ANALISIS PERBANDINGAN ANGGARAN BELANJA DAN · PDF fileREALISASI BELANJA DI KECAMATAN LENGKONG...
-
Upload
nguyenngoc -
Category
Documents
-
view
228 -
download
2
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN ANGGARAN BELANJA DAN · PDF fileREALISASI BELANJA DI KECAMATAN LENGKONG...
ANALISIS PERBANDINGAN ANGGARAN BELANJA DAN
REALISASI BELANJA DI KECAMATAN
LENGKONG KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Kelulusan Ujian Akhir Program Diploma IV
Program Studi Komputerisasi Akuntansi
Disusun Oleh :
DHIAH RATNA CHRISTIANINGRUM
NPM. 14.401.170
POLITEKNIK
PIKSI GANESHA BANDUNG
2017
ABSTRAK
DHIAH RATNA CHRISTIANINGRUM
NPM. 14. 401. 170
Komputerisasi Akuntansi
ANALISIS PERBANDINGAN ANGGARAN BELANJA DAN REALISASI
BELANJA DIKECAMATAN LENGKONG KOTA BANDUNG.
Skripsi: 93 halaman
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbandingan anggaran belanja
dan realiasi belanja di Kecamatan Lengkong Kota Bandung Tahun 2011-2014.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data sample
bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
Catatan Atas Laporan Keuangan di Kecamatan Lengkong periode 2011 hingga
2014.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio efesiensi anggaran belanja dan realisasi
belanja maka dapat dilihat peningkatan pada tahun 2012 sebesar 99,99% hampir
mencapai 100%. Selanjutnya anggaran belanja dan realisasi belanja untuk tahun
2011 sebesar 90,96% mengalami penurunan, sedangkan tahun 2013 dan 2014
mengalami kenaikan yang stabil sebesar 95,14% dan 94,80%. Maka hasil analisis
efesiensi adalah sangat baik
Hambatan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: adanya pencairan
anggaran yang tidak tepat waktu karena tidak disiplinnya dalam penyampaian
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ke Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara dan keterbatasan sumber daya manusia. Adapun saran
yang diberikan adalah dengan meningkatkan strategi dalam pengelolaan dan
pelaksanaan anggaran pencairan agar pencapain realisasi semakin stabil, efektif
dan efesien.
Kata kunci: Anggaran Belanja, Realisasi Belanja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Instansi pemerintah adalah pihak manajemen yang dipercaya oleh
rakyat untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintah dalam rangka
memenuhi hajat hidup orang banyak. Tujuan dari penyelenggarakan
pemerintah adalah dalam rangka kesejahteraan masyakat. Oleh karena itu
agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan sesuai dengan amanat
maka harus ada laporan yang melaporkan hal tersebut.
Pemerintah daerah merupakan bagian dari sistem pemerintah
indonesia diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat di daerahnya sesuai aspirasi masyarakat di daerah tersebut,
termasuk pengelolaan keuangan daerah masing-masing.
Reformasi dalam bidang pengelolaan keuangan negara sebagaimana
amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(UU 17/2003) khususnya dalam sistem penganggaran telah banyak
membawa perubahan yang sangat mendasar. Salah satunya adalah
penerapan pendekatan penganggaran yang digunakan dalam penyusunanya
berupa pendekatan penganggaran terpadu, Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM), dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK).
Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 pada Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah juga perlu dilampirkan informasi tambahan mengenai
kinerja instansi pemerintah yakni prestasi yang berhasil dicapai Pengguna
Anggaran juga identifikasi jelas tentang keluaran (output) dari setiap
kegiatan dan hasil dari setiap program. Hal ini bermakna bahwa selain perlu
suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang baik juga
diperlukan integrasi dengan sistem perencanaan startegis sistem
penganggaran dan Sistem Akuntansi Pemerintah.
Dengan adanya laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan amanat
undang-undang tersebut serta disusunnya laporan keuangan melalui proses
yang dapat dipertanggungjawabkan tersebut maka diharapkan akuntanbilitas
pemerintah daerah sebagai maajemen yang dipercayai oleh rakyat sebagai
stakeholder dapat disajikan sebagaimana mestinya.
Sedangkan menurut UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa Laporan Keuangan harus
disusun berdasarkan proes akuntansi yang wajib dilaksanakan oleh setiap
Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna Anggaran serta pengelolaan
Bendahara Umum Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut maka setiap
Pemerintah Daerah menyelenggarakan sistem akuntansi untuk lingkungan
pemerintah daerahnya yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri.
Laporan keuangan perlu adanya publikasi, hal itu bertujuan untuk
transparasi publik sebagai informasi kepada masyarakat, untuk akuntabilitas
publik sebagai indikasi tidak lemahnya sistem yang selanjutnya tidak
membudayakan korupsi sistemik, untuk memberikan informasi dalam
pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik, serta dapat juga
membrikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja
manajerial suatu organisasi atau perusahaan.
Anggaran yaitu aktiva lancar yang digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan dan dana yang dikeluarkan diharapkan dapat kembali
masuk dalam perusahaan dalam jangka pendek melalui perusahaan.
Sehingga dana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama
perusahaan beroperasi. Anggaran akan selalu dibutuhkan bagi perusahaan
yang mempunyai keinginan untuk mempertahankan eksistensisnya.
Anggaran juga diperlukan untuk memelihara perkembangan perusahaan
secara berkesinambungan, untuk membiayai kegiatan usaha sehari-hari (RA
Supriyono, 2007:3)
Pengelolaa anggaran merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan
yang tidak dapat memperhitungkan tingkat anggaran yang memuaskan,
maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu
memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus di
likuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang
lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan tingkat keamanan
(margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan
menetapkan anggaran yang berlebih akan menimbulkan dana menganggur
yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan dalam penentuan
kebijakan anggaran yang efesien (Tendi Haruman, 2007:174).
Menurut Suharto dan Solihin (2008), sebagai alat perencanaan,
anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang
akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan dalam
melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang.
Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran. Anggaran juga
dapat diartikan “Suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi
seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan
datang.
Anggaran belanja merupakan suatu hal yang serius untuk mendukung
terlaksananya suatu kegiatan yang ada di ruang lingkup disemua pemerintah
daerah karena tanpa perencanaan anggaran yang maksimal, akan
menyebabkan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan penyusunan laporan realisasi anggaran ini,
pegawai instansi memerlukan kelengkapan data pembelanjaan langsung
operasi. Dengan kelengkapan data ini lah, pegawai instansi yang sudah
bertanggungjawab dalam penyusunan laporan realisasi anggaran akan
menjalankan penyususnan dengan baik dan lancar agar tercapai sasaran
yang ditentukan dan pelaporan realisasi anggaran ini dilaksanakan setiap
semester secara manual serta pembuatannya pun berkesinambungan.
Laporan realisasi anggaran dibuat agar pemerintah mengetahui
seberapa besar penyerapan dana yang sudah dicairkan untuk kegiatan dan
dari laporan realisasi anggaran akan diketahui surplus atau defisit yang
didapat dalam kegiatan tersebut. Diketahuinya surplus atau defisitnya
APBN suatu data dari laporan realisasi anggaran tersebut pun sudah siatur
dalam undang-undang, salah satunya dalam Permendgri No. 13 Tahun 2006
pasal 57 tentang perbedaaan antara surplus dan defisit suatu dana yang
sudah dikeluarkan dan tertuang dalam laporan realisasi anggaran.
Laporan realisasi anggran menyediakan informasi yang berguna dala
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk anggaran
kegiatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam periode mendatang
dengan cara menyajikan laopran keuangan secara bersamaan. Dalam
penyususnan laporan realisasi anggaran pun tidak terlepas dari prosedur
yang sudah ditentukan dalam undang-undang oleh pemerintah pusat.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang dipublikasikan pemerintah
daerah memberikan informasi yang bermanfaat untuk menilai kinerja
keuangan daerah . LRA menjadi salah satu laporan pertanggungjawaban
keuangan daerah yang utama, karena anggaran dalam pemerintahan
merupakan tulang punggung penyelanggaran pemerintah. Anggaran
memiliki peran penting sebagai alat stabilitasi, distribusi, alokasi sumber
daya publik, perencanaan dan pengendalian organisasi serta penilaian
kinerja. Laporan Relaisasi Anggaran menduduki prioritas yang lebih penting
dan merupakan jenis laporan keuangan daerah yang paling dahulu
dihasilkan sebelum kemudian diisyaratkan untuk membuat laporan neraca
dan laopran arus kas. Untuk menilai kerja pemerintah daerah dalam
mengelola keuangan dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan
yang telah dibuat. Tidak hanya sebagian bahan evaluasi saja, tapi karena
tidak semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi dengan baik.
Maka analisis laporan keuangan juga digunakan untuk membantu
memahami dan menginterpresentasikan laporan keuangan pemerintah
daerah tersebut. (Syamsudin, 2007:39).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS
PERBANDINGAN ANGGARAN BELANJA DAN REALISASI
BELANJA DI KECAMATAN LENGKONG KOTA BANDUNG”.
1.2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan pokok
permasalahan penelitian ini yaitu “Bagaimana Analisis Perbandingan
Anggaran Belanja dan Realisasi Belanja di Kantor Kecamatan
Lengkong Kota Bandung”
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana Anggaran Belanja di Kantor Kecamatan Lengkong
Bandung?
2. Bagaimana Realisasi Belanja di Kantor Kecamatan Lengkong
Bandung?
3. Bagaimana Perbandingan Anggaran Belanja dan Realisasi Belanja di
Kantor Kecamatan Lengkong Kota Bandung Periode 2011-2014?
4. Apakah hambatan yang terjadi di Kantor Kecmatan Lengkong
Bandung?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang
terkait di Kantor Kecamatan Lengkong Bandung?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Anggaran Belanja Di Kantor Kecamatan Lengkong
Bandung.
2. Mengetahui Realisasi Belanja di Kantor Kecamatan Lengkong
Bandung.
3. Mengetahui perbandingan Anggaran Belanja dan Realisasi Belanja di
Kantor Kecamatan Lengkong Kota Bandung Periode 2011-2014.
4. Mengetahui hambatan yang terjadi di Kantor Kecamatan Lengkong
Bandung.
5. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan terkait dengan hambatan
yang ada di Kantor Kecamatan Lengkong Bandung.
1.5. Kegunaaan Penelitian
A. Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
manfaat serta sebagai uji kemampuan dalam penerapan teori-teori
yang diperoleh selama masa perkuliahan. Dan penulis mendapatkan
wawasan serta pengembangan ilmu pengetahuan dalam mencatat
laporan keuangan.
B. Bagi Perusahaan
Bagi Kantor Kecamatan Lengkong Kota Bandung, diharapkan
Skripsi ini sebagai bahan masukan, pembelajaran dan pertimbangan
untuk proses pencapaian visi dan misi Kantor Kecamatan Lengkong
Kota Bandung serta sebagai bahan pertimbangan perkembangan.
C. Bagi Lembaga
Bagi lembaga, diharapkan skripsi ini dapat dimanfatkan sebagai
bahan referensi bagi adik kelas yang berada di Politeknik Piksi
Ganesha Bandung pada khususnya, juga mudah-mudahan dapat
menjadi sarana untuk meningkatkan kerjasama dangan tempat
pelaksanaan PKL.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Landasan Teori
A. Anggaran Belanja
1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan
pengendalian (controlling) dalam mencapai tujian yang efektif dan efesien.
