ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI ...repository.ub.ac.id/6466/1/Rizaldy, Mohammad Fachmi.pdfHasil...

87
ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS) MENURUT PP NOMOR 71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA MALANG) Disusun Oleh : Mohammad Fachmi Rizaldy 105020300111042 SKRIPSI Ditujukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI ...repository.ub.ac.id/6466/1/Rizaldy, Mohammad Fachmi.pdfHasil...

  • ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

    (SAP) BERBASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS) MENURUT PP NOMOR

    71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA MALANG)

    Disusun Oleh :

    Mohammad Fachmi Rizaldy

    105020300111042

    SKRIPSI

    Ditujukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih

    Derajat Sarjana Ekonomi

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi dengan judul :

    ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

    (SAP) BERBASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS) MENURUT PP NOMOR

    71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA MALANG)

    yang disusun oleh :

    Nama : Mohammad Fachmi Rizaldy

    NIM : 105020300111042

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

    Jurusan : Akuntansi

    telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 17 Juli 2017 dan

    dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

    SUSUNAN DEWAN PENGUJI

    1. Nurkholis, Ph.D., Ak., CA. NIP. 196607061992031001 .........................................................

    (Dosen Pembimbing)

    2. Achmad Zaky, SE., MSA., Ak. NIP. 198410242010121003 .........................................................

    (Dosen Penguji I)

    3. Kristin Rosalina, S.E., MSA., Ak. NIP. 198604022015042002 .........................................................

    (Dosen Penguji II)

    Malang, 24 Juli 2017

    Plt Ketua Jurusan Akuntansi,

    Abdul Ghofar, SE., M. Si., MSA., Ak., DBA

    NIP. 19760628 200212 1 002

  • RIWAYAT HIDUP

    Nama Lengkap : Mohammad Fachmi Rizaldy

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Tempat,Tanggal Lahir : Samarinda, 12 Juni 1992

    Agama : Islam

    Alamat di Malang : Jalan Kapi Sraba XI No. 10H / 16, Malang

    Email : [email protected]

    Pendidikan Formal

    Sekolah Dasar 1998-2004 SD Negeri Utama I Tarakan

    Sekolah Dasar 2001-2004 SD Negeri 006 Samarinda

    SMP 2004-2007 SMP Negeri 2 Samarinda

    SMA 2007-2010 SMA Negeri 2 Samarinda

    Perguruan Tinggi 2010-2017 S1 Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi & Bisnis

    Universitas Brawijaya Malang

    Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan

    - Staff Divisi Sumber Daya Manusia Organisasi Asisten Dosen Akuntansi

    (OADA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2013 – 2014)

    - Panitia Pelatihan Audit Command Language (ACL) Organisasi Asisten

    Dosen Akuntansi (OADA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2013)

    - Panitia Program Pengabdian Masyarakat Iptek Bagi Masyarakat (IbM)

    Karyawan Ekamas Fortuna dan Citra Usaha Malang (2013)

    - Asisten Dosen Mata Kuliah Akuntansi Keuangan 2, Praktikum Akuntansi

    Keuangan, dan Pengantar Akuntansi 2 (2013-2014)

    - Staff Sumber Daya Manusia Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI)

    Universitas Brawijaya (2013)

    - Pembina Divisi Sumber Daya Manusia Organisasi Asisten Dosen Akuntansi

    (OADA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2014-2016)

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya

    dengan ridho-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Standar Akuntansi

    Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual (Accrual Basis) Menurut PP Nomor 71

    Tahun 2010 (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Malang)” dapat terselesaikan.

    Penulis mendapatkan pengalaman dan juga ilmu yang sesungguhnya khususnya

    mengenai pelaporan keuangan pada Pemerintah Kota Malang.

    Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan ujian guna

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Akuntansi pada Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari dalam

    penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik

    dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut

    dikarenakan keterbatasan kemampuan Penulis. Sehingga Penulis mengharapkan

    saran dan kritik yang bersifat membangun mudah-mudahan dikemudian hari dapat

    memperbaiki segala kekuranganya.

    Dalam penulisan skripsi ini, Penulis selalu mendapatkan bimbingan, dorongan,

    serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang terhormat, yakni

    Bapak Nurkholis, Ph.D., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing, yang telah

    meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing Penulis dalam

    penulisan skripsi ini, selain pembimbing Penulis juga ingin mengucapkan banyak

    rasa terima kasih kepada :

  • iv

    1. Bapak Tri Oky Rudianto P selaku Kepala Bidang Perbendaharaan dan

    Akuntansi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

    Malang

    2. Ibu Drias selaku Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan BPKAD

    Kota Malang

    3. Bapak Wahyu selaku staf Sub-Bidang Akuntansi BPKAD Kota Malang

    4. Orang tuaku tercinta, Bapak Achmad Zaenal Fanani dan Ibu Nurindawati

    Eva Rini yang selalu menjadi motivasi dan tak pernah henti memberikan

    semangat, doa, dan mengingatkan untuk tetap sabar dalam segala keadaan.

    5. Saudari-saudariku tersayang, Lestia Eva Nanda Zaenal dan Arinda Zen

    Tiffany, yang selalu memberikan semangat dan menjadi pengobat rindu

    suasana rumah.

    6. Anjani Dwi Swastika, yang selalu memberi dukungan, doa dan selalu

    mendampingiku di sela-sela aktivitasnya.

    Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak

    dan apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf, dengan besar

    harapan semoga skripsi yang ditulis oleh Penulis ini dapat bermanfaat khususnya

    bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah

    membantu dalam penulisan skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya

    mendapatkan balasan yang berlimpah dari Tuhan YME. Amin

    Malang, Juli 2017

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

    (SAP) BERBASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS) MENURUT PP NOMOR

    71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA MALANG)

    Disusun Oleh:

    Mohammad Fachmi Rizaldy

    NIM. 105020300111042

    Dosen Pembimbing:

    Nurkholis, Ph.D., Ak., CA.

    NIP. 196607061992031001

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk laporan keuangan Pemerintah

    Kota Malang sebelum dan sesudah penerapan PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP

    Berbasis Akrual, persiapan dalam penerpan PP No.71 Tahun 2010 dan hambatan

    dalam penerapan PP No.71 Tahun 2010. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

    deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa laporan keuangan

    Pemerintah Kota Malang tahun 2015, telah sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010

    berbasis akrual. Perbedaan bentuk laporan keuangan sebelum dan sesudah

    penerapan PP No.71 Tahun 2010 terlihat pada penambahan laporan keuangan

    yaitu Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, dan

    Laporan Perubahan Ekuitas. Persiapan yang dilakukan dalam upaya penerapan PP

    Nomor 71 Tahun 2010 diantaranya pembaharuan sistem dalam penyusunan dan

    pelaporan keuangan berbasis akrual, mengeluarkan regulasi tingkat kota,

    melakukan pelatihan secara berkala kepada SKPD-SKPD di lingkungan

    Pemerintah Kota Malang, dan melakukan pendampingan penyusunan laporan

    keuangan. Hambatan penerapan PP Nomor 71 Tahun 2010 diantaranya tidak ada

    standarisasi sistem aplikasi dalam penyusunan laporan keuangan dari pemerintah

    pusat, kurangnya komitmen pemimpin dalam upaya menerapkan basis akrual

    secara penuh, sangat terbatasnya jumlah personil pemerintah daerah yang berlatar

    belakang pendidikan akuntansi, dan pengelolaan aset daerah dapat menimbulkan

    konsekuensi hukum karena belum adanya aturan teknis yang mengatur tentang

    penyusutan aset.

    Kata kunci: Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan, basis akrual,

    Pemerintah Kota Malang

  • viii

    ABSTRACT

    IMPLEMENTATION ANALYSIS OF GOVERNMENTAL ACCOUNTING

    STANDARD (SAP) BASED ON ACRUAL BASIS IN GOVERNMENT

    REGULATION (PP) NO.71 IN 2010 (CASE STUDY ON GOVERNMENT

    OF MALANG CITY)

    By:

    Mohammad Fachmi Rizaldy

    NIM. 105020300111042

    Supervision:

    Nurkholis, Ph.D., Ak., CA.

    NIP. 196607061992031001

    This study aims to determine the form of financial statements of the Government

    of Malang City before and after the implementation of PP No.71 in 2010 on SAP

    Based Accrual, preparation in PP 71 in 2010 and obstacles in the implementation

    of PP No.71 of 2010. This type of research is Qualitative descriptive research. The

    results of the analysis show that the financial statements of the Government of

    Malang City in 2015, in accordance with the PP. 71 in 2010 based on accruals.

    Differences in the form of financial statements before and after the

    implementation of PP No.71 in 2010 seen in the addition of financial statements

    of the Changes in Budget Reports, Operations Reports and Statements of Changes

    in Equity. Preparation done in the effort of applying of Regulation No. 71 in 2010

    include updating the system in the preparation and reporting of accrual basis of

    finance, issuing regulation of city level, conducting periodical training, and

    assisting the preparation of financial report. Barriers to the application of PP No.

    71 of 2010 include no standardized application system in the preparation of

    financial reports from the central government, lack of commitment of leaders in

    the effort to implement a full accrual basis, very limited number of local

    government personnel with an accounting education background, and

    management of local assets may cause The legal consequences of the absence of

    technical rules governing the depreciation of assets.

    Keywords: Government Accounting Standards, financial statements, accrual

    basis, Malang City Government

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI iii

    DAFTAR TABEL vi

    ABSTRAKSI vii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Rumusan Masalah 5

    1.3. Tujuan Penelitian 5

    1.4. Manfaat Penelitian 6

    1.4.1. Manfaat Teoritis 6

    1.4.2. Manfaat Praktis 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

    2.1. Basis Akuntansi 7

    2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas 7

    2.1.2. Akuntansi Berbasis Akrual 8

    2.1.3. Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual 9

    2.2. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 9

    2.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 11

    2.4. Laporan Keuangan Pemerintahan 12

  • iv

    2.4.1. Laporan Realisasi Anggaran 12

    2.4.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 15

    2.4.3. Neraca 16

    2.4.4. Laporan Operasional. 18

    2.4.5. Laporan Perubahan Ekuitas 19

    2.4.6. Laporan Arus Kas 20

    2.4.7. Catatan Atas Laporan Keuangan 21

    2.5. Kendala Akuntansi Berbasis Akrual 21

    BAB III METODELOGI PENELITIAN 25

    3.1. Rancangan Penelitian 25

    3.2. Lokasi Penelitian 26

    3.3. Sumber Data 27

    3.4. Teknik Pengumpulan Data 27

    3.5. Teknik Analisis Data 29

    3.6. Pengecekan Validitas Temuan 31

    BAB IV ANALISA DATA 33

    4.1. Deskripsi Objek Penelitian 33

    4.2. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Malang Berdasarkan

    Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual Menurut PP

    Nomor 71 Tahun 2010 36

    4.3. Persiapan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis

    Akrual Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 53

  • v

    4.4. Manfaat Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis

    Akrual Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 59

    4.5. Kendala Dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

    Berbasis Akrual Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 61

    BAB V PENUTUP 68

    5.1. Kesimpulan 68

    5.2. Keterbatasan Penelitian 71

    5.3. Saran 71

    DAFTAR PUSTAKA 73

    LAMPIRAN 1 76

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Perbedaan Komponen Laporan Keuangan 37

    Tabel 4.2 Perbedaan Komponen Laporan Realisasi Anggaran 38

    Tabel 4.3 Perbedaan Komponen Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-

    SAL) 41

    Tabel 4.4 Perbedaan Komponen Neraca 44

    Tabel 4.5 Perbedaan Komponen Laporan Arus Kas 46

    Tabel 4.6 Uraian Komponen Beban-LO 47

    Tabel 4.7 Uraian Komponen Surplus dari Kegiatan Non-Operasional 48

    Tabel 4.8 Uraian Komponen Pos Luar Biasa 49

    Tabel 4.9 Perbedaan Komponen Laporan Operasional 49

    Tabel 4.10 Perbedaan Komponen Laporan Perubahan Ekuitas 50

    Tabel 4.11 Perbedaan Komponen Catatan atas Laporan Keuangan 51

    Tabel 4.12 Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Berbasis Akrual 52

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Selama beberapa dekade pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk

    memperbaiki kualitas kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di

    Indonesia. Upaya ini mendapat momentum dengan diterbitkannya Undang-

    Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 36 ayat (1) yang

    berbunyi sebagai berikut:

    “Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

    berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15,

    dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5

    (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

    berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan

    pengukuran berbasis kas”.

    Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi

    laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan

    sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Sesuai dengan amanat

    tersebut, pemerintah menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005

    tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Kas Menuju Akrual. Penerapan

    Peraturan Pemerintah tersebut masih bersifat sementara karena Undang-Undang

    Nomor 17 tahun 2003 menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran

    pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan

    pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan

    dan belanja berbasis akrual dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun.

  • 2

    Penerapan basis akrual secara sepenuhnya pada sistem akuntansi keuangan

    pemerintahan memerlukan banyak perubahan pada sumber daya manusia dan

    teknologi, maka penerapan tersebut dilakukan secara bertahap melalui suatu

    proses transisi. Dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, pemerintah menerapkan

    Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

    Pemerintah berbasis Akrual yang menegaskan bahwa pemerintah menerapkan

    SAP berbasis akrual, dimana penerapan tersebut dapat dilakukan secara bertahap

    dari penerapan SAP berbasis kas menuju akrual menjadi SAP berbasis akrual.

    Secara konseptual akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan

    informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan akuntansi berbasis

    kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksananya perhitungan

    biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Menurut Mardiasmo (2002:155),

    pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah

    untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu untuk

    mengetahui besarnya niaya yang dibutukan untuk menghasilkan pelayanan publik

    serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Nilai yang

    dihasilkan mencangkup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah

    dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayarkan

    maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual mampu menyediakan

    pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat, dan pengakuan kewajiban di

    masa mendatang.

    Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis

    akrual adalah strategi yang direncanakan dengan baik, komitmen, tujuan yang

  • 3

    dikomunikasikan dengan jelas, sumber daya manusia yang andal, dan sistem

    informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Penerapan SAP berbasis akrual

    direncanakan secara hati-hati dan menggunakan masa transisi dengan menetapkan

    SAP berbasis kas menuju akrual terlebih dahulu. Hingga saat ini pemerintah

    masih memperbolehkan penggunaannya oleh unit pemerintahan yang belum siap

    menerapkan SAP berbasis akrual, karena pada dasarnya, dibandingkan dengan

    SAP berbasis akrual, SAP berbasis kas menuju akrual sebenarnya tidak jauh

    berbeda. Pengaruh perlakuan akrual dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual

    sudah banyak diakomodasi di dalam laporan keuangan terutama neraca yang

    disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang

    Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang, aset tetap,

    hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas

    akrual.

    Perubahan perlakuan akuntansi pemerintah menuju basis akrual tentu akan

    membawa dampak/implikasi yang bukan tanpa masalah dan tantangan. Faradillah

    (dikutip oleh Simanjuntak, 2010, hal.10-12) menyatakan beberapa

    tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan

    Indonesia adalah sistem akuntansi dan information technology (IT) based system,

    komitmen dari pimpinan, tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang

    kompeten, dan resistensi terhadap perubahan. Sementara Amriani (dikutip oleh

    Ritonga,2010, hal. 27) mengatakan bahwa untuk mendukung penerapan akuntansi

    pemerintahan berbasis akrual diperlukan kondisi-kondisi yang mendukung,

    sekaligus menjadi permasalahan yang dihadapi saat ini, yaitu sebagai berikut:

  • 4

    1. Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional

    dalam pengelolaan keuangan.

    2. Tersedianya sistem teknologi informasi yang mampu mengakomodasi

    persyaratan-persyaratan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual.

    3. Harus ada komitmen dan dukungan politik dari para pengambil keputusan

    dalam pemerintahan.

    Penelitian ini dilakukan dengan motivasi bahwa untuk meningkatkan

    akuntabilitas pengelolaan keuangan, negara juga harus meningkatkan adopsi

    terhadap suatu inovasi, dalam hal ini penerapan SAP berbasis akrual pada

    penyusunan Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL). Penelitian

    ini ingin menganalisis penerapan SAP berbasis akrual dalam penyusunan laporan

    keuangan. Alasan menggunakan level basis akrual adalah bahwa di Indonesia

    sedang dalam tahap implementasi SAP dengan basis tersebut, sehingga bukti-

    bukti empiris terkait dengan implementasi tersebut sangat dibutuhkan untuk

    mengetahui sejauh mana penerapan akuntansi berbasis akrual yang telah

    dilaksanakan pada sektor pemerintah.

    Pemerintah Kota Malang sebagai salah satu entitas pelaporan memiliki

    tanggung jawab turut serta menerapkan peraturan standar akuntansi pemerintah

    yang baru. Persiapan dalam upaya tersebut pasti dilakukan, namun juga kendala-

    kendala pasti ditemui dalam proses perubahan tersebut. Kehadiran PP 71 tahun

    2010 mengharuskan pemerintah Kota Malang untuk mengubah haluan menjadi

    basis akuntansi akrual secara penuh. Tahun pelaporan 2015 menjadi tahun

  • 5

    pertama Pemerintah Kota Malang yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Badan

    Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ( BPKAD ) untuk menyusun laporan

    keuangan pemerintah daerah Kota Malang yang berbasis akrual secara penuh.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengadakan penelitian

    dengan judul: “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

    Berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 (Studi

    Kasus pada Pemerintah Kota Malang)”.

    1.2. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual

    (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam penyusunan

    laporan keuangan ?

    2. Apa saja masalah yang dihadapi dalam penerapan Standar Akuntansi

    Pemerintahan berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71

    Tahun 2010 ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui proses penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis

    Kas Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010.

    2. Mengetahui permasalahan yang ditemui pada penerapan Standar

    Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP

    Nomor 71 Tahun 2010

  • 6

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi pihak

    tertentu, yaitu :

    1. Peneliti

    Penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan wawasan

    bagi peneliti seputar perkembangan penerapan Standar Akuntansi

    Pemerintahan Berbasis Akrual (Accrual Basis) menurut PP Nomor 71

    Tahun 2010.

    2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

    pemerintah agar dapat mengetahui sejauh mana penerapan akuntasi

    berbasis akrual di wilayah kerja Pemerintah Kota Malang dan

    menyediakan bukti terkait dengan penerapan akuntansi berbasis akrual

    dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga dapat menjadi masukan

    bagi pemerintah mengenai perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan,

    baik dalam hal ketentuan kebijakan, prosedur, sistem akuntansi, maupun

    teknologi yang sedang diterapkan dan dikembangkan.

    3. Penelitian selanjutnya

    Penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai referensi bagi

    peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Basis Akuntansi

    Pada dasarnya, hanya terdapat dua basis akuntansi atau dasar akuntansi yang

    dikenal dalam akuntansi, yaitu akuntansi berbasis kas (cash basis) dan akuntansi

    berbasis akrual (accrual basis). Sedangkan, jika ada basis akuntansi yang lain

    seperti basis kas modifikasian, atau akrual modifikasian, atau kas menuju akrual,

    merupakan modifikasi diantara basis kas dan basis akrual untuk masa transisi.

    2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas

    Menurut PSAP 01, Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh

    transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau

    dibayar. Akuntansi kas mencatat pendapatan ketika diterima dan beban ketika

    dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis kas, suatu transaksi atau kejadian

    diakui/dicatat ketika uang atas transaksi tersebut diterima atau dikeluarkan.

    Dengan kata lain, akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yang mengakui

    pengaruh transaki dan kejadian lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau

    dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan

    (Ritonga, 2010:33).Akuntansi berbasis kas ini tentu mempunyai kelebihan dan

    keterbatasan. Kelebihan-kelebihan dari akuntansi berbasi kas adalah laporan

    keuangan berbasis kas memperlihatkan sumber dana, alokasi dan penggunaan

    sumber-sumber kas, mudah untuk dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan

    keuangan tidak membutuhkan pengetahuan mendetail tentang akuntansi, dan

    tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah arus kas dalam satu

  • 8

    periode. Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah hanya

    memfokuskan pada arus kas pada arus kas dalam periode pelaporan berjalan, dan

    mengabaikan arus kas sumber daya lain yang mungkin berpengaruh pada

    kemampuan pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa saat sekarang dan

    saat mendatang, laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan karena

    tidak terdapat pencatatan secara double entry, dan tidak dapat menyediakan

    informasi mengenai biaya pelayanan (cost of service) sebagai alat untuk

    menetapkan harga, kebijakan kontrak publik, untuk kontrol dan evaluasi kinerja

    (Mustofa, 2006:41).

    2.1.2. Akuntansi Berbasis Akrual

    Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi

    ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan

    keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas

    atau setara kas diterima atau dibayarkan (KSAP, 2006). Menurut PSAP 01 basis

    akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa

    lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat

    kas atau setara kas diterima atau dibayar. Metode akrual mencatat pendapatan dan

    beban dalam satu periode akuntansi dengan mempertimbangkan saat diperoleh

    dan terjadi. Hasil basis akrual dalam pengukuran akuntansi berdasarkan substansi

    dan kejadian, bukan kerika kas diterima atau dibayarkan, disamping itu juga

    menungkatkan relevance, neutrality, timeliness, completeness, serta

    comparability. Selain itu dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat

    mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, dan bagaimana

  • 9

    pemerintah mendanai kegiatannya sesuai kemampuan pendanaannya, sehingga

    dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah

    berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi

    kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan

    pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut.

    2.1.3. Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual

    Pemerintah menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang

    Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Kas Menuju Akrual. Menurut Tanjung

    (2006:43) basis pencatatan cash toward accrual, yaitu basis kas menuju akrual,

    dimana basis ini mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan memakai basis

    kas, sedangkan aset, hutang, dan ekuitas dicatat berdasarkan basis akrual.

    Penerapan Peraturan Pemerintah tersebut masih bersifat sementara karena

    Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 menyatakan bahwa selama pengakuan

    dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan,

    digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran

    pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan paling lambat 5 (lima)

    tahun.

    2.2. Standar Akuntansi Pemerintahan

    Standar akuntansi menciptakan metode yang seragam untuk menyajikan

    informasi sehingga laporan keuangan dari berbagai entitas pelaporan yang

    berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah. Standar Akuntansi disusun

    berdasarkan kebutuhan penyusun laporan keuangan dan pihak pemegang

    kepentingan, dalam hal ini standar akuntansi keuangan bagi sektor swasta dan

  • 10

    Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) bagi sektor publik/pemerintahan.

    Menurut PP No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),

    SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan

    menyajikan laporan keuangan pemerintah. Menurut Sinaga (2005:56) SAP

    merupakan pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan

    auditor. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan

    keuangan sesuai dengan SAP. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif

    akan menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam

    laporan keuangan dan eksternal auditor (BPK) akan menggunakannya sebagai

    kriteria dalam pelaksanaan audit. Sedangkan menurut Haq (2013) standar

    akuntansi pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan

    dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah dalam rangka

    transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta

    peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah. Laporan keuangan pemerintah

    tersebut terdiri atas laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) dan laporan

    keuangan pemerintah daerah (LKPD).

    Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa standar akuntansi

    pemerintahan merupakan pedoman dan acuan wajib dalam menyusun dan

    menyajikan laporan keuangan, baik pusat maupun daerah. Standar akuntansi

    menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang digunakan sebagai alat

    komunikasi antara pemerintah dan stakeholders sehingga tercipta pengelolaan

    keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

  • 11

    2.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

    Pernyataan standar berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan

    keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan

    keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah. Pernyataan

    standar merekomendasikan format sebagai lampiran standar tersebut yang dapat

    diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai dengan situasi masing-masing. PSAP

    terdiri dari :

    1. PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan

    2. PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas

    3. PSAP 03 Laporan Arus Kas

    4. PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan

    5. PSAP 05 Akuntansi Persediaan

    6. PSAP 06 Akuntansi Investasi

    7. PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap

    8. PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan

    9. PSAP 09 Akuntansi Kewajiban

    10. PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan

    Estimasi Akuntansi, Dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan

    11. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian

    12. PSAP 12 Laporan Operasional

    PSAP hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain

    yang disajikan dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Tujuan PSAP

    ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum dalam

  • 12

    rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran,

    antar periode, maupun antar entitas.

