analisis pengaruh karakteristik peminjam, besar pinjaman, jenis ...
Transcript of analisis pengaruh karakteristik peminjam, besar pinjaman, jenis ...
i
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK
PEMINJAM, BESAR PINJAMAN, JENIS USAHA,
DAN LAMA USAHA TERHADAP TINGKAT
KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT
USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO (Studi Kasus pada Debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
ADIT FAIRUZ ABADI
NIM. 12020110130078
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Adit Fairuz Abadi
Nomor Induk Mahasiswa : 12020110130078
Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis /
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK
PEMINJAM, BESAR PINJAMAN, JENIS
USAHA, DAN LAMA USAHA TERHADAP
TINGKAT KELANCARAN
PENGEMBALIAN KREDIT USAHA
RAKYAT (KUR) MIKRO (Studi Kasus pada
Debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota)
Dosen Pembimbing : Evi Yulia Purwanti, SE., MSi.
Semarang, 28 Mei 2014
Dosen Pembimbing,
(Evi Yulia Purwanti, SE., MSi.)
NIP. 197107251997022001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Mahasiswa : Adit Fairuz Abadi
Nomor Induk Mahasiswa : 12020110130078
Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis /
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK
PEMINJAM, BESAR PINJAMAN, JENIS
USAHA, DAN LAMA USAHA TERHADAP
TINGKAT KELANCARAN
PENGEMBALIAN KREDIT USAHA
RAKYAT (KUR) MIKRO (Studi Kasus pada
Debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 9 Juni 2014
Tim Penguji
1. Evi Yulia Purwanti, SE., MSi. (β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.)
2. Dr. Hadi Sasana, SE., MSi. (β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.)
3. Achma Hendra Setiawan, SE., MSi. (β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.)
Mengetahui,
Pembantu Dekan I
Anis Chariri, SE., MCom., Ph.D., Akt.
NIP.196708091992031001
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Adit Fairuz Abadi, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Karakteristik Peminjam, Besar
Pinjaman, Jenis Usaha, dan Lama Usaha Terhadap Tingkat Kelancaran Pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro (Studi Kasus pada Debitur KUR Mikro BRI Unit
Kendal Kota), adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian
tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau
pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri,
dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang
saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di
atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang
saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas
batal saya terima.
Semarang, Mei 2014
Yang membuat pernyataan,
(Adit Fairuz Abadi)
NIM : 12020110130078
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jika Anda Yakin Anda Bisa, Anda Pasti Bisa
Siapa pun bisa mencoba β coba, namun ketika Anda membuat komitmen,
darah Anda mengandung hal itu, dan orang lain akan sulit untuk
menghentikan Anda
(Bill Cosby)
Orang β orang yang telah melakukan hal terbaik yang bisa dilakukan
selama mereka hidup telah menjalani kehidupan yang utuh
(Johann van Schiller)
Keberanian seorang pemimpin besar untuk memenuhi impiannya adalah
berkat semangatnya, bukan posisinya
(John C. Maxwell)
Skripsi ini Aku persembahkan untuk Bapak, Ibu, dan Adikku tersayang
vi
Abstrak
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro pada BRI Unit Kendal Kota
merupakan kredit program pemerintah yang memiliki peranan penting dalam
memberikan bantuan modal bagi pelaku UMKM di Kecamatan Kota Kendal.
Sehingga perlu dijaga dari permasalahan pengembalian agar tidak mengganggu
keberlanjutan penyaluran KUR Mikro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor β faktor yang memiliki pengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro pada BRI unit Kendal Kota. Faktor β faktor
tersebut adalah Usia, Jenis Kelamin, Jumlah Tanggungan Keluarga, Besar Pinjaman,
Jenis Usaha, dan Lama Usaha.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dengan
sampel yang meliputi 83 debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota pada tahun 2013.
Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan kelancaran pengembalian pinjaman
disebabkan karakteristik debitur, karakteristik pinjaman, dan karakteristik usaha.
Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga, Besar Pinjaman dan Lama Usaha memiliki
pengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit
Kendal Kota. Hasil analisis diperoleh Jumlah Tanggungan Keluarga lebih besar dari 4
orang, besar pinjaman kurang dari 6 juta rupiah, dan lama usaha kurang dari 7 tahun
lebih berpotensi menimbulkan masalah pengembalian pinjaman. Pihak Bank
diharapkan memperhatikan variabel β variabel tersebut dalam analisis pemberian
kredit. Sedangkan variabel Usia, Jenis Kelamin dan Jenis Usaha tidak memiliki
pengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit
Kendal Kota.
Kata kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro, kelancaran pengembalian
pinjaman, jumlah tanggungan keluarga, besar pinjaman, lama usaha.
vii
Abstract
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Micro on BRI Unit Kendal Kota is credit of
government programs that have important role to give capital assistance for SMEs on
District of Kendal Kota. KUR Micro should be kept out of repayment problems so
not disrupt on continuity of KUR Micro. This research aims to know any factors that
have an influence on the loan repayment of Kredit Usaha Rakyat (KUR) Micro on
BRI Unit Kendal Kota. The examined factor on this research are Age, Sex, Number of
Dependents, Sum of Loan, Type of Business, and Old of Business.
The data that used on this research are the secondary data covered 83
sample of borrowers of KUR Micro on BRI Unit Kendal Kota. The implement of
analysis that was used on this research is logistic regression.
The result of analysis indicate the smoothness of loan caused by
characteristics of borrowers, characterstics of loan, and characteristics of business.
Number of Dependents, Sum of Loan, and Old of Business have influence on the
smoothness of loan repayment of KUR Micro on BRI Unit Kendal Kota. The results
of analysis obtained Number of Dependents greater than 4 people, Sum of Loan less
than 6 million, and Old of Business less than 7 years are more potentially to cause
repayment problems. The Bank is expected pay attention to this variables on the
analysis of credit. While the variable of Age, Sex, and Type of Business not have
influence on the smoothness of loan repayment of KUR Micro on BRI Unit Kendal
Kota.
Key words : Kredit Usaha Rakyat (KUR) Micro, smoothness of loan repayment,
number of dependents, sum of loan, old of business.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT serta shalawat dan salam bagi Nabi
Muhammad SAW. Terima kasih atas segala karunia dan limpahan rahmat, taufik,
hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
βANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMINJAM, BESAR
PINJAMAN, JENIS USAHA, DAN LAMA USAHA TERHADAP TINGKAT
KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
MIKRO (Studi Kasus pada Debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota)β
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
Penulis menyusun skripsi ini atas usaha, bantuan, bimbingan, dan dorongan
dari berbagai pihak. Maka penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Mohamad Nasir, M.Si, Akt, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
2. Ibu Evi Yulia Purwanti, SE., MSi. selaku Dosen Wali serta Dosen Pembimbing
Skripsi, terima kasih atas segala bimbingan, nasihat, dorongan, perhatian,
kesabaran serta waktu yang diberikan untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi maupun selama proses perkuliahan sebagai mahasiswa di
Universitas Diponegoro.
ix
3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang
telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat.
4. Seluruh Staff Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan perkuliahan.
5. Bapak Pemimpin Bank Rakyat Indonesia Cabang Kendal yang telah berkenan
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Serta Kepala BRI
Unit Kendal Kota dan seluruh staff yang telah membantu penulis memperoleh
data β data yang dibutuhkan dalam penelitian.
6. Bapak dan Ibu (Failasuf Djazuli dan Cicik Sri Mardiningsih), yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, perhatian, kebersamaan, semangat, dan dorongan
baik secara moril maupun materi di sepanjang waktu hingga penulis dapat
menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1).
7. Adikku tercinta (Muhammad Nur Faizun), yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, perhatian, dan kebersamaan.
8. Khildatur Rosyidah, yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis meskipun kita jauh. Terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang
diberikan.
9. Teman β teman seperjuangan (Emka, Dandy, Abil, Toni, Adri, Tyo, Said, Ari,
Hendy, Sandy, Ryan, Jessica, Meiriza, Melia, Intan, Mutia, Etta dan semua teman
βteman IESP 2010)
x
10. Teman β teman di kos wisma vizanda (Lukman, Firman, Yogi, Ari, Adin, Rico,
Kusuma, Bram, Rizal, Yanuar, Vito, Uray, Reza, dan Ryan).
11. Teman β teman KKN (Ayu, Joni, Sifa, Deri, Rara, Ayuvera, Tika, Icha) yang
telah memberikan kebersamaan dan menjadikan kita semua keluarga.
12. Teman β teman yang tumbuh dan berjuang bersama (Rizal, Ganang, Yuli, Kholik,
Adi, Afif, Syafrizal, Agung, Satrio dan semua teman SMP β SMA)
13. Teman β teman SSM (Erlangga(Alm.), Lukman, Tito, Rizky, Sena, Mahfud,
Gandi, Arum, Yogi).
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per-satu, yang telah memberikan
bantuan baik langsung maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kelemahan dan kekurangan, maka apabila ada kritik dan saran akan diterima dengan
senang hati.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat dan dapat digunakan sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya.
Semarang, Mei 2014
Penulis,
Adit Fairuz Abadi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ......................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ............................................................ 19
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 24
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 24
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 25
1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................... 26
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ................................................................................ 27
2.1.1 Modal ...................................................................................... 27
2.1.2 Kredit ...................................................................................... 30
2.1.2.1 Pengertian Kredit dan Unsur β unsur Kredit .............. 30
2.1.2.2 Tujuan dan Fungsi Kredit ........................................... 32
2.1.2.3 Jenis β jenis Kredit ..................................................... 33
2.1.2.4 Risiko Kredit .............................................................. 35
2.1.2.5 Analisis Kredit ............................................................ 39
2.1.2.6 Pengawasan Kredit ..................................................... 43
2.1.2.7 Penyelamatan Kredit Macet ....................................... 44
2.1.3 Bank ........................................................................................ 46
2.1.3.1 Pengertian Bank ......................................................... 46
2.1.3.2 Jenis Bank ................................................................... 47
2.1.3.3 Fungsi Bank ................................................................ 48
2.1.4 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................................... 50
2.1.4.1 Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) .................... 50
2.1.4.2 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ..................... 51
2.1.4.3 Lembaga Penjaminan ................................................. 52
2.1.5 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ....................... 53
2.1.6 Faktor β faktor yang Mempengaruhi Kelancaran
Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ................ 56
xiii
2.1.6.1 Pengaruh Usia terhadap Tingkat Kelancaran
Pengembalian KUR Mikro ......................................... 58
2.1.6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Tingkat
Kelancaran Pengembalian KUR Mikro ...................... 59
2.1.6.3 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap
Tingkat Kelancaran KUR Mikro ................................ 60
2.1.6.4 Pengaruh Besar Pinjaman terhadap Tingkat
Kelancaran Pengembalian KUR Mikro ...................... 61
2.1.6.5 Pengaruh Jenis Usaha terhadap Tingkat Kelancaran
Pengembalian KUR Mikro ......................................... 62
2.1.6.6 Pengaruh Lama Usaha terhadap Tingkat Kelancaran
Pengembalian KUR Mikro ......................................... 63
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 64
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 70
2.4 Hipotesis .......................................................................................... 75
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian ........................................................................... 76
3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 77
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 80
3.4 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 83
3.5 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 84
xiv
3.6 Metode Analisis Data ....................................................................... 86
3.6.1 Statistik Deskriptif .................................................................. 86
3.6.2 Analisis Regresi Logistik ........................................................ 87
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .............................................................. 94
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kota Kendal ............. 94
4.1.2 Gambaran Umum Responden Debitur KUR Mikro BRI Unit
Kendal Kota ......................................................................... 102
4.2 Analisis Data .................................................................................... 107
4.2.1 Analisis Deskriptif .................................................................. 107
4.2.2 Pengujian Multivariate pada Model Regresi Logisti dengan
Tingkat Kelancaran Pengembalian KUR Mikro sebagai
Variabel Dependen ............................................................... 116
4.3 Interpretasi Hasil ............................................................................... 124
4.3.1 Pengaruh Variabel Usia terhadap Tingkat Kelancaran
Pengembalian KUR Mikro ................................................... 124
4.3.2 Pengaruh Variabel Jenis Kelamin terhadap Tingkat
Kelancaran Pengembalian KUR Mikro ............................... 125
4.3.3 Pengaruh Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap
Tingkat Kelancaran Pengembalian KUR Mikro .................. 126
4.3.4 Pengaruh Variabel Besar Pinjaman terhadap Tingkat
Kelancaran Pengembalian KUR Mikro ............................... 128
xv
4.3.5 Pengaruh Variabel Jenis Usaha terhadap Tingkat Kelancaran
Pengembalian KUR Mikro ................................................... 129
4.3.6 Pengaruh Variabel Lama Usaha terhadap Tingkat
Kelancaran Pengembalian KUR Mikro ............................... 131
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 133
5.2 Keterbatasan ..................................................................................... 135
5.3 Saran .............................................................................................. 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Realisasi KUR pada Bank Pelaksana ............................................ 7
Tabel 1.2 Penyaluran KUR Tiap β tiap Provinsi di Indonesia ...................... 8
Tabel 1.3 Jumlah UMKM Provinsi Jawa Tengah Triwulan I 2013 .............. 10
Tabel 1.4 Realisasi KUR Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Sektor ........... 11
Tabel 1.5 Realisasi KUR Provinsi Jawa Tengah pada Bank Pelaksana ........ 12
Tabel 1.6 Jumlah UMKM Kabupaten Kendal ............................................... 13
Tabel 1.7 KUR Mikro pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kendal ........... 15
Tabel 1.8 Gambaran Faktor β faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kelancaran Pengembalian KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota .... 17
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 64
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................ 79
Tabel 3.2 Jumlah Populasi dan Sampel ......................................................... 82
Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Kota Kendal .......... 96
Tabel 4.2 Ketersediaan Fasilitas Penunjang Perekonomian di Kecamatan
Kota Kendal ................................................................................... 98
Tabel 4.3 Realisasi Kredit Kecil Investasi dan Kredit Kecil Modal Kerja
pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kendal ............................... 99
Tabel 4.4 Jumlah Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 105
xvii
Tabel 4.5 Jumlah Responden berdasarkan Lama Usaha ............................... 106
Tabel 4.6 Karakteristik Usia Debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota ... 108
Tabel 4.7 Karakteristik Jenis Kelamin Debitur KUR Mikro BRI Unit
Kendal Kota ................................................................................... 110
Tabel 4.8 Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Debitur KUR Mikro
BRI Unit Kendal Kota ................................................................... 111
Tabel 4.9 Karakteristik Besar Pinjaman Debitur KUR Mikro BRI Unit
Kendal Kota ................................................................................... 112
Tabel 4.10 Karakteristik Jenis Usaha Debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal
Kota ............................................................................................... 114
Tabel 4.11 Karakteristik Lama Usaha Debitur KUR Mikro BRI Unit
Kendal Kota ................................................................................... 115
Tabel 4.12 Hasil Output Hosmer and Lemeshow Test .................................... 117
Tabel 4.13 Ketepatan Observasi ...................................................................... 118
Tabel 4.14 Overall Model Fit .......................................................................... 119
Tabel 4.15 Tabel Uji Koefisien Regresi .......................................................... 121
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Tingkat NPL Kredit pada Bank Indonesia April 2013 .................. 6
Gambar 1.2 Kredit UMKM Kabupaten Kendal ................................................ 14
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 74
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Kota Kendal .................................. 94
Gambar 4.2 Perbandingan Penduduk Laki β laki dan Perempuan di
Kecamatan Kota Kendal ................................................................ 101
Gambar 4.3 Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 103
Gambar 4.4 Jumlah Responden berdasarkan sebaran Usia Debitur KUR
Mikro ............................................................................................. 104
Gambar 4.5 Jumlah Responden berdasarkan Jenis Usaha ................................ 106
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Data Sampel Debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota ............ 142
Lampiran B Hasil Olah Data SPSS ................................................................... 145
Lampiran C Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 149
Lampiran D Surat Persetujuan Penelitian .......................................................... 150
Lampiran E Surat Pernyataan ............................................................................ 151
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kredit sebagai tambahan modal bagi pelaku usaha, memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Kredit berasal dari bahasa
Yunani βCredereβ yang berarti kepercayaan. Pengertian kredit berkembang menjadi,
kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman
dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka
waktu yang disepakati. Menurut Undang β undang No.7 Tahun 1992 tentang
perbankan, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
Salah satu target penyaluran kredit yang bertujuan untuk peningkatan
pertumbuhan ekonomi adalah pemberian kredit pada UMKM. Sesuai dengan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, disebutkan pada point I tentang Peningkatan Akses UMKM pada Sumber
Pembiayaan. Salah satu kebijakan pada kebijakan yang ada pada poin ini adalah
βMeningkatkan kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaanβ.
2
Pada kebijakan tersebut, pemerintah merencanakan sebuah program yang
bermanfaat bagi UMKM yaitu pengembangan skema kredit investasi bagi UMKM.
