ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SWASTA ...library.palcomtech.com/pdf/6705.pdf ·...
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SWASTA ...library.palcomtech.com/pdf/6705.pdf ·...
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK PALCOMTECH
LAPORAN TUGAS AKHIR
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
SWASTA NASIONAL DAN BANK PEMERINTAH
DI BEI DENGAN METODE TOBIN’S Q
Diajukan Oleh:
VINES DUTAVHIRA
041160049P
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Mencapai Gelar Ahli Madya
PALEMBANG
2020
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................. ii
PENGESAHAN PENGUJI ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 6
1.3. Batasan Masalah ................................................................. 6
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
1.5. Manfaat penelitian .............................................................. 6
1.5.1. Manfaat Bagi Penelitian............................................ 6
1.5.2. Manfaat Bagi Perusahaan ......................................... 6
1.5.3. Manfaat Bagi Akademik ........................................... 7
1.6. Sistematika Penulisan ......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ................................................................... 9
2.1.1. Teori Keagenan ........................................................ 9
2.1.2. Kinerja Keuangan..................................................... 9
2.1.3. Manfaat Penilaian Kinerja ........................................ 10
2.1.4. Tujuan Penilaian Kinerja .......................................... 11
2.1.5. Kinerja Bank ............................................................ 12
2.1.6. Kinerja Keuangan ................................................... 13
2.1.7. Bank ........................................................................ 14
2.1.8. Fungsi Bank ............................................................. 15
2.1.9. Kegiatan Bank Pemerintah & Bank Swasta .............. 16
2.1.10. Profitabilitas ........................................................... 16
2.1.10.1. Loan To Deposit ...................................... 17
2.1.10.2. Return On Aset ........................................ 17
2.1.10.3. Return On Equity ..................................... 18
2.1.10.4. Total Asset ............................................... 19
2.1.11. Metode Tobin’s Q .................................................. 20
2.1.12. Laporan Keuangan ................................................. 22
2.2. Penelitian Terdahulu............................................................. 23
2.3. Kerangka Pemikiran.............................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 26
3.2. Jenis dan Sumber Data........................................................ 26
3.2.1. Jenis Data ................................................................. 26
3.2.2. Sumber Data ............................................................ 26
3.3. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ............................ 27
3.3.1. Populasi ........................................................................... 27
3.3.2. Sampel ............................................................................ 28
3.4. Difinisi Operasional Variabel Penelitian ............................. 29
3.5. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 31
3.6. Teknik Analisis Data .......................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ..................................... 32
4.1.1. Sejarah Umum Bursa Efek Indonesia .......................... 32
vii
4.2. Visi dan Misi ........................................................................ 33
4.2.1. Struktur Organiasai Bursa Efek Indonesia ................... 33
4.2.2. Sejarah Profil Perusahaan ............................................ 34
4.3. Hasil .................................................................................... 46
4.3.1. Profitabilitas................................................................ 46
4.3.2. Metode Tobin’s Q....................................................... 58
4.4. Analisis ................................................................................ 61
4.4.1. Profitabilitas................................................................ 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 76
5.2. Saran .................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 77
HALAMAN LAMPIRAN ......................................................................... 78
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian suatu negara sangat ditentukan oleh
kondisi perbankan di negara tersebut. Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank harus
menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat dalam mengelrola dana
mereka. Apabila masyarakat percaya dengan bank untuk mengelola dana
mereka, maka berdampak positif bagi perekonomian.
Industri perbankan sangat penting bagi pembangunan ekonomi,
terutama dalam membiayai aktivitas yang berhubungan dengan uang. Usaha
perbankan sendiri lahir karena pada kenyataannya tidak setiap orang yang
menabung menggunakan tabungannya untuk keperluan sehari-hari,
sedangkan banyak kegiatan usaha lain yang membutuhkan modal lebih
banyak dari kemampuan para pemilik usaha tersebut.
Perusahaan secara periodik selalu mengeluarkan laporan keuangan yang
dibuat oleh bagian akunting dan diberikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, misalnya pemerintah, kreditor, pemilik perusahaan dan pihak
manajemen sendiri. Selanjutnya, pihak-pihak tersebut akan melakukan
pengolahan data dengan melakukan perhitungan lebih lanjut untuk
2
mengetahui apakah perusahaan telah mencapai standar kinerja yang
dipersyaratkan atau belum.
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Bank
Sumber : tirto.id
Dari laporan tahunan, sembilan bank yang termasuk kategori BUKU 3
dan 4 tersebut, hanya dua bank yang konsisten memiliki rasio BOPO di
bawah 70 persen – rasio terbaik sesuai skema OJK - yaitu BRI dan BCA.
Keberhasilan kedua bank tersebut ditunjang dengan kemampuan menjaga
pertumbuhan aset secara konsisten. Meningkatnya pertumbuhan aset
membuat beban operasional tidak tumbuh terlalu besar per tahunnya. Di sisi
lain, pada periode lima tahun terakhir, Bank Permata selalu mencatatkan
BOPO tertinggi, mencapai 150,80 persen pada 2016. Rasionya sendiri selalu
di atas rata-rata nasional. Dalam Laporan Tahunannya disebutkan lonjakan
3
rasio BOPO tersebut diakibatkan peningkatan rasio kredit bermasalah atau net
non-performing loan (NPL-net) dari 1,4 persen pada 2015 menjadi 2,2 persen
pada 2016. Peningkatan NPL Bank Permata juga berdampak pada kerugian
setelah pajak yang mencapai Rp6,48 triliun pada 2016. Padahal, tahun
sebelumnya mereka berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp247,11
miliar. Setelah mengalami kenaikan tajam pada 2016, bank Permata akhirnya
mampu menurunkan rasio BOPO pada 2017 menjadi 94,80 persen. Pada
lingkup nasional, rerata rasio BOPO pada periode lima tahun terakhir
memang masih berkutat pada 74 persen hingga 82 persen dengan tren yang
meningkat. Penurunan baru terjadi pada 2017 menjadi 78,64 persen dari
sebelumnya yang tercatat sebesar 82,22 persen.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan metode Tobin’s Q.
Tobin’s Q merupakan salah satu indikator pengukur kinerja keuangan
perusahaan dari perspektif investasi telah diuji diberbagai situasi manajemen
puncak dan Tobin’s Q telah dibandingkan dengan Altman Z-score sebagai
indikator lain yang layak untuk dijadikan sebagai indikator pengukur
ekonomi perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan metode
Tobin’s Q terlihat sederhana, sehingga menarik banyak perhatian dalam
perputaran investasi. Para investor dan analis mencari indikator serupa yang
sederhana untuk menjelaskan hubungan bisnis dan ekonomi yang sangat
kompleks. Tobin’s Q sebagai indikator pengukur nilai perusahaan telah
banyak digunakan dalam penelitian keuangan, khususnya penelitian yang
4
mengambil permasalahan nilai perusahaan. Tobin’s Q adalah indikator untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan, khususnya tentang nilai perusahaan,
yang menunjukkan suatu proforma manajemen dalam mengelola aktiva
perusahaan.
Kinerja keuangan pada perbankan merupakan suatu alat ukur untuk
memperkirakan apakah bank tersebut dinilai baik atau tidak baik, maka dari
itu peneliti ingin meniliti bank pemerintah dan bank swasta nasional yang
terdaftar di bursa efek Indonesia yang dianggap baik untuk kedepannya
berdasarkan kinerja keuangan yamg dikelola oleh bank tersebut
menggunakan metode Tobin’s Q.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur (2015) tentang Penilaian Kesehatan
Bank dengan Metode RGEC pada PT. Bank Rakyat Indonesia. Penelitian ini
menggunakan analisis data desktritif kualitatif alinisis rasio : (1) Risk Profile
menggunakan rasio keuangan NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan
to Deposit Ratio), (2) Good Corparate Governance, (3) Earnings
menggunakan rasio keuangan ROA (Return On Asset), dan NIM (Net Interest
Margin), dan (4) Capital menggunakan rasio keuangan CAR (Capital
Adequacy Ratio). Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia harus dipertahankan
dengan cara menjaga tingkat kesehatan bank. PT Bank Rakyat Indonesia
dapat meningkatkan kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan
operasional, sehingga kualitas laba bank dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan.
5
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Musaroh (2014) tentang
Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen pada penelitian
Kusuma dan Musaroh (2014) adalah Nilai Perusahaan dan variabel
independennya adalah ROA, NIM, LDR, RAR, APB dan ROE. Hasil yang
didapatkan dari penelitian Kusuma dan Musaroh (2014) menunjukkan bahwa
ROA, NIM, dan LDR berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.
Sedangkan RAR berpengaruh negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Srihayati (2015) tentang Pengaruh
Kinerja Keuangan Perbankan terhadap Nilai Perusahaan dengan Metode
Tobin’s Q pada Perusahaan Perbankan yang Listing Kompas 100 (Periode
2009-2013). Variabel dependen pada penelitian Srihayati (2015) adalah Nilai
Perusahaan yang diukur dengan metode Tobin’s Q dan variabel
independennya adalah Kinerja Keuangan yang diukur dengan rasio CAR,
NPL, BOPO, LDR, dan NIM. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Srihayati (2015) yaitu secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara Kinerja Keuangan (CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM) terhadap Nilai
Perusahaan. Sedangkan secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan 12
antara Kinerja Keuangan (CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM) terhadap Nilai
Perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyadari betapa pentingnya
pemahaman atas Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada Bank Swasta
6
Nasional dan Bank Pemerintah menggunakan metode Tobin Q, sehingga
penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir “Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah di BEI
dengan Metode Tobin’s Q”.
1.2. Rumus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
masalah yang ada yaitu Bagaimana perhitungan kinerja keuangan
menggunakan metode Tobin’s Q pada Bank Swasta Nasional dan Bank
Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis membahas tentang Analisis Kinerja
Keuangan pada Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode (2016-2018).
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan
analisis perhitungan kinerja keuangan menggunakan metode Tobin’s Q
terhadap Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Bagi Penelitian
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
Analisis Kinerja Keuangan pada Bank Swasta Nasional dan Bank
Pemerintah.
7
1.5.2. Manfaat Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk mengetahui manfaat mengenai analisis
kinerja keuangan menggunakan metode Tobin’s Q terhadap Bank
Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.5.3. Manfaat Bagi Akademik
Sebagai bahan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian
analisis kinerja keuangan pada Bank Swasta Nasional dan Bank
Pemerintah.
1.6. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka
pemikiran.
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan lokasi dan waktu penelitian, jenis
penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, populasi dan
sampel, dan definisi operasional variable penelitian.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Bab ini akan dibahas mengenai data penelitian (data
perusahaan/organisasi), hasil pengujian dan pembahasan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari semua uraian – uraian pada bab
sebelumnya dan juga berisi saran – saran yang diharapkan berguna
dalam penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan
Wibowo dan Aisjah (2013) menyatakan bahwa hubungan
keagenan adalah hubungan antara dua pihak yang dinamakan pihak
agen sebagai pihak yang diberi wewenang untuk menjalankan suatu
tugas atau manajer serta pihak prinsipal yaitu pihak yang memberikan
wewenang dan tugas kepada agen atau pemegang saham. Teori
keagenan menekankan adanya pemisahan fungsi kepemillikan
(prinsipal) dengan fungsi manajemen/agen. Pemisahan fungsi tersebut
dapat menimbulkan konflik antara principal dan agen yang disebut
agency problem.
2.1.2. Kinerja Keuangan
Menurut Bastian (Handayani, 2013) Kinerja adalah gambaran
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning) suatu
organisasi. Kinerja keuangan merupakan hasil dari pelaporan keuangan
berdasarkan standar keuangan yang telah ditetapkan. Analisis kinerja
keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review
data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu (Agung,
10
2012:6). Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan
suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengatahui kondisi keuangan
perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat
diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang
terdiri dari neraca, laporan perhitungan rugi laba serta laporan-laporan
keuangan lainnya (Munawir, 2010).
2.1.3. Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Fahmi (2011), manfaat dari penilaian kinerja adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan kegiatannya.
2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara
keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk
menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan
untuk masa yang akan datang.
4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada
khususnya.
5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
11
2.1.4. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2010) adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
keuangannya pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk
membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk
membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta
kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para
pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
12
2.1.5. Kinerja Bank
Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang
dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank
merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode
tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan
kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut
dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui
agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan.
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan
mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja
keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal
lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran
dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Menurut Kurniasari (2014), kinerja keuangan adalah prestasi
kerja di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dan
tertuang pada laporan keuangan dari perusahaan. Selain itu tujuan
pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang
13
telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil
yang diharapkan.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan oraganisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau
manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau
segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui
betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instasi
menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang
mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya
kinerja yang merosot.
2.1.6. Kinerja Keuangan
Menurut Sutrisno (2009), Kinerja keuangan adalah prestasi yang
dicapai oleh suatu perusahaan pada periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan
berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan
sesuai jenis jenis akuntansi keuangan. Pengukuran kinerja (performing
measurement) mencakup kualifikasi, efisiensi dan efektivitas
perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.
Penilaian juga terkait efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
termasuk unsur unsur laporan keuangan. Pengukuran kinerja diperlukan
untuk perbaikan kegiatan operasional agar mampu bersaing dengan
14
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan berupa pengkajian secara
kritis menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada periode tertentu. Seperti dengan
membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan
ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP
(General Acepted Accounting Principle).
2.1.7. Bank
Bank badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Menurut Arbi (2010), bank adalah lembaga
keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok masyarakat
yang berkelebihan dana dan menyalurkannya kepada kelompok
masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana tersebut serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk diberikan bantuan dana tersebut.
Jenis bank diliat dari segi kepemilikannya, yaitu :
1. Bank milik pemerintah, yaitu bank yang baik akte pendirian
maupun modalnya dimiliki pemerintah.
2. Bank swasta nasional, yaitu bank yang seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional beserta akte pendiriannya
didirikan oleh swasta, pembagian keuntungan dibagikan kepada
pihak swasta.
15
Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank
lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan, pengertian
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
2.1.8. Fungsi Bank
Asas yang melandasi bank melakukan kegiatannya dijelaskan
bahwa perbankan dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Tujuan dari
kegiatan perbankan Indonesia untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak. Fungsi utama perbankan adalah sebagai
penghimpunan dan penyalur dana dari masyarakat.
Fungsi bank dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
1. Fungsi Perantara, adalah penyediaan kemudahan untuk aliran dana
dari mereka yang mempunyai dana atau kelebihan dana selaku
penabung (saver) atau pemberi pinjaman (lender) kepada mereka
16
yang memerlukan atau kekurangan dana untuk memenuhi berbagai
kepentingan selaku peminjam (borrower).
2. Fungsi Transmisi, berkaitan dengan peranan bank dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrumen
keuangan.
2.1.9. Kegiatan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional
Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional sebenarnya dalam
hal menjalankan usaha atau operasionalnya memiliki kesamaan, seperti
cara menghimpun dana, menyalurkan pinjaman, dan jasa-jasa lainnya.
Perbedaan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional hanya
menyangkut aspek kepemilikan, dimana yang dikatakan bank
pemerintah ialah bank yang akte pendiriannya dimiliki oleh pemerintah
pusat dan sahamnya baik seluruh atau sebagian besar juga dimiliki oleh
pemerintah pusat. Sedangkan yang dikatakan bank swasta nasional
ialah bank yang akte pendirian maupun sahamnya baik seluruh atau
sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta.
2.1.10. Profitabilitas
Menurut Munawir (2014), definisi profitabilitas adalah sebagai
berikut: Rentabilitas atau profitability adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan
dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan
17
demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
2.1.10.1. Loan to Deposit
LDR digunakan untuk menilai likuiditas bank dengan cara
membandingkan total kredit yang diberikan dengan jumlah
dana pihak ketiga. Dengan kata lain LDR menunjukkan
kemampuan bank untuk menyediakan dana pada debitur
dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang
mampu dikumpulkan dari masyarakat. Rumus LDR adalah
sebagai berikut :
𝐿𝐷𝑅 = Jumlah Kredit yang diberikan
Dana Pihak ketiga 𝑥 100%
Tabel 2.1
Standar Kinerja Keuangan LOAN
LOAN Predikat
≤ 75% Sangat Baik
75% - 85% Baik
85% - 100% Cukup Baik
100% - 120% Kurang Baik
≥ 120% Buruk
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
Tahun 2004
18
2.1.10.2. Return on Asset
Return on Assets (ROA) digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perus ahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset
(ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On
Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio
profitabilitas yang ada. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = Penjualan Bersih
Total Aktiva 𝑥 100%
Tabel 2.2
Standar Kinerja Keuangan ROA
ROA Predikat
≥ 1,5% Sangat Baik
1,25% - 1,5% Baik
0,5% - 1,249% Cukup Baik
0% - 0,49% Kurang Baik
≤ 0% Buruk
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP
Tahun 2004
2.1.10.3. Return on Equity
Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Dalam
beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset
turnover atau perputaran total asset. Rasio ini menilai sejauh
mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang
dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.
19
Menggambarkan seberapa efisien menejemen perusahaan
memanfaatkan aktivanya dalam memperoses pendapatan.
Adapun rumus return on equity (ROE) adalah
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =Laba Bersih Setelah Pajak
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%
Tabel 2.3
Standar Kinerja Keuangan ROE
ROE Predikat
≥ 15% Sangat Baik
12,5% - 15% Baik
5% - 12,49% Cukup Baik
0% - 4,9% Kurang Baik
≤ 0% Buruk
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
Tahun 2004
2.1.10.4. Total Asset
Total Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio
aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya
dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset
rata-rata. Adapun rumus Total Asset sebagai berikut :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = Penjualan
Total Asset x 100%
Tabel 2.4
20
Standar Kinerja Keuangan TA
TA Predikat
≥ 1,5% Sangat Baik
1,25% - 1,5% Baik
0,5% - 1,249% Cukup Baik
0% - 0,49% Kurang Baik
≤ 0% Buruk
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP
Tahun 2004
2.1.11. Metode Tobin’s Q
Penilaian kineja keuangan dapat diukur dengan berbagai
penilaian, penilaian kinerja keuangan menurut berbagai penelitian
yang melakukan penelitian terkait dengan kinerja keuangan salah
satunya dapat diukur dengan Tobin’s Q. Secara sederhana, Tobin’s Q
adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua penilaian dari
asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar asset
perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang
beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari
aktiva perusahaan.
Apabila perusahaan memiliki nilai lebih besar dari nilai dasar
sebelumnya, maka akan memiliki biaya untuk meningkatkan kembali,
dan laba kemungkinan akan didapatkan. Berdasarkan pemikiran
Tobin, bahwa insentif untuk membuat modal investasi baru adalah
tinggi ketika surat berharga (saham) memberikan keuntungan di masa
depan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya
21
investasinya (Fiakas, 2010). Di dalam studi tersebut telah ditemukan
bahwa kinerja perusahaan yang tinggi, sebagaimana diukur melalui
permainan kinerja sendiri secara rutin, Tobin’s Q yang tertinggi
setelah bermain sepuluh putaran.
Berdasarkan hasil pengujian melalui simulasi permainan
tersebut, menunjukkan bahwa q secara statistik memiliki keabsahan
prediksi dan nilainya harus diselidiki bila diterapkan untuk permainan
bisnis yang lain. Tobin’s Q didasarkan pada pandangan bahwa nilai
pasar modal merupakan nilai keseluruhan modal terpasang dan
insentif yang diinvestasikan. Penelitian terbaru tentang kesalahan
pengukuran menunjukkan bahwa ukuran q mungkin tidak dihitung
dengan benar jika ada “gelembung” dipenilaian pasar modal yang
terus menerus dari waktu ke waktu dan yang berhubungan dengan
nilai fundamental (Fiakas, 2010). Walaupun Tobin’s Q biasanya
berkorelasi dengan investasi dalam studi empiris, peneliti menemukan
bahwa hubungan ini kadang-kadang lemah dan sering didominasi oleh
pengaruh langsung aliran kas terhadap investasi.
Penilaian kinerja perusahaan menggunakan Tobin’s Q yang
merupakan ukuran penilaian pasar. Tobin’s Q diukur dengan rumus :
Q = (MVS+D) / TA
Keterangan:
22
MVS : nilai pasar ekuitas, yang diperoleh dengan mengalikan jumlah
saham yang beredar dengan harga penutupan saham.
D : Total Hutang
TA : Total Aset
Tabel 2.5
Kriteria Metode Tobin’s Q
Metode Tobin’s Q Predikat
Q Rasio >1 Overvalued
Q Rasio <1 Undervalued
Sumber : Investopedia.com
2.1.12. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah proses akuntansi yang mana dicatat,
digolongkan dan diringkas dari peristiwa dan kejadian-kejadian yang
setidaktidaknya sebagian itu bersifat keuangan atau yang berhubungan
dengan uang. laporan keuangan ini dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut (Munawir, 2014). Menurut Jumingan (2014)
laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan
kemajuan perusahaan secara periodic. Tujuan umum laporan
keuangan menurut Sadeli (2014) antara lain :
a. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan
dan kewajiban.
23
b. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan
kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.
c. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan
kekayaan bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.
d. Menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai yang
dapat menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba.
e. Menyajikan informasi lain yang sesuai/relevan dengan keperluan
para pemakainya
2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian yang dilakukan Anggitasari (2012) menunjukkan
bahwa variabel ROA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Nilai
Perusahan. Penelitian yang dilakukan Niyanti Anggitasari mempunyai
kesamaan dengan penelitian ini yaitu keduanya melakukan penelitian
mengenai pengaruh ROA terhadap Nilai Perusahaan. Hal yang membedakan
keduanya adalah penelitian ini meneliti bank umum periode 2011-2015 dan
tidak menggunakan variabel pemoderasi.
Hasil penelitian Putri (2013) menunjukkan bahwa mengetahui
perbedaan tingkat kesehatan antara bank besar dan bank kecil yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2012. Penilaian terhadap tingkat
kesehatan bank merupakan penlitian terhadap faktor-faktor RGEC yakni
profil resiko (risk profile), tata kelola perusahaan baik (good corporate
24
governance), rentabilitas (earnings), permodalan (capital). Bank menjadi
sampel sebanyak 17 bank dari populasi 32 bank dengan metode purposive
sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji MannWhitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat
kesehatan antara bank besar dan bank kecil.
Hasil penelitian Srihayati (2015) melakukan penelitian yang berjudul
pengaruh Kinerja Keuangan Perbankan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Metode Tobin’s Q pada Perusahaan Perbankan yang Listing Kompas 100
(Periode 2009- 2013). Metode penelitian yang digunakan Srihayati adalah
analisis regresi berganda. Hasil penelitian diperoleh korelasi secara simultan
antara kinerja keuangan perbankan terdiri dari CAR, NPL, BOPO, LDR, dan
NIM secara bersama-sama mempengaruhi Nilai Perusahaan dan secara
parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan
perbankan (CAR, NPL, BOPO, LDR dan NIM) terhadap Nilai Perusahaan.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Srihayati terletak pada
variabel dependennya yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan
menggunakan Tobin’s Q dan variabel independennya yang diukur dengan
CAR, NPL dan LDR. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah
penelitian ini meneliti bank pada BEI periode 2011-2015.
Hasil penelitian Respati dan Yandono (2008) menunjukkan bahwa
Variabel ROE, ETA, ROA, NPM, BOPO, NIM, LDR berpengaruh signifikan
terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional sedangkan Variabel
25
CAR, ATM, NPL, PPAP, LEA, RORA, CBSTD, tidak berpengaruh
signifikan terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional.
Hasil penelitian sebelumnya oleh Saragih (2013) menunjukkan bahwa
ROA, ROE, dan LDR tidak berbeda secara signifikan antara perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, hanya variabel CAR yang
menunjukkan perbedaan signifikan antara perbankan syariah dan perbankan
konvensional. Pengujian secara kesuluruhan yang diwakili oleh variabel,
kinerja menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara
perbankan syariah dan perbankan konvensional. Namun secara keseluruhan
kinerja perbankan syariah lebih baik dibanding perbankan perbankan
konvensional pada periode penelitian.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dapat dijadikan sebagai tuntutan untuk
memecahkan masalah penelitian dalam ini, diwakili oleh bagan alur. Dasar
penelitian ini dalam melakukan Analisis Kinerja Keuangan Bank Swasta
Nasional dan Bank Pemerintah adalah melalui laporan keuangan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dari menganalisis laporan keuangan
tersebut penulis selanjutnya menggunakan empat rasio yaitu: Loan to
Deposit, Return On Asset, Return On Equty dan Total Asset.
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran
Bank
Pemerintah
Bank Swasta
Nasional
Laporan
Tahunan
26
Sumber : data diolah tahun 2019
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 3
tahun mulai tahun 2016 – 2018. Bursa Efek Indonesia dijadikan sebagai
tempat penelitian karena Bursa Efek Indonesia merupakan bursa pertama di
Indonesia, yang dianggap memiliki data yang lengkap dan telah terorganisasi
dengan baik.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Adapun Jenis dan Sumber data yang dilakukan penulis sebagai berikut :
3.2.1. Jenis Data
Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah data sekunder,
berupa data – data laporan tahunan bank swasta nasional dan bank
pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018
dengan mengakses situs BEI, yaitu www.idx.co.id.
3.2.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah Data Sekunder. Penulis
memperoleh Data Sekunder dari laporan tahunan bank swasta nasional
dan bank pemerintah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2016-2018 dengan mengakses situs BEI, yaitu www.idx.co.id.
27
3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian
3.3.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2018), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah perusahaan sektor perbankan periode 2016-2018.
Tabel 3.1
Daftar Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
No. Nama Perusahaan Kode
1 Bank Rakyat Indonesia BBRI
2 Bank Tabungan Negara BBTN
3 Bank Negara Indonesia BBNI
4 Bank Mandiri BMRI
5 Bank Central Asia BBCA
6 Bank Artha Graha Internasional INPC
7 Bank J Trust BCIC
8 Bank Panin PNBS
9 Bank Nasionalnobu NOBU
10 Bank Permata BNLI
11 Bank Sinarmas BSIM
12 Bank Bukopoin BBKP
13 Bank Mega MEGA
14 Bank Danamon BDMN
15 Bank OCBC NISP NISP
16 Bank Yudha Bakti BBYB
17 Bank Mayapada Internasional MAYA
18 Bank Maspion BMAS
19 Bank Artos Indonesia ARTO
20 Bank Maybank BNII
21 Bank Capital Indonesia BACA
22 Bank IBK Indonesia AGRS
Sumber : Data dioleh tahun 2019
28
3.3.2. Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pemerintah (BUMN)
dan Bank Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Populasi penelitian ini meliputi perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018. Pada purposive
sampling adalah non probability sampling berdasarkan ciri-ciri khusus
yang dimiliki sampel tersebut yang berkaitan dengan ciri-ciri atau sifat-
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dan dianggap dapat
mewakili segala lapisan populasi.
Kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Swasta Nasional yang
memiliki total asset diatas 100 triliun.
2. Tersedia laporan keuangan 3 tahun berturut-turut.
3. Memiliki data keuangan yang telah di audit pada periode 2016-
2018.
Tabel 3.2
Bank Pemerintah di Bursa Efek Indonesia
No. Nama Perusahaan Kode
1 Bank Rakyat Indonesia BBRI
2 Bank Tabungan Negara BBTN
3 Bank Negara Indonesia BBNI
4 Bank Mandiri BMRI
Sumber : data diolah tahun 2019
29
Tabel 3.3
Bank Swasta Nasional di Bursa Efek Indonesia
No. Nama Perusahaan Kode
1 Bank Central Asia BBCA
2 Bank Artha Graha Internasional INPC
3 Bank J Trust BCIC
4 Bank Panin PNBS
5 Bank Nasionalnobu NOBU
6 Bank Permata BNLI
7 Bank Sinarmas BSIM
8 Bank Bukopoin BBKP
9 Bank Mega MEGA
10 Bank Danamon BDMN
11 Bank OCBC NISP NISP
12 Bank Yudha Bakti BBYB
13 Bank Mayapada Internasional MAYA
14 Bank Maspion BMAS
15 Bank Artos Indonesia ARTO
16 Bank Maybank BNII
17 Bank Capital Indonesia BACA
18 Bank IBK Indonesia AGRS
Sumber : data diolah tahun 2019
3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi Operasional Variabel Penelitian sebagai berikut :
1. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh
volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana
dari berbagai sumber. Pengertian lainnya LDR adalah rasio keuangan
perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR
adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito
berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi
permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya.
30
𝐿𝐷𝑅 = Jumlah Kredit yang diberikan
Dana Pihak ketiga 𝑥 100%
2. Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan
persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan
sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset.
Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA
adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam
mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = Penjualan Bersih
Total Aktiva 𝑥 100%
3. Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan
tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak
keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah
yang diinvestasikan oleh para pemegang saham.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =Laba Bersih Setelah Pajak
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%
4. Rasio perputaran Total Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio
aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan membandingkan
penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Sedangkan pengertian
Perputaran Aset menurut Kamus Bank Indonesia adalah rasio untuk
mengukur kemampuan aset perusahaan untuk memperoleh pendapatan;
31
makin cepat aset perusahaan berputar makin besar pendapatan
perusahaan tersebut.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = Penjualan
Total Asset x 100%
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka yang digunakan dalam
penelitian ini dengan pengumpulan data sekunder melalui literatur, jurnal-
jurnal dan penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian. Studi
dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia serta dari website resmi Bursa Efek Indonesia
www.idx.co.id.
3.6. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
kuantitatif, data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu berupa
laporan tahunan masing masing perusahaan yang telah di publikasikan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Tobin’s Q dan untuk
mengukur kinerja kuangan bank yang akan diteliti. Penelitian ini hanya
menghitung Loan To Deposite, Return On Asset, Return On Equity, dan Total
Asset karena penelitian menganalisis kinerja keuangan dari bank tersebut.
32
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Umum Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika
itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak
tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar
modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia
ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang
menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi
yang dikeluarkan pemerintah
33
4.2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
b. Misi
Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten melalui
pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah,
efisiensi biaya serta penerapan good governance.
4.2.1. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Sumber : BEI 2019
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
34
4.2.2. Sejarah dan Profil Perusahaan
Berdasarkan proses purposive sampling, penelitian ini
menunjukan bahwa total perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 22 perusahaan dan berikut
adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang akan
diteliti :
1. Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Indonesia. Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu
Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor
Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi
Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki
peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian
Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan
tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam
dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Pemegang saham
pengendali Bank Mandiri adalah Negara Republik Indonesia,
dengan persentase kepemilikan sebesar 60%.
2. Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia
(BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria
35
Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en
Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan
Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga
keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia
(pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895,
yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
3. Bank Tabungan Negara
BTN dimulai dengan didirikannya Postpaarbank di Batavia pada
tahun 1897. Sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini
dibekukan dan digantikan dengan Tyoki Kyoku atau Chokinkyoku.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih
oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan
Pos. nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa
kali hingga akhirnya pada tahun 1963 diubah menjadi nama dan
bentuk resmi yang berlaku saat ini. Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase
kepemilikan sebesar 60,03%.
4. Bank Negara Indonesia
PT Bank Negara Indonesia (Persero), didirikan di Indonesia
sebagai Bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia”
berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.
2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, berdasarkan
36
Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi
“Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi Bank
Umum Milik Negara. Selanjutnya, peran BNI sebagai Bank yang
diberi mandat untuk memperbaiki ekonomi rakyat dan
berpartisipasi dalam pembangunan nasional dikukuhkan oleh UU
No. 17 tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan
persentase kepemilikan sebesar 60,00%.
5. Bank Central Asia
Bank Central Asia Tbk, didirikan di Indonesia tanggal 10 Agustus
1955 dengan nama “V.V. Perseroan Dagang dan Industrie
Semarang Knitting Factory” dan mulai beroperasi dibidang
perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Kantor pusat Bank BCA
berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No.1, Jakarta 10310 dan memiliki
972 kantor cabang di seluruh Indonesia serta 2 kantor perwakilan
luar negeri yang berlokasi di Hong Kong dan Singapura. Pemegang
saham mayoritas dari Bank BCA adalah FarIndo Investment
(Mauritius) Ltd. Gualitate (qq) sdr. Robert Budi Hartono dan sdr.
Bambang Hartono, dengan jumlah kepemilikan sebesar 47,15%.
6. PT. Bank Danamon Indonesia
Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) didirikan 16 Juli 1956
dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Kantor pusat BDMN
37
berlokasi di gedung Menara Bank Danamon, Jalan Prof. Dr.
Satrio Kav. E4 No.6 Mega Kuningan, Jakarta. BDMN memiliki
61 kantor cabang utama domestik, 1.258 kantor cabang pembantu
domestik dan danamon simpan pinjam, 45 kantor cabang utama
dan kantor cabang pembantu syariah. Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Bank Danamon (30/09/2015), antara
lain: Asia Financial Indonesia Pte. Ltd (induk usaha) (67,37%) dan
JPMCB – Franklin Templeton Investment Funds (6,81%). Dimana
pemegang saham akhir dari Asia Financial Indonesia Pte. Ltd
adalah Temasek Holding Pte. Ltd, sebuah perusahaan investasi
yang berkedudukan di Singapura dan dimiliki oleh Kementerian
Keuangan Singapura.
7. PT. Pan Indonesia Bank
Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin / Panin Bank) (PNBN) (Bank
Panin) didirikan tanggal 14 Agustus 1971 dan memulai kegiatan
usaha komersialnya pada 18 Agustus 1971. Kantor pusat Bank Pan
Indonesia terletak di Gedung Panin Centre Jl. Jend. Sudirman Kav
1 (Senayan), Jakarta 10270 – Indonesias. Saat ini (30/09/2015),
Bank Panin memiliki 59 kantor cabang di Indonesia, 1 cabang di
Cayman Islands dan 1 kantor perwakilan di Singapura. Pemegang
saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Pan Indonesia Tb,
antara lain: Panin Financial Tbk (PNLF) (pengendali) (46,04%)
dan Votraint No 1103 Pty Limited-922704000 (38,82%).
38
8. Bank Nobu
Bank Nationalnobu Tbk (Nobu Bank) (NOBU) didirikan tanggal
13 Februari 1990 dengan nama PT Alfindo Sejahtera Bank (PT
Alfindo Bank) dan memulai kegiatan komersial pada tanggal 16
Agustus 1990. Kantor pusat Nobu Bank beralamat di Plaza
Semanggi, Lantai 9, Kawasan Bisnis Granadha, Jalan Jendral
Sudirman Kav 50 – Jakarta Selatan 12930. Nobu Bank merupakan
anak usaha dari PT Kharisma Buana Nusantara, dimana pemegang
saham mayoritas adalah Bp. Mochtar Riady. Pemegang saham
yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Nationalnobu Tbk,
antara lain: PT Kharisma Buana Nusantara (pengendali) (22,53%),
OCBC Securities Pte Ltd – Client A/C (22,21%), PT Prima
Cakrawala Sentosa (19,58%), Nio Yantony (9,01%) dan Lippo
General Insurance Tbk (LPGI) (7,60%)
9. Bank ArthaGraha Internasional
Bank ArtaGraha Internasional didirikan dengan nama PT Inter-
Pacific Financial Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal
7 September 1973, dibuat dihadapan Bagijo, S.H., pengganti dari
Eliza Pondaag, S.H., pada waktu itu Notaris di Jakarta, dengan
ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, yang
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
39
dengan Surat Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari
1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor 47
10. Bank J Trust
Bank J Trust Indonesia Tbk (J Trust Bank) (BCIC) didirikan 30
Mei 1989 dengan nama PT Bank Century Intervest Corporation
dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan April 1990.
Kantor pusat BCIC berlokasi di Gedung Sahit Sudirman Center, Lt.
33, Jln Jend Sudirman No. 86, Jakarta Pusat 10220. Pemegang
saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank JTrust Indonesia
Tbk, adalah J Trust Co. Ltd dengan persentase kepemilikan sebesar
95,87%
11. Bank Permata
Bank Permata Tbk (dahulu Bank Bali Tbk) (BNLI) didirikan 17
Desember 1954 dengan nama "Bank Persatuan Dagang Indonesia"
dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Januari 1955.
Kantor pusat Bank Permata berlokasi di Gedung World Trade
Center II, Jl. Jend. Sudirman Kav. 29-31, Jakarta 12920 –
Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Bank Permata, yaitu: Astra International Tbk (ASII) (pengendali)
(44,56%) dan Standard Chartered Bank London (pengendali)
(44,56%) (Standard Chartered Bank dimiliki oleh Standard
40
Chartered Holdings Limited, dan pemegang saham Standard
Chartered Holdings Limited adalah Standard Chartered PLC).
12. Bank Sinarmas
PT Bank Sinarmas Tbk. didirikan pada 18 Agustus 1989
berdasarkan Akta No. 52 tanggal 18 Agustus 1989 dari Buniarti
Tjandra, S.H., Notaris di Jakarta, dengan nama PT Bank Shinta
Indonesia dan telah diubah dengan Akta No. 91 tanggal 15
September 1989 dari notaris yang sama. Bank memperoleh status
sebagai Bank Umum Devisa tahun 1995. Tahun 2005, perjalanan
Bank memasuki babak baru setelah PT Sinar Mas Multiartha Tbk.,
perusahaan financial services yang berada di bawah Kelompok
Usaha Sinar Mas mengambil alih 21% saham di PT Bank Shinta
Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Bank Sinarmas Tbk adalah Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA),
dengan persentase kepemilikan sebesar 52,98%. Sedangkan
pemegang akhir dari Bank Sinarmas adalah Indra Widjaja.
13. Bank Bukopin
Bank Bukopin Tbk (BBKP) didirikan di lndonesia pada tanggal 10
Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (disingkat
Bukopin) dan mulai melakukan usaha komersial sebagai bank
umum koperasi di Indonesia sejak tanggal 16 Maret 1971. Kantor
pusat BBKP beralamat di Gedung Bank Bukopin, Jalan M.T.
Haryono Kav. 50-51, Jakarta 12770 – Indonesia. Pemegang saham
41
yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Bukopin Tbk, antara
lain: PT Bosowa Corporindo (pengendali) (30%), Koperasi
Pegawai Bulog Seluruh Indonesia (KOPELINDO) (18,09%) dan
Negara Republik Indonesia (11,43%).
14. Bank Mega
Bank Mega Tbk (MEGA) didirikan 15 April 1969 dengan nama PT
Bank Karman dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1969. Kantor pusat Bank Mega berlokasi di Menara Bank Mega, Jl.
Kapten Tendean 12-14A, Jakarta 12790 – Indonesia. Pemegang
saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Mega Tbk adalah
PT Mega Corpora (induk usaha), dengan kepemilikan sebesar
57,87%. Induk usaha terakhir Bank Mega adalah CT Corporation
(dahulu Para Group). Saham CT Corporation dimiliki 100% oleh
Chairul Tanjung & Keluarga. Bank Mega memperoleh izin usaha
sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
pada tanggal 14 Agustus 1969. Tanggal 2 Agustus 2000, Bank
Mega memperoleh izin untuk menyelenggarakan kegiatan usaha
sebagai wali amanat dari BAPEPAM-LK. Kemudian tanggal 31
Januari 2001, memperoleh izin sebagai bank devisa dari Bank
Indonesia
15. Bank OCBS NISP
42
Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP)
atau selanjutnya disebut sebagai “Bank”, merupakan Bank tertua
keempat di Indonesia yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di
Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En
Deposito Bank. Karmaka Surjaudaja mulai mengelola Bank pada
tahun 1963 dengan jabatan Direktur Operasional. Di tengah kondisi
Indonesia yang sedang bergejolak saat itu, Bank tumbuh dengan
sehat dan berhasil melalui beberapa krisis, salah satunya sanering
pada tahun 1965. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih
saham Bank OCBC NISP Tbk adalah OCBC Overseas Investments
Pte. Ltd., dengan persentase kepemilikan sebesar 85,08%. OCBC
Overseas Investments Pte. Ltd. merupakan anak perusahaan dari
Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC Bank),
yang berkedudukan di singapura.
16. Bank Yudha Bakti
Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) didirikan pada tanggal 19
September 1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada
tanggal 9 Januari 1990. Kantor pusat Bank Yudha Bhakti berlokasi
di Gedung Gozco, Jl. Raya Pasar Minggu Kav. 32, Pancoran,
Jakarta Selatan 12780 – Indonesia. BBYB adalah bergerak dalam
bidang usaha perbankan. Bank Yudha Bhakti memperoleh izin
sebagai bank umum pada tanggal 09 Desember 1989 dari Menteri
Keuangan Republik Indonesia. Tanggal 31 Desember 2014, BBYB
43
memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBYB
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 300.000.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp115,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Januari 2015.
17. Bank Mayapada Internasional
PT. Bank Mayapada International, Tbk dibentuk pada 7 September
1989 di Jakarta, disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia pada 10 Januari 1990, kemudian mulai beroperasi secara
komersial pada tanggal 16 Maret 1990. Sejak 23 Maret 1990
Perusahaan resmi menjadi bank umum, yang diikuti perolehan ijin
dari Bank Indonesia sebagai bank devisa pada tahun 1993. Pada
tahun 1995 Bank berubah nama menjadi PT. Bank Mayapada
Internasional, Tbk, setelah itu tahun 1997 mengambil inisiatif
untuk go public dan hingga sekarang dikenal dengan nama PT.
Bank Mayapada Internasional, Tbk. Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Bank Mayapada Internasional Tbk,
yaitu: PT Mayapada Karunia (pengendali) (26,42%), JPMCB –
Cathay Life Insurance Co LTD 2157804777 (40,00%), Galasco
Investments Limited (10,00%), dan Unity Rise Limited (7,31%).
Bank Mayapada memperoleh ijin usaha sebagai bank komersial
44
dari Kementerian Keuangan pada tanggal 16 Maret 1990 dan
memperoleh ijin kegiatan usaha sebagai bank devisa dari Bank
Indonesia pada tanggal 3 Juni 1993.
18. Bank Maspion
Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) didirikan tanggal 06
Nopember 1989 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1990.
Kantor pusat Bank Maspion berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No.
50 – 54, Surabaya 60262 – Indonesia. Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Bank Maspion Indonesia Tbk,
antara lain: PT Alim Investindo (67,69%), PT Maspion (14,34%)
dan PT Guna Investindo (6,77%).
19. Bank Artos Indonesia
Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) didirikan pada tanggal 1 Mei
1992 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 12
Desember 1992. Kantor pusat ARTO berlokasi di Gedung Bank
Artos, Jln. Otto Iskandardinata No. 18, Bandung 40171 –
Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Bank Artos Indonesia Tbk, antara lain: Arto Hardy (32,00%), Rudy
Hartono Iskandar (12,56%), Lanny Miguna (12,00%), Sinatra Arto
Hardy (12,00%), William Arto Hardy (12,00%) dan Lina Arto
Hardy (12,00%). Bank Artos memperoleh izin sebagai bank umum
pada tanggal 10 Juli 1992 dari Menteri Keuangan Republik
Indonesia
45
20. Bank Maybank
Bank Maybank Indonesia Tbk (d/h Bank Internasional Indonesia
Tbk / Bank BII) (BNII) didirikan 15 Mei 1959. Kantor pusat Bank
Maybank beralamat di Sentral Senayan III, Jalan Asia Afrika No.
8, Gelora Bung Karno – Senayan, Jakarta 10270 – Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank
Maybank Indonesia Tbk, yaitu: Sorak Financial Holdings Pte. Ltd
(45,02%), Maybank Offshore Corporate Service (33,96%) dan
UBS AG London (18,31%).
21. Bank Capital Indonesia
Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) didirikan tanggal 20 April
1989 dengan nama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia dan telah
beroperasi secara komersial sejak tahun 1989. Pemegang saham
yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Capital Indonesia Tbk,
antara lain: PT Inigo Global Capital (PT Kirana Cemerlang
Indonesia) (18,42%), Inigo Investments Ltd (14,32%) dan Danny
Nugroho (12,55%). Persentase kepemilikan Danny Nugroho pada
Inigo Investment Ltd sebesar 100%. Berdasarkan Anggaran Dasar
Bank, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha BACA adalah
melakukan usaha di bidang perbankan. Bank Capital merupakan
sebuah bank umum devisa berdasarkan Ijin Menteri Keuangan
Republik Indonesia tanggal 25 Oktober1989 dan Bank Indonesia
tanggal 26 Desember 1989.
46
22. Bank IBK Indonesia
Bank Agris Tbk (AGRS) didirikan tanggal 07 Desember 1970
dengan nama PT Finconesia (bergerak dalam bidang institusi
keuangan). Kantor pusat Bank Agris berlokasi di Wisma GKBI
Suite UG-01 Jl. Jend. Sudirman No. 28 Jakarta 10210 – Indonesia.
Saat ini, Bank Agris memiliki 1 kantor cabang utama, 10 kantor
cabang, 3 kantor cabang pembantu dan 4 kantor kas. nduk usaha
dari Bank Agris adalah PT Dian Intan Perkasa, sedangkan
pemegang saham akhir AGRS adalah Benjamin Jiaravanon.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Agris
adalah PT Dian Intan Perkasa (82,59%) dan UOB Kay Hian Pte.
Ltd. (8,49%).
4.3. Hasil
Penelitian ini menggunakan rasio Profitabilitas yang digunakan sebagai
acuan penelitian terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Swasta Nasional Dan
Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Rasio Profitabilitas
yang digunakan terdapat 4 rasio.
4.3.1. Profitabilitas
Menurut Munawir (2014), definisi profitabilitas adalah sebagai berikut:
Rentabilitas atau profitability adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan
47
dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan
demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
1. Loan to Deposit Rasio
Menurut Riyadi (2015), LOAN digunakan untuk
menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan dananya yang
berasal dari masyarakat. Loan to Deposit (LDR) menunjukkan
kemampuan bank untuk menyediakan dana pada debitur dengan
modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang mampu
dikumpulkan dari masyarakat.
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Loan to Deposit pada Bank Pemerintah
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBRI 84,63 83,98 85,22 84,61 Baik
BBTN 92,57 101,07 100,48 98,04 Cukup Baik
BBNI 94,66 89,56 92,87 92,36 Cukup Baik
BMRI 87,84 90,49 100,23 92,85 Cukup Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.1, hasil dari perhitungan rasio Loan to Deposit
dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Loan to
Deposit tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Jumlah
Kredit yang diberikan dibagi Dana Pihak Ketiga. Rata-rata Loan to
Deposit Bank Rakyak Indonesia (BBRI) adalah 84,61. Rata-rata
Loan to Deposit Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 98,04.
Rata-rata Loan to Deposit Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah
48
92,36. Rata-rata Loan to Deposit Bank Mandiri (BMRI) adalah
92,85. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 98,04 dari Bank Tabungan
Negara (BBTN), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 84,61
dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI).
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Loan to Deposit pada Bank Swasta Nasional
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBCA 76,72 78,00 83,10 79,27 Baik
INPC 89,24 81,11 73,70 81,35 Baik
BCIC 92,13 88,25 76,96 85,78 Cukup Baik
PNBS 88,66 89,24 100,79 92,90 Cukup Baik
NOBU 86,51 69,77 100,41 85,57 Cukup Baik
BNLI 106,60 115,52 120,05 114,06 Kurang Baik
BSIM 93,19 87,93 102,46 94,52 Cukup Baik
BBKP 84,62 79,56 84,52 82,90 Baik
MEGA 57,27 58,09 69,49 61,62 Sangat Baik
BDMN 88,42 92,34 94,40 91,72 Cukup Baik
NISP 143,80 146,57 142,41 144,78 Buruk
BBYB 98,72 107,95 115,49 107,38 Kurang Baik
MAYA 106,81 104,68 83,47 98,32 Cukup Baik
BMAS 108,40 105,12 108,33 107,29 Kurang Baik
ARTO 91,98 82,53 91,38 88,63 Cukup Baik
BNII 90,81 92,34 102,86 95,34 Cukup Baik
BACA 55,30 50,76 52,51 52,86 Sangat Baik
AGRS 87,09 85,51 86,93 86,51 Cukup Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.2, hasil dari perhitungan rasio Loan to Deposit
dari setiap Bank Swasta Nasional pada tahun 2016 sampai 2018.
Loan to Deposit tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus
49
Jumlah Kredit yang diberikan dibagi Dana Pihak Ketiga. Rata-rata
Loan to Deposit Bank Central Asia (BBCA) adalah 79,27. Rata-
rata Loan to Deposit Bank Artha Graha Internasional (INPC)
adalah 81,35. Rata-rata Loan to Deposit Bank J Trust (BCIC)
adalah 85,78. Rata-rata Loan to Deposit Bank Panin (PNBS) adalah
92,90. Rata-rata Loan to Deposit Bank National Nobu adalah
(NOBU) adalah 85,57.
Rata-rata Loan to Deposit Bank Permata (BNLI) adalah 114,06.
Rata-rata Loan to Deposit Bank Sinarmas (BSIM) adalah 94,52.
Rata-rata Loan to Deposit Bank Bukopin (BBKP) adalah 82,90.
Rata-rata Loan to Deposit Bank Mega (MEGA) adalah 61,62. Rata-
rata Loan to Deposit Bank Danamon (BDMN) 91,72. Rata-rata
Loan to Deposit Bank OCBC NISP (NISP) adalah 91,72. Rata-rata
Loan to Deposit Bank Yudha Bakti (BBYB) adalah 107,38. Rata-
rata Loan to Deposit Bank Mayapada Internasional (MAYA)
adalah 98,32. Rata-rata Loan to Deposit Bank Masipon (BMAS)
adalah 107,29. Rata-rata Loan to Deposit Bank Artos Indonesia
(ARTO) adalah 88,63. Rata-rata Loan to Deposit Bank Maybank
(BNII) adalah 95,34. Rata-rata Loan to Deposit Bank Capital
Indonesia (BACA) adalah 52,86. Rata-rata Loan to Deposit Bank
IBK Indonesia (AGRS) adalah 86,51. Nilai rata-rata tertinggi
sebesar 144,78 dari Bank OCBC NISP (NISP), sedangkan nilai
rata-rata terendah sebesar 79,27 dari Bank Central Asia (BBCA).
50
2. Return on Asset
Menurut Kasmir (2017), ROA digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset (ROA)
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan
rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada.
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Return On Asset pada Bank Pemerintah
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBRI 1,72 1,73 1,88 1,78 Sangat Baik
BBTN 4,41 4,19 3,97 4,19 Sangat Baik
BBNI 1,87 1,87 1,65 5,39 Sangat Baik
BMRI 2,05 2,63 3,05 7,73 Sangat Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.3, hasil dari perhitungan rasio Return On
Asset dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018.
Return On Asset tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus
Penjualan dibagi Total Aktiva. Rata-rata Return On Asset Bank
Rakyak Indonesia (BBRI) adalah 1,78. Rata-rata Return On Asset
Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 4,19. Rata-rata Return On
Asset Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah 5,39. Rata-rata Return
On Asset Bank Mandiri (BMRI) adalah 7,73. Nilai rata-rata
tertinggi sebesar 7,73 dari Bank Mandiri, sedangkan nilai rata-rata
terendah sebesar 1,78 dari Bank Rakyat Indonesia.
51
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Return On Asset pada Bank Swasta Nasional
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBCA 9,34 8,98 7,64 8,65 Sangat Baik
INPC 4,30 4,59 4,89 4,59 Sangat Baik
BCIC 2,94 3,88 2,71 3,18 Sangat Baik
PNBS 4,89 4,78 5,49 5,05 Sangat Baik
NOBU 3,42 3,52 4,41 3,78 Sangat Baik
BNLI 3,64 4,59 3,82 4,02 Sangat Baik
BSIM 13,37 14,44 16,25 14,69 Sangat Baik
BBKP 4,71 3,66 3,53 3,97 Sangat Baik
MEGA 7,40 6,91 6,60 6,97 Sangat Baik
BDMN 10,61 10,39 9,60 10,20 Sangat Baik
NISP 4,93 4,91 4,49 4,77 Sangat Baik
BBYB 6,14 6,48 6,61 6,41 Sangat Baik
MAYA 4,04 3,54 3,49 3,69 Sangat Baik
BMAS 4,23 4,41 3,97 4,21 Sangat Baik
ARTO 5,26 5,05 4,73 5,01 Sangat Baik
BNII 5,23 6,02 5,84 5,70 Sangat Baik
BACA 3,17 2,70 3,23 3,03 Sangat Baik
AGRS 3,42 3,27 3,43 3,38 Sangat Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.4, hasil dari perhitungan rasio Return On
Asset dari setiap Bank Swasta Nasional pada tahun 2016 sampai
2018. Return On Asset tiap perusahaan dihitung menggunakan
rumus Penjualan dibagi Total Aktiva. Rata-rata Return On Asset
52
Bank Central Asia (BBCA) adalah 8,65. Rata-rata Return On Asset
Bank Artha Graha Internasional (INPC) adalah 4,59. Rata-rata
Return On Asset Bank J Trust (BCIC) adalah 3,18. Rata-rata Return
On Asset Bank Panin (PNBS) adalah 5,05. Rata-rata Return On
Asset Bank National Nobu adalah (NOBU) adalah 3,78. Rata-rata
Return On Asset Bank Permata (BNLI) adalah 4,02. Rata-rata
Return On Asset Bank Sinarmas (BSIM) adalah 14,69. Rata-rata
Return On Asset Bank Bukopin (BBKP) adalah 3,97. Rata-rata
Return On Asset Bank Mega (MEGA) adalah 6,97. Rata-rata
Return On Asset Bank Danamon (BDMN) 10,20. Rata-rata Return
On Asset Bank OCBC NISP (NISP) adalah 4,77. Rata-rata Return
On Asset Bank Yudha Bakti (BBYB) adalah 6,41. Rata-rata Return
On Asset Bank Mayapada Internasional (MAYA) adalah 3,69.
Rata-rata Return On Asset Bank Masipon (BMAS) adalah 4,21.
Rata-rata Return On Asset Bank Artos Indonesia (ARTO) adalah
5,01. Rata-rata Return On Asset Bank Maybank (BNII) adalah
5,70. Rata-rata Return On Asset Bank Capital Indonesia (BACA)
adalah 3,03. Rata-rata Return On Asset Bank IBK Indonesia
(AGRS) adalah 3,38. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 14,69 dari
Bank Sinarmas (BSIM), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar
3,03 dari Bank Capital Indonesia (BACA).
3. Return on Equity
53
Menurut (Fahmi, 2015) Return on equity (ROE) disebut juga
laba atas equity. Dalam beberapa referensi disebut juga dengan
rasio total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini
menilai sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber
daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Return On Equity pada Bank Pemerintah
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBRI 18,07 17,60 17,91 17,86 Sangat Baik
BBTN 13,69 13,98 11,78 13,15 Baik
BBNI 12,78 13,65 13,67 13,37 Baik
BMRI 9,55 12,61 14,93 12,37 Cukup Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.5, hasil dari perhitungan rasio Return On
Equity dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018.
Return On Equity tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus
Laba Bersih setelah Pajak dibagi Total Ekuitas. Rata-rata Return
On Equity Bank Rakyat Indonesia (BBRI) adalah 17,86. Rata-rata
Return On Equity Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 13,15.
Rata-rata Return On Equity Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah
13,37. Rata-rata Return On Equity Bank Mandiri (BMRI) adalah
12,37. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,86 dari Bank Rakyat
54
Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 12,37
dari Bank Mandiri (BMRI).
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Return On Equity pada Bank Swasta Nasional
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBCA 18,30 17,75 17,04 17,70 Sangat Baik
INPC 1,65 1,51 1,17 1,44 Kurang Baik
BCIC -53,11 8,04 -30,50 -25,19 Buruk
PNBS 7,36 5,53 7,82 6,91 Cukup Baik
NOBU 2,28 2,51 3,16 2,65 Kurang Baik
BNLI -33,61 3,48 4,01 -8,71 Buruk
BSIM 8,28 6,58 1,04 5,30 Kurang Baik
BBKP 11,43 2,01 2,21 5,22 Kurang Baik
MEGA 9,44 9,95 11,60 10,33 Cukup Baik
BDMN 7,68 9,77 8,65 8,70 Cukup Baik
NISP 9,18 9,99 10,80 9,99 Cukup Baik
BBYB 10,57 2,13 -22,82 -3,37 Buruk
MAYA 11,63 7,91 4,05 7,86 Cukup Baik
BMAS 6,13 5,98 5,91 6,01 Cukup Baik
ARTO -22,63 -6,28 -20,15 -16,36 Buruk
BNII 10,21 8,96 9,02 9,39 Cukup Baik
BACA 7,11 6,12 7,17 6,80 Cukup Baik
AGRS 0,59 -1,47 -5,84 -2,24 Buruk
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil dari perhitungan rasio Return On
Equity dari setiap Bank Swasta Nasional pada tahun 2016 sampai
55
2018. Return On Equity tiap perusahaan dihitung menggunakan
rumus Laba Bersih setelah Pajak dibagi Total Ekuitas. Rata-rata
Return On Equity Bank Central Asia (BBCA) adalah 17,70. Rata-
rata Return On Equity Bank Artha Graha Internasional (INPC)
adalah 1,44. Rata-rata Return On Equity Bank J Trust (BCIC)
adalah -25,19. Rata-rata Return On Equity Bank Panin (PNBS)
adalah 6,91. Rata-rata Return On Equity Bank National Nobu
adalah (NOBU) adalah 2,65. Rata-rata Return On Equity Bank
Permata (BNLI) adalah -8,71. Rata-rata Return On Equity Bank
Sinarmas (BSIM) adalah 5,30. Rata-rata Return On Equity Bank
Bukopin (BBKP) adalah 5,22. Rata-rata Return On Equity Bank
Mega (MEGA) adalah 10,33. Rata-rata Return On Equity Bank
Danamon (BDMN) adalah 8,70. Rata-rata Return On Equity Bank
OCBC NISP (NISP) adalah 9,99. Rata-rata Return On Equity Bank
Yudha Bakti (BBYB) adalah -3,37. Rata-rata Return On Equity
Bank Mayapada Internasional (MAYA) adalah 7,86. Rata-rata
Return On Equity Bank Masipon (BMAS) adalah 6,01. Rata-rata
Return On Equity Bank Artos Indonesia (ARTO) adalah -16,36.
Rata-rata Return On Equity Bank Maybank (BNII) adalah 9,39.
Rata-rata Return On Equity Bank Capital Indonesia (BACA) adalah
6,80. Rata-rata Return On Equity Bank IBK Indonesia (AGRS)
adalah -2,24. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,70 dari Bank
56
Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar -
25,19 dari Bank J Trust (BCIC).
4. Total Asset
Total Aset adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan
dari total asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan
total aset rata-rata.
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Total Aset pada Bank Pemerintah
Kode 2016 2017 2018 Rata - Rata Kesimpulan
BBRI 2,62 2,58 2,50 2,56 Sangat Baik
BBTN 1,22 1,16 0,92 1,10 Baik
BBNI 1,89 1,94 1,87 1,90 Sangat Baik
BMRI 1,41 1,91 2,15 1,82 Sangat Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.7, hasil dari perhitungan rasio Total Aset dari
setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Total Aset
tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Penjualan Bersih
dibagi Total Aset. Rata-rata Total Aset Bank Rakyat Indonesia
(BBRI) adalah 2,56. Rata-rata Total Aset Bank Tabungan Negara
(BBTN) adalah 1,10. Rata-rata Total Aset Bank Negara Indonesia
(BBNI) adalah 1,90. Rata-rata Total Aset Bank Mandiri (BMRI)
adalah 1,82. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 2,56 dari Bank Rakyat
57
Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 1,10
dari Bank Tabungan Negara (BBTN).
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Total Aset pada Bank Swasta Nasional
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBCA 3,05 3,11 3,13 3,10 Sangat Baik
INPC 0,28 0,25 0,21 0,24 Kurang Baik
BCIC -4,47 0,71 -2,25 -2,01 Buruk
PNBS 1,26 0,94 1,54 1,25 Baik
NOBU 0,34 0,32 0,38 0,80 Cukup Baik
BNLI -3,92 0,50 0,59 -0,94 Buruk
BSIM 1,19 1,05 0,16 0,80 Cukup Baik
BBKP 1,03 0,13 0,20 0,45 Kurang Baik
MEGA 1,64 1,58 1,91 1,71 Sangat Baik
BDMN 1,60 2,15 1,91 1,89 Sangat Baik
NISP 1,30 1,41 1,52 1,41 Baik
BBYB 1,64 0,29 -3,02 -0,36 Buruk
MAYA 1,35 0,90 0,50 0,92 Cukup Baik
BMAS 1,24 1,15 1,06 1,15 Cukup Baik
ARTO -4,30 -1,04 -3,50 -2,95 Buruk
BNII 1,18 1,07 1,27 1,18 Cukup Baik
BACA 0,66 0,53 0,59 0,59 Cukup Baik
AGRS 0,08 -0,21 -0,75 -0,29 Buruk
Sumber : data diolah tahun 2019
58
Berdasarkan Tabel 4.8, hasil dari perhitungan rasio Total Aset dari
setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Total Aset
tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Penjualan Bersih
dibagi Total Aset. Rata-rata Total Aset Bank Central Asia (BBCA)
adalah 3,10. Rata-rata Total Aset Bank Artha Graha Internasional
(INPC) adalah 0,24. Rata-rata Total Aset Bank J Trust (BCIC)
adalah -2,01. Rata-rata Total Aset Bank Panin (PNBS) adalah 1,25.
Rata-rata Total Aset Bank National Nobu adalah (NOBU) adalah
0,80. Rata-rata Total Aset Bank Permata (BNLI) adalah -0,94.
Rata-rata Total Aset Bank Sinarmas (BSIM) adalah 0,80. Rata-rata
Total Aset Bank Bukopin (BBKP) adalah 0,45. Rata-rata Total
Aset Bank Mega (MEGA) adalah 1,71. Rata-rata Total Aset Bank
Danamon (BDMN) adalah 1,89. Rata-rata Total Aset Bank OCBC
NISP (NISP) adalah 1,41. Rata-rata Total Aset Bank Yudha Bakti
(BBYB) adalah -0,36. Rata-rata Total Aset Bank Mayapada
Internasional (MAYA) adalah 0,92. Rata-rata Total Aset Bank
Masipon (BMAS) adalah 1,15. Rata-rata Total Aset Bank Artos
Indonesia (ARTO) adalah -2,95. Rata-rata Total Aset Bank
Maybank (BNII) adalah 1,18. Rata-rata Total Aset Bank Capital
Indonesia (BACA) adalah 0,59. Rata-rata Total Aset Bank IBK
Indonesia (AGRS) adalah -0,29. Nilai rata-rata tertinggi sebesar
3,10 dari Bank Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata
terendah sebesar -2,95 dari Bank Artos Indonesia (ARTO).
59
4.3.2. Metode Tobin’s Q
Tobin’s Q adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua
penilaian dari asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai
pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham
yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost
dari aktiva perusahaan.
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Metode Tobin’s Q pada Bank Pemeritah
Kode 2016 2017 2018 Rata - Rata Kesimpulan
BBRI 0.91 0.93 0.93 0.92 Undervalued
BBTN 1.00 1.00 0.95 0.98 Undervalued
BBNI 0.99 1.08 1.03 1.03 Overvalued
BMRI 0.92 0.96 0.93 0.94 Undervalued
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.9, hasil dari perhitungan rasio Tobin’s Q dari
setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Tobin’s Q tiap
perusahaan dihitung menggunakan rumus Penjualan Bersih dibagi
Tobin’s Q. Rata-rata Tobin’s Q Bank Rakyat Indonesia (BBRI) adalah
0.92. Rata-rata Tobin’s Q Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 0.98.
Rata-rata Tobin’s Q Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah 1.03. Rata-
rata Tobin’s Q Bank Mandiri (BMRI) adalah 0.94. Nilai rata-rata
tertinggi sebesar 1.03 dari Bank Negara Indonesia (BBNI), sedangkan
60
nilai rata-rata terendah sebesar 0.92 dari Bank Rakyat Indonesia
(BBRI).
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Metode Tobin’s Q pada Bank Swasta Nasional
Kode 2016 2017 2018 Rata -
Rata
Kesimpulan
BBCA 1.39 1.54 1.59 1.51 Overvalued
INPC 0.87 0.88 0.86 0.87 Undervalued
BCIC 1.00 0.99 1.64 1.21 Overvalued
PNBS 0.84 0.84 0.81 0.83 Undervalued
NOBU 1.23 1.26 1.26 1.25 Overvalued
BNLI 0.96 0.97 0.97 0.97 Undervalued
BSIM 1.28 1.29 1.04 1.20 Overvalued
BBKP 0.96 0.99 0.97 0.97 Undervalued
MEGA 1.08 1.12 1.24 1.15 Overvalued
BDMN 1.00 1.15 1.17 1.10 Overvalued
NISP 0.94 0.93 0.97 0.95 Undervalued
BBYB 1.25 1.24 1.19 1.23 Overvalued
MAYA 1.08 1.11 1.30 1.16 Overvalued
BMAS 1.09 1.06 1.06 1.07 Overvalued
ARTO 1.08 1.10 1.16 1.11 Overvalued
BNII 0.90 0.89 0.87 0.89 Undervalued
BACA 1.01 1.01 1.04 1.02 Overvalued
AGRS 0.98 1.17 1.17 1.11 Overvalued
61
Sumber : data diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.10, hasil dari perhitungan Metode Tobin’s Q dari
setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Tobin’s Q tiap
perusahaan dihitung menggunakan rumus total saham beredar ditambah
total hutang dan dibagi total aset. Rata-rata Tobin’s Q Bank Central
Asia (BBCA) adalah 1.51. Rata-rata Tobin’s Q Bank Artha Graha
Internasional (INPC) adalah 0.87. Rata-rata Tobin’s Q Bank J Trust
(BCIC) adalah 1.21. Rata-rata Tobin’s Q Bank Panin (PNBS) adalah
0.83. Rata-rata Tobin’s Q Bank National Nobu adalah (NOBU) adalah
1.25. Rata-rata Tobin’s Q Bank Permata (BNLI) adalah 0.97. Rata-rata
Tobin’s Q Bank Sinarmas (BSIM) adalah 1.20. Rata-rata Tobin’s Q
Bank Bukopin (BBKP) adalah 0.97. Rata-rata Tobin’s Q Bank Mega
(MEGA) adalah 1.15. Rata-rata Tobin’s Q Bank Danamon (BDMN)
adalah 1.10. Rata-rata Tobin’s Q Bank OCBC NISP (NISP) adalah
0.95. Rata-rata Tobin’s Q Bank Yudha Bakti (BBYB) adalah 1.23.
Rata-rata Tobin’s Q Bank Mayapada Internasional (MAYA) adalah
1.16. Rata-rata Tobin’s Q Bank Masipon (BMAS) adalah 1.07. Rata-
rata Tobin’s Q Bank Artos Indonesia (ARTO) adalah 1.11. Rata-rata
Tobin’s Q Bank Maybank (BNII) adalah 0.89. Rata-rata Tobin’s Q
Bank Capital Indonesia (BACA) adalah 1.02. Rata-rata Tobin’s Q Bank
IBK Indonesia (AGRS) adalah -1.11. Nilai rata-rata tertinggi sebesar
1.51 dari Bank Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah
sebesar 0.83 dari Bank Panin (PNBS).
62
4.4. Analisis
4.4.1. Profitabilitas
1. Loan to Deposit
Menurut Riyadi (2015), LOAN digunakan untuk menunjukkan
kemampuan bank dalam menyalurkan dananya yang berasal dari
masyarakat. Loan to Deposit (LDR) menunjukkan kemampuan bank
untuk menyediakan dana pada debitur dengan modal yang dimiliki oleh
bank maupun dana yang mampu dikumpulkan dari masyarakat. Berikut
indikator untuk mengukur standar kinerja Loan to Deposit.
Tabel 4.11
Indikator Loan to Deposit pada Bank Pemerintah
Kode Rata - Rata Kesimpulan
BBRI 84,61 Baik
BBTN 98,04 Cukup Baik
BBNI 92,36 Cukup Baik
BMRI 92,85 Cukup Baik
Sumber
: data
diolah
tahun
2019
Su
mb
er :
75
80
85
90
95
100
BBRI BBTN BBNI BMRI
INDIKATOR LOAN
INDIKATOR LOAN
63
data diolah tahun 2019
Gambar 4.2
Grafik Rata-rata Loan to Deposit pada Bank Pemerintah
Berdasarkan Gambar 4.2 mengukur Loan to Deposit untuk
membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 98,04 dari
Bank Tabungan Negara (BBTN), sedangkan nilai rata-rata terendah
84,61 dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Bisa dilihat bahwa LDR
(Loan to Deposits Ratio) untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek (bisa disebut likuiditas) dengan
membagi total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada
Bank Tabungan Negara (BBTN) mengalami peningkatan yang
berpengharuh terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank Rakyat
Indonesia (BBRI) mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja
keuangan.
Tabel 4.12
Indikator Loan to Deposit pada Bank Swasta Nasional
Kode Rata-Rata Kesimpulan
BBCA 79,27 Baik
INPC 81,35 Baik
BCIC 85,78 Cukup Baik
PNBS 92,90 Cukup Baik
NOBU 85,57 Cukup Baik
BNLI 114,06 Kurang Baik
BSIM 94,52 Cukup Baik
BBKP 82,90 Baik
MEGA 61,62 Sangat Baik
BDMN 91,72 Cukup Baik
NISP 144,78 Buruk
BBYB 107,38 Kurang Baik
MAYA 98,32 Cukup Baik
BMAS 107,29 Kurang Baik
ARTO 88,63 Cukup Baik
64
BNII 95,34 Cukup Baik
BACA 52,86 Sangat Baik
AGRS 86,51 Cukup Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
S
u
m
b
e
r
:
d
a
t
a
d
i
o
lah tahun 2019
Gambar 4.3
Grafik Rata-rata Loan to Deposit pada Bank Swasta Nasional
Berdasarkan Gambar 4.3 mengukur Loan to Deposit untuk
membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 144.78
dari Bank OCBC NISP (NISP), sedangkan nilai rata-rata terendah 52.86
dari Bank Capital Indonesia (BACA). Bisa dilihat bahwa LDR (Loan to
Deposits Ratio) untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek (bisa disebut likuiditas) dengan membagi
total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). Bank OCBC NISP
(NISP) mengalami peningkatan yang berpengharuh terhadap kinerja
keuangan, sedangkan Bank Capital Indonesia (BACA) mengalami
penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
INDIKATOR LOAN
INDIKATOR LOAN
65
2. Return On Asset
Digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset
(ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio
yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada.
Tabel 4.13
Indikator Return On Asset
Kode Rata - Rata Kesimpulan
BBRI 1,78 Sangat Baik
BBTN 4,19 Sangat Baik
BBNI 5,39 Sangat Baik
BMRI 7,73 Sangat Baik
S
u
m
be
r :
da
ta 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
BBRI BBTN BBNI BMRI
INDIKATOR ROA
INDIKATOR ROA
66
diolah tahun 2019
Sumber : data diolah tahun 2019
Gambar 4.4
Grafik Rata-rata Return On Asset pada Bank Pemerintah
Berdasarkan Gambar 4.4 mengukur Return On Asset untuk
membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 7.73 dari
Bank Mandiri (BMRI), sedangkan nilai rata-rata terendah 1.78 dari
Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Bisa dilihat bahwa ROA (Return On
Assets) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perbankan dalam
menghasilkan profit atau laba (bisa disebut profitabilitas) dengan cara
membandingkan laba bersih dengan sumber daya atau total aset yang
dimiliki. Semakin besar nilai ROA artinya semakin baik kemampuan
perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank Mandiri (BMRI)
mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mengalami penurunan yang
berpengaruh pada kinerja keuangan.
Tabel 4.14
Indikator Return On Asset pada Bank Swasta Nasional
Kode Rata-Rata Kesimpulan
BBCA 8,65 Sangat Baik
INPC 4,59 Sangat Baik
BCIC 3,18 Sangat Baik
PNBS 5,05 Sangat Baik
NOBU 3,78 Sangat Baik
BNLI 4,02 Sangat Baik
BSIM 14,69 Sangat Baik
BBKP 3,97 Sangat Baik
MEGA 6,97 Sangat Baik
BDMN 10,20 Sangat Baik
NISP 4,77 Sangat Baik
BBYB 6,41 Sangat Baik
67
MAYA 3,69 Sangat Baik
BMAS 4,21 Sangat Baik
ARTO 5,01 Sangat Baik
BNII 5,70 Sangat Baik
BACA 3,03 Sangat Baik
AGRS 3,38 Sangat Baik
Sumber : data diolah tahun 2019
S
umber
: data
diolah
tahun
2019
G
a
m
b
a
r
4
.5
Grafik Rata-rata Return On Asset pada Bank Pemerintah
Berdasarkan Gambar 4.5 mengukur Return On Asset untuk
membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 14,69 dari
Bank Sinarmas (BSIM), sedangkan nilai rata-rata terendah 3,03 dari
Bank Capital Indonesia (BACA). Bisa dilihat bahwa ROA (Return On
Assets) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perbankan dalam
menghasilkan profit atau laba (bisa disebut profitabilitas) dengan cara
membandingkan laba bersih dengan sumber daya atau total aset yang
dimiliki. Semakin besar nilai ROA artinya semakin baik kemampuan
perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank Sinarmas (BSIM)
mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
02468
10121416
BB
CA
INPC
BC
IC
PNB
S
NO
BU
BN
LI
BSI
M
BB
KP
MEG
A
BD
MN
NIS
P
BB
YB
MA
YA
BM
AS
AR
TO
BN
II
BA
CA
AG
RS
INDIKATOR ROA
INDIKATOR ROA
68
sedangkan Bank Capital Indonesia (BACA) mengalami penurunan yang
berpengaruh pada kinerja keuangan.
3. Return On Equity
Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Dalam beberapa
referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran
total asset. Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan
laba atas ekuitas.
Tabel 4.15
Indikator Return On Equity
Kode Rata - Rata Kesimpulan
BBRI 17,86 Sangat Baik
BBTN 13,15 Baik
BBNI 13,37 Baik
BMRI 12,37 Cukup Baik
Su
m
b
e
r
:
d 0
5
10
15
20
BBRI BBTN BBNI BMRI
INDIKATOR ROE
INDIKATOR ROE
69
ata diolah tahun 2019
Sumber : data diolah tahun 2019
Gambar 4.6
Grafik Rata-rata Return On Equity pada Bank Pemerintah
Berdasarkan Gambar 4.6 mengukur Return On Equity untuk
membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,86 dari
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah
12,37 dari Bank Mandiri (BMRI). Rasio ini menilai sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin
baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank
Rakyat Indonesia (BBRI) mengalami peningkatan yang berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank Mandiri (BMRI)
mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan.
Tabel 4.16
Indikator Return On Equity pada Bank Swasta Nasional
Kode Rata-Rata Kesimpulan
BBCA 17,70 Sangat Baik
INPC 1,44 Kurang Baik
BCIC -25,19 Buruk
PNBS 6,91 Cukup Baik
NOBU 2,65 Kurang Baik
BNLI -8,71 Buruk
BSIM 5,30 Kurang Baik
BBKP 5,22 Kurang Baik
MEGA 10,33 Cukup Baik
BDMN 8,70 Cukup Baik
NISP 9,99 Cukup Baik
BBYB -3,37 Buruk
MAYA 7,86 Cukup Baik
BMAS 6,01 Cukup Baik
ARTO -16,36 Buruk
70
BNII 9,39 Cukup Baik
BACA 6,80 Cukup Baik
AGRS -2,24 Buruk
Sumber : data diolah tahun 2019
S
u
m
b
e
r
:
d
a
t
a diolah tahun 2019
Gambar 4.7
Grafik Rata-rata Return On Equity pada Bank Pemerintah
Berdasarkan Gambar 4.7 mengukur Return On Equity untuk
membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,70 dari
Bank Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah -25,19
dari Bank J Trust (BCIC). Rasio ini menilai sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin
baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank
Central Asia (BBCA) mengalami peningkatan yang berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank J Trust (BCIC) mengalami
penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan. Dapat simpulkan
-30
-20
-10
0
10
20
INDIKATOR ROE
INDIKATOR ROE
71
bahwa semakin tinggi rasio menunjukkan laba bersih bank semakin
meningkat, yang mengakibatkan harga saham meningkat, dan
sebaliknya semakin rendah rasio menunjukkan laba bersih bank
semakin menurun, yang mengakibatkan harga saham rendah.
4. Total Aset
Total Aset adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total
asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset
rata-rata.
Tabel 4.17
Indikator Total Aset
Kode Rata - Rata Kesimpulan
BBRI 2,56 Sangat Baik
BBTN 1,10 Baik
BBNI 1,90 Sangat Baik
BMRI 1,82 Sangat Baik
Sum
ber :
data
diol
ah
tahu0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
BBRI BBTN BBNI BMRI
INDIKATOR TOTAL ASET
INDIKATOR TOTAL ASET
72
n 2019
Sumber : data diolah tahun 2019
Gambar 4.8
Grafik Rata-rata Total Aset pada Bank Pemerintah
Berdasarkan Gambar 4.8 mengukur Total Aset untuk membandingkan
setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 2,56 dari Bank Rakyat
Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah 1,10 dari Bank
Tabungan Negara (BBTN). Rasio ini menilai sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin
baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank
Rakyat Indonesia (BBRI) mengalami peningkatan yang berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank Tabungan Negara (BBTN)
mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan.
Tabel 4.18
Indikator Total Aset pada Bank Swasta Nasional
Kode Rata-Rata Kesimpulan
BBCA 3,10 Sangat Baik
INPC 0,24 Kurang Baik
BCIC -2,01 Buruk
PNBS 1,25 Baik
NOBU 0,80 Cukup Baik
BNLI -0,94 Buruk
BSIM 0,80 Cukup Baik
BBKP 0,45 Kurang Baik
MEGA 1,71 Sangat Baik
BDMN 1,89 Sangat Baik
NISP 1,41 Baik
BBYB -0,36 Buruk
MAYA 0,92 Cukup Baik
BMAS 1,15 Cukup Baik
ARTO -2,95 Buruk
73
BNII 1,18 Cukup Baik
BACA 0,59 Cukup Baik
AGRS -0,29 Buruk
Sumber : data diolah tahun 2019
S
umbe
r :
data
diola
h
tahun
2019
G
a
m
b
a
r
4.9
Grafik Rata-rata Total Aset pada Bank Pemerintah
Berdasarkan Gambar 4.9 mengukur Total Aset untuk membandingkan
setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 3,10 dari Bank Central Asia
(BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah -2,95 dari Bank Artos
Indonesia (ARTO). Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan
laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin baik kemampuan
perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank Central Asia
(BBCA) mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja
keuangan, sedangkan Bank Artos Indonesia (ARTO) mengalami
penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan. Semakin tinggi
nilai TA ini maka akan semakin baik artinya perusahaan mampu
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
INDIKATOR TOTAL ASET
INDIKATOR TOTAL ASET
74
memaksimalkan aset yang ia miliki untuk menghasilkan penjualan yang
lebih tinggi dan sebaliknya jika buruk maka perusahaan kurang mampu
memaksimalkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan.
5. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank
Swasta Nasioal Menggunakan Metode Tobin’s Q
Tobin’s Q adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua
penilaian dari asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai
pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham
yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost
dari aktiva perusahaan.
Tabel 4.19
Perbandingan Kinerja Keuangan Menggunakan Metode Tobin’s Q
Bank Rata-Rata Kesimpulan
Bank Pemerintah 0.96 Undervalued
Bank Swasta Nasional 1.08 Overvalued
Sumber : data diolah tahun 2019
Su
mb
er :
dat
a
dio
lah
tah
un
20
19
Ga
m
ba
r 4.10
0.9
0.95
1
1.05
1.1
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional
Indikator Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Swasta
Indikator Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Swasta
75
Grafik Rata-rata Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Bank
Pemerintah dan Bank Swasta Nasional Menggunakan Metode
Tobin’s Q
Berdasarkan Gambar 4.10 mengukur Kinerja Keuangan pada Bank
Pemerintah dan Bank Swasta Nasional menggunakan Metode Tobin’s
Q. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 1.08 dari Bank Swasta Nasional,
sedangkan nilai rata-rata terendah 0.96 dari Bank Pemerintah. Tobin’s
Q sebagai indikator pengukur nilai perusahaan telah banyak digunakan
dalam penelitian keuangan, khususnya penelitian yang mengambil
permasalahan nilai perusahaan. Tobin’s Q adalah indikator untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan, khususnya tentang nilai
perusahaan, yang menunjukkan suatu proforma manajemen dalam
mengelola aktiva perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa kinerja
keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Bank
Pemerintah kurang mampu mengelola aktivanya dengan baik
sedangkan Bank Swasta Nasional mampu mengelola aktivanya dengan
baik. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena
rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan
perusahaan perbankan yang terjadi di Indonesia, diantaranya kasus
empat saham bank turun di Indeks Harga Saham Gabungan (2019),
empat saham itu adalah Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat
Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Mandiri
(BMRI). Penurunan tersebut terjadi karena dua hal yaitu terkait
76
Duniatex dan perang dagang. Saham Overvalued suatu nilai atau harga
yang berlebihan atau mahal, dan Undervalued suatu nilai atau harga
yang bernilai murah. Jadi semakin baik nilai Tobin’s Q menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbungan yang baik dan
sebaliknya jika nilai Tobin’s Q buruk maka menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki prospek pertumbungan yang kurang baik.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelitian, pengujian, dan
pembahasan mengenai Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada Bank
Swasta Nasional dan Bank Pemerintah Menggunakan Metode Tobin’s Q yang
terdaftar Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 22 Bank Swasta
Nasional dan 4 Bank Pemerintahan untuk diteliti. Berdasarkan hasil
pembahasan dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Hasil penelitian menyatakan bahwa Kinerja Keuangan mendapati hasil
yang signifikan dan tidak signifikan. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa Loan to Deposit (LOAN) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja keuangan, Return on Assets (ROA) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan, Return on Equity (ROE)
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, Total
Asset mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan.
5.2. Saran
1. Untuk bank swasta yang mempunyai tingkat ROE yang rendah
dibandingkan bank pemerintah harus efisien dalam memanfaatkan modal
yang dimiliki agar laba yang diperoleh lebih maksimal.
77
2. Bank swasta mempunyai tingkat Total Aset yang rendah dibandingkan
bank pemerintah harus meningkatkan jumlah aktiva yang dimiliki agar
tingkat pengembalian aset yang diperoleh lebih besar.
77
DAFTAR PUSTAKA
Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004, Tentang Perbankan.
Bank Indonesia (2011). Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Munawir, S. (2010). Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat. Cetakan Kelima
Belas, Yogyakarta : Liberty.
Nur, (2015). Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode RGEC pada PT. Bank
Rakyat Indonesia. Jurnal Akuntansi : Universitas Negeri Yogyakarta.
Putri, I Dewa Ayu Esti Putri dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi. 2013,
“Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC Pada
Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil”. Jurnal Akuntansi : Universitas
Udayana. 483-496.
Srihayati, 2015, “Pengaruh Kinerja Keuangan Perbankan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Metode Tobin’s Q pada Perusahaan Perbankan yang
Listing di Kompas 100”. Jurnal Akuntansi : Universitas Islam Bandung.
Putri, 2013, “Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC
pada
Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil”. Jurnal Akuntansi : Universitas
Udayana.
Respati. 2008, “Tinjauan Tentang Variabel-Variabel Camel terhadap Laba Usaha
Pada Bank Umum Swasta Nasional. Jurnal Keuangan dan Perbankan :
Universitas Merdeka Malang.
Anggitasari. 2012, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Struktur
Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Jurnal
Akuntansi : Universitas Diponegoro.
Saragih. 2013, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Syariah
Dengan Bank Konvensional”. Jurnal Keuangan : Universitas Sumatera
Utara.
www.idx.co.id diaskses pada 14 Oktober 2019