    2.4. Laporan Keuangan Pemerintah

    Sesuai dengan PP No. 71 tahun 2010, laporan keuangan yang dihasilkan dari

    penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik

    bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan

    keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini

    sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan

    sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Menurut Lampiran I.01 PP No. 71

    tahun 2010 menyebutkan laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan

    pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan

    pelaksanaan anggaran terdiri dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan

    finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan

    Ekuitas (LPE), dan Laporan Arus Kas (LAK). CaLK merupakan laporan yang

    merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran

    maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari

    laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.

    2.4.1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

    Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah menetapkan dasar-dasar

    penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka

    memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan

    perundang-undangan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan

    informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran

  • 13

    dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah

    disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan.

    Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi

    pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari

    suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan

    anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam

    mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,

    akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:

    1. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan

    sumber daya ekonomi,

    2. menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh

    yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi

    dan efektivitas penggunaan anggaran.

    Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam

    memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan

    pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan

    laporan secara komparatif.

    Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para

    pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya

    ekonomi:

    1. telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;

    2. telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan

  • 14

    3. telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Walaupun PP 71 thn.2010 ttg SAP berbasis akrual telah menetapkan basis

    pencatatan yang digunakan adalah akrual, namun dalam penyusunan LRA tetap

    disajikan dengan menggunakan basis kas (PSAP BA 02 par. 03 dan 04). LRA

    menyajikan ikhtisal sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang

    dikelola oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menggambarkan

    perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

    Sehingga Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan

    informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan

    sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan

    dengan anggarannya selama satu periode. Masing-masing dari struktur Laporan

    Realisasi Anggaran didefinisikan dalam PSAP BA 02 paragraf 07 sebagai

    berikut:

    a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum

    Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya

    yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran

    yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar

    kembali oleh pemerintah.

    b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum

    Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran

    Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan

    diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

  • 15

    c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas

    pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan

    dan dana bagi hasil.

    d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak

    berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali

    dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan

    maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran

    pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau

    memanfaatkan surplus anggaran.

    a. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman

    dan hasil divestasi.

    b. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran

    kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain,

    dan penyertaan modal oleh pemerintah.

    2.4.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)

    Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos

    berikut, yaitu:

    a) saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya),

    b) penggunaan saldo anggaran lebih,

    c) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan,

    d) koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan

    e) Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan.

  • 16

    Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.

    LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo

    anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus

    menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL

    dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah

    Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki

    perbedaan.

    2.4.3. Neraca

    Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas

    pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

    1. Aset

    Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

    pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

    ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh

    pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

    termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa

    bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena

    alasan sejarah dan budaya. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan

    nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan

    segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam

    waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat

    dimasukkan dalam criteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.

    Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan

  • 17

    persediaan. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan

    aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung

    untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset

    nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana

    cadangan, dan aset lainnya. Investasi jangka panjang merupakan investasi

    yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan

    manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Aset

    tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi,

    dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset non

    lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset

    lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).

    2. Kewajiban

    Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

    penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

    pemerintah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan

    tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks

    pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber

    pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah

    lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena

    perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi

    jasa lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai

    konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.

    Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban

  • 18

    jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban

    yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal

    pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang

    penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal

    pelaporan.

    3. Ekuitas

    Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara

    aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca

    berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

    2.4.4. Laporan Operasional

    Sebelum disahkannya PP No.71 Tahun 2010, Laporan Operasional

    merupakan laporan yang bersifat optional dengan nama Laporan Kinerja

    Keuangan. Yang kemudian setelah PP No.71 Tahun 2010 disahkan, Laporan

    Operasional diwajibkan untuk dilaporkan dalam Laporan Keuangan instansi

    pemerintah dan diberikan kerangka tersendiri dalam penyusunannya.

    Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang

    menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah

    pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode

    pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional

    terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-

    masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah

    nilai kekayaan bersih.

  • 19

    b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai

    kekayaan bersih.

    c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang

    dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,

    termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

    d) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang

    terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi

    biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali

    atau pengaruh entitas bersangkutan.

    2.4.5. Laporan Perubahan Ekuitas

    Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:

    a) Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya,

    b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan

    c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang

    antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh

    perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,

    misalnya:

    Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-

    periode sebelumnya;

    Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

    d) Ekuitas akhir

    Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih

    lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang

  • 20

    dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur Laporan Perubahan

    Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

    2.4.6. Laporan Arus Kas

    Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi kas

    sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang

    menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas

    pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam

    Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, dimana

    penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum

    Negara/Daerah dan pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari

    Bendahara Umum Negara/Daerah. Menurut Tanjung (2011:85), arus kas masuk

    dari aktivitas investasi berasal dari penyertaan modal pemerintah, pengembalian

    pinjaman pemerintah dari BUMN/BUMD, dan penjualan aset tetap. Arus kas

    keluar dari aktivitas investasi digunakan untuk penyertaan modal pemerintah,

    pinjaman pemerintah kepada BUMN/BUMD, dan pembelian aset tetap. Arus kas

    dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran bruto

    sehubungan dengan defisit/surplus anggaran. Arus masuk dari aktivitas

    pembiayaan antara lain dari penerimaan utang luar negeri, penjualan obligasi

    pemerintah dan hasil privatisasi BUMN/BUMD. Sedangkan arus kas keluar dari

    aktivitas pembiayaan digunakan untuk pembayaran cicilan utang dan pembayaran

    obligasi pemerintah.

  • 21

    2.4.7. Catatan atas Laporan Keuangan

    Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari

    angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,

    Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus

    Kas. Setiap pos pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,

    Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas

    harus mempunyai referensi silang dengan CaLK. Struktur dan isi CaLK paling

    tidak meliputi :

    1. kebijakan fiscal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target, UU

    APBN/perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi;

    2. ikhtisar pencapaian kinerja keuanga;

    3. dasar penyusunan laporan keuangand an kebijakan akuntansi yang dipilih;

    4. informasi yang diharuskan PSAP tetapi belum ada lembar muka laporan

    keuangan;

    5. rekonsiliasi pos-pos laporan keuangan berbasis akrual ke pos-pos laporan

    keuangan berbasis kas;

    6. informasi tambahan yang diperlukan.

    2.5. Kendala Akuntansi Berbasis Akrual

    Menurut Widjajarso (2010) permasalahan yang mungkin timbul dari

    penerapan basis akuntansi pada akuntansi pemerintah Indonesia dapat mencakup

    antara lain sebagai berikut:

    1. Pendekatan perancangan akuntansi berbasis akrual

  • 22

    Salah satu titik kritis utama dari sebuah penerapan akuntansi berbasis

    akrual adalah mencakup pendekatan perancangan apakah dapat dilakukan

    secara bertahap atau langsung secara frontal. Para ahli hampir sepakat

    bahwa pendekatan bertahap sangat disarankan, terutama bagi pemerintah

    di negara yang sedang berkembang mengingat keterbatasan sumber daya

    manusia dan komitmen politik dari pimpinan negara yang masih

    diragukan. Pendekatan ini dirasa paling masuk akal, mengingat konsep

    akuntansi berbasis akrual harus dipandang sebagai bagian dari sebuah

    reformasi sistem keuangan negara secara keseluruhan yang harus

    mencakup reformasi di bidang lain selain hanya masalah akuntansi.

    2. Jenis laporan keuangan.

    Permasalahan lain adalah jenis-jenis laporan keuangan yang harus

    disusun oleh sebuah entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Secara

    peraturan undang-undang keuangan negara dan undang-undang

    perbendaharaan, memang hanya mensyaratkan adanya empat laporan

    keuangan yakni laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan

    catatan atas laporan keuangan. Di satu pihak, KSAP saat ini telah

    mengantisipasi jenis laporan tambahan selain yang dipersyaratkan oleh

    peraturan perundangan dengan menambahkan tiga jenis laporan baru yaitu

    laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan operasional dan laporan

    perubahan ekuitas, seperti tercantum dalam konsep publikasi standar

    akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

  • 23

    Namun demikian, jika melihat jenis pelaporan keuangan yang secara

    kuantitas seperti terlihat banyak tersebut, kalau diteliti lebih lanjut

    sebenarnya hanya pengembangan dari yang sudah ada. Seperti misalnya,

    laporan perubahan saldo anggaran lebih merupakan pengembangan dari

    laporan realisasi anggaran yang telah dapat disusun oleh sistem yang telah

    ada, laporan operasional merupakan pengembangan dari laporan realisasi

    anggaran yang anggarannya tidak dipersyaratkan berbasis akrual menurut

    perundangundangan. Dengan demikian cakupan tambahan dari laporan

    operasional adalah materi pendapatan dan belanja yang non kas.

    Kemudian laporan perubahan ekuitas dapat dikatakan pengembangan

    laporan neraca yang dipecah menjadi neraca dan laporan perubahan

    ekuitas. Jadi, tidak ada alasan jenis laporan akan menambah rumitnya

    pekerjaan penyusunan laporan keuangan jika siklus akuntansi yang diolah

    oleh sistem akuntansi keuangan pemerintah dipaparkan secara jelas.

    3. Anggaran berbasis akrual

    Pembahasan akuntansi berbasis akrual hampir selalu diiringi dengan

    penganggaran berbasis akrual. Namun sebenarnya penerapan basis akrual

    tidak harus diikuti dengan penerapan anggaran berbasis akrual. Alasan

    utamanya adalah bahwa anggaran berbasis akrual sangat sulit dimengerti

    oleh para politisi yang fungsinya menyetujui anggaran yang diajukan oleh

    pemerintah dan juga para stakeholders lainnya.

  • 24

    4. Pengakuan pendapatan

    Jika basis akrual diterapkan, pendapatan diakui pada saat timbul hak

    dari pemerintah. Masalahnya adalah dalam hak pajak yang menganut self

    assessment di mana wajib pajak menghitung sendiri kewajiban pajaknya,

    hak tersebut menjadi belum final karena masih dimungkinkan adanya

    restitusi meskipun sudah ada SPT, sehingga dokumen yang dijadikan

    dasar penentuan hak tagih pajak menjadi masalah. Pendapatan harus

    diakui jika telah muncul hak sehingga pencatatan pendapatan dilakukan

    setiap kali ada transaksi munculnya hak tersebut. Standar akuntansi

    pemerintah nantinya harus menciptakan kriteria yang jelas atas pengakuan

    pendapatan tersebut. Dengan demikian, pendapatan pajak yang harus

    diakui adalah jika dapat diukur dan tersedia untuk operasi entitas

    pelaporan.

    5. Pengakuan belanja/beban

    Jika basis akrual diterapkan, penggunaan istilah belanja menjadi tidak

    tepat, sehingga terminologi belanja seharusnya diganti dengan beban atau

    biaya. Untuk laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan saldo

    anggaran lebih, terminologi belanja sudah tepat dan hal ini juga sesuai

    dengan peraturan perundangan yang berkaitan dengan anggaran

    pendapatan dan belanja negara. Sedangkan untuk laporan lain, yakni,

    laporan operasional dan laporan perubahan ekuitas, terminologi beban

    atau biaya harus menggantikan terminologi belanja.

  • 25

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Rancangan Penelitian

    Dalam penelitian ini, pemilihan metodologi penelitian dimulai dengan menempatkan

    bidang penelitian ke dalam pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005:6)

    penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

    tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

    tindakan, dan lainlain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

    katakata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

    memanfaatkan berbagai metode yang alamiah.

    Penelitian ini akan menggunakan teknik penelitian deskriptif dan metode studi

    kasus. Teknik penelitian deskriptif merupakan teknik penelitian yang berkarakter

    kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan, dan merangkai variabel-variabel yang

    diteliti menjadi sebuah untaian kata-kata dalam setiap pembahasannya. Menurut Yin

    (2013:17) studi kasus merupakan strategi yang cocok apabila pokok pertanyaan suatu

    penelitian berkenaan dengan “bagaimana” atau “mengapa”, peneliti memiliki sedikit

    peluang untuk mengontrol peristiwa-peritiwa yang akan diselidiki dan fokus

    penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan

    nyata. Penelitian studi kasus tepat digunakan pada penelitian yang

  • 26

    bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali penjelasan

    kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam obyek yang diteliti.

    Untuk menganalisa penerapan SAP berbasis akrual dalam penyusunan laporan

    keuangan, dengan studi kasus pada Pemerintah Kota Malang, peneliti akan secara

    bertahap berusaha memahami objek studi. Kemudian peneliti melakukan interaksi

    dengan informan dan mencari sudut pandang informan. Selanjutnya diikuti dengan

    mengidentifikasi paradigma penelitian yang memberikan pedoman terhadap

    pemilihan metodelogi penelitian yang tepat yaitu studi kasus. Langkah yang terakhir

    adalah pemilihan metode pengumpulan data dan analisis data yang tepat yaitu dengan

    observasi, wawancara, dan analisis dokumen.

    3.2. Lokasi Penelitian

    Penetapan lokasi dari suatu penelitian sangat penting dalam rangka

    pertanggungjawaban data yang diperoleh. Oleh karena itu, lokasi penelitian perlu

    ditetapkan terlebih dahulu. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebagai tempat penelitian

    yaitu Pemerintah Kota Malang. Kota Malang menyusun laporan keuangan dengan

    menganut standar akuntansi pemerintahan yang berbasis kas menuju akrual.

    Kehadiran PP 71 tahun 2010 mengharuskan pemerintah Kota Malang untuk

    mengubah haluan menjadi basis akuntansi akrual. Sehingga objek penelitian ini

    adalah akuntansi pemerintahan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah

    Kota Malang dan pihak-pihak yang akan betindak sebagai narasumber adalah pihak

    yang terlibat langsung dalam kegiatan penyusunan laporan keuangan Pemerintah

    Kota Malang.

  • 27

    3.3. Sumber Data

    Menurut Moleong (2005:68) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

    kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

    lain. Enam sumber data yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan dara studi

    kasus adalah dokumen, rekaman arsip, wawancara, obserbasi langsung, observasi

    pemeran setara, dan perangkat fisik.

    Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri merupakan

    data primer. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari

    sumber aslinya (tanpa melalui perantara), yang diperoleh penulis dengan melakukan

    observasi dan wawancara langsung pada pihak terkait. Pihak terkait yang menjadi

    sumber data peneliti antara lain:

    1. Bapak Tri Oky Rudianto P selaku Kepala Bidang Perbendaharaan dan

    Akuntansi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

    Malang

    2. Ibu Drias selaku Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan BPKAD Kota

    Malang

    3. Bapak Wahyu selaku staf Sub-Bidang Akuntansi BPKAD Kota Malang

    3.4. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

    penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menurut

    Sugiyono (2010:56) terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dapat

  • 28

    dilakukan, diantaranya adalah dengan observasi (pengamatan), interview

    (wawancara), dan dokumentasi.

    1. Observasi (pengamatan).

    Naution (1988) dalam Sugiyono (2013:98) menyatakan bahwa, observasi

    adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

    berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

    observasi. Metode ini digunakan untuk mengamati dan mencatat gejala-gejala

    yang tampak pada objek penelitian pada saat keadaan atau situasi yang alami atau

    yang sebenarnya sedang berlangsung, serta kendala-kendala menuju penerapan

    akuntansi berbasis akrual dan kondisi lain yang mendukung hasil penelitian

    mengenai penerapan PP 71 tahun 2010. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data

    yang lebih mendekati kebenaran yaitu dengan membandingkan hasil wawancara

    dengan keadaan yang sebenarnya.

    2. Interview (wawancara).

    Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

    ingin melakukan srudi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

    diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

    lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2013:99).

    Sedangkan menurut Yin (2013:37) wawancara merupakan salah satu sumber

    informasi studi kasus yang paling penting. Wawancara itu dilakukan oleh dua

    pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

    terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

  • 29

    Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung dan mendalam

    kepada pihak yang terlibat dan terkait langsung guna mendapatkan penjelasan

    pada kondisi dan situasi yang sebenarnya. Banyaknya pegawai yang

    diwawancarai tergantung seberapa layak untuk menjawab pertanyaan penelitian.

