ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH...

14
ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI MAKRO (Studi Kasus : Kampung Batik Laweyan) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Oleh : ZULAIKHAH FITRI WIDIYASTUTI D600 140 025 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH...

Page 1: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK PADA

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN

PENDEKATAN ERGONOMI MAKRO

(Studi Kasus : Kampung Batik Laweyan)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh :

ZULAIKHAH FITRI WIDIYASTUTI

D600 140 025

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

i

Page 3: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

ii

Page 4: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

iii

Page 5: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

1

ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIKPADA

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN

PENDEKATAN ERGONOMI MAKRO

(Studi Kasus : Kampung Batik Laweyan)

ABSTRAK

Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal UKM batik terletak di Bandar

Kabanaran Kampung Batik Laweyan Kota Surakarta. Tujuan dari penelitian ini

adalah menentukan variansi atau permasalahan yang terjadi dengan pendekatan

ergonomi makro sehingga dapat merancang sistem kerja yang baik. Ergonomi

makro merupakan suatu pendekatan sistem sosioteknikal untuk mendesain sistem

kerja dengan menganalisis dari level atas hingga ke level bawah agar tercipta

keseimbangan dalam semua sistem kerja yang bertujuan untuk mengoptimalkan

desain sistem kerja. Menurut Hal W. Hendrick dan Brian M. Kleinerimplementasi

ergonomi makro dengan menggunakan metode Macroergonomics Analysis and

Design (MEAD) terdapat sepuluh langkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengelola IPAL tidak menjalankan tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

Selain itu permasalahan yang terjadi adalah kurang terperincinya standar kerja

yang ada di IPAL komunal Kampung Batik Laweyan. Standar Operasional

Prosedur (SOP) merupakan usulan rancangan sistem kerja yang diusulkan untuk

mengintegrasikan semua komponen yang terkait.

Kata Kunci: Ergonomi Makro, Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal,

Macroergonomics Analysis and Design (MEAD), Standar Operasional Prosedur

(SOP)

ABSTRACT

The communal wastewater treatment plant is located at Bandar Kabanaran

Kampung Batik Laweyan Kota Surakarta. The purpose of this study is to

determine the variance or problems that occur with the macro ergonomics

approach so that it can design a good working system. Macro Ergonomics is a

sociotechnical system approach to designing work systems by analyzing from top

to bottom level in order to create balance in all work systems that aim to optimize

the work system design. According to Hal W. Hendrick and Brian M. Kleiner

implementation of macro ergonomics using Macroergonomics Analysis and

Design (MEAD) method there are ten steps. The results show that the manager of

IPAL does not perform the responsibility in accordance with its duties. Besides

the problems that occur is less detailed work standards that exist in the IPAL

communal Kampung Batik Laweyan. Standard Operating Procedure (SOP) is a

proposed work system design to integrate all related components.

Keywords:Macro Ergonomics, Communal Wastewater Treatment Plant,

Macroergonomics Analysis and Design (MEAD), Standard Operating Procedures

(SOP)

Page 6: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

2

1. PENDAHULUAN

Selain dampak positif yang ditimbulkan, industri batik juga memiliki

dampak negatif yang ditinjau dari segi lingkungan(Raselawati,

2011).Dampak yang ditimbulkan dari limbah industri batik salah satunya

adalah limbah cair yang dapat membahayakan lingkungan. Pengolahan

limbah cair di industri kampung batik laweyan cukup sederhana, dimana

limbah cair hasil produksi batik disalurkan dalam Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) tanpa melakukan proses apapun untuk mengurangi

konsentrasi zat kimia yang terkandung dalam limbah.

Desain sistem kerja yang salah dapat menjadi salah satu faktor kurang

optimalnya penggunaan IPAL. Penurunan produktivitas dan ketidakefisienan

suatu sistem terjadi akibat suatu sistem kerja yang tidak ergonomis. Salah

satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut adalah pendekatan ergonomi makro. Ergonomi makro merupakan

suatu pendekatan sistem sosioteknikal untuk mendesain sistem kerja dengan

menganalisis dari level atas hingga ke level bawah agar tercipta

keseimbangan dalam semua sistem kerja yang bertujuan untuk

mengoptimalkan desain sistem kerja(Hendrick & Kleiner, 2002).

