ANALISIS PENGARUH KECEPATAN MOBILITAS TERHADAP … · yang lebih rendah. Perkembangan teknologi...
Transcript of ANALISIS PENGARUH KECEPATAN MOBILITAS TERHADAP … · yang lebih rendah. Perkembangan teknologi...
ANALISIS PENGARUH KECEPATAN MOBILITAS
TERHADAP KINERJA VIDEO STREAMING
PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC
HUSWANTORO ANGGIT PRESTA MUHAMMAD
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Kecepatan
Mobilitas Terhadap Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 2 September 2013
Huswantoro Anggit PM NIM G64070126
ABSTRAK
HUSWANTORO ANGGIT PM. Analisis Pengaruh Kecepatan Mobilitas
Terhadap Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc. Dibimbing
oleh HENDRA RAHMAWAN.
Teknologi wireless sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat di
banyak negara. Meskipun jaringan wireless lebih fleksibel dibandingkan dengan
jaringan kabel, jaringan wireless memiliki kehandalan dan kecepatan transfer data
yang lebih rendah. Perkembangan teknologi streaming juga meningkat sejalan
dengan kualitas layanan streaming. Teknologi streaming menjadi semakin penting
sejalan dengan pertumbuhan internet karena sebagian besar pengguna tidak
memiliki koneksi cukup cepat untuk mengunduh file multimedia berukuran besar
dengan cepat. Penelitian ini menyajikan perhitungan data hasil eksperimen
mengenai kinerja video streaming pada jaringan wireless ad hoc dengan format
bit rate video dari 256 Kbps, 512 Kbps, dan 768 Kbps. Ekperimen pengambilan
data dibagi menjadi empat skenario: klien melakukan mobilitas dan klien tidak
melakukan mobilitas, satu klien melakukan streaming video dan dua klien
melakukan streaming video secara bersamaan. Kecepatan klien dalam melakukan
mobilitas terbatas hanya kecepatan berjalan, dengan kecepatan dari 0.6 m/s, 1.2
m/s dan 1.6 m/s. Perhitungan kualitas video berdasarkan Quality of Service (QoS)
video streaming, yaitu packet loss, throughput, delta dan Jitter.
Kata kunci: mobilitas, quality of service, video streaming, wireless ad hoc.
ABSTRACT
HUSWANTORO ANGGIT PM. Analysis of Mobility Speed Effects Toward
Video Streaming Performance on Ad Hoc Wireless Network. Supervised by
HENDRA RAHMAWAN.
Wireless technology has become a lifestyle in many countries. Though
wireless networks provide more flexibility than wired networks, it has lower
reliability and data transfer speed than wired networks. The development of
streaming technology is analogous with the quality of the streaming services.
Streaming technology becomes increasingly important with the growth of the
internet because most users do not have fast enough connection to download large
multimedia files quickly. This research presents calculations of data from
experiments of video streaming performances in wireless ad hoc networks with bit
rate format of video 256 Kbps, 512 Kbps, and 768 Kbps. Data captured from the
experiments is divided into four scenarios: client performs mobility and client
does not perform mobility, with one client perform video streaming and two
clients perform video streaming concurrently. Client’s mobility speed is limited
only by walking speed, which are 0.6 m/s, 1.2 m/s and 1.6 m/s. The video quality
calculations are based on the Quality of Service (QoS) of video streaming, which
include packet loss, throughput, delta and jitter.
Keywords: mobility, quality of service, video streaming, wireless ad hoc.
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komputer
pada
Departemen Ilmu Komputer
ANALISIS PENGARUH KECEPATAN MOBILITAS
TERHADAP KINERJA VIDEO STREAMING
PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC
HUSWANTORO ANGGIT PRESTA MUHAMMAD
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi Analisis Pcngaruh Kcccpatan Mobilitas Tcrhadap Kiilcrja Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc
Nama Huswantoro Anggit Presta Muhammad NIM G64070126
Disetujui oleh
C1A% /
Hendra Rahmawan, S.Kom, M.T. Pt:mbimbiug
Dikctahui olch
M.Kom
'" 3 StJ 2013Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kecepatan Mobilitas Terhadap Kinerja
Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc
Nama : Huswantoro Anggit Presta Muhammad
NIM : G64070126
Disetujui oleh
Hendra Rahmawan, S.Kom, M.T.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Bouno, M.Si, M.Kom
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
karena atas berkat dan kasih sayang-Nya penulis bisa menyelesaikan penelitian ini
dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarganya, sahabatnya,
dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Pada pengerjaan tugas akhir ini,
penulis melakukan penelitian ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
1 Kedua orang tua penulis, yaitu H.Fajar Widiatmo dan Hj.Hartuti. Terima
Kasih atas segala dukungan, motivasi, dan doa yang tidak pernah putus
sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini,
2 Hendra Rahmawan S.Kom, M.T sebagai pembimbing bagi penulis dalam
penyusunan skripsi. Terima kasih atas bimibingan serta saran yang
diberikan kepada penulis selama mengerjakan penelitian ini,
3 Kakak dan adik penulis, terima kasih atas kasih sayang, doa dan dukungan
yang telah diberikan,
4 Sulma Mardiah Setiani. Terima kasih atas semangat, dukungan, bantuan
serta doa yang diberikan selama penulis mengerjakan penelitian ini,
5 Remarchtito H, Teguh Cipta P, Abi Panca G, Arizal N, Herdi Bintang,
Muhammad Akbar M dan Teman-teman ilkomerz 44 dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, 2 September 2013
Huswantoro Anggit PM
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Video Streaming 2
Protokol Streaming 3
Quality of Services (QoS) video streaming 4
Video Encoding 6
Video Bit rate 6
Video Frame rate 6
Hint Track 6
METODE PENELITIAN 6
Praproses 7
Perancangan 8
Implementasi 9
Analisis Hasil 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Skenario 1 10
Skenario 2 12
Skenario 3 14
Skenario 4 17
KESIMPULAN DAN SARAN 20
Kesimpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
RIWAYAT HIDUP 34
DAFTAR TABEL
1 Skenario pengambilan data video streaming 8
2 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 1 10
3 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 2 12
4 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan
mobilitas = 0.6 m/s 14
5 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan
mobilitas = 1.2 m/s 15
6 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan
mobilitas = 1.6 m/s 15
7 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan
mobilitas = 0.6 m/s 17
8 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan
mobilitas = 1.2 m/s 17
9 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan
mobilitas = 1.6 m/s 17
DAFTAR GAMBAR
1 Mekanisme protokol RTSP 3
2 Mekanisme protokol RTP dan RTCP 4
3 Ilustrasi perbedaan delay dan delta 5
4 Metologi penelitian 7
5 Topologi jaringan 9
6 Grafik Packet loss skenario 1 10
7 Grafik throughput skenario 1 11
8 Grafik delta skenario 1 11
9 Grafik jitter skenario 1 12
10 Grafik packet loss skenario 2 13
11 Grafik throughput skenario 2 13
12 Grafik delta skenario 2 14
13 Grafik jitter skenario 2 14
14 Grafik packet loss skenario 3 15
15 Grafik throughput skenario 3 16
16 Grafik delta skenario 3 16
17 Grafik jitter skenario 3 16
18 Grafik packet loss skenario 4 18
19 Grafik throughput skenario 4 18
20 Grafik delta skenario 4 19
21 Grafik jitter skenario 4 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil perhitungan skenario 1 22
2 Hasil perhitungan skenario 2 23
3 Hasil perhitungan skenario 3 25
4 Hasil perhitungan skenario 4 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunikasi data dewasa ini sudah dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Teknologi yang menyediakan layanan untuk berkomunikasi pun sudah banyak
dikembangkan seperti teknologi wireless. Teknologi wireless sekarang sudah
menjadi primadona dalam hal komunikasi antar perangkat karena teknologi ini
memberikan fleksibilitas dalam komunikasi jaringan dibandingkan komunikasi
berbasis kabel. Penggunaan teknologi wireless saat ini sudah menjadi bagian
dalam gaya hidup sebagian besar masyarakat di negara-negara maju maupun
negara berkembang. Wireless dapat digunakan dan banyak dimanfaatkan dalam
berbagai bidang kehidupan, seperti bisnis, kesehatan, pendidikan, dan hiburan.
