Analisis Pengiriman Frame Video Terenkripsi komputer...
Transcript of Analisis Pengiriman Frame Video Terenkripsi komputer...
1
Abstrak—Sebuah aplikasi video streaming yang menerapkan
algoritma enkripsi Rivest Cipher 5 (RC5) telah selesai dibuat.
Pustaka yang digunakan adalah Java Media Framework untuk
memproses video dan Bouncy Castle sebagai alat kriptografi
pada IDE Java Netbeans. Aplikasi ini dimanfaatkan untuk
mengetahui performa video streaming apabila diujicobakan pada
sebuah jaringan komputer untuk pengiriman data secara unicast,
broadcast, dan multicast. Performa yang dimaksud adalah dalam
hal kualitas layanan (Quality of Service) pada jaringan yang
meliputi delay, jitter, throughput, serta packet loss. Hasil uji coba
menunjukkan bahwa ukuran file mempengaruhi delay dan
throughput, namun tidak mempengaruhi performa umum dari
unicast, broadcast, dan broadcast. Unicast lebih unggul daripada
broadcast dan multicast jika jumlah klien hanya dua. Namun jika
jumlah klien mencapai 5 buah, maka unicast lebih buruk
daripada broadcast dan multicast dalam hal delay, jitter, dan
throughput. Di antara broadcast dan multicast, broadcast lebih
unggul daripada multicast baik untuk dua klien maupun lima
klien.
Kata Kunci— streaming, enkripsi, unicast, broadcast, multicast
I. PENDAHULUAN
TREAMING merupakan suatu teknologi yang bisa
digunakan untuk memainkan data audio atau video secara
langsung maupun tidak langsung yang didapat dari sebuah
mesin server [1]. Pemanfaatan video streaming dapat berupa
video conference, yaitu telekomunikasi dengan menggunakan
audio dan video sehingga terjadi pertemuan di tempat letaknya
sangat berjauhan. Bagi perusahaan, teknologi ini dinilai sangat
efisien karena menghemat biaya perjalanan untuk keperluan
rapat atau pertemuan, biaya penginapan, konsumsi, dan lain-
lain. Sedangkan untuk dosen dan pengajar, video streaming
dapat diterapkan dalam bentuk e-learning berbasis video
sehingga pengajar bisa memberikan materi belajar tanpa harus
berada satu ruangan dengan para mahasiswa atau siswa.
Untuk menjaga keamanan pada data video yang dikirimkan
melalui jaringan, maka dibutuhkan saluran yang aman dalam
melakukan video conference. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah melakukan enkripsi pada data video.
Pengiriman data video itu sendiri dapat dilakukan dengan
metode unicast, broadcast, dan multicast. Ketiga cara tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam
unicast hanya ada satu pengirim dan satu penerima. Metode
broadcast dapat mengirimkan paket kepada seluruh komputer
di jaringan lokal namun router akan kebanjiran data. Multicast
terlihat lebih efektif karena hanya mengirimkan paket kepada
komputer yang tergabung pada satu grup multicast.
Berdasarkan permasalahan dan ide di atas, maka dibuatlah
sebuah aplikasi video streaming yang menerapkan enkripsi
untuk menjaga kerahasiaan data. Algoritma enkripsi yang
digunakan adalah Rivest Cipher 5 (RC5). Data video akan
dikirimkan dari server menuju klien dengan tiga metode yang
berbeda, yaitu unicast, broadcast, dan multicast.
II. DASAR TEORI
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal mengenai teori
yang berkaitan dengan perangkat lunak yang
diimplementasikan. Hal ini ditujukan untuk memberikan
gambaran secara umum terhadap sistem yang akan dibuat.
A. Video Streaming
Video streaming merupakan proses mengalirkan data video
dari suatu pengirim kepada satu atau beberapa penerima [3].
Konsep dasa’r dari video streaming adalah membagi paket
video menjadi beberapa bagian, mentransmisikan paket-paket
tersebut, lalu pihak penerima melakukan decoding pada
potongan video tersebut dan dapat memainkannya tanpa harus
menunggu seluruh file terkirim ke mesin penerima.
Sistem streaming umumnya tersusun dari kombinasi
antara server, perangkat lunak untuk memainkan video,
transmisi, serta metode encoding/decoding yang digunakan.
Ilustrasi untuk sistem streaming ini dapat digambarkan pada
Gambar 1.
user mengunjungi
suatu situs dan menemukan file yang ingin dia
mainkan
server web mengirimkan
pesan berupa file spesifik pada server media
untuk melakukan strreaming
server streaming
mengirimkan file ke
komputer user, dengan
melewati server web
perangkat lunak klien membaca sandi dan
memainkan file
1 2
3
4
Analisis Pengiriman Frame Video Terenkripsi
secara Unicast, Broadcast, dan Multicast
Andarini Kartika D., Ary Mazharuddin S., Baskoro Adi Pratomo
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
S
Gambar 1. Sistem Streaming
2
B. RC5
Algoritma RC5 merupakan metode enkripsi yang
menggunakan metode enkripsi simetrik dan pengolahan data
dalam bentuk block cipher. Operasi-operasi yang digunakan
pada algoritma RC-5 merupakan operasi-operasi yang
sederhana, antara lain modular addition, XOR, dan cyclic
rotation. Parameter-parameter yang diperlukan untuk
membangun enkripsi RC5 adalah jumlah putaran (round),
jumlah word (w), serta kata kunci.
Terdapat tiga proses utama pada algoritma RC5. Yang
pertama adalah perluasan kunci, yang kedua adalah proses
enkripsi, dan yang terakhir adalah proses dekripsi. Proses
perluasan kunci berfungsi untuk memperluas sebuah string
yang diberikan oleh pengguna agar mengisi array kunci
rahasia.
C. Unicast, Broadcast, dan Multicast
Pengiriman data pada jaringan komputer berdasarkan tujuan
dari paket data terbagi menjadi tiga jenis, yakni unicast,
broadcast, multicast.
Transmisi unicast merupakan transmisi pesan yang dilakukan
dari satu pengirim ke satu host penerima. Istilah broadcast
merujuk pada proses dalam jaringan komputer dimana
pengiriman datanya bersifat satu arah. Metode multicast adalah
sebuah teknik dimana data dikirimkan melalui jaringan kepada
komputer-komputer yang tergabung pada grup multicast
tertentu. Sebuah grup multicast memiliki sebuah alamat
multicast. Alamat multicast pada IPv4 adalah alamat kelas D,
sedangkan pada IPv6 alamat multicast sudah otomatis
didapatkan dari IPv6. Pada kelas D IPv4, alamat yang
direservasikan untuk sebuah grup multicast adalah 224.0.0.0
hingga 239.255.255.255.
D. Kualitas Layanan
Kualitas layanan atau kinerja layanan atau yang lebih
dikenal dengan istilah quality of service (QoS) merupakan
suatu pengukuran mengenai seberapa baik kinerja dari jaringan.
[2]. Parameter yang dapat diukur dalam performa jaringan
antara lain delay, jitter, throughput, serta packet loss.
III. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
PERANGKAT LUNAK
A. Alur Kerja Sistem
Gambar 2 merupakan skema alur kerja sistem secara lengkap
dengan melibatkan proses utama yang dilakukan oleh aplikasi
ini.
Pada aplikasi ini, data video yang akan dikirimkan dari
server menuju klien tidak dapat langsung dikirimkan secara
mentah, namun harus melalui proses pembuatan sandi
(encoding) dan dienkripsi dahulu. Sebaliknya, pada sisi klien,
karena data video yang datang merupakan data video
terenkripsi dan tersandi, maka klien harus melakukan dekripsi
dan pembacaan sandi (decoding) pada data video untuk
mendapatkan data video asli yang bisa ditampilkan.
Tujuan dari encoding ini adalah untuk mendapatkan format
data yang cocok untuk dikirimkan melalui jaringan komputer.
Setelah melalui proses encoding, data video kemudian
dienkripsi dengan algoritma enkripsi RC5. Ciphertext hasil
enkripsi ini kemudian dikirimkan kepada klien yang
berkepentingan untuk menerima data video tersebut. Data
video yang dikirimkan berupa paket-paket datagram.
Proses selanjutnya berjalan pada sisi klien. Paket datagram
berisi data video terenkripsi yang datang diterima oleh klien
lalu didekripsi. Hasil dekripsi ini adalah data video yang
kemudian dibaca sandinya untuk mengkonstruksi sebuah video
yang dapat ditampilkan ke layar monitor dengan bantuan
sebuah alat pemutar video. Proses Mengirim dan Menerima
Video
Proses ini diilustrasikan pada Gambar 3(a). Data video
ditampung terlebih dahulu pada sebuah DataSource yang
kemudian dibuatkan Processor. Processor merupakan
interface yang memiliki fungsi untuk memproses dan mengatur
data media yang bebasis waktu. Berbeda dengan Player yang
melakukan rendering pada data media, Processor
mendukung interface yang bisa diprogram dan memungkinkan
kontrol pada saat memproses media, serta memungkinkan
akses untuk menghasilkan stream data. Pembuatan
Processor ini dilakukan oleh kelas Manager yang dimiliki
oleh Java Media Framework. Setelah itu dibuat sebuah
transmitter yang digunakan untuk mengirimkan data video.
Gambar 2. Alur Kerja Sistem
Gambar 3. (a) Proses Mengirim Video, (b) Proses Menerima Video
(a) (b)
3
Proses ini diilustrasikan pada Gambar 3(b). Pertama-tama
komputer akan memulai tugasnya dengan membentuk suatu
sesi terlebih dahulu. Sesi ini digunakan untuk menerima data.
Jika ada data yang datang dan data tersebut berhasil didekripsi
dan dibentuk ulang menjadi sebuah file video yang dapat
dimainkan, maka klien bisa menampilkan video tersebut pada
layar monitornya.
B. Proses Enkripsi Dekripsi RC5
Proses enkripsi pada aplikasi ini dilakukan dengan
bantuan pustaka Bouncy Castle. Aplikasi ini menggunakan
algoritma RC5 untuk melakukan enkripsi secara simetrik.
Diagram alir proses enkripsi ini ditunjukkan pada Gambar 4(a).
Sebelum dapat dimasukkan pada proses enkripsi,
plaintext dipecah dahulu menjadi blok-blok dengan ukuran
tertentu dalam bit. Blok plaintext ini kemudian dienkripsi
dengan algoritma RC5 yang telah diinisialisasi dengan mode
"encrypt" dan diberi kunci rahasia yang telah diproses. Luaran
dari proses enkripsi ini adalah sebuah blok ciphertext. Karena
algoritma RC5 yang digunakan adalah RC5 yang menggunakan
padding, maka blok ciphertext akan memiliki padding untuk
memenuhi blok ciphertext jika ukuran blok ciphertext tidak
memenuhi ukuran standard dari blok untuk RC5.
Sama dengan proses enkripsi, proses dekripsi juga
dilakukan dengan memanfaatkan pustaka Bouncy Castle.
Diagram alir untuk proses dekripsi data bisa dilihat pada
Gambar 4(b).
Pertama-tama Cipher diinisialisasi dulu sehingga berada
pada mode "decrypt", serta diberi parameter kunci rahasia.
Blok ciphertext yang datang didekripsi sehingga menghasilkan
blok plaintext. Jika ada padding pada ciphertext yang datang,
maka padding ini akan dihilangkan terlebih dahulu sebelum
dilakukan proses dekripsi pada ciphertext. Luaran dari proses
dekripsi adalah blok plaintext, yang nantinya diterjemahkan
sebagai data video dan dimainkan oleh alat pemutar video.
C. Implementasi Multicast Routing
Routing multicast bisa diimplementasikan dengan
perkakas bernama smcroute yang berjalan sebagai daemon
pada sistem operasi Linux. Perkakas ini menerapkan multicast
routing yang bersifat statis. Jadi pengguna harus mendaftarkan
seluruh IP yang mungkin akan mengirimkan paket multicast,
menggabungkan IP pengirim ke dalam grup multicast, serta
pada interface mana paket multicast tersebut akan diteruskan.
Perintah pendaftaran ini formatnya adalah:
smcroute -a <InterfaceInput> <IPAddressSrc>
<IPAddressGroup> <InterfaceOutput>
[<InterfaceOutput>]...
IV. UJI COBA DAN ANALISIS
A. Skenario Uji Coba
Terdapat tiga buah skenario untuk melakukan uji coba
performa aplikasi video streaming ini, yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
1) Skenario Pengujian dengan VariasiUkuran File
192.168.1.4
192.168.1.3
Klien
Server
Gambar 6(a) menerangkan skenario pengujian performa
untuk mengetahui pengaruh perbedaan ukuran file terhadap
kualitas layanan yang dilakukan pada satu subnet. Dalam
pengujian ini digunakan satu server dan satu klien. Server
memiliki IP 192.168.1.3, sedangkan IP klien adalah
192.168.1.4. Sedangkan Gambar 6(b) merupakan arsitektur
jaringan yang digunakan untuk menguji performa perbedaan
ukuran file saat ditransmisikan ke subnet yang berbeda.
2) Skenario Pengujian dengan Variasi Jumlah Klien
192.168.1.4192.168.1.2
192.168.1.3
Klien Klien
Server
Arsitektur jaringan untuk pengujian performa dengan 2 buah
klien ditunjukkan pada Gambar 7(a). Server merupakan
komputer dengan IP 192.168.1.3, sedangkan kedua klien
memiliki IP 192.168.2 dan 192.168.1.4. Gambar 7(b)
merupakan ilustrasi arsitektur untuk pengujian performa
dengan melibatkan lima buah klien. Server memiliki IP
192.168.1.3, sedangkan klien berturut-turut memiliki IP
192.168.1.2, 192.168.1.4, 192.168.1.5, 192.168.1.6, dan
192.168.1.7.
B. Hasil Uji Coba Performa dengan Variasi Ukuran File
Dari arsitektur yang terdapat pada Gambar 6, dilakukan uji
coba performa kualitas layanan yang meliputi delay, jitter, serta
(a) (b)
Gambar 4. (a) Proses Enkripsi Video, (b) Proses Dekripsi Video
Gambar 5. Pendaftaran IP Multicast pada Smcroute
Gambar 6. Skenario Pengujian dengan Variasi Ukuran File (a)
Satu Subnet, (b) Dua Subnet
Gambar 7. Skenario Pengujian dengan Variasi Jumlah Klien
(a) Dua Klien, (b) Lima Klien
192.168.1.4 192.168.1.2
192.168.1.3
Server
Klien
Switch
192.168.1.5 192.168.1.6 192.168.1.7
Switch
Klien Klien Klien
Klien
(a) (b)
192.168.0.1
192.168.0.2
192.168.1.1
192.168.1.3
ServerKlien
Router
Switch
(a) (b)
4
throughput. Hasil pengujian dengan lima file yang berbeda
diuraikan pada penjelasan di bawah ini.
1) Uji Coba Delay
Gambar 8(a)-(e) merupakan grafik hasil pengujian delay
untuk lima file dengan ukuran yang berbeda. Dari grafik pada
Gambar 8, dapat dilihat bahwa file kedua memiliki delay rata-
rata yang paling kecil, sedangkan file kelima memiliki delay
rata-rata yang paling besar.
2) Uji Coba Jitter
Gambar 9(a)-(e) merupakan grafik hasil pengujian jitter
untuk lima file dengan ukuran yang berbeda. Dari grafik pada
Gambar 9, dapat dilihat bahwa jitter yang dialami ketika
pengiriman lima file yang berbedaa nilainya relatif sama.
3) Uji Coba Throughput
Gambar 10(a)-(e) merupakan grafik hasil pengujian
throughput untuk lima file dengan ukuran yang berbeda. Dari
grafik pada Gambar 10, dapat dilihat bahwa file kedua memiliki
throughput rata-rata yang paling besar, sedangkan file kelima
memiliki throughput rata-rata yang paling kecil.
4) Uji Coba Packet Loss
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan terhadap 5 file
yang berbeda, packet loss yang tercatat sebesar 0% untuk
setiap skenario pengujian.
5) Analisis Uji Coba Performa dengan Variasi Ukuran File
File pertama yang diujicobakan memiliki ukuran 26,150
KB, frame rate 25,0, dan berdimensi 352 x 288 piksel. File
kedua yang diujicobakan memiliki ukuran 1,380 KB, frame rate
24,0, dan ukuran frame 352 x 240 piksel. File ketiga ini
memiliki ukuran file sebesar 6,308 KB, frame rate 29,9, serta
ukuran frame 320 x 240 piksel. File keempat ini memiliki
ukuran file sebesar 817 KB, frame rate 25,0, serta ukuran 384
x 284 piksel. Untuk pengujian file yang terakhir, digunakan file
berukuran 22.018 KB, dengan frame rate 30,0, dan dimensi
320 x 240 piksel. Berdasarkan hasil pengujian performa dengan
menggunakan lima buah file video yang berbeda untuk lima
buah skenario yang berbeda, didapatkan bahwa ukuran file
ternyata berpengaruh terhadap delay, jitter, serta throughput
pada saat pengiriman video. Namun ukuran file tidak
mempengaruhi performa umum dari arsitektur unicast,
broadcast, serta multicast.
Jika dilihat pada grafik dapat diambil suatu pernyataan
bahwa semakin besar ukuran file, maka semakin besar pula
delay, jitter, namun semakin kecil throughput yang dialami
oleh pengirim dan penerima. Namun tidak hanya ukuran file
saja yang mempengaruhi performa ini, namun dimensi file dan
frame rate juga ikut diperhitungkan. Meskipun ukuran file
kecil, namun jika dimensi atau frame rate lebih besar daripada
file lain, file tersebut akan mengalami delay dan jitter yang
Gambar 8. Grafik Hasil Uji Coba Delay untuk (a) File Pertama, (b) File
Kedua, (c) File Ketiga, (d) File Keempat, dan (e) File Kelima
(c) (d)
(a) (b)
(e)
(a) (b)
(c) (d)
(e) Gambar 9. Grafik Hasil Uji Coba Jitter untuk (a) File Pertama, (b) File
Kedua, (c) File Ketiga, (d) File Keempat, dan (e) File Kelima
(a) (b)
(c) (d)
(e) Gambar 10. Grafik Hasil Uji Coba Throughput untuk (a) File Pertama,
(b) File Kedua, (c) File Ketiga, (d) File Keempat, dan (e) File Kelima
5
lebih lama, serta throughput yang lebih kecil daripada file lain
dengan ukuran sama namun memiliki frame rate dan dimensi
yang lebih kecil.
Performa unicast, broadcast, dan multicast tetap sebanding
meskipun file yang digunakan untuk pengiriman berbeda-beda
ukuran, frame rate, dan dimensinya. Secara umum performa
delay dan jitter untuk unicast lebih kecil daripada broadcast
dan multicast. throughput untuk unicast, broadcast, dan
multicast relatif sama dan sebanding untuk masing-masing file
yang dikirimkan.
C. Uji Coba Performa dengan Variasi Jumlah Klien
Dari arsitektur yang terdapat pada Gambar 7, dilakukan uji
coba performa kualitas layanan yang meliputi delay, jitter, serta
throughput. Hasil pengujian dengan dua klien dan lima klien
yang berbeda diuraikan pada penjelasan di bawah ini.
1) Uji Coba Delay
Gambar 11(a)-(f) merupakan grafik hasil pengujian delay
untuk dua klien dan lima klien dengan arsitektur yang berbeda.
Dari grafik pada Gambar 11, dapat dilihat bahwa delay yang
dialami ketika pengiriman file secara unicast untuk lima klien
merupakan yang terbesar nilainya di antara yang lain.
2) Uji Coba Jitter
Delay dan jitter merupakan satu satuan yang hampir sama.
Delay merupakan keterlambatan dalam waktu transmisi data
dari pengirim dan penerima, satuan dari delay adalah sekon
(detik) atau milisekon (milidetik). Sedangkan jiter merupakan
variasi dari delay atau selisih antara delay pertama dengan
delay selanjutnya.
Gambar 12(a)-(f) merupakan grafik hasil pengujian jitter
untuk dua klien dan lima klien dengan arsitektur yang berbeda.
Dari grafik pada Gambar 12, dapat dilihat bahwa jitter yang
dialami ketika pengiriman file secara unicast untuk lima klien
merupakan yang terbesar nilainya di antara yang lain, serta
yang variasinya paling besar.
3) Uji Coba Throughput
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f) Gambar 11. Grafik Hasil Uji Coba Delay untuk (a) Unicast Dua Klien,
(b) Unicast Lima Klien, (c) Broadcast Dua Klien, (d) Broadcast Lima
Klien, (e) Multicast Dua Klien, dan (f) Multicast Lima Klien
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 12. Grafik Hasil Uji Coba Jitter untuk (a) Unicast Dua Klien,
(b) Unicast Lima Klien, (c) Broadcast Dua Klien, (d) Broadcast Lima
Klien, (e) Multicast Dua Klien, dan (f) Multicast Lima Klien
(e) (f)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f) Gambar 13. Grafik Hasil Uji Coba Throughput untuk (a) Unicast Dua
Klien, (b) Unicast Lima Klien, (c) Broadcast Dua Klien, (d) Broadcast
Lima Klien, (e) Multicast Dua Klien, dan (f) Multicast Lima Klien
6
Gambar 13(a)-(f) merupakan grafik hasil pengujian
throughput untuk dua klien dan lima klien dengan arsitektur
yang berbeda. Dari grafik pada Gambar 11, dapat dilihat bahwa
throughput yang dialami ketika pengiriman file secara unicast
untuk lima klien merupakan yang terkecil nilainya di antara
yang lain, dan juga yang paling bervariasi.
4) Uji Coba Packet Loss
Nilai packet loss yang didapatkan dari pengujian untuk lima
klien dan dua klien mencapai 0%. Packet loss muncul ketika
satu paket data atau lebih yang sedang dikirimkan melalui
jaringan mengalami kegagalan untuk dapat sampai kepada
tujuan. Packet loss dapat menyebabkan masalah yang cukup
berarti terutama pada beberapa aplikasi seperti video streaming
atau Voice over IP, karena informasi yang hilang tidak dapat
dikembalikan. Jika packet loss bernilai 0%, maka dapat
dikatakan bahwa hampir tidak ada paket yang hilang atau
terbuang pada proses pengiriman video dari server menuju ke
klien.
5) Analisis Uji Coba Performa dengan Variasi Jumlah Klien
Dalam pengujian performa dengan variasi jumlah klien yang
terlibat, dapat disimpulkan bahwa jumlah klien berpengaruh
terhadap performa umum dari arsitektur unicast, broadcast,
serta multicast. Pada pengujian ini digunakan dua klien dan
lima klien untuk setiap arsitektur yang diuji.
Pada pengujian dengan menggunakan dua klien, performa
unicast lebihi baik daripada broadcast dan multicast. Hal ini
dibuktikan dengan nilai delay dan jitter pada pengiriman secara
unicast yang nilainya lebih kecil daripada jika data video
dikirimkan secara broadcast dan multicast.
Jika digunakan lima klien sekaligus pada pengujian,
performa unicast jauh lebih buruk daripada broadcast dan
multicast. Delay untuk unicast dapat mencapai 3 detik,
sementara broadcast dan multicast mengalami delay kurang
dari 1 detik. Throughput pada masing-masing klien untuk
pengiriman secara unicast pada lima klien juga sangat
bervariasi untuk setiap klien, dan nilai throughput tersebut
tergolong kecil jika dibandingkan dengan throughput yang
didapat jika menggunakan arsitektur broadcast dan multicast.
Secara umum untuk perbandingan antara broadcast dan
multicast dalam hal delay dan jitter, baik dengan jumlah klien
dua buah maupun lima buah klien, broadcast relatif lebih
unggul. Hal ini berdasar pada nilai delay dan jitter yang kecil
pada saat pengiriman video secara broadcast daripada
multicast.
V. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan selama perancangan,
pengimplementasian, dan proses uji coba sistem didapatkan
kesimpulan sebagai berikut.
1. Algoritma enkripsi RC5 dapat diimplementasikan pada
pengiriman video dengan tujuan menjaga kerahasiaan data
video yang dikirimkan. Pengimplementasian metode
enkripsi RC5 pada aplikasi ini dimudahkan dengan bantuan
pustaka Bouncy Castle yang telah memiliki berbagai
algoritma kriptografi yang telah siap digunakan, termasuk
RC5.
2. Data video dapat dikirimkan kepada penerima secara
unicast, broadcast maupun multicast. Untuk penerusan
paket multicast yang berbeda subnet, dapat digunakan
paket smcroute yang berjalan sebagai daemon pada Linux.
3. Berdasarkan hasil uji coba aplikasi dalam hal performa,
didapatkan hal-hal di bawah ini:
a. Ukuran file yang berbeda tidak mempengaruhi
performa umum unicast, broadcast, dan multicast.
perbedaan ukuran file ini menyebabkan perbedaan
delay, jitter, dan throughput. Semakin besar ukuran
file, maka semakin besar delay dan semakin kecil
throughput.
b. Jumlah klien mempengaruhi performa umum dari
unicast, broadcast, dan multicast. Jika klien hanya
2, unicast lebih unggul daripada broadcast dan
multicast dalam hal delay, jitter, dan throughput.
Namun jika jumlah klien mencapai 5, maka
broadcast dan multicast lebih unggul daripada
unicast dalam hal delay, jitter, dan throughput.
c. Waktu yang diperlukan untuk melakukan enkripsi
dan dekripsi adalah sekitar 23 nanodetik untuk
waktu enkripsi dan 17 nanodetik untuk proses
dekripsi.
d. Delay yang terjadi pada aplikasi video streaming
masih dapat ditoleransi berdasarkan ketentuan ITU-
T, karena delay yang terjadi tidak ada yang melebihi
450 ms.
e. Jitter juga termasuk baik karena rata-rata kurang
dari 225 ms.
f. Throughput yang tercatat dapat mencapai 2,5 Mbps.
g. Packet loss untuk keseluruhan uji coba pada semua
arsitektur mencapai 0%. Hal ini menandakan
performa packet loss sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Burton S. Kaliski Jr., Yiqun Lisa Yin, 1998. On The Security of the RC5
Encryption Algorithm. USA: RSA Laboratories.
[2] Ze-Nian Li, Mark S. Drew, 2004. Fundamentals of Multimedia. New
Jersey: Pearson Education Inc.
[3] Yao Wang, Joern Ostermann, Ya-Qin Zhang, 2002. Video Processing
and Communication. New Jersey: Prentice Hall.
[4] H. Schulzrinne, S. Casner, R. Frederick, V. Jacobson. RTP: A Transport
Protocol for Real-Time Applications, IETF, RFC 1889, Januari 1996
[Online]. Tersedia pada http:/www.rfc-editor.org/rfc/rfc1889.txt.
[5] H. Schulzrinne, S. Casner, R. Frederick, V. Jacobson. RTP: A Transport
Protocol for Real-Time Applications, IETF, RFC 3550, Juli 2003
[Online]. Tersedia pada http:/www.rfc-editor.org/rfc/rfc3550.txt.
[6] Ronald L. Rivest, 1997. The RC5 Encryption Algorithm. Massachussets:
MIT Laboratory for Computer Science.
[7] Ronald L. Rivest, The MD5 Message-Digest Algorithm, IETF, RFC
1321, April 1992 [Online]. Tersedia pada http:/www.rfc-
editor.org/rfc/rfc1321.txt
[8] Anonim.1999. JMF Guide 2.0. USA: Sun Microsystems, Inc.
[9] S. Wenger, M.M. Hannuksela, T. Stockhammer, M. Westerlund, D.
Singer, RTP Payload Format for H.264 Video, IETF, RFC 3984,
Februari 2005 [Online]. Tersedia pada http:/www.rfc-
editor.org/rfc/rfc3984.txt.
[10] S.E. Deering, Host extensions for IP multicasting, IETF, RFC 1054, Mei
1988 [Online]. Tersedia pada http:/www.rfc-editor.org/rfc/rfc1054.txt.
[11] William Stallings. 1997. Data and Computer Communications. 5th ed.
New Jersey: Prentice Hall.