Ergonomi makro memiliki fokus pada analisis, desain, dan evaluasi

sistem kerja. Masalah yang timbul pada IPAL kampung batik Laweyan dapat

dilihat setelah melakukan beberapa tahapan pendekatan ergonomi makro

yang diharapkan dapat memprioritaskan permasalahan yang ada sehingga

dapat memperoleh solusi guna merancang sistem kerja yang lebih baik.

2. METODE

Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik

Laweyan merupakan obyek dalam penelitiaan ini. Penelitian ini melibatkan

beberapa pihak terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota

Surakarta, pengelola IPAL Komunal, dan UKM batik yang tergabung dalam

IPAL Komunal. Dalam penelitian ini menggunakan metode ergonomi makro.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada

Page 7: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

3

responden, melakukan wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait,

serta mencari literatur yang terkait dengan metode ergonomi makro.

Terdapat sepuluh langkah dalam implementasi ergonomi makro

dengan menggunakan metode Macroergonomics Analysis and Design

(MEAD)(Hendrick & Kleiner, 2002), antara lain sebagai berikut:

a. Menganalisis organisasi secara internal dan eksternal

b. Mengidentifikasi tipe sistem kerja dan ekspektasi kinerja yang diinginkan

c. Mengidentifikasi unit operasi dan proses kerja

d. Mengidentifikasi variansi

e. Membuat matriks variansi

f. Membuat tabel kendali variansi kunci dan analisis peran personel

g. Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain

h. Menganalisa persepsi dan tanggung jawab

i. Mendesain ulang dukungan dan menggabungkan subsistem

j. Perbaikan sistem

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Menganalisis organisasi secara internal dan eksternal

Badan pengelola IPAL komunal dibentuk oleh Forum

Pengembangan Kampung Batik Laweyan. Dimana struktur

keanggotaanya bersifat sukarela yang berasal dari masyarakat sekitar

yang peduli dan aktif terhadap lingkungan dan juga pengusaha batik yang

tergabung dalam IPAL komunal. Dengan susunan organisasi mulai dari

ketua, sekretaris, bendahara, seksi IPAL, seksi pelanggan, dan seksi

pengawas.

3.2 Mengidentifikasi tipe sistem kerja dan ekspektasi kinerja yang

diinginkan

IPAL Komunal Kampung Batik Laweyan melakukan kegiatan

pengolahan limbah cair hasil industri batik yang bertujuan untuk

melakukan pengendalian pencemaran air. Pengolahan limbah cair di

IPAL Komunal dilakukan berdasarkan anggaran dari hasil iuran UKM

Batik yang tergabung dalam IPAL Komunal.

Page 8: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

4

3.3 Mengidentifikasi unit operasi dan proses kerja

IPAL Komunal Kampung Batik Laweyan memiliki unit kerja dan

tahapan proses pelayanan dalam pengolahan limbah cair. Dimana

stakeholder yang berkaitan adalah Pemerintah Kota Surakarta, Forum

Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FPKBL), Pengelola IPAL,

Operator IPAL, UKM batik/pelanggan.

3.4 Mengidentifikasi variansi

Proses pengumpulan dan analisis permasalahan atau kesenjangan

yang terjadi pada saat proses pengolahan limbah di IPAL Komunal

menghasilkan data variansi, antara lain sebagai berikut:

Tabel 1. Data Variansi Pengolahan Limbah di IPAL Komunal

No Tahapan Proses Variansi Kemungkinan Penyebab Dampak

1. Pengawasan dan pemeriksaan

jaringan perpipaan IPAL

Pemeriksaan tidak

dilakukan secara

berkala

Tidak adanya petugas

yang melakukan

pengawasan dan

pemeriksaan jaringan

perpipaan IPAL

Kurangnya SDM

yang bertugas

Jaringan perpipaan

sering mampat karena

kurangnya pengawasan

dan pemeriksaan oleh

petugas

2. Pencatatan volume air Pencatatan volume air

tidak dilakukan secara

rutin oleh petugas

Tanggung jawab tidak

terstruktur dengan

baik

Pengurus saling

lempar tanggung

jawab

Pembayaran iuran yang

mulai terkendala

3. Pembayaran iuran pelanggan Pembayaran iuran sudah

jarang dilakukan.

Tidak ada petugas

yang menagih iuran ke

pelanggan.

Kurangnya

koordinasi antar

pengelola IPAL.

