ANALISIS PENGELOLAAN DANA INVESTASI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320050-S-Natasha Gena...

90
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGELOLAAN DANA INVESTASI ASURANSI JIWA SYARIAH DAN KONVENSIONAL SERTA PERLAKUANNYA TERHADAP HASIL INVESTASI YANG DIPEROLEH (STUDI KASUS PT ASURANSI JIWA XYZ) SKRIPSI NATASHA GENA PATRIANI 1006813840 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI DEPOK JULI 2012 Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Transcript of ANALISIS PENGELOLAAN DANA INVESTASI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320050-S-Natasha Gena...

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGELOLAAN DANA INVESTASI

ASURANSI JIWA SYARIAH DAN KONVENSIONAL SERTA PERLAKUANNYA TERHADAP

HASIL INVESTASI YANG DIPEROLEH (STUDI KASUS PT ASURANSI JIWA XYZ)

SKRIPSI

NATASHA GENA PATRIANI 1006813840

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI

DEPOK JULI 2012

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGELOLAAN DANA INVESTASI ASURANSI JIWA SYARIAH DAN KONVENSIONAL

SERTA PERLAKUANNYA TERHADAP HASIL INVESTASI YANG DIPEROLEH

(STUDI KASUS PT ASURANSI JIWA XYZ)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memporelah gelar Sarjana Ekonomi

NATASHA GENA PATRIANI 1006813840

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI

KEKHUSUSAN KEUANGAN DEPOK

JULI 2012

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

HALAMAN PER}TYATAAI\ ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

Dan semua sumber baik yang dikutrp maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

NPM

TandaTangan

Tanggal

: Natasha Gena Patriani

: 1006813840

:02luli20l2

ll

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari

masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya

untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Papa, Mama, Lady, Ogen, dan semua keluarga besar saya yang telah

memberikan bantuan dukungan material maupun moril.

3. Dimas Aditya ’Ndut’, Group ’Wanita-Wanita Ciamik’ (morien, meita, rani,

maria, ana, itin, meta, tasya, dini, chris lentina) dan semua teman-teman

tersayang yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah banyak

memberikan dukungan dan semangat selama saya menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Catur Sasongko, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran didalam mengarahkan penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Irni Yusnita, Ibu Arwiyani Taslimatun, dan pihak perusahaan yang telah

sangat banyak membantu dalam memberikan data dan menjelaskan secara

detail mengenai data tersebut.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Depok, 02 Juli 2012

Penulis

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

IIALAMAIq PER}MATAAI\ PERSETUJUAT{ PUBLIKASI TUGASAKHIR T]NTUK KEPEIITINGAI\I AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama

NPM

Program Studi

Departemen

Fakultas

Jenis Karya

Natasha Gena Patriam

1006813840

Ekstensi Akuntansi

Akuntansi

Ekonomi

Skripsi

Demi pengembangan iknu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Righ$ atas karya ikniah saya yang berjudul:

Analisis Pengelolaan Dana Investasi Asuransi Jiwa Syariah dan Konvensionalserta Perlakuannya Terhadap Hasil Investasi yang Diperoleh(Studi Kasus PT Asuransi Jiwa XYZ)Beserta per,angkat yang ada (iika dipertrukan). Dengm,r Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universitas Indonesia beftak rnenyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk data (database),

merawat, dan mempgblikasikan tugas akhir saya selama tetap mencanfumkan

nama saya sebagai penutris/pencipta dan sebagai pelrrilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuatdi: Depok

Pada Tanggal;02 Juli 2012

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

ABSTRAK

Nama : Natasha Gena Patriani Program Studi : Ekstensi Akuntansi Judul : Analisis Pengelolaan Dana Investasi Asuransi Jiwa Syariah dan

Konvensional Serta Perlakuannya Terhadap Hasil Investsi Yang Diperoleh (Studi Kasus PT Asuransi Jiwa XYZ)

Skripsi ini membahas pengelolaan dana investasi syariah dan konvensional serta perlakuannya terhadap hasil investasi yang diperoleh pada PT Asuransi Jiwa XYZ periode 2010 dan 2011. Kegiatan pengelolaan dana investasi yang dibahas meliputi jenis dana pada asuransi syariah dan skema pengelolaan dana asuransi konvensional, alokasi dana investasi, dan mekanisme hasil investasi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan portofolio investasi PT Asuransi Jiwa XYZ periode 2010 dan 2011, khususnya reksadana unit syariah sempat melebihi batas maksimum dan juga belum berinvestasi pada saham syariah. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar unit syariah dapat meningkatkan pengawasan pada pengelolaan investasi dan mencoba berinvestasi pada saham syariah yang dapat menghasilkan return lebih besar. Kata kunci: Pengelolaan, dana investasi, hasil investasi

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Natasha Gena Patriani Study Program: Accounting - Extention Title : Investment Management Analysis of Islamic and Conventional

Life Insurance and The Treatment of Return Obtained (A Case Study of Life Insurance PT XYZ)

The focus of this study is discusses the management of conventional and Islamic investment funds as well as its treatment of investment returns earned on the PT XYZ Life Insurance period 2010 and 2011. Investment fund management activities include types of funds in the Takaful and fund management schemes of conventional insurance, investment allocation, and investment return mechanisms. The study was a descriptive qualitative research design. The study concluded that the PT XYZ’s management of investment portfolios period 2010 and 2011, especially the sharia unit for mutual fund had exceed the maximum limit and also not invest in shares of sharia yet. Therefore, the authors suggested that sharia unit to improve oversight in the management of investments and try investing in sharia stocks that could result a greater return. Key words: Management, investment funds, investment returns

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………… ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. iii KATA PENGANTAR …………………………………………………. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… v ABSTRAK ……………………………………………………………... vi ABSTRACT ……………………………………………………………. vii DAFTAR ISI ………………………………………………………….. viii DAFTAR GAMBAR …………………………………………….......... x DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xi DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………. xii 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………………………….. 1 1.1.1. Asuransi Secara Umum ………………………………... 1 1.1.2. Sejarah Asuransi di Indonesia …………………………. 4 1.1.3. Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia ………………… 6 1.1.4. Investasi Asuransi ……………………………………… 7

1.2. Perumusan Masalah ………………………………………….. 7 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 8 1.4. Manfaat/Kontribusi Utama Dalam Penelitian ……………….... 8 1.5. Batasan Penelitian …………………………………………….. 9 1.6. Sistematika Penulisan ………………………………………… 9

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Asuransi …………………………………………... 11 2.1.1. Pengertian Asuransi Syariah ……………………………. 11 2.1.2. Pengertian Asuransi Konvensional ……………………... 12

2.2. Premi dan Klaim ………………………………………………. 14 2.2.1. Premi dan Klaim Asuransi Syariah .…………………….. 14 2.2.2. Premi dan Klaim Asuransi Konvensional .……………… 15

2.3. Dewan Syariah Nasional (DSN) ………………………………. 15 2.4. Dewan Pengawas Syariah (DPS) ……………………………… 17 2.5. Investasi ……………………………………………………….. 18

2.5.1. Investasi Asuransi Syariah ……………………………… 18 2.5.2. Investasi Asuransi Konvensional ……………………….. 22

2.6. Instrumen Investasi ……………………………………………. 24 2.6.1. Pasar Modal ……………………………………………... 24 2.6.2. Saham …………………………………………………… 26 2.6.3. Obligasi/Sukuk …………………………………………... 27 2.6.4. Reksadana ………………………………………………. 30

2.7. Return dan Risiko ……………………………………………… 31 2.8. Perlakuan Terhadap Hasil Investasi …………………………… 33

2.8.1. Perlakuan Terhadap Hasil Investasi Syariah ……………. 33 2.8.2. Perlakuan Terhadap Hasil Investasi Konvensional ……... 34

Universitas Indonesia viii

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia ix

3. GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Sejarah Perusahaan ……………………………………………. 35 3.2. Visi dan Misi ………………………………………………….. 36 3.3. Nilai-Nilai Budaya Perusahaan ………………………………... 36 3.4. Identitas Perusahaan …………………………………………… 37 3.5. Gambaran Umum Produk Perusahaan ………………………… 39 3.6. Metodologi Penelitian …………………………………………. 47

3.6.1. Jenis Penelitian …………………………………………. 47 3.6.2. Metode Pengumpulan Data ……………………………... 47

3.7. Fatwa MUI Terkait Asuransi Syariah …………………………. 47

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Arahan Investasi Syariah dan Konvensional ………………….. 49

4.1.1. Sasaran Hasil Investasi Syariah dan Konvensional …….. 49 4.2. Akad Asuransi Syariah dan Konvensional ……………………. 49 4.3. Pengelolaan Dana Investasi Syariah …………………………... 51

4.3.1. Jenis Dana Asuransi Syariah ……………………………. 51 4.3.2. Alokasi Dana Investasi ………………………………….. 54 4.3.3. Kuantitatif Portofolio Investasi …………………………. 57

4.4. Pengelolaan Dana Investasi Konvensional ……………………. 65 4.4.1. Skema Pengelolaan Dana Investasi Konvensional ……… 65 4.4.2. Alokasi Dana Investasi ………………………………….. 65 4.4.3. Kuantitatif Portofolio Investasi …………………………. 68

4.5. Mekanisme Hasil Investasi ……………………………………. 71

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……………………………………………………. 73 5.2. Saran …………………………………………………………… 74

DAFTAR REFERENSI ………………………………………………… 75

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Mekanisme Asuransi Jiwa ……………………………… 3 Gambar 2-1 Flowchart Investasi Syariah ……………………………. 19 Gambar 2-3 Skema Penerapan Akad Mudharabah Musytarakah ……. 33 Gambar 3-1 Struktur Organisasi PT Asuransi Jiwa XYZ ……………. 38 Gambar 4-1 Skema Alur Dana Tabarru’ …………………………….. 52 Gambar 4-2 Skema Pengelolaan Dana Akad Wakalah ………………. 54 Gambar 4-3 Skema Arus Dana Asuransi Konvensional ……………… 65

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia xi

DAFTAR TABEL Tabel 3-1 Tahapan Dana Pendidikan Syariah …………………….. 39 Tabel 3-2 Tahapan Dana Pendidikan Konvensional ………………. 44 Tabel 4-1 Jenis dan Batasan Investasi Syariah ……………………. 56 Tabel 4-2 Batasan Investasi Untuk Total Keseluruhan

Investasi Syariah ……………………………………….. 57

Tabel 4-3 Analisis Data Kuantitatif Investasi Dana Tabarru’ (DT) ……………………………………. 61

Tabel 4-4 Analisis Data Kuantitatif Investasi Dana Perusahaan (DP) ………………………………….. 62

Tabel 4-5 Analisis Data Kuantitatif Investasi Dana Investasi (DI) ……………………………………… 63

Tabel 4-6 Analisis Data Kuantitatif Investasi Syariah Per 31 Desember 2010 dan 2011 ………………………... 64

Tabel 4-7 Jenis dan Batasan Investasi Konvensional ……………… 67 Tabel 4-8 Analisis Data Kuantitatif Investasi Per 31 Desember

2010 dan 2011 …………………………………………… 69

Tabel 4-9 Besaran Ujrah Dari Kontribusi ………………………….. 71 Tabel 4-10 Hasil Investasi Per 31 Desember 2101 dan 2011 ……….. 72

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

DAFTAR ISTILAH

ISTILAH PENGERTIAN Al-qilah Sejumlah denda Al-quran Kitab suci agama Islam Al’aqil Orang yang membayar denda Asy-syirkah Berserikat, kemitrausahaan Bai’ Jual-beli Bai’ al-ma’dum Melakukan penjualan atas barang yang belum

dimiliki Bai’ al-musawamah Tawar-menawar Fadhl Transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak

memenuhi persyaratan kesamaan kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya

Gharar Transaksi bisnis yang mengandung ketidakjelasan dalam modal, proses pengelolaan, produk, maupun keuntungannya

Ijma Kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum dalam agama berdasarkan Al-Quran dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi

Ikhtikar Melakukan pembelian atau pengumpulan efek syariah agar terjadi perubahan harga

Maslahah Bermanfaat bagi masyarakat Maysir Mendapatkan sesuatu tanpa perlu bekerja keras Mu’awadhah Akad jual-beli dalam asuransi konvensional Mudharabah Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di

mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal

Mudharabah Musytarakah Bentuk akad Mudharabah di mana pengelola (mudharib) menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi tersebut

Mudharib Pengelola dana Musahamah Kontribusi Musyarakah Partnership, kemitraan Muwakkil Pihak yang memberi kuasa Najasy Merekayasa jual-beli palsu Nasi’ah Utang-piutang yang tidak memenuhi kriteria

keuntungan sesuai dengan risiko dan hasil usaha sesuai dengan biaya

Nisbah Ketentuan besaran bagi hasil antara pemilik modal dengan pengelola dana

Universitas Indonesia xii

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia xiii

ISTILAH PENGERTIAN Qiyas Menggabungkan atau menyamakan artinya

menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama

Rabbani Meyakini segala sesuatu adalah milik Allah SWT Riba Suatu tambahan dalam transaksi tanpa adanya

transaksi lain yang menyertainya Risywah Transaksi yang mengandung unsur suap Sahmun Saham, andil atau peran serta dalam berserikat Shahib al-mal Pemilik modal Sukuk Sekuritas syariah yang memberikan pendapatan

dalam jumlah tetap kepada pemiliknya Sunnah Mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara

Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah

Syubhat Perilaku (jasa) maupun berupa barang (efek, uang, komoditas, dan barang) yang masih diragukan kehalalan atau keharamannya

Ta’awun Saling tolong-menolong Tabarru’ Sumbangan, hibah, dana kebijakan Tadhamun Usaha saling melindungi dan tolong-menolong Takaful Usaha saling melindungi dan tolong-menolong

diantara sejumlah pihak Tijarah Akad untuk mencari dan mendapat keuntungan Ujrah Upah, biaya, ongkos Wadiah Titipan nasabah yang harus dijaga dan

dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki

Wakalah bil ujrah Pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah

Wakil Pihak yang diberi kuasa Yad amanah Amanah Yad dhaman Tanggungan

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.1.1. Asuransi Secara Umum

Terdapat berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk berinvestasi,

salah satunya dalam bidang asuransi. Di zaman yang serba maju ini, risiko dapat

terjadi dalam segala kemungkinan, maka masyarakat dituntut untuk memiliki

suatu jaminan untuk menjamin kehidupan, kesehatan, kebahagiaan di hari tua,

sampai pendidikan bagi anak-anak mereka. Perusahaan asuransi merupakan salah

satu tempat yang tepat bagi masyarakat memperoleh jaminan tersebut. Jutaan

perusahaan asuransi, khususnya perusahaan asuransi jiwa di Indonesia telah

menawarkan berbagai produknya yang dapat menarik minat masyarakat dari

berbagai aspek kebutuhan masyarakat.

Industri asuransi berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha

pada umumnya. Kehadiran industri asuransi merupakan hal yang rasional dan

tidak terelakkan pada situasi di mana sebagian besar pengusaha dan anggota

masyarakat memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko

keuangan. Industri asuransi mengambil alih atau menanggung sebagian risiko

tersebut. Untuk itu, pengusaha atau pemegang polis (pihak tertanggung) harus

membayar premi asuransi.

Pengertian asuransi atau pertanggungan secara umum adalah perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian

kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan.

Menurut Bapepam-LK, sampai pada tahun 2009 jumlah perusahaan

asuransi jiwa berjumlah 46 (empat puluh enam) perusahaan, asuransi kerugian

berjumlah 89 (delapan puluh sembilan) perusahaan, reasuransi berjumlah 4

(empat) perusahaan, penyelenggara program asuransi sosial dan Jamsostek

berjumlah 2 (dua) perusahaan, penyelenggara asuransi untuk PNS dan

Universitas Indonesia 1

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

2

TNI / POLRI berjumlah 3 (tiga) perusahaan. Jumlah perusahaan pendukung

asuransi terdiri dari pialang asuransi berjumlah 142 (seratus empat puluh dua)

perusahaan, pialang reasuransi berjumlah 22 (dua puluh dua) perusahaan, penilai

kerugian (adjuster) asuransi berjumlah 28 (dua puluh delapan) perusahaan,

konsultan aktuaria berjumlah 29 (dua puluh sembilan) perusahaan, dan agen

asuransi berjumlah 14 (empat belas) perusahaan.

Kini, nyaris semua perusahaan asuransi membentuk unit syariah. Bahkan

asuransi asing juga ikut membuka unit syariah. Namun masyarakat masih minim

dengan pengetahuan asuransi. Apalagi ketika asuransi telah disandingkan dengan

nama syariah, tentu lebih banyak istilah yang perlu diketahui.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001,

asuransi syariah (Ta’min, Takaful, atau Tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui

investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang

sesuai syariah.

Usaha asuransi jiwa memiliki karakteristik khusus yang membuat

transaksi asuransi dan akuntansi asuransi menjadi khas. Premi diterima dan atau

diketahui, sementara klaim atau manfaat asuransi belum terjadi dan diliputi

ketidakpastian kejadiannya. Bahkan untuk beberapa produk tertentu, klaim

asuransi diliputi ketidakpastian, baik kejadian maupun jumlahnya.

Mekanisme perusahaan asuransi jiwa pada prinsipnya cukup sederhana,

orang-orang yang menghadapi risiko yang sama sepakat untuk mengumpulkan

sejumlah uang, yang disebut dengan premi, untuk disimpan. Lalu kapanpun

diantara mereka atau tanggungan mereka, seperti keluarga, mengalami risiko

maka mereka akan diberikan kompensasi dari dana simpanan tadi. Adapun risiko

yang pada umumnya dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi adalah kematian

karena usia atau sakit, kematian karena kecelakaan, cacat, sakit, biaya pendidikan

yang terus meningkat, kehilangan penghasilan, dan lain-lain. Perusahaan asuransi

akan menanggung seluruh atau sebagian dari risiko keuangan yang diderita

tertanggung karena kejadian atau situasi yang diasuransikan selama masa kontrak

asuransi.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

3

Gambar 1-1 Mekanisme Asuransi Jiwa

Risiko :

Kematian karena usia atau sakit

Cacat Sakit Biaya pendidikan yang terus

meningkat Kehilangan penghasilan

Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber

Mekanisme asuransi jiwa diatas diperuntukkan untuk perusahaan asuransi

jiwa konvensional. Menurut para ahli asuransi syariah, dalam mekanisme asuransi

konvensional terutama asuransi jiwa, paling tidak ada tiga hal yang masih

diharamkan oleh para ulama, yaitu: adanya unsur gharar (ketidakjelasan dana),

unsur maysir (judi/gambling), dan riba (bunga).

Perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi memiliki perbedaan

yang signifikan jika dibandingkan dengan perusahaan dibidang lainnya.

Perusahaan asuransi memiliki satu kesamaan dengan perbankan, yaitu

mengemban amanah berupa sejumlah uang milik masyarakat. Akan tetapi

perbedaannya adalah perusahaan asuransi akan memberikan sejumlah uang yang

Peserta A Peserta B Peserta C

Perusahaan Asuransi Jiwa

Membayar Premi

Kontrak

Mengajukan Klaim

Memberikan Dana Kompensasi

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

4

telah diinvestasikan oleh masyarakat tersebut apabila telah dilakukan klaim.

Setiap periode tertentu pula, masyarakat diharuskan untuk memberikan sejumlah

uang (premi) kepada perusahaan. Premi tersebut selain dikembangkan untuk

manfaat asuransi, juga akan dicadangkan untuk investasi dan permodalan

perusahaan.

Studi kasus ini akan membahas tentang pengelolaan dana investasi syariah

dan konvensional PT Asuransi Jiwa XYZ serta perlakuannya terhadap hasil

investasi yang diperoleh. Hal tersebut didukung dengan terdapatnya perbedaan

cara mengelola dana perusahaan secara umum (konvensional) dan dengan sistem

syariah.

1.1.2. Sejarah Asuransi di Indonesia Menurut Abdullah Amrin (2011), bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada

waktu penjajahan Belanda dan negara kita pada waktu itu disebut Nederlands

Indie. Keberadaan asuransi di negara kita ini sebagian akibat berhasilnya Bangsa

Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya.

Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak

diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi

dalam dua kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman

sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu pendudukan bala

tentara Jepang selama kurang lebih tiga setengah tahun, hampir tidak mencatat

sejarah perkembangan asuransi.

Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman

penjajahan itu adalah:

1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.

2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan kantor cabang dari perusahaan

asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negara lainnya.

3. Perusahaan yang didirikan oleh para tokoh pejuang.

Sejarah asuransi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Asuransi Jiwa

Bumiputera 1912, di mana Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru

sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo — Sekertaris Persatuan Guru-guru

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

5

Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo.

Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan asuransi karena didorong oleh

keprihatinan mendalam terhadap nasib para guru Bumiputera (pribumi). Ia

mencetuskan gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo tahun 1910 dan

kemudian terealisasi menjadi badan usaha sebagai salah satu keputusan kongres

pertama PGHB di Magelang 12 Februari 1912. Sebagai pengurus, selain M. Ng.

Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H.

Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang

inilah yang kemudian dikenal sebagai “tiga serangkai” pendiri Bumiputera,

sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia.

Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia

praktis terhenti, terutama karena ditutupnya perusahaan asuransi milik Belanda

dan Inggris.

Setelah Perang Dunia usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris

kembali beroperasi di Indonesia. Sampai tahun 1964 pasar industri asuransi di

Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan asing, terutama Belanda dan Inggris.

Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah

badan yang disebut “Bataviasche Verzekerings Unie” (BVU) pada tahun 1946,

yang melakukan kegiatan asuransi secara kolektif. Dengan demikian dari setiap

penutupan, masing-masing anggota BVU memperoleh share tertentu. Cara ini

dilakukan mengingat keadaan pada waktu itu belum teratur dan tenaga asuransi

masih kurang sekali.

Pada tahun 1953 berdiri pula perusahaan swasta nasional yang bergerak

dalam bidang reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia, pemakaian devisa

untuk membayar premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Untuk

menanggulangi hal ini, didirikanlah pada tahun 1954 sebuah perusahaan

reasuransi profesional, yakni “PT REASURANSI UMUM INDONESIA” yang

mendapat dukungan dari bank pemerintah. PT Reasuransi Umum Indonesia pada

tahun 1963 diperluas dengan kegiatan reasuransi jiwa.

Pemerintah Republik Indonesia akhirnya melakukan nasionalisasi

perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris pada waktu perjuangan

mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

6

1.1.3. Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia Konsep Asuransi Syariah berasal dari budaya suku Arab dengan sebutan

Al-Aqilah hingga zaman Nabi Muhammad saw. Al-qila adalah denda sedangkan

makna al’aqil adalah orang yang membayar denda. Sejak zaman Rasulullah saw.,

hingga saat ini kaum muslimin memiliki peran penting dalam mengenalkan sistem

asuransi kepada dunia. Pada tahun 200 H, banyak pengusaha muslim yang

memulai merintis sistem takaful, sebuah sistem pengumpulan dana yang akan

digunakan untuk menolong para pengusaha satu sama lain yang sedang menderita

kerugian.

Kini para ahli ekonomi dan masyarakat muslim menyadari bahwa dalam

islam terdapat sistem ekonomi yang terbaik untuk seluruh umat manusia. Selain

sebagai sistem hidup terbaik, mereka mencoba membangkitkan kembali semangat

tolong menolong dalam bidang ekonomi, diantaranya dengan mendirikan

perusahaan asuransi syariah. Asuransi syariah pertama kali didirikan di Bahrain,

lalu dengan cepat diikuti oleh negara muslim lain, termasuk Indonesia.

Bersamaan beroperasinya bank syariah maka diperlukan kehadiran jasa

asuransi syariah, berdasarkan pemikiran tersebut Ikatan Cendekiawan Muslim se-

Indonesia (ICMI) pada tanggal 27 Juli 1993 melalui Yayasan Abadi Bangsa

bersama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri

sepakat memprakarsai pendirian asuransi takaful, dan tiga lembaga ini

membentuk Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia atau TEPATI, yang

dipimpin oleh Direktur Utama PT Syarikat Takaful Indonesia (STI), Rahmat

Saleh. Sebagai langkah awal, lima orang anggota TEPATI melakukan studi

banding ke Malaysia pada September 1993. Malaysia merupakan Negara ASEAN

pertama yang menerapkan asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985. Di

negara jiran ini, asuransi syariah dikelola oleh Syarikat Takaful Malaysia Sdn.

Bhd.

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah

operator asuransi syariah cukup banyak di dunia. Syarikat Takaful Indonesia

mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Takaful Umum

setelah melaksanakan berbagai seminar nasional bertempat di Jakarta. Secara

resmi, PT Asuransi Takaful Keluarga didirikan pada 25 Agustus 1994, dengan

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

7

modal disetor sebesar Rp 5miliar. Sementara PT Asuransi Takaful Umum secara

resmi didirikan pada 2 Juni 1995.

1.1.4. Investasi Asuransi Investasi merupakan bentuk kegiatan yang diawali melalui pengamatan,

penelitian, pengumpulan data dan perencanaan bisnis dalam bentuk penanaman

modal atau penempatan aset. Modal atau aset yang digunakan dapat dalam bentuk

harta dan/atau dana, untuk sektor kegiatan yang diperhitungkan dengan sangat

teliti dengan tujuan dapat memberikan hasil pendapatan dan meningkatkan

nilainya di masa mendatang.

Premi yang masuk merupakan sumber dana dari waktu ke waktu bagi

perusahaan asuransi. Selanjutnya agar perusahaan dapat memenuhi kewajiban

pembayaran klaim dan biaya operasional, maka perusahaan harus mengelola dana

(premi) tersebut dengan melakukan investasi dan membentuk cadangan teknis

dengan menggunakan perhitungan matematis asuransi. Perusahaan asuransi selain

sebagai lembaga keuangan dengan fungsi menghimpun dana (premi) dan

menyalurkan kembali kepada masyarakat berupa manfaat asuransi tetapi ia juga

sebagai lembaga investor (investor institution).

1.2. Perumusan Masalah

Asuransi jiwa syariah dengan asuransi jiwa konvensional memiliki

perbedaan dalam mengelola dana premi/kontribusi dari peserta. Pengelolaan dana

pada asuransi jiwa syariah menganut investasi syariah dan terbebas dari unsur

ribawi. Begitu juga dengan hasil investasi yang diperoleh dari kegiatan investasi

yang dilakukan perusahaan. Hasil yang diperoleh oleh perusahaan maupun peserta

asuransi akan dialokasikan sesuai dengan prinsip syariah, yaitu bagi hasil.

Dengan penelitian ini, dapat dianalisis bagaimana asuransi jiwa syariah

dan konvensional melakukan investasi untuk perusahaan, jenis investasi apa saja

yang terbebas dari unsur ribawi, bagaimana perusahaan melakukan pengelolaan

atas investasi tersebut, dan apakah investasi yang dilakukan perusahaan telah

memenuhi target tingkat return yang direncanakan.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

8

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui akad apa saja yang digunakan dalam investasi syariah

dan asuransi syariah.

2. Mengetahui perbedaan investasi dalam asuransi jiwa syariah

dengan asuransi jiwa konvensional.

3. Menganalisis kegiatan pengelolaan dana investasi syariah dan

konvensional yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa XYZ.

Kegiatan pengelolaan dana investasi meliputi skema dari

pengelolaan dana peserta, penempatan/alokasi dana investasi, dan

kesesuaiannya dengan aturan yang berlaku tentang investasi.

1.4. Manfaat/Kontribusi Utama Dalam Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai analisa atas pengelolaan dana investasi

asuransi jiwa syariah pada PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ. Manfaat dari

penelitian ini antara lain :

1. Perusahaan dan Peserta Asuransi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

penyusunan portofolio investasi yang optimal dengan memilih instrumen

investasi yang aman dan memiliki prospek yang baik dengan menentukan

bobot per instrumen untuk mencapai dan memberikan return yang

optimal. Prinsip syariah adalah bagi hasil, maka diharapkan hasil yang

diperoleh oleh perusahaan maupun peserta asuransi menjadi optimal.

2. Investor

Membantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya di PT

Asuransi Jiwa XYZ. Jika seorang investor menginginkan jumlah

pengembalian dari saham yang tinggi, maka ia harus mempertimbangkan

dan menghitung kembali faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhinya. Penelitian ini akan membantu investor dalam

menentukan apakah PT Asuransi Jiwa XYZ dapat memberikan jumlah

pengembalian yang diharapkan dengan melihat return yang diperoleh

perusahaan dari investasinya.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

9

3. Penulis

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memahami peraturan

mengenai asuransi syariah, melakukan analisa tentang perbedaan

pengelolaan dana investasi asuransi jiwa syariah dan konvensional,

mengetahui instrumen investasi yang memiliki prospek yang baik, dan

menambah pengetahuan mengenai istilah-istilah dalam asuransi dan

syariah.

4. Pembaca

Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai istilah-istilah

dalam asuransi dan syariah, mengetahui bagaimana perusahaan asuransi

jiwa syariah dan konvensional melakukan pengelolaan dana atas

investasinya, dan dapat memberi advice mengenai cara berasuransi secara

syariah.

1.5. Batasan Penelitian

1. Dari berbagai macam perbedaan asuransi jiwa syariah dengan asuransi

jiwa konvensional yang ada, peneliti hanya menganalisis perbedaan pada

cara mengelola dana investasi yang diperoleh dari premi/kontribusi

peserta.

2. Peneliti hanya menggunakan data keuangan dari PT Asuransi Jiwa XYZ,

baik dalam unit kerja syariah maupun induk perusahaan dalam sistem

konvensional. PT Asuransi Jiwa XYZ merupakan perusahaan yang

memberikan jasa asuransi jiwa berbasis umum dan syariah islam kepada

masyarakat.

3. Tahun yang diteliti adalah tahun 2010 dan 2011

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah dan memperjelas pokok bacaan dalam

penulisan penelitian ini, topik tersebut di atas menjadi beberapa bab dengan

sistematika sebagai berikut:

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

10

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

dilakukannya penilitian, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat/kontribusi utama dalam penelitian, batasan penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab 2 Landasan Teori

Dalam bab ini menggambarkan secara umum mengenai teori asuransi jiwa

syariah dan konvensional, baik pengertian maupun fungsinya.

Bab 3 Gambaran Umum dan Metodologi Penelitian

Bab ini membahas mengenai profil singkat mengenai perusahaan, metode

penelitian, dan data apa saja yang dilakukan peneliti untuk melakukan

studi kasus.

Bab 4 Analisa dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil dari studi kasus yang telah dilakukan dan

analisis peniliti atas hasil tersebut.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan

saran-saran yang berakaitan dengan penelitian sejenis dimasa yang akan

datang.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Asuransi 2.1.1. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi jika dilihat secara syariah pada hakikatnya adalah suatu bentuk

kegiatan saling memikul risiko di antara sesama manusia sehingga antara satu

dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Dengan kata lain

asuransi syariah adalah sistem di mana para peserta menghibahkan sebagian atau

seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi

musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Prinsip dasar asuransi syariah adalah

mengajak kepada setiap peserta untuk saling menjalin sesama peserta terhadap

sesuatu yang meringankan bencana yang menimpa mereka (sharing of risk).

Sebagaiman firman Allah SWT. Dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah

kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong

menolong atau saling membantu atas dasar prinsip syariat yang saling toleran

terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan

bencana yang dialami peserta. Dalam asuransi syariah tidak ada perbuatan

memakan harta manusia dengan batil, karena apa yang telah diberikan adalah

semata-mata sedekah dari hasil harta yang dikumpulkan. Selain itu keberadaan

asuransi syariah akan membawa kemajuan dan kesejahteraan kepada

perekonomian umat.

Menurut Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001, asuransi syariah (Ta’min,

Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di

antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau

tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu

melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Universitas Indonesia 11

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

12

Sumber asuransi syariah berdasarkan pada firman Allah SWT, Al-Hadist,

dan Ijma Ulama. Dalam asuransi syariah biasanya akad melandasinya berupa akad

tijarah dan/atau akad tabarru’, di mana akad tijarah merupakan semua bentuk

akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya

1. Mudharabah, karena ada dua pihak atau lebih yang bekerjasama untuk

melakukan suatu kegiatan usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan,

2. Wakalah bil ujrah, karena pihak muwakkil (pemberi kuasa) memberikan

kuasa kepada wakil (penerima kuasa) untuk mengelola dana milik muwakkil

dengan memberikan ujrah.

Sedangkan akad tabarru’ merupakan semua bentuk akad yang dilakukan dengan

tujuan kebaikan dan tolong menolong tidak ditujukan untuk komersial.

2.1.2. Pengertian Asuransi Konvensional Pengertian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak

atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,

dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.

