ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul...

289
ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN MAHYUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Transcript of ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul...

Page 1: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

MAHYUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006

Page 2: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis yang berjudul: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2006 MAHYUDDIN NIM A155030021

Page 3: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

ABSTRACT

MAHYUDDIN, Analysis of labor market and economic growth in South Sulawesi province. Under direction of BAMBANG JUANDA and HERMANTO SIREGAR South Sulawesi province has relativity high economic growth, but it also has high level of unemployment. The study generally aims to analyze sources of economic growth, including total factor productivity (TFP) and the effect toward the performance of labor market in South Sulawesi. TFP is counted by indirect accounting method. The performance of labor market is analyzed by using simultaneous equation model, while wage rigidity indicator is assessed by using an equation of error correction model (ECM). The result of analysis indicated that, from supply side, TFP has given the highest contribution toward economic growth of South Sulawesi (2.09%) and labor has given the lowest contribution (1.70%). The high contribution of TFP is mainly in industrial sector (4.20%), while contribution of TFP in agricultural sector decreased, specially, since monetary crisis, with the average contribution -1.02%. TFP in urban industrial sector significantly reduced job opportunity, while in agricultural sector and in rural industrial sector significantly supporting enlarged job opportunity. Furthermore, sources of economic growth from demand side were only investment and export significantly and consistently increased sectoral job opportunity. The wage is generally rigid, specially, in industrial sector. Key words: Labor Market, Economic Growth, TFP, Wage Rigidity

Page 4: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

ABSTRAK

MAHYUDDIN, Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan (BAMBANG JUANDA sebagai Ketua dan HERMANTO SIREGAR sebaga Anggota Komisi Pembimbing)

Studi ini secara umum bertujuan untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, termasuk total factor productivity (TFP) dan pengaruhnya terhadap keragaan pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan. TFP dihitung dengan metode indirect accounting. Keragaan pasar tenaga kerja di analisis dengan model persamaan simultan, sedangkan indikator kekakuan upah di taksir dengan menggunakan persamaan error corection model (ECM). Ditemukan bahwa, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tidak berbasis pada sektor padat karya, pertumbuhan tenaga kerja hanya 1.70% dan pertumbuhan modal sebesar 1.87%, sementara pertumbuhah TFP 2.09%. Pertumbuhan TFP yang besar terjadi di sektor industri (4.20%), sedangkan pertumbuhan TFP di sektor pertanian merosot terutama sejak krisis ekonomi dengan pertumbuhan -1.02 %. Lebih lanjut, TFP di sektor industri perkotaan secara nyata mereduksi kesempatan kerja, sedangkan di sektor pertanian dan industri pedesaan justru mendorong perluasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja sektoral juga dipengaruhi oleh sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi demand, namun hanya investasi dan ekspor yang secara konsisten signifikan secara positif di semua sektor, sedangkan komponen lainnya bahkan mereduksi kesempatan kerja pada sektor tertentu, terutama sektor pertanian. Upah di Sulawesi Selatan bersifat kaku, terutama di sektor industri. Key words: Pasar Tenaga Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, TFP, Kekakuan Upah

Page 5: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,

mikrofilm, dan sebagainya

Page 6: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

MAHYUDDIN

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Perdesaan (PWD)

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006

Page 7: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 2 juli 1968 di salah satu daerah pinggiran Danau Tempe, tepatnya Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara dari ayahanda tercinta Riwu T dan ibunda tercinta Marellang. Karir pendidikan diawali pada tahun 1975 untuk jenjang pendidikan SD dan tamat pada tahun 1981. Pada tahun itu juga melanjutkan pendidikan pada jenjang SLTP di SMP Negeri Belawa dan tamat tahun 1984. Tingkat pendidikan SLTA di tamatkan pada SMA Negeri I Pare-Pare pada tahun 1987. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin, jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dan selesai pada bulan Desember tahun 1991. Dua tahun setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, tepatnya tahun 1994, penulis diterima sebagai staf pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Unhas. Pada tanggal 7 September tahun 1998, penulis menikah dengan A.Anugrahwaty SP. yang juga merupakan alumni Jurusan Sosek Pertanian Unhas, dan saat ini kami telah dikaruniai dua buah hati, putra dan putri titipan Illahi yaitu Muh. Agung yang lahir pada tanggal 8 Agustus 1999 dan Nurul Izzah lahir pada tanggal 26 Mei 2001.

Pada tahun 2003, penulis mendapat beasiswa BPPS-Dikti untuk menempuh pendidikan S2 dan diterima di Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Institut Pertanian Bogor.

Page 8: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

Judul Tesis : Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan

Nama Mahasiswa : Mahyuddin NIM : A155 030 021 Program Studi : Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

(PWD)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Juanda , MS Ketua

Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Prof. Isang Gonarsyah, Ph.D.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 20 Juli 2006 Tanggal Lulus : .......................

Page 9: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Alla SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga sebuah kristalisasi pemikiran penulis yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan” dapat terselesaikan. Tulisan ini dapat dirampungkan, berkat kontribusi berbagai pihak. Karena itu, dengan rasa bangga dan tulus penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada bapak Dr. Ir. Bambang Juanda, MS dan bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc. sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing, yang telah mencurahkan segenap waktu, pikiran serta dengan sabar memberi arahan dan masukan bagi penulis. Ucapan terima kasih yang tak terkira pula, penulis haturkan kepada bapak Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, M.Sc, yang sejak awal perkuliahan telah banyak memberi wawasan kepada penulis dan sebagai penguji luar komisi sehingga tulisan ini dapat lebih disempurnakan. Penulis juga menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada teman-teman seperjuangan di program pascasarjana IPB angkatan 2003 PWD dan segenap warga Melati 5 terima kasih atas kebersamaannya serta dukungan morilnya selama ini Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan pula kepada ibunda Marellang dan ayahanda Riwu T. yang senangtiasa berdoa dan memberikan dukungan tak terkira kepada penulis. Demikian pula kepada ibu mertua A.Cahaya Hakim dan bapak mertua almarhum Drs. Abd. Hakim, serta seluruh sanak keluarga lainnya, terima kasih atas doa, dorongan dan dukungan yang diberikan selama ini. Secara khusus ucapan terima kasih kepada istriku tercinta A.Anugrahwaty, SP dan kepada buah hatiku Muh.Agung dan Nurul Izzah, yang senangtiasa berdoa dan memberi dukungan dengan penuh kesabaran dan ketulusan selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini sungguh masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan keritikan dan saran konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan saat ini maupun di masa datang dan bermanfaat bagi pembangunan daerah dan kemajuan ummat manusia pada umumnya. Amin

Bogor, Juli 2006 Penulis

MAHYUDDIN

Page 10: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 4 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 10 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .................................... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 13

2.1. Industrialisasi dan Transformasi Struktural Ekonomi dan Tenaga Kerja. ............................................................................................... 13

2.2. Model-Model Pertumbuhan Ekonomi............................................... 16 2.2.1. Pertumbuhan Ricardian ........................................................ 17 2.2.2. Model Lewis ........................................................................ 18 2.2.3. Model Harrod-Domar .......................................................... 22 2.2.4. Model Pertumbuhan Solow .................................................. 25 2.2.5. Model Pertumbuhan Endogenous ........................................ 28

2.3. Total Factor Productivity .................................................................. 30 2.4. Pasar Tenaga Kerja ........................................................................... 31

2.4.1. Penawaran Tenaga Kerja ...................................................... 31 2.4.2. Permintaan Tenaga Kerja ..................................................... 33 2.4.3. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja ...................................... 35 2.4.4. Pengangguran, Upah Kaku dan Distorsi Pasar Tenaga Kerja 37

2.5. Tinjauan Studi Terdahulu ................................................................. 39 2.6.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Struktural ................ 39 2.6.2. Total Factor Productivity ...................................................... 40 2.6.3. Pasar Tenaga Kerja ............................................................... 41

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS..................................... 43

3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 43 3.2. Hipotesis ........................................................................................... 46

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 47

5.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 47 5.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 47 5.3. Pengembangan Model Analisis ........................................................ 47

4.3.1. Analisa Total Factor Productivity ........................................ 48

Page 11: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

vi

4.3.2. Analisa Keragaan Pasar Tenaga Kerja di Sulawesi Selatan . 49 4.3.3. Analisa Tingkat Kekakuan Upah sebagai Indikator Distorsi

Pasar Tenaga Kerja ............................................................... 60 4.3.4. Simulasi Kebijakan dan Dampaknya terhadap Kesempatan

kerja, pertumbuhan ekonomi dan NTB Sektoral ................ 62 4.4. Identifikasi Model Ekonometrika .................................................... 62 4.5. Metode Pendugaan ............................................................................ 65 4.6. Prosedur Pembentukan dan Penerapan Model .................................. 65 4.7. Definisi Operasional ......................................................................... 68

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 69

5.1. Profil Perekonomian Sulawesi Selatan.............................................. 69 5.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan ............................. 69 5.1.2. Struktur Perekonomian Sulawesi Selatan dan Kontribusinya

dalam Perekonomian Regional dan Nasional ........................ 75 5.1.3. Ciri Perekonomian secara Spatial di Sulawesi Selatan ......... 81

5.2. Profil Ketenaga Kerjaan Sulawesi Selatan........................................ 84 5.2.1. Permintaan Tenaga Kerja Sektoral di Wilayah Perkotaan

dan Pedesaan ....................................................................... 85 5.2.2. Penawaran Tenaga Kerja Perkotaan dan Pedesaan .............. 89

5.3. Total Factor Productivity ................................................................. 91 5.4. Keragaan Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sul-Sel 100

5.4.1. Gambaran Umum Model Dugaan Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan ............................. 100

5.4.2. Kesempatan Kerja Sektoral di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan ............................................................................... 101

5.4.3. Upah Riil Sektoral di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan ...... 113 5.4.4. Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai Tambah Sektoral ............. 123 5.4.5. Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral .................................... 127 5.4.6. Angkatan Kerja Perkotaan dan Pedesaan ............................. 130 5.4.7. Pengangguran Perkotaan dan Pedesaan ................................ 134

5.5. Analisa Kekakuan Upah dan Kelambanan Respon Permintaan Tenaga Kerja Sektoral di Sulawesi Selatan ...................................... 137

5.6. Analisa Simulasi Kebijakan Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan ............................................................... 150

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 161

6.1. Simpulan ........................................................................................... 161 6.2. Saran-Saran ....................................................................................... 163

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 165 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 169

Page 12: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

vii

DAFTAR TABEL

1. Beberapa indikator makro pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan dan Indonesia Tahun 1993 – 2003 .................................................................... 5

2. Pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan PDRB per kapita Sulawesi Selatan,

kawasan timur Indonesia (KTI) dan nasional, tahun 1985-2004 ............... 72 3. Pergeseran struktur ekonomi Sulawesi Selatan dan nasional, serta

kontribusi Sulawesi Selatan dalam perekonomian regional dan nasional, tahun 1985-2004 ........................................................................................ 79

4. Kontribusi PDRB dan nilai tambah sektoral Sulawesi Selatan terhadap

PDRB dan nilai tambah sektoral Pulau Sulawesi, KTI dan nasional, tahun 1985-2004 ........................................................................................ 80

5. Indikator ekonomi kabupaten/kota di Sulawesi Selatan berdasarkan ciri

ekonomi daerah, tahun 2001-2004 ............................................................. 82 6. Pegeseran struktur dan pertumbuhan tenaga kerja dirinci menurut sektor

dan jenis kelamin di wilayah pedesaan dan perkotaan di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ........................................................................... 87

7. Pertumbuhan jumlah penduduk, penduduk usia kerja, angkatan kerja,

bukan angkatan kerja dan migrasi masuk di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 .................................................................................................. 90

8. Perkembangan pertumbuhan tenaga kerja, modal dan TFP, menurut fase

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ............................. 96 9. Hasil estimasi parameter persamaan kesempatan kerja sektoral di

wilayah perkotaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ............................. 104 10. Hasil estimasi parameter persamaan kesempatan kerja sektoral di

wilayah pedesaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 .............................. 109 11. Hasil estimasi parameter persamaan upah riil sektoral di wilayah

perkotaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 .......................................... 115 12. Hasil estimasi parameter persamaan upah riil sektoral di wilayah

pedesaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ........................................... 120

Page 13: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

viii

13. Hasil estimasi parameter persamaan pertumbuhan ekonomi dan nilai tambah sektoral di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ............................. 125

14. Hasil estimasi parameter persamaan produktivitas tenaga kerja sektoral

di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ....................................................... 129 15. Hasil estimasi parameter persamaan angkatan kerja perkotaan dan

pedesaan di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ....................................... 132 16. Hasil estimasi parameter persamaan pengangguran perkotaan dan

pedesaan di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ....................................... 135 17. Hasil estimasi parameter ECM persamaan respon upah riil Rata-Rata,

Upah Riil Perkotaan dan Pedesaan Terhadap Guncangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja di Sulawesi Selatan ........................................... 141

18. Hasil estimasi parameter ECM persamaan respon upah riil sektoral di

wilayah perkotaan dan pedesaan terhadap guncangan permintaan tenaga kerja sektoral di Sulawesi Selatan .............................................................. 144

19. Hasil estimasi parameter ECM persamaan respon kesempatan kerja

perkotaan dan pedesaan terhadap guncangan upah riil di Sulawesi Selatan ........................................................................................................ 148

20. Hasil estimasi dampak simulasi kebijakan terhadap variabel kesempatan

kerja dan nilai tambah sektoral, serta terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ........................................................................................ 159

Page 14: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Kontribusi komponen permintaan agregat terhadap PDRB Sulawesi Selatan tahun 2003 ........................................................................................ 7

2. Pertumbuhan PDRB, investasi dan tenaga kerja di Sulawesi Selatan tahun

1994 – 2003 .................................................................................................. 8 3. Kerangka perumusan masalah pasar tenaga kerja dan pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi Selatan ....................................................................... 9 4. Model Lewis ................................................................................................. 19 5. Model Lewis dinamis ................................................................................... 21 6. Model Harrod-Domar ................................................................................... 25 7. Model Pertumbuhan Neoklasik .................................................................... 27 8. Penentuan kurva penawaran tenaga kerja .................................................... 32 9. Penentuan kurva permintaan tenaga kerja .................................................... 34 10. Keseimbangan pasar tenaga kerja dan pengangguran ................................. 36 11. Kerangka pemikiran konseptual analisis pasar tenaga kerja dan

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan ................................................. 44 12. Tahapan dan umpan balik dalam penelitian analisis pasar tenaga kerja dan

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan .................................................. 67 13. Kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, kawasan timur Indonesia

(KTI) dan nasional, periode 1986-2004 ........................................................ 70 14. Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Selatan, kawasan

timur Indonesia (KTI) dan nasional, periode 1986-2004 (juta Rp.) ............. 74 15. Struktur PDRB Provinsi Sulawesi Selatan, tahun 2004 ............................... 77 16. Sebaran PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/ kota di

Sulawesi Selatan menurut ciri ekonomi wilayah, tahun 2004 ...................... 83

Page 15: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

x

17. Perkembangan pekerja, angkatan kerja, pencari kerja dan tingkat upah di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 ............................................................. 85

18. Pergeseran struktur tenaga kerja dan PDRB sektoral di Sulawesi Selatan,

tahun 1985-2004 ........................................................................................... 86 19. Perkembangan pertumbuhan tenaga kerja, modal dan TFP terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (analisa semua sektor) ................. 94 20. Respon dinamis rata-rata upah riil Sulawesi Selatan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja total ........................................................................ 142 21. Respon dinamis upah riil perkotaan terhadap guncangan permintaan

tenaga kerja perkotaan .................................................................................. 143 22. Respon dinamis upah riil pedesaan terhadap guncangan permintaan tenaga

kerja pedesaan ............................................................................................... 143 23. Respon dinamis upah riil sektor pertanian perkotaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja pertanian perkotaan ............................................... 145 24. Respon dinamis upah riil sektor industri perkotaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja industri perkotaan .................................................. 145 25. Respon dinamis upah riil sektor lain perkotaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja sektor lain perkotaan ............................................. 146 26. Respon dinamis upah riil sektor pertanian pedesaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja pertanian pedesaan ................................................ 146 27. Respon dinamis upah riil sektor industri pedesaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja industri pedesaan ................................................... 146 28. Respon dinamis upah riil sektor lain pedesaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja sektor lain pedesaan .............................................. 146 29. Respon dinamis kersempatan kerja perkotaan terhadap guncangan upah

riil perkotaan ................................................................................................. 149 30. Respon dinamis kersempatan kerja pedesaan terhadap guncangan upah riil

pedesaan ........................................................................................................ 149 31. Dampak peningkatan konsumsi masyarakat (CS) 25% terhadap

pertumbuhan ekonomi dan kesempatakan kerja Sulawesi Selatan ............... 152

Page 16: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

xi

32. Dampak peningkatan investasi (INV) 25 % terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesempatakan kerja Sulawesi Selatan ..................................... 153

33. Dampak peningkatan ekxpor (Expr) 25% terhadap pertumbuhan ekonomi

dan kesempatakan kerja sektoral Sulawesi Selatan ...................................... 154 34. Dampak peningkatan impor (IMP) 25% terhadap pertumbuhan ekonomi

dan kesempatakan kerja sektoral Sulawesi Selatan ...................................... 155 35. Dampak peningkatan PAD = 25% terhadap kesempatan kerja dan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ...................................................... 156 36. Dampak peningkatan total factor productivity (TFP) 2% terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ..................................................... 157 37. Dampak peningkatan total factor productivity pertanian (TFPP) 2%

terhadap kesempatan kerja pertanian dan nilai tambah bruto sektor pertanian di Sulawesi Selatan ....................................................................... 158

38. Dampak peningkatan total factor productivity sektor industri pengolahan

(TFPI) 2% terhadap kesempatan kerja dan nilai tambah bruto sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan ...................................................... 158

39. Dampak peningkatan total factor productivity sektor lain (TFPL) 2%

terhadap kesempatan kerja dan nilai tambah bruto sektor lain di Sulawesi Selatan .......................................................................................................... 158

Page 17: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil perhitungan total factor productivity (TFP) seluruh sektor, TFP sektor pertanian, TFP sektor industri pengolahan dan TFP sektor lainnya di Sulawesi Selatan tahun 1986-2004 ........................................ 169

2. Output pendugaan parameter persamaan simultan (Two-Stage Least

Squares) pada model analisis pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ...................................................................... 173

3. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan simultan pasar

tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ..................... 181 4. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga

kerja dan upah riil dalam persamaan error correction model (ECM) .... 206 5. Hasil uji kointegrasi persamaan autoregressive redisual dari

persamaan respon upah riil dan respon kesempatan kerja ...................... 220 6. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil dan

persamaan respon permintaan tenaga kerja di Sulawesi Selatan ............ 229 7. Uji root mean squared error dan uji theil inequality coeficient pada

persamaan-persamaan estimasi dalam analisa simulasi kebijakan ......... 238 8. Nilai masing-masing variabel persamaan pasar tenaga kerja dan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (1985-2004) ........................... 242

Page 18: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi, seringkali dikaitkan tidak hanya sebagai penciri

tingkat pendapatan yang lebih tinggi bagi suatu perekonomian atau mekanisme

yang berkelanjutan dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Tetapi juga

dikaitkan sebagai mekanisme “mujarab” untuk mendorong perluasan kesempatan

kerja guna mengatasi pengangguran, karena dengan pertumbuhan ekonomi,

berarti memberikan peluang bagi semua jenis usaha untuk menciptakan pekerjaan.

Bahkan secara eksplisit, hukum Okun1) (Okun’s law) menyebutkan bahwa

pengangguran berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi. Alasan lainnya

adalah di dasarkan pada mekanisme transformasi struktur produksi dan struktur

tenaga kerja yang menyertai pertumbuhan ekonomi, seperti yang diungkapkan

oleh Fisher (1953) dalam Juanda (2001) bahwa pertumbuhan ekonomi biasanya

disertai dengan pergeseran permintaan dari sektor primer ke sektor sekunder

kemudian ke sektor tersiar. Selanjutnya pergeseran tersebut akan diikuti oleh

pergeseran struktur produksi, melalui pergeseran kesempatan kerja dan alokasi

dana dari sektor primer ke sektor sekunder kemudian ke sektor tersier.

Akan tetapi, tampaknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak sertamerta

akan di ikuti oleh perluasan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran.

Seperti halnya yang terjadi di Sulawesi Selatan, di mana dalam dua dekade

terahkir (1986-2004), daerah ini memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang

relatif tinggi yakni tumbuh rata-rata 5.88 persen per tahun. Kinerja ini melampaui

rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah Kawasan Timur Indonesia

(KTI) yang masing-masing tumbuh sekitar 4.70 persen dan 5.25 persen per tahun

dalam kurun waktu yang sama. Namun kenyataan lain juga menunjukkan bahwa

pengangguran di daerah ini, dari tahun ketahun menunjukkan trend peningkatan

dan semakin memprihatinkan. Bahkan pada tahun 2003, Sulawesi Selatan

1) Hukum Okun dari Arthur M.Okun (1983) menyatakan bahwa laju pengangguran (Ut)

berbanding terbalik dengan selisih laju pertumbuhan ekonomi (gt) terhadap laju pertumbuhan dalam kondisi normal (g t”), atau : Ut = -q(g t - gt”) + et di mana q adalah konstanta positif dan et adalah factor-faktor lain yang secara agregat bersifat acak dengan rataan nol. Dapat dibaca di Mankiw (2003) dan Siregar (2006)

Page 19: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

2

memiliki skor tertinggi tingkat pengangguran di Indonesia yakni mencapai 16.97

persen (Sakernas, 2003).

Penomena “growth-unemployment puzzle” yang terjadi di Sulawesi

Selatan ini boleh jadi terkait dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang tidak

mampu menciptakan transformasi struktural sesuai pola normal, seperti yang

ditekankan oleh Cooper (2005) bahwa peningkatan kinerja ekonomi sangat

ditentukan oleh keberhasilan menjalankan transformasi struktural. Transformasi

struktural baru dapat dikatakan berhasil apabila kenaikan peranan industri

manufaktur dan kenaikan ekspor disertai dengan berkurangnya tenaga kerja di

sektor pertanian, karena secara sinifikan diserap oleh sektor industri manufaktur.

Bahkan menurut Siregar (2006) bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat barulah

merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan laju

pengangguran, tetapi hal itu dipandang belum cukup (not sufficient). Syarat

kecukupannya adalah peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Peningkatan kualitas yang dimaksud antara lain ialah pertumbuhan ekonomi harus

dinikmati secara merata oleh segenap produsen dan berkelanjutan (sustainable).

Menurutnya, laju pengangguran akan dapat diturunkan secara cepat apabila

pertumbuhan ekonomi dipacu pada sektor padat karya. Sektor-sektor yang

dimaksud adalah terutama sektor pertanian dalam arti luas dan industri pertanian

(agroindustri).

Tidak berhasilnya transformasi struktural seperti yang ditekankan oleh

Cooper, serta tidak terpenuhinya syarat kecukupan (sufficient condition) dari

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, tampaknya menjadi jawaban terhadap

puzzle pertumbuhan-pengangguran di daerah ini. Hal ini terlihat dari kinerja

pertumbuhan ekonomi, di mana sektor industri manufaktur mengalami “loncatan”

pertumbuhan yang memukau, terutama pada periode awal proses industrialisasi di

Indonesia, yang diawali pada pertengahan tahun 1980 an. Pertumbuhan industri

manufaktur dalam periode 1986-2004, tumbuh rata-rata 11.11 persen pertahun,

sementara sektor pertanian yang menampung lebih dari separuh total tenaga kerja

hanya tumbuh sekitar 4.17 persen pertahun dalam periode yang sama. Sebagai

konsekuensi logis dari disvarietas pertumbuhan ini, menyebabkan terjadinya

pergeseran dalam struktur perekonomian. Kontribusi sektor industri manufaktur

Page 20: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

3

meningkat secara signifikan dari sekitar 3.99 persen tahun 1985 menjadi sekitar

13.36 persen tahun 2004. Sedangkan kontribusi sektor pertanian mengalami

kemerosotas secara signifikan pula yakni dari 44.73 persen tahun 1985 menjadi

sekitar 33.04 persen tahun 2004.

Akan tetapi transformasi struktur ekonomi tersebut tidak diikuti oleh

transformasi struktur tenaga kerja secara seimbang. Sektor industri manufaktur

yang meningkat tajam kontribusinya dalam struktur ekonomi, memiliki

kemampuan kecil dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 1985 sektor ini

tercatat hanya menampung tenaga kerja sekitar 5.18 persen dari total tenaga kerja

dan dalam kurun waktu hampir dua dekade, peranannya dalam menyerap tenaga

kerja hanya meningkat tipis yakni menjadi sekitar 5.52 persen tahun 2004.

Sebaliknya sektor pertanian yang kontribusinya dalam struktur ekonomi menurun

tajam, namun jumlah tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya di sektor ini

tidak banyak berubah, yakni sebesar 55.01 persen pada tahun 1985 menjadi 55.04

tahun 2004. Dampaknya adalah kesenjangan produktivitas tenaga kerja antar

sektoral dan regional menjadi tidak dapat dihindari, sehingga memperburuk

kondisi ketenaga kerjaan di daerah ini, yang tergambar dari angga pengangguran

yang semakin memprihatinkan.

Pengangguran yang tinggi di daerah ini, tidak hanya disebabkan adanya

semacam “bottleneck” dalam pasar tenaga kerja yang menyertai transformasi

strukturalnya, tetapi juga diperparah oleh inflasi tinggi pada era krisis ekonomi

tahun 1998, serta dipicu oleh banyaknya “migran-eksodus” dari berbagai daerah

rawan konflik di tanah air, yang dimulai dari krisis Timur-Timur (Timor Leste)

tahun 1998, kemudian konflik Ambon dan Maluku Utara, Poso serta Papua tahun

1999-2001.

Tingkat pengangguran yang tinggi dapat menjadi beban yang berat bagi

pembangunan itu sendiri karena dapat mengganggu kestabilan sosial, ekonomi

dan politik. Banyaknya pengangguran tidak hanya menyebabkan rata-rata

pendapatan masyarakat rendah dan menimbulkan kesenjangan, tetapi juga dapat

mendorong meningkatnya angka kriminalitas tinggi. Bahkan dapat mendorong

mewabahnya ekonomi siluman (underground-economy), sehingga penerimaan

pajak pemerintah menjadi kecil. Dengan demikian pengangguran yang tinggi

Page 21: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

4

sekaligus dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi. Karena

itu upaya mengatasi pengangguran di daerah ini dipandang merupakan sesuatu

yang urgen.

Karena itu, arah pembangunan ekonomi Sulawesi Selatan ke depan

diharapkan tidak hanya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi

saja, tapi juga harus mampu mendorong perluasan kesempatan kerja yang tinggi

pula, guna mengatasi persoalan pengangguran. Sasaran-sasaran ini, sesungguhnya

terkait erat dan saling mempengaruhi satu sama lain secara timbal balik.

Pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada peningkatan investasi guna mendorong

perluasan kapasitas usaha dan produksi dapat mendorong perluasan kesempatan

kerja. Sebaliknya penurunan angka pengangguran yang berarti pula meningkatnya

partisipasi angkatan kerja tentunya dapat memberikan kontiribusi signifikant

dalam pertumbuhan ekonomi (output), seperti yang telah dimodelkan oleh Solow

dalam Todaro (2000) bahwa pertumbuhan output bergantung pada tiga faktor

penting yakni kuantitas dan kualitas tenaga kerja, penambahan barang modal

(physical capital) serta penyempurnaan teknologi.

Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji sumber-sumber pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan baik dari sisi demand-nya maupun dari sisi supply-nya

termasuk kemajuan teknologi (didasarkan pada pertumbuhan total factor

productivity)2) dan dampaknya terhadap keragaan pasar tenaga kerja di daerah ini.

Dengan memadukan kedua hal tersebut, maka studi ini nantinya diharapkan dapat

memberikan arahan konstruktif dalam rangka menentukan arah kebijakan strategis

yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi dan sekaligus mampu

mendorong perluasan kesempatan kerja sehingga angka pengangguran di

Sulawesi Selatan dapat diminimalkan.

1.2. Perumusan Masalah

Secara umum pasar tenaga kerja memang selalu dipengaruhi oleh dua sisi

yakni sisi penawaran tenaga kerja (labor supply) dan sisi permintaan tenaga kerja

2). TFP (total factor productivity) adalah jumlah pertumbuhan yang tersisa (residu) setelah

dikurangkan dengan kontribusi pertumbuhan masing-masing factor produksi yang terukur (tenaga kerja dan modal) . TFP, seringkali digunakan sebagai ukuran kemajuan teknologi atau peningkatan efisiensi tenaga kerja (Mankiw, 2003)

Page 22: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

5

(labor demand). Perubahan yang tidak seimbangan dari kedua sisi pasar tenaga

kerja tersebut, akan menghasilkan ketidak seimbangan pasar tenaga kerja pula.

Perubahan sisi penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat partisipasi

angkatan kerja dan migrasi, (Ruby, 2003). Sedangkan perubahan sisi permintaan

tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, termasuk sumber-sumber

pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Menurut Kasliwal, (1995) ketidak seimbangan

pasar tenaga kerja yang bermuara pada pengangguran merupakan pencerminan

dari terjadinya exccess supply dalam pasar tenaga kerja.

Angka pengangguran di Sulawesi Selatan meningkat dari tahun ketahun

dan semakin memprihatinkan, bahkan pada tahun 2003, daerah ini memiliki skor

tertinggi dalam tingkat pengangguran di Indonesia yakni mencapai 16.97 persen.

Peningkatan tajam angka pengangguran di daerah ini terutama terjadi pasca krisis

ekonomi tahun 1998. Berikut ini disajikan beberapa indikator makro pasar tenaga

kerja di Sulawesi Selatan.

Tabel 1. Beberapa indikator makro pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan dan Indonesia tahun 1993-2003

Tahun 1993 – 2003 Indikator Pasar Kerja di

Sul-Sel & Indonesia 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Sulawesi Selatan

Penduduk (juta)

Angkatan Kerja (juta)

Tenaga Kerja (juta)

Pengangguran (Ribu)

Angka Pengangguran (%)

Tenaga Kerja Men. Sektor

• Pertanian (% thd. Tot)

• Industri (% thd. Tot)

• Jasa (% thd. Tot)

7.21

2.76

2.66

100.22

3.63

57.79

9.75

32.46

7.36

3.09

2.93

160.86

5.21

61.07

10.09

28.85

7.42

2.92

2.61

310.39

10.63

53.35

9.82

36.83

7.59

3.20

3.03

167.08

5.22

57.80

10.76

31.44

7.71

3.16

3.02

138.16

4.37

50.18

11.08

38.74

7.84

3.24

3.07

170.04

5.25

55.87

9.16

34.98

7.98

3.29

3.08

213.19

6.48

55.41

8.72

35.87

7.80

3.06

2.87

376.35

6.09

55.28

8.92

35.80

7.89

3.28

2.88

335.83

10.03

56.23

8.76

35.01

7.96

3.30

2.89

405.34

12.29

57.85

8.69

33.46

8.21

3.46

2.87

586.77

16.97

59.76

8.80

31.45

Indonesia

Angka Pengangguran (%)

Tenaga Kerja Men. Sektor

• Pertanian (% thd. Tot)

• Industri (% thd. Tot)

• Jasa (% thd. Tot)

2.76

50.60

15.68

33.72

3.36

62.06

15.31

22.63

7.24

43.98

18.42

37.60

4.89

44.02

18.09

37.89

4.68

41.18

19.01

39.81

5.46

44.96

16.28

38.76

6.35

43.21

17.84

38.95

6.1

45.38

17.43

37.29

8.1

43.88

17.54

38.58

9.1

44.34

13.21

42.45

9.50

46.26

12.84

40.90

Sumber : BPS : Sakernas 1993-2003, Sulawesi Selatan dalam angka dan statistik Indonesia dalam berbaga i penerbitan

Page 23: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

6

Berbagai faktor yang menyebabkan sehingga angka pengangguran di

Sulawesi Selatan tinggi bahkan cenderung meningkat antara lain sebagai berikut :

(1) Dalam dua dekade terkhir (1985-2004) Angkatan kerja (labor supply)

tumbuh sekitar 3.78 persen per tahun yang berarti lebih besar dari

pertumbuhan kesempatakan kerja (labor demand) dengan pertumbuhan

hanya sekitar 2.50 persen per tahun. Kesenjangan pertumbuhan yang

semakin melebar dari kedua sisi pasar tenaga kerja ini bermuarah pada

semakin tingginya angka pengangguran. Pertumbuhan yang besar pada

sisi angkatan kerja selain didorong oleh pertumbuhan populasi sekitar 1.38

persen pertahun, juga disebabkan oleh banyaknya arus migrasi masuk

terutama sejak tahun 1999. Arus migrasi ini umumnya merupakan

“migran-eksodus” yang berasal dari berbagai daerah rawan konflik di

Kawasan Timur Indonesia dimulai konflik Tim-Tim di penghujung tahun

1998, kemudian konflik Ambon, Maluku Utara, Poso, dan Papua dari

tahun 1999-2001.

(2) Sektor industri yang diharapkan menjadi leading sektor perekonomian

ternyata tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menyerap tenaga

kerja, yakni hanya sekitar 5.80 persen tahun 2003. Sementara di sisi lain

sektor pertanian dengan produktivitas tenaga kerja yang rendah, sudah

jenuh dengan surplus tenaga kerja, sehingga peluang “angkatan kerja

baru” untuk terserap dalam pasar tenaga kerja sangat tipis yang kemudian

perdampak pada pengangguran tinggi. Kesenjangan daya tampung tenaga

kerja yang disertai kesenjangan produktivitas tenaga kerja yang tajam

antara sektor industri dan sektor pertanian sekaligus menunjukkan adanya

semacam “Bottleneck” dalam pasar tenaga di Sulawesi Selatan. Sehingga

memperburuk kondisi ketenaga kerjaan dan menyebabkan semakin

tingginya angka pengangguran di daerah ini.

(3) Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan tidak bersumber pada

fundamental ekonomi yang kuat. Sektor produksi terutama sektor industri

sangat tergantung pada impor (lihat Gambar 1, ekspor-impor total defisit).

Akibatnya sistem ekonomi rentang terhadap goncangan global seperti era

krisis ekonomi tahun 1998, sehingga berdampak pada semakin tingginya

Page 24: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

7

pengangguran. Rapuhnya struktur perekonomian ini, tentunya juga terkait

dengan kebijakan insetif (subsidi dan protektif) selama ini, sehingga

sektor industri dalam negeri kurang kompetitif dengan dunia luar.

(4) Dari aspek sumber pertumbuhan ekonomi, khususnya dari segi permintaan

output agregat, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan masih di

dorong oleh komponen konsumsi yang pada tahun 2003 memiliki

kontribusi sekitar 57.01 persen sedangkan investasi hanya sekitar 23.43

persen, demikian pula aspek eksternal dimana secara total ekspor- impor

masih defisit.

57.01

0.59

20.4623.07

0.365.50

(6.99)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Kons

.RT

Kons

. Nirla

ba

Kons.

Pem.

Pemb. M

odal

Perub

ahan

Stok

(X-M) A

ntar N

eg.

(X-M) A

ntar P

rop.

Sha

re (%

)

Gambar 1 Kontribusi komponen permintaan agregat terhadap PDRB

Sulawesi Selatan, Tahun 2003

Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh oleh konsumsi

masyarakat bukanlah pertumbuhan yang dapat mengurangi tekanan pasar

tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi yang dapat mengurangi tekanan pasar

tenaga kerja haruslah berbasiskan pada investasi yang mengarah kepada

perluasan kapasitas usaha dan produksi.

(5) Pertumbuhan perekonomian Sulawesi Selatan, dilihat dari sisi supply,

menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB lebih responsif terhadap

perumbuhan modal (investasi) dibandingkan terhadap pertumbuhan faktor

produksi tenaga kerja. Penomena ini tampaknya bertentangan dengan

Page 25: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

8

“mitos” dalam perekonomian selama ini, yang menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi akan selalu diikuti perluasan kesempatan kerja.

(5.33)

24.88

(20.61)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

1. Pertumbuhan PDRB 2. Pertumbuhan Investasi 3. Pertumbuhan Tenaga Kerja

Per

tum

buha

n (%

)

Gambar 2 Pertumbuhan PDRB, investasi dan tenaga kerja di Sulawesi Selatan,

Tahun 1994-2003

Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh pertumbuhan modal

(investasi) yang tidak disertai pertumbuhan tenaga kerja, setidaknya menjelaskan

tiga poin utama yakni. Pertama : sektor produksi padat modal lebih berkembang

dibandingkan sektor produksi padat pekerja. Lebih berkembangnya sektor

produksi padat modal dibanding sektor yang padat pekerja, tentu tidak banyak

membantu dalam mengurangi tekanan pasar tenaga kerja. Kedua: harga relatif

dari penggunaan modal lebih murah dibandingkan penggunaan tenaga kerja, yang

berarti pula bahwa produktifitas modal lebih tinggi dibandingkan produktifitas

tenaga kerja, sehingga pengusaha cenderung menggunakan modal lebih banyak

dibanding menggunakan tenaga kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja ini

menyebabkan permintaan tenaga kerja pun tidak berkembang. Ketiga:

penggunaan modal secara intensif mendorong peningkatan teknologi yang secara

umum menghemat tenaga kerja. Berikut skematis kerangka perumusan masalah.