Pada dasarnya teknologi wireless dapat berjalan dalam dua mode, yaitu
mode infrastruktur dan mode ad hoc. Pada mode infrastruktur, komunikasi antar
perangkat komputer dapat dilakukan jika ada satu atau lebih access point sebagai
media komunikasi antar perangkat yang ada pada jaringan. Mode ad hoc dalam
jaringan wireless adalah mode paling sederhana dalam melakukan komunikasi
antar perangkat komputer, karena tidak memerlukan access point ataupun router
wireless broadband untuk dapat saling berkomunikasi. Flesksibelitas yang
diberikan jaringan ad hoc dalam memberikan ketersedian jaringan menjadi alasan
mengapa jaringan wireless ad hoc sering kali dijadikan solusi untuk tetap dapat
berkomunikasi meskipun tidak tersedianya jaringan infrastruktur karena hal-hal
tertentu seperti pada saat bencana alam, keadaan perang dan situasi dimana tidak
memungkinkan untuk terpasangnya jaringan infrastruktur.
Penelitian yang diakukan Dihartika (2009), dilakukan analisis pengaruh
mobilitas pada jaringan Wireless LAN (WLAN) berbasis infrastruktur dalam
menjalankan video streaming. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa server tidak
dapat memberikan layanan streaming yang memenuhi standar QoS (Quality of
Service) jika terdapat lebih dari satu klien melakukan mobilitas dengan mengakses
video streaming secara bersamaan. Lebih lanjut pada penelitian yang dilakukan
oleh Persada (2010), dilakukan pengukuran beban maksimum klien yang dapat
ditangani oleh jaringan wireless berbasis ad hoc dalam menjalan aplikasi video
streaming dalam beberapa ukuran bit rate. Penelitian ini menyimpulkan,
banyaknya klien yang dapat ditampung pada jaringan wireless ad hoc dalam
melakukan video streaming adalah sebanyak 8 klien dengan kualitas video masih
dalam cakupan QoS video streaming. Lebih dari 8 klien, kualitas video tidak
dapat memenuhi standar QoS video streaming. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Persada (2010), klien tidak melakukan mobilitas atau dalam keadaan statis.
Sehingga dalam penelitian ini akan ditambahkan parameter mobilitas dengan
beberapa kecepatan. Pada penelitian ini, kecepatan mobilitas yang dipakai ialah
kecepatan rata-rata orang berjalan (pedestrian) yaitu 1.2 m/s (LaPlante dan Kaeser
2007), dan ditambahkan dua kecepatan mobilitas yaitu 0.6 m/s dan 1.6 m/s
sebagai pembanding.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kecepatan
mobilitas terhadap kinerja aplikasi video streaming pada beberapa ukuran video
bit rate dalam jaringan wireless ad hoc.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1 Video streaming dilakukan secara unicast Video-on-Demand (VoD) dari klien
ke server.
2 Format video yang digunakan adalah MPEG-4 H.256 dan encoding hanya
dilakukan hanya pada video.
3 Video yang digunakan adalah video dengan bit rate 256 Kbps, 512 Kbps, dan
768 Kbps.
4 Analisis dilakukan berdasarkan parameter throughput, packet loss, delta dan
jitter.
5 Kecepatan yang digunakan ialah kecepatan rata-rata orang berjalan, yaitu 0.6
m/s, 1.2 m/s dan 1.6 m/s.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang kinerja
video streaming untuk video dengan kualitas bit rate yang berbeda dalam jaringan
wireless ad hoc dan dalam klien yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA
Video Streaming
Media streaming adalah teknologi pengiriman konten kepada klien yang
dapat dijalankan langsung setelah diterima. Konten dikirimkan secara real-time,
satu bagian dalam satu waktu, yang dapat dijalankan walaupun belum semua
bagian diterima oleh klien. Proses ini membutuhkan sebuah server khusus yang
disebut sebagai streaming server. Media streaming melibatkan proses dari mulai
menciptakan konten, memasangnya dalam server dan mengirimkannya kepada
klien (Sosinsky 2009).
Media streaming biasanya mengacu pada transfer data video dan audio.
Mayoritas sistem media streaming beroperasi pada model client-server. Klien
melakukan permintaan data dari server di jaringan komputer dan server
memberikan data yang ditafsirkan oleh klien (Follansbee 2004).
Dalam media streaming, data video dan audio dikodekan (encoded) dalam
format khusus. Setelah server mengirimkan data, klien me-render data dan
menampilkannya sebagai informasi visual atau aural (Follansbee 2004).
3
Encoder menerapkan rumus matematika pada file asli dan dan menghapus
bagian data tertentu dengan tetap menjaga integritas visual dan aural dari file asli.
Teknologi streaming saat ini dapat mengirimkan video dan audio berkualitas
tinggi melalui internet dengan lebih efisien dan reliable (Follansbee 2004).
Protokol Streaming
Protokol streaming bertujuan sebagai standardisasi komunikasi antara
streaming server dan komputer klien. Spesifikasi protokol streaming dibedakan
menurut fungsinya yaitu:
1 Real-Time Streaming Protocol (RTSP)
RTSP adalah protokol level aplikasi yang berfungsi sebagai mekanisme
kontrol pengiriman data audio atau video secara real-time. Protokol ini
mempermudah klien ketika ingin melakukan proses pause atau mencari posisi
random ketika memutar kembali data. Dengan kata lain, RTSP berlaku sebagai
“network remote control”. RTSP memiliki empat buah perintah. Perintah ini
dikirim dari klien kepada server streaming (Schulzrinne et al. 1998). Keempat
perintah tersebut adalah:
setup, server mengalokasikan sumber daya kepada klien
play, server mengirim sebuah stream ke sisi klien yang telah dibangun dari
perintah setup sebelumnya
pause, server menunda pengiriman stream namun tetap menjaga sumber daya
yang telah dialokasikan
teardown, server memutuskan koneksi dan membebas-tugaskan sumber daya
yang sebelumnya telah digunakan.
Empat perintah RTSP dapat dilakukan setelah klien dan server sudah berada
dalam session yang disepakati. Klien melakukan proses DESCRIBE dan server
merespon dengan Session Description Protokol (SDP). Untuk lebih jelasnya
mekanisme protokol RTSP dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Mekanisme protokol RTSP
2 Real-time Transport Protocol (RTP)
Protokol yang didesain untuk memberikan layanan pengiriman end-to-end
untuk data dengan karakteristik real-time seperti audio dan video interaktif secara
unicast atau multicast dalam sebuah jaringan komputer (Schulzrinne et al. 2003).
Protokol RTP berjalan pada User Datagram Protocol (UDP) sebagai media
transport. Dalam RTP terdapat mekanisme penomoran sequence atau urutan paket
dan timestamp yang memfasilitasi waktu data transportasi untuk mengontrol
4
media server sehingga proses stream dilayani dengan benar untuk ditampilkan
secara real-time. Sequence number digunakan oleh player untuk mendeteksi
packet loss dan mengurutkan paket ke dalam urutan yang benar (Austerberry
2005).
3 Real-time Control Protocol (RTCP)
Untuk menjamin Quality of Service (QoS), RTP memerlukan mekanisme
kontrol paket. Mekanisme ini disebut sebagai Real-time Control Protocol
(RTCP). RTCP memberikan feedback dari kualitas pendistribusian data. RTCP
menggunakan aturan port number yaitu (RTP_port + 1) (Schulzrinne et al. 2003).
Paket-paket proses RTCP sebagai berikut:
RTCP SDES : mendeskripsikan atau identifikasi source.
RTCP SR : sender report, dikirim oleh active sender mengenai laporan statistik
dari proses transmisi.
RTCP RR : dikirim oleh receiver mengenai laporan statistik dari proses
transmisi.
RTCP BYE : paket indikasi akhir dari proses streaming.
RTCP APP : fungsi spesifik dari suatu aplikasi tertentu.
Untuk lebih jelasnya mekanisme protocol RTP dan RTCP dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2 Mekanisme protokol RTP dan RTCP
Quality of Services (QoS) video streaming
Menurut Szigeti dan Hattingh (2004) QoS didefinisikan sebagai ukuran
ketersediaan layanan sistem dan kualitas transmisi. Ketersediaan layanan adalah
elemen dasar yang penting dari QoS. Kualitas transmisi dari suatu jaringan
ditentukan oleh packet loss, delay, dan jitter.
Packet loss adalah satu atau lebih paket data yang berhasil dikirim dari
sumber namun tidak berhasil mencapai tujuannya (Kurose & Ross 2010). Paket
Loss Ratio (PLR) adalah jumlah paket yang hilang (Ph) dibagi dengan jumlah
paket yang hilang ditambah dengan jumlah paket yang diterima (Pt). Hasil
perhitungan PLR tidak boleh diatas 5%.(Szigeti & Hattingh 2004).
........................................(1)
Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu
tertentu. Pengukuran throughput bertujuan untuk mengetahui kehandalan jaringan
5
dalam meneruskan data dalam rentang waktu tertentu. Nilai throughput
berbanding terbalik dengan packet loss. Semakin banyak paket yang drop
menyebabkan nilai throughput menurun. Nilai throughput dihitung dari total
ukuran dari paket yang sampai pada sisi klien dibagi dengan rentang waktu
kedatangan paket pertama dan paket terakhir di sisi klien (Sosinsky 2009).
Th ou hpu ∑ ukuran paket ang diterima aktu
....................... (2)
Delay merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah paket untuk sampai ke
titik akhir (klien) setelah ditransmisikan dari titik akhir pengiriman (server)
(Szigeti dan Hattingh 2004). Delta adalah delay untuk paket yang sejenis pada sisi
klien. Nilai delta dihitung dari selisih kedatangan paket sejenis berurutan pada sisi
klien. Nilai delay tidak boleh diatas 4 detik (Szigeti dan Hattingh 2004). Sebagai
ilustrasi perbedaan antara delay dan delta dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Ilustrasi perbedaan delay dan delta
Jitter adalah variasi dari delay atau delta. Variasi dari delay dihitung dengan
menghitung rata-rata dari selisih setiap nilai delay yang didapatkan, sedangkan
variasi dari delta dihitung menggunakan informasi sequence dan timestamp dari
paket data. Perhitungan jitter menggunakan rumus sebagai berikut:
J i J i-1 i-1 i - J i-1 1
.................................. (3)
dengan nilai D(i,j) adalah:
i j Rj-Ri - Sj-Si Rj-Sj - Ri-Si .......................... (4)
Si adalah RTP timestamp dari paket i
Sj adalah RTP timestamp dari paket j
Ri adalah waktu kedatangan paket i
Rj adalah waktu kedatangan paket j (Schulzrinne et al. 2003).
6
Nilai Si dan Sj dihitung berdasarkan informasi timestamp dari paket RTP.
Nilai Si dan Sj dihitung dari timestamp dibagi dengan frame rate dari paket video
atau sampling rate dari paket audio. Jika tidak ada paket yang drop, untuk jenis
paket yang sama akan memiliki nilai sequence yang berurutan.
Video Encoding
Video encoding adalah proses mempersiapkan sebuah video untuk dijadikan
output dimana video digital dikodekan (encoded) agar mendapatkan format yang
sesuai dan spesifikasi untuk merekam dan memutar melalui aplikasi encoder.
Video encoding juga dinamakan dengan istilah video conversion (Wootton 2005).
Video Bit rate
Video bit rate merupakan ukuran kapasitas data video ketika dimainkan
dalam satuan detik (Salkintzis dan Passas 2005). Kualitas video diatur dalam
proses encoding videonya. Semakin tinggi nilai bit rate, semakin banyak
informasi data videonya. Oleh karena itu, gambar akan menjadi semakin baik
kedalaman warnanya.
Video Frame rate
Video frame rate merupakan ukuran frekuensi (rate) pada sebuah alat
penghasil citra yang menghasilkan gambar unik secara berturut-turut yang
dinamakan frames (Wootton 2005). Di Indonesia besarnya frame rate video yang
digunakan ialah 25 fps, karena di Indonesia menggunakan format video PAL
dalam sistem broadcast televisinya.
Hint Track
Prinsip streaming media adalah media dikirimkan kepada klien secepat
mungkin tanpa adanya waktu keterlambatan. Hint track bertujuan
menginformasikan server tentang informasi paket RTP. Informasi ini yang akan
memberikan keterangan kepada server untuk mengirimkan sequence video dan
rate video dengan benar (Austerberry 2005). Masing-masing track audio dan
video dikirimkan secara terpisah dan instruksi pemaketan untuk tiap stream
berada dalam bentuk hint track.
Masing-masing hint track akan memberitahukan info kepada server cara
mengoptimalisasikan pemaketan jumlah data media yang spesifik. Masing-masing
media track yang akan dikirimkan, minimal harus mempunyai satu hint track.
Hint track berisi informasi transport data format, RTP payload dan Maximum
Transfer Unit (MTU).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dikerjakan dalam beberapa tahap yang dapat dilihat pada
Gambar 4.
7
Gambar 4 Metologi penelitian
Praproses
Pada tahap ini dilakukan proses encoding video dari video aslinya. Proses
encoding bertujuan untuk mendapatkan format video sesuai dengan parameter
yang ditetapkan. Format video hasil encoding sebagai berikut:
Video format: MPEG-4 H.264.
Frame rate: 25 fps.
Durasi: 4 menit 27 detik / 267 detik.
Resolusi: 640 x 480 pixel.
Video bit rate: 256 Kbps, 512 Kbps, dan 768 Kbps (Prasetiya 2008 diacu
Dihartika 2009).
Terdapat dua parameter yang dapat dikodekan (encoded), yaitu video
encoding dan audio encoding. Pada penelitian ini hanya dilakukan video encoding
dengan tujuan mendapatkan format yang diinginkan. Hint video dilakukan dengan
mp4creator. Perintah mp4creator dengan option –l digunakan untuk melihat list
track dari file video. Perintah mp4creator dengan option –h digunakan untuk hint
dari list track tertentu. Setelah hint dilakukan, video bisa dijalankan oleh klien.
Tipe jaringan wireless yang digunakan adalah wireless standard 802.11g.
tipe jaringan ini sudah menjadi standar di berbagai perangkat komputer yang
terpasang wireless card seperti laptop, PDA, smartphone dan lainnya.
Kofigurasi jaringan dilakukan dengan spesifikasi jaringan sebagai berikut.:
Server:
IP Address: 192.168.1.1
Subnet Mask: 255.255.255.0
Default Gateway: 0.0.0.0
Klien:
IP Address: 192.168.1.2 - 192.168.1.3
Subnet Mask: 255.255.255.0
Default Gateway: 0.0.0.0
Pada tahap praproses juga dilakukan persiapan perangkat dan instalasi
aplikasi yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian, meliputi:
1 Streaming server
8
Streaming server dalam percobaan ini menggunakan sebuah laptop dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Perangkat keras :
- Intel® Core™ i3-2330M CPU @ 2.20GHz dengan RAM 2.00 GB
- Atheros AR9002WB-1NG Wireless Network Adapter
Perangkat lunak :
- Sistem operasi Ubuntu 11.10 Desktop i386 Oneiric Ocelot.
- Darwin Streaming Server (DSS) 6.0
- Wireshark Network Protocol Analyzer ver. 1.6.2
2 Klien Streaming
Klien yang digunakan dalam pengambilan data streaming adalah 2 buah
laptop dengan spesifikasi:
Perangkat keras:
- Klien 1: Intel® Core™ i3-2310M CPU @ 2.10GHz dengan RAM 2.00 GB.
- Klien 2: Intel® Core™ uo CPU T 00 @ 2.20GHz dengan RAM 2.00
GB.
Perangkat lunak:
- Sistem operasi Ubuntu 11.10 Desktop i386 Oneiric Ocelot.
- Wireshark Network Protocol Analyzer ver. 1.6.2.
- VideoLAN Client (VLC) 1.1.12 the Luggage.
Perancangan
Pada tahap ini dilakukan perancangan yang meliputi perancangan skenario
pengambilan data video streaming dan perancangan topologi jaringan. Skenario
pengambilan data video streaming terbagi menjadi empat skenario (Dihartika
2009). Skenario pengambilan data video streaming dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Skenario pengambilan data video streaming
Komponen Skenario*
1 2 3 4
Bit rate
(Kbps)
256 ✔ ✔ ✔ ✔
512 ✔ ✔ ✔ ✔
768 ✔ ✔ ✔ ✔
Mobilitas
(m/s)
0.6 - - ✔ ✔
1.2 - - ✔ ✔
1.6 - - ✔ ✔
Klien Klien 1 ✔ ✔ ✔ ✔
Klien 2 - ✔ - ✔
*Setiap Skenario dilakukan lima kali percobaan.
