Analisis Ketidakpuasan Pasca Konsumsi, Harga, Iklan Terhadap ...
analisis pengaruh ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari ...
-
Upload
phungkhanh -
Category
Documents
-
view
233 -
download
1
Transcript of analisis pengaruh ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari ...
1
ANALISIS PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN,
KEBUTUHAN MENCARI VARIASI, KETERLIBATAN
KONSUMEN, HARGA DAN DAYA TARIK PESAING
TERHADAP PERILAKU BRAND SWITCHING
(Studi Kasus pada Pengguna Telepon Seluler Sony Ericsson di Kota
Semarang)
Disusun oleh : Diana Vita Lestari
Dosen Pembimbing : Drs. Sutopo, MS
Universitas Diponegoro
ABSTRACT Brand switching is one of interesting objects to be studied. Companies need to know
what motivates people to switch and using competitor’s product. Especially in cell phone market in Indonesia. Cell phone is not included in convenient goods categories, but people recently have tendency to buy the new phones although their old one still can be used. Some people buy different brand instead of buying the same brand with their previous mobile phone.
This study aimed to test a model of brand switching behavior of cell phone products. This model emphasized on the influence of consumer dissatisfaction, needs of variety-seeking, involvement, price, and competitors attractiveness towards brand switching behavior. There were five hypotheses being tested in this study, only two are acceptable while the other three refused. This condition indicates that there are two variables have positive influence on the brand switching behavior in purchasing mobile phone products in Semarang, namely: Needs of variety-seeking and competitors attractiveness. The result shows that the research model can be accepted. Key words: consumer dissatisfaction, needs of variety-seeking, involvement, price, competitors
attractiveness, and brand switching
1
1. PENDAHULUAN
Produk yang berkualitas dengan harga bersaing merupakan kunci utama
dalam memenangkan persaingan, yang pada akhirnya akan dapat memberikan nilai
kepuasan yang lebih tinggi kepada pelanggan. Pelanggan kini memiliki tuntutan nilai
yang jauh lebih besar dan beragam karena pelanggan dihadapkan pada berbagai
pilihan produk, berupa barang maupun jasa yang dapat mereka beli. Dalam hal ini
penjual harus memberikan kualitas produk yang dapat diterima, karena bila tidak,
pelanggan akan segera beralih kepada produk lain yang sama (brand switching).
Perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor keperilakuan, persaingan, dan waktu (Srinivasan,
1996 dalam Shellyana dan Dharmesta 2002), namun pada dasarnya perilaku
perpindahan merek yang dilakukan konsumen terjadi akibat adanya alasan-alasan
tertentu seperti : ketidakpuasan pasca konsumsi, harga, iklan dan yang terakhir adalah
mencari variasi.
Menurut Hendrowijono (Sinyal 2010, h. 20), dari jumlah ponsel yang sudah
terjual hingga semester pertama 2010, Nokia masih memimpin pasar dengan pangsa
pasar 45 persen disusul jauh oleh Samsung 12 persen, dan tempat ketiga sebesar 7
persen diduduki Nexian yang berhasil melampaui Sony Ericsson yang tergusur ke 6
persen dan HT Mobile di posisi 5 persen.
Pilihan ponsel yang ada di pasaran beraneka ragam. Persaingan yang terjadi
saat ini tidak hanya terjadi pada segi produk saja, tetapi lebih ditekankan pada fungsi-
fungsi atau fitur tambahan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan seperti model
kemasan (packaging), layanan purna jual (after sales services), pelayanan yang
diberikan (service), iklan (advertising), promosi (promotion), dan fitur-fitur lainnya
yang cukup dihargai oleh konsumen. Terlebih lagi, dewasa ini ponsel kategori
Smartphone semakin berkembang baik dari segi bentuk maupun ragam sistem
operasinya. Mayoritas pengguna ponsel menyukai ponsel multimedia yang sekaligus
dapat menunjang profesinya. Namun vendor-vendor ternama cenderung
mengeluarkan ponsel berfitur lengkap dengan harga mahal. Hadirnya produk baru
3
membuat peta persaingan ponsel di pasaran semakin ketat. Apalagi produk baru
seringkali hadir dengan tawaran harga yang menarik sehingga mendorong konsumen
untuk mencari variasi.
Tabel 1
TOP Brand Index 2010-2011 Kategori Telekomunikasi dan TI
MEREK TBI 2010 TBI 2011 Nokia 72,0% 61,5%
Huawei 2,4% 12,5% Sony Ericsson 9,6% 5,8%
Nexian - 3,7% Samsung 3,3% 2,7%
Sumber: http://www.topbrand-award.com/
Top Brand Index diukur menggunakan 3 parameter: Top of Mind (TOM), Last
Usage (LU) dan Future Intention (FI). Tiga parameter tersebut memungkinkan
aplikasi untuk menampilkan brand position diagnosis. Berdasarkan survey merek
yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group seperti yang tertera pada Tabel 1.2,
Sony Ericsson terlihat mengalami penurunan dari 9,6% menjadi 5,8%. Ini
mengindikasikan merek tersebut tidak lagi melekat kuat di benak konsumen dan
kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian tidak setinggi tahun
sebelumnya.
Sebelum melakukan penelitian tentang Brand Switching terhadap produk
telepon seluler Sony Ericsson, penulis melakukan wawancara dengan 320 orang
warga Kota Semarang. Dari 320 orang itu, 195 orang pernah menggunakan Sony
Ericsson tetapi sekarang telah beralih ke merek lain, 73 orang pernah menggunakan
Sony Ericsson dan masih menggunakannya sampai sekarang, dan 42 orang tidak
pernah memakai telepon seluler Sony Ericsson sama sekali. Terlihat dari gambar
4
tersebut bahwa terjadi perpindahan merek yang cukup tinggi dilakukan oleh warga
Kota Semarang.
Pada laporan keuangan Sony Ericsson secara global diketahui kuartal ketiga
2009 produk yang terjual sebanyak 14,1 juta unit sedangkan kuartal ketiga 2010 turun
menjadi 10,4 juta unit. Periode ini Sony Ericsson mencatat laba bersih sebesar 49 juta
Euro. Namun pencapaian ini sangat kontras dengan kerugian yang diderita
perusahaan ini pada tahun 2009 yaitu sebesar 164 juta Euro. Penurunan jumlah
penjualan tersebut mengindikasikan adanya gejala ketidakpuasan pelanggan pada
ponsel Sony Ericsson sehingga tidak terjadi pembelian ulang terhadap merek tersebut
atau dapat dikatakan bahwa terjadi perpindahan merek. Kemungkinan hal ini
disebabkan karena akhir-akhir ini Sony Ericsson tidak memproduksi ponsel dengan
fitur-fitur yang disukai pasar.
Perilaku brand switching yang timbul akibat adanya perilaku variety seeking
perlu mendapat perhatian dari pemasar. Perilaku ini tidak hanya cenderung terjadi
pada produk yang memerlukan tingkat keterlibatan yang rendah, akan tetapi terjadi
juga pada produk dengan tingkat keterlibatan tinggi (high involvement). Tingkat
keterlibatan produk dikatakan tinggi, apabila konsumen melibatkan banyak faktor
pertimbangan dan informasi yang harus diperolehnya sebelum keputusan untuk
membeli diambil. Termasuk dalam faktor pertimbangan tersebut adalah faktor resiko,
yaitu resiko performance,fisik, keuangan dan waktu.
Proses pembelian konsumen yang melibatkan pengambilan keputusan
khususnya dalam kondisi limited decision making, akan memposisikan konsumen
pada situasi untuk berperilaku variety seeking. Pada waktu tingkat keterlibatan
konsumen rendah, konsumen akan cenderung untuk berpindah merek, mencari merek
lain diluar pasar dan situasi ini menempatkan konsumen dalam sebuah usaha mencari
variasi lain. Selain itu faktor harga juga berperan penting. Kesalah dalam penetepan
harga menyebabkan konsumen merasa dirinya tidak berada pada kelas merek tersebut
dan memutuskan untuk menggunakan merek lain.
5
Dalam penelitian ini digunakan produk elektronik yaitu telepon seluler
dimana menurut Chernev (dikutip oleh Junaidi,2002) objek penelitian untuk perilaku
perpindahan merek hendaknya berupa produk yang menimbulkan perasaan senang
atau rasa kenikmatan seperti makanan, parfum, rokok dan produk sejenisnya yang
membutuhkan pengalaman dalam melakukan pilihan terhadap suatu merek. Produk
tersebut hendaknya memenuhi karakteristik kategori produk untuk variabel fitur
hedonis.
Banyak penelitian yang menemukan bahwa konsumen beralih ke merek lain
kemungkinan karena dipengaruhi oleh motivasi eksternal (harga, kupon) maupun
motivasi internal (keinginan untuk mencoba merek baru) (Mazursky dkk dalam
Sahay dan Sharma, 2010). Pada industry telekomunikasi, konsumen cenderung
berpindah ke merek lain karena alasan perilaku seperti variety-seeking (Givon, 1984),
dorongan keinginan hati (Stern, 1962), dan konteks situasi (Skoglan dan Siguaw,
2004, dalam Lee dan Murphy 2005). Perpindahan merek diindikasikan dengan
berhenti menggunakan merek tertentu secara total dan mengalokasikan pembelian
secara keseluruhan pada merek baru.
2. TELAAH TEORI
2.1 Perilaku Konsumen
Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab
dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat,
sikap, dan selera yang berbeda. Kotler dan Armstrong menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan, faktor sosial,
pribadi, psikologis. Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar
tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor
perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian konsumen.
Engel (1995) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu tindakan yang
langsung mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan. The American
6
Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis
antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia
melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Paling tidak ada tiga ide penting
dalam definisi di atas: (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut
melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar; dan
(3) Hal tersebut melibatkan pertukaran (Peter dan Olson, 2003).
Menurut Mowen (1995), perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi
mengenai pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan konsumsi dan
pertukaran barang, jasa, pengalaman, dan ide.
2.2 Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa dekat harapan konsumen atas
produk dengan kinerja yang dirasakan dari produk tersebut. Jika kinerja produk lebih
buruk dari harapan konsumen, maka konsumen akan mengalami ketidakpuasan.
Menurut Kotler (1997), jika produsen melebih-lebihkan manfaat suatu produk maka
harapan konsumen tidak akan tercapai sehingga akan mengakibatkan ketidakpuasan.
Hasil dari evaluasi merek yang dilakukan konsumen adalah niat atau keinginan
memebeli atau tidak membeli melalui proses yang kompleks (Assael, 1995).
Engel (1995) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai evaluasi
pascakonsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau
melebihi harapan. Kepuasan konsumen merupakan konsep yang penting dalam riset
pemasaran. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kepuasan konsumen memiliki
pengaruh positif terhadap loyalitas (Lein-Ti Bei dan Yu-Ching Chiao, 2001, dikutip
oleh Marco van der Heijden and Tim Snijder, 2007). Vasquez-Carrasco dan Foxall
(2006) membuktikan bahwa kepuasan konsumen mempunyai pengaruh positif
terhadap ingatan konsumen pada merek tersebut.
2.3 Brand Loyalty
Engel (1973) mendefinisikan brand loyalty sebagai kecenderungan dari
beberapa konsumen untuk membeli produk dengan merek tertentu secara konsisten.
7
Jacob Jacoby dalam Engel (1973) mendefinisikan perilaku loyal terhadap merek
sebagai tindakan nyata dari pembelian ulang selektif berdasarkan pada proses
keputusan psikologis yang evaluatif. Brand loyalty melibatkan perilaku pembelian
ulang berdasarkan pada kognitif, afektif, evaluatif beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
2.4 Perpindahan Merek (Brand Switching)
Menurut Roos seperti yang dikutip oleh Marco van der Heijden dan Snijder
(2007) ada dua kategori perpindahan merek. Kategori pertama, perpindahan
konsumen didasarkan pada keputusan pribadi, yang kedua perilaku brand switching
dilakukan secara tidak segaja tanpa dipengaruhi pertimbangan pribadi. Pada kategori
pertama, penyebab dari perilaku berpindah merek dapat berupa ketidakpuasan,
kebiasaan yang berubah, alternatif lain yang lebih baik atau kebutuhan akan variasi.
Sedangkan menurut Junaidi dan Dharmmesta (2002), perpindahan merek merupakan
gambaran dari beralihnya pengkonsumsian konsumen atas suatu produk ke produk
lainnya. Hal ini dikarenakan seseorang selalu melakukan perbandingan antara merek
satu dengan merek yang lain pada saat ia mengevaluasi merek tertentu atau pada saat
ia membentuk sikapnya terhadap merek (Laroche, Flou, dan Zhou, 1994).
2.5 Ketidakpuasan Konsumen
Ketidakpuasan konsumen digambarkan sebagai lawan dari kepuasan (Mittal
dkk dalam Heijden dan Snijder, 2007) keduanya dilihat sebagai dua dimensi yang
berbeda (Mano dan Oliver dalam Heijden dan Snijder, 2007). Sumber literatur tidak
menyediakan kerangka kerja konseptual untuk ketidakpuasan konsumen namun
ketidakpuasan dapat diukur dengan dimensi yang sama seperti kepuasan, yaitu waktu,
fokus, dan respons afektif. Ketidakpuasan secara nyata memiliki pengaruh negatif
terhadap loyalitas konsumen. Ini secara tidak langsung menunjukkan adanya
perngaruh positif dari ketidakpuasan terhadap switching behavior.