Penganggaran (budgeting) menunjukan suatu proses sejak tahap persiapan
yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana pengumpulan
berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas perencanaan,
penyusunan rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai
pada tahap pengawasan dan hasil evaluasi dari rencana tersebut. (Tendi
Haruman/Sri Rahayu, 2007:5).
Dan beberapa Ahli yang lainnya memberi pendapat lain tentang arti
anggaran sebagai berikut :
Agus Ahyari (2002:8) “Anggaran merupakan suatu perencanaan
secara formal dari seluruh kegiatan perusahaan didalam jangka
waktutertentu yang dinyatakan dalam unit kuantitatif (moneter)”.
Sedangkan menurut M. Munandar (2001:1) “Suatu anggaran yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode tertentu) yang akan datang.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan
suatu rumusan rencana atau sasaran yang bersifat kuantitatif dan merupakan
pedoman dalam menilai prestasi yang telah dicapai. Oleh karena itu,
anggaran harus mempunyai kemampuan untuk malakukan pilihan pilihan
terbaik yang dilaksanakan untuk menghindari kegagalan.
2. Jenis-jenis Anggran
Anggaran terdiri dari berbagai jenis, anggaran akan mencangkup
seluruh aspek kegiatan peusahaan. Menurut M. Munandar (2001:25)
mengemukakan jenis-jenis anggaran sebagai berikut :
a. Operational Budget, yang terdiri dari :
1) Anggaran penjualan
Rencana jumlah barang dan jasa dalam bidang sentral, terminal
dan transmisi.
2) Anggaran produksi
Rencana jumlah barang yang akan diproduksi dalam bidang
sentral, terminal dan transmisi.
3) Anggaran biaya, terdiri dari :
a. Anggaran biaya usaha yaitu anggaran biaya umum dan
administrasi, anggran biaya penjualan dan anggran biaya lain-
lain.
b. Anggaran biaya produksi, yaitu anggaran biaya bahan baku,
anggaran biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.
4) Anggaran Investasi, terdiri dari :
a. Anggaran investasi bangunan.
b. Anggaran investasi mesin dan instalasi.
c. Anggaran investasi alat ukur atau perkakas kerja.
d. Anggaran perabot kantor atau gudang.
e. Anggaran investasi alat olah data.
f. Anggaran investasi alat teknologi.
g. Anggaran investasi pengembangan.
h. Anggaran investasi aktiva dan pelaksanaan.
b. Financial Budget, yang terdiri dari :
1) Proyeksi lsbs /rugi
Proyeksi perolehan laba untuk tahun tertentu.
2) Proyeksi neraca
Proyeksi posisi aktiva, pasiva dan modal perusahaan pada
tahun tertentu.
3) Anggaran kas/bank
Rencana penerimaan dan pengeluaran kas/bank pada tahun
tertentu.
4) Proyeksi sumber dan pengguanaan dana
Proyeksi posisi modal kerja perusahaan dan perubahan modal
kerja.
5) Proyeksi rasio keuangan
3. Fungsi dan Manfaat Anggran
Fungsi Anggaran menurut Tendi Haruman/Sri Rahayu (2007:5)
adalah sebagai berikut :
a. Dibidang Planning
1) Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala
masalah yang berkaitan dengan aktivitas yang akan
dilaksanakan.
2) Membantu mengarahkan seluruh sumber daya alam yang ada
diperusahaan dalam menentukan arah atau aktivitas yang saling
menguntungkan.
3) Membantu arah dan menunjang kebijakan perusahaan.
4) Membantu menstabikan kesempatan kerja yang tersedia.
5) Membantu pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif.
b. Dibidang Coordinating
1) Membantu mengkoordinasi faktor sumber daya manusia
dengan perusahaan.
2) Membantu menilai kesesuaian antara rencana aktivitas
peruahaan dengan keadaan lingkungan usaha yang dihadapi.
3) Membantu mendapatkan pemakaian modal pada saluran-
saluran yang menguntungkan sesuai dengan program
perusahaan.
4) Membantu mengetahui kelemahan dalam organisasi.
c. Dibidang Controling
1) Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran.
2) Membantu mencegah pemborosan
3) Membantu menetapkan standar baru.
Menurut M. Nafarin (2004:20), mengemukakan fungsi anggran
sebagai berikut :
1) Fungsi perencanaan anggaran merupakan alat
perencanaan tertulis menurut pemikiran yang diteliti dan
akan memberikan gambaran yang lebih nyata atau jelas
dalam unit dan uang.
2) Fungsi pelaksanaan anggaran merupakan alat pedoman
dalam pelaksaaan pekerjaan dapat dilaksanakan secara
selaras dalam mencapai tujuan.
Fungsi pengawasan anggaran merupakan alat pengawasan
(controlling) untuk mengevaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
dengan membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
Sedangkan manfaat Anggaran menurut M. Nafarin (2007:19)
adalah sebagai berikut :
a. Segala kegiatan dapat terara pada pencapaian tujuan
bersama.
b. Dapat digunakan sebagai alat menialai kelebihan dan
kekurangan pegawai.
c. Dapat memotivasi pegawai.
d. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan.
e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang
perlu.
f. Sumber daya dapat dimanfaatkan seefesien mungkin.
g. Alat pendidikan bagi manajer.
4. Karakteristik Anggaran
Menurut Bastian (2010:192) mengemukakan beberapa karakteristik
anggaran terdiri dari :
a. Anggaran yang dinyatakan dalam satuan keuangan.
b. Anggaran yang umurnya mencakup jangka waktu tertentu,
yaitu satu atau beberapa tahun.
c. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen
untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
d. Usulan anggaran yang telah disetujui oleh pihak berwenang
yang lebih tinggi dari penyusunan anggaran.
e. Anggaran yang telah disusun hanya dapat diubah dalam
kondisi terntu.
Sedangkan menurut Rudianto (2009:11) selain karakteristik secara
umum diatas terdapat juga karakteristik anggaran yang baik, yaitu :
1. Anggaran disusun berdasarkan program.
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat
pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi
perusahaan.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat
pengendalian.
5. Prosedur Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran biasanya dilakukan oleh Komite Anggaran.
Komite Anggran tersebut anggotanya terdiri atas para manajer pelaksanaan
fungsi-fungsi pokok perusahaan sesuai dengan prinsip keperansertaan.
Anggaran tersebut meliputi : manajer pemasaran, manajer produksi, manajer
teknik, manajer pengawasan dan keuangan.
Supriyono (2001:99), mengatakan bahwa penyusunan anggaran
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan perencanaan strategis atas SWOT manajemen
puncak, atau Chief Executive Officer (CEO). Dengan
menentukan perencanaan strategis yaitu penentuan tujuan
organisasi dan rencana jangka panjang.
b. Mengkomunikasikan tujuan organisai dan rencana jangka
panjang. Rencana jangka panjang dikomunikasikan kepada
manajer devisi dan manajer dibawahnya serta komite anggaran
mereka mengetahui tujuan yang akan dicapai dan cara-cara
proyek untuk mencapai tujuan terserbut.
c. Menganalisis informasi masa lalu yang diantisipasi untuk
mngetahui SWOT Manajemen puncak atau Chief Executive
Officer (CEO) menganalisi informasi masa lalu dan perubahan
lingkungan ekternal dimasa depan untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan ancaman (SWOT) yang dihadapi
perusahaan.
d. Menyusun usulan anggaran. Setiap manajer devisi menyusun
dan mengkoordinasikan penyusunan untuk bagian organisasi
dibawahnya ysitu seksi usulan anggaran semua devisi
selenjutnya diserahkan pada komite anggaran.
e. Memilih taktik, mengkoordinasikan kegiatan, dan mengawasi
kegiatan. Atas dasar tujuan organisasi dan rencana jangka
panjang yang telah disusun oleh manajer puncak, manajer devisi
menyusun rencana pemilihan taktik yaitu : memilih cara-cara
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, manajer
departemen membuat keputusan pengorganisasian yang
berhubungan dengan pengorganisasian semua kegiatan dibawah
depaetemennya dan manajer seksi bertanggung jawab untuk
merencanakan pengawasan (supervision) terhadap seksinya.
f. Menyarankan revisi usulan anggaran. Komite anggaran
menyarankan revisi terhadap usulan anggaran. Setiap devisi agar
dapatsinkronisasi dengan anggarn devisi yang lain agar sesuai
dengan rencana jangka panjang dan tujuan yang telah ditentukan
pleh manajer puncak.
g. Revisi dan pengesahan anggaran perusahaan. Anggaran
perusahaan mungkin masih memerlukan revisi sebelum
disahkan oleh manajemen puncak menjadi anggaran perusahaan
yang sesuai. Setelah dilakukan revisi aggaran tersebut disahkan
dan didistribsikan kesetiap devisi dan bagian organisasi
dibawahnya sebagai pedoman pelaksanaaan kegiatan dan
sekaligus sebagai alat pengendalian.
h. Menyetujui revisi anggaran dan merakit menjadi anggaran
perusahaan. Setelah usaha anggaran direvisi oleh setiap devisi
yang bersangkutan dan revisinya telah disetujui oleh komite
anggaran, maka komite merakit usulan tersebut menjadi anggran
perusahan.
6. Macam-macam Anggaran
Menurut M. Narafin, anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa
sudut pandang sebagai berikut :
a. Menurut dasar penyusunan anggaran.
Menurut dasar penyusunan anggaran terdiri dari :
1) Anggaran variabel yaitu anggaran yang tersusun berdasarkan
interval (kasar), kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya
merupakan suatu seni anggran yang dapat disesuaikan pada
tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Anggaran
variabel disebut juga dengan anggaran fleksibel.
2) Anggran tetap yaitu anggaran yang disusun berdasarakan
suatu tingkatan kapasitas tertentu. Anggaran tetap tersebut juga
dengan anggaran statis.
b. Menurut cara penyususnan anggaran
Menurut cara penyususnan anggaran terdiri dari :
1) Anggaran periodik adalah anggaran yang tersusun untuk suatu
periodik tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang
disusun setiap akhir periode anggaran.
2) Anggaran kontinyu adalah anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat.
c. Menurut jangka waktunya anggaran
Menurut jangka waktunya anggaran terdiri dari :
1) Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) adalah
anggaran yang dibuat dengan jangka panjang waktu lebih dari 1
(satu) tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal
merupakan anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggran
modal, anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar
anggaran jangka pendek.
2) Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran
yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai 1 (satu)
tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan
anggaran jangaka pendek.
d. Menurut bidangnya anggaran
Menurut bidangnya anggaran terdiri dari :
1) Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun
anggaran neraca. Anggaran keuangan meliputi anggaran kas,
anggaran piutang, anggaran persediaaan dan anggaran neraca.
2) Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun
anggaran laporan laba rugi. Anggaran operasional meliputi
anggaran penjualan, anggaran penjualan biaya pabrik, anggaran
beban usaha dan anggaran laporan laba rugi.
e. Meurut kemampuan menyusunan anggaran.
Meurut kemampuan menyusunan anggaran terdiri dari :
1) Anggaran partial yaitu anggaran yang disusun tidak secara
lengkap, anggaran yag hanya menyusun bagian anggaran
tertentu, misalnya karena keterbatasan kemampuan maka hanya
dapat menyusun anggaran operasional.
2) Anggaran komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai
macam anggran komprehensif merupakan juga perpaduan dari
anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun
secara lengkap.
f. Menurut fungsinya anggaran.