Perawatan dan

pembersihan IPAL

terhambat karena

operator tidak

mendapat imbalan.

4. Menyusun jadwal pembuangan

limbah ke IPAL

Tidak adanya

pembaharuan data oleh

pengurus

Pembagian tugas kerja

yang tidak terperinci

Kurangnya

koordinasi yang

dilakukan oleh

pengurus

Tidak ada yang

mengatur UKM dalam

membuang limbah ke

IPAL

6. Merawat dan mengawasi

kelancaran aliran air limbah

Saluran perpipaan

tersumbat oleh malam

maupun benang yang

terbawa air.

Kurangnya

pengecekan terhadap

saluran perpipaan.

Kurangnya

koordinasi antara

pengelola IPAL.

Aliran perpipaan

tersumbat dan tidak

dapat mengalirkan

limbah ke IPAL.

7. Merawat semua penutup bak

kontrol

Bagian atas penutup bak

kotor dan jarang

dibersihkan.

Tidak ada petugas

yang membersihkan

daerah sekitar IPAL.

Pengelola IPAL

tidak

berkoordinasi

mengenai iuran.

Kondisi disekitar IPAL

kotor dan tidak terawat.

5. Pembuangan limbah ke saluran

IPAL

SOP tidak berjalan

optimal

SOP yang kurang

terperinci

Kurangnya

komunikasi antar

pengelola IPAL.

Proses pengolahan

limbah yang tidak

optimal

Page 9: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

5

3.5 Membuat matriks variansi

Matrik variansi dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

tingkat hubungan variansi dengan unit operasi dan tipe data variansi.

Menurut Hendrick & Kleiner (2001) tipe data variansi terbagi menjadi

tiga bagian antara lain yaitu:

1) Memiliki dampak akhir yang signifikan

2) Memiliki banyak hubungan dengan variansi lain

3) Memiliki dampak yang signifikan sebagai variansi tunggal

Tabel 2. Matriks Variansi

8. Menguras dan membersihkan

lumpur

Bak-bak penampungan

jarang dibersihkan

sehingga banyak lumpur

yang mengedap.

Kurangnya SDM yang

bertugas

membersihkan dan

menguras bak-bak

pengolahan limbah.

Sistem imbalan

untuk operator

IPAL tidak

dikelola dengan

baik.

Proses pengolahan

limbah tidak berjalan

optimal karena

terhalang oleh lumpur.

9. Melakukan penambahan nutrisi

dan penggantian arang aktif

Pemberian nutrisi dan

penggatian arang aktif

sudah jarang dilakukan.

Tidak adanya

penyediaan nutrisi oleh

pengelola IPAL.

Kurang nya

koordinasi

pengelola IPAL

mengenai

pendanaan untuk

operasional

IPAL.

Bakteri yang digunakan

sebagai pengolah limbah

dapat rusak karena

tidak ada nutrisi.

Memiliki dampak

akhir yang signifikan

Memiliki banyak

hubungan dengan

variansi lain

Memiliki dampak yang

signifikan sebagai

variansi tunggal

1.Pemeriksaan tidak dilakukan

secara berkala.Pengelola IPAL P P P

2.

Pencatatan volume air tidak

dilakukan secara rutin oleh

petugas.

Pengelola IPAL P

3.Pembayaran iuran sudah jarang

dilakukan.

Pengelola IPAL dan

Pelanggan P P P

4.Tidak adanya pembaharuan data

oleh pengurus.Pengelola IPAL P

5. SOP tidak berjalan optimal.Pengelola IPAL dan

Operator IPAL P P P

6.

Saluran perpipaan tersumbat oleh

malam maupun benang yang

terbawa air.

Operator IPAL P

7.Bagian atas penutup bak kotor dan

jarang dibersihkan.Operator IPAL P

8.

Bak-bak penampungan jarang

dibersihkan sehingga banyak

lumpur yang mengendap.

Operator IPAL P P

9.Pemberian nutrisi dan penggatian

arang aktif sudah jarang dilakukan.Operator IPAL P P

No Variansi Unit Operasi

Tipe Data Variansi

Page 10: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

6

3.6 Membuat tabel kendali variansi kunci dan analisis peran personel

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengidentifikasi tempat

terjadinya variansi, bagaimana peran personel yang bertanggung jawab

pada unit kerja dimana setiap variansi terjadi dan bagaimana kendali

variansi yang telah ada di IPAL komunal.