Page 26: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

9

Gambar 3. Kerangka perumusan masalah pasar tenaga kerja dan pertumbuh

ekonomi di Sulawesi Selatan

Berdasarkan uraian panjang diatas, maka persoalan pengangguran secara

garis besarnya terkait dengan dua permasalahan pokok, yakni permasalahan yang

berkaitan dengan pasar tenaga kerja (point 1 - 2) dan permasalahan yang berkaitan

dengan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (point 3 – 5). Dengan mengkaji

secara dalam kedua pokok masalah trsebut, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberi arah dalam rangka mengatasi pengangguran di Sulawesi Selatan yang

sekaligus dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta penyesuaian arah

industrialisasi di Indonesia pada umunya. Adapun rincian rumusan masalah yang

akan di kaji dalam studi ini adalah sebagai berikut :

Kebijakan : • Insentif : Subsidi

dan Proteksi • Menjaga inflasi dan

suku bunga rendah

Kebijakan Kompetitif Transformasi Struktural(Eko. & TK)

Kesenjangan Produktivitas dan Pengangguran

Permintaan Output Agregat

Penawaran Output Agregat

• Kons. Msy. • Kons. Pem • Investasi • Ekspor-Impor

• Tenaga Kerja. • Modal • Teknologi

Pertanian Industri Lainnya

Pasar Tenaga kerja

Produktivitas TK

Peningkatan Pertumbuhan dan pengurangan pengangguran

Kesempatan kerja

Padat modal VS Padat Pekerja

Desa Kota

Pertumbuhan Output Agregat (PDRB)

Page 27: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

10

1. Seberapa besar kontribusi faktor produksi tenaga kerja, modal dan teknologi

terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan keragaan

pasar tenaga kerja, seperti : kesempatan kerja, angkatan kerja, pengangguran,

upah riil, migrasi tenaga kerja, dan produktifitas tenaga kerja di Sulawesi

Selatan ?

3. Apakah upah riil di Sulawesi Selatan bersifat kaku (rigid) ?

4. Bagaimana dampak perubahan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik

dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran output agregat terhadap

kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis keragaan pasar

tenaga kerja dan kaitannya dengan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Sulawesi Selatan. Secara khusus penelitian ini diarahkan untuk

menjawab beberapa tujuan sebagai berikut :

1. Menghitung total factor productivity (TFP) di Sulawesi Selatan, TFP sektor

pertanian, TFP sektor industri dan TFP sektor lainnya di Sulawesi Selatan.

2. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan

keragaan pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan yang meliputi angkatan kerja,

kesempatan kerja, pengangguran, dan upah riil, migrasi tenaga kerja dan

produktivitas tenaga kerja.

3. Menganalisis indikator tingkat kekakuan upah riil sektoral di wilayah

pedesaan dan di wilayah perkotaan Sulawesi Selatan.

4. Menganalisis dampak perubahan : konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah, investasi, perubahan ekspor, impot, pendapatan asli daerah

(PAD), dan kemajuan teknologi terhadap kesempatan kerja dan pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari tiga point utama

yakni sebagai berikut :

(1) Dari segi pengembangan ilmu : studi ini akan menggunakan pendekatan

makro dan mikro ekonomi dalam menkaji mengenai pasar tenaga kerja dan

Page 28: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

11

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari aspek model analisis, studi

ini akan menggunakan pemodelan ekonometrika dalam bentuk persamaan

simultan. Dalam model tersebut sumber-sumber pertumbuhan baik dari sisi

permintaan agregat maupun dari sisi penawarannya diinterna lisasikan dalam

pemodelan pasar tenaga kerja. Dengan demikian studi ini diharapkan dapat

memperkaya kajian ketenaga kerjaan di Indonesia pada umumnya

(2) Dari segi informasi: dapat dijadikan bahan informasi yang dapat

menjelaskan keragaan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di

Sulawesi Selatan serta berbagai hambatan pembangunan dalam rangka

memacu pertumbuhan ekonomi dan mengatasi pengangguran di Sulawesi

Selatan. Studi ini sekaligus dapat dijadikan acuan untuk penitian

selanjutnya.

(3) Dari segi terapan: dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penentu

kebijakan untuk merumuskan langkah strategis dalam rangka

menanggulangi pengangguran, dan pemulihan ekonomi serta penyesuaian

arah pergeseran struktural (industrialisasi) di Sulawesi Selatan khususnya

dan Indonesia pada umumnya.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup analisis dalam penelitian ini adalah skala regional.

Penelitian ini menggunakan model ekonometrika. Dalam mengkaji model, tenaga

kerja didisagregasi berdasarkan wilayah kota dan desa serta didisagregasi menurut

klasifikasi tiga sektor, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor

lainnya. Sektor pertanian yang dimaksudkan adalah pertanian dalam arti luas yang

meliputi sub sektor tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan dan

kehutanan. Sektor industri pengolahan mencakup industri pengolahan tampa

migas. Sektor lainnya mencakup, sektor bangunan termasuk pertambangan dan

penggalian, listrik, gas, dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi,

perdagangan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, administrasi pemerintah

dan pertahanan, serta jasa-jasa lainnya.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah: Model analisa

ekonometrika hanya menggunakan indikator- indikator makro seperti nilai tambah

Page 29: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

12

bruto sektoral, investasi, upah riil, inflasi dan PDRB. Jenis migrasi yang dianalisis

adalah migrasi masuk kabupaten/kota yang diagregasi pada tingkat Provinsi di

Sulawesi Selatan. Data tenaga kerja seperti kesempatan kerja, angkatan kerja dan

pengangguran yang dianalisis adalah data berdasarkan hasil Sakernas (BPS, tahun

1985 - 2004). Selain itu, penelitian ini memiliki keterbatasan dalam kajian mikro,

sehingga perilaku dari berbagai komponen pelaku pasar tenaga kerja tidak dapat

dikaji secara mendalam.

Page 30: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industrialisasi dan Transformasi Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja

Pembahasan yang sistematis mengenai perubahan struktur produksi dan

struktur kesempatan kerja yang menyertai pertumbuhan ekonomi di mulai oleh

Fisher (1935) yang mengatakan bahwa, pertumbuhan ekonomi biasanya disertai

dengan pergeseran permintaan dari sektor primer ke sektor sekunder dan akhirnya

bergeser lagi ke sektor tersier. Pergeseran tersebut akan mengakibatkan terjadinya

perubahan dalam struktur produksi yang sesuai dengan pergeseran dalam

permintaannya, yaitu melalui pergeseran dalam kesempatan kerja dan alokasi

dana dari sektor primer, ke sektor sekunder dan akhirnya ke sektor tersier. Hal

serupa juga terungkap dari hasil studi Kuznets, bahwa peran industri di negara-

negara maju secara umum sudah melebihi 30 persen dari produk nasional. Proses

pertumbuhan industri itu disertai oleh penyerapan 35 persen dari angkatan kerja.

Sedangkan angkatan kerja yang masih tergantung di sektor pertanian hanya

meliputi 5 hingga 10 persen.

Guna menguji ke absahan hipotesis Fisher tersebut, Noor (1991) meneliti

mengenai perubahan struktur produksi yang menyertai pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Noor, mengkaji perubahan yang terjadi antara daerah provinsi dengan

menggunakan model yang pernah digunakan Chanary dan Syrquin (1975) ketika

mereka melakukan penelitian di sejumlah negara berkembang mengenai

pergeseran struktur ekonominya selama kurun waktu 1950-1970. Model tersebut

diduga dengan multiple regression analysis. Noor, menyimpulkan bahwa hanya

sebagian daerah Provinsi di Indonesia yang menerima hipotesis Fisher, yaitu

terdapat hubungan yang negatif antara pergeseran sektor primer dengan

pertumbuhan pendapatan nasional atau pendapatan perkapita, (Juanda, 2001).

Tampaknya pergeseran struktur ekonomi dan struktur tenaga kerja yang

menyertai proses industrialisasi di Indonesia menunjukkan trend berbeda dengan

pergeseran ala Fisher dan Kuznets. Transformasi struktural yang tejadi di

Indonesia ditunjukkan trend peningkatan yang tajam kontribusi sektor industri

dalam struktur ekonomi nasional, tetapi tidak disertai peningkatan yang signifikan

dalam struktur tenaga kerja nasional. Pada tahun 1980 sektor industri pengolahan

Page 31: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

14

memberikan kontribusi sebesar 11.6 persen meningkat menjadi 26.1 persen tahun

2003, atau secara total kelompok industri (termasuk sektor pertambangan dan

bangunan) memberikan kontribusi sekitar 41.3 persen, akan tetapi penyerapan

tenaga kerjanya yang pada tahun 1980 sebesar 12.1 persen hanya meningkat tipis

yakni kurang dari 20 persen pada periode sebelum krisis ekonomi, bahkan pada

tahun 2003 hanya menyerap sekitar 12.8 persen. Sementara sektor pertanian pada

tahun yang sama (2003) dengan kontribusi sekitar 15.8 persen dalam PDB harus

menampun tenaga kerja sekitar 46.3 persen dalam strktur tenaga kerja nasional.

Gambaran dari transformasi struktural yang menyertai proses industrialisasi di

Indnesia, secara implisit memperlihatkan ketimpangan dalam kehidupan sosial

ekonomi masyarakat, jika dibiarkan akan semakin memperbesar kesenjangan.

Selain itu, Margono (2005) menyebutkan bahwa perubahan struktural yang

berlangsung di Indonesia memperlihatkan ketidakmatangan transformasi, karena

prosesnya terlalu dipercepat sehingga menyebabkan sektor industri nasional tidak

berkembang dengan baik. Perkembangan industri banyak dilakukan melalui

proteksi-proteksi oleh pemerintah terhadap sektor industri. Menurutnya, walaupun

perkembangan sektor industri, yang dipacu oleh kebijakan pemerintah, cukup

tinggi, namun bukan bersumber dari fundamental perekonomian yang kuat. Sektor

tersebut sangat tergantung pada impor, khususnya barang modal, input antara, dan

bahan baku, demikian pula terlalu tergantung kepada kapital dan teknologi dari

luar, akibanyanya sangat rentang terhadap perubahan ekonomi global yang

berubah secara dinamik.

Aziz (1990) pernah mengkaji perubahan struktural dalam perekonomian

Indonesia di masa lalu dengan menggunakan pendekatan yang di dasarkan pada

perubahan struktural menurut 3 jenis proses, yaitu proses alokasi, akumulasi serta

demograsi dan distribusi; selain itu juga diperhitungkan masalah penyusutan

sumberdaya alam. Namun analisa kuantitatif yang digunakan untuk mengamati

proses perubahan tiap peubah hanya melalui dimensi waktu sehingga perkiraan

perubahan struktural di masa depan hanya merupakan hasil dari pendekatan model

proyeksi, bukan model perencanaan.

Mengenai kaitan pertumbuhan ekonomi dengan ketenaga kerjaan di

Indonesia, Ninasapti (2005) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang

Page 32: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

15

tinggi di Indonesia pada periode 1990-1996 menghasilkan tambahan lapangan

kerja yang tidak jauh berbeda dengan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah

dalam periode 2000-2002. Temuan ini menurutnya berbeda dengan berbagai

pernyataan yang merupakan ”mitos” dalam perekonomian bahwa jika

pertumbuhan ekonomi cukup tinggi maka akan terjadi penciptaan lapangan kerja

yang tinggi pula. Menurutnya sumber pertumbuhan pekerja akan sangat

tergantung kepada jenis usaha yang dikembangkan. Pengembangan sektor usaha

padat modal akan mengakibatkan penyerapan pekerja yang lebih kecil daripada

pengembangan sektor usaha yang padat karya, walaupun dari sisi pertumbuhan

PDB akan lebih tinggi.

Selanjutnya Ikhsan (2005) menunjukkan bahwa berdasarkan pada analisis

I-O dan seri pendapatan nasional, secara jelas menunjukkan adanya penurunan

dalam pangsa industri padat karya. Pangsa industri padat karya mengalami

penurunan dari 16.9 persen pada tahun 1995 menjadi 13.4 persen pada tahun

2000. Diantara industri padat karya tersebut penurunan terbesar terjadi pada

industri tekstil dan pakaian jadi yang menurun dari 4.2 persen menjadi 2.8 persen

pada tahun 2000. Sebaliknya pangsa industri permesinan mengalami peningkatan

dari 16.0 persen (1995) menjadi 20.8 persen (2000). Pertanyaan yang harus

dijawab, menurut Ikhsan, adalah apakah trend ini memang merefleksikan pola

normal dalam perubahan struktural atau sebaliknya mencerminkan distorsi dalam

pasar faktor produksi atau pasar output yang kemudian menimbulkan disalokasi

sumberdaya. Jika yang terakhir terjadi, maka gejala akselerasi pertumbuhan yang

sudah mulai ini tidak akan berumur panjang dan dalam waktu tidak begitu lama

akan terjadi perlambata laju pertumbuhan ekonomi dan kemudian mendorong

proses ”deindustrialisasi” di Indonesia.

Oleh karena itu, dalam rangka pemulihan ekonomi dan upaya penyesuaian

struktural perekonomian nasional, maka strategi pembangangunan di Indonesia ke

depan, tentunya tidak lagi hanya sekedar mencapai pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, tetapi diharapkan pertumbuhan ekonomi nasional dapat berkualitas dan

berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai apabila pertumbuhan ekonomi nasional

bersumber dari fundamental ekonomi yang kuat, sehingga dapat menciptakan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai penyerapan tenaga kerja yang tinggi

Page 33: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

16

pula. Oleh karena itu stud i ini yang akan mengkaji sumber-sumber pertumbuhan

disertai kajian aspek pasar tenaga kerja dalam rangka mendorong pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan perluasan kesempatan kerja di anggap relevan dengan

upaya proses penyesuaian struktural yang dimaksud.

2.2. Model-Model Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebaga i

“kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan

semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan

ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan

ideologis yang diperlukannya”. Lebih lanjut Kuznets menunjukkan enam ciri dari

pertumbuhan modern. Dari ke enam ciri tersebut dua diantaranya adalah

kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produk nasional dan

pertumbuhan penduduk, kemudian dua yang berhubungan dengan peralihan

structural dan dua yang berkaitan dengan penyebaran internasional, (Jhingan,

1999).

Menurut Mankiw (2003) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para

ekonom menggunakan data produk domestic bruto (GDP), yang mengukur output

barang dan jasa total suatu negara dan pendapatan total setiap orang dalam

perekonomian. Pada bagian lain Mankiw, menyebutkan output barang dan jasa

suatu perekonomian (GDP) bergantung pada (1) jumlah input, yang disebut

factor- faktor produksi, (2) kemampuan untuk mengubah input menjadi output.

GDP yang di tentukan dari kedua factor tersebut disebutkannya sebagai sisi

penawaran dari pendapatan nasional (GDP). Selanjutnya output atau GDP dari sisi

penggunaannya terdiri dari konsumsi (C) , Investasi (I), Pembelian pemerintah

(G) dan Ekspor netto (NX). GDP dari sisi penggunaannya disebut sebagai sisi

permintaan dari pendapatan nasional.

Teori pertumbuhan ekonomi, telah diuraiakan oleh banyak ahli dengan

cara pengklasifikasian yang berbeda-beda. Rasidi, 1991 dalam Hadi (2001)

menyebutkan bahwa terdapat tiga kategori dalam perkembangan teori

pertumbuhan ekonomi. Kategori pertama, menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi adalah proses pertumbuhan seluruh masyarakat, tidak hanya bidang

Page 34: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

17

ekonomi, tetapi termasuk pertumbuhan bidang sosial, politik, psikologi

masyarakat. Kategori kedua menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah

termasuk dalam teori ekonomi pembangunan, khususnya dalam mengatasi

permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara sedang berkembang.

Sedangkan kategori ketiga disebut sebagai tori modern dalam pertumbuhan

ekonomi, yaitu termasuk ke dalam model Keynesian. Tidak seperti ke dua

kategori sebelumnya maka model keynesian bisa disebutkan sebagai murni teori

ekonomi. Sedangkan Kasliwal (1995) membagi dua kategori teori pertumbuhan

yakni (1) model pertumbuhan clasik (Classical Growth Models) dan (2) model

pertumbuhan modern (Modern Growth Models). Yang termasuk dalam model

klasik adalah pertumbuhan Ricardian (Ricardian growth) dan model Lewis (The

Lewis Model), sedangkan yang tergolong dalam teori pertumbuhan modern adalah

Model Harrod-Domar, Pertumbuhan Model Solow, Pertumbuhan endogenous.

Terlepas dari berbagai pengklasifikasian teori pertumbuhan tersebut, maka berikut

ini diuraikan beberapa model pertumbuhan sebagai berikut.

2.2.1. Pertumbuhan Ricardian

Model pertumbuhan Ricardian (Ricardian Growth) adalah model teoritis

yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh David

Ricardo, Thomas Malthus, dan Adam Smith di akhir abad kedelapanbelas. Model

klasik ini mempunyai dua unsur penting, yakni : (1) Sumber daya alam dianggap

sebagai constraint utama untuk pertumbuhan. Teori ini menganggap bahwa

produktivitas marjinal tenaga kerja merosot ketika lebih banyak lahan digunakan

dalam produksi. (2) Unsur utama lainnya di dasarkan pada gagasan Malthusian

bahwa populasi meningkat secara endogen dengan output. Apabila output tumbuh,

populasi juga akan meningkat sampai rata-rata konsumsi turun pada tingkat yang

subsisten.

Implikasi utama dari model pertumbuhan klasik bahwa dari waktu ke

waktu, ekspansi output melambat karena produktivitas marjinal yang menurun

dari tenaga kerja pada lahan tertentu. Semakin banyak tenaga kerja yang

dipekerjakan, maka tambahan output (extra output) akan terus meningkat hingga

mencapai tingkat subsistensi. Akhirnya keuntungan juga tertekan, dengan

Page 35: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

18

demikian investasi berhenti. Kondisi ini kemudian disebutkannya sebagai keadaan

stationer (stationary state), di mana garis konsumsi subsisten dan garis output

berpotongan.

Ekonomi klasik menganggap bahwa sekalipun kemajuan teknologi

berlangsung, perekonomian akan tetap mencapai keadaan stasioner (stationary

state). Dengan asumsi itu, model Ricardian mempunyai implikasi bahwa dalam

jangka panjang, konsumsi per kapita tenaga kerja akan kembali pada tingkat yang

subsisten. Ketika permintaan untuk makanan naik bersama populasi, harga pangan

akan naik secara relatif untuk harga barang-barang pabrik. Dan karena upah

subsisten harus dibelanjakan makanan, laba pabrikasi akan ditekan sampai

investasi berhenti.

Salah satu kemungkinan untuk keluar dari stagnasi klasik adalah jika

pangan dapat diimport pada suatu harga tertentu, sehingga sektor industri dapat

berkembang secara esensial. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa, pada

hakekatnya, aplikasi model Ricardian hanya untuk perekonomian tertutup, atau

bahkan lebih baik, perekonomian besar di mana pengaruh dunia dipastikan kecil.

Cara penting lainnya untuk melepaskan tingkat subsistensi dari keadaan stationary

adalah menumbuhkan produktivitas pertanian secara terus menerus pada suatu

tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari pertumbuhan populasi.

Menurut Kasliwal (1995) bahwa model ini menuai banyak kritik dari

banyak ahli, terutama pada asumsi Malthusian, bahwa populasi tumbuh secara

endogen dengan output. Populasi tidak secara otomatis tumbuh sebagai

konsekwensi dari pertumbuhan pendapatan. Selain itu dianggap mengabaikan

pengaruh teknologi, karena menganggap bahwa kemajuan seperti itu tidak bisa

melebihi langkah perluasan populasi pada jangka panjang.

2.2.2. Model Lewis

Menurut Kasliwal (1995) model Lewis tentang surplus tenaga kerja

dikenal sejak tahun 1950an, dan dipandang memberikan kontribusi penting dalam

pengembangan teori ekonomi pembangunan, terutama karena elaborasinya

mengenai ekonomi dua sektor (dual economy) yang terdiri (1) sektor tradisional

dan (2) sektor modern. Lewis membuat asumsi bahwa lahan yang terbatas

Page 36: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

19

menyebabkan produk marjinal tenaga kerja pertanian menurun. Tetapi membuang

asumsi Malthusian bahwa populasi akan tumbuh secara endogen.

Model Lewis (1954) percaya bahwa sebagian besar negara-negara

berkembang memiliki banyak tenaga kerja yang setengah menganggur

(underemployed) dengan tingkat upah sekedar cukup untuk hidup (subsisten).

Tenaga kerja tersebut dapat di tempatkan untuk bekerja dalam suatu sektor baru

yang dinamis untuk menghasilkan pertumbuhan. Lewis mencatat bahwa sektor

pertanian mempunyai banyak surplus tenaga kerja seperti itu. Ketika pekerja

marginal ditransfer dari pertanian ke sektor industri yang lebih produktif, output

agregat mengalami loncatan peningkatan.

Beberapa implikasi dalam Model Lewis dapat dilihat di Gambar 4.

Gambar ini dibangun dengan memutar balik kurva tenaga kerja pertanian dan

memasang di sisi sebelah kanan kurva sektor industri. Kita dapat lihat bagaimana

tenaga kerja dipekerjakan di industri L1, dan tenaga kerja pertanian LA

menambahkan sampai kepada total angkatan kerja. Ketika industri berkembang,

upah tetap konstan sampai semua surplus tenaga kerja diserap; baru setelah itu

upah mulai naik secara keseluruhan.

Model itu menyiratkan adanya akumulasi modal yang terus menerus,

paling tidak sampai surplus tenaga kerja dihabiskan. Sepanjang tingkat upah tetap

rendah, ratio modal/tenaga kerja yang digunakan di dalam industri juga tetap

konstant. Jadi tingkat pengembalian (rate of return) atas modal tetap tinggi,

Sumber : Kasliwal, (1995)

Gambar 4. Model Lewis

Page 37: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

20

dengan demikian memberi harapan investasi terus berlanjut. Implikasi kebijakan

yang cukup kuat dari Model Lewis adalah :

(1) Sektor industri harus di dorong khusus, mungkin merangsang ketertarikan

kapitalis asing yang ingin menginvestasikan modalnya karena adanya

tingkat upah yang rendah. Sebagai alternative pemerintah dapat melakukan

intervensi untuk merangsang (stimulate) industri domestic yang pada

awalnya dilindungi dari kompetisi import. Dengan kata lain, industri dapat

dimulai dengan industri substitusi impor (import-substituting-

industrialization).

(2) Tabungan yang tersedia untuk investasi bagi para pemodal (capitalists),

harus di dorong khusus. Rangsangan yang penting adalah menjamin suatu

tingkat keuntungan industri yang lebih tinggi dengan memastikan bahwa

upah tentu saja tetap rendah, sampai pada akhirnya semua surplus tenaga

kerja dihabiskan. Pada garis besarnya hal ini dilakukan dengan perpajakan

atau harga pangan yang murah dan mengalihaknnya ke industri.

(3) Tingkat pertumbuhan populasi (dan pertumbuhan angkatan kerja) harus

dikendalikan agar lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga

kerja (employment) yang diciptakan oleh perluasan industri. Jika tenaga

kerja (labor) tumbuh lebih cepat dari penyerapan potensi nya ke dalam

industri, penentuan titik peningkatan upah atau pengurangan pengangguran

tidak pernah dicapai.

Model Lewis dikritik karena berbagai kegagalan dalam pengalaman

pembangunan di Negara berkembang. Kenyataannya upah industri terus

meningkat bahkan sebelum banyak surplus tenaga kerja pedesaan diserap.

Sementara penciptaan lapangan kerja industri mengecewakan, tenaga kerja

migrasi dari pedesaan ke wilayah perkotaan terus berlanjut. Urbanisasi yang

berlebihan ini telah mendorong suatu permasalah baru di Negara berkembang.

Suatu kritik yang lebih serius diarahkan pada model ini adalah implikasinya yang

bias terhadap pertanian dan lebih menyokong industri. Kebijakan yang bias seperti

itu kelihatannya telah menekan pertumbuhan perekonomiana secara keseluruhan

di banyak Negara berkembang. Model Lewis, juga mengabaikan kemungkinan

Page 38: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

21

kemajuan teknologi dalam pertanian. Lewis tidak membayankan kesuksen yang

spektakuler seperti kesuksean Revolusi Hijau.

Revolusi Hijau yang tak diduga di sekitar 1970an telah meningkatkan

produktivitas marjinal tenaga kerja pertanian seperti ditunjukkan pada Gambar-5.

Peningkatan tingkat upah ini secara independent dari aktivitas industri. Teknologi

baru secara efektif mengurangi kendala lahan yang terbatas. Model Lewis telah

mendorong suatu sikap yang pengabaian pertanian yang ramah (benign). Bahkan

yang lebih buruk adalah mendorong kebijakan yang bias terhadap pertanian

dengan mendorong perpajakan dari sektor ini dan terus mentransfer ke sektor

industri. Pelajaran baru dari revolusi hijau adalah bahwa pembangunan pertanian

itu tidak bisa diabaikan. Keadaan pertanian yang tangguh nampaknya menjadi

suatu prasyarat penting untuk pembangunan industri.

Secara historis pertumbuhan industri menunjukkan bahwa setelah dua

generasi dari pembangunan sektor ini belum secara signifikan menghabiskan

surplus tenaga kerja yang tersedia di Negara berkembang. Penduduk yang

bermigrasi ke kota seperti disiratkan oleh model Lewis, tetapi tidak semua

tertampung pada pekerjaan industri di sana. Tingkat penyerapan tenaga kerja

dalam aktivitas produksi lain tidak memadai bagi tenaga kerja yang dilepas dari

pertanian. Penyebab utamanya mungkin dari penggunaan metode teknologi yang

hemat tenaga kerja (labor saving) karena berbagai alasan. Seperti pemerintah

Gambar 5. Model Lewis Dinamis Sumber : Kasliwal, 1995

Page 39: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

22

yang bertujuan untuk mendorong industri, mereka sering melebih- lebihkan

insentif untuk investasi. Modal yang dibuat jadi murah (artificially-cheapened)

telah merangsan perusahaan untuk menggunakan teknik padat modal yang

berlebihan. Lebih dari itu, industri tergantung pada teknologi import dari negara

maju yang pada umumnya hemat tenaga kerja dan tidak sesuai bagi negara

berkembang dengan surplus tenaga kerja.

Selain itu Model Lewis dianggap dapat memperburuk distribusi pendapatan

yang saat ini semakin dipandang sebagai suatu masalah serius untuk

pembangunan di negara berkembang. Model Lewis mengasumsikan bahwa upah

industri akan (dan perlu) tetap sedikit lebih tinggi dibanding upah subsisten di

pertanian. Perbedaan upah ini diperlukan untuk mengimbangi biaya hidup yang

lebih tinggi di perkotaan, terutama karena migrant kehilangan semua pekerjaan

penyokong yang tersedia di pedesaan. Tetapi dalam kenyataan empiris,

kesenjangan upah telah bervariasi secara dramatis dari waktu ke waktu dan pada

semua negara. Sepanjang tahun 1960an dan awal 1970an, upah industri

membumbung tinggi dalam hubungannya dengan upah pertanian pada sebagian

besar negara berkembang, sehingga kesenjangan upah dilebarkan dengan baik

sebelum full employment dicapai.

2.2.3. Model Harrod-Domar

Menurut Kasliwal (1995) bahwa Model Harrod-Domar menganggap

bahwa, lahan dan pertanian mulai kehilangan peran ekonomi utamanya setelah

pertumbuhan pertanian terdesak oleh pertumbuhan populasi secara meyakinkan.

Sejak era revolusi industri, ketika industri mengalami pertumbuhan pesat

berdasarkan akumulasi modal dibandingkan berdasarkan sumber daya alam yang

terbatas, suatu pandangan baru telah berkembang menyangkut faktor penentu

pertumbuhan ekonomi, dimana modal dianggap input yang paling significant

untuk peningkatan output. Model Harrod Domar merumuskan dua asumsi yang

krusial :

1. Produksi tergantung pada modal (Production depends on capital).

Kv

Y ∆=∆1

Page 40: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

23

dimana =∆∆

=YK

v Incremental capital output ratio (ICOR)

2. Akumulasi modal tergantung pada pendapatan (Capital accumulation depends

on income)

Tabungan S = s . Y,

Dimana s = Kecenderungan tabungan (savings propensity)

Persamaan pertama menunjukkan bahwa pertambahan (increment) dalam

stok modal K menghasilkan suatu pertambahan output tertentu. Efektivitas modal

tercermin di dalam parameter ICOR v. Tercatat bahwa peranan tenaga kerja

tidaklah dinyatakan karena dianggap bukan sebagai kendala yang membatasi.

Persamaan yang kedua menyatakan bahwa modal itu terakumulasi melalui

tabungan domestik, yang secara sederhana merupakan fraksi (fraction) tertentu, s,

dari output. Penyederhanaan asumsi bahwa investasi dibiayai semata-mata oleh

uang tabungan domestik menyiratkan : KIS ∆== dengan mensubstitusi faktor

ini dalam persamaan pertama kita lihat bahwa

Ysyv .=∆

Jadi, Tingkat pertumbuhan GNP adalah

vs

YY

=∆

Persamaan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat tabungan, maka

semakin tinggi tingkat pertumbuhan output yang dihasilkan oleh investasi

produktif. Nilai v yang kecil berarti bahwa negara itu menggunakan modal secara

efisien.

Beberapa implikasi dari Model Harrod-Domar nampak bertentangan

dengan bukti empiris dunia nyata. Salah satunya adalah implikasinya bahwa

output harus tumbuh pada tingkat yang sama dengan modal dalam jangka

panjang. Ini terlihat dari hubungan yang konstan antara output dan modal :

KvY 1= . Ratio modal/output yang konstan menyiratkan bahwa persentase

perubahan persediaan modal dan output harus sama. Studi yang dilakukan dengan

menghitung pertumbuhan negara-negara berkembang menemukan bahwa

pertumbuhan pendapatan lebih tinggi dari pertumbuhan modal bersih ( KY ˆˆ > ).

Oleh karena itu adalah tidak benar bagi Harrod-Domar untuk berasumsi bahwa

Page 41: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

24

peningkatan modal menjadi satu-satunya sumber, atau sumber utama,

pertumbuhan. Dengan jelas sumber pertumbuhan yang penting lainnya

digolongkan dalam parameter v, seperti pertambahan tenaga kerja produktif,

ketrampilan, peningkatan teknologi, dan lainnya.

Model Harrod-Domar yang mengasumsikan ratio K/L yang tetap, juga

dikritik sebab pertumbuhan yang disiratkannya dilihat seperti tidak stabil

pembawaannya. Ketidakstabilan ini muncul dari ketidak cocokan (mismatch)

antara tingkat pertumbuhan modal dan angkatan kerja. Tidak ada alasan bagi

tingkat pertumbuhan tenaga kerja akan sama pertumbuhan output (asumsi

pertumbuhan modern : tenaga kerja independent terhadap pertumbuhan output),

kecuali oleh kejadian yang kebetulan. Jadi pertumbuhan L harus pula berbeda

dengan pertumbuhan K, dengan demikian akan menyebabkan salah satu dari dua

hal berikut terjadi: (1) pengangguran, atau (2) perubahan dalam perbandingan

modal/tenaga kerja. Kondisi pertumbuhan yang tidak sehat seperti itu akan

menyebabkan siklus yang kronis.

Pertumbuhan model Harrod-Domar dilukiskan pada Gambar-6. Sumbu

vertikal dapat ditafsirkan sebagai output per pekerja dan sumbu horisontal sebagai

persediaan modal per pekerja : yakni ratio K/L. Fungsi produksi menunjukkan

output meningkat secara linier dengan K. Secara implisit hal ini mengasumsikan

bahwa terdapat tenaga kerja yang menganggur yang terletak di bawah titik tenaga

kerja penuh (full employment). Tingkat output yang diproduksi seperti

ditunjukkan oleh garis yang benkok OY dan tabungan yang merupakan pecahan

sisa dari output seperti itu ditunjukkan oleh garis putus-putus OS. Ini digambar

secara proporsional di bawah kurva output menurut tingkat tabungan.

Mengingat bahwa model pertumbuhan modern itu berasumsi bahwa

tenaga kerja tumbuh- secara exogenous pada suatu tingkat output n% per tahun.

Untuk pertumbuhan berimbang (balanced growth), ratio K/L harus tetap konstan,

juga pertumbuhan persediaan modal harus tidak melebihi pertumbuhan angkatan

kerja. Modal juga harus tumbuh pada tingkat yang sama dengan n, sehingga

investasi harus K = I = n K seperti ditandai oleh garis lurus I = nK, sepanjang

mana ratio K/L tetap konstan. Juga, untuk keseimbangan (equilibrium) kita harus

mempunyai tabungan yang sama dengan investasi. Pertumbuhan berimbang

Page 42: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

25

seperti itu hanya dapat terjadi pada titik 0 atau B. Ketika 0 menandai tidak adanya

output (zero output), keseimbangan pada B juga tidak masuk akal (implausible)

karena berada di luar F. Jika tabungan berada di bawah investasi yang diperlukan,

ekonomi akan bergerak ke arah keseimbangan lain pada 0, yang tidak masuk akal.

Model Harrod-Domar menyiratkan bahwa proses pertumbuhan pasti tidak

stabil secara terus menerus (chronically), tetapi dalam pengalaman kita seperti

crises tidaklah endemik walaupun pertumbuhan tenaga kerja dan modal berjalan

pada tingkat yang sungguh berbeda.

2.2.4. Mode l Perumbuhan Solow

Model pertumbuhan neoklasikal pertama dirumuskan oleh Solow pada

tahun 1950an. Model ini menekankan bahwa banyak input dapat dengan bebas

disubstitusikan satu sama lain dalam suatu fungsi produksi untuk meningkatkan

output. Persediaan secara relatif dari faktor- faktor akan berubah bersama

pertumbuhan ekonomi yang mendorong ke arah suatu perubahan dalam harga

relatifnnya. Sebagai reaksi, produsen mensubstitusi antara berbagai input. Jadi

ratio K/L dianggap tidak konstan dalam model neoklasikal. Model neoklasikal

Solow terdiri dari unsur-unsur berikut .

),( LKFY =

Sumber : Kasliwal, 1995

Gambar 6 Model Harrod-Domar

Page 43: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

26

Fungsi produksi menggambarkan kondisi penawaran (supply), di mana output

adalah suatu fungsi dari berbagai input. Fungsi ini mempunyai produksi marginal

(MP) yang menurun (diminishing) dari tiap faktor produksinya

0dX

,02

2

<>Fd

dXdF

di mana X mewakili masing-masing faktor K, L

Terlihat bahwa keduanya tenaga kerja dan modal dapat digunakan untuk

menghasilkan output. Jika tenaga kerja menjadi berlimpah, teknik produksi

berubah untuk menggunakan lebih banyak tenaga kerja dalam hubungan dengan

penggunaa modal. Model neoklasikal menekankan bahwa kemampuan

memsubstitusi (substitutability) faktor berlangsung dalam merespon perubahan

harga factor relatif, Pk / PL.

Model pertumbuhan neoklasikal membuat asumsi bahwa tingkat

pertumbuhan tenaga kerja L ditentukan secara exogenous. Jika persediaan modal

tumbuh pada tingkat yang lebih cepat, ratio K/L akan cenderung meningkat.

Tetapi ketika peningkatan jumlah modal yang digunakan oleh masing-masing

pekerja, produk marjinal modal akan menurun. Sebagai konsekwensinya

pertumbuhan output akan lambat, dan akumulasi modal juga akan merosot. Suatu

implikasi penting dari Model Solow adalah bahwa dengan mengabaikan tingka

tabungan, pertumbuhan output pada akhirnya akan hanya sama tingkat

pertumbuhan tenaga kerja. Pendapatan per kapita akan tetap konstan seperti akan

ratio K/L. Ini adalah suatu kondisi pertumbuhan yang mapan (steady state) di

mana K dan L tumbuh pada tingkat yang sama.

YLK ˆˆˆ ==

Gambar-7 menggambarkan elemen-elemen proses pertumbuhan itu. Sumbu datar

merupakan ratio K/L sebagai k. Pada sumbu yang lain dilukiskan bagaimana

output per kapita Y/L bereaksi dengan perubahan k. Ketika intensitas modal

meningkat, output tumbuh, tetapi pada tingkat yang semakin menurun karena

kemerosotan MPK. Pertumbuhan tabungan juga lambat, seperti ditunjukkan oleh

garis putus-putus. Garis ini ditarik di bawah output pada suatu proporsi tertentu

yang menjadi tingkat tabungan s. Garis ke tiga, yang lurus, ditarik untuk

menunjukkan kenaikan K yang diperlukan untuk menjaga ratio K/L yang konstan.

Pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan sampai pada titik B, di mana tingkatan

Page 44: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

27

tabungan sama dengan tingkat investasi, kondisi ini disebutkannya sebagai

kondisi mapan (steady state). Pertumbuhan kondisi mapan (steady state) berlanjut

tanpa pengangguran baik K ataupun L karena pemakaian dari faktor ini

melakukan penyesuaian dengan lebih ketat, karena itu pertumbuhan stabil

memungkinkan dalam model Solow.

Pada pertumbuhan kondisi mapan (steady state growth), k = L sehingga

ratio K/L stabil. Ratio ini disebut teknik produksi. Penggunaan teknik berubah

sebagai respon atas perubahan endogin dalam harga faktor relatif, yang, pada

gilirannya, mencerminkan perubahan kelangkaan relatif faktor itu.

Sekalipun begitu model neoklasikal mempunyai suatu implikasi yang tidak

masuk akal (implausible): Dengan mengabaikan tingkat seving, ekonomi pada

akhirnya berada (settle) pada suatu tingkat pendapatan per kapita yang konstan.

Sehingga peningkatan tingkat tabungan hanya akan mempercepat pertumbuhan

yang bersipat sementara. Kesimpulan ini muncul karena semakin banyak

akumulasi modal, percepatan menyebabkan produksi marjinal modal yang

semakin menurun (diminishing marginal product of capital). Model Solow

menyiratkan pertumbuhan cepat hanya dalam kasus di mana persediaan modal

kecil. Sementara data empiris menunjukkan bahwa bagi negara-negara termiskin

justru memiliki pertumbuhan yang paling lambat pula.

Sumber : Kasliwal, 1995 Gambar 7. Model pertumbuhan neoklasik

Page 45: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

28

Model Solow telah dikritik seperti tidak sesuainya bagi konteks

pembangunan karena didasarkan pada asumsi neoklasikal yang bersandar pada

efisiensi pasar. Ahli ekonomi structuralist (seperti Lance Taylor di MIT dan Hollis

Chenery di Harvard) menunjukkan berbagai kegagalan pasar yang terjadi di

negara berkembang: (1) Harga tidak melakukan penyesuaian secara bebas, dan (2)

agen ekonomi merespon secara lambat terhadap perubahan harga yang terjadi.

Kegagalan pasar telah tersebar luas dan berkaitan dengan keterbatasan informasi,

eksternalitas, skala peningkatan hasil yang semakin meningkat, dan cara alokasi

yang tidak melalui pasar (non-market), yang lebih muda diterapkan. Lebih lanjut,

ketika pemerintah campurtangan, mereka sering menciptakan yang bahkan lebih

penyimpangan. Apapun sumber kegagalan pasar mereka, hal itu pasti benar

bahwa factor distorsi pasar dapat terjadi secara serius di negara berkembang.

Barangkali yang paling kritis adalah ketidak sempurnaan pasar tenaga kerja

tersebar luas di mana tenaga kerja menerima upahnya lebih besar dari upah pasar

bebasnya.

Model pertumbuhan neoklasikal juga dikritik pada penekanannya atas

keseimbangan ketika pemakaian faktor diasumsikan untuk berubah secara

perlahan dalam merespon perubahan harga faktor. Pada kenyataannya

ketakseimbangan yang dinamis mungkin jauh lebih penting. Pertumbuhan

ekonomi yang lebih masuk akal ditandai ketika proses kemajuan teknologi yang

tersentak-sentak oleh adaptasi dan penemuan. Proses ini diatur terutama sekali

oleh insentif innovator dan usahawan, yang, pada gilirannya, merupakan suatu

fungsi kendala yang melekat dalam kerangka kelembagaan masyarakat. Kemajuan

teknologi dilukiskan sebagai pergeseran yang menaik dari keseluruhan fungsi

produksi.

2.2.5. Model Pertumbuhan Endogenous

Model pertumbuhan endogen modern bertujuan untuk menghilangkan

asumsi exogen dari kemajuan teknologi. Dimana kemajuan teknologi ini di

lambangkan sebagai peningkatan produktivitas Y/L. Kasliwal (1995) menyatakan

tiga versi model yang berkaitan peningkatan produktivitas dengan alasan yang

Page 46: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

29

berbeda: (1) spillovers, (2) difusi, dan (3) investasi sumberdaya manusia (human

capital investment)

Sebagai permulaan model Romer mengungkapkan keseluruhan kemajuan

tehnis yang terjadi disebabkan karena adanya limpahan (spillover) pengetahuan

dari peningkatan stock modal. Jadi investasi individu - atau pengeluaran riset

(research expenditures) – menghasilkan suatu eksternalitas positif sebagai

dorongan secara teknis terhadap keseluruhan perekonomian. Investasi seperti itu

menyebabkan pergeseran keluar fungsi produksi agregat. Barro dan Martin (1992)

dalam Kasliwal (1995) dengan jelas menyatakan bahwa teknologi itu tidaklah

serupa untuk semua negara-negara. Dengan Gap Teknologi yang ada suatu difusi

pengetahuan yang lambat berlangsung dari negara-negara maju kepada negara-

negara yang terkebelakang, mendorong ke arah suatu convergensi yang lambat.

Model ketiga dapat juga menghilangkan efek MPK yang semakin berkurang di

negara maju. Mankiw, Romer dan Weil (1992) membantah bahwa factor modal

manusia menyediakan dorongan secara terpisah terhadap pertumbuhan di dalam

suatu fungsi produksi. Pertumbuhan yang terjadi secara endogen seperti negara

maju cenderung untuk mengakumulasi modal manusia pada tingkat yang lebih

tinggi. Bahkan jika modal phisik bersipat mobile ke arah bidang yang

memberikan hasil lebih tinggi (produktivitas), Kurangnya modal manusia di

daerah miskin akan memuat sesuatu kecenderungan ke arah convergensi.

Margono (2005) menyebutkan bahwa model ini menekankan pentingnya

peningkatan tabungan, perubahan teknologi, peningkatan barang modal dan

investasi sumberdaya manusia. Persamaan berikut merupakan persamaan

sederhana dari model pertumbuhan endogen.

AKY =

Dalam persamaan tersebut, A mewakili factor- faktor yang mempengaruhi

teknologi, sedangkan K melambangkan modal fisik dan modal manusia. Dalam

rumusan tersebut ditekankan adanya kemungkinan bahwa investasi modal fisik

dan modal sumberdaya manusia yang dapat menciptakan eksternalitas positif dan

pengkatan produktivitas yang melampaui keuntungan pihak swasta yang

melakukan investasi itu, dan hasilnya cukup untuk mengimbangi skala penurunan

hasil.

Page 47: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

30

2.3. Total Factor Productivity

Total factor productivity (TFP), merupakan ukuran yang sering digunakan

untuk menggambarkan kemajuan teknologi. TFP diukur secara tidak langsung

(indirect accounting), karena tidak dapat diamati langsug (Mankiw, 2000). TFP

ditunjukkan dari pertumbuhan nilai tambah setelah pertumbuhan tenaga kerja dan

capital dikeluarkan. Menurut Pressman (2004) bahwa model yang digunakan

untuk mengukur TFP di dasarkan pada fungsi produksi Cobb-Douglas:

βα KALY =

Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang digunakan adalah

memperhitungkan dua faktor produksi terukur yakni tenga kerja (L) dan modal

(K). Nilai A pada fungsi produksi tersebut diartikan sebagai total factor

productivity (TFP). Untuk keperluan perhitungan TFP, maka dilakukan

transformasi logaritma terhadap fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan tahapan

sebagai berikut:

βαβα11122212 KLAKLAYY −=−

11

2

1

2

1

2

1

12 −

=

−βα

KK

LL

AA

YYY

βα

=+

1

2

1

2

1

2

1

12 1KK

LL

AA

YYY

βα

=

1

2

1

2

1

2

1

2

KK

LL

AA

YY

+

+

=

1

2

1

2

1

2

1

2 lnlnlnlnKK

LL

AA

YY

βα

****tttt KLYA βα −−=

**** )1( tttt KLYA αα −−−=

TFPAt =*

Keterangan:

*tY = Pertumbuhan output tahun-t

*tL = Pertumbuhan tenaga kerja (labor) tahun-t

Page 48: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

31

*tK = Pertumbuhan modal (capital) pada tahun-t

*tA = Pertumbuhan total factor productivity (TFP) tahun-t

Nilai α pada persamaan di atas menunjukkan bagian (share) tenaga kerja

dari total output atau (MPL x L)/Y, di mana MPL (produk marginal tenaga kerja)

tidak lain adalah upah riil tenaga kerja.

2.4. Pasar Tenaga Kerja

Keseimbangan pasar tenaga kerja, mencerminkan adanya kesesuaian dari

interaksi antara penawaran tenaga kerja (labor supply) dan permintaan tenaga

kerja (labor demand). Dinamika pasar tenaga kerja ditentukan perubahan-

perubahan yang terjadi pada kedua sisi dari pasar tenaga kerja tersebut. Secara

umum pasar tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh tingkat upah, pertumbuhan

penduduk atau angkatan kerja, migrasi, inflasi, pengangguran, pendapatan

masyarakat (PDB/PDRB) dan lain sebagainya. Teori dari berbagai komponen

pasar tenaga kerja tersebut akan diuraikan satu per satu sebaga i berikut.

2.4.1. Penawaran Tenaga kerja

Menurut Ruby (2003) bahwa model dari penawaran tenaga kerja dimulai

dengan asumsi bahwa pekerja akan memilih kombinasi jam-kerja dan pendapatan

dengan tujuan untuk memaksimumkan kepuasan (utility) meraka dengan kendala

jumlah jam yang tersedia dalam sehari. Model penawaran tenaga kerja

menganggap bahwa jam bekerja adalah merupakan barang yang tidak disukai,

tetapi dengan bekerja akan memberikan pendapatan. Sedangkan jam tidak bekerja

atau yang disebut waktu luang (leisure time) meruapakan barang yang disukai.

Dengan demikian maksimisasi kepuasan akan ditentukan dari pendapatan dan

waktu luang : Maximaze U = f (pendapatan, waktu luang). Dengan menggunakan

analisa kurva indeferen (indifference curve) kita dapat menguj i efek dari

perubahan tingkat upah terhadap jumlah penawaran jam kerja, yang dilukiskan

pada gambar-8. Dimana kurva indiferen (IC) menggambarkan berbagai titik

kombinasi antara pendapatan dan waktu luang yang menghasilkan tingkat

kepuasan sama. Selanjutnya garis pendapatan (budget constraint) seperti garis

XY, menggambarkan tingkat pendapatan berdasarkan jumlah jam bekerja dalam

Page 49: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

32

sehari. Semakin banyak jam bekerja (semakin kecil waktu senggang) yang

digunakan maka semakin tinggi pendapatan. Kepuasan maksimal terjadi apabila

kurva indeferen bersentuhan dengan garis pendapatan. Kombina optimal tersebut

akan berubah apabila tingkat upah mengalami perubahan, seperti ditunjukkan

bahwa peningkatan upah merubah slop dari garis anggaran menjadi X’Y, sehingga

kombinasi optimal berubah dari titik R ke titik T, yang mencerminakan perubahan

jam kerja yang ditawarkan.

Gambar 8-a. Peningkatan upah (Efek substitusi lebih kuat)

Gambar 8-b Kurva penawaran tenaga terja

Sumber : Ruby, 2003. Gambar 8 Penentuan kurva penawaran tenaga kerja

Menurut Bellente dan Jacson (1990) besarnya waktu yang disediakan atau

dialokasikan untuk bekerja merupakan fungsi tingkat upah tertentu. Setelah

mencapai tingkat upah tertentu pertambahan upah justru akan mengurangi waktu

yang disediakan untuk bekerja, penomena ini akan menghasilkan apa yang disebut

backward-bending supply curve, atau kurva penawaran yang berbelok. Kasliwal

(1995) mengatakan phenomena tersebut banyak terjadi terutama pada kelompok

perempuan dari keluarga kaya, sementara sesungguhnya mereka tergolong dalam

angkatan kerja (labor force), sehingga tentu memiliki relevansi dengan

pembangunan.

Tenaga Kerja (Jam)

R

T $12

$10

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Tingkat Upah (W)

SLabor

Jam Kerja lebih banyak Waktu (Jam)

Waktu Senggan lebih banyak

Y

X

X’

T

R

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Pendapatan (L x W)

IC1

IC0

$196 $160 $120 80

Page 50: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

33

Pengaruh tingkat upah terhadap penawaran tenaga kerja sesungguhnya

ditentukan oleh dua kekuatan yang saling berlawanan yakni pengaruh efek

pendapatan (income effect) dan efek substitusi (substitution effect). Apabila efek

pendapatan yang positif terhadap tingkat upah lebih kecil dari kekuatan efek

substitusi yang negatif, maka efek total akan menjadi negatif yang berarti bahwa

pekerja akan mengurangi konsumsi waktu luang (leisure) dan menambah waktu

jam kerjanya sehingga kurva penawaran akan memiliki kemiringan positif

(upward sloping). Sebaliknya jika efek total positif maka akan terjadi “bacward-

bending” pada kurva penawaran tenaga kerja yang berarti bahwa pekerja justru

akan mengurangi jam kerjanya dengan peningkatan upah (McConnell dan Brue,

1995). Selanjutnya Ruby (2003) mengatakan bahwa dalam analisa agregat,

penawaran tenaga kerja, selain ditentukan oleh tingkat upah, juga sangat

dipengaruhi oleh perubahan populasi, tingat partisipasi angkatan kerja

(demographic changes) dan arus immigrasi (immigration flows).

2.4.2. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja di dasarkan dari permintaan produsen

(pengusaha) terhadap input tenaga kerja sebagai salah satu input dalam proses

produksi. Produsen mempekerjakan seseorang dalam rangka untuk membantu

memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Apabila

permintaan konsumen terhadap barang atau jasa yang diproduksi meningkat,

maka, pengusaha terdorong untuk meningkatkan produksinya melalui

penambahan input, termasuk input tenaga kerja, selama manfaat dari penambahan

produksi tersebut lebih tinggi dari tambahan biaya karena penambahan input.

Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja,

tergantung dari pertambahan permintaan konsumen dari barang dan jasa yang

dihasilkannya. Oleh karena itu permintaan tenaga kerja merupakan permintaan

turunan (derived demand) dari permintaan konsumen. Hal ini mengindikasikan

bahwa kekuatan permintaan untuk tenaga kerja akan tergantung pada : (1) tingkat

produktifitas tenaga kerja dalam membantu menghasilkan barang atau jasa, dan

(2) nilai pasar dari barang atau jasa tersebut. (Swastika dan Kuastiari, 2000).

Page 51: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

34

Menurut Ruby (2003), bahwa permintaan tenaga kerja di turunkan dari

fungsi produksi yang merupakan fungsi dari tenaga kerja (L) dan modal (K).

Fungsi produksinya adalah sebagai berikut :

TP (Y) = f(L,K)

Dimana : TP = Produksi total (output)

L = Tenaga kerja

K = Modal

Dengan asumsi bahwa pengusaha senangtiasa ingin memaksimumkan

pendapatannya, maka dalam jangka pendek, produksi optimal (profit maximizing)

terjadi pada saat produktivitas marginal tenaga kerja (MPL) sama dengan ratio

upah (wt) terhadap harga produk (wt/Px) atau kondisi dimana nilai produk

marginal tenaga kerja (VMPL) = wt. Upah (wt) tidak lain adalah jumlah tambahan

biaya yang diperlukan untuk mempekerjakan tambahan seorang pekerja. Apabila

MPL lebih besar dari wt/Px, maka perusahaan akan menambah permintaan tenaga

kerjanya. Secara umum, dalam jangka pendek permintaan tenaga kerja

berkorelasi negatif dengan tingkat upah (wt). Akan tetapi terdapat hubungan

positif antara harga produk (Px) dengan permintaan tenaga kerja jangka pendek,

karena kurva MPL (kurva permintaan tenaga kerja), akan bergeser keluar

(outwards) jika harga output menjadi lebih mahal (Borjas, 1996).

Sumber : Ruby, 2003. Gambar 9. Penentuan kurva permintaan tenaga terja

Dalam jangka panjang, semua faktor produksi akan mengalami perubahan.

Penentuan faktor produksi mana yang digunakan di dasarkan pada daya substitusi

L2

d

0 L1

b PW

Tingkat Upah Riil (W/P)

MPL = D (L)

MPL*= D*

Y2

Output (Y)

d

L2 0

Y1

L1

Produksi optimal yg baru b

Profit1

Labor (L)

Profit2

Y=f(L,K)

Y=f*(L,K)

Page 52: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

35

(marginal rate of technical substitution) dari faktor produksi tersebut. Perusahaan

akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja jika tenaga kerja relatif lebih murah

dibandingkan dengan modal. Dikatakan tenaga kerja lebih murah secara relatif

dibandingkan modal, jika produktivitas tenaga kerja lebih tinggi dari produktivitas

modal. Menurut Ruby (2003) bahwa peningkatan produktifitas tenaga kerja ini

dapat disebabkan oleh penambahan kemajuan teknologi atau penambahan modal

per tenaga kerja. Peningkatan produktifitas ini akan menyebabkan bergesernya

fungsi produksi ke atas (output per tenaga kerja lebih tinggi) dan menggeser

keluar kurva MPL, yang mencirikan permintaan tenaga kerja bertambah. Atau

dengan kata lain peningkatan produktivitas tenaga kerja, bukan hanya

meningkatkan output, tetapi juga mendorong perluasan kesempatan kerja.

2.4.3. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Keseimbangan pasar tenaga kerja adalah kondisi yang menggambarkan

adanya kesesuaian antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Kesesuaian

tersebut bukan hanya dalam jumlah dan tingkat upah, tetapi juga implisit di

dalamnya mengenai berbagai karakteristik tenaga kerja yang dibutuhkan pasar,

seperti keterampilan, pendidikan dan lain- lain. Dalam kondisi dimana mekanisme

pasar dapat bekerja secara sempurna, tidak ada satu atau beberapa konsumen

maupun produsen yang memiliki kekuatan yang cukukp untuk memaksakan

kehendaknya guna mempengaruhi harga-harga input dan harga output barang dan

jasa, sehingga tingkat penyerapan tenaga kerja dan tingkat upah di tentukan secara

bersamaan oleh segenap harga output dan faktor- faktor produksi dalam suatu

perekonomian melalui perimbangan kekuatan-kekuatan permintaan dan

penawaran.

Kondisi keseimbangan dalam pasar tenaga kerja, memiliki makna yang

sangat berarti dalam suatu perekonomian, karena kondisi tersebut mencirikan

tidak adanya faktor produksi tenaga kerja yang menganggur atau yang sering

disebut sebagai kondisi full employment. Akan tetapi pengangguran senangtiasa

wujud dalam perekonomian, hal mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja sulit

untuk mencapai keseimbangan atau terjadi kegagalan pasar tenaga kerja.

Kegagalan pasar tenaga kerja menuju titik keseimbangan ditentukan oleh banyak

Page 53: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

36

faktor. Diantaranya karena sektor-sektor produksi memiliki daya serap

(permintaan) tenaga kerja yang rendah, sementara penawaran tenaga kerja

bertambah terus karena adanya pertambahan angkatan kerja dan migrasi. Faktor

lain penyebab kegagalan pasar tenaga kerja adalah tidak singkronnya spesifikasi

tenaga kerja yang diinginkan oleh pengusaha dengan karakteristik tenaga kerja

yang tersedia, seperti perbedaan keterampilan, pendidikan, pengalaman dan lain-

lain. Selain itu faktor informasi yang tidak sempurna juga memberikan kontribusi

yang signifkan terhadap kegagalan pasar tenaga kerja. Kondisi keseimbangan

pasar tenaga kerja ditunjukkan pada titik equilibrum pada gambar 10.

Sumber : Nicholson, 1998 dan Kasliwal 1995. Gambar 10. Keseimbangan pasar tenaga kerja dan pengangguran Pada gambar 10 memperlihatkan keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai

pada jumlah tenaga kerja yang akan ditawarkan oleh individu sama dengan

besarnya yang diminta oleh pengusaha yaitu pada tingka upah W0. Pada tingkat

upah yang lebih tinggi (W2) penawaran tenaga kerja lebih tinggi dari jumlah yang

diminta. Perbedaan dari jumlah penawaran dan permintaan tenaga kerja ini

merupakan kelompok tenaga kerja yang mencari kerja (menganggur) dari

angkatan kerja (L), selebihnya adalah kelompok tenaga kerja yang terserap dalam

pasar tenaga kerja (employment). Semakin besar angka pengangguran, maka

semakin ketat persaingan diantara mereka untuk memperebutkan lowongan kerja

yang tersedia sehingga dapat mendorong upah akan turun ke arah titik

L 0 L0

Employment Unemployment

E = W0 Kondisi keseimbangan

Tingkat Upah

SL

Excess Supply W2

MPL = DL

Penyerapan Tenaga Kerja

W1

Page 54: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

37

keseimbangan. Penomena dimana banyaknya pencari kerja bersedia bekerja walau

dengan tingkat upah yang rendah akan mendorong semakin banyaknya disquised

unemployment.

2.4.4. Pengangguran, Upah Kaku dan Distorsi Pasar Tenaga Kerja

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keseimbangan pasar

tenaga kerja mengacu pada kondisi yang menggambarkan adanya kesesuaian

antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, yang berarti pula bahwa tidak

terdapat pengangguran dalam perekonomian, karena setiap tenaga kerja yang

kehilangan pekerjaan dengan segera mendapatkan pekerjaan baru. Akan tetapi

Menurut Mankiw (2003) pada kenyataannya para pekerja mempunyai preferensi

dan kemampuan yang berbeda dan pekerjaan memerlukan spesifikasi keahlian

yang berda serta upah yang berbeda. Selain itu, karena adanya informasi tentang

calon karyawan dan lowongan kerja yang tidak sempurna, dan mobilitas geografis

pekerja tidak instant, sehingga calon karyawan dalam mencari pekerjaan yang

tepat membutuhkan waktu dan usaha dan hal ini tentu mengurangi tingkat

penemuan pekerjaan. Karena setiap calon karyawan membutuhkan waktu untuk

mencari pekerjaan, maka pengangguran pasti selalu terjadi. Pengangguran yang

disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan orang untuk mencari pekerjaan di sebut

sebagai pengangguran friksional.

Lebih lanjut Mankiw (2003) menjelaskan bahwa pengangguran friksional

selalu terjadi pada perekonomian yang selalu berubah. Ketika terjadi perubahan

pada komponen permintaan masyarakat akan berdampak pada perubahan struktur

produksi (pergeseran sektoral) pula sehingga juga mempengaruhi permintaan

tenaga kerja. Pergeseran sektoral ini mencirikan bahwa ada sektor produksi lama

yang mengalami kemunduran dan kebangkrutan, tetapi ada pula sektor produksi

baru yang muncul dan berkembang. Dalam kondisi seperti itu, maka selalu ada

pemutusan hubungan kerja dan ada pula lowongan kerja baru, karena informasi

tidak sempurna sehingga pencari kerja selalu membutuhkan waktu untuk

menemukan pekerjaan yang sesuai, karena itu pengangguran friksional selalu

terjadi.

Page 55: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

38

Alasan kedua untuk pengangguran menurut Mankiw (2003) adalah karena

kekakuan upah (wage rigidity) yakni gagalnya upah melakukan penyesuaian

sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Upah tidak selalu

fleksibel menyeimbangkan penawaran dan permintaan tenaga kerja, kadang-

kadang upah riil tertahan di atas tingkat kliring-pasar. Ketika upah riil di atas

tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja

yang ditawarkan melebih jumlah yang diminta sehingga terjadi pengangguran.

Hal senada juga diungkapkan oleh ahli ekonomi structuralist (seperti

Taylor dan Chenery) ketika mengkritik teori pertumbuhan Solow yang

mengatakan bahwa ketidak sempurnaan pasar tenaga kerja terjadi secara kritis di

negara berkembang yang ditunjukkan bahwa tenaga kerja menerima upahnya

lebih besar dari upah pasar bebasnya (Kasliwal, 1995), atau dengan kata lain

pwPM L /< (upah riil lebih tinggi dari produksi marginal tenaga kerja). Menurut

Taylor dan Chenery, bahwa kegagalan pasar yang terjadi di negara berkembang

ini berkaitan dengan: (1) Harga (upah) tidak melakukan penyesuaian secara bebas,

dan (2) agen ekonomi merespon secara lambat terhadap perubahan harga (upah)

yang terjadi. Dengan demikian pandangan ini sudah sejalan dengan pendapat

Mankiw tentang kekakuan upah (wage rigidity) atau gagalnya upah melakukan

penyesuaian ke arah keseimbangan pasar ketika terjadi shock (perubahan) pada

sisi permintaan maupun pada sisi penawaran tenaga kerja.

Menurut Kasliwal (1995) bahwa kegagalan pasar yang telah tersebar luas

berkaitan dengan keterbatasan informasi, eksternalitas, skala peningkatan hasil

yang semakin meningkat, dan cara alokasi yang tidak melalui pasar (non-market),

yang lebih muda diterapkan. Lebih lanjut, ketika pemerintah campurtangan,

mereka sering menciptakan yang bahkan lebih penyimpangan. Karena itu distorsi

pasar dapat terjadi secara serius di negara berkembang. Sedangkan menurut

Mankiw (2003) bahwa hal yang menyebabkan kekakuan upah adalah undang-

undang upah minimum, kekuatan monopoli serikat pekerja dan efisiensi upah.

Karena itu semakin kuat faktor-faktor tersebut berpengaruh maka tentu upah

semakin kakuh dan agen ekonomi semakin lamban merespon perubahan upah,

yang berarti pula semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh upah untuk

melakukan penyesuaian, demikian pula semakin lama waktu yang dibutuhkan

Page 56: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

39

oleh agen ekonomi untuk merespon perubahan upah. Dengan demikian lamanya

waktu yang dibutuhkan oleh upah untuk melakukan penyesuaian serta waktu yang

dibutuhkan agen ekonomi untuk merespon perubahan upah dapat dijadikan

indikator tingkat distorsi pasar tenaga kerja.

2.5. Tinjauan Studi Terdahulu

2.5.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Struktural

Juanda (2001) dalam studinya mengenai pertumbuhan ekonomi dan

pegeseran struktural dalam industrialisasi di Indonesia dengan pendekatan model

dual-economy. Dalam studi tersebut menggunakan pemodelan

makroekonometrika. Beberapa kesimpulan dari studi tersebut, khususnya yang

berkaitan ketenaga kerjaan dan perubahan struktural adalah sebagai berikut (1)

bahwa pasar tenaga kerja di Indonesia menyerupai supply-side determined

employment, suatu karakteristik yang biasa ditemukan di negara-negara

berkembang. Pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan tenaga kerja

menyerupai pola trend yang sangat mirip karena surplus tenaga kerja diserap ke

dalam pekerjaan ”pengganti sementara”. Sangat sedikit pencari kerja yang mampu

bertahan menganggur meskipun untuk periode waktu sebentar saja sehingga

banyak yang menerima pekerjaan yang produktifitasnya rendah. Menurutnya

dinamika pasar kerja ini menunjukkan bahwa masalah sumberdaya manusia di

Indonesia adalah bukan penciptaan kesempatan kerja per se, tapi penciptaan

pekerjaan yang lebih produktif. (2) Dugaan koefisien model makroekonometrika

yang digunakan mengindikasikan bahwa fenomena surplus tenaga kerja terjadi di

sektor pertanian, dan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan tidak hanya

dengan meningkatkan input agregat tetapi juga dengan realokasi tenaga kerja dari

sektor pertanian ke sektor non-pertanian.

Studi ini merekomendasikan bahwa jalan keluar untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang diiringi perbaikan pergeseran struktural sehingga

terjadi pemerataan hasil-hasil pembangunan ekonomi, adalah pembanguna

agroindustri, karena agroindustri sangat berpotensi dapat dikembangkan untuk

menarik sektor pertanian ke dalam proses industrialisasi karena beberapa aspek

yang menguntungkan bagi sektor ini, yaitu penyerapan tenaga kerja, pasar untuk

Page 57: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

40

komoditi-komoditi pertanian, kemampuan ekspor, dan relatif sedikit komponen

bahan baku impornya.

Dasril (1993) dalam Juanda (2001) menganalisis sumber-sumber

pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan dan perubahan keterkaitan antar

sektor, baik dalam kebijakan subsidi impor (1971-1985) maupun orientasi ekspor

(1985-1990), dengan menggunakan Tabel Input-Output Indonesia. Dasril

menggunakan metode dekomposisi sumber pertumbuhan untuk mengukur

sumber-sumber pertumbuhan yang terdiri atas permintaan dalam negeri,

perdagangan internasional dan perubahan teknologi.

Noor (1991) meneliti mengenai perubahan struktur produksi yang

menyertai pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Noor, mengkaji perubahan yang

terjadi antara daerah provinsi dengan menggunakan model yang pernah digunakan

Chanary dan Syrquin (1975) ketika mereka melakukan penelitian di sejumlah

negara berkembang mengenai pergeseran struktur ekonominya selama kurun

waktu 1950-1970. Model tersebut diduga dengan multiple regression analysis.

Noor, menyimpulkan bahwa hanya sebagian daerah provinsi di Indonesia yang

menerima hipotesis Fisher, yaitu terdapat hubungan yang negatif antara

pergeseran sektor primer dengan pertumbuhan pendapatan nasional atau

pendapatan perkapita.

2.5.2. Total Factor Productivity

Margono (2005) dalam studinya mengenai Analisis kritis terhadap

masalah ketenaga kerjaan suatu pendekatan makro-mikro ekonomi, dimana salah

satu tujuan utamanya adalah menghitung total factor productivity (TFP)

Indonesia, TFP sektor pertanian, industri dan sektor jasa di Indonesia. Metode

yang digunakan dalam menghitung TFP adalah direct accounting. Dari hasil

perhitungan diperoleh bahwa TFP Indonesia sebesar -0.53. TFP sektor pertanian

dan industri sejak tahun 1972 – 2002 juga bertanda minus yakni masing -2.56

untuk pertanian dan -1.47 untuk industri, sedangkan TFP sektor jasa positif yakni

0.48. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemajuan teknologi di Indonesaia

selama periode analisis tidak banyak bermakna dalam peningkatan produktivitas

dan pertumbuhan ekonomi.

Page 58: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

41

Mathias (2004) yang mengkaji mengenai tingkat upah dan produktivitas

tenaga kerja di Provinsi DKI Jakarta. Telah menghitung TFP DKI juga dengang

menggunakan metode direct accounting yang diturunkan dari fungsi Cobb-

Douglas. Menyimpulkan bahwa TFP untuk DKI selama periode 1997-2003

bernilai sebesar -0.39. Rendahnya TFP untuk DKI pada periode tersebut

menurutnya karena dampak krisis ekonomi yang masih terus melanda DKI Jakarta

sampai dengan tahun 2003.

2.5.3. Pasar Tenaga Kerja

Sukwika (2003) yang meneliti mengenai pasar tenaga kerja dan migrasi di

Kabupaten Bogor dikaitkan dengan perubahan struktur dan perkembangan

wilayah. Analisa pasar tenaga kerja yang dilakukan dengan menggunakan

persamaan sumultan dengan disagregasi terhadap tenaga kerja terdidik dan tidak

terdidi. Studi ini kemudian melanjutkan dengan menggunakan analisa komponen

utama (Pricipal Component Analysis) dan analisa gerombol (Cluster Analysis)

untuk menduga model perwilayah struktur ekonomi. Dari hasil studi ini

disimpulkan bahwa peningkatan ankatan kerja terdidik dan tidak terdidik lebih

responsif terhadap pertumbuhan penduduk, sedangkan kesempatan kerja lebih

responsif terhadap investasi, pendapatan regional dan jumlah pengangguran, baik

di sektor pertanian maupun disektor industri. Disimpulkan pula bahwa otonomi

daerah tidak menurunkan pengangguran di Kabupaten Bogor.

Hadi (2002) mengkaji mengenai dampak kebijakan pemerintah terhadap

keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode krisis dan sebelum krisis ekonomi

di Indonesia. Studi ini juga menggunakan persamaan simultan yang diduga

dengan menggunakan Two Stage Least Square (2SLS). Studi ini menyimpulkan

bahwa peningkatan partisipasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, jenis kelamin

dan wilayah responsif terhadap jumlah penduduk baik pada uasia produktif

maupun pada usia belum produktif dan tingkat partisipasi kerja, upah bukan

merupakan faktor utama yang mendorong peningkatan partisipasi angkatan kerja.

Sedangkan kesempatan kerja sektoral ditentukan oleh perubahan pendapatan

regional sektoral, program dana pembangunan. Kombinasi peningkatan Program

Dana Padat Karya, Program Dana Pembangunan, Konsumsi Kalori dan Investasi

Page 59: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

42

Sektoral memberikan dampak paling baik terhadap keragaan pasar kerja dan

migrasi pada periode krisis dan sebelum krisis ekonomi di Indonesia.

Studi mengenai ketenaga kerjaan di Sulawesi Selatan, diteliti oleh Fudjaja

(2002). Studi ini mengkaji dinamika kesempatan kerja sektor pertanian dan

industri di Sulawesi Selatan. Model analisisnya juga menggunakan persamaan

simultan yang diduga dengan metode 2SLS. Studi ini menyimpulkan bahwa

kebijakan pemerintah dan perubahan faktor ekonomi berpengaruh terhadap

dinamika kesempatan kerja sektor pertanian dan industri di Sulawesi Selatan.

Peningkatan upah memberi dampak positif terhadap kesempatan kerja demikian

pula terhadap PDRB sektoral. Peningkatan investasi sektoral berdampak negatif

terhadap kesempatan kerja sektor indus tri, akan tetapi berdampak positif terhadap

PDRB sektoral. Sebaliknya penurunan investasi sektoral memberikan dampak

negatif terhadap PDRB sektoral, baik peningkatan maupun penurunannya tidak

memberikan pengaruh terhadap kesempatan kerja.

Page 60: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Dalam rangka upaya pemulihan ekonomi dari terpaan krisis ekonomi serta

upaya untuk menurunkan angka pengangguran di Indonesia pada umumnya dan di

Sulawesi Selatan khususnya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat dan

semakin memprihatinkan, maka arah pembangunan ekonomi kedepan diharapkan

tidak hanya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tapi juga

mampu mendorong perluasan kesempatan kerja yang tinggi (menurunkan angka

pengangguran), sehingga pada akhirnya kesenjangan secara sektoral maupun

secara regional dapat di tekan.

Guna mencapai sasaran tersebut maka persoalan ketenaga kerjaan dan

pertumbuhan ekonomi harus dikaji sebagai satu kesatuan, karena keduanya terkait

erat dan mempengaruhi satu sama lain secara timbal balik. Pengaruh output atau

pertumbuhan ekonomi terhadap tenaga kerja dapat dilihat baik dari sisi

permintaan output agregat, maupun dari sisi penawarannya. Dari sisi permintaan,

perubahan konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor-

impor dapat mendorong peningkatan kesempatan kerja. Demikian pula dari sisi

penawaran agregat, Ruby (2003) menyebutkan bahwa pertambahan modal

maupun kemajuan teknologi dapat mendorong peningkatan produktifitas tenaga

kerja. Peningkatan produktivitas ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi

sekaligus menggeser kurva permintaan tenaga kerja (memperluas kesempatan

kerja).

Page 61: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

ECM

Indirect Accounting

2SLS

Migrasi

Angkatan Kerja Regional

Upah Riil Sektoral & Regional

Pengangguran Regional

Produktivitas TK Sektoral

Kesempatan Kerja Sektoral & Regional

Pendapatan Regional Sektoral (PDRB)

Tujuan Pemb : • Pertumbuhan

ekonomi • Mengurangi

Pengangguran

Sumber Pertumbuhan : Penawaran Output Agregat

Sumber Pertumbuhan : Permintaan Output Agregat

Pasar Tenaga Kerja

P ENDKATAN ANAL I S I S

Pertumbuhan Tinggi Pengangguran Rendah

Gambar 11 Kerangka pemikiran konseptual analisa pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan

= Aliran Pengaruh

= Peubah Endogen

= Peubah Eksogen

• TK • Modal • Teknologi

= Tujuan dan Pendekatan

Inflasi

Konflik KTI

Jumlah Penduduk

• Kons. Masy. • Kons. Pem. • Brng Modal • Perub. Stok • Ekspor-impor

UMR

Krisis Ekonomi

Total Factor Productivity

TPAK

Tujuan Penelitian • TFP Sul-Sel & Sektor • Kerg.Pasar TK • Indikator kekakuan

upah • Peng. FD , Tekn thp.

Output & KK

PAD, DP

Kekakuan Upah

Page 62: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

45

Sebaliknya tenaga kerja juga mempengaruhi output. Tingginya angka

pengangguran (kesempatan kerja terbatas) dapat menyebabkan terjadinya

kontraksi pertumbuhan, bahkan Solow dalam Todaro (2000) menyebutkan bahwa

pertumbuhan output bergantung pada tiga faktor penting yakni kuantitas dan

kualitas tenaga kerja, penambahan barang modal (physical capital) serta

penyempurnaan teknologi. Untuk melihat kontribusi dari masing-masing faktor

tersebut dalam output perekonmian, maka analisis yang dapat digunakan adalah

dengan menghitung Total Factor Productivity (TFP).

Dari aspek pasar tenaga kerja, dibagian awal telah disebutkan bahwa

adanya kesenjangan produktivitas maupun tingkat upah antar sektor maupun antar

region dapat mendorong migrasi baik secara sektoral maupun secara regional,

namun aliran tenaga kerja, khususnya aliran kesektor industri-perkotaan tidak

banyak terserap. Gejala ini menunjukkan adanya sumbatan dalam pasar tenaga

kerja di Indonesia. Kegagalan pasar, seperti halnya kegagalan pasar tenaga kerja,

selalui disebabkan oleh tidak singkronnya antara penawaran dan permintaannya.

Untuk mengkaji keseimbangan pasar tenaga kerja, maka kedua sisi tersebut harus

dikaji. Penawaran tenaga kerja (angkatan kerja) secara agregat menurut Ruby

(2003) di pengaruhi oleh migrasi dan partisipasi angkatan kerja dan prtumbuhan

populasi. Selanjutnya permintaan tenaga kerja, merupakan fungsi turunan dari

permintaan output, karena itu permintaan tenaga kerja selain di pengaruhi oleh

upah, juga ditentukan oleh berbagai variabel sumber-sumber pertumbuhan output,

seperti konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, impor,

termasuk kemajuan teknologi, karena teknologi juga mencirikan produktivitas

tenaga kerja.

Akan tetapi faktor- faktor tersebut tidak berdiri sendiri karena masing-

masing dipengaruhi oleh sejumlah faktor determinan pula, bahkan diantaranya

dapat saling mempengaruhi secara timbale balik.. Karena itu untuk mengkaji

keseimbangan pasar tenaga kerja ini, maka analisis yang digunakan adalah dengan

menggunakan persamaan simultan.

Page 63: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

46

3.2. Uraian Hipotesis

Berdasarkan pada berbagai teori yang telah dijelaskan serta berbagai hasil

studi terdahulu dan pengalaman empiris, maka hipotesis yang diajukan adalah

sebagai berikut :

1. Modal dan Teknologi memberi kontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan

ekonomi dibandingkan kontribusi tenaga kerja

2. Permintaan tenaga kerja, dipengaruhi oleh sumber-sumber pertumbuhan

ekonomi seperti konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, impor, dan kemajuan

teknologi (TFP). Upah riil tidak berpengaruh pada permintaan tenaga kerja,

maupun pada angkatan kerja. Selanjutnya variabel seperti TPAK, Migrasi, dan

konflik horizontal di KTI berpengaruh signifikan terhadap angkatan kerja di

Sul-Sel.

3. Upah riil sektoral di Sulawesi Selatan bersifat kaku.

Page 64: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian ini

ditentukan secara segaja (purposive), dengan dasar bahwa kecenderungan tingkat

pengangguran di daerah ini semakin meningkat, bahkan pada tahun 2003, Provinsi

Sulawesi Selatan memiliki tingkat pengangguran paling tinggi di antara provinsi-

provinsi lainnya di Indonesia. Pertimbangan lainnya adalah, selain daerah ini

konsisten dengan ciri agrarisnya, bahkan sebagai penghasil surplus beras terbesar

di Indonesia saat ini (Majdah, 2006), daerah ini juga dianggap memiliki kemajuan

pesat dalam sektor industri dan jasa, terutama sektor perdagangan dibandingkan

dengan provinsi lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), bahkan sering

dijuluki sebagai “Pintu Gerbang KTI”, karena memang posisinya yang sangat

strategis, namun juga rentang terhadap arus migrasi. Berdasarkan alasan tersebut

maka daerah ini dianggap memiliki daya tarik tersendiri sebagai lokasi exercise

dalam menganalisis pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, data berdasakan sumbernya akan menggunakan data

sekunder tahunan yang bersifat beda kalaa (time series), periode 1985-2004. Data

tersebut dikumpulkan dari beberapa kantor seperti Kantor Biro Pusat Statistik

(BPS) pusat dan BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Pendapatan Daerah dan

beberapa instansi lainnya yang relevan dengan penelitian ini di Provinsi Sulawesi

Selatan.

4.3. Pengembangan Model Analisis

Penelitian ini menggunakan dasar-dasar teori ekonomi mikro dan makro

sebagai alat analisis utama untuk menggambarkan perilaku dan penomena

keragaan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi wilayah. Model yang

dikembangkan adalah model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan,

Page 65: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

48

model total factor productivity (TFP) yang diturunkan dari translog fungsi

produksi Cobb-Douglas serta model error correction model (ECM).

Perhitungan total factor productivity (TFP) ditujukan untuk

menggambarkan kontribusi kemajuan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Selatan. Persamaan simultan dimaksudkan untuk menggambarkan

keragaan pasar tenaga kerja sedangkan model ECM dimaksudkan untuk

menggambarkan indikator distorsi pasar tenaga kerja dari segi kekakuan upah

serta kelambanan pengusaha dalam merespon perubahan upah. Adapun rincian

secara spesifikasi model analisis yang dikembangkan pada masing-masing

persamaan di sajikan pada uraian berikut :

4.3.1. Analisa Total Factor Productivity (TFP)

Analisa TFP akan di disagregasi berdasarkan sektor usaha yakni sektor

pertanian, industri pengolahan dan sektor lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan.

Metode yang digunakan untuk menghitung TFP pada studi ini adalah metode

indirect accounting, karena teknologi tidak dapat diamati secara langsung.

Menurut Pressman (2004) perhitungan TFP di dasarkan pada fungsi produksi

Cobb-Douglas. Nilai A pada fungsi produksi tersebut diartikan sebagai total

factor productivity (TFP):

βα KALY = …………………………………………………………….… (A.1)

Untuk keperluan perhitungan TFP, maka dilakukan transformasi logaritma

natural terhadap fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan tahapan sebagai berikut:

βαβα1111 −−−− −=− tttttttt KLAKLAYY ……………………………………….. (A.2)

11111

1 −

=

−−−−

−βα

t

t

t

t

t

t

t

tt

KK

LL

AA

YYY

……………………………………... (A.3)

βα

=+

−−−−

1111

1 1t

t

t

t

t

t

t

tt

KK

LL

AA

YYY

……………………………………… (A.4)

βα

=

−−−− 1111 t

t

t

t

t

t

t

t

KK

LL

AA

YY

……………………………………………… (A.5)

+

+

=

−−−− 1111lnlnlnln

t

t

t

t

t

t

t

t

KK

LL

AA

YY

βα …………………………. (A.6)

Page 66: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

49

****tttt KLYA βα −−= …………………………………………………… (A.7)

**** )1( tttt KLYA αα −−−= …………………………………………….. (A.8)

Keterangan:

*tY = Pertumbuhan output tahun-t

*tL = Pertumbuhan tenaga kerja (labor) tahun-t

*tK = Pertumbuhan modal (capital) pada tahun-t

*tA = Pertumbuhan total factor productivity (TFP) tahun-t

Nilai α pada persamaan di atas menunjukkan bagian (share) tenaga kerja

dari total output atau (MPL x L)/Y, di mana MPL (produk marginal tenaga kerja)

tidak lain adalah upah riil tenaga kerja.

4.3.2. Analisis Keragaan Pasar Tenaga kerja di Sulawesi Selatan

Analisa keragaan pasar tenaga kerja dianalisa dengan menggunakan

metode ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Dalam model analisis,

pasar tenaga kerja di pengaruhi oleh dua komponen utamanya yakni komponen

permintaan tenaga kerja dan komponen penawaran tenaga kerja. Ketidak

seimbangan kedua komponen ini menentukan tingkat pengangguran di Sulawesi

Selatan. Adapun struktur komponen pasar tenaga kerja serta fungsi ekonomi dari

masing-masing komponen adalah sebagai berikut :

a. Komponen permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja): bentuk persamaan

dalam analisa ini adalah persamaan kesempatan kerja yang didisagregasi

menurut wilayah perkotaan dan pedesaan serta di disagregasi menurut sektor

produksi yang terdiri sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor lainnya.

Fungsi ekonomi dari persamaan struktural dan persamaan identitasnya adalah

sebagai berikut :

Persamaan struktural :

Kesempatan kerja Sektor-i didisagregasi menurut wilayah perkotaan dan

pedesaan = f (upah riil sektor-i, TFP sektor-i, konsumsi masyarakat, investasi,

pengeluaran pemerintah, ekspor, impor, nilai tambah bruto sektor-i, dummy

krisis ekonomi, angkatan kerja dan variabel lag kesempatan kerja sektor-i).

Page 67: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

50

Komponen persamaan kesempatan kerja:

§ Upah riil sektor-i (W-i) didiasagregasi menurut wilayah perkotaan

dan pedesaan = f (UMR, kesempatan kerja sektor-i, angkatan kerja,

TFP sektor-i, penanaman modal sektor-i, nilai tambah bruto sektor-i,

dan variabel lag dari upah riil sektor-i)

§ Produktivitas kerja sektor-i (PK-i) = f (upah riil sektor-i, kesempatan

kerja sektor-i, nilai tambah bruto sektor-i, total factor productivity

sektor-i, variabel lag dari produktivitas kerja sektor-i)

§ Nilai tambah bruto sektor-i (NTB-i) = f (kesempatan kerja sektor-i,

investasi sektor-i, produktivitas tenaga kerja sektor-i, variabel lag

dari nilai tambah bruto sektor-i)

Persamaan Identitas

§ Kesempatan kerja di perkotaan = Jumlah kesempatan kerja sektoral

di wilayah perkotaan

§ Kesempatan kerja di pedesaan = Jumlah kesempatan kerja sektoral

di wilayah pedesaan

§ Kesempatan kerja sektor-i = Jumlah kesempatan kerja sektor-i di

wilayah perkotaan dan pedesaan

§ Kesempatan kerja total = Jumlah kesempatan kerja di wilayah

perkotaan dan pedesaan

§ Upah riil perkotaan = Rata-rata tertimbang upah riil sektoral di

perkotaan

§ Upah riil pedesaan = Rata-rata tertimbang upah riil sektoral di

pedesaan

§ Upah riil sektor-i = Rata-rata tertimbang upah riil sektor-i di wilayah

perkotaan dan pedesaan

§ Rata-rata upah riil = Rata-rata tertimbang upah riil semua sektor di

wilayah perkotaan dan pedesaan

b. Komponen penawaran tenaga kerja (angkatan kerja). Analisis ini merupakan

persamaan agregat penawaran tenaga kerja. Fungsi ekonomi dari angkatan

kerja adalah sebagai berikut :

Page 68: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

51

• Angkatan kerja ( )tA didisagregasi menurut wilayah perkotaan dan

pedesaan = f (upah riil rata-rata menurut wilayah, migrasi masuk, tingkat

partisipasi angkatan kerja serta variabel lag dari angkatan kerja),

Dimana :

§ Migrasi Masuk ( )tMM = f(upah riil rata-rata, kesempatan kerja total,

tingkat partisipasi kerja (TPK), dummy konflik horisontal di KTI,

dan variabel lag dari migrasi).

§ Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) didiasagregasi

berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan. Persamaan TPAK

dibuat dalam bentuka persamaan identitas.

c. Komponen pengangguran: komponen ini menggambarkan besarnya exccess

supply pasar tenaga kerja dalam kondisi disequilibrium. Komponen

pengangguran dalam studi ini dibuat dalam bentuk persamaan struktural yang

didisagregasi menurut wilayah perkotaan dan pedesaan yang terdiri :

• Pengangguran = =tUk f (angkatan kerja, kesempatan kerja, migrasi,

pertumbuhan ekonomi dan variabe lag pengangguran)

Berdasarkan hubungan antar variabel yang telah dikembangkan dalam

kerangka berpikir, maupun fungsi ekonomi dari berbagai komponen pasar tenaga

kerja seperti yang telah dikembangkan di atas, maka pemodelan ekonometrika

dari masing-masing komponen pasar tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Kesempatan Kerja

Persamaan permintaan tenaga kerja akan didisagregasi berdasarkan

wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan serta menurut sektor usaha yakni sektor

pertanian, sektor industri dan sektor jasa. Permintaan tenaga kerja akan di dekati

dengan ukuran tingkat kesempatan kerja yang diukur dengan jumlah penduduk

yang bekerja. Faktor determinan dari kesempatan kerja sektoral dalam studi ini

terdiri : upah riil sektoral, TFP sektoral, konsumsi masyarakat, investasi, ekspor,

impor, nilai tambah sektor, dummy krisis ekonomi, angkatan kerja serta variabel

lag dari kesempatan kerja sektoral. Persamaan ekonometrika kesempatan kerja

sektoral dibuat dalam bentuk persamaan struktural. Kesempatan kerja total dibuat

dalam bentuk persamaan identitas, di mana kesempatan kerja total merupakan

Page 69: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

52

penjumlahan dari kesempatan kerja di wilayah perkotaan dan pedesaan. Bentuk

persamaan ekonometrika dari kesempatan kerja diformulasikan sebagai berikut :

tKPk = tttttto EXPRaGOVaINVaCSaTFPPaWPkaa 654321 ++++++

111110987 tttttt KPkaAKKaDKEaNTBPaIMPa ε++++++ − ......... (B.1)

tKIk = tttttto EXPRaGOVbINVbCSbTFPIbWIkbb 654321 ++++++

211110987 tttttt KIkbAKKbDKEbNTBIbIMPb ε++++++ − ............ (B.2)

tKLk = tttttto EXPRaGOVcINVcCScTFPLcWLkcc 654321 ++++++

311110987 tttttt KLkcAKKcDKEcNTBLcIMPc ε++++++ − ........... (B.3)

tKPd = ttttto EXPRdGOVdINVdCSdTFPPdWPddd 654321 ++++++

411110987 tttttt KPddAKDdDKEdNTBPdIMPd ε++++++ − ........ (B.4)

tKId = tttttto EXPReGOVeINVeCSeTFPIeWIdee 654321 ++++++

511110987 tttttt KIdeAKDeDKEeNTBIeIMPe ε++++++ − ............ (B.5)

tKLd = tttttto EXPRfGOVfINVfCSfTFPLfWLdff 654321 ++++++

611110987 tttttt KLdfAKDfDKEfNTBLfIMPf ε++++++ − ........ (B.6)

Keterangan :

tKPk = Kesempatan kerja sektor pertanian di wilayah perkotaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tKIk = Kesempatan kerja sektor industri di wilayah perkotaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tKLk = Kesempatan kerja sektor lainnya di wilayah perkotaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tKPd = Kesempatan kerja sektor pertanian di wilayah pedesaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tKId = Kesempatan kerja sektor industri di wilayah pedesaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tKLd = Kesempatan kerja sektor lainnya di wilayah pedesaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tWPk = Upah riil sektor pertanian wilayah perkotaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rupiah/bulan) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tWIk = Upah riil sektor industri wilayah perkotaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rupiah/bulan) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tWLk = Upah riil sektor lainnya wilayah perkotaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rupiah/bulan) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

Page 70: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

53

tWPd = Upah riil sektor pertanian wilayah pedesaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rupiah/bulan) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tWId = Upah riil sektor industri wilayah pedesaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rupiah/bulan) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tWLd = Upah riil sektor lainnya wilayah pedesaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rupiah/bulan) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tNTBP = Nilai tambah bruto sektor pertanian di Sulawesi Selantan pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tNTBI = Nilai tambah bruto sektor industri di Sulawesi Selantan pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tNTBL = Nilai tambah bruto sektor lainnya di Sulawesi Selantan pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tTFPP = Total factor productivity sektor pertanian (%)

tTFPI = Total factor productivity sektor industri (%)

tTFPL = Total factor productivity sektor lainnya (%)

tCS = Konsumsi masyarakat pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tINV = Pertambahan barang modal plus perubahan stock barang modal pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tGOV = Pengeluaran pemerintah pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tEXPR = Ekspor Sulawesi Selatan pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tIMP = Impor Sulawesi Selatan pada tahun-t (juta Rupiah), menurut harga konstan (2000=100)

tDKE = Dummy krisis ekonomi, dimana periode krisis ekonomi dimulai pada tahun 1998 - 2001 = 1, lainnya = 0

1−tKPk = Variabel lag dari kesempatan kerja sektor pertanian wilayah perkotaan (orang).

1−tKIk = Variabel lag dari kesempatan kerja sektor industri wilayah perkotaan (orang).

1−tKLk = Variabel lag dari kesempatan kerja di sektor lainnya wilayah perkotaan (orang).

1−tKPd = Variabel lag dari kesempatan kerja sektor pertanian wilayah pedesaan (orang).

1−tKId = Variabel lag dari kesempatan kerja sektor industri wilayah pedesaan (orang).

1−tKLd = Variabel lag dari kesempatan kerja di sektor lainnya wilayah pedesaan (orang).

tiε = Peubah pengganggu (t = Periode ke-t, dan i = Persamaan ke-i)

Page 71: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

54

2. Upah Riil

Persamaan eknometrika dari upah riil akan didisagregasi berdasarkan

wilayah perkotaan dan pedesaan serta didisagregasi berdasarkan sektor usaha

yakni sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor lainnya. Dari sudut

pengusaha upah riil merupakan perbandingan upah nominal yang harus

dibayarkan ke tenaga kerja dengan harga produk yang dihasilkan. Sedangkan para

pekerja melihat upah riil sebagai daya beli dari upah nominal yang mereka terima.

Perubahan upah nominal biasanya ada korelasi dengan perubahan tingkat upah

minimum regional yang berlaku. Upah riil umumnya juga dipengaruhi oleh nilai

tambah bruto yang dapat diciptakan oleh sektor usaha, serta kondisi pasar tenaga

kerja di sektor usaha bersangkutan. Selain itu karena upah riil menggambarkan

balas jasa bagi faktor produksi tenaga kerja maka upah riil juga dipengaruhi

tingkat penggunaan faktor produksi lainnya seperti teknologi dan modal. Karena

itu secara umum dalam persamaan ekonometrik, upah riil sektoral dipengaruhi

oleh UMR, penawaran tenaga kerja, permintaan tenaga kerja, penanaman modal,

teknologi, NTB sektoral, serta variabel lag endogennya. Adapun fungsi

ekonometrika upah riil dirumuskan sebagai berikut :

tWPk = ttttt PMPgTFPPgKPkgAKkgUMRgg 543210 +++++

13176 ttt WPkgNTBPg ε+++ − ................................................. (B.7)

tWIk = ttttt PMIhTFPIhKIkhAKkhUMRhh 543210 +++++

14176 ttt WIkhNTBIh ε+++ − .................................................... (B.8)

tWLk = ttttt PMLiTFPLiKLkiAKkiUMRii 543210 +++++

15176 ttt WLkiNTBLi ε+++ − ................................................... (B.9)

tWPd = ttttt PMPjTFPPjKPdjAKdjUMRjj 543210 +++++

16176 ttt WPdjNTBPj ε+++ − ................................................. (B.10)

tWId = ttttt PMIkTFPIkKIdkAKdkUMRkk 543210 +++++

17176 ttt WIdkNTBIk ε+++ − ................................................... (B.11)

tWLd = ttttt PMLlTFPLlKLdlAKdlUMRll 543210 +++++

18176 ttt WLdlNTBLl ε+++ − .................................................. (B.12)

Page 72: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

55

Keterangan :

tUMR = Upah minimum regional di Sul-Sel pada tahun-t (Rp/bulan)

tPMP = Penanaman modal (kredit perbankan) di sektor pertanian pada tahun-t (juta Rupiah) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tPMI = Penanaman modal (kredit perbankan) di sektor industri pada tahun-t (juta Rupiah) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tPML = Penanaman modal (kredit perbankan) di sektor lainnya pada tahun-t (juta Rupiah) : dideflasi dengan IHK (2000=100)

tAKk = Angkatan kerja di wilayah perkotaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tAKd = Angkatan kerja di wilayah pedesaan di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

1−tWPk = Variabel lag dari upah riil di sektor pertanian wilayah perkotaan

1−tWIk = Variabel lag dari upah riil di sektor industri wilayah perkotaan.

1−tWLk = Variabel lag dari upah riil di sektor lainnya wilayah perkotaan.

1−tWPd = Variabel lag dari upah riil di sektor pertanian wilayah pedesaan.

1−tWId = Variabel lag dari upah riil di sektor industri wilayah pedesaan.

1−tWLd = Variabel lag dari upah riil di sektor lainnya wilayah pedesaan.

3. Nilai Tambah Bruto Sektoral

Bentuk persamaan ekonometrika dari nilai tambah bruto sektoral dalam

studi ini dipengaruhi oleh kesempatan kerja sektoral, invesatasi sektoral,

produktivitas tenaga kerja sektoral serta variabel lag dari nilai tambah bruto

sektoral. Persamaan ekonometrika dari nilai tambah sektoral akan di disagregasi

menurut kalasifikasi sektor pertanian , sektor industri dan sektor lainnya. Bentuk

persamaannya adalah sebagai berikut :

tNTBP = 25143210 ttttt NTBPmPKPmPMPmKPmm ε+++++ − ........ (B.13)

tNTBI = 26143210 ttttt NTBInPKInPMInKInn ε+++++ − ............. (B.14)

tNTBL = 27143210 ttttt NTBLoPKLoPMLoKLoo ε+++++ − ........... (B.15)

tKP = tt KPdKPk + ...................................................................... (B.16)

tKI = tt KIdKIk + ......................................................................... (B.17)

tKL = tt KLdKLk + ....................................................................... (B.18)

Page 73: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

56

Keterangan :

tKP = Kesempatan kerja sektor pertanian di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tKI = Kesempatan kerja sektor industri di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tKL = Kesempatan kerja sektor lainnya di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tPKP = Produktivitas kerja di sektor pertanian pada tahun-t (Rp/orang)

tPKI = Produktivitas kerja di sektor industri pada tahun-t (Rp/orang)

tPKL = Produktivitas kerja di sektor lainnya pada tahun-t (Rp/orang)

1−tNTBP = Variabel lag dari NTB sektor pertanian.

1−tNTBI = Variabel lag dari NTB sektor industri.

1−tNTBL = Variabel lag dari NTB sektor lainnya.

4. Pertumbuhan Ekonomi dan Komponen PDRB

Pertumbuhan ekonomi dalam studi ini diartikan sebagai perubahan relatif

(persentase) PDRB pada tahun-t dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sumber-sumber pertumbuhan ekonomi

dari sisi supply maupun dari sisi permintaan. Karena itu persamaan pertumbuhan

ekonomi merupakan fungsi dari pertumbuhan tenaga kerja (PTK), pertumbuhan

teknologi (TFP), tingkat konsumsi masyarakat (CS), investasi (INV), pengeluaran

pemerintah (GOV), ekspor (EXPR) dan impor (IMP). Selanjutnya komponen

pengeluaran pemerintah dibuat dalam bentuk persamaan struktural yang

dipengaruhi oleh PAD dan DAU. Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

tPE = ttttt GOVpINVpCSpTFPpPTKpp 543210 +++++

281876 ε++++ −ttt PEpIMPpEXPRp ............................... (B.19)

tG = 29143210 ttttt GqPDRBqDPqPADqq ε+++++ − ............... (B.20)

Keterangan :

tPE = Pertumbuhan ekonomi pada tahun-t (%)

tPAD = Pendapatan Asli Daerah Sul-Sel pada tahun-t (juta Rupiah).

tDP = Dana Perimbangan Sul-Sel pada tahun-t (juta Rupiah).

1−tPE = Variabel lag dari pertumbuhan ekonomi (%)

1−tGOV = Variabel lag dari pengeluaran pemerintah (juta Rupiah).

Page 74: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

57

5. Produktivitas kerja

Ananta (1990), menyatakan bahwa produktivitas merupakan pengukuran

output, pengukuran ini merupakan ukuran relatif antara output dan input.

Produktivitas mengacu pada kemampuan maksimal sesorang untuk menghasilkan

produk. Produktivitas tenaga kerja diukur dari nilai tambah total yang diciptakan

suatu perekonomian dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja untuk

menciptakan nilai tambah tersebut. Produktivitas pekerja di disagregasi

berdasarkan sektoral (pertanian, industri pengolahan dan sektor lainnya), yang

dipengaruhi oleh tingkat upah riil sektoral, kesempatan kerja sektoral, nilai

tambah bruto secara sektoral dan kemajuan teknologi sektoral. Dengan demikian

Persamaan ekonometrika dari produktivitas pekerja adalah sebagai berikut :

tPKP = 301543210 tttttt PKPrTFPPrNTBPrKPrWPrr ε++++++ − ...... (B.21)

tPKI = 311543210 tttttt PKIsTFPIsNTBIsKIsWIss ε++++++ − .... (B.22)

tPKL = 321543210 tttttt PKLtTFPLtNTBLtKLtWLtt ε++++++ − ... (B.23)

tWP = t

tttt

KPxWPdKPdxWPkKPk ∑∑ +

....................................... (B.24)

tWI = t

tttt

KIxWIdKIdxWIkKIk ∑∑ +

............................................ (B.25)

tWL = t

tttt

KLxWLdKLdxWLkKLk ∑∑ +

......................................... (B.26)

Keterangan :

tWP = Upah riil rata-rata sektor pertanian di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rp/bulan)

tWI = Upah riil rata-rata sektor industri di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rp/bulan)

tWL = Upah riil rata-rata sektor lainnya di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rp/bulan)

1−tPKP = Variabel Lag dari Produktivitas pekerja sektor pertanian

1−tPKI = Variabel Lag dari Produktivitas pekerja sektor industri

1−tPKJ = Variabel Lag dari Produktivitas pekerja sektor lainnya

Page 75: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

58

6. Angkatan kerja

Analisa penawaran tenaga kerja di dekati dengan ukuran jumlah angkatan

kerja, yaitu jumlah penduduk usia lima belas tahun keatas yang bekerja dan tidak

bekerja tapi sedang mencari pekerjaan. Persamaan angkatan kerja dipengaruhi

oleh upah riil, migrasi, tingkat partisipasi angkatan kerja, penduduk usia kerja dan

peubah lag endogennya. Bentuk persamaan ekonometrika angkatan kerja adalah

sebagai berikut :

tAKk = 331543210 tttttt AKkuPUKuTPAKkuMMuWkuu ε++++++ − .. (B.27)

tAKd = 341543210 tttttt AKdvPUKvTPAKdvMMvWdvv ε++++++ − .. (B.28)

tWk = t

tttttt

KkxWLkKLkxWIkKIkxWPkKPk ∑ ∑∑ ++

......................... (B.29)

tWd = t

tttttt

KdxWLdKLdxWIdKIdxWPdKPd ∑ ∑∑ ++

........................ (B.30)

tTPAKk = %100xPUKkAKk

t

t ..................................................................... (B.31)

tTPAKd = %100xPUKdAKd

t

t ..................................................................... (B.32)

Keterangan :

tWk = Upah riil rata-rata wilayah perkotaan pada tahun-t (Rp/bulan)

tWd = Upah riil rata-rata wilayah pedesaan pada tahun-t (Rp/bulan)

tTPAKk = Tingkat partisipasi angkatan kerja di wilayah perkotaan (%)

tTPAKd = Tingkat partisipasi angkatan kerja di wilayah pedesaan (%)

tTPAK = Tingkat partisipasi angkatan kerja total (%)

tMM = Jumlah migrasi masuk di Sulawesi Selatan pada tahun-t (orang)

tPUKk = Jumlah penduduk usia kerja di wilayah perkotaan (orang)

tPUKd = Jumlah penduduk usia kerja di wilayah pedesaan (orang)

1−tAKk = lag tAKk (orang)

1−tAKd = lag tAKd (orang)

7. Migrasi

Lewis (1954), dalam Kasliwal (1995) menganggap bahwa adanya

perbedaan tingkat upah mendorong terjadinya migrasi. Sedangkan Todaro (2000)

mengatakan bahwa keputusan rumah tangga untuk bermigrasi tidak hanya

Page 76: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

59

ditentukan oleh berapa besar upah (pendapatan) yang diterima seandainya

bermigrasi, tetapi juga dipengaruhi oleh peluang untuk mendapatkan pekerjaan di

sektor formal di perkotaan. Selain faktor ekonomi tersebut, keputusan bermigrasi

dapat disebabkan oleh faktor sosial seperti konflik horisontal di daerah asal.

Karena itu model yang dikembangkan dalam studi ini adalah model migrasi

masuk ke Sulawesi Selatan yang dipengaruhi oleh tingkat upah riil, kesempatan

kerja, dan dummy konflik horisontal di KTI serta variabel lag dari migrasi masuk.

Fungsi ekonometrika dari migrasi masuk dirumuskan sebagai berikut :

tMM = 35143210 ttttt MMwDKHwTPKwWww ε+++++ − ........... (B.33)

tW = t

tttt

KxWdKdxWkKk ∑∑ +

................................................ (B.34)

tTPK = %100xAKK

t

t ....................................................................... (B.35)

Keterangan :

tW = Upah riil rata-rata di Sulawesi Selatan pada tahun-t (Rp/bulan)

tTPK = Persentase pekerja terhadap jumlah angkatan kerja (%)

tDKH = Dummy konflik horisontal di KTI, di mana periode 1998-2001 = 1, sedangkan periode lainnya = 0

1−tMM = Variabel lag dari jumlah migrasi masuk (orang)

8. Pengangguran

Pengangguran (unemployment) merupakan bagian dari angkatan kerja

yang tidak bekerja, tapi sedang mencari pekerjaan. Pengangguran menc irikan

adanya excess supply dalam pasar tenaga kerja. Pengangguran dalam studi ini

dipengaruhi oleh jumlah angkatan kerja, kesempatan kerja dan migrasi masuk.

Bentuk persamaan ekonometrikanya adalah sebagai berikut :

tUk = 381543210 ε++++++ −ttttt UkwPEwMMwKkwAKkww ...... (B.36)

tUd = 391543210 ε++++++ −ttttt UdxPExMMxKdxAKdxx ......... (B.37)

Keterangan :

tUk = Tingkat pengangguran di wilayah perkotaan (%)

tUd = Tingkat pengangguran di wilayah pedesaan (%)

1−tUk = Variabel lag dari tingkat pengangguran di wilayah perkotaan (%)

1−tUd = Variabel lag dari tingkat pengangguran di wilayah pedesaan (%)

Page 77: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

60

4.3.3. Tingkat Kekakuan Upah Sebagai Indikator Distorsi Pasar Tenaga

Kerja Ahli ekonomi structuralist (seperti Taylor dan Chenery) ketika mengkritik

teori pertumbuhan Solow mengatakan bahwa ketidak sempurnaan pasar tenaga

kerja terjadi secara kritis di negara berkembang yang ditunjukkan bahwa tenaga

kerja menerima upahnya lebih besar dari upah pasar bebasnya (Kasliwal, 1995),

atau dengan kata lain pwPM L /< (upah riil lebih tinggi dari produksi marginal

tenaga kerja). Menurutnya, bahwa kegagalan pasar yang terjadi di negara

berkembang ini berkaitan dengan: (1) Harga (upah) tidak melakukan penyesuaian

secara bebas, dan (2) agen ekonomi merespon secara lambat terhadap perubahan

harga (upah) yang terjadi. Hal senada yang diungkapkan oleh Mankiw (2003)

bahwa ketidak seimbangan dalam pasar tenaga kerja yang berdampak pada

pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity) atau gagalnya upah

melakukan penyesuaian ke arah keseimbangan pasar ketika terjadi shock

(perubahan) pada sisi permintaan maupun pada sisi penawaran tenaga kerja.

Karena itu tingkat kekakuan upah dan atau lembatnya agen ekonomi merespon

perubahan upah dapat dijadikan indikator tingkat distorsi pasar tenaga kerja.

Studi ini menganggap bahwa semakin kakuh tingkat upah dan atau

semakin lama waktu yang dibutuhkan agen ekonomi untuk merespon perubahan

upah maka semakin tinggi tingkat distorsi pasar tenaga kerja. Untuk menguji

lamanya waktu yang dibutuhkan tingkat upah untuk melakukan penyesuaian akbat

adanya goncangan dari sisi permintaan atau penawaran tenaga kerja, demikian

pula lamanya waktu yang dibutuhkan agen ekonomi untuk merespon shock harga,

maka metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode Error Correction

Model (ECM). Persamaan ECM dapat dituliskan sebagai berikut (Verbeek, 2000):

ttttt XYXbY εββγ +−−+∆=∆ −− )( 11011 ........................................... (C. 1)

Keterangan :

1b = Paramter jangka pendek γ = Parameter Error Correction

10 , ββ = Parameter jangka panjang

Page 78: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

61

Parameter Error Correction )(γ dalam persamaan diatas dapat

diinterpretasikan sebagai speed of adjusment dari variabel endogen akibat adanya

shock dari variabel tertentu. Langkah- langkah diagnostik test ECM adalah

(Nuryati, 2004 dan Bafadal, 2005) :

1. Uji Unit root (non-stationary) dengan menggunakan ADF test

2. Menentukan ordo optimal VAR berdasarkan uji Likelihood Ratio (LR test)

3. Pengujian Kointegrasi, yaitu pengujian hubungan jangka panjang dengan

menggunakan Johansen test

4. Mengetahui perilaku shock suatu variabel dan peran masing-masing

guncangan terhadap variabel tertentu dengan menggunakan Impuls Respon

Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD).

Untuk menganalisis tingkat dostorsi pasar tenaga kerja berdasarkan

kerangkan analisis ECM di atas, maka jenis hubungan variabel yang dianalisis

akan dibagi berdasarkan analogi tingkat kekakuan upah dan berdasarkan

kelambanan agen ekonomi merespon tingkat upah yang dirinci sebagai berikut :

a. Tingkat kekakuan upah apabila ada shock dari angkatan kerja atau kesempatan

kerja

• ),( ttt AkKkfWk =

• ),( ttt AdKdfWd =

• )( tt KPkfWPk =

• )( tt KIkfWIk =

• )( tt KLkfWLk =

• )( tt KPdfWPd =

• )( tt KIdfWId =

• )( tt KLdfWLd =

b. Tingkat kelambanan agen ekonomi merespon upah

• )( tt WkfKk =

• )( tt WdfKd =

• )( tt WPfKP =

Page 79: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

62

• )( tt WIfKI =

• )( tt WLfKL =

4.3.4. Simulasi Kebijakan dan Dampaknya Terhadap Pasar Tenaga Kerja, Pertumbuhan Ekonomi.

Dalam bagian ini, simulasi dilakukan dalam rangka mengetahui dampak

perubahan faktor eksternal (variabel eksogen) dari pasar tenaga kerja terhadap

terhadap komponen kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi

Selatan. Berdasarkan pada tujuan penelitian yang dikembangkan maka simulasi

yang dilakukan adalah :

(a). Peningkatan konsumsi masyarakat (25 persen), Simulasi ini memberikan

informasi mengenai dampak peningkatan konsumsi masyarakat terhadap

pertumbuhan PDRB dan kesempatan kerja sektoral

(b). Peningkatan investasi (25 persen), Simulasi ini memberikan informasi

mengenai dampak peningkatan investasi terhadap pertumbuhan PDRB

dan kesempatan kerja sektoral

(c). Peningkatan Ekspor (25 persen). Simulasi ini memberikan informasi

mengenai dampak peningkatan ekspor terhadap pertumbuhan PDRB dan

kesempatan kerja sektoral

(d). Penurunan import (25 persen). Simulasi ini memberikan informasi

mengenai dampak peningkatan impor terhadap pertumbuhan PDRB dan

kesempatan kerja sektoral

(e). Peningkatan PAD (25 persen), Simulasi ini memberikan informasi

mengenai dampak peningkatan PAD terhadap pertumbuhan PDRB dan

kesempatan kerja sektoral

(f). Kemajuan teknologi (2 persen), Simulasi ini memberikan informasi

mengenai dampak kemajuan teknologi terhadap pertumbuhan PDRB,

nilai tambah sektoral dan kesempatan kerja sektoral

4.4. Identifikasi Model Ekonometrika

Model ekonometrika yang dikembangkan dalam studi ini, khususnya

untuk mengkaji keragaan pasar tenaga kerja adalah model persamaan simultan.

Dalam persamaan simultan, jumlah persamaan sama dengan jumlah variabel

Page 80: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

63

terikatnya atau variabel endogennya. Mengingat, setiap persamaan struktural

dalam model persamaan simultan tergantung atau dipengaruhi oleh persamaan

lainnya, karena itu apabila setiap persamaan diduga dengan menggunakan metode

OLS (mengabaikan informasi dari persamaan lainnya) maka tentu hasinya tidak

saja bias, tetapi juga tidak konsisten, dengan kata lain akan menghasilkan bias

yang disebut sebagai bias persamaan simultan (Simultaneous-equation Bias atau

Simultaneity Bias). Bias persamaan simultan seperti ini berasal dari

penyimpangan asumsi autocorelation OLS, yang menyatakan bahwa variabel-

variabel bebas dan variabel gangguan (error) seharusnya tidak tergantung satu

sama lain (Sumodiningrat, 1999).