Dengan kata lain, asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko

yang dilakukan dengan cara mengalihkan (transfer) risiko dari satu pihak ke pihak

lain (dalam hal ini adalah perusahaan asuransi). Unsur-unsur yang terdapat dalam

kedua definisi tersebut adalah:

1. Asuransi adalah suatu perjanjian

2. Premi merupakan pra-syarat perjanjian

3. Penanggung akan memberikan penggantian kepada tertanggung

4. Kemungkinan terjadinya peristiwa tak tertentu atau peristiwa yang tidak

pasti

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

13

Asuransi sebagai suatu perjanjian atau perikatan sebagaimana perjanjian

lainnya tunduk kepada hukum perikatan (the law contract) sebagaimana

tercantum dalam Buku Ketiga Kitab. Undang-undang Hukum Perdata tentang

perikatan.

Untuk sahnya suatu perjanjian asuransi diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu:

1. Sepakat mereka mengikat dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu hal yang halal

Premi asuransi atau biaya berasuransi merupakan pra-syarat adanya

perjanjian asuransi, karena tanpa adanya premi tidak akan ada asuransi (No

premium No insurance).

Sumber asuransi konvensional berdasarkan pada pikiran manusia dan

kebudayaan. Perjanjian dalam asuransi konvensional dapat diartikan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha

Perasuransian Bab 1 Pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut:

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,

dengan menerima premi asuransi, memberikan penggantian kepada tertanggung

karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan

suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.”

Dengan demikian akad dalam asuransi konvensional adalah bentuk

perjanjian yang dilakukan antara perusahaan dengan para nasabahnya dan atau

kepada pihak ketiga. Baik dalam bentuk perjanjian secara lisan maupun tertulis

yang disampaikan oleh para agen atau pihak-pihak lain yang mewakili perusahaan

kepada para nasabah/perserta asuransi.

Universitas Indonesia

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

14

2.2. Premi dan Klaim Asuransi 2.2.1. Premi dan Klaim Asuransi Syariah

Premi dalam asuransi syariah dikenal sebagai dana kepesertaan yang

penentuan tarifnya didasarkan atas faktor-faktor berikut ini, yaitu:

1. Tabel Mortalitas

2. Asumsi bagi hasil (mudharabah)

3. Biaya-biaya asuransi yang adil dan tidak menzalimi peserta

Akad yang diterapkan dalam asuransi jiwa syariah pada awal penerimaan

premi menerapkan dua bentuk akad yaitu akad tabungan investasi dan akad

kontribusi. Untuk akad tabungan investasi berdasarkan prinsip Al-Mudharabah

dan untuk akad kontribusi menerapkan prinsip hibah. Hibah dilakukan secara

berjamaah yang mengandung efek saling menanggung. Besarnya hibah 5%-10%

dari total premi dan selebihnya sebesar 95%-90% akan masuk ke dalam tabungan

investasi peserta/nasabah. Sistem dana kepesertaan terbagi dua yaitu:

1. Sistem yang mengandung unsur tabungan

Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang secara teratur kepada

perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan bergantung kepada

kemampuan peserta, akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah minimum

premi yang dapat dibayarkan. Setiap premi yang dibayar oleh peserta akan

dipisah oleh perusahaan asuransi dalam dua rekening yang berbeda, yaitu:

a. Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik

peserta, yang dibayarkan bila:

Perjanjian berakhir

Peserta mengundurkan diri

Peserta meninggal dunia

b. Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh

peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong

menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila:

Peserta meninggal dunia

Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

15

2. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan

Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening

tabarru’. Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan

syariah islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan

beban asuransi (klaim dan premi reasuransi) akan dibagi antara peserta dan

perusahaan menurut prinsip Al-Mudharabah dalam suatu perbandingan

tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dengan peserta.

2.2.2. Premi dan Klaim Asuransi Konvensional Premi asuransi merupakan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan

oleh pihak tertanggung kepada penanggung untuk mengganti atas suatu kerugian,

kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan akibat dari timbulnya

perjanjian atas pemindahan risiko dari tertanggung kepada penanggung (transfer

of risk).

Penetuan tarif merupakan hal yang paling penting dalam asuransi di dalam

menetukan besaran premi. Tarif premi yang ideal adalah tarif tersebut harus bisa

menutupi klaim serta berbagai biaya asuransi dan sebagian dari jumlah

penerimaan perusahaan (keuntungan).

Perbedaan klaim antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional

hanyalah pada sumber pembayaran klaim, di mana pembayaran klaim yang

dilakukan pada asuransi konvensional berasal dari dana perusahaan yang diambil

dari kumpulan premi atau keuntungan dari hasil kegiatan bisnis perusahaan.

2.3. Dewan Syariah Nasional (DSN) Dewan Syariah Nasional adalah lembaga yang dibentuk oleh MUI yang

khusus untuk mengeluarkan fatwa fiqih muamalah. Sedangkan fatwa secara

umum ditangani oleh komisi fatwa.

Salah satu tugas utama DSN-MUI adalah menggali, mengkaji dan

merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum islam (syariah) dalam bentuk fatwa

untuk dijadikan panduan dalam kegiatan dan urusan ekonomi pada umumnya dan

khususnya terhadap urusan dan kegiatan transaksi Lembaga Keuangan Syariah

(LKS), yaitu untuk menjalankan operasional LKS dan mengawasi pelaksanaan

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

16

dan implementasi fatwa. Untuk melaksanakan tugas utama tersebut, DSN-MUI

memiliki otoritas untuk:

a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-

masing Lembaga Keuangan Syariah dan menjadi dasar tindakan hukum

pihak terkait.

b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang

dikeluarkan oleh institusi yang berhak, seperti Kementerian Keuangan dan

Bank Indonesia.

c. Memberikan dukungan dan/atau mencabut dan menyokong nama-nama

yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu Lembaga

Keuangan Syariah.

d. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan

dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga

keuangan dalam maupun luar negeri.

e. Memberikan rekomendasi kepada Lembaga Keuangan Syariah untuk

menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh

Dewan Syariah Nasional.

f. Mengusulkan kepada institusi yang berhak untuk mengambil tindakan

apabila perintah tidak didengar.

Mekanisme kerja yang disusun dalam keputusan MUI mengenai susunan

pengurus DSN, pada dasarnya merupakan lanjutan dari tugas dan wewenang DSN

yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam mekanisme kerja DSN terdapat tiga

unsur yang diperhatikan, yaitu Pleno DSN, Badan Pelaksana Harian DSN, dan

Dewan Pengawas Syariah (DPS). Mekanisme kerja yang berkaitan dengan DSN

adalah:

1. Pleno DSN mengesahkan rancangan fatwa yang diusulkan oleh Badan

Pelaksana Harian DSN.

2. DSN melakukan musyawarah pleno, paling tidak satu kali dalam tiga

bulan atau apabila diperlukan.

3. DSN membuat laporan tahunan yang berisi pernyataan yang dimuat dalam

laporan tahunan (annual report) mengenai Lembaga Keuangan Syariah

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

17

yang telah/tidak memenuhi seluruh ketentuan syariah sesuai dengan fatwa

yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

Metode penetapan fatwa DSN mengikuti pedoman atau panduan yang

telah ditetapkan oleh komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Menurut pedoman

dan prosedur penetapan fatwa, setiap masalah yang dibahas di komisi fatwa

(termasuk fatwa tentang ekonomi syariah) harus didasarkan pada Al-Quran,

Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Sebelum fatwa ditetapkan hendaklah ditinjau terlebih

dahulu secara saksama pendapat para imam mazhab tentang masalah yang akan

difatwakan tersebut berikut dalil-dalilnya.

2.4. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Cara menjamin bahwa operasional bank Islam tidak keluar dari tuntunan

syariah adalah: (a) Mengangkat pimpinan bank yang sedikit banyak menguasai

fiqih muamalah; dan (b) Pembentukan Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk

mengawasi operasional bank menurut syariah. DPS adalah suatu dewan yang

sengaja dibentuk untuk mengawasi perjalanan bank Islam sehingga senantiasa

sesuai dengan tuntunan syariah.

Dalam buku yang diterbitkan oleh BI dijelaskan bahwa DPS mempunyai

tiga peran: pertama, sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi,

pimpinan unit usaha syariah, dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan aspek syariah. Kedua, sebagai mediator antara bank

dengan DSN dalam mengkomunikasikan usulan pengembangan produk dan

layanan bank yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN. Ketiga, sebagai

perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank.

DPS berfungsi sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan di Lembaga

Keuangan Syariah dengan memerankan tugas, yaitu: (a) Wajib mengikuti fatwa

DSN; (b) Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan DSN; dan (c)

Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan Lembaga Keuangan Syariah yang

diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

18

Prosedur penetapan DPS di Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga

Bisnis Syariah (LKS-LBS) adalah sebagai berikut:

1. LKS mengajukan permohonan penempatan DPS kepada DSN melalui

sekretariat DSN. Permohonan tersebut dapat disertai nama calon DPS atau

meminta calon kepada DSN.

2. Permohonan tersebut dibahas dalam musyawarah BPH DSN-MUI.

3. Apabila diperlukan, diadakan silaturahmi antara BPH DSN-MUI dengan

calon DPS untuk mengenal lebih jauh kepribadian dan kepatutannya.

4. Hasil musyawarah dan perbincangan BPH DSN-MUI dilaporkan kepada

pimpinan DSN-MUI.

5. Pimpinan DSN-MUI menetapkan nama-nama yang akan diletakkan

bertugas sebagai DPS.

2.5. Investasi 2.5.1. Investasi Asuransi Syariah

Menurut Wiku Suryomurti (2011), dalam perspektif islam, investasi

adalah kegiatan yang sangat dianjurkan karena dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya transaksi jual-beli, simpan-pinjam,

sewa-menyewa, gadai, dan kegiatan ekonomi lainnya.

Islam memberikan prinsip-prinsip muamalah yang harus diperhatikan oleh

para pelaku investasi syariah. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Tidak mencari rezeki secara haram, baik haram dari sisi bendanya, cara

mendapatkannya, maupun cara menggunakannya

2. Tidak mendzalimi dan tidak pula didzalimi

3. Distribusi kesejahteraan yang adil

4. Transaksi dilakukan atas dasar saling rela (‘an taradhin)

5. Tidak ada unsur riba, maysir (judi), dan gharar (ketidakjelasan)

Prinsip di dalam kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan dalam

asuransi syariah adalah berbagai usaha bisnis yang dilakukan pemilik modal

kepada pihak pengusaha (emiten) bertujuan untuk memberdayakan pemilik usaha

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

19

secara maksimal dalam melakukan kegiatan usahanya di mana pemodal/investor

berharap akan mendapatkan manfaat/keuntungan tertentu.

Gambar 2-1 Flowchart Investasi Syariah

Meluruskan Niat

Menyusun Portofolio Investasi dan Melakukan Tindakan

Investasi

Memahami Produk-Produk Investasi

Melakukan Evaluasi/Review Menentukan: 1. Tujuan Keuangan 2. Tujuan Investasi

Memahami: 1. Konsep Risiko 2. Jenis-Jenis Risiko

Memahami Jenis-Jenis Investasi

Memahami: 1. Konsep Ekonomi Islam 2. Konsep Investasi Islam

Sumber: Wiku Suryomurti (2011)

Dalam investasi produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur

tabungan, ada dua akad yang digunakan yaitu akad mudharabah untuk transaksi

investasi modal perusahaan, dana peserta dan dana tabarru’ yang biasa

diinvestasikan pada bank syariah, obligasi dan pasar modal yang sesuai dengan

syariah. Sedangkan investasi dengan fund manager menggunakan akad wakalah

dengan mengeluarkan iuran (fee) untuk pengelola perusahaan.

Investasi dalam asuransi syariah terbagi dua, yaitu investasi yang islami

dan investasi yang terlarang. Prinsip-prinsip investasi yang islami adalah sebagai

berikut:

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

20

1. Prinsip Rabbani

Prinsip Rabbani dalam berinvestasi dalam islam berarti seorang investor

berniat dengan meyakini bahwa dirinya, modal yang diinvestasikannya,

keuntungan yang diperoleh dan kerugian yang dialami, serta berbagai

pihak yang terlibat didalamnya adalah kepunyaan Allah.

2. Prinsip Halal

Halal diartikan sebagai kegiatan yang terhindar dari syubhat dan haram

untuk setiap investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah.

3. Prinsip Maslahah (bermanfaat bagi masyarakat)

Asas manfaat/Maslahah merupakan hal yang esensial dalam muamalah

secara islam. Para pihak yang terlibat dalam investasi, masing-masing

harus dapat memperoleh manfaat sesuai dengan porsinya. Di mana

manfaat itu harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

Manfaat harus dirasakan oleh pihak yang bertransaksi

Manfaat harus dapat dirasakan oleh masyarakat pada umumnya

Investasi yang terlarang secara syar’i dikelompokkan ke dalam dua macam

kategori, yaitu:

1. Investasi yang syubhat

Syubhat adalah perilaku (jasa) maupun berupa barang (efek, uang,

komoditas, dan barang) yang masih diragukan kehalalan atau

keharamannya. Menurut suatu hadis Nabi Muhammad saw., menganjurkan

kepada kita untuk sebaiknya meninggalkan segala sesuatu yang kita

ragukan akan hukumnya.

2. Investasi yang haram

Pengertian dari hukum haram secara tegas mengatakan bahwa segala

sesuatu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Jika dikerjakan maka

berdosa, dan jika ditinggalkan akan mendapat balasan dari Allah.

Salah satu seruan yang sangat prinsipil dalam ekonomi Islam adalah

penghindaran terhadap riba, gharar, dan maysir. Di bawah ini akan dijelaskan arti

masing-masing istilah tersebut.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

21

1. Riba

Riba adalah suatu tambahan dalam transaksi tanpa adanya transaksi lain

yang menyertainya (underlying transaction). Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan riba sebagai

penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam

transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas,

dan waktu penyerahannya (fadhl) atau dalam transaksi pinjam-meminjam

yang mempersyaratkan nasabah pengguna fasilitas mengembalikan dana

yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu

(nasi’ah).

Ada bermacam jenis riba yang harus dihindari, yaitu:

a. Riba Fadhl

Riba Fadhl disebut juga dengan riba buyu’, yaitu riba yang muncul

akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi persyaratan

kesamaan kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya.

b. Riba Nasi’ah

Riba Nasi’ah disebut juga dengan riba duyun, yaitu riba yang

muncul akibat utang-piutang yang tidak memenuhi kriteria

keuntungan sesuai dengan risiko dan hasil usaha sesuai dengan

biaya.

c. Riba Jahiliyah

Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi jumlah uang

pinjaman karena si peminjam tidak mampu mengembalikan uang

tersebut pada waktu yang telah ditentukan.

2. Gharar

Gharar adalah transaksi bisnis yang mengandung ketidakjelasan dalam

modal, proses pengelolaan, produk, maupun keuntungannya.

Ketidakpastian itu mungkin juga ada dalam jumlah barang, kualitas, harga,

waktu pengelolaan, dan lain sebagainya. Ketidakpastian dalam sebuah

transaksi bisnis cenderung menimbulkan kerugian bagi salah satu atau

kedua belah pihak.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

22

3. Maysir

Maysir secara harfiah berarti mendapatkan sesuatu tanpa perlu bekerja

keras. Prinsip dalam kegiatan maysir adalah spekulasi atau untung-

untungan. Islam melarang investasi yang spekulatif karena dapat

merugikan salah satu atau kedua belah pihak.

Masyir (judi) dapat mengakibatkan ekonomi tidak bergerak positif karena

para investor hanya melakukan transaksi yang bersifat untung-untungan.

2.5.2. Investasi Asuransi Konvensional Pada dasarnya, investasi adalah memanfaatkan sumber daya (uang atau

barang) untuk memperoleh keuntungan atau tambahan manfaat darinya. Investasi

berarti penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi di masa yang akan datang.

Investasi diawali dengan mengorbankan kegiatan konsumsi saat ini untuk

mendapatkan manfaat yang lebih besar di masa depan.

Pada umumnya, investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset

keuangan dan investasi pada aset riil. Aset keuangan diperoleh pada lembaga

keuangan, misalnya perbankan dan Pasar Modal. Deposito dan saham adalah

contoh investasi pada aset keuangan. Sementara tanah, properti, logam mulia, dan

pabrik atau perusahaan adalah contoh-contoh investasi pada aset riil.

Investasi dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan jangka waktu

pengambilan hasil atau keuntungan, yaitu:

1. Jangka pendek, investasi jangka pendek rentang waktunya antara 6 bulan

hingga 1 tahun, tapi ada juga yang berpendapat antara 1 hingga 3 tahun.

