ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, INCOME...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, INCOME...
i
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, INCOME
SMOOTHING, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,
DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERUSAHAAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
Bukti Empiris dari Perusahaan Jasa Keuangan di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2016
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis guna memenuhi tugas
akhir sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi
Penyusun:
NAUFAL WASIM RABBANI
1113082000039
PROGAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2018 / 1439 H
ii
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, INCOME SMOOTHING,
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PERUSAHAAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
Bukti Empiris dari Perusahaan Jasa Keuangan di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NAUFAL WASIM RABBANI
1113082000039
Di Bawah Bimbingan
Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.
NIP.19800416 200901 2 006
PROGAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 / 1439 H
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 September 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
masahasiswa:
1 Nama : Naufal Wasim Rabbani
2 NIM : 1113082000039
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Profitabilitas, Income
Smoothing, Mekanisme Corporate Governance,
dan Corporate Social Responsibility Perusahaan
Terhadap Peringkat Obligasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 September 2017
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si. (…………………………)
NIP.19810731 200604 2 003
Penguji 1
2. Husnul Khotimah, SE., MS.Ak (…..….………….………)
Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 21 Februari 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1 Nama : Naufal Wasim Rabbani
2 NIM : 1113082000039
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Profitabilitas, Income
Smoothing, Mekanisme Corporate Governance,
dan Corporate Social Responsibility Perusahaan
Terhadap Peringkat Obligasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 21 Februari 2018
1. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA (………………….)
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua Penguji
2. Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak (.…………...…….)
NIP. 19800416 200901 2 006 Sekretaris
3. Atiqah, SE.,MS.Ak (………………….)
NIP. 19820120 200912 2 004 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Naufal Wasim Rabbani
NIM : 1113082000039
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Tangerang, Januari 2018
Yang menyatakan
(Naufal Wasim Rabbani)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Naufal Wasim Rabbani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Februari 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : islam
5. Anak ke- dari : 4 dari 5 bersaudara
6. Alamat : Jl. Kertamukti No. 8 Rt/Rw
004/017 Kel.Pisangan Barat, Kec.
Ciputat Timur Tangerang
Selatan Banten
7. Telepon : 08881865010
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2001-2007) : SD ISLAM RUHAMA
2. SMP (2007-2010) : SMP ISLAM RUHAMA
3. SMA / MAN (2010-2013) : MAN 4 JAKARTA
4. S1 (2013-2018) : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Anggota Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) Div. Tenis Meja
3. Ketua Div. Tenis Meja FORSA Periode 2015-2017 (dua periode)
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Lili Sadili
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 4 Mei 1957
3. Pekerjaan : Pensiun
4. Ibu : N. Nurhayati
5. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Juli 1965
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : Jl. Kertamukti No. 8 Rt/Rw
004/017 Kel.Pisangan Barat, Kec.
Ciputat Timur Tangerang Selatan
Banten
vii
THE ANALYSIS INFLUENCE OF PROFITABILITY, INCOME
SMOOTHING, CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS,
AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY FIRM ON
BONDS RATING
ABSTRACT
The purpose of this research was find an evidences regarding the analysis
influence of profitability, income smoothing, corporate governance mechanisms,
and corporate social responsibility firm on bonds rating. This research used
purposive sampling method. The population of this research used financial
companies listed on the Indonesian Stock Exchange (IDX) of 127 companies.
Through the definition of criteria, selected a sample of 29 with 3 years observation
from 2014-2016. This research used ordinal logistic regression (PLUM) to test the
hypothesis.
The results of this research indicated that profitability used ROA as proxy,
board of commissioner, independent commissioner, and corporate social
responsibility used index GRI-G4 as proxy influenced on bonds rating. While income
smoothing used index eckel as proxy and audit committees did not influence on
bonds rating.
Keywords: Bonds Rating, Profitability, Income Smoothing, Board of Commissioner,
Independent Commissioner, Audit Committee, Corporate Social Responsibility
viii
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, INCOME
SMOOTHING, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,
DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai analisis pengaruh
profitabilitas, income smoothing, mekanisme corporate governance, dan corporate
social responsibility perusahaan terhadap peringkat obligasi. Penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling sebagai metode pemilihan sampel.
Populasi penelitian adalah perusahaan keuangan sebanyak 127 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan kriteria, terpilih sampel
berjumlah 29 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun dari 2014-2016.
Penelitian ini menggunakan regresi ordinal logistik (PLUM) untuk menguji
hipotesis.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas yang diukur dengan
ROA, dewan komisaris, dewan komisaris independen, dan corporate social
responsibility berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
income smoothing yang diukur dengan indeks eckel dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Kata Kunci: Peringkat Obligasi, Profitabilitas, Income Smoothing, Dewan
Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Corporate Social
Responsibility
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat iman
dan islam serta telah mencurahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS
PENGARUH PROFITABILITAS, INCOME SMOOTHING, MEKANISME
CORPORATE GOVERNANCE, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERUSAHAAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI”. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang telah memberikan suri tauladan yang
baik kepada seluruh umat manusia agar selalu berusaha sebaik-baiknya dalam
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Orang tua saya, Lili Sadili dan N. Nurhayati serta Aa, Abang, Teteh, dan Hasna
selaku saudara kandung penulis yang telah memberikan semangat, motivasi dan
segala sumber daya mereka serta doa dalam mendukung saya dalam menyelesaikan
perkuliahan hingga akhir.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc,MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
selama menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi.
8. Semua pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta nasihat-nasihat kepada
penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi baik dalam pendidikan
formal maupun informal.
9. Sahabat-sahabat saya baik itu dikampus maupun diluar kampus, terimakasih atas
cerita suka duka yang telah kita lalui selama ini terkhusus Neneng, Dina, Iskandar,
Andre, David, dan Dimas, yang selalu memberikan support serta teman-teman kecil
penulis, Andi, Adil, Arif, Muhyidin, Agil, Fandi, dan Agung yang telah menemani
masa kecil penulis.
10. Keluarga besar Akuntansi 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, LDK Syahid
AlAnfaal, dan Persatuan Tenis Meja UIN (FORSA Div. Tenis Meja), terima kasih
karena telah memberikan saya berbagai ilmu dan pengalaman dalam berorganisasi
dan berkarya.
x
11. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Tangerang, 30 Januari 2018
Naufal Wasim Rabbani
xi
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM……………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPS………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSI…………………….. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………………………………. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH………………. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………….. vi
ABSTRACT……………………………………………………………………. vii
ABSTRAK…………………………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Penelitian……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………………. 11
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 11
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………....... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 13
A. Landasan teori………………………………………………………….. 13
1. Teori Agensi……………………………………………………….. 13
2. Teori Sinyal………………………………………………………... 16
3. Profitabilitas………………………………………………………... 18
4. Income Smoothing………………………………………………………... 19
5. Good Corporate Governance…………………………………………… 20
a. Definisi Good Corporate Governance……………………………… 20
b.Mekanisme Good Corporate Governance………………………….. 23
6. Corporate Social Responsibility……………………………………….. 25
7. Peringkat Obligasi…………………………………………………. 26
B. Penelitian Sebelumnya…………………………………………………. 32
C. Kerangka Berfikir………………………………………………………. 40
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………………….. 42
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………... 50
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………50
B. Metode Penentuan Sampel……………………………………………... 50
C. Metode Pengumpulan Data…………………………………………….. 51
xii
D. Metode Analisis Data…………………………………………………... 51
1. Statistik Deskriptif…………………………………………………. 52
2. Uji Analisis Regresi Ordinal Logistik……………………………... 52
E. Operasional Variabel Penelitian……………………………………….. 55
1. Variabel Dependen………………………………………………… 55
2. Variabel Independen……………………………………………….. 56
3. Tabel Operasional Variabel……………………………………....... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………... 64
A. Gambaran Umum Penelitian…………………………………………… 64
B. Analisis Data Penelitian………………………………………………... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif………………………………………. 65
2. Hasil Uji Analisis Regresi Ordinal Logistik……………………….. 68
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan………………………………….. 77
BAB V PENUTUP…………………………………………………………….. 84
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 84
B. Saran…………………………………………………………………… 85
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 87
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 94
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Peringkat Obligasi…… ..................................................... 30
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 33
Tabel 3.1 Konversi Peringkat Obligasi ............................................................ 56
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya ............................. 63
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian .................................................................... 64
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 65
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Income Smoothing ............................ 65
Tabel 4.4 Hasil Uji Parallel Lines ................................................................... 68
Tabel 4.5 Hasil Uji Pseudo R2 ......................................................................... 69
Tabel 4.6 Hasil Uji Goodness-of-Fit ............................................................... 70
Tabel 4.7 Hasil Uji Likelihood Ratio Test ....................................................... 71
Tabel 4.8 Hasil Uji Wald…………………………… ..................................... 72
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir..........................................................................42
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Daftar Perusahaan………….......................................................94
Lampiran 1.2 Data Perusahaan......................................................................... 95
Lampiran 1.3 Hasil Perhitungan..................................................................... 107
Lampiran 1.4 Hasil Output SPSS................................................................... 115
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Modal merupakan komponen terpenting dalam menunjang segala
aktivitas perusahaan. Ketika memutuskan untuk melakukan ekspansi,
perusahaan memerlukan tambahan modal. Tambahan modal tersebut dapat
diperoleh melalui penerbitan sekuritas dipasar modal tanpa tegantung pada
pinjaman bank. Beberapa kelebihan pasar modal adalah peluang untuk
mendapatkan dana dalam jumlah besar serta peningkatan status perusahaan
sebagai perusahaan publik sehingga akses untuk pendanaan menjadi lebih
besar dan luas. Di negara maju, menghimpun dana dari pasar modal merupakan
hal yang sudah banyak dilakukan perusahaan seiring dengan majunya
pertumbuhan pasar modal sebagai sarana pendanaan usaha menyaingi peran
sektor perbankan.
Salah satu instrumen pasar modal merupakan obligasi. Menurut Kadek
Kristiana Dewi dan Gerianta Wirawan Yasa (2016), obligasi adalah salah satu
sumber pendanaan perusahaan, berupa instrumen utang jangka panjang yang
diterbitkan oleh perusahaan (issuer) kepada investor (bondholder). Terkait
dengan obligasi, artikel yang dimuat dalam website IBPA (Indonesian Bond
Pricing Agency) yang berjudul “PHEI: Pasar Obligasi 2015 Tumbuh 4,2
persen” disebutkan bahwa kinerja pasar surat utang atau obligasi di Indonesia
mencatatkan kinerja positif dengan membukukan imbal hasil
1
2
tumbuh 4,2 persen selama 2015. Direktur PHEI (PT. Penilai Harga Efek
Indonesia) Wahyu Trenggono mengatakan bahwa “Indonesia Composite Bond
Index (ICBI) yang menggambarkan kinerja pasar obligasi Indonesia di tahun
2015 bergerak positif. ICBI pada tahun 2015 mencatatkan ‘positive return’
tahun berjalan sebesar 4,2 persen ‘year to date’ (ytd) dari level 175,8939
menjadi 183,2759,”.
Kemudian untuk tahun 2016, Manajemen IBPA memaparkan bahwa
“ICBI yang menggambarkan kinerja pasar obligasi Indonesia bergerak positif
pada tahun 2016”. IBPA menyampaikan bahwa imbal hasil positif ICBI secara
tahun berjalan tercatat tumbuh sebesar 13,74 persen (year to date/ytd) dari
183,2579 menjadi 208,4493. Angka itu lebih tinggi dari tahun berjalan 2015
yang hanya tumbuh sebesar 4,20 persen (ytd).
Melihat tren obligasi di Indonesia yang positif, maka tidak salah bila
investor tertarik untuk berinvestasi ke dalam instrument obligasi. Sehingga
muncullah bermacam-macam obligasi yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya baik dalam segi harga pokok obligasi dan jangka waktu obligasi
sehingga bunga obligasi yang akan diberikan kepada pemegang yang akan
menarik pemilik dana untuk berinvestasi dalam obligasi. Ketika akan memilih
suatu investasi terutama dalam obligasi, pihak investor (principal) memiliki
pengetahuan yang cukup terbatas dibandingkan dengan pihak manajemen
(agent) di dalam perusahaan, fenomena ini disebut dengan ketidak seimbangan
porsi informasi atau asymmetric theory (Jensen dan Mecling, 1976). Oleh
karena itu, untuk pengambilan keputusan oleh investor, biasanya perusahaan
menggunakan sinyal. Sinyal yang diberikan oleh perusahaan dapat berupa
sebuah informasi mengenai hasil dari apa yang telah dilakukan manajemen dan
3
juga dapat berupa promosi atau informasi lainnya yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainya (Dewi dan Yasa,
2016). Salah satu bentuk informasi yang diberikan perusahaan merupakan
kualitas dari obligasi nya tersebut.
Kualitas dari obligasi suatu perusahaan dapat dilihat dari peringkatnya
(rating). Bonds rating membantu investor dalam penilaian utang dan risiko
kegagalan (default risk) dari obligasi. Bonds rating (peringkat obligasi)
merupakan salah satu indikator yang menunjukkan seberapa baik perusahaan
dalam mengelola permasalahan ekonomi yang dialami perusahaan tersebut
(Hadiprajitno dan Wijayani, 2011). Bonds rating perusahaan dapat
memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan terutama mengenai
pembayaran pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan.
Credit rating agency (CRA) atau lembaga pemeringkat kredit adalah suatu
perusahaan yang menerbitkan peringkat kredit bagi para penerbit obligasi.
Agen pemeringkat berfungsi sebagai perantara informasi dan berperan dalam
memperbaiki efisiensi pasar modal dengan meningkatkan transparansi
sekuritas, sehingga dapat mengurangi asimetri informasi antara investor dan
penerbit obligasi.
Berdasarkan surat edaran BI No. 13/31/DPNP Tanggal 22 Desember 2011
terdapat 6 lembaga pemeringkat yang diakui oleh BI, yaitu tiga lembaga
pemeringkat Internasional diantaranya: Fitch Rating, Moody’s Investor
Services, dan Standars & Poor’s dan tiga lembaga pemeringkat Nasional yaitu:
PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), PT. Fitch Rating Indonesia, dan
ICRA Indonesia.
PT. Pefindo merupakan salah satu lembaga pemeringkat yang memberikan
penilaian objektif, independen, terpercaya terhadap surat utang yang
4
ditawarkan kepada masyarakat melalui peringkat risiko surat utang (Setiawan
dan Shanti, 2009). Peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade dan noninvestment
grade. Obligasi kategori investment grade memiliki peringkat AAA, AA, A
dan BBB. Sedangkan untuk non-investment grade dengan peringkat BB, B,
CCC dan D. Investment grade merupakan obligasi dengan risiko kredit yang
rendah sehingga berperingkat tinggi. Non investment grade merupakan
obligasi yang memiliki risiko tinggi sehingga berperingkat rendah (Pefindo,
2015).
Metodologi pemeringkatan yang digunakan PT. Pefindo secara garis besar
dapat di kelompokkan menjadi tiga risiko utama, yaitu: risiko bisnis, risiko
industri, dan risiko keuangan. Penilaian risiko industri yang digunakan oleh PT.
Pefindo adalah bagaimana pertumbuhan dan stabilitas industri, pendapatan dan
struktur biaya atau bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba operasi yang dilihat melalui Earning berfore Interest and Tax (EBIT),
bagaimana persaingan di dalam industri, peraturan dan profil keuangan yang
meliputi: tingkat utang, perlindungan arus kas, kualitas aset, profitabilitas dan
likuiditas. Penilaian risiko bisnis meliputi: penilaian posisi pasar, diversifikasi,
kualitas layanan dan bagaimana manajemen serta sumberdaya manusia yang
didalamnya termasuk pula pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).
Pefindo juga bertugas untuk menganalisis faktor-faktor makro ekonomi dan
industri di mana perusahaan berada, risiko spesifik dari bisnis dan finansial
perusahaan serta manajemen perusahaan dan melakukan analisis induk
pemegang saham utama perusahaan (Yasa, et al, 2016). Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam analisis risiko finansial perusahaan pada umumnya
difokuskan pada kebijakan keuangan, struktur permodalan, proteksi arus kas,
5
likuiditas, profitabilitas, dan fleksibilitas keuangan perusahaan yang
didasarkan dari laporan keuangan perusahaan.
Profitabilitas perusahaan merupakan informasi yang selalu menjadi hal
utama dalam pengambilan keputusan investor untuk menginvestasikan
dananya ke suatu perusahaan. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa
efektif dan efisien perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan
bagi perusahaan (Rasyid, Rosmita dan Ervina, Joice K, 2013). Widiastuty T
(2016) meneliti pengaruh rasio leverage dan rasio profitabilitas terhadap
peringkat obligasi, hasilnya menyebutkan bahwa dari kedua variabel yang
diteliti memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. kemudian penelitian
yang dilakukan oleh Kustiyaningrum D, Elva N, dan Anggita L (2016) meneliti
pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas dan umur obligasi terhadap
peringkat obligasi, hasilnya terkait profitabilitas yakni profitabilitas secara
parsial tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi, namun secara simultan
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Berbicara profitabilitas berarti berbicara tentang kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Manajemen perusahaan menyadari, bahwa
informasi laba sangat penting dalam menentukan kebijakan penyusunan
laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu dengan pilihan kebijakan
akuntansi yang disebut dengan manajemen laba (Scott, 2012). Manajemen laba
adalah suatu intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan
laba untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989).
Intervensi dalam ini merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pihak
manajer untuk mempengaruhi informasi-informasi penting dalam laporan
keuangan.
6
Manajemen laba merupakan pilihan yang dilakukan oleh manajer atas
kebijakan akuntansi atau tindakan nyata manajer yang mempengaruhi laba
untuk mencapai tujuan spesifik atas laba yang dilaporkan (Scott, 2012).
Di Indonesia terdapat skandal praktik manajemen laba yang dilakukan
oleh PT. Toshiba Corp. di tahun 2015. Seperti yang dilansir pada
Liputan6.com, bahwa hasil laporan oleh akuntan independen dan pengacara
mengatakan laba operasional Toshiba telah overstated sebesar ¥151.8 milyar
atau sekitar US$1,22 milyar. Kemudian terkait dengan perataan laba, sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky Syahfandi dan Siti
Mutmainah, SE.,MS.i.,Akt. Yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif”
bahwa bank-bank islam melakukan manajemen laba dengan praktik perataan
laba (income smoothing).
Income smoothing adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh
manajer dengan menggunakan kebijakan akuntansi untuk mengurangi fluktuasi
laba (Nejad, Hossein Soltani., Sina Zeynali and Seyed Sadegh Alav, 2013).
Prasetio (2002) dalam Gayatri dan Wirakusuma (2012) mengatakan bahwa,
tindakan perataan laba dalam laporan keuangan merupakan hal yang biasa
dilakukan oleh perusahaan, namun tindakan ini tidak akan terealisasi apabila
laba yang diinginkan perusahaan tidak berbeda jauh dengan laba yang
sebenarnya. Adanya praktik perataan laba (income smooothing) menyebabkan
para pemakai laporan keuangan tidak dapat mengambil keputusan ekonomi
yang tepat, dikarenakan adanya informasi yang menyimpang dari seharusnya
terkait dengan laba perusahaan (Astika, et al, 2016).
Penelitian mengenai income smoothing telah banyak dilakukan
diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan Salno dan Baridwan (2000)
7
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba dan kaitannya dengan
kinerja saham perusahaan publik di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor besaran perusahaan, net profit margin, kelompok usaha,
dan winner-loser stock secara signifikan tidak berpengaruh terhadap perataan
laba. Selanjutnya, Rahmat, Hasfhi (2016) juga meneliti terkait income
smoothing pengaruhnya terhadap kepemilikan manajerial, price earning ratio,
ROA, dan pertumbuhan ekonomi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial, ROA, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif
terhadap income smoothing dan price earning ratio tidak berpengaruh terhadap
income smoothing. Sedangkan secara simultan variabel independen tersebut
berpengaruh positif terhadap income smoothing (variabel dependen).
Kemudian penelitian selanjutnya yang mengkaitkan income smoothing dengan
peringkat obligasi oleh Krisseptiyan Sebastianus Wahyu dan MI Mitha Dwi
Restuti (2015) meneliti “The Impacts of Income Smoothing Toward Bond
Ratings” , dan hasil nya :
“The results of this study is the income smoothing does not affect the bond
ratings. Rating Agency Securities rank the bonds obtained a firm does not
see only with a stable financial condition indicated by the small changes in
profit every year but changes in income each year also showed that the
greater the increase in the company's performance will also improve the
bond rating.”
Dan dapat diartikan bahwa hasil dari penelitian ini adalah perataan laba tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Selanjutnya, Jung Boochun, Naomi
S, dan Yanhua S (2012) meneliti Earnings Smoothing Activities of Firms to
Manage Credit Ratings, hasilnya menyebutkan bahwa :
8
“In addition, we find that earnings smoothing activity indeed increases the
likelihood of a subsequent rating upgrade for firms with plus notch ratings.
Thus, it appears that earnings smoothing activity can be used as a tool to
manage credit ratings.”
Kemudian dapat diartikan bahwa aktivitas income smoothing dapat menjadi
alat dalam mengelola peringkat obligasi. Masalah keagenan tersebut yang
dalam hal ini adalah income smoothing dapat diatasi dengan menerapkan
sistem tata kelola perusahaan secara baik.
Sistem tata kelola perusahaan yang baik ini biasa dikenal dengan sebutan
good corporate governance (GCG). Penggunaan mekanisme good corporate
governance (GCG) diharapkan dapat menjadikan suatu pemecahan masalah
dari terjadinya masalah asymetry informasi ini atau masalah keagenan. Pada
penelitian ini indikator mekanisme GCG yang digunakan adalah ukuran dewan
komisaris, dewan komisaris independen, dan komite audit. GCG muncul
sebagai suatu prinsip yang dapat diterapkan berkaca dari berbagai kasus
keuangan di dunia (Rasyid, Rosmita dan Ervina, Joice K, 2013). Telah banyak
penelitian mengenai GCG, salah satunya mengetahui hubungan antara GCG
terhadap peringkat obligasi. Penelitian Kadek Kristiana Dewi dan Gerianta
Wirawan Yasa (2016) menunjukkan bahwa GCG yang diproksikan oleh
corporate governanve perception index (CGPI) berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi. Selanjutnya hal yang sama dikemukakan oleh Afriani
Chynthia, Sidharta U, dan Ahmad M. Amin dalam penelitiannya yakni :
“....this study finds that after controlling ownership structure, firm default
risk, and firm size, CG practices do have positive influence on firm credit
ratings.”
9
Dan dapat diartikan bahwa, pada studi tersebut ditemukan bahwa setelah
mengontrol struktur kepemilikan, risiko perusahaan, dan ukuran perusahaan,
praktik CG memiliki pengaruh positif terhadap peringkat kredit perusahaan.
GCG mempunyai lima (5) prinsip dasar yakni transparancy, accountability,
responsibility, independency, dan fairness. Salah satu prinsip tersebut terdapat
prinsip responsibility dimana pengertianya merupakan pertanggungjawaban
yang dilakukan pihak manager kepada pihak investor atau pemangku
kepentingan lainnya.
Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa investor tidak hanya
membutuhkan akuntabilitas dan evaluasi kinerja perusahaan melalui laporan
laba saja, tetapi juga mempertimbangkan laporan pertanggungjawaban
perusahaan untuk karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Investor juga
mempertimbangkan pengungkapan tanggung jawab sosial dalam evaluasi
kinerja perusahaan, sehingga menurut transparansi dalam pelaporan kinerja
sebagai komponen penting seperti, pengungkapan corporate social
responsibility (CSR) yang menyediakan transparansi dan akuntabilitas yang
lebih baik. Hong dan Anderson (2011) dalam Lukita, Carolyn. (2017), CSR
mencerminkan komitmen perusahaan untuk memperhitungkan dampak dari
operasi perusahaan bagi sosial, ekonomi dan lingkungannya, tanggung jawab
sosial menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan CSR yang
tinggi merupakan perusahaan yang memiliki komitmen yang kuat untuk
lingkungan.
Perkembangan praktik dan pengungkapan corporate social responsibility
(CSR) di Indonesia dilatarbelakangi oleh dukungan pemerintah yaitu dengan
dikeluarkannya regulasi terhadap kewajiban praktik dan pengungkapan CSR
melalui Undang-Undang Perseroan terbatas Nomor 40 Tahun 2007, pasal 66
10
dan 74. Pada pasal 66 ayat (2) bagian c disebutkan bahwa selain
menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan untuk
melaporkan pelaksanaan tugas tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Sementara itu, di dalam pasal 74 dinyatakan bahwa kewajiban untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. Selain itu, kewajiban
pelaksanaan CSR juga diatur dalam Undang-Undang Penanaman Modal No.
25 Tahun 2007 pasal 15 bagian b, pasal 17, dan pasal 34 yang mengatur setiap
penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam tanggung jawab sosial
perusahaan (UU PT, 2007). Adanya mekanisme bahwa perusahaan perlu
memperhatikan kepentingan stakeholders sesuai dengan aturan yang ada dan
menjalin kerjasama yang aktif dengan stakeholders demi kelangsungan hidup
jangka panjang perusahaan dan struktur governance yang memiliki konsep
CSR dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi.
Penelitian yang mengkaitkan corporate sosial responsibility dengan
peringkat obligasi adalah penelitian dilakukan oleh Hadiprajitno, P Basuki dan
Wijayani, Dien A (2011). Variabel yang diteliti adalah corporate governance
dan corporate social responsibility (CSR) terhadap peringkat obligasi. Hasil
penelitian yang menggunakan 60 sampel obligasi ini menyimpulkan bahwa
corporate governance perception index (CGPI) corporate social responsibility
(CSR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
Atas dasar pemaparan dari fenomena-fenomena diatas dan juga ketidak
konsistenan atas penelitian-penelitian terdahulu, kemudian Penelitian ini
mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi dan Yasa
(2016) yakni “pengaruh good corporate governance, profitabilitas, likuiditas,
dan solvabilitas terhadap peringkat obligasi”, peneliti termotivasi untuk
11
melakukan penelitian yang menjelaskan “Pengaruh Profitabilitas, Income
Smoothing, Mekanisme Corporate Governance dan Corporate Social
Responsibility terhadap Peringkat Obligasi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah
penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap peringkat
obligasi ?
2. Apakah income smoothing berpengaruh dan signifikan terhadap peringkat
obligasi?
3. Apakah mekanisme corporate governance dalam hal ini ukuran dewan
komisaris, dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh dan
signifikan terhadap peringkat obligasi?
4. Apakah corporate social responsibility berpengaruh dan signifikan
terhadap peringkat obligasi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
profitabilitas, income smoothing, mekanisme corporate governance dalam hal
ini ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen, dan komite audit
dan corporate social responsibility perusahaan terhadap peringkat obligasi.
Lebih khusus, penelitian ini mempunyai tujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh dan signifikan
terhadap peringkat obligasi
12
2. Untuk mengetahui apakah income smoothing berpengaruh dan signifikan
terhadap peringkat obligasi
3. Untuk mengetahui apakah mekanisme corporate governance dalam hal ini
ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen, dan komite audit
berpengaruh dan signifikan terhadap peringkat obligasi
4. Untuk mengetahui apakah corporate social responsibility berpengaruh dan
signifikan terhadap peringkat obligasi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yaitu :
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terutama mengenai pentingnya pengungkapan pertanggung
jawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan karena akan bermanfaat
baik itu eksternal perusahaan maupun internal perusahaan itu sendiri dan
pengetahuan tentang investasi obligasi terutama faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi
maupun referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya serta sebagai
sarana untuk menambah wawasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Teori agensi
Agency theory menjelaskan bahwa individu yang menjalankan suatu
entitas memiliki motivasi yang disebabkan oleh kepentingan dirinya sendiri
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal (pemilik) dan
agent (pengelola). Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976) yang menjelaskan bahwa adanya pemisahan kepemilikan
dengan pengendalian suatu entitas/perusahaan. Pemisahan tersebut
memiliki hubungan kontrak antara satu pihak dengan pihak lainnya,
dimana pemilik melakukan kontrak terikat dengan pengelola (agent) untuk
melakukan operasionalisasi entitas untuk kepentingan pemilik dengan
adanya pendelegasian otoritas tertentu agar pengelola dapat membuat
keputusan.
Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara pengelola dengan
pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Jika kedua pihak (pengelola dan
pemilik) tersebut melakukan upaya untuk memaksimalkan kebutuhannya,
maka muncul alasan yang kuat bahwa pengelola bertindak bertentangan
dengan kepentingan pemilik, sehingga memicu adanya biaya keagenan
(agency cost). Biaya keagenan tersebut menurut Jensen dan Meckling
(1976) meliputi :
13
14
a. Monitoring Cost oleh pemilik : Biaya ini dikeluarkan oleh pemilik
untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku pengelola antara lain
usaha untuk mengendalikan pengelola dengan cara pembatasan
anggaran dan kebijakan kompensasi.
b. Bonding Cost oleh pengelola : Biaya ini dikeluarkan oleh pengelola
untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme kebijakan yang
menjamin bahwa pengelola akan melaksanakan tugasnya sesuai
dengan kepentingan pemilik.
c. Residual loss : biaya yang terjadi akibat dari perbedaan keputusan
antara pemilik dan pengelola yang menyebabkan penurunan tingkat
kesejahteraan pemilik maupun pengelola.
Sebagai pengelola, pihak manajemen perusahaan akan melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraannya dalam mengelola
perusahaan dengan cara meningkatkan produktivitas maupun menambah
modal perusahaan guna mengembangkan perusahaan. Sebaliknya, pemilik
dalam hal ini investor modal maupun pinjaman/kreditor juga akan berupaya
untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan memilih menginvestasikan
dananya terhadap perusahaan-perusahaan yang mampu memberikan
keuntungan yang besar atas pengembalian dana tersebut baik secara
langsung berupa bagi hasil, dividend dan bunga pinjaman maupun tidak
langsung berupa kenaikan harga dalam saham, obligasi maupun sukuk.
Perbedaan kepentingan antara pemberi modal dan manajemen
perusahaan merupakan sebuah hubungan yang dapat menimbulkan
permasalahan keagenan (agency problem) dan informasi yang tidak
15
seimbang (asymmetric information). Agency problem timbul akibat konflik
antara manajemen dan pemilik/pemberi modal terkait dengan peningkatan
kesejahteraan masing-masing pihak dan pembagian risiko yang terjadi
dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan asymmetric information
terjadi disebabkan oleh pembagian informasi yang tidak sama antara pihak
manajemen dan pihak pemilik/pemberi modal. Hal ini sering muncul dalam
praktik pelaporan keuangan sebagai sebuah informasi penting perusahaan
yang dibuatbuat sehingga menimbulkan ketidak transparanan dalam
menunjukkan kinerja manajemen kepada pemilik/pemberi modal.
Dalam teori keagenan, adanya perbedaan tersebut dilandasi oleh tiga
asumsi yang dikemukakan oleh Eisenhardt tahun 1989 yaitu,
a. Asumsi sifat manusia (human assumptions) meliputi self-interest yang
mengutamakan kepentingan diri sendiri, bounded-rationality yang
memiliki keterbatasan rasionalitas, dan risk aversion yang lebih
memilih menjauhi risiko.
b. Asumsi keorganisasian (organizational assumptions) meliputi konflik
antar anggota organisasi, efisiensi produktivitas dan asimetri informasi
antara pengelola dan pemilik.
c. Asumsi informasi (information assumptions) yang mengasumsikan
bahwa informasi adalah komoditas yang dapat diperdagangkan.
Untuk mengurangi asumsi-asumsi tersebut maka perlu adanya
pemisahan fungsi antara eksekutif dan pengawasan. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Alijoyo dan Zaini (2004) yang beranggapan bahwa pemisahan
fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan dapat
menciptakan “check and balances”, sehingga terjadi independensi yang
16
sehat bagi para manajer sebagai pengelola dan pemilik/pemberi modal
sebagai pemegang kepentingan.
Pemisahan fungsi eksekutif tersebut merupakan suatu mekanisme
pengelolaan yang disebut sebagai corporate governance dan fungsi
pengawasan dilakukan dengan mekanisme audit. Selain itu, pemilik juga
dapat menunjuk pihak ketiga dalam menilai kinerja perusahaan sebagai
bentuk monitoring cost supaya hasil penilaian terhadap kinerja manajemen
dapat lebih independen dan professional.
2. Teori sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal merupakan pengembangan dari teori keagenan dimana
teori ini berkaitan dengan hubungan antara manajemen dan penerima
informasi yang menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak
manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan
dengan informasi yang dikeluarkan tersebut.
Dasar teori sinyal adalah ketidak seimbangan perolehan informasi
yang menjadi alasan bagi pihak manajemen untuk mengungkapkan
informasi melalui laporan keuangan. Ketidak seimbangan informasi dapat
terjadi diantara dua kondisi eksterm yaitu perbedaan informasi yang kecil
sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat
signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen (Sartono,
2002). Asimetri informasi muncul karena adanya salah satu pihak yang
mempunyai informasi lebih baik, dalam hal ini adalah pihak manajer yang
mengetahui informasi mengenai internal perusahaan yang lebih baik
dibandingkan dengan para pemilik/pemberi modal. Kondisi ini
17
memberikan kesulitan bagi para pemilik/pemberi modal dan kreditur untuk
membedakan antara perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.
Teori ini menyatakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal pada pengguna laporan keuangan (stakeholder).
Menurut Restuti (2006) menunjukkan bahwa kualitas keputusan investor
dipengaruhi oleh pengungkapan kualitas informasi perusahaan dalam
laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut digunakan untuk
mengurangi asimetri informasi yang timbul saat manajer lebih mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding
pihak eksternal perusahaan.
Sedangkan Jama’an (2008) mengemukakan bahwa signalling theory
menunjukkan bahwa sinyal berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik dengan
adanya promosi atau informasi lain memberikan pernyataan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi.
Selanjutnya menurut Raharja dan Sari (2008), sinyal informasi
tersebut salah satunya dapat berupa pemberian peringkat obligasi yang
dipublikasikan diharapkan dapat menjadi memberikan kondisi keuangan
perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi dengan utang
yang dimiliki.
Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan
yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan
perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait
18
dengan utang yang dimiliki. Kualitas informasi tersebut pada obligasi
diharapkan menjadi sinyal yang menyatakan kondisi keuangan dan sinyal
mengenai kinerja manajemen perusahaan terkait oleh karena manajer turut
memberikan informasi yang berkualitas dalam peringkat obligasi sehingga
dapat mengurangi risiko gagal bayar (default risk) akibat asimetri
informasi.