Tabel 3. Kendali Variansi dan Analisis Peran Personel

3.7 Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk membuat beberapa alternatif

perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan dari data variansi yang ada

di IPAL komunal, sehingga dapat diperoleh alternatif yang lebih baik.

Pengalokasian fungsi dan penggabungan desain dapat dibuat beberapa

alternatif perbaikan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada

(Robertson, Kleiner and O’Neill, 2001).

No Variansi Tempat terjadinya Pihak yang mengawasiPihak yang

terlibat langsung

Aktifitas pendukung

yang sudah ada

1.Pemeriksaan tidak dilakukan

secara berkala.Saluran perpipaan IPAL

Ketua Pengelola

IPALSeksi Pengawas

Pemeriksaan dilakukan

ketika terjadi

penyumbatan.

2.

Pencatatan volume air tidak

dilakukan secara rutin oleh

petugas.

UKM batikKetua Pengelola

IPALSeksi Pelanggan -

3.Pembayaran iuran sudah jarang

dilakukan.UKM batik

Ketua Pengelola

IPALBendahara -

4.Tidak adanya pembaharuan data

oleh pengurus.IPAL komunal

Ketua Pengelola

IPALSeksi Pelanggan -

6. SOP tidak berjalan optimal. IPAL komunalKetua Pengelola

IPAL

Seksi IPAL /

Operator IPAL-

7.

Saluran perpipaan tersumbat oleh

malam maupun benang yang

terbawa air.

Saluran perpipaan IPALKetua Pengelola

IPAL

Seksi IPAL /

Operator IPAL-

8.Bagian atas penutup bak kotor dan

jarang dibersihkan.IPAL komunal

Ketua Pengelola

IPAL

Seksi IPAL /

Operator IPAL

Pembersihan dilakukan

ketika biaya operasional

IPAL tersedia.

9.

Bak-bak penampungan jarang

dibersihkan sehingga banyak

lumpur yang mengendap.

IPAL komunalKetua Pengelola

IPAL

Seksi IPAL /

Operator IPAL

Pembersihan dilakukan

ketika biaya operasional

IPAL tersedia.

10.Pemberian nutrisi dan penggatian

arang aktif sudah jarang dilakukan.IPAL komunal

Ketua Pengelola

IPAL

Seksi IPAL /

Operator IPAL-

Page 11: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

7

Meningkatkan kualitas sistem kerja pengolahan limbah

di IPAL komunal

Alternatif 3

Memperbaiki sistem kerja di IPAL komunal

Alternatif 1 Alternatif 2

Perbaikan

prosedur kerja di

IPAL

1. Pembagian tugas

yang jelas untuk

masing-masing

penanggung jawab

di IPAL.

2. Perincian Standar

Operasional

Prosedur (SOP).

1. Perbaikan job

description di IPAL

komunal.

2. Perbaikan

Standar Operasional

Prosedur (SOP).

Perbaikan dan

perawatan fasilitas

yang ada

Perbaikan dan

perawatan secara

berkala terhadap

semua peralatan

dan fasilitas yang

ada.

Penyediaan

peralatan baru

untuk mengganti

peralatan yang

telah rusak.

1. Pelatihan tenaga

kerja dalam proses

penanganan limbah

di IPAL.

2. Perincian Standar

Operasional

Prosedur (SOP)

Penyediaan

tenaga kerja

yang terampil

Peningkatan

kualitas tenaga

kerja IPAL

3.8 Menganalisa persepsi dan tanggung jawab

Tujuan dari tahap ini adalah untuk memberikan penilaian terhadap

alternatif-alternatif perbaikan sehingga nantinya didapatkan alternatif

yang lebih baik dan dapat diterapkan di IPAL komunal Kampung Batik

Laweyan.

Tabel 4. Pembobotan Alternatif Perbaikan

No Alternatif

Jangkauan

terhadap

organisasi

Resiko yang akan

terjadi/kendala dalam

keberhasilan

Keuntungan /

Keefektifan

Pengaruh terhadap

pengeluaran biaya

Total

Bobot

1 Perbaikan

prosedur kerja di

IPAL

2 -2 5 -2 3

2 Perbaikan dan

perawatan fasilitas

yang ada

2 -5 5 -1 1

3 Peningkatan

kualitas tenaga

kerja IPAL

2 -2 4 -4 0

Page 12: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

8

Berdasarkan tabel 4, pada kategori resiko yang akan terjadi/kendala

dalam keberhasilan diberikan tanda negatif (-) karena kategori tersebut

berpengaruh terhadap pengeluran biaya, sehingga kategori tersebut memiliki

karakteristik yang berpotensi negatif. Menurut Robertson, Kleiner and

O’Neill (2001) skala penilaian 0 sampai 10, dimana nilai 0-3 menunjukkan

preferensi rendah, nilai 4-7 menunjukkan preferensi moderate, dan nilai 8-

10 menunjukkan preferensi tinggi.

3.9 Mendesain ulang dukungan dan menggabungkan subsistem

Berdasarkan hasil pembobotan yang telah dilakukan pada tahap

sebelumnya maka diperoleh total bobot 3 pada alternatif perbaikan 1,

yaitu perbaikan prosedur kerja di IPAL.

3.10 Perbaikan sistem

Berdasarkan hasil dari pembobotan maka alternatif yang dipilih

yaitu dengan melakukan perbaikan standar kerja IPAL komunal dengan

cara memformulasikan perbaikan job description dan juga perincian

Standar Operaisonal Prosedur (SOP).

4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari tujuan penelitian, hasil pengolahan dan analisis

data yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain

sebagai berikut:

1) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dibeberapa UKM batik

dan IPAL Komunal Kampung Batik Laweyan dengan menggunakan

metode Macroergonomic Analysis and Design (MEAD), dapat

diketahui beberapa variansi yang terjadi yaitu pengelola IPAL tidak

menjalankan tanggung jawab sesuai dengan tugasnya dan kurang

terperincinya standar kerja yang ada di IPAL komunal Kampung

Batik Laweyan.

2) Berdasarkan dari hasil penilaian bobot pada setiap kriteria perbaikan,

diperoleh alternatif terpilih yaitu alternatif 1. Dimana alternatif 1 yaitu

dilakukan perbaikan prosedur kerja di IPAL dengan nilai total bobot

Page 13: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

9

sebesar 3. Nilai total bobot tersebut berasal dari penilaian empat

kriteria dengan nilai bobot masing-masing yaitu 2 untuk kategori

jangkauan terhadap organisasi, -2 untuk kategori resiko yang akan

terjadi/kendala dalam keberhasilan, 5 untuk kategori

keuntungan/keefektifan, dan -2 untuk kategori pengaruh terhadap

pengeluaran biaya.

3) Rancangan perbaikan sistem kerja yang diusulkan adalah perbaikan

job description dan juga perincian Standar Operaisonal Prosedur

(SOP) yang dapat mengintegrasikan semua komponen dalam sistem

kerja dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas sistem kerja di

IPAL komunal.

4.2 Saran

1) Melakukan pembagian tugas yang lebih jelas untuk setiap pengelola

IPAL Komunal, agar manajemen pengelolaan limbah dapat tetap

berjalan efektif.

2) Meningkatkan komunikasi antar pengelola IPAL Komunal jika terjadi

permasalahan agar mendapatkan solusi untuk kepentingan bersama.

3) Meningkatkan komitmen antar pengelola IPAL Komunal dengan

UKM Batik yang tergabung dalam IPAL Komunal agar dapat terus

menjaga keberlangsungan fungsi IPAL Komunal di Kampung Batik

Laweyan.

4) Meningkatkan tanggung jawab dan juga kedisiplinan dari semua

UKM yang tergabung dalam IPAL Komunal dan juga pengelola IPAL

Komunal sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Hendrick, H. W., & Kleiner, B. M. (2002). Macroergonomics : Theory, Methods,

and Applications. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Raselawati, A. (2011). Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia. Jurnal Ilmu

Ekonomi Dan Studi Pembangunan.

Page 14: ANALISIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK …eprints.ums.ac.id/66482/14/NASKAH PUBLIKASI.pdfInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal Kampung Batik Laweyan merupakan obyek

10

Robertson, M. M., Kleiner, B. M. and O’Neill, M. J. (2001) Macroergonomic

Methods: Assessing Work System Processes. USA: Lawrence Erlbaum

Associates, Inc.