistensi ................................................................. L-7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penilaian risiko (risk assessment) adalah suatu proses yang sistematik

untuk menilai dan mengintegrasikan pertimbangan profesional mengenai

kemungkinan kondisi yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan

keselamatan kerja sesuai PP No.50 Tahun 2012. Proses penilaian risiko

seharusnya dapat memberikan suatu cara untuk mengorganisir dan

mengintegrasikan pertimbangan profesional dalam pengembangan jadwal

pelaksanaan audit untuk keselamatan dan kesehatan kerja (PP No.50 Tahun,

2012).

Penilaian risiko adalah pemeriksaan yang cermat dari apa yang terdapat

dalam pekerjaan yang bisa menyebabkan kerugian kepada operator, sehingga

dapat menilai tindakan pencegahan atau harus berbuat lebih banyak untuk

mencegah kerugian (Deshmukh, 2006). Penilaian risiko (risk assessment) yang

dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi potensial bahaya yang terdapat

dalam suatu lingkungan kerja sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap

bahaya yang terjadi. Potensi bahaya adalah salah satu problematika yang ada

di perusahan karena merupakan sumber resiko yang berpotensi

mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan, maupun manusia.

Potensial kecelakaan pada lingkungan kerja dapat disebabkan oleh faktor

manusia, faktor lingkungan kerja, faktor beban kerja yang diberikan, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-2

faktor tata cara kerja. Risiko kecelakaan kerja yang terjadi merupakan

tanggung jawab banyak pihak antara lain pekerja, manajemen perusahaan,

pemerintah dan masyarakat sekitar perusahaan. Berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh International Lobour Organization (ILO,1999) terdapat 5

potensi bahaya pada operator crane. Potensi bahaya dapat dilihat pada Gambar

1.1.

Bahaya Operator

Container Crane

Bahaya Operator

Container Crane

Bahaya Fisik

Bahaya Bahan

Kimia

Bahaya Biologi

Bahaya

Kecelakaan

Ergonomi,

Psiko-sosial,

Faktor

Organisasi

Sumber: ILO (International Lobour Organization, 1999)

Gambar 1.1. Penilaian Risk Assesssment

Berdasarkan gambar diatas bahwa penilaian risiko (risk assessment)

dilakukan dengan mengidentifikasi potensi bahaya yaitu terdapat 5 bahaya

yang dilakukan penilaian, yaitu bahaya kecelakaan, bahaya fisik, bahaya

bahan kimia, bahaya biologi, dan penilaian ergonomi, psikososial, faktor

organisasi. Dalam penelitian ini dilakukan penilaian terhadap 2 potensi bahaya

yaitu bahaya fisik dan bahaya kecelakaan. Faktor bahaya fisik adalah faktor di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-3

dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain faktor lingkungan kerja,

kondisi peralatan yang digunakan, dan cara kerja operator. Sedangkan faktor

bahaya kecelakaan yaitu kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang

memiliki potensi menyebabkan cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya

disebabkan oleh kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang tidak

dikendalikan dengan baik. Saat prosedur kerja aman tidak tersedia atau sebaliknya

tetapi tidak ditaati dengan baik oleh operator.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Division of

Occupational Safety and Health data statistik ditemukan bahwa jumlah

kejadian kecelakaan yang pernah terjadi mengenai operator crane dari tahun

1997-2006. Berikut adalah data kecelakaan yang pernah terjadi pada

pelabuhan yang menimpa operator crane pada dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Sumber: ILO (International Lobour Organization, 1999)

Gambar 1.2. Angka Kecelakaan Operator Crane

Tahun 1997; 97

Tahun 1998; 93

Tahun 1999; 80

Tahun 2000; 90

Tahun 2001; 72

Tahun 2002; 80

Tahun 2003; 62

Tahun 2004; 87

Tahun 2005; 85

Tahun 2006; 72

Jumlah Kejadian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-4

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa angka kecelakaan yang

dikutip dari Division of Occupational Safety and Health menemukan bahwa

kecelakaan yang dialami operator crane dengan jumlah kecelakaan tinggi dan

terjadi setiap tahun. Kecelakaan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di

beberapa negara lainnya yang mengoperasikan alat crane. Sehingga penilaian

risiko sangat diperlukan untuk mengidentifikasi dan melakukan pengendalian

risiko untuk mengurangi angka kecelakaan yang terjadi.

Beberapa studi telah dilakukan berkaitan dengan penilaian risiko kerja

antara lain mengemukakan bahwa penelitian menggunakan metode Job Safety

Analysis untuk mengidentifikasi potensi bahaya pengelasan listrik, penilaian

risiko serta pengendaliannya pada perusahaan pembangkit listrik (Winiarto,2013).

Identifikasi risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berkaitan dengan

kegiatan proyek pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado menggunakan

metode Job Safety Analysis (JSA) (Sepang, 2013). Penilaian risiko dengan

menggunakan matriks penilaian risiko Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

nilai risiko potensi bahaya kerja dan kategori potensi bahaya kerja di perusahaan

serta mengetahui faktor penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja di

perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode Hazard Identification

Risk Assessment (HIRA) dan Fault Tree Analysis (FTA) (Susihono, 2013).

Roor risk assessment dan Healthcare Failure Mode and Effect Analysis

(HFMEA) digunakan untuk mengevaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan dan mendapatkan penyebab dari unsafe

behaviour (Lucktya, 2012). Penilaian risiko menggunakan teknik kriteria hirarki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-5

penilaian atau menerapkan metode berdasarkan kuantifikasi fungsi utilitas.

Penilaian metode memungkinkan pemilik fasilitas tenaga listrik dan kepentingan

lainnya untuk lebih memilih penilaian jenis risiko tertentu tergantung pada jenis

fasilitas (pembangkitan, transmisi dan distribusi) dan mengamankan tingkat

keamanan yang diperlukan (Rehak, 2014). Pendekatan penilaian risiko suara

dapat menyebabkan tidak hanya untuk risiko manajemen yang lebih baik tetapi

untuk melakukan anitisipasi prediksi kecelakaan risiko pekerjaan dan insiden dan

akhirnyanya untuk melakukan pencegahan (Lucian, 2015).

PT. Pelabuhan Indonesia I (Pelindo) Medan adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) sektor Perhubungan Laut yang bergerak dalam bidang

pengusahaan jasa kepelabuhanan, berkedudukan dan berkantor pusat di Medan.

Pada penelitian terdapat permasalahan yaitu risiko kerja yang operator container

crane tinggi yang mengakibatkan angka kecelakaan kerja tinggi sehingga

perusahaan mengalami kerugian. Pada penelitian ini berfokus untuk penilaian

risiko terhadap high crane operator.

High crane operator adalah operator container crane yang bekerja

menjalankan container crane untuk memindahkan peti kemas dari kapal menuju

dermaga pelabuhan dan memindahkan peti kemas dari dermaga menuju kapal.

Operator bekerja mengoprasikan crane pada ketinggian lebih dari 40 m dari atas

permukaan tanah, upaya operator menuju ke kabin operator pada ketinggian

dengan menggunakan anak tangga dan tanpa dilindungi oleh alat pelindung diri

khusus sehingga meneybabkan risiko bahaya tinggi yang dapat dialami oleh

operator.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-6

Perusahaan telah menerapkan program untuk pencegahan bahaya dalam

upaya mengurangi kecelakaan kerja. Pencegahan yang dilakukan belum diterapkan

dengan sangat baik akibat ditemukan bahwa masih banyak terdapat kecelakaan

dengan jumlah 8 kejadian kecelakaan selama 3 tahun terakhir, yaitu pada tahun

2016 terjadi 3 kejadian kecelakaan, pada tahun 2015 terjadi 2 kejadian kecelakaan,

dan pada tahun 2014 terjadi 3 kejadian kecelakaan. Berdasarkan angka kecelakaan

yang tinggi pada perusahaan maka dilakukan penilaian risiko (risk assessment)

pada perusahaan. Penilaian pertama yang dilakukan adalah penilaian program

pencegahan kecelakaan kerja yang telah diterapkan PT. Pelindo I Medan

(Persero), penilaian ini menggunakan kuesioner dengan 5 indikator penilaian

antara lain:

1. Penggunaan alat pelindung diri (APD).

2. Upaya pencegahan terjadinya keadaan darurat.

3. Disiplin dan pengawasan program risk assessment.

4. Prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.

5. Publikasi keselamatan kerja.

Hasil penilaian program dilakukan untuk menilai kesesuaian program risk

assessment perusahaan dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) sehingga dapat dilakukan perbaikan indikator yang tidak sesuai

standar pada tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan penilaian dan pencegahan risiko

yang dilakukan perusahaan diperoleh ternyata masih banyak terjadi kecelakaan

kerja sehingga dilakukan penilaian kembali mengenai risk assessment perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-7

dan mengidentifikasi potensi penyebab kecelakaan kerja dengan penilaian

langsung menggunakan formulir identifikasi bahaya yang telah diterapkan oleh

perusahaan. Formulir identifikasi bahaya bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya

yang terjadi yaitu bahaya kecelakaan dan bahaya fisik yang terdapat pada

perusahaan, sehingga perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian terhadap

bahaya yang mungkin terjadi.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu adanya risiko bahaya

ketinggian yang dialami operator container crane yang mengakibatkan

kecelakaan kerja yang terdapat di PT. Pelindo I Medan (Persero) sehingga

dibutuhkan analisis penilaian terhadap program risk assessment perusahaan

dan mengidentifikasi potensi bahaya yang terjadi sehingga dapat dilakukan

perbaikan program risk assessment dan pengendalian bahaya untuk

mengurangi kecelakaan kerja pada perusahaan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan

penilaian risiko (risk assessment) terhadap operator container crane untuk

menilai program pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan

mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat dilakukan perbaikan program

pencegahan dan pengendalian terhadap potensi bahaya guna mengurangi

angka kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-8

Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Melakukan penilaian terhadap program pencegahan kecelakaan yang

diterapkan perusahaan dibandingkan dengan audit Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

2. Mengidentifikasi risiko kerja yang menjadi penyebab kecelakaan kerja

berdasarkan aktivitas yang dilakukan operator container crane.

3. Menentukan dan membobotkan kategori risiko dari setiap potensi bahaya

berdasarkan aktivitas yang dilakukan operator container crane.

4. Menghitung tingkat kerugian (Loss Rate) yang dialami perusahaan akibat

kecelakaan yang terjadi pada operator container crane.

5. Memberikan usulan untuk pengendalian potensi bahaya dengan pendekatan

risk assessment pada operator container crane.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori risk

assessment yang diperoleh selama kuliah dengan penerapan pada

perusahaan.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan pola pikir

yang lebih cerdas dan cermat pada bidang kerja nyata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-9

c. Mendapat kesempatan untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi

oleh perusahaan yaitu penilaian risk assessment untuk mengurangi

kecelakaan kerja

2. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk mengetahui penilaian

risiko (risk assessment) guna mengidentifikasi risiko dan pengendalian

yang mungkin terjadi untuk mengurangi kecelakaan kerja dan kerugian

perusahaan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik USU dan sebagai tambahan informasi yang dapat

digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan masalah yang digunakan yaitu:

1. Penelitian dilakukan di PT. Pelindo I (Persero) Medan yaitu pada Terminal

Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB).

2. Identifikasi penilaian program pengendalian risiko yang diterapkan

perusahaan terhadap operator container crane.

3. Jumlah operator yang diamati berjumlah 20 orang operator container

crane.

4. Penerapan program risk assessment dilakukan terhadap operator

container crane yang berjumlah 20 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-10

5. Penilaian risiko yang dilakukan yaitu pada operator yang mengoprasikan

container crane.

6. Berdasarkan 5 jenis potensi bahaya yang dinilai menggunakan risk

assessment hanya dilakukan 2 penilaian yaitu bahaya fisik dan bahaya

kecelakaan kerja.

Asumsi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Program pengendalian risiko diterapkan oleh PT. Pelindo I Medan

(Persero) tidak mengalami perubahan selama pernelitian berlangsung.

2. Tidak terjadi penambahan jumlah operator container crane selama

penelitian berlangsung.

3. Operator yang diamati adalah operator yang bekerja dalam kondisi

normal,serta sehat secara jasmani dan rohani pada operator container crane.

4. Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi, berada dalam

kondisi normal.

5. Data yang dikumpulkan mulai dari bulan November 2016.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang

mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.

Bab II Gambaran umum Perusahaan PT. Pelindo I (Persero).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

I-11

Bab III Landasan Teori, berisi teori mengenai container crane, risiko

kerja, penyebab kecelakaan kerja, pengendalian risiko, program SMK3, dan teori

lain yang mendukung penelitian.

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan

dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian,

jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, identifikasi variabel

penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder, metode pengolahan data, blok

diagram prosedur penelitian, pengolahan data, analisis pemecahan masalah

sampai kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, dalam bab ini menjelaskan

tentang jenis-jenis data, baik data primer maupun data sekunder. Data primer pada

umumnya dikumpulkan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan secara

langsung. Data sekunder dikumpulkan dengan mencatat data yang sudah tersedia.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, dalam bab ini menjelaskan tentang

analisa yang dilakukan terhadap data termasuk pengoperasian konsep ilmiah yang

digunakan dalam metode pendekatan serta teori-teori yang dijadikan landasan

dalam pemecahan masalah.

Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari

hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Sejarah berdirinya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dimulai sejak

zaman penjajahan Belanda, dimana pada saat itu bernama “Haven Bedriff” dan

nama ini digunakan hingga tahun 1950. Pada tahun 1951 berubah nama menjadi

“Jawatan Pelabuhan” hingga tahun 1956. Kemudian pada tahun 1956 berganti

nama menjadi “Perusahaan Pelabuhan Negara”.

Pada tahun 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 128 dirubah

namanya menjadi “Perusahaan Pelabuhan Daerah I”. Pada tahun 1964, sistem

organisasi kepelabuhan dirubah, dimana penguasa pelabuhan adalah Komandan

Pelabuhan yang membawahi Syahbandar dan Perusahaan Negara Pelabuhan.

Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969, Penguasa

Pelabuhan berubah namanya menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1985 dibentuk

“Perusahaan Umum Pelabuhan I” yang membawahi pelabuhan-pelabuhan di

Daerah Istimewa Aceh, Propinsi Sumatera Utara, dan Propinsi Riau. Kemudian

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 1991 dengan Akte Notaris

Imas Fatimah, SH, Perusahaan Umum Pelabuhan I berubah menjadi “PT.

(Persero) Pelabuhan Indonesia I”.

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan merupakan salah satu

unit pelaksana teknis dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang melaksanakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-2

pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas yang berlokasi di

daerah Gabion Belawan.

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan mulai dibangun tahun

2013 pada areal hasil pengerukan seluas ± 30 hektar, dan diresmikan

pemakaiannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Maret 2013. Pelayanan

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan dilaksanakan secara bertahap

baik organisasinya maupun tingkat pelayanannya dimulai dengan dibentuknya

organisasi Divisi Terminal Peti Kemas Domestik Belawan di bawah Cabang

Belawan dan mulai beroperasi melayani bongkar muat dengan crane kapal pada

tanggal 10 Februari 2013 dan beroperasi secara penuh sebagai Terminal Peti

Kemas Domestik Belawan setelah dilengkapi 2 unit container crane (alat yang

mengangkut peti kemas dari kapal ke dermaga dan sebaliknya) pada Maret 2013.

Seiring dengan perkembangan permintaan pelayanan peti kemas yang

terus meningkat dan dalam rangka terus berbenah menyongsong pasar bebas serta

tuntutan perkembangan lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang

mengharuskan manajemen harus lebih luwes dalam mengambil keputusan,

meningkatkan efektifitas, efisiensi dan peningkatan mutu pelayanan yang

diberikan suatu Terminal Peti Kemas Domestik Belawan, maka dirasakan sangat

mendesak dan perlu untuk dilakukannya suatu perubahan struktur organisasi dan

manajemen, memutus rantai birokrasi, pemberian otonomi yang lebih luas kepada

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I

Nomor : OT.09/I/I/PI-98 tanggal 16 Januari 1998 ditetapkan struktur organisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-3

dan manajemen Unit Usaha Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan.

Dengan demikian resmilah Divisi Usaha Terminal Peti Kemas Domestik Belawan

memisahkan diri dari Pelabuhan Cabang Belawan dan berubah status menjadi

pelabuhan cabang atau unit usaha mandiri dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia

I dengan nama unit Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan disingkat

menjadi TPKDB.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan merupakan salah satu

unit pelaksanaan teknis dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang

melaksanakan pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas PT.

(Persero) Pelabuhan Indonesia I sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang memiliki kewenangan untuk mengelola pelabuhan umum yang

berada pada 4 (empat) propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera

Utara, Propinsi Kepulauan Riau dan Propinsi Riau. Adapun pelabuhan-pelabuhan

andalan yang diusahakan adalah Pelabuhan Belawan, Dumai, Tanjung Pinang,

Lhokseumawe, Pekanbaru serta Terminal Peti Kemas Domestik Belawan

Belawan.

Sampai dengan tahun 2014 telah ditetapkan oleh direksi PT. (Persero)

Pelabuhan Indonesia I bahwa divisi Terminal Peti Kemas Domestik Belawan

Belawan memisahkan diri dari Pelabuhan Belawan dan memiliki status setingkat

cabang atau unit bisnis yang memiliki nama Unit Usaha Terminal Peti Kemas

Domestik Belawan Belawan, hal ini sesuai dengan perkembangan lingkungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-4

internal dan eksternal PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I serta tuntutan untuk

meningkatkan efektifitas, efisiensi dan meningkatkan mutu pelayanan yang

diberikan oleh Terminal Peti Kemas Domestik Belawan.

Perkembangan trafik bongkar muat meningkat dari tahun ke tahun.

Perkembangan ini tidak dapat dipisahkan dari kondisi dan potensi hinterlandnya

yang kaya dengan komoditi hasil perkebunan, pertanian, dan industri. Jenis

komoditi domestik dominan melalui Terminal Peti Kemas Domestik Belawan

adalah karet, sayur, kertas, plywood, kayu, dan kopi. Sedangakan untuk impor

(Belawan International Container Terminali) adalah alat mesin, elektronika,

bahan industri, dan makanan ternak.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi

Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan social dari sekelompok

individu yang saling berinteraksi menurut pola terstruktur dengan cara tertentu

sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing,

serta sebagai suatu kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu, kemudian

mempunyai batasan-batasan yang jelas sehingga organisasi dapat dipisah secara

tegas dan jelas dengan lingkungannya.

Dalam suatu organisasi dengan segala aktivitasnya, terdapat hubungan

diantara orang-orang yang menjalankan aktivitas tersebut. Makin banyak kegiatan

yang dilakukan dalam suatu organisasi makin komplek pula hubungan-hubungan

yang ada. Untuk itu perlu dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-5

hubungan tersebut termasuk hubungan antara masing-masing kegiatan atau

fungsi. Bagan yang dimaksud dinamakan bagan organisasi atau struktur

organisasi. Struktur organisasi ini menjadi dasar suatu organisasi dalam

melakukan pembagian kekuasaan (authority) dan tanggung jawab (responsibility)

terhadap tiap anggota yang ada dalam suatu organisasi.