2. Jangka menengah, rentang waktunya antara 1 hingga 3 tahun, tapi ada juga

yang berpendapat antara 3 sampai 5 tahun.

3. Jangka panjang, yaitu investasi yang rentang waktunya lebih dari 3 tahun,

pendapat lain mengatakan lebih dari 5 tahun.

Menurut sektornya, investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Investasi sektor riil, yaitu investasi yang berupa aset fisik. Beberapa

produk yang dapat dikategorikan sebagai produk sektor riil adalah logam

mulia, tanah, dan properti.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

23

2. Investasi sektor non-riil, yaitu investasi yang berupa aset non-fisik, seperti

produk-produk di sektor keuangan atau Pasar Modal.

Menurut potensi risikonya, investasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Investasi risiko rendah, investasi yang mempunyai eksposur risiko rendah

antara lain deposito dan reksadana pendapatan tetap.

2. Investasi risiko sedang atau menengah, investasi yang mempunyai

eksposur risiko sedang atau menengah antara lain obligasi syariah,

reksadana campuran, dan pasar uang.

3. Investasi risiko tinggi, investasi yang mempunyai eksposur risiko tinggi

antara lain saham dan reksadana saham.

Menurut polanya, investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Investasi langsung, yaitu investasi yang mana pemilik modal dan

pengelola bisnis langsung melakukan kesepakatan kerjasama investasi.

2. Investasi tak langsung, yaitu investasi yang mana pemilik modal dan

pengelola bisnis tidak langsung berhubungan dalam melakukan

kesepakatan kerjasama investasi. Biasanya pola ini menggunakan jasa

pihak ketiga sebagai perantara atau intermediary, misalnya institusi

perbankan.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan di dalam melakukan kegiatan

investasi adalah sebagai berikut:

1. Keterlibatan Pribadi dan Modal

Apabila kita melakukan dua jenis kegiatan investasi yang nilai investasi

dan hasilnya sama, maka kegiatan investasi yang kita pilih adalah kegiatan

investasi yang tidak menuntut tanggung jawab dan keterlibatan kita secara

penuh dan continue.

2. Tingkat Pengembalian Investasi (Rate of Return)

Pilihlah tingkat pengembalian investasi (rate of return) tertinggi dengan

modal yang sama, untuk mengetahui hasil yang optimal, bandingkan

hasilnya dengan standar atau tolak ukur (benchmark).

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

24

3. Risiko Investasi

Semakin tinggi risiko sebuah investasi, semakin besar keuntungan yang

dijanjikan, tidak ada investasi tanpa risiko.

4. Tingkat Inflasi

Kegiatan investasi kaitannya dengan nilai waktu uang (time value of

money) harus memperhitungkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi disebabkan

karena adanya hukum permintaan dan penawaran serta kenaikan biaya

produksi, selain itu juga disebabkan karena faktor inefisiensi (high cost)

dan produktifitas perekonomian yang menurun.

5. Jangka Waktu Pengembalian (Payback Period)

Semakin cepat sebuah investasi kembali hasilnya akan semakin baik.

Jangka waktu pengembalian investasi juga ditentukan oleh tujuan investasi

itu sendiri, yaitu jangka pendek atau jangka panjang.

6. Likuiditas

Semakin likuid tingkat likuiditas investasi maka semakin baik, likuiditas

merupakan sarana pengamanan investasi terhadap risiko yang timbul.

7. Teori Portofolio

Prinsip portofolio investasi selain untuk

menghindari/mengurangi/meminimalisasi risiko, juga untuk

mengoptimalkan hasil investasi.

2.6. Instrumen Investasi 2.6.1. Pasar Modal

Menurut Eduardus Tandelilin (2001), pasar modal adalah pertemuan

antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan

dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Sedangkan tempat di mana

terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Untuk di Indonesia

terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya

(BES).

Pasar modal dapat mendorong teciptanya alokasi dana yang efisien, karena

dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat

memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

25

Dalam pasar modal konvensional, semua perusahaan dapat melakukan

kegiatan investasi, karena instrumen pasar modal tidak dibatasi dengan aturan-

aturan seperti dalam pasar modal syariah.

Menurut Wiku Suryomurti (2011), Pasar Modal yang sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah didirikan berdasarkan kebutuhan lembaga keuangan dan

para pelaku di bidang keuangan syariah akan adanya tempat atau bursa bagi efek-

efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang bersesuaian dengan syariah. Bursa

tersebut menjadikan efek yang dipegang oleh Lembaga Keuangan Syariah dapat

dicairkan manakala lembaga tersebut membutuhkan likuiditas. Demikian pula

bagi investor perorangan, bursa efek atau Pasar Modal dapat menjadi saluran

untuk memiliki hak kepemilikan atas perusahaan-perusahaan yang membutuhkan

modal dengan cara menerbitkan efek.

Pasar Modal Syariah menggunakan mekanisme tawar-menawar melalui

akad bai’ al-musawamah sehingga bersifat adil. Beberapa aturan syariah juga

diterapkan didalamnya, seperti akad jual-beli (bai’). Efek yang ditransaksikan

adalah efek yang bersifat ekuitas dan sesuai syariah. Pembeli boleh menjual

kembali efek tersebut setelah transaksi berdasarkan prinsip qabdh al-hukmi.

Beberapa tindakan yang dilarang di Pasar Modal adalah :

a. Najasy, yaitu merekayasa jual-beli palsu,

b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang yang belum

dimiliki (short selling),

c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh

keuntungan dari transaksi yang dilarang,

d. Membuat informasi yang menyesatkan,

e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi efek syariah dengan fasilitas

pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek

syariah tersebut,

f. Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau pengumpulan

efek syariah agar terjadi perubahan harga,

g. Transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

26

2.6.2. Saham Menurut Eduardus Tandelilin (2001), saham merupakan surat bukti bahwa

kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki

saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap

pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran

semua kewajiban perusahaan.

Saham dapat dibedakan menjadi saham preferen dan saham biasa. Saham

preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari

obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan

yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti

pada saham biasa. Perbedaan dengan saham biasa adalah bahwa saham preferen

tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun

manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa.

Sedangkan saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa

pemegang saham mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh

karena itu, pemegang saham mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih

direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan

keputusan penting perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dalam syariah, istilah saham berasal dari bahasa Arab sahmun yang

artinya ‘andil’ atau ‘peran serta dalam berserikat’. Sementara menurut istilah,

saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen keuangan

yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan.

Dengan menerbitkan saham, perusahaan-perusahaan yang membutuhkan

dana jangka panjang bisa menjual sahamnya itu dengan imbalan uang tunai. Ini

adalah metode utama untuk meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan

obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary market) atau pasar sekunder

(secondary market).

Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan pada Peraturan Bapepam-LK

Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, pasal 1.b.7.

Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa efek berupa saham, termasuk waran

syariah, yang diterbitkan oleh emiten atau perusahaan publik tidak bertentangan

dengan prinsip syariah.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

27

Menurut Bapepam-LK, kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-

prinsip syariah antara lain:

1. Perjudian dan kegiatan lain yang tergolong judi,

2. Perdagangan yang dilarang syariah, antara lain:

a. Perdagangan yang tidak disetai dengan penyerahan barang atau jasa,

b. Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu (bai’ najasy).

3. Jasa keuangan ribawi, antara lain:

a. Bank berbasis bunga,

b. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga.

4. Jual-beli yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau judi

(maysir), seperti asuransi konvensional,

5. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, atau menyediakan:

a. Barang atau jasa yang haram zatnya (haram li dzatihi),

b. Barang atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li gharihi)

yang ditetapkan oleh DSN-MUI.

6. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).

Sementara itu, perusahaan yang harus memenuhi enam kriteria di atas juga

harus memenuhi persyaratan rasio keuangan perusahaan, dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Total uang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak

lebih dari 82% (delapan puluh dua persen),

2. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan

dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak

lebih dari 10% (sepuluh persen).

2.6.3. Obligasi/Sukuk Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah

tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat

mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya

secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par pada saat jatuh tempo.

Meskipun demikian, obligasi bukan tanpa risiko, karena bisa saja obligasi tersebut

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

28

tidak terbayar kembali akibat kegagalan penerbitnya dalam memenuhi

kewajibannya. Oleh karena itu investor harus berhati-hati dalam memilih obligasi

yang akan dibeli. Untuk itu, investor perlu memperhatikan peringkat obligasi

yang menunjukkan tingkat risiko dan kualitas obligasi dilihat dari kinerja

perusahaan yang menerbitkannya.

Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek

Syariah, definisi sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti

kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak

terpisahkan) atau tidak terbagi (syuyu’ atau undivided share) atas:

1. Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat),

2. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafi’ul a’yan) tertentu baik yang

sudah ada maupun yang akan ada,

3. Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada,

4. Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan), dan/atau

5. Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah).

Sukuk yang pertama kali dicatatkan di BEI adalah sukuk PT Indosat Tbk.

pada September 2002 dengan menggunakan akad mudharabah. Landasan fatwa

yang digunakan untuk menerbitkan obligasi mudharabah pada saat itu adalah

Fatwa DSN-MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah dan Fatwa

No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah. Selanjutya,

pada tahun 2004 terbit obligasi syariah dengan menggunakan akad ijarah dengan

berdasarkan kepada Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah

Ijarah.

Berdasarkan peraturan Bapepam-LK No IX.A.14 tentang Akad-akad Yang

Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal, yang dimaksud

dengan:

1. Akad Mudharabah (qiradh) adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang

menyediakan dana (shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha

(mudharib) untuk menyerahkan modal dan pengelola (mudharib) berjanji

untuk mengelola modal tersebut.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

29

2. Akad Ijarah adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang memiliki barang

atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau

pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas

suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau

pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan atau

upah (ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang

yang menjadi objek ijarah.

Selain sukuk korporasi yang beredar di Indonesia dalam Daftar Efek

Syariah (DES), terdapat pula sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah atau disebut

juga dengan sukuk ritel.

Sukuk ritel diterbitkan dengan tujuan untuk membiayai anggaran negara,

diversifikasi sumber pembiayaan, memperluas basis investor, mengelola

portofolio pembiayaan negara, dan menjamin tertib administrasi pengelolaan

barang milik negara. Menurut Wiku Suryomurti (2011), ada beberapa alasan

mengapa sukuk ritel dapat dijadikan salah satu instrumen investasi yang

dimasukkan dalam portofolio investasi kita, diantaranya:

1. Aman, dijamin oleh negara sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2008 tentang

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU APBN, dimana setiap

bulan pemerintah wajib membayar imbalan serta membayar pokok pada

saat SBSN tersebut jatuh tempo,

2. Imbalan, lebih tinggi dari rata-rata tingkat bunga deposito Bank BUMN

dan dibayarkan setiap bulan,

3. Profit, berpotensi memperoleh keuntungan atas kenaikan harga (capital

gain) sukuk negara ritel di perdagangan pasar sekunder,

4. Mudah, prosedur pembelian di pasar perdana dan penjualan yang mudah

dan transparan di pasar sekunder (melalui mekanisme bursa ataupun luar

bursa dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia),

5. Partisipasi, berperan aktif secara langsung dalam pembangunan nasional,

6. Likuid, dapat diperdagangkan atau dijual ke pasar sekunder,

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

30

7. Prinsip syariah, memberikan akses kepada investor untuk berpartisipasi

dalam aktivitas pasar keuangan dengan cara dan metode yang sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah.

2.6.4. Reksadana Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh

Manajer Investasi. Jadi, reksadana merupakan kumpulan produk investasi yang

bermacam-macam, yang mana setiap produk memiliki tingkat risiko yang

berbeda-beda. Produk investasi atau Portofolio Efek tersebut bisa berupa saham,

obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari produk investasi tersebut.

Kelebihan-kelebihan yang bisa kita dapatkan dari investasi reksadana

antara lain adalah:

1. Dikelola oleh manajer yang profesional,

2. Risiko dan portofolio sudah terdiversifikasi,

3. Modal awal yang relatif ringan,

4. Tingkat likuiditas yang tinggi,

5. Bebas pajak.

Reksadana syariah adalah reksadana sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang pengelolaannya

disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal. Dengan kata lain,

reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan

prinsip syariah islam.

Seorang investor dapat membeli unit reksadana dengan harga yang telah

ditetapkan atau disebut dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB). Dana yang didapat

dari investor tersebut akan digabungkan dengan dana dari investor yang lain.

Setiap investor memiliki hak yang proporsional pada reksadana berdasarkan

jumlah unit penyertaan yang ia miliki.

Sebelum memulai investasi di reksadana, pastikan reksadana tersebut

memenuhi kualifikasi berikut:

1. Produk investasi dari Manajer Investasi terbaik,

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

31

2. Memiliki dana kelola yang besar,

3. Track record perusahaan investasi tersebut tidak pernah bermasalah,

4. Kecukupan dana awal untuk melakukan subscription,

5. Pertimbangan diversifikasi produk reksadana untuk mengelola risiko.

Prosedur untuk investasi reksadana syariah dapat dijelaskan melalui

langkah-langkah berikut:

1. Investor menyetorkan uang kepada Manajer Investasi yang selanjutnya

digunakan untuk membeli aset,

2. Keuntungan yang akan didistribusikan kepada investor tergantung pada

kontribusi dana masing-masing investor ke reksadana serta Nilai Aktiva

Bersih (NAB) reksadana yang bersangkutan,

3. Risiko kerugian dan tingkat pengembalian tergantung pada portofolio dari

reksadana tersebut.

2.7. Return dan Risiko Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa

melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan

salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan

imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang

dilakukannya.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu

yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang

mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari

suatu investasi. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari

return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham

maupun surat utang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan

(kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan

sebagai perubahan harga sekuritas.

Setiap kegiatan investasi yang kita lakukan mengandung suatu unsur risiko

yang dapat dihindari dan tidak dapat dihindari, untuk suatu risiko yang tidak dapat

dihindari kita berusaha untuk meminimalisirnya dengan mengetahui faktor-faktor

penyebab terjadinya suatu risiko, diantaranya:

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

32

1. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)

Risiko karena naik turunnya tingkat suku bunga umum (yang berlaku di

pasar), perubahan tingkat bunga ini akan menyebabkan terjadinya fluktuasi

harga surat berharga. Hal ini terutama akan dialami surat berharga yang

memberikan pendapatan tetap, seperti obligasi.

2. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Risiko ini timbul antara lain disebabkan investasi yang tidak likuid (tidak

dapat segera dicairkan). Likuiditas merupakan sarana pengamanan

investasi terhadap risiko yang timbul.

3. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko yang diakibatkan dari turunnya nilai aset atau kerugian aset yang

disebabkan pergerakan harga saham atau produk investasi yang

diperdagangkan (tradable assets).

4. Risiko Pembiayaan

Risiko kerugian yang diakibatkan karena kegagalan mitra bisnis

memenuhi kewajiban sesuai perjanjian.

5. Risiko Operasional (Operational Risk)

Risiko ketidakmampuan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan

manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah hukum eksternal dan

regulator yang mempengaruhi operasional di perusahaan tempat

berivestasi.

Semakin besar return yang diperoleh, maka semakin besar pula risiko

yang akan dihadapi. Jika investor ingin memperoleh return yang tinggi, maka

investor dapat memilih instrumen investasi seperti saham, obligasi, reksadana,

dan lain-lain. Tetapi para investor juga harus siap dengan risiko-risiko yang

terdapat didalamnya. Selain instrumen tersebut, terdapat pula jenis investasi yang

memiliki risiko rendah bahkan tidak mempunyai risiko, yaitu Surat Utang Nergara

(SUN) atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dalam syariah. Karena surat

tersebut telah dijamin oleh negara sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2008 tentang

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU APBN, dimana setiap bulan

pemerintah wajib membayar imbalan serta membayar pokok pada saat SBSN

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

33

tersebut jatuh tempo. Tetapi tentu saja return yang diberikan tidak sama tinggi

dengan instrumen investasi lainnya.

2.8. Perlakuan Terhadap Hasil Investasi 2.8.1. Perlakuan Terhadap Hasil Investasi Syariah

Keuntungan dari perusahaan asuransi syariah diperoleh dari surplus

underwriting, komisi asuransi, dan hasil investasi yang bukan seluruhnya menjadi

milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta atau

100% milik peserta apabila menggunakan akad wakalah bil ujrah dan perusahaan

hanya mendapatkan fee/ujrah dari peserta.

Perusahaan asuransi syariah mendapat income berdasarkan tiga sumber,

yaitu: Return on investment dari shareholders fund, Share profit/Surplus dari

participant fund untuk produk-produk non-saving, Share return on investment

dari participant fund untuk produk-produk saving. Return on investment dari

shareholders fund dapat diperoleh sebesar 100% dari hasil investasi, sedangkan

dari share surplus dana participant fund (non-saving) dan share return on

investment dari saving sebesar yang diperjanjikan dalam skim bagi hasil di mana

skim tersebut ditentukan oleh manajemen atas persetujuan Dewan Pengawas

Syariah. Gambar 2-3 dibawah ini merupakan mekanisme dari perolehan laba

perusahaan, mulai dari premi awal yang diberikan peserta asuransi sampai pada

pembagian hasil investasinya.

Gambar 2-3 Skema Penerapan Akad Mudharabah Musytarakah

Sumber: Pembelajaran Mata Kuliah Akuntansi Syariah

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

34

2.8.2. Perlakuan Terhadap Hasil Investasi Konvensional Menurut Abdullah Amrin (2011), semakin tinggi imbal hasil yang

diekspektasikan maka tingkat risiko investasinya juga akan semakin besar.

Tingkat imbal hasil investasi tertinggi adalah investasi di pasar modal (capital

market) melalui instrumen saham (stocks). Saham dapat memberikan imbal hasil

normal sekitar 20-25% pertahun belum termasuk dividen yang dibayarkan

perusahaan (emiten) kepada investor. Apabila ingin yang lebih rendah risikonya

dapat membeli obligasi (bonds) korporasi atau pemerintah seperti Surat Utang

Negara (SUN) atau Obigasi Ritel Indonesia (ORI) yang akan memberikan

pembayaran kupon dengan rate tertentu pada periode tertentu pula. Investasi pada

obligasi ini termasuk kategori fixed income.

Keuntungan (return) dari perusahaan asuransi konvensional dapat

diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi yang

seluruhnya merupakan keuntungan perusahaan.

Hasil investasi pada perusahaan asuransi konvensional hanya dapat

dinikmati oleh perusahaan dan pemegang saham saja. Sedangkan peserta asuransi

tidak dapat ikut menikmatinya. Hak dari peserta asuransi hanya terbatas pada

klaim asuransi saja.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

BAB 3 GAMBARAN UMUM

DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sejarah Perusahaan

Pada tanggal 28 Oktober 1987 dengan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih

Adi Warsito No. 116 dan SK Menteri Keuangan RI pada tanggal 10 Oktober

1988, Dana Pensiun Bank XYZ memperoleh izin usaha mendirikan PT Asuransi

Jiwa XYZ.

Pada awalnya PT Asuransi Jiwa XYZ dibentuk guna memenuhi

kebutuhan-kebutuhan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah perbankan,

khususnya nasabah kredit kecil Bank XYZ. Namun dalam perkembangan

selanjutnya mengingat akan kebutuhan jasa asuransi yang meliputi asuransi jiwa,

kesehatan dan pensiun cukup besar, maka bisnis PT Asuransi Jiwa XYZ

merambah pasar di luar Bank XYZ untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara

individu dan kumpulan.

Guna lebih meningkatkan pelayanan jasa asuransi kepada masyarakat luas,

PT Asuransi Jiwa XYZ membuka kantor-kantor penjualan di kota-kota besar yang

tersebar di seluruh Indonesia untuk memperluas pangsa pasar dan memberi

pelayanan yang lebih baik dan lebih dekat kepada nasabah.

Seiring dengan berkembangnya kantor-kantor penjualan tersebut, semakin

berkembang pula jumlah petugas penjualan sebagai konsultan keuangan bagi

nasabah untuk membantu menemukan program asuransi yang tepat sesuai dengan

kebutuhan.

Pada tahun 1995, atas dasar Keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep-

184/KM.17/1995 PT Asuransi Jiwa XYZ mendirikan Dana Pensiun Lembaga

Keuangan (DPLK) untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan

kebutuhan pensiun di hari tua.

PT Asuransi Jiwa XYZ juga membuka unit usaha berupa Asuransi Syariah

dengan izin operasional sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

Universitas Indonesia 35

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

36

KEP-007/KM.6/2003 tanggal 21 Januari 2003 dan hingga kini telah memiliki

beberapa kantor penjualan yang tersebar di kota-kota besar.

3.2. Visi dan Misi Visi:

Menjadi perusahaan asuransi jiwa yang terkemuka

Misi:

1. Melaksanakan bisnis asuransi jiwa secara profesional di Indonesia.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah dan pemegang saham

melalui jaringan kerja yang luas.

3. Memberikan keuntungan kepada pemegang saham dan meningkatkan

kesejahteraan pegawai.

3.3. Nilai-Nilai Budaya Perusahaan

PT Asuransi Jiwa XYZ memiliki nilai-nilai budaya perusahaan yang

senantiasa selalu dipahami dan dijalankan secara konsisten demi kesejahteraan

bersama antara perusahaan dengan nasabah. Nilai-nilai tersebut adalah:

1. Integritas

Kami profesional asuransi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa bersikap jujur, menjaga nama baik perusahaan dan mematuhi

kode etik yang berlaku.

2. Profesional

Kami profesional asuransi yang bertanggung jawab dan berorientasi ke

masa depan untuk menjaga pertumbuhan usaha yang sehat dan

berkesinambungan.

3. Inovatif

Kami selalu berusaha memenuhi kepuasan nasabah melalui peningkatan

kualitas pelayanan, pengembangan produk, teknologi unggul dan sumber

daya manusia yang trampil dan ramah.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

37

4. Kemitraan

Kami profesionalisme asuransi sebagai bagian dari perusahaan selalu

mengembangkan sikap kerjasama dan kemitraan yang menciptakan sinergi

untuk kepentingan kemajuan perusahaan.

5. Kualitas Sumber Daya Manusia

Kami menghargai sumber daya manusia sebagai aset utama perusahaan,

karena itu kami selalu merekrut, mengembangkan dan mempertahankan

sumber daya manusia yang berkualitas serta berusaha menjadi teladan.

3.4. Identitas Perusahaan 1. Akta Pendirian

Akta No. 116 tanggal 28 Oktober 1987, yang dibuatkan oleh

Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, Notaris di Jakarta.

Berita Negara RI No. 71 tanggal 4 September 1990, Tambahan

Berita Negara RI No. 3188 tahun 1990.

Keputusan Menteri Kehakiman RI No. C2 – 6045. HI. 01. 01-Th.

88 tanggal 2 agustus 1988.

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) No. 09.03.1 66.23301 tanggal 28

September 2006 berlaku s/d tanggal 10 September 2011.

2. Izin Usaha

SK Menteri Keuangan Republik Indonesia

No. Kep. 181/KM.13/1988 tanggal 10 Oktober 1988

3. Modal

Modal Dasar : Rp 300.000.000.000,- (Tiga Ratus Milyar Rupiah)

Modal Disetor : Rp 220.000.000.000,- (Dua Ratus Dua Puluh

Milyar Rupiah)

4. Dewan Pengawas Syariah

KH Ma’ruf Amin

Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub MA

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

38

Drs. H. Mohamad Hidayat MBA, MA

5. Reasuransi

PT. (Persero) Reasuransi Umum Indonesia, Tbk

PT. Maskapai Reasuransi Indonesia

6. Struktur Organisasi

Gambar 3-1 Struktur Organisasi PT Asuransi Jiwa XYZ

Sumber: website PT Asuransi Jiwa XYZ

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

39

3.5. Gambaran Umum Produk Perusahaan 1. Danasiswa Syariah

Memberikan manfaat yang anda butuhkan dalam merencanakan

pendidikan bagi putra/putri anda sejak taman kanak-kanak hingga

perguruan tinggi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Memberikan perlindungan asuransi jiwa dan kecelakaan diri serta

dana tabungan pendidikan dengan pilihan manfaat tambahan

berupa pembebasan biaya kontribusi apabila peserta mengalami

musibah cacat tetap total atau peserta terdiagnosa menderita

penyakit kritis.

Orang tua (ayah atau ibu) dan ananda (putra/putri) mendapatkan

perlindungan asuransi sekaligus menerima Tahapan Dana

Pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan anak di masa

mendatang hingga masa asuransi berakhir.

Tabel 3-1 Tahapan Dana Pendidikan Syariah

Sumber: Website PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ

Ketentuan

- Akad dari produk Danasiswa Syariah adalah akad Tabarru’

dan Wakalah bil Ujrah

- Dipasarkan dalam mata uang rupiah

- Minimum usia peserta adalah 17 tahun dan maksimum 55

tahun

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

40

- Minimum masa perjanjian 5 tahun dan maksimum 20 tahun

- Usia peserta ditambah dengan masa perjanjian tidak melebihi

65 tahun

- Masa pembayaran kontribusi reguler minimum 2 tahun

- Kontribusi dapat dibayarkan secara sekaligus (tunggal) atau

reguler (tahunan/semesteran/triwulanan atau bulanan)

Manfaat utama

1. Apabila peserta utama (ayah atau ibu) mengalami musibah

meninggal dunia dalam masa asuransi, maka:

- Secara otomatis polis menjadi bebas kontribusi dan

Tahapan Dana Pendidikan tetap dibayarkan sesuai dengan

jenjang pendidikan anak di masa mendatang hingga masa

perjanjian asuransi berakhir.

- Jika meninggal dunia bukan akibat kecelakaan, maka

penerima manfaat akan menerima santunan duka sebesar

50% dari Rencana Dana Pendidikan sebagai Dana

Kebajikan.

- Apabila meninggal dunia akibat kecelakaan, maka

termaslahat (ahli waris) akan menerima santunan duka

sebesar 100% dari Rencana Dana Pendidikan sebagai

Dana Kebajikan.

2. Apabila peserta anak (putra/putri) mengalami musibah

meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka termaslahat

(ahli waris) akan menerima Dana Kebajikan sebesar Rp.

15.000.000 (lima belas juta rupiah) ditambah nilai tunai polis

dan selanjutnya polis akan berakhir (terminated).

3. Jika pemegang polis peserta mengundurkan diri dalam masa

perjanjian, maka penerima manfaat akan menerima nilai tunai

pada saat mengundurkan diri.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

41

4. Pertanggungan polis akan berakhir, apabila seluruh Tahapan

Dana Pendidikan telah diterima oleh termaslahat sesuai dengan

jenjang pendidikan anak.

Manfaat tambahan (Rider)

1. Apabila peserta mengalami musibah meninggal dunia karena

kecelakaan (usia peserta saat meninggal dunia tersebut tidak

melewati usia 60 tahun), maka termaslahat (ahli waris) akan

menerima manfaat/santunan tambahan berupa Dana Kebajikan

sebesar 50% dari Rencana Dana Pendidikan.

2. Apabila peserta mengalami musibah cacat tetap total akibat

dari penyakit maupun kecelakaan selama polis berlaku, maka

peserta akan menerima manfaat berupa pembebasan

pembayaran kontribusi sejak peserta diakui menderita cacat

tetap total sampai akhir pembayaran kontribusi dan usia tidak

melebihi 60 tahun.

3. Apabila peserta terdiagnosa salah satu dari 31 penyakit kritis

(critical illness) maka akan menerima manfaat berupa

pembebasan pembayaran kontribusi sejak peserta diakui

menderita cacat tetap total hingga akhir pembayaran kontribusi

dan usia tidak melebihi 60 tahun.

Ilustrasi yang diberikan perusahaan

Calon nasabah/tertanggung : Muhammad Fata Rizka

Penerima manfaat : Safa (1 tahun)

Rencana Dana Pendidikan (RDP) : Rp. 50.000.000,-

Masa perjanjian : 21 tahun

Masa bayar kontribusi : 10 tahun

Cara bayar kontribusi : Tahunan

Kontribusi : Rp. 5.000.000,-/tahun

Keterangan :Bapak Fata mengambil

manfaat rider

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

42

Manfaat asuransi yang diterima:

Tahapan Dana Pendidikan:

Berusia 4 tahun, dibayarkan 5% dari RDP = Rp. 2.500.000,-

Berusia 5 tahun, dibayarkan 10% dari RDP = Rp. 5.000.000,-

Berusia 6 tahun, dibayarkan 15 % dari RDP = Rp. 7.500.000,-

Berusia 12 tahun, dibayarkan 20 % dari RDP = Rp. 10.000.000,-

Berusia 15 tahun, dibayarkan 25 % dari RDP = Rp. 12.500.000,-

Berusia 18 tahun, dibayarkan 30 % dari NT = Rp. 8.399.000,-

Berusia 19 tahun, dibayarkan 35 % dari NT = Rp. 7.203.000,-

Berusia 20 tahun, dibayarkan 40 % dari NT = Rp. 5.560.000,-

Berusia 21 tahun, dibayarkan 50 % dari NT = Rp. 4.248.000,-

Berusia 22 tahun, dibayarkan 100 % dari NT = Rp. 4.094.000,-

1. Apabila Bapak M. Fata Rizka mengalami musibah meninggal

dunia dalam masa asuransi, maka:

- Secara otomatis polis menjadi bebas kontribusi dan

Tahapan Dana Pendidikan tetap dibayarkan sesuai

dengan jenjang pendidikan di masa mendatang hingga

masa perjanjian asuransi berakhir.

- Jika meninggal dunia bukan akibat kecelakaan, maka

termaslahat (ahli waris) akan menerima santunan duka

50% dari Rencana Dana Pendidikan sebagai Dana

Kebajikan yakni sebesar Rp. 25.000.000,-

- Apabila meninggal duni akibat kecelakaan, maka

termaslahat (ahli waris) akan menerima santunan duka

sebesar 100% dari Rencana Dana Pendidikan sebagai

Dana Kebajikan, yakni sebesar Rp. 50.000.000,-

2. Jika peserta anak (Safa) mengalami musibah meninggal dunia

dalam masa perjanjian, maka termaslahat (ahli waris) akan

menerima Dana Kebajikan sebesar Rp. 15.000.000,- ditambah

nilai tunai polis dan selanjutnya polis akan berakhir

(terminated).

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

43

Manfaat tambahan untuk Bapak Fata (rider benefit):

Apabila peserta (Bapak M. Fata Rizka) mengalami musibah cacat

tetap total atau menderita penyakit kritis dalam masa perjanjian,

maka secara otomatis polis menjadi bebas kontribusi dan Tahapan

Dana Pendidikan tetap dibayarkan sesuai dengan jenjang

pendidikan anak di masa mendatang hingga masa perjanjian

berakhir.

2. Danasiswa Konvensional XYZ

Danasiswa Konvensional XYZ merupakan produk asuransi jiwa

yang dirancang untuk menjamin kepastian tersedianya dana

pendidikan bagi ananda (putera/puteri) sejak mulai masuk sekolah

hingga perguruan tinggi.

Keistimewaan

1. Merupakan gabungan antara: tabungan, proteksi meninggal

dunia dengan manfaat tambahan berupa perlindungan

asuransi meninggal dunia akibat kecelakaan, penyakit kritis

dan cacat tetap total akibat sakit maupun kecelakaan.

2. Memberikan perlindungan asuransi kepada orang tua (ayah

atau ibu) serta ananda.

3. Memberikan Tahapan Dana Pendidikan (TDP) sesuai dengan

jenjang pendidikan ananda dimasa mendatang hingga

asuransi berakhir.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

44

Tabel 3-2 Tahapan Dana Pendidikan Konvensional

Sumber: Website PT Asuransi Jiwa XYZ

Ketentuan

1. Minimum masa kontrak asuransi adalah 5 (lima) tahun.

2. Minimum masa pembayaran premi regular adalah 2 (dua)

tahun.

3. Dipasarkan dalam mata uang rupiah.

4. Pembayaran premi dapat dilakukan secara tunggal atau

regular (tahunan/semesteran/triwulanan/bulanan).

Manfaat utama

1. Jika tertanggung (ayah atau ibu) mengalami musibah

meninggal dalam masa asuransi, maka:

o Secara otomatis polis menjadi bebas premi dan

Tahapan Dana Pendidikan tetap dibayarkan sesuai

dengan jenjang pendidikan anak di masa mendatang

hingga masa asuransi berakhir.

o Apabila tertanggung meninggal bukan akibat

kecelakaan, maka penerima manfaat akan menerima

santunan duka sebesar 50% dari Rencana Dana

Pendidikan sebagai jumlah uang pertanggungan.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

45

o Apabila tertanggung meninggal akibat kecelakaan,

maka penerima manfaat akan menerima santunan duka

sebesar 100% dari Rencana Dana Pendidikan sebagai

jumlah uang pertanggungan.

2. Jika ananda sebagai tertanggung mengalami musibah

meninggal dalam masa asuransi, maka penerima manfaat

akan menerima santunan duka sebesar Rp 15.000.000,-

ditambah Nilai Tunai polis pada saat ananda meninggal dan

selanjutnya polis akan berakhir (terminated).

3. Jika pemegang polis tertanggung mengundurkan diri dalam

masa asuransi, maka penerima manfaat akan menerima Nilai

Tunai pada saat mengundurkan diri.

4. Pertanggungan polis akan berakhir jika seluruh Tahapan

Dana Pendidikan telah diterima oleh penerima manfaat sesuai

dengan jenjang pendidikan ananda.

Manfaat tambahan

Jika tertanggung (ayah atau ibu) mengalami musibah cacat tetap

total atau menderita penyakit kritis dalam masa asuransi, maka

secara otomatis polis menjadi bebas premi dan Tahapan Dana

Pendidikan tetap dibayarkan sesuai dengan jenjang pendidikan

anak di masa mendatang hingga masa asuransi berakhir.

Ilustrasi yang diberikan perusahaan

Calon nasabah/tertanggung : Ny. Sarah (40 tahun)

Penerima manfaat : Jessica (1 tahun)

Masa asuransi : 21 tahun

Masa pembayaran premi : 10 tahun

Rencana Dana Pendidikan (RDP) : Rp 50.000.000,-

Premi tahunan : Rp 5.000.000,-

Berikut manfaat yang akan diterima oleh ibu Sarah untuk ananda

Jessica

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

46

Manfaat utama (ilustrasi): Tahapan Dana Pendidikan:

Berusia 4 tahun, dibayarkan 5% dari RDP = Rp 2.500.000

Berusia 5 tahun, dibayarkan 10% dari RDP = Rp 5.000.000

Berusia 6 tahun, dibayarkan 15% dari RDP = Rp 7.500.000

Berusia 12 tahun, dibayarkan 20% dari RDP = Rp 10.000.000

Berusia 15 tahun, dibayarkan 25% dari RDP = Rp 12.500.000

Berusia 18 tahun, dibayarkan 30% dari NT = Rp 7.327.000

Berusia 19 tahun, dibayarkan 35% dari NT = Rp 6.207.250

Berusia 20 tahun, dibayarkan 40% dari NT = Rp 4.694.000

Berusia 21 tahun, dibayarkan 50% dari NT = Rp 3.445.500

Berusia 22 tahun, dibayarkan 100% dari NT = Rp 3.003.000

1. Apabila tertanggung (Ny. Sarah) mengalami musibah

meninggal dunia dalam masa asuransi, maka:

o Secara otomatis polis menjadi bebas premi dan Tahapan

Dana Pendidikan tetap dibayarkan sesuai dengan jenjang

pendidikan anak dimasa mendatang hingga masa

asuransi berakhir.

o Apabila meninggal dunia bukan akibat kecelakaan, maka

penerima manfaat akan menerima santunan duka 50%

dari Rencana Dana Pendidikan yakni sebesar Rp

25.000.000,-.

o Apabila meninggal dunia akibat kecelakaan, maka

penerima manfaat akan menerima santunan duka 100%

dari Rencana Dana Pendidikan yakni sebesar Rp

50.000.000,-.

2. Jika ananda (Jessica) sebagai tertanggung mengalami

musibah meninggal dalam masa asuransi, maka penerima

manfaat akan menerima santunan duka sebesar Rp

15.000.000,- ditambah Nilai Tunai polis pada saat ananda

meninggal dan selanjutnya polis akan berakhir (terminated).

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

47

3.6. Metodologi Penelitian 3.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam karya tulis studi kasus ini adalah penelitian

deskriptif, karena penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena atau

kejadian yang telah terjadi.

3.6.2. Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan studi kasus ini, data primer diperoleh dengan cara

melakukan wawancara baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur serta

diskusi dengan pihak manajemen atau staf yang bersangkutan.

Sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui Laporan Posisi

euangan, Laporan Investasi, dan website PT Asuransi Jiwa XYZ. K

3.7. Fatwa MUI Terkait Asuransi Syariah dan Investasi Syariah DSN-MUI telah mengeluarkan pedoman asuransi yang sesuai dengan

syariah, yaitu:

1. Fatwa Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi

Syariah

2. Fatwa Nomor 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Wakalah bil Ujrah

Pada Asuransi Syariah

3. Fatwa Nomor 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru’ Pada

Asuransi Syariah

4. Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Investasi Untuk Reksa Dana Syariah

5. Fatwa Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah

6. Fatwa Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah

Negara

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisa yang telah dilakukan

di PT Asuransi Jiwa XYZ. Analisis penelitian akan terbagi menjadi beberapa

bagian, yaitu:

1. Arahan investasi untuk unit kerja syariah PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ

dan PT Asuransi Jiwa Konvensional XYZ yang telah ditentukan dalam

Surat Keputusan (SK) oleh Dewan Komisaris dan secara umum telah

ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan dalam PMK No.

11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan

Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah dan Keputusan Menteri

Keuangan No. 424/KMK/06/2003 tentang Kesehatan Keuangan

Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

135/PMK.06/2005 dan No. 158/PMK.010/2008.

2. Akad yang digunakan PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ untuk setiap produk

asuransi syariah. Selain mendalami akad apa saja yang digunakan

perusahaan, penelitian ini juga akan menganalisis perbedaan perlakuan

terhadap akad/perjanjian/polis dan dana peserta didalam unit syariah dan

konvensional.

3. Alokasi dan pengelolaan dana investasi dari peserta asuransi selama

periode 2010 dan 2011. Analisis yang dilakukan berfokus pada jenis dana

pada asuransi syariah, pengalokasian dana investasi, dan kesesuaian

portofolio investasi terhadap PMK No. 11/PMK.010/2011 dan PMK No.

135/PMK.06/2005 serta Arahan Investasi PT Asuransi Jiwa XYZ baik unit

syariah maupun konvensional.

4. Mekanisme pembagian hasil investasi yang dilakukan antara perusahaan

dengan peserta asuransi dengan nisbah yang telah ditetapkan dalam polis

atau akad.

Universitas Indonesia 48

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

49

4.1. Arahan Investasi Syariah dan Konvensional 4.1.1. Sasaran Hasil Investasi Syariah dan Konvensional Kebijakan PT Asuransi Jiwa XYZ dalam melakukan investasi telah

ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Dewan Komisaris yang berisi tentang

Arahan Investasi unit kerja syariah dan konvensional PT Asuransi Jiwa XYZ. SK

tersebut memiliki dasar acuan penetapan arah investasi yaitu ketentuan-ketentuan

dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan

Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah dan

Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan

Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Hal pertama yang

diputuskan dalam SK tersebut adalah sasaran hasil investasi yang harus dicapai

perusahaan, dalam hal ini oleh Dewan Direksi. Isi dari keputusan tersebut diantara

lain:

1. Hasil investasi kekayaan Perseroan yang harus dicapai oleh Direksi

Perseroan dalam satu tahun minimal 3% diatas suku bunga acuan

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari rata-rata total investasi berdasarkan

nilai perolehan.

2. Metode perhitungan dalam rangka menghitung hasil investasi sebagaimana

dimaksud dalam poin 1 adalah pendapatan investasi dikurangi beban

investasi dibagi jumlah rata-rata investasi dikalikan 100 persen.

Hasil Investasi = Pendapatan Investasi – Beban Investasi

Jumlah Rata-Rata Investasi

x 100%

3. Hasil investasi sebagaimana tersebut dalam poin 1 dapat diubah dan

ditinjau kembali setiap saat dengan merubah arahan investasi sesuai iklim

investasi di Indonesia.

4.2. Akad Asuransi Syariah dan Konvensional Manfaat produk asuransi yang ditawarkan oleh PT Asuransi Jiwa Syariah

XYZ bukan termasuk dalam jenis produk asuransi unit link, tetapi hampir sejenis

dengan produk asuransi unit link, di mana polis asuransi menggabungkan program

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

50

proteksi, tabungan, dan investasi dalam satu produk. Dana peserta PT Asuransi

Jiwa Syariah XYZ juga belum ditempatkan ke dalam unit link seperti asuransi

syariah lainnya. Penempatan investasi dana peserta dilakukan dalam bentuk

deposito pada bank syariah, reksadana syariah, dan sukuk.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001

tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, akad yang dapat dilakukan antara

peserta dengan perusahaan asuransi adalah akad tijarah dan/atau akad tabarru’,

termasuk akad mudharabah musytarakah dan akad wakalah bil ujrah.

Semua produk syariah milik PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ, yaitu

Danasiswa Syariah, Dwiguna Syariah, Investama Syariah, dan Purnadana Syariah,

menggunakan akad tabarru’ dan wakalah bil ujrah saat akad dimulai sampai

masa asuransi berakhir. Akad-akad tersebut akan mempengaruhi perlakuan

terhadap tujuan penggunaan dana kontribusi peserta dan hasil investasi yang

diperoleh dari kegiatan investasi perusahaan.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 53/DSN-MUI/III/2006

tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah, dalam akad

tabarru’, peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong

peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah. Perusahaan bertindak sebagai

pengelola dana hibah, atas dasar wakalah dari para peserta. Mengenai

pembukuan, dana tabarru’ harus terpisah dari dana lainnya. Begitu juga dengan

hasil investasi dari dana tabarru’ yang menjadi hak kolektif peserta akan

dibukukan dalam akun tabarru’. Dari hasil investasi tersebut, perusahaan dapat

memperoleh bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau mudharabah

musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad wakalah bil ujrah.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 52/DSN-MUI/III/2006

tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah, dalam

akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk

mengelola dana, sedangkan peserta sebagai muwakkil (pemberi kuasa). Akad

wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan tanggungan (yad

dhaman). Sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi

dengan mengurangi fee yang diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

51

wanprestasi. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan dana

yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.

Asuransi konvensional menggunakan akad mu’awadhah, yang artinya

suatu perjanjian di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada pihak lain,

berhak menerima penggantian dari pihak yang diberinya. Premi yang diperoleh

perusahaan atas perjanjian polis sudah menjadi pendapatan dan hak seutuhnya

bagi perusahaan, kewajiban perusahaan hanya pada saat membayar klaim peserta.

Dapat disimpulkan bahwa, PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ

memperlakukan setoran uang dari peserta kepada perusahaan sebagai iuran

anggota (kontribusi), bukan sebagai pendapatan (income). Premi bukan menjadi

pendapatan langsung perusahaan melainkan hasil pengelolaan dana premi tersebut

yang sebenarnya menjadi pendapatan perusahaan (kecuali ujrah/fee yang

didapatkan dari premi). Pendapatan perusahaan berasal dari remunerasi

pengelolaan asuransi dan dari remunerasi pengelolaan investasi. Sedangkan bagi

PT Asuransi Jiwa Konvensional XYZ, setoran uang dari peserta atau disebut juga

dengan premi, diakui sebagai pendapatan langsung perusahaan dan tidak ada

kewajiban bagi perusahaan untuk melaporkan kinerja dan hasil investasi kepada

peserta.

4.3. Pengelolaan Dana Investasi Syariah 4.3.1. Jenis Dana Asuransi Syariah

Untuk produk-produk PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ yang mengandung

unsur tabungan, kontribusi yang dibayarkan peserta langsung dibagi dalam dua

jenis saku dana, yaitu dana peserta dan dana tabarru’. Dana peserta dan dana

tabarru’ yang dikumpulkan akan diinvestasikan dan hasil investasi dibagi secara

proporsional antara peserta dengan perusahaan berdasarkan nisbah bagi hasil yang

telah disepakati. Karena semua produk syariah yang dimiliki PT Asuransi Jiwa

Syariah XYZ, yaitu Danasiswa Syariah, Dwiguna Syariah, Investama Syariah,

dan Purnadana Syariah menggunakan akad tabarru’ dan wakalah bil ujrah, maka

perusahaan hanya akan mendapatkan ujrah/fee dari peserta dan tidak berhak

memperoleh bagian dari hasil investasi.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

52

Dana tabarru’ digunakan untuk membayar klaim peserta produk non

tabungan dan klaim meninggal produk non tabungan dan produk tabungan. Jika

saldo dana tabarru’ tidak mencukupi untuk membayar klaim, maka bagian

keuangan PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ dapat mencairkan deposito yang ada di

saku dana tabarru’. Jika deposito dalam saku dana tabarru’ juga tidak

mencukupi, perusahaan akan melakukan redeemptions reksadana atau aset lancar

lainnya yang ada di saku dana tabarru’.

Setiap akad yang digunakan memiliki skema masing-masing dalam

mengelola dana peserta menjadi investasi yang menghasilkan. Skema pengelolaan

dana untuk akad tabarru’ dan wakalah bil ujrah digambarkan dalam Gambar 4-1

dan Gambar 4-2 dibawah ini.

Gambar 4-1 Skema Alur Dana Tabarru’

Sumber: Materi Pelatihan Asuransi Syariah PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ

Gambar 4-1 diatas menggambarkan skema dari alur dana tabarru’ yang

dilakukan perusahaan-perusahaan asuransi syariah, termasuk PT Asuransi Jiwa

Syariah XYZ. Penjelasan dari setiap keterangan pada bagan diatas adalah sebagai

berikut:

Akad Wakalah antara peserta dan perusahaan asuransi sebagaimana Fatwa

DSN NO. 52/DSN-MUI/III/2006.

Perusahaan

Dana Tabarru’

Peserta

Premi Surplus

Cad. Tabarru’

Ujrah

Hibah

Klaim (Hibah)

Wakalah

Pengembalian Surplus

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

53

Dana Tabarru’ adalah kumpulan premi yang telah disetorkan oleh peserta

yang nantinya akan dihibahkan untuk saling tanggung-menanggung

sesama peserta.

Surplus adalah sisa dana tabarru’ setelah digunakan untuk membayar

klaim (hibah), biaya-biaya wakalah dan cadangan-cadangan pada setiap

akhir periode.

Ujrah adalah remunerasi untuk perusahaan asuransi atas jasa pengelolaan

dana tabarru’ sehingga dapat menghasilkan surplus.

Cadangan tabarru’ adalah sebagian surplus yang dihibahkan oleh peserta

setelah habis kontrak asuransi.

Pengembalian surplus adalah hak peserta yang telah habis kontrak atas

surplus yang terjadi setelah sebagiannya dihibahkan ke dalam cadangan

tabarru’.

Gambar diatas memperlihatkan alur yang dilalui dana peserta/premi

sampai dana tersebut kembali lagi kepada peserta dalam bentuk klaim dan

pengembalian surplus. Untuk penjelasan lebih detail atas skema alur dana pada

Gambar 4-1 diatas adalah:

1. Peserta melakukan perjanjian wakalah dengan perusahaan asuransi atas

kepesertaan dalam asuransi syariah.

2. Peserta menyetorkan premi kepada perusahaan asuransi, dan perusahaan

asuransi mengelompokkan setoran premi dalam ‘kantong’ dana tabarru’.

3. Jika terjadi klaim maka perusahaan membayarkan hibah yang berasal dari

dana tabarru’.

4. Pada setiap akhir periode perusahaan asuransi menghitung surplus atas

pengelolaan dana tabarru’.

5. Perusahaan mengambil presentase tertentu dari surplus yang terbentuk

sebagai ujrah berupa insentif/bonus (sesuai akadnya).

6. Surplus, untuk polis-polis yang telah habis kontrak, setelah dipotong ujrah

dihibahkan dahulu sebagian untuk pembentukan cadangan tabarru’

sebelum dikembalikan kepada peserta.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

54

7. Surplus, pembagian surplus adalah 60% dibagikan ke peserta di mana

pembagiannya 50% kembali ke dana tabarru’ dan 50% ke dana investasi

peserta. Pengelola berhak atas 40% dari surplus tersebut.

Skema atas pengelolaan dana akad wakalah bil ujrah memiliki perbedaan

dengan skema pada akad tabarru’ karena dalam akad wakalah, perusahaan

sebagai pemegang amanah wajib menginvestasikan dana yang terkumpul ke

dalam investasi yang sesuai dengan syariah.

Gambar 4-2 Skema Pengelolaan Dana Akad Wakalah

Reasuransi

Kontribusi Retensi Sendiri

Ujrah

Ujrah

Unearned

Surplus

Klaim

Beban Akuisisi

Surplus

Hasil Inv

Surplus Dibagikan

Insentif

Alokasi

Kontribusi Bruto

Sumber: Materi Pelatihan Asuransi Syariah PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ

4.3.2. Alokasi Dana Investasi Kegiatan investasi yang dilakukan PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ harus

terdiri dari instrumen investasi syariah atau kekayaan yang diperkenankan oleh

Peraturan Menteri Keuangan dan batasan investasi yang telah ditentukan dalam

PMK No. 11/PMK.010/2011 pasal 5 dan juga disebutkan dalam SK perusahaan.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan disebutkan bahwa jenis kekayaan

yang diperkenankan dalam bentuk investasi adalah sebagai berikut:

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

55

a. Deposito pada bank,

b. Saham syariah,

c. Sukuk atau obligasi syariah,

d. Surat Berharga Syariah Negara,

e. Surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia,

f. Surat berharga syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara

Republik Indonesia,

g. Surat berharga syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang

Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang

sahamnya,

h. Reksadana syariah,

i. Efek beragun aset syariah yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi

kolektif efek beragun aset syariah,

j. Pembiayaan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam

bentuk pembelian pembiayaan (refinancing) syariah, dan/atau

k. Emas murni.

Sedangkan instrumen investasi yang dialokasikan perusahaan sampai pada

31 Desember 2011 yang tercatat dalam Laporan Posisi Keuangan PT Asuransi

Jiwa Syariah XYZ adalah:

a. Deposito syariah; investasi ke bank-bank umum syariah dan bank umum

yang memiliki cabang syariah.

o Deposito jangka pendek

- Pihak Ketiga

- Pihak Berelasi

b. Obligasi/Sukuk; investasi ke obligasi syariah BUMN, obligasi syariah

swasta, dan surat berharga syariah yang dijamin pemerintah (SBSN).

o Obligasi dimiliki hingga jatuh tempo (HTM)

o Obligasi tersedia untuk dijual

c. Surat berharga

o Reksadana syariah

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

56

Berikut adalah pengujian kesesuaian atas instrumen investasi atau

kekayaan yang diperkenankan untuk setiap emiten/ penerbit/ manajer investasi

berdasarkan PMK No. 11/PMK.010/2011 dan SK Dewan Komisaris:

Tabel 4-1 Jenis dan Batasan Investasi Syariah

Instrumen Investasi yang Diperkenankan

Tabarru Dana Perusahaan Dana Investasi Arahan

Investasi

PMK Arahan

Investasi PMK Arahan Investasi PMK

a Deposito pada Bank 20% 20% - 20% 20% 20%b Saham Syariah 10% 10% - 10% 10% 10%c Sukuk atau Obligasi Syariah 20% 20% - 20% 20% 20%d Surat Berharga Syariah Negara - - - - - -

e Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

- - - - - -

f Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia

10% 10% - 10% 10% 10%

g

Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya

20% 20% - 20% 20% 20%

h Reksadana Syariah 10% 10% - 10% 10% 10%

i

Efek beragun aset syariah yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset syariah

10% 10% - 10% 10% 10%

j

Pembiayaan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk pembelian pembiayaan (refinancing) syariah

10% 10% - 10% 10% 10%

k Emas murni - 20% - 20% - 20%

l Penempatan investasi butir b,c,f,g, dan h di luar negeri - 20% - 20% - 20%

m Penempatan satu pihak, kecuali butir d dan e - 20% - 20% - 20%

Sumber: Arahan Investasi PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ dan PMK No. 11 Tahun 2011

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

57

Dari Tabel 4-1 diatas dapat diketahui bahwa perusahaan memiliki tiga

klasifikasi saku dana, yaitu Dana Tabarru’ (DT), Dana Perusahaan (DP), dan

Dana Investasi (DI). Hasil pengujian diatas menjelaskan bahwa kegiatan investasi

PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ telah memenuhi ketentuan-ketentuan dalam PMK

No. 11/PMK.010/2011. Selain itu, setiap jenis instrumen investasi perusahaan

juga telah sesuai dengan ketentuan syariah dan tidak mengikutsertakan instrumen

investasi konvensional yang mengandung kegiatan yang diharamkan, seperti

gharar, maysir, dan riba. Untuk melihat perbedaan jumlah investasi dengan

batasan investasi secara kuantitatif, akan dijelaskan pada subbab berikutnya, yaitu

kuantitatif portofolio investasi.

4.3.3. Kuantitatif Portofolio Investasi Dalam menentukan jumlah investasi yang akan dimiliki atau dianggarkan

untuk diperoleh pada tahun berikutnya, perusahaan perlu memperhatikan batasan

investasi yang telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan. Selain batasan

investasi untuk setiap emiten/penerbit/manajer investasi seperti yang sudah

dijabarkan pada Tabel 4-1, perusahaan juga perlu memperhatikan batas

maksimum per jenis investasi dari total keseluruhan investasi.

Tabel 4-2 Batasan Investasi Untuk Total Keseluruhan Investasi Syariah

Jenis Investasi Tabarru Dana Perusahaan Dana Investasi

Arahan Investasi PMK

Arahan Investasi PMK

Arahan Investasi PMK

a Deposito pada Bank 75% - 75% - 75% -b Saham Syariah 40% 40% 40% 40% 40% 40%c Sukuk atau Obligasi Syariah 40% 40% 40% 40% 40% 40%d Surat Berharga Syariah Negara 75% - 75% - 75% -e

Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia 75% - 75% - 75% -

f Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia 10% - - - 10% -

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

58

Jenis Investasi Tabarru Dana Perusahaan Dana Investasi

Arahan Investasi PMK

Arahan Investasi PMK

Arahan Investasi PMK

g Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya 10% - - - 10% -

h Reksadana Syariah 40% 40% 40% 40% 40% 40%i Efek beragun aset syariah yang

diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset syariah 20% 20% - 20% 20% 20%

j Pembiayaan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk pembelian pembiayaan (refinancing) syariah 20% 20% - 20% 20% 20%

k Emas murni 20% 20% 20% 20% 20% 20%l Penempatan investasi butir

b,c,f,g, dan h di luar negeri 20% 20% - 20% 20% 20%m Penempatan satu pihak, kecuali

butir d dan e 20% 20% 20% 20% 20% 20%Sumber: Arahan Investasi PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ dan PMK No. 11 Tahun 2011

Dari Tabel 4-2 diatas, dapat diketahui bahwa penetapan batas maksimum

investasi PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ dalam Arahan investasi oleh Dewan

Komisaris telah sesuai dengan ketentuan atas batas maksimum per jenis investasi

dari total keseluruhan investasi yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan

No. 11/PMK.010/2011. Karena ada beberapa batas maksimum yang tidak

dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan, seperti deposito, surat berharga

syariah negara, surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat

berharga syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia,

surat berharga syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara

Republik Indonesia menjadi anggota atau pemegang sahamnya, maka perusahaan

telah membuat kebijakan/aturan tersendiri dengan alasan demi menjaga kestabilan

dan keefektifan jumlah investasi dalam portofolio.

Pengujian kuantitatif data investasi secara kesuluruhan milik perusahaan

periode 31 Desember 2010 dan 2011 perlu dilakukan untuk menentukan berapa

jumlah investasi yang dapat diakui berdasarkan ketentuan batas maksimum yang

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

59

telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 11/PMK.010/2011 dan

Arahan Investasi PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ dalam Surat Keputusan (SK)

oleh Dewan Komisaris. Data investasi secara keseluruhan yang dimaksud adalah

jumlah seluruh investasi yang ada di ketiga saku dana perusahaan, yaitu Dana

Tabarru’ (DT), Dana Perusahaan (DP), dan Dana Investasi (DI). Maka dari itu

sebelum melihat dan menganalisis investasi secara keseluruhan dalam Laporan

Posisi Keuangan perusahaan, perlu diketahui terlebih dahulu instrumen investasi

dari masing-masing saku dana milik perusahaan.

Pada Tabel 4-3 sampai Tabel 4-5 dapat diketahui jenis investasi apa saja

yang dimiliki perusahaan per 31 Desember 2010 dan 2011, dan diketahui pula

berapa presentase setiap jenis investasi terhadap jumlah investasi setiap saku

dana.

Berdasarkan hasil pengujian, terdapat perbedaan yang signifikan pada

jumlah investasi (dalam %) dana tabarru’ dan dana investasi. Hal tersebut terjadi

karena terdapat perbedaan dalam memperlakukan kedua dana tersebut. Selain

jumlah dana tabarru’ yang lebih sedikit dari dana investasi, dalam dana tabarru’

juga harus lebih berhati-hati dalam memilih instrumen investasi. Karena dana

tabarru’ merupakan dana milik peserta yang digunakan untuk saling menolong

antar peserta melalui pembayaran klaim peserta, maka perusahaan wajib untuk

mengamankan dana tabarru’ ke dalam investasi yang tidak memiliki risiko tinggi.

Sedangkan dana investasi memiliki tujuan untuk mendapatkan return yang tinggi,

sehingga dana tersebut dapat diinvestasikan ke dalam instrumen yang lebih

berisiko.

Pada tahun 2010, perusahaan mendapatkan koreksi yang cukup signifikan

dari Departemen Keuangan, yaitu dana tabarru’ PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ

memiliki kelebihan komposisi pada sukuk, di mana yang dapat

diakui/diperkenankan oleh Peraturan Menteri Keuangan hanya sebesar 40% dari

total investasi. Sehingga perusahaan melakukan koreksi atas kelebihan komposisi

tersebut ke dalam Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Pada Tabel 4-3

diketahui bahwa dana tabarru’ memiliki jumlah investasi pada sukuk tahun 2010

sebesar 84,60% dan SBSN sebesar 15.36%. Karena kelebihan komposisi sukuk

tersebut, perusahaan mengkoreksi dengan menambah jumlah investasi SBSN

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

60

tahun 2011 menjadi 53,03% dan mengurangi jumlah sukuk menjadi 9,98%.

Sedangkan untuk saku dana investasi PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ memiliki

kelebihan komposisi pada reksadana, yaitu sebesar 49,60% , di mana yang dapat

diakui/diperkenankan hanya sebesar 40% dari total investasi. Sehingga

perusahaan juga melakukan koreksi atas kelebihan komposisi tersebut ke dalam

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) menjadi 30,24% pada tahun 2011.

Untuk hasil pengujian secara keseluruhan terhadap investasi perusahaan

pada periode 31 Desember 2010 dan 2011 yang terlihat pada Tabel 4-6, dapat

disimpulkan bahwa jumlah investasi perusahaan telah sesuai dengan batas

maksimum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan No.

11/PMK.010/2011 dan Arahan Investasi dalam SK perusahaan, sehingga PT

Asuransi Jiwa Syariah XYZ dapat mengakui seluruh investasinya, kecuali untuk

beberapa instrumen investasi yang perlu untuk dikoreksi atas kelebihan

komposisinya. Perusahaan melakukan koreksi atas kelebihan komposisi instrumen

investasi ke dalam Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) karena instrumen

tersebut dapat diakui/diperkenankan sampai dengan 75%. Alasan lain perusahaan

memilih untuk memiliki jumlah Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) lebih

tinggi pada tahun 2011 adalah untuk mengurangi risiko yang dapat diterima oleh

perusahaan maupun peserta asuransi, mengingat bahwa SBSN memiliki risiko

yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis investasi lainnya.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

61

Tabel 4-3 Analisis Data Kuantitatif Investasi Dana Tabarru’ (DT)

Jenis Investasi 2010 2011 Rp (%) Rp (%)

Deposito 5,000,000 0.04 6,758,449,500 34.44Saham Syariah - - - -Sukuk atau Obligasi Syariah 11,030,230,000 84.60 1,959,230,000 9.98Surat Berharga Syariah Negara 2,002,550,261 15.36 10,407,598,000 53.03Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia - - - -Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh selain Negara Republik Indonesia - - - -Surat Berharga Syariah yang Diterbitkan oleh Lembaga Multinasional - - - -Reksadana Syariah - - 499,501,488 2.55Efek Beragun Aset Syariah - - - -Pembiayaan melalui kerjasama dengan pihak lain - - - -Emas murni - - - -Investasi lain - - - -Jumlah Investasi 13,037,780,261 100 19,624,778,988 100

Sumber: Pengolahan Data Neraca Dana Tabarru’ (DT)

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

62

Tabel 4-4 Analisis Data Kuantitatif Investasi Dana Perusahaan (DP)

Jenis Investasi 2010 2011 Rp (%) Rp (%)

Deposito 4,498,000,000 18.36 6,399,875,000 20.28Saham Syariah - - - -Sukuk atau Obligasi Syariah 9,000,000,000 36.74 9,000,000,000 28.52Surat Berharga Syariah Negara 11,000,000,000 44.90 16,153,365,784 51.19Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia - - - -Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh selain Negara Republik Indonesia - - - -Surat Berharga Syariah yang Diterbitkan oleh Lembaga Multinasional - - - -Reksadana Syariah - - - -Efek Beragun Aset Syariah - - - -Pembiayaan melalui kerjasama dengan pihak lain - - - -Emas murni - - - -Investasi lain - - - -Jumlah Investasi 24,498,000,000 100 31,553,240,784 100

Sumber: Pengolahan Data Neraca Dana Perusahaan (DP)

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

63

Tabel 4-5 Analisis Data Kuantitatif Investasi Dana Investasi (DI)

Jenis Investasi 2010 2011 Rp (%) Rp (%)

Deposito 12,570,713,720 22.95 10,824,250,000 26.25Saham Syariah - - - Sukuk atau Obligasi Syariah 13,030,230,000 23.79 10,071,000,000 24.42Surat Berharga Syariah Negara - - 12,470,750,000 30.24Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia - - - -Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh selain Negara Republik Indonesia - - - -Surat Berharga Syariah yang Diterbitkan oleh Lembaga Multinasional - - - -Reksadana Syariah 27,165,919,446 49.60 7,873,403,766 19.09Efek Beragun Aset Syariah - - - -Pembiayaan melalui kerjasama dengan pihak lain - - - -Emas murni - - - -Investasi lain - - - -Jumlah Investasi 52,766,863,166 100 41,239,403,766 100

Sumber: Pengolahan Data Neraca Dana Investasi (DI)

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

64

Tabel 4-6 Analisis Data Kuantitatif Investasi Syariah

Per 31 Desember 2010 dan 2011

Jenis Investasi 2010 2011

Rp Neraca

(%) Maks (%) Rp

Neraca (%)

Maks (%)

Deposito 17,073,713,720 18.50 75 23,982,574,500 23.91 75Saham Syariah - - 40 - - 40Sukuk atau Obligasi Syariah 33,060,460,000 35.82 40 21,030,230,000 20.97 40Surat Berharga Syariah Negara 15,005,100,522 16.26 75 39,031,713,784 38.92 75Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia - - 75 - - 75Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh selain Negara Republik Indonesia - - 10 - - 10Surat Berharga Syariah yang Diterbitkan oleh Lembaga Multinasional - - 10 - - 10Reksadana Syariah 27,165,919,446 29.43 40 16,246,309,020 16.20 40Efek Beragun Aset Syariah - - 20 - - 20Pembiayaan melalui kerjasama dengan pihak lain - - 20 - - 20Emas murni - - 20 - - 20Investasi lain - - 20 - - 20Jumlah Investasi 92,305,193,688 100 - 100,290,827,304 100 -

Sumber: Pengolahan Data Laporan Posisi Keuangan Syariah Per 31 Des 2010 dan 2011

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

65

umber: Diolah Dari Be

4.4.2.

g telah direvisi pada Peraturan Menteri

deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan satu

b. Saham yang tercatat di bursa efek.

4.4. Pengelolaan Dana Investasi Konvensional 4.4.1. Skema Pengelolaan Dana

Mekanisme pengelolaan dana pada PT Asuransi Jiwa Konvensional XYZ

tidak ada pemisahan antara dana peserta dan dana tabarru’. Semua bercampur

menjadi satu dan status dana tersebut adalah dana perusahaan. Maka dari itu

perusahaan memiliki kebebasan dalam mengelola dan menginvestasikan ke mana

saja tanpa ada pembatasan halal ataupun haram.

Gambar 4-3 Skema Arus Dana Asuransi Konvensional

rbagai Sumber

S

Alokasi Dana Investasi Kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh

perusahaan asuransi, khususnya kekayaan dalam bentuk investasi. Jenis investasi

yang diperkenankan diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.

424/KMK.06/2003 Pasal 11 ayat (1) yan

Keuangan No. 135/PMK.05/2005, yaitu:

a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank termasuk deposit on

call dan

bulan.

Pemegang Saham

Pemegang Polis

Perusahaan Asuransi

Investasi

Modal

Premi

Klaim

Hasil Investasi

Dana Perusahaan

Dividen

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

66

c. Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau

yang setara pada saat penempatan.

d. Surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia.

e. Unit penyertaan reksadana.

f. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek).

g. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan

untuk investasi.

h. Pinjaman hipotik.

i. Pinjaman polis.

Perusahaan telah berupaya untuk memenuhi Peraturan Menteri Keuangan

diatas dengan memilih instrumen investasi yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan dan wajib untuk dilakukan perusahaan. Jenis

investasi yang dimiliki PT Asuransi Jiwa XYZ adalah:

a. Investasi dengan Pihak Ketiga:

o Deposito berjangka

o Pinjaman pemegang polis

o Reksadana

o Obligasi

o Saham

o Penyertaan langsung

o Properti investasi

b. Investasi dengan Pihak Berelasi:

o Deposito berjangka

o Obligasi

o Saham

o Penyertaan langsung

Berikut adalah pengujian kesesuaian atas instrumen investasi atau

kekayaan yang diperkenankan untuk setiap emiten/penerbit/manajer investasi

berdasarkan PMK No. 135/PMK.05/2005 dan SK Dewan Komisaris:

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

67

Tabel 4-7 Jenis dan Batasan Investasi Konvensional

No Jenis Investasi Dalam Negeri

Emiten/Penerbit/MI PMK

1 Deposito berjangka dan Sertifikat Deposito 20% 20%

2 Sertifikat Bank Indonesia - - 3 Saham tercatat di bursa efek 20% 20% 4 Surat Utang Korporasi dan Sukuk

Korporasi 20% - 5 Surat Utang Sukuk Korporasi yang

emitennya adalah badan hukum Indonesia berdasarkan pada: -

a. Aset tertentu (asset based) 20% 20% b. Proyek tertentu (project based) 10% -

6 Surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga keuangan internasional dan negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota dan/atau pemegang saham yang berdominasi rupiah 20% -

7 Surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah - -

8 Unit penyertaan Reksadana 20% 20% Unit penyertaan reksadana yang

berbentuk: 1. Kontrak Investasi Kolektif Penawaran

Umum yang pernyataan pendaftarannya telah mendapat pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

2. Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan Terbatas yang telah dicatatkan pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

3. Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia yang pernyataan pendaftarannya telah mendapat pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

9 Efek Beragunan Aset 10% - 10 Unit Penyertaan Dana Investasi Real

Estate 10% - 11 Penyertaan Langsung (saham yang tidak

tercatat di busa efek) - 10% 12 Bangunan dengan hak strata atau tanah

dengan bangunan - 20%

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

68

No Jenis Investasi Dalam Negeri

Emiten/Penerbit/MI PMK

13 Emas murni - 14 Pinjaman hipotik - 20% 15 Pinjaman polis 80% 80% 16 Penempatan satu pihak diluar penyertaan

langsung, kecuali butir 5 dan 6 - - 17 Penempatan pada bukan afiliasi - -

Sumber: Arahan Investasi PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ dan PMK No. 135 Tahun 2005

Dari Tabel 4-7 diatas dapat diketahui bahwa Arahan Investasi perusahaan

tentang jenis investasi yang dimiliki sampai 31 Desember 2011 telah memenuhi

ketentuan yang ditetapkan Menteri Keuangan. Hasil pengujian diatas menjelaskan

bahwa kegiatan investasi PT Asuransi Jiwa XYZ secara keseluruhan termasuk

batas maksimum untuk setiap emiten/penerbit/manajer investasi telah memenuhi

ketentuan-ketentuan dalam PMK No. 135/PMK.06/2005.

4.4.3. Kuantitatif Portofolio Investasi Peraturan Menteri Keuangan telah membuat ketentuan mengenai batas

maksimum jumlah investasi yang dapat diakui perusahaan asuransi, khususnya

oleh PT Asuransi Jiwa Konvensional XYZ. Maka dari itu perusahaan perlu

menyesuaikan isi Arahan Investasi tentang batasan investasi dengan PMK No.

135/PMK.06/2005.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

69

Tabel 4-8 Analisis Data Kuantitatif Investasi

Per 31 Desember 2010 dan 2011

No Jenis Investasi 2010 2011

Rp Neraca

(%) Maks (%) Rp

Neraca (%)

Maks (%)

1 Deposito berjangka dan Sertifikat Deposito 431,518,713,720 21.65 75 377,432,574,500 16.30 75

2 Sertifikat Bank Indonesia 75 753 Saham tercatat di bursa

efek 39,378,871,933 1.98 40 39,378,871,933 1.70 404 Surat Utang Korporasi dan

Sukuk Korporasi 406,625,372,516 20.40 50 574,064,491,314 24.80 505 Surat Utang Sukuk

Korporasi yang emitennya adalah badan hukum Indonesia berdasarkan pada:

a. Aset tertentu (asset based) - - 50 - - 50

b. Proyek tertentu (project based) - - 50 - - 50

6 Surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga keuangan internasional dan negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota dan/atau pemegang saham yang berdominasi rupiah - - 50 - - 50

7 Surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah 971,976,000,000 48.76 75 1,202,968,000,000 51.96 75

8 Unit penyertaan Reksadana 72,534,664,054 3.64 40 61,922,409,967 2.67 40 Unit penyertaan reksadana

yang berbentuk: 1. Kontrak Investasi

Kolektif Penawaran Umum yang pernyataan pendaftarannya telah mendapat pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan - - - -

2. Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan Terbatas yang telah dicatatkan pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan - - - -

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

70

No Jenis Investasi 2010 2011

Rp Neraca

(%) Maks (%) Rp

Neraca (%)

Maks (%)

3. Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia yang pernyataan pendaftarannya telah mendapat pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan - - - -

9 Efek Beragunan Aset - - 20 - - 2010 Unit Penyertaan Dana

Investasi Real Estate - - 20 - - 2011 Penyertaan Langsung

(saham yang tidak tercatat di busa efek) 25,246,621,310 1.27 5 25,109,571,561 1.08 5

12 Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan 20,324,949,621 1.02 10 8,514,585,516 0.37 10

13 Emas murni - - 10 - - 1014 Pinjaman hipotik - - 10 - - 1015 Pinjaman polis 586,373,758 0.03 50 569,670,685 0.02 5016 Penempatan satu pihak

diluar penyertaan langsung, kecuali butir 5 dan 6 - - 10 - - 10

17 Penempatan pada bukan afiliasi - - 20 - - 20

Jumlah Investasi 1,993,438,190,232 100 - 2,315,069,749,048 100 -Sumber: Pengolahan Data Laporan Posisi Keuangan Per 31 Des 2010 dan 2011

Berdasarkan pengujian pada Tabel 4-8 diatas, seluruh investasi milik PT

Asuransi Jiwa Konvensional XYZ tidak melebihi batas maksimum yang

ditetapkan Arahan Investasi perusahaan dan PMK No. 135/PMK.06/2005. Maka

dapat diartikan bahwa seluruh investasi tersebut dapat diakui perusahaan.

Pada hakikatnya, perusahaan dapat memiliki jumlah investasi melebihi

batas maksimum yang telah ditetapkan, dimana hal tersebut juga akan

meningkatkan jumlah return yang akan diperoleh perusahaan, akan tetapi jumlah

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

71

yang dapat diakui perusahaan hanya terbatas pada batas maksimum dalam Arahan

Investasi perusahaan dan Peraturan Menteri Keuangan.

4.5. Mekanisme Hasil Investasi Untuk produk asuransi syariah yang menggunakan akad wakalah bil ujrah,

PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ menetapkan bahwa peserta akan mendapatkan

bagi hasil investasi sebesar 100%. Sedangkan perusahaan akan mendapatkan

ujrah yang berasal dari kontribusi peserta dan diterima atas pengelolaan risiko.

Besaran ujrah untuk kontribusi polis kumpulan sebesar 30%-50%, sedangkan

untuk kontribusi polis individu sebesar 2,5%-50% dari jumlah kontribusi peserta.

Besaran ujrah tersebut diperoleh perusahaan secara berkala, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4-9 Besaran Ujrah Dari Kontribusi

Tahun 1 50%

Tahun 2 22,50%

Tahun 3 12,50%

Tahun 4 dst. 2,50%

Selain itu, perusahaan juga akan mendapatkan wakalah fee sebesar 3%

dari kontribusi bersih/nett (kontribusi bruto – ujrah – biaya) dan biaya

pengelolaan investasi sebesar Rp 15.000,- per bulan yang dipotong diawal setiap

pembayaran kontribusi. Penjelasan diatas dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Kontribusi peserta :

Kontribusi awal periode : Rp. 5.000.000,- (per tahun)

-/- Ujrah (2,5% x Rp 5.000.000,-) : Rp 125.000,-

-/- Biaya Pengelolaan

(Rp 15.000,- x 12 bulan) : Rp 180.000,-

Kontribusi bersih : Rp 4.695.000,-

Wakalah fee (3% x Rp 4.695.000,-) : Rp 140.850,-

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

72

Pendapatan = Ujrah + Biaya Pengelolaan + Wakalah Fee

= Rp 125.000,- + Rp 180.000,- + Rp 140.850,-

= Rp 445.850,-

Sedangkan PT Asuransi Jiwa Konvensional XYZ mengakui hasil investasi

sebagai bagian dari pendapatan investasi. Hasil investasi tersebut merupakan hak

perusahaan seutuhnya yang kelak dalam RUPS akhir tahun dibagikan kepada

pemegang saham atau dikembalikan lagi kepada perusahaan sebagai penyertaan

modal.

Pendapatan dari hasil investasi yang diperoleh PT Asuransi Jiwa

Konvensional XYZ untuk tahun 2010 dan 2011 adalah masing-masing sebesar Rp

214.562.000.000,- dan Rp 279.805.000.000,-, sedangakan PT Asuransi Jiwa

Syariah XYZ memperoleh Rp 2.176.433.013,- pada tahun 2010 dan Rp

4.364.771.309,- untuk tahun 2011,atau sebesar 11% dan 12% untuk return

konvensional periode 2010 dan 2011 dan 2% dan 4% untuk return syariah. Dapat

disimpulkan bahwa hasil investasi yang diperoleh PT Asuransi Jiwa Konvensional

XYZ jauh lebih besar dari pada hasil investasi yang diperoleh PT Asuransi Jiwa

Syariah XYZ. Hal tersebut disebabkan investasi konvensional tidak dibatasi

dengan beberapa peraturan halal dan non-halal seperti halnya investasi syariah.

Selain itu jumlah instrumen investasi di pasar modal syariah tidak sebanyak

jumlah instrumen investasi pasar modal konvensional, sehingga perusahaan

syariah sangat terbatas dalam melakukan kegiatan investasi. Hasil investasi yang

diperoleh dari dana tabarru’ PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ juga harus diberikan

kepada peserta asuransi sesuai nisbah yang telah ditentukan, sedangkan PT

Asuransi Jiwa Konvensional XYZ tidak memberikan hasil investasinya kepada

peserta melainkan dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan.

Tabel 4-10 Hasil Investasi Per 31 Desember 2010 dan 2011

Keterangan

Syariah Konvensional 2010 2011 2010 2011

a Jumlah Investasi 92,305,193,688 100,290,827,304 1,993,438,190,232 2,315,069,749,048 b Hasil Investasi 2,176,433,013 4,364,771,309 214,562,000,000 279,805,000,000 c Return (b/a) 2% 4% 11% 12%

Sumber: Pengolahan Data Hasil Investasi PT Asuransi Jiwa Konvensional dan Syariah XYZ

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Studi kasus ini dilakukan atas PT Asuransi Jiwa XYZ. Kegiatan

pengelolaan dana investasi yang diteliti adalah perbedaan asuransi syariah dan

konvensional dalam akad yang digunakan dalam produk asuransi,

penempatan/alokasi dana investasi, pengujian jumlah investasi secara kuantitatif,

dan mekanisme hasil investasi.

PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ menggunakan akad wakalah bil ujrah

dalam melakukan perjanjian awal sampai masa asuransi berakhir dengan peserta

asuransi. Sedangkan PT Asuransi Jiwa Konvensional menggunakan akad

mu’awadhah.

Pada dasarnya perusahaan melakukan investasi pada instrumen investasi

yang aman dan dapat memberikan hasil yang menjanjikan. Perbedaannya, pada

investasi syariah, perusahaan diwajibkan untuk melakukan investasi yang sesuai

dengan aturan syariah, seperti investasi yang tidak mengandung gharar, maysir,

dan riba. Perbedaan pengelolaan dana investasi antara PT Asuransi Jiwa Syariah

XYZ dengan PT Asuransi Jiwa Konvensional XYZ terletak pada akad yang

digunakan dalam memperlakukan premi/kontribusi, sumber dan penempatan dana

investasi, dan mekanisme perlakuan terhadap hasil investasi perusahaan.

Berdasarkan analisa, penempatan portofolio investasi dan penerimaan

hasil investasi di kedua unit usaha telah dilakukan sesuai dengan ketentuan

Peraturan Menteri Keuangan. Dalam Unit Kerja Syariah, PT Asuransi Jiwa XYZ

telah menempatkan dana investasi ke dalam instrumen investasi yang sesuai

dengan ketentuan syariah. Hasil investasi yang diperoleh perusahaan juga telah

dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad wakalah bil ujrah, yaitu sebesar

100%.

Permasalahan yang dihadapi PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ terdapat pada

jumlah investasi sukuk dan reksadana pada saku dana tabarru’ dan dana investasi

yang melebihi batas maksimum pada tahun 2010. Sehingga perusahaan

Universitas Indonesia 73

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia

74

memutuskan untuk mengurangi jumlah investasi dalam sukuk dan reksadana dan

mengalihkannya ke Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada periode 2011.

Alasannya karena SBSN memiliki risiko yang lebih rendah dari pada instrumen

investasi lainnya, khususnya untuk dana tabarru’ yang merupakan dana milik

peserta yang digunakan untuk saling menolong antar peserta melalui pembayaran

klaim peserta, maka perusahaan wajib untuk mengamankan dana tabarru’ ke

dalam investasi yang tidak memiliki risiko tinggi

5.2. Saran 1. Perusahaan harus patuh terhadap batasan investasi yang dikeluarkan oleh

regulator. Tujuan batasan investasi bagi perusahaan adalah untuk

mengamankan dana yang dihimpun dari masyarakat yang telah

diamanahkan kepada perusahaan untuk diinvestasikan ke instrumen

investasi yang aman, untuk meminimalkan risiko dalam berinvestasi dan

memenuhi target return yang dianggarkan perusahaan. Sehingga penting

bagi perusahaan untuk dapat memenuhi batasan investasi yang dibuat oleh

regulator.

2. Perusahaan harus membuat portofolio investasi yang baik agar dapat

meminimalkan risiko apabila salah satu pihak tempat perusahaan

melakukan investasi mengalami risiko default. Sehingga perusahaan tidak

mengalami kerugian yang sangat besar atas kewajiban investee yang tidak

terbayar.

3. Perusahaan harus melakukan keseimbangan antara kewajiban dengan

investasi, di mana hal tersebut merupakan tujuan utama dibuatnya

portofolio investasi. Sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

mengklasifikasikan jumlah dan jangka waktu atas kewajiban dan investasi.

4. PT Asuransi Jiwa Syariah XYZ perlu melakukan investasi dalam jenis

saham syariah, di mana instrumen investasi saham syariah dapat

memberikan return untuk perusahaan yang cukup besar dibandingkan

dengan instrumen investasi lainnya.

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

DAFTAR REFERENSI

Amrin, Abdullah. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. Jakarta: Alex Media

Komputindo, 2011.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tanggal 18 April

2001, tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tanggal 17 Oktober

2001, tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tanggal 14 September

2002, tentang Obligasi Syariah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 52/DSN-MUI/III/2006 tanggal 23 Maret

2006, tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi

Syariah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 53/DSN-MUI/III/2006 tanggal 23 Maret

2006, tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tanggal 26 Juni 2008,

tentang Surat Berharga Syariah Negara

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 424/KMK.06/2003 tanggal 30 Desember

2003, tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan

Reasuransi

Nafis, M. Cholil. Teori Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), 2011.

Universitas Indonesia 75

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012

Universitas Indonesia 76

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011,

tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan

Prinsip Syariah

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 135/PMK.05/2005 tanggal 27 Desember

2005, tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan No.

424/KMK.06/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi

Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem

Operasional. Jakarta: Gema Insani, 2004.

Suryomurti, Wiku. Super Cerdas Investasi Syariah. Jakarta: QultumMedia, 2011.

Tandelin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

Wijayanto, Fajar. Pengelolaan Portofolio Investasi Dana Pensiun dan

Permasalahan yang Dihadapi. Depok: Perpustakaan FEUI, 2009.

www.asuransisyariah.net

Analisis pengelolaan..., Natasha Gena Patriani, FE UI, 2012