Pada awal perancangan topologi akan dilakukan pembuatan streaming
server. Aplikasi yang digunakan adalah Darwin Streaming Server 6.0. Setelah
streaming server dijalankan, dilakukan hint pada video. Video streaming akan
dijalankan pada sisi klien dengan menggunakan aplikasi player VLC 1.1.12.
Setelah streaming server disiapkan, dilakukan perancangan topologi jaringan.
Dalam penelitian ini digunakan tiga buah laptop. Satu laptop berfungsi untuk
streaming server dan dua lainnya menjadi klien. Topologi jaringan dapat dilihat
pada Gambar 5.
9
Gambar 5 Topologi jaringan.
Implementasi
Implementasi penelitian ini dilakukan di asrama SAS putra, Dramaga.
Untuk melakukan video streaming dibutuhkan sebuah server yang memberikan
layanan streaming. Pada penelitian ini streaming server menggunakan aplikasi
Darwin Streaming Server (DSS). Pada sistem operasi Linux Ubuntu,
implementasi DSS dijalankan dalam mode superuser, kemudian mengetikkan
perintah dalam jendela terminal sebagai berikut:
“/usr/local/sbin/DarwinStreamingServer”
“/usr/local/sbin/streamingserver.pl”
Pada sisi klien, VLC dijalankan dengan mode network stream dari server
dengan menggunakan RTSP sebagai jalur koneksi dengan format alamat sebagai
berikut:
“rstp://localhost/nama_file”.
Skenario pengambilan data dilakukan satu persatu dengan lima kali
percobaan untuk tiap skenario. Perulangan sebanyak lima kali bertujuan untuk
menghitung rata-rata dari hasil data capture dari video streaming. Mobilitas pada
pada saat pengambilan data dilakukan dengan cara berjalan mendekati dan
menjauhi sumber sinyal dengan jalur mobilitas yang sama. Hasil dari data capture
pada klien akan memberikan nilai rata-rata dari parameter uji yang digunakan
yaitu packet loss, throughput, delta dan jitter.
Analisis Hasil
Pada proses ini, data yang diperoleh dari hasil capture Wireshark difilter
untuk mendapatkan data paket RTP. Terdapat dua jenis paket RTP, yaitu
RTPType=96 yang merupakan paket dari video dan RTPType=97 yang
merupakan paket dari audio. Hasil filter dari Wireshark akan diubah menjadi
format CSV untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan
Microsoft Office Excel. Analisis hasil perhitungan pada penelitian ini dilakukan
berdasarkan parameter QoS untuk video streaming, yaitu packet loss, throughput,
delta dan jitter.
Nilai packet loss dihitung berdasarkan rumus 1, yaitu jumlah paket yang
hilang dibagi dengan jumlah paket yang hilang ditambah dengan jumlah paket
yang diterima. Nilai throughput dihitung berdasarkan rumus 2, dimana total
ukuran dari paket yang sampai pada sisi klien dibagi dengan rentang waktu
kedatangan paket pertama dan paket terakhir di sisi klien. Perhitungan jitter
10
menggunakan perhitungan dengan rumus 3 dan 4. Nilai jitter diambil berdasarkan
nilai dari variasi delta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skenario 1
Dari hasil capture data RTP yang dilakukan pada sisi klien, diperoleh data
hasil video streaming. Nilai masing-masing parameter merupakan nilai rataan dari
lima kali pengambilan data streaming. Hasil perhitungan skenario 1 dapat dilihat
pada Tabel 2. Dari setiap parameter yang dihitung, yaitu packet loss, throughput,
delta dan jitter didapatkan best case untuk penelitian ini, dimana hanya satu klien
yang melakukan streaming pada jaringan wireless ad hoc. Untuk lebih
lengkapnya hasil perhitungan skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 2 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 1
Video
Bitrate
Skenario 1
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.030898 111.0160 0.22 33.711
512 0.017276 62.1274 0.35 69.354
768 0.012992 46.7604 0.46 97.300
Perhitungan packet loss bertujuan untuk menilai kemampuan jaringan dalam
meneruskan data dari server ke klien. Data perhitungan pada Tabel 2
menunjukkan semakin besar ukuran bit rate suatu video, semakin besar nilai
packet loss yang didapatkan, ini disebabkan karena nilai bit rate suatu video
berpengaruh pada banyaknya paket data video yang akan dikirim ke klien dan
kemungkinan semakin banyak paket data yang tidak sampai akan semakin
meningkat. Ini dibuktikan dengan jumlah paket data video (RTPP_type=96) untuk
video dengan bit rate 256 Kbps sebanyak 8659 paket, video dengan bit rate 512
Kbps sebanyak 15507 paket dan video dengan bit rate 768 Kbps sebanyak 20644
paket. Kualitas video streaming pada skenario 1 pada masing-masing video bit
rate menunjukan kualitas yang baik, karena nilai rata-rata packet loss data video
yang didapatkan masih di bawah 1% yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Grafik Packet loss skenario 1
Pengukuran throughput bertujuan untuk mengetahui kehandalan jaringan
dalam meneruskan data dalam rentang waktu tertentu. Tabel 2 menunjukan
semakin besar nilai bit rate suatu video, semakin besar throughput yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena nilai bit rate suatu video mempengaruhi
0,22
0,35
0,46
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
256 512 768
Pac
ket
loss
(%
)
bit rate (Kbps)
11
jumlah paket data yang akan dikirimkan yang memperngaruhi jumlah ukuran data
yang akan dikirimkan dan mempengaruhi throughput yang dihasilkan dalam
menjalankan video streaming. Untuk video dengan bit rate 256 Kbps, throughput
yang dihasilkan sebesar 33.711 Kbps dan untuk video dengan bit rate 768 Kbps,
mengalami peningkatan dengan throughput sebesar 97.300 Kbps. Grafik
peningkatan throughput dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Grafik throughput skenario 1
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap data video hasil capture
wireshark yang memberikan data secara consequtive packet atau data yang
berurutan. Hasil perhitungan rataan delta pada skenario 1 dapat dilihat pada Tabel
1. Untuk video dengan bit rate 256 Kbps mengalami rata-rata delta sebesar
0.030898 ms, sedangkan video dengan bit rate 512 Kbps mengalami delta sebesar
0.017276 ms dan video dengan bit rate 768 Kbps mengalami delta sebesar
0.012992 ms. Dalam bentuk grafik, perhitungan delta dapat dilihat pada Gambar
8.
Gambar 8 Grafik delta skenario 1
Semakin tinggi nilai bit rate suatu video, semakin kecil nilai delta yang
diperoleh. Hal ini disebabkan karena rataan delta didapat dari total delta dibagi
total paket RTP yang diterima. Semakin tinggi nilai bit rate semakin besar total
paket RTP. Nilai pembagi untuk perhitungan rataan akan semakin besar sehingga
hasil yang didapatkan semakin kecil.
33,711
69,354
97,3
0
20
40
60
80
100
120
256 512 768
Thro
ughput (K
bps)
bit rate (Kbps)
0,030898
0,017276
0,012992
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
256 512 768
Del
ta(m
s)
bit rate (Kbps)
12
Gambar 9 Grafik jitter skenario 1.
Kualitas jaringan yang baik mampu menjaga kestabilan jitter. Semakin
stabil nilai jitter, semakin baik kualitas jaringan. Tabel 2 menunjukkan rata-rata
jitter untuk video dengan beberapa bit rate yang berbeda. Untuk video dengan bit
rate 256 Kbps memiliki jitter sebesar 111.0160 ms, sedangkan untuk video
dengan bit rate 768 Kbps memiliki jitter sebesar 46.7604 ms. Dalam grafik, hasil
perhitungan jiiter dapat dilihat pada Gambar 10. Penurunan nilai jitter pada
skenario 1 dikarenakan jumlah paket video (RTPP_type=96) untuk tiap video bit
rate berbeda, tetapi panjang video tetap sama.