8
Solomon (1992) menyatakan bahwa konsumen memiliki tiga tindakan yang
berbeda dalam menghadapi ketidakpuasan (mungkin saja terjadi lebih dari satu
tindakan).
1. Voice response. Konsumen dapat menyerukan secara langsung
ketidakpuasan mereka kepada penjual untuk mendapatkan perbaikan atau
penggantian.
2. Private response. Konsumen dapat menceritakan ketidakpuasan terhadap
toko atau produk kepada teman dan/atau memboikot toko tersebut.
Negative word of mouth (WOM) dapat merusak reputasi perusahaan.
3. Third-party response. Konsumen dapat mengambil tindakan hukum untuk
menentang pedagang, mendaftarkan keluhan pada lembaga konsumen atau
menulis surat pembaca di surat kabar.
Ketidakpuasan konsumen dapat timbul karena adanya proses informasi dalam
evaluasi terhadap suatu merek. Konsumen akan menggunakan informasi masa lalu
dan masa sekarang untuk melihat manfaat yang mereka harapkan.
2.6 Kebutuhan Mencari Variasi (Needs of Variety-Seeking)
Mowen dan Minor (2002) mengemukakan bahwa mencari keragaman
(variety-seeking) mengacu pada kecenderungan konsumen untuk mencari secara
spontan membeli merek produk baru meskipun mereka terus mengungkapkan
kepuasan mereka dengan merek yang lama. Salah satu penjelasan tentang mencari
keragaman adalah bahwa konsumen mencoba untuk mengurangi kejenuhan dengan
membeli merek baru.
Pembelian berdasarkan mencari keragaman diklasifikasikan sebagai bersifat
pengalaman, karena pembelian tersebut dilakukan untuk mempengaruhi perasaan.
Yaitu, apabila konsumen merasa jenuh, mereka akan merasa di bawah optimal.
Dengan membeli merek yang baru, mereka mencoba untuk membuat diri mereka
menjadi lebih baik.
9
2.7 Keterlibatan
Menurut Setiadi (2003), keterlibatan adalah status motivasi yang
menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat
mereka membuat keputusan. Van Trijp dkk., seperti yang dikutip oleh Shellyana dan
Dharmmesta (2002) menjelaskan bahwa keterlibatan berkaitan dengan pilihan produk
dan perilaku memilih yang dilakukan konsumen. Pembelian produk dengan
keterlibatan rendah menyebabkan mudah terjadinya perilaku mencari variasi
dibandingkan dengan pembelian produk dengan keterlibatan tinggi. Konsumen juga
dapat menjadi terlibat dengan produk atau merek. Mereka akan lebih mungkin untuk
melihat perbedaan dalam sifat yang ditawarkan oleh berbagai produk atau merek, dan
hasilnya yang lazim adalah kesetiaan atau loyalitas yang lebih besar ketika preferensi
didasarkan atas keterlibatan yang dirasakan tinggi. Namun pada kenyataannya,
perpindahan merek tidak hanya terjadi pada produk low involvement, namun juga
terjadi pada produk high involvement. Tingkat persaingan yang terjadi antara
produsen produk yang rentan terhadap perpindahan merek juga semakin ketat.
2.8 Harga
Harga suatu barang merupakan penentu bagi permintaan pasar, mempengaruhi
posisi persaingan dan juga market share tiap produsen. Kesalahan yang paling umum
adalah penetapan yang berorientasi biaya, harga yang sering kurang direvisi, harga
yang yang kurang bervariasi untuk produk- produk dan segmen pasar yang berbeda.
Menurut William dan Lamarto (1997) jika perubahan harga tidak sesuai
dengan persepsi konsumen terhadap kelas merek dimana produk tersebut berada,
akan menyebabkan konsumen enggan untuk melakukan pembelian karena
menganggap merek tersebut tidak sesuai dengan kelasnya. Namun apabila manfaat
yang diberikan sebanding dengan harga yang ditawarkan, walaupun mahal maka
konsumen tetap akan membelinya dan tidak akan ada keputusan perpindahan ke
merek lain.
10
Ketidakpuasan Konsumen
Kebutuhan Mencari Variasi
Keterlibatan
Harga
Daya Tarik Pesaing
2.9 Daya Tarik Pesaing
Menurut Bansal et al., 2006 (dalam Sai, 2009) daya tarik pesaing adalah
ketersediaan alternatif jasa yang sejenis yang dapat menarik perhatian pelanggan.
Apabila pesaing dirasa lebih menarik dan memuaskan, maka konsumen akan
berpindah ke layanan yang lebih menarik, lebih dapat dipercaya, atau menyediakan
kualitas yang lebih tinggi. Banyak konsumen berpindah ke layanan yang lebih baik
meskipun penyedia layanan lebih mahal (Sulistiyani, 2006: 261). Konsumen
mengatakan bahwa lebih baik berpindah ke layanan produk yang lebih baik daripada
menerima layanan dari penyedia produk yang tidak memuaskan (Sulistiyani, 2006:
260).
3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Berdasarkan pada faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap perilaku
brand switching produk telepon seluler, maka kerangka pemikirannya ditunjukkan
pada gambar berikut:
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
BRAND SWITCHING
X1
X2
X3
X4
X5
Y
11
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
H1: Semakin tinggi tingkat ketidakpuasan pasca konsumsi (X1) maka akan
semakin kuat keputusan perpindahan merek (Y)
H2: Semakin tinggi tingkat kebutuhan mencari variasi (X2) maka akan
semakin kuat keputusan perpindahan merek (Y)
H3: Semakin tinggi tingkat keterlibatan konsumen (X3) maka akan semakin
kuat keputusan perpindahan merek (Y)
H4 : Semakin tinggi harga (X4) maka akan semakin kuat keputusan
perpindahan merek(Y)
H5: Semakin tinggi Daya Tarik Pesaing (X5) maka akan semakin kuat
keputusan perpindahan merek(Y)
4. METODE PENELITIAN
4.1 Pemilihan Populasi, Sampel dan Pengumpulan Data
Menurut AntaraNews, jumlah penduduk Kota Semarang, Jawa Tengah,
diperkirakan naik sekitar 5,6 persen menjadi 1.592.632 orang pada 2010 dari
1.507.826 orang pada 2009. Sedangkan pengguna telepon seluler Sony Ericsson di
kota Semarang menduduki urutan ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Bandung.
Karena populasi dalam penelitian ini yaitu pengguna produk telepon seluler Sony
Ericsson di Kota Semarang jumlahnya sangat banyak maka dilakukan pengambilan
sampel untuk penelitian ini.
Dalam menentukan data yang akan diteliti, teknik pengambilan sampling yang
digunakan adalah dengan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak
memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dijadikan sampel. Pengambilan responden dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Tujuan penggunaan teknik purposive sampling dalam penelitian ini untuk
memperoleh responden yang merupakan konsumen atau pengguna dari telepon
seluler Sony Ericsson yang kini telah berpindah ke merek lain.
12
Ferdinand (2006) mengemukakan bahwa analisis regresi dengan empat
variabel independen membutuhkan kecukupan sampel sebanyak 100 sampel
responden. Karena dasar itulah peneliti menentukan jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 100 orang.
Data primer dari penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan diskusi
(interview) dengan responden yang menjadi sampel penelitian dengan kuesioner atau
daftar pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Adapun sampel dari penelitian
ini diambil dengan menggunakan metode non probability sampling, yaitu dengan
metode purposive sampling (sampel bertujuan) dan accidental sampling. Sampel
bertujuan adalah sampel non probabilita yang menyesuaikan diri dengan kriteria
tertentu. Adapun kriteria yang telah ditetapkan adalah : merupakan pengguna telepon
seluler Sony Ericsson yang pernah melakukan pembelian terhadap produk tersebut
namun saat ini sudah berpindah menggunakan merek lain.
Penulis memanfaatkan fasilitas Google Docs dari google.com untuk membuat
kuesioner dan menyebarkannya melalui internet. Data dari responden diperoleh
melalui account facebook penulis dan pengisian kuesioner menggunakan Google
Docs. Sebelum memberikan link kuesioner kepada calon responden, penulis
mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, yaitu:
1. Apa responden pernah menggunakan produk telepon seluler Sony
Ericsson dalam kurun waktu sejak 2006-2011?
2. Apa responden saat ini responden tidak lagi menggunakan Sony Ericsson
dan telah berpindah ke merek lain?
Karena teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi responden. Oleh
karena itu perlu diajukan pertanyaan filtering untuk menyaring responden.
Data sekunder diperoleh dengan jalan membaca literatur-literatur yang
berkaitan dengan penelitian dan melalui internet.
13
4.2 Metode Analisis Data
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner (Ghozali, 2005). Suatu kuesioner dikatakan sah atau valid jika pertanyaan
pada kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner itu. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (nilai
Corrected item-Total Correlation pada output Cronbach alpha) dengan nilai r tabel
untuk degree of freedom (df) = n – k (100- 5 = 95), dengan alpha 0,05. Jika r hitung
lebih besar daripada r tabel maka butir atau pertanyaan tersebut valid.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu (Ghozali, 2005: 41). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan uji statistik
Cronbach Alpha (). Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005: 42).
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
4.2.3.1 Uji Multikolinieritas
Uji ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antara variabel
bebas atau variabel independen. Dilakukan dengan cara menganalisis matriks korelasi
variabel-variabel independen. Jika variabel-variabel independen saling berkorelasi
(diatas 0,90) maka mengindikasikan adanya multikolinieritas (Ghozali, 2005: 91)
4.2.3.2 Uji Heteroskesdastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Dua cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), dan dengan menggunakan uji
14
Glejser yakni dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel
independen (Ghozali, 2001; 70-75)
4.2.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji tingkat kenormalan variabel
dependen dan variabel independen. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk uji normalitas dalam penelitian
ini adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
4.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Secara umum analisis ini digunakan untuk meneliti pengaruh dari beberapa
variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y). Pada
regresi berganda variabel independen (variabel X) yang diperhitungkan pengaruhnya
terhadap variabel dependen (variabel Y), jumlahnya lebih dari satu. Dalam penelitian
ini, variabel independent adalah ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi,
keterlibatan dan harga (X1,X2,X3,X4,X5). Variabel dependent dalam penelitian ini
adalah brand switching (Y1) sehingga persamaan regresi bergandanya adalah: Y1 = a
+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ e Dimana: Y1 = brand switching, X1 =
ketidakpuasan konsumen, X2 = kebutuhan mencari variasi, X3 = keterlibatan, X4 =
harga,X5 = daya tarik pesaing a = Konstanta, b1b2b3b4b5 = Koefisien masing-masing
faktor, e = Error.
4.2.5 Uji Goodness of Fit
4.2.5.1 Pengujian terhadap regresi parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk menguji masing-masing variabel independen (X)
dengan Variabel dependen (Y). Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
masing-masing variabel persepsi kualitas, reputasi merek dan kualitas pelayanan
mempengaruhi nilai pelanggan.
4.2.5.2 Pengujian terhadap koefisien regresi simultan (Uji F)
Uji Anova untuk melihat sebaran varian yang disebabkan oleh regresi dan
varians yang disebabkan oleh residual. Hal ini dapat dianalisis melalui Uji-F Anova
15
yang membandingkan mean square dari regresi dan mean square dari residual
(Ferdinand, 2006).
F = �� ������
�� �����
F hitung ini lalu dibandingkan dengan F-tabel. Apabila F hitung lebih besar
daripada F-tabel maka hipótesis Anova ini dapat diterima bahwa semua variabel
independen layak untuk menjelaskan variabel dependen yang dianalisis.
4.2.6 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2005).
5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Perhitungan
dilakukan dengan bantuan program SPSS.
Nilai korelasi lebih besar dari nilai r tabel maka menunjukkan nilai item yang
valid. Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Uji Validitas
No. Indikator Korelasi r tabel Keterangan
1 Ketidakpuasan
Indikator 1 0,803 0,168 Valid
Indikator 2 0,839 0,168 Valid
Indikator 3 0,828 0,168 Valid
2 Variety Seeking
Indikator 1 0,886 0,168 Valid
Indikator 2 0,814 0,168 Valid
16
Indikator 3 0,844 0,168 Valid
3 Keterlibatan
Indikator 1 0,859 0,168 Valid
Indikator 2 0,901 0,168 Valid
Indikator 3 0,874 0,168 Valid
4 Harga
Indikator 1 0,764 0,168 Valid
Indikator 2 0,900 0,168 Valid
Indikator 3 0,895 0,168 Valid
5
Daya Tarik
Pesaing
Indikator 1 0,919 0,168 Valid
Indikator 2 0,936 0,168 Valid
Indikator 3 0,941 0,168 Valid
Tabel 2 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai
korelasi item-total lebih besar dari r tabel. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
semua indikator tersebut adalah valid.
5.2 Uji Reliabilitas
Suatu instrumen (kuesioner) dikatakan reliabel jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu (Ghozali, 2006).
Pengujian reliabillitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus cronbach
alpha. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada
Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3 Uji Reliabilitas
No. Variabel Alpha Keterangan 1. Ketidakpuasan 0,769 Reliabel 2. Variety Seeking 0,803 Reliabel
17
3. Harga 0,850 Reliabel 4. Keterlibatan 0,812 Reliabel 5. Daya Tarik
Pesaing 0,924 Reliabel
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
koefisien alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,6 sehingga dapat dikatakan semua
konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel yang berarti
bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang
handal.
