ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI … · angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan...
Transcript of ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI … · angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan...
i
ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP
JAKARTA TIMUR
RINA GUSTIYANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP JAKARTA TIMUR
TOURISM DEMAND ANALYSIS AND DEVELOPMENT STRATEGY
OF AGROWISATA CILANGKAP, EAST JAKARTA
Rina Gustiyanaa)*, Meti Ekayania), Nuvaa)
a) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Agro tourism, as one of types of tourism, is now being potentially developed in Indonesia. This type of tourism is a nature-based area which is more attractive particularly for the urban society. Agrowisata Cilangkap is one of tourisms which is based on nature and sited in East Jakarta. It offers a beauty of nature and fresh air for the visitors in which it would affect a higher tourism demand. Moreover, Agrowisata Cilangkap would have more positive impacts for its environment and society. Nevertheless, it has not been optimally developed yet, especially for water tourism and agrotourism segmentation. In fact, there is a lack of attention in developing both of tourism activities in that area, and also there is no entry fee for the visitors who visit the area. With the open access condition, it tend to damage the resource and environment in the area. Therefore, a study on analyzing tourism demand and development strategy of Agrowisata Cilangkap is needed to conduct. The analysis is done by using econometric model of analysis to analyze the tourism demand, and the SWOT analysis to analyze the development strategy of Agrowisata Cilangkap.
Keywords : Agrowisata Cilangkap, tourism demand, SWOT analysis
iii
RINGKASAN
RINA GUSTIYANA. Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan
Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan
NUVA.
Bidang pariwisata dikembangkan oleh berbagai negara di dunia termasuk
di Indonesia. Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun
umumnya mengalami peningkatan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara. Meningkatnya
angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara didukung dengan
adanya keanekaragaman kebudayaan serta sumberdaya alam yang ada di
Indonesia, sehingga Indonesia sangat potensial dalam berbagai aktivitas wisata.
Salah satu jenis wisata yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah
wisata agro atau agrowisata.
Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu daerah tujuan wisata agro
yang berlokasi di Jakarta Timur. Agrowisata ini memiliki permintaan wisata yang
tinggi namun masih belum dikembangkan secara optimal. Hal ini ditandai dengan
masih minimnya atraksi wisata yang ditawarkan serta masih belum ada tarif
masuk. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap, (2)
menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap saat ini dan
persepsi pengunjung terhadap potensi wisata yang dimiliki, (3) mengestimasi tarif
yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap, (4) menganalisis
alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Cilangkap yang terletak di Jalan
Raya Cilangkap No.45, Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan
dengan pertimbangan bahwa Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan
wisata yang memiliki potensi wisata namun belum dimanfaatkan secara
maksimal. Dengan demikian, perlu dilakukan perencanaan upaya pengembangan
lebih lanjut yang tepat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dan deskriptif, analisis regresi linear berganda, analisis willingness to
pay (WTP), serta analisis SWOT.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap adalah pendapatan,
tingkat pendidikan, biaya perjalanan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan.
Menurut persepsi pengunjung, Agrowisata Cilangkap umumnya dinilai baik.
Empat dari enam kategori dinilai baik, yaitu keamanan, kondisi rumah makan,
keindahan alam, serta aksesibilitas. Persepsi pengunjung mengenai potensi
pengembangan menunjukkan bahwa seluruh reponden menyetujui rencana
pengembangan wisata air dan wisata edukasi pertanian. Berdasarkan nilai rataan
WTP pengunjung, tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata
Cilangkap dengan kondisi saat ini adalah sebesar Rp 4 000.
Strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Agrowisata
Cilangkap adalah dengan mendukung strategi agresif. Secara umum, rekomendasi
strategis yang dapat dilakukan ialah menjalin kerjasama antara pengelola dengan
masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan
iv
agrowisata, serta mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan
dukungan yang diberikan oleh pemerintah.
Kata kunci : Agrowisata Cilangkap, permintaan wisata, WTP, analisis SWOT.
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Permintaan Wisata dan
Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2013
Rina Gustiyana
H44070116
v
ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP
JAKARTA TIMUR
RINA GUSTIYANA
H44070116
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
Judul Skripsi : Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan
Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur
Nama : Rina Gustiyana
NIM : H44070116
Disetujui,
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc. Nuva, SP, M.Sc.
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak (alm. Mulyana) dan Ibu (G. A. Ketut Siti Resmiati)
tersayang, yang senantiasa memberikan do’a, dukungan, motivasi, dan kasih
sayang tiada henti. Serta kedua kakak (Kusuma dan Indra) yang selalu
memberikan dukungan, dan selalu siap sedia dikala penulis membutuhkan
bantuan.
2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc (Pembimbing I) dan Nuva, SP, M.Sc
(Pembimbing II) selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
memberikan waktu, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam
penyusunan skripsi.
3. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP,
M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak H. Masri, Bapak Amit, Bapak Rodiard Sinaga, dan karyawan/i
Agrowisata Cilangkap dan UPT Pusbangnih atas bantuan dan kerjasamanya
kepada penulis selama penelitian, serta pohon sirsak yang dihadiahkan kepada
penulis.
5. Teman-teman kosan PPR, Eno, Irun, Gita, Tika, Rani, Pipeh, dan yang tidak
dapat disebutkan atas dukungan serta kebersamaan yang begitu indah.
viii
6. Hani, Dinda, Yeyen, serta seluruh teman-teman ESL 44 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, dan motivasinya.
7. Rizki Prasojo, yang senantiasa mendampingi serta memberikan kekuatan,
dukungan, dan semangat kepada penulis.
8. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha, dan karyawan/i Departemen ESL FEM
IPB yang telah banyak membantu penulis pada masa perkuliahan serta proses
penyelesaian skripsi.
Bogor, April 2013
Penulis
ix
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur, serta strategi
pengembangan yang sesuai untuk agrowisata ini. Permintaan wisata di
Agrowisata Cilangkap dilihat berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata, persepsi dan harapan pengunjung, serta kesediaan membayar
pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Penelitian mengenai strategi
pengembangan yang sesuai dikaji melalui faktor internal serta faktor eksternal
yang mempengaruhi berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dimiliki oleh Agrowisata Cilangkap.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak
yang terkait dengan penelitian ini.
Bogor, April 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1 Pariwisata .................................................................................... 10
2.2 Agrowisata ................................................................................... 12
2.3 Permintaan Wisata ....................................................................... 15
2.4 Konsep Willingness to Pay (WTP) .............................................. 16
2.5 Analisis SWOT ............................................................................ 17
2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................... 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................ 22
IV. METODE PENELITIAN ................................................................. 25
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 25
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 25
4.3 Metode Pengambilan Data .......................................................... 26
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 26
4.4.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Wisata di Agrowisata Cilangkap ...................................... 27
4.4.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowista
Cilangkap ........................................................................... 29
4.4.3 Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di
Agrowisata Cilangkap ....................................................... 29
4.4.4 Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ... 31
V. GAMBARAN UMUM ...................................................................... 36
5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian .............................................. 36
5.2 Karakteristik Demografi Pengunjung .......................................... 39
5.3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi
Kedatangan .................................................................................. 42
5.4 Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap ..... 43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 45
6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata
di Agrowisata Cilangkap .............................................................. 45
xi
6.1.1 Variabel-variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap
Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap ................... 46
6.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap .. 49
6.2.1 Persepsi Pengunjung terhadap Potensi Pengembangan
Wisata Air dan Wisata Pertanian ...................................... 53
6.2.2 Harapan Pengunjung terhadap Kondisi dan Penambahan
Fasilitas ............................................................................. 54
6.3 Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di
Agrowisata Cilangkap ................................................................. 55
6.4 Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ............ 59
6.4.1 Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal .................. 61
6.4.2 Analisis SWOT ................................................................. 64
6.4.3 Analisis Grand Strategy .................................................... 67
VII. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 72
7.1 Simpulan ...................................................................................... 72
7.2 Saran ............................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 75
LAMPIRAN ................................................................................................ 78
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 86
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2006-2010 . 2
2 Matriks SWOT ................................................................................. 17
3 Penelitian tentang Persepsi terhadap Kawasan Wisata .................... 18
4 Penelitian tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Permintaan Wisata ........................................................................... 19
5 Penelitian tentang Willingness to Pay terhadap Kawasan Wisata ... 19
6 Penelitian tentang Strategi Pengembangan Kawasan Wisata .......... 20
7 Matriks Metode Analisis Data ......................................................... 27
8 Analisis Faktor Internal .................................................................... 32
9 Analisis Faktor Eksternal ................................................................. 33
10 Matriks SWOT ................................................................................. 33
11 Karakteristik Pengunjung Agrowisata Cilangkap ............................ 40
12 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi
Kedatangan ...................................................................................... 42
13 Karekteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap .......... 44
14 Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Agrowisata Cilangkap .. 46
15 Persentase Penilaian Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap . 50
16 Persepsi Pengunjung tehadap Pengembangan Wisata Air dan
Wisata Pertanian .............................................................................. 54
17 Harapan Pengunjung terhadap Perbaikan Fasilitas .......................... 55
18 Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Agrowisata Cilangkap .... 57
19 Simulasi Jumlah Kunjungan Wisata di Agrowisata Cilangkap ....... 58
20 Perkiraan Pendapatan Agrowisata Cilangkap per Tahun dari Tarif
Masuk ............................................................................................... 59
21 Analisis Faktor Internal Strategi Pengembangan Agrowisata
Cilangkap ......................................................................................... 62
22 Analisis Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Agrowisata
Cilangkap ......................................................................................... 63
23 Formulasi Strategi Pengembangan Wisata di Agrowisata
Cilangkap ......................................................................................... 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 24
2 Matriks Grand Strategy ................................................................... 34
3 Kondisi Toilet dan Rumah Makan ................................................... 52
4 Posisi Strategi pada Matriks Grand Strategy ................................... 68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Fungsi Permintaan
Agrowisata Cilangkap dengan software Minitab 14 ........................ 79
2 Dokumentasi Lokasi Penelitian ....................................................... 82
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang kaya akan
sumberdaya alam. Kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memicu
pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor, seperti sektor industri, perdagangan,
pertanian, dan juga pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang
memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini
dapat dilihat pada total penerimaan devisa di Indonesia dari sektor pariwisata pada
tahun 2010 sebesar 7603,45 dollar Amerika atau menempati urutan ke-4 devisa
komoditas ekspor (Sagara, 2012). Yoeti (2008) menyatakan bahwa sektor
pariwisata berfungsi sebagai katalisator pembangunan sekaligus dapat
mempercepat proses pembangunan itu sendiri. Sektor pariwisata di suatu daerah
antara lain akan sangat berperan dalam memperluas kesempatan kerja dan usaha,
mempercepat pemerataan pendapatan, meningkatkan penerimaan pajak negara
retribusi daerah, serta meningkatkan devisa dan pendapatan nasional.
World Bank (2012) menyebutkan bahwa pengeluaran di bidang pariwisata
di dunia pada tahun 2011 mencapai 947 milyar dollar Amerika. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki kontribusi penting dalam
ekonomi dunia. Pariwisata dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
pembangunan ekonomi dan salah satu industri terbesar dan tercepat
pertumbuhannya, serta penyedia lapangan pekerjaan terbesar (sekitar 10%) dari
seluruh pekerjaan di tingkat global (McLaren, 1998).
Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya
mengalami peningkatan. Salah satu kriteria yang menunjukkan peningkatan
2
pertumbuhan pariwisata di Indonesia ialah meningkatnya angka perjalanan dan
pengeluaran oleh wisatawan nusantara dari tahun 2006 hingga tahun 2010.
Peningkatan angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2006 - 2010
Tahun Jumlah
Wisnus
(ribuan orang)
Jumlah
Perjalanan
(ribuan)
Rata-rata
Perjalanan
(kali)
Pengeluaran
Per
Perjalanan
(ribu Rp)
Total
Pengeluaran
(triliun Rp)
2006 114,270 204,553 1.79 431.24 88.21
2007 115,335 222,389 1.93 489.95 108.96
2008 117,213 225,041 1.92 547.33 123.17
2009 119,944 229,731 1.92 600.30 137.91
2010 122,312 234,377 1.92 641.76 150.49
Sumber : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)
Meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan
nusantara didukung dengan adanya keanekaragaman kebudayaan serta
sumberdaya alam yang ada di Indonesia, sehingga Indonesia sangat potensial
untuk megembangkan berbagai aktivitas wisata. Jenis wisata yang berkembang di
Indonesia diantaranya adalah wisata agro, wisata alam, wisata bahari, wisata
budaya, wisata kuliner, wisata religi, wisata belanja, dan wisata sejarah.
Wisata agro atau agrowisata merupakan salah satu jenis pariwisata yang
potensial dikembangkan di Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki
kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Kekayaan tersebut apabila
dikelola dengan tepat dapat dijadikan andalan perekonomian nasional. Kondisi
agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas
tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di
atas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan
3
keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan
kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai wisata agro
(Departemen Pertanian, 2004). Semua aspek tersebut memiliki peluang besar
untuk menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia.
Menurut keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi No. 204/KPTS/HK050/4/1989 dan No.
KM.47/PW.004/MPPT-89 tanggal 6 April 1989 bahwa agrowisata adalah suatu
bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata
dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan
hubungan usaha di bidang agro yang dilakukan secara terus-menerus (Dinas
Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2009). Dengan kata lain, agrowisata
merupakan bentuk pariwisata yang memanfaatkan usaha agro atau agribisnis
sebagai objek wisata dimana wisata yang dilakukan selain untuk rekreasi tetapi
juga dapat menambah pengetahuan bagi wisatawan yang mengunjunginya.
Saat ini di Jakarta terdapat kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan
agrowisata, yaitu Agrowisata Cilangkap. Agrowisata Cilangkap ini dikelola oleh
UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan
(Pusbangnih) dibawah Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) Provinsi DKI Jakarta.
Keberadaan Agrowisata Cilangkap ini dirasa penting karena tidak semata-mata
hanya sebagai tempat wisata tetapi juga memiliki dampak positif terhadap
lingkungan. Salah satu dampak positif dikembangkannya Agrowisata Cilangkap
adalah secara tidak langsung dapat mempertahankan keberadaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) atau hutan kota di Jakarta. Hutan kota dapat berfungsi sebagai
perlindungan dari pancaran sinar matahari langsung, hujan deras, angin,
4
pemandangan yang buruk, dan memberikan keindahan sehingga dapat dijadikan
tempat rekreasi, serta sebagai laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian
(Irwan, 2008). Hutan kota diharapkan dapat mengatasi masalah lingkungan di
perkotaan dengan menyerap hasil negatif yang disebabkan oleh aktivitas kota.
Saat ini, lahan hijau di wilayah DKI Jakarta semakin berkurang akibat
pembangunan, dimana hal ini juga berdampak pada peningkatan pencemaran
udara, padahal Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mensyaratkan bahwa sebuah
kota harus memiliki RTH minimal sebesar 30% dari total luas kota secara
keseluruhan (Joga, 2011).
Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan Agrowisata Cilangkap
secara optimal dapat memenuhi dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi lingkungan
untuk menjaga siklus hidrologi dan menjaga kualitas udara serta fungsi ekonomi
sebagai daerah tujuan wisata yang dapat memberikan dampak ekonomi terhadap
pengelola, pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, penting
bagi setiap pihak yang terkait untuk mengembangkan Agrowisata Cilangkap
secara optimal dan tetap mempertahankan keberadaannya.
1.2. Perumusan Masalah
Usaha wisata agro merupakan bagian dari usaha pertanian dan sangat
mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya
mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan
sangat menentukan keberlanjutan usaha wisata agro. Usaha wisata agro dengan
pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan memiliki hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan. Kegiatan wisata agro yang berkelanjutan
membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari,
5
sebaliknya dari kegiatan wisata yang dijalankan akan memberikan pendapatan
yang dapat digunakan kembali untuk memelihara sumberdaya alam dan
lingkungan agar tetap lestari (Departemen Pertanian, 2004).
Kebun Bibit Cilangkap adalah salah satu daerah tujuan wisata agro yang
terdapat di wilayah Jakarta yang dikenal sebagai Agrowisata Cilangkap. Kawasan
agrowisata ini terletak di Cipayung, Jakarta Timur, dengan luas ±19,5 hektar.
Berbagai jenis tanaman budidaya seperti tanaman hias, jamur, anggrek, sayur-
sayuran, dan buah-buahan dikembangkan dan dibudidayakan di Agrowisata
Cilangkap. Selain pembudidayaan tanaman, Agrowisata Cilangkap juga
menyediakan sarana lain seperti rumah makan, area memancing, taman bermain
anak-anak, waduk, dan joging track, yang mendukung berbagai aktifitas wisata.
Pembangunan agrowisata ini ditujukan sebagai pusat pengembangan
tanaman hidroponik dan tanaman holtikultura. Kepala Dinas Kelautan dan
Pertanian DKI Jakarta menyatakan bahwa pengembangan teknologi hidroponik di
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu bentuk impementasi internal terhadap
aplikasi Peraturan Daerah No. 8 tahun 2004 tentang pengendalian mutu dan
komoditas hasil pertanian di DKI Jakarta, sehingga diharapkan pangan yang
masuk ke Jakarta adalah pangan yang sehat dan aman (Kementerian Komunikasi
dan Informasi, 2009). Di samping sebagai pusat pengembangan tanaman
hidroponik, agrowisata ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif
daerah tujuan wisata bagi pengunjung yang datang.
Keberadaan Agrowisata Cilangkap memiliki fungsi sebagai Ruang
Terbuka Hijau (RTH) yang dapat memberikan jasa terhadap lingkungan.
Berdasarkan wawancara kepada penanggung jawab Agrowisata Cilangkap,
6
agrowisata ini diminati oleh cukup banyak pengunjung. Agrowisata Cilangkap
belum mendata jumlah pengunjung secara resmi, namun menurut pengelola, pada
umumnya pengunjung ramai saat akhir pekan dan diperkirakan mencapai 300
orang. Pengunjung yang datang biasanya menghabiskan waktu terutama untuk
melakukan kegiatan olahraga, dan juga terdapat pengunjung yang datang untuk
berekreasi serta menikmati suasana yang tenang dan asri.. Akan tetapi, kondisi
Agrowisata Cilangkap saat ini masih open access dan hingga saat ini Agrowisata
Cilangkap masih belum memiliki tarif masuk bagi pengunjung yang datang.
Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir sebesar Rp 2 000 untuk yang membawa
kendaraan bermotor. Kondisi open access tersebut dikhawatirkan akan berpotensi
menurunkan kualitas lingkungan yang ada pada kawasan Agrowisata Cilangkap.
Agrowisata Cilangkap berlokasi di Jakarta Timur dengan akses kendaraan
umum yang mudah dijangkau. Agrowisata ini memiliki potensi wisata yang masih
belum dikembangkan secara optimal. Keberadaan waduk serta sarana
pengembangan tanaman hortikultura dan hidroponik dapat dijadikan sebagai
atraksi wisata yang bisa ditawarkan kepada pengunjung. Waduk yang ada dapat
dibuat sebagai wahana wisata air dengan dibuatnya olahraga air atau dayung
perahu, sedangkan sarana pengembangan tanaman hortukultura dan hidroponik
dapat dibuat sebagai sarana pendidikan pertanian. Pendidikan pertanian yang
diberikan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta
dalam upaya pelestarian lingkungan. Kegiatan wisata yang berlangsung juga dapat
memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar, dimana masyarakat dapat
diberdayakan menjadi tenaga kerja atau dapat juga membuka peluang usaha yang
nantinya akan menambah pendapatan masyarakat.
7
Sebagai tempat tujuan wisata yang masih belum dikembangkan secara
optimal, maka strategi yang tepat sangat diperlukan dalam proses pengembangan
Agrowisata Cilangkap. Hal ini bertujuan agar lingkungan yang ada pada
agrowisata tersebut tetap lestari dan kegiatan wisata dapat berjalan secara
berkelanjutan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan permasalahan yang
akan dianalisa dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhinya?
2. Bagaimana kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini dan potensi
pengembangannya?
3. Berapa besar tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata
Cilangkap?
4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh
pengelola Agrowisata Cilangkap?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang
dilakukan adalah untuk:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di
Agrowisata Cilangkap.
2. Menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap saat ini dan
persepsi pengunjung terhadap potensi yang dimiliki Agrowisata Cilangkap
apabila potensi wisata yang ada dikembangkan.
3. Mengestimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata
Cilangkap.
8
4. Menganalisis alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh
pihak pengelola Agrowisata Cilangkap.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan terbatas pada:
1. Responden yang dipilih adalah wisatawan yang sedang berkunjung pada saat
penelitian berlangsung dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2. Persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap merupakan persepsi
pada saat dilakukannya penelitian yaitu selama bulan Agustus hingga Oktober
2011.
3. Tarif yang akan didapatkan terbatas pada nilai rataan kesediaan membayar
(willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap.
4. Strategi pengembangan yang diambil didapatkan berdasarkan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada Agrowisata Cilangkap yang
diidentifikasikan melalui informasi dari stakeholder terkait.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat
khususnya bagi pihak-pihak yang terkait seperti pengelola Agrowisata Cilangkap,
masyarakat di sekitar kawasan Agrowisata Cilangkap, akademisi, dan peneliti.
Bagi pengelola dan pengambil kebijakan di Agrowisata Cilagkap, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif dalam mengelola dan
mengembangan kawasan Agrowisata Cilangkap. Bagi masyarakat di sekitar
kawasan Agrowisata Cilangkap, diharapkan dapat memberikan peluang usaha
maupun lapangan pekerjaan apabila kawasan wisata ini dikembangan lebih lanjut.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
9
mengenai sebagian konsep ekonomi wisata dan dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan atau referensi bagi penelitian terkait selanjutnya seperti penelitian
mengenai studi kelayakan proyek serta potensi segmentasi wisata dan segmentasi
tarif di Agrowisata Cilangkap. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai
media pembelajaran dan penerapan ilmu yang telah dipelajari semasa di bangku
perkuliahan, dan sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan dinamis yang melibatkan
banyak manusia dan menghidupkan berbagai bidang usaha (Ismayanti, 2010),
dimana Suwantoro (2004) menyatakan bahwa berpariwisata adalah suatu proses
perginya seseorang menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya, dapat bersifat
sementara maupun dalam jangka waktu yang lama. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
Kegiatan pembangunan di bidang pariwisata pasti memiliki tujuan dan
manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan Undang-Undang No. 10
Tahun 2009, disebutkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata adalah: 1)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2) meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3)
menghapuskan kemiskinan; 4) mengatasi pengangguran; 5) melestarikan alam,
lingkungan, dan sumberdaya; 6) memajukan kebudayaan; 7) mengangkat citra
bangsa; 8) memupuk rasa cinta tanah air; 9) memperkukuh jati diri dan kesatuan
bangsa; 10) mempererat persahabatan antar bangsa.
Menurut Windiarti (1993), manfaat ataupun keuntungan yang diperoleh
dari pengembangan kepariwisataan yaitu: 1) makin luasnya kesempatan usaha; 2)
makin luasnya lapangan kerja; 3) meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pemerintah; 4) mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah; 5)
mendorong terpeliharanya lingkungan hidup; 6) terpeliharanya keamanan dan
ketertiban; 7) mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan
11
sektor lain; 8) memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Ismayanti (2010) mengatakan bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang
dapat dipahami dari banyak pendekatan. Pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisatan dijelaskan bahwa:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan
pemerintah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, serta
pengusaha.
5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata.
6. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata.
12
7. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
2.2. Agrowisata
Agrowisata atau agroturisme adalah suatu bentuk pariwisata yang
memanfaatkan usaha agro atau agribisnis sebagai objek wisata dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan wisata di
bidang pertanian (Departemen Pertanian, 2004). Menurut Arifin (2001)
agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan
pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap
dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut
sebagai buah tangan.
Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism),
yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam
dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan, atau
tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Pada
prinsipnya, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan
kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan.
Aset yang paling penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian,
keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam (Departemen Pertanian, 2004).
Pengembangan agrowisata dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk
ruangan tertutup (seperti museum) dan bentuk ruangan terbuka (taman atau
lanskap), atau kombinasi antara keduanya (Departemen Pertanian, 2004).
13
Agrowisata dalam bentuk ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas
dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem
usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utamanya berupa flora dan
fauna yang dibudidayakan maupun liar. Teknologi budidaya dan pasca panen,
komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian
setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan
kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dibagi menjadi
dua (Departemen Pertanian, 2004), yaitu:
1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami
Agrowisata ruangan terbuka alami dilakukan pada areal dimana kegiatan yang
dilakukan dalam obyek wisata tersebut adalah murni kegiatan pertanian
sehari-hari yang biasa dilakukan tanpa rekayasa apapun. Atraksi-atraksi yang
ditampilkan adalah usaha pertanian yang dilakukan petani setempat yang
dapat lebih ditonjolkan tetapi tidak mengurangi estetika alaminya. Fasilitas
pendukung kenyamanan wisatawan tetap disediakan selama tidak
bertentangan dengan kultur alami yang ada.
2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-
kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat
adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan
komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan.
Atraksi-atraksi yang akan dijadikan obyek wisata pun dapat disusun
sedemikian rupa sehingga menghasilkan atraksi yang menarik. Dalam
pengembangan agrowisata ruang terbuka campur tangan dalam pengaturan
14
alam dan usaha pertanian yang dilakukan sangat dominan. Fasilitas
pendukung untuk agrowisata ini tetap disediakan asal tidak mengganggu
ekosistem alaminya. Fungsi manajemen dapat dijalankan oleh suatu pengelola
namun untuk atraksi pertanian tetap dijalankan oleh petani lokal.
Pengelolan areal wisata agrowisata juga dapat memberikan manfaat.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999) manfaat dari agrowisata adalah untuk
meningkatkan konservasi lingkungan, meningkatkan nilai estetika, dan
memberikan nilai rekreasi. Kegiatan agrowisata juga dapat meningkatkan
kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mendapatkan
keuntungan ekonomi. Menurut Sulistyantara (1990), agrowisata yang
dikembangkan di daerah perkotaan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Agrowisata melibatkan tegaknya tanaman (vegetasi) dapat memberikan
manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro.
2. Pengembangan agrowisata ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup
perkotaan selain memperbaiki iklim mikro, juga menjaga siklus hidrologi, dan
mengurangi erosi.
3. Kegiatan agrowisata akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan
perkotaan yang pada akhirnya akan menunjang kesehatan penggunanya.
4. Obyek agrowisata dapat memberikan karya lingkungan yang estetis jika
dikelola dengan baik.
5. Agrowisata dapat menjadi sumber masukan bagi perorangan, swasta, maupun
pemerintah daerah.
Purnama (2012) menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek yang perlu
dilaksanakan untuk pengembangan wisata agro, diantaranya adalah aspek
15
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), sumberdaya alam, transportasi,
promosi, dan kelembagaan.
2.3. Permintaan Wisata
Wahab (2003) mengatakan bahwa permintaan pariwisata dapat dibagi
menjadi permintaan potensial dan permintaan aktual. Permintaan potensial adalah
sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan dalam
kondisi siap untuk berpergian. Permintaan aktual atau nyata adalah orang-orang
yang secara nyata berpergian ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Douglas
(1970) permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan rekreasi yang
diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan, bila fasilitas-
fasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan
masyarakat.
Kegiatan wisata yang dilakukan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Yoeti (2008) faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap daerah
tujuan wisata yang akan dikunjungi adalah harga, daya tarik wisata, kemudahan-
kemudahan untuk berkunjung, informasi dan layanan sebelum kunjungan, dan
kesan terhadap daerah tujuan wisata. Yoeti (2008) juga mengatakan bahwa dalam
rangka menarik kunjungan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata ada dua hal
yang perlu diperhatikan, pertama adalah faktor-faktor yang menentukan
keseluruhan permintaan (total demand), hal ini diperlukan dalam penetapan
strategi pemasaran dan promosi, terutama dalam menetapkan segmen pasar mana
yang akan dijadikan target pasar, kedua adalah informasi tentang faktor-faktor
16
yang menentukan permintaan khususnya (specific demand) untuk dijadikan dasar
dalam perencanaan pemasaran dan promosi pariwisata.
2.4. Konsep Willingness to Pay (WTP)
Sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya adalah jenis barang yang
tidak memiliki pasar secara nyata dan tidak memiliki harga pasar. Tidak memiliki
harga pasar bukan berarti harga tersebut tidak ada. Menurut Fauzi (2006), nilai
sumberdaya alam dan lingkungan dapat ditentukan melalui teknik valuasi
ekonomi sumberdaya yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
adalah kelompok yang menentukan nilai sumberdaya berdasarkan willingness to
pay (keinginan membayar) melalui model yang dikembangkan. Kelompok yang
kedua adalah menentukan nilai sumberdaya berdasarkan willingness to pay yang
berasal dari survei atau wawancara langsung kepada responden. Sebagian tahap
yang dapat dilakukan dalam menentukan nilai WTP adalah sebagai berikut (Fauzi,
2006):
1. Membuat Hipotesis Pasar
Pada tahap pertama ini merupakan proses membangun pasar hipotesis
mengenai sumberdaya yang akan dievaluasi. Hipotesis pasar menggunakan
alat bantu berupa kuesioner.
2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)
Nilai lelang yang dimaksud didapatkan dari hasil survei dan wawancara
kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan nilai keinginan membayar (WTP) yang maksimum.
17
3. Menghitung Rataan WTP
Nilai rataan WTP yang dimaksud diperoleh dari jumlah keseluruhan nilai
WTP yang diberikan oleh setiap responden, kemudian dibagi dengan jumlah
responden.
Penentuan nilai WTP ini juga memiliki kelemahan dalam pelaksanaanya.
Kelemahan yang dimaksud adalah bias (Fauzi, 2006). Bias dapat terjadi apabila
terdapat nilai overstate maupun understate dari nilai sebenarnya.
2.5. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Waeknesses, Opportunities, Threats) dijadikan
sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi profit dan non profit
dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih
komprehensif (Fahmi, 2010). Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Alat yang biasa dipakai untuk menyususn
faktor-faktor strategis perusahaan ialah matrik SWOT. Matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan.
Tabel 2. Matriks SWOT
IFAS
EFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Sumber : Rangkuti (2008)
18
Pada analisis SWOT, matriks tersebut akan menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif dari strategis, yaitu:
a. Strategi SO: Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST: Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki
untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO: Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara memunimalkan kelemahan.
d. Strategi WT: Strategi ini didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan
yang ada serta menghindari ancaman.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
telah banyak dijumpai. Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah:
1. Penelitian mengenai persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata oleh
Hermalinda (2010) di Kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Ringkasan
penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penelitian tentang Persepsi terhadap Kawasan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Hermalinda Penilaian Dampak
Ekonomi Pengembangan
Kawasan Wana Wisata
Curug Cilember terhadap
Masyarakat Lokal.
Persepsi pengunjung terhadap sarana
dan prasarana, kebersihan, serta
pengelolaan Wana Wisata Curug
Cilember secara keseluruhan berada
pada kondisi baik. Wisatawan menilai
bahwa dalam pengelolaan wana wisata
yang paling penting adalah sarana
transportasi.
2. Penelitian mengenai analisis permintaan wisata oleh Novianty (2010) dan
Firandari (2009). Ringkasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Tabel 4. Penelitian tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Permintaan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Novianty Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Permintaan Wisata dan
Dampak Ekonomi
Kawasan Wisata
Galunggung Tasikmalaya.
Faktor-faktor yang berpengaruh secara
signifikan adalah biaya perjalanan,
jarak tempuh, jumlah anggota
keluarga, dan hari kunjungan. Faktor-
faktor yang tidak mempengaruhi
adalah pendapatan, usia, lama
pendidikan, aksesibilitas, waktu
tempuh, dan pembelian souvenir.
Firandari Analisis Permintaan dan
Nilai Ekonomi Wisata
Pulau Situ Gintung-3
dengan Metode Biaya
Perjalanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan PSG-3 secara signifikan
adalah faktor biaya perjalanan, lama
mengetahui keberadaan PSG-3 dan
jarak tempuh. Faktor biaya perjaanan
dan jarak tempuh berpengaruh negatif,
sedangkan lama mengetahui PSG-3
berpengaruh positif.
3. Penelitian mengenai Willingness to Pay masyarakat terhadap daerah tujuan
wisata oleh Amanda (2009) dan Mita (2011). Pada penelitian Mita (2011)
terdapat sedikit perbedaan karena penelitian yang dilakukan merupakan
penetapan tarif pada kawasan wisata yang telah disegmentasi. Ringkasan
penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penelitian tentang Willingness to Pay terhadap Kawasan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Amanda Analisis Willingness to Pay
Pengunjung Objek Wisata
Danau Situgede dalam
Upaya Pelestarian
Lingkungan.
Sebanyak 81% responden (34 orang)
bersedia untuk membayar dalam upaya
pelestarian lingkungan Danau
Situgede. Nilai rata-rata WTP
pengunjung Danau Situgede sebesar
Rp 3 588.24.
Mita Segmentasi Tarif Masuk
Kawasan Wisata
Perkampungan Budaya
Betawi Kelurahan
Srengseng Sawah
Kecamatan Jagakarsa
Jakarta Selatan.
Nilai maksimum yang bersedia
dibayarkan oleh pengunjung kawasan
wisata Perkampungan Budaya Betawi
(PBB) untuk segmentasi wisata air
adalah Rp 2 100, wisata agro sebesar
Rp 4 500, dan wisata budaya sebesar
Rp 7 700.
20
4. Penelitian mengenai strategi pengembangan wisata oleh Hartono (2008) di
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Setyadi (2010) di kawasan
Perkampungan Budaya Betawi. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Penelitian tentang Strategi Pengembangan Kawasan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Hartono Strategi Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) dalam
Pengembangan Promosi
Kegiatan Ekowisata.
Berdasarkan metode SWOT yang
digunakan, diketahui bahwa posisi
strategi TNGGP dalam promosi
ekowisata berada pada sel kuadran ke-
2 (-0.19;0.58) dalam Matriks Grand
Strategy. Hal ini berarti strategi yang
dapat dikembangkan adalah stability
strategy. Bentuk strategi yang
diterapkan dalam konteks promosi
adalah meningkatkan kerjasama
dengan mitra-mitra TNGGP dan
memilih media promosi yang tepat
untuk mempromosikan ekowisata di
TNGGP baik kepada pengunjung
maupun kepada mitra-mitra.
Setyadi Strategi Pengembangan
Kawasan Wisata
Perkampungan Budaya
Betawi Kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan.
Kekuatan utama PBB yaitu sebagai
satu-satunya tempat kawasan wisata
Budaya Betawi yang berada di Jakarta.
Kelemahan utama yang perlu diatasi
yaitu belum optimalnya manajemen
komite pengelola dikarenakan gaji
yang kecil dan adanya pekerjaan lain
dari anggota komite. Dalam
identifikasi eksternal, PBB memiliki
peluang yang paling berpengaruh yaitu
dukungan pemerintah terhadap
pengembangan PBB. Sedangkan
ancaman yang paling mempengaruhi
PBB yaitu adanya penggunaan lahan
PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa
izin pengelola PBB. Kawasan Wisata
PBB dalam penerapan strategi IE
tergolong dalam sel II, dimana dalam
kondisi tumbuh dalam kembangkan
sehingga strategi yang lebih baik
digunakan yaitu strategi intensif dan
strategi integrasi.
21
Penelitian yang telah disebutkan di atas dijadikan sebagai referensi oleh
penulis. Penelitian yang dilakukan oleh penulis fokus pada pengembangan salah
satu kawasan wisata agro di DKI Jakarta yang sekaligus berfungsi sebagai RTH
atau hutan kota. Lokasi yang diambil merupakan kawasan wisata yang memiliki
potensi wisata namun masih perlu dikembangkan lagi secara optimal.
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan wisata agro yang terletak di
Jakarta Timur. Keberadaan agrowisata ini juga memiliki fungsi sebagai Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), secara
umum fungsi RTH dapat dibagi menjadi empat aspek, yaitu aspek ekologi, sosial
budaya, ekonomi, dan estetika. Berdasarkan aspek ekologi, Agrowisata Cilangkap
memberikan manfaat terhadap lingkungan berupa penjagaan kelestarian
lingkungan hidup perkotaan, memperbaiki iklim mikro, menjaga siklus hidrologi,
dan mengurangi erosi (Sulistyantara, 1990). Fungsi Agrowisata Cilangkap juga
dapat dilihat dari aspek sosial dan budaya, yaitu sebagai wadah bagi masyarakat
untuk berkumpul dan rekreasi. Kegiatan sosial budaya yang dilakukan tersebut
juga dapat menumbuhkan aspek ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata yang
dilakukan di Kawasan Agrowisata Cilangkap.
Saat ini, atraksi wisata yang ditawarkan oleh Agrowisata Cilangkap masih
terbatas. Pada umumnya, masyarakat atau pengunjung datang ke lokasi hanya
melakukan kegiatan olahraga, menikmati keindahan alam dan kesegaran udara.
Pendidikan pertanian yang seharusnya bisa dijadikan sebagai atraksi wisata
unggulan masih belum berjalan. Walaupun demikian, dengan kondisi saat ini
tingkat permintaan wisata masih tergolong cukup tinggi. Menurut pengamatan
pihak pengelola, pengunjung yang datang pada akhir pekan diperkirakan
mencapai 300 orang. Oleh sebab itu, analisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap serta
persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap penting untuk dilakukan.
Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat menambah informasi bagi pihak
23
pengelola untuk menentukan kebijakan pengembangan Agrowisata Cilangkap
selanjutnya.
Adanya permintaan wisata ke Agrowisata Cilangkap belum diimbangi
dengan sistem pengelolaan yang optimal. Hal ini ditandai dengan belum
diberlakukannya tarif masuk dan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta
atraksi wisata yang ditawarkan. Kondisi open access dengan tingginya angka
permintaan akan berpotensi menurunkan kualitas lingkungan yang ada pada
kawasan wisata ini. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tarif masuk bagi
pengunjung yang datang. Pada penelitian ini, penetapan tarif didasarkan pada
besar kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata
Cilangkap. Apabila tingkat willingness to pay pengunjung telah diketahui maka
pihak pengelola dapat menyesuaikan tarif yang akan diberlakukan. Tarif yang
diterima oleh pengelola merupakan salah satu sumber pemasukan yang dapat
digunakan kembali untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan kualitas
lingkungan serta pengembangan agrowisata yang berkelanjutan.
Beragam potensi wisata yang ada di Agrowisata Cilangkap belum dikelola
dan dikembangkan dengan optimal. Dengan demikian diperlukan analisis strategi
pengembangan yang efektif yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola. Strategi
pengembangan ini dikaji melalui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan Agrowisata Cilangkap dengan menganalisis faktor internal serta
faktor ekternal yang dimiliki oleh agrowisata ini berupa kekuatan, kelemahan,
peluang serta ancaman.
24
Berdasarkan penjelasan di atas, diharapkan tercapai sistem pengelolaan
yang optimal bagi Agrowisata Cilangkap. Kerangka pemikiran dari penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
-------- = Objek penelitian
Kawasan Agrowisata Cilangkap
Memiliki Fungsi RTH
Estetika Ekonomi Sosial Budaya Ekologi
Memberikan
Jasa terhadap
Lingkungan
Sarana Rekreasi, Olahraga, dan
Pengembangan Wisata Agro Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pengembangan
Agrowisata
Cilangkap Permintaan
Wisata
Tarif yang Sesuai untuk
Kegiatan Wisata berdasarkan
Nilai Rata-rata Willingness to
Pay Pengunjung
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Permintaan
Wisata
Persepsi
Pengunjung
terhadap
Agrowisata
Cilangkap
Strategi
Pengembangan
yang Efektif
Analisis Willingness to Pay
Analisis
Regresi Linear
Berganda
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
dan
Kuantitatif
Analisis SWOT
Sistem Pengelolaan Agrowisata Cilangkap
yang Optimal
25
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Cilangkap yang terletak di Jalan
Raya Cilangkap No.45, Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Agrowisata Cilangkap
merupakan daerah tujuan wisata yang masih dalam tahap pengembangan dan
belum dikelola secara optimal. Daerah tujuan wisata ini memiliki potensi yang
masih belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga perlu dilakukan
perencanaan upaya pengembangan lebih lanjut yang tepat agar kegiatan wisata
dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Pengambilan data di kawasan
Agrowisata Cilangkap dilakukan selama bulan Agustus hingga Oktober 2011.
Pengolahan dan analisis data dilaksanakan selama bulan Desember 2011 hingga
Januari 2013.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei dan wawancara dengan
responden pengunjung melalui kuesioner dan wawancara secara mendalam (in-
depht interview) kepada informan (key person) atau pihak terkait, yaitu pengelola
dan penanggung jawab utama Agrowisata Cilangkap serta Kepala Produksi Benih
dari UPT Pusbangnih. Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga atau
instansi-instansi seperti Departemen Pertanian (Deptan), Dinas Kelautan dan
Pertanian (DKP) Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Indonesia (Kemenparekraf), Kementerian Komunikasi dan Informasi
26
(Kemkominfo), dan World Bank. Data primer dan data sekunder yang telah
diperoleh selanjutnya diolah secara kualitatif maupun kuantitatif.
4.3. Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari hasil
wawancara kepada responden dan informan (key person). Metode yang digunakan
dalam pengambilan contoh responden pengunjung adalah dengan metode non-
probability sampling yaitu setiap unsur populasi tidak memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai responden (Nasution, 2007). Populasi yang dimaksud
adalah pengunjung yang datang untuk berwisata di Agrowisata Cilangkap.
Responden yang dipilih yaitu responden dengan keadaan sehat jasmani dan
rohani, usia cukup (minimal 16 tahun), mudah ditemui, dan bersedia untuk
diwawancara. Jumlah responden yang diambil adalah 60 orang.
Pada tahap melakukan wawancara kepada pihak informan (key person)
atau stakeholder menggunakan metode snowball sampling dimana key person
yang diambil berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari key person
sebelumnya. Metode ini berjalan efektif apabila populasi yang ada tidak dalam
jumlah yang besar (Nasution, 2007).
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 7.
27
Tabel 7. Matriks Metode Analisis Data
No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data
1. Menganalisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
permintaan Agrowisata
Cilangkap.
Wawancara kepada
responden dengan
menggunakan kuesioner.
Analisis Regresi Linear
Berganda.
2. Menganalisis persepsi
pengunjung terhadap
Agrowisata Cilangkap.
Wawancara kepada
responden dengan
menggunakan kuesioner.
Analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
3. Mengestimasi tarif
yang sesuai untuk
kegiatan wisata di
Agrowisata Cilangkap.
Wawancara kepada
responden dengan
menggunakan kuesioner.
Analisis Willingness to
Pay.
4. Menganalisis upaya
pengembangan yang
sebaiknya dilakukan
oleh pihak pengelola
Agrowisata Cilangkap.
Wawancara secara
mendalam (in-depht
interview) kepada
informan atau pihak
terkait serta pengamatan
terhadap potensi fisik,
sosial budaya, dan sarana
prasarana yang ada pada
Agrowisata Cilangkap.
Analisis deskriptif
dengan pendekatan
analisis SWOT.
4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di
Agrowisata Cilangkap
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari analisis kemudian
diperoleh persamaan seperti berikut ini:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + ε
Dimana :
Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata (frekuensi kunjungan)
X1 = Pendapatan responden (Rp/bulan)
X2 = Usia responden (tahun)
X3 = Tingkat pendidikan responden (tahun)
X4 = Jarak tempuh ke lokasi wisata (km)
X5 = Lama di lokasi wisata (jam)
28
X6 = Biaya perjalanan wisata (Rp/orang)
X7 = Status pernikahan responden (0 = belum menikah, 1 = sudah menikah)
X8 = Motivasi kedatangan (0 = selain olahraga, 1 = olahraga)
ε = Error
b0 = Konstanta
b1-b8 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X8
Variabel-variabel di atas dipilih berdasarkan teori, penelitian terdahulu,
dan observasi di lapang. Adapun hipotesis dari persamaan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Variabel pendapatan, tingkat pendidikan, lama di lokasi wisata, status
pernikahan, dan motivasi kedatangan diduga memiliki pengaruh positif
terhadap jumlah kunjungan. Hal tersebut berarti bahwa setiap kenaikan
pendapatan, tingkat pendidikan, dan lama di lokasi wisata, serta pengunjung
yang telah menikah dan pengunjung dengan motivasi berolahraga akan
cenderung meningkatkan jumlah kunjungan wisata.
2. Variabel usia, jarak tempuh, dan biaya perjalanan diduga berpengaruh negatif
terhadap jumlah kunjungan wisata ke Agrowsata Cilangkap. Hal tersebut
berarti bahwa setiap kenaikan usia, jarak tempuh, dan biaya perjalanan akan
menurunkan jumlah kunjungan ke Agrowisata Cilangkap.
Menurut Juanda (2009), model regresi linier berganda didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut :
a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan umum regresi linier
berganda.
b. Peubah Xk merupakan peubah non-statistik (fixed), artinya sudah ditentukan,
bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar
peubah bebas Xk.
29
c. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam
konstanta untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var(εi) = σ2.
d. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov(εi,εj) =
0, untuk i ≠ j.
e. Komponen sisaan menyebar normal.
4.4.2. Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap
Analisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap bertujuan
untuk mengetahui bagaimana persepsi yang ditimbulkan masyarakat terhadap
Agrowisata Cilangkap berdasarkan pengamatan yang dilakukan setelah para
pengunjung melihat dan merasakan kondisi di kawasan tersebut. Data yang
diperoleh akan diolah untuk mendapatkan nilai persentase dari jumlah
keseluruhan pada setiap kategori tertentu. Setelah dilakukan analisis kuantitatif
kemudian akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Fungsi analisis deskriptif
adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Adapun
persepsi yang dinilai oleh responden adalah mengenai keindahan alam,
aksesibilitas, kebersihan, keamanan, keberadaan serta kondisi toilet dan rumah
makan. Selain itu, responden juga memberi penilaian terhadap potensi yang
terdapat pada Agrowisata Cilangkap apabila dikembangkan dengan dibuat wisata
air dan wisata pertanian.
4.4.3. Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata
Cilangkap
Tarif yang akan didapatkan berasal dari nilai rataan keinginan membayar
(willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Untuk
mengetahui tarif yang sesuai pada agrowisata ini, pengolahan data dilakukan
melalui tiga tahap, diantaranya adalah:
30
1. Membuat Hipotesis Pasar
Pasar hipotetis yang dibangun akan dibentuk berdasarkan kondisi yang ada di
lapangan. Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan wisata yang masih
dalam tahap pengembangan dan perlu dilakukan sistem pengelolaan secara
optimal. Oleh karena itu, penetapan tarif perlu untuk diberlakukan. Responden
yang diwawancara harus mengetahui dengan baik barang dan jasa lingkungan
yang akan dinilai. Pasar hipotetis yang dibangun dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
SKENARIO
Kebun Bibit Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu kawasan wisata
yang selain berpotensi sebagai daerah tujuan wisata tetapi juga dapat menjadi
sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai daerah konservasi. Peran
agrowisata ini sebagai daerah konservasi juga memiliki manfaat yang begitu
banyak diantaranya dapat menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi,
serta dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan udara yang dapat
berpengaruh positif terhadap kesehatan masyarakat. Namun, kondisi
Agrowisata Cilangkap saat ini masih bebas tarif masuk bagi pengunjung yang
datang. Dalam jangka panjang hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan. Dengan demikian, diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat
khususnya pengunjung untuk ikut menjaga kualitas agrowisata ini sekaligus
membantu kegiatan pengembangan yang dilakukan, salah satunya dengan cara
berkontribusi membayar tarif masuk.
31
2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)
Nilai lelang ini didapatkan dengan menggunakan metode close-ended
question. Metode ini dipilih untuk memudahkan dalam pengestimasian nilai
WTP responden. Nilai WTP yang ditawarkan berkisar antara Rp 3 000 sampai
dengan Rp 10 000. Nilai ini ditetapkan dengan dasar kisaran harga tiket masuk
kawasan wisata yang sejenis dengan Agrowisata Cilangkap yaitu kawasan
wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) dan Taman Buah Mekarsari.
Harga tiket masuk di PBB adalah sebesar Rp 4 500 dan Taman Buah
Mekarsari sebesar Rp 15 000.
3. Menghitung Rataan WTP
Nilai lelang yang diperoleh kemudian dihitung rataannya sehingga
mendapatkan nilai rataan WTP. Penghitungan nilai dugaan WTP ditentukan
dengan rumus:
Dimana:
∑ WTP = Dugaan rataan WTP (rupiah)
Wi = Nilai WTP ke-i
n = Jumlah responden yang bersedia membayar (orang)
i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk
(i = 1, 2, …, k)
4.4.4. Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap
Analisis upaya pengembangan bagi Agrowisata Cilangkap dilakukan
secara deskriptif. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats) didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
32
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti,2008).
Data dianalisis dengan menganalisis faktor internal (kekuatan dan
kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sehingga menghasilkan
kemungkinan alternatif strategi pengembangan potensi wisata di Agrowisata
Cilangkap. Pengisian tabel internal maupun eksternal dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
1. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan
ancaman).
2. Menentukan data faktor internal IFAS (Internal Factors Analysis Summary).
Data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor internal diberikan bobot pada
setiap data tersebut, dimulai dari skala 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) berdasarkan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap
Agrowisata Cilangkap. Jumlah dari semua bobot yang diberikan tidak boleh
lebih dari skor 1,00. Kemudian setiap data tersebut juga diberikan rating
mulai dari yang paling berpengaruh (diberikan nilai 4) hingga yang tidak
berpengaruh (diberikan nilai 1). Setiap bobot lalu dikalikan dengan rating
untuk memperoleh faktor pembobotan (bobot*rating). Hasil yang diperoleh
akan menunjukkan rating dari unsur internal (Tabel 8).
Tabel 8. Analisis Faktor Internal
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot*Rating
(Skor)
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Total
Sumber : Rangkuti (2008)
33
3. Menentukan data faktor eksternal EFAS (External Factors Analysis Summary)
dengan melakukan perlakuan yang sama seperti saat menentukan IFAS
terhadap setiap data yang diperoleh (Tabel 9).
Tabel 9. Analisis Faktor Eksternal
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot*Rating
(Skor)
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threats)
Total
Sumber : Rangkuti (2008)
4. Setelah melakukan penyusunan data melalui faktor internal dan faktor
eksternal kemudian membandingkan kedua faktor tersebut. Tujuannya adalah
untuk menghasilkan rumusan arahan strategi pengembangan potensi wisata di
Agrowisata Cilangkap dengan pendekatan Matriks SWOT (Tabel 10).
Tabel 10. Matriks SWOT
IFAS
EFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Sumber : Rangkuti (2008)
5. Langkah terakhir adalah menentukan Grand Strategy. Grand Strategy atau
tujuan utama ialah strategi yang paling utama untuk didahulukan. Strategi
tersebut diperoleh dengan menentukan kuadran yang terdapat titik ordinat
dalam sebuah Matriks Grand Strategy (Gambar 2). Titik ordinat tersebut
didapatkan berdasarkan titik perpotongan antara selisish perhitungan data
faktor internal dengan faktor eksternal.
34
Sumber : Rangkuti (2008)
Gambar 2. Matriks Grand Strategy
Pada Matriks Grand Strategy terdapat empat kuadran yang masing-
masing kuadran memiliki spesifikasi tersendiri dalam upaya yang harus
dilakukan selanjutnya. Penjelasan dari setiap kuadran adalah sebagai berikut:
a. Kuadran 1 (mendukung strategi agresif)
Situasi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
b. Kuadran 2 (mendukung strategi diversifikasi)
Pada situasi ini, meskipun menghadapi berbagai ancaman namun masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
BERBAGAI
PELUANG
KEKUATA
N
INTERNAL
KELEMAHAN
INTERNAL
BERBAGAI
ANCAMAN
1. Mendukung
strategi
agresif
2.
Mendukung
strategi
diversifikasi
3.
Mendukung
strategi turn-
around
4. Mendukung
strategi
defensif
35
c. Kuadran 3 (mendukung strategi turn-arround)
Situasi ini menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi pada lain
pihak juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus
strategi yang harus dilakukan adalah dengan memanfaatkan peluang untuk
mengatasi masalah.
d. Kuadran 4 (mendukung strategi defensif)
Situasi ini sangat tidak menguntungkan karena menghadapi berbagai
ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang perlu diterapkan adalah
strategi yang dapat mengatasi ancaman dan kelemahan.
36
V. GAMBARAN UMUM
5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Secara administratif, Agrowisata Cilangkap terletak di Kelurahan
Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI
Jakarta. Agrowisata ini memiliki luas secara keseluruhan sebesar ± 19,5 ha.
Secara astronomis, tempat wisata ini berada pada titik koordinat 6°20'25” LS dan
106°54'4” BT. Kawasan ini mudah dijangkau karena terletak di pinggir Jalan
Raya Cilangkap dan dilalui oleh kendaraan umum. Jalan raya tersebut merupakan
jalan arteri sekunder dengan kondisi jalan yang baik.
Kawasan Kebun Bibit Cilangkap sudah berdiri sejak tahun 1991, namun
baru ditetapkan menjadi Agrowisata pada tahun 2001 sesuai dengan SK Gubernur
No. 3180 tahun 2001 (Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2009).
Agrowisata Cilangkap dikelola oleh UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman
Pangan, Holtikultura, dan Kehutanan (Pusbangnih) yang dahulu bernama Balai
Benih Induk (BBI).1 Tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan
dibangunnya agrowisata ini adalah konsep wisata berwawasan lingkungan yang
dapat menunjang pembangunan pertanian dan kehutanan perkotaan. Selain itu
juga untuk membangun obyek wisata agro yang memiliki fungsi pelayanan
lingkungan, agribisnis dan rekreasi yang unik, membina kelompok asosiasi
agribisnis dan masyarakat dalam pembangunan agrowisata, serta membina
peluang usaha agrowisata kepada koperasi, asosiasi, kelompok tani, dan
perorangan dalam pembangunan agrowisata.
1 Hasil wawancara dengan Bapak H.Masri, pengelola Agrowisata Cilangkap, pada 25 Juni 2011.
37
Agrowisata Cilangkap merupakan pusat pengembangan tanaman
holtikultura dan juga pusat pengembangan tanaman hidroponik. Di samping
sebagai fungsi utamanya tersebut, agrowisata ini juga mempunyai daya tarik
wisata berupa keindahan alam dan suasana lingkungan di kawasan ini sangat asri
dengan berbagai tanaman yang tumbuh. Ditambah lagi dengan adanya waduk
dengan kedalaman 7 meter yang bersih dan terawat yang menambah kesegaran
dan keindahan pemandangan yang ada di dalam Agrowisata Cilangkap. Di
wilayah perkotaan seperti Jakarta saat ini yang penuh dengan pembangunan dan
udara yang mulai kurang bersih, lingkungan yang asri menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di Jakarta.
Tidak hanya menawarkan lingkungan yang asri, Agrowisata Cilangkap
juga memiliki fasilitas pendukung lainnya yang dapat menarik minat pengunjung,
yaitu jogging track, jalur refleksi, sarana outbond dan alat main anak, dan tempat
pemancingan. Jogging track dan jalur refleksi sangat diminati oleh pengunjung
yang datang, karena tidak jarang pengunjung yang datang bertujuan untuk
berolahraga atau ingin menjaga kesehatan, dan dua fasilitas ini sangat mendukung
bagi kegiatan tersebut. Sarana outbond dan alat main anak merupakan fasilitas
pendukung yang disediakan untuk menambah kegiatan pengunjung anak-anak
yang datang, sayangnya sarana outbond dan alat main anak ini kurang terjaga
dengan baik bahkan terdapat beberapa perangkat yang sudah tidak ada sehingga
tidak dapat dipakai kembali. Terakhir adalah tempat pemancingan, fasilitas untuk
memancing ini belum terlalu lama dibuat yakni kurang lebih satu tahun. Tempat
pemancingan ini juga cukup diminati, terutama oleh pengunjung dengan jenis
kelamin laki-laki.
38
Selain fasilitas-fasilitas yang telah disebutkan di atas, agrowisata ini juga
memiliki sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar kegiatan wisata
yang dijalani. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya, kantor dan aula kantor,
rumah makan, mushola, toilet, tempat parkir. Kantor yang berada tidak jauh dari
pintu utama ini dapat menjadi pusat informasi bagi pengunjung yang ingin
mengetahui informasi lebih banyak tentang Agrowisata Cilangkap. Aula kantor
yang disediakan dapat dijadikan balai pertemuan atau pemberian informasi
kepada pengunjung yang datang secara berkelompok setelah melakukan
koordinasi terlebih dahulu kepada pihak pengelola. Mushola di kawasan
Agrowisata Cilangkap memiliki kondisi yang baik, namun mushola ini adalah
mushola karyawan yang terletak di belakang kantor pusat pengembangan
hidroponik, dengan lokasi yang tidak terlihat membuat pengunjung kurang
mengetahui keberadaan mushola tersebut. Toilet disediakan di dekat lokasi
pemancingan, hanya saja toilet yang ada masih kurang memadai sehingga
membuat pengunjung kurang nyaman untuk menggunakannya. Tempat parkir
berada di samping pintu masuk, dengan lahan parkir yang cukup luas sehingga
dapat menampung cukup banyak kendaraan pengunjung. Rumah makan yang
terdapat di agrowisata ini memiliki lokasi yang berdekatan dan juga dekat dengan
tempat pemancingan. Sarana dan prasarana ini memiliki kondisi yang baik.
Dinas Kelautan dan Pertanian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
memberikan wewenang kepada UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman
Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan untuk mengelola Agrowisata Cilangkap.
Agrowisata ini memiliki dua kebun utama didalamnya, yaitu kebun bibit tanaman
holtikultura dan kebun hidroponik. Setiap kebun memiliki penanggung jawab
39
masing-masing. Kebun holtikultura memiliki 1 orang penanggung jawab dengan
karyawan berupa Tenaga Harian Lepas (THL) sebanyak 8 orang, sedangkan
kebun hidroponik memiliki 2 orang penanggung jawab dengan jumlah THL sama
dengan kebun holtikultura yaitu 8 orang. Tenaga harian lepas yang dipekerjakan
di agrowisata ini bertugas dalam proses pembibitan dan perawatan tanaman, THL
tersebut merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar Agrowisata Cilangkap.
Selain penanggung jawab dan para THL, di Agrowisata Cilangkap ini juga
terdapat petugas keamanan (security) yang bertugas untuk menjaga keamanan
lingkungan agrowisata ini. Petugas keamanan ini berjumlah 8 orang. Agrowisata
Cilangkap memperoleh dana untuk biaya operasional dari UPT Pusat
Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan, Dinas
Kelautan dan Pertanian. Agrowisata ini juga memiliki pendapatan dari penjualan
hasil panen atau penjualan bibit dan dari tarif parkir. Penghasilan yang didapatkan
dari hasil penjualan akan diserahkan kembali kepada pemerintah sebagai
Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan pendapatan dari tarif parkir dikelola
untuk kebersihan dan kesejahteraan karyawan.
Eksistensi Agrowisata Cilangkap selama kurang lebih 20 tahun membuat
agrowisata ini dikenal oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.
Namun, pihak pengelola juga tetap melakukan promosi agar lebih dikenal oleh
masyarakat luas melalui sarana internet dan kegiatan pameran.
5.2 Karakteristik Demografi Pengunjung
Karakteristik pengunjung diperoleh berdasarkan survei terhadap 60 orang
responden. Responden dipilih secara sengaja dengan kriteria-kriteria tertentu.
Karakteristik pengunjung tersebut dilihat dari beberapa kategori, diantaranya
40
adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan,
pendapatan, dan jumlah tanggungan. Hasil dari perolehan data karakteristik
pengunjung yang telah diolah dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Pengunjung Agrowisata Cilangkap
No. Karakteristik Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
29
31
48.3
51.7
Jumlah 60 100
2. Usia
<20 tahun
20 tahun – 29 tahun
30 tahun – 39 tahun
≥40 tahun
4
18
16
22
6.7
30.0
26.7
36.6
Jumlah 60 100
3. Status Pernikahan
Belum Menikah
Sudah Menikah
21
39
35
65
Jumlah 60 100
4. Pendidikan Terakhir
SMP
SMA dan sederajat
Perguruan Tinggi (PT)
4
41
15
6.7
68.3
25.0
Jumlah 60 100
5. Pekerjaan
PNS
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa
Lainnya
6
20
7
9
18
10.0
33.3
11.7
15.0
30.0
Jumlah 60 100
6. Pendapatan (rupiah per bulan)
<1 000 000
1 000 000 – 2 000 000
>2 000 000
20
32
8
33.3
53.3
13.4
Jumlah 60 100
7. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tidak ada
1 orang – 2 orang
≥ 3 orang
25
22
13
41.7
36.7
21.6
Jumlah 60 100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)
Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan wisata yang memberikan
pemandangan alam yang indah dan juga udara yang segar. Jenis wisata yang biasa
41
dilakukan oleh pengunjung adalah sight seeing (menikmati pemandangan), dan
tidak jarang pengunjung juga menjadikan agrowisata ini sebagai sarana olahraga.
Komponen utama berupa wisata agro masih belum berjalan dengan maksimal.
Berdasarkan hasil survei, persentase pengunjung perempuan lebih besar
dibandingkan pengunjung laki-laki, dengan persentase pengunjung perempuan
sebesar 51.7% dan laki-laki 48.3%. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut
adalah diadakannya kegiatan senam pada setiap akhir pekan yang mayoritas
diikuti oleh kaum perempuan. Sebagian besar pengunjung yang datang juga
memiliki usia diatas 40 tahun, yaitu sebesar 36.6%.
Pengunjung yang datang pada umumnya merupakan keluarga yang sedang
menikmati akhir pekan. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa
persentase pengunjung yang telah menikah lebih besar yaitu 65%, sedangkan
yang belum menikah sebesar 35%. Pengunjung tersebut juga sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi dengan persentase pendidikan
SMA sebesar 68.3% dan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 25%, serta memiliki
pekerjaan sebagai karyawan swasta dengan persentase 33.3%.
Pengunjung yang melakukan aktivitas wisata di agrowisata ini berasal dari
berbagai tingkat perekonomian, mulai dari masyarakat tingkat bawah, menengah,
hingga masyarakat tingkat atas. Hal ini dikarenakan untuk melakukan kegiatan
wisata pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 2 000 untuk yang membawa
kendaraan bermotor, sedangkan pengunjung yang tidak membawa kendaraan
bermotor tidak dikenakan biaya apapun. Oleh sebab itu, karena pengunjung tidak
membutuhkan biaya terlalu besar maka sebagian besar pengunjung yang datang
berasal dari masyarakat kalangan menengah. Hal tersebut sesuai dengan data yang
42
diperoleh, persentase terbesar adalah pengunjung dengan pendapatan berkisar
antara Rp 1 000 000 hingga Rp 2 000 000 yaitu sebesar 53.3% dan sebanyak
41.7% pengunjung tersebut tidak memiliki tanggungan keluarga..
5.3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi
Kedatangan
Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan agro yang dimanfaatkan untuk
kegiatan wisata. Kegitan wisata yang dilakukan oleh pengunjung pun berbeda-
beda. Pengunjung yang datang ada yang bertujuan untuk melakukan rekreasi,
memancing, dan tidak jarang pula agrowisata ini dijadikan sebagai sarana
olahraga dan pendidikan. Dalam penelitian ini, tujuan kedatangan pengunjung
dibagi menjadi tiga, yaitu untuk rekreasi, berolahraga, dan lainnya. Kategori
lainnya mencakup pengunjung yang datang dengan tujuan pendidikan, tukar
pikiran, fotografi, dan memancing. Berdasarkan data yang diperoleh, proporsi
persentase tujuan kedatangan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi
Kedatangan
No. Karakteristik Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1. Tujuan Kedatangan Berekreasi
Olahraga
Lainnya
22
30
8
36.7
50.0
13.3
Jumlah 60 100
2. Motivasi Kedatangan Menikmati suasana yang sejuk dan asri
Memperoleh kesegaran pikiran dan jasmani
Mendapatkan pengalaman baru
Mendapatkan inspirasi
Menyelesaikan tugas
Lainnya
54
34
6
3
1
2
90.0
56.7
10.0
5.0
1.7
3.3 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)
Keterangan : n = 60 responden. Untuk karakteristik motivasi kedatangan, setiap responden boleh
memilih lebih dari satu.
Selain tujuan kedatangan, terdapat pula motivasi kedatangan. Motivasi
kedatangan merupakan dorongan yang menyebabkan pengunjung datang ke
43
agrowisata ini. Terdapat enam faktor pendorong yang menyebabkan pengunjung
datang. Faktor-faktor beserta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 12.
Berdasarkan data di atas, faktor pendorong terbesar pengunjung datang ke
agrowisata ini adalah untuk menikmati suasana yang sejuk dan asri. Selain itu,
tidak jarang pula pengunjung yang datang termotivasi untuk memperoleh
kesegaran pikiran dan jasmani. Sisanya, pengunjung datang karena motivasi untuk
mendapatkan pengalaman baru, mendapatkan inspirasi, menyelesaikan tugas,
serta untuk melakukan fotografi dan memancing.
5.4 Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap
Karakteristik perjalanan pengunjung dibagi atas 3 bagian, yaitu jarak
tempuh, lama perjalanan, dan jenis kendaraan yang digunakan. Saat ini,
Agrowisata Cilangkap masih berada di dalam tahap perkembangan sehingga
keberadaannya masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena
itu, pengunjung yang datang pun mayoritas adalah orang-orang di sekitar yang
jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan waktu perjalanan yang tidak lama. Sesuai
dengan hasil data yang diperoleh bahwa persentase terbesar ada pada pengunjung
yang berjarak 1 km hingga 5 km sebesar 36.5%, dan diikuti oleh pengunjung yang
berjarak kurang dari 1 km yaitu sebesar 35%. Menurut data tersebut, mayoritas
pengunjung memiliki jarak tempuh yang relatif dekat dengan Agrowisata
Cilangkap. Dengan demikian, lama perjalanan yang dilakukan juga relatif
sebentar. Persentase terbesar (63.3%) adalah pengunjung dengan lama perjalanan
kurang dari 30 menit. Penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat pada
Tabel 13.
44
Tabel 13. Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap
No. Karakteristik Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
1. Jarak Tempuh
< 1 km
1 km – 5 km
5 km – 10 km
>10 km
21
22
15
2
35.0
36.7
25.0
3.3
Jumlah 60 100
2. Lama Perjalanan
< 30 menit
30 menit – 1 jam
1 jam – 2 jam
≥2 jam
38
15
6
1
63.3
25.0
10.0
1.7
Jumlah 60 100
3. Jenis Kendaraan yang Digunakan
Berjalan Kaki
Kendaraan Umum
Mobil
Motor
10
16
3
31
16.7
26.7
5.0
51.6
Jumlah 60 100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)
Terdapat berbagai macam cara untuk mencapai Agrowisata Cilangkap,
salah satunya adalah dengan menggunakan kendaraan bermotor. Pada kategori ini,
karakteristik jenis kendaraan yang digunakan oleh responden dikelompokkan
menjadi kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, kendaraan umum atau
angkutan umum, dan tidak menggunakan kendaraan atau dengan berjalan kaki.
Persentase terbesar adalah kelompok pengunjung yang datang dengan
menggunakan motor yaitu sebesar 51.6%. Peringkat kedua ada pada kelompok
pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, sebesar 26.6%. Sisanya 16.7%
dan 5% merupakan pengunjung yang berjalan kaki dan menggunakan mobil.
45
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di
Agrowisata Cilangkap
Analisis permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap dikaji dengan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatanya
menggunakan analisis regresi linear berganda. Pada analisis regresi linear
berganda terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variabel tak bebas (dependent variable). Variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi nilai variabel tak bebas (Juanda, 2009). Variabel tak
bebas yang akan dianalisis adalah tingkat kunjungan wisata di Agrowisata
Cilangkap (Y). Variabel bebas yang digunakan dalam analisis regresi ini terdiri
dari delapan variabel, diantaranya adalah pendapatan (X1), usia (X2), tingkat
pendidikan (X3), jarak tempuh (X4), lama di lokasi (X5), biaya perjalanan (X6),
status pernikahan (X7), dan motivasi kedatangan (X8). Berdasarkan analisis yang
dilakukan, model regresi linear berganda yang dihasilkan adalah persamaan
seperti berikut ini:
Y = 0.05 - 0.000001 X1 + 0.0073 X2 + 0.3 X3 - 0.0093 X4 - 0.242 X5 -
0.000086 X6 + 1.54 X7 + 1.01 X8
Hasil pengolahan data di atas dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan
hasil analisis regresi linear, koefisien determinasi atau R2 yang didapatkan adalah
sebesar 61.0% dan koefisien determinasi yang disesuaikan atau R2 (adjusted)
sebesar 52.1%. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa keragaman tingkat kunjungan
wisata di Agrowisata Cilangkap dapat dijelaskan oleh variabel-variabel di dalam
model sebesar 61.0%, dan sisanya sebesar 39.0% dijelaskan oleh variabel lain di
luar model. Menurut hasil regresi juga diketahui bahwa persamaan yang diperoleh
46
telah menyebar normal serta tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedasitas.
Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Agrowisata Cilangkap
Variabel Koefisien SE Koefisien T P VIF
Konstanta 0.055 2.166 0.03 0.980
Pendapatan (X1) -0.00000055 0.00000019 -2.85 0.007* 2.2
Usia (X2) 0.007272 0.03493 0.21 0.836 3.8
Tingkat pendidikan (X3) 0.3002 0.1501 2.00 0.053** 2.1
Jarak tempuh (X4) -0.00928 0.02720 -0.34 0.735 1.3
Lama di lokasi (X5) -0.2419 0.4887 -0.50 0.624 1.1
Biaya perjalanan (X6) -0.00008604 0.00002697 -3.19 0.003* 1.5
Status pernikahan (X7) 1.5403 0.8312 1.85 0.072** 3.7
Motivasi kedatangan(X8) 1.0101 0.5682 1.78 0.084** 1.7
R2 61.0%
R2 (adj) 52.1%
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Keterangan : * nyata pada taraf nyata α = 1%
** nyata pada taraf nyata α = 10%
6.1.1. Variabel-variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap Permintaan
Wisata di Agrowisata Cilangkap
Berdasarkan uji-t yang telah dilakukan, Tabel 14 menunjukkan bahwa
terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan
wisata di Agrowisata Cilangkap. Variabel-variabel tersebut diantaranya adalah:
a. Pendapatan
Variabel pendapatan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 1% dengan
nilai koefisien yang bertanda negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin besarnya tingkat pendapatan maka akan menurunkan jumlah
permintaan wisata terhadap Agrowisata Cilangkap. Hal ini terjadi karena
masih minimnya fasilitas dan atraksi yang ditawarkan di Agrowisata
Cilangkap, sehingga pengunjung yang datang mayoritas adalah pengunjung
dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah. Kondisi tersebut sesuai
dengan data yang diperoleh bahwa sebagian besar pengunjung yaitu 53.3%
memiliki pendapatan kisaran antara Rp 1 000 000 hingga Rp 2 000 000,
47
sedangkan pengunjung dengan pendapatan lebih dari Rp 2 000 000 hanya
13.4% dari jumlah pengunjung. Pengunjung dengan tingkat pendapatan
menengah hingga tinggi diperkirakan akan lebih memilih tempat wisata yang
lebih baik dan menawarkan berbagai macam atraksi yang lebih menarik
walaupun dengan biaya yang lebih tinggi.
b. Tingkat Pendidikan
Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α)
10% dengan nilai koefisien bertanda positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin tingginya tingkat pendidikan maka akan meningkatkan jumlah
permintaan wisata terhadap Agrowisata Cilangkap. Hal ini diperkirakan
karena pengunjung menyadari dampak positif dari keberadaan Agrowisata
Cilangkap. Pengunjung yang datang akan merasakan kesegaran saat
berkunjung.
c. Biaya Perjalanan
Biaya perjalanan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan kegiatan wisata. Biaya perjalanan yang dimaksud
mencakup beberapa biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung, diantaranya
ialah biaya untuk transportasi atau ongkos, biaya parkir, biaya bahan bakar,
biaya konsumsi yang dikeluarkan di tempat wisata, dan biaya konsumsi yang
dibawa dari rumah. Variabel biaya perjalanan berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan (α) 1%, dengan nilai koefisien yang bertanda negatif. Nilai
koefisien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin tingginya biaya
perjalanan maka akan menurunkan tingkat permintaan wisata terhadap
48
Agrowisata Cilangkap. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal bahwa jika
harga meningkat maka konsumen akan mengurangi konsumsi mereka.
d. Status Pernikahan
Variabel status pernikahan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat
kunjungan wisata Agrowisata Clangkap. Variabel ini berpengaruh nyata pada
taraf kepercayaan (α) 10% dengan nilai koefisien bertanda positif. Status
pernikahan pada model ini merupakan variabel dummy dimana angka 0
digunakan untuk pengunjung yang belum menikah dan angka 1 digunakan
untuk pengunjung yang telah menikah. Hasil regresi pada model regresi linear
berganda menunjukkan tingkat kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap
antara pengunjung yang telah menikah lebih besar dibandingkan dengan
pengunjung yang belum menikah. Hal tersebut sesuai dengan data bahwa
persentase pengunjung yang sudah menikah lebih besar dibandingkan dengan
persentase pengunjung yang belum menikah, juga sesuai dengan usia dan
kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Agrowisata Cilangkap bahwa
sebagian besar pengunjung yaitu 63.3% merupakan pengunjung dengan usia
diatas 30 tahun dan jenis wisata yang dapat dilakukan merupakan jenis wisata
yang cocok untuk wisata keluarga seperti kegiatan olahraga serta
bercengkrama sambil menikmati udara yang sejuk serta pemandangan yang
asri.
e. Motivasi Kedatangan
Variabel motivasi kedatangan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat
kunjungan wisata Agrowisata Clangkap. Variabel ini berpengaruh nyata pada
taraf kepercayaan (α) 10% dengan nilai koefisien bertanda positif. Motivasi
49
kedatangan pada model ini merupakan variabel dummy dimana angka 0
digunakan untuk reponden yang datang dengan motivasi selain olahraga dan
angka 1 digunakan untuk responden yang datang dengan motivasi untuk
berolahraga. Nilai koefisien dengan tanda positif menunjukkan bahwa
pengunjung dengan motivasi untuk berolahraga akan cenderung meningkatkan
tingkat kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap. Hal ini sesuai dengan data
yang diperoleh bahwa 50% pengunjung datang dengan tujuan untuk
melakukan olahraga. Sebesar 36.7% pengunjung datang dengan tujuan untuk
rekreasi.
Variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan seperti pendapatan,
tingkat pendidikan, biaya perjalanan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan
memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
kunjungan di Agrowisata Cilangkap. Gambaran tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi pihak pengelola untuk menentukan arah pengembangan
wisata yang akan dilakukan.
6.2. Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap
Analisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kondisi kawasan wisata tersebut dari sudut pandang
pengunjung. Responden memberikan penilaian terhadap enam kategori yang
dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan kegiatan wisata ke
Agrowisata Cilangkap dan juga dapat mempengaruhi kegiatan wisata itu sendiri.
Enam kategori yang dimaksud diantaranya adalah keindahan alam, aksesibilitas,
kebersihan, keamanan, kondisi toilet, serta kondisi rumah makan. Hasil dari
penilaian responden yang telah diolah dapat dilihat pada Tabel 15.
50
Tabel 15. Persentase Penilaian Responden terhadap Agrowisata Cilangkap
No. Kategori
yang Dinilai
Sangat
baik Baik
Cukup
baik
Kurang
baik Buruk Total
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Keindahan
alam 2 3.3 33 55.0 25 41.7 0 0.0 0 0.0 60 100
2. Aksesibilitas 3 5.0 32 53.3 25 41.7 0 0.0 0 0.0 60 100
3. Kebersihan 0 0.0 23 38.3 27 45.0 9 15.0 1 1.7 60 100
4. Keamanan 1 1.7 37 61.7 21 35.0 1 1.7 0 0.0 60 100
5. Kondisi toilet 0 0.0 0 0.0 12 20.0 45 75.0 3 5.0 60 100
6. Kondisi
rumah makan 0 0.0 42 70.0 18 30.0 0 0.0 0 0.0 60 100
Rata-rata persentase
penilaian 1.67 46.38 35.56 15.28 1.11 100
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Penilaian pengunjung terhadap berbagai variabel penunjang pariwisata
dirasa sangat penting untuk proses pengembangan Agrowisata Cilangkap.
Berdasarkan penelitian, Agrowisata Cilangkap dinilai baik oleh 46.38%
responden, akan tetapi terdapat 1.11% responden yang menilai buruk. Hal ini
disebabkan karena masih terdapat fasilitas serta sarana dan prasarana yang
memiliki kondisi kurang baik, seperti kondisi toilet yang tidak memadai.
Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu tempat rekreasi berbasis alam
yang menawarkan keindahan alam dan juga memberikan kesegaran udara yang
dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang terdapat di kawasan tersebut. Hal ini
merupakan hal yang menarik bagi para pengunjung yang umumnya merupakan
masyarakat perkotaan. Berdasarkan hal tersebut, sebesar 55% responden
memberikan penilaian bahwa keindahan alam yang ada di Agrowisata Cilangkap
dalam keadaan indah. Keindahan agrowisata ini juga ditunjukkan dengan
penataan tanaman yang rapi serta keberadaan jenis tanaman yang beragam hingga
membuat 3.3% responden menyatakan kawasan ini sangat indah.
51
Selain memiliki pemandangan alam yang menarik, Agrowisata Cilangkap
terletak di lokasi yang strategis. Kawasan ini dekat dari pusat kota dengan
aksesibilitas yang memadai. Agrowisata ini berada di tepi Jalan Raya Cilangkap
yang merupakan jalan arteri sekunder dengan kondisi jalan yang baik dan dilalui
oleh kendaraan umum. Oleh karena itu, 5% responden berpendapat aksesibilitas
untuk mencapai agrowisata ini sangat baik dan 53.3% berpendapat
aksesibilitasnya baik. Selain memiliki lahan yang luas, lokasi yang strategis, dan
dapat menambah RTH, keindahan alam yang dimiliki serta aksesibilitas yang baik
juga dapat menjadi faktor pendukung bahwa agrowisata ini mempunyai potensi
wisata.
Kawasan Agrowisata Cilangkap juga sebaiknya memiliki fasilitas-fasilitas
yang memadai untuk memperlancar kegiatan wisata yang dilakukan oleh
pengunjung. Fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata diantaranya adalah
kebersihan dan keamanan yang ada pada kawasan tersebut, kondisi toilet, serta
kondisi rumah makan. Agrowisata Cilangkap memiliki lingkungan yang asri dan
tertata rapi, serta didukung oleh kondisi kebersihan yang baik. Namun, menurut
warga sekitar, kondisi kebersihan tersebut mulai memburuk ketika sedang
diadakan perbaikan sebagian fasilitas, dimana akibatnya kebersihan di kawasan
ini menjadi terbengkalai. Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan bahwa
45% dari jumlah responden menilai kebersihan agrowisata ini cukup baik, dan
38% menilai baik. Akan tetapi, kebersihan di agrowisata ini masih perlu
ditingkatkan karena masih terdapat 15% pengunjung menilai kurang baik bahkan
1.7% menilai buruk. Namun secara keseluruhan kebersihan di Agrowisata
Cilangkap masih dinilai cukup baik. Penilaian tersebut seimbang dengan kondisi
52
keamanan. Sebagian besar responden merasa keamanan di agrowisata ini baik,
yaitu dengan perolehan persentase sebesar 61.7%. Keamanan yang baik di
Agrowisata Cilangkap ditunjukkan dengan tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti pencurian maupun hal yang tidak diinginkan lainnya.
Keberadaan toilet dan rumah makan juga merupakan salah satu faktor
pendukung dalam kelancaran kegiatan wisata, dan Agrowisata Cilangkap telah
menyediakan kedua fasilitas tersebut. Toilet di kawasan agrowisata ini terletak di
bagian depan dekat dengan tempat parkir dan pemancingan. Keberadaan dan
kondisi toilet merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting untuk menunjang
kegiatan wisata yang dilakukan. Kondisi toilet yang ada di agrowisata ini kurang
memadai sehingga 75% dari jumlah responden menyatakan bahwa kondisi toilet
tersebut kurang baik, bahkan 5% responden menilai buruk. Penilaian yang kurang
baik tersebut dikarenakan kondisi toilet yang kurang bersih dan jumlahnya yang
tidak seimbang dengan luas lokasi wisata. Fasilitas rumah makan yang juga
letaknya dekat dengan pemancingan dinilai baik oleh 70% jumlah responden.
Gambar 3. Kondisi Toilet dan Rumah Makan
53
6.2.1. Persepsi Pengunjung terhadap Potensi Pengembangan Wisata Air
dan Wisata Pertanian
Agrowisata Cilangkap merupakan kebun bibit yang memiliki berbagai
potensi wisata. Namun sayangnya potensi wisata tersebut masih belum
dikembangkan lebih lanjut. Contoh potensi wisata yang masih belum
dimanfaatkan secara maksimal diantaranya adalah keberadaan waduk dan kebun
bibit itu sendiri. Tiga buah waduk yang ada di agrowisata ini merupakan salah
satu hal yang menarik bagi pengunjung. Salah satu dari tiga waduk tersebut
memiliki luas yang cukup besar. Jika memungkinkan untuk dikembangkan,
waduk tersebut dapat dikembangkan menjadi wahana wisata air seperti perahu
bebek, dayung perahu, atau bola angin besar di atas air yang didalamnya bisa
dimasuki oleh manusia. Tidak hanya keberadaan waduk, keberadaan kebun bibit
yang ada juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana wisata edukasi pertanian,
dimana wisata tersebut dapat menumbuhkan minat masyarakat terhadap
pembudidayaan tanaman dan memberikan pengetahuan bagi pengunjung
mengenai jenis-jenis tanaman, manfaat-manfaat yang dimiliki tanaman tersebut,
dan bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Di Jakarta saat ini semakin sulit
untuk mencari lahan untuk melakukan pembududayaan tanaman, dan metode
hidroponik yang dikembangkan oleh agrowisata ini dapat menjadi salah satu jalan
keluarnya. Pengembangan metode pertanian ini dapat menghasilkan komoditas
buah dan sayur yang berkualitas dan dapat dijadikan sebagai alternatif pemenuhan
pangan organik. Selain itu, pengembangan pertanian juga memiliki peran penting
lain seperti dapat menambah kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta.
Berkaitan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian dan pengamatan
dari sisi pengunjung mengenai persepsi mereka apabila dilakukan pengembangan
54
wisata berupa wisata air dan wisata edukasi pertanian. Hasil dari pengambilan
data menjukkan bahwa seluruh responden yang diwawancari sebanyak 60 orang
menyatakan setuju jika dibuka kedua wahana wisata tersebut (Tabel 16).
Tabel 16. Persepsi Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata Air dan
Wisata Pertanian
No. Jenis Pengembangan Wisata Jumlah Responden yang Setuju (orang)
Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Wisata Air 60 100
2. Wisata Pertanian 60 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Pengunjung berpendapat bahwa dengan adanya wisata air dan wisata
edukasi pertanian dapat menambah jenis rekreasi yang dapat dilakukan di tempat
wisata tersebut. Selain itu, wisata edukasi pertanian juga dapat memberikan
manfaat lain seperti menambah pengetahuan. Pada umumnya, para pengunjung
datang ke agrowisata ini bersama keluarga serta anak-anak mereka. Jenis wisata
air dan wisata pertanian merupakan jenis wisata yang cocok untuk dilakukan
bersama keluarga. Hal tersebut akan mendukung potensi wisata ini untuk
dikembangkan lebih optimal lagi.
6.2.2. Harapan Pengunjung terhadap Kondisi dan Penambahan Fasilitas
Kebun Bibit Cilangkap telah ada sejak tahun 1991, namun hingga saat ini
Agrowisata Cilangkap masih dalam proses pengembangan. Kegiatan
pengembangan tersebut dilakukan karena fasilitas maupun sarana dan prasarana
yang disediakan untuk pengunjung masih belum memadai. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan jumlah kunjungan wisata ke agrowisata ini serta memberikan
kenyamanan dan kelancaran pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata maka
pihak pengelola terus melakukan perbaikan. Berdasarkan penelitian, pengunjung
mengharapkan perbaikan pada beberapa fasilitas serta sarana dan prasarana.
55
Fasilitas, sarana dan prasarana, beserta jumlah responden yang merasa perlu ada
perbaikan terhadap fasilitas serta sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Harapan Pengunjung terhadap Perbaikan Fasilitas
No. Jenis Fasilitas Jumlah Responden yang Setuju (orang)
Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Kebersihan 49 81.7
2. Keamanan 46 76.7
3. Toilet 54 90.0
4. Rumah Makan 37 61.7
5. Mushola 52 86.7
6. Lainnya 9 15.0 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Keterangan : n = 60 responden. Setiap responden boleh memilih harapan lebih dari satu.
Pada Tabel 17, terdapat jenis fasilitas lainnya yang tidak termasuk ke
dalam fasilitas kebersihan, keamanan, toilet, rumah makan, dan mushola.
Sembilan orang responden mengharapkan adanya perbaikan fasilitas serta sarana
dan prasarana yang lainnya seperti, lima orang mengharapkan adanya perbaikan
pada alat-alat permainan anak, satu orang berharap jalan di dalam kawasan ini
diperlebar, dan tiga orang berharap disediakan sarana atau lahan untuk kumpul
keluarga yang teduh dan asri.
6.3. Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata
Cilangkap
Estimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap
dianalisis melalui kesediaan pengunjung membayar untuk melakukan wisata di
Agrowisata Cilangkap dengan kondisi tempat wisata yang ada saat ini. Analisis
tersebut menggunakan metode willingness to pay (WTP). Pendekatan dalam
analisis tarif disini dilakukan melalui tiga tahap, diantaranya:
56
1. Membuat Hipotesis Pasar
Hipotesis pasar dibangun berdasarkan keadaan yang ada pada Agrowisata
Cilangkap. Pasar hipotesis yang dibuat dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada responden mengenai keadaan dan manfaat keberadaan
Agrowisata Cilangkap. Apabila telah mengetahui informasi dengan jelas,
maka responden dapat memberikan nilai yang mereka sedia bayarkan kepada
agrowisata ini. Agrowisata Cilangkap merupakan kebun bibit yang dapat
memberikan dampak positif kepada lingkungan atas keberadaannya. Selain
itu, Agrowisata Cilangkap juga merupakan kawasan wisata yang sering
dikunjungi oleh masyarakat sekitar. Untuk memperlancar rencana pengelola
dalam proses pengembangan dan untuk mencegah terjadinya over carrying
capacity, maka pihak pengelola berencana untuk menetapkan tarif masuk bagi
pengunjung yang datang. Berdasarkan informasi yang diberikan tersebut,
maka responden dapat mengetahui gambaran situasi hipotetik mengenai
kemungkinan pemberlakuan tiket masuk yang akan dilakukan oleh pihak
pengelola.
2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)
Nilai WTP untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap didapatkan dari
wawancara yang bersifat close-ended question. Berdasarkan hasil wawancara
kepada 60 orang responden, terdapat dua orang responden yang tidak bersedia
apabila ditetapkan tarif masuk. Hal tersebut disebabkan karena kondisi dan
fasilitas yang ada pada Agrowisata Cilangkap yang masih belum memadai.
Sedangkan sisanya sebanyak 58 orang responden bersedia membayar apabila
ditetapkan tarif masuk. Sebaran jumlah responden yang bersedia membayar
57
dengan nilai yang mereka sedia bayarkan adalah sebanyak 36 orang responden
bersedia membayar sebesar Rp 3 000, 16 orang bersedia membayar sebesar
Rp 5 000, 5 orang bersedia membayar Rp 7 000, dan 1 orang bersedia
membayar sebesar Rp 10 000. Nilai yang ditawarkan tersebut ditetapkan
berdasarkan pada kisaran harga tiket masuk kawasan wisata yang sejenis
dengan Agrowisata Cilangkap. Harga tiket masuk yang menjadi acuan adalah
harga tiket masuk di kawasan wisata Taman Buah Mekarsari dan kawasan
agrowisata di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yaitu sebesar Rp 15 000
dan Rp 4 500.
3. Menghitung Rataan WTP
Setelah melakukan wawancara kesediaan membayar responden dan seberapa
besar nilai yang bersedia diberikan, maka hasil tersebut akan dihitung
rataannya. Perhitungan rataan WTP dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Nilai Rataan WTP Reponden Agrowisata Cilangkap
No. Kelas WTP
(Rupiah/orang)
Jumlah Reponden
(orang)
Frekuensi
Relatif
WTP X Frekuensi
Relatif (rupiah)
A B C A X C
1. 3000 36 0.620 1800
2. 5000 16 0.270 1350
3. 7000 5 0.086 581
4. 10000 1 0.017 170
Total 58 1.00 3901
WTP Rata-rata 3901 ~ 4000 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai rataan sebesar Rp 3 901 atau
dibulatkan menjadi Rp 4 000. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan tarif yang
sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap menurut keinginan
membayar (willingness to pay) responden yang diwawancarai. Nilai tersebut dapat
digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak pengelola di masa mendatang apabila
ingin menetapkan tarif masuk. Tarif yang diberlakukan dapat dimanfaatkan untuk
58
pengembangan agrowisata ini sekaligus sebagai upaya konservasi karena kondisi
Agrowisata Cilangkap saat ini masih open access. Jika kondisi Agrowisata
Cilangkap yang ada saat ini pengunjung berani membayar sebesar Rp 4 000, maka
apabila tempat wisata tersebut dikembangkan menjadi lebih baik dari saat ini
pengunjung akan berani membayar dengan nilai yang lebih tinggi.
Dana yang didapatkan dalam satu tahun apabila menetapkan tarif masuk
dapat diperkirakan dengan menghitung jumlah kunjungan. Meskipun jumlah
kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap belum didata secara resmi, namun
data tersebut dapat disimulasikan. Simulasi jumlah kunjungan dihitung
berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola. Penghitungan simulasi jumlah
kunjungan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Simulasi Jumlah Kunjungan Wisata di Agrowisata Cilangkap
Waktu Kunjungan Jumlah Kunjungan (orang)
Senin – Jumat (weekdays)
Sabtu (weekend)
Minggu (weekend)
50
150
300
Total Kunjungan 500
Total Kunjungan per Bulan 2 000
Total Kunjungan per Tahun 20 000 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan Tabel 19 didapatkan total kunjungan (per minggu) sebesar
500 orang sehingga jumlah kunjungan per bulan menjadi 2 000 orang. Jumlah
kunjungan tersebut juga tidak konstan setiap minggunya, terdapat penurunan
jumlah kunjungan pada hari raya (Idul Fitri), bulan suci Ramadhan, dan juga libur
panjang (long weekend). Hal tersebut terjadi karena seasonability wisata di
agrowisata ini berbeda dengan tempat lain. Atarksi wisata yang ditawarkan di
Agrowisata Cilangkap masih belum beragam maka hanya dijadikan sebagai
tujuan wisata alternatif saat akhir pekan. Dengan demikian, saat peak season
59
(liburan sekolah dan hari raya) tidak ada kunjungan wisata. Apabila diperkirakan,
maka dalam satu tahun hanya 10 bulan yang efektif untuk data tersebut. Dengan
demikian, jumlah kunjungan per tahun kurang lebih sebesar 20 000 orang.
Berdasarkan data tersebut maka perhitungan pendapatan per tahun dapat dilihat
pada Tabel 20.
Tabel 20. Perkiraan Pendapatan Agrowisata Cilangkap per Tahun dari Tarif
Masuk
Jumlah Kunjungan per
Tahun (orang) Tarif Masuk (rupiah)
Pendapatan per Tahun
(rupiah)
A B A X B
20 000 4 000 80 000 000
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, maka diperkirakan pendapatan
Agrowisata Cilangkap dalam satu tahun apabila tiket masuk diberlakukan adalah
Rp 80 000 000. Pendapatan tersebut dapat digunakan oleh pihak pengelola untuk
meningkatkan fasilitas dan pelayanan di agrowisata ini. Pihak pengelola dapat
memprioritaskan jenis fasilitas maupun pelayanan yang lebih diharapkan oleh
pengunjung seperti toilet dan keberadaan mushola. Selain itu, pihak pengelola
juga dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kegiatan pengembangan atraksi
wisata seperti wisata edukasi pertanian maupun wisata air. Hal tersebut tentunya
juga dengan tetap memperhatikan kebutuhan yang lebih utama, karena terbatasnya
dana yang dimiliki. Di samping untuk meningkatkan fasilitas serta kegiatan
pengembangan, dalam jangka panjang penetapan tarif juga dapat berfungsi
sebagai pencegah over carrying capacity.
6.4. Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap
Strategi pengembangan potensi wisata pada Agrowisata Cilangkap
dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT ini akan
60
menganalisis Agrowisata Cilangkap baik secara internal maupun ekternal. Faktor
internal merupakan faktor berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
Agrowisata Cilangkap. Faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang dapat
mempengaruhi proses pengembangan dari agrowisata ini. Kedua faktor diatas
dapat memberikan dampak positif (kekuatan dan peluang) dan juga dapat
memberikan dampak negatif (kelemahan dan ancaman). Faktor-faktor tersebut
diperoleh berdasarkan pengamatan yang mendalam terhadap Agrowisata
Cilangkap dan juga diperoleh dari hasil wawancara kepada pihak-pihak terkait
seperti pengelola dan penanggung jawab utama Agrowisata Cilangkap serta
Kepala Produksi Benih dari UPT Pusbangnih. Pengelompokkan data yang
diperoleh berdasarkan faktor internal dan faktor ekternal dapat dilihat seperti yang
berikut ini:
a. Kekuatan
1. Lokasi strategis dekat pusat kota.
2. Menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Jakarta sejalan dengan
kebijakan pemerintah dalam UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
yang menyebutkan bahwa jumlah RTH di setiap kota harus sebesar 30% dari
luas kota tersebut.
3. Menjaga keseimbangan lingkungan, seperti dapat menjaga sikrus hidrologi
dan kualitas udara di kawasan sekitarnya.
4. Agrowisata Cilangkap memiliki pemandangan alam yang indah.
b. Kelemahan
1. Sarana dan prasarana yang terdapat di dalam Agrowisata Cilangkap masih
belum memadai.
61
2. Kurangnya tenaga kerja dalam mengelola Agrowisata Cilangkap.
3. Belum ada tarif masuk.
4. Kurangnya promosi tentang obyek wisata Agrowisata Cilangkap.
5. Pemeliharaan fasilitas yang belum optimal.
c. Peluang
1. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
2. Memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar.
3. Sumber Pendapatan Asli Daerah.
4. Trend preferensi masyarakat terhadap wisata agro yang cukup tinggi.
5. Dukungan pemerintah seperti pemberian dana untuk pengelolaan Agrowisata
Cilangkap.
6. Akses transportasi dan jalan yang memadai.
d. Ancaman
1. Adanya pesaing dengan jenis wisata sejenis namun menawarkan atraksi yang
lebih menarik dan fasilitas yang lebih memadai.
2. Terjadinya bencana atau gangguan alam.
3. Potensi pergeseran norma.
4. Kondisi masyarakat sekitar yang kurang ikut menjaga dan memelihara
fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Agrowisata Cilangkap.
6.4.1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Pada tahap ini, data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor-faktor
internal dan ekternal berupa kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang
dimiliki akan dihitung nilainya (skor). Skor dihitung berdasarkan penilaian
responden terhadap faktor-faktor tersebut. Responden yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pengelola dan penanggung jawab utama Kebun Bibit
62
Agrowisata Cilangkap, serta Kepala Produksi Benih perwakilan UPT Pusbangnih.
Penghitungan skor tersebut dapat dilihat seperti berikut ini.
a. Analisis Data Faktor Internal IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Analisis data faktor internal dilakukan untuk memperoleh nilai (skor)
dari masing-masing faktor yang dimiliki. Perolehan skor tersebut didapatkan
dari hasil perkalian antara bobot dengan rating. Penghitungan nilai tersebut,
dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Analisis Faktor Internal Strategi Pengembangan Agrowisata
Cilangkap
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot*Rating
(Skor)
Kekuatan (Strengths)
1. Lokasi strategis dekat pusat kota
2. Menambah Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
3. Menjaga keseimbangan lingkungan
4. Memiliki pemandangan alam yang
indah
0.15
0.15
0.10
0.10
4.0
4.0
3.5
3.5
0.611
0.611
0.365
0.365
Jumlah 0.51 1.951
Kelemahan (Weaknesses)
1. Sarana dan prasarana yang belum
memadai
2. Kurangnya tenaga kerja
3. Belum ada tarif masuk
4. Kurangnya promosi
5. Pemeliharaan fasilitas yang belum
optimal
0.06
0.10
0.10
0.15
0.06
3.0
3.5
3.5
4.0
3.0
0.188
0.365
0.365
0.611
0.188
Jumlah 0.49 1.715
Total 1.00 0.236 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Pada Tabel 21, jumlah dari skor masing-masing faktor kekuatan
adalah sebesar 1.951, sedangkan jumlah kelemahan adalah 1.715. Berdasarkan
nilai tersebut dapat diketahui selisih pada faktor internal adalah sebesar 0.236
(positif). Nilai tertinggi pada kekuatan adalah lokasi yang strategis dekat pusat
kota dan menambah RTH. Agrowisata Cilangkap memiliki kekuatan pada
lokasi yang strategis serta keberadaannya yang dapat mempertahankan RTH
yang ada di DKI Jakarta. Nilai tertinggi pada kelemahan adalah faktor
63
kurangnya promosi. Agrowisata Cilangkap masih membutuhkan kegiatan
promosi yang lebih ekstra. Hingga saat ini, Agrowisata Cilangkap dikenal oleh
masyarakat sekitar, tetapi belum dikenal oleh msyarakat luas. Namun, selisih
nilai antara kekukatan dan kelemahan masih bernilai positif yang
menunjukkan bahwa kekuatan dari Agrowisata Cilangkap masih lebih
dominan dibandingkan kelemahannya.
b. Analisis Data Faktor Eksternal EFAS (External Factors Analysis
Summary)
Pada tahap ini, perlakuan yang sama seperti pada analisis data internal,
data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor-faktor eksternal berupa
peluang dan ancaman terhadap tempat wisata ini akan dihitung skornya.
Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Analisis Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Agrowisata
Cilangkap
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot*Rating
(Skor)
Peluang (Opportunities)
1. Membuka lapangan pekerjaan
2. Membuka peluang usaha
3. Sumber PAD
4. Trend preferensi masyarakat terhadap
wisata agro yang cukup tinggi
5. Adanya dukungan dari pemerintah
6. Akses transportasi dan jalan yang
memadai
0.11
0.11
0.11
0.14
0.14
0.14
3.0
3.0
3.5
4.0
4.0
4.0
0.317
0.317
0.369
0.556
0.556
0.556
Jumlah 0.70 2.669
Ancaman (Threats)
1. Adanya pesaing
2. Terjadi bencana atau gangguan alam
3. Potensi pergeseran norma
4. Masyarakat sekitar kurang ikut
menjaga dan memelihara fasilitas yang
telah disediakan
0.08
0.08
0.06
0.08
2.5
2.5
2.0
2.5
0.181
0.181
0.100
0.181
Jumlah 0.30 0.642
Total 1.00 2.028 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Pada Tabel 22, dapat dilihat bahwa perolehan jumlah skor untuk
faktor peluang adalah 2.669, sedangkan jumlah untuk faktor ancaman sebesar
64
0.642. Berdasarkan nilai tersebut maka nilai selisihnya adalah sebesar 2.028
(positif). Nilai tertinggi pada peluang adalah trend preferensi masyarakat
terhadap wisata agro yang cukup tinggi, adanya dukungan dari pemerintah,
serta akses transportasi dan jalan yang memadai. Hal ini berarti bahwa
Agrowisata Cilangkap memiliki cukup banyak peluang yang mendukung
kawasan wisata ini untuk dikembangkan lebih baik lagi. Nilai tertinggi pada
ancaman adalah adanya pesaing, terjadi bencana atau gangguan alam, dan
masyarakat sekitar yang kurang ikut menjaga dan memelihara fasilitas yang
telah disediakan. Meskipun Agrowisata Cilangkap memiliki faktor ancaman
yang cukup banyak, namun selisih antara faktor peluang dan ancaman bernilai
positif yang menunjukkan bahwa faktor peluang lebih dominan dibandingkan
dengan ancaman.
6.4.2. Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan pendekatan faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor-faktor
tersebut dibuat menjadi sebuah matriks yang dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini akan menghasilkan
empat sel kemungkinan alternatif strategis yang dapat dijadikan sebagai
rekomendasi dalam upaya pengembangan Agrowisata Cilangkap. Formulasi
terebut dapat dilihat pada Tabel 23.
65
Tabel 23. Formulasi Strategi Pengembangan Wisata di Agrowisata
Cilangkap
Internal
Eksternal
Kekuatan (Strength=S)
1. Lokasi strategis dekat
pusat kota.
2. Menambah RTH.
3. Menjaga
keseimbangan
lingkungan.
4. Memiliki
pemandangan alam
yang indah.
Kelemahan (Weakness=W)
1. Sarana dan prasarana
yang ada belum memadai.
2. Kurangnya tenaga kerja.
3. Belum ada tarif masuk.
4. Kurangnya promosi.
5. Pemeliharaan fasilitas
yang belum optimal.
Peluang (Opportunity=O)
1. Membuka lapangan
pekerjaan.
2. Membuka peluang
usaha.
3. Sumber PAD.
4. Trend terhadap wisata
agro yang cukup tinggi.
5. Adanya dukungan dari
pemerintah.
6. Akses transportasi dan
jalan yang memadai.
Strategi SO:
1. Menjalin kerjasama
antara pengelola
dengan masyarakat
sekitar dan pihak-
pihak terkait dalam
proses pengembangan
agrowisata.
2. Mengoptimalkan daya
tarik yang dimiliki
dengan memanfaatkan
dukungan yang
diberikan oleh
pemerintah.
Strategi WO:
1. Memilih media promosi
yang tepat untuk
memperkenalkan
Agrowisata Cilangkap
kepada masyarakat.
2. Memanfaatkan dana yang
diberikan pemerintah
dengan baik dalam
pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan
fasilitas pendukung
kegiatan wisata.
Ancaman (Threat=T)
1. Adanya pesaing.
2. Terjadi bencana atau
gangguan alam.
3. Potensi pergeseran
norma.
4. Masyarakat sekitar
kurang ikut menjaga
dan memelihara
fasilitas yang telah
disediakan.
Strategi ST:
1. Melakukan inovasi
dengan memanfaatkan
daya tarik yang
dimiliki dengan
menawarkan atraksi
wisata yang lebih baik
dan lebih menarik.
Strategi WT:
1. Memberikan pengenalan
dan pemahaman kepada
masyarakat sekitar
tentang manfaat dari
keberadaan Agrowisata
Cilangkap.
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan analisis SWOT di atas, dapat diperoleh suatu rekomendasi
strategis dalam upaya pengembangan Agrowisata Cilangkap seperti berikut ini:
a. Strategi SO, yaitu strategi yang diciptakan dengan menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dimaksud antara lain:
1. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar dan
pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan agrowisata (S1, S2, O1,
66
O2). Hal tersebut dilakukan agar dukungan dari pemerintah dan
masyarakat dapat berjalan beriringan dalam mengembangkan kawasan
wisata ini, pengelola diharapkan memberikan kesempatan bagi masyarakat
sekitar untuk turut serta mengembangkan kawasan ini sehingga proses
pengembangan yang dilakukan oleh pengelola tetap memberikan manfaat
bagi masyarakat sekitar berupa lapangan pekerjaan maupun peluang
usaha.
2. Mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan
dukungan yang diberikan oleh pemerintah (S3, S6, O4, O5, O6).
b. Strategi ST, yaitu strategi yang diciptakan menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi ancaman. Strategi yang dimaksud antara lain:
1. Melakukan inovasi dengan memanfaatkan daya tarik yang dimiliki dengan
menawarkan atraksi wisata yang lebih baik dan lebih menarik (S3, S4, S5,
S6, T1).
c. Strategi WO, yaitu strategi yang diciptakan dengan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dimaksud antara lain:
1. Memilih media promosi yang tepat untuk memperkenalkan Agrowisata
Cilangkap kepada masyarakat (W1, W5, O3, O4, O6). Kecenderungan
wisatawan dalam melakukan wisata agro sebaiknya didukung dengan
pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan agrowisata ini, hal tersebut
dapat didukung dengan melakukan kegiatan promosi. Kegiatan promosi
yang dilakukan dapat melalui media cetak maupun internet. Selain itu,
kegiatan promosi juga dapat dilakukan melalui keikutsertaan dalam
pameran-pameran tanaman maupun kegiatan sosialisasi kepada
67
masyarakat. Salah satu contoh kegiatan sosialisasi yang dapat dilakukan
adalah dengan menawarkan kegiatan edukasi pertanian oleh anak melalui
sekolah-sekolah.
2. Memanfaatkan dana yang diberikan pemerintah dengan baik dalam
pengadaan dan pemeliharaan sarana dan fasilitas pendukung kegiatan
wisata (W2, W3, W4, W6, O5).
d. Strategi WT, yaitu strategi yang diciptakan dengan meminimalkan kelemahan
dan mengantisipasi ancaman. Strategi yang dimaksud antara lain:
1. Memberikan pengenalan dan pemahaman kepada masyarakat sekitar
tentang manfaat dari keberadaan Agrowisata Cilangkap (W6, T4). Dengan
demikian, masyarakat sekitar diharapkan dapat ikut serta dalam upaya
pelestarian Agrowisata Cilangkap dengan selalu menjaga dan memelihara
agrowisata ini dengan baik.
6.4.3. Analisis Grand Strategy
Strategi prioritas dapat diperoleh dengan menggunakan Matriks Grand
Strategy. Penentuan strategi prioritas tersebut berdasarkan titik perpotongan
antara selisih nilai total analisis data internal dan analisis data eksternal. Pada
analisis data internal, jumlah skor faktor kekuatan adalah 1.951 dan jumlah skor
faktor kelemahan adalah 1.715, maka diperoleh selisih sebesar 0.236 (positif).
Sedangkan pada analisis data ekternal, jumlah skor faktor peluang sebesar 2.669
dan jumlah skor faktor ancaman sebesar 0.642, dan diperoleh selisih sebesar
2.028. Dengan demikian, perpotongan antara faktor internal dan eksternal terletak
pada titik koordinat 0.236 dan 2.028 (Gambar 4).
68
2.028
0.236
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Gambar 4. Posisi Strategi pada Matriks Grand Strategy
Berdasarkan gambar di atas, titik perpotongan antara faktor internal dan
faktor eksternal berada pada kuadran 1 yang berarti mendukung strategi agresif.
Posisi ini merupakan posisi yang sangat menguntungkan karena memiliki
kekuatan dan peluang. Pada situasi seperti ini, strategi dibuat dengan
menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Bentuk
strategi agresif dengan penguatan potensi yang ada yang dapat diterapkan oleh
Agrowisata Cilangkap adalah menjalin kerjasama antara pemerintah/pengelola
dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan
agrowisata dan mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan
dukungan yang diberikan oleh pemerintah.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan diatas maka rencana
strategis yang dapat dilakukan adalah:
BERBAGAI
PELUANG
KEKUATAN
INTERNAL
KELEMAHAN
INTERNAL
BERBAGAI
ANCAMAN
2. Mendukung
strategi agresif
4. Mendukung
strategi turn-around
5. Mendukung
strategi defensif
3. Mendukung
strategi
diversifikasi
69
1. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat.
Kerjasama yang dapat dilakukan antara pihak pengelola dengan masyarakat
ialah dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta
dalam usaha pengembangan Agrowisata Cilangkap. Masyarakat juga dapat
diberikan kesempatan untuk membuka usaha dan menjadi tenaga kerja di
agrowisata ini. Hal tersebut dilakukan agar dukungan dari pemerintah dan
masyarakat dapat berjalan beriringan dalam mengembangkan kawasan
Agrowisata Cilangkap, pengelola diharapkan memberikan kesempatan bagi
masyarakat sekitar untuk turut serta mengembangkan kawasan ini sehingga
proses pengembangan yang dilakukan oleh pengelola tetap memberikan
manfaat bagi masyarakat sekitar berupa lapangan pekerjaan maupun peluang
usaha.
2. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan dinas pariwisata.
Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh pengelola dengan dinas
pariwisata adalah dengan memperkenalkan Agrowisata Cilangkap secara
resmi kepada masyarakat luas melalui media iklan maupun promosi dalam
kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh dinas tersebut. Kerjasama yang
dilakukan diharapkan dapat membuat Agrowisata Cilangkap lebih dikenal
oleh masyarakat luas.
3. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan sekolah-sekolah.
Kerjasama juga dapat dilakukan dengan sekolah-sekolah. Tujuan dari
kerjasama ini adalah untuk mempromosikan Agrowisata Cilangkap sekaligus
memberikan pengetahuan mengenai pendidikan lingkungan dan pertanian
kepada siswa. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan adalah dengan wisata
70
belajar oleh para siswa ke Agrowisata Cilangkap. Selain dapat menambah
jumlah kunjungan wisata, kegiatan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan
rasa peduli terhadap lingkungan dimulai dari sejak dini.
4. Meningkatkan pemeliharaan fasilitas serta sarana dan prasarana.
Fasilitas serta sarana dan prasarana merupakan pendukung dari kegiatan
wisata yang dilakukan oleh pengunjung. Fasilitas serta sarana dan prasarana
yang telah dimiliki, seperti rumah makan, toilet, sarana bermain anak, jalan di
dalam kawasan, kebersihan, serta keamanan, harus selalu dipelihara dengan
baik. Terpeliharanya fasilitas serta sarana dan prasarana akan memberikan
kenyamanan bagi pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di
Agrowisata Cilangkap.
5. Melakukan terobosan dengan menawarkan atraksi wisata baru yang lebih baik
dan lebih menarik minat pengunjung.
Atraksi wisata yang potensial untuk dikembangkan oleh Agrowisata
Cilangkap adalah wisata air dan wisata edukasi pertanian. Dua atraksi wisata
tersebut sebaiknya dikembangkan di Agrowisata Cilangkap untuk menarik
minat pengunjung. Selain untuk menarik minat pengunjung, atraksi wisata
tersebut akan menambah kegiatan yang dapat dilakukan di agrowisata ini serta
dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pertanian.
6. Menyediakan paket wisata yang menarik dan atraktif yang dapat dipilih oleh
pengunjung untuk dilakukan di Agrowisata Cilangkap ini.
Apabila atraksi wisata sudah dikembangkan, pihak pengelola sebaiknya
menyediakan paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung. Paket
71
wisata ini bertujuan untuk mempermudah pengunjung untuk memilih kegiatan
yang ingin dilakukan di Agrowisata Cilangkap.
7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di Agrowisata Cilangkap perlu
dilakukan agar sistem pengelolaan dapat berjalan secara optimal. Hal ini dapat
dilakukan melalui studi banding serta pelatihan-pelatihan.
8. Mengadakan kegiatan-kegiatan di Agrowisata Cilangkap.
Agrowisata Cilangkap ramai dikunjungi saat akhir pekan, dan pada umumnya
para pengunjung datang untuk rekreasi dan melakukan olahraga. Jenis
olahraga yang biasa dilakukan adalah senam, lari, dan jalan cepat. Agar
menambah minat para pengunjung untuk datang, Agrowisata Cilangkap dapat
membuat suatu kegiatan seperti lomba-lomba dengan tema olahraga. Selain
itu, pengelola juga dapat mengadakan pameran tanaman-tanaman maupun
lomba tanaman hias yang sedang menjadi trend saat itu. Semua kegiatan yang
direncanakan sebaiknya tetap pada konsep yang berbasis lingkungan.
72
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan seperti berikut ini:
1. Permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap dipengaruhi nyata oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah pendapatan, tingkat pendidikan, biaya perjalanan,
status pernikahan, dan motivasi kedatangan. Variabel pendapatan dan biaya
perjalanan berpengaruh negatif pada taraf kepercayaan (α) 1%, sedangkan
variabel tingkat pendidikan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan
berpengaruh positif pada taraf kepercayaan (α) 10%.
2. Pada umumnya, Agrowisata Cilangkap dinilai baik oleh para pengunjung.
Empat dari enam kategori dinilai baik, yaitu keamanan, kondisi rumah makan,
keindahan alam, dan aksesibilitas. Kebersihan dinilai cukup baik, sedangkan
kondisi toilet dinilai kurang baik. Persepsi pengunjung mengenai potensi
pengembangan wisata air dan wisata edukasi pertanian menunjukkan bahwa
seluruh responden (60 orang) menyetujui rencana pengembangan wisata air
dan wisata edukasi pertanian.
3. Kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini masih open access yang dapat memicu
kerusakan fungsi ekologis dan menimbulkan ketidaknyamanan kegiatan
rekreasi dan wisata di Agrowisata Cilangkap sehingga dianggap perlu
penetapan tarif masuk. Rataan WTP pengunjung dengan kondisi saat ini
adalah sebesar Rp 4 000. Jika dikembangkan wisata air dan wisata edukasi
pertanian maka penerapan tarif masuk dapat disegmentasi.
73
4. Strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan adalah dengan mendukung
strategi agresif. Perolehan titik koordinat pada kuadran 1 memiliki arti bahwa
strategi dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Secara umum, rekomendasi strategis yang dapat dilakukan
ialah menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar dan
pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan agrowisata, serta
mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan
yang diberikan oleh pemerintah.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan, maka saran
yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai rekomendasi dalam pembuatan
kebijakan selanjutnya ialah sebagai berikut:
1. Pihak pengelola sebaiknya melakukan perbaikan serta pengembangan pada
fasilitas dan sarana dan prasarana seperti toilet, mushola, dan kebersihan agar
pengunjung lebih nyaman dalam melakukan kegiatan wisata di Agrowisata
Cilangkap. Serta untuk meningkatkan jumlah kunjungan, sebaiknya pihak
pengelola menyediakan atraksi wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di
Agrowisata Cilangkap serta sesuai dengan harapan pengunjung seperti wisata
air dan wisata edukasi pertanian.
2. Nilai rata-rata yang bersedia dibayarkan pengunjung Agrowisata Cilangkap
dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penetapan tiket apabila
pengelola ingin memberlakukan tarif masuk ke Agrowisata Cilangkap.
74
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di agrowisata ini tentang studi
kelayakan proyek untuk menganalisis mengenai kelayakan pengembangan
atraksi wisata dan juga potensi segmentasi wisata dan tarif di Agrowisata
Cilangkap jika dikembangkan wisata air dan wisata edukasi pertanian.
75
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, S. 2009. Analisis Willingness to Pay Pengunjung Objek Wisata Danau
Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Skripsi. Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. IPB. Bogor.
Arifin, H. S. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan
Wisata Agro di Indonesia. Bahan Rujukan Rapat Kerja Nasional Wisata
Agro 2001. Proyek Koordinasi Peningkatan Ketahanan Pangan. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan RTH di Kawasan
Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.
Departemen Pertanian. 2004. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia.
http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=1. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2011.
_______________________. Tentang Wisata Agro.
http://database.deptan.go.id/agrowisata/index.asp. Diakses pada tanggal 17
Maret 2011.
_______________________. Manfaat Pengembangan Agrowisata.
http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=3. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2011.
Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. 2009. Agrowisata.
http://dkpjakarta.web.id/media.php?module=agrowisata. Diakses pada
tanggal 10 Maret 2011.
Douglas, J. R. 1970. Forest Recreation. McGraw Hill Book Company. New York.
Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko. Alfabeta. Bandung.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Firandari, T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ
Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. IPB. Bogor.
Hartono, E. E. 2008. Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Tesis. Pascasarjana.
IPB. Bogor.
76
Hermalinda, D. 2010. Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan
Wana Wisata Curug Cilember terhadap Masyarakat Lokal. Skripsi.
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. IPB. Bogor.
Hermawan, A. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis, Disertasi: Untuk
Konsentrasi Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Irwan, Z. D. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi
Aksara. Jakarta.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Grasindo. Jakarta.
Joga, N. dan I. Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi Kota Hijau. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. 2012. Statistik
Wisatawan Nusantara.
http://budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=111&id=1191. Diakses pada
tanggal 29 September 2012.
Kementerian Komunikasi dan Informasi. 2009. Berita Pemerintahan: Pemprov
DKI Kembangkan Tanaman Sayur dan Buah Hidroponik.
http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/pemprov-dki-
kembangkan-tanaman-sayur-dan-buah-hidroponik/. Diakses pada tanggal
10 Maret 2011.
McLaren, D. 1998. Rethinking Tourism and Ecotravel. Kumarin Press. West
Hartford, Connecticut.
Mita. 2011. Segmentasi Tarif Masuk Kawasan Wisata Perkampungan Budaya
Betawi Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.
Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.
Nasution, S. 2007. Metode Research. Bumi Aksara. Jakarta.
Novianty, R. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Galunggung Tasikmalaya.
Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.
Purnama, W. A. A. 2012. Agrowisata: Wisata Lanskap Pertanian.
http://www.namagraph.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=44:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18:arsitektur-
lanskap&Itemid=77. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2012.
77
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sagara, A. A. 2012. Kementerian Pariwisata Raih Ranking 4 Penerimaan Devisa
Negara. http://suarajakarta.com/2012/08/25/kementerian-pariwisata-raih-
ranking-4-penerimaan-devisa-negara. Diakses pada 29 Januari 2013.
Setyadi, M. 2010. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan
Budaya Betawi Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Skripsi. Departemen
Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.
Sulistyantara, B. 1990. Pengembangan Wisata Agro di Perkotaan. Prosidding
Simposium dan Seminar Nasional Holtikultura Indonesia. UPT Produksi
Media Informasi IPB. Bogor.
Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Tirtawinata, M. R. dan L. Fachruddin. 1999. Daya Tarik dan Pengelolaan
Agrowisata. Penebar Swadaya. Jakarta.
Undang-Undang Kepariwisataan 2009. 2010. Pustaka Yustisia. Yogyakarta.
Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita. Jakarta.
Windiarti, D. et al. 1993. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Kehidupan Sosial Di Daerah Timor-Timur. Departemen Pendidikan dan
Kabudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan.
World Bank. 2012. International Tourism Expenditures (Current US$).
http://data.worldbank.org/indicator/ST.INT.XPND.CD. Diakses pada
tanggal 30 September 2012.
Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
78
LAMPIRAN
79
Lampiran 1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Fungsi Permintaan
Agrowisata Cilangkap dengan software Minitab 14
The regression equation is
Jumlah kunjungan (Y) = 0.05 - 0.000001 Pendapatan (X1)
+ 0.0073 Usia (X2)
+ 0.300 Tingkat pendidikan (X3)
- 0.0093 Jarak tempuh (X4)
- 0.242 Lama di lokasi (X5)
- 0.000086 Biaya perjalanan (X6)
+ 1.54 Status pernikahan (X7)
+ 1.01 Motivasi kedatangan (X8) Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 0.055 2.166 0.03 0.980
Pendapatan (X1) -0.00000055 0.00000019 -2.85 0.007 2.2
Usia (X2) 0.00727 0.03493 0.21 0.836 3.8
Tingkat pendidikan (X3) 0.3002 0.1501 2.00 0.053 2.1
Jarak tempuh (X4) -0.00928 0.02720 -0.34 0.735 1.3
Lama di lokasi (X5) -0.2419 0.4887 -0.50 0.624 1.1
Biaya perjalanan (X6) -0.00008604 0.00002697 -3.19 0.003 1.5
Status pernikahan (X7) 1.5403 0.8312 1.85 0.072 3.7
Motivasi kedatangan(X8) 1.0101 0.5682 1.78 0.084 1.7
S = 1.43549 R-Sq = 61.0% R-Sq(adj) = 52.1%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 8 112.855 14.107 6.85 0.000
Residual Error 35 72.122 2.061
Total 43 184.977
Durbin-Watson statistic = 1.65356
Residual
Pe
rce
nt
3.01.50.0-1.5-3.0
99
90
50
10
1
Fitted Value
Re
sid
ua
l
6.04.53.01.50.0
3.0
1.5
0.0
-1.5
-3.0
Residual
Fre
qu
en
cy
2.41.20.0-1.2-2.4
8
6
4
2
0
Observation Order
Re
sid
ua
l
4035302520151051
3.0
1.5
0.0
-1.5
-3.0
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for jumlah kunjungan
80
Pengujian Hipotesis 1. Uji Multikolinearitas
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 0.055 2.166 0.03 0.980
Pendapatan (X1) -0.00000055 0.00000019 -2.85 0.007 2.2
Usia (X2) 0.00727 0.03493 0.21 0.836 3.8
Tingkat pendidikan (X3) 0.3002 0.1501 2.00 0.053 2.1
Jarak tempuh (X4) -0.00928 0.02720 -0.34 0.735 1.3
Lama di lokasi (X5) -0.2419 0.4887 -0.50 0.624 1.1
Biaya perjalanan (X6) -0.00008604 0.00002697 -3.19 0.003 1.5
Status pernikahan (X7) 1.5403 0.8312 1.85 0.072 3.7
Motivasi kedatangan(X8) 1.0101 0.5682 1.78 0.084 1.7
Nilai VIF < 10 memiliki arti bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
2. Uji Autokorelasi
Durbin-Watson statistic = 1.65356
Nilai DW berada pada kisaran 1.54 - 2.45 artinya tidak terjadi autokorelasi.
3. Uji Homoskedastisitas
H0 : Homoskedastisitas
H1 : Heteroskedastisitas
The regression equation is
SRES1 = 0.29 + 0.000000 Pendapatan (X1) - 0.0029 Usia (X2) -
0.028 Tingkat pendidikan (X3) + 0.0042 Jarak tempuh
(X4) + 0.012 Lama di lokasi (X5) + 0.000000 Biaya
perjalanan (X6) + 0.046 Status pernikahan (X7) + 0.025
Motivasi kedatangan (X8)
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0.288 1.731 0.17 0.869 Pendapatan (X1) 0.00000007 0.00000015 0.45 0.656 2.2 Usia (X2) -0.00286 0.02791 -0.10 0.919 3.8 Tingkat pendidikan (X3) -0.0276 0.1199 -0.23 0.820 2.1
Jarak tempuh (X4) 0.00415 0.02174 0.19 0.850 1.3
Lama di lokasi (X5) 0.0116 0.3905 0.03 0.976 1.1
Biaya perjalanan (X6) 0.00000038 0.00002155 0.02 0.986 1.5
Status pernikahan (X7) 0.0463 0.6643 0.07 0.945 3.7
Motivasi kedatangan(X8) 0.0255 0.4541 0.06 0.956 1.7
S = 1.14725 R-Sq = 0.8% R-Sq(adj) = 0.0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 8 0.353 0.044 0.03 1.000
Residual Error 35 46.066 1.316
Total 43 46.419
Durbin-Watson statistic = 1.75393
81
4. Uji Kenormalan
jumlah kunjungan
Pe
rce
nt
7.55.02.50.0
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
>0.150
2.977
StDev 2.074
N 44
KS 0.068
P-Value
Probability Plot of jumlah kunjunganNormal
Nilai p(0,150) > alpha 5% maka terima Ho artinya asumsi error menyebar
normal terpenuhi.
82
Lampiran 2. Dokumentasi Lokasi Penelitian
Agrowisata Cilangkap
Rumah Makan
83
Kegiatan yang Dilakukan Oleh Pengunjung
Area Memancing
84
Area Parkir
Kondisi Toilet
85
Fasilitas Jalan di Kawasan Agrowisata Cilangkap
Pengembangan Tanaman
86
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 September 1989 sebagai putri
bungsu dari tiga bersaudara pasangan (alm.) Mulyana dan Gusti Ayu Ketut Siti
Resmiati.
Pada tahun 1995 hingga 2001 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri Mekar Jaya 31. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah
menengah pertama ke SMP Negeri 8 Depok pada tahun 2001 hingga 2004.
Selama tahun 2004 hingga 2007 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 98 Jakarta. Pada tahun yang sama, penulis diterima
di perguruan tinggi negeri Institut Pertanian Bogor, Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).