Skenario 2
Pada skenario 2 ditambahkan satu klien untuk menambahkan traffic pada
jaringan. Hasil perhitungan pada skenario 2 merupakan hasil rataan data dari klien
1 dan klien 2 yang dapat dilihat pada Tabel 3. Dibandingkan dengan skenario 1,
perhitungan untuk setiap parameter terjadi peningkatan, karena terjadi
peningkatan traffic pada jaringan dari hanya satu klien yang melakukan video
streaming menjadi dua klien yang melakukan video streaming secara bersamaan.
Perhitungan pada skenario 2 untuk tiap klien dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil
perhitungan pada Tabel 3 menunjukan bahwa penambahan klien pada jaringan ad
hoc akan berpengaruh pada kualitas video streaming dilihat dari parameter yang
dihitung pada penelitian ini.
Tabel 3 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 2
Video
Bitrate
Skenario 2
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.030925 111.0198 0.23 33.678
512 0.017292 62.1866 0.45 69.285
768 0.013031 46.8769 0.76 97.011
Dibandingkan dengan skenario 1, parameter Packet loss mengalami
peningkatan hanya 0.01% pada video dengan bit-rate 256 kpbs. Untuk video
dengan bit rate 512 Kbps mengalami kenaikan sebesar 0.1% dan untuk video
dengan bit rate 768 Kbps mengalami kenaikan sebesar 0.3%. Ini disebabkan
karena bertambahnya jumlah klien pada jaringan yang berpengaruh pada
kepadatan jaringan untuk menyediakan layanan streaming video. Grafik
peningkatan packet loss pada setiap kenaikan video bit rate dapat dilihat pada
Gambar 10.
111,016
62,1274
46,7604
0
20
40
60
80
100
120
256 512 768
Jitt
er (m
s)
bit rate (Kbps)
13
Gambar 10 Grafik packet loss skenario 2
Gambar 11 Grafik throughput skenario 2
Pada Gambar 11 dapat dilihat hasil perhitungan throughput. Nilai
throughput berbanding terbalik dengan packet loss. Semakin banyak paket yang
drop semakin rendah nilai throughput yang dihasilkan karena semakin kecil
jumlah ukuran data yang dikirimkan karena berkurangnya jumlah paket data yang
berhasil dikirimkan. Jika dibandingkan dengan skenario 1, nilai throughput pada
masing-masing video bit rate menurun seiring meningkatnya nilai packet loss.
Video dengan bit rate 256 Kbps throughput yang dihasilkan sebesar 33.678 Kbps
dan untuk video dengan bit rate 512 Kbps throughput yang diperoleh 69.285
Kbps dan video dengan bit rate 768 Kbps diperoleh throughput sebesar 97.011
Kbps.
Delta pada skenario 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan
perhitungan delta pada skenario 1. Untuk video dengan bit rate 256 Kbps
mengalami delta sebesar 0.030925 ms, naik 0.000027 ms dibandingkan dengan
delta untuk video dengan bit rate yang sama pada skenario 1. Begitu juga video
dengan bit rate 512 Kbps dan 768 Kbps. Grafik hasil perhitungan delta skenario 2
dapat dilihat pada Gambar 12.
0,23
0,45
0,76
0
0,2
0,4
0,6
0,8
256 512 768P
acket
Loss
(%
) bit rate (Kbps)
33,678
69,285
97,011
0
20
40
60
80
100
120
256 512 768
Thro
ugh
put (K
bp
s)
bit rate (Kbps)
14
Gambar 12 Grafik delta skenario 2
Peningkatan nilai perhitungan delta berpengaruh pada perhitungan untuk
jitter. Semakin meningkatnya nilai delta, semakin meningkat juga nilai jitter.
Hasil perhitungan jitter dapat dilihat pada Tabel 3 dan grafik nilai jitter pada
skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Grafik jitter skenario 2
Skenario 3
Pada skenario 3, diimplementasikan mobilitas pada sisi klien dengan klien
yang melakukan streaming sebanyak 1 klien. Dengan adanya mobilitas dengan
kecepatan berbeda, hasil perhitungan data video streaming mengalami perubahan
di tiap parameter uji dibanding dengan hasil perhitungan pada skenario 1. Hasil
perhitungan untuk lima kali percobaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil
perhitungan untuk paket video (RTPP_type=96) dengan kecepatan 0.6 m/s dapat
dilihat pada Tabel 4, untuk mobilitas dengan kecepatan 1.2 m/s dapat dilihat pada
Tabel 5 dan untuk mobilitas dengan kecepatan 1.6 m/s dapat dilihat pada Tabel 6.
Mobilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan klien bergerak
menjauh dan mendekati sumber sinyal dengan jalur yang sama.
Tabel 4 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan
mobilitas = 0.6 m/s
Video
Bitrate
Skenario 3
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.031044 11.5405 0.69 33.550
512 0.017321 62.2891 0.61 69.187
768 0.013021 46.8302 0.61 97.106
0,030925
0,017292
0,013031
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
256 512 768
Del
ta (
ms)
bit rate (Kbps)
111,0198
62,1866
46,8769
0
20
40
60
80
100
120
256 512 768
Jitt
er (m
s)
bit rate (Kbps)
15
Tabel 5 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan
mobilitas = 1.2 m/s
Video
Bitrate
Skenario 3
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.031021 111.4550 0.61 33.558
512 0.017311 62.2528 0.55 69.247
768 0.013006 46.7860 0.57 97.197
Tabel 6 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan
mobilitas = 1.6 m/s
Video
Bitrate
Skenario 3
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.030997 111.3717 0.54 33.595
512 0.017297 62.2039 0.47 69.251
768 0.012995 46.7446 0.51 97.291
Pada kecepatan 0.6 m/s, packet loss untuk video dengan bit rate 256 Kbps
yang dihasilkan sebesar 0.69% dan pada kecepatan 1.2 m/s packet loss yang
dihasilkan mengalami penurunan menjadi 0.61% dan pada kecepatan 1.6 m/s
packet loss sebesar 0.54%. Untuk video dengan bit rate 512 Kbps dan 768 Kbps
terjadi penurunan seiring bertambahnya kecepatan mobilitas. Perhitungan packet
loss dalam bentuk grafik ditunjukan pada Gambar 14.
Gambar 14 Grafik packet loss skenario 3
Nilai throughput pada tiap video dengan bit rate yang berbeda mengalami
penurunan seiring peningkatan packet loss. Untuk video dengan bit rate 256 Kbps,
pada kecepatan 0,6 m/s throughput yang didapatkan sebesar 33.55 Kbps, pada
kecepatan 1.2 m/s sebesar 33.558 Kbps dan pada kecepatan 1,6 m/s sebesar
33.595 Kbps. Pada bit rate 512 Kbps, untuk kecepatan 0.6 m/s delta yang
didapatkan sebesar 0.017321 ms sedangkan untuk kecepatan 1.2 m/s sebear
0.017311 ms dan untuk kecepatan 1.6 m/s sebesar 0.017297 ms. Grafik hasil
perhitungan throughput dapat dilihat pada Gambar 15.
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,6 1,2 1,6
Pac
ket
loss
(%
)
Kecepatan mobilitas (m/s)
256
512
768
16
Gambar 15 Grafik throughput skenario 3
Delta pada skenario 3 untuk tiap video pada kecepatan yang berbeda
mengalami penurunan ketika kecepatan semakin meningkat, dikarenakan
mobilitas klien hanya mendekati dan menjauhi sumber sinyal. Semakin cepat
klien bergerak, maka semakin cepat klien mendapatkan kualitas sinyal yang baik.
Grafik perhitungan delta dapat dilihat pada Gambar 16. Untuk video dengan bit
rate 256 Kbps delta yang diperoleh sebesar 0.031044 ms pada kecepatan 0.6 m/s,
dan pada kecepatan 1.6 m/s delta yang diperoleh menurun menjadi sebesar
0.030997 ms. Penurunan juga terjadi pada video dengan bit rate 512 dan 768
Kbps.
Gambar 16 Grafik delta skenario 3
Dari Gambar 17, hasil perhitungan jitter untuk tiap kecepatan tidak begitu
berbeda untuk tiap video. Untuk perhitungan jitter pada skenario 3 mengalami
peningkatan pada tiap video untuk kecepatan yang lebih besar. Peningkatan jitter
tidak begitu signifikan dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6.
Gambar 17 Grafik jitter skenario 3
0
20
40
60
80
100
120
0,6 1,2 1,6
Thro
ughput (K
bps)
Kecepatan mobilitas (m/s)
256
512
768
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0,6 1,2 1,6
Del
ta (
ms)
Kecepatan mobilitas (m/s)
256
512
768
0
20
40
60
80
100
120
0,6 1,2 1,6
Jitt
er (m
s)
Kecepatan mobilitas (m/s)
256
512
768
17
Dengan adanya mobilitas pada saat melakukan video streaming, kualitas
video menurun pada saat klien berada pada posisi sinyal yang lemah. Jika dilihat
dari kualitas visual terjadi lag atau patah-patah meskipun dari perhitungan data
yang diperoleh menunjukan data streaming masih memenuhi standardisasi QoS
untuk video streaming karena packet loss yang diperoleh masih di bawah 1 %.
Dari hasil perhitungan pada skenario 3 menunjukan bahwa kecepatan mobilitas
berpengaruh pada kualitas video streaming. Semakin cepat klien bergerak, maka
semakin bagus kualitas dari video streaming. Hal ini disebabkan karena semakin
cepat klien bergerak, semakin cepat ia mendapatkan sinyal yang baik. Saat klien
jauh dari sumber sinyal maka kemungkinan akan terjadi gangguan sinyal yang
dapat disebabkan oleh benda seperti tembok dan benda padat lainnya.
Skenario 4
Skenario 4 merupakan perbandingan dari hasil perhitungan pada skenario 2
karena klien yang digunakan berjumlah sama yaitu dua klien. Pada skenario 4,
klien melakukan mobilitas pada saat melakukan video streaming. Kecepatan
mobilitas yang digunakan sama dengan kecepatan mobilitas klien pada skenario 3.
Hasil perhitungan skenario 4 dapat dilihat pada Tabel 7 untuk mobilitas klien
dengan kecepatan 0.6 m/s, Tabel 8 untuk mobilitas dengan kecepatan 1.2 m/s dan
Tabel 9 untuk mobilitas klien dengan kecepatan 1.6 m/s. Hasil perhitungan untuk
tiap perulangan pada skenario 4 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 7 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan
mobilitas = 0.6 m/s
Video
Bitrate
Skenario 4
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.031083 111.6803 0.82 33.487
512 0.017463 62.7985 1.41 68.618
768 0.013128 47.2255 1.49 96.280
Tabel 8 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan
mobilitas = 1.2 m/s
Video
Bitrate
Skenario 4
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.031003 111.3429 0.56 33.586
512 0.017413 62.5469 1.02 68.789
768 0.013077 47.0363 1.10 96.674
Tabel 9 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan
mobilitas = 1.6 m/s
Video
Bitrate
Skenario 4
Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
256 0.030985 111.3312 0.50 33.614
512 0.017355 62.4131 0.80 69.015
768 0.013025 46.8566 0.72 96.057
18
Packet loss yang diperoleh pada skenario 4 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan packet loss pada skenario 2. Peningkatan terjadi karena
adanya mobilitas pada klien saat menjalanakan video streaming. Nilai packet loss
untuk skenario 4 dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8. Dalam bentuk
grafik hasil perhitungan packet loss dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Grafik packet loss skenario 4
Nilai throughput untuk skenario 4 mengalami penurunan dibandingkan
dengan nilai throughput pada skenario 2, Ini disebabkan karena meningkatnya
packet loss pada skenario 4 menyebabkan ukuran data yang dikirimkan semakin
kecil. Pada skenario 2, untuk video dengan bit rate 256 Kbps throughput yang
diperoleh sebesar 33.678 Kbps dengan packet loss sebesar 0.23%. Sedangkan
pada skenario 4 video dengan bit rate 256 Kbps dengan kecepatan 0.6 m/s
diperoleh throughput sebesar 33.487 Kbps dengan packet loss sebesar 0.82%,
pada kecepatan 1.2 m/s diperoleh throughput sebesar 33.586 Kbps dengan packet
loss sebesar 0.56% dan untuk kecepatan 1.6 m/s diperoleh throughput sebesar
33.614 Kbps dengan packet loss sebesar 0.5%. begitu juga dengan video dengan
bit rate 512 dan 768 Kbps yang mengalami penurunan throughput. Hasil
perhitungan throughput pada skenario 4 dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19 Grafik throughput skenario 4
Nilai delta mengalami penurunan pada tiap penambahan kecepatan
mobilitas. Pada kecepatan 0.6 m/s, pada video dengan bit rate 256 Kbps diperoleh
delta sebesar 0.031094 ms dan menurun pada kecepatan 1.2 m/s dan 1.6 m/s
menjadi 0.031003 ms dan 0.030985 ms. Untuk video dengan bit rate 512 dan 768
Kbps juga mengalami hal yang sama, perhitungan delta menunjukan jika hasil
yang diperoleh menurun pada tiap penambahan kecepatan. Perbandingan hasil
perhitungan delta untuk tiap kecepatan dapat dilihat pada Gambar 20.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
0,6 1,2 1,6
Pac
ket
loos
(%)
Kecepatan mobilitas(m/s)
256
512
768
0
20
40
60
80
100
120
0,6 1,2 1,6
Thro
ughput (b
ps)
Kecepatan mobilitas (m/s)
256
512
768
19
Gambar 20 Grafik delta skenario 4
Perhitungan jitter pada skenario 4 yang diperoleh, menunjukan bahwa nilai
jitter menurun ketika kecepatan mobilitas yang digunakan semakin besar. Jika
dilihat pada video dengan bit rate 256 Kbps, pada kecepatan 0.6 m/s jitter yang
diperoleh sebesar 111.6803 ms, turun nilainya menjadi 111.3429 ms pada
kecepatan 1.2 m/s dan pada kecepatan 1.6 m/s turun kembali menjadi 111.3312
ms. Hal ini disebabkan karena nilai delta yang juga menurun pada tiap kenaikan
kecepatan. Pada video dengan bit rate 512 dan 768 Kbps juga mengalami
penurunan nilai jitter pada tiap kenaikan kecepatan. Perbandingan nilai jitter pada
tiap kecepatan dapat dilihat pada Gambar 21.
Adanya mobilitas berpengaruh pada kualitas video streaming yang semakin
menurun dibandingkan dengan kualitas video streaming pada skenario 2. Karena
perpindahan klien menyebabkan klien mendapatkan kualitas sinyal yang berbeda,
saat klien berada jauh dari sumber sinyal maka akan terjadi gangguan sinyal yang
sudah dijelaskan pada skenario 3. Kecepatan perpindahan klien pun menjadi
pengaruh dalam video streaming. Saat klien bergerak lambat dan berada pada titik
terjauh dari sinyal, maka klien akan mendapatkan kualitas sinyal yang tidak bagus
lebih lama dibandingkan jika klien bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Gambar 21 Grafik jitter skenario 4
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0,6 1,2 1,6
Del
ta (
ms)
Kecepatan mobilitas (m/s)
256
512
768
0
20
40
60
80
100
120
0,6 1,2 1,6
Jitt
er (m
s)
Kecepatan mobilitas (m/s)
256
512
768
20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kecepatan mobilitas terhadap
kinerja video streaming pada jaringan wireless ad hoc. Kinerja jaringan dianalisis
berdasarkan parameter packet loss, throughput, delta dan jitter.
Hasil dari penelitian ini menunjukan jika jaringan WLAN ad hoc dapat
memberikan kualitas video streaming yang baik dengan 1 klien (skenario 1) pada
tiap video yang dijalankan, dengan video bit rate 256 Kbps, 512 Kbps, dan 768
Kbps. Penambahan klien (skenario 2) tidak banyak mempengaruhi kualitas video
streaming. Dimana di kedua skenario, jaringan WLAN ad hoc memberikan
kualitas video yang baik yang dilihat dari parameter QoS, yaitu untuk packet loss
pada kedua skenario menunjukkan dibawah 5% dan delta tidak lebih dari 4 detik.
