ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MINT …

57
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MINT (Mentha piperita) DENGAN APLIKASI POC DAN MOL PADA MEDIA TANAM ARANG SEKAM PADA SISTEM HIDROPONIK NFT HALIANA 1602406033 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020

Transcript of ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MINT …

i

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

MINT (Mentha piperita) DENGAN APLIKASI POC DAN

MOL PADA MEDIA TANAM ARANG SEKAM

PADA SISTEM HIDROPONIK NFT

HALIANA

1602406033

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

i

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MINT

(Mentha piperita) DENGAN APLIKASI POC DAN

MOL PADA MEDIA TANAM ARANG SEKAM

PADA SISTEM HIDROPONIK NFT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Cokroaminoto Palopo

HALIANA

1602406033

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Analisis Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mint (Mentha

piperita) dengan Aplikasi POC dan MOL pada Media Tanam

Arang Sekam pada Sistem Hidroponik Nft

Nama : Haliana

NIM : 1602406033

Program Studi : Agroteknologi

Tanggal Ujian : 31 Agustus 2020

Menyetujui,

Pembimbing II, Pembimbing I,

Ulfah Zakiyah, S.Pd., M.Sc. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Agroteknologi, Dekan Fakultas Pertanian,

I Nyoman Arnama, S.P., M.Si. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.

Tanggal: Tanggal:

iii

iv

v

ABSTRAK

Haliana. 2020. Analisis Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mint (Mentha

piperita) dengan Aplikasi POC dan MOL pada Media Tanam Arang Sekam pada

Sistem Hidroponik NFT (dibimbing oleh Rahman Hairuddin dan Ulfah Zakiyah).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi

tanaman mint (Mentha piperita) dengan Aplikasi POC dan MOL pada Media Tanam

Arang Sekam pada Sistem Hidroponik NFT. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah

hidroponik Kampus II Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, dijalan

Lamaranginang, Kota Palopo, pada bulan Februari sampai Maret 2020. Penelitian ini

menggunakan metode Ranca ngan acak lengkap (RAL) yang dilakukan dengan 4

perlakuan dan 3 ulangan. Sehingga terdapat 12 unit percobaan. Taraf perlakuan yang

digunakan yaitu P0= tanpa perlakuan, P1= Media Arang Sekam dan AB Mix serta

POC 200 ml/liter, P2= Media Arang Sekam dan AB Mix serta MOL 150 ml/liter,

P3= Media Arang Sekam dan AB Mix serta POC 100 ml/liter dan MOL 75ml/liter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi poc dan mol pada media arang arang

sekam pada sistem hidroponik Nft tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, panjang akar, dan berat basah. Perlakuan yang terbaik ditunjukan oleh

P2 dengan dosis Media Arang Sekam dan AB Mix serta MOL 150 ml/liter, dengan

rata-rata tinggi 43,67 cm, jumlah daun dengan nilai rata-rata 91,33 helai, panjang

akar dengan nilai rata-rata 32,67 cm, dan berat basah dengan nilai rata-rata 47,33 gr.

Hal ini diduga airnya tidak terlalu lancar karena dinamonya terlalu kecil sehingga

penyerapan unsur hara tidak seimbang.

Kata kunci : Tanaman Mint, POC, MOL, Hidroponik NFT

vi

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mint dengan Aplikasi POC

dan MOL pada Media Tanam Arang Sekam pada Sistem Hidroponik NFT”.

Penyusunan skripsi ini tentu tidak terwujud tanpa adanya kedua orang tua dan

keluarga yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak, baik secara morol maupun materi. Oleh Karena itu,

tidaklah berlebihan bila melalui kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan

hati mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Drs. Hanafie Mahtika, M.S, selaku Rektor Universitas Cokroaminoto

Palopo.

2. Rahman Hairuddin, S.P, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian dan sekaligus

sebagai Pembimbing I.

3. I Nyoman Arnama, S.P., M.P., selaku Ketua Prodi Fakultas Pertanian.

4. Ulfah Zakiyah, S.Pd., M.Sc., selaku Pembimbing II.

5. Para dosen dan staf Universitas Cokroaminoto Palopo yang telah memberi

bimbingan dan ilmu pengetahuan.

6. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Agroteknologi Angkatan 2016 yang telah

memberikan bantuan dan kerja sama yang baik dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, penuli sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

demi perbaikan di masa depan.

Palopo, Agustus 2020

Haliana

vii

RIWAYAT HIDUP

HALIANA, Lahir di Bide pada tanggal 26 Juni 1998, di Desa

Bonelemo Utara, Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu, yang

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, anak dari

pasangan Hamuruddin dan Hena. Pada tahun 2004, penulis

menempuh pendidikan pertamanya di SDN 558 Bide, dan lulus

pada tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bajo dan lulus pada tahun 2013. Pada

tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bajo (sekarang

menjadi SMA Negeri 5 Luwu) dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang sama,

penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Cokroaminoto Palopo. Penulis pernah melakukan Praktik Kerja Lapang

(PKL) di PT Sang Hyang Seri (Persero) Sidrap dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Desa Kadong-Kadong Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

SURAT KETERANGAN HASIL UJI SIMILITARY ............................................ iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI ................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori ........................................................................................... 5

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 10

2.3 Kerangka Pikir ....................................................................................... 11

2.4 Hipotesis ................................................................................................ 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................ 14

3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 14

3.3 Metode Percobaan ................................................................................. 14

3.4 Metode Pelaksanaan .............................................................................. 14

3.5 Parameter Pengamatan .......................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ...................................................................................................... 17

4.2 Pembahasan ........................................................................................... 20

ix

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 23

5.2 Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 24

LAMPIRAN ............................................................................................................ 27

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tanaman Mint ........................................................................................................ 6

2. Skema Kerangka pikir ............................................................................................ 12

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rata-rata Parameter Pengamatan Tanaman Mint ................................................... 28

2. Dokumentasi Penelitian ......................................................................................... 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman mint termasuk dalam keluarga Lamiaceae, dan merupakan salah

satu tanaman yang banyak dimanfaatkan minyak atsirinya. Tanaman ini tumbuh

dan tersebar luas di daerah tropis dan subtropis diseluruh dunia, termasuk di

Indonesia. Minyak atsiri dari daun Mentha piperita mengandung campuran

senyawa monoterpenoid yang banyak dimanfaatkan dalam bidang pengobatan,

sebagai bahan perasa, campuran parfum, pasta gigi dan kosmetik. Selain itu,

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Singh 2002 dalam Fahmi

Hidayat 2013) minyak mint mempunyai aktivitas sebagai insektisida, anti jamur

dan anti narkoba.

Tanaman mint mengandung minyak atsiri yakni mengandung sejumlah

besar bahan kimia berupa aroma seperti mentol, menthone, isomenthone dan

menthofuran (Carmines, 2002 dalam Fahmi Hidayat 2013). Peningkatan produksi

tanaman dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang memiliki tingkat

pertumbuhan dan produksi yang tinggi. Penelitian mengenai tanaman ini belum

banyak dilakukan sehinga diperlukan pengembangan lebih lanjut, di samping itu

juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semuanya masih impor. Salah

satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan

produksi dalam teknik budidaya secara hidroponik.

(Ardian, 2007 dalam Atika Romalasari 2019).Untuk memenuhi kebutuhan

minyak perment dalam negeri masih diimpor dari luar negeri dengan nilai devisa

yang cukup besar. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan sistem hidroponik

NFT. Sistem budidaya secara organik telah menampakan hasil yang cukup

signifikan pada tingkat penelitian tetapi masih terbatas penerapanya di tingkat

petani. Begitu juga halnya penerapan secara hidroponik, yaitu teknik budidaya

tanaman tanpa menggunakan media tanah. Budidaya secara hidroponik ini

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan penanaman secara konvensional,

diantaranya yaitu menanam tidak bergantung pada musim, banyaknya variasi

penanaman, pengendalian lebih baik, tanpa media tanah, hasil lebih besar, hasil

lebih seragam, lebih bersih, lebih sedikit sedikit tenaga kerja, tidak ada rumput liar

2

dan sebagai suatu pengembangan hobi. Teknik budidaya secara hidroponik

merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi pada lahan yang

semakin sempit.

Hidroponik merupakan sistem budidaya tanaman tanpa menggunakan

tanah sebagai media tumbuh tanaman dengan tambahan nutrisi untuk

pertumbuhan (Wahyuningsih, et. al., 2016). Keuntungan budidaya secara

hidroponik diantaranya kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan

sehingga menghemat penggunaan lahan, mutu produk seperti bentuk, ukuran,

rasa, warna, dan kebersihan dapat terjamin karena kebutuhan nutrisi tanaman

dipasok secara terkendali, dan tidak tergantung musim atau waktu tanam dan

panen sehingga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar (Roidah, 2014).

Sistem hidroponik yang dikembangkan adalah sistem hidroponik Nutrient

Film Technique (NFT). Sistem hidroponik NFT merupakan budidaya tanaman

tanpa tanah dengan akar tanaman berbeda dalam aliran dangkal bersirkulasi dalam

air mengandung unsur yang diperlukan tanaman. Lapisan air tersebut sangat

dangkal sehingga sebagian akar tanaman terendam dalam lapisan larutan dan

sebagian berada pada bagian atasnya. Sistem ini memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan sistem hidroponik lainnya. Apabila saluran air tersumbat, akar tetap

berwarna putih, tidak pucat, lebih murah, serta tanaman tidak cepat layu (Karsono

2002 dalam Medi Sopian Asmana 2017).

Mikroorganisme Lokal (MOL) menjadi salah satu alternatif penyedia unsur

hara yang mengandung mikroorganisme yang dapat membantu menyediakan

unsur hara dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman. Fungsi lain

membantu dekomposisi bahan organik, dan sebagai biopestisida, penggunaan

pupuk organik ini dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (Kusuma, 2010

dalam Ni Wayan Marsiningsih 2015). Keunggulan MOL dalam menyediakan

unsur hara antara lain mudah didapatkan, murah, ekonomis, dan ramah

lingkungan dan karena menggunakan bahan-bahan yang berasal dari lingkungan

sekeliling yang sering dijumpai seperti buah-buahan busuk (pisang, pepaya, dan

mangga).

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik

seperti sayuran, buah-buahan dan hewan. Selain berbentuk padat, pupuk

3

organik juga mempunyai bentuk lainnya yaitu pupuk organik yang berbentuk cair

(Lingga dan Marsono, 2003 dalam Mentari Puspa Sari 2016). Kelebihan dari

pupukorganikcairantara lain dapat secara tepat mengatasi defisiensi unsur hara

danmampumenyediakan unsur hara secara tepat. Pupuk organik cair umumnya

tidakmerusaktanah dan tanaman maupun digunakan sesering mungkin. (Lingga

dan Marsono 2003 dalam Mentari Puspa Sari 2016). Selain berfungsi untuk

tanaman, pupuk organik cair juga mampu mengurangi jumlah limbah yang

terdapat di lingkungan serta menyehatkan lingkungan karena pupuk organik cair

adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa

tanaman, kotoran hewan, dan limbah dari hasil aktivitas manusia yang memiliki

kandungan unsur hara lebih dari satu (Hadisuwito, 2008 dalam Meriatna 2018).

Oleh sebab itu pengggunaan pupuk organik cair dengan memanfaatkan limbah

tanaman sebagai pengganti pupuk kimia lebih ramah lingkungan.

Media yang digunakan pada sistem hidroponik pada penelitian ini adalah

arang sekam. Supriati dan Herlina 2011:29 dalam Helfi Gustia 2013

mengemukakan bahwa arang sekam merupakan sekam padi yang telah dibakar

dengan pembakaran tidak sempurna. Arang sekam adalah kulit biji padi yang

sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa sekam padi bakar atau

sekam padi mentah (tidak dibakar). Sekam padi bakar dan sekam mentah

memiliki tingkat porositas yang sama, sebagai media tanam keduanya berperan

penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di

media tanam menjadi lebih baik (Maspary, 2011 dalam Helfi Gustia 2013).

Penggunaan arang sekam untuk media tanam tidak perlu disterilisasikan lagi

karena mikroba patogen telah mati pada selama proses pembakaran berlangsung.

Selain itu sekam padi juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga

membuat media tanam menjadi lebih gembur, namun sekam bakar cenderung

mudah lapuk.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya sejauh ini, belum ada

kajian yang membahas mengenai pertumbuhan mint dengan aplikasi POC dan

MOL pada hidroponik NFT. Olehnya itu peneliti tertarik melakukan penelitian

yang berjudul Analisis Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mint (Mentha

4

piperita) dengan Aplikasi POC dan MOL pada Media Tanam Arang Sekam pada

Sistem Hidroponik NFT.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan POC terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman mint pada media arang sekam pada sistem hidroponik NFT?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan MOL terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman mint pada media arang sekam pada sistem hidroponik NFT?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan POC dan MOL terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman mint pada media arang sekam pada sistem hidroponik

NFT?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan POC terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman mint pada media arang sekam pada sistem hidroponik NFT.

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan MOL terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman mint pada media arang sekam pada sistem hidroponik NFT.

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan POC dan MOL terhadap

pertumbuhan dan produks tanaman mint pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dapat menambah pengetahuan masyarakat (petani) dalam pemanfaatan pupuk

organik cair dan mikroorganisme lokal sebagai unsur hara tanaman pada sistem

hidroponik NFT.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Tanaman Mint (Mentha piperita)

Mint (Mentha piperita) merupakan spesies yang paling banyak

dibudidayakan dan diperdagangkan untuk berbagai kegunaan baik untuk bahan

baku farmasi, makanan, minuman, flavor agent dan kosmetik. Kebutuhan industri

dari produk yang dihasilkan oleh tanaman ini sangat besar, akan tetapi sampai saat

ini Indonesia belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Laju impor

produk turunan dari tanaman ini setiap tahun semakin meningkat, pada tahun

2006 nilai impor mencapai US$ 3,78 juta setara dengan Rp. 34 milyar Tanaman

mint merupakan salah satu tanaman herbal aromatik penghasil minyak atsiri yang

disebut minyak permen (peppermint oil) Shaikh et al, 2014.

Tanaman mint merupakan tanaman herba tahunan yang termasuk dalam

famili lamicieae. Tanaman ini merupakant tanaman hasil persilangan antarawater

mint (menthe aquatic) dan spearmint (mentha spicita) Hadipoentyanti 2012

dalam Rio Ramadahan 2018. Adapun klasifikasi, morfologi, syarat tumbuh,

manfaat dan kandungan tanaman mint dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Klasifikasi Tanaman Mint (Mentha piperita) Plantamor (2016)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Mentha

Species : Mentha piperita L.

Gambar 1. Tanaman Mint (Mentha piperita)

6

b. Morfologi Tanaman Mint (Mentha piperita)

Mint (Mentha piperita) merupakan herba, tinggi 30-90 cm. Batang tegak

persegi, bercabang bagian atas selalu berbentuk segi empat. Daun berlawanan

berbentuk petiolate, ovale oblong (oblong lanset), bergerigi dan berwarna hijau

tua pada permukaan atas. Bunga keunguan, setiap bunga menunjukkan kelopak

berbentuk tabung dengan 5 gerigi tajam, berbulu, dan tidak teratur, 4-sumbing

corolla, 4-benang pendek, sebuah ovarium 4-bersel berakhir dengan sigma

terpecah dua (Azizah, Rurini dan Suratmo, 2013).

c. Syarat Tumbuh Tanaman Mint (Mentha piperita)

Tanaman mint (Mentha piperita) adalah keluarga mint dari Labiatae dan

merupakan herba tahunan. Pipermint banyak dibiakkan di banyak negara Eropa,

Asia Tengah dan Barat. Tumbuh di daerah lembab pada dataran tinggi dengan

tanah yang gembur yang banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik

dan pH berkisar antara 6-7 (Hadipoentyanti, 2010 dalam Kristian, F. T. L 2019).

Pada daerah tropis, tanaman mint tidak berbunga, pertumbuhan batang tegakan

atau sedikit menjalar, tinggi tanaman berkisar 30-60 cm, percabangan simpodial,

batang berbentuk segi empat. Tangkai daun dan permukaan daun tanaman mint

diselimuti oleh bulu-bulu yang berwarna kuning kehijauan dengan tekstur

permukaan daun licin. Warna daun hijau, panjang daun berkisar antara 1,3-5,5

cm, bentuk daun lanset (Lanceolate), ujung daun runcing (acute), tepi daun

beringgit dangkal (creneate) (Hadipoentyanti, 2010 dalam Kristian, F. T. L 2019).

d. Manfaat tanaman mint

Tanaman mint menghasilkan minyak mint (peppermintoil) yang

digunakan sebagai penambah aroma dan rasa pada makanan dan minuman, obat,

parfum, kosmetik, dan produk penyegar lainnya (Buchbauer et. al., 1991 dalam

Dewi Setyawati 2017). Selain itu minyak dari tanaman mint ini digunakan sebagai

bahan campuran di beberapa produk pakai seperti, pasta gigi, balsem, sabun,

sampo, dan berbagai obat-obatan serta bahan pembersih keperluan rumah tangga

termasuk kosmetik dan perekat/lem. Ekstrak tanaman mint dapat membunuh

beberapa jenis bakteri, fungi, dan virus, sehingga kandungannya dapat

dikembangkan sebagai anti-bakteri, anti-fungi, dan anti-virus (Raja 2012 dalam

Aisyah Handayani 2015). Mentol biasa dimanfaatkan sebagai obat karminatif

7

(penenang), anti-spasmodik (anti batuk) dan diaforetik (menghangatkan dan

menginduksi keringat).

e. Kandungan tanaman mint

Sastrohamidjojo 2002 dalam Kristian Frendly Trinov Laoli 2019

menemukan bahwa minyak tanaman mint memiliki beberapa kandungan utama

yaitu mentol, menton, isomenton, piperiton dan mentil asetat, dengan mentol

sebagai kandungan tertinggi. Dari semua spesies yang ada mint paling banyak

mengadung menthol (90%), yaitu sejenis fitokimia. Selain itu daun mint juga

mengandung flavonoid, asam fenolat, triterpen, vitamin C dan provitamin

(prekursor vitamin A), fosfor, besi, kalsium dan kalium.

2.1.2 Pupuk Organik Cair (POC) Rebung Bambu

Menurut (Hadisuwito 2007 dalam Meriatna 2018) Pupuk organik cair

adalah larutan yang berasal dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang

berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur

haranya lebih dari satu unsur. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman. Unsur-

unsur itu terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen digunakan

untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun. Fosfor (P) digunakan untuk

merangsang pertumbuhan akar, buah, dan biji. Sementara kalium (K) digunakan

untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit

(Setiawan, 2007 dalam Rudi Nal Adiatma 2016).

Rebung bambu adalah salah satu jenis tanaman yang potensial untuk di

ekstra menjadi mol, karena tingginya kandungan zat pengatur tumbuh. Mikro

organisme lokal mengandung zat yang dapat meransang pertumbuhan tanaman

dan zat yang mampu mendorong perkembangan tanaman seperti giberelin,

sitokinin, auksin dan inhibitor. Rebung bambu mengandung hormon giberelin

sehingga ekstraknya dapat digunakan memacu pertumbuhan bibit. Rebung bambu

mengandung Fospor 59 mg, Kalsium 13 mg, Besi 0,50 mg, Kalium 20,15 mg

(Nugroho, 2013).

8

2.1.3 Mikroorganisme Lokal (MOL)

Mol adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam

pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Adapun bahan utama MOL

terdiri dari beberapa komponen, yaitu karbohidrat, glukosa dan sumber

mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari

hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga (Anonim,

2013). Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh

dari limbah organik, seperti air cucian beras. Sumber glukosa berasal dari cairan

gula merah, gula pasir dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari

kulit buah yang sudah busuk, (Anonim, 2013). Larutan MOL mengandung unsur

hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai

perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama

dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk

hayati, dan pestisida organik (Purwasasmita, 2009 dalam Zulputra 2018). Adapun

MOL yang digunakan adalah mol buah-buahan (pepaya dan pisang).

2.1.4 Arang Sekam

Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam, yang

dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, yang telah banyak digunakan

sebagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik. Komposisi arang

sekam paling banyak ditempati oleh SiO2, yaitu 52% dan C sebanyak 31%.

Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah

relatif kecil serta bahan organik. Karakteristik lain adalah sangat ringan dan kasar,

sehingga sirkulasi udara yang tinggi, sebab, banyak pori, kapasitas menahan air

yang tinggi, warnanya yang hitam dapat mengabsorpsi sinar matahari seara

efektif, pH tinggi (8.5-9.0), serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit

khususnya bakteri dan gulma (Istiqomah, 2014). Arang sekam mengandung N, P,

K, Ca, Fe, dan Zn. Karakteristik lain dari arang sekam adalah ringan, kapasitas

menahan air tinggi, berwarna kehitaman, sehingga dapat mengabsorbsi sinar

matahari dengan efektif. Arang sekam mempunyai sifat yang mudah mengikat air,

tidak mudah menggumpal, harganya relatif murah, bahannya mudah didapat,

ringan, steril dan mempunyai porositas yang baik (Prihmantoro dan Indriani,

2013). Distribusi akar pada media di dalam wadah dapat dipengaruhi oleh

9

distribusi ukuran partikel media, media dengan kapasitas memegang air yang

tinggi dan aerasi rendah dapat mengakibatkan konsentrasi akar berada di bagian

atas wadah.

Media arang sekam merupakan media tanam yang praktis digunakan

karena tidak perlu disterilisasi. Hal ini disebabkan mikroba patogen telah mati

selama proses pembakaran. Selain itu arang sekam juga memiliki kandungan

karbon (C) yang tinggi. Penambahan arang sekam pada media tanam juga

meningkatkan sistem aerasi (pertukaran udara) di zona bakar tanaman. Arang

sekam juga berfungsi meningkatkan cadangan air tanah juga terjadinya

peningkatan kadar pertukaran kalium (K) dan magnesium (Mg). Arang sekam

atau sekam bakar juga memiliki kandungan tinggi unsur silikat (Si) dan

magnesium (Mg) tetapi rendah pada kandungan kalsium (Ca) (Anonim, 2013).

2.1.5 Sistem Hidroponik NFT

Sistem hidroponik merupakan salah satu cara menghasilkan produk

tanaman terutama komoditas sayuran yang berkualitas tinggi secara berkelanjutan.

Sistem kultur secara hidroponik ini menerapkan metode penanaman tanaman

tanpa menggunakan media berupa tanah. Sehingga budidaya tanaman dengan

metode ini tidak memerlukan lahan yang luas. Selain itu, keuntungan dari

penggunaan sistem ini dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi yang

lebih tinggi dan bersih, penggunaan lahan lebih efisien, penggunaan pupuk dan air

lebih efisien, serta periode tanam yang lebih singkat (Rosliani dan Sumarni, 2005

dalam Elvita Sari dkk 2016).

Sistem hidroponik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan

cara pemberian nutrisi. Salah satunnya adalah sistem hidroponik NFT (Nutrient

Film Technique) merupakan contoh teknologi sistem hidroponik yang sederhana,

mudah dibuat, dan minim mengakibatkan pembusukan tanaman (Hendra dan

Andoko, 2014). Sistem Nutrient Film Technique (NFT) merupakan teknik

hidroponik dengan mengalirkan nutrisi dengan tinggi ± 3 mm pada perakaran

tanaman. Sistem ini dapat dirakit menggunakan talang air atau pipa PVC dan

pompa listrik untuk membantu sirkulasi nutrisi. Faktor penting pada sistem ini

terletak pada kemiringan pipa PVC dan kecepatan nutrisi mengalir (Hendra dan

Andoko, 2014). Penggunaan sistem NFT akan mempermudah pengendalian

10

perakaran tanaman dan kebutuhan tanaman terpenuhi dengan cukup (Hendra dan

Andoko, 2014).

Sistem hidroponik NFT dapat diandalkan untuk produksi tanaman skala

besar. Nutrisi pada sistem ini selalu mengalir sehingga seluruh netpot yang ada di

dalam rangkaian mendapat nutrisi yang cukup. Sistem hidroponik NFT harus

dirangkai dengan benar sehingga nutrisi dapat tersirkulasi dengan baik.

Kelemahan dari sistem hidroponik NFT ini antara lain, modal awal yang relatif

lebih besar (Herwibowo dan Budiana, 2014). Selain itu bergantung pada

ketersediaan listrik. Kombinasi media pada sistem hidroponik memberikan hasil

yang baik pada pertumbuhan tanaman mint.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relavan dengan penelitian ini adalah:

1. Menurut Ingram et. al. (2003 dalam Arini Falahiyah 2014), distribusi akar

pada media di dalam wadah dapat dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel

media, media dengan kapasitas memegang air yang tinggi dan aerasi rendah dapat

mengakibatkan konsentrasi akar berada di bagian atas wadah. Kapasitas menahan

air tinggi membuat media menjadi jenuh air yang berakibat pada rendahnya kadar

oksigen.

2. Miranda, Martino, dan Alia (2017) menemukan bahwa media tanam arang

sekam dengan kombinasi 50% arang sekam + 50% cocopeat, kombinasi 25%

arang sekam + 75% cocopeat, dan 75% arang sekam + 25% cocopeat efektif

sebagai substitusi media tanam rockwool dengan memberikan hasil tanaman yang

sama baiknya dibandingkan dengan penggunaan media tanam rockwool untuk

tanaman mint yang ditanam secara hidroponik.

3. Menurut Nozzi et. al. (2018) tanaman mint sangat cocok dibudidayakan

menggunakan sistem hidroponik NFT dengan sumber nutrisi pakan ikan dan

mikronutrisi Fe.

4. Menurut Sanmas (2019) yang berjudul “ Pemanfaatan Pupuk Organik Cair

Rebung Bambu untuk Partumbuhan Tanaman Kangkung Secara Hidroponik”.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan P4 yaitu dengan dosisis pemberian

poc 200 ml menunjukkan dengan konsentrasi terbaik dengan rata-rata teinggi

tanaman 27,67 cm jumlah daun 36,33 helai dan warna daun dengan skla 5, dimana

11

dengan pemberian POC rebung bambu 200 ml berpengaruh secara nyata terhadap

tinggi tanaman, jumlah daun dan warna daun tanaman kangkung.

2.3 Kerangka Pikir

Tanaman mint (Mentha piperita) merupakan tanaman yang berasal dari

daerah subtropik yang digunakan sebagai penambah aroma dan rasa pada

makanan dan minuman, obat, parfum, kosmetik, dan produk penyegar. Selain itu,

juga tanaman mint mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai obat

untuk meringankan sakit perut, pertolongan pada pencernaan, mengatasi sakit

kepala, iritasi kulit, mual ketika depresi dan dapat mengurangi gas dalam perut,

sebagai antibakteri, antifungi, dan antivirus. Tanaman mint diperbanyak karena

budidayanya masih rendah. Sehingga dalama penelitian menggunakan media

arang sekam karena arang sekam mempunyai sifat yang mudah mengikat air,

tidak mudah menggumpal, harganya relatif murah, bahannya mudah didapat,

ringan, dan cukup dapat menahan air. Arang sekam efektif sebagai substitusi

media tanam dengan memberikan hasil tanaman yang baik untuk tanaman mint

yang ditanam secara hidroponik. Keuntungan budidaya secara hidroponik

diantaranya kepadatan tanaman persatuan luas dapat dilipatgandakan sehingga

menghemat penggunaan lahan, mutu produk seperti bentuk, ukuran, rasa, warna,

dan kebersihan dapat terjamin karena kebutuhan nutrisi tanaman dipasok secara

terkendali, dan tidak tergantung musim atau waktu tanam dan panen sehingga

dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian unsur hara yang

digunakan adalah unsur hara dari pupuk organik cair dan mikroorganisme lokal

karena POC dan MOL dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

mint. Sehingga dalam pemberian unsur hara tanaman mint dipilih POC dan MOL

karena, mudah dibuat, mudah didapatkan dan tidak kalah pentingnya ramah

lingkungan. Adapun diagram alir kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar

1.

12

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Tanaman mint

Budidaya masih

rendah

Arang sekam

Unsur hara

tinggi dan

porositas tinggi

Sistem hidroponik NFT

dengan sumber nutrisi

POC dan MOL

P0= Kontrol

P1= Media

arang sekam dan

AB Mix serta

POC 15 ml/ liter

P2= Media

arang sekam dan

AB Mix serta

MOL 15ml/liter

P3= Media

arang sekam

dan AB Mix

serta POC 7,5

ml/liter dan

MOL 7,5

ml/liter

Ramah lingkungan

Unsur haranya

lengkap

Untuk meningkatkan

pertumbuhan dan produksi

Tanam Mint

13

2.4 Hipotesis

1. Diduga pemberian POC pada media arang sekam pada sistem hidroponik Nft

mampu meningkatkam pertumbuhan dan produksi tanaman mint.

2. Diduga pemberian MOL pada media arang sekam pada sistem hidroponik Nft

mampu meningkatkan perumbuhan dan produksi tanaman mint.

3. Diduga Pemberian POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik Nft mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

mint.

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hidroponik, Universitas

Cokroaminoto Palopo, Jl. Lamaranginang, kelurahan Batu Pasi, Kecamatan Wara

Utara, Kota Palopo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret

2020.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tanaman mint varietas

common, air bersih, arang sekam, AB Mix, pupuk organik cair (POC) rebung

bambu dan mikrorganisme lokal (MOL) buah-buahan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah label, spidol, gelas ukur,

netpot, ember, dinamo kecil, pipa, terminan, kain flannel, pulpen, mistar, buku,

timbangan neraca analitik dan kamera untuk dokumentasi.

3.3 Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 4

perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga

terdapat 12 unit percobaan. Perlakuan pada penelitian ini berupa media tanam

arang sekam dengan rincian perlakuan sebagai berikut:

P0= Kontrol

P1= Media Arang Sekam dan AB Mix serta POC 200 ml/liter

P2= Media Arang Sekam dan AB Mix serta MOL 150 ml/liter

P3= Media Arang Sekam dan AB Mix serta POC 100 ml/liter dan MOL

75ml/liter

3.4 Metode Pelaksanaan

Adapun metode pelaksanaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembuatan POC Rebung Bambu

Alat yang digunakan adalah: pisau, ember, selang kecil 1 m, botol.

Adapun bahan yang digunakan adalah: rebung bambu 3 kg, 2 liter air cucian

beras, gulah merah 200 gram, air bersih 5 liter dan EM4 sebanyak 250 ml.

15

Pembuatan POC rebung bambu dengan cara rebung bambu diiris dan

ditumbuk dengan halus dan diletakkan ke dalam ember. setelah itu campur dengan

air cucian beras yang telah dicampurkan dengan larutan gula merah dan EM4

sebanyak 250 ml dan diaduk selama 15 menit. Kemudian difermentasikan selama

15 hari ditutup dengan mengunakan tutup plastik yang kedap udara, setelah 1

minggu POC dibuka dan diaduk kembali agar bakteri atau mikroorganisme bisa

merata dan menyeluruh. setelah itu POC ditutup kembali dengan rapat. Ciri-ciri

POC yang sudah jadi apabila menyerupai aroma fermentasi tape dan warna

kecoklatan.

2. Pembuatan Mol Buah-Buahan

Alat yang digunakan addalah: pisau, ember, selang kecil, dan botol plastik.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah: 1 kg buah pepaya dan pisang yang

sudah busuk, gulah merah 100 gram , air cucian beras 1 liter, air kelapa 1 buah

dan dan air bersih.

Cara pembuatan MOL dengan cara buah papaya dan pisang diiris dan dan

dihaluskan, kemudain larutkan gulah merah dan campur dengan air kelapa

masukan semua bahan kedalam ember kemudain tutup rapat beri lubang sedit utuk

selang kecil kemudian kemudain dibotol plasti yang berisih air juga beri lubang.

Kemudian difermentasi selamah kurang lebih 2 pekan. Ciri-ciri MOL yang sudah

berhasil ditandai dengan aroma tape atau bau alkohol.

3. Pembibitan

Pembibitan dilakukan menggunakan media tanam arang sekam yang

dicampur dengan tanah karena dalam pembibitan dibutuhkan unsur hara yang

lengkap agar tanaman cepat tumbuh dan subur.

4. Pengambilan arang sekam

Arang sekam diambil di tempat pembuatan arang sekam yang ada di

kampus II Universitas Cokroaminoto Palopo dengan mengambil sesuai dengan

yang dibutuhkan.

5. Persiapan media tanam

Persiapan media tanam dilakukan sebelum bibit tanaman mint di tempat

pembibitan dipindahkan ke netpot yang berisi media arang sekam agar dalam

16

pemindahan bibit tidak membutuhkan waktu yang lama karena semua media

tanaman sudah siap.

6. Penanaman

Setelah 3 minggu bibit sudah dapat dipindahkan ketempat media tanam

yang sudah disiapkan. Bibit yang diambil adalah bibit yang sama besar dan bagus

agar dalam penelitian sudah tidak banyak lagi kendalanya .

7. Pengaplikasian

Pengaplikasian dilakukan setelah bibit mint dipindahkan ke netpot agar

tanaman mendapatkan nutrisi unsur hara. Pupuk yang diberikan adalah POC dan

MOL yang dilakukan seminngu sekali dengan dosis yang sudah ditentukan.

8. Panen

Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman mint berumur 30-90 hari.

3.5 Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

2. Panjang akar (cm)

3. Jumlah Daun (helai)

4. Berat basah (gr)

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian dengan pengaplikasian POC

dan MOL ini adalah sebagai berikut:

1. Tinggi Tanaman (cm)

Rata-rata tinggi tanaman dalam pengamatan penelitian ini menunjukkan

bahwa pengaplikasian POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman daun mint,

berikut rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.

Gamabar 1. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Mint Pada Pengaplikasian POC

dan MOL pada Media Arang Sekam Pada Sistem Hidroponik NFT.

Hasil rata-rata tinggi tanaman mint yang memberikan hasil terbaik

terhadap tinggi tanaman mint yaitu pada perlakuan P2 (Media Arang Sekam dan

AB Mix serta MOL 150 ml/liter) dengan rata-rata tinggi tananam mencapai 43,67

cm, selanjutnya P1 (Media Arang Sekam dan AB Mix serta POC 200 ml/liter)

dengan nilai rata-rata 38,67 cm, kemudian disusul P0 (tanpa perlakua) dengan

nilai rata-rata 33,67 cm, dan terakhir P3 (Media Arang Sekam dan AB Mix serta

POC 100 ml/liter dan MOL 75ml/liter) dengan nilai rata-rata terendah yaitu 28,33

cm.

18

2. Jumlah Daun

Rata-rata jumlah daun tanaman mint dengan pengaplikasian POC dan

MOL pada media arang sekam pada sistem hidroponik NFT dapat dilihat pada

Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Diagram Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Mint Dengan Aplikasi POC

dan MOL pada Media Arang Sekam pada Sistem Hidroponik NFT.

Berdasarkan rata-rata jumlah daun tanaman mint tidak berpengaruh nyata

terhadap pengaplikasian POC dan MOL terhadap pertumbuhan tanaman mint.

Diagram di atas menujukkan rata-rata jumlah daun terbnyak ditujukkan pada P2

dengan nilai rata-rata jumlah daun mencapai 91,33 helai, jumlah daun terbanyak

kedua ditujukkan pada P3 dengan rata-rata 81,00 helai, kemudian jumlah daun

terbanyak ketiga pada P1 dengan nilai rata-rata 77,00 helai, dan jumlah daun

terendah tersapat pada P0 (tanpa perlakuan) dengan rata-rata 57,33 helai.

3. Panjang Akar

Rata-rata panjang akar tanaman mint dengan pengaplikasian POC dan

MOL pada media arang sekam pada sistem hidroponik NFT dapat dilihat pada

Gambar 3 dibawah ini.

19

Gambar 3. Diagram Rata-rata Panjang Akar Tanaman Mint Pada Pengaplikasian

POC dan MOL pada Media Arang Sekam pada Sistem Hidroponik

NFT.

Hasil diagram di atas rata-rata panjang akar dengan pengaplikasian POC

dan MOL pada media arang sekam pada sistem hidroponik Nft yang menunjukkan

hasil terbaik pertama terdapat pada perlakuan P2 dengan nilai rata-rata 32,67 cm,

hasil terbaik kedua P0 (tanpa perlakuan) dengan nilai rata-rata mencapai 32,33

cm, kemudian terbaik ketiga pada P3 dengan nilai rata-rata 15,67 cm dan nilai

terendah terdapat pada P1 dengan nilai rata-rata 7,67 cm.

4. Berat Basah

Rata-rata berat basah tanaman mint pada penelitian ini menunjukkan

pengaplikasian POC dan MOL pada media arang sekam pada sitem hidroponik

NFT tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman mint dapat dilihat

pada Gambar 4.

20

Gambar 4. Diagram Rata-rata Berat Basah Tanaman Mint Pada Aplikasi POC dan

MOL pada Media Arang Sekam pada Sistem Hidroponik NFT.

Berdasarkan hasil rata-rata untuk parameter berat basah tidak berpengaruh

nyata terhadap pengaplikasian POC dan MOL pada media arang sekam pada

sistem hidroponik Nft. Dapat dilihat pada diagram diatas yang memberikan hasil

terbaik dengan pemberian POC dan MOL terhadap berat basah yaitu pada

perlakuan P2 dengan nilai rata-rata 47,33 gr, selanjutnya terbaik kedua pada P0

(tanpa perlakuan) dengan nilai rata-rata 41,33 gr, kemudian terbia ketiga pada P1

dengan nilai rata-rata 29,00 gr dan nilai terendah terdapat pada perlakuan P3

dengan nilai rata-rata 23,67 gr.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh fakta bahwa pengaplikasian POC

dan MOL pada media arang sekam pada sistem hidroponik NFT menunjukkan

hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang

akar, dan berat basah. Pada perlakuan P2 memberikan hasil terbaik pada

parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, dan berat basah. Dimana

diketahui bahwa terdapat hubungan antara berat basah tanama, jumlah daun, serta

tinggi tanaman. Semakin banyak daun makan berat basah tanaman juga semakin

besar begitupula dengan tinggi tanaman, makin tinggi tanaman berat basah

tanaman juga semakin besar.

21

Perlakuan terbaik pada P2 pada parameter tinggi tanaman dengan rata-rata

43,67 cm dan nilai terendah pada P3 dengan nilai rata-rata 32,08. Hal ini

disebabkan karena kandung Mol dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan

mengatur pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gardner

dalam Dhani dkk (2014) bahwa unsur hara N, P, dan K yang dibutuhkan tanaman

untuk sintesis asam amino dan protein, terutama pada tumbuh tanaman sehingga

mempercepat proses pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel dan

perpanjangan sel sehingga meningkatkan timggi tanaman.

Perlakuan terbaik pada P2 pada parameter jumlah daun dengan rata-rata

91,33 helai dan nilai terendah pada P0 dengan nilai rata-rata 57,33 helai. Hal ini

disebabkan karena penambahan MOL menyebabkan jumlah mikroorganisme

meningkat dan berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah daun. Hal ini

sejalan dengan dengan pernyataan Hasiholan (2000) bahwa keberadaan

mikroorganisme yang terkandung dalam MOL juga mempengaruhi peningkatan

lebar daun.

Perlakuan terbaik pada P2 pada parameter panjang akar dengan nilai rata-

rata 32,67 cm, perlakuan P0 tidak berbedah jauh dari perlakuan P2 hal ini diduga

pada pipah P0 airnya lancarr di karenakan dinamonya agak besar di banding

dinamo yamg lain, dan nilai terendah pada P1 dengan nilai rata-rata 7,67 cm. Hal

ini dikarenakan mol mengandung 7 mikroorganisme yang sangat berguna bagi

tanam yaitu: Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus,

mikroba pelarut fosfat dan mikroba selulotik serta adanya zat pengatur tumbuh

giberlin dan sitokinin yang mampu memyerap unsur hara yang ada dalam

kandungan MOL. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Diana dkk 2012 dalam )

bahwa Azospirillium sp. yang berfungsi untuk memperbaiki perakaran sehingga

mempengaruhi penyerapan unsur hara.

Perlakuan terbaik pada P2 pada parameter berat basah dengan nilai rata-

rata 47,33 gr dan nilai terendah pada P3 dengan nilai rata-rata 25,00 gr. Hal ini

disebabkan perlakuan pemberian MOL menyebabkan tanaman memperoleh unsur

hara yang lebih baik, melalui hasil metabolisme dan sintesinoleh mikroorganisme.

Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Margianto dan Malik (2009) bahwa suatu

tanaman akan tumbuh dan mencapai tingkat produksi tinggi bila unsur hara yang

22

dibutuhkan tanaman dalam keaadaan cukup dan berimbang unsur hara N, P, K

merupakan unsur hara makro yang mutlaj di perlukan tanaman.

Berdasarkan analisis sidik ragam pada hasil penelitian, ditemukan bahwa

tidak berbeda nyata pada semua parameter pengamatan dengan pengaplikasian

POC dan MOL pada media arang arang sekam pada sistem hidroponik NFT.

18

23

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian

POC dan MOL terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mint pada media

arang sekam pada sistem hidroponik NFT. Berdasarkan analisis sidik ragam tidak

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan berat

basah. Konsentrasi pertumbuhan tanaman mint terbaik dengan variasi POC dan

MOL pada sistem hidroponik adalah pada P2 pada parameter tinggi tanaman

dengan nilai rata-rata 43,67 cm, jumlah daun dengan nilai rata-rata 91,33, panjang

akar dengan nilai rata-rata 32,67, dan barat basah dengan nilai rata-rata 47,33. Hal

ini diduga POC dan MOL memberikan unsur hara yang sama sehingga tidak

menimbulkan pengangaruh yang berbedah jauh.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan diharapkan agar

dilakukan penelitian lebih lanjut membahas mengenai POC dan MOL dengan

dosis yang berbeda dengan tanaman yang sama pada sistem hidroponik NFT

dengan mengganaka pipa yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

22

24

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, H. 2015. Keanekaragaman Lamiaceae berpotensi obat koleksi Taman

Tumbuhan Obat Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Halaman: 1324-1327

Anonim, 2013. Mikroorganisme Lokal, Solusi Bagi Petani. diakses 1 November

2019 pada situs http://isroi.wordpress.com.

Arini Falahiyah. 2014. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Akar Wangi

(Vetiveria Zizanioides L. Nash) Secara Hidroponik Padabeberapa

Komposisi Media Tanam. Fakultas pertanian institut Pertanian Bogor.

Hal. 21

Atika Romalasari, Enceng Sobari. 2019. Produksi Selada (Lactuca sativa L.)

Menggunakan Sistem Hidroponik dengan Perbedaan Sumber Nutrisi.

Politeknik Negeri Subang. Vol. 3, No. 1, Hal. 36-41

Aziza, Nur. Rurini S., Suratmo S. 2013. Isolasi dan Karakteristik terhadap

Minyak Mint dari Daun Mint Segar Dari Hasil Destilasi. Jurnal Ilmu

Kimia. 2(2): 580-586

Bhat,S., Maheshwari, P., Kumar, S., and Kumar, A, 2002. Mentha Species: in

Vitro regeneration and Genetic Transformation. Mol Biol Today. 3:11-

23.

Dawud, M. 2010. Tanaman Obat dan Manfaat. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Dalimoenthe SL. 2013. Pengaruh Media Tanam Organik Terhadap Pertumbuhan

dan Perakaran pada Fase awal Benih Teh di Pembibitan. J. Penelitian

Teh dan Kina, 16(1): 1-S11.

Dewi, S. 2017. Pengaruh Air Kelapa (Cocos Nuciferal.) Terhadap Induksi Tunas

Stek Tanaman Peppermint (Mentha Piperital.). Fakultas Matematika Dan

Ilmu Pengetahuan Alamuniversitas Lampung. Hal. 1-49

Dhani , H., Wardato., Rosmim, 2014. Pengaruh Pupuk Vermikompos Pada Tanah

Inceptisol Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau (Brassica Juncea

L). Fakultas Pertanian Riau. Riau.

Diana Novita Sari, Surti Kurniasih, R. Teti Rostikawati. 2012. Pengaruh

Pemberian Mikroorganisme Lokal (Mol) Bonggol Pisang Nangka

Terhadap Pruduksi Rosella (Hibiscus Sabdariffa L). Bogor.

Elvita Sari, Yelina Kitty, Astari Dwiranti. 2016. Sistem Hidroponik Nutrient Film

Technique (Nft) dan Wick pada Penanaman Bayam Merah. Department

of Biotechnology and Neurology, Surya University. Vol.1, No.2. 223-

225.

Fahmi Hidayat, Rurini Retnowati, Soebiantoro. 2013. Isolasi Dan Karakterisasi

Komponen Minyak Mintdari Daun Mentha Arvensislinn. Fakultas

25

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya. Jl.

Veteran Malang 65145. Vol. 2, No. 2, pp.567-573.

Hadipoeyanti, E. 2010. Proceeding International Conference and Talk Show on

Medicinal Plant. Jakarta 19 Oktober 2010. Hlm 128-143.

Hasiholan, Bistok. Suprihati dan Muryas R. Isjwara. 2000. Pengaruh

Perbandingan Nitrat Dan Amino Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Selada (Lactuca Sativa L) yang dibudidayakan secara hidroponik.

Makalah Seminar. Salatiga : UKSW

Helfi, G. 2013. Pengaruh penambahan Sekam Bakar pada media Tanam

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi tanaman Sawi (Brassica Juncea

L.). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. ISSN 2338-

7793

Hendra, H. A., Andoko, A. 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik ala Paktani

Hydrofarm. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Herwibowo, K., Budiana, N. S. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi dan

Bisnis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Irawan, Arif, Yeremias Kafiar. 2015. Pemanfaatan Cocopeat dan Arang Sekam

Padi Sebaga Media Tanam Bibit Cempaka Wasian (Elmerrilia Ovalis).

Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Balai Penelitian Kehutanan Manado.

Istiqomah, S. 2014. Menanam Hidroponik. Azka Press Jakarta.

Kristian F.T. L. 2019. Pengaruh penambahan Ekstrak Daun Peppermint (Mentha

Piperita) Terhadap Tingkat Kesukaan Aroma dan Rasa serta Aktivitas

Antioksi dan permen Jelly Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia). Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hal. 131

Kusumawati, A. 2015.Analisa Karakteristik Pupuk Kompos Berbahan Batang

Pisang. ISBN 978-602-73690-3-0.323-329. Seminar Nasional

Universitas PGRI Yogyakarta 2015.

Malik, 2009. Unsur Hara Dalam Tanah. Universitas Jember.

Medi, S. A, Sirajuddin, H. A, Guyup, M. D. P. 2017. Analisis Keseragaman Aspek

Fertigasi pada Desain Sistem Hidroponik dengan Perlakuan Kemiringan

Talang. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas

Mataram. Vol.5, No. 1

Meriatna, Suryati, Aulia Fahri. 2018. Pengaruh Waktu Fermentasi dan Volume

Bio Aktivator EM4 (Effective Microorganisme) pada Pembuatan Pupuk

Organik Cair (POC) dari Limbah Buah-Buahan. Program Studi Teknik

Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malikussale. Hal. 13-29

Mentari, P. S. 2016. Pengaruh Pengunaan Pupuk Organik Cair dari Limbah Kulit

Buah Pisang Kepok Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam

26

(Amaranthus Tricolor L.). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung. Hal. 1-62

Musnamar. 2006. Pupuk Organik (Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi).

Penebar Swadaya. Jakarta.

Nugroho, A. 2013. Meraup Untung Budidaya Rebung. Pustaka Baru Press.

Yogyakarta.

Plantamor, 2016. Klasifikasi Daun Mint. http://plantamor.com diakses pada 4

November 2019

Rio, R. 2018. Pertumbuhan Setek Batang Peppermint (Mentha Piperita L.)

Dengan Berbagai Komposisi Media Tanaman. Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Hal 1-66.

Roidah, I.S. 2014. Pemanfaatan Lahan dengan Sistem Hidroponik. J. Universitas

Tulungagung Bonorowo 1(2) : 43-49.

Rudi, N. A. 2016. Karakteristikdan Analisis Keuntunganpupuk Organik Cair

Biourine Sapi Bali Yang Diproduksi Menggunakan Mikroorganisme

Lokal (Mol) dan Lama Fermentasi Yang Berbeda. Fakultas Peternakan

universitas Hasanuddin Makassar. Hal. 1-49

Shaikh,S.,Bin Yaacob, H., and Abdul Rahim Z.H., 2014. Prospective Role In

Treatment of Major Illnesses and Potential Benefits As A Safe Insecticide

and Natural Food Preservative of Mint (Mentha spp.). Asian J Biomed

Pharm Sci., 4:1-12.

Supriati.Y dan Herlina.E 2011. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot.

Penebar Swadaya. Jakarta..

Wahyuningsih A, S Fajriani, dan N Aini. 2016. Komposisi Nutrisi dan Media

Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica

Rapa L.) Sistem Hidroponik. Jurnal Produksi Tanaman 4(8): 595-601

Wuryaningsih, S., 1996. pertumbuhan Beberapa Stek Melati pada Tiga Macam

Media. Jurnal Penelitian Pertanian. 5(3): 50-57.

Zulputra, Taufik Hidayat. 2018. Respon Tanaman Kacang Panjang (Vigna

Sinensis L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Mikroorganisme

Lokal Buah Mangga. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian.

Universitas Pasir Pengaraian. Jurnal Sungkai Vol.6 No.1. Hal : 50-59

27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rata-rata Parameter Pengamatan Tanaman Mint

Tabel 1a. Rata Rata Tinggi Tanaman Mint Sebelum Dilakukan Aplikasi Poc dan

Mol.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 6.00 8.00 10.00 24.00 8.00

P1 10.00 10.00 8.00 28.00 9.33

P2 8.00 6.00 8.00 22.00 7.33

P3 10.00 4.00 5.00 19.00 6.33

Total 34.00 28.00 31.00 93.00 7.75

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 1b. Analisis Sidik Ragam Rata Rata Tinggi Tanaman Mint Sebelum

Dilakukan Aplikasi Poc Dan Mol.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 14.25 4.75 0.03 4.07 7.59

Galat 8 1470.00 183.75

Total 11 1484.25

Keterangan: KK = 10.93 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 2a. Rata rata tinggi tanaman mint pada umur 1 minggu setelah tanam

dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 9.00 10.00 11.50 30.50 10.17

P1 10.50 10.50 9.50 30.50 10.17

P2 10.50 9.00 10.00 29.50 9.83

P3 12.50 5.50 7.50 25.50 8.50

Total 42.50 35.00 38.50 116.00 9.67

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 2b. Analisis sidik ragam rata rata tinggi tanaman mint pada umur 1 minggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam

pada sistem hidroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 5.67 1.89 0.01 4.07 7.59

Galat 8 2254.00 281.75

Total 11 2259.67

Keterangan: KK = 10.85 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 3a. Rata rata tinggi tanaman mint pada umur 2 minggu setelah tanam

dengan pemberian POC dan MOL pada media arang sekam pada

sistem hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 12.00 13.00 14.00 39.00 13.00

P1 12.50 13.00 10.50 36.00 12.00

P2 11.00 10.00 14.00 35.00 11.67

P3 14.00 7.00 9.00 30.00 10.00

Total 49.50 43.00 47.50 140.00 11.67

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 3b. Analisis sidik ragam rata rata tinggi tanaman mint pada umur 2 minggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam

pada sistem hidroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 14.00 4.67 0.01 4.07 7.59

Galat 8 3294.67 411.83

Total 11 3308.67

Keterangan: KK = 10.87 %

tn= tidak berbeda nyata

Tabel 4a. Rata rata tinggi tanaman mint pada umur 3 minggu setelah tanam

dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 17.50 15.00 15.00 47.50 15.83

P1 17.00 16.50 14.00 47.50 15.83

P2 26.00 14.00 21.00 61.00 20.33

P3 19.00 11.00 22.00 52.00 17.33

Total 79.50 56.50 72.00 208.00 17.33

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 4b. Analisis sidik ragam rata rata tinggi tanaman mint pada umur 3 minggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam

pada sistem hidroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 40.50 13.50 0.01 4.07 7.59

Galat 8 7291.67 911.46

Total 11 7332.17

Keterangan: KK = 10.89 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 5a. Rata rata tinggi tanaman mint pada umur 4 minggu setelah tanam

dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 20.00 17.00 19.00 56.00 18.67

P1 21.00 19.50 23.00 63.50 21.17

P2 30.00 30.00 29.00 89.00 29.67

P3 23.00 18.00 28.00 69.00 23.00

Total 94.00 84.50 99.00 277.50 23.13

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 5b. Analisis sidik ragam rata rata tinggi tanaman mint pada umur 4 minggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam

pada sistem hidroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 199.56 66.52 0.04 4.07 7.59

Galat 8 13233.50 1654.19

Total 11 13433.06

Keterangan: KK = 10.99 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 6a. Rata rata tinggi tanaman mint pada umur 5 minggu setelah tanam

dengan pemberian POC dan MOL pada media arang sekam pada

sistem hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 35.00 19.50 23.00 77.50 25.83

P1 36.00 30.00 35.00 101.00 33.67

P2 35.00 38.00 32.00 105.00 35.00

P3 23.00 23.00 26.00 72.00 24.00

Total 129.00 110.50 116.00 355.50 29.63

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 6b. Analisis sidik ragam rata rata tinggi tanaman mint pada umur 5 minggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam

pada sistem hidroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 273.73 91.24 0.03 4.07 7.59

Galat 8 21610.83 2701.35

Total 11 21884.56

Keterangan: KK = 10.97 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 7a. Rata rata tinggi tanaman mint pada umur 6 minggu setelah tanam

dengan pemberian POC dan MOL pada media arang sekam pada

sistem hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 40.00 32.00 29.00 101.00 33.67

P1 39.00 37.00 40.00 116.00 38.67

P2 40.00 48.00 43.00 131.00 43.67

P3 27.00 28.00 30.00 85.00 28.33

Total 146.00 145.00 142.00 433.00 36.08

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 7b. Analisis sidik ragam rata rata tinggi tanaman mint pada umur 6 minggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam

pada sistem hidroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 390.25 130.08 0.03 4.07 7.59

Galat 8 32028.67 4003.58

Total 11 32418.92

Keterangan: KK = 10.96 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 8a. Rata rata jumlah daun mint sebelum dilakukan aplikasi poc dan mol

pada pengamatan pertama setelah tanam.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 4.00 6.00 6.00 16.00 5.33

P1 5.00 4.00 5.00 14.00 4.67

P2 6.00 4.00 6.00 16.00 5.33

P3 6.00 4.00 4.00 14.00 4.67

Total 21.00 18.00 21.00 60.00 20.00

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 8b. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun mint sebelum dilakukan

aplikasi pada pengamatan pertama setelah tanam.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 1.33 0.44 0.01 4.07 7.59

Galat 8 602.67 75.33

Total 11 604.00

Keterangan: KK = 10.85 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 9a. Rata rata jumlah daun mint pada umur 1 mnggu setelah tanam dengan

aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 6.00 8.00 9.00 23.00 7.67

P1 7.00 7.00 5.00 19.00 6.33

P2 8.00 6.00 8.00 22.00 7.33

P3 8.00 6.00 6.00 20.00 6.67

Total 29.00 27.00 28.00 84.00 7.00

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 9b. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun mint pada umur 1 miggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam

pada sistem hindroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 3.33 1.11 0.01 4.07 7.59

Galat 8 1182.67 147.83

Total 11 1186.00

Keterangan: KK = 10.86 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 10a. Rata rata jumlah daun mint pada umur 2 minggu setelah tanam dengan

aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 8.00 12.00 18.00 38.00 12.67

P1 16.00 28.00 12.00 56.00 18.67

P2 10.00 10.00 12.00 32.00 10.67

P3 12.00 8.00 8.00 28.00 9.33

Total 46.00 58.00 50.00 154.00 12.83

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 10b. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun mint pada umur 2 miggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang

sekam pada sistem hindroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 153.00 51.00 0.10 4.07 7.59

Galat 8 4258.67 532.33

Total 11 4411.67

Keterangan: KK = 11.24 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 11a. Rata rata jumlah daun mint pada umur 3 minggu setelah tanam dengan

aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 16.00 28.00 20.00 64.00 21.33

P1 38.00 40.00 41.00 119.00 39.67

P2 35.00 39.00 42.00 116.00 38.67

P3 40.00 30.00 42.00 112.00 37.33

Total 129.00 137.00 145.00 411.00 34.25

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 11b. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun mint pada umur 3 miggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang

sekam pada sistem hindroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 675.58 225.19 0.06 4.07 7.59

Galat 8 29504.67 3688.08

Total 11 30180.25

Keterangan: KK =11.08 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 12a. Rata rata jumlah daun mint pada umur 4 minggu setelah tanam dengan

aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 32.00 45.00 28.00 105.00 35.00

P1 59.00 54.00 54.00 167.00 55.67

P2 68.00 74.00 62.00 204.00 68.00

P3 58.00 44.00 62.00 164.00 54.67

Total 217.00 217.00 206.00 640.00 53.33

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 12b. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun mint pada umur 4 miggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang

sekam pada sistem hindroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 1675.33 558.44 0.06 4.07 7.59

Galat 8 71617.33 8952.17

Total 11 73292.67

Keterangan: KK = 11.09 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 13a. Rata rata jumlah daun mint pada umur 5 minggu setelah tanam dengan

aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 49.00 56.00 32.00 137.00 45.67

P1 58.00 50.00 66.00 174.00 58.00

P2 80.00 80.00 77.00 237.00 79.00

P3 74.00 54.00 80.00 208.00 69.33

Total 261.00 240.00 255.00 756.00 63.00

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 13b. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun mint pada umur 5 minggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang

sekam pada sistem hindroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 1864.67 621.56 0.05 4.07 7.59

Galat 8 98985.33 12373.17

Total 11 100850.00

Keterangan: KK = 11.04 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 14a. Rata rata jumlah daun mint pada umur 6 minggu setelah tanam dengan

aplikasi POC dan MOL pada media arang sekam pada sistem

hidroponik NFT.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 58.00 68.00 46.00 172.00 57.33

P1 83.00 69.00 79.00 231.00 77.00

P2 98.00 90.00 86.00 274.00 91.33

P3 86.00 72.00 85.00 243.00 81.00

Total 325.00 299.00 296.00 920.00 76.67

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 14b. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun mint pada umur 6 miggu

setelah tanam dengan aplikasi POC dan MOL pada media arang

sekam pada sistem hindroponik NFT.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 1823.33 607.78 0.03 4.07 7.59

Galat 8 144713.33 18089.17

Total 11 146536.67

Keterangan: KK = 10.96 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 15a. Rata-rata panjang akar tanaman mint.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 31.00 37.00 29.00 97.00 32.33

P1 10.00 7.00 6.00 23.00 7.67

P2 35.00 34.00 29.00 98.00 32.67

P3 11.00 20.00 16.00 47.00 15.67

Total 87.00 98.00 80.00 265.00 22.08

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 15b. Analisis sidik ragam rata-rata panajng akar.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 1398.25 466.08 0.26 4.07 7.59

Galat 8 14500.67 1812.58

Total 11 15898.92

Keterangan: KK = 12.05 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Tabel 16a. Rarata-rata berat basah tanaman mint.

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

P0 30.00 38.00 56.00 124.00 41.33

P1 27.00 30.00 30.00 87.00 29.00

P2 56.00 50.00 36.00 142.00 47.33

P3 29.00 22.00 20.00 71.00 23.67

Total 142.00 140.00 142.00 424.00 35.33

Sumber: Data Primer Sebelum Diolah (2020).

Tabel 16b. Analisis sidik ragam rata-rata berat basah tanaman mint.

SK DB JK KT F Hit F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 1068.67 356.22 0.09 4.07 7.59

Galat 8 32100.00 4012.50

Total 11 33168.67

Keterangan: KK = 11.20 %

tn= tidak berpengaruh nyata

Lampiran 2. Dokumntasi Penelitian

Gambar 1. Proses Pembuatan POC dan MOL

Gambar 2. Bibit Tanaman Mint Umur 14 Hari

Gambar 3. Proses Fermentasi POC (Rebung Bambu) dan MOL (Buah-buahan)

Gambar 4. Proses Pemisahan Ampas POC dan MOL Yang Sudah di Fermentasi

Gambar 5. Proses Pemasangan Label

Gambar 6. Proses Pemindahan Bibit Mint Ke Media Tanam

Gambar 7. Proses Pengaplikasian POC dan MOL

Gambar 8. Pengamatan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Gambar 9. Tanaman Mint Umur 45 Hari Sebelum Panen

Gambar 10. Proses Pemanenan pada Umur 45 Hari Setelah Tanam

Gambar 11. Proses Pengukuran Panajng Akar

Gambar 12. Penimbangan Berat Basah

Gambar 13. Foto Panen Tanaman Min P0 (Tanpa Perlakuan)

Gambar 14. Hasil Panen Tanaman Mint P1

Gambar 15. Hasil Panen Tanaman Mint P2

Gambar 16. Hasil Panen Tanaman Min P3