Adapun bentuk struktur organisasi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I

adalah organisasi garis dan staf. Dalam organisasi garis dan staf secara formil

yang berhak memberikan perintah hanyalah pimpinan, sedang staf hanyalah

sebagai pembantu pimpinan dengan tugas perencanaan, memberikan nasehat dan

lain-lain yang serupa dengan itu. Tetapi dalam organisasi yang besar atau

mempunyai ruang lingkup tugas yang luas, beranekaragam dan kompleks, tidak

mungkin lagi bagi seorang pimpinan mengambil keputusan dan perintah dalam

segala hal, oleh karena itu pimpinan mendelegasikan beberapa wewenangnya

kepada staf sesuai bidang pekerjaannya masing-masing. Dalam hal yang demikian

staf menandatangani keputusan, perintah, instruksi dan lain-lain atas nama

pimpinan.

Pada umumnya dalam tipe atau bentuk organisasi garis dan staf, biasanya

staf akan memberikan arahan dan nasehat kepada para pelaksana dalam

melakukan suatu pekerjaan atau pengawasan pekerjaan. Sedangkan staf khusus

memberikan petunjuk-petunjuk teknis pekerjaan menurut bidang dan kemampuan

para pekerja masing-masing, untuk dilaksanakan oleh para pekerja. Pekerja tidak

berhubungan langsung dengan pimpinan melainkan melalui perantara staf yang

telah diberikan wewenang dan tanggung jawab.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-6

Adapun bagan struktur organisasi di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I

yang bertipe garis dan staf dapat dilihat pada Gambar 2.1.

GENERAL

MANAGER

WAKIL

MANAJEMEN

DIVISI OPERASI

Dinas

Perencanaan

Operasi

Dinas Pelayanan

Operasi

DIVISI KOMERSIL

Dinas Adm. TPP

Dinas Peng.

Usaha & Promosi

DIVISI TEKNIK

Dinas

Pengoperasian

Alat

Dinas Penyiapan

Fasilitas

DIVISI

KEUANGAN

Dinas

Perbendaharaan

Dinas Akuntansi

Keuangan

DIVISI UMUM

Dinas

Kepegawaian

Dinas Tata Usaha

& Rumah T

DIVISI RENBANSI

Dinas Renbang

Sistem

Dinas Datin

Dinas Penyiapan

Alat

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang

memegang jabatan dalam organisasi, dimana masing-masing personil mempunyai

tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya.

Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang

diterima. Adapun tugas dan tanggung jawab untuk masing- masing pada bagian

PT. Pelabuhan Indonesia 1 adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-7

1. General Manager

Mempunyai tugas poko menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan

mengendalikan operasi kapal dan lapangan, pelayanan operasi CFS serta

pelayanan gate, produksi dan pendapatan, melaksanakan pengembangan usaha

dan promosi, menyiapkan peralatan, mengelola perbengkelan dan instalasi listrik

serta air, keuangan, urusan umum, data dan informasi serta melaksanakan

perencanaan dan pengawasan mutu pelayanan dalam rangka pelaksanaan

manajemen mutu

2. Manajer Divisi Operasi

Mempunyai tugas pokok merencanakan dan mengendalikan kegiatan

operasi pelayanan operasi kapal dan lapangan, pelayanan CFS Serta pelayanan

Gate. Manager divisi operasi membawahu dinas-dinas dengan tugas sebagai

berikut:

a. Dinas perencanaan dan pengembangan operasi

Dinas perencanaan dan pengembangan operasi mempunyai tugas pokok

melaksanakan perencanaan dan pengendalian kegiatan operasi kapal dan

lapangan, CFS dan melaksanakan administrasi perencanaan dan pengendalian

operasi, supervisi dan evaluasi kegiatan operasi serta kinerja operasi dan

pengendalian operasi, supervisi dan evaluasi kegiatan operasi serta kinerja

operasi.

b. Dinas Pelayanan Operasi

Dinas pelayanan operasi mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan

operasi kapal dan lapangan, CFS serta pelayanan gate

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-8

c. Dinas Pengoperasian Peralatan

Dinas Pengoperasian peralatan mempynuai tugas pokok melaksanakan dan

mengendalikan pengoperasian peralatan, instalasi listrik dan air, perangkat

komunikasi dan reefer plug.

3. Manajer Divisi Komersial

Mempunyai tugas pokok melaksanakan verifikasi dan penotaan,

administrasi trafik, produksi dan pendapatan pengembangan usaha dan operasi.

Manager divisi komersi membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:

a. Dinas Administrasi Trafik, Produksi dan Pendapatan

Dinas Administrasi trafik, produksi dan pendapatan mempunyai tugas pokok

melaksanakan verifikasi, penotaan, administrasi lalu lintas head truck, produksi

dan pendapatan.

b. Dinas Pengembangan Usaha Dan Promosi

Dinas pengembangan usaha dan promosi mempunyai tugas pokok

merencanakan dan melaksanakan pengembangan usaha dan promosi

4. Manajer Divisi Teknik

Mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan

mengendalikan kegiatan perawatan, pengadaan, baik peralatan maupun fasilitas

serta instalasi listrik dan air.

Manajer divisi teknik membahwai dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-9

a. Dinas Penyiapan Peralatan

Dinas penyiapan peralatan mempunyai tugas pokok melaksanakan dan

pengendalian perawatan dan pengadaan peralatan, perangkat komunikasi dan

perbengkelan.

b. Dinas Penyiapan Fasilitas

Dinas penyiapan fasilitas mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan,

pengendalian perawatan dan pembangunan fasilitas, istalasi listrik/air serta

pengendalian AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

5. Manajer Divisi Keuangan

Mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan

mengendalikan kegiatan akuntansi keuangan dan perbendaharaan.

Manajer divisi keuangan membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:

a. Dinas Akuntansi Keuangan

dinas akuntansi keuangan mempunyai tugas pokok sebagai melaksanakan

pembukuan biaya dan pendapatan, laporan per segmen, analisis dan evaluasi

biaya per unit kegiatan usaha segmen

b. Dinas Perbendaharaan

dinas perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan lalu

lintas keuangan, rekening koran, administrasi barang persediaan, pembukuan

utang piutang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran kas persediaan,

penyimpanan surat-surat berharga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-10

6. Manajer Divisi Umum

Mempunyai tugas pokok merencanakan dan melaksanakan administrasi

umum, tata usaha, rumah tangga, kepegawaian serta urusan hokum dan keamanan.

Manajer divisi umum membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:

a. Dinas Kepegawaian

Dinas kepegawaian mempunyai tugas pokok merencanakan dan melaksanakan

administrasi kepegawaian, pengembangan dan pendidikan, kesejahteraan,

kesehatan serta keselamatan kerja karyawan.

b. Dinas tata Usaha dan Rumah Tangga

Dinas tata usaha dan rumah tangga mempunyai tugas pokok melaksanakan dan

mengendalikan administrasi dan perkantoran kerumah tanggaan, pengadaan,

penyaluran, pemeliharaan peralatan kantor dan kendaraan dinas serta

penanganan dan pengkajian masalahan humum serta pengamanan terhadap

daerah kerja.

7. Divisi Pelayanan Kapal

Adapun Tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan kapal adalah sebagai berikut:

a. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan labuh, tambat,

pemanduan dan penundaan.

b. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan peyiapan armada

8. Divisi Pelayanan terminal

Adapun tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan terminal adalah sebagai

berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

II-11

a. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan kapal dan pbarang

dengan pihak internal dan eksternal perusahaan.

b. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan

pengendalikan operasi, pelayanan operasi, pelayanan pemadam kebakaran dan

rupa-rupa.

2.3.3. Jam Kerja dan Shift Karyawan

PT. Pelabuhan Indonesia I TPKDB menerapkan 8 jam kerja yang terdiri

dari 3 shift kerja. Adapun pembagian waktu shift kerja karyawan adalah sebagai

berikut :

1. 01.00-08.00

2. 08.00-17.00

3. 17.00-01.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-1

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pelabuhan Peti Kemas

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 33

Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, kegiatan

bongkar muat adalah kegiatan bongkar muat barang dari dan/atau ke kapal

meliputi kegiatan pembongkaran barang dari palka kapal ke dermaga di lambung

kapal atau sebaliknya (stevedoring), kegiatan pemindahan barang dari dermaga

dilambung kapal ke gudang lapangan penumpukan atau sebaliknya (cargodoring)

dan kegiatan pengambilan barang dari gudang/lapangan menggunakan truk atau

sebaliknya (receiving/delivery). Kegiatan pelabuhan peti kemas yaitu perpindahan

arus barang angkutan darat ke angkutan laut dengan sistem angkutan full

container dengan kegiatannya antara lain:

1. Peti kemas diangkut oleh angkutan darat (trailer) sampai ke pelabuhan

kemudian peti kemas diangkut dengan container crane diletakkan di

lapangan penumpukan.

2. Peti kemas diangkat dan ditata untuk menunggu kapal pengangkutnya

menggunakan container crane.

3. Setelah kapal pengangkut datang dan siap di dermaga, peti kemas dari

lapangan penumpukan tadi diangkat dengan container crane diletakkan ke

atas head truck (HT) diangkat ke apron dermaga kapal tersebut bersandar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-2

4. Dengan menggunakan gantry crane, peti kemas diangkat dari HT dan

dimasukkan ke kapal.

5. Setelah barang tersebut diangkut ke kapal, kapal meninggalkan dermaga

menuju Negara atau daerah yang dituju.

3.2. Crane

Crane adalah suatu alat pengangkat dan pemindah material yang bekerja

dengan perinsip kerja tali, crane digunakan untuk angkat muatan secara vertikal

dan gerak kearah horizontal bergerak secara bersama dan menurunkan muatan ke

tempat yang telah ditentukan dengan mekanisme pergerakan crane secara dua

derajat kebebasan. Jenis-jenis crane antara lain:

3.2.1. Crane Stasioner

Crane stasioner yang dapat diputar atau crane putar yang diam ditempat

umumnya merupakan crane yang tetap dengan tiang miring yang dapat berputar

pada sumbu vertikal. Crane jenis ini yang sekarang sangat populer adalah Tower

Crane. Di dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat, Tower Crane sangat

cocok dipakai untuk pelayanan bangunan bertingkat (high rise building) untuk

melayani daerah konstruksi sesuai luas lahan. Tower Crane menjadi sentral atau

alat yang paling utama karena dalam proyek gedung bertingkat, Tower Crane

digunakan untuk mengangkat muatan secara horisontal maupun vertikal,

menahannya apabila diperlukan, dan menurunkan muatan ke tempat lain yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-3

ditentukan dengan mekanisme pendongkrak (luffing), pemutar (slewing), dan

pejalan (travelling).

Gambar 3.1. Container Crane

3.2.2. Tower Crane

Tower Crane merupakan pesawat pengangkat material/mesin yang biasa

digunakan pada proyek kontruksi. Tower Crane terdiri dari beberapa bagian yang

dapat dibongkar pasang ketika digunakan sehingga mudah untuk dibawa kemana

saja. Tower Crane biasanya diangkut secara terpisah menggunakan kendaraan

(trailer) ke tempat proyek kemudian dipasang kembali di tempat proyek. Dan

pemasangan Tower Crane termasuk cukup lama karena banyak bagian-bagian

yang harus dipasang termasuk pembuatan pondasi Tower Crane.

Gambar 3.2. Tower Crane

3.2.3. Mobile Crane (Truck Crane)

Mobile Crane (Truck Crane) adalah crane yang terdapat langsung pada

mobile (Truck) sehingga dapat dibawa langsung pada pada lokasi kerja tampa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-4

harus menggunakan kendaraan (trailer). Crane ini memiliki kaki (pondasi/tiang)

yang dapat dipasangkan ketika beroperasi, ini dimaksukkan agar ketika beroperasi

crane menjadi seimbang.

Gambar 3.3. Truck Crane

3.2.4. Hidraulik Crane

Umumnya semua jenis crane menggunkan sistem hidraulik (minyak) dan

pheneumatik (udara) untuk dapat bekerja. Namun secara khusus Hidraulik crane

adalah crane yang biasa digunakan pada perbengkelan dan pergudangan dll, yang

memilki struktur sederhana. Crane ini biasanya diletakkan pada suatu titik dan

tidak untuk dipindah-pindah dan dengan jangkauan tidak terlalu panjang serta

putaran yang hanya 180 derajat. Sehingga biasanya pada suatu

perbengkelan/pergudangan terdapat lebih dari satu Crane.

Gambar 3.4. Hydraulic Crane

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-5

3.2.5. Hoist Crane

Hoist Crane adalah pesawat pengangkat yang biasanya terdapat pada

pergudangan dan perbengkelan. Hoist Crane ditempatkan pada langit-langit dan

berjalan diatas rel khusus yang yang dipasangi pada langit-langit tersebut. Rel-rel

tadi juga dapat bergerak secara maju-mundur pada satu arah.

Gambar 3.5. Hoist Crane

3.2.6. Jip Crane

Jip crane adalah pesawat pengangkat yang terdiri dari berbagai ukuran, jip

crane yang kecil biasanya digunakan pada perbengkelan dan pergudangan untuk

memindahkan barang-barang yang relatif berat. Jip crane memilki sistem kerja

dan mesin yang mirip seperti Hoist Crane dan struktur yang mirip Hidraulik

Crane.

Gambar 3.6. Jip Crane

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-6

3.2.7. Jenis Risiko pada Crane

Berikut adalah kriteria berdasarkan jenis risiko pada alat crane dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jenis Kriteria Risiko Crane

Jenis Risiko Kriteria Crane

Medium Risk Pengangkatan dibawah 75% dari kapasitas Crane sesuai

loadchart yang disyaratkan oleh klien atau otoritas setempat

High Risk 1. Pengangkatan melebihi atau sama dengan 75% dari

kapasitas crane sesuai loadchart. Pengangkatan dengan

berat beban 20 ton atau lebih.

2. Pengangkatan dimana crane mengangkat ke atau dari air

(seperti di pelabuhan).

3. Pengangkatan beban yang mengan-dung cairan lebih dari

1000 liter.

4. Pengangkatan dimana beban sulit untuk diikatkan ke

lifting gear.

5. Pengangkatan yang urutannya kompleks. Pengangkatan

ditempat umum (Jalan umum). Pengangkatan yang

melewati plant yang beroperasi

6. Pengangkatan untuk pembongkaran (termasuk mencabut

tiang pancang)

7. Pengangkatan didekat jalur listrik (listrik tegangan tinggi)

8. Pengangkatan beban yang memiliki efek kapal layar.

9. Pengangkatan dimana radius putar operasi crane dapat

menggang-gu operasi crane yang lain.

10. Pengangkatan pada kemiringan pembuatan beton,

pembuatan panel atau pembuatan balok girder/beam

untuk jembatan. Pengangkatan pemancangan pada crane

tower

11. Pengangkatan yang meliputi modifikasi crane atau

pengaturan yang tidak standard (gin pole)

12. Pengangkatan menggunakan alat angkat spesial (spreader

lift / spreader beam) Pengangkatan dimana outrigger

crane tidak dapat keluar penuh

Critical Risk 1. Pengangkatan lebih dari 90% dari kapasitas crane sesuai

load chart

2. Pengangkatan lebih dari satu crane

3. Pengangkatan dimana crane ditempatkan diatas LCT

/Tongkang

4. Pengangkatan dilakukan diatas landasan gantung

(Jembatan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-7

3.3. Operator High Crane

Operator high crane adalah operator yang bekerja dengan mengoprasikan

peralatan crane untuk memindahkan suatu barang dengan ketinggian tertentu.

Berdasarkan standar ILO tentang keselamatan kerja pengorpasian peralatan crane

adalah sebagai berikut:

1. Syarat layak pemakaian crane:

a. Crane yang akan digunakan harus memiliki pengesahan pemakaian yang

dikeluarkan oleh kemenakertrans.

b. Semua safety device berfungsi dan bekerja baik.

c. Perawatan secara berkala harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk

pabrik pembuat.

2. Syarat operator :

a. Memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan mengetahui bahaya

potensial mobile crane.

b. Memiliki Surat Ijin Operasi (SIO) yang dikeluarkan oleh kemenakertrans.

c. Sehat secara fisik maupun mental

3. Pemilihan Crane :

a. Perlu dilakukan peninjauan lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui:

1) Kondisi permukaan tanah.

2) Ruang kerja aman yang dipergunakan.

3) Bahaya-bahaya potensial yang mungkin terjadi, misal instalasi pipa

bertekanan, kabel listrik TT, dll.

4. Menentukan jenis, kapasitas angkat dan batas-batas kerja crane.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-8

Tabel 3.2. Pengoprasian High Crane

Kegiatan Syarat

Syarat penempatan beban 1) Pemilihan lokasi penempatan keran mobil

harus mempunyai permukaan landasan

yang rata.

2) Landasan harus mampu menahan berat

crane dan berat beban.

3) Lokasi penempatan harus bebas dari

rintangan dan lalu lalang orang.

4) Lokasi pengoperasian harus bebas dari

bahaya-bahaya potensial.

Pemeriksaan sebelum

pengoperasian

1) Periksa semua safety device yang terpasang

dan harus berfungsi.

2) Periksa stir roda, rem dan sistim operasinya

(bila tidak dioperasikan dapat dilakukan

perbaikan / penyetelan komponen).

3) Periksa bahan bakar. Dilarang mengisi

bahan bakar selama engine hidup.

4) Dilarang melakukan service selama engine

jalan.

5) Periksa kebersihan di dalam dan di luar

kabin.

6) Periksa APAR untuk memastikan dapat

digunakan sewaktu-waktu,periksa secara

berkala, ketahui cara penggunaannya.

7) Daftar Beban harus terpasang pada kabin

sesuai dengan aslinya.

Pengoperasian crane 1) Sebelum engine dihidupkan ketahui letak

dan fungsi semua control daerah operasi

harus bebas dari lalu lintas orang.

2) Pasang semua penumpu dengan sempurna

dan sepatu diletakkan pada landasan yang

rata. Kemiringan 3º dapat mengurangi

kapasitas crane ≥50%.

3) Dilarang mengoperasikan crane pada radius

dan panjang boom yang tidak tertera pada

daftar beban.

4) Pengoperasian harus dihentikan bila

kecepatan angin > 20 MPH.

5) Pengangkatan beban harus tegak lurus

dengan ujung boom.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-9

Tabel 3.2. Pengoprasian High Crane (Lanjutan)

Kegiatan Syarat

6) Peralatan pengangkatan (pancing blok,

ABA dll) jaraknya harus selalu dijaga

dengan ujung boom pada saat menurunkan

dan memanjangkanuntuk menghindari

pancing blok menyentuh ujung boom (two

blocking).

