Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

15
Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014 Arahon Fransiska 1 , Hendra 2 1. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok E-mail: [email protected] Abstrak Potensi bahaya atau hazard bisa terjadi dimana saja, khususnya di setiap tempat kerja meskipun dalam bentuk yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan pengendalian bahaya yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah atau melindungi pekerja agar tidak terpajan oleh bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik untuk melihat faktor risiko yang berhubungan dengan perilaku pemakaian APD. Desain penelitian adalah cross sectional dan besar sampel 110 pekerja produksi di area Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Pengambilan data primer menggunakan kuesioner, lembar observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan 51,8% pekerja berperilaku tidak baik dalam pemakaian APD. Hasil analisis menunjukkan tiga faktor yang berhubungan signifikan dengan pemakaian APD yaitu motivasi dalam memakai APD, ketersediaan APD, dan pengawasan pemakaian APD. Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu pengetahuan terhadap APD, sikap dan peraturan APD. Disarankan melakukan pelatihan terhadap pekerja, peningkatan sosialisasi peraturan, konsisten menerapkan peraturan dan peningkatan pengawasan. Analysis Of The Use Of Personal Protective Equipment (PPE) In The Work Area Of Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Abstract Potential danger or hazard may occur in anywhere, especially in every workplace although in different forms. Therefore, there needs to control measures of hazard are carried out in order to prevent or protect the workers that are not exposed to hazards that could cause accidents or occupational diseases. This study is a descriptive analytic study to look at the risk factors that related to the use of PPE behavior. The study design was cross- sectional and involving 110 production workers in the area Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Jakarta Pertamina Lubricants Production Unit. Primary data using questionnaires, observation sheets, and interviews. The results of this research showed that there were 51.8% of workers not behave well in the use of PPE. The results of this research showed there are three factors that had a significant relation with the use of PPE which are motivation in wearing PPE, availability of PPE, and monitoring the use of PPE. Meanwhile that does not have relation are knowledge, attitudes and PPE regulations. Suggested training for workers, improved laws and regulations, consistently applying rules and increased supervision. Keywords: Availability, Motivation, Lube Oil Blending Plant (LOBP), Personal Protective Equipment PENDAHULUAN PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta merupakan salah satu industri yang kegiatan pekerjaannya berisiko tinggi bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Transcript of Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

Page 1: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja Lube Oil

Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta

Tahun 2014

Arahon Fransiska

1, Hendra

2

1. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia, Kampus UI Depok

E-mail: [email protected]

Abstrak

Potensi bahaya atau hazard bisa terjadi dimana saja, khususnya di setiap tempat kerja meskipun dalam bentuk

yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan pengendalian bahaya yang dilakukan dengan tujuan

untuk mencegah atau melindungi pekerja agar tidak terpajan oleh bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan

atau penyakit akibat kerja. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik untuk melihat faktor risiko yang

berhubungan dengan perilaku pemakaian APD. Desain penelitian adalah cross sectional dan besar sampel 110

pekerja produksi di area Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta.

Pengambilan data primer menggunakan kuesioner, lembar observasi, dan wawancara. Hasil penelitian

menunjukkan 51,8% pekerja berperilaku tidak baik dalam pemakaian APD. Hasil analisis menunjukkan tiga

faktor yang berhubungan signifikan dengan pemakaian APD yaitu motivasi dalam memakai APD, ketersediaan

APD, dan pengawasan pemakaian APD. Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu pengetahuan terhadap APD,

sikap dan peraturan APD. Disarankan melakukan pelatihan terhadap pekerja, peningkatan sosialisasi peraturan,

konsisten menerapkan peraturan dan peningkatan pengawasan.

Analysis Of The Use Of Personal Protective Equipment (PPE) In The Work Area Of

Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta

Abstract

Potential danger or hazard may occur in anywhere, especially in every workplace although in different forms.

Therefore, there needs to control measures of hazard are carried out in order to prevent or protect the workers

that are not exposed to hazards that could cause accidents or occupational diseases. This study is a descriptive

analytic study to look at the risk factors that related to the use of PPE behavior. The study design was cross-

sectional and involving 110 production workers in the area Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Jakarta

Pertamina Lubricants Production Unit. Primary data using questionnaires, observation sheets, and interviews.

The results of this research showed that there were 51.8% of workers not behave well in the use of PPE. The

results of this research showed there are three factors that had a significant relation with the use of PPE which

are motivation in wearing PPE, availability of PPE, and monitoring the use of PPE. Meanwhile that does not

have relation are knowledge, attitudes and PPE regulations. Suggested training for workers, improved laws and

regulations, consistently applying rules and increased supervision.