Untuk skenario yang menunjukkan adanya mobilitas (skenario 3 dan
skenario 4), kecepatan mobilitas pada klien mempengaruhi kualitas video
streaming. Semakin cepat klien bergerak, maka semakin baik kualitas video
streaming. Ini dikarenakan mobilitas klien hanya menjauhi dan mendekati sumber
sinyal. Jika klien bergerak dengan lambat, saat klien berada pada titik terjauh
maka klien mendapatkan sinyal dengen kualitas yang buruk lebih lama
dibandingkan dengan klien dengan moblitas yang lebih cepat.
Saran
Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, penulis memberikan saran
antara lain:
1. Penerapan multihop ad hoc network untuk implementasi jarak jangkauan
mobile ad hoc network yang lebih luas.
2. Penerapan teknologi video streaming lainnya pada jaringan wireless ad hoc
seperti live streaming.
3. Penambahan jumlah klien dan mobilitas klien yang tidak terbatas pada
kecepatan orang berjalan, seperti kecepatan kendaraan agar dapat terlihat jelas
perbedaan kecepatan.
4. Fomat video diatur dengan frame rate yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
[IETF] Schulzrinne H, Rao A, Lanphier R. 1998. Real Time Streaming Protocol
(RTSP). http://www.ietf.org/rfc/rfc2326.txt. [terhubung berkala].
[IETF] Schulzrinne H, Casner S, Frederick R, Jacobson V. 2003. RTP: A
Transport Protocol for Real-Time Applications.
http://www.ietf.org/rfc/rfc3550.txt. [terhubung berkala].
Austerberry D. 2005. The Technology Video and Audio Streaming. Burlington
(US): Focal Press.
Dihartika NT. 2009. Pengaruh Mobilitas Terhadap Kinerja Video Streaming
Pada Jaringan Wireless LAN [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
21
Follansbee J. 2004. Get Streaming! Quick Steps to Delivering Audio and Video
Online. Oxford (UK): Elsevier.
Kurose J, Ross K. 2003. Computer Networking A Top Down Approach Featuring
the Internet. San Fransisco (US): Addison Wesley.
LaPlante J, Kaeser TP. 2007. A History of Pedestrian Signal Walking Speed
Assumptions. 3:2-8.
Persada OI. 2010. Analisis Kinerja Video Streaming Pada Jaringan IEEE 802.11b
Berbasis Ad hoc [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Prasetiya BA. 2008. Pengaruh Video Bit-rate dan Background Traffic Terhadap
Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless LAN [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Salkintzis A, Passas N. 2005. Emerging Wireless Multimedia Services and
Technologies. Chichester (UK): John Willey & Son.
Sosinsky B. 2009. Networking Bible. Indianapolis (US): Wiley Publishing.
Szigeti T, Hattingh C. 2004. End-to-End QoS Network Design: Quality of Service
in LANs, WANs, and VPNs. Indianapolis (US): Cisco Press.
Wootton C. 2005. A Practical Guide to Video and Audio Compression from
Sprockets and Rasters to Macro Blocks. Burlington (US): Focal Press.
22
Lampiran 1 Hasil perhitungan skenario 1
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.030919896 111.0930842 0.29% 33.706
2 0.030901869 111.0288159 0.23% 33.713
3 0.030894796 111.0031159 0.21% 33.701
4 0.030898288 111.0160115 0.22% 33.697
5 0.030876873 110.9389123 0.15% 33.738
Rataan 0.030898344 111.0159880 0.22% 33.711
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017271333 62.10966073 0.32% 69.361
2 0.017271299 62.10965716 0.32% 69.379
3 0.017275817 62.12577355 0.35% 69.367
4 0.017289198 62.17409977 0.43% 69.310
5 0.017273544 62.11772258 0.34% 69.353
Rataan 0.017276238 62.12738280 0.35% 69.354
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.012995353 46.77270431 0.49% 97.277
2 0.012983987 46.73175742 0.40% 97.368
3 0.012995333 46.77270429 0.49% 97.275
4 0.012997873 46.78181337 0.51% 97.253
5 0.012987145 46.74312427 0.43% 97.326
Rataan 0.012991938 46.76042070 0.46% 97.300
23
Lampiran 2 Hasil perhitungan skenario 2
Klien 1
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.030894685 111.0031051 0.21% 33.715
2 0.030887642 110.9774076 0.18% 33.710
3 0.030923560 111.1059569 0.30% 33.686
4 0.030887753 110.9774124 0.18% 33.715
5 0.031008854 110.9516408 0.16% 33.591
Rataan 0.030920499 111.0031046 0.21% 33.683
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017323017 62.29497855 0.62% 69.161
2 0.017294890 62.19409563 0.46% 69.275
3 0.017284738 62.15821561 0.40% 69.318
4 0.017289198 62.17409977 0.43% 69.310
5 0.017264615 62.08549964 0.28% 69.380
Rataan 0.017291291 62.18137780 0.44% 69.289
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013014403 46.81574534 0.63% 97.159
2 0.013021382 46.84084628 0.69% 97.098
3 0.013018229 46.82939571 0.66% 97.093
4 0.013029043 46.86825271 0.75% 97.042
5 0.013080088 47.05197026 1.13% 96.609
Rataan 0.013032629 46.88124210 0.77% 97.000
24
Klien 2
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.030883127 110.9645592 0.17% 33.730
2 0.030900949 111.0287669 0.23% 33.711
3 0.030925846 111.1188101 0.31% 33.677
4 0.030926106 111.1188155 0.31% 33.670
5 0.031009494 110.9516271 0.16% 33.578
Rataan 0.030929104 111.0365157 0.24% 33.673
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017317913 62.27885081 0.59% 69.178
2 0.017294331 62.19412535 0.46% 69.283
3 0.017273138 62.11796663 0.34% 69.376
4 0.017320037 62.28692154 0.61% 69.168
5 0.017262989 62.08148428 0.28% 69.403
Rataan 0.017293682 62.19186970 0.45% 69.282
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013015315 46.82026129 0.64% 97.152
2 0.013018490 46.83167447 0.67% 97.121
3 0.013017858 46.82938874 0.66% 97.090
4 0.013026749 46.86138180 0.73% 97.057
5 0.013070668 47.01970235 1.07% 96.691
Rataan 0.013029816 46.87248170 0.75% 97.022
25
Lampiran 3 Hasil perhitungan skenario 3
Kecepatan mobilitas = 0.6 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031019976 111.4549019 0.61% 33.574
2 0.031063597 111.6104412 0.75% 33.540
3 0.031009626 111.4160025 0.58% 33.590
4 0.031067125 111.6235739 0.76% 33.508
5 0.031060160 111.5975575 0.74% 33.535
Rataan 0.031044097 111.5404954 0.69% 33.550
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017337558 62.34764425 0.70% 69.235
2 0.017352197 62.40029708 0.79% 69.004
3 0.017294753 62.19477035 0.46% 69.282
4 0.017318385 62.27971258 0.59% 69.168
5 0.017302610 62.22297698 0.50% 69.246
Rataan 0.017321101 62.28908020 0.61% 69.187
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013021763 46.86395580 0.68% 97.082
2 0.013016202 46.84796018 0.65% 97.226
3 0.012995947 46.77498121 0.49% 97.269
4 0.013073352 46.88677529 0.73% 96.691
5 0.012996578 46.77725837 0.50% 97.262
Rataan 0.013020768 46.83018620 0.61% 97.106
26
Kecepatan mobilitas = 1.2 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031038807 111.5196763 0.67% 33.532
2 0.031049337 111.5584493 0.70% 33.524
3 0.031013110 111.4291211 0.59% 33.559
4 0.031002466 111.3904231 0.55% 33.577
5 0.030998855 111.3770999 0.54% 33.595
Rataan 0.031020515 111.4549539 0.61% 33.558
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017312631 62.26020914 0.56% 69.196
2 0.017321746 62.29099118 0.61% 69.206
3 0.017298285 62.20626682 0.48% 69.304
4 0.017310456 62.25181798 0.55% 69.198
5 0.017311704 62.25461453 0.55% 69.331
Rataan 0.017310964 62.25277990 0.55% 69.247
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013026033 46.85996067 0.73% 97.078
2 0.012997866 46.75739301 0.51% 97.256