    Pemilihan key informan yang berperan dalam proses akuntansi ini bertujuan

    meningkatkan validitas informasi yang disampaikan.

    3. Dokumentasi.

    Sugiyono (2010:72) menyatakan bahwa, dokumen merupakan catatan

    peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

    karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen ini merupakan pelengkap

    dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

    Metode ini juga merupakan suatu proses untuk memperoleh data-data yang terkait

    dengan penerapan akuntansi berbasis akrual pemerintah Kota Malang.

    3.5. Teknik Analisis Data

    Setiap penelitian memerlukan suatu analisis data yang berguna untuk

    memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Menurut Sugiyono

    (2010:81) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

    yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

    mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

    melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

    akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

    maupun orang lain.

  • 30

    Peneliti akan menganalisis data yang dikumpulkan dengan menggunakan

    pendekatan interpretif dan teknik analisis Miles dan Huberman. Pendekatan

    interpretif merupakan suatu teknik menginterpretasikan arti data-data yang telah

    terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek

    situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan

    menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Adapun tahapan-tahapan analisis data

    dalam penelitian ini menurut teknik analisis Miles dan Huberman (1992) dalam

    Sugiyono (2013:64) yaitu sebagai berikut:

    1. Reduksi data, yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

    penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

    menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

    mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran

    yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk

    mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.

    2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang

    memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

    Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, atau grafis

    sehingga data dapat dikuasai.

    3. Pengambilan keputusan atau verifikasi, berarti bahwa setelah data disajikan,

    maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Verifikasi dapat

    dilakukan dengan keputusan didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data

    yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

  • 31

    Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi dan

    terkait. Pertama-tama dilakukan penelitian di lapangan dengan mengadakan

    wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang

    dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi maka kemudian

    diadakan sajian data agar data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan,

    sehingga akan lebih mudah dipahami. Apabila ketiga hal tersebut selesai dilakukan,

    maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.

    3.6. Pengecekan Validitas Temuan

    Untuk memperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti

    kredibilitasnya. Kredibilitas berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil

    penelitian dapat dipercaya. Dalam penelitian kualitatif, nilai kebenaran (validitas)

    temuan atau data ditentukan apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan

    peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Menurut

    Sugiyono (2013:107) uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

    penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

    peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,

    analisis kasus negatif, dan member check. Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas

    data penelitian dilakukan dengan cara :

    1. Meningkatkan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat

    dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti

    dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu

    salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka

  • 32

    peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang

    apa yang diamati.

    2. Triangulasi, dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

    data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

    demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,

    dan waktu. Kredibilitas data dalam penelitian ini diperiksa dengan

    menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber untuk menguji

    kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

    melalui beberapa sumber. Menurut Bungin (2005:69) teknik triangulasi

    mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu,

    triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode

    yang digunakan sudah berjalan dengan baik.

    3. Menggunakan bahan referensi, bahan referensi di sini adalah adanya

    pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data

    hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara ataupun

    foto-foto sehingga lebih dapat dipercaya.

  • 33

    BAB IV

    ANALISA DATA

    4.1. Deskripsi Objek Penelitian

    4.1.1. Pemerintah Kota Malang

    Kota Malang seperti kota-kota lain di Indonesia pada umumnya baru tumbuh

    dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum di

    rencanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan

    diskriminatif itu masih berbekas hingga sekarang. Misalnya Ijen Boulevard

    kawasan sekitarnya. hanya dinikmati oleh keluarga- keluarga Belanda dan Bangsa

    Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di

    pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu

    sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali mengundang

    keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana untuk bernostalgia.

    Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu

    Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakatpun

    semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.

    Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun

    bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan

    sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.

    Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan

    kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan

    pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya

  • 34

    akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya

    berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar

    sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang

    beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi

    kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya.

    Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang

    terjadi seandainya masalah itu diabaikan.

    Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota

    besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar, Malang

    tidak lepas dari permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin buruk

    kualitasnya. Kota yang pernah dianggap mempunyai tata kota yang terbaik di

    antara kota-kota Hindia Belanda ini, kini banyak dikeluhkan warganya seperti

    kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas, suhu udara yang mulai panas, sampah

    yang berserakan atau harus merelokasi pedagang kaki lima yang memenuhi alun-

    alun kota. Namun terlepas dari berbagai permasalahan tata kotanya, pariwisata

    Kota Malang mampu menarik perhatian tersendiri. Dari segi geografis, Malang

    diuntungkan oleh keindahan alam daerah sekitarnya seperti Batu dengan

    agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau situs-situs purbakala

    peninggalan Kerajaan Singosari. Jarak tempuh yang tidak jauh dari kota membuat

    para pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan sekaligus tempat

    belanja. Perdagangan ini mampu mengubah konsep pariwisata Kota Malang dari

    kota peristirahatan menjadi kota wisata belanja.

  • 35

    Visi

    "Menjadikan Kota Malang sebagai kota bermartabat"

    Misi

    Menciptakan masyarakat yang makmur, berbudaya dan terdidik

    berdasarkan nilai-nilai spiritual yang agamis, toleran dan setara. (Visi:

    berbudaya, religius-toleran, terdidik dan aman)

    Meningkatkan kualitas pelayanan publik yang adil, terukur dan

    akuntabel. (Visi: adil, berbudaya, bersih)

    Mengembangkan potensi daerah yang berwawasan lingkungan yang

    berkesinambungan, adil, dan ekonomis. (Visi: terkemuka, asri,

    makmur, adil, terdidik)

    Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Kota Malang sehingga

    bisa bersaing di era global. (Visi: terkemuka, terdidik)

    Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kota Malang baik fisik,

    maupun mental untuk menjadi masyarakat yang produktif. (Visi:

    makmur, berbudaya, adil, religius-toleran)

    Menbangun Kota Malang sebagai kota tujuan wisata yang aman,

    nyaman, dan berbudaya (Visi: aman, berbudaya, bersih, terkemuka,

    makmur dan asri)

    Mendorong pelaku ekonomi sektor informal agar lebih produktif dan

    kompetitif. (Visi: adil, terkemuka, makmur)

  • 36

    Mendorong produktivitas industri dan ekonomi skala besar yang

    berdaya saing, etis dan berwawasan lingkungan. (Visi: bersih,

    berbudaya, makmur, terkemuka, asri, adil)

    Mengembangkan sistem transportasi terpadu dan infrastruktur yang

    nyaman untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (Visi:

    berbudaya, makmur, adil, terkemuka)

    4.1.2. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ( BPKAD )

    4.1.2.1. Visi Misi

    Visi :

    “Terwujudnya Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang Transparan dan

    Akuntabel”

    Misi :

    “Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dilakukan secara tertib dan normatif “

    Secara tertib, mengandung arti bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat

    waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat

    dipertanggungjawabkan ;

    Normatif, mengandung arti bahwa pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan

    dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

    4.2. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Malang Berdasarkan

    Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual (Accrual Basis)

    Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010

  • 37

    Tabel 4.1

    Perbedaan Komponen Laporan Keuangan

    PP No. 24 Tahun 2005

    (Basis Kas menuju

    Akrual)

    PP No. 71 Tahun 2010

    (Basis Akrual Penuh)

    1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Neraca 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan atas Laporan keuangan

    1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Perubahan Saldo

    Anggaran Lebih

    3. Neraca 4. Laporan Arus kas 5. Laporan Operasional 6. Laporan Perubahan Ekuitas 7. Catatan atas Laporan Keuangan

    Sumber : PP No 71 Tahun 2010

    Dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, fungsi akuntansi

    PPKD memiliki alur sistem akuntansi yang telah ditentukan, dimana Pemerintah

    Daerah perlu menjalankan sistem akuntansi yang baik untuk mendukung

    pelaksanaan pemerintahannya. Sebagaimana diketahui bahwa sistem akuntansi

    dan pelaporan keuangan pemerintah pusat (SAPP) ditetapkan oleh Menteri

    Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Pasal 7, UU 1/2004). Sedangkan

    sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) ditetapkan dengan peraturan kepala

    daerah (Pasal 96, PP 58 / 2006). Menurut PP Nomor 71 tahun 2010, sistem

    akuntansi pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara,

    peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis

    transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi

    pemerintah. Sedangkan menurut Muhammad Gade (2002) sistem akuntansi

    pemerintah daerah adalah sitem akuntansi yang mengolah semua transaksi

    keuangan, aset, kewajiban,dan ekuitas pemerintah yang menghasilkan informasi

    akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat

  • 38

    diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar eksekutif, maupun

    oleh berbagai tingkatan manjemen pada pemerintah.

    Laporan Realisasi Anggaran

    Tabel 4.2

    Perbedaan Komponen Laporan Realisasi Anggaran

    PP No. 24 Tahun 2005 (CTA)

    Sebelum

    PP No. 71 Tahun 2010 (Akrual)

    Sesudah

    Mencatat transaksi kas dan non kas Mencatat transaksi kas saja dengan

    non kas dicatat di LO

    Pos-pos yang disajikan:

    1. Pendapatan 2. Belanja 3. Transfer 4. Surplus/Defisit 5. Pembiayaan 6. SiLPA/SiKPA

    Pos-pos yang disajikan:

    1. Pendapatan-LRA 2. Belanja 3. Transfer 4. Surplus/Defisit-LRA 5. Pembiayaan 6. SiLPA/SiKPA

    SiLPA/SiKPA pada akhir periode

    pelaporan dipindahkan ke Neraca

    pada pos ekuitas dana lancar

    SiLPA/SiKPA pada akhir periode

    pelaporan dipindahkan ke LPSAL

    Berdasarkan data penelitian yang disajikan di dalam lampiran, laporan

    realisasi anggaran Pemerintah Kota Malang tahun anggaran 2015 terdiri dari:

    1) Pos pendapatan

    Laporan realisasi anggaran tahun anggaran 2015 menunjukkan bahwa

    penerimaan Pemerintah Kota Malang berasal dari pendapatan asli daerah,

    pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pada pendapatan

    asli daerah, Pemerintah Kota Malang menganggarkan pendapatan sebesar

    Rp 363.978.160.111,08 namun realisasi yang dicapai sebesar Rp

    424.938.755.525,02 atau 116,75 % dari yang dianggarkan. Pendapatan asli

    daerah Pemerintah Kota Malang berasal dari pendapatan pajak daerah,

  • 39

    pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan

    daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, dimana kontribusi

    terbesar berasal dari pendapatan pajak daerah sebesar 75% dari jumlah

    pendapatan asli daerah. Untuk pendapatan transfer, Pemerintah Kota

    Malang hanya berhasil merealisasikan sebesar Rp 1.389.352.934.193,00

    dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp 1.438.480.451.121,50 atau

    hanya sebesar 96,58 %. Pendapatan transfer Pemerintah Kota Malang

    terdiri dari transfer pemerintah pusat-dana perimbangan dengan realisasi

    sebesar Rp 926.364.574.783,00, transfer pemerintah pusat-lainnya dengan

    realisasi sebesar Rp 224.102.748.000,00 yang hanya berasal dari dana

    penyesuaian, dan transfer pemerintah provinsi dengan realisasi sebesar Rp

    238.885.611.401,00.

    2) Pos belanja

    Sesuai dengan PP No. 71 tahun 2010 PSAP 02 tentang Laporan realisasi

    anggaran berbasis kas, klasifikasi belanja pemerintah daerah yang

    dilaporkan oleh Pemerintah Kota Malang di dalam laporan realisasi

    anggaran adalah belanja operasi yang meliputi belanja pegawai, belanja

    barang, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan, belanja modal yang

    meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, peralatan dan mesin,

    gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan bangunan, dan aset tetap lainnya,

    dan belanja tak terduga. Belanja operasi yang dianggarkan Pemerintah

    Kota Malang untuk tahun anggaran 2015 adalah sebesar Rp

    1.731.187.238.235,51 namun yang terealisasi hanya sebesar Rp

  • 40

    1.465.040.706.749,93. Untuk belanja modal, BPKAD menganggarkan

    sebesar Rp 396.116.084.374,77 dan hanya terealisasi sebesar 85,24 % atau

    sebesar Rp 337.647.558.967,36. Sedangkan untuk belanja tak terduga

    BPKAD hanya menganggarkan sebesar Rp 5.041.039.000,00 dan hanya

    terealisasi sebesar Rp 657.238.601,00.

    3) Pos transfer

    Berdasarkan data penelitian, transaksi transfer yang dilakukan oleh

    Pemerintah Kota Malang hanya berasal dari bagi hasil retribusi ke desa,

    yang dianggarkan sebesar Rp 100.000.000,00 dan hanya terealisasi sebesar

    Rp 75.036.600,00.

    4) Pos pembiayaan

    Di dalam laporan realisasi anggaran yang dilaporkan oleh BPKAD selaku

    pengelola keuangan Pemerintah Kota Malang, transaksi yang berkaitan

    dengan pembiayaan hanya berasal dari penggunaan SILPA terkait

    penerimaan pembiayaan dan penyertaan modal pemerintah daerah terkait

    pengeluaran pembiayaan. BPKAD selaku pengelola keuangan Pemerintah

    Kota Malang dapat merealisasikan penggunaan SILPA sesuai yang

    dianggarkan untuk tahun anggaran 2015 yaitu sebesar Rp

    322.985.750.377,67 . Sedangkan terkait penyertaan modal pemerintah

    daerah, BPKAD hanya dapat merealisasikan 47,18 % di tahun anggaran

    2015 dari yang dianggarkan sebesar Rp 67.400.000.000,00.

  • 41

    Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

    Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan

    atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan

    tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)

    menyajikan pos-pos berikut, yaitu:

    a) saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya),

    b) penggunaan saldo anggaran lebih,

    c) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan,

    d) koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan

    e) Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan.

    Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya. LP-

    SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran

    dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan

    rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan

    atas Laporan Keuangan. Laporan perubahan SAL Pemerintah Kota Malang per 31

    desember 2015 menunjukkan saldo anggaran lebih akhir sebesar Rp

    316.838.899.177,40 yang dimana itu sama dengan sisa lebih pembiayaan

    anggaran tahun 2015.

    Tabel 4.3

    Perbedaan Komponen Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)

    PP No. 24 Tahun 2005

    (CTA)

    Sebelum

    PP No. 71 Tahun 2010 (Akrual)

    Sesudah

    Tidak ada Laporan

    Perubahan Saldo Anggaran

    Lebih

    LPSAL menyajikan secara komparatif

    dengan periode sebelumnya pos-pos

    berikut:

    1. Saldo Anggaran Lebih Awal

  • 42

    2. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih 3. SiLPA/SiKPA 4. Koreksi kesalahan pembukuan tahun

    sebelumnya

    5. Saldo Anggaran Lebih Akhir

    Neraca

    Berdasarkan PP No.71 tahun 2010 PSAP 01 tentang penyajian laporan

    keuangan, neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu

    entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Di

    dalam laporan neraca, terdapat tiga pos penting, yaitu aset, kewajiban, dan

    ekuitas.

    1. Aset

    Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

    pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

    ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

    oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan

    uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk

    penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang

    dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset diklasifikasikan ke

    dalam aset lancar dan non lancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas,

    investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Aset non lancar

    diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana

    cadangan, dan aset lainnya. Di dalam neraca yang dilaporkan oleh

    BPKAD, menunjukkan total aset yang dimiliki Pemerintah Kota Malang

    per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 5.526.662.906.695,95 dimana

  • 43

    mengalami penurunan sebesar 9,7 % dari total aset per 31 Desember 2014

    yang sebesar Rp 6.122.163.298.981,10. Penurunan total aset tersebut

    dikarenakan Pemerintah Kota Malang mulai menerapkan basis akrual

    secara penuh untuk pelaporan keuangan tahun 2015. Bila dilihat dari data

    penelitian, BPKAD selaku pelaksana fungsi akuntansi belum mengakui

    beberapa transaksi akrual seperti yang dianjurkan di dalam PP No.71 tahun

    2010, seperti penyisihan piutang, beban dibayar dimuka, dan akumulasi

    penyusutan.

    2. Kewajiban

    Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

    penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

    pemerintah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan

    tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks

    pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber

    pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas

    pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga

    terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah

    atau dengan pemberi jasa lainnya. Serupa dengan aset, kewajiban pada

    neraca Pemerintah Kota Malang juga mengalami perubahan dari tahun

    pelaporan sebelumnya dikarenakan penerapan basis akrual secara penuh.

    Pada neraca tahun 2014, BPKAD belum mengakui adanya utang belanja

    dan pendapatan diterima dimuka. Sedangkan pada pelaporan keuangan

    tahun 2015, BPKAD mengakui utang belanja sebesar Rp

  • 44

    20.676.245.528,11 dan pendapatan diterima dimuka sebesar Rp

    924.787.006,25.

    3. Ekuitas

    Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara

    aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Terkait penerapan

    basis akrual secara penuh sesuai dengan PP No. 71 tahun 2010, pelaporan

    ekuitas termasuk yang paling mendapat perubahan. Bila dibandingkan

    antara neraca Pemerintah Kota Malang tahun 2014 dan 2015, pelaporan

    ekuitas di tahun 2014 masih terbagi menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas

    dana investasi, dan ekuitas dana cadangan, sedangkan pelaporan di tahun

    2015 hanya dilaporkan sebagai ekuitas, dimana jumlah yang dilaporkan

    berasal dari saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas sebesar Rp

    5.503.633.540.561,59.

    Tabel 4.4

    Perbedaan Komponen Neraca

    PP No. 24 Tahun 2005 (CTA)

    Sebelum

    PP No. 71 Tahun 2010 (Akrual)

    Sesudah

    ASET

    ASET LANCAR

    …….

    …….

    KEWAJIBAN

    KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

    ……

    ……

    EKUITAS DANA (lancar,

    investasi, cadangan)

    ASET

    ASET LANCAR

    Penyisihan Piutang

    Belanja Dibayar Dimuka

    KEWAJIBAN

    KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

    Utang Belanja

    Pendapatan Diterima Dimuka

    EKUITAS

  • 45

    Laporan Arus Kas

    Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi kas sehubungan

    dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang

    menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas

    pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam

    Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, dimana

    penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum

    Negara/Daerah dan pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari

    Bendahara Umum Negara/Daerah. Dalam laporan arus kas Pemerintah Kota

    Malang, BPKAD melaporkan sesuai dengan yang atur dalam Perwal No. 14

    Tahun 2014 yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas yang

    diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan

    transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo

    akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu. Arus kas yang berasal dari

    aktivitas operasi, BPKAD melaporkan jumlah arus kas masuk sebesar Rp

    1.828.868.693.718,06 dan arus kas keluar sebesar Rp 1.465.772.981.950,93.

    Untuk arus kas yang berasal dari aktivitas investasi, arus kas masuk yang diterima

    oleh BUD Kota Malang sebesar Rp203.996.000,00 dan arus kas keluar sebesar

    Rp 337.647.558,967,36. Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan tahun 2015

    adalah sebesar (Rp31.799.000.000,00) yang disebabkan tidak adanya aliran kas

    masuk di bendahara umum daerah dan hanya mengeluarkan kas untuk Penyertaan

    Modal Pemerintah Daerah sebesar Rp 31.799.000.000,00. Sedangkan Arus kas

    dari aktivitas transitoris pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp

  • 46

    132.764.639.740,15. Nilai tersebut merupakan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

    yang telah dipungut dan disetor kembali sebesar Rp 132.764.639.740,15.

    Tabel 4.5

    Perbedaan Komponen Laporan Arus Kas

    PP No. 24 Tahun 2005 (CTA)

    Sebelum

    PP No. 71 Tahun 2010

    (Akrual)

    Sesudah

    Disajikan oleh unit yang mempunyai

    fungsi perbendaharaan.

    Disajikan oleh unit yang

    mempunyai fungsi

    perbendaharaan umum.

    Arus Masuk dan Keluar Kas

    diklasifikasikan berdasarkan:

    1. Aktivitas Operasi 2. Aktivitas Investasi Aset Non

    Keuangan

    3. Aktivitas Pembiayaan 4. Aktivitas Non Anggaran

    Arus Masuk dan Keluar Kas

    diklasifikasikan berdasarkan:

    1. Aktivitas Operasi 2. Aktivitas Investasi 3. Aktivitas Pendanaan 4. Aktivitas Transitoris

    Laporan Operasional

    Sebelum disahkannya PP No.71 Tahun 2010, Laporan Operasional

    merupakan laporan yang bersifat optional dengan nama Laporan Kinerja

    Keuangan. Setelah PP No.71 Tahun 2010 disahkan, Laporan Operasional

    diwajibkan untuk dilaporkan dalam Laporan Keuangan instansi pemerintah dan

    diberikan kerangka tersendiri dalam penyusunannya. Pemerintah Kota Malang

    per pelaporan keuangan tahun 2015 mulai menerapkan basis akrual secara penuh

    dengan menyusun laporan operasional untuk dimasukkan ke dalam komponen

    laporan keuangannya.

    Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang

    menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh Pemerintah Kota

  • 47

    Malang untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode

    pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional

    terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-

    masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a) Pendapatan-LO

    Dalam laporan operasional per 31 Desember 2015, Pemerintah Kota

    Malang melaporkan pendapatan akrual yang diterima sebesar Rp

    1.987.778.794.084,87, yang berasal dari pendapatan asli daerah sebesar Rp

    448.994.606.726,87, pendapatan transfer sebesar Rp

    1.428.897.324.777,00, dan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp

    119.886.862.581,00

    b) Beban-LO

    Beban operasional yang dilaporkan Pemerintah Kota Malang per 31

    Desember 2015 adalah sebesar Rp 1.849.318.942.615,33 yang berasal

    dari:

    Tabel 4.6

    Uraian Komponen Beban-LO

    BEBAN (dalam Rupiah)

    Beban Pegawai 845,381,236,299.47

    Beban Barang dan Jasa 641,495,731,955.20

    Beban Bunga 0.00

    Beban Subsidi 0.00

    Beban Hibah 66,492,877,500.00

    Beban Bantuan Sosial 397,500,000.00

    Beban Penyusutan 189,943,450,992.83

    Beban Amortisasi 3,077,061,752.75

    Beban Penyisihan Piutang 95,121,286,850.32

    Beban Lain-lain 6,693,005,807.36

  • 48

    Beban Transfer 716,791,457.40

    JUMLAH BEBAN 1,849,318,942,615.33

    c) Surplus/defisit dari kegiatan non operasional

    Selain melaporkan pendapatan dan beban dari kegiatan operasional,

    laporan operasional juga menyajikan surplus/defisit dari kegiatan non

    operasional. Dalam laporan operasional Pemerintah Kota Malang per 31

    Desember 2015, BPKAD melaporkan surplus dari kegiatan non

    operasional sebesar Rp 17.295.207.800,00. Jumlah tersebut adalah Surplus

    Kegiatan Non Operasional-LO yang diperoleh dari kenaikan nilai investasi

    pada perusahaan daerah tahun 2015 dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel 4.7

    Uraian Komponen Surplus dari Kegiatan Non-Operasional

    (dalam Rupiah)

    Kenaikan Investasi Perusahaan Daerah 2015

    Perusahaan Daerah Air Minum 16.839.749.806,00

    Perusahaan Daerah BPR Tugu Artha 412.228.324,00

    Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (RPH) 43.229.670,00

    Jumlah 17.295.207.800,00

    d) Pos luar biasa

    Pemerintah Kota Malang juga mengakui adanya beban luar biasa yang

    dikeluarkan di tahun 2015 sebesar Rp 657.238.601,00 dengan uraian

    sebagai berikut:

  • 49

    Tabel 4.8

    Uraian Komponen Pos Luar Biasa

    (dalam Rupiah)

    Uraian 2015

    Pembayaran kelebihan pembayaran PBB

    Perkotaan dua belas wajib pajak 18.180.915,00

    Pembayaran kelebihan pembayaran Denda PBB

    Perkotaan empat wajib pajak 970.906,01

    Pembayaran kekurangan Pembayaran Rekening

    listrik PJU dan Perkantoran Terpadu Bulan

    Desember 2015

    638.086.780,00

    Total 65