7) Beban yang diangkat selalu disesuaikan

dengan panjang boom dan radius operasi.

8) Gerakan naik dan turunnya boom

diusahakan tidak terlalu sering dan dilarang

digunakan untuk pengangkatan awal dari

barang.

9) Untuk pengangkatan beban menggunakan

lebih dari satu crane, kapasitas crane harus

sama dan gunakan panjang boom yang sama

serta gerakan yang sama. Posisi masing-

masing crane antara boom dan pengikatan

barang harus selalu tegak lurus.

10) Pastikan beban tidak berat sebelah

3.4. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko (Risk Assessment) adalah langkah penting dalam

melindungi pekerja dan perusahaan, serta mematuhi hukum. Hal ini membantu

fokus pada risiko yang benar-benar masalah di tempat kerja yang memiliki

potensi untuk menyebabkan kerugian yang nyata. Dalam banyak kasus, langkah-

langkah sederhana dapat mudah mengendalikan risiko, misalnya memastikan

keberihan dan penggunaan peralatan sehingga melakukan pekerjaan tidak

tergelincir, atau cidera ketika melaksanakan pekerjaan. Untuk sebagian besar, itu

berarti langkah yang sederhana, mudah dan efektif untuk menjamin aset yang

paling berharga yaitu tenaga kerja yang harus dilindungi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-10

Penilaian risiko adalah pemeriksaan yang cermat dari apa yang terdapat

dalam pekerjaan yang bisa menyebabkan kerugian kepada operator, sehingga

dapat menilai tindakan pencegahan atau harus berbuat lebih banyak untuk

mencegah kerugian. Pekerja dan lain-lain memiliki hak harus dilindungi dari

kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan dan

kesehatan yang buruk dapat merusak kehidupan dan mempengaruhi bisnis juga

jika kerugian, mesin rusak, peningkatan biaya asuransi atau harus pergi ke

pengadilan. Secara hukum diperlukan untuk menilai risiko di tempat kerja

sehingga menerapkan pencegahan di tempat rencana untuk mengendalikan risiko.

Bahaya adalah sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti bahan kimia,

listrik, bekerja dari tangga, dll. Risiko adalah kesempatan tinggi atau rendah,

bahwa seseorang bisa dirugikan dan bahaya lain, bersama dengan indikasi tentang

bagaimana serius kerugian yang bisa terjadi. Langkah-langkah dalam penetapan

risk assessment:

1. Menetapkan batasan penilaian

2. Mengidentifikasi risiko

3. Menilai risiko

Ketika semua risiko telah diidentifikasi kemudian harus memastikan

tingkat risiko yang terkait dengan masing-masing. Untuk melakukan ini harus

menentukan konsekuensi potensial dari risiko jika itu terjadi dan potensi

kemungkinan ini terjadi. Berikut kriteria risiko yang mungkin terjadi dapat dilihat

pada Tabel 3.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-11

Tabel 3.3. Kriteria Kategori Risiko

Kategori Kriteria

Signifikan

1. Cedera ringan

2. Tidak ada atau pertolongan pertama dasar yang diperlukan

Ringan

1. Perawatan medis atau paramedis

2. Sampai dengan empat hari waktu yang hilang dari pekerjaan

3. Jumlah kecil liputan media cetak lokal (< satu minggu)

Sedang

1. Perawatan oleh rumah sakit atau masuk ke rumah sakit

dan/atau empat atau lebih hari waktu hilang dari pekerjaan

2. Liputan media yang negatif terus-menerus dalam liputan

nasional dan internasional

3. Jangka pendek gangguan terhadap kegiatan inti (hari)

4. Jangka panjang gangguan terhadap kegiatan non-inti (Minggu)

5. Pelanggaran kecil adalah WHS (atau berhubungan) undang-

undang

6. Skala kecil penyelidikan oleh Badan Pengawas (cabang pusat)

7. Menaati setiap kejadian yang tidak menyebabkan cedera, tidak

memerlukan perawatan medis atau paramedis (misalnya listrik

insiden dengan tidak ada cedera)

8. Tidak terkendali dari terkena bahan kimia

Berat 1. Gangguan/Cacat permanen (tidak dapat kembali bekerja)

2. Liputan media negatif nasional dan/atau internasional

3. Gangguan jangka menengah untuk kegiatan utama (Minggu)

4. Penyelidikan oleh Badan Pengawas dengan penuntutan,

dilaksanakan usaha dan/atau mungkin tuduhan pidana atau

perdata

5. Setiap kejadian menaati yang membutuhkan perhatian medis

6. Tidak terkendali dari kimia berbahaya

Sangat

Berat

1. Kejadian fata

2. Kerusakan reputasi

3. Liputan luas berkelanjutan negatif di media

4. Jangka panjang penghentian kegiatan utama

5. Penyelidikan mengakibatkan pelanggaran legislatif yang besar

dan tindakan hukum resultan tuntutan pidana, perdata

6. Jangka panjang kerusakan lingkungan yang luas

3.4.1. Rencana Penilaian Risiko Perusahaan

Rencana penilaian yang dilakukan PT. Pelindo I Medan (Persero) yaitu

dengan cara menyediakan tim identifikasi. Tim Identifikasi Bahaya melakukan

identifikasi sumber bahaya dari setiap kegiatan/produk/jasa yang ada, dengan

menggunakan form Identifikasi Bahaya, Penilaian & Pengendalian Risiko.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-12

1. Identifikasi Sumber Bahaya yang terdiri dari:

a. Potensi Bahaya adalah menerangkan keadaan/kondisi personel yang tidak

sesuai dengan standar/norma K3 yang berpotensi menimbulkan bahaya.

b. Penyebab maksudnya apa yang menyebabkan potensi bahaya tersebut

terjadinya, yang bisa dikarenakan fasilitas tidak tersedia, keadaan tidak

sesuai standar, kompetensi personel yang kurang atau Prosedur dan

Instruksi Kerja yang tidak tersedia.

c. Kejadian maksudnya kejadian berbahaya yang dapat terjadi akibat

adanya potensi bahaya yang tidak segera diperbaiki.

d. Kerugian/kecelakaan adalah akibat/dampak dari kejadian, baik kerugian

karena rusaknya asset atau kecelakaan/penyakit akibat kerja pada tenaga

kerja.

2. Pembuatan Sistem Pembobotan

a. Sebelum melakukan penilaian risiko, tim membuat pembobotan untuk

Konsekuensi/keparahan dan pembobotan untuk kemungkinan terjadi.

b. Dibuat 5 peringkat untuk pembobotan konsekuensi/ keparahan dengan

simbol tingkatan menggunakan angka yaitu 1 sampai 5, kemungkinan

terjadi dibuat 5 tingkatan juga dengan simbol tingkatan menggunakan

abjad yaitu A sampai E.

c. Lalu beri definisi atau batasan dari masing-masing peringkat bobot

tersebut pada form standar definisi pembobotan.

d. Buat matrik antara konsekuensi/keparahan dengan kemungkinan terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-13

e. Hasil kombinasi antara konsekuensi/keparahan dan kemungkinan terjadi

adalah nilai risiko yang disesuaikan dengan standart penilaian risiko.

f. Berdasarkan nilai risiko, dibuat 4 kategori risiko yaitu kecil, sedang,

tinggi dan sangat tinggi

3. Penilaian Risiko.

a. Semua kegiatan kerja, pelaksana kerja, alat kerja, dan tempat kerja, di

identifikasi dan dilakukan penilaian terhadap risiko yang mungkin

ditimbulkan.

b. Penilaian risiko merupakan kelanjutan dari identifikasi bahaya sehingga

untuk mempermudah pelaksanaannya dibuat kolom berikutnya setelah

identifikasi bahaya.

c. Dalam penilaian risiko ada beberapa kolom yang terdiri dari :

1) Bobot Konsekuensi/keparahan yaitu bobot nilai yang diberikan

dengan memperkirakan konsekuensi/ keparahan dari

kerugian/kecelakaan yang timbul bila kejadian terjadi, dan bila telah

ada sarana pengendalian bahaya maka berapa prakira

konsekuensi/keparahan yang dapat terjadi bila sarana tersebut saat

ini masih berfungsi dengan baik

2) Bobot Kemungkinan terjadi yaitu bobot nilai yang diberikan dengan

memprakirakan seberapa besar kemungkinan kejadian tersebut dapat

terjadi.

3) Nilai risiko adalah kombinasi antara konsekuensi/ keparahan dengan

kemungkinan terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-14

4) Kategori Risiko adalah menentukan kategorinya dengan melihat nilai

risiko.

d. Setelah semua kolom terisi maka akan diketahui seberapa besar risiko

yang terjadi bila potensi bahaya dibiarkan dan tidak segera diperbaiki.

e. Selain melihat risikonya, maka Tim Identifikasi Bahaya juga melihat

peraturan dan persyaratan K3 yang belum terpenuhi berkaitan dengan

potensi bahaya.

3.5. Pendekatan Risk Assessment

Asfahl menyatakan bahwa perangkingan hazards akan lebih berguna jika

bobot ditempatkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kejadian.

Hazards yang dikatakan fatal jika berdampak yang parah (severe). Studi analisa

resiko dimana Angkatan Udara Amerika Serikat telah menetapkan “Risk

Assessment Codes (RAC)”. Sistem RAC mempertimbangkan 4 level keparahan

Kecelakaan dan 4 level Kemungkinan Kecelakaan, seperti yang ditunjukkan

dalam Tabel 3.4. berikut.

Tabel 3.4. Pengkodean Risk Assessment

Bobot Kemungkinan Terjadi

A B C D E

Tidak Parah 1 1A 1B 1C 1D 1E

Sedikit Parah 2 2A 2B 2C 2D 2E

Cukup Parah 3 3A 3B 3C 3D 3E

Parah 4 4A 4B 4C 4D 4E

Sangat Parah

Sekali 5 5A 5B 5C 5D 5E

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-15

Keterangan:

Tingkat Kemungkinan

A: Kemungkinan terjadinya kecil sekali

B: Kemungkinan terjadi kecil

C: Kemungkinan terjadi ada

D: Kemungkinan terjadinya besar

E: Kemungkinan terjadinya sangat besar

Tingkat keparaha

1: Tidak parah

2: Sedikit Parah

3: Cukup Parah

4: Parah

5: Sangat Parah Sekali

Tabel 3.5. Kategori Risiki Berdasarkan Nilai Risiko

Nilai Risiko Kategori Risiko

1A, 1B, 1C, 2A, 2B Kecil

1D,2C,3A,3B Sedang

1E, 2D, 2E, 3C, 4A, 4B, 5A Tinggi

3D, 3E, 4C, 4D, 4E, 5A, 5B, 5C, 5D, 5E Sangat Tinggi

3.6. Bahaya (Hazards)

Menurut L. M. Deshmukh dalam bukunya yang berjudul Industrial Safety

Management: Hazards Indentification and Risk Control, bahaya (hazard) adalah

“A source or situation with potential to cause harm in term of human injury or ill

health, damage to the environment or a combination of these” Hazards berupa

kondisi pasif yang dapat bersal dari dalam ataupun luar sistem, produk, fasilitas

atau proses produksi itu sendiri, dimana ketika terjadi kontak maka akan berubah

menjadi hazards yang berkondisi aktif yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Hazards primer atau utama adalah hazards yang biasa secara langsung dan segera

menyebabkan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-16

1. Kematian.

2. Kerusakan peralatan, kendaraan, struktur atau fasilitas.

3. Degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi dalam pabrik).

4. Kerugian material.

Berikut beberpa kategori bahaya (hazards) dalam industry dapat dilihat pada

Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kategori Bahaya

No Bahaya Penyebab

1 Bahaya Fisik a. Operator crane bekerja dalam semua kondisi, termasuk

kondisi buruk yaitu ketika hujan maupun sangat panas

b. Paparan radiasi yang kuat

c. Paparan kebisingan dan getaran dari mesin (listrik,

diesel, bensin atau lainnya)

d. Suhu panas.

2 Bahaya

Kecelakaan

a. Jatuh dari ketinggian, khususnya ketika melaksanakan

pekerjaan inspeksi atau bekerja dari pemasangan dari

ketinggian.

b. Tergelincir dan jatuh (khususnya saat membawa beban

berat atau besar, dan lantai yang basah)

c. Sengatan listrik yang disebabkan oleh kerusakan

instalasi dan peralatan, atau oleh kontak bahan logam

dengan arus listrik

d. Kecelakaan selama perpindahan atau pergerakan crane

Potensi bahaya yang mengakibatkan risiko langsung pada keselamatan.

Kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang memiliki potensi

menyebabkan cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya disebabkan oleh

kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang tidak dikendalikan dengan

baik. Saat prosedur kerja aman tidak tersedia atau sebaliknya tetapi tidak diikuti.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan dapat

dikelompokkan menjadi lima kategori:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-17

1. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk

mengontrol cara kerja yang dilakukan

2. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga

untuk zat yang sangat beracun, seperti asam

3. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap

kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan

Sebuah penilaian risiko kerja berfokus pada tugas-tugas pekerjaan sebagai

cara untuk mengidentifikasi bahaya. Mengkaji hubungan antara pekerja, tugas,

alat dan lingkungan kerja. Setelah mengidentifikasi bahaya yang tidak terkendali

penting untuk mengambil langkah langkah untuk menghilangkan atau mengurangi

risiko ke tingkat yang dapat diterima. Pada proyek-proyek konstruksi yang lebih

besar, penilaian risiko kerja dapat disebut Job Hazard Analysis (JHA).

Mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko, terlepas dari ruang lingkup atau

beban kerja yang diberikan harus diselesaikan sebelum pekerjaan dimulai.

Dokumen ini menyajikan salah satu cara untuk melakukan penilaian risiko di

tempat kerja. Pimpinan didorong untuk meneliti berbagai metode penilaian risiko

di tempat kerja dan memilih satu yang paling cocok untuk kebutuhan tempat kerja

sesuai dengan lingkungan kerja. Untuk menilai risiko di tempat kerja dan dengan

peralatan, pengguna harus mengikuti empat langkah berikut:

1. Langkah 1: Identifikasi bahaya.

2. Langkah 2: Evaluasi risiko, mengidentifikasi yang mungkin potensi bahaya

dan bagaimana dampak dari bahaya yang terjadi

3. Langkah 3: Tentukan dokumen dan melaksanakan langkah-langkah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-18

pengendalian.

4. Langkah 4: Ulasan dan pembaruan yang diperlukan.

Orang yang memenuhi syarat harus mampu mengidentifikasi bahaya yang

ada dan yang akan datang dalam lingkungan atau kondisi kerja, dan harus mampu

mengembangkan dan menerapkan sistem penilaian dan dan mengurangi bahay

yang mungkin terjadi. Dalam proses identifikasi bahaya harus melibatkan

karyawan dan seluruh pekerja yang terliat dalam lingkungan kerja. Pekerja

mungkin memiliki informasi yang berguna tentang bagaimana pekerjaan

dilakukan dan memiliki saran untuk tindakan pengendalian yang efektif. Ini akan

membuat penilaian risiko kerja memproses lebih menyeluruh dan efektif.

Pimpinan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Penilaian dilakukan

dengan benar. Disarankan bahwa pimpinan dapat menunjukkan melalui

dokumentasi tertulis:

1. Penilaian risiko kerja yang tepat dibuat.

2. Penilaian risiko kerja dievaluasi yang mungkin akan terpengaruh oleh potensi

bahaya.

3. Penilaian risiko kerja mengevaluasi bahaya potensial berdasarkan tingkat

keparahan bahaya dan kemungkinan terjadinya.

4. Langkah-langkah pengendalian yang wajar dan risiko yang tersisa (jika ada)

dikurangi ke tingkat yang dapat diterima.

5. Karyawan terlibat dalam proses.

3.7. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-19

kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu

tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang

mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Sumber:

Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980). Menurut (AS/NZS 4801: 2001)

kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang

menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan

atau kerugian lainnya (Sumber: Standar AS/NZS 4801: 2001). Kecelakaan

kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/98 adalah

suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat

menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Sementara menurut

OHSAS 18001:2007 Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian

yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau

kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian

yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian ini juga digunakan untuk

kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang

berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. (Sumber: Standar OHSAS

18001:2007). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian

yang tidak diduga, tidak dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian

baik jiwa maupun harta benda yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau

pada waktu melaksanakan pekerjaan serta dalam perjalanan berangkat dari

rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa

atau wajar dilalui.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-20

3.7.1. Klasifikasi Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Berbagai macam jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat

keparahan yang ditimbulkan membuat perusahaan melakukan

pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian

ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja.

Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh

perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885 1 (1990).

Berikut ini adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya yang

digunakan di Queensland yakni salah satu Negara bagian di Australia,

pengelompokan tersebut dibagi menjadi:

1. Cidera fatal (Fatality)

Adalah kematian yang yang disebabkan oleh cidera atau penyakit

akibat kerja

2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat

permanen atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau

lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak

dihitung sebagai kehilangan hari kerja.

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)

Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa

masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi

kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang

kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-21

hari pada saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera

fatal di hitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari

kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.

4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)

Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk

mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain

sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk

perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.

5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)

Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi

kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang

memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Cidera ringan (First Aid Injury)

Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang diatangani

menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat,

contoh luka lecet, mata kemasukan debu dan lain-lain.

7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)

Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,

peledakan dan bahaya pembuangan limbah.

3.8. Perhitungan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-22

Loss rate merupakan dampak yang ditimbulkan kecelakaan, yang

mempengaruhi pekerja, properti, ataupun proses kerja. Dalam kaitannya

dengan proses produksi, kerugian yang timbul dapat pula berupa gangguan

proses produksi dan penurunan profit. Sementara itu, kerugian yang dapat

timbul pada manusia dapat berupa injury maupun kesakitan, seperti gangguan

mental, saraf, atau efek sistemik akibat pajanan (ANSI Z16.2.1962, Rev.1962

dalam Bird dan Germain (1990)). Kerugian yang timbul sebagai akibat

kecelakaan bervariasi, mulai dari kerugian yang tidak signifikan hingga

kerugian besar yang menimbulkan kematian pekerja. Bird dan Germain (1990),

tipe dan tingkat kerugian yang terjadi tergantung pada kondisi serta tindakan-

tindakan yang telah dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang timbul.

Dalam hal ini, upaya meminimalisasi kerugian yang dapat dilakukan

diantaranya pertolongan pertama yang memadai dan medical care, upaya

pemadaman kebakaran yang cepat dan efektif, perbaikan perlengkapan dan

fasilitas yang rusak, penanganan keadaan darurat yang efisien, serta

rehabilitasi yang efektif agar pekerja dapat kembali bekerja dalam kondisi

baik. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan meminimalisasi kerugian

yang muncul, sangatlah perlu untuk memperhatikan aspek manusia sebagai

pelaku kegiatan produksi di tempat kerja. Menurut (Mubarak,2007) menyatakan

bahwa kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau

objek) yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi atau menghilang. Dalam

perhitungan loss rate kerja, perhitungan dilakukan dengan menggunakan tiga

parameter. Adapun tiga parameter tersebut sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-23

1. Tingkat Keparahan Kecelakaan

Kategori besarnya tingkat keparahan kecelakaan kerja dapat dilihat dalam

Tabel 3.7. berikut.

Tabel 3.7. Kategori Keparahan Kecelakaan Kerja

Konsekuensi/Keparahan Definisi/Batasan

Tidak parah Tidak terluka atau korban tidak terluka karena

pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik.

Sedikit Parah

Luka pada permukaan tubuh, tergores, memar, sakit

kepala. Korban tidak terluka parah karena

pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik

Cukup Parah Luka tergores cukup dalam, terbakar ringan, terkilir

serius, korban panik, sesak nafas.

Parah

Luka terkoyak, terbakar, tersetrum listrik bertegangan,

gegar otak, terkilir serius, patah tulang ringan, tuli,

sakit/radang kulit, asma, shock berat, cidera tulang

belakang yang serius, cacat minor permanen.

Sangat Parah Sekali

Amputasi, patah tulang berat, keracunan, luka

kompleks, luka fatal, kanker, penyakit mematikan,

penyakit fatal akut, kematian.

2. Tingkat Kerugian Materil

Sedangkan untuk kategori kerugian materiil dapat dilihat dalam Tabel

3.8. berikut.

Tabel 3.8. Kategori Kerugian Materiil

Konsekuensi/Keparahan Definisi/Batasan

Tidak parah Tidak terluka atau korban tidak terluka karena

pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik.

Sedikit Parah

Aset tidak rusak atau aset rusak tetapi perbaikan < Rp.

5 Juta karena pengendalian bahaya yang ada berfungsi

dengan baik.

Cukup Parah Aset rusak ringan/kerugian Rp. 5 Juta < X < 25 Juta.

Parah Aset rusak sedang / kerugian Rp 25 Juta < X < Rp 50

Juta.

Sangat Parah Sekali

Aset rusak, tapi masih bisa diperbaiki/kerugian Rp. 50

juta < X < Rp. 100 juta .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-24

3.9. Keselamatan Kerja

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo

(1995), adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan

bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek

perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan,

denda dan hukuman-hukuman lain. Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk

pencegahan kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja.

Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah

salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur, 1992).

Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang

aman dan tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan

manajemen. (Suma’mur, 1992). Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah

keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar

tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan

selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman

dan efisien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-25

3.9.1. Unsur Keselamatan Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO):

1. Perencanaan

Bila akan mendirikan perusahaan haruslah di perhitungkan faktor-faktor yang

mempengaruhi keselamatan dan produksi juga tingkat perencanaan lokasi,

fasilitas untuk produksi dan untuk menyimpan material dan peralatan lantai,

penerangan, ventilasi dan pencegahan kebakaran. Masalah keselamatan kerja

harus benar benar diperhatikan pada waktu perencanaan dan bukan dipikirkan

kemudian sesudah perusahaan berdiri. Maka dari itu ahli keselamatan kerja harus

sudah ikut aktif dalam fase perencanaan. Adanya masukan-masukan dari

pengawasan kerja sangat membantu. Prinsip-prinsip yang biasanya dapat diikuti

oleh seseorang pimpinan perusahaan dalam perencanaan dan efisiensi produksi

seperti menyediakan tempat yang luas bagi mesin dan peralatannya, menciptakan

keadaan aman untuk bekerja.

2. Pakaian kerja

Pakaian kerja termasuk alas kaki sering kali tak memadai untuk melakukan

pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja dan berpakaian tua yang sudah

tidak layak pakai. Keadaan ini merugikan dilihat dari keselamatan juga

menunjukan suatu mutu kehidupan yang rendah. Jika pakaian kerja mungkin cepat

rusak karena pekerjaan yang berat, keadaan udara lembab dan pekerjaan penuh

kotoran, pengusaha harus menyediakan jenis pakaian yang cocok, pemakaian alas

kaki juga harus diperhatikan karena pemakaian alas kaki yang salah seperti

berhak tinggi dan licin akan mengakibatkan terpeleset atau terjadinya kecelakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-26

Dan alas kaki dan pakaian harus dibuat senyaman mungkin untuk tenaga kerja.

Dalam hal penetapan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu

diperhatikan faktor-faktor dibawah ini:

a. Harus diperhatikan bahaya-bahaya yang mungkin menimpa pekerja dan

pakaian kerja haruslah dipilih menurut kemampuan untuk mengurangi bahaya

sebesar mungkin.

b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan

kantong. Jika ada haruslah sedikit mungkin jumlahnya dan sedikit mungkin

ukurannya.

c. Pakaian longgar atau sobek dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh

dipakai di dekat bagian-bagian mesin yang bergerak.

d. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang yang di

gulung lengannya keatas.

e. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau cairan- cairan

yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian.

f. Pekerja yang meghadapi debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau

beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan- lipatan,

dan lain-lain yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.

3. Peralatan perlindungan diri

Peralatan perlindungan diri sangat dibutuhkan agar kejadian kecelakaan kerja

tidak terjadi. Dan beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis

peralatan perlindungan, mungkin hanya dua yang penting, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-27

a. Apapun sifat bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup

perlindungan terhadap bahaya tersebut.

b. Peralatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan

membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan

mobilitas, penglihatan dan sebagainya maksimum. Peralatan perlindungan ini

dapat berupa:

1) Tutup muka / masker kain

2) Alas kaki pengaman

3) Sarung tangan

4) Topi pengaman

5) Pemasangan tanda-tanda

4. Penerangan

Faktor-faktor penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi:

a. Kesilauan langsung.

b. Kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan.

c. Bayang-bayang gelap.

d. Perubahan mendadak dari terang menjadi gelap.

e. Ventilasi dan pengaturan suhu

Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif

seperti debu serbuk kayu di udara. Uap-uap diudara dapat diturunkan

kadarnya sampai batas aman oleh ventilasi umum atau dapat mencegah

terjadinya keadaan terlalu panas atau terlalu dingin sehingga pekerja

f. Kebisingan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-28

Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indra

pendengaran yang dapat menimbulkan ketulian sedangkan efek bising

pada daya kerja adalah timbulnya gangguan pada konsentrasi sehingga

dapat menyebabkan kecelakaan.

3.9.2. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan Kerja

International Labour Office (1989), kecelakaan merupakan

kejadian yang tidak terencana dan terkontrol, yang disebabkan oleh

manusia, situasi/ faktor lingkungan, atau kombinasi dari faktor-faktor

tersebut yang mengganggu proses kerja, yang dapat (ataupun tidak)

menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan properti, atau

kejadian yang tidak diinginkan. Menurut OHSAS 180001 : 2007, incident

didefinisikan sebagai kejadian yang terkait pekerjaan, dimana suatu

cidera, sakit (terlepas dari tingkat keparahannya), atau kematian terjadi,

atau mungkin dapat terjadi.

Macam-macam kecelakaan kerja:

1. Berdasarkan selang waktu akibat:

a. Kecelakaan langsung.

Kecelakaan yang terjadi berakibat langsung/terdeteksi contohnya korban

manusia, mesin yang rusak atau kegagalan produksi.

b. Kecelakaan tak langsung.

Kecelakaan yang terdeteksi setelah selang waktu dari kejadian, contohnya

mesin cepat rusak, lingkungan tercemar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-29

2. Berdasarkan korban:

Kecelakaan dengan korban manusia.

a. Kecelakaan ringan

Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau paling

jauh dibawa ke Poliklinik.

b. Kecelakaan sedang

Korban biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu diberi waktu

untuk istirahat.

c. Kecelakaan berat

Korban dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling

dekat dengan perusahaan.

Kecelakaan tanpa korban manusia.

Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan berdasarkan besar

kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak-dampak

yang diakibatkannya.

3.9.3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional

(1962) adalah sebagi berikut:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.

a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-30

d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

f. Pengaruh suhu tinggi.

g. Terkena arus listrik.

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

i. Jenis-jenis termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi menurut penyebab.

Klasifikasi menurut penyebab terjadinya kecelakaan adalah seperti pada

Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Klasifikasi Jenis Kecelakaan Berdasarkan Penyebab

No Klasifikasi

Jenis

Kecelakaan

Penyebab

1 Berdasarkan

Mesin

1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.

2. Mesin penyalur.

3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam

4. Mesin-mesin pengolah kayu.

5. Mesin-mesin pertanian.

6. Mesin-mesin pertambangan.

7. Mesin-mesin yang tidak termasuk kalsifikasi tersebut.

2 Berdasarkan

alat angkat

dan angkut

1. Mesin angkat dan peralatannya.

2. Alat angkutan di atas rel.

3. Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api.

4. Alat angkutan udara.

5. Alat angkutan air.

6. Alat-alat angkutan lain.

3 Peralatan lain 1. Bejana bertekanan.

2. Dapur pembakar dan pemanas.

3. Instalasi pendingin.

4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi

dikecualikan alat-alat listrik (tangan).

5. Tangga.

6. Perancah.

7. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-31

Tabel 3.9. Klasifikasi Jenis Kecelakaan Berdasrkan Penyebab (Lanjutan)

No Klasifikasi Jenis

Kecelakaan

Penyebab

4 Klasifikasi menurut

sifat luka atau

kelainan.

1. Patah tulang

2. Dislokasi/keseleo

3. Regang otot/urat.

4. Memar dan luka dalam yang lain.

5. Amputasi

6. Luka-luka lain.

7. Luka di permukaan.

8. Gegar dan remuk.

9. Luka bakar.

10. Keracunan-keracunan mendadak (akut).

11. Akibat cuaca dan lain-lain.

12. Mati lemas.

13. Pengaruh arus listrik.

14. Pengaruh radiasi.

15. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

16. Lain-lain.

Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung

mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat

sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga

sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut.

Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab

kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan

analisa kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan

sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Kalsifikasi kecelakaan

yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan bahwa kecelakaan akibat kerja

jarang sekali disebabkan oeh suatu, melainkan berbagai faktor.

3.9.4. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah lingkungan atau tingkah laku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-32

pekerja, dimana terdapat kondisi yang tidak aman atau tindakan pekerja yang

tidak sesuai standar. Studi yang telah dilakukan untuk mengetahui situasi apa saja

yang dapat mengakibatkan kecelakaan, maka hasilnya memperlihatkan bahwa

frekuensi kecelakaan bervariasi berdasarkan pada faktor pekerja, jadwal kerja,

situasi sosial, faktor pekerjaan lainnya. Sehingga faktor-faktor penyebab

kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu:

1. Faktor Manusia

Tenaga kerja manusia merupakan alat produksi yang rumit serta

membutuhkan penanganan yang khusus ditinjau dari aspek tenaga,

keluwesan, ketahanan, fisik dan mental serta aspek psikologi dan aspek

sosial dan moral. Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi

klasik dalam usaha keselamatan kerja. Adapun faktor yang menjadi penyebab

kecelakaan kerja dari manusia antara lain:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja.

b. Gangguan psikologis seperti kebosanan, jenuh, benci dan tidak bergairah.

c. Usia pengalaman.

d. Adanya tekanan dan ketegangan.

e. Sikap kerja yang tidak baik sehingga menimbulkan kelelahan,

membosankan dan kelainan fisik.

f. Bekerja sambil bermain-main, bertengkar, berbincang-bincang atau

mengganggu dan sebagainya.

g. Faktor lingkungan kerja

Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kecelakaan kerja serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-33

lingkungan yang kurang nyamanpun dapat menyebabkan manusia

mengalami eksploitasi yang berlebihan, serta dapat menimbulkan akses

negatif dan dapat pula menimbulkan penyakit. Faktor yang menyebabkan

terjadinya kecelakaan pada lingkungan kerja antara lain:

1) Kebisingan.

2) Lantai licin dan kotor.

3) Suhu dan kelembaban yang tidak baik.

4) Tata ruang yang tidak terencana dengan baik.

5) Penerangan kurang cukup

6) Faktor mesin dan peralatan

Sistem kerja mesin dan peralatan merupakan pusat perhatian dalam

menghasilkan tingkat kerja yang diinginkan. Dalam operasinya tidak

jarang mesin danperalatan merupakan potensi yang dapat menimbulkan

kecelakaan. Keamanan dimulai dengan keamanan alat, keamanan mesin,

keamanan proses dan keamanan lingkungan bukanlah suatu hal yang

menjadi salah satu pertimbangan, tetapi pengamanan mekanik dan

perbaikan rekayasa teknik adalah merupakan faktor penting dalam

pencegahan kecelaakaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab

kecelakaan kerja dari mesin dan peralatan antara lain:

a) Tidak tersedianya sarana keselamatan kerja pada mesin.

b) Tidak tersedianya peralatan perlindungan diri.

c) Mesin, peralatan dan perlengkapan kerja tidak terawat dengan baik.

d) Letak mesin dan peralatan tidak teratur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-34

7) Faktor beban

Dalam suatu tempat kerja bahan merupakan benda yang menjadi pusat

pengerjaan atau pengolahan. Dalam setiap industri maka bahan yang

harus diolah dalam beraneka ragam dalam sifat fisik dan kimia. Untuk

jenis bahan yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula.

Dalam hal ini diperlukan perancangan alat material handling

(penanganan material) yang sesuai dengan sifat fisik dan kimianya.

8) Faktor tata cara kerja

Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan antara lain :

a. Prosedur kerja yang kurang baik.

b. Sikap kerja yang tidak baik.

c. Tidak mengikuti aturan atau prosedur kerja yang aman.

d. Prosedur kerja yang sulit dilakukan.

3.9.5. Pencegahan-pencegahan Kecelakaan Kerja

Menurut Anton, Thomas J (1989) pada bukunya Occupational Safety and

Health Management menyatakan bahwa mencegah kecelakaan kerja,

merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan upaya lainnya.

Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-35

pada berbagai jenis industri atau alat pelindung diri.

3. Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.

4. Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan

keadaan fisik lain mengakibatkan kecelakaan.

5. Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

6. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi,

sebab kecelakaan, mengenai siapa saja dan lain-lain.

7. Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja

8. Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian

alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan

sebagainya.

9. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja,

antara lain bagi pekerja baru.

10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menumbuhkan sikap selamat.

11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya

premi, jika keselamatan kerjanya baik.

12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif

atau tidaknya penerapan keselamatan kerja.

Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah terjadinya penyakit

akibat kerja, antara lain berupa:

1. Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-36

kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit.

2. Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan

pengujian biomedis, antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang

kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya.

3. Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media

perantara, maupun pada pekerjanya sendiri.

4. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui

kondisi kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya

5. Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan

sebagainya.

6. Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup

telinga, kaca mata dan sebagainya.

7. Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja

3.10. Pengendalian Kecelakaan akibat bahaya pada Container Crane

Menurut lembar informasi (2015) tentang bahaya yang terjadi pada

pengoprasian container crane di pelabuhan terjadi berbagai macam kecelakaan

dan cara pengendalian yang harus dilakukan. Berikut jenis-jenis bahaya dan

pengendalian yang sering terjadi pada container crane di pelabuhan antara lain

sebagai berikut:

3.10.1. Terjatuh dari ketinggian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-37

Terjatuh dari ketinggian dapat terjadi sementara melaksanakan

pemangkasan, terpal dan wadah memukul, mengamankan beban, mengakses

kapal, bekerja di kapal atau bekerja pada mesin-mesin berat.

1. Perlindungan harus di tempat pada semua terbuka tepi mana ada risiko jatuh

dari ketinggian.

2. Terjatuh melalui bukan di memegang atau dari kargo harus dicegah.

3. Semua akses atau hukuman "cambuk" kandang harus tepat dilindungi dengan

penjaga rel dan papan kaki dan memiliki kuat gerbang atau pintu.

4. Didokumentasikan petunjuk untuk penggunaan yang aman mereka harus

tersedia. Sedapat mungkin, menghindari kebutuhan untuk orang-orang

5. Tindakan tepat dan aman sistem kerja harus di tempat untuk mencegah jatuh

dari ketinggian dan memastikan kepatuhan terhadap Bagian 4 keselamatan,

Kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja.

3.10.2. Jatuh Tertimpa Benda

Sementara melaksanakan operasi bongkar muat dan susun dan sambil

menyimpan barang ada risiko benda terjatuh. Peti kemas mungkin longgar dan

salah atau buruk tersampir atau ditumpuk. Fitting dan perlengkapan yang

digunakan selama proses pemindahan dapat terjatuh. Beban atau objek mungkin

runtuh atau jatuh menjadi tidak stabil selama transportasi atau bongkar dimuat.

1. Menerapkan sistem kerja yang aman di tempat untuk memastikan bahwa

container crane dapat mengangkat dengan aman.

2. Semua mengamankan peralatan, seperti twistlocks dan memukul Bar, harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-38

memadai diperiksa dan dipelihara.

3. Beban harus tepat aman terutama selama gerakan di sekitar dermaga.

4. Menandai tempat yang aman harus disediakan untuk truk driver selama

bongkar muat operasi, terutama di terminal peti kemas.

5. Menandai tempat yang aman harus disediakan untuk melaksanakan

pemeriksaan dan penyegelan kontainer.

3.10.3. Cidera Akibat Peralatan

Semua peralatan pengangkat harus diperiksa dan diuji catatan dari tes

tersebut disimpan sesuai dengan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan di

tempat kerja (aplikasi umum).

1. Daftar mengangkat peralatan dan mengangkat peti kemas harus dijaga.

2. Prosedur yang tepat harus di tempat untuk memverifikasi bahwa kapal

peralatan pengangkat, telah diperiksa dan diuji, sesuai dengan hukum

persyaratan, memungkinkan para pekerja untuk menggunakan peralatan.

3. Semua peralatan harus mampu mengangkat sesuai yang dibutuhkan beban.

3.10.4. Kelelahan

Dermaga operasi dapat menjadi rentan terhadap kejadian tak terduga dan

penundaan yang mungkin ada sedikit kontrol. Kelelahan dapat mengembangkan

perlahan-lahan dan tidak akan selalu menjadi jelas. Dapat meningkatkan risiko

kecelakaan melalui kelelahan fisik.

1. Tindakan harus di tempat untuk memastikan pemeriksaan dalam periode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-39

tertentu

2. Manajer melakukan pergantian pekerja dan pekerja malam harus dididik

tentang perlunya tidur tepat waktu untuk mengurangi bahaya dari kelelahan.

3. Ketika mengatur beban kerja dan pekerjaan, harus diambil organisasi

4. Pekerjaan dan Shift kerja peraturan sesuai standar undang-undang

3.10.5. Metode Pengendalian Risiko

Tim Identifikasi Bahaya membahas rencana pengendalian risiko dengan

mempertimbangkan peraturan/persyaratan K3 & kategori risiko terutama untuk

kategori risiko sangat tinggi dan tinggi, bila peraturan/persyaratan K3 belum ada

maka ditimbang berdasarkan kategori risiko. Rencana pengendalian risiko yang

diambil dituangkan pada kolom, sesuai dengan pengelompokannya.

