ANALISIS PROFITABILITAS

24
ANALISIS PROFITABILITAS 1. ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khusunya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek (sekuritas). Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembiayaan bunga dan pokok. Ketika mengevaluasi profitabilitas perusahaan, kita berfokus pada beberapa pertanyaan seperti : Apakah ukuran laba yang paling relevan bagi perusahaan? Bagaimana kualitas laba ? Komponen laba apakah yang paling penting untuk peramalan laba? Bagaimana daya tahan (termasuk stabilitas dan tren) laba dan komponen komponennya? Bagaimana kekuatan laba ( earning power) perusahaan ? 1.1 Faktor-Faktor Pengukuran Laba Perusahaan Laba didefinisikan sebagai pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian selama periode pelaporan. Laba bukanlah angka unik yang menunggu kesempurnaan sistem pengukuran laba secara cepat. Pertimbangan-petimbangan praktis adalah sebagai berikut : 1. Masalah estimasi. Pengukuran laba bergantung pada estimasi atas hasil di masa depan. Estimasi-estimasi

Transcript of ANALISIS PROFITABILITAS

Page 1: ANALISIS PROFITABILITAS

ANALISIS PROFITABILITAS

1. ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN

Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khusunya investor ekuitas

dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya faktor penentu

perubahan nilai efek (sekuritas). Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan

paling penting bagi investor ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya

merupakan sumber pembiayaan bunga dan pokok. Ketika mengevaluasi profitabilitas

perusahaan, kita berfokus pada beberapa pertanyaan seperti :

Apakah ukuran laba yang paling relevan bagi perusahaan?

Bagaimana kualitas laba ?

Komponen laba apakah yang paling penting untuk peramalan laba?

Bagaimana daya tahan (termasuk stabilitas dan tren) laba dan komponen

komponennya?

Bagaimana kekuatan laba ( earning power) perusahaan ?

1.1 Faktor-Faktor Pengukuran Laba Perusahaan

Laba didefinisikan sebagai pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan

kerugian selama periode pelaporan. Laba bukanlah angka unik yang menunggu

kesempurnaan sistem pengukuran laba secara cepat. Pertimbangan-petimbangan

praktis adalah sebagai berikut :

1. Masalah estimasi. Pengukuran laba bergantung pada estimasi atas hasil di masa

depan. Estimasi-estimasi tersebut memerlukan alokasi pendapatan dan beban pada

periode sekarang dan masa depan.

2. Metode akuntansi. Standar akuntansi yang mengatur pengukuran laba merupakan

hasil pengalaman profesional, agenda badan pengatur, peristiwa bisnis, dan

pengaruh sosial lainnya.

3. Insentif pengungkapan. Idealnya, praktisi berkepentingan atas penyajian laporan

keuangan secara wajar. Namun, laporan keuangan dan pengukuran laba

menanggung tekanan kompetensi, keuangan, dan masyarakat.

4. Keragaman pengguna. Laporan keuangan merupakan laporan bertujuan umum bagi

banyak pengguna dengan kebutuhan yang beragam.

Page 2: ANALISIS PROFITABILITAS

1.2 Analisis Laba Dua Tahap

Tahap pertama adalah analisis akuntansi dan pengukurannya. Analisis ini

memerlukan pemahaman atas akuntansi pendapatan dan beban. Analisis ini juga

memerlukan pemahaman atas akuntansi aktiva dan kewajiban karena banyak aktiva

yang merupakan beban yang ditangguhkan dan kewajiban yang merupakan penghasilan

yang ditangguhkan.

Tahap kedua adalah menerapkan alat analisis pada laba (dan komponen-

komponennya) serta menginterpretasikan hasil analisis tersebut. Penerapan alat analisis

ini bertujuan untuk mencapai tujuan terkait dengan penggunaan laba. Tujuan ini

meliputi peramalan laba, penilaian daya tahan laba dan kualitas laba, serta estimasi

kekuatan laba.

2. ANALISIS PENDAPATAN PERUSAHAAN

Analisis pendapatan perusahaan (disebut juga penjualan) berfokus pada beberapa

pertanyaan sebagai berikut :

Apakah sumber utama pendapatan ?

Bagaimana daya tahan sumber pendapatan?

Bagaimana kaitan antara pendapatan, piutang, dan persediaan ?

Kapan pendapatan dicatat dan bagaimana pendapatan diukur ?

2.1 Sumber Utama Pendapatan

Informasi ini khususnya penting bagi analisis perusahaan yang terdivesifikasi. Dalam

perusahaan yang terdiversifikasi, tiap pasar atau lini produk sering kali memiliki pola

pertumbuhan, profitabilitas, dan potensi masa depan yang berbeda-beda. Common size analysis

merupakan alat yang sangat baik untuk menganalisis sumber pendapatan. Common size analysis

menyajikan tiap kelompok utama pendapatan sebagai persentase atas total pendapatan.

2.1.1 Tantangan Perusahaan yang Terdiversifikasi

Page 3: ANALISIS PROFITABILITAS

Analisis laporan keuangan perusahaan yang terdiversifikasi harus memisahkan

dan menginterpretasikan dampak masing-masing segmen bisnis pada perusahaan

secara keseluruhan. Hal ini menantang untuk dilakukan mengingat segmen atau

divisi yang berbeda memiliki tingkat profitabilitas, risiko, dan pertumbuhan yang

bervariasi. Inilah alasan mengapa analisis memerlukan memerlukan banyak

informasi rinci berdasarkan segmen usaha.

2.1.2 Pelaporan Segmen

Informasi yang dilaporkan dalam hasil operasi dan posisi keuangan berdasarkan

segmen bervariasi. Pengungkapan penuh menyediakan laporan laba, neraca, dan

laporan arus kas rinci untuk setiap segmen yang penting. Namun, pengungkapan

penuh berdasarkan segmen ini jarang dilakukan karena sulitnya memisahkan

segmen serta keengganan manajemen untuk membagi informasi yang dapat

membahayakan posisi kompetitifnya.

Sebuah segmen dianggap signifikan bila penjualan, laba (rugi) operasi, atau

aktiva yang dapat diidentifikasi besarnya sama atau lebih dari 10 % dari jumlah

gabungan seluruh segmen operasi perusahaan. Untuk tiap segmen, harus dilaporkan

beberapa informasi keuangan tahunan ( SFAS 131) seperti :

1. Penjualan – kepada segmen lain maupun kepada pelanggan eksternal

2. laba operasi – pendapatan dikurangi beban operasi

3. Aktiva yang dapat diidentifikasi

4. Beban atau pendapatan bunga dan pajak

5. Keuntungan dan kerugian dari pos khusus

6. Beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi.

Selain itu, perusahaan harus melaporkan pendapatan sebesar 10% atau lebih yang

diperoleh dari satu pelanggan.

Analisis pada HM Sampoerna

Suatu segmen usaha adalah sekelompok aset dan operasi yang menyediakan barang

atau jasa yang memiliki risiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan

segmen usaha lainnya. Sebuah segmen geografis menyediakan barang maupun jasa

di dalam lingkungan ekonomi tertentu yang memiliki risiko serta tingkat

pengembalian yang berbeda dengan segmen operasi lainnya yang berada dalam

lingkungan ekonomi lain.

Page 4: ANALISIS PROFITABILITAS

Grup mensegmentasikan pelaporan keuangan sebagai berikut:

(i) segmen usaha (primer), yang mengklasifikasikan aktivitas bisnis Grup menjadi

industri dan perdagangan rokok; percetakan, pengemasan dan pengangkutan; serta

segmen usaha lainnya.

(ii) segmen geografis (sekunder), yang terdiri dari kegiatan usaha dalam negeri dan

luar negeri.

2.1.3 Implikasi Analisis atas Laporan Segmen

Laporan segmen harus dianalisis sebagai informasi ‘lunak’, yaitu informasi yang

dapat dimanipulasi dan diatur oleh manajemen. Informasi tersebut harus

diperlakukan dengan ketidakpastian dan kesimpulan yang diambil dari informasi

tersebut harus diuji oleh sumber informasi alternatif. Namun demikian, data

segmen yang didukung dengan bukti altenatif dapat sangat berguna bagi analisis.

Data segmen dapat membantu analisis, khususnya analisis atas :

Pertumbuhan penjualan

Analisis tren penjualan menurut segmen berguna untuk menilai

profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sering kali berasal dari faktor-faktor

seperti, perubahan harga, perubahan volume, akuisisi/divestasi, dan

perubahan nilai tukar.

Pada HM Sampoerna, Penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp 34,7 triliun untuk

tahun 2008, meningkat sebesar 16,4% dari Rp 29,8 triliun di tahun 2007.

Penjualan bersih dari bisnis rokok domestik meningkat menjadi Rp 33,9

triliun, atau 16,2% lebih tinggi dari Rp 29,2 triliun di tahun 2007. Penjualan dari

bisnis rokok domestik menyumbangkan 97,7% terhadap penjualan bersih

konsolidasi Perseroan. Kinerja yang baik pada bisnis rokok domestik pada tahun

2008 ini didorong oleh kombinasi antara peningkatan volume penjualan sebesar

9,6% menjadi 73,3 miliar batang pada tahun 2007 dari 66,8 miliar batang di

tahun 2007 dan kenaikan harga jual selama tahun 2008. Perseroan kembali

memimpin pangsa pasar industri rokok pada tahun 2008 dengan pangsa pasar

sebesar 29,5%, meningkat 0,2% dibanding tahun 2007.

Rokok Marlboro menyumbangkan 15,0% dan 12,2% masing-masing

terhadap jumlah volume dan nilai penjualan rokok domestik pada tahun 2008

Page 5: ANALISIS PROFITABILITAS

dibandingkan 14,2% dan 11,4% di tahun 2007. Rokok Marlboro mencapai

pangsa pasar sebesar 4,8% di tahun 2008 meningkat dari 4,6% di tahun 2007.

Rokok A Mild masih menjadi penyumbang terbesar terhadap portofolio

SKM Perseroan dengan mencatat jumlah volume penjualan termasuk Avolution,

rokok kretek ramping (slim) yang diluncurkan pada bulan Pebruari 2008, sebesar

26,6 miliar batang pada tahun 2008, atau 17,1% lebih tinggi dari tahun

sebelumnya. Dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 25,2%, rokok A Mild

menyumbangkan masing-masing 36,3% dan 35,6% dari jumlah volume dan nilai

penjualan domestik pada tahun 2008 dibandingkan 34,0% dan 32,8% di tahun

2007. Secara keseluruhan, nilai penjualan yang disumbangkan rokok SKM

Perseroan meningkat sebesar 25,5% di tahun 2008, menyumbangkan 38,7% dari

jumlah nilai penjualan rokok domestik, sementara volume penjualan pada

segmen ini meningkat sebesar 17,7% mencapai 29,4 miliar batang.

Pertumbuhan penjualan agregat sebesar 6,9% dari SKT terutama

disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar 1,3% dari 32,8 miliar di

tahun 2007 menjadi 33,2 miliar batang pada tahun 2008. Volume penjualan

rokok SKT Dji Sam Soe tumbuh 5,1% dan menyumbangkan masing-masing 26,5%

dan 33,2% dari volume dan nilai penjualan domestik di tahun 2008

dibandingkan 27,6% dan 34,6% di tahun 2007. Volume penjualan Sampoerna A

Hijau menurun 4,7% dari 13,3 miliar batang di tahun 2007 menjadi 12,6 miliar

batang di tahun 2008. Rokok Sampoerna A Hijau menyumbangkan masing-

masing 17,2% dan 14,9% dari volume dan nilai penjualan rokok domestik pada

tahun 2008 dibandingkan 19,8% dan 17,5% di tahun 2007.

Pertumbuhan aktiva

Analisis tren aktiva yang dapat diidentifikasikan menurut segmen relevan

bagi analisis profitabilitas. Membandingkan pengeluaran modal terhadap

beban penyusutan mengungkapkan segmen yang mengalami pertumbuhan

‘sesungguhnya’. Saat menganalisis laporan segmen geografis, analisis harus

mewaspadai perubahan nilai tukar mata uang asing yang dapat memberi

pengaruh signifikan pada nilai yang dilaporkan.

Profitabilitas

Page 6: ANALISIS PROFITABILITAS

Rasio laba operasi terhadap penjualan dan laba operasi terhadap aktiva

yang dapat diidentifikasi menurut segmen merupakan angka yang berguna

dalam analisis profitabilitas. Karena kelemahan data laba segmen, analisis

harus lebih berfokus pada tren daripada berfokus pada tingkat absolut.

Rasio laba operasi 2008-2004

2.2 Daya tahan pendapatan

Analisis profitabilitas meningkat bila daya tahan pendapatan per segmen dapat dinilai.

Bagian ini membahas dua alat analisis yang berguna untuk menilai daya tahan

pendapatan :

2.2.1 Analisis persentase tren

Analisis persentase tren digunakan untuk menilai daya tahan total pendapatan

maupun pendapatan per segmen. Pendapatan yang diindeks berdasarkan

segmen sering dikorelasikan dan dibandingkan dengan standar industri atau

pesaing. Korelasi otomatis di antara pendapatan antarperiode juga dapat

dihitung untuk mengukur daya tahan pendapatan. Hal-hal yang perlu

dipertimbangkan dalam analisis daya tahan pendapatan adalah :

- Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi bisnis.

- Antisipasi permintaaan atas barang dan jasa baru atau yang diperbaharui.

- Analisis pelanggan-konsentrasi, ketergantungan, dan stabilitas.

- Konsentrasi dan ketergantungan pendapatan pada satu segmen.

- Ketergantungan pendapatan pada staf pejualan.

- Diversifikasi geografis.

2.2.2 Diskusi dan analisis manajemen (Management’s Discussion and Analysis-MD&A)

MD&A atas kondisi keuangan dan hasil operasi sering kali berguna bagi analisis

terhadap daya tahan pendapatan. SEC mensyaratkan beberapa pengungkapan

yang bersifat interpretatif dan menjelaskan dalam MD&A, diantaranya :

- Informasi tersebut berguna untuk memahami dan menilai perubahan pos

keuangan dari satu periode ke periode lain, termasuk pendapatan.

- Manajemen harus melaporkan perubahan komponen pendapatan dan

beban yang relevan untuk memahami aktivitas operasi. Pengungkapan

tersebut meliputi peristiwa tidak biasa yang memengaruhi laba operasi,

Page 7: ANALISIS PROFITABILITAS

tren, atau ketidakpastian yang memengaruhi atau mungkin memengaruhi

operasi, perubahan hubungan pendapatan dan beban yang merugikan

seperti kenaikan biaya bahan baku dan tenaga kerja.

- Manajemen harus melaporkan sumber pertumbuhan pendapatan, apakah

karena kenaikan harga, kenaikan volume, inflasi atau peluncuran produk

baru.

- Manajer disarankan untuk menjelaskan hasil keuangan, melaporkan

informasi yang berpandangan ke depan, membahas tren dan tekanan yang

tidak tampak dalam laporan keuangan.

SEC menganggap MD&A sebagai sumber informasi yang relevan untuk analisis

kondisi keuangan dan hasil operasi dengan mengevaluasi jumlah dan

ketidakpastian arus kas.

2.3 Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan

Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan digunakan sebagai :

- Petunjuk penting bagi evaluasi hasil operasi.

- Untuk memprediksi kinerja di masa depan.

2.3.1 Pendapatan dan Piutang Usaha

Pemahaman hubungan antara pendapatan dan piutang usaha diperlukan dalam

evaluasi kuaitas laba. Sebagai contoh :

Bila tingkat pertumbuhan piutang usaha melebihi tingkat pertumbuhan

pendapatan, perlu dilakukan analisis untuk menemukan penyebabnya.

Penyebabnya mungkin karena pendapatan didorong oleh insetif yang lebih

besar, perpanjangan masa kredit, atau strategi saat ini sebagai anitisipasi

pendapatan di masa depan. Faktor-faktor tersebut berdampak pada

pendapatan di masa depan dan memengaruhi penagihan piutang.

Analisis pada HM Sampoerna :

2008 2007 2006 2005 2004Pendapatan bersih 3895 3624 3530 2383 1992

Persentase perubahan 7.47% 2.66% 48.13% 19.63% -

Piutang usaha 132938 510342 324360 429477 271434Persentase perubahan -73,95% 57,34% -24,48% 58.23% -

Page 8: ANALISIS PROFITABILITAS

Pada tahun 2008 pendapatan bersih naik sebesaar 7.47% sedangkan piutang

usaha turun besar 73,95%. Dari tahun 2004-2008 terjadi peningkatan

pendapatan, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006. Ini terjadi karena

HM Sampoerna berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan

investasinya, penyebaran pangsa pasar rokok, persaingan produk rokok yang

berhasil di pasarnya. Piutang usaha secara secara fluktuatif bergerak naik turun,

pada tahun 2008 terdapat penurunan secara cukup besar ini

mengidentifikasikan bahwa piutang usaha sebagian besar tertagih atau sebagian

besar penjualan secara tunai.

2.3.2 Pendapatan dan Persediaan

Analisis komponen persediaan sering memberikan petunjuk penting bagi

pendapatan dan aktivitas opersi di masa depan. Sebagai contoh :

Bila kenaikan barang jadi disertai penurunan bahan baku dan/atau barang

dalam proses, diharapkan terjadi penurunan produksi.

Analisis pada HM Sampoerna :

Persedian barang jadi pada HM Sampoerna mengalami kenaikan dari tahun

ketahun sementara persediaan barang dalam proses dan bahan baku pada

tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa

terjadinya penurunan produksi dan keberhasilan pendapatan untuk mengikuti

laju produksi. Sedangkan pada tahun 2004-2007 mengalami kenaikan, hal ini

mengindikasikan bahwa pada terjadinya kenaikan produksi dan keberhasilan

pendapatan untuk mengikuti laju produksi.

2.4 Pengakuan dan pengukuran pendapatan

2008 2007 2006 2005 2004Pendapatan bersih 3895 3624 3530 2383 1992Persediaan : Barang Jadi 1320 1198 1155 738 609 Barang dalam proses dan bahan baku 4765 6524 5006 4086 3377Total Persediaan 6085 7722 6161 4824 3986

Page 9: ANALISIS PROFITABILITAS

Beberapa metode pengakuan dan pengukuran pendapatan lebih konservatif daripada

metode lainnya. Analisis harus mempertimbangkan metode pengakuan pendapatan

yang digunakan oleh perusahaan yang berbeda dalam analisis komparatif. Saat

meramalkan pendapatan, perlu dipertimbangkan apakah metode pengakuan

pendapatan yang digunakan merupakan ukuran yang paling relevan bagi tujuan analisis

atas kinerja dan aktivitas operasi.

3. MENGANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN

Harga Pokok Penjualan merupakan komponen beban yang terdapat dalam

3.1 Mengukur Laba (Margin) Kotor

Gross Margin atau Gross Profit Margin adalah rasio antara laba kotor

dengan penjualan. Laba Kotor ini merupakan indicator awal perusahaan dalam

pencapaian laba perusahaan. Jika perusahaan memiliki laba kotor yang negatif maka

akan kecil kemungkinan bagi perusahan untuk mendapatkan laba usaha.

Jadi dengan mengetahui rasio ini, analist dapat mengetahui bahwa untuk setiap

satu barang yang terjual, perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x

Rupiah

Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung Gross Profit Margin adalah:

Rasio laba kotor hanya dapat ditemui pada perusahaan yang menjual produk

atau perusahaan dagang atau manufaktur. Laba kotor merupakan selisih antara

penjualan dengan harga pokok penjualan. Untuk perusahaan jasa tidak mempunyai

laba kotor karena sulit untuk mengidentifikasi harga pokok penjualannya.

Pada pasar dengan persaingan yang amat ketat, margin keuntungan kotor akan

semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis.

3.2 Menganalisis Perubahan Laba Kotor

GPM = (Penjualan Bersih- Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Bersih

Page 10: ANALISIS PROFITABILITAS

Analisis ini dilakukan secara internal karena memerlukan data yang tidak

dipublikasikan kepada umum termasuk jumlah unit penjualan, harga jual per unit, dan

biaya per unit.

Cara untuk menganalisis perubahan laba kotor di foukuskan terlebih dahulu kepada

perubahan penjualan dan kemudian kepada perubahan harga pokok penjualan.

Langkah- langkah yang mendasari analisis:

Pusatkan perhatian pada perubahan volume dengan mengasumsikan harga jual per

unit tidak berubah sama dengan tahun 1. Perubahan volume kemudian dikalikan

dengan harga jual per unit konstan menghasilkan perubahan positif pada penjualan

Kemudian pusatkan perhatian pada perubahan harga jual dengan mengasumsikan

volume adalah konstan. Penurunan atau kenaikan pada harga jual dikalikan dengan

volume konstan menghasilkan penurunan atau kenaikan penjualan,

Volume konstan sementara harga jual berubah dan sebaliknya- merupakan

penyederhanaan. Asumsi tersebut mengabaikan perubahan bersama dalam volume

dan harga jual. Perubahan volume positif yang disertai penurunan harga jual

menghasilkan penurunan penjualan,

Tiga langkah diatas menjelaskan kenaikan penjualan. Komponen penyebab kenaikan

penjualan adalah perubahan volume, perubahan harga, dan gabungan perubahan

volume dan harga jual.

3.3 Menginterpretasikan Perubahan Laba Kotor

Jenis perubahan umumnya terdiri dari salah satu atau kombinasi dari faktor- faktor

seperti:

- Kenaikan/ Penurunan volume penjualan

- Kenaikan/ Penurunan harga jual per unit

- Kenaikan/ Penurunan biaya per unit.