Oleh karena penggunaan OLS menghasilkan taksiran yang bias dan tidak

konsisten terhadap persamaan simultan, maka perlu digunakan teknik statistik

yang berbeda untuk menaksir parameter-parameter strukturalnya. Metode yang

biasa digunakan untuk persamaan simultan secara garis besarnya dikelompokkan

dua kategori. Kategori pertama adalah “metode persamaan tunggal” (single

equation methods) (single equation methods) yang dikenal sebagai metode

informasi terbatas. Yang termasuk dalam kategori ini adalah (a) The Indirect

Least Squares (ILS), (b) The Methode of Instrumental Variabel (IV), (c) Two

Stage Least Squares (2SLS). Selanjutnya kategori kedua adalah “Metode Sistem”

(System methods) yang dikenal sebagai metode informasi penuh. Yang termasuk

dalam kategori ini adalah (a) Limited Information Maximum Likelihood (LIML),

(b) Three Stage Least Squares (3SLS), (c) Full Information Maximum Likelihood

(FIML). Idealnya harus digunakan “metode sistem”, karena menghasilkan taksiran

paramater yang memperhitungkan seluruh kaitan yang ada diantara variabel dalam

seluruh persamaan, akan tetapi dalam praktek jarang digunakan, karena sangat

kompleks, perhitungannya rumit dan sangat peka terhadap kesalahan spesifikasi

(Sumodiningrat, 1999).

Untuk menentukan model mana dari metode persamaan tunggal yang akan

digunakan untuk menaksir persamaan simultan, maka langkah awal yang

dilakukan adalah melakukan identifikasi persamaan. Hal ini dimaksudkan untuk

memastikan bahwa perumusan model sudah tepat secara statistik sehingga

parameternya dapat ditaksir secara unik. Jika persamaan tidak teridentifikasi,

Page 81: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

64

berarti persamaan tidak menghasilkan nilai-nilai taksiran yang unik sehingga

persamaan-persamaan dalam model tidak bisa dibedakan dalam pengamatan

(observationally indistinguishable). Untuk menguji kondisi identifikasi setiap

persamaan dalam model persamaan simultan, maka harus memenuhi kriteria

order condition seperti yang dirumuskan berikut :

1** −≥− GKK Atau (dengan menambahkan )( *GG − pada kedua sisi :

)1()()( ** −≥−+− GKKGG

Dimana :

)( *GG − = Jumlah variabel endogen yang tidak terdapat dalam persamaan

bersangkutan

)( *KK − = Jumlah variabel eksogenyang tidak terdapat dalam persamaan

bersangkutan

)1( −G = Jumlah variabel endogen dalam model dikurangi satu

Apabila suatu persamaan dalam model tidak memenuhi kriteria order

condition seperti dirumuskan diatas, maka persamaan tersebut dalam model tidak

teridentifikasi (unidentified). Sedangkan apabila kriteria tersebut terpenuhi berarti

persamaan dalam model teridentifikasi dengan dua kemungkinan status

identifikasi yakni jika )( *KK − sama dengan )1( * −G , maka disebut model

teridentifikasi secara tepat (exactly identified). Sedangkan apabila )( *KK − lebih

besar dari )1( * −G , maka persamaan dalam model teridentifikasi secara berlebih

(overidentified)

Model persamaan simultan yang dirumuskan dalam studi ini terdiri dari 37

persamaan atau variabel endogen dengan rincian teridiri dari 25 buah persamaan

struktural dan 12 buah persamaan identitas, sedangkan variabel eksogennya terdiri

dari 38 variabel. Dengan demikian secara keseluruhan jumlah variabel yang

dianalisis dalam model ekonometrika keragaan pasar tenaga kerja adalah

sebanyak 75 variabel. Berdasarkan kriteria indentifikasi model dengan kriteria

order condition, maka setiap persamaan yang dirumuskan dalam studi ini adalah

overidentified.

Page 82: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

65

4.5. Metode Pendugaan

Metode pendugaan yang digunkan dalam mekasir keragaan pasar tenaga

kerja di Sulawesi Selatan adalah metode Two Stage Least Squares (2SLS). Dasar

pertimbangan yang digunakan dalam memilih metode ini adalah karena dari hasil

uji identifikasi semua persamaan yang telah dirumuskan dalam keadaan

overidentified. Menurut Sumodingrat (1999) bahwa dalam kondisi ini metode ILS

tidak dapat digunakan dan disarankan menggunakan metode 2SLS karena metode

ini jauh lebih sederhana dan lebih mudah dibandingkan metode lainnya.

Pertimbangan lainnya adalah berkaitan dengan kemungkinan kesalahan dalam

perumusan model. Dengan menggunakan metode 2SLS, maka kesalahan

spesifikasi satu persamaan tidak ditransmisikan ke persamaan lainnya, bilapun

terjadi, pengaruhnya kecil. Sebaliknya penggunaan metode 3SLS, maka kesalahan

spesifikasi akan ditrasmisikan ke persamaan lainnya sehingga hasilnya dapat bias

dan lebih buruk.

Selanjutnya untuk menguji apakah model yang dirumuskan dalam

penelitian ini mengalami korelasi serial atau tidak, digunakan metode Breusch

Godfrey Serial Correlation Test. Uji ini mensyaratkan bahwa jika nilai probability

Obs*R-Squared lebih besar dari nilai kritis a = 0.05, maka persamaan tersebut

tidak terjadi korelasi serial. Sedangkan untuk menguji apakah peubah-peubah

penjelas secara partial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen

pada masing-masing persamaan struktural digunakan uji statistik-t dan untuk

menguji signifikansi variabel penjelas tersebut secara bersama-sama terhadap

variabel endogen digunakan uji statistik-F.

4.6. Prosedur Pembentukan dan Penerapan Model

Model persamaan simultan keragaan pasar tenaga kerja yang dirumuskan

dalam bentuk persamaan ekonometrika, dimaksudkan sebagai perwakilan atau

abstraksi dari kondisi aktual pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan. Prosedur dan

penerapan model untuk melihat keragaan pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan

secara garis besarnya dilakukan dalam tiga tahap.

Tahap pertama merupakan tahapan identifikasi masalah kemudian

dilakukan spesifikasi dan mensarikan masalah secara lebih terperinci. Dari

Page 83: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

66

rumusan masalah yang lebih terperinci tersebut diikuti dengan kajian pustaka dan

kajian teori-teori yang mendasarinya. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka

penyusunan kerangka model konsepsional dalam bentuk persamaan ekonomi dan

dilanjutkan penyusunan kerangka model operasional dalam bentuk persamaan

ekonometrika. Bagian akhir dari tahapan ini adalah mengumpulan data empirik

sesuai jumlah dan jenis variabel yang termuat dalam keranka analisis operasional.

Tahap kedua adalah merupakan tahapan analisis. Analisis yang

dimaksudkan adalah menaksir parameter-parameter dugaan seperti yang telah

dirumuskan dalam kerangka model operasional dan berdasarkan data empiris yang

telah dikumpulkan. Analisis pendugaan ini dilanjutkan dengan pengujian

hipotesis. Hasil pengujian hipotesis dijadikan dasar untuk meninjau kembali

model operasional yang dibangun dan atau data empirik yang dianalisis terutama

jika hasil pengujian hipotesisi ini menunjukkan kondisi yang tidak valid.

Sebaliknya jika pengujian hipotesis ini sudah menunjukkan validatas yang cukup

maka kemudian dapat dilanjutkan dengan analisa simulasi dan peramalan.

Berdasarkan hasil analisa simulasi dan peramalan model seperti yang telah

dilakukan dalam tahap kedua, maka tahap berikutnya (tahap ke tiga) adalah

menguraikan atau membahas hasil-hasil ramalan dengan mengaitkan teori- teori,

tinjauan pustaka maupun pengalaman empiris yang kemudian dilanjutkan dengan

penarikan kesimpulan dan perumusan rekomendasi kebijakan. Tahapan dan

langkah-langkah serta umpan balik dalam menaksir keragaan pasar tenaga kerja di

Sulawesi Selatan secara skematis adalah sebagai berikut :

Page 84: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

67

Sumber : Anwar, 2001 Keterangan : A = Input -input masukan (disertai dugaan awal dari peubah eksogen) B = Model ekonometrika (sistem persamaan simultan, jumlah persamaan sesuai dengan

jumlah peubah endogen yang terdapat dalam model) C = Solusi atau jawaban (nilai ramalan dan nilai dampak dari simulasi) Gambar 12. Tahapan dan umpan balik dalam penelitian analisis pasar tenaga

kerja dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan Guna mendapatkan model terbaik, maka pada tahap verifikasi dalam

prosedur analisa di gunakan tiga kriteria penting seperti yang di gunakan oleh

Juanda (2001) yakni (1) Asumsi error tidak terpenuhi, (2) jika pengaruh variabel

tidak signifikan dan (3) hasil pendugaan tidak sesuai hipotesis.

Penentuan masalah ekonomi tertentu secara umum

Mensarikan masalah spesifik secara lebih terperinci

Dasar teori yang melandasi pembangunan model dan

penggalian hipotesis

Telaan pustaka dan penggalian pengalaman penelitian

sebelumnya

Penyusunan kerangka model konseptual (ekonometrika teoritis)

Kerangka model operasional

Pengumpulan data empirik

Pendugaan parameter

Pengujian hipotesis (Verifikasi model)

Simulasi dan Peramalan model

Hasil-hasil peramalan dan Simulasi

Kesimpulan dan rekomendasi kebijakan

A

B

C

Page 85: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

68

4.7. Definisi Operasional

Berbagai pengertian dan definisi operasional yang digunakan dalam

meneliti pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan adalah

sebagai berikut :

1. Kesempatan kerja adalah jumlah penduduk Sulawesi Selatan yang berumur

15 tahun keatas yang melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh

nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara

terus menerus selama seminggu yang lalu (orang)

2. Angkatan kerja adalah jumlah penduduk Sulawesi Selatan yang berumur 15

tahun keatas yang bekerja dan tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan

(orang)

3. Pengangguran adalah jumlah penduduk Sulawesi Selatan yang berumur 15

tahun keatas yang tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan, bersedia

bekerja/menerima pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan selama

seminggu yang lalu (orang)

4. Upah riil adalah rata-rata upah/gaji yang diterima pekerja selama sebulan

yang lalu dibagi dengan indeks harga konsumen (IHK : Tahun 2000 =100)

(Rp/bulan)

5. Produktivitas tenaga kerja sektoral adalah nilai tambah bruto sektoral dibagi

dengan jumlah tenaga kerja sektoral (Rp/orang)

6. PDRB adalah produk domestik regional bruto Sulawesi Selatan menurut

penggunaannya yang terdiri dari konsumsi masyarakat, konsumsi

pemerintah, pertambahan barang modal, perubahan stok, dan ekspor yang

dikurangi impor (juta Rupiah)

7. Sektor pertanian adalah mencakup pengertian pertanian dalam arti luas yang

terdiri sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan,

kehutanan dan perikanan

8. Sektor industri adalah sektor industri pengolahan

9. Sektor lainnya mencakup sektor pertambangan dan galian, sektor listrik, gas

dan air bersih, sektor bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, sektor

angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

serta sektor jasa-jasa.

Page 86: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Perekonomian Sulawesi Selatan

5.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

Pertumbuhan ekonomi sering diartikan sebagai kenaikan jangka panjang

dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Dengan pengertian ini, maka

pertumbuhan ekonomi, selain mencirikan berkembangnya berbagai sektor-sektor

usaha dan perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi juga mencirikan

peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum. Menurut Mankiw (2003),

bahwa para ekonom menggunakan data Produk Domestic Bruto (PDB) atau

PDRB, untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Karena data tersebut selain

mengukur jumlah output barang dan jasa total suatu daerah, juga mengukur

pendapatan total setiap orang dalam perekonomian. Karena itu, dalam tulisan ini

pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah pertumbuhan PDRB itu sendiri.

Dengan mengamati kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan secara

runtun waktu dari tahun 1985 – 2004, tampak bahwa dalam dua dekade terakhir,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sebenarnya mencatat suatu kinerja yang

tidak terlalu buruk. Selama periode ini perekonomian Sulawesi Selatan rata-rata

tumbuh sekitar 5.88 persen per tahun. Kinerja pertumbuhan ekonomi ini, lebih

tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sekitar 4.70

persen per tahun dalam periode yang sama, demikian pula lebih tinggi dari rata-

rata pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang tumbuh sekitar

5.25 persen pertahun dalam kurun waktu tersebut (Tabel 2)

Page 87: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

70

(5.33)

(2.80)

(13.13)

(14.00)

(10.00)

(6.00)

(2.00)

2.00

6.00

10.00

14.00

PDRB Sul-Sel 5.78 7.07 10.00 6.48 6.74 9.53 7.74 7.72 7.40 8.56 8.31 4.30 (5.33) 2.83 4.89 5.11 4.10 5.25 5.20

PDRB KTI 4.69 3.78 6.74 5.45 7.56 8.13 7.62 5.77 8.50 7.99 9.37 5.25 (2.80) 1.85 4.91 4.79 3.47 3.36 3.33

PDB Nasional 4.99 4.93 5.78 7.46 7.24 6.95 6.46 6.50 7.54 8.22 7.82 4.70 (13.1 0.79 4.90 3.83 4.38 4.88 5.13

1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

STDEV (Nasional) = 4,54

STDEV (Sul-Sel) = 3,24

STDEV (KTI) = 2,78

Per

tum

buha

n (%

)

Gambar 13 Kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, kawasan timur

Indonesia (KTI) dan nasional, periode 1986-2004

Dalam sejarah panjang perjalanan proses pembangunan Sulawesi Selatan,

kinerja pertumbuhan ekonomi daerah ini, sesungguhnya juga mengalami ”pasang-

surut”, seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia. Dinamika pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan ini, dikaitkan dengan tiga periode penting yang terjadi

di Indonesia yakni (1) Periode sebelum krisi ekonomi (1986-1997). Periode ini

terkait dengan ”kebijakan industrialisasi” yang diawali pada pertengahan tahun

1980-an dengan sejumlah instrumen insentif bagi sektor industri. (2) Periode

krisis ekonomi (1998-2000), dan (3) periode pasca krisis ekonomi (2001-2004).

Bagaimana gambaran kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada masing-

masing periode ini, akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut

Pada periode sebelum krisis ekonomi tahun 1986-1997, perekonomian

Sulawesi Selatan tumbuh pesat secara memukau yakni dengan tingkat

pertumbuhan rata-rata 7.47 persen pertahun. Kinerja pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Selatan dalam periode ini bahkan lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan

ekonomi nasional yang tumbuh sekitar 6.55 persen pertahun, serta lebih tinggi

dari tingkat pertumbuhan ekonomi KTI, yang secara rata-rata tumbuh sekitar 6.74

persen pertahun. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang tinggi di periode

Page 88: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

71

ini, terutama di dorong oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan yang

mengalami perkembangan pesat yakni tumbuh sekitar 15.22 persen pertahun.

Gambaran ini menunjukkan bahwa, strategi industrialisasi di Indonesia yang

diawali pada pertengahan tahun 1980-an, berhasil menciptakan ”loncatan”

pertumbuhan sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan

Periode krisis ekonomi (1998-2000), pada periode ini, walaupun

perekonomian Sulawesi Selatan mengalami guncangan hebat, sehingga tumbuh

lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi KTI, akan tetapi dibandingkan dengan

perekonomian nasional, maka perekonomian Sulawesi Selatan memiliki resistensi

yang lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional dari guncangan

perekonomian global. Resistensinya perekonomian Sulawesi Selatan dari

guncangan ekonomi global dibandingkan perekonomian nasional, terkait dengan

corak perekonomian Sulawesi Selatan yang masih didominasi oleh sektor

pertanian, dengan berbagai komoditi dari sektor ini terutama sub sektor

perkebunan memiliki peningkatan daya saing dalam pasaran ekspor di era ini,

sementara corak perekonomian nasional sudah bertransformasi ke dominasi sektor

industri sejak tahun tahun 1991.

Periode pasca krisis (2001-2004). Kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Selatan pada periode ini juga memperlihatkan kinerja yang tidak buruk, karena

kinerja pertumbuhan ekonominya melampaui kinerja pertumbuhan ekonomi

nasional dan KTI yang masing-masing memiliki tingkat rata-rata pertumbuhan

sebesar 4.55 persen pertahun untuk nasional dan 3.73 persen pertahun untuk

wilayah KTI , sedangkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan mencapai 4.91

dalam periode yang sama.

Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan, dilihat dari aspek kestabilan

pertumbuhan--diukur berdasarkan standar deviasi pertumbuhan selama tahun

1986-2004)--, seperti terlihat pada Tabel 2, bahwa selama periode 1986-2004

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ternyata juga lebih stabil dibandingkan

stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi kurang stabil bila

dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI. Gambaran

ini ditunjukkan oleh nilai standar deviasi pertumbuhan ekonomi masing-masing

Page 89: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

72

sebesar 2.85 untuk wilayah KTI, sekitar 3.32 untuk Sulawesi Selatan dan sekitar

4.66 untuk nasional.

Dengan mencermati lebih jauh ke struktur perekonomian Sulawesi Selatan,

ternyata sektor industri pengolahan yang memiliki instabilitas paling tinggi

dibandingkan sektor lainnya, dengan standar deviasi pertumbuhan sebesar 9.00,

sementara pertumbuhan sektor pertanian memiliki standar deviasi sekitar 3.22 dan

sektora lainnya sekitar 4.34. Bahkan pertumbuhan industri pengolahan di

Sulawesi Selatan sangat tidak stabil bila dibandingkan sektor serupa secara

nasional. Indikasi ketidakstabilan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang

tinggi ini, menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan Sulawesi Selatan

sesungguhnya senangtiasa mengalami ”pasang-surut” dari tahun ke tahun, dan hal

ini tentunya merupakan kondisi yang kurang baik bagi pengembangan iklim

investasi bagi sektor industri itu sendiri.

Tabel 2 Pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan PDRB per kapita Sulawesi Selatan, kawasan timur Indonesia (KTI) dan nasional, tahun 1985-2004

Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita (%),

Tahun 1985-2004 Sebelum krisis

(Periode Industrialisasi) Krisis

Ekonomi Pasca Krisis Rata-rata St Dev

No. Uraian

86-89 90 - 97 r* = 86-97 98-00 01-04 86-04 86-04

A. Pertumbuhan PDRB

1 PDRB Sulsel 7.33 7.54 7.47 0.80 4.91 5.88 3.32

a. Pertanian 6.28 5.73 5.91 0.88 1.39 4.17 3.22

b. Industri Manuf 22.67 11.49 15.22 1.88 5.71 11.11 9.00

c. Lainnya 6.64 8.21 7.69 0.57 7.24 6.47 4.34

2 PDRB KTI 5.17 7.52 6.74 1.32 3.73 5.25 2.85

3 PDB Nasional 5.79 6.93 6.55 (2.48) 4.55 4.70 4.66

a. Pertanian 3.02 2.81 2.88 (1.21) 3.93 2.45 2.45

b. Industri Manuf 10.03 10.99 10.67 1.32 5.02 8.00 5.79

c. Lainnya 5.62 6.75 6.37 (4.34) 4.49 4.28 5.54

B Pertumbuhan PDRB/Kapita

a. Sulawesi Selatan 7.16 5.94 6.35 (0.47) 3.91 4.76 4.49

b. KTI 1.34 3.47 2.76 0.69 2.27 2.33 2.31

c. Nasional 4.17 6.60 5.79 (3.55) 3.25 3.78 5.01

Sumber : Diolah dari PDRB provinsi-provinsi di Indonesia berbagai penerbitan, tahun 1985-2004

Tabel 2 juga menunjukkan indikator makro penting lainnya, yakni PDRB

per kapita. Indikator ini menggambarkan besarnya nilai tambah yang diciptakan

pada setiap penduduk, namun tentunya angka tersebut tidak menunjukkan tingkat

Page 90: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

73

penerimaan secara nyata pada seluruh masyarakat di setiap daerah, karena angka

tersebut hanya merupakan nilai tambah rata-rata (output) dari semua sektor

produktif. Walaupun demikian indikator PDRB per kapita tetap menjadi indikator

makro yang penting untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat

dalam suatu perekonomian.

Dilihat dari sisi pertumbuhannya selama periode 1985 – 2004, Sulawesi

Selatan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita yang cukup tinggi (4.76 persen

per tahun), bahkan melampaui rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita di wilayah

KTI (2.33 persen pertahun) dan PDB perkapita nasional (3.78 persen per tahun).

Angka tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan per kapita atau

rata-rata nilai tambah yang diciptakan setiap penduduk di Sulawesi Selatan lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakat rata-rata

provinsi-provinsi di wilayah KTI, maupun rata-rata provinsi di seluruh Indonesia.

Pertumbuhan PDRB Per kapita yang tinggi, umumnya terjadi pada periode

sebelum krisis ekonomi (1985-1997). PDRB per kapita Sulawesi Selatan pada era

ini tumbuh rata-rata 6.35 persen pertahun, sedangkan wilayah KTI dan nasional

masing-masing tumbuh sekitar 2.76 persen per tahun dan 5.79 persen per tahun

dalam periode yang sama. Kinerja pertumbuhan PDRB perkapita, tampaknya

menyerupai kinerja pertumbuhan ekonomi, dimana pada periode pertumbuhan

ekonomi mengalami peningkatan tajam, maka pertumbuhan PDRB juga

meningkat tinggi, demikian pula sebaliknya. Gambaran ini sekaligus

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu mekanisme

yang dapat melipat gandakan pendapatan perkapita, dengan kecepatan yang

berakselerasi, seperti yang dilansir dalam laporan Bank Dunia (2005).

Walaupun Sulawesi Selatan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita yang

lebih tinggi selama dua dekade terakhir, dibandingkan rata-rata pertumbuhan

PDRB perkapita provinsi lain di wilayah KTI maupun secara nasional, namun

besarannya jauh lebih rendah dibandingkan besaran PDRB perkapita rata-rata

secara nasional, maupun secara regional di wilayah KTI.

PDRB Per kapita masyarakat Sulawesi Selatan pada tahun 2004 hanya

sekitar Rp. 4.45 juta per kapita, sementara rata-rata provinsi di KTI memiliki

PDRB per kapita sebesar Rp. 6.72 juta per kapita, bahkan secara nasional rata-rata

Page 91: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

74

provinsi memiliki PDRB per kapita sebesar Rp. 7.67 juta per kapita. Hal ini

berarti bahwa rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Selatan saat ini

hanya sekitar 58.03 persen dari rata-rata pendapatan per kapita masyarakat di

seluruh Indonesia. Angka ini sesungguhnya sudah jauh lebih bagus bila

dibandingkan kondisi pendapatan per kapita masyarakat Sulawesi Selatan pada 20

tahun yang lalu, dimana PDRB per kapita di daerah ini pada tahun 1985,

besarannya kurang dari separuh dari rata-rata PDRB per kapita provinsi lain di

Indonesia maupun rata-rata provinsi di Wilayah KTI yakni berjumlah sekitar Rp.

1.87 juta per kapita per tahun. Perkembangan PDRB per kapita pertahun di

Sulawesi Selatan, wilayah KTI dan nasional dapat dilihat pada Gambar 14.

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Sulawesi Selatan 1.87 2.59 3.55 3.82 3.96 4.06 4.29 4.45

Wilayah KTI 4.36 4.79 5.43 6.14 6.31 6.41 6.62 6.72

Nasional 3.88 4.80 6.92 6.75 6.92 7.14 7.39 7.67

1985 1990 1995 2000 2001 2002 2003 2004

Nasional: r = 3,78%/Thn KTI: r = 2,33%/Thn

Sul-Sel: r = 4,76%/Thn

PD

RB

Per

kapi

ta (R

p. J

uta)

Gambar 14 Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Selatan, kawasan

timur Indonesia (KTI) dan nasional, periode 1986-2004 (juta Rp.)

Akan tetapi jika diamati lebih mendalam, rendahnya PDRB per kapita

masyarakat Sulawesi Selatan dibandingkan rata-rata provinsi di KTI dan rata-rata

nasional, disebabkan oleh adanya provinsi yang memiliki PDRB per kapita yang

ekstrim, terutama daerah-daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam yang

besar sepert Kalimantan Timur, Riau, NAD, Papua dan lainnya. Secara nasional,

dari 30 provinsi yang ada saat ini, Sulawesi Selatan berada pada urutan ke 21

tingkat PDRB per kapitanya, dan secara regional, dari 14 provinsi di wilayah KTI

Page 92: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

75

PDRB per kapita Sulawesi Selatan berada pada posisi ke delapan terbesar yang

berarti masih ada 6 provinsi lainnya di KTI yang memiliki PDRB per kapita yang

lebih rendah.

Penting untuk diingat, bahwa PDRB perkapita hanya menggambarkan

rata-rata nilai tambah sektor produktif per penduduk yang diciptakan pada suatu

wilayah dan tidak menggambarkan rata-rata pendapatan masyarakat secara riil.

Daerah-daerah yang memiliki PDRB per kapita ekstrim seperti yang telah

disebutkan, umumnya ditopang oleh sektor pertambangan dan industri minyak,

dimana sektor-sektor ini umumnya tidak banyak menyerap tenaga kerja, bahkan

sektor ini juga memiliki kebocoran wilayah (regional leakeges) yang tinggi pula.

Karena itu, tidak heran jika daerah-daerah yang memiliki PDRB per kapita

ekstrim tersebut, juga merupakan kantong-kantong kemiskinan di Indonesia.

Uraian diatas menunjukkan bahwa indikator PDRB per kapita memiliki

bias yang tinggi untuk mengukur tingkat pendapatan per kapita riil masyarakat.

Ada dua alasan utama sehingga angka PDRB per kapita tidak mencirikan sebagai

tingkat pendapatan riil masyarakat disuatu daerah (1) kepemilikan faktor- faktor

produksi yang digunakan dalam setiap sektor produktif tidak dimiliki secara

merata oleh masyarakat, bahkan sebagian pemilik faktor produksi tersebut bukan

penduduk setempat, sehingga sebahagian imbalan jasa faktor- faktor produksi

mengalir keluar atau terjadi kebocoran wilayah (regional leakages), (2) adanya

perbedaan tingkat produktifitas tenaga kerja menurut sektor. Sektor produtif

seperti pertambannga, industri migas dan perbangkan, memang mampu

menciptakan nilai tambah yang besar, tetapi tidak dapat menyerap tenaga kerja

banyak, sehingga nilai tambah yang dihasilkannya hanya dinikmati oleh

sebahagian kecil masyarakat saja. Walaupun demikian indikator PDRB per kapita,

hingga saat ini masih tetap menjadi indikator penting yang digunakan oleh banyak

kalangan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

5.1.2. Struktur Perekonomian Sulawesi Selatan dan Kontribusinya dalam

Perekonomian Regional dan Nasional Seperti yang telah digambarkan pada bagian terdahulu, bahwa dalam

periode krisis ekonomi, perekonomian Sulawesi Selatan memiliki resistensi yang

lebih kuat dibadingkan perekonomian nasional. Kondisi tersebut diduga kuat

Page 93: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

76

memiliki hubungan dengan struktur ekonomi Sulawesi Selatan yang memiliki

corak berbeda dengan struktur ekonomi nasional. Karena itu pada bagian ini akan

diuraikan bagaimana corak struktur perekonomian Sulawesi Selatan, serta

bagaiman kontribusinya terhadap perekonomian regional dan nasional.

Dari segi struktur perekonomian, Sulawesi Selatan dicirikan oleh tiga

sektor utama sebagai motor penggerak (engine power) roda perekonomian yakni

masing-masing sektor pertanian, sektor pedagangan dan sektor industri

pengolahan. Dari ke tiga sektor tersebut, tercatat hingga tahun 2004, sektor

pertanian masih mendominasi perekonomian dengan kontribusi sekitar 33.04

persen, kemudian disusul oleh sektor perdagangan dengan kontribusi sekitar 14.54

persen dan sektor industri pengolahan dengan kontribusi sekitar 13.36 persen.

Berbeda halnya dengan kondisi struktur perekonomian nasional, dimana dominasi

sektor pertanian sudah tergeser sejak awal tahun 1990an ke dominasi sektor

industri pengolahan.

Masih dominannya kontribusi sektor pertanian di Sulawesi Selatan,

dipandang sebagai salah satu kunci utama sehingga perekonomian di daerah ini

dimasa krisis lebih resisten dibandingkan kondisi perekonomian nasional.

Resistennya pertanian dari krisis global tersebut disebabkan karena sektor ini

umumnya menggunakan domestic input, sehingga tidak banyak dipengaruhi oleh

perubahan nilai tukar. Bahkan berbagai output dari sektor ini, khususnya komoditi

ekspor memiliki posisi daya saing yang semakin kuat di pasaran internasional

pada masa itu.

Page 94: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

77

Keterangan : Diolah dari PDRB Sulawesi Selatan, tahun 2004

Pertanian33.04%

Pert & Galian9.39%

Industri Peng13.36%

Perdagangan14.54%

Angkutan7.07%

Keuangan5.90%

Jasa11.29%

Listrik, Gas & Air0.89%

Bangunan4.52%

Gambar 15 Struktur PDRB Provinsi Sulawesi Selatan, tahun 2004

Dari segi pergeseran struktural ekonomi di Sulawesi Selatan, seperti

terlihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir,

struktur perekonomian sulawesi selatan telah bergeser secara signifikant.

Kontribusi sektor pertanian telah merosot dari 44.73 persen tahun 1985 menjadi

33.04 persen tahun 2004. Kemerosotan paling besar terjadi pada 10 tahun pertama.

Sementara sektor industri pengolahan mengalami kemajuan pesat dalam

memberikan kontribusi terhadap PDRB yakni dari 3.99 persen tahun 1985

menjadi 13.36 persen tahun 2004. Sedangkan sektor lainnya hanya mengalami

peningkatan kecil selama periode tersebut.

Corak pergeseran struktural ekonomi Sulawesi Selatan seperti yang telah

digambarkan, tampaknya berbeda dengan corak pergeseran struktural secara

nasional. Pada tingkat nasional, kemerosotan kontribusi sektor pertanian selama

20 tahun terkhir tidak setajam kemerosotannya sektor pertanian Sulawesi Selatan,

demikian pula peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan secara nasional

tidak setajam peningkatan industri pengolahan di Sulawesi Selatan.

Akan tetapi secara nasional dominasi sektor pertanian telah begeser ke

dominasi sektor industri pengolahan sejak awal tahun 1990an. Sedangkan

Sulawesi Selatan meskipun sektor pertaniannya mengalami kemerosotan tajam

dalam dua dekade terakhir, namun sektor ini pada akhir periode masih tetap

Page 95: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

78

sebagai leading sektor perekonomian. Dengan demikian perekonomian nasional

saat ini tidak lagi bercorak pertanian, tetapi sudah bercirikan industri. Sementara

perekonomian Sulawesi Selatan masih konsisten dengan ciri agrarisnya.

Selain corak pergeseran struktur ekonomi Sulawesi Selatan seperti yang

telah dijelaskan, tampaknya struktur sektor pertanian pun di daerah ini mengalami

transformasi secara internal. Seperti terlihat pada Tebel 3 bahwa meskipun

subsektor tanaman pangan memberikan kontibusi terbesar dalam penciptaan nilai

tambah pertanian secara keseluruhan yakni rata-rata diatas 50 persen pertahun,

namun kontribusi sub-sektor ini mengalami kemerosotan tajam selama dua dekade

terakhir yakni dari 60.61 persen tahun 1985 menjadi 45.48 persen tahun 2004.

Demikian pula subsektor peternakan menurun secara tajam yakni dari 11.02

persen pada awal periode menjadi 4.15 persen dia akhir periode. Dalam struktur

pertanian, tercatat subsektor subsektor perkebunan mengalami peningkatan tajam

dalam dua dekade terakhir yakni dari kontribusi 8.59 persen tahun 1985 menjadi

28.51 persen tahun 2004. Uraian ini menunjukkan bahwa transformasi internal

sektor pertanian telah bergeser dari ciri pertanian yang tradisional-subsisten

(tanaman pangan dan peternakan) ke ciri pertanian yang moderen-komersil

(perkebunan).

Meskipun secara umum pergeseran sektor pertanian secara internal dari

tanaman pangan dan peternakan yang sistemnya umumnya bersifat tradisional-

subsisten ke subsektor perkebunan yang lebih bersifat modern-komersil

(berorientasi pasar), namun jika diperhatikan secara mendalam, seperti terlihat

pada Tabel 3, tampak bahwa ketika kontribusi sektor pertanian secara keseluruhan

merosot tajam pada dekade pertama, justru kontribusi sub-sektor pertanian

tanaman pangan terhadap nilai tambah pertanian mengalami peningkatan yakni

meningkat dari 60.61 persen tahun 1985 menjadi 62.72 persen tahun 1995. Sub-

sektor tanaman pangan, juga dikenal mencetak prestasi gemilang dalam dekade ini

yakni menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara yang berswasembada beras

sejak tahun 1984 hingga tahun 1990an.

Page 96: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

79

Tabel 3 Pergeseran struktur ekonomi Sulawesi Selatan dan nasional, serta kontribusi Sulawesi Selatan dalam perekonomian regional dan nasional, tahun 1985-2004

Struktur PDRB Sulawesi Selatan dan PDB Nasional (%)

No. Uraian 1985 1990 1995 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-2

A Struktur PDRB Sul-Sel

1 Pertanian 44.73 42.34 37.01 37.91 36.45 36.63 35.09 33.04 38.88

a. TBM 60.61 58.89 62.72 48.56 47.65 46.99 47.78 45.48 56.69

b. Perkebunan 8.59 12.35 12.77 26.55 26.84 26.98 27.00 28.51 16.19

c. Peternakan 11.02 9.75 4.02 3.23 3.69 3.69 3.87 4.15 6.38

d. Kehutanan 0.53 0.55 0.59 0.63 0.64 0.62 0.62 0.65 0.60

e. Perkinanan 19.24 18.47 19.89 21.03 21.17 21.72 20.72 21.22 20.13

2 Industri Peng. 3.99 8.17 11.88 12.97 13.05 12.91 13.23 13.36 10.31

3 Lainnya 51.28 49.49 51.11 49.12 50.50 50.47 51.67 53.60 50.81

a. Pert & Galian 0.83 2.17 3.51 9.22 9.29 8.58 9.05 9.39 4.34

b. Listrik, Gas & Air 1.00 1.21 1.02 0.86 0.92 0.94 0.94 0.89 1.08

c. Bangunan 3.49 3.84 5.86 4.01 4.17 4.26 4.29 4.52 4.49

d. Perdagangan 18.33 16.82 16.06 13.67 14.09 14.19 14.38 14.54 16.33

e. Angkutan 9.17 9.17 6.40 5.96 6.25 6.35 6.68 7.07 7.63

f. Keuangan, Jasa & lainnya 18.46 16.28 18.26 15.39 15.79 16.15 16.33 17.19 16.94

B. Struktur PDB Nasional

1 Pertanian 22.68 19.40 16.12 15.60 15.64 15.47 15.39 15.23 17.82

2 Industri Peng. 15.79 19.39 23.88 27.75 27.60 27.85 27.97 28.25 22.79

3 Lainny a 61.53 61.21 60.00 56.65 56.76 56.68 56.64 56.52 59.40

Sumber : Diolah dari PDRB provinsi-provinsi di Indonesia, 1985-2004 Kemerosotan tajam kontribusi sub-sektor tanaman pangan di Sulawesi

Selatan terjadi pada periode 1995-2000 yakni dari 62.72 persen tahun 1995

menjadi 48.56 persen tahun 2000. Sedangkan bagi sub-sektor perkebunan, periode

ini (1995-2000) merupakan periode “keemasan” dengan loncatan kontribusi dari

12.77 persen tahun 1995 menjadi 26.55 persen tahun 2000. Peningkatan tajam

pertumbuhan sub-sektor perkebunan ini tentu terkait dengan penigkatan daya

saing komoditi perkebunan yang berorientasi ekspor akibat turunnya nilai tukar

rupiah terhadap nilai mata uangg dollar sebagai nilai tukar perdagangan

internasional.

Karakteristik perekonomian Sulawesi Selatan seperti yang dijelaskan, baik

dari segi pertumbuhan ekonomi, maupun dari segi struktur ekonomi dan

pergeserannya, tentu memberi arti penting tidak hanya bagi pembangunan

ekonomi di Sulawesi Selatan saja, tetapi juga bagi pembangunan ekonomi

regional di pulau Sulawesi dan wilayah KTI serta bagi pembangunan ekonomi

nasional secara umum. Karena kontribusinya dalam pembangunan ekonomi

Page 97: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

80

regional dan nasional, maka Sulawesi Selatan seringkali dijuluki sebagai salah

satu “lumbung pangan nasional” dan sebagai “pintu gerbang perdagangan”

kawasan timur Indonesia.

