ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI ...repository.ub.ac.id/6466/1/Rizaldy, Mohammad Fachmi.pdfHasil...
Transcript of ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI ...repository.ub.ac.id/6466/1/Rizaldy, Mohammad Fachmi.pdfHasil...
-
ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
(SAP) BERBASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS) MENURUT PP NOMOR
71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA MALANG)
Disusun Oleh :
Mohammad Fachmi Rizaldy
105020300111042
SKRIPSI
Ditujukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
-
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
(SAP) BERBASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS) MENURUT PP NOMOR
71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA MALANG)
yang disusun oleh :
Nama : Mohammad Fachmi Rizaldy
NIM : 105020300111042
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Jurusan : Akuntansi
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 17 Juli 2017 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Nurkholis, Ph.D., Ak., CA. NIP. 196607061992031001 .........................................................
(Dosen Pembimbing)
2. Achmad Zaky, SE., MSA., Ak. NIP. 198410242010121003 .........................................................
(Dosen Penguji I)
3. Kristin Rosalina, S.E., MSA., Ak. NIP. 198604022015042002 .........................................................
(Dosen Penguji II)
Malang, 24 Juli 2017
Plt Ketua Jurusan Akuntansi,
Abdul Ghofar, SE., M. Si., MSA., Ak., DBA
NIP. 19760628 200212 1 002
-
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Mohammad Fachmi Rizaldy
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat,Tanggal Lahir : Samarinda, 12 Juni 1992
Agama : Islam
Alamat di Malang : Jalan Kapi Sraba XI No. 10H / 16, Malang
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
Sekolah Dasar 1998-2004 SD Negeri Utama I Tarakan
Sekolah Dasar 2001-2004 SD Negeri 006 Samarinda
SMP 2004-2007 SMP Negeri 2 Samarinda
SMA 2007-2010 SMA Negeri 2 Samarinda
Perguruan Tinggi 2010-2017 S1 Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Brawijaya Malang
Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan
- Staff Divisi Sumber Daya Manusia Organisasi Asisten Dosen Akuntansi
(OADA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2013 – 2014)
- Panitia Pelatihan Audit Command Language (ACL) Organisasi Asisten
Dosen Akuntansi (OADA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2013)
- Panitia Program Pengabdian Masyarakat Iptek Bagi Masyarakat (IbM)
Karyawan Ekamas Fortuna dan Citra Usaha Malang (2013)
- Asisten Dosen Mata Kuliah Akuntansi Keuangan 2, Praktikum Akuntansi
Keuangan, dan Pengantar Akuntansi 2 (2013-2014)
- Staff Sumber Daya Manusia Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI)
Universitas Brawijaya (2013)
- Pembina Divisi Sumber Daya Manusia Organisasi Asisten Dosen Akuntansi
(OADA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2014-2016)
-
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan ridho-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual (Accrual Basis) Menurut PP Nomor 71
Tahun 2010 (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Malang)” dapat terselesaikan.
Penulis mendapatkan pengalaman dan juga ilmu yang sesungguhnya khususnya
mengenai pelaporan keuangan pada Pemerintah Kota Malang.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan ujian guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari dalam
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik
dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan kemampuan Penulis. Sehingga Penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun mudah-mudahan dikemudian hari dapat
memperbaiki segala kekuranganya.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis selalu mendapatkan bimbingan, dorongan,
serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang terhormat, yakni
Bapak Nurkholis, Ph.D., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing, yang telah
meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing Penulis dalam
penulisan skripsi ini, selain pembimbing Penulis juga ingin mengucapkan banyak
rasa terima kasih kepada :
-
iv
1. Bapak Tri Oky Rudianto P selaku Kepala Bidang Perbendaharaan dan
Akuntansi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota
Malang
2. Ibu Drias selaku Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan BPKAD
Kota Malang
3. Bapak Wahyu selaku staf Sub-Bidang Akuntansi BPKAD Kota Malang
4. Orang tuaku tercinta, Bapak Achmad Zaenal Fanani dan Ibu Nurindawati
Eva Rini yang selalu menjadi motivasi dan tak pernah henti memberikan
semangat, doa, dan mengingatkan untuk tetap sabar dalam segala keadaan.
5. Saudari-saudariku tersayang, Lestia Eva Nanda Zaenal dan Arinda Zen
Tiffany, yang selalu memberikan semangat dan menjadi pengobat rindu
suasana rumah.
6. Anjani Dwi Swastika, yang selalu memberi dukungan, doa dan selalu
mendampingiku di sela-sela aktivitasnya.
Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
dan apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf, dengan besar
harapan semoga skripsi yang ditulis oleh Penulis ini dapat bermanfaat khususnya
bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya
mendapatkan balasan yang berlimpah dari Tuhan YME. Amin
Malang, Juli 2017
Penulis
-
vii
ABSTRAK
ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
(SAP) BERBASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS) MENURUT PP NOMOR
71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA MALANG)
Disusun Oleh:
Mohammad Fachmi Rizaldy
NIM. 105020300111042
Dosen Pembimbing:
Nurkholis, Ph.D., Ak., CA.
NIP. 196607061992031001
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk laporan keuangan Pemerintah
Kota Malang sebelum dan sesudah penerapan PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP
Berbasis Akrual, persiapan dalam penerpan PP No.71 Tahun 2010 dan hambatan
dalam penerapan PP No.71 Tahun 2010. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa laporan keuangan
Pemerintah Kota Malang tahun 2015, telah sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010
berbasis akrual. Perbedaan bentuk laporan keuangan sebelum dan sesudah
penerapan PP No.71 Tahun 2010 terlihat pada penambahan laporan keuangan
yaitu Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, dan
Laporan Perubahan Ekuitas. Persiapan yang dilakukan dalam upaya penerapan PP
Nomor 71 Tahun 2010 diantaranya pembaharuan sistem dalam penyusunan dan
pelaporan keuangan berbasis akrual, mengeluarkan regulasi tingkat kota,
melakukan pelatihan secara berkala kepada SKPD-SKPD di lingkungan
Pemerintah Kota Malang, dan melakukan pendampingan penyusunan laporan
keuangan. Hambatan penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010 diantaranya tidak ada
standarisasi sistem aplikasi dalam penyusunan laporan keuangan dari pemerintah
pusat, kurangnya komitmen pemimpin dalam upaya menerapkan basis akrual
secara penuh, sangat terbatasnya jumlah personil pemerintah daerah yang berlatar
belakang pendidikan akuntansi, dan pengelolaan aset daerah dapat menimbulkan
konsekuensi hukum karena belum adanya aturan teknis yang mengatur tentang
penyusutan aset.
Kata kunci: Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan, basis akrual,
Pemerintah Kota Malang
-
viii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION ANALYSIS OF GOVERNMENTAL ACCOUNTING
STANDARD (SAP) BASED ON ACRUAL BASIS IN GOVERNMENT
REGULATION (PP) NO.71 IN 2010 (CASE STUDY ON GOVERNMENT
OF MALANG CITY)
By:
Mohammad Fachmi Rizaldy
NIM. 105020300111042
Supervision:
Nurkholis, Ph.D., Ak., CA.
NIP. 196607061992031001
This study aims to determine the form of financial statements of the Government
of Malang City before and after the implementation of PP No.71 in 2010 on SAP
Based Accrual, preparation in PP 71 in 2010 and obstacles in the implementation
of PP No.71 of 2010. This type of research is Qualitative descriptive research. The
results of the analysis show that the financial statements of the Government of
Malang City in 2015, in accordance with the PP. 71 in 2010 based on accruals.
Differences in the form of financial statements before and after the
implementation of PP No.71 in 2010 seen in the addition of financial statements
of the Changes in Budget Reports, Operations Reports and Statements of Changes
in Equity. Preparation done in the effort of applying of Regulation No. 71 in 2010
include updating the system in the preparation and reporting of accrual basis of
finance, issuing regulation of city level, conducting periodical training, and
assisting the preparation of financial report. Barriers to the application of PP No.
71 of 2010 include no standardized application system in the preparation of
financial reports from the central government, lack of commitment of leaders in
the effort to implement a full accrual basis, very limited number of local
government personnel with an accounting education background, and
management of local assets may cause The legal consequences of the absence of
technical rules governing the depreciation of assets.
Keywords: Government Accounting Standards, financial statements, accrual
basis, Malang City Government
-
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
ABSTRAKSI vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaat Penelitian 6
1.4.1. Manfaat Teoritis 6
1.4.2. Manfaat Praktis 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Basis Akuntansi 7
2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas 7
2.1.2. Akuntansi Berbasis Akrual 8
2.1.3. Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual 9
2.2. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 9
2.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 11
2.4. Laporan Keuangan Pemerintahan 12
-
iv
2.4.1. Laporan Realisasi Anggaran 12
2.4.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 15
2.4.3. Neraca 16
2.4.4. Laporan Operasional. 18
2.4.5. Laporan Perubahan Ekuitas 19
2.4.6. Laporan Arus Kas 20
2.4.7. Catatan Atas Laporan Keuangan 21
2.5. Kendala Akuntansi Berbasis Akrual 21
BAB III METODELOGI PENELITIAN 25
3.1. Rancangan Penelitian 25
3.2. Lokasi Penelitian 26
3.3. Sumber Data 27
3.4. Teknik Pengumpulan Data 27
3.5. Teknik Analisis Data 29
3.6. Pengecekan Validitas Temuan 31
BAB IV ANALISA DATA 33
4.1. Deskripsi Objek Penelitian 33
4.2. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Malang Berdasarkan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual Menurut PP
Nomor 71 Tahun 2010 36
4.3. Persiapan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis
Akrual Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 53
-
v
4.4. Manfaat Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis
Akrual Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 59
4.5. Kendala Dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Berbasis Akrual Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 61
BAB V PENUTUP 68
5.1. Kesimpulan 68
5.2. Keterbatasan Penelitian 71
5.3. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN 1 76
-
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbedaan Komponen Laporan Keuangan 37
Tabel 4.2 Perbedaan Komponen Laporan Realisasi Anggaran 38
Tabel 4.3 Perbedaan Komponen Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-
SAL) 41
Tabel 4.4 Perbedaan Komponen Neraca 44
Tabel 4.5 Perbedaan Komponen Laporan Arus Kas 46
Tabel 4.6 Uraian Komponen Beban-LO 47
Tabel 4.7 Uraian Komponen Surplus dari Kegiatan Non-Operasional 48
Tabel 4.8 Uraian Komponen Pos Luar Biasa 49
Tabel 4.9 Perbedaan Komponen Laporan Operasional 49
Tabel 4.10 Perbedaan Komponen Laporan Perubahan Ekuitas 50
Tabel 4.11 Perbedaan Komponen Catatan atas Laporan Keuangan 51
Tabel 4.12 Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Berbasis Akrual 52
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama beberapa dekade pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki kualitas kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di
Indonesia. Upaya ini mendapat momentum dengan diterbitkannya Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 36 ayat (1) yang
berbunyi sebagai berikut:
“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15,
dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5
(lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas”.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Sesuai dengan amanat
tersebut, pemerintah menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Kas Menuju Akrual. Penerapan
Peraturan Pemerintah tersebut masih bersifat sementara karena Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2003 menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun.
-
2
Penerapan basis akrual secara sepenuhnya pada sistem akuntansi keuangan
pemerintahan memerlukan banyak perubahan pada sumber daya manusia dan
teknologi, maka penerapan tersebut dilakukan secara bertahap melalui suatu
proses transisi. Dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, pemerintah menerapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah berbasis Akrual yang menegaskan bahwa pemerintah menerapkan
SAP berbasis akrual, dimana penerapan tersebut dapat dilakukan secara bertahap
dari penerapan SAP berbasis kas menuju akrual menjadi SAP berbasis akrual.
Secara konseptual akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan
informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan akuntansi berbasis
kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksananya perhitungan
biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Menurut Mardiasmo (2002:155),
pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah
untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu untuk
mengetahui besarnya niaya yang dibutukan untuk menghasilkan pelayanan publik
serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Nilai yang
dihasilkan mencangkup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah
dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayarkan
maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual mampu menyediakan
pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat, dan pengakuan kewajiban di
masa mendatang.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis
akrual adalah strategi yang direncanakan dengan baik, komitmen, tujuan yang
-
3
dikomunikasikan dengan jelas, sumber daya manusia yang andal, dan sistem
informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Penerapan SAP berbasis akrual
direncanakan secara hati-hati dan menggunakan masa transisi dengan menetapkan
SAP berbasis kas menuju akrual terlebih dahulu. Hingga saat ini pemerintah
masih memperbolehkan penggunaannya oleh unit pemerintahan yang belum siap
menerapkan SAP berbasis akrual, karena pada dasarnya, dibandingkan dengan
SAP berbasis akrual, SAP berbasis kas menuju akrual sebenarnya tidak jauh
berbeda. Pengaruh perlakuan akrual dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual
sudah banyak diakomodasi di dalam laporan keuangan terutama neraca yang
disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang, aset tetap,
hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas
akrual.
Perubahan perlakuan akuntansi pemerintah menuju basis akrual tentu akan
membawa dampak/implikasi yang bukan tanpa masalah dan tantangan. Faradillah
(dikutip oleh Simanjuntak, 2010, hal.10-12) menyatakan beberapa
tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan
Indonesia adalah sistem akuntansi dan information technology (IT) based system,
komitmen dari pimpinan, tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten, dan resistensi terhadap perubahan. Sementara Amriani (dikutip oleh
Ritonga,2010, hal. 27) mengatakan bahwa untuk mendukung penerapan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual diperlukan kondisi-kondisi yang mendukung,
sekaligus menjadi permasalahan yang dihadapi saat ini, yaitu sebagai berikut:
-
4
1. Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional
dalam pengelolaan keuangan.
2. Tersedianya sistem teknologi informasi yang mampu mengakomodasi
persyaratan-persyaratan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual.
3. Harus ada komitmen dan dukungan politik dari para pengambil keputusan
dalam pemerintahan.
Penelitian ini dilakukan dengan motivasi bahwa untuk meningkatkan
akuntabilitas pengelolaan keuangan, negara juga harus meningkatkan adopsi
terhadap suatu inovasi, dalam hal ini penerapan SAP berbasis akrual pada
penyusunan Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL). Penelitian
ini ingin menganalisis penerapan SAP berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Alasan menggunakan level basis akrual adalah bahwa di Indonesia
sedang dalam tahap implementasi SAP dengan basis tersebut, sehingga bukti-
bukti empiris terkait dengan implementasi tersebut sangat dibutuhkan untuk
mengetahui sejauh mana penerapan akuntansi berbasis akrual yang telah
dilaksanakan pada sektor pemerintah.
Pemerintah Kota Malang sebagai salah satu entitas pelaporan memiliki
tanggung jawab turut serta menerapkan peraturan standar akuntansi pemerintah
yang baru. Persiapan dalam upaya tersebut pasti dilakukan, namun juga kendala-
kendala pasti ditemui dalam proses perubahan tersebut. Kehadiran PP 71 tahun
2010 mengharuskan pemerintah Kota Malang untuk mengubah haluan menjadi
basis akuntansi akrual secara penuh. Tahun pelaporan 2015 menjadi tahun
-
5
pertama Pemerintah Kota Malang yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ( BPKAD ) untuk menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah Kota Malang yang berbasis akrual secara penuh.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengadakan penelitian
dengan judul: “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 (Studi
Kasus pada Pemerintah Kota Malang)”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual
(Accrual Basis) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam penyusunan
laporan keuangan ?
2. Apa saja masalah yang dihadapi dalam penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71
Tahun 2010 ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis
Kas Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010.
2. Mengetahui permasalahan yang ditemui pada penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP
Nomor 71 Tahun 2010
-
6
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi pihak
tertentu, yaitu :
1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan wawasan
bagi peneliti seputar perkembangan penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71
Tahun 2010.
2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pemerintah agar dapat mengetahui sejauh mana penerapan akuntasi
berbasis akrual di wilayah kerja Pemerintah Kota Malang dan
menyediakan bukti terkait dengan penerapan akuntansi berbasis akrual
dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga dapat menjadi masukan
bagi pemerintah mengenai perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan,
baik dalam hal ketentuan kebijakan, prosedur, sistem akuntansi, maupun
teknologi yang sedang diterapkan dan dikembangkan.
3. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai referensi bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Basis Akuntansi
Pada dasarnya, hanya terdapat dua basis akuntansi atau dasar akuntansi yang
dikenal dalam akuntansi, yaitu akuntansi berbasis kas (cash basis) dan akuntansi
berbasis akrual (accrual basis). Sedangkan, jika ada basis akuntansi yang lain
seperti basis kas modifikasian, atau akrual modifikasian, atau kas menuju akrual,
merupakan modifikasi diantara basis kas dan basis akrual untuk masa transisi.
2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas
Menurut PSAP 01, Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar. Akuntansi kas mencatat pendapatan ketika diterima dan beban ketika
dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis kas, suatu transaksi atau kejadian
diakui/dicatat ketika uang atas transaksi tersebut diterima atau dikeluarkan.
Dengan kata lain, akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaki dan kejadian lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
(Ritonga, 2010:33).Akuntansi berbasis kas ini tentu mempunyai kelebihan dan
keterbatasan. Kelebihan-kelebihan dari akuntansi berbasi kas adalah laporan
keuangan berbasis kas memperlihatkan sumber dana, alokasi dan penggunaan
sumber-sumber kas, mudah untuk dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan
keuangan tidak membutuhkan pengetahuan mendetail tentang akuntansi, dan
tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah arus kas dalam satu
-
8
periode. Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah hanya
memfokuskan pada arus kas pada arus kas dalam periode pelaporan berjalan, dan
mengabaikan arus kas sumber daya lain yang mungkin berpengaruh pada
kemampuan pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa saat sekarang dan
saat mendatang, laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan karena
tidak terdapat pencatatan secara double entry, dan tidak dapat menyediakan
informasi mengenai biaya pelayanan (cost of service) sebagai alat untuk
menetapkan harga, kebijakan kontrak publik, untuk kontrol dan evaluasi kinerja
(Mustofa, 2006:41).
2.1.2. Akuntansi Berbasis Akrual
Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi
ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas
atau setara kas diterima atau dibayarkan (KSAP, 2006). Menurut PSAP 01 basis
akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar. Metode akrual mencatat pendapatan dan
beban dalam satu periode akuntansi dengan mempertimbangkan saat diperoleh
dan terjadi. Hasil basis akrual dalam pengukuran akuntansi berdasarkan substansi
dan kejadian, bukan kerika kas diterima atau dibayarkan, disamping itu juga
menungkatkan relevance, neutrality, timeliness, completeness, serta
comparability. Selain itu dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat
mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, dan bagaimana
-
9
pemerintah mendanai kegiatannya sesuai kemampuan pendanaannya, sehingga
dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah
berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi
kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan
pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut.
2.1.3. Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual
Pemerintah menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Kas Menuju Akrual. Menurut Tanjung
(2006:43) basis pencatatan cash toward accrual, yaitu basis kas menuju akrual,
dimana basis ini mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan memakai basis
kas, sedangkan aset, hutang, dan ekuitas dicatat berdasarkan basis akrual.
Penerapan Peraturan Pemerintah tersebut masih bersifat sementara karena
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 menyatakan bahwa selama pengakuan
dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan,
digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan paling lambat 5 (lima)
tahun.
2.2. Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar akuntansi menciptakan metode yang seragam untuk menyajikan
informasi sehingga laporan keuangan dari berbagai entitas pelaporan yang
berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah. Standar Akuntansi disusun
berdasarkan kebutuhan penyusun laporan keuangan dan pihak pemegang
kepentingan, dalam hal ini standar akuntansi keuangan bagi sektor swasta dan
-
10
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) bagi sektor publik/pemerintahan.
Menurut PP No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Menurut Sinaga (2005:56) SAP
merupakan pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan
auditor. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan
keuangan sesuai dengan SAP. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif
akan menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dan eksternal auditor (BPK) akan menggunakannya sebagai
kriteria dalam pelaksanaan audit. Sedangkan menurut Haq (2013) standar
akuntansi pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta
peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah. Laporan keuangan pemerintah
tersebut terdiri atas laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) dan laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD).
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa standar akuntansi
pemerintahan merupakan pedoman dan acuan wajib dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan, baik pusat maupun daerah. Standar akuntansi
menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang digunakan sebagai alat
komunikasi antara pemerintah dan stakeholders sehingga tercipta pengelolaan
keuangan negara yang transparan dan akuntabel.
-
11
2.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Pernyataan standar berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan
keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan
keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah. Pernyataan
standar merekomendasikan format sebagai lampiran standar tersebut yang dapat
diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai dengan situasi masing-masing. PSAP
terdiri dari :
1. PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
3. PSAP 03 Laporan Arus Kas
4. PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan
5. PSAP 05 Akuntansi Persediaan
6. PSAP 06 Akuntansi Investasi
7. PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
9. PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
10. PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, Dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan
11. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
12. PSAP 12 Laporan Operasional
PSAP hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain
yang disajikan dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Tujuan PSAP
ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum dalam
-
12
rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran,
antar periode, maupun antar entitas.
2.4. Laporan Keuangan Pemerintah
Sesuai dengan PP No. 71 tahun 2010, laporan keuangan yang dihasilkan dari
penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik
bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan
keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini
sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan
sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Menurut Lampiran I.01 PP No. 71
tahun 2010 menyebutkan laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan
pelaksanaan anggaran terdiri dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan
finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), dan Laporan Arus Kas (LAK). CaLK merupakan laporan yang
merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran
maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari
laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
2.4.1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah menetapkan dasar-dasar
penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan
informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran
-
13
dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah
disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
1. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi,
2. menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi
dan efektivitas penggunaan anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif.
Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para
pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya
ekonomi:
1. telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;
2. telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan
-
14
3. telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Walaupun PP 71 thn.2010 ttg SAP berbasis akrual telah menetapkan basis
pencatatan yang digunakan adalah akrual, namun dalam penyusunan LRA tetap
disajikan dengan menggunakan basis kas (PSAP BA 02 par. 03 dan 04). LRA
menyajikan ikhtisal sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
Sehingga Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya selama satu periode. Masing-masing dari struktur Laporan
Realisasi Anggaran didefinisikan dalam PSAP BA 02 paragraf 07 sebagai
berikut:
a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.
b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
-
15
c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil.
d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali
dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
a. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman
dan hasil divestasi.
b. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain,
dan penyertaan modal oleh pemerintah.
2.4.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos
berikut, yaitu:
a) saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya),
b) penggunaan saldo anggaran lebih,
c) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan,
d) koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan
e) Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan.
-
16
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo
anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus
menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki
perbedaan.
2.4.3. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
1. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan
nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan
segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat
dimasukkan dalam criteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
-
17
persediaan. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan
aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung
untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset
nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan, dan aset lainnya. Investasi jangka panjang merupakan investasi
yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan
manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Aset
tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi,
dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset non
lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset
lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).
2. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan
tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah
lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi
jasa lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban
-
18
jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban
yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang
penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca
berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.
2.4.4. Laporan Operasional
Sebelum disahkannya PP No.71 Tahun 2010, Laporan Operasional
merupakan laporan yang bersifat optional dengan nama Laporan Kinerja
Keuangan. Yang kemudian setelah PP No.71 Tahun 2010 disahkan, Laporan
Operasional diwajibkan untuk dilaporkan dalam Laporan Keuangan instansi
pemerintah dan diberikan kerangka tersendiri dalam penyusunannya.
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional
terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-
masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
-
19
b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang
dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali
atau pengaruh entitas bersangkutan.
2.4.5. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
a) Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya,
b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang
antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,
misalnya:
Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya;
Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d) Ekuitas akhir
Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih
lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang
-
20
dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur Laporan Perubahan
Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
2.4.6. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi kas
sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam
Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, dimana
penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
Negara/Daerah dan pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Negara/Daerah. Menurut Tanjung (2011:85), arus kas masuk
dari aktivitas investasi berasal dari penyertaan modal pemerintah, pengembalian
pinjaman pemerintah dari BUMN/BUMD, dan penjualan aset tetap. Arus kas
keluar dari aktivitas investasi digunakan untuk penyertaan modal pemerintah,
pinjaman pemerintah kepada BUMN/BUMD, dan pembelian aset tetap. Arus kas
dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran bruto
sehubungan dengan defisit/surplus anggaran. Arus masuk dari aktivitas
pembiayaan antara lain dari penerimaan utang luar negeri, penjualan obligasi
pemerintah dan hasil privatisasi BUMN/BUMD. Sedangkan arus kas keluar dari
aktivitas pembiayaan digunakan untuk pembayaran cicilan utang dan pembayaran
obligasi pemerintah.
-
21
2.4.7. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus
Kas. Setiap pos pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas
harus mempunyai referensi silang dengan CaLK. Struktur dan isi CaLK paling
tidak meliputi :
1. kebijakan fiscal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target, UU
APBN/perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi;
2. ikhtisar pencapaian kinerja keuanga;
3. dasar penyusunan laporan keuangand an kebijakan akuntansi yang dipilih;
4. informasi yang diharuskan PSAP tetapi belum ada lembar muka laporan
keuangan;
5. rekonsiliasi pos-pos laporan keuangan berbasis akrual ke pos-pos laporan
keuangan berbasis kas;
6. informasi tambahan yang diperlukan.
2.5. Kendala Akuntansi Berbasis Akrual
Menurut Widjajarso (2010) permasalahan yang mungkin timbul dari
penerapan basis akuntansi pada akuntansi pemerintah Indonesia dapat mencakup
antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan perancangan akuntansi berbasis akrual
-
22
Salah satu titik kritis utama dari sebuah penerapan akuntansi berbasis
akrual adalah mencakup pendekatan perancangan apakah dapat dilakukan
secara bertahap atau langsung secara frontal. Para ahli hampir sepakat
bahwa pendekatan bertahap sangat disarankan, terutama bagi pemerintah
di negara yang sedang berkembang mengingat keterbatasan sumber daya
manusia dan komitmen politik dari pimpinan negara yang masih
diragukan. Pendekatan ini dirasa paling masuk akal, mengingat konsep
akuntansi berbasis akrual harus dipandang sebagai bagian dari sebuah
reformasi sistem keuangan negara secara keseluruhan yang harus
mencakup reformasi di bidang lain selain hanya masalah akuntansi.
2. Jenis laporan keuangan.
Permasalahan lain adalah jenis-jenis laporan keuangan yang harus
disusun oleh sebuah entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Secara
peraturan undang-undang keuangan negara dan undang-undang
perbendaharaan, memang hanya mensyaratkan adanya empat laporan
keuangan yakni laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan. Di satu pihak, KSAP saat ini telah
mengantisipasi jenis laporan tambahan selain yang dipersyaratkan oleh
peraturan perundangan dengan menambahkan tiga jenis laporan baru yaitu
laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan operasional dan laporan
perubahan ekuitas, seperti tercantum dalam konsep publikasi standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
-
23
Namun demikian, jika melihat jenis pelaporan keuangan yang secara
kuantitas seperti terlihat banyak tersebut, kalau diteliti lebih lanjut
sebenarnya hanya pengembangan dari yang sudah ada. Seperti misalnya,
laporan perubahan saldo anggaran lebih merupakan pengembangan dari
laporan realisasi anggaran yang telah dapat disusun oleh sistem yang telah
ada, laporan operasional merupakan pengembangan dari laporan realisasi
anggaran yang anggarannya tidak dipersyaratkan berbasis akrual menurut
perundangundangan. Dengan demikian cakupan tambahan dari laporan
operasional adalah materi pendapatan dan belanja yang non kas.
Kemudian laporan perubahan ekuitas dapat dikatakan pengembangan
laporan neraca yang dipecah menjadi neraca dan laporan perubahan
ekuitas. Jadi, tidak ada alasan jenis laporan akan menambah rumitnya
pekerjaan penyusunan laporan keuangan jika siklus akuntansi yang diolah
oleh sistem akuntansi keuangan pemerintah dipaparkan secara jelas.
3. Anggaran berbasis akrual
Pembahasan akuntansi berbasis akrual hampir selalu diiringi dengan
penganggaran berbasis akrual. Namun sebenarnya penerapan basis akrual
tidak harus diikuti dengan penerapan anggaran berbasis akrual. Alasan
utamanya adalah bahwa anggaran berbasis akrual sangat sulit dimengerti
oleh para politisi yang fungsinya menyetujui anggaran yang diajukan oleh
pemerintah dan juga para stakeholders lainnya.
-
24
4. Pengakuan pendapatan
Jika basis akrual diterapkan, pendapatan diakui pada saat timbul hak
dari pemerintah. Masalahnya adalah dalam hak pajak yang menganut self
assessment di mana wajib pajak menghitung sendiri kewajiban pajaknya,
hak tersebut menjadi belum final karena masih dimungkinkan adanya
restitusi meskipun sudah ada SPT, sehingga dokumen yang dijadikan
dasar penentuan hak tagih pajak menjadi masalah. Pendapatan harus
diakui jika telah muncul hak sehingga pencatatan pendapatan dilakukan
setiap kali ada transaksi munculnya hak tersebut. Standar akuntansi
pemerintah nantinya harus menciptakan kriteria yang jelas atas pengakuan
pendapatan tersebut. Dengan demikian, pendapatan pajak yang harus
diakui adalah jika dapat diukur dan tersedia untuk operasi entitas
pelaporan.
5. Pengakuan belanja/beban
Jika basis akrual diterapkan, penggunaan istilah belanja menjadi tidak
tepat, sehingga terminologi belanja seharusnya diganti dengan beban atau
biaya. Untuk laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan saldo
anggaran lebih, terminologi belanja sudah tepat dan hal ini juga sesuai
dengan peraturan perundangan yang berkaitan dengan anggaran
pendapatan dan belanja negara. Sedangkan untuk laporan lain, yakni,
laporan operasional dan laporan perubahan ekuitas, terminologi beban
atau biaya harus menggantikan terminologi belanja.
-
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, pemilihan metodologi penelitian dimulai dengan menempatkan
bidang penelitian ke dalam pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005:6)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lainlain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
katakata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode yang alamiah.
Penelitian ini akan menggunakan teknik penelitian deskriptif dan metode studi
kasus. Teknik penelitian deskriptif merupakan teknik penelitian yang berkarakter
kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan, dan merangkai variabel-variabel yang
diteliti menjadi sebuah untaian kata-kata dalam setiap pembahasannya. Menurut Yin
(2013:17) studi kasus merupakan strategi yang cocok apabila pokok pertanyaan suatu
penelitian berkenaan dengan “bagaimana” atau “mengapa”, peneliti memiliki sedikit
peluang untuk mengontrol peristiwa-peritiwa yang akan diselidiki dan fokus
penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan
nyata. Penelitian studi kasus tepat digunakan pada penelitian yang
-
26
bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali penjelasan
kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam obyek yang diteliti.
Untuk menganalisa penerapan SAP berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan, dengan studi kasus pada Pemerintah Kota Malang, peneliti akan secara
bertahap berusaha memahami objek studi. Kemudian peneliti melakukan interaksi
dengan informan dan mencari sudut pandang informan. Selanjutnya diikuti dengan
mengidentifikasi paradigma penelitian yang memberikan pedoman terhadap
pemilihan metodelogi penelitian yang tepat yaitu studi kasus. Langkah yang terakhir
adalah pemilihan metode pengumpulan data dan analisis data yang tepat yaitu dengan
observasi, wawancara, dan analisis dokumen.
3.2. Lokasi Penelitian
Penetapan lokasi dari suatu penelitian sangat penting dalam rangka
pertanggungjawaban data yang diperoleh. Oleh karena itu, lokasi penelitian perlu
ditetapkan terlebih dahulu. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebagai tempat penelitian
yaitu Pemerintah Kota Malang. Kota Malang menyusun laporan keuangan dengan
menganut standar akuntansi pemerintahan yang berbasis kas menuju akrual.
Kehadiran PP 71 tahun 2010 mengharuskan pemerintah Kota Malang untuk
mengubah haluan menjadi basis akuntansi akrual. Sehingga objek penelitian ini
adalah akuntansi pemerintahan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah
Kota Malang dan pihak-pihak yang akan betindak sebagai narasumber adalah pihak
yang terlibat langsung dalam kegiatan penyusunan laporan keuangan Pemerintah
Kota Malang.
-
27
3.3. Sumber Data
Menurut Moleong (2005:68) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Enam sumber data yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan dara studi
kasus adalah dokumen, rekaman arsip, wawancara, obserbasi langsung, observasi
pemeran setara, dan perangkat fisik.
Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri merupakan
data primer. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya (tanpa melalui perantara), yang diperoleh penulis dengan melakukan
observasi dan wawancara langsung pada pihak terkait. Pihak terkait yang menjadi
sumber data peneliti antara lain:
1. Bapak Tri Oky Rudianto P selaku Kepala Bidang Perbendaharaan dan
Akuntansi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota
Malang
2. Ibu Drias selaku Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan BPKAD Kota
Malang
3. Bapak Wahyu selaku staf Sub-Bidang Akuntansi BPKAD Kota Malang
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menurut
Sugiyono (2010:56) terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dapat
-
28
dilakukan, diantaranya adalah dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara), dan dokumentasi.
1. Observasi (pengamatan).
Naution (1988) dalam Sugiyono (2013:98) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Metode ini digunakan untuk mengamati dan mencatat gejala-gejala
yang tampak pada objek penelitian pada saat keadaan atau situasi yang alami atau
yang sebenarnya sedang berlangsung, serta kendala-kendala menuju penerapan
akuntansi berbasis akrual dan kondisi lain yang mendukung hasil penelitian
mengenai penerapan PP 71 tahun 2010. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data
yang lebih mendekati kebenaran yaitu dengan membandingkan hasil wawancara
dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Interview (wawancara).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan srudi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2013:99).
Sedangkan menurut Yin (2013:37) wawancara merupakan salah satu sumber
informasi studi kasus yang paling penting. Wawancara itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
-
29
Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung dan mendalam
kepada pihak yang terlibat dan terkait langsung guna mendapatkan penjelasan
pada kondisi dan situasi yang sebenarnya. Banyaknya pegawai yang
diwawancarai tergantung seberapa layak untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Pemilihan key informan yang berperan dalam proses akuntansi ini bertujuan
meningkatkan validitas informasi yang disampaikan.
3. Dokumentasi.
Sugiyono (2010:72) menyatakan bahwa, dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen ini merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Metode ini juga merupakan suatu proses untuk memperoleh data-data yang terkait
dengan penerapan akuntansi berbasis akrual pemerintah Kota Malang.