Keywords: Availability, Motivation, Lube Oil Blending Plant (LOBP), Personal Protective Equipment

PENDAHULUAN

PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta merupakan salah satu industri yang

kegiatan pekerjaannya berisiko tinggi bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 2: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

produksi dibutuhkan berbagai sumber daya antara lain manusia, material/bahan dan peralatan.

Interaksi dari sumber daya tersebut memiliki kemungkinan untuk menimbulkan potensi

bahaya yang menyangkut aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil penelitian dari Edo

Aulia Rahman Tentang Kecelakaan Kerja Di Unit Lube Oil Complex I ( LOC I ) PT.

Pertamina RU IV Cilacap Tahun 2010 menunjukkan area 21 di LOC I merupakan area proses

yang high risk, jenis dan jumlah kecelakaan yang terjadi di unit LOC I sebagian besar masuk

dalam kategori First Aid. Kecelakaan kerja terjadi ada 30 kejadian yang terdiri dari 14 dari

Unsafe Action (46,67 %) dan 16 kejadian Unsafe Condition (53,33 %). Presentase APD yang

digunakan oleh 46 pekerja : sarung tangan (26,08 %), masker (30,43 %), safety helmet (100

%), ear plug/ear muff (21,73%), safety shoes (100 %), cover all/ wearpack (84,78 %) dan

jumlah APD yang tidak digunakan pekerja: sarung tangan (77,77 %), masker (69,56 %), ear

plug/ ear muff (34,78 %) , cover all/ wearpack (15,21 %).

APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila

usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun

pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, tetapi sebagai usaha akhir. Alat

Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya kecelakaan yang mungkin

ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa

ketentuan yang diperlukan. Banyak faktor yang mempengaruhi pekerja untuk tidak

menggunakan APD, yang mana hal tersebut berhubungan dengan perilaku. Sebagai area

proses produksi tentunya memiliki potensi bahaya yang salah satunya merupakan bahaya

kecelakaan yang dapat berasal dari benda-benda yang berputar selama proses produksi dan

dapat menyebabkan tangan lecet atau terpotong.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Esti (2013) menunjukkan 18 responden (30,0%)

tidak menggunakan APD dari total 60 responden. Masalah pemakaian APD di PT. Pertamina

Lubricants Production Unit Jakarta perlu dilakukan penelitian lagi mengingat jumlah

responden yang dijadikan sampel pada tahun 2013 lebih sedikit yaitu 60 responden dari 146

jumlah populasi yang belum mewakili jumlah sampel yang seharusnya minimal setengah dari

jumlah populasi (Notoatmodjo, 2007), serta terjadinya perubahan jumlah populasi pekerja,

mengingat jumlah populasi saat ini 268 orang dan adanya perubahan karakteristik responden.

Selama observasi yang dilakukan di area kerja PT. Pertamina Lubricants Production Unit

Jakarta pada tanggal 27 Januari – 27 Maret 2014 terhadap 268 pekerja, masih ditemukan

pekerja yang tidak menggunakan sarung tangan karet pada area kerja decanting, tidak

menggunakan masker atau respirator di area kerja blending yang uap bahan kimia cukup

bau, di laboratorium tidak menggunakan jas laboratorium dan sebagainya.

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 3: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan perilaku pamakaian Alat Pelindung Diri

(APD) pada pekerja dan mengetahui hubungan faktor individu (pekerja) dan lingkungan

dengan perilaku pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja Lube Oil Blending

Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014.

TINJAUAN TEORITIS

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012).

Social Cognitive Theory merupakan teori perilaku kesehatan yang dikembangkan oleh Albert

Bandura (1963). Teori sosial kognitif terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan yaitu individu, faktor sosial dan lingkungan, dimana satu sama lain saling

menentukan (triadic reciprocity). Ketiga faktor tersebut yaitu pribadi, lingkungan dan

perilaku yang mempunyai interaksi yang bersifat dinamis, berkesinambungan dan bersifat

timbal balik, yang mana perubahan satu faktor akan mempengaruhi perubahan pada dua

faktor lainnya (Glanz (2002) dalam Vitriansyah (2012).