Menurut fungsinya anggaran terdiri dari :
1) Performance budget adalah anggaran yang disusun
berdasarkan fungsi aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan
untuk menilai apakah biaya beban yang dilakukan oleh masing-
masing aktivitas tidak melampaui batas.
2) Appropriation budet adalah anggaran yang diperuntukan
bagian tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat
lain.
7. Pengertian Anggran Belanja
Menurut pendapat Akbar Kaelola (2009:23): “Anggaran belanja
adalah rencana perkiraan yang meliputi pendapat dan pengeluaran. Jika
pendapatan lebih besar daripada pengeluaran disebut surplus, sebaliknya
jika pengeluaran lebih besar dari pendapatan disebut defisit”.
8. Pengertian Belanja
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, “Belanja adalah
semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menguragi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Seperti yang
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
dijelaskan bahwa “Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.
Sedangkan menurut Indra Bastian (2003:53) “Belanja/biaya adalah
penurunan aktiva/kenaikan utang yang digunakan untuk berbagai kegiatan
dalam suatu periode akuntansi atau periode anggaran tertentu”.
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan program dan kegiatan. Berikut jenis-jenis belanja langsung
yaitu :
a. Belanja Barang dan Jasa,
b. Belanja Modal,
c. Belanja Pegawai
Sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan. Ada
beberapa jenis belanja tidak langsung yaitu :
a. Belanja Hibah,
b. Belanja Bantuan Sosial,
c. Belanja Pegawai,
d. Belanja Tidak Terduga.
9. Pengertian Belanja Daerah
Suatu instansi Pemerintah harus mengalokasikan belanjanya secara
adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan
umum. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efesiensi dan
aktivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran belanja harus
diperhatikan (1) Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan
manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai; (2) Penetapan perioritas
kegiatan dan perhitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang
rasional. Belanja daerah adalah semua kewajiban PEMDA (pemerintah
daerah) yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersi (ekuitas dana)
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Makna pengeluaran
belanja berbeda dengan pengeluaran pembiayaan. PEMDA tidak akan
mendapatkan pembayaran kembali atas pengeluaran belanja yang telah
terjadi, baik pada tahun anggaran berjalan maupun pada tahun anggaran
berikutnya. Sedangkan pengeluaran pembiayaan merupakan pengeluaran
yang akan diterima kembali pembayarannya pada tahun berjalan atau pada
tahun anggaran berikutnya.
Menurut Halim (2002:68) mengatakan bahwa
“Belanja Daerah atau Biaya merupakan penurunan dalam
manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar,
atau deplasi aset, atau terjadinya hutang yang mengakibatkan
berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi
kepada para peserta ekuitas dana”.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, “Belanja daerah adalah kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.
10. Jenis Belanja Daerah
Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima
kelompok yaitu :
a. Belanja Operasional
Belanja ini merupakan suatu pengeluaran pemerintah daerah yang
berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja operasional
meliputi :
1) Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung
dengan pelayanan publik.
2) Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk orang/personel yag berhubungan langsung dengan kata
lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel.
3) Belanja Perjalanan, merupakan pengeluaran pemerintah
daerah untuk biaya perjalanan pegawai yang berhubungan
langsung dengan pelayanan publik.
4) Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah
daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang mempunyai
hubungan langsung dengan pelayanan publik.
b. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran pemerintah daerah yang
manfaatnya melebihi satu taautan anggaran dan akan menambah asset atau
kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti baiaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi :
1) Belanja publik merupakan belanja yang manfaatnya dapat
dinikmati ssecara langsung oleh masyarakat umum.
2) Belanja takt erduga adalah pengeluaran anggaran untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak bisa diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial,
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.
3) Belanja aparatur merupakan belanja yang manfaatnya tidak
secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan
langsung oleh apatur. Contohnya pembelian kendaraan dinas
dan pembangunan rumah dinas.
c. Belanja Administrasi Umum
Belanja administrasi umum adalah semua pengeluaran pemerintah
daerah yang tidak berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik.
Belanja administrasi terdiri dari empat jenis yaitu :
1) Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk orang/personel yang berhubungan langsung dengan kata
lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel.
2) Belanja Perjalanan, merupakan pengeluaran pemerintah
daerah untuk biaya perjalanan pegawai yang berhubungan
langsung dengan pelayanan publik.
3) Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah
daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang mempunyai
hubungan langsung dengan pelayanan publik.
4) Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk penyediaan barang dan jasa yang berhubungan lansung
dengan pelayanan publik.
d. Belanja Lain-lain/ Belanja Tak Terduga
Belanja Lain-lain/belanja Tak Terduga adalah pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak
terduga dan kejadian-kejadian luar biasa.
11. Pertanggungjawaban Pelaksanaan Belanja
Penggunaan anggaran belanja sebagai bagian dari keuangan Negara
harus dipertanggujawabakan dalam Laporan Keuangan. Penyajian dan
pengungkapan klasifikasi belanja dalam laporan keuangan ada dua yaitu
sebagai berikut :
a. Disajikan sebagai Arus Kas Keliar dan Aktifitas Operasi dan Aktifitas
Investasi Non Keuangan pada Laporan Arus Kas.
b. Disajikan sebagai pengeluaran belanja pada Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) pada lembar muka laporan keuangan yaitu belanja
dengan klasifikasi menurut jenis belanja yaitu belanja Operasi,
Belanja Modal, dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga (berdasarkan
PSAP Nomor 02).
Diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) antara
lain rincian belanja menurut organisasi, rincian belanja menurut fungsi dan
klasifikasi belanja, rincian belanja menurut program dan keguatan yang
disesuaikan dengan urusan pemerintah yang menjdai kewenangan daerah,
rincian belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan dilengkapi
narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedjul atau bentuk lazim yang
mengiktisarkan secara ringkas dan padat kondisi posisi keuangan entitas
pelaporan.
B. Realisasi Belanja
1. Pengertian Realisasi
Pengertian Realisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001:710) yaitu
“Proses menjadikan nyata, perwujudan, wujud, kenyataan,
pelaksanaan yang nyata”. Sedangkan menurut Ali Hasan (2008:23)
mengemukakan bahwa Realisasasi adalah “tindakan yang nyata atau
adanya pergerakan atau perubahan dari rencana yag sudah dibuat atau
dikerjakan”.
Menurut M Dahlan Y.B (2008:78) “Realisasi adalah
pelaksanaan sesuatu sehingga menjadi nyata”.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
realisasi adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan atau lembaga dan berlaku untuk
jangka waktu tertentu dan diwujudkan menjadi nyata, agar rencana
yang telah disusun pleh perusahaan atau lembaga dapat tercapai
dengan baik.
2. Pengertian Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Dodi Nordiawan (2010:122) menyatakan bahwa “Laporan
Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelolah oleh
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan”.
Sedangkan menurut Rudianto (2009:19) menyatakan bahwa “Laporan
Realisasi Anggaran adalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan
belanja yang diusulkan dalam satu periode dan sumber pendapatan yang
diusulkan untuk membiayai belanja tersebut”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan
Realisasi Anggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
menggunakan sumber daya ekonomi yang dikelola dalam pelaporan untuk
satu periode.
3. Tujuan Pembuatan Laporan Realisasi Anggaran
Tujuan Laporan Realisai Anggaran adalah meningkatkan dasar-dasar
penyajian Lporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi
tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding.
Penyandingan antara anggaran dan raelisasinya menunjukan tingkat
ketercapaian target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Struktur Laporan Realisasi Anggaran
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemeerintah yang disajikan berdasarkan PSAP No. 02 Dalam
penyajian Laporan Realisasi Anggaran terdapat unsur-unsur yang harus
dipahami, antara lain adalah :
a. Pendapatan
1) Pendapatan (berbasis kas) adalah penerimaan oleh bendahara
umum negara/bendahara daerah atau oleh entitas pemerintah
lainnya yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak,
pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
2) Pendapatan (berbasis akrual) adalah hak pemerintah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
b. Belanja
1) Belanja (berbasis kas) adalah semua pengeluaran oleh
bendahara umum negara/bendahara umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaran kembali
oleh pemerintah.
2) Belanja (berbasis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
c. Transfer
Transer merupakan penerimaan atau pengeluaran uang dari
suatu entitas pelaporan dari atau kepada entitas pelapor lain, termasuk
dana perimbangan dan dana hasil.
d. Surplus/Defisit
1) Surflus yaitu selisih lebih antara pendapatan – Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan belanja selama satu periode
akuntansi.
2) Defisit yaitu selisih kurang antara pendapatan – Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan belanja selama satu periode
akuntansi.
Dari dua pengertian surplus/ defisit dapat disimpulkan bahwa selisi
lebih atau kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan.
e. Pembiayaan (Financing)
Pembiayaan merupakam setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran
.
2.2. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan penetapan masalah yang diwujudkan
pada suatu materi tentang relevansi dan aktualisasinya dalam pemikiran ini
disusun perkiraan teoritis dari hasil-hasil yang akan dicapai sehingga akan
mengantarkan pada kemudahan dala pemecahan masalah.
Berdasarakan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dan sesuai
dengan fokus penelitian, maka pada bagian ini menjelaskan berbagai
kerangka teori yang relevan dan teliti. Teori-teori yang telah diungkapkan
adalah teori-teori mengenai Analiasis Perbandingan Anggaran Belanja Pada
Realisasi belanja di Kecamatan Lengkong Bandung.
Untuk mendapatkan pengertian atau teori lebih jelas mengenai
anggaran, penulis mengutip beberapa pendapat mengenai definidi anggaran
secara umum. Pengertian anggaran dalam buku “ Akuntansi Manajemen “
menurut Mulyadi (2001:48) mengemukakan bahwa “Anggaran merupakan
suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur daam
satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lainnya yang mencangkup
jangkan waktu satu tahun”.
Definisi anggaran dalam buku “budgeting”, Perencanaan Kerja,
Pengkoordinasian Kerja dan Pengawas kerja menurut Munandar (2001:1)
menjelaskan bahwa anggaran adalah “suatu rencana yang disusun secara
sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang”.
Dari pengertian diatas, penulis dapat menyimpulakan bahwa anggaran
dapat digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan operasi perusahaan
dan sebagai dasar penilaian atas pelaksanaan kegiatan perusahaan tersebut.
Dalam anggaran ini termasuk juga serangkaian kegiatan antisipasi untuk
menyesuaikan dimasa yang akan datang dengan rencana yang telah
ditetapkan, karena itu anggaran juga dapat dipakai sebagai alat koordinasi
dan implementasi antara rencana awal dengan aktivitas yang sedang
berlangsung.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : diolah oleh penulis (2017)
Variabel X
Anggaran Belanja
Variabel Y
Realisasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian, seorang peneliti harus menentukan
metode penelitian yan dipakai, sehingga akan dapat mempermudah langkah-
langkah penelitian. Sugiyono (2012:2) mengemukakan bahwa “metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
sengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Berdasarkan variable-variabel yeng diteliti, maka penelitian ini
bersifat analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2006:11) “Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memberikan
gambaran dari variabel penelitian”.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dinyatakan bahwa metode
penelitian menggunakan cara ilmiah artinya mengguanakan pendekatan
rasional empiris, dengan demikian akan didapatkan data yang obyektif,
valid dan reliabel sehingga penelitian tersebut dapat memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2009:38), “Variabel adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya”.
Menurut Sugiyono (2009:39) mengatakan bahwa “Operasional
Variabel cara mengukur suatu konsep dimana terdapat variabel yang
langsung mempengaruhi dan dipengaruhi, yaitu variabel yang dapat
menyebabkan masalah lain terjadi dan atau variabel yang situasi dan
kondisinya tergantung variabel lain”.
Sesuai dengan Judul Penelitian yaitu Perbandingan Antara
Anggaran Belanja Dengan Realisasi Belanja Pada Kecamatan Lengkong
Bandung Periode 2012-2016, maka konsep variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel yang menerangkan sebab dan akibat, yaitu :
1. Variabel Bebas (Variabele Independen) / X
Menurut Sugiyono (2009:39) mengatakan bahwa, variable
independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebeb perubahannya atau timbulnya variable
dependen (terikat).
2. Variabel Terikat ( Variable Dependen) / Y
Menurut Sugiyono (2009:39) mengatakan bahwa, variable
dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel terikat.
Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada tabel operasional
variabel berikut ini :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Anggaran
Belanja
(Variabel X)
Anggaran belanja adalah
rencana perkiraan yang
meliputi pendapatan dan
pengeluaran. Menurut
Akbar Kaelola (2009:23)
Laporan Realisasi
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
tahun 2012-2016
Rasio
Realisasi
(Variabel Y)
Realisasi adalah
pelaksanaan sesuatu
sehingga menjadi nyata.
Menurut M. Dahlan Y.B
(2003:987)
Laporan Realisasi
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
tahun 2012-2016
Rasio
Sumber : Diolah oleh penulis (2017)
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
A. Populasi
Menurut Sugiyono (2009:80), “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan”.
Berdasarkan pengertian populasi diatas, maka yang akan dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah data Laporan Keuangan Tahunan
(Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja dan Belanja Daerah (RAPBD) dan
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
B. Sampel
Menurut Sugiyono (2009:81), “Sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dan Catatan Atas
Laporan keuangan (CALK) pada Kecamatan Lengkong Bandung Periode
2011-2014.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2012:224) yaitu,
“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.
Bila dilihat dari sumber datanya, teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
A. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya melewati orang lain atau lewat
dokumen.
Adapun yang meliputi data sekunder yaitu :
1. Studi Pustaka
Yaitu studi atau teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi yang berhubungan dengan masalah secara teoristis yang diteliti
untuk cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai literatur dari
perpustakaan yang bersumber dan dapat memperoleh landasan teori-teori
yang dapat menunjang penelitian.
2. Dokumen Perusahaan
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan penelusuran
bukti-bukti baik intern maupun ekstern perusahaan seperti laporan keuangan
perusahaan atau pemerintahan dll.
B. Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah data yang langsung memeberikan data kepada
pengumpul data. Pengumpula data Primer ini diperoleh dengan cara study
lapangan atau teknik pengumpulan data secara langsung ditempat yang akan
diteliti di Kecamatan Lengkong Bandung, baik dari hasil wawancara
maupun hasil dari observasi langsung dengan bagian-bagian terkait untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang diperoleh
antara lain adalah data laporan keuangan tahunan berupa laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dan Catatan Atas
Laporan Keuangan dari Tahun 2011 sampai dengan 2014 (4 tahun).
Dalam studi lapangan ini, menggunakan dua teknik penelitian yang
meliputi, yaitu :
1. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan suatu pengumpulan data dengan cara
mengadakan wawancara atau tanya jawab dan tatap muka secara
langsung dengan berbagai pihak yang berkaitan dan terlibat langsung
dengan yang berwenang guna memeperoleh informasi yang
dibutuhkan secara tepat dan akurat.
2. Pengamatan (observasi)
Pengamatan merupakan suatu pengumpulan data dengan dengan
cara mengamati secara langsung dan mencatat sumber data yang akan
dianalisis guna melengkapi keterangan-keterangan yang diperlukan.
3.5 Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012:147) mengatakan bahwa: “Analisa data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data
lain terkumpul, dengan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan
jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”.
Teknik dalam penelituan kuantitatif menggunakan statistik. ini
merupakan salah satu langkah untuk melanjutkan mencari analisis
perbandingan anggaran belanja pada realisasi belanja periode tahun 2011-
2014. Adapun teknik analisa yang digunakan penuis yaitu analisis
deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012:147)
“Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum (generalisasi/inferensi)”.
Dari pengertian tersebut, penulis mendefinisikan bahwa analisis
deskriptif adalah metode dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau
mengklasifikasi, menganalisa, dan menginterpresentasikannya untuk
penarikan kesimpulan. Adapun metode analisis dalam penelitian ini yaitu
menggunakan analisis berikut :
A. Analisis Belanja Operasional Terhadap Total Belanja Daerah
Analisis balanja operasi terhadap total belanja merupakan
perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja daerah.
Rasio ini menginformasikan mengenai porsi belanja daerah yang
dialokasikan untuk belanja operasi merupakan belanja yang
manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga
belanja operasi sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya
rutin atau berulang. Rasio belanja operasional dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Rasio Belanja Opersaional Terhadap Belanja Daerah
Realisasi Belanja Modal X 100%
Total Belanja Daerah
B. Analisis Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
Pengklasifikasian belanja modal adalah klasifikasi berdasarkan
jagka waktu manfaat yang dinikmati atas belanja tersebut. Rasio
belanja modal dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja
Realisasi Belanja Modal x 100%
Total Belanja daerah
C. Rasio Efesiensi Belanja
Rasio efesiensi belanja merupakan perbandingan antara
anggaran belanja dengan realisasi belanja. Rasio efesiensi ini
digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang
dilakukan pemerintah. Angka yang dihasilkan dari rasio efesiensi ini
tidak bersifat absolut, tetapi relatif. Artinya tidak ada standart baku
untuk rasio ini. Rasio efesiensi belanja dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Efesisensi Belanja
Realisasi Belanja X 100%
Anggaran Belanja
Tabel 3.2
Tingkat Keeratan Efesiensi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00-0,19 Sangat Buruk
0,02-0,399 Buruk
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Baik
0,80-1,000 Sangat Baik
Sumber : Sugiyono (2014:184)
BAB IV
ANALISA PERBANDINGAN ANGGARAN BELANJA DAN
REALISASI BELANAJA DI KECAMATAN LENGKONG
KOTA BANDUNG
4.1 Profil Singkat Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Dalam kedudukan dan fungsinya pemerintah kecamatan memiliki
posisi yang sangat penting karena keberhasilan tugas pemerintah kota dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat serta meningkatkan efektifitas
dan efesiensi penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, perekonomian,
kemasyarakatan, ketentraman dan ketertiban serta mengembangkan potensi
wilayah sangat ditunjang oleh keberadaan pemerintah kecamatan, untuk itu
tantangan yang harus dijawab adalah bagaimana mewujudkan pemerintahan
kecamatan yang berwibawa dan mampu memberikan pelayanan serta
memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang.
Memenuhi maksud tersebut, kiranya upaya untuk memperkuat
pemerintahan kecamatan maka dikeluarkan peraturan daerah Kota Bandung
nomor 14 tahun 2007 tentang pembentukan dan susunan organisasi
kecamatan dan kelurahan dilingkungan pemerintah Kota Bandung yang
dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan Walikota Bandung Nomor 250
Tahun 2008 tentang rincian tugas pokok dan fungsi satuan organisasi pada
kecamatan dan kelurahan dilingkungan pemerintah Kota Bandung, dengan
didasarkan pada ketentuan pasal 66 ayat (4) undang-undang nomor 22 tahun
1999 yang berbunyi camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan
pemerintah dari bupati/walikota dan untuk Kota Bandung telah dikeluarkan
keputusan walikota bandung nomor 870 tahun 2011 tentang pelimpahan
sebagian urusan walikota bandung kepada camat dan lurah.
Melalui urusan tersebut, pemerintah kecamatan Lengkong kota
Bandung berupaya meningkatkan kemampuan pelayanan yang profesional,
efektif, efisien, akuntabel dan transparan, dengan meningkatkan perbaikan
proses mekanisme perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pelaporan dan evaluasi serta mengharapkan kiranya
pemerintah kota segera menyusun berbagai kebijakan, yang menunjang
pada kelancaran pelaksanaan tugas pelimpahan sebagai urusan yang
diberikan walikota bandung kepada camat dan lurah agar mempercepat
proses pelayanan kepada masyarakat.
1. Data statis
A. Kondisi Eksisting Kecamatan Lengkong
Kecamatan Lengkong merupakan salah satu bagian wilayah
Eks. Kare’es Kota Bandung dengan memiliki luas lahan sebesar 575
Ha. Secara administrasi Kecamatan Lengkong dibatasi oleh:
Tabel 4.1
Batas Wilayah Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Bagian Selatan Kecamatan Bandung Kidul
Bagian Utara Kecamatan Sumur Bandung
Bagian Timur Kecamatan Batununggal
Bagian Barat Kecamatan Regol
Sumber : Kecamatan Lengkong Kota Bandung
B. Kondisi Geografis
Secara geografis Kecamatan Lengkong terletak pada permukaan
geografis yang datar dengan curah hujan kurang lebih 2.460 mm/tahun
dan dilalui 2 buah sungai yaitu sungai cikapundung dan sungai
cikapundung kolot. Serta 3 anak sungai yaitu Cikarees, Cibalong
Montok dan anak kali Cikapundung. Ditinjau dari sudut ketinggian
tanah, kecamatan lengkong berada pada ketinggian 700 m dpl. Diatas
permukaan air laut. Suhu maksimum dan minimum dikecamatan
lengkong berkisar 29,0-20,0 c.
C. Administrasi Pemerintahan
a) Instansi Pemerintah di Wilayah Kecamatan Lengkong.
Instansi pemerintah yang berada diwilayah Kecamatan Lengkong
terdiri dari :
1) Instansi Vertical berjumlah 10 unit, terdiri dari :
1. PENGADILAN AGAMA BANDUNG
2. SESKOAD
3. PUSSENKAV
4. YONKAV IV/SERBU
5. TON ANGKUB
6. K.U.A
7. POLSEKTA LENGKONG
8. M.U.I
9. DEPARTEMEN PENERANGAN PROV. JABAR
10. KUA KEC. LENGKONG
2) Instansi BUMN/BUMD berjumlah 17 Unit :
1. PT.POS INDONESIA
2. BRI KARAPITAN
3. BRI CIJAGRA
4. KANTOR BPJS d/h PT. ASKES
5. BANK BNI
6. BANK JABAR BANTEN
7. APOTIK KIMIA FARMA
8. PT. GRAFIKA PJKA
9. PT. TELKOM
10. BANK NISP
11. BANK BCA
12. BANK CIMB
13. BANK HIMPUNAN SAUDARA
14. BANK JABAR BANTEN BURANGRANG
15. BANK JABAR BANTEN CIJARGA
3) Instansi Otonom berjumlah 22 Unit :
1. BANDIKLATDA PROV.JABAR
2. DEPARTEMEN PENERANGAN PROV. JABAR
3. DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG
4. KADINDA JABAR/GAPENSI
5. KADIN KOTA BANDUNG
6. KANTOR SATPOL PP KOTA BANDUNG
7. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, KB DAN
PERLINDUNGAN ANAK (BPPKBPA)
8. KANTOR PENGADILAN TINGGI
9. KANTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
10. BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN PUSAT
(BPKP)
11. CABANG DINAS PU BINA MARGA KOTA
BANDUNG
12. CABANG DINAS BANGUNAN
13. DEKOPINDA KOTA BANDUNG
14. PGRI
15. BK3S JABAR
16. DISPERINDAG PROV.JABAR
17. KANTOR KECAMATAN
18. KANTOR KELURAHAN SEBANYAK 7 BUAH
19. DIKNAS KEC.LENGKONG
20. PUSKESMAS CIJAGRA LAMA
21. PUSKESMAS KEC.LENGKONG
2. Data Dinamis
A. Pemerintahan Kecamatan
1. Kondisi Aparatur
Jumlah pegawai yang ada di kecamatan lengkong, adalah
sejumlah 69 orang dengan rincian sebagai berikut :
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) diKecamatan sebanyak 14
orang.
b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) diKelurahan sebanyak 47
orang.
c. Calon PNS (diKelurahan dan Kecamatan) ada 4 orang.
d. Petugas/Koordinator KB (status PNS dari BPPKBPA di
Kecamatan dan Kelurahan), sebanyak 2 orang.
e. Tenaga Operator Komputer 2 orang (status PNS dari
Dinas Kependudukan & Capil)
2. Kependudukan
Kecamatan Lengkong memiliki jumlah penduduk sebanyak
64.981 jiwa, yang terdiri dari 32.479 jiwa laki-laki dan 32.502 jiwa
perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) dikecamatan lengkong saat
ini mencapai sekitar 16.163 KK. Berdasarkan data kependudukan dari
kecamatan pada bulan april tahun 2015 yang dilihat dari segi
kepadatan penduduk sebesar 113 jiwa per hektar dan dilihat dari
pertumbuhan penduduk.
4.2 Visi Dan Misi Kecamatan Lengkong
A. Visi
Kecamatan Lengkong mempunyai peran dan fungsi dalam
menjembatani keadaan masa kini dan masa dating yang diinginkan serta
dapat menggerakkan unsur organisasi untuk bertindak lebih terarah,
terutama dikaitkan dengan pelaksanaan pelimpahan kewenangan yang
secara mutlak harus didukung oleh sumber daya manusia aparatur yang
mampu mengelola tugas-tugas pelayanan secara optimal, efektif dan
efesien. Maka dari itu kecamatan Lengkong kota bandung menetapkan visi
sebagai berikut.:
a) Memantapkan Lengkong bersemangat
b) Bersih, sejahtera, makmur, aman, nyaman, giat, agamis dan
tertib
B. Misi
Dalam mewujudkan visi yang telah disepakati dan ditetapkan, disusun
misi organisasi yang merupakan dasar/alasan keberadaan suatu organisasi
serta bidang garapan suatu organisasi. Sebagai bentuk nyata dari visi
organisasi yang telah ditetapkan, maka kecamatan lengkong kota bandung
merumuskan kedalam 2 misi dan misi ini menggambarkan hal-hal yang
harus terlaksana dalam mencapai misi tersebut, yaitu :
a) Mewujudkan Pelayanan Prima, adalah untuk mewujudkan
visi masih perlu ditingkatkan kinerja pemerintah kecamatan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b) Mewujudkan Kinerja Aparatur Pemerintah Kecamatan
Lengkong yang lebih efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
c) Mengembangkan perekonomian kecamatan yang sehat,
dinamis dan berpijak pada keadilan ekonomi.
4.3 Unit-unit Kerja dan Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Lengkong
Kota Bandung
Yang menjadi pedoman dalam melaksanakan Tugas Pokok Dan
Fungsi Organisasi adalah peraturan daerah no 14 tahun 2007 dan keputusan
walikota bandung nomor 250 tahun 2008. Adapun rincian tugas pokok dan
fungsi organisasi kecamatan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan peraturan daerah kota Bandung nomor 14 tahun 2008
tentang pembentukan dan susunan organisasi kecamatan dan kelurahan di
lingkungan pemerintahan kota Bandung adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan Kecamatan, merupakan wilayah kerja camat sebagai
perangkat daerah yang dipimpin oleh camat, berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah.
2. Kecamatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagai
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan walikota kepada camat
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
3. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kecamatan mempunyai fungsi :
a. Mengkoordinasikan upaya pemberdayaan masyarakat
b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum.
c. Membina penyelenggaraan pemerintah kelurahan.
d. Melaksanakan pelayanan ketatausahaan kecamatan.
e. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanaan umum.
4.4 Struktur Organisasi Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Berdasarkan peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 14 Tahun 2007
tentang pembentukan dan susunan organisasi Kecamatan dan Kelurahan di
lingkungan Pemerintah Kota Bandung, struktur Kecamatan Lengkong
terdiri dari:
a. Camat
b. Sekretaris Kecamatan
c. Seksi Pemerintahan
d. Seksi Ketentraman Dan Ketertiban
e. Seksi Pendidikan Dan Kemasyarakatan
f. Seksi Ekonomi, Pembangunan, Dan Lingkungan Hidup
g. Seksi Pelayanan
h. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian
i. Sub Bagian Program Dan Keuangan
j. Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 4.1
Stuktur Organisasi Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Sumber : Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Berdasarkan peraturan Walikota Bandung Nomor 250 Tahun 2008
tentang rincian tugas pokok dan fungsi organisasi pada Kecamatan dan
Kelurahan dilingkungan pemerintah Kota Bandung adalah sebagai berikut :
A. Camat
1. Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan walikota kepada
camat untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
2. untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkan
pada angka (1), Camat mempunyai fungsi :
a. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat
b. Mengkoordinasikan ketentraman dan ketertiban umum
c. Membina pemerintahan kelurahan diwilayah kerjanya
B. Sekretariat Kecamatan
Sekretariat mempunyai fungsi pokok melaksanakan sebagian tugas
kecamatan di bidang kesekretariatan untuk melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksudkan pada angka (1), Sekretariat mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana program kegiatan kecamatan
b. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas seksi
c. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya
C. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian
a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekertariat
kecamatan di bidang umum dan kepegawaian
b. Menyusun bahan rencana dan program pengelolaan lingkup
administrasi umum dan kepegawaian
c. Pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan kepegawaian
D. Sub Bagian Program Dan Keuangan
a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekertariat
kecamatan di bidang program dan keuangan
b. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi program
dan keuangan kecamatan
c. Pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyiapan
bahan penyusunan rencana kegiatan kecamatan, koordinasi
penyusunan rencana dan program serta koordinasi pengendalian
program serta koordinasi pengendalian program serta penyusunan
laporan akuntabilitas kinerja kecamatan
E. Seksi Pemerintahan
Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kecamatan
dibidang pemerintahan, untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1), seksi pemerintahan mempunyai fungsi :
a. Pembinaan rukun warga dan rukun tetangga
b. Pelayanan administrasi pertanahan
c. Pelaporan pelasanaan lingkup pemerintahan
F. Seksi pendidikan dan kemasyarakatan
a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kecamatan di
bidang pendidikan dan kemasyarakatan
b. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkan pada
angka (1), seksi pendidikan dan kemasyarakatan mempunyai fungsi :
a) Fasilitasi pembinaan bidang koperasi, usaha kecil dan
menengah
b) Pelaporan pelaksanaan lingkungan ekonomi pembangunan dan
lingkungan hidup
c) Penyusunan data dan bahan materi lingkup ekonomi,
pembangunan dan lingkungan hidup
G. Seksi pelayanan
a. Seksi pelayanan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas camat dibidang pelayanan
b. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud pada
angka (1), seksi pelayanan mempunyai fungsi :
a) Pelayanan data dan informasi kecamatan
b) Penyusunan data dan bahan materi lingkup pelayanan
c) Fasilitasi dan pengkoordinasian kegiatan pelayanan dengan instansi
terkait
H. Seksi ekonomi, pembangunan dan lingkungan hidup
Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kecamatan di
bidang ekonomi, pembangunan dan lingkungan hidup. Untuk melaksanakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud yaitu sebagai berikut :
a) Penyusunan data dan bahan materi lingkup hidup ekonomi,
pembangunan dan lingkungan hidup.
b) Fasilitas pembinaan bidang koperasi, usaha kecil dan
menengah.
c) Fasilitas dan pengkoordinasian kegiatan ekonomi dan
ketahanan pangan, pembangunan, serta lingkungan hidup
dengan instansi terkait.
I. Seksi ketentraman dan ketertiban
Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebgaian tugas kecamatan di
bidang ketentraman dan ketertiban. Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud sebagai berikut:
a) Pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
bencana
b) Pelaporan pelaksanaan lingkup ketentraman dan ketertiban
c) Fasilitas dan pengkoordinasian kegiatan ketentraman dan ketertiban
dengan instansi terkait
d) Penyusunan data dan bahan materi lingkup ketentraman dan
lingkup ketertiban
Kelompok jabatan fungsional pada masing-masing kecamatan dan
kelurahan terdiri atas sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang
diangkat oleh walikota atas usul camat untuk kecamatan dan lurah untuk
kelurahan.
4.5 Anggaran Belanja Pada Kecamatan Lengkong Kota Bandung
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) merupakan alat
untuk menentukan pendapatan dan pengeluaran sebagai sumber utama
dalam menopang kinerja instansi pemertintah. APBD digunakan untuk
memantau kinerja pegawai dan alat koordinasi untuk semua aktivitas dar
berbagai unit kerja. APBD juga merupakan salah satu perwujudan
keseluruhan aktivitas kegiatan pemerintah dalam menampung berbagai
aspirasi masyarakat.
Perencanaan ditingkat pemerintah dibagi menjadi tiga yaitu sebagai
berikut :
a) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan
tahunan daerah.
b) Renacana Jangka Panjang Daerah (RJPD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 20 tahun.
c) Rencana Jangka Menengah Daerah (RJMD) merupakan perencanaan
pemerintah untuk periode 5 tahun.
Sedangkan penyusunan ditingkat SKPD dibagi menjadi dua yaitu
sebagai beerikut :
a) Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk 5 tahun.
b) Rencana Kerja (RENJA) SKPD merupakan recana Tahunan.
Selain anggaran, belanja dalam APBD merupakan komponen penting
yang mangundang perhatian public. Hal ini karena masyarakat sebagai
pemberi dana public (public fund) melalui pajak daerah yang mereka
bayarkan berkepentingan untukmengetahui apakah dana tersebut telah
digunakan dengan semestinya, efesien, efektif, dan berorientasi pada
kepentingan publik.
Anggaran dalam pemerintah merupakan tulang punggunag
penyelenggaraan pemerintah. Anggaran memiliki peran penting sebagai alat
stabilitas, distribusi, alokasi sumber daya publik, perencanaan dan
pengendalian organisasi serta penilaian kerja.
Dalam memuaskannya penyusunan anggaran diharapkan dapat
mewujudkan disiplin kerja, mengetahui hambatan yang terjadisert menekan
sekecil mungkin terjadinya penyimpangan, duplikasi, dan berbagai bentuk
efesien biaya. Selain itu berguna untuk mengefektifkan siklus perencanaan
tahunan sehinggan pelaksanaan dapat tepat sasaran, tepat waktu, efesiean,
efektif dan akuntabel.
Anggaran sendiri berasal dari dana APBD yang tentunya sangat
berpengaruh bagi kinerja di Kecamatan Lengkong, karena segala program
dan kegiatan dianggarkan di Kecamatan Lengkong tentu memerlukan dana
yang cukup besar. Kecamatan Lengkong sendiri dalam memenuhi
pembiayaan tersebut menggunakan dana dari APBD.
Dalam setiap tahunnya Kecamatan Lengkong melaporkan hasil
kinerjanya dalam bentuk laporan realisasi anggaran. Laporan tersebut akan
djabarkan mengenai jumlah anggaran belanja dan belanja daerah yang telah
dilaksanakan oleh Kecamatan Lengkong. Laporan ini tentunya bersifat
transparan sebagai tolak ukur masyarakat dalam menialai sejumlah kinerja
di Kecamatan Lengkong sebagai tugasnya dalam meningkat pertumbuhan
daerah dan kinerja yang baik.
Umumnya Kecamatan Lengkong setiap tahun anggarannya
mengalami kenaikan. Namun dalam realisasi setiap tahunnya belum
sepenuhnya sempurna. Adanya ketidak sempurnaan ini dikarenakan adanya
hambatan yang terjadi pada saat proses pelaksanaan anggaran. Maka dari itu
strategi keuangan Kecamatan Lengkong dapat ditingkatkan lagi kualitasnya.
Berikut adalah Tabel anggaran belanja selama kurun waktu 4 tahun yaitu
tahun 2011-2014.
Tabel 4.2
Anggaran Belanja Kecamatan Lengkong Kota Bandung Tahun
2011-2014
Tahun Anggaran Belanja (Rp)
2011 7.329.062.238
2012 7.969.865.019
2013 10.764.174.653
2014 13.303.704.200
Sumber : Laporan APBD Kecamatan Lengkong Kota Bandung (diolah
penulis)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat setiap tahunya jumlah anggaran
belanja di Kecamatan Lengkong selama kurun waktu 4 tahun pada
umumnya semakin meningkat. Ini di karenakan setiap tahunnya program
dan kegiatan yang disusun oleh Kecamatan Lengkong Bandung tahun 2011-
2014 diatas mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Kenaikan tertinggi
adalah tahun 2014 sebesar Rp. 13.303.704.200. Kenaikan terjadi karena di
tahun tersebut banyak anggaran yang disiapkan untuk kebutuhan
operasional, sarana prasarana serta, kegiatan pembangunan gedung, dan
kegiatan lainnya yang diadakan di Kecamatan Lengkong. Selanjutnya di
tahun 2013 sebesar Rp. 10.764.174.653 mengalami peningkatan anggaran
untuk penambahan dana, agar kegiatan dan pembangunan gedung yang
tertunda dapat terlaksana dengan mencapai hasil yang baik. Untuk tahun
2012 sebesar Rp. 7.969.865.019 dan 2011 sebesar Rp. 7.329.062.238 dapat
dikatakan stabil karena ada beberapa realisasi pelaksanaan program dan
kegiatan yang capaiannya kurang untuk efesiensi anggaran. Terbatasnya
anggaran yang dikelola, sedangkan Kecamatan harus memenuhi kebutuhan
operasional, sara prasarana, dan kegiatan pembangunan gedung memerlukan
dana yang sangat besar.
Umumnya dalam pengajuan anggaran yang di ajukan Kecamatan
Lengkong Kota Bandung yaitu dalam rangka peningkatan perekonomian
masyarakat, peningkatan kualitas kehidupan kemasyarakatan , peningkatan
infrastruktur dan lingkungan hidup, peningkatan kualitas ketentraman dan
ketertiban, peningkatan pemerintah umum, dan peningkatan kepada
masyarakat.
Dibawah ini dapat dilihat juga grafik anggaran belanja dari tahun ke
tahun yang mengalami peningkatan sebagai berikut :
Gambar 4.2
Grafik Anggaran Belanja Kecamatan Lengkong Kota Bandung
0
2.000.000.000
4.000.000.000
6.000.000.000
8.000.000.000
10.000.000.000
12.000.000.000
14.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : Grafik Anggaran Belanja Kecamatan Lengkong Kota
Bandung (diolah penulis)
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa anggaran pada tahun
2014 meningkat pesat, seperti penjelasan pada tabel 4.2. Sedangkan pada
tahun 2013 mengalami tingkat kenaikan tetapi kenaikannya tidak pesat.
Sedangkan tahun 2012-2011 dapat di nilai stabil, untuk anggarannya karena
masih banyak pencapaiannya kurang efesien dan terbatasnya pelaksanaan
anggaran. Maka dapat disimpulkan bahwa anggaran belanja di Kecamatan
Lengkong mengalami kenaikan.
4.6 Realisasi Belanja Pada Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Realisasi adalah perwujudan nyata dari dana yang telah dianggarkan
sebelumnya. Dengan adanya realisasi tentu dapat mempermudah dalam
membandingkan jumlah anggaran sebelum dilaksanakan dan sesudah
anggaran tersebut terlaksana. Selain itu dengan adanya realisasi maka dapat
dijadikan sebagai acuan atau tolak ukur untuk mengevaluasi kinerjanya agar
lebih meningkat lagi pada periode yang akan datang.
Realisasi belanja merupakan salah satu alat ukur untuk melihat hasil
dari kebijakan dan operasional pelaksanaan pengelolaan keuangan suatu
daerah. Dalam upaya mewujudkan pelayanan publik yang optimal serta
upaya dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah.
Anggaran dan realisasi merupakan hal yang sangat erat hubungannya,
dimana keberhasilan suatu anggaran dilihat dari tingkat realisasinya,
mencapai dengan sempurna atau tidak. Berikut Tabel Laporan Realisasi
Anggaran Belanja Daerah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Realisasi Belanja Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Tahun 2011-2014
Tahun Realisasi Belanja (Rp)
2011 6.660.069.819
2012 7.969.865.005
2013 10.242.078.217
2014 12.610.767.428
Sumber :Laporan APBD Kecamatan Lengkong Kota Bandung (diolah
penulis)
Berdasarkan Tabel 2.3 Realisai Belanja di Kecamata Lengkong Kota
Bandung tahun 2011-2014 diatas mengalami kenaikan dari tahun ketahun.
Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp. 12.610.767.428
kenaikan terjadi karena banyak penggunaan anggaran untuk kegiatan yang
dilaksanakan di Kecamatan Lengkong, seperti kebutuhan operasional,
pelayanan masyarakat dan pembangunan gedung memerlukan dana yang
besar. Sedangkan realisasi terendah tahun 2011 sebesar Rp. 6.660.069.819
dikarenakan ada beberapa realisasi pelaksanaan program dan kegiatan
diKecamatan yang capaiannya kurang efesien dan kegiatan yang belum
terlaksana. Sedangkan tahun 2012 mulai mengalami peningkatan sebesar
Rp. 7.969.865.005 dan 2013 sebesar Rp. 10.242.078.217. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan opreasional dan kegiatan yang telah disusun
di Kecamatan Lengkong mulai terpenuhi dan terlaksana.
Dibawah ini dapat dilihat juga grafik realisasi belanja dari tahun
ketahun yang mengalami peningkatan sebagai berikut :
Gambar 4.3
Grafik Realisasi Belanja Kecamatan Lengkong Bandung
0
2.000.000.000
4.000.000.000
6.000.000.000
8.000.000.000
10.000.000.000
12.000.000.000
14.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : Grafik Realisasi Belanja Kecamatan Lengkong Kota
Bandung (diolah penulis)
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi belanja pada
tahun 2014 meningkat pesat, seperti penjelasan pada tabel 4.3. Sedangkan
pada tahun 2013 mengalami tingkat kenaikan tetapi kenaikannya tidak pesat
dibanding 2014. Di tahun 2012 Maka dapat disimpulkan bahwa anggaran
belanja di Kecamatan Lengkong mengalami kenaikan.
4.7 Analisa Perbandingan Anggaran Belanja Dan Realisasi Belanja di
Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Mengetahui analisa perbandingan anggaran belanja pada realisasi
belanja, anggaran perlu adanya pengajuan lebih lanjut melalui penelitian,
hal tersebut akan membuktikan bahwa ada atau tidaknya keterkaitan antara
anggaran belanja dengan realisasi belanja.
Untuk mengetahui lebih lanjut keterkaitan antara anggaran belanja
dengan realisasi belanja maka dilakukan Metode Analisis sebagai berikut :
A. Analisis Belanja Operasional terhadap Total belanja Daerah
Analisis belanja operasi terhadap total belanja daerah
merupakan perbandingan antara belanja operasi dengan total belanja.
Rasio ini memberikan informasi mengenai operasi belanja daerah
yang dilalokasikan untuk belanja operasi . Berikut Tabel Analisis
Total Belanja Operasi Terhadap Total Belanja Daerah adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Analisis Anggaran Total Belanja Operasi Terhadap Total
Belanja Daerah Tahun 2011-2014
Sumber :Laporan APBD Kecamatan Lengkong Kota Bandung (diolah
penulis
Analisis anggaran belanja terhadap total belanja daerah dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 digunakan untuk membiayai
kebutuhan Kecamatan Lengkong, yaitu untuk tahun 2011 sebesar
84,73%, tahun 2012 sebesar 86,66%, tahun 2013 sebesar 86,20%, dan
tahun 2014 sebesar 90,23%. Dari analisis rasio ini terlihat bahwa pada
tahun 2014 total belanja meningkat pesat namun total belanja operasi
tidak meningkat secara signifikan dan rasio di tahun 2014 meningkat
pesat karena kebutuhan operasional Kecamatan mulai tercapai dengan
baik. Tahun 2013 dan 2012 total belanja dan total belanja dinilai stabil
karena mengalami peningkatan dan dana untuk kebutuhan sedikit
menambah dengan baik.. Sedangkan tahun 2011 total belanja dan total
Tahun Total Belanja
Operasi (Rp)
Total Belanja
(Rp)
Rasio Belanja
Langsung
terhadap Total
Belanja (%)
2011 6.209.970.908 7.329.062.238 84,73
2012 6.669.876.604 7.696.865005 86,66
2013 8.828.244.654 10.242.078.217 86,20
2014 12.004.511.985 13.303.704.200 90,23
belanja operasi dinilai rendah karena terbatasnya anggaran yang
dikelolah oleh Kecamatan, sedangkan kebutuhan operasional dan
kegiatan pembangunan gedung memerlukan dana yang sangat besar.
Tabel 4.5
Analisis Realisasi Total Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Daerah Tahun 2011-2014
Tahun
Total Belanja
Operasi
(Rp)
Total Belanja
(Rp)
Rasio Belanja
Langsung terhadap
Total Belanja (%)
2011 5.749.163.089 6.660.069.819 86,32
2012 6.076.146.655 7.696.865.005 78,95
2013 8.473.694.526 10.242.078.217 82,73
2014 11.439.059.913 12.610.767.428 90,71
Sumber :Laporan APBD Kecamatan Lengkong Kota Bandung (diolah
penulis
Analisis realisasi belanja terhadap total belanja daerah dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 . Dari analisis rasio ini terlihat
bahwa pada tahun 2014 sebesar 90,71% total belanja meningkat pesat
namun total belanja operasi tidak meningkat secara signifikan dan
rasio di tahun 2014 meningkat pesat karena kebutuhan operasional
Kecamatan terpenuhi dengan baik. Tahun 2013 sebesar 82,73% total
belanja dan total belanja operasi meningkat dengan baik. dan tahun
2012 sbesar 78,95% total belanja dan total belanja mengalamami
penurunan karena realisasi kebutuhan operasional lebih banyak
dibutuhkan daripada tahun 2011 sebesar 86,32%, sedangkan dana
harus disiapkan lebih besar tetapi anggaran yang tersedia terbatas.
Sedangkan tahun 2011 total belanja dan total belanja operasi dinilai
baik.
Maka dapat disimpulkan bahwa antara anggaran total belanja
operasi dan total belanja dengan realisasi total belanja operasi dan
total belanja di rasio ini berbanding lurus. Karena dari hasil
perhitungan semakin besar tingkat kenaikan anggaran belanja sama
seperti kenaikan realisasi belanja.
B. Analisis Belanja Modal Terhadap Total Belanja
Analisis Belanja Modal terhadap total belanja daerah merupakan
perbandingan anatara total realisasi belanja modal dengan total belanja
daerah. Berdasarkan rasio ini, dapat diketahui porsi belanja daerah
yang di alokasikan untuk belanja modal yang disajikan pada tabel
berikut dibawah ini:
Tabel 4.6
Analisis Anggaran Total Belanja Modal Terhadap Total Belanja
Daerah Tahun 2011-2014
Tahun Total Belanja
Modal (Rp)
Total Belanja
(Rp)
Rasio Belanja
Langsung terhadap
Total Belanja (%)
2011 1.119.091.330 7.329.062.238 15,27
2012 1.912.655.531 7.696.865.005 24,84,
2013 1.935.930.000 10.242.078.217 18,90
2014 1.299.192.215 13.303.704.200 9,77
Sumber :Laporan APBD Kecamatan Lengkong Kota Bandung (diolah
penulis
Analisis anggaran belanja modal terhadap total belanja daerah
dari tahun anggaran 2011 sampai dengan 2014 yaitu untuk tahun 2011
sebesar 15,27%, tahun,mengalami penurunan untuk anggaran total
belanja modalnya, tahun 2012 sebesar 24,84% mengalami kenaikan
pesat karena dana yang dikeluarkan untuk total belanja modal dan
total belanja daerah tidak sedikit jumlahnya. Tahun 2013 18,90%
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sedangkan tahun 2014
sebesar 9,77% mengalami penurunan pesat karena banyaknya
kebutuhan sarana dan prasarana yang masih jauh dari memadai, baik
berupa tata ruang atau pembangunan gedung.
Tabel 4.7
Analisis Realisasi Total Belanja Modal Terhadap Total Belanja
Daerah Tahun 2011-2014
Tahun Total Belanja
Modal (Rp)
Total Belanja
(Rp)
Rasio Belanja
Langsung terhadap
Total Belanja (%)
2011 910.906.730. 6.660.069.819 13,68 2012 1.893.718.350 7.696.865.005 24,60
2013 1.768.383.691 10.242.078.217 17,27
2014 1.171.707.515 12.610.767.428 9,30
Sumber :Laporan APBD Kecamatan Lengkong Kota Bandung (diolah
penulis
Analisis realisasi belanja modal terhadap total belanja daerah
dari tahun anggaran 2011 sampai dengan 2014 yaitu untuk tahun 2011
sebesar 13,68%, mengalami penurunan untuk realisasi total belanja
modalnya, tahun 2012 sebesar 24,60% mengalami kenaikan pesat
karena dana yang dikeluarkan untuk total belanja modal dan total
belanja daerah tidak sedikit jumlahnya yang harus dikeluarkandan
dipergunakan. Tahun 2013 17,27% mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya, sedangkan tahun 2014 sebesar 9,30% mengalami
penurunan pesat karena banyaknya dan yang telah digunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang ada di Kecamatan Lengkong.
Maka dapat disimpulkan bahwa anggaran total belanja modal
dan total belanja pada realisasi total belanja modal dan total belanja
untuk tahun 2012 mengalami kenaikan pesat karena anggaran belanja
yang harus disiapkan dan realisaisi belanja membutuhkan banyak dana
untuk kebutuhan operasional, pembangunan bangunan dan kebutuhan
lainnya, sedangkan tahun 2014 mengalami penurunan yang sangat
pesat karena dana yang harus disiapkan dan dana telah banyak
digunakan untuk kebutuhan Kecamatan. Maka ditarik kesimpulan
untuk anggaran belanja modal dan total belanja pada realisasi belanja
modal dan total belanja dalam rasio ini mengalami perbandingan lurus
diamana jika kenaikan dan penurunan yang pesat diikuti oleh satu
sama lain variabel, sehingga dapat dikatakan anggaran naik dan
realisasi juga mengalami kenaikan. Dan sebaliknya jika anggaran
menurun realisasi mengalami penurununan.
C. Rasio Efesiensi Belanja
Rasio efesiensi belanja merupakan perbandingan anatara
realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efesiensi belanja
digunakan untuk mengukur tingkat efesien kenaikan anggaran yang
dilakukan oleh pemerintah. Berikut ini merupakan tabel yang
menunjukan rasio efesiensi belanja Kantor Kecamatan Lengkong
Tahun 2011 sampai dengan 2014.
Tabel 4.8
Analisis Rasio Belanja Kecamatan Lengkong
Tahun 2011-2014
Tahun Anggaran
Belanja (Rp)
Realisasi Belanja
(Rp)
Rasio Belanja
Langsung terhadap
Total Belanja (%)
2011 7.329.062.238 6.660.069.819 90,96
2012 7.969.865.019 7.969.865.005 99,99
2013 10.764.174.653 10.242.078.217 95,14
2014 13.303.704.200 12.610.767.428 94,80
Sumber :Laporan APBD Kecamatan Lengkong Kota Bandung (diolah
penulis
Hasil perhitungan rasio efesiensi belanja maka dapat dilihat
mulai dari tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun 2014 Kantor
Kecamatan Lengkong mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun
2011 mengalami penurunan sebesar 90,06 %. Untuk tahun 2012
peningkatan anggaran belanja dan realisasi belanja hampir mencapai
100%. Karena banyak anggaran belanja yang harus di siapkan dan
realisasi penggunaanya juga banyak pengeluaran untuk keperluan
kebutuhan operaional, pembangunan gedung, sarana dan prasarana
yang harus terpenuhi. Sehingga pengeluaran tahun 2012 meningkat
pesat, sedangkan untuk tahun 2013 dan 2014 dapat di nilai stabil.
Karena peningkatan tersebut sudah efesien dan berbanding lurus.
D. Hasil Metode Analisis
Hasil Analisis anggaran belanja terhadap total belanja daerah
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 digunakan untuk
kebutuhan Kecamatan Lengkong, tahun 2011 sebesar 84,73%, tahun
2012 sebesar 86,66%, tahun 2013 sebesar 86,20%, dan tahun 2014
sebesar 90,23%. Dari analisis rasio ini terlihat bahwa pada tahun 2014
total belanja meningkat pesat namun total belanja operasi tidak
meningkat secara signifikan dan rasio di tahun 2014 meningkat pesat
karena kebutuhan operasional Kecamatan mulai tercapai dengan baik.
Tahun 2013 dan 2012 total belanja dan total belanja dinilai stabil
karena mengalami peningkatan dan dana untuk kebutuhan sedikit
menambah dengan baik. Sedangkan tahun 2011 total belanja dan total
belanja operasi dinilai rendah karena terbatasnya anggaran yang
dikelolah oleh Kecamatan, sedangkan kebutuhan operasional dan
kegiatan pembangunan gedung memerlukan dana yang sangat besar.
Hasil analisis realisasi belanja terhadap total belanja daerah dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Dari analisis rasio ini terlihat
bahwa pada tahun 2014 sebesar 90,71% total belanja meningkat pesat
namun total belanja operasi tidak meningkat secara signifikan dan
rasio di tahun 2014 meningkat pesat karena kebutuhan operasional
Kecamatan terpenuhi dengan baik. Tahun 2013 sebesar 82,73% total
belanja dan total belanja operasi meningkat dengan baik. dan tahun
2012 sbesar 78,95% total belanja dan total belanja mengalamami
penurunan karena realisasi kebutuhan operasional lebih banyak
dibutuhkan daripada tahun 2011 sebesar 86,32%, sedangkan dana
harus disiapkan lebih besar tetapi anggaran yang tersedia terbatas.
Sedangkan tahun 2011 total belanja dan total belanja operasi dinilai
baik.
Maka dapat disimpulkan bahwa antara anggaran total belanja
operasi dan total belanja dengan realisasi total belanja operasi dan
total belanja dirasio ini berbanding lurus. Karena dari hasil
perhitungan semakin besar tingkat kenaikan anggaran belanja sama
seperti kenaikan realisasi belanja.
Hasil analisis anggaran belanja modal terhadap total belanja
daerah dari tahun anggaran 2011 sampai dengan 2014 yaitu untuk
tahun 2011 sebesar 15,27%, tahun, mengalami penurunan untuk
anggaran total belanja modalnya, tahun 2012 sebesar 24,84%
mengalami kenaikan pesat karena dana yang dikeluarkan untuk total
belanja modal dan total belanja daerah tidak sedikit jumlahnya. Tahun
2013 18,90% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,
sedangkan tahun 2014 sebesar 9,77% mengalami penurunan pesat
karena banyaknya kebutuhan sarana dan prasarana yang masih jauh
dari memadai, baik berupa tata ruang atau pembangunan gedung.
Hasil analisis realiasasi belanja modal terhadap total belanja
daerah dari tahun anggaran 2011 sampai dengan 2014 yaitu untuk
tahun 2011 sebesar 13,68%, tahun,mengalami penurunan untuk
realisasi total belanja modalnya, tahun 2012 sebesar 24,60%
mengalami kenaikan pesat karena dana yang dikeluarkan untuk total
belanja modal dan total belanja daerah tidak sedikit jumlahnya yang
harus dikeluarkan dan dipergunakan. Tahun 2013 sebesar 17,27%
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sedangkan tahun 2014
sebesar 9,30% mengalami penurunan pesat karena banyaknya dan
yang telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang ada di
Kecamatan Lengkong.
Maka dapat disimpulkan bahwa anggaran total belanja modal
dan total belanja pada realisasi total belanja modal dan total belanja
untuk tahun 2012 mengalami kenaikan pesat karena anggaran belanja
yang harus di siapkan dan realisaisi belanja membutuhkan banyak
dana untuk kebutuhan operasional, pembangunan bangunan dan
kebutuhan lainnya, sedangkan tahun 2014 mengalami penurunan yang
sangat pesat karena dana yang harus disiapkan dan dana telah banyak
digunakan untuk kebutuhan Kecamatan. Maka ditarik kesimpulan
untuk anggaran belanja modal dan total belanja pada realisasi belanja
modal dan total belanja dalam rasio ini mengalami perbandingan lurus
diamana jika kenaikan dan penurunan yang pesat diikuti oleh satu
sama lain variabel, sehingga dapat dikatakan anggaran naik dan
realisasi juga mengalami kenaikan. Dan sebaliknya jika anggaran
menurun realisasi mengalami penurununan.
Hasil perhitungan rasio efesiensi belanja maka dapat dilihat
mulai dari tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun 2014 Kantor
Kecamatan Lengkong mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun
2011 mengalami penurunan sebesar 90,06%. Untuk tahun 2012
peningkatan anggaran belanja dan realisasi belanja hampir mencapai
100%. karena banyak anggaran belanja yang harus disiapkan dan
realisasi penggunaanya juga banyak pengeluaran untuk keperluan
kebutuhan operaional, pembangunan gedung, sarana dan prasarana
yang harus terpenuhi. Sehingga pengeluaran tahun 2012 meningkat
pesat, sedangkan untuk tahun 2013 dan 2014 dapat dinilai stabil.
Karena peningkatan tersebut sudah efesien dan berbanding lurus..
Sehingga pengeluaran tahun 2012 meningkat dengan baik,
dibandingkan anggaran belanja dan realisasi belanja untuk tahun
2012, 2013 dan 2014 mengalami stabil. Karena dengan Peningkatan
tersebut pembangunan gedung, kebutuhan operasional, sarana dan
prasarana yang di butuhkan di Kecamatan Lengkong dapat terpenuhi
dengan baik.
4.8 Hambatan Yang Terjadi diKecamatan Lengkong
Setelah penulis melakukan Praktek Lapangan Kerja (PKL) di
Kecamatan Lengkong Kota Bandung, hambatan atau permasalah yang
adalah sebagai berikut :
a. Pencairan yang tidak tepat waktu
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bahwa di
Kecamatan Lengkong Kota Bandung masih ada keterlambatan dan
tidak disiplinnya dalam penyampaian Realisasi Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (RAPBD) yang menyebabkan satuan kerja pelayanan
terkena sanksi penundaan pencairan.
b. Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bahwa di
Kecamatan Lengkong Kota Bandung masih kurangnya sosialisai
terhadap masyarakat, seperti :
1) Kurangnya penyampaian kepada masyarakat tentang program-
program pemerintah.
2) Masayarakat yang kurang tahu tentang cara atau syarat-syarat
dalam pembuatan KTP, KK dll.
3) Kurangnya informasi yang didapat oleh masyarakat.
4) Kurangnya tenaga kerja atau sumber daya manusia
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bahwa di
Kecamatan Lengkong Kota Bandung masih banyak kekurangan
tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM). Kekurangannya
SDM dapat disiasati dengan cara menambah personil kerja atau dapat
juga meminta bantuan mahasiswa magang. Hal ini dapat dilihat dari
adanya penumpukan pekerjaan atau tugas dikecamatan, seperti :
c. Bagian Pelayanan
Di bagian Pelayanan terdapat 4 (empat) orang pegawai akan
tetapi 2 (dua) orang pegawai lainnya ditugaskan dibagian di
pencetakan KTP, perekaman KTP, dan pencetakan KK (kartu
keluarga).
d. Bagian Program dan Keuangan
Dibagian Program dan Keuangan khususnya bagian keuangan,
karena pegawai tersebut tidak melaksanakan tugas dengan maksimal.
Dikarenakan ada keperluan lain diluar.
e. Bagian Opreator Pembuatan KTP
Dibagaian ini terdapat 2 (dua) pegawai, namun tidak
melaksanakan tugasnya dengan maksimal. Dikarenakan 2 (dua) orang
pegawai tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab di Dinas
Kependudukan (Disduk) sebelum bekerja di Kecamatan Lengkong.
Dan hal ini menyebabkan berkurangnya jam kerja pegawai tersebut di
Kecamatan.
4.9 Upaya Pemecahan Masalah
Berdasarkan evaluasi secara umum upaya pemecahan masalah yang
terkait di Kecamatan Lengkong Kota Bandung adalah :
a. Kecamatan Lengkong Kota Bandung harus lebih meningkatkan
koordinasi dan sosialisasi antar Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) tentang Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (RAPBD) dengan satuan kerja pentingnya kesadaran
menyampaikan laporan keuangan sebagai bahan rekonsilisaisi supaya
tidak akan ada penundaan pencairan.
b. Penyampaian atau sosialisasi yang tepat kepada masyarakat harus
lebih dikembangkan melihat masih kurangnya pengentahuan
masyarakat terhadap program-program pemerintah di Kecamatan
Lengkong Kota Bandung.
c. Dengan meminta Pegawai Negeri Sipil (PNS) baru ke Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) atau bisa juga dengan mengandalkan
tenaga kerja Mahasiswa yang dikontrakan dari Universita sebagai
penambahan tenaga kerja di Kecamatan.
d. Mengusulkan agar adanya pengawas pegawai dibagian keuangan
yang harus tetap ditempat. Agar tugas yang diberikan oleh pimpinan
kecamatan bisa terlaksana dengan maksimal,efektif dan efesien.
e. Mengajukan tambahan pegawai dibagian operator pembuatan KTP.
Agar tugas dalam pencetakan KTP bisa terlaksana dengan baik dan
maksimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan oleh penulis di
Kecamatan Lengkong Kota Bandung, maka peneliti mengambil kesimpulan
pengujian perbandingan antara anggaran belanja dengan realisasi belanja.
Maka kesimpulan nya adalah sebagai berikut:
A. Anggaran belanja di Kecamtan Lengkong periode 2011-2014
mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Kenaikan tertinggi adalah
tahun 2014 sebesar Rp. 13.303.704.200. Selanjutnya di tahun 2013
sebesar Rp. 10.764.174.653 mengalami kenaikan. Untuk tahun 2012
sebesar Rp. 7.969.865.019 dan 2011 sebesar Rp. 7.329.062.238 dapat
dikatakan stabil.
B. Realisai Belanja di Kecamatan Lengkong Kota Bandung periode
2011-2014 mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Kenaikan
tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp. 12.610.767.428.
Sedangkan realisasi terendah tahun 2011 sebesar Rp. 6.660.069.819
tahun 2012 mulai mengalami peningkatan sebesar Rp. 7.969.865.005
dan 2013 sebesar Rp. 10.242.078.217.
C. Hasil dari Analisis Perbandingan Anggaran Belanja pada Realisasi
Belanja di Kecamatan Lengkong Kota Bandung periode Tahun 2011-
2014 disimpulkan sebagai berikut: “Analisis anggaran belanja
terhadap total belanja daerah pada tahun 2011 sebesar 84,73%, tahun
2012 sebesar 86,66%, tahun 2013 sebesar 86,20%, dan tahun 2014
sebesar 90,23%. Dari analisis rasio ini terlihat bahwa pada tahun 2014
total belanja meningkat pesat namun total belanja operasi tidak
meningkat secara signifikan dan rasio di tahun 2014 meningkat pesat
karena kebutuhan operasional Kecamatan mulai tercapai dengan baik.
Tahun 2013 dan 2012 total belanja dan total belanja dinilai stabil
karena mengalami peningkatan. Sedangkan tahun 2011 total belanja
dan total belanja operasi dinilai rendah.
Hasil analisis realisasi belanja terhadap total belanja daerah dari
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 . Dari analisis rasio ini
terlihat bahwa pada tahun 2014 sebesar 90,71% total belanja
meningkat pesat namun total belanja operasi tidak meningkat secara
signifikan dan rasio di tahun 2014 meningkat pesat dengan baik.
Tahun 2013 sebesar 82,73% total belanja dan total belanja operasi
meningkat dengan baik. dan tahun 2012 sbesar 78,95% total belanja
dan total belanja mengalamami penurunan. Sedangkan tahun 2011
sebesar 86,32%, total belanja dan total belanja operasi mengalamai
kenaikan. Maka anggaran total belanja operasi dan total belanja
dengan realisasi total belanja operasi dan total belanja dirasio ini
berbanding lurus. Karena dari hasil perhitungan semakin besar tingkat
kenaikan anggaran belanja sama seperti kenaikan realisasi belanja.
Hasil analisis anggaran belanja modal terhadap total belanja
daerah dari tahun 2011 sebesar 15,27%, tahun,mengalami penurunan
untuk anggaran total belanja modalnya, tahun 2012 sebesar 24,84%
mengalami kenaikan pesat. Tahun 2013 18,90% mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, sedangkan tahun 2014 sebesar
9,77% mengalami penurunan pesat.
Hasil analisis realiasasi belanja modal terhadap total belanja
daerah dari tahun 2011 sebesar 13,68%, tahun,mengalami penurunan
untuk realisasi total belanja modalnya, tahun 2012 sebesar 24,60%
mengalami kenaikan pesat .Tahun 2013 17,27% mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, sedangkan tahun 2014 sebesar
9,30% mengalami penurunan pesat. Maka belanja modal dan total
belanja pada realisasi belanja modal dan total belanja dalam rasio ini
mengalami perbandingan lurus dimana jika kenaikan dan penurunan
yang pesat diikuti oleh satu sama lain variabel, sehingga dapat
dikatakan anggaran naik dan realisasi juga mengalami kenaikan. Dan
sebaliknya jika anggaran menurun realisasi mengalami penurununan.
Hasil perhitungan rasio efesiensi belanja maka dapat dilihat
peningkata pada tahun 2012 hampir mencapai 100% dan anggaran
belanja dan realisasi belanja untuk tahun 2012, 2013 dan 2014
mengalami stabil.
D. Hambatan anggaran belanja di Kecamatan Lengkong Kota Bandung
dapat disimpulkan yaitu adanya penundaan pencairan dana yang tidak
tepat waktu dan masih kurangnya SDM yang memiliki kemampuan
dan kopetensi sesuai dengan tugas dan kewajiban dalam setiap bidang.
E. Upaya dalam mengatasi masalah perbandingan anggaran belanja
dengan realisasi belanja yang dilakukan Kecamatan Lengkong Kota
Bandung diantaranya bagian keuangan harus meningkatkan koordinasi
dan sosialisasi antar Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) tentang Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(RAPBD) dengan satuan kerja tentang pentingnya kesadaran
menyampaikan laporan keuangan sebagai bahan rekonsilisaisi supaya
tidak akan ada penundaan pencairan. Dan selain itu dalam mengatasi
kurangnya SDM dapat ditanggulangi dengan meningkatkan
kemampuan dan kinerja pegawi menjadi lebih baik lagi. Dan meminta
PNS baru ke badan kepegawaian daerah atau bisa juga dengan
mengandalkan tenaga kerja mahaiswa yang dikontrak dari universitas
sebagai penambah tenaga kerja di Kecamatan Lengkong Kota
Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Lengkong,
adapun saran penulis yang diharapkan menjadi bahan masukan dan
pertimbangan mengenai Perbandingan antara anggaran belanja dengan
realisasinya. Maka peneliti memberi saran yang kiranya bermanfaat antara
lain adalah sebagai berikut :
A. Sebaiknya untuk keterlambatan pencairan anggaran sehingga dapat
menghambat kegiatan tidak terlaksana dan menyebabkan tidak
terealisasikannya biaya sebaiknya alokasi biaya anggaran tersebut
kekegiatan lain yang menfaatnya sama atau justru lebih bagus dari
kegiatan sebelumnya.
B. Karena tidak mudah dalam mengelola anggaran yang begitu besar
dalam penentuan alokasinya, maka salah satu upaya yang dapat
dilakukan pihak Kecamatan Lengkong Kota Bandung, diantaranya
pimpinan harus memberikan arahan dan motivasi yang lebih baik lagi
sebagai pemegang keputusan dalam pelaksanaan penggunaan
anggaran. Selain itu, sebaiknya pihak Kecamatan terutama bagian
keuangan lebih meningkatkan strategi pengolaan dan pelaksanaan
anggaran agar pencapaian realisasinya semakin stabil, efektif, dan
efesien.
C. Untuk masalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam
pengawasan sebaiknya jangan mengandalkan petugas pengawas saja
akan tetapi setiap pegawai selalu memberikan pengawasan.
D. Penyampaian atau sosialisasi yang tepat kepada masyarakat harus
lebih dikembangkan melihat masih kurangnya pengentahuan
masyarakat terhadap program-program pemerintah di Kecamatan
Lengkong Kota Bandung.
E. Begi peneliti dapat melakukan penelitian dengan pengawasan yang
lebih luas dan lebih spesifik mengenai perbandingan antara anggaran
belanja dan realisasinya.