1. Cara eliminasi atau dihilangkan maksudnya menghilangkan kegiatan/proses,

karena berarti potensi-potensi bahaya yang timbul dari kegiatan tersebut juga

akan hilang. Eliminasi biasanya untuk kegiatan yang sangat berbahaya, tetapi

kegiatan tersebut tidak terlalu penting/signifikan dengan proses bisnis

perusahaan, artinya meskipun kegiatan tersebut dihilangkan mutu proses

bisnis perusahaan tetap terjaga.

a. Cara subtitusi atau diganti adalah menggantikan proses/peralatan/fasilitas

dengan yang potensi bahayanya lebih kecil.

b. Cara rekayasa engineering/teknik adalah dengan merubah atau menambah

sarana fisik/fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-40

c. Cara administratif adalah dengan membuat aturan baru seperti

membuat/merubah instruksi kerja, memasang rambu-rambu, merotasi jam

kerja agar korban tidak terpapar bahaya lebih sering, memberi pelatihan,

sosialisasi dsb.

d. Bila cara eliminasi, subtitusi dan rekayasa engineering dan administratif

tidak bisa dilakukan atau tidak tertalu mengurangi risiko, maka tenaga

kerja dilindungi dengan APD.

3.11. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disingkat

SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan:

1. Penetapan kebijakan K3

2. Perencanaan K3.

3. Pelaksanaan rencana K3.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3.

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

Adapun penerapan SMK3 bertujuan untuk:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

III-41

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh dan atau serikat pekerja atau

serikat buruh.

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong

produktivitas.

Adapun tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut:

1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0% - 59% termasuk tingkat penilaian

penerapan kurang (Merah).

2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60% - 84% termasuk tingkat penilaian

penerapan baik (Kuning).

3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85% - 100% termasuk tingkat penilaian

penerapan memuaskan (Hijau).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-1

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Pelindo I Medan (Persero) yang beralamat di

Jalan Sumatera No.1 Medan, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera

Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 - selesai.

Gambar 4.1. Lokasi PT. Pelindo I Medan (Persero)

4.2. Objek Penelitian

Objek penelitian yang dilakukan adalah pada operator container crane yang

melakukan pemindahan peti kemas menggunakan container crane pada PT.

Pelindo I Medan (Persero). Lembar kerja yang digunakan berupa kuesioner dan

form identifikasi bahaya untuk melakukan penilaian risiko yang terdapat di PT.

Pelindo I Medan (Persero).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-2

4.3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

survei (survey research) yaitu suatu penyelidikan yang dilakukan untuk

memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara

faktual untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian survei pada umumnya

menggunakan instrumen kuesioner, yang diisi oleh para responden dari objek

penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu. Kuesioner yang digunakan

adalah untuk memperoleh hasil penelitian berupa penilaian mengenai penerapan

penilaian risiko (risk assessment) dengan menyebarkan kuesioner kepada operator

container crane. Identifikasi potensi bahaya dilakukan dengan wawancara

langsung kepada operator dan menggunakan lembar kerja formulir identifikasi

bahaya sesuai dengan standar pemeriksaan yang dilakukan perusahaan untuk

identifikasi potensi bahaya dan rencana pengendalian yang harus dilakukan.

4.4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut.

Penilaian risiko

perusahaan

Penilaian risiko

perusahaan

Bahaya KecelakaanBahaya KecelakaanKecelakaan operator

container crane

Kecelakaan operator

container craneBahaya FisikBahaya Fisik

Pengurangan tingkat

kecelakaan kerja

Pengurangan tingkat

kecelakaan kerja

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian.

Berdasarkan kerangka konseptual berikut terdapat 5 variabel yang

menyebabkan kecelakaan tinggi pada pada operator container crane sehingga

dilakukan penilaian risiko pada perusahaan. Pada penelitian ini dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-3

penilaian terhadap 2 potensi bahaya yaitu bahaya kecelakaan dan bahaya fisik.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan

penilaian risiko (risk assessment) terhadap operator container crane untuk

menilai program pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan

mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat dilakukan perbaikan program

pencegahan dan pengendalian terhadap potensi bahaya guna mengurangi

angka kecelakaan kerja. Dari kerangka konseptual diatas, maka definisi

operasional dari setiap variabel tersebut sebagai berikut.

1. Bahaya Fisik

Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara

lain iklim kerja, peralatan kerja, dan kondisi fisik sebagai sarana yang

digunakan pekerja.

2. Bahaya Kecelakaan

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang

mengakibatkan terjadinya suatu kerugian baik terhadap manusia (cidera),

harta benda (rusak), proses (gangguan atau terhenti) maupun lingkungan

(kerusakan/pencemaran).

3. Kecelakaan Operator

Kecelakaan (Accident) adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak terkendali

yang berakibat kepada kacaunya proses dari suatu kegiatan yang telah diatur

sehingga menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun korban harta

benda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-4

4. Penilaian Risiko adalah proses yang meliputi identifikasi risiko, analisis

risiko dan evaluasi risiko untuk menentukan tingkat eksposur risiko dan

menentukan prioritas risiko.

5. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko adalah cara untuk mengurangi risiko kecelakaan atau

penyakit akibat kerja, dengan mengurangi konsekuensi/keparahannya atau

kemungkinan terjadinya atau kedua-duanya.

4.5. Prosedur Penelitian

Berikut adalah prosedur aktivitas yang dilakukan selama peneltian pada

perusahaan dapat dilihat sebagai berikut.

1. Pengamatan Hari 1-4

Pengamatan pada hari 1-4 dilakukan dengan mengidentifikasi bahaya pada

container crane nomor 01, 02, 03, dan 05 seperti pada Gambar 4.3.

09.00

WIB12.00

WIB

13.00

WIB16.00

WIB

Gambar 4.3. Pengamatan Hari I

Mengamati ketika

operator naik

tangga ke kabin

selama 2 menit

Mengamati ketika

operator turun

tangga untuk

istirahat siang

Mengamati ketika

operator turun

tangga menit

Mengamati ketika

operator naik

tangga setelah

istirahat siang

Pengamatan

operator selama

menjalankan

container crane

Pengamatan

operator selama

menjalankan

container crane

Pengamatan

operator selama

menjalankan

container crane

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-5

2. Pengamatan Hari 5

Melakukan penyebaran kuesioner penilaian program risk assessment

perusahaan yang diberikan kepada operator container crane dapat dilihat

pada Gambar 4.4.

09.00

WIB12.00

WIB

13.00

WIB16.00

WIB

Gambar 4.4. Pengamatan Hari 5

3. Pengamatan hari 6-8

pengamatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran denyut

nadi operator sesudah dan sebelum bekerja dapat dilihat pada Gambar 4.5.

09.00

WIB12.00

WIB

13.00

WIB16.00

WIB

Gambar 4.5. Pengamatan Hari 6

Istirahat

Penyebaran

Kuesioner Penyebaran

kuesioner

Penyebaran

kuesioner

Selesai

penyebaran

kuesioner

Menghitung

denyut nadi

sebelum bekerja

Menghitung

denyut nadi

ketika istirahat

Menghitung

denyut nadi

sebelum bekerja

pada siang hari

Menghitung

denyut nadi

setelah bekerja

seharian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-6

Ketika melakukan penelitian cara pengumpulan data maka prosedur yang

dilakukan seperti pada Gambar 4.6.

Pengamatan awal terhadap

aktivitas dan keadaan

perusahaan

Menguraikan kegiatan/

aktivitas operator

Melakukan identifikasi bahaya

dengan form identifikasi

Menentukan dan membobotkan

kategori risiko

Mengumpulkan data kecelakaan

kerja dan menghitung kerugian

perusahaan

Melakukan penyebaran kuesioner

kepada operator container crane

Usulan perbaikan

pengendalian risiko

Gambar 4.6. Cara Pengumpulan Data

Pengamatan yang dilakukan di perusahaan menemukan hasil seperti pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Pengamatan yang Dilakukan di Perusahaan

Keadaan Perusahaan Penilaian yang Dilakukan Keluaran

1. Angka kecelakaan

yang menimpa

operator container

crane tinggi

2. Belum ada dilakukan

penilaian risiko dari

perusahaan

3. Belum ada

pengendalian risiko

untuk mengurangi

kecelakaan kerja

4. Program perusahaan

untuk pencegahan

kecelakaan kerja

5. Peralatan pendukung

operator banyak

mengalami

kerusakan

1. Wawancara dengan

pihak perusahaan

2. Identifikasi sumber

bahaya

3. Penilaian program

pencegahan bahaya yang

dilakukan perusahaan

dengan program SMK3

4. Kerugian perusahaan

5. Pembobotan dan

penilaian kategori risiko

6. Rencana pengendalian

1. Usulan indikator

program risk

assessment

perusahaan

2. Rancangan

pengendalian risiko

4.6. Variabel Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-7

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat memiliki atau mengambil nilai

yang digunakan terdiri dari:

4.6.1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang memepengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dependen (terikat).

Adapun variabel independen yang berpengaruh terhadap penelitian ini antara lain:

1. Bahaya Kecelakaan

2. Bahaya Fisik

4.6.2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena

variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel dependen yang

berpengaruh terhadap penelitian ini yaitu:

1. Kecelakaan kerja operator.

2. Penilaian risiko perusahaan.

3. Penurunan angka kecelakaan kerja.

4.7. Metodologi Penelitian

Metode penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah yang

terdapat pada block diagram Gambar 4.10. berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-8

Studi pendahuluan:

Melakukan observasi terhadap kondisi perusahaan

Studi pendahuluan:

Melakukan observasi terhadap kondisi perusahaan

Identifikasi masalah:

Penilaian risiko (risk assessment) yang diterapkan oleh

perusahaan terhadap operator container crane dan

identifikasi penyebab bahaya yang mungkin terjadi

Identifikasi masalah:

Penilaian risiko (risk assessment) yang diterapkan oleh

perusahaan terhadap operator container crane dan

identifikasi penyebab bahaya yang mungkin terjadi

Studi literatur :

Mengumpulkan data pendukung dari perusahaan dan

mencari jurnal terkait judul penelitian yang

berhubungan dengan pengumpulan dan pemecahan

masalah

Studi literatur :

Mengumpulkan data pendukung dari perusahaan dan

mencari jurnal terkait judul penelitian yang

berhubungan dengan pengumpulan dan pemecahan

masalah

Data primer:

1. sumber bahaya

2. rekapitulasi kuesioner penilaian pengendalian risiko

perusahaan

3. standar pembobotan risiko

4. formulir identifikasi bahaya

Data primer:

1. sumber bahaya

2. rekapitulasi kuesioner penilaian pengendalian risiko

perusahaan

3. standar pembobotan risiko

4. formulir identifikasi bahaya

Data sekunder:

1. uraian kegiatan operator container crane

2. data kecelakaan kerja

3. data kerugian perusahaan

4. indikator standar program SMK3

Data sekunder:

1. uraian kegiatan operator container crane

2. data kecelakaan kerja

3. data kerugian perusahaan

4. indikator standar program SMK3

Pengolahan data:

1. penilaian program risk assessment perusahaan

dibandingkan dengan standar SMK3

2. melakukan identifikasi sumber bahaya

3. menghitung kerugian perusahaan

4. melakukan pembobotan penilaian kategori risiko

5. rencana pengendalian risiko

Pengolahan data:

1. penilaian program risk assessment perusahaan

dibandingkan dengan standar SMK3

2. melakukan identifikasi sumber bahaya

3. menghitung kerugian perusahaan

4. melakukan pembobotan penilaian kategori risiko

5. rencana pengendalian risiko

Analisis pemecahan masalah:

Menganalisis dan melakukan penilaian program

pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan

mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat

dilakukan perbaikan program pencegahan dan

pengendalian terhadap potensi bahaya

Analisis pemecahan masalah:

Menganalisis dan melakukan penilaian program

pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan

mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat

dilakukan perbaikan program pencegahan dan

pengendalian terhadap potensi bahaya

Kesimpulan dan saran:

1. gambaran umum hasil penelitian

2. penilaian risiko kerja

3. perbaikan pengendalian risiko

Kesimpulan dan saran:

1. gambaran umum hasil penelitian

2. penilaian risiko kerja

3. perbaikan pengendalian risiko

Gambar 4.7. Metodologi Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan metodologi

penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan observasi langsung terhadap kondisi dan uraian aktivitas kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-9

operator container crane.

2. Melakkan penilaian program pencegahan kecelakaan kerja perudahaan

dengan menyebarkan kuesioner kepada operator container crane.

3. Mengidentifikasi risiko kerja menggunakan formulir identifikasi bahaya.

4. Menentukan kategori bahaya dari setiap risiko yang terdapat berdasarkan

potensi bahaya yang diamati.

5. Mengumpulkan data kecelakaan dan menghitung kerugian yang dialami

perusahaan.

6. Melakukan rancangan untuk usulan perbaikan pengendalian risiko pada

perusahaan.

4.7.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Alat tulis, digunakan sebagai alat untuk tulis menulis dalam

mengumpulkan data.

2. Kuesioner penerapan program penilaian risk assessment berdasarkan

penilaian operator yang digunakan untuk menilai penerapan yang

dilakukan perusahaan dalam mengurangi potensi bahaya di lingkungan

kerja operator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-10

Tabel 4.2. Kuesioner Penilaian Risk Assessment Perusahaan

1. Nama :

2. Jenis kelamin: P / L

3. Umur :

Daftar Pernyataan

Petunjuk pengisian:

Berilah tanda silang (√) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

No Pernyataan Penilaian

Catatan Ya Tidak

1 Peralatan keselamatan kerja yaitu APD sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik

2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar

3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar

4 Pekerja sudah mentaati penggunaan APD di lokasi kerja

5 Pihak perusahaan selalu mengontrol distribusi ketersediaan APD

6 Pihak perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan APD di lokasi kerja

Upaya Pencegahan Terjadinya Keadaan Darurat

7 Pihak Perusahaan memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik

8 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba

9 Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin

10 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat

11 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-11

Disiplin dan Pengawasan K3

No Pernyataan Penilaian

Catatan Ya Tidak

12 Pihak perusahaan melakukan inspeksi di daerah kerja secara rutin

13 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja

14 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi

15 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja

16 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan monitoring

Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja

17 Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan kesehatan dan keselamatan kerja

18 Dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada peralatan kerja dan mesin-mesin sebelum digunakan

19 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin

20 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin

Publikasi Keselamatan Kerja

21 Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya

22 Terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan perusahaan

23 Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan

24 Pimpinan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat

25 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-12

3. Form identifikasi bahaya

Form yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan identifikasi bahaya

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Formulir Identifikasi Bahaya

No Aktivitas Identifikasi Bahaya

Penyebabnya Bahaya Kejadian Kerugian/ Kecelakaan

4.8. Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis data yang dikumpulkan yaitu terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung

dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-13

a. Sumber dan potensi bahaya (hazard) serta resiko yang dapat

ditimbulkan, diperoleh melalui pengamatan dan wawancara.

b. Formulir identifikasi bahaya yang diterapkan ole perusahaan untuk

mengidentifikasi potensi bahaya yang mengakibatkan kecelakaan

kerja.

c. Kuesioner operator yang diberikan kepada operator container

crane untuk menilai fungsi dan penerapan risk assessment pada

perusahaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak perusahaan

sehingga tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya.

Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah:

a. Uraian kegiatan operator

Uraian kegiatan operator yang menujukkan seluruh kegiatan yang

dilakukan operator crane dalam mengoprasikan container crane

yang diperoleh beradasrkan pengamatan langsung dan SOP yang

diterapkan oleh perusahaan.

b. Data kecelakaan kerja

Data kecelakaan kerja menunjukkan jumlah kecelakaan serta

kerugian yang didapat dalam kurun waktu 3 tahun, diperoleh

melalui catatan dan dokumentasi perusahaan.

c. Data kerugian materil

Data ini menunjukkan jumlah kerugian perusahaan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-14

diakibatkan kecelakaan kerja dalam suatu priode.

d. Program risk assessment perusahaan

Porgram risk assessment yang diterapkan dalam perusahaan untuk

penilaian perusahaan sesuai yang ditetapkan dalam peraturan

pemerintah tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

4.9. Metode Pengolahan Data

Langkah dalam melakukan pengolahan data dibagi dalam beberapa

tahapan, dimana rinciannya dapat dilihat sebagai berikut.

1. Melakukan penyebaran kuesioner kepada operator untuk penilaian

mengenai program risk assessment penerapan pencegahan kecelakaan

kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

a. Melakukan penyebaran langsung kepada operator container crane.

b. Melakukan rekapitulasi terhadap hasil kuesioner.

c. Membandingkan indikator program risk assessment perusahaan

dengan program SMK3.

2. Melakukan identifikasi bahaya untuk memaparkan aktivitas yang

dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadi.

a. Memaparkan aktivitas yang dilakukan operator container crane.

b. Memaparkan potensi-potensi bahaya yang mungkin terjadi.

c. Mengidentifikasi penyebab potensi bahaya.

d. Mencatat kejadian apa saja yag terjadi yang diakibatkan oleh

bahaya pekerjaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-15

3. Melakukan penilaian risiko yang berguna untuk menilai seberapa besar

kemungkinan terjadi risiko kerja.

a. Memberikan bobot konsekuesi atau keparahan yang di alami dari

risiko kerja.

b. Memberikan bobot seberapa besar kemungkinan terjadi risiko

kerja.

c. Memberikan nilai risiko kerja.

d. Melakukan pengkategorian risiko kerja.

4. Menghitung tingkat kehilangan/kerugian (loss rate).

a. Merekapitulasi data kecelakaan kerja dari tahun 2014-2016

b. Menentukan kategori kerugian dari masing-masing data kecelakaan

kerja.

5. Melakukan rencana pengendalian risiko kerja yang digunakan untuk

mengurangi tingkat risiko kerja dan mengurangi kecelakaan kerja

sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian akibat kecelakaan kerja

yang terjadi.

a. Melakukan dengan cara eliminasi/menghilangkan potensi bahaya.

b. Melakukan dengan cara substitusi atau diganti untuk mengurangi

potensi bahaya.

c. Melakukan dengan cara rekayasa engineering atau teknik yang

digunakan untuk melakukan perbaikan secara teknik yang dapat

mengurangi potensi bahaya.

d. Melakukan dengan cara administratif yang dapat mendukung kinerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

IV-16

operator sehingga mengurangi potensi bahaya.

e. Melakukan penerapan alat pelindung diri yang digunakan sesuai

standar.

4.10. Analisis Pemecahan Masalah

Pada tahap ini akan dilakukan dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan

data yaitu penilaian terhadap penerapan pencegahan risiko oleh perusahaan dan

melakukan identifikasi risiko untuk menemukan potensi bahaya penyebab

kecelakaan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan usulan perbaikan

program pencegahan kecelakaan dan usulan pengendalian yang diterapkan

perusahaan guna mengurangi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan dengan pendekatan risk assessment (penilaian resiko). Dengan

demikian perusahaan dapat menerapkan perbaikan tersebut dalam lingkungan

perusahaannya sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja dan kerugian materil

perusahaan.

4.11. Kesimpulan dan Saran

Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi

butir-butir penting dalam penelitian ini yaitu mengenai penilaian penerapan risk

assessment yang diterapkan perusahaan. Kesimpulan merupakan perumusan dari

tahap analisis sebelumnya. Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan

hasil penelitian selanjutnya dan memberikan saran kepada pihak perusahaan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-1

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan

Sebelum melakukan pengumpulan data dari para pekerja, maka akan

dilakukan perancangan daftar cocok (checklist) penilaian program risk assessment

yang berisi tentang indikator-indikator untuk penilaian program pencegahan

kecelakaan pada perusahaan.

5.1.1.1.Penentuan Indikator Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan

Ada beberapa aspek yang menjadi indikator yang mempengaruhi kinerja

program risk assessment yang berasal dari Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 50 Tahun 2012. Berikut ini adalah indikator-indikator dalam

program risk assessment yang mempengaruhi.

1. Indikator pengguanaan alat pelindung diri (APD)

a. Peralatan keselamatan kerja yaitu APD terpenuhi dan dalam kondisi baik

b. APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai

standar

c. Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar

d. Pekerja sudah menaati penggunaan APD di lokasi kerja

e. Pihak perusahaan selalu mengontrol distribusi ketersediaan APD

f. Pihak perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan APD di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-2

lokasi kerja

2. Indikator upaya pencegahan terjadinya keadaan darurat

a. Pihak perusahaan memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat

dengan baik

b. Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat

sebelum tim bantuan tiba

c. Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan

dengan baik dan rutin

d. Ada tim khususs yang membantu proses pengendalian darurat

e. Proses pengawan berlangsung secara rutin dan terjadwal

3. Indikator disiplin dan pengawasan Program Risk Assessment

a. Pihak perusahaan melakukan inspeksi di daerah kerja secara rutin

b. Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat

bekerja

c. Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi

d. Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam

bekerja

e. Adana buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan

monitoring

4. Indikator prosedur keselamatan dan kesehatan kerja

a. Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan kesehatan dan keselamatan

kerja

b. Dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada peralatan kerja dan mesin-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-3

mesin sebelum digunakan

c. Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin

d. Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin

5. Indikator publikasi keselamatan kerja

a. Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya

b. Terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan

perusahaan

c. Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan

d. Pimpinan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang

aman dan sehat

e. Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja

5.1.1.2.Pengelompokkan Indikator Pernyataan

Pengelompokkan pernyataan yang akan dibuat yaitu berdasarkan

indikator- indikator yang telah dijabarkan pada bagian diatas. Berikut adalah

pengelompokkan pernyataan program risk assessment dan dapat dilihat pada

Tabel 5.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

Tabel 5.1. Pengelompokkan Pernyataan untuk Setiap Indikator

No Indikator Deskripsi Banyak Pernyataan

1 Penggunaan alat pelindung diri

(APD)

Ketersediaan APD yang disediakan oleh

perusahaan

Disiplin operator dalam kesadaran penggunaan

APD

4

2

2 Upaya pencegahan terjadinya

keadaan darurat

Penerapan prosedur yang ditetapkan perusahan

terhadap pencegahaan keadaan darurat

Kesadaran operator terhadap pencegahan

keadaan darurat

4

1

3 Disiplin dan pengawasan program

risk assessment

Pengawasan yang dilakukan perusahaan tentang

disiplin operator dalam penerapan program risk

assessment

5

4 Prosedur keselamatan dan

kesehatan kerja

Konsistensi perusahaan dalam menjalankan

peraturan mengenai program risk assessment

Sistem perawatan yang dilakukan perusahaan

2

2

5 Publikasi keselamatan kerja Pemasangan display peringatan di area potensi

bahaya

Pemberian contoh dari pimpinan mengenai

pelaksanaan program risk assessment

3

2

Total Pernyataan 25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-5

Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator penggunaan alat

pelindung diri (APD) dilihat pada Tabel 5.2. sebagai berikut :

Tabel 5.2. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD)

Nomor

Responden

Nomor Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 6 Ya Tidak

1 √ x √ x x √ 4 2

2 √ x x √ x x 3 3

3 √ x √ x √ x 4 2

4 √ x x x √ x 2 4

5 √ x √ x √ √ 5 1

6 x x √ x √ √ 4 2

7 √ x v x √ √ 3 3

8 √ x √ √ x x 4 2

9 √ x √ x √ √ 4 2

10 √ x √ √ √ x 4 2

11 √ x √ √ √ √ 5 1

12 √ x √ √ x x 4 2

13 √ x √ √ √ x 5 1

14 √ x x √ x √ 4 2

15 √ x x √ √ x 4 2

16 √ x √ √ √ x 5 1

17 √ x √ √ x x 4 2

18 √ x √ √ x √ 5 1

19 √ x √ √ √ x 4 2

20 √ x √ √ √ x 5 1

Total 82 38

Gambar 5.1. Grafik Presentasi Penilaian Penggunaan APD

Ya68%

Tidak32%

Penggunaan APD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-6

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 68% dari

operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap penggunaan APD.

Berikut adalah perbandingan indikator penilaian penggunaan APD yang terdapat

pada perusahaan dibandingkan dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Indikator Penilaian Penggunaan APD

Indikator Perusahaan Indikator SMK 3

1. Peralatan keselamatan

kerja yaitu APD terpenuhi

dan dalam kondisi baik

2. APD telah tersedia untuk

setiap jenis pekerjaan

yang berbahaya dan sesuai

standar

3. Semua peralatan APD

telah digunakan dengan

benar

4. Pekerja sudah menaati

penggunaan APD di

lokasi kerja

5. Pihak perusahaan selalu

mengontrol distribusi

ketersediaan APD

6. Pihak perusahaan

melakukan pemeriksaan

terhadap penggunaan

APD di lokasi kerja

1. Alat pelindung diri disediakan bila

diperlukan dan digunakan secara benar

serta dipelihara selalu dalam kondisi layak

pakai

2. Menjamin agar investasi untuk APD dapat

dimanfaatkan secara optimal

3. Perlindungan kepala, topi keselamatan (

Topi atau cap keras ) harus disediakan dan

dipakai didaerah dimana terdapat bahaya

benda jatuh atau melayang. Pantau kalau

ada peraturan yang menyangkut proteksi

kepala

4. Perlindungan kaki, sepatu keselamatan

dengan pelindung jari dari baja untuk

pekerjaan dimana kaki bisa tertimpa beban

berat.

5. Pakaian pelindung diperlukan pakaian

pelindung yang rapih dan bersih dan

pakaian protektif lain – lain dapat

mengurangi kemungkinan kecelakaan,

kontak dengan panas, permukaan kasar

dan tajam

6. Harnes keselamatan sabuk, harnes

keselamatan dan tali penjamin nyawa (

Life – line ) adalah penting sekali untuk

melindungi pekerja melakukan pekerjaan

berbahaya diatas permukaan lantai tanah,

dimana resiko jatuh dan mendapat cedera

atau kematian sangat besar.

Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator upaya pencegahan

terjadinya keadaan darurat dapat dilihat pada Tabel 5.4. sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-7

Tabel 5.4. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Upaya Pencegahan

Terjadinya Keadaan Darurat

Nomor Responden Nomor Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 Ya Tidak

1 √ √ x √ x 3 2

2 √ x √ √ √ 4 2

3 √ √ x √ x 3 2

4 √ x x √ x 2 3

5 √ x √ √ x 3 2

6 √ √ x √ x 3 2

7 √ √ x √ x 3 2

8 √ x √ x x 2 3

9 √ √ √ √ x 4 1

10 √ √ x x x 2 3

11 √ √ √ x √ 4 1

12 √ √ √ √ x 4 1

13 √ √ √ x √ 4 1

14 √ √ √ x √ 4 1

15 √ √ √ x √ 4 1

16 √ √ x x x 2 3

17 √ √ √ √ x 4 1

18 √ √ √ √ √ 5 0

19 √ √ √ √ 4 1

20 √ √ √ √ √ 5 0

Total 69 31

Gambar 5.2. Grafik Presentasi Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 69% dari

operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap pencegahan keadaan

darurat. Berikut adalah perbandingan indikator penilaian pencegahan keadaan

Ya69%

Tidak31%

Pencegahan Keadaan Darurat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-8

darurat yang terdapat pada perusahaan dibandingkan dengan standar SMK3

dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Indikator Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat

Indikator Perusahaan Indikator SMK 3

1. Pihak perusahaan memiliki

prosedur dalam menghadapi

keadaan darurat dengan baik

2. Pekerja memahami respon

yang harus diambil dalam

keadaan darurat sebelum

tim bantuan tiba

3. Latihan mengatasi keadaan

bahaya sudah disusun dan

dilaksanakan dengan baik

dan rutin

4. Ada tim khususs yang

membantu proses

pengendalian darurat

5. Proses pengawan

berlangsung secara rutin dan

terjadwal

1. Menyiapkan personel terlatih untuk

penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat

kerja

2. Memberi pedoman penanganan materi secara

manual / mekanik dengan mengkaji setiap

langkah kegiatan penanganan dan menentukan

potensi bahaya yang mungkin terjadi dan

melakukan pencegahan

3. Tenaga kerja diberi informasi mengenai

prosedur penanganan masalah keselamatan dan

kesehatan kerja dan menerima informasi

kemajuan penyelesaiannya

4. Keadaan darurat yang potensial telah

diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat

telah didokumntasikan

5. Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau

ulang secara rutin oleh petugas yang

berkompeten

6. Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan

mengenai prosedur keadaan darurat yang

sesuai dengan tingkat resiko

Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator disiplin dan

pengawasan program risk assessment dilihat pada Tabel 5.5. sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-9

Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Disiplin dan Pengawasan

Nomor

Responden

Nomor Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 Ya Tidak

1 √ √ √ √ √ 5 0

2 X √ x √ √ 3 2

3 X √ √ √ √ 4 1

4 √ √ √ √ x 4 1

5 √ √ √ √ x 4 1

6 √ √ √ x x 3 2

7 √ √ √ √ x 4 1

8 √ √ √ √ x 4 1

9 √ √ √ √ √ 5 0

10 √ √ x √ √ 4 1

11 √ √ x √ x 3 2

12 √ √ √ x √ 4 1

13 √ √ √ √ √ 5 0

14 √ √ x x √ 3 2

15 √ √ √ x √ 4 1

16 √ √ √ x √ 4 1

17 X √ √ √ √ 4 1

18 √ √ x √ √ 4 1

19 √ √ √ √ √ 5 0

20 √ √ √ x √ 4 1

Total 80 20

Gambar 5.3. Grafik Presentasi Penilaian Disipllin dan Pengawasan

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 80% dari

operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap disiplin dan pengawasan

program pencegahan kecelakaan kerja. Berikut adalah perbandingan indikator

Ya80%

Tidak20%

Disiplin dan Pengawasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-10

disiplin dan pengawasan keadaan darurat yang terdapat pada perusahaan

dibandingkan dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Indikator Penilaian Disiplin dan Pengawasan

Indikator Perusahaan Indikator SMK 3

1. Pihak perusahaan

melakukan inspeksi di

daerah kerja secara rutin

2. Perusahaan mewajibkan

penggunaan alat pelindung

diri (APD) saat bekerja

3. Dukungan dan

keikutsertaan manajemen

puncak dalam kegiatan

inspeksi

4. Adanya peringatan dan

sanksi yang jelas setiap

kelalaian pekerja dalam

bekerja

5. Adanya buku keterangan

dan dokumentasi yang

dijadikan sebagai bahan

monitoring

1. Dilakukan pengawasan untuk menjamin

bahwa setiap kerja dilaksanakan dengan

aman dan mengikuti setiap prosedur dan

petunjuk kerja yang telah ditentukan

2. Setiap orang diawasi sesuai dengan

tingkat kemampuan mereka dan tingkat

resiko tugas

3. Ada alat – alat wajib didaftarkan pada

pemerintahan ( Depnaker ) dan dibawah

4. pengawasan khusus. Alat – alat tersebut

secara berkala harus di inspeksi, diuji

5. coba dan diberi sertifikat.

6. Perawatan, perbaikan dan setiap

perubahan harus dilakukan personel

yang berkompeten

7. Menyiapkan pelatihan khusus untuk

pengurus / tenaga kerja yang akan

melaksanakan inspeksi serta

didokumentasikan

8. Daftar periksa ( Check List ) tempat

kerja telah disusun untuk digunakan

pada saat inspeksi

9. Pemantauan lingkungan kerja

dilaksanakan secara teratur dan hasilnya

dicatat dan dipelihara

Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator prosedur

keselamatan dan kesehatan kerja dilihat pada Tabel 5.8. sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-11

Tabel 5.8. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Prosedur Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

Nomor Responden Nomor Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 Ya Tidak

1 √ √ x x 2 2

2 √ √ x x 2 2

3 √ √ x x 2 2

4 √ √ x x 2 2

5 √ √ x √ 3 1

6 √ √ √ x 3 1

7 √ √ √ x 3 1

8 √ √ x x 2 2

9 √ x √ √ 3 1

10 √ x √ √ 3 1

11 √ √ √ √ 4 0

12 √ √ √ x 3 1

13 √ √ √ x 3 1

14 √ √ √ √ 4 0

15 √ √ x √ 3 1

16 √ √ √ √ 4 0

17 √ √ √ x 3 1

18 √ √ √ √ 4 0

19 √ √ x √ 3 1

20 √ √ √ x 3 1

Total 59 21

Gambar 5.4. Grafik Presentasi Penilaian Prosedur Keselamatan

Kerja

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 74% dari

operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap prosedur keselamatan

kerja yang dilaksanakan perusahaan. Berikut adalah perbandingan indikator

Ya74%

Tidak26%

Prosedur Keselamatan Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-12

penilaian prosedur keselamata kerja yang terdapat pada perusahaan dibandingkan

dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Indikator Penilaian Prosedur Keselamatan Kerja

Indikator Perusahaan Indikator SMK 3

1. Perusahaan mempunyai

peraturan-peraturan

kesehatan dan keselamatan

kerja

2. Dilakukan pengecekan

terlebih dahulu pada

peralatan kerja dan mesin-

mesin sebelum digunakan

3. Perusahaan melakukan

pengecekan alat-alat

keselamatan kerja secara

rutin

4. Perusahaan mengadakan

pemeriksaan kesehatan

karyawan secara rutin

1. Terdapat prosedur kerja yang

didokumentasikan dan jika diperlukan

diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas

– tugas beresiko tinggi

2. Terdapat prosedur untuk menangani masalah

keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul

dan sesuai dengan peraturan perundangan

3. Adanya prosedur dan sistem untuk memantau

kesehatan tenaga kerja secara berkala dan

terjadwal

4. Perusahaan menyediakan pelayanan

kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan

5. Terdapat prosedur terdokumentasi yang

menjamin bahwa semua kecelakaan dan

penyakit akibat kerja serta insiden ditempat

kerja dilaporkan

6. Untuk membatasi cedera karena jatuh sampai

batas seminimum mungkin, sangatlah penting

untuk menugaskan tanggung jawab guna

mengadakan inspeksi dan pengendalian pada

barang – barang yang khusus yaitu : tangga,

trap, jalan orang ( Walkway ) dan stager,

termasuk yang dibawa oleh kontraktor.

Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator publikasi

keselamatan kerja dilihat pada Tabel 5.10. sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-13

Tabel 5.10. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Publikasi Keselamatan

Kerja

Nomor

Responden

Nomor Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 Ya Tidak

1 √ √ √ x √ 4 1

2 √ √ √ x √ 4 1

3 √ √ x √ √ 4 1

4 √ √ x √ √ 4 1

5 √ √ √ √ x 4 1

6 √ √ √ √ √ 5 0

7 √ √ √ √ √ 5 0

8 √ √ √ √ √ 5 0

9 √ √ √ x √ 4 1

10 √ √ √ √ √ 5 0

11 √ √ √ √ x 4 1

12 √ √ √ x √ 4 1

13 √ √ √ √ x 4 1

14 x √ √ √ √ 4 1

15 √ √ √ √ x 4 1

16 √ √ x √ x 3 2

17 √ √ √ √ x 4 1

18 √ √ √ √ x 4 1

19 √ √ √ √ x 4 1

20 √ √ x √ x 3 2

Total 82 18

Gambar 5.5. Grafik Presentasi Penilaian Risk Asessment Publikasi

Keselamatan Kerja

Ya82%

Tidak18%

Publikasi Keselamatan Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-14

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 82% dari

operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap sistem publikasi

keselamatan kerja yang dilaksanakan perusahaan. Berikut adalah perbandingan

indikator penilaian publikasi keselamatan kerja yang terdapat pada perusahaan

dibandingkan dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11. Indikator Penilaian Publikasi Keselamatan Kerja

Indikator Perusahaan Indikator SMK 3

1. Pemasangan tanda

peringatan di tempat yang

berpotensi bahaya

2. Terdapat pesan-pesan

tentang keselamatan kerja di

lingkungan perusahaan

3. Perusahaan memberikan

informasi tentang tingkat

bahaya pekerjaan

4. Pimpinan memberikan

contoh yang baik tentang

cara-cara bekerja yang aman

dan sehat

5. Perusahaan menempatkan

K3 sebagai prioritas utama

dalam bekerja

1. Tenaga kerja diberi informasi mengenai

prosedur penanganan masalah keselamatan dan

kesehatan kerja dan menerima informasi

kemajuan penyelesaiannya

2. Tanggung jawab untuk memelihara dan

mendistribusikan informasi terbaru mengenai

peraturan perundangan keselamatan dan

kesehatan kerja

3. Informasi tentang kegiatan dan masalah

keselamatan dan

4. kesehatan kerja disebarluaskansecar sistematis

kepada seluruh tenaga kerja perusahaan

5. Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat

diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala

6. Instruksi keadaan darurat dan hubungan

keadaan darurat diperlihatkan secara jelas /

menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga

kerja

Berdasarkan penilaian pencapaian program risk assessment sehingga

diperoleh hasil seperti pada Gambar 5.6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-15

Gambar 5.6. Grafik Pencapaian Program Risk Assessment

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa penilaian program risk

assessment yang dilakukan diperoleh bahwa penerapan yang paling tinggi adalah

pada indikator penerapan penggunaan dan ketersediaan APD dari perusahaan dan

indikator publikasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Pada program

yang dilakukan terdapat indikator paling rendah yaitu indikator prosedur

penangan keselamatan dan kesehatan kerja.

5.1.2.Identifikasi Bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-16

Penilaian risk assessment yang dilakukan adalah dengan 2 penilaian bahaya

yaitu bahaya fisik dan bahaya kecelakaan yang terjadi.Pada tahap ini yang harus

dilakukan adalah menjabarkan aktivitas yang dilakukan operator container crane

untuk melakukan identifikasi bahaya yang mengakibatkan kejadian atau

kecelakaan kerja yang mungkin dialami oleh operator. Kecelakaan adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki yang mengakibatkan terjadinya suatu kerugian

baik terhadap manusia (cidera), harta benda (rusak), proses (gangguan atau

terhenti) maupun lingkungan (kerusakan/pencemaran). Akibat sumber bahaya

yang dialami dapat dikategorikan jenis-jenis kecelakaan kerja. Berikut kategori

kecelakaan kerja berdasarkan aktivitas dan sumber bahaya di PT. Pelindo I Medan

(Persero) sebagai berikut:

1. Kecelakaan cidera ringan

Kecelakaan cidera ringan adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai

hanya memerlukan pertolonan pertama (first aid) dan korban kembali bekerja

pada tugas semula pada giiran kerja hari berikutnya (kurang dari 1 hari kerja).

2. Kecelakaan cidera sedang

Kecelakaan cidera sedang adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai

tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3

minggu, termasuk hari minggu dan libur.

3. Kecelakaan cidera berat

Kecelakaan cidera berat adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai

mendapat cidera sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-17

a. Tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3 minggu

termasuk hari Minggu dan hari-hari libur.

b. Cacat tetap (invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas semula.

c. Kecelakaan fatal adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai

meninggal dalam waktu 1x24 jam.

Berdasarkan identifikasi bahaya yang dilakukan melalui wawancara dan

penilaian langsung terhadap kondisi di perusahaan tersebut sehingga diperoleh

potensi bahaya dapat di kategorikan sebagai berikut pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Hasil Identifikasi Bahaya

Kategori Bahaya Identifikasi Bahaya

Bahaya Fisik

Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin

operator

Tidak ada alat bantu pegangan operator pada

tangga

Bahan dan bentuk penyusun tangga licin

Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu

terjal sampai dengan kemiringan 90o

Bahaya Kecelakaan

Operator tidak konsentrasi

Terjadi komunikasi yang buruk antara operator

crane dengan operator telly di bagian bawah

container crane

Terjadi breakdown pada mesin container crane

secara tiba-tiba

Sepatu yang digunakan tidak sesuai standar

safety

Tidak menggunakan APD khususs untuk

ketinggian 40 meter

5.1.3. Pengkategorian dan Perangkingan Sumber Bahaya

Setelah setiap aktivitas, peralatan dan temperatur udara yang memiliki

potensi bahaya telah ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan

pendektan penilaian risiko (risk assessment). Penilaian risiko merupakan

kelanjutan dari identifikasi bahaya sehingga untuk mempermudah pelaksanaannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-18

dibuat kolom berikutnya setelah identifikasi bahaya. Sistem pembobotan yang

digunakan adalah sebagai berikurt:

1. Sebelum melakukan penilaian risiko, tim membuat pembobotan untuk

Konsekuensi/keparahan dan pembobotan untuk kemungkinan terjadi.

2. Dibuat 5 peringkat untuk pembobotan konsekuensi/ keparahan dengan simbol

tingkatan menggunakan angka yaitu 1 sampai 5, kemungkinan terjadi dibuat

5 tingkatan juga dengan simbol tingkatan menggunakan abjad yaitu A sampai

E.

3. Lalu beri definisi atau batasan dari masing-masing peringkat bobot tersebut

pada form standar definisi pembobotan.

4. Buat matrik antara konsekuensi/keparahan dengan kemungkinan terjadi.

5. Hasil kombinasi antara konsekuensi/keparahan dan kemungkinan terjadi

adalah nilai risiko yang disesuaikan dengan standart penilaian risiko.

6. Berdasarkan nilai risiko, dibuat 4 kategori risiko yaitu kecil, sedang, tinggi

dan sangat tinggi .

Dalam penilaian risiko ada beberapa kolom yang terdiri dari :

1. Bobot Konsekuensi/keparahan yaitu bobot nilai yang diberikan dengan

memperkirakan konsekuensi/ keparahan dari kerugian/kecelakaan yang

timbul bila kejadian terjadi, dan bila telah ada sarana pengendalian bahaya

maka berapa prakira konsekuensi/keparahan yang dapat terjadi bila sarana

tersebut saat ini masih berfungsi dengan baik

2. Bobot Kemungkinan terjadi yaitu bobot nilai yang diberikan dengan

memprakirakan seberapa besar kemungkinan kejadian tersebut dapat terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-19

3. Nilai risiko adalah kombinasi antara konsekuensi/ keparahan dengan

kemungkinan terjadi.

4. Kategori Risiko adalah menentukan kategorinya dengan melihat nilai risiko.

5. Setelah semua kolom terisi maka akan diketahui seberapa besar risiko yang

terjadi bila potensi bahaya dibiarkan dan tidak segera diperbaiki.

Tabel 5.15. Bobot Kemungkinan Terjadi

Kemungkinan terjadi

Bobot Definisi

Kemungkinan terjadinya kecil

sekali A

Terjadi pada kondisi

abnormal/bencana

alam/darurat/setahun sekali

Kemungkinan terjadi kecil B Terjadi sekitar sebulan sekali

Kemungkinan terjadi ada C Terjadi sekitar seminggu sekali

Kemungkinan terjadinya besar D Terjadi setiap hari

Kemungkinan terjadinya sangat

besar E

Frekuensi terjadi lebih dari 3 kali

dalam sehari

5.1.3.1.Pengkategorian Risiko pada Aktivitas Operator Bekerja pada

Ketinggian 40 Meter

1. Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin operator sehingga mengakibatkan

operator kelelahan secara berlebihan tetapi tidak mengakibatkan kerugian

pada perusahaan.

Keparahan: (1) tidak parah

Tidak terluka atau korban tidak terluka karena pengendalian bahaya yang

ada berfungsi dengan baik dan korban bisa langsung kerja kembali.

Kemungkinan: (D) kemungkinan terjadinya besar

Terjadi setiap hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-20

Penilaian Risiko = Bobot Konsekuensi/Keparahan X Bobot Kemungkinan

Terjadi

Tabel 5.16. Standar Penilaian Risiko Akibat Lift Rusak

Berdasarkan tabel diatas kategori beban yaitu 1D yang memiliki kategori

risiko sedang.

Berdasarkan tabel diatas kategori beban yaitu 5A yang memiliki kategori

risiko sangat sangat tinggi.

Tabel 5.25. Kategori Risiko

Nilai Risiko Kategori Risiko

1A, 1B, 1C, 2A, 2B Kecil

1D,2C,3A,3B Sedang

1E, 2D, 2E, 3C, 4A, 4B, 5A Tinggi

3D, 3E, 4C, 4D, 4E, 5A, 5B, 5C, 5D, 5E Sangat Tinggi

Rekapitulasi penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 5.26. dan

rekapitulasi kategori sumber bahaya dapat dilihat pada Tabel 5.27.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-21

Berdasarkan penilaian kategori diatas diperoleh bahwa kategori setiap

potensi bahaya dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7. Grafik Rekapitulasi Kategori Risiko

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa potensi bahaya yang

paling banyak yaitu dengan kategori sangat tinggi sebanyak 2 penyebab potensi

bahaya yaitu terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan

operator telly di bagian bawah crane dan terjadi breakdown pada mesin container

crane secara tiba-tiba.

0

1

2

3

4

5

6

Bob

ot

Bah

aya

Identifikasi Bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-22

5.1.4. Rencana Pengendalian Risiko

Berikut langkah-langkah dalam pengendalian risiko yang dilakukan oleh

PT. Pelindo I Medan (Persero) pengendalian risiko yang diambil dituangkan pada

kolom, sesuai dengan pengelompokannya.

1. Cara eliminasi atau dihilangkan maksudnya menghilangkan kegiatan/proses,

karena berarti potensi-potensi bahaya yang timbul dari kegiatan tersebut

juga akan hilang. Eliminasi biasanya untuk kegiatan yang sangat

berbahaya, tetapi kegiatan tersebut tidak terlalu penting/signifikan dengan

proses bisnis perusahaan, artinya meskipun kegiatan tersebut dihilangkan

mutu proses bisnis perusahaan tetap terjaga.

2. Cara subtitusi atau diganti adalah menggantikan proses/peralatan/fasilitas

dengan yang potensi bahayanya lebih kecil. Aktivitas yang terjadi dengan

pengendalian cara substitusi adalah pada kegiatan naik tangga ke kabin

operator dengan bahan dan bentuk penyusun tangga yang licin.

3. Cara rekayasa engineering/teknik adalah dengan merubah atau menambah

sarana fisik/fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada. Berikut adalah

aktivitas yang dilakukan pengendalian menggunakan rekayasa

engineering/teknik dapat dilihat pada Tabel 5.30.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

V-23

Tabel 5.30. Aktivitas Pengendalian dengan Cara Rekayasa Engineering

No Aktivitas

1 Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin operator

2 Sepatu yang digunakan operator tidak sesuai standar safety

3 Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu terjal sampai dengan

kemiringan 90o

4 Tidak menggunakan APD khususs untuk ketinggian 40 meter

5 Operator tidak konsentrasi

6 Terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan operator

telly di bagian bawah crane

7 Tidak terdapat alat bantu pegangan operator pada tangga

8 Terjadi breakdown pada mesin container crane

4. Cara administratif adalah dengan membuat aturan baru seperti

membuat/merubah instruksi kerja, memasang rambu-rambu, merotasi jam

kerja agar korban tidak terpapar bahaya lebih sering, memberi pelatihan,

sosialisasi dsb. Aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan

pengendalian secara administratif adalah mengenai sepatu yang digunakan

operator tidak sesuai standar diberikan perusahaan.

5. Bila cara eliminasi, subtitusi dan rekayasa engineering dan administratif

tidak bisa dilakukan atau tidak tertalu mengurangi risiko, maka tenaga kerja

dilindungi dengan APD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-1

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis

6.1.2. Analisis Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menilai pencapaian

tentang penerapan program risk assessment yang diterapkan oleh perusahaan.

Untuk menilai pencapaian ini dilakukan menggunakan kuesioner yang dibagikan

kepada operator container crane yang berjumlah 20 orang. Terdapat 5 indikator

yang dinilai dalam kuesioner untuk penilaian pencapaian program kemudian

dibandingkan dengan standar SMK3, indikator yang digunak dapat dilihat pada

Tabel 6.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-2

Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan

Indikator prosedur

No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang

dilaksanakan perusahaan Penilaian

1 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan

diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas – tugas berisiko tinggi

Perusahaan mempunyai

peraturan-peraturan kesehatan

dan keselamatan kerja

Capaian

program 69%

2 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan

kerja yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundangan

Dilakukan pengecekan terlebih

dahulu pada peralatan kerja

dan mesin-mesin sebelum

digunakan

3 Adanya prosedur dan sistem untuk memantau kesehatan tenaga kerja

secara berkala dan terjadwal

Perusahaan melakukan

pengecekan alat-alat

keselamatan kerja secara rutin

4 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan

perundangan

Perusahaan mengadakan

pemeriksaan kesehatan

karyawan secara rutin 5 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua

kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden ditempat kerja

dilaporkan

6 Untuk membatasi cedera karena jatuh sampai batas seminimum

mungkin, sangatlah penting untuk menugaskan tanggung jawab guna

mengadakan inspeksi dan pengendalian pada barang – barang yang

khusus yaitu : tangga, trap, jalan orang ( Walkway ) dan stager.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-3

Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)

Indikator Penggunaan APD

No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan

perusahaan Penilaian

1 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara

benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai

Peralatan keselamatan kerja yaitu

APD terpenuhi dan dalam kondisi

baik

Capaian

program

68%

2 Menjamin agar investasi untuk APD dapat dimanfaatkan secara

optimal

APD telah tersedia untuk setiap

jenis pekerjaan yang berbahaya

dan sesuai standar

4 Perlindungan kepala, topi keselamatan ( Topi atau cap keras ) harus

disediakan dan dipakai didaerah dimana terdapat bahaya benda jatuh

atau melayang. Pantau kalau ada peraturan yang menyangkut

proteksi kepala

Semua peralatan APD telah

digunakan dengan benar

5 Perlindungan kaki, sepatu keselamatan dengan pelindung jari dari

baja untuk pekerjaan dimana kaki bisa tertimpa beban berat.

Pekerja sudah menaati

penggunaan APD di lokasi kerja

6 Pakaian pelindung diperlukan pakaian pelindung yang rapih dan

bersih dan pakaian protektif lain – lain dapat mengurangi

kemungkinan kecelakaan, kontak dengan panas, permukaan kasar

dan tajam

Pihak perusahaan selalu

mengontrol distribusi

ketersediaan APD

7 Harnes keselamatan sabuk, harnes keselamatan dan tali penjamin

nyawa ( Life – line ) adalah penting sekali untuk melindungi pekerja

melakukan pekerjaan berbahaya diatas permukaan lantai tanah,

dimana risiko jatuh dan mendapat cedera atau kematian sangat

besar.

Pihak perusahaan melakukan

pemeriksaan terhadap

penggunaan APD di lokasi kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-4

Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)

Indikator Pencegahan Keadaan Darurat

No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan

perusahaan Penilaian

1 Menyiapkan personel terlatih untuk penyelidikan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Pihak perusahaan memiliki prosedur dalam

menghadapi keadaan darurat dengan baik

Capaian

program

69%

2 Memberi pedoman penanganan materi secara manual /

mekanik dengan mengkaji setiap langkah kegiatan

penanganan dan menentukan potensi bahaya yang mungkin

terjadi dan melakukan pencegahan

Pekerja memahami respon yang harus

diambil dalam keadaan darurat sebelum tim

bantuan tiba

3 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur

penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan

menerima informasi kemajuan penyelesaiannya

Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah

disusun dan dilaksanakan dengan baik dan

rutin

4 Keadaan darurat yang potensial telah diidentifikasi dan

prosedur keadaan darurat telah didokumntasikan

Ada tim khususs yang membantu proses

pengendalian darurat

5 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara

rutin oleh petugas yang berkompeten

Proses pengawan berlangsung secara rutin

dan terjadwal

6 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai

prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-5

Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)

Indikator Disiplin dan Pengawasan

No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan

perusahaan Penilaian

1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap kerja

dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur

dan petunjuk kerja yang telah ditentukan

Pihak perusahaan melakukan inspeksi di

daerah kerja secara rutin

Capaian

program

80%

2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan

mereka dan tingkat risiko tugas

Perusahaan mewajibkan penggunaan alat

pelindung diri (APD) saat bekerja

3 Ada alat – alat wajib didaftarkan pada pemerintahan (

Depnaker ) dan dibawah pengawasan khusus. Alat – alat

tersebut secara berkala harus di inspeksi, diuji

coba dan diberi sertifikat.

Dukungan dan keikutsertaan manajemen

puncak dalam kegiatan inspeksi

4 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan

personel yang berkompeten

Adanya peringatan dan sanksi yang jelas

setiap kelalaian pekerja dalam bekerja

5 Menyiapkan pelatihan khusus untuk pengurus / tenaga kerja

yang akan

melaksanakan inspeksi serta didokumentasikan

Adanya buku keterangan dan

dokumentasi yang dijadikan sebagai

bahan monitoring

6 Daftar periksa ( Check List ) tempat kerja telah disusun

untuk digunakan pada saat inspeksi

7 Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur

dan hasilnya dicatat dan dipelihara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-6

Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)

Indikator Publikasi Keselamatan Kerja

No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan

perusahaan Penilaian

1 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan

masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima

informasi kemajuan penyelesaiannya

Pemasangan tanda peringatan di

tempat yang berpotensi bahaya

Capaian

program

74 %

2 Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan

informasi terbaru mengenai peraturan perundangan

keselamatan dan kesehatan kerja

Terdapat pesan-pesan tentang

keselamatan kerja di lingkungan

perusahaan

3 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan

kesehatan kerja disebarluaskan secara sistematis kepada

seluruh tenaga kerja perusahaan

Perusahaan memberikan informasi

tentang tingkat bahaya pekerjaan

4 Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji

dan dipelihara secara berkala

Pimpinan memberikan contoh yang

baik tentang cara-cara bekerja yang

aman dan sehat

5 Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat

diperlihatkan secara jelas / menyolok dan diketahui oleh

seluruh tenaga kerja

Perusahaan menempatkan K3 sebagai

prioritas utama dalam bekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-7

6.1.2. Analisis Identifikasi Bahaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi penyebab

bahaya berdasarkan teori yang terdapat pada ILO sehingga dilakukan identifikasi

yang mengenai 2 penyebab bahaya yaitu bahaya fisik dan bahaya kecelakaan.

Hasil identifikasi bahaya dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Hasil Identifikasi Bahaya

Kategori Bahaya Identifikasi Bahaya

Bahaya Fisik

Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin

operator

Tidak ada alat bantu pegangan operator pada

tangga

Bahan dan bentuk penyusun tangga licin

Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu

terjal sampai dengan kemiringan 90o

Bahaya Kecelakaan

Operator tidak konsentrasi

Terjadi komunikasi yang buruk antara operator

crane dengan operator telly di bagian bawah

container crane

Terjadi breakdown pada mesin container crane

secara tiba-tiba

Sepatu yang digunakan tidak sesuai standar

safety

Tidak menggunakan APD khususs untuk

ketinggian 40 meter

6.1.3. Analisis Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko

Analisis kategori potensi bahaya bertujuan untuk mengetahui bobot

kategori potensi bahaya yang terjadi dan penilaian risiko bertujuan untuk menilai

kategori dari risiko yang terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-8

Berdasarkan tabel diatas sehigga dapat dibuat pengkategorian risiko ke

dalam grafik seperti pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Penilaian Risiko

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat 9 potensi bahaya

yang mengakibatkan kecelakaan kerja di perusahaan. Terdapat 1 kategori risiko

kecil, 1 kategori risiko sedang, 5 kategori tinggi dan 2 kategori sangat tinggi.

Sehingga dilakukan analisis terhadap potensi bahaya dengan kategori sangat

tinggi yaitu pada terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan

operator telly di bagian bawah crane dan terjadi breakdown pada mesin container

crane secara tiba-tiba.

6.1.5. Analisis Pengendalian Risiko

Analisis pengendalian risiko bertujuan untuk melakukan pencegahan dan

pengendalian risiko untuk mengurangi potensi bahaya yang menyebabkan risiko

0

1

2

3

4

5

6

Bob

ot

Bah

aya

Identifikasi Bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-9

kerja bagi operator container crane. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk pengendalian risiko yaitu Cara eliminasi atau dihilangkan maksudnya

menghilangkan kegiatan/proses, karena berarti potensi-potensi bahaya yang

timbul dari kegiatan tersebut juga akan hilang. Cara subtitusi atau diganti adalah

menggantikan proses/peralatan/fasilitas dengan yang potensi bahayanya lebih

kecil. Cara rekayasa engineering/teknik adalah dengan merubah atau menambah

sarana fisik/fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada. Cara administratif adalah

dengan membuat aturan baru seperti membuat/merubah instruksi kerja, memasang

rambu-rambu, merotasi jam kerja agar korban tidak terpapar bahaya lebih sering,

memberi pelatihan, sosialisasi dsb. Bila cara eliminasi, subtitusi dan rekayasa

engineering dan administratif tidak bisa dilakukan atau tidak tertalu mengurangi

risiko, maka tenaga kerja dilindungi dengan APD. Rencana pengendalian risiko

yang dilakukan dapat dapat dilihat pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Rencana Pengendalian Risiko

Aktivitas Kategori Risiko Cara Pengendalian

Tidak tersedia lift untuk naik ke atas

kabin operator Sedang Substitui/diganti

Sepatu yang digunakan operator tidak

sesuai standar Kecil

Cara Rekayasa

Enginering/ Teknik

Cara Administratif

Tidak menggunakan APD sesuai

standar perusahaan Tinggi Cara Administratif

Kondisi tangga yang digunakan

operator terlalu terjal sampai dengan

kemiringan 90o

Tinggi Cara Rekayasa

Enginering/ Teknik

Keadaan tangga licin Tinggi

Cara Subtitusi/Diganti

Alat Pelindung Diri

yang digunakan

Tidak ada pegangan pada samping

tangga Tinggi

Cara Rekayasa

Enginering/ Teknik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-10

Alat Pelindung Diri

yang digunakan

Terjadi breakdown pada mesin

container crane Sangat Tinggi

Cara Rekayasa

Enginering/ Teknik

Operator tidak konsentrasi Tinggi Cara Rekayasa

Enginering/ Teknik

Terjadi komunikasi yang buruk antara

operator crane dengan operator telly di

bagian bawah crane

Sangat Tinggi Cara Rekayasa

Enginering/ Teknik

6.2. Pembahasan

6.2.1. Pembahasan Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan

Pembahasan pada bab ini difokuskan pada pengendalian risiko bahaya

yang kategori risiko yaitu tinggi dan sangat tinggi untuk memperoleh pembahasan

mengenai usulan dan cara pengendalian untuk mengurangi risiko bahaya dan

meningkatkan kenyamanan operator untuk fasilitas kerja dan kenyamanan

operator. Penilaian dilakukan dengan membandingkan indikator yang terdapat

pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Peraturan

Mentri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 dengan indikator penilaian yang telah

diterapkan perusahaan. Berdasarkan Tabel 6.1. dapat dilihat bahwa terdapat

beberapa indikator yang tidak sesuai dengan SMK3 sehingga dilakukan perbaikan

indikator yang harus diterapkan perusahaan seperti pada Tabel 6.7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-11

Tabel 6.7. Indikator Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan

No Indikator Perbaikan Indikator

1 Prosedur Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

✓ Mengadakan inspeksi dan pengendalian pada barang – barang yang khusus

✓ Menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden ditempat kerja

dilaporkan

✓ Mendokumentasikan dan menerapkan suatu sistem ijin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi

2 Pengunaan APD ✓ Melakukan identifikasi area bermasalah

✓ Semua area kerja harus disurvey untuk menentukan tipe APD yang diwajibkan untuk tiap macam

operasinya

✓ APD yang dipakai harus yang telah disahkan untuk macam paparan bahayanya

✓ Karyawan yang menerima APD harus menanda tangani surat

✓ Menyediakan pakaian pelindung yang dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan

✓ Harnes keselamatan dimana risiko jatuh dan mendapat cedera atau kematian sangat besar

3 Pencegahan Keadaan

Darurat

✓ Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang berkompeten

✓ Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai

dengan tingkat risiko

✓ Memberi pedoman penanganan materi secara manual / mekanik dengan mengkaji setiap langkah

kegiatan penanganan dan menentukan potensi bahaya yang mungkin terjadi dan melakukan

pencegahan

4 Disiplin dan

Pengawasan

✓ Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personel yang berkompeten

✓ Menyiapkan pelatihan khusus untuk pengurus / tenaga kerja yang akan melaksanakan inspeksi

serta didokumentasikan

✓ Ada alat – alat wajib didaftarkan pada pemerintahan ( Depnaker ) dan dibawah pengawasan

khusus. Alat – alat tersebut secara berkala harus di inspeksi, diuji

✓ coba dan diberi sertifikat.

5 Publikasi Keselamatan

Kerja

✓ Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala

✓ Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarluaskan secara

sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-12

6.2.2. Pembahasan Identifikasi Bahaya

Berdasarkan hasil analisis terhadap identifikasi bahaya yang dilakukan

sehingga dilakukan tindakan pencegahan dilihat pada Tabel 6.8.

Berdasarkan potensi bahaya yang terjadi maka harus dilakukan perbaikan

program risk assessment yang diterapkan perusahaan untuk mengurangi dan

menghilangkan potensi bahaya sehingga perusahaan mengalami zero accident.

Tabel 6.8. Tindakan Pencegahan

Kategori Bahaya Identifikasi Bahaya Tindakan Pencegahan

Bahaya Fisik

Tidak tersedia lift untuk naik ke

atas kabin operator

Menambah ketersediaan lift untuk

operator dan memperbaiki pada

lift yang rusak

Tidak ada alat bantu pegangan

operator pada tangga

Menggunakan sepatu dengan

sepatu bebas dari tergelicir

Menggunakan sarung tangan

Diberikan body harness

Bahan dan penyusun tangga licin Menggunakan sepatu dengan

sepatu bebas dari tergelicir

Kondisi tangga yang digunakan

operator terlalu terjal sampai

dengan kemiringan 90o

Memeriksa tangga sebelum

mendaki

Bahaya Kecelakaan

Operator tidak konsentrasi Memberikan waktu untuk

operator melepas kelelahan

Terjadi komunikasi yang buruk

antara operator crane dengan

operator telly di bagian bawah

container crane

Memeriksa peralatan yaitu handy

talky sebleum digunakan

Terjadi breakdown pada mesin

container crane secara tiba-tiba

Melakukan pemeriksaan peralatan

sebelum digunakan

Sepatu yang digunakan berbahan

licin

Menggunakan sepatu dengan

sepatu bebas dari tergelicir

Tidak menggunakan APD

khususs untuk ketinggian 40

meter

Memakai pakaian yang memadai

dan untuk melindungi kulit dan

pelindung kepala dalam cuaca

buruk

Penggunaan baju pelindung yang

bersifat khusus dan pengait untuk

sabuk pengaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-13

6.2.3. Pembahasan Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko

Potensi bahaya yang memiliki kategori tinggi dapat dilihat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9. Kategori Potensi Bahaya

Potensi Bahaya Kategori

Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin operator Sedang

Sepatu yang digunakan operator tidak sesuai standar Kecil

Tidak menggunakan APD sesuai standar perusahaan Tinggi

Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu terjal sampai

dengan kemiringan 90o Tinggi

Keadaan tangga licin Tinggi

Tidak ada pegangan pada samping tangga Tinggi

Operator tidak konsentrasi Tinggi

Terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan

operator telly di bagian bawah crane Sangat Tinggi

Terjadi breakdown pada mesin container crane Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel diatas dilakukan penjabaran mengenai potensi bahaya

yang memiliki kategori sangat tinggi dapat dijelaskan pada Tabel 6.10.

Tabel 6.10. Penjabaran Potensi Bahaya Tinggi

Potensi Bahaya Akibat yang Ditimbulkan Cara Pencegahan

Terjadi komunikasi

yang buruk antara

operator crane

dengan operator

telly di bagian

bawah crane

Menyebabkan kematian

operator akibat tertimpa peti

kemas karena kesalahan

komunikasi antara operator

kabin atas dengan operator

telly pada kabin bawah

Melakukan perawatan

secara berkala terhadap

peralatan handy talky,

AC pada kabin, dan lift

operator

Terjadi breakdown

pada mesin

container crane

Kerusakan mesin yang

mengakibatkan peti kemas

terlepas dari reach taker dan

peti kemas terjatuh menimpa

operator dibawah dan terjadi

kerusakan pada peti kemas

Dilakukan pengawasan

terhadap perawatan

yang dilakukan

Dilakukan perawatan

mesin secara berkala

Dilakukan pergantian

komponen sesuai

dengan umur ekonomis

komponen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-14

6.2.4. Pembahasan Tingkat Kerugian (Lost Rate)

Berdasarkan angka kecelakaan yang tinggi pada Tabel 6.4. diatas

diidentifikasi penyebab kecelakaan yang dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Gambar 6.3. Grafik Bobot Penyebab Kecelakaan

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa bobot paling tinggi yang

mengakibatkan kecelakaan kerja adalah disebabkan oleh kelelahan operator,

fasilitas yag kurang memadai, dan penggunaan APD. Untuk penyabab tingkat

kerugian maka diperlukan tindakan dapat dilihat pada Tabel 6.11.

Tabel 6.11. Tindakan untuk Mengurangi Tingkat Kerugian

No Penyebab Keadaan pada Perusahaan Tindakan

1 Kondisi

peralatan rusak

- handy talky dengan 4 buah

kondisi baik dan 6 buah

kondisi rusak

- pada kabin operator tidak

dilakukan maintenance

- kondisi lift rusak

Melakukan perawatan secara

berkala terhadap peralatan

handy talky, AC pada kabin,

dan lift operator

2 Kelelahan

operator

Lift hanya tersedia pada 1

container crane sementara 2

lainnya menggunakan tangga

untuk ke kabin operator

Memberikan waktu istirahat

diantara waktu kerja sekitar 10

menit untuk operator

menghilangkan kelelahan dan

asupan berupa vitamin untuk

stamina operator

3 Tidak ada APD

khusus

Operator menggunakan helm,

rompi dan sepatu kerja yang

tidak sesuai standar safety

Menambahkan APD berupa

baju pelindung, body harness,

dan safety shoes

4 Sistem

maintenance

Jadwal maintenance yang

sudah diterapkan perusahaan

tidak berjalan dengan maksimal

karena sering terjadi

keterlambatan jadwal

perawatan

Dilakukan pengawasan

terhadap perawatan yang

dilakukan

Peninjauan kembali tentang

jadwal pemeriksaan untuk

perawatan

5 Breakdown

mesin

Peralatan dan komponen

penyusun container crane

sudah lama dan jarang diganti

serta penjadwalan maintenance

yang sering terlambat membuat

kerusakan peralatan tidak

terdeteksi

Dilakukan perawatan mesin

secara berkala

Dilakukan pergantian

komponen sesuai dengan umur

ekonomis komponen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-15

Berdasarkan Tabel 6.11. dapat dilihat bahwa banyak perbaikan yang harus

dilakukan perusahaan untuk mengurangi penyebab bahaya setelah penerapan

dilakukan maka dilakukan peninjauan ulang menggunakan penilaian risk

assessment untuk melihat apakah program sudah berjalan dengan baik.

6.2.5. Pembahasan Pengendalian Risiko

Berdasarkan tabel penjabaran potensi bahaya yang dilakukan sebelumnya

sehingga dilakukan pengendalian bahaya dengan kategori risiko sangat tinggi

sehingga dilakukan pengendalian menggunakan seperti pada Tabel 6.12.

Tabel 6.12. Pengendalian Risiko

Cara Pengendalian Aktivitas Pengendalian

Cara Rekayasa

Engineering

Tidak ada alat pelindung

diri khusus untuk

ketinggian

1. Memberikan alat yang memudahkan

komunikasi operator seperti handy

talky dan dalam keadaan baik

2. Operator crane harus dapat

berkomunikasi dengan baik dengan

anggota tim situs konstruksi untuk

memahami apa yang dibutuhkan

ketika memindahkan beban dari satu

tempat ke tempat lain.

3. Operator harus mampu mengikuti

instruksi dari operator lain dan harus

mampu memberikan dan

menafsirkan isyarat tangan dengan

benar saat mengoperasikan mesin

derek

4. Operator harus terampil mengamati

kondisi yang terjadi pada bagian

bawah ketika memposisikan peti

kemas dan memiliki keterampilan

pertolongan pertama

5. Operator crane harus tahu tentang

peraturan keselamatan yang

mengatur operasi crane, membatasi

berat untuk berbagai crane dan

bagaimana mempertahankan crane

yang digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VI-16

Tabel 6.12. Pengendalian Risiko (Lanjutan)

Cara Pengendalian Aktivitas Pengendalian

Cara Administratif Terjadi breakdown pada

mesin container crane

1. Semua alat angkat harus diperiksa

dan diuji kemudian disimpan hasil

catatan yang dilakukan

2. Harus menerapkan prosedur yang

tepat harus di tempat untuk

memastikan bahwa alat angkat kapal

telah diperiksa dan diuji sesuai

dengan persyaratan

3. Semua alat angkat harus mampu

mengangkat sesuai beban yang

diperlukan

4. Operator harus sadar untuk jenis

material dapat dengan aman

dikibarkan di setiap beban yang

dapat diangkat sesuai dengan

kapasitas dan kondisi cuaca,

misalnya angin kencang

5. Operator harus memastikan bahwa

crane siap untuk digunakan dengan

dilakukan kontrol pemeriksaan,

instrumen, dan alat pengukur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VII-1

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian di PT. Pelindo I Medan

(Persero) adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian penerapan program risk assessment yang dilaksanakan

perusahaan untuk menjamin keselamatan operator container crane antara

lain pencapaian penerapan program risk assessment dibandingkan dengan

standar program SMK3 dan dipeoleh kategori program sudah berjalan

dengan baik dan dipatuhi oleh seluruh karyawan pada perusahaan.

2. Penilaian risiko (risk assessment) dilakukan dengan mengidentifikasi

potensi bahaya yaitu terdapat 5 bahaya yang dilakukan penilaian, yaitu

bahaya kecelakaan, bahaya fisik, bahaya bahan kimia, bahaya biologi,

dan penilaian ergonomi, psikososial, faktor organisasi. Dalam

penelitian ini dilakukan penilaian terhadap 2 potensi bahaya yaitu

bahaya fisik dan bahaya kecelakaan

3. Kategori potensi bahaya yang dilakukan diperoleh bahwa penilaian risiko

tinggi dan terdapat 9 potensi bahaya yang mengakibatkan angka

kecelakaan pada perusahaan tinggi, kategori bahaya sangat tinggi yaitu

pada bahaya akibat komunikasi yang buruk antara operator crane dengan

operator telly di bagian bawah crane dan bahaya akibat breakdown pada

mesin container crane.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VII-2

4. Pengendalian risiko yang dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya di

tempat kerja dengan menggunakan cara substitusi/diganti, rekayasa

engineering, cara administratif dan dengan penerapan Alat Pelindung Diri

(APD).

7.2. Saran

Saran yang diberikan kepada PT. Pelindo I Medan (Persero) adalah

sebagai berikut:

1. Sebaiknya perlu dibuat organisasi khusus yang menangani SMK3 sesuai

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.5/MEN/1996 tentang

penerapan SMK3 di perusahaan sehingga identifikasi bahaya dan penilaian

risiko dapat lebih digalakkan.

2. Sebaiknya perusahaan melakukan penerapan Alat Pelindung Diri (APD)

dengan seragam dan dilakukan pengawasan terhadap disiplin operator

dalam menggunakan APD.

3. Sebaiknya perusahaan melakukan kajian terus menerus mengenai

pencapaian penerapan risk assessment sehingga perusahaan dinilai zero

accident.

4. Sebaiknya perusahaan melakukan pelatihan dan pemahaman lebih kepada

operator mengenai pengetahuan tentang K3 untuk pengetahuan yang

menyeluruh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

VII-3

5. Sebaiknya diterapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada setiap

bagian pekerjaan dan monitoring pelaksanaan standar keselamatan kerja

secara rutin risiko dapat dikurangi dengan cara pembuatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Benyamin O. 2008. Fundamental Principles Of Occupational Health And

Safety Second Edition. Switzerland: International Labour Organization

Bikatofani, Ryan Rizky. 2015. Analisis Risiko Pengoprasian Overhead Crane

Double Girder di Divisi Kapal Niaga PT. Pal Surabaya. Jawa Timur: The

Indonesian Journal of Occupational Safety and Health Vol. 4 No.3

Checklist and Information for Cranes. Goverenment of Western Australia

Cioca, Lucian Ionel. 2015. Occupational Risk Assessment: A Framework for

Understanding and Practical Guiding the Process in Romania.

Proceedings Of The International Conference On Risk Management,

Assessment And Mitigation ISSN 1790-2769. Vol.4 No.2

Deshmukh, L. M. 2006. Industrial Safety Management: Hazards Identification

and Risk Control. Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited

Health and Safety Authority. 2015. Information Sheet of Hazard in Port and Dock

Operations.

Luckyta, Dhinar Tiara. 2012. Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK 3) dalam Rangka Perbaikan

Safety Behaviour Pekerja (Studi Kasus: PT. X Sidoarjo). Jurnal Teknik

ITS Vol. 1, No. 1, ISSN 2301-9271

Mutia, Mega. 2014. Pengukuran Beban Kerja Fisioloogis dan Psikologis pada

Operator Pemetikan Teh dan Operator Produksi Teh Hijau di PT. Mitra

Kernci. Padang: Universitas Andalas. ISSN: 2088-4842

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

National Conference On Applied Ergonomics Safety, Health, and Comfort For

Higher Productivity and Better Life: Yogyakarta

Niosh Alert.. 2006. Preventing Worker Injuries and Deaths from Mobile Crane

Tip-Over, Boom Collapse, and Uncontrolles Hoisted Load. Prosiding of

Workplace Safety and Health: Departement of Health and Human Service

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Rehak, David. 2014. Preference Risk Assessment of Electric Power Critical

Infrastructure. The Italian Assocation of Chemical Engineering Vol. 36,

2014 ISSN 2283-9216

Sepang, Bryan Alfons Willyam. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion

Manadao. Universitas Sam Ratulangi: Jurnal Sipil Statik Vol.1 No. 4

Maret 2013 (282-288) ISSN 2337-6732

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV

Haji Masagung

Susihono, Wahyu. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dan Identifikasi Potensi Bahaya Kerja (Studi Kasus

di PT. LTX Kota Cilegon-Banten). Universitas Sultan Agung Tirtayasa:

Spektrum Industri, 2013, Vol. 11 No. 2 ISSN: 1963-6590

Thomas, J Anton.1989. Occupational Safety and Health Management. United

State of America. Irwin/MacGraw Hill

Walpole, Ronald. 1993. Pengantar Statistik. Jakarta: PT Gramedia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR

Winiarto, Brian Hadi. 2013. Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan pada

Bengkel Umum dengan Pendekatan Job Safety Analysis. Universitas

Sultan Agung Tirtayasa: Jurnal Teknik Industri, Vol.1 No.1, Maret 2013,

pp 59-65 ISSN 2302-495X

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA