ANALISIS PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI …repository.setiabudi.ac.id/981/2/TESIS REVISI 14...
Transcript of ANALISIS PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI …repository.setiabudi.ac.id/981/2/TESIS REVISI 14...
ANALISIS PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2017
TESIS
Oleh :
Monalisa Parinding Mallisa
SBF 171740372
PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
i
ANALISIS PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2017
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana Strata 2
Program S2 Ilmu Farmasi
Minat Manajemen Farmasi
Oleh :
Monalisa Parinding Mallisa
SBF 171740372
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan
YEREMIA 29:11
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.”
Filipi 4:13
“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang
pengetahuan dan kepandaian .”
Amsal 2:6
Kupersembahkan karya ini untuk
Segenap Keluarga Besarku (Alm) Papa & mama, serta anakku Yani
Mallisa dan Suamiku Nelson Frits Pasoa yang tak henti-hentinya
memberi dukungan dan semangat. Terima Kasih atas Doa,
dukungan moril dan materil, pengertian dan kesabaran selama
penyelesaian masa pendidikan....
Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah ,
Direktur dan seluruh staf RSUD Undata Palu, Sulawesi Tengah
Sahabat-sahabat seperjuanganku di Program Pascasarjana Ilmu
Farmasi USB serta semua teman2, saudara2 yang tak mungkin
kusebutkan satu persatu.
Tuhan memberkati kita semua....
1. Apt............................
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan hormat kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala pimpinan,
penyertaan dan hikmat bijaksana-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis ini dengan judul “ANALISIS PENGELOLAAN OBAT DI
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2017”
Tesis ini disusun sebagai salah satu wujud dari tanggung jawab penulis
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Farmasi pada
Program Studi S2 Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak maka
Tesis ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, untuk itu atas segala bantuan serta
bimbingan yang telah diberikan sampai tersusunnya Tesis ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Dr. Ir. Djoni Tarigan., MBA, selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.
2. Prof. Dr. RA. Oetari, SU, MM, M.Sc, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Unversitas Setia Budi Surakarta .
3. Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi S2
Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.
4. Prof. Dr. RA. Oetari, SU, MM, M.Sc, Apt., selaku dosen Pembimbing Utama
dan Dewan Penguji yang telah bersabar dan meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi yang mendorong
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
vi
5. Dr. Ika Purwidyaningrum, M.Sc., Apt.selaku pembimbing pendamping yang
telah bersabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
arahan, nasehat dan motivasi yang mendorong penulis untuk menyelesaikan
Tesis ini.
6. Dr. Jason Merari P., MM., M.Si., Apt., dan Dr. Y. Kristanto, SE.,MM selaku
Dewan Penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan memberi
masukan kepada penulis dalam menyempurnakan tesis ini.
7. Seluruh dosen Pascasarjana minat Manajemen Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama di bangku kuliah.
8. Segenap pihak RSUD Undata Palu yang telah memberi ijin penelitian dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh Staf Pengajar di Program Studi S2 Ilmu Farmasi Minat Manajemen
Farmasi tahun akademik 2017/2018 yang telah memberikan ilmu
pengetahuan baik berupa teknikal maupun praktikal selama masa
perkuliahan, sehingga dapat membantu dalam penyelesaian Tesis ini.
10. Keluarga Besar yaitu Putriku Yani Mallisa dan Suamiku Nelson Frits Pasoa
yang telah memberikan semangat dan dorongan spiritual, moril dan materil
kepada penulis selama masa perkuliahan, tugas akhir hingga selesainya studi
di S2 Manajemen Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.
11. Rekan - rekan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Farmasi minat Manajemen
Farmasi Universitas Setia Budi yang ikut memberikan dukungan, semangat
dan kerjasamanya selama pembuatan Tesis ini.
vii
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dorongan baik secara materi maupun spiritual
kepada penulis selama ini.
Penulis dengan tulus hati memohon semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
selalu memberikan berkat dan rahmat yang melimpah kepada pihak yang telah
banyak membantu sehingga Tesis ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terdapat keterbatasan dan kekurangan dalam
penulisan tesis ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sehingga Tesis ini dapat lebih bermanfaat.
Akhir kata penulis berharap semoga Tesis ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Surakarta, 29 Agustus 2018
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PENGESAHAN TESIS ....................................................................................... ii
PERNYATAAN ................................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
INTISARI .......................................................................................................... xv
ABSTRACT ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
A. Rumah Sakit.................................................................................. 8
1. Pengertian Rumah Sakit ......................................................... 8
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................. 8
3. Klasifikasi Rumah Sakit ......................................................... 9
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................................................... 10
1. Definisi ................................................................................ 10
2. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...... 11
3. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit .......................... 14
C. Manajemen Obat ......................................................................... 15
1. Organisasi ............................................................................ 16
2. Keuangan (Finance/budgeting)............................................. 17
3. Sumber Daya Manusia IFRS ................................................ 17
4. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) .................................. 19
ix
5. Seleksi .................................................................................. 21
6. Perencanaan dan Pengadaan ................................................. 22
7. Distribusi.............................................................................. 27
8. Penggunaan .......................................................................... 28
D. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Undata .................................. 29
E. Indikator Pengelolaan Obat ......................................................... 30
F. Landasan Teori............................................................................ 34
G. Kerangka Konseptual .................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 37
A. Rancangan Penelitian .................................................................. 37
B. Populasi dan Sampel ................................................................... 38
1. Populasi ............................................................................... 38
2. Sampel ................................................................................. 38
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 39
D. Subjek Penelitian......................................................................... 39
E. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 40
F. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 40
G. Definisi Operasional .................................................................... 41
H. Jalannya Penelitian ...................................................................... 44
1. Tahap Persiapan ................................................................... 44
2. Tahap pelaksanaan ............................................................... 44
3. Tahap Pengelolaan Data ....................................................... 51
I. Skema Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 52
J. Analisis Data ............................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 54
A. Tahap Seleksi .............................................................................. 54
B. Tahap Perencanaan dan Pengadaan ............................................. 56
1. Persentase alokasi dana pengadaan obat yang tersedia. ......... 56
2. Persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana
yang dibutuhkan ................................................................... 57
3. Frekuensi kurang lengkapnya Surat Pesanan /Faktur ............ 59
4. Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun ........................ 59
5. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap
waktu yang disepakati .......................................................... 61
6. Persentase kesesuaian antara perencanaan obat dengan masing-
masing obat .......................................................................... 62
C. Tahap Distribusi .......................................................................... 63
1. Ketepatan data jumlah obat pada kartu stok .......................... 64
2. Turn over Ratio (TOR) ......................................................... 65
3. Persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak...... 66
4. Persentase stok mati ............................................................. 66
5. Tingkat ketersediaan obat ..................................................... 67
D. Tahap Penggunaan ...................................................................... 68
1. Jumlah item obat perlembar resep. ........................................ 69
x
2. Persentase peresepan dengan nama generik ............................ 70
3. Persentase peresapan obat antibiotik ..................................... 71
4. Persentase peresepan obat injeksi ......................................... 72
5. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep ......... 73
6. Persentase obat yang dapat diserahkan ................................... 74
7. Persentase obat yang dilabeli dengan lengkap ....................... 75
E. Managemen Pendukung .............................................................. 75
1. Organisasi ............................................................................ 75
2. Keuangan ............................................................................. 76
3. Sistem Informasi Manajemen ............................................... 76
4. Sumber Daya Manusia ......................................................... 76
F. Kerangka Usulan Rekomendasi Tahapan Indikator Pengelolaan
Obat RSUD Undata Palu ............................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 79
A. Kesimpulan ................................................................................. 79
B. Saran ........................................................................................... 80
BAB VI RINGKASAN .................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86
LAMPIRAN ...................................................................................................... 89
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Siklus Manajemen Obat ................................................................... 20
Gambar 2. Kerangka Konsep ............................................................................. 36
Gambar 3. Skema Alur Penelitian ...................................................................... 52
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indikator Pengelolaan Obat di Rumah sakit .......................................... 31
Tabel 2. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Fornas dan FRS .............. 54
Tabel 3. Persentase Alokasi Dana Pengadaan Obat 2017 ................................. 56
Tabel 4. Persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang
dibutuhkan tahun 2017 ........................................................................ 58
Tabel 5. Frekuensi kurang lengkapnya Surat Pesanan /Faktur tahun 2017 ........ 59
Tabel 6. Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun ..................................... 59
Tabel 7. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap
waktu yang disepakati ........................................................................ 61
Tabel 8. Persentase kesesuain antara perencanaan obat dengan masing –
masing obat ........................................................................................ 62
Tabel 9. Ketepatan data jumlah obat pada kartu stok otomatis ......................... 64
Tabel 10. Turn over Ratio (TOR)........................................................................ 65
Tabel 11. Persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak ...................... 66
Tabel 12. Persentase stok mati ............................................................................ 67
Tabel 13. Tingkat persediaan obat ...................................................................... 68
Tabel 14. Jumlah item obat perlembar resep ...................................................... 69
Tabel 15. Persentase peresepan dengan nama generik .......................................... 71
Tabel 16. Persentase peresapan obat antibiotik .................................................... 72
Tabel 17. Persentase peresepan obat injeksi......................................................... 73
Tabel 18. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep ......................... 73
Tabel 19. Persentase obat yang dapat diserahkan ................................................. 74
xiii
Tabel 20. Persentase obat yang dilabeli dengan lengkap ...................................... 75
Tabel 21. Evaluasi Penggelolaan Obat Di IFRSUD Undata Palu Tahun 2017 .... 77
Tabel 22. Kerangka Usulan Rekomendasi Pengelolaan di IFRSUD Undata
Palu ................................................................................................... 78
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ........................................................................... 91
Lampiran 2. Persediaan Obat Di Rsud Undata Palu Tahun 2017 ............................... 93
Lampiran 3. Rencana Kebutuhan Obat (Rko) 2017 ................................................. 101
Lampiran 4. Tabel Issac Dan Michael..................................................................... 108
Lampiran 5. Rata-Rata Waktu Pelayanan Resep ..................................................... 109
Lampiran 6. Obat Diluar Fornas ............................................................................. 109
Lampiran 7. Nilai Dan Nama-Nama Obat Kadaluarsa/Stok Mati ............................ 110
Lampiran 8. Lama Tertundanya Pembayaran Tagihan Oleh Rumah Sakit ............... 111
Lampiran 9. Jumlah Pegawai Di Instalasi Farmasi Rsud Undata Palu ..................... 111
Lampiran 10. Perhitungan Eoq (Economic Order Quantity) ...................................... 112
Lampiran 11. Frekuensi Pengadaan Tiap Item Obat .................................................. 113
Lampiran 12. Frekuensi Pengadaan Tiap Item Obat Pada Kartu Stok ........................ 114
Lampiran 13. Hasil Wawancara ................................................................................ 115
Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Penelitian ........................................................ 116
Lampiran 15. Surat Keterangan Pengambilan Data ................................................... 117
Lampiran 16. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............................... 118
xv
INTISARI
MALLISA P.M., 2018, EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DI
INSTALASI FARMASI RUMAH UMUM DAERAH UNDATA PALU
TAHUN 2017, TESIS FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA
BUDI, SURAKARTA.
Instalasi farmasi merupakan bagian dirumah sakit yang bertanggung jawab
melaksanakan pengelolaan obat yang meliputi tahap seleksi, perencanaan dan
pengadaan, distribusi dan penggunaan obat. Hasil pengamatan pendahuluan
ditemukan beberapa permasalahan pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu yang
dapat mempengaruhi ketersediaan obat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi
efisiensi pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu Sulawesi Tengah.
Penelitian menggunakan rancangan deskriptif untuk data yang bersifat
retrospektif dan concurrent. Pengamatan retrospektif meliputi laporan
perencanaan dan pemakaian obat, laporan keuangan, laporan pengadaan obat,
faktur, laporan stok opname. Pengamatan concurrent meliputi waktu tunggu rata-
rata pelayanan resep pasien. Data dikumpulkan secara kuantitatif dan kualitatif.
Data yang diperoleh dari seluruh tahap pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu
dianalisis dengan indikator efisiensi menggunakan indikator Depkes (2008),
WHO(1993), Fakhriadi A, Et al dan Permenkes 2016 kemudian dibandingkan
dengan standar atau hasil penelitian lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang belum sesuai standar
adalah: Seleksi, kesesuaian dengan formularium rumah sakit (23,53%),
Perencanaan dan Pengadaan, Persentase alokasi dana yang tersedia (8,77%),
persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan
(71,71%), frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun (3,5x setahun) dan secara
EOQ (13,5x setahun), frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit
terhadap waktu yang disepakati (190x), persentase kesesuaian antara perencanaan
obat dengan kenyataan masing-masing obat (161%), Distribusi, Turover Ratio
(TOR) sebanyak (8,9 kali), persentase dan nilai obat yang rusak/kadaluarsa
(2,6%), Persentase stok mati (4,3%), Penggunaan, jumlah item obat perlembar
resep (3,48 lembar), persentase peresepan obat injeksi (26,70%). Hasil yang
sesuai standar yaitu pada tahap Seleksi, kesesuaian dengan formularium nasional
(100%), Perencanaan dan Pengadaan yaitu frekuensi kurang lengkapnya
SP/Faktur (0× atau langsung diperbaiki), Distribusi, yaitu ketepatan data jumlah
obat pada kartu stok otomatis pada sistem informasi management (SIM) (100%),
tingkat ketersediaan obat (13,36 bulan) dan pada tahap Penggunaan, persentase
peresepan dengan nama generik (91,95%), persentase peresepan obat injeksi
(26,7%), persentase obat yang dapat diserahkan (99,26%), dan rata-rata waktu
yang digunakan melayani resep non racikan (4,5 menit) dan resep racikan (10
menit).
Kata kunci : Pengelolaan obat, indikator, Instalasi Farmasi RSUD Undata Palu
xvi
ABSTRACT
MALLISA P.M., 2018, EVALUATION OF DRUG MANAGEMENT IN
PHARMACEUTICAL HOUSEHOLD PHARMACEUTICAL
INSTALLATION IN 2017, TESIS FACULTY OF PHARMACEUTICAL
UNIVERSITY OF SETIA BUDI, SURAKARTA.
The pharmaceutical installation is part of the hospital that is responsible
for carrying out drug management which includes the selection, planning and
procurement, distribution and use of drugs. Preliminary observations found some
problems of drug management in IFRSUD Undata Palu that may affect the
availability of drugs. This study aims to evaluate the efficiency of drug
management in IFRSUD Undata Palu, Central Sulawesi.
The study uses descriptive design for data that is retrospective and
concurrent. Retrospective observations include reports on drug use and planning,
financial reports, reports on procurement of drugs, invoices, inventory reports.
Concurrent observations include the average waiting time for patient prescription
services. Data collected quantitatively and qualitatively. Data obtained from all
stages of drug management in IFRSUD Undata Palu were analyzed with
efficiency indicators using Depkes (2008), WHO (1993), Fakhriadi A, Et al and
Permenkes 2016 indicators then compared with other standards or research
results.
The results showed that the system that did not meet the standards were:
Selection, suitability with hospital formulary (23.53%), Planning and
Procurement, Percentage of available fund allocation (8.77%), percentage of
available capital funds with the total needed (71.71%), frequency of procurement
of each drug item per year (3.5x a year) and EOQ (13.5x a year), frequency of
delay in payment by the hospital against the agreed time (190x), the percentage of
suitability between drug planning and the reality of each drug (161%),
Distribution, Turover Ratio (TOR) as much (8.9 times), percentage and value of
drugs that were damaged / expired (2.6%), Percentage of dead stock (4.3%),
Usage, number of drug items per recipe (3.48 sheets), percentage of prescription
injection drugs (26.70%). The results are in accordance with the standards,
namely at the Selection stage, conformity with the national formulary (100%),
Planning and Procurement, namely the frequency of incomplete SP / Invoice (0 ×
or directly corrected), Distribution, namely the accuracy of the amount of drug
data on the automatic stock card on the information system management (SIM) of
(100%), drug availability level of 13.36 months and in the stage of use, percentage
of prescription with a generic name (91.95%), percentage of prescription injection
drugs (26.7%), percentage of drugs that can submitted (99.26%), and the average
time spent serving non-concoction recipes (4.5 minutes) and concoction recipes
(10 minutes).
Keywords: drug management, indicators, Pharmacy Departement Of Undata Palu
Hospital.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki peran strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan kegiatan di
rumah sakit untuk menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang standar pelayanan kesehatan rumah sakit menyebutkan pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat (DepKes RI, 2016).
Rumah sakit menerapkan prinsip rancang proses yang efektif,
implementasi dan peningkatan mutu terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan,
peresepan atau permintaan obat atau instruksi pengobatan, penyalinan
(transcribe), pendistribusian, penyiapan (dispensing), pemberian,
pendokumentasian, dan pemantauan terapi obat. Praktik penggunaan obat yang
tidak aman (unsafe medication practices) dan kesalahan penggunaan obat
(medication errors) adalah penyebab utama cedera dan bahaya yang dapat
dihindari dalam sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Oleh karena itu,
rumah sakit diminta untuk mematuhi peraturan perundang-undangan, membuat
2
sistem pelayanan kefarmasian, dan penggunaan obat yang lebih aman yang
senantiasa berupaya menurunkan kesalahan pemberian obat. Pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat merupakan komponen yang penting dalam
pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, paliatif, dan rehabilitatif terhadap
penyakit dan berbagai kondisi, serta mencakup sistem dan proses yang digunakan
rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Pelayanan
kefarmasian dilakukan secara multidisiplin dalam koordinasi para staf di rumah
sakit (Sutoto et al, 2017).
Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus dilaksanakan secara
multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin
kendali mutu dan kendali biaya. Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh
instalasi farmasi sistem satu pintu. Alat kesehatan yang dikelola oleh instalasi
farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non
elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan
stent (Ring) (Depkes RI, 2014).
Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang
sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, karena
ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat akan memberi dampak
negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara ekonomi.
3
Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satu unit di rumah sakit yang bertugas
dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan
dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit
(Siregar dan Amalia, 2004).
Pengelolaan obat dimulai dengan tahap seleksi, perencanaan, distribusi,
dan penggunaan yang merupakan bagian dari manajemen obat sebagai dasar
untuk menentukan kebutuhan obat. Untuk itu diperlukan data-data yang akurat,
maka dalam proses pengolahannnya sebaiknya didukung oleh suatu sistem
informasi manajemen rumah sakit. Kemudian dilakukan perencanaan yang
disesuaikan dengan anggaran dan juga harus sesuai formularium yang telah
ditetapkan oleh organisasi yang disebut Panitia Farmasi dan Terapi Rumah
Sakit. Untuk mewujudkan perencanaan tersebut adanya kegiatan pelaksanaan
pada tahap ini dilakukan pengadaan obat untuk memenuhi kebutuhan obat
yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Kemudian dilakukan pengawasan
untuk mengatur persediaan obat serta menjamin ketersediaan obat. Tahapan ini
berlangsung seperti siklus yang saling terkait. Siklus ini harus dijaga agar
semua tahap di dalamnya sama kuat dan segala kegiatan tersebut harus selalu
selaras, serasi dan seimbang. Apabila terjadi kesalahan pada suatu tahap
akibatnya akan mengacaukan siklus secara keseluruhan yang menimbulkan
dampak seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya obat,
obat rusak, dan lain sebagainya (Quick et al., 2012).
Penelitian sebelumnya Mompewa (2015) di IFRSUD Poso menyatakan
tingkat ketersediaan obat (14,75), persentase resep generik (91,47%), rata-rata
4
waktu tunggu (non racikan 5 menit & racikan 15 menit), persentase obat yang
diberi label dengan benar (100%) adalah tahapan obat yang sesuai standar.
Penelitian Akbar D (2015) di IFRSUD Banjarbaru hasil yang sesuai standar
adalah alokasi dana pengadaan obat (38,06%), frekuensi kurang lengkapnya surat
pesanan (1kali), kesesuaian kartu stok (100%), dan persentase obat
kadaluarsa/rusak (0%).
Analisis pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Undata (RSUD)
Di Kota Palu Sulawesi Tengah perlu dilaksanakan, karena analisis pengelolaan
obat di IFRSUD Undata Palu belum pernah dilakukan. Berdasarkan observasi
awal yang dilakukan, permasalahan yang sering terjadi juga di IFRS Palu adalah
pada tahap seleksi dan pengadaan masih sering terjadi tertundanya pembayaran
tagihan oleh RSUD Undata Palu pada distributor obat sehingga menyebabkan
pembelian obat tidak bisa dilaksanakan, pada tahap distribusi masih terdapat
beberapa item obat yang tidak terpakai selama 3 bulan, serta masih terdapat
beberapa yang kadaluarsa/rusak serta stok mati dan pada tahap penggunaan masih
ada beberapa pasien yang menunggu berjam-jam untuk mendapatkan obat.
Mengingat begitu besarnya dampak dari pengelolaan obat dalam rangka
mencapai pelayanan yang bermutu maka perlu ditelusuri dan diungkap terlebih
dahuhu secara keseluruhan tahap-tahap pengelelohan obat untuk mengetahui
adanya permasalahan kelemahan dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini
mendorong peneliti melakukan penelitian untuk menganalisis pengelolaan obat
pada tahap tahap seleksi, pengadaan, distribusi dan penggunaan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu.
5
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap seleksi
tahun 2017?
2. Bagaimanakah pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap
perencanaan dan pengadaan tahun 2017?
3. Bagaimanakah pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap
distribusi tahun 2017?
4. Bagaimanakah pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap
penggunaan tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap
seleksi penggunaan tahun 2017.
2. Untuk mengetahui pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap
perencanaan dan pengadaan tahun 2017.
3. Untuk mengetahui pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap
distribusi tahun 2017.
4. Untuk mengetahui pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap
penggunaan tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman yang lebih
mendalam terhadap pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu yang meliputi
tahap seleksi, pengadaan, distribusi dan penggunaan tahun 2017.
6
2. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian dalam pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu
yang meliputi tahap seleksi, pengadaan, distribusi dan penggunaan tahun
2017.
3. Bagi Pasien
Dapat meningkatkan kepuasan pasien dengan adanya peningkatan pelayanan
yang diberikan IFRSUD Undata Palu.
4. Bagi pemerintah
Penelitian ini dapat memberi masukan untuk menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan pengadaan, ketersediaan obat, distribusi dan penggunaan
obat di IFRSUD Undata Palu menjadi lebih baik.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Analisis Pengelolaan Obat Pada Tahap Seleksi,
Pengadaan, Distribusi dan Penggunaan Obat di IFRSUD Undata Palu Sulawesi
Tengah 2017 menurut pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Penelitan
yang berkaitan dengan Analisis Pengelolaan Obat Pada Tahap Seleksi, Pengadaan,
Distribusi dan Penggunaan Obat di rumah sakit pernah dilakukan oleh peneliti
lain sebelumnya antara lain :
1. Novitasari M, 2017, Tentang Analisis Pengelolaan Obat Pada Tahap
Distribusi dan Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta Tahun
2016. Penelitian ini hanya pada Tahap Distribusi dan Penggunaan Obat dan
Pada Tahap Pengadaan Dan Persediaan tidak dilakukan.
7
2. Ariawan M.D, 2017, Tentang Analisis Pengelolaan Obat Pada Tahap
Pengadaan Dan Ketersediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta
Tahun 2016. Penelitian ini hanya pada Tahap Pengadaan Dan Ketersediaan
Obat dan Pada Tahap Tahap Distribusi dan Penggunaan Obat belum
dilakukan.
3. Surianti T, 2017, Tentang Analisis Pengelolaan Obat Pada Tahap Pengadaan
di Instalasi Farmasi RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2016. Penelitian ini
hanya pada Tahap Pengadaan, dan Pada Tahap Ketersediaan, Distribusi dan
Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit belum dilakukan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah
pada tujuan, waktu dan tempat penelitian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Pengertian Rumah Sakit menurut Permenkes No. 72/Menkes/2016 adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat (Kemenkes, 2016). Berdasarkan Permenkes No.
340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit harus mempunyai kemampuan melakukan
pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat,
pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik
spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik,
pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pemulasaran jenazah, laundry dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit,
serta pengolahan limbah (Kemenkes RI, 2010).
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Tugas dan fungsi rumah sakit antara lain:
a. Penyelenggaran pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
9
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dan pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Depkes, 2013).
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut UU No. 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Menurut WHO, rumah sakit merupakan suatu organisasi sosial integrasi
yang berfungsi menyediakan pelayanan kesejahteraan lengkap bagi masyarakat.
Pelayanan tersebut dapat bersifat diagnosis, kuratif, promotif, rehabilitatif,
maupun preventif, pelayanan dalam dan luar sampai kepada keluarga dan
lingkungan serta sebagai pusat pendidikan bagi petugas-petugas dibidang
kesehatan dan dibidang sosial (DepKes, 2009). Klasifikasi Rumah Sakit Umum
berdasarkan jenis pelayanan terdiri atas:
a. Rumah Sakit Umum kelas A
Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar (anak, penyakit dalam, obgyn, dan bedah), 5 (lima)
spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas)
sub spesialis.
10
b. Rumah Sakit Umum kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan)
spesialis lain dan 2 (dua) sub spesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit Umum kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua)
spesialis dasar.
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Definisi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) didefinisikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan
seoarang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara
profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan
paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
11
kesehatan atau sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita
rawat inap dan rawat jalan, pengendaliaan mutu, dan pengendaliaan distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan di rumah sakit, pelayanan farmasi klinik umum
dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan
klinis yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan
Amalia, 2004).
2. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok dan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a. Tugas Pokok
1) Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi.
2) Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.
3) Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.
4) Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
5) Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi
6) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan
kefarmasian.
12
7) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
b. Fungsi
Pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
1) Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
2) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai secara efektif, efisien dan optimal
3) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku.
4) Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
6) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai ke unit-unit pelayanan dirumah sakit.
8) Melaksanakan pelayanan satu pintu.
9) Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/dosis sehari.
10) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan)
13
11) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
12) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.
13) Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
14) Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai.
Pelayanan Farmasi Klinik
1) Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.
2) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
3) Melaksanakan rekonsiliasi obat.
4) Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan
resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.
5) Mengindentifikasikan, mencegah dan mengatasi masalah penggunaan
obat baik berdasarkan resep maupun obat non resep kepada
pasien/keluarga pasien.
6) Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
7) Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.
8) Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
a) Pemantauan efek terapi obat
b) Pemantauan efek samping obat
c) Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)
14
9) Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
10) Melaksanakan dispensing sediaan steril
a) Melakukan pencampuran obat suntik.
b) Menyiapkan nutrisi parenteral
c) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
d) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil
11) Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan
lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar rumah sakit.
12) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
3. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Sesuai dengan SK Menkes No 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien.
Tujuan pelayanan farmasi ialah: mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
15
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD)
(Permenkes, 2017).
Kelompok Obat high-alert diantaranya:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look A like Sound A like/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
c. Obat-Obat sitostatika.
C. Manajemen Obat
Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung
manajemen (management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau
finansial, Sumber Daya Manusia (SDM), dan Sistem Informasi Manajemen
(SIM). Setiap tahap siklus manjemen obat yang baik harus didukung oleh keempat
faktor tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara efektif dan
16
efisien (Quick et al, 2012). Manajemen Pendukung (Management Support) adalah
sistem penunjang manajemen yang terkait dengan pengetahuan untuk mengelola
organisasi, pembiayaan, informasi dan manusia. Management Support merupakan
pusat dari siklus pengelolaan obat yang berperan penting dalam pengelolaan obat
tanpa management support maka pengelolaan obat tidak bisa berjalan
sebagaimana mestinya(Wasir R, 2010).
1. Organisasi
Fungsi dari organisasi ini meliputi membuat rancangan organisasi, membuat
sistem kontrol, memadukan strategi, struktur dan kontrol dan mengelola
konflik dan perubahan. Semua aktivitas manajemen dapat dirangkum
menjadi 3 (tiga) fungsi dasar, yang secara bersama-sama membentuk siklus
manajemen yakni: planning, implementation, dan monitoring & evaluation.
a. Planning adalah proses menganalisis situasi saat ini, memperkirakan
kebutuhan dan membangun tujuan, sasaran dan target, serta menentukan
strategi, kegiatan, tanggung jawab, dan sumber-sumber untuk mencapai
tujuan.
b. Implementation adalah proses mewujudkan perencanaan melalui
pengaturan dan pengarahan kerja yang meliputi pengaturan SDM, biaya,
informasi, dan sumber-sumber lain untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
c. Monitoring adalah proses yang mengacu pada review yang
berkelanjutan, tingkat kelengkapan kegiatan pada suatu program dan
target yang telah dicapai.
17
d. Evaluation mengacu pada analisis proses dan kerja pada tujuan, sasaran
dan target. Memberikan feedback untuk mengetahui apakah rancangan
telah ditemukan dan sebab-sebab yang membuatnya berhasil atau gagal.
2. Keuangan (Finance/budgeting)
Komponen-komponen keuangan meliputi pencatatan, pembukuan,
pelaporan dan analisis. Kestabilan finansial hanya dapat terjadi jika sumber
dana dan biaya yang dikeluarkan seimbang dan cukup untuk mendukung
pelayanan kesehatan dengan kualitas yang tidak diragukan.
3. Sumber Daya Manusia IFRS
Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
dirumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketententuan klasifikasi dan perizinan
rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri (Kemenkes, 2014 dan Satibi, 2016).
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi harus ada dan
dilakukan peninjauan kembali paling sedikit tiga tahun sesuai kebijakan dan
prosedur di instalasi farmasi rumah sakit.
a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan kualitas SDM instalasi farmasi
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri atas :
a) Apoteker
b) Tenaga teknis kefarmasian
2. Untuk pekerjaan penunjang terdiri atas :
a) Operator komputer/tehnisi yang memahami kefarmasian
18
b) Tenaga administrasi
c) Pekarya/pembantu pelaksana.
b. Persyaratan SDM
Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian yang melakukan pelayanan kefarmasian harus dibawah
supervisi apoteker. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus
memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku.
c. Beban kerja dan kebutuhan
1) Beban kerja
Perhitungan beban kerja perlu memperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan yaitu :
a) Kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate (BOR);
b) Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen,
klinik, dan produksi);
c) Jumlah resep atau formulir permintaan obat ( floor stock) perhari;
d) Volume sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai.
2) Perhitungan beban kerja
Perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada
pelayanan kefarmasian di rawat inap dibutuhkan tenaga apoteker untuk
30 pasien idealnya 1 apoteker dan rawat jalan 50 pasien idealnya 1
apoteker. Selain pelayanan kefarmasian di rawat inap dan rawat jalan,
diperlukan juga masing-masing 1 apoteker untuk kegiatan pelayanan
kefarmasian diruang tertentu yaitu ;
19
a) Unit gawat darurat
b) Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit
(ICCU)/Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediaditric
Intensive Care Unit (PICU).
c) Pelayanan informasi obat.
4. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
Suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah
sakit. Sistem Informasi ini mencakup semua rumah sakit umum maupun
khusus, baik yang dikelola secara publik maupun privat sebagaimana diatur
dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Depkes, 2009).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1171 tahun
2011 telah mengatur tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Rumah
sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang
merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah
sakit yang digunakan sebagai aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada
kementerian kesehatan yang meliputi data identitas rumah sakit, data
ketenagaan yang bekerja di rumah sakit, data rekapitulasi kegiatan pelayanan,
data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap dan data kompilasi
penyakit/morbiditas pasien rawat jalan. Penyelenggaraan SIRS bertujuan
untuk merumuskan kebijakan di bidang rumah sakit, menyajikan informasi
rumah sakit secara nasional dan melakukan pemantauan, pengendalian dan
evaluasi penyelenggaraan rumah sakit secara nasional (Permenkes, 2011).
20
Manajemen pengelolaan obat merupakan serangkaian kegiatan
kompleks yang merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya
terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi
serta penggunaan. Dalam sistem manajemen obat, masing-masing fungsi
utama terbangun berdasarkan fungsi sebelumnya dan menentukan fungsi
selanjutnya. Seleksi seharusnya didasarkan pada pengalaman aktual terhadap
kebutuhan untuk melakukan pelayanan kesehatan dan obat yang digunakan,
perencanaan dan pengadaan memerlukan keputusan seleksi dan seterusnya.
Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen
(management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau finansial,
sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SIM). Setiap
tahap siklus manjemen obat yang baik harus didukung oleh keempat faktor
tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara efektif dan
efisien (Quick et al, 2012).
Gambar 1 dapat menjelaskan secara lebih terperinci tentang siklus
manajemen obat (Quick et al, 2012).
Gambar 1. Siklus Manajemen Obat (Quick et al, 2012)
21
5. Seleksi
Selection merupakan proses di mana menetapkan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan sesuai
dengan yang ada di e-catalog dan Formularium Nasional. Tujuan utama
proses seleksi adalah untuk menghindari obat yang tidak memiliki nilai
terapetik, mengurangi jumlah dan jenis obat serta meningkatkan efisiensi obat
yang tersedia (Quick et all, 2012, Depkes RI 2006, DepKes RI 2017).
Depkes (2004) disebutkan bahwa kriteria obat yang baik adalah
sebagai berikut:
a. Jenis obat yang dipilih harus seminimal mungkin dan menghindari
kesamaan jenis.
b. Sediaan kombinasi hanya dipilih jika potensinya lebih baik dari pada
sediaan tunggal
c. Apabila alternatif pilihan obat banyak, dipilih berdasarkan obat pilihan
(drug of choice) dari penyakit tersebut.
Proses seleksi seharusnya mengikuti panduan seleksi yang telah
disusun oleh WHO antara lain:
a. Relevan dengan pola penyakit.
b. Memilih obat yang telah terbukti efektif.
c. Evidence of performance in a variety of setting.
d. Kualitas yang memadai, termasuk bioavailabilitas dan stabilitas.
e. Memiliki rasio cost-benefit yang tinggi dalam hal total treatment cost.
f. Memilih obat yang sudah dikenal, obat dengan sifat farmakokinetik yang
saling menguntungkan, dan sebaliknya termasuk obat produksi lokal agar
praktis dalam pengangkutan dan penyimpanan.
22
g. Merupakan senyawa tunggal.
6. Perencanaan dan Pengadaan
Procurement merupakan proses yang terdiri dari perencanaan dan
pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran
dari rumah sakit. Perencanaan digunakan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa perencanaan adalah fungsi dari manajemen untuk mengambil
keputusan menyangkut kegiatan dan tujuan dikemudian hari (Armen dan
Azwar, 2013).
Perencanaan juga dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan beberapa metode yang dapat dipertanggung jawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dengan epidemiologi, yang
sebelumnya harus disesuaikan dengan besarnya anggaran rumah sakit (Quick
et al., 2012).
Metode yang dapat digunakan dalam perencanan adalah :
a. Epidemiologi
Metode perencanaan berdasarkan pada epidemiologi atau morbiditas.
Bertujuan untuk : Mengetahui kebutuhan perbekalan kesehatan suatu
populasi masyarakat tertentu (obat program KB, obat program imunisasi),
Memperkirakan kebutuhan obat atas dasar data epidemiologi
23
b. Konsumsi
Perhitungan kebutuhan didasarkan pada data riil konsumsi obat periode
yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
c. Kombinasi keduanya
Analisis pareto atau ABC dan VEN diperlukan untuk merencanakan
pengadaan kebutuhan dengan dana yang terbatas. Analisis pareto atau
ABC ini membagi obat dalam 3 kelompok yaitu :
1) A: obat-obat yang menyerap dana hingga 70 % dari total dana namun
jumlahnya kurang dari 10 % jenis obat. Kelompok ini membutuhkan
pengawasan yang lebih dibandingkan kelompok obat lain terkait
dengan besarnya dana yang terserap.
2) B: obat-obat yang menyerap dana ± 20 % dari total dana dengan jenis
obat sekitar 20 % dari keseluruhan jenis obat.
3) C: obat-obat yang menyerap dana ± 10 % dari dana total dengan jenis
obat sekitar 70 % dari keseluruhan jenis obat.
Sistem analisis VEN membagi obat dalam 3 kelompok, yaitu:
1) V: Vital, adalah kelompok obat yang sangat penting keberadaannya
karena merupakan obat-obatan life saving, dimana kelompok obat ini
dapat mencegah kematian atau kecacatan yang permanen.
2) E: Essential, adalah kelompok obat yang diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan kondisi pasien.
3) N: Non Essential, adalah kelompok obat-obatan yang tingkat
urgensinya paling kecil.
24
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara lain:
a. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai nomor ijin edar.
d. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan
lain-lain) (Permenkes, 2014).
Pengadaan dapat merupakan porsi terbesar yang menyebabkan
pemborosan pada sistem perbekalan. Efisiensi pengadaan obat akan sangat
tergantung pada ketepatan dalam menentukan jenis obat yang diperlukan
untuk suatu populasi. Ini tentunya juga berdasarkan pada tersedianya
informasi yang akurat mengenai konsumsi obat pada periode sebelumnya,
pola penyakit yang ada, jenis-jenis obat yang diperlukan serta
mempertimbangkan kriteria baku apa yang akan dipakai seperti Obat Sangat
Sangat Esensial (OSSE), Obat Sangat Esensial (OSE) Obat Esensial (OE).
Sehingga efisiensi juga menyangkut jumlah persediaan, persediaan berlebih
(over stok) dibandingkan dengan kebutuhan adalah ketidakefisienan
persediaan barang (Yamit, 2003).
25
Proses pengadaan yang baik adalah:
a. Mendapatkan obat yang benar dengan jumlah yang benar.
b. Harga pembelian yang serendah mungkin.
c. Kualitas sesuai standar yang dipersyaratkan.
d. Pelayanan dan kualitas supplier dapat dipercaya.
e. Pengaturan waktu pengiriman (mencegah kekosongan stock)
Berdasarkan surat edaran nomor KF/MENKES/167/III/2014,
pengadaan obat harus dilaksanakan berdasarkan prinsip penyelenggaraan
pemerintah yang baik dan bersih, prinsip keadilan, transparansi, profesional,
dan akuntabel untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang
wajar baik untuk program Jaminan Kesehatan Nasional maupun program
kesehatan lainnya. Untuk mempermudah pengadaan obat, lembaga kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah (LKPP) telah menetapkan katalog
elektronik (e-catalog) obat yang berisi daftar harga, spesifikasi dan penyedia
obat. Pengadaan secara elektronik atau e-procurement adalah pengadaan
barang/ jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penerapan e-procurement bertujuan untuk :
1. Meningkatkan transparansi/keterbukaan dalam proses pengadaan barang/
jasa.
2. Meningkatkan persaingan yang sehat dalam rangka penyediaan pelayanan
publik dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan proses pengadaan
barang/jasa.
26
Prinsip pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2013, yaitu efisien, efektif,
transparan, terbuka, bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel. Sedangkan
e-purchasing obat merupakan tata cara pembelian barang/jasa sesudah sistem e-
catalog terbangun (Permenkes, 2013).
Menurut Perpres No. 54 tahun 2010 proses pengadaan dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain :
a. Pelelangan Sederhana
Pelelangan sederhana merupakan metode pemilihan penyedia
barang/jasa untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua pnyedia
barang/jasa yang memenuhi syarat yang bernilai antara Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
b. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa untuk
pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
c. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas atau seleksi terbatas adalah metode pemilihan
penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan pengumuman secara luas melalui
media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia
barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada
penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
27
d. Penunjukan langsung adalah pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia,
harga tertentu relatif mahal.
7. Distribusi
Tahap distribusi yang diutamakan adalah obat sampai ke pengguna
tepat waktu, tepat indikasi dan harga terjangkau. Tahap distiribusi merupakan
tahapan dari siklus manajemen obat yang sangat penting dan kompleks,
bahkan pada proses penyimpanan dan distribusi dapat menghabiskan
komponen biaya yang signifikan dalam anggaran kesehatan. Oleh karena itu
dalam memilih sistem distribusi harus dipilih dan disesuaikan dengan kondisi
yang ada sehingga pelayanan obat dapat dilaksanakan secara tepat guna dan
berhasil guna (Quick et al, 2012).
Proses distribusi meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat dan
penyimpanan. Konsep dasar dalam pengelolaan persediaan adalah menjaga
keseimbangan antara penyimpanan persediaan dengan biaya yang dibutuhkan
untuk menyimpan persediaan tersebut. Cara penyimpanan obat yang
disarankan oleh Permenkes (2014) adalah sebagai berikut:
a. Obat-obatan yang mempunyai kesamaan secara bersamaan disimpan diatas
rak. Kesamaan berarti dalam cara pemberian obat (luar, oral, suntikan) dan
bentuk ramuannya (obat kering atau cair).
b. Obat disimpan sesuai tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur
FEFO (first expiry first out). Obat dengan tanggal kadaluwarsa yang lebih
pendek ditempatkan di depan obat yang berkadaluwarsa lebih lama. Bila
obat mempunyai tanggal kadaluwarsa sama, tempatkan obat yang baru
diterima dibelakang obat yang sudah ada.
28
c. Obat tanpa tanggal kadaluwarsa disimpan dengan menggunakan prosedur
FIFO (first in first out). Barang yang baru diterima ditempatkan dibelakang
barang yang sudah ada.
d. Obat yang kadaluwarsa dan rusak dengan dibuatkan catatan pemusnahan
obat, termasuk tanggal, jam, saksi dan cara pemusnahan.
Distribusi merupakan rangkaian dalam menyalurkan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan atau pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat
dilakukan dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep
perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi (Depkes, 2004).
8. Penggunaan
Penggunaan obat adalah suatu tahap lanjut distribusi yang mencakup
masalah pemakaian obat. Dalam penggunaan obat, masalah yang sering
muncul adalah penggunaan obat yang tidak rasional. Penggunaan obat yang
tidak rasional adalah penggunaan obat yang tidak memenuhi kriteria tepat
indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada terhadap efek
samping obat. Pada penggunaan obat tidak rasional ini akan mengakibatkan
dampak yang negatif baik secara medis , ekonomis maupun sosial (Depkes,
2004).
Penggunaan obat-obatan yang sebenarnya dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk ketersediaan farmasi, pengalaman penyedia, pengaruh
ekonomi, faktor budaya, sistem kepercayaan masyarakat dan sikap pasien,
29
dan interaksi kompleks antara faktor-faktor tersebut. Pola penggunaan obat
mencerminkan perilaku manusia dan harus dilihat dari perspektif ilmu sosial
ketimbang perspektif biomedis (Quick et al., 2012).
D. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata Palu mulai berdiri sejak
tahun 1972, dan diresmikan pada tanggal 07 Agustus 1972. Selanjutnya, pada
tanggal 22 Februari 1979 diakui oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah
Sakit Umum tipe C. Perkembangan selanjutnya, pada tanggal 30 Januari 1995,
RSUD Undata Palu ditingkatkan tipenya dari tipe C menjadi tipe B non
pendidikan dan merupakan milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
yang menjadi pusat rujukan dari rumah sakit yang ada di Sulawesi Tengah
(Hadijah, 2016).
RSUD Undata berubah statusnya menjadi Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
sesuai dengan:
1) Surat Keputusan Gubernur No. 445/73.7/Dinkes G-ST tanggal 29 Agustus
2003.
2) Surat Keputusan Menteri Percepatan Pembangunan Kawasan Indonesia
Timur No. 046/KEP-PPTKTI/VII/2003, tanggal 7 Juli 2003
3) Didukung oleh Surat Keputusan Rektor Universitas Tadulako No. 4022 j 28
PG/2003 yang diperuntukkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan dan sebagai
lahan praktek bagi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
30
Visi, Misi dan Motto Dan Tujuan RSUD Undata
1. Visi rumah sakit adalah :
“Menjadi Rumah Sakit Terdepan Dan Terbaik Dalam Bidang Pelayanan,
Pendidikan Dan Penelitian Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020.”
2. Misi RSUD Undata Palu adalah:
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang profesional
b. Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang
kesehatan
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan karyawan rumah sakit
d. Meningkatkan kerja sama dengan mitra Rumah Sakit.
3. Motto rumah sakit
“MOSANGU MOSIPAKABELO” yang artinya bersatu untuk saling
memperbaiki dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan.
4. Tujuan
a. Perbaikan mutu pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
b. Perbaikan manajemen dan kapasitas sumber daya manusia
c. Pengendalian Biaya dan optimalisasi
E. Indikator Pengelolaan Obat
Indikator merupakan jenis data berdasar sifat/gejala/keadaan yang dapat
diukur dan diolah secara mudah dan cepat dengan tidak memerlukan data lain dalam
pengukurannya. Indikator alat ukur kuantitatif yang dapat digunakan untuk
monitoring, evaluasi dan mengubah atau meningkatkan mutu pengelolan obat di
farmasi rumah sakit (Fakhriadi A. et al, 2011).
31
Indikator digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana tujuan atau
sasaran telah berhasil dicapai. Hasil pengujian tersebut dapat digunakan oleh
penentu kebijakan untuk meninjau kembali strategi atau sasaran yang lebih tepat.
Menetapkan beberapa indikator efisiensi pengelolaan obat pada tahap selection,
procurement, distribution dan use. Beberapa macam indicator yang dipilih seperti
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Indikator Pengelolaan Obat di Rumah sakit
Tahapan Indikator Tujuan Cara menghitung Nilai
Pembanding
Seleksi 1. Kesesuaian item
obat yang tersedia
diFormularium
Nasional.(∗∗∗∗)
Untuk mengetahui
jumlah obat obat
FORNAS yang
tersedia
X : Jumlah item obat
dalam FORNAS/FRS
Y: Jumlah item obat
yang tersedia Z: (X/Y) x 100%
100 %
Kesesuaian item
obat yang tersedia
di formularimu
rumah sakit
Untuk mengetahui
jumlah obat
formularium RS
yang tersedia
X; Jumlah item obat
dalam formularium RS
Y: Jumlah item obat
yang tersedia
Z: (X/Y) x 100%
80%
Pengadaan 1. Persentase alokasi
Dana pengadaan
obat yang
tersedia.(∗)
Untuk mengetahui
seberapa jauh
persediaan dana
RS memberikan
dana kepada IFRS
Hitung
X:Total dana
pengadaan obat
Y: Total anggaran RS
Z: (X/Y) x 100%
30-40%
2. Persentase modal
dana yang tersedia
dengan keseluruhan dana
yang dibutuhkan. (∗)
Untuk mengetahui
sejauh mana
persediaan dana rumah sakit
memberikan dana
kepada farmasi
Hitung :
X : Dana yang tersedia
Y: Kebutuhan dana yang sesungguhnya.
Z= X/Y x 100%
100%
3. Frekuensi kurang
lengkapnya
SP/Faktur.(∗∗∗)
Untuk mengetahui
berapa kali terjadi
kesalahan faktur
Ambil SP selama 3
bulan kemudian
cocokkan dengan nota
pengiriman fakturnya.
1-9 kali
4. Frekuensi
pengadaan tiap
item obat
pertahun.(∗∗∗)
Untuk mengetahui
berapa kali obat –
obat tersebut
dipesan dalam setahun
Ambil 10% secara acak
sampel kartu stok obat
diamati berapa kali
obat dipesan tiap tahun
Rendah <
12 x/tahun
Sedang 12-
24x/tahun Tinggi
>24x/tahun
dibandingka
n EOQ
5. Frekuensi
tertundanya
pembayaran oleh
rumah sakit
Untuk mengetahui
kualitas
pembayaran oleh
rumah sakit
Ambil daftar hutang
cocokkan daftar
pembayarannya
0-25 kali
32
Tahapan Indikator Tujuan Cara menghitung Nilai
Pembanding
terhadap waktu
yang
disepakati.(∗∗∗)
6. Persentase
kesesuaian antara perencanaan obat
dengan kenyataan
masing-masing
obat.(∗∗∗)
Untuk mengetahui
ketepatan perencanaan
X: jumlah item obat
dalam perencanaan Y:jumlah item obat
dalam kenyataan pakai
Z: (X/Y)/ x100%
100-120%
Distribusi 1. Ketepatan data
jumlah obat pada
kartu stok.(∗∗∗)
Untuk mengetahui
ketelitian petugas
gudang
Amati kartu stock obat
cocokkan dengan
barang yang ada.hitung
item obat yang sesuai
dengan kartu stock.(X).
Jumlah kartu stock
yang diambil (Y).
Hitung : Z= X/Y x 100%
100%
2. Turn Over Ratio
(TOR).(∗∗∗)
Untuk mengetahui
perputaran modal
dalam satu tahun
persediaan
Omset 1 tahun dalam
HPP= x,rata-rata nilai
persediaan obat =y
TOR= X/Y kali
10-23kali
3. Persentase dan
nilai obat yang
kadaluarsa dan
atau rusak.(∗∗∗)
Untuk mengetahui
besarnya kerugian
Rumah Sakit
Dari catatan obat yang
kadaluarsa dalam 1
tahun hitung nilainya =
X, Nilai Stok Opname
= Y,
Kadaluarsa= X/Y x
100%
≤ 0,2%
4. Persentase stok
mati.(∗)
Untuk mengetahui item obat selama 3
bulan tidak
terpakai
Hitung jumlah item obat selama 3 bulan
tidak terpakai (X) dan
jumlah item obat yang
ada stoknya
0%
5. Tingkat
ketersediaan
obat.(∗)
Untuk mengetahui
kisaran kecukupan
obat
Hitung
X=Stok Obat setahun
Y= Rata-rata
pemakaian obat
sebulan
Z= X/Y
12-18 bulan
Penggunaan 1. Jumlah item obat
perlembar
resep.(∗∗)
Untuk mengukur
derajat Polifarmasi
Ambil 10% sampel
Hitung jumlah total
item obat yang ditulis pada resep =X, dan
jumlah lembar resep
rata-rata=Y. Z=X/Y
1,8-2,2
Indonesia
3,3
33
Tahapan Indikator Tujuan Cara menghitung Nilai
Pembanding
2. Persentase
peresepan dengan
nama generik.(**)
Untuk mengukur
peresepan obat
generik.
Dari laporan penulisan
resep generik,hitung
jumlah item obat
dengan nama
generik(X)dan jumlah
item obat yang diresepkan(Y).
Persentase
Z= X/Y x 100%
82-94%
Indonesia
59%
3. Persentase
peresapan obat
antibiotik.(**)
Untuk mengukur
penggunaan
antibiotika.
Hitung total item
antibiotik yang di
resepkan (X) dibagi
dengan jumlah total
item obat yang
diresepkan (Y) dikali
100%. Z= X/Y x 100%
22,7-63%
Indonesia
43%
4. Persentase
peresepan obat injeksi.(**)
Untuk mengukur
penggunaan injeksi
Hitung total item
injeksi yang di resepkan (X) dibagi
dengan jumlah total
item obat yang
diresepkan (Y) dikali
100%. Z= X/Y x 100%
0,2-48%
Indonesia 17%
5. Persentase obat
yang dapat
diserahkan.(***)
Untuk mengukur
jumlah item obat
yang diserahkan
Hitung total item obat
yang di resepkan (X)
dibagi dengan jumlah
total item obat yang
diserahkan (Y) dikali
100%. Z= X/Y x 100%
76-100%
6. Persentase obat
yang dilabeli
dengan lengkap. (***)
Untuk mengetahui
penguasaan
pengawasan tentang informasi
pokok yang harus
ditulis pada etiket.
Hitung jumlah item
obat dengan etiket
yang berisi nama pasien dan aturan
pakai (X) dan jumlah
item obat yang
diberikan kepada
pasien(Y) Persentase
Z= X/Y x 100
100%
7. Rata-rata waktu
yang digunakan
untuk melayani
resep.(*)
Mengetahui
tingkat kecepatan
pelayanan farmasi
dirumah sakit
Catat waktu resep
masuk ke apotek (X)
Catat waktu selesai
diterima pasien (Y)
Persentase Z=Y-
X/jumlah resep yang masuk
≤60 menit
racikan
≤30 menit
non racikan
Keterangan
∗ : Indikator Depkes (2008)
∗∗ : Indikator WHO (1993)
∗∗∗ : Indikator Pudjaningsih (1996)
∗∗∗∗ : Indikator Permenkes 2016
34
F. Landasan Teori
Obat sebagai salah satu unsur penting dalam upaya kesehatan mulai dari
pencegahan, diagnosis, pengobatan dan pemulihan harus diusahakan agar selalu
tersedia saat dibutuhkan. Selain itu obat sebagai suatu produk industri farmasi
tidak lepas dari aspek ekonomo dan teknologi. Obat juga merupakan komponen
biaya kesehatan terbesar (30%) yang relatif mudah diintervensi. Ketersediaan obat
yang memadai dan pentingnya pengelolaan anggaran yang relavan sesuai
kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas pemerintah. Dengan demikian
akses masyarakat terhadap obat yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
yang berkualitas diharapkan dapat menningkat (Handayani, 2007).
Pelayanan kefarmasian bertanggung jawab terhadap pasien dan berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan
pasien. Pelayanan kefarmasian didukung dengan adanya instalasi farmasi.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan unit di rumah sakit yang
bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan obat yang aman dan efektif di
rumah sakit (Permenkes, 2014).
Pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dapat
dilakukan pada tahap pengelolaan obat pada tahap seleksi, perencanaan dan
pengadaan, distribusi dan pengunaan dengan menggunakan pedoman standar
menurut WHO (1993), Depkes (2008), Pudjaningsih (1996) dan Permenkes (2016)
agar pelayanan obat dirumah sakit dapat terpenuhi. Pelaksanaa empat fungsi tersebut
dan elemen pendukungnya didasarkan pada kebijakan atau undang-undang yang
berlaku. Ketersediaan adalah tingkat persediaan obat yang dapat dipergunakan untuk
35
melakukan pelayanan pengobatan di uni pelayanan kesehatan. Tujuan utama
pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam
jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat
yang membutuhkan (Quick et al, 2012). Pengendalian persediaan obat sangat
penting dalam menunjang sistem pengelolaan obat dimana tanpa pengendalian
persediaan yang baik, maka ketersediaan obat dalam pelaksanaannya akan terhambat
(Fakhriadi A, et al 2011)
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit dijelaskan bahwa penyelenggara Rumah Sakit bertujuan :
1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan dirumah sakit
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, Sumber Daya
Manusia dan rumah sakit.
Sejalan dengan tujuan penyelenggaraan rumah sakit maka peningkatan mutu
pelayanan tidak lepas dari pengelolaan obat yang efektif dan efisien. Mengacu pada
indikator tahap pengelolaan obat pada tahap seleksi, perencanaan dan pengadaan,
distribusi dan penggunaan dengan menggunakan pedoman standar menurut WHO
(1993), Depkes (2008) dan Pudjaningsih (1996), Permenkes (2016) yang akan
diterapkan, maka dapat dianalisis pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu Sulawesi Tengah.
36
G. Kerangka Konseptual
Pengelolaan obat di instalasi Farmasi rumah sakit
Gambar 2. Kerangka Konsep
Managemen Pendukung:
1. Organisasi
2. Keuangan
3. Sistem Informasi Managemen
4. Sumber Daya Manusia
Seleksi
Distribusi
Pengadaan Penggunaan
Diukur Dengan Indikator
Seleksi Pengadaan Distribusi Penggunaan
Kesesuaian item
obat yang
tersedia di
Formularium
Nasional/ Rumah
sakit
1. Persentase alokasi Dana pengadaan obat yang tersedia.
2. Persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan .
3. Frekuensi kurang lengkapnya Surat Pesanan /Faktur
4. Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun
5. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati
6. Persentase kesesuain antara perencanaan obat dengan masing –masing obat
1. Ketepatan data jumlah obat pada kartu stok
2. Turn Over Ratio (TOR
3. Persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak
4. Persentase stok mati
5. Tingkat ketersediaan obat
1. Jumlah item obat perlembar resep.
2. Persentase peresepan dengan nama generik.
3. Persentase peresapan obat antibiotik
4. Persentase peresepan obat injeksi.
5. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
6. Persentase obat yang dapat diserahkan
7. Persentase obat yang dilabeli dengan lengkap
Analisis
Rekomendasi Peningkatan Pengelolaan Obat
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara
pengambilan data retrospektif dan concurrent untuk mengevaluasi sistem
pengelolaan obat di RSUD Undata Palu Sulawesi tengah tahun 2017. Data yang
diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara
pada saat wawancara, pengamatan dan observasi langsung pada saat penelitian
berlangsung yaitu observasi rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani
resep, ketepatan data jumlah obat pada kartu stok dan resep melalui Sistem
Informasi Manajemen Farmasi (SIM Farmasi). Data retrospektif merupakan data
sekunder yang diperoleh dengan penelusuran terhadap dokumen pada tahun
sebelumnya berupa laporan keuangan, laporan pembelian, surat pesanan, dan
faktur pengiriman obat.
Pengambilan data retrospektif dilakukan pada indikator kesesuaian obat
terhadap Formularium Nasional/Rumah Sakit, persentase alokasi dana obat yang
tersedia, persentase modal dana yag tersedia dengan keseluruhan dana yang
dibutuhkan, frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan, frekuensi pengadaan tiap
item obat pertahun, frekuensi tertundanya pembayaran tagihan obat, persentase
jumlah item obat yang diadakan, Turn Over Ratio, persentase dan nilai obat rusak,
persentase stok mati, tingkat ketersediaan obat, jumlah item obat perlembar resep,
persentase obat dengan nama generik, dan persentase peresepan sesuai standar
38
rumah sakit, peresepan antibiotika dan injeksi sedangkan pengambilan data
concurrent dilakukan pada indikator ketepatan data jumlah obat pada kartu stok,
kecepatan waktu pelayanan resep, persentase obat yang dapat resep yang dapat
diserahkan dan wawancara.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh
karateristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2013).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Seluruh dokumen obat yang ada di IFRSUD Undata Palu.
b. Seluruh staf manajemen rumah sakit dan seluruh tenaga kefarmasian atau
staf di Instalasi Farmasi dan tim pengadaan obat pada RSUD Undata.
c. Seluruh lembar resep pasien rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih sehingga
diharapkan dapat mewakili populasinya. Sampling adalah suatu cara yang
ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan obyek penelitian (Sugiyono, 2013). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
39
a. Pengambilan sejumlah sediaan obat sampel 10% masing-masing cluster obat
(tablet, sirup, injeksi, infus, suspensi, obat tetes, salep, suppositoria)
(Somantri AP, 2013).
b. Pengambilan staf manajemen rumah sakit (Direktur rumah sakit, Kabag
Keuangan, Kepala IFRS, Kepala gudang, penanggung jawab rawat inap dan
rawat jalan di RSUD Undata Palu.
c. Pengambilan sampel dengan cara acak stratifikasi (Stratified Random
Sampling) resep pasien rawat inap/rawat jalan. Penentuan jumlah sampel
didasarkan pada tabel Issac dan Michael dengan populasi sebanyak 10.000
pasien rata-rata per bulan didapatkan jumlah sampel 336 dengan tingkat
kesalahan 5%.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan variabel tunggal yaitu pengelolaan obat di
IFRSUD Undata Palu meliputi : seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi
dan penggunaan.
D. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah semua unsur yang dianggap memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang aspek-aspek yang terkait dengan tujuan
penelitian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2018 terdiri dari Direktur Rumah Sakit, kepala Instalasi
Farmasi, Kepala Gudang Farmasi, Kepala bagian penyusun anggaran, petugas
40
distribusi rawat inap, rawat jalan dan seluruh staf Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Undata Palu.
E. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
a. Daftar cek (Check List)
Hasil pengamatan langsung pada data primer dan terhadap data sekunder
yang diambil dari dokumen dicatat dalam daftar cek atau mencatat
langsung pada buku tulis
b. Pedoman wawancara
Berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan data
primer dengan mewawancarai pihak yang terkait dengan pengelolaan
obat.
2. Bahan penelitian yang digunakan berupa dokumen yang berhubungan
dengan pengelolaan obat pada tahap seleksi, pengadaan, distribusi dan
penggunaan meliputi laporan persediaan obat, laporan keuangan, faktur,
kartu stok, buku formularium rumah sakit dan formularium nasional, laporan
penggunaan obat generik/obat fornas dan formularium rumah sakit, laporan
perencanaan dan pemakaian obat tahunan, buku pembelian, laporan obat
rusak/kadaluarsa, surat pesanan, daftar rekanan.
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Mei-Juni tahun 2018.
41
G. Definisi Operasional
1. Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Undata
adalah kegiatan yang menyangkut proses seleksi, pengadaan, distribusi dan
penggunaan serta sistem pendukung yang terkait.
2. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Seleksi adalah proses kegiatan pemilihan obat yang terdapat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Undata dan daftar obat yang diserahkan
dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF).
4. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional (FORNAS)
dan Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah ketepatan setiap item obat yang
diresepkan sudah sesuai dengan daftar obat esensial nasional yang tersedia.
5. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber
data untuk tiap indikator.
6. Formularium Nasional (FORNAS) 2016 disusun agar daftar obat didalamnya
wajib tersedia difasilitas layanan kesehatan guna mendukung pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional. Formularium nasional akan berubah seiring
berjalannya waktu, menyesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan
kebutuhan dunia kesehatan nasional.
7. Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah suatu daftar obat yang dipilih atas
dasar kesepakatan bersama baik obat generik maupun obat paten beserta
peraturannnya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di
suatu rumah sakit dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat yang sah
dan kebutuhan pasien dirumah sakit.
42
8. Formularium Rumah Sakit (FRS) harus tersedia untuk semua penulis resep,
pemberi obat, dan penyedia obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap
Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
9. Indikator digunakan untuk mengukur sampai berapa jauh tujuan dan sasaran
telah berhasil dicapai. Pada penelitian ini indikator yang digunakan mengacu
pada Depkes RI (2008) Pedoman Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
Pudjaningsih (1996) tentang pengembangan indikator efisiensi pengelolaan
obat di Farmasi rumah sakit dan WHO (1993) tentang How To investigate
drug use in health facilities, selected drug use indicator dan Permenkes
(2016).
10. Perencanaan obat adalah proses penentuan jumlah, jenis dan harga obat sesuai
dengan kebutuhan dan anggaran bersumber dari alokasi dana.
11. Pengadaan obat adalah proses pengadaan obat sesuai dengan perencanaan
yang akan menjamin ketersediaan obat dalam jumlah yang benar dan harga
yang pantas serta kualitas obat yang terjamin.
12. Persentase modal/dana yang dibutuhkan adalah perbandingan kesesuaian dana
yang tersedia dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya dari rumah sakit.
13. Alokasi dana pengadaan obat adalah besarnya dana pengadaan obat yang
disediakan atau dialokasikan oleh rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan
obat dalam pelayanan kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Undata
Palu.
14. Stok mati adalah persediaan obat yang selama 3 bulan berturut-turut tidak
terpakai.
43
15. Inventory Turn Over Ratio adalah jumlah perputaran nilai persediaan obat
dalam satu tahun anggaran
16. Obat kadaluarsa adalah obat yang sudah tidak dapat digunakan lagi karena
menunjukkan batas akhir obat yang memenuhi syarat baku. Waktu kadaluarsa
ditunjukkan pada etiket dalam bulan dan tahun. Jika terdapat obat kadaluarsa
maka harus dimusnahkan dan nilainya adalah kerugian rumah sakit.
17. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun electronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
18. Kesesuaian perencanaan adalah ketepatan item obat yang direncanakan
dengan kenyataan pemakaian obat di Instalasi Farmasi.
19. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang
telah ditetapkan adalah frekuensi pembayaran yang melebihi batas waktu
kepakatan pembayaran yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
20. Jumlah item obat tiap lembar resep adalah jumlah obat yang ditulis oleh
dokter dalam tiap lembar resepnya.
21. Persentase resep dengan obat generik adalah persentase perbandingan jumlah
obat pada setiap lembar resep yang diresepkan dengan jumlah obat generik
yang diresepkan oleh dokter.
22. Persentase resep injeksi adalah persentase perbandingan jumlah resep injeksi
pada setiap lembar resep dari resep rawat inap yang diresepkan diresepkan
oleh dokter.
44
23. Persentase obat yang dilabeli dengan benar adalah perhitungan jumlah
label/etiket berisi minimal nama pasien dan aturan minum/pakai obat yang
diserahkan di Instalasi Farmasi.
24. Penggunaan obat adalah serangkaian kegiatan dari penerimaan resep, mencari,
mengumpulkan, mengemas serta menyerahkan obat kepada pasien.
25. Rata-rata waktu pelayanan resep adalah waktu pelayanan terhadap resep
dimulai dari resep masuk hingga obat sampai ketangan pasien.
H. Jalannya Penelitian
Tahap pada penelitian ini dibagi dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan dan pengelolaan data.
1. Tahap Persiapan
Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap persiapan meliputi
a. Studi pustaka dan literatur
b. Konsultasi dengan dosen pembimbing
c. Penyusunan proposal
d. Ujian proposal
e. Pengajuan izin penelitian dengan mengajukan proposal penelitian kepada
Direktur RSUD Undata Palu.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data yang
menjadi objek penelitian yaitu mengenai pengelolaan obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Undata Palu yaitu ;
45
a. Seleksi
Kesesuaian item obat yang tersedia di FORNAS/FRS bertujuan
Untuk mengetahui tingkat kepatuhan/penggunaan terhadap obat dalam
formularium nasional/formularium rumah sakit (Saputera, 2016). Data
dikumpulkan secara retrospektif dari penelusuran data laporan nama
obat/stok obat tahun 2017. Perhitungan dengan cara mencatat jumlah item
obat yang termasuk dalam FORNAS/FRM (X) dibandingkan dengan item
obat yang tersedia (Y) dikali 100% atau x 100%.
b. Pengadaan
1) Persentase alokasi dana pengadaan obat yang tersedia.
Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana persediaan dana yang
diberikan farmasi dibanding seluruh anggaran rumah sakit. Data
dikumpulkan secara retrospektif dari penelusuran data berupa laporan
anggaran rumah sakit tahun 2017. Perhitungan dengan cara mencatat
besarnya anggaran obat (X) dibandingkan dengan total anggaran rumah
sakit (Y) dikali 100% atau
x 100%.
2) Persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang
dibutuhkan.
Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana persediaan dana
rumah sakit yang diberikan kepada farmasi di bandingkan dengan
keseluruhan dana yang dibutuhkan. Data dikumpulkan secara
retrospektif dari penelusuran data berupa laporan anggaran rumah sakit
46
tahun 2017. Perhitungan dengan cara mencatat besarnya anggaran obat
(X) dibandingkan dengan total anggaran yang dibutuhkan farmasi (Y)
dikali 100% atau
x100%.
3) Frekuensi kurang lengkapnya Surat Pesanan /Faktur.
Tujuannya untuk mengetahui berapa kali terjadi kesalahan faktur.
Data dikumpulkan secara retrospektif dengan cara melihat surat pesanan
dengan faktur pembelian tahun 2017. Perhitungan dengan cara mencatat
faktur yang salah (X) dengan jumlah faktur yang diterima (Y) dikali
100% atau
x 100%.
4) Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang
disepakati.
Tujuannya untuk mengetahui kualitas pembayaran oleh rumah
sakit. Data dikumpulkan secara retrospektif dengan mengambil secara
acak dari seluruh rekanan yang melakukan transaksi pada periode tahun
2017. Perhitungan dengan cara menghitung selisih tanggal jatuh tempo
faktur (Y) dengan tanggal pelunasan faktur (Y) dibandingkan dengan
tanggal waktu jatuh tempofaktur (X) dikali 100% atau (Y-X)/X x 100%.
5) Persentase kesesuain antara perencanaan obat dengan masing –masing
obat.
Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh ketepatan perkiraan
dalam perencanaan. Data dikumpulkan secara retrospektif dari
penelusuran data perencanaan dengan pembelian rumah sakit tahun
2017. Perhitungan dengan cara menghitung jumlah obat sesuai
47
perencanaan tahunan (X) dibandingkan dengan jumlah total pemakaian
obat dalam setahun (Y) dikali 100% atau
x 100%.
6) Persentase kesesuaian antara perencanaan obat dengan masing-masing
obat
Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh ketepatan perkiraan
dalam perencanaan. Data yang dikumpulkan secara retrospektif dari data
perencanaan tahunan dan data pembelian periode tahun 2017.
Pengumpulan data secara cluster. Perhitungan dengan cara menghitung
jumlah obat sesuai perencanaan tahunan (X) dibandingkan dengan
jumlah total pemakaian obat dalam setahun (Y) dikali 100%.
c. Distribusi
1) Ketepatan data jumlah obat pada kartu stok
Tujuannya untuk mengetahui ketelitian petugas gudang. Data
dikumpulkan secara prospektif dengan cara mengambil sampel kartu
stok. Amati kartu stok obat cocokkan dengan barang yang ada. Hitung
item obat yang sesuai kartu stok (X) dan hitung jumlah kartu stock yang
diambil (Y) dikali 100% atau
x 100%.
2) Turn Over Ratio (TOR)
Tujuannya untuk mengetahui perputaran modal dalam satu tahun
persediaan. Data dikumpulkan secara retrospektif dari penelusuran data
yaitu nilai omzet 1 tahun dalam HPP (harga pokok penjualan) (X), dan
rata-rata nilai persediaan obat (Y) dikali 100% atau
x 100%.
3) Persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak.
48
Tujuannya untuk mengetahui besarnya kerugian rumah sakit.
Data dikumpulkan secara retrospektif dari penelusuran data yaitu nilai
obat rusak/kadaluarsa rumah sakit tahun 2017 dalam rupiah. Perhitungan
dengan cara mengkalkulasi nilai obat yang rusak/kadaluarsa (X) dan
dibandingkan dengan nilai harga obat dari stok opname akhir tahun
dalam rupiah (Y) dikali 100% atau
x 100%.
4) Persentase stok mati.
Tujuannya untuk mengetahui item obat 3 bulan tidak terpakai.
Data dikumpulkan secara retropesktif dari penelusuran data obat selama
3 bulan berturut-turut pada tahun 2017 perhitungannya dengan cara
menghitung jumlah item obat selama 3 bulan berturut-turut tidak
terpakai (X) dibandingkan dengan jumlah item obat yang ada (Y) dikali
100% atau
x 100%.
5) Tingkat ketersediaan obat
Tujuannya untuk mengetahui kisaran kecukupan obat. Data
dikumpulkan secara retrospektif yaitu dengan cara melihat laporan stok
opname akhir tahun 2017 dan menghitung rata-rata pemakaian perbulan
bulan dari laporan pemakaian. Perhitungan dengan cara mencatat
pemakaian obat setahun (X), dan rata-rata pemakaian obat sebulan (Y),
Z= X/Y.
d. Penggunaan
1) Jumlah item obat perlembar resep.
Tujuannya untuk mengukur derajat polifarmasi. Data
49
dikumpulkan secara retrospektif dengan mengambil 10% sampel resep
pada tahun 2017. Hitung jumlah total item obat pada resep (X) dan
hitung jumlah lembar resep (Y) .Perhitungan (X/Y).
2) Persentase peresepan dengan nama generik.
Tujuannya untuk mengukur kecenderungan meresepkan obat
generik (Permenkes, 2010). Data dikumpulkan secara retrospektif dari
penelusuran laporan penulisan obat generik tiap bulannnya pada tahun
2017. Perhitungan dengan cara menghitung jumlah item obat dengan
nama generik (X) dan jumlah item obat yang diresepkan (Y) atau
x
100%.
3) Persentase peresepan antibiotik.
Tujuannya untuk mengukur penggunaan antibiotik. Data
diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat inap
tahun sebelumnya. Perhitungannya dengan membagi jumlah total item
antibiotik yang diresepkan (X) dengan jumlah total item obat yang
diresepkan (Y) dikali 100% atau
x 100%.
4) Persentase peresepan injeksi.
Tujuannya untuk mengetahui penggunaan injeksi. Data
diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran resep pasien rawat
inap tahun sebelumnya. Perhitungannya dengan membagi jumlah total
item injeksi yang diresepkan (X) dengan jumlah total item obat yang
diresepkan (Y) dikali 100% atau
x 100%.
5) Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke tangan
50
pasien.
Tujuannya untuk mengetahui tingkat kecepatan pelayanan
farmasi di rumah sakit. Data dikumpulkan secara concurrent pada jam
pelayanan 08.00-14.00 WIB selama satu minggu. Perhitungan dengan
cara mencatat waktu lama dari resep masuk sampai dispensing dan
dijumlahkan dari selesai dispensing, sampai obat diserahkan ketangan
pasien dipisahkan antara resep antara resep racik dan non racikan.
Hitung/catat waktu masuk resep ke apotek (X) dan hitung catat waktu
selesai diterima pasien (Y) (Y-X/Jumlah resep yang masuk).
6) Persentase obat yang dapat diserahkan.
Tujuannya untuk mengetahui cakupan pelayanan farmasi di
rumah sakit. Data diperoleh secara retrospektif dengan penelusuran
resep rawat jalan tahun sebelumnya. Cara penentuan jumlah sampel
resep yang digunakan berdasarkan panduan (WHO, 1993) untuk
penelitian penggunaan obat difasilitas kesehatan secara prospektif
dilakukan sampel minimal 30-100 sampel. Cara mengambil data untuk
survei resep dilakukan secara retrospektif selama 1 tahun yang di bagi
menjadi 3 kuartal (4 bulan) Januari-Aprril, Mei-Agustus, September-
Desember. Perhitungannya dengan membagi jumlah total item obat
yang dapat dserahkan (X) dengan jumlah total item obat yang
diresepkan (Y) dikali 100% atau
x 100%.
7) Persentase sediaan obat berlabel lengkap.
Tujuannya untuk mengukur tingkat kelengkapan informasi yang
51
ditulis pada etiket. Data diperoleh secara concurrent dengan
penelusuran resep pasien rawat jalan dan rawat inap sebanyak 30 pasien
kemudian dilakukan pengamatan selama 7 hari pada jam pelayanan
resep dengan mencatat jumlah etiket yang berisi minimal nama pasien
dan aturan minum/pakai obat dengan jumlah etiket yang diserahkan.
Perhitungannya dengan membagi jumlah total etiket yang berisi
minimal nama pasien dan aturan minum/pakai obat (X) dengan jumlah
total etiket yang diserahkan (Y) dikali 100% atau
x 100%.
3. Tahap Pengelolaan Data
a. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan analisis efisiensi
pengelolaan obat di IFRS. Analisis ini dilakukan dengan mengukur proses
seleksi, pengadaan, distribusi dan penggunaan dengan indikator efisiensi
pengelolaan obat.
b. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara orang yang
membuat kebijakan dan bertanggung jawab dilapangan, diantaranya:
Direktur RS, Kepala IFRS, Kepala sub bagian keuangan, Kepala gudang
Logistik dan petugas distribusi obat.
c. Data yang didapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dilakukan
analisis berdasarkan identifikasi temuan dan hasil disajikan dalam bentuk
tekstual berupa narasi. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi untuk memperjelas jika terjadi perubahan secara visual.
52
I. Skema Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian kegiatan secara sistematis dan terinci
dilakukan peneliti untuk mengetahui suatu hasil penelitian. Kegiatan ini dimulai
dari perencanaan untuk melakukan setiap tahap-tahap dalam penelitian. Penelitian
ini mulai dari :
Gambar 3. Skema Alur Penelitian
Studi Pustaka
Penyusunan proposal
Ujian proposal
Pengurusan izin
Tahap pelaksanaan
Data primer
(wawancara)
Data sekunder (menghitung
nilai tiap indikator)
Seleksi Pengadaan Distribusi Penggunaan
Hasil wawancara
Analisis
Diukur dengan indikator
efisiensi dan efektifitas
pengelolaan obat
Rekomendasi peningkatan
pengelolaan obat
Tahap persiapan
53
J. Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan indikator seleksi,perencanaan
dan pengadaan, distribusi, dan penggunaan adalah sebagai berikut :
1. Analisis dilakukan pada penelitian ini pada proses pengelolaan obat untuk
menilai sistem pengelolaan obat dan memperoleh informasi tentang
keberhasilan pencapaian tujuan kegiatan dan hasilnya.
2. Dihitung nilai masing-masing indikator yang diteliti sesuai dengan tahapan
yang disajikan dalam bentuk tabel.
3. Nilai yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai
standar yang ada.
4. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara disajikan secara tekstual
dalam kalimat deskriptif terutama evaluasi mengenai sistem pendukung
yang terkait.
5. Dilakukan rekomendasi dalam manajemen pengelolaan obat kepada rumah
sakit dalam melakukan peningkatan pengelolaan obat.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Instalasi farmasi bertugas dalam melaksanakan kegiatan mengelola
manajemen farmasi rumah sakit yang meliputi 4 tahapan yaitu proses seleksi,
perencanaan dan pengadaan, distribusi dan penggunaan. Rumah sakit umum
daerah Undata merupakan rumah sakit tipe B pendidikan, RSUD Undata
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), berdasarkan
keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah No 445/498/RSUD-GST/2010.
Hasil penilaian terhadap dokumen administratif RSUD Undata, Gubernur
Sulawesi Tengah mengeluarkan Keputusan No 445/31/RSUD Undata-GST/2011,
menetapkan RSUD Undata sebagai PPK-BLUD dengan status penuh.
A. Tahap Seleksi
Pengukuran persentase kesesuaian obat yang tersedia di IFRS dengan item
yang tersedia dalam Fornas 2016 dan Formularium RSUD Undata Tahun 2015.
Data yang diambil adalah data sekunder diperoleh secara retrospektif dari data
sebelumnya yaitu data tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Fornas dan FRS
Keterangan Jumlah Nilai Standar
Jumlah item yang tersedia di IFRS terhadap Fornas 494 100 % Jumlah item sesuai seleksi Komite Farmasi & Terapi 494
% kesesuaian item obat yang tersedia 100%
Jumlah item obat Formularium RS (Diluar Fornas) yang tersedia di
IFRS
20 80%
Jumlah item obat Formularium RS (diluar Fornas) seleksi KFT 85
% kesesuaian item obat yang tersedia 23,53%
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
55
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase item obat yang tersedia di
IFRSUD Undata Palu dengan Formularium nasional adalah 100%. Menurut
Kementrian Kesehatan bahwa nilai standar kesesuaian obat yang tersedia di IFRS
dengan Fornas adalah 100% sebagai pedoman penyediaan item obat untuk BPJS
di fasilitas kesehatan rumah sakit (Kemenkes, 2016). Hasil penelitian ini
menunjukkan persentase item obat berdasarkan Fornas sudah sesuai dengan
standar. Hal ini disebabkan oleh kesadaran dokter dalam menggunakan obat
sesuai fornas dan dengan adanya KFT dirumah sakit dimana sebagai sekretaris
adalah apoteker IFRSUD Undata.
Hasil penelitian ini menunjukkan persentase item obat berdasarkan Fornas
RSUD Undata Palu 100% lebih besar dibandingkan dengan penelitian kesesuaian
obat dengan Fornas II yang diteliti oleh Costa (2017) sebesar 66,85% di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah dan hasil penelitian Putri (2014)
yaitu persentase kesesuaian item obat yang tersedia di IFRSUD dr.Soebandi
sebesar 61,6% serta hasil penelitian Fitaloka (2014) sebesar 86,35% di IFRSUD
Lamaddukelleng Sengkang Sulawesi Selatan.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa persentase obat formularium
rumah sakit adalah sebesar 23,53%. Menurut peraturan menteri kesehatan nilai
standar kesesuaian obat yang tersedia di formularium rumah sakit untuk
persyaratan akreditasi adalah adalah 80% (Permenkes, 2014). Hasil penelitian ini
menunjukkan persentase item obat yang tersedia dengan formularium rumah sakit
di IFRSUD Undata Palu belum sesuai standar. Dari hasil wawancara dengan
bagian pengadaan ini disebabkan karena item obat yang sesuai formularium
56
rumah sakit adalah obat untuk pasien tunai dan formularium rumah sakit belum
diperbaharui yaitu tahun 2015, sedangkan kunjungan pasien tunai sudah
berkurang. Solusi yang diharapkan pada tahap seleksi obat disesuaikan dengan
Formularium Rumah Sakit melalui rapat Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
untuk melakukan revisi seleksi obat sesuai usulan dari masing-masing SMF Staf
Medik Fungsional (SMF).
B. Tahap Perencanaan dan Pengadaan
1. Persentase alokasi dana pengadaan obat yang tersedia.
Persentase alokasi dana pengadaan obat di IFRS Undata digunakan untuk
mengukur sejauh mana alokasi dana yang tersedia untuk proses pengadaan obat di
IFRS Undata Palu. Indikator tersebut untuk membandingkan antara yang tersedia
untuk pengadaan obat dengan dana yang dibutuhkan untuk pengadaan obat oleh
IFRS yang bertujuan untuk mengetahui berapa dana yang dibutuhkan IFRS dengan
dana yang tersedia. Data diambil secara retrospektif pada tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Persentase Alokasi Dana Pengadaan Obat 2017
Keterangan Anggaran tahun 2017 Nilai standar
Alokasi Dana Pengadaan Obat 2017 7.500.000.000 30-40%
Total Dana BLUD RS 2017 85.500.000
% Alokasi Dana Pengadaan Obat IFRS 8,77 %
Sumber : Bagian Keuangan RSUD Undata Palu 2017
Tabel 3 menunjukkan bahwa rencana anggaran yang disediakan untuk
pengadaan obat sebesar 8,77% dari total keseluruhan dana BLUD RSUD Undata
Palu di luar rencana anggaran alat kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai
persentase ini belum sesuai jika dibandingkan dengan nilai standar yang telah
57
ditetapkan WHO (1993) yang berkisar 30-40% maka ini membuktikan bahwa
kebutuhan persentase alokasi dana pengadaan obat di RSUD Undata Palu belum
memenuhi standar.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lebih tinggi di RSUD Undata Palu
yaitu sebesar 8,77% dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2015) di
RSUD Wakatobi sebesar 8,15%, serta penelitian oleh Renfan (2013) di RSUD Karel
Subsiutubun Kabupaten Maluku Tenggara hanya sebesar 6,51% dan hasil penelitian
oleh Fitaloka (2014) di RSUD Lamaddukelleng Sengkang Sulawesi Selatan sebesar
8,18%. Berdasarkan hasil wawancara pada bagian keuangan rencana usulan
anggaran yang diusulkan oleh IFRSUD Undata Palu sebenarnya semua disetujui,
tetapi dari draf anggaran yang keluar tidak sesuai karena disesuaikan dengan rencana
anggaran pemasukan rumah sakit. Solusi yang diharapkan adalah Kepala IFRS
bermohon penambahan dana pengadaan obat kepada manajemen keuangan rumah
sakit pada tahun berikutnya.
2. Persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang
dibutuhkan
Indikator yang digunakan untuk mengukur modal/dana yang tersedia dengan
modal/dana yang dibutuhkan oleh instalasi farmasi, bertujuan untuk mengetahui
berpa modal/dana yang diperlukan IFRSUD Undata bila dibandingkan dengan
jumlah dana yang sesungguhnya tersedia untuk penyediaan obat. Sumber dana
pengadaan obat di IFRSUD Undata berasal dari pengelolaan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) sedangkan dari APBD tidak dianggarkan.
Data diperoleh secara retrospektif dengan melihat dokumen bagian
58
keuangan pada tahun 2017.
Tabel 4. Persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan
tahun 2017
Keterangan Anggaran tahun 2017 Nilai standar
Total dana pengadaan obat 7.500.000.000 100%
Total keseluruhan dana yang dibutuhkan 10.457.976.632
% Alokasi Dana yang tersedia 71,71 %
Sumber : Data Sekunder Bagian Keuangan
Tabel 4 menunjukkan jumlah persentase penyediaan dana oleh rumah sakit
kepada IFRSUD Undata adalah 71,71% tidak sesuai standar (100%). Hasil ini
menunjukkan bahwa dana yang tersedia di RSUD Undata Palu nilainya lebih kecil
dari dana yang dibutuhkan untuk rencana pengadaan obat. Hal ini belum mencukupi
seluruh kebutuhan obat untuk pembelian obat yang dibutuhkan oleh instalasi farmasi
yang sesuai dengan standar 100%. Adapun hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
RSUD Majene sebesar 86,2% (Jamiat, 2014), serta penelitian Satriyani (2011)
RSUD Pundanarang Boyolali sebesar 72,63%, Pratama (2011) RS Islam Faisal
Makassar 224,64% dan RSUD Dr.Moewardi Surakarta 118,77% penelitian yang
dilakukan oleh Firman (2012).
Dari hasil wawancara dengan bagian keuangan kekurangan dana untuk
tagihan rumah sakit dianggarkan pada anggaran perubahan (triwulan) serta
kekurangan pembayaran dianggarkan dalam anggaran perubahan APBD 2017.
Kekurangan dana RSUD Undata Palu menyebabkan tertundanya beberapa
pembayaran tagihan obat sehingga menyebabkan terhambatnya ketersediaan obat
dirumah sakit. Solusi yang diharapkan yaitu Kepala IFRS bermohon untuk
memprioritaskan kenaikan dana pengadaan obat untuk menghindari terjadinya
penundaan pembayaran tagihan rumah sakit.
59
3. Frekuensi kurang lengkapnya Surat Pesanan /Faktur
Indikator frekuensi kurang lengkapnya faktur bertujuan untuk mengetahui
berapa kali terjadinya kurang lengkapnya surat pesanan pada saat pemesanan obat
selama setahun.
Tabel 5. Frekuensi kurang lengkapnya Surat Pesanan /Faktur tahun 2017
Keterangan Jumlah Faktur/ Nilai standar
Jumlah Surat pesanan (3 Bulan ) 150 1-9 kali
Jumlah Faktur yang sesuai SP 150
Jumlah kesalahan Faktur 0
Sumber : Data Primer yang telah diolah
Tabel 5 menunjukkan frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan/faktur
IFRSUD Undata Palu adalah 0. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan
petugas gudang, surat pesanan yang salah langsung diperbaiki dan faktur yang salah
langsung dikembalikan pada petugas PBF untuk diperbaiki. Jenis kesalahan surat
pesanan dan faktur yang diterima meliputi jumlah barang tidak sesuai pesanan
(kurang atau lebih) di surat pesanan/faktur yang diterima.
4. Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun
Indikator frekuensi pengadaan tiap item obat bertujuan untuk mengetahui
berapa kali obat-obatan tersebut dipesan setiap tahunnya. Data diamati dari kartu
stok obat dan buku pembelian secara retrospektif pada tahun 2017.
Tabel 6. Frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun
Uraian Frekuensi pengadaan Standar
Rata-rata frekuensi kenyataan pengadaan 3,5 x setahun
Rata-rata frekuensi kenyataan pengadaan
menurut Economic Order Quantum
(EOQ)
13,5x setahun Rendah < 12 x/tahun
Sedang 12-24x/tahun
Tinggi>24x/tahun
dibandingkan EOQ
Sumber : Data Sekunder Yang Telah Diolah
Tabel 6 menyatakan rata-rata pengadaan obat di IFRSUD Undata Palu secara
kenyataan adalah 3,5 kali atau sekitar 4 kali setahun yaitu pemesanan dengan
60
sistem e-purchasing pertiga bulan sekali dengan menggunakan e-catalog dan
perhitungan secara economic order quantum (EOQ) sebesar 13,5 kali termasuk
kategori sedang yaitu 12-24x/pertahun tetapi ini tidak digunakan untuk pemesanan
obat di IFRSUD Undata Palu yang pemesanannya melalui sistem e-purchasing
dengan menggunakan e-catalog. Pengadaan obat secara manual apabila obat yang
dibutuhkan tidak terdapat dalam e-catalogue dan pengadaan melalui e-Purchasing
kosong atau lambat pengirimannya.
Berdasarkan surat edaran nomor KF/MENKES/167/III/2014, pengadaan
obat harus dilaksanakan berdasarkan prinsip penyelenggaraan pemerintah yang
baik dan bersih, prinsip keadilan, transparansi, profesional, dan akuntabel untuk
mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang wajar baik untuk
program Jaminan Kesehatan Nasional maupun program kesehatan lainnya.
Pengadan obat dilaksanakan berdasarkan e-catalogue obat dengan metode
pembelian secara eletronik (e-Purchasing) sebagaimana yang tercamtum dalam e-
catalogue obat yang ditetapkan oleh Kepala LKPP atau pengadaan secara
manual apabila obat yang dibutuhkan tidak terdapat dalam e-catalogue.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi kenyataan
pengadaan IFRSUD Undata Palu secara kenyataan adalah 3,5 atau 4 kali setahun,
jika dibandingkan dengan penelitian oleh Renfan (2013) di IFRSUD Karel
Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara menyatakan bahwa rata-rata frekuensi
pengadaan obat secara kenyataan adalah 1 kali dalam setahun jika dibandingkan
dengan metode EOQ (Economic Order Quality) serta penelitian Mompewa (2015)
di IFRSUD Poso menyatakan bahwa rata-rata frekuensi kenyataan pengadaan
61
adalah 2 kali setahun.
5. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu
yang disepakati
Persenstase tertundanya waktu pembayaran oleh rumah sakit dihitung
dengan mencocokkan antara tanggal jatuh tempo pembayaran dengan tanggal
pembayaran oleh rumah sakit. Kuantitas tepat waktu pembayaran memperlihatkan
kualitas pembayaran oleh rumah sakit. Data diamati dari jatuh tempo pembayaran
faktur dan tanggal pembayaran oleh rumah sakit diambil retrospektif pada tahun
2017.
Tabel 7. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati
Uraian Frekuensi Standar
Jumlah faktur yang diamati jatuh tempo pembayaran oleh RS 190 0-25 kali Total faktur yang diamati waktu pembayaran tagihan oleh RS yang
tertunda
190 x
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
Tabel 7 menunjukkan rata-rata frekuensi tertundanya pembayaran oleh
rumah sakit adalah sebesar 190x atau semua faktur yang diamati pembayarannya
melebihi dari waktu yang disepakati yang artinya melebihi dari standar adalah 0-25
kali. Berdasarkan wawancara pada bagian keuangan lamanya waktu pembayaran
disebabkan oleh lamanya pembayaran klaim dana BPJS karena pembayaran
keuangan oleh rumah sakit menggunakan dana BLUD yaitu dari pemasukan
pembayaran klaim BPJS dan pembayaran tunai. Lamanya pembayaran oleh rumah
sakit Undata lebih lama dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwan
(2014) di IFRSUD Prof.W.Z. Johanes Kupang menyatakan bahwa waktu
pembayaran oleh rumah sakit dengan pihak rekanan adalah 14 hari kerja, lamanya
waktu pembayaran oleh rumah sakit kadang melebihi waktu yang disepakati dengan
62
pihak rekanan yaitu 30 hari.
6. Persentase kesesuaian antara perencanaan obat dengan masing-masing
obat
Indikator kesessuaian perencanaan dengan kenyataan pakai untuk masing-
masing item obat bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ketepatan pemilihan
obat dalam pengadaan. Data diambil secara retrospektif pada tahun 2017.
Persentase kesesuaian perencanaan dengan kenyataan pakai untuk masing-masing
item obat dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Persentase kesesuain antara perencanaan obat dengan masing –masing obat
Keterangan Jumlah Nilai standar
Total item obat dalam perencanaan tahun 2017 315 100-120%
Total item obat yang ada dalam kenyataan pakai tahun 2017 514
% kesesuaian perencanaan dengan kenyataan pakai item obat 161%
Tabel 8 menunjukkan persentase kesesuaian perencanaan dengan
kenyataan pakai item obat di IFRSUD Undata Palu adalah sebesar 161%. Hal ini
terlihat bahwa pemakaian item obat melebihi standar yaitu 100-120%
(Pujaningsih, 1996) sehingga masih dikatakan belum efisien. Faktor yang
mempengaruhi perencanaan dengan kenyataan pakai lebih besar dari yang
direncanakan yaitu penambahan item-item obat diluar item obat yang telah
direncanakan, belum maksimalnya penerapan sistem rencana kebutuhan obat
(RKO) berbasis teknologi sistem informasi manajemen yang tidak bisa menambah
dan mengurangi item obat yang terdapat pada blangko RKO. Beberapa obat
diluar Fornas tetapi masuk formularium rumah sakit yang tidak termasuk dalam
perencanaan serta bertambahnya beberapa dokter ahli yang menggunakan obat
diluar perencanaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase kesesuaian
63
perencanaan dengan kenyataan pakai untuk masing-masing item obat sebesar
146% belum sesuai standar (100-120%), jika dibandingkan dengan penelitian
oleh Mompewa (2015) sebesar 96,28% di Instalasi Farmasi RSUD Poso Sulawesi
Tengah dan hasil penelitian Costa (2017) sebesar 149,58% di IFRSUD Ungaran
Kabupaten Semarang tahun 2016 serta penelitian Putri (2014) yaitu sebesar
sebesar 84,2% di IFRSUD dr Soebandi Jember.
C. Tahap Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap/rawat jalan untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang
atas dasar kemudahan dijangkau oleh pasien untuk mempertimbangkan efiensiensi
dan efektifitas sumber daya.
Distribusi adalah suatu proses yang dimulai dari permintaan,
penggendalian stok, pengelolaan penyimpanan, penyaluran ke depo. Metode
penyimpanan dilakukan secara alfabetis, jenis/sediaan,suhu/kestabilan, sedangkan
untuk menjaga mutu obat dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO)
dimana barang yang pertama diterima/masuk pertama keluar/digunakan dan
system First Expired First Out (FEFO) dimana barang yang memiliki batas
kadaluarsa lebih awal/pendek harus digunakan terlebih dahulu kemudian dicatat
pada kartu stok. Stok opname dilakukan setiap 3 bulan dan setiap akhir tahun
untuk mengetahui sisa stok akhir tahun, selanjutnya akan digunakan sebagai dasar
perencanaan kebutuhan tahun berikutnya. Hasil pengamatan yang dilakukan
dengan indikator pada tahap distribusi sebagai berikut :
64
1. Ketepatan data jumlah obat pada kartu stok
Indikator kecocokan antara fisik obat dengan kartu stok otomatis
dimaksudkan untuk mengetahui ketelitian petugas gudang. Dari hasil pengamatan
tiap item obat dilengkapi dengan kartu stok otomatis pada sistem informasi
management (SIM) yang berisi tanggal, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar,
sisa stok, kadaluarsa, nomor ID, keterangan. Data diambil pada saat penelitian pada
bulan Mei 2018.
Tabel 9. Ketepatan data jumlah obat pada kartu stok otomatis
Uraian Jumlah Standar
Jumlah obat sesuai kartu stok 100 100%
Jumlah kartu stok yang diambil 100
% kecocokan antara obat dengan kartu stok 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa 100% item obat sudah
sesuai antara jumlah fisik obat dengan kartu stok. Menurut WHO (1993) bahwa
kecocokan antara stok gudang dengan kondisi fisik obat adalah 100% di IFRSUD
Undata Palu dapat dikatakan bahwa administrasi digudang sudah dilaksanakan
secara optimal dan efisien serta sudah menggunakan Sistem Informasi Manajemen
(SIM) sehingga petugas gudang dapat mencocokkan antara stok dan fisik obat
melalui sistem.
Menurut hasil penelitian Putri (2015) menunjukkan bahwa persentase
kecocokan antara obat dengan kartu stok obat di IFRSD dr Soebandi Jember yang
sesuai dengan Fornas II belum sesuai standar sebesar 98% dibawah standar
Pudjaningsih (1996) 100% dan penelitian Mompewa (2015) menunjukkan bahwa
persentase kecocokan antara obat dengan kartu stok obat di IFRSUD Poso
sebesar 95,89% belum efisien. Hal ini menunjukkan pengelolaan obat pada
65
indikator fisik obat dengan kartu stok di IFRSUD Undata palu sudah standar.
2. Turn over Ratio (TOR)
Indikator dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali perputaran modal
dalam 1 tahun. ITOR (Inventory Turn Over Ratio) merupakan perbandingan antara
HPP (harga Pokok Penjualan) dalam setahun dengan nilai persediaan rata-rata.
Semakin tinggi ITOR maka semakin efisien pengelolaan obat. ITOR rendah
menunjukkan terjadi penumpukkan obat digudang. Data diambil secara retrospektif
pada tahun 2018.
Tabel 10. Turn over Ratio (TOR)
Stok awal Kebutuhan
dana 1 tahun Stok Akhir
HPP (Harga
Pokok Penjualan
Nilai Rata-rata
persediaan
TOR
(kali)
A B C D=A+B-C E=A+C/2 F=D/E
856.280.328 9.911.058.084 1.259.834.333 9.507.504.079 1.058.057.330 8,9
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai ITOR IFRSUD Undata Palu adalah 8,9
kali/pertahun masih rendah, tapi hampir mendekati standar dengan indikator yang
yaitu 10-23 kali, hal ini dapat diartikan bahwa secara ekonomi jumlah nilai
persediaan belum efisien sehingga keuntungan menjadi kecil. Salah satu solusinya
adalah memperbaiki sistem perputaran sejak dari perencanaan/pengadaan,
memperbanyak obat fast moving/mengurangi obat slow moving.
Hasil penelitian nilai ITOR IFRSUD Undata Palu adalah 8,9 kali/pertahun
masih rendah dibandingkan dengan penelitian Putri (2015) menunjukkan ITOR
sebanyak 14 kali/petahun, ini sesuai standar Pudjaningsih (1996). Nilai ITOR 14
(tinggi) menunjukkan bahwa RSUD dr.Soebandi Jember mempunyai
pengendalian persediaan yang baik dan secara ekonomi persediaannya sudah
efisien sehingga bisa memperoleh keuntungan yang tinggi.
66
3. Persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak
Indikator persentase nilai obat kadaluarsa dan rusak bertujuan untuk melihat
besarnya kerugian rumah sakit yang disebabkan oleh adanya obat kadaluarsa dan
rusak. Data diambil secara retrospektif dari laporan obat kadaluarsa dan rusak pada
tahun 2017.
Tabel 11. Persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak
Uraian Jumlah Standar
Nilai Obat Kadaluarsa 33.162.121 0%-0,25
Nilai stok opname akhir tahun 2017 1.259.834.333
% nilai obat kadaluarsa 2,6%
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase nilai obat kadaluarsa dan rusak
sebesar 2,6% dimana nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai standar ≤ 0,2%. Dari
hasil wawancara dengan bagian pengadaan dan kepala gudang hal ini disebabkan
karena pada tahun sebelumnya ada akreditasi rumah sakit dimana IFRSUD
Undata Palu belum sesuai standar akreditasi untuk pelayanan obat kemoterapi
sehingga menyebabkan beberapa pelayanan pemakaian obat kemoterapi
dihentikan sehingga menyebabkan beberapa obat kemoterapi rusak/kadaluarsa.
Solusi yang diusulkan untuk mencegah adanya obat kadaluarsa yaitu koordinasi
dengan dokter untuk menyampaikan ada beberapa obat yang mendekati
kadaluarsa dan mengembalikan obat hampir kadaluarsa 3 bulan sebelum
kadaluarsa ke distributor.
4. Persentase stok mati
Indikator persentase obat mati bertujuan untum mengetahui item obat selama
3 bulan berturut-turut tidak digunakan. Nilai persentase stok mati diperoleh dengan
cara jumlah item obat yang tidak digunakan selama 3 bulan dibagi dengan jumlah
67
stok opname akhir tahun yang tersedia. Data dikumpulkan secara retrospective dari
penelusuran data tahun 2017. Persentase stok mati dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Persentase stok mati
Uraian Jumlah Standar
Jumlah item obat stok mati 22 0%
Total item obat tahun 2017 514
% item stok mati 4,3%
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa stok mati sebesar 4,3%. Hasil
yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai standar yaitu 0%. Dari
hasil wawancara dengan petugas gudang hal ini disebabkan karena adanya
akreditasi rumah sakit pada tahun 2016, dimana IFRSUD Undata Palu belum
memenuhi syarat untuk pelayanan kemoterapi sehingga menyebabkan beberapa
obat kemoterapi mengalami stok mati. Berdasarkan hasil penelitian di IFRSUD
Undata lebih rendah (4,3%) dibandingkan dengan penelitian Patantan (2015)
yaitu sebesar 20,9 % ini menunjukkan bahwa sebagian ketersediaan obat di
Gudang Farmasi Kota Manado tidak benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat
juga dapat disebabkan karena perubahan pola penyakit serta Penelitian Fitaloka
(2014) menyatakan stok mati di IFRSUD Lamadduklleng Sengkang Sulawesi
Selatan untuk obat umum 6,08%, Jamkesda 17,29%, dan askes 8,03% dan
penelitian Irwan (2014) sebesar 4,68% pada IFRSUD Prof.W.Z.Yohanes Kupang.
5. Tingkat ketersediaan obat
Pengukuran indikator tingkat ketersediaan obat di IFRS dimaksudkan untuk
dapat mengetahui seberapa besar tingkat kecukupan obat yang dibutuhkan oleh
IFRSUD Undata Palu selama periode satu tahun dalam tiap bulannya. Data
dikumpulkan secara retrospectif dari penelusuran data tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel 13.
68
Tabel 13. Tingkat persediaan obat
Uraian Jumlah Standar
Jumlah obat yang tersedia 4.801.263 12-18 bulan
Jumlah rata-rata pemakaian obat perbulan 359.435
Rata-rata tingkat ketersediaan obat 13,36 bulan
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketersediaan obat di
IFRSUD Undata Palu adalah sebesar 13,36 dan menurut Depkes RI (2008)
bahwa nilai standar ketersediaan obat adalah 12-18 bulan sehingga dapat
dikatakan sudah efisien. Dana pengadaan obat di RSUD Undata Palu sangat
terbatas sehingga mempengaruhi tingkat ketersediaan obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketersediaan obat di
IFRSUD Undata Palu sebesar 13,36 sudah efisien dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Renfan (2013) menyatakan bahwa tingkat ketersediaan obat
di IFRSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara adalah 11,47 belum
efisien dan penelitian Akbar (2015) rata-rata tingkat ketersediaan obat yang
kurang dari 12 bulan (9,44%), 12-18 bulan (38,76), dan yang lebih dari 18 bulan
(51,79%) ketersediaan obat JKN di IFRSUD Banjarbaru.
D. Tahap Penggunaan
Penggunaan merupakan suatu proses yang dimulai dengan kegiatan
penulisan resep oleh dokter, pelayanan obat oleh farmasis serta pemantauan
penggunaan obat oleh pasien. Tujuannya adalah untuk melindungi penderita agar
tidak terjadi penyakit yang berkaitan dengan obat yang diberikan seperti reaksi
alergi, mendeteksi/memperbaiki bahaya terapi yang diberikan secara bersamaan,
mencegah terjadinya toksisitas obat dan meningkatkan kepatuhan pasien melalui
fungsi farmasi klinik.
69
Menurut WHO dalam Akbar (2015) menyatakan bahwa penggunaan obat
rasional mensyaratkan bahwa obat ini harus diresepkan untuk pasien tertentu
setelah disagnosa yang tepat. Penggunaan obat rasional mensyaratkan pasien
tertentu dengan masalah kesehatan tertentu menerima obat sesuai dengan
ketentuan-keteentuan berikut, antara lain dosis yang tepat, bentuk sediaan yang
tepat, durasi pengobatan yang tepat, informasi yang tepat kepada pasien, tindak
lanjut yang memadai. Hasil pengamatan penggunaan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah item obat perlembar resep.
Indikator jumlah item obat perlembar resep bertujuan untuk mengukur
derajat polifarmasi sehingga dapat dijaga tingkat rasionalitas penggunaan obat yang
diresepkan di IFRSUD Undata Palu. Pengambilan sampel data dilakukan secara
retrospective pada tahun 2017 dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Jumlah item obat perlembar resep
Uraian Jumlah Standar
Jumlah obat yang ditulis dilembar resep 1740 1,8-2,2 WHO, 1993)
Jumlah lembar resep 500 3,3(Quick,1997)
% jumlah resep 3,48
Sumber : Data primer yang telah diolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah item obat perlembar
resep di IFRSUD Undata Palu yaitu sebesar 3,48 yang menunjukkan bahwa
terdapat indikasi polifarmasi yang tinggi. Jika dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan WHO (1993) yaitu sebesar 1,8-2,2 dan standar Quick (1997) sebesar
3,3 maka dapat dikatakan bahwa pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu masih
belum sesuai standar karena tiap lembar resepnya masih terdapat lebih dari
standar hal ini disebabkan juga pasien mempunyai beberapa komplikasi penyakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah item obat perlembar
resep yang ditulis oleh dokter di RSUD Undata Palu sebesar 3,48 item obat,
70
dimana item obat lebih banyak dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fitaloka (2014) menyatakan bahwa rata-rata jumlah item obat per
lembar resep pada pasien umum, jamkesmas, jamkesda dan askes masin-masing
sebesar 3 macam item obat dan menurut hasil penelitian Renfan (2013)
menyatakan bahwa rata-rata jumlah item obat per lembar resep di RSUD Karel
Sadsuitubun kabupaten Maluku Tenggara adalah 3,23 macam item obat dan
penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2015) sebesar 3,02 menunjukkan bahwa
jumlah item obat tiap lembar resep yang ditulis oleh dokter di IFRSUD
Banjarbaru.
Penulisan jumlah item obat seminimal mungkin dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya efek samping obat dan interaksi antar obat yang
merugikan bagi pasien semakin banyak jenis obat yang dikomsumsi oleh pasien
akan beresiko terjadinya efek samping yang dapat timbul ole karena itu dokter
hendaknya menuliskan resep dengan jumlah item obat seminimal mungkin.
2. Persentase peresepan dengan nama generik
Indikator ini mengukur kecenderungan peresepan menggunakan obat
generik. Rasionalitas pengobatan juga mencakup aspek efektifitas biaya, atau
penggunaan biaya yang rendah untuk terapi pengobatan. Untuk menekan biaya
pengobatan dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan obat generik. Namun
pemilihan obat generik perlu menjamin obat yang berkualitas baik, aman, efektif,
dan harganya terjangkau. Karena beberapa orang beranggapan bahwa obat generik
memiliki kualitas buruk. Data diambil secara retrospektif pada tahun 2017 dan
disajikan dalam bentuk tabel 15.
71
Tabel 15. Persentase peresepan dengan nama generik
Uraian Jumlah Standar
Jumlah resep obat generik 1600 82-94%(WHO, 1993)
Jumlah resep total 1740 59%(Quick,1997)
% penulisan resep obat generik 91,95%
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase obat dengan nama generik
yang diresepkan di RSUD Undata Palu menunjukkan angka sebesar 91,95%. Jika
dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh WHO (1993) yaitu sebesar 82-
94 % dan Quick (1997) sebesar 59% terhadap 20 sarana kesehatan di Indonesia
lebih rendah karena maka di RSUD Undata Palu penggunaan obat generik sudah
sesuai standar hal ini disebabkan oleh kesadaran dokter untuk menulis resep
generik difasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Berdasarkan Permenkes RI No. HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
kewajiban menulis resep generik dan atau menggunakan obat difasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah, dimaksudkan agar terjangkau oleh masyarakat serta
terjamin mutu dan keamanannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase obat dengan nama generik
yang diresepkan di RSUD Undata Palu menunjukkan angka sebesar 91,95% jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitaloka (2014) menyatakan
bahwa persentase resep dengan obat generik untuk pelayanan pasien umum
sebesar 44,25% dan jamkesda sebesar 80,06% di RSUD Lamaddukelleng
Sengkang Sulawesi Selatan sudah efisien.
3. Persentase peresapan obat antibiotik
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Indikator
persentase peresepan antibiotik bertujuan untuk mengukur penggunaan antibiotik.
72
Antibiotik sering digunakan secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan
kerugian diantaranya terjadi resistensi dan pemborosan biaya terapi. Pengambilan
data secara retrospektif dengan penelusuran resep tahun 2017.
Tabel 16. Persentase peresapan obat antibiotik
Uraian Jumlah Standar
Jumlah resep antibiotik 220 22,7%(WHO,1993 )
Jumlah resep total 1740 43%(Quick,1997)
% penulisan resep obat antibiotik 12,66%
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel 16 menunjukkan persentase peresepan antibiotik di RSUD
Undata palu pada pasien rawat inap sebesar 12,66 % lebih rendah dibandingkan
WHO (1993) adalah sebesar ≤22,7%. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Novitasari (2017) pasien rawat inap sebesar 20,98% di RSUD Surakarta serta
penelitian lain yang dilakukan oleh Sailan (2014) pada RSUD Bau-Bau pada
pasien rawat inap sebesar 25%. Peresepan antibiotik Di RSUD Biak oleh Makaba
(2014) pada rawat inap sebesar 40,51% lebih besar di bandingkan hasil penelitian
di RSUD Undata Palu ini menunjukkan hasil yang relatif lebih efisien dan
kesadaran dokter menulis antibiotik oleh dokter. Hasil ini sudah sesuai dengan
rekomendasi WHO artinya dokter tidak mudah meresepkan antibiotik untuk setiap
diagnosis penyakit.
4. Persentase peresepan obat injeksi
Indikator persentase peresepan injeksi bertujuan untuk mengukur
penggunaan injeksi. Dalam ketentuan WHO menegaskan agar peresepan sediaan
injeksi ini dilakukan seminal mungkin. Artinya semakin kecil peresepan sediaan
injeksi semakin baik. Pengambilan data secara retrospektif dengan penelusuran resep
tahun 2017 untuk rawat inap.
73
Tabel 17. Persentase peresepan obat injeksi
Uraian Jumlah Standar
Jumlah resep obat injeksi 465 Seminal mungkin(WHO,1993)
Jumlah resep total 1740 17%(Quick,1997)
% penulisan resep obat injeksi 26,7%
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Berdasarkan tabel 17 menunjukkan hasil penelitian di RSUD Undata Palu
peresapan obat injeksi dirawat inap sebesar 26,7% lebih tinggi dari standar di
Indonesia adalah 17%. Dari hasil wawancara dan pengamatan hampir semua
pasien rawat inap dinfus dan tergolong pasien gawat atau pasien yang tak
sadarkan diri sehingga menyebabkan banyaknya penggunaan injeksi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh WHO peresepan obat injeksi adalah seminimal
mungkin. Hasil penelitian di RSUD Undata Palu peresapan obat injeksi dirawat
inap sebesar 26,7% lebih rendah dibanding hasil penelitian Novitasari (2017)
peresepan obat injeksi rawat inap sebesar 31,50% di RSUD Surakarta.
5. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
Indikator rata-rata waktu pelayanan resep bertujuan untuk melihat tingkat
kecepatan pelayanan farmasi di rumah sakit. Data diambil secara concurrent di
IFRSUD Undata Palu pada depo rawat jalan pada bulan Mei-Juni 2018 pada tabel
18.
Tabel 18. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
Uraian Jumlah Standar
Jumlah resep non racikan 300 ≤ 30 menit non racikan
≤ 60 menit racikan
Rata-rata waktu yang digunakan 4,5 menit
Jumlah resep racikan 60
Rata-rata waktu yang digunakan 10 menit
Sumber : Data primer yang telah diolah
Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata waktu pelayanan resep yang
digunakan mulai dari resep masuk sampai penyerahan obat kepada pasien rawat
jalan dari pukul 08.00-14.00 WITA adalah untuk resep non racikan 4,5 menit dan
74
untuk resep racikan adalah 10 menit. Rata-rata waktu tunggu di IFRSUD Undata
Palu sudah sesuai dengan standar indikator Depkes (2008) yaitu resep racikan ≤60
menit dan resep non racikan ≤30 menit.
6. Persentase obat yang dapat diserahkan
Indikator persentase obat yang dapat diserahkan bertujuan untuk mengetahui
cakupan pelayanan rumah sakit. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif
pada tahun 2017. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Persentase obat yang dapat diserahkan
Uraian Jumlah Standar
Jumlah obat yang dapat diserahkan 4025 76-100%
Jumlah sampel item obat yang diresepkan 4055
% obat yang diserahkan 99,26%
Sumber : Data sekunder yang telah diolah 2017
Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase obat yang dapat diserahkan di
IFRSUD Undata Palu yaitu 99,26%. Dari data yang ada di IFRSUD Undata Palu
dapat dikatakan bahwa persentase obat yang dapat diserahkan memenuhi syarat
dan dikatakan telah efisien. Dari hasil wawancara dengan petugas depo ada
beberapa resep yang ditulis dokter tidak termasuk dalam Formurium Nasional dan
Formularium Rumah Sakit sehingga obatnya tidak tersedia IFRSUD Undata Palu
sehingga diberikan copy resep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase obat yang dapat
diserahkan di IFRSUD Undata Palu yaitu 99,26% lebi baik dibandingkan dengan
hasil penelitian Furqani (2014) menunjukkan bahwa persentase obat yang dapat
diserahkan di RSUD kota Mataram tahun 2012 yaitu sebesar 90,8% dan hasil
penelitian Akbar (2015) sebesar 98,34% persentase obat yang dapat diserahkan di
RSUD Banjarbaru sudah memenuhi standar.
75
7. Persentase obat yang dilabeli dengan lengkap
Indikator persentase obat yang diberi label dengan lengkap bertujuan untuk
mengetahui penguasaan pengawasan tentang informasi pokok yang harus ditulis
pada etiket. Data diambil secara concurrent pada bulan Mei- Juni 2018. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Persentase obat yang dilabeli dengan lengkap
Uraian Jumlah Standar
Jumlah etiket obat 6.000 100%
Jumlah etiket obat dilabel dengan benar 6.000
% etiket obat yang dilabeli dengan Benar 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah
Tabel 20 menunjukkan bahwa persentase obat dilabeli dengan benar
adalah 100% artinya nilai tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan yaitu
100% (WHO,1993). Hal ini menandakan staf IFRSUD Undata Palu telah melabeli
etiket dengan benar, selain itu sebelum obat diserahkan kepada pasien selalu
dilakukan pengecekan oleh apoteker sehingga kesalahan pelabelan pada etiket
dapat meminimalkan dan obat yang diserahkan pada pasien tidak salah atau tidak
tertukar dengan obat pasien lain serta membantu pasien dalam mengingat aturan
minum/aturan pakai obat yang diterimanya.
E. Managemen Pendukung
1. Organisasi
Instalasi farmasi berada pada pada level fungsional rumah sakit yang
dibawahi oleh seksi penunjang medik. Fungsi pengelola pada level ini lebih
ditekankan dalam perencanaan kerja yang bersifat jangka pendek focus pada
aktivitas dan tugas kerja yang spesifik untuk waktu satu tahun kedepan (Quick,
76
1997). Penggunaan manajemen strategis masih pada tingkat rumah sakit. Instalasi
farmasi belum mempunyai visi dan misi tersendiri yang mencerminkan peran
serta pelayanan di rumah sakit.
2. Keuangan
Hasil pengamatan untuk dana yang disediakan rumah sakit masih sangat
minim untuk pembelian obat. Pendapatan khusus di IFRSUD sekarang ini tidak
ada untuk pasien BPJS, karena pembayaran menggunakan sistem paket sedangkan
untuk pasien tunai sudah sangat sedikit dan tidak dilakukan
pengamatan/pengambilan data.
3. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Manajemen Informasi sudah sepenuhnya menggunakan sistem
informasi berbasis komputer. Penggunaan sistem informasi di instalasi farmasi
meliputi data pasien, data pemakaian obat,daftar harga, data keluar masuk
obat/stok otomatis tapi belum terkoneksi langsung dengan manajemen rumah
sakit.
4. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Undata Palu
sudah cukup memadai yaitu sebanyak 65 orang yang terdiri dari Apoteker S2
Farmasi Klinik 3 orang, Apoteker S2 Farmakologi 2 orang, Apoteker S2 M.M 1
orang, Apoteker S2 Magister Kesehatan 1 orang, Apoteker 11 orang, Asisten
Apoteker 42 orang dan SMA 2 orang. Dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia rumah sakit memberi kesempatan bagi para anggotanya untuk mengikuti
berbagai program seminar pendidikan dan pelatihan baik yang diadakan oleh
pihak rumah sakit ataupun dirumah sakit lain dan instansi pendidikan..
77
Tabel 21. Evaluasi Penggelolaan Obat Di IFRSUD Undata Palu Tahun 2017
Tahapan Indikator Jumlah Standar
Seleksi 1. Kesesuaian dengan Fornas KFT 100% 100%(Permenkes,2016)
2. Kesesuaian dengan formularium
rumah sakit
23,53% 80%(Permenkes,2015)
Perencanaan
dan
pengadaan
1. Persentase alokasi Dana
pengadaan obat yang tersedia
8,77% 30-40%(Depkes, 2008)
2. Persentase modal dana yang
tersedia dengan keseluruhan dana
yang dibutuhkan
71,71% 100%(Depkes,2008)
3. Frekuensi kurang lengkapnya
SP/Faktur
0 kali 1-9 x (Pudjaningsih,1996)
4. Frekuensi kenyataan pengadaan
Frekuensi kenyataan pengaadan
menurut EOQ
3,5 x setahun
13,5 x setahun
Rendah < 12 x/tahun
Sedang 12-24x/tahun
Tinggi
>24x(Pudjaningsih,1996)
5. Frekuensi tertundanya
pembayaran oleh rumah sakit
terhadap waktu yang disepakati
190x
(seluruhnya)
0-25 x (Fakhriadi et al,2011)
6. Persentase kesesuaian antara
perencanaan obat dengan kenyataan masing-masing obat
146% 100-120% (Pudjaningsih,1996)
Distribusi 1. Ketepatan data jumlah obat pada
kartu stok
100% 100%( Pudjaningsih,1996)
2. Turover Ratio (TOR). 8,9 kali 10-23x/pertahun (Pudjaningsih,1996)
3. Persentase dan nilai obat yang
kadaluarsa dan atau rusak
2,6% ≤ 0,2%(Pujadningsih, 1996)
4. Persentase stok mati 4,3% 0%(Depkes,2008)
5. Tingkat ketersediaan obat 13,36 bulan Minimal sejumlah
safety stok(Depkes,2002)
12-18 bulan (Depkes,2008)
Penggunaan 1. Jumlah item obat perlembar resep 3,48 1,3-2,2(WHO.1993)
3,3(Quck,1997)
2. Persentase peresepan dengan
nama generic
91,95% 82-94%(WHO,1993)
59%(Quick,1997)
3. Persentase peresapan obat
antibiotic
12,66% ≤22,70%(WHO,1993)
43%(Quick,1997)
4. Persentase peresepan obat injeksi 26,70% Seminal
mungkin(WHO,1993)
17%(Quick,1997)
5. Persentase obat yang dapat
diserahkan.
99,26% 76-100%( Pudjaningsih,1996)
6. Persentase obat yang dilabeli
dengan lengkap
100% 100%(WHO,1993)
7. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep
Racikan10 menit,
non racikan4,5
menit
≤60 menit racikan
≤30 menit non
racikan(Depkes,2008)
78
F. Kerangka Usulan Rekomendasi Tahapan Indikator Pengelolaan Obat
RSUD Undata Palu
Manajemen pengelolaan obat yang baik menjamin tersedianya obat yang
diperlukan, dalam jumlah yang cukup, mutu terjamin, dalam mendukung
pelayanan yang bermutu dirumah sakit. Manajemen pengelolaan obat menyangkut
berbagai tahap dan kegiatan yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Obat
yang diperlukan adalah obat-obat yang secara medis memang diperlukan sesuai
dengan keadaan pola penyakit setempat, telah terbukti secara ilmiah bahwa obat
tersebut bermanfaat dan aman untuk dipakai dirumah sakit yang bersangkutan.
Tabel 22. Kerangka Usulan Rekomendasi Pengelolaan di IFRSUD Undata Palu
Tahapan Masalah Rekomendasi Seleksi Tersedianya obat sesuai
formularium rumah sakit masih
rendah.
Komite Farmasi dan terapi diaktifkan
kembali dengan melakukan rapat untuk
memperbaharui seleksi obat fornas dan obat
diluar fornas dari masing-masing SMF (staf
Fungsional medik)
Perencanaan
dan pengadaan
Dana yang tersedia masih
kurang dibandingkan dana keseluruhan yang dibutuhkan.
Usulan kenaikan biaya anggaran obat
kepada rumah sakit
Masih lamanya pembayaran
tagihan oleh rumah sakit
(4 bulan).
Pembayaran tagihan rumah sakit
diutamakan agar penyediaan obat-obatan
tidak terhambat (pending)
Masih tingginya kenyataan
pakai dibandingkan dengan
perencanaan.
Melakukan perencanaan obat-obatan diluar
RKO dalam sistem informasi manajemen
apotek.
Distribusi Masih adanya obat kadaluarsa
dan stok mati
Melakukan koordinasi dengan dokter dan
imformasikan masih adanya obat yang tidak
jalan selama 3bulan (stok mati) dan
melakukan pengembalian obat 3 bulan
sebelum kadaluarsa ke distributor.
Penggunaan Masih tingginya item obat perlembar resep
Melakukan koordinasi dengan dokter agar tidak menulis terlalu banyak untuk
menghindari polifarmasi
Masih tingginya peresepan obat
injeksi
Melakukan koordinasi dengan dokter agar
peresepan obat injeksi dikurangi untuk
menghemat tingginya biaya dibandingkan
dengan obat oral
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Undata Palu tentang
evaluasi pengelolaan obat dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tahap seleksi yang sesuai standar adalah kesesuaian dengan Formularium
Nasional (100%) dan yang tidak sesuai standar adalah kesesuaian dengan
Formularium Rumah Sakit (23,5%)
2. Tahap Perencanaan dan pengadaan yang sesuai standar adalah frekuensi
kurang lengkapnya SP/Faktur sebesar 0 kali atau langsung diperbaiki dan
yang tidak sesuai standar adalah persentase alokasi dana yang tersedia
(8,77%), persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang
dibutuhkan (71,71%), frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun (3,5x
setahun atau 4x), frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap
waktu yang disepakati (190x atau semua tagihan tertunda pembayarannya),
persentase kesesuaian antara perencanaan obat dengan kenyataan masing-
masing obat (146%).
3. Tahap distribusi yang sesuai standar adalah ketepatan data jumlah obat pada
kartu stok otomatis pada Sistem Informasi Managemen (SIM) sebesar
(100%), tingkat ketersediaan obat sebesar 13,36 bulan dan yang tidak sesuai
standar Turover Ratio (TOR) sebanyak (8,9 kali), persentase dan nilai obat
yang rusak/kadaluarsa (2,6%), Persentase stok mati (4,30%).
80
4. Tahap penggunaan yang sesuai standar adalah persentase peresepan dengan
nama generik (91,95%), persentase peresepan obat injeksi (26,7%), persentase
obat yang dapat diserahkan (99,26%), dan rata-rata waktu yang digunakan
melayani resep non racikan (4,5 menit) dan resep racikan (10 menit) dan yang
tidak sesuai standar adalah jumlah item obat perlembar resep (3,48 lembar),
persentase peresepan obat injeksi (26,7%).
B. Saran
1. Saran pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap seleksi yaitu
dilakukan seleksi obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit yang
terbaru.
2. Saran pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap perencanaan dan
pengadaan yaitu dengan mengusulkan kepada manajemen keuangan untuk
menaikkan dana pengadaan obat dalam bentuk persentase.
3. Saran pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap distribusi untuk
melakukan sosialisasi dari kepala instalasi adanya obat beberapa stok mati
pada rapat Komite Farmasi Dan Terapi agar tidak terjadi obat kadaluarsa.
4. Saran pengelolaan obat di IFRSUD Undata Palu pada tahap penggunaan,
diharapkan kepala instalasi dapat melaporkan masih tingginya penggunaan
injeksi yang dapat mempengaruhi besarnya biaya pengobatan.
5. Saran bagi peneliti lain
Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang mempergaruhi besarnya dana
pengadaan yang berhubungan biaya secara keseluruhan dan khususnya biaya
pengadaan obat seperti analisis biaya pada penyakit yang membutuhkan
biaya investasi yang tinggi seperti alat Hemodialisa, Orthopedi.
81
BAB VI
RINGKASAN
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata Palu mulai berdiri sejak
tahun 1972, dan diresmikan pada tanggal 07 Agustus 1972. Selanjutnya, pada
tanggal 22 Februari 1979 diakui oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah
Sakit Umum tipe C. Perkembangan selanjutnya, pada tanggal 30 Januari 1995,
RSUD Undata Palu ditingkatkan tipenya dari tipe C menjadi tipe B non
pendidikan dan merupakan milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
yang menjadi pusat rujukan dari rumah sakit yang ada di Sulawesi Tengah
(Hadijah, 2016).
RSUD Undata berubah statusnya menjadi Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
sesuai dengan:
1) Surat Keputusan Gubernur No. 445/73.7/Dinkes G-ST tanggal 29 Agustus
2003.
2) Surat Keputusan Menteri Percepatan Pembangunan Kawasan Indonesia
Timur No. 046/KEP-PPTKTI/VII/2003, tanggal 7 Juli 2003
3) Didukung oleh Surat Keputusan Rektor Universitas Tadulako No. 4022 j 28
PG/2003 yang diperuntukkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan dan sebagai
lahan praktek bagi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
RSUD Undata ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
berdasarkan keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah No 445/498/RSUD-
GST/2010. Hasil penilaian terhadap dokumen administratif RSUD Undata,
82
Gubernur Sulawesi Tengah mengeluarkan Keputusan No 445/31/RSUD Undata-
GST/2011, menetapkan RSUD Undata sebagai PPK-BLUD dengan status penuh.
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan rumah yaitu
instalasi farmasi. Instalasi farmasi RSUD Undata Palu bertanggung jawab dalam
pengelolaan obat dirumah sakit. Tujuan dari pengelolaan obat yaitu untuk
menjamin tersedianya obat dengan mutu baik, jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan. Adapun permasalahan pengelolaan obat di RSUD Undata Palu yaitu
pada tahap seleksi dan pengadaan masih sering terjadi tertundanya pembayaran
tagihan oleh RSUD Undata Palu pada distributor obat sehingga menyebabkan
pembelian obat tidak bisa dilaksanakan, pada tahap distribusi masih terdapat
beberapa item obat yang tidak terpakai selama 3 bulan, serta masih terdapat
beberapa yang kadaluarsa dan pada tahap penggunaan masih ada beberapa pasien
yang menunggu berjam-jam untuk mendapatkan obat. Oleh karena itu perlunya
dilakukan penelitian evaluasi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Undata
Palu yang meliputi tahap seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi serta
penggunaan. Hasil dari setiap tahap pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD
Undata Palu adalah :
Tahap seleksi dilakukan pengukuran indikator persentase kesuaian item
obat yang tersedia di IFRSUD Undata Palu sesuai Seleksi KFT dari obat Fornas
sebesar 100% yang sudah sesuai dengan standar sebagai pedoman penyediaan
item obat untuk BPJS di fasilitas kesehatan rumah sakit (Kemenkes, 2016).dan
sesuai Formularium Rumah Sakit (diluar Fornas) sebesar 23,53%. Hasil ini
menunjukkan belum sesuai dengan standar persyaratan akreditasi yaitu 80%
(Permenkes, 2014).
83
Tahap perencanaan dan pengadaan obat yaitu untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan. Indikator perencanaan dan pengadaan diukur dengan
beberapa indikator yaitu 1) Persentase alokasi dana pengadaan obat yang tersedia
sebesar 8,77% hasil ini belum sesuai dengan standar WHO (1993) yang berkisar 30-
40%: 2) persentase modal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang
dibutuhkan IFRSUD Undata adalah 71,71% tidak sesuai standar Depkes, 2008
(100%); 3) Frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan/faktur yaitu sesuai standar
karena semua surat pesanan yang salah langsung diperbaiki (0 Kali); 4) pengadaan
tiap item obat pertahun adalah 3,5 kali setahun yaitu pemesanan dengan sisten e-
purchasing pertiga bulan sekali dengan menggunakan e-catalog dan menurut
perhitungan EOQ adalah 13,5x setahun termasuk kategori sedang tetapi untuk rumah
sakit pemerintah untuk sistem e-purchasing; 5) frekuensi tertundanya pembayaran
oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati adalah 190x (seluruh faktur
pembayaran) yang melebihi dari standar adalah 0-25kali. Ini disebabkan lamanya
waktu pembayaran disebabkan oleh lamanya pembayaran klaim dana BPJS karena
pembayaran keuangan oleh rumah sakit menggunakan dana BLUD; 6) persentase
kesesuaian perencanaan dengan kenyataan pakai untuk masing-masing obat
adalah sebesar 161% hal ini tidak sesuai standar yaitu 100-120% (Pujaningsih,
1996) sehingga masih dikatakan belum efisien. Hal ini disebabkan ada beberapa
obat tidak terdapat dalam RKO serta bertambahnya beberapa dokter ahli yang
menggunakan obat diluar perencanaan.
Tahap distribusi diukur menggunakan indikator dengan cara sebagai
berikut; 1) Ketepatan data jumlah obat pada kartu stok adalah 100%, karena di
84
IFRSUD Undata Palu menggunakan stok otomatis pada Sistem Informasi
Managemen Farmasi (SIM Farmasi) dimana keluar masuk obat sesuai sisttem
FEFO/FIFO dan dilengkapi tanggal,jumlah barang masuk/keluar,sisa stok,
kadaluarsa dan nomor ID baran; 2) Nilai Inventory Turn Over Ratio (ITOR)
sebesar 8,9/kali pertahun termasuk masih rendah dibandingkan dengan indikator
yaitu 10-23 hal ini disebabkan karena IFRSUD Undata pemesanannya melalui e-
katalog yang pemesannya dalam jumlah besar yaitu untuk pertiga bulan; 3)
Persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak sebesar 2,6% nilai
tersebut belum sesuai dengan standar yaitu ≤0,2%; 4) Persentase stok mati sebesar
4,3% hasil ini belum sesuai standar yaitu 0%; 5) Tingkat Ketersediaan Obat
sebesar 13,36 bulan ini sudah sesuai dengan standar yaitu 12-18 bulan.
Tahap penggunaan diukur dengan beberapa indikator yaitu; 1) Jumlah item
obat perlembar resep sebesar 3,48 menunjukkan indikasi adanya polifarmasi ; 2)
Persentase peresepan dengan nama generik sebesar 91,95% masih memenuhi
standar WHO (1997) yaitu 82-94%; 3) Persentase peresapan obat antibiotik sebesar
12,66% ini sudah dengan standar WHO (1993) ≤22,7% artinya dokter tidak
mudah menulis antibiotik untuk setiap diagnosis penyakit; 4) Persentase peresapan
obat injeksi sebesar 26,7% masih lebih tinggi dibandingkan dengan standar WHO
dan penelitian Quick di Indonesia (1997) yaitu 17% hal ini disebabkan banyaknya
pasien gawat atau yang tak sadarkan diri yang harus diinfus dan pasiennya lebih
mudah diinjeksi; 5) Rata-rata waktu digunakan untuk melayani resep; 6)
persentase obat yang dapat diserahkan yaitu sebesar 99,26% ini dapat dikatakan
memenuhi syarat dan efisien. Hal ini disebabkan masih adanya dokter menulis
85
resep obat diluar Fornas dan Formularium rumah sakit; 7) Persentase obat yang
dilabeli dengan lengkap adalah 100% hal ini disebabkan karena adanya
pengecekan kembali oleh apoteker sebelum obat diserahkan ke pasien.
Managemen Pendukung, yang meliputi : 1) Organisasi ; Instalasi farmasi
belum mempunyai visi dan misi tersendiri yang mencerminkan peran serta
pelayanan di rumah sakit, 2) Keuangan ; Hasil pengamatan untuk dana yang
disediakan rumah sakit masih sangat minim untuk pembelian obat, 3) Sistem
Informasi Manajemen sudah sepenuhnya menggunakan sistem informasi berbasis
computer, 4) Sumber Daya Manusia Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Undata
Palu sudah cukup memadai yaitu sebanyak 65 orang yang terdiri dari Apoteker
S2 Farmasi Klinik 3 orang, Apoteker S2 Farmakologi 2 orang, Apoteker S2 M.M
1 orang, Apoteker S2 Magister Kesehatan 1 orang, Apoteker 11 orang, Asisten
Apoteker 42 orang dan SMA 2 orang.
86
DAFTAR PUSTAKA
Armen, F., Azwar, V., 2013, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Rumah Sakit,
Goyes Publishing, Yogyakarta.
Akbar D., 2015, Evaluasi Pengelolaan Obat Di Era Jaminan Kesehatan Nasional
Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun
2015. (Tesis) Surakarta, Universitas Setia Budi.
Costa D.I., 2017, Evaluasi Pengelolaan Obat Di Pada Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Ungaran Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2016. (Tesis) Surakarta, Universitas Setia Budi.
Departemen Kesehatan RI., 2006. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Nomor 189/Menkes/Sk/III/2006 Tentang Kebijakan Obat Nasional,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., 2008a. Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor129/Menkes/Sk/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan RI., 2008b, Pedoman Perbekalan Farmasi di Rumah
Sakit, Direktorat Jedral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., 2009, Undang-Undang no.44 tentang Rumah Sakit,
Direktorat Jedral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., 2010, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1455/MENKES/SK/2010 tentang Formularium
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., 2013, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 71/
2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Fakhriadi A., Marchaban., dan Pudjaningsih D. 2011, Analisis Pengengelolaan
Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Temanggung
Tahun 2006, 2007 Dan 2008, Journal Of Management And Pharmacy
Practice.
Hadijah., 2016, Analisis Kualitas Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah, e Jurnal Katalogis,
Volume 4 Nomor 7, Juli 2016 hlm 118-129.
87
Handayani., 2007, Analisis Situasi Pengelolaan Obat Di Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Jurnal Bulletin Kesehatan
Masyarakat, 10;207-215.
Ismail A., 2015, Evaluasi Pengelolaan Obat Di Era JKN Dan Strategi Perbaikan
Dengan Metode Hanlom Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Wakatobi Tahun 2014. (Tesis) Surakarta, Universitas Setia Budi.
Indriawati, S.C., Suryawati, S., Pudjaningsih, D., 2001, Analisis Pengelolaan
Obat di Rumah Sakit Umum Daerah Wates. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, Vol. 4(3): 173-181.
Jamiat M., 2014, Analisis Efisiensi Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Majene Tahun 2013 Dengan Menggunakan
Metode Hamlon. (Tesis) Surakarta, Universitas Setia Budi.
Keppres RI, 2003, Tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 80 Tahun 2003. Presiden Republik Indonesia. Jakarta
Kemenkes RI., 2014, Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014,
Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Kemenkes RI., 2016, Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016,
Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Kemenkes RI 2017. Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia
No.HK.01.07/MENKES/659/2017 Tentang Formularium Nasional
Ditetapkan Pada Tanggal 28 Desember 2017 Dan Mulai Berlaku Pada
Tanggal 1 April 2018.
Permenkes RI, 2016, Tentang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Murtafi’ah., Yuliastuti F dan Hidayat I., 2016, Analisis Perencenaan Obat BPJS
Dengan Metode Komsumsi Di Instalasi Farmasi RSUD Tidar Kota
Magelang Periode Juni-Agustus 2014, Jurnal Farmasi Sains dan Praktis,
Vol I, No. 2.
Makaba.M., 2014, Evaluasi Sistem Penggunaan Obat Rawat Jalan Dan Rawat
Inap Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Biak Tahun 2013.
(Tesis), Program Pascasarjana Universitas Setia Budi, Surakarta .
Mendrofa D.E, Suryawati C., 2016, Analisis Pengelolaan Obat Pasien BPJS Di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.
88
Mompewa R., 2015., Evaluasi Pengelolaan Obat Dan Strategi Perbaikan
Dengan Metode Hamlon Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Poso Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015. (Tesis) Program
Pascasarjana Universitas Setia Budi, Surakarta,
Novitasari M, 2017., Tentang Analisis Pengelolaan Obat Pada Tahap Distribusi
dan Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Surakarta Tahun 2016.
(Tesis) Program Pascasarjana Universitas Setia Budi, Surakarta.
Notoatmodjo., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Pudjaningsih., D, 2006, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di
Farmasi Rumah Sakit. Jurnal Logika 3.16-25.
Patantan. A., 2015, Evaluasi Pengelolaan Obat Di Gudang Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Manado Di Era JKN. (Tesis) Program Pascasarjana
Universitas Setia Budi, Surakarta.
Permenkes RI., 2010, Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. HK.02.02/Menkes/068/2010. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Permenkes RI., 2013, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan
Prosedur E-Purchasing Berdasarkan E-catalogue, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 48 Tahun 2013, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Permenkes RI., 2011, Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) nomor
1171/Menkes/PER/VI/ 2011, Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Permenkes RI., 2017, Tentang Akreditasi Rumah Sakit nomor 34 tahun 2017,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Putri. R., 2015, Evaluasi Pengelolaan Obat Di Era Jaminan Kesehatan Nasional
Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soebandi Jember
Tahun 2014. (Tesis) Program Pascasarjana Universitas Setia Budi,
Surakarta,
Renfan W.W., 2013, Evaluasi Pengelolaan Obat Dan Strategi Perbaikan
Dengan Metode Hamlon Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara. (Tesis) Program
Pascasarjana Universitas Setia Budi, Surakarta.
Saputera.M.M., 2016, Evaluasi Pengelolaan Obat Tahap Seleksi Dan
Perencanaan Di Era Jaminan Kesehatan Nasional Di RSUD H. Hasan
Basery Kandangan Tahun 2014, Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 248-255
89
Satriyani., 2012, Analisis Efisiensi Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali Dan Rencana
Pengembangan Berbasis Metode Hamlon. (Tesis) Program Pascasarjana
Universitas Setia Budi, Surakarta.
Satibi., 2014, Manajemen Obat di Rumah Sakit. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sugiyono., 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, CV Alfabeta,
Bandung.
Siregar dan Amalia., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Jakarta.
Buku Kedokteran EGC.
Sutoto et al., 2017, Tentang Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1,
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta
Sumantri AP., 2013, Evaluasi Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Dr Moewardi, Naskah Publikasi, Surakarta.
Quick D.J., Raukin J.R., Laing, RO., O’Conner RW., Horgerzeil,H.V.,
Dukes,M.N.G and Garnet, A. 1997. Managing Drug Supply 2nd edition,
378-482, , Kumarian Press, West Hartford.
Quick D.J., Hume, M.L.O., Raukin J.R., Laing, RO., O’Conner RW., 2012.
Managing Drug Supply the Selection, Procurement, Distribution, and Use
of Pharmaceutical. Second edition. Revised and Expaded, Kumarian Press,
West Hartford.
Yamit, Z., 1999, Manajemen Persediaan, Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta.
WHO, 1993 Tentang How To Investigate Drug Use In Health Facilities,Selected
Drug Use Indicator, Geneva
Wasir R., 2011, Evaluasi Pengadaan Dan Ketersediaan Obat Di RS Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2010.Tesis Universitas Gajah Mada,
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Manajemen
Dan Kebijakan Obat.
LAMPIRAN
90
91
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Tata Cara Wawancara
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada responden, mengemukakan
maksud dan tujuan secara singkat,meminta persetujuan dan ketersediaan
waktu dan mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu yang diberikan.
2. Menjelaskan secara singkat tujuan wawancara dan tujuan penelitian.
3. Memberikan jaminan bahwa wawancara hanya akan digunakan untuk
kepentingan tujuan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.
4. Meminta ijin untuk memulai wawancara.
5. Melaksanakan wawancara sesuai dengan isi wawancara yang telah disusun.
6. Selesai wawancara mengucapkan terima kasih, mohon pamit dan salam
dengan sopan.
A. Daftar pertanyaan wawancara kepada kepala IFRS
1. Siapa yang melaksanakan proses pengadaan obat di RSUD Undata Palu?
2. Apakah Instalasi Farmasi dalam pengadaan obat dilibatkan?
3. Apakah pengadaan obat yang terjadi selama ini sudah dapat menjamin
ketersediaan obat di unit-unit pelayanan farmasi?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan obat di RSUD
Undata Palu?
5. Apakah selama ini ada masalah dalam hal ketersediaan obat?
6. Apakah pernah terjadi obat kadaluarsa? Mengapa demikian?
B. Daftar pertanyaan wawancara kepada kepala bagian penyusun dan evaluasi
anggaran
1. Siapakah yang melakukan pengusulan anggaran obat di RSUD Undata
Palu?
2. Data apa yang dibutuhkan dalam membuat perencanaan anggaran obat di
RSUD Undata Palu?
3. Bagaimana cara merencanakan kebutuhan anggaran obat di RSUD
Undata Palu?
4. Berapa kali dilakukan usulan anggaran dalam 1 tahun?
92
5. Apakah usulan anggaran obat selalu disetujui?
6. Apakah anggaran yang turun sesuai dengan pengadaan obat yang
direncanakan di RSUD Undata Palu?
7. Siapa yang menentukan besarnya dana/anggaran pengadaan obat?
C. Daftar pertanyaan wawancara kepada panitia pengadaan RSUD Undata Palu?
1. Bagaimana proses pengadaan obat di RSUD Undata Palu?
2. Darimana sumber dana pengadaan obat RSUD Undata Palu?
3. Kapan proses pengadaan obat dilakukan?
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pengadaan obat?
5. Apa saja kendala dalam melakukan pengadaan obat?
6. Menurut anda apakah system pengadaan obat di RSUD Undata Palu
D. Daftar pertanyaan wawancara kepada kepala Gudang IFRS
1. Bagaimana pola penerimaan obat digudang?
2. Bagaimana mengatasi kalau terjadi kekosongan obat/barang tertentu /
3. Bagaimana sistem pelaporan dan pencatatan di gudang?
4. Bagaimana pola pengeluaran obat?
5. Bagaimana pola permintaan obat digudang?
6. Bagaimana kelancaraan pengadaan obat digudang?
7. Bagaimana cara pendistribusian obat ke ruang-ruang atau unit-unit
pelayanan?
8. Berapa kali penerimaan obat dalam sebulan?
E. Daftar pertanyaan wawancara kepada petugas distribusi obat
1. Bagaimana cara pendistribusian obat ke bangsal/unit/pasien?
2. Bagaimana system pelayanannnya?
3. Apa tindakan yang dilakukan jika obat yang tertulis pada resep tidak
tersedia atau habis?
Sumber : (Novitasari M, 2017 dan Ariawan I, 2017).
93
Lampiran 2. Persediaan Obat di RSUD Undata Palu tahun 2017
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
A B C=A+B D E=D/12 F=C/E
1 Adalat Oros 30 60 0 60 60 5.00 12
2 Adalat Oros 20 848 0 848 848 70.67 12
3 Alprazolam 0,5 Mg 251 27000 27251 27032 2252.67 12.09722
4 Alprazolam 1 Mg 1304 22700 24004 18567 1547.25 15.51398
5 Amlodipin 10 6767 93300 100067 82116 6843.00 14.62326
6 Amlodipin 5 6308 305000 311308 222958 18579.83 16.75516
7 Allupurinol 100 5544 36700 42244 30672 2556.00 16.52739
8 Allupurinol 300 429 900 1329 1311 109.25 12.16476
9 Asam Mefenamat 500 33505 100500 134005 89290 7440.83 18.00941
10 Asam Traneksamat Tab 213 0 213 213 17.75 12
11 Asam Traneksamat Inj 250/5 405 10050 10455 9453 787.75 13.27198
12 Azithromycin 2 335 337 330 27.50 12.25455
13 Acyclovir Cream 13 0 13 13 1.08 12
14 Acylovir 200 860 0 860 848 70.67 12.16981
15 Acylovir 400 251 1100 1351 744 62.00 21.79032
16 Albapure 100 Ml 5 146 151 151 12.58 12
17 Aspar K Tab 253 2194 2447 1880 156.67 15.61915
18 Arixtra 8 840 848 712 59.33 14.29213
19 Atropin Injeksi 603 300 903 484 40.33 22.38843
20 Avamys Spray 15 193 208 169 14.08 14.76923
21 Amoksisilin 500 1363 46600 47963 30868 2572.33 18.64572
22 Amoxisilin Ds 25 350 375 217 18.08 20.73733
23 Antihemoroid Suppo 17 380 397 272 22.67 17.51471
24 Aquadest 1000 Ml 23 1284 1307 1307 108.92 12
25 Aquadest 25 Ml 5006 26940 31946 23980 1998.33 15.98632
26 Amitriptilin 2728 0 2728 454 37.83 72.10573
27 Aminofluid 139 0 139 136 11.33 12.26471
28 Aminoleban 43 40 83 83 6.92 12
29 Antasida Syr 21 1450 1471 1469 122.42 12.01634
30 Antasida 5782 4000 9782 6103 508.58 19.23382
31 Amikasin 500 Mg Inj 89 0 89 89 7.42 12
32 Antrain Inj 0 600 600 598 49.83 12.04013
33 Avodart 0,5 1534 15180 16714 13801 1150.08 14.53286
34 Aminofusin Hepar 15 0 15 15 1.25 12
35 Arimidex 2 1148 1150 676 56.33 20.4142
36 Ambroxol Tab 432 29700 30132 30132 2511.00 12
37 Adona Inj 2 0 2 2 0.17 12
38 Asam Folat 1 Mg 896 2600 3496 2629 219.08 15.9574
39 Aptil / Polikresulen 10 Ml 39 0 39 39 3.25 12
40 Avesco 20 Mg 212 8460 8672 8474 706.17 12.28039
41 Asering 191 220 411 394 32.83 12.51777
42 Aminophylin Inj 154 120 274 81 6.75 40.59259
43 Aminophylin 200 Mg 61 100 161 71 5.92 27.21127
44 Bisolvon Inj 19 110 129 127 10.58 12.18898
45 Buscopan Tab 1293 6260 7553 6825 568.75 13.28
46 Buscopan Inj 72 0 72 57 4.75 15.15
47 Betametason Cr 325 150 475 369 30.75 15.44715
48 Betahistin Tablet 6 Mg 202 11850 12052 3479 289.92 41.57057
49 Beta One 2,5 0 37700 37700 37497 3124.75 12.06497
50 Bronsolvan 30 0 30 30 2.50 12
51 Bamgetol 200 Mg 446 8000 8446 7840 653.33 12.92755
52 Bisoprolol 5 23190 112150 135340 120560 10046.67 13.47113
53 Berotec 26 248 274 267 22.25 12.31461
54 Burnazim Cream 1 8 9 7 0.58 15.42857
55 Cyclovid Inj 1 Gr 1 0 1 1 0.08 12
56 Clonidin 0.15 Mg Tab 1461 0 1461 522 43.50 33.58621
57 Ca Gluconas 10% Inj 67 48 115 29 2.42 47.58621
58 Crome Inj 7 0 7 7 0.58 12
59 Clozer 100 0 300 300 300 25.00 12
94
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
60 Cordarone Inj 10 0 10 10 0.83 12
61 Cefoperazone Sulbactam 1 Gr 1 633 634 634 52.83 12
64 Curcuma Tab 73 0 73 73 6.08 12
65 Cotrimoksazol Syr 75 400 475 334 27.83 17.06587
67 Cotrimoksazol Tab 298 10800 11098 9833 819.42 13.54378
68 Cefixim Syr 23 334 357 257 21.42 16.66926
71 Cefixim Tab 789 31600 32389 31663 2638.58 12.27515
72 Citicoline 500 Mg Tab 621 5760 6381 5904 492.00 12.96951
73 Citicolin Inj 125 Mg 274 5890 6164 5524 460.33 13.3903
74 Cartylo 80 181 138400 138581 112150 9345.83 14.82811
75 Curacil 500 Mg/10 Ml Inj 24 0 24 24 2.00 12
76 Cetirizin 662 16900 17562 14531 1210.92 14.50306
77 Cetadop Inj 200mg/5ml 52 470 522 239 19.92 26.20921
78 Carbamazepin 200 Mg 1592 5500 7092 3572 297.67 23.82531
79 Candesartan 8tab 2208 57750 59958 59935 4994.58 12.0046
80 Candesartan 16 Tab 3875 28560 32435 30695 2557.92 12.68024
81 Casodex 104 2436 2540 2465 205.42 12.36511
82 Concor 2,5 8044 63200 71244 71242 5936.83 12.00034
83 Codein 20 Mg 221 4700 4921 3800 316.67 15.54
84 Codein 10 Mg 2072 17500 19572 17953 1496.08 13.08216
85 Captopril 12.5 826 1300 2126 2126 177.17 12
86 Captopril 25 1773 9000 10773 7932 661.00 16.29803
87 Clindamycin 150 275 100 375 375 31.25 12
88 Clindamycin300 0 200 200 200 16.67 12
89 Ciprofloxacin 500 15380 59140 74520 37773 3147.74 23.679
90 Cefadroxil 500 4626 86050 90676 79886 6657.17 13.62081
91 Cedocard Inj 0 470 470 470 39.17 12
92 Catapres Inj 55 0 55 42 3.50 15.71429
93 Combivent 2,5 Injeksi 17 700 717 363 30.25 23.70248
94 Ceftriaxon 1 Gr Injeksi 1068 27144 28212 26470 2205.83 12.78972
99 Cefotaxim Injeksi 478 3228 3706 2571 214.25 17.29755
100 Cefadroxyl Ds 125 10 1084 1094 946 78.83 13.87738
101 Cefadroxyl Ds 250 352 0 352 352 29.33 12
103 Cepezet 100 161 7800 7961 7956 663.00 12.00754
104 Cepezet Inj 0 5 5 5 0.42 12
105 Ceftazidim Inj 10 20 30 30 2.50 12
106 Cendo Lyters Tm 157 1214 1371 1131 94.25 14.54642
107 Cendo Xitrol Sm 14 318 332 212 17.67 18.79245
108 Chloramphenicol Tab 250 Mg 26 2100 2126 1874 156.17 13.61366
109 Ca Laktat 2484 0 2484 2134 177.84 13.97
111 Clobazam 884 3800 4684 4684 390.33 12
112 Ciprofloxacin Infus 39 400 439 325 27.08 16.20923
113 Clozapin 25 9 2600 2609 2313 192.75 13.53567
114 Clozapin 100 1013 1300 2313 1829 152.42 15.17551
115 Clopidogrel 5420 150480 155900 130566 10880.50 14.32839
116 Comafusin Hepar 1 1 2 2 0.17 12
117 Damaben Inj 121 375 496 496 41.33 12
118 Difenhidramin Inj 140 150 290 144 12 24.122
119 Durogesic Patch 12.5 4 18 22 15 1.25 17.6
120 Desoximetason Cr 21 1782 1803 1350 112.50 16.02667
121 Diovan Fct 80 22 1560 1582 1582 131.83 12
122 Diovan Fct 160 48 1800 1848 1848 154.00 12
123 Diazepam 2 13 10300 10313 10313 859.42 12
124 Dobutamin Inj Dexa 0 360 360 331 27.58 13.05136
125 Dopamin Giulini Inj 3 175 178 178 14.83 12
130 Dianeal Pd 4 1.5% 0 1080 1080 1080 90.00 12
132 Dianeal Pd 4 2.5% 0 360 360 360 30.00 12
134 Domperidon Tab 2613 25500 28113 19345 1612.08 17.43892
138 Domperidon Syr 23 380 403 300 25.00 16.12
139 Dexamethason Tab 1231 10400 11631 11339 944.92 12.30902
142 Dexamethason Inj 5658 8900 14558 14526 1210.50 12.02644
143 Digoxin 0,25 1220 13230 14450 8488 707.33 20.42884
145 Dexocort Cream 0 300 300 115 9.58 31.30435
95
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
146 Doxycycline 100 210 2700 2910 958 79.83 36.45094
147 Dulcolax Suppo 10 Mg 294 1150 1444 1227 102.25 14.122
148 Durogesic Patch 12.5 4 18 22 15 1.25 17.6
149 Dulcolax Suppo 5 Mg 60 0 60 2 0.17 360
150 Dulcolax Tab 691 1400 2091 2056 171.33 12.20428
151 Dopamet 250 683 2050 2733 2718 226.50 12.06623
152 Dorner 300 2910 3210 2306 192.17 16.70425
153 Depakote 645 7900 8545 7220 601.67 14.20222
154 Dextrose 40 % 131 411 542 519 43.25 12.53179
155 Depakene Syrup 149 142 291 291 24.25 12
156 Dimenhidrinat 0 200 200 200 16.67 12
157 Diltiazem 1598 10000 11598 8617 718.08 16.15133
158 Daryantulle 0 1000 1000 274 22.83 43.79562
159 Exjade 128 1120 1248 1057 88.08 14.1684
160 Extended Life Pd Transfer 2 0 2 2 0.17 12
161 Endrolin 3,75 Inj 0 141 141 120 10.00 14.1
162 Etambuthol 500 287 0 287 287 23.92 12
163 Erythromycin 200mg Syr 43 15 58 44 3.67 15.81818
164 Erythromycin 250 40 3300 3340 253 21.08 158.419
165 Euthyrox 100 484 7500 7984 4368 364.00 21.93407
166 Ergotamin Coffein 2050 0 2050 1228 102.33 20.03257
170 Eprex 33 1850 1883 1513 126.08 14.93457
171 Efedrin Inj 128 950 1078 668 55.67 19.36527
172 Efedrin Tab 1132 0 1132 1132 94.33 12
173 Enystin Drops 0 51 51 51 4.25 12
174 Fresofol Inj 41 350 391 328 27.33 14.30488
175 Fucilex Cr 4 0 4 4 0.33 12
177 Fargoxin Inj 14 15 29 10 0.83 34.8
180 Flunarizin 5 713 0 713 708 59.00 12.08475
181 Fenoximetil P 500 Tab 0 200 200 200 16.67 12
183 Flixotide Nebules 17 20 37 2 0.17 222
186 Fluconazole 150 83 1190 1273 875 72.92 17.45829
187 Furosemid 40 Mg 53 169000 169053 105099 8758.25 19.30214
188 Furosemid Inj 10 Mg 351 9925 10276 9322 776.83 13.22806
189 Fenthanyl Inj 200 580 780 673 56.08 13.90788
190 Fuson Cream 6 44 50 33 2.75 18.18182
191 Futrolit 274 13012 13286 12892 1074.33 12.36674
192 Farmabes Inj 5 Ml 40 30 70 41 3.42 20.4878
193 Fasorbid 10 1522 4000 5522 5162 430.17 12.83688
194 Fasorbid Inj 60 646 706 516 43.00 16.4186
195 Fusycom Cr 101 727 828 828 69.00 12
196 Griseofulvin 125 Mg 39 0 39 39 3.25 12
197 Genoint Sm 16 0 16 16 1.33 12
198 Gliquidon 30 1126 700 1826 1206 100.50 18.16915
199 Glicab 2046 2100 4146 4099 341.58 12.13759
200 Gastrul 0 2970 2970 2970 247.50 12
201 Gg 4719 1000 5719 5009 417.42 13.70094
202 Gelafusal Inf 17 100 117 117 9.75 12
203 Gentamicin 40 Mg/Ml Inj 30 2800 2830 2281 190.08 14.88821
204 Gentamicin 0,3% Tm 76 0 76 76 6.33 12
205 Glurenorm 30 130 0 130 130 10.83 12
206 Glibenclamid 5 131 600 731 313 26.08 28.02556
207 Glimepirid 1 Mg 4 0 4 4 0.33 12
208 Glimepirid 2 Mg 5125 25300 30425 26008 2167.33 14.03799
209 Glimepirid 3 Mg 1061 2000 3061 2892 241.00 12.70124
210 Glimepirid 4 Mg 395 0 395 395 32.92 12
211 Glaucon 281 0 281 197 16.42 17.11675
212 Glucodex 15 0 15 9 0.75 20
213 Gelofusin Inf 62 5 67 67 5.58 12
214 Gemfibrozil 300 234 0 234 234 19.50 12
215 Glucose 10 % 61 220 281 279 23.25 12.08602
216 Glucose 5% 2007 7200 9207 7603 633.58 14.53163
217 Hypobhac Inj 200 Mg 1 0 1 1 0.08 12
96
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
219 Haloperidol 0.5 122 0 122 122 10.17 12
222 Haloperidol 5 Mg 4421 1100 5521 4438 369.83 14.92835
228 Hydrocortison Cream 2.5% 256 0 256 93 7.75 33.03226
229 Hydrochlortiazid 25 Mg 242 4500 4742 3157 263.08 18.02471
230 Harnal Ocas Tab 1207 37170 38377 34970 2914.17 13.16912
231 Hexymer 2 6228 10000 16228 16208 1350.67 12.01481
232 Herbesser Injeksi 21 30 51 51 4.25 12
233 Herbesser Cd 100 2086 14300 16386 15069 1255.75 13.04878
234 Hytroz 2 100 0 100 100 8.33 12
235 Hemapo Inj 38 560 598 528 44.00 13.59091
236 Human Albumin Biotest 50
Cc
0 485 485 397 33.08 14.65995
237 Human Albumin Biotest
100cc
0 140 140 140 11.67 12
238 Hystolan 78 0 78 78 6.50 12
239 Inh 100 620 15200 15820 5271 439.25 36.01594
240 Inh 300 27 600 627 627 52.25 12
241 Isonat 5 25 32500 32525 32525 2710.42 12
242 Isonat 10 22 0 22 22 1.83 12
243 Isotic Adretor 0,5 36 230 266 223 18.58 14.3139
244 Ibuprofen Suspensi 100 0 130 130 52 4.33 30
245 Ibuprofen 200 260 2600 2860 2267 188.92 15.13895
246 Ibuprofen 400 0 900 900 889 74.08 12.14848
247 Isosorbis Dinitrat 5 Mg 10694 278700 289394 276171 23014.25 12.57456
248 Infusan Ring 15 0 15 15 1.25 12
249 Infusan M20 0 336 336 327 27.25 12.33028
250 Inodex Inj 39 15 54 54 4.50 12
251 Inviclot Injeksi 122 2090 2212 2098 174.83 12.65205
252 Infumal Inf 5 168 173 152 12.67 13.65789
253 Kalmeco Tab 128 2020 2148 1535 127.92 16.79218
254 Kalmeco Inj 22 487 509 509 42.42 12
255 Ksr 374 3700 4074 3584 298.67 13.64063
256 Kalipar Tab 666 3300 3966 1619 134.92 29.39592
257 Kendaron Tab 240 910 1150 686 57.17 20.11662
258 Kclotsu 169 360 529 274 22.83 23.16788
259 Kamadol Inj 229 720 949 949 79.08 12
260 Kaltrofen 100 7 30 37 37 3.08 12
261 Kaltrofen Suppo 7 200 207 207 17.25 12
262 Kalxetin 20 0 3450 3450 3223 268.58 12.84518
263 Kalxetin 10 0 60 60 60 5.00 12
264 Kutoin Inj 365 300 665 665 55.42 12
265 Kutoins 100 1857 13700 15557 15185 1265.42 12.29397
266 Kalnex 500 Mg Tab 0 5470 5470 5057 421.42 12.98003
267 Ketokonazol Cr 26 125 151 120 10.00 15.1
268 Ketokonazol 200 Mg 579 4600 5179 3489 290.75 17.81255
269 Ketorolac Inj 30 1112 26950 28062 25767 2147.25 13.06881
270 Kaenmg3 500 Ml 11 0 11 11 0.92 12
271 Kaen 3 B 71 200 271 28 2.33 116.1429
272 Kaen 1 B 21 140 161 64 5.33 30.1875
273 Levopar Tab 2700 2700 5400 3773 314.42 17.17466
274 Loperamid 1354 400 1754 1754 146.17 12
275 Lidocain Compositum Inj 300 950 1250 1076 89.67 13.94052
276 Lidocain Inj 500 0 500 500 41.67 12
281 Lisinopril 5 3749 29400 33149 25724 2143.67 15.46369
282 Lisinopril 10 3594 13000 16594 11200 933.33 17.77929
285 Lovequin 0 300 300 152 12.67 23.68421
286 Loratadin 2669 2900 5569 4879 406.58 13.69707
287 Levosol Injeksi 10 0 10 10 0.83 12
288 Invitec 200 0 360 360 291 24.25 14.84536
289 Lodomer 5 69 0 69 69 5.75 12
290 Loprezol 16 6600 6616 6466 538.83 12.27838
291 Leparson 574 4290 4864 4049 337.42 14.41541
292 Lansoprazol 5103 50700 55803 40227 3352.25 16.64643
97
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
293 Lambucyd Suspensi 106 400 506 506 42.17 12
294 Levemir 42 925 967 783 65.25 14.81992
295 Levofloxacin Infus 26 67 93 71 5.92 15.71831
296 Levofloxacin 500 1000 0 1000 1000 83.33 12
297 Lovenox 60/0.6 Inj 84 790 874 820 68.33 12.79024
298 Lantus 87 45 132 103 8.58 15.37864
299 Miniaspi 30000 0 30000 30000 2500.00 12
300 Meylon Inj 80 0 80 25 2.08 38.4
301 Methyl Ergometrin Tab 785 2000 2785 2215 184.58 15.08804
302 Metoklopramid Tab 467 1800 2267 1432 119.33 18.99721
303 Minicap 600 840 1440 1440 120.00 12
304 Mestinon 1220 6150 7370 6178 514.83 14.31531
305 Morphin Hcl Inj 10 Mg 11 34 45 29 2.42 18.62069
306 Miconazole Cream 0 751 751 628 52.33 14.35032
307 Metformin 850 10 0 10 10 0.83 12
308 Metformin 500 4869 112500 117369 90604 7550.33 15.54488
309 Micardis 40 1062 3200 4262 3178 264.83 16.09314
310 Micardis 80 2241 19450 21691 13517 1126.42 19.25664
311 Mst Continus 15 101 250 351 205 17.08 20.54634
312 Mst Continus 10 64 300 364 282 23.50 15.48936
313 Metotrexat Inj 50/2 12 0 12 12 1.00 12
314 Meloxicam 7,5 3819 22670 26489 25010 2084.17 12.70964
315 Meloxicam 15 3697 27010 30707 30578 2548.17 12.05062
316 Methylprednisolon 16 Mg 80 0 80 78 6.50 12.30769
317 Methylprednisolon 4 Mg 2572 64500 67072 57656 4804.67 13.95976
318 Metronidazol 250 1050 300 1350 1049 87.42 15.44328
319 Metronidazol 500 443 7900 8343 7093 591.08 14.11476
320 Meropenem O,5 Injeksi 44 770 814 603 50.25 16.199
321 Meropenem 1 Injeksi 55 1977 2032 1827 152.25 13.34647
322 Manitol Inf 71 167 238 238 19.83 12
323 Mgso4 20 44 91 135 74 6.17 21.89189
324 Mgso4 40 104 75 179 163 13.58 13.17791
325 Metronidazol Infus 264 7285 7549 6768 564.00 13.38475
326 Martos 33 0 33 33 2.75 12
327 Nitrokaf Retard 3803 46700 50503 42816 3568.00 14.15443
328 Nicardipin Inj 37 835 872 804 67.00 13.01493
329 Nopril 10 Mg 376 3000 3376 3376 281.33 12
330 Nopres 20 Mg 816 1650 2466 2422 201.83 12.218
331 Nefrofer Inj 29 280 309 309 25.75 12
332 Na Phenytoin Injeksi 133 240 373 364 30.33 12.2967
333 Neostigmin Hameln Inj 10 0 10 10 0.83 12
334 Nepatic 0 3500 3500 3500 291.67 12
335 Na Diklofenak 50 241 1010 1251 1251 104.25 12
336 Na Diklofenak 25 1544 9400 10944 10860 905.00 12.09282
337 Novorapid Inj 50 2809 2859 2517 209.75 13.63051
338 Novomix Inj 78 55 133 106 8.83 15.0566
339 Neurodex 6150 61800 67950 67950 5662.50 12
340 Nystatin Vaginal 25 0 25 25 2.08 12
341 Nifedipin 2812 5400 8212 7033 586.08 14.01166
342 Nacl Piggyback 22 200 222 216 18.00 12.33333
343 Nacl 11678 43800 55478 55297 4608.08 12.03928
344 Omeprazol Cap 7730 17400 25130 15411 1284.25 19.56784
345 Omeprazole Inj 161 6150 6311 6050 504.17 12.51769
346 Octalbin 20% 100 Cc 0 39 39 39 3.25 12
347 Ofloxacin 200 25 100 125 125 10.42 12
348 Ofloxacin 400 32 0 32 32 2.67 12
349 Ondansentron 4 Mg Tab 117 674 791 791 65.92 12
350 Ondansentron 8 Mg Tab 276 756 1032 1032 86.00 12
351 Ondansentron Inj 1534 6350 7884 7717 643.08 12.25969
352 Oxytetracycline Sm 1 0 1 1 0.08 12
353 Olandoz 10 135 0 135 75 6.25 21.6
354 Obh Syr 1 2 3 3 0.25 12
355 Oralit 321 2800 3121 1508 125.67 24.83554
98
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
356 Povidon Iodida Lar 10% 30
Ml
7 0 7 7 0.58 12
357 Primolut N 1688 0 1688 1553 129.42 13.04314
358 Pumpitor Inj 0 103 103 103 8.58 12
359 Piroxicam 10 Mg 0 57 57 37 3.08 18.48649
360 Phenobarbital 30 6 10000 10006 4883 406.92 24.5898
361 Phytomenadion Inj 204 1050 1254 500 41.67 30.096
362 Piracetam Inj 1 Gr 164 0 164 164 13.67 12
363 Piracetam Inj 3 Gr 195 2316 2511 2489 207.42 12.10607
364 Piracetam Tab 400 Mg 329 10 339 335 27.92 12.14328
365 Piracetam Tab 800 Mg 343 7750 8093 6584 548.67 14.7503
366 Piracetam 1200 48 0 48 48 4.00 12
367 Platosin Inj Rtus 50 Mg 3 0 3 3 0.25 12
368 Paracetamol Infus 0 1010 1010 947 78.92 12.79831
369 Paracetamol Syrup 517 0 517 517 43.08 12
370 Paracetamol Tab 500 12466 90400 102866 83178 6931.50 14.84037
371 Pan Amin G 42 51 93 29 2.42 38.48276
372 Proinfark Inj 10 130 140 130 10.83 12.92308
373 Pradaxa 110 270 0 270 270 22.50 12
374 Ptu 1412 13600 15012 14779 1231.58 12.18919
375 Propanolol 10 1696 8480 10176 8717 726.42 14.00849
376 Pethidin Inj 1 250 251 210 17.50 14.34286
377 Perdipin Injeksi 0 10 10 10 0.83 12
378 Pyrazinamid 500 56 1400 1456 1448 120.67 12.0663
379 Prednison 1017 1600 2617 2265 188.75 13.8649
380 Recolfar Tab 683 4830 5513 5051 420.92 13.0976
381 Rescuvolin Inj 50 59 0 59 59 4.92 12
382 Ramipril 5 5253 126300 131553 110644 9220.33 14.26771
383 Retaphyl Sr 574 2600 3174 2464 205.33 15.45779
384 Ranitidin 1872 76600 78472 67803 5650.25 13.88824
385 Rifampicin 600 0 200 200 183 15.25 13.11475
386 Rifampicin 450 566 2300 2866 1775 147.92 19.37577
387 Ranitidin Injeksi 2540 44720 47260 45586 3798.83 12.44066
388 Risperidon 2 Mg 2442 15150 17592 15401 1283.42 13.70716
389 Risperidon 3 Mg 15 0 15 15 1.25 12
390 Ringer Laktat 6495 58860 65355 65222 5435.17 12.02447
391 Sulfadoxin Pyrimethamine 96 0 96 10 0.83 115.2
392 Salep 2-4 50 50 100 29 2.42 41.37931
393 Sanmol Infus 82 1440 1522 1496 124.67 12.20856
394 Saline Otsu 17 60 77 77 6.42 12
395 Sucralfat Suspensi /Ulsafate 172 3130 3302 3302 275.17 12
396 Symbicort 80 Turb 3 32 35 31 2.58 13.54839
397 Sebivo 600 82 0 82 82 6.83 12
398 Scabimite Cr 23 30 53 42 3.50 15.14286
399 Sulfasalazine 65 40 105 105 8.75 12
400 Sifrol 0.75 40 120 160 100 8.33 19.2
401 Sifrol 0.375 315 300 615 530 44.17 13.92453
402 Salofalk 250 0 100 100 100 8.33 12
403 Sesden 1195 0 1195 298 24.83 48.12081
404 Spironolakton 100 1197 0 1197 1197 99.75 12
405 Spironolakton 25 3229 29175 32404 27336 2278.00 14.22476
406 Streptomycin Injeksi 80 0 80 68 5.67 14.11765
407 Simvastatin 20 Mg 395 203000 203395 184718 15393.17 13.21333
410 Simvastatin 10 Mg 9731 188040 197771 148658 12388.17 15.96451
411 Sandepril 50 Mg 7606 0 7606 1870 155.83 48.80856
412 Streptase 1500000 1 0 1 1 0.08 12
413 Sibital Inj 2 200 202 141 11.75 17.19149
414 Stesolid Rektal 5 91 65 156 149 12.42 12.56376
418 Stesolid Rektal 10 54 0 54 52 4.33 12.46154
419 Stesolid 10 Amp 36 98 134 84 7.00 19.14286
420 Salbutamol 2 196 4200 4396 4394 366.17 12.00546
424 Salbutamol 4 41 6200 6241 4235 352.92 17.68406
425 Sedacum 14 55 69 69 5.75 12
99
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
426 Salysil Talk 6 20 26 25 2.08 12.48
427 Stolax Suppo 19 0 19 19 1.58 12
428 Tapros Inj 3.75 8 50 58 58 4.83 12
429 Tarivid Otic 11 11 22 22 1.83 12
430 Tablet Tambah Darah ( Sf +
As Folat )
3000 21400 24400 17964 1497.00 16.29927
431 Thiamphenicol 500 232 100 332 332 27.67 12
432 Tutofusin 63 0 63 61 5.08 12.39344
433 Tensilo Inj 0 65 65 31 2.58 25.16129
434 Tria Timol 0 50 50 50 4.17 12
435 Tria Xitrol Tm 2 0 2 2 0.17 12
436 Tamofen 10 Mg 490 3270 3760 2620 218.33 17.22137
437 Simarc 2 665 6000 6665 5061 421.75 15.8032
438 Tanapres 5 4169 16300 20469 15363 1280.25 15.98828
439 Tanapres 10 3127 9200 12327 9023 751.92 16.3941
440 Tramadol 2644 6050 8694 7830 652.50 13.32414
441 Trifluoperazin 92 2500 2592 46 3.83 676.1739
442 Tetagam P 70 892 962 477 39.75 24.20126
443 Tridex 27 B 105 72 177 172 14.33 12.34884
444 Thyrozol 5 Mg 56 0 56 56 4.67 12
445 Thyrozol 5 Mg 200 2500 2700 930 77.50 34.83871
446 Urotractin 1195 1500 2695 2695 224.58 12
447 Urdafalk 0 300 300 295 24.58 12.20339
448 Ulsidex 158 0 158 158 13.17 12
449 Urinter 12 600 612 311 25.92 23.61415
450 Valisanbe 2 Mg Tab 2476 16200 18676 13394 1116.17 16.73227
451 Valesco 80 0 29590 29590 29572 2464.33 12.0073
452 Valesco 160 0 17350 17350 16600 1383.33 12.54217
453 Vinblastin Inj 10 Mg 6 0 6 6 0.50 12
454 Vertikaf 0 3000 3000 2881 240.08 12.49566
455 Vagizol Ovula 1 650 651 129 10.75 60.55814
456 Vbloc 6,25 682 10490 11172 9687 807.25 13.83958
457 Valsartan Ni 80 1766 750 2516 2516 209.67 12
458 Valsartan Ni 160 1497 6480 7977 7941 661.75 12.0544
459 Vastigo 808 4000 4808 4808 400.67 12
462 Ventolin Inhaler 11 15 26 26 2.17 12
463 Ventolin Nebules 80 1140 1220 1217 101.42 12.02958
464 Vitamin B Comp 624 5470 6094 3701 308.42 19.75898
465 Vitamin B1 1650 6600 8250 6710 559.17 14.7541
466 Vitamin B6 1881 8000 9881 9432 786.00 12.57125
467 Vitamin B12 1993 9150 11143 9917 826.42 13.48351
468 Vitamin C 351 3900 4251 4181 348.42 12.20091
469 Xeloda 0 4640 4640 3904 325.33 14.2623
470 Zink Tablet 715 2900 3615 2967 247.25 14.62083
471 Zinkid 10 Mg Syrup 3 0 3 1 0.08 36
472 Zoladex Inj 10,8 1 0 1 1 0.08 12
473 Zypraz 1 Mg 0 1100 1100 1100 91.67 12
474 Versilon 6 0 3000 3000 3000 250.00 12
475 Recofol Inj 7 100 107 107 8.92 12
476 Terrel Isoflurane 400 6500 6900 4900 408.33 16.89796
477 Methyl Ergometrin Inj 0 1000 1000 463 38.58 25.91793
479 Ephinefrin Inj 91 900 991 622 51.83 19.11897
480 Nitroglycerin Injeksi 10 320 330 233 19.42 16.99571
481 Anbacim Inj 178 5518 5696 5276 439.67 12.95527
482 Mecobalamin 0.5 Mg Inj 5 750 755 755 62.92 12
483 Mitomycin C 10 Mg Inj 12 0 12 12 1.00 12
484 Flunarizin 10 Mg 57 0 57 57 4.75 12
485 Mipros 141 1050 1191 1191 99.25 12
486 Ramipril 2.5 Mg 3083 25000 28083 19674 1639.50 17.129
487 Atorvastatin 20 431 65100 65531 44312 3692.67 17.74625
488 Zoladex Inj 10,8 1 0 1 1 0.08 12
489 Zypraz 1 Mg 0 1100 1100 1100 91.67 12
490 Versilon 6 0 3000 3000 3000 250.00 12
100
No Nama Obat Stok Awal Per
Januari 2017
Total
Pemasukan
Thn 2017
Jumlah
Obat Yang
Tersedia
Jumlah
Pemakaian
Per Tahun
Rata-rata
Pemakaian
Per Bulan
Jumlah
Ketersediaan
Obat
493 Recofol Inj 7 100 107 107 8.92 12
494 Tramus 69 100 169 169 14.08 12
495 Omnipaque 20 Ml 8 0 8 8 0.67 12
496 Omnipaque 100 Ml 4 0 4 4 0.33 12
497 Depakote Er 1904 1600 3504 3076 256.33 13.6697
498 Isoflurane 250 Mg 1250 1250 2500 2250 187.50 13.33333
499 Ketamin Inj 48 150 198 198 16.50 12
500 Amoxicillin Inj 3 0 3 3 0.25 12
501 Ampicillin Inj 37 20 57 57 4.75 12
503 Sevorane 250 0 250 250 20.83 12
504 Midazolam Hameln 5 Mg/Ml 659 10 669 669 55.75 12
505 Renxamin 200 Ml 2 104 106 106 8.83 12
506 Oxytocin Inj 10iu 924 6430 7354 6101 508.42 14.46451
507 Clozer 25 Mg 199 1080 1279 1279 106.58 12
508 Lipomed 20% 250 Ml 12 22 34 25 2.08 16.32
509 Mydriatil 1% 5 Ml 10 0 10 5 0.42 24
510 Cefoperazon 1 Gr Inj 0 500 500 500 41.67 12
511 Mydriatil 1% 5 Ml 10 0 10 5 0.42 24
512 Cefoperazon 1 Gr Inj 0 500 500 500 41.67 12
513 Cefobactam Inj 304 3100 3404 3402 283.50 12.00705
514 Dialifer Injeksi @ 5 Ml 0 180 180 118 9.83 18.30508
4.801.263 359.376 13,359
Rata-rata ketersediaan obat 13,36
101
Lampiran 3. Rencana Kebutuhan Obat (RKO) 2017
NO Nama OBAT JUMLAH
1. Air untuk injeksi amp 25 ml 21610
2. Air untuk irigasi lar inf 1000 ml 5020
3. Akarbose tab 50 mg 3600
4. Albumin serum normal (human albumin) inj 20% 100 ml 410
5. Albumin serum normal (human albumin) inj 20% 50 ml 150
6. Alopurinol tab 100 mg 34000
7. Alopurinol tab 300 mg 3500
8. Alprazolam tab 0,25 mg 5000
9. Alprazolam tab 0,5 mg 32300
10. Alprazolam tab 1 mg 33400
11. Amikasin inj 250 mg/ml 100
12. Aminofilin inj 24 mg/ml 400
13. Aminofilin Tab 200 mg 300
14. Amiodaron inj 150 mg/3 ml 70
15. Amiodaron tab 200 mg 600
16. Amlodipin tab 10 mg 91900
17. Amlodipin tab 5 mg 205900
18. Amoksisilin sir kering 125 mg/5 ml 215
19. Amoksisilin tab 500 mg 35200
20. Ampisilin serb inj 1000 mg/vial 70
21. Analog insulin : long acting (inj 100 UI/ml) 530
22. Analog insulin : mix insulin (inj 100 UI/ml) 2250
23. Anastrozol tab 1 mg 124
24. Anestetik lokal gigi kombinasi : lidokain hcl 2% + epinefrin 1 :
80.000 inj 2 ml
630
25. Antasida, kombinasi : aluminium hidroksida 200 mg + magnesium
hidroksida 200 mg
6700
26. Antasida, kombinasi : aluminium hidroksida 200 mg + magnesium
hidroksida 200 mg
2739
27. Anti Parkinson kombinasi : benzerasid 25 mg + levodopa 100 mg 7650
28. Antihemoroid, kombinasi: bismut subgalat 150 mg + heksaklorofen
2,5 mg + lidokain lidokain 10 mg+ seng oksida 120 mg + sup ad 2 g
90
29. Asam asetilsalisilat (asetosal) tab 80 mg 206600
30. Asam askorbat (vitamin C) tab 50 mg 7900
31. Asam folat tab 1 mg 2800
32. Asam mefenamat kaps 500 mg 118200
33. Asam pipemidat kaps 400 mg 2100
34. Asam traneksamat inj 100 mg/ml 12000
35. Asam traneksamat tab 500 mg 19600
36. Asam ursodeoksikolat kaps 250 mg 3500
37. Asetazolamid tab 250 mg 8500
38. Asiklovir tab 400 mg 550
39. Atorvastatin tab 20 mg 3800
40. Atrakurium inj 25 mg/2,5 ml 220
41. Atropin inj 0,25 mg/ml (i.m./i.v./s.k) 500
42. Azitromisin tab 500 mg 250
43. Beraprost sodium tab 20 mcg 700
44. Betahistin tab 6 mg 35000
45. Bikalutamid tab sal 50 mg 1400
46. Bisakodil sup 10 mg 1500
102
NO Nama OBAT JUMLAH
47. Bisakodil sup 5 mg 1150
48. Bisakodil tab sal 5 mg 1200
49. Bisoprolol tab 2,5 mg 249800
50. Bisoprolol tab 5 mg 102000
51. Budesonid-formoterol (fixed combination)* ih 160/4,5 mcg 12
52. Bupivakain heavy inj 5 mg/ml (hcl) + glukosa 8% 910
53. Budesonid-formoterol (fixed combination)* ih 80/4,5 mcg 286
54. Clozapin 25 3000
55. Clopidogrel 155900
56. Clonidin 0.15 Mg Tab 1461
57. Ca Gluconas 10% Inj 115
58. Ca Laktat 177.84
59. Clobazam 390.33
60. Ciprofloxacin Infus 27.08
61. Cefoperazone Sulbactam 1 Gr 634
62. Chloramphenicol Tab 250 Mg 2000
63. Cotrimoksazol Syr 475
64. Cotrimoksazol Tab 11098
65. Cefixim Syr 357
66. Cefixim Tab 32389
67. Captopril 12.5 2126
68. Captopril 25 7932
69. Clindamycin 150 375
70. Curacil 500 Mg/10 Ml Inj 24
71. Cetirizin 17562
72. Cetadop Inj 200mg/5ml 522
73. Carbamazepin 200 Mg 7092
74. Candesartan 8tab 59958
75. Deferasiroks tab disp 250 mg 300
76. Deksametason inj 5 mg/ml (i.v./i.m.) 16300
77. Deksametason tab 0,5 mg 13900
78. Desoksimetason krim 0,25% 2500
79. Dialisa peritoneal lar intraperitonial 52200
80. Diazepam inj 5 mg/ml (i.v./i.m.) 815
81. Diazepam lar rektal 10 mg/2,5 ml 105
82. Diazepam lar rektal 5 mg/2,5 ml 65
83. Diazepam tab 2 mg 39500
84. Diazepam tab 5 mg 200
85. Digoksin inj 0,25 mg/ml 50
86. Digoksin tab 0,25 mg 19600
87. Diltiazem kaps SR 100 mg 2300
88. Diltiazem kaps SR 200 mg 180
89. Diltiazem serb inj 50 mg/vial 70
90. Diltiazem tab 30 mg 4800
91. Dobutamin inj 50 mg/ml 700
92. Doksazosin tab 2 mg 1800
93. Doksisiklin kaps 100 mg 100
94. Domperidon susp 5 mg/5 ml 255
95. Domperidon tab 10 mg 16500
96. Domperidon tts 5 mg/ml 162
97. Dopamin inj 40 mg/ml 1000
98. Dutasterid kaps 0,5 mg 7000
103
NO Nama OBAT JUMLAH
99. Efedrin inj 50 mg/ml 500
100. Enoksaparin sodium inj 60 mg/0,6 ml 3000
101. Epinefrin (adrenalin) inj 0,1% (i.v./s.k./i.m.) 250
102. Eritromisin tab 500 mg 4800
103. Etambutol tab 500 mg 1400
104. Etanol 70% cairan 70% 1650
105. Etil klorida semprot 100 ml 32
106. Fenitoin Na inj 100 mg/2 ml 900
107. Fenitoin Na kaps 100 mg 6500
108. Fenobarbital inj 50 mg/ml 60
109. Fenobarbital tab 30 mg 3600
110. Fenofibrat kaps 300 mg 2000
111. Fenoterol hbr aerosol 100 mcg/puff 303
112. Ferro sulfat tab salut 300 mg 13700
113. Fitomenadion (vitamin K1) inj 10 mg/ml (i.m) 1500
114. Flukonazol kaps 150 mg 500
115. Fluoksetin kaps 10 mg 19400
116. Fluoksetin kaps 20 mg 8000
117. Fondaparinuks inj 2,5 mg/0,5 ml 500
118. Furosemid inj 10 mg/ml (i.v./i.m.) 14000
119. Furosemid tab 40 mg 131400
120. Gabapentin kaps 300 mg 26800
121. Gemfibrozil kaps 300 mg 600
122. Gentamisin inj 40 mg/ml 2520
123. Gentamisin salep mata 0,3% 250
124. Gentamisin tts mata 0,3% 1200
125. Glibenklamid tab 5 mg 200
126. Gliklazid tab 80 mg 29300
127. Glimepirid tab 1 mg 4700
128. Glimepirid tab 2 mg 32200
129. Glimepirid tab 3 mg 2600
130. Gliseril trinitrat inj 10 mg/ml 20
131. Gliseril trinitrat kaps SR 2,5 mg 800
132. Glukosa Larutan Infus 5% steril 250 ml 640
133. Glukosa Larutan Infus 5% steril 500 ml 11080
134. Haloperidol tab 0,5 mg 500
135. Hidrokortison krim 2,5% 504
136. Hiosina butilbromida inj 20 mg/ml 85
137. Hiosina butilbromida tab 10 mg 6000
138. Human tetanus imunoglobulin inj 250 UI (i.m.) 650
139. Ibuprofen sir 100 mg/5 ml 158
140. Ibuprofen sir 200 mg/5 ml 52
141. Ibuprofen tab 400 mg 2300
142. Imidapril tab 10 mg 6200
143. Imidapril tab 5 mg 10150
144. Ioheksol 180-300 mg Iodium/ml 20
145. Isofluran inhalasi 250 ml 87
146. Isoniazid tab 100 mg 1700
147. Isoniazid tab 300 mg 2100
148. Isosorbid dinitrat inj 10 mg/10 ml 1070
149. Isosorbid dinitrat tab 10 mg 18200
150. Isosorbid dinitrat tab 5 mg 516500
104
NO Nama OBAT JUMLAH
151. Kalium aspartat tab 300 mg 9500
152. Kalsium polistirena sulfonat ktg 5 g 18
153. Kanamisin inj 1.000 mg/ vial 16
154. Kandesartan tab 16 mg 51520
155. Kandesartan tab 8 mg 137100
156. Kapesitabin tab sal 500 mg 1500
157. Kaptopril tab 12,5 mg 1800
158. Kaptopril tab 25 mg 5550
159. Kaptopril tab 50 mg 50
160. Karbamazepin tab 100 mg 300
161. Karvediol kaps 6,25 mg 17000
162. Ketamin inj 50 mg/ml (i.v.) 8
163. Ketokonazol krim 2% 50
164. Ketokonazol tab 200 mg 3100
165. Ketoprofen sup 100 mg 2910
166. Ketorolak inj 30 mg/ml 33200
167. Klindamisin kaps 150 mg 1000
168. Klobazam tab 10 mg 3400
169. Klopidogrel tab 75 mg 197200
170. Kloramfenikol kaps 250 mg 100
171. Klorfeniramin tab 4 mg 11000
172. Klorpromazin tab sal 100 mg 13500
173. Klozapin tab 100 mg 1050
174. Klozapin tab 25 mg 1550
175. Kodein tab 10 mg 17800
176. Kodein tab 20 mg 9000
177. Kolkisin tab 500 mcg 2900
178. Kombinasi : ergotamin 1 mg+ kafein 50 mg 6800
179. Kotrimoksazol (dewasa) kombinasi : sulfametoksazol 400 mg+
trimetoprim 80 mg
9800
180. Laktulosa sir 3,335 g/5 ml 360
181. Lansoprazol kaps 30 mg 70800
182. Larutan mengandung Asam Amino (Asam Amino 30 g, Glukosa 7,3
% dan elektrolit) 500 ml
107
183. Larutan mengandung Asam Amino (Asam Amino 5% dengan
BCAA 45%, L-Ornithine L Aspartate 8.03 gr/L, Sorbitol 50 gr/L,
Xylitol 50 gr/L)
230
184. Larutan mengandung Asam Amino (Asam Amino 7%, Komposisi:
Asam Amino esensial: Asam Amino non esensial = 60 : 40)
12
185. Larutan mengandung Elektrolit (Kalium Klorida) 571
186. Larutan mengandung Elektrolit (Na 130 mEq, Cl 109 mEq, Ca 3
mEq, Asetat 28 mEq)
126
187. Larutan mengandung Karbohidrat (Maltose 100 gr) 309
188. Lenograstim inj 263 mcg/vial 2200
189. Leuprorelin asetat serb inj 3,75 mg 90
190. Levofloksasin inf 5 mg/ml 50
191. Levotiroksin tab 100 mcg 4200
192. Lidokain inj 2% (infiltr/p.v.) 5500
193. Lisinopril tab 10 mg 30500
194. Lisinopril tab 5 mg 105100
195. Loratadin tab 10 mg 4300
196. Magnesium sulfat inj 40% 120
105
NO Nama OBAT JUMLAH
197. Magnesium sulfat serb, ktg 30 g 300
198. Meropenem serb inj 1000 mg/vial 1500
199. Meropenem serb inj 500 mg/vial 500
200. Metenamin mandelat (heksamin mandelat) tab salut enterik 500 mg 1050
201. Metformin tab 500 mg 122900
202. Metilprednisolon inj 500 mg/8 ml 1300
203. Metildopa tab sal 250 mg 100
204. Metilergometrin inj 0,2 mg/ml 3400
205. Metilergometrin tab salut 0,125 mg 700
206. Metilfenidat tab SR 10 mg 1900
207. Metilprednisolon tab 8 mg 5140
208. Metoklopramid drop botol 10 ml 500
209. Metoklopramid sir 5 mg/5 ml 130
210. Metoklopramid tab 5 mg 1100
211. Metronidazol lar inf 5 mg/ml 300
212. Metronidazol ovula 500 mg 7500
213. Metronidazol sir 125 mg/5 Ml 190
214. Metronidazol tab 250 mg 300
215. Metronidazol tab 500 mg 200
216. MIBG (meta-iodobenzylguanidine) 9200
217. Mikafungin Na serb inj 50 mg/vial 540
218. Mikonazol serb 2% 600
219. Modified fluid gelatine BM 30 000 lar inf 4% 70
220. Morfin Hcl tab 10 mg 10
221. Morfin Hcl tab SR 15 mg 450
222. Morfin Hcl tab SR 30 mg 150
223. Nadroparin inj 10 mg/ml 57900
224. Natrium diklofenak tab 50 mg 12000
225. Natrium fluoresein tts mata 2% 10200
226. Natrium fusidat salep 20 mg/g 670
227. Nikotinamid tab 100 mg 540
228. Nitrogen oksida ih, gas dlm tabung 40
229. Noretisteron tab 5 mg 50
230. Ofloksasin tab 400 mg 100
231. Ofloksasin tts telinga 3% 350
232. Oksaliplatin serb inj 100 mg/vial 24
233. Oktreotid inj 0,1 mg/ml 5900
234. Omeprazol kaps 20 mg 3200
235. Ondansetron inj 2 mg/ml 9000
236. Ondansetron tab 4 mg 8810
237. Ondansetron tab 8 mg 450
238. Parasetamol sir 120 mg/5 ml 2250
239. Parasetamol tab 500 mg 2800
240. Parasetamol tts 60 mg/0,6 ml 93000
241. Pasta devitalisasi (non arsen) 530
242. Perindoprilarginin tab 5 mg 32
243. Petidin inj 50 mg/ml (i.m./s.k./i.v.) 51
244. Pilokarpin tts mata 2% 280
245. Piridoksin (vitamin B6) inj 100 mg/ml 1200
246. Pirimetamin tab 25 mg 6100
247. Povidon iodin lar 100 mg/ml 106
248. Pramipeksol tab ER 0,750 mg 300
106
NO Nama OBAT JUMLAH
249. Pravastatin tab 10 mg 800
250. Primakuin tab 15 mg 1000
251. Propofol inj 1% (i.v. Bolus) 9200
252. Propranolol inj 1 mg/ml (i.v.) 415
253. Propranolol tab 40 mg 6700
254. Ramipril tab 5 mg 1500
255. Ranitidin inj 25 mg/ml 79600
256. Ranitidin tab 150 mg 48300
257. Retinol (vitamin A) kaps lunak 100.000 UI 94700
258. Rifampisin tab 600 mg 1800
259. Rifampicin 150 mg 1000
260. Ringer Laktat Larutan 1000 ml 78080
261. Rifampicin 300 mg 500
262. Risperidon tab sal 1 mg 2900
263. Risperidon tab sal 2 mg 100
264. Rituksimab Inj 10 mg/ml 12600
265. Ropinirol tab sal 2 mg 175
266. Salbutamol cairan serb ih 200 mcg/kaps + rotahaler 53
267. Salbutamol sir 2 mg/5 ml 930
268. Salbutamol tab 4 mg 3100
269. Salep 2-4, kombinasi : asam salisilat 2 %+ belerang endap 4 % 2600
270. Sefadroksil kaps 250 mg 264
271. Sefadroksil kaps/tab 500 mg 100
272. Sefadroksil sir kering 125 mg/5 ml 87700
273. Sefadroksil sir kering 250 mg/5 ml 1854
274. Sefaleksin kaps 250 mg 72
275. Sefiksim sir 100 mg/5 ml 828
276. Sefiksim tab 100 mg 120
277. Sefoperazon serb inj 1.000 mg/vial 25200
278. Sefotaksim inj 500 mg/vial 248
279. Sefpirom serb inj 1000 mg 3880
280. Seftriakson serb inj 1.000 mg/vial 62
281. Sefuroksim serb inj 750 mg/vial 30675
282. Sefuroksim tab 250 mg 3682
283. Setirizin tab 10 mg 32
284. Setuksimab inj 5 mg/ml 12650
285. Sianokobalamin (vitamin B12) inj 500 mcg/ml 286
286. Siklofosfamid serb inj 1000 mg/vial (i.v.) 1000
287. Simvastatin tab sal 20 mg 149850
288. Siprofloksasin inf 2 mg/ml 206050
289. Siprofloksasin tab scored 500 mg 626
290. Spiramisin tab 500 mg 41500
291. Spironolakton tab 25 mg 180
292. Streptomisin serb inj 1.000 mg/vial 65600
293. Sufentanil inj 5 mcg/ml (i.v.) 13
294. Sukralfat tab 500 mg 78
295. Sulfur colloid 4,5 mg gelatin/reaction vial 2857
296. Tamsulosin tab 0,2 mg 450
297. Tamsulosin tab SR 0,4 mg 2920
298. Telmisartan tab 40 mg 28285
299. Telmisartan tab 80 mg 22
300. Temozolamid kaps 100 mg 3250
107
NO Nama OBAT JUMLAH
301. Terazosin hcl tab 1 mg 29700
302. Tetrasiklin kaps 500 mg 1980
303. Tiamin (vitamin B1) tab 50 mg 200
304. Tikagrelor tab 90 mg 1550
305. Timolol tts mata 0,5% 3700
306. Trastuzumab serb inj 440 mg/vial 218
307. Triheksifenidil tab 2 mg 1070
308. Vitamin B kompleks 1973
309. Valasiklovir tab 500 mg 9500
310. Valproat tab sal 250 mg 936
311. Valproat tab sal 500 mg 386
312. Valproat tab SR 500 mg 9900
313. Vankomisin serb inj 500 mg/vial 7000
314. Zinc tab disp 20 mg 2000
315. Warfarin 2 mg 10500
108
Lampiran 4. Tabel Issac dan Michael
109
Lampiran 5. Rata-rata waktu pelayanan Resep
Lama waktu tunggu resep non racikan
Hari :Senin sampai Sabtu
Jumlah Resep Rata-rata waktu tunggu
300 4.5 menit
Lama waktu tunggu resep racikan
Hari :Senin sampai Sabtu
Jumlah Resep Rata-rata waktu tunggu
50 10 menit
Lampiran 6. Obat Diluar Fornas
No Nama Obat
1 Aspar k
2 Ambroxol
3 Adona ampul
4 Bisolvon ampul
5 Gastrul tablet
6 GG
7 Hystolan
8 Kalmeco/mecobalamin capsul
9 Piracetam 1g, 3g.
10 Piracetam 400mg, 800 mg,1200 mg
11 Allergen
12 Neurodex
13 Benutrion Ve
14 Laxadine sirup
15 Viagra
16 Lodia
17 Sesden
18 Frego (flunarizin) 5mg
19 Frego (flunarizin) 10 mg
110
Lampiran 7. Nilai dan Nama-nama obat Kadaluarsa/Stok mati
No Jumlah Nama obat Harga Kadaluarsa
1 30 Bronsolvan Rp.7950 1-2-2017
2 30 Cyclovidin Rp.8.449.000 1-1-2018
3 24 Curacil 500 mg Rp.852.000 1-1-2017
4 2 Endoxan inj Rp.1.491.094 31-7-2017
5 12 Metotrexat inj Rp.568.920 1-9-2017
6 3 Flatosin 50 mg Rp.459.000 18-8-2017
7 270 Pradaxa 110 mcg Rp.3.492.720 1-4-2017
8 59 Rescuvolin 50 Rp.8.260.000 01-6-2016
9 6 Vinblastine 10 mg Rp.2.291.622 01-10-2017
10 1 Zoladex inj Rp.2.950.000 31-12-2016
11 10 Chloramex Rp.91.488 01-02-2017
12 10 Nitroglycerin inj Rp.607.750 01-04-2017
13 22 Erytromicin 200mg sirup Rp.142.126,60 01-08-2017
14 10 Neostigmine inj Rp.90.699,40 25-06-2017
15 900 Propranolol 40 mg Rp.224.937 01-09-2017
16 540 Adalat oros 20 Rp.1.619.460 01-08-2017
17 5 Aminifusin hepar Rp.427.570 01-11-2017
18 1 Cavafix Rp. 508.200 01-11-2016
19 200 Metformin 850 mg Rp. 79.200 01-01-2017
20 1310 Nifedipin Rp. 185.889 01-4-2017
21 5 Kidmin 200 ml Rp. 229.999 23-03-2017
22 15 Pulmicort nebulizer Rp. 133.496,10 31-01-2017
Total Harga Obat kadaluarsa Rp.33.162.121,26
111
Lampiran 8. Lama tertundanya pembayaran Tagihan Oleh Rumah Sakit
No Jumlah
Faktur
Nama Distributor Lamanya Pembayaran
(HARI)
1 20 PT.APL 84
2 20 PT.Tempo 149
3 10 PT.Parit Padang 91
4 50 PT.Kimia Farma 148
5 40 PT.Enseval 79
6 5 PT.Rajawali Nusindo 120
7 40 PT.Bina San Prima 78
8. 5 PT.Tri Sapta Jaya 200
Total 190 faktur
Lampiran 9. Jumlah Pegawai di Instalasi Farmasi RSUD Undata Palu
No Pendidikan Jumlah
1 Apoteker S2 Farmasi Klinik 3
2 Apoteker S2 Farmakologi 2
3 Apoteker S2 M.Kes 2
4 Apoteker S2 M.M 1
5 Apoteker 11
6 Asisten Apoteker S1 18
7 Asiten Apoteker D3 Far 24
8 SMA 2
TOTAL 63
112
Lampiran 10. Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity)
1. Rumus perhitungan EOQ adalah :
EOQ = √ 2 DS
H
Keterangan : D = jumlah pemakaian selama 1 tahun
S = Biaya Order
H = Biaya Penyimpanan ; 10% dari harga beli
2. Contoh perhitungan EOQ Amlodipin 10 mg
Jumlah pemakaian dalam 1 tahun = 2787
Harga satuan = Rp 1912.00
Biaya order = Rp .7500
Biaya penyimpanan ;10% x Rp 1912= Rp 192,20
Jumlah kuantitas pesanan amlodipin 10 mg per oder adalah :
EOQ = √ 2x2787x7500
191,20
= 467,60
Jadi frekuensi order amlodipine 10 mg pertahun secara EOQ adalah
= 2787/467,60
=5,97 kali
113
Lampiran 11. Frekuensi pengadaan tiap item obat
No Nama obat
HPP (Harga
Pokok
Penjualan)(RP)
10% x
HPP(Biaya
Penyimpanan)
Penggunaan
obat/tahun
Biaya
order EOQ F
1 Amlodipin 10 Mg 352 35,2 82.116 5000 4830 17
2 Alprazolam 0,5 Mg 585 58,5 27032 5000 2149 13
3 Alprazolam 1 Mg 146 14,6 18567 5000 3566 5
4 Amlodipin 5 197 19,7 222958 5000 10.631 21
5 Allupurinol 100 143 14,3 30672 5000 4631 7
6 Allupurinol 300 275 27,5 1311 5000 690 2
7 Asam Mefenamat 500 141 14,1 89290 5000 7957 11
8 Asam Traneksamat Inj 250/5
2,659 265,9 9453 5000 597 16
9 Azithromycin 1,900 190 330 5000 131 3
10 Acylovir 200 251 25,1 848 5000 581 2
11 Acylovir 400 362 36,2 744 5000 453 2
12 Arixtra 265,833 26,583 840 5000 19 44
13 Atropin Injeksi 1,350 135,0 300 5000 149 6
14 Avamys Spray 103,000 10,300 193 5000 13 15
15 Amoksisilin 500 290 29 46600 5000 4008 12
16 Amoxisilin Ds 5,500 550 350 5000 79 5
17 Antihemoroid Suppo 3,300 330 380 5000 107 4
18 Aquadest 25 Ml 2,750 275 26940 5000 989 27
19 Asering 9,275 927,5 220 5000 48 5
20 Aminophylin Inj 3,349 334,9 120 5000 60 2
21 Antasida Syr 4,023 402,3 1450 5000 189 8
22 Antasida 162 16,2 4000 5000 1581 3
23 Atacurium Inj 50 39,500 3950 15 5000 6 3
24 Antrain Inj 9,405 940,5 600 5000 79 8
25 Avodart 0,5 7,750 775 15180 5000 442 34
26 Arimidex 34,900 3490 1148 5000 57 20
27 Asam Folat 1 Mg 52 5,2 2600 5000 2236 12
28 Avesco 20 Mg 3,520 352 8460 5000 490 17
29 Bamgetol 200 Mg 1,881 188,1 8000 5000 652 12
30 Bisoprolol 5 399 39,9 112150 5000 5301 21
31 Berotec 80,000 8000 248 5000 17 15
32 Betametason Cr 1,596 159,6 150 5000 97 2
33 Betahistin Tablet 6 Mg 170 17 11850 5000 2640 5
34 Beta One 2,5 3,666 366,6 37700 5000 1014 37
35 Ceftriaxon 1 Gr Injeksi 11,000 1100 27144 5000 496 54
36 Cefotaxim Injeksi 6,050 605 3228 5000 230 14
37 Cefadroxyl Ds 125 5,286 528 1084 5000 143 8
38 Ciprofloxacin Infus 13,489 1348 400 5000 54 7
39 Clopidogrel 2,100 210 150480 5000 2676 56
40 Ca Gluconas 10% Inj 7,800 780 48 5000 25 2
41 Cotrimoksazol Syr 6,600 660 400 5000 77 5
42 Cotrimoksazol Tab 275 27,5 10800 5000 1481 6
43 Cefixim Syr 12,078 1207,8 334 5000 52 7
44 Cefixim Tab 1,000 100 31600 5000 1.777 18
45 Ciprofloxacin 500 254 25 59140 5000 4863 12
46 Citicoline 500 Mg Tab 5,082 508,2 5760 5000 340 17
47 Citicolin Inj 125 Mg 9,000 90 5890 5000 255 23
48 Cartylo 80 616 61,6 138400 5000 4739 29
49 Cetirizin 154 15,4 16900 5000 3312 5
50 Cetadop Inj 200mg/5ml 7,480 748 470 5000 79 6
13.48
114
Lampiran 12. Frekuensi pengadaan tiap item obat pada kartu Stok
No Nama obat Jumlah pengadaan
1 Amlodipin 10 Mg 6
2 Alprazolam 0,5 Mg 6
3 Alprazolam 1 Mg 4
4 Amlodipin 5 6
5 Allupurinol 100 4
6 Allupurinol 300 1
7 Asam Mefenamat 500 6
8 Asam Traneksamat Inj 250/5 4
9 Azithromycin 1
10 Acylovir 200 1
11 Acylovir 400 1
12 Arixtra 6
13 Atropin Injeksi 1
14 Avamys Spray 4
15 Amoksisilin 500 6
16 Amoxisilin Ds 3
17 Antihemoroid Suppo 2
18 Aquadest 25 Ml 6
19 Asering 1
20 Aminophylin Inj 1
21 Antasida Syr 2
22 Antasida 2
23 Atacurium Inj 50 1
24 Antrain Inj 2
25 Avodart 0,5 6
26 Arimidex 6
27 Asam Folat 1 Mg 1
28 Avesco 20 Mg 2
29 Bamgetol 200 Mg 2
30 Bisoprolol 5 4
31 Berotec 4
32 Betametason Cr 2
33 Betahistin Tablet 6 Mg 6
34 Beta One 2,5 4
35 Ceftriaxon 1 Gr Injeksi 6
36 Cefotaxim Injeksi 4
37 Cefadroxyl Ds 125 3
38 Ciprofloxacin Infus 6
39 Clopidogrel 7
40 Ca Gluconas 10% Inj 1
41 Cotrimoksazol Syr 2
42 Cotrimoksazol Tab 2
43 Cefixim Syr 2
44 Cefixim Tab 4
45 Ciprofloxacin 500 4
46 Citicoline 500 Mg Tab 4
47 Citicolin Inj 125 Mg 4
48 Cartylo 80 4
49 Cetirizin 8
50 Cetadop Inj 200mg/5ml 1
Rata-rata pengadaan 3,50 kali
115
Lampiran 13. Hasil Wawancara
1. Mengapa terjadi keterlambatan pembayaran tagihan oleh Rumah Sakit?
Jawab (Bagian Keuangan) : Salah satu penyebab adalah terlambatnya
pembayaran tagihan obat oleh rumah sakit karena klaim pembayaran pasien
BPJS sangat lambat dibayarkan oleh BPJS sedangkan pemasukan dana pasien
tunai jumlahnya sedikit.
2. Apakah dana yang diusulkan oleh Kepala IFRSUD Undata Palu semua
disetujui.
Jawab : I ya disetujui tetapi disesuaikan dengan anggaran BLUD yang ada.
3. Apakah penyebab kurangnya dana BLUD untuk pembayaran tagihan obat?
Jawab : Mungkin perlu dilakukan perhitungan farmakoekonomi untuk
masing-masing diagnosa/penyakit karena selama ini langsung dikeluarkan
40% jasa medic dari klaim.
116
Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Penelitian
117
Lampiran 15. Surat Keterangan Pengambilan Data
118
Lampiran 16. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian