ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK...
-
Upload
nguyendiep -
Category
Documents
-
view
284 -
download
4
Transcript of ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK...
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY
BASED COSTING (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-
Jawa Barat)
Mega Friyanti
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 / 1431 H
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING
(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat)
Mega Friyanti NIM: 105092002956
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 / 1431 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul ” Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat), yang ditulis oleh Mega Friyanti NIM 105092002956. Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at Tanggal 30 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II Dr. Ir. Edmon Daris, MS Ir. Siti Rochaeni, M.S Pembimbing I Pembimbing II Drs. Acep Muhib, MM Masrul Huda, SE, M.Si
Mengetahui,
Dekan Ketua Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 19680117 2001121 1 001 NIP. 19620617 198903 2 003
SURAT PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 30 Juli 2010
MEGA FRIYANTI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mega Friyanti
Alamat : Kp. Parung Bingung RT 02/10 no.75 Kel.
Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Depok
16434
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari 1986
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
e-mail : [email protected]
PENDIDIKAN
1992-1998 : MI Sirajul Athfal YKS
1998-2001 : MTs. Al-Ittihad
2001-2004 : SMA Muhammadiyah I Depok
2005-2010 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Skripsi
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini selaku pimpinan dan pemilik CV.Winner
Perkasa Indonesia Unggul, yang beralamatkan di Sawangan-Depok menyatakan bahwa
mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut,
Nama Mahasiswa : Mega Friyanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 105092002956
Judul Penelitian Skripsi : Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi
Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity
Based Costing (Studi Kasus CV.Winner Perkasa
Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat).
Adalah BENAR telah melaksanakan penelitian skripsi di perusahaan yang saya pimpin,
dengan waktu pelaksanaan mulai bulan Maret sampai April 2010 .
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Terima kasih.
Depok, 25 April 2010
Maria Gigih Sandy
RINGKASAN
MEGA FRIYANTI, Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok – Jawa Barat). (Di bawah bimbingan ACEP MUHIB dan MASRUL HUDA).
Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya ini harus dicatat, diklasifikasikan dan diolah secara cermat sesuai dengan jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produksi. Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang sangat membutuhkan perhatian. Harga pokok produksi biasanya merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan ketidak tepatan dalam penyajian informasi akuntansi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang menggunakan informasi akuntansi tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini. 2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien.
Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat, karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi perkembangan yang baik pada masa yang akan datang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis harga pokok produksi menggunakan metode yang dipakai oleh perusahaan selama ini yaitu metode konvensional (full costing) yang kemudian dibandingkan dengan metode yang diteliti yaitu dengan menggunakan metode activity based costing (ABC).
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional dan metode yang diteliti yaitu ABC, dapat diketahui total biaya produksi dari masing-masing jenis jus yang diproduksi oleh perusahaan, total biaya produksi dengan menggunakan metode konvensional adalah sebesar Rp.271.452.300 untuk jenis jus belimbing, Rp.180.969.245 untuk jenis jus jambu dan Rp.91.410.464 untuk jenis jus wornas. Sedangkan total biaya produksi dengan menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp.198.595.673 untuk jenis produk jus belimbing, Rp.144.873.324 untuk jenis produk jus jambu dan Rp.92.876.133 untuk jenis produk jus wornas. Berdasarkan total biaya produksi dapat diketahui perbandingan total biaya produksi antara metode konvensional dengan metode ABC, untuk jenis produk jus belimbing dan jus jambu mengalami penurunan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC masing-masing sebesar 14 % dan 24 %, sedangkan untuk jenis produk jus wornas mengalami kanaikan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC sebasar 15 %.
Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional (full costing) dan metode ABC yang diteliti, dapat diketahui bahwa perbandingan HPP pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu dengan metode ABC lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing, namun selisihnya tidak telalu besar. Harga pokok produksi dengan metode ABC pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu masing-masing sebesar Rp.1.262/botol dan Rp.1.381/botol, atau menjadi lebih rendah masing-masing sebesar 36 % dan 24 % , jika dibandingkan dengan metode full costing, dikarenakan penggunaan sumberdaya pada kadua jenis jus tersebut telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan untuk jenis jus wornas mengalami kenaikan sebesar Rp.1.771, atau naik 15 % apabila menggunakan metode ABC
Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan oleh perusahaan dengan metode full costing dan metode ABC yang diteliti, diketahui perbandingan selisih laba harga jual terhadap HPP masing-masing pada ketiga jenis jus buah tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC. Laba produk jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas apabila menggunsksn metode ABC masing-masing adalah sebesar Rp.1.488/botol, Rp.1.369/botol dan Rp.1.039/botol, atau menjadi lebih tinggi masing-masing sebesar 29%, 25%, dan 3%, dibandingkan mengunakan metode full costing.
Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya, aktivitas dan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan efisiensi di dalam produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang efisien.
Cara pertama adalah dengan menghilangkan aktivitas yang bukan penambah nilai seperti pada aktivitas blansir dan penirisan, karena tanpa aktivitas tersebut buah sudah dapat dihancurkan dengan mesin blender, dan juga meniadakan salah satu aktivitas penyaringan karena dengan salah satu penyaringan saja sudah cukup. Cara yang ke dua adalah dengan memilih aktivitas yang berbiaya rendah, pada CV.WPIU aktivitas ini sudah dilakukan pada aktivitas penyaringan yang menggunakan peralatan penyarinagn yang masih sederhana. Biasanya hal seperti di atas dapat terjadi kerena dalam metode konvensional sering terjadi kesalahan dalam pembebanan overhead pabrik di mana produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya overhead yang tinggi pula, demikian sebaliknya produk dengan jumlah volume produksi yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah pula. Jika perusahaan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang diinginkan, maka perusahaan harus meningkatkan harga jual secara berangsung-angsur untuk jenis produk jus wornas, dengan memperhatikan HPP menurut ABC dan biaya-biaya pemasaran yang belum di masukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan lain yang sejenis. Sebaiknya perusahaan melakukan spesialisasi dalam memproduksi jus buah belimbing dan jambu yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh jus wornas. Jika perusahaan ingin menguasai pasar sebaiknya perusahaan menurunkan harga jual pada jenis jus buah belimbing dan jus buah jambu dengan harga yang baru yaitu Rp 2.300,00/botol, sedangkan untuk jenis jus wornas yang telah diketahui bahwa mengalami kenaikan total biaya produksi dan HPP tetapi perusahaan masih ingin memproduksinya maka bisa menggunakan harga yang lama yaitu Rp 2.750,00/botol. Dengan memperhatikan biaya pemasaran yang belum
dimasukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan yang sejenis, atau perusahan dapat maningkatkan jumlah volume produksi seperti kedua jenis produk jus yang lain, sehingga efektif dan efisien terhadap sumberdaya yang dipakai terhadap keluaran yang dihasilkan sehingga menghasilkan total biaya produksi dan HPP yang lebih rendah pula.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Penetapan Harga Pokok Produksi pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan
Activity Based Costing Studi Kasus Pada CV.Winner Perkasa Indonesia
Unggul Depok-Jawa Barat ”. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammnad SAW, keluarga, sahabat dan semoga sampai kepada kita yang
mengikuti jejak langkahnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih,
karena penulis tidak akan bisa menyelasaikan skripsi ini tanpa dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Papa dan mama tersayang, terimakasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran
dan dukungan baik moril maupun materil, yang diberikan sampai saat ini.
semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala karunianya kapeda papa
dan mama.
2. Drs. Acep Muhib, MM dan Masrul Huda, SE, M.Si selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membantu mengarahkan dan membimbing
dengan baik hingga selesainya skripsi ini.
3. Dr.Ir. Edmon Daris, MS dan Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai dosen penguji
yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini mendapat banyak
masukan untuk lebih baik.
4. Ir. Lilis Imamah Ichadayati, M.Si dan Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis.
5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Maria
7. Ade2 tercinta ( uchi, fajar, endum) yang selalu ada memberikan semangat
kepada penulis untuk terus maju dan mendengar keluh kesahku, walaupun
i
kadang2 membuat jengkel dan marah tetapi kalian tetep ade2 ku yang
manis n imut.
8. Seluruh dosen Agribisnis fakultas sain dan teknologi yang telah
memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis.
9. Bu Warti n ka Dewi yang slalu membantu penulis dalam surat menyurat
10. Teman2 seperjuangan Agribisnis angkatan 05 yang selalu memberi
semangat agar laporan ini cepat selesai, walaupun jumlah kita sedikit
mudah2an kita tetap menjadi satu keluarga besar di dalam jurusan yang
kita cintai ini.
11. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namun penulis
berarharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada kalian semua.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka
berikan, apabila penulis mempunyai kesalahan, kekhilafan yang disengaja ataupun
tidak disengaja mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Penulis menyadari dalam laporan PKL ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu setiap saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan kita semua. Amin ya Allah ya Rabbal Allamin.
Depok Juli 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
2.1 Pengertian Jus.................................................................................... 5
2.2 Cara Pengolahan Jus ........................................................................ 5
2.3 Harga ................................................................................................. 11
2.4 Harga Pokok Produksi ...................................................................... 11
2.5 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi ....................................... 12
2.6 Biaya dan Klasifikasinya................................................................... 15
2.7 Definisi Activity Based Costing (ABC) ............................................ 19
2.7.1 Kelebihan Sistem ABC ......................................................... 20 2.7.2 Kelemahan Sistem ABC ......................................................... 20 2.7.3 Perbedaan ABC Dengan Sistem Akuntansi tradisional
(Full Costing) ......................................................................... 21
2.8 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 22
2.9 Kerangaka Pemikiran ........................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 26
iii
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 26
3.2 Sumber Data...................................................................................... 26
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 26
3.4 Analisis Data ..................................................................................... 27
3.4.1 Analisis Kualitatif .................................................................... 27 3.4.2 Anilisis Kuantitatif .................................................................. 28
3.4.1.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul ..................... 28
3.4.1.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode ABC ................................................................. 28
3.4.3 Aktivitas Proses Produksi ....................................................... 30
3.5 Definisi Oprasional ............................................................................ 31
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN............................................. 33
4.1. Sejarah Umum Perusahaan .............................................................. 33
4.2 Peralatan Produksi Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ................................................................ 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 39
5.1 Proses Produksi Jus Buah Pada CV. Winner Perkasa indonesia Unggul (WPIU)............................................................................... 39
5.2 Biaya Produksi .................................................................................. 46
5.2.1 Penggunaan Biaya Langsung ................................................... 46 5.2.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung......................................... 48
5.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) .......................................... 53
5.3.1 Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Biasa Digunakan Oleh Perusahaan Dengan Metode full Costing ......................... 54
5.3.2 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Pendekatan Metode Acivity Based Costing (ABC)....................................... 54
5.4 Peruhitungan Harga pokok Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ............................... 55
5.5 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) ........................................................ 57
5.5.1 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Belimbing......................................................................... 58
5.5.2 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Jambu ................................................................................ 64
iv
5.3.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Wornas .............................................................................. 70
5.6 Analisis Perbandingan HPP Antara Metode Konvensional ............. 76 Dengan Metode ABC Untuk Jenis-Jenis Produk Jus Belimbing, Jus Jambu, jus Wornas ...................................................................... 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 82
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 82
6.2 Saran.................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Biaya Bahan Baku untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Pada CV.WPIU
tahun 2009 ....................................................................................................... 47
2. Biaya Bahan Tambahan untuk Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 ....................................................................................... 49
3. Biaya Penggunaan Tenaga Listrik dan Gas Pada CV.WPIU tahun 2009......... 52
4. Biaya Overhead Bersama Produk Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 ........ 53
5. Jumlah Produksi dan Persentase Untuk Masing-Masing Produk Jus Buah pada CV.WPIU Tahun 2009.............................................................. 45
6. Total Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing dan Metode ABC Pada Perhitungan HPP Dari Masing-Masing Jenis Jus yang Diproduksi Oleh CV.WPIU Tahun 2009.......................................................... 76
7. Persentase Selisih HPP Antara Metode Konvensional dengan Metode ABC .. 77
8. Laba Terhadap Harga Penjualan Pada Masing-Masing Jenis Jus Dengan HPP Antara Metode Full Costing dan Metode ABC .......................... 79
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram Alir Pengolahan Sari Buah ................................................................ 10
2. Bagan Kerangka Pemikiran .............................................................................. 25
3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU ......................................................................................................... 31
4. Struktur Organisasi CV.WPIU.......................................................................... 34
5. Saluran Tataniaga Jus Buah Pada CV.WPIU.................................................... 35
6. Diagram Alir Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU ....................................... 45
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dasar Alokasi Penggunaan Listrik Air Tiap-Tiap Jenis Jus Pada
CV.WPIU tahun 2009 ...................................................................................... 87
2. Total Biaya Kemasan Botol dan Karton Pada CV.WPIU Untuk Masing- Masing Jenis Jus Buah Tahun 2009.................................................................. 88
3. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 ....................................................................................................... 89
4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Belimbing, Jus Jambu dan Jus wornas
dengan Metode Konvensional Pada CV.WPIU Tahun 2009............................ 90 5 Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Belimbing
Tahun 2009 ....................................................................................................... 91
6. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Belimbing ........... 92
7. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Belimbing Metode ABC Tahun 2009 ........ 93
8. Perhitungan HPP Jenis Jus Belimbing Dengan Metode ABC .......................... 94
9. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Jambu Tahun 2009 ....................................................................................................... 95
10. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Jambu................ 96
11. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Jambu Metode ABC Tahun 2009………. 97
12. Perhitungan HPP Jenis Jus Jambu Dengan Metode ABC............................... 98
13. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Wornas Tahun 2009 .................................................................................................... 99
14. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Wornas.............. 100
15. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Wornas Metode ABC Tahun 2009........... 101
16. Perhitungan HPP Jenis Jus Wornas Dengan Metode ABC…………………. 102
17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Skripsi........................................ 103
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelancaran operasional suatu perusahaan tergantung pada kemampuan
manajemen dalam mengambil keputusan. Operasional perusahaan dapat berjalan
dengan baik, apabila informasi yang tersedia dapat dipercaya sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Sejalan dengan semakin berkembangnya volume
perusahaan, menuntut manajemen semakin efektif dalam mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi.
Perkembangan suatu perusahaan akan diiringi kompleksnya aktivitas yang
dijalankan, hal itu menuntut adanya pelaksanaan aktivitas yang efektif dan efisien.
Dilain pihak manajer tidak dapat lagi memonitor secara langsung aktivitas yang
dijalankan oleh para bawahannya, namun perusahaan harus tetap mampu
menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan harga yang wajar.
Agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran, maka perusahaan
harus membuat suatu perencanaan yang matang dan sumber daya yang
dimilikinya dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai
tujuan perusahaan, yaitu mendapatkan laba atau meminimalkan kerugian.
Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi
yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya-
biaya ini harus dicatat, diklasifikasikan dan diolah secara cermat sesuai dengan
jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
1
perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat
menentukan harga pokok produksi.
Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang
sangat membutuhkan perhatian. Harga pokok produksi biasanya
merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan
ketidaktepatan dalam penyajian informasi akuntansi, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
menggunakan informasi akuntansi tersebut.
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah salah satu CV atau
perusahaan yang berada di kota Depok yang bergerak dibidang pengolahan jus
buah. Untuk menghasilkan harga jual yang bersaing dengan perusahaan
pengolahan sejenis, diperlukan adanya manajemen biaya yang bertujuan untuk
membuat biaya menjadi lebih efisien agar diperoleh harga jual yang bersaing dan
tidak memberatkan konsumen namun perusahaan tetap memperoleh keuntungan
tertentu dengan sewajarnya.
Dalam pengamatan peneliti selama ini, CV. WPIU menggunakan metode
konvensional (Full Costing), seiring dengan diversifikasi produk yang diproduksi
diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat. Untuk itu peneliti
melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi
Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi
Kasus CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok –Jawa Barat)”.
2
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang
dilakukan oleh CV. WPIU selama ini?
2. Apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada
CV.WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan
dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi
pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini.
2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus
buah pada CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing
dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengamati dan mendeskripsikan pelaksanaan proses
peroduksi dan menganalisis Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) pada
beberapa jenis produk jus, yaitu jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas (wortel
dan nanas). Hal ini dikarenakan ketiga jus tersebut yang produktif diproduksi
setiap hari. Dianalisis secara kuntitatif dan kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan
pada perhitungan HPP dengan cara yang dilakukan oleh perusahaan dan dengan
metode ABC, sedangkan analisis kualitatif dilakukan dalam membandingkan hasil
3
kedua jenis perhitungan HPP. Batasan ini dilakukan karena keterbatasan yang
dimiliki oleh peneliti dalam hal waktu, biaya, dan tenaga.