Model Social Cognitive Theory digambarkan sebagai berikut:

Dalam faktor Person (manusia) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti

pengetahuan, sikap, motivasi, karakteristik orang tersebut dan kemampuan motorik. Pada

faktor lingkungan juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang yaitu adanya

pengawasan, kebijakkan atau peraturan dan lingkungan kerja yang aman, sehat serta pengaruh

dari rekan kerja. Dalam teori ini, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

Gambar 1. Model Sosial Cognitive Theory

(Bandura, 1963)

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 4: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

1. Perhatian, mencangkup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan, perasaan,

tingkat kerumitan, kelaziman, nilai dan karakteristik pengamat

2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode simbolik, pengorganisasian pikiran,

pengulangan symbol

3. Reproduksi motorik (pengetahuan), mencangkup kemampuan fisik, kemampuan meniru,

kekuatan umpan balik.

4. Motivasi, mencakup penghargaan dari luar dan penghargaan untuk diri sendiri.

Personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai

alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh

adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,

radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya (OSHA). Klasifikasi Alat Pelindung Diri :

1. Alat Pelindung Kepala

a. Alat Pelindung Kepala Bagian Atas : safety helmet

b. Alat Pelindung Penglihatan : kacamata, face shield

c. Alat Pelindung Telinga : earplug dan earmuff

d. Alat Pelindung Pernapasan : masker, Respirator

2. Alat Pelindung Diri Bagian Badan

a. Alat Pelindung Seluruh Badan : Jas laboratorium

b. Alat Pelindung Badan Bagian Muka : Apron.

c. Alat Pelindung Bagian Dada : Rompi Pelindung.

d. Jas Hujan (Rain Coat)

3. Alat Pelindung Diri Bagian Anggota Badan

a. Alat Pelindung Tangan : Sarung Tangan (Safety Gloves).

b. Alat pelindung kaki : Safety Shoes

c. Safety Belt

d. Body Harness

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu perilaku pemakaian APD (lembar

observasi), variabel independen (kuesioner), triangulasi data (wawancara) dan data sekunder

gambaran perusahaan, jadwal penggantian APD. Sampel dalam penelitian ini adalah 110

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 5: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

responden dari total populasi 268 orang yang dihitung menggunakan rumus hipotesis dua

proporsi yaitu :

Penelitian ini dilakukan di area kerja Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina

Lubricants Production Unit Jakarta dan merupakan studi deskriptif analitik dengan

pendekatan semi kuantitatif untuk melihat faktor determinan yang berhubungan dengan

perilaku pemakaian APD pada pekerja. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis univariat untuk melihat karakteristik responden, variabel dependen dan

independen serta analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel dependen dengan

independen menggunak chi-square.

HASIL PENELITIAN

Gambar 2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Gambar 3. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja

3 1 1 1

5 4

6 5

4 2

5 3

5

8 9

7

4 4 2

4 4

1

4 2 2

1 1 3

4 2 2

1

02468

10

20

Th

21

Th

22

Th

23

Th

24

Th

25

Th

26

Th

27

Th

28

Th

29

Th

30

Th

31

Th

32

Th

33

Th

34

Th

35

Th

36

Th

37

Th

38

Th

39

Th

40

Th

41

Th

42

Th

43

Th

44

Th

45

Th

47

Th

48

Th

49

Th

50

Th

51

Th

54

Th

Ju

mla

h

Tahun

Umur Responden

2 4

8 9

18

7 9

4 2

5 2

8 4

8 5

2 1 3 2 1 1 1

3 1

0

5

10

15

20

1

Th

2

Th

3

Th

4

Th

5

Th

6

Th

7

Th

8

Th

9

Th

10

Th

11

Th

12

Th

13

Th

14

Th

15

Th

16

Th

19

Th

20

Th

22

Th

24

Th

27

Th

28

Th

29

Th

32

Th

Ju

mla

h

Lama Kerja (Tahun)

Lama Kerja

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 6: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

Gambar 4. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Unit Kerja

Gambar 5. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian berdasarkan umur responden speri terlihat pada gambar 2

menunjukkan pekerja termuda berumur antara 20 tahun yaitu sebanyak 3 responden (2,7%),

umur pekerja tertua 54 tahun sebanyak 1 responden (0,9%) dan rata – rata umur pekerja

terbanyak yaitu 34 tahun sebanyak 9 responden (8,2%) (Gambar 2).

Pengalaman kerja terlama 32 tahun sebanyak 1 responden (0,9%), lama kerja terendah

1 tahun sebanyak 2 responden (1,8%) dan rata-rata lama kerja responden di PT. Pertamina

Lubricants Production Unit Jakarta 5 tahun sebanyak 18 responden (16,4%) (Gambar 3).

Distribusi jumlah responden unit kerja terbanyak adalah bagian filling lithos LOBP1

sebanyak 54 responden (49,1%), sedangkan jumlah responden terkecil adalah bagian

Dispatch LOBP2 sebanyak 1 responden (1%) (Gambar 4).

Rata – rata pendidikan responden yang bekerja di PT. Pertamina Lubricants

Production Unit Jakarta adalah SLTA/SEDERAJAT sebanyak 91 responden (82,7%)

(Gambar 5).

Secara rinci gambaran hasil variabel dependen dan independen dapat terlihat dari

gambar berikut.

BlendingBlending/De

cantingDispatch

Filling

Drum

Filling

Lithoslabelling Stacking

LOBP I 8 0 5 0 54 8 2

LOBP II 0 12 1 20 0 0 0

0102030405060

Ju

mla

h

Unit Kerja

LOBP I

LOBP II

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 7: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

Gambar 6. Gambaran Perilaku Gambar 7. Gambaran Pengetahuan

Gambar 8. Gambaran Sikap Gambar 9. Gambaran Ketersediaan APD

Gambar 10. Gambaran Motivasi Gambar 11. Gambaran Penerapan Peraturan

Gambar 12. Gambaran Pengawasan Gambar 13. Gambaran Petugas Pengawas

48,2% 51,8%

Perilaku Pemakaian APD

Baik Kurang Baik

31,8%

68,2%

Pengetahuan Tentang APD

Tinggi Rendah

30%

70%

Sikap Pemakaian APD

Positif Negatif

52,7% 47,3%

Ketersediaan APD

Memadai Kurang Memadai

39,1%

60,9%

Motivasi Pemakaian APD

Tinggi Rendah

74,5%

25,5%

Penerapan Peraturan

Baik Kurang Baik

61,8% 38,2%

Petugas Pengawasan

Petugas K3 Supervisor Fungsi/Bagian

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 8: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

Hasil penelitian gambaran perilaku responden menunjukkan 57 responden (51,8%)

berperilaku kurang baik terhadap pemakaian APD (Gambar 6). Hasil penelitian gambaran

pengetahuan responden menunjukkan 75 responden (68,2%) berpengetahuan rendah

mengenai Alat Pelindung Diri (APD) (Gambar 7). Hasil penelitian gambaran sikap responden

menunjukkan 77 responden (70,0 %) bersikap negatif terhadap pemakaian alat pelindung diri

(APD) pada saat bekerja(Gambar 8). Hasil penelitian gambaran ketersediaan APD

menunjukkan 58 responden (52,7%) yang menyatakan ketersediaan APD sudah memadai

(Gambar 9).

Hasil penelitian gambaran motivasi menunjukkan sebanyak 43 responden (39%) yang

menyatakan bahwa motivasi responden dalam pemakaian APD tinggi (Gambar 10). Hasil

penelitian gambaran peraturan terkait APD menunjukkan 82 responden (74,5%) penerapan

peraturan tentang pemakaian APD sudah baik (Gambar 11). Hasil penelitian gambaran

pengawasan terhadap pemakaian APD menunjukkan 68 responden (61,8%) menyatakan

bahwa pengawasan terhadap pemakaian APD masih kurang baik (Gambar 12). Hasil

penelitian gambaran petugas pengawasan terhadap pemakaian APD menunjukkan responden

menyatakan bahwa pengawasan dilakukan oleh Petugas K3 sebanyak 68 responden (61,8%)

dan pengawasan yang dilakukan oleh Supervisor Fungsi atau Bagian sebanyak 42 responden

(38,2%) (Gambar 13).

Tabel 1. Frekuensi Distribusi Responden Menurut Faktor Independen Yang Diteliti Pada Pekerja Lube

Oil Blending Plant

Faktor Risiko

Perilaku Total

P

Value

OR

(95% CI)

Baik Tidak Baik

N = 53 % N = 57 % N = 110 %

Pengetahuan

Tinggi

Rendah

15

38

28,3

71,7

20

37

35,1

64,9

35

75

31,8

68,2

0,576

0,730

(0,325 – 1,639)

Sikap

Positif

Negatif

20

33

37,7

62,3

13

44

22,8

77,2

33

77

30,0

70,0

0,134

2,051

(0,893 – 4,711)

Ketersediaan APD

Memadai

Kurang memadai

36

17

62,1

32,7

22

35

37,9

67,3

58

52

100

100

0,004

3,369

(1,536 – 7,390)

Motivasi

Tinggi

Rendah

29

24

67,4

35,8

14

43

32,6

64,2

43

67

100

100

0,002

3,711

(1,651 – 8,343)

Peraturan APD

Baik

Kurang baik

42

11

51,2

39,3

40

17

48,8

60,7

82

28

100

100

0,383

1,623

(0,678 – 3,886)

Pengawasan APD

Baik

Kurang baik

28

25

66,7

36,8

14

43

33,3

63,2

44

76

100

100

0,004

3,440

(1,532 – 7,726)

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 9: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,576 yang berarti bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pemakaian APD. Nilai OR = 0,730

(95% CI : 0,325-1,639), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang berpengetahuan rendah

berisiko 1 kali untuk berperilaku tidak baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan

responden yang pengetahuannya tinggi (Tabel 1).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,134. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pemakaian APD. Nilai OR = 2,051

(95% CI : 0,893 – 4,711), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang sikapnya negatif

berisiko 2 kali untuk berperilaku tidak baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan

responden yang sikapnya positif (Tabel 1).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,004. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD dengan perilaku pemakaian APD. Nilai

OR = 3,369 (95% CI : 1,536 – 7,390), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang

menyatakan ketersediaan APD kurang memadai berisiko 8 kali untuk berperilaku tidak baik

dalam memakai APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan ketersediaan APD

memadai (Tabel 1).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara motivasi dengan perilaku pemakaian APD. Nilai OR =

3,711 (95% CI : 1,651 – 8,333), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang menyatakan

motivasi dalam memakai APD rendah berisiko 4 kali untuk berperilaku tidak baik dalam

memakai APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan motivasi memakai APD

tinggi (Tabel 1).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,383. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara peraturan APD dengan perilaku pemakaian APD. Nilai OR

= 1,623 (95% CI : 0,678 – 3,886), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang menyatakan

peraturan APD kurang baik berisiko 2 kali untuk berperilaku tidak baik dalam menggunakan

APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan peraturan APD baik (Tabel 1).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,004. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengawasan APD dengan perilaku pemakaian APD. Nilai

OR = 3,440 (95% CI : 1,532 – 7,726), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang

menyatakan pengawasan APD kurang baik berisiko 4 kali untuk berperilaku tidak baik dalam

menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan pengawasan APD baik

(Tabel 1).

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 10: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

PEMBAHASAN

Banyaknya perilaku tidak baik dalam pemakaian APD di area Lube Oil Blending Plant

(LOBP) di PT. Pertamina Lubricants Production Unit tidak sejalan dengan standar Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 dalam pasal 6 ayat 1

disebutkan bahwa “Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai

atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko”. Perilaku pemakaian APD

yang kurang baik kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti : tingkat

motivasi dalam memakai APD yang rendah, ketersediaan APD kurang memadai dan

pengawasan yang kurang baik dalam pemakaian APD. Ketersediaan fasilitas APD, apabila

tersedia APD tetapi belum lengkap serta mencukupi untuk pekerja sangat berpengaruh

terhadap perilaku, lingkungan kerja yang panas juga dapat berpengaruh terhadap perilaku

yang membuat pekerja tidak nyaman dalam memakai APD. Sistem yang tidak berjalan karena

responden disini adalah pekerja out sourcing dimana ada jalur birokrasi yang membatasi

antara pihak Pertamina dengan pihak perusahaan responden (PT). Pengawasan yang kurang

ketat dari pihak manajemen perusahaan terutama dalam pemakaian APD, hal ini didasari oleh

peraturan yang kurang dipahami oleh pekerja dan Supervisor Fungsi/Bagian yang

menimbulkan perilaku kurang baik dalam pemakaian APD.

Secara keseluruhan dari hasil pengumpulan data didapatkan bahwa tingkat

pengetahuan responden mengenai alat pelindung diri adalah rendah. Hal ini diduga

berhubungan dengan sebagian besar responden tingkat pendidikannya adalah

SLTA/SEDERAJAT dan pelatihan APD yang kurang memadai. Maslow (Notoatmodjo,

2000) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan bagian dari faktor eksternal dan termasuk

pada komponen stimulus yang terdiri dari 6 jenis stimultant, dimana pengetahuan termasuk

jenis neutral stimulant yang berupa rangsangan yang tidak menimbulkan perhatian untuk

merespon. Dengan demikian meskipun tingkat pengetahuan tentang APD tinggi, akan tetapi

untuk sampai pada perilaku kepatuhan belum dapat terwujud karena tidak menjadi perhatian.