3 0.012996079 46.75036441 0.49% 97.257
4 0.013004299 46.78060042 0.56% 97.207
5 0.013004808 46.78168863 0.56% 97.186
Rataan 0.013005817 46.78600140 0.57% 97.197
27
Kecepatan mobilitas = 1.6 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031009571 111.4157099 0.58% 33.582
2 0.030991633 111.3510303 0.52% 33.612
3 0.030984606 111.3252163 0.50% 33.605
4 0.030991664 111.3510496 0.52% 33.599
5 0.031009590 111.4157050 0.58% 33.579
Rataan 0.030997413 111.3717422 0.54% 33.595
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017305948 62.23601166 0.52% 69.201
2 0.017289153 62.17526394 0.43% 69.276
3 0.017293711 62.19132648 0.45% 69.279
4 0.017302728 62.22245648 0.50% 69.226
5 0.017294781 62.19422816 0.46% 69.274
Rataan 0.017297264 62.20385730 0.47% 69.251
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.012994706 46.74525415 0.48% 97.288
2 0.012999374 46.76107209 0.52% 97.260
3 0.012999746 46.76350477 0.52% 97.239
4 0.012982250 46.69662430 0.51% 97.394
5 0.012997931 46.75656091 0.51% 97.273
Rataan 0.012994801 46.7446032 0.51% 97.291
28
Lampiran 4 Hasil perhitungan skenario 4
Klien 1
Kecepatan mobilitas = 0.6 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031154395 111.9357930 1.04% 33.412
2 0.031161715 111.9627012 1.06% 33.384
3 0.031046863 111.5457377 0.69% 33.531
4 0.031009810 111.4160159 0.58% 33.587
5 0.031096169 111.7271750 0.85% 33.482
Rataan 0.031093790 111.7174846 0.85% 33.479
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017331921 62.32861922 0.67% 69.106
2 0.017912307 64.41551312 3.89% 66.996
3 0.017481733 62.86801781 1.52% 68.506
4 0.017399734 62.57238372 1.06% 68.780
5 0.017284700 62.15944711 0.40% 69.314
Rataan 0.017482079 62.8687962 1.51% 68.540
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013383817 48.14544381 3.38% 94.336
2 0.013271883 47.73636483 2.55% 95.203
3 0.013023224 46.84892158 0.70% 97.081
4 0.013040497 46.91303406 0.83% 96.961
5 0.013020158 46.83623954 0.68% 97.107
Rataan 0.013147916 47.29600080 1.63% 96.138
29
Kecepatan mobilitas = 1.2 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031070808 111.6368626 0.77% 33.487
2 0.030960237 111.2353448 0.42% 33.633
3 0.031089053 111.7016608 0.83% 33.506
4 0.030948573 111.1966232 0.38% 33.646
5 0.030960237 111.2353448 0.42% 33.633
Rataan 0.031005782 111.4011672 0.56% 33.581
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017471673 62.83022209 1.46% 68.506
2 0.017404196 62.58879901 1.08% 68.881
3 0.017300157 62.12684350 0.35% 69.248
4 0.017402390 62.44372957 0.86% 68.847
5 0.017420104 62.40588752 0.79% 68.805
Rataan 0.017399704 62.47909630 0.91% 68.857
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013026483 46.86028482 0.73% 97.066
2 0.013093193 47.09925496 1.23% 96.493
3 0.013179077 47.40494159 1.86% 95.893
4 0.013022629 46.84679227 0.70% 97.073
5 0.013114215 47.17597511 1.39% 96.467
Rataan 0.013087119 47.07744970 1.18% 96.598
30
Kecepatan mobilitas = 1.6 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031024093 111.4681276 0.62% 33.576
2 0.030940742 111.1703364 0.36% 33.665
3 0.030960218 111.2480354 0.43% 33.658
4 0.030958886 111.2354156 0.42% 33.627
5 0.031100028 111.7402108 0.87% 33.497
Rataan 0.030996793 111.3724251 0.54% 33.604
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017449750 62.75199302 1.34% 68.605
2 0.017350906 62.39771197 0.78% 69.047
3 0.017283797 62.1555312 0.39% 69.307
4 0.017279226 62.13774836 0.37% 69.339
5 0.017446174 62.73987284 1.32% 68.624
Rataan 0.017361971 62.4365715 0.84% 68.985
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013029577 46.87053167 0.75% 97.019
2 0.013009313 46.79859848 0.60% 97.189
3 0.013017178 46.82830077 0.66% 97.120
4 0.013035140 46.88999847 0.79% 96.985
5 0.013051213 46.94542535 0.91% 96.871
Rataan 0.013028484 46.86657090 0.74% 97.037
31
Klien 2
Kecepatan mobilitas = 0.6 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031410190 112.8589578 1.85% 33.068
2 0.031105237 111.7672564 0.89% 33.458
3 0.030969310 111.2738262 0.45% 33.627
4 0.030922632 111.1065243 0.30% 33.689
5 0.030949314 111.2093173 0.39% 33.639
Rataan 0.031071337 111.6431764 0.78% 33.496
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017332720 62.31646215 0.65% 69.110
2 0.017444535 62.73603240 1.32% 68.663
3 0.017716804 63.71497931 2.83% 67.741
4 0.017299875 62.21562008 0.49% 69.295
5 0.017423076 62.65805789 1.19% 68.664
Rataan 0.017443402 62.72823040 1.30% 68.695
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss
(%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013296403 47.83212134 2.74% 94.978
2 0.013162881 47.34630413 1.74% 96.012
3 0.013031086 46.87884441 0.77% 96.993
4 0.013007722 46.79504419 0.59% 97.183
5 0.013043273 46.92287514 0.86% 96.948
Rataan 0.013108273 47.15503780 1.34% 96.423
32
Kecepatan mobilitas = 1.2 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.030983777 111.3256579 0.50% 33.623
2 0.030994363 111.3644236 0.53% 33.598
3 0.031021782 111.4521451 0.61% 33.585
4 0.030997828 111.3774722 0.54% 33.576
5 0.031004718 111.4032975 0.57% 33.568
Rataan 0.031000494 111.3845993 0.55% 33.590
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017514564 62.97878895 1.70% 68.311
2 0.017386640 62.52793676 0.99% 68.910
3 0.017432599 62.69527612 1.25% 68.690
4 0.017328578 62.35632759 0.73% 69.132
5 0.017468734 62.51544855 0.97% 68.566
Rataan 0.017426223 62.6147556 1.13% 68.722
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013022826 46.84456235 0.69% 97.068
2 0.013074466 47.03298728 1.09% 96.639
3 0.013065134 46.98228465 0.98% 96.756
4 0.013136902 47.23903500 1.52% 96.269
5 0.013030883 46.87645061 0.76% 97.017
Rataan 0.013066042 46.99506400 1.01% 96.750
33
Kecepatan mobilitas = 1.6 m/s
Video 256 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.031051876 111.5720705 0.72% 33.522
2 0.030895648 111.0165384 0.22% 33.716
3 0.030940355 111.1703232 0.36% 33.665
4 0.030985693 111.3387946 0.51% 33.604
5 0.030990596 111.3516763 0.52% 33.608
Rataan 0.030972834 111.2898806 0.46% 33.623
Video 512 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.017507657 62.96265411 1.67% 68.345
2 0.017360158 62.43917454 0.84% 68.995
3 0.017288743 62.17618168 0.43% 69.300
4 0.017280915 62.14576019 0.38% 69.344
5 0.017302140 62.22426324 0.50% 69.240
Rataan 0.017347923 62.38960670 0.76% 69.045
Video 768 Kbps
Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet
Loss (%)
Throughput
(Kbps)
1 0.013010846 46.80428800 0.61% 97.174
2 0.013029923 46.87282099 0.76% 97.028
3 0.013017489 46.83164947 0.66% 97.118
4 0.013029871 46.87475627 0.76% 97.012
5 0.013023537 46.84995000 0.71% 97.056
Rataan 0.013022333 46.84669290 0.70% 97.078
34
RIWAYAT HIDUP
Huswantoro Anggit Presta Muhammad dilahirkan di Bogor pada tanggal
12 Agustus 1989 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dengan ayah bernama
Fajar Widiatmo dan ibu bernama Hartuti.
Penulis merupakan lulusan SMA Assalaam Sukoharjo tahun 2007,
kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun yang sama. Pada tahun
2010, penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di Badan Koordiansi Pemetaan
dan Survey Nasional. dan ditempatkan di divisi Pusat Data Rupabumi dan Tata
Ruang (PDRTR).