ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN...
Transcript of ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN...
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN
IJARAH, NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS
TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN GADAI (RAHN)
PT PEGADAIAN DI INDONESIA PERIODE 2007 - 2015
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun oleh :
UKHRIYATUL AMBIYAH
1112086000019
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Ukhriyatul Ambiyah
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Agustus 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Masjid Rt/Rw: 04/04 Kel. Pulau Tidung
Kab. Kepulauan Seribu 14520
No. Telepon : 085891577015
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
1998 – 2004 : SDN Pulau Tidung
2004 – 2007 : Madrasah Tsanawiyah 26 Pulau Tidung
2007 – 2010 : SMAN 105 Jakarta Timur
2012 – 2018 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Forum Mahasiswa Kepulauan Seribu (FMKS) 2012-2018
2. PC IPPNU Kep. Seribu periode 2016.
3. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
vi
Seminar dan Workshop
1. Seminar OJK, IPB Bogor 2012
2. Seminar Dialog Kebangsaan,UIN Jakarta 2013
3. Seminar Nasional IAIE, Tangerang Selatan 2014
4. Seminar Visit Company BI, Central Jakarta 2014
Keahlian
1. Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),
Internet dan Corel Drow
vii
ABSTRACT
Analysis of the Inflation Rate, Ijarah Revenue, Rupiah Exchange Rate and Gold
Price Against Distribution Financing Pawn (Rahn) PT Pegadaian in Indonesia
Period 2007-2015
People and businessmen are starting to think about how to get the
consumption fund or additional capital for their business. This can be done by
applying for credit to the bank or borrowing funds with a pawn system. Financial
institutions are state-owned and private-owned banks and non-banks, with credit
and service businesses in traffic and money circulation. While non-bank financial
institutions that provide credit to the community, especially the middle to lower
class economy using the guarantee of moving goods called PT Pawnshop.
This study analyzed the influence of Inflation Rate, Ijarah Revenue,
Rupiah Exchange Rate and Gold Price Against Distribution Financing Pawn
(Rahn) PT Pegadaian in Indonesia Period 2007-2015 and know how big
influence. The method used time series data for the period 2007-2015. The
analytical method used is Multiple Regression with SPSS vers. 24. The results of
this study indicate that the variable of Ijarah Income and the Gold Price Level on
the Distribution of Pawn Financing (Rahn) PT Pegadaian have a positive effect
on Rahn. While the variable of Inflation Rate and Rupiah Exchange Rate
negatively influence to Rahn.
Keywords: Inflation Rate, Ijarah Revenue, Rupiah Exchange Rate, Gold Price
Level, Rahn, PT Pegadaian in Indonesia.
viii
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan
Tingkat Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn) PT
Pegadaian di Indonesia Periode 2007-2015
Masyarakat dan pelaku usaha mulai memikirkan cara mendapatkan dana
konsumsi atau modal tambahan bagi usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan kredit kepada bank maupun meminjam dana dengan sistem gadai.
Lembaga keuangan adalah bank dan non bank milik pemerintah maupun milik
swasta, dengan usaha kredit dan jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang.
Sedangkan lembaga keuangan non bank yang memberikan kredit pada masyarakat
terutama golongan ekonomi menengah ke bawah dengan menggunakan jaminan
berupa barang bergerak biasa disebut PT Pegadaian.
Penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah,
Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan
Gadai (Rahn) PT Pegadaian di Indonesia Periode 2007-2015 dan mengetahui
seberapa besar pengaruhnya. Metode yang digunakan data time series periode
2007-2015. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Ganda dengan SPSS
vers. 24. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Ijarah
dan Tingkat Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn) PT
Pegadaian berpengaruh positif terhadap Rahn. Sementara variabel Jumlah Tingkat
Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif terhadap Rahn.
Kata Kunci : Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat
Harga Emas, Rahn, PT Pegadaian di Indonesia.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang serta ridha-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT
INFLASI, PENDAPATAN IJARAH, NILAI TUKAR RUPIAH DAN
TINGKAT HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN
GADAI (RAHN) PT PEGADAIAN DI INDNESIA PERIODE 2007-2015”.
Tak lupa pula shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada
semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan
semangat beberapa pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
rasa terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,
SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak
Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid.
Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil
Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Sofyan Rizal. SE, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Tini
Anggraeni, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan
pengaruh dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan
Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.
x
4. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M. A selaku Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
6. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
7. Kedua orang tua, Bapak H. Sudrajati dan Ibu Hj. Asmariyah yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang,
cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.
8. My beloved sister, kakak-kakak ku dan keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi dan semangat selama ini.
9. Munawar suami yang senantiasa memotivasi saya menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabatku dan teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2012 yang tidak bisa
aku sebutkan namanya yang telah membagi ilmu dan yang selalu memberikan
masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah 2015 yang
telah bekerjasama dan mendukung selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian in masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan, maupun kritikan yang konstruktif dengan penyempurnaan hasil penelitian
ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi dan para pembaca, yang tertarik
dengan dunia pasar modal syariah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Maret 2018
Penulis
Ukhriyatul Ambiyah
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 14
C. Tujuan ................................................................................................... 15
D. Manfaat ................................................................................................. 16
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori ...................................................................................... 17
B. Keterkaitan Antar Variabel Independen dan Dependen ......................... 71
C. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 78
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 86
xii
E. Hipotesis ................................................................................................. 87
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian ......... ............................................................. 89
B. Metode Pengambilan Data......... ............................................................ 89
C. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 90
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 93
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 101
B. Analisisis Deskriptif ............................................................................ 104
C. Hasil Analisis Data................................................................................112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 128
B. Keterbatasan Penelitian....................................................................129
C. Saran-Saran ........................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 131
LAMPIRAN ..................................................................................................... 134
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Penyaluran Kredit PT Pegadaian Syariah .........................................9
Tabel 2.1 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah ...............................45
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................78
Tabel 2.3 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ...................82
Tabel 4.1 Uji Klomogorov Smirnov .............................................................114
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Autokorelasi .......................................................115
Tabel 4.3 Uji Mulltikolonieritas ....................................................................116
Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ........................................118
Tabel 4.5 Uji F (Simultan) ............................................................................122
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Implementasi Akad Rahn ...........................................................31
Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ......................................................................87
Grafik 4. 1 Penyaluran Kredit Rahn ..............................................................105
Grafik 4. 2 Tingkat Inflasi .............................................................................106
Grafik 4. 3 Pendapatan Ijarah........................................................................108
Grafik 4. 4 Nilai Tukar ..................................................................................109
Grafik 4. 5 Harga Emas .................................................................................111
Grafik 4. 6 P Plot Uji Normalitas ..................................................................112
Grafik 4. 7 Histogram Uji Normalitas...........................................................113
Grafik 4. 8 Uji Heteroskedastisitas ...............................................................117
xv
DARTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian (data mentah)....................................................135
Lampiran 2 Uji Asumsi Klasik .....................................................................136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi tahun 2008 yang berawal dari kebangkrutan perusahaan
finansial di Amerika Serikat karena kredit kepemilikan rumah yang gagal bayar
memberikan dampak luas bagi masyarakat dunia. Hal ini karena Amerika Serikat
menjadi tujuan ekspor bagi pelaku usaha baik dari Indonesia maupun negara
lainnya. Dampak bagi perekonomian Indonesia adalah semakin melambungnya
harga bahan baku impor, produk elektronik, komputer, hingga barang kebutuhan
rumah tangga yang harganya melambung. Meskipun pemerintah telah
menurunkan tarif bahan bakar minyak, namun harga-harga kebutuhan pokok
semakin meningkat, daya beli konsumen semakin menurun, terjadi peningkatan
beban biaya bagi pelaku usaha.
Tidak hanya dimasa krisis, dalam kehidupan berekonomi sehari-hari
masyarakat sering dihadapkan pada kebutuhan tertentu, di mana dengan
berjalannya waktu, maka banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan kita
ketahui bahwa alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut bersifat terbatas, sehingga
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan dana. Dana ini
dapat berasal dari kekayaan sendiri, maupun dari pinjaman yang bersumber dari
bank dan non bank.
2
Bagi sebagian masyarakat yang memiliki kelebihan dana, maka biasanya
dana tersebut disimpan dalam bentuk investasi berupa tanah, emas, surat-surat
berharga, dan deposito atau dipinjamkan kepada pihak lain dengan mendapatkan
imbalan atau keuntungan dari dana yang dipinjamkan tersebut. Sedangkan bagi
sebagian orang lainnya yang kekurangan dana, maka dapat memperoleh dana
dengan cara meminjam kepada pihak lain yang kelebihan dana atau meminjam ke
lembaga lainnya, baik itu berupa uang tunai ataupun dalam bentuk lainnya yang
segera diuangkan untuk dapat memenuhi kekurangan dana tersebut. Bagi
golongan masyarakat yang kekurangan dana, sangatlah penting baginya arti dari
suatu lembaga keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Masyarakat dan pelaku usaha mulai memikirkan cara mendapatkan dana
konsumsi atau modal tambahan bagi usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan kredit kepada bank maupun meminjam dana dengan sistem gadai.
Lembaga keuangan adalah bank dan non bank milik pemerintah maupun milik
swasta, dengan usaha kredit dan jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang.
Sedangkan lembaga keuangan non bank yang memberikan kredit pada masyarakat
terutama golongan ekonomi menengah ke bawah dengan menggunakan jaminan
berupa barang bergerak biasa disebut PT Pegadaian(PERSERO).
PT Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam usaha menyalurkan dana atas dasar hukum gadai dengan
sifat yang khas yaitu menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan umum dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip syariah.
3
PT Pegadaian sebagai lembaga perkreditan yang memiliki tujuan khusus
yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai yang ditujukan untuk
mencegah praktek ijon, pegadaian gelap, riba, serta pinjaman tidak wajar lainnya.
Perusahaan ini meningkatkan peranannya dalam menyalurkan pinjaman bagi
masyarakat. Adapun nasabah PT Pegadaian terdiri dari masyarakat golongan
ekonomi lemah yang kurang mendapat pelayanan dari lembaga keuangan atau
perbankan, sehingga masyarakat menengah ke bawah memerlukan pinjaman
secara mudah dan cepat.
Meningkatnya kredit perbankan tidak dapat di rasakan oleh masyarakat
menengah ke bawah, dimana umumnya mereka tidak dapat memenuhi syarat
kredit pada perbankan yang rumit dan prosedurnya lama. Kemudian untuk
mengatasi permasalahan kredit tersebut salah satunya adalah dengan mengajukan
kredit pada lembaga keuangan nonbank maupun pada pihak
perorangan.meningkatnya jumlah kredit oleh masyarakat memberi peluang bagi
PT Pegadaian sebagai alternatif untuk menyalurkan kredit pada masyarakat
golongan menengah ke bawah yang kurang mendapatkan fasilitas kredit dari
perbankan. (Aziz, 2013:5).
Kegiatan perekonomian Indonesia dewasa ini semakin meningkat.
Dengan kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan
yang seimbang, kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari kredit pada
bank yang pada mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di
bidang bisnis keuangan. Tapi kenyataannya, masyarakat khususnya golongan
ekonomi lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-
4
belit. Ditambah lagi karena rata-rata masyarakat yang membutuhkan dana
mendesak untuk keperluan usahanya atau keperluan lainnya dan tidak mau
berbelit-belit dengan persyaratan bank. Oleh karena itu, beralihlah masyarakat
yang membutuhkan dana mendesak kepada produk peyaluran kreditPT Pegadaian
yang berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah
(Rahn).
Menurut Sigit Triandaru & Totok (2006), PT Pegadaian adalah satu-
satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk
melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk
penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai. Gadai merupakan salah
satu kategori dari perjanjian utang piutang, yang mana untuk suatu kepercayaan
dari orang yang berpiutang, maka orang yang berutang menggadaikan barangnya
sebagai jaminan terhadap utangnya itu. Barang jaminan tetap milik orang yang
menggadaikan (orang yang berhutang) tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang
berpiutang). Konsep tersebut dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah rahn atau
gadai. (Firdaus Muhammad, 2005 : 68).
PT Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank yang
termasuk bagian dari aktivitas ekonomi yang terpenting dan suatu sistem yang
dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput juga negara Indonesia yang
mayoritas penduduknya muslim. Perkembangan produk-produk yang berbasis
syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali produk yang dihasilkan oleh PT
pegadaian.
5
Pada dasarnya, produk produk berbasis syariah memiliki karakteristik
seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan
uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan
melakukan bisnis untuk memperoleh jasa dengan sistem bagi hasil. Pegadaian
syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya Mudharabah
(bagi hasil). Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat menjadi awal
kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu diamati bahwa PP/10 menegaskan
misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah riba, misi ini tidak
berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha PT
Pegadaian hingga sekarang. Setelah melalui kajian yang panjang, akhirnya
disusunlah suatu konsep pendirian Unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah
awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.
(Purnomo, 2009:2).
Sepanjang tahun 2015, kinerja Perusahaan baik dari sisi operasional
maupun keuangan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 10% dari realisasi
tahun sebelumnya, pertumbuhan yang paling signifikan terdapat pada jumlah
nasabah hingga mencapai angka 23%.Dari sisi pencapaian target Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2015, baik total aset maupun aset
produktif (dalam bentuk outstanding loan) belum mencapai target. Total aset
Perusahaan tahun 2015 sebesar Rp39,16 triliun atau tercapai 95,89% dari target
Rp40,84 triliun, dan juga OSL baru tercapai 94,60% atau sebesar Rp30,9 triliun
dari target Rp32,7 triliun.Sedangkan dilihat dari pencapaian laba rugi, jumlah
pendapatan usaha dan laba bersih melampaui target RKAP 2016. Untuk jumlah
6
pendapatan usaha terealisir Rp8,89 triliun dari target Rp8,79 triliun atau tercapai
101,13% dan biaya usaha terealisir Rp6,32 triliun atau 98,23% dari RKAP sebesar
Rp6,44 triliun. Dengan terlampauinya target pendapatan dan terciptanya
pengendalian biaya menjadikan laba bersih tercapai 110,75% atau sebesar Rp1,94
triliun dari target Rp1,75 triliun.
Pegadaian saat ini masih mempertahankan posisinya sebagai market
leader di bisnis jasa gadai dengan penguasaan pasar hingga di atas 80% dari
industri gadai nasional. Sesuai dengan komitmennya untuk mendorong
terciptanya kemandirian ekonomi masyarakat,Pegadaian senantiasa melakukan
adaptasi produk dan layanan terhadap berbagai keinginan dan kebutuhan
masyarakat untuk memberikan solusi atas kebutuhannya. Dengan komitmen dan
keunggulan yang dimilikinya, Pegadaian memiliki peluang yang sangat lebar
untuk semakin bertumbuh. Pangsa pasar gadai nasional masih luas karena
sebagian besar masyarakat masih tidak memiliki akses kepada lembaga jasa
keuangan. Masyarakat menengah bawah inilah yang menjadi target pasar
Pegadaian melalui tiga inti layanan yang dimiliki Pegadaian.Secara umum,
harapan masyarakat terhadap jasa keuangan adalah mudah diakses, aman,
prosesnya cepat dan mudah, melayani produk ritel harga wajar, dan bisa
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pegadaian dengan berbagai keunggulan
produknya diharapkan mampu menjawab harapan masyarakat tersebut. Pegadaian
akan terus memfokuskan sumber daya perusahaan untuk meningkatkan
pertumbuhan bisnis gadai dan melakukan sinergi dengan institusi lain yang terkait
dalam rangka menumbuhkan bisnis lainnya.
7
Penyaluran Pembiayaan Pegadaian yang dimotori oleh lini bisnis gadai
selama 5 (lima) tahun terakhir yang menunjukan peningkatan signifikan dari
Rp81,7 triliun di 2011 menjadi Rp112,7 triliun di 2015, atau tumbuh rata-rata
(CAGR) sebesar 8,4%. Disamping itu, total aset juga terus tumbuh rata-rata
sebesar 10,5% dari tahun 2011-2015, menunjukkan kuatnya kemampuan aset
perseroan dalam menopang bisnis yang dijalankan. Disamping produk gadai,
Pegadaian juga telah berinovasi mengembangkan beberapa lini bisnis lain, seperti
kredit mikro fidusia, investasi emas, dan aneka jasa berupa produk payment dan
remittance yang ditujukan untuk nasabah bisnis di segmen menengah dan kecil
yang sangat potensial, serta nasabah individu yang membutuhkan layanan
transaksi Pegadaian.
Kedepannya, kami yakin dengan pengembangan inovasi diluar lini bisnis
gadai dan solidnya bisnis gadai serta dukungan infrastruktur Teknologi Informasi
online dan jumlah outlet yang besar, Pegadaian akan terus mencatatkan performa
yang positif. Walaupun saat ini tingkat persaingan bisnis gadai mulai meningkat
yang ditandai menjamurnya usaha gadai swasta (perorangan) di beberapa titik
jalan khususnya kota besar, namun Pegadaian tetap optimis dapat
mempertahankan posisinya sebagai market leader dalam industri gadai.
Hal ini dengan memperhatikan dukungan infrastruktur dan karyawan
yang dimiliki Perseroan berupa jaringan distribusi sebanyak 4.430 outlet yang
tersebar luas di seluruh Indonesia, teknologi informasi online dan realtime yang
memadai, serta lebih dari 12.000 karyawan yang memiliki kompetensi dalam
menaksir nilai barang jaminan.Namun demikian, disamping dukungan
8
infrastruktur dan karyawan, sebagai sebuah Perusahaan jasa bahwa memberikan
layanan terbaik mutlak diperlukan. Untuk itu Perseroan selalu berupaya
memberikan layanan terbaik dan termudah dan memberikan rasa nyaman dan
aman kepada nasabah dalam melakukan transaksi agar tetap dapat
mempertahankan pangsa pasarnya dalam industri gadai serta tumbuh dan
berkembang secara berkelanjutan.