Peranan perekonomian Sulawesi Selatan terhadap perekonomian regional

dan nasional diukur dari kontribusi nilai tambah bruto yang diciptakan Sulawesi

Selatan terhadap total nilai tambah bruto yang diciptakan secara regional dan

nasional, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan

bahwa, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, total nilai tambah bruto yang

diciptakan pulau Sulawesi, rata-rata 54.08 persen dihasilkan di Sulawesi Selatan.

Selanjutnya untuk wilayah KTI, PDRB sulawesi Selatan menyumbang rata-rata

sekitar 13.34 persen dari total PDRB KTI, dan secara nasional, Sulawesi Selatan

menyumbang sekitar 2.03 persen terhadap PDB nasional.

Tabel 4 Kontribusi PDRB dan nilai tambah sektoral Sulawesi Selatan terhadap PDRB dan nilai tambah sektoral Pulau Sulawesi, KTI dan nasional, tahun 1985-2004

Kontribusi PDRB Sul-Sel Terhadap Perekonomian Regional dan Nasional (%)

No. Uraian 1985 1990 1995 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-2

1 PDRB Sulawesi 54.72 54.92 54.82 53.76 53.86 53.68 53.68 53.44 54.08

a. Pertanian 63.80 57.94 56.39 55.95 77.46 52.89 61.38

b. Industri Manuf 62.66 63.40 64.53 64.94 66.08 66.99 63.75

c. Lainnya 47.95 49.06 50.09 49.99 42.72 51.18 48.32

2 PDRB KTI 12.18 13.25 13.62 13.14 13.18 13.26 13.50 13.75 13.34

a. Pertanian 23.72 22.13 21.77 21.80 21.16 20.48 22.16

b. Industri Manuf 9.18 7.69 7.92 8.34 8.93 9.39 8.95

c. Lainnya 11.05 11.66 11.84 11.70 12.11 12.65 11.41

3 PDB Nasional 1.78 1.89 1.99 2.21 2.24 2.23 2.24 2.24 2.03

a. Pertanian 3.57 4.20 4.97 5.38 5.22 5.29 5.11 4.87 4.64

b. Industri Manuf 0.57 1.01 0.99 1.03 1.06 1.04 1.06 1.06 0.98

c. Lainnya 1.40 1.45 1.60 1.92 1.99 1.99 2.05 2.13 1.67

Sumber : Diolah dari PDRB provinsi-provinsi di Indonesia, 1985-2004

Selanjutnya kontribusi sektor produksi Sulawesi Selatan terhadap sektor

serupa pada perekonomian regional dan nasional menunjukkan bahwa, peranan

sektor pertanian Sulawesi Selatan terhadap nilai tambah sektor serupa secara

regional dan nasional cukup signifikan. Untuk wilayah Pulau Sulawesi, dari total

nilai tambah pertanian di wilayah ini sebanyak 61.38 persen berasal dari pertanian

Sulawesi Selatan, sedangkan untuk KTI, pertanian Sulawesi Selatan memberikan

kontribusi sekitar 22.16 persen. Secara nasional, pertanian Sulawesi Selatan

Page 98: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

81

menyumbang sekitar 4.64 persen dari total nilai tambah pertanian di Indonesia.

Gambaran ini menunjukkan bahwa peranan pertanian Sulawesi Selatan terhadap

pertanian secara regional dan nasional, lebih tinggi dibandingkan peranan provinsi

lain yang ada di Pulau Sulawesi, KTI maupun secara nasional. Hanya saja bahwa

kontribusi sektor pertanian Sulawesi Selatan di Pulau Sulawesi dan KTI dalam 10

tahun terakhir menunjukkan trend penurunan, sedangkan secara nasional, trend

penurunan tersebut terjadi baru pada lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan

bahwa perkembangan sektor pertanian di provinsi lain di Indonesia dalam lima

tahun terakhir lebih tinggi dibandingkan perkembangan pertanian Sulawesi

Selatan.

Sedangkan untuk sektor industri pengolahan menunjukkan bahwa, secara

nasional industri pengolahan Sulawesi Selatan memberikan kontribusi yang

sangat kecil secara nasional yakni rata-rata sekitar 0.98 persen per tahun. Akan

tetapi dalam peta ekonomi wilayah di Pulau Sulawesi dan KTI, Sulawesi selatan

memberi peran yang cukup signifikan terhadap sektor ini yakni 22.16 persen nilai

tambah industri pengolahan di KTI disumbangkan oleh industri pengolahan

Sulawesi Selatan. Bahkan untuk perekonomian Pulau Sulawesi, sektor industri

pengolahan Sulawesi Selatan memberikan kontribusi sekitar 63.75 persen.

Perkembangan peranan industri pengolahan sulawesi Selatan terhadap sektor

serupa secara regional dan nasional, juga menujukkan trend yang meningkat, hal

ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri pengolahan Sulawesi Selatan rata-

rata lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.

5.1.3. Ciri Perekonomian secara Spatial di Sulawesi Selatan Walaupun secara rata-rata Sulawesi Selatan masih konsisten dengan ciri

agrarisnya, yang terlihat dari masih dominannya kontribusi sektor pertanian

terhadap total PDRB Sulawesi Selatan hingga tahun 2004, namun kondisi

demikian tidak berlaku untuk semua daerah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

Adanya perbedaan struktur PDRB setiap daerah disebabkan oleh beberap faktor

seperti perbedaan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusua, sumberdya

teknologi serta infrastruktur yang ada pada setiap kabupaten-kota.

Page 99: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

82

Berdasarkan klasifikasi 3 sektor yakni pertanian, industri (industri

pengolahan, pertambangan, listrik dan bangunan) dan sektor jasa (perdagangan,

angkutan, Bank dan jasa lainnya), maka terdapat beberapa daerah, yang dalam

struktur PDRB nya tidak didominasi oleh sektor sektor pertanian yakni Pangkep,

Luwu Timur, Makassar, Pare-pare, Palopo dan Selayar. Dua daerah pertama

merupakan daerah yang bercirikan industri (utamanya industri pengolahan dan

pertambangan), sedangkan empat daerah berikutnya bercirikan sektor jasa.

Secara akumulatif daerah yang beciri industri memberikan kontribusi

terhadap perekonomian Sulawesi Selatan sebesar 14.93 persen sedangkan daerah

yang berciri pertanian, secara akumulasi dari memberi kontribusi sekitar 47.70

persen, dan daerah yang berciri jasa memberi kontribusi sekitar 30.09 persen.

Tabel 5 Indikator ekonomi kabupaten/kota di Sulawesi Selatan berdasarkan ciri ekonomi daerah, tahun 2001-2004

Struktur PDRB Kab/Kota (2004) Pertumb.

Ekonomi No. Kabupaten/ Kota Pertanian Industri Jasa

Ciri Ekonomi

Share Thdp PDRB Sul-

Sel, Thn 2004

PDRB/Kap (Rp.),

Thn 2004 Rata2 (01-04)

STDev (01-04)

1 Pangkep 18.29 64.10 17.61 4.72 7,916,742 6.09 4.8755

2 Luwu Timur 12.38 84.37 3.25

Industri (Rata2) PDRB/Kp=14.42 Jt

Pert = 8.73 % STDev = 5.33 Kontrib.=14.93

10.21 20,931,900 5.37 5.7854

3 Maros 43.75 25.14 31.10 2.29 3,720,453 3.48 1.0535

4 Wajo 42.90 17.15 39.95 4.59 5,587,557 2.63 2.0136

5 Takalar 46.76 16.32 36.92 1.75 3,519,539 4.72 1.1464

6 Barru 49.22 12.37 38.42 1.41 4,410,080 5.27 0.8105

7 Soppeng 51.03 13.76 35.21 2.33 4,947,317 4.11 1.2637

8 Sidrap 52.21 15.34 32.45 2.78 5,196,097 4.87 1.3683

9 Enrekang 53.51 10.05 36.44 1.46 4,068,954 4.89 0.7316

10 Bone 55.83 15.00 29.16 5.93 4,336,948 4.27 1.4783

11 Sinjai 61.99 6.17 31.84 2.03 4,892,870 4.82 0.6868

12 Luwu Utara 78.03 3.97 18.01 2.61 4,236,821 3.43 1.6249

13 Pinrang 66.39 9.17 24.44 4.80 6,603,831 5.15 0.7890

14 Luwu 63.32 16.77 19.91 3.15 5,031,524 6.12 0.2975

15 Bantaeng 61.10 9.46 29.44 1.40 4,172,136 4.64 0.9401

16 Bulukumba 59.48 8.81 31.71 3.26 4,127,081 3.73 0.8150

17 Jpneponto 57.10 9.17 33.73 1.83 2,900,030 3.28 0.9076

18 Tator 51.61 9.11 39.28 2.60 2,855,028 3.50 0.8279

19 Gowa 51.29 8.82 39.89

Pertanian

Rata-Rata : PDRB/Kap=4.33 Jt Pertumb = 4.28 %

STDev = 1.01 Kontribus i = 47.7%

3.47 3,228,184 4.88 0.8402

20 Pare-pare 8.19 13.49 78.32 1.35 5,936,172 4.98 1.4017

21 Makassar 1.00 33.09 65.91 26.26 11,222,816 8.30 1.4062

22 Palopo 37.89 13.00 49.12 1.64 6,293,983 8.07 2.3152

23 Selayar 41.89 13.55 44.56

Jasa Rata-rata :

PDRB/Kap=6.85 Jt Pertumb = 7.60 %

STDev = 1.43 Kontribusi =30.1% 0.85 3,956,809 3.84 0.6000

Sulawesi Selatan 5,746,545 4.92 0.5464

Sumber : PDRB Sulawesi Selatan Tahun 2001-2004

Page 100: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

83

Berdasarkan pada Tabel 5 tampak bahwa indikator-indikator ekonomi

seperti pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita dan kestabilan pertumbuhan,

memiliki disvarietas yang besar berdasarkan corak ekonomi wilayah di Sulawesi

Selatan. Secara rata-rata daerah yang bercorak industri dan jasa tidak hanya

memiliki tingkat pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi juga memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi yang besar dibandingkan daerah yang berciri pertanian.

Akan tetapi kedua ciri ekonomi wilayah tersebut (industri dan jasa) memiliki

pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, yang ditunjukkan oleh standar deviasi

pertumbuhan ekonomi yang besar selama periode 2001-2004. Untuk melihat

gambaran terperinci mengenai sebaran tingkat pendapatan per kapita dan

pertumbuhan masing-masing kabupaten/kota di Sulawesi Selatan menurut ciri

ekonomi wilayah dapat dilihat pada gambar berikut.

Palopo

Pangkep

Makassar

Wajo

Barru

Sidrap

Bone

Luwu Utara

Luwu

BulukumbaTator

Pare-pare

Selayar

Bantaeng

Jeneponto

Takalar

GowaSinjai

Maros

Soppeng

Pinrang

Enrekang

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 8.50 9.00 9.50 10.00 10.50 11.00 11.50 12.00 12.50

Luwu Timur

20.93

Sul-Sel : x= 5.75 juta ; y=4.92%PDRB Per Kapita (Rp.juta)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Keterangan: = Ciri Pertanian; = Ciri Industri = Ciri JasaSkala Bubble : Standar deviasi Pertumbuhan Ekonomi (2001-2004)

Gambar 16 Sebaran PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/

kota di Sulawesi Selatan menurut ciri ekonomi wilayah, tahun 2004 .

Gambar diatas menunjukkan bahwa satu-satunya kabupaten yang berciri

pertanian yang berada pada kuadran pertama, atau memiliki tingkat pertumbuhan

dan tingkat PDRB per kapita lebih tinggi dari rata-rata Sulawesi Selatan adalah

Kabupaten Pinrang. Umumnya daerah yang berciri pertanian memili tingkat

Page 101: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

84

pertumbuhan dan tingkat PDRB per kapita lebih rendah dari rata-rata Sulawesi

Selatan. Daerah-daerah yang berciri industri dan jasa berada memiliki

pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta PDRB per kapita tinggi, tetapi umumnya

memiliki tingkat pertumbuhan yang kurang stabil

Berbeda halnya jika indikator yang digunakan adalah besarnya kontribusi

masing-masing daerah terhadap penciptaan nilai tambah sektoral di Sulawesi

Selatan, maka tercatat pada tahun 2004, daerah yang memberi kontribusi terbesar

terhadap pertanian adalah Kabupaten Bone, Pinrang, Luwu Utara, Luwu dan Wajo.

Kelima kabupaten ini merupakan daerah sentra pengembangan padi di Sulawesi

Selatan. Selanjutnya lima daerah yang memberi kontribusi terbesar terhadap

sektor industri pengolahan adalah Makassar, Pangkep, Bone, Maros dan Luwu.

Sedangkan untuk sekor lainnya, tercatat lima daerah yang terbesar kontribusinya

adalah Makassar, Luwu Timur, Wajo, Bone dan Gowa (Tabel 5).

5.2. Profil Ketenaga Kerjaan di Sulawesi Selatan

Gambaran umum mengenai permintaan tenaga kerja (pekerja) dan

penawaran tenaga kerja (angkatan kerja) serta tingkat upah seperti yang

diperlihatkan pada gambar 17 menunjukkan bahwa perkembangan pekerja di

Sulawesi Selatan memiliki pola trend yang mirip dengan perkembangan angkatan

kerja. Karakteristik pasar tenaga kerja seperti ini, oleh Juanda (2001)

disebutkannya menyerupai supply-side determined employment, dimana

menurutnya merupakan karakteristik pasar tenaga kerja yang biasa ditemukan di

negara-negara berkembang. Karakteristik pasar tenaga kerja seperti ini,

menggambarkan bahwa banyak sekali pencari kerja yang tidak mampu bertahan

untuk menganggur, sehingga banyak surplus tenaga kerja yang terserap ke

pekerjaan sementara, walau dengan tingkat upah yang sangat rendah. Analogi

tersebut mengisyaratkan bahwa para pekerja di Sulawesi Selatan, banyak

diantaranya merupakan setengah pengangguran atau pengangguran tidak kentara,

dimana mereka tampaknya bekerja, tetapi sebenarnya mereka hanya memiliki jam

kerja yang sangat rendah dan dengan tingkat upah yang rendah.

Page 102: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

85

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

1985

19

86

1987

19

88

1989

19

90

1991

19

92

1993

19

94

1995

19

96

1997

19

98

1999

20

00

2001

20

02

2003

20

04

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1,000,000

Penawaran TK (Ang. Kerja) Permintaan TK (Bekerja) Mencari Kerja

Upah Nominal Upah Riil

Pertumbuhan A Kerja : 3,35%

Pertumbuhan Pekerja : 2,59%

Pertumb Upah Nominal : 15,81

Pertumb Pencari kerja : 18,92%

Pertumb Upah Riil (TH Dasar 2000) : 4,96%

Tin

gka

t U

pah

(R

p)

Jum

lah

Pek

erja

, An

gk.

Ker

a d

an P

enca

ri K

erja

(Ora

ng

)

Gambar 17 Perkembangan pekerja, angkatan kerja, pencari kerja dan tingkat

upah di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 .

Angka pengangguran terbuka (pencari kerja) di Sulawesi Selatan cukup

tinggi, bahkan pada tahun 2003, Sulawesi Selatan memiliki rekor tertinggi

penganggurannya yakni sekitar 16.97 persen dengan tingkat pertumbuhan sekitar

18.92 persen pertahun. angka pengangguran ini, tidak hanya disebabkan oleh

pertumbuhan angkatan kerja (penawaran tenaga kerja) yang lebih besar dari

pertumbuhan penyerapan tenaga kerja (permintaan tenaga kerja), tetapi juga

disebabkan oleh adanya arus migrasi, serta sistem pasar tenaga kerja yang

bersifat kakuh (rigid), dimana instrumen penyeimbang pasa tenaga kerja (upah)

bersifat kakuh dalam merespon perubahan supply tenaga kerja dan atau

permintaan tenaga kerja, demikian pula sebaliknya, dimana pelaku bisnis lamban

merespon perubahan tingkat upah.

5.2.1. Permintaan Tenaga Kerja Sektoral di Wilayah Kota dan Desa

Struktur permintaan tenaga kerja (Kesempatan kerja) di Sulawesi Selatan,

dicirikan oleh masih dominannya sektor pertanian sebagai penyerap tenaga kerja

terbesar di daerah ini. Tercatat bahwa, lebih dari separuh tenaga kerja terserap di

sektor pertanian. Sektor industri pengolahan hanya mampu menyerap sekitar 5.52

Page 103: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

86

persen pada tahun 2004 dan lebihnya sebesar 39.44 persen terserap di sektor

lainnya.

Corak pergeseran struktural tenaga kerja sektoral di Sulawesi Selatan,

seperti diperlihatkan pada Gambar 18 menunjukkan bahwa, porsi tenaga kerja

yang bekerja di sektor pertanian, maupun di sektor industri dan sektor lainnya

relatif tidak banyak bergeser, jika dibandingkan kondisi antara tahun awal (1985)

dengan tahun akhir (2004).

Akan tetapi jika dilihat perubahan setiap periode lima tahunan, nampak,

porsi tenaga kerja sektor pertanian mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang

cukup signifikan pada periode 1985-1990, namun sejak periode tersebut porsi

tenaga kerja di sektor ini menurun terus hingga periode akhir. Sedangkan tenaga

kerja sektor industri, meskipun secara absolut tenaga kerja sektor ini memiliki

pertumbuhan paling besar yakni rata-rata 3.04 persen pertahun. Akan tetapi secara

relatif, porsi tenaga kerja di sektor ini, relatif kecil. Peningkatan porsi tenaga kerja

di sektor industri ini terutama terjadi pada periode 1990-1995, ketika kebijakan

berpihak ke industrialisasi footloose secara besar-besaran yang dimulai di awal

tahun 1990-an (Arifin, 2004). Peningkatan tenaga kerja yang cukup siginifikan di

sektor industri ini, sebenarnya sudah mulai terlihat setelah pertengahan tahun

1980-an, bersamaan dengan kebijakan protektif bagi sektor ini mulai digulirkan.

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

1985 1986 1987 19

88 1989 1990 1991 1992 19

93 1994

1995 1996 1997 1998 1999 20

00 2001 2002 2003 2004

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

PDRB Pertanian PDRB Industri PDRB Sektor Lain

TK Pertanian TK Industri TK Sektor Lain

Sha

re P

DR

B (%

)

Sha

re T

K (%

)

Gambar 18 Pergeseran struktur tenaga kerja dan PDRB sektoral di Sulawesi

Selatan, tahun 1985-2004 .

Page 104: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

87

Pola pergeseran porsi tenaga kerja sektor lainnya tampaknya, memiliki

pola yang berbading terbalik dengan pola pergeseran struktur tenaga kerja

pertanian. Ketika porsi tenaga kerja pertanian meningkat, diikuti dengan

penurunan porsi tenaga kerja sektor lainnya, demikian pula sebaliknya (Gambar

18). Gambaran ini menunjukkan bahwa mobilitas tenaga kerja antar sektor

terutama terjadi antara sektor pertanian dengan sektor lainnya. Surplus tenaga

kerja di sektor pertanian pedesaan tidak dapat terserap di sektor modern perkotaan

(industri), meskipun produktivitas tenaga kerja sektor industri meningkat sangat

cepat, sementara produktivitas tenaga kerja sektor pertanian yang cenderung

menurun.

Tabel 6 Pegeseran struktur dan pertumbuhan tenaga kerja dirinci menurut sektor dan jenis kelamin di wilayah pedesaan dan perkotaan di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

No. Uraian Struktur Tenaga Kerja (%) Pertumbuhan (%)

1985 1990 1995 2000 2004 85-94 95-04 Rata2 85-04 Stdev

1 K. Kerja Total 2,004,606 2,537,736 2,931,882 3,049,238 3,183,652 3.93 1.22 2.50 2.83

a. Menurut Sektor

*Pertanian (%) 55.01 64.81 58.12 55.99 55.04 5.10 0.32 2.58 5.05

*Industri Peng (%) 5.18 5.30 6.39 5.00 5.52 6.32 0.09 3.04 7.02

*Lainnya (%) 39.81 29.88 35.50 39.01 39.44 2.09 3.13 2.64 6.93

b. Menurt J.Kelamin

* Laki2 (%) 72.45 70.20 68.30 66.05 67.34 3.41 0.97 2.12 3.35

* Perempuan (%) 27.55 29.80 31.70 33.95 32.66 5.37 1.99 3.59 6.69

2 K. Kerja di Kota 334,370 (16,68%)

410,785 (16,19%)

681,926 (23,26%)

817,171 (26,80%)

875,136 (27,49%) 8.02 2.99 5.37 6.21

a. Menurut Sektor

*Pertanian (%) 7.99 13.80 12.00 14.48 10.47 13.08 1.70 7.09 9.26

*Industri Peng (%) 6.85 10.44 9.49 6.04 7.85 12.24 1.31 6.49 11.07

*Lainnya (%) 85.16 75.77 78.51 79.48 81.69 7.13 3.43 5.18 6.96

b. Menurt J.Kelamin

* Laki2 (%) 73.17 65.63 66.96 63.82 66.09 7.65 2.46 4.92 8.19

* Perempuan (%) 26.83 30.92 33.04 36.18 33.91 10.62 4.71 7.51 15.01

3 K.Kerja di Desa 1,670,236 (83,32%)

2,126,951 (83,81%)

2,249,956 (76,74%)

2,232,067 (73,20%)

2,308,516 (72,51%) 3.00 0.65 1.76 3.15

a. Menurut Sektor

*Pertanian (%) 64.43 74.67 72.09 71.19 71.93 4.83 0.27 2.43 5.16

*Industri Peng (%) 4.84 4.31 5.45 4.61 4.64 4.18 (0.50) 1.72 6.98

*Lainnya (%) 30.73 21.02 22.46 24.20 23.43 (1.68) 2.87 0.71 9.65

b. Menurt J.Kelamin

* Laki2 (%) 72.30 71.08 68.71 66.86 67.82 2.51 0.51 1.46 4.18

* Perempuan (%) 27.70 28.92 31.29 33.14 32.18 4.53 1.30 2.83 8.15

Sumber : Diolah dari data Sakernas 1985-2004

Page 105: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

88

Jika dikaji lebih mendalam dengan melihat pola pergeseran struktur tenaga

kerja sektoral di wilayah pedesaan dan perkotaan, seperti yang ditunjukkan pada

Tabel 6 menunjukkan bahwa pola pergeseran porsi tenaga kerja pertanian di

wilayah perkotaan maupun porsi tenaga kerja pertanian pedesaan, tampaknya

memiliki pola yang mirip dengan pola pergeseran tenaga kerja pertanian total.

Tetapi pola pergeseran tenaga kerja industri tidak demikian halnya. Peningkatan

porsi tenaga kerja industri pada periode 1985-1990 hanya terjadi di wilayah

perkotaan, sedangkan industri pedesaan pada periode ini, mengalami kemerosotan

dalam menyerap tenaga kerja. Akan tetapi pada periode 1990-1995 justru industri

pedesaan yang mengalami perkembangan pesat dibandingkan industri perkotaan.

Bahkan pada periode ini hingga periode krisis ekonomi porsi tenaga kerja di

industri perkotaan mengalami kemerosotan. Gambaran ini menjelaskan bahwa,

strategi industrialisasi pada pertengahan tahun 1980-an dengan sejumlah

komponen kebijakan protektif, lebih banyak berdampak pada penyerapan tenaga

kerja industri perkotaan, sedangkan ketika strategi industrialisasi footloose pada

awal tahun 1990-an (Arifin, 2004), justru lebih banyak berdampak pada

penyerapan tenaga kerja industri pedesaan di Sulawesi Selatan.

Selain pergeseran struktur tenaga kerja secara sektoral yang diperlihatkan

pada Tabel 6 juga ditunjukkan bahwa pola pergeseran struktur tenaga kerja

menurut jenis kelamin, yang mengalami perubahan cukup nyata, dimana porsi

tenaga kerja wanita pada tahun 1985 hanya sekitar 27.55 persen meningkat

menjadi 32.66 persen pada tahun 2004. Selama periode tersebut pertumbuhan

tenaga kerja wanita meningkat sekitar 3.59 persen pertahun, sementara

pertumbuhan tenaga kerja pria hanya sekitar 2.12 persen pertahun. Pertumbuhan

tenaga kerja wanita yang paling tinggi terjadi pada periode 1985-1994 dengan

tingkat pertumbuhan mencapai 5.37 persen pertahun. Pertumbuhan tenaga kerja

wanita ini, terutama terjadi di wilayah perkotaan dengan tingkat pertumbuhan

sekitar 7.51 persen pertahun, sedangkan tenaga kerja wanita di pedesaan hanya

tumbuh sekitar 2.83 persen pertahun.

Page 106: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

89

5.2.2. Penawaran Tenaga Kerja Perkotaan dan Pedesaan

Dalam kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja, jumlah permintaan dan

penawaran tenaga kerja akan sama pada tingkat upah tertentu. Akan tetapi kondisi

keseimbangan pasar tenaga kerja yang demikian tidak pernah wujud, karena selalu

ada kelompok pengangguran yang tidak dapat dihindari. Kelompok pengangguran

ini disebut pengangguran alamiah atau oleh Mankiw (2003) disebut sebagai

pengangguran friksional. Pengangguran seperti ini tidak dapat dihindari, karena

para penganggur memerlukan waktu untuk mencari pekerjaan. Besarnya jumlah

pengangguran tidak lain adalah excess supply dalam pasar tenaga kerja atau sisa

dari penawaran tenaga kerja yang tidak dapat terserap dalam pasar tenaga kerja

(Gambar 10).

Berdasarkan pada konsep pasar tenaga kerja tersebut, maka penawaran

tenaga kerja tidak lain adalah jumlah tenaga kerja yang terserap di pasar tenaga

kerja ditambah jumlah excess supply atau pencari kerja (pengangguran), dengan

kata lain penawaran tenaga kerja = Employment + Unemployment. Dalam data

statistik ketenaga kerjaan di Indonesia (Sakernas), variabel yang menjumlahkan

antara tenaga kerja yang bekerja (employment) dengan pencari kerja

(unemployment) di sebut angkatan kerja. Karena itu, konsep penawaran tenaga

kerja dalam tukisan ini tidak lain adalah jumlah angkatan kerja (labor force).

Ruby (2003) menjelaskan bahwa dalam analisa agregat, penawaran tenaga kerja

selain ditentukan oleh tingkat upah, juga dipengaruhi oleh perubahan populasi,

tingkat partisipasi angkatan kerja dan arus migrasi. Karakteristik pertumbuhan

penawaran tenaga kerja (angkatan kerja) di Sulawesi Selatan termasuk berbagai

faktor determinannya dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 107: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

90

Tabel 7. Pertumbuhan jumlah penduduk, penduduk usia kerja, angkatan kerja, bukan angkatan kerja dan migrasi masuk di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Jumlah Penduduk, PUK, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

N0. Uraian 1985 1990 1999 2004 Pertumbuhan

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%)

1 Jumlah Penduduk 6,407,720 6,895,670 7,802,732 8,396,784 1.50

2 Penduduk Usia Kerja 4,803,747 5,318,670 5,450,441 5,737,240 1.16

a. Kota (%) 19.69 20.23 31.75 31.53 3.47

b. Desa (%) 80.31 79.77 68.25 68.47 0.58

3 Angkatan Kerja 2,058,748 2,618,888 3,275,815 3,786,872 3.78

a. Kota (%) 17.35 16.03 28.91 29.11 6.91

b. Desa (%) 82.65 83.97 71.09 70.89 3.19

4 Penduduk Bekerja 2,004,606 2,556,736 3,062,630 3,183,652 2.50

a. Kota (Jiwa, %) 334,370

(16.68%) 390,785

(15.28%) 816,870 (26.67%)

875,136 (27.49%) 5.64

b. Desa (Jiwa, %) 1,670,236

(83.32%) 2,165,951 (84.72%)

2,245,760 (73.33%)

2,308,516 (72.52%) 2.30

5 Mencari Kerja 54,142 62,152 213,185 603,220 22.18

a. Kota (Jiwa) 22,894

(42.29%) 28,988

(46.64%) 130,113 (61.03%)

227,264 (37.68%) 19.67

b. Desa (Jiwa) 31,248

(57.71%) 33,164

(53.36%) 83,072 (38.97%)

375,956 (62.32%) 29.49

6 Bukan Angkatan Kerja 2,744,999 2,699,782 2,174,626 1,950,368 (1.52)

a. Kota (%) 21.43 24.30 36.03 36.22 0.83

b. Desa (%) 78.57 75.70 63.97 63.78 (2.24)

c. Menurut kegiatan

* Sekolah 42.29 41.69 18.52 19.22 (3.04)

* Mengurus RT 39.37 40.89 59.52 70.24 1.17

* Lainnya 18.34 17.42 21.96 10.54 (4.18)

7 TPAK (Kota+Desa) (%) 42.86 49.24 60.10 66.01

a. TPAK Kota (%) 37.78 40.13 54.72 60.95

b. TPAK Desa (%) 44.10 51.39 62.60 68.33

8. Migrasi Masuk (Jiwa) 4,520a) 16,364a) 34,296 27,789 13.27

Sumber : Diolah dari data Sakernas 1985-2004 dan data kependudukan Provinsi Sulawesi Selatan 1993-2004

Keterangan : a) Data proyeksi dengan metode trend linear

Penawaran tenaga kerja (angkatan kerja) di Sulawesi Selatan dalam dua

dekade terakhir (1985-2004) mengalami pertumbuhan yang cukup besar yakni

sekitar 3.47 persen. Pertumbuhan angkatan kerja ini lebih tinggi dari pertumbuhan

jumlah penduduk dan pertumbuhnan penduduk usia kerja yang masing-masing

hanya tumbuh sekitar 1.50 persen dan 1.16 persen per tahun. Gambaran ini

menjelaskan bahwa pertumbuhan penawaran tenaga kerja di Sulawesi Selatan

tidak hanya disebabkan faktor alamia dari pertumbuhan penduduk, tetapi juga di

sebabkan oleh faktor lain seperti tingginya arus migrasi masuk yang tumbuh

sekitar 13.27 persen pertahun. Selain itu pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi

Page 108: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

91

ini juga disebabkan oleh adanya pergeseran dalam struktur usia kerja, dimana ada

kecenderungan dari penduduk usia kerja yang berada pada kelompok bukan

angkatan kerja mengalami penurunan baik secara relatif, maupun secara absolut

yang ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhannya sebesar –1.52 persen pertahun.

Tabel 7 juga memperlihatkan bahwa, meskipun proporsi angkatan kerja

perkotaan jauh lebih kecil dari proporsi angkatan kerja pedesaan, namun dari segi

pertumbuhan angkatan kerja perkotaan meningkat lebih cepat yakni dengan

pertumbuhan sekitar 6.91 persen pertahun, sementara di pedesaan hanya tumbuh

sekitar 3.19 persen pertahun. Pertumbuhan angkatan kerja perkotaan ini di duga

didorong oleh arus migrasi masuk yang lebih banyak ke wilayah perkotaan,

sehingga pertumbuhan penduduk usia kerja di perkotaan meningkat lebih cepat di

bandingkan penduduk usia kerja pedesaa. Hanya saja pertumbuhan angkatan kerja

wilayah perkotaan yang tinggi ini tidak diimbangi oleh tingkat penyerapan tenaga

kerja yang sebanding, sehingga diwilayah perkotaan juga memiliki tingkat

pengangguran yang lebih besar di bandingkan di wilayah pedesaan.

5.3. Total Faktor Productivity

Produktivitas fakor secara total atau total factor productivity (TFP),

merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi supply. TFP adalah

perubahan dalam output yang tidak dapat dijelaskan oleh perubahan dalam input

yakni jumlah pertumbuhan yang tersisa (residu) setelah dikurangkan dengan

kontribusi pertumbuhan masing-masing input (factor produksi) yang terukur. TFP

ini seringkali digunakan sebagai ukuran kemajuan teknologi atau peningkatan

efisiensi tenaga kerja. Banyak hal yang dapat mempengaruhi TFP ini, misalnya

meningkatnya pengetahuan tentang metode produksi yang lebih baik, peningkatan

keterampilan pekerja, peningkatan modal fisik seperti mesin, infrastruktur dan

lainnya yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, pokoknya TFP mencakup

apa pun yang dapat mengubah hubungan di antara input dan output

(Mankiw,2003). Laboran Bank Dunia 2005, menyebutkan bahwa TFP dapat

mencakup lebih banyak hal, seperti keamanan hah-hak atas properti, institusí

(kelembagaan sosial) atau iklim investasi. Lebih lanjut diuraikan bahwa

percepatan yang dramatis dalam tingkat pendapatan di antara negara-negara

Page 109: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

92

dengan tingkat pertumbuhan yang cepat selama lebih 200 tahun disebabkan oleh

adanya peningkatan teknologi.

Merujuk pada hasil penelitian Margono (2005) yang telah menghitung

TFP Indonesia selama periode 1972 – 2002. Penelitian tersebut menunjukkan

bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5.88 persen per tahun

lebih banyak disumbangkan oleh pertumbuhan barang modal (5.55 persen) dan

sumbangan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 0.86 persen, sedangkan

pertumbuhan TFP (-0.53 persen) tidak banyak berkontribusi dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional. Barangkali, rendahnya tingkat teknologi ini,

merupakan bukti empiris, sehingga pendapatan perkapita Indonesia sebesar $ 810

per kapita (Tahun 2003), sangat jauh tertinggal dengan negara-negara tetangga,

yang justru belakangan memulai pembangunannya seperti Jepang dengan

pendapatan perkapita mencapai $ 34,510 per kapita, Malaysia sebesar $ 3,780

perkapita, Philippines sebesar $ 1,080 per kapita serta beberapa negara lainnya

(Bank Dunia, 2005).

Meskipun, TFP Indonesia relatif kecil, namun sudah barang tentu TFP

masing-masing provinsi di Indonesia bervariasi, karena pada kenyataannya,

terjadi kesenjangan pendapatan perkapita antara daerah, terutama antara daerah

yang ada di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan daerah yang ada di wilayah

Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dugaan kesenjangan TFP ini, juga dapat dilihat

dari sebaran dari berbagai faktor determinan TFP itu sendiri, seperti, sarana

pendidikan, tenaga kerja yang terampil dan terdidik, infrastruktur jalan dan

berbagai modal fisik lainnya yang umumnya lebih banyak terkonsentrasi di KBI.

Selain itu kesenjangan TFP ini, juga terkait dengan perbedaan corak struktur

perekonomian, dimana corak perekonomian KBI (terutama Jawa) sudah

bertransformasi ke dominasi sektor industri dan jasa, sedangkan daerah-daerah di

KTI (termasuk Sulawesi Selatan) umumnya bercorak dominasi pertanian dimana

sektor ini sangat lamban mengabsorbsi teknologi, khususnya sub sektor tanaman

pangannya.

Sulawesi Selatan yang corak perekonomiannya di dominasi oleh sektor

pertanian, dan memiliki tingkat pendapatan perkapita (PDRB perkapita) yang jauh

terpaut dibawah rata-rata PDRB perkapita kawasan KTI dan PDRB per kapita

Page 110: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

93

nasional. Akan tetapi prestasi daerah ini cukup membanggakan dalam mendorong

pertumbuhan ekonominya dan pertumbuhan pendapatan per kapita masyarakatnya.

Dalam kurun waktu 1985-2004, secara rata-rata Sulawesi Selatan memiliki

pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan PDRB per kapita yang lebih tinggi dari

pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita KTI dan nasional (Tabel 2).

Berdasarkan hasil analisis tentang kontribusi sumber-sumber pertumbuhan

dari sisi supply (tenaga kerja, modal dan TFP), yang dihitung dengan

menggunakan metode indirect accounting, maka dalam rentang waktu tahun

1986-2004, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang secara rata-rata

mencapai 5.66 per tahun, lebih banyak disumbangkan oleh pertumbuhan TFP

sebesar 2.09 persen, kemudian sumbangan pertumbuhan modal sekitar 1.87

persen dan pertumbuhan tenaga kerja berkontribusi sekitar 1.70 persen (Tabel 8)

Jika diamati perkembangan kontribusi pertumbuhan TFP setiap tahun,

tampak bahwa, ada periode-periode tertentu dimana pertumbuhan modal diikuti

oleh perubahan nilai TFP dengan koefisien arah yang sama (tapi dengan

kemiringan yang berbeda) dan ada periode tertentu pula dimana koefisien arah

pertumbuhan modal kontras dengan koefisien arah pertumbuhan TFP. Periode

dimana kefisien arah yang kontras antara modal dan TFP, umumnya terjadi pada

saat pertumbuhan modal sangat tajam (tinggi), seperti pada tahun 1991, 1996, dan

2002 (Gambar 19). Gambaran ini menunjukkan bahwa peningkatan modal

memang dapat mendorong pertumbuhan TFP dan meningkatkan efisiensi, tetapi

jika penggunaan modal terlalu besar, maka justru dapat menciptakan inefisiensi,

seperti yang ditunjukkan oleh merosotnya pertumbuhan TFP pada periode

pertumbuhan modal sangat tinggi (Tahun 1991, 1996 dan 2002). Pada periode ini,

diduga penggunaan modal sudah melampaui ambang batas skala ekonomisnya,

sehingga yang terjadi adalah pemborosan modal dan tentu hal ini akan

menciptakan inefisiensi.

Page 111: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

94

(10.00)

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1986

19

87

1988

198

9 19

90

1991

19

92

1993

19

94

1995

19

96

1997

19

98

1999

2000

20

01

2002

20

03

2004

Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Pertb.TK Kontribusi Pertumb. Modal Pertumbuhan TFP

Pertumbuhan Ekonomi

Share TFP

Share Tenaga Kerja

Share Modal

Per

tum

bu

han

(%)

Gambar 19 Perkembangan pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, modal dan TFP

di Sulawesi Selatan (analisa seluruh sektor) Meskipun secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dalam

dua dekade terakhir (1986-2004), lebih banyak bersumber dari pertumbuhan TFP

dibandingkan kontribusi pertumbuhan modal dan TK, namun kontribusi sumber-

sumber pertumbuhan tersebut berbeda-beda menurut fase pembangunan ekonomi

Sulawesi Selatan. Jika fase pembangunan ekonomi Sulawesi Selatan dibagi dalam

tiga fase yakni fase “sebelum krisis = industrialisasi” (1986 – 1997), dimana fase

ini dicirikan kebijakan yang berpihak ke sektor industri dengan berbagai

komponen proteksi untuk sektor ini. Fase kedua (1998-2000) di cirikan oleh

terjadinya krisis ekonomi dan fase ke tiga (2001-2004) disebut fase pasca krisis

atau fase otonomi daerah, karena pada fase ini terjadi perubahan mendasar dalam

sistem pemerintahan dan sistem pembangunan nasional, bersamaan dengan

diterapkannya sistem Destoda (desentralisasi dan Otonomi Daerah).

Fase Industrialisasi (Fase Sebelum Krisis Ekonomi) Tahun 1986-1997

Fase ini merupakan fase diterapkannya strategi industrialisasi di Indonesia

dengan berbagai komponen proteksi untuk sektor industri, sehingga sektor

industri dan manufaktur di Sulawesi Selatan tumbuh di atas dua digit. Fase ini

Page 112: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

95

juga sekaligus merupakan fase dimana sektor pertanian mengalami kemerosotan

setelah tercapai prestasi gemilangnya “swasembada beras” di tahun 1984. Secara

nasional, fase 1986-1997, oleh Arifin (2004) disebutkannya sebagai fase

“dekonstruksi pertanian”, karena sektor pertanian mengalami fase pengacuhan

(ignorance) oleh para perumus kebijakan dan bahkan oleh para ekonom sendiri.

Fase ini kemudian dipecah menjadi dua periode, yakni periode pertama 1986 –

1989 dan periode kedua 1990 – 1997. Mengingat pada awal tahun 1990-an

diterapkannya kebijakan yang mengarah pada strategi industrialisasi footloose

secara besar-besaran (Arifin, 2004). Pada periode 1990-1997 ini, juga ditandai

oleh terjadinya transformasi internal sektor pertanian Sulawesi Selatan, dimana

sub sektor tradisional (tanaman pangan dan peternakan) mengalami kemerosotan,

sementara sub-sektor modern (khususnya sub sektor perkebunan)

Fase ini, ditandai oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

untuk seluruh sektor di Sulawesi Selatan yakni mencapai diatas 7.0 persen

pertahun. Pertumbuhan yang tinggi ini, terjadi untuk semua sektor. Bahkan sektor

industri manufaktur pada fase ini memiliki tingkat pertumbuhan yang memukau,

yakni di atas 10 persen pertahun, bahkan pada periode pertama dalam fase ini

memiliki pertumbuhan di atas 20 persen pertahun.

Periode pertama dalam dalam fase ini tidak hanya memiliki pertumbuhan

ekonomi tinggi, tapi juga diikuti oleh penyerapan tenaga kerja yang relatif besar,

terutama sektor pertanian dan industri. Periode ini juga ditandai oleh pertumbuhan

TFP yang cukup besar yakni sekitar 2.26 persen pertahun, terutama sektor industri

dan sektor lainnya, sementara TFP pertanian pada periode ini tumbuh lamban,

mengingat pertumbuhan sektor pertanian pada periode ini terutama disumbangkan

oleh sub-sektor pertanian tanaman pangan yang dikenal lamban mengabsorbsi

teknologi.

Sementara pada periode kedua dalam fase ini, Meskipun mengalami

perumbuhan yang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya, yang disebabkan

oleh peningkatan pertumbuhan sektor lainnya, tetapi pertumbuhan tenaga kerja

serta pertumbuhan TFP melamban pada periode ini. Untuk sektor industri, periode

ini ditandai melambannya pertumbuhan nilai tambah buto sektor ini dibandingkan

periode sebelumnya, demikian pula pertumbuhan TK, Modal dan TFP. Berbeda

Page 113: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

96

halnya dengan sektor pertanian, di mana pertumbuhan nilai tambah bruto dan

pertumbuhan tenaga kerja memang melamban, tapi pertumbuhan TFP meningkat

secara signikant. Kondisi seperti ini disebabkan oleh andanya transformasi

internal pada sektor pertanian, karena pada periode ini, sektor modern pertanian

(sub-sektor perkebunan) mengalami pertumbuhan besar, terutama diakhir tahun

1990-an. Sementara sub sektor tradisional (tanaman pangan) dalam periode ini

mengalami stagnasi pertumbuhan produktvitas. Hal serupa diungkapkan oleh

Manwan (2003) bahwa dalam kurun waktu 10 – 15 tahun terakhir produksi dan

produktivitas padi nasional memiliki pertumbuhan yang stagnan atau tingkat

produksi sudah berada pada tingkat leveling off. Demikian pula yang diungkapkan

oleh Majedah (2005) bahwa selama periode 1994-1998 produksi dan

produktivitas padi memiliki laju pertumbuhan secara negatif.

Tabel 8 Perkembangan pertumbuhan tenaga kerja, modal dan TFP, menurut fase pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.

Sumber pertumbuhan Pertumb.Output T. Verja Modal TFP No. Tahun

YY /∂ LL /∂α KK /)1( ∂− α AA /∂

Total Sektor 1 1986 – 1989 7.06 2.94 1.87 2.26 2 1990 – 1997 7.26 2.39 3.52 1.34 3 1998 – 2000 0.70 (0.58) (2.65) 3.93 4 2001 – 2004 4.79 0.80 1.94 2.05 5 1986 – 2004 5.66 1.70 1.87 2.09

Sektor Pertanian 1 1986 – 1989 6.08 4.66 0.76 0.65 2 1990 – 1997 5.54 1.09 2.74 1.71 3 1998 – 2000 0.87 (0.09) 4.81 (3.85) 4 2001 – 2004 1.36 0.11 7.27 (6.02) 5 1986 – 2004 4.04 1.45 3.61 (1.02)

Sektor Industri Peng 1 1986 – 1989 20.16 3.06 12.19 4.91 2 1990 – 1997 10.82 1.13 5.83 3.85 3 1998 – 2000 1.70 (0.40) (6.16) 8.25 4 2001 – 2004 5.54 0.16 4.24 1.13 5 1986 – 2004 10.23 1.09 4.94 4.20

Sektor Lainnya 1 1986 – 1989 6.39 (1.59) 5.92 2.06 2 1990 – 1997 7.88 3.03 4.05 0.80 3 1998 – 2000 0.33 (0.13) (5.41) 5.88 4 2001 – 2004 6.97 0.07 6.40 0.50 5 1986 – 2004 6.18 0.93 3.45 1.80

Sumber : Diolah dari data BPS

Page 114: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

97

Fase Krisis Ekonomi (1998-2000)

Fase ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah, terutama

pada tahun 1998, dimana perekonomian Sulawesi Selatan merosot hingga minus

5.33 persen. Pada fase ini juga ditandai oleh merosotnya pertumbuhan tenaga

kerja dan pertumbuhan modal. Akan tetapi pertumbuhan TFP justru mengalami

peningkatan, bahkan fase ini, pertumbuhan TFP mencapai tingkat tertingginya

yakni sekitar 3.93 persen pertahun untuk TFP keseluruhan Sektor. Bahkan

pertumbuhan TFP untuk sektor industri dan sektor lainnya dapat mencapai diatas

5.0 persen pertahun.

Tingginya TFP pada kedua sektor ini pada fase krisis ekonomi, disebabkan

adanya tindakan efisiensi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis di kedua sektor

ini, dengan melalui penghematan tenaga kerja, serta penghematan modal,

mengingat biaya modal atau opportunity cost atas modal menjadi sangat tinggi

sebagai dampak krisis moneter. Pengehematan tenaga kerja sektor industri pada

fase ini, terutama terjadi di sektor industri perkotaan dengan penurunan tenaga

kerja sekitar 17.70 persen pada tahun 1998, sementara penurunan tenaga kerja di

sektor industri pedesaan hanya sekitar 1.46 persen.

Inovasi lain yang dilakukan oleh para pelaku bisnis di sektor industri dan

sektor lainnya di fase ini adalah pengurangan penggunaan input- input yang

mengandung komponen impor karena harganya melambung tinggi pada saat

anjloknya nilatukar rupiah terhadap mata uang asing. Hal ini ditunjukkan oleh

anjloknya nilai impor antar negara rata-rata -31.51 persen pertahun selama periode

1997-2002 yakni dari Rp. 5,220.16 M tahun 1997 menjadi Rp. 578.92 M tahun

2002. Pada dasarnya fase ini merupakan, fase yang mendesak para pelaku bisnis

untuk melakukan inovasi dalam meramu ulang kombinasi faktor produksinya

guna meningkatkan efisiensi produksi. Tentunya perubahan cara dalam

mengkombinasikan faktor produksi ini, merupakan perubahan teknologi yang

dapat meningkatkan efisiensi. Karena teknolgi menurut Arifin (2004) adalah cara,

mekanisme dan proses produksi untuk melakukan kombinasi faktor- faktor

produksi (input) guna menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Walaupun TFP sektor industri dan sektor lainnya mengalami pertumbuhan

tinggi pada fase krisis ini, namun untuk sektor pertanian, fase ini merupakan fase

Page 115: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

98

kemerosotan TFP yang cukup besar dengan pertumbuhan rata-rata -3.85 persen

pertahun. Merosotnya TFP pertanian pada fase ini terkait beberapa faktor (1)

Adanya gangguan iklim yang tidak bersahabat, ketika empasan badai kering El

Nino tahun 1997-1998 yang bersamaan waktunya dengan bencana krisis moneter

diakhir tahun 1997. Bencana alam ini sudah barang tentu menurunkan produksi

dan produktivitas pertanian sehingga pertumbuhan TFP mengalami kemerosotan

pada fase ini. (2) TFP pertanian yang merosot pada fase ini, juga terkait dengan

dicabutnya subsidi atas pupuk, sehingga harga pupuk melambung tinggi pada fase

ini. Dampaknya adalah terjadinya pengurangan penggunaan pupuk di tingkat

petani terutama jenis pupuk TSP dan KCl untuk sub sektor tanaman pangan. Pada

hal sarana produksi pupuk ini merupakan salah satu kunci sukses gerakan

“revolusi hijau” yang dimulai pada akhir tahun 1960-an. (3) Kemerosotan TFP

pertanian di Sulawesi Selatan, juga diperkirakan sangat terkait dengan adanya

kebijakan perdagangan yang sangat tidak berpihak ke pertanian. Terbukanya kran

impor beras ditahun 1998, menyebabkan beras impor yang kualitasnya lebih

bagus membanjiri pasar domestik. Kondisi ini jelas berdampak buruk terhadap

iklim bisnis perberasan di daerah ini, mengingat Sulawesi Selatan sebagai

penghasil surplus beras terbesar di Indonesia, mengalami penyempitan pasar di

berbagai daerah tujuan pasar beras antar pulau (Majedah, 2005), terutama di

berbagai pasar antar pulau yang secara tradisional dilayani oleh pedagang-

pedagang beras dari tanah bugis (Sulawesi Selatan).

Di sisi lain, pada fase ini, tarif ekspor berbagai komoditi pertanian juga

meningkat, sehingga harga komoditi ekspor pertanian yang melambung tinggi

dipasaran internasional tidak dapat ditransmisikan secara efektif ke tingkat petani,

sehingga berdampak pada tertahannya laju peningkatan pendapatan petani

komoditi ekspor.

Fase Pasca krisis Ekonomi (periode Destoda; 2001-Sekarang)

Fase ini dapat diterjemahkan sebagai fase diberikannya ruang yang lebih

besar bagi pemerintah daerah otonom untuk melakukan kombinasi strategi

pemanfaatan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang dimiliki

suatu daerah, atau sebagai fase peningkatan basis kemandirian daerah dalam

mengelola aktivitas pembangunannya, termasuk membangun pertanian.

Page 116: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

99

Pada fase ini, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sudah mulai pulih

dari kemerosotan ekonomi di era krisis, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 4.79

persen pertahun. Pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor lainnya

mengalami pertumbuhan cukup pesat pada fase ini, demikian pula TFP

mengalami kemajuan pada kedua sektor ini. Tetapi sektor pertanian, tidak saja

menunjukkan kelambanan pertumbuhan yakni hanya sekitar 1.36 persen pertahun,

tetapi pertumbuhan TFP sektor ini masih mengalami pertumbuhan negatif. Nilai

negatif ini menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai tambah yang diciptakan oleh

sektor pertanian masih bertumpu pada kontribusi pertumbuhan tenaga kerja dan

modal (bahkan penggunaannya boleh jadi sudah melampaui skala efisiensinya),

sedangkan faktor produksi lainnya seperti teknologi tidak memberi kontribusi

yang nyata. Selain itu, kemerosotan TFP pada fase ini, diduga masih terkait

dengan melambungnya biaya sarana produksi terutama pupuk sebagai dampak

pencabutan subsidi pupuk, serta disebabkan oleh terjadinya kelangkaan pupuk

setiap tahun sejak tahun 2002, karena buruknya sistem distribusi pupuk.

Kemerosotan TFP pertanian pada fase ini juga diduga terkait dengan banyaknya

bangunan irigasi yang rusak bahkan ada yang tidak dapat berfungsi, sejak

diserahkannya pengelola irigasi ke kelompok P3A. Demikian pula pembinaan

kelembagaan kelompok tani mengalami kemunduran, bersamaan menurunnya

aktivitas penyuluhan pertanian dalam mentransfer teknologi ke petani.

Page 117: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

100

5.4. Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

5.4.1. Gambaran Umum Model Dugaan Pasar Tenaga Kerja dan

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

Model pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

dianalisis dengan menggunakan model persamaan simultan (Simultaneous-

equation) dengan metode pendugaan Two Stage Least Squares (2SLS). Model

persamaan yang dirumuskan terdiri dari 25 persamaan struktural. Berdasarkan

kriteria identifikasi model dengan kriteria order condition, setiap persamaan yang

dirumuskan dalam studi ini adalah overidentified dan untuk menaksir dugaan

persamaan digunakan program Eviews 4.0.

Hasil dugaan dari setiap persamaan struktural tersebut menghasilkan nilai

R-squared (R2)yang cukup besar yakni berkisar antara 0.5479 hingga 0.9965. Hal

ini menunjukkan bahwa variasi nilai dari variabel endogen (dependent variabel)

dijelaskan oleh peubah penjelas (independent variabel) sebesar 54.79 persen

hingga 99.65 persen. Dengan kata lain peubah penjelas dapat menjelaskan

perilaku model secara baik. Selain itu pada setiap persamaan peubah penjelas

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen

hingga taraf nyata 80 persen – 99 persen, yang ditunjukkan nilai probability F-

statistik berkisar antara 0.1533 – 0.000. Selanjutnya dari 190 koefisien yang

diestimasi terdapat sebanyak 107 koefisien yang signifikan hingga tarap nyata 90

persen, bahkan pada tingkat a = 0.2, terdapat sebanyak 132 (69.47 persen)

variabel dugaan yang signifikan. Tanda parameter dugaan pada setiap persamaan

juga sesuai dengan harapan berdasarkan teori ekonomi maupun logika ekonomi

(Lampiran 2).

Berdasarkan hasil uji Durbin-watson statistik, yang bernilai antara 2.6260

hingga 0.9376, serta uji koresi serial dengan menggunakan metode Breusch-

Godfrey Test, menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa persamaan yang

masih mengandung masalah korelasi serial pada tingkat a = 0.05. Akan tetapi

pada tingkat a = 0.01, maka tidak ada lagi persamaan yang masih mengandung

masalah korelasi serial, hal ini dapat terlihat dari nilai probability Obs*R-squared

yang berkisar antara nilai 0.0174 hingga 0.8856 (Lampiran 3).

Page 118: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

101

Selanjutnya asumsi terjadinya multikolenearity tampaknya juga tidak

menjadi hal yang serius. Karena menurut Manurung (2005), salah satu cara untuk

mendeteksi masalah multikolenearitas ini adalah apabila koefisen determinas (R2)

tinggi tapi signifikansi nilai statisti-t rendah (sedikit variabel yang signifikan).

Berdasarkan hasil analisis, dari 25 persemaan struktural yang dibangun dalam

penelitian ini, berbagai persamaan yang memiliki koefisen determinasi (R2) cukup

tinggi (diatas 90 persen), namun kesemua persamaan tersebut juga memiliki

signifikansi nilai statisti-t yang tinggi (banyak variabel yang signifikan).

Persamaan-persamaan struktural tersebut juga memenuhi asumsi normalitas. Hal

tersebut terlihat dari hasil uji Histogram-normality Test, dengan nilai probability

Jarque-Bera yang berkisar antara 0.2563 hingga 0.9150 (Lampiran 3). Artinya

dengan tingkat a = 0.05, kita menerima hipotesis yang menyatakan residual

terdistribusi normal, dengan demikian persamaan-persamaan yang dibangun

dalam studi ini memenuhi asumsi normalitas.

Berdasarkan pada gambaran umumn hasil dugaan dari persamaan simultan

yang dibangun, serta berbagai hasil pengujian terhadap asumsi-asumsi penting

dalam analisa regresi linear, maka dapat disimpulkan bahwa model yang dibangun

dalam penelitian ini cukup baik untuk menjelaskan keragaan pasar tenaga kerja

dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan selama periode tahun 1985 – 2004.

5.4.2. Analisis Permintaan Tenaga Kerja Sektoral di Wilayah Perkotaan

dan Pedesaan

Model analisis kesempatan kerja (permintaan tenaga kerja) di Sulawesi

Selatan yang dibangun, di dasarkan pada asumsi bahwa permintaan tenaga kerja

merupakan permintaan turunan dari output masing-masing sektor produksi.

Karena itu model persamaan kesempatan tenaga kerja yang dibangun, selain

dipengaruhi oleh tingkat upah riil, juga dipengaruhi oleh berbagai variabel

sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan PDRB) baik dari sisi

demand, seperti konsumsi masyarakat (CS), investasi (INV), pengeluaran

pemerintah (GOV), eksport (EXPR) dan impor (IMP), maupun dari sisi supply,

khususnya TFP. Selain variabel tersebut, permintaan tenaga kerja juga terkait

dengan krisis ekonomi dan jumlah angkatan kerja sebagai sisi supply pasar tenaga

kerja. Masuknya variabel angkatan kerja dalam model ini didasarkan pada

Page 119: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

102

pandangan Juanda (2001) bahwa perkembangan pekerja (kesempatan kerja)

memiliki pola yang sangat mirip dengan perkembangan angkatan kerja atau di

sebutkannya menyerupai supply-side determined employment, yang diartikan

bahwa banyak sekali pencari kerja tidak mampu bertahan untuk menganggur,

sehingga banyak surplus tenaga kerja yang terserap ke pekerjaan sementara, walau

dengan tingkat upah yang sangat rendah. Analogi ini mengisyaratkan bahwa

perkembangan angkatan kerja, juga memberi tekanan tersendiri pada permintaan

tenaga kerja.

Hasil analisis pendugaan parameter persamaan kesempatan kerja kerja

yang didisagregasi menurut sektor serta menurut wilayah perkotaan dan pedesaan

di Sulawesi Selatan, menghasilkan nilai koefisien detereminasi (R2) yang berkisar

antara 89.17 persen hingga 99.28 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa peubah

penjelas dalam model dapat menjelaskan perilaku variabel endogen secara baik,

selain itu pada setiap persemaan peubah penjelas secara bersama-sama juga

berpengaruh signifikan pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0.01 dan 0.05.

Gambaran rinci mengenai hasil analisis permintaan tenaga kerja sektoral di

Sulawesi Selatan, dikelompokkan dalam dua bagian yakni persamaan-persamaan

kesempatan kerja sektoral di wilayah perkotaan seperti pada Tabel 9 dan

persamaan kesempatan kerja sektoral di wilayah pedesaan seperti pada Tabel 10.

A. Kesempatan Kerja Sektoral di Perkotaan

Analisis kesempatan kerja kerja sektoral di wilayah perkotaan

didisagregasi menurut tiga sektor yakni sektor pertanian, sektor industri

pengolahan dan sektor lainnya. Nilai koefisien detereminasi (R2) pada ketiga

sektor perkotaan tersebut berkisar antara 0.9827 – 0.9928, yang berarti bahwa

variasi nilai variabel endogen (kesempatan kerja) sektoral perkotaan dapat

dijelaskan sekitar 98.27 persen hingga 99.28 persen oleh peubah penjelas secara

bersama-sama, sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah lain yang tidak masuk

dalam model. Hasil perhitungan nilai F-hitung pada setiap persamaan kesempatan

kerja di perkotaan berkisar antara 31.0091 hingga 75.4849, yang berarti peubah

penjelas pada setiap persamaan, secara bersama-sama signifikan pada tingkat a =

Page 120: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

103

0.01 (Tabel 9). Uraian hasil pendugaan pada setiap persamaan kesempatan kerja

sektoral di perkotaan dijelaskan sebagai berikut

Sektor Pertanian Perkotaan : Hasil analisa partial pada persamaan

kesempatan kerja sektor pertanian perkotaan, menunjukkan bahwa permintaan

tenaga kerja di sektor pertanian perkotaan dipengaruhi oleh upah rill sektor

(WPK), total factor productivity pertanian (TFPP), investasi (INV), Pengeluaran

pemerintah (GOV), ekspor (EXPR), impor (IMP), nilai tambah sektor pertanian

(NTBP) dan dummy krisis ekonomi, pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) =

0.01, 0.05. Sementara konsumsi masyarakat (CS) dan variabel angkatan kerja

(AKK) berpengaruh pada tingkat kesalahan a = 0.15 dan 0.20. Hasil ini

menunjukkan bahwa semua variabel dalam model memberi pengaruh nyata

terhadap kesempatan kerja pertanian kota. Variabel seperti upah riil, konsumsi

masyarakat, pengeluaran pemerintah dan impor berkorelasi negatif dengan

variabel endogennya, yang berarti apabila variabel-variabel ini mengalami

peningkatan, maka cenderung menurunkan perluasan kesempatan kerja di sektor

pertanian perkotaan.

Dilihat dari nilai elastisitas masing-masing peubah penjelas, maka respon

kesempatan kerja pertanian perkotaan terhadap variabel investasi dan nilai tambah

bruto sektor pertanian bersifat elastis dalam jangka pendek, sedangkan varibel-

variabel lainnya bersifat in-elastis. Akan tetapi dalam jangka panjang selain kedua

variabel yang telah disebutkan, maka variabel upah riil dan impor juga bersifat

elastis. Nilai elastisitas diartikan sebagai besarnya perubahan pada variabel

endogen (dalam satuan persen) sebagai respon atas terjadinya perubahan pada

peubah penjelas sebesar 1 persen.

Dalam jangka pendek nilai elastisitas terbesar berasal dari variabel NTBP

yakni sebesar 1.7216 yang berarti bahwa apabila nilai tambah bruto pertanian

meningkat sebesar 1 persen, maka akan berdampak pada peningkatan permintaan

tenaga kerja sebesar 1.7216 persen pada sektor pertanian perkotaan. Sedangkan

nilai elastisitas terendah berasal dari variabel TFPP yakni 0.0165 untuk jangka

pendek dan 0.0301 untuk jangka panjang, dengan hubungan korelasi positif.

Gambaran ini menunjukkan bahwa, sifat teknologi pada pertanian kota tidak

Page 121: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

104

mereduksi kesempatan kerja, bahkan dapat mendorong perluasan kesempatan

kerja, meskipun kesempatan kerja yang ditimbulkannya relatif kecil.

Tabel 9 Hasil estimasi parameter persamaan kesempatan kerja sektoral di wilayah perkotaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

KPK Kesemp. Kerja Pert Kota Intersept 28588.88 0.1355

Upah Pert Kota (WPK) -0.474927 0.0000 a) -0.5541 -1.0089 TFP Pert (TFPP) 1279.903 0.0078 a) 0.0165 0.0301 Konsumsi Masy (CS) -0.002884 0.1684 -0.5432 -0.9890 Investasi (INV) 0.015884 0.0001 a) 1.2071 2.1979 Pengel. Pemerintah (GOV) -0.009219 0.0468 b) -0.4990 -0.9085 Expor (EXPR) 0.003562 0.0076 a) 0.3305 0.6018 Impor (IMP) -0.006483 0.0017 a) -0.5499 -1.0012 Nilai Tambah Pert. (NTBP) 0.013988 0.0009 a) 1.7216 3.1345 Dummy Krisis Eko. (DKE) 33167.99 0.0000 a) 0.1579 0.2875 Angkat Kerja Kota (AKK) 0.040218 0.1304 0.3735 0.6801 Lag Endogen (Lag KPK) 0.471574 0.0233 b) 0.4508 0.8207

R2 = 0.9827; F-Hitung = 31.0091 a) ; DW = 2.4293 KIK Kesemp. Kerja Industri Kota Intersept 18838.97 0.0004 a) Upah Industri Kota (WIK) -0.208652 0.0001 a) -0.4139 -0.5573 TFP Industri (TFPI) -1169.382 0.0259 b) -0.0229 -0.0308 Konsumsi Masy (CS) 0.005378 0.0441 b) 1.5338 2.0653 Investasi (INV) 0.002307 0.0755 c) 0.2655 0.3575 Pengel. Pemerintah (GOV) 0.002377 0.2268 0.1948 0.2623 Expor (EXPR) 0.006764 0.0000 a) 0.9505 1.2799 Impor (IMP) -0.00677 0.0002 a) -0.8696 -1.1709 Nilai Tambah Indust. (NTBI) 0.006779 0.3096 0.3807 0.5126 Dummy Krisis Eko. (DKE) -3696.985 0.3099 -0.0267 -0.0359 Angkat Kerja Kota (AKK) 0.013617 0.4113 0.1915 0.2579 Lag Endogen (Lag KIK) 0.270098 0.1840 0.2574 0.3466

R2 = 0.9635; F-Hitung = 14.3867 a) ; DW = 2.1044 KLK Kesemp. Kerja Sek Lain Kota Intersept -29108.14 0.1942 Upah Sek Lain Kota (WLK) -0.203635 0.0149 b) -0.0545 -0.0731 TFP Sektor Lain (TFPL) -1309.997 0.4147 -0.0027 -0.0036 Konsumsi Masy (CS) 0.008589 0.0585 c) 0.2533 0.3397 Investasi (INV) 0.03336 0.0000 a) 0.3970 0.5324 Pengel. Pemerintah (GOV) 0.034289 0.0318 b) 0.2906 0.3897 Expor (EXPR) 0.043598 0.0076 a) 0.6335 0.8496 Impor (IMP) -0.044636 0.0089 a) -0.5928 -0.7951 Nilai Tambah S.Lain (NTBL) 0.055009 0.0032 a) 1.4318 1.9202 Dummy Krisis Eko. (DKE) 118674.5 0.0005 a) 0.0885 0.1186 Angkat Kerja Kota (AKK) 0.201516 0.3241 0.2930 0.3930 Lag Endogen (Lag KLK) 0.266598 0.1927 0.2544 0.3412

R2 = 0.9928; F-Hitung = 75.4849 a) ; DW = 1.6140 Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Keterangan : a) : Signifikan pada taraf nyata a = 0.01 b) : Signifikan pada taraf nyata a = 0.05 c) : Signifikan pada taraf nyata a = 0.10

Page 122: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

105

Sektor Industri Pengolahan Perkotaan: Hasil pendugaan persamaan

kesempatan kerja sektor industri pengolahan di wilayah perkotaan, menunjukkan

bahwa, kesempatan kerja di sektor ini selain dipengaruhi oleh upah riil, juga

dipengaruhi oleh variabel sumber-sumber pertumbuhan output dari sisi

permintaan seperti konsumsi masyarakat, investasi, ekspor dan impor pada tingkat

kesalahan a = 0.01; 0.05 dan 0.10. Variabel input residual atau total faktor

productivity sektor industri pengolahan (TFPI) juga signifikan pada taraf nyata a

= 0.05, sedangkan variabel nilai tambah industri, dummy krisis ekonomi dan

angkatan kerja perkotaan serta lag endogennya tidak memberi pengaruh nyata.

TFPI sebagai input residual dari faktor produksi tenaga kerja dan modal

(misalnya teknologi) di sektor industri pengolahan perkotaan, yang signifikan

pada taraf nyata a = 0.05, memiliki koefisien korelasi yang negatif. Hal ini

diartikan bahwa peningkatan TFPI (misalnya teknologi) akan cenderung

mereduksi permintaan tenaga kerja di sektor ini, atau dengan kata lain TFPI di

sektor ini umumnya bersifat menghemat tenaga kerja. Akan tetapi penghematan

tenaga kerja yang ditimbulkan oleh variabel ini relatif kecil, yang ditunjukkan

oleh nilai elastisitasnya atau respon permintaan tenaga kerja terhadap perubahan

input residual (TFPI) yang bersifat in-elastis baik dalam jangka pendek, maupun

dalam jangka panjang.

Industri pengelohan dikenal sebagai sektor usaha yang memiliki

komponen bahan baku impor cukup besar, sehingga biaya produksi sektor ini

sangat sensitif terhadap nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (exchange

rate), merosotnya nilai tukar rupiah pada saat terjadinya krisis ekonomi,

berdampak pada melambungnya harga berbagai bahan baku impor, sehingga

banyak kegiatan produksi di sektor ini mengalami kemerosotan yang cukup parah

bahkan tidak sedikit kegiatan usaha yang mengalami kebangkrutan, sehingga

efisiensi pengurangan tenaga kerja menjadi tidak dapat dihindari.

Industri pengolahan yang ada di Sulawesi Selatan pada dasarnya dapat

dibagi dua yakni industri yang berorientasi untuk memenuhi permintaan pasar

ekspor dan industri yang berorientasi untuk memenuhi pasar domestik. Hasil

analisis menunjukkan bahwa peningkatan nilai ekspor sulawesi selatan berdampak

pada perluasan kesempatan kerja. Hal ini disebabkan karena peningkatan ekspor

Page 123: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

106

merupakan penciri meningkatnya daya saing produk yang diproduksi secara

domestik di Sulawesi Selatan, termasuk produk industri pengolahan perkotaan.

Karena itu, peningkatan ekspor akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja

di sektor industri perkotaan.

Sektor Lainnya di Perkotaan : Hasil pendugaan terhadap persamaan

kesempatan kerja sektor lainnya di perkotaan menunjukkan bahwa, variabel upah

riil, nilai tambah sektor, dummy krisis ekonomi dan variabel sumber-sumber

pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan, seperti investasi, pengeluaran

pemerintah, ekspor dan impor berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja

di sektor ini pada tingkat kesalahan a = 0.01 dan 0.05 Sementara variabel

konsumsi masyarakat signigikan pada tingkat kesalahan a = 0.10. Sedangkan

variabel lainnya seperti angkatan kerja dan total factor productivity sektor lainnya

(TFPL) tidak berpengaruh nyata.

Peningkatan impor dan peningkatan nilai TFPL di sektor ini, akan

menimbulkan penyempitan kesemptan kerja di sektor ini. Hal ini ditunjukkan oleh

koefisien korelasi yang negatif untuk kedua variabel tersebut. Sedangkan variabel-

variabel determinan lainnya berkorelasi positif dengan variabel endogen, yang

berarti peningkatan nilai variabel tersebut cenderung memperluas kesempatan

kerja sektor ini .

Dilihat dari nilai elastisitas semua peubah penjelas dalam model, maka

hanya variabel nilai tambah sektor (NTBL) yang bersifat elastis baik dalam

jangka pendek maupun dalam jangka panjang, sedangkan peubah lainnya bersifat

in-elastis. Dengan membandingkan nilai elastisitas NTBL pada setiap persamaan

kesempatan kerja perkotaan, terlihat bahwa respon permintaan tenaga kerja di

sektor pertanian dan sektor lain bersifat elastis, sedangkan di sektor industri

bersifat inelastis. Perbedaan ini di sebabkan karena sektor industri dikenal sebagai

sektor yang hemat tenaga kerja, sedangkan sektor lain, khususnya pertanian di

kenal sebagai sektor padat karya. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk mengurangi

jumlah pengangguran perkotaan melalui perluasan kesempatan kerja, maka

pertumbuhan ekonomi sebaiknya berbasis pada sektor padat karya seperti

pertanian dan sektor lain di perkotaan.

Page 124: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

107

B. Kesempatan Kerja Sektoral di Pedesaan

Hasil analisis persamaan kesempatan kerja sektoral di pedesaan

menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) yang berkisar antara 0.8917 hingga

0.9677. Dengan demikian peubah penjelas yang ada dalam model dapat

menjelaskan perilaku variabel endogennya sekitar 89.17 persen hingga 96.77

persen, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.

Pengaruh peubah penjelas secara bersama-sama terhadap variabel endogen juga

signifikan pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0.01 dan 0.05 (Tabel 10).

Hasil analisa estimasi parameter peubah penjelas secara partial pada setiap

persamaan kesempatan kerja sektoral di pedesaan akan diuraikan satu persatu

sebagai berikut.

Sektor Pertanian Pedesaan. Hasil pendugaan peubah penjelas pada

persamaan kesempatan kerja sektor pertanian pedesaan menunjukkan bahwa,

semua variabel estimasi dalam model berpengaruh signifikan terhadap

kesempatan kerja pertanian pedesaan pada tingkat kesalahan a = 0.01, 0.05 dan

0.10. Variabel determinan yang memiliki koefisien korelasi negatif adalah

variabel konsumsi masyarakat (CS), pengeluaran pemerintah (GOV) dan impor

(IMP). Sedangkan variabel determinan seperti upah riil, TFPP, investasi, ekspor,

nilai tambah sektor pertanian, krisis ekonomi dan angkatan kerja pedesaan

berkorelasi positif dengan kesempatan kerja pertanian pedesaan.

Beberapa interpretasi hasil dari persamaan ini adalah (1) sifat TFPP di

sektor pertanian pedesaan dapat mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja

di sektor ini. Sifat TFP pertanian di ini, kontras dengan sifat TFP di sektor industri

dan sektor lainnya, khususnya diperkotaan yang umumnya mereduksi kesempatan

kerja (hemat tenaga kerja). Karena TFP sering dijadikan simbol kemajuan

teknologi, maka sifat TFPP yang berkorelasi positif dengan kesempatan kerja di

pertanian dapat dipahami mengingat sifat teknologi pertanian, pada perinsipnya

memang ada dua jenis yakni teknologi mekanik (mesin) yang umumnya

menghemat tenaga kerja dan teknologi Bio-Kimiawi atau teknologi intensifikasi

yang fungsinya untuk menghemat penggunaan lahan. Jenis teknologi terkahir ini

bukanlah menghemat penggunaan tenaga kerja, bahkan dengan teknologi intensif

ini, memungkinkan kebutuhan tenaga kerja per satua luas lahan menjadi semakin

Page 125: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

108

meningkat. (2) Sektor pertanian pedesaan merupakan ”dewa penyelamat”

sebagian besar tenaga kerja pedesaan di saat krisis ekonomi, bahkan mungkin

sektor ini merupakan penampung sementara dari limpahan tenaga kerja dari sektor

industri dan sektor lainnya di yang melakukan efisiensi tenaga kerja di saat krisis

ekonomi. (3) pengeluaran pemerintah (GOV) berkorelasi negatif dengan

permintaan tenaga kerja pertanian pedesaan. Korelasi yang negatif ini, terlihat

jelas pada periode desentralisasi dan otonomi daerah yang diawali sejak tahun

2001. Dimana pada sejak periode ini pengeluaran pemerintah mengalami

lompatan besar sejalan dengan kebijakan perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah. Namun pada periode ini tenaga kerja pertanian, maupun nilai tambah yang

diciptakan mengalami kemerosotan yang tajam (Lihat Tabel 6. pada bagian

terdahulu). Gambaran ini menjelaskan bahwa pada periode otonomi daerah pun,

sektor pertanian masih berada dalam fase ignorance dari pengambil kebijakan di

daerah. (4) Sektor pertanian pedesaan seringkali disebut sebagai ”penampung

para pekerja sementara” yakni bagian dari surplus tenaga kerja yang tidak tahan

menganggur walau dengan tingkat upah yang rendah. Gejala seperti ini,

tampaknya masih menjadi trend di Sulawesi Selatan, yang ditunjukkan oleh nilai

koefisien regresi angkatan kerja paling besar terhadap persamaan kesempatan

kerja pertanian pedesaan yakni 0.5304, yang berarti setiap pertambahan angkatan

kerja pedesaan sebanyak 10 orang, maka akan terserap sebanyak 5 orang di sektor

pertanian pedesaan. Akan tetapi, dengan membandingkan nilai elastisitas variabel

AKD terhadap setiap persamaan kesempatan kerja pedesaan, maka terlihat bahwa

kesempatan kerja sektor lain di pedesaan juga responsif (elastis) terhadap

perubahan AKD. Dengan demikian, maka sektor pertanian pedesaan, bukanlah

satu-satunya sektor yang merupakan penampung para pekerja sementara ini.

Fenomena ini mungkin disebabkan oleh tingkat upah di sektor pertanian pedesaan

yang sudah sangat rendah, sehingga sebagian dari angktan kerja baru ini lebih

memilih sektor lainnya di pedesaan sebagai tempat bekerja sementara di pedesaan.

Page 126: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

109

Tabel 10 Hasil estimasi parameter persamaan kesempatan kerja sektoral di wilayah pedesaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

KPD Kesemp. Kerja Pert Desa Intersept 963282.8 0.0000 a) Upah Pert Desa (WPD) 1.212466 0.0109 b) 0.0524 0.0874 TFP Pert (TFPP) 4384.173 0.0900 c) 0.0028 0.0047 Konsumsi Masy (CS) -0.122221 0.0000 a) -1.1406 -1.9045 Investasi (INV) 0.153021 0.0000 a) 0.5762 0.9621 Pengel. Pemerintah (GOV) -0.065470 0.0007 a) -0.1756 -0.2932 Expor (EXPR) 0.052994 0.0001 a) 0.2437 0.4069 Impor (IMP) -0.063440 0.0001 a) -0.2666 -0.4452 Nilai Tambah Pert. (NTBP) 0.039500 0.1003 c) 0.2409 0.4022 Dummy Krisis Eko. (DKE) 229738.8 0.0000 a) 0.0542 0.0905 Angkatan Kerja Desa (AKD) 0.530425 0.0000 a) 0.7726 1.2900 Lag Endogen (Lag KPD) 0.409153 0.0002 a) 0.4011 0.6697

R2 = 0.9565; F-Hitung = 12.0029 a) ; DW = 2.0211 KID Kesemp. Kerja Industri Desa Intersept -1696.024 0.9039 Upah Industri desa (WID) -0.207047 0.0083 a) -0.1651 -0.6095 TFP Industri (TFPI) 926.2314 0.0109 b) 0.0091 0.0337 Konsumsi Masy (CS) -0.001207 0.6366 -0.1732 -0.6394 Investasi (INV) 0.003850 0.0038 a) 0.2229 0.8229 Pengel. Pemerintah (GOV) 0.003826 0.1998 0.1577 0.5824 Expor (EXPR) 0.004550 0.1698 0.3217 1.1876 Impor (IMP) -0.004249 0.2635 -0.2746 -1.0137 Nilai Tambah Indust. (NTBI) 0.017665 0.0610 c) 0.4991 1.8426 Dummy Krisis Eko. (DKE) -12545.22 0.0216 b) -0.0455 -0.1680 Angkatan Kerja Desa (AKD) 0.002018 0.8757 0.0452 0.1668 Lag Endogen (Lag KID) 0.739213 0.0001 a) 0.7291 2.6921

R2 = 0.9668; F-Hitung = 15.8742 a) ; DW = 2.4105 KLD Kesemp. Kerja Sek Lain Desa Intersept -207063 0.1379 Upah Sek Lain Desa (WLD) -0.278456 0.6408 -0.0532 -0.0606 TFP Sektor Lain (TFPL) -241.8926 0.8176 -0.0005 -0.0006 Konsumsi Masy (CS) 0.032557 0.2702 1.0160 1.1582 Investasi (INV) 0.030073 0.0044 a) 0.3787 0.4317 Pengel. Pemerintah (GOV) 0.119764 0.0032 a) 1.0740 1.2243 Expor (EXPR) 0.082427 0.0410 b) 1.2674 1.4448 Impor (IMP) -0.090462 0.0295 b) -1.2714 -1.4494 Nilai Tambah S.Lain (NTBL) 0.002564 0.8747 0.0706 0.0805 Dummy Krisis Eko. (DKE) -184867.9 0.0205 b) -0.1458 -0.1662 Angkatan Kerja Desa (AKD 0.198075 0.0769 c) 0.9648 1.0998 Lag Endogen (Lag KLD) 0.123843 0.7214 0.1228 0.1399

R2 = 0.8917; F-Hitung = 4.4918 b); DW =2.0436 Sumber : Diolah dari Berbagai Data BPS, 1985-2004 Sektor Industri Pedesaan, hasil pendugaan peubah penjelas pada

persamaan ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja industri pedesaan di

pengaruhi oleh variabel upah riil (WID), teknologi (TFPI), investasi (INV), nilai

tambah sektor industri (NTBI) dan dummy krisis ekonomi pada tingkat kesalahan

yang dapat ditolerir (a) = 0.01, 0.05 dan 0.10. Variabel pengeluaran pemerintah

(GOV) dan ekspor (EXPR) berpengaruh signifikan pada tingkat kesalahan a =

Page 127: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

110

0,20, sedangkan variabel seperti konsumsi masyarakat (CS), impor (IMP) dan

supply angkatan kerja tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada

peningkatan kesempatan kerja di sektor ini (Tabel 10).

Koefisien arah dari variabel upah riil, konsumsi masyarakat, impor dan

dummy krisis ekonomi bertanda negatif, yang berarti bahwa peningkatan nilai dari

variabel-variabel tersebut akan mereduksi kesempatan kerja sektor ini. Sedangkan

variabel lainnya akan mendorong perluasan kesempatan kerja. Akan tetapi

pengaruh masing-masing variabel terhadap perubahan (kenaikan/penurunan)

kesempatan kerja di sektor ini relatif kecil dalam jangka pendek. Hal ini di

didasarkan pada nilai elastisitas jangka pendek masing-masing variabel bersifat

in-elastis. Namun dalam jangka panjang, perubahan kesempatan kerja sektor

industri pedesaan ini sangat responsif terhadap perubahan variabel ekspor, impor

dan nilai tambah sektor, yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas jangka panjang

variabel ini bersifat elastis.

Dengan membandingkan hasil estimasi persamaan kesempatan kerja

sektor industri di wilayah pedesaan dengan di wilayah perkotaan, maka terdapat

perbedaan yang mendasar dalam dua hal yakni (1) TFPI di sektor industri

pedesaan bersifat mendorong kesempatan kerja (berkorelasi positif), sedangkan

pada sektor serupa di wilayah perkotaan, bersifat mereduksi kesempatan kerja

(berkorelasi negatif). Perbedaan sifat TFPI ini dapat terjadi karena di sebabkan

oleh dua hal yakni a) Jenis teknologi yang berkembang di perkotaan cenderung

hight technology (industri padat modal), dengan sekala produksi yang besar,

sehingga sehingga sangat menghemat tenaga kerja. Sedangkan teknologi industri

pedesaan umumnya teknologi sederhana atau industri padat karya, yang sifatnya

tidak banyak menghemat tenaga kerja. b) “Efek substitusi” lebih besar

dibandingkan “efek nilai tambah” yang ditimbulkan dari teknologi di industri

perkotaan, sehingga “efek total” teknologi bersifat negatif terhadap kesempatan

kerja pada industri perkotaan. Teknologi pada industri pedesaan memberikan

“efek nilai tambah” lebih besar, sehingga secara total, teknologi pada industri

pedesaan menghasilkan efek yang bersifat positif dengan kesempatan kerja. Efek

nilai tambah terhadap kesempatan kerja, ditunjukkan oleh nilai elastisitas variabel

nilai tambah industri (NTBI) yang memang lebih besar pada industri pedesaan

Page 128: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

111

dibandingkan nilai elastisitas variabel serupa pada industri perkotaan. -- Sebagai

faktor produksi, teknologi tidak hanya menimbulkan “efek substitusi” dengan

faktor produksi tenaga kerja, tetapi juga menimbulkan “efek peningkatan nilai

tambah” yang bersifat positif dengan kesempatan kerja. Apabila efek substitusi

melebihi efek nilai tambah, maka efek total dari teknologi akan mereduksi

kesempatan kerja, sebaliknya apabila efek substitusi lebih kecil dari efek nilai

tambah, akan mendorong perluasan kesempatan kerja.

Hasil ini juga diperkuat oleh temuan Nordhaus (2005) dalam Siregar

(2006), yang menunjukkan bahwa peningkatan teknologi pada sektor padat karya

(seperti pertanian dan industri agro) justru meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Logikanya adalah bahwa kenaikan produktivitas dan daya saing produk sektor

tersebut akan menyebabkan harga jual yang lebih kompetitif, sehingga

meningkatkan permintaan terhadap produk itu. Kenaikan permintaan ini pada

gilirannya meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.

Temuan Juanda (2001), juga menunjukkan bahwa pembangunan agroindustri akan

memberi beberapa keuntungan yaitu penyerapan tenaga kerja, pasar untuk

komoditi pertanian, kemampuan ekspor dan relaif sedikit komponen bahan baku

impornya.

Perbedaan kedua adalah dampak konsumsi masyarakat (CS), dimana pada

persamaan kesempatan kerja industri kota signifikan mendorong perluasan

kesempatan kerja di sektor ini, akan tetapi cenderung mereduksi kesempatan kerja

industri pedesaan. Hal ini disebabkan, karena peningkatan kosumsi masyarakat

yang disertai oleh peningkatan pendapatan, akan menyebabkan pegeseran pola

permintaan masyarakat ke komoditi/barang yang bersifat lux atau barang yang

berkualitas bagus. Hasil industri seperti ini umumnya di produksi di wilayah

perkotaan. Sementara hasil industri pedesaan yang kualitasnya rendah atau

bersifat inferior biasanya permintaannya menurun sejalan dengan peningkatan

pendapatan masyarakat. Adanya pergeseran pola permintaan barang hasil industri

tersebut, tentunya juga akan berdampak pula pada pergeseran permintaan tenaga

kerja sektor industri.

Hasil pendugaan persamaan kesempatan kerja industri pengolahan di

perkotaan dan di pedesaan juga memiliki karakteristik yang mirip, terutama pada

Page 129: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

112

tiga hal yakni (1) sektor industri pengolahan perkotaan dan pedesaan sama-sama

mengalami kemerosotan tajam pada saat terjadinya krisis ekonomi, yang

ditunujukkan oleh koefisien korelasi variabel dummy krisis ekonomi bertanda

negatif di masing-masing persamaan; (2) persamaan kesempatan kerja pada kedua

sektor ini, juga sama-sama memiliki koefisien korelasi angkatan kerja yang sangat

kecil dan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya bukanlah

merupakan sektor penampung para pekerja sementara, seperti halnya di sektor

pertanian; (3) Koefisien korelasi variabel pengeluaran pemerintah terhadap

persamaan kesempatan kerja industri pengolahan perkotaan dan pedesaan sama-

sama bertanda positif, sedangkan di sektor pertanian variabel ini bertanda negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah cenderung bias industri

pengolahan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Kesempatan Kerja Sektor Lainnya di Pedesaan, Hasil pendugaan

variabel-variabel penjelas pada persamaan kesempatan kerja sektor lainnya di

pedesaan menunjukkan bahwa, kesempatan kerja di sektor ini dipengaruhi oleh

investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, impor, dummy krisis ekonomi dan

peningkatan angkatan kerja. Variabel-variabel ini signifikan pada tingkat

kesalahan a = 0.01, 0.05 dan 0.10. Sedangkan variabel konsumsi masyarakat,

upah riil (WLD), teknologi (TFPL) dan nilai tambah sektor (NTBL) tidak

memberi pengaruh yang signifikan. Dari variabel-variabel yang memberi

pengaruh signifikan tersebut, hanya variabel impor dan dummy krisis ekonomi

yang brsifat mereduksi (korelasi negatif) kesempatan kerja sektor lainnya di

pedesaan.

Dilihat dari nilai elastisitas masing-masing peubah penjelas, tampak

bahwa variabel seperti konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah dan ekspor

dan impor memiliki nilai elastisitas jangka pendek yang bersifat elastis. Hal ini

diartikan bahwa jika terjadi peningkatan 1 persen pada variabel tersebut akan

berdampak besar (meningkat diatas 1 persen) pada penigkatan kesempatan kerja

di sektor lainnya di pedesaan. Bahkan dalam jangka panjang respon kesempatan

kerja di sektor ini terhadap perubahan variabel tersebut lebih besar lagi (lebih

elastis). Gambaran ini menunjukkan bahwa, ada kecenderungan peningkatan

kesempatan kerja yang lebih besar dalam jangka panjang di sektor ini sejalan

Page 130: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

113

dengan meningkatnya ekspor dan peningkatan konsumsi masyarakat, serta sejalan

dengan semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah yang selama ini banyak

diarahkan untuk memperbaiki infrastruktur pedesaan.

5.4.3. Upah Riil Tenaga Kerja Sektoral di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan

Model analisis persamaan upah riil dibangun berdasarkan pertimbangan

bahwa upah rill selain ditentukan oleh sisi permintaan (kesempatan kerja) dan sisi

penawaran (angkatan kerja) tenaga kerja. Upah riil juga dipengaruhi oleh

peningkatan nilai output sektoral, serta penggunaan input substitusi atau

komplementer (modal dan teknologi) dalam melakukan aktivitas produksi di

masing-masing sektor. Selain itu upah riil ini juga di pengaruhi oleh intervensi

pemerintah dalam pasar tenaga kerja melalui penetapan upah minimum regional.

Persamaan-persamaan upah riil yang dibangun dalam model ini didisagregasi

secara sektoral baik di wilayah perkotaan, maupun di wilayah pedesaan.

Hasil analisis pendugaan parameter persamaan upah riil sektoral di

wilayah perkotaan dan pedesaan di Sulawesi Selatan, menghasilkan nilai koefisien

detereminasi (R2) yang berkisar antara 54.79 persen hingga 74.27persen. Selain

itu pada setiap persemaan peubah penjelas secara bersama-sama juga berpengaruh

signifikan pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0.05, 0.10 dan 0.20. Nilai

statistik DW berkisar antara 1.9090 hingga 2.6260. Pembahasan terperinci

mengenai hasil estimasi pada setiap persamaan upah riil sektoral di kelompokkan

menjadi dua bagian secara terpisah yakni upah riil sektoral di wilayah perkotaan

dan upah riil sektoral di wilayah pedesaan yang dibahas satu persatu sebagai

berikut.

A. Persamaan Upah Riil Sektoral Perkotaan

Analisa pendugaan persamaan upah riil sektoral di wilayah perkotaan

didisagregasi menurut tiga sektor yakni sektor pertanian, sektor industri

pengolahan dan sektor lainnya. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa persamaan-

persamaan tersebut memiliki nilai koefisien detereminasi (R2) berkisar antara

0.5479 – 0.6996, yang berarti bahwa variasi nilai variabel endogen (upah riil)

sektoral perkotaan dapat dijelaskan sekitar 54.79 persen hingga 69.96 persen oleh

peubah penjelas, sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah lain yang tidak masuk

Page 131: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

114

dalam model. Peubah penjelas secara bersama-sama signifikan pada tingkat a =

0.05 dan 0.10 (Lihat Tabel 11). Pembahasan mengenai hasil pendugaan

persamaan upah riil sektoral di wilayah perkotaan akan di uraikan menurut jenis

sektor sebagai berikut :

Upah Riil Sektor Pertanian Perkotaan. Hasil analisa pada persamaan ini,

menunjukkan bahwa upah riil sektor pertanian perkotaan dipengaruhi oleh upah

minimum regional (UMR), dan penanaman modal pertanian (PMP) pada tingkat

kesalahan yang ditolerir (a) = 0.01, 0.05. Sementara kemajuan teknologi di

pertanian (TFPP) dan modal berpengaruh pada tingkat kesalahan a = 0.20.

Sedangkan pengaruh variabel lainnya tidak signifikan. Peubah penjelas yang

berpengaruh signifikan tersebut, berkorelasi positif dengan variabel endogen

(upah riil pertanian perkotaan), yang berarti apabila variabel tersebut meningkat,

maka cenderung meningkatkan pula upah riil pertanian perkotaan.

Hasil pendugaan pada persamaan ini, juga menunjukkan bahwa upah riil

pertanian kota bersifat rigid (kakuh) dari shock (perubahan) permintaan tenaga

kerja di sektor ini (KPK), demikian pula terhadap supply tenaga kerja perkotaan

(AKK), yang ditunjukkan oleh tidak signifikannya variabel ini terhadap upah riil

sektor pertanian perkotaan. Selanjutnya hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa

penggunaan input produksi seperti teknologi (TFPP) dan modal (PMP) di sektor

ini, memiliki hubungan korelasi yang bersifat positif terhadap upah riil pertanian

kota, yang berarti bahwa ketika teknologi dan modal meningkat di sektor ini,

upah pertanian kota pun juga meningkat. Hal ini terjadi karena pada saat teknologi

dan modal meningkat, maka diikuti permintaan tenaga kerja di sektor ini pun

meningkat, sehingga mempengaruhi upah tenaga kerja pertanian kota. Gambaran

ini menunjukkan bahwa teknologi dan modal bukanlah input substitusi bagi input

tenaga kerja di sektor pertanian kota, melainkan merupakan ”input

komplementer” bagi tenaga kerja pertanian kota.

Hasil perhitungan elastisitas pada persamaan upah riil pertanian kota,

menunjukkan bahwa peubah penjelas penanaman modal (PMP) memiliki nilai

elastisitas yang bersifat elastis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Hal ini berarti bahwa upah riil pertanian kota memiliki respon yang besar, jika

Page 132: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

115

terjadi shock dari variabel ini. Sedangkan variabel-variabel lainnya dalam model

memiliki nilai elastisitas yang relatif kecil, atau bersifat in-elastis.

Tabel 11 Hasil estimasi parameter persamaan upah riil sektoral di wilayah perkotaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

WPK Upah Riil Pert Kota Intersept 61331.11 0.0075 a) Upah Min Regional (UMR) 0.170733 0.0308 b) 0.2599 0.2908 Angkatan Kerja Kota (AKK) -0.069956 0.3376 -0.5569 -0.6232 KK Pert Kota (KPK) 0.00617 0.9824 0.0053 0.0059 Teknologi Pert. (TFPP) 2587.682 0.1877 0.0287 0.0321 Modal Pert (PMP) 2.143417 0.1721 2.7177 3.0414 Nilai Tambah Pert (NTBP) 0.003667 0.7489 0.3868 0.4329 Lag Endogen (Lag WPK) 0.111555 0.7207 0.1064 0.1191

R2 = 0.5479; F-Hitung = 2.9751 c) ; DW = 2.0871 WIK Kesemp. Kerja Industri Kota Intersept 17559.39 0.6380 Upah Min Regional (UMR) 0.57636 0.0238 b) 0.7814 n.a Angkatan Kerja Kota (AKK) 0.098096 0.4244 0.6955 n.a KK Industri Kota (KIK) 1.181978 0.0630 c) 0.5959 n.a Teknologi Indust. (TFPI) -53.52781 0.9798 -0.0005 n.a Modal Industri (PMI) -0.029441 0.8333 -0.1138 n.a Nilai Tambah Indust (NTBI) 0.02572 0.4776 0.2715 n.a

R2 = 0.6175; F-Hitung = 2.9595 c) ; DW = 2.6260 WLK Kesemp. Kerja Sek Lain Kota Intersept 78448.65 0.0001 a) Upah Min Regional (UMR) 0.27692 0.1939 0.2876 n.a Angkatan Kerja Kota (AKK) 0.089531 0.3395 0.4864 n.a KK S.Lain Kota (KLK) 0.090981 0.0450 b) 0.3399 n.a Teknologi S.Lain (TFPL) -21.96818 0.9903 -0.0002 n.a Modal S.Lain (PML) -0.016836 0.8209 -0.1201 n.a Nilai Tambah S.Lain (NTBL) 0.002369 0.7373 0.2303 n.a

R2 = 0.6996; F-Hitung = 4.2705 b); DW = 1.9090 Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Keterangan : n.a. = not accountable

Upah Riil Sektor Industri Perkotaan, Hasil pendugaan parameter peubah

penjelas dalam persamaan upah riil sektor industri perkotaan, menunjukkan

bahwa upah riil sektor industri perkotaan dipengaruhi oleh upah minimum

regional (UMR) dan kesempatan kerja sektor industri perkotaan (KIK) pada

tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0.05 dan 0.10. Sedangkan variabel lainnya

yang ada dalam model tidak memberi pengaruh yang signifikan. Koefisien

korelasi dari variabel UMR dan kesempatan industri kota (KIK) bersifat positif,

yang berarti apabila UMR dan KIK meningkat, maka akan meningkatkan upah riil

sektor industri perkotaan. Upah riil sektor industri perkotaan yang dipengaruhi

oleh KIK, tapi tidak dipengaruhi oleh AKK, sekaligus menunjukkan bahwa dalam

Page 133: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

116

pasar tenaga kerja sektor industri perkotaan di Sulawesi Selatan, maka sisi

demand dari pasar tenaga kerja memiliki kekuatan yang lebih besar untuk

mempengaruhi upah dibandingkan sisi supply-nya, dengan kata lain para pencari

kerja memiliki kekuatan yang lemah dalam pasar tenaga kerja, dibandingkan para

pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja. Akan tetapi intervensi pemerintah

dalam pasar tenag kerja memiliki makna yang berarti, yang ditunjukkan oleh

UMR yang signifikan

Hasil pendugaan pada persamaan ini, juga menunjukkan bahwa input

produksi total factor productivity industri (TFPI) dan modal (PMI), memiliki

hubungan korelasi yang bersifat negatif terhadap upah riil sektor industri

perkotaan, yang berarti bahwa ketika teknologi dan modal meningkat di sektor ini,

upah riil sektor ini pun menurun. Kondisi ini terjadi, karena di sektor industri

perkotaan, input residual seperti teknologi (TFPI) dan modal merupakan ”input

substitusi” bagi tenaga kerja, sehingga peningkatan penggunaan input substitusi

ini akan mereduksi penggunaan tenaga kerja, yang kemudian tentunya

mempengaruhi tingkat upah riil. Akan tetapi respon upah riil di sektor ini terhadap

perubahan variabe-variabel determinannya relatif kecil (in-elastis). Variabel yang

memiliki nilai elastisitas terbesar adalah variabel upah minimum regional (UMR)

sebesar 0.77814, sedangkan variabel yang memiliki nilai elastisitas terkecil adalah

teknologi (TFPI) yakni sebesar 0.0005. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan

UMR akan berpengaruh besar terhadap peningkatan upah riil di sektor industri

perkotaan. Hal ini di sebabkan karena industri perkotaan umumnya bersifat formal,

sehingga tunduk pada peraturan pemerintah tentang penetapan UMR. Selain itu di

sektor ini, kelembagaan serikat pekerja semakin kuat untuk memperjuangkan hak-

haknya, termasuk upah yang sesuai dengan UMR yang berlaku. Sedangkan nilai

elastisitas TFPI yang kecil menunjukkan bahwa kemajuan teknologi di sektor ini

tidak berdampak besar pada pengurangan upah pekerja.

Upah Riil Sektor Lainnya di Perkotaan. Hasil estimasi persamaan upah

riil di sektor lainnya di perkotaan menghasilkan nilai-nilai parameter dugaan yang

mirip dengan hasil estimasi pada persamaan upah riil di sektor industri perkotaan.

Persamaan upah riil di sektor ini dipengaruhi oleh upah minimum regional (UMR)

dan kesempatan kerja sektor lainnya di perkotaan (KLK) pada tingkat kesalahan

Page 134: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

117

yang ditolerir (a) = 0.05 dan 0.20. Sedangkan variabel lainnya tidak memberi

pengaruh yang siginikan terhadap perilaku upah riil di sektor ini.

Meskipun tidak memberi pengaruh secara nyata terhadap upah riil di

sektor ini, akan tetapi ada kecenderungan bahwa variabel penanaman modal

(PML) dan variabel teknologi (TFPL) berkorelasi negatif dengan tingkat upah riil,

yang berarti bahwa, input produksi seperti teknologi (TFPL) dan modal (PML)

bersifat substitusi dengan input produksi tenaga kerja di sektor ini. Hasil

pendugaan parameter terhadap variabel angkatan kerja kota (AKK) sebagai sisi

supply pasar tenaga kerja di perkotaan yang menghasilkan parameter yang tidak

signifikan, sementara variabel permintaan tenaga kerja di sektor ini (KLK)

signifkan pada tarap a = 0.05, menunjukkan bahwa para pencari kerja memiliki

posisi tawar yang lemah (bargaining position) dalam pasar tenaga kerja untuk

mempengaruhi upah. Pasar tenaga kerja untuk sektor ini lebih banyak terkendali

(dipengaruhi) oleh sisi demand-nya dan intervensi pemerintah, sementara sisi

supply-nya tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mempengaruhi pasar

tenaga kerja.

Respon upah riil di sektor ini terhadap shock dari setiap peubah penjelas

bersifat in-elastis, yang menunjukkan bahwa bahwa respon upah riil di sektor ini

relatif kecil dari perubahan variabe-variabel penjelasnya. Nilai elastisitas terkecil

berasal dari variabel teknologi (TFPL) dengan nilai elastisitas sebesar 0.0002.

Gambaran ini menunjukkan bahwa meskipun TFPL cenderung bersifat substitusi

dengan tenaga kerja, namun pengaruhnya terhadap upah riil tenaga kerja sangat

kecil.

B. Persamaan Upah Riil Sektoral Pedesaan

Hasil analisa pendugaan parameter peubah penjelas pada persamaan upah

riil sektoral di wilayah pedesaan menunjukkan bahwa persamaan-persamaan yang

dibangun dalam model ini menghasilkan nilai koefisien detereminasi (R2) berkisar

antara 0.5842 – 0.7427. Selain itu nilai uji F-statistik peubah penjelas secara

bersama-sama pada setiap persamaan upah riil sektoral pedesaan signifikan pada

tingka a = 0.05 dan 0.20 (Tabel 12). Sedangkan hasil uji DW-statistik,

menghasilkan nilai sekitar 1,9584 hingga 2,4238, dan ditunjang oleh nilai hasil

korelasi serial dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey Test, menghasilkan

Page 135: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

118

nilai probability Obs*R-squared antara 0.1120 hingga 0.3305, dimana hasil ini

menunjukkan bahwa persamaan-persamaan dalam model ini tidak mengandung

masalah korelasi pada tingkat a = 0.05. Pembahasan mengenai hasil pendugaan

persamaan upah riil sektoral di wilayah pedesaan akan di uraikan menurut jenis

sektor sebagai berikut :

Upah Riil Sektor Pertanian Pedesaan. Hasil estimasi persamaan upah riil

pertanian pedesaan menunjukkan bahwa perilaku upah riil di sektor ini

dipengaruhi oleh angkatan kerja desa (AKD), kesempatan kerja sektor pertanian

desa (KPD), serta modal pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0.01 dan

0.05. Sedangkan pengaruh variabel lainnya tidak signifikan. Variabel-variabel

tersebut berkorelasi positif dengan upah riil sektor pertanian pedesaan, kecuali

variabel angkatan kerja desa (AKD) berkorelasi negatif, yang berarti apabila

ketersediaan angkatan kerja desa meningkat, maka cenderung menurunkan upah

riil pertanian pedesaan.

Hasil estimasi parameter peubah penjelas pada persamaan ini, khususnya

variabel AKD dan KPD yang signifikan, menunjukkan bahwa perilaku upah riil di

sektor pertanian pedesaan, memliki perilaku yang berbeda dengan upah riil

pertanian kota yang bersifat rigid dari tekanan permintaan dan penawaran tenaga

kerja. Upah riil di sektor pertani pedesaan ini lebih fleksibel dari shock sisi

demand dan sisi supply pasar tenaga kerjanya, dimana perubahan permintaan

tenaga kerja di sektor ini (KPD) dan angkatan kerja desa (AKD) berpengaruh

signifikan. Hal ini di sebabkan karena dari sisi demand pasar tenaga kerja

pertanian pedesaan memiliki pola kebutuhan tenaga kerja yang bersifat musiman

(khususnya di sub-sektor tanaman pangan). Adanyan sistim tanam padi yang

serempak, serta jadwal tanam padi yang ketat, terutama di daerah yang

berpengairan tehnis, menyebabkan kebutuhan tenaga kerja pada musim tanam dan

musim panen sangat tinggi dan sering kali petani susah mendapatkan tenaga kerja

pada musim tersebut, sehingga hal ini tentunya dapat mempengaruhi tingkat upah.

Sedangkan penyebab dari dari signifikannya sisi supply tenaga kerja (angkatan

kerja pedesaan) terhadap upah riil sektor disebabkan oleh sifat dari sektor ini yang

masih merupakan sebagai ”penampung para pekerja sementara”, atau trend

kesempatan kerjanya menyerupai supply-side determined employment, sehingga

Page 136: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

119

pertambahan dari angkatan kerja ini sudah barang tentu memberi tekanan

tersendiri terhadap upah pertanian pedesaan.

Hasil pendugaan parameter peubah penjelas input produksi di sektor ini,

seperti input residual (TFPP) dan modal pertanian (PMP) yang berkorelasi positif

dengan tingkat upah riil sektor ini, menunjukkan bahwa pola hunbungan antara

input TFPP dan PMP dengan input tenaga kerja di sektor pertanian pedesaan

bersifat komplementer, yang berarti ketika input residual (seperti teknologi) dan

atau modal meningkat di sektor ini, maka akan meningkatkan permintaan tenaga

kerja dan sekaligus menyebabkan upah riil di sektor ini meningkat. Dengan

demikian pola hubungan antara teknologi, modal dengan tenaga kerja adalah

serupa di sektor pedesaan dan di sektor pertanian perkotaan, yakni bersifat

komplementer.

Hasil perhitungan elastisitas pada persamaan upah riil pertanian desa,

menunjukkan bahwa hanya variabel angkatan kerja desa (AKD), modal (PMP)

dan nilai tambah pertanian (NTBP) menghasilkan nilai elastisitas yang lebih besar

dari nilai 1 atau bersifat elastis, sedangkan variabel lainnya bersifat in-elastis.

Besarnya nilai elastisitas NTBP terhadap tingkat upah riil pertanian di pedesaan

menunjukkan bahwa peningkatan nilai produksi di sektor pertanian dapat

ditransmisikan secara baik ke para tenaga kerja pertanian desa. Kondisi ini diduga

terkait sistem upah di pertanian di Sulawesi Selatan banyak bersifat ”bawon” atau

sistim bagi hasil, seperti upah tenaga kerja penggarap dan upah tenaga kerja panen.

Ketika terjadi kenaikan produksi atau kenaikan harga produksi, maka tenaga kerja

juga menikmati kenaikan tersebut, karena upah yang di terima dalam bentuk bagi

hasil produksi.

Page 137: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

120

Tabel 12. Hasil estimasi parameter persamaan upah riil sektoral di wilayah pedesaan Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

WPD Upah Riil Pert Desa Intersept 145632.4 0.0177 b) Upah Min Regional (UMR) 0.074526 0.6438 0.1519 0.1958 Angkatan Kerja Desa (AKD) -0.072511 0.0376 b) -2.4458 -3.1526 KK Pert Desa (KPD) 0.039053 0.0170 b) 0.9044 1.1657 Teknologi Pert. (TFPP) 770.7007 0.2855 0.0114 0.0147 Modal Pert (PMP) 0.597286 0.0026 a) 1.0139 1.3068 Nilai Tambah Pert (NTBP) 0.01021 0.2495 1.4419 1.8585 Lag Endogen (Lag WPD) 0.233481 0.3674 0.2242 0.2890

R2 = 0.7027; F-Hitung = 3.3759 b) ; DW = 2.4238 WID Upah Riil Industri Desa Intersept -1350.822 0.9831 Upah M in Regional (UMR) 0.241784 0.2448 0.4102 0.8446 Angkatan Kerja Desa (AKD) -0.064524 0.1264 -1.8121 -3.7309 KK Industri Desa (KID) 0.017409 0.9702 0.0218 0.0450 Teknologi Indust. (TFPI) 2097.24 0.0498 b) 0.0259 0.0533 Modal Industri (PMI) 0.327287 0.0983 c) 1.5835 3.2603 Nilai Tambah Indust (NTBI) 0.011212 0.0215 b) 0.3973 0.8179 Lag Endogen (Lag WID) 0.536153 0.1353 0.5143 1.0589

R2 = 0.7427; F-Hitung = 4.1232 b); DW = 2.3158 WLD Upah Riil Sek Lain Desa Intersept 237686.3 0.1739 Upah Min Regional (UMR) 0.201421 0.1016 0.3103 0.3392 Angkatan Kerja Desa (AKD) -0.111253 0.2787 -2.8368 -3.1007 KK S.Lain Desa (KLD) 0.151189 0.3164 0.7915 0.8651 Teknologi S.Lain (TFPL) -5236.511 0.0551 c) -0.0587 -0.0642 Modal S.Lain (PML) -0.234002 0.1456 -2.4757 -2.7060 Nilai Tambah S.Lain (NTBL) 0.027896 0.1162 4.0224 4.3966 Lag Endogen (Lag WLD) 0.092317 0.8269 0.0851 0.0930

R2 = 0.5842; F-Hitung = 2,0075 D); DW = 1.9584 Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Upah riil Sektor Industri Perkotaan, Seperti yang telah dijelaskan pada

bagian terdahulu, bahwa karakteristik industri pedesaan berbeda dengan

karakteristik industri perkotaan, terutama mengenai formalitas dan skala usahanya.

Industri pedesaan umumnya berskala skala rumah tangga dan diantaranya banyak

bersifat non-formal. Industri semacam ini, banyak diantaranya menggunakan

tenaga kerja keluarga dengan sistim upah yang tidak menentu atau tergantung

pada tingkat keuntungan usaha. Sementara industri perkotaan yang umumnya

bersifat formal, merekrut tenaga kerja secara profesionl dan dengan menggunakan

standar upah tertentu. Adanya perbedaan karakteristik industri ini, menyebabkan

perilaku kesempatan kerja dan perilaku upah di sektor industri pedesaan dan

industri perkotaan berbeda.

Page 138: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

121

Hasil pendugaan pada persamaan upah riil sektir industri pedesaan

menunjukkan bahwa perilaku upah riil pada persamaan ini di pengaruhi oleh

variabel seperti angkatan kerja desa (AKD), input residual industri (TFPI), modal

(PMI) dan nilai tambah industri (NTBI) pada tingkat kesalahan a = 0.05, 0.10

dan 0.20, sementara variabel lain tidak berpengaruh nyata. Faktor determinan ini,

tentunya berbeda dengan faktor determinan pada persamaan industri perkotaan

yang telah dibahas pada bagian terdahulu. Seperti terlihat bahwa pada industri

perkotaan, sisi demand pasar tenaga kerja yang mempengaruhi prilaku upah,

sedangkan pada persamaan industri pedesaan ini, sisi supply tenaga kerja yang

menentukan tingkat upah. Hal ini di duga terkait dengan ciri industri pedesaan

yang umumnya menggunakan tenaga kerja keluarga, namun ketika tenaga kerja

seperti ini kurang tersedia makan tentunya akan digunakan tenaga kerja luar

keluarga yang upahnya mungkin lebih tinggi.

Perbedaan lain dari faktor determinan industri pedesaan dan perkotaan

adalah pengaruh input produksi (TFPI dan PMI) terhadap upah riil. Pada industri

perkotaan kedua jenis input produksi tersebut bersifat substitusi dengan input

tenaga kerja yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi dari kedua variabel tersebut

bertanda negatif. Sedangkan pada industri pedesaan, input residual (TFPI) dan

modal (PMI) pada persamaan upah riil industri pedesaan ini memiliki koefisien

korelasi positif, yang secara analogi dapat dianggap bersifat komplementer dengan

input tenaga kerja. Sifat komplementer dari faktor produksi residual (TFPI) dan

modal (PMI), menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan pengunaan dari

faktor produksi tersebut akan diikuti oleh peningkatan permintaan tenaga kerja.

Peningkatan permintaan tenaga kerja ini selanjutnya akan mendorong

meningkatnya tingkat upah. Peningkatan TFPI dan PMI yang diikuti oleh

peningkatan permintaan tenaga kerja di sektor ini, disebabkan oleh adanya “efek

nilai tambah” yang cukup besar dari penggunaan TFPI dan PMI. Efek nilai

tambah ini kemudian direspon positif oleh permintaan tenaga kerja (dalam

persamaan sebelumnya ditunjukkan bahwa variabel NTBI signifikan secara positi

terhadap kesempatan kerja dengan respon yang bersifat elastis dalam jangka

panjang)

Page 139: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

122

Implikasi penting dari temuan ini, menunjukkan bahwa peningkatan

penggunaan input residual (seperti teknologi) dan modal tidak serta merta dapat

mereduksