ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG...

26
1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras yang sangat berperan dalam menunjang ketahanan pangan. Fungsi demikian menempatkan posisi jagung dalam diversifikasi konsumsi dan mengurangi ketergantungan terhadap makanan pokok beras. Selain sebagai bahan komsumsi, jagung sangat berperan dalam industri pakan dan juga industri pangan yang memerlukan pasokan terbesar dibanding untuk konsumsi langsung. Kebutuhan jagung untuk industri setiap tahun terus meningkat secara signifikant. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan industri pakan ternak, makanan dan minuman terus meningkat sekitar 10%-15% setiap tahun. Sebagai gambaran pada tahun 2004 dibutuhkan bahan baku jagung untuk pakan ternak skala besar sekitar 4,5 juta ton dan pada tahun 2006 dibutuhkan sekitar 7 juta ton bahan baku jagung. Ketersediaan pasokan jagung akan sangat mempengaruhi industri peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku jagung mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnasi ketersediaan pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak. Ini berarti jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja pembangunan peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Banyaknya keterkaitan jagung dengan usaha agribisnis yang terkait lainnya akan mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja serta pemerataan pembangunan dan sekaligus pengurangan kemiskinan di pedesaan. Kedepan, peranan tersebut diperkirakan akan makin meningkat seiring dengan makin berkembangnya industri pakan dan industri makanan serta usaha lainnya yang terkait dengan jagung. Mengingat pentingnya peranan jagung, maka bagi Indonesia, dengan jumlah penduduk yang banyak dan industri peternakan dan industri pakan yang berkembang cukup pesat sangat beralasan untuk memprioritaskan pengembangan jagung. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, juga berpeluang untuk diekspor ke pasar internasional. Pemenuhan kebutuhan jagung bila mengandalkan impor akan berisiko tinggi, dan akan berdampak terhadap indutri peternakan (pakan) dalam negeri. Fluktuasi ketersediaan dan harga pakan ternak yang sering muncul di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah kiarena pengaruh fluktuasi pasokan bahan baku jagung. Oleh karena itu, diperlukan upaya terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri. Bila dipandang dari sisi produksinya, selama periode waktu 2000-2007, perkembangan produksinya tidaklah terlalu tinggi yaitu sebesar 4,64 persen per tahun, ayitu dari 9.68 juta ton menjadi 13.28 juta ton. Oleh karena itu, untuk mencukup berbagai kebutuhan (untuk makanan konsumsi langsung, bahan baku industri olahan dan terutama bahan baku pakan ternak), maka impor jagung dilakukan yang besarnya mencapai 1,78 juta ton (1986). Masih rendahnya kinerja produksi disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas jagung nasional yaitu sekitar 3.67 ton/ha. Sementara luas areal panen relatif tetap, dimana pada tahun 2007 seluas 273,61 ribu ha. Hal ini sebabkan oleh sebagian besar petani masih menggunakan bibit varietas lokal. Padahal dengan varietas hibrida produkitvitas usahatani jagung dapat mencapai 5-10 ton per hektar (Suryana et al., 1997). Ini berarti petani belum

Transcript of ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG...

Page 1: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN

DI INDONESIA

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras yang sangat berperan dalam menunjang ketahanan pangan. Fungsi demikian menempatkan posisi jagung dalam diversifikasi konsumsi dan mengurangi ketergantungan terhadap makanan pokok beras. Selain sebagai bahan komsumsi, jagung sangat berperan dalam industri pakan dan juga industri pangan yang memerlukan pasokan terbesar dibanding untuk konsumsi langsung. Kebutuhan jagung untuk industri setiap tahun terus meningkat secara signifikant. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan industri pakan ternak, makanan dan minuman terus meningkat sekitar 10%-15% setiap tahun. Sebagai gambaran pada tahun 2004 dibutuhkan bahan baku jagung untuk pakan ternak skala besar sekitar 4,5 juta ton dan pada tahun 2006 dibutuhkan sekitar 7 juta ton bahan baku jagung.

Ketersediaan pasokan jagung akan sangat mempengaruhi industri peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku jagung mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnasi ketersediaan pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak. Ini berarti jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja pembangunan peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Banyaknya keterkaitan jagung dengan usaha agribisnis yang terkait lainnya akan mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja serta pemerataan pembangunan dan sekaligus pengurangan kemiskinan di pedesaan. Kedepan, peranan tersebut diperkirakan akan makin meningkat seiring dengan makin berkembangnya industri pakan dan industri makanan serta usaha lainnya yang terkait dengan jagung. Mengingat pentingnya peranan jagung, maka bagi Indonesia, dengan jumlah penduduk yang banyak dan industri peternakan dan industri pakan yang berkembang cukup pesat sangat beralasan untuk memprioritaskan pengembangan jagung. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, juga berpeluang untuk diekspor ke pasar internasional. Pemenuhan kebutuhan jagung bila mengandalkan impor akan berisiko tinggi, dan akan berdampak terhadap indutri peternakan (pakan) dalam negeri. Fluktuasi ketersediaan dan harga pakan ternak yang sering muncul di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah kiarena pengaruh fluktuasi pasokan bahan baku jagung. Oleh karena itu, diperlukan upaya terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri.

Bila dipandang dari sisi produksinya, selama periode waktu 2000-2007, perkembangan produksinya tidaklah terlalu tinggi yaitu sebesar 4,64 persen per tahun, ayitu dari 9.68 juta ton menjadi 13.28 juta ton. Oleh karena itu, untuk mencukup berbagai kebutuhan (untuk makanan konsumsi langsung, bahan baku industri olahan dan terutama bahan baku pakan ternak), maka impor jagung dilakukan yang besarnya mencapai 1,78 juta ton (1986).

Masih rendahnya kinerja produksi disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas jagung nasional yaitu sekitar 3.67 ton/ha. Sementara luas areal panen relatif tetap, dimana pada tahun 2007 seluas 273,61 ribu ha. Hal ini sebabkan oleh sebagian besar petani masih menggunakan bibit varietas lokal. Padahal dengan varietas hibrida produkitvitas usahatani jagung dapat mencapai 5-10 ton per hektar (Suryana et al., 1997). Ini berarti petani belum

Page 2: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

memanfaatkan potensi produksi dan tentunya juga potensi pendapatan yang tersedia dalam teknologi jagung hibrida.

Keenganan petani untuk memanfaatkan teknologi produksi jagung hibrida ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (Hadi et al., 1993): (1) harga bibit hibrida mahal dan hanya dapat ditanam sekali, (2) kebutuhan pupuk lebih banyak, sehingga biaya produksinya menjadi tinggi, (3) umurnya lebih panjang, dan (4) menghendaki lahan yang relatif subur. Sementara Bastari (1988) menemukan bahwa keengganan petani menggunkan bibit hibrida disebabkan: (1) lemahnya permodalan petani sehingga tidak tersedia modal untuk membeli benih, pupuk dan obat-oabatan yang dibutuhkan, dan (2) sering terlambatnya suplai benih sehingga tidak tepat waktu tanamnya. Akibatnya produksi jagung yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Selain itu, rendahnya pertumbuhan jagung domestik tidak terlepas dari kurangnya rangsangan produksi yang diberikan oleh pasar kepada petani jagung. Harga jagung yang sering rendah dan cenderung ditentukan sepihak oleh pabrik pakan/pedagang, tidak memberi rangsangan yang cukup kepada petani untuk menggunakan teknologi produksi yang lebih baik, sehingga produktivitasnya sangat rendah. Harga jagung yang rendah juga tidak merangsang petani untuk menanam jagung dalam areal yang lebih luas. Akibatnya secara keseluruhan produksi jagung relatif stagnan, bahkan di beberapa daerah cenderung menurun.

Lambatnya produksi jagung secara nasional disatu sisi dan pesatnya pertumbuhan konsumsi jagung disisi lain, akan menyebabkan terjadinya ketimpangan pemenuhan kebutuhan jagung. Keadaan ini akan mendorong terjadinya kenaikan harga jagung di pasar domestik, sehingga perbedaan antara harga domestik dan harga dunia akan semakin besar. Akibatnya impor jagung Indonesia akan cenderung meningkat, guna memenuhi kekurangan produksi atas kebutuhan dalam negeri. Bila peningkatan impor tidak terkendali, maka akan menyebabkan terkurasnya devisa negara yang saat ini cadangannya sangat terbatas, serta dapat menjatuhkan harga jagung domestik yang harganya relatif rendah.

Permintaan jagung untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan bahan baku pakan semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sementara itu, poduksi jagung nasional masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menutup kekurangan yang jumlahnya cukup besar, maka Indonesia melakukan impor jagung dari negara lain, yang kecenderungannya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Jika impor jagung semakin besar, maka akan memboroskan cadangan devisa Indonesia yang jumlahnya sangat terbatas. Selain itu, tidak terkendalinya impor jagung akan dapat mematikan petani jagung Indonesia, karena usahatani jagung Indonesia yang tradisional harus menghadapi usahatani jagung negara maju (seperti negara Amerika Serikat sebagai eksportir utama jagung ).

1.2. Tujuan Kajian

Kajian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis kinerja penawaran jagung nasional, (2) menganalisis kinerja permintaan jagung melalui pendekatan populasi ternak dan produksi pabrik pakan, dan (3) memproyeksikan populasi ternak serta kebutuhan jagung untuk pakan ternak.

II. KINERJA PENAWARAN JAGUNG NASIONAL

2.1. Pertumbuhan Areal dan Produksi Berdasarkan Propinsi Dalam 10 Tahun Ter-

Akhir.

Selama kurun waktu 2000-2010, trend perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung secara nasional menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 2,59 %/tahun, 7,16 %/tahun dan 4,44 %/tahun. Dengan demikian laju peningkatan produksi jagung

Page 3: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

nasional lebih dominan terpacu karena peningkatan teknologi (produktivitas) dalam budidaya jagung nasional. Pada tahun 2010, luas panen jagung nasional mencapai 4,22 juta hektar dengan tingkat produksi dan produktivitasnya masing-masing mencapai 18,12 juta ton dan 4,29 ton/ha. Sentra produksi jagung di Indonesia yaitu terdapat di Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Sumatera Utara dan NTT (Badan Litbang Pertanian, 2005). Bahkan dalam perkembangan, seperti disajikan pada Tabel lampiran 1 bahwa dalam tahun 2009 serta tahun 2010 selain sentra produksi diatas juga terdapat sentra produksi lainnya yang juga dominan yaitu Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Di Pulau Jawa, 2 propinsi yang paling dominan luas panen jagung yaitu Propinsi Jawa Timur (1,3 juta ha) dan Jawa Tengah (681,78 ribu ha), dengan tingkat produksi masing-masing sebesar 5,23 juta ton dan 3,31 juta ton. Adapun di Luar Jawa, 2 propinsi yang paling dominan luas panen jagung adalah Propinsi Lampung (432,76 ribu ha) dan Propinsi Sulawesi Selatan (302,39 ribu ha), dengan tingkat produksinya masing-masing sebesar 2,06 juta ton dan 1,41 juta ton. Produktivitas jagung di Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing sebesar 4,06 dan 4,86 ton/ha, sedangkan Produktivitas jagung di Propinsi Lampung dan Sulawesi Selatan adalah 4,76 dan 4,68 ton/ha.

Bila di lihat dari segi produktivitas jagung nasional dan di sentra-sentra pada umumnya tampaknya masih relatif rendah. Hal ini sebabkan oleh sebagian besar petani masih menggunakan bibit varietas lokal. Padahal dengan varietas hibrida produkitvitas usahatani jagung dapat mencapai 5-10 ton per hektar (Suryana et al., 1997). Ini berarti petani belum memanfaatkan potensi produksi dan tentunya juga potensi pendapatan yang tersedia dalam teknologi jagung hibrida. Demikian pulanya menurut Ditjen Tanaman Pangan (Ekonomi dan Bisnis, 2008) diungkapkan bahwa salah satu penyebab rendahnya produksi jagung dalam negeri yakni produktivitas tanaman masih minim hanya sekitar 2-3 ton per hektar karena penggunaan benih hibrida di kalangan petani masih rendah. Produktifitas jagung hibrida bisa mencapai 7-10 ton/ha, sedangkan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha bahkan untuk jagung lokal hanya 2-3 ton/ha.

Sementara itu, keenganan petani untuk memanfaatkan teknologi produksi jagung hibrida ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (Hadi et al., 1993): (1) harga bibit hibrida mahal dan hanya dapat ditanam sekali, (2) kebutuhan pupuk lebih banyak, sehingga biaya produksinya menjadi tinggi, (3) umurnya lebih panjang, dan (4) menghendaki lahan yang relatif subur. Sementara Bastari (1988) menemukan bahwa keengganan petani menggunkan bibit hibrida disebabkan: (1) lemahnya permodalan petani sehingga tidak tersedia modal untuk membeli benih, pupuk dan obat-oabatan yang dibutuhkan, dan (2) sering terlambatnya suplai benih sehingga tidak tepat waktu tanamnya. Akibatnya produksi jagung yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Page 4: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

Tabel 1. Trend Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung, Tahun 2000-2010 (Persen).

Trend Perkembangan (%/tahun) Propinsi Luas Panen Produksi Produktivitas Indonesia 2.59 7.16 4.44 NAD 7.71 11.28 4.16

Sumatera Utara 2.30 6.37 4.91

Sumatera Barat 13.67 20.82 9.34

Riau 1.70 0.67 0.44 Jambi -2.02 4.89 6.11

Sumatera Selatan 1.22 6.40 4.50

Bengkulu 1.71 8.57 7.12 Lampung 1.11 7.39 5.42

Bangka Belitung 4.02 6.09 7.95

Kepulauan Riau 27.34 27.63 25.32

DKI Jakarta -8.14 -7.27 1.01 Jawa Barat 0.36 7.19 6.46

Jawa Tengah 2.31 7.61 5.11

DI Yogyakarta 0.62 5.89 4.80

Jawa Timur 1.38 4.18 2.74 Banten 2.77 5.73 7.70 Bali -2.80 -1.58 1.13 NTB 10.68 18.02 7.42 NTT -1.03 0.64 2.11 Kalbar 8.15 14.50 8.25 Kaltim -11.48 -1.92 8.20 Kalsel 1.30 14.78 12.47 Kaltim -2.88 -2.07 3.34 Sulut 7.29 13.79 6.52 Sulteng 8.55 14.19 5.61 Sulsel 4.12 10.11 5.67 Sultra -1.36 0.86 2.33 Gorontalo 16.00 20.10 11.08 Sulawesi Barat 30.38 32.78 27.74 Maluku 4.40 9.71 5.57

Maluku Utara 24.16 24.65 15.71

Papua Barat 18.56 21.04 25.12

Papua -1.76 -0.32 1.41 Sumber: BPS, 2010 (Diolah)

Page 5: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

Tabel. 2. Sebaran Produksi Di Sentra Dominan Jagung di Indonesia, 2000-2008.

Tahun % 2010 Thd Propinsi 2000 2008 2010 Indonesia Sumatera Utara 666764 1098969 1282974 7.08 Lampung 1122954 1809886 2061377 11.38 Jawa Barat 412020 639822 800363 4.42 Jawa Tengah 1713805 2679914 3311596 18.28 Jawa Timur 3487735 5053107 5229478 28.87 NTB 66216 196263 245805 1.36 NTT 527230 673112 702387 3.88 Sulsel 633020 1195691 1414208 7.81 Gorontalo 0 753598 665113 3.67 Sub Total 8629744 14100362 15713301 86.74 Indonesia 9676899 16317252 18115165 100.00

2.2. Ekspor, Impor dan Stok Jagung

Bila dipandang dari aspek produksi, terlihat pada Tabel 3 bahwa selama kurun waktu 2000-2008 peningkatan produksi jagung cukup signifikan yaitu 6,30 %/tahun. Keberhasilan peningkatan produksi tentunya pemenuhan kebutuhan domestik semakin dapat terpenuhi dari produksi domestik, dan hal ini tampak konsisten dengan semakin menurunnya impor jagung yang semakin menurun pada periode tersebut (-8,63 %/tahun). Bahkan patut dicatat bahwa ekspor jagung nasional cenderung semakin meningkat dalam periode tersebut (10,88 %/tahun). Pada tahun 2008, produksi jagung nasional telah mencapai 16, 32 juta ton , sedangkan impor menurun drastis menjadi 170 ribu ton dan bahkan Indonesia telah mengekspor jagung hingga mencapai 100 ribu ton. Departemen Pertanian (Deptan) akan menghentikan impor jagung pada tahun 2009 menyusul tercapainya swasembada komoditas pangan tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mencapai swasembada jagung dilakukan dengan peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan, pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan. Peluang terbesar pencapaian sasaran tersebut yakni melalui peningkatan produktivitas, sehingga diperlukan penggunaan benih unggul bermutu terutama benih hibrida serta pemanfaatan pupuk berimbang dan organik. Penggunaan benih jagung hibrida pada 2009 meningkat hingga 10 persen untuk menaikkan produksi jagung nasional. Luas areal tanaman jagung yang memanfaatkan benih hibrida saat ini baru sekitar 40 persen dari total lahan jagung nasional. Dengan peningkatan areal jagung yang memanfaatkan benih hibrida sebesar 10 persen dari saat ini diharapkan produksi nasional pada 2009 naik 20 persen. .(Ekonomi dan Bisnis , 2008).

Page 6: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

Tabel.3. Perkembangan Impor, Ekspor dan Penawaran Jagung di Indonesia, 2000-2008.

Tahun Produksi (Ton) Impor (Ton) Stok (Ton)

Ekspor (Ton) Penawaran (Ton)

2000 9,676,899 1286466 0 28234 10,935,232

2001 9,347,192 1083702 0 90823 10,340,079

2002 9,654,105 1205086 0 16617 10,773,745

2003 10,886,442 1370857 0 34318 12,214,744

2004 11,225,243 1111638 0 52287 12,292,826

2005 12,523,894 226040 0 59732 12,690,199

2006 11,609,463 1830718 0 28930 13,411,248

2007 13,287,527 794655 0 102636 13,979,548

2008 16,317,252 170000 0 100000 16,387,252

Trend

(%/thn) 6.30 -8.63 - 10.88 5.11

Sumber: BPS dan FAO (2009). Keterangan: Penawaran= Produksi + net impor.

2.3. Penawaran Jagung Nasional

Penawaran jagung merupakan penjumlahan antara produksi domestik dan net impor. Penawaran jagung nasional selama periode 2000-2008 meningkat sebesar 5,11 %/tahun yaitu dari 10,94 juta ton ( 2000) menjadi 16,39 juta ton (2008). Peningkatan penawaran domestik merupakan konsekuensi logis karena produksi jagung nasional yang kian meningkat pesat. Dengan semakin meningkatnya penawaran jagung nasional terutama karena dominannya peningkatan produksi domestik diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan akan jagung yang semakin meningkat baik untuk bahan pangan, bahan baku industri maupun bahan baku pakan.

III. KINERJA PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN

3.1. Pendekatan Populasi Ternak

3.1.1. Populasi Ternak

Komponen utama pakan ternak adalah jagung, bungkil dan tepung ikan. Dari tiga komponen ini hanya jagung yang sudah bisa diproduksi dalam jumlah memadai. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak mencapai 3,6-4 juta ton pertahun (Tempo interaktif, 2008). Jenis ternak yang menggunakan bahan baku pakan dari jagung yang relatif dominan adalah: ternak ungas (ayam ras petelur dan pedaging) dan ternak ruminansia (sapi potong dan babi). Oleh karena itu, sebelum menganalisis berapa kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakannya maka perlu diketahui dulu bagaimana keadaan dan perkembangan populasi ternak yang mengkonsumsi pakan yang berbahan baku dominan dari jagung, dan dimana sebaran (lokasi) ternak tersebut yakni apakah lokasi dominasi populasi ternak bersesuaian dengan dominasi (sentra) produksi jagung eksisting.

Page 7: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

Bila di lihat dari perkembangan populasi per jenis ternak di Indonesia (2005-2009) tampaknya semua jenis ternak kecuali ternak ayam buras mengalami peningkatan (Tabel 4). Untuk jenis ternak yang menggunakan pakan dengan bahan baku dominan dari jagung yaitu ayam ras petelur, pedaging, sapi potong dan babi masing-masing peningkatan populasinya sebesar 5,67; 3,96; 4,71 dan 2,63 persen/tahun.. Adapun populasi ternak keempat jenis ternak tersebut masing-masing sebanyak 110,11 juta ekor; 930,32 juta; 12,60 juta dan 7,38 juta ekor.

Selanjutnya bila dilihat sebaran populasi ternak per propinsi terutama untuk ternak ayam ras petelur, pedaging, sapi potong dan babi disajikan pada Tabel 5. Populasi ayam ras petelur relatif dominan terdapat di 12 Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Sulsel, Sumsel, Bali, Lampung, Kalbar, dan DIY. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebaran lokasi dominan ayam ras petelur juga berada pada sentra produksi jagung.

Tabel 4. Perkembangan Berbagai Jenis Ternak di Indonesia, 2005-2009 (000 ekor).

Jenis Ternak 2005 2006 2007 2008 2009 Trend (%/th)

1. Sapi Potong 10569 10875 11515 12257 12603 4.71 2, Sapi Perah 361 369 374 458 487 8.32 3. Babi 6801 6218 6711 6838 7384 2.63 4. Kuda 387 398 401 393 398 0.43 5. Ayam Buras 278954 291085 272251 243423 261398 -3.07 6. AyamRas Petelur 84790 100202 111489 107955 110106 5.67 7. Ayam Ras Pedaging

811189 797527 891659 902052 930318 3.96

8. ltik 32405 32481 35867 39840 42090 7.32 Sumber: Statistik Peternakan, 2009.

Hal yang sama pada peternakan ayam ras pedaging (Tabel 6), dimana sebaran populasi dominan terdapat di 14 propinsi yaitu di Propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, Riau, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sumsel, Sulsel, Lampung, Kepri, dan Jambi. Dengan demikian, juga dapat diketahui bahwa sebaran lokasi dominan ayam ras pedaging juga berada pada sentra produksi jagung.

Sementara itu, ternak sapi potong paling tidak lokasi dominannya populasi terdapat di 8 propinsi (Tabel 7) yaitu di Propinsi: Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, NAD, NTB, NTT, Sumbar dan Lampung. Dalam hal ini juga dapat diketahui, bahwa lokasi dominan populasi sapi potong berimpit dengan sentra produksi jagung sebagai bahan baku pakan ternak. Untuk ternak babi, tampaknya populasi ternak paling dominan hanya terdapat di Propinsi NTT, Bali, Sulsel dan Sumut.. Karena itu, lebih kurang separuh populasi dominan populasi babi juga terletak disentra produksi jagung nasional, yaitu Propinsi Sumut, NTT dan Sulsel.

Page 8: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

Tabel 5. Sebaran Jenis Ternak Ras Petelur di Indonesia, 2005-2009 (ekor).

No Provinsi

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 94211 170033 172056 181887 190800 2 Sumut 6190175 8080511 9777189 7698504 7702353 3 Sumbar 5608482 6177251 6460787 6684013 7397866 4 Riau 236291 404335 667354 592404 593186 5 Jambi 460264 509623 491229 492804 509174 6 Sumsel 4860000 5134000 5157000 5051050 5214200 7 Bengkulu 32155 102510 175755 43903 45220 8 Lampung 1661242 2426900 1871253 3327847 3327847 9 DKlJakarta 0 0 0 0 0 10 Jabar 10169284 10351105 11462744 10303478 10612582 11 Jateng 12660184 13160587 14920824 15569127 16557198 12 DIY 2391416 2471715 2563298 2933216 2968542 13 Jatim 21570818 30364215 34926134 31472953 32417142 14 Bali 3796634 3680527 3156466 3415893 3446293 15 NTB 93002 70870 84518 104169 115530 16 NTT 86028 91290 91547 106695 113387 17 Kalbar 2520870 2793355 2930905 3094621 3279799 18 Kalteng 32017 39400 40800 42024 43285 19 Kalsel 1182555 1983323 2216916 2665721 666450 20 Kaltim 733800 663800 947600 745727 835095 21 Sulut 618882 613653 753027 747264 758473 22 Sulteng 376214 376733 709373 390888 728445 23 Sulsel 3751644 4324545 4779527 5185362 5229302 24 Sultra 65670 60620 81170 131737 146100 25 Maluku 8250 8935 25864 20524 21140 26 Papua 123215 128745 60494 56248 57607 27 Babel 262725 386910 171649 163802 168716 28 Banten 4638928 4720353 5861875 5896314 6073204 29 Gorontalo 112127 120826 115087 227421 234270 30 Malut 6300 13231 13004 13962 14660 31 Kepri 212564 431911 433465 450803 464327 32 PapuaBarat 45110 66193 83012 129719 158512 33 Sulbar 189354 273551 286955 15090 15543 Jumlah 84790411 100201556 111488878 107955170 110106248

Page 9: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

 

Tabel 6. Sebaran Jenis Ternak Ras Pedaging di Indonesia, 2005-2009 (ekor).

No Provinsi

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 1057443 1538306 1692137 1346308 1480940 2 Sumut 35568236 42763530 78152052 42891621 44178369 3 Sumbar 11357781 12748991 13308143 14202592 15622851 4 Riau 27440958 20965808 27491937 30679920 32397338 5 Jambi 9694426 11539188 6804140 6910116 7350988 6 Sumsel 14920000 15842000 15914000 13747390 14191400 7 Bengkulu 1591304 1833002 1904548 5423379 5068690 8 Lampung 21747209 21094571 15033671 15879617 15879617

9 DKI Jakarta

182000 124300 115000 68000 34000

10 Jabar 352434300 343954090 377549055 417373596 429894804 11 Jateng 62043412 61258115 64552829 54643212 56282509 12 DIY 20971720 25360260 4834537 5128488 5224296 13 Jatim 142602400 119525124 148854817 140005968 144206177 14 Bali 5363066 5317163 4846644 4975477 5312294 15 NTB 8848482 9804858 1727773 1339495 1440479 16 NTT 625000 45825 9397 244101 396013 17 Kalbar 15139364 14889746 13939332 18917875 19475770 18 Kalteng 2436329 3200400 3860420 3976233 4095520 19 Kalsel 19964639 20624128 21534508 19860813 20115034 20 Kaltim 25828600 26292200 23832200 26941660 27620590 21 Sulut 1459443 1406880 1550396 1623420 1647771 22 Sulteng 2238366 2358000 6132829 4213929 3534029 23 Sulsel 12765509 12325960 13826056 14575840 15031116 24 Sultra 820100 896048 924457 957715 1037260 25 Maluku 80945 111202 114169 119887 123484 26 Papua 733022 981161 1395964 1465732 1578984 27 Babel 4639664 5287409 6097054 5213835 5370250 28 Banten 6475796 7684690 26405564 40011606 42012187 29 Gorontalo 379497 384219 1930641 1347640 1482404 30 Malut 84325 269920 147400 129352 135819 31 Kepri 469592 6284676 6206862 6878886 7085253

32 Papua Barat

774755 342125 868829 891610 932490

33 Sulbar 451001 473551 101985 67105 79121

Jumlah 811188684 797527446 891659345 902052418 930317847

Page 10: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

10 

 

Tabel 7. Sebaran Jenis Ternak Sapi Potong di Indonesia, 2005-2009 (ekor).

No Provinsi

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 625134 718623 784053 641093 688118 2 Sumut 288931 251488 384577 388240 394064 3 Sumbar 419353 440641 450823 469859 476263 4 Riau 102352 108223 114156 161202 182553 5 Jambi 113678 118160 125114 149042 175525 6 Sumsel 449500 450300 451102 336295 351498 7 Bengkulu 83196 85429 93659 93219 111238 8 Lampung 417129 401636 410165 425526 436164 9 DKlJakarta 0 0 0 0 0 10 Jabar 234840 254243 272264 295554 302943 11 Jateng 1390408 1392590 1416464 1442033 1529991 12 DIY 247010 251335 257836 269927 276173 13 Jatim 2524476 2584441 2705605 3384902 3394089 14 Bali 590949 613241 633789 668065 688373 15 NTB 451165 481376 507836 546114 567219 16 NTT 533710 544482 555383 573461 584620 17 Kalbar 158791 160527 166800 168053 170455 18 Kalteng 61259 63300 67465 69152 70880 19 Kalsel 182639 193920 202037 210633 211266 20 Kaltim 69024 73878 81746 90028 97897 21 Sulut 118931 114816 107818 108332 109957 22 Sulteng 187514 189145 197794 203893 205985 23 Sulsel 594316 637128 696615 703303 703965 24 Sultra 213840 221975 227265 237360 238900 25 Maluku 66578 67948 75458 74654 76520 26 Papua 48271 51054 53085 56064 56156 27 Babel 4559 5272 14065 9373 9607 28 Banten 18838 20509 54887 60680 61900 29 Gorontalo 205993 210694 213831 227690 234270 30 Malut 40537 41115 49828 51485 53029 31 Kepri 10027 7204 7627 7893 8090

32 Papua Barat

30149 29906 34429 35297 36180

33 Sulbar 86215 90526 101295 98182 99272

Jumlah 10569312 10875125 11514871 12256604 12603160

Page 11: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

11 

 

Tabel 8. Sebaran Jenis Ternak Babi di Indonesia, 2005-2009 (ekor).

No Provinsi

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 0 0 0 333 321 2 Sumut 809705 822790 758507 733864 734033 3 Sumbar 29847 14258 12360 12870 13202 4 Riau 46386 54577 31233 54567 68478 5 Jambi 13614 13255 14329 14560 16871 6 Sumsel 34743 28711 29957 36347 37897 7 Bengkulu 2153 2258 2659 1219 1223 8 Lampung 64311 60144 63092 56811 59083 9 DKlJakarta 0 0 0 0 0 10 Jabar 9057 12487 7043 4773 4964 11 Jateng 167225 153742 139745 145814 181803 12 DIY 10151 7861 7907 8766 8991 13 Jatim 36199 34704 33425 15582 15582 14 Bali 854919 860336 879740 924297 945186 15 NTB 37955 35337 39234 41374 45827 16 NTT 1319237 1385961 1457547 1484466 1531166 17 Kalbar 372172 380969 568926 444677 448100 18 Kalteng 269113 320100 380100 395304 411116 19 Kalsel 6268 7436 7472 5791 5812 20 Kaltim 103456 68795 71753 78641 93829 21 Sulut 254805 263160 291572 340198 353806 22 Sulteng 173538 189229 173651 192722 196486 23 Sulsel 664669 524157 633953 523900 765131 24 Sultra 26782 29218 27621 30022 33670 25 Maluku 109914 115627 130393 154302 160474 26 Papua 546455 508625 484078 507169 530754 27 Babel 23071 19475 48376 109484 113863 28 Banten 18641 17887 3890 7024 7301 29 Gorontalo 7711 6780 18963 12662 12900 30 Malut 41236 20600 59630 59490 62464 31 Kepri 707867 178858 183679 244741 254531

32 Papua Barat

27019 67762 33427 43678 57073

33 Sulbar 12479 13103 116495 152080 212189

Jumlah 6800698 6218202 6710758 6837528 7384126

3.1.2. Kebutuhan Pakan

Dalam analisis ini akan disajikan analisis dan penghitungan kebutuhan pakan untuk ternak yang mengkonsumsi pakan berbahan baku jagung yaitu: ternak ras petelur, ternak ras pedaging, ternak babi dan ternak lainnya. Untuk patokan perhitungan digunakan beberapa

Page 12: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

12 

 

konsep dan hasil kajian dari Tangenjaya, Y.Yusdja dan N. Ilham (2003). Lebih lanjut hasil kajian tersebut, bahwa kebutuhan pakan seekor ayam dihitung berdasarkan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk mencapai bobot atau umur optimal ternak siap dijual.. Untuk ayam petelur, kebutuhan pakan dihitung dari jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg telur.

Pada ternak ras broiler, untuk menghasilkan seekor ayam seekor ayam siap potong dengan rataan bobot 1,2 kg dibutuhkan pakan 2,28 kg (1,2 X 1,9) dan untuk ayam petelur dibutuhkan 2,5 kg pakan untuk 1 kg telur. Selanjutnya, rataan kebutuhan pakan ayam ras petelur selama 5 bulan sebelum berproduksi adalah 6,5 kg perekor dan kebutuhan pakan untuk periode ini dapat dihitung. Untuk babi, bobot siap jual yang diminta pasar adalah 90 kg per ekor. Untuk mengahsilkan babi dengan bobot badan tersebut dibutuhkan pakan 315 kg (3,5 X 90). Berdasarkan angka-angka tersebut dapat diketahui kebutuhan pakan lengkap (formula) ayam petelur, pedaging dan babi. Beradasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa kebutuhan pakan ternak ras petelur, pedaging dan babi dalam kurun waktu 2005-2009 masing-masing meningkat sebesar 8,31; 6,85 dan 5,20 persen. Pada tahun 2009, kebutuhan pakan ternak masing-masing jenis ternak tersebut sebesar 3,25 juta ton, 1,93 juta ton dan 7,70 juta ton. (Tabel 9).

Tabel 9. Kebutuhan Pakan Per jenis Ternak, 2005-2009 (Ton)

Tahun

Kebutuhan Pakan

Ras Petelur Broiler Babi

2005 2253998 1480307 607845

2006 2693393 1636398 685997

2007 3085018 1791290 790671

2008 3091706 1935595 734220

2009 3249548 1932064 770266

Trend

(%/thn) 8.31 6.85 5.20

Kebutuhan pakan dari setiap propinsi disajikan pada Tabel 10. Kebutuhan pakan ketiga jenis ternak ini tentu sepola dengan dominasi lokasi ternak, dimana untuk ternak ras petelur dominan kebutuhannya di di 12 Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Sulsel, Sumsel, Bali, Lampung, Kalbar, dan DIY (Tabel 10). Kebutuhan pakan untuk ternak ras pedaging dominan di 14 propinsi yaitu di Propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, Riau, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sumsel, Sulsel, Lampung, Kepri, dan Jambi (Tabel 11). Sementara, kebutuhan pakan untuk ternak babi dominan hanya terdapat di Propinsi NTT, Bali, Sulsel dan Sumut.. Karena itu, lebih kurang separuh populasi dominan populasi babi juga terletak disentra produksi jagung nasional, yaitu Propinsi Sumut, NTT dan Sulsel. (Tabel 12).

Page 13: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

13 

 

Tabel 10. Kebutuhan Pakan Untuk Ternak Ras Petelur, 2005-2009 (Ton)

No Provinsi

Kebutuhan Pakan (Ton) 2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 2435 3608 4396 3397 3480 2 Sumut 178896 174573 248282 222488 229410 3 Sumbar 137408 148255 165285 165791 176921 4 Riau 8703 8728 14560 15933 21746 5 Jambi 12902 10748 11440 11148 11292 6 Sumsel 113463 127049 127661 140267 145625 7 Bengkulu 757 2414 4115 1808 921 8 Lampung 59181 47795 74906 57699 85776 9 DKlJakarta 0 0 0 0 0 10 Jabar 299780 305140 337910 329588 342102 11 Jateng 312634 398596 421640 438842 458769 12 Dl. Yogya 54667 63709 62421 78868 80863 13 Jatim 641893 903562 1039315 936539 971954 14 Bali 104408 97103 86802 93938 97003 15 N TB 2120 2253 2179 75045 92408 16 NTT 1997 2026 13625 2421 2575 17 Kalbar 57223 58994 72411 75345 76656 18 Kalteng 1368 874 1485 1541 1599 19 Kalsel 37769 35684 50985 55905 44454 20 Kaltim 18567 18460 18814 18007 19116 21 Sulut 19185 17906 24662 23307 24303 22 Sulteng 9723 13059 24588 13046 15740 23 Sulsel 95291 100422 78797 125715 133938 24 Sultra 1967 2127 1870 2516 2677 25 Maluku 186 218 341 666 692 26 Papua 2626 3207 1968 2073 1962 27 Babel 2873 7580 6251 5137 5332 28 Banten 61883 119890 169992 175491 182128 29 Gorontalo 2969 2945 3078 4076 4225 30 Malut 143 219 300 316 368 31 Kepri 5144 9512 11143 12253 12716 32 Papua Barat 1008 1178 1405 2443 2695 33 Sulbar 4831 5561 2390 98 101

Indonesia 2253998 2693393 3085018 3091706 3249548

Page 14: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

14 

 

Tabel 11. Kebutuhan Pakan Untuk Ternak Ras Broiler, 2005-2009 (Ton)

No Provinsi

Kebutuhan Pakan (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 2913 2651 3004 6895 7503 2 Sumut 79378 74205 66686 67038 69719 3 Sumbar 23026 22044 23634 25223 27746 4 Riau 39908 36129 43812 53356 46094 5 Jambi 18827 17651 27618 23672 26040 6 Sumsel 22245 25711 40234 42152 43837 7 Bengkulu 4309 3120 2996 4051 12570 8 Lampung 36423 37476 24580 20030 20400

9 DKI Jakarta 127403 159159 244112 244112 219701

10 Jabar 493523 524771 531717 636787 662258 11 Jateng 117198 154286 123549 139063 144624 12 DIY 28494 43700 42186 43922 44568 13 Jatim 243850 272922 282825 218867 227622 14 Bali 39007 38673 35251 36187 36666 15 NTB 448 29076 38070 3802 3954 16 NTT 11 57 11 264 429 17 Kalbar 40443 40928 42062 49630 50095 18 Kalteng 5700 8278 9738 10127 10532 19 Kalsel 38663 35540 50711 65668 16418 20 Kaltim 36659 39796 34840 39178 40164 21 Sulut 10651 2516 10857 12873 13517 22 Sulteng 3810 5358 13507 10551 10973 23 Sulsel 19409 20022 10346 18559 26670 24 Sultra 1100 1685 1839 2092 2265 25 Maluku 127 139 203 194 201 26 Papua 790 1454 2613 2603 2804 27 Babel 9599 9111 11413 10055 10458 28 Banten 31430 13243 56527 131733 137003 29 Gorontalo 770 661 3430 2320 2554 30 Malut 1026 3274 232 1573 1606 31 Kepri 714 10830 11130 11353 11353

32 Papua Barat 1167 589 1440 1537 1607

33 Sulbar 1286 1349 116 131 114 Jumlah 1480307 1636398 1791290 1935595 1932064

Page 15: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

15 

 

Tabel 12. Kebutuhan Pakan Untuk Ternak Babi, 2005-2009 (Ton)

No Provinsi Kebutuhan Pakan (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 0 0 0 14 14

2 Sumut 86993 94780 234766 98630 102575

3 Sumbar 1082 1337 1614 1649 1642

4 Riau 3059 10952 1344 1656 1999

5 Jambi 1404 2429 1239 277 102

6 Sumsel 4368 11690 4459 4176 5068

7 Bengkulu 60 112 81 140 238

8 Lampung 5257 7081 3413 6486 6605

9 DKlJakarta 32095 33457 35126 42798 36551

10 Jabar 6619 10224 6892 6276 6528

11 Jateng 5660 6146 5968 7315 7609 12 DIY 963 1404 662 270 273 13 Jatim 2905 2923 2909 2800 2912

14 Bali 246509 244041 262994 300552 311073

15 NTB 4102 8505 5912 1334 1407

16 NTT 67788 88253 82499 94245 97213

17 Kalbar 20213 20346 21830 22827 23436

18 Kalteng 14018 4148 10066 10469 10889

19 Kalsel 599 2317 319 410 49

20 Kaltim 8351 4330 3763 6531 7161

21 Sulut 43166 44580 52532 54485 56665

22 Sulteng 8120 7511 7725 9597 10388

23 Sulsel 9461 36554 6202 8180 23506

24 Sultra 2034 1593 2188 3143 3427

25 Maluku 6129 6374 7564 9674 10063

26 Papua 15152 18165 12516 23230 24339

27 Babel 3017 4060 3311 2744 2856

28 Banten 3084 1862 2093 1159 1208

29 Gorontalo 25 0 0 235 277

30 Malut 385 193 88 133 137

31 Kepri 4246 9139 9328 9517 9895

32 Papua Barat

277 746 921 2286 2986

33 Sulbar 714 753 357 991 1183

Jumlah 607845 685997 790671 734220 770266

Page 16: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

16 

 

3.1.3. Peran Jagung Dalam Pakan Konsentrat

Komponen utama pakan ternak adalah jagung, bungkil dan tepung ikan. Tingkat penggunaan jagung dalam pakan terutama untuk ternak unggas berkisar antara 45 -55 persen. Dari tiga komponen ini hanya jagung yang sudah bisa diproduksi dalam jumlah memadai. Sementara ketergantungan kita pada bungkil dan tepung ikan masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil kajian Tangenjaya, Y.Yusdja dan N. Ilham (2003), bahwa kandungan jagung pada pakan broiler, ayam petelur dan dan babi grower masing-masing adalah 54%, 47,14% dan 49.34%. Penggunaan patokan pakan grower pada babi, karena pakan grower pada babi merupakan rataan dari pakan starter, grower dan finisher. Periode babi mencapai bobot badan 90 kg merupakan periode grower. Berdasarkan kebutuhan pakan dan persentase kandungan jagung pada masing-masing pakan dapat di hitung dan selanjutnya diproyeksikan kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan masing-masing ternak tersebut.

3.1.4. Kebutuhan Jagung Untuk Pakan

Berdasarkan uraian 3.1.3, maka diperoleh kebutuhan jagung perjenis ternak seperti disajikan pada Tabel 13. Total kebutuhan jagung tahun 2009 mencapai 3,25 juta ton, dan untuk jenis ternak ras petelur, broiler dan babi masing-masing kebutuhan jagungnya mencapai 1,53 juta ton, 1,04 juta ton dan 0,38 juta ton. Adapun tingkat pertumbuhan kebutuhan jagung secara total periode 2005-2009 mencapai 7,38 persen/tahun (Tabel 13). Selanjutnya, kebutuhan jagung per jenis ternak di setiap propinsi disajikan pada Tabel 14, Tabel 15, dan Tabel 16.

Sepola dengan dominasi lokasi ternak dalam hal kebutuhan pakan, dominasi kebutuhan jagung untuk jenis ternak ras petelur, ras pedaging, dan babi adalah sebagai berikut:

(1) Kebutuhan jagung untuk pakan ternak ras petelur dominannya terdapat di 12 Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Sulsel, Sumsel, Bali, Lampung, Kalbar, dan DIY (Tabel 14).

(2) Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak ras pedaging dominan terdapat di 14 propinsi yaitu di Propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, Riau, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sumsel, Sulsel, Lampung, Kepri, dan Jambi (Tabel 15).

(3) Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak babi dominan hanya terdapat di Propinsi NTT, Bali, Sulsel dan Sumut.. Karena itu, lebih kurang separuh populasi dominan populasi babi juga terletak disentra produksi jagung nasional, yaitu Propinsi Sumut, NTT dan Sulsel. (Tabel 16).

Tabel 13. Kebutuhan Jagung Per Jenis Ternak , 2005-2009 (Ton)

Kebutuhan Jagung Tahun Ras Petelur Broiler Babi Lainnya Total 2005 1062535 799366 299911 216181 2377992 2006 1269665 883655 338471 249179 2740970 2007 1454277 967296 390117 281169 3092860 2008 1457430 1045221 362264 286492 3151407 2009 1531837 1043315 380049 295520 3250721 Trend (%/thn) 8.31 6.85 5.20 7.38 7.38

Page 17: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

17 

 

Tabel 14. Kebutuhan Jagung Untuk Ternak Ras Petelur, 2005-2009 (Ton)

No Provinsi

Kebutuhan Jagung (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 1148 1701 2072 1601 1641

2 Sumut 84332 82294 117040 104881 108144

3 Sumbar 64774 69887 77915 78154 83401

4 Riau 4103 4114 6864 7511 10251

5 Jambi 6082 5066 5393 5255 5323

6 Sumsel 53486 59891 60179 66122 68648

7 Bengkulu 357 1138 1940 852 434

8 Lampung 27898 22530 35311 27199 40435

9 DKlJakarta 0 0 0 0 0

10 Jabar 141316 143843 159291 155368 161267

11 Jateng 147376 187898 198761 206870 216264

12 DIY 25770 30032 29425 37179 38119

13 Jatim 302588 425939 489933 441485 458179

14 Bali 49218 45775 40918 44283 45727

15 N TB 999 1062 1027 35376 43561

16 NTT 941 955 6423 1141 1214

17 Kalbar 26975 27810 34134 35518 36136

18 Kalteng 645 412 700 726 754

19 Kalsel 17804 16821 24034 26353 20956

20 Kaltim 8753 8702 8869 8489 9011

21 Sulut 9044 8441 11626 10987 11456

22 Sulteng 4583 6156 11591 6150 7420

23 Sulsel 44920 47339 37145 59262 63138

24 Sultra 927 1002 882 1186 1262

25 Maluku 88 103 161 314 326

26 Papua 1238 1512 928 977 925

27 Babel 1354 3573 2947 2422 2513

28 Banten 29172 56516 80134 82726 85855

29 Gorontalo 1400 1388 1451 1921 1992

30 Malut 68 103 141 149 173

31 Kepri 2425 4484 5253 5776 5994

32 Papua Barat 475 555 662 1152 1271

33 Sulbar 2277 2621 1127 46 48 Indonesia 1062535 1269665 1454277 1457430 1531837

Page 18: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

18 

 

Tabel 15. Kebutuhan Jagung Untuk Ternak Ras Broiler, 2005-2009 (Ton)

No Provinsi Kebutuhan Jagung (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 1573 1431 1622 3723 4052 2 Sumut 42864 40070 36011 36200 37648 3 Sumbar 12434 11904 12762 13620 14983 4 Riau 21550 19509 23659 28812 24891 5 Jambi 10167 9532 14914 12783 14061 6 Sumsel 12012 13884 21727 22762 23672 7 Bengkulu 2327 1685 1618 2187 6788 8 Lampung 19668 20237 13273 10816 11016 9 DKI Jakarta 68797 85946 131820 131820 118638 10 Jabar 266502 283376 287127 343865 357619 11 Jateng 63287 83314 66717 75094 78097 12 DIY 15387 23598 22780 23718 24067 13 Jatim 131679 147378 152725 118188 122916 14 Bali 21064 20883 19035 19541 19800 15 NTB 242 15701 20558 2053 2135 16 NTT 6 31 6 143 232 17 Kalbar 21839 22101 22714 26800 27052 18 Kalteng 3078 4470 5258 5469 5687 19 Kalsel 20878 19191 27384 35461 8866 20 Kaltim 19796 21490 18814 21156 21689 21 Sulut 5752 1358 5863 6951 7299 22 Sulteng 2057 2893 7294 5697 5925 23 Sulsel 10481 10812 5587 10022 14402 24 Sultra 594 910 993 1130 1223 25 Maluku 69 75 110 105 109 26 Papua 427 785 1411 1406 1514 27 Babel 5183 4920 6163 5430 5647 28 Banten 16972 7151 30525 71136 73982 29 Gorontalo 416 357 1852 1253 1379 30 Malut 554 1768 125 850 867 31 Kepri 386 5848 6010 6130 6130

32 Papua Barat 630 318 778 830 868 33 Sulbar 695 728 63 71 62 Jumlah 799366 883655 967296 1045221 1043315

Page 19: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

19 

 

Tabel 16. Kebutuhan Jagung Untuk Ternak Babi, 2005-2009 (Ton)

No Provinsi Kebutuhan Jagung (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 0 0 0 7 7 2 Sumut 42922 46764 115834 48664 50610 3 Sumbar 534 660 796 813 810 4 Riau 1509 5403 663 817 986 5 Jambi 692 1198 611 136 50 6 Sumsel 2155 5768 2200 2060 2501 7 Bengkulu 29 55 40 69 117 8 Lampung 2594 3494 1684 3200 3259 9 DKlJakarta 15836 16507 17331 21117 18034 10 Jabar 3266 5044 3400 3096 3221 11 Jateng 2792 3032 2944 3609 3754 12 DIY 475 692 326 133 135 13 Jatim 1433 1442 1435 1382 1437 14 Bali 121627 120410 129761 148292 153483 15 NTB 2024 4196 2917 658 694 16 NTT 33447 43544 40705 46500 47965 17 Kalbar 9973 10038 10771 11263 11563 18 Kalteng 6916 2046 4967 5165 5372 19 Kalsel 295 1143 157 202 24 20 Kaltim 4120 2136 1856 3222 3533 21 Sulut 21298 21996 25919 26883 27959 22 Sulteng 4006 3706 3811 4735 5125 23 Sulsel 4668 18036 3060 4036 11598 24 Sultra 1003 786 1079 1551 1691 25 Maluku 3024 3145 3732 4773 4965 26 Papua 7476 8963 6175 11461 12009 27 Babel 1489 2003 1634 1354 1409 28 Banten 1521 919 1033 572 596 29 Gorontalo 12 0 0 116 136 30 Malut 190 95 43 66 67 31 Kepri 2095 4509 4602 4695 4882

32 Papua Barat 136 368 454 1128 1473 33 Sulbar 352 371 176 489 584 Jumlah 299911 338471 390117 362264 380049

Page 20: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

20 

 

3.2. Pendekatan Produksi Pakan

3.2.1. Produksi Pakan dan Sebarannya

Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) industri pakan ternak nasional rata-rata mampu menyuplai 5 juta ton pakan ternak per tahun dari kebutuhan sekitar 7 juta ton per tahun. Industri pakan ternak juga terpengaruh oleh kasus flu burung tahun lalu, sebab dari total produksi pakan ternak sekitar 90% diserap oleh para peternak ayam petelur dan pedaging yang terkena imbas langsung dan merugi karena permintaan serta harga jual ayam merosot tajam (Datacon, 2008)

Menurut data dari GPMT (Datacon, 2008) di Indonesia terdapat 42 pabrik pakan ternak yang masih aktif hingga 2008 (Tabel 17). Sebelumnya terdapat 50 perusahaan, namun 8 diantaranya sudah menghentkan operasionalnya. Sampai saat ini, industri pakan ternak nasional masih didominasi asing seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri peternakan dan pengolahan produk ternak. Dalam periode lima tahun terakhir dari 2002-2006 kapasitas produksi industri pakan ternak nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun. Kapasitasnya tercatat sebesar 10,0 juta ton per tahun pada 2003, kemudian meningkat hingga menjadi 11,0 juta ton pada 2007. Dari 2003 hingga 2007 kapasitas produksi stabil dan tak mengalami perkembangan berarti. Meskipun ada penambahan kapasitas dari sejumlah produsen besar seperti Charoen Pokphand, CJ Feed dan lainnya namun sebaliknya ada produsen lain yang terpaksa tutup karena terkena imbas flu burung pada 2005 dan 2007. Meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat, memicu meningkatnya produksi peternakan yang pada akhirnya permintaan terhadap pakan ternak juga meningkat.

Saat ini sebaran industri pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di delapan provinsi. Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada10 pabrik dan DKI Jakarta empat pabrik. Di Jawa Barat terdapat empat pabrik, di Jawa tengah 3 pabrik dan Sulawesi Selatan dua pabrik. Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik. Wilayah Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dan peternakan terbesar di Indonesia. Lingkup agribisnis Jatim cukup kuat dengan dukungan tak kurang dari 15 pabrik besar pakan ternak,

Menurut Destiana (2010) bahwa industri peternakan di dalam negeri masih didominasi oleh investor asing besar, seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce dan Cheil Jedang Feed. Produsen berskala besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri pakan ternak dan pengolahan produk ternak yang tersebar di lima belas provinsi di atas. Sebaran industri pakan ternak di Indonesia masih terfokus di Jawa Timur dengan share sebesar 35.2%. Lingkup agribisnis Jawa Timur memang cukup kuat dengan dukungan 15 pabrik besar pakan ternak, 52 industri rumahan pakan ternak, 4 pabrik pengolah susu, 201 pasar hewan, 99 TPA (Tempat Pemotongan Ayam), 8 RPA (Rumah Pemotongan Ayam-Kelas A), 1 RPH-A (Rumah Pemotongan Hewan-Kelas A), 33 RPH-C dan 49 RPH-D. Diikuti oleh propinsi Banten yang menjadi daerah dengan share hampir mencapai 26% serta menghasilkan produksi pakan 2 juta ton setiap tahunnya. Jawa Barat dengan share 12,2% (total produksi pakan 0,94 ton/tahun) turut serta menjadi daerah sentra peternakan dengan dukungan jumlah produksi pembibit ayam ras pedaging final stock (ayam siap jual) mencapai 429,6 juta ekor pada tahun 2009. Sedangkan untuk wilayah luar pulau Jawa, industri ini banyak terdapat di wilayah Sumatera Utara dengan share produksi 12,1%.

Page 21: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

21 

 

Dari 81 perusahaan pakan yang saat ini ada di Indonesia, PT. Charoen Pokphand Indonesia (CPI) adalah perusahaan utama dalam industri ini dengan market share sebanyak 31,2% dari total industri pakan Indonesia dengan fokus bisnis pada pakan ayam dan ikan. Hal ini dikarenakan CPI adalah perusahaan pakan asing yang paling awal memasuki industri pakan Indonesia dengan struktur permodalan yang kuat yang ditopang oleh grup besarnya di Thailand dengan office area di seluruh dunia. Tetapi market share ini semakin tahun semakin menurun direbut industri pakan lainya seperti Cheil Jedang dan Sierad dengan ekspansi kapasitas produksi yang signifikan serta penambahan pabrik untuk memperluas jangkauan pasar.

Tabel 17. Jumlah Pabrik Pakan Berdasarkan Sebaran Lokasinya di Indonesia, 2007.

No. Propinsi Jumlah Pabrik Pakan

Produksi (juta ton)

Share (%)

Kapasitas Produksi (juta ton)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Sumatera Utara Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Sulawesi Selatan Jawa Timur Jawa Tengah

8 4 10 4 4 2 15 3

0,93 0,25 2,00 0,27 0,94 0,13 2,71 0,48

12,19 3,30 25,90 3,40 12,20 1,60 35,20 6,20

1,33 0,66 2,71 0,60 1,11 0,14 3,64 1,12

Total 50 7,70 100 11,30 Sumber: Datacon (2008) dan Destiana, M (2010)

Page 22: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

22 

 

Tabel 18. Sebaran Produksi dari Pabrik Pakan Menurut Propinsi di Indonesia, 2004-2008 (Ton).

No Provinsi

Tahun 2004 2005 2006 2007 2008

1 NAD 0 0 0 2 Sumut 707306 692796 803395 932851 953541.51 3 Sumbar 0 0 0 96000 4 Riau 0 0 0 5 Jambi 0 0 0 6 Sumsel 0 0 0 7 Bengkulu 0 0 0 8 Lampung 324800 335491 251617 251243 465000 9 DKI Jakarta 235674 245304 258509 265305 215474.41 10 Jabar 761982 770347 906662 937691 946867.72 11 Jateng 350910 363421 456196 479443 487118.95

12 Dl. Yogyakarta

0 0 0

13 Jatim 1945999 2051228 2547117 2713070 2689059.37 14 Bali 0 0 0 15 NTB 0 0 0 16 NTT 0 0 0 17 Kalbar 0 0 0 18 Kalteng 0 0 0 19 Kalsel 0 0 0 36000 20 Kaltim 0 0 0 21 Sulut 0 0 0 22 Sulteng 0 0 0 23 Sulsel 59708 74065 100201 125080 223043.8 24 Sultra 0 0 0 25 Maluku 0 0 0 26 Papua 0 0 0 27 Banten 1589023 1694230 1876933 1995350 2043759 28 Babel 0 0 0 29 Gorontalo 0 0 0 30 Malut 0 0 0 31 Kepri 0 0 0

32 Papua Barat

0 0 0

33 Sulbar 0 0 0

Indonesia 5975402 6226882 7200630 7700033 8155865

3.2.2. Kebutuhan Jagung Untuk Pakan

Hingga kini industri pakan ternak nasional masih didominasi pemain asing termasuk Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut masih menggantungkan kebutuhan bahan baku impor. Kebutuhan bahan baku masih tergantung impor, terutama jagung dari Amerika dan Brasil. Tingginya harga bahan baku impor, mengakibatkan harga pakan ternak dipasar domestik melambung.

Page 23: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

23 

 

Pemerintah dalam jangka pendek akan mendorong pabrik pakan ternak yang selama ini masih menggunakan bahan baku impor sebagai campuran, untuk menggunakan bahan baku lokal guna menurunkan harga pakan ternak di dalam negeri.

Berdasarkan hasil kajian Tangenjaya, Y.Yusdja dan N. Ilham (2003), bahwa pada industri pakan, jagung merupakan salah satu bahan baku pakan penting dari sekitar 30 jenis bahan baku yang digunakan. Proporsi jagung dalam pakan rata-rata mencapai 51% terutama untuk pakan ayam broiler dan petelur. Penggunaan jagung yang relatif tinggi ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah, mengandung kalori yang tinggi, mempunyai protein dengan kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi, dan digemari oleh ternak. Upaya untuk mengantikan jagung dengan biji-bijian lain tampaknya belum berhasil sehingga jagung tetap menjadi bahan baku utama pakan diseluruh dunia.

Berdasarkan uraian diatas, maka dari data Tabel 18 dapat dihitung kebutuhan jagung untuk pakan ternak. Secara nasional trend peningkatan konsumsi jagung (periode 2004-2008 sebagai bahan baku pada pada pabrik pakan 8,27 persen/tahun (Tabel 19), yaitu meningkat dari 3,05 juta ton dari yang tersebar di 8 propinsi ( Sumut, lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Banten dan Sulsel) menjadi 4,16 juta ton tersebar di 10 propinsi (Sumut, lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Banten , Sulsel, Sumbar, dan Kalsel).

Tabel. 19. Konsumsi Jagung Bahan Baku Pakan Pada Pabrik Pakan Ternak, 2004-2008.

No Provinsi

Tahun Trend

2004 2005 2006 2007 2008 %/thn

1 Sumut 360726 353326 409731 475754 486306 8.96

2 Sumbar 0 0 0 0 48960 -

3 Lampung 165648 171100 128325 128134 237150 6.02

4 DKI Jkt 120194 125105 131840 135306 109892 -0.84

5 Jabar 388611 392877 462398 478222 482903 6.21

6 Jateng 178964 185345 232660 244516 248431 9.09

7 Jatim 992459 1046126 1299030 1383666 1371420 8.99

8 Kalsel 0 0 0 0 18360 -

9 Sulsel 30451 37773 51103 63791 113752 32.44

10 Banten 810402 864057 957236 1017629 1042317 6.58

Indonesia 3047455 3175710 3672321 3927017 4159491 8.27

3.2.3. Pewilayahan Produksi dan Konsumsi Jagung Untuk Pakan

Berdasarkan data produksi jagung, maka dapat dipetakan yaitu terdapat 9 propinsi sentra produksi jagung nasional yaitu: Jatim (30,97%), Jateng (16,42%), Lampung (11,09%), Sulsel (7,33%), Sumut (6,74%), Gorontalo (4,62%), NTT (4,13%), Jawa Barat (3,92%) dan NTB (1,20). Sementara sentra konsumsi jagung adalah terdapat di Propinsi :Sumut, lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Banten , Sulsel, Sumbar, dan Kalsel (Tabel 20).

Dengan demikian, sesungguhnya sentra konsumsi dan produksi jagung sudah hampir bersesuaian, kecuali untuk Sumatera Barat, DKI Jakarta, Banten dan Kalsel. Dalam hal

Page 24: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

24 

 

kebutuhan jagung pada pabrik pakan yang letaknya tidak berada di sentra produksi, maka peroleh jagung di ambil dari sentra terdekat. Untuk Pabrik pakan di Jakarta dan Banten maka dapat memperoleh dari Jawa Barat atau Jawa Tengah. Untuk pabrik pakan di Sumbar dapat memperoleh jagung dari Sumut atau Lampung, dan pabrik pakan di Kalsel dapat memperoleh jagung dari sentra jagung dari Sulsel atau Gorontalo.

Tabel 20. Pemetaan Sentra Produksi dan Konsumsi Jagung nasional, 2008.

Sentra Produksi (Ton) Sentra Konsumsi (Ton)

Propinsi Tahun

% 2008 Thd

Indonesia 2008 2010 Propinsi 2008

Sumut 1098969 1282974 6.74 Sumut 486306 Lampung 1809886 2061377 11.09 Sumbar 48960 Jawa Barat 639822 800363 3.92 Lampung 237150 Jawa Tengah 2679914 3311596 16.42 DKI Jakarta 109892 Jawa Timur 5053107 5229478 30.97 Jabar 482903 NTB 196263 245805 1.20 Jateng 248431 NTT 673112 702387 4.13 Jatim 1371420 Sulsel 1195691 1414208 7.33 Kalsel 18360 Gorontalo 753598 665113 4.62 Sulsel 113752 Sub Total 14100362 15713301 86.41 Banten 1042317 Indonesia 16317252 18115165 100.00 Indonesia 4159491

IV. PROYEKSI POPULASI TERNAK SERTA KEBUTUHAN PAKAN DAN KEBUTUHAN JAGUNG UNTUK PAKAN

4.1. Proyeksi Populasi Ternak

Pada Tabel 21 disajikan proyeksi populasi ternak ras petelur, ras pedaging dan babi di Indonesia. Pada tahun 2009 populasi ternak ras petelur mencapai 110,11 juta ekor dan diperediksi tahun 2015 mencapai 153,29 juta ekor dan tahun 2020 mencapai 201,97 juta ekor. Selanjutnya untuk ras pedaging pada tahun 2009 populasi ternak ras pedaging mencapai 93,03 juta ekor dan diperediksi tahun 2015 mencapai 117,44 juta ekor dan tahun 2020 mencapai 142,61 juta ekor. Sementara untuk ternak babi, pada tahun 2009 populasinya mencapai 7,38 juta ekor dan diperediksi tahun 2015 mencapai 8,63 juta ekor dan tahun 2020 mencapai 9,82 juta ekor.

Page 25: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

25 

 

Tabel 21. Proyeksi Ternak Ras Petelur di Indonesia, 2010-2020 (ekor)

Tahun Ras Petelur Ras Pedaging Babi 2005 84790411 811188684 6800698 2006 100201556 797527446 6218202 2007 111488878 891659345 6710758 2008 107955170 902052418 6837528 2009 110106248 930317847 7384126 Trend (%/thn) 5.67 3.96 2.63 2010 116349272 967158434 7578329 2011 122946276 1005457908 7777639 2012 129917330 1045274041 7982190 2013 137283642 1086666893 8192122 2014 145067625 1129698902 8407575 2015 153292959 1174434978 8628694 2016 161984670 1220942603 8855629 2017 171169201 1269291931 9088532 2018 180874495 1319555891 9327560 2019 191130078 1371810304 9572875 2020 201967154 1426133992 9824642

5.2. Proyeksi Kebutuhan Pakan

Berdasarkan hasil proyeksi (Tabel 22) diperoleh hasil bahwa total kebutuhan pakan untuk ketiga jenis ternak (ras petelur, pedaging dan babi) misalnya pada tahun 2010 bahwa total kebutuhan pakan dengan pendekatan populasi sebesar 6,39 juta ton dan kebutuhan pakan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 8,83 juta ton. Selanjutnya pada tahun 2020 diprediksi, kebutuhan pakan sesuai pendekatan populasi sebesar 13,17 juta ton dan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 19,55 juta ton.

Tabel 22. Proyeksi Kebutuhan Pakan Per jenis Ternak, 2010-2020 (Ton) (Pendekatan Populasi dan Pabrik Pakan)

Tahun

Kebutuhan Pakan Total Pend. Tot. Pend. Ras Petelur Broiler Babi Populasi Pabrik

2010 3519586 2064411 810320 6394317 8830355 2011 3812063 2205823 852456 6870342 9560625 2012 4128846 2356922 896784 7382552 10351289 2013 4471953 2518371 943417 7933741 11207341 2014 4843572 2690879 992475 8526926 12134188 2015 5246073 2875205 1044083 9165361 13137685 2016 5682021 3072156 1098376 9852553 14224172 2017 6154197 3282599 1155491 10592287 15400511 2018 6665611 3507457 1215577 11388645 16674133 2019 7219523 3747718 1278787 12246028 18053084 2020 7819466 4004436 1345284 13169186 19546074

Page 26: ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf · 1 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN

26 

 

5.2. Proyeksi Kebutuhan Jagung

Berdasarkan hasil proyeksi (Tabel 23) diperoleh hasil bahwa total kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan untuk ketiga jenis ternak (ras petelur, pedaging dan babi) misalnya pada tahun 2010 bahwa total kebutuhan jagung dengan pendekatan populasi sebesar 3,49 juta ton dan kebutuhan pakan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 4,50 juta ton. Selanjutnya pada tahun 2020 diprediksi, kebutuhan pakan sesuai pendekatan populasi sebesar 7,11 juta ton dan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 9,96 juta ton. Dengan Demikian dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya bila menggunakan pendekatan populasi ternak yang ada maka kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan jauh lebih kecil antara 29 - 40 persen dibanding dengan kebutuhan jagung sesuai yang diminta pabrik pakan. Permasalahannya apakan konsumsi pakan diluar sub sektor peternakan juga tinggi sehingga kebutuhan produksi pakan begitu besar. Oleh karena itu perlu kajian komprehensif dengan melibatkan sektor lainnya seperti sektor perikanan dan kelautan.

Tabel 23. Proyeksi Kebutuhan Jagung Per jenis Ternak, 2010-2020 (Ton) (Pendekatan Populasi Ternak).

Tahun

Kebutuhan Jagung

(Sesuai pend. Populasi)

Kebut. jagung Pend. Konsumsi pabrik

Ras Petelur

Broiler Babi Lainnya Total

2010 1659133 1130014 399812 317329 3490624 4503481 2011 1797007 1207420 420602 340748 3748232 4875919 2012 1946338 1290128 442473 365896 4024852 5279157 2013 2108078 1378502 465482 392899 4321886 5715744 2014 2283260 1472930 489687 421895 4640841 6188436 2015 2472999 1573825 515151 453030 4983335 6700219 2016 2678505 1681632 541939 486464 5351105 7254328 2017 2901089 1796824 570119 522365 5746017 7854260 2018 3142169 1919907 599766 560916 6170073 8503808 2019 3403283 2051420 630953 602311 6625424 9207073 2020 3686096 2191943 663763 646762 7114381 9968498