ANALISIS PERLAKUAN PAJAK ATAS REKLAME DINDING (Studi...

165
i UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERLAKUAN PAJAK ATAS REKLAME DINDING DI PROVINSI DKI JAKARTA (Studi Pada UPPD Kebayoran Baru dan Pasar Minggu) SKRIPSI RENDY ADITYA OKTADI 0806396443 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL DEPOK JUNI 2012 Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

Transcript of ANALISIS PERLAKUAN PAJAK ATAS REKLAME DINDING (Studi...

  • i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PERLAKUAN PAJAK ATAS REKLAME DINDINGDI PROVINSI DKI JAKARTA

    (Studi Pada UPPD Kebayoran Baru dan Pasar Minggu)

    SKRIPSI

    RENDY ADITYA OKTADI0806396443

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Ilmu Administrasi

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKPROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL

    DEPOKJUNI 2012

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Rendy Aditya OktadiNPM : 0806396443Tanda Tangan :

    Tanggal :

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • iii

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya,

    penulis dapat menyelesaikan skripsi yang mengangkat judul “Analisis Perlakuan

    Pajak Atas Reklame Dinding di Provinsi DKI Jakarta”. Penulisan skripsi ini

    dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu

    Administrasi dalam bidang Ilmu Administrasi Fiskal serta menambah

    pengetahuan penulis dalam bidang perpajakan, khususnya dalam bidang Pajak

    Daerah yang berhubungan dengan Reklame Dinding.

    Ucapan terima kasih yang tak terhingga turut diberikan kepada pihak – pihak

    yang disebutkan dibawah ini. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini

    tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih

    yang tulus kepada:

    1. Prof. Dr. Bambang Shergi Lhaksmono M. Sc, selaku Dekan FISIP UI.

    2. Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum M.Si, selaku Ketua Program Sarjana

    Reguler dan Kelas Paralel Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.

    3. Dra. Inayati M.Si selaku Ketua Program Sarjana Reguler Ilmu

    Administrasi Fiskal, Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.

    4. Drs. Achmad Lutfi S. Sos, M. Si, sebagai pembimbing skripsi yang telah

    bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di sela- sela kesibukannya

    yang padat untuk memberikan bimbingan, pengarahan, koreksi, dan

    semangat sehingga skripsi dapat terselesaikan.

    5. Para dosen FISIP UI khususnya Departemen Ilmu Administrasi yang telah

    memberikan ilmu-ilmu yang berguna dan bermanfaat selama peneliti

    menjalankan masa kuliah di FISIP UI.

    6. Ayah dan ibu, dan adik tercinta untuk setiap harapan, doa , dan motivasi

    untuk dapat menjadi anak dan kakak terbaik kalian.

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • v

    7. Edy Sumantri selaku Kepala UPPD, yang telah bersedia memberikan

    arahan dan membantu dalam menyelesaikan setiap masalah selama proses

    penyelesaian skripsi.

    8. Riansa Setya Putera, Robby Jauhari, Widyo Hatmadi sebagai the breakers

    yang setia dalam memberikan dukungan dari awal kuliah di UI.

    9. Henny Purwitasari yang telah memberikan semangat dan menjadi sumber

    inspirasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi penulis.

    10. Dimas, Faris, Bobby, Ryan, David, teman seperjuangan yang tidak henti –

    hentinya memberikan semangat dan dukungan baik dalam lingkungan

    perkuliahan maupun di luar lingkungan kampus.

    11. Giska, Andra, Nisya, Ratih, Atika, Sarah, Tannia, Nina, Wulan, Cika,

    Dyta, Ifa, Wina, Tati, Dinda yang telah berbagi semangat dan canda tawa

    tak terhingga sampai saat ini.

    12. Teman seperjuangan Fiskal kelas pararel sebagai teman-teman yang

    memberi dukungan dan berbagi ide kepada penulis selama 4 tahun kuliah

    di FISIP UI. Kenangan terindah bersama kalian akan selalu terukir dengan

    manis.

    Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari harapan

    dan kesempurnaan karena masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,

    peneliti memohon maaf dan dengan kerendahan hati menerima saran dan kritik

    dari pihak manapun yang bersifat membangun guna memberikan masukan

    berharga bagi peneliti dengan diiringi doa dan ucapan terima kasih.

    Depok, Juni 2012

    Peneliti

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • vi

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

    bawah ini:

    Nama : Rendy Aditya Oktadi

    NPM : 0806396443

    Program Studi : Ilmu Administrasi Fiskal

    Departemen : Ilmu Administrasi

    Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Jenis Karya : Skripsi

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Analisis Perlakuan Pajak AtasReklame Dinding di Provinsi DKI Jakarta”. Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkannama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal :

    Yang menyatakan,

    (Rendy Aditya Oktadi)

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • vii

    ABSTRAK

    Nama : Rendy Aditya OktadiProgram Studi : Ilmu Administrasi FiskalJudul Skripsi : Analisis Perlakuan Pajak Atas Reklame Dinding Di

    Provinsi DKI Jakarta

    Skripsi ini membahas mengenai penyelenggaraan reklame yang menggunakanmedia jenis baru. Pemerintah melakukan pengenaan pajak atas penyelenggaraanreklame dinding. Pokok permasalahan penelitian adalah perlakuan pajak yangditerapkan oleh Pemda terkait penyelenggaraan reklame dinding di DKI Jakartadan faktor penghambat atas reklame dinding. Peneliti menggunakan pendekatankualitatif deskriptif. Hasil penelitian dari skripsi ini adalah perlakuan dasarpenetapan pengenaan pajak penyelenggaraan reklame dinding termasuk ke dalamkategori reklame papan/billboard. Dalam persyaratan perizinan sama denganpersyaratan reklame papan, namun reklame dinding tidak membutuhkanpersyaratan TLB – BBR, IMB – BBR dan izin pemasangan hanya dilakukan diUPPD Kecamatan. Faktor penghambat dengan adanya reklame dinding yaituterdapat perbedaan persepsi pemerintah daerah dengan Wajib Pajak, pergeseranpenerimaan daerah, dan estetika keindahan kota terganggu.

    Kata Kunci: Perlakuan Pajak, Reklame Dinding

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • viii

    ABSTRACT

    Name : Rendy Aditya OktadiStudy Program : Under Graduate Program of Fiscal AdministrationTitle : The Taxation of Wall Advertising in DKI Jakarta

    Analysis

    The focus of this study is implementation of an advertising that uses a new type ofmedia, the wall advertising. Government imposes a tax on the wall advertising.Subject of this research are tax treatment of wall advertising by local governmentadministration in Jakarta and resisting factors in wall advertising. Researchersused a qualitative descriptive approach. The results are basis for tax treatment ofimplementation in wall advertising categorized on boards advertising / billboards.Licensing requirements of wall advertising is same with the licensingrequirements of boards advertising / billboards, but the wall advertising do notrequire TLB – BBR , IMB - BBR and installation permission only in UPPD sub-district. Resisting factors are differences perception between local governmentand taxpayer, friction on local revenues, and disturbed the aesthetic of city.

    Keywords: Advertising Tax, Wall Advertising

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • ix

    DAFTAR ISI

    HalamanHALAMAN JUDUL............................................................................................. iHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. iiHALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iiiKATA PENGANTAR .......................................................................................... ivHALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................viABSTRAK ............................................................................................................viiDAFTAR ISI......................................................................................................... ixDAFTAR TABEL.................................................................................................xiDAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiiDAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................11.2. Pokok Permasalahan ......................................................................................71.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................................81.4. Signifikansi Penelitian ...................................................................................81.5. Sistematika Penulisan ....................................................................................9

    BAB 2 KERANGKA TEORI2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................................112.2. Kerangka Teori ..............................................................................................16

    2.2.1. Pajak Daerah ........................................................................................162.2.2. Administrasi Pajak ...............................................................................252.2.3. Pajak Reklame .....................................................................................302.2.4. Kerangka Pemikiran.............................................................................32

    BAB 3 METODE PENELITIAN3.1. Pendekatan Penelitian ....................................................................................343.2. Jenis Penelitian...............................................................................................353.3. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................363.4. Teknik Analisis Data......................................................................................373.5. Narasumber / Informan ..................................................................................383.6. Site Penelitian ................................................................................................393.7. Batasan Penelitian ..........................................................................................39

    BAB 4 GAMBARAN UMUM DINAS PELAYANAN PAJAK DANPAJAK REKLAME DI PROVINSI DKI JAKARTA4.1. Gambaran Umum Dinas Pelayanan Pajak .....................................................404.2. Pengelolaan dan Mekanisme Pemungutan Pajak Reklame di DPP ...............48

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • x

    BAB 5 ANALISIS PERLAKUAN PAJAK ATAS REKLAMEDINDING DI PROVINSI DKI JAKARTA5.1. Perlakuan Pajak atas Reklame Dinding atau Painting di Provinsi DKIJakarta ...................................................................................................................575.2. Faktor Penghambat Dalam Pengenaan Pajak atas Reklame Dindingdi Provinsi DKI Jakarta.........................................................................................99

    BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN6.1. Simpulan ........................................................................................................1126.2. Saran...............................................................................................................113

    DAFTAR REFERENSI

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Data Penerimaan Pajak Reklame Provinsi DKI Jakarta ................3Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Pustaka ..............................................................14Tabel 4.1 Besaran Nilai Kelas Jalan Pajak Reklame Papan/Billboard ..........51Tabel 4.2 Besaran Nilai Kelas Jalan Pajak Reklame Kain, Umbul-Umbul,

    Spanduk, dan sejenisnya ...............................................................52Tabel 5.1 Jumlah Reklame di Provinsi DKI Jakarta ......................................59Tabel 5.2 Rincian Jumlah Reklame Dinding di Provinsi DKI Jakarta ..........61Tabel 5.3 Jumlah Unit Pelayanan Pajak Daerah di Provinsi DKI Jakarta .....76Tabel 5.4 Besaran Nilai Kelas Jalan Pajak Reklame Papan/Billboard ..........87

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    HalamanGambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................32Gambar 4.1 Struktur Organisasi DPP.............................................................45Gambar 4.2 Susunan Organisasi Suku Dinas Pelayanan Pajak......................46Gambar 4.3 Mekanisme Penyelenggaraan Reklame di DKI Jakarta...............55Gambar 5.1 Reklame Dinding atau Painting di Provinsi DKI Jakarta...........62