1.5. Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
dapat diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan material harga pokok produksi
2. Bagi penulis, dapat dijadikan pengalaman berharga dalam menerapkan ilmu
yang didapat di bangku kuliah dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk
memperoleh pengetahuan tentang harga pokok produksi.
3. Bagi pihak lain, yang berminat dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Jus
Dalam buku Pujimulyani (2009:117), sari buah dapat diartikan sebagai
cairan yang diambil atau diperas dari bagian buah yang dapat dimakan (edible
portion) dengan pengepresan atau cara mekanis yang lain. Sari buah keruh
mengandung komponen sel dalam suspensi koloid dengan sejumlah hancuran
jaringan.
2.2. Cara Pengolahan Jus atau Sari Buah
Pengolahan sari buah pada dasarnya merupakan suatu proses yang
sederhana. Menurut Pujimulyani (2009:117), terdapat dua jenis pengolahan sari
buah, yaitu sari buah jernih (clarified juice) dan sari buah keruh (unclarified
juice). Proses pengolahan sari buah yang harus dilakukan adalah:
1. Sortasi, pengupasan dan pencucian
Buah disortasi dan dipilih yang matang dan bebas dari kerusakan
(biologis maupun mekanis). Setelah disortasi buah dikupas dan dicuci untuk
menghilangkan kulit dan kotoran-kotoran, noda, debu serta kotoran lain yang
tidak dikehendaki.
2. Pemotongan dan penghilangan biji
Setelah bahan bersih, pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih
kecil dengan ukuran lima sentimeter, tujuannya adalah untuk meningkatkan
efisiensi blanching.
5
3. Blanching
Buah yang telah dibelah diberi perlakukan blanching (perendaman
pada air panas) pada suhu kurang lebih 85o C selama kurang lebih 10 menit.
Pengukuran suhu dilakukan dengan mengukur suhu uap (steam) menggunakan
thermometer.
4. Ekstraksi
Ekstraksi buah dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah
tersebut. Buah dihancurkan sampai menjadi bubur kemudian disaring. Untuk
mendapatkan ekstrak lebih banyak, biasanya dilakukan dengan alat press.
5. Penyaringan
Bubur buah hasil ekstraksi dilakukan penyaringan dengan kain saring
yang menghasilkan sari buah segar.
6. Penjernihan
Sari buah yang baru dipress mengandung hancuran sel dan bahan
koloid, senyawa pektat, gum, protein serta komponen lain. Sistem tersebut
distabilkan dengan hidrasi pertikel dan muatan listrik atau ion-ion yang
terserap oleh adanya pektin yang larut. Penjernihan spontan terjadi akibat
pembentukan kompleks protein-protein, pektat tidak larut atau perubahan-
perubahan berganda yang menghasilkan endapan yang mengandung bahan
tersuspensi dan komponen sari buah lainnya.
Penjernihan spontan atau alami biasanya berjalan lambat sehingga jika
diinginkan sari buah yang jernih maka proses penjernihan harus dipercepat.
Cara penjernihan bisa dengan sentrifugasi atau filtrasi tetapi kurang efektif
6
karena adanya pektin maka sari buah viscous (pengendapan) dan penyaringan
lambat. Proses penjernihan dapat dipercepat dengan menambah suatu senyawa
yang dapat bereaksi dengan komponen sari buah. Penambahan senyawa
tersebut merangsang pembentukan endapan dengan membawa bahan-bahan
lain dalam suspensi. Bahan yang biasa ditambahkan yaitu gelatin yang akan
dikombinasi dengan fenolat membentuk kompleks yang tidak larut, tetapi
apabila jumlah berlebihan maka akan menstabilkan sistem koloidnya.
Efektivitas penambahan bahan tersebut tergantung pada faktor suhu, pH dan
konsentrasi ion-ion lain, misal oin ferri.
7. Stabilisasi
Sari buah merupakan sistem dispersi, yaitu suatu sistem yang terdiri
dari dua fase, fase satu sebagai pertikel yang harus tersebar merata dalam fase
yang lain, jika fase terdispersi merupakan bahan padat dan medium
pendispersinya cair maka disebut fase emulsi. Penampakan keruh pada sari
buah keruh dipengaruhi oleh kestabilan suspensinya. Kestabilan suspensi
merupakan suatu keadaan padatan terdispersi merata dalam medium
pendispersinya dan tidak terjadi penggabungan pertikel manjadi berukuran
besar yang mengakibatkan terjadinya pengendapan. Upaya untuk
mempertahankan sistem dispersi tersebut dengan menambah zat penstabil
yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kecenderungan
penggabungan pertikel dan pengendapan. Zat penstabil yang dapat
ditambahkan yaitu hidrokoloid misalnya Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
7
Semakin tinggi konsentrasi CMC yang ditambahkan, maka stabilitas
suspensi sari buah yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini karena gugus CMC
yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan membentuk jaringan tiga
dimensi, sehingga air yang sebelumnya berada di luar granula bergerak bebas,
tidak dapat lagi bergerak bebas. Penambahan hidrokoloid bersifat melindungi
koloid yang dapat melapisi seluruh pertikel padatan sehingga mencegah
terjadinya penggabungan pertikel-partikel yang terdispersi, sehingga
suspensinya stabil. Pada sari buah keruh perlu dilakukan pencegahan proses
penjernihan secara spontan.
Penyaringan pada sari buah keruh dilakukan apabila bahan-bahan
tersuspensi dihilangkan dengan proses finning. Pada beberapa jenis sari buah
penghilangan protein dengan penambahan bentonit lebih efektif.
8. Pasteurisasi
Pamanasan sebagai tahap pengawetan dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada sari buah. Seperti diketahui sari buah cukup baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki terutama yeast
dan masih memungkinkan adanya bau dan aroma khas dari buah. Pasteurisasi
dilakukan pada suhu 80o C selama 20 menit.
9. Pembotolan dan penghilangan udara (exhausting)
Sari buah yang telah dipasteurisasi dimasukkan ke dalam botol yang
telah disterilkan dengan kapasitas 250 ml. Air buah yang dimasukkan masih
dalam keadaan panas, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminan
yang terikut. Sebelum dilakukan penutupan botol, sisa udara yang terdapat
8
dalam botol dihilangkan dengan jalan pemanasan dalam air mendidih selama
kurang lebih lima menit.
10. Penutupan
Setelah exhausting maka tahap selanjutnya adalah penutupan yang
merupakan proses finishing dari pembuatan sari buah. Diagram alir alir
pengolahan sari buah menurut Pujimulyani dapat dilihat pada Gambar 1.
9
Buah matang
Sortasi, pengupasan, pencucian
keterangan:
= bahan baku
= hasil olahan sementara/
bahan penolong
= proses
= produk
Pencampuran dengan stabilizer (CMC, gum arab, bahan hirrokoloid)
Penjernihan (sentrifugasi/ filtrasi/ gelatine)
Sari buah
dalam botol
Penutupan
Exhausting
Pembotolan
Sari buah
pasteurisasi
Penyaringan
Ekstraksi
Blanching
Pemotongan dan penghilangan biji
Gambar 1.Diagram alir pengolahan sari buah Sumber: (Pujimulyani, 2009:123).
10
2.3. Harga
Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau
aspek (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Tjiptono dkk, 2008: 465).
Sedangkan menutur Kotler dan Armstrong (2003: 430), harga adalah sejumlah
uang yang harus dibayarkan atas barang atau jasa.
Menurut Swastha (1998: 241), harga adalah jumlah uang (ditambah
beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dari beberapa pengertian harga di
atas, maka harga dapat diartikan sebagai nilai pertukaran yang ditetapkan oleh
penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk atau jasa yang diukur
dengan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang atau jasa berikut pelayanannya.
2.4. Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005: 17) harga pokok produksi merupakan biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan
menurut Hansen dan Mowen (2009: 60), harga pokok produksi adalah total biaya
barang yang diselesaikan selama periode berjalan.
Menurut Krismiadji (2002: 41), harga pokok produksi adalah proses
pembebanan biaya manufaktur (produksi) kepada produk yang dibuat. Mulyadi
(2005: 65) menambahkan bahwa informasi harga pokok mempunyai manfaat
sebagai berikut:
11
1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodik
4. menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
2.5. Metode Penetapan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005: 17), dalam memperhitungkan biaya-biaya ke
dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu: full costing dan
variable costing. Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat
variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang dihitung dengan
menggunakan metode full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan biaya
overhead pabrik tetap), kemudian ditambah dengan biaya non produksi ( biaya
pemasaran, dan biaya administrasi dan umum).
Sedangkan metode varibel costing merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat
variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode
variable costing dari harga pokok variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel). Kemudian ditambah dengan biaya
non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administarasi dan umum
variabel), dan biaya periode (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
biaya administrasi dan umum tetap).
12
Metode full costing baik digunakan karena dapat membantu manajemen
dalam mambuat keputusan jangka panjang. Selain itu metode full costing
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode variabel costing karena
dapat mengidentifikasi dengan lebih cermat setiap jenis biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Sedangkan metode variabel costing baik digunakan hanya untuk
mengambil keputusan jangka pendek. Metode ini kurang tepat digunakan utnuk
mengidentifikasi setiap biaya yang dikeluarkan secara cermat karena hanya
memperhitungkan biaya variabel saja. Dari pengertian di atas dapat dikatakan
bahwa keduanya merupakan metode konvensional yang berdasarkan metode
volume based costing, dan yang sering dugunakan oleh perusahaan adalah metode
full costing.
Kelebihan dari metode konvensional adalah mudah diterapkan, mudah
diaudit dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sistem ini
tidak banyak menggunakan cost drivers (pemicu biaya) dalam mengalokasikan
biaya overhead, sehingga hal ini memudahkan bagi manajemen perusahaan dan
auditor untuk malakukan perhitungan dan proses audit. Selain itu sistem ini telah
lama diterapkan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian
terhadap sistem ini.
Kelemahan dari metode konvensional adalah secara potensial mendistorsi
biaya produk. Hal ini terjadi karena biaya dialokasikan secara tidak langsung
kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak sempurna dengan
konsumsi sumberdaya sesungguhnya. Total komponen biaya overhead dalam
13
suatu biaya produk senantiasa terus meningkat, dimana pada saat persentase biaya
overhead semakin besar maka distorsi biaya juga semakin besar.
Menurut Horngren dan Carles (1994: 56), metode perhitungan harga
pokok terdiri dari dua metode, yaitu:
1. Volume Based Costing System
Volume based costing system dikenal dengan sistem akuntansi biaya
tradisional, dalam metode ini pola konsumsi input, jumlah overhead serta
overhead per unit produk dialokasikan pada masing-masing produk
berdasarkan volume dan unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya
aktivitas penanganan produk sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan produk
dengan volume produksi besar mendapatkan alokasi biaya yang besar dan
produksi dengan volume produksi kecil dibebani biaya produksi yang relatif
kecil pula.
2. Activity Based Costing System
Activity based costing system merupakan suatu metode penentuan harga
pokok yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produk.
Alokasi ini berhubungan dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk
sesungguhnya. Konsep seperti ini mendorong adanya penggolongan aktivitas
penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan
untuk mengurangi aktivitas bukan penambah nilai bahkan menghilangkannya
sama sekali. Data yang dibutuhkan dalam menggunakan metode ini lebih
akurat.
14
2.6. Biaya dan Klasifikasinya
Menurut Hansen dan Mowen (2006: 40), biaya adalah kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi
perusahaan. Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang
dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter, 2009:30). Sedangkan
menurut Krismiadji (2002: 18), biaya atau cost adalah kas atau ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan
manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:5), biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Prawironegoro dan
Durwanti (2009: 19) biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk
memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan
memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.
Menurut Mulyadi (2005: 8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang, yang telah tejadi atau yang mungkin akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan menjadi empat pokok dalam
definisi biaya tersebut:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
15
Menurut Mulyadi (2005: 14-17), biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Objek Pengeluaran
Dalam objek ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya, misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar,
maka pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan
bakar.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam fungsi pokok biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, menurut obyek pengeluarannya
secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
b. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk, contohnya adalah: iklan, promosi, biaya angkutan dari
gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran.
c. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi
dan pemasaran produk, contohnya adalah: gaji karyawan bagian keuangan,
akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan
16
akuntan dan biaya foto kopi. Jumlah biaya pemasaran dan biaya
administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya
Biaya ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Biaya langsung
Adalah biaya yang terjadi, di mana penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut
tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung
Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai, biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk
disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead
pabrik, contohnya adalah gaji mandor dan biaya listrik.
4. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan biaya dapat
digolongkan menjadi:
a. Biaya variabel
Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
17
b. Biaya semi variabel
Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan, biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel.
c. Biaya semi fixed
Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu, contohnya adalah gaji direktur produksi.
5. Jangka Waktu Manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengeluaran modal
Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya satu periode akuntansi adalah satu tahun). Contohnya
adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk promosi besar-
besaran dan pengeluaran-pengeluaran riset dan pengembangan suatu
produk.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntasi terjadinya pengeluaran tersebut, contohnya adalah biaya iklan dan
biaya tenaga kerja.
18
2.7. Definisi Activity Based Costing (ABC)
Para ahli manajemen dan akuntansi mendefinisikan ABC sebagai berikut:
Carter (2009: 528), ABC didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya
dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu di
alokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak
barkaitan dengan volume (non-volume related factor).
Witjaksono (2006: 208), mendefinisikan ABC adalah suatu metode
akuntansi biaya di mana pembebanan harga pokok produksi merupakan
penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang atau
jasa. Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produk barang
atau jasa disebut sebagai cost driver. Menurut Garrison dan Brewer (2006: 440),
mendefinisikan ABC sebagai metode costing yang dirancang untuk menyediakan
informasi biaya bagi manajer untuk keputusan stratejik dan keputusan lainnya
yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.
ABC adalah suatu pendekatan penentuan biaya produksi yang
membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas (Komarudin, 2005: 15). Sedangkan menurut Mulyadi
(2003: 53), ABC adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain
untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka
panjang melalui pengolahan aktivitas. ABC didesain dengan keyakinan dasar
bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan
terhadap penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Pengelolaan aktivitas
19
ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas organisasi kepenyediaan produk
atau jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan konsumen.
2.7.1. Kelebihan Sistem ABC
Menurut Maher dan Deakin (1997:48) kelebihan sistem ABC adalah:
1. Kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas memberikan ukuran biaya yang lebih
rinci daripada metode alokasi menyeluruh atau departemen.
2. Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan dapat membantu pihak pemasaran
dengan memberikan angka biaya produk yang lebih akurat untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan tentang penetapan harga.
3. Bagian produksi juga mendapat manfaat karena kalkulasi biaya berdasarkan
kegiatan memberikan informasi yang lebih baik tentang berapa biaya setiap
kagiatan. Dengan metode kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan pula dapat
mengidentifikasi penggerak biaya (cost driver) yaitu kegiatan yang
menimbulkan biaya yang sebelumnya tidak diketahui.
2.7.2. Kelemahan Sistem ABC
Kelemahan sistem ABC menurut Garrison dan Brewer(2006: 472) adalah:
1. ABC adalah proyek besar yang membutuhkan sumber daya yang besar dan
mahal.
2. ABC menghasilkan angka yang berbeda dengan angka yang dihasilkan oleh
sistem tradisional, tetapi manajer terbiasa menggunakan sistem perhitungan
biaya tradisional untuk menjalankan operasinya, intinya ABC mengubah aturan
20
main perusahaan, perubahan dalam organisasi khususnya yang mengubah aturan
main cenderung mendapat perlawanan dari karyawan.
3. Data ABC dapat dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan dengan
hati-hati ketika mengambil keputusan. Biaya yang dibebankan kepada produk,
pelanggan dan obyek biaya lainnya hanya dilakukan bila secara potensial
relevan. Sebelum membuat keputusan yang signifikan dengan menggunakan
data ABC, manajer harus mengidentifikasi biaya mana yang betul-betul relevan
dengan keputusan saat itu.
2.7.3. Perbedaan ABC Dengan Sistem Akuntasi Tradisional
Menurut Mulyadi (1993: 187), perbedaan ABC dengan sistem Full
Costing adalah sebgai berikut:
1. ABC menitikberatkan pertanggungjawaban aktivitas bukan
pertanggungjawaban biaya. Biaya terjadi sebagai akibat adanya aktivitas, oleh
karena itu fokus pengendalian biaya diubah dari yang semula dipusatkan
terhadap biaya, sekarang di pusatkan terhadap penyebab terjadinya biaya yaitu
aktivitas. Karena aktivitas tidak dibatasi oleh pusat pertanggungjawaban
seperti departemen, maka ABC bersifat menyeluruh dan merupakan
pendekatan menyeluruh dalam pengendalian biaya.
2. Sistem akuntansi pertanggung jawaban full costing memfokuskan
pengendalian terhadap biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan
manajer yang memiliki wewenang atas terjadinya biaya. Sedangkan dalam
sistem ABC memfokuskan pengendaliannya terhadap aktivitas yang
menyebabkan terjadinya biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan
21
aktivitas penambah dan bukan penambah nilai, sehingga dapat merencanakan
program pengelolaan aktivitas dan memantau dampak program tersebut
terhadap pengurangan biaya.
2.8. Penelitian Terdahulu
Rahany (2003) yang meneliti tentang penetapan harga pokok produksi
dengan metode Activity Based Costing pada PT. Surabraja Food Industry Cirebon,
Jawa Barat, menyimpulkan bahwa dari hasil perhitungan dengan menggunakan
metode ABC dapat dilihat bahwa harga pokok produksi untuk kelompok produk
yang bervolume besar akan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
perhitungan menggunakan metode konvensional yang digunakan oleh perusahaan.
Hal ini disebabkan kerena dalam ABC, aktivitas yang diperhitungkan adalah
aktivitas penambah nilai dan menghilangkan aktivitas yang tidak perlu, sehingga
penelitian ini merekomendasikan metode ABC untuk digunakan dalam
perhitungan harga pokok produksi bagi perusahaan.
2.9. Kerangka Pemikiran
Tujuan dari didirikannya suatu usaha adalah untuk mendapatkan
keuntungan guna menjaga kelangsungan hidup perusahaannya, disamping tujuan
lain yang bersifat sosial seperti memberikan kesempatan kerja atau memenuhi
suatu kebutuhan tertentu. Perencanaan keuntungan tersebut bukanlah suatu hal
yang mudah karena penetapannya harus didasarkan pertimbangan baik dari intern
maupun dari ekstern yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
penetapan keuntungan itu sendiri.
22
Persaingan yang semakin ketat dalam industri minuman jus buah, terutama
dalam persaingan harga jual membuat perusahaan harus jeli dalam menetapkan
harga jualnya. Penetapan suatu harga jual tidak lepas dari penetapan harga pokok
produksi, kerena dalam menentukan harga jual perlu dipertimbangkan harga
pokok produksi disamping biaya pemasaran, administrasi dan umum.
Dalam penetapan keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu
tertentu, maka perusahaan perlu mengetahui berapa hasil yang diperoleh dari
penjualan produksi dan biaya-biaya yang harus diperhitungkan dalam rangka
penjualan produksi yang dimaksud. Perusahaan perlu menetapkan suatu harga
pokok yang tepat dalam memasarkan produknya agar mampu bersaing di pasaran.
Terdapat beberapa metode dalam penetapan harga pokok produksi,
umumnya perusahaan menggunakan metode konvensional (full costing) dalam
penetapan harga pokok produksinya. Metode ini mudah diaplikasikan namun
kurang mencerminkan biaya-biaya aktivitas penanganan produk yang
sesungguhnya, sehingga penentuan harga pokok produksi kurang tepat. Untuk itu
dilakukan suatu alternatif perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode ABC yang mendistribusikan biaya-biaya yang berkaitan
dengan aktivitas pembentukan produk secara terkoordinasi. Dengan metode ABC
yang berbasis aktivitas, perusahaan lebih mudah mengendalikan kegiatan produksi
dengan penekanan hanya pada aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan
nilai tambah.
Kedua metode yang digunakan dalam penetapan harga pokok produksi ini
akan dihitung kemudian dibandingkan guna mengetahui metode mana yang akan
23
menguntungkan dua pihak, baik perusahaan ataupun konsumen, sehingga
perusahaan mampu bersaing di pasaran dengan harga yang terjangkau oleh
konsumen. Untuk lebih jelasnya bagan kerangka pemikiran disajikan pada
Gambar 2 sebagai berikut.
24
CV. Winner Perkasa Indonesia
Unggul
Proses produksi perusahaan
Biaya Produksi 1.biaya langsung, 2. biaya tidak langsung
Metode penetapan harga
pokok produksi
Penetapan harga pokok produksi perusahaan (konvensional)
Hasil analisis
Penetapan harga pokok produksi dengan metode ABC
Metode Penetapan harga pokok produksi yang direkomendasikan bagi perusahaan
Metode ABC Kelebihan: mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya pada setiap aktivitas dalam pembuatan suatu produk. Kalemahan: rumit dalam perhitungan HPP
Metode Full Costing Kelebihan: mudah diterapkan Kelemahan: tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya dalam pembuatan produk
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu
pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di
Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Maret sampai April 2010. Perusahaan ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa
perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil
namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi
perkembangan yang baik pada masa yang akan datang, selain itu adanya
transparansi data-data yang dapat memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitiannya di perusahaan tersebut.
3.2. Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara
langsung dengan pihak perusahaan, serta data-data atau dokumen-dokumen
perusahaan. Data sekunder melangkapi data primer dan diperoleh dari literatur-
literatur berupa buku teks, skripsi, maupun literatur lainnya yang dianggap relevan
dengan penelitian ini.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
26
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi mengenai jenis jus apa saja yang diproduksi oleh
CV.WPIU, biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi jus
buah, bahan-bahan apa saja yang dibutuhakan dalam memproduksi jus
buah, peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi jus buah,
dan gambaran umum tentang perusahaan. Wawancara dilakukan dengan
pemilik sekaligus manajer CV.WPIU.
2. Observasi
Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi serta
informasi-informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Variabel-
variabel yang akan diamati adalah kegiatan atau aktivitas yang
berlangsung pada saat proses produksi.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literatur-literatur yang
dianggap relevan dengan penelitain ini.
3.4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis
data kualitatif.
3.4.1. Analisis Kualitatif
Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil
yang didapat dari wawancara dan observasi.
27
3.4.2. Analisis Kuantitatif
Metode analisis data yang digunakan untuk data kuantitatif harga pokok
produksi adalah melalui pendekatan perhitungan yang dilakukan oleh CV.WPUI
yaitu dengan metode full costing dan dengan metode yang akan diteliti yaitu
dengan metode activty based costing (ABC). Pengolahan data kuantitatif ini
menggunakan alat bantu kalkulator.
3.3.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul
Sebelum dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode
ABC, terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga pokok produksi yang sudah
biasa dilakukan oleh perusahaan, kemudian kedua metode ini dibandingkan.
Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan adalah perhitungan
harga pokok produksi dengan metode full costing.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing diperoleh
dengan menjumlahkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (BOP). Metode ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Harga Pokok Produksi (HPP) = Biaya Bahan Baku (BBB) + Biaya Tenaga Kerja
Langsung (BTKL) + Biaya Overhead Pabrik
(BOP)
3.3.2.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC).
Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses
pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus.
Keseluruhan biaya yang akan dikalkulasikan dapat dikelompokkan ke dalam:
28
1. Biaya utama: mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
2. Biaya overhead bersama: mencakup biaya listrik, biaya depresiasi mesin dan
peralatan, biaya depresiasi bangunan, biaya bahan penolong, biaya bahan
bakar, dan biaya kemasan.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan aktivitas produksi, pada tahap ini yang dilakukan adalah
menentukan aktivitas-aktivitas sesungguhnya yang dilakukan pada saat proses
produksi berlangsung.
2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas, pada tahap ini yang dilakukan
adalah menggolongkan biaya-biaya produksi yang terjadi berdasarkan
aktivitas produksi yang sudah ditentukan.
3. Menentukan cost drivers dan nilainya, dimana perhitungannya terdiri atas:
1. Biaya listrik dengan cost drivers lama pemakaian.
2. Depresiasi mesin dan peralatan dengan cost drivers jam
mesin dan jam peralatan.
3. Depresiasi bangunan dengan cost drivers alokasi luas
lantai.
4. Biaya gas dengan cost drivers jam mesin.
Nilai cost drivers atas aktivitas dihitung dengan cara membagi masing-
masing biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers-nya
29
4. Menghitung nilai tarif/aktivitas, nilai tarif/aktivitas dihitung dengan cara
membagi jumlah total biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers atas
aktivitasnya.
5. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk, produksi jus memiliki nilai aktivitas
yang didasarkan pada besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai
pemicu biayanya (cost drivers). Nilai biaya/aktivitas/produk dihitung dengan
mengalikan nilai tarif/aktivitas dengan nilai aktivitas yang membentuk
produk.
6. Perhitungan harga pokok produksi, tahap terakhir adalah menghitung harga
pokok produksi yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya produksi yang dihitung terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
3.4.3. Aktivitas Proses Produksi
Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses
pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus. Adapun
aktivitas tersebut akan disajikan pada Gambar 3.
30
Penimbangan
Pengupasan dan Pencucian
Blancing dan Penirisan
Penghancuran atau Penghalusan
Filtrasi Pertama
Pemasakan
Filtrasi ke dua
pengemasan
Gambar 3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU
3.4. Definisi Oprasional
1. Bahan baku yang dimaksud adalah bahan baku dalam membuat produk
jus, biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang dipakai selama
periode 2009.
2. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk mengupah tenaga kerja langsung, di mana jasa yang diberikan
dapat dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini meliputi
upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan.
31
3. BOP sesungguhnya yang terjadi pada saat proses produksi yang terdiri
atas biaya listrik mesin, biaya depresiasi peralatan, biaya depresiasi
bangunan, biaya bahan pembantu, biaya bahan bakar, dan biaya
kemasan.
4. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk mengupah tenaga kerja tidak langsung atau tenaga
kerja yang bekerja bukan pada proses produksi, di mana jasa yang
diberikan dapat dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini
meliputi upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan.
5. Depresiasi bangunan yang digunakan adalah besarnya luas lantai yang
digunakan dan biaya depresiasi mesin dialokasikan berdasarkan
penggunaan jam mesin.
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Umum Perusahaan
Awal berdirinya CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah
kelompok kerja yang bergerak pada bidang pengolahan buah menjadi aneka
macam produk olahan seperti jus, sirup, selai dan instan. Seiring berjalannya
waktu, maka kelompok kerja tersebut masing-masing membuat usaha sendiri.
Salah satu kelompok yang memisahkan diri tersebut adalah CV.WPIU
Ada komitmen dari masing-masing kelompok untuk mengatur jenis
produksi olahan buah menjadi jus, sirup, selai dan instan sebagai produk
utamanya. Namun bukan berarti tidak boleh memproduksi jenis olahan yang lain,
maka CV.WPIU yang sebenarnya memproduksi jus tetapi juga produk olahan
lainnya seperti sirup dan selai, meskipun belum diproduksi secara kontinu setiap
hari dan hanya diproduksi bila ada pesanan saja atau untuk pameran. Pada bulan
september 2005 berdirilah CV.Winner Perkasa Indnesia Unggul dengan Ibu Maria
Gigih Sandy sebagai pemiliknya.
Merek dagang Winner Perkasa Indonesia Unggul, digunakan oleh
pemiliknya agar CV ini menjadi pemenang di dalam industri pengolahan buah,
baik di dalam negri maupun di manca negara. Penggunaan kata Indonesia agar
Indonesia tidak selalu dilecehkan oleh bangsa lain dan mereka mengetahui bahwa
Indonesia memiliki sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang unggul.
Dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah di sekitar lokasi perusahaan,
CV.WPIU berupaya menguasai pasar lokal dan mendorong masyarakat lokal
33
mencintai produk Indonesia. Target ini dijadikan sebagai misi yang harus dicapai
oleh CV.WPIU ke depannya. Adapun visi CV.WPIU adalah mensejahterakan
masyarakat sekitar melalui pemberdayaan lingkungan guna menciptakan lapangan
kerja bagi warga terutama ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang putus
sekolah yang telah menginjak usia kerja.
Sebenarnya CV.WPIU belum memiliki struktur organisasi yang
seharusnya diterapkan didalam suatu perusahaan. Kekuasaan tertinggi dimiliki
oleh Ibu Maria selaku pemilik, yang juga merangkap sebagai pengawas pada
setiap proses produksi dan pemasaran. Apabila Ibu Maria berhalangan, maka
tugas tersebut dialihkan kepada anaknya yang juga mempunyai saham dalam CV
tersebut. Tanaga kerja yang bertugas pada masing-masing bagian langsung di
bawah pemilik. Adapun struktur organisasi perusahaan CV.WPIU dijelaskan pada
gambar di bawah ini.
----------------
Manajer
Staf memasak Staf pengemasan
Staf administrasi
komanditer
Gambar 4. Struktur Organisasi CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul
Jumlah tenaga kerja tetap CV.WPIU saat ini berjumlah enam orang,
perusahaan belum dapat menambah jumlah tenaga kerja dikarenakan alasan
tertentu pemiliknya. Namun demikian, untuk mencapai visi perusahaan pemilik
berkomitmen menambah jumlah tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Contohnya
34
pada bulan Ramadhan, perusahaan dapat merekrut 18 tenaga kerja tambahan
mengantisipasi permintaan produk yang meningkat.
Bahan baku buah belimbing diperoleh dari pusat koprasi belimbing dewa
atau petani belimbing yang berada di sekitar perusahaan, sedangkan bahan baku
buah jambu diperoleh dari petani jambu yang berada di sekitar perusahaan. Dan
untuk bahan baku nanas serta wortel diperoleh dari pasar tradisonal.
Bahan tambahan makanan diperoleh dari toko yang menjual perlengkapan
bahan-bahan pembuatan kue sehingga aman untuk dikonsumsi, untuk kemasan
CV.WPIU mambelinya pada toko khusus yang menyediakan kemasan plastik
untuk makanan. Karton kemasan dipesan secara khusus pada percetakan karton.
Untuk saluran distribusi CV.WPIU memasarkan produknya melalui agen-
agen yang menjual kepada konsumen akhir. Namun tidak jarang pihak CV.WPIU
memasarkannya secara langsung ke koperasi-koperasi di sekolah atau dinas
pemerintahaan yang berada di kota Depok. Pasar yang dituju begitu beragam
mulai dari ibu-ibu PKK, pekerja kantoran atau dinas pemerintahan termasuk
kepada anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada permintaan dari luar kota
seperti dari Riau. Alur pemasaran produk CV.WPIU dapat digambarkan sebagai
berikut:
CV. WPIU Agen
Koperasi Konsumen akhir
Koprasi
CV.WPIU
Konsumen Akhir
Gambar 5. Saluran Tata Niaga Jus Buah Pada CV.WPIU.
35
4.2. Peralatan Produksi Pada CV.WPIU
Peralatan yang dibutuhkan dan digunakan selama pembuatan jus buah
belimbing cukup sederhana, dan bisa kita temukan sehari-hari di rumah sebagai
peralatan dapur. Adapun peralalatan-peralatan tersebut adalah:
1. Keranjang plastik
Keranjang plastik digunakan sebagai wadah atau tempat untuk
meletakkan buah yang diterima dari suplier atau buah yang telah dibeli di pasar.
2. Timbangan
Timbangan adalah salah satu alat penting yang digunakan dalam proses
penerimaan bahan baku. Timbangan yang digunakan adalah timbangan manual.
Timbangan manual digunakan untuk menimbang buah yang akan digunakan
sebelum dilakukan proses selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa banyak bahan baku buah yang akan diolah selanjutnya.
3. Pisau tahan karat (stainless steel)
Pisau berfungsi untuk membersihkan dan mengupas buah. Trimming
(pemangkasan) yaitu proses pembuangan bagian buah yang tidak berguna (tidak
dapat dimakan).
4. Blender
Blender berfungsi untuk menghancurkan buah setelah dilakukan
penimbangan dan pencucian.
36
5. Bak plastik
Bak plastik digunakan untuk menempatkan buah yang telah selesai
dibersihan. Bak plastik juga digunakan dalam melakukan pencelupan buah ke
dalam air panas sebelum buah dihancurkan.
6. Penyaring atau saringan
Penyaring atau saringan adalah alat yang digunakan untuk menyaring hasil
penghancuran buah. Alat ini juga digunakan untuk menyaring hasil akhir
pengolahan jus agar dihasilkan jus buah yang jernih.
7. Kompor
Kompor adalah alat yang digunakan sebagai pemanas selama proses
pemasakan dan pencampuran bahan baku utama dan bahan baku tambahan.
8. Panci stainless steel
Panci stainless steel digunakan sebagai wadah atau tempat pemasakan dan
pencampuran semua bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan jus buah.
9. Pengaduk
Pengaduk adalah alat yang digunakan untuk mengaduk semua bahan baku
yang telah dicampur dalam panci stainless steel selama proses pemasakan diatas
kompor.
10. Pengemas Water Dispenser
Pengemas water dispenser adalah suatu alat yang berupa wadah tertutup
yang digunakan sebagai alat untuk mengemas hasil olahan jus buah ke dalam
botol plastik kemasan.
37
11. Krat Botol
Krat botol digunakan untuk menempatkan kemasan jus buah yang telah
selesai dikemas dalam botol plastik kemasan. Jus buah tersebut disusun dalam
krat botol untuk didinginkan dengan menggunakan air dingin.
12. Lemari Pendingin
Lemari pendingin adalah salah satu perlengkapan yang dibutuhkan untuk
menyimpan produk akhir jus buah yang telah selesai dikemas. Biasanya lemari
pendingin hanya digunakan untuk menyimpan jus buah yang tidak lolos uji visual
yaitu kemasan botol plastik berkerut yang disebabkan karena jus buah yang masih
terlalu panas sudah dikemas.
13. Botol Plastik dan Label
Kemasan botol plastik yang digunakan adalah dengan ukuran berat bersih
(netto) 250 ml. Kemudian penutup botol yang digunakan sebagai penutup
kemasan botol plastik adalah dari jenis plastik. Adapun bahan label yang
digunakan adalah berupa kertas label yang berfungsi sebagai identitas produk
(brand image) dan selain itu juga untuk memperindah penampakan atau daya
tarik.
14. Karton
Karton yang digunakan sebagai wadah pengepak adalah berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 30cm x 25cm dengan kapasitas 24 buah botol jus buah.
38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa CV.Winner Perkasa Indonesia
Unggul (WPIU) memproduksi jus buah belimbing, jus buah jambu biji merah dan
jus buah wortel dan nanas (Wornas), selain tiga produk tersebut CV.WPIU juga
memproduksi jus buah seperti jus mangga dan jus buah yang lain sesuai
musimnya. Selain memproduksi jenis jus buah CV.WPIU juga memproduksi
sirup buah, dan selai buah.
Untuk produksi jus buah musiman, sirup buah, dan selai buah, tidak
dibahas dalam penelitian ini dikarenakan produk-produk tersebut merupakan
produk pesanan yang hanya diproduksi apabila ada pesanan saja atau sedang ada
pameran, sehingga tidak secara kontinu diproduksi setiap hari dan pada penelitian
ini tidak dibahas tentang penentuan harga pokok pesanan.
Pada dasarnya proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV,WPIU
adalah sama, baik itu dari alat yang digunakan maupun bahan pembantu yang
dipakai. Perbedaannya terletak pada bahan baku (buah), banyaknya bahan
pembantu yang dipakai serta beberapa jenis bahan pembantu yang dipakai
menurut jenis jusnya. Khusus untuk produk jus wornas menggunakan dua macam
bahan baku yang kemudian dicampur menjadi satu.
Adapun tahapan proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV.WPIU
adalah sebagai berikut:
39
1. Penimbangan
Kegiatan pertama yang dilakukan oleh CV. WPIU adalah penimbangan,
yaitu kegiatan untuk menimbang bahan baku utama yaitu buah belimbing, buah
jambu dan buah nanas serta wortel. Penimbangan ini dilakukan dengan
menggunakan timbangan manual. Tujuan dari penimbangan buah adalah untuk
mengetahui seberapa banyak bahan baku utama, yaitu buah segar yang dibutuhkan
sehingga takaran buah yang akan digunakan akan dapat disesuaikan dengan
penambahan bahan tambahan lainnya seperti takaran air dan bahan tambahan
makanan. Penimbangan juga dilakukan untuk menimbang seberapa banyak
jumlah bahan tambahan yang diperlukan, yaitu penggunaan natrium benzoate dan
gula.
2. Pengupasan dan Pencucian
Pengupasan dan Pencucian adalah suatu kegiatan yang dilakukan
CV.WPIU untuk membersihkan buah-buahan yang akan digunakan untuk
membuat jus dari segala kotoran atau debu yang menempel. Selain itu dilakukan
juga pembuangan bagian buah yang tidak diperlukan, dan dilanjutkan dengan
pengupasan dan pencucian. Buah-buahan yang akan digunakan kemudian
ditiriskan dan diletakkan dalam bak plastik.
3. Blancing
Blancing atau yang biasa disebut dengan perendaman dengan
menggunakan air panas adalah kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh CV.
WPIU. Blancing adalah kegiatan mencelupkan dan merendam buah kedalam air
panas pada suhu 100 oC dengan tujuan untuk menginaktifkan atau mematikan
40
mikroorganisme yang patogen, sehingga buah-buahan yang akan dugunakan
dalam proses pengolahan tidak tercemar, higienis, dan aman dikonsumsi. Tujuan
lain dilakukannya blancing adalah untuk memudahkan penghancuran.
4. Penirisan
Penirisan adalah mengeringkan buah-buahan setelah dilakukan blancing
memakai alat bak plastik selama 15 menit, dengan cara diangkat, ditiriskan, dan
dikeringkan di tempat yang telah disediakan sebelum dilakukan proses
penghancuran.
5. Penghancuran atau Penghalusan
Penghancuran atau penghalusan adalah kegiatan menghancurkan atau
menghaluskan buah yang telah selesai direndam dalam air panas. Penghancuran
buah dilakukan dengan menggunakan blender sampai menyerupai bubur. Tujuan
dari dilakukannya proses penghancuran untuk mendapatkan cairan sari buah dan
mempermudah dalam proses pemasakan jus buah.
6. Filtrasi Pertama
Proses filtrasi atau penyaringan dilakukan dengan menggunakan alat
penyaring yang disebut filter. Filter ini berfungsi untuk menyaring ampas kasar
atau memisahkan ampas kasar dari cairan sari buah hasil penghancuran buah
tersebut. Filter yang digunakan oleh CV. WPIU adalah filter sederhana, yaitu
saringan. Hasil penghancuran buah menghasilkan cairan sari buah yang
bercampur dengan ampas atau serat kasar dari buah. Hasil penghancuran yang
dihasilkan tersebut langsung difiltrasi dengan menggunakan saringan yang
ditempatkan dalam bak plastik.
41
7. Pemanasan Larutan Penstabil / pengental
Proses berikutnya adalah menyiapkan larutan penstabil yang terdiri dari
bahan penstabil Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan air matang. Cara penyiapan
larutan penstabil yaitu bahan penstabil CMC dilarutkan di dalam air panas
kemudian dipanaskan dalam panci stainless steel di atas kompor sambil terus
diaduk. Pengadukan ini bertujuan agar bahan penstabil CMC yang belum terlarut
dalam air tidak menempel pada dinding bagian dalam panci stainless steel, karena
ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan akibat bahan penstabil CMC
mudah hangus.
8. Homogenisasi
Homogenisasi adalah proses pengenceran dan pencampuran cairan sari
buah yang telah diperoleh dari hasil filtrasi yang kemudian dilakukan pengenceran
dan pencampuran dengan air dan bahan pembantu yaitu CMC sebagai pengental
yang sudah dipanaskan dalam panci stainless steel.
9. Pemasakan
Proses selanjutnya adalah pemasakan, yaitu pencampuran sari buah yang
telah dihomogenisasi ke dalam larutan penstabil yang berada dalam panci
stainless steel di atas kompor dengan api sedang dengan suhu + 75o-90oC selama
30 menit. selama proses pemasakan dilakukan pengadukan agar semua bahan
yang dimasak tercampur dengan rata dan menghasilkan kualitas akhir pemasakan
yang baik dan bermutu. Jeda pengadukan tidak boleh terlalu lama agar jus buah
cepat masak dan mendidih.
42
10. Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahan pemanis, bahan pengawet makanan, bahan pengatur keasaman, pewarna makanan).
Proses yang dilakukan selanjutnya adalah penambahan bahan pemanis
yaitu gula pasir, setelah jus mencapai setengah matang yang ditandai dengan
munculnya bintik-bintik air di sisi-sisi panci stainless steel namun belum
mendidih, kemudian ditambahkan gula pasir sebagai pemanis, natrium benzoat
sebagai bahan pengawet, citrun sebagai pengatur keasaman, pewarna makanan
yang sesuai dengan jus yang sedang diproduksi.
11. Filtrasi Kedua
Setelah proses pemasakan selesai maka proses selanjutnya yang harus
dilakukan adalah penyaringan atau filtrasi yang kedua, yaitu menyaring kembali
hasil olahan jus buah yang telah matang dengan alat penyaring yang diletakkan di
atas alat pengemas water dispenser. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
akhir olahan jus buah yang jernih tanpa ampas sehingga akan didapatkan tampilan
yang menarik ketika sudah dilakukan pengemasan.
12. Persiapan Pengemasan dan Pengemasan
Kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah mempersiapkan proses
pengemasan yaitu menyiapkan kemasan botol plastik sebagai pengemas dan
menyiapkan krat-krat botol yang sudah diisi air dingin untuk proses pendinginan,
maka proses selanjutnya adalah mengemas hasil olahan jus buah ke dalam
kemasan botol plastik berkapasitas 250 ml. Proses pengemasan dilakukan setelah
hasil olahan jus buah tersebut ditambahkan essense (penguat rasa buah), kemudian
didiamkan selama 60 menit untuk mendapatkan jus buah yang hangat dan belum
terbentuk endapan dari ampas halus buah .
43
Pengemasan dilakukan dengan cara mengeluarkan jus buah melalui kran
dispenser dan ditampung dalam kemasan botol plastik yang berada di bawahnya,
kemudian langsung ditutup dengan penutup botol plastik untuk menghindari
kontak langsung dengan udara. Jus buah yang telah selesai dikemas dalam botol-
botol plastik dan langsung ditempatkan ke dalam krat-krat botol yang telah diisi
dengan air dingin. Proses ini dinamakan dengan proses pendinginan. Proses
pendinginan ini dimaksudkan agar jus buah yang masih dalam keadaan hangat
tersebut cepat dingin agar secepatnya dapat dilakukan proses pelabelan. Untuk
lebih jelasnya diagram alir pengolahan sari buah pada CV.WPIU dapat dilihat
pada Gambar 6.
44
keterangan:
= bahan baku
= hasil olahan sementara/
bahan pelolong
= proses
= produk
penimbangan
Blacing
Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahna pemanis, bahan pengawet makanan, banhan pengtur keasaman, pewarna makanan)
Homogenisasi
Pemanasan Larutan Penstabil
Buah matang
Sari buah
dalam botol
Sari buah
Pembotolan dan penutupan
Filtrasi ke dua
Pemasakan
Filtrasi Pertama
Penghancuran atau Penghalusan
Pengupasan dan Pencucian
Gambar 6. Diagram alir pengolahan sari buah pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul
45
5.2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya
produksi dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
dikelompokkan ke dalam biaya langsung, dan biaya overhead pabrik
dikelompokkan ke dalam biaya tidak langsung.
5.2.1. Penggunaan Biaya Langsung
Pada proses produksi jus buah sumber daya langsung terdiri dari biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang dapat dengan mudah ditelusuri
secara langsung kesatuan produk jus.
a. Biaya Bahan Baku
Selama periode tahun 2009, kebutuhan dan biaya bahan baku untuk setiap
jenis jus buah perhari bersifat konstan, yaitu sebanyak 15kg buah belimbing,
10kg buah jambu biji merah, 1,5kg wortel dan 3,5kg buah nanas. Dengan harga
Rp.4.000/kg untuk buah belimbing, jambu biji merah dan wortel,
Rp.4.300/kg untuk buah nanas, dengan asumsi pemakaian 5 buah nanas untuk
takaran 3,5kg sehingga harganya menjadi Rp.15.000/3.5kg.
Semua jenis jus buah yang diproduksi oleh CV.WPIU dikerjakan dalam
26 hari kerja per bulan selama satu tahun, sehingga dalam periode analisis tahun
2009 total bahan baku yang digunakan oleh setiap jenis jus buah adalah
sebanyak 4680kg buah belimbing, 3120kg buah jambu biji merah, 468kg wortel
46
dan 1092kg buah nanas. Data biaya bahan baku produksi CV.WPIU dijabarkan
pada Tabel 1 di bawah ini:
Tebel 1. Biaya Bahan Baku Untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009
Bahan Baku Biaya Bahan
Baku (Rp/kg) Banyaknya
Bahan Baku (kg)Biaya Bahan Baku (Rp)
Belimbing 4.000 4.680 18.720.000Jambu Biji Merah 4.000 3.120 12.480.000Wortel 4.000 4.68 1.872.000Nanas 4.300 1.092 4.695.000Total 9.360 37.767.600
b. Biaya Tenaga Karja Langsung
Tenaga kerja langsung bekerja selama delapan jam per hari dalam 26 hari
kerja per bulan, untuk empat orang tenaga kerja selama satu tahun, dengan upah
sebesar Rp.650.000/bulan/orang dengan total biaya Rp.31.200.000. Biaya tenaga
karja langsung untuk masing-masing produk jus dialokasikan berdasarkan
persentase jumlah produksinya terhadap total biaya tenaga kerja langsung untuk
masing-masing jenis jus.
Untuk jenis jus belimbing dibebankan biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp.15.600.000 dari 50 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja
langsung, untuk jenis jus jambu dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar
Rp.10.400.500 dari 33.33 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan untuk jenis jus wornas dibebankan biaya tenaga kerja
langsung sebesar Rp.5.199.900 dari 16,66 % konsumsi terhadap total biaya
tenaga kerja langsung.
47
5.2.2. Penggunaan Biaya Tidak Langsung
Pengguanaan biaya tidak langsung akan menimbulkan biaya tidak
langsung di luar biaya langsung. Biaya tidak langsung sering disebut biaya
overhead pabrik (BOP), jenis biaya overhead pabrik yang dimasukkan dalam
perhitungan harga pokok produksi pada CV.WPIU adalah biaya bahan tambahan,
biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya listrik, biaya gas dan biaya overhead
bersama.
a. Biaya Bahan Tambahan
Bahan tambahan (additive) adalah bahan yang dipergunakan untuk
menambah nilai gizi atau cita rasa dari produk olahan (Ditjen PPHP, 2006: 7).
Tujuan penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki
tekstur, rasa, penampakan, kekentalan dan pengawetan, bahan pembantu yang
digunakan dalam memproduksi jus buah belimbing, jus buah jambu dan jus
buah wornas (wortel dan nanas) pada dasarnya sama, yaitu: bahan pemanis
(gula), bahan penstabil CMC (Carboxy Methyl Cellulose), bahan pengawet
makanan (Natruim Benzoat), bahan pengatur keasaman (Citrun), bahan
pewarna makanan dan essense (bahan untuk citarasa atau aroma buah agar
lebih kuat).
Perbedaan penggunaan bahan tambahan hanya pada jumlah atau
takaran, pewarna makanan dan essense pada setiap kali memproduksi masing-
masing jenis jus buah, bahan tambahan seperti Natrium Benzoat, Citrun,
Pewarna Makanan dan essense akan disebut sebagai bahan tambahan lain-lain,
adapun perhitungannya disajikan pada Tabel 2.
48
Tabel 2: Biaya Bahan Tambahan Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV. WPIU Tahun 2009
Jenis Bahan Tambahan
Harga Satuan (Rp)
Produk
Belimbing Jambu Wornas Q Rp Q Rp Q Rp Gula (kg) 10.000. 4680 46.800.000. 312
0 31.200.000. 1560 15.600.000.
CMC (kg) 50.000. 19,5 975.000. 13 650.000 6,5 325.000. Bahan Tambahan Lain-Lain
10.000. 19,5 195.000. 13 130.000. 6,5 65.000.
Total (Rp) 47.970.000. 31.980.000. 15.990.000 Keterangan: Q = Quantity
b. Biaya Pengemasan
Bahan kemasan yang digunakan pada setiap jenis produk jus buah yang
diproduksi oleh CV.WPIU adalah kemasan botol dan karton. Botol yang
digunakan adalah botol plastik dengan label merek dagang CV.WPIU dan nama
jenis dari jus buah yang terkandung di dalamnya serta keterangan-keterangan
lain yang berhubungan dengan isi dari jus tersebut. Botol yang digunakan
berukuran berat bersih 250ml. Karton digunakan sebagai tempat untuk
mengepak jus yang sudah dikemas dalam botol, karton yang digunakan
berukuran 30cmx25cm dengan kapasitas 24 botol jus per karton dengan merek
dagang CV.WPIU. Total biaya kemasan dari masing-masing jenis jus tersebut
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Total biaya kemasan botol pada tahun 2009 untuk produk jus belimbing
adalah sebesar Rp.157.248.000, untuk jenis produk jus jambu sebasar
Rp.104.832.000, dan untuk jenis produk jus wornas sebesar Rp.52.416.000, atau
49
Rp.1.000/botol untuk setiap jenis jus dan dialokasikan berdasarkan jumlah
volume yang dihasilkan pada setiap masing-masing jenis jus.
Biaya karton per satuan buah adalah sebesar Rp.1.500, sehingga total
biaya karton yang dikeluarkan pada tahun 2009 untuk masing-masing jenis
produk jus buah adalah Rp.9.828.000 untuk jus belimbing, Rp.6.552.000 untuk
jus jambu, Rp.3.726.000 untuk jus wornas. Pemakaian karton untuk jenis jus
belimbing, jus jambu, jus wornas masing-masing adalah sebanyak 6.552 karton,
4.368 karton, 2.184 karton.
c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang bekerja tidak
secara langsung menangani proses produksi atau bekerja di luar proses produksi
sebagai bagian tenaga administrasi dan lain-lain. Tenaga kerja tidak langsung
bekerja selama delapan jam per hari selama 26 hari kerja per bulan, untuk dua
orang tenaga kerja selama satu tahun, dengan upah sebesar Rp.650.000.00/
bulan/orang dengan total biaya Rp.15.600.000. Biaya tenaga kerja tidak
langsung untuk masing-masing produk jus dialokasikan berdasarkan persentase
jumlah produksinya terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung untuk
masing-masing jenis jus.
Untuk jenis jus belimbing dibebankan biaya tenaga kerja tidak langsung
sebesar Rp.7.800.000 dari 50 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja
tidak langsung. Untuk jenis jus jambu dibebankan biaya tenaga kerja tidak
langsung sebesar Rp.5.200.000 dari 33.33 % konsumsi terhadap total biaya
tenaga kerja tidak langsung. Sedangkan untuk jenis jus wornas dibebankan
50
biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.2.600.000 dari 16,66 % konsumsi
terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung.
d. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi
Fasilitas (bangunan) serta peralatan produksi dikenakan biaya penyusutan
yang disajikan pada Lampiran 3, perhitungan nilai penyusutan diperoleh dengan
menggunakan metode garis lurus (Straigh- Line methode) (Simamora, 1999:
307). Metode garis lurus mengalokasikan beban penyusutan yang sama besarnya
selama masa manfaat aktiva. Rumus metode garis lurus adalah biaya perolehan
dikurangi nilai sisa kemudian dibagi taksiran masa manfaat aktiva atau umur
ekonomis (dalam tahun).
Umur ekonomis untuk penggunaan bangunan diasumsikan selama 20
tahun, untuk mesin dan peralatan selama 5 tahun dan 3 tahun. Nilai sisa
bangunan, mesin dan peralatan diasumsikan sebesar 10 % dari harga
pembeliannya. Total biaya penyusutan pada tahun 2009 adalah sebesar
Rp.5.892.600 yang akan dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksi
jenis jus belimbing, jus jambu, jus wornas, yaitu masing-masing sebesar
Rp.2.946.300.00, Rp.1.964.183.00 dan Rp.982.107.00 terhadap total biaya
penyusutan ketiga jenis jus tersebut.
Penyusutan peralatan mesin blender, pengaduk, pisau dan gayung tidak
disertakan dalam penyusutan peralatan karena umur ekonomisnya telah habis
masa pakai, namun masih dapat digunakan dan tidak mengganggu produktivitas
perusahaan, sedangkan untuk saringan dikarenakan setiap bulan diganti sehingga
51
dihitung berdasarkan jumlah pemakaiannya dalam satu tahun atau dalam periode
analisis.
e. Biaya Listrik dan Gas
Sumber daya yang digunakan dalam memproduksi jenis jus buah pada
CV.WPIU adalah tenaga listrik dan gas, biaya-biaya akibat penggunaan tenaga
listrik dan pemakaian gas terdapat pada Tebel 3.
Tabel 3. Biaya Penggunaan Tenaga Listrik dan Gas Pada CV.WPIU Tahun 2009
Jenis Biaya Nilai (Rp) Pemakain Listrik 2.160.000 Pemakain Gas 4.680.000 Jumlah 6.840.000
Biaya penggunaan listrik dan gas untuk jenis jus belimbing, jambu, dan
wornas, didasarkan pada persentase jumlah produksinya. Pada jus belimbing, jus
jambu dan jus wornas masing-masing biaya penggunaan listriknya adalah
sebesar, Rp.1.080.000, Rp.720.000 dan Rp.360.000, sedangkan untuk
penggunaan gas pada masing-masing jenis jus adalah sebesar Rp.2.340.000,
Rp.1.560.000 dan Rp.780.000.
Biaya penggunaan listrik dan gas untuk masing-masing jenis jus
dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya
listrik dan gas pada masing-masing jenis jus.
f. Biaya Overhead Bersama
Biaya operasional overhead bersama dalam satu tahun tahun mencapai
Rp.15.840.000, kebutuhan biaya tersebut digunakan untuk telepon, bensin, sewa
motor dan bongkar muat. Biaya operasional overhead barsama disajikan pada
Tabel 4 berikut ini.
52
Tabel 4. Biaya Overhead Bersama Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009
Jenis Overhead Biaya (Rp/tahun) Telepon 1.200.000 Bensin 6.240.000 Sewa Motor 7.200.000 Bongkar Muat 1.200.000 Jumlah 15.840.000
Biaya penggunaan bensin masing-masing jenis jus dialokasikan
berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya bensin,
misalnya untuk produk jus belimbing dengan persentese 50% dibebankan biaya
bensin sebesar Rp.3.120.000. Untuk produk jus jambu dengan persentase
33,33% dibebankan biaya bensin sebesar Rp.2.080.116, sedangkan untuk jus
wornas dengan persentase 16,66% dibebankan biaya bensin sebesar
Rp.1.039.884 dari total biaya bensin ketiga produk jus tersebut. Dengan
perhitungan yang sama maka akan diperoleh biaya-biaya overhead bersama
lainnya untuk masing-masing jenis produk jus tersebut.
5.3. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP)
Metode penetapan harga pokok produksi (HPP) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yang digunakan oleh
perusahaan atau metode konvensional (full costing) dan metode activity based
costing (ABC), metode ABC digunakan sebagai pembanding, yang kemudian
dianalisis untuk mengetahui metode mana yang dapat direkomendasikan kepada
perusahaan.
53
54
5.3.1. Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Biasa Digunakan Oleh Perusahaan Dengan Metode full costing
Alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan,
didasarkan pada persentase jumlah produksi yang diperoleh dengan cara membagi
jumlah biaya produksi masing-masing jenis jus dengan total produksi yang
dihasilkan oleh semua jenis jus dalam periode analisis. Persentase jumlah produk
jenis jus belimbing adalah sebesar 50 % dengan jumlah produksi sebanyak
157.248 botol/tahun, persentase jus jambu adalah sebesar 33,33 % dengan jumlah
produksi sebanyak 104.832 botol/tahun, dan persentase jus wornas adalah sebesar
16,66 % dengan jumlah produksi sebanyak 52.416 botol/tahun. Total produksi
dari ke tiga jenis jus selama periode analisis adalah sebesar 314.496 botol. Data
produksi CV.WPIU dijabarkan pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Jumlah Produksi dan Persentase Untuk Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009
Jenis Produk Jus Jumlah Produksi (Botol) Persentase Total
Produksi dari Masing-Masing Jenis Jus (%)
Jus Belimbing 157.248 50 % Jus Jambu 104.833 33,33 % Jus Wornas 52.416 16,66 % Total 314.496
5.3.2. Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Pandekatan Metode ABC
Alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan,
didasarkan aktivitas yang dilakukan pada setiap proses produksi, perhitungannya
diperoleh dengan cara mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam setiap
produksi masing-masing jenis jus buah. Proses perhitungan harga pokok produksi
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan aktivitas produksi.
2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas.
3. Menentukan cost drivers dan nilainya.
4. Menghitung nilai tarif/aktivitas.
5. menghitung nilai biaya/aktivitas/produk.
6. Perhitungan harga pokok produksi.
Tahap terakhir penghitungan adalah mencari harga pokok produksi,
dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Biaya produksi yang dihitung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik (yang telah diketahui berdasarkan aktivitas
pada saat proses produksi).
5.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU
Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan oleh CV.WPIU
selama ini adalah metode konvensional dengan pendekatan full costing dalam
periode akuntansi satu tahun. Harga pokok produksi memperhitungkan semua
unsur biaya produksi baik yang bersifat variabel maupun tetap. Pada laporan
keuangan perusahaan tidak memisahkan biaya overhead pabrik untuk masing-
masing jenis produk jus, akan tetapi biaya tersebut digabungkan pada ketiga jenis
produk jus tersebut. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik, perusahaan
menggunakan dasar pembebanan berdasarkan kuantitas produk yang dihasilkan
bukan berdasarkan aktivitas, alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk
yang dihasilkan didasarkan pada persentase jumlah produksi dari masing-masing
jenis produk jus.
55
Dari perhitungan biaya sumberdaya langsung dan biaya sumberdaya tidak
langsung, maka dilakukan perhitungan harga pokok produksi untuk ke tiga jenis
produk jus buah pada periode tahun 2009 seperti yang tertera pada Lampiran 4.
Total biaya produksi diperoleh dari penjumlahan antara biaya sumberdaya
langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) dengan biaya
sumberdaya tidak langsung (BOP dan BOP bersama). Sedangkan perhitungan
harga pokok produksi per botol diperoleh dengan membagi antara total biaya
produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh masing-masing jenis jus
pada periode analisis tersebut.
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan full
costing dapat diketahui bahwa biaya produksi untuk jenis produk jus belimbing
adalah sebesar Rp.271.452.300, jumlah tersebut diperoleh dengan mengakumulasi
biaya bahan baku sebesar Rp.18.720.000, dengan biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp.15.600.000, dan BOP sebesar Rp.237.132.300, serta BOP bersama
sebesar Rp.7.920.000. Harga pokok produksi per botol produk jus belimbing
adalah sebesar Rp.1.726, jumlah tersebut diperoleh dengan membagi total biaya
produksi untuk jenis jus belimbing sebesar Rp.271.452.300 dengan jumlah
produksi yang dihasilkan oleh jenis jus belimbing sebanyak 157.248 botol.
Dengan perhitungan yang sama akan diperoleh harga pokok produksi per botol
untuk jenis produk jus jambu dan jus wornas, yaitu masing-masing sebesar
Rp.1.726, Rp.1.743 (Lampiran 4).
Hasil perhitungan harga pokok produksi ke tiga jenis jus dapat diketahui
selisihnya dengan harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar
56
Rp.2.750/botol untuk semua jenis produk jus buah. Selisih dari jenis produk jus
belimbing, jus jambu dan jus wornas masing-masing adalah Rp.1.024/botol,
Rp.1.024/botol, dan Rp.1.018/botol.
Perhitungan harga pokok produksi untuk semua jenis produk jus buah
tersebut menggunakan rasio berdasarkan volume produksi, penggunaan volume
produksi sebagai pemacu biaya (cost drivers) kurang relevan karena pada
kenyataannya terdapat beberapa aktivitas dan biaya overhead yang tidak
berhubungan langsung dengan jumlah produk yang dihasilkan. Dalam metode
konvensional, biaya overhead pabrik dianggap proporsional dengan persentase
produk yang diproduksi. Biaya dialokasikan secara tidak langsung kepada satuan
produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak proporsional dengan
konsumsi sumberdaya sesungguhnya.
Penentuan harga pokok produksi seperti ini mudah diaplikasikan, akan
tetapi mengakibatkan kesalahan dalam pembebanan biaya overhead, untuk produk
yang diproduksi dalam jumlah besar akan menerima pembebanan BOP yang lebih
besar, sebaliknya untuk produk yang diproduksi dalam jumlah kecil akan
menerima pembebanan BOP yang kecil pula.
5.5. Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC)
Metode activity based costing (ABC) mencoba untuk memperbaiki akurasi
perhitungan biaya produk terutama pembebanan pada biaya overhead pabrik,
biaya overhead akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitas
secara nyata yang terjadi dalam proses produksi.
57
58
5.5.1. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Belimbing
Perhitungan HPP untuk jenis produk jus belimbing dengan metode ABC
dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan perhitungan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi aktivitas.
b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas.
c. Menentukan cost drivers dan nilainya.
d. Menghitung nilai tarif/aktivitas.
e. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk .
f. Perhitungan HPP.
Adapun perincian tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Aktivitas
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan metode HPP
dengan ABC adalah proses mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam
produksi jus belimbing, ketelitian dalam menentukan konsumsi aktivitas akan
sangat berpengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi. Adapun aktivitas
produksi jus belimbing terdiri dari aktivitas penimbangan, pencucian dan
pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi,
pemasakan, filtrasi kedua, dan pengemasan.
b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya
Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya
atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya
atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi,
penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian
sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran
secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan
persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi.
Selain itu perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah
nilai dan mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan
tidak sia-sia.
Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik mesin, gas,
bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan penyusutan bangunan,
biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis produk jus
belimbing tahun 2009, seperti yang tertera pada Lampiran 5.
Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus belimbing sebesar
0.90 % yang diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,5jam/hari dari
total penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari, yang terdiri dari penggunaan
listrik untuk dua buah kulkas selama 48 jam/hari, listrik penerangan kantor selama
3 jam/hari, listrik untuk blender jus belimbing dan jus jambu masing selama 0,5
jam/hari, sedangkan listrik untuk blender jus wornas selama 0,33 jam/hari, listrik
air selama 3 jam/hari.
Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan
0,90 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus belimbing
yaitu sebesar Rp.19.512/tahun untuk biaya listrik blender. Penggunaan listrik
untuk kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan
penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk
59
produk jadi dan pada pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan
dengan lampu listrik.
Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik,
yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air
sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air
untuk jenis produk jus belimbing adalah 41,89 %, yang diperoleh dari penggunaan
air jenis produk jus belimbing sebanyak 104.832 liter/tahun, dibagi total
penggunaan air pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan
biaya sebesar Rp.49.080/tahun.
Persentase biaya air pada jenis produk jus belimbing, air untuk pemasakan,
air pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 28,57 %
(29.952 lt/tahun), 44,64 % (46.800 lt/tahun), 17,85 % (18.720 lt/tahun), 8,92 %
(9.360 lt/tahun), masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi
jenis jus belimbing diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air
dengan total biaya air pada jenis produk jus belimbing seperti yang tercantum
pada Lampiran 1.
Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing,
persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-
masing adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total pemakaian gas selama
3,75 jam/hari, yang digunakan masing-masing pada saat pemasakan yaitu
3 jam/hari dan blancing selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus
tersebut. Biaya yang digunakan pada proses pemasakan jus belimbing adalah
Rp.1.872.000 atas persentase sebesar 50 % yang diperoleh dari lamanya
60
pamasakan pada produksi jus belimbing yaitu 468 jam/tahun dari total lamanya
proses pemasakan ketiga jenis jus tersebut yaitu selama 936 jam/tahun.
Sedangkan biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus
tersebut masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentese yang
sama yaitu 33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78
jam/tahun atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut
selama 234 jam/tahun.
Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan
menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing
peralatan pada periode analisis. Biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis
jus belimbing terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1
timbangan digital, 4 bak plastik, 1 panci, 1 kompor, 20 saringan, 6 krat, dan 7
taperware, biaya bahan pembantu serta biaya kemasan dihitung berdasarkan
jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung, pengaduk
dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa
pakainya telah melebihi umur ekonomisnya.
c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya
Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang
disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam
menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik
mesin, volume air dan luas lantai. Dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas
aktivitas jenis produk jus belimbing disajikan pada Lampiran 6.
61
Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas,
biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya
peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan penolong, biaya bahan
pembantu dan biaya kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian
tertentu untuk satu unit produk yang dihasilkan selama masa analisis.
Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas
aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai
cost drivers atas aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas pemasakan adalah
Rp.4.000 per jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya gas sebesar
Rp.1.872.000 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 468 jam peralatan.
Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers atas
aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus belimbing, yang
akan ditampilkan pada Lampiran 6.
d. Menghitung Nilai Tarif/Aktivitas
Tarif/aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas
dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya,
sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya listrik mesin blender adalah sebesar
Rp.3.120, artinya setiap 0,5jam kerja mesin blender tarif yang ditetapkan sebesar
Rp.3.120. tarif/aktivitas untuk biaya masin blender diperoleh dari total biaya
aktivitas penghancuran sebesar Rp.19.512, yang hanya terdiri dari biaya listrik
blender saja, dibagi dengan nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya listrik
mesin blender sebesar 6253 jam mesin. Dengan perhitungan yang sama, maka
62
akan diperoleh tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam tiap jenis aktivitas
yang akan di tampilkan pada Lampiran 7.
e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk
Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada
besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya
atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun
persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal. Berdasarkan
jumlah atau volume produksi, nilai cost drivers langsung dikalikan dengan
tarif/aktivitas.
Contoh biaya bahan tambahan gula pada proses pemasakan cost
driversnya sebesar 312, langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya tambahan
gula sebesar Rp.3.335, maka alokasi biaya bahan tambahan gula sebesar
Rp.1.040.520. Dengan perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai
biaya/aktivitas/produk jenis jus belimbing tahun 2009 sebagaimana disajikan pada
Lampiran 7.
f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Belimbing Dengan Metode ABC
Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus belimbing dengan
metode ABC disajikan pada Lampiran 8. Total harga pokok produksi diperoleh
dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total
biaya overhead pabrik. Total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas
penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan,
penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua dan pengemasan, perhitungan
63
HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah
produk jadi.
Berdasarkan Lampiran 8, diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis
produk jus belimbing dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih rendah sebesar
Rp.1.262, dibandingkan dengan metode full costing sebesar Rp.1.726. Dari hasil
perhitungan HPP jenis produk jus belimbing dengan metode ABC dapat diketahui
selisihnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.1.488.
5.5.2. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Jambu
Perhitungan HPP untuk Jenis produk jus jambu dengan metode ABC sama
dengan tahapan-tahapan perhitungan pada jenis jus belimbing yaitu, sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi aktivitas.
b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas.
c. Menentukan cost drivers dan nilainya.
d. Menghitung nilai tarif/aktivitas.
e. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk.
f. Perhitungan HPP.
Adapun rincian tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Aktivitas
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah proses identifikasi aktivitas
yang dilakukan dalam produksi jus jambu, ketelitian dalam menentukan konsumsi
aktivitas akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan HPP. Adapun aktivitas
64
produksi jus jambu terdiri dari aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan
atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi
ke dua, dan pengemasan.
b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya
Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya
atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya
atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi,
penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian
sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran
secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan
persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi,
perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan
mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan tidak
sia-sia.
Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung dalam perhitungan HPP pada jus
jambu sama dengan perhitungan HPP pada jus belimbing, yaitu biaya listrik
mesin, gas, bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan
penyusutan bangunan. Biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi
jenis produk jus jambu tahun 2009 yang terdapat pada Lampiran 9.
Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus jambu sama dengan
persentese penggunaan listrik untuk jus belimbing yaitu sebesar 0.90 % yang
diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,5jam/hari dari total
penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari.
65
Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan
0,90 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus jambu yaitu
sebesar Rp.19.512/tahun untuk biaya listrik blender, penggunaan listrik untuk
kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan
penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk
produk jadi dan pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan lampu.
Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik,
yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air
sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air
untuk jenis produk jus jambu adalah 31,67 %, yang diperoleh dari penggunaan air
jenis produk jus jambu sebanyak 79.248 liter/tahun, dibagi total penggunaan air
pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan biaya sebesar
Rp.49.080/tahun.
Persentase biaya air pada jenis produk jus jambu untuk bahan penolong, air
pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 25,20 %
(19.968 lt/tahun), 39,37 % (31.200 lt/tahun), 23,62 % (18.720 lt/tahun),11,81%
(9.360 lt/tahun). Masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi
jenis jus jambu diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air dengan
total biaya air pada jenis produk jus jambu seperti yang tercantum pada Lampiran 1.
Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing,
persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-masing
adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total pemakaian gas selama
3,75jam/hari, yang digunakan masing-masing pada saat pemasakan yaitu 3 jam/hari
66
dan blancing selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus tersebut. Biaya
yang digunakan pada proses pemasakan jus jambu adalah Rp.1.248.000 atas
persentase sebesar 33,33% % yang diperoleh dari lamanya pamasakan pada
produksi jus jambu yaitu 312 jam/tahun dari total lamanya proses pemasakan ketiga
jenis jus tersebut yaitu selama 936 jam/tahun.
Sedangkan biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus
tersebut masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentase yang sama
yaitu 33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78
jam/tahun atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut
selama 234 jam/tahun.
Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan
menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing
peralatan pada periode analisis. Biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis jus
jambu terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1 timbangan
digital, 4 bak plastik, 1 panci, kompor, 16 saringan, 6 krat, dan 5 taperware, biaya
bahan penolong dan biaya bahan pembantu serta baiaya kemasan dihitung
berdasarkan jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung,
pengaduk dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna
masa pakainya telah melebihi umur ekonomisnya.
c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya
Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang
disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam
menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik
67
mesin, volume air dan luas lantai, dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas
aktivitas jenis produk jus jambu disajikan pada Lampiran 10.
Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas,
biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya
peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan penolong, biaya bahan
pembantu dan biaya kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian
tertentu untuk satu unit produk yang dihasilkan selama masa analisis.
Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas
aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai
cost drivers atas aktivitas untuk biaya panci pada aktivitas pemasakan adalah
Rp.3.461/jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya gas sebesar
Rp.108.000 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 312 jam peralatan.
Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers atas
aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus jambu.
d. Menghitung Nilai Tarif/Aktivitas
Tarif/Aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas
dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya,
sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas blancing adalah
sebesar Rp.5.40, artinya setiap 0,25 jam kerja gas tarif yang ditetapkan sebesar
Rp.5.40 tarif/aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas blancing dan penirisan,
diperoleh dari total biaya aktivitas blancing dan penirisan sebesar Rp.540.360,
yang terdiri dari biaya panci, biaya gas, biaya kompor, biaya air blancing, biaya
bak blancing dan biaya bak penirisan, dibagi dengan nilai cost drivers atas
68
aktivitas untuk biaya gas blancing sebesar 1000 jam mesin. Dengan perhitungan
yang sama, maka akan diperoleh tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam
tiap jenis aktivitas yang akan disajikan pada Lampiran 11.
e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk
Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada
besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya
atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun
persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal berdasarkan jumlah
atau volume produksi yang berbeda sehingga membutuhkan semberdaya yang
berbeda pula, nilai cost drivers langsung dikalikan dengan tarif/aktivitas.
Contoh biaya bahan tambahan gula pada proses pemasakan cost drivers
sebesar 195 jumlah unit langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya tambahan
CMC sebesar Rp.10.025, maka alokasi biaya bahan tambahan gula sebesar
Rp.1.954.875. Dengan perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai
biaya/aktivitas/produk jenis jus jambu tahun 2009 yang disajikan pada
Lampiran 11.
f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Jambu Dengan Metode ABC
Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus jambu dengan
metode ABC disajikan pada Lampiran 12, total harga pokok produksi diperoleh
dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total
biaya overhead pabrik. Total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas
penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan,
penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke II dan pengemasan, perhitungan
69
HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah
produk jadi.
Berdasarkan Lampiran 12 diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis
produk jus jambu dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih rendah sebesar
Rp.1.381 dibandingkan dengan metode full costing sebasar Rp.1.726. Dari hasil
perhitungan HPP jenis produk jus jambu dengan metode ABC dapat diketaui
selisishnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.1.369.
5.5.3. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Wornas
Perhitungan HPP untuk Jenis produk jus wornas dengan metode ABC
sama dengan tahapan-tahapan perhitungan pada ke dua jenis jus sebelumnya,
yaitu sebagai berikut:
a. mengidentifikasi aktivitas.
b. menggolongkan jenis biaya atas aktivitas
c. menentukan cost drivers dan nilainya.
d. menghitung nilai tarif/aktivitas.
e. menghitung nilai biaya/aktivitas/produk.
f. perhitungan HPP.
Adapun perimcian tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Aktivitas
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan metode HPP
dengan ABC adalah proses mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam
produksi jus wornas, ketelitian dalam menentukan konsumsi aktivitas akan sangat
berpengaruh terhadap perhitungan HPP. Adapun tahapan aktivitas produksi jus
70
wornas adalah sama dengan dua jenis produk jus sebelumnya yang terdiri dari
aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing,
penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua, dan pengemasan.
b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya
Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya
atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya
atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi,
penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian
sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran
secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan
persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi,
perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan
mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan
tidak sia-sia.
Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik mesin, gas,
bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan penyusutan bangunan.
Biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis produk jus wornas
tahun 2009 yang terdapat pada Lampiran 13.
Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus wornas sebesar
0.59 % yang diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,33 jam/hari dari
total penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari, yang terdiri dari penggunaan
listrik kulkas selama 48 jam/hari, listrik penerangan kantor selama 3 jam/hari,
71
listrik untuk blender jus belimbing dan jus jambu masing selama 0,5 jam/hari,
listrik air selama 3 jam/hari.
Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan
0,59 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus wornas
yaitu sebesar Rp.12.876/tahun untuk biaya listrik blender. Penggunaan listrik
untuk kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan
penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk
produk jadi dan pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan.
Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik,
yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air
sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air
untuk jenis produk jus woras adalah 26,43 %, yang diperoleh dari penggunaan air
jenis produk jus wornas sebanyak 66.144 liter/tahun, dibagi total penggunaan air
pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan biaya sebesar
Rp.30.960/tahun.
Persentase biaya air pada jenis produk jus wornas untuk bahan penolong, air
pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 15,9 % (9.984
lt/tahun), 47,16 % (31.200 lt/tahun), 28,31 % (18.720 lt/tahun), 9,44 % (6.240
lt/tahun), masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi jenis jus
wornas diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air dengan total
biaya air pada jenis produk jus wornas seperti ntum yang terc pada Lampiran 1.
Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing,
persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-
72
masing adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total lamanya pemakaian gas
3,75jam/hari yang digunakan pada saat pemasakan yaitu 3 jam/hari dan blancing
selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus tersebut. Biaya yang
digunakan pada proses pemasakan jus wornas adalah Rp.624.000 atas persentase
sebesar 16,66 % yang diperoleh dari lamanya pamasakan pada produksi jus
wornas yaitu 156 jam/tahun dari total lamanya proses pemasakan ketiga jenis jus
tersebut yaitu selama 936 jam/tahun.
Biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus tersebut
masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentese yang sama yaitu
33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78 jam/tahun
atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut selama 234
jam/tahun.
Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan
menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing
peralatan pada periode analisis, biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis
jus wornas terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1
timbangan digital, 4 bak plastik, 1 panci, 1 kompor, 12 saringan, 4 krat, dan 3
taperware, biaya bahan pembantu serta biaya kemasan dihitung berdasarkan
jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung, pengduk
dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa
pakainya telah melebihi umur ekonomisnya.
73
c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya
Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang
disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam
menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik
mesin, volume air dan luas lantai. Dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas
aktivitas jenis produk jus wornas disajikan pada Lampiran 14.
Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas,
biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya
peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan pembantu dan biaya
kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian tertentu untuk satu
unit produk yang dihasilkan selama masa analisis.
Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas
aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai
cost drivers atas aktivitas untuk biaya taperware pada aktivitas pengemasan
adalah Rp.1.245/jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya
taperware sebesar Rp.64.800 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 52 jam
peralatan. Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers
atas aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus wornas.
d. Menghitung Nilai Tarif /Aktivitas
Tarif/aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas
dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya,
sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya timbangan manual pada aktivitas
penimbangan adalah sebesar Rp.2.600, artinya setiap 0,25jam kerja timbangan
74
manual tarif yang ditetapkan sebesar Rp.2.600. tarif/aktivitas untuk biaya
timbangan manual diperoleh dari total biaya aktivitas penimbangan manual dan
digital sebesar Rp.225.000, yang hanya terdiri dari biaya timbangan manual saja,
dibagi dengan nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya timbangan manual
sebesar 8653 jam mesin. Dengan perhitungan yang sama, maka akan diperoleh
tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam tiap jenis aktivitas yang akan
disajikan pada Lampiran 15.
e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk
Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada
besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya
atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun
persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal berdasarkan jumlah
atau volume produksi yang berbeda sehingga membutuhkan semberdaya yang
berbeda pula. Nilai cost drivers langsung dikalikan dengan tarif/aktivitas.
Contoh biaya botol pada aktivitas pengemasan cost drivers-nya sebesar
312 jumlah unit langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya botol sebesar
Rp.34.296, maka alokasi biaya kemasan botol sebesar Rp.10.700.352. Dengan
perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai biaya/aktivitas/produk jenis jus
wornas tahun 2009 sebagaimana disajikan pada Lampiran 15.
f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Wornas Dengan Metode ABC
Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus belimbing dengan
metode ABC disajikan pada Lampiran 16. Total harga pokok produksi diperoleh
dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total
75
biaya overhead pabrik, total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas
penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing dan
penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua dan pengemasan,
perhitungan HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan
jumlah produk jadi.
Berdasarkan Lampiran 16, diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis
produk jus wornas dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih tinggi sebesar
Rp.1.771 dibandingkan dengan metode full costing sebesar Rp.1.743. Dari hasil
perhitungan HPP jenis produk jus wornas dengan metode ABC dapat diketahui
selisihnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.979.
5.6. Analisis Perbandingan HPP Antara Metode Full Costing Dengan Metode ABC Untuk Jenis-Jenis Produk Jus Belimbing, Jus Jambu, Jus Wornas.
Berdasarkan perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode
konvensional dan metode yang diteliti yaitu ABC, dapat diketahui total biaya
produksi dari masing-masing jenis jus yang diproduksi oleh perusahaan.
Perbandingan total HPP kedua metode tersebut dapat dilihat pada tebel di
bawah ini.
Tebel 6: Total Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing dan Metode ABC Pada Perhitungan HPP Dari Masing-Masing Jenis Jus yang Diproduksi Oleh CV.WPIU Tahun 2009.
Jenis
Produk Jus
Total Biaya Produksi (Rp) Selisih Total Produk
Full C osting ABC Nilai (Rp) % Belimbing 271.452.300 198.595.673 27.856.627 14 157.248Jambu 180.969.245 144.873.324 36.095.921 24 104.832Wornas 91.410.464 92.876.133 -1.465.669 -15 52.416Total 543.832.009 436.345.130 314.496
76
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui perbandingan total biaya produksi
antara metode konvensional dengan metode ABC, di mana untuk jenis produk jus
belimbing dan jus jambu mengalami penurunan total biaya produksi apabila
menggunakan metode ABC masing-masing sebesar 14 % dan 24 %, sedangkan
untuk jenis produk jus wornas mengalami kanaikan total biaya produksi apabila
menggunakan metode ABC sebasar 15 %.
Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode
konvensional dan metode ABC yang diteliti, dapat dilihat perbandingan antara
kedua metode tersebut seperti pada Tebel di bawah ini.
Tabel 7. Persentase Selisih HPP Masing-Masing Jenis Jus Antara Metode Full Costing Dengan Metode ABC
Jenis Produksi Harga Pokok Produksi (botol)
Selisih
Full Costing ABC Nilai % Jus Belimbing 1.726 1.262 464 36Jus Jambu 1.726 1.381 345 24Jus Wornas 1.743 1.771* 28 15
Keterangan: * = harga pokok produksi lebih tinggi bila menggunakan metode ABC
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan HPP pada
jenis produk jus belimbing dan jus jambu dengan metode ABC lebih rendah
dibandingkan dengan metode full costing, namun selisihnya tidak telalu besar.
Harga pokok produksi dengan metode ABC pada jenis produk jus belimbing dan
jus jambu masing-masing sebesar Rp.1.262/botol dan Rp.1.381/botol, atau
menjadi lebih rendah masing-masing sebesar 36 % dan 24 % , jika dibandingkan
dengan metode konvensional, dikarenakan penggunaan sumberdaya pada kadua
jenis jus tersebut telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang
dihasilkan.
77
Jika dilihat pada tebel di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis produk jus
wornas yang memiliki volume kecil akan menghasilkan HPP yang lebih rendah
apabila menggunakan metode full costing, walaupun pada jenis produk yang
bervolume kecil menghasilkan HPP yang lebih tinggi jika dihitung dengan metode
ABC, akan tetapi metode ABC mencatat biaya produksi yang benar-benar terjadi
pada setiap proses produksi, sedangkan untuk jenis produk jus belimbing dan
jambu yang bervolume besar, bila dihitung dengan menggunakan metode ABC
harga pokok produksi menjadi lebih rendah, dibandingkan apabila dihitung
dengan menggunakan metode full costing. Dikarenakan pada metode Full Costing
tidak dapat diketahui biaya dan aktivitas mana yang menyebabkan biaya tersebut
manjadi rendah atau tinggi, selain itu HPP yang lebih rendahpun dikarenakan
penggunaan sumberdaya pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu sudah
cukup efisien dan efektif dalam malakukan aktivitas produksi dengan jumlah
produksi yang dihasilkan, dikatakan efektif bila produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) dengan sebaik-baiknya, dan
dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran
yang melebihi masukan.
Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan oleh perusahaan dengan
metode full costing dan metode ABC yang diteliti, diketahui perbandingan selisih
laba harga jual terhadap HPP pada masing-masing metode tersebut, seperti yang
tertera pada Tabel 8 berikut ini.
78
Tabel 8. Laba Terhadap Harga Penjualan Pada Masing-Masing Jenis Jus Dengan HPP Antara Metode Full Costing dan metode ABC.
Jenis
Produksi Harga Jual (Rp/botol)
HPP/botol Laba /botol Selisih
Full Costing
ABC Full Costing
ABC Nilai %
Belimbing 2.750 1.726 1.262 1.024 1.488 446 29Jambu 2.750 1.726 1.381 1.024 1.369 345 25Wornas 2.750 1.743 1.711 1.007 1.039 32 3
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan laba pada
ketiga jenis jus buah tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC.
Laba produk jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas apabila menggunakan
metode ABC masing-masing adalah sebesar Rp.1.488/botol, Rp.1.369/botol dan
Rp.1.039/botol, atau menjadi lebih tinggi masing-masing sebesar 29%, 25%, dan
3%, dibandingkan mengunakan metode full costing.
Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan
usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya,
aktivitas dan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mengurangi biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan evisiensi di
dalam produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang afisien.
Cara pertama adalah dengan mengeliminasi aktivitas yang bukan
penambah nilai seperti pada aktivitas blancing dan penirisan, karena tanpa
aktivitas tersebut buah sudah dapat dihancurkan dengan mesin blender, dan juga
meniadakan salah satu aktivitas penyaringan karena dengan salah satu
penyaringan saja sudah cukup. Cara yang ke dua adalah dengan memilih aktivitas
yang berbiaya rendah, pada CV.WPIU aktivitas ini sudah dilakukan pada aktivitas
penyaringan yang menggunakan peralatan penyarinagn yang masih sederhana.
79
Biasanya hal seperti di atas dapat terjadi kerena dalam metode
konvensional sering terjadi kesalahan dalam pembebanan overhead pabrik di
mana produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya
overhead yang tinggi pula, demikian sebaliknya di mana produk dengan jumlah
volume produksi yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah pula.
Jika perusahaan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang
diinginkan, maka perusahaan harus meningkatkan harga jual secara berangsung-
angsur untuk jenis produk jus wornas, dengan memperhatikan HPP menurut ABC
dan biaya-biaya pemasaran yang belum di masukkan dalam perhitungan HPP,
serta harga jual dari perusahaan lain yang sejenis.
Apabila ternyata harga jual perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang sejenis, maka perusahaan harus dapat membuat strategi lain yang
dapat membuat perusahaan unggul dalam persaingan yang ketat, namun jika
perusahaan ingin tetap mempertahankan harga jual, setelah menggunakan metode
ABC dalam perhitungan HPP hal ini dapat saja dilakukan, atau perusahaan
meningkatkan jumlah volume produksi seperti pada jenis jus belimbing dan jus
jambu.
Untuk jenis jus yang dalam perhitungan dengan metode ABC
menghasilkan HPP yang lebih rendah akan menyebabkan keuntungan yang
diperoleh bertambah, sedangkan untuk jenis jus yang mengalami peningkatan
harga pokok produksi setelah dihitung dengan metode ABC, perusahaan harus
menanggung resiko mendapatkan keuntungan yang lebih kecil dibandingkan
apabila perusahaan menggunakan metode konvensional, hal ini dapat
80
diilustrasikan sebagai berikut, dalam penentuan harga jual, selain harga pokok
produksi perlu dipertimbangankan pula biaya komersial yang terdiri dari biaya
pemasaran serta biaya administrasi dan umum, penjumlahan dari ketiga
komponen biaya tersebut akan menghasilkan total biaya produk. Total biaya
produk ditambah dengan laba yang diharapkan akan menghasilakan harga jual.
Apabila perusahaan tetap mempertahankan harga jual, dengan asumsi harga
pokok produksinya berubah dan biaya komersialnya tetap, maka yang akan
berubah adalah laba yang diharapkan perusahaan.
Untuk jenis produk jus yang dalam perhitungan dengan metode ABC
memiliki HPP yang rendah sebaiknya meningkatkan volume produksinya dengan
pertimbangan bahwa pada saat ini pun permintaan terhadap produk jus belimbing
dan jus jambu tergolong banyak atau apabila perusahaan ingin meningkatkan
jumlah penjualan yang lebih signifikan dapat menurunkan harga jual yang releven
terhadap HPP dengan metode ABC dan biaya-biaya pemasaran yang belum
dimasukkan dalam perhitungan HPP. Sedangakan untuk jenis jus wornas yang
dalam perhitungan dengan metode ABC mamiliki HPP yang lebih tinggi, dalam
jangka pendek masih dapat diproduksi selama masih bisa menutupi biaya
produksinya. Atau perusahaan dapat meningkatkan harga jual atau menambah
jumlah volume produksi sehingga menjadi efektif dan efisien terhadap
sumberdaya yang dimiliki terhadap jumlah volume produksi, dengan asumsi
perusahaan melakukan promosi yang lebih gencar agar produk dapat diserap oleh
pasar secara optimal.
81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) mamproduksi tiga jenis jus
buah, yaitu: jus belimbing, jus jambu dan jus wornas (wortel dan nanas).
Proses produksi yang dilakukan tidak berbeda dari ketiga jenis jus. Adapun
tahapan proses produksi yang dilakukan pada saat memproduksi ketiga jenis
jus tersebut adalah: 1).Penimbangan, 2).Pengupasan dan Pencucian,
3).Blansir dan Penirisan, 4).Penghancuran atau Penghalusan, 5).Filtrasi
Pertama, 6).Pemanasan Larutan Penstabil, 7).Homogenisasi, 8.)Pemasakan,
9).Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahan pemanis, bahan
pengawet makanan, bahan pengatur keasaman, pewarna makanan),
10).Filtrasi Kedua, 11).Persiapan Pengemasan dan Pengemasan
2. CV.WPIU menggunakan metode full costing (konvensional) dalam
perhitungan harga pokok produksi (HPP), di mana produk dengan jumlah
volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya overhead yang tinggi,
femikian sebaliknya produk dengan jumlah volume yang rendah akan
dibebani biaya overhead yang rendah pula.
3. Dengan menggunakan metode ABC diketahui total biaya produksi untuk
jenis produk jus belimbing dan jus jambu akan mengalami penurunan biaya
produksi hingga masing-masing sebesar 14 % dan 24 % bila dibandingkan
dengan metode Full Costing, adapun total biaya produksi pada jenis produk
jus wornas diketahui lebih tinggi 15 %, dibandingkan perhitungan harga
82
pokok produksi dengan metode full costing. Dasar kalkulasi harga pokok
produksi ABC dapat menghasilkan harga pokok produksi yang paling
rasional dari ketiga jenis produk jus tersebut.
4. Dari hasil perhitungan HPP dengan menggunakan metode Full Costing,
didapat bahwa HPP per botol untuk jenis produk jus belimbing adalah
sebesar Rp.1.726, untuk jenis jus jambu adalah sebesar Rp.1.726 dan untuk
jus wornas adalah sebesar Rp. 1.743. Metode ini mudah diaplikasikan tetapi
tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam pembuatan produk yang
sesungguhnya, sehingga kurang tepat untuk menghitung HPP.
5. Dari hasil perhitungan HPP dengan metode ABC, biaya oprasional pabrik
(BOP) dialokasikan berdasarkan cost drivers (pemicu biaya) ke setiap
satuan produk, dengan menggunakan metode ABC didapati bahwa HPP per
botol untuk jenis produk jus belimbing adalah sebesar Rp.1.262, untuk jus
jambu adalah sebesar Rp.1.381, dan untuk jus wornas adalah sebesar
Rp.1.771.
6. Perhitungan dengan metode ABC dapat melihat biaya produksi yang benar-
benar terjadi pada setiap proses produksi, sedangkan perhitungan dengan
metode full costing tidak dapat mengetahui biaya dari aktivitas produksi
yang menyebabkan biaya tersebut menjadi rendah atau tinggi.
6.2. Saran
1. Perhitungan ABC sebaiknya digunakan sebagai alat untuk menghitung
harga pokok produksi karna lebih mencerminkan pemakaian biaya terhadap
aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi.
83
84
2. Sebaiknya perusahaan melakukan spesialisasi dalam memproduksi jus buah
belimbing dan jambu yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar,
dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh jus wornas.
3. Jika perusahaan ingin menguasai pasar sebaiknya perusahaan menurunkan
harga jual pada jenis jus buah belimbing dan jus buah jambu dengan harga
yang baru yaitu Rp 2.300,00/botol, sedangkan untuk jenis jus wornas yang
telah diketahui bahwa mengalami kenaikan total biaya produksi dan HPP
tetapi perusahaan masih ingin memproduksinya maka bisa menggunakan
harga yang lama yaitu Rp 2.750,00/botol. Dengan memperhatikan biaya
pemasaran yang belum dimasukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual
dari perusahaan yang sejenis, atau perusahan dapat maningkatkan jumlah
volume produksi seperti kedua jenis produk jus yang lain, sehingga efektif
dan efisien terhadap sumberdaya yang dipakai terhadap keluaran yang
dihasilkan sehingga menghasilkan total biaya produksi dan HPP yang lebih
rendah pula.
DAFTAR PUSTAKA
Abas, Kartadinata. Akuntasi dan Analisis Biaya, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2000).
Bustami, Bastian dan Nurlela. Akuntasi Biaya. Edisi Pertama. (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media: 2002).
Carter, K.William. Akuntansi Biaya, buku ke1 Edisi ke14, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009).
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Deptan. Pedoman Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengolahan Hasil Hortikultura. 26 Juni 2006. 32 hal. http://agribisnis.deptan.go.id. Pukul 13.36 WIB.
Garrison,. Noreen dan Brewer. Akuntansi Manajerial, Buku ke1 Edisi ke11, (Jakarta: penerbit Salemba Empat, 2006).
Gayle, Rayburn l. Akuntansi Biaya, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999).
Hansen dan Mowen. Manajerial Accounting, Buku ke1 Edisi ka3, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009).
________________. Management Accounting edisi ke7, Buku ke1 ( Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006).
Horngren dan Carles.T. Akuntasi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Edisi Indonesia. (Jakarta: Penerbit Salemba empat, 1994).
Komarudin, Ahmad. Akuntansi Manajemen: Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Penerbit PT.Raja Garafindo Persada, 2005).
Kotler dan Eary Armstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi ke9. (Jakarta: Penerbit Indeks, 2003).
Krismiadji. Dasar-Dasar Akuntansi Manaejmen, (Yogyakarta: Penerbit AMP YKPN, 2002).
Maher dan Deakin. Akuntansi Biaya, Edisi ke4 Jilid ke1, ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997).
Mulyadi. Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit YKPN, 1993).
_______. Activity Based Costing Sistem (system Biaya Untuk Pengurangan Biaya), Edisi 6 (Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPM, 2003).
_______. Akuntasi Biaya. Ediasi ke5, Cetakan ke7 (Yogyakarta: Penerbit UGM,2005).
85
86
Prawironegoro, Darsono dan Ari Durwanti. Akuntasi Manajerial, Edisi ke3, (Jakarta: Penerbit Mitra Wicana Media, 2009).
Pujimulyani, Dwiyanti. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan, (Yogyakarta: Penerbit Garaha Ilmu, 2009).
Rahany, kanny Anggina. Penetapan Harga Pokok Produksi Kecap Dengan Pendekatan Activity Based Costing, [Skripsi]. Bogor, IPB, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. 2003.
Simamora, Akuntansi Manajemen.(Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999).
Swasta, Basu. Manajemen Pemasaran Modern, edisi ke3, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1998).
Tjiptono. Fandy,. Gregoriua Chandra dan Dadi Adriana, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2008).
Witjaksono, Armanto. Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006).
Lampiran 1. Alokasi Penggunaan Listrik Air Tiap-Tiap Jenis Jus Pada CV.WPIU Tahun 2009
Jenis Penggunaan air
Jus Belimbing Jus Jambu Jus Wornas
Liter % Rp Liter % Rp Liter % Rp Air Pemasakan
29.952 28,57 14.016 19.968 25,20 9.348 9.984 15,9 4.668
Air Pencucian
46.800 44,64 21.912 31.200 39,37 14.616 31.200 47,16 14.592
Air Blansir 18.720 17,85 8.772 18.720 23,62 8.760 18.720 28,31 8.772 Air Pengemasan
9.360 8,92 4.380 9.360 11,81 4.380 6.240 9,44 2.928
87
88
Lampiran 2. Total Biaya Kemasan Botol dan Karton Pada CV.WPIU Untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Tahun 2009.
Jenis
KemasanHarga
(Rp/Unit) Jenis Produk
Jus Belimbing Jus Jambu Jus Wornas Q Rp Q Rp Q Rp Botol 1.000 157248 157.248.000 104832 104.832.000 52416 52.416.000Karton 1.500 6552 9.828.000 4368 6.552.000 2184 3.726.000Total 161.834.400 107.889.600 55.6142.000
Keterangan: Q = quantity
89
lampiran 3. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009
No Jenis Penyusutan
Banyaknya Harga Perolehan
Total Biaya (Rp)
Umur Ekonomis
Nilai Sisa Biaya Penyusutan (Rp/Tahun)
1 Bangunan 1 80.000.000 80.000.000 20 8.000.000 3.600.000 2 Mesin Blender 1 540.000 540.000 3 - 3 Kulkas 2 2.700.000 5.400.000 5 540.000 972.000 4 Taperware 8 120.000 9.600.000 5 96.000 172.800 5 Kompor 1 380.000 380.000 5 38.000 68.400 6 Saringan 48 7.000 336.000 - 336.000 336.000 7 Pengaduk 2 15.000 30.000 3 - - 8 Panci 3 600.000 1.800.000 5 180.000 324.000 9 Bak plastik 3 120.000 360.000 5 36.000 64.800 10 Gentong air 2 120.000 240.000 5 24.000 43.200 11 Timbangan
digital 1 1.100.000 1.100.000 5 110.000 198.000
12 Timbangan manual
1 150.000 150.000 5 15.000 27.000
13 Krat 6 80.000 480.000 5 48.000 86.400 14 Pisau 4 10.000 40.000 3 - - 15 Gayung 3 5.000 15.000 3 - - Jumlah 5.892.600
90
Lampiran 4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Belimbing, Jus Jambu dan Jus Wornas Dengan Metode Konvensional Pada CV.WPIU Tahun 2009
Biaya Produksi Jus
Belimbing Jus Jambu Jus Wornas Total
Biaya Langsung Wortel Nanas Bahan baku (kg) 4.680 3.120 468 1.092 Biaya bahan baku (Rp/kg) 4.000 4.000 4.000 4.300 Total 1.872.000 4.695.600 Total biaya bahan baku 18.720.000 12.480.000 6.567.600 Biaya Tenaga Kerja Langsung
15.600.000 10.400.500 5.199.500
Total Biaya Langsung 34.320.000 22.880.500 11.767.100 Biaya Tidak Langsung
Biaya bahan tambahan 47.970.000 31.980.000 15.990.000 Biaya pengemasan botol 157.248.000 104.832.000 52.416.000 Biaya pengemasan karton 9.828.000 6.552.000 3.276.000 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
7.800.000 5.200.000 2.600.000
Penyusutan alat-alat 2.946.300 1.964.183 982.107 Biaya Listrik 1.065.984 710.584 355.185 Biaya Gas 2.340.000 1.559.844 779.688 Telepon 600.000 400.000 200.000 Bensin 3.120.000 2.080.116 1.039.886 Bongkar muat 600.000 400.000 200.000 Sewa Motor 3.600.000 2.400.170 1.199.830
Total Biaya Tidak Langsung (BOP)
237.118.284 158.078.897 79.038.696
Total Biaya Produksi 271.452.300 180.969.245 90.805.796 Jumlah Produk (botol) 157.248 104.832 52.416 Harga Pokok Produk (Rp/Botol)
1.726 1.726 1.743
Harga Jual (Rp/Botol) 2.750 2.750 2.750 Selisih harga 1.024 1.024 1.018
91
Lampiran 5. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Belimbing Tahun 2009
Jenis aktivitas Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 Biaya timbangan digital 198.000 Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian 21.912 Biaya bak pencucian 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 Biaya gas 312.000 Biaya kompor 68.400 Biaya air blansir 8.772 Biaya bak blansir 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 Jumlah V Filtrasi Biaya saringan 140.000 Jumlah VI Pemasakan Biaya panci 108.000 Biaya gas 1.872.000 Biaya kompor 68.400 Biaya bahan penolong (air) 14.016 Biaya bahan tambahan Gula 46.800.000 Biaya bahan tambahan CMC 975.000 Biaya bahan tambahan lain-lain 195.000 Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan 140.000 Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 157.248.000 Biaya pengemasan karton 9.828.000 Biaya krat 86.400 Biaya air pengemasan 4.380 Biaya taperware 151.200 Biaya bangunan 1.800.000 Jumlah
Lampiran 6. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Belimbing
92
No Jenis aktivitas Cost Drivers Nilai Cost
Drivers
Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun
I Penimbangan Biaya timbangan manual Jam peralatan 312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari Biaya timbangan digital Jam peralatan 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari Jumlah II Pencucian dan
pemotongan / pengupasan
Biaya air pencucian Volume air 3120 15kg=150lt/hari Biaya bak pencucian Jam peralatan 312 1 buah bak@0,41jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak @0,16 jam/hari Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,25 jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya air blansir Volume air 1248 15kg=60lt/hari Biaya bak blansir Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jam mesin 312 1 mesin blender@0,5jam/hari Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jam peralatan 39 20 saringan @0,25jam/hari Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Jam peralatan 468 1 buah panci@1,5jam/hari Biaya gas Jam peralatan 468 1 buah kompor@1,5jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 468 1 buah kompor@1,5jam/hari Biaya bahan penolong (air) Volume air 1996 15kg=96lt/hari Biaya bahan tambahan Gula Jumlah unit 312 15kg=15kg gula/hari Biaya bahan tambahan
CMC Jumlah unit 13 15kg=0,6kgCMC/hari
Biaya bahan tambahan lain-lain
Jumlah unit 13 15kg=0,6kg/hari
Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jam peralatan 39 20 saringan @0,25jam/hari Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Jumlah unit 312 504 botol=504 botol/hari Biaya pengemasan karton Jumlah unit 13 504 botol=21 karton/hari Biaya krat Jam peralatan 13 6 krat@0,25jam/hari Biaya air pengemasan Volume air 1857S 504botol=30lt/hari Biaya taperware Jam peralatan 6685 7 taperware@1,5jam/hari Biaya bangunan Luas lantai 100 Luas lantai 100m@18000/meter Jumlah
Lampiaran 7. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Belimbing Metode ABC Tahun 2009
93
No Jenis Aktivitas Biaya Atas
Aktivitas Nilai Cost
Drivers Cost Drivers
Atas Aktivitas Tarif
/Aktivitas Biaya/
Aktivitas/ Produk
I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 312 8.653 2.600 811.200 Biaya timbangan digital 198.000 312 6.346 3.545 1.106.040 Jumlah 225.000 1.917.240 II Pencucian dan
pemotongan / pengupasan
Biaya air pencucian 21.912 3120 7.023 927 2.892.240 Biaya bak pencucian 21.600 312 6.923 940 293.280 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 940 293.280 Jumlah 65.112 3.478.800 III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 312 3.461 1.560 486.720 Biaya gas 312.000 312 1.000 5.399 1.684.488 Biaya kompor 68.400 312 2.179 2.464 773.136 Biaya air blansir 8.772 1248 702 7.691 9.598.368 Biaya bak blansir 21.600 312 6.923 7.799 2.433.288 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 7.799 2.433.288 Jumlah 539.972 17.409.288 IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 312 6.253 3.120 973.440 Jumlah 19.512 973.440 V Filtrasi Biaya saringan 140.000 39 3.589 3.900 152.100 Jumlah 140.000 152.100 VI Pemasakan Biaya panci 108.000 468 2.307 21.687 10.149.516 Biaya gas 1.872.000 468 4.000 12.508 5.853.744 Biaya kompor 68400 468 1.461 34.245 16.026.660 Biaya bahan penolong (air) 14.016 1996 702 7.127 14.225.492 Biaya bahan tambahan
Gula 46.800.000 312 150.000 3.335 1.040.520
Biaya bahan tambahan CMC
975.000 13 75.000 66.709 867.217
Biaya bahan tambahan lain-lain
195.000 13 15.000 33.354 433.602
Jumlah 50.032.416 48.596.751 VII Filtrasi Biaya saringan 140.000 39 3.589 3.900 152.100 Jumlah 140.000 152.100 VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 157.248.000 312 504 33.555 10.469.160 Biaya pengemasan karton 9.828.000 13 756 223.701 2.908.113 Biaya krat 86.400 13 6.646 254.695 3.311.035 Biaya air pengemasan 4.380 1857 235 71.965 1.336.390 Biaya taperware 151.200 6685 229 738.506 48.859.556 Biaya bangunan 1.800.000 100 18.000 169.117 16.911.700 Jumlah 169.117.980 83.795.954
94
Lampiran 8. Perhitungan HPP Jenis Jus Belimbing Dengan Metode ABC
Biaya Produksi Banyaknya Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya Total
Bahan Baku Belimbing (kg) 4680 4.000 18.720.000 18.720.000Biaya Tenaga Kerja Langsung
15.600.000 15.600.000
Biaya Overhead Pabrik Penimbangan 1.917.240 Pencucian dan pemotongan/ pengupasan
3.478.800
Blansir dan penirisan 17.409.288 Penghancuran 973.440 Filtrasi 152.100 Pemasakan 48.596.751 Filtrasi ke II 152.100 Pengemasan 83.795.954 Total Biaya Overhead 156.475.673Total biaya Produksi th 2009
198.595.673
Jumlah produk (botol) 157.248 HPP produk (Rp/Botol) 1.262Harga Jual 2.750Selisih 1.484
95
Lampiran 9. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Jambu Tahun 2009
Jenis Aktivitas Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 Biaya timbangan digital 198.000 Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian 14.616 Biaya bak pencucian 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 Biaya gas 312.000 Biaya kompor 68.400 Biaya air blansir 8.760 Biaya bak blansir 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 Jumlah V Filtrasi Biaya saringan 112.000 Jumlah VI Pemasakan Biaya panci 108.000 Biaya gas 1.148.000 Biaya kompor 68.400 Biaya bahan penolong (air) 9.348 Biaya bahan tambahan Gula 31.200.000 Biaya bahan tambahan CMC 650.000 Biaya bahan tambahan lain-lain 130.000 Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan 112.000 Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 104.832.000 Biaya pengemasan karton 6.552.000 Biaya krat 86.400 Biaya air pengemasan 4.380 Biaya taperware 108.000 Biaya bangunan 1.800.000 Jumlah
96
Lampiran 10. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Jambu
No Jenis Aktivitas Cost Drivers Nilai Cost
Drivers
Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun
I Penimbangan Biaya timbangan manual Jam peralatan 312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari Biaya timbangan digital Jam peralatan 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari Jumlah II Pencucian dan
pemotongan / pengupasan
Biaya air pencucian Volume air 3120 10kg=100lt/hari Biaya bak pencucian Jam peralatan 312 1 buah bak@0,41jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak @0,16 jam/hari Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,25 jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya air blansir Volume air 1872 10kg=60lt/hari Biaya bak blansir Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak@0,33jam/hari Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jam mesin 312 1 mesin blender@0,5jam/hari Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jam peralatan 48 16 buah saringan @0,25jam/hari Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@1jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@1jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@1jam/hari Biaya bahan penolong (air) Volume air 1996 10kg=64lt/hari Biaya bahan tambahan Gula Jumlah unit 312 10kg=10kg gula/hari Biaya bahan tambahan
CMC Jumlah unit 195 10kg=0,4kgCMC/hari
Biaya bahan tambahan lain-lain
Jumlah unit 195 10kg=0,4kg/hari
Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jam peralatan 48 16 buah saringan @0,25jam/hari Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Jumlah unit 336 336 botol=336 botol/hari Biaya pengemasan karton Jumlah unit 13 336 botol=14 karton/hari Biaya krat Jam peralatan 13 6 krat@0,25jam/hari Biaya air pengemasan Volume air 2785 3364botol=30lt/hari Biaya taperware Jam peralatan 624 5 buah taperware@1jam/hari Biaya bangunan Luas lantai 100 Luas lantai 100m@18000/meter Jumlah
97
Lampiaran 11. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Jambu Metode ABC Tahun 2009
No Jenis Aktivitas Biaya Atas
Aktivitas Nilai Cost
Drivers Cost Drivers
Atas Aktivitas Tarif
/Aktivitas Biaya/ Aktivitas/
Produk I Penimbangan
Biaya timbangan manual 27.000 312 8.653 2.600 1106040 Biaya timbangan digital 198.000 312 6.346 3.545 811.200 Jumlah 225.000 1.917.240 II Pencucian dan
pemotongan / pengupasan
Biaya air pencucian 14.616 3120 4.681 1.235 3.853.200 Biaya bak pencucian 21.600 312 6.923 8.351 2.605.512 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 8.351 2.605.512 Jumlah 67.816 9.064.224 III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 312 3.461 1.561 487.032 Biaya gas 312.000 312 1.000 540 168.480 Biaya kompor 68.400 312 2.192 2.464 769.080 Biaya air blansir 8.760 1872 467 1.157 2.165.904 Biaya bak blansir 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Jumlah 540.360 8.460.816 IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 312 6.253 3.120 973.440 Jumlah 19.512 973.440 V Filtrasi Biaya saringan 112.000 48 2.333 480 23.040 Jumlah 112.000 23.040 VI Pemasakan Biaya panci 108.000 312 3.461 9.654 3.012.048 Biaya gas 1.248.000 312 4.000 8.353 2.606.136 Biaya kompor 68.400 312 2.192 15.257 4.760.184 Biaya bahan penolong (air) 9.348 1996 468 7.179 14.249.444 Biaya bahan tambahan
Gula 31.200.000 312 100.000 3.341 1.042.392
Biaya bahan tambahan CMC
650.000 195 333 10.025 1.954.875
Biaya bahan tambahan lain-lain
130.000 195 666 50.170 9.783.150
Jumlah 33.413.748 37.408.229 VII Filtrasi Biaya saringan 112.000 48 2.333 480 23.040 Jumlah 112.000 23.040 VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 104.832.000 336 312.000 36.340 12.210.240 Biaya pengemasan karton 6.552.000 13 23.481 48.287 627.731 Biaya krat 86.400 13 6.646 17.060 221.780 Biaya air pengemasan 4.380 2785 1.572 72.218 2.011.271 Biaya taperware 108.000 624 1.730 65.539 40.896.336 Biaya bangunan 1.800.000 100 18.000 6.299 629.900 Jumlah 113.382.780 56.597.258
98
Lampiran 12. Perhitungan HPP Jenis Jus Jambu Dengan Metode ABC
Biaya Produksi Banyaknya Harga Satuan (Rp)
Total Biaya Total
Bahan baku Jambu (kg) 3120 4.000 12.480.000 12.480.000Biaya Tenaga Kerja Langsung
10.400.500 10.400.500
Biaya Overhead Pabrik Penimbangan 1.917.240 Pencucian dan pemotongan/ pengupasan
9.064.224
Blansir dan penirisan 8.460.816 Penghancuran 973.440 Filtrasi 2.372.117 Pemasakan 37.408.229 Filtrasi ke II 2.372.117 Pengemasan 56.597.258 Total Biaya Overhead 116.793.324Total biaya Produksi th 2009
144.873.324
Jumlah produk (botol) 104.832 HPP produk (Rp/Botol) 1.381Harga Jual 2.750Selisih 1.369
99
Lampiran 13. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Wornas Tahun 2009
Jenis aktivitas Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 Biaya timbangan digital 198.000 Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian 14.592 Biaya bak pencucian 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 Biaya gas 312.000 Biaya kompor 68.400 Biaya air blansir 8.772 Biaya bak blansir 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender 12.876 Jumlah V Filtrasi Biaya saringan 84.000 Jumlah VI Pemasakan Biaya panci 108.000 Biaya gas 624.000 Biaya kompor 68.400 Biaya bahan penolong (air) 4.668 Biaya bahan tambahan Gula 15.600.000 Biaya bahan tambahan CMC 325.000 Biaya bahan tambahan lain-lain 65.000 Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan 84.000 Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 52.416.000 Biaya pengemasan karton 3.276.000 Biaya krat 57.600 Biaya air pengemasan 2.929 Biaya taperware 64.800 Biaya bangunan 1.800.000 Jumlah
100
Lampiran 14. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Wornas
No Jenis Aktivitas Cost Drivers Nilai Cost
Drivers
Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun
I Penimbangan Biaya timbangan manual Jam peralatan 312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari Biaya timbangan digital Jam peralatan 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari Jumlah II Pencucian dan
pemotongan / pengupasan
Biaya air pencucian Volume air 6240 5kg=100lt/hari Biaya bak pencucian Jam peralatan 312 1 buah bak@0,41jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak @0,16 jam/hari Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,25 jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya air blansir Volume air 3744 5kg=60lt/hari Biaya bak blansir Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jam mesin 312 1 buah mesin blender@0,33jam/hari Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jam peralatan 416 12 buah saringan @0,16jam/hari Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,5jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,5jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,5jam/hari Biaya bahan penolong (air) Volume air 1996 5kg=32lt/hari Biaya bahan tambahan Gula Jumlah unit 312 5kg=5kg gula/hari Biaya bahan tambahan
CMC Jumlah unit 1248 5kg=0,2kgCMC/hari
Biaya bahan tambahan lain-lain
Jumlah unit 1248 5kg=0,2kg/hari
Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jam peralatan 416 12 buah saringan @0,16jam/hari Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Jumlah unit 312 168 botol=168 botol/hari Biaya pengemasan karton Jumlah unit 13 168 botol=7 karton/hari Biaya krat Jam peralatan 195 4 buah krat@0,25jam/hari Biaya air pengemasan Volume air 3714 168 botol=20lt/hari Biaya taperware Jam peralatan 52 3 buah taperware@0,5jam/hari Biaya bangunan Luas lantai 100 Luas lantai 100m@18000/meter Jumlah
101
Lampiran 15. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Wornas Metode ABC Tahun 2009
No Jenis Aktivitas Biaya Atas
Aktivitas Nilai Cost
Drivers Cost Drivers
Atas Aktivitas Tarif
/Aktivitas Biaya/ Aktivitas/
Produk I Penimbangan
Biaya timbangan manual 27.000 312 8.653 2.600 811.200 Biaya timbangan digital 198.000 312 6.346 3.545 1.106.040 Jumlah 225.000 1.917.240 II Pencucian dan
pemotongan / pengupasan
Biaya air pencucian 14.592 6240 2.338 2.471 1.541.280 Biaya bak pencucian 21.600 312 6.923 834 260.208 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 834 260.208 Jumlah 57.792 2.061.696 III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 312 346 1.561 487.032 Biaya gas 312.000 312 1.000 5.403 1.685.736 Biaya kompor 68.400 312 2.192 2.465 769.080 Biaya air blansir 8.772 3744 234 2.309 8.644.896 Biaya bak blansir 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Jumlah 540.372 16.457.064 IV Penghancuran Biaya listrik belender 12.876 312 4.126 3.120 973.440 Jumlah 12.876 973.440 V Filtrasi Biaya saringan 84000 416 201 417 173.472 Jumlah 84000 173.472 VI Pemasakan Biaya panci 108.000 312 3.461 4.852 1.513.824 Biaya gas 624000 312 2.000 8.397 2.619.864 Biaya kompor 68400 312 2.192 7.661 2.390.232 Biaya bahan penolong (air) 4668 1996 338 7.183 14.337.268 Biaya bahan tambahan Gula 15.600.000 312 50.000 33.590 1.048.008 Biaya bahan tambahan
CMC 325000 1248 260 6.459 860.832
Biaya bahan tambahan lain-lain
65000 1248 520 3.229 4.029.792
Jumlah 16.795.068 33.055.820 VII Filtrasi Biaya saringan 84000 416 201 417 173.472 Jumlah 84000 173.472 VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 52.416.000 312 168.000 34.296 10.700.352 Biaya pengemasan karton 3.276.000 13 1.176 48.994 636.922 Biaya krat 57.600 195 2.953 19.511 3.804.645 Biaya air pengemasan 2.929 3714 788 7.318 2.715.602 Biaya taperware 64.800 52 1.246 46.241 2.404.532 Biaya bangunan 1.800.000 100 18.000 3.200 320.000 Jumlah 57.617.329 20.582.153
102
Lampiran 16. Perhitungan HPP Jenis Jus Wornas Dengan Metode ABC
Biaya Produksi Banyaknya Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya Total
Bahan Baku Wornas (kg) 1.560 8.300 6.567.600 6.567.600Biaya Tenaga Kerja Langsung
7.800.000 7.800.000
Biaya Overhead Pabrik Penimbangan 1.917.240 Pencucian dan pemotongan/ pengupasan
2.061.696
Blansir dan penirisan 16.457.064 Penghancuran 973.440 Filtrasi 1.730.560 Pemasakan 33.055.820 Filtrasi ke II 1.730.560 Pengemasan 78.508.533Total Biaya Overhead 92.876.133Total biaya Produksi th 2009
Jumlah produk (botol) 52.416 1.771Harga Jual 2.750Selisih 979