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal
sendiri (Rasyid, Rosmita dan Ervina, Joice K, 2013). Dalam penelitian
Sejati (2010) berpendapat bahwa rasio profitabilitas yang diukur dengan
return on assests (ROA) mempunyai pengaruh yang positif terhadap
pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih bedasarkan tingkat aset tertentu. Penelitian
Kustiyaningrum, et al (2016) yang menghubungkan rasio profitabilitas
dengan peringkat obligasi berpendapat bahwa rasio profitabilitas yang
diukur dengan return on assets (ROA) tidak berpengaruh secara parsial
namun secara simultan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal yang
sama dikemukakan oleh Rasyid dan Ervina (2013) yakni ROA mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi. Oleh karena itu, dari
beberapa penelitian di atas bahwa rasio profitabilitas menggunakan proksi
ROA.
19
4. Income Smoothing
Perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun
dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi
pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa perataan laba sebagai fenomena proses manipulasi
profil waktu dari pendapatan atau laporan laba menjadi kurang bervariasi,
sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama
periode tersebut (Belkaoui, 2006:73). Income smoothing merupakan usaha
yang disengaja untuk memperlancar laju keuntungan (profit), sehingga
pada saat ini dianggap wajar bagi perusahaan (Utomo dan Siregar, 2008).
Dalam kasus ini, income smoothing menunjukkan usaha pengelolaan
perusahaan untuk mengurangi variasi pendapatan abnormal dalam batas
yang diizinkan dalam praktik prinsip akuntansi dan manajemen yang
masuk akal. Sementara itu menurut Koch dalam Utomo (2008), income
smoothing didefinisikan sebagai alat manajemen yang digunakan untuk
mengurangi variabilitas jumlah relativ arus laba yang dilaporkan
merupakan target manajemen dengan memanipulasi variabel buatan dan
variabel riil. Menurut Munandar, Agus dan Rasinih (2016), income
smoothing merupakan salah satu bentuk kecurangan dalam laporan
keuangan yang dapat merugikan perusahaan.
Kusuma dan Sari (2003), Sugiarto dan Sopa (2003) dalam Sutri
Handayani (2016) menyatakan bahwa pihak manajemen perusahaan sangat
menyadari peranan informasi laba dalam income statement. Oleh sebab itu,
pihak manajemen akan lebih cenderung memberikan kebijakan dalam
penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan yang biasanya
20
bersifat jangka pendek. Hal ini dilakukan supaya mampu mengatasi
masalah yang timbul antara pihak manajemen dengan pihak lain yang
berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder). Para manajer akan
melaksanakan perataan laba ini karena biasanya laba yang stabil dan tidak
banyak fluktuasi dari satu periode ke periode yang lain, itu dinilai sebagai
prestasi yang baik.
Alasan dilakukannya Income smoothing , pertama, dilakukan dengan
tujuan mengurangi keuntungan dan meratakan biaya pada periode saat ini
sehingga dapat mengurangi pajak. Kedua, tindakan Income smoothing
dapat meningkatkan kepercayaan investor karena mendukung stabilitas
dalam kebijakan pendapatan dan dividen seperti yang diharapkan. Ketiga,
tindakan Income smoothing dapat memperkuat hubungan antara manajer
dan karyawan karena dapat menghindari permintaan upah/gaji yang lebih
tinggi oleh karyawan. Keempat, Income smoothing memiliki dampak
psikologis terhadap ekonomi, dimana kemajuan dan kekurangannya dapat
dibandingkan dan juga gelombang optimisme dan pesimisme dapat
ditekan. Keempat alasan ini dikemukakan oleh Yulianto dalam Mila dan
Supratmi (2012).
5. Corporate Governance
a. Definisi Corporate Governance
Menurut Griffin (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007)
pengertian corporate governance adalah “The roles of shareholders,
directors and other managers in corporate decision making”. Jadi
menurut Griffin, corporate governance merupakan suatu sistem yang
21
mengatur pemegang saham, direktur maupun manajer dalam
pengambilan keputusan perusahaan.
Lebih lanjut IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance)
mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian mekanisme
untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar
operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku
kepentingan (stakeholders). Corporate governance berkaitan erat
dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya
maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Menurut Forum for Corporate Governance in Jakarta (FCGI
(2001)) corporate governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa corporate
governance merupakan serangkaian mekanisme yang ditujukan untuk
mengarahkan dan mengendalikan jalannya suatu perusahaan agar
operasionalnya berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan oleh para
pemangku kepentingan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006),
setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Untuk mencapai
22
kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders) diperlukan asas
GCG, sebagai berikut:
1) Transparancy
Menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
2) Accountability
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola
secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3) Responsibility
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.
23
4) Independency
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
b. Mekanisme Corporate Governance
Penelitian mengenai corporate governance menghasilkan berbagai
mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan
manajemen selaras dengan kepentingan shareholders (terutama
minority interest). Mekanisme corporate governance dibagi menjadi
dua kelompok: (1) berupa internal mechanism (mekanisme internal)
seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial
dan kompensasi eksekutif (2) external mechanism seperti pengendalian
oleh pasar dan level debt financing. Menurut Ulupui dan Ratnadewi
(2016) tata kelola perusahaan (CG) berkaitan dengan bagaimana suatu
perusahaan bertanggungjawab terhadap pihak yang memiliki
kepentingan terutama atas kegiatan yang berkaitan dengan
perekonomian beserta dampak-dampaknya. Dalam penelitian ini proksi
yang digunakan untuk mengukur good corporate governance antara
lain:
24
1) Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah menghitung presentase jumlah
total dari anggota dewan komisaris (Rahmawati Melai, Khikmah
Siti Noor dan Dewi Veni Soraya, 2017). Ukuran dewan komisaris
mengacu pada penelitian El-Chaarani, H. (2014) dirumuskan
dengan:
DK = jumlah dewan komisaris
2) Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan, hubungan
kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham
pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen (Surat Edaran Bank
Indonesia No. 15/15/DPNP). Keberadaan komisaris independen
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pengawasan dan
mengupayakan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan
(Dewi Laurensia Chintia dan Nugrahanti Wacana Y W, 2014).
Dewan komisaris independen diukur dengan (Sari dan Riduwan,
2010):
𝑃𝐷𝐾 =Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Komisaris
3) Komite Audit
Komite audit bertugas untuk memantau perencanaan dan
pelaksanaan audit, kemudian mengevaluasi hasil audit guna
25
menilai kelayakan dan kemampuan kemampuan pengendalian
interen termasuk mengawasi proses penyusunan laporan keuangan
(Latifa, 2015). Komite audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga
orang anggota, dipimpin oleh seorang Komisaris independen
(Surjadi Christy dan Tobing Rudolf L, 2016).
6. Corporate Social Responsibility
Stakeholder merupakan sosok yang penting bagi kelangsungan hidup
perusahaan, sehingga perusahaan harus mencari dukungan dari stakeholder
untuk bisa going concern. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri, dan untuk mendapatkan
dukungan dari stakeholder perusahaan harus memberikan manfaat bagi
para stakeholdernya.
Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan
mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama
stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya
yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja,
pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007).
Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder
perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan pelaksanaan CSR
diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan
menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
stakeholdernya. Menurut Ulupui dan Ratnadewi (2016), corporate social
responsbility merupakan wujud pertanggungjawaban yang dilaksanakan
oleh perusahaan yang diarahkan untuk membangkitkan perekonomian
26
masyarakat yang beriringan dengan meningkatnya kualitas hidup bagi
seluruh masyarakat.
Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD), corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab
social perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui
kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan perusahaan, komunitas
setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi kelangsungan bisnis
perusahaan maupun untuk pembangunan.
7. Peringkat Obligasi
Obligasi merupakan suatu instrumen pendapatan tetap (fixed income
securities) yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) dengan menjanjikan
suatu tingkat pengembalian kepada pemegang obligasi atas dana yang
diinvestasikan investor berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan
nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut jatuh tempo.
Peringkat obligasi adalah pernyataan tentang keadaan peminjam dan
kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan terkait dengan hutang yang
dimiliki (Sari, 2010). Obligasi biasanya mendapatkan peringkat secara
berkala yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat. Peringkat obligasi
dilakukan untuk memperkirakan kemampuan penerbit obligasi untuk
membayar bunga dan hutang modal berdasarkan analisis keuangan dan
kemampuan membayar pinjaman.
27
Terdapat beberapa penelitian terkait peringkat obligasi, diantaranya
yang dilakukan oleh Yasa dan Dewi (2016), penelitiannya berjudul
“Pengaruh Good Corporate Governance, Profitablitisan, Likuiditas, dan
Solvabilitas terhadap Peringkat Obligasi”. hasil penelitiannya Hasil
penelitian menemukan bahwa good corporate governance yang
diproksikan oleh corporate governance perception index, profitabilitas
yang diproksikan oleh return on assets dan solvabilitas yang diproksikan
oleh cash flow from operating/total liabilities berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi, sedangkan likuiditas dengan proksi current ratio tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
PT. Pefindo merupakan salah satu lembaga pemeringkat yang
memberikan penilaian objektif, independen, terpercaya terhadap surat
utang yang ditawarkan kepada masyarakat melalui peringkat risiko surat
utang (Shanti, et al, 2009).
PT. Pefindo atau PT Pemeringkat Efek Indonesia, didirikan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 1993 melalui inisiatif Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) dan Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994,
PT. Pefindo mendapatkan izin usaha dari BAPEPAM dengan
nomor39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga penunjang pasar
modal di Indonesia. Tugas utama PT. Pefindo yaitu menyediakan peringkat
atas risiko kredit dengan objektif, independen, dan dapat
dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat utang yang diperdagangkan
kepada masyarakat luas.
28
Dalam melakukan pemeringkatan obligasi, PT. Pefindo memiliki
prosedur pemeringkatan yang baku. Prosedur tersebut berisi
langkahlangkah yang dilakukan PT. Pefindo sebelum menerbitkan credit
rating perusahaan. Adapun langkah-langkah proses pemeringkatan oleh
PT. Pefindo adalah sebagai berikut :
a. Rating Request
Proses pemeringkatan biasanya didahului dengan permintaan formal
oleh perusahaan yang memerlukan peringkat.
b. Administration Fulfillment
PT. Pefindo akan mengirimkan draft contract dan surat yang berisi
pernyataan-pernyataan yang harus dipenuhi. Perusahaan harus
menyerahkan laporan keuangan perusahaan selama 3 sampai 5 tahun
yang sudah di audit, beberapa pertanyaan terinci dan data operasional
yang terdapat pada kuesioner, serta dokumen-dokumen lain seperti
prospektus, memo informasi, dan sebagainya.
c. Analitic Team Assignment
Proses pemeringkatan dimulai setelah PT. Pefindo menerima kontrak
yang sudah ditandatangani, serta semua persyaratan. PT. Pefindo akan
menunjuk tim analis yang memiliki pengalaman di industri atau sektor
yang terkait dengan perusahaan.
d. Analytical Process
Proses pemeringkatan termasuk kunjungan ke fasilitas operasional
utama perusahaan. Jika diperlukan, tim analis juga bisa mencari data
dan informasi dari sumber lain yang terpercaya. Selain itu, tim analis
akan mengadakan management meeting dengan pihak manajemen
29
perusahaan agar bisa mendapatkan penilaian yang lebih baik mengenai
penilaian kualitatif akan tingkat pengetahuan, kapabilitas, komitmen,
kebijakan manajemen perusahaan, serta ukuran-ukuran kualitatif lain
yang memiliki pengaruh terhadap peringkat.
e. Rating Committe
Tim analis akan mengadakan rating committee meeting untuk
mempresentasikan dan mengajukan peringkat perusahaan kepada
anggota komite untuk dilakukan proses pemungutan suara. Peringkat
akhir yang ditujukan untuk didasarkan pada suara terbanyak dari
anggota komite.
f. Notification to Issuer
Selanjutnya, tim analis akan memberitahu hasil pemeringkatan kepada
perusahaan terkait. Hasil pemeringkatan tersebut biasanya dipaparkan
dalam rating rationale, yaitu laporan satu halaman yang berisi
beberapa ikhtisar laporan keuangan (financial highlights) dan
penjelasan supporting factors dan mitigating factors dari hasil
pemeringkatan tersebut.
g. Appeal
Perusahaan akan mendapatkan satu kali kesempatan untuk mengajukan
banding (appeal) terhadap hasil peringkat dengan memberikan
informasi atau data penting yang baru. Selanjutnya, tim analis akan
mempresentasikan dan mengajukan kembali kepada komite peringkat.
Namun, tidak ada jaminan bahwa peringkat baru berdasarkan tambahan
informasi tersebut akan mengubah keputusan peringkat terdahulu.
30
h. Rating Release or Not Publish
Hasil pemeringkatan dapat dipublikasikan atau tidak dipublikasikan,
tergantung persetujuan dari perusahaan. Jika perusahaan menyetujui
untuk mempublikasikan hasil peringkat tersebut, maka PT. Pefindo
akan membuat siaran pers (press release) kepada media dan anggota
milis PT. Pefindo. Press release tersebut berupa laporan singkat yang
merupakan ringkasan dari rating rationale. Laporan rating rationale
selengkapnya akan dipublikasikan di website PT. Pefindo serta
bentukbentuk publikasi lainnya seperti credit insight, rating highlight,
dan sebagainya. Sebaliknya, jika perusahaan memutuskan untuk tidak
mempublikasikan hasil peringkat, maka PT. Pefindo akan menjaga
hasil pemeringkatan tersebut.
Setiap rating yang diberikan Pefindo terhadap obligasi perusahaan
memiliki definisi atau keterangan tertentu. Berikut ini adalah definisi
peringkat obligasi secara umum dalam pefindo yang telah diterjemahkan.
31
Tabel 2.1 Definisi Peringkat Obligasi
AAA Efek utang dengan peringkat AAA merupakan efek
utang dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang
didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif
dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi 4
kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang
diperjanjikan
AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas
kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung
oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk
memenuhi kewajiban finasial jangka panjangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan
entitas Indonesia lainnya
A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan
kemampuan obligor yang kuatdibandingkan dengan
entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan
yang merugikan
BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampan
obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan
entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewjiban
finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah
oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan
BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan
kemampuan obligor yang agak lemah relatif
dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi
kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis
dan perekonomian yang keadaan bisnis dan
perekonomian yang tidak menentu
32
Tabel 2.1 Lanjutan
B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter
perlindungan yang sangat lemah. Walapun obligor
masih memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya
perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan akan memperburuk kemampuan obligor
utuk memenuhi kewajiban finansialnya.
CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan efek
utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban
finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan
keadaan eksternal.
D Efek utang dengan peringkat D menandakan efek utang
yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti
berusaha
Sumber: Pefindo
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh profitabilitas, income
smoothing, mekanisme corporate governance, dan corporate social
responsibility terhadap peringkat obligasi diringkas pada tabel berikut ini :
33
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
1. Sutri Handayani
(2016)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Berpengaruh
Terhadap Perataan
Laba (Studi Pada
Industri Sektor
Pertambangan dan
Industri Farmasi
yang Terdaftar Di
BEI)
1. Menggunakan
variabel
dependen
perataan laba
2. Menggunakan
proksi ROA
1. Periode
pengambilan
sampel dari
laporan
keuangan
perusahaan
yang terdaftar di
BEI yakni dari
2012-2015
2. Populasi dan
sampel
penelitian
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa pada industri
pertambangan faktor
ukuran perusahaan
signifikan terhadap
perataan laba,
sedangkan pada
industri farmasi faktor
ROA dan DER yang
signifikan terhadap
perataan laba.
Tabel 2.2
Lanjutan
34
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
2. Sebastianus
Wahyu K dan MI
Mitha Dwi R
(2015)
The Impacts of
Income Smoothing
Toward Bond
Ratings
1. Menguji
vaiabel yang
sama yaitu
income
smoothing
dan
profitabilitas
dengan proksi
ROA
2. Data yang
digunakan
adalah data
sekunder.
1. Populasi dan
sampel
penelitian dari
obligasi
perusahaan
yang terdaftar
di bursa efek
Indonesia
2. Periode
pengambilan
sampel yaitu
2008-2012
Variabel yang
berpengaruh negative
yaitu income smoothing
tidak mempengaruhi
peringkat obligasi
Tabel 2.2
Lanjutan
35
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
3. Kadek Kristiana
D dan Gerianta
Wirawan Y
(2016)
Pengaruh Good
Corporate
Governance,
Profitabilitas,
Likuiditas, dan
Solvabilitas
terhadap Peringkat
Obligasi
1. Menguji variable
yang sama yaitu
good corporate
governance,
profitabilitas, dan peringkat obligasi.
2. Data yang
digunakan adalah data sekunder.
1. Populasi,
sample dan
periode
penelitian
2002-2013
2. Menggunakan
proksi CGPI
dalam
mengukur good
corporate
governance
1. Variabel yang
berpengaruh positif :
good corporate
governance
,profitabilitas dan
solvabilitas berpengaruh
positif terhadap peringkat obligasi
2. Variabel yang
berpengaruh negatif:
likuiditas tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
Tabel 2.2
Lanjutan
36
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
4. Cynthia Afriani
Utama, Sidharta
Utama and
Ahmad M. Amin
(2016)
The Influence of
Corporate
Governance
Practices and
Ownership
Structure on Credit
Ratings: Evidence
from Indonesia
1. Menguji
variable
yang sama
yaitu,
corporate
governance
dan
peringkat
obligasi.