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang APD pada pekerja di area Lube Oil Blending Plant

(LOBP) harus ditingkatkan melalui pelatihan, menyebarkan selebaran atau media lain yang

mudah dilihat dan dibaca oleh pekerja terkait tentang keselamatan bekerja seperti pentingnya

dalam hal pemakaian APD.

Hasil analisis dengan Uji Statistik tersebut menyatakan tidak ada hubungan yang

bermakna secara statistik antara sikap pemakaian APD dengan perilaku pemakaian APD. Hal

ini diduga karena penerapan peraturan dan pengawasan tentang pemakaian APD yang kurang

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 11: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

diterapkan sehingga mendorong pekerja untuk berperilaku kurang baik. Sikap itu merupakan

aspek dari persepsi, sikap terbentuk dari stimuli seseorang yang kemudian menjadi persepsi

terhadap risiko. Sikap atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi karena adanya

persepsi terhadap risiko. Persepsi terhadap risiko adalah proses dimana individu mengatur dan

mengintepretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan.

Persepsi mempengaruhi perilaku. Menurut Geller persepsi merupakan faktor internal yang

mempengaruhi perilaku tidak aman. Persepsi pekerja dan struktur organisasi tempat kerja

mempengaruhi persepsi pekerja terhadap safety dan budaya kerja. Persepsi pekerja terhadap

iklim keselamatan telah dianggap panduan utama untuk kinerja keselamatan, persepsi negatif

pekerja (sesuatu yang berisiko namun dianggap tidak berisiko oleh pekerja) cenderung untuk

terlibat dalam tindakan tidak aman yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja (International

Journal Of Occupational Safety and Ergonomics, 2007).

Walaupun secara umum ketersediaan APD telah disediakan lengkap oleh perusahaan

akan tetapi dalam pengaruhnya terhadap pemakaian APD di tempat kerja belum memberikan

motivasi atau stimulus tambahan dalam membentuk perilaku yang baik di area kerja Lube Oil

Blending Plant (LOBP), karena sebagian pekerja lebih mengutamakan target produksi

sehingga walaupun bekerja tanpa memakai APD pekerja kurang peduli akan potensi bahaya

yang ada lingkungan kerja dan masih ada jenis pekerjaan yang tidak mengharuskan pekerja

menggunakan alat pelindung diri sepanjang hari yang memungkinkan para pekerja tidak

disiplin dalam menggunakannya. Dari hasil jawaban responden terdapat 17 responden yang

berperilaku baik dalam penggunaan APD, namun menyatakan ketersediaan APD kurang

memadai. Hal tersebut diduga karena responden melihat praktek di lapangan bahwa APD

masih kurang memadai dengan melihat keadaan yang terjadi pada rekan kerjanya, sehingga

menyatakan bahwa ketersediaan APD masih kurang memadai dan pertanyaan yang diajukan

dalam kuesioner untuk persoalan ini tidak bersifat objektif , tetapi melihat keadaan langsung

di lapangan.

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan fasilitas lain akan meningkatkan

prestasi kerja dari setiap tenaga kerja, sehingga dengan demikian diharapkan setiap fasilitas

atau perlengkapan kerja yang menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya akan dapat

digunakan oleh pekerja secara optimal. Lingkungan kerja yang kurang nyaman (panas) dapat

mendorong pekerja untuk berperilaku kurang baik. Tempat kerja yang nyaman merupakan salah

satu faktor penunjang gairah kerja. Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan

menurunkan produktivitas kerja juga akan membawa dampak negatif terhadap keselamatan

dan kesehatan kerja (Santoso, 2004). Menurut Stoner (1981) kinerja seorang karyawan atau

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 12: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

tenaga kerja dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan dan faktor persepsi. Motivasi adalah

faktor yang berpengaruh dalam kinerja seseorang.

Perlu adanya upaya perlindungan terhadap pekerja akan bahaya di tempat kerja. Salah

satu cara mencegah kecelakaan kerja adalah dengan peraturan yaitu ketentuan yang harus

dipatuhi mengenai kondisi kerja pada umumnya seperti pemeliharaan, pengawasan,

pengoperasian peralatan, dan pertolongan pertama (ILO, 1989). Dari Hasil penelitian ini

menjelaskan bahwa responden yang berperilaku baik dalam pemakaian APD dan menyatakan

bahwa penerapan peraturan baik, hasil analisis uji statistik tersebut menyatakan tidak ada

hubungan yang bermakna antara peraturan dengan perilaku penggunaan APD. Hal ini berarti

ada atau tidak adanya peraturan tidak mempengaruhi perilaku pekerja dalam memakai APD.

Hal ini dikarenakan sebagian besar menyatakan tidak ada sanksi jika tidak menjalankan

peraturan dalam pemakaian APD. Menurut Notoatmodjo (2007), untuk mengubah perilaku

salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan kekuasaan atau kekuatan.

Perilaku seseorang biasanya dapat diubah jika dipaksa atau diancam, untuk itu perlu adanya

peraturan tertulis yang dibuat perusahaan dalam bentuk sanksi ataupun penghargaan. Oleh

karena itu, agar peraturan dapat dijalankan dengan semestinya, maka peraturan itu harus tegas

dan untuk semua pekerja yang melanggar, tidak dibedakan apakah yang melanggar itu teman,

saudara atau bahkan anak pejabat.

Hasil Penelitian ini menjelaskan bahwa dari keseluruhan responden menyatakan

bahwa pengawasan terhadap pemakaian APD masih kurang baik. Kurang dipahaminya oleh

pekerja siapa yang melakukan pengawasan juga dapat menyebabkan kurang efisiennya

pengawasan. Selama ini yang dipahami pekerja adalah petugas K3 yang melakukan

pengawasan padahal yang seharusnya melakukan pengawasan terhadap pekerja dalam

pemakaian APD adalah Supervisor Fungsi/Bagian yang ada pada masing-masing area LOBP.

Supervisor Fungsi/Bagian juga menyerahkan semua tanggung jawab pengawasan terhadap

petugas K3. Selain itu hasil penelitian di pabrik plywood di Jawa Barat menunjukkan bahwa

57% supervisor tidak secara rutin mengontrol penggunaan alat pelindung diri terhadap

pegawainya menyebabkan tingkat kecelakaan kerja tinggi. Kondisi ini disebabkan karena

masih kurangnya kesadaran dan pemahaman suatu perusahaan akan pentingnya aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya

saing produksi (Ramli, 2010). Adanya hubungan antara pengawasan dengan perilaku

pemakaian APD terlihat bahwa pengawasan pemakaian APD merupakan faktor yang paling

dominan terhadap perilaku pemakaian APD pada pekerja, berarti perilaku pekerja akan baik

jika pengawasan dilakukan dengan baik.

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 13: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

SIMPULAN

Berdasarkan telitian yang telah dilakukan pada pekerja produksi di area Lube Oil Blending

Plant (LOBP) , dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perilaku pamakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja di area Lube Oil Blending

Plant (LOBP) yaitu 57 responden (51,8%) dengan perilaku kurang baik terhadap

pemakaian APD.

2. Responden berpengetahuan rendah (68,2%), responden yang bersikap negatif 70,0 %

responden, ketersediaan APD kurang memadai 47,3% responden, motivasi responden

dalam pemakaian APD rendah 60,9% responden, penerapan peraturan tentang pemakaian

APD kurang baik 25,5 % responden, pengawasan terhadap penggunaan APD kurang baik

38,2% rsponden.

3. Hasil analisis menunjukkan tiga faktor yang berhubungan signifikan dengan pemakaian

APD yaitu Motivasi dalam memakai APD, ketersediaan APD dan pengawasan APD.

Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu pengetahuan, sikap dan peraturan APD.

SARAN

Saran yang dapat direkomendasikan untuk mengatasi atau meminimalisasi perilaku tidak baik

dalam pemakaian APD pada pekerja produksi Lube Oil Blending Plant (LOBP) yaitu

meningkatkan komitmen manajemen terhadap program APD, antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan pekerja antara lain pemasangan papan wajib baca yang

memuat informasi mengenai bahaya dan risiko di tempat kerja serta manfaat besar dari

penggunaan APD saat bekerja, dan pemasangan gambar petunjuk mengenai cara

menggunakan APD yang baik dan benar.

2. Perlunya briefing, toolbox meeting atau safety talk sebelum memulai pekerjaan

membahas materi yang berbeda yang dilakukan oleh Supervisor Fungsi/Bagian agar

menjalin komunikasi yang baik dengan pekerja sehingga terjalin rasa saling percaya dan

membuat pekerja merasa bahwa mereka dipedulikan. Lingkungan kerja yang baik dan

harmonis membuat suasana kerja menjadi lebih semangat.

3. Perusahaan memperhatikan jenis dan kualitas APD yang diberikan kepada pekerja dan

mengganti APD yang sudah tidak layak pakai dengan yang baru sesuai dengan

kebutuhan. Hal ini ditujukan agar pekerja nyaman dengan APD yang dipakai serta

diharapkan dapat mendorong perilaku pemakaian APD yang terpelihara.

4. Meningkatkan sosialisasi peraturan APD antara lain pemasangan papan wajib baca atau

spanduk mengenai sangsi tegas jika tidak menggunakan APD. Dan perusahaan

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 14: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

diharapkan konsisten dalam melaksanakan peraturan dan menerapkan sangsi yang

berlaku.

5. Mensosialisasikan kembali peraturan – peraturan yang ada di perusahaan mengenai

pemakaian APD, agar pekerja lebih memahami dan taat dalam pemakaian APD, terutama

dalam hal yang melakukan pengawasan pemakaian APD. Karena selama ini yang pekerja

ketahui bahwa yang melakukan pengawasan secara langsung adalah petugas K3, padahal

yang seharusnya melakukan pengawasan secara langsung terhadap pemakaian APD pada

pekerja adalah Supervisor Fungsi/Bagian yang ada pada masing masing area kerja.

6. Perlu dilakukan kerja sama dalam pengawasan secara rutin oleh petugas safety dan

Supervisor Fungsi/Bagian karena sebagian besar pekerja merasa diawasi hanya jika

pengawasan dilakukan oleh petugas safety

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014

Page 15: Analisis Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Area Kerja ...

KEPUSTAKAAN

Bandura, Albert. (1977). Social Learning Theory. Prentice-Hall

Edo,Aulia. 2010. Studi Tentang Kecelakaan Kerja Di Unit Lube Oil Complex I (LOC I) PT.

Pertamina RU IV Cilacap Tahun 2010. Medical Journal. POLTEK Kesehatan

Lingkungan. Purwokerto

Geller, E. Scott. (2000). The Psychology of Safety Handbook. CRC Press LLC : Florida, USA.

Green,L zw., et al (1980). Health Education Planning A Diagnostic Approach. America:

Mayfield Publisng Company.

Haslam, R. A., et al. (2005). Contributing factors in construction accidents. Applied

Ergonomics, 36, 401-415

International Journal Of Occupational and Safety and Ergonomics (JOSE). (2007). Vol. 13,

No. 2 (189-200).

International Labour Organization. 2014. International Labour Standards on Occupational

safety and health. Geneva : http://www.ilo.org/global/standards/subjects-covered-by-

international-labour-standards/occupational-safety-and-health/lang--en/index.htm

International Labour Organization. (2011). ILO Introductory Report: Global Trends and

Challenges in Occupational Safety and Health, XIX World Congress on Safety and

Health at Work, Istanbul 11-15 September 2011

Kurniawidjaja,M.L. 2010. Teori Aplikasi Kesehatan Kerja. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Occupational Safety and Health Administration. (2003). Personal Protective Equipment. U.S

Department of Labor: OSHA

Ontario Ministry Of Labour. Personal Protective Equipment: Occupational Health and Safety

Guidelines for Farming Operations in Ontario. 2009.

http://www.labour.gov.on.ca/english/hs/pubs/farming/gl_ppe.php. Diakses Tanggal 14

Juni 2014

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat

Pelindung Diri

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 1 Tahun 1981

Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

Purwopriyati, Esti. (2013). Analisis Faktor – factor Yang Berhubungan dengan Perilaku

Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Pekerja Lube Oil Blending Plant (LOBP)

di PT. Pertamina (Persero) Unit Jakarta Lubricants Tahun 2013. Skripsi. FKM

Universitas Veteran. Jakarta

Queensland Government. Personal Protective Equipment (PPE). 2013.

http://www.deir.qld.gov.au/workplace/managing-whs/personal-protective-

equipment/index.htm#.U6JRu6PH_NF. Diakses Tanggal 14 Juni 2014

Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001.

Jakarta: Dian Rakyat

Ruhyandi & Evi Chandra. (2008). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Kepatuhan Penggunaan APD Pada Karyawan Bagian Press Shop Di PT. Almasindo II

Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008. Medical Journal STIKES A. Yani, Vol 38.

Undang – undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Analisis pemakaia..., Arahon Fransiska, FKM UI, 2014