Interpretasi hasil analisis perubahan laba kotor memerlukan identifikasi faktor

utama yang menyebabkan perubahan tersebut.

Menganalisis perubahan harga pokok penjualan dapat dilakukan dengan analisis

komparatif dengan berfokus pada metode akuntansi.

ANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN PADA HM SAMPOERNA

Page 11: ANALISIS PROFITABILITAS

Gross Profit Margin

GPM = (Penjualan Bersih- Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Bersih

GPM Tahun 2008

= (Rp34.680.445.000.000 - Rp24.695.196.000.000)/ Rp34.680.445.000.000

= 0,2879

GPM Tahun 2007

= (Rp29.787.725.000.000 - Rp21.025.772.000.000)/Rp29.787.725.000.000

= 0,2941

Gross profit margin tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan 2007 sebesar 0,0062. Gross

profit margin tahun 2008 menunjukkan bahwa dari setiap satu unit barang yang terjual

diperoleh keuntungan kotor sebesar Rp0,2879. Penurunan gross profit margin ini disebabkan

oleh peningkatan harga pokok penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan

penjualan bersihnya.

MENGANALISIS BEBAN PERUSAHAAN

Sebagian besar beban memiliki kaitan yang dapat diidentifikasi dan diukur terhadap

pendapatan. Hal ini disebabkan karena pendapatan merupakan ukuran utama atas aktivitas

operasi perusahaan. Tiga analisis yang sebagian didasarkan pada hubungan antara pendapatan

beban adalah :

Analisis ukuran sama (common size analysis). Laporan laba rugi common size

menyatakan beban sebagai persentase pendapatan. Hubungan antara beban dengan

penjualan kemudian ditelusuri selama beberapa periode atau diperbandingkan dengan

pesaing.

Analisis angka indeks (index number analysis). Analisis angka indeks atas laporan laba

rugi menyatakan laba dan komponen-komponenya dalam angka indeks yang terkait

dengan tahun dasar. Analisis ini menunjukan perubahan relative pos-pos tersebut lintas

tahun, sehingga dapat ditelusuri dan dinilai materialitasnya. Perubahan beban dapat

dibandingkan dengan perubahan pendapatan maupun beban yang terkait. Dengan

Page 12: ANALISIS PROFITABILITAS

menerapkan analisis angka indeks pada neraca common size, persentase perubahan

beban dapat dikaitkan dengan perubahan aktiva dan kewajiban.

Analisis rasio operasi (operating ratio analysis). Rasio operasi mengukur hubungan

antara beban operasi (atau komponen-komponen) dengan pendapatan. Rasio ini dapat

dihitung sebagai berikut ;

Harga pokok penjualan+bebanoperasiPendapatanbersih

Bunga dan pajak biasanya tidak disertakan dari perhitungan ini karena fokusnya

pada efesiensi operasi (pengendalian beban), bukan pengelolaan pendanaan dan pajak.

Untuk menginterprestasikan ukuran ini dengan tepat, diperlukan analisis atas alasan

variasi dalam komponen-komponenya, termasuk margin laba kotor, beban penjualan,

pemasaran, umum, dan administrasi.

Beban Penjualan

Analisis beban penjualan berfokus pada setidaknya tiga area utama, yaitu ;

1. Evaluasi hubungan antara pendapatan dengan beban utama

2. Penilaian beban piutang tak tertagih

3. Evaluasi trend an produktivitas beban pemasaran yang mengarah ke masa depan

Hubungan antara Beban Penjualan dan Pendapatan

Pentingnya hubungan antara beban penjualan dengan pendapatan bervariasi antara

industry dan antar perusahaan. Bagi perusahaan tertentu, beban penjualan utam adalah komisi

yang sangat variable, sedangkan bagi perusahaan lainnya beban penjualan sebagian besar tetap.

Komponen variable dan komponen tetap tersebut harus dibedakan agar dapat dianalisis relative

terhadap pendapatan. Semakin rinci komponen beban dilaporkan, semakin bermakna analisis

yang dihasilkan.

Jika persentase beban penjualan terhadap pendapatan meningkat, perhatian harus

diarahkan pada kenaikan beban penjualan yang menyebabkan kenaikan pendapatan

bersangkutan. Setelah tingkat beban penjualan tertentu, kenaikan penjulan marginal menjadi

lebih kecil. Hal tersebut biasa disebabkan oleh kejenuhan pasar, keloyalan pada merek, atau

beban yang meningkat di wilayah baru. Persentase beban penjualan terhadap pendapatan bagi

pelanggan baru harus dibedakan dari persentase bagi pelanggan kini. Hal tersebut berimplikasi

Page 13: ANALISIS PROFITABILITAS

pada ramalan atas profitabilitas. Jika perusahaan harus menanggung beban penjualan yang jauh

lebih besar untuk meningkatkan penjualan, maka profitabilitas perusahaan menjadi terbatas

atau dapat menurun.

Beban Piutang Tak Tertagih

Beban piutang tak tertagih biasanya diperlakukan sebagai beban pemasaran. Karena

besaran beban piutang tak tertagih terkait dengan besaran penyisihan piutang tak

tertagih,analisis yang dilakukan dengan mempelajari hubungan antara penyisihan dengan

piutang uaha kotor.

Beban Pemasaran untuk Masa Depan

Beban promosi penjualan tertentu, terutama iklan, menghasilkan manfaat kini dan masa

depan. Mengukur manfaat masa depan beban-beban tersebut sangatlah sulit. Pengeluaran

untuk aktivitas pemasaran yang megarah ke masa depan tersebut sangat subjektif dan harus

mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut sangat subjektif dan harus mempertimbangkan

tren pengeluaran tersebut dari tahun ke tahun. Selain pengeluaran tesebut mampu

mempengaruhi penjualan di masa depan pengeluaran tersebut memberikan pandangan atas

kecenderungan manajemen untuk “mengatur” laba.

Beban penyusutan

Beban sering kali besar jumlahnya, khususnya bagi perusahaan manufaktur dan jasa.

Penyusutan umumnya dianggap sebagai biaya tetap karena dihitung berdasarkan berlalunya

waktu. Bila perhitungannya menggunakan aktivitas operasi, maka penyusutan menjadi biaya

variable berbeda dengan sebagian besar biaya lainnya, hubungan antara penyusutan dengan

aktiva tetap kotor sering memiliki makna. Hubungan tersebut diukur dengan rasio penyusutan

terhadap aktiva yang dapat disusutkan;

Beban penyusutanaktiva yangdisusutkan

Tujuan rasio ini adalah mendeteksi perubahan tarif penyusutan gabungan. Rasio ini berguna

untuk mengevaluasi tingkat pnyusutan dan untuk deteksi penyesuaian (perataan) laba.

Perhitungan ini dapat dilakukan berdasarkan katagori aktiva.

Page 14: ANALISIS PROFITABILITAS

Beban pemeliharaan dan Perbaikan

Beban pemeliharaan dan perbaikan ini berdampak pada harga poko penjualaan dan

beban lainnya. Pemeliharaan dan perbaikan terdiri atas beban variable dan beban tetap,

sehingga tidak terkait langsung dengan penjualan, jadi harus diinterprestasikan berdasarkan

analisis yang memisahkan antara porsi beban variable dengan porsi beban tetap dalam

pemeliharaan dan perbaikan, hubungannya dengan penjualan dapat diinterpretasikan. Beban

pemeliharaan dan perbaikan bersifat fleksibel dapat diatur,dengan tujuan untuk tidak

mengurangi laba pada periode tertentu atau dengan tujuan untuk menyimpan sumber yang

likuid, namun ada juga yang tidak dapat ditunda tanpa mengorbankan produktivitas.

Beban Umum dan Administrasi

Sebagian besar beban umum dan adiministrasi adalah beban tetap, terutama karena

beban tersebut meliputi beban gaji dan sewa. Biaya ini cenderung naik, khususnya pada masa-

masa makmur. Saat menganalisis beban tersebut, perhatian harus diarahkan pada tren

persentasenya terhdap pendapatan

Beban Pendanaan

Beban pendanaan sebagian besar tetap. Sebagian besar pendanaan kreditor pada

akhirnyan didanai ulang dan tidak dipindahkan, kecuali digantikan dengan pendanaan ekuitas.

Beban bunga sering mencakup amortisasi premium atau diskon utang dan amortisasi biaya

penerbitan utang. Alat analisis untuk biaya pinjaman adalah tingkat bunga efektif rata-rata yang

dihitung sebagai berikut :

Total bebanbungaUtangberbungarata−rata

Sensitivitas perusahaan terhadap perubahan tingkat bunga juga dapat diukur dengan

mencari porsi utang yang dikaitkan dengan tingkat pasar seperti tingkat bunga utama

Beban Pajak

Pajak penghasilan pada dasarnya mencerminkan distribusi laba antara perusahaan dan

pemerintah.

Page 15: ANALISIS PROFITABILITAS

Hubungan antara pajak akrual dengan laba sebelum pajak, disebut sebagai tarif pajak

efektif (effective tax rate) atau rasio pajak (tax ratio), dipengaruhi oleh perbedaan antara pajak

permanen. Tarif pajak efektif dihitung sebagai berikut :

Beban pajak pengh asilanLabasebelum pajak penghasilan

ANALISIS BEBAN PT HM SAMPOERNA

Beban Usaha yang ada pada PT HM Sampoerna, yaitu:

Page 16: ANALISIS PROFITABILITAS

Dari beban usaha yang ada tersebut merupakan beban yang akan terus menerus ada pada

setiap periodenya karena mendukung operasi perusahaan. Maka analisis terkait beban usaha

tersebut, yaitu:

1. Operating Ratio Analysis

Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut ;

Harga pokok penjualan+bebanoperasiPendapatanbersih

Operating Ratio untuk tahun 2008

= (Rp24.695.196.000.000 + Rp3.760.016.000.000)/Rp6.225.233.000.000

= 4,57

Operating Ratio untuk tahun 2007

= (Rp21.025.772.000.000 + Rp3.176.973.000.000)/Rp5.584.980.000.000

= 4,33

Operating ratio tahun 2008 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2007, yang

mengindikasikan bahwa beban operasi tahun 2008 mengalami penigkatan yang tidak

signifikan dibanding tahun 2007 meskipun gross profit margin tahun 2008 tidak sebesar

tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan beban operasi 2008 lebih kecil

dibandingkan kenaikan penjualan bersih tahun 2008.

2. Beban Penjualan

Kenaikan beban penjualan perusahaan pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007

sebesar 20,24%, yaitu dari yang semula Rp2.458.051 juta pada 2007 menjadi Rp2.955.457

juta pada 2008.

3. Beban Penyusutan

Rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;

Beban penyusutanaktiva yangdisusutkan

Page 17: ANALISIS PROFITABILITAS

Rasio penyusutan tahun 2008 = Rp69.488.000.000 / Rp6.055.271.000.000 = 0,0115

Rasio penyusutan tahun 2007 = Rp25.197.000.000 / Rp4.977.696.000.000 = 0,0051

Rasio tersebut menunjukkan penigkatan yang cukup signifikan dalam beban penyusutan

perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp44.291.000.000. Kenaikan yang cukup signifikan ini

disebabkan karena pada tahun 2008 terjadi pengkapitalisasian beban bunga ke dalam asset

tetap sebesar Rp59,2 milyar (dimana pada tahun 2007 sebesar Rp47,6 milyar) yang timbul

dari pembiayaan pembangunan pabrik baru, dikapitalisasikan pada tahun berjalan. Tingkat

biaya yang dikapitalisasi sebesar 8,50% - 8,84%. Akibat pengkapitalisasian tersebut, beban

depresiasinya pun meningkat cukup signifikan di tahun 2008.

Beban lain-lain yang ada di HM SAMPOERNA yaitu:

Dalam beban lain-lain ini terdapat beban penurunan nilai asset dimana beban ini termasuk salah

satu beban yang belum tentu pada setiap periodenya terjadi karena tidak selalu pada setiap

penilaian asset tetap yang dilakukan setiap periodenya terjadi penurunan nilai asset. Beban

penurunan nilai asset tahun 2008 sebesar Rp69.403.000.000 sedangkan pada tahun 2007

sebesar Rp26.379.000.000, sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan beban penurunan nilai

sebesar 61,99%. Kenaikan yang signifikan ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai

asset yang cukup besar pada tahun 2008 dari hasil revaluasi atas asset.

Selain itu dalam beban lain-lain ini pun terdapat beban kurtailmen dari program pension sebesar

Rp145.391.000.000 pada tahun 2008, yang merupakan beban yang timbul hanya pada periode

tersebut karena adanya perubahan imbal kerja dari yang semula manfaat pasti menjadi iuran

pasti. Sehingga laba bersih yang diperoleh tahun 2008 ini tidak semurninya berasal dari operasi

tetapi juga ada karena beban-beban lain yang hanya pada periode ini saja dibebankannya.