3.5. Teknik Analisis Data
Setiap penelitian memerlukan suatu analisis data yang berguna untuk
memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Menurut Sugiyono
(2010:81) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
-
30
Peneliti akan menganalisis data yang dikumpulkan dengan menggunakan
pendekatan interpretif dan teknik analisis Miles dan Huberman. Pendekatan
interpretif merupakan suatu teknik menginterpretasikan arti data-data yang telah
terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek
situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Adapun tahapan-tahapan analisis data
dalam penelitian ini menurut teknik analisis Miles dan Huberman (1992) dalam
Sugiyono (2013:64) yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran
yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.
2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, atau grafis
sehingga data dapat dikuasai.
3. Pengambilan keputusan atau verifikasi, berarti bahwa setelah data disajikan,
maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Verifikasi dapat
dilakukan dengan keputusan didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data
yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
-
31
Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi dan
terkait. Pertama-tama dilakukan penelitian di lapangan dengan mengadakan
wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang
dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi maka kemudian
diadakan sajian data agar data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan lebih mudah dipahami. Apabila ketiga hal tersebut selesai dilakukan,
maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.
3.6. Pengecekan Validitas Temuan
Untuk memperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti
kredibilitasnya. Kredibilitas berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil
penelitian dapat dipercaya. Dalam penelitian kualitatif, nilai kebenaran (validitas)
temuan atau data ditentukan apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan
peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Menurut
Sugiyono (2013:107) uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,
analisis kasus negatif, dan member check. Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas
data penelitian dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti
dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu
salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka
-
32
peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati.
2. Triangulasi, dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu. Kredibilitas data dalam penelitian ini diperiksa dengan
menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Menurut Bungin (2005:69) teknik triangulasi
mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu,
triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode
yang digunakan sudah berjalan dengan baik.
3. Menggunakan bahan referensi, bahan referensi di sini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data
hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara ataupun
foto-foto sehingga lebih dapat dipercaya.
-
33
BAB IV
ANALISA DATA
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Pemerintah Kota Malang
Kota Malang seperti kota-kota lain di Indonesia pada umumnya baru tumbuh
dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum di
rencanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan
diskriminatif itu masih berbekas hingga sekarang. Misalnya Ijen Boulevard
kawasan sekitarnya. hanya dinikmati oleh keluarga- keluarga Belanda dan Bangsa
Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di
pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu
sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali mengundang
keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana untuk bernostalgia.
Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu
Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakatpun
semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.
Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun
bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan
sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan
kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan
pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya
-
34
akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya
berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar
sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang
beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi
kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya.
Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang
terjadi seandainya masalah itu diabaikan.
Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota
besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar, Malang
tidak lepas dari permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin buruk
kualitasnya. Kota yang pernah dianggap mempunyai tata kota yang terbaik di
antara kota-kota Hindia Belanda ini, kini banyak dikeluhkan warganya seperti
kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas, suhu udara yang mulai panas, sampah
yang berserakan atau harus merelokasi pedagang kaki lima yang memenuhi alun-
alun kota. Namun terlepas dari berbagai permasalahan tata kotanya, pariwisata
Kota Malang mampu menarik perhatian tersendiri. Dari segi geografis, Malang
diuntungkan oleh keindahan alam daerah sekitarnya seperti Batu dengan
agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau situs-situs purbakala
peninggalan Kerajaan Singosari. Jarak tempuh yang tidak jauh dari kota membuat
para pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan sekaligus tempat
belanja. Perdagangan ini mampu mengubah konsep pariwisata Kota Malang dari
kota peristirahatan menjadi kota wisata belanja.
-
35
Visi
"Menjadikan Kota Malang sebagai kota bermartabat"
Misi
Menciptakan masyarakat yang makmur, berbudaya dan terdidik
berdasarkan nilai-nilai spiritual yang agamis, toleran dan setara. (Visi:
berbudaya, religius-toleran, terdidik dan aman)
Meningkatkan kualitas pelayanan publik yang adil, terukur dan
akuntabel. (Visi: adil, berbudaya, bersih)
Mengembangkan potensi daerah yang berwawasan lingkungan yang
berkesinambungan, adil, dan ekonomis. (Visi: terkemuka, asri,
makmur, adil, terdidik)
Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Kota Malang sehingga
bisa bersaing di era global. (Visi: terkemuka, terdidik)
Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kota Malang baik fisik,
maupun mental untuk menjadi masyarakat yang produktif. (Visi:
makmur, berbudaya, adil, religius-toleran)
Menbangun Kota Malang sebagai kota tujuan wisata yang aman,
nyaman, dan berbudaya (Visi: aman, berbudaya, bersih, terkemuka,
makmur dan asri)
Mendorong pelaku ekonomi sektor informal agar lebih produktif dan
kompetitif. (Visi: adil, terkemuka, makmur)
-
36
Mendorong produktivitas industri dan ekonomi skala besar yang
berdaya saing, etis dan berwawasan lingkungan. (Visi: bersih,
berbudaya, makmur, terkemuka, asri, adil)
Mengembangkan sistem transportasi terpadu dan infrastruktur yang
nyaman untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (Visi:
berbudaya, makmur, adil, terkemuka)
4.1.2. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ( BPKAD )
4.1.2.1. Visi Misi
Visi :
“Terwujudnya Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang Transparan dan
Akuntabel”
Misi :
“Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dilakukan secara tertib dan normatif “
Secara tertib, mengandung arti bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat
waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan ;
Normatif, mengandung arti bahwa pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan
dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
4.2. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Malang Berdasarkan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual (Accrual Basis)
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010
-
37
Tabel 4.1
Perbedaan Komponen Laporan Keuangan
PP No. 24 Tahun 2005
(Basis Kas menuju
Akrual)
PP No. 71 Tahun 2010
(Basis Akrual Penuh)
1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Neraca 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan atas Laporan keuangan
1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih
3. Neraca 4. Laporan Arus kas 5. Laporan Operasional 6. Laporan Perubahan Ekuitas 7. Catatan atas Laporan Keuangan
Sumber : PP No 71 Tahun 2010
Dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, fungsi akuntansi
PPKD memiliki alur sistem akuntansi yang telah ditentukan, dimana Pemerintah
Daerah perlu menjalankan sistem akuntansi yang baik untuk mendukung
pelaksanaan pemerintahannya. Sebagaimana diketahui bahwa sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan pemerintah pusat (SAPP) ditetapkan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Pasal 7, UU 1/2004). Sedangkan
sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah (Pasal 96, PP 58 / 2006). Menurut PP Nomor 71 tahun 2010, sistem
akuntansi pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara,
peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis
transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah. Sedangkan menurut Muhammad Gade (2002) sistem akuntansi
pemerintah daerah adalah sitem akuntansi yang mengolah semua transaksi
keuangan, aset, kewajiban,dan ekuitas pemerintah yang menghasilkan informasi
akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat
-
38
diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar eksekutif, maupun
oleh berbagai tingkatan manjemen pada pemerintah.
Laporan Realisasi Anggaran
Tabel 4.2
Perbedaan Komponen Laporan Realisasi Anggaran
PP No. 24 Tahun 2005 (CTA)
Sebelum
PP No. 71 Tahun 2010 (Akrual)
Sesudah
Mencatat transaksi kas dan non kas Mencatat transaksi kas saja dengan
non kas dicatat di LO
Pos-pos yang disajikan:
1. Pendapatan 2. Belanja 3. Transfer 4. Surplus/Defisit 5. Pembiayaan 6. SiLPA/SiKPA
Pos-pos yang disajikan:
1. Pendapatan-LRA 2. Belanja 3. Transfer 4. Surplus/Defisit-LRA 5. Pembiayaan 6. SiLPA/SiKPA
SiLPA/SiKPA pada akhir periode
pelaporan dipindahkan ke Neraca
pada pos ekuitas dana lancar
SiLPA/SiKPA pada akhir periode
pelaporan dipindahkan ke LPSAL
Berdasarkan data penelitian yang disajikan di dalam lampiran, laporan
realisasi anggaran Pemerintah Kota Malang tahun anggaran 2015 terdiri dari:
1) Pos pendapatan
Laporan realisasi anggaran tahun anggaran 2015 menunjukkan bahwa
penerimaan Pemerintah Kota Malang berasal dari pendapatan asli daerah,
pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pada pendapatan
asli daerah, Pemerintah Kota Malang menganggarkan pendapatan sebesar
Rp 363.978.160.111,08 namun realisasi yang dicapai sebesar Rp
424.938.755.525,02 atau 116,75 % dari yang dianggarkan. Pendapatan asli
daerah Pemerintah Kota Malang berasal dari pendapatan pajak daerah,
-
39
pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, dimana kontribusi
terbesar berasal dari pendapatan pajak daerah sebesar 75% dari jumlah
pendapatan asli daerah. Untuk pendapatan transfer, Pemerintah Kota
Malang hanya berhasil merealisasikan sebesar Rp 1.389.352.934.193,00
dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp 1.438.480.451.121,50 atau
hanya sebesar 96,58 %. Pendapatan transfer Pemerintah Kota Malang
terdiri dari transfer pemerintah pusat-dana perimbangan dengan realisasi
sebesar Rp 926.364.574.783,00, transfer pemerintah pusat-lainnya dengan
realisasi sebesar Rp 224.102.748.000,00 yang hanya berasal dari dana
penyesuaian, dan transfer pemerintah provinsi dengan realisasi sebesar Rp
238.885.611.401,00.
2) Pos belanja
Sesuai dengan PP No. 71 tahun 2010 PSAP 02 tentang Laporan realisasi
anggaran berbasis kas, klasifikasi belanja pemerintah daerah yang
dilaporkan oleh Pemerintah Kota Malang di dalam laporan realisasi
anggaran adalah belanja operasi yang meliputi belanja pegawai, belanja
barang, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan, belanja modal yang
meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan bangunan, dan aset tetap lainnya,
dan belanja tak terduga. Belanja operasi yang dianggarkan Pemerintah
Kota Malang untuk tahun anggaran 2015 adalah sebesar Rp
1.731.187.238.235,51 namun yang terealisasi hanya sebesar Rp
-
40
1.465.040.706.749,93. Untuk belanja modal, BPKAD menganggarkan
sebesar Rp 396.116.084.374,77 dan hanya terealisasi sebesar 85,24 % atau
sebesar Rp 337.647.558.967,36. Sedangkan untuk belanja tak terduga
BPKAD hanya menganggarkan sebesar Rp 5.041.039.000,00 dan hanya
terealisasi sebesar Rp 657.238.601,00.
3) Pos transfer
Berdasarkan data penelitian, transaksi transfer yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Malang hanya berasal dari bagi hasil retribusi ke desa,
yang dianggarkan sebesar Rp 100.000.000,00 dan hanya terealisasi sebesar
Rp 75.036.600,00.
4) Pos pembiayaan
Di dalam laporan realisasi anggaran yang dilaporkan oleh BPKAD selaku
pengelola keuangan Pemerintah Kota Malang, transaksi yang berkaitan
dengan pembiayaan hanya berasal dari penggunaan SILPA terkait
penerimaan pembiayaan dan penyertaan modal pemerintah daerah terkait
pengeluaran pembiayaan. BPKAD selaku pengelola keuangan Pemerintah
Kota Malang dapat merealisasikan penggunaan SILPA sesuai yang
dianggarkan untuk tahun anggaran 2015 yaitu sebesar Rp
322.985.750.377,67 . Sedangkan terkait penyertaan modal pemerintah
daerah, BPKAD hanya dapat merealisasikan 47,18 % di tahun anggaran
2015 dari yang dianggarkan sebesar Rp 67.400.000.000,00.
-
41
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)
menyajikan pos-pos berikut, yaitu:
a) saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya),
b) penggunaan saldo anggaran lebih,
c) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan,
d) koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan
e) Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan.
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya. LP-
SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran
dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan
rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. Laporan perubahan SAL Pemerintah Kota Malang per 31
desember 2015 menunjukkan saldo anggaran lebih akhir sebesar Rp
316.838.899.177,40 yang dimana itu sama dengan sisa lebih pembiayaan
anggaran tahun 2015.
Tabel 4.3
Perbedaan Komponen Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)
PP No. 24 Tahun 2005
(CTA)
Sebelum
PP No. 71 Tahun 2010 (Akrual)
Sesudah
Tidak ada Laporan
Perubahan Saldo Anggaran
Lebih
LPSAL menyajikan secara komparatif
dengan periode sebelumnya pos-pos
berikut:
1. Saldo Anggaran Lebih Awal
-
42
2. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih 3. SiLPA/SiKPA 4. Koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya
5. Saldo Anggaran Lebih Akhir
Neraca
Berdasarkan PP No.71 tahun 2010 PSAP 01 tentang penyajian laporan
keuangan, neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Di
dalam laporan neraca, terdapat tiga pos penting, yaitu aset, kewajiban, dan
ekuitas.
1. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset diklasifikasikan ke
dalam aset lancar dan non lancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas,
investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Aset non lancar
diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan, dan aset lainnya. Di dalam neraca yang dilaporkan oleh
BPKAD, menunjukkan total aset yang dimiliki Pemerintah Kota Malang
per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 5.526.662.906.695,95 dimana
-
43
mengalami penurunan sebesar 9,7 % dari total aset per 31 Desember 2014
yang sebesar Rp 6.122.163.298.981,10. Penurunan total aset tersebut
dikarenakan Pemerintah Kota Malang mulai menerapkan basis akrual
secara penuh untuk pelaporan keuangan tahun 2015. Bila dilihat dari data
penelitian, BPKAD selaku pelaksana fungsi akuntansi belum mengakui
beberapa transaksi akrual seperti yang dianjurkan di dalam PP No.71 tahun
2010, seperti penyisihan piutang, beban dibayar dimuka, dan akumulasi
penyusutan.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan
tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga
terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah
atau dengan pemberi jasa lainnya. Serupa dengan aset, kewajiban pada
neraca Pemerintah Kota Malang juga mengalami perubahan dari tahun
pelaporan sebelumnya dikarenakan penerapan basis akrual secara penuh.
Pada neraca tahun 2014, BPKAD belum mengakui adanya utang belanja
dan pendapatan diterima dimuka. Sedangkan pada pelaporan keuangan
tahun 2015, BPKAD mengakui utang belanja sebesar Rp
-
44
20.676.245.528,11 dan pendapatan diterima dimuka sebesar Rp
924.787.006,25.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Terkait penerapan
basis akrual secara penuh sesuai dengan PP No. 71 tahun 2010, pelaporan
ekuitas termasuk yang paling mendapat perubahan. Bila dibandingkan
antara neraca Pemerintah Kota Malang tahun 2014 dan 2015, pelaporan
ekuitas di tahun 2014 masih terbagi menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas
dana investasi, dan ekuitas dana cadangan, sedangkan pelaporan di tahun
2015 hanya dilaporkan sebagai ekuitas, dimana jumlah yang dilaporkan
berasal dari saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas sebesar Rp
5.503.633.540.561,59.
Tabel 4.4
Perbedaan Komponen Neraca
PP No. 24 Tahun 2005 (CTA)
Sebelum
PP No. 71 Tahun 2010 (Akrual)
Sesudah
ASET
ASET LANCAR
…….
…….
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
……
……
EKUITAS DANA (lancar,
investasi, cadangan)
ASET
ASET LANCAR
Penyisihan Piutang
Belanja Dibayar Dimuka
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Belanja
Pendapatan Diterima Dimuka
EKUITAS
-
45
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam
Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, dimana
penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
Negara/Daerah dan pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Negara/Daerah. Dalam laporan arus kas Pemerintah Kota
Malang, BPKAD melaporkan sesuai dengan yang atur dalam Perwal No. 14
Tahun 2014 yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu. Arus kas yang berasal dari
aktivitas operasi, BPKAD melaporkan jumlah arus kas masuk sebesar Rp
1.828.868.693.718,06 dan arus kas keluar sebesar Rp 1.465.772.981.950,93.
Untuk arus kas yang berasal dari aktivitas investasi, arus kas masuk yang diterima
oleh BUD Kota Malang sebesar Rp203.996.000,00 dan arus kas keluar sebesar
Rp 337.647.558,967,36. Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan tahun 2015
adalah sebesar (Rp31.799.000.000,00) yang disebabkan tidak adanya aliran kas
masuk di bendahara umum daerah dan hanya mengeluarkan kas untuk Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah sebesar Rp 31.799.000.000,00. Sedangkan Arus kas
dari aktivitas transitoris pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp
-
46
132.764.639.740,15. Nilai tersebut merupakan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
yang telah dipungut dan disetor kembali sebesar Rp 132.764.639.740,15.
Tabel 4.5
Perbedaan Komponen Laporan Arus Kas
PP No. 24 Tahun 2005 (CTA)
Sebelum
PP No. 71 Tahun 2010
(Akrual)
Sesudah
Disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan.
Disajikan oleh unit yang
mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
Arus Masuk dan Keluar Kas
diklasifikasikan berdasarkan:
1. Aktivitas Operasi 2. Aktivitas Investasi Aset Non
Keuangan
3. Aktivitas Pembiayaan 4. Aktivitas Non Anggaran
Arus Masuk dan Keluar Kas
diklasifikasikan berdasarkan:
1. Aktivitas Operasi 2. Aktivitas Investasi 3. Aktivitas Pendanaan 4. Aktivitas Transitoris
Laporan Operasional
Sebelum disahkannya PP No.71 Tahun 2010, Laporan Operasional
merupakan laporan yang bersifat optional dengan nama Laporan Kinerja
Keuangan. Setelah PP No.71 Tahun 2010 disahkan, Laporan Operasional
diwajibkan untuk dilaporkan dalam Laporan Keuangan instansi pemerintah dan
diberikan kerangka tersendiri dalam penyusunannya. Pemerintah Kota Malang
per pelaporan keuangan tahun 2015 mulai menerapkan basis akrual secara penuh
dengan menyusun laporan operasional untuk dimasukkan ke dalam komponen
laporan keuangannya.
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh Pemerintah Kota
-
47
Malang untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional
terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-
masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO
Dalam laporan operasional per 31 Desember 2015, Pemerintah Kota
Malang melaporkan pendapatan akrual yang diterima sebesar Rp
1.987.778.794.084,87, yang berasal dari pendapatan asli daerah sebesar Rp
448.994.606.726,87, pendapatan transfer sebesar Rp
1.428.897.324.777,00, dan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp
119.886.862.581,00
b) Beban-LO
Beban operasional yang dilaporkan Pemerintah Kota Malang per 31
Desember 2015 adalah sebesar Rp 1.849.318.942.615,33 yang berasal
dari:
Tabel 4.6
Uraian Komponen Beban-LO
BEBAN (dalam Rupiah)
Beban Pegawai 845,381,236,299.47
Beban Barang dan Jasa 641,495,731,955.20
Beban Bunga 0.00
Beban Subsidi 0.00
Beban Hibah 66,492,877,500.00
Beban Bantuan Sosial 397,500,000.00
Beban Penyusutan 189,943,450,992.83
Beban Amortisasi 3,077,061,752.75
Beban Penyisihan Piutang 95,121,286,850.32
Beban Lain-lain 6,693,005,807.36
-
48
Beban Transfer 716,791,457.40
JUMLAH BEBAN 1,849,318,942,615.33
c) Surplus/defisit dari kegiatan non operasional
Selain melaporkan pendapatan dan beban dari kegiatan operasional,
laporan operasional juga menyajikan surplus/defisit dari kegiatan non
operasional. Dalam laporan operasional Pemerintah Kota Malang per 31
Desember 2015, BPKAD melaporkan surplus dari kegiatan non
operasional sebesar Rp 17.295.207.800,00. Jumlah tersebut adalah Surplus
Kegiatan Non Operasional-LO yang diperoleh dari kenaikan nilai investasi
pada perusahaan daerah tahun 2015 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uraian Komponen Surplus dari Kegiatan Non-Operasional
(dalam Rupiah)
Kenaikan Investasi Perusahaan Daerah 2015
Perusahaan Daerah Air Minum 16.839.749.806,00
Perusahaan Daerah BPR Tugu Artha 412.228.324,00
Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (RPH) 43.229.670,00
Jumlah 17.295.207.800,00
d) Pos luar biasa
Pemerintah Kota Malang juga mengakui adanya beban luar biasa yang
dikeluarkan di tahun 2015 sebesar Rp 657.238.601,00 dengan uraian
sebagai berikut:
-
49
Tabel 4.8
Uraian Komponen Pos Luar Biasa
(dalam Rupiah)
Uraian 2015
Pembayaran kelebihan pembayaran PBB
Perkotaan dua belas wajib pajak 18.180.915,00
Pembayaran kelebihan pembayaran Denda PBB
Perkotaan empat wajib pajak 970.906,01
Pembayaran kekurangan Pembayaran Rekening
listrik PJU dan Perkantoran Terpadu Bulan
Desember 2015
638.086.780,00
Total 65