5.3 Uji Asumsi Klasik
5.3.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara independennya. Suatu model regresi dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas apabila (Ghozali, 2005) :
- Mempunyai nilai VIF < 10
- Mempunyai angka TOLERANCE > 0,1
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai
sebagai berikut:
Tabel 4
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.370 2.626 1.664 .099
KETIDAKPUASAN .040 .085 .042 .472 .638 .778 1.286
VARIETY
SEEKING
.358 .073 .415 4.892 .000 .863 1.159
KETERLIBATAN .100 .087 .108 1.152 .252 .698 1.432
18
Harga .119 .090 .128 1.326 .188 .669 1.494
DAYA TARIK
PESAING
.206 .092 .239 2.243 .027 .548 1.826
a. Dependent Variable: BRAND SWITCHING
Berdasarkan hasil tersebut maka dalam model regresi tidak terjadi
multikolinearitas atau korelasi yang sempurna antara variabel-variabel bebas, yaitu
ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi, keterlibatan, harga, dan daya
tarik pesaing mempunyai VIF < 10 dan TOLERANCE > 0,1. Hal ini berarti tidak
terjadi Multikolinearitas.
5.3.2 Uji Heterokedastisitas
Gambar 2
Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di baawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Heterokedastisitas.
19
5.3.3 Uji Normalitas
Gambar 3 Uji Normalitas
Berdasarkan hasil analisis data pada gambar, maka dapat diketahui bahwa
data pada model regresi tersebut menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, karena data
dari hasil jawaban responden tentang ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari
variasi, keterlibatan, harga, dan daya tarik pesaing menyebar mengikuti garis diagonal.
5.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Berdasarkan perhitungan regresi berganda antara ketidakpuasan konsumen,
kebutuhan mencari variasi, keterlibatan, harga, dan daya tarik pesaing terhadap
keputusan perpindahan merek dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 5
Uji Model Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.370 2.626 1.664 .099
KETIDAKPUASAN .040 .085 .042 .472 .638
20
VARIETY SEEKING .358 .073 .415 4.892 .000
KETERLIBATAN .100 .087 .108 1.152 .252
HARGA .119 .090 .128 1.326 .188
DAYA TARIK PESAING .206 .092 .239 2.243 .027
a. Dependent Variable: BRAND SWITCHING
Dari Tabel 5 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Brand Switching = 0,042 ketidakpuasan + 0,415 variety seeking + 0,108
keterlibatan + 0,128 harga + 0,239 daya tarik pesaing
Dari model hasil penelitian diatas memberikan pengertian sebagai berikut :
1. Variabel Ketidakpuasan ( X1 ) berpengaruh positif terhadap brand switching
dengan nilai koefisien sebesar 0,042. Jika variabel ketidakpuasan semakin
tinggi, maka brand switching juga akan semakin tinggi.
2. Variabel Variety-Seeking ( X2 ) berpengaruh positif terhadap brand switching
dengan nilai koefisien sebesar 0,415. Jika variabel variety-seeking semakin
tinggi, maka brand switching juga akan semakin tinggi.
3. Variabel Keterlibatan ( X3 ) berpengaruh positif terhadap brand switching
dengan nilai koefisien sebesar 0,108. Jika variabel keterlibatan semakin tinggi,
maka brand switching juga akan semakin tinggi.
4. Variabel Harga ( X4 ) berpengaruh positif terhadap brand switching dengan
nilai koefisien sebesar 0,128. Jika variabel harga semakin tinggi, maka brand
switching juga akan semakin tinggi.
Variabel daya tarik pesaing ( X5 ) berpengaruh positif terhadap brand
switching dengan nilai koefisien sebesar 0,239. Jika variabel daya tarik
pesaing semakin tinggi, maka brand switching juga akan semakin tinggi.
5.5 Uji Goodness of Fit
5.5.1 Uji-t
1. Uji hipotesis kekuatan ketidakpuasan konsumen terhadap brand switching.
Dari hasil perhitungan yang diperoleh t hitung untuk X1 sebesar 0,472 dengan
probabilitas sebesar 0,638. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
21
diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, berarti Ho diterima dan Ha
ditolak. Dengan demikian berarti Hipotesis 1 (H1) ditolak. Arah koefisien
regresi positif namun tidak signifikan terhadap brand switching. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa jika ketidakpuasan konsumen semakin tinggi,
belum tentu keputusan konsumen untuk berpindah merek semakin tinggi.
Ketidakpuasan konsumen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap brand
switching.
2. Uji hipotesis pengaruh variety seeking terhadap brand switching. Dari hasil
perhitungan yang diperoleh t hitung untuk X2 sebesar 4,892 dengan
probabilitas sebesar 0,000. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, berarti Ha diterima dan Ho
ditolak. Dengan demikian berarti Hipotesis 2 (H2) diterima. Arah koefisien
regresi positif dan signifikan terhadap brand switching. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa jika kebutuhan mencari variasi semakin tinggi, maka
brand switching juga akan semakin tinggi.
3. Uji hipotesis pengaruh keterlibatan terhadap brand switching. Dari hasil
perhitungan yang diperoleh t hitung untuk X3 sebesar 1,152 dengan
probabilitas sebesar 0,252. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, berarti Ho diterima dan Ha
ditolak. Dengan demikian berarti Hipotesis 3 (H3) ditolak. Arah koefisien
regresi positif namun tidak signifikan terhadap brand switching. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa jika keterlibatan semakin tinggi, belum tentu brand
switching juga akan semakin tinggi.
4. Uji hipotesis pengaruh harga terhadap brand switching. Dari hasil perhitungan
yang diperoleh t hitung untuk X4 sebesar 1,326 dengan probabilitas sebesar
0,188. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai probabilitas
lebih besar dari 0,05, berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian
berarti Hipotesis 3 (H4) ditolak. Arah koefisien regresi positif namun tidak
signifikan terhadap brand switching. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa jika
22
harga semakin tinggi, belum tentu keputusan brand switching juga akan
semakin tinggi.
5. Uji hipotesis pengaruh daya tarik pesaing terhadap brand switching. Dari hasil
perhitungan yang diperoleh t hitung untuk X5 sebesar 2,243 dengan
probabilitas sebesar 0,027. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, berarti Ha diterima dan Ho
ditolak. Dengan demikian berarti Hipotesis 5 (H5) diterima. Arah koefisien
regresi positif dan signifikan terhadap brand switching. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa jika daya tarik pesaing semakin tinggi, maka brand
switching juga akan semakin tinggi.
5.5.2 Uji F
Untuk mengetahui apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan
model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan model mampu untuk
menjelaskan fenomena yang dianalisis, salah satu cara yang dapat dilakukan dengan
menggunakan uji F test yaitu dengan cara membandingkan antara F hitung dengan F
tabel.
Tabel 6 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1482.833 5 296.567 13.471 .000a
Residual 2069.357 94 22.014 Total 3552.190 99
a. Predictors: (Constant), DAYA TARIK PESAING, VARIETY SEEKING, KETIDAKPUASAN, KETERLIBATAN, harga
b. Dependent Variable: BRAND SWITCHING
Dari hasil perhitungan statistik yang menggunakan SPSS yang tertera pada
tabel 4.17, diperoleh nilai F sebesar 13,471 dengan tingkat signifikansi 0,000. F tabel
2,311 lebih kecil daripada F hitung. Nilai signifikansi yang dihasilkan tersebut lebih
kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel brand switching dapat dijelaskan secara
23
signifikan oleh variabel ketidakpuasan konsumen, variety seeking, keterlibatan, harga,
dan daya tarik pesaing.
5.6 Uji Kebaikan Model (R2)
Koefisien determinasi merupakan petunjuk mengenai besarnya pengaruh
variable bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan
dengan nilai adjusted R2. Hasil penelitian ini memberikan hasil nilai adjusted R2 pada
tabel 19 sebesar 0,386. Hal ini mengindikasikan bahwa 38,6 % brand switching
produk telepon seluler dapat dijelaskan oleh ketidakpuasan konsumen, variety
seeking, keterlibatan, harga, dan daya tarik pesaing, sedangkan selebihnya 61,4 %
brand switching dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak termasuk dalam model
ini. Hal ini mengindikasikan bahwa brand switching tidak hanyadipengaruhi oleh
ketidakpuasan konsumen, variety seeking, keterlibatan, harga, dan daya tarik pesaing,
namun ada variabel lain yang mempengaruhi brand switching.
Tabel 7 Uji Kebaikan Model
Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .646a .417 .386 4.692 .417 13.471 5 94 .000
a. Predictors: (Constant), DAYA TARIK PESAING, VARIETY SEEKING, KETIDAKPUASAN, KETERLIBATAN, harga
Dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa tidak semua hipotesis yang
diajukan dapat diterima. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variety-seeking dan
daya tarik pesaing merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi brand switching
pada telepon seluler merek Sony Ericsson.
Penelitian ini juga menerangkan bahwa variabel independent yang digunakan
yaitu ketidakpuasan, variety-seeking, keterlibatan, harga, dan daya tarik pesaing dapat
menerangkan variabel brand switching sebesar 38,6 %, sisanya 61,4 % variabel
24
brand switching telepon seluler merek Sony Ericsson dijelaskan oleh variabel -
variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pada variabel variety-seeking memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap brand switching dengan nilai koefisien sebesar 0,415. Hal ini berarti variety-
seeking merupakan pertimbangan yang penting bagi brand switching pada produk
telepon seluler Sony Ericsson. Semakin tinggi kebutuhan seseorang akan variasi
maka akan semakin tinggi pula brand switching. Sony Ericsson seharusnya membuat
produk yang dapat memenuhi kebutuhan mencari variasi para konsumen.
Pada pengujian hipotesis yang kelima, daya tarik pesaing memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap brand switching dengan nilai koefisien sebesar 0,239.
Hal ini berarti bahwa daya tarik pesaing mempengaruhi brand switching pada telepon
seluler merek Sony Ericsson.
Namun dari kelima hipotesis tersebut, terdapat tiga hipotesis yang tidak
terbukti. Ketidakpuasan konsumen, harga, dan keterlibatan bukan termasuk variabel
yang memicu pengguna telepon seluler Sony Ericsson untuk berpindah menggunakan
merek lain.
5.7 Pengujian Ulang Dua Variabel yang Berpengaruh Positif Signifikan
Berdasarkan Uji hipotesis yang telah dilakukan, diketahui bahwa hanya ada
dua variabel bebas yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap brand
switching, yaitu kebutuhan mencari variasi dan daya tarik pesaing. Maka penulis
mencoba melakukan regresi hanya dengan dua variabel tersebut. Ini dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel yang tidak memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap brand switching menjadi gangguan dan mempengaruhi hasil regresi. Hasil
regresi variabel kebutuhan mencari variasi dan daya tarik pesaing dapat dilihat dalam
tabel berikut.
25
Tabel 8 Analisis Regresi dengan Dua Variabel Bebas yang Berpengaruh
Standardized coefficients dari masing-masing variabel mengalami
peningkatan yaitu kebutuhan mencari variasi besarnya 0,415 saat pengujian dengan
lima variabel menjadi 0,442 saat pengujian dengan dua variabel. Variabel daya tarik
pesaing besarnya 0,239 saat pengujian dengan lima variabel menjadi 0,358 pada
pengujian dengan dua variabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Sehingga H2 dan H5 terbukti.
Tabel 4.20 Uji F dengan Dua Variabel Bebas yang Berpengaruh
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1411.508 2 705.754 31.980 .000a
Residual 2140.682 97 22.069 Total 3552.190 99
a. Predictors: (Constant), DAYA TARIK PESAING, VARIETY SEEKING
b. Dependent Variable: BRAND SWITCHING
Dari hasil perhitungan statistik yang menggunakan SPSS yang tertera pada
tabel 4.20, diperoleh nilai F sebesar 31,980 dengan tingkat signifikansi 0,000. F tabel
3,090 lebih kecil daripada F hitung. Nilai signifikansi yang dihasilkan tersebut lebih
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e VIF
1 (Constant) 6.720 1.867
3.600 .001
VARIETY SEEKING
.382 .070 .442 5.447 .000 .945 1.059
DAYA TARIK PESAING
.308 .070 .358 4.410 .000 .945 1.059
a. Dependent Variable: BRAND SWITCHING
26
kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel brand switching dapat dijelaskan secara
signifikan oleh variabel variety seeking dan daya tarik pesaing.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perolehan nilai koefisien regresi
maupun F hitung lebih besar pada pengujian hanya dengan dua variabel. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel-variabel lain yang tidak memiliki pengaruh positif
signifikan, yaitu ketidakpuasan konsumen, harga, dan keterlibatan konsumen
memberikan residu yang besar terhadap model regresi.
6. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh timbulnya fenomena munculnya merek-
merek baru untuk kategori produk telepon seluler di Indonesia. Secara khusus,
penelitian ini mengulas kategori produk telepon seluler, dimana Sony Ericsson mulai
tersaingi oleh merek-merek lainnya baik dari perusahaan global yang sudah mapan
seperti Nokia hingga merek-merek baru buatan China.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa terjadi penurunan laba maupun
jumlah produk yang dijual Sony Ericsson secara global serta kemerosotan pendapatan
yang dimulai sejak tahun 2008. Sony Ericsson mengalami penurunan penjualan
handset di Indonesia. Hal ini terlihat dari penurunan brand share dimana Sony
Ericsson dengan brand share 6,8% berhasil dilampaui Huawei dengan brand share
13,7% yang menjadikan market share Sony Ericsson tergusur hingga tinggal 6%.
Pergeseran market share merek telepon seluler Sony Ericsson merupakan indikasi
adanya keputusan perpindahan merek pada konsumen telepon seluler. Selain itu,
bukti terjadi perpindahan merek diperkuat oleh data yang diperoleh sebelum
penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Ketidakpuasan
Konsumen, Kebutuhan Mencari Variasi, Harga, Daya Tarik Pesaing, dan mengetahui
faktor manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap Keputusan Perpindahan
Merek Telepon Seluler Merek Sony Ericsson di Kota Semarang. Berdasarkan hasil
27
analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa
diantara variabel ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi,
keterlibatan, harga, dan daya tarik pesaing, Variabel ketidakpuasan
berpengaruh positif terhadap brand switching dengan nilai koefisien
0,042. Begitu juga dengan variety-seeking berpengruh positif terhadap
brand switching dengan nilai koefisien 0,415. Hal yang sama juga terjadi
pada variabel keterlibatan, harga dan daya tarik pesaing dengan nilai
koefisien masing-masing sebesar 0,108;0,128 dan 0,239. Jika variabel
ketidakpuasan, variety-seeking, keterlibatan, harga dan daya tarik pesaing
semakin tinggi maka kecenderungan konsumen untuk berpindah merek
juga semakin tinggi.
2. Hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa variabel Ketidakpuasan
konsumen berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Keputusan
Perpindahan Merek pada telepon seluler Sony Ericsson. Hal ini dibuktikan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,638 yang lebih besar dari nilai alpha
yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti ketidakpuasan konsumen terhadap
produk Sony Ericsson bukanlah salah satu faktor yang dapat mendorong
konsumen untuk melakukan perpindahan merek telepon seluler Sony
Ericsson ke telepon seluler merek lain. Jika produsen melebih-lebihkan
manfaat dari suatu produk dan tingkat ekspektasi atau harapan konsumen
tidak tercapai akan mengakibatkan ketidakpuasan konsumen (Kotler,
1994).
28
3. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa variabel Kebutuhan
Mencari Variasi Produk berpengaruh signifikan dan berarah positif
terhadap Keputusan Perpindahan Merek pada telepon seluler Sony
Ericsson. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini dikarenakan
konsumen dihadapkan dengan berbagai macam variasi produk dengan
berbagai jenis merek serta aneka teknologi baru yang ditawarkan, keadaan
ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba-coba berbagai macam
produk dan merek sehingga konsumen tidak akan sepenuhnya setia akan
suatu produk. Kebutuhan mencari variasi adalah sebuah komitmen
kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang
berbeda, keinginan baru atau timbulnya rasa bosan pada sesuatu yang
telah lama dikonsumsi (Peter dan Olson, 1999). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi Kebutuhan Mencari Variasi Produk maka
semakin tinggi Keputusan Perpindahan Merek.
29
4. Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa varibel keterlibatan
konsumen berpengaruh signifikan dan berarah positif terhadap Keputusan
Perpindahan Merek pada telepon seluler Sony Ericsson tidak terbukti. Hal
ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,252 yang lebih besar
dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05).Hipotesis keempat (H4) yang
menyatakan bahwa variabel harga produk berpengaruh signifikan dan
berarah positif terhadap Keputusan Perpindahan Merek pada telepon
seluler merek Sony Ericsson tidak terbukti. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,188 yang lebih besar dari nilai alpha yang
ditetapkan (0,05). Harga telepon seluler yang lebih mahal dari telepon
seluler merek lain atau harganya tidak sesuai dengan manfaat yang
diperoleh akan mengakibatkan konsumen berpindah ke telepon seluler
merek lain. Menurut Price, dkk (dalam Dwi Ermayanti, 2006) perbedaan
harga antar merek dapat mempengaruhi perilaku berpindah merek. Namun
pada telepon seluler Sony Ericsson harga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku perpindahan merek.
30
5. Hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa variabel daya tarik pesaing
berpengaruh signifikan dan berarah positif terhadap Keputusan Perpindahan
Merek pada telepon seluler merek Sony Ericsson terbukti. Hal ini terlihat dari
nilai signifikansi sebesar 0,027 yang lebih besar dari nilai alpha yang ditetapkan
(0,05). Adanya pesaing yang produknya lebih menarik dan lebih dapat dipercaya
mengakibatkan konsumen berpindah ke telepon seluler merek lain. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi Daya Tarik Pesaing maka
semakin tinggi Keputusan Perpindahan Merek.
6. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perolehan nilai koefisien regresi
maupun F hitung lebih besar pada pengujian hanya dengan dua variabel. Yaitu
koefisien regresi kebutuhan mencari variasi sebesar 0,442 dan daya tarik pesaing
sebesar 0,358. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel lain yang tidak
memiliki pengaruh positif signifikan, yaitu ketidakpuasan konsumen, harga, dan
keterlibatan konsumen memberikan residu yang besar terhadap model regresi.
5.2 Saran
5.2.1 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil pertanyaan terbuka yang diajukan dalam kuesioner, saran
yang dapat diberikan kepada perusahaan Sony Ericsson, selaku produsen produk
telepon seluler Sony Ericsson sebagai berikut:
31
1. Variabel Kebutuhan Untuk Mencari Variasi Produk memberikan pengaruh
terbesar terhadap Keputusan Perpindahan Merek. Banyaknya merek-
merek baru yang bermunculan membuat konsumen lebih bebas dalam
memilih telepon seluler sehingga konsumen tidak akan sepenuhnya setia
akan suatu produk. Hal ini mengakibatkan konsumen Sony Ericsson dapat
berpindah ke merek lain karena adanya rasa penasaran. Sony Ericsson
harus selalu berinovasi terhadap produknya seperti meciptakan ponsel
dengan desain yang lebih bervariasi dan up-to-date, software yang lebih
menarik, fitur yang sesuai dengan tren yang sedang disukai masyarakat
dan lain-lain agar konsumen tidak cepat bosan. Hal tersebut patut untuk
diperhatikan sebagai daya tarik, agar konsumen Sony Ericsson tidak
berpindah ke merek lain.
32
2. Variabel Daya Tarik Pesaing menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
Keputusan Perpindahan Merek. Oleh karena itu kualitas Sony Ericsson
harus terus semakin ditingkatkan agar konsumen merasa puas. Namun
kepuasan saja tidak cukup, Sony Ericsson harus berupaya meningkatkan
daya saing serta ekuitas mereknya sehingga lebih diterima di masyarakat.
Ekuitas merek yang tinggi diperoleh dari kepercayaan masyarakat yang
tinggi. Dengan kepercayaan masyarakat yang tinggi maka harga jual
kembali produk Sony Ericsson tidak akan jatuh. Upaya yang sebaiknya
dilakukan oleh Sony Ericsson untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat adalah after-sales-service yang dapat diandalkan, hardware
yang mudah ditemukan, desain maupun teknologi yang up-to-date, serta
memory card maupun jack headset yang lebih umum digunakan. Selain
itu perlu meningkatkan kualitas pelayanan dengan layanan bebas pulsa
agar dapat mengatasi keluhan pelanggan dengan baik. Respon yang cepat
atas keluhan mereka membuat konsumen lebih percaya.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada konsumen telepon seluler merek Sony Ericsson
yang berada di wilayah Kota Semarang dengan metode pengambilan sampel yang
purposive. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk
kasus di luar objek penelitian. Keterbatasan lainnya terkait dengan jenis produk yang
diteliti dalam penelitian ini, yaitu telepon seluler merek Sony Ericsson. Dengan
demikian, kesimpulan terhadap hasil penelitian ini hanya terbatas dan berlaku pada
kajian produk tersebut dan tidak dapat diterapkan pada produk lain.
Dari sudut pandang metodologi, masih terdapat keterbatasan dalam hal teknik
sampel yang digunakan. Sampel penelitian ini diambil dari teman-teman facebook di
account penulis yang saat ini berdomisili di Semarang. Dalam kenyataannya,
33
responden dalam penelitian ini cukup beragam dan memiliki heterogenitas yang tidak
dapat dikontrol dalam penelitian ini.
Bagi penelitian selanjutnya hal yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
yaitu dikarenakan kemampuan prediksi dari 5 variabel independen terhadap
keputusan perpindahan merek sebesar 38,6 %, sedangkan sisanya 61,4 % dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain di luar model regresi. Maka bagi penelitian selanjutnya
disarankan untuk menambah atau menggunakan variabel-variabel independen lainnya
yang potensial memberikan kontribusi terhadap keputusan perpindahan merek pada
telepon seluler.
REFERENSI
Engel, James F., David T. Kollat and Roger D. Blackwell. 1973. Consumer Behavior
2nd Edition.United States of America: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Engel F.James, et al. 1995. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Frontier Consulting Group. 2011. Top Brand Index. Diakses 31 Maret 2011 dari
http://www.topbrand-award.com Geffen, Gijs van. 2009. “The Moderating Effect of Variety-seeking Behavior on the
Satisfaction – loyalty relationship”. Final Thesis in Master of Science International Business Concentration: Strategic Marketing at Maastricht University. Diakses pada 29 December 2010 dari www.google.com
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Heijden, Marco van der and Tim Snijder. 2007. “Switch Intentions in the Dutch Cellular
Subscription Market”. Accessed: December 30th
2010 from www.filestube.com
Hendrowijono, Moch. S.,2010, ”Kontribusi Data Makin Dominan bagi Operator”
Tabloid Sinyal, 6-19 August 2010, h. 20.
34
Hidayat, Taufik., 2010, ”Survei CS 2010: Kepuasan Pelanggan Terus Bergerak Dinamis” SWA, 21/XXVI/4-13 October 2010, p. 24-50.
Hyeon Ahn, Jae, Sang Pil Han, and Yung Seop Lee. (2006). ”Customer Churn
Analysis: Churn Determinants and Mediation Effects of Partial Defection in the Korean Mobile Telecommunications Service Industry”. Available online at www.sciencedirect.com. Accessed: December 29th 2010.
Istibsaroh, Nur. “Jumlah Penduduk Semarang Diperkirakan Naik 5,6 Persen” diakses dari http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=25335 pada 17 Maret 2011
Junaidi Shellyana dan Basu S. Dharmmesta. (2002). “Pengaruh Ketidakpuasan
Konsumen, Karakteristik Kategori Produk, dan Kebutuhan Mencari Variasi terhadap Keputusan Perpindahan Merek”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 17, No. 1, 2002: 91-104
Keaveney, Susan M. (1995). “Customer Switching Behavior in Service Industries:
An Exploratory Study”. Journal of Marketing, Vol. 559, April, pp. 71-82. Kotler, P dan Gary Armstrong.1997. Prinsip – prinsip Pemasaran, Jilid V. Jakarta:
Erlangga.
.2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. Kotler, P dan Kevin L. Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks. Lee, Richard and Jamie Murphy. (2005). “From Loyalty to Switching: Exploring the
Determinants in the Transition”. ANZMAC Conference: Consumer Behaviour. Mowen, John C. dan Michael Minor. 1995. Consumer Behavior 4th ed. New Jersey:
Prentice Hall, Inc. Noviandra K, W. Mahestu. 2006. ”Evaluasi Citra Produk dan Accessibility pada
Perilaku Perpindahan Merek Pembelian Produk Pemutih Kulit”. MODUS, Vol. 18, No. 1, h. 62-72
Peter, J. Paul and Jerry C. Olson. 1999. Consumer Behavior: And Marketing Strategy
4th Edition. Jakarta: Erlangga.
35
Redaksi Tabloid Ponsel., 2010, ” 146 Juta Penduduk Indonesia Memakai Ponsel” Tabloid Ponsel, 16 Agustus 2010, p.18.
Sahay, Arvind and Nivedita Sharma. (2010). ”Brand Relationships and Switching
Behaviour for Highly Used Products in Young Consumer”. VIKALPA Vol. 35, No. 1, 2010 January-March
Sai, Citra. n.d. ”Model Intensi Perpindahan Pelanggan dan Perumusan Program
Retensi Pelanggan CDMA Prabayar, Studi Kasus: Kota Bandung”, www.ittetelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=25:industry&id=462:perpindahan-pelanggan&option=com/content&Itemid=15, diakses 30 Desember 2009
Sekaran, Uma. 2007. Research Methods for Business 4th ed. Jakarta: Salemba Empat Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Bogor: Kencana Setyaningrum, Ari. 2005. ”Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen dan Variety Seeking
terhadap Keputusan Perpindahan Merek”. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Accessed: November 24th 2010
Simamora, Bilson. 2002. Aura Merek (7 Langkah Membangun Merek yang Kuat).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Solomon, Michael. 1992. Consumer Behavior 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Sony Ericsson. (2010). “Sony Ericsson Reports Third Quarter 2010 Results”, October 15 2010. diakses 8th 2010 dari www.sonyericsson.com/news/sony-ericsson-reports-third-quarter-2010-results Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Supranto, J dan Nandan Limakrisna. 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi
Pemasaran. Jakarta: Mitra Wacana Media
Tabloid Selular, 2003, Trend Gaya Hidup Digital, No. 34, Januari. Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Ed. 2. Yogyakarta: Andi Waluyo, Purwanto dan Agus Pamungkas. (2003). “Analisis Perilaku Brand Switching
Konsumen dalam Pembelian Produk Handphone”. Kumpulan Artikel Seminar Pemasaran
36
Widyasari, Suzy. (2008). “Analisis Perilaku Brand Switching Konsumen dalam
Pembelian Produk Sepeda Motor”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September 2008, Hal. 107-127
Ying Ho, Shuk.,Michael J. Davern, and Kar Yan Tam. (2004). “Transaction-Driven
Personalization: The Moderating Effects of Personality Traits”. 11th Pacific-Asia Conference on Information Systems. Accessed: December 30th 2010