ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

18
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018 1 ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN AGRIBISNIS YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2012-2014 Oleh : Achmad Hidayat Komputerisasi Akuntansi, Politeknik LP3I Jakarta Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450 Telp. 021 31904598 Fax. 021 31904599 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban pajak kini dan pajak tangguhan secara parsial atau simultan terhadap laba bersih pada perusahaan agribisnis. Poupulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014 dengan sampel 13 perusahaan yang telah dipilih menggunakan metode purposive sampling. Data ini dalam bentuk data kuantitatif adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan pengujian parsial dan simultan. Hasil ini menunjukkan bahwa beban pajak saat ini dan pajak tangguhan dan secara parsial dan sekaligus berpengaruh pada laba bersih, sehingga dua variabel independen dapat digunakan untuk menilai nilai laba bersih yang akan diperoleh perusahaan agribisnis. Kata Kunci: Pajak kini, Pajak tangguhan, Pendapatan bersih. ABSTRACT This study aims to determine the effect of current tax expense and deferred tax partially or simultaneously to net income in the agribusiness companies. Poupulasi used in this research is the the agribusiness companies listed on Indonesia Stock Exchanges 2012- 2014 with a sample of 13 companies that have selected using purposive sampling method. This data is in the form of quantitative data is secondary data obtained from the financial statements of the Indonesia Stock Exchange. This study used multiple linear regression analysis with partial testing and simultaneously. These results indicate that the current tax expense and deferred tax and the partiallyand simultaneously effect on net income, so the two independent variables can be used to assess the value of net income that would be obtained agribusiness companies. Keywords: Current tax, Deffered tax, Net income

Transcript of ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

Page 1: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

1

ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK

TANGGUHAN TERHADAP LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN

AGRIBISNIS YANG TERDAFTAR DI BEI

PERIODE TAHUN 2012-2014

Oleh :

Achmad Hidayat

Komputerisasi Akuntansi, Politeknik LP3I Jakarta

Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450

Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 – 31904599

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban pajak kini dan pajak tangguhan

secara parsial atau simultan terhadap laba bersih pada perusahaan agribisnis. Poupulasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan agribisnis yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia 2012-2014 dengan sampel 13 perusahaan yang telah dipilih menggunakan

metode purposive sampling. Data ini dalam bentuk data kuantitatif adalah data sekunder

yang diperoleh dari laporan keuangan Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan

analisis regresi linier berganda dengan pengujian parsial dan simultan. Hasil ini

menunjukkan bahwa beban pajak saat ini dan pajak tangguhan dan secara parsial dan

sekaligus berpengaruh pada laba bersih, sehingga dua variabel independen dapat

digunakan untuk menilai nilai laba bersih yang akan diperoleh perusahaan agribisnis.

Kata Kunci: Pajak kini, Pajak tangguhan, Pendapatan bersih.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of current tax expense and deferred tax partially or

simultaneously to net income in the agribusiness companies. Poupulasi used in this

research is the the agribusiness companies listed on Indonesia Stock Exchanges 2012-

2014 with a sample of 13 companies that have selected using purposive sampling method.

This data is in the form of quantitative data is secondary data obtained from the financial

statements of the Indonesia Stock Exchange. This study used multiple linear regression

analysis with partial testing and simultaneously. These results indicate that the current tax

expense and deferred tax and the partiallyand simultaneously effect on net income, so the

two independent variables can be used to assess the value of net income that would be

obtained agribusiness companies.

Keywords: Current tax, Deffered tax, Net income

Page 2: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

2

LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan proses

akhir dalam proses akuntansi yang

mempunyai peranan penting bagi

pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

perusahaan. Tujuan laporan keuangan

menurut PSAK 1 (revisi 2012) adalah

memberikan informasi mengenai posisi

keuangan,kinerja keuangan dan arus kas

entitas yang bermanfaat bagi sebagian

besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekonomi. Laporan

keuangan juga menunjukan hasil

pertanggung jawaban manajemen atas

penggunaan sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka dalam

rangka pencapaian tersebut. Pemakai

laporan keuangan beragam baik pihak

eksternal maupun internal,pemakai

internal adalah manajemen,informasi

yang digunakan manajemen adalah untuk

melakukan perencanaan dan

pengendalian entitas.Pihak pajak

menggunakan informasi akuntansi untuk

menentukan berapa jumlah pajak yang

harus dibayar entitas.

Menurut PSAK No. 46

(Revisi2012), “laba akuntansi adalah laba

atau rugi selama satu periode sebelum

dikurangi beban pajak”. Sedangkan laba

kena pajak atau laba fiscal (rugi pajak

atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama

satu periode yang dihitung berdasarkan

peraturan yang ditetapkan oleh otoritas

pajak atas pajak penghasilan yang

terutang (dilunasi). Pengetahuan tentang

perubahan laba sangat penting bagi

pemakai laporan keuangan karena dapat

menunjukkan peningkatan atau

penurunan kinerja keuangan suatu

perusahaan. Laba merupakan fokus

utama bagi para investor dalam

pengambilan keputusan investasi, sebab

melalui laba investor dapat memprediksi

arus kasmasa depan maupun

goingconcern perusahaan.Selain itu laba

kerap kali digunakan sebagai pengukuran

prestasi perusahaan yang merupakan

cerminan darikinerjamanajemen.Lebih

lanjut lagi laba juga berperan sebagai

dasar dalam pelaksanaan program bonus

yang seringkali dipakai dalam program

kompensasi insentif eksekutif.

Pengakuan pajak tangguhan dapat

mengakibatkan bertambah atau

berkurangnya laba bersih karena adanya

pengakuan beban pajak tangguhan atau

manfaat pajak tangguhan. Pengakuan

aktiva dan pajak tangguhan didasarkan

pada fakta adanya kemungkinan

pembayaran pajak pada periode

mendatang menjadi lebih besar atau

lebih kecil. Hal ini, menjadi celah bagi

manajemen untuk memanipulasi jumlah

dari laba bersihnya sehingga bisa

memperkecil jumlah pajak yang harus

dibayar.

Fenomena yang terjadi yaitu Pada

dasarnya tidak ada orang yang senang

membayar pajak, karena pajak

merupakan pengeluaran tanpa kontra

prestasi langsung, sehingga wajib pajak

cenderung berusaha membayar pajak

sekecil mungkin, dan menghindari pajak

(tax avoidance) sepanjang hal itu

dimungkinkan aturan (loop holes).

Beberapa perusahaan besar dan terkenal

yang membayar pajak dengan jumlah

sedikit atau tidak sama sekali sebagai

bukti bahwa banyak perusahaan yang

tidak membayar pajak yang sesuai

(Boastman et al dalam Sumomba, 2012).

Kewajiban pajak tangguhan

(deferred tax liabilities) adalah jumlah

pajak penghasilan yang terutang untuk

periode mendatang sebagai akibatadanya

perbedaan temporer kena pajak (Purba,

2009:35), sedangkan aktiva pajak

tangguhan adalah aktiva yang terjadi

apabila perbedaan waktu menyebabkan

koreksi positif yang berakibat beban

pajak menurut akuntansi komersial lebih

kecil dibanding beban pajak menurut

Undang-Undang pajak (Waluyo,

2012:217).

Page 3: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

3

Fenomena yang terjadi adalah

kasus terhadap Asian Agri Group yaitu

manajer pajak didakwa dengan sengaja

menyampaikan surat pemberitahuan dan

atau keterangan yang isinya tidak benar

atau tidak lengkap (ITR Volume

VII/Edisi 21/2014).

Berdasarkan penjelasan diatas,

peneliti termotivasi untuk meneliti dalam

penelitian yang berjudul ”Analisis

Pengaruh Beban Pajak Kini, Aktiva

Pajak Tangguhan dan Kewajiban

Pajak Tangguhan Terhadap Laba

Perusahaan Agribisnis yang

Terdafatar di BEI periode Tahun

2012-2014”.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar

belakang masalah penelitian, dapat

dirumuskan masalah- masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh beban pajak

kini terhadap laba perusahaan

agribisnis yang terdaftar di BEI

secara parsial?

2. Bagaimana pengaruh pajak

tangguhan terhadap laba perusahaan

agribisnis yang terdaftar di BEI

secara parsial?

3. Bagaimana pengaruh beban pajak

kini dan pajak tangguhan terhadap

laba perusahaan agribisnis yang

terdaftar di BEI secara simultan?

KAJIAN PUSTAKA

Pajak Penghasilan

Pajak adalah salah satu instrumen

fiskal pemerintah yang digunakan untuk

membiayai pembangunan nasional. Pajak

merupakan wujud kemandirian suatu

bangsa atau negara dalam pembiayaan

pembangunan yaitu menggali sumber

dana yang berasal dari negeri.

Banyak para ahli yang memberikan

definisi atas pajak, antara lain pengertian

pajak menurut P. J. A. Adriani

sebagaimana yang dikutip oleh Mulyo

Agung, dalam buku Perpajakan Indonesia

(2010:2), adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang

dapat dipaksakan) yang terutang oleh

wajib pajak membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak

mendapat prestasi-kembali, yang

langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas negara untuk

menyelengarakan pemerintah.”

Pajak penghasilan dikenakan

terhadap Subjek Pajak berkenaan dengan

penghasilan yang diterima atau

diperolehnya dalam tahun pajak.

Objek pajak dapat diartikan sebagai

sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk

menghitung pajak terutang. Yang

menjadi Objek Pajak adalah penghasilan

yaitu setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh

oleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

Indonesia maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

yang bersangkutan, dengan nama dan

dalam bentuk apapun.

Berdasarkan pasal 4 Undang-

undang PPh No. 36 tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan, yang termasuk ke

dalam Objek Pajak antara lain :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan

dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk

gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan

atau kegiatan,dan penghargaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau

karena pengalihan harta.

5. Penerimaan kembali pembayaran

pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya.

Page 4: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

4

6. Bunga termasuk premium, diskonto,

dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

7. Deviden, dengan nama dan dalam

bentuk apapun, termasuk deviden

dari perusahaan asuransi kepada

pemegang polis, dan pembagian sisa

hasil usaha koperasi.

8. Royalty.

9. Sewa dan penghasilan lain

sehubungan dengan pengenaan harta.

10. Penerimaan atau perolehan

pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan

utang.

12. Keuntungan karena selisih kurs mata

uang asing.

13. Selisih lebih karena penilaian

kembali aktiva.

14. Premi asuransi.

15. Iuran yang diterima atau diperoleh

perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang

menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas, sepanjangiuran tersebut

ditentukan berdasarkan volume

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

anggotanya.

16. Tambahan kekayaan neto yang

berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

Point Objek pajak nomor 16, perlu

diketahui bahwa sebagaimana yang

dikutip oleh Hamizar, dalam buku

Jurnal Lentera Akuntansi (2016:30),

adalah sebagai berikut :

“Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang

digunakan adalah jumlah peredaran bruto

setiap bulan. Sedangkan besarnya PPh

final dihitung dengan cara mengalikan

DPP dengan 1 persen. PPh Final yang

dikenakan dari penghasilan bruto tanpa

memperhitungkan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh

penghasilan tersebut jelas tidak

memenuhi azas keadilan.”

Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

Pajak Kini

Menurut Suandy (2011:97) beban

pajak kini (current tax) adalah jumlah

pajak yang harus dibayar oleh wajib

pajak. Jumlah pajak kini harus dihitung

sendiri oleh wajib pajak berdasarkan

penghasilan kena pajak dikalikan dengan

tarif pajak kemudian dibayar sendiridan

dilaporkan dalam surat pemberitahuan

(SPT) sesuai dengan peraturan perundang

undangan pajak yang berlaku.

Penghasilan kena pajak atau laba

fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal

terhadap laba bersih sebelum pajak

berdasarkan laporan keuangan komersial

(laporan keuangan akuntansi).

Koreksi fiskal harus dilakukan

karena adanya perbedaan perlakukan atas

pendapatan maupun biaya yang berbeda

antara Standar Akuntansi dengan

peraturan perpajakan yang berlaku .untuk

kepentingan internal dan kepentingan

lain wajib pajak dapat menggunakan

standar akuntansi yang berlaku umum,

sedangkan untuk penghitungan dan

pembayaran pajak harus berdasarkan

peraturan perpajakan,dalam hal ini adalah

undang undang pajak penghasilan dan

peraturan lainnya yang terkait. Perbedaan

ini dapat dikelompokan menjadi dua,

yaitu beda tetap/beda permanen

(Permanent Different) dan beda

waktu/sementara temporer (temporary

difference).

Oleh karena itu perbedaan antara

laba akuntansi dan penghasilan kena

pajak mereflesikan tingkat kebijakan

manajemen dalam memanipulasi laba

lebih tinggi (Mills dalam effredge,et al

2008 dalam deviana 2010) maka beban

pajak kini yang menunjukan efek dari

nilai perbedaan tersebut beda tetap dan

beda waktu digunakan pula sebagai

variabel independen yang akan

melengkapi pajak tangguhan dalam

mendeteksi manajemen laba. Beban

pajak kini yang dimaksud dalam

penelitian ini diperoleh dari beban pajak

Page 5: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

5

kini pada peride laporan keuangan

tertentu dibagi dengan total aktiva

periode sebelumnya.

Pajak Tangguhan

Menurut PSAK NO 46 (Revisi

2012) Pajak tangguhan adalah jumlah

pajak penghasilan untuk periode

mendatang sebagai akibat dari perbedaan

temporer yang boleh dikurangkan dan

sisa kompensasi kerugian. Dengan

berlakunya PSAK NO.46 timbul

kewajiban bagi perusahaan untuk

menghitung dan mengakui pajak

tangguhan (Deffered Taxes) atas future

tax effect (efek pajak masa depan)dengan

menggunakan pendekatan The Assets and

liability method (metode aset dan

kewajiban) yang berbeda dengan

pendekatan income statement liability

method (metode kewajiban laporan laba

rugi) yang sebelumnya lazim digunakan

oleh perusahaan dalam menghitung pajak

tangguhan (MohZain, 2007:193). Pajak

tangguhan dapat dibedakan menjadi

aktiva Pajak tangguhan dan kewajiban

pajak tangguhan.

Aset Pajak Tangguhan (Deffered Tax

Asset)

Adalah jumlah pajak penghasilan

terpulihkan (recovered) pada periode

mendatang sebagai akibat adanya

perbedaan temporer yang boleh

dikurangkan dan sisa kerugian yang

dapat dikompensasikan.

Kewajiban Pajak Tangguhan (Deffered

Tax Liabilities)

Kewajiban pajak tangguhan

(deferredtax liabilities) adalah jumlah

pajak penghasilan yang terutang untuk

periode mendatang sebagai akibat adanya

perbedaan temporer kena pajak (Purno

Mutopo, 2010;320).

BEDA PERMANEN DAN BEDA

TEMPORER

Beda Permanen

Beda permanen adalah perbedaan

yang disebabkan oleh adanya perbedaan

pengakuan pendapatan dan beban antara

Standar akuntansi dan peraturan

perpajakan .perbedaan iniakan

mengakibatkan perbedaan besarnya laba

bersih sebelum pajak dengan laba fiskal

atau penghasilan kena pajak.

BedaTemporer

Beda Temporer adalah perbedaan

yang disebabkan adanya perbedaan

waktu dan metode pengakuan

penghasilan dan beban tertentu

berdasarkan Standar Akuntansi dengan

peraturan perpajakan. Pebedaan ini

mengakibatkan perbedaan waktu

pengakuan pendapatan dan beban antara

tahun pajak yang satu keberikutnya .

Rekonsiliasi Fiskal Laporan Keuangan

Perbedaan antara standar akuntansi

keuangan (SAK) dan UU Pajak

merupakan laba menurut akuntansi

berbeda dengan laba menurut fiskal, hali

ini berakibat laba akuntansi harus

direkonsiliasi dengan koreksi fiskal yang

disebabkan oleh beda permanen atau

beda temporer. Dengan adanya

pembukuan, akan mempermudah

penyusunan rekonsiliasi fiskal yang dapat

menjembatani penyusunan Surat

Pemberitahuan Masa/Tahunan (SPT)

sebagai wujud pertanggungjawaban

untuk melaporkan penghasilan kena

pajak.

Menurut Ompusunggu (2011:47)

Rekonsiliasi Fiskal, secara khusus

menyajikan laporan keuangan dan

informasi lain sebagai wujud pemenuhan

kewajiban pajak dengan sistem self

assesment secara cepat, tepat, dan

lengkap kepada administrasi pajak.

Rekonsiliasi merupakan

penyesuaian antara laporan keuangan

Page 6: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

6

komersial menurut Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) dan fiskal melalui

penyesuaian perbedaan sementara

(koreksi fiskal positif dan negatif).

Gambar 1.

Tahapan Laporan Rekonsiliasi Laporan Keuangan

Komersial dan Fiskal

Gambar 2.

Langkah Untuk Mendapatkan Saldo Fiskal

Perbedaan Laba Akuntansi dan Fiskal

Definisi Laba Akuntansi

Laba Akuntansi (accounting

income) atau disebut juga laba komersial.

Menurut PSAK N0 46 (Revisi2012),

“laba akuntansi adalah laba atau rugi

selama satu periode sebelum dikurangi

beban pajak. Laba akuntansi dihitung

berdasarkan prinsip akuntansi yang

berlaku umum, di Indonesia diatur dalam

SAK.

Laba Akuntansi tersebut

penghitungannya bertumpu pada prinsip

penandingan antara pendapatan dengan

biaya biaya terkait (matching cost again

revenue). Dalam salah satu prinsip

tersebut terdapat konsep bahwa

pengeluaran perusahaan yang tidak

mempunyai manfaat untuk masa yang

akan datang bukanlah merupakan aset,

sehingga harus dibebankan sebagai biaya.

Dengan demikian, baik dalam akuntansi

seluruh pengeluaran atau beban

perusahaan, sepanjang memang harus

dikeluarkan oleh perusahaan diakui

sebagai biaya atau beban.

Berdasarkan laba akuntansi,

penghasilan (income) adalah penambahan

aset atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang

tidak berasal dari kontribusi penanaman

modal. Penghasilan meliputi pendapatan

(revenue) dan keuntungan (gain).

Pendapatan adalah penghasilan yang

timbul dari aktivitas perusahaan yang

biasa dikenal dengan sebutan yang

berbeda seperti penjualan, penghasilan

jasa (fee) dividen, royalty dan sewa.

Pengertian Laba Fiskal

Penghasilan Kena Pajak/PKP

(taxable income) merupakan laba yang

dihitung berdasarkan peraturan

perpajakan yang berlaku yaituUndang

Undang Nomor 7 tahun 1983

sebagaimana yang diubah terakhir kali

dengan Undang Undang Nomor 36 tahun

2008 tentang pajak penghasilan,beserta

peraturan pelaksanaannya. Menurut

Page 7: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

7

PSAK No. 46 (Revisi2012), “laba kena

pajak atau laba fiscal (rugi pajak atau rugi

fiskal) adalah laba (rugi) selama satu

periode yang dihitung berdasarkan

peraturan yang ditetapkan oleh otoritas

pajak atas pajak penghasilan yang

terutang (dilunasi).”

Penghasilan kena pajak

berdasarkan Prinsip taxability

deductibility, dengan prinsip ini suatu

biaya baru dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto apabila pihak

menerima pengeluaran atas biaya yang

bersangkutan, melaporkan sebagai

penghasilan dan penghsilan tersebut

dikenakan pajak (taxable). Misalnya

tunjangan yang diberikan oleh

perusahaan kepada karyawan dapat

dianggap sebagai biaya dan mengurangi

laba kotor jika karyawan yang menerima

tunjangan tersebut mengakui tunjangan

yang diberikan sebagai bagian dari

penghasilan bruto dan dikenakan pajak

penghasilan Pasal 21. Sedangkan dalam

akuntansi pajak yang digunakan dalam

menghitung laba fiskal untuk dasar

pengenaan pajak mempunyai tujuan

utama yaitu penerimaan negara. Dalam

penyusunan laporan keuangan fiskal

harus mengacu kepada peraturan

perpajakan.

Laporan keuangan komersial dibuat

berdasarkan standar akuntansi harus

disesuaikan atau dibuat koreksi fiskal

terlebih dahulu sebelum menghitung

besarnya penghasilan kena pajak

(suandy,2011:81). Dalam menghitung

penghasilan Kena Pajak, minimal ada

lima komponen yang perlu diperhatikan

sebagai berikut.

1. Penghasilan yang menjadi objek

pajak.

2. Penghasilan yang dikecualikan

sebagai objek pajak.

3. Penghasilan yang pajak dikenakan

secara final.

4. Biaya yang boleh dikurangkan dari

penghasilan bruto.

5. Biaya yang tidak boleh

dikurangkan dari penghasilan

bruto.

Penyebab Perbedaan Laba Akuntansi

dan Laba Fiskal

Menurut Zain (2011) apabila

ditelusuri lebih lanjut, ternyata penyebab

perbedaan antara akuntansi pajak dengan

akuntansi keuangan adalah sebagai

berikut :

1. Berdasarkan tujuan utamanya,

akuntansi keuangan memberikan

informasi mengenai keuangan

perusahaan kepada stakeholder dan

menjadi tanggungjawab para

akuntan untuk melindungi

informasi agar tidak menyesatkan

bagi para penggunanya. Sedangkan

tujuan akuntansi perpajakan juga

system perpajakan adalah pungutan

pajak yang adil. Oleh sebab itu

tanggungjawab petugas pajak untuk

melindungi para membayar pajak

dari tindakan yang tidak wajar.

2. Prinsip akunntansi keuangan yang

konservasif memungkin terjadinya

kesalahan yang lebih cenderung

understatement pelaporan

penghasilan atas aset. Untuk tujuan

perpajakan, laporan keuangan yang

understatement tidak dapat

dijadikan dasar untuk menetapkan

jumlah hutang pajak.

3. Akuntansi pajak sangat

memperhatikan tingkat kepastian

dari setiap transaksi keuangan.

Sebagai contoh, dalam hal

melakukan taksiran cadangan

piutang ragu-ragu, akuntansi pajak

tidak diperkenankan untuk

membebankan piutang ragu-ragu

tanpa secara hokum sah bahwa

piutang tersebut benar-benar tidak

dapat ditagih.

Perbedaan laba akuntansi dan laba

fiskal dalam hal untuk keperluan

perpajakan, dibagi menjadi koreksi fiskal

Page 8: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

8

positif dan koreksi fiskal negatif.

Sedangkan untuk keperluan penerapan

PSAK No.46 yaitu mengenai Akuntansi

Pajak Penghasilan, perbedaan tersebut

dibagi menjadi beda waktu (temporary

difference) dan beda permanen

(permanent difference).

Di bawah ini digambarkan suatu

bentuk hubungan laporan laba akuntansi

yang digunakan untuk penyusunan

perhitungan laba fiskal melalui

rekonsiliasi fiskal.

Gambar 3.

Hubungan Laporan Laba Akuntansi dan

Penghasilan Kena Pajak

Adanyaperbedaan pengeluaran/

beban yang tidak dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto (dilakukan koreksi

Positif) antara lain:

1. Pembagian laba dengan nama dan

dalam bentuk apapun seperti

deviden, termasuk deviden yang

dibayarkan oleh perusahaan

asuransi kepada pemegang polis

dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi.

2. Biaya yang dibebankan atau

dikeluarkan untuk kepentingan

pribadi pemegang saham,sekutu

atau anggota.

3. Penggantian/imbalan sehubungan

dengan pekerjaan/jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan

kenikmatan.

Adanya pendapatan yang tidak

dapat ditambahkan dengan Penghasilan

lainnya (dilakukan koreksi fiskal negatif)

antara lain :

1. Deviden atau bagian laba yang

diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai wajib pajak dalam

negeri,koperasi,badan usaha milik

negara dan daerah,dari penyertaan

modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan

diIndonesia dengan syarat sebagai

berikut :

a. Deviden berasal dari cadangan

laba yang ditahan.

b. Bagian perseroan terbatas,badan

usaha milik Negara dan badan

usaha milik daerah yang

menerima deviden, kepemilikan

saham pada badan yang

memberikan deviden paling

rendah 25% dari jumlah modal

yang disetor.

2. Penghasilan bunga yang berasal dari

deposito/tabungan baik yang

ditempatkan didalam negeri maupun

diluar negeri melalui bank yang

didirikan di Indonesia atau cabang

diluar negeri diIndonesia,termasuk

jasa giro serta Diskonto Sertifikat

Bank Indonesia

3. Penghasilan yang diterima dari hasil

sewa tanah dan atau bangunan

berupa tanah,rumah ,rumah susun,

apartemen,kondominium,gedung,per

kantoran,ruko, gudang dan industri.

Laba Bersih

Laba bersih adalah komponen yang

dihitung paling akhir dan disajikan

sebelum pernyataan jumlah laba atau

lembar saham mengimplikasikan jumlah

nominal kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. Menurut Sofyan

Syafri Harahap dalam buku Teori

Akuntansi :“Laba merupakan informasi

penting dalam suatu laporan keuangan.”

Angka ini penting untuk :

1. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai

dasar pengenaan pajak yang akan

diterima negara.

Page 9: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

9

2. Untuk menghitung deviden yang

akan dibagikan kepada pemilik dan

yang akan ditahan dalam perusahaan.

3. Untuk menjadi pedoman dalam

menentukan kebijakan investasi dan

pengambilan keputusan.

4. Untuk menjadi dasar dalam

peramalan laba maupun kegiatan

ekonomi perusahaan lainnya di masa

yang akan datang.

5. Untuk menjadi dasar dalam

perhitungan dan penilaian efisiensi.

Dalam menetapkan laba atau rugi

bersih untuk periode berjalan harus

mencakup semua unsur pendapatan

beban yang diakui dalam suatu periode,

dengan mengacu kepada PSAK No. 25

tentang laba atau rugi bersih untuk

periode berjalan, kesalahan mendasar dan

perubahan kebijakan akuntansi paragraf

07-09, adalah sebagai berikut :

“07 Semua unsur pendapatan dan beban

yang diakui dalam suatu periode harus

tercakup dalam penetapan laba atau rugi

bersih untuk periode tersebut kecuali jika

standar akuntansi keuangan yang berlaku

mensyaratkan atau memperbolehkan

sebaliknya.,

08 Biasanya semua unsur pendapatan dan

beban yang diakui dalam suatu periode

tercakup dalam penetapan laba atau rugi

bersih untuk periode tersebut termasuk

juga pos luar biasa dan dampak

perubahan estimasi akuntansi. Tetapi

dalam keadaan tertentu mungkin

diperlukan untuk mengeluarkan unsur-

unsur tertentu dari laba atau rugi berih

untuk periode berjalan. Pernyataan ini

menyangkut dua kondisi tertentu :

koreksi atas kesalahan mendasar dan

dampak perubahan kebijakan akuntansi.,

09 laba atau rugi bersih untuk periode

berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut,

yang masing-masing harus diungkapkan

dalam laporan laba rugi:

a. Laba atau rugi dari aktivitas normal;

dan

b. Pos luar biasa.”

Dalam menghitung laba bersih

perusahaan, suatu laporan laba rugi dapat

disusun dengan dua cara, yaitu dengan

format single-step atau multiple-step.

Dalam formt single-step semua

pendapatan dan keuntungan yang

diklasifikasikan sebagai operating items

ditempatkan di bagian awal laporan laba

rugi, diikuti dengan semua beban dan

kerugian operasi. Perbedaan antara total

pendapatan dan beban akan

menghasilkan pendapatan dari operasi

(income from operation). Apabila tidak

ada kegiatan non operasi atau pos tidak

biasa atau luar biasa, jumlah yang didapat

tadi dianggap sebagai laba atau rugi

bersih perusahaan.

Kerangka Pemikiran

Pada pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 46 paragraf 2,

laba akuntansi didefinisikan sebagai laba

atau rugi bersih selama satu periode

sebelum dikurangi beban pajak.

Penghasilan kena pajak atau laba fiskal

(taxable profit) atau rugi pajak (tax loss)

berdasarkan PSAK No. 46 adalah laba

atau rugi selama satu periode yang

dihitung berdasarkan peraturan

perpajakan dan menjadi dasar penentuan

beban pajak tangguhan. Manajemen

punya dorongan yang berbeda dalam

melaporkan laba akuntansi ini, karena

laba akuntansi secara implisit atau

eksplisit digunakan dalam kontrak

(misalnya, kompensasi rencana dan

persyaratan hutang) dan penilaian saham.

Manajemen umumnya memilih

pendapatan yang lebih tinggi dan

memiliki dorongan untuk mengelola

kenaikan laba akuntansi. Sebaliknya, laba

fiskal digunakan untuk menentukan pajak

perusahaan yang harus dibayar, dengan

laba fiskal yang lebih tinggi

mengakibatkan pembayaran pajak yang

lebih tinggi, sehingga manajemen

terdorong untuk mendukung penurunan

laba fiskal (Chen et al., 2007).

Page 10: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

10

Perbedaan antara laba akuntansi

dengan laba fiskal (book-tax differences)

menjadi hal yang menarik bagi penelitian

sebelumnya, karena perbedaan antara

laba akuntansi dengan laba fiskal dapat

memberikan informasi adanya

management discretion dalam proses

akrual (Wijayanti, 2006). Lebih lanjut

dikatakan, bahwa laba fiskal dapat

digunakan sebagai benchmark untuk

mengevaluasi laba akuntansi. Perbedaan

antara laba akuntansi dengan laba fiskal

(book-tax differences) dapat digunakan

sebagai diagnosa untuk mendeteksi

adanya manipulasi pada biaya utama

perusahaan. Plesko (2002 dalam Philips

et al. (2003) mengungkapkan bahwa

semakin besar diskresi manajemen

tersebut terefleksikan dalam beban pajak

tangguhan dan digunakan untuk

mendeteksi praktik laba bersih pada

perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh

Widiariani, Sukartha menyatakan bahwa

beban pajak kini (CT) dapat digunakan

dalam mendeteksi income maximization

saat seasoned equity offerings.Hal serupa

juga diperoleh pada penelitian

Deviana(2010) “kemampuan beban pajak

tangguhan dan beban pajak kini dalam

mendeteksi laba pada saat seasoned

equity offerings yang mengungkapkan

bahwa beban pajak kini dapat digunakan

dalam mendeteksi laba bersih

dikarenakan beban pajak kini

mencerminkan pajak penghasilan yang

merupakan hasil rekonsiliasi beda tetap

dan beda waktu terhadap laba akuntansi.

Penelitian yang dilakukan Djamaluddin,

Rahmawati, Wijayanti adalah Analisa

perubahan aktiva pajak tangguhan dan

kewajiban pajak tangguhan untuk

mendeteksi laba bersih menyatakan yaitu

aktiva pajak tangguhan dan Kewajiban

pajak tangguhan dapat digunakan untuk

mendeteksi laba bersihpada perusahaan

manufaktur. Penelitian yang dilakukan

oleh Febrianti, Hanna (2014) mengenai

Pengaruh pajak tangguhan dalam

mendeteksi laba bersih membuktikan

tidak ada pengaruh pajak tangguhan

terhadap laba bersih dengan kata lain

pajak tangguhan tidak dapat mendeteksi

eraning management. Penelitian yang

dilakukan (Djamaludin et al.2008),

adalah pajak tangguhan dapat digunakan

dalam mendeteksi laba bersih pada

perusahaan manufaktur.

Yulianti (2004) Beban pajak dapat

memprediksi klasifikasi komponen laba

perusahaan untuk menghindari kerugian

dengan sampel perusahaan yang listing di

BEI tahun 1999-2000, Hasil dari

penelitian Yulianti (2004) menemukan

bahwa beban pajak dan klasifikasi

komponen laba tersebut sama-sama

berpengaruh positif dan mempunyai

dampak yang signifikan dalam

probabilitas atau kemungkinan terjadinya

kerugian yang besar. Alasan penggunaan

beban pajak kini adalah karena beban

pajak kini merupakan hasil rekonsiliasi

laba menurut akuntansi yang telah

disesuaikan dengan koreksi fiskal yang

tergolong dalam komponen beda tetap

(permanent differences) sekaligus beda

waktu (temporary differences).

Disamping itu, laba bersih juga dapat

dilakukan dengan transaksi-transaksi

yang menghasilkan beda tetap (Philips et

al., 2003; Tang, 2005) dan agar

komponen beda tetap ini juga dapat

terwakili mengingat ketidaklengkapan

pengungkapan mengenai penghasilan

kena pajak suatu periode, maka

digunakanlah beban pajak kini.

Gambar 2.4.

Kerangka Pemikiran

Page 11: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

11

Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis

yang diajukan adalah sebagai berikut :

H01 : Beban pajak kini mampu

memprediksi secara signifikan

terhadap manajemen laba pada

perusahaan agribisnis yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H02 : Pajak tangguhan mampu

memprediksi secara

signifikanterhadap laba pada

perusahaan agribisnis yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan

studi empiris yaitu penelitian terhadap

objek-objek tertentu dan hasilnya tidak

dapat digeneralisasikan dengan sample

yang berbeda sehingga kesimpulan yang

diambil hanya terbatas pada objek yang

diteliti. Dalam hal ini terhadap

perusahaan agri bisnis yang terdapat di

Bursa Efek Indonesia.

Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder

digunakan sebagai data utama yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung

dan telah dipublikasikan, yaitu laporan

keungan perusahaan agribisnis publik

tahun 2012-2014 dan diperoleh dari

www.idx.co.id.

Populasi dan Sample

Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan

agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2012-2014, yaitu

sebanyak 20 perusahaan. Metode

pangambilan sample yang digunakan

adalah purposive sampling.Purposive

sampling adalah teknik pengumpulan

data atas dasar strategi kecakapan atau

pertimbangan pribadi semata. Dengan

kata lain penentuan sample yang diambil

berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

dirumuskan terlebih dahulu terhadap

sample penelitian.

Adapun kriteria perusahaan yang

dijadikan sample adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan agribisnis yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama periode 2012-2014.

2. Menerbitkan laporan tahunan yang

telah diaudit oleh auditor

independen.

3. Perusahaan tersebut sudah terdaftar

di Bursa Efek Indonesia sebelum

tahun 2012.

4. Laporan Tahunan tersebut terdapat

informasi yang lengkap terkait

dengan variabel yang diteliti.

Metode Analisi Data

Metode analisis data statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dan

menguji hipotesis yaitu dengan

menggunakan uji statistik deskripsif dan

uji hipotesis dengan menggunakan

regresi logistik dengan menggunakan

bantuan perangkat lunak Microsoft Excel

2010 dan SPSS 16.

Statistik Deskripsif

Statistik deskripsif digunakan

untuk menjelaskan laba bersih , yaitu

small profit firm dan small loss firm

untuk setiap variabel independen dalam

model penelitian (Suranggane, 2007).

Penelitian statistik deskripsif

memberikan gambaran atau deskripsif

suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata

(mean), standar deviasi, minimum dan

maksimum (Ghozali,2009).

Metode Pengujian Asumsi Klasik

Variabel

Pengujian asumsi klasik merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk

memvalidasi model regresi linier

berganda. Menurut beberapa literatur

(Lind, Machal & Wathen, 2012;

Misbahuddin & Hasan, 2013), jika data

Page 12: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

12

yang akan digunakan sudah melewati uji

asumsi klasik ini, maka data tersebut

dinyatakan valid dan layak digunakan

sebagai data analisis regresi linier

berganda. Uji tersebut meliputi:

1. Uji normalitas.

2. Uji heteroskedastisitas.

3. Uji multikolinieritas.

4. Uji autokorelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Sampel Penelitian

Data yang dikumpulkan tersebut

berupa data laporan keuangan yang telah

diaudit dari perusahaan agribisnis di

Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.

Pengolahan data pada penelitian ini

menggunakan fasilitas elektronik dengan

menggunakan Microsoft Excel dan SPSS

Versi 16.0 untuk memudahkan

pengolahan data sehingga dapat

menjelaskan variabel-variabel yang

diteliti.

Langkah pertama yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah melakukan

penentuan sampel dengan purposive

sampling atau penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu pada perusahaan

agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2011-2014. Jumlah

seluruh populasi dalam penelitian ini

adalah 20 perusahaan. Dari hasil

pengambilan sampel secara purposive

sampling didapatkan hasil sampel

berjumlah 13 perusahaan. Proses seleksi

sampel berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan tampak dalam Tabel 1.

Tabel 1.

Proses Seleksi Sampel

Berdasarkan Tabel 1 pengambilan

sampel secara purposive sampling diatas,

sampel perusahaan yang memenuhi

kriteria pertama yaitu perusahaan yang

terdaftar selama periode penelitian

berjumlah 20 perusahaan. Perusahaan

yang memenuhi kriteria kedua yaitu

perusahaan yang mempublikasikan

laporan keuangan yang telah diaudit oleh

auditor independen berjumlah 19

perusahaan. Perusahaan yang memenuhi

kriteria ketiga yaitu perusahaan yang

tidak merugi berjumlah 15 perusahaan.

Perusahaan yang memenuhi kriteria

keempat yaitu perusahaan yang memiliki

data lengkap selama periode penelitian

berjumlah 13 perusahaan. Dari hasil

pembatasan sampel maka dapat diperoleh

sampel penelitian yaitu 13 perusahaan

yang dijelaskan dalam Tabel 2 dengan

nama perusahaan sebagai berikut:

Tabel 2.

Sampel Data Penelitian

Sumber: Bursa Efek Indonesia

STATISTIK DESKRIPTIF

Beban Pajak Kini

Data beban pajak kini dari sampel

yang diambil dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3.

Beban Pajak Kini

(Milyar Rupiah)

Page 13: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

13

Pajak Tangguhan

Data pajak tangguhan dari sampel

yang diambil dapat dilihat pada Tabel 4.

Data tersebut berasal dari perhitungan

dengan menggunakan persamaan (3.1).

Tabel 4.

Hasil Perhitungan Pajak Tangguhan

(Milyar Rupiah)

Laba Sebelum Pajak Data laba sebelum pajak dari

sampel yang diambil dapat dilihat di

Tabel 5. Tabel 5.

Laba Sebelum Pajak

(Milyar Rupiah)

Pengujian Koefisien Korelasi

Untuk melihat tingkat ke-eratan

hubungan kedua variabel penyebab

tersebut dengan variabel laba, maka akan

dilakukan pengujian dengan analisis

korelasi, yaitu dengan persamaan (3.10).

Nilai koefisien korelasi (r) menyatakan

adanya hubungan antara variabel

penyebab dengan laba, dimana jika

nilainya positif (+) maka keduanya

mempunyai hubungan yang searah,

sedangkan jika nilainya negatif (–) maka

keduanya mempunyai hubungan yang

berlawanan arah. Nilai koefisien

determinasi (r2) menyatakan seberapa

jauh variabel penyebab dapat

menjelaskan penyebab variabel laba

sebelum pajak. Pengujian koefisien

korelasi dilakukan melalui dua tahap,

yaitu pengujian secara simultan dan

secara parsial.

Uji Simultan Koefisien Korelasi

Pengujian koefisien korelasi ganda

(R), yaitu untuk melihat bagaimana

tingkat hubungan antara seluruh variabel

penyebab (x1 dan x2) secara serentak

dengan variabel akibat (y). Rumusan

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : 1 = 2 = 0, artinya tidak ada

hubungan yang signifikan secara

simultan antara variabel penyebab

dengan laba

H1 : 1 ≠ 2 ≠ 0, artinya ada hubungan

yang signifikan secara simultan

antara variabel penyebab dengan

laba

Kriteria penerimaan H0 adalah jika

Fhitung<Ftabel pada taraf signifikansi 5%.

Koefisien korelasinya dapat

dihitung dengan persamaan (3.12) dan

(3.13). Untuk menguji apakah koefisien

korelasi (R) yang dihasilkan tersebut

cukup signifikan atau tidak maka

dilakukan penghitungan nilai Fhitung, yaitu

melalui persamaan (3.14). Dengan

menggunakan software SPSS, yang

hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 6

dan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6.

Hasil Uji Simultan Koefisien Korelasi Model Summary

Page 14: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

14

Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa koefisien

korelasi Ry.12 = 0,991 dan Fhitung =

1.360,124, sedangkan nilai F(0,05;4;46) =

2,574. Karena Fhitung>Ftabel, maka H0

ditolak. Ini berarti kedua variabel

penyebab (x1 dan x2) mempunyai

hubungan yang erat secara simultan,

yaitu sebesar 0,991 dengan laba.

Sedangkan nilai koefisien determinasi

R2y.12 = 0,983, yang berarti 98,3% dari

penyebab laba dapat dijelaskan oleh

kedua variabel penyebab (x1 dan x2)

tersebut, sedangkan sisanya disebabkan

oleh faktor lain.

Uji Parsial Koefisien Korelasi

Pengujian koefisien korelasi parsial

(r), yaitu untuk melihat bagaimana

tingkat hubungan antara masing-masing

variabel penyebab (x1 dan x2) secara

parsial dengan variabel akibat (y).

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai

berikut:

H0 : j = 0, artinya tidak ada hubungan

yang signifikan secara parsial

antara variabel penyebab (xj)

dengan laba, jika variabel lainnya

tetap

H1 : j ≠ 0, artinya ada hubungan yang

signifikan secara parsial antara

variabel penyebab (xj) dengan laba,

jika variabel lainnya tetap

Kriteria penerimaan H0 adalah jika –

ttabel<thitung<ttabel pada taraf signifikansi

5% pada kedua sisi.

Koefisien korelasinya dapat dihitung

dengan persamaan (3.15) sampai dengan

(3.16). Untuk menguji apakah koefisien

korelasi (r) yang dihasilkan tersebut cukup

signifikan atau tidak maka dilakukan

penghitungan nilai thitung, yaitu melalui

persamaan (3.17). Dengan menggunakan

software SPSS (Lampiran 6) diperoleh

hasil pengujian seperti terlihat pada Tabel

7. Dengan menggunakan MS Excel

diperoleh nilai t(0,025;46) = 2,317, sehingga

wilayah penerimaan adalah – 2,317

<thitung< 2,317.

Tabel 7.

Uji Parsial Koefisien Korelas

Dari Tabel 7 terlihat bahwa

masing-masing variabel mempunyai

hubungan yang signifikan secara parsial

dengan laba, jika variabel lainnya tetap.

Dengan demikian kedua variabel tersebut

akan digunakan untuk memformulasikan

model persamaan regresi linier berganda.

Pemodelan Regresi Linier antara

Variabel Penyebab terhadap Laba

Untuk mengkaji keterkaitan antara

variabel penyebab, yaitu beban pajak kini

(x1) dan pajak tangguhan(x2) terhadap

variabel laba (y), maka akan dilakukan

pengujian dengan analisis regresi linier

(linear regression). Persamaan regresi

linier tersebut (Walpole, 1988) adalah

sebagai berikut:

dimana:

y = laba sebelum pajak

x1 = beban pajak kini(x1)

x2 = pajak tangguhan(x2)

b1 = koefisien regresi variabel x1

b2 = koefisien regresi variabel x2

b0 = intercept

Dengan menggunakan software

SPSS, seperti terlihat pada Lampiran 7,

diperoleh model persamaan regresi linier

sebagai berikut:

�̂� =12,427 + 3,793 x1 – 0,525 x2………(4.2)

Page 15: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

15

Dari hasil pengujian casewise

diagnostics dengan software SPSS,

ternyata tidak ditemukan adanya data

pencilan (outlier), dengan demikian

persamaan (4.2) inilah yang akan

digunakan sebagai persamaan regresi

linier pada kasus ini, yaitu untuk

mengestimasi laba sebelum pajak yang

akan diperoleh perusahaan. Persamaan

(4.2) mempunyai koefisien korelasi R =

0,991 dan koefisien determinasi R2 =

0,983, yang berarti 98,3% dari penyebab

manajemen laba dapat dijelaskan oleh

variabel penyebab (x1 dan x2) tersebut,

sedangkan sisanya disebabkan oleh

faktor lain.

Pengujian Model Persamaan Regresi

Untuk melihat apakah persamaan

regresi linier berganda di atas, yaitu

persamaan (4.2) dapat digunakan atau

tidak, maka akan dilakukan pengujian

hipotesis dengan analysis of variance

(ANOVA). Uji ini dilakukan untuk

melihat apakah variabel penyebab

mempengaruhi variabel akibat (y) atau

tidak. Rumusan hipotesisnya adalah

sebagai berikut:

H0 : 1 = 0, artinya tidak ada pengaruh

yang signifikan secara antara

variabel penyebab terhadap laba

H1 : 1 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang

signifikan antara variabel penyebab

terhadap laba

Kriteria penerimaan H0 adalah jika

Fhitung<Ftabelpada taraf signifikansi 5%.

Dengan menggunakan software

SPSS, yang outputnya terdapat di

Lampiran 7, diperoleh Tabel ANOVA

seperti terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

ANOVA

Untuk Uji Persamaan Regresi

Dengan menggunakan MS Excel

diperoleh nilai F(0,05;4,46) = 2,574, berarti

Fhitung>Ftabel. Dengan demikian H0

ditolak, berarti ada pengaruh yang

signifikan antara variabel penyebab

terhadap laba sebelum pajak.

PEMBAHASAN HASIL

Hasil Deskripsi Data

Deskripsi Data Beban Pajak Kini

Berdasarkan data pada Tabel 3.

terlihat bahwa beban pajak kini dari

perusahaan-perusahaan agribisnis dalam

kurun waktu 2011-2014 mencapai Rp.

3,371 milyar hingga Rp. 1.068,715

milyar. Ini berarti sektor industri

agribisnis ini merupakan sumber pajak

yang potensial bagi negara. Berdasarkan

data tersebut terlihat bahwa PT.

Astra Agro Lestari Tbk. merupakan

pembayar pajak terbesar selama empat

tahun berturut-turut, dengan nilai pajak

tertinggi mencapai Rp. 1.068,715 milyar

pada tahun 2014. Sedangkan pembayar

pajak terendah adalah PT. Gozco

Plantation Tbk. dengan nilai pajak

terendah Rp. 3,371 milyar pada tahun

2012.

Nilai beban pajak kini rata-rata

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yang

mencapai Rp. 260,663 milyar dan

terendah terjadi pada tahun 2013 yang

hanya mencapai Rp. 162,820

milyar. Ini berarti secara umum kinerja

perusahaan-perusahaan tersebut

mengalami kondisi yang paling baik pada

tahun 2011.

Sedangkan standar deviasi tertinggi

terjadi pada tahun 2012 yang mencapai

Page 16: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

16

Rp. 298,676 milyar dan terendah terjadi

pada tahun 2013 yang mencapai Rp.

193,513 milyar. Ini berarti secara umum

perbedaan beban pajak antara

perusahaan-perusahaan tersebut sangat

tinggi atau sangat variatif. Hal tersebut

juga dapat dilihat dari beban pajak

PT. Astra Agro Lestari Tbk., yang sangat

jauh di atas nilai rata-rata dan

PT. Gozco Plantation Tbk., yang sangat

jauh di bawah nilai rata-rata.

Deskripsi Data Pajak Tangguhan

Berdasarkan data pada Tabel 4.

terlihat bahwa pajak tangguhan dari

perusahaan-perusahaan agribisnis dalam

kurun waktu 2011-2014 mencapai –

Rp. 427,300 milyar hingga Rp. 643,422

milyar. Ini berarti sektor industri

agribisnis ini berpotensi memiliki hutang

pajak maupun tambahan modal yang

cukup besar. Berdasarkan data tersebut

terlihat bahwa PT. Salim Ivomas Pratama

Tbk. mempunyai pajak tangguhan

tertinggi, dengan nilai pajak tangguhan

mencapai Rp. 643,422 milyar pada

tahun 2014. Sedangkan yang mempunyai

pajak tangguhan terendah adalah PT.

Sinar Mas Agro Resources &

Technology Tbk. dengan nilai pajak

tangguhan terendah – Rp. 427,300 milyar

pada tahun 2014.

Nilai pajak tangguhan rata-rata

tertinggi terjadi pada tahun 2014 yang

mencapai Rp. 26,793 milyar dan terendah

terjadi pada tahun 2011 yang hanya

mencapai – Rp. 43,819 milyar. Ini berarti

secara umum perusahaan-perusahaan

tersebut memiliki pajak tangguhan yang

cukup rendah. Sedangkan standar deviasi

tertinggi terjadi pada tahun 2014 yang

mencapai Rp. 250,576 milyar dan

terendah terjadi pada tahun 2011 yang

mencapai Rp. 108,006 milyar. Ini berarti

secara umum perbedaan pajak tangguhan

antara perusahaan-perusahaan tersebut

sangat tinggi atau sangat variatif. Hal

tersebut juga dapat dilihat dari pajak

tangguhan PT. Salim Ivomas Pratama

Tbk. yang sangat jauh di atas nilai rata-

rata dan PT. Sinar Mas Agro Resources

& Technology Tbk. yang sangat jauh di

bawah nilai rata-rata.

Deskripsi Data Laba Sebelum Pajak

Berdasarkan data pada Tabel 4.5

terlihat bahwa laba sebelum pajak dari

perusahaan-perusahaan agribisnis dalam

kurun waktu 2011-2014 mencapai

Rp. 26,879 milyar hingga Rp. 3.689,990

milyar. Ini berarti sektor industri

agribisnis ini merupakan sektor bisnis

yang menjanjikan karena mempunyai

potensi laba yang bagus. Berdasarkan

data tersebut terlihat bahwa

PT. Astra Agro Lestari Tbk. memperoleh

laba bersih sebelum pajak tertinggi

selama empat tahun berturut-turut,

dengan nilai laba sebelum pajak terbesar

mencapai Rp. 3.689,990 milyar pada

tahun 2014. Sedangkan perusahaan

dengan nilai laba sebelum pajak terkecil

adalah PT. Provident Agro Tbk. dengan

nilai pajak terendah Rp. 26,879 milyar

pada tahun 2014.

Nilai laba sebelum pajak rata-rata

tertinggi terjadi pada tahun 2011 yang

mencapai Rp. 1.092,329 milyar dan

terendah terjadi pada tahun 2013 yang

hanya mencapai Rp. 608,834 milyar. Ini

berarti secara umum kinerja perusahaan-

perusahaan tersebut mengalami kondisi

yang paling baik pada tahun 2011.

Sedangkan standar deviasi tertinggi

terjadi pada tahun 2011 yang mencapai

Rp. 1.157,899 milyar dan terendah terjadi

pada tahun 2013 yang mencapai Rp.

725,106 milyar. Ini berarti secara umum

perbedaan laba sebelum pajak antara

perusahaan-perusahaan tersebut sangat

tinggi atau sangat variatif. Hal tersebut

juga dapat dilihat dari laba sebelum pajak

PT. Astra Agro Lestari Tbk. yang sangat

jauh di atas nilai rata-rata dan PT.

Provident Agro Tbk. yang sangat jauh di

bawah nilai rata-rata.

Page 17: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

17

Hasil Pemodelan Regresi Linier

Berganda

Dari hasil pemodelan regresi linier

berganda, dimana nilai beban pajak kini

dan nilai pajak tangguhan sebagai

variabel bebas, serta nilai laba sebelum

pajak sebagai variabel terikat, terlihat

bahwa kedua variabel bebas tersebut

sangat mempengaruhi nilai laba sebelum

pajak yang akan diperoleh perusahaan.

Namun dari kedua variabel tersebut, nilai

beban pajak kini mempunyai pengaruh

positif terhadap laba sebelum pajak

perusahaan. Sedangkan variabel pajak

tangguhan mempunyai pengaruh negatif

terhadap laba sebelum pajak. Artinya

semakin tinggi nilai beban pajak kini,

maka nilai laba sebelum pajak juga akan

semakin naik. Sedangkan untuk variabel

pajak tangguhan akan berlaku sebaliknya,

dimana semakin besar pajak tangguhan

maka akan semakin mengurangi nilai

laba sebelum pajak perusahaan.

Dari hasil pemodelan tersebut juga

terlihat bahwa kedua variabel tersebut

mempunyai derajat pengaruh yang

berbeda. Variabel beban pajak kini

mempunyai pengaruh positif terhadap

laba sebelum pajak dengan derajat

pengaruh 3,793 terhadap laba sebelum

pajak. Ini berarti setiap rupiah beban

pajak kini yang harus dibayar oleh

perusahaan akan memberikan kenaikan

nilai laba sebelum pajak sebesar 3,793

kali. Semakin tinggi beban pajak kini

tersebut, maka akan semakin tinggi pula

besaran labanya. Sedangkan variabel

pajak tangguhan mempunyai pengaruh

negatif terhadap laba sebelum pajak

dengan derajat pengaruh 0,525 terhadap

laba sebelum pajak. Ini berarti setiap

rupiah pajak tangguhan akan

menurunkan nilai laba sebelum pajak

sebesar 0,525 kali. Semakin tinggi pajak

tangguhan tersebut, maka akan semakin

rendah besaran laba yang akan diperoleh.

Dari gambaran tersebut terlihat

bahwa apabila kedua variabel pajak

tersebut dapat digunakan untuk menduga

besaran nilai laba sebelum pajak yang

akan diperoleh perusahaan sektor

agribisnis. Dengan demikian jika

perusahaan ingin memperoleh laba yang

tinggi, maka perusahaan dapat

mengkondisikan besaran nilai pajaknya.

Kedua variabel pajak tersebut juga dapat

dijadikan sebagai alat kontrol bagi

perusahaan untuk mengontrol perolehan

laba sebelum pajaknya.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan peneliti, maka diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Beban pajak kini mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap

laba perusahaan agribisnis yang

terdaftar di BEI secara parsial.

2. Pajak tangguhanmempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap

laba perusahaan agribisnis yang

terdaftar di BEI secara parsial.

3. Beban pajak kini dan pajak

tangguhan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap laba

perusahaan agribisnis yang terdaftar

di BEI secara simultan.

SARAN

Saran Operasional Industri Agribisnis

Aset pajak tangguhan memiliki

pengaruh signifikan terhadap laba yang

dilakukan perusahaan. Tindakan

manajemen mempengaruhi besar atau

kecilnya laba bersih yang didapatkan

perusahaan dalam satu periode. Laba

(Net Income) dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi perusahaan untuk

melihat kelangsungan hidup perusahaan

tersebut dan dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi mengambil keputusan

untukperiode yang akan datang.

Saran Pengembangan Ilmu

Untuk penelitian selanjutnya

diharapakan menggunakan sampel objek

Page 18: ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN ...

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

18

penelitian yang lebih banyak lagi dan

ditambahkan lagi variable-variabel yang

mempengaruhi laba bersih, misalnya

Akrual dan menyempurnakan model

untuk mendapatkan hasil penelitian yang

konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Febriyanti, Hanna.2014. Pengaruh

Deferred Tax Expense Dalam

Mendeteksi Earning Management

Dengan Menggunakan Pendekatan

Discretionary Revenue. Jurnal

Bisnis dan Akutansi.ISSN 1-11.

Arles P. Omposunggu.2011. Cara Legal

Siasati Pajak.Jakarta: PuspaSwara.

Deviana, Birgita. 2010. Kemampuan

beban pajak tangguhan dan beban

pajak kini dalam mendeteksi laba

bersih pada saat equity

offerings.Jurnal Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro.

Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS,

Ratna Wardhani, Aria Farahmita,

Edward Tanujaya.2012.Akuntansi

Keuangan Menengah Berbasis

PSAK.Jakarta: Salemba Empat.

Erly Suandy. 2011. Perencanaan Pajak.

Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam.2009. Aplikasi Analisis

Multi Varaite dengan program

SPSS. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hamizar. 2012. Jurnal Lentera

Akuntansi. Jakarta: Lentera.

Harnanto. 2003. Akuntansi Perpajakan.

Yogyakarta: BPFE.

Hery. 2013. Akuntansi Keuangan

Menengah. Jakarta: CAPS.

Djoko Muljono.2009. Akuntansi

Perpajakan. Yogyakarta: Andi

Offset.

Ni Made Ayu Widiariani, I Made

Sukartha.2015.Pengaruh Aktiva

Pajak Tangguhan Dan Beban Pajak

Kini Dalam Mendeteksi Income

Maximization. e-Jurnal ISSN738-

752.

Subekti Djamaludin, Rahmawati,

Handayani Tri Wijayanti.2008.

Analisa Perubahan Aktiva Pajak

Tangguhan Dan kewajiban Pajak

Tangguhan Untuk Mendeteksi

Laba Bersih. Jurnal ISSN 139-153.

Suranggane. 2007. Analisa aktiva pajak

tangguhan sebagai prediktor laba

bersih: kajian empiris pada

perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi

dan Keuangan Indonesia.

Krisnata Dwisuyanto, Y.B. Sigit

Hutomo. 2012. Pengaruh Beban

Pajak Tangguhan dan Perencanaan

Pajak Terhadap Laba Bersih.

Jurnal. 103-115.

Krisnata Dwi Suyanto, Supramono. 2012.

Likuiditas, Leverage, Komisaris

Independen Dan Laba Bersih

Terhadap Agresivitas Pajak

Perusahaan. Jurnal Keuangan dan

Perbankan Vol 16 No. 2.167-177.

Waluyo. 2010. Akuntansi Perpajakan.

Jakarta:SalembaEmpat.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014.

Standar Akuntansi Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat

.