Dengan berjalannya program tersebut, diharapkan akan mampu mencapai beberapa
sasaran yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh UMKM. Beberapa sasaran
tersebut antara lain adalah 1). Tersedianya skema pembiayaan investasi melalui kredit
program bagi UMKM. 2). Tersedianya sumber dana untuk kredit investasi UMKM.
3). Kredit investasi UMKM tersalurkan secara efektif.
Sektor UMKM dipilih oleh Pemerintah sebagai sektor yang perlu mendapat
perhatian lebih karena menurut beberapa ahli dan pengamat ekonomi menyebutkan
bahwa UMKM merupakan kekuatan dari perekonomian Indonesia. Meskipun dampak
UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terlalu tinggi, namun penyebaran efek
yang dirasakan di masyarakat sangat luas. Salah satu efek dari penguatan UMKM
tersebut adalah terciptanya lapangan pekerjaan yang cukup besar, dan mampu
mengurangi angka pengangguran.
Studi empiris membuktikan bahwa UMKM memiliki peranan penting dalam
menyelamatkan kondisi perekonomian di masa krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1998. Menurut Setiawan(2011), sektor UMKM merupakan
katup pengaman bagi para Tenaga Kerja yang menjadi korban Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) yang diakibatkan oleh banyaknya industri besar yang mengalami kolaps
pada masa krisis. Adanya UMKM mampu menyelamatkan beberapa tenaga kerja
sehingga tidak sampai menganggur.
3
UMKM mampu mengurangi jumlah pengangguran melalui penyerapan
tenaga kerja yang selama ini belum mampu diserap oleh industri besar karena kualitas
SDM yang masih rendah. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UMKM,
unit usaha UMKM sampai dengan tahun 2012 telah mampu menyerap tenaga kerja
sebesar 107.657.509 atau sebesar 97,16% dari total tenaga kerja yang mampu diserap
oleh UMKM dan usaha Besar.
Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia tumbuh sangat pesat.
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah,
jumlah UMKM di Indonesia sampai dengan tahun 2012 mencapai angka 56.534.592
unit usaha. Angka tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 1.328.147 unit dari tahun
sebelumnya. Jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2012 tersebut
memiliki proporsi 99,99% dari total unit usaha UMKM dan usaha Besar.
UMKM di Indonesia masih sarat dengan kelemahan yang menyebabkan
mereka sulit untuk mengembangkan usahanya. Beberapa kelemahan yang ada pada
UMKM tersebut antara lain adalah kelemahan dalam akses modal, akses teknologi,
akses pasar, manajemen keuangan serta sumber daya manuusia. Menurut
Setiawan(2011), kondisi UMKM di Indonesia secara umum adalah sebagai berikut :
1. Struktur organisai dan manajemen sederhana
2. Memiliki modal terbatas dan kemampuan memperoleh sumber dana
rendah
3. Sistem pembukuan keuangan sangat sederhana
4. Kurang membedakan antara aset pribadi dan aset perusahaan
5. Menghadapi persaingan yang tinggi sehingga marjin keuntungan rendah
4
Selain kelemahan β kelemahan tersebut menurut Partomo (2004), UMKM memiliki
keunggulan dalam fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi
pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang
umumnya birokratis.
Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam upaya memberdayakan UMKM
di Indonesia agar lebih memiliki daya saing dalam perekonomian Indonesia.
Setiawan(2011) menyebutkan ada tiga peran penting Pemerintah dalam upaya
pemberdayaan tersebut yaitu 1).Mendorong pertumbuhan ekonomi secara aktif,
2).Menciptakan iklim usaha yang kondusif, 3).Membuka akses terhadap sumber
dinamika pertumbuhan internal UMKM itu sendiri, seperti pembiayaan dan kredit,
akses pasar, teknologi, dan perbaikan manajemen.
Upaya Pemerintah dalam pemberdayaan UMKM adalah dengan
diluncurkannya salah satu Program Pemerintah dalam Pembiayaan UMKM yang
diberi nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat merupakan salah satu
solusi yang ditawarkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah permodalan yang
sering dihadapi oleh UMKM. Kredit Usaha Rakyat (KUR) diluncurkan oleh Presiden
pada tanggal 5 November 2007 dengan jaminan kredit dari pemerintah melalui PT
Askrindo dan Perum Jamkrindo. Tujuan Pemerintah meluncurkan program Kredit
Usaha Rakyat adalah untuk meningkatkan sektor riil dan memberdayakan UMKM.
Dalam pelaksanaannya program Kredit Usaha Rakyat yang memiliki tujuan
untuk memberdayakan UMKM ini menemui berbagai kendala. Kendala yang sering
muncul adalah adanya persepsi yang kurang baik di masyarakat tentang KUR.
5
Menurut Bank Indonesia dalam βSerba-serbi Kredit Usaha Rakyatβ, menyebutkan
bahwa ada beberapa kendala yang umum dihadapi dalam penyaluran Kredit Usaha
Rakyat antara lain adalah :
1. Adanya persepsi bahwa KUR merupakan kredit yang dijamin
sepenuhnya dan bantuan dari pemerintah. Maka muncul moral hazard di
masyarakat debitur yang kurang memikirkan kewajiban pengembalian
yang menimbulkan adanya kredit macet.
2. Masyarakat beranggapan bahwa penyaluran KUR tanpa agunan selalu
sebesar 5-juta rupiah. Namun sebenarnya besarnya penyaluran KUR
sesuai dengan penilaian Bank terhadap kemampuan usaha dari calon
debitur, agar debitur tidak terbebani dalam pengembalian.
3. Banyak calon debitur (UMKM) yang sudah pernah atau sedang
menikmati kredit / pembiayaan dari perbankan.
4. Banyak calon debitur yang tidak dapat memenuhi persyaratan dari Bank
seperti identitas diri yang tidak cukup maupun kondisi usaha yang belum
layak untuk mendapatkan kredit.
5. Beberapa Bank yang kantornya hanya terdapat di kota, penyaluran KUR
terkendala karena keterbatasan untuk menjangkau lokasi calon debitur
yang relatif jauh.
Kendala penyaluran KUR point pertama merupakan kendala yang
berpotensi mengakibatkan munculnya kredit macet pada program Kredit Usaha
Rakyat yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya Non Performing Loan
6
(NPL) Kredit UMKM pada data yang ditunjukkan oleh Bank Indonesia. Non
Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator untuk menilai kinerja bank,
karena apabila NPL tinggi menunjukkan indikator gagalnya sebuah Bank dalam
mengelola bisnis. Indikator gagalnya sebuah bank tersebut antara timbul masalah
Likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), Rentabilitas (utang tidak bisa
ditagih), serta Solvabilitas (modal berkurang).
Kredit UMKM menjadi penyumbang NPL terbesar apabila dibandingkan
dengan kredit non-UMKM. Besarnya NPL kredit non-UMKM sampai April 2013
adalah mencapai 36.770 Milliar Rupiah atau 1,58% dan Nilai NPL kredit UMKM
adalah 21.631 Milliar Rupiah atau sebesar 3,8%. Besarnya NPL pada kredit
perbankan sebesar 58.401 Milliar Rupiah atau sebesar 2,01%. NPL kredit UMKM
menjadi yang paling besar dibandingkan dengan kredit β kredit lainnya.
Gambar.1.1
Tingkat NPL Kredit pada Bank Indonesia April 2013
Kredit UMKM, 3.80%
Kredit Non-UMKM,1.58%
Kredit
Perbankan,2.01%
Kredit UMKM Kredit Non-UMKM Kredit Perbankan
Sumber : Bank Indonesia, 2013, diolah.
7
Tingginya kredit macet yang terjadi pada penyaluran KUR menunjukkan
bahwa program KUR ini belum bisa berjalan seperti yang diharapkan Pemerintah.
Tingginya kredit macet pada penyaluran program KUR ini dapat dilihat dari besarnya
NPL pada Kredit KUR dari masing - masing Bank Pelaksana. Berikut ini dapat
dilihat tabel tingkat NPL dari masing - masing Bank Pelaksana KUR hingga bulan
Maret 2013.
Tabel 1.1
Realisasi KUR pada Bank Pelaksana per Maret 2013
No Bank
Realisasi Penyaluran KUR
NPL
(%) Plafon
Debitur
Rata - rata
Kredit
(Rp Juta) (Rp
Juta/debitur) 1 BNI 13,339,468 208,959 63,8 10,3
2 BRI (KUR Ritel) 13,604,866 83,471 163 3,5
3 BRI (KUR Mikro) 51,743,392 7,537,785 6,9 2
4 Bank Mandiri 11,162,396 221,967 50,3 2,8
5 BTN 3,539,330 20,442 173,1 6,7
6 Bukopin 1,680,210 11,241 149,5 4,8
7 Bank Syariah Mandiri 3,070,293 40,944 75 6,2
8 BNI Syariah 58,751 241 243,8 1
9 BPD 10,223,672 129,687 78,8 7,3
Total 108,422,378 8,254,737 13,1 4,4
Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa Bank Rakyat Indonesia
merupakan Bank Pelaksana yang memiliki peranan paling besar dalam penyaluran
Kredit Usaha Rakyat kepada Koperasi dan UMKM. Hal tersebut dapat dilihat dari
plafon BRI (KUR Ritel + KUR Mikro) mencapai 65,3 Triliun rupiah dengan rincian
13,6 Triliun rupiah pada KUR Ritel, dan 51,7 Triliun rupiah pada KUR Mikro.
Sumber : komite-KUR 2013, diolah
8
Dilihat dari besarnya nasabah, Bank Rakyat Indonesia mampu menjangkau jumlah
debitur terbesar yaitu mampu menyalurkan Kredit Usaha Rakyat kepada 7.621.256
debitur di seluruh Indonesia.
Bank Rakyat Indonesia menjadi Bank pelaksana dengan jumlah nasabah
paling besar apabila dibandingkan dengan Bank Pelaksana yang lain. Namun
besarnya jumlah nasabah tersebut juga dibarengi dengan tingginya angka outstanding
kredit di Bank Rakyat Indonesia. Angka outstanding tersebut bisa dilihat dari nilai
NPL Bank Rakyat Indonesia dikalikan dengan jumlah nasabah yang menjadi debitur
KUR Bank Rakyat Indonesia.
Penyaluran KUR yang telah berjalan 6 tahun mampu menjangkau para
pelaku UMKM yang berada di seluruh Provinsi di Indonesia, meskipun besarnya
penyaluran dari masing β masing provinsi tidak sama. Penyebaran tersebut
konsentrasi terbesar masih berada di Pulau Jawa, tingginya konsetrasi di Pulau Jawa
juga menyebabkan tingginya NPL KUR yang terjadi di Pulau Jawa. Berikut ini
disajikan data distribusi penyaluran KUR di seluruh Provinsi di Indonesia sampai
Maret 2013.
Tabel 1.2
Penyaluran KUR Tiap βtiap Provinsi di Indonesia per Maret 2013
NO PROVINSI
TOTAL
TOTAL Outstanding Debitur
(Rp juta) (Rp juta)
1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2.001.493 625.088 139.163
2 SUMATERA UTARA 5.703.592 2.432.240 341.653
3 SUMATERA BARAT 3.545.995 1.539.033 196.640
9
4 RIAU 3.411.057 1.734.093 138.403
5 JAMBI 1.812.463 743.827 114.116
6 SUMATERA SELATAN 4.075.304 1.700.455 157.522
7 BENGKULU 764.534 304.128 59.958
8 LAMPUNG 2.276.104 950.633 192.141
9 KEPULAUAN RIAU 799.320 323.500 26.788
10 BANGKA BELITUNG 320.798 127.006 19.360
11 DKI JAKARTA 5.167.033 2.311.363 200.406
12 JAWA BARAT 13.815.118 5.061.709 1.167.485
13 JAWA TENGAH 16.570.784 5.539.569 1.935.377
14 D.I. YOGYAKARTA 2.052.388 804.400 213.432
15 JAWA TIMUR 16.316.461 6.115.912 1.420.848
16 BANTEN 2.291.555 848.614 127.418
17 BALI 2.423.363 993.129 193.916
18 NTB 1.328.831 514.509 124.613
19 NTT 1.147.526 400.773 84.376
20 KALIMANTAN BARAT 1.992.892 845.585 85.010
21 KALIMANTAN TENGAH 1.621.541 806.253 77.130
22 KALIMANTAN SELATAN 2.831.647 1.381.765 158.205
23 KALIMANTAN TIMUR 2.756.501 1.195.679 139.468
24 SULAWESI UTARA 1.117.980 470.232 78.685
25 SULAWESI TENGAH 1.307.282 553.516 104.824
26 SULAWESI SELATAN 6.267.697 2.503.361 458.474
27 SULAWESI TENGGARA 927.899 383.758 76.076
28 GORONTALO 550.184 155.710 53.408
29 SULAWESI BARAT 596.239 200.736 42.510
30 MALUKU 824.863 279.607 41.663
31 MALUKU UTARA 440.440 157.657 20.532
32 PAPUA BARAT 579.046 253.723 18.612
33 PAPUA 1.096.313 458.589 50.277
TOTAL 108.422.378 42.493.642 8.254.737
Berdasarkan tabel 1.2, nilai penyaluran dana KUR masih terkonsentrasi di
Pulau Jawa. Penyaluran KUR tersebut terbesar berada pada Provinsi Jawa Tengah.
Sumber : komite-KUR 2013, diolah
10
Nilai outstanding kredit Provinsi Jawa Timur menjadi yang paling tinggi
dibandingkan dengan Provinsi β Provinsi lain, yaitu mencapai 6,1 Trilliun Rupiah.
Dilihat berdasarkan jumlah debitur, Provinsi Jawa Tengah merupakan
Provinsi yang mampu menyalurkan dana KUR terbesar. Jumlah debitur KUR pada
Provinsi Jawa Tengah mencapai 1.935.377 nasabah, yang masih tinggi apabila
dibandingkan Provinsi Jawa Timur yang mampu menyalurkan KUR kepada
1.420.848 nasabah. Posisi Jawa Tengah menjadi Provinsi yang mampu memperoleh
jumlah nasabah terbesar dibandingkan provinsi β provinsi lain disebabkan oleh
banyaknya industri β industri kecil yang bergerak di bidang barang maupun jasa.
Jumlah UMKM di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami
perkembangan, sampai Triwulan I 2013 jumlah UMKM di Jawa Tengah mencapai
83.179 unit usaha. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 3,22% dari akhir
tahun 2012. Perkembangan jumlah UMKM di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009
β sampai Triwulan I 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3
Jumlah UMKM Provinsi Jawa Tengah per Triwulan I 2013
Jenis UMKM
Tahun
2009 2010 2011 2012 Triwulan I
2013
Produksi / Non Pertanian 20.682 21.205 23.374 26.171 27.571
Pertanian 9.386 9.775 10.097 13.242 13.845
Perdagangan 28.172 28.247 28.362 32.055 32.479
Jasa 7.639 8.389 8.389 9.115 9.284
Total UMKM 65.879 67.616 70.222 80.583 83.179
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah, 2013. diolah
11
Berdasarkan tabel 1.3, jenis UMKM Perdagangan di Jawa Tengah memiliki
jumlah terbesar dibandingkan bidang lainnya. Bank Indonesia menyebutkan bahwa
pertumbuhan sektor perdagangan di Jawa Tengah pada triwulan I mencapai 9,2%.
Pertumbuhan sektor perdagangan disebabkan oleh peningkatan penyelenggaraan
MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition) di perhotelan, dan hari libur
panjang. Pertumbuhan sektor perdagangan didorong oleh pertumbuhan perekonomian
Indonesia, dan stabilitas politik yang mendorong kepercayaan pembeli.
Bank Indonesia menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan kredit
sektor perdagangan menjadi salah satu indikasi meningkatnya kinerja sektor
perdagangan. Sektor jasa dan perdagangan di Jawa Tengah menjadi sektor penerima
pinjaman KUR dengan jumlah debitur terbesar. Tabel dibawah menampilkan data
realisasi KUR di Jawa Tengah periode Agustus 2013 pada semua sektor.
Tabel 1.4
Realisasi KUR Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Sektor, per Agustus 2013
No Sektor yang dibiayai
Realisasi Persentase UMKM
(unit) Nilai Kredit (Rp)
1 Jasa dan Perdagangan 1.330.393 12.771.280.261.595 76,34
2 Industri dan Pertambangan/Pengolahan 29.194 462.986.962.016 2,77
3 Agribisnis 225.206 1.561.550.222.641 9,33
4 Listrik, gas dan air 58 1.521.700.000 0,01
5 Bangunan 7.866 53.998.138.902 0,32
6 Pengangkutan dan Komunikasi 1.098 20.744.992.290 0,12
7 Jasa β jasa 45.273 451.201.562.434 2,7
8 Ekonomi lainnya 227.214 1.406.409.652.358 8,41
Jumlah 1.866.302 16.729.693.492.236 100
Sumber : Bank Indonesia, 2013. diolah
12
Pada tabel 1.4, dapat dilihat bahwa sektor jasa dan perdagangan merupakan
sektor yang menjadi debitur terbesar pada penyaluran KUR. Persentase sektor Jasa
dan perdagangan pada penerima KUR di Jawa Tengah mencapai 76.34% dari
keseluruhan debitur KUR di Jawa Tengah. Total UMKM yang menjadi Debitur KUR
di Jawa Tengah sampai Agustus 2013 pada semua sektor telah mencapai 1.866.302
unit.
Bank pelaksana penyaluran KUR di Jawa Tengah masih didominasi oleh
Bank β Bank BUMN. Meskipun Bank milik Pemerintah Daerah dan Bank-bank yang
merupakan anak perusahaan dari Bank BUMN juga ikut berperan dalam penyaluran,
tetapi kemampuan memperoleh debitur masih kalah dengan Bank β Bank BUMN.
Data debitur dari Bank β Bank Pelaksana dalam penyaluran KUR di Jawa Tengah
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.5
Realisasi KUR Provinsi Jawa Tengah pada Bank Pelaksana
No Bank Pelaksana
Realisasi Perse
ntase
(%) Debitur
UMKM Rp
1 Bank Mandiri, PT. 9.825 706.232.989.577 4,22
2 Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk., PT. 1.760.111 12.071.572.018.788 72,16
3 Bank Negara Indonesia 1946, PT. 59.512 1.625.068.585.354 9,71
4 Bank Bukopin, Tbk., PT. 843 113.934.002.509 0.68
5 Bank Syariah Mandiri, PT. 6.816 242.148.429.641 1,45
6 Bank Tabungan Negara (persero), PT. 3.870 396.857.474.867 2,37
7 Bank Pembangunan Daerah 25.325 1.573.879.991.500 9,41
Total 1.866.302 16.729.693.492.236 100
Sumber : Bank Indonesia, 2013. diolah
13
Dari tabel 1.5 dapat dilihat bahwa Bank Rakyat Indonesia memiliki peranan
penting dalam penyaluran KUR di Jawa Tengah. Jumlah debitur KUR Bank Rakyat
Indonesia sampai 31 Agustus 2013 mencapai 1.760.111 debitur. Jumlah tersebut
sangat tinggi apabila dibandingkan dengan Bank pelaksana yang lain, dengan
persentase debitur KUR BRI 72,16% dari keseluruhan debitur KUR di Jawa Tengah.
Kesuksesan Bank Rakyat Indonesia ini tentunya didorong oleh unit kerja BRI yang
mampu menjangkau sampai ke Desa - desa.
Penyaluran KUR di Jawa Tengah berdampak pada peningkatan Jumlah
UMKM dan Realisasi Kredit UMKM di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Kabupaten Kendal menjadi salah satu Kabupaten yang memperoleh manfaat adanya
penyaluran KUR. Kabupaten Kendal yang secara geografis berbatasan langsung
dengan Kota Semarang, menjadi daerah pendukung perekonomian Kota Semarang.
Pemerintah Kabupaten Kendal berupaya meningkatkan daya saing dan pemasaran
produk UMKM yang menjadi produk unggulan maupun non-unggulan melalui
berbagai pembinaan dan promosi.
Tabel 1.6
Jumlah UMKM Kabupaten Kendal
Jenis Usaha Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Usaha Mikro dan Kecil 16.913 16.948 16.985 17.021 17.057
Usaha Menengah 609 615 619 624 631
Total 17.522 17.563 17.604 17.645 17.688
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kab.Kendal,2013. diolah
14
Perkembangan UMKM di Kabupaten Kendal sampai saat ini dinilai cukup
pesat, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.6. Jumlah usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami kenaikan. Pada tahun
2012, UMKM di Kabupaten Kendal mencapai angka 17.688 unit. Hal tersebut
menunjukkan keberhasilan Pemerintah dalam pembinaan UMKM.
Peningkatan jumlah UMKM di Kabupaten Kendal didukung oleh realisasi
kredit UMKM di Kabupaten Kendal yang mengalami peningkatan tiap tahun.
Penyaluran kredit UMKM di Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut.
Gambar 1.2
Kredit UMKM Kabupaten Kendal
Pada gambar 1.2 dapat dilihat realisasi kredit UMKM di Kabupaten Kendal
dari tahun 2003 sampai dengan 2013 memiliki tren yang meningkat. Realisasi kredit
UMKM pada tahun 2003 adalah Rp. 464.957 dan pada tahun 2013 adaah Rp.
1.158.481 Meskipun pada tahun 2011 mengalami penurunan yang cukup besar yaitu
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kredit UMKM
(juta) 464,957 488,440 521,495 742,284 943,485 1,155,168 1,332,134 1,687,037 844,834 933,643 1,158,481
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
Sumber : Bank Indonesia, 2013. diolah
15
dari Rp. 1.687.037 juta pada tahun 2010 menjadi Rp. 844.834 juta pada tahun 2011.
Peningkatan realisasi kredit UMKM tersebut menunjukkan bahwa UMKM di
Kabupaten Kendal sangat bergantung terhadap penyaluran kredit UMKM.
Tabel 1.7
KUR Mikro pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kendal
No Nama BRI Unit Jumlah Pinjaman
(Rp)
Debitur
(orang)
Debitur
Bermasalah (orang)
Debitur
Bermasalah (%)
1 Unit Boja 2.792.231.229 415 66 16
2 Unit Kaliwungu 1.284.081.164 272 30 11
3 Unit Weleri 2.536.892.279 440 70 16
4 Unit Brangsong 3.220.357.412 411 33 8
5 Unit Cepiring 2.156.824.637 347 7 2
6 Unit GempolSewu 3.423.047.579 558 67 12
7 Unit Gemuh 2.398.825.534 391 51 13
8 Unit Limbangan 2.944.562.820 526 63 12
9 Unit Nolokerto 2.315.319.287 454 82 18
10 Unit Patean 2.417.706.275 320 6 2
11 Unit Patebon 3.160.020.189 482 53 11
12 Unit Pegandon 3.018.796.127 454 36 8
13 Unit Penaruban 3.140.764.618 495 50 10
14 Unit Putatgede 861.530.192 154 22 14
15 Unit Sukorejo 2.855.423.764 502 115 23
16 Unit Tampingan 2.881.436.665 425 68 16
17 Unit Truko 2.223.502.188 324 3 0.9
18 Unit Kendal Kota 2.409.564.414 491 119 24
19 Unit Pemuda 3.438.586.682 509 56 11
20 Unit Pageruyung 2.089.363.586 323 48 15
21 Unit Plantungan 1.731.682.624 221 31 14
22 Unit Singorojo 1.892.805.885 245 83 34
23 Unit Ringinarum 2.197.893.277 359 11 3
24 Unit Kebumen 2.797.819.846 367 22 6
Jumlah KUR Mikro 2013 60.189.038.273
Jumlah KUR Mikro 2012 49.175.209.858
Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Kendal, 2013. diolah
16
Realisasi kredit UMKM di Kabupaten Kendal juga termasuk realisasi Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro Bank Rakyat Indonesia Cabang Kendal. Penyaluran
KUR Mikro pada tiap β tiap Unit Kerja Bank Rakyat Indonesia di wilayah Kabupaten
Kendal ditunjukkan pada tabel 1.7. Penyaluran KUR Mikro pada Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kendal dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan.
Jumlah KUR Mikro di Kabupaten Kendal pada Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kendal pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 60.189.038.273.
Pada tabel 1.7 dapat dilihat jumah pinjaman KUR Mikro pada tiap β tiap
Unit kerja BRI di wilayah BRI Cabang Kendal. BRI Unit Pemuda memiliki jumlah
penyaluran KUR tertinggi di Kabupaten Kendal yaitu sebesar Rp. 3.438.586.682.
BRI Unit Kendal Kota menjadi bank penyalur KUR Mikro di Kabupaten Kendal
dengan jumlah debitur bermasalah paling tinggi. BRI Unit Kendal Kota memiliki
debitur bermasalah sebesar 119 orang debitur dari 491 debitur, atau sebesar 24%.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat dinilai sudah berhasil dan efektif karena
telah mampu mendanai usaha pada semua sektor. Namun adanya debitur bermasalah
pada tabel 1.7 merupakan suatu masalah yang perlu diteliti tentang faktor β faktor
yang menjadi penyebab pengembalian KUR yang tidak lancar. Adanya pengembalian
kredit yang tidak lancar dapat mengganggu kelancaran pihak Bank Pelaksana dalam
menyalurkan kembali dana KUR ke calon debitur lain yang membutuhkan tambahan
modal. Masalah kelancaran pengembalian kredit harus bisa dicegah hingga seminimal
mungkin, supaya dana KUR bisa tetap bergulir.
17
Tabel 1.8
Gambaran Faktor β faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelancaran
Pengembalian KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota
No
Faktor yang
mempengaruhi tingkat
kelancaran pengembalian
Variabel
Independen
Debitur KUR Mikro BRI Unit
Kendal Kota
1 Karakteristik Peminjam Usia Usia Debitur : 25 β 53 tahun
Persentase tertinggi Usia Debitur
Lancar : 45 β 48 tahun = 28,57%
Persentase tertinggi Usia Debitur
Tidak Lancar : 37 β 44 tahun = 45%
Jenis
Kelamin
Debitur Lancar : Laki β laki=62%,
Perempuan=38%
Debitur Tidak Lancar : Laki β
laki=75%, Perempuan=25%
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Jumlah Tanggungan Keluarga : 1 β 5
orang
Persentase tertinggi Jumlah
Tanggungan Keluarga Debitur Lancar :
3 orang = 46%
Persentase tertinggi Jumlah
Tanggungan Keluarga Debitur Tidak
Lancar : 5 orang = 35%
2 Karakteristik Pinjaman Besar
Pinjaman
Besar Pinjaman : 1 β 20 juta Rupiah
Persentase tertinggi Besar Pinjaman
Debitur Lancar : 18 β 20 Juta Rupiah =
37%
Persentase tertinggi Besar Pinjaman
Debitur Tidak Lancar : 3 β 6 Juta
Rupiah = 45%
3 Karakteristik Usaha Jenis Usaha Debitur Lancar : Perdagangan 83%;
Non-perdagangan 17%
Debitur Tidak Lancar : Perdagangan
65%; Non-perdagangan 35%
Lama Usaha Lama Usaha Debitur : 2 β 20 tahun
Persentase tertinggi Lama Usaha
Debitur Lancar : 7 β 10 tahun = 43%
Persentase tertinggi Lama Usaha
Debitur Tidak Lancar : 2 β 4 tahun =
45%
Sumber : Data Sekunder, 2013. diolah
18
Untuk menjaga kelancaran dan berhasilnya program KUR dari adanya
kredit yang tidak lancar, maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui faktor β
faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian KUR.
Faktor β faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit
menurut Dendawijaya (2003) dapat dilihat melalui analisis kredit dengan prinsip 6C,
yaitu character, capital, capacity, conditions of economy, collateral, constraints.
Menurut Nawai dan Shariff (2010), faktor β faktor yang mempengaruhi tingkat
kelancaran pengembalian kredit dibagi menjadi empat faktor, yaitu : karakteristik
peminjam (usia, tingkat pendidikan, gender, pengalaman usaha, pendapatan bulanan),
karakteristik usaha, karakteristik pinjaman (jumlah pinjaman, metode pengembalian,
periode pengembalian), dan karakteristik pemberi pinjaman (sanksi, monitoring,
biaya transaksi).
Pada penelitian ini, faktor β faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap
tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota dibagi
menjadi Karakteristik Peminjam (Usia, Jenis Kelamin, Jumlah Tanggungan
Keluarga), Karakteristik Pinjaman (Besar Pinjaman), dan Karakteristik Usaha (Jenis
Usaha, Lama Usaha). Berdasarkan tabel 1.8 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
sebaran debitur pada masing β masing variabel independen. Debitur Lancar memiliki
sebaran usia lebih tinggi dari kategori Debitur Tidak Lancar. Jenis Kelamin laki β laki
memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan perempuan pada Debitur Lancar
dan Debitur Tidak Lancar. Sebaran Jumlah Tanggungan Keluarga pada kategori
Debitur Lancar lebih kecil dari sebaran Jumlah Tanggungan Keluarga pada kategori
19
Debitur Tidak Lancar. Besar pinjaman pada Debitur Lancar memiliki sebaran yang
lebih tinggi dari kategori Debitur Tidak Lancar. Debitur dengan Jenis Usaha
Perdagangan memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan Non-Perdagangan
pada kategori Debitur Lancar dan Debitur Tidak Lancar. Lama Usaha pada Debitur
Lancar memiliki sebaran yang lebih tinggi dibandingkan pada kategori Debitur Tidak
Lancar. Maka perbedaan sebaran variabel independen antara kategori Debitur Lancar
dan Debitur Tidak Lancar diduga memiliki pengaruh terhadap tingkat kelancaran
pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota.
1.2 Rumusan masalah Penelitian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro yang direalisasikan oleh Bank Rakyat
Indonesia difokuskan untuk pengusaha kecil yang memang membutuhkan tambahan
modal usaha. Meskipun KUR telah dijamin oleh pemerintah, tetapi penjaminan
tersebut tidak sepenuhnya karena pemerintah hanya menjamin sebesar 70%,
sedangkan 30% nilai kredit yang mengalami macet tersebut ditanggung oleh pihak
bank pelaksana.
Terjadi kesalahan persepsi di masyarakat tentang program KUR, masyarakat
beranggapan bahwa KUR merupakan bantuan pemerintah. Persepsi tersebut
berpotensi mengakibatkan munculnya kredit macet yang diakibatkan oleh adanya
moral hazard di masyarakat yang kurang memiliki rasa tanggung jawab atas
kewajiban pengembalian kredit kepada pihak Bank. Persepsi tersebut kemungkinan
20
juga terjadi pada penyaluran KUR di Kabupaten Kendal. Terdapat fenomena bahwa
24% debitur KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota tidak dapat melakukan
pengembalian dengan lancar. BRI Unit Kendal Kota memiliki debitur bermasalah
dengan jumlah paling tinggi dibandingkan dengan semua BRI Unit di Wilayah kerja
BRI Cabang Kendal.
Fenomena ini merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti tentang faktor
β faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Masalah dalam
kelancaran pengembalian kredit akan berdampak pada meningkatnya NPL Bank
Pelaksana dan kelancaran bergulirnya program KUR. Faktor β faktor yang diduga
mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit menurut Dendawijaya (2003)
dapat dilihat melalui analisis kredit dengan prinsip 6C, yaitu character, capital,
capacity, conditions of economy, collateral, constraints.
Menurut Nawai dan Shariff (2010), faktor β faktor yang mempengaruhi
tingkat kelancaran pengembalian kredit dibagi menjadi empat faktor, yaitu :
karakteristik peminjam (usia, tingkat pendidikan, gender, pengalaman usaha,
pendapatan bulanan), karakteristik usaha, karakteristik pinjaman (jumlah pinjaman,
metode pengembalian, periode pengembalian), dan karakteristik pemberi pinjaman
(sanksi, monitoring, biaya transaksi). Menurut penelitian Triwibowo (2009), faktor β
faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit juga dikelompokkan
menjadi karakteristik personal, karaktestik usaha, dan karakteristik kredit.
Terdapat kesenjangan penelitian (research gap) dari beberapa penelitian
terdahulu yang menganalisis faktor β faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
21
kelancaran pengembalian pinjaman. Research gap yang terdapat pada penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut :
1. Variabel Usia peminjam, berdasarkan penelitian Asih(2007),
Muhammamah(2008), Triwibowo(2009), Samti(2011), Lubis dan
Rachmina(2011), dan Nastiti(2013), disimpulkan bahwa usia tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelancaran pengembalian
kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mokhtar,dkk(2009), Nawai
dan Shariff(2010) menunjukkan bahwa Usia memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit.
2. Variabel Jenis Kelamin Peminjam, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Muhammamah(2008), Agustania(2009), dan
Samti(2011), dapat disimpulkan bahwa Jenis Kelamin tidak berpengaruh
signifikan. Sedangkan menurut penelitian Mokhtar,dkk(2009), Nawai
dan Shariff(2010), dan Lubis dan Rachmina(2011) menunjukkan bahwa
Jenis Kelamin peminjam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat kelancaran pengembalian kredit.
3. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Asih(2007), Muhammamah(2008), Agustania(2009),
Lubis dan Rachmina(2011), serta Samti(2011) dapat disimpulkan bahwa
jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kelancaran pengembalian kredit. Sedangkan menurut penelitian
yang dilakukan Triwibowo(2009), variabel tanggungan keluarga
22
berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kelancaran
pengembalian kredit.
4. Variabel Besar Pinjaman, berdasarkan penelitian yang dilakukan
Muhammamah(2008), menunjukkan besar pinjaman tidak berpengaruh
terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit. Sedangkan
berdasarkan penelitian yang dilakukan Asih (2007), Sinaga (2007),
Agustania(2009) dan Nawai dan Shariff(2010),dapat disimpulkan
bahwa variabel besar pinjaman memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit.
5. Variabel Jenis Usaha, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Mokhtar(2009), Nawai dan Shariff(2010), dan Lubis dan
Rachmina(2011) disimpulkan bahwa jenis usaha memiliki pengaruh
terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit. Menurut Nawai(2010),
jenis usaha debitur merupakan termasuk ke dalam karakteristik usaha.
6. Variabel Lama Usaha, penelitian Nawai dan Shariff(2010) menunjukkan
bahwa variabel lama usaha memiliki pengaruh terhadap tingkat
kelancaran pengembalian kredit. Sedangkan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Asih(2007), Muhammamah(2008), Triwibowo(2009),
Samti(2011), dan Nastiti(2013) dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang tidak signifikan dari variabel lama usaha terhadap tingkat
kelancaran pengembalian kredit.
23
Rumusan masalah (research problem) dalam penelitian ini adalah terdapat
24% debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota yang memiliki masalah dalam
pengembalian pinjaman. BRI Unit Kendal Kota memiliki 119 debitur KUR
bermasalah dalam pengembalian, yang merupakan jumlah yang paling tinggi
dibandingkan seluruh BRI Unit di wilayah Kerja BRI Cabang Kendal. Adanya
perbedaan hasil penelitian terkait dengan faktor β faktor yang mempengaruhi
kelancaran pengembalian kredit. Maka fenomena tersebut perlu diteliti faktor β faktor
yang mempengaruhinya agar mampu memimalkan risiko pembiayaan.
Berdasarkan kesenjangan penelitian (research gap) dan rumusan masalah
(research problem), maka diperoleh pertanyaan penelitian (research question)
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh variabel usia peminjam terhadap kelancaran
pengembalian KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota?
2. Bagaimanakah pengaruh variabel jenis kelamin peminjam terhadap
kelancaran pengembalian KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota?
3. Bagaimanakah pengaruh variabel jumlah tanggungan keluarga
peminjam terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro BRI Unit
Kendal Kota?
4. Bagaimanakah pengaruh variabel besar pinjaman terhadap kelancaran
pengembalian KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota?
5. Bagaimanakah pengaruh variabel jenis usaha peminjam terhadap
kelancaran pengembalian KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota?
24
6. Bagaimanakah pengaruh variabel lama usaha peminjam terhadap
kelancaran pengembalian KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang menjadi latar belakang penelitian, tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Menganalisis pengaruh variabel usia peminjam terhadap kelancaran
pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota.
2. Menganalisis pengaruh variabel Jenis kelamin peminjam terhadap
kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota.
3. Menganalisis pengaruh variabel jumlah tanggungan keluarga peminjam
terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal
Kota.
4. Menganalisis pengaruh variabel besar pinjaman terhadap kelancaran
pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota.
5. Menganalisis pengaruh variabel jenis usaha terhadap kelancaran
pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota.
6. Menganalisis pengaruh variabel lama usaha peminjam terhadap
kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota.
25
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak β pihak yang
berkepentingan sebagai berikut :
a. Bagi pihak Bank
Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keadaan KUR Mikro
bagi pengambil kebijakan dalam memutuskan setiap pemberian kredit.
Dengan mengetahui hasil pengaruh dari variabel independen, diharapkan
pemberi keputusan kredit dapat menyalurkan kredit yang lebih efektif.
Sehingga dapat meminimalkan kredit yang tidak lancar, maka
bergulirnya kredit dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan
tambahan modal.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi
yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya
dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi dan
pengetahuan mengenai dunia perbankan.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat memberikan tambahan wawasan bagi penulis
di bidang perbankan. Serta dapat menerapkan disiplin ilmu yang di
dapat di perkuliahan, berpikir kritis dan sistematis, dan mampu
mengaplikasikan teori.
26
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang tersusun
sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan, merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang
latar belakang, rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian, tujuan dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.
BAB II. Tinjauan Pustaka, merupakan telaah pustaka yang terdiri dari
landasan teori, penelitian terdahulu, pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen, kerangka pemikiran dan hipotesis.
BAB III. Metodologi Penelitian, merupakan metode penelitian yang
meliputi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel
penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode
analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan, merupakan hasil dan analisis yang
meliputi diskripsi objek penelitian, analisis data dan interpretasi hasil atau
pembahasan.
BAB V. Penutup, merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan saran
atas dasar penelitian.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Modal
Capital (modal) dalam ilmu ekonomi merupakan suatu konsep yang
memiliki banyak pengertian yang sesuai dengan konteks penggunaan dan aliran yang
dianut. Menurut Alexa(2011), istilah capital dalam abad ke-16 dan ke-17 digunakan
untuk menggambarkan modal uang yang dipakai untuk membeli komoditi fisik yang
kemudian dijual untuk memperoleh keuntungan. Adam Smith juga menggunakan
istilah capital and circulating capital tersebut(Wirdadi 2008, dalam Alexa 2011).
Perbedaan mendasar dari modal tetap dan modal lancar tersebut terdapat pada kriteria
jangka waktu pemanfaatan unsur modal tersebut. Modal merupakan suatu barang atau
uang yang bersama β sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja
menghasilkan barang β barang baru. (Mubyarto, 1973). Modal merupakan salah satu
faktor produksi yang sangat penting dalam setiap usaha, baik skala kecil, menengah
maupun besar. (Tambunan, 2002)
Modal merupakan salah satu faktor produksi yang selalu dibutuhkan dalam
setiap kegiatan produksi. Seperti yang terlihat pada persamaan berikut :
π = π πΎ, πΏ, π , π (1.1)
28
Persamaan (1.1) menggambarkan hubungan antara faktor β faktor produksi (input)
dengan hasil produksi (output). Berdasarkan persamaan tersebut, Q merupakan
jumlah produksi yang dihasilkan oleh kombinasi berbagai faktor produksi yaitu K
adalah jumlah modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah kekayaan alam, dan T
adalah tingkat teknologi. Kombinasi dari empat faktor produksi tersebut secara
bersama β sama digunakan untuk memproduksi suatu barang. Perbedaan jumlah
produksi yang diinginkan, memerlukan kombinasi dari masing βmasing faktor
produksi tersebut dengan jumlah yang berbeda - beda.
Sejumlah uang yang digunakan sebagai modal tersebut akan menimbulkan
adanya harapan suatu pengembalian/hasil (rate of return). Rate of return atau
pengembalian modal merupakan suatu indikator yang digunakan untuk menilai
tingkat produktivitas modal. (Sukirno, 2005). Produktivitas modal dihitung dengan
cara menentukan besarnya pendapatan rata β rata tahunan netto atau setelah dikurangi
dengan penyusutan modal yang digunakan, dan dinyatakan sebagai persentase dari
modal yang ditanamkan. Permintaan dana modal untuk investasi tergantung oleh
tingkat produktivitas dari dana modal tersebut. Berbagai jenis investasi memiliki
tingkat pengembalian modal yang berbeda β beda. Terdapat investasi yang memiliki
tingkat pengembalian modal tinggi dan ada juga investasi dengan tingkat
pengembalian yang lebih rendah.
Berdasarkan jenisnya, modal dapat dibedakan menjadi modal tetap dan
modal lancar. Modal tetap merupakan suatu unsur modal yang tidak habis dalam satu
kali proses produksi, sehingga masih dapat digunakan dalam proses produksi
29
selanjutnya. Misalnya gedung, mesin β mesin, dan peralatan lain. Sedangkan modal
lancar adalah unsur modal yang habis dalam satu kali proses produksi, atau hanya
dapat digunakan untuk satu kali proses produksi. Misalnya bahan baku yang dapat
berupa bahan mentah, bahan setengah jadi dan bahan jadi.
Untuk menjamin agar proses produksi dapat tetap berjalan dan mampu
mengalami peningkatan, penanaman modal harus selalu dilakukan oleh perusahaan β
perusahaan tersebut. Penanaman modal merupakan suatu pengeluaran perusahaan
untuk membeli /memperoleh barang β barang modal yang baru yang lebih modern
atau untuk menggantikan barang β barang modal lama yang sudah tidak digunakan
lagi atau sudah usang. Dalam upaya penanaman modal tersebut, perusahaan
membutuhkan suatu tambahan dana. Tambahan dana biasanya tidak selalu diperoleh
dari tabungan perusahaan sendiri (ekuitas), namun bisa diperoleh dari pihak lain
(hutang).
Banyak alasan yang menyebabkan perusahaan dalam penanaman modal
lebih memilih menggunakan dana yang berasal dari pihak lain (hutang) dibandingkan
dengan dana sendiri. Menurut Brigham (1997), hutang mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain :
a. Bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah.
b. Kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu
berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju.
c. Kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat
mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil.
30
2.1.2 Kredit
2.1.2.1 Pengertian Kredit dan Unsur β Unsur Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan,
maka seseorang yang memperoleh kredit berarti mereka memperoleh kepercayaan.
Sedangkan pihak yang memberikan kredit artinya memberikan kepercayaan kepada
yang menerima kredit bahwa uang dipinjamkan akan kembali sesuai jangka waktu
yang telah ditetapkan. Berdasarkan Undang β undang Perbankan Nomor 10 tahun
1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut Kasmir(2000), Kredit sering diartikan memperoleh barang dengan
membayar cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang
yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati oleh debitur dan kreditur.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang Kredit tersebut, disimpulkan
bahwa pihak yang menggunakan jasa kredit akan dikenakan beban bunga sebagai
31
harga atas uang yang mereka terima dan gunakan. Jadi kredit merupakan bentuk
kegiatan yang bermotif saling menguntungkan antara kedua belah pihak (kreditur dan
debitur). Manfaat tersebut bagi kreditur yaitu keuntungan yang diterima dari
penagihan bunga kepada debitur, sedangkan debitur akan mendapat keuntungan dari
manfaat modal yang diperoleh dari kreditur.
Kredit tidak hanya kegiatan yang saling menguntungkan, tetapi kredit juga
mempunyai konsekuensi penanggungan risiko bagi debitur maupun kreditur. Risiko
yang mungkin ditanggung oleh kreditur adalah risiko apabila jasa kredit yang
diberikan mempunyai masalah dalam pengembaliannya. Sedangkan risiko bagi
debitur adalah jika mereka tidak mampu membayar pelunasan kredit yang mereka
terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur akan dituntut dan akan
kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa kredit sebenarnya memiliki
beberapa unsur penting yang melekat didalamnya, yaitu
- Kepercayaan
Suatu keyakinan dari pihak pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan
baik berupa uang, barang, atau jasa akan diterima kembali pada masa
yang akan datang.
- Kesepakatan
Suatu perjanjian yang berisi hak dan kewajiban, yang ditandatangani
kedua pihak, yang biasanya dituangkan dalam akad kredit.
32
- Waktu
Setiap pemberian kredit pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
- Degree of Risk
Tingkat risiko yang dihadapi akibat jangka waktu yang ditimbulkan
antara pemberian kredit dan pengembalian kredit beserta bunganya yang
akan diterima di masa yang akan datang. Semakin lama jangka waktu
tersebut maka tingkat risikonya semakin tinggi. Risiko tersebut menjadi
tanggungan Bank, baik risiko yang disengaja maupun tidak disengaja.
Maka adanya risiko inilah yang menyebabkan perlunya jaminan
pemberian kredit.
- Balas Jasa
Merupakan suatu balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi, dan
komisi serta biaya administrasi kredit yang merupakan keuntungan
utama bank.
2.1.2.2 Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian Kredit oleh lembaga keuangan khususnya Bank memiliki
beberapa tujuan dan fungsi. Pemberian kredit tidak hanya menguntungkan pihak
debitur dan kreditur saja, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian
negara. Tujuan pemberian kredit tersebut antara lain adalah :
33
1. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
untuk menjamin kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan
dapat memperluas usahanya.
Pemberian kredit juga mempunyai fungsi dalam perekonomian, perdagangan, dan
keuangan. Fungsi kredit tersebut antara lain adalah :
- Meningkatkan daya guna (utility) uang.
- Meningkatkan daya guna (utility) barang.
- Meningkatkan peredaran dan lalulintas uang.
- Sebagai alat stabilisasi ekonomi.
- Menumbuhkan gairah usaha masyarakat.
- Meningkatkan pendapatan nasional.
- Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
2.1.2.3 Jenis β jenis kredit
Berdasarkan penggunaan dana oleh debitur, menurut Kasmir(2000) kredit
dapat dibedakan menjadi dua jenis. Maksud pengelompokkan menurut penggunaan
adalah untuk melihat apakah uang tersebut digunakan dalam kegiatan utama atau
hanya kegiatan tambahan.
1. Kredit Investasi
Kredit Investasi merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru.
34
Pengadaaan pabrik baru tersebut merupakan barang modal jangka
panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Biasanya kredit ini
digunakan untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
2. Kredit Modal Kerja (KMK)
KMK merupakan kredit yang digunakan untuk meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Misalnya kebutuhan pembiayaan
penambahan modal kerja. Kredit ini biasanya diambil untuk
mendukung kredit investasi yang sudah ada.
Kredit juga bisa dikelompokkan berdasarkan tujuan pemakaian suatu kredit.
Menurut Kasmir(2000), berdasarkan tujuan ini, kredit dibagi menjadi :
1. Kredit Produktif
Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk
peningkatan usaha atau produksi atau investasi, untuk menghasilkan
suatu barang atau jasa.
2. Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk
dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini, tidak ada
pertambahan barang atau jasa yang dihasilkan.
3. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk
kegiatan perdagangan. Biasanya untuk membeli barang dagangan
35
yang pengembalian kreditnya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut.
Selain dikelompokkan berdasarkan penggunaan dan tujuannya, kredit juga
dapat dilihat berdasarkan jangka waktunya. Kredit dilihat dari jangka waktunya
artinya adalaah kredit dibagi berdasarkan lamanya jarak antara awal pemberian kredit
sampai dengan masa pelunasan. Berdasarkan jangka waktu tersebut, menurut
Kasmir(2000) kredit dibagi menjadi :
1. Kredit Jangka Pendek
Kredit dengan jangka waktu maksimal satu tahun dan biasanya
digunakan untuk modal kerja.
2. Kredit Jangka Menengah
Kredit dengan jangka waktu berkisar antara satu tahun sampai
dengan 3 tahun.
3. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang jangka waktu pengembaliannya paling lama,
yaitu lebih dari tiga tahun, atau antara tiga sampai lima tahun.
Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang.
2.1.2.4 Risiko Kredit
Bank sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dan
menyalurkan dana, memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian. Bank
dalam aktivitas menyalurkan dana ke masyarakat, menerima berbagai macam risiko.
36
Risiko yang dihadapi bank dalam penyaluran dana kepada debitur dapat berupa risiko
sistematis maupun risiko tidak sistematis.
Risiko sistematis merupakan risiko yang mempengaruhi keadaan makro
ekonomi suatu Negara sampai ke Negara lainnya. Sedangkan risiko tidak sistematis
adalah risiko yang hanya terjadi dalam suatu bank dan tidak merambat ke bank lain.
Risiko yang sangat rentan dihadapi oleh bank dalam aktivitas penghimpunan dan
penyaluran dana adalah risiko hilangnya uang tersebut.
Nilai kredit yang lebih besar akan memberikan keuntungan yang lebih besar
bagi bank. Namun semakin besar keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha
tersebut, maka akan semakin besar pula risikonya. Risiko yang dihadapi dapat berupa
ketidaklancaran pengembalian kredit bahkan tidak dilunasinya pinjaman ketika tiba
saat pelunasan.
Menurut Pandia dalam Marantika (2013), risiko merupakan ancaman atau
kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Risiko kredit (credit risk) merupakan suatu risiko yang mungkin dapat terjadi
sebagai akibat dari pihak peminjam yang tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi
kewajiban untuk membayar kembali dan yang dipinjamkannya secara penuh pada
saat jatuh tempo atau sesudahnya.
Credit risk menurut Susilo, dkk(1999), adalah risiko yang dihadapi Bank
karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Munculnya
risiko tersebut disebabkan adanya ketidakpastian tentang pembayaran kembali
37
pinjaman oleh debitur. Ketidakpastian tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain adalah :
a. Faktor manusia (human uncertainties)
Yang termasuk dalam faktor manusia ini misalnya adalah adanya
rasa malas, tidak jujur, sakit, dan lain sebagainya.
b. Faktor ekonomis (economic uncertainties)
Yang dimaksud faktor ekonomis misalnya karena adanya perubahan
harga, penurunan permintaan, menurunnya daya beli perubahan
tingkat bunga, dan lain sebagainya.
c. Faktor alam (act of good)
Yang termasuk dalam faktor alam misalnya adalah banjir, tanah
longsor, gempa bumi, kemarau panjang, dan lain sebagainya.
Banyak fenomena yang terjadi bahwa tidak semua debitur mampu
mengembalikan kredit sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Berdasarkan
hal tersebut, kredit dapat digolongkan berdasarkan kolektibilitas kredit. Berdasarkan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/147/Kep/DIR Tanggal 12 November
1998 tentang kualitas aktiva produktif, tingkat kolektibilitas kredit dapat dibagi
menjadi Kredit Lancar, Kredit Dalam Perhatian Khusus, Kredit Tidak Lancar, Kredit
Diragukan, dan Kredit Macet. Menurut Sinungan (1992), pengertian tentang kredit
tersebut adalah sebagai berikut :
38
a. Kredit Lancar
Kredit lancar merupakan kredit yang dalam perjalanannya lancar
atau memuaskan. Artinya segala kewajiban (bunga atau angsuran
utang pokok) diselesaikan oleh nasabah secara baik.
b. Kredit Dalam Perhatian Khusus
Kredit dalam perhatian khusus yaitu kredit yang selama 1 sampai 2
bulan mutasinya mulai tidak lancar, debitur mulai menunggak.
c. Kredit Tidak Lancar
Kredit tidak lancar merupakan kredit yang selama 3 atau 6 bulan
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya tidak baik
atau mengalami penundaan. Dalam kasus ini, usaha β usaha
pendekatan telah dilakukan namun hasilnya tetap kurang baik.
Kemudian diteliti penyebab ketidaklancaran tersebut, apakah
disebabkan oleh keadaan ekonomi, kesalahan usaha nasabah, atau
faktor lain.
d. Kredit Diragukan
Kredit diragukan adalah kredit yang telah tidak lancar dan telah
sampai pada jatuh temponya belum dapat diselesaikan oleh nasabah
(debitur) yang bersangkutan. Pada kasus ini, Bank memberi
kesempatan kepada nasabah untuk menyelesaikan selama 3 atau 6
bulan, kemudian Bank baru mengambil langkah lebih lanjut.
39
Langkah lebih lanjut tersebut misalnya mencairkan agunan,
mengajukan ke pengadilan, atau langkah dibawah tangan lainnya.
e. Kredit Macet
Kredit macet merupakan kelanjutan dari usaha penyelesaian kredit
yang tidak lancar, namun usaha tersebut tidak berhasil.
Permasalahan kelancaran dalam pengembalian kredit dapat digunakan oleh
Bank sebagai bahan dalam analisis kredit yang akan diberikan kepada calon debitur.
Misalnya dapat dilihat berdasarkan karakteristik debitur, karakteristik usaha antara
debitur lancar dan yang memiliki masalah dalam pengembalian.
2.1.2.5 Analisis Kredit
Dalam pemberian kredit dan penentuan nilai kredit kepada nasabah, pihak
Bank harus berhati β hati, teliti dan cermat dalam pengambilan keputusannya. Namun
tidak secara keseluruhan mampu menghilangkan ketidakpastian yang ada dalam
pemberian kredit. Tetapi setidaknya kecermatan dan ketelitian tersebut diharapkan
mampu memperkecil risiko kredit.
Bank dalam upaya memperkecil risiko tersebut, dapat menggunakan analisis
kredit. Analisis kredit merupakan suatu penilaian yang bertujuan untuk menganalisis
atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, sehingga
dapat memberikan keyakinan bagi pihak Bank bahwa proyek atau usaha yang akan
dibiayai nantinya memang layak untuk dibiayai.
40
Analisis kredit dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajiban (angsuran pokok dan bunga
pinjaman) sesuai perjanjian yang telah disepakati. Menurut Dendawijaya(2003),
analisis kredit dilakukan dengan metode penilaian β6Cβ. Prinsip pemberian kredit
dengan metode penilaian β6Cβ adalah sebagai berikut :
1. Character
Dalam analisis mengenai watak atau karakter berkaitan dengan
integritas dari calon debitur. Integritas sangat menentukan kemauan
nasabah untuk membayar kembali kredit yang telah dinikmatinya.
Karakter dapat dilihat dari latar belakang nasabah yang meliputi latar
belakang pekerjaan, gaya hidup, keadaan keluarga, dan hobi.
2. Capital
Penilaian terhadap permodalan berkaitan dengan nilai modal yang
dimiliki calon nasabah untuk membiayai proyek atau usaha yang
akan dijalankan. Biasanya bank tidak akan membiayai suatu usaha
100%, artinya usaha calon debitur yang akan dibiayai harus
memiliki modal dari sumber lain.
3. Capacity
Penilaian ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan calon debitur
dalam memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian
pinjaman atau akad kredit. Penilaian kemampuan berkaitan dengan
kemampuan debitur dalam mengelola bisnis serta kemampuan
41
mencari laba. Semakin besar sumber pendapatan seseorang maka
semakin besar kemampuannya untuk memenuhi kewajiban kredit.
4. Conditions of Economy
Dalam penilaian ini, pihak kreditur melihat dan mempertimbangkan
situasi ekonomi yang terjadi pada suatu daerah atau Negara saat ini
dan di masa yang akan datang. Kondisi ini juga menilai kinerja di
masa mendatang dari sektor yang dibiayai. Situasi dan kondisi ini
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemanfaatan dan
pengembalian kredit oleh debitur.
5. Collateral
Dalam menilai collateral atau agunan, nilai agunan hendaknya harus
melebihi jumlah kredit, agunan juga harus diteliti keabsahannya.
Agunan memiliki fungsi sebagai pelindung Bank dari risiko
kerugian.
6. Constraints
Constraints merupakan faktor hambatan atau rintangan yang
mungkin muncul sehingga menyebabkan suatu proyek tidak dapat
dilaksanakan. Hambatan atau rintangan tersebut dapat berupa faktor
sosial psikologi yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu.
Selain metode penilaian β6Cβ, penilaian kredit menurut Kasmir (2000) juga
dapat dianalisis dengan menggunakan metode penilaian β7Aβ, yaitu :
42
1. Aspek Hukum
Bertujuan untuk menilai legalitas dan keaslian dokumen dan surat β
surat dari calon debitur.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisis pada aspek ini bertujuan untuk menilai kemungkinan
pangsa pasar sekarang dan di masa akan datang dari produk atau jasa
yang akan dibiayai kredit. Serta mencermati strategi yang digunakan
oleh debitur untuk memasarkan produk hasil dari usaha yang
dibiayai.
3. Aspek Teknis
Bertujuan untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha, dan
kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan
prasarana yang dimilikinya.
4. Aspek Manajemen
Aspek yang bertujuan untuk menilai sumber daya manusia yang
dimiliki oleh perusahaan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
5. Aspek Keuangan
Aspek ini bertujuan untuk menilai dan mengukur kemampuan calon
debitur dalam membiayai dan mengelola keuangan dalam usahanya.
Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio β rasio keuangan.
43
6. Aspek Sosial Ekonomi
Merupakan aspek yang betujuan untuk menilai dampak sosial dan
ekonomi terhadap masyarakat yang mungkin dapat muncul sebagai
akibat adanya suatu usaha. Aspek ini menilai apakah lebih banyak
benefit atau lebih banyak cost-nya. Salah satu dampak yang mungkin
dapat terjadi adalah perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak.
7. Aspek AMDAL
Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan
timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara β cara pencegahan
terhadap dampak tersebut.
2.1.2.6 Pengawasan Kredit
Ketika kredit sudah dicairkan dan diberikan kepada debitur, maka Bank atau
lembaga pembiayaan perlu melakukan pengawasann terhadap kelancaran
pengembalian atau terselesaikannya kredit tersebut hingga lunas. Menurut Fahmi dan
Lavianti(2009, dalam Samti,(2011)), ada dua bentuk pengawasan yang dapat
dilakukan oleh pihak lembaga pembiayaan, yaitu :
a. Pengawasan dengan model preventif control
Pengawasan model prefentif control dilakukan oleh pihak perbankan
sebelum kredit tersebut diberikan kepada calon debitur. Pengawasan
model ini bertujuan untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal di
44
kemudian hari. Model ini menilai kelengkapan berkas yang diajukan
hingga survey lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang
dilakukan calon debitur.
b. Pengawasan dengan model represif control
Pengawasan model ini dilakukan pada saat kredit tersebut telah
diberikan kepada debitur. Pengawasan ini diberikan dengan tujuan
agar debitur membangun kedisiplinan yang kuat untuk melunasi
setiap pinjamannya secara tepat waktu.
Pengawasan kredit dilakukan pihak Bank sebagai langkah untuk mencegah
adanya kredit bermasalah di kemudian hari. Dua model pengawasan diatas meliputi
pengawasan pada beberapa aspek antara lain keberadaan administrasi kredit yang
memadai, kewajiban debitur menyampaikan laporan β laporan usaha yang
dibutuhkan, kewajiban bagi pihak bank untuk melakukan kunjungan sewaktu β waktu
ke perusahaan yang dibiayai oleh kredit. Kemudian adanya konsultasi yang
terstruktur antara pihak dengan debitur, dan aspek adanya peringatan.
2.1.2.7 Penyelamatan Kredit Macet
Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kerugian pada pihak Bank, pihak
Bank mengatasi kredit macet dengan cara melakukan penyelamatan kredit macet.
Menurut Kashmir(2003), ada beberapa metode yang dilakukan oleh Bank dalam
upaya penyelamatan kredit macet, yaitu :
45
1. Rescheduling
Rescheduling dilakukan dengan dua cara antara lain :
1. Memperpanjang jangka waktu kredit
2. Memperpanjang jangka waktu angsuran
2. Reconditioning
Metode penyelamatan kredit ini dilakukan dengan cara mengubah berbagai
persyaratan yang ada, antara lain :
1. Kapitalisasi Bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok
2. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu,
3. Penurunan suku bunga
4. Pembebasan bunga
3. Restructuring
Restructuring kredit dilakukan dengan cara :
a. Menambah jumlah kredit
b. Menambah equity yaitu dengan cara menyetor uang tunai atau
tambahan dari pemilik
4. Kombinasi
Merupakan suatu metode kombinasi dari ketiga metode diatas.
5. Penyitaan Jaminan atau Agunan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar β
benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu membayar semua hutang β
hutangnya.
46
2.1.3 Bank
2.1.3.1 Pengertian Bank
Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas menyediakan
jasa keuangan dan regulasinya diatur oleh pemerintah. Menurut Undang - undang
No.7 /1992 tentang perbankan, Lembaga Keuangan adalah suatu badan atau lembaga
yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Menurut Kasmir(2000), lembaga keuangan adalah setiap perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan yang kegiatannya adalah hanya menghimpun dana
atau hanya menyalurkan dan atau kedua β duanya yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana.
Sebagai lembaga yang memiliki peranan penting dalam aktivitas ekonomi,
lembaga keuangan dikelompokkan menjadi dua, yaitu Lembaga Keuangan Bank
(LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank(LKBB). Subagyo,dkk(1999). LKB dan
LKBB memiliki perbedaan dalam hal kewajiban financial yaitu pada LKB liabilitas
atau passive berupa uang, sedangkan pada LKBB tidak bisa diklasifikasikan sebagai
uang. Kemudian perbedaan dalam kemampuan menciptakan kredit dan uang, yaitu
pada LKB mempunyai kemampuan menciptakan kredit, mengedarkan uang, dan
menambah JUB (melalui efek pengganda uang), sedangkan LKBB menyalurkan dana
kepada masyarakat melalui penyertaan modal atau membiayai investasi perusahaan.
Bank berasal dari kata banca yang merupakan bahasa Italia yang berarti
tempat penukaran uang. Berdasarkan Undang β undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank
47
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk β
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan
menurut Prof. G.M. Verryn Stuart dalam Dendawijaya (2001), mendefinisikan bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan
alat β alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang
lain,maupun dengan jalan memperedarkan alat β alat penukar uang berupa giral.
2.1.3.2 Jenis Bank
Jenis β jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan
formalitas undang β undang, kepemilikan, penekanan kegiatan usaha, dan
pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha (Dendawijaya, 2001). Berdasarkan
Undang β undang Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua jenis Bank, yaitu :
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
48
Sedangkan penggolongan Bank berdasarkan kepemilikannya dibedakan
menjadi lima jenis, yaitu Bank milik Negara (BUMN), bank milik pemerintah daerah
(BUMD), bank milik swasta nasional, bank milik swasta campuran (nasional dan
asing), dan bank milik asing (cabang atau perwakilan). Berdasarkan penekanan
kegiatan usahanya, bank dibagi menjadi bank retail, bank korporasi, bank komersial,
bank pedesaan, bank pembangunan, dan lain β lain.
Berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha, bank
dibedakan menjadi bank konvensional yang menetapkan bunga sebagai biaya modal
dalam penyetoran simpanan serta penyaluran kredit, dan bank dengan prinsip syariah
yang menerapkan konsep bagi hasil dalam penyetoran simpanan serta pemberian
kredit.
2.1.3.3 Fungsi Bank
Fungsi Bank secara umum adalah sebagai financial intermediary, namun
secara lebih spesifiknya fungsi Bank menurut Susilo, dkk(1999) dibedakan menjadi 3
fungsi, yaitu :
a. Agent of Trust
Perbankan dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan atas dasar
kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun menyalurkan
dana.
49
b. Agent of Development
Bank berfungsi untuk memperlancar kegiatan perekonomian di sektor
riil yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Fungsi tersebut berkaitan
dengan tugas Bank sebagai penghimpum dan penyalur dana yang sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kelancaran kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi merupakan
kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
c. Agent of Services
Fungsi ini berkaitan dengan bermacam β macam jasa yang ditawarkan
oleh Bank kepada masyarakat. Jasa β jasa yang ditawarkan tersebut
antara lain adalah jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga,
jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
Lembaga keuangan memiliki peranan penting bagi aktivitas perekonomian
sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana secara efektif dan
efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Hal ini sangat berkaitan dengan fungsi
bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)
bertugas mempertemukan unit surplus dan unit defisit, atau mentransfer dana dari
unit surplus (penabung) kepada unit defisit (peminjam). Subagyo, (1999).
50
2.1.4 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2.1.4.1 Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pengertian Kredit Usaha Rakyat berdasarkan Komite-KUR adalah kredit /
pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah
dan Koperasi (UMKMK) yang feasible tetapi belum bankable(usaha yang memiliki
prospek bagus namun belum pernah menerima fasilitas pembiayaan Bank dan
Program Pemerintah). Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
135/PMK.05/2008, KUR adalah kredit pembiayaan kepada UMKM dalam bentuk
pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha
produktif.
KUR merupakan program pemerintah, namun sumber dana sepenuhnya
berasal dari dana Bank. KUR merupakan kredit tanpa agunan (unsecured loans)
tetapi Pemerintah memberikan penjaminan kredit melalui lembaga penjaminan
(Perum Jamkrindo dan PT Askrindo) atas segala risiko yang mungkin dapat
ditimbulkan oleh adanya pemberian kredit. Penjaminan risiko oleh Pemerintah
sebesar 70% sementara sisanya 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan
KUR bertujuan untuk meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan supaya
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat, terdapat 6 Bank Pelaksana yaitu
Bank BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Kredit
Usaha Rakyat difokuskan dalam penyalurannya terhadap 5 sektor usaha yaitu
51
pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan serta perindustrian dan
perdagangan. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung dan tidak langsung,
penyaluran langsung artinya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR
di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Pada penyaluran
tidak langsung, usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan
Mikro dan Koperasi Simpan Pinjam / Unit Simpan Pinjam Koperasi atau melalui
kegiatan linkage program lainnya yang bekerja sama dengan Bank Pelaksana.
2.1.4.2 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat
Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri
Keuangan No.135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.10/PMK.05/2009.
Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah dalam penyaluran KUR
adalah sebagai berikut :
a. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha
produktif yang feasible namun belum bankable dengan ketentuan
merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat kredit/
pembiayaan dari perbankan. Dibuktikan melalui Sistem Informasi
Debitur (SID) pada saat permohonan kredit/ pembiayaan diajukan
dan/ atau belum pernah memperoleh fasilitas Kredit Program dari
Pemerintah;
52
b. KUR disalurkan kepada UMKM-K untuk modal kerja dan investasi
dengan ketentuan :
1. Tingkat bunga untuk kredit sampai dengan Rp.5.000.000
maksimal sebesar/setara 24% efektif per tahun, sedangkan untuk
kredit diatas Rp.5.000.000 - Rp.500.000.000 maksimal adalah
sebesar/setara 16% efektif per tahun.
c. Bank Pelaksana memutuskan pemberian KUR berdasarkan penilaian
terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas β asas perkreditan yang
sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.
2.1.4.3 Lembaga Penjaminan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.135/PMK.05/2008 tentang
Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, Perusahaan Penjaminan adalah
Perusahaan yang melakukan kegiatan dalam bentuk pemberian penjaminan kredit/
pembiayaan untuk membantu UMKM-K guna memperoleh kredit/ pembiayaan dari
Bank, yang menjadi pihak dalam Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dengan
Pemerintah. Perusahaan penjamin yang ditunjuk Pemerintah sebagai Lembaga
penjaminan KUR adalah PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT. Askrindo) dan
Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo), serta perusahaan
lainnya yang secara sukarela mengikatkan diri untuk tunduk kepada Nota
Kesepahaman Bersama untuk melakukan dan memberikan sebagian penjaminan
53
kredit/pembiayaan secara otomatis bersyarat (conditional automatic cover) kepada
Bank Pelaksana.
2.1.5 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UMKM merupakan unit usaha yang memiliki peranan cukup besar dalam
perekonomian Indonesia. UMKM mampu bertahan dari ancaman krisis yang terjadi
tahun 1998. UMKM juga mampu menyerap banyak tenaga kerja yang berakibat pada
berkurangnya angka pengangguran.
Berdasarkan Undang β undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), penjelasan tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Usaha Kecil, Usaha Mikro,
dan Usaha Menengah. Berikut adalah penjelasan dan kriteria pengelompokkan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) :
1. Usaha mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan
atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih maksimal
50 juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
penjualan tahunan maksimal 300 juta Rupiah.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau badan usaha yang bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Dengan
54
kekayaan bersih antara 50 juta Rupiah sampai 500 juta Rupiah tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Atau memiliki penjualan
tahunan antara 300 juta rupiah sampai 2,5 Miliar Rupiah.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau besar. Dengan kriteria kekayaan bersih antara
500 juta Rupiah sampai 10 Milliar Rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan antara 2,5 milliar
rupiah sampai 150 milliar rupiah.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, kriteria Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah dibagi berdasarkan jumlah karyawan atau tenaga kerja yang mampu
diserap dalam usaha tersebut. Pembagian kriteria tersebut adalah:
a. Usaha Mikro, usaha dengan jumlah tenaga kerja kurang dari (<) 4 orang.
b. Usaha Kecil, usaha dengan jumlah tenaga kerja antara 5 β 19 orang.
c. Usaha Menengah, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20 β 99 orang.
d. Usaha Besar, usaha dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Selain dikelompokkan berdasarkan nilai aset, omset, serta penyerapan
tenaga kerja, UMKM juga dapat dikelompokkan berdasarkan perkembangan usaha
55
tersebut. Pengelompokkan UMKM berdasarkan perkembangannya adalah sebagai
berikut :
a. Livelyhood Activities
Kelompok UMKM ini biasa dikenal dengan kelompok usaha sektor
informal yang usahanya digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mendapatkan
penghasilan sehari β hari demi pemenuhan kebutuhan hidup.
b. Micro Enterprise
UMKM kelompok ini merupakan suatu kelompok yang sifatnya cenderung
sebagai pengrajin. Mereka memiliki kemampuan menghasilkan suatu produk namun
belum memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan produknya.
c. Small Dynamic Enterprise
UMKM kelompok ini dalam menjalankan bisnisnya sudah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
d. Fast Moving Enterprise
Kelompok UMKM ini telah memiliki jiwa kewirausahaan dan juga
memiliki tujuan memajukan usahanya dengan melakukan transformasi menjadi usaha
besar.
Terdapat beberapa masalah yang sering dihadapi oleh pelaku UMKM di
Indonesia dalam kegiatan produksi maupun pemasaran (Tambunan, 2002). Menurut
Tambunan(2002), beberapa masalah yang dihadapi UMKM tersebut antara lain
adalah :
56
a. Kesulitan pemasaran, yang meliputi adanya penurunan permintaan,
ketidakmampuan menjual pada harga pasar, tidak mampu bersaing
dalam kualitas dan pelayanan.
b. Kesulitan pengadaan bahan baku produksi, yang disebabkan oleh
naiknya harga bahan baku yang terlalu tinggi, dan menurunnya
persediaan bahan baku di pasaran.
c. Kekurangan modal, masalah keuangan yang sering dihadapi oleh
UMKM di Indonesia adalah berkaitan dengan mobilisasi modal awal
dan akses ke modal kerja. Serta kemampuan mengelola keuangan jangka
panjang untuk investasi.
d. Kesulitan membayar pekerja, masalah ini biasanya disebabkan oleh
menurunnya pendapatan dan adanya penetapan kenaikan UMR.
e. Kekurangan energy, masalah ini meliputi kenaikan tarif listrik, serta
kenaikan harga BBM dan gas yang dinilai belum mendukung kinerja
UMKM.
2.1.6 Faktor β faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro merupakan kredit yang ditujukan bagi
usaha mikro yang membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya, dengan adanya
pola penjaminan diharapkan mampu memberikan kemudahan akses serta kesempatan
yang lebih besar terhadap kredit. Dalam permohonan pengajuan Kredit Usaha
Rakyat, calon debitur tidak perlu menggunakan jaminan (agunan), karena kredit ini
57
ditujukan pemerintah untuk membantu para usaha mikro agar usahanya dapat lebih
berkembang.
Seperti dalam pengajuan Kredit pada umumnya, dalam pengajuan KUR
juga mempertimbangkan aspek kelayakan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan KUR. Dalam pengajuan KUR, Bank Pelaksana juga melakukan analisis
kredit sesuai dengan prinsip β prinsip yang digunakan dalam pengajuan kredit pada
umumnya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Dendawijaya (2000), analisis kredit
dilakukan dengan menggunakan metode penilaian β6Cβ yaitu character, capital,
capacity, conditions of economy, collateral, constraints, serta menambahkan faktor
demografi dan karakteristik individu seperti usia. Dalam pelaksanaannya masih
terdapat ketidaklancaran debitur dalam pengembalian kredit maupun pelunasan
kredit.
Faktor β faktor yang diduga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit
tersebut menurut Triwibowo(2009) dan Nawai dan Shariff(2010), dikelompokkan
berdasarkan karakteristiknya menjadi :
1. Karakteristik personal, terdiri atas jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga.
2. Karakteristik usaha, terdiri atas omset usaha, pengalaman usaha, dan
jenis usaha.
3. Karakteristik Kredit (pinjaman), terdiri atas jumlah pinjaman, jangka
waktu pinjaman, besar angsuran.
58
2.1.6.1 Pengaruh Usia terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Mikro
Menurut Triwibowo(2009) dan Nawai dan Shariff(2010), Usia termasuk
karakteristik personal peminjam (debitur). Usia merupakan usia debitur saat
pengambilan kredit yang diukur dalam satuan tahun (Samti, 2011). Usia debitur
sangat berpengaruh terhadap karakter debitur, mulai dari pola pikir, kedewasaan
dalam bertindak serta tanggung jawab. Pola pikir dan kedewasaan dari tiap β tiap
individu sangat berpengaruh terhadap kemauan dan kedisiplinan dalam pengembalian
pinjaman. Tanggung jawab dari individu tersebut berpengaruh terhadap semangat
dalam menjalankan usaha mereka. Diduga variabel usia berpengaruh positif terhadap
kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR). Semakin tinggi usia debitur
maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan bertindak juga semakin baik. Serta
semakin baik pula dalam pengelolaan usaha yang dimiliki, maka peluang terjadinya
penunggakan menjadi semakin kecil atau pengembalian kredit lebih lancar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Asih(2007), Muhammamah(2008),
Triwibowo(2009), Samti(2011), Lubis dan Rachmina(2011), dan Nastiti(2013),
menyimpulkan bahwa usia tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelancaran
pengembalian kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mokhtar,dkk(2009), dan
Nawai dan Shariff(2010) menunjukkan bahwa Usia memiliki pengaruh signifikan
positif terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit.
59
2.1.6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro
Menurut Nawai dan Shariff(2010), gender atau jenis kelamin debitur
termasuk karakteristik personal debitur. Jenis kelamin merupakan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit. Analisis pengaruh
jenis kelamin terhadap tingkat kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Mikro disebabkan oleh adanya perbedaan karakter personal yang dimiliki oleh Laki
β laki dan Perempuan. Debitur wanita dianggap lebih besar memiliki peluang lancar
dalam pengembalian kredit daripada pria. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Mokhtar,dkk(2009), laki β laki lebih berpotensi menimbulkan terjadinya masalah
pada kelancaran pengembalian kredit. Hal ini disebabkan karena wanita lebih
memiliki loyalitas dan kemampuan dalam menjaga kepercayaan. Kepercayaan
tersebut termasuk kepercayaan yang diberikan oleh Bank dalam kewajiban
pengembalian Kredit dibandingkan debitur Laki - laki.
Menurut Singh,dkk (2004, dalam Mulyanto, 2006), usaha kecil yang
dikelola oleh perempuan lebih jarang mengalami masalah keuangan dan pemasaran,
dengan demikian dapat berdampak kepada kelancaran pengembalian kredit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammamah(2008), Agustania(2009),
dan Samti(2011), dapat disimpulkan bahwa gender tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit. Sedangkan menurut penelitian
Mokhtar,dkk(2009), Nawai dan Shariff(2010), dan Lubis dan Rachmina(2011)
60
menunjukkan bahwa gender peminjam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat kelancaran pengembalian kredit.
2.1.6.3 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Kelancaran
Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro
Menurut Muhammamah(2008), Triwibowo(2009), Jumlah tanggungan
keluarga termasuk karakteristik personal debitur. Jumlah tanggungan keluarga
menurut Samti (2011) adalah jumlah anggota keluarga debitur termasuk istri atau
suami, anak kandung serta saudara lain yang masih tinggal dalam satu rumah dan
masih dalam tanggungan debitur yang diukur dalm jumlah orang. Jumlah tanggungan
keluarga sangat berkaitan dengan besarnya pengeluaran debitur. Semakin banyak
jumlah tanggungan keluarga debitur maka semakin tinggi jumlah pengeluaran yang
harus ditanggungnya.
Tingginya pengeluran menyebabkan alokasi penghasilan yang digunakan
untuk membayar angsuran atau kewajiban kredit menjadi berkurang. Asumsi tersebut
disebabkan karena sebagian besar proporsi dari pendapatan usaha akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menimbulkan adanya peluang
ketidakmampuan debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak dalam
pengembalian kredit. Jumlah tanggungan keluarga dianggap memiliki pengaruh
negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asih(2007),
Muhammamah(2008), Agustania(2009), Samti(2011), serta Lubis dan
61
Rachmina(2011), dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian kredit. Sedangkan menurut
penelitian yang dilakukan Triwibowo (2009), variabel jumlah tanggungan keluarga
berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit.
2.1.6.4 Pengaruh Besar Pinjaman terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro
Besar pinjaman menurut Triwibowo(2009) dan Nawai dan Shariff(2010)
termasuk bagian dari karakteristik kredit. Besar pinjaman merupakan besarnya
realisasi kredit yang diberikan oleh Bank kepada nasabah (debitur). Besar pinjaman
ini dianggap memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Menurut Asih(2007), besar pinjaman yang diterima oleh debitur akan digunakan
untuk meningkatkan produktivitas usahanya, semakin besar jumlah pinjaman yang
diterima debitur maka tingkat produktivitas usaha dari debitur tersebut semakin
meningkat kemudian akan meningkatkan kelancaran pengembalian kredit. Diduga
besar pinjaman berpengaruh positif terhadap tingkat kelancaran pengembalian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhammamah(2008), menunjukkan
besar pinjaman tidak berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Sinaga(2007), Asih(2007),
Agustania(2009), Nawai dan Shariff(2010) dapat disimpulkan bahwa variabel besar
62
pinjaman memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kelancaran
pengembalian kredit.
2.1.6.5 Pengaruh Jenis Usaha terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Mikro
Menurut Nawai dan Shariff(2010), jenis usaha debitur termasuk ke dalam
karakteristik usaha. Jenis usaha yang dijalankan oleh debitur merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat risiko usaha, serta siklus usaha yang akan berpengaruh
terhadap tingkat pendapat usaha debitur. Sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat
kelancaran pengembalian kredit. Menurut Mokhtar,dkk(2009), jenis usaha pertanian
merupakan jenis usaha yang dapat menimbulkan masalah dalam kelancaran
pengembalian kredit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mokhtar,dkk(2009), Nawai dan
Shariff(2010), Lubis dan Rachmina(2011) disimpulkan bahwa jenis usaha memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit..
Jenis usaha yang dijalankan oleh debitur merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Karena usaha yang dibiayai
tersebut merupakan roda bagi kelancaran pengembalian kredit.
63
2.1.6.6 Pengaruh Lama Usaha terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro
Lama usaha merupakan hal yang penting digunakan untuk menilai usaha
yang dijalankan calon debitur. Lama usaha menurut Nawai dan Shariff(2010),
digolongkan sebagai karakteristik usaha. Lama usaha merupakan lama usaha yang
dimiliki oleh debitur yang dihitung dengan satuan tahun. Semakin lama usaha yang
dijalankan debitur menunjukkan bahwa usaha tersebut telah berpengalaman dan
mampu melewati berbagai situasi pasar. Lama usaha berdampak pada meningkatnya
pemahaman dan kemajuan debitur dalam mengelola usaha. Kemampuan dan
pemahaman yang dimiliki akan mendukung keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha
berdampak pada penghasilan debitur yang merupakan sumber biaya hidup dan
pengembalian kredit. Semakin lama usaha debitur akan lebih menjamin penghasilan
yang diperoleh debitur sehingga dapat meningkatkan kelancaran dalam pengembalian
kredit. Maka lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Asih(2007), Muhammamah(2008),
Triwibowo(2009), Samti(2011), dan Nastiti(2013) dapat disimpulkan bahwa variabel
lama usaha memiliki pengaruh positif terhadap tingkat kelancaran pengembalian
kredit, namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Sedangkan berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Nawai dan Shariff(2010) menunjukan bahwa variabel lama
usaha memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kelancaran pengembalian
kredit.
64
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kumpulan hasil β hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian
yang dilakukan. Hasil β hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor β
faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat
Mikro yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian/
Peneliti/ Tahun
Metode Penelitian
dan Alat Analisis Hasil
1 Determinants of
microcredit loans
repayment problem
among microfinance
borrowers in
Malaysia. Suraya
Hanim
Mokhtar,Gilbert
Nartea, Christopher
Gan. 2009
Data yang digunakan
pada penelitian ini
adalah data primer yang
diperoleh dari interview
menggunakan kuesioner
terstruktur. Alat analisis
yang digunakan
merupakan analisis
desikriptif, analisis
regresi logistik.
Faktor β faktor yang
mempengaruhi tingkat
pengembalian utang pada
peminjam TEKUN dan YUM
adalah karakteristik peminjam
(usia, gender), karakteristik
usaha (jenis usaha), dan
karakteristik pinjaman (periode
pengembalian, model
pengembalian, dan besarnya
cicilan). Yang menyebabkan
masalah dalam pengembalian
pinjaman adalah peminjam laki-
laki, peminjam usia antara 45-55
dan 18-25 tahun, kebutuhan
keluarga yang lebih tinggi, usaha
pertanian, periode pengembalian
mingguan.
2 Determinants of
repayment
performance in
microcredit program
Data yang digunakan
pada penelitian ini
adalah data sekunder
dari penelitian
Faktor β faktor yang
mempengaruhi tingkat
pengembalian kredit dibagi
menjadi empat faktor, yaitu :
65
: A review of
literature. Norhaziah
Nawai, dan Mohd
Noor Mohd Shariff,
Phd. 2010
terdahulu. karakteristik peminjam (usia,
tingkat pendidikan, gender,
pengalaman usaha peminjam,
pendapatan bulanan),
karakteristik usaha, karakteristik
pinjaman (jumlah pinjaman,
metode pengembalian, periode
pengembalian), dan karakteristik
pemberi pinjaman(sanksi,
monitoring, biaya transaksi).
3 Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
tingkat
pengembalian kredit
oleh UMKM(studi
kasus nasabah
kupedes PT.Bank
Rakyat Indonesia,
Tbk(persero) Unit
Cigedug, Cabang
Bogor). Eka Nur
Muhammamah. 2008
Data yang digunakan
pada penelitian ini
adalah data primer dan
data sekunder. Dengan
metode penentuan
sampel menggunakan
purposive and
unproportional
sampling. Analisis yang
digunakan pada
penelitian ini
menggunakan analisis
kualitatif, dan analisis
kuantitatif menggunakan
analisis regresi logistik
dan analisis korelasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini,
menunjukkan bahwa variabel
omset usaha dan frekuensi
peminjaman memiliki pengaruh
positif dan keterkaitan terhadap
tingkat pengembalian kredit.
Sedangkan variabel usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga,
lama usaha,nilai plafond dan
jangka waktu pengembalian
kredit tidak berpengaruh atau
tidak memiliki keterkaitan
terhadap tingkat pengembalian
kredit.
4 Faktor β faktor yang
mempengaruhi
realisasi dan
pengembalian Kredit
Usaha Rakyat. Anna
Maria Lubis dan
Dwi Rachmina, 2011
Data yang digunakan
pada penelitiann ini
adalah data sekunder.
Dengan metode
penentuan sampel
menggunakan purposive
random sampling.
Analisis faktor β faktor
yang mempengaruhi
pengembalian KUR
Kupedes menggunakan
model analisis regresi
Berdasarkan hasil analisis,
diketahui bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap realisasi
KUR Kupedes BRI Unit X
adalah variabel omset usaha per
bulan, tingkat pendapatan bersih
per bulan, jenis usaha,jumlah
kredit, dan nilai agunan.
Sedangkan faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap
pengembalian KUR adalah jenis
kelamin, kewajiban per bulan,
jangka waktu pengembalian, dan
66
logistik biner. tingkat pendidikan.
5 Analisis faktor β
faktor yang
mempengaruhi
tingkat
pengembalian kredit
umum pedesaan
(Kupedes) untuk
pengusaha kecil pada
kantor unit Medan
Sunggal. Sanggul
Maria Sinaga, 2007.
Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini
dilakukan melalui
metode pencatatan
langsung. Metode
analisis data yang
digunakan pada
penelitian ini
menggunakan analisis
kuantitatif dengan
menggunakan regresi
sederhana.
Pada penelitian ini, penulis
menggunakan tingkat
pengembalian kredit sebagai
variabel dependen, dan
pendapatan nasabah serta jumlah
pinjaman nasabah sebagai
variabel independen. Hasil dari
analisis ini menunjukkan bahwa
variabel jumlah pendapatan
nasabah berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap
pengembalian kredit. Sedangkan
variabel jumlah pinjaman
nasabah berepengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat
pengembalian kredit.
6 Analisis faktor faktor
yang mempengaruhi
pengembalian kredit
pengusaha kecil pada
program kemitraan
corporate social
responsibility (studi
kasus :PT. Telkom
Divre II Jakarta)
Mukti Asih(2007)
Data pada penelitian ini
menggunakan data
sekunder, dengan
metode pemilihan
sample dilakukan secara
sengaja (purposive
sampling) dengan
menggunakan metode
acak. Kemudian
dianalisis menggunakan
analisis deskriptif dan
kuantitatif. Analisis
deskriptif menggunakan
tabulasi silang
(crosstabulations),
sedangkan analisis
kuantitatif menggunakan
model Binary (Probit)
Berdasarkan hasil analisis pada
penelitian ini, jumlah pinjaman,
tingkat suku bunga, penghasilan
bersih usaha, dummy bencana
(force major) dan dummy
penghasilan lain diluar usaha
memilikik pengaruh secara
signifikan terhadap tingkat
pengembalian kredit. Sedangkan
variabel usia, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, dan
pengalaman usaha tidak
berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian kredit.
7 Faktor β faktor yang
mempengaruhi
pengembalian kredit
Data yang digunakan
pada penelitian ini
adalah data primer dan
Berdasarkan hasil analisis pada
penelitian ini, faktor β faktor
yang mempengaruhi tingkat
67
bermasalah oleh
nasabah di sektor
perdagangan
agribisnis(kasus
pada BPR Rama
Ganda Bogor).
Dicky Triwibowo
(2009)
data sekunder, dengan
teknik pengambilan
sampel menggunakan
metode purposive
sampling. Analisis data
pada penelitian ini
menggunakan analisis
kualitatif dan
kuantitatif,kualitatif
menggunakan metode
deskriptif, sedangkan
kuantitatif menggunakan
analisis regresi logistik.
pengembalian kredit adalah
jumlah tanggungan keluarga,
pengalaman pengambilan kredit,
omset usaha, dan beban bunga.
Sedangkan variabel usia,
pendidikan, jarak rumah debitur
ke kreditur, pengalaman usaha,
dan besar agunan tidak
berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian kredit.
8 Faktor β faktor yang
mempengaruhi
pengembalian kredit
bermasalah di gerai
kredit verena Bogor,
Astri Maslia Samti,
(2011)
Metode pengumpulan
data pada penelitian ini
menggunakan data
primer dan sekunder,
dengan metode
penentuan sampel
dengan cara
nonprobability
sampling, dengan
metode convenience
sampling. Analisis data
pada penelitian ini
menggunakan analisis
kualitatif deskriptif dan
kuantitatif menggunakan
analisis regresi logistik.
Berdasarkan hasil
analisis,penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel
lama menempati tempat tinggal,
pinjaman lain (dummy), dan
suku bungan berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
pengembalian kredit. Sedangkan
variabel usia, jenis kelamin,
status pernikahan, tingkat
pendidikan, jarak rumah debitur
k kreditur, tanggungan keluarga,
pengalaman usaha, omset usaha,
dan jenis agunan tidak memiliki
pengaruh terhadap tingkat
pengembalian kredit.
9 Faktor β faktor yang
mempengaruhi
kelancaran
pengembalian Kredit
Usaha Rakyat
(KUR)(Studi Kasus
pada PT Bank
Rakyat Indonesia
Unit
Cimanggis,Cabang
Data yang digunakan
pada penelitian ini
terdiri atas data primer
dan data sekunder.
Metode penentuan
sampel dilakukan secara
sengaja dan
disproporsional.
Pengolahan data
menggunakan analisis
Berdasarkanh hasil analisis,
penelitian ini menujukkan bahwa
variabel omset usaha, jumlah
pinjaman, dan pinjaman lain
memiliki pengaruh nyata
terhadap kelancaran
pengembalian kredit. Sedangkan
variabel jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tanggungan
keluarga, jangka pengembalian
68
Pasar Minggu).
Virgitha Isanda
Agustania, (2009)
kualitatif dan analisis
kuantitatif menggunakan
analisis regresi logistik
tidak berpengaruh terhadap
tingkat kelancaran pengembalian
kredit.
10 Analisis faktor β
faktor yang
mempengaruhi
tingkat
pengembalian kredit
pengusaha kecil pada
program kemitraan
(studi kasus : PT
PLN (persero)
distribusi Jawa
Timur Area
Malang). Anggri
Nastiti. (2013)
Data pada Penelitian ini
menggunakan data
sekunder yang dimiliki
PT. PLN (persero)
distribusi Jawa Timur
Area Malang. Metode
pemilihan sampel
dengan cara purposive
sampling method.
Metode penelitian pada
penelitian ini
menggunakan regresi
berganda (multiple
regression)
Hasil dari analisis penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel
penghasilan bersih usaha
berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian kredit. Sedangkan
variabel indepen lain yang
digunakan dalam penelitian ini
yaitu usia, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga,
penghasilan diluar usaha,
pengalaman usaha dan jumlah
pinjaman tidak berpengaruh
terhadap tingkat pengembalian
kredit.
11 Faktor β faktor yang
mempengaruhi nilai
tunggakan kredit
pada program
pemberdayaan
ekonomi masyarakat
pesisir di Kabupaten
Indramayu. Alla
Asmara. 2007
Data yang digunakan
pada penelitian ini
menggunakan data
primer dan data
sekunder. Dengan
menggunakan metode
purposive sampling
dalam pemilihan
sampel. Alat analisis
yang digunakan pada
penelitian ini adalah
metode regresi
Variabel dependen pada
penelitian ini adalah tingkat
pengembalian kredit. Sedangkan
jumlah pinjaman, tingkat
pendidikan, dan tingkat
penerimaan usaha perbulan
digunakan sebagai variabel
indepen yang diduga
mempengaruhi tingkat
pengembalian kredit.
Berdasarkan hasil analisis, pada
penelitian ini menunjukkan
bahwa jumlah pinjaman dan
tingkat pendidikan merupakan
variabel yang berpengaruh
terhadap tingkat pengembalian
kredit. Sedangkan tingkat
penerimaan usaha per bulan
tidak berpengaruh terhadap
tingkat pengembalian kredit.
Sumber: kumpulan jurnal dan skripsi,diolah.
69
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian β
penelitian sebelumnya. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari variabel - variabel yang
digunakan sebagai variabel penelitian, yaitu variabel Usia, Jenis Kelamin, Jumlah
Tanggungan Keluarga, Besar Pinjaman, Jenis Usaha, dan Lama Usaha. Selain
variabel penelitian, kesamaan juga dapat dilihat dari alat analisis yang digunakan
dalam penelitian β penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan alat analisis regresi
logistik untuk menganalisis mengenai faktor β faktor yang mempengaruhi kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat Mikro serta hubungan keduanya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian β penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini meneliti tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro yang dalam
pelaksanaanya sangat rentan dengan adanya kredit macet, kemudian obyek penelitian
yaitu di BRI Unit Kendal Kota yang merupakan obyek yang baru dan belum pernah
dilakukan penelitian serupa dengan lokasi penelitian tersebut.
70
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Faktor modal memiliki peranan penting dalam suatu perekonomian, baik
dilihat dalam Mikro Ekonomi maupun Makro Ekonomi. Secara Mikro Ekonomi,
modal (capital) merupakan salah satu komponen dari faktor produksi yang
dibutuhkan dalam setiap kegiatan produksi. Faktor modal merupakan komponen
penting yang terdapat dalam setiap unit usaha termasuk UMKM.
UMKM merupakan unit usaha yang menjadi kekuatan perekonomian
Indonesia. Meskipun dampak terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terlalu tinggi,
namun penyebaran efek yang dirasakan di masyarakat sangatlah luas yang berupa
terciptanya lapangan pekerjaan yang cukup besar, sehingga mampu mengurangi
angka pengangguran. Menurut Partomo (2004), UMKM juga lebih memiliki
keunggulan dalam fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap
perubahan kondisi pasar. Namun menurut Tambunan (2002), masalah keuangan atau
kekurangan modal merupakan salah satu masalah yang umum dihadapi oleh UMKM
di Indonesia diantara masalah β masalah yang lainnya. Diperlukan peranan
pemerintah dalam upaya pengembangan UMKM melalui bantuan modal dalam
bentuk kredit.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program pemerintah yang
diharapkan dapat digunakan sebagai solusi bagi UMKM dalam mengatasi masalah
kekurangan modal. Realisasi KUR melalui beberapa Bank pelaksana yang telah
ditunjuk oleh pemerintah dinilai sudah efektif menjangkau unit usaha UMKM sampai
71
ke desa - desa. Menurut penelitian yang dilakukan Widyaresti (2012), Kredit Usaha
Rakyat (KUR) sudah terbukti mampu meningkatkan omset UMKM. Namun disisi
lain terdapat persepsi yang salah di masyarakat yang menyebabkan adanya kredit
macet. Keberlanjutan KUR harus selalu dijaga dari beberapa faktor yang diduga akan
menyebabkan adanya kredit macet.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penilitian terdahulu
yang bertujuan untuk menganalisis faktor β faktor yang mempengaruhi kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. Menurut Triwibowo(2009) dan
Nawai dan Shariff(2010), faktor β faktor yang mempengaruhi kelancaran
pengembalian kredit antara lain adalah karakteristik personal (jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga), karakteristik usaha (omset
usaha, pengalaman usaha, dan jenis usaha), dan karakteristik pinjaman (besar
pinjaman, jangka waktu pinjaman, dan besar angsuran). Variabel yang akan dianalisis
pengaruhnya terhadap kelancaran pengembalian kredit merupakan pengembangan
dan kombinasi dari beberapa penelitian terdahulu, antara lain adalah usia, jenis
kelamin, tanggungan keluarga, besar pinjaman, jenis usaha, dan lama usaha.
Variabel usia digunakan untuk melihat pengaruh usia debitur terhadap
kelancaran pengembalian KUR. Pemilihan variabel usia pada penelitian ini karena
usia debitur diduga berpengaruh terhadap pola pikir, kedewasaan serta tanggung
jawab yang dimiliki seseorang. Seseorang dengan usia yang lebih dewasa biasanya
lebih memiliki pola pikir yang matang dan tanggung jawab yang tinggi. Rasa
tanggung jawab akan mendorong motivasi debitur dalam berupaya mengembangkan
72
usaha agar penghasilan dari usaha tersebut dapat digunakan memenuhi kewajiban
pengembalian pinjaman.
Selain usia, jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap kelancaran
pengembalian KUR. Debitur wanita biasanya memiliki tingkat loyalitas dan
kemampuan dalam menjaga kepercayaaan yang lebih tinggi dibandingkan debitur laki
β laki. Menurut Singh,dkk(2004, dalam Mulyanto, 2006), usaha kecil yang dikelola
oleh perempuan lebih jarang mengalami masalah keuangan dan pemasaran.
Perbedaan yang ada antara laki β laki dan perempuan akan berpengaruh terhadap
kelancaran pengembalian pinjaman.
Kemudian variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga dapat menggambarkan besarnya
beban atau pengeluaran yang harus ditanggung oleh debitur. Pengeluaran yang harus
ditanggung akan berdampak pada besarnya proporsi penghasilan yang digunakan
untuk memenuhi kewajiban pengembalian kredit. Jumlah tanggungan keluarga
berdampak terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Besar pinjaman menggambarkan besarnya kepercayaan dan penilaian yang
diberikan oleh pihak bank terhadap debitur. Besar pinjaman yang semakin tinggi
menunjukkan tingginya kepercayaan pihak bank terhadap usaha yang dijalankan
debitur mampu untuk memenuhi kewajiban pengembalian pinjaman. Besar pinjaman
yang semakin tinggi menunjukkan produktivitas dari usaha debitur tersebut semakin
tinggi. Tingginya produktivitas usaha tersebut berpengaruh terhadap kelancaran
pengembalian kredit.
73
Variabel selanjutnya merupakan variabel yang termasuk kedalam
karakteristik usaha yaitu jenis usaha. Variabel jenis usaha berhubungan dengan
tingkat risiko usaha, serta keberlanjutan siklus usaha tersebut. Risiko serta
keberlanjutan siklus usaha tersebut berpengaruh terhadap kemampuan debitur untuk
memenuhi kewajiban pengembalian kredit. Usaha yang dijalankan debitur merupakan
roda atau tumpuan bagi debitur untuk memperoleh penghasilan dan melakukan
pengembalian kredit.
Selain jenis usaha, variabel yang termasuk karakteristik usaha adalah lama
usaha. Lama usaha berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam memahami
situasi pasar dan perubahannya. Pengalaman usaha akan berpengaruh terhadap
keberhasilan dan penghasilan usaha debitur. Semakin tinggi pengalaman usaha akan
berpengaruh terhadap tingginya peluang keberhasilan dan meningkatnya penghasilan.
Semakin tinggi penghasilan akan memberikan peluang debitur untuk memiliki lebih
besar bagian dari penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban
pengembalian kredit. Lama usaha memiliki pengaruh postitif terhadap kelancaran
pengembalian kredit.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa variabel tersebut, maka kerangka
pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat disajikan seperti gambar berikut :
74
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber : (Beberapa penelitian, berbagai tahun. dimodifikasi)
Karakteristik
Peminjam
Karakteristik
Pinjaman
Karakteristik
Usaha
Tingkat Kelancaran
Pengembalian Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Mikro
Lancar Tidak Lancar
Analisis Kualitatif : Analisis Deskriptif
Analisis Kuantitatif : Analisis Regresi Logistik
Hasil :
Karakteristik debitur yang lancar dan tidak lancar (Deskriptif)
Faktor yang memiliki pengaruh signifkan terhadap tingkat
kelancaran pengembalian (Regresi Logistik)
Usia
Besar
Pinjaman
Jenis
Usaha
Lama
Usaha
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Jenis
Kelamin
75
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah
pustaka (yaitu landasan teori dan penelitian terdahulu), merupakan jawaban
sementara terhadap masalah yang diteliti.(Pedoman Penyusunan Skripsi, 2008:27).
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara tentang adanya suatu
hubungan tertentu antara variabel β variabel yang digunakan. (Soeratno & Arsyad,
1988)
Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan masalah dan kajian teori, maka
dapat dirumuskan beberapa hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Diduga usia berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro
H2 : Diduga variabel jenis kelamin berpengaruh terhadap kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro
H3 : Diduga jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap
kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro.
H4 : Diduga besar pinjaman berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro.
H5 : Diduga jenis usaha berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro.
H6 : Diduga lama usaha berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro.
76
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel penelitian
Variabel merupakan objek pengamatan penelitian atau faktor β faktor yang
berperan dalam fenomena β fenomena yang akan diteliti. Variabel Penelitian
merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 1999). Menurut Mustafid (2003), variabel adalah suatu
fungsi yang mentransformasikan (memberi nilai) hasil percobaan random (dapat
berupa pengamatan, kejadian, peristiwa) dalam himpunan bilangan riil. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (variabel terikat) dan
variabel independen (variabel bebas). Variabel dependen atau variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menerima dampak dari adanya variabel
independen. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang diduga akan
mempengaruhi atau menyebabkan adanya perubahan yang timbul pada variabel
dependen (variabel terikat).
Variabel dependen dan variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
77
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro yang disimbolkan
dengan (Y).
2. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain adalah Usia (AGE),
Jenis Kelamin (GENDER), Jumlah Tanggungan Keluarga (FAM), Besar
Pinjaman (PLAFON), Jenis Usaha (TYPE), dan Lama Usaha (EXP).
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari beberapa variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. (Y)
Telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No.31/147/Kep/DIR Tanggal 12 Desember 1998 tentang kualitas aktiva
produktif, tingkat kolektibilitas kredit dibagi menjadi kredit lancar, kredit dalam
perhatian khusus, kredit tidak lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Namun
dalam penelitian ini, dibuat dua kategori, yaitu kredit lancar dan kredit tidak lancar.
Kategori kolektibilitas yang termasuk ke dalam kredit lancar adalah kredit lancar dan
kredit dalam perhatian khusus. Sedangkan yang termasuk ke dalam kredit tidak lancar
antara lain adalah kredit tidak lancar, kredit diragukan dan kredit macet.
Pengelompokan kategori tersebut dinotasikan sebagai berikut :
Skor 1 = Lancar
Skor 0 = Tidak Lancar
78
2. Usia (AGE)
Usia adalah usia debitur KUR Mikro sampai dengan jangka waktu
pengambilan kredit yang diukur dengan menggunakan satuan tahun.
3. Jenis Kelamin (GENDER)
Jenis kelamin yaitu jenis kelamin dari debitur KUR Mikro. Variabel jenis
kelamin dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu :
Skor 1 = Perempuan
Skor 0 = Laki - laki
4. Jumlah Tanggungan Keluarga (FAM)
Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah atau banyaknya orang yang
menjadi tanggungan debitur. Jumlah tanggungan keluarga ditunjukkan dengan satuan
orang.
5. Besar Pinjaman (PLAFON)
Besar pinjaman merupakan plafon atau besarnya dana yang diberikan oleh
Bank kepada debitur. Besar pinjaman dihitung dalam rupiah, dengan besar pinjaman
maksimal pada KUR Mikro adalah Rp. 20.000.000.
6. Jenis Usaha (TYPE)
Jenis usaha merupakan jenis usaha yang dimiliki oleh debitur yang
usahanya dibiayai oleh KUR Mikro. Bidang usaha tersebut bervariasi, antara lain
79
yaitu perdagangan, jasa, dan pertanian. Dalam penelitian ini, variabel jenis usaha
akan dibedakan menjadi dua, yaitu :
Skor 1 = Perdagangan
Skor 0 = Non Perdagangan
7. Lama Usaha (EXP)
Lamausaha merupakan lamanya atau pengalaman usaha yang dijalankan
oleh debitur, yang dihitung dengan satuan tahun.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Kategori Skala
Tingkat
Pengembalian
KUR Mikro (Y)
Lancar atau tidaknya debitur dalam
membayar pokok pinjaman maupun
bunga pinjaman sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan sebelumnya.
Skor 1 = Lancar
Skor 0 = Tidak
Lancar
Ordinal
Usia (AGE) Umur ketika pengambilan kredit yang
dihitung dari tahun kelahiran dalam
satuan tahun
Ordinal
Jenis Kelamin
(GENDER)
Jenis kelamin dari debitur yang
melakukan pengajuan permohonan
Kredit.
Skor 1 =
Perempuan
Skor 0 = Laki -
laki
Ordinal
80
Jumlah
Tanggungan
Keluarga (FAM)
Jumlah atau banyaknya orang yang
menjadi tanggungan debitur atau
dalam kehidupannya masih bergantung
pada debitur. diukur dengan satuan
orang.
Ordinal
Besar Pinjaman
(PLAFON)
Plafon atau besarnya dana yang
diberikan oleh Bank kepada debitur.
Jumlah pinjaman diukur dengan satuan
rupiah.
Ordinal
Jenis Usaha
(TYPE)
Jenis usaha yang dimiliki oleh debitur
yang usahanya dibiayai oleh KUR
Mikro.
Perdagangan =
skor 1
Non
Perdagangan =
skor 0
Ordinal
Lama Usaha
(EXP)
Lama atau pengalaman usaha yang
dijalankan oleh debitur. diukur dengan
satuan tahun.
Ordinal
Sumber : Data Sekunder 2013, diolah
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Pengertian Populasi atau universe merupakan keseluruhan dari obyek yang
akan diteliti. (Boedijoewono, 2007). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
81
(Sugiyono, 1999). Populasi dalam penelitian ini adalah semua debitur KUR Mikro
BRI Unit Kendal Kota yang masih aktif sampai dengan bulan November 2013
dengan jumlah debitur sebanyak 491. Dari 491 debitur tersebut terdiri dari 2 sub
populasi, yaitu debitur dengan pengembalian lancar sebanyak 372 orang dan debitur
yang pengembaliannya tidak lancar sebanyak 119 orang. BRI Unit Kendal Kota
dipilih sebagai obyek penelitian karena bank penyalur KUR terbesar adalah BRI, dan
penyaluran KUR Mikro pada BRI melalui BRI Unit yang nasabahnya lebih
didominasi oleh masyarakah menengah ke bawah. Kemudian Unit Kendal Kota
dipilih karena BRI Unit Kendal Kota merupakan BRI Unit di wilayah BRI Cabang
Kendal dengan jumlah debitur bermasalah paling tinggi diantara BRI Unit lainnya,
BRI Unit Kendal Kota terletak pada pusat Kota Kabupaten Kendal yang memiliki
karakteristik nasabah KUR Mikro yang bervariasi, mulai dari pedagang, petani, dan
penyedia jasa.
Sampel Penelitian
Sampel menurut Boedijoewono (2007), didefinisikan sebagai bagian dari
populasi. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. (Sugiyono, 1999). Dalam penelitian yang menggunakan metode
sampel dinilai dapat menghemat biaya serta penelitian akan dapat lebih cepat
diselesaikan. Karena dengan menggunakan metode sampel, kita tidak perlu
melakukan penelitian terhadap seluruh obyek atau populasi penelitian, namun cukup
82
dengan penelitian terhadap sampel yang telah ditentukan. (Boedijoewono, 2007).
Maka sampel yang diambil dari populasi harus betul β betul representatif (mewakili).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah probability sampling.
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama kepada semua unsur populasi untuk dipilih sebagai sampel.
(Boedijoewono, 2007). Rumus Slovin merupakan salah satu rumus yang dapat
digunakan untuk menentukan besaran sampel. (Prasetyo & Jannah, 2005). Penelitian
ini menggunakan Rumus Slovin untuk menentukan jumlah atau besaran sampel yang
digunakan. Perhitungan Slovin adalah sebagai berikut :
n = π΅
π΅.πΒ² +π
keterangan:
n : jumlah / ukuran sampel
N : jumlah Populasi
e : tingkat kesalahan yang masih bisa ditolerir (10%)
Tabel 3.2
Jumlah Populasi dan Sampel
No Keterangan Debitur dengan
Pengembalian Lancar
Debitur dengan
Pengembalian Tidak
Lancar
Jumlah
1 Populasi 372 119 491
2 Sampel
= ππππ’πππ π ππππππ
πππβ ππππ’πππ πβ ππ’πππβ π πππππ
=372
491β 83 = 62,75
63
= πππ’πππ π π‘ππ ππππππ
πππβ ππππ’πππ πβ πππβ π πππππ
=119
491β 83 = 20,11
20
83
Sumber : Data Sekunder 2013, diolah
83
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah populasi (N) pada
penelitian ini adalah 491, yang terdiri dari debitur lancar dalam pengembalian kredit
sebanyak 372 dan debitur yang tidak lancar dalam pengembalian kredit 119. Dengan
nilai e atau Tingkat kesalahan 0,1 (10%), sehingga diperoleh hasil jumlah sampel (n)
adalah 83,079 maka dibulatkan menjadi 83 responden. Sedangkan jumlah sampel dari
masing β masing subpopulasi diambil secara proporsional yaitu 63 orang mewakili
subpopulasi debitur yang lancar dalam pengembalian kredit, dan 20 orang mewakili
subpopulasi debitur yang tidak lancar dalam pengembalian kredit. Menurut Margono
(2004), sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari
beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini, studi kasus yang digunakan adalah di BRI Unit Kendal
Kota. Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan β bahan yang
relevan dan akurat sesuai dengan penelitian ini. Data yang digunakan pada penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data
Primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang
menerbitkan atau menggunakannya. (Soeratno & Arsyad, 1988). Data primer juga
84
diperoleh melalui upaya sendiri. (Santosa & Hamdani, 2007). Data primer dalam
penelitian ini bersumber dari wawancara terhadap pihak Bank.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
melalui media perantara. Data sekunder diperoleh berasal dari atau diterbitkan oleh
kalangan atau organisasi atau lembaga lain. (Santosa & Hamdani, 2007). Menurut
Soeratno dan Arsyad (1988), data sekunder adalah data yang diterbitkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahnya. Data sekunder ini
sifatnya saling melengkapi.
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari dokumen
BRI Unit Kendal Kota tentang data nasabah KUR Mikro yang meliputi usia, jenis
kelamin, jumlah tanggungan keluarga, besar pinjaman, jenis usaha, dan lama usaha
serta informasi tentang wilayah kerja BRI Unit Kendal Kota, Kriteria KUR Mikro
BRI, dan Jumlah debitur KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota. Selain data diperoleh
dari dokumen BRI Unit Kendal Kota, data juga diperoleh melalui internet, sumber
literature, dokumentasi, dan data pendukung lainnya yang ada hubungannya dengan
materi penelitian.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (1999), dalam pengumpulan data dapat menggunakan
dua sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
85
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Metode
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari dokumen β
dokumen atau data yang dibutuhkan. Metode dokumentasi pada
penelitian ini adalah dilakukan dengan cara mencari, mencatat, dan
mengumpulkan informasi tentang KUR Mikro BRI.
2. Metode Wawancara
Menurut Dajan (1983), Metode wawancara merupakan suatu cara
observasi yang bersifat langsung. Wawancara dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh keterangan β keterangan, sifatnya fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan kondisi serta individu setempat. Teknik wawancara
pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak tersusun
(unstructured interview), dengan tanpa menggunakan daftar pertanyaan.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas sehingga
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. (Sugiyono,
1999).
86
3. Metode Studi Kepustakaan
Data dalam metode ini diperoleh dari buku β buku pustaka, jurnal, dan
berbagai literatur lainnya yang menjadi referensi dan sesuai dengan
penelitian.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif merupakan interpretasi dari hasil
pengolahan data yang sudah dilaksanakan, dengan memberikan keterangan dan
penjelasan. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.
Analisis kuantitatif merupakan analisis yang menggunakan angka β angka dengan
perhitungan statistik dan beberapa alat analisis. Analisis kuantitatif digunakan untuk
mengetahui faktor β faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian
KUR Mikro BRI Unit Kendal Kota.
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan obyek penelitian melalui data sampel atau
populasi yang telah terkumpul dan bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum dari data tersebut. (Sugiyono, 1999).
87
3.6.2 Analisis Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan secara uji multivariate
dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) karena variabel dependen
dalam penelitian ini bersifat dikotomi (Lancar dan Tidak Lancar). Tujuan dari analisis
regresi logistik adalah mengetahui seberapa jauh model yang digunakan mampu
memprediksi secara benar kategori group dari sejumlah individu. (Kuncoro, 2001).
Kelebihan metode regresi logistik menurut Kuncoro (2001) adalah lebih fleksibel
dibanding teknik lain, yaitu :
1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang
digunakan dalam model.
2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel
kontinyu, diskrit, dan dikotomis.
3. Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon
atas variabel diharapkan nonlinear dengan satu atau lebih variabel bebas.
Analisis regresi logistik digunakan sebagai model analisis dalam penelitian
ini karena adanya kombinasi pada variabel bebas (independen) yang terdiri dari
metrik dan nominal (non-metrik). (Ghozali, 2011). Dalam regresi logistik tidak
mensyaratkan jumlah sampel untuk kategori variabel terikat. Teknik analisis ini juga
tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Model persamaan
regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
88
π³π = π³ππ
πβπ= πΆ + Ξ²1AGE + Ξ²2GENDER + Ξ²3FAM + Ξ²4PLAFON +
Ξ²5TYPE + Ξ²6EXP + e
Keterangan :
Li : Tingkat kelancaran pengembalian kredit, 1 apabila debitur lancar
membayar KUR, dan 0 apabila debitur tidak lancar membayar KUR.
AGE : Usia
GENDER : Jenis Kelamin
FAM : Jumlah Tanggungan Keluarga
PLAFON : Jumlah Pinjaman
TYPE : Jenis Usaha
EXP : Lama Usaha
e : Variabel pengganggu
Dalam melakukan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menurut
Ghozali (2011) perlu memperhatikan hal β hal sebagai berikut :
a. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit)
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan Goodness of Fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square
pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow.
Perhatikan output dari Hosmer and Lemshow dengan hipotesis :
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
(3.1)
89
Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan memperhatikan nilai
goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-square pada bagian
bawah uji Hosmer and Lemeshow :
- Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
- Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
Jika H0 diterima, berarti model mampu memprediksi nilai observasinya
atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya. Sedangkan jika H0 ditolak artinya ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of
fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksikan nilai
observasinya.
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai apakah model yang
telah dihipotesiskan fit dengan data atau tidak. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2Log Likelihood (-2LL) pada awal
(Block Number = 0) dengan nilai -2 LogLikelihood (-2LL) pada akhir
(Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal
dengan nilai -2LL pada langkah selanjutnya menunjukkan bahwa model
yang dihipotesakan fit dengan data (Ghozali,2011).
c. Menguji Koefisien Regresi
Dalam pengujian koefisiensi regresi perlu memperhatikan beberapa hal
berikut :
90
1. Tingkat signifikasi (Ξ±) yang digunakan sebesar 5 persen (0,05).
2. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada
signifikasi p-value (probabilitas value). Jika p-value > Ξ± maka
hipotesis alternatif ditolak, sebaliknya jika p-value < Ξ± maka
hipotesis alternatif diterima.
Dalam model regresi logistik, nilai dari masing β masing variabel
independen (X) berkisar antara - β sampai dengan + β.Sedangkan
nilai Pi berada diantara 0 dan 1. Nilai Pi tidak berhubungan linear
dengan X dan Ξ². Nilai Ξ²i dari tiap variabel digunakan untuk melihat
seberapa besar probability atau kemungkinan variabel Xi(AGE,
GENDER, FAM, PLAFON, TYPE, EXP) berpengaruh terhadap
variabel dependen / tingkat kelancaran pengembalian KUR (Y).
AGE
Pengujian pada variabel AGE bertujuan untuk melihat pengaruh
variabel usia debitur terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro.
H0AGE = variabel usia debitur berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro
Dasar pengambilan keputusan adalah :
- p-valueAGE < 0,05, maka H0AGE diterima
- p-valueAGE > 0,05, maka H0AGE ditolak
Besarnya nilai Ξ²1 mengukur perubahan Li untuk setiap perubahan
satu unit AGE (X). Artinya menunjukkan besarnya peluang
91
perubahan tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro setiap
perubahan usia 1 tahun.
GENDER
Pengujian pada variabel GENDER bertujuan untuk melihat
pengaruh variabel jenis kelamin debitur terhadap kelancaran
pengembalian KUR Mikro.
H0GENDER = variabel jenis kelamin debitur berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro
Dasar pengambilan keputusan adalah :
- p-valueGENDER < 0,05, maka H0GENDER diterima
- p-valueGENDER > 0,05, maka H0GENDER ditolak
Besarnya nilai Ξ²2 mengukur perubahan Li untuk setiap perubahan
GENDER (X). Artinya menunjukkan besarnya peluang perubahan
tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akibat perubahan
variabel jenis kelamin.
FAM
Pengujian pada variabel FAM bertujuan untuk melihat pengaruh
variabel jumlah tanggungan keluarga debitur terhadap kelancaran
pengembalian KUR Mikro.
H0FAM = variabel jumlah tanggungan keluarga debitur berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR
Mikro
92
Dasar pengambilan keputusan adalah :
- p-valueFAM < 0,05, maka H0FAM diterima
- p-valueFAM > 0,05, maka H0FAM ditolak
Besarnya nilai Ξ²3 mengukur perubahan Li untuk setiap perubahan
nilai FAM (X). Artinya menunjukkan besarnya peluang perubahan
tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akibat perubahan nilai
dari variabel jumlah tanggungan keluarga.
PLAFON
Pengujian pada variabel PLAFON bertujuan untuk melihat
pengaruh variabel besar pinjaman terhadap kelancaran pengembalian
KUR Mikro.
H0PLAFON = variabel besar pinjaman berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro
Dasar pengambilan keputusan adalah :
- p-valuePLAFON < 0,05, maka H0PLAFON diterima
- p-valuePLAFON > 0,05, maka H0PLAFON ditolak
Besarnya nilai Ξ²4mengukur perubahan Li untuk setiap perubahan
nilai PLAFON (X).Artinya menunjukkan besarnya peluang
perubahan tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akibat
perubahan nilai dari variabel jumlah pinjaman.
93
TYPE
Pengujian pada variabel TYPE bertujuan untuk melihat pengaruh
variabel jenis usaha debitur terhadap kelancaran pengembalian KUR
Mikro.
H0TYPE = variabel jenis usaha debitur berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro
Dasar pengambilan keputusan adalah :
- p-valueTYPE < 0,05, maka H0TYPE diterima
- p-valueTYPE > 0,05, maka H0TYPE ditolak
Besarnya nilai Ξ²5 mengukur perubahan Li untuk setiap perubahan
nilai TYPE (X). Menunjukkan besarnya peluang perubahan tingkat
kelancaran pengembalian KUR Mikro akibat perubahan jenis usaha.
EXP
Pengujian pada variabel EXP bertujuan untuk melihat pengaruh
variabel lama usaha terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro.
H0EXP = variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro
Dasar pengambilan keputusan adalah :
- p-valueEXP < 0,05, maka H0EXP diterima
- p-valueEXP > 0,05, maka H0EXP ditolak
Besarnya nilai Ξ²6 mengukur perubahan Li untuk setiap perubahan
nilai EXP (X). Artinya menunjukkan besarnya peluang perubahan
tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akibat perubahan nilai
dari lama usaha.