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Pedoman WawancaraLampiran 2 Wawancara dengan Kepala Bidang Peraturan dan Penyuluhan

    Pajak Daerah Dinas Pelayanan PajakLampiran 3 Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Peraturan dan

    Penyuluhan Pajak Daerah Dinas Pelayanan PajakLampiran 4 Wawancara dengan Kepala UPPD Kecamatan Kebayoran BaruLampiran 5 Wawancara dengan Kepala UPPD Kecamatan Pasar MingguLampiran 6 Wawancara dengan Biro Iklan Selaku Wajib Pajak Reklame

    DindingLampiran 7 Wawancara dengan Akademisi

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 1Universitas Indonesia

    BAB 1PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Permasalahan

    Pemerintah Daerah dalam menjalankan peranannya, memiliki kewajiban

    dalam melakukan pengelolaan keuangan daerahnya, yaitu melakukan perbaikan –

    perbaikan daerah dengan tindakan yang nyata dan berusaha semaksimal mungkin

    untuk meningkatkan pendapatan daerahnya melalui otonomi daerah. Salah satu

    tujuan otonomi daerah adalah agar Pemerintah Daerah dapat meningkatkan

    pendapatan daerahnya dengan optimal. Kebijakan pemberian otonomi daerah dan

    desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah merupakan

    langkah strategis dalam dua hal. Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi

    merupakan jawaban atas permasalahan lokal bangsa Indonesia yang berupa

    ancaman disintegrasi bangsa, kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan,

    rendahnya kualitas hidup masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya

    manusia (SDM). Kedua, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan

    langkah strategis untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan

    memperkuat basis perekonomian daerah. (Mardiasmo, 2006, para -7).

    Propinsi DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang melaksanakan fungsi

    otonomi daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keuangan

    daerahnya. Sepanjang tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Jakarta melaju pesat

    hingga menempatkan DKI Jakarta sebagai peringkat pertama dalam pertumbuhan

    ekonomi tertinggi yang menyumbangkan pertumbuhan bagi perekonomian

    Indonesia. Buktinya, sepanjang triwulan IV tahun lalu, 57,5 persen Produk

    Domestik Bruto (PDB) disumbangkan oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa

    dengan urutan sebagai berikut, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Bahkan,

    pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta mencapai

    6,6 persen atau lebih tinggi 0,1 persen dibanding PDB Nasional yang hanya

    mencapai 6,5 persen. Pertumbuhan tersebut didorong oleh hampir semua sektor

    ekonomi kecuali sektor pertanian dan sektor pertambangan. Dengan pertumbuhan

    terbesar dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 4,4 persen,

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    sektor jasa-jasa 2,6 persen, dan sektor perdagangan, hotel, serta restoran sebesar

    2,0 persen (pertumbuhan ekonomi, 2012, para -2).

    Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta membuat para pelaku

    bisnis dituntut untuk dapat lebih bersaing dalam mempromosikan produk

    perusahaan dan pengenalan secara mendalam mengenai hasil produksi perusahaan

    yang ditawarkan kepada masyarakat untuk menunjang peningkatan penerimaan

    pada masing-masing sektor ekonomi. Dalam jurnalnya, Pujiyanto (2003, p. 96 –

    97) mengemukakan bahwa adanya pasar bebas mengakibatkan dunia perdagangan

    menjadi persaingan promosi yang lebih ketat di kalangan para pengusaha dengan

    banyaknya jenis produk yang ditawarkan. Berbagai jenis produk yang ditawarkan

    sangat berhati-hati dalam mengisi peluang bisnis melalui promosi. Mengatur

    strategi pemasaran melalui media periklanan yang bertujuan agar produk

    perusahaan meningkat dan jangkauan pasar lebih luas merupakan suatu langkah

    yang harus dilakukan untuk memperkenalkan produk prusahaan kepada

    konsumen.

    Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat

    menarik minat khalayak, orisinal, memiliki karakteristik tertentu, dan persuasif,

    sehingga para konsumen secara sukarela terdorong untuk melakukan suatu

    tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak yang melakukan iklan (Frank,

    1997, p. 18). Periklanan di luar ruangan mencakup segala bentuk iklan yang

    terdapat di tempat yang terbuka pada luar ruangan, baik yang tertulis maupun

    lisan. Bentuk umum periklanan luar ruangan termasuk Billboard seperti buletin,

    fasilitas jalan seperti iklan pada bus ,tempat transit seperti di terminal dan bandara

    dan periklanan di udara (Lichtenthal, et. al, 2005, p. 2). Salah satu media

    periklanan yang banyak digunakan oleh para pelaku bisnis untuk kebutuhan

    promosi di Propinsi DKI Jakarta yaitu melalui reklame.

    Reklame merupakan suatu komoditas yang dipengaruhi oleh kepentingan

    pemerintahan dalam menjalankan fungsi budgetair atau fiskal sebagai sumber

    pendapatan daerah, dan fungsi regulasi atau pengaturan yang berfungsi sebagai

    elemen estetika kota serta kepentingan bisnis sebagai alat promosi. Dalam rangka

    memperkenalkan hasil produksinya, perusahaan – perusahaan dagang maupun

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 3

    Universitas Indonesia

    jasa menggunakan media reklame sebagai sarana promosi untuk menarik banyak

    konsumen.

    Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

    Retribusi Daerah atas penyelenggaraan reklame akan dikenakan pajak reklame.

    Definisi reklame tertuang dalam Undang-undang No.28 Tahun 2009, yaitu benda,

    alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk

    tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk

    menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat

    dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Dalam hal

    melakukan pemungutan terhadap Pajak Daerah khususnya Pajak Reklame,

    Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Daerah

    Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame atas perubahan Peraturan Daerah

    Nomor 2 Tahun 2004. Disamping itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga

    menerbitkan peraturan untuk mengatur penyelenggaraan reklame yaitu tertuang

    dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan reklame.

    Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Pelayanan Pajak DKI

    Jakarta (DPP DKI Jakarta) memandang bahwa Pajak Reklame merupakan salah

    satu sumber penerimaan daerah yang berpotensi dalam meningkatkan penerimaan

    daerah. Pemerintah Propinsi DKI Jakarta terus melakukan upaya untuk menggali

    potensi sumber-sumber keuangannya melalui Pajak Reklame, karena penerimaan

    yang bersumber dari pajak reklame dirasakan masih belum optimal dan

    mengalami penurunan penerimaan di tiap tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel

    data penerimaan pajak reklame Propinsi DKI Jakarta dibawah ini sebagai berikut.

    Tabel 1.1 Data Penerimaan Pajak Reklame Provinsi DKI Jakarta

    TahunRealisasi Penerimaan

    Pajak ReklamePersentase Perkembangan

    Penerimaan

    2008 306.953.676.694 -

    2009 269.697.869.692 -13,80%

    2010 258.171.510.385 -4,50%

    2011 235.840.066.587 -9,50%Sumber: Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta (telah diolah kembali oleh peneliti)

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    Berdasarkan data penerimaan Pajak Reklame dapat dilihat bahwa

    penerimaan Pajak Reklame mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2011.

    Pada tahun 2008 penerimaan sebesar 306.953.676.694, sedangkan pada tahun

    2009 penerimaan pajak reklame mengalami penurunan sebesar 13,8 %. Realisasi

    penerimaan Pajak reklame pada tahun 2010 sebesar 258.171.510.385 dimana

    terdapat penurunan sebesar 4,5 %.

    Pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 9,5 %.Salah satu penurunan

    penerimaan Pajak Reklame disebabkan oleh adanya sumber potensi dari objek

    pajak reklame yang belum dikenakan secara optimal. Disamping itu adanya

    penyelenggaraan reklame yang belum menjadi objek pajak reklame yang

    seharusnya dipungut pajak reklame oleh DPP DKI Jakarta.

    Semakin berkembangnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan,

    maka pada saat ini perusahaan sedang meningkatkan strategi bisnis melalui

    penyelenggaraan reklame dinding. Reklame dinding di Provinsi DKI Jakarta

    disebut juga dengan istilah painting atau branding, tetapi oleh para penyelenggara

    reklame dan Pemda lebih dikenal dengan istilah Painting. Reklame dinding yakni

    mengenai pemasangan iklan bergambar pada rumah atau bangunan milik warga

    dipinggir jalan protokol yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan, dimana

    beberapa perusahaan yang menggunakannya adalah perusahaan selular dan rokok.

    Perusahaan memanfaatkan dinding rumah, gedung sekolah, dan bangunan lainnya

    yang berada di tempat strategis, dan mudah dijangkau orang banyak.

    Penyelenggaraan reklame dinding cukup diminati oleh perusahaan dikarenakan

    biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah dibanding jenis penyelenggaraan

    reklame lainnya dan sebelumnya atas penyelenggaraan reklame dinding tidak

    dipungut pajak.

    Reklame dinding yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta tersebar di beberapa

    wilayah yang terdapat pada masing – masing UPPD. Jumlah reklame dinding

    yang terdapat di seluruh UPPD Jakarta Utara berjumlah sebanyak 49 buah, Jakarta

    Timur sebanyak 220 buah, serta diikuti dengan Jakarta Pusat sebanyak 154 buah.

    Pada UPPD di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat terdapat

    penyelenggaraan reklame dinding dengan jumlah yang sama, penyelenggaraan

    reklame dinding pada kedua UPPD tersebut sebanyak 142 buah pada masing –

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 5

    Universitas Indonesia

    masing wilayah. Penyelenggaraan reklame dinding di Provinsi DKI Jakarta

    didominasi oleh perusahaan – perusahaan provider selular yang terdiri berbagai

    merk provider dan sisanya terdiri dari perusahaan merk cat, helm, ban, dan rokok.

    Jadi total keseluruhan reklame dinding yang terdapat di DKI Jakarta pada tahun

    2011 yaitu sebanyak 707 buah reklame (DPP, 2012)

    Di Indonesia hingga saat ini setidaknya ada 10 perusahaan operator seluler

    dengan berbagai produknya yang melakukan penyelenggaraan reklame dinding

    untuk kepentingan promosi produk perusahaan. Banyaknya jumlah perusahaan

    operator seluler yang melakukan pemanfaatan reklame dinding, maka persaingan

    antar operator seluler pun menjadi cukup ketat dalam menarik pelanggan baru dan

    mempertahankan pelanggan setianya masing-masing (rimba menara, 2011, para -

    10). Namun, atas penyelenggaraan Reklame dinding hingga saat ini belum ada

    peraturan daerah khusus yang mengatur mengenai pengenaan pajak atas

    penyelenggaraan reklame dinding tersebut. Mengacu kepada Peraturan Daerah

    Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame, disebutkan mengenai objek

    reklame yaitu reklame papan, reklame kain, reklame melekat, reklame selebaran,

    reklame berjalan, reklame udara, reklame suara, reklame film, reklame peragaan.

    Pada objek pajak reklame yang disebutkan pada Peraturan Daerah No. 12 Tahun

    2011 tidak disebutkan mengenai reklame dinding. Hal ini dikarenakan

    penyelenggaraan reklame dinding merupakan model penyelenggaraan reklame

    yang penyelenggaraannya menggunakan media yang berbeda di Propinsi DKI

    Jakarta. Pada implementasinya di lapangan, Pemerintah Daerah yaitu DPP DKI

    Jakarta telah melakukan pengenaan pajak reklame dinding terhadap perusahaan

    yang melakukan iklan pada reklame dinding dengan mengacu kepada Perda

    terkait Dasar Pengenaan Pajak.

    Pemerintah Daerah diberi kewenangan oleh pemerintah pusat dalam rangka

    meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah melalui

    perluasan obyek pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Dinas Pelayanan

    Pajak Provinsi DKI Jakarta telah membentuk UPPD (Unit Pelayanan Pajak

    Daerah) di tingkat Kecamatan untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat

    wajib pajak (ada perluasan, 2012, para -5). Menurut Edi Sumantri, dalam hal

    menyikapi perpajakan atas reklame dinding di Propinsi DKI Jakarta terdapat suatu

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 6

    Universitas Indonesia

    masalah terkait ketidakseragaman atas perhitungan pajak yang harus dibayar

    berdasarkan pada luas ukuran reklame dinding. Pada awal pengenaan beberapa

    wilayah UPPD di tingkat kecamatan melakukan pengenaan pajak reklame dinding

    hanya sebatas ukuran gambar inisial atau simbol produk perusahaan yang tertera

    di dinding dan bukan atas seluruh luas dinding, sedangkan pada UPPD lain

    melakukan pengenaan pajak reklame dinding atas seluruh luas dinding yang

    dipasang reklame oleh penyelenggara reklame. Kondisi tersebut mengakibatkan

    terjadi perbedaan dalam melakukan pengenaan pajak reklame dinding di tiap-tiap

    wilayah di Propinsi DKI Jakarta (wawancara dengan Bapak Edy Sumantri Kepala

    UPPD Kebayoran Baru 23 Mei 2012, pukul 18.00).

    Disamping ketidakseragaman dalam hal pemungutan pajak atas reklame

    dinding. Atas penyelenggaraan reklame dinding di lapangan masih terdapat

    kerancuan dalam hal petunjuk pelaksanaan atas penyelenggaraan reklame dinding.

    Hal ini terkait dalam menentukan DPP (Dasar Pengenaan Pajak) atas reklame

    dinding, dasar pertimbangan dalam melakukan pengenaan pajak reklame dinding,

    proses perizinan yang harus dipenuhi, dan proses penertiban yang dilakukan oleh

    Pemerintah Daerah terhadap adanya pelanggaran yang terjadi terkait

    penyelenggaraan reklame dinding di Provinsi DKI Jakarta. Banyak para

    penyelenggara reklame yang merasa diperlakukan tidak adil dalam melakukan

    penghitungan dasar pengenaan pajak atas penyelenggaraan reklame dinding atau

    painting (wawancara dengan Bapak Wawan selaku wajib pajak 1 Juni 2012, pukul

    10.00).

    Masalah yang kerap terjadi dalam penyelenggaraan reklame adalah belum

    adanya standar estetika lingkungan penataan reklame, belum adanya aturan batas

    maksimal pengadaan reklame pada wilayah tertentu, larangan pemasangan

    reklame sering diabaikan, kurangnya sistem kontrol, desain reklame yang

    terpasang tidak sesuai usulan, dan banyak reklame yang berdiri tanpa memandang

    keindahan kota (800 reklame, 2011, para -9). Dalam hal penyelenggaraan reklame

    dinding di DKI Jakarta memiliki potensi untuk dijadikan perluasan objek pajak

    reklame yang menggunakan media reklame jenis baru dan optimalisasi

    penerimaan daerah. Tetapi, atas penyelenggaraan reklame dinding di Provinsi

    DKI Jakarta masih terdapat kelemahan dalam melakukan sistem kontrol terkait

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    pemasangan reklame dinding dimana pemasangannya seringkali tidak sesuai

    dengan desain reklame dalam perizinannya, disamping itu pula terkait dengan

    standar estetika keindahan kota dalam hal penataan reklame. Reklame dinding

    yang semakin berkembang dapat memicu terjadinya suatu keadaan di Provinsi

    DKI Jakarta menjadi lahan atau tempat untuk melakukan kegiatan periklanan

    yang tidak diimbangi dengan peraturan yang lebih spesifik.

    Berdasarkan pada kondisi tersebut, atas penyelenggaraan reklame dinding

    yang berpotensi untuk dijadikan suatu objek pajak reklame yang baru, dimana

    penyelenggaraannya memerlukan biaya yang relatif lebih murah dan memiliki

    manfaat yang setara dengan jenis reklame lain mengakibatkan para penyelenggara

    reklame beralih menggunakan reklame dinding. Disatu sisi adanya reklame

    dinding berpotensi untuk dilakukan perluasan objek pajak daerah penerimaan

    daerah dari sisi pajak, tetapi di sisi lain penyelenggaraan reklame dinding justru

    dapat menimbulkan masalah lain terkait hilang penerimaan daerah dari sisi

    retribusi atas perizinan reklame. Jadi dengan keadaan sepertin ini, Wajib Pajak

    dapat memanfaatkan celah dalam peraturan reklame untuk melakukan suatu

    penghindaran pajak atau yang disebut Tax Avoidance atau penghindaran pajak.

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada Dinas Pelayanan

    Pajak yaitu dengan melakukan studi pada UPPD (Unit Pelayanan Pajak Daerah)

    Kecamatan Kebayoran Baru dan Pasar Minggu di DKI Jakarta. UPPD merupakan

    perpanjangan tangan dari Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta dalam

    menangani masalah reklame dinding. Peneliti memilih site UPPD Kebayoran

    Baru dan Pasar Minggu di wilayah Jakarta Selatan untuk mengambil sampel yang

    mewakili UPPD pada Provinsi DKI Jakarta dalam menganalisis permasalahan

    atas reklame dinding dan karena pada UPPD Kebayoran Baru dan Pasar Minggu

    berada di wilayah Jakarta Selatan dengan kelas jalan yang termasuk kedalam

    kategori kelas jalan ekonomi dan lingkungan, karena penyelenggaraan reklame

    dinding sampai saat ini hanya dilakukan pada kelas jalan ekonomi dan

    lingkungan.

    1.2 Pokok Permasalahan

    Reklame dinding sedang marak penyelenggaraannya terkait dengan

    dikenakannya pajak atas penyelenggaraan reklame dinding di Provinsi DKI

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 8

    Universitas Indonesia

    Jakarta. Reklame dinding merupakan model penyelenggaraan reklame jenis baru

    yang berpotensi untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah. Tidak adanya

    peraturan khusus yang mengatur mengenai penyelenggaraan reklame dinding

    berdampak pada timbulnya ketidakseragaman dalam hal perlakuan pajak atas

    reklame dinding di masing-masing UPPD di Propinsi DKI Jakarta, serta

    permasalahan yang timbul dihadapi oleh pemerintah daerah dalam melakukan

    pengenaan pajak atas reklame dinding. Disamping itu penyelenggaraan reklame

    dinding juga menimbulkan hambatan terkait tata letak penyelenggaraan reklame

    dinding di kota DKI Jakarta, meskipun reklame dinding dapat dijadikan sumber

    optimalisasi penerimaan Pajak Reklame. Dari latar belakang yang dijelaskan

    diatas maka permasalahan yang muncul adalah :

    1. Bagaimana perlakuan pajak atas penyelenggaraan reklame di Propinsi DKI

    Jakarta ?

    2. Apa faktor – faktor penghambat dalam pengenaan pajak atas reklame

    dinding di Provinsi DKI Jakarta ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini disusun dengan maksud agar dapat memenuhi tujuan-tujuan

    berikut:

    1. Menganalisis perlakuan pajak atas penyelenggaraan reklame dinding di

    Propinsi DKI Jakarta

    2. Menganalisis faktor – faktor penghambat dalam pengenaan pajak atas

    reklame dinding di Propinsi DKI Jakarta

    1.4 Signifikansi Penelitian

    Pada penelitian yang dilakukan, diharapkan ada 2 signifikansi yang

    didapatkan oleh peneliti dalam penelitian, yaitu :

    1. Signifikansi Akademis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

    pengetahuan dan memberi masukan berupa sumbangan pemikiran guna

    pendalaman teori di bidang perpajakan, terutama dalam hal perpajakan

    terhadap Reklame dinding yang berpotensi menjadi sumber pendapatan

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 9

    Universitas Indonesia

    Pajak Daerah. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memperbaharui dan

    melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya serta untuk menambah

    wawasan baik bagi para pembaca maupun penulis sendiri atas Pajak

    Reklame dinding.

    2. Signifikansi Praktis

    Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam upaya

    memperdalam studi kasus mengenai pajak daerah, khususnya pada Pajak

    Reklame dinding. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan masukan kepada pemerintah daerah DKI Jakarta dalam

    melakukan pemungutan Pajak Reklame dinding serta pemberian Izin

    Penyelenggaraan Reklame dinding untuk dijadikan suatu bahan evaluasi

    agar dapat lebih optimal dalam mengelola Pajak Reklame.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalm 6 (enam ) bab yang masing-

    masing terbagi menjadi beberapa sub bab, hal ini dilakukan agar dapat mencapai

    suatu pembahasan atas permasalahan pokok yang lebih mendalam dan mudah

    diikuti oleh setiap pihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai perlakuan

    pajak atas reklame dinding. Hal ini terkait dengan adanya penyelenggaraan

    reklame dengan menggunakan media reklame jenis baru yaitu reklame dinding

    yang terdapat di Propinsi DKI Jakarta. Garis besar penulisan skripsi ini dapat

    diuraikan sebagai berikut.

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Pada bab ini penulis akan menggambarkan mengenai latar

    belakang permasalahan, pokok permasalahan yang akan dibahas,

    tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan,

    signifikansi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

    BAB 2 KERANGKA TEORI

    Pada bab ini penulis mencoba menggambarkan konsep yang akan

    diteliti, mengaitkan masalah dengan teori konsep untuk

    memadukan seluruh materi yang ada kaitannya dengan masalah

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    dan cara mengungkapkan dasar-dasar teoritis, konseptual, dan

    logis.

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    Bab ini akan menguraikan metode penelitian yang digunakan oleh

    peneliti yang terdiri dari pendekatan penelitian, jenis atau tipe

    penelitian, metode dan strategi penelitian, narasumber/informan,

    proses penelitian, pembatasan penelitian dan keterbatasan

    penelitian yang dihadapi peneliti selama melakukan penelitian.

    BAB 4 GAMBARAN UMUM DINAS PELAYANAN PAJAK DAN

    PAJAK REKLAME DI PROPINSI DKI JAKARTA

    Bab ini akan diuraikan gambaran umum mengenai instansi dan

    organisasi Dinas Pelayanan Pajak di Propinsi DKI Jakarta serta

    Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame.

    BAB 5 ANALISIS PERLAKUAN PAJAK ATAS REKLAME

    DIINDING DI PROVINSI DKI JAKARTA

    Bab ini menguraikan pembahasan mengenai latar belakang

    pemerintah daerah melakukan pemungutan pajak terhadap reklame

    dinding, dan perlakuan pajak terhadap reklame dinding yang

    terdapat di Provinsi DKI Jakarta, serta faktor – faktor penghambat

    terkait dikenakannya pajak atas reklame dinding. Analisis yang

    dilakukan oleh peneliti mengacu pada teori-teori yang ada, serta

    didukung oleh informasi-informasi memadai yang didapat memalui

    proses wawancara mendalam melalui pihak terkait di Propinsi DKI

    Jakarta.

    BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

    Bab terakhir ini berisi simpulan yang merupakan hasil dari analisis

    yang telah dilakukan oleh penulis. Bab ini juga berisi rekomendasi

    yang diberikan penulis sebagai upaya pemecahan permasalahan

    yang ada.

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 11Universitas Indonesia

    BAB 2KERANGKA TEORI

    2.1 Tinjauan Pustaka

    Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melakukan tinjauan terhadap hasil

    penelitian-penelitian yang telah diselesaikan sebelumnya oleh para peneliti yang

    berbeda. Mengacu pada penelitian terdahulu, peneliti mencoba mengambil

    beberapa penelitian sebelumnya yang membahas masalah yang cukup relevan

    dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada tinjauan pustaka

    berikut ini akan dibandingkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti-

    peneliti sebelumnya. Penelitian yang akan dibandingkan pertama berupa skripsi

    yang dilakukan oleh Dwi Puji Astuti, mahasiswa Program Studi Administrasi

    Fiskal FISIP UI tahun 2010 yang berjudul “Implementasi Penegakan Hukum

    Pajak Reklame Melalui Pemeriksaan Pajak Dalam Upaya Meningkatkan

    Penerimaan Daerah Kota Jakarta”. Fokus dari penelitian tersebut adalah untuk

    mengetahui implementasi dari pemeriksaan pajak reklame yang dilakukan oleh

    Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Depok, kendala-kendala yang

    timbul serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul tersebut.

    Dalam penelitian tersebut, Dwi Puji Astuti menggunakan pendekatan

    kualitatif. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian ini

    termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Dari proses penelitian yang

    dilakukannya, Dwi Puji Astuti menarik kesimpulan bahwa penyelenggaraan

    reklame dilihat dari ruang lingkup pemeriksaan yang dilakukan oleh Dinas

    Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Depok terdapat 2 bentuk

    pemeriksaan, yaitu Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan Lapangan. Pemeriksaan

    tersebut dilakukan apabila adanya pengajuan permohonan penyelenggaraan

    reklame dari Wajib Pajak dan sebagai tugas rutin yang dilakukan oleh petugas

    pajak DPPK Kota Depok dalam upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan

    reklame yang telah ada sebelumnya. Kendala yang timbul adalah kepatuhan Wajib

    Pajak Reklame yang masih rendah, kurangnya pemahaman Wajib Pajak Reklame

    terhadap kewajibannya, keterbatasan Sumber Daya Manusia, dan keterbatasan

    peralatan. Upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    melakukan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, memberdayagunakan pegawai,

    penunjukkan Juru Sita, dan peminjaman alat.

    Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh S.Kristophorus,

    mahasiswa Program Sarjana Ekstensi Ilmu Administrasi Fiskal FISIP UI tahun

    2007 yang berjudul “Analisis Atas Implementasi Proses Perizinan Pajak

    Reklame Di Propinsi DKI Jakarta”. Penelitian yang dilakukan oleh

    S.Kristophorus pada tahun 2007 dilatarbelakangi oleh adanya instansi yang

    berbenturan karena kepentingan substansi yang berbeda seperti Dinas Pendapatan

    Daerah memerlukan optimalisasi penerimaan dan Pajak Reklame, sedangkan

    instansi lebih memandang reklame dari pokok keindahan sebagai elemen estetika.

    Dalam penelitiannya tersebut, S. Kristophorus menggunakan pendekatan

    penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena sosial yang ada.

    Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti menggunakan metode deskriptif. Dari

    proses penelitian yang dilakukannya, S. Kristophorus menarik kesimpulan bahwa

    proses perizinan penyelenggaraan reklame membutuhkan waktu kurang lebih 1

    bulan untuk pemasangan reklame 1 tahun dan membutuhkan biaya yang

    memberatkan penyelenggara reklame. Proses administrasi yang panjang dan

    membutuhkan cost yang tidak sedikit dalam proses perizinan menimbulan

    keinginan bagi pihak-pihak tertentu untuk memotong jalur yang seharusnya

    dengan cara melanggar peraturan yang telah ditetapkan, serta sumber daya

    petugas dalam unit-unit yang terlibat dalam penerbitan izin penyelenggaraan

    reklame belum menjalankan fungsinya dengan baik.

    Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Deyra

    Sulistyaning Andrini mahasiswa Program Studi Ekstensi Ilmu Administrasi FISIP

    UI pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Penetapan Nilai Sewa Reklame

    Berjalan/Kendaraan Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan Pajak Daerah

    (Studi Kasus di Propinsi DKI Jakarta). Penelitian yang dilakukan oleh Deyra

    Sulistyaning Andrini pada tahun 2008 dilatarbelakangi oleh adanya masalah yang

    mulai terjadi karena di satu sisi pemerintah daerah ingin mengoptimalkan

    penerimaan daerah melalui pajak reklame, terutama reklame berjalan/kendaraan

    tetapi di sisi lain tarif yang berlaku tidak menyesuaikan dengan lokasi, titik

    strategis maupun trayek yang dilalui oleh reklame berjalan/kendaraan.

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    Dalam penelitiannya tersebut, Deyra Sulistyaning Andrini Kusuma

    menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Berdasarkan tujuan penelitian,

    peneliti menggunakan metode deskriptif. Deyra Sulistyaning Andrini menarik

    kesimpulan bahwa penetapan Nilai Sewa Reklame (NSR) sebagai DPP reklame

    untuk reklame berjalan/kendaraan tidak mengacu pada kelas jalan dan tarif kelas

    jalan tetapi menggunakan tarif khusus (flat rate), penetapan NSR

    berjalan/kendaraan yang sesuai dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak

    daerah khususnya pajak reklame, melalui penyesuaian NSR untuk kendaraan

    umum yang memiliki jalur yang dilalui ditetapkan NSR dengan kelas jalan

    tertinggi yaitu Rp.15.000 /m/hari dan untuk reklame yang tidak memiliki jalur

    tetap ditetapkan tarif rata-rata yaitu Rp. 8.000

    Penelitian yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh. Dina Aulia

    Yuliasni Asmadi, mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal FISIP UI

    tahun 2011 yang berjudul “Analisis Implementasi Pemungutan Pajak Reklame

    Atas Reklame Rokok Pada Warung dan Kios di Kabupaten Bogor”.

    Penelitian yang dilakukan oleh Dina Aulia Yuliasni Asmadi membahas

    implementasi pemungutan pajak reklame atas reklame rokok pada warung dan

    kios di Kabupaten Bogor. Pemberlakuan Perda KTR Kota Bogor membuat

    Pemerintah Kabupaten Bogor membuka peluang bagi penyelenggara reklame

    rokok untuk menyelenggarakan reklame rokoknya di daerahnya. Namun

    pemasangan pada media ini harus sangat selektif dan diawasi karena sasaran pasar

    sangat luas.

    Dalam penelitiannya tersebut Dina Aulia Yuliasni Asmadi menggunakan

    pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data secara studi literatur

    observasi dan wawancara mendalam dengan teknik analisis data secara kualitatif.

    Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa implementasi tahapan

    administrasi pajak reklame rokok pada warung dan kios di Kabupaten Bogor

    sudah dilaksanakan sesuai teori, proses pengawasan penyelenggaraan reklame

    rokok pada warung dan kios di Kabupaten Bogor masih belum dilaksanakan

    sesuai standar yang sudah ditetapkan. Kendala ditemukan dalam tiap tahapan

    penyelenggaraan reklame. Baik dalam perizinan, administrasi pajak, maupun

    pengawasan dan berpengaruh terhadap hilangnya sejumlah potensi pajak.

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.1 Matriks Tinjauan PustakaNama Peneliti Dwi Puji Astuti S. Kristophorus Deyra Sulistyaning

    AndriniDina AuliaYuliasni A

    Rendy Aditya

    Tahun 2010 2007 2008 2011 2012Judul Implementasi

    Penegakan HukumPajak ReklameMelaluiPemeriksaan PajakDalam UpayaMeningkatkanPenerimaan DaerahKota Jakarta

    Analisis AtasImplementasi ProsesPerizinan PajakReklame Di PropinsiDKI Jakarta

    Analisis PenetapanNilai Sewa ReklameBerjalan/KendaraanDalam RangkaOptimalisasiPenerimaan PajakDaerah (Studi Kasusdi Propinsi DKIJakarta)

    AnalisisImplementasiPemungutan PajakReklame atasReklame RokokPada Warung danKios di KabupatenBogor

    Analisis PerlakuanPajak AtasReklame Dindingdi Propinsi DKIJakarta

    PokokMasalah

    1. Bagaimanaimplementasipemeriksaanpajak reklameyangdilakukan olehDinasPendapatandanPengelolaanKeuanganKota Depok ?

    2. Kendalaapakah yangtimbul dalamimplementasipemeriksaanpajak reklameyangdilakukan olehDPPK KotaDepok ?

    3. Upaya-upayaapakah yangdilakukanuntukmengatasikendala yangtimbul dalamimplementasipemeriksaanpajak reklameyangdilakukan olehDPPK KotaDepoktersebut ?

    1. Bagaimanapermasalahan-permasalahandan hambatan–hambatandalamimplementasiproses perizinanpajak reklamedi Propinsi DKIJakarta ?

    1. Apakah tarif kelasjalandiperhitungkansebagai dasarpengenaan pajakreklame berjalan./kendaraan ?

    2. Bagaimanapenyesuaian nilaisewa reklameberjalan/kendaraan setelahmemperhitungkantarif kelas jalandalam rangkaoptimalisasipenerimaan pajakdaerah ?

    1. Bagaimanaimplementasitahapanadministrasipajak reklameyang dilakukanPemerintahDaerahKabupatenBogor atasreklame rokokpada warungdan kios diKabupatenBogor ?

    2. Bagaimanaprosespengawasanpenyelenggaraan reklamerokok padawarung dankios diKabupatenKabupatenBogor ?

    3. Apa sajakendala yangmuncul dalamprosespenyelenggaraan reklamerokok padawarung dankios diKabupatenBogor ?

    1 Bagaimanaperlakuanpajak ataspenyelenggaraan reklamedinding diProvinsi DKIJakarta ?

    2 Apa faktorpenghambatdalampengenaanpajak atasreklamedinding diProvinsi DKIJakarta ?

    PendekatanPenelitian

    Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif PenelitianKuantitatif

    PenelitianKualitatif

    Jenis Penelitian Penelitian Deskriptif Penelitian Deskriptif Penelitian Penelitian

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    Penelitian Deskriptif Deskriptif DeskriptifTeknik

    PengumpulanData

    Studikepustakaan,penelitian lapangan, danwawancaramendalam

    Studi kepustakaandan pengumpulandata di lapangan

    Studi literatur/studikepustakaan dan studilapangan

    Studi kepustakaandan pengumpulandata di lapangan

    Studi literatur/studikepustakaan danstudi lapanganmelalui wawancaramendalam

    HasilPenelitian

    Penyelenggaraanreklame dilihat dariruang lingkuppemeriksaan yangdilakukan olehDinas Pendapatandan PengelolaanKeuangan KotaDepok terdapat 2bentukpemeriksaan, yaituPemeriksaanKantor danPemeriksaanLapangan. Kendalayang timbul adalahkepatuhan WajibPajak Reklameyang masih rendah,kurangnyapemahaman WajibPajak Reklameterhadapkewajibannya,keterbatasanSumber DayaManusia, danketerbatasanperalatan. Upaya –upaya yangdilakukan untukmengatasinyaadalah denganmelakukansosialisasi,pendidikan danpelatihan,memberdayagunakan pegawai,penunjukkan JuruSita, danpeminjaman alat.

    Berdasarkan hasilpenelitian bahwaproses perizinanpenyelenggaraanreklamemembutuhkan waktukurang lebih 1 bulanuntuk pemasanganreklame 1 tahun danmembutuhkan biayayang memberatkanpenyelenggarareklame. Prosesadministrasi yangpanjang danmembutuhkan costyang tidak sedikitdalam prosesperizinanmenimbulankeinginan bagi pihak-pihak tertentu untukmemotong jalur yangseharusnya dengancara melanggarperaturan yang telahditetapkan, sertasumber daya petugasdalam unit-unit yangterlibat dalampenerbitan izinpenyelenggaraanreklame belummenjalankanfungsinya denganbaik dimana dalampelaksanaannyaproses perizinan,kordinasi antar unityang terkait denganproses perizinanbelum berlangsungdengan semestinya

    bahwa penetapanNilai Sewa Reklame(NSR) sebagai DPPreklame untukreklameberjalan/kendaraantidak mengacu padakelas jalan dan tarifkelas jalan tetapimenggunakan tarifkhusus (flat rate),penetapan NSRberjalan/kendaraanyang sesuai dalamrangka optimalisasipenerimaan pajakdaerah khususnyapajak reklame,melalui penyesuaianNSR untuk kendaraanumum yang memilikijalur yang dilaluiditetapkan NSRdengan kelas jalantertinggi yaituRp.15.000 /m/hari danuntuk reklame yangtidak memiliki jalurtetap ditetapkan tarifrata-rata yaitu Rp.8.000

    Implementasitahapanadministrasi pajakreklame rokok padawarung dan kios diKabupaten Bogorsudah dilaksanakansesuai teori, prosespengawasanpenyelenggaraanreklame rokok padawarung dan kios diKabupaten Bogormasih belumdilaksanakan sesuaistandar yang sudahditetapkan. Kendaladitemukan dalamtiap tahapanpenyelenggaraanreklame. Baikdalam perizinan,administrasi pajak,maupunpengawasan danberpengaruhterhadap hilangnyasejumlah potensipajak.

    Dasar penetapanpengenaan pajakpenyelenggaraanreklame dindingatau painting yaitutermasuk ke dalamkategori reklamepapan/billboard.PersyaratanPerizinan samadengan persyaratanreklame papan,tetapi reklamedinding tidakmembutuhkanpersyaratan TLB –BBR dan IMB –BBR dan ada diUPPD. Perhitunganberdasarkan ukuranluas dihitung atasseluruh luasdinding yangterdapat reklameyang dikenakanpajak. Faktorpenghambat yaitubeda persepsipemerintah daerahdengan WP,Pergeseranpenerimaan daerah,dan Estetikakeindahan kotaterganggu

    Sumber: Diolah oleh peneliti

    Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian-

    penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian yang berjudul

    “Analisis Perlakuan Pajak Atas Reklame Dinding di Provinsi DKI Jakarta”

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    dilakukan untuk menganalisis perlakuan pajak terhadap reklame dinding yang

    merupakan jenis penyelenggaraan reklame model baru di Propinsi DKI Jakarta,

    disamping itu untuk menganalisis faktor penghmbat yang dihadapi dalam hal

    dilakukannya pengenaan pajak atas reklame dinding. Pada penelitian-penelitian

    sebelumnya peneliti membahas mengenai pajak reklame dilihat dari sisi

    implementasi proses perizinan, penegakan hukum, pemungutan, serta penetapan

    nilai sewa reklame. Sedangkan pada penelitian yang berjudul “Analisis Perlakuan

    Pajak atas Reklame Dinding di Provinsi DKI Jakarta” lebih terfokus pada

    perlakuan pajak reklame dinding dimana pada penelitian sebelumnya tidak ada

    penelitian yang membahas mengenai reklame dinding.

    Selain perbedaan tersebut, penelitian terdahulu memiliki persamaan dengan

    penelitian ini. Persamaan dengan keempat penelitian diatas adalah kesamaan tema

    yang diambil, yaitu pajak reklame. Dengan kesamaan tema tersebut, beberapa

    teori yang digunakan juga memiliki persamaan seperti teori pajak daerah,

    administrasi pajak, dan pajak reklame. Terdapat persamaan dalam metode

    penelitian yang digunakan pada skripsi Dwi Puji Astuti, Kristophorus, Deyra, dan

    penelitian yang berjudul “Analisis Perlakuan Pajak atas Reklame Dinding atau di

    Propinsi DKI Jakarta” yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif. Namun,

    pada skripsi Dina Aulia menggunakan metode penelitian yang berbeda yaitu

    metode penelitian kuantitatif.

    2.2 Kerangka Teori

    2.2.1 Pajak Daerah

    Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi daerah.

    Diharapkan dengan berkembangnya pajak daerah maka ketergantungan daerah

    kepada Pemerintah Pusat (dalam bentuk dana perimbangan) akan semakin

    berkurang. Sehingga daerah akan lebih mandiri karena inti dari pelaksana otonomi

    ditujukan untuk mengurangi tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah

    (pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota) terhadap Pemerintah

    Pusat.

    Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

    badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

    digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

    pembangunan daerah (Mardiasmo, 2009, p.12).

    Definisi dari Pajak Daerah adalah menurut Kurniawan dan Agus (2004, p.

    47) adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, baik provinsi maupun

    kabupaten/kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli

    daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam Anggaran Penerimaan dan

    Belanja Daerah”

    Pajak Daerah merupakan pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah

    kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya, tanpa langsung

    memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah yang

    memungut pajak daerah yang dibayarkannya (Luthfi, 2006, p. 3)

    Pajak Daerah dikemukakan oleh Davey dalam bukunya Financing Regional

    Government yang terdiri dari 4 hal sebagaimana dikutip oleh Prakosa dalam

    bukunya yang berjudul “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”, yaitu : (Prakosa

    dan Kembang, 2003, p. 2)

    1. Pajak yang dipungut oleh Pemda berdasarkan peraturan dari daerah itu

    sendiri.

    2. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah.

    3. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan Pemerintah Pusat tetapi

    penetapan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

    4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat, tetapi

    hasil pungutannya diberikan kepada Pemerintah Daerah.

    Dari pengertian diatas, terlihat bahwa ada dua hal yang sangat menonjol

    yaitu pajak daerah sebagai hasil dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah

    daerah itu sendiri dan pajak daerah yang sebenarnya merupakan pajak pusat,

    namun pelaksanaan administrasi serta hasil dari pajak tersebut diberikan kepada

    daerah. Dengan kata lain ada pajak daerah yang benar-benar diciptakan oleh

    pemerintah suatu daerah karena melihat adanya prospek pemasukan yang besar

    bagi daerah tersebut ataupun juga dengan pertimbangan adanya keharusan bagi

    pemerintah daerah untuk membatasi suatu kegiatan tertentu (regulerend).

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 18

    Universitas Indonesia

    Teresa Ter-Minassian memandang bahwa pajak daerah yang baik harus

    diiringi dengan sistem desentralisasi pengeluaran publik yang memadai. Dalam

    menentukan pajak akan dikenakan di daerah atau di pusat harus memperhitungkan

    kriteria-kriteria yang sesuai apakah pajak dapat dikenakan di daaerah atau dengan

    pilihan pajak itu harus dikenakan di pemerintah pusat. Ada beberapa kriteria yang

    dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan pajak daerah, seperti,

    apabila di dalam pemungutan pajak mempengaruhi distribusi pendapatan secara

    umum atau secara luas, maka pajak tersebut harus dipungut oleh pemerintah

    pusat. Hal ini di maksudkan agar di dalam pemungutan pajak akan tercipta

    kestabilan perekonomian di negara bersangkutan, Pajak daerah harus mempunyai

    kejelasan, dan Pajak daerah seharusnya dapat menciptakan pendapatan daerah

    agar tidak terjadi ketidakseimbangan fiskal yang cukup besar secara vertikal dan

    pajak daerah harus memiliki administrasi yang mudah dijalankan agar dapat

    tercipta kelancaran (1997, hal 53).

    Menurut Bird (2000, p.15), ada dua prinsip utama yang disarankan dalam

    penyerahan kewenangan penerimaan ke pemerintah daerah. Pertama, pendapatan

    dari “sumber sendiri” paling tidak cukup untuk memungkinkan daerah-daerah

    kaya untuk membiayai sendiri pelayanan lokal, terutama yang mempunyai

    manfaat bagi masyarakat setempat. Kedua, sedapat mungkin penerimaan-

    penerimaan daerah dapat dipungut hanya dari masyarakat setempat, terutama yang

    manfaatnya mereka terima dari pelayanan pemerintah daerah. Lebih rinci lagi,

    berikut merupakan daftar sifat-sifat penting dari sumber-sumber daerah yang

    dianggap ideal:

    1. Basis (objek) pajak relatif tidak dapat berpindah, untuk memungkinkan

    pejabat daerah menyesuaikan tarif tanpa harus mengorbankan basis pajak

    mereka

    2. Penerimaan pajak harus dapat menutupi kebutuhan lokal dan bersifat

    dinamis (yaitu, dapat dikembangkan paling tidak sama cepatnya dengan

    kebutuhan peningkatan)

    3. Penerimaan pajak harus relatif stabil dan relatif dapat diproyeksikan dengan

    baik

    4. Beban pajak diupayakan agar tidak dialihkan ke daerah lain

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    5. Basis (objek) pajak harus dapat dilihat untuk kepentingan akuntabilitas

    6. Pajak harus dianggap adil oleh wajib pajak

    Pajak daerah juga diartikan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau

    pajak negara yang diserahkan kepada daerah, yang pemungutannya

    diselenggarakan oleh daerah di dalam wilayah kekuasaannya, yang digunakan

    untuk membiayai pengeluaran daerah terhubung dengan tugas dan kewajiban

    mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan

    Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”

    (Soelarno, 1999, p. 97).

    Pembagian jenis pajak menurut lembaga pemungutnya di Indonesia dibagi

    menjadi dua, yaitu pajak pusat dan pajak daerah (yang terbagi menjadi pajak

    propinsi dan pajak kabupaten/kota). Setiap tingkatan pemerintah hanya dapat

    memungut pajak yang ditetapkan menjadi kewenangannya, dan tidak boleh

    memungut pajak yang bukan kewenangannya. Hal ini dimaksudkan untuk

    menghindari adanya tumpang tindih (perebutan kewenangan) dalam pemungutan

    pajak terhadap masyarakat (Siahaan, 2008, p. 9).

    Untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada, terdapat beberapa tolak ukur

    untuk menilai Pajak Daerah yaitu : (Devas, 1989, p. 61)

    1. Hasil (Yield)

    Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan dengan berbagai

    layanan yang dibiayainya, stabilitas, dan mudah tidaknya memperkirakan

    besar hasil itu, serta elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan

    penduduk, dan sebagainya. Disamping itu perbandingan hasil pajak dengan

    biaya pungut.

    2. Keadilan (Equity)

    Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang-

    wenang. Pajak bersangkutan harus adil secara horisontal, artinya beban pajak

    haruslah sama benar antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan

    kedudukan ekonomi yang sama. Harus adil secara vertikal, artinya kelompok

    yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar memberikan

    sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak banyak memiliki

    sumberdaya ekonomi. Dan pajak itu haruslah adil dari tempat ke tempat,

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    dalam arti hendaknya tidak ada perbedaan– perbedaan besar dan sewenang–

    wenang dalam beban pajak dari satu daerah ke daerah lain, kecuali jika

    perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan

    masyarakat.

    3. Daya Guna Ekonomi (Economic Efficiency)

    Pajak hendaknya mendorong (atau setidak-tidaknya tidak menghambat)

    penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi.

    Mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan produsen menjadi

    salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung, dan

    memperkecil “beban lebih” pajak

    4. Kemampuan Melaksanakan (Ability to Implement)

    Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut kemauan politik

    dan kemauan tata usaha.

    5. Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah (Suitability as a Local

    Revenue Source)

    Sidik (2002, p.2) mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip umum perpajakan

    daerah yang baik pada umumnya tetap sama, yaitu harus memenuhi kriteria-

    kriteria umum tentang perpajakan daerah yaitu:

    a. Prinsip memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya dapat mudah

    naik turun mengikuti naik atau turunnya tingkat pendapatan masyarakat.

    b. Adil dan merata secara vertikal, artinya sesuai dengan tingkatan kelompok

    masyarakat dan horizontal, artinya berlaku sama bagi setiap anggota

    kelompok masyarakat, sehingga timbul motivasi dan kesadaran pribadi untuk

    membayar pajak.

    c. Administrasi yang fleksibel, artinya sederhana, mudah dihitung, dan

    pelayanan memuaskan bagi Wajib Pajak.

    d. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul motivasi dan

    kesadaran untuk membayar pajak.

    e. Non-distorsi terhadap perekonomian, implikasi pajak atau pungutan yang

    hanya menimbulkan pengaruh terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap

    pajak atau pungutan akan menimbulkan beban baik bagi konsumen maupun

    produsen. Jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    tambahan (extra burden) yang berlebihan sehingga akan merugikan

    masyarakat secara menyeluruh.

    Di dalam bukunya Mahfud Sidik (2007, hal 224) menulis beberapa prinsip

    mengenai pajak daerah. Ada beberapa karakter yang akan mengarahkan pada

    pajak daerah yang baik. Seperti, pajak daerah harus sesuai dan berkembang

    sesuai dengan kondisi di wilayah tersebut namun dengan tingkat mobilisasi yang

    rendah, pajak harus diterima baik di tingkat nasional maupun regional, pajak tidak

    boleh tumpang tindih atau double taxati, ada kebijaksanaan dalam menghindari

    tarif pajak yang sangat tinggi yang dapat menciptakan distorsi ekonomi, dan

    pajak daerah tidak boleh merugikan kebijakan ekonomi nasional.

    Haruslah jelas kepada daerah mana pajak harus dibayarkan, dan tempat

    memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. Pajak

    tidak mudah dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah

    ke daerah lain. Pajak daerah jangan hendaknya mempertajam perbedaan-

    perbedaan antara daerah dari segi potensi ekonomi masing-masing, dan pajak

    hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha

    pajak daerah.

    Antara pajak umum dan pajak daerah (terutama yang mengenai asas-asas

    hukumnya) dapat dikatakan tidak ada perbedaannya yang prinsip. Namun

    demikian, berlainan dengan adanya fungsi mengatur yang sering terdapat pada

    pajak umum, pajak daerah mempunyai asas yang menyatakan, bahwa pungutan

    pajak daerah tidak boleh merupakan rintangan keluar masuknya atau

    pengangkutan barang dari atau ke dalam wilayah daerah. Selanjutnya mengenai

    beda yang ada antara pajak negara dan pajak daerah terletak pada sumber bagi

    pemungutan pajak, yaitu sumber bagi pemungutan pajak negara relatif tidak

    terbatas, sedangkan objek-objek yang dapat dikenakan pajak daerah terbatas

    jumlahnya. Hal tersebut berarti objek yang telah menjadi sumber bagi suatu

    pungutan pajak negara tidak boleh dipergunakan lagi. Dalam hal suatu pungutan

    pajak oleh daerah akan merupakan suatu pajak ganda, maka daerah hanya dapat

    memungut tambahan (atau opsen) saja atas pajak yang dipungut oleh negara itu

    (Brotodiharjo, 2003, p. 107).

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan asli daerah dijadikan sumber

    pembiayaan penyelenggaraan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan

    memeratakan kesejahteraan masyarakat.” Dengan demikian, daerah mampu

    melaksanakan otonomi daerah, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah

    tangga penyelenggaraan pemerintahannya sendiri (Yani, 2002, p. 46).

    Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak pusat, yang

    membedakan keduanya terletak pada lembaga atau instansi mana yang memungut

    pajak. Jika yang mengadministrasikan pajak adalah Pemerintah Pusat dalam ini

    Departemen Keuangan yakni Direktorat Jenderal Pajak, maka golongan pajak ini

    disebut sebagai Pajak Pusat atau Pajak Negara. Sebaliknya jika yang memungut

    pajak adalah Pemerintah Daerah, maka golongan pajak ini disebut Pajak Daerah

    (Nurmantu, 2005, p. 61).

    Adapun kriteria-kriteria Pajak Daerah yang baik (good local taxes) yang

    dikemukakan oleh Bird yaitu : (1999, p. 1)

    1. That easy to administer locally;

    2. Imposed solely (or mainly) on local resident;

    3. That do not raise problem of ‘harmonization’ or ‘competition’ between

    subnational government or between sub national and national government

    Dari kriteria diatas bahwa diharapkan pengelolaan dan pemungutan pajak

    daerah harus dapat dilakukan dengan mudah oleh pemerintah daerah dan hanya

    dikenakan kepada masyarakat setempat. Disamping itu dalam penetapan pajak

    daerah perlu dihindari masalah yang mengganggu keseimbangan dan dapat

    menimbulkan persaingan antar pemerintah daerah maupun pemerintah daerah

    dengan pemerintah pusat. Hal yang terakhir adalah terkait masalah harmonisasi

    pemungutan pajak yang dilakukan antar tingkat pemerintah daerah yang setingkat

    dan atara pemerintah daerah yang lebih rendah dengan tingkatan pemerintahan

    yang lebih tinggi serta kompetisi pemungutan pajak antar tingkat pemerintah

    daerah yang setingkat dan antar pemerintah daerah yang lebih rendah dengan

    tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi.

    Untuk menilai potensi pajak sebagai penerimaan daerah diperlukan

    beberapa kriteria (Davey, 1988, p. 40 – 47) memberikan pandangannya atas

    kriteria tersebut, yaitu :

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    1. Kecukupan dan Elastisitas

    Sumber tersebut harus menghasilkan pendapatan yang besar dalam kaitannya

    dengan seluruh atau sebagian biaya pelayanan yang akan dikeluarkan. Kalau

    biaya meningkat maka pendapatan juga harus meningkat

    2. Keadilan

    Prinsipnya adalah beban pengeluaran Pemerintah haruslah dipikul oleh

    semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupan

    masing-masing golongan

    3. Kemampuan Administratif

    Administrasi perpajakan harus mempertimbangkan pembebanan yang adil

    atau desentralisasi fiskal. Dalam upaya administratif, Pemerintah Daerah

    harus memperhatikan banyak aspek yang berhubungan dengan kemampuan

    daerah memajaki suatu jenis pajak daerah

    4. Kesepakatan Politis

    Kesepakatan politis diperlukan dalam mengenakan pajak, menetapkan pajak,

    menetapkan struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan

    bagaimana pajak tersebut ditetapkan, memungut pajak secara fisik, dan

    memaksakan sanksi terhadap para pelanggar.

    Secara umum, upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam

    rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi pemungutan pajak

    daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai

    berikut : (Sidik, 2002, p. 49)

    1. Memperluas basis penerimaan

    Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat

    dipungut oleh daerah, yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial,

    antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah

    pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian,

    menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.

    2. Memperkuat proses pemungutan

    Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan, yaitu antara

    lain mempercepat penyusunan Peraturan Daerah, mengubah tarif, khususnya

    tarif retribusi dan peningkatan SDM.

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    3. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan

    Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki prosedur

    administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan

    efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan.

    4. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik.

    Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi

    terkait di daerah.

    Terkait dengan objek pajak daerah, tidak semua objek pajak yang menjadi

    potensi daerah bisa dijadikan objek pajak daerah. Jadi, selain memenuhi kriteria

    pajak daerah yang baik, terdapat kriteria objek pajak daerah yang harus dipenuhi

    sebelum objek tersebut bisa disebut sebagai objek pajak daerah. Kriteria tersebut

    antara lain : (Azhari, 2005, p. 51-52)

    1. Bersifat pajak dan bukan retribusi;

    2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang

    bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta melayani

    masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten /Kota yang bersangkutan;

    3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan

    umum;

    4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak Provinsi dan/atau objek pajak

    pusat;

    5. Potensinya memadai;

    6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif;

    7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan

    8. Menjaga kelestarian lingkungan.

    Dalam optimalisasi pendapatan yang bersumber dari pajak daerah, maka

    diperlukan diperluasan basis penerimaan pajak daerah yaitu dengan melakukan

    ekstensifikasi pajak. Ekstensifikasi pajak dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan

    dalam menjalankan administrasi perpajakan. Hal ini dikarenakan ekstensifikasi

    merupakan merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk memungut pajak yang

    dilakukan oleh pihak berwenang. Mansury mengemukakan pendapatnya

    mengenai definisi administrasi perpajakan yaitu kegiatan penyelenggaraan

    pungutan pajak oleh suatu instansi atau badan yang ditatalaksanakan sedemikian

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 25

    Universitas Indonesia

    rupa sehingga dapat mencapai sasaran yang telah digariskan dalam kebijaksanaan

    perpajakan, berdasarkan sarana hukum yang ditentukan oleh Undang-Undang

    perpajakan dengan efisien. Sehingga ekstensifikasi perpajakan dapat didefinisikan

    sebagai suatu kegiatan administrasi perpajakan dalam rangka meningkatkan

    penerimaan pajak dengan melakukan perluasan pemungutan pajak ( Mansury,

    2000, p. 23 ).

    Dengan ekstensifikasi dimaksudkan perluasan pemungutan pajak dalam arti

    menambah wajib pajak baru dengan menemukan wajib pajak baru dan

    menciptakan pajak-pajak baru atau memperluas ruang lingkup yang ada. Untuk

    menemukan wajib pajak baru perlu digunakan berbagai saluran. Saluran utama

    ialah saluran yang terletak dalam lingkungan kuasa pemerintah sendiri melalui

    alat-alat pemerintahan seperti Departemen, Dinas-dinas lainnya baik yang ada di

    pusat maupun di daerah dengan menggunakan sistem “alat keterangan”

    (rensignement) (Soemitro, 1988, p. 79)

    2.2.2 Administrasi Pajak

    Administrasi secara sempit didefinisikan sebagai penyusunan dan

    pencatatan informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan

    maksud menyediakan keterangan serta memudahkan untuk memperolehnya

    kembali baik sebagian maupun seluruhnya. Administrasi lebih dikenal dengan

    sebutan tata usaha yang terdiri dari rangkaian beberapa kegiatan, yaitu

    penerimaan, pencatatan, pengklasifikasian, pengolahan, penyimpanan, pengetikan,

    penggandaan, dan pengiriman data dan informasi secara tertulis yang diperlukan

    oleh organisasi (Umar, 2004, p. 2). Administrasi perpajakan mempunyai peran

    yang penting dalam rangka menunjang keberhasilan suatu kebijakan perpajakan

    yang telah diambil. Kebijakan perpajakan yang secara formal dirumuskan dalam

    undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya yang harus didukung oleh

    administrasi perpajakan yang baik (Rosdiana, 2006, p. 5).

    Administrasi adalah suatu tata cara yang terorganisir untuk mencapai suatu

    tujuan bersama yang telah ditetapkan yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama

    antara orang-orang yang telah melakukan pendidikan dan latihan. Kerjasama atau

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    team work ini dijalankan oleh semua lapisan manajemen atau bagian yang ada di

    organisasi tersebut dan diawasi oleh top management (Syafiie, 2006, p.14-15).

    Dalam perpajakan, memasukan dana secara optimal bukan berarti

    memasukkan dana secara maksimal, atau sebesar-besarnya, tetapi usaha

    memasukkan dana jangan sampai ada yang terlewatkan baik wajib pajak maupun

    objek pajaknya. Dengan kata lain, pemasukkan dana ke kas negara perlu

    memperhatikan potensi riil yang ada (Devano dan Rahayu, 2006, p. 26).

    Administrasi perpajakan merupakan salah satu dari tiga unsur pokok lainnya

    dalam sistem perpajakan. Administrasi perpajakan sendiri mempunyai tiga

    pengertian yaitu: (Mansury, 1996, p. 23)

    a. Instansi atau badan yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk

    menyelenggarakan pungutan pajak.

    b. Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada instansi

    perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan pajak

    c. Kegiatan penyelenggaraan pungutan pajak oleh suatu instansi atau badan

    yang ditatalaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai sasaran

    yang telah digariskan dalam kebijaksanaan perpajakan, berdasarkan sarana

    hukum yang ditentukan oleh undang-undang perpajakan dengan efisien.

    Terkait dengan penyelenggaraan administrasi perpajakan yang baik,

    menurut pendapat Nowak menjabarkan dasar-dasar bagi terselenggaranya

    administrasi perpajakan yang baik meliputi: (1970, p. 215)

    1. Kejelasan dan kesederhanaan dari ketentuan Undang-Undang yang

    memudahkan bagi administrasi dan memberikan kejelasan bagi Wajib Pajak.

    2. Kesederhanaan akan mengurangi penyelundupan pajak. Kesederhanaan

    dimaksud, baik dalam perumusan yuridis yang memberikan kemudahan

    untuk dipahami, maupun kesederhanaan untuk dilaksanakan oleh aparat dan

    untuk dipatuhi pajaknya oleh Wajib Pajak.

    3. Reformasi dalam bidang perpajakan yang realistis harus mempertimbangkan

    kemudahan tercapainya efisiensi dan efektivitas administrasi perpajakan,

    semenjak dirumuskannya kebijakan perpajakan.

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 27

    Universitas Indonesia

    4. Administrasi perpajakan yang efisien dan efektif perlu disusun dengan

    memperhatikan penataan pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan

    informasi tentang Subjek Pajak dan Objek Pajak.

    Mansury memandang bahwa untuk terselenggaranya suatu administrasi

    perpajakan, yaitu:

    1. Kejelasan dan kesederhanaan dari ketentuan undang-undang yang

    memudahkan bagi administrasi dan memberi kejelasan bagi Wajib Pajak.

    2. Kesederhanaan akan mengurangi penyelundupan pajak. Kesederhanaan

    dimaksud baik dalam perumusan yuridis, yang memberikan kemudahan

    untuk dipahami, maupun kesederhanaan untuk dilaksanakan oleh aparat dan

    pemenuhan kewajiban oleh wajib pajak (Mansury, 1996, p. 44).

    Pemungutan pajak merupakan tujuan utama administrasi pajak dan yang

    menjadi alasan mengapa ada administrasi pajak. Hal ini diungkapkan oleh Alink

    dan Kommer bahwa “Collection is the main objective of a Tax Administration

    and the reason for its existence”. Dalam memungut pajak, ada tiga teknik yang

    secara teoritis dapat diterapkan, yaitu self assessment system, official assessment

    system, dan hybrid system/semi self assessment system (Rosdiana dan Irianto,

    2012, p. 106).

    1. Self Assessment System

    Dalam sistem self assessment, Wajib Pajak sendiri yang menghitung,

    menetapkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang (Rosdiana dan

    Irianto, 2012, p. 106). Sistem Self assessment menurut Marsyahrul adalah suatu

    sistem pemungutan pajak yang wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang

    terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Dalam tata cara ini

    kegiatan pemungutan pajak diletakan kepada aktivitas masyarakat sendiri, yang

    wajib pajak diberi kepercayaan untuk : (2005, p. 9)

    a. menghitung sendiri pajak yang terutang;

    b. memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;

    c. membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar;

    d. melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

    Tata cara ini berhasil dengan baik kalau masyarakat sendiri mempunyai

    pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi. Adapaun ciri-ciri sistem self

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 28

    Universitas Indonesia

    assessment yaitu adanya kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah

    pelaksanaannya, lebih adil dan merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh

    wajib pajak.

    2. Official Assessment System

    Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

    wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang

    ada pada fiskus.

    Ciri-cirinya (Mardiasmo, 2005, p. 7) :

    a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus

    b. Wajib pajak bersifat pasif

    c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

    Dalam sistem Official Assessment System fiskus yang berperan aktif dalam

    menghitung dan menetapkan besarnya pajak yang terutang. Berdasarkan surat

    ketetapan yang diterbitkan fiskus, Wajib Pajak membayar pajak yang terutang

    tersebut.

    3. Hybrid System/Semi Self Assessment System

    Hibridisasi antara Self Assessment dan Official Assessment semakin

    berkembang pesat sejak diperkenalkannya teknik pemotongan/pemungutan pajak

    yang populer disebut witholding tax. Ide pemungutan pajak dengan cara

    witholding, pertama kali diintrodusir di Amerika Serikat pada tahun 1943 dalam

    rangka mengakselerasi pengumpulan/pemungutan pajak selama Perang Dunia II.

    Meskipun pada semua witholding tax, pemotongan pajak dilakukan pada saat

    penghasilan diterima/diperoleh, namun hanya pemotongan pajak penghasilan atas

    gaji yang lazim dikenal sebagai pay-as-you-earn (PAYE). Sistem witholding

    mempunyai beberapa kelebihan antara lain (Rosdiana dan Irianto, 2012, p. 107) :

    a. Memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan negara;

    b. Sistem witholding relatif mudah dilaksanakan dan dapat mengurangi

    administrative cost yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, terlebih jika

    sumber daya otoritas perpajakan terbatas. Dalam sistem ini, fiskus hanya

    fokus pada pengawasan atas kepatuhan Pemotong Pajak (yang jumlahnya

    pasti lebih sedikit dibanding pegawai/buruh).

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 29

    Universitas Indonesia

    Pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua

    pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Oleh karena itu pajak memiliki

    beberapa fungsi yaitu :

    a. Fungsi Budgetair

    Perpajakan merupakan aspek sangat penting bagi suatu negara.” Pajak, yang

    dipungut oleh pemerintah dengan balas jasa yang diberikan secara tidak langsung,

    merupakan sumber utama penerimaan negara. Hal ini terkait fungsi pajak sebagai

    fungsi budgeter. Bagi pemerintah daerah, pajak berkontribusi besar dalam

    peningkatan penerimaan daerah (Salamun, 1993, p. 224). Sebagai sumber

    pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

    negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan

    pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari

    penerimaan pajak. Fungsi budgetair disebut fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal

    yaitu suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan

    dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang

    berlaku. Fungsi ini disebut fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis

    pertama kali timbul. Fungsi budgetair disebut sebagai fungsi untuk memasukan

    uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara. Oleh karena itu optimalisasi

    pemasukan dana ke kas negara tidak hanya tergantung kepada fiskus saja atau

    kepada Wajib Pajak saja (Nurmantu, 2005, p. 30).

    b. Fungsi Regulerend

    Pajak bukan hanya berfungsi untuk mengisi kas negara. Pajak juga

    digunakan pemerintah sebagai instrument untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

    yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu pajak juga dapat digunakan untuk

    menghambat atau mendistorsi suatu kegiatan. Sehingga pajak berfungsi sebagai

    alat untuk mengatur guna tercapainya tujuan-tujuan tertentu yang ditetapkan

    pemerintah. (Rosdiana dan Tarigan, 2005, p. 40). Fungsi regulerend disebut juga

    fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk

    mencapai tujuan tertentu. Disamping usaha untuk memasukan uang untuk

    kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk

    ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan

    dan kekayaan dalam sektor swasta (Devano dan Rahayu, 2006, p. 28).

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 30

    Universitas Indonesia

    2.2.3 Pajak Reklame

    Reklame dalam industri periklanan di Indonesia dikenal juga dengan

    sebutan iklan luar ruang (outdoor advertising). Diantara media iklan yang ada,

    iklan luar ruang dipercayai sebagai salah satu iklan yang terkecil apabila dilihat

    dari segi pengeluaran perusahaan. Namun, iklan luar ruang merupakan bagian

    penting dari media periklanan. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media

    yang menurut bentuk corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan

    untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa, atau

    orang. Atau, untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, atau orang

    yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat

    oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. (Kurniawan dan Agus,

    2004, p. 73). Reklame menurut Berkhouwer sebagaimana dikutip oleh Winardi

    dalam bukunya “Ilmu Reklame” adalah setiap pernyataan yang secara sadar

    ditujukan kepada publik dalam bentuk apapun juga yang dilakukan oleh seorang

    peserta lalu-lintas perniagaan yang diarahkan ke arah sasaran memperbesar

    penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dimasukkan oleh pihak yang

    berkepentingan dalam lalu-lintas perniagaan (Winardi, 1980, p. 1).

    Salah satu diberlakukannya peraturan tentang pajak reklame adalah

    mengenai azas pemungutan Pajak Reklame itu sendiri. Pajak Reklame

    menitikberatkan pada pengaturan kebersihan, keindahan, dan ketertiban kota.

    Sehingga promosi dalam bidang perdagangan yang dilakukan di lingkungan kota

    wajib dikenakan Pajak Reklame. Dengan semakin meningkatnya pembangunan

    mengakibatkan semakin terbatasnya kemungkinan untuk pemasangan reklame.

    Sehingga sebagai konsekuensinya pemasangan reklame tidak lagi bisa dilakukan

    dengan mudah. Oleh karena itu untuk daerah dengan tingkat pembangunan yang

    tinggi akan memiliki tarif yang berbeda dengan daerah lainnya.P

    Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, sedangkan objek

    pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame (Panca dan Purwanto,

    2004, p. 73). Reklame dapat dikelompokkan atas dua bagian, yaitu jenis rekame

    yang dipasang pada prasarana kota dan diluar prasarana kota akan tetapi keduanya

    dapat saja menggunakan fasilitas bangunan-bangunan (Azhari. 2005 : 159-160).

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 31

    Universitas Indonesia

    Jenis reklame pada prasarana kota, penempatan dan pemasangannya

    menggunakan atau terletak pada prasarana kota, seperti jalan-jalan , taman-taman,

    saluran kota, bangunan pada perpetakan milik pemerintah atau perorangan.

    Reklame kelompok ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    1. Pemasangannya tidak mengganggu ketertiban umum dan keamanan serta

    tidak menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya, tidak mengganggu

    keindahan kota, tidak mengganggu lalu-lintas pejalan kaki maupun

    pengaturan lalu-lintas.

    2. Tidak mengganggu fungsi prasarana kota dan merusak konstruksi prasarana

    kota, dan yang lebih penting lagi adalah dari segi bahan reklame itu sendiri,

    bahwa bahannya tidak boleh mengganggu kebersihan kota.

    Jenis reklame diluar prasarana kota, penempatan dan pemasangannya tidak

    menggunakan prasarana kota dan bangunan. Pemasangan reklame ini paling tidak

    harus memperhatikan hal sebagai berikut, yaitu pemasangannya tidak

    mengganggu ketertiban umum dan keamanan serta tidak menyimpang dari norma-

    norma sosial dan budaya, tidak mengganggu keindahan kota, tidak mengganggu

    lalu-lintas pejalan kaki maupunn pengaturan lalu-lintas. pemasangan reklame

    pada jalan-jalan dapat dipasang melintang diatas jalan, seperti pada jembatan

    penyebrangan, lajur tepi jalan atau trotoar, lajur pemisah dan pulau-pulau lalu-

    lintas. Pemasangan pada daerah milik perorangan dapat pula diperkenankan bila

    mendapatkan persetujuan tertulis dari pemiliknya. Demikian pula pemasangan

    reklame pada daerah tata pengairan, asalkan pemasangannya dilakukan serendah-

    rendahnya tiga meter dari permukaan air pasang dengan posisi melintang.

    Reklame dapat memenuhi fungsi ekonomi yang penting oleh karena

    reklame : (Winardi, 1980, p. 4)

    a. membantu memberikan penerangan kepada pihak konsumen;b. membantu memperbesar produksi hingga meratakan jalan untuk produksi

    massa;c. memperbesar kecepatan perputaran dalam bidang perniagaan eceran dan

    dengan demikian menurunkan biaya-biaya distribusi per kesatuan produk;d. menstimulir produsen untuk mempertahankan kualitas artikel-artikelnya.

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    2.2.4 Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan konsep – konsep yang telah ada dijelaskan sebelumnya, berikut

    ini adalah perangka pemikiran peneliti agar penelitian lebih terfokus dan terarah :

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran PenelitianSumber : Data diolah oleh peneliti

    Reklame diluar Prasarana Kota

    Reklame di Propinsi DKI Jakarta

    Reklame PadaPrasarana Kota

    Reklame Dinding / Painting

    Model Penyelenggaraan Reklamedengan media Jenis Baru

    Perluasan dalam PengenaanPajak

    PerlakuanPerpajakan atas

    Reklame Dindingatau painting

    Faktorpenghambat yangTimbul Terkait

    Adanya ReklameDinding

    Analisis perlakuan..., Rendy Aditya Oktadi, FISIP UI, 2012

  • 33

    Universitas Indonesia

    Dalam penelitian ini pembahasan mengenai perlakuan pajaka atas reklame

    dinding