ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas...

112
ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN KOTA BOGOR DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH Oleh : Vega Haryanto A14303044 Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2007

Transcript of ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas...

Page 1: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN KOTA BOGOR DALAM PEMBANGUNAN

WILAYAH

Oleh : Vega Haryanto

A14303044

Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor 2007

Page 2: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

RINGKASAN VEGA HARYANTO. Analisis Penataan Fasilitas Kesehatan Kecamatan Kota Bogor Dalam Pembangunan Wilayah. Dibawah bimbingan NINDYANTORO.

Kedudukan Kota Bogor yang dekat dengan Ibu Kota Republik Indonesia memberikan dampak yang sangat luas dalam pembangunan wilayah. Perkembangan wilayah Kota Bogor yang pesat menyebabkan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bogor, setiap tahunnya penduduk Kota Bogor mengalami peningkatan, dengan luas wilayah yang tetap maka kepadatan penduduk tidak dapat dihindari. Akibatnya permintaan terhadap sarana dan prasarana kota semakin tinggi diantaranya seperti fasilitas kesehatan.

Analisis dalam penelitian ini memakai tiga analisis. Analisis skalogram untuk mengetahui penyebaran dan hirarki fasilitas kesehatan antar kecamatan di Kota Bogor, analisis deskriptif terhadap standar kebutuhan fasilitas kesehatan, Sumber Daya Manusia (SDM), mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan fasilitas Rumah sakit dan puskesmas. Analisis ini digunakan untuk melihat sejauh mana daya layan dari fasilitas kesehatan. Dalam analisis terhadap Rumah Sakit dan Puskesmas digunakan dengan pertimbangan kedua fasilitas tersebut memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan di Kota Bogor.

Berdasarkan hasil analisis skalogram terhadap fasilitas kesehatan kecamatan Kota Bogor dapat disimpulkan bahwa setiap kecamatan di Kota Bogor tidak ada yang memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap. Kecamatan dengan jumlah total jenis unit fasilitas kesehatan terlengkap adalah Kecamatan Bogor Barat dengan 175 unit, sedangkan Kecamatan Tanah Sareal menempati peringkat terakhir dalam hirarki fasilitas kesehatan ini dengan 55 unit.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap standar kebutuhan fasilitas kesehatan dalam Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012, kebutuhan fasilitas kesehatan sampai tahun 2012 di Kota Bogor secara umum terus mengalami kenaikan. Kecamatan-kecamatan yang bisa dikatakan cukup memadai dalam kuantitas fasilitas kesehatannya adalah Bogor Barat, Bogor Utara dan Bogor Tengah. Sementara kecamatan yang belum memadai dalam fasilitas kesehatan adalah Kecamatan Tanah Sareal, Bogor selatan dan Bogor Timur. Dalam analisis deskriptif standar kebutuhan tenaga kesehatan, diketahui bahwa mutu pelayanan fasilitas Rumah Sakit Kota Bogor masih belum optimal. Kebutuhan akan tenaga ahli di 8 Rumah Sakit Kota Bogor belum terpenuhi semua, masih banyak dokter ahli bekerja sebagai dokter tamu atau dokter tidak tetap. Dalam analisis Mutu pelayanan Fasilitas Rumah Sakit Kota Bogor yang melakukan akreditasi hanya 4 Rumah Sakit.

Dari standar kebutuhan tenaga kesehatan pada 24 Puskesmas induk yang ada masih diperlukan tenaga tambahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas perkotaan yakni dibutuhkan 2 orang dokter ahli untuk Puskesmas rujukan. Dalam analisis mutu pelayanan Puskesmas, Puskesmas Kota Bogor sudah meningkat dalam hal jumlahnya dan cakupan pelayanannya. Dalam pemanfaatannya pun meningkat setiap tahun, terutama dari masyarakat kurang mampu atau miskin. Dalam analisis efisiensi pengelolaan Rumah Sakit Kota Bogor, menerangkan bahwa Rumah Sakit swasta

Page 3: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

yang ada di Kota Bogor secara umum belum berada pada wilayah efisien (BOR, TOI, LOS, BTO).

Berdasarkan hasil analisis P-Median terhadap penentuan lokasi optimal RSUD dengan menggunakan tiga bobot yang berbeda dapat disimpulkan bahwa masing-masing bobot menghasilkan output yang berbeda. Berdasarkan bobot jumlah penduduk dan bobot sama pengaruh jarak didapat lokasi optimal adalah Kecamatan Bogor Tengah dan lokasi optimal alternatif dengan asumsi 2 lokasi adalah Kecamatan Tanah Sareal. Berdasarkan bobot luas wilayah pengaruh jarak didapat lokasi optimal adalah Kecamatan Bogor Tengah dan lokasi optimal alternatif dengan asumsi 2 lokasi adalah Kecamatan Bogor Barat.

Berdasarkan usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal 2007 dan kebutuhan akan Puskesmas pembantu (Pustu) maka dianalisis lokasi optimal Pustu di Kecamatan Tanah Sareal. Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama pengaruh didapat lokasi optimal yang sama yakni Kelurahan Suka Damai dan lokasi optimal alternatif dengan asumsi 2 lokasi adalah Kelurahan Kayu Manis.

Keterkaitan antara usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal tahun 2007 dari usulan masyarakat dan Dinas Kesehatan dengan hasil Sarembang tingkat Kota oleh Pemda dan hasil analisis P-median menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil Sarembang tingkat Kota memprioritaskan pembangunan Puskesmas baru untuk Kecamatan Tanah Sareal, sedangkan usulan Sarembang dari usulan masyarakat dan Dinas Kesehatan mengusulkan pembangunan Pustu di Kelurahan Kencana dan Sukaresmi. Hasil analisis P-Median terhadap lokasi optimal Pustu menunjukkan lokasi optimal di Kelurahan Suka Damai dan Kayu Manis.

Page 4: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN KOTA BOGOR DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Vega Haryanto A14303044

Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor 2007

Page 5: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN KOTA BOGOR DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Mei 2007

Vega Haryanto A14303044

Page 6: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 17 Januari 1986 dari pasangan

Muslimin Irwanto dan Sriwulan sebagai anak keempat dari empat bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan dari TK Kemala Bayangkari pada tahun

1990. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri Srogol 1

Bogor hingga lulus tahun1997 dan melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1

Cijeruk Bogor sampai dengan tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di SMUN 4 Bogor sampai dengan tahun 2003. Selanjutnya pada tahun

2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas

Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi

Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Selama masa kuliah penulis aktif diberbagai organisasi kampus seperti

Himpunan Profesi MISETA tahun 2003/2004, BEM Fakultas Pertanian tahun

2005/2006 dan juga aktif diberbagai organisasi Pers kampus seperti D’Green

Faperta dan Aer On News EPS.

Page 7: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Allah

SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, hanya dengan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis ingin

mengucapkan terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan selama ini

kepada :

1. Keluarga Tercinta : Bapak,Ibu, Kakak serta keponakanku.Terima kasih

atas keceriaan dan dorongan moril yang telah diberikan selama ini. Semua

itu tak kan terbalas oleh apapun...

2. Ir.Nindyantoro, MSP. Selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing

dan memberikan masukan serta nasihat bagi penulis dalam penyelesaian

skripsi.

3. Sahara, SP, MSi. atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada

sidang skripsi dan telah memberikan saran dan kritik yang membangun

bagi penulis dalam penyelesaian skripsi.

4. A.Farobby.Falatehan, SP. ME. atas kesediaannya menjadi dosen penguji

akademik pada sidang skripsi dan telah memberikan saran dan kritik yang

membangun bagi penulis dalam penyelesaian skripsi.

5. M.Firdaus, SP, MS. Selaku pembimbing akademik selama penulis kuliah.

Yang telah memberikan bimbingan dan dorongan semangat yang melecut

penulis untuk lebih baik lagi dalam kuliah.

6. Instansi Pemerintah di tingkat Kota Bogor (BPS, Bapeda, DLLAJ, Dinas

Kesehatan) atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis sehingga dapat melakukan penelitian tanpa hambatan berarti.

7. Bpk.Naufal Isnaeni, S.Si. atas kerjasama, bimbingan dan pelajaran yang

sangat berarti bagi penulis selama penyelesaian skripsi.

8. Dr.Rubaeah, Kepala Bagian Pelayanan Kesehatan dan seluruh staf Dinas

Kesehatan Kota Bogor atas pengetahuan kesehatan yang sangat berarti

bagi penulis.

Page 8: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

9. Sahabatku yang tak pernah lekang dalam ingatan: teman EPS40 dan EPS

semua angkatan tanpa terkecuali, teman kos Al-Azhar (Pura, Jaka, Benni,

Warno, Fadli,dll), BEMFaperta05/06, Miseta03/04, D’Green& Aer on

News, Crew POJOKBNI-IPB, VIKING PERSIB BOGOR. Hiasan kalian

telah tertancap dihatiku kawan...

10. Rekan seperjuangan : Vitha Oktaviani terima kasih atas

kerjasamanya..,Karisma dan Ajeng atas dukungannya.

11. Segala hal yang telah memberi inspirasi dan lecutan semangat dalam hidup

kepada penulis sehingga semangat, kreativitas dan kerja keras itu terasa

indah dengan kalian...

KEPINGAN-KEPINGAN KISAH ITU KUHARAP AKAN BERAKHIR

INDAH...HINGGA SAATNYA NANTI AKU AKAN TERSENYUM

MENGINGATNYA KEMBALI. MENGINGAT INSTITUSI YANG TELAH

MEMBERIKAN BERMILYAR-MILYAR PENGETAHUAN BAGI KU....

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Page 9: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Penataan

Fasilitas Kesehatan Kecamatan Kota Bogor Dalam Pembangunan Wilayah”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Penulis menyadaridalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan masih jauh dari sempurna. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

Vega Haryanto

Page 10: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ...................... ............................................................ . ......iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah................................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit ........................................................................................... 8

2.1.1. Tingkat Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Umum ....................... 9 2.2. Puskesmas ............................................................................................ 10

2.2.1. Fungsi dan Peran Puskesmas......................................................... 11 2.3. Teori Barang Publik......................... .................................................... 14 2.4. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 . Kerangka Teoritis ................................................................................ 18

3.1.1. Konsep Perkotaan ....................................................................... 18 3.1.2. Definisi Most Accessible ............................................................ 20 3.1.3. Teori Tempat Sentral .................................................................. 21 3.1.4. Teori Hakimi ............................................................................... 23 3.1.5. Teori Lokasi ............................................................................... 23 3.1.6. Perencanaan Pusat Pelayanan ..................................................... 24

3.2. Kerangka Penelitian ............................................................................ 25

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 30 4.2. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 30 4.3. Metode Analisis Data ........................................................................... 30 4.4. Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian......................................... 35

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Wilayah Kota Bogor ...................................................... 37

5.1.1. Kondisi Topografi ...................................................................... 37 5.1.2. Geologi .................................................................. 38 5.1.3. Hidrologi .................................................................. 38 5.1.4. Penggunaan Lahan .................................................................. 39 5.1.5. Klimatologi .................................................................. 41 5.1.6. Lingkungan Hidup .................................................................. 41

5.2.Keadaan Sosial Ekonomi .................................................................. 42

Page 11: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

5.2.1. Kependudukan .................................................................. 42 5.2.2. Pertumbuhan, Mobilitas, Tingkat Fertilitas dan Persebaran Penduduk ............................................................ 42 5.2.3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian........................ 44 5.2.4. Distribusi Penduduk Miskin........................................................ 44

5.3. Kondisi Perekonomian....... ................................................................. 45 5.4. Pembangunan Kota Bogor .................................................................. 47 5.5. Arah Pengembangan Pembangunan Fisik Kota .................................. 48

VI. RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENATAAN RUANG KOTA BOGOR TAHUN 1999-2009

6.1. Rencana Struktur Tata Ruang ............................................................. 49 6.2. Rencana Pengembangan Sistem Perwilayahan ................................... 51 6.3. Rencana Penggunaan Lahan................................................................ 52 6.4. Rencana Penyediaan Fasilitas Kesehatan............................................ 52

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1. Hirarki Aktual Fasilitas Kesehatan Kecamatan Kota Bogor Berdasarkan Metode Skalogram ............................................................................... 54 7.2. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan Fasilitas Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bogor.............................................................. 60

7.2.1. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan Fasilitas Puskesmas Kota Bogor .................................................................................... 60 7.2.2. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan Fasilitas Rumah Sakit Kota Bogor .................................................................................... 61

7.3. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2000-2012 ................................................................................. 61

7.4. Analisis Deskriptif Mutu Fasilitas Rumah Sakit Kota Bogor .............. 65 7.5. Analisis Deskriptif Mutu Fasilitas Puskesmas Kota Bogor ................. 66 7.6. Analisis Deskriptif Efisiensi Pengelolaan Fasilitas Rumah Sakit Kota Bogor ........................................................................................... 68 7.7. Analisis Penentuan Lokasi Optimal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor ........................................................................................... 69

7.7.1. Analisis Penentuan Lokasi Optimal RSUD Kota Bogor dengan Analisis P-Median ....................................................................... 71 7.7.2. Faktor Jarak ................................................................................. 73 7.7.3. Faktor bobot ................................................................................ 73 7.7.4. Hasil Analisis P-Median.............................................................. 73

7.7.4.1. Dengan Bobot Jumlah Penduduk ......................................... 73 7.7.4.2. Dengan Bobot Luas Wilayah ............................................... 74 7.7.4.3. Dengan Bobot Sama, Pengaruh Jarak .................................. 74 7.7.4.4. Hubungan antara Hasil Analisis P-Median dan Skalogram. 75

7.8. Analisis Penentuan Lokasi Optimal Puskesmas Pembantu Kecamatan Tanah Sareal dengan Analisis P-Median .............................................. 75 7.8.1. Hasil Analisis P-Median.............................................................. 77

7.8.1.1. Berdasarkan Bobot Jumlah Penduduk .................................. 77 7.8.1.2. Berdasarkan Bobot Luas Wilayah........................................ 78 7.8.1.3. Berdasarkan Bobot Sama, Pengaruh Jarak........................... 78

Page 12: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

7.8.1.4. Keterkaitan Usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun

2007 dari Usulan masyarakat dan Dinas Kesehatan dengan Hasil Sarembang Tingkat Kota Oleh Pemda dan Hasil Analisis P-Median................................................... 79

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan........................................................................................... 80 8.2. Saran ................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman Tabel.1 Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor per Kecamatan Tahun 2005...................... 3 Tabel.2 Indeks Kesehatan per Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2000-2004 .......................................................................... 4 Tabel.3 Perbedaan antara barang swasta dan barang publik .................... 14

Tabel.4 Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Tahun 2005 ....... 38 Tabel.5 Persentase Luasan Penggunaan Lahan ........................................ 40 Tabel.6 Pertumbuhan Penduduk dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2005 ....... 43 Tabel.7 Angka Kesuburan Total (TFR) di Kota Bogor Tahun 2000-2005 ........................................................................ 43 Tabel.8 Distribusi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan Usaha di kota Bogor Tahun 2005 ............................. 44 Tabel.9 Distribusi Penduduk Miskin di kota Bogor Tahun 2005 ............ 45 Tabel.10 PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2001-2005 ................. 46 Tabel.11 Hirarki Fasilitas Kesehatan di Kota Bogor 2005 ........................ 54 Tabel.12 Jumlah Puskesmas, Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling

Kota Bogor Tahun 2005 .............................................................. 56

Tabel.13 Jumlah Rumah Sakit dan tempat tidur Kota Bogor Tahun 2005. 56 Tabel.14 Jumlah Fasilitas Kesehatan Dasar di Kota Bogor Tahun 2005... 57 Tabel.15 Distribusi fasilitas penunjang kesehatan Kota Bogor

Tahun 2005.................................................................................. 58

Tabel.16 Pola Perilaku Pencarian Pengobatan di Kota Bogor

Tahun 2005.................................................................................. 59

Tabel.17 Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kecamatan Bogor Barat

2000-2012 ................................................................................... 61

Tabel.18 Rencana Kebutuhan Fasilitas Sosial Ekonomi Berdasarkan Jumlah Penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2007 – 2012 .......... 62 Tabel.19 Rencana Kebutuhan Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan Bogor

Timur Berdasarkan Penduduk Tahun 2007-2012 ....................... 63

Tabel.20 Rencana Kebutuhan Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan Bogor Utara Berdasarkan Penduduk Tahun 2007-2012 ........................ 63

Tabel.21 Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kecamatan Tanah Sareal Berdasarkan Proyeksi Penduduk Tahun 2007 Dan 2012 ............ 64

Tabel.22 Rencana Kebutuhan Fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor Tengah Berdasarkan Proyeksi Penduduk Tahun 2007 Dan 2012 ..................................................................................... 64

Page 14: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Tabel.23 Akreditasi Rumah Sakit di Kota Bogor tahun 2005.................. 66

Tabel.24 Jumlah Puskesmas menurut Kecamatan ......................... ...........66

Tabel.25 Kunjungan Puskesmas di Kota Bogor Tahun 2003-2005 ....... . 67

Tabel.26 Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit di Kota Bogor

Tahun 2005................................................................................ 68

Tabel.27 Puskesmas, Pustu dan Kelurahan di Kecamatan

Tanah Sareal .......................................................................... ....77

Page 15: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Penataan Fasilitas Kesehatan

Kecamatan di Kota Bogor Dalam Pembangunan Wilayah .......... 29 Gambar 2. Lokasi Optimal Satu Dimensi (Garis Lurus)................................ 33

Page 16: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam suatu negara yang sangat luas dan kondisi fisik serta geografi wilayah

yang sangat beragam seperti Indonesia, pembangunan wilayah sangat penting dalam

pembangunan nasional. Permasalahan pembangunan wilayah yang terjadi selama ini

adalah timbulnya ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah, dimana wilayah

yang dekat dengan pusat pertumbuhan lebih berkembang dibandingkan wilayah yang

jauh dari pusat. Untuk mengurangi ketimpangan tersebut maka pembangunan wilayah

menghendaki adanya penataan lokasi agar tercapai efisiensi dan optimalisasi bagi

suatu kegiatan ekonomi maupun pelayanan sosial, baik dilihat dari kegiatan itu

sendiri maupun dari kaitannya dengan kegiatan-kegiatan ditempat-tempat lain

(Purliana, 2003).

Pembangunan wilayah didalamnya memerlukan pendekatan multidisiplin,

seperti geografi, ekonomi, perencanaan kota, teori lokasi dan disiplin ilmu lainnya.

Studi pembangunan wilayah terkait dengan lokasi dan tata ruang. Secara umum studi

mengenai lokasi adalah melihat kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan

kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi yang

berdekatan atau berjauhan tersebut. Lokasi berbagai kegiatan, seperti rumah tangga,

pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, fasilitas kesehatan dan lainnya

tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola

dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti. Lokasi

berbagai kegiatan akan lebih efektif dan efisien apabila berada pada lokasi yang

optimal. Selain untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat juga

untuk membantu dalam hal penataan kota yang baik bagi pemerintah setempat.

Pembangunan Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat sekaligus untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang

memadai termasuk didalamnya pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat

seluruhnya. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan faktor produksi

baik itu Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

Page 17: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

2

berkualitas. Menurut Tjondronegoro, dkk (1994) dalam Statistik Kesehatan Indonesia

tahun 2004, rendahnya kualitas SDM ditandai dengan tingkat pendidikan dan tingkat

kesehatan yang rendah. Sehingga untuk meningkatkan kualitas SDM diperlukan

berbagi strategi pembangunan dibidang pendidikan, kesehatan dan bidang lain seperti

tenaga kerja, fertilitas, perumahan dan lain-lain.

Status kesehatan masyarakat merupakan faktor penting dari seluruh indikator

yang ada selain pendidikan dan merupakan faktor penting dari produktifitas ekonomi.

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai program

antara lain melalui pendidikan kesehatan, imunisasi, pemberantasan penyakit

menular, penyediaan air bersih serta pelayanan kesehatan. Pemerintah

memprioritaskan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat umum,

dengan perhatian khusus kepada masyarakat berpenghasilan rendah, daerah kumuh

perkotaan, daerah pedesaan, daerah terpencil dan kelompok masyarakat terasing. Ha l

tersebut dikarenakan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor selain

dana, misalnya pendapatan masyarakat, akses ke pelayanan kesehatan, dan faktor

lainnya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kualitas SDM serta

kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia, meningkatkan kesejahteraan

keluarga dan masyarakat melalui peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan

kesehatan yang merata.

Kedudukan Kota Bogor yang dekat dengan Ibu Kota Republik Indonesia

memberikan dampak yang sangat luas dalam pembangunan wilayah bagi Kota Bogor.

Kota Bogor pada saat ini berkembang dengan cepat, dengan tumbuhnya daerah-

daerah kegiatan ekonomi seperti pusat perbelanjaan dan lainnya. Sebagian besar

kegiatan perekonomian dan ketersediaan prasarana dan sarana pelayanan sosial di

Kota Bogor terpusat pada suatu wilayah yang dekat ibukota Bogor yakni Kecamatan

Bogor Tengah. Dengan adanya otonomi daerah, pembangunan Kota Bogor semakin

maju. Pertumbuhan Kota Bogor bisa dilihat dari luasnya yang semakin bertambah,

setelah otonomi daerah luas Kota Bogor bertambah menjadi 11.850 Ha dari

sebelumnya yang hanya sebesar 2000 Ha. Pertambahan luas yang begitu besar ini

menuntut penyebarluasan pembangunan diberbagai wilayah dan tidak lagi

Page 18: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

3

terkonsentrasi di pusat kota yaitu di Bogor Tengah, tetapi memberikan sarana

pembangunan di wilayah lain sehingga arus bangkitan baik bangkitan sarana maupun

transportasi dapat memecah ke segala wilayah (Bapeda Kota Bogor, 2005).

Perkembangan wilayah Kota Bogor yang pesat menyebabkan pertumb uhan penduduk

yang tinggi. Akibatnya permintaan terhadap sarana dan prasarana kota semakin

tinggi, di antaranya ialah fasilitas kesehatan. Sejalan dengan tujuan pembangunan

kesehatan yakni percepatan pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal

dengan salah satu caranya adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui

upaya-upaya program yang efektif, efisien dan tepat sasaran. Maka penataan fasilitas

kesehatan kecamatan di Kota Bogor mutlak diperlukan agar tercapai pelayanan

kesehatan yang merata pada setiap masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bogor, setiap tahunnya penduduk Kota

Bogor mengalami peningkatan. Namun demikian penyebaran penduduk di Kota

Bogor masih belum merata. Jumlah Penduduk Kota Bogor pada tahun 2005 mencapai

855.085 jiwa yang terdiri dari 431.862 jiwa penduduk laki-laki dan 423.223 jiwa

penduduk perempuan, sebagian besar adalah penduduk yang bermukim di Kecamatan

Bogor Barat yang memiliki luas wilayah paling besar diantara kecamatan di Kota

Bogor. Peningkatan penduduk Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1:

Page 19: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

4

Tabel 1. Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor per Kecamatan Tahun 2005

No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk (per Km2)

1 Bogor Selatan 30,82 166.745 5.412

2 Bogor Timur 10,15 86.978 8.569

3 Bogor Utara 17,72 149.578 8.441

4 Bogor Tengah 8,13 103.176 12.691

5 Bogor Barat 32,85 190.421 5.797

6 Tanah Sareal 18,84 158.187 8.396 Kota Bogor 11,850 855.085 7.216

Sumber : BPS Ko ta Bogor, 2005

Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa penduduk Kota Bogor pada tahun 2005

telah mencapai 855.085 jiwa. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya

terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 Kota Bogor berpenduduk sebesar

760.329 jiwa sedangkan tahun 2004 meningkat menjadi 831.571 jiwa dengan luas

wilayah yang tetap, maka kepadatan penduduk tidak dapat dihindari. Peningkatan

penduduk akan mempengaruhi pembangunan fasilitas sosial seperti fasilitas

kesehatan.

Indeks kesehatan adalah salah satu indikator dalam Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang diperhitungkan dari Indikator Harapan Hidup saat lahir. Angka

Kematian Bayi adalah Indikator Utama yang mempengaruhi Angka Harapan Hidup.

Indeks Kesehatan menunjukkan jarak yang telah ditempuh untuk mencapai

maksimum Angka Harapan Hidup sebesar 85 tahun. Sejak tahun 2000 hingga 2004

indeks kesehatan terus meningkat dan sudah menunjukkan angka diatas 70.

Page 20: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

5

Tabel 2. Indeks Kesehatan per Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2000-2004

Kecamatan 2000 2001 2002 2003 2004 Bogor Selatan 66,57 66,77 66,85 71,96 72,69 Bogor Timur 71,94 72,16 72,24 77,60 78,37 Bogor Utara 70,32 70,54 70,62 75,90 76,66 Bogor Tengah 67,05 67,26 67,34 72,47 73,21 Bogor Barat 72,54 72,76 72,84 78,23 79,00 Tanah Sareal 68,33 68,54 68,62 73,81 74,56 Kota Bogor 71,37 71,58 71,67 77,00 77,77

Sumber : BPS Kota Bogor, 2004

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk Kecamatan Bogor Barat

dari tahun 2000-2004 selalu menduduki peringkat pertama dan untuk Kecamatan

Bogor Selatan selalu menduduki peringkat terakhir. Hal ini dapat dikatakan bahwa

masyarakat Kecamatan Bogor Barat lebih memperhatikan kesehatan dibandingkan

dengan masyarakat di Kecamatan Bogor Selatan. Kecamatan Bogor Selatan yang

merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah di Kota Bogor, memiliki

Indeks Kesehatan paling rendah. Hal ini diantaranya disebabkan jauhnya jangkauan

dan ketersediaan fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. Namun secara umum dari

tahun 2000-2004 di setiap kecamatan di Kota Bogor Indeks Kesehatannya

menunjukan peningkatan.

Indeks Kesehatan Kota Bogor diatas menunjukan bahwa status kesehatan

masyarakat di tiap kecamatan Kota Bogor tidak merata. Hal ini bisa disebabkan oleh

beberapa faktor seperti ketersedian sarana dan prasarana kesehatan yang memadai,

biaya kesehatan dan akses terhadap fasilitas kesehatan di tiap wilayah.

Saat ini pemerintah Kota Bogor memiliki beberapa permasalahan terutama

yang berkaitan dengan penataan ruang fasilitas sosial seperti pusat perbelanjaan dan

fasilitas kesehatan, yang tidak sama antar wilayah kecamatan dan laju pertumbuhan

penduduk. Permasalahan mengenai fasilitas kesehatan yang kurang merata di Kota

Bogor berlangsung sampai saat ini. Euforia otonomi daerah, menyebabkan

pertumbuhan Kota Bogor makin menuju ke arah positif. Perkembangan yang terjadi

di Kota Bogor di sektor Ekonomi ternyata belum berpengaruh secara signifikan pada

pemerataan fasilitas kesehatan kecamatan. Oleh karena itu diharapkan adanya suatu

Page 21: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

6

perencanaan yang komprehensif untuk penataan fasilitas kesehatan agar tercapai

tujuan pembangunan kesehatan bagi Kota Bogor yang merata. Berdasarkan uraian

permasalahan diatas maka penelitian ini akan menjawab beberapa permasalahan

yaitu:

1. Bagaimana penyebaran fasilitas kesehatan di setiap kecamatan Kota Bogor?

2. Bagaimana standar kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan

fasilitas kesehatan kecamatan khususnya Rumah Sakit dan Puskesmas Kota

Bogor?

3. Apakah lokasi rencana pembangunan RSUD Kota Bogor sudah optimal?

Apabila belum, bagaimana lokasi optimal untuk RSUD Kota Bogor?

4. Bagaimana lokasi optimal dalam prioritas pengadaan Puskesmas Pembantu di

kecamatan yang mempunyai skoring terendah dalam hirarki fasilitas

kesehatan?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji penyebaran fasilitas kesehatan

kecamatan Kota Bogor. Sehingga akan terlihat wilayah mana yang masih kurang

lengkap ataupun yang sudah lengkap fasilitas kesehatannya. (2) Mengkaji standar

kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan sarana dan prasarana kesehatan

kecamatan Kota Bogor. Sehingga akan terlihat fasilitas kesehatan mana yang masih

kurang ataupun yang sudah optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. (3) Menganalisis lokasi optimal RSUD Kota Bogor agar mencapai

pilihan lokasi dan pelayanan yang optimal, sehingga dengan terpilihnya lokasi

penataan yang optimal maka dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan oleh

pembuat kebijakan dalam hal ini Pemerintah Kota Bogor dalam pengalokasian ruang

bagi fasilitas kesehatan. (4) Menganalisis lokasi optimal dalam prioritas pengadaan

Puskesmas Pembantu di kecamatan yang mempunyai skoring terendah dalam hirarki

fasilitas kesehatan.

Page 22: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

7

I.4 Manfaat Penelitian

Selain sebagai sarana pembelajaran mengenai pembangunan wilayah, penulis

juga mengharapkan penelitian ini dapat membawa manfaat-manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pihak Pemerintah Daerah Kota Bogor

Sebagai masukan dalam menyusun rencana pembangunan di wilayahnya dan

selain itu dapat berguna untuk menganalisis dan pandangan yang lain tentang

wilayahnya.

2. Bagi dunia ilmu ekonomi pertanian dan sumberdaya

Memberikan masukan tentang analisis pembangunan wilayah di tempat

penelitian, sehingga dapat dijadikan tambahan ilmu dalam pembangunan

regional (kedaerahan) dan sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya.

3. Bagi penulis

Memberikan gambaran secara langsung bagaimana teori yang diterima selama

di kuliah dapat diterapkan dalam dunia praktek dan untuk memperluas

wawasan penulis tentang konsep pembangunan wilayah.

.

Page 23: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Konsep perkotaan

Menurut Tarigan (2002), dalam perencanaan wilayah, sangat perlu untuk

menetapkan suatu tempat permukiman atau tempat berbagai kegiatan itu sebagai kota

atau bukan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga kebutuhan

fasilitasnya pun berbeda dibanding dengan daerah pedesaan. Dalam menetapkan

apakah suatu konsentrasi permukiman sudah dapat dikategorikan sebagai kota atau

belum, perlu ada kriteria yang jelas untuk membedakannya. Biro Pusat Statistik

(BPS), dalam pelaksanaan survei status desa/kelurahan tahun 2000, menggunakan

kriteria untuk menetapkan apakah suatu desa dikategorikan sebagai desa atau kota.

Kriteria yang digunakan adalah :

1. kepadatan penduduk per km2,

2. persentase rumah tangga yang mata pencaharian utamanya pertanian atau non

pertanian,

3. persentase rumah tangga yang memiliki telepon,

4. persentase rumah tangga yang menjadi pelanggan listrik,

5. fasilitas umum yang ada di desa/kelurahan, seperti: fasilitas pendidikan,

pasar, tempat hiburan, kompleks pertokoan, dan fasilitas lain seperti hotel,

bilyar, diskotik, karaoke, panti pijat, dan salon. Masing-masing fasilitas

diberi skor (nilai). Atas dasar skor yang dimiliki desa/kelurahan tersebut

maka ditetapkan desa/kelurahan tersebut masuk dalam salah satu kategori

berikut: perkotaan besar, perkotaan sedang, perkotaan kecil, dan pedesaan.

Pada dasarnya untuk melihat apakah konsentrasi itu sebagai kota atau tidak,

adalah dari seberapa banyak jenis fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh

kota itu menjalankan fungsi perkotaan. Fasilitas perkotaan/fungsi perkotaan antara

lain adalah sebagai berikut.

1. Pusat perdagangan, yang tingkatannya dapat dibedakan atas melayani

masyarakat kota itu sendiri, melayani masyarakat kota dan daerah pinggiran

Page 24: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

9

(daerah perbatasan), melayani beberapa kota kecil (pusat kabupaten),

melayani pusat provinsi atau pusat kegiatan perdagangan antar pulau/ekspor

di provinsi tersebut dan pusat beberapa provinsi sekaligus.

2. Pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa perusahan. Jasa

perorangan, misalnya tukang pangkas, salon, tukang jahit, dokter, notaris atau

warung kopi/nasi. Jasa perusahaan, misalnya perbankan, perhotelan, asuransi.

3. Tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik, jaringan

listrik, jaringan telepon, jaringan air minum, pelayanan sampah, sistem

drainase, taman kota, atau pasar.

4. Pusat penyediaan fasilitas sosial atau seperti prasarana pendidikan

(universitas, akademi, SMU, SLTP, SD), termasuk berbagai kursus

keterampilan, prasarana kesehatan dengan berbagai tingkatannya, termasuk

apotik, prasarana sosial seperti gedung pertemuan, dan lain- lain.

5. Pusat pemerintahan, banyak kota yang sekaligus merupakan lokasi pusat

pemerintahan.

6. Pusat komunikasi dan pangkalan transportasi, artinya kota tersebut

masyarakat bisa berhubungan ke banyak tujuan dengan berbagai pilihan alat

penghubungan.

7. Lokasi permukiman yang tertata, suatu lokasi dikatakan kota karena jumlah

penduduknya banyak Hal ini berarti kota sekaligus merupakan lokasi

permukiman, dan semestinya di kota, permukiman itu tertata karena harus

meminta IMB apabila ingin membangun.

Makin banyak fungsi dan fasilitas perkotaan, makin meyakinkan bahwa lokasi

konsentrasi adalah sebuah kota. Penentuan orde perkotaan dapat didasarkan atas

gabungan beberapa variabel. Variabel yang umum dianggap berpengaruh dalam

menetapkan orde perkotaan adalah sebagai berikut.

1. Jumlah penduduk perkotaan

2. Banyaknya fasilitas yang dimiliki seperti luas pasar, luas kompleks pertokoan,

jumlah fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan, beragam jasa yang

dimiliki (seperti jasa bank, jasa asuransi, jasa perbengkelan) dan lainnya.

Page 25: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

10

3. Tingkat aksesibilitas dari kota tersebut terhadap kota terdekat yang memiliki

orde lebih tinggi di wilayah itu (misalnya ibukota kabupaten/provinsi).

2.1.2 Definisi Most Accesible

Lokasi untuk pelayanan umum biasanya ditentukan oleh biaya yang dapat

dijangkau masyarakat, sehingga memiliki banyak pilihan untuk menentukan berada

dalam posisi most accesible. Sedangkan masyarakat pada faktanya tersebar tidak

merata sama untuk mencukupi kebutuhan hidupnya mereka cenderung akan memilih

lokasi pelayanan yang berada pada posisi most accesible.

Menurut Rushton, (1979) berusaha memberi batasan pada most accesible

untuk seseorang jika fasilitas- fasilitas yang didapat :

1. Jarak total dari tempat seseorang ke pusat pelayanan minimum ini disebut

jarak agregat minimum, ini juga sama dengan jarak rata-rata minimum, jadi

yang menjadi kriteria adalah jarak rata-rata.

2. Jarak terjauh dari tempat seseorang ke pusat pelayanan adalah minimum, ini

disebut jarak minimax.

3. Jumlah masyarakat pada daerah terdekat yang mengelilingi pusat pelayanan

selalu sama dengan jumlah yang telah ditetapkan, hal ini disebut batas

keseimbangan.

4. Jumlah masyarakat pada daerah terdekat yang mengelilingi pusat pelayanan

selalu lebih besar dari jumlah yang telah ditetapkan, ini disebut batas ambang.

5. Jumlah masyarakat yang terdapat mengelilingi pusat pelayanan tidak pernah

lebih besar dari jumlah yang telah ditentukan. Ini disebut batas kapasitas

(daya tampung).

Most accesible adalah mudah atau tidaknya seseorang mencapai lokasi pusat

pelayanan terdekat. Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat akses tersebut.

Misal: kondisi jalan, jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan,

jarak, dan lain- lain (Alifah , 2005).

Page 26: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

11

2.1.3 Teori Tempat Sentral

Menurut Glasson (1974) dalam Sitohang (1977), dari semua model mengenai

struktur spasial, teori tempat sentral (central place theory) adalah yang paling banyak

diteliti dan paling terkenal. Teori ini bermaksud untuk menghubungkan tempat

sentral dengan daerah belakangnya dan mendefinisikan tempat sentral sebagai suatu

pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah-belakangnya. Namun

teori ini hanyalah berkenaan dengan intensitas dan lokasi dari industri jasa dan

dengan demikian hanya dapat memberi penjelasan parsial tentang struktur regional.

Teori tempat sentral (central place theory) diperkenalkan oleh Walter

Christaller dan karya perintisnya tentang The Central Places of Southern Germany

pada tahun 1933. Menurut Christaller (1933) suatu hirarkhi dari kegiatan-kegiatan

jasa, berlingkup mulai dari pelayanan pada “tingkat rendah” yang terdapat pada setiap

pusat -- kota atau kampung – sampai pelayanan pada “tingkat tinggi” yang hanya

terdapat di pusat-pusat yang besar. Masing-masing kegiatan jasa mempunyai

penduduk ambang dan lingkup pasar.

Penduduk ambang (threshold population ) adalah jumlah minimum

penduduk yang harus ada untuk dapat menopang kegiatan jasa. Jumlah minimum ini

dapat bermacam-macam, umpamanya jumlah 250 orang untuk menopang suatu

warung kecil, atau 150.000 orang untuk menopang suatu pertunjukan. Jika jumlah

penduduk lebih kecil daripada tingkat ambang, maka kegiatan tersebut akan

mengalami kerugian dan terancam gulung tikar. Jika jumlah penduduk bertambah di

atas minimum perusahaan jasa dapat memperoleh laba yang lebih besar.

Lingkup pasar (market range) dari suatu kegiatan jasa adalah jarak yang

ditempuh oleh penduduk untuk mencapai tempat penjualan jasa tersebut, dengan

catatan bahwa penempuhan jarak itu adalah berdasarkan kesediaan orang yang

bersangkutan. Lingkup ini adalah batas terluar dari daerah pasar bagi suatu kegiatan

jasa, diluar batas mana orang akan mencari pusat lain. Lingkup pasar dapat

merupakan suatu fungsi sederhana dari jarak linear tetapi lebih besar

kemungkinannya dipengaruhi oleh faktor waktu dan biaya.

Page 27: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

12

Menurut Christaller (1933) konsep dasar atau unsur-unsur pokok tempat

sentral adalah sebagai berikut :

1. Wilayah yang dilayani oleh tempat sentral merupakan wilayah komplementer

bagi tempat sentral.

2. Tempat sentral yang mempunyai kegiatan sentral, yaitu yang melayani

wilayah yang terluas disebut tempat sentral orde tertinggi sedangkan tempat

sentral yang melayani wilayah yang lebih kecil tempat sentral orde rendah.

3. Batas pelayanan dari tiap kegiatan sentral digambarkan sebagai batas

jangkauan dari tiap komoditi.

4. Permintaan dan konsumsi terhadap sentral tersebut tergantung secara timbal

balik pada distribusi dan variasi kondisi sosial-ekonomi penduduk serta

konsentrasi penduduk di tiap tempat sentral.

5. Permintaan terhadap kegiatan sentral tergantung pada jarak dan usaha

konsumen untuk memperoleh komoditi tersebut. Diasumsikan bahwa

permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang hingga titik

nol, yaitu berdasarkan pertambahan jarak dari tempat.

Berdasarkan prinsip -prinsip Christaller (1933) hirarki tempat sentral adalah

sebagai berikut :

a. Prinsip pemasaran atau penawaran, yaitu berdasarkan prinsip bahwa setiap tempat

sentral hanya dapat melayani secara maksimum sepertiga dari enam sub tempat

sentral (titik-titik heksagonal) ditambah dengan tempat sentral itu sendiri. Jumlah

tempat sentral yang dominan adalah tiga, dan Christaller menyatakan bahwa nilai

k=3, yaitu jumlah pemukiman dengan orde tertentu dilayani oleh suatu tempat

sentral yang ordenya lebih tinggi. Penerapan ini mewujudkan pola tata ruang yang

memaksimumkan distribusi barang dan jasa dengan jumlah tempat sentral yang

sedikit.

b. Prinsip transportasi, yaitu berdasarkan prinsip jarak minimum diantara tempat

sentral utama dan sub tempat sentral yang dilayani dan terletak pada jalur-jalur

lalu lintas diantara tempat sentral utama. Sub tempat sentral pada jalur ini

berfungsi ganda, melayani tempat sentral utama dan sub tempat sentral utama

Page 28: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

13

dengan nilai k=4. Dalam penerapan prinsip ini, mobilitas barang adalah

maksimum dengan ongkos minimum. Untuk mencapai keadaan ini, sejauh

mungkin tempat sentral berlokasi pada jalur-jalur lurus.

c. Prinsip administrasi, yaitu berdasarkan prinsip kontrol atau pengelolaan dan

pemerintah dalam pengertian bahwa fungsi tiap tempat sentral mengontrol

keenam sub tempat sentral yang mengelilinginya dengan nilai k=7.

2.1.4 Teori Hakimi

Menurut Hakimi (1964) dalam Rushton (1979) mengeluarkan suatu teori yang

menunjukkan bagaimana menemukan satu titik optimum dalam suatu jaringan-

jaringan. Dengan adanya jarak yang tetap diantara simpul-simpul yang ada dalam

jaringan, maka akan dapat ditemukan satu simpul diantara semua simpul yang ada,

yang mempunyai jarak terpendek dan mempunyai kriteria bobot yang ditetapkan.

Simpul atau titik yang dimaksudkan disebut sebagai titik tengah dari jaringan. Ini

merupakan teori yang penting, karena itu dianjurkan untuk menggunakan teori ini

dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan penaksiran simpul-simpul

alternatif pada jalur network. Secara ringkas teori hakimi berbunyi: ”ada satu simpul

dalam jaringan yang meminimumkan jumlah jarak terpendek yang berbobot dari

semua simpul terhadap satu simpul tertentu dimana simpul tersebut juga merupakan

bagian dari jarak tersebut”.

2.1.5 Teori Lokasi

Budiharsono (2001) menyatakan pemahaman tentang bagaimana keputusan

mengenai lokasi mutlak diperlukan jika ingin membahas kegiatan pada ruang dan

menganalisis bagaimana suatu wilayah tumbuh dan berkembang. Keputusan

mengenai lokasi yang diambil oleh unit-unit pengambil keputusan akan menentukan

struktur tata ruang wilayah yang terbentuk. Unit-unit pengambil keputusan dalam

penentuan lokasi dapat dibagi menjadi tiga dan setiap unit-unit pengambil keputusan

mempunyai kepentingan tersendiri bersumber dari aktivitas ekonomi yang dilakukan,

yaitu :

Page 29: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

14

1. Rumah tangga

Aktivitas ekonomi rumah tangga yang paling pokok adalah :

a. Penjualan jasa tenaga kerja

b. Konsumsi

Setiap rumah tangga dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan mengenai

lokasi permukiman, lokasi penjualan jasa (kerja) dan lokasi konsumsi, karena

diasumsikan bahwa setiap rumah tangga akan memaksimalkan kegunaan (utility)

barang dan jasa.

2. Perusahaan

Kegiatan ekonomi dari suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Pengumpulan input

b. Proses produksi

c. Proses pemasaran

Pengambilan keputusan tentang lokasi oleh suatu perusahaan adalah suatu usaha

untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya.

3. Pemerintah

Peran pemerintah adalah melindungi kepentingan masyarakat. Selain itu,

pemerintah secara langsung bertindak sebagai locator dari berbagai sarana dan

fasilitas pelayanan umum. Penentuan lokasi oleh pemerintah biasanya berdasarkan

kepada usaha bagaimana untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat.

Pengambilan keputusan mengenai lokasi bersifat jangka panjang. Sehingga

membutuhkan biaya yang besar jika terjadi pemindahan lokasi. Menurut Hanafiah

(1989) dalam Budiharsono (2001) faktor-faktor lokasi yang menentukan pemilihan

suatu lokasi untuk suatu kegiatan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Input Lokal

Input lokal adalah semua barang dan jasa yang ada pada suatu lokasi dan sangat

sukar atau tidak mungkin dipindahkan ke tempat lain. Contoh input lokal adalah :

lahan, iklim, kualitas udara, kualitas air, keadaan lingkungan, pelayanan umum yang

ada pada suatu lokasi dan sebagainya. Salah satu sifatnya adalah ketersediaannya

Page 30: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

15

suatu lokasi tergantung dari keadaan lokasi itu sendiri dan ketersediaannya tidak

dipengaruhi oleh transfer input dari lokasi lain.

2. Permintaan lokal

Permintaan lokal atau output yang tidak dapat ditransfer (nontransferable output)

adalah permintaan akan output secara lokal yang tidak dapat di transfer pada suatu

lokasi. Contohnya adalah permintaan tenaga kerja oleh pabrik lokal, permintaan akan

pelayanan lokal seperti masjid, bioskop, tukang cukur dan sebagainya.

3. Input yang dapat ditransfer

Input yang dapat ditransfer adalah persediaan input yang dapat ditransfer dari

sumber-sumber di luar suatu lokasi, yang sampai batas tertentu merupakan

pencerminan biaya transfer atau biaya transportasi dari sumber-sumber input ke

lokasi tersebut.

4. Permintaan dari luar

Permintaan dari luar atau output yang dapat ditransfer adalah permintaan bersih

yang diperoleh dari penjualan output yang dapat ditransfer ke pasar di luar lokasi,

yang merupakan pencerminan dari biaya transfer atau biaya transportasi dari lokasi

tersebut ke pasar-pasar.

2.1.6 Perencanaan Pusat Pelayanan

Tujuan identifikasi pusat pelayanan adalah untuk : (1) mengidentifikasi pusat-

pusat pelayanan dan daerah pelayanan pada tingkat yang berbeda. (2) penentuan dari

fasilitas infrastruktur pokok untuk memuaskan kebutuhan beragam sektor dari

penduduk. (3) pengintegrasian atau pengelompokan pelayanan pada tingkat yang

berbeda dan penentuan dari keterkaitan atau jaringan jalan untuk mengembangkan

aksesibilitas dan efisiensi.

Konsep pusat pelayanan mempunyai beberapa asumsi, yaitu : (1) penduduk

didistribusikan pada beragam ukuran pemukiman. (2) mereka mempunyai kebutuhan

biofisik sama baiknya dengan kebutuhan sosial ekonomi. (3) mereka menggunakan

sumber daya alam dan manusia seperti barang-barang dan jasa untuk kebutuhan

mereka. (4) mereka membentuk pemukiman dalam bentuk rumah, dusun kecil, desa

Page 31: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

16

dan kota serta meneruskan untuk tinggal bersama selama sumberdaya mncukup i atau

keinginan yang terbatas. (5) mereka menggunakan sumberdaya untuk kebutuhan

dasar yang dibatasi atau keinginan yang terbatas. (6) mereka berpindah ke tempat lain

(migrasi) untuk mencari barang-barang dan jasa yang tidak mereka dapat di

permukiman mereka.

Pusat dan daerah belakang (hinterland) dalam suatu wilayah nodal

mempunyai fungsi yang spesifik sehingga keduanya tergantung secara internal.

Fungsi dari pusat antara lain adalah: (1) pusat permukiman, (2) pusat pelayanan, (3)

pusat industri, (4) pusat perdagangan bahan mentah. Sedangkan fungsi daerah

belakang: (1) penyedia bahan mentah dan sumberdaya pasar, (2) daerah pemasaran

barang-barang industri, (3) pusat kegiatan pertanian. Faktor- faktor yang

menyebabkan timbulnya pusat-pusat wilayah adalah: (1) faktor lokasi ekonomi dan

letak strategis, (2) faktor ketersediaan sumber daya, (3) kekuatan aglomerasi, (4)

faktor investasi pemerintah. Pada dasarnya pusat wilayah mempunyai hierarki yang

ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) jumlah penduduk yang bermukim pada

pusat tersebut, (2) jumlah fasilitas pelayanan umum yang tersedia, dan (3) jumlah

jenis fasilitas pelayanan umum yang tersedia.

2.2 Penelitian Terdahulu

Secara umum, penelitian tentang analisis lokasi optimal terhadap suatu

wilayah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kurniawan (2006) dalam

penelitiannya yang berjudul Analisis Lokasi Optimal Pusat Pemerintahan dalam

Rangka Pengembangan Wilayah dan Efisiensi Pelayanan di Kabupaten Lampung

barat, Provinsi Lampung mencoba menganalisis penentuan lokasi optimal dari pusat

pemerintahan dalam rangka pengembangan wilayah dan efisiensi pelayanan.

Menggunakan perhitungan dengan P-median, hasil perhitungan program

menunjukkan bahwa berdasarkan bobot jumlah penduduk dan bobot sama pengaruh

jarak, waktu dan biaya serta bobot luas permukiman, pengaruh waktu dan biaya,

program ternyata merekomendasikan hasil yang sama sebagai lokasi optimal pusat

Page 32: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

17

pemerintahan yaitu kecamatan Balik bukit (kota Liwa). Hasil ini sesuai dengan

kepentingan Pemda yang menentapkan kota tersebut sebagai pusat pemerintahan.

Faisal Ashar (2002, Teknik Planologi-ITB)1 dalam penelitiannya yang

berjudul Studi penentuan lokasi optimal terminal penumpang di kota Padang

menganalisis lokasi yang optimal bagi terminal angkutan umum penumpang di Kota

Padang. Dengan menggunakan metoda P-Median yang merupakan jenis Model

Optimasi Lokasi yang dikembangkan dari dalil Hakimi yang memakai algoritma

Teitz dan Bart, maka dibuat program lokasi yang mampu untuk menentukan lokasi

terminal angkutan umum yang optimal tersebut. Dan optimasi yang telah dilakukan

terbukti bahwa lokasi terminal angkutan umum penumpang dipengaruhi oleh

pertumbuhan dan penyebaran penduduk serta penambahan ruas jaringan jalan di

suatu kota. Hasil tersebut membuktikan bahwa pengope rasian Terminal Regional

Bingkuang di Air Pacah belum optimal dan sisi lokasi. Lokasi terminal angkutan

umum penumpang yang optimal di Kota Padang adalah di simpul 156 yang terletak

di Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji, dan berada di ruas jalan By-Pass.

Bilang Nauli Harahap (1999, Teknik Planologi-ITB)2 dalam penelitiannya

yang berjudul Arahan lokasi fasilitas pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di

wilayah Bandung Timur mencoba membantu memecahkan masalah tersebut dengan

mengidentifikasi kebutuhan nyata terhadap fasilitas SLTP. Analisis yang digunakan

dalam studi ini ialah perhitungan kebutuhan dan sediaan fasilitas SLTP di setiap

kelurahan. Kebutuhan fasilitas SLTP kelurahan yang melebihi sediaannya dianggap

menggunakan fasilitas di kelurahan la in terdekat. Metode yang digunakan dalam

perhitungan penggunaan fasilitas SLTP adalah metode P-median dan analisis peta

dengan menggunakan ARC/INFO. Analisis dilakukan dalam dua periode waktu yaitu

tahun 1998 dan 2004, karena lama pendidikan di SD 6 tahun.

Hasil yang diperoleh dari studi ini ialah sebagai berikut. Terdapat tiga pola

pengelompokan penggunaan fasilitas SLTP, yaitu kelompok kelurahan/desa

1 Departemen Teknik Planologi-ITB Studi penentuan lokasi optimal terminal penumpang di kota Padang dikutip dari Http://www.itb.ac.id (17 Desember 2006) 2 Loc.cit

Page 33: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

18

Margasenang, Pasir Wangi dan Pasir Endah. Kebutuhan fasilitas SLTP baru pada

periode pertama tahun 1998 ialah sembilan SLTP, yang dialokasikan untuk kelompok

kelurahan Margasenang, dua SLTP di Kujangsari. Untuk kelompok kelurahan Pasir

Wangi, dua SLTP di Pasanggrahan, satu SLTP di Cipadung, satu SLTP di Palasari

dan satu SLTP di Ujungberung. Untuk kelompok kelurahan Pasir Endah, satu SLTP

di. Antapani dan satu SLTP di Mandalajati. Kebutuhan terhadap fasilitas SLTP tahun

2004 ialah sebanyak 11 SLTP. Kelompok Margasenang memperoleh alokasi satu

SLTP, ditempatkan di Cipamokolan. Kelompok Pasir Wangi memperoleh enam

SLTP, satu SLTP di Mekarmulya, empat SLTP di Cipadung dan satu SLTP di

Pasanggrahan.Kelompok Pasir Endah memperoleh alokasi empat SLTP, satu SLTP di

Cisaranten Kulon, dua SLTP di Antapani dan satu SLTP di Mandalajati. Selain

1okasinya, diperoleh juga pola penggunaan fasilitas SLTP yaitu pemakaian sendiri,

dan pemakaian bersama fasilitas SLTP oleh beberapa kelurahan. Jumlah SLTP yang

dibutuhkan di wilayah Bandung Timur sampai tahun 2004 sebanyak 20 SLTP. Untuk

memenuhi kebutuhan ini dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu

membangun 20 sekolah baru, penambahan ruangan kelas pada sekolah yang sudah

ada, pemakaian SLTP dua kali sehari (dua shift) dan partisipasi swasta dalam

menyediakan fasilitas pendidikan SLTP. Berdasarkan perbandingan hasil studi

dengan perkiraan kebutuhan dalam RDTRK dan beberapa standar, dapat disimpulkan

bahwa standar yang paling mendekati ialah perkiraan kebutuhan dalam RDTRK,

sehingga perkiraan kebutuhan dalam RDTRK dapat diterapkan setelah disesuaikan

dengan hasil studi ini. Penyesuaian dilakukan terutama dalam melihat kebutuhan

fasilitas SLTP setiap kelurahan, sehingga pelayanan fasilitas SLTP menjadi lebih

baik dan lebih mudah dijangkau penduduk.

Alifah (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penentuan Lokasi

Optimal Pasar Sebagai Terminal Agribisnis di DKI Jakarta yang bertujuan untuk

mencari alternatif lokasi yang paling baik bagi penentuan lokasi optimal dari sebuah

terminal agribisnis di DKI Jakarta untuk mencari alternatif yang terbaik. Maka

digunakan program komputer Java Applets P-median problem sebagai alat

analisisnya, untuk meminimumkan jarak yang akan ditempuh dengan berdasarkan

Page 34: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

19

pada bobot masing-masing simpul. Berdasarkan bobot jumlah penduduk, hasil

perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Rawa

buaya. Sedangkan berdasarkan bobot jarak, lokasi optimal terletak pada Kelurahan

Cengkareng barat.

2.3 Kerangka Penelitian

Pembangunan wilayah merupakan suatu perubahan ke arah positif untuk

kemajuan dalam suatu wilayah. Pembangunan wilayah pada hakikatnya adalah

pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah/region yang disesuaikan dengan

kemampuan fisik dan sosial region tersebut seperti Sumberdaya Alam (SDA),

Sumberdaya Manusia (SDM) dan kondisi sosial ekonomi.

Dalam suatu wilayah terdapat penyebaran sumberdaya alam yang tidak merata

dan adanya kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi, maka sering terjadi ketimpangan-

ketimpangan dalam pembangunan, seperti ketimpangan pertumbuhan, pendapatan,

pengangguran, kemudahan pelayanan, investasi dan sebagainya. Untuk mengurangi

ketimpangan tersebut maka pengembangan wilayah menghendaki adanya penataan

lokasi agar tercapai efisiensi dan optimalisasi bagi suatu kegiatan ekonomi maupun

pelayanan sosial. Sasaran utama dari perencanaan pembangunan wilayah pada

dasarnya adalah untuk menghasilkan penggunaan terbaik. Yang dapat dikelompokkan

atas tiga sasaran umum, seperti (i) efisiensi dan produktifitas, (ii) pemerataan

keadilan dan aksesibilitas masyarakat, dan (iii) keberlanjutan.

Kesehatan memegang peranan penting bagi setiap individu dalam menentukan

kualitas hidup disamping faktor lain seperti pendidikan. Selain itu dengan kesehatan

pula akan menentukan peluang kerja dan akhirnya akan berpengaruh pada

pendapatan. Variabel-variabel tersebut merupakan efek lanjutan dari status kesehatan

yang baik. Untuk mencapai status kesehatan yang baik di suatu wilayah, maka salah

satu upaya yang diperlukan adalah dengan penataan terhadap fasilitas kesehatan.

Kota Bogor dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 sebesar 855.085 jiwa

termasuk kedalam kriteria kota besar dengan kriteria jumlah penduduk 500.000-

1.000.000 jiwa (Dinas PU Propinsi Jawa Barat, 1990). Kota Bogor yang terbagi

Page 35: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

20

menjadi 6 kecamatan, memiliki demand yang cukup besar dalam penyediaan fasilitas

pelayanan, seperti fasilitas kesehatan.

Saat ini pemerintah Kota Bogor memiliki berbagai permasalahan dalam

penataan fasilitas kesehatannya. Hal yang paling mendasar adalah tidak meratanya

fasilitas kesehatan di setiap kecamatan Kota Bogor. Walaupun bila dilihat dari segi

kuantitas fasilitas kesehatan dasar maupun rujukan di Kota Bogor sudah memadai

untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. Dilihat dari kepadatan penduduk di

Kota Bogor cenderung mengelompok di pusat kota atau Kecamatan Bogor Tengah,

hal ini dikarenakan Kecamatan Bogor Tengah merupakan pusat kegiatan/pelayanan

sosial-ekonomi/jasa dan perkantoran/pemerintahan Kota Bogor. Walaupun

Kecamatan Bogor Tengah ini mempunyai luas wilayah yang paling kecil dari

kecamatan lain (8,13 km2). Sedangkan Kecamatan yang cukup luas wilayahnya

seperti Bogor Selatan dan Tanah Sareal masih minim dalam hal fasilitas

kesehatannya. Selain itu, Kota Bogor sampai saat ini belum memiliki Rumah Sakit

rujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibawah otoritas pemerintah

daerah. Rumah Sakit rujukan diserahkan kepada Rumah Sakit swasta.

Dari permasalahan diatas untuk mencapai penataan fasilitas kesehatan yang

efisien dan optimal bisa dilakukan dengan mengetahui penyebaran fasilitas kesehatan

setiap kecamatan Kota Bogor terlebih dahulu. Dengan tujuan untuk mengetahui

kecamatan mana yang memiliki hirarki fasilitas kesehatan yang lengkap dan kurang

lengkap. Metode skalogram bisa digunakan untuk menganalisis ini karena bisa

memberikan hasil terhadap hirarki fasilitas kesehatan Kota Bogor. Selanjutnya

analisis dilakukan secara deskriptif terhadap fasilitas kesehatan pada standar

kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan khususnya pada Rumah Sakit

dan Puskesmas. Hal ini untuk melihat sejauh mana daya layan dari fasilitas kesehatan

tersebut. Analisis deskriptif ini merupakan analisis dari segi non-lokasi untuk lebih

mempertajam dalam penelitian. Mengingat Kota Bogor yang berencana untuk

membangun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) nya, agar tercapai lokasi yang optimal dalam pelayanan perlu

dicari lokasi yang optimal.

Page 36: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

21

Dalam RTRW Kota Bogor 1999-2009, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

direncanakan di Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal dengan luas

1,47334 Ha. Dengan metode P-Median, bisa dilihat apakah lokasi tersebut telah

mencapai lokasi optimal atau belum. Selain itu pula metode ini dapat menunjukkan

lokasi optimal RSUD bila lokasi tersebut belum optimal. Kemudian dari hasil analisis

skalogram dilakukan analisis kebutuhan fasilitas kesehatan pada kecamatan yang

memiliki skor terendah dalam hirarki fasilitas kesehatan, yaitu Kecamatan Tanah

Sareal. Dengan berbagai pertimbangan seperti wilayah yang cukup luas dan melihat

kebutuhan akan Puskesmas pembantu (Pustu) cukup besar maka ditentukan pula

lokasi optimal Puskesmas pembantu (Pustu) di Kecamatan Tanah Sareal. Selain itu,

berdasarkan usulan Sarasehan Pembangunan (Sarembang) Kecamatan Tanah Sareal

tahun 2007 memang direncanakan untuk pembangunan Pustu.

Dari uraian diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam mencapai

suatu penataan fasilitas kesehatan yang efisien dan optimal selain memperhatikan

ketersediaan dan lokasi optimal fasilitas kesehatan, juga perlu memperhatikan faktor

non- lokasi seperti daya layan suatu fasilitas kesehatan baik dari segi fisik maupun

Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan.

Page 37: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

22

Kerangka Penelitian

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Penataan Fasilitas Kesehatan

Kecamatan di Kota Bogor Dalam Pembangunan Wilayah

Pembangunan Wilayah

Penataan Fasilitas Pelayanan

Fasilitas Kesehatan Kota Bogor

Analisis

Penyebaran Analisis Deskriptif Fasilitas Kesehatan

Analisis Penataan Fasilitas

Kesehatan Kota Bogor

Penentuan Lokasi Optimal RSUD

Kota bogor Metode Skalogram

Metode P-Median Analisis Standar kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan

RS dan Puskesmas Luas Wilayah

Kecamatan Jumlah Penduduk Jarak antar simpul

yang terpilih

Kurang merata Fasilitas Kesehatan

Skor Tertinggi

Skor Terendah

Kebutuhan Fasilitas

kesehatan

Usulan Sarembang

Penentuan Lokasi Optimal Pustu

Belum adanya RSUD sebagai RS

rujukan

SDA

SDM

Kondisi sosial ekonomi

Pembangunan Kesehatan

Kualitas individu, Peluang kerja,

Pendapatan

Page 38: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan

lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa

Kota Bogor merupakan kota yang pembangunan wilayahnya sedang berkembang di

Jawa Barat dan merupakan pintu gerbang Jawa Barat menuju ibu kota DKI Jakarta

sehingga merupakan jalur strategis dan akan berpengaruh terhadap pembangunan

wilayahnya. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari-Maret 2007.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di tingkat kecamatan. Penelitian di tingkat kecamatan

ini adalah untuk memperoleh kejelasan tentang fasilitas kesehatan untuk mencari

pelayanan dari fasilitas kesehatan secara optimal. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui

wawancara dengan beberapa staf Dinas kesehatan, Bapeda, arsip daerah dan instansi-

instansi terkait lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti,

Bapeda Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Badan Pusat Statistik pusat di

Jakarta, Dinas kesehatan, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota

Bogor.

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Metode Skalogram

Metode ini dapat digunakan untuk menentukan peringkat pemukiman atau

wilayah dan kelembagaan atau fasilitas pelayanan. Metode ini memberikan hirarki

yang lebih tinggi kepada pusat pertumbuhan dan pelayanan yang memiliki jumlah

unit sarana dan prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode skalogram lebih

menekankan kriteria kualitatif dibandingkan kriteria yang menyangkut derajat fungsi

sarana dan prasarana pembangunan. Distribusi penduduk dan luas jangkauan

pelayanan sarana dan prasarana pembangunan secara spesial tidak dipertimbangkan

Page 39: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

24

secara spesifik. Tetapi metode ini dapat memberikan informasi tentang hirarki pusat-

pusat pelayanan yang disebabkan oleh penyebaran sarana dan prasarana

pembangunan yang terdapat dalam wilayah tersebut (Afrianto, 2000). Tahapan-

tahapan metode skalogram, misalnya akan disusun hirarki peringkat kecamatan-

kecamatan dalam suatu kabupaten, adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan-kecamatan disusun urutannya berdasarkan peringkat jumlah

penduduk.

2. Kemudian kecamatan-kecamatan tersebut disusun urutannya berdasarkan

jumlah jenis fasilitas yang ada pada wilayah tersebut.

3. Fasilitas- fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah wilayah yang

memiliki jenis fasilitas tersebut.

4. Peringkat jenis fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah total unit

fasilitas.

5. Yang terakhir, peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah

total fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing wilayah tersebut.

Penelitian ini memakai analisis skalogram karena metode ini dapat

mengetahui hirarki wilayah dengan cepat berdasarkan fasilitas pelayanan yang

tersedia. Metode skalogram ini mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan

metode skalogram ini antara lain dapat digunakan untuk :

1. Memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas

pelayanan.

2. Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah.

3. Membandingkan pemukiman-pemukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan

ketersediaan fasilitas pelayanan.

4. Memperlihatkan hirarki pemukiman atau wilayah.

5. Secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan

memantaunya.

Kelemahan dari metode skalogram ini, yaitu :

1. Hasil akhir dipengaruhi oleh pemilihan indikator sarana dan prasarana

pembangunan yang diamati,

Page 40: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

25

2. Tidak memberikan informasi tentang ukuran, kondisi dan kualitas pelayanan

prasarana dan sarana pembangunan,

3. Tidak mencakup faktor lokasi tata ruang,

4. Hasil perhitungannya kasar.

3.3.2 Metode P-Median Algoritma

Dasar metode P-median Algoritma adalah teorema yang dikembangkan oleh

Hakimi (1964) dalam Rushton (1979) menyatakan bahwa titik optimum dari suatu

jaringan yang dapat meminimumkan jumlah perkalian jarak-jarak terpendek dengan

bobot dari semua simpul adalah titik yang berasal dari simpulan jaringan tersebut.

Untuk persoalan meminimumkan jarak rata-rata, teorema Hakimi masih mampu

memecahkan persoalan yang ada dengan lokasi dari simpul-simpul pada jaringan.

Dengan memperhitungkan simpul-simpul yang dilayani sebagai lokasi potensial

untuk pusat pelayanan.

Penentuan lokasi dan alokasi untuk meminumkan jarak dapat ditunjukkan

oleh rumus berikut :

Meminimumkan Z = ∑ ∑ aij wi dij

Dimana :

Z = Sekian Y km, yang maknanya adalah semua Y dari semua simpul dengan sekian

km untuk mencapai pusat pelayanan.

aij = 1, jika simpul dilayani i lebih dekat ke simpul pelayanan j dari pada ke simpul

pelayanan lainnya, selain dari itu = 0

wi = 1 bobot dari simpul yang dilayani i

dij = jarak terpendek antara simpul yang dilayani idan j

Perhitungan P-Median ini diselesaikan dengan menggunakan program

komputer Java Applet P-Median Problem, karena program ini dapat digunakan untuk

analisa dengan sejumlah besar simpul. Program komputer ini akan menandai solusi

terbaik node dengan warna hijau. Sedangkan untuk hasil-hasil yang dipertimbangkan

(under consideration) dari iterasi- iterasi tertentu akan ditandai dengan lingkaran

merah pada node (Kurniawan, 2006).

Page 41: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

26

Dalam kasus satu dimensi (garis lurus) penentuan lokasi optimal, fungsi

objektif dapat dirumuskan sebagai berikut :

Minimum Z = ∑ |Pi – X|

Misalkan 0-10 ada jarak antar kantor kecamatan (asumsi lokasi pusat pelayanan

kesehatan), titik iterasi adalah 5 untuk X maka didapat nilai sebagai berikut :

Z=|1-5| + |3-5| + |4-5| + |6-5| + |10-5| = 13

Jika titik iterasi adalah 4 untuk X maka didapat nilai sebagai berikut :

Z=|1-4| + |3-4| + |4-4| + |6-4| + |10-4| = 12

Jika titik iterasi adalah 6 untuk X maka didapat nilai sebagai berikut :

Z=|1-6| + |3-6| + |4-6| + |6-6| + |10-6| = 14

Titik Pelayanan

A B C D E

| | | | | | | | | | |

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Koordinat Nilai Lokasi

Gambar 2. Lokasi Optimal Satu Dimensi (Garis Lurus)

Jika ia berpindah ke lokasi 6, kemudian sebuah titik koordinat kurang dari 5

(lokasi sebelumnya adalah x) masing-masing akan menyumbangkan satu unit

peningkatan terhadap nilai fungsi objektif. Terdapat tiga macam titik dalam kasus ini

jadi penambahannya terjadi 3 unit. Sebaliknya, semua titik dengan koordinat lebih

besar 6 akan memberikan masing-masing satu unit penurunan terhadap fungsi.

Terdapat dua macam titik, jadi penurunnya terhadap nilai fungsi sebesar dua unit.

Efek keuntungan perpindahan lokasi x dari 5 ke 6 adalah sebuah peningkatan nilai

fungsi objektif dari 13 ke 14 unit. Alternatifnya, sebuah perpindahan x dari posisi 5

ke 4 akan menyebabkan penurunan masing-masing satu unit untuk tiga titik pertama

dan peningkatan masing-masing satu unit dua titik.

Page 42: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

27

Dalam metode P-Median ada 2 buah faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor

lokasi jarak antara simpul-simpul dan faktor bobot simpul yang akan dianalisis.

Penggunaan P-Median dimaksudkan karena metode ini dapat mengkombinasikan 2

buah faktor dalam analisis sehingga menghasilkan solusi terbaik yang diinginkan. Ini

memungkinkan kita dapat melihat optimasi suatu lokasi tidak dari sisi satu aspek saja,

melainkan beberapa aspek. Disamping itu, penentuan faktor jarak dan bobot

tergantung pada 3 hal yaitu :

1. Masalah apa yang sedang diselidiki

2. Kelengkapan data yang diperlukan

3. Pertimbangan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki

Adapun yang dimaksud dengan faktor jarak dan bobot dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Faktor Jarak

Pengertian jarak dalam studi kasus ini erat kaitannya dengan lokasi suatu

tempat dalam ruang. Ada 2 pengertian mengenai lokasi, yaitu :

1. Lokasi absolut, yaitu posisi yang erat kaitannya dengan suatu sistem jaringan

konvensional atau dinyatakan dengan garis lintang dan garis bujur astronomis.

Pada dasarnya lokasi yang demikian tidak berubah letaknya dan satuan jarak

yang umumnya diapaki ialah mil, km, dan m, misalnya alamat perusahaan X.

2. Lokasi relatif, ialah posisi yang dinyatakan dalam bentuk jarak atau

diidentikkan dengan salah satu faktor lain. Misalnya kota X terletak 100 km dari

kota Y atau kota X terletak 3 jam perjalanan mobil dari kota Y.

Disamping itu, lokasi relatif dapat pula dinyatakan dalam bentuk karcis bus atau

kereta api.

b. Faktor Bobot

Pengukuran massa dari suatu simpul tertentu sangat tergantung pada masalah

yang sedang diteliti. Bobot tersebut dapat berbentuk sebagai jumlah penduduk suatu

kota, jumlah komoditi suatu daerah, jumlah tenaga kerja, pendapatan daerah,

besarnya modal yang ditanam, jumlah keluarga, jumlah kendaraan, jumlah tempat

tidur di rumah sakit dan lain- lain.

Page 43: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

28

Data yang diperlukan untuk analisa dengan metode P-Median dengan program

komputer Java Applets P-Median Problem ini adalah data sekunder yang terdiri dari :

a. Data Jarak

Sesuai dengan program yang digunakan, maka data jarak yang dibutuhkan adalah

jarak dari setiap calon pusat ke simpul lain yang jaraknya lebih kecil dari batasan

jarak maksimal implisit yang ditentukan.

b. Data Bobot

Bobot simpul ditentukan oleh besarnya kebutuhan pelayanan. Pengukuran bobot

dari suatu simpul tertentu sangat tergantung pada masalahnya yang sedang diselidiki.

Dalam penelitian ini bobot yang akan dipakai adalah jumlah penduduk dan luas

wilayah.

c. Jumlah Pusat-pusat yang Dipilih

Jumlah pusat ditentukan oleh jumlah seluruh kebutuhan pusat pelayanan. Dalam

studi kasus Kota Bogor ini jumlah pusat pelayanan ditentukan oleh simpul yang

dijadikan alternatif pemilihan fasilitas kesehatan Kota Bogor.

3.3.3 Analisis Deskriptif Fasilitas Kesehatan

Analisis deskriptif fasilitas kesehatan dilakukan dengan kajian literatur

dengan mengumpulkan data dan informasi tentang data-data fasilitas kesehatan,

standar kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan fasilitas kesehatan di

Kota Bogor. Dari kajian literatur tersebut akan didapatkan fasilitas kesehatan mana

yang sudah optimal dan yang belum optimal dari segi non-lokasi dalam pelayanan

kesehatan.

3.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis hanya menganalisis aspek spasial dari

fasilitas kesehatan Kota Bogor dengan menekankan pada variabel bobot jumlah

penduduk, bobot luas pemukiman dan bobot sama dalam pengaruh jarak serta analisis

pada aspek non-spasial pada standar kebutuhan dan pelayanan fasilitas kesehatannya.

Dalam penelitian, lebih difokuskan pada Rumah Sakit dan Puskesmas dikarenakan

Page 44: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

29

permasalahan yang terjadi lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan masyarakat

akan kedua fasilitas tersebut. Dan kedua fasilitas tersebut cukup penting dan lebih

jamak digunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan.

Keterbatasan penelitian : (1) Penelitian tidak menganalisis faktor- faktor lain

diluar variabel bobot jumlah pendud uk bobot luas pemukiman dan bobot sama dalam

pengaruh jarak. Seperti aspek kepuasan terhadap fasilitas kesehatan. (2) Program P-

Median memiliki kelemahan statis, yaitu tidak berpengaruh terhadap perkembangan

waktu, faktor lain diluar faktor yang ditekankan dalam penelitian tidak dapat

digunakan dalam program ini sehingga hasil analisis berdasarkan masing-masing

faktor terdapat kemungkinan berbeda. (3) Dalam penentuan simpul-simpul dalam

analisis P-Median memakai kantor kecamatan sebagai simpul dalam penentuan lokasi

optimal RSUD Kota Bogor dan memakai kantor kelurahan dalam penentuan lokasi

optimal Puskesmas pembantu (Pustu) Kecamatan Tanah Sareal dengan asumsi kantor

kecamatan dan kantor kelurahan berfungsi pula sebagai pusat pelayanan. (4) Untuk

mendukung analisis penyebaran fasilitas kesehatan dan analisis P-Median tentang

lokasi optimal RSUD Kota Bogor dan Puskesmas Pembantu (Pustu), penelitian tidak

menggunakan analisis selain analisis terhadap standar kebutuhan fasilitas kesehatan,

mutu pelayanan, efisiensi pengelolaan dari Rumah sakit dan Puskesmas. (5) Dalam

analisis penyebaran fasilitas kesehatan dengan metode skalogram, tidak memakai

Posyandu dengan alasan kuantitas yang sangat memadai di Kota Bogor dan bisa

mempengaruhi hasil perhitungan dengan signifikan. (6) Dalam penentuan lokasi

optimal Puskesmas pembantu (Pustu) Kecamatan Tanah Sareal memakai data tahun

2004 dikarenakan keterbatasan data yang didapat.

Page 45: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Fisik Wilayah Kota Bogor

Wilayah Kota Bogor meliputi areal seluas 118,50 km2 dibagi atas enam

kecamatan yang terdiri dari kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Utara,

Bogor Tengah, Bogor Barat dan Tanah Sareal. Secara geografis wilayah administrasi

Kota Bogor terletak pada koordinat 106° 43`30” BT, 106°51’00” BT dan 6° 36`30’30”

LS- 6° 41’00” LS. Serta mempunyai ketinggian rat-rata minimal 190 m dan maksimal

350 m dengan jarak ± 60 km dari Kota Jakarta. Terdiri dari 6 kecamatan 68

kelurahan, yang berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede

dan Kecamatan Sukaraja.

b. Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dan

Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

c. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi

Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin

Kabupaten Bogor.

4.1.1 Kondisi Topografi

Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0-15 persen dan sebagian kecil

daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30 persen. Jenis tanah hampir dalam

seluruh wilayah adalah lotosil cokelat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah

lebih dari 90 cm dengan tektur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap

erosi. Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan perbedaan

ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 0 s/d > 350 m diatas permukaan laut

dengan kemiringan lereng berkisar antara kelompok 0 - 2 % adalah datar yaitu

dengan luas 1.763,94 Ha, 2 – 5 % adalah landai yaitu dengan luas 8.091,27 Ha, 15 –

Page 46: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

31

25 % adalah agak curam yaitu dengan luas 1.109,89 Ha, 25 – 40 % adalah curam

yaitu dengan luas 764, 96 Ha, dan > 40 % adalah sangat curam yaitu dengan luas

119,94 Ha.

Tabel 3. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Tahun 2005

Kecamatan

Kemiringan Lereng (Ha) JLH (Ha)

0-2% 2-15% 15-25% 25-40% > 40%

Datar landai Agak

Curam Curam Sangat Curam

Bogor Utara 137,85 1.565,65 - 68,00 0,50 1.772 Bogor Timur 182,30 722,70 56,00 44,00 10,00 1.015 Bogor Selatan 169,10 1.418,40 1.053,89 350,37 89,24 3.081 Bogor Tengah 125,44 560,47 - 117,54 9,55 813 Bogor Barat 618,40 2.502,14 - 153,81 10,65 3.825 Tanah Sareal 530,85 1.321,91 - 31,24 - 1.884

Kota Bogor 1.763,94 8.091,27 1.109,89 764,96 119,94 11.850 Sumber : Data Pokok Pembangunan Kota Bogor, Tahun 2002 4.1.2. Geologi

Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh Batuan Vulkanik yang berasal dari

endapaan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa

satuan breksi tupaan / kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/Kal dan kipas

aluvial/ kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh

dari daerah aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang

tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil dari pelapukan endapan baik untuk

vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki jenis Aliran

Andesit seluas 2.719,61 ha, Kipas Aluvial seluas 3.249,98 Ha, Endapan 1.372,68 Ha.

Tufan 3.395,75 Ha dan Lanau Breksi Tufan dan Capili seluas 1.112,56 Ha.

4.1.3. Hidrologi

Wilayah Kota Bogor dialiri oleh 2 (dua) sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung

dan Sungai Cisadane, dengan 7 (tujuh) anak sungai. Secara keseluruhan anak - anak

sungai yang ada membentuk pola aliran paralel-subparalel sehingga mempercepat

waktu mencapai debit puncak (time to peak) pada sungai Ciliwung dan Cisadane

sungai utamanya. Pada umumnya aliran sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian

Page 47: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

32

Kota Bogor sebagai sarana MCK dan usaha perikanan Karamba serta sumber air baku

bagi PDAM. Selain beberapa aliran sungai yang mengalir di Wilayah Kota Bogor ,

terdapat juga beberapa mata air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. Kemunculan mata air tersebut umumnya

terjadi karena pemotongan bentuk lahan atau topografi, sehingga secara otomatis

aliran air tersebut terpotong . kondisi tersebut bisa dilihat diantaranya di tebing jalan

Tol Jagorawi, pinggiran sungai Ciliwung di Kampung Lebak Kantin, Babakan Sirna

dan Bantar Jati dengan besaran debit bervariasi.

Pemanfaatan potensi sumber air baku (raw water) yang dikelola oleh PDAM

Kota Bogor selain memanfaatkan sungai Cisadane juga memanfaatkan mata air yang

berlokasi di Kabupaten Bogor untuk memenuhi kebutuhsn air bersih bagi masyarakat

Kota Bogor. Kapasitas air bersih PDAM 1.045,10 liter/ detik, dengan sumber-sumber

sebagai berikut:

a. Mata Air Kota Batu = 45,57 liter / detik

b. Mata Air Bantar Kambing = 164,75 liter / detik

c. Mata Air Tangkil =105,53 liter / detik

d. WTP Dekeng = 523,90 liter / detik

e. WTP Cipaku = 205,35 liter / detik

Dari jumlah kapasitas tersebut, cakupan pelayanan air bersih PDAM tahun

2003 sebanyak 65.287 pelanggan atau 65 % dengan konsunmsi rata-rata 29,05

m3/bulan. Karena secara teknis tidak semua wilayah di Kota Bogor bisa dilayani oleh

PDAM, maka ada beberapa wilayah yang memakai mata air sebagai pemenuhan air

bersih. Layanan air bersih tersebut dibangun oleh pemerintah dan dikelola langsung

oleh masyarakat yang dimanfaatkan oleh sekitar 1.044KK dengan debit mencapai 8,5

liter / detik dari 7 buah mata air.

4.1.4. Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan identik dengan struktur penggunaan lahan dimana

wilayah Kota Bogor memiliki luas 11.850 Ha. Dari luas wilayah tersebut yang

terdistribusi ke dalam kegiatan penggunaan lahan permukiman pertanian, sosial dan

Page 48: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

33

kegiatannya. Luas lahan permukiman wilayah seluas 8.296,63 Ha/70,01 persen dan

pada umumnya permukiman ini berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan

yang ada di Kota Bogor. Penggunaan lahan untuk pertanian baik sawah maupun

ladang seluas 1.288,66 Ha/10,87 persen dan penggunaan kebun campuran mencapai

154,55 Ha/1,30 persen. Sedangkan penggunaan lahan untuk hutan kota seluas 141,50

Ha/1,19 persen dan sisanya untuk kegiatan lainnya seperti fasilitas sosial,

perdagangan dan jasa, perkantoran kuburan, taman dan lapangan olahraga lokasi

menyebar di wilayah Kota Bogor. Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan di Kota

Bogor pada tabel.

Tabel 4. Persentase Luasan Penggunaan Lahan

Jenis Penggunaan Eksisting Tahun 1999

Luas (Ha) Persentase

Permukiman 8.296,63 70,01

Terminal Agrobisnis 9,21 0,08

Kolam Oksidasi IPAL 1,50 0,01

Pertanian 1.288,66 10,87

Kebun Campuran 154,55 1,30

Industri 115,03 0,97

Perdagangan dan jasa 362,60 3,06

Perkantoran/Pemerintahan 85,28 0,72

Hutan Kota 141,50 1,19

Taman/Lapangan Olaharaga 250,48 2,11

Kuburan 299,28 2,53

Sungai/situ/danau 342,07 2,89

Jalan 529,62 4,47

Terminal dan Sub terminal 1,51 0,01

Stasiun Kereta Api 5,60 0,05

Total 11.850,00 100,00

Sumber : RTRW Kota Bogor 1999-2009

Page 49: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

34

4.1.5. Klimatologi

Jumlah curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3.000

sampai 4.000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250 – 355 mm dengan

waktu curah hujan minimum terjadi di bulan September sebanyak 128 mm,

sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 346 mm.

Temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 26°C, temperatur

tertinggi sekitar 30,4° dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70 %.

4.1.6. Lingkungan Hidup

Berdasarkan Buku Neraca Kualitas Lingkungan Hidup (NKLD) kualitas udara

kota secara umum masih relatif baik, dilihat dari hasil pengujian selama 5 tahun

dibeberapa lokasi, seperti Warung Jambu, Tugu Kujang, Pancasan, Jembatan Merah,

Pasar Mawar, Ciawi, Dramaga, terminal Bubulak, Jl. Baru Kemang, Ciluar, Pertigaan

Regina Pacis, Pasar Bogor dan Depan Balaikota, menunjukkan bahwa semua

parameter di lokasi tersebut terutama CO2, SO2, H2S, Hidro Karbon, Timbal dan NH3

pada umumnya masih di bawah ambang batas Baku mutu Lingkungan (BML),

kecuali beberapa parameter sudah berada di atas ambang batas BML, seperti NO2 di

sekitar Jambu Dua dan Jembatan Merah. Sedangkan untuk tingkat kebisingan telah

melewati Baku Mutu yaitu di sekitar Pancasan, Jembatan Merah, Pasar Mawar,

Jambu Dua dan Tugu Kujang. Sedangkan kualitas air sungai hasil pengujian air di

beberapa titik menunjukkan beberapa parameter kualitas air telah melampaui nillai

Baku Mutu Lingkungan (BML) yaitu dilihat dari parameter BOD, COD dan DO pada

Sungai Cisadane, Ciliwung dan Saluran Cipakancilan hampir sama, kualitas air

tersebut masih memungkinkan untuk media budidaya perikanan namun tidak sesuai

untuk minum.

Page 50: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

35

4.2. Keadaan Sosial Ekonomi

4.2.1. Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2004 sebanyak 835,571 jiwa terdiri

dari laki- laki 424.819 jiwa dan 406.752 jiwa perempuan meningkat pada tahun 2005

menjadi 855.085 jiwa, terdiri dari laki- laki sebanyak 431,864 jiwa dan perempuan

423,221 jiwa dengan kepadatan penduduk 7,215 jiwa per km2. Dilihat dari kepadatan

penduduk, yang terpadat berada di Kecamatan Bogor Tengah mencapai 12,386

jiwa/km2, sedangkan di 5 kecamatan lainnya kepadatan penduduk merata yaitu

berturut-turut di Kecamatan Bogor Utara 8.441 jiwa/km2. Kecamatan Bogor Timur

8.569 jiwa/km2, Kecamatan Tanah Sareal 7.507 jiwa/km2, Kecamatan Bogor Selatan

5.2828 jiwa/ km2 dan Kecamatan Bogor Barat 5.199 jiwa/km2.

Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kota Bogor tahun 2005 sebesar 2,35

persen meningkat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2004

sebesar 2,35 persen. Pada komposisi umur penduduk Kota Bogor bergeser ke level

yang lebih tinggi tingkatannya yaitu mengalami transisi dari struktur umur penduduk

“muda” ke “tua”. Pada tahun 2004 komposisi penduduk usia anak-anak dan remaja

(usia 20 tahun ke bawah) sebesar 37,93 persen bergeser naik menjadi 38 persen pada

tahun 2005. Sedangkan pada kelompok usia tua dan lansia (usia 55 tahun ke atas)

kondisi baik yaitu pada tahun 2004 adalah 8,07 % menjadi 8% pada tahun 2005.

4.2.2. Pertumbuhan, Mobilitas, Tingkat Fertilitas dan Persebaran Penduduk

Angka pertumbuhan penduduk Kota Bogor mencapai 2,54 % dengan angka

pertumbuhan tertinggi di Kecamatan tanah Sareal mencapai 12,93%. Sedangkan

kepadatan penduduk Kota Bogor mencapai 666 jiwa/km2 dengan kepadatan tertinggi

di Bogor tengah mencapai 11.515 jiwa/km2. sedangkan untuk pertumbuhan penduduk

di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel.

Page 51: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

36

Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2005

No Kecamatan Luas Wil

(km2)

Jml Kel

Jml RT (KK)

Rata2 Jiwa/ RT

JML Pddk Sensus 2000

Kep Pddk

(/km2) L P JML 1 Tanah Sareal 21,07 11 35,517 4 79,958 78,233 158,187 7.507 2 Bogor Tengah 8,33 11 24,256 4 52,034 51,142 103,176 12.386 3 Bogor Utara 17,72 8 35,187 4 74,999 74,579 149,578 8.441 4 Bogor Selatan 28,61 16 39,050 4 85,058 81,627 166.745 5.828 5 Bogor Timur 10,15 6 18,594 5 43,486 43,492 86.978 8.569 6 Bogor Barat 32,62 16 41,753 4 96,333 94,088 190,421 5.199 KOTA BOGOR 18,5 68 194,357 26 431,864 423,221 855,085 7.215

Sumber : BPS, 2005

Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat sehingga

mempunyai potensi untuk penularan penyakit. Seperti kasus Demam Berdarah,

Pneumoni, dan TBC. Sehingga program penyakit menular lebih dikonsentrasikan

kepada Kecamatan Bogor Tengah.

Untuk Mobilitas Penduduk tidak dapat disajikan karena sampai saat ini belum

ada data penduduk yang beremigrasi dan berimigrasi. Tetapi secara asumsi karena

adanya kemudahan transportasi dan kecepatan arus transportasi penduduk kota Bogor

banyak yang bekerja di luar wilayah Kota Bogor terutama di Kota Jakarta dan

BOTABEK ha l ini mempengaruhi penularan penyakit menular terutama Demam

Berdarah. Untuk Tingkat Kesuburan Penduduk (Fertilitas) di Kota Bogor dalam

kurun waktu 5 tahun (2000-2005) terlihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Angka Kesuburan Total (TFR) di Kota Bogor Tahun 2000-2005 Tahun Total Fertilitas Rate (TFR) 2000 1,71 2001 1,70 2002 1,68 2003 1,69 2004 1,69 2005 1,69

Sumber : (BKKBN Kota Bogor, tahun 2000-2005)

Page 52: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

37

Dari tabel ini menunjukkan bahwa rata-rata ibu di Kota bogor melahirkan 1-2

anak saja. Hal ini menguntungkan bagi sektor kesehatan karena seorang ibu akan

lebih banyak punya waktu untuk membina anaknya dalam kehidupan yang sehat.

4.2.3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 7. Distribusi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan

Usaha di Kota Bogor Tahun 2005

Penduduk Lapangan Usaha

Laki-laki Perempuan Jumlah

Pertanian 4136 0 4136 Pertambangan 1551 0 1551 Industri 55319 14993 70312 Listrik,gas,air 517 517 1034 Konstruksi 21197 1034 22231 Perdagangan 54802 20680 75482 Angkutan 25850 0 25850 Keuangan 11891 5687 17578 Jasa 32571 21714 54285

Sumber : Suseda Tahun 2005

Pada Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk produktif

mempunyai mata pencaharian pada sektor perdagangan (27.7 persen), industri (25.81

persen), jasa (19.92 persen). Gambaran ini sesuai dengan kondisi Kota Bogor yang

merupakan tempat pusat pelayanan jasa, perdagangan dan pariwisata.

4.2.4. Distribusi Penduduk Miskin

Keluarga miskin (Gakin) di Kota Bogor tersebar ditiap kecamatan, dengan

proporsi adalah 11,2 persen dibandingkan dengan KK seluruhnya. Begitupun dengan

penduduk miskin (Penkin) tersebar pada tiap kecamatan dengan proporsi 11 persen

dibandingkan penduduk seluruhnya. Untuk lebih jelasnya distribusi penduduk miskin

di Kota Bogor tahun 2005 dapat dilihat pada tabel 8.

Page 53: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

38

Tabel 8. Distribusi Penduduk Miskin di kota Bogor Tahun 2005

No

Kecamatan

KK

Miskin

Jml Pddk

Miskin

Total

KK

Total

Penduduk

Proporsi %

Gakin Penkin

1 Tanah Sareal 4082 12.882 35.517 150.636 11,5 8,5

2 Bogor Utara 2978 13.499 35.187 148.187 8,5 9,1

3 Bogor Barat 5121 21.181 41.753 184.464 12,3 11,5

4 Bogor Selatan 4729 21.308 39.050 163.295 12,1 13,0

5 Bogor Timur 2214 9.304 18.594 83.907 11,9 11,0

6 Bogor Tengah 2771 10.048 24.256 101.162 11,4 9,9

JUMLAH 21.914 92.087 194.357 831.671 11,2 11,0

Sumber: P2KT Puskesmas, tahun 2005

Pada tabel tersebut tampak bahwa jumlah Gakin terendah terdapat di

Kecamatan Bogor Utara dengan proporsi 8,5 persen, sedangkan Penkin terendah

terdapat di Kecamatan Tana h Sareal dengan proporsi 8,5 persen dan Kecamatan

Bogor Utara dengan proporsi 9,1 persen. Dengan adanya penduduk miskin ini maka

program-program penanggulangan kemiskinan harus diadakan misalnya mulai dari

pelayanan dasar di puskesmas sampai dengan rujukan ke rumah sakit.

4.3. Kondisi Perekonomian

Indikator makro perekonomian diukur dari Produk Domestik Bruto (PDRB),

yaitu PDRB Kota Bogor tahun 2003 berdasarkan Harga berlaku sebesar Rp

3.645.650,79 juta. Meningkat 11,1 persen menjadi sebesar Rp 4.051.722,6 juta tahun

2004. Pada tahun 2005 sebesar Rp 450.000.000 juta. Sedangkan berdasarkan Harga

Konstan sebesar Rp 3.361.586,14 juta meningkat pada tahun 2004. Laju pertumbuhan

ekonomi Kota Bogor tahun 2005 sebesar 6,12 persen meningkat sebesar 0,02 persen

dari tahun 2004 yaitu sebesar 6,10 persen. Laju inflasi tahun 2005 sebesar 8,47 persen

menurun 0,03 persen dibanding tahun 2004 sebesar 7,61 persen. Meningkatnya

PDRB tersebut berimplikasi terhadap meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat

Bogor, yaitu berdasarkan harga berlaku sebesar 111.070.000 juta menjadi

Page 54: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

39

111.140.000 juta, sedangkan berdasarkan harga konstan sebesar Rp 106.070.000 juta

menjadi Rp 106.100.000 juta.

PDRB Kota Bogor

Ditinjau atas dasar harga berlaku, PDRB Kota Bogor tahun 2005 secara

umum seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar

30,33 persen dibanding tahun 2004, yaitu dari Rp 5.245.746,83 juta pada tahun 2004

menjadi Rp 6.836.918,89 juta di tahun 2005. PDRB atas dasar harga konstan 2000

mengalami peningkatan sebesar 6,12 persen dari Rp 3.361.438,93 juta di tahun 2004

menjadi Rp 3.567.230,91 juta pada tahun 2005. Keadaan PDRB Kota Bogor atas

dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 kurun waktu 2001-

2005 disajikan pada tabel.

Tabel 9. PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga

Konstan (2000) Tahun 2001-2005 (jutaan Rp)

No Tahun PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga

Konstan

1 2001 2.994.826,20 2.823.430,21

2 2002 3.456.398,20 2.986.837,37

3 2003 4.165.569,12 3.168.185,54

4 2004*) 5.245.746,83 3.361.438,93

5 2005**) 6.836.918,89 3.567.230,91

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber : BPS Kota Bogor, 2005

Dengan melihat bahwa PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp

2.994.826,20 juta ditahun 2001 meningkat menjadi Rp 6.836.918,89 juta ditahun

2005 dan PDRB konstan pun mengalami peningkatan dari Rp 2.823.430,21 juta pada

tahun 2001 menjadi Rp 3.567.230,91 juta tahun 2005. Maka hal ini menggambarkan

bahwa dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan rill

yang walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan

Page 55: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

40

yang terjadi bukan hanya peningkatan yang disebabkan oleh harga yang jauh

meningkat atau inflasi yang terjadi.

4.4. Pembangunan Kota Bogor

Pada saat ini, Kota Bogor memiliki banyak sekali perubahan dibandingkan

dengan beberapa tahun kebelakang. Masyarakat telah merasakan hasil pembangunan

dan perkembangan yang luar biasa yang terjadi di Kota Bogor ini. Sebagai contoh,

ditahun 1995-an di sekitar jalan Pajajaran Bogor, hanya diramaikan oleh suasana

perkuliahan di kampus IPB dan beberapa Mall seperti Internusa, tetapi lima tahun

kemudian puluhan Outlet di sepanjang jalan Pajajaran mulai dari Warung Jambu

sampai ke jalan Ciawi bermunculan. Dibalik pertumbuhan sarana dan perekonomian

yang ada saat ini, Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) inilah yang mempunyai

peran yang cukup penting dalam menata dan mengatur Kota Bogor ini3.

BAPEDA bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah yang lain seperti

DLLAJ, Deperindagkop, Dinkes, Dispenda, dan instansi lainnya membuat suatu

rancangan untuk menata Kota Bogor lebih tertib, nyaman dan dapat dirasakan

manfaatnya oleh semua masyarakat. Menurut Ir. Fahmi Hakim, Kasubid Tata Ruang

Bapeda4 menjelaskan bahwa Bapeda telah melakukan sosialisasi dan menampung

aspirasi masyarakat dengan mengadakan pameran perencanaan Rencana Detail Tata

Ruang Kota (RDTR) diwilayah Kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor

Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal. RDTR adalah

rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kota/kawasan perkotaan secara rinci

disusun untuk menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-

program pembangunan perkotaan. RDTR ini merupakan rencana yang menetapkan

blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan, sebagai penjabaran ”kegiatan”

kedalam wujud ruang, dengan memperhatikan antara kegiatan penunjang dalam

kawasan fungsional tersebut. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kota Bogor seperti

yang tersaji dalam Lampiran 8. antara lain sepert i pengembangan Bogor “Outer Ring

3 Bapeda Kota Bogor. Quo Vadis Pembangunan Kota Bogor dikutip dari Majalah TPSN, Edisi 8, 17-29 Oktober 2005, hal.17) 4 Loc.cit

Page 56: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

41

Road” yang bertujuan untuk mengembangkan beban lalu lintas sehingga tidak

terpusat kedalam kota dan membagi beban penumpang lebih merata adalah salah satu

program yang akan dikembangkan dalam waktu dekat. Selain itu, pemindahan

terminal Baranangsiang ke wilayah Tanah Baru, pembangunan jalan tol dari Sentul

sampai Yasmin dan pembangunan stasiun kereta di Kedung Halang (stasiun antara

Bogor dan Cilebut) akan segera menyusul.

4.5. Arah Pengembangan Pembangunan Fisik Kota

Perkembangan kegiatan Kota cenderung menuju ke segala arah terutama

pada wilayah perluasan dengan mengalih- fungsikan lahan pertanian yang kurang

produktif. Adapun arah perkembangan fisik Kota Bogor sebagai berikut (BAPEDA

Kota Bogor, 2001) :

a. Bagian Barat, yaitu Kecamatan Bogor Barat berpotensi sebagai daerah

permukiman yang ditunjang oleh obyek wisata

b. Bagian Selatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan berpotensi sebagai daerah

permukiman dengan KDB rendah dan ruang terbuka hijau

c. Bagian Timur, yaitu Kecamatan Bogor Timur berpotensi sebagai daerah

permukiman

d. Bagian Tengah, yaitu Kecamatan Bogor Tengah berpotensi sebagai pusat

perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh perkantoran dan wisata ilmiah

e. Bagian Utara, Kecamatan Bogor Utara berpotensi sebagai daerah industri non

polutan dan sebagai penunjangnya adalah pemukiman beserta perdagangan

dan jasa, Kecamatan Tanah Sareal berpotensi sebagai permukiman serta

Fasilitas pelayanan kesehatan.

Page 57: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

V. RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENATAAN RUANG KOTA

BOGOR TAHUN 1999-2009

5.1 Rencana Pengembangan Tata Ruang Kota

Rencana pengembangan tata ruang kota mencakup rencana struktur tata

ruang dan rencana pengembangan sistem perwilayahan yang dijabarkan dalam bentuk

pengembangan kegiatan kota yang meliputi pengaturan pemanfaatan ruang kota

sesuai dengan fungsi kota.

5.1.1 Rencana Struktur Tata Ruang

Rencana struktur tata ruang merupakan rencana pengaturan, pemanfaatan dan

pengembangan ruang Kota Bogor secara terpadu dan optimal yang dibentuk oleh

pusat-pusat kegiatan secara struktur menurut hirarki pelayanan. Rencana struktur tata

ruang kota didasarkan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

1. Mengintegrasikan semua kegiatan di setiap wilayah;

2. Pemerataan pertumbuhan kegiatan kota di setiap wilayah, sehingga terbentuk

keseimbangan perkembangan kota;

3. Jelasnya kedudukan fungsi kota dan peranannya;

4. Penempatan lokasi kegiatan utama pada lokasi yang diperkirakan akan

menajadi bangkitan atau penarik pergerakan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka secara struktural, tata ruang di Kota Bogor

direncanakan terdiri dari :

A. Struktur Kegiatan Primer

Struktur kegiatan primer merupakan kegiatan pelayanan kota dengan skala

pelayanan regional, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Perdagangan Regional

Kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan regiona l yang telah terdapat di

pusat kota tetap dipertahankan dan untuk pengembangannya diarahkan

Page 58: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

43

penyebarannya ke kota-kota satelit, terutama pada jalan-jalan utama yang memiliki

tingkat aksesibilitas tinggi, seperti Jalan Raya Pajajaran, Jalan Raya Baru Kemang,

Jalan Raya Sindangbarang, Jalan Raya Tajur dan Jalan Ring Road.

b. Terminal Regional

Terminal Regional yang merupakan Terminal Type A diarahkan pada Kota Satelit

IV yaitu Kecamatan Bogor Utara Desa Ciluar.

c. Kebun Raya Bogor dan CIFOR

Kebun Raya Bogor dan CIFOR mempunyai fungsi ekologis menjaga

keseimbangan ekosistem kota dan berfungsi wisata ilmiah yang mempunyai

pelayanan skala regional.

d. Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

Pengembangan RPH ditujukan untuk memenuhi kebutuhan daging di Kota Bogor

dan Kabupaten Bogor yang berlokasi di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat.

e. Rumah Sakit

Pengembangan rumah sakit ditujukan untuk memenuhi pelayanan kesehatan di

Kota Bogor dan daerah sekitarnya yang direncanakan di Kelurahan Tanah Sareal

Kecamatan Tanah Sareal yang pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah dan rumah

sakit yang telah ada tetap dipertahankan seperti Rumah Sakit PMI, Rumah Sakit

Azra, Rumah Sakit Bhakti, Rumah Sakit Islam, dan Rumah Sakit Salak.

f. Pendidikan

Pengembangan pendidikan Perguruan Tinggi/Akademi yang direncanakan di

Desa Marga Jaya Kecamatan Bogor Barat dan di Desa Rancamaya Kecamatan Bogor

Selatan, sedangkan untuk Perguruan Tinggi/Akademi yang ada tetap dipertahankan

seperti Universitas Pakuan, Universitas Ibnu Khaldun, Universitas Nusa Bangsa,

Institut Pertanian Bogor, serta beberapa akademi dan sekolah tinggi lainnya.

B. Struktur Kegiatan Sekunder

Struktur kegiatan sekunder merupakan kegiatan dengan skala pelayanan kota,

yang meliputi : (1) Perdagangan lokal yang dikembangkan pada pusat-pusat kegiatan

Kota Satelitnya. (2) Perkantoran/Pemerintahan yang ditujukan untuk tercapainya

Page 59: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

44

kegiatan secara merata serta mengurangi terkonsentrasinya kegiatan di pusat kota. (3)

Kegiatan Industri yang telah ada di Kota Bogor keberadaannya tetap dipertahankan

sedangkan untuk pengembangannya diarahkan pada kota satelit IV Kecamatan Bogor

Utara. (4) Pendidikan dikembangkan menjadi pendidikan tingkat wilayah kota,

pendidikan tingkat kecamatan, dan pendidikan tingkat lingkungan. (5) Permukiman

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perumahan di Kota Bogor dan tertatanya

lingkungan perumahan, sehingga terciptanya lingkungan permukiman yang layak

huni. (6) Sub-Terminal pengembangan kegiatan ini penempatannya di kota-kota

satelit yaitu di perbatasan antara Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.

5.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perwilayahan

Dalam upaya menjangkau pelayanan penduduk Kota Bogor dan sekitarnya secara

merata, maka diperlukan rencana pengembangan sistem perwilayahan agar menjadi

satu kesatuan yang utuh dalam sistem perkotaan, yang didasarkan atas :

1. Fungsi dan kedudukan Kota Bogor di wilayah Jawa Barat

2. Fungsi dan kedudukan Kota Bogor dalam konsistensi Jabodetabek

3. Potensi perkembangan dan kemampuan berkembang Kota Bogor.

Dengan demikian sistem perwilayahan yang sesuai dengan Kota Bogor adalah Model

Sistem Kota Satelit yaitu Pusat yang dikelilingi Satelit. Pusat Kota adalah Kecamatan

Bogor Tengah sedangkan yang menjadi kota satelitnya adalah Kecamatan Bogor

Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Timur

dan Kecamatan Tanah Sareal.

Adapun fungsi dari masing-masing kecamatan atau satelitnya sebagai berikut :

1. Kecamatan Bogor Tengah sebagai Pusat Kota Satelit,

Fungsi utamanya sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa ditunjang oleh

kegiatan perkantoran/pemerintahan, permukiman dan obyek wisata.

2. Kecamatan Bogor Selatan sebagai Kota Satelit I,

Fungsi utamanya sebagai pusat kegiatan permukiman yang ditunjang oleh

kegiatan perdagangan dan jasa serta merupakan daerah konservasi.

3. Kecamatan Bogor Barat sebagai Kota Satelit II,

Page 60: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

45

Fungsi utamanya sebagai kegiatan permukiman yang ditunjang oleh kegiatan

perdagangan dan jasa serta merupakan daerah obyek wisata dan daerah

konservasi.

4. Kecamatan Tanah Sareal sebagai Kota Satelit III,

Fungsi utamanya sebagai kegiatan perkantoran/pemerintahan yang ditunjang oleh

kegiatan permukiman serta perdagangan dan jasa.

5. Kecamatan Bogor Utara sebagai Kota Satelit IV,

Fungsi utamanya sebagai kegiatan industri non-polutan, yang ditunjang oleh

kegiatan permukiman serta perdagangan dan jasa.

6. Kecamatan Bogor Timur sebagai Kota Satelit V,

Fungsi utamanya sebagi kegiatan permukiman yang ditunjangoleh kegiatan

industri non-polutan serta perdagangan dan jasa.

5.1.3 Rencana Penggunaan Lahan

Secara umum rencana penggunaan lahan sampai dengan tahun 2009 terdiri

dari kawasan lahan terbangun, kawasan lahan belum terbangun dan kawasan lahan

yang tidak boleh dibangun atau lahan konservasi.

1. Kawasan lahan terbangun terdiri dari pemanfaatan lahan permukiman, pendidikan,

peribadatan, kesehatan, perdagangan dan jasa, industri, perkantoran/pemerintahan,

rumah potong hewan/pasar hewan, IPAL, terminal dan stasiun Kereta Api serta

jalan.

2. Kawasan lahan belum terbangun terdiri dari jenis pemanfaatan lahan pertanian dan

kebun campuran.

3. Kawasan lahan tidak boleh dibangun atau daerah konservasi terdiri dari Kebun

Raya, hutan kota, taman dan jalur hijau, kawasan hijau, lapangan olahraga, daerah

aliran sungai serta situ-situ alami maupun buatan.

5.1.4 Rencana Penyediaan Fasilitas Kesehatan

Rencana penyediaan fasilitas keseha tan di Kota Bogor sampai tahun 2009

ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat mulai dari tingkat

Page 61: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

46

lingkungan sampai tingkat kota, meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dari

fasilitas yang ada dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan. Adapun rencana

pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan sebagai berikut :

1. Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibawah otoritas

pemerintah daerah maka perlu diadakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),

yang direncanakan di Kelurahan Tanah Sareal KecamatanTanah Sareal dengan

luas 1,47334 Ha.

2. Poliklinik dengan skala pelayanan 1.600 jiwa sebagai penunjang fasilitas

kesehatan pada tingkat lingkungan, perlu penambahan sebanyak sebanyak 58 unit.

3. Praktek Dokter dengan skala pelayanan 5.000 jiwa sebagai penunjang fasilitas

kesehatan pada tingkat lingkungan, perlu penambahan sebanyak 46 unit.

4. Apotik dengan skala pelayanan 10.000 jiwa, penambahan sebanyak 48 unit.

5. Pengembangan fasilitas kesehatan lainnya seperti posyandu, puskesmas harus

sesuai dengan standar kebutuhan yang berlaku dan ditempatkan pada lokasi yang

sesuai dengan peruntukkannya.

6. Memindahkan fasilitas kesehatan yang berada pada lokasi bukan peruntukkannya

ke lokasi yang sesuai.

7. Rehabilitasi gedung fasilitas kesehatan yang sudah rusak berat yang masih sesuai

dengan peruntukkan.

Page 62: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

V1. GAMBARAN UMUM FASILITAS KESEHATAN RUMAH SAKIT DAN

PUSKESMAS

6.1 Rumah Sakit

Pengertian Rumah Sakit menurut Wolper dan Pena dalam Kurnia (2005)

adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta

tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai

tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi Rumah Sakit adalah

tempat untuk menyelenggarakan pelayanan medik keperawatan serta

menyelenggarakan pelayanan pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran,

perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Pengklasifikasian jenis Rumah Sakit menurut

DEPKES RI (2003) adalah sebagai berikut:

a. Rumah Sakit Umum (RSU), yaitu Rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan untuk semua jenis penyakit dari bersifat dasar hingga sub -spesial

b. Rumah Sakit Jiwa (RSJ), yaitu Rumah sakit yang khusus menyelenggarakan

pelayanan kesehatan jiwa

c. Rumah Sakit Khusus, yaitu Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan berdasarkan penyakit atau disiplin ilmu tertentu, meliputi : RS

kusta (RSK), RS Tuberkulosa Paru (RSTP), RS Mata, RS Orthopedi, RS

Bersalin dan RS Khusus lain seperti : RS Jantung, RS Kanker, dsb.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 1998 No.159b/Menkes/II/1988

yang tercantum dalam Bab II Pasal 3, rumah sakit dapat dimiliki dan diselenggarakan

oleh pemerintah atau swasta. RS Pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh

DEPKES, Pemda, TNI atau BUMN. Sedangkan RS Swasta dimiliki dan

diselenggarakan oleh yayasan, PT dan badan hukum lain yang bersifat sosial.

Pengklasifikasian Rumah Sakit umum baik pemerintah maupun swasta

menurut tingkat kemampuannya terbagai menjadi 5 kelas, yaitu:

Page 63: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

48

1. Kelas A, merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialitik dan sub-spesialtik luas.

2. Kelas B II (B+), merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik spesialitik luas dan sub-spesialtik terbatas. RS

A+ dan B+ dapat berfungsi sebagai RS Pendidikan.

3. Kelas B I, merupakan Rumah Sakit yang memiliki sekurang-kurangnya 11

jenis spesialitik.

4. Kelas C, Rumah Sakit medik yang memiliki sekurang-kurangnya 5 spesialitik

4 dasar pelayanan lengkap, yaitu bedah, penyakit dalam, kesehatan anak serta

kebidanan dan kandungan.

5. Kelas D, Rumah Sakit yang sekurang-kurangnya mempunyai pelayanan

medik dasar.

6.1.1 Tingkat Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Umum

Menurut Soejadi (1996) dalam Efisiensi pengelolaan Rumah Sakit Umum

(RSU) dapat digambarkan dengan melihat empat indikator yaitu rata-rata lama

dirawat (Length of Stay-LOS), selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn Over

Interval - TOI), rata-rata pemakaian tempat tidur (Bed Occupancy Rate - BOR), dan

frekuensi pemakaian tempat tidur (Bed turn over-BTO). Efisiensi pendayagunaan

sarana rumah sakit biasanya dinilai dari indikator BOR, TOI dan BTO dan mutu

pelayanan dari indikator TOI dan LOS.

Angka ideal indikator efisiensi pengelolaan Rumah Sakit :

1. BOR : Bed Occupacion Rate (Angka rata-rata tempat tid ur terisi dalam satu tahun)

Tempat tidur yang dimaksud adalah tempat tidur di ruang rawat inap. Angka BOR

ideal berkisar antara 75%-85%.

2. AvLOS : Average Length of Stay (Angka rata-rata lamanya seorang pasien

dirawat) Angka ideal : 3-12 hari

3. TOI : Turn Over Interval (Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi)

Angka ideal : 1-3 hari

Page 64: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

49

4. BTO : Bed Turn Over (Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun)

Angka ideal : lebih dari 30 kali

6.1.2 Puskesmas

Pengertian Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional

yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina

peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Wilayah kerja Puskemas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan

infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II,

sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota,

dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk

yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas.

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang

dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas

Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah

penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan.

Puskesmas di ibukota Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,

merupakan “Puskesmas Pembina“ yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi

Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

Dalam perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan

diberlakukannya UU Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi.

Dengan Otonomi, setiap daerah tingkat II punya kesempatan mengembangkan

Puskesmas sesuai Rencana Strategis ( renstra ) Kesehatan Daerah dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Bidang Kesehatan sesuai situasi

dan kondisi daerah Tingkat II. Konsekuensinya adalah perubahan struktur organisasi

Page 65: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

50

kesehatan serta tugas pokok dan fungsi yang menggambarkan lebih dominannya

aroma kepentingan daerah tingkat II, yang memungkinkan terjadinya perbedaan

penentuan skala prioritas upaya peningkatan pelayanan kesehatan di tiap daerah

tingkat II, dengan catatan setiap kebijakan tetap mengacu kepada Renstra Kesehatan

Nasional. Di sisi lain daerah tingkat II dituntut melakukan akselerasi di semua sektor

penunjang upaya pelayanan kesehatan.

Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Pelayanan Kesehatan yang diberikan

Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan:

a. Kuratif (pengobatan)

b. Preventif (upaya pencegahan)

c. Promotif (peningkatan kesehatan)

d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua pendud uk, tidak membedaan jenis

kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

Pelayanan Kesehatan Integratif sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan

di Kecamatan meliputi Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha

Hyegiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular, dan lain- lain.

Usaha-usaha tersebut masih bekerja sendiri-sendiri dan langsung melapor kepada

Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa

yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak mengetahui apa yang

dilakukan oleh petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya. Dengan adanya sistem

pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat yakni Puskesmas, maka

berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama dibawah satu koordinasi

dan satu pimpinan.

6.1.3 Fungsi dan peran Puskesmas

1. Fungsi Puskesmas:

1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat

Page 66: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

51

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya. Proses dalam melaksanakan fungsinya,

dilaksanakan dengan cara:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana

menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan

efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan

rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan

ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program Puskesmas.

2. Peran Puskesmas:

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang

sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan

manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan

daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana kegiatan

yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian

manajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai

bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan

masyarakat. Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan

teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara

komprehensif dan terpadu.

3. Kedudukan Puskesmas:

1. Kedudukan secara administratif: Puskesmas merupakan perangkat teknis

Page 67: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

52

Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab langsung baik teknis

maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan: Dalam urutan hirarki

pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan pada

Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama. Yang dimaksud Pelayanan

Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal

pengembangan pelayanan kesehatan, Puskesmas dapat meningkatkan dan

mengembangkan diri ke arah modernisasi sistem pelayanan kesehatan di

semua lini, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif sesuai

kebijakan Rencana Strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan. Sebagai

contoh: Di bidang promotif, Puskesmas dimungkinkan menggunakan LCD

Proyektor sebagai sarana penyuluhan kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi terkini yang bersifat interaktif menggunakan perangkat audiovisual

multimedia.

Penyuluhan Kesehatan Interaktif : Di bidang penunjang kuratif, Puskesmas

dapat mengembangkan Laboratorium modern menggunakan Elektro Fotometri, USG,

EEG dan lain- lain secara bertahap, agar mutu pelayanan meningkat dan masyarakat

dapat menikmati berbagai pelayanan kesehatan di Puskesmas. Di bidang

pengembangan SDM petugas, pimpinan Puskesmas dapat mengupayakan medical

review dan prosedur tetap pelayanan medis, agar upaya kuratif lebih bermutu dan

dapat dipertanggung jawabkan.

Di bidang preventif, Puskesmas dapat mengembangkannya dalam bentuk

pembuatan brosur semisal Brosur jadwal imunisasi, brosur DBD, Diare dan lain- lain

sesuai skala priotitas dan kondisi tiap Puskesmas.

Di bidang rehabilitatif, juga dapat dikembangkan transfer pengetahuan

kesehatan kepada khalayak berupa brosur, Semisal brosur jadwal makan Diabetes

saat Puasa dan lain- lain.

Page 68: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1 Hirarki Aktual Fasilitas Kesehatan Kecamatan Kota Bogor Berdasarkan

Metode Skalogram

Untuk mengetahui hirarki fasilitas kesehatan kecamatan Kota Bogor yang

tersebar digunakan metode skalogram. Seperti yang telah disebutkan dalam

metodologi penelitian, metode ini memberikan hirarki yang lebih tinggi kepada pusat

pertumbuhan dan pelayanan yang memiliki jumlah unit sarana dan prasarana

pembangunan yang lebih banyak. Metode skalogram lebih menekankan kriteria

kualitatif dibandingkan kriteria yang menyangkut derajat fungsi sarana dan prasarana

pembangunan, distribusi penduduk dan jangkauan pengaruh pelayanan secara spasial

tidak dipertimbangkan secara spesifik. Metode skalogram ini digunakan dalam

penelitian untuk mengidentifikasi kecamatan mana di Kota Bogor yang belum

lengkap atau yang sudah lengkap dalam ketersediaan fasilitas kesehatan. Berdasarkan

jumlah dan jenis unit fasilitas kesehatan pada setiap kecamatan di Kota Bogor dapat

disusun skalogram untuk fasilitas kesehatan kecamatan Kota Bogor seperti disajikan

pada tabel lampiran 1 skalogram. Pada skalogram tersebut dapat diperoleh informasi

hirarki fasilitas kesehatan di setiap kecamatan Kota Bogor dari peringkat teratas

sampai dengan yang terbawah seperti disajikan dalam tabel.

Tabel 10. Hirarki Fasilitas Kesehatan di Kota Bogor 2005

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jml unit fas

kesehatan

Jml jenis fas

kesehatan Peringkat

1 Tanah Sareal 158.187 55 10 6 2 Bogor Tengah 103.176 138 12 2 3 Bogor Utara 149.578 119 11 3 4 Bogor Selatan 166.745 66 10 4 5 Bogor Barat 190.421 175 11 1 6 Bogor Timur 86.978 62 11 5

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor 2005 (diolah)

Page 69: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

54

Berdasarkan tabel Skalogram diatas terlihat bahwa setiap kecamatan di Kota

Bogor belum ada yang memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap. Kecamatan dengan

jumlah total jenis unit fasilitas kesehatan terlengkap adalah Kecamatan Bogor Barat

dengan 175 unit, sedangkan Kecamatan Tanah Sareal menempati peringkat terakhir

dalam hirarki fasilitas kesehatan ini dengan 55 unit. Dalam jumlah total jenis fasilitas

kesehatan terlengkap adalah Kecamatan Bogor Tengah dengan 12 jenis (85,71%) dari

14 jenis. Sedangkan yang memiliki jumlah total jenis fasilitas kesehatan terbatas

adalah Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Selatan dengan 10 jenis (71,4%). Hal

diatas bisa juga menandakan bahwa fasilitas kesehatan di Kota Bogor belum merata

di tiap Kecamatan. Jika dilihat dari jumlah penduduk, pada umumnya semakin besar

jumlah penduduk suatu wilayah maka akan semakin besar pula kebutuhan akan

ketersediaan fasilitas sosial seperti fasilitas kesehatan.

Wilayah yang memiliki peringkat jumlah fasilitas pelayanan lebih tinggi atau

sama bila dibandingkan dengan peringkat jumlah penduduk tentu akan lebih mudah

untuk melayani penduduk yang membutuhkan pelayanan. Kecamatan yang termasuk

kategori ini adalah Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah penduduk yang paling

banyak di Kota Bogor sebesar 190.421 jiwa, telah memiliki fasilitas kesehatan yang

mencukupi untuk melayani masyarakatnya. Wilayah yang memiliki peringkat jumlah

fasilitas pelayanan lebih rendah dari pada peringkat jumlah penduduk adalah

Kecamatan Bogor Selatan dan Tanah Sareal. Kecamatan yang juga memiliki jumlah

penduduk yang cukup banyak seperti Bogor Selatan (166.745 jiwa) dan Tanah Sareal

(158.187 jiwa) belum memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani

masyarakatnya. Walaupun kita berasumsi bahwa semakin banyak jumlah penduduk,

maka akan semakin banyak pula fasilitas pelayanan yang dibutuhkan, kenyataannya

ini belum mampu menunjukan bahwa kebutuhan masyarakat akan fasilitas pelayanan

telah seimbang dengan kelengkapan fasilitas yang ada.

Hirarki fasilitas kesehatan Kota Bogor seperti terlihat dalam analisis

skalogram terlihat sangat beragam dan belum merata. Untuk melihat hierarki fasilitas

kesehatan tiap kecamatan di Kota Bogor secara detail dapat disajikan seperti di

bawah ini.

Page 70: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

55

Tabel 11. Jumlah Puskesmas, Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling

Kota Bogor Tahun 2005

Kecamatan Puskesmas

RRI

Jumlah TT

Puskesmas

Puskesmas

pembantu

Puskesmas

keliling

Bogor Selatan 4 11 5 2

Bogor Timur 2 8 3 1

Bogor Utara 2 4 2

Bogor Tengah 5 6 4

Bogor Barat 5 7 3

Tanah Sareal 5 13 2

Sumber : BPS Kota Bogor, 2005

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah fasilitas Puskesmas

untuk beberapa kecamatan terlihat cukup merata. Kecamatan Bogor Selatan memiliki

jumlah puskesmas paling banyak. Hal ini mungkin diantisipasi sebagai alternatif

penyediaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat di Bogor Selatan karena kecamatan

ini belum memilki fasilitas kesehatan yang lengkap seperti rumah sak it.

Tabel 12. Jumlah Rumah Sakit dan tempat tidur Kota Bogor Tahun 2005

Kecamatan Rumah sakit Tempat Tidur

Bogor Selatan - -

Bogor Timur 1 45

Bogor Utara 1 91

Bogor Tengah 2 416

Bogor Barat 3 881

Tanah Sareal 1 39

Kota Bogor 8 1472

2004 8 1429

2003 7 1521

2002 6 1401

2001 6 693

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2005

Page 71: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

56

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Bogor Barat kembali

mempunyai fasilitas rumah sakit paling banyak dan Kecamatan Bogor Selatan

menjadi kecamatan di Kota Bogor yang belum memiliki fasilitas Rumah Sakit. Dari

tahun ke tahun antara 2001-2005 Kota Bogor mengalami peningkatan dalam jumlah

fasilitas Rumah Sakit. Rumah Sakit umum di Kota Bogor pada sampai tahun 2005

berjumlah 8 buah dengan rincian 7 buah Rumah Sakit swasta dan 1 buah Rumah

Sakit pemerintah. Jumlah tempat tidur yang ada 1.472 dan perbandingan jumlah

tempat tidur dirumah sakit dengan penduduk Kota Bogor adalah 1:606 dengan

demikian fasilitas di Rumah Sakit umum di Kota Bogor masih sangat kurang,

sehingga perlu dibantu dengan pelayanan kesehatan yang menyediakan tempat tidur.

Tabel 13. Jumlah Fasilitas Kesehatan Dasar di Kota Bogor Tahun 2005

Kecamatan Praktek dokter Praktek

Dokter Gigi BP/Klinik Lab.Kes Jumlah

Umum Spesialis

Bogor Selatan 26 5 7 4 3 45

Bogor Timur 23 17 6 8 2 56

Bogor Utara 56 27 14 7 2 106

Bogor Tengah 42 50 14 3 7 116

Bogor Barat 70 51 25 - 3 149

Tanah Sareal 19 12 8 4 1 44

Kota Bogor 236 162 74 26 18 516

2004 274 136 130 83 17 640

2003 - 425 124 38 16 617

2002 - 452 104 77 19 652

Sumber : Bogor Dalam Angka tahun 2006

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari segi fasilitas kesehatan

dasar, kecamatan Bogor Barat menempati peringkat pertama. Sementara untuk

kecamatan Tanah Sareal menempati peringkat terakhir. Dengan demikian fasilitas

kesehatan yang ada di Kecamatan Tanah Sareal masih kurang, sehingga perlu dibantu

dengan penambahan fasilitas kesehatan dasar.

Page 72: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

57

Untuk menunjang fasilitas kesehatan terdapat optik, apotik dan toko obat

seperti terlihat dalam Tabel 14.

Tabel 14. Distribusi fasilitas penunjang kesehatan Kota Bogor tahun 2005

Kecamatan Optik Apotik Toko Obat Laboratorium

Bogor Selatan 4 12 6 2

Bogor Barat 0 17 2 3

Bogor Timur 1 9 4 3

Bogor Tengah 3 33 3 2

Tanah Sareal 22 8 10 7

Bogor Utara 2 18 3 10

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2005

Jumlah Optik yang ada di Kota Bogor saat ini ada 32 optik, yang sudah berijin

sebanyak 18 buah. Dari jumlah tersebut yang terbanyak ada di wilayah Kecamatan

Tanah Sareal yaitu sebanyak 22 optik. Untuk yang akan datang perlu adanya

pengaturan perijinan optikal dan pengawasan juga pengendalian dalam hal perijinan.

Sedangkan untuk Apotik di wilayah Kota Bogor saat ini berjumlah 97 apotik, semua

sudah berijin. Untuk penyebaran apotik pun sama seperti optik yaitu Kecamatan

Bogor Tengah yang terbanyak sebanyak 33 apotik. Sehingga untuk hal tersebut perlu

adanya pemerataan pengaturan lokasi. Dalam hal pelaporan narkotik, psikotropik

belum semua apotik melaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Bogor. Untuk itu akan

dilaksanakan pembinaan teknis yang lebih intensif. Sementara untuk toko obat, saat

ini jumlah toko obat di wilayah Kota Bogor sebanyak 28 toko obat, yang sudah

berijin sebanyak 14 buah terbanyak di wilayah Kecamatan Tanah Sareal, sebanyak 10

buah. Masalah toko obat yang paling utama yaitu tentang adanya penjualan terhadap

obat-obat yang harus dibeli dengan resep dokter. Untuk tindak lanjut masalah ini

mungkin perlu adanya pemerataan, pengaturan lokasi dan pengawasan yang lebih

ketat, yang dilakukan bersama-sama Balai Besar POM.

Hasil dari analisis deskriptif terhadap berbagai fasilitas kesehatan yang

dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa dari segi kuantitas fasilitas kesehatan

dasar maupun fasilitas penunjang kesehatan di Kota Bogor sudah memadai untuk

Page 73: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

58

memberikan pelayanan bagi masyarakat. Namun demikian masih ditemukan beberapa

permasalahan terkait dengan fasilitas tersebut, seperti penyebaran fasilitas kesehatan

kebanyakan terpusat di satu kecamatan, misalnya Kecamatan Bogor Barat.

Sedangkan di kecamatan lain seperti Kecamatan Bogor Selatan masih kurang dalam

ketersediaan fasilitas kesehatannya. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan oleh

Pemerintah Kota Bogor dalam rencana pembangunan kesehatan Kota Bogor di waktu

yang akan datang, misalnya penambahan jumlah fasilitas kesehatan di kecamatan-

kecamatan yang masih kurang, seperti Kecamatan Bogor Selatan.

Dalam analisis selanjutnya, penelitian ini mengambil konsentrasi pada

fasilitas Rumah Sakit dan Puskesmas dikarenakan permasalahan yang terjadi lebih

mengarah pada pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kedua fasilitas tersebut.

Selain itu karena dalam perilaku pencarian obat masyarakat Kota Bogor lebih

memilih kedua fasilitas tersebut. Seperti terlihat dalam tabel 15 dibawah ini.

Tabel 15. Pola Perilaku Pencarian Pengobatan di Kota Bogor Tahun 2005

No Fasilitas Tempat Berobat

Rawat Jalan

(jml kunjungan) Rawat Inap

2004 2005 2004 2005

1 RS. Pemerintah - - - -

2 RS. Swasta - 623.494 - 77.409

3 Praktek dokter - - - -

4 Puskesmas - 704.710 - 465

5 Puskesmas pembantu - - - -

6 Posyandu - - - -

Sumber : Laporan Puskesmas, 2004-2005

Pada Tabel diatas pola pencarian pengobatan belum dapat tergambarkan,

karena proses pelaporan dan pencatatan dari data tersebut belum terdokumentasikan

dengan lengkap. Namun demikian apab ila dilihat dari kunjungan rawat jalan terlihat

bahwa pasien memilih pengobatan ke Rumah Sakit swasta dan Puskesmas. Dari

Page 74: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

59

kedua sarana pelayanan tersebut selama 2 tahun berturut-turut, pencarian pengobatan

menunjukan bahwa puskesmas lebih banyak dikunjungi dibandingkan Rumah sakit.

Sementara pendapatan daerah Kota Bogor dari sektor kesehatan menempatkan

puskesmas sebagai penyumbang terhadap PAD yang paling banyak diantara fasilitas

kesehatan lain5, yakni sebesar Rp.2.450.667.000,- dari PAD Kota Bogor yang sebesar

Rp.63.830.553.398,- hal ini menandakan peran Puskesmas sangat membantu bagi

pembangunan Kota Bogor.

7.2. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan Fasilitas Rumah Sakit dan

Puskesmas di Kota Bogor

Seperti yang telah disebutkan dalam akhir bagian analisis deskriptif hirarki

fasilitas kesehatan bahwa penelitian ini akan menganalisis pada konsentrasi fasilitas

Rumah Sakit dan Puskesmas Kota Bogor. Analisis standar kebutuhan akan

membahas dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) dan dari segi fasilitasnya. Hal ini

dilakukan untuk lebih mempertajam dalam analisis deskriptif dan tidak melihat dari

satu sisi saja sehingga bisa membantu dalam menghasilkan kesimpulan yang baik.

7.2.1. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan SDM Fasilitas Puskesmas Kota

Bogor

Dari standar kebutuhan tenaga kesehatan pada 24 Puskesmas induk yang ada

masih diperlukan tenaga tambahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar di

Puskesmas perkotaan antara lain dibutuhkan 2 orang dokter ahli untuk Puskesmas

rujukan dan menghadapi pengembangan puskesmas entitas mandiri dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan dasar maupun peningkatan retribusi atau

pendapatan puskesmas. Adapun standar kebutuhan tenaga kesehatan puskesmas dapat

dilihat pada lampiran 2.

5 Subag Keuangan Dinas Kesehatan Kota Bogor.Profil Kesehatan Kota Bogor,p 113

Page 75: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

60

7.2.2 Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan SDM Fasilitas Rumah sakit Kota

Bogor

Kebutuhan akan tenaga ahli di 8 Rumah Sakit yang ada di Kota Bogor belum

terpenuhi semua, masih banyak dokter ahli bekerja sebagai dokter tamu atau dokter

tidak tetap, sehingga tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan sesuai dengan PP

Nomor 32 tahun 1996. Kebutuhan tenaga dokter di Rumah Sakit di Kota Bogor dapat

digambarkan sebagaimana tabel. dalam lampiran 3. Kekurangan dokter ahli dapat

digambarkan sebagaimana tabel lampiran. berjumlah 40 orang yang terdiri dari dokter

ahli kebidanan dan kandungan 6 orang, dokter ahli anestesi 7 orang, dokter ahli

penyakit dalam 6 orang, dan dokter ahli radiologi 7 orang dan ahli radiologi klinis 2

orang dalam rangka menekan angka Tb. Paru.

7.3. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Bogor

Tahun 2000-2012

Kota Bogor terbagi yang menjadi 6 (enam) kecamatan mempunyai luas

118,50 Km2, dengan jumlah penduduk sebesar 855.085 jiwa. Menurut BPS Kota

Bogor, setiap tahunnya terjadi peningkatan penduduk di Kota Bogor dengan luas

wilayah yang tetap sehingga kepadatan penduduk tidak dapat dihindari. Peningkatan

penduduk akan mempengaruhi pembangunan fasilitas sosial seperti fasilitas

kesehatan. Analisis Deskriptif Standar Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Bogor

Tahun 2000-2012 tersaji dalam beberapa tabel dibawah ini.

Tabel 16. Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kecamatan Bogor Barat

2000-2012

Sumber :Revis i RTRW Kota Bogor 2002 -2012

No Jenis Fasilitas Standar

Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007

(196,946 jiwa) Tahun 2012

(224,880 jiwa)

Jumlah Kebutuh

an Kebu-tuhan

Penam-bahan

Kebutuhan

Penam-bahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10.000 7 16 20 13 23 3 2 Puskesmas 30.000 8 5 7 0 8 0 3 Posyandu 2.500 167 66 79 0 90 0 4 Apotik 10.000 10 16 20 10 23 3 5 Rumah Sakit 240.000 3 1 1 0 1 0

Page 76: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

61

Berdasarkan tabel standar kebutuhan fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor

Barat dalam rencana kebutuhan fasilitas umum dan sosial 2000-2012, kecamatan ini

pada tahun 2000 jumlah eksisiting fasilitas kesehatannya secara umum sudah

memadai dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti Rumah Sakit. Akan

tetapi pada tahun-tahun yang akan datang dalam rencana tata ruang sampai tahun

2012 masih memerlukan penambahan dalam mengatasi peningkatan penduduk yang

diproyeksikan sebesar 196,946 jiwa (tahun 2007) dan 224,880 jiwa (tahun 2012).

seperti fasilitas Balai Pengobatan dan Apotik.

Tabel 17. Rencana Kebutuhan Fasilitas Sosial Ekonomi Berdasarkan Jumlah

Penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2007 - 2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002 -2012

Berdasarkan tabel standar kebutuhan fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor

Selatan dalam rencana kebutuhan fasilitas umum dan sosial 2000-2012, kecamatan ini

sampai tahun 2007 masih belum memiliki fasilitas Rumah Sakit. Oleh karena itu

kebutuhan fasilitas kesehatan diperuntukan untuk memenuhi fasilitas Rumah Sakit.

Metode yang dipakai dalam proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2007 dan

tahun 2012 adalah metode polinomial.

No Jenis Fasilitas Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007

(158.017 jiwa) Tahun 2012

(172.642 jiwa)

Jumlah Kebutuh

an Kebu-tuhan

Penam-bahan

Kebutuhan

Penam-bahan

Kesehatan

1 Balai Pengobatan 10.000 16 16 17 1

2 Puskesmas 30.000 8 5 5 0 6 1 3 Posyandu 2.500 195 63 63 0 69 6 4 Praktek Dokter 5.000 32 32 35 3 5 Apotik 10.000 18 16 0 17 1 6 Rumah Sakit 240.000 - 1 1 1 1 1

Page 77: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

62

Tabel 18. Rencana Kebutuhan Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan Bogor

Timur Berdasarkan Penduduk Tahun 2007-2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002 -2012

Berdasarkan tabel standar kebutuhan fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor

Timur dalam rencana kebutuhan fasilitas umum dan sosial 2000-2012, kecamatan ini

secara umum sudah memadai dalam segi kuantitasnya. Kecamatan ini pun sudah

memiliki Rumah Sakit. Fasilitas lain yang masih memerlukan penambahan dalam

RTRW sampai tahun 2012 seperti balai pengobatan sebesar 11 unit.

Tabel 19. Rencana Kebutuhan Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan Bogor

Utara Berdasarkan Penduduk Tahun 2007-2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002 -2012

Berdasarkan tabel standar kebutuhan fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor

Utara dalam rencana kebutuhan fasilitas umum dan sosial 2000-2012, kecamatan ini

memiliki jumlah eksisting fasilitas kesehatan yang sudah memadai. Contohnya

fasilitas Posyandu yang mencapai 103 unit.

No Jenis Fasilitas Standar

Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 Tahun 2012

Jumlah Kebutuhan

Kebu-tuhan

Penam-bahan

Kebutuhan

Penam-bahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10.000 6 8 10 4 11 1 2 Puskesmas 30.000 7 3 3 - 4 1 3 Posyandu 2.500 73 31 39 - 45 6 4 Rumah Sakit 240.000 1 - - - - -

No Jenis Fasilitas Standar

Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 (148.970 jiwa)

Tahun 2012 (161.868)

Jumlah Kebutuhan

Kebu-tuhan

Penam-bahan

Kebutuhan

Penam-bahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10.000 7 13 15 8 16 1 2 Puskesmas 30.000 9 4 5 0 5 0 3 Posyandu 2.500 103 51 60 0 65 5 4 Rumah Sakit 240.000 2 1 1 0 1 0

Page 78: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

63

Tabel 20. Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kecamatan Tanah Sareal

Berdasarkan Proyeksi Penduduk Tahun 2007 Dan 2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002 -2012

Berdasarkan tabel lampiran standar kebutuhan fasilitas kesehatan Kecamatan

Tanah Sareal dalam rencana kebutuhan fasilitas umum dan sosial 2000-2012,

kecamatan ini memiliki jumlah eksisting fasilitas kesehatan cukup memadai. Akan

tetapi menurut kebutuhan sampai tahun 2012, masih perlu penambahan fasilitas

kesehatan seperti balai pengobatan dengan rencana kebutuhan pada tahun 2012

sebesar 16 unit. Kebutuhan terbesar pada tahun 2012 adalah Posyandu sebesar 62

unit.

Tabel 21. Rencana Kebutuhan Fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor Tengah Berdasarkan Proyeksi Penduduk Tahun 2007 Dan 2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002 -2012

No Jenis Fasilitas Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007

(143.097jiwa) Tahun 2012

(155.117 jiwa)

Jumlah Kebutuh

an Kebu-tuhan

Penam-bahan

Kebutuhan

Penam-bahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10.000 12 13 14 2 16 2 2 Puskesmas 30.000 8 4 5 0 5 0 3 Posyandu 2.500 126 51 57 0 62 5 4 Rumah Sakit 240.000 1 1 1 0 1 0

No Jenis Fasilitas Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 Tahun 2012

Jumlah Kebutuh-

an Kebu-tuhan

Penam-bahan

Kebu-tuhan

Penam-

bahan Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10.000 12 10 10 -2 10 0 2 Puskesmas 30.000 9 3 3 -6 3 0 3 Posyandu 2.500 41 42 42 42 0 4 Praktek Dokter 5.000 21 21 21 21 0 5 Apotik 10.000 26 10 10 -16 10 0 6 Rumah Sakit 240.000 1 0 0 -1 0 0

Page 79: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

64

Berdasarkan tabel standar kebutuhan fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor

Tengah dalam rencana kebutuhan fasilitas umum dan sosial 2000-2012, kecamatan

ini sudah memiliki jumlah eksisting fasilitas kesehatan yang memadai. Hal ini

dikarenakan Bogor Tengah yang merupakan pusat kota sehingga fasilitas

kesehatannya cukup memadai di kecamatan ini.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, kebutuhan fasilitas kesehatan

dalam Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sampai tahun 2012 di Kota

Bogor secara umum terus mengalami kenaikan. Kecamatan-kecamatan yang bisa

dikatakan cukup memadai dalam kuantitas fasilitas kesehatannya adalah Bogor Barat,

Bogor Utara dan Bogor Tengah. Kebutuhan fasilitas kesehatan yang perlu

diperhatikan adalah di Kecamatan Bogor Selatan yakni fasilitas Rumah Sakit,

kecamatan ini belum memiliki fasilitas Rumah Sakit. Untuk Kecamatan Bogor Timur

diperlukan penambahan pada fasilitas kesehatan pendukung seperti Balai pengobatan

dan Puskesmas. Begitu pula dengan Kecamatan Tanah Sareal yang memerlukan

penambahan pada fasilitas yang sama. Hal ini berarti adanya keterkaitan antara hasil

analisis skalogram hirarki fasilitas kesehatan setiap kecamatan Kota Bogor dengan

analisis standar kebutuhan fasilitas kesehatannya, yang menggambarkan bahwa

kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemerataan fasilitas kesehatan

adalah Kecamatan Tanah Sareal, Bogor selatan dan Bogor Timur.

7.4. Analisis Deskriptif Mutu Fasilitas Rumah Sakit Kota Bogor

Analisis mutu fasilitas Rumah Sakit digunakan untuk melihat sejauh mana

daya layan fasilitas Rumah Sakit di Kota Bogor terhadap masyarakat terutama dari

variabel mutu atau akreditasi Rumah Sakit.

Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa hanya 4 buah Rumah Sakit di Kota

Bogor yang telah melaksanakan akreditasi. Hal tersebut menunjukan bahwa mutu

pelayanan di 2 rumah sakit yang belum terakreditasi, belum dapat

dipertanggungjawabkan sehingga Dinas Kesehatan harus mendorong agar Rumah

Sakit tersebut segera melaksanakan akreditasi agar dapat menjamin pelayanan

kesehatan yang aman dan bermutu bagi masyarakat Kota Bogor.

Page 80: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

65

Tabel 22. Akreditasi Rumah Sakit di Kota Bogor tahun 2005

No Nama Rumah Sakit Type Akreditasi

Sudah Belum

1 RS Karya Bhakti C+ Tahun 2002 (12 pelayanan)

2 RS Salak B Tahun 2002 (5 pelayanan)

3 RS Azra C+

4 RS PMI B Tahun 2000 (5 pelayanan)

5 RS Islam C

6 RS Marzoeki Mahdi A Tahun 2002 (5 pelayanan)

7 RS Hermina

8 RS BMC

Sumber : Laporan Tahunan Rumah Sakit, tahun 2004 dalam Profil Kesehatan Kota Bogor 2005

7.5 Analisis Deskriptif Mutu Fasilitas Puskesmas Kota Bogor

Jenis Puskesmas di Kota Bogor sebanyak 44 Puskesmas yang tersebar di

enam kecamatan seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 23. Jumlah Puskesmas menurut Kecamatan

Kecamatan Jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk

Bogor Selatan 9

Bogor Timur 6

Bogor Utara 5

Bogor Tengah 9

Bogor Barat 8

Tanah Sareal 7

Kota Bogor 44

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2004

Sejak Pelita IV sampai dengan tahun 2004 jumlah Puskesmas di Kota Bogor

telah terjadi peningkatan. Peningkatan ini ada yang berupa pembangunan puskesmas

baru maupun peningkatan fisik dari Puskesmas pembantu menjadi Puskesmas.

Page 81: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

66

Peningkatan sarana puskesmas dari Puskesmas pembantu menjadi Puskesmas induk

telah dilakukan sejak adanya pengembangan wilayah Kota Bogor.

Untuk meningkatkan cakupan pelayanan dan agar petugas dapat lebih efektif

melakukan pelayanan diluar gedung, dikembangkan juga puskesmas keliling

(pusling), pada tahun 2004 tercatat jumlah Puskesmas keliling sebanyak 3 buah.

Secara umum pemanfaatan fasilitas kesehatan dasar di Puskesmas se Kota

Bogor sudah cukup baik, hal ini ditunjukan dengan kecenderungan peningkatan

kunjungan Puskesmas setiap tahun sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 24. Kunjungan Puskesmas di Kota Bogor Tahun 2003-2005

No Jenis Kunjungan Jumlah Kunjungan

2003 2004 2005

1

Jumlah kunjungan 24

Puskesmas

Jumlah Penduduk

Contact Rate

675.778

820.707

0,82

695.788

831.571

0,84

705.175

855.085

0,82

2

Jumlah kunjungan Gakin

Jumlah Penduduk Gakin

Contact Rate

683.988

89.735

7,6

92.298

92.087

10

79.859

21.895

27,4

3

Jumlah kunjungan ASKES

Jumlah Peserta ASKES

Contact Rate

97.030

72.289

1,34

107.608

258.377

0,42

90.864

211.685

0,42

Sumber : lb1 Puskesmas, tahun 2003-2005

Berdasarkan jenis kunjungan, contact rate yang paling tinggi yaitu kunjungan

oleh orang miskin Kota Bogor memanfaatkan fasilitas Puskesmas sebagai sarana

pelayanan kesehatan. Menurut Dinas Kesehatan dalam Profil Kesehatan Kota Bogor

salah satu indikator untuk utilisasi atau dapat diartikan sebagai daya layan Puskesmas

adalah jumlah kunjungan pasien dalam satu tahun.

Page 82: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

67

7.6 Analisis Deskriptif Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Kota Bogor

Pada saat ini di Kota Bogor belum terdapat Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) sehingga pelayanan kesehatan rujukan dilaksanakan oleh rumah sakit

swasta. Untuk melihat efisiensi pengelolaan Rumah Sakit terlihat pada tabel berikut.

Hal ini juga bisa dipergunakan untuk mengetahui kebutuhan Rumah Sakit di

Kota Bogor. Apakah mencukupi atau belum mencukupi dalam pelayanannya bagi

masyarakat

Tabel 25. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit di Kota Bogor Tahun 2005

Sumber: Laporan Rumah Sakit, Tahun 2005

Bila dilihat pada tabel diatas, rumah sakit swasta yang ada di Kota Bogor

secara umum belum berada pada wilayah efisien (BOR, TOI, LOS, BTO). Secara

umum Rumah Sakit yang ada di kota Bogor seluruhnya belum mencapai kinerja yang

baik berdasarkan indikator-indikator yang tertera pada tabel. Bila dilihat dari BOR

tampaknya Kota Bogor belum memerlukan tambahan Rumah Sakit baru, karena rata-

rata hunian semua Rumah Sakit masih 56,2 persen. Sedangkan untuk Rumah Sakit

Marzoeki Mahdi tidak dapat dinilai berhubung adanya perubahan status dari Rumah

Sakit Jiwa ke Rumah Sakit Umum, sehingga indikator-indikator tidak dapat dipakai.

No Rumah Sakit

Jml TT

Jml Hari Perawatan

Jml hari lama dirawat

BOR % (N=60-80%)

LOS (N=6-9)

TOI (N=1-3)

BTO (N=40-50)

GDR(%) (N=<45 1000)

NDR(%) (N=<25/1000

1 Salak 183 44.964 33.964 75.85 3.12 1.31 0.04 0.02 0.04 2 Islam 37 5.898 6.158 2.55 2.55 3.98 59.87 0.02 0.01 3 Azra 109 21.039 20.852 63.5 4.0 2.3 4.8 1.7 1.2 4 PMI 262 72.033 77.852 73.5 4.2 1.3 70.1 5.2 2.8 5 Karya

Bakti 196 37.974 38.112 53.08 4.19 3.69 46 13 10

6 Hermina 43 6.940 7.175 44.2 3.11 3.81 53 0.83 0.43 7 BMC 54 9.765 12.980 49.54 4.04 2.41 66.92 2.4 1.12 892 28.373 56.2 3.60 2.68 3.31 2.2

1 Marzoeki Mahdi

641 189.294 80.90 49 9 7.95 3.75 1.08

Page 83: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

68

7.7 Analisis Penentuan Lokasi Optimal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kota Bogor

Kota Bogor layaknya kota-kota satelit lainnya seperti Depok, Tanggerang dan

Bekasi yang berfungsi sebagai Counter Magnet Metropolitan Jakarta. Kota Bogor

memerlukan dukungan infrastruktur dan fasilitas sosial yang memadai guna

menjadikan Kota Bogor ideal sebagai Hinterland Ibukota. Kebijakan RTRW Jawa

Barat (Perda No.2 Tahun 2003) yang memfungsikan Kota Bogor sebagai Kawasan

Andalan dengan kegiatan utama industri, pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia.

Sejak diberlakukannya Perda No.1 Tahun 2000 tentang RTRW tahun 1999-2009

terdapat beberapa perubahan-perubahan kebijakan, diantaranya perubahan visi Kota

Bogor dari sebelumnya “Kota dalam Taman Menuju Kota Internasional” menjadi “

Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan yang

Amanah”.

Rencana Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor Tahun 1999-2009

memuat tentang rencana penyediaan fasilitas kesehatan di Kota Bogor sampai tahun

2009 yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat mulai dari

tingkat lingkungan sampai tingkat kota, meningkatkan kualitas dan kuantitas

pelayanan dari fasilitas yang ada dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan.

Adapun rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan sebagai berikut :

a. Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibawah otoritas

pemerintah daerah maka perlu diadakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),

yang direncanakan di Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal dengan

luas 1,47334 Ha.

b. Poliklinik dengan skala pelayanan 1.600 jiwa sebagai penunjang fasilitas

kesehatan pada tingkat lingkungan, perlu penambahan sebanyak sebanyak 58 unit.

c. Praktek Dokter dengan skala pelayanan 5.000 jiwa sebagai penunjang fasilitas

kesehatan pada tingkat lingkungan, perlu penambahan sebanyak 46 unit.

d. Apotik dengan skala pelayanan 10.000 jiwa, penambahan sebanyak 48 unit.

Page 84: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

69

e. Pengembangan fasilitas kesehatan lainnya seperti posyandu, puskesmas harus

sesuai dengan standar kebutuhan yang berlaku dan ditempatkan pada lokasi yang

sesuai dengan peruntukkannya.

f. Memindahkan fasilitas kesehatan yang berada pada lokasi bukan peruntukkannya

ke lokasi yang sesuai.

g. Rehabilitasi gedung fasilitas kesehatan yang sudah rusak berat yang masih sesuai

dengan peruntukkan.

Sampai sejauh ini, Kota Bogor belum memiliki pelayanan Rumah sakit

dibawah otoritas pemerintah daerah dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD). Seperti tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor

(RTRW) tahun 1999-2009 akan direncanakan tentang pengadaan RSUD bagi Kota

Bogor. Hal ini bukan tanpa sebab, pengadaan RSUD Kota Bogor bisa dikarenakan

beberapa faktor, antara lain karena Kota Bogor masih mengandalkan pelayanan

kesehatan rujukan pada Rumah sakit swasta. Hal ini bisa sangat memberatkan bagi

masyarakat kurang mampu atau masyarakat miskin. Selain itu terdapat beberapa

permasalahan dengan fasilitas kesehatan swasta, seperti belum seluruh fasilitas

kesehatan swasta menerapkan standar mutu pelayanan, belum adanya peraturan

daerah tentang pola pengaturan fasilitas kesehatan swasta di Kota Bogor.

Oleh karena itu pengadaan RSUD Kota Bogor menjadi perlu,melihat beberapa

faktor diatas dan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan oleh pemerintah daerah

pada masyarakat. Walaupun melihat standar kebutuhan dan analisis efisiensi

pengelolaan rumah sakit Kota Bogor menunjukan bahwa Kota Bogor belum

memerlukan rumah sakit baru. Akan tetapi sebagai bahan antisipasi dan alternatif

dalam meningkatkan dan pemerataan pelayanan kesehatan di Kota Bogor RSUD bisa

dijadikan sebagai solusi.

Permasalahannya dimana lokasi yang tepat untuk pengadaan RSUD Kota

Bogor. Lokasi yang tepat dari suatu fasilitas pelayanan merupakan suatu jaminan bagi

terwujudnya efisiensi, baik teknis maupun ekonomis dan pelayanan yang baik

(Alifah, 2005). Keputusan lokasi yang optimal sangatlah sulit, karena banyaknya

pertimbangan dan sering terjadi konflik kepentingan antara kelompok masyarakat.

Page 85: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

70

7.7.1 Analisis Penentuan Lokasi Optimal RSUD Kota Bogor dengan Analisis

P-Median

Untuk mencari alternatif yang paling baik bagi penentuan lokasi optimal dari

sebuah RSUD maka digunakan program komputer Java Applets P-Median Problem

sebagai alat analisis. Pada prinsipnya penggunaan ini bertujuan untuk meminimalkan

jarak yang akan ditempuh berdasarkan pada bobot masing-masing simpul. Pada

penelitian ini pemilihan lokasi didasarkan pada lokasi pusat kota-kota satelit dari tiap

kecamatan Kota Bogor yang tercantum dalam Rencana Pengembangan Sistem

Perwilayahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor. Berdasarkan

asumsi bahwa pusat kota-kota satelit tersebut merupakan pusat pelayanan seperti

pelayanan sosial dan pusat pemerintahan. Adapun alternatif lokasi yang ditunjuk

sebagai lokasi optimal RSUD Kota Bogor adalah masing-masing ibukota atau kantor

kecamatan dengan fungsinya sebagai berikut :

a. Kecamatan Bogor Tengah sebagai Pusat Kota Satelit,

Fungsi utamanya sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa ditunjang oleh

kegiatan perkantoran/pemerintahan, permukiman dan obyek wisata.

b. Kecamatan Bogor Selatan sebagai Kota Satelit I,

Fungsi utamanya sebagai pusat kegiatan permukiman yang ditunjang oleh

kegiatan perdagangan dan jasa serta merupakan daerah konservasi.

c. Kecamatan Bogor Barat sebagai Kota Satelit II,

Fungsi utamanya sebagai kegiatan permukiman yang ditunjang oleh kegiatan

perdagangan dan jasa serta merupakan daerah obyek wisata dan daerah

konservasi.

d. Kecamatan Tanah Sareal sebagai Kota Satelit III,

Fungsi utamanya sebagai kegiatan perkantoran/pemerintahan yang ditunjang

oleh kegiatan permukiman serta perdagangan dan jasa.

e. Kecamatan Bogor Utara sebagai Kota Satelit IV,

Fungsi utamanya sebagai kegiatan industri non-polutan, yang ditunjang oleh

kegiatan permukiman serta perdagangan dan jasa.

Page 86: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

71

f. Kecamatan Bogor Timur sebagai Kota Satelit V,

Fungsi utamanya sebagi kegiatan permukiman yang ditunjangoleh kegiatan

industri non-polutan serta perdagangan dan jasa.

7.7.2 Faktor Jarak

Pengertian jarak dalam studi ini mengikuti pengertian lokasi relatif, yaitu

posisi yang berkenaan dengan posisi lain. Dalam studi kasus ini jarak yang dilihat

adalah jarak antar lokasi yang terdapat disetiap kecamatan. Satuan jarak yang dipakai

adalah km, sedangkan simpulnya adalah ibukota kecamatan. Asumsi dalam faktor

jarak ini hanya mencakup jarak dari ibukota kecamatan dengan aksesibilitas

penduduk disekitar atau diwilayah yang terkait.

7.7.3 Faktor Bobot

Pengukuran dari nilai suatu simpul tertentu akan sangat mempengaruhi hasil

dari pengolahan dan sangat tergantung pada masalah analisa. Pada penelitian ini

faktor bobot yang dilihat sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk

Asumsi jumlah penduduk dari tiap kecamatan dapat mewakili suatu lokasi.

Sehingga dengan semakin besar jumlah penduduk maka bobot suatu wilayah akan

semakin besar pula dan terkait dengan keberadaan suatu RSUD untuk memberikan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

2. Luas Wilayah

Luas wilayah yang memadai dianggap merupakan syarat bagi pembangunan

RSUD dan akan disesuaikan dengan hasil yang akan diperoleh dengan Metode

Analisis P-Median.

7.7.4 Hasil Analisis P-Median

7.7.4.1 Dengan Bobot Jumlah Penduduk

Berdasarkan bobot jumlah penduduk, hasil perhitungan program

menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini terlihat

Page 87: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

72

dari hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kecamatan Bogor

Tengah melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 402,0 dan nilai lower

bound 402,0 (lampiran 5). Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi

kemungkinan terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai

estimasi kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut

program ini solusi optimal dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan

lokasi yang telah memiliki fasilitas lengkap dan kepadatan penduduk maka dicarikan

alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah

Kecamatan Bogor Barat.

7.7.4.2 Dengan Bobot Luas Wilayah

Berdasarkan bobot Luas Wilayah, hasil perhitungan program menunjukkan

bahwa lokasi optimal pada Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini terlihat dari hasil

olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kecamatan Bogor Tengah

melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 424,0 dan nilai lower bound 424,0

(lampiran 6). Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk

dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan

terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal

dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah memiliki

fasilitas lengkap dan luas wilayah yang sempit maka dicarikan alternatif lokasi lain

dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kecamatan Tanah

Sareal.

7.7.4.3 Dengan Bobot Sama, Pengaruh Jarak

Berdasarkan bobot sama pengaruh jarak, hasil perhitungan program

menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini terlihat

dari hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kecamatan Bogor

Tengah melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 22,0 dan nilai lower bound

22,0 (lampiran 7). Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan

terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi

Page 88: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

73

kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini

solusi optimal dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang

telah memiliki fasilitas lengkap dan kepadatan penduduk maka dicarikan alternatif

lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah

Kecamatan Tanah Sareal.

7.7.4.4 Hubungan antara Hasil Analisis P-Median dan Skalogram

Penentuan lokasi optimal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor

dengan metode P-Median adalah memilih lokasi yang mudah dijangkau oleh

masyarakat dari berbagai daerah sekitar dengan meminimalkan jarak tempuh.

Semakin minimal jarak tempuh yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi tersebut,

maka oleh program akan dipilih suatu lokasi yang paling optimal dan efisien. Metode

Skalogram mencoba mengetahui hirarki wilayah berdasarkan fasilitas kesehatan yang

tersedia. Dengan menggabungkan kedua hasil analisis tersebut, maka akan didapat

kesimpulan dari hasil analisis Skalogram didapatkan bahwa kecamatan yang memiliki

hirarki fasilitas kesehatan yang terendah adalah Kecamatan Tanah Sareal. Dengan

berbagai pertimbangan pengadaan RSUD maka dianalisis lokasi optimal dengan

metode P-Median. Hasil analisis menunjukan bahwa lokasi optimal RSUD Kota

Bogor adalah Kecamatan Bogor Tengah dan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2

lokasi adalah Kecamatan Tanah Sareal. Analisis ini merupakan analisis dengan bobot

jumlah penduduk dan bobot sama pengaruh jarak. Sedangkan dengan bobot luas

wilayah alternatif lokasi adalah Kecamatan Bogor Barat. Hasil yang optimal adalah

dengan menempatkan RSUD di Kecamatan Tanah Sareal mengingat kecamatan

tersebut memiliki skoring terendah dalam hiraki fasilitas kesehatan di Kota Bogor.

7.7.5 Analisis Penentuan Lokasi Optimal Puskesmas Pembantu Kecamatan

Tanah Sareal dengan Analisis P-Median

Berdasarkan hasil analisis penyebaran dan hirarki fasilitas kesehatan

kecamatan di Kota Bogor, menunjukan bahwa Kecamatan Tanah Sareal merupakan

Kecamatan yang menempati peringkat terakhir dalam ketersediaan fasilitas kesehatan

Page 89: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

74

di Kota Bogor. Dengan alasan tersebut, maka perencanaan penataan fasilitas

kesehatan sangat diperlukan. Salah satunya dengan pengadaan puskesmas pembantu.

Puskesmas di Kecamatan Tanah Sareal sudah memadai namun untuk puskesmas

pembantu yang berfungsi untuk menjangkau penduduk yang jauh dari suatu

puskesmas induk dan juga dikarenakan wilayah yang luas dari Tanah Sareal maka

pengadaan puskesmas pembantu menjadi suatu kebutuhan.

Perencanaan Puskesmas pembantu (Pustu) menurut Dinas Kesehatan Kota

Bogor telah masuk dalam usulan hasil Sarembang (Sarasehan Pembangunan)

Kecamatan Tanah Sareal tahun 2007. Perencanaan Puskesmas berawal dari usulan

Sarembang tingkat Kelurahan yang biasanya dilakukan setiap bulan Februari. Setelah

itu dibawa ke Sarembang Kecamatan dan Kota untuk membahas kebutuhan Pustu.

Setelah disetujui oleh DPRD kemudian diserahkan ke Dinas yang terkait yakni Dinas

Kesehatan. Untuk selanjutnya disinkronisasi dengan adanya Rencana Kerja Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Setelah itu ditindak lanjuti dengan Kebijakan

Umum Anggaran (KUA) lalu setelah disetujui oleh DPRD maka dibuat Rencana

Kerja Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) oleh Dinas

Kesehatan. Perencanaan Puskesmas pembantu (Pustu) di Kecamatan Ta nah Sareal

berdasarkan usulan hasil Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2007

menetapkan Pustu pada Kelurahan Sukaresmi dan Kencana. Alasan perencanaan

lokasi Pustu di kelurahan tersebut menurut Dinas Kesehatan adalah adanya usulan

masyarakat dalam Sarembang, upaya mendekatkan lokasi dan ketersediaan lokasi.

Hal yang sering menjadi permasalahan dalam penentuan lokasi Pustu adalah status

tanah, letak dari lokasi yang direncanakan, apakah strategis atau tidak dan

ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) dalam hal ini tenaga ahli kesehatan.

Puskesmas pembantu (Pustu) mencakup beberapa kelurahan yang mempunyai jarak

yang cukup jauh dari puskesmas induk. Cakupan sebuah Pustu yang meliputi

beberapa kelurahan di Kecamatan Tanah Sareal dapat dilihat dalam tabel.

Page 90: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

75

Tabel 26. Puskesmas, Pustu dan Kelurahan di Kecamatan Tanah Sareal No Puskesmas Puskesmas Pembantu Kelurahan

1 Tanah Sareal Tanah Sareal

2 Pondok Rumput Kebon Pedes

3 Kedung Badak Kedung Waringin

Kedung Badak

Kedung Jaya

Kedung Waringin

4 Kayu Manis

Kayu Manis

Cibadak

Kencana

5 Mekar Wangi Mekar Wangi

Suka Resmi

Suka Damai

Mekar Wangi

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2004

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Tanah Sareal yang

memiliki wilayah yang cukup luas, hanya memiliki 2 Pukesmas pembantu (Pustu)

dengan 11 kelurahan. Hal ini menandakan bahwa keberadaan puskesmas pembantu di

Kecamatan Tanah Sareal memang merupakan kebutuhan, mengingat jumlah

kelurahan yang cukup banyak dan wilayah yang cukup luas. sampai tahun 2005

Kecamatan Tanah Sareal hanya mempunyai 2 Puskesmas pembantu yang

menjangkau 6 kelurahan. Sementara kelurahan yang tidak tercakup oleh 2 Pustu itu

mengandalkan pada pelayanan Puskesmas induk.

Faktor jarak yang digunakan adalah jarak antar kelurahan yakni antar kantor

kelurahan. Dengan asumsi bahwa kantor kelurahan merupakan pusat pelayanan sosial

dan pusat pemerintahan. Bobot yang digunakan adalah bobot jumlah penduduk, luas

wilayah dan bobot sama pengaruh jarak.

Page 91: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

76

Hasil Analisis P-Median

7.7.5.1 Dengan Bobot Jumlah Penduduk

Berdasarkan bobot jumlah penduduk, hasil perhitungan program

menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Suka Damai . Hal ini terlihat dari

hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kelurahan Suka Damai

melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 157,0 dan nilai lower bound 157,0

(lampiran 9.). Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk

dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan

terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal

dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah dicakup

oleh puskesmas pembantu dan kepadatan penduduk maka dicarikan alternatif lokasi

lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kelurahan

Kayu Manis.

7.7.5.2 Dengan Bobot Luas Wilayah

Berdasarkan bobot Luas Wilayah, hasil perhitungan program menunjukkan

bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Suka Damai. Hal ini terlihat dari hasil olahan

program komputer yang menunjukan bahwa Kelurahan Suka Damai melalui satu kali

iterasi dengan nilai upper bound 188,0 dan nilai lower bound 188,0 (lampiran.10).

Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk dari skenario

sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terbaik dari

skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal dari

permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah dicakup oleh

puskesmas pembantu dan luas wilayah yang sempit maka dicarikan alternatif lokasi

lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kelurahan

Kayu Manis.

7.7.5.3 Dengan Bobot Sama, Pengaruh Jarak

Berdasarkan bobot sama pengaruh jarak, hasil perhitungan program

menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Suka Damai. Hal ini terlihat dari

Page 92: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

77

hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kelurahan Suka Damai

melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 18,0 dan nilai lower bound 18,0

(lampiran 11). Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk

dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan

terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal

dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah me miliki

fasilitas lengkap dan kepadatan penduduk maka dicarikan alternatif lokasi lain

dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kelurahan Kayu

Manis.

7.8 Keterkaitan antara Usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun

2007 dari Usulan masyarakat dan Dinas Kesehatan dengan Hasil

Sarembang Tingkat Kota Oleh Pemda dan Hasil Analisis P-median

Hasil usulan Sarembang tentang kebutuhan fasilitas kesehatan di Kecamatan

Tanah Sareal di tingkat Kota, memutuskan untuk meloloskan pembangunan

Puskesmas di Kelurahan Cibadak. Sementara dari usulan Sarembang dari masyarakat

dan Dinas Kesehatan mengajukan Puskesmas pembantu (Pustu) di Kelurahan

Sukaresmi dan Kencana. Dalam penetapan prioritas untuk meloloskan suatu

kebutuhan fasilitas di Sarembang tingkat Kota hanya memilih 1 prioritas, sedangkan

di tingkat kelurahan hanya boleh mengusulkan 3 prioritas. Penetapan prioritas

pembangunan Puskesmas di Kelurahan Cibadak mungkin merupakan prioritas yang

diutamakan oleh pemda. Dilihat dari kebutuhan akan Puskesmas pembantu menurut

Dinas Kesehatan cukup besar mengingat target yang seharusnya dicapai atau standar

kebutuhannya adalah 1 kelurahan mempunyai 1 Pustu. Hal ini menimbulkan

ketidaksinkronan dalam permintaan atau kebutuhan masyarakat akan suatu fasilitas

kesehatan puskesmas.

Sementara Hasil analisis P-median untuk menetapkan lokasi Puskesmas

pembantu (Pustu) Kecamatan Tanah Sareal adalah Kelurahan Sukadamai dan sebagai

asumsi alternatif 2 lokasi adalah Kelurahan Kayu Manis. Hal ini tidak sesuai dengan

hasil usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2007 yang menetapkan

Page 93: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

78

Kelurahan Sukaresmi dan Kencana dalam rencana penetapan Pustu. Hal ini bisa

disebabkan karena analisis P-median melihat lokasi optimal ditengah wilayah

tersebut. Padahal dalam kondisi riil, kebutuhan Pustu lebih diarahkan pada Kelurahan

Sukaresmi dan Kencana yang notabene merupakan keluarahan yang letaknya jauh

dan tidak strategis. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari analisis P-median itu

sendiri.

Page 94: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis skalogram terhadap fasilitas kesehatan kecamatan

Kota Bogor dapat disimpulkan bahwa setiap kecamatan di Kota Bogor tidak

ada yang memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap. Kecamatan dengan

jumlah total jenis unit fasilitas kesehatan terlengkap adalah Kecamatan Bogor

Barat dengan 175 unit, sedangkan Kecamatan Tanah Sareal menempati

peringkat terakhir dalam hirarki fasilitas kesehatan ini dengan 55 unit.

2. Menurut hasil skalogram, wilayah yang memiliki peringkat jumlah fasilitas

pelayanan lebih tinggi atau sama bila dibandingkan dengan peringkat jumlah

penduduk tentu akan lebih mudah untuk melayani penduduk yang

membutuhkan pelayanan. Kecamatan yang termasuk kategori ini adalah

Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah penduduk yang paling banyak di Kota

Bogor sebesar 190.421 jiwa, telah memiliki fasilitas kesehatan yang

mencukupi untuk melayani masyarakatnya. Wilayah yang memiliki peringkat

jumlah fasilitas pelayanan lebih rendah dari pada peringkat jumlah penduduk

adalah Kecamatan Bogor Selatan dan Tanah Sareal. Kecamatan yang juga

memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak seperti Bogor Selatan

(166.745 jiwa) dan Tanah Sareal (158.187 jiwa) belum memiliki fasilitas

kesehatan yang cukup untuk melayani masyarakatnya.

3. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap standar kebutuhan fasilitas

kesehatan dalam Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012, kebutuhan fasilitas

kesehatan sampai tahun 2012 di Kota Bogor secara umum terus mengalami

kenaikan. Kecamatan-kecamatan yang bisa dikatakan cukup memadai dalam

kuantitas fasilitas kesehatannya adalah Bogor Barat, Bogor Utara dan Bogor

Tengah. Sementara kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian dalam

pemerataan fasilitas kesehatan adalah Kecamatan Tanah Sareal, Bogor selatan

dan Bogor Timur.

Page 95: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

80

4. Dalam analisis selanjutnya, penelitian mengambil konsentrasi pada fasilitas

Rumah Sakit dan Puskesmas dikarenakan permasalahan yang terjadi lebih

mengarah pada pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kedua fasilitas

tersebut. Selain itu karena dalam perilaku pencarian obat masyarakat Kota

Bogor lebih memilih kedua fasilitas tersebut. Dalam analisis deskriptif standar

kebutuhan tenaga kesehatan, mutu pelayanan terhadap fasilitas Rumah Sakit

Kota Bogor, secara umum masih belum optimal. Kebutuhan akan tenaga ahli

di 8 Rumah Sakit yang ada di Kota Bogor belum terpenuhi semua, masih

banyak dokter ahli bekerja sebagai dokter tamu atau dokter tidak tetap. Dalam

analisis mutu pelayanan fasilitas Rumah Sakit Kota Bogor yang melakukan

akreditasi hanya 5 Rumah Sakit.

5. Dari standar kebutuhan tenaga kesehatan pada 24 Puskesmas induk yang ada

masih diperlukan tenaga tambahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

dasar di Puskesmas perkotaan antara lain dibutuhkan 2 orang dokter ahli

untuk Puskesmas rujukan. Dalam analisis mutu pelayanan Puskesmas,

Puskesmas Kota Bogor sudah meningkat dalam hal jumlahnya dan cakupan

pelayanannya. Dalam pemanfaatannya pun meningkat setiap tahunnya,

terutama dari masyarakat kurang mampu atau miskin.

6. Dalam analisis efisiensi pengelolaan Rumah Sakit Kota Bogor, menerangkan

bahwa Rumah Sakit swasta yang ada di Kota Bogor secara umum belum

berada pada wilayah efisien (BOR, TOI, LOS, BTO). Secara umum Rumah

Sakit yang ada di kota Bogor seluruhnya belum mencapai kinerja yang baik.

Bila dilihat dari BOR tampaknya Kota Bogor belum memerlukan tambahan

Rumah Sakit baru, karena rata-rata hunian semua Rumah Sakit masih 56,2

persen.

7. Pada saat ini di Kota Bogor belum terdapat Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) sehingga pelayanan kesehatan rujukan dilaksanakan oleh Rumah

Sakit swasta. Berdasarkan hasil analisis P-Median terhadap penentuan lokasi

optimal RSUD dengan menggunakan tiga bobot yang berbeda dapat

disimpulkan bahwa masing-masing bobot menghasilkan output yang berbeda.

Page 96: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

81

Namun adapula yang sama, Berdasarkan bobot jumlah penduduk pengaruh

jarak didapat lokasi optimal adalah Kecamatan Bogor Tengah dan lokasi

optimal alternatif dengan asumsi 2 lokasi adalah Kecamatan Tanah Sareal.

Berdasarkan bobot luas wilayah pengaruh jarak didapat lokasi optimal adalah

Kecamatan Bogor Tengah dan lokasi optimal alternatif dengan asumsi 2

lokasi adalah Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan bobot sama pengaruh

jarak didapat lokasi optimal adalah Kecamatan Bogor Tengah dan lokasi

optimal alternatif dengan asumsi 2 lokasi adalah Kecamatan Tanah Sareal.

8. Berdasarkan usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal 2007 dan kebutuhan

akan Puskesmas pembantu maka dianalisis lokasi optimal Pustu di Kecamatan

Tanah Sareal, Berdasarkan bobot jumlah penduduk pengaruh jarak didapat

lokasi optimal adalah Kelurahan Suka Damai dan lokasi optimal alternatif

dengan asumsi 2 lokasi adalah Kelurahan Kayu Manis. Berdasarkan bobot

luas wilayah pengaruh jarak didapat lokasi optimal adalah Kelurahan Suka

Damai dan lokasi optimal alternatif dengan asumsi 2 lokasi adalah Kelurahan

Kayu Manis. Berdasarkan bobot sama pengaruh jarak didapat lokasi optimal

adalah Kelurahan Suka Damai dan lokasi optimal alternatif dengan asumsi 2

lokasi adalah Kelurahan Kayu Manis.

9. Keterkaitan antara usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal tahun 2007

dari usulan masyarakat dan Dinas Kesehatan dengan hasil Sarembang tingkat

Kota oleh Pemda dan hasil analisis P-median menunjukkan hasil yang

berbeda. Hasil Sarembang tingkat Kota memprioritaskan pembangunan

Puskesmas baru untuk Kecamatan Tanah Sareal, sedangkan usulan

Sarembang dari usulan masyarakat dan Dinas Kesehatan mengusulkan

pembangunan Pustu di Kelurahan Kencana dan Sukaresmi. Hasil analisis P-

Median terhadap lokasi optimal Pustu menunjukkan lokasi optimal di

Kelurahan Suka Damai dan Kayu Manis.

Page 97: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

82

8.2 Saran

1. Pemerintah Kota Bogor diharapkan lebih meningkatkan penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan di kecamatan-kecamatan yang masih kurang lengkap,

seperti Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Selatan.

2. Dalam penataan fasilitas kesehatan sebaiknya Pemerintah Kota Bogor

meningkatkan pula daya layan fasilitas kesehatan seperti mutu pelayanan,

standar kebutuhan fasilitas, tenaga kesehatan (SDM) dan efisiensi

pengelolaanya.

3. Sebaiknya Fasilitas kesehatan dikembangkan dengan mendekatkan diri

dengan masyarakat. Agar terjangkau secara lokasi dan biaya oleh masyarakat.

4. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap pengembangan pembangunan kesehatan

Kota Bogor di kecamatan-kecamatan yang masih kurang lengkap dalam

fasilitas kesehatannya.

Page 98: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

DAFTAR PUSTAKA Alifah, Hilmiyatil. 2005. Analisis Penentuan Lokasi Optimal Pasar sebagai Terminal

Agribisnis di DKI Jakarta. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Afrianto, Rozi. 2000. Analisis Pembangunan Wilayah Pertanian dalam Menghadapi

Otonomi Daerah (Studi kasus: Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera Barat). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik 2005. Statistik Kesehatan Indonesia Tahun 2004. Badan Pusat

Statistik Pusat. Jakarta Badan Pusat Statistik 2006. Kota Bogor dalam Angka 2005. Badan Pusat Statistik Kota

Bogor. Bogor Bapeda Kota Bogor 2005. Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun 2004.

Bapeda Kota Bogor. Bogor ----------------------------------. Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012. Bapeda Kota Bogor.

Bogor. ----------------------------------. Rencana Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor

Tahun 1999-2009.. Bapeda Kota Bogor. Bogor. Bud iharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.

Pradyna Paramita. Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Bogor 2006. Profil Kesehatan Kota Bogor Tahun 2005. Dinas

Kesehatan Kota Bogor. Bogor. Dinas Kesehatan Kota Bogor 2007. Usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun

2007. Dinas Kesehatan Kota Bogor. Bogor. Kurnia, Nia. 2005. Analisis Segmentasi Rumah Sakit (Studi Pada Rumah Sakit Karya

Bhakti Bogor). Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kurniawan, Ade. 2006. Analisis Lokasi Optimal Pusat Pemerintahan dalam Rangka

Pengembangan Wilayah dan Efisiensi Pelayanan di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Ins titut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 99: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta Purliana, Indah. 2003. Analisis Sektor Basis Perekonomian dan Peranan Fasilitas

Pelayanan terhadap Pembangunan Wilayah Kota Tegal dalam Otda. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rushton. 1979. Optimal Location of Facilities. COMPress. Inc. Wentworth. Sitohang, Paul. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Tarigan, Robinson. 2002. Perencanaan Pembangunan Wilayah Pendekatan Ekonomi dan

Ruang. Departemen Pendidikan Nasional. Medan.

Page 100: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...
Page 101: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 1. Rencana Kebutuhan dan Standar Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Bogor

Tabel 1. Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kecamatan Bogor Barat 2000-2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012

Tabel 2. Rencana Kebutuhan Fasilitas Sosial Ekonomi Berdasarkan Jumlah Penduduk

Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2007 - 2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012

Tabel 3. Rencana Kebutuhan Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan

Bogor Timur Berdasarkan Penduduk Tahun 2007-2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012

Jenis Fasilitas Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 (196,946 jiwa)

Tahun 2012 (224,880 jiwa)

Jumlah Kebutuhan

Kebutuhan

Penambahan

Kebutuhan

Penambahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10000 7 16 20 13 23 3 2 Puskesmas 30000 8 5 7 0 8 0 3 Posyandu 2500 167 66 79 0 90 0 4 Apotik 10000 10 16 20 10 23 3 5 Rumah Sakit 240000 3 1 1 0 1 0

No Jenis Fasilitas

Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 (158.017 jiwa)

Tahun 2012 (172.642 jiwa)

Jumlah Kebutuhan

Kebutuhan

Penambahan

Kebutuhan

Penambahan

Kesehatan 1 Balai

Pengobatan 10000 16 16 17 1

2 Puskesmas 30000 8 5 5 0 6 1 3 Posyandu 2500 195 63 63 0 69 6 4 Praktek Dokter 5000 32 32 35 3 5 Apotik 10000 18 16 0 17 1 6 Rumah Sakit 240000 - 1 1 1 1 1

No Jenis Fasilitas

Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 Tahun 2012

Jumlah Kebutuhan

Kebutuhan

Penambahan

Kebutuhan

Penambahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10000 6 8 10 4 11 1 2 Puskesmas 30000 7 3 3 - 4 1 3 Posyandu 2500 73 31 39 - 45 6 4 Rumah Sakit 240000 1 - - - - -

Page 102: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Tabel 4. Rencana Kebutuhan Fasilitas Umum dan Sosial Kecamatan Bogor Utara

Berdasarkan Penduduk Tahun 2007-2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012

Tabel 5. Rencana Kebutuhan Fasilitas kesehatan Kecamatan Tanah Sareal Berdasarkan

Proyeksi Penduduk Tahun 2007 Dan 2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012

Tabel 6. Rencana Kebutuhan Fasilitas kesehatan Kecamatan Bogor Tengah Berdasarkan Proyeksi Penduduk Tahun 2007 Dan 2012

Sumber :Revisi RTRW Kota Bogor 2000-2012

No Jenis Fasilitas

Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 (148.970 jiwa)

Tahun 2012 (161.868)

Jumlah Kebutuhan

Kebutuhan

Penambahan

Kebutuhan

Penambahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10000 7 13 15 8 16 1 2 Puskesmas 30000 9 4 5 0 5 0 3 Posyandu 2500 103 51 60 0 65 5 4 Rumah Sakit 240000 2 1 1 0 1 0

No Jenis Fasilitas Standar

Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 (143097jiwa)

Tahun 2012 (155117 jiwa)

Jumlah Kebutuhan

Kebutuhan

Penambahan

Kebutuhan

Penambahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10000 12 13 14 2 16 2 2 Puskesmas 30000 8 4 5 0 5 0 3 Posyandu 2500 126 51 57 0 62 5 4 Rumah Sakit 240000 1 1 1 0 1 0

No Jenis Fasilitas

Standar Penduduk

Tahun 2000 Tahun 2007 Tahun

2012

Jumlah Kebutuhan

Kebutuhan

Penambahan

Kebutuhan

Penambahan

Kesehatan 1 Balai Pengobatan 10000 12 10 10 -2 10 0 2 Puskesmas 30000 9 3 3 -6 3 0 3 Posyandu 2500 41 42 42 42 0 4 Praktek Dokter 5000 21 21 21 21 0 5 Apotik 10000 26 10 10 -16 10 0 6 Rumah Sakit 240000 1 0 0 -1 0 0

Page 103: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 2. Keadaan Tenaga dan Kebutuhan Tenaga Di Puskesmas Kota Bogor

tahun 2005

No Tempat Kerja Jenis Tenaga Yang

ada

Standar Kurang Ket

Puskesmas

1 Tenaga Medis Dr. Ahli 2 4 2 Ahli anak Obgyn,

P. dalam

Dr. Umum/S2 0 0 0

Dr. Umum 58 40 0

Drg 35 30 0

2 Tenaga Kesehatan

Masyarakat

S2 Kesmas 0 0 0

SKM 1 24 23

APK/AKL 18 24 6

SPPH 3 24 21

3 Tenaga Kefarmasian Apoteker 0 0 0

Analis Farmasi 0 24 24

Ass Apoteker 22 24 2

4 Tenaga Keperawatan S1 Keperawatan 1 0 0

AKPER 55 24 0

AKBID 9 80 71

SPK 56 20 0

Bidan (D1) 90 100 10

SPR Gigi 17 20 3

5 Tenaga Gizi AKZI 10 24 14

SPAG 14 0 0

6 Tenaga Keterampilan

Fisik

Fisioterapi 1 6 5

7 Tenaga Ketehnisan

Medis

APRO 1 6 5

AKNES 2 2 0

Page 104: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

ATEM 1 2 0

Tehnisi E Med 7 7

8 Tenaga Non Tehnis S1 Non

Kesehatan

4 2 0

SMA 76 24 0

SMEA 0 10 10

KPAA/SMKK 0 3 3

SMP/KPA/ST 8 10 2

JUMLAH 577 526 114

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, tahun 2005

Page 105: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 3. Keadaan Tenaga Dokter Ahli, Dr Umum, Dr Gigi dan Kebutuhannya

di Rumah sakit di Kota Bogor Tahun 2005

No Tempat Kerja JenisTenaga Yang

ada

Standar Kurang Ket

Rumah Sakit

1 Dr Umum, Dr Ahli,

Dr Gigi

Dr. Umum 91 89 3

Dr. Ahli Bedah 7 12 5

Dr. Ahli Peny. Dalam 6 12 6

Dr. Ahli Anak 8 12 4

Dr. Ahli Radiologi 5 12 7

Dr. Ahli Radiologi klinis 5 6 1

Dr. Ahli Anestesi 5 6 1

Dr. Ahli Jiwa 4 6 2

Dr. Ahli Mata 6 6 0

Dr. Ahli THT 6 6 0

Dr. Ahli Kulit & Kelamin 6 6 0

Dr. Ahli Kardiologi 6 6 0

Dr. Ahli Paru 6 6 0

Dr. Ahli Syaraf 8 8 0

Dr. Bedah Syaraf 6 4 0

Dr. Patologi Forensik 3 3 0

Dr. Orthopedi 6 3 0

Dr. Urologi 6 3 0

Dr. Ahli Rehab Medik 6 6 0

Dr. Gigi 21 12 0

Dr. Ahli Obgyn 6 12 6

Dr. Patologi Anatomi 4 3 0

Jumlah 228 224 40

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor, Tahun 2005

Page 106: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 4 Jumlah Penduduk Enam Kecamatan di Kota Bogor, Tahun 2005

No Kecamatan Jumlah Penduduk Bobot 1 Bogor Selatan 166.745 20 2 Bogor Timur 86.978 10 3 Bogor Utara 149.578 17 4 Bogor Tengah 103.176 12 5 Bogor Barat 190.421 22 6 Tanah Sareal 158.187 19 Total 855.085 100

Luas Wilayah Enam Kecamatan di Kota Bogor, Tahun 2005

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Bobot 1 Bogor Selatan 30,82 26 2 Bogor Timur 10,15 9 3 Bogor Utara 17,72 15 4 Bogor Tengah 8,13 7 5 Bogor Barat 32,85 28 6 Tanah Sareal 18,84 15 Total 118,50 100

Matriks Jarak dalam satuan Km Kecamatan Kota Bogor No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 1 Bogor Selatan - 4 8 4 8 10 2 Bogor Timur 4 - 5 3 8 5 3 Bogor Utara 8 5 - 4 6 5 4 Bogor Tengah 4 3 4 - 5 6 5 Bogor Barat 8 8 6 5 - 3 6 Tanah Sareal 10 5 5 6 3 -

Page 107: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 5

HASIL P-MEDIAN SOLVER LOKASI OPTIMAL RSUD KOTA BOGOR

BOBOT JUMLAH PENDUDUK

Lokasi Optimal berdasarkan bobot jumlah penduduk di Kecamatan Bogor Tengah

(Bobot 12) dan Kecamatan Bogor Barat (Bobot 22) sebagai lokasi alternatif dengan

asumsi 2 lokasi.

Hasil : Satu kali iterasi dengan nilai upper bound 402,0 dan nilai lower bound 402,0

Page 108: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 6

HASIL P-MEDIAN SOLVER

LOKASI OPTIMAL RSUD KOTA BOGOR BOBOT LUAS WILAYAH

Lokasi Optimal berdasarkan bobot jumlah penduduk di Kecamatan Bogor Tengah

(Bobot 7) dan Kecamatan Tanah Sareal (Bobot 15) sebagai lokasi alternatif dengan

asumsi 2 lokasi.

Hasil : Satu kali iterasi dengan nilai upper bound 424,0 dan nilai lower bound 424,0

Page 109: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 7

HASIL P-MEDIAN SOLVER LOKASI OPTIMAL RSUD KOTA BOGOR

BOBOT SAMA PENGARUH JARAK

Lokasi Optimal berdasarkan bobot jumlah penduduk di Kecamatan Bogor Tengah

(Bobot 1) dan Kecamatan Tanah Sareal (Bobot 1) sebagai lokasi alternatif dengan

asumsi 2 lokasi.

Hasil : Satu kali iterasi dengan nilai upper bound 22,0 dan nilai lower bound 22,0

Page 110: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 9

HASIL P-MEDIAN SOLVER LOKASI OPTIMAL PUSTU KECAMATAN TANAH SAREAL

BOBOT JUMLAH PENDUDUK

Lokasi Optimal berdasarkan bobot jumlah penduduk di Kelurahan Suka Damai

(Bobot 7) dan Kelurahan Kayu Manis (Bobot 6) sebagai lokasi alternatif dengan

asumsi 2 lokasi.

Hasil : Satu kali iterasi dengan nilai upper bound 157,0 dan nilai lower bound 157,0

Page 111: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 10

HASIL P-MEDIAN SOLVER LOKASI OPTIMAL PUSTU KECAMATAN TANAH SAREAL

BOBOT LUAS WILAYAH

Lokasi Optimal berdasarkan bobot jumlah penduduk di Kelurahan Suka

Damai (Bobot 5) dan Kelurahan Kayu Manis (Bobot 12) sebagai lokasi alternatif

dengan asumsi 2 lokasi.

Hasil : Satu kali iterasi dengan nilai upper bound 188,0 dan nilai lower bound 188,0

Page 112: ANALISIS PENATAAN FASILITAS KESEHATAN KECAMATAN … · Berdasarkan bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama ... dan Persebaran Penduduk ... Rencana Struktur Tata Ruang ...

Lampiran 11

HASIL P-MEDIAN SOLVER LOKASI OPTIMAL PUSTU KECAMATAN TANAH SAREAL

BOBOT SAMA PENGARUH JARAK

Lokasi Optimal berdasarkan bobot jumlah penduduk di Kelurahan Suka

Damai (Bobot 1) dan Kelurahan Kayu Manis (Bobot 1) sebagai lokasi alternatif

dengan asumsi 2 lokasi.

Hasil : Satu kali iterasi dengan nilai upper bound 18,0 dan nilai lower bound 18,0