Pegadaian Syariah mempunyai produk-produk utama untuk menyalurkan
dananya kepada masyarakat. Produk-produk tersebut yaitu Rahn, Arrum dan
Mulia. Rahn adalah Pemberian pinjaman dengan perikatan gadai yang
berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Besaran tarif ujrah maksimal adalah
0,71% (dari taksiran barang jaminan) per 10 hari dengan jangka waktu maksimum
4 bulan, tetapi dapat diperpanjang dengan cara mengangsur ataupun mengulang
gadai, serta dapat dilunasi sewaktu-waktu dengan perhitungan ujrah secara
proporsional selama masa pinjaman. Arrum (Ar-rahn untuk usaha mikro)
merupakan Layanan pembiayaan dengan skim syariah, baik yang diperuntukkan
untuk pengusaha mikro dan kecil guna pengembangan usaha dengan jaminan
BPKB kendaraan bermotor, maupun bagi masyarakat yang belum/tidak
mempunyai usaha dengan jaminan emas. Pengembalian pembiayaan dilakukan
secara angsuran dengan jangka waktu mulai dari 12 bulan hingga 36 bulan yang
dapat dilunasi sewaktu-waktu.
Sedangkan Pegadaian MULIA merupakan penyediaan sarana investasi
emas bagi masyarakat melalui pembiayaan kepemilikan logam mulia secara
angsuran dalam jangka waktu tertentu. Logam mulia yang ditawarkan berlogo PT
9
Antam maupun logo PT Pegadaian dengan ukuran mulai dari 5 gram, 10 gram, 25
gram, 50 gram, 100 gram, 250 gram, hingga 1 kilogram. Apabila pembiayaan
belum dilunasi, logam mulia
yang dibeli disimpan di Pegadaian sebagai jaminan. . (Annual Report PT
Pegadaian, 2015:60).
Berdasarkan data Statistik di Annual Report Pegadaian Syariah,
menunjukkan bahwa kredit yang mendominasi adalah kredit Rahn dalam
menyalurkan dananya, dibandingkan dengan produk pegadaian syariah lainnya.
Berikut adalah tabelnya :
Tabel 1.2
Penyaluran kredit PT Pegadaian Syariah (Juta Rupiah)
Tahun Rahn Arrum Mulia
2006 591.087 - -
2007 964.056 - -
2008 1.613.520 8.044 754
2009 2.689.541 29.826 47.546
2010 4.473.135 68.285 176.498
2011 7.822.599 73.693 986.597
2012 11.122.405 63.462 998.768
2013 11.535.454 88.125 1.289.693
2014 11.722.736 200.333 1.997.537
2015 13.077.842 339.403 3.092.125
Sumber: Annual Report PT Pegadaian
10
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan perkembangan peyaluran
kreditPegadaian berdasarkan laporan tahunan dari 2007 — 2015. Berdasarkan
laporan tahunan tersebut diatas menunjukkan penyaluran kredit Arrum dan Mulia
peningkatannya tidak sebanding atau tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan
penyaluran kredit Rahn. Dikarenakan produk Arrum dan Mulia adalah produk
yang masih tergolong baru.
Masyarakat lebih banyak menggunakan produk gadai syariah yang
mengacu pada tarif ijarah dan biaya administrasi dan produk yang terlebih dahulu
dikenal masyarakat. Namun demikian, diantara penyaaluran Pembiayaan Rahn
serta produk Arrum dan Mulia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Oleh
karena itu, untuk menganalisa bagaimana pengaruh dampak krisis yang terjadi
maka digunakan produk yang paling banyak digunakan pelaku usaha dan
masyarakat yaitu kredit Rahn.
Dalam menentukan jumlah penyaluran kredit gadai, PT Pegadaian akan
dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal. Faktor internal yang
dimaksud yaitu bagaimana perusahaan dapat mengelola dengan baik seperti
manajemen asset perusahaan, faktor 5C (character, capacity, capital, collateral,
dan condition of economy) manajemen kredit. Termasuk di dalam faktor internal
yaitu perkembangan pendapatan ijarah dan administrasi serta tingkat sewa modal
atau nama lain dari tingkat suku bunga kredit gadai. Namun, didalam pegadaian
syariah tidak mengenal bunga oleh karena itu menggunakan akad ijarah dan
dikenakan tarif administrasi.
11
Faktor eksternal yaitu perusahaan juga memperhatikan kondisi
perekonomian seperti tingkat inflasi, nilai tukar rupiah bahkan tingkat harga emas.
Sehingga pegadaian diharapkan lebih selektif di dalam memberikan aliran dana
kreditnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dana tunai secara
cepat, syarat yang mudah dan prosedur tidak berbelit — belit.
Tingkat inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar rupiah dan harga emas
adalah indikator yang tepat untuk menganalis perkembangan peyaluran kredit
gadai syariah pasca krisis 2008 karena dengan fluktuasi tingkat inflasi
berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah masalah ekonomi yang
melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan untuk memenuhi
kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Pendapatan Ijarah dapat
menggambarkan profitabilitas Pegadaian Syariah.
Nilai tukar rupiah mempengaruhi Peyaluran kredit dikarenakan
perekonomian Indonesia yang banyak menggantungkan kekayaannya melalui naik
turunya nilai tukar rupiah, pergerakan nilai tukar akan berpengaruh pada kredit
yang disalurkan karena terdepresiasinya nilai tukar akan diikuti oleh peningkatan
biaya produksi khususnya produsen yang menggunakan bahan baku impor,
kebutuhan modalpun semakin meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) dalam
Risna, 2016.
Sejalan dengan itu, penelitian Sariasih (2013:10) menyimpulkan bahwa
Inflasi menunjukkan arah negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit,
karena semakin meningkatnya inflasi akan menyebabkan semakin meningkatnya
suku buga kredit pada sektor perbankan.
12
Namun, menurut penelitian Titi Widiarti (2013:5) menyimpulkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi Kota Batam tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran kredit PT Pegadaian Cabang Batam. tingkat inflasi
Kota Batam tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum
Pegadaian Cabang Batam. Selain itu faktor internal perusahaan juga dapat
mempengaruhi besarnya kredit yang disalurkan. Faktor internal tersebut adalah
pendapatan ijarah, yaitu pendapatan yang diperoleh pegadaian dari pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Dalam penelitian yang dilakukan Purnomo (2009:13) disimpulkan bahwa
pendapatan Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah
cabang Dewi Sartika. Setiap kenaikan Pendapatan Perum Pegadaian sebesar 1
persen mengakibatkan peningkatan Penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika sebesar 1,641184 persen. Pendapatan Perum Pegadaian
memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit. Artinya
semakin tinggi laju Pendapatan Perum Pegadaian yang mencerminkan semakin
maraknya kegiatan penyaluran kredit melalui bidang-bidang usaha Perum
Pegadaian yang secara bekelanjutan mencerminkan pergerakan usaha
perekonomian bagi masyarakat.
Kondisi eksternal lainnya adalah tingkat harga emas yang setiap
tahunnya mengalami fluktuasi. Tingkat harga emas mempengaruhi jumlah kredit
yang disalurkan karena barang yang paling sering digadaikan adalah emas. Oleh
13
karena itu tingkat harga emas sangat mempengaruhi jumlah taksiran barang gadai
lainnya. Harga emas yang terus mengalami kenaikan berdampak pada
peningkatan omzet pegadaian. Kenaikan harga emas membuat nilai taksiran
terhadap barang jaminan ikut naik. Akibatnya, jumlah pinjaman pada setiap
golongan bisa lebih banyak khususnya golongan C dan tentunya mempengaruhi
penyaluran kredit pada setiap golongan. Hampir 90% barang digadaikan pada PT
Pegadaian Probolinggo berupa emas. Akibatnya, fluktuasi harga emas sangat
mempengaruhi omzet pegadaian. Pihak pegadaian menetapkan nilai taksiran emas
sebesar 98% dari harga pokok pembelian.
Hal sebaliknya akan signifikan apabila ada penurunan harga emas secara
drastis maka jumlah pinjaman pada setiap golongan khususnya golongan C juga
akan mengalami penurunan yang sangat drastis yang berakibat pada penyaluran
kredit pada setiap golongan. (Aziz, 2013:12). Hal ini tentu saja menjadi masalah
bagi pegadaian syariah terutama dalam peningkatan penyaluran kredit gadai
syariah dalam mengembangkan usaha masyarakat dari masa krisis hingga
sekarang serta meningkatkan perekonomian di Indonesia.
14
Tabel 1.2
Data Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar, Harga Emas dan Rahn
TAHUN INFLASI PENDAPATAN IJARAH NILAI
TUKAR HARGA EMAS
RAHN
2007 6,59 2.253.452.868.972 8.271,39 204.913 964.056.000.000
2008 11,06 2.930.594.295.381 7.595,65 170.329 1.613.520.000.000
2009 2,78 4.017.103.152.528 8.474,90 325.616 2.689.541.000.000
2010 6,96 5,378.292.906.586 9.190,52 354.654 4.473.135.000.000
2011 3,79 6.600.927.966.486 9.250,61 457.143 7.822.599.000.000
2012 4,30 5.833.074.679.677 10.077,57 520.927 11.122.405.000.000
2013 8,38 7.864.767.123.402 10.934,35 455.762 11.535.454.000.000
2014 8,36 9.356.756.808.131 10.271,64 474.827 11.722.736.000.000
2015 3,35 10.212.486.786.496 10.117,99 470.619 12.467.751.000.000
Berdasarkan uraian dan data diatas penulis menilai penting untuk
mengadakan penelitian dan membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis
Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan
Tingkat Harga Emas terhadap Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn) PT
Pegadaian di Indonesia periode 2007-2015”. Di mana variabel yang digunakan
dalam mengukur perkembangan pada Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn)
tersebut adalah: Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang
hendak ditulis dan agar permasalahan tidak meluas dalam pembahasannya,
penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap
objek yang dikaji. Tulisan ini akan dibatasi hanya pada kajian seputar keadaan
tingkat inflasi, pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan tingkat harga emas
15
terhadap penyaluran pembiayaan gadai (Rahn) periode 2007-2015. Sedangkan
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap peyaluran pembiayaan Rahn
PT Pegadaian ?
2. Bagaimana pengaruh pendapatan Ijarah terhadap peyaluran Pembiayaan
Rahn PT Pegadaian ?
3. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap peyaluran pembiayaan
Rahn PT Pegadaian ?
4. Bagaimana pengaruh harga emas terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
PT Pegadaian ?
5. Bagaimana pengaruh inflasi, pendapatan Ijarah, nilai tukar rupiah dan
harga emas secara bersama-sama terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
PT Pegadaian ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi secara parsial terhadap
penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan ijarah Pegadaian Syariah secara
parsial terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian
di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah Pegadaian Syariah secara
parsial terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian
di Indonesia.
16
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat harga emas secara parsial terhadap
penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian di Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar
rupiah dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran pembiayaan
gadai syariah pada PT Pegadaian di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfat kepada
beberapa pihak terkait, khususnya bagi :
1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan rujukan atau informasi kepada masyarakat umum
yang ingin berinvestasi maupun menyalurkan dana melalui Lembaga Non
Bank PT. Pegadaian di seluruh Indonesia.
2. Bagi Penulis
Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu
laporan keuangan, sehingga penulis dapat mempraktekan teori yang
didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan
masalah.
3. Bagi Pegadaian Syariah
Diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan
berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi
baru, serta peningkatan kinerja dari PT Pegadaian khususnya produk
berbasis Syariah.
17
4. Bagi Pihak Lain
Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi mengenai
keadaan keuangan PT Pegadaian kepada para nasabahnya serta masyarakat
umum yang tertarik terhadap Pegadaian Syariah dan ingin menggunakan
produk produknya.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Filosofi Ekonomi Islam
Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata
yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang
berarti “peraturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna “aturan
rumah tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang
terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” yang berarti “alam”, “lam” yang berarti
Allah, dan “mim” yang berarti ibadah, kemudian bila digabung menjadi
“sinlammim” bermakna “alam diciptakan Allah untuk ibadah”.
Secara sederhana, sistem ekonomi islam adalah suatu sistem
ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai islam. Sumber dari
keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al Quran, As Sunnah, ijma dan
qiyas. Nilai-nilai sistem ekonomi islam ini merupakan bagian integral dari
keseluruhan ajaran agama islam yang komprehensif dan telah dinyatakan
Allah SWT.
2. Lembaga Keuangan Nonbank
Lembaga keuangan nonbank merupakan lembaga keuangan yang
lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Masing masing
lembaga keuangan non bank mempunyai ciri-ciri usahanya sendiri.
Lembaga keuangan nonbank secara operasional dibina dan diawasi oleh
18
Departemen Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK. Sedangkan
pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah
dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI. (Sumitra, 2009:46).
Perusahaan Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang
menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah
tersebut digadaikan, kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai
besarnya jaminan. Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi pinjaman.
sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih dilakukan pemerintah.
Sedangkan pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya
berpegang pada prinsip syariah.
3. Pegadaian
a. Pengertian Pegadaian
Pengertian gadai menurut Muhammad (2003:16) adalah suatu hak
yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang
bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang
berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas
nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut
memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk
menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi
utang apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya
pada saat jatuh tempo.
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan padanya oleh seseorang atau oleh
19
orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut
didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; dengan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan.
(Pandia,2005 ; 72).
Gadai menurut Undang — Undang Hukum Perdata (Burgenlijk
Wetboek) Buku II Bab XX pasal 1150, adalah Suatu hak yang diperoleh
seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
oleh seorang berutang atau oleh seorang berutang atau seorang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu
untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari
pada orang-orang berpiutang lainnya. (Muhammad, 2003:17).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak
yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang bergerak
yang diserahkan oleh orang yang berutang sebagai jaminan utangnya dan
barang tersebut dapat dijual (lelang) oleh yang berpiutang bila yang
berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
(Muhammad, 2003:17).
b. Tugas, Tujuan dan Fungsi Pegadaian
Sebagai lembaga keuangan non bank milik pemerintah yang berhak
memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai
yang bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga keuangan
20
non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari
masyarakat. Tugas, tujuan serta fungsi-fungsi pokok sebagai berikut
(Usman, 1995:359).
1) Tugas Pokok
Tugas pokok pegadaian yaitu menyalurkan uang pinjaman atas
dasar hukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan
tujuan pegadaian atas dasar materi.
2) Tujuan Pokok
Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan layanan bagi
kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan. Oleh karena itu, pegadaian pada
dasarnya mempunyai tujuan pokok sebagai berikut :
a) Turut melaksanakan program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
b) Mencegah praktek pegadaian gelap dan pinjaman tidak
wajar.
3) Fungsi Pokok
Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut:
a) Mengelola penyaluran uang atas dasar hukum gadai dengan
cara mudah, cepat, aman dan hemat.
b) Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang
menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat.
21
c) Mengelolal keuangan, perlengkapan, kepegawaian,
pendidikan dan pelatihan.
d) Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian.
e) Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi
pengelolaan pegadaian.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka pada dasarnya hakekat dan
fungsi pegadaian adalah semata mata untuk memberikan pertolongan
kepada orang yang membutuhkan dengan bentuk barang yang digadaikan
sebagai jaminan, dan bukan semata mata untuk kepentingan komersial
dengan mengambil keuntungan yang sebesar besarnya tanpa
menghiraukan kemampuan orang lain.
c. Kegiatan Usaha Pegadaian
Kegiatan usaha pada Perum Pegadaian pada umumnya meliputi dua
hal, yaitu penghimpun dana dan penggunaan dana (Susilo, 1999:181).
1) Penghimpunan Dana
Dana yang diperlukan di Perum pegadaian untuk melakukan
kegiatan usahanya berasal dari :
a) Pinjaman jangka pendek perbankan.
Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk
pinjaman jangka pendek dari perbankan (sekitar 80% dari
total dana jangka pendek yang dihimpun).
b) Pinjaman jangka pendek dari pihak lain.
22
Pinjaman dana jangka pendek dari pihak lain biasanya
diperoleh dari utang kepada rekanan, utang kepada nasabah,
utang pajak, dan lain lain.
c) Penerbitan obligasi
Untuk memperoleh/menghimpun dana perum pegadaian
pernah menerbitkan obligasi sebanyak dua kali, yaitu pada
tahun 1993 dan pada yahun1994 yang jangka waktunya
masing masing lima tahun.
d) Modal Sendiri
Modal sendiri yang dimiliki oleh perum pegadaian terdiri
dari :
Modal awal, yaitu kekayaan Negara diluar APBN
Penyertaan Modal Pemerintah
Laba Ditahan, laba ditahan ini merupakan
akumulasi laba sejak perusahaan Perum Pegadaian
berdiri.
2) Penggunaan Dana
Dana yang berhasil dihimpun kan digunakan untuk mendanai
kegiatan usaha perum Pegadaian. Dana tersebut antara lain
digunakan untuk hal hal berikut:
a) Uang Kas dan Dana Likuid lain
Perum pegadaian memerlukan dana likuid yang siap
digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti:
23
kewajiban yang telah jatuh tempo, penyaluran dana kredit
atas dasar hak gadai, pembayaran pajak dan lain lain.
b) Pendanaan kegiatan operasional
Dana ini antara lain digunakan untuk gaji pegawai, honor,
perawatan peralatan, dan lain lain.
c) Pembelian pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap
dan inventaris yaitu antara lain: tanah, bangunan kantor,
computer, kendaraan, dan lain lain. Aktiva tetap berupa
tanah dan bangunan inventaris tidak secara langsung tidak
dapat menghasilkan penerimaan bagi Perum Pegadaian,
namun merupakan hal yang sangat penting guna
melancarkan kegiatan usahanya.
3) Penyaluran dana
Penggunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam
bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai. Dana yang digunakan
Perum Pegadaian untuk kegiatan pembiayaan lebih dari 50% dari
jumlah dana yang dihimpun.
d. Produk dan Jasa Pegadaian
Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka
didalam menjalankan kegiatan usahanya Perum Pegadaian mempunyai
beberapa produk dan jasa yang dapat dimanfaatkan masyarakat, yaitu
meliputi :
1) Memberikan pinjaman atas dasar hukum gadai
24
Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai berarti
mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang
jaminan oleh penerima pinjaman. Konsekuensinya adalah bahwa
jumlah atau nilai pinjaman yang diberikan kepada masing masing
peminjam sangat dipengaruhi oleh nilai barang yang dijadikan
jaminan pemberi gadai.
2) Penaksiran nilai barang
Selain memberikan pinjaman atas dasar hukum gadai,
perum pegadaian juga memberikan jasa penaksiran atas nilai suatu
barang. Barang barang yang akan ditaksir pada dasarnya melputi
semua barang bergerak yang bisa digadaikan, terutama emas,
berlian, dan intan. Masyarakat yang memerlukan jasa ini biasanya
dengan mengetahui nilai jual wajar atas barang berharganya yang
akan dijual. Atas jasa penaksiran yang diberikan, perum pegadaian
memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos
penaksiran.
