ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN VARIABEL MAKRO...

147
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN VARIABEL MAKRO TERHADAP PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI PERIODE 2016-2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh SHINDITA APRILIANI NIRMALASARI NIM 63010 16 0442 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

Transcript of ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN VARIABEL MAKRO...

  • ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN

    VARIABEL MAKRO TERHADAP PREDIKSI

    FINANCIAL DISTRESS PADA BANK SYARIAH DAN

    BANK KONVENSIONAL DENGAN METODE

    ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI PERIODE 2016-2019

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh

    SHINDITA APRILIANI NIRMALASARI

    NIM 63010 16 0442

    PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN

    VARIABEL MAKRO TERHADAP PREDIKSI

    FINANCIAL DISTRESS PADA BANK SYARIAH DAN

    BANK KONVENSIONAL DENGAN METODE

    ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI PERIODE 2016-2019

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh

    SHINDITA APRILIANI NIRMALASARI

    NIM 63010 16 0442

    PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    TERUS BELAJAR DAN BERKEMBANG, TAKE YOUR RISK.

    PERSEMBAHAN

    Teruntuk Orang tuaku, Bapak Nardi dan Ibu Warsi.

    Kedua adikku, Naufaldi Berkah Ramadhan dan Fauzan Kholis Murtadho.

    Keluarga besar Somoradi dan Bero Martono.

    Para dosen IAIN Salatiga terkhusus Dosen FEBI, seluruh karyawan dan civitas

    akademika IAIN Salatiga, para kyai dan guru/ ustadz.

    Sahabat-sahabat di Rayon Ekonomi dan Bisnis Islam, Komisariat Djoko Tingkir

    dan seluruh PMII Kota Salatiga,

    Rekan-rekanita IPNU IPPNU Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang dan

    Jawa Tengah,

    Kawan-kawan bravo Kopma Fatawa IAIN Salatiga dan Kopma seluruh Indonesia,

    Keluarga GenBI Korkom Semarang, GenBI Komisariat Salatiga dan GenBI

    Nasional,

    DEMA FEBI, DPD KNPI Kab. Semarang, Karang Taruna Dusun Manggung

    dan sahabat baikku yang turut membantu dalam proses perjalanan skripsi dan

    wisuda di tahun 2020.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

    Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

    salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. Penyusunan skripsi ini

    dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar

    Sarjana Ekonomi di Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.

    Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

    dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,

    penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

    1. Kedua orang tua, Bapak Nardi dan Ibu Warsi yang telah memberikan

    dukungan dan do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

    2. Segenap keluarga dan teman yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

    3. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Islam dan Bapak Ari Setiawan, MM. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    4. Ibu Nila Saadati, M.E.I selaku dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia

    membimbing dalam penyusunan skripsi dan seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

    selama masa perkuliahan.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dikarenakan

    terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

    penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari

    berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

    dalam bidang perbankan syariah.

    Salatiga, Juni 2020

    Penulis

  • vi

    ABSTRAK

    Nirmalasari, Apriliani Shindita. 2020. Pengaruh Rasio Keuangan dan Variabel

    Makro terhadap Prediksi Financial Distress pada Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan Metode Altman Z-Score Periode 2016-2019. Skripsi,

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Nila Saadati, M.E.I.

    Tujuan dari penelitian ini untuk memprediksi tingkat financial distress bank

    syariah dan bank konvensional sehingga nantinya dapat digunakan sebagai early warning

    signal dan dapat memperbaiki kinerja agar terhindar dari risiko kebangkrutan. Pada

    penelitian ini menggunakan data sekunder dengan periode tahun 2016-2019. Objek

    penelitian ini berupa 4 bank umum syariah dan 4 bank umum konvensional. Sedangkan

    analisis data yang digunakan menggunakan Altman Z-Score Modifikasi.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada bank syariah terdapat 40 data pada

    grey zone dan bank konvensional terdapat 50 data pada grey zone dengan total 60 data

    pada masing-masing bank dan sisanya pada posisi distress zone yang mengindikasikan

    mengalami financial distress. Pada bank syariah inflasi, nilai tukar, suku bunga, NPF,

    ROE, dan BOPO tidak berpengaruh signifikan. Hanya variabel ROA yang berpengaruh

    signifikan terhadap financial distress. Sedangkan pada bank konvensional inflasi, suku

    bunga, dan NPL tidak berpengaruh signifikan. Variabel nilai tukar, ROE, ROA, dan

    BOPO berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Kemampuan variabel-variabel

    independen terhadap financial distress dalam penelitian ini sebesar 54% pada bank

    syariah dan 77% pada bank konvensional.

    Kata Kunci: Rasio Keuangan, Makroekonomi, Financial Distress, Altman Z-Score,

    Bank

  • vii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

    ABSTRAK ............................................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

    D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 8

    E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 9

    BAB II ................................................................................................................... 11

    LANDASAN TEORI ............................................................................................ 11

    A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 11

    B. Kerangka Teori........................................................................................... 14

    1. Signaling Theory .................................................................................... 14

    2. Stabilitas Keuangan ................................................................................ 16

    3. Pertumbuhan Ekonomi dalam Islam ...................................................... 19

    4. Risiko dalam Pandangan Islam .............................................................. 21

    5. Konsep Umum Perbankan ...................................................................... 21

    6. Konsep Financial Distress ..................................................................... 22

    7. Variabel Makroekonomi ......................................................................... 24

    8. Rasio Keuangan ...................................................................................... 29

  • viii

    9. Laporan Keuangan ................................................................................. 33

    10. Model Altman Z-Score ....................................................................... 36

    C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 37

    D. Hipotesis ..................................................................................................... 37

    BAB III ................................................................................................................. 47

    METODE PENELITIAN ...................................................................................... 47

    A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 47

    B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 47

    C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 48

    D. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 49

    E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 53

    1. Uji Regresi Linear Berganda .................................................................. 53

    2. Uji Statistik ............................................................................................. 57

    BAB IV ................................................................................................................. 59

    ANALISIS DATA ................................................................................................ 59

    A. Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................... 59

    B. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 60

    C. Nilai Stabilitas Bank Konvensional dan Bank Syariah Tahun 2016-2019 64

    D. Nilai Z-Score Altman Modifikasi .............................................................. 65

    E. Pemilihan Model Regresi Data Panel ........................................................ 67

    F. Regresi Data Panel ..................................................................................... 70

    G. Koefisien Determinasi ................................................................................ 76

    H. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ................................................... 77

    I. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ..................................................... 78

    J. Pembahasan ................................................................................................ 82

    BAB V ................................................................................................................... 99

  • ix

    PENUTUP ............................................................................................................. 99

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 99

    B. Saran ......................................................................................................... 103

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. i

    LAMPIRAN ........................................................................................................... ix

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................... 121

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2. 1 Research Gap ................................................................................................... 13

    Tabel 2. 2 Interpretasi Analisis Nilai Z-Score .................................................................. 36

    Tabel 3. 1 Daftar Bank Umum Penelitian ............................................................. 48

    Tabel 4. 1 Daftar Nama Perusahaan Perbankan .................................................... 59

    Tabel 4. 2 Tabel Klasifikasi Jumlah Observasi ..................................................... 59

    Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Penelitian Bank Syariah ........................................ 60

    Tabel 4. 4 Statistik Deskriptif Penelitian Bank Konvensional .............................. 62

    Tabel 4. 5 Tingkat Financial Distress Bank Syariah dan Bank Konvensional

    Periode Triwulan I Tahun 2016 hingga Triwulan III Tahun 2019........................ 66

    Tabel 4. 6 Hasil Regresi Data Panel pada Bank Syariah ...................................... 71

    Tabel 4. 7 Hasil Regresi Data Panel pada Bank Konvensional ............................ 73

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. 1 Data Kajian Stabilitas Keuangan Indonesia ....................................... 1

    Gambar 2. 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi SSK .......................................... 18

    Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 37

    ../../../SKRIPSI%20SHINDITA%20WISUDA%20SEMESTER%208/SKRIPSI%20BAB%201-5%20MINUS%20DAFPUS%20DAN%20LAMPIRAN%20LAINNYA.doc#_Toc40835821../../../SKRIPSI%20SHINDITA%20WISUDA%20SEMESTER%208/SKRIPSI%20BAB%201-5%20MINUS%20DAFPUS%20DAN%20LAMPIRAN%20LAINNYA.doc#_Toc40835834

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Data Penelitian .................................................................................... ix

    Lampiran 2 Hasil Regresi Bank Syariah .............................................................. xix

    Lampiran 3 Hasil Regresi Bank Konvensional ................................................... xxii

  • 1

    Gambar 1. 1 Data Kajian Stabilitas Keuangan Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Keberhasilan pada perusahaan untuk bersaing sangat ditentukan

    oleh kinerja perusahaan. Perusahaan yang tidak mampu untuk

    mempertahankan kinerja perusahaannya dalam bersaing lambat laun akan

    tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan.

    Oleh sebab itu, keberlangsungan hidup perusahaan agar tetap terjaga maka

    pihak manajemen harus dapat mempertahankan atau terlebih lagi dapat

    memacu kinerjanya.

    Investor dan kreditor sebagai pihak yang berada di luar perusahaan

    dituntut mengetahui perkembangan yang ada di dalam perusahaan untuk

    mengamankan investasi yang telah dilakukan. Ketidakmampuan membaca

    sinyal-sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam

    investasi yang telah dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut investor

    harus bisa mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan yang merupakan

    sinyal dari dalam perusahaan berupa indikator kesulitan keuangan.

    Berdasarkan total aset sistem keuangan, industri perbankan

    mendominasi sistem keuangan di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dalam

    komposisi aset lembaga keuangan di Indonesia pada berikut:

    Sumber : Bank Indonesia, Kajian Stabilitas Keuangan No. 30 Maret 2018

  • 2

    Terlihat pada gambar 1.1 bahwa industri perbankan saat ini cukup

    dominan dengan menguasai total aset 69,75% dari sistem keuangan di

    Indonesia. Melihat pada data, maka kondisi stabilitas sistem keuangan

    sangat dipengaruhi oleh kestabilan kesehatan sektor perbankan.

    Keterkaitan hal tersebut, terlihat pada fungsi intermediasi pada sistem

    perbankan. Jika fungsi intermediasi terganggu maka akan mengakibatkan

    alokasi dana perbankan untuk investasi dan pembiayaan sektor-sektor

    produktif dalam perekonomian menjadi sangat terbatas. Serta

    kemungkinan terjadi financial distress pada perbankan dapat terjadi.

    Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan

    mengalami penurunan kinerja secara terus menerus yang akibatnya

    mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya,

    sehingga perusahaan tersebut dapat dikatakan sedang mengalami

    kebangkrutan (Halim et al., 2016). Namun sebaliknya, sektor perbankan

    yang efektif dan efisien akan menjadi landasan implementasi kebijakan

    makro dan mobilitas modal asing. Jika kebijakan makro yang tepat lalu

    didukung oleh kuatnya stabilitas sektor perbankan maka akan

    meningkatkan kinerja perekonomian dan sistem keuangan dapat terjaga.

    Perbankan sebagai lembaga intermediasi harus lebih berhati-hati

    terutama pada penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan. Krisis

    keuangan tahun 2008 salah satunya dipicu oleh krisis kredit perumahan

    produk sekuritas dan bangkrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika

    Serikat yang ikut mempengaruhi perekonomian di Indonesia, salah

    satunya adalah sektor perbankan (Rahmaniah & Wibowo, 2015:3). Saat

    itu, bank-bank yang memiliki modal kecil dan tidak memiliki pasar pada

    akhirnya dilikuidasi, dibekukan atau di take over oleh pemerintah. Hal ini

    mengakibatkan tiga bank besar BUMN pada bulan Oktober 2008 yaitu

    Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia

    meminta bantuan kepada Bank Indonesia masing-masing sebesar Rp 5

    Triliun (Bank Indonesia, 2011).

  • 3

    Adanya beberapa kejadian tersebut membuat kondisi perbankan

    sebagai fokus utama dalam stabilitas sistem keuangan Indonesia. Stabilitas

    makro juga tida mungkin dapat diperoleh tanpa danya stabilitas sistem

    keuangan sehingga stabilitas sistem keuangan menjadi indikator terpenting

    dalam perekonomian suatu negara yang sustainable. Menurut peneliti

    Eksekutif Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan pada tahun

    2015, stabilitas keuangan dilihat dari dua hal. Pertama, tidak ada bank atau

    lembaga keuangan yang collapse dan dipertaruhkan kredibilitasnya oleh

    masyarakat luas. Kedua adalah pasar yang stabil. Hal itu sangat

    berpengaruh terhadap stabilitas makro dalam sebuah sistem perekonomian.

    Indonesia menganut dua sistem perbankan (dual banking system)

    terdiri dari perbankan syariah dan perbankan konvensional. Dalam

    pengoperasiannya, bank syariah menggunkaan syariat Islam (tidak

    mengandalkan sistem bunga atau interest free banking). Sedangkan

    pengoperasian bank konvensional sangat mengandalkan bunga. Meskipun

    dalam pengoperasiannya berbeda, baik bank konvensional maupun bank

    syariah berjalan bersama-sama bersinergi dalam memobilisasi sumber

    daya yang dimiliki masyarakat untuk meningkatkan perekonomian secara

    nasional.

    Begitu pentingnya peranan bank dalam perekonomian, sehingga

    perlu adanya suatu penilaian tingkat kesehatan bank. Kesehatan bank

    merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank. Penilaian kinerja bank

    dilakukan dengan mengevaluasi dan mengukur kinerja berdasarkan standar

    yang telah ditetapkan. Penurunan kinerja secara terus-menerus dapat

    menyebabkan terjadinya financial distress yaitu keadaan yang sangat sulit

    bahkan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan.

    Dalam mengantisipasi terjadinya masalah keuangan pada

    perbankan perlu adanya analisis mengenai risiko keuangan perbankan

    yang akan berguna bagi pihak lembaga perbankan. Menurut Tawfik &

    Osman Bilal (2020) penanganan sejak dini terhadap risiko sangat perlu

    dilakukan. Oleh sebab itu, selain mengukur potensi terjadinya

    kebangkrutan tersebut bank syariah harus mengetahui faktor-faktor apa

  • 4

    saja yang dapat mempengaruhi terjadinya kebangkrutan. Sehingga dapat

    mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya

    potensi kebangkrutan tersebut. Faktor penyebab kebangkrutan terbagi

    menjadi dua faktor, yaitu faktor eksternal meliputi kondisi ekonomi,

    politik, bencana alam serta faktor internal meliputi kinerja perusahaan,

    kebijakan perusahaan dan budaya perusahaan.

    Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:

    13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum dimana

    bank wajib melakukan self-assessment atas tingkat kesehatan bank.

    Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk melihat tingkat

    kesehatan bank dengan metode RGEC, yaitu profil risiko, Good Corporate

    Governance, rentabilitas, dan permodalan. Selain itu dengan metode

    CAMELS yang masih digunakan dengan indikator Capital, Asset Quality,

    Management, Earnings, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk. Rasio

    tersebut diantaranya ROA, ROE, NPL, CAR, LDR, BOPO, dan NIM.

    Apabila satu indikator tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

    oleh bank sentral, maka dapat menurunkan peringkat bank. Semakin

    menurun peringkat bank maka bank semakin mendekati financial distress.

    Telah cukup banyak penelitian yang terkait dengan prediksi

    financial distress maupun kebangkrutan bank. Salah satunya penelitian

    yang dilakukan oleh Noer (2018) menyatakan rasio CAR dan FDR

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio kebangkrutan.

    Penelitian lain yang dilakukan untuk memprediksi kondisi financial

    distress oleh Pratama (2016) penelitian ini bertujuan untuk menguji

    apakah rasio CAR, ROA, ROE, FDR dan BOPO dapat digunakan untuk

    memprediksi financial distress dalam Bank Umum Syariah di Indonesia

    periode 2013-2014. Hasilnya menunjukkan bahwa rasio CAR, ROA dan

    ROE mampu memprediksi financial distress. Berbeda dengan hasil

    penelitian Erni & Imron (2018) yang menguji apakah rasio keuangan

    (CAR, ROA, ROE, FDR, BOPO dan NIM) dapat memprediksi financial

    distress pada Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

  • 5

    Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, ROA, ROE, FDR, BOPO

    dan NIM tidak berpengaruh terhadap financial distress.

    Altman (1968) merupakan peneliti awal yang mengkaji

    pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi

    kebangkrutan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan oleh

    Altman yaitu working capital/ total assets, retained earnings/ total assets,

    earnings before interest and taxes/ total assets, market value equity/ book

    value of total debt dan sales/ total assets (Kurniawati & Kholis, 2016:5) .

    Rasio-rasio tersebut mencerminkan rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas

    perbankan dan leverage.

    Dengan adanya kombinasi dari rasio-rasio tersebut, maka model

    analisis ini akan sangat membantu juga dalam memprediksi potensi

    kebangkrutan yang mungkin dialami oleh sebuah perbankan. Penilaian

    potensi dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam

    perekonomian Indonesia, dalam industri perbankan, mengukur tingkat

    kesehatan dari bank itu sendiri dalam menjaga fungsi intermediasi serta

    untuk peringatan dini dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis

    perbankan atau perubahan ekonomi negara.

    Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2016:52) menunjukkan

    bahwa antara model Grover, Altman dan Springate terdapat perbedaan

    yang signifikan, namun hasilnya bisa digunakan untuk memprediksi

    kebangkrutan bank syariah di Indonesia. Sedangkan model Zmijweski

    tidak bisa digunakan. Adapun penelitian Aminah & Sanjaya (2013:9)

    menunjukkan bahwa model Altman Z-Score merupakan model yang

    sesuai dalam memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan perbankan

    Indonesia.

    Hal yang membedakan dari penelitian ini adalah sampel yang akan

    digunakan bukan hanya bank umum syariah, namun juga memasukkan

    bank konvensional sebagai sampel yang digunakan. Selain itu, dalam

    penelitian ini akan memasukkan variabel makroekonomi untuk melihat

    apakah variabel makro berpengaruh terhadap financial distress dengan

  • 6

    periode penelitian 2016-2019. Rasio keuangan yang digunakan adalah

    NPL/ NPF, ROA, ROE dan BOPO.

    Sementara itu, untuk variabel makroekonomi yang digunakan

    menyesuaikan dengan risiko pasar yang biasanya timbul akibat adanya

    perubahan variabel pasar seperti inflasi, suku bunga dan nilai tukar. Hal

    tersebut disesuaikan dengan tujuan kebijakan moneter Bank Sentral

    Republik Indonesia yang tercantum dalam UU No. 3 tahun 2010 pasal 7

    tentang Bank Indonesia dalam rangka menetapkan dan melaksanakan

    kebijakan moneter dengan memperhatikan laju inflasi. Selain itu dalam

    upaya untuk melakukan pengendalian moneter dapat menggunakan salah

    satu cara pada operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun

    valuta asing serta untuk mencapai sasaran harus memperhatikan suku

    bunga (BI Rate). Alasan lain dalam penggunaan variabel makroekonomi

    yaitu agar penelitian ini memiliki cakupan yang lebih luas dan tidak hanya

    terfokus pada rasio keuangan perbankan.

    Adapun penelitian ini mencoba untuk menganalisis financial

    distress sebagai peringatan dini untuk mengukur tingkat kesehatan

    keuangan perbankan sebagai early warning signal bagi bank umum

    syariah dan bank umum konvensional dengan variabel internal bank dan

    variabel makroekonomi. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penelitian

    ini ditulis dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan

    Variabel Makro terhadap Prediksi Financial Distress pada Bank

    Syariah dan Bank Konvensional dengan Metode Altman Z-Score

    Modifikasi Periode 2016-2019”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan

    masalah diantaranya:

    1. Bagaimana pengaruh antara nilai tukar terhadap financial distress

    (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia?

  • 7

    2. Bagaimana pengaruh antara suku bunga terhadap financial distress

    (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia?

    3. Bagaimana pengaruh antara inflasi terhadap financial distress (Altman

    Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia?

    4. Bagaimana pengaruh antara NPL/NPF terhadap financial distress

    (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia?

    5. Bagaimana pengaruh antara ROE terhadap financial distress (Altman

    Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia?

    6. Bagaimana pengaruh antara ROA terhadap financial distress (Altman

    Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia?

    7. Bagaimana pengaruh antara BOPO terhadap financial distress (Altman

    Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya:

    1. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap prediksi financial

    distress (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank

    konvensional di Indonesia.

    2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap prediksi financial

    distress (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank

    konvensional di Indonesia.

    3. Untuk mengetahui pengaruh NPL/NPF terhadap prediksi financial

    distress (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank

    konvensional di Indonesia.

    4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap prediksi financial distress

    (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia.

  • 8

    5. Untuk mengetahui pengaruh ROA terhadap prediksi financial distress

    (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia.

    6. Untuk mengetahui pengaruh ROE terhadap prediksi financial distress

    (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank konvensional di

    Indonesia.

    7. Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap prediksi financial

    distress (Altman Z-Score) pada bank umum syariah dan bank

    konvensional di Indonesia.

    D. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

    1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pola pikir,

    wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan variabel

    makroekonomi dan rasio keuangan perbankan dengan model Altman

    Z-Score dalam penggunaannya sebagai alat untuk memprediksi

    financial distress dan tingkat kesehatan perbankan di Indonesia.

    2. Bagi otoritas moneter, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

    sebagai informasi maupun bahan pertimbangan dalam mengambil

    kebijakan dan langkah-langkah antisipasi dalam menjaga

    perekonomian di Indonesia agar tetap stabil.

    3. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    manfaat kepada pihak bank dan manajemen, khususnya dalam

    memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya financial

    distress pada perusahaan perbankan di waktu yang akan datang. Agar

    selanjutnya, dapat diambil langkah-langkah strategis untuk

    mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan serta segera

    melakukan penyehatan atau penyelamatan kembali pada bank yang

    bermasalah tersebut.

    4. Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah

    wawasan ilmu pengetahuan dengan hasil yang ditemukan selama

    penelitian ini, serta dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

    referensi bagi berbagai pihak dan juga sebagai bahan masukan bagi

  • 9

    peneliti di bidang yang sama untuk menyempurnakan penelitian

    berikutnya dalam pengembangan lebih lanjut.

    E. Sistematika Penulisan

    Dalam kajian penelitian ini, sistematika pembahasan secara garis

    besar terdiri dari 5 bab yang satu sama lain memiliki keterkaitan.

    Sistematika pembahasan ini memberikan gambaran dan logika berpikir

    dalam penelitian. Masing-masing uraian tersebut dapat dijelaskan sebagai

    berikut.

    Bab I Pendahuluan merupakan bab paling awal yang harus disusun

    peneliti sehingga dapat mengantarkan penelitian pada tahapan yang lebih

    lanjut. Pendahuluan berisi beberapa sub bab yaitu latar belakang,

    menggambarkan fenomena dan permasalahan awal yang mendasari

    dilakukannya penelitian ini. Kemudian permasalahan-permasalahan yang

    sudah diuraikan dalam latar belakang di design dalam bentuk pertanyaan

    dan disusun menjadi rumusan masalah. Rumusan masalah ini lalu dijawab

    dalam tujuan penelitian dan kegunaan atau manfaat dari penelitian yang

    akan dilakukan. Akhir dari bab pendahuluan adalah sistematika

    pembahasan yang merupakan tahapan-tahapan yang menggambarkan arah

    penelitian.

    Bab II Landasan Teori terdiri tiga pokok bahasan yang diawali

    dengan memaparkan teori-teori relevan dengan topik yang dibahas.

    Kemudian mengembangkan teori-teori yang telah dipaparkan menjadi

    sebuah hipotesis. Dan selanjutnya pada bab ini disajikan model penelitian

    atau kerangka berpikir yang dapat meringkas penurunan hipotesis dan atau

    hubungan antar variabel yang akan diuji.

    Bab III Metode Penelitian berisi tentang deskripsi bagaimana

    penelitian ini akan dilaksanakan secara operasional, menjelaskan setiap

    variabel penelitian. Obyek penelitian berisi tentang jenis penelitian,

    sumber data, teknik analisis data berupa alat analisis yang digunakan

    dalam penelitian.

    Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat dan

    menguraikan hasil dari penelitian berupa analisis deskriptif serta

  • 10

    interpretasi dari hasil data yang diolah. Penjelasan dalam bab ini

    merupakan jawaban dari pertanyaan yang muncul dalam rumusan masalah.

    Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dari jawaban rumusan

    masalah dalam penelitian ini. Bab ini juga berisi terkait saran dan masukan

    yang disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan

    penelitian ini. Selain itu, peneliti juga menyampaikan kekurangan yang

    ada dalam penelitian ini sebagai bahan analisis lebih lanjut di masa yang

    akan datang.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Telaah Pustaka

    Telah cukup banyak penelitian yang terkait dengan prediksi

    financial distress maupun kebangkrutan perbankan. Penelitian terkait

    financial distress untuk perbankan baik itu bank syariah maupun bank

    konvensional pernah dilakukan oleh Junaidi (2016) dengan judul

    “Pengukuran Tingkat Kesehatan dan Gejala Financial Distress pada Bank

    Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal Nasional. Penelitian ini

    menggunakan analisis Z-Score. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    antara model Grover, Altman dan Springate terdapat perbedaan yang

    signifikan, namun hasilnya bisa digunakan untuk memprediksi

    kebangkrutan bank syariah di Indonesia. Sedangkan model Zmijewski

    tidak bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan bank syariah.

    Rohiman & Damayanti (2019) dalam penelitiannya yang bertujuan

    untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar dan kurs terhadap financial

    distress dengan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa inflasi

    secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

    Nilai tukar berpengaruh signifikan dan kurs secara parsial tidak

    berpengaruh secara signifikan.

    Pada penelitian financial distress dengan indikator makro oleh

    Choirina et al. (2015) dalam Diponegoro Journal Accounting, dengan

    judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Probabilitas Financial

    Distress Perbankan Indonesia”. Hasil pada penelitian tersebut

    menunjukkan bahwa variabel good corporate governance, equity capital

    to total asset dan price to book ratio berpengaruh negatif dan signifikan

    terhadap probabilitas financial distress bank. Variabel cost income ratio,

    loan to deposit ratio, total asset growth dan non-performing loans tidak

    berpengaruh secara signifikan terhadap probabilitas financial distress

    bank.

    Sulistyaningsih (2017), penelitiannya bertujuan untuk menganalisis

    pengaruh variabel makro dan rasio keuangan pada bank umum syariah dan

  • 12

    bank konvensional di Indonesia. Penelitian ini menyatakan bahwa secara

    parsial variabel suku bunga, nilai tukar, inflasi, CAR, ROA, BOPO, LDR

    dan NPL/NPF tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi

    financial distress perusahaan.

    Penelitian lain dilakukan oleh Purwanti (2016) penelitiannya

    bertujuan untuk menganalisis pengaruh efisiensi operasional (BOPO),

    risiko pasar (NIM), risiko kredit (NPL), return on equity (ROE), capital

    adequacy ratio (CAR) terhadap kinerja keuangan bank pada bank umum

    nasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2007

    sampai dengan tahun 2014. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

    efisiensi BOPO, NIM, NPL, LDR, ROE, CAR secara simultan

    berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan bank (ROA).

    Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial risiko kredit

    (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan bank

    (ROA) dan efisiensi operasional (BOPO) serta capital adequacy ratio

    (CAR) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank (ROA).

    Pengembangan penelitian yang dilakukan dari penelitian terdahulu

    yaitu untuk mengetahui prediksi financial distress atau kesulitan keuangan

    pada bank umum syariah dan konvensional sebagai deteksi dini (early

    warning) dalam menjaga stabilitas keuangan untuk meningkatkan

    stabilitas perekonomian Indonesia. Selain itu, akan menganalisis pengaruh

    variabel internal bank dan variabel makro ekonomi terhadap financial

    distress pada bank umum syariah dan konvensional.

    Perbedaan penelitian ini terhadap penelitian terdahulu yaitu

    terdapat penambahan variabel internal dan variabel makroekonomi dalam

    memprediksi financial distress pada bank umum syariah dan

    konvensional. Adapun objek penelitian ini yaitu 4 bank umum syariah

    (BRI Syariah, BNI Syariah, Mandiri Syariah dan Bank Mega Syariah) dan

    4 bank umum konvensional (Bank BRI, BNI, Mandiri dan Mega) di

    Indonesia dengan periode triwulan I tahun 2016 hingga triwulan III tahun

    2019.

  • 13

    Tabel 2. 1 Research Gap

    No. Penelitian Variabel Hasil Penelitian

    Inflasi terhadap Financial Distress

    1

    Endang

    Afreyeni

    (2017)

    Independen: Inflasi, BI Rate.

    Dependen: Financial Distress

    Inflasi berpengaruh

    positif

    2

    Alfiah

    Kurniasanti

    (2018)

    Independen: Corporate

    Governance, Rasio Keuangan,

    Ukuran Perusahaan dan

    Makroekonomi.

    Dependen: Financial Distress

    Inflasi tidak

    berpengaruh

    Nilai Tukar terhadap Financial Distress

    3 Sabrina

    Firdausi

    (2019)

    Independen: Inflasi, nilai tukar

    dan suku bunga.

    Dependen: Financial Distress

    Nilai tukar/ kurs

    berpengaruh

    4 Erik

    Setiyawan

    (2020)

    Independen: Current ratio, debt

    ratio, nilai tukar.

    Dependen: Financial Distress

    Nilai tukar/ kurs tidak

    berpengaruh

    Suku Bunga terhadap Financial Distress

    5

    Kurbiawati

    dan Kholis

    (2016)

    Independen: CAMEL, RGEC, dan

    suku bunga.

    Dependen: Financial Distress

    Suku bunga

    berpengaruh positif

    6

    Lysy Claudia

    Moleong

    (2017)

    Independen: BI Rate, leveraging.

    Dependen: Financial Distress

    Suku bunga tidak

    berpengaruh

    NPL/ NPF terhadap Financial Distress

    7 Maisaroh

    (2018)

    Independen: CAR, NPF, BOPO,

    LDR, NIM, ROA, ROE.

    Dependen: Financial Distress

    NPF berpengaruh

    8 Arinna Suhadi

    (2018)

    Independen: NPF (Net Performing

    Finance), STM (Short Term

    Mismatch), GCG (Good

    Corporate Governance), ROA

    (Return On Assets), and CAR

    (Capital Adequacy Ratio).

    Dependen: Financial Distress.

    NPF tidak berpengaruh

  • 14

    ROE terhadap Financial Distress

    9

    Listyorini

    Wahyu Widati

    (2018)

    Independen: CR, DER, ROE.

    Dependen: financial distress

    ROE berpengaruh

    positif

    10

    Vivi

    Fatmawati

    (2017)

    Independen: rasio likuiditas, rasio

    solvabilitas, rasio aktivitas, rasio

    profitabilitas.

    Dependen: financial distress

    ROE tidak

    berpengaruh

    ROA terhadap Financial Distress

    11 Nakhar Nur

    Aisyah (2017)

    Independen: rasio likuiditas, rasio

    aktivitas, rasio profitabilitas, rasio

    leverage.

    Dependen: Financial

    distress.

    Rasio profatibilitas

    (ROA) berpengaruh

    12

    Ni Made

    Meliani

    Andari (2017)

    loan to

    Independen: deposit ratio, non

    performing loan, return on assets,

    good corporate governance, dan

    capital adequacy ratio.

    Dependen: Financial Distress

    ROA tidak

    berpengaruh

    BOPO terhadap Financial Distress

    13 Kun Ismawati

    (2016)

    Independen: CAR, ROE, ROA,

    NPL, LDR, BOPO.

    Dependen: Financial Distress

    BOPO berpengaruh

    positif

    14 Baiq Defika

    (2018)

    Independen: CAR, NPL, NIM,

    BOPO, LDR.

    Dependen: Financial Distress

    BOPO berpengaruh

    negatif

    Metode Altman Z-Score untuk memprediksi Financial Distress

    15 Primasari

    (2018)

    Independen: Altman Z-Score,

    Grover Score, Springate dan

    Zmijewski.

    Dependen: Financial Distress

    Model prediksi yang

    paling akurat

    digunakan untuk

    memprediksi financial

    distress adalah model

    Altman Z-Score

    16 Ananto (2016)

    Independen: Model Altman dan

    Springate.

    Dependen: Financial Distress

    Model Springate lebih

    baik dari Modifikasi

    model Altman

    B. Kerangka Teori

    1. Signaling Theory

    Teori Signal (signaling theory) merupakan grand theory dalam

    penelitian ini. Teori Signal (signaling theory) adalah teori yang

    dikemukakan oleh Ross dalam Amrie (2017). Dalam teori ini

    dikemukakan bahwa teori sinyal digunakan untuk menjelaskan bahwa

  • 15

    laporan keuangan digunakan untuk memberi sinyal positif (good news)

    maupun sinyal negatif (bad news) kepada pemakainya. Sinyal ini

    berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen

    untuk merealisasikan keinginan pemilik. Teori sinyal juga dapat

    digunakan pihak perusahaan (agen), principal (investor) maupun pihak

    lain untuk mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan

    laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan merupakan

    proses analisis serta penilaian yang dapat membantu dalam

    menjelaskan tujuan yang telah dicapai suatu perusahaan. Laporan

    keuangan sangatlah penting untuk setiap perusahaan, karena dapat

    digunakan untuk mengetahui kinerja dan kondisi keuangan perusahaan

    sehingga dapat memprediksi adanya potensi kebangkrutan di masa

    yang akan datang. Keputusan investor dapat dipengaruhi oleh kualitas

    informasi yang diungkapkan perusahaan. Kualitas informasi tersebut

    mempunyai tujuan untuk menjelaskan detail informasi yang bisa

    menjadi pemicu salah duga yang timbul karena manajer lebih

    mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa

    mendatang dibanding pihak eksternal. Investor terlebih dahulu

    menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai

    sinyal baik (good news) atau sinyal buruk. (bad news). Jika informasi

    tersebut sebagai sinyal baik maka investor akan tertarik untuk

    mengambil langkah lebih lanjut. Begitu pula sebaliknya, apabila sinyal

    buruk lebih tercermin dari informasi yang dihasilkan maka investor

    akan beralih dan mencari perusahaan lain yang mempunyai informasi

    yang lebih baik.

    Banyak informasi dari perusahaan yang dapat menjadi sinyal.

    Informasi ini tertuang di dalam laporan tahunan. Dalam laporan

    tahunan terdapat informasi yang relevan dan menyajikan semua

    informasi yang berguna bagi pengguna laporan. Investor menggunakan

    laporan tahunan ini untuk melakukan diversifikasi portofolio dan

    kombinasi investasi dengan tetap memperhitungkan risiko yang akan

    terjadi. Dengan mengumumkan informasi mengenai prospek yang baik

  • 16

    di masa mendatang (good news), pihak perusahaan berharap investor

    akan tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan.

    Informasi ini akan menyebabkan perubahan volume perdagangan

    saham. Pihak manajemen dituntut untuk bersikap transparan dalam

    menyajikan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dibuat

    berdasarkan aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan pada waktu

    periode tertentu. Dalam laporan keuangan akan dapat diketahui apakah

    perusahaan berada dalam kondisi sehat atau mengalami financial

    distress. Kondisi perusahaan yang sehat ditunjukkan oleh perolehan

    laba dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini berhubungan

    dengan pembagian dividen kepada pemegang saham. Selain itu dapat

    pula dilihat dari nilai arus kas perusahaan. Arus kas yang tinggi dalam

    jangka waktu yang lama mengindikasikan perusahaan mampu

    membayar utang kepada kreditor. Perusahaan yang mengalami

    penurunan laba atau arus kas yang bernilai kecil dapat diklasifikasikan

    masuk ke dalam kondisi financial distress. Laporan keuangan

    digunakan untuk memberikan kepercayaan kepada investor bahwa

    perusahaan mampu membagikan dividen. Namun apabila dalam

    laporan keuangan terlihat adanya penurunan laba dan arus kas yang

    bernilai kecil, hal ini akan mengakibatkan keraguan dalam investor

    akan timbulnya kondisi financial distress di dalam perusahaan.

    2. Stabilitas Keuangan

    Krisis keuangan yang terjadi di Indonesia pada 1998 silam dan

    beberapa negara di kawasan Asia masih menjadi momok yang

    menakutkan dan menimbulkan berbagai dampak buruk di setiap sektor

    tanpa terkecuali. Hilangnya rasa trust masyarakat terhadap lembaga-

    lembaga keuangan, perekonomian yang mengalami penurunan serta

    nilai tukar rupiah yang melemah sehingga kenaikan harga komoditas di

    pasar tidak terkendali. Salah satu faktor pemicu hal tersebut adalah

    lemahnya sistem keuangan. Padahal sistem keuangan berperan penting

    dalam perekonomian.

  • 17

    Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) menurut Bank Indonesia

    (2016) memiliki berbagai macam definisi karena belum ada referensi

    baku yang diakui secara Internasional, namun secara konsep bahwa

    suatu sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat

    dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu

    melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan

    menyebar risiko secara baik.

    Menurut Bank Indonesia arti dari stabilitas sistem keuangan

    dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor

    yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan.

    Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam

    penyebab dan gejolak. Hal ini biasanya merupakan kombinasi antara

    kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku.

    Kegagalan pasar itu bersumber dari eksternal (internasional) dan

    internal (domestik). Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam

    sistem keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar,

    dan risiko operasional.

    Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan

    berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus

    kepada pihak yang mengalami defisit. Apabila sistem keuangan tidak

    stabil dan tidak berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan

    berjalan dengan baik, dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi tentu

    terhambat. Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting

    dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem

    keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami

    surplus kepada yang mengalami defisit. Apabila sistem keuangan tidak

    stabil dan tidak berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan

    berjalan dengan baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan

    ekonomi. Sistem keuangan yang tidak stabil, mengakibatkan terjadinya

    krisis, dimana memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk upaya

    penyelamatannya. Atas dasar itulah wacana dalam menjaga dan

  • 18

    Gambar 2. 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi SSK

    mewujudkan stabilitas sistem menjadi pekerjaan serius yang harus

    segera ditangani dan direalisasikan.

    Bank Indonesia mengatakan bahwa ketidakstabilan sistem

    keuangan dapat mengakibatkan timbulnya beberapa kondisi yang tidak

    menguntungkan seperti:

    a. Transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal

    sehingga kebijakan moneter menjadi tidak efektif.

    b. Fungsi intermediasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya

    akibat alokasi dana yang tidak tepat sehingga menghambat

    pertumbuhan ekonomi.

    c. Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya

    akan diikuti dengan perilaku panik para investor untuk menarik

    dananya sehingga mendorong terjadinya kesulitan likuiditas.

    Berdasarkan Warjiyo (2016) dalam Bauran Kebijakan Bank

    Sentral: Konsepsi Pokok dan Pengalaman Bank Indonesia

    menyebutkan bahwa kebijakan moneter mempengaruhi atau

    berdampak pada stabilitas sistem keuangan melalui suku bunga, nilai

    tukar, likuiditas, kredit perbankan, dan keputusan perusahaan.

    Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas

    sistem keuangan terdapat dua macam yaitu, faktor endogen yang

    berasal dari dalam sistem keuangan itu sendiri, dan faktor eksogen

    yang berasal dari luar sistem keuangan tersebut. Faktor-faktor tersebut

    berhubungan membentuk siklus umpan balik pada masing-masing

    elemen di dalam sistem keuangan.

  • 19

    Faktor endogen dan faktor eksogen mempengaruhi kinerja

    sistem keuangan melalui institusi, pasar, maupun infrastruktur

    keuangan. Hasil kinerja sistem keuangan akan mempengaruhi kinerja

    ekonomi riil yang merupakan umpan balik dari faktor eksogen yang

    mempengaruhi sistem keuangan sehingga membentuk suatu siklus.

    Ketika gejolak tidak wajar muncul pada salah elemen akan

    mempengaruhi perjalanan siklus.

    3. Pertumbuhan Ekonomi dalam Islam

    Pemahaman pokok mengenai pertumbuhan ekonomi yang

    dilihat dari perspektif Islam diantaranya mengenai batasan tentang

    persoalan ekonomi, perspektif Islam tidaklah sama dengan kapitalis,

    dimana yang dimaksud dengan persoalan ekonomi yaitu persoalan

    kekayaan dan minimnya sumber-sumber kekayaan. Perspektif Islam

    menyatakan bahwa hal itu sesuai dengan kapitalis yang telah

    disediakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia yang

    ditujukan untuk mengatasi persoalan kehidupan manusia (Huda, 2015).

    Terjadinya krisis ekonomi dalam perspektif Islam tidak terlepas

    dari praktik-praktik ekonomi yang bertentangan dengan nilai-nilai

    Islam, seperti perilaku riba, monopoli, korupsi dan tindakan mal

    praktik lainnya. Jika perilaku ekonomi di luar tuntunan ekonomi

    Gambar 2 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi SSK

  • 20

    ilahiah, maka suatu malapetaka sengaja diundang kehadirannya akibat

    ulah tangan manusia (Muttaqin, 2018).

    Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Surat

    Ar-Rum ayat 40:

    ِييُكۡمۖۡ َهۡل ِمن ُشرََكآِئُكم مهن يَ ۡفَعُل ِمن ذَ ُ ٱلهِذي َخَلَقُكۡم ُُثه َرَزَقُكۡم ُُثه ُُيِيُتُكۡم ُُثه ُُيۡ ِلُكم ٱَّلله

    ٖ مِ ن َشۡيءَنهُ ۚ َلى َعمها ُيۡشرُِكوَن ُسۡبحَ [٠٤]سورة الروم, ٠٤ۥ َوتَ عَ

    Krisis ekonomi dalam analisis Chapra telah memperlihatkan

    secara jelas kelemahan logika Hukum Say dan konsep laissez faire. Ini

    dibuktikan oleh ekonomi pasar yang hampir tidak mampu secara

    konstan menggapai tingkat full employment dan kemakmuran.

    Ironisnya, di balik kemajuan ilmu ekonomi yang begitu pesat, penuh

    inovasi, dilengkapi dengan metodologi yang semakin tajam, model-

    model matematika dan ekonometri yang semakin luas untuk

    melakukan evaluasi dan prediksi, ternyata ilmu ekonomi tetap

    memiliki keterbatasan untuk menggambarkan, menganalisa maupun

    memproyeksikan kecenderungan tingkah laku ekonomi dalam

    perspektif waktu jangka pendek (Chapra 1998).

    Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas,

    Islam tidak menggunakan instrumen bunga atau ekspansi moneter

    melalui pencetakan uang baru atau defisit anggaran. Hal yang

    dilakukan adalah mempercepat perputaran uang dan pembangunan

    infrastruktur sektor riil. Syekh Abdul Qadim Zallu mengatakan bahwa,

    sistem moneter atau keuangan adalah sekumpulan kaidah pengadaan

    dan pengaturan keuangan dalam suatu negara. Bank Islam harus

    mengarahkan kebijakan moneternya untuk mendorong pertumbuhan

    potensial dalam output jangka menengah dan jangka panjang demi

    mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi Islam

    (Syakir, 2015).

  • 21

    4. Risiko dalam Pandangan Islam

    Islam merupakan agama fitrah yang komplit dan menyeluruh.

    Oleh karena itu, tidak ada satupun urusan fitrah manusia yang luput

    dari perhatian syariat Islam. Tidak ada sesuatu pun, dalam urusan

    dunia maupun akhirat, kecuali Islam telah menjelaskan perkaranya.

    Seperti firman Allah dalam QS. Al-An’am ayat 38 di bawah ini

    (Wahyudi, 2013):

    َرأِض َوَل ََاُلُكم مها ََ رهَٰٓأَنا ِِف َوَما ِمن َدآبهٍة ِِف ٱْلأ يأِه ِِلهٓ َُُمم َُمأ ََ ََنا ُِِر ِِ ََٰٓ ٍِِٓر َي

    ٍء ُُثه ََِِل َرّبِ ِمأ ُُيأَشُرونَ ٱلأِكتَ ِب ِمن َشىأ

    Dari QS. Al-An’am ayat 38, dapat disimpulkan bahwa Islam

    adalah din dan syariat yang mengatur hubungan manusia dengan

    pribadinya sendiri, keluarga dan sesama manusia dalam bentuk

    muamalah (sosial) demi kemashlahatan hidup mereka. Oleh karena itu,

    Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna mengatur segala

    aspek kehidupan manusia.

    Kegiatan perniagaan merupakan salah satu fitrah dari manusia

    karena dengan berniaga manusia dapat memenuhi berbagai

    keperluannya. Setiap bisnis yang dijalankan oleh manusia pasti akan

    menimbulkan dua konsekuensi di masa depan, yaitu keuntungan dan

    kerugian. Keduanya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dari

    kegiatan bisnis. Tidak ada satu pun yang menjamin bahwa bisnis yang

    dijalankan oleh seseorang akan mengalami keuntungan atau kerugian

    di masa depan. Dengan demikian, risiko itu sendiri merupakan fitrah

    yang senantiasa melekat dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu,

    Islam tidak mengenal adanya transaksi bisnis yang bebas risiko

    (Wahyudi, 2013).

    5. Konsep Umum Perbankan

    Menurut UU No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang

    menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

  • 22

    menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf

    hidup masyarakat banyak.

    Menurut Kasmir (2010), secara sederhana bank dapat diartikan

    sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

    menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana

    tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

    Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank

    merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran dasar sebagai

    intermediary antara pemilik dana dengan peminjam dana, sehingga

    bank memiliki produk dasar berupa pinjaman sebagai pihak yang

    membutuhkan dan simpanan sebagai pihak yang kelebihan dana.

    Menurut Budisantoso (2010) fungsi utama bank adalah

    menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke

    masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary.

    Bank menyalurkan uang dari pemilik modal kepada pihak yang

    membutuhkan modal. Fungsi ini disebutkan sebagai perantara

    keuangan yang menghubungkan unit surplus yang mengalami

    kelebihan likuiditas dan unit defisit yang mengalami kekurangan

    likuiditas.

    6. Konsep Financial Distress

    Menurut Altman (1993) dalam bukunya yang berjudul Corporate

    Financial Distress and Bankcruptcy (2010), financial distress

    merupakan ketidakmampuan membayar utang terjadi ketika

    perusahaan memiliki kekayaan yang negatif dan nilai aset kurang dari

    nilai utang. Financial Distress merupakan suatu kondisi dimana

    perusahaan mengalami penurunan kinerja secara terus menerus yang

    akibatnya mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-

    kewajibannya, sehingga perusahaan tersebut dapat dikatakan sedang

    mengalami kebangkrutan (Platt, 2002 dalam Halim et al., 2016).

  • 23

    Financial Distress dapat dibedakan dalam beberapa kategori yaitu

    sebagai berikut:

    a. Kegagalan Ekonomi (economic failure)

    Suatu kegagalan ekonomi yang berarti bahwa perusahaan

    kehilangan uang atau pendapatan perusahaan sehingga tidak dapat

    menutup biayanya sendiri. Hal ini berarti tingkat labanya lebih

    kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan

    lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi apabila arus kas

    sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang

    diharapkan.

    b. Kegagalan Keuangan (financial failure)

    Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang

    membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi

    atas dasar arus kas ada dua bentuk yaitu:

    1. Insolvensi teknis

    Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak

    dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, walaupun

    total aset melebihi total uang. Insolvensi teknis juga dapat

    terjadi apabila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu

    atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya, seperti rasio aset

    lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio

    kekayaan bersih terhadap total aset yang disyaratkan.

    Perusahaan juga mengalami insolvensi teknis apabila arus kas

    tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga pokok pada

    tanggal yang sudah ditetapkan.

    2. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

    Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan terjadi apabila

    kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai

    sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari

    kewajibannya.

  • 24

    7. Variabel Makroekonomi

    Kinerja perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara

    keseluruhan. Oleh sebab itu, perusahaan harus memperhitungkan

    variabel makroekonomi dalam mempengaruhi kemampuan perusahaan

    dalam menghasilkan laba. Variabel makroekonomi adalah alat atau

    indikator yang menggambarkan perubahan-perubahan dalam kegiatan

    ekonomi negara (Sukirno, 2010).

    a. Nilai Tukar

    Nilai tukar atau kurs adalah harga dalam negeri dari uang

    luar negeri (asing). Suatu kenaikan kurs tukar disebut depresiasi

    atau pengurangan nilai mata uang dalam negeri dalam

    hubungannya dengan mata uang asing (Selamet, 2010).

    Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang

    negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu mata

    uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.

    Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, nilai tukar rupiah

    terhadap yen dan lain sebagainya. Menurut Mankiw et al., (2014),

    “Exchange rate is the rate at which a country makes exchanges in

    the world markets”. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

    pergerakan nilai tukar (Madura, 2010) yaitu:

    1) Faktor Fundamental

    Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator

    ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif

    pendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank

    Sentral.

    2) Faktor Teknis

    Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan

    permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada

    kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap maka harga

    valas akan naik dan sebaliknya.

    3) Sentimen Pasar

  • 25

    Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau

    berita-berita politik bersifat insidental, yang dapat mendorong

    harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek.

    Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar

    akan kembali normal.

    b. Suku Bunga

    Suku bunga adalah harga yang dibayar debitur kepada pihak

    kreditur untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu

    tertentu (Fabozzy et al., 1999).

    1. Fungsi Suku Bunga

    Menurut Sunariyah (2010) suku bunga memiliki beberapa

    fungsi dalam perekonomian antara lain sebagai berikut :

    a. Sebagai daya tarik penabung individu, institusi maupun

    lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

    b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol

    bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada

    sektor-sektor ekonomi.

    c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter

    dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan

    uang yang beredar dalam suatu perekonomian.

    d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk

    meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat suku

    bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi.

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

    Brigham et al. (2010), menyatakan ada beberapa faktor

    yang mempengaruhi tingkat bunga yaitu:

    a. Kebijakan Bank Sentral

    Bank Sentral mengambil peran penting dalam

    pengendalian jumlah uang yang beredar. Jika bank sentral

    ingin merangsang perekonomian, bank sentral akan

    meningkatkan pertumbuhan penawaran uang. Dampak awal

  • 26

    dari langkah ini adalah menurunkan tingkat suku bunga.

    Akan tetapi, jumlah uang yang beredar yang tinggi juga

    akan menyebabkan terjadinya peningkatan tingkat inflasi

    yang selanjutnya akan dapat mendorong naiknya tingkat

    suku bunga.

    b. Surplus atau Defisit Anggaran Negara

    Surplus atau defisitnya anggaran negara

    mempengaruhi suku bunga. Jika suatu negara

    membelanjakan uang lebih banyak daripada yang diperoleh

    melalui pajak, maka akan terjadi defisit dan defisit tersebut

    harus ditutupi dengan cara melakukan pinjaman atau

    mencetak uang. Jika pemerintah melakukan pinjaman,

    maka hal ini akan menambah permintaan dari sumber dana

    untuk mendorong naik tingkat suku bunga. Jika pemerintah

    mencetak uang, maka hal ini akan meningkatkan tingkat

    inflasi di masa depan yang juga akan mendorong naiknya

    tingkat suku bunga.

    c. Faktor-faktor Internasional

    Faktor internasional misalnya neraca perdagangan

    asing dan tingkat suku bunga dari negara-negara lain. Jika

    suatu negara lebih banyak melakukan impor daripada

    ekspor maka negara tersebut mengalami defisit neraca

    perdagangan. Ketika defisit neraca peradangan terjadi,

    defisit tersebut harus di danai dari sumber pendanaan yang

    utama yakni utang. Oleh sebab itu, semakin besar jumlah

    yang harus dipinjam, dan seiring dengan meningkatnya

    pinjaman, maka tingkat suku bunga juga akan ikut naik.

    d. Tingkat Aktivitas Bisnis

    Ketika perekonomian suatu negara berkembang,

    perusahaan akan membutuhkan modal dan negara

    cenderung akan meningkatkan jumlah uang beredar sebagai

  • 27

    usaha untuk merangsang perekonomian. Dengan demikian

    permintaan modal akan menambah jumlah uang yang

    beredar yang akan mendorong naiknya tingkat suku bunga.

    c. Inflasi

    Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga

    secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme

    pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi

    masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang

    memicu konsumsi atau bahkan spekulasi sampai termasuk juga

    adanya ketidaklancaran distribusi barang (Suparmoko, 2010).

    Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,

    kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan

    kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain.

    1. Jenis-jenis Inflasi

    Kompleksnya faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi

    atau banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap inflasi,

    maka dapat pula dilakukan pengelompokan terhadap jenis-jenis

    inflasi berdasarkan sudut pandang (Tajul, 2000) sebagai

    berikut:

    a. Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi

    dua yaitu:

    1) Domestic Inflation yaitu inflasi yang berasal dari dalam

    negeri.

    2) Imported Inflation yaitu inflasi yang terjadi di dalam

    negeri karena pengaruh adanya kenaikan harga dari luar

    negeri.

    b. Ditinjau dari intensitasnya, inflasi dibedakan menjadi 2

    yaitu:

    1) Creeping Inflation yaitu inflasi yang terjadi dengan laju

    pertumbuhan berlangsung lambat karena kenaikan

    harga-harga berlangsung secara perlahan-lahan.

  • 28

    2) Hyper Inflation atau Galloping Inflation yaitu inflasi

    yang sangat berat timbul akibat adanya kenaikan harga-

    harga yang umumnya berlangsung cepat.

    c. Ditinjau dari sudut bobotnya, inflasi dibedakan menjadi

    empat yaitu:

    1) Inflasi ringan yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan

    yang berlangsung perlahan dan berada pada posisi satu

    digit atau di bawah 10% per tahun.

    2) Inflasi sedang yaitu inflasi dengan tingkat laju

    pertumbuhan berada diantara 10-30% per tahun atau

    melebihi dua digit.

    3) Inflasi berat yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan

    berada diantara 30-100% per tahun.

    4) Inflasi sangat berat yaitu inflasi dengan laju

    pertumbuhan melampaui 100% per tahun.

    2. Teori Inflasi

    Teori kuantitas menjelaskan bahwa sumber utama

    terjadinya inflasi adalah akibat adanya kelebihan permintaan

    sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak

    (Tajul, 2000). Teori kuantitas membedakan sumber inflasi

    menjadi beberapa jenis diantaranya:

    a. Demand Full Inflation

    Inflasi yang terjadi karena adanya permintaan

    agregat dimana kondisi produksi telah berada pada

    kesempatan kerja penuh sehingga kenaikan permintaan

    tidak lagi mendorong kenaikan output tetapi hanya

    mendorong kenaikan harga-harga.

    b. Cost Push Inflation

  • 29

    Kondisi dimana tingkat penawaran lebih rendah jika

    dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini karena adanya

    kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa

    mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu.

    Penawaran total yang terus menerus menurun karena

    semakin mahalnya biaya produksi akan menyebabkan

    kenaikan harga-harga. Kenaikan biaya produksi yang

    menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa

    faktor, yakni adanya tuntutan kenaikan upah tenaga kerja,

    industri yang monopoli, kenaikan bahan baku industri, dan

    kebijakan pemerintah.

    c. Structural Approach

    Inflasi terjadi karena tidak seimbangnya struktur

    ekonomi. Dengan hal itu, inflasi akan dapat ditanggung

    dengan melakukan pembenahan pada semua struktur

    ekonomi.

    d. Monetary Approach

    Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai

    suatu fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan

    terlalu banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan

    kesediaan masyarakat untuk memiliki atau menyimpan

    uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan

    (excess demand for goods).

    e. Accounting Approach Inflation

    Terjadinya inflasi bersumber pada perkembangan

    harga-harga pada kelompok barang dan jasa yang

    digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen

    (IHK).

    8. Rasio Keuangan

    Rasio profitabilitas adalah salah satu indikator untuk mengukur

    kinerja suatu perusahaan serta keefektivitasan manajemen yang

    berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan

  • 30

    investasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas

    atau rentabilitas diantaranya NPL (Non-Performing Loan), ROE

    (Return on Equity), ROA (Return on Assets) dan BOPO (Beban

    Operasional terhadap Pendapatan Operasional).

    a. Non-Performing Loan (NPL) atau Non-Performing Finance (NPF)

    Non-Performing Loan (NPL/NPF) merupakan salah satu

    rasio keuangan yang mencerminkan risiko kredit. NPL atau NPF

    didefinisikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan

    pelunasan atau sering disebut kredit macet pada bank.

    NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah

    dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total

    kredit yang dikeluarkan. Sedangkan NPF pada bank konvensional,

    timbul karena masalah yang terjadi dalam proses persetujuan

    pembiayaan di internal bank atau setelah pembiayaan diberikan.

    Namun, NPL dan NPF terjadi pada sistem yang berbeda. Sistem

    perbankan syariah menggunakan pembiayaan sebagai kegiatan

    utamanya dan tidak memberikan pinjaman uang seperti halnya

    pada bank konvensional. Pembiayaan tersebut dilaksanakan

    melalui jual beli dengan akad dan tidak boleh mengandung riba

    (Haryoso, 2017).

    Standar NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah

    kurang dari 5%, dengan rasio di bawah 5% maka Penyisihan

    Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan bank

    guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva produktif

    non lancar (kredit bermasalah) menjadi kecil. Apabila jumlah NPL

    besarnya melebihi 5%, maka profitabilitas yang akan diterima bank

    menjadi lebih rendah, karena tidak terbayarnya kredit berdampak

    pada menurunnya pendapatan bunga yang merupakan pendapatan

    utama bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk

  • 31

    kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah

    semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi

    bermasalah semakin besar dan semakin kecil NPL semakin kecil

    pula risiko kredit yang ditanggung bank (Yudiartini &

    Dharmadiaksa, 2016).

    Rasio NPL dapat dirumuskan sebagai berikut (Bank

    Indonesia, 2011) :

    NPL=

    b. Return on Equity (ROE)

    Menurut Fahmi (2015), Return On Equity (ROE) dapat

    disebut laba atas equity atau perputaran total aset. Rasio ini

    mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber

    daya yang dimiliki perusahaan untuk mampu memberikan laba atas

    ekuitas. ROE yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan

    berhasil menghasilkan keuntungan dari modalnya sendiri.

    Peningkatan ROE akan ikut mendongkrak nilai jual perusahaan

    yang berimbas pada harga saham, sehingga hal ini berkorelasi

    dengan pemikiran return saham.

    Jika perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi, maka

    permintaan saham akan meningkat dan selanjutnya akan

    berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika

    harga saham semakin meningkat maka return saham juga akan

    meningkat dan return juga semakin besar (Egam et al., 2017).

    ROE =

    c. Return on Assets (ROA)

    Salah satu macam dari rasio rentabilitas adalah ROA

    (Return on Asset). ROA (Return on Asset) adalah rasio yang

    menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang

    diinvestasikan dalam bentuk keseluruhan aset yang menghasilkan

    keuntungan (Muljono, 2010).

  • 32

    Menurut Surat Edaran BI NO. 3/30/DPNP tanggal 14

    Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan

    antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Laba

    sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank

    sebelum pajak. Total aset yang digunakan untuk mengukur ROA

    adalah jumlah keseluruhan dari aset yang dimiliki oleh bank yang

    bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan

    yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin

    besar. Bank Indonesia selaku Pembina dan pengawas perbankan

    lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur

    dengan asset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari

    simpanan masyarakat (Siamat, 2010).

    ROA =

    d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

    Memaksimalkan profitabilitas serta nilai investasi dari para

    pemegang saham merupakan suatu faktor penting dalam efisiensi

    suatu bank. Menurut SE No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2010

    rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

    kemampuan bank dalam melakukan kegiatannya. BOPO

    merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional dengan

    pendapatan operasional. Semakin rendah angka rasio BOPO, maka

    akan semakin baik kinerja manajemen suatu bank tersebut,

    sehingga mengakibatkan bank dalam menggunakan sumber daya

    yang ada di bank tersebut lebih efisien dan keuntungan yang

    diperoleh akan lebih besar. Secara matematis dirumuskan sebagai

    rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional

    dikali 100%.

    Biaya operasional merupakan suatu biaya yang berhubungan

    langsung dengan kegiatan usaha bank yang pada umumnya seperti

    biaya bunga, biaya valuta asing, biaya tenaga kerja, penyusutan,

    serta biaya lainnya. Sedangkan pendapatan operasional yaitu suatu

    pendapatan langsung yang berasal dari hasil langsung dari kegiatan

  • 33

    usaha suatu bank yang telah diterima seperti hasil pendapatan

    valuta asing, hasil bunga, serta pendapatan lainnya. BOPO ini

    memiliki tujuan meminimalisasi risiko operasional suatu bank

    yang mengenai ketidakpastian kegiatan suatu bank itu sendiri.

    Kerugian operasional bank merupakan risiko operasional yang

    berasal dari terjadinya penurunan keuntungan yang dipengaruhi

    struktur biaya operasional bank. Sehingga prediksi suatu bank yang

    bersangkutan dalam menawarkan jasa maupun produknya akan

    mengalami kegagalan (Sofyan & Hening, 2016).

    BOPO

    9. Laporan Keuangan

    Laporan keuangan merupakan data keuangan suatu perusahaan

    yang menggambarkan kondisi perusahaan saat itu berdasarkan hasil

    dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

    berkomunikasi antara data atau aktivitas suatu perusahaan tersebut.

    Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi berkala

    mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan

    usaha dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat

    meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan

    menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.

    a. Jenis Laporan Keuangan

    Dalam praktiknya, jenis-jenis laporan keuangan bank

    menurut Kasmir (2010) sebagai berikut :

    1. Neraca

    Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang

    menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal

    tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi

    jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan

    ekuitas) suatu perusahaan. Penyusunan komponen di dalam

    neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.

  • 34

    Artinya penyusunan komponen neraca harus didasarkan

    likuiditasnya atau komponen yang paling mudah dicarikan.

    Misalnya kas disusun lebih dulu karena merupakan komponen

    paling likuid dibanding aktiva lancar lainnya. Berdasarkan

    jatuh tempo, yang menjadi perhitungan adalah kewajiban

    (utang) disusun dari yang paling pendek sampai paling

    panjang. Misal pinjaman jangka pendek lebih dulu disajikan

    dan seterusnya yang lebih panjang.

    2. Laporan laba rugi

    Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan

    keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam

    suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar

    jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang

    diperoleh. Kemudian, juga tergambar biaya-biaya dan jenis-

    jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari

    jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang

    disebut laba atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari

    jumlah biaya, perusahaan dikatakan laba. Sebaliknya bila

    jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan

    dikatakan rugi.

    3. Laporan perubahan modal

    Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi

    jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian,

    laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab

    terjadinya perubahan modal di perusahaan. Laporan perubahan

    modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal. Artinya

    laporan ini baru dibuat bila memang ada perubahan modal.

    4. Laporan arus kas

    Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan

    semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik

    yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.

    Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama

  • 35

    periode laporan. Laporan kas terdiri dari arus kas masuk (cash

    in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu.

    5. Laporan catatan atas laporan keuangan

    Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan

    yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang

    memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada

    komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi

    penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas.

    b. Analisis Laporan Keuangan

    Menurut pendapat Harahap (2011), Analisis Laporan

    Keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi

    unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang

    bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang

    lain, baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif. Agar

    laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami

    dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisa

    laporan keuangan. Tujuan utama dari analisis laporan keuangan

    adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini

    (Kasmir, 2010). Jadi dengan mengetahui posisi keuangan, setelah

    dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan

    terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah

    direncanakan sebelumnya atau tidak. Hasil analisis laporan

    keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan

    kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan

    ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan

    tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus

    dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Dengan adanya

    kelemahan dan kekuatan yang dimiliki akan tergambar kinerja

    manajemen selama ini.

    Teknik analisis laporan keuangan dibedakan menjadi dua

    metode, yaitu:

  • 36

    1. Metode analisis horizontal adalah metode analisis yang

    dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh

    beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangan dan

    kecenderungannya.

    2. Metode analisis vertikal adalah metode analisis yang dilakukan

    dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode

    tertentu.

    10. Model Altman Z-Score

    Z-Score pertama kali diperkenalkan oleh Edward I. Altman pada

    pertengahan tahun 1968 di New York City. Model ini menggunakan

    empat macam variabel pada neraca dan laporan laba rugi serta variabel

    pasar saham tambahan. Variabel yang dipilih yaitu likuiditas,

    profitabilitas, solvabilitas, aktivitas dan leverage. Berikut merupakan

    model Altman Z-Score Modifikasi:

    Keterangan:

    X1 = net working capital/ total assets (modal kerja/ total aset)

    X2 = retained earning/ total assets (laba ditahan/ total aset

    X3

    = earning before interest and taxes/total assets (laba sebelum

    bunga dan pajak/ total aset)

    X4 = book value of equity/ book value of debt (nilai buku ekuitas

    terhadap nilai buku total liabilitas)

    Tabel 2. 2 Interpretasi Analisis Nilai Z-Score

    Nilai Z-core Interpretasi

    Z > 2, 6 Perusahaan tidak mengalami maslaah dengan kondisi

    keuangan

    1,1 < Z < 2,6 Perusahaan mengalami sedikit masalah dengan kondisi

    keuangan (meskipun tidak serius)

    Z < 1,1 Perusahan mengalami masalah keuangan yang serius

    atau mengalami gagal bayar

    Sumber : (Sartono, 2016)

  • 37

    C. Kerangka Penelitian

    Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, landasan

    teori dan telaah pustaka yang telah dilakukam untuk menganalisa

    perbankan konvensional dan bank syariah terkait dampak risiko financial

    distress. Berikut ini disusun kerangka pemikiran dari penelitian ini:

    Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

    D. Hipotesis

    Salah satu acuan yang dapat mengukur kestabilan perekonomian

    dan financial distress perbankan yakni dengan melihat kinerja dari

    stabilitas makroekonomi. Stabilitas makroekonomi dapat dilihat

    berdasarkan beberapa indikator dasar makroekonomi, diantaranya suku

  • 38

    bunga, jumlah uang yang beredar, inflasi, nilai tukar dan pengangguran.

    Selain variabel makroekonomi terdapat juga rasio keuangan perbankan

    yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan prediksi tingkat

    kesehatan bank.

    Oleh karena itu, berdasarkan landasan teori dan penelitian yang

    sudah dilakukan sebelumnya maka hipotesis yang akan diujikan

    kebenarannya secara empiris sebagai berikut:

    1. Inflasi dan pengaruhnya terhadap financial distress pada bank

    umum syariah dan bank konvensional di Indonesia periode 2016-

    2019

    Inflasi mejadi sinyal negatif bagi sebuah perusahaan, mengingat

    inflasi menimbulkan kenaikan harga-harga barang. Selain itu, inflasi

    memberikan dampak tergantung tingkat inflasi itu sendiri. Inflasi yang

    ringan memberikan dorongan terhadap perekonomian untuk menjadi

    lebih baik. Meningkatkan pendapatan nasional membuat masyarakat

    bersemangat untuk menabung dan berinvestasi. Sedangkan inflasi yang

    parah atau tidak terkendali menyebabkan perekonomian menjadi lesu.

    Harga yang meningkat secara cepat menyebabkan orang tidak

    bersemangat bekerja dan berinvestasi. Masyarakat enggan untuk

    menabung karena nilai mata uang menurun begitu cepat.

    Menurut Sulistyaningsih (2017), inflasi akan berpengaruh terhadap

    kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang tinggi akan

    menyebabkan harga jual barang-barang produksi naik dan hal ini dapat

    menurunkan daya beli masyarakat karena pendatan riil masyarakat

    akan menurun. Menurunnya daya beli masyarakat mengakibatkan

    turunnya penjualan perusahaan dan menurunnya penjualan perusahaan

    akan menurunkan keuntungan perusahaan. Jika keuntungan perusahaan

    menuru, maka dapat mempengaruhi profitabilitas bank dan seacara

    tomatis berdampak pada risiko financial distress yang terjadi pada

    perbankan karena pendapatan bank dari pembiayaan pada sektor riil

    akan menurun.

  • 39

    Hal tersebut sesuai dengan pandangan Mankiw et al., (2014) yang

    menyatakan bahwa penurunan pada keseimbangan uang riil akan

    mendorong masyarakat untuk sering mengambil uangnya di bank.

    Peristiwa ini dikenal dengan istilah shelather cost dari inflasi karena

    orang lebih sering berjalan ke bank yang akan membuat sol atau alas

    sepatu menjadi cepat rusak.

    Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketika inflasi naik risiko

    perusahaan perbankan mengalami financial distress semakin besar

    dikarenakan harga produksi menjadi naik dan keuntungan pada sektor

    rill menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pertiwi (2018),

    yang menyatakan inflasi memiliki pengaruh positif terhadap risiko

    kebangkrutan perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

    Berdasarkan argumen tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut:

    H1a = Inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

    financial distress pada bank syariah periode 2016-2019

    H1b = Inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

    financial distress pada bank konvensional periode 2016-2019

    2. Nilai tukar dan pengaruhnya terhadap financial distress pada

    bank umum syariah dan bank konvensional di Indonesia periode

    2016-2019

    Menurut Setiyawan & Musdholifah (2020) nilai tukar akan

    menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat serta akan

    mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan; melemahnya nilai rupiah

    memungkinkan beban hutang badan usaha semakin besar jika dinilai

    dengan rupiah; dan akhirnya akan berujung pada menurunnya

    profitabilitas perusahaan. Ketika profitabilitas suatu perusahaan

    menurun, hal tersebut memungkinkan munculnya peluang

    kebangkrutan.

    Ketika perekonomian mengalami periode yang negatif dengan

    melemahnya nilai kurs maka biaya produksi perusahaan akan

  • 40

    meningkat, terutama bagi perusahaan yang memerlukan barang-barang

    impor sebagai bahan baku. Selanjutnya tingkat keuntungan yang

    diharapkan bagi perusahaan yang melakukan perdagangan dlam skala

    internasinla akan berkurang. Jika peningkatan biaya faktor produksi

    lebih tinggi dari peningkatan laba yang dapat dinikmati oleh

    perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan menurun (Tandelilin,

    2001). Menurunnya profitabilitas menyebabkan meingkatnya risiko

    kebangrutan (profitability default) dari sebuah perusahaan, sehingga

    hal tersebut menyebabkan bank mnegalami financial distress.

    Fluktuasi nilai tukar sangat mempengaruhi nilai dan kinerja

    operasional perusahaan secara keselurhan karena adanya perdagangan

    ekspor dan impor. Ketidakpastian fluktuasi nilai tukar akan beribas

    pada berbagai bidang, tidak terkecuali kinerja internal perusahaan

    secara individual. Hal ini diakibatkan karena aliran dana masuk

    ataupun keluar prusahaan yang didominasi dalam mata uang domestik

    akan terpengaruh. Depresiaisi nilai tukar juga akan mengakibatkan

    turunnya repayment capacity perusahaan-perusahaan dan bank-bank

    yang memiliki kewajiban dalam valuta asing yang cukup tinggi

    (Hadad et al., 2010).

    Hal ini sesuai dengan penelitian Rohiman & Damayanti (2019),

    menyatakan bahwa secara parsial nilai tukar berpengaruh signifikan

    terhadap financial distress. Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar

    akan menyebabkan barang impor menjadi mahal dan berdampak pada

    perusahaan yang membutuhkan bahan baku impor untuk proses

    produksinya. Dampak selanjutnya perusahaan akan mengeluarkan

    rupiah lebih banyak sehingga dapat menyebabkan kondisi financial

    distress bagi perusahaan tersebut.

    Berdasarkan argumen tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut:

    H2a = Nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan

    terhadap financial distress pada bank syari