ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, JUMLAH WISATAWAN ...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, JUMLAH WISATAWAN ...
1
ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, JUMLAH WISATAWAN DAN
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ayu Widya Putri Pratama
E-mail : [email protected]
Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Tlp. (0274) 387656 Fax.(0274) 387646/387649, Website: www.umy.ac.id
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Jumlah
Wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Pendapatan
Asli Kabupaten/Kota di Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2007-
2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Asset Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian
ini menggunakan model regresi data panel dengan analisis Model Random Effect.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil
bahwa Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan berpengaruh postif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) berpengaruh negatif dan signifikan. Nilai R-squared sebesar 0.9550 yang
berarti sebesar 95,50% Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh ketiga
variabel independen. Sedangkan sisanya yaitu 4,5% dijelaskan oleh sebab-sebab
lain di luar model.
Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan
PDRB, Random Effect Model
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah
yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk
mengembangkan daerahnya dan menyeimbangkan dengan laju pertumbuhan
daerah sesuai dengan prioritas dan meningkatkan kemampuan potensi daerah
masing-masing. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang ada
2
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru yang merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Lincolin Arsyad,1997).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber penerimaan
daerah terdiri dari : (a) Pendapatan Asli Daerah (b) Dana Perimbangan (c) Lain-lain
pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu
indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar
penerimaan PAD suatu daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Sebaliknya, semakin rendah
penerimaan PAD suatu daerah maka semakin tinggi ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pemerintah pusat. Ini dikarenakan PAD merupakan sumber
penerimaan yang berasal dari dalam daerah itu sendiri.
Dalam pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting
dan dapat menjadi tolak ukur untuk meningkatkat pembangunan sektor-sektor yang
lain secara bertahap. Hal ini dapat dilihat dari dampak positif yang diberikan
industri pariwisata dalam perekonomian nasional. Kontribusi Pendapatan Asli
Daerah sub sektor pariwisata di DIY tahun 2014 menunjukkan Kota Yogyakarta
pada tahun 2014 sebesar 49,0%, Kabupaten Sleman sebesar 35,8%, Kabupaten
Bantul sebesar 6,8%, Kabupaten Kulonprogo sebesar 1,1% dan Kabupaten
Gunungkidul sebesar 7,3%, sehingga total sebesar 100% PAD di DIY berasal dari
sektor pariwisata (Statistik Kepariwisataan,2014). Hal ini menunjukkan bahwa
sektor pariwisata menjadi peranan penting bagi Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah.
Dengan adanya pariwisata dan banyaknya obyek-obyek wisata akan
berdampak baik untuk nasional maupun daerah yaitu dengan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah baik dari segi lingkungan,sosial, budaya dan ekonomi.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota perjuangan, kota
pendidikan, pusat kebudayaan dan menjadi salah satu tujuan wisatawan nusantara
dan mancanegara yang memiliki potensi alam yang melimpah. Dari beberapa
sektor-sektor yang dikembangkan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang bisa digali dan terus dikembangkan. Dalam tabel 1.2 dapat
dilihat perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
3
Tabel 1
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah per Kabupaten/Kota di DIY
Tahun 2011-2014 dalam jutaan
Kabupaten/Kota Tahun
2011 2012 2013 2014
Kota Yogyakarta 202.260.820 241.190.745 304.797.499 470.634.760
Kab. Sleman 203.416.683 220.367.231 298.406.947 573.337.599
Kab. Bantul 106.885.124 121.593.862 170.006.171 224.197.864
Kab. Kulonprogo 49.588.455 54.293.141 64.750.332 158.800.563
Kab. Gunungkidul 41.985.405 55.600.362 66.710.860 159.304.338
Sumber: BPS D.I Yogyakarta
Dilihat dari tabel 1 diatas perkembangan Jumlah Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten/Kota Yogyakarta dari tahun 2011-2014 mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Kota Yogyakarta pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar
202.260.820 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 470.634.760 juta. Kabupaten
Sleman pada tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 203.416.683 juta
dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 573.337.599 juta. Kabupaten Bantul pada
tahun 2011 memberikan sumbangan PAD sebesar 106.885.124 juta dan meningkat
di tahun 2014 sebesar 224.197.864 juta. Kemudian disusul dengan 2 Kabupaten
lainnya yaitu Kabupaten kulonprogo memberikan sumbangan PAD pada tahun
2011 sebesar 49.588.455 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 158.800.563
juta. Dan terakhir Kabupaten Gunungkidul memberikan sumbangan PAD pada
tahun 2011 sebesar 41.985.405 juta dan meningkat pada tahun 2014 sebesar
159.304.338 juta.
Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak bagi pemerintah daerah berperan
sebagai pendapatan utama dan sebagai alat pengukur keuangan daerah. Pajak
sebegai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai
administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan
fasilitas pendidikan, kesehatan dan membiayai pengeluran pemerintah daerah
dalam menyelidiki kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta yang
berupa barang-barang publik.
Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota yang
terdiri dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo,
4
Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. Perkembangan pajak daerah
Kabupaten/Kota setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dilihat pada tahun 2011
di Kota Yogyakarta penerimaan pajak daerah sebesar 120.457.515 juta dan
meningkat di tahun 2014 sebesar 253.996.307 juta. Kabupaten Sleman tahun 2011
penerimaan pajak daerah sebesar 142.698.407 juta dan meningkat di tahun 2014
sebesar 326.033.995 juta. Kabupaten Bantul 35.068.591 juta dan meningkat di
tahun 2014 sebesar 99.558.470 juta. Kabupaten Kulonprogo tahun 2011
penerimaan pajak daerah sebesar 5.853.809 juta dan meningkat pada tahun 2014
sebesar 21.171.577 juta. Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 penerimaan pajak
daerah sebesar 8.129.852 juta dan meningkat di tahun 2014 sebesar 28.477.674 juta.
Dari 4 Kabupaten yang berada di Yogyakarta, Kabupaten Sleman yang memberikan
penerimaan pajak daerah terbesar dan terendah di Kabupaten Kulonprogo. Salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak daerah yang memiliki
kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintah dan pembangunan
daerah karena pajak daerah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan
penerimaan PAD dan juga mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari segi perkembangannya, Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai
sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam yang melimpah ini
dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian disektor
pariwisata. Dengan berkembangnya sektor pariwisata ini dapat meningkatkan PAD.
Salah satunya jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara dapat meningkat
setiap tahunnya. Perkembangan yang diberikan pada sektor pariwisata dengan
adanya kunjungan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara di Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2014.
Perkembangan jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara di Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2014 mengalami peningkatan setiap tahun. Pada
tahun 2011 wisatawan mancanegara dan nusantara sebesar 1.607.694 orang dan
pertumbuhan sebesar 10,34%, tahun 2012 sebesar 2.360.173 orang dan
pertumbuhan sebesar 46,80%, tahun 2013 sebesar 2.837.967 dan pertumbuhan
sebesar 20,24%, tahun 2014 sebesar 3.346.180 dan pertumbuhan sebesar 17,91%.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara yang terdapat di Daerah
Istimewa Yogyakarta berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli daerah,
semakin banyak wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung ke obyek-
obyek wisata maka akan meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
makro yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah pada suatu
periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah
nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan disuatu
daerah pada suatu periode tertentu (BPS,2014).
5
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012-2014
mengalami peningkatan. Penerima sumbangan PDRB terbesar berada di Kabupaten
Sleman tahun 2014 sebesar 7.876.124, sedangkan Kabupaten Kulonprogo tahun
2014 memiliki nilai terendah sebesar 2.132.296. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor mulai dari luas wilayah, sumberdaya alam serta potensi disetiap
daerahnya masing-masing. Simanjuntak dalam Halim (2001), mengemukakan jika
suatu daerah dapat mengelola sumber daya alam yang dimiliki dan
perekonomiannya berkembang dengan baik maka PDRB akan meningkat yang
memperkuat PAD suatu daerah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa terdapat
keterkaitan antara pajak daerah, jumlah wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan
Asli Daerah. Oleh karena itu, disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2007-2014”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka dapat
diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014.
2. Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014.
3. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014.
B. LANDASAN TEORI
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber penerimaan daerah perlu
terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian belanja yang diperlukan
untuk penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan pembangunan yang setiap
tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab dapat dilaksanakan (Nurlan Darise, 2006:43). Adapun
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) antara lain :
a) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau badan
kepala tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
6
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Sedangkan menurut Mangkusubroto (1994)
pajak merupakan suatu pungutan yang merupakan hak prerogratif
pemerintah, pungutannya dapat dipaksakan kepada subyek pajak untuk
mana tidak ada balas jasa yang langsung ditunjukkan penggunaannya.
b) Retribusi Daerah
Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000, Retribusi Daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Berdasarkan uraian tersebut
maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi menerut Haritz (1995:84) adalah
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan bersifat ekonomis.
b. Ada imbalan langsung kepada membayar
c. Iuran memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada
alternatif untuk membayar.
d. Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetingnya tidak
menonjol.
e. Dalam hal-hal tersebut retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan
tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengambilan biaya
yang telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi
permintaan masyarakat.
Koho (2001:154) mengatakan bahwa retribusi yang diserahkan
cukup memadai, baik dalam jenis maupun jumlahnya. Namun hasil riil
yang dapat disumbangkan sektor ini bagi keuangan daerah masih sangat
terbatas karena tidak semua jenis retribusi yang dipungut
Kabupaten/Kota memiliki prospek yang cerah. Lebih lanjut Koho
memberikan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagai berikut :
a. Retribusi dipungut daerah.
b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah
yang langsung dapat di tunjuk.
c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau
mengenyam jasa yang disediakan daerah.
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah
yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang
tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Undang-
7
Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengklasifikasikan yang termasuk
pendapatan asli daerah yang sah meliputi :
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro.
c. Pendapatan bunga.
d. Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan, pengadaan barang ataupun jasa oleh pemerintah.
2. Pajak
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat di paksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
(Waluyo,2008:2).
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak daerah terdiri atas:
a. Pajak Provinsi terdiri atas :
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) Pajak Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Air Permukaan
5) Pajak Rokok
b. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
8
3. Jumlah Wistawan
Semakin lama wisatawan tinggal disuatu daerah tujuan wisata, maka
semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut,
paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal
di daerah tersebut (Ida Austriana,2006).
Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya
akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah
tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan
nusantara maupun mancanegara, maka akan memperbesar pendapatan dari
sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus
wisatawan di D.I Yogyakarta maka pendapatan sektor pariwisata D.I
Yogyakarta juga semakin meningkat.
4. PDRB
Hubungan antara PDRB dengan PAD merupakan hubungan secara
fungsional, karena pajak daerah merupakan fungsi dari PDRB, yaitu dengan
meningkatnya PDRB akan menambah penerimaan pemerintah dari pajak
daerah. Selanjutnya dengan bertambahnya penerimaan pemerintah akan
mendorong peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang
nantinya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat yang
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kembali. Begitu juga
sebaliknya dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
perkapita masyarakat, maka akan mendorong kemampuan masyarakat untuk
membayar pajak dan pungutan lainnya.
C. METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama
periode tahun 2007-2014. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat
Statistik dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset
Kabupaten/Kota DIY serta sumber lain yang terkait dengan penelitian ini.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang menunjukkan
suatu kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk
membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan atau dapat dikatakan
sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam
memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk
membiayai tugas dan tanggungjawabnya. Diukur menggunakan satuan juta.
2. Variabel Pajak Daerah menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriana adalah iuran
masyarakat kepada masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan umum
9
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintah. Diukur menggunakan milliard rupiah.
3. Variabel Jumlah Wisatawan MENURUT Internasional Union of Official
Travel Organization (IUOTO), pengunjung menrupakan setiap orang yang
datang kesuatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud
apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang meneriman upah. Diukur
menggunakan satuan orang.