3) Penitipan barang
Perum pegadaian dapat juga menyelenggarakan jasa
penitipan barang. Hal ini disebabkan karena perusahaan ini
mempunyai tempat penyimpanan barang bergerak yang cukup
memadai. Selain itu masyarakat barang diperum pegadaian pada
dasarnya karena alasan keamanan penyimpanan, terutama bagi
masyarakat yang akan meninggalkan rumahnya untuk jangka
25
waktu yang lama. Atas jasa penitipan tersebut, perum pegdaian
memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos
penitipan.
4) Jasa lain
Dikantor pegadaian tertentu juga tidak menutup
kemungkinan terdapat bermacam macam produk dan jasa lain,
diantaranya seperti : kredit kepada pegawai dengan penghasilan
tetap, gold center atau tempat penjualan emas, koin emas ONH,
dan lain lain.
e. Penggolongan Uang Pinjaman
Penggolongan uang pinjaman yang diberikan kepada nasabah
berdasarkan SK. Direksi Nomor: 020/OP.0021/2001 tentang tarif sewa
modal adalah sebagai berikut :
1) Golongan A
Jumlah pinjaman antara Rp. 5000.- sampai dengan Rp. 40.000,-
adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan A.
sedangkan jangka waktunya adalah 120 hari (4 bulan).
2) Golongan B
Jumlah pinjaman antara Rp. 40.500.- sampai dengan Rp. 150.000,-
adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan B.
sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).
3) Golongan C
26
Jumlah pinjaman antara Rp. 151.000.- sampai dengan Rp.
500.000,- adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan
C. sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).
4) Golongan D
Jumlah pinjaman antara Rp. 510.000.- sampai dengan tidak
terbatas adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan
D. sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).
4. Pegadaian Syariah
a. Pengertian Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah merupakan sebuah lembaga yang dikeluarkan oleh
PT Pegadaian. Kemunculannya pada awal april 1990 menjadi awal
kebangkitannya hingga saat ini. Namun dilihat dari perkembangannya,
pegadaian syariah dinilai belum banyak memberi kontribusi bagi
perekonomian Indonesia pada umumnya dan pada pegadaian itu sendiri
pada khususnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kantor-kantor cabang
pegadaian syariah yang belum banyak menjangkau skala kabupaten.
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang
pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah
tetap memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan barang (Ijarah)
seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Biaya tersebut
dihitung dari nilai barang bukan jumlah pinjaman.
Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada
prinsip syariah. Pada dasarnya, produk produk berbasis syariah memiliki
27
karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena
riba, menetapkan udang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atau
jasa dan/atau bagi hasil. Paying hukum gadai syariah dalam hal
pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No.
25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 juni 2002 tentang rahn yang
menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan, dan Fatwa DSN-MUI
No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas. Sedangkan dalam aspek
kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun
1990 tanggal 10 April 1990. (Soemitra, 2009:384).
b. Ketentuan Hukum Syariah
Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan syarat
tertentu, yaitu:
1) Rukun gadai : adanya ijab dan Kabul; adanya pihak pihak yang
berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang
menerima gadai (murtahin), adanya jaminan (marhun) berupa
barang atau harta; adanya utang (marhun bih).
2) Syarat sah gadai : rahn dan murtahin dengan syarat-syarat
kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan
transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah
melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan
masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. Utang (marhun
28
bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau
diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya
bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak dimanfaatkan maka tidak
sah, harus di kuantitatifkan atau dapat dihitung jumlahnya bila
tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn itu tidak sah.
Barang (marhun) dengan syarat harus diperjualbelikan, harus
berupa harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara
syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn
setidaknya harus seizing pemiliknya. (Ali Hasan, 2002:253).
Disamping itu, menurut fatwa DSN-MUI No.25 / DSN
MUI/III/2002 gadai syariah harus memenuhi ketentuan umum
berikut :
1) Murtahin (penerima gadai) mempunyai hak untuk menahan
marhun (barang) sampai semua utang rahn (yang menyerahkan
barang) dilunasi.
2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahn. Pada prinsipnya,
marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizing
rahn, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya
itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.
3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban rahn, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,
sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban rahn.
29
4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5) Penjualan marhun
a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahn
untuk segera melunasi utangnya.
b) Apabila rahn tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka
marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai
syariah.
c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan.
d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahn dan
kekurangannya juga menjadi kewajiban rahn.
Akad gadai syariah juga harus memenuhi ketentuan atau
persyaratan yang menyertainya meliputi :
a) Akad tidak mengandung syarat fisik/batil seperti murtahin
mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa
batas.
b) Marhun bih (pinjaman) merupakan hak yang wajib
dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan
barang di rahn-kan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan
menentu.
30
c) Marhun (barang yang dirahn-kan) bosa dijual dan nilainya
seimbang dengan pinjaman, memiliki, nilai, jelas
ukurannya, milik sah penuh dari rahn, tidak terkait dengan
hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun
manfaatnya.
d) Jumlah maksimum dana rahn dan nilai liquidasi barang
yang di rahn-kan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam
prosedur.
e) Rahn dibebani jasa managemen atas barang berupa: biaya
asuransi, biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta
administrasi.
c. Perkembangan Pegadaian Syariah
Pegadaian merupakan lembaga pembiayaan/perkreditan dengan sistem
gadai. Pegadaian modern awalnya berkembang di Italia yang kemudian
dipraktikan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, seperti Inggris dan Belanda.
Sistem gadai memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh VOC.
(Annual Report PT Pegadaian, 2013).
Adapun pegadaian syariah merupakan sebuah lembaga yang relatif
baru di Indonesia. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem
administrasi modern. Yaitu asas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas yang
diselaraskan dengan nilai islam. Fungsi operasi pegadaian syariah
dijalankan oleh kantor kantor cabang Pegadaian Syariah/Unit Layanan
Gadai Syariah (ULGS).
31
d. Operasional Pegadaian Syariah
Salah satu bentuk jasa layanan lembaga keuangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan dengan menggadaikan barang
sebagai jaminan. Landasan akad yang digunakan dalam operasional
perusahaan dalam pegadaian syariah adalah rahn. Berlakunya rahn adalah
bersifat (tabiiyah) terhadap akad tertentu yang dijalankan secara tidak
tunai (dayn) sebagai jaminan untuk mendapatkan kepercayaan. Adapun
secara teknis, implementasi akad rahn dalam lembaga pegadaian adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Implementasi Akad Rahn
Sumber: Ade Purnomo (2008)
Keterangan:
1. Rahin mendatangi murtahin untuk meminta fasilitas pembiaaan
dengan membawa marhun yang akan diserahkan kepada murtahin,
Marhun bih
(utang)
Murtahin (pihak
yang menerima)
Jaminan
(Marhun)
Pihak yang
menggadaikan
(Rahin)
3
2
1
Akad Baru
4
32
lalu murtahin melakukan pemeriksaan termasuk menaksir nilai
barang jaminan tersebut.
2. Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin
melakukan akad rahn.
3. Setelah itu, murtahin memberikan sejumlah pimjaman uang yang
jumlahnya dibawah nilai barang jaminan yang tekah ditaksir.
4. Lalu antara rahin dan murtahin melakukan akad yang baru apabila
pada saat jatuh tempo rahin ingin memperpanjang pinjamannya
dengan syarat yang telah ditentukan.
Banyak usaha strategis yang dapat dilakukan oleh lembaga
berwenang terkait upaya pengembangan pegadaian syariah, diantara
usaha tersebut adalah :
1. Usaha untuk membentuk lembaga pegadaian syariah terus
dilakukan upaya untuk mensosialisasikan praktik ekonomi syariah
di masyarakat kebawah yang mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pendanaan. Untuk pengembangan,diperlukan adanya
kerjasama dari berbagai pihak guna menentukan langkah langkah
dalam pembentukan lembaga pegadaian syariah yang lebih baik.
2. Masyarakat akan lebih memilih pegadaian dibandingkan bank saat
mereka membutuhkan dana karena prosedurnya yang mudah.
Maka cukup alasan bagi pegadaian syariah untuk eksis ditengah
tengah masyarakat yang membutuhkan pembiayaan.
33
3. Pegadaian syariah bukan pesaing yang menyebabkan kerugian bagi
lembaga keuangan lainnya, tetapi unuk saling mendukung
terciptanya sistem keuangan yang berbasis syariah.
4. Pemerintah perlu segera mengakomodir keberadaan pegadaian
syariah ini dengan membuat peraturan perundang undanga
tersendiri yang berlaku secara formal.
e. Kegiatan Usaha
Gadai merupakan kegiatan yang sejauh ini masih menjadi otoritas PT
Pegadaian, meskipun belakangan sejumlah bank syariah ikut menerbitkan
produk gadai emas syariah. Produk gadai yang diterbitkan oleh PT
Pegadaian, antara lain :
1. Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai
dengan prosedur pelayanan yang mudah aman dan cepat.
Dengan usaha ini, pemerintah melindungi rakyat kecil yang
tidak memiliki akses ke dalam perbankan. Dengan demikian,
kalangan tersebut terhindar dari praktik pemberian uang
pinjaman yang tidak wajar.
2. Gadai Syariah (rahn) adalah produk jasa gadai yang
berlandaskan pada prinsip prinsip syariah, dimana nasabah
hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan
dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah).
34
3. Kreasi (kredit angsuran fidusia) yaitu pemberian pinjaman
uang yang ditunjukan kepada pengusaha kecil atas dasar
fidusia.
4. Kreasida yaitu krdit angsuran sistem gadai yang merupakan
pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro kecil dalam
rangka pengembangan usaha atas dasar gadai yang
pengembaliannya dilakukan melalui angsuran dalam jangka
waktu maksimal 3 tahun dan jaminan bergerak seperti
perhiasan, kendaraan bermotor dan sebagainya.
5. Jasa taksiran adalah layanan kepada masyarakat yang
memerlukan harga atau nilai suatu harta benda miliknya yang
diperiksa dan ditaksir oleh juru taksir yang berpengalaman dan
professional.
6. Jasa titipan adalah layanan titipan barang berharga seperti
perhiasan, emas, batu permata, kendaraan bermotor, surat
berharga (tanah,ijazah) kepada masyarakat.
7. Gadai gabah adalah kredit tunda jual komoditas pertanian yang
diberikan kepada para petani dengan jaminan gabah kering
giling. Layanan kredit ini ditunjukan untuk membantu para
petani pasca panen agar terhindar dari tekanan akibat fluktuasi
harga pada saat panen dan permainan para tengkulak.
8. Gadai investa adalah salah satu produk perum pegadaian
berupa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dalam
35
jangka waktu yang diberikan kepada nasabah dengan jaminan
berbentuk saham yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa
Efek Indonesia dan Obligasi Negara Ritel (ORI).
9. KRISTA (kredit usaha rumah tangga) adalah kredit yang
ditunjukan kepada para pengusaha sangat mikro yang
tergabung dalam suatu kelompok/asosiasi dengan jaminan
pokok sistem tanggung renteng diantara anggota kelompok
tersebut.
10. ARRUM (Ar Rahn untuk usaha mikro kecil) merupakan
pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk
pengembangan usaha dengan prinsip syariah.
11. Kredit perumahan swadaya, Kredit ini diluncurkan bulan
Desember 2006, ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah untuk membangun, rehab/perbaikan rumah. Untuk
bangunan baru diberikan pinjaman maksimum Rp10.000.000,-
sedangkan rehab / perbaikan rumah diberikan pinjaman
maksimum Rp5.000.000. Atas kredit ini nasabah dikenakan
biaya administrasi 9% dibayar dimuka, dan sewa modal 0 (nol)
%. Pendanaan atas produk ini atas kerjasama dengan Menteri
Perumahan Rakyat (Menpera) dengan dukungan plafon modal
kerja sebesar Rp 5 milyar.
36
5. Rahn
a. Pengertian Rahn
Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip
syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. Besar kredit
yang diberikan sama dengan Gadai Konvensional/KCA, namun berbeda
dalam proses penetapan sewa modal. Gadai Syariah menerapkan biaya
administrasi dibayar dimuka, yaitu saat akad baru/akad perpanjangan
serendah rendahnya Rp2.000 dan setinggi-tingginya Rp100.000 untuk
jumlah pinjaman maksimum Rp200.000.000. Tarif Ijarah dikenakan
sebesar Rp80-Rp90 per sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap
kelipatan Rp10.000 dari taksiran barang jaminan yang
dititipkan/diagunkan. (Annual Report Pegadaian, 2013:60).
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang
kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari
hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta
benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai
jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan,
atau barang bergerak di Indonesia, yaitu Unit Layanan Gadai Syariah
(ULGS) Rahn. (Ahmad Rodoni, 2004:188).
Kata rahn menurut bahasa arab berarti “ tetap” “berlangsung”
dan “ menahan”. (Ahmad bin Husain. Tanpa Tahun:32), Menurut Imam
Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Husaini dalam kitabnya Kifayatul Ahyar Fii
37
Halli Ghayati Al-Ikhtisar Menurut beliau bahwa definisi Rahn adalah:
“Akad/perjanjian utang piutang dengan menjadikan harta sebagai
kepercayaan/penguat utang dan yang memberi pinjaman berhak menjual
barang yang digadaikan itu pada saat menggadaikannya. (Taqiyyuddin
Abu Bakar Al-Husaini, Tanpa Tahun:265-266).
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Rahn adalah
menjamin utang dengan sesuatu yang bisa menjadi pembayar utang
tersebut, atau nilainya bisa menjamin utang tersebut.
b. Landasan Hukum
1. Alquran
Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum
dalam surat Al-Baqarah, ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:
ي انذ فهیٔىد بعضا بعضكم أمه فإن ضت مقبى فزھان كاتبا تجدوا ونم سفز عهً كىتم وإن
تعمهىن بما وآهلل قهبه اثم فإوه یكتمها ومه اانشهادة والتكتمى ربه آهلل ونیتق أماوته آٔوتمه
عهیم
jika kalian dalam perjalanan (bermuamalah tidak secara tunai),
sementara kalian tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (orang yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka herdaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanat (utangnya) dan hendaklah bertakwa kepada
Allah Tuhannya (Qs. Al Baqarah, 2:283).
38
Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata
“ada barang tanggungan yang di pegang oleh orang yang
berpiutang” barang tanggungan disini biasa dikenal dengan
barang jaminan.
2. Hadits
Dari Aisyah r.a, Nabi SAW bersabda :
طعاما یهىدي مه اشتزي وسهم اعهیه هللا صهً هللا رسىل ان عىها هللا رضً عاٸشت عه
ی حد مه درعها ورھىه اجم إنً
Artinya :“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli
makanan seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju
besi kepadanya.” (H.R. Bukhori dan Muslim). (Abi Suja, tanpa
tahun:129).
Hadits lain dari Anas ra:
Artinya :“Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi
Saw dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw. telah
menaguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika
beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”.(H.R.Anas
ra). (Hussein Bahreisj, Tanpa tahun :17)
3. Ijtihad ulama
Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Quran dan Hadits
itu dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha
dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai
diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan
39
kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun
demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam
bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan hukumnya.
4. Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan hutang dalam bentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan
yang ditetapkan.
c. Rukun Rahn
Dalam perjanjian akad gadai, harus memenuhi beberapa rukun gadai
syariah. Rukun gadai tersebut antara lain :
1. Ar-Rahin (yang menggadaikan), syarat Rahin: orang yang telah
dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memliki barang yang akan
digadaikan.
2. Al-Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin
untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai.
3. Al-Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan
Rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.
4. Al-Marhun bih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin
kepada Rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
5. Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin
dalam melakukan transaksi gadai.
40
d. Syarat Rahn
Sebelum dilakukan Rahn, terlebih dahulu dilakukan akad. Akad adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh 2 orang berdasarkan persetujuan
masing-masing. (Shiddieqy, 2001:28).
Sedangkan syarat rahn, ulama fiqh mengemukakannya sesuai dengan
rukun rahn itu sendiri, yaitu :
1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap
bertindak hukum (baligh dan berakal). Ulama Hanafiyah hanya
mensyaratkan cukup berakal saja. Karenanya, anak kecil yang
mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik baik dan buruk)
boleh melakukan akad rahn, dengan syarat mendapatkan
persetujuan dari walinya. Menurut Hendi Suhendi, syarat bagi yang
berakad adalah ahli tasharuf, artinya mampu membelanjakan harta
dan dalam hal ini memahami persoalan yangberkaitan dengan rahn.
(Suhendi, 2002:107).
2. Syarat Sighat (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad
itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dengan masa
yang akan datang, karena akad rahn itu sama dengan akad jual-beli.
Apabila akad itu dibarengi dengan sesuatu, maka syaratnya batal,
sedangkan akadnya sah. Misalnya, Rahin mensyaratkan apabila
tenggang waktu marhun bih telah habis dan marhun bih belum
terbayar, maka rahn itu diperpanjang 1 bulan, mensyaratkan
marhun itu boleh murtahin manfaatkan.
41
Ulama Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah mengatakan
apabila syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran akad
itu, maka syarat itu dibolehkan, namun apabila syarat itu
bertentangan dengan tabiat akad rahn, maka syaratnya batal. Kedua
syarat dalam contoh tersebut, termasuk syarat yang tidak sesuai
dengan tabiat rahn, karenanya syarat itu dinyatakan batal. Syarat
yang dibolehkan itu, misalnya, untuk sahnya rahn itu, pihak
murtahin minta agar akad itu disaksikan oleh 2 orang saksi,
sedangkan syarat yang batal, misalnya, disyaratkan bahwa marhun
itu tidak boleh dijual ketika rahn itu jatuh dan Rahin tidak mampu
membayarnya. (Nasrun Haroen, 2000:255).
Sedangkan Hendi Suhendi menambahkan, dalam akad
dapat dilakukan dengan lafadz, seperti penggadai Rahin berkata;
Aku gadaikan mejaku ini dengan harga Rp 20.000 dan murtahin
menjawab; Aku terima gadai mejamu seharga Rp 20.000. Namun,
dapat pula dilakukan seperti: dengan surat, isyarat atau lainnya
yang tidak bertentangan dengan akad rahn. (Nasrun Haroen,
2000:107)
3. Syarat marhun bih, adalah :
a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin
b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu
c) Marhun bih itu jelas/tetap dan tertentu
4. Syarat marhun, menurut pakar fiqh, adalah :
42
a) Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan
marhun bih
b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal)
c) Marhun itu jelas dan tertentu.
d) Marhun itu milik sah Rahin
e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain
f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran
dalam beberapa tempat dan
g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun
manfaatnya
Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.
25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang
dapat diterima sebagai agunan pinjaman. Akan tetapi semua
pegadaian syariah di Pekalongan mempunyai pengkhususan pada
barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai marhun, yaitu :
1. Barang milik pemerintah
2. Mudah membusuk
3. Berbahaya dan mudah terbakar
4. Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku
dan atau hukum Islam.
5. Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum Islam.
6. Serta ketentuan khusus sebagai berikut :
a) Barang yang disewa-belikan.
43
b) Barang tersebut masih berupa hutang dan belum
lunas.
c) Barang tersebut dalam masalah.
d) Berupa pakaian jadi.
e) Pemakaiannya sangat terbatas.
f) Hewan ternak.
g) Barang yang kurang nilai rahn-nya dibawah biaya
invest gadai.
Ketentuan-ketentuan tersebut diberlakukan mengingat keterbatasan
tempat, sumber daya, fasilitas. Chatamarrasid menambahkan barang
yang tidak dapat digadaikan yaitu barangbarang karya seni yang
nilainya relative sukar ditaksir dan kendaraan bermotor tahun keluaran
1996 keatas. (Chatamarrasid, 2008:15).
Aturan pokok dalam mazhab Maliki tentang masalah ini adalah, bahwa
gadai dapat dilakukan pada semua macam harga pada semua macam
Rahn, kecuali Rahn mata uang (sharf) dan pokok modal pada salam
yang berkaitan dengan tanggungan.
e. Persamaan dan Perbedaan Rahn dengan Gadai Konvensional
Secara mendasar ada persamaan dan perbedaan antara rahn dan gadai:
Persamaan :
1. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang.
2. Adanya barang sebagai jaminan hutang.
3. Tidak dibenarkan mengambil manfaat barang gadai.
44
4. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai.
5. Bila tenggang waktu peminjaman uang telah habis, maka
barang yang digadaikan boleh dijual/ dilelang.
Perbedaan :
NO RAHN GADAI KONVENSIONAL
1. Dalam hukum islam, rahn
dilakukan secara sukarela
tanpa mencari keuntungan.
Dalam hukum perdata, disamping
prinsip tolong menolong juga
mengambil keuntungan dari bunga
yang ditetapkan
2. Hanya berlaku untuk
benda bergerak (dalam
hukum perdata).
Berlaku untuk semua benda (dalam
hukum perdata).
3. Tidak ada bunga. Ada bunga.
4. Dapat dijalankan tanpa
melalui suatu lembaga
(independent).
Menurut hukum perdata dilaksanakan
melalui suatu lembaga.
5. Pembentukan laba dari
jenis transaksi yang sesui
dengan prinsip syariah.
Pembentukan laba dari bunga teknik.
f. Teknis Pelaksanaan (skema pembiayaan)
Operasional pegadaian syariah menggambarkan hubungan antara
nasabah dengan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah sebagai
berikut :
45
1. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk
mendapatkasn pembiayaan. Kemudian pegadaian syariah
menaksirkan barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam
memberikan pembiayaan.
2. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai, akad ini
mengenai berbagai hal , seperti menyepakati biaya administrasi,
tarif jasa simpanan, pelunasan dan sebagainya.
3. Pegadaian syariah menerima biaya-biaya administrasi dibayar
diawal transaksi, sedangkan menurut jasa simpan diakhir
pelunasan.
4. Nasabah melunasi barang yang digadaikan menurut akad,
pelunasan penuh, uang gadai, angsuran dan tebus sebagian.
g. Penggolongan peminjaman
Tabel 2.1
Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah
GOLONGAN
RAHN MARHUN BIH
TARIF
ADMINISTRASI
JANGKA
WAKTU
A 50.000 - 150.000 Rp2.000 120 hari
B1 550.000 - 1.000.000 Rp8.000 120 hari
B2 1.050.000 - 2.500.000 Rp15.000 120 hari
B3 2.550.000 - 5.000.000 Rp25.000 120 hari
C1 5.100.000 - 10.000.000 Rp40.000 120 hari
C2 10.100.000 -
15.000.000 Rp60.000 120 hari
C3 15.100.000 - Rp80.000 120 hari
46
20.000.000
D 20.100.000 -
100.000.000 Rp100.000 120 hari
Sumber : Annual Report PT Pegadaian 2013
6. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.
(Adiwarman Karim, 2008:135).
Huda, Mustafa, Handi dan Ranti (2008:175) Dalam banyak literatur
disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum
secara terus menerus dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut
Rahardja dan Manurung (2004:155) mengatakan bahwa, inflasi adalah
gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus
menerus. Sedangkan menurut Sukirno (2004:333) Inflasi yaitu, kenaikan
dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah
lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata
lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar
yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
47
akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus
(continue). Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang
paling sering digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau
Consumer Price Index (CPI) dan Gross Domestic Product (GDP)
Deflator.
Cara menghitung laju inflasi adalah perubahan persentase dalam
indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Rumusnya sebagai
berikut :
Keterangan :
Laju Inflasi = Laju inflasi/deflasi pada bulan ke n
IHKn = Indeks harga konsumen pada bulan ke n
IHK(n-1) = Indeks harga konsumen pada bulan ke n-1
Pengelompokkan inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia
dikelompokan kedalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the
Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
(www.bi.go.id).
1) Kelompok Bahan Makanan
2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
3) Kelompok Perumahan
IHKn — IHK(n-1) x 100%
Laju Inflasi =
IHK(n-1)
48
4) Kelompok Sandang
5) Kelompok Kesehatan
6) Kelompok Pendidikan dan Olahraga
7) Kelompok Transportasi dan Komunikasi
b. Teori Inflasi
Menurut Adwin S. Atmadja (1999:55)
1. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan
oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga
dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models).
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang
beredar, baik uang kartal maupun giral.
b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga di masa mendatang.
2. Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-
49
barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi
inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran
agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi
tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan (permintaan
agregat). Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist,
Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan
fenomena inflasi dalam jangka pendek.
3. Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara
perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan
sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka
rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi :
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-
komponen yang menyusun cost of production dan atau kenaikan pada
profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual
komoditi di pasar.
Price = Cost + Profit Margin
Price = Cost + ( a% x Cost )
50
1. Teori Struktural :
Model Inflasi di Negara Berkembang
Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena
moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation.
Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara
berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal
panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,
bencana alam dan sebagainya) atau hal-hal yang memiliki kaitan
dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade;
utang luar negeri dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi
harga di pasar domestik.
c. Penyebab Inflasi
Menurut Adiwarman Karim (2008:138) Ada beberapa penyebab
terjadinya inflasi yaitu terdiri dari :
1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation
adalah Inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang
manusia tidak mempunyai kekuasaan dan mencegahnya. Human
Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
51
2) Actual/Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected Inflation.
Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan
sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi
inflasi, sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga
pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi
terhadap efek inflasi.
3) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation
diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi
permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi
karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif
(AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
4) Spiralling Inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang
terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi
sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu
seterusnya.
5) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation
adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara
karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan
Internasional. Domestic Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi
di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi
negara-negara lainnya.
52
d. Dampak Inflasi
1) Adiwarman Karim (2008:139) Menurut para ekonom Islam, Inflasi
berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :
2) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka
dan fungsi dari unit perhitungan.
3) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
4) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal
Propensity to Consume).
5) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah
produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan
lainnya.
(www.wikipedia.org), Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah,
yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyperinflation) keadaan
53
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot
dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi
di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong
penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
e. Indikator Inflasi
(www.wikipedia.org), Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga
yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga
Konsumen (IHK) adalah indeks harga dan barang — barang yang selalu
digunakan para konsumen. Akibatnya suatu perekonomian dalam masa
inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk
menggunakan uangnya dalam investasi bersifat spekulatif dan tingkat
bunga meningkat sehingga dapat mengurangi investasi. Hal ini
menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase
perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya :
54
1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI),
adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu
yang dibeli oleh konsumen.
2) Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI).
3) Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga
rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk
melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk
meramalkan tingkat IHK dimasa depan karena perubahan harga
bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan
meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
4) Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
5) Indeks harga barang-barang modal.
6) Deflator PDB, menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua
barang baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa.
Macam-Macam Ukuran Inflasi, Menurut Adwin S. Atmadja (1999:58)
1) Inflasi ringan : Dibawah 10% (single digit)
2) Inflasi sedang : 10% - 30%
3) Inflasi tinggi : 30% - 100%
4) Hyperinflation : Lebih dari 100%
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak
dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi
perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat
55
bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah
yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi.
f. Peran Bank Sentral
(www.wikipedia.org), Bank sentral memainkan peranan penting dalam
mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha
mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank
sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen. Hal ini disebabkan
karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang
independen, salah satunya disebabkan pengaruh pemerintah yang
bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong
perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau
tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain
itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata
uang domestik, Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank
sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
g. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam
Luluk Chorida (2010:29) Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi,
karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana
mempunyai nilai yang stabil. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa,
Syekh An-Nabhani (2001:147) Memberikan beberapa alasan mengapa
56
mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas dan perak,
padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai
kekayaan.
1) Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku
dan tidak berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diat, maka yang
dijadikan sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.
2) Rasulullah telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang
dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.
3) Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah
mewajibkan zakat uang, Allah telah menetapkan zakat tersebut
dengan nisab emas dan perak.
4) Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam
transaksi uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitu pun
dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.
Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi,
yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu
mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam
jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya.
7. Pendapatan Ijarah
a. Pengertian Ijarah
Secara bahasa ijarah berarti upah atau sewa, yang sesungguhnya
menjualbelikan manfaat suatu harta benda. (Masadi, 2002:181). Ijarah
berasal dari lafadz yang berarti yang berarti ganti / ongkos. Sedangkan
57
menurut Rahmat SyafiI dalam fiqih Muamalah ijarah adalah (menjual
manfaat). (Rahmat SyafiI, 2004:121).
Pengertian Ijarah Menurut Istilah Menurut Syekh Syamsudin dalam
kitab Fathul Qorib mendefinisikan ijarah adalah yaitu bentuk akad yang
jelas manfaat dan tujuannya, serah terima secara langsung dan di bolehkan
dengan pembayaran (ganti) yang telah diketahui. (Ramadlan, 1990:375).
Menurut Muhammad Syafii Antonio Ijarah adalah akad pemindahan
hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang
itu sendiri. (Antonio, 2001:117).
Menurut Masadi (2002:183) Ijarah dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Ijarah yamg mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim
disebut persewaan, misalnya menyewakan rumah, kendaraan
pertokoan dan lain sebagainya.
b) Ijarah yang mentransaksikan manfaat sumberdaya manusia yang
lazim disebut pemburuhan.
Beberapa definisi ijarah diatas juga dapat disimpulkan bahwa ijarah
adalah sebuah transaksi atas suatu manfaat, dalam hal ini manfaat
menjadi objek transaksi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa akad ijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut
for profit transaction. Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari
keuntungan, karena bersifat komersil.
58
b. Pengertian pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).
Menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998, Sumber-sumber pendapatan dapat
dikelompokkan menjadi 2 sumber pendapatan yaitu :
1) Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari
aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang
berlangsung secara berulang—ulang dan berkesinambungan tiap
periode.
2) Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari
transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang
secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan,
misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain.
PT Pegadaian selain melayani kepentingan umum, juga bertujuan
untuk mendapatkan laba. Untuk itu Perum Pegadaian terus berupaya
meningkatkan fasilitas yang diberikan. Hal ini guna meningkatkan
pendapatan yang berasal dari bunga pelunasan, bunga yang dilelang,
uang kelebihan kadaluwarsa, jasa taksiran, jasa titipan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, semakin banyak pendapatan yang diperoleh maka
akan semakin banyak pula kredit yang dapat disalurkan kepada
nasabahnya.
59
c. Landasan Hukum
1. Al- Quran
Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka
berikanlah kepada mereka upahnya. (Q.S Ath-Thalaq:6).
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.(Al- Baqarah: 233).
Yang menjadi landasan ijarah dalam ayat diatas adalah ungkapan
“maka berikanlah upahnya” dan“ apabila kamu memberikan
pembayaran yang patut”, hal ini menunjukkan adanya jasa yang
diberikan berkat kewajiban membayar upah secara patut.
2. Al-Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dia berkata: bahwa Rasulullah Saw
berbekam dan memberi upah kepada orang yang membekam. Kalau ia
haram beliau tidak akan memberinya upah.( HR. Bukhari Dan
Muslim). (Antonio, 2001:118)
d. Rukun dan Syarat Perjanjian Ijarah
Semua hal yang berkaitan dengan muamalat harus memiliki rukun dan
syarat-syarat tertentu. Rukun- rukun ijarah yang harus dipenuhi ada 4
macam, yaitu: (Abi Abdul Mutha, tanpa tahun:257-258).
60
1. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang
menyewa aset dan mujir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik
yang menyewakan aset.
2. Objek akad, yaitu majur (aset yang disewakan)
3. ujrah (harga sewa).
4. Sighat yaitu ijab dan qabul.
Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan
hukum Islam, adalah sebagai berikut :
1. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan
harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
2. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung
jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat
memberi manfaat kepada penyewa.
3. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti
memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak
dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.
4. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang
ditetapkan sebelum nya pada saat kontrak berakhir. Apabila
asset akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak
berakhir.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSNMUI/ IV 2000
tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan :
1. Rukun dan Syarat Ijarah :
61
a) Pernyataan ijab dan qabul
b) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) : terdiri atas
pemberi sewa (lessor, pemilik aset, Lembaga Keuangan
Syariah) dan penyewa (Lessee, pihak yang mengambil
manfaat dari penggunaan aset, nasabah)
c) Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari
penggunaan aset.
d) Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek
kontrak yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus
dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri.
e) Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah
pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam
bentuk lain yang equivalent, dengan cara penawaran dari
pemilik aset (Lembaga Keuangan Syariah) dan penerimaan
yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).
2. Ketentuan Objek Ijarah :
a) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan
atau jasa.
b) Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
c) Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.
d) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai
dengan syariah.
62
e) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa
untuk menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan
mengakibatkan sengketa.
f) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas,
termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan
spesifikasi atau identifikasi fisik.
g) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
kepada lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran
manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam Rahn
dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.
h) Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari
jenis yang sama dengan obyek kontrak.
i) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Tidak semua benda boleh diakadkan ijarah, kecuali yang memenuhi
persyaratan berikut ini: (Ghufron Masadi, 2002:184).
a) Manfaat dari objek akad harus diketahui secara jelas. Hal ini
dilakukan misalnya, dengan memeriksa atau pemilik memberikan
informasi transparan tentang kualitas manfaat barang.
b) Objek Ijarah dapat diserahterimakan dan dimanfaatkan secara
langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi
fungsinya.tidak dibenarkan transaksi ijarah atas harta benda yang
masih dalam penguasaan pihak ketiga.
63
c) Objek ijarah dan pemanfaatannya haruslah tidak bertentangan
dengan hukum syara. Menyewakan VCD porno merupakan contoh
kasus transaksi persewaan yang tidak memenuhi persyaratan ini.
d) Objek yang disewakan adalah manfaat langsung dari sebuah benda.
Misalnya menyewakan rumah untuk ditempati. Tidak dibenarkan
sewa-menyewa manfaat suatu benda yang bersifat tidak langsung.
Seperti sewa-menyewa pohon untuk diambil buahnya.buah adalah
materi bukan manfaat.
e) Harta benda yang menjadi objek ijarah haruslah harta benda yang
bersifat istimaly, yakni harta benda yang dapat dimanfaatkan
berulangkali tanpa mengakibatkan kerusakan dzat dan
pengurangan sifatnya, seperti rumah, mobil, tanah. Sedangkan
harta benda yang bersifat istikhlahi, harta benda yang rusak atau
berkurang sifatnya karena pemakaian, tidak sah ijarah atasnya
seperti buku tulis.
Menurut Saleh Al-Fauzan dalam buku yang berjudul “fiqih
sehari-hari” menyebutkan bahwa syarat sah ijarah adalah sebagai
berikut:
a) Ijarah berlangsung atas manfaat.
b) Manfaat tersebut dibolehkan
c) Manfaat tersebut diketahui.
d) Jika ijarah atas benda yang tidak tertentu maka harus diketahui
secara pasti ciri-cirinya
64
e) Diketahui masa penyewaan.
f) Diketahuinya ganti atau bayarannya.
g) Upah sewa berdasarkan jerih payah yang memberikan jasa. (Saleh
Al Fauzan, 2006:483)
8. Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari suatu mata uang terhadap mata uang
lain. Ketika kita ingin menukar satu mata uang domestik dengan mata
uang negara lain, kita akan menukarkannya berdasarkan mata uang yang
berlaku. Sesuai dengan pernyataan dari Samuelson dan Nordhaus
(2004:305) nilai tukar ialah harga satu satuan mata uang dalam satuan
mata uang lain. Begitu juga menurut Sukardi (2008:127) kurs atau nilai
tukar adalah perbandingan nilai mata uang asing dengan mata uang dalam
negeri (rupiah).
Nilai tukar atau kurs menjadi salah satu indikator perekenomian
suatu negara. Nilai tukar suatu negara akan mengacu pada satu currency
negara lain yang dianggap kuat atau biasa disebut dengan Hard Currency.
Sehingga apabila negara yang dijadikan acuan nilai tukar mengalami krisis
maka akan berdampak bagi nilai tukar negara yang mengacu tersebut,
untuk Indonesia yang dijadikan acuan ialah Dollar Amerika. Maka dari itu
terdapat keadaan dimana suatu mata uang dapat melemah atau menguat
terhadap mata uang negara lain karena berbagai kondisi, sesuai dengan
pernyataan Joesoef (2008:13) meningkatnya nilai tukar mata uang suatu
65
negara terhadap mata uang lainnya karena mekanisme pasar disebut
dengan apresiasi, dan menurunnya nilai tukar mata uang suatu negara
terhadap mata uang lainnya karena mekanisme pasar disebut dengan
depresiasi.
a. Macam-macam Sistem Nilai Tukar Mata Uang
Nilai tukar memiliki sistem yang dapat diterapkan dalam suatu negara
yang dapat disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan negara tersebut.
Sistem nilai tukar di Indonesia berkembang dengan adanya perubahan
kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dalam menerapkan sistem nilai
tukar beberapa periode ini. Indonesia sendiri beberapa kali merubah sistem
nilai tukar, dari mulai sistem kurs tetap (fixed rate) kemudian merubahnya
menjadi sistem kurs mengambang terkendali (managed floating rate) dan
sampai saat ini menganut sistem kurs mengambang bebas (freely floating
rate).
Sistem kurs tetap (Fixed Rate) berjalan dengan cara pemerintah
menjaga nilai mata uang pada tingkat yang telah ditetapkan dengan
membeli atau menjual valuta asing dengan jumlah yang tidak terbatas,
kedua ialah Sistem Kurs mengambang bebas (Freely Floating Rate) yaitu
tingkat kurs sepenuhnya ditentukan oleh interaksi permintaan dan
penawaran mata uang, tanpa adanya campur tangan pemerintah, ketiga
ialah sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating Rate atau
Dirty Float) yaitu sistem kurs yang menyebabkan ketidakpastian dan
66
fluktuasi kurs yang tinggi, sehingga menyebabkan ketidakstabilan
perekonomian dalam negeri.
Untuk mengurangi fluktuasi kurs dan tidak stabilnya perekonomian
banyak negara menganut sistem mengambang melakukan intervensi via
bank sentral untuk mengurangi fluktuasi kurs dan yang terakhir ialah
sistem kurs tertambat (Pegget Rate) yaitu apabila suatu negara menetapkan
nilai mata uangnya berdasarkan nilai mata uang satu atau sekelompok
negara, maka negara tersebut menganut sistem kurs tertambat. Besar
kecilnya mata uang bergerak mengikuti perubahan nilai mata uang negara
yang ditambatnya (Yuliati dan Prasetyo: 2005). Sampai saat ini Indonesia
masih menganut sistem kurs mengambang bebas, meskipun masih ada
campur tangan dari pemerintah melalui kebijakan moneter dari Bank
Indonesia.
Heru (2008) dalam Akbar (2013) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing pun mempunyai pengaruh negatif terhadap
ekonomi dan pasar modal. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan
bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatkan
suku bunga. Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong
perusahaan untuk melakukan ekspor.
67
b. Faktor faktor utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing
yaitu (Simorangkir dan Suseno, 2004:6)
1. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa,
maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga
nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor
menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga
mendorong menguatnya nilai tukar.
2. Faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar,
maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya
akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi
pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan
pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk
Indonesia ke luar negeri.
3. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta
asing yang dilakukan oleh spekulan maka semakin besar
permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai
tukar mata uang local terhadap mata uang asing.
Nilai tukar rupiah mempengaruhi Peyaluran kredit dikarenakan
perekonomian Indonesia yang banyak menggantungkan kekayaannya
melalui naik turunya nilai tukar rupiah, pergerakan nilai tukar akan
berpengaruh pada kredit yang disalurkan karena terdepresiasinya nilai
tukar akan diikuti oleh peningkatan biaya produksi khususnya
produsen yang menggunakan bahan baku impor, kebutuhan modalpun
68
semakin meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) dalam Risna,
2016.
9. Harga Emas
a. Pengertian Emas
Emas adalah logam mulia yang padat, lembut, mengkilat, dan salah
satu logam yang paling lentur diantara1a logam lainnya. Dibandingkan
dengan jenis logam lainnya emas memilki beberapa kelebihan, seperti
pendapat Jack Weatherford “dimanapun orang ingin menyentuhnya,
mengenakannya, bermain- main dengannya dan juga memilkinya, karena
berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah
berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah murni dan tidak
berubah”. Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga
emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).
Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang sejarah
kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga
banyak dijadikan sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga menjadi
suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu bangsa (Abi
Anwar, 2008:9).
Harga emas dapat mencerminkan ekspektasi atau harapan terhadap
tingkat inflasi, emas dicari pada saat-saat tidak menentu, yakni ketika uang
kertas perlahan-lahan mulai kehilangan nilainya. Inflasi hanya mengikis
nilai uang kertas, tapi tidak mengurangi harga emas (Tanuwidjaja,
2009:40). Dengan kondisi kenaikan tingkat harga inflasi yang cenderung
69
tinggi maka menjadi wajar harga emas di Indonesia naik cukup pesat.
Emas termasuk investasi jenis middle risk investment yang mempunyai
beban resiko yang jauh lebih kecil dan memberikan keuntungan jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan investasi pada bank atau deposito (Sholeh
Dipraja, 2011:20).
Hal tersebut dikarenakan daya tahan emas yang cukup kuat dalam
mengahadapi dampak dari inflasi. Ini dibuktikan dari harganya yang
cenderung stabil dan naik serta sangat jarang sekali emas mengalami
penurunan harga yang tajam.
Menurut Sholeh Dipraja (2011:12), ada empat faktor yang menjadi
kelebihan dari emas, yakni :
a) Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui), emas terbentuk karena
proses alami dan manusia hanya dapat menambangnya, proses
penambangan tidak mudah, bahkan dapat mepertaruhkan nyawa.
b) Tidak terkait dengan sistem bunga sebagaimana halnya dengan
uang kertas.
c) Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu
beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa
menjadi mahal. Sejak tahun 1968, yang menjadi patokan harga
emas seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar
emas London. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing (LGF).
London Gold Fixing adalah suatu prosedur dimana harga emas
70
ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja dipasar London oleh
lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd. Anggota tersebut
adalah :
1) Bank of Nova Scottia
2) Barclays Capital
3) Deutsche Bank
4) HSBC
5) Societe Generale.
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member
tersebut. Pada setiap awal periode perdagangan, Presiden London Gold
Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima
anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer.
Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih
banyak dari penawaran secara otomatis harga akan naik, demikian pula
sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menuggu hingga tercapainya titik
keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri
rapat dan mengatakan “There are no flags, and were fixed”. Proses
penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.30
(Harga Emas Gold A.M) dan pada pukul 15.00 (Harga Emas Gold P.M).
Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat,
Poundsterling Inggris dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai
harga penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai
patokan nilai kontrak emas diseluruh dunia.
71
B. Keterkaitan Variabel
1. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit
Inflasi membawa dampak menurunkan kepercayaan masyarakat
terhadap uang tunai. Masyarakat akan mengalihkan uang tunai ke dalam
investasi yang tetap seperti tanah. Padahal, sumber dana potensial dari
masyarakat tidak memberikan sumbangan yang berarti bagi pembangunan
jika tidak diinvestasikan secara langsung pada sektor produktif, atau
disalurkan pada masyarakat peminjam dan melalui lembaga keuangan.
(Aziz, 2013:11).
Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh inflasi
ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang
terbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat
inflasi tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan
mengakibatkan naiknya jumlah penyaluran kredit yang diakibatkan
turunnya tingkat bunga riil. (Aziz, 2013:11).
Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak
secara langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu
Inflasi sangat berpengaruh dengan permintaan kredit, dikarenakan inflasi
berarti juga kenaikan harga. Semakin naiknya harga, maka seseorang akan
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan, dan dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut bisa dengan cara mengajukan permintaan kredit
dengan menggunakan asumsi suku bunga rill. Oleh karena itu maka
72
dengan adanya kenaikan inflasi maka permintaan akan kredit juga semakin
meningkat, (Aziz, 2013:11).
Menurut (Boediono, 2001) dengan menggunakan asumsi suku
bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit akan mengalami
kenaikan dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan, tetapi jika
inflasi naik yang diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate,
sehingga permintaan kredit juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul
karena kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang
timbul karena berkurangnya penawaran akibat kenaikan produksi. (Aziz,
2013:11).
Kenaikan produksi akan menaikan harga barang dan turunnya
produksi, kenaikan proses produksi tersebut terjadi pada :
1) Biaya operasional, yaitu tingkat inflasi yang lebih tinggi akan
meningkatkan tingkat bunga nominal menjadi lebih tinggi dan
sebaliknya tingkat keseimbangan uang riil rendah.
2) Biaya menu (menu cost), semakin sering merubah harga yang
terkadang sering menimbulkan biaya yang lebih besar karena harus
mencetak ulang (katalog), memproduksi, mendistribusi dan
sebagainya.
3) Biaya akibat ketidak-nyamanan hidup yang ditimbulkan akibat
adanya inflasi. Uang sebagai tolak ukur dalam transaksi ekonomi
dan ketika terjadinya inflasi, alat ukur itu telah berubah panjangnya
sehingga seringkali hal ini dapat mengacaukan rencana anggaran
73
belanja baik rumah tangga produsen maupun rumah tangga
konsumen. Dalam kasus gadai syariah, pegadaian syariah sebagai
investor dalam pelaksanaanya barang yang digadaikan tetap bisa
digunakan dan diambil manfaatnya oleh pemilik barang tersebut.
Pihak pegadaian hanya memliki surat kepemilikan barang tersebut
sampai pemilik aslinya menyelesaikan kredit tersebut sampai
waktu yang ditentukan.
Maka inflasi akan berpengaruh dalam pelaksanaan penyaluran
kredit gadai ini adalah sebagai berikut :
1) Secara langsung pada harga barang yang menjadi objek transaksi.
2) Kemampuan nasabah dan pegadaian dikemudian hari apabila
terjadi inflasi yang mempengaruhi kemampuannya dalam
melakukan cicilan.
3) Tingkat keuntungan pegadaian.
Jadi hubungan antara inflasi dengan kredit gadai syariah adalah
searah negatif. Jika inflasi meningkat maka harga barang yang menjadi
objek transaksi akan meningkat juga, selera masyarakat dalam bertransaksi
menjadi menurun dan penyaluran kredit gadai syariah juga menurun.
Mengembangkan teori Keynes yang menjelaskan bahwa terjadinya
inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan agregat
ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan
oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan
pengeluaran komsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan. Secara
74
garis besar Keynes menyebutkan bahwa inflasi terjadi karena suatu
masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Tingkat
inflasi yang sangat tinggi akan menyebabkan ketidakstabilan
perekonomian, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran
yang semakin meningkat. Hal ini akan semakin menurunkan kepercayaan
para investor untuk menanam investasinya di Indonesia, sehingga
perbankan maupun non perbankan mengalami kesulitan dalam
menyalurkan kredit. Jadi tingkat inflasi sangat berhubungan negatif
terhadap permintaan kredit di Indonesia.
Dalam penelitian Yigit (2013:1) menyatakan bahwa risiko
eksternal seperti fluktuasi laju inflasi akan menyebabkan lembaga
keuangan bertindak untuk menghindari risiko. Penghindaran risiko
tersebut akan mempengaruhi pasar kredit secara langsung dengan
mengurangi ketersediaan kredit, dan tidak langsung akan menaikkan biaya
pinjaman. Analisis Tobit simultan dari delapan negara menegaskan bahwa
fluktuasi inflasi tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan di pasar-
pasar, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit.
Namun, menurut Purnomo (2009:13) dalam penelitiannya bahwa
variabel tingkat inflasi secara statistik positif dan tidak signifikan terhadap
penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika karena
koefisien regresi yang dihasilkan sebesar -5,5405025 dan standar error
2,4229889 sedangkan t-statistik -2,286640 dengan α = 5% dan df = 56
diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,672 dengan probabilitas 0,0260. Hal ini
75
lebih menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi yang terjadi di propinsi D.K.I
Jakarta tidak memberikan pengaruh terhadap pergerakan usaha Penyaluran
kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
Beberapa penyebab terjadi hal ini, lebih didominasi oleh faktor
kepercayaan nasabah yang tumbuh akan potensi profit/ keuntungan yang
terkandung dalam usaha penyaluran kredit Perum Pegadaian. Inflasi tidak
memberikan pengaruh akan pandangan kepercayaan masyarakat yang
telah terbentuk untuk menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum
Pegadaian yang lebih dikenal dengan berbagai kemudahan.
2. Pengaruh Pendapatan Ijarah Terhadap Penyaluran Kredit
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal. (Titi Widiarti, 2013:2).
Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokkan menjadi 2 sumber
pendapatan yaitu :
1) Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari
aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang
berlangsung secara berulang—ulang dan berkesinambungan tiap
periode.
2) Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari
transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang
76
secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan,
misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain.
Pegadaian Syariah selain melayani kepentingan umum, juga bertujuan
untuk mendapatkan laba. Untuk itu Pegadaian Syariah terus berupaya
meningkatkan fasilitas yang diberikan. Hal ini guna meningkatkan
pendapatan yang berasal dari jasa simpan (ijarah), pendapatan
administrasi, barang yang dilelang, uang kelebihan kadaluwarsa, jasa
taksiran, jasa titipan, dan lain-lain. Oleh karena itu, semakin banyak
pendapatan yang diperoleh maka menggambarkan semakin banyak pula
kredit yang dapat disalurkan kepada nasabahnya.
3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Penyaluran Pembiayaan
Nilai tukar rupiah mempengaruhi Peyaluran kredit dikarenakan
perekonomian Indonesia yang banyak menggantungkan kekayaannya
melalui naik turunya nilai tukar rupiah, pergerakan nilai tukar akan
berpengaruh pada kredit yang disalurkan karena terdepresiasinya nilai
tukar akan diikuti oleh peningkatan biaya produksi khususnya produsen
yang menggunakan bahan baku impor, kebutuhan modalpun semakin
meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) dalam Risna, 2016.
4. Pengaruh Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit
Kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat berdampak pada
penyaluran kredit PT Pegadaian. Menurut Humas Kanwil PT Pegadaian
Medan, Lintong P. Panjaitan mengatakan bahwa sejak turunnya harga
emas pada awal 2013, jumlah nasabah yang ingin membeli emas dengan
77
sistem kredit di Pegadaian meningkat dan sebaliknya jumlah penyaluran
kredit gadai menurun (www.topinformasi.com). Hal yang sama di
ungkapkan oleh Eka Sri Yuliani selaku Kepala Pegadaian Syariah
Kusumanegara Yogyakarta yang mengatakan bahwa Harga emas dunia
yang terus menurun, berpengaruh terhadap transaksi gadai emas di PT
Pegadaian. Sejumlah pegadaian di Yogyakarta sepi dari transaksi gadai
emas. (www.sindonews.com).
Harga emas yang terus mengalami kenaikan berdampak pada
peningkatan omzet pegadaian. Kenaikan harga emas membuat nilai
taksiran terhadap barang jaminan ikut naik. Akibatnya, jumlah pinjaman
pada setiap golongan bisa lebih banyak khususnya golongan C dan
tentunya mempengaruhi penyaluran kredit pada setiap golongan. Hampir
90% barang digadaikan pada PT Pegadaian Probolinggo berupa emas.
Akibatnya, fluktuasi harga emas sangat mempengaruhi omzet pegadaian.
Pihak pegadaian menetapkan nilai taksiran emas sebesar 98% dari harga
pokok pembelian.
Hal sebaliknya akan signifikan apabila ada penurunan harga emas
secara drastis maka jumlah pinjaman pada setiap golongan khususnya
golongan C juga akan mengalami penurunan yang sangat drastis yang
berakibat pada penyaluran kredit pada setiap golongan. (Mukhliz Arifin
Aziz, 2013:12).
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa fluktuasi
kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi penyaluran
78
kredit pada PT Pegadaian khususnya Kredit Gadai golongan C. Semakin
tinggi harga emas maka semakin tinggi pula penyaluran kredit pada PT
Pegadaian begitu pula sebaliknya.
C. Penelitian Terdahulu
Tabel. 2.2
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Variabel Metodologi Hasil
1 Mukhliz
Arifin
Aziz
(2013)
Analisis
Pengaruh
Tingkat Sewa
Modal,
Jumlah
Nasabah,
Harga Emas
Dan Tingkat
Inflasi
Terhadap
Penyaluran
Kredit Gadai
Golongan C
(Studi pada
PT Pegadaian
Cabang
Probolinggo)
Dependen:
Penyaluran
kredit gadai
golongan C
Independen:
Tingkat
Sewa
Modal,
Jumlah
Nasabah,
Harga
Emas,
Tingkat
Inflasi
Regres
Linier
Berganda
Hasil penelitian ini
adalah tingkat sewa
modal tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan
itu terhadap penyaluran
kredit gadai golongan C.
Jumlah nasabah yang
mempengaruhi jumlah
penyaluran kredit di PT
Pegadaian pada Cabang
Probolinggo. Harga emas
yang di mempengaruhi
penyaluran kredit pada
PT Pegadaian Cabang
Probolinggo khususnya
kredit gadai golongan C.
Tingkat Inflasi yang
terjadi kota Probolinggo
tidak selalu memberikan
pengaruh di pergerakan
79
usaha penyaluran kredit
gadai khususnya kredit
gadai golongan C pada
PT Pegadaian Cabang
Probolinggo. Dari empat
variabel bebas diketahui
bahwa yang paling
dominan pengaruhnya
terhadap jumlah kredit
gadai yang disalurkan
adalah variabel harga
emas.
2 Ade
Purnomo
(2008)
Pengaruh
Pendapatan
Pegadaian
,Jumlah
Nasabah dan
Tingkat
Inflasi
Terhadap
Penyaluran
Kredit Pada
Perum
Pegadaian
Syariah
Cabang Dewi
Sartika
Periode
2004-2008.
Dependen:
Penyaluran
Kredit.
Independen:
Pendapatan
pegadaian,
Jumlah
nasabah,
dan Tingkat
Inflasi
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Hasil pengujian secara
individual menunjukkan
bahwa dari variabel
Pendapatan Pegadaian,
jumlah nasabah yang
berpengaruh positif dan
sanga signifikan terhadap
penyaluran kredit Perum
Pegadaian Syariah Dewi
Sartika dengan tingkat
signifikasi 0,0180 dan
0,0000. Sedangkan dari
variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran
kredit Perum Pegadaian
Syariah Cabang Dewi
Sartika dengan tingkat
signifikasi 0,0061
80
3 Titi
Widiarti
dan
Sinarti
(2013)
Pengaruh
Pendapatan,
Jumlah
Nasabah,
Dan Tingkat
Inflasi
Terhadap
Penyaluran
Kredit Pada
Perum
Pegadaian
Cabang
Batam
Periode
2008-2012
Dependen:
Penyaluran
kredit
Independen:
Pendapatan,
Jumlah
nasabah,
Tingkat
inflasi
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Analisis
regresi
sederhan
Analisis
regresi
berganda
secara parsial pendapatan
Perum Pegadaian Cabang
Batam dan jumlah
nasabah mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap kredit pada
Perum Pegadaian Cabang
Batam, sedangkan dari
tingkat inflasi tidak
berpengaruh signifikan
pada penyaluran kredit
Perum Pegadaian Cabang
Batam. Namun secara
simultan seluruh variabel
bebas yang berpengaruh
sanga signifikan terhadap
penyaluran kredit Perum
PegadaianCabang Batam.
81
4 Ni
Wayan
Sariasih
Made
Rusmala
Dewi
(2012)
Pengaruh
DPK, NPL
dan Inflasi
terhadap
kredit yang
disalurkan
oleh LPD
Kabupaten
Badung
periode tahun
2008-2012
Dependen:
kredit yang
disalurkan
Independen:
DPK, NPL,
dan Inflasi
Regresi
Linier
Berganda
secara simultan dana
dari pihak ketiga, non
performing loan, dan
inflasi berpengaruh
signifikan terhadap kredit
yang disalurkan oleh
LPD Kabupaten Badung.
Secara parsial dana dari
pihak ketiga dan non
performing loan yang
berpengaruh positif dan
singnifikan sedangkan
pada inflasi berpengaruh
negatif dan tidak yang
signifikan terhadap kredit
yang disalurkan oleh
LPD Kabupaten Badung
periode 2008-2012.
Variabel yang paling
dominan berpengaruh
terhadap LPD Bandung
adalah variabel dana
pihak ketiga.
5 Mohama
d Abdul
Hamid,
Ishak
Abdul
Rahman,
dan
Ahmad
Factors
Affecting the
Acceptance
on Ar Rahnu
(Islamic
based Pawn
Broking): A
Case Study
Dependent:
Ar Rahn
Independen:
Syariah,
Sistem
Harga, ikrar
Aset ,
Metode
Analisis
data
frekuensi
Analisis
deskriptif
Hasil penelitian, bahwa
pandangan dari Syariah
memiliki skor rata-rata
tinggi mengindikasikan
bahwa kriteria utama
semua dalam penekanan
pelanggan ketika mereka
memilih jasa Ar-Rahnu
82
Nafis
Abdul
Halim
(2014)
Of Islamic
Banking In
Malaysia.
Customer
Service,
Lokalitas,
Sosial dan
Iklan
bukan orang lain karena
mereka berpikir bahwa
itu adalah faktor yang
paling penting adalah
faktor pelayanan.
Sumber: Berbagai Jurnal
Tabel 2.3
Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
NO PENELITI JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Mukhliz Arifin
Aziz (2013)
Analisis Pengaruh
Tingkat Sewa Modal,
Jumlah Nasabah,
Harga Emas
Dan Tingkat Inflasi
Terhadap Penyaluran
Kredit Gadai
Golongan C
(Studi pada PT
Pegadaian Cabang
Probolinggo)
Penyaluran kredit
gadai
Harga Emas
Tingkat Inflasi
Penyaluran
Kredit
Tingkat Sewa
Modal
Jumlah Nasabah
Uji Asumsi
Nilai Tukar
Ade Purnomo
(2008)
Pengaruh Pendapatan
Pegadaian
,Jumlah Nasabah dan
Penyaluran
Kredit
Pendapatan
Jumlah nasabah
Nilai Tukar
Harga Emas
83
Tingkat Inflasi
Terhadap Penyaluran
Kredit Pada Perum
Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika
Periode 2004-2008.
pegadaian
Tingkat Inflasi
2 Titi Widiarti dan
Sinarti (2013)
Pengaruh Pendapatan,
Jumlah Nasabah, Dan
Tingkat Inflasi
Terhadap Penyaluran
Kredit Pada Perum
Pegadaian Cabang
Batam Periode 2008-
2012
Penyaluran kredit
Pendapatan
Tingkat inflasi
Jumlah nasabah
Nilai Tukar
Analisis regresi
sederhana
Regresi
berganda
3 Mohamad Abdul
Hamid, Ishak
Abdul Rahman,
dan Ahmad Nafis
Abdul Halim
(2014)
Factors Affecting the
Acceptance on Ar
Rahnu (Islamic based
Pawn Broking): A
Case Study Of Islamic
Banking In Malaysia.
Ar Rahn
Regresi
Linier
Berganda
Syariah,
Sistem Harga
Ikrar Aset
Customer
Service
Lokalitas
Sosial
4 Ni Wayan Sariasih Pengaruh DPK, NPL Kredit yang DPK
84
Made Rusmala
Dewi (2012)
dan Inflasi terhadap
kredit yang disalurkan
oleh LPD Kabupaten
Badung periode tahun
2008-2012
disalurkan
Inflasi
NPL
Nilai Tukar
Regresi Linier
Berganda
Sumber: Berbagai Jurnal
1. Perbedaan Peneliti ini dengan Penelitian Muklish Arifin Aziz
Penulis menganalisa tentang “Analisis Pengaruh Inflasi,
Pendapatan Ijarah, dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai
Syariah (Rahn) PT Pegadaian di Indonesia periode 2005-2013”
Metodologi yang digunakan yaitu Ordinary Least Square (OLS) dengan
hasil semua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muklish Arifin Aziz
(2013) dengan judul “Analisis pengaruh tingkat sewa modal, jumlah
nasabah, harga emas dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai
golongan C (studi pada PT Pegadaian cabang Probolinggo)”.
Variabelnya yaitu: terikat: Penyaluran kredit gadai golongan C. Variabel
bebas: sewa modal, jumlah nasabah, harga emas, dan tingkat inflasi.
Dengan menggunakan metodologi regeresi linier berganda dan pengujian
asumsi klasik. Berdasarkan hasil temuan yang telah di uraikan, dapat
disimpulkan bahwa tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap
pergerakan usaha Penyaluran kredit gadai PT Pegadaian Cabang
85
Probolinggo khususnya kredit gadai golongan C, karena masyarakat
melakukan pinjaman kepada PT Pegadaian dengan beberapa pertimbangan
yaitu kebanyakan orang yang meminjam dana pada PT Pegadaian terlebih
karena kebutuhan akan dana tunai yang mendesak dan kemudahan pada
operasional PT Pegadaian. PT Pegadaian mampu menyediakan kebutuhan
akan dana tunai yang cepat dan dengan prosedur yang sangat mudah.
Kedua, dari keempat variabel bebas diketahui bahwa yang paling
dominan pengaruhnya terhadap penyaluran jumlah kredit gadai golongan
C pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo adalah variabel harga emas.
Artinya bahwa kredit gadai emas pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo
memberikan kontribusi yang paling besar dalam penyaluran kredit gadai
khususnya kredit gadai golongan C.
2. Perbedaan Peneliti ini dengan Penelitian Ade Purnomo
Lalu penelitian Ade Purnomo (2009) yang berjudul Pengaruh
Pendapatan Pegadaian ,Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi Terhadap
Penyaluran Kredit Pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
Periode 2004-2008. Penelitian tersebut menyimpulkan pendapatan Perum
Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah
cabang Dewi Sartika, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika.
86
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak
pada variabel dan studi kasusnya. Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan variabel tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah dan Harga Emas
sebagai variabel bebasnya dan Kredit Rahn sebagai variabel terikatnya dan
PT Pegadaian di Indonesia sebagai studi kasusnya.
D. Kerangka berpikir
Dalam rumusan masalah penelitian telah ditetapkan akan dikaji
pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan
Tingkat Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) PT
Pegadaian di Indonesia periode 2005-2013.
87
Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Penelitian
Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ho : β₁ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi
terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.
“ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI PENDAPATAN IJARAH
NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN
KREDIT GADAI SYARIAH (RAHN) PT. PEGADAIAN DI INDONESIA
PERIODE 2007-2015”
Pendapatan
Ijarah (X₂)
Nilai Tukar
Rupiah (X₃)
(X₃)
Inflasi
(X₁)
Kredit Gadai Syariah
(Rahn)
(Y)
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Uji Hipotesis
Uji t
Uji F
Uji Adj R²
Hasil, Kesimpulan dan Implikasi
Uji OLS
(Ordinary Least Square)
Harga Emas
(X₄ )
88
Ha : β₁ 0 : Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap
penyaluran pembiayaan gadai syariah.
2. Ho : β₂ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh pendapatan ijarah
terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.
Ha : β₂ 0 : Diduga terdapat pengaruh pendapatan ijarah
terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.
3. Ho : β₃ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh nilai tukar rupiah
terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah
Ha : β₃ 0 : Diduga terdapat pengaruh nilai tukar rupiah
terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.
4. Ho : β₃ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh harga emas terhadap
penyaluran pembiayaan gadai syariah
Ha : β₃ 0 : Diduga terdapat pengaruh harga emas terhadap
penyaluran pembiayaan gadai syariah.
5. Ho : β₃ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh inflasi, pendapatan ijarah,
nilai tukar rupiah dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran
pembiayaan gadai syariah
Ha : β₃ 0 : Diduga terdapat pengaruh inflasi, pendapatan ijarah,
nilai tukar rupiah dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran
pembiayaan gadai syariah.
89
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah tipe penelitian kuantitatif. Adapun data objek
penelitian ini diperoleh dari website Pegadaian, Bank Indonesia, Otoritas
Jasa Keuangan, Index Mundi. Ruang lingkup penelitian ini adalah
membahas dua (2) variabel, yang terdiri dari :
1. Variabel Independen, yaitu inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar rupiah
dan harga emas.
2. Variabel Dependen, yaitu penyaluran kredit gadai syariah (rahn)
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data-data tersebut sudah dikumpulkan atau sudah tersedia
pada suatu instansi. Observasi penelitian dimulai dari mei 2007 sampai
dengan mei 2015.
B. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena pada dasarnya data merupakan alat pengambilan
keputusan atau pemecah suatu permasalahan. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh
berdasarkan informasi yang telah disusun dan di publikasikan oleh instansi
tertentu.
Pada data sekunder, peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti berupa dokumen perusahaan terkait inflasi, suku
bunga, jumlah beredar, harga minyak, harga emas dan indeks saham syariah
indonesia yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah :
1. Inflasi pada desember tahun 2007 - desember 2015 bersumber dari Bank
Indonesia.
90
2. Pendapatan Ijarah pada desember tahun 2007 - desember 2015
bersumber dari Pegadaian.
3. Nilai Tukar Rupiah pada desember tahun 2007 - Mei 2015 bersumber
dari Bank Indnesia.
4. Harga Emas pada dsember tahun 2007 - Mei 2015 bersumber dari Antam.
5. Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) pada desember tahun 2007 - Mei
2015 bersumber dari Pegadaiaan.
C. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen : Penyaluran Pembiayaan Gadai Syariah (Rahn)
Gadai Syariah (rahn) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada
prinsip prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya
administrasi dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah).
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang kita
miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil
penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda milik
si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang
dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. (Ahmad Rodoni, 2004:188).
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel independen berupa nominal. Berdasarkan uraian pada tinjauan
pustaka dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan indeks saham
syariah maka penelitian ini menspesifikasikan variabel independen dan
definisi operasional sebagai berikut :
91
a. X1 (Inflasi)
Inflasi merupakan salah satu masalah makro yang dihadapi oleh
banyak negara di dunia. Berbagai pengertian inflasi dari berbagai sudut
pandang telah dikemukakan, dalam hal ini berbeda ahli ekonomi berbeda
pula pengertian inflasi. Sampai saat ini belum ada suatu batasan inflasi
yang baku yang diterima oleh seluruh ahli ekonomi. Skala pengukuran
yang digunakan adalah IHK atau Consumer Price Index (CPI).
Menurut Adiwarman Karim (2008:135) Inflasi adalah kenaikan
tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu
periode waktu tertentu.
b. X2 (Pendapatan Ijarah)
Pengertian Ijarah Menurut Istilah Menurut Syekh Syamsudin dalam
kitab Fathul Qorib mendefinisikan ijarah adalah yaitu bentuk akad yang
jelas manfaat dan tujuannya, serah terima secara langsung dan di bolehkan
dengan pembayaran (ganti) yang telah diketahui. (Abu HF. Ramadlan.
1990:375).
c. X3 (Nilai Tukar Rupiah)
Menurut Sadono Sukirno (2006), kurs valuta asing atau kurs mata
uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara
dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga
didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata
uang asing. Kurs valuta di antara dua negara kerap kali berbeda di antara
92
satu masa dengan masa yang lainnya. Data operasionalnya yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari data Bank Indonesia berdasarkan
perhitungan tahunan, yaitu dari Januari 2013 - Juli 2016 yang dinyatakan
dalam bentuk rupiah.
d. X4 (Harga Emas)
Emas adalah logam mulia yang padat, lembut, mengkilat, dan salah
satu logam yang paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan
dengan jenis logam lainnya emas memilki beberapa kelebihan, seperti
pendapat Jack Weatherford “dimanapun orang ingin menyentuhnya,
mengenakannya, bermain- main dengannya dan juga memilkinya, karena
berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah
berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah murni dan tidak
berubah”. Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga
emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).
Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang
sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas
juga banyak dijadikan sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga
menjadi suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu
bangsa (M. Abi Anwar, 2008:9).
93
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu dimana data yang
digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Untuk menguji hipotesis dari
variabel-variabel independen yang mempengaruhi variable dipenden,
penelitian ini menggunakan tekhnik analisis regresi linier berganda. Penelitian
ini akan diperkuat perhitungannya dengan menggunakan bantuan dari
program excel dan spss.
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis regresi untuk melihat pengaruh tingkat inflasi,
pendapatan ijarah, nilai tukar rupiah dan tingkat harga emas terhadap
penyaluran pembiayaan gadai (Rahn) PT Pegadaian. Metode regresi
berganda adalah suatu metode analisis yang dipergunakan untuk
mengukur besarnya pengaruh independen X1,X2,X3 dan X4 terhadap
dependent Y. Setelah dilakukan pengolahan regresi menggunakan regresi
berganda, perlu dilihat apakah model tersebut baik atau jelek, atau bahas
statistik perlu dilihat goodness of fit dari modal tersebut (Ahmad
Dahlan,2014,117). Hubungan linier antara variabel independen dan dependen
dapat ditulis dalam persamaan regresi sebagai berikut (Widarjono 2010:9).
Y=a+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+e Keterangan :
Y = Penyaluran Pembiayaan Gadai Syariah (Rahn) a = Konstanta β1- β5 = Koefisien X1 = Inflasi X2 = Pendapatan Ijarah
X3 = Nilai Tukar Rupiah X4 = Harga Emas
Pada data sekunder, peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti berupa dokumen perusahaan terkait inflasi,
suku bunga, jumlah beredar, harga minyak, harga emas dan indeks
saham syariah indonesia yang berkaitan dengan sasaran penelitian.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan empat uji, uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F mengasumsikan nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Salah satu cara termudah untuk melihat Normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
96
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonalnya. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistik non- parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Imam Ghozali, 2011:160-164). Model
regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau
mendekati normal.
Uji normalitas data menggunakan Normal P-P Plot dan Uji
statistik Kolmogrov-Smirnov Test, dengan membandingkan
Asympotic Significance dengan α = 0,05. Dasar penarikan kesimpulan
adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asympotic
Significance-nya > 0,05.
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol.
97
Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas adalah
dengan melihat nilai Tollerance dan VIF pada tabel coefficients. Jika
nilai Tollerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat dikatakan
model regresi tidak ada masalah multikolinieritas (Imam Ghozali,
2011:105-106).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah apakah
dalam model regresi terjadi ketidak samaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji uji
heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik Plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scattterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya)
yang telah di-studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139).
98
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi maka dikatakan ada autokorelasi. Autokorelasi mucul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat
digunakan dengan uji Durbin Watson, dimana kriteria pengujian
menggunakan Durbin Watson dengan angka antara -2<d<2
(Singgih Santoso, 2010:213), dengan rincian antara lain :
Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif
Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi
Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan tiga pengujian, diantaranya, uji statistik t, Uji
statistik F, uji koefisien determinasi (R2).
1. Uji Statistik t
Uji Statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali,2011 : 98-99). Cara
melakukan uji t adalah sebagai berikut :
99
a) Pada analisis regresi digunakan probabilitas 2 sisi, misalnya
dicari nilai tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5%
(uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k atau 10-3 = 7
(n adalah jumlah kurun waktu pada observasi dan k adalah
jumlah variabel). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi =
0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,364.
b) Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (Y). Jika nilai Sig. > 0,05
maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (Y).
2. Uji Statistik F
Menurut (Ghozali, 2011: 98). uji statistik F pada dasarnya
menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat. Untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini apakah Ho diterima yang berarti secara
bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel
terikat atau H1 diterima yang berarti secara bersama-sama variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka dapat
digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :
Cara melakukan uji F adalah sebagai berikut :
Uji F = (df (n - k))
100
a) Model signifikan selama kolom signifikansi (%) < Alpha
(kesiapan berbuat salah tipe 1, yang menentukan peneliti
sendiri, ilmu sosial biasanya paling besar alpha 10%, atau 5%
atau 1%). Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model
tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi
(%) akan lebih besar dari alpha.
b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F
menurut tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari pada F
tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) ada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi model
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Dimana jika variabel bebas lebih dari satu maka disarankan untuk
menggunakan nilai adjusted R2 dikarenakan nilai R2 akan selalu
meningkat jika variabel bertambah sedangkan nilai adjusted R2
dapat naik dan turun, sehingga lebih akurat dalam menjelaskan
besarya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
(Ghozali,2011: 97).
101
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai yang pada
awalnya berkembang di Italia dan kemudian dipraktikkan pula di negara-
negara Eropa lainnya, seperti Inggris dan Belanda. Sistem gadai memaski
Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda pada zaman VOC.
Bentuk usaha pegadaian di Indnesia berawal dari bank lening pada masa VOC
yang mempunya tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan
jaminan gadai. Sejak itu, bentuk usaha pegadaian telah mengalami beberapa
perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-peraturan yang mengaturnya
(Sasli Rais, 2006:123).
Pada mulanya usaha pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak
swasta, kemudian Gubernur Jenderal Belnda melalui Staatsblad Tahun 1901
No. 131 tanggal 12 Maret 1901 mendirikan Rumah Gadai Pemerintah (Hindia
Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut,
meka pelaksanaan gadai dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda
sebagaimana diatur dalam Staatsblad tahun 1901 No. 131 yang menyatakan:
“Kedua: sejak itu dibagian Sukabumi kepada siapapun tidak akan
diperkenankan untuk memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak
membeli kembali, meminjamkan uang, tidak melebihi seratus gulden, dengan
hukuman, tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yangdiancam
102
dalam pasal 337 KUHP bagi orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP bagi
orang-orang Bumiputera”.
Selanjutnya dengan Staatsblad 1930 No. 266 Rumah gadai tersebut
mendapat statis Dinas Pegadaian sebagai Negara dalam arti Undang-undang
perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara Hindia Belanda 1927 No. 419).
Pada masa pemerintakan Republik Indonesia, Dinas Pegadaian yang
merupakan kelanjutan dari pemerintahan Hindia Belanda, status pegadaian
diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian berdasarkan Undang-
undang No. Prp. 1960 jo. Peraturan Pemerintah RI No. 178 Tahun 1961
tentang pendirian perusahaan Pegadaian (PN Pegadaian).
Kemudian status badan hukum PN Pegadaian berubah menjadi Perusahaan
Jawatan (Perjan) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1969
tanggal 11 Maret 1969 tentang perubahan-perubahan kedudukan PN
Pegadaian menjadi jawatan Pegadaian jo. UU No. 9 Tahun 1969 tanggal 1
Agustus 1969 dan penjelasannya mengenai bentuk-bentuk Usaha Negara
dalam Perusahaan Jawatan(Perjan).
Selanjutnya untuk meningkatkan efektifvitas dan produktivitasnya. Perjan
Pegadaian dialihkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990.
Dengan perubahan status dari Perjan menjadi Perum, Pegadaian diharapkan
akan lebih mampu mengelola usahanya dengan lebih professional, Business
Oriented tanpa meninggalkan ciri khusus dan misinya yaitu penyaluran uang
jaminan atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat golongan
103
ekonomi lemah dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat, sesuai dengan
motonya “Mengatasi masalah tanpa masalah”.
Setelah berubah menjadi Perusahaan Umum(Perum), pimpinan puncak
pun diubah secara total diganti dengan generasi muda yang berkualitas tinggi
dan kenyataannya usaha Perum Pegadaian terus meningkat. (Martono,
2010:171). Status Perum bertahan hingga tahun 2011. Pada 13 Desember 2011
Pemerintah mengeluarkan PP nomor 55 tahun 2011 yang menandakan
perubahan status badan hukum Pegadaian menjadi Perusahaan Persero.
Bersasarkan Akta Pendirian Perusahaan Persero (Persero) PT Pegadaian atau
disingkat PT Pegadaian (Persero) nomor 1 tanggal 1 April 2012 yangdibuat
dihadapan Notaris Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang berkedudukan di Jakarta,
dan kemudian disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-17525.AH.01.01 tahun 2012
tanggal 4 April 2012 tentang Pengesahan Badan Hukum Persroan, telah
disahkan Badan Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT pegadaian
(Persero). Terjadi perubahan Anggaran Dasar dengan Akta No. 05 Tanggal 15
Agustus 2012, yang dibuat dihadapan Notaris yang berkedudukan di Jakarta
Sejalan dan diterima pemberitahuaannya oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat AHU-AH.01.10-32516 Tahun
2012 Tanggal 06 September 2012. (Annual Report Pegadaian, 2012:30).
104
B. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah,
Nilai Tukar, dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn. Data yang
digunakan rentang waktu analisis mulai tahun 2007-2015. Alat pengolah data
yangdigunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak (software)
komputer SPSS vesion 22.0 for Windows dengan metode Regresi Linier
Berganda. Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar, dan Harga Emas terhadap
Penyaluran Kredit Rahn.
1. Kredit Rahn
Kredit Rahn mendapatkan porsi terbesar dalam pembiayaan
dibandingkan dengan Arrum dan Mulia, dikarenakan nasabah lebih
tertarik pada pembiayaan ini dan mudah dalam mendapatkan pembiayaan.
Kinerja Pegadaian Syariah yang terus meningkat dapat terlihat dari
besarnya kredit yang diberikan. Pertumbuhan total aset dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah komposisi pembiayaan yang disalurkan
oleh pegadaian syariah dalam bentuk gadai, salah satunya adalah Rahn.
Sisi pendanaan yang meningkat akan meningkatkan pula sisi kredit yang
akan diberikan.
105
Grafik 4.1
Grafik Penyaluran Kredit Rahn
Sumber: Data diolah
Berdasarkan grafik diatas, total kredit Rahn yang disalurkan pegadaian
syariah sampai kuartal 4: 2015 mencapai 12,7 Trilyun lebih tinggi
dibanding kuartal 4 tahun 2014 yang mencapai 12,5 Trilyun. Secara umum
kinerja kredit Rahn disalurkan PT. Pegadaian dari kuartal 1: 2007-Kuarta
4: 2015 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor :
a. Kesadaran masyarakat bahwa kredit Rahn dapat membantu mereka
dalam menjalankan usahanya menjadi lebih baik
-
2.000.000.000.000
4.000.000.000.000
6.000.000.000.000
8.000.000.000.000
10.000.000.000.000
12.000.000.000.000
14.000.000.000.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4
106
b. Perkreditan yang paling diminati dibandingkan dengan kredit Arrum
dan Mulia
c. Perkreditan yang paling dipercaya karena Kredit Rahn adalah produk
pertama Pegadaian Syariah
2. Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif maupun negatif. kemerosotan nilai
uang yang ringan cenderung memberikan dampak positif karena dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan memicu masyarakat untuk
berinvestasi dan permintaan pembiayaan pegadaian.
Akan tetapi, kemerosotan nilai uang yang tidak terkendali
menyebabkan masyarakat kesulitan membeli kebutuhan pokok. Kondisi
ini pada ujungnya bisa mempengaruhi permintaan pembiayaan kredit.
Grafik 4.2
Grafik Tingkat Inflasi
Sumber: Data diolah
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4
107
Berdasarkan grafik diatas, Inflasi mengalami fluktuasi setiap
tahunnya, contohnya yakni pada tahun 2008 Kuartal 2 terjadi inflasi yang
cukup signifikan sebesar 12,14%. Selanjutnya pada kuartal 1: 2009 inflasi
menurun yaitu sebesar 7,92%. Setelah itu inflasi tahun demi tahun
mengalami fluktuasi hingga akhir tahun 2015 menjadi 3,35%.
3. Pendapatan Ijarah
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, manusia dapat
membeli atau melakukan barter untuk memperoleh aset yang dibutuhkan.
Selain itu manusia juga dapat menyewa aset yang diperlukan, untuk dapat
menggunakan atau mengambil manfaat dari aset yang disewanya. Akad
sewa-menyewa seperti ini merupakan salah satu contoh dari akad Ijarah.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau
jasa sementara hak kepemilikan aset tetap pada pemberi sewa. Sebaliknya
penyewa atau pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau
upah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan
kembali pada pihak lain boleh dilakukan baik dengan harga sama, lebih
tinggi atau lebih rendah asalkan pemberi sewa mengizinkannya. Namun
bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya adalah kedua
akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa
pertama ke penyewa berikutnya yang tidak lain memberi sewa sendiri)
harus tunai.
108
Grafik 4.3
Grafik Pendapatan Ijarah
Sumber: Data diolah
Berdasarkan grafik diatas, pendapatan ijarah pegadaian mengalami
kenaikan setiap tahunnya, tapi pada tahun 2012 kuartal 1 mengalami
penurunan sebesar 6,4 Trilyun dibandingkan tahun sebelumnya 2011
kuartal 4 yakni sebesar 6,6 Trilyun, angka tersebut terus menerus
mengalami penurunan disepanjang tahun 2012. Pada awal tahun 2013
kuartal 1 sampai akhir tahun 2015 kuartal 4 terus menerus mengalami
peningkatan.
-
2.000.000.000.000
4.000.000.000.000
6.000.000.000.000
8.000.000.000.000
10.000.000.000.000
12.000.000.000.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4
109
4. Nilai Tukar
Nilai tukar uang selalu berubah-ubah, sistem nilai tukar mata uang
bebas-apung merupakan nilai tukar yang dibolehkan untuk berbeda
terhadap yang lain dan mata uang ditentukan berdasarkan kekuatan-
kekuatan pasar atas dari penawaran dan permintaan nilai tukar mata uang
akan cenderung berubah.
Nilai tukar hampir selalu dikutip pada papan pasar keuangan, terutama
oleh bank-bank di seluruh dunia sedangkan dalam penggunaan sistem
pasak nilai tukar mata uang atau merupakan nilai tukar tetap dengan
ketentuan berlakunya devaluasi dari nilai mata uang berdasarkan sistem
Bretton Woods.
Grafik 4.4
Grafik Nilai Tukar
Sumber: Data diolah
0,00
2.000,00
4.000,00
6.000,00
8.000,00
10.000,00
12.000,00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4
110
Berdasarkan grafik diatas, nilai tukar rupiah cenderung mengalami
fluktuasi tahun demi tahun. Pada kuartal 1 tahun 2007 hungga kuartal 4
tahun 2014 terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Selanjutnya pada awal tahun 2015 nilai tukar mengalami penurunan
dibandingan tahun sebelumnya yakni sebesar 10.117,95 pada kuartal 4
tahun 2015.
5. Harga Emas
Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi penjualan emas.
Diantaranya adalah minat masyarakat sendiri dalam membeli emas.
Termasuk dari tren pergerakan harga emas yang bisa membuat masyarakat
menunggu waktu yang tepat dalam membelanjakan uangnya. Sementara
itu, perseroan juga berencana mengembangkan produk berbasis emas.
Sehingga bisa melengkapi produk yang sudah ada saat ini.
Salah satunya adalah mengembangkan produk tabungan emas yang
sudah dijalankan oleh Pegadaian. Perseroan berencana untuk
mengembangkan produk tabungan emas, sehingga emas yang telah
ditabung oleh nasabah tersebut kemudian bisa digadaikan.
111
Grafik 4.5
Grafik Harga Emas
Sumber: Data diolah
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa harga emas selama beberapa
tahun cenderung stabil mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 2013 harga
emas mengalami penurunan di angka 406.889 pada kuartal ke 3. Selanjutnya
pada tahun 2014 dan 2015 mengalami kenaikan dan tetap stabil.
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4
112
C. Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini akan dipaparkan tentang pemodelan Kredit Rahn
Pegadaian Syariah di Indonesia. Analisis pemodelan Kredit Rahn ini yakni
memasukkan elemen makro ekonomi yaitu Inflasi dan Nilai Tukar serta
produk Pegadaian Syariah yaitu Pandapatan Ijarah dan Harga Emas. Hasil dan
analisis data uji yang sudah dilakukan, yakni :
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mrlihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
nilai residual yang terdistribusi normal.
Grafik 4.6
Grafik P Plot Uji Normalitas
S
u
m
b
e
r
Sumber : data diola
113
Grafik 4.7
Grafik Histogram Uji Normalitas
Sumber: Data diolah
Uji Asumsi Klasik normalitas digunakan untuk menguji data
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi
yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau tidak. Persama regresi
dikataan baik jika memenuhi data variabel bebas dan variabel terikat
berdistribusi mendekati normal atau tidak sama sekali.
Pada grafik 4.6 dan grafik 4.7 menggambarkan distribusi dari
X dan Y. Jika titik-titik distribusi berada sekitar garis diagonal dan
pada grafik 4.7 distribusi frekuensi berbentuk lonceng sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi data X dan Y terdistribusi
normal. Selain itu selain menggunakan grafik diatas terdapat metode
klomogorov-smirnov untuk melihat apakah data terdistribusi normal.
114
Tabel 4.1
Tabel Uji Klomogorov Smirnov
Sumber: Data diolah
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tingkal signifikansi berada
diatas 0,05 hal ini menandakan bahwa data tersebut beristribusi
normal, maka penelitian ini sudah memenuhi syarat untuk pengujian
tahap selanjutnya.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujan menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Model
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 164718,846373
72
Most Extreme Differences Absolute ,123
Positive ,123
Negative -,090
Test Statistic ,123
Asymp. Sig. (2-tailed) ,189c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
115
regresi yang baik adalah regresi yang yang bebas dari autokorelasi.
Pendeteksian penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin — Watson (DW test), dengan melihat nilai
Durbin-Watson yang akan dibandingkan dengan uji d tabel. Dengan
hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Hasil pengujian Autokorelasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Autokorelasi
Sumber : Data diola
Uji Normalitas bertujuan untuk mrlihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Dari tabel 4.2 diatas
menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,875 sedangkan
nilai d tabel dengan n=36 dan k=4 menggunakan nilai signifikansi 5%
didalam nilai dl= 1,2358 dan du= 1,7245 .
Karena nilai DW 1,875 lebih besar dari batas atas (du) yakni 1,7245
maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak H0 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada penelitian ini.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .990a .979 .977 .14982 1.875
a. Predictors: (Constant), Harga_emas, Inflasi, Nilai_tukar, Pendapatan_ijarah
b. Dependent Variable: Rahn
116
c. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untujk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, jika
terjadi maka dinamakan multikolonieritas. Model regresi yang baik
seharusnya bebas multokolonieritas atau tidak terjadi korelasi antara
variabel independen. Hasil pengolahan pengujian autokorelasi antar
variabel bebas tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Tabel Uji Mulltikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Inflasi ,681 1,468
P_Ijarah ,121 8,276
Nilai_Tukar ,201 4,969
Harga_Emas ,105 9,491
a. Dependent Variable: Rahn
Sumber: Data diolah
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil perhitungn tolerance
menunjukkan tidak ada variabel independen yang kurang dari 0,10
(Tol>0,10) yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang
nilainya lebih dari 95%. Dilihat dari nilai VIF menunjukkan bahwa tidak
ada variabel independen yang nilainya lebih dari 10 (VIF<10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa didalam penelitian ini tidak terdapat multikolonieritas
antar variabel independen.
117
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Oleh karena itu untuk dapat mengetahui apakah terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi ini, maka digunakan uji grafik
plot. Dengan dasar analisis sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka hal ini dapat
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas
Grafik 4.8
Uji Heteroskedastisitas
Sumber :Data diolah
118
Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
(random) serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi (Ghozali, 2006: 27), sehingga model regresi layak dipakai
dalam penelitian ini.
e. Uji Hipotesis
Penelitian ini mengajukan 4 hipotesis penelitian. Uji hipotesis
dilakukan dengan analisis linier berganda yang terdiri dari pengujian F
(Simultan) dan t (Parsial) dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.
Tabel 4.4
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -20,563 2,733 -7,525 ,000
Inflasi ,097 ,083 ,037 1,165 ,253
P_Ijarah ,915 ,162 ,470 5,639 ,000
Nilai_Tukar ,630 ,468 ,076 1,346 ,188
Harga_Emas 1,331 ,247 ,476 5,392 ,000
a. Dependent Variable: Rahn
Sumber: Data diolah
119
Hasil analisis regresi pada penelitian ini, diperoleh model persamaan
sebagai berikut :
1) Hipotesis 1
Pengaruh Variabel Inflasi Terhadap Variabel Rahn
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel inflasi terhadap variabel rahn
secara parsial
Ha: Terdapat pengaruh antara variabel inflasi terhadap variabel rahn secara
parsial
Hasil uji hipotesis pertama yang dilakukan dengan uji t secara
parsial diperoleh t hitung sebesar 1,165 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,253. Dengan melihat bahwa probabilition value berada diatas 5%, maka
H0 diterima dan Ha ditolak, yang menunjukkan bahwa paparan tersebut
membuktikan tidak adanya pengaruh inflasi terhadap penyaluran
pembiayaan rahn. Serta dapat diambil kesimpulan bahwa inflasi yang
terjadi diindonesia tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran
pembiayaan syariah yang terdapat dipegadaian syariah.
2) Hipotesis 2
Pengaruh Variabel Pendapatan Ijarah Terhadap Variabel Rahn
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel pendapatan ijarah terhadap
variabel rahn secara parsial
Y = -20,563 + 0,097X1 + 0,915X2 + 0,630X3 + 1,331X4 + e
120
Ha: Terdapat pengaruh antara variabel pendapatan ijarah terhadap variabel
rahn secara parsial
Hasil uji hipotesis kedua yang dilakukan dengan uji t secara parsial
diperoleh nilai t hitung sebesar 5,639 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa t hitung :
5,639 lebih besar dibandingkan dengan t tabel : 1,69552 dengan tingkat
signifikansi dibawah 0,05 menandakan bahwa variabel pendapatan ijarah
mempunyai pengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan. Besarnya
pendapatan ijarah yang didapatkan oleh pihak pegadaian syariah akan
meningkatkan jumlah penyaluran pembiayaan.
3) Hipotesis 3
Pengaruh Variabel Nilai Tukar Terhadap Variabel Rahn
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel nilai tukar terhadap variabel
rahn secara parsial
Ha: Terdapat pengaruh antara variabel nilai tukar terhadap variabel rahn
secara parsial
Hasil uji hipotesis ketiga yang dilakukan dengan uji t secara parsial
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,346 dengan tingkat signifikansi 0,188.
Berdasarkan data diatas dapai diambil kesimpulan bahwa t hitung : 1,346
lebih besar dibandingkan dengan t tabel: 1,69552 dengan tingkat
signifikansi diatas 0,05 menandakan bahwa variabel nilai tukar tidak
mempunyai pengaruh terhadap penyaluran pembiayaan rahn.
121
4) Hipotesis 4
Pengaruh Variabel Harga Emas Terhadap Variabel Rahn
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel harga emas terhadap variabel
rahn secara parsial
Ha: Terdapat pengaruh antara variabel harga emas terhadap variabel rahn
secara parsial
Hasil uji analisis keempat yang dilakukan dengan uji t secara
parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 5,392 dengan tingkat signifikansi
0,000. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa t hitung
:5,392 lebih besar dibandingkan t tabel : 1,69552 dengan tingkat
signifikansi dibawah 0,005 menandakan bahwa variabel harga emas
mempunyai pengaruhi positif terhadap penyaluran pembiayaan rahn.
Kestabilan harga emas memberikan peluang atau dampak yang cukup baik
terhadap total penyluran pembiayaan rahn yang diberikan.
5) Hipotesis 5 / Uji F (Simultan)
Pengaruh Variabel Inflasi, Ijarah, Nilai Tukar dan Harga Mas Secara
Simultan Terhadap Variabel Rahn
Uji F atau Simultan bertujuan untuk melihat apakah terdapat
pengaruh secara bersama - sama variabel bebas terhadap variabel terikat
yang hendak diteliti. Hasil dari pengujian secara simulkan dapat dijelaskan
pada tabel dibawah ini :
122
Tabel 4.5
Tabel Uji F (Simultan)
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai f hitung sebesar
362,499 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa
dengan tingkat signifikansi berada dibawah 0,05 berarti secara bersama sama
variabel inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar dan harga emas secara simultan
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan rahn.
Pembahasan/Interpretasi Hasil Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari inflasi (X1), pendapatan
ijarah (X2), harga emas (X3), nilai tukar (X4) secara bersama-sama terhadap
penyaluran pembiayaan rahn (Y).
1. Pengaruh Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar dan Harga Emas
secara bersama-sama terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn.
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 33,115 4 8,279 362,499 ,000
b
Residual ,708 31 ,023
Total 33,823 35
a. Dependent Variable: VAR00005
b. Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00001, VAR00003, VAR00002
123
Berdasarkan analisis regresi diperoleh persamaan garis Y = -20,563 +
0,097X1 + 0,915X2 + 0,630X3 + 1,331X4 + e. Nilai konstanta sebesar -
20.563 dan nilai koefisien sebesar 0,097, 0,915, 0,630 dan 1,331
menunjukkan terdapat pengaruh dari variabel bebas X1 (inflasi), X2
(pendapatan ijarah), X3 (nilai tukar) dan X4 (harga emas) secara bersama-
sama terhadap variabel terikat Y (penyalurah pembiayaan rahn).
Dari pengajuan hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikasi (Sig) adalah
0,000 dan Fhitung = 362,499 sedangkan Ftabel = 2,68. Karena nilai Sig lebih
kecil dari 0,05 dan Fhitung lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak dan H1
diterima, yang berarti terdapat pengaruh variabel bebas X1 (inflasi), X2
(pendapatan ijarah), X3 (nilai tukar) dan X4 (harga emas) secara bersama-
sama terhadap variabel terikat Y (penyalurah pembiayaan rahn). Setelah
dilakukan pengujian linieritas garis regresi dengan menggunakan program
SPSS vesion 22.0 for Windows diperoleh bahwa garis regrasi tersebut
terbukti linier. Dari pengujian signifikansi koefisien regresi yang juga
dilakukan dengan program yang sama diperoleh bahwa koefisien regresi
tersebut juga signifikan, yang berarti benar bahwa terdapat pengaruh yang
positif dari variabel bebas X1 (inflasi), X2 (pendapatan ijarah), X3 (nilai
tukar) dan X4 (harga emas) secara bersama-sama terhadap variabel terikat
Y (penyalurah kredit rahn).
Tejo Pamungkas (2010), dimana didapat kesimpulan bahwa harga
emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit atau
omzet Pegadaian di seluruh Indonesia. Nilai harga emas memiliki
124
kecenderungan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan dominasi
emas yang sangat tinggi terhadap industri gadai dan penyesuaian nilai
taksiran yang diberlakukan telah disesuaikan dengan kenaikan harga emas,
menjadikan masyarakat lebih memilih alternatif gadai, dibandingkan
dengan jika harus menjual perhiasan yang dimiliki.
2. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn.
Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)
adalah 0,253 dan thitung = 1,165 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig
> 0,05 dan thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
tidak terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X1 (Inflasi) terhadap
variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).
Hal tersebut dikarenakan ketika mengajukan pembiayaan, nasabah
tidak memperhatikan besar kecilnya tingkat inflasi. Nasabah lebih berpikir
untuk memenuhi kebutuhan mereka ketika mengajukan pembiayaan.
Kenaikan tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh secara signifikan
akan pandangan kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk untuk
menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum Pegadaian. Selain itu,
adanya inflasi atau tidak adanya inflasi tidak menjadikan suatu
pertimbangan bagi seseorang untuk menggunakan jasa kredit Perum
Pegadaian (Febrian, 2015).
Hal ini disebabkan karena pengguna kredit Perum Pegadaian pada
umumnya berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah yang
memerlukan dana cepat. Di mana pinjaman tersebut umumnya digunakan
125
untuk keperluan yang sifatnya mendadak (Febrian, 2015). Penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Dahlan (2015), yang
menunjukkan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran
pembiayaan.
3. Pengaruh Pendapatan Ijarah Terhadap Penyaluran Pembiayaan
Rahn.
Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)
adalah 0,000 dan thitung = 5,639 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig
< 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X2 (Pendapatan Ijarah)
terhadap variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).
Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan pendapatan ijarah
dapat mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian
syariah di Indonesia. Kenaikan pendapatan ijarah dapat meningkatkan
penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia.
Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
Purnomo (2009), yang menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.
4. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Penyaluran Pembiayaan
Rahn.
Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)
adalah 0,188 dan thitung = 1,346 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig
> 0,05 dan thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
126
tidak terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X3 (Nilai Tukar
Rupiah) terhadap variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).
Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan nilai tukar tidak dapat
mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di
Indonesia. Kenaikan nilai tukar tidak dapat meningkatkan penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia. Karena
masyarakat tidak melihat nilai rupiah ketika sedang membutuhkan dana
untuk keperluannya.
Sadono Sukirno (2006), kurs valuta asing atau kurs mata uang
asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan
dalam nilai mata uang negara lain. Jadi kenaikan atau penurunan nilai
tukar hanya menunjukan kurs mata uang.
5. Pengaruh Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn.
Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)
adalah 0,000 dan thitung = 5,392 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig
< 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X4 (Harga Emas) terhadap
variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).
Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat
mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di
Indonesia. Kenaikan harga emas dapat meningkatkan penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia.
127
Sebaliknya, penurunan harga emas dapat menurunkan penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia. Penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Aziz (2013), yang
menunjukkan bahwa harga emas berpengaruh terhadap penyaluran
pembiyaan.
128
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh inflasi, pendapatan ijarah,
nilai tukar, dan harga emas terhadap penyaluran pembiayaan Rahn (Studi pada
Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2007-2015), dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel penyaluran
pembiayaan (Rahn). Kenaikan harga barang maupun jasa yang terjadi di
Indonesia tidak berdampak terhadap penyaluran pembiayaan (Rahn) di
sektor perbankan syariah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Arifin Aziz, (2013).
2. Variabel Pendapatan Ijarah berpengaruh positif terhadap variabel
penyaluran pembiayaan (Rahn). Besarnya pendapatan ijarah yang
didapatkan oleh pihak pegadaian syariah akan meningkatkan jumlah
penyaluran pembiayaan. Semakin banyak pendapatan sewa yang
didapatkan perusahaan maka hal tersebut memberikan dorongan
pendapatan dan kemampuan perusahaan dalam memberikan penyaluran
pembiayaan (Rahn) kepada para kostumer. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ade Purnomo, (2008).
3. Variabel Nilai Tukar tidak berpengaruh terhadap variabel penyaluran
pembiayaan (Rahn). Fluktuasi nilai kurs yang terjadi di Indonesia tidak
129
berpengaruh terhadap jumlah penyaluran pembiayaan (Rahn) yang
diberikan kepara para kostumer. Hal ini menandakan bahwa penyaluran
pembiayaan tidak ada kaitannya dengan naik turunnya tingkat suku bunga.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vika Anggun,
(2016).
4. Variabel harga emas berpengaruh positif terhadap variabel penyaluran
pembiayaan (Rahn). Fluktuasi harga emas dunia memberikan dampak
terhadap jumlah penyaluran pembiayaan (Rahn) yang diberikan. Naiknya
harga emas dunia memberikan atau menyebabkan tambahan keuntungan
bagi perusahaan yakni dari sisi pendapatan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arifin Aziz, (2013).
5. Berdasarkan pengujian secara simultan keempat variabel independen
inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar, dan harga emas berpengaruh
terhadap variabel dependen penyaluran pembiayaan (Rahn).
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya terbatas pada data laporan keuangan kuartal pegadaian
syariah di Indonesia tahun 2007-2015.
2. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan dari tahun 2007-
2015.
3. Penelitian ini hanya mengambil 36 sampel dengan periode pengamatan
tahun 2007-2015.
130
C. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang penulis ajukan kepada
pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan pegadaian syariah di Indonesia dapat memperhatikan
pendapatan pegadaian syariah karena variabel pendapatan pegadaian
syariah lebih dominan dalam mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn
pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2007-2015.
2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan dan
memperpanjang periode penelitian serta dapat menggunakan variabel-
variabel yang mungkin mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn
sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan pada lembaga non
perbankan yang berbeda.
131
DAFTAR PUSTAKA
Abi Suja’. Tanpa tahun. Attadhib, Surabaya: Syirkah Bungkul Indah
Abi, Anwar, Muhammad. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Harga
Emas di Indonesia dengan Error Correction Model Periode 1999.1 –
2007.6”, Tesis FEUI, Depok, 2008.
Purnomo, Ade. 2009. “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, dan
Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008”. Jurnal Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Aziz, Mukhlish Arifin. 2013. “Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah
Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan
C (Studi pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo)”. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Sariasih, Ni Wayan dan Dewi, Made Rusmala. 2013. “Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, Non Performing Loan dan Inflasi terhadap Kredit yang disalurkan
oleh LPD Kabupaten Badung Periode Tahun 2008-2012”. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana, Bali.
Widiarti, Titi dan Sinarti. 2013. “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah dan
Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Cabang
Batam Periode 2008-2012”. Jurnal Jurusan Managemen Politeknik Negeri
Batam.
Dondo, Wahyuningsih. 2013. “Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat
Inflasi terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum di
Indonesia”. Jurnal Fsakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi.
Abdul Syukor, Syadiyah dan Hisyam Sabri. 2013. “Customer Satifaction Toward
Islamic Pawnbroking (Ar-Rahnu): Antecedents and Consequences”. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Muamalat. Universitas Sains Islam Malaysia.
Yigit, Taner M. 2013. “Effect of Inflation Uncertainty On Credit Market: A
Disequilibrium Approach”. Jurnal Internasional. St. Louis University.
Ahmad bin Husain. Tanpa tahun. Fathul Qorib Majid, Semarang,: Toha Putra
Ajija R, Shochrul dan Dyah W. Sri, dkk. 2011. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”.
Salemba Empat.
Ali Hasan, M. 2002. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Anshari, Abdul Ghofur. 2006. Gadai syariah di Indonesia : konsep, Implementasi
dan Institusionalisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
132
Arthesa, Ade dan Handiman, Edia. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank. Jakarta. PT Indeks Kelompok Gramedia.
Burhanuddin, S. 2010. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. cetakan
pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Chatamarrasid. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cetakan ke-4.
Jakarta: Kencana
Dipraja, Sholeh. 2011. “Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede”.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam
“Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”, (DSN-MUI, BI, 2003)
Frianto Pandia.2005. Lembaga Keuangan, Jakarta: Rineka Cipta.
Ghufron A, Mas’adi. 2002. Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Ghufron, Sofiniyah. 2007. Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syari’ah.
Jakarta: Renaisan.
Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh Mumalah. Cetakan Pertama. Jakarta: Gaya Media
Pratama
Hasan. 2003. Pegadaian. Jakarta: Akbar Media Suara.
Kasmir. 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
M. Firdaus NH, dkk. 2005. Mengatasi masalah dengan pegadaian syariah.
Jakarta: Renaisan
Mu’tha, Abi Abdul. tanpa tahun. Nihayatuzzain. Semarang: Toha Putra
Ramadlan, Abu. 1990. Terjemah Fathul Qorib. Surabaya: Mahkota.
Rodoni, Ahmad. 2004. Lembaga Keuangan Syariah. Cetakan pertama. jakarta:
Zikrul hakim.
Rusyd, Ibnu. Tanpa tahun. Bidayah Al-Mujtahid. jilid ll. Semarang: Toha Putra
Sabiq, Sayyid. 1996. Fiqh Sunnah. Terjemahan. Bandung: Pustaka.
Saleh Al Fauzan. 2006. Fiqih Sehari-Hari, Jakarta: Gema Insani
Sholikul Hadi dan Muhammad. 2003. Pegadaian Syariah. Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Diniyah
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana.
133
Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam. Cetakan
Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Susilo, Y. Sri, dkk. 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat.
Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta:
Gema Insani Press.
Syafi’I, Rahmat. 2004. Fiqh Muamalah , Bandung: CV Pustaka Setia.
Tanuwidjaja, William. 2009. “Cara Cerdas Investasi Emas”. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Taqiyyuddin, Abu Bakar Al-Husaini. tanpa tahun. Kifayatul Ahyar Fii Halli
Ghayati Al-Ikhtisar. Semarang: Maktabah Alawiyyah
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. 2001. Pengantar Fiqih Muamalah,
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Undang-Undang Republik Indonesia. 1998. UU RI Nomor 10 Tahun 1998
Perbankan. Jakarta.
Usman, Marzuki. 1995. Managemen Lembaga Keuangan. Jakarta: CV.
Intermedia.
134
LAMPIRAN
135
Lampiran 1
DATA PENELITIAN
TAHUN INFLASI PENDAPATAN IJARAH NILAI TUKAR HARGA EMAS RAHN
2007 Q1 6,52 2.018.202.515.281 7.402,68 184.883 684.329.250.000
2007 Q2 5,77 2.135.827.742.126 7.715,04 191.559 777.571.500.000
2007 Q3 6,95 2.175.036.117.742 8.100,32 198.236 870.813.750.000
2007 Q4 6,59 2.253.452.868.972 8.271,39 204.913 964.056.000.000
2008 Q1 8,17 2.422.738.225.574 8.493,24 221.267 1.126.422.000.000
2008 Q2 11,03 2.592.023.582.177 8.924,26 237.621 1.288.788.000.000
2008 Q3 12,14 2.761.308.938.779 7.884,01 253.975 1.451.154.000.000
2008 Q4 11,06 2.930.594.295.381 7.595,65 170.329 1.613.520.000.000
2009 Q1 7,92 3.202.221.509.668 7.990,71 284.151 1.882.525.250.000
2009 Q2 3,65 3.473.848.723.955 8.333,84 297.973 2.151.530.500.000
2009 Q3 2,83 3.745.475.938.241 8.552,76 311.795 2.420.535.750.000
2009 Q4 2,78 4.017.103.152.528 8.474,90 325.616 2.689.541.000.000
2010 Q1 3,43 4.357.400.591.043 8.388,73 332.884 3.135.439.500.000
2010 Q2 5,05 4.697.698.029.557 7.769,75 340.151 3.581.338.000.000
2010 Q3 5,80 5.037.995.468.072 8.674,82 347.418 4.027.236.500.000
2010 Q4 6,96 5.378.292.906.586 9.190,52 354.654 4.473.135.000.000
2011 Q1 6,65 5.683.951.671.561 9.047,10 380.300 5.310.501.000.000
2011 Q2 5,54 5.989.610.436.536 9.270,72 405.914 6.147.867.000.000
2011 Q3 4,61 6.295.269.201.511 8.657,74 431.528 6.985.233.000.000
2011 Q4 3,79 6.600.927.966.486 9.250,61 457.143 7.822.599.000.000
2012 Q1 3,97 6.408.964.644.784 9.607,96 473.089 8.647.550.500.000
2012 Q2 4,53 6.217.001.323.082 9.572,73 489.035 9.472.502.000.000
2012 Q3 4,31 6.025.038.001.379 10.089,86 504.981 10.297.453.500.000
2012 Q4 4,30 5.833.074.679.677 10.077,57 520.927 11.122.405.000.000
2013 Q1 5,90 6.340.997.790.608 10.183,14 504.636 11.225.667.250.000
2013 Q2 5,90 6.848.920.901.540 9.231,57 488.345 11.328.929.500.000
2013 Q3 8,40 7.356.844.012.471 10.854,03 406.889 11.432.191.750.000
2013 Q4 8,38 7.864.767.123.402 10.934,35 455.762 11.535.454.000.000
2014 Q1 7,32 8.367.090.565.242 10.649,56 472.112 11.575.372.000.000
2014 Q2 6,70 8.609.945.579.957 11.321,69 504.603 11.621.568.000.000
2014 Q3 4,53 8.809.458.426.909 10.710,65 474.409 11.713.789.000.000
2014 Q4 8,36 9.356.756.808.131 10.271,64 474.827 11.722.736.000.000
2015 Q1 6,38 9.578.725.809.717 10.056,36 499.114 11.978.966.000.000
2015 Q2 7,26 9.841.121.567.132 10.271,67 504.030 12.216.767.000.000
2015 Q3 6,83 9.761.478.946.561 10.322,78 525.708 12.346.801.500.000
2015 Q4 3,35 10.212.486.786.496 10.117,95 470.619 12.467.751.000.000
136
Lampiran 2
a. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 164718,846373
72
Most Extreme Differences Absolute ,123
Positive ,123
Negative -,090
Test Statistic ,123
Asymp. Sig. (2-tailed) ,189c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 164718,846373
72
Most Extreme Differences Absolute ,123
Positive ,123
Negative -,090
Test Statistic ,123
Asymp. Sig. (2-tailed) ,189c
a. Test distribution is Normal.
137
2. Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Inflasi ,681 1,468
P_Ijarah ,121 8,276
Nilai_Tukar ,201 4,969
Harga_Emas ,105 9,491
a. Dependent Variable: Rahn
3. Uji Autokorelasi
4. U
j
i
H
eteroskedastisitas
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .990a .979 .977 .14982 1.875
a. Predictors: (Constant), Harga_emas, Inflasi, Nilai_tukar, Pendapatan_ijarah
b. Dependent Variable: Rahn
138
b. Uji Hipotesis
1. Uji t (Parsial)
2. UJi Simultan (Uji F)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -20,563 2,733 -7,525 ,000
Inflasi ,097 ,083 ,037 1,165 ,253
P_Ijarah ,915 ,162 ,470 5,639 ,000
Nilai_Tukar ,630 ,468 ,076 1,346 ,188
Harga_Emas 1,331 ,247 ,476 5,392 ,000
a. Dependent Variable: Rahn
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 33,115 4 8,279 362,499 ,000b
139
Residual ,708 31 ,023
Total 33,823 35
a. Dependent Variable: VAR00005
b. Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00001, VAR00003, VAR00002