2. Data yang
digunakan
adalah data
sekunder.
1. Populasi,
sample dan
periode
penelitian dari
2004-2008
2. Menggunakan
proksi prinsip
tata kelola
perusahaan
OECD dalam
mengukur
corporate
governance
Studi ini menemukan
bahwa praktik corporate
governance mengurangi
masalah keagenan antara
kreditur dan pemegang
saham. Hal ini tercermin
dari dampak positifnya
terhadap peringkat kredit
perusahaan. Hasil
pengujian selanjutnya
menunjukkan bahwa
peringkat kredit
dipengaruhi secara positif
oleh kepemilikan saham
yang dimiliki oleh
pemegang saham.
Tabel 2.2
Lanjutan
37
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
5. Sung C. Bae,
Kiyoung Chang,
dan Ha-Chin Yi
(2017)
Corporate social
responsibility,
credit rating, and
private debt
contracting: new
evidence from
syndicated loan
market
1. Menguji
variable yang
sama yaitu
corporate
social
responsibility
dan peringkat
obligasi.
2. Data yang
digunakan
adalah data
sekunder.
1. Sampel
penelitian dari
basis data
Thomson
Reuters LPC
DealScan
selama periode
1991-2008.
Secara keseluruhan,
hasil nya memberikan
bukti kuat bahwa
corporate social
responsibility penting
untuk penentuan harga
kontrak pinjaman di luar
informasi tingkat kredit
dan hasilnya tetap sesuai
dengan ukuran
kemungkinan efek
perusahaan dan masalah
endogenitas.
Tabel 2.2
Lanjutan
38
NO Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian dan Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
6. Najah Attig,
Sadok El Ghoul,
Omrane
Guedhami, dan
Jungwon Suh
(2013)
Corporate
Social
Responsibility
and Credit
Ratings
1. Menguji
variable yang
sama yaitu
corporate
social
responsibility
dan peringkat
obligasi.
2. Data yang
digunakan
adalah data
sekunder.
1. Sampel perusahaan
diambil dari Compustat
yang memberikan
peringkat kredit dan data
laporan keuangan; Pusat
Penelitian Harga
Keamanan (CRSP), yang
menyediakan data return
saham;
Thompson Estimate
Estimate System (I / B / E /
S) Thompson, yang
menyediakan data
perkiraan analis; MSCI
ESG STATS
(sebelumnya dikenal
dengan KLD STATS),
yang menyediakan data
corporate social
responsibility.
hasil kami menunjukkan
bahwa kinerja corporate
social responsibility
menyampaikan informasi
non-keuangan penting yang
mungkin akan digunakan oleh
lembaga pemeringkat dalam
menilai kelayakan kredit
perusahaan mereka, dan
bahwa investasi corporate
social responsibility -
terutama yang melampaui
perilaku kepatuhan untuk
mencerminkan apa yang
diinginkan oleh masyarakat
dapat menyebabkan biaya
pendanaan yang rendah dari
peringkat kredit yang lebih
tinggi.
39
Tabel 2.2
Lanjutan
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
7. Tri Wahyudi dan
Bambang Sugeng
Dwiyanto
(2014)
Pengaruh
Manajemen Laba
terhadap Peringkat
Obligasi Pada Saat
Emisi
1. Menguji
variable
yang sama
yaitu
peringkat
obligasi.
2. Data yang
digunakan
adalah data
sekunder.
1. Periode
pengumpulan
data dari
2010-2012
Manajemen laba
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi
perusahaan tetapi tidak
signifikan
40
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian sebelumnya, gambaran kerangka berfikir penelitian
ini mengenai pengaruh profitabilitas, income smoothing, mekanisme corporate
governance yang diwakili oleh ukuran dewan komisaris, dewan komisaris
independen, dan komite audit, dan corporate social responsibility terhadap
peringkat obligasi dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
41
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, INCOME SMOOTHING ,
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE , DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PERUSAHAAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
Teori Pendukung : Teori Agensi dan Teori Sinyal
Kesimpulan da n Saran
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Model Regresi : Ordinal Logistik
Pr ofitabilitas
Income Smoothing
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan Komisaris
Komite Audit
Corporate Social
Peringkat Obligasi
H1
H2
H3
H4
H5
H6
42
D. Hipotesis
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi
Profitabilitas adalah salah satu rasio keuangan yang dapat
memberikan gambaran mengenai kemampuan yang dimiliki perusahaan
untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal (Dali,
C. L., Ronni, S., and Malelak, M. I. , 2015). Apabila rasio profitabilitas
dari sebuah perusahaan, maka semakin tinggi tingkat laba operasi yang
dihasilkan yang kemudian digunakan untuk melunasi kewajiban bunga
atau utang lainnya. Dengan demikian ini akan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Rasio profitabilitas secara umum ada 5 (lima), yaitu
gross profit margin, net profit margin (NPM), cash flow margin, return
on assets (ROA), dan return on equity (ROE). Ukuran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA), hal ini mengacu
pada penelitian yang dilakukan oleh Rasyid, Rosmita dan Ervina, Joice
K (2013) dimana profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan
ROA (return on assets) terhadap peringkat obligasi berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi.
Sedangkan pada penelitian Kustiyaningrum, et al (2016)
menyebutkan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan ROA tidak
berpengaruh secara parsial terhadap peringkat obligasi, namun
berpengaruh secara simultan terhadap peringkat obligasi.
43
Dari ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti
dapat menarik suatu hipotesa:
H1 : Profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap peringkat
obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode
2014-2016.
2. Pengaruh Income Smoothing Terhadap Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi menggambarkan keadaan dari obligasi
perusahaan. Semakin tinggi rating nya maka semakin rendah risiko
default; yakni merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang
diterima dari suatu bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditetapkan. Investor akan melihat variasi pendapatan yang
tinggi sebagai ukuran risiko, sehingga semakin tinggi variasi
keuntungan perusahaan dari tahun ke tahun semakin tinggi risiko
obligasi nya (Martinez dan Castro, 2011). Sari dan Bardi (2010)
menyebutkan bahwa manajemen yang diduga melakukan praktik
manajemen laba pada periode sekitar penerbitan obligasi agar kinerja
perusahaan terlihat baik dimata investor maupun pemangku
kepentingan lainya, akan berdampak pada perolehan peringkat obligasi.
Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba. Perataan laba
merupakan sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi
44
fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang
diinginkan baik secara artifisial, yaitu melalui metode akuntansi,
maupun secara riil, yaitu melalui transaksi (Koch, 1981).
Hal ini juga terkait dengan ketentuan securities and exchange
commission (BAPEPAM) bahwa perusahaan yang terdaftar di securities
and exchange commission, setidaknya mendapatkan peringkat obligasi
BBB- (Yasa, 2010). Agar rating obligasi menjadi BBB, manajemen
akan melakukan praktik manajemen laba, salah satunya dengan income
smoothing (perataan laba).
Dalam metodologi pemeringkatan PT. Pefindo terdapat penilaian
dari struktur pendapatan dan struktur biaya perusahaan, dan sesuai
dengan pemaparan oleh Koch (1981), Maka hipotesis penelitiannya
adalah sebagai berikut :
H2 : Penerapan income smoothing perusahaan berpengaruh
terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2014-2016.
3. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Peringkat Obligasi
Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam
perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance.
Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme untuk mengawasi dan
mekanisme untuk memberikan petunjuk serta arahan pada pengelola
perusahaan (FCGI). Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar
45
jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin
efektif. Jadi semakin besar ukuran dewan komisaris maka akan
menyebabkan peringkat oligasi menjadi tinggi.
Terdapat beberapa penelitian terkait ukuran dewan komisaris
dengan peringkat obligasi diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Chandra Ly Dali, Sautma Ronni, dan Mariana Ing Malelak (2015)
menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi. Hasil yang sama diungkapkan
dalam penelitian Ayu Gandar Utami (2012), yakni ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Namun,
Dewan komisaris sebagai mekanisme penggendalian internal tertinggi
yang bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan
dan memberi masukan kepada direksi serta memastikan bahwa
perusahaan melaksanakan GCG. Ketika penerapan GCG berjalan
dengan baik seharusnya berbanding lurus dengan kinerja dari
perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Roes Angri W, Kharis Raharjo, dan Rita Andini, (2016) yaitu good
corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Kinerja keuangan merupakan salah satu dasar pemeringkatan
obligasi. Kemampuan penerbit obligasi untuk membayar bunga dan
hutang modal berdasarkan kemampuan membayar pinjaman dan
analisis keuangan dari kinerja keuangannya.
46
Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti dapat menarik hipotesa:
H3 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap peringkat
obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2016.
4. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Peringkat
Obligasi
Menurut FCGI dewan komisaris merupakan inti dari corporate
governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Ayu Gandar Utami (2012)
menyatakan komisaris independen merupakan suatu badan didalam
perusahaan yang biasanya beranggotakan dari dewan komisaris yang
independen dan yang tidak terafiliasi (tidak memiliki hubungan) dengan
manajemen.
Bhojraj dan Sengupta (2003) menyatakan bahwa persentase
kepemilikan institusi dan proporsi komisaris independen berhubungan
positif dengan peringkat obligasi. berbeda dengan pendapat dari Bhojraj
dan Sengupta, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Gandar Utami (2012)
menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Dari penjelasan diatas, peneliti dapat menarik suatu hipotesa:
47
H4 : Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap peringkat
obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2016.
5. Pengaruh Komite Audit terhadap Peringkat Obligasi
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan NO.55 menyebutkan bahwa
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi dewan komisaris. Tugas komite audit meliputi menelaah
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai
pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan
kepatuhan terhadap peraturan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosmita Rasyid dan Ervina Joice
Kostaman (2013) tentang “analisis pengaruh mekanisme good
corporate governance dan profitabilitas perusahaan terhadap peringkat
obligasi” menyebutkan bahwa salah satu mekanisme good corporate
governance yakni komite audit berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi. Namun hasil berbeda ditunjukkan dalam penelitian
Ayu Gandar Utami (2012) yakni komite audit tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut maka peneliti
menarik suatu hipotesa:
48
H5 : Komite audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-
2016.
6. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Peringkat Obligasi
Meningkatkan kepercayaan stakeholder’s merupakan salah satu
manfaat dari pengungkapan corporate social responsibility, sehingga
memiliki kemungkinan bahwa pengungkapan corporate social
responsibility perusahaan akan meningkatkan credit rating perusahaan.
seperti yang diketahui, pemeringkatan kredit perusahaan diindikasikan
memiliki hubungan dengan tingkat kepercayaan investor.
Deegan dalam Overheu dan Cotter (2009) menyatakan bahwa
perusahaan bisa saja menggunakan corporate social and environmental
(sustainability reporting) untuk melegitimasi bermacam aspek
perusahaan. Penelitian Attig N, Sadok E, Omrane G, dan Jungwon S
(2013) berjudul “Corporate Social Responsibility and Credit Ratings”
menyebutkan bahwa kinerja corporate social responsibility disclosure
dalam menyampaikan informasi non keuangan menjadi dasar
pertimbangan lembaga pemeringkat dalam menilai kelayakan kredit
perusahaan.
49
Berdasarkan penjelasan diatas dan hasil penelitian terdahulu maka
peneliti menarik satu hipotesa yaitu :
H6 : Corporate social responsibility berpengaruh terhadap peringkat
obligasi perusahaan jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2016.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor jasa
keuangan yang terdaftar di BEI dan menerbitkan obligasi serta obligasinya
mendapatkan peringkat dari PT. Pefindo periode 2014 sampai 2016. Penelitian
ini menggunakan metode analisis data regresi ordinal logistik sebagai metode
statistik nya dalam menguji hipotesis. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel dependen yang berupa peringkat obligasi,
sedangkan variabel independennya adalah profitabilitas, income smoothing,
mekanisme corporate governance, dan corporate social responsibility.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh obligasi yang
diterbitkan perusahaan dalam periode 2014-2016. Pemilihan sampel dilakukan
dengan menggunakan purposive sampling method, yaitu dengan menggunakan
kriteria tertentu dalam melakukan pemilihan sampel. Kriteria tersebut adalah :
1. Perusahaan sektor industri jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan menerbitkan Obligasi pada periode 1 Januari 2014 sampai
dengan 31 Desember 2016.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan per 31 Desember selama
periode 2014-2016 (bukan laporan konsolidasian).
50
51
3. Perusahaan yang menerbitkan Obligasi terdaftar dalam peringkat obligasi
yang dikeluarkan oleh PT. Pefindo dalam kurun waktu pengamatan.
4. Perusahaan yang obligasi korporasinya berenominasi rupiah dan bukan
berenominasi dollar, hal ini untuk menghindari pengaruh fluktuasi nilai
dollar terhadap harga obligasi.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian Analisis Pengaruh Profitabilitas, Income Smoothing,
Mekanisme Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility
Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi, peneliti memperoleh data mengenai
masalah yang diteliti melalui buku, jurnal, tesis, internet, serta perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknis
analisis kuantitatif dengan analisis regresi ordinal logistik (ordered logistic
regression). Alat analisis regresi logistik ordinal digunakan sebagai metode
analisis data karena variabel dependen berupa skala ordinal dimana peringkat
idAAA lebih tinggi dibandingkan idAA dan idAA mempunyai peringkat lebih
tinggi dibandingkan idA, maka analistik logistik harus menggunakan ordinal
regression atau sering disebut dengan PLUM (Polytomous Universal Model).
(Ghozali, 2013). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai tahapan-tahapan
pengujian dalam penelitian ini:
52
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtois dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013). Statistik deskriptif dalam penelitian ini dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum.
2. Uji Analisis Regresi Logistik Ordinal
a. Model Estimasi
Penelitian ini menguji pengaruh profitabilitas, income smoothing,
mekanisme corporate governance, dan corporate social responsibility
terhadap peringkat obligasi. Secara matematis, model dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Logit (p1) = Log (p1/(1-p1)) = α + β1ROA + β2IS + β3DK + β4DKI
+ β5KA + β6CSR persamaan (1)
Logit (p1+p2) = Log ((p1+p2)/(1-p1-p2)) = α + β1ROA + β2IS +
β3DK + β4DKI + β5KA + β6CSR persamaan (2)
Logit (p1+p2+…+pk) = Log ((p1+p2+p3)/(1-p1-p2-p3)) = α +
β1ROA + β2IS + β3DK + β4DKI + β5KA + β6CSR persamaan (3)
keterangan:
P : probabilitas peringkat obligasi BBB- =1, A-,A,A+ =2, AA,
AA,AA+ =3, AAA =4,
α : estimated
β0-β4 : intercept
53
ROA : tingkat profitabilitas yang diukur dengan menggunakan
return on assets
IS : Income smoothing
DK : Ukuran dewan komisaris
DKI : Dewan komisaris independen
KA : Komite Audit
CSR : Corporate social responsibility
Menurut Ghozali (2013), uji parallel lines digunakan untuk
menilai apakan asumsi bahwa semua kategori memiliki parameter yang
sama atau tidak. Dengan menyesuaikan link function untuk
menghasilkan model yang terbaik, yaitu dapat mengganti link fuction :
logit, cauchit, negative log log, complemantary log log, dan probit.
Menurut Ghozali (2013), link function yang baik dapat dilihat dari uji
parallel lines yaitu jika nilai p > 0,05 maka model cocok. Untuk
melihat model yang tepat atau fit dalam ordered logistic regression
dapat melihat nilai dari Cox and Snell, Nagelkerke, McFadden pada
Pseudo R-Square. Nilai Cox and Snell’s R Square dan
Nagelkerke’s R dapat juga digunakan untuk menilai model fit (Ghozali,
2013). Menurut Ghozali (2013) nilai Nagelkerke’s R square dapat
diinterpretasikan seperti R2 pada multiple regression. Selain
menggunakan Pseudo R2, pengukuran goodness of fit juga dapat
menggunakan dua pengukuran lain yaitu, Pearson χ2 dan Deviance χ2.
Apabila nilai Goodness of fit test > 0,05 (nilai signifikansi Pearson dan
54
Deviance > 0,05) maka model yang terbentuk adalah fit atau layak
digunakan (Yamin & Kurniawan, 2009).
b. Uji Signifikan
1) Uji Likelihood Ratio Test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable
independen bersama-sama mempengaruhi variable dependen. Uji
likelihood ini didasarkan pada perbedaan -2LL antara model yang
diestimasi (final model) dengan model tanpa variable yang diamati
(reduced model) dengan derajat kebebasan sebanyak variable
independen yang tidak dimasukkan kedalam model (Agus
Widarjono, 2015). Untuk menguji secara bersama-sama pengaruh
variable independen terhadap variable dependen maka dapat dibuat
hipotesis sebagai berikut:
Ho: variabel independen secara bersama-sama tidak dapat
mempengaruhi peringkat obligasi.
Ha: variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
peringkat obligasi.
Pengujian pada tingkat signifikasi (α = 5%) dengan kriteria
pengujian: jika uji final lebih kecil dari tingkat signifikansi maka
menolak Ho sehingga variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi peringkat obligasi. Sebaliknya apabila lebih besar
dari tingkat signifikansi maka menerima Ho, sehingga variabel
independen secara bersama-sama tidak dapat mempengaruhi
peringkat obligasi.
55
2) Uji Wald
Uji wald ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen mempengaruhi variabel dependen (Agus Widarjono,
2015)
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan pada suatu
variabel dengan memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan atau
membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independen (bebas). Variabel independen merupakan variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo (Pemeringkat Efek
Indonesia). Peringkat obligasi adalah pernyataan tentang keadaan
peminjam dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan terkait
dengan hutang yang dimiliki (Sari, 2010). Peringkat obligasi diharapkan
dapat memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi
obligasi yang mereka minati.
56
Pengukuran peringkat obligasi pada penelitian ini didasarkan pada
standar peringkat yang dikeluarkan oleh pefindo dengan menggunakan
pengukuran Chandra Ly Dali, Sautma Ronni, dan Mariana Ing Malelak
(2015) yang mengkonversi peringkat ke dalam bentuk nilai sebagai
berikut: idAAA bernilai 4, kemudian idAA+, idAA, dan idAA- bernilai 3,
kemudian idA+.idA, dan idA bernilai 2, dan idBBB- bernilai 1. Konversi
peringkat dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Konversi Peringkat Obligasi
Peringkat
Obligasi
Klasifikasi
idAAA 4
idAA+ 3
idAA 3
idAA- 3
idA+ 2
idA 2
idA- 2
idBBB- 1
Sumber : penelitian Chandra Ly Dali, Sautma Ronni, dan Mariana Ing
Malelak (2015).
2. Variabel Independen
variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, income
smoothing, good corporate governance, dan corporate social
responsibility. Operasional variabel independen tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
57
a. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu cara untuk mengukur
efektivitas manajemen dalam menjalankan dan mengelola perusahaan
secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan
maupun investasi.
Rasio profitabilitas secara umum ada 5 (lima), yaitu gross profit
margin, Net Profit Margin (NPM), Cash Flow Margin, Return On
Assets (ROA), dan return on equity (ROE). Ukuran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). Adapun rumus
Return On Assets (ROA) sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)
𝑅𝑂𝐴 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
b. Income smoothing
Income smoothing merupakan salah satu bentuk kecurangan dalam
laporan keuangan yang dapat merugikan perusahaan (Munandar dan
Rasinih (2016)). Sesuai dengan penelitian Sutri Handayani (2016)
maka dalam penelitian ini, variabel Income smoothing diukur dengan
menggunakan proksi index eckel dengan formula sebagai berikut :
Indeks eckel = (CV ΔI/ CV ΔS)
58
Dimana:
ΔI = Perubahan laba dalam satu periode
ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode
CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan. Dalam hal ini, nilai yang diharapkan
menggunakan nilai rata-rata.
Jadi :
CV ΔI = Koefisien variasi untuk perubahan laba
CV ΔS = Koefisien variasi untuk perubahan
penjualan CV ΔI dan CV ΔS dapat di hitung sebagai berikut :
𝑥 X
Dimana:
x = CV ΔI dan CV ΔS
x = Perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau
penjualan (S) antara tahun n dengan n-1
ΔX = Rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau
penjualan (S) antara tahun n dengan n-1
n = tahun yang diamati
Dasar pengembilan keputusan : 1) apabila Indeks Excel ≥ 1 maka
perusahaan adalah perata, dan 2) apabila Indeks Excel ≤ 1 maka
perusahaan bukanlah perata laba.
Dalam penelitian ini income smoothing merupakan variable dummy,
yakni 0 = jika perusahaan adalah bukan perata (tidak melakukan
59
income smoothing) dan 1 = jika perusahaan adalah perata (melakukan
income smoothing)
c. Good Corporate Governance
Penelitian mengenai corporate governance menghasilkan berbagai
mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan
manajemen selaras dengan kepentingan shareholders (terutama
minority interest). Mekanisme corporate governance dibagi menjadi
dua kelompok: (1) berupa internal mechanism (mekanisme internal)
seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial
dan kompensasi eksekutif (2) external mechanism seperti pengendalian
oleh pasar dan level debt financing.
Menurut Ulupui dan Ratnadewi (2016) tata kelola perusahaan
(CG) berkaitan dengan bagaimana suatu perusahaan bertanggungjawab
terhadap pihak yang memiliki kepentingan terutama atas kegiatan yang
berkaitan dengan perekonomian beserta dampak-dampaknya. Dalam
penelitian ini proksi yang digunakan untuk mengukur good corporate
governance antara lain :
1) Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah menghitung presentase
jumlah total dari anggota dewan komisaris (Rahmawati Melai,
Khikmah Siti Noor dan Dewi Veni Soraya (2017)). Ukuran dewan
komisaris mengacu pada penelitian El-Chaarani, H. (2014)
dirumuskan dengan:
60
DK = jumlah dewan komisaris
2) Dewan Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang
tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan,
hubungan kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan
anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang
Saham Pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Surat
Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP). Keberadaan komisaris
independen diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
pengawasan dan mengupayakan meningkatkan kualitas dari
laporan keuangan (Dewi Laurensia Chintia dan Nugrahanti
Wacana Y W (2014)). Dewan Komisaris Independen diukur
dengan (Sari dan Riduwan, 2010):
𝑃𝐷𝐾 =Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Komisaris
3) Komite Audit
Komite audit bertugas untuk memantau perencanaan dan
pelaksanaan audit, kemudian mengevaluasi hasil audit guna
menilai kelayakan dan kemampuan kemampuan pengendalian
interen termasuk mengawasi proses penyusunan laporan keuangan
(Latifa, 2015). Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga
orang anggota, dipimpin oleh seorang Komisaris Independen
(Surjadi Christy dan Tobing Rudolf L (2016)).
61
d. Corporate Social Responsibility
Menurut Ulupui dan Ratnadewi (2016), corporate social
responsbility merupakan wujud pertanggungjawaban yang
dilaksanakan oleh perusahaan yang diarahkan untuk membangkitkan
perekonomian masyarakat yang beriringan dengan meningkatnya
kualitas hidup bagi seluruh masyarakat.
Corporate social responsbility ini menggunakan proksi indeks
CSRI yang dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initiatives),
dimana dilakukan pembagian antara total item yang diungkapkan oleh
perusahaan dengan total item yang seharusnya diungkapkan. Item
pengungkapan yang digunakan berdasarkan pada GRI (Global
Reporting Initiatives) G4 Guildeliness berjumlah 91 item.
Langkah-langkah untuk mengukur indeks CSR adalah sebagai
berikut: 1) Peneliti mengecek satu per satu item pengungkapan yang
dikeluarkan oleh GRI pada laporan tahunan perusahaan. Apabila item
pengungkapan CSR terdapat pada laporan tahunan diberi nilai 1.
Namun apabila item pengungkapan CSR tidak terdapat pada laporan
tahunan perusahaan, maka diberi nilai 0. Peneliti menghitung indeks
CSR sesuai dengan rumus perhitungan CSRI (Sayekti dan Wondabio,
2007).
62
𝐶𝑆𝑅𝐼j= Σ Xij
𝑛𝑗
Keterangan :
CSRIj = Corporate Social Responsibility indeks perusahaan j ΣXij =
jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j , nj = jumlah item
untuk perusahaan j, nj < 91
3. Tabel Operasional Variabel dan Indikatornya
Dibawah ini adalah tabel operasional variabel dan indikator yang
digunakan dalam penelitian ini:
63
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
Variabel Skala Pengukuran
Independen (X1)
Profitabilitas
(Kustiyaningrum, et
al, 2016)
Rasio
𝑅𝑂𝐴
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)
=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Independen (X2)
Income Smoothing
(Sutri Handayani,
2016)
Rasio
CV ΔI
Indeks Eckel =
CV ΔS
Independen (X3)
Ukuran Dewan
Komisaris (El-
Chaarani, 2014)
Nominal 𝐷𝐾 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
Independen (X4)
Dewan Komisaris
Independen (Sari
dan Riduwan, 2010)
Rasio
Jumlah Komisaris Independen
𝐷𝐾𝐼 = Jumlah Dewan Komisaris
Independen (X5)
Komite Audit
(Latifa, 2015)
Nominal KA = Jumlah anggota Komite
Audit
Independen (X6)
Corporate Social
Responsibility
(Sayekti dan
Wondabio, 2007)
Rasio 𝐶𝑆𝑅𝐼j= Σ Xij
𝑛𝑗
Peringkat Obligasi
(Y) (Chandra, Dkk,
2015)
Ordinal
idAAA bernilai 4, kemudian idAA+,
idAA, dan idAA- bernilai 3, kemudian
idA+.idA, dan idA bernilai 2, dan
idBBB- bernilai 1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI
periode 2014-2016. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah
perusahaan jasa keuangan yang terdaftar di BEI. Sampel perusahaan yang
berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 29 perusahaan dengan total
data 87 laporan tahunan perusahaan. Fokus penelitian ini adalah untuk
melihat pengaruh profitabilitas, income smoothing, mekanisme corporate
governance, dan corporate social responsibility terhadap peringkat obligasi.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dan data
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
Sampel Perusahaan Jasa Keuangan
KRITERIA JUMLAH
Perusahaan sektor jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 127
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan per 31 Desember selama
periode 2014-2016 (bukan laporan konsolidasian).
-8
Perusahaan yang tidak menerbitkan Obligasi di Bursa Efek Indonesia sektor
industri jasa keuangan pada periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember
2016
-80
Perusahaan yang Obligasinya tidak terdaftar dalam peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh PT. Pefindo dalam kurun waktu pengamatan
-8
Perusahaan yang obligasi korporasinya tidak berenominasi rupiah -2
Total perusahaan yang akan di analisis 29
Total keseluruhan sampel selama 3 tahun (3x29) 87
64
65
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau
deskripsi data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata
(mean), dan standar deviasi yang dihasikan dari variabel penelitian.
Hasil analisis dengan statistik deskriptif menghasilkan data sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA
IS 87 .001
.163
1 .02752
.69 .028154
87 0 .465
DK
DKI
KA
CSR
87 0 8
1.000
7
.231
4.17
.43608
3.46
.09116
1.936
87 .000 .246852
87 2 .938 87 .022 .040915
RATING 87 0 4 2.76 .976
Valid N (listwise) 87
Sumber : Data yang telah diolah
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Income Smoothing
IS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
BUKAN PERATA
PERATA
Total
27 31.0 31.0 31.0
60 69.0 69.0 100.0
87 100.0 100.0
Sumber : Data yang telah diolah
66
Dari hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa jumlah
observasi dalam penelitian (N) adalah 87. Variabel ukuran peringkat
obligasi diukur dengan menggunakan peringkat yang dikeluarkan oleh
Lembaga Pemeringkat PT. Pefindo. Variabel ukuran peringkat obligasi
pada tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai rata-rata sebesar 2,76. Nilai
minimum sebesar 0 yang terletak pada PT. BIMA Multifinance dan
nilai maksimum sebesar 4 yang diperoleh delapan perusahaan dan
standar deviasi sebesar 0,976.
Pada variable profitabilitas yang diproksikan oleh return on assets
(ROA) memiliki rata-rata sebesar 0,02752 atau sebesar 2,752% yang
artinya rata-rata perusahaan hanya mampu menghasilkan laba bersih
2,752& dari total aset yang digunakan atau setiap Rp1 aset yang
digunakan, perusahaan hanya mampu menghasilkan Rp 0,02752 laba
bersih. Nilai minimum adalah 0,001 yang terletak pada Bank CIMB
NIAGA Tbk., Bank Victoria Internasional Tbk., dan PT. Verena
Multifinance Tbk. dan maksimumnya adalah 0,163 yang terletak pada
PT. BCA Finance. Kemudian dengan standar deviasi sebesar 0,028154.
Pada variable income smoothing rata-ratanya adalah 0,69 atau 69%
artinya sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian melakukan income smoothing. Nilai minimum adalah 0
(bukan perata) terdapat 27 perusahaan atau 31% dari sampel penelitian
dan nilai maksimum adalah 1 (perata) terdapat 60 perusahaan atau 69%
dari sampel penelitian. Hal ini dikarenakan variabel income smoothing
merupakan variabel dummy, yakni nilai 0 adalah untuk perusahaan yang
67
tidak melakukan income smoothing dan nilai 1 adalah perusahaan yang
melakukan income smoothing. Nilai standar deviasi dari income
smoothing adalah 0,465.
Pada variabel ukuran dewan komisaris sebesar 4,17 yang artinya
rata-rata jumlah anggota dewan komisaris di setiap perusahaan yaitu
sebanyak 4,17 orang. Nilai minimum sebesar 0 terletak pada Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia dan maksimum 8 terletak pada Bank
Mandiri Tbk. dan Bank CIMB NIAGA Tbk.. Nilai standar deviasi dari
ukuran dewan komisaris sebesar 1,936.
Pada variabel dewan komisaris independen merupakan
perbandingan jumlah komisaris independen terhadap jumlah
keseluruhan anggota dewan komisaris, dari tabel diatas diketahui
bahwa variabel dewan komisaris independen mempunyai nilai rata-rata
sebesar 0,43608. Hal ini berarti bahwa jumlah komisaris independen
dari perusahaan sampel 43,61% dari seluruh jumlah dewan komisaris.
Kondisi demikian menunjukan bahwa secara rata-rata
perusahaanperusahaan sampel telah memenuhi syarat minimal 30%
anggota dewan komisaris independen. Jumlah terendah sebesar 0% atau
0 terletak pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, PT. Pegadaian,
dan Danareksa dan jumlah tertinggi mencapai 100% terletak pada Bank
Lampung dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, kemudian
dengan standar deviasi sebesar 0,246852.
Pada variabel ukuran komite audit perusahaan yaitu sebesar 3,46
yang berarti setiap perusahaan memiliki komite audit dengan jumlah
68
sebesar 3,46 orang. Nilai manimum sebesar 2 terletak pada PT. Sarana
Multigriya Financial dan nilai maksimum sebesar 7 terletak pada Bank
Tabungan Negara Tbk. dengan standar deviasi sebesar 0,938.
Pada variabel ukuran corporate social responsibility yang diukur
dengan menggunakan indeks GRI G4. Variabel ukuran corporate social
responsibility pada tabel diatas menunjukan nilai rata-rata sebesar
0,09116. Nilai minimum sebesar 0,022 terletak pada PT. Bima
Multifinance dan nilai maksimum sebesar 0,231 terletak pada Bank
Tabungan Negara Tbk.. Kemudian standar deviasi sebesar 0,040915.
2. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Ordinal
a. Uji Parallel Lines
Test of parallel lines digunakan untuk menguji asumsi bahwa setiap
kategori memiliki parameter yang sama atau tidak. Nilai yang
diinginkan dalam uji ini adalah tidak signifikan yaitu p>0,05
(Ghozali, 2013). Hasil Test of parallel lines disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji Parallel Lines Test of Parallel Linesa
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square Df Sig.
Null Hypothesis 160.264
General 157.443b 2.820c 12 .997
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories. a. Link function: Negative Log-log. b. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number
of step-halving. c. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of
the
last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. Sumber : Data yang telah diolah
69
Uji Parallel Lines digunakan untuk menguji apakah asumsi semua
kategori memiliki parameter yang sama ataukah tidak. Pada
pengujian ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang dimiliki
sebesar 0,997 atau lebih besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan
bahwa model memiliki parameter yang sama, sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat ketidak cocokan atau bisa dikatakan
model ordered logistic yang digunakan dalam penelitian ini cocok.
b. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit dalam regresi logistik adalah untuk mengetahui
kebaikan model dengan menggunakan ukuran Pseudo R2 (Cox and
Sneell, Nagelkerke dan McFadden).
Dalam penelitian ini, hasil pengujian goodness of fit mengacu
kepada Nagelkerke seperti disajikan dalam tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil Uji Pseudo R2
Pseudo R-Square
Cox and Snell .418
Nagelkerke .461
McFadden .227
Link function: Negative Loglog.
Sumber : Data yang telah diolah
Tabel 4.5 menunjukkan nilai Pseudo R Square. Nilai Nagelkerke R
dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda
(Ghozali, 2013). Dilihat dari tabel 4.6 nilai Nagelkerke R adalah
sebesar 0,461. Nilai ini mengandung arti bahwa variabilitas variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah
70
sebesar 46,1% dan sisanya sebanyak 53,9% dijelaskan oleh
variabelvariabel lain di luar model penelitian. Kecilnya variabel
peringkat obligasi yang mampu dijelaskan oleh variabel independen
profitabilitas, income smoothing, mekanisme corporate governance,
dan corporate social responsibility karena masih terdapat
faktorfaktor lain yang mampu mempengaruhi peringkat obligasi.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi antara lain
adalah risiko industri, posisi pasar dan lingkungan operasional, arus
kas dan fleksibilitas keuangan, dan faktor lainnya.
Selain menggunakan Pseudo R2, pengukuran goodness of fit juga
dapat menggunakan dua pengukuran lain yaitu, Pearson χ2 dan
Deviance χ2. Apabila nilai Goodness of fit test > 0,05 (nilai
signifikansi Pearson dan Deviance > 0,05) maka model yang
terbentuk adalah fit atau layak digunakan (Yamin & Kurniawan,
2009).
Dalam penelitian ini, hasil pengujian goodness of fit dengan ukuran
Pearson χ2 dan Deviance χ2 disajikan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil Uji Goodness-of-Fit
Goodness-of-Fit
Chi-Square Df Sig.
Pearson 205.147 252 .986
Deviance 160.264 252 1.000
Link function: Negative Log-log.
Sumber : Data yang telah diolah
Tabel 4.6 memberikan informasi apakah model kita fit dengan data.
71
Dapat dilihat bahwa nilai Pearson dan Deviance menunjukkan
signifikansi 0,986 dan 1,000 yang berada diatas nilai 0,05, dapat
disimpulkan bahwa model fit dan layak digunakan.
3. Uji Signifikan
a. Uji Likelihood Ratio Test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen bersama-sama mempengaruhi variable dependen. Uji
likelihood ini didasarkan pada perbedaan -2LL antara model yang
diestimasi (final model) dengan model tanpa variabel yang diamati
(reduced model) dengan derajat kebebasan sebanyak variabel
independen yang tidak dimasukkan kedalam model (Agus
Widarjono, 2015).
Tabel 4.7 Hasil Likelihood Ratio Test
Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square Df
Sig.
Intercept Only 207.370
Final 160.264 47.106 6 .000
Link function: Negative Log-log.
Sumber : Data yang telah diolah
Dari tabel diketahui bahwa model final signifikan pada 0,00.
Sehingga kita menolak Ho yang menyatakan bahwa variabel
independen secara bersama-sama tidak dapat mempengaruhi
peringkat obligasi. Dengan kata lain variabel profitabilitas, income
smoothing, mekanisme corporate governance (dewan komisaris,
72
dewan komisaris independen, dan komite audit), dan corporate
social responsibility secara bersama-sama berpengaruh terhadap
peringkat obligasi suatu perusahaan.
b. Uji Wald
Uji Wald dilakukan untuk memberikan gambaran antara hubungan
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam
penelitian ini, hasil pengujian signifikansi parameter individual
disajikan dalam tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Uji Wald
Parameter Estimates
Estimate Std. Error Wald Df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper
Bound
Threshold [RATING =
0]
[RATING =
2]
[RATING =
3]
.078 .586 .018 1 .893 -1.069 1.226
2.322 .642 13.067 1 .000 1.063 3.582
3.644 .716 25.913 1 .000 2.241 5.047
Location ROA
DK
DKI
KA
CSR
[IS=0]
[IS=1]
23.628 5.904 16.018 1 .000 12.057 35.199
.482 .099 23.470 1 .000 .287 .677
-1.388 .573 5.872 1 .015 -2.512 -.265
-.211 .194 1.174 1 .279 -.591 .170
9.281 3.961 5.491 1 .019 1.518 17.043
-.177 .297 .357 1
0
.550
.
-.758 .404
0a . . . .
Link function: Negative Log-log.
a. This parameter is set to zero because it is redundant.
Sumber : Data yang telah diolah
73
Berdasarkan hasil uji dengan Ordinal Logistic Regression diketahui
bahwa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi adalah return on assets (ROA), ukuran dewan
komisaris (DK), dewan komisaris independen (DKI), dan corporate
social responsibility (CSR). Berdasarkan Tabel 4.8 maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Logit (p1) = 0,078 + 23,628ROA – 0,177IS + 0,482DK – 1,388DKI
– 0,211KA + 9,281CSR
Logit (p1+p2) = 2,322 + 23,628ROA – 0,177IS + 0,482DK –
1,388DKI – 0,211KA + 9,281CSR
Logit (p1+p2+p3) = 3,644 + 23,628ROA – 0,177IS + 0,482DK –
1,388DKI – 0,211KA + 9,281CSR
Dimana p1 = probabilitas peringkat idBBB-; p2 = probabilitas
peringkat idA-,idA,idA+; p3 = probabilitas peringkat
idAA,idAA,idAA+.
Hubungan antara odds dan variabel independen dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pengaruh variabel X1 (ROA) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X1 = 1 dan variabel
independen lainya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2.71828,
p1 = exp (0,078 + 23,628) / 1+exp (0,078 + 23,628) =
0,9847187203149299, dibulatkan = 0,98472
p1 + p2 = exp (2,322 + 23,628) / 1+exp (2,322 + 23,628) =
74
0,9860216821043675, dibulatkan = 0,98602 (p2 = 0,98637
– 0,98472= 0,0013)
p1 + p2 + p3 = exp (3,644 + 23,628) / 1+exp (3,644 + 23,628)
= 0,9866902572380585, dibulatkan = 0,98669 (p3 =
0,98669-0,98602 = 0,00067)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x1 akan
menaikkan sebesar 0,98472 kali pada probabilitas peringkat
obligasi idBBB; menaikkan sebesar 0,0013 kali pada
probabilitas peringkat obligasi idA-, idA, dan idA+; menaikkan
sebesar 0,00067 kali pada peringkat obligasi idAA-, idAA, dan
idAA+.
b. Pengaruh variabel X3 (DK) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X3 = 1 dan variabel
independen lainya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2.71828
p1 = exp (0,078+ 0,482) / 1+exp (0,078 + 0,482) =
0,6035265205868061, dibulatkan = 0,60352
p1 + p2 = exp (2,322 + 0,482) / 1+exp (2,322 + 0,482) =
0,8840183976883698, dibulatkan = 0,88401 (p2 = 0,88401 -
0,60352= 0,28049)
p1 + p2 + p3 = exp (3,644 + 0,482) / 1+exp (3,644 + 0,482)
= 0,918137619581209, dibulatkan = 0,91813 (p3 = 0,91813
- 0,88401 = 0,03412)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x3 akan
menaikkan sebesar 0,60352 kali pada probabilitas peringkat
75
obligasi idBBB; menaikkan sebesar 0,28049 kali pada
probabilitas peringkat obligasi idA-, idA, dan idA+; menaikkan
sebesar 0,03412 kali pada peringkat obligasi idAA-, idAA, dan
idAA+.
c. Pengaruh variabel X4 (DKI) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X5 = 1 dan variabel
independen lainya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2.71828
p1 = exp (0,078 – 1,388) / 1+exp (0,078 – 1,388) =
1,390480583196808, dibulatkan = 1,39048
p1 + p2 = exp (2,322 – 1,388) / 1+exp (2,322 – 1,388) =
0,7174242045248342, dibulatkan = 0,71742 (p2 = 0,71742 -
1,39048= -0,67306)
p1 + p2 + p3 = exp (3,644 – 1,388) / 1+exp (3,644 – 1,388)
= 0,8597955195044846, dibulatkan = 0,85980 (p3 = 0,85980
- 0,71742 = 0,14238)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x5 akan
menaikkan sebesar 1,39048 kali pada probabilitas peringkat
obligasi idBBB; menaikkan sebesar -0,67306 kali pada
probabilitas peringkat obligasi idA-, idA, dan idA+; menaikkan
sebesar 0,14238 kali pada peringkat obligasi idAA-, idAA, dan
idAA+.
d. Pengaruh variabel X6 (CSR) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X6 = 1 dan variabel
independen lainya = 0 maka, exp = exponensial (e) = 2.71828
76
p1 = exp (0,078 + 9,281) / 1+exp (0,078 + 9,281) =
0,962179064571264, dibulatkan = 0,96218
p1 + p2 = exp (2,322 + 9,281) / 1+exp (2,322 + 9,281) =
0,9692687840663749, dibulatkan = 0,96927, (p2 = 0,96927
- 0,96218 = 0,00709)
p1 + p2 + p3 = exp (3,644 + 9,281) / 1+exp (3,644 + 9,281)
= 0,9723250569294335, dibulatkan = 0,97233 (p3 = 0,97233
- 0,96927= 0,00306)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x6 akan
menaikkan sebesar 0,96218 kali pada probabilitas peringkat
obligasi idBBB; menaikkan sebesar 0,00709 kali pada
probabilitas peringkat obligasi idA-, idA, dan idA+; menaikkan
sebesar 0,00306 kali pada peringkat obligasi idAA-, idAA, dan
idAA+.
77
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis 1 menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Berdasarkan hasil uji regresi ordinal logistik
menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar 23,628 dengan nilai
signifikan 0,000 yang berada dibawah nilai 0,05. Nilai signifikan <0,05,
hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas yang diproksikan oleh ROA
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, dengan demikian
hipotesis 1 yang menyatakan pengaruh profitabilitas terhadap peringkat
obligasi dapat diterima.
Hasil penelitian variabel profitabilitas dengan menggunakan ROA
sebagai proksinya, menujukkan hasil yang signifikan terhadap
peringkat obligasi, artinya apabila profitabilitas atau kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
tertentu tinggi, maka kemungkinan peringkat obligasi dari perusahaan
tersebut akan tinggi pula. Selain itu semakin tinggi profitabilitas yang
dimiliki, maka risiko gagal bayar dari perusahaan akan semakin rendah
dan peringkat obligasi di harapkan akan semakin tinggi. Hal ini juga
sesuai dengan penilaian peringkat yang dilakukan oleh pefindo yakni
dengan melihat profitabilitas perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menemukan
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rasyid dan Joice (2013),
Tetty Widiyastuti (2016, dan Dewi dan Yasa (2016). Sedangkan
78
penelitian yang dilakukan Lestari dan Yasa (2014) dan Maharti dan
Daljono (2014) menghasilkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi.
2. Pengaruh Income Smoothing terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis 2 menyatakan bahwa income smoothing berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil uji regresi logistik
ordinal menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar -0,177 dengan nilai
signifikan 0,550 yang berada diatas nilai 0,05. Nilai signifikan >0,05,
hal ini menunjukkan bahwa income smoothing yang diproksikan oleh
indeks eckel tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi, dengan
demikian hipotesis 2 yang menyatakan pengaruh income smoothing
terhadap peringkat obligasi ditolak.
Hasil penelitian veriabel income smoothing menunjukkan bahwa
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Secara teori perusahaan
melakukan income smoothing agar mendapatkan peringkat obligasi
yang tinggi karena laba yang stabil dapat dianggap sebagai sinyal
bahwa perusahaan akan mampu membayar kewajibannya ke depan.
Hasil penelitian ini menggambarkan perbedaan antara teori dengan
hasil pengujian, salah satu kemungkinan tidak ada pengaruh dari
income smoothing terhadap peringkat obligasi adalah penilaian kinerja
keuangan yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat obligasi
mencakup analisis ukuran finansial secara keseluruhan untuk
mendapatkan pemahaman yang menyeluruh mengenai kesehatan
keuangan perusahaan tidak hanya meliputi informasi akuntansi jangka
79
pendek, tetapi juga meliputi informasi historis, informasi sekarang serta
proyeksi perusahaan pada masa yang akan datang.
Berdasarkan hal tersebut, hasil penelitian ini tidak didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Tri dan Bambang (2014) yang
mengatakan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Namun, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sebastianus Wahyu Krisseptiyan dan MI Mitha Dwi
Restuti (2015) yang menyatakan bahwa income smoothing tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
3. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis 3 menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil uji
regresi ordinal logistik menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar
0,482 dengan nilai signifikan 0,000 yang berada dibawah nilai 0,05.
Nilai signifikan <0,05, hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, dengan
demikian hipotesis 3 yang menyatakan pengaruh ukuran dewan
komisaris terhadap peringkat obligasi diterima.
Hasil penelitian variabel mekanisme corporate governance yang
diukur dengan proporsi dewan komisaris menunjukan hasil
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini dapat
diartikan bahwa jumlah dewan komisaris yang dimiliki perusahaan
akan mempengaruhi keefektifan dalam menjalakan fungsi monitoring
atas pelaporan keuangan, sehingga akan membuat kualitas laporan
80
keuangan perusahaan menjadi baik dan berdampak kepada peringkat
obligasi perusahaan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Chandra Ly Dali, Dkk (2015) yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
4. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Peringkat
Obligasi
Hipotesis 4 menyatakan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil uji regresi
ordinal logistik menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar -1,388
dengan nilai signifikan 0,015 yang berada dibawah nilai 0,05. Nilai
signifikan <0,05, hal ini menunjukkan bahwa dewan komisaris
independen berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, dengan
demikian hipotesis 4 yang menyatakan pengaruh dewan komisaris
independen terhadap peringkat obligasi diterima.
Hasil penelitian variabel mekanisme corporate governance yang
diukur dengan dewan komisaris independen menunjukkan hasil
memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat diindikasikan bahwa fungsi dewan komisaris
independen di perusahaan berjalan dengan baik, yakni fungsi
monitoring sehingga pelaksanaan good corporate governance akan
berjalan dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Rosmita Rasyid dan
Ervina Joice Kostaman (2013) bahwa komisaris independen merupakan
posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta
81
perusahaan yang good corporate governance. Kemudian fungsi
lainnya yakni dewan komisaris independen merupakan pihak yang
tidak terafiliasi dengan perusahaan, sehingga memiliki kelayakan serta
kebenaran terkait dengan informasi keuangan yang akan membantu
pihak manajemen dalam mengambil kebijakan dalam meningkatkan
kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Melia Agustina
Tertius dan Yulius Jogi Christiawan (2015) bahwa dengan kebenaran
dan kelayakan informasi keuangan dan informasi perusahaan lainnya
maka dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketika good corporate
governance perusahaan dan juga kebijakan yang tepat akan
meningkatkan kinerja dari perusahaan. Ketika kinerja perusahaan
meningkat atau bias dikatakan baik, maka akan mempengaruhi dari
peringkat obligasi perusahaan.
Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003) meneliti pengaruh
corporate governance pada peringkat dan yield obligasi. Hasil yang
diperoleh oleh Bhojraj dan Sengupta (2003) menunjukkan bahwa
persentase kepemilikan institusi dan proporsi komisaris independen
berhubungan positif dengan peringkat obligasi.
5. Pengaruh Komite Audit terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis 5 menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Berdasarkan hasil uji regresi ordinal logistik
menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar -0,211 dengan nilai
82
signifikan 0,279 yang berada diatas nilai 0,05. Nilai signifikan >0,05,
hal ini menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi, dengan demikian hipotesis 5 yang menyatakan
pengaruh komite audit terhadap peringkat obligasi ditolak.
Hasil penelitian variabel mekanisme corporate governance yang
diukur dengan komite audit menunjukkan hasil tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Hal ini dapat diartikan bahwa Keberadaan
komite audit oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk
pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan
good corporate governance dalam perusahaan. Hal ini didukung oleh
sebuah survei yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance terhadap 52 perusahaan publik, dimana sekitar
65% perusahaan publik menyatakan menerapkan corporate governance
karena memang regulasi mengharuskannya (Surya dan Yustiavandana,
2008).
Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Ayu Gandar Utami (2012) yang menyatakan
bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
6. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Peringkat
Obligasi
Hipotesis 6 menyatakan bahwa corporate social responsibility
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil uji regresi
ordinal logistik menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar 9,281
dengan nilai signifikan 0,019 yang berada dibawah nilai 0,05. Nilai
83
signifikan <0,05, hal ini menunjukkan bahwa corporate social
responsibility berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi,
dengan demikian hipotesis 6 yang menyatakan pengaruh corporate
social responsibility terhadap peringkat obligasi diterima.
Hasil penelitian variabel corporate soial responsibility
menunjukkan hasil memiliki pengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi. Hal ini berarti, dengan adanya pengungkapan CSR
perusahaan, investor akan memberikan respon positif sehingga banyak
investor yang berinvestasi pada perusahaan tersebut dan menyebabkan
meningkatnya nilai perusahaan. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Komang Fridagustina Adnantara, (2013) yang
menyatakan bahwa CSR terbukti memiliki pengaruh positif pada nilai
perusahaan. Seperti yang diketahui bahwa nilai perusahaan di pasar
merupakan salah satu ukuran yang dilakukan oleh pefindo dalam
menilai peringkat obligasi suatu perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Najah Attig, Sadok El Ghoul, Omrane
Guedhami, dan Jungwon Suh (2013) yang menyatakan bahwa rating
agency dalam melakukan penilaian perusahaan juga menggunakan
informasi non keuangan, yang dalam hal ini csr performance berisi
informasi non keuangan.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, income
smoothing, mekanisme corporate governance, dan corporate social
responsibility pada perusahaan Jasa Keuangan yang terdaftar di BEI tahun
20142016. Dari enam hipotesis yang diajukan, tiga hipotesis yang diterima dan
tiga hipotesis lainnya ditolak. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Profitabilitas yang diukur melalui return on assets (ROA) dengan nilai laba
bersih setelah pajak (EAT) dibagi dengan total aktiva menunjukkan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
2. Income smoothing yang diukur melalui indeks eckel tidak memiliki
pengaruh terhadap peringkat obligasi.
3. Mekanisme corporate governance yang diwakili oleh ukuran dewan
komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
4. Mekanisme corporate governance yang diwakili oleh dewan komisaris
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat
obligasi.
5. Mekanisme corporate governance yang diwakili oleh komite audit
memiliki tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
6. Corporate social responsibility yang diukur dengan CSR indeks yang
dikeluarkan oleh GRI berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
85
B. Saran
Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, maka
penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang dapat digunakan untuk
semua pihak terutama untuk yang akan melakukan penelitian serupa:
a. Peneliti menyadari terdapat keterbatasan variabel independen dalam
menguji variabel peringkat obligasi, oleh karena itu untuk penelitian
selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seperti, risiko industri, posisi
pasar dan lingkungan operasional, arus kas, fleksibilitas keuangan, leverage,
likuiditas, solvabilitas, umur obligas dan penjamin emiten sehingga dapat
lebih banyak menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat
obligasi.
b. Peneliti menyadari terdapat keterbatasan dalam jumlah sampel dan periode
pengamatan, oleh karena itu peneliti menyarankan agar jumlah sampel dapat
diambil dengan periode pengamatan yang lebih panjang menjadi minimal
enam tahun.
c. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat menggunakan data
peringkat obligasi dari agen pemeringkat lain selain PT. Pefindo seperti
IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency), Moody’s Investor Service, dan PT
Fitch Rating Indonesia, sehingga variasi data peringkat obligasi yang
diperoleh menjadi lebih banyak, memiliki cakupan yang lebih luas sehingga
memungkinkan mendapat hasil yang lebih kuat dan akurat.
d. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan penilaian lain terhadap variabel
mekanisme corporate governance misalnya dengan menggunakan CGPI
86
(Corporate Governance Perception Index)
e. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya objek penelitian agar ditambah
menjadi seluruh perusahaan yang menerbitkan obligasinya di Bursa Efek
Indnesia (BEI) sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan lebih
menjelaskan variabilitas data yang sesungguhnya.
87
DAFTAR PUSTAKA
A Chariri dan Imam Ghozali. (2007),“Teori Akuntansi. Semarang “. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Afriani Chynthia, Sidharta U, dan Ahmad M. Amin.(2016),“The Influence of
Corporate Governance Practices and Ownership Structure on Credit
Ratings: Evidence from Indonesia”. Asian Journal of Business and
Accounting 9(2), 2016.
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. (2004), “Komisaris Independen: Penggerak
Praktik GCG di Perusahaan”. Jakarta: Indeks.
Alves, Sandra Maria G. (2011), “The Effect of the Board Structure on Earnings
Management Evidence From Portugal”. Journal of Financial Reporting and
Accounting, 9(2), 141-160.
Angri W, Roes, Raharjo, Kharis, dan Andini, Rita. (2016), “Pengaruh Good
Corporate Governance, Kepemilikan Institusional, Leverage, Independensi
dan Rentabilitas Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. Journal Of
Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016.
Attig, Najah, Ghoul, Sadok EI, Guedhami, Omrane, dan Suh, Jungwon.(2013),
“Corporate Social Responsibility and Credit Ratings”. Springer
Science+Business Media Dordrecht 2013.
Bae, Sung C, Chang, Kiyoung, dan Yi, Ha-Chin.(2017), “Corporate social
responsibility, credit rating, and private debt contracting: new evidence
from syndicated loan market”. Springer Science+Business Media New York
2017.
Bambang, Subroto SR. (2005), “Good Corporate Governance”. Jakarta:
Elekmedia.
Bebbington, K.J., Larrinaga-Gonzales, C. & Moneva, J. (2008), “Corporate social
reporting and reputation risk management”, Accounting, Auditing and
Accountability Journal,Vol.21, No. 3, 2008, pp. 337-362.
Belkaoui, Ahmed Riahi, “Teori Akuntansi Buku Dua Edisi 5”, Jakarta, Salemba
Empat, 2007
88
Bhojraj, S., and P. Sengupta.(2003),”Effect of Corporate Governance on Bond
Rating and Yield: The Role of Institusional Investors and Outside
Directors”. The Journal of Business, Vol. 76, No. 3 (July 2003).
Christy, Surjadi dan Rudolf L ,Tobing.(2016), “Efek Moderasi Ukuran Perusahaan
Pada Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi pada Perusahaan-Perusahaan Emiten yang Terdaftar Pada LQ 45
Periode Agustus 2014 s/d Januari 2015)”. Kompetensi–Jurnal Manajemen
Bisnis, VOL. 11, NO. 2, Juli - Desember 2016.
Dali, Chandra Ly, Ronni, Sautma Ronni, dan Malelak, Mariana Ing.(2015),
“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Rasio Keuangan
terhadap Peringkat Obligasi”. FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 30-35.
Dewi, Kadek Kristiana dan Yasa G W.(2016). “Pengaruh Good Corporate
Governance, Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Peringkat
Obligasi”. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Vol.16.2. Agustus (2016): 1063-1090.
Dewi, Laurensia Chintia dan Nugrahanti, Yeterina Widi.(2014), “Pengaruh
Struktur Kepemilikan dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEI
Tahun 2011–2013)”. KINERJA, Volume 18, No.1, Th. 2014: Hal. 64-80.
Eisenhardt, Kathleen M. (1989), “Agency Theory: An Assessment and Review”. The
Academy of Management Review, 57-74.
El-Chaarani, H. (2014), “The Impact of Corporate Governance on the Performance
of Lebanese Banks”. The International Journal of Business and Finance
Research, 8(5), 22-34.
FCGI. (2001), “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. Jilid II, Edisi 2.
Ghozali, Imam. (2013), “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi”. Edisi ketujuh. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hadiprajitno, Basuki P dan Wijayani, DA. (2011),“Pengaruh Pelaksanaan
Corporate Governance dan Pengungkapan Sustainability Reporting
terhadap Credit Rating”.Thesis. Univertas Diponegoro.
89
Hakim, Lukmanul I.(22 Juli 2015),“Skandal Terungkap, Ceo Toshiba Mundur”.
http://m.liputan6.com/bisnis/read/2277114/skandal-terungkap-ce-
toshibamundur(akses 17 Mei 2017 pukul 00.30 WIB).
Handayani, Sri Y. (2016), “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Perataan
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Laporan Akhir (DIII). Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Hong, Y., dan M.L. Andersen. (2011), “The Relationship Between Corporate Social
Responsibility and Earnings Manajement, An Exploratory Study”.Journal of
Business Ethics104 (4): 461- 471.
Jama’an. (2008), “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas
Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan
(Studi Pada Perusahaan Publik Di BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
4352.
Jensen, M.C and Meckling, W.H. (1976), “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs And Owner Structure”. Jurnal of financials. Vol 3
No.4.
Krisseptiyan Sebastianus Wahyu dan MI Mitha Dwi Restuti.(2015), “The Impacts
of Income Smoothing Toward Bond Ratings”. The 3rd IBEA International
Conference on Business, Economics and Accounting, 15-17 April 2015, Ho
Chi Minh City, Vietnam.
Koch, Bruce S. (1981), “Income Smoothing: An Experiment” Accounting Review.
July: 574-586.
Kustiyaningrum D, Elva N, dan Anggita L.(2016), “Pengaruh Leverage, Likuiditas,
Profitabilitas, Dan Umur Obligasi Terhadap Peringkat Obligasi (Studi
Pada Perusahaan Terbuka yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”.
Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Volume 5, Nomor 1, April 2016.
Kouki, M., Abderrazek, E., Hanen, A., and Slim, S. (2011), “Does Corporate
Governance Constrain Earnings Management? Evidence from U.S. Firms”.
European Journal of Economics, Fi-nance and Administrative Sciences, 35,
58-71.
Latifa, FauziyahLuthfiany.(2015), “Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
Kompleksitas Operasi, Reputasi KAP dan Komite Audit terhadap Audit
Delay (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2013)”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
90
Lukita, Carolyn. (2017),”Manajemen Laba dan Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan dengan Komisarin Independen, Kepemilikan
Institusional sebagai Variabel Pemoderasi”. Berkala akuntansi dan
keuangan Indonesia, Vol.02 No. 01 (2017):22-43.
Marsyah,W.A.& Djuitaningsih,T.(2012), “Pengaruh Manajemen Laba dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure”. Media Riset Akuntansi,ISSN 2088-2106,Vol. 2,
No. 2 Agustus 2012.
Martinez, A.L. and Castro A.R. (2011), “Bond Rataings and Income Smoothing in
Brazil”, Latin America Business Review. 12 :59-81.
Munandar, A dan Rasinih. (2016),“Pengaruh Financial Leverage dan Profitabilitas
Terhadap Income Smoothing dengan Kualitas Audit Sebagai
Pemoderasi”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 21, No. 1, Januari
2016.
Nahda, Katiya dan D.Agus Harjito. (2011),“Pengaruh Corporate Social
Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance
sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal Siasat Bisnis, Januari 2011, 15(1):1-12.
Natalie, Nancy dan Astika, Ida Bagus P. (2016),“ Pengaruh Cash Holding, Bonus
Plan, Reputasi Auditor, Profitabilitas dan Leverage pada Income
Smoothing”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN : 2302-8556,
Vol.15, 2 Mei 2016 : 943-972.
Nejad, Hossein Soltani., Sina Zeynali and Seyed Sadegh Alav.
(2013),“Investigation of Income Smoothing at The Companieslistedon The
Stock Exchange By The Using Index Eckel (Case Study: Tehran Stock
Exchange)”. Asian Journal of Management Sciences and Education, 2(2),
pp: 49-62.
Oktovianti, T. and Agustia, D. (2012), “Influence of the Internal Corporate
Governance and Leverage Ratio to the Earnings Mana-gement”.Journal of
Basic and Applied, 2(7), 7192-7199.
Overheu, C.J & Cotter, J. (2009), “Corporate Governance, Sustainability and the
Assessment of Default Risk”. Asian Journal of Finance &
Accounting.1(1):34-53.
91
Partha, MB dan Yasa, GW. (2016),“Kemampuan Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Peringkat Obligasi pada Perusahan Sektor Non Keuangan”.
E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN:2302-8556, Vol.15, 3 Juni
2016:1913-1941.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan NOMOR55/POJK.04/2015
Tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit.
Pertiwi, Tri Kartika dan Ferry Madi Ika Pratama. (2012),“Pengaruh Kinerja
Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food
and Beverage”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 14(2):118-127.
Raharja dan M. Sari. (2008), “Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Peringkat Obligasi (PT.Kasnic Credit Rating)”. Jurnal MAKSI, Vol. 8,
212232.
Rahmawati, Melai, Khikmah, Siti Noor, dan Dewi, Veni Soraya. (2017), “Pengaruh
Kualitas Auditor dan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2016)”. The 6th University Research Colloquium
2017 Universitas Muhammadiyah Magelang.
Rasyid, Rosmita dan Ervina, Joice K. (2013), “Analisis Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance Dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Peringkat
Obligasi”. Jurnal Akuntansi UKRIDA, Vol No.1 April 2013, ISSN
1411691X.
Restuti, Maria Immaculata Mitha. (2006), “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Peringkat Obligasi Dan Yield Obligasi”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 1.
Sari, S. R. K.and Bandi. (2010),“Praktik Manajemen Laba Terkait Peringkat
Obligasi”.Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Universitas Jendral Sudirman Purwokerto.
Sartono, Agus. (2002), “Manajemen Keuangan. Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Sejati, Grace Putri. (2010), “Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam
Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur”. Bisnis &
Birokrasi, Jurnal Ilmu Admin & Organisasi (Online) Vol 17 no 1 hal 70-78.
92
Setiawan, Heri, Minarsih, M. M, dan Fathoni, Aziz. (2016), “Pengaruh Kualitas
Produk, Kualitas Pelayanan, dan Kepercayaan terhadap Kepuasan
Nasabah dan Loyalitas Nasabah dengan Kepuasan sebagai Variabel
Intevening”. Journal of Management, Volume 2 No. 2 Maret 2016.
Schipper, K. (1989), “Earnings Management”. Accounting Horizons 3, 91-106.
Scott, W.R. (2012), “Financial Accounting Theory 6th edition”. Toronto Pearson
Education. Canada.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. (2006), “Penerapan Good Corporate
Governance: Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sutri, Handayani. (2016), “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba (Studi Pada Industri Sektor Pertambangan dan Industri
Farmasi yang Terdaftar Di BEI)”. Jurnal Penelitian Ekonomi dan
Akuntansi, ISSN 2502 – 3764, Volume I No. 3, Oktober 2016.
Syarifuddin, Andi. (2013),“ Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial
dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba”.Akmen Vol. 10. No. 4 Desember 2013.
Ulupui, Agung dan Ratnadewi, PA. (2016),“Mekanisme Corporate Governance
sebagai Variabel Pemoderasi Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Nilai Perusahaan”. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 8.3. ISSN : 2303-1018. Vol.14. 1 Januari 2016 : 548-574.
Utama, Cynthia A, Utama, Sidharta, dan Amin, M. Ahmad.(2016), “The Influence
of Corporate Governance Practices and Ownership Structure on Credit
Ratings: Evidence from Indonesia”. Asian Journal of Business and
Accounting 9(2), 2016.
Utami, Ayu Gandar. (2012), “Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Peringkat Obligasi”. Accounting Analysis Journal (AAJ) 1 (2) (2012),
ISSN 2252-6765. Jurusan Akuntansi, FakultasEkonomi, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia.
Utomo, S. and Siregar B. (2008),“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
dan Kontrol Kepemilikan Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen.Vol.19:113-114.
93
Wahyudi, Tri dan Dwiyanto, Bambang S.(2014), “Pengaruh Manajemen Laba
Terhadap Peringkat Obligasi pada saat Emisi”. Jurnal Maksipreneur, Vol
III No.2 Hal 34-57, Juni 2014.
Weygandt, Jerry J and Kieso, Donald E and Kimmel, Paul D, “Accounting
Principles”. Pengantar Akuntansi, Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.
Wijayani.(2011), “Pengaruh Pelaksanan Corporate Governance Dan
Pengungkapan Sustainability Reporting Terhadap Credit Rating”. Skripsi.
Universitas Diponegoro, Semarang.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD). (2000),
WBCSD’s First Report Corporate Social Responsibility. Geneva.
Yamin, Sofyan, dan Kurniawan, Heri. (2009), “SPSS Complete: Teknik Analisis
Statistik Terlengkap dengan Software SPSS”. ISBN: 978-602-8126-05-2.
Yasa, GW.(2010), “Pemeringkatan Obligasi Perdana Sebagai Pemicu Manajemen
Laba : Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesia”.Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto 2010.
94
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Daftar Perusahaan
Perusahaan Keuangan yang Menjadi Sampel
NO NAMA PERUSAHAAN KODE
PERUSAHAAN
1 BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. (BBTN) BBTN
2 LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA (LBEI) LBEI
3 BANK LAMPUNG (BPD LAMPUNG) (BLAM) BLAM
4 BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. (BMRI) BMRI
5 BANK CIMB NIAGA / BANK NIAGA Tbk. (BNGA) BNGA
6 BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR
(BNTT)
BNTT
7 BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT (BSBR) BSBR
8 BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA UTARA (BSMT) BSMT
9 BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI SELATAN (BSSB) BSSB
10 BANK VICTORIA INTERNATIONAL Tbk. (BVIC) BVIC
11 BANK OCBC NISP / BANK NISP Tbk. (NISP) NISP
12 BANK PAN INDONESIA Tbk. (PNBN) PNBP
13 BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 / BANK HIMPUNAN
SAUDARA 1906 Tbk. (SDRA)
SDRA
14 PT ADIRA DINAMIKA MULTIFINANCE, Tbk. (ADMF) ADMF
15 PT ASTRA SEDAYA FINANCE (ASDF) ASDF
16 PT BCA FINANCE (BCAF) BCAF
17 PT BIMA MULTIFINANCE (BIMF) BIMF
18 PT FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIFA) FIFA
19 PT INDOMOBIL FINANCE INDONESIA (IMFI) IMFI
20 PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) (PNMP) PNMP
21 PT PEGADAIAN (PERSERO) (PPGD) PPGD
22 PT SURYA ARTHA NUSANTARA FINANCE (SANF) SANF
23 PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR (PERSERO) (SMII) SMII
24 PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (SMFP) SMFP
25 PT MANDALA MULTIFINANCE, Tbk. (MFIN) MFIN
26 PT TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVICES (TAFS) TAFS
95
27 PT MANDIRI TUNAS FINANCE (TUFI) TUFI
28 PT VERENA MULTIFINANCE,Tbk. (VRNA) VRNA
29 DANAREKSA (PERSERO) DNRK
Lampiran 1.2 Data Perusahaan
NO NAMA
PERUSAHAAN
PROFITABILI TAS
2014 2015 2016
1 BBTN 0.008 0.011 0.012
2 LBEI 0.020 0.017 0.014
3 BLAM 0.031 0.029 0.025
4 BMRI 0.026 0.025 0.014
5 BNGA 0.012 0.001 0.009
6 BNTT 0.034 0.027 0.024
7 BSBR 0.016 0.016 0.017
8 BSMT 0.020 0.019 0.022
9 BSSB 0.040 0.044 0.037
10 BVIC 0.006 0.005 0.005
11 NISP 0.013 0.012 0.013
12 PNBN 0.013 0.008 0.012
13 SDRA 0.008 0.013 0.014
14 ADMF 0.026 0.024 0.037
15 ASDF 0.035 0.032 0.030
16 BCAF 0.163 0.153 0.140
17 BIMF 0.026 0.020 0.016
18 FIFA 0.052 0.052 0.061
19 IMFI 0.014 0.009 0.010
20 PNMP 0.012 0.009 0.007
21 PPGD 0.048 0.050 0.047
22 SANF 0.030 0.017 0.012
23 SMII 0.027 0.009 0.027
24 SMFP 0.018 0.025 0.024
96
25 MFIN 0.063 0.054 0.072
26 TAFS 0.017 0.017 0.016
27 TUFI 0.032 0.033 0.029
28 VRNA 0.011 0.001 0.004
29 DNRK 0.007 0.027 0.057
NO NAMA
PERUSAHAAN
INDEKS
PERATAAN
LABA
CV∆I /
CV∆S
STATUS DUMMY
1 BBTN 50.80 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
2 LBEI 5.71 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
3 BLAM 1.91 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
4 BMRI -7.41 TIDAK
MELAKUKAN PERATAAN
LABA
0
5 BNGA -1.44 TIDAK
MELAKUKAN PERATAAN
LABA
0
6 BNTT 44.15 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
97
7 BSBR 3.71 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
8 BSMT 10.22 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
9 BSSB 0.94 TIDAK
MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
0
10 BVIC -1.33 TIDAK
MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
0
11 NISP 1.22 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
12 PNBN 21.99 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
13 SDRA 2.01 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
14 ADMF -1.16 TIDAK
MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
0
15 ASDF -4.07 TIDAK
MELAKUKAN PERATAAN
LABA
0
16 BCAF 2.53 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
17 BIMF 2.13 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
98
18 FIFA 2.56 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
19 IMFI -1227.53 TIDAK
MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
0
20 PNMP 62.64 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
21 PPGD 2.59 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
22 SANF 2.58 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
23 SMII 1.14 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
24 SMFP 7.33 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
25 MFIN -3.84 TIDAK
MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
0
26 TAFS 2.53 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
27 TUFI 2.60 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
28 VRNA 0.64 TIDAK
MELAKUKAN PERATAAN
LABA
0
99
29 DNRK 3.09 MELAKUKAN
PERATAAN
LABA
1
NO NAMA
PERUSAHAAN
DEWAN KOMISARIS
2014 2015 2016
1 BBTN 6 7 7
2 LBEI - - 0
3 BLAM 1 1 3
4 BMRI 7 8 8
5 BNGA 8 8 8
6 BNTT 3 3 3
7 BSBR 4 4 4
8 BSMT 3 2 3
9 BSSB 4 4 3
10 BVIC 4 4 4
11 NISP 8 8 8
12 PNBP 5 6 6
13 SDRA 4 4 4
14 ADMF 6 6 6
15 ASDF 5 7 7
16 BCAF 3 5 3
17 BIMF 3 3 3
18 FIFA 4 3 3
19 IMFI 3 3 3
20 PNMP 4 4 4
100
21 PPGD 4 4 4
22 SANF 6 5 6
23 SMII 4 4 6
24 SMFP 3 3 3
25 MFIN 2 2 2
26 TAFS 5 3 3
27 TUFI 3 3 3
28 VRNA 3 3 3
29 DNRK 4 4 3
N
O
NAMA
PERUSAHAAN
DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN
2014 2015 2016
1 BBTN 50% 57,1% 57,1%
2 LBEI - - -
3 BLAM 50% 100% 33,3%
4 BMRI 57,1% 50% 50%
5 BNGA 50% 50% 50%
6 BNTT 66,7% 66,7% 50%
7 BSBR 50% 50% 50%
8 BSMT 66,7% 50% 50%
9 BSSB 75% 75% 66,7%
10 BVIC 75% 50% 50%
11 NISP 50% 50% 50%
12 PNBP 40% 50% 66,7%
13 SDRA 75% 75% 75%
14 ADMF 50% 50% 33,3%
15 ASDF 20% 28,6% 14,3%
16 BCAF 66,7% 60% 66,7%
17 BIMF 33,3% 33,3% 33,3%
18 FIFA 25% 33,3% 33,3%
19 IMFI 33,3% 33,3% 33,3%
20 PNMP 75% 75% 75%
101
21 PPGD - - -
22 SANF 16,7% 40% 33,3%
23 SMII 25% 25% 33,3%
24 SMFP - - 66,7%
25 MFIN 50% 50% 50%
26 TAFS 20% 33,3% 33,3%
27 TUFI 33,3% 33,3% 33,3%
28 VRNA 33,3% 33,3% 33,3%
29 DNRK - - -
N
O
NAMA
PERUSAHAAN
KOMITE AUD IT
2014 2015 2016
1 BBTN 4 5 7
2 LBEI 3 3 3
3 BLAM 2 2 3
4 BMRI 6 5 6
5 BNGA 6 6 4
6 BNTT 3 3 3
7 BSBR 3 3 3
8 BSMT 3 3 3
9 BSSB 3 3 3
10 BVIC 4 5 5
11 NISP 4 4 3
12 PNBP 4 4 4
13 SDRA 3 5 5
14 ADMF 4 4 3
15 ASDF 3 3 3
16 BCAF 3 3 3
17 BIMF 3 3 3
18 FIFA 4 4 3
19 IMFI 3 3 3
20 PNMP 3 3 3
21 PPGD 3 3 3
102
22 SANF 3 3 3
23 SMII 3 3 3
24 SMFP 3 3 2
25 MFIN 3 3 3
26 TAFS 3 3 3
27 TUFI 4 4 4
28 VRNA 3 3 3
29 DNRK 3 3 3
NO NAMA
PERUSAHAAN
INDEKS CSR
2014 2015 2016
1 BBTN
0.165 0.176 0.231
2 LBEI
0.110 0.132 0.165
3 BLAM
0.088 0.088 0.088
4 BMRI
0.165 0.187 0.176
5 BNGA
0.132 0.099 0.132
6 BNTT
0.055 0.088 0.110
7 BSBR
0.077 0.088 0.099
8 BSMT
0.121 0.066 0.121
9 BSSB
0.121 0.121 0.132
10 BVIC
0.110 0.121 0.110
11 NISP
0.099 0.099 0.176
103
12 PNBN
0.066 0.066 0.099
13 SDRA
0.088 0.099 0.055
14 ADMF
0.143 0.121 0.143
15 ASDF
0.044 0.044 0.099
16 BCAF
0.044 0.088 0.099
17 BIMF
0.022 0.022 0.022
18 FIFA
0.088 0.088 0.088
19 IMFI
0.055 0.055 0.055
20 PNMP
0.055 0.055 0.055
21 PPGD
0.055 0.055 0.143
22 SANF
0.055 0.055 0.055
23 SMII
0.077 0.088 0.088
24 SMFP
0.077 0.077 0.077
25 MFIN
0.055 0.055 0.055
26 TAFS
0.033 0.055 0.055
27 TUFI
0.088 0.088 0.099
28 VRNA
0.055 0.055 0.055
29 DNRK
0.099 0.099 0.077
105
NO NAMA
PERUSAHAAN
OBLIGASI 2014 2015 2016 klasifikasi
1 BBTN Obligasi Berkelanjutan I Bank BTN Tahap II Tahun 2013 AA AA AA+ 3
2 LBEI Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap I - 2011 AAA AAA AAA 4
3 BLAM Obligasi III Tahun 2012 A A A 2
4 BMRI Obligasi Subordinasi Rupiah Bank Mandiri I Tahun 2009 AA+ AA+ AA+ 3
5 BNGA Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2013 Seri B AAA AAA AAA 4
6 BNTT Obligasi I Bank NTT A- A- A 2
7 BSBR Obligasi Subordinasi II Bank nagari Tahun 2012 A- A- A- 2
8 BSMT Obligasi Subordinasi I Bank Sumut Tahun 2011 A- A- A- 2
9 BSSB Obligasi Bank Sulselbar I Tahun 2011 Seri B A A A 2
10 BVIC Obligasi Bank Victoria IV Tahun 2013 Dengan Tingkat Bunga Tetap A- A- A- 2
11 NISP Obligasi Berkelanjutan I OCBC NISP Tahap II Tahun 2015 Seri C AAA AAA AAA 4
12 PNBN Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Panin Tahap I Tahun 2012 AA- AA- AA- 3
13 SDRA Obligasi Bank Saudara II Tahun 2012 A+ A+ A+ 2
14 ADMF Obligasi Berkelanjutan II Adira Finance Tahap III Tahun 2014 Seri C AAA AAA AAA 4
15 ASDF Obligasi Berkelanjutan II Astra Sedaya Finance Dengan Tingkat Bunga Tetap
Tahap III Tahun 2014 Seri C
AAA AAA AAA 4
106
NO NAMA
PERUSAHAAN
OBLIGASI 2014 201
5
2016 Klasifikasi
16 BCAF Obligasi Berkelanjutan I BCA Finance Dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap II
Tahun 2013 Seri C
AAA AAA AAA 4
17 BIMF Obligasi I Bima multi Finance Tahun 2013 Seri B BBB BBB BBB -
18 FIFA Obligasi Berkelanjutan I Federal International Finance Dengan Tingkat Bunga
Tetap Tahap III Tahun 2014 Seri B
AAA AAA AAA 4
19 IMFI Obligasi Berkelanjutan I Indomobil Finance Tahap II Tahun 2013 Seri C A A A 2
20 PNMP Obligasi Berkelanjutan I Pnm Tahap I Tahun 2014 Seri C A A A 2
21 PPGD Obligasi Berkelanjutan II Pegadaian Tahap I Tahun 2013 Seri D AA+ AA+ AA+ 3
22 SANF Obligasi Berkelanjutan I SAn Finance Tahap II Tahun 2014 AA- AA- AA- 3
23 SMII Obligasi I Sarana multi Infrastruktur Tahun 2014 Seri A AA+ AA+ AA+ 3
24 SMFP Obligasi Berkelanjutan II Sarana multigriya Finansial Tahap II Tahun 2013 Seri
D
AA+ AA+ AA+ 3
25 MFIN Obligasi Berkelanjutan mandala multifinance i Tahun 2014 Tahap ii seri b A A A 2
26 TAFS Obligasi Toyota Astra Financial Services III Tahun 2013 Dengan Tingkat Bunga
Tetap Seri C
AAA AAA AAA 4
27 TUFI Obligasi Berkelanjutan I mandiri Tunas Finance Tahap II Tahun 2014 Seri A AA A
A
AA 3
28 VRNA Obligasi Berkelanjutan I Verena multi Finance Tahap II Tahun 2013 Seri B A A A 2
29 DNRK Obligasi Berkelanjutan I Danareksa Tahap I Tahun 2012 Seri B A A A 2
107
Lampiran 1.3 Hasil Perhitungan
Variabel
NO NAMA
PERUSAHAAN
Peringkat
Obligasi (Y)
ROA (X1) IS
(X2)
DK
(X3)
DKI (X4) KA (X5) CSR (X6)
1 BBTN 3 0.008 1 6
0.500
4 0.165
2 LBEI 4 0.02 1 - #VALUE! 3 0.11
3 BLAM 2 0.031 1 1
1.000 2 0.088
4 BMRI 3 0.026 0 7
0.571 6 0.165
5 BNGA 4 0.012 0 8
0.500 6 0.132
6 BNTT 2 0.034 1 3
0.667 3 0.055
7 BSBR 2 0.016 1 4
0.500 3 0.077
8 BSMT 2 0.02 1 3
0.667 3 0.121
9 BSSB 2 0.04 0 4
0.750 3 0.121
10 BVIC 2 0.006 0 4
0.750 4 0.11
108
11 NISP 4 0.013 1 8
0.500 4 0.099
12 PNBN 3 0.013 1 5
0.400 4 0.066
13 SDRA 2 0.008 1 4
0.750 3 0.088
14 ADMF 4 0.026 0 6
0.500 4 0.143
15 ASDF 4 0.035 0 5
0.200 3 0.044
16 BCAF 4 0.163 1 3
0.667 3 0.044
17 BIMF - 0.026 1 3
0.333 3 0.022
18 FIFA 4 0.052 1 4
0.250 4 0.088
19 IMFI 2 0.014 0 3
0.333 3 0.055
20 PNMP 2 0.012 1 4
0.750 3 0.055
21 PPGD 3 0.048 1 4
-
3 0.055
22 SANF 3 0.03 1 6
0.167 3 0.055
109
23 SMII 3 0.027 1 4
0.250 3 0.077
24 SMFP 3 0.018 1 3
-
3 0.077
25 MFIN 2 0.063 0 2
0.500 3 0.055
26 TAFS 4 0.017 1 5
0.200 3 0.033
27 TUFI 3 0.032 1 3
0.333 4 0.088
28 VRNA 2 0.011 0 3
0.333 3 0.055
29 DNRK 2 0.007 1 4
-
3 0.099
1 BBTN 3 0.011 1 7
0.571 5 0.176
2 LBEI 4 0.017 1 - #VALUE! 3 0.132
3 BLAM 2 0.029 1 1
1.000 2 0.088
4 BMRI 3 0.025 0 8
0.500 5 0.187
5 BNGA 4 0.001 0 8
0.500 6 0.099
6 BNTT 2 0.027 1 3
0.667 3 0.088
110
7 BSBR 2 0.016 1 4
0.500 3 0.088
8 BSMT 2 0.019 1 2
1.000 3 0.066
9 BSSB 2 0.044 0 4
0.750 3 0.121
10 BVIC 2 0.005 0 4
0.500 5 0.121
11 NISP 4 0.012 1 8
0.500 4 0.099
12 PNBN 3 0.008 1 6
0.500 4 0.066
13 SDRA 2 0.013 1 4
0.750 5 0.099
14 ADMF 4 0.024 0 6
0.500 4 0.121
15 ASDF 4 0.032 0 7
0.286 3 0.044
16 BCAF 4 0.153 1 5
0.600 3 0.088
17 BIMF - 0.02 1 3
0.333 3 0.022
18 FIFA 4 0.052 1 3
0.333 4 0.088
111
19 IMFI 2 0.009 0 3
0.333 3 0.055
20 PNMP 2 0.009 1 4
0.750 3 0.055
21 PPGD 3 0.05 1 4
-
3 0.055
22 SANF 3 0.017 1 5
0.400 3 0.055
23 SMII 3 0.009 1 4
0.250 3 0.088
24 SMFP 3 0.025 1 3
-
3 0.077
25 MFIN 2 0.054 0 2
0.500 3 0.055
26 TAFS 4 0.017 1 3
0.333 3 0.055
27 TUFI 3 0.033 1 3
0.333 4 0.088
28 VRNA 2 0.001 0 3
0.333 3 0.055
29 DNRK 2 0.027 1 4 - 3 0.099
1 BBTN 3 0.012 1 7
0.571
7 0.231
2 LBEI 4 0.014 1 0 #DIV/0! 3 0.165
112
3 BLAM 2 0.025 1 3
0.333 3 0.088
4 BMRI 3 0.014 0 8
0.500 6 0.176
5 BNGA 4 0.009 0 8
0.500 4 0.132
6 BNTT 2 0.024 1 3
0.667 3 0.11
7 BSBR 2 0.017 1 4
0.500 3 0.099
8 BSMT 2 0.022 1 3
0.667 3 0.121
9 BSSB 2 0.037 0 3
0.667 3 0.132
10 BVIC 2 0.005 0 4
0.500 5 0.11
11 NISP 4 0.013 1 8
0.500 3 0.176
12 PNBN 3 0.012 1 6
0.667 4 0.099
13 SDRA 2 0.014 1 4
0.750 5 0.055
14 ADMF 4 0.037 0 6
0.333 3 0.143
113
15 ASDF 4 0.03 0 7
0.143 3 0.099
16 BCAF 4 0.14 1 3
0.667 3 0.099
17 BIMF - 0.016 1 3
0.333 3 0.022
18 FIFA 4 0.061 1 3
0.333 3 0.088
19 IMFI 2 0.01 0 3
0.333 3 0.055
20 PNMP 2 0.007 1 4
0.750 3 0.055
21 PPGD 3 0.047 1 4 - 3 0.143
22 SANF 3 0.012 1 6
0.333 3 0.055
23 SMII 3 0.027 1 6
0.333 3 0.088
24 SMFP 3 0.024 1 3
0.667 2 0.077
25 MFIN 2 0.072 0 2
0.500 3 0.055
26 TAFS 4 0.016 1 3
0.333 3 0.055
27 TUFI 3 0.029 1 3
0.333 4 0.099
114
28 VRNA 2 0.004 0 3
0.333 3 0.055
29 DNRK 2 0.057 1 3 - 3 0.077
115
Lampiran 1.4 Hasil Output SPSS
1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 87 .001 .163 .02752 .028154
IS 87 0 1 .69 .465
1.936
.246852
.938
DK 87 0 8 4.17 DKI
KA 87 .000 1.000 .43608
3.46 87 2 7
CSR 87 .022 .231 .09116 .040915
RATING
Valid N (listwise)
87
87
0
4
2.76 .976
IS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
BUKAN PERATA
PERATA
Total
27 31.0 31.0 31.0
100.0
60 69.0 69.0
87 100.0 100.0
2. Uji Parallel Lines
Test of Parallel Linesa
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Null Hypothesis
General
160.264
.997 157.443b 2.820c 12
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are
the same across response categories. a. Link function: Negative Log-log.
b. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number
of step-halving.
c. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of
the
last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain.
116
3. Uji Pseudo R2 Pseudo R-Square
Cox and Snell .418
Nagelkerke .461
McFadden .227
Link function: Negative Loglog.
4. Uji Goodness of Fit Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 205.147
160.264
252 .986
Deviance 252 1.000 Link function: Negative Log-log.
5. Uji Signifikan Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square df
Sig.
Intercept Only 207.370
Final 160.264 47.106 6 .000
Link function: Negative Log-log.
117
6. Uji Signifikansi Parameter Individual Parameter Estimates
Estimate Std.
Error Wald df
Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper
Bound
Threshold [RATING =
0]
[RATING =
2]
[RATING =
3]
.078
2.322
.586
.642
.018
1
1
.893 -1.069 1.226
13.067 .000 1.063 3.582
3.644 .716 25.913
1 .000
.000
2.241 5.047
Location ROA
DK
DKI
KA
CSR
[IS=0]
[IS=1]
23.628 5.904 16.018 1 12.057 35.199
.482 .099 23.470
1 .000 .287 .677
-1.388 .573 5.872
1 .015 -2.512 -.265
-.211 .194 1.174
1 .279 -.591 .170
9.281 3.961 5.491
1 .019 1.518 17.043
-.177 .297 .357
1 .550 -.758 .404
0a . .
0 . . .
Link function: Negative Log-log.
a. This parameter is set to zero because it is redundant.