4. Variabel PDRB merupakan nilai bersih barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam periode
tertentu. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB
berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000. Diukur
menggunakan satuaan jutaan rupiah.
Uji Kaulitas Data
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear antara variabel
independen. Salah satu asummsi model regresi klasik adalah tidak terdapat
diantara variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas artinya
terdapat korelasi yang signifikan diantara dua lebih variabel independen
dalam model regresi. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas ini
dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi antar variabel. Beberapa
kaidah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam sauatu model
empiris yaitu sebagai berikut :
a) Nilai R2 yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris sangat tinggi,
tetapi tingkat signifikan variabel bebas berdasarkan uji t statistik sangat
sedikit.
b) Tolerance and Variance Inflation Factor (VIF), VIF mencoba melihat
bagaimana varian dari suatu penaksiran mengikuti seandainya ada
multikolinearitas dalam suatu model empiris. Misalkan R2 dari hasil
estimasi regresi secara parsial mendekati satu, maka nilai VIF akan
mempunyai nilai tak hingga. Dengan demikian nilai kolinearitas
meningkat makan varian dari penaksir akan meningkat dalam limit yang
tak terhingga. Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas
dalam suatu model, salah satunya ada dengan melihat koefisien korelasi
yang lebih besar │0,9│maka terdapat gelaja multikolinearitas.
2. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah variasi residual tidak sama untuk semua
pengamat. Salah satu uji penting dalam regresi linear klasik adalah bahwa
gangguan yang muncul dalam regresi populasi adalah homoskedastisitas
10
yaitu semua gangguan memiliki varian yang sama atau varian setiap
gangguan yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai pada variabel-variabel
independen berbentuk nilai konstan yang sama dengan σ2. Dan jika suatu
populasi yang dianalisis memiliki gangguan varian yang tidak sama maka
mengindikasi terjadi gangguan heterokedastisitas. Untuk mendeteksi
masalah heterokedastisitas dalam model, pemulis menggunakan uji Park
yang sering digunakan dalam beberapa referensi. Dalam modelnya Park
menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan :
σ = aX
Persamaan diatas dijadikan linier dalamm bentuk persamaan log sehingga
menjadi :
Ln e = α + β Ln Xi + vi
Menurut Park dalam Sumodiningrat (2010), apabila koefisien parameter β
dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, berarti didalam
data terdapat masalah heterokedastisitas. Sebaliknya, jika β tidak signifikan
maka asumsi homokedastisitas pada data dapat diterima.
Analisis Data
Berdasarkan studi empiris maka model regresi dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Yti = β0 + β1PJKit + β2JMLWSTit +β3PDRBit + ε
Keterangan :
Y = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
β0 = Konstanta
β1,2,3 = Koefisien variabel 1,2,3
PJK = Pajak Daerah
JMLWST = Jumlah Wisatawan
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
i = Kabupaten
t = Periode waktu ke-t
ε = Eror Term
Alat analisis untuk menjawab permasalahan/hipotesis dalam penelitian
ini adalah analisis regresi Data Panel. Model regresi dengan data panel secara
umum mengakibatkan kesulitan dalam spesifikasi modelnya. Residualnya akan
mempunyai tiga kemungkinan yaitu residual time series, cross section maupun
gabungan keduanya. Maka terdapat tiga pendekatan dalam menggunakan data
panel yaitu :
1) Pooled Least Square (PLS)
Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM). Pada
metode ini model mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada
menunjukkan kondisi sesungguhnya dimana nilai intersept dari masing-
11
masing variabel adala sama dan slope koefisien dari variabel-variabel yang
digunakan adalah identik untuk semua unit cross section. Kelemahan dalam
model PLS ini yaitu adanya ketidaksesuaian model dengan keadaan yang
sebenarnya dimana kondisi setiap obyek saling berbeda bahkan satu obyek
pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi obyek tersebut pada
waktu yang lain.,
2) Fixed Effect Model (FEM)
Fixed Effect (efek tetap) dalam hal ini maksudnya adalah bahwa satu objek
memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu,
demikian pula halnya dengan koefisien regresi yang memiliki besaran yang
tetap dari waktu ke waktu. Dalam model FEM ini menggunakan pengubah
untuk memungkinkan perubahan-perubahan dalam intersept-intersept kerat
lintang dan runtut waktu akibat adanya perubahan-perubahan yang
dihilangkan. Model ini mengasumsikan perbedaan antara unit dapat
diketahui dari perbedaan nilai konstannya. Pendekatan model ini
menggunakan variabel boneka atau dummy yang dikenal dengan sebutan
model efek tetap (Fixed Effect) atau Least Square Dummy Variable atau
disebut juga Covariance Model. Pada metode Fixed Effect estimasi dapat
dilakukan dengan tanpa pembobot (no weight) atau Least Square Dummy
Variable (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) General
Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk
mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati,2012 : 241).
3) Random Effect Model (REM)
Dalam menganalisis regresi data panel selain menggunakan model (FEM),
analisis regresi dapat pula menggunakan pendekatan efek random (Random
Effect). Pendekatan efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan
fixed effect model (FEM) yang menggunakan variabel semu, sehingga
akibatnya model mengalami ketidakpastian. Berbeda dengan FEM yang
menggunakan variabel semu, motode efek random menggunakan residual
yang diduga memiliki hubungan antar waktu atau antar objek.
Pemilihan Metode Data Panel
Dalam pengolahan data panel mekanisme untuk menentukan metode
pemilihan data panel yang tepat dengan cara membandingkan metode
pendekatan PLS dengan metode FEM terlebih dahulu. Jika hasil yang diperoleh
menunjukkan model pendekatan PLS yang diterima, maka model pendekatan
PLS yang akan dianalisis, namun juka model pendekatan FEM yang diterima
maka melakukan perbandingan lagi dengan model pendekatan FEM. Untuk
menguji spesifikasi model, penulis menggunakan beberapa metode pengujian
diantaranya :
12
a) Uji Chow Test
Yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model Pooled Least
Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk
estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji restricted F-test atau Uji
Chow Test. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Model PLS (Restricted)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted)
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan
menggunakan F-statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut :
CHOW=(RRSS−URSS)/(N−1)
URSS/(NT−N−K)
Dimana :
RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum
Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel
dengan metode pooled least square/common intersept).
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum
Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel
dengan metode fixed effect).
N = Jumlah data cross section.
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti distribusi Fstatistik yaitu FN-1, NT-N-K jika nilai
F test atau Chow Statistic (F statistic) hasil pengujian lebih besar dari F-
tabel, maka cukup untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol
sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed effect.
b) Uji Hausman Test
Dalam pemilihan pendekatan mana yang sesuai dengan model persamaan
dan data kita antara Fixed Effect dan Random Effect dapat digunakan dengan
menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh Hausman. Hausman
Test ini menggunakan nilai Chi Square sehingga keputusan pemilihan
metode data panel dapat ditentukan secara statistik. Dengan asumsi bahwa
error secara individual tidak saling berkorelasi begitu juga error
kombinasinya. Uji hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Statistik Hausman menggunakan nilai Chi Square Statistics. Jika hasil
Hausman test signifikan maka metode yang digunakan dalam pengelolaan
data panel adalah Fixed Effect Model.
13
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2
Uji Multikolinearitas
_KOTA _SLEMAN _BANTUL _KULON
PROGO
_GUNUNG
KIDUL
_KOTA 1.000000 0.557782 0.255894 0.737050 0.711058
_SLEMAN 0.557782 1.000000 0.300546 0.860770 0.669770
_BANTUL 0.255894 0.300546 1.000000 0.421036 0.387531
_KULONPROGO 0.737050 0.860770 0.421036 1.000000 0.854603
_GUNUNGKIDUL 0.711058 0.669770 0.387531 0.854603 1.000000
Sumber : Data diolah
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasinya antar
variabel independen tidak lebih besar dari │0,9│dengan demikian data dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinearitas.
Tabel 3
Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park
Variabel Prob.
C 0.6846
LOGPJK? 0.1669
LOGJMLWST? 0.4427
LOGPDRB? 0.1369
Sumber: Data diolah
Dari tabel 3 diatas maka disimpulkan bahwa data yang digunakan
sebagai variabel independen terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
Pemilihan Metode Data Panel
Tabel 4
Uji Chow (Uji Likelihood)
Effect Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.425705 (4,32) 0.2480
Cross-section Chi-square 6.559961 4 0.1611
Sumber: Data diolah
14
Hasil dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Cross
Section F dan Chi Square adalah 0.2480 dan 0.1611 yang lebih besar dari Alpha
0,05 sehingga kita menolak H1. Dengan demikian pengambilan keputusan
model dengan uji Chow adalah menggunakan Common Effect Model.
Tabel 5
Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq.Statistic Chi-Sq.
d.f. Prob.
Cross-sectiom random 4.207157 3 0.2399
Sumber: data diolah
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa Prob. Cross-Section Random
adalah 0.2399 lebih besar dari Alpha 0,05 sehingga dengan demikian menerima
hipotesis nol. Dapat disimpulkan dalam uji Hausman digunakan model
Random Effect.
Analisis Model Terbaik
Tabel 6
Hasil Estmiasi Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Daerah Istimewa
Yogyakarta
Variabel Dependen :
Pendapatan Asli
Daerah
Model
Fixed Effect Common
Effect Random Effect
Konstanta -1.789215 4.688599 4.684084
Standar error 4.009091 0.494341 0.531727
Probabilitas 0.6584* 0.0000*** 0.0000***
Pajak Daerah 0.415173 0.579825 0.579307
Standar error 0.129689 0.056003 0.057296
Probabilitas 0.0031** 0.0000*** 0.0000***
Jumlah Wisatawan 0.253696 0.262958 0.268960
Standar error 0.090513 0.080330 0.079827
Probabilitas 0.0085** 0.0024** 0.0018**
PDRB 0.590811 -0.660923 -0.665026
Standar error 0.812287 0.132345 0.139694
Probabilitas 0.4723* 0.0000*** 0.0000***
R2 0.966096 0.960053 0.955083
Fstatistik 130.2611 288.4001 255.1576
Probabilitas 0.000000 0.000000 0.000000
Durbin-Watson stat 1.473873 1.335958 1.356855
15
Sumber: Data diolah
Ket : ***=Signifikan 1%, **=Signifikan 5%, *=Signifikan 10%
Berdasarkan uji spesifikasi model yang telah dilakukan dari kedua
analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji Likelihood dan Hausman
Test keduanya menyarankan untuk menggunakan Random Effect, dan dari
perbandingan uji pemilihan terbaik maka model regresi yang digunakan dalam
mengestimaikan Pengaruh Pajak Daerah, Jumlah Wisatawan dan PDRB
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah Random Effect Model. Dipilihnya Random Effect Model
karena memiliki probabilitas masing-masing variabel independen dari Random
Effect Model lebih signifikan dibanding Fixed Effect Model yang masing-
masing variabel independennya tidak signifikan sehingga model yang lebih
baik yaitu Random Effect Model dan Random Effect Model lebih sesuai dengan
teori yang digunakan.
Uji Statistik
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berguna untuk mengukur kemampuan model
dalam menerangkan himpunan variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi ditunjukkan dengan angka antara nol sampai satu. Nilai koefisien
determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam variasi variabel dependen yang terbatas. Sedangkan nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen tersebut memberikan
hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen.
Dari hasil olah data pajak daerah, jumlah wisatawan dan PDRB
terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten/Kota di Daearh Istimewa
Yogyakarta periode tahun 2007-2014 diperoleh nilai R2 sebesar 0.955083. Hal
ini menunjukkan bahwa secara statistik 95% pendapatan asli daerah
dipengaruhi oleh pajak daerah, jumlah wisatawan dan PDRB. Sedangkan
sisanya 5% dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian ini.
2. Uji Signifikansi Variabel Secara Serempak (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel variabel
bebas secara keseluruhan dengan yang diperoleh, yaitu pajak daerah, jumlah
wisatawan dan PDRB terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2014. Dari hasil olah data diketahui
nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.000000 (signifikan pada 5%), artinya
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen.
16
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)
Uji t bertujuan untuk melihat seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji ini digunakan untuk menguji kemaknaan parsial, dengan
menggunakan uji t, apabila nilai probabilitas < α = 5% maka H0 ditolak,
dengan demikian variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat yang ada
dalam model. Sebaliknya apabila nilai probabilitas > α = 5% maka H0 =
diterima, dengan demikian variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel
terikatnya atau dengan kata lain tidak ada pengaruh antara dua variabel yang
diuji.
Tabel 7
Uji Statistik T
Variabel Koefisien
Regresi Prob.
Standart
Prob.
Pajak Daerah 0.579307 0.0000 5%
Jumlah Wisatawan 0.268960 0.0018 5%
PDRB -0.665026 0.0000 5%
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui koefisien regresi untuk
variabel pajak daerah sebersar 0.579307 dengan probabilitas 0.0000
signifikan pada α = 5%. Jadi dapat diartikan bahwa pajak daerah berpengaruh
postif dan memiliki nilai signifikan 5% terhadap pendapatan asli daerah
kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Variabel nilai jumlah
wisatawan mempunyai koefisien regresi sebesar 0.268960 dengan
probabilitas 0.0018 signifikan pada α = 5%. Jadi dapat diartikan bahwa
jumlah wisatawan mempunyai pengaruh positif dan mempunyai nilai
signifikansi 5% terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Variabel nilai PDRB mempunyai koefisien regresi
sebesar -0.665026 dengan probabilitas α = 5%. Jadi dapat diartikan bahwa
PDRB berpengaruh negatif dan memiliki nilai signifikansi 5% terhadap
pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pembahasan (Interpretasi)
Berdasarkan hasil penelitian atau estimasi model diatas maka dapat
dibuat suatu analisis dan pembahasan mengenai pengaruh variabel
independen (pajak daerah, jumlah wisatawan dan PDRB) terhadap
17
pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan hasil penelitian, pajak daerah (X1) menunjukkan tanda
positif dan signifikan secara statistik pada derjat kepercayaan 5% untuk
semua kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koefisien pajak daerah mempunyai nilai sebesar 0.579307, yang
berarti apabila peningkatan pajak daerah sebesar 1% sedangkan variabel lain
dianggap konstan maka pendapatan asli daerah (Y) akan meningkat sebesar
0.579307%. Nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh
positif antara pajak daerah dengan pendapatan asli daerah kabupaten/kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian Md. Krisna
Arta Anggar Kusuma dan Ni Gst. Putu Wirawati (2013), Adi Nugroho (2014).
Hal ini menunjukkan apabila penerimaan pajak daerah meningkat maka akan
mempengaruhi meningkatnya penerimaan pendapatan asli daerah.
2. Pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan hasil penelitian jumlah wisatawan (X2) menunjukkan
tanda positif dan signifikan secara statistik pada derajat 5% untuk semua
kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koefisien jumlah wisatawan mempunyai nilai sebesar 0.268960, yang
berarti apabila peningkatan pajak daerah sebesar 1% sedangkan variabel lain
dianggap konstan maka pendapatan asli daerah (Y) akan meningkat sebesar
0.268960%. nilai koefisien yang positif menunjukkan adanya pengaruh
positif antara jumlah wisatawan dengan pendapatan asli daerah
kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian Betania
Pramesti (2014), I Gusti Agung Satrya Wijaya dan I Ketut Djayastra (2014).
Hal ini menunjukkan jumlah wisatawan yang meningkat menandakan
semakin berkembangnya di sektor pariwisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
3. Pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan hasil penelitian PDRB (X3) menunjukkan tanda negatif
dan signifikan secara statistik pada derajat 5% untuk semua kabupaten/kota
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koefisien PDRB mempunyai nilai sebesar -0.665026, yang berarti
apabila penambahan PDRB sebesar 1% sedangkan variabel lain dianggap
konstan maka pendapatan asli daerah (Y) akan menurun sebesar -0.665026.
Nilai koefisien yang negatif menunjukkan adanya pengaruh negatif antara
18
PDRB dengan pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan Triani dan Yeni Kuntari
(2010). Variabel PDRB berpengaruh negatif mengasumsikan bagaimana
kepatuhan masyarakat Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam membayar pungutan pajak daerah dan kebijakan pemerintah daerah
dalam penetapan kebijakan pembayaran pajak beserta tarif pajaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Dina. 2010. “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah”, Studi Empiris
Propinsi Bengkulu. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE,
Yogyakarta.
Basuki, Agus Tri dan Yuliadi, Immamudin. 2015. Ekonometrika Teori dan
Aplikasi. Edisi Pertama. Penerbit Mitra Pustaka Nurani (MATAN).
Yogyakarta.
Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.
Haniz, Nadya Fazriana. 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Pajak Daerah Kota Tegal”, Skripsi. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Helti, Kristiana Advina. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pajak
Daerah Serta Tingkat Efisiensi dan Efektivitas Dalam Pemungutan”, Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Koho. 2001. “Prospek Otonomi Daerah di Negara RI”. Cetakan ke 5 PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Mardiasmo, 2008. Perpajakan. Edisi Revisi 2008. Andi Offset. Yogyakarta.
Mikha, Danied. 2010. “Analisis Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman”, Jurnal Akuntansi, Vol 5
Nomor 1 Juni 2010.
Muchtholifah, 2010. “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Inflasi,
Investasi Industri dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Di Kota Mojokerto”, Jurnal Ilmu Ekonomi Pembangunan
Vol.1 No. 1 Januari 2010.
Nugroho, Adi. 2014. “Analisis Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah Periode 2010-2012”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Dian Nuswantoro.
Nurrohman, Alfian. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Pajak Daerah di Kota Surakarta Tahun 1994-2007”, Skripsi.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
19
Pramesti, Betania. 2014. “Analisis Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek
Wisata, Pendapatan Perkapita dan Investasi Terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006-2012”, Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Putra, I Gede. 2011. “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap
Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Angaran
Pembangunan Kabupaten Gianyar Tahun 1991-2010”. Skripsi. Universitas
Udayana. Denpasar.
Qaddarrohman, Nasrul. 2010. “Analisis Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata
di Kota Semarang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Ramdani, Yaumul. 2015. “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan,
Pajak, Retribusi dan Investasi Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Republika Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tentang Kepariwisataan.
Ruswandi, Rina Rahmawati. 2009. “Analisis Pengaruh Pajak Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sumedang. Skripsi. Institusi
Pertanian Bogor. Bogor.
Sari, Erni Purnama. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD di Pemerintahan Kabupaten Gresik”.
Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur. Surabaya.
Spilane, James J. DR. 1987. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta.
Statistik Kepariwisataan, 2012. Dinas Pariwisata. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Cetakan ke-
20. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suparmoko, dan Maria. 2000. Keuangan Negara: dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta. BPFE UGM.
Susanto, Iwan. 2014. “Analisis Pengaruh PDRB, Penduduk, dan Inflasi Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Studi Kasus Kota Malang Tahun 1998-
2012”. Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang.
Todaro.2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Bahasa Indonesia
Buku II. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Triani dan Kuntari Yeni. 2010. “Pengaruh Variabek Makro Terhadap Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Periode 2003-2007 di Kabupaten
Karanganyar. Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol.12 No.1 Maret 2010 : 87-94.
Utomo, Okto Sigit. 2013. “Analisis Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Empiris di DPPKAD Wilayah
Karesidenan Surakarta)”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Solo.
Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia Buku I . Edisi 8. Cetakan Pertama. Salemba
Empat. Jakarta.
______________, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
20
______________, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2007-2015. DIY dalam angka. Diterbitkan: Badan
Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia.
DPPKAD Kabupaten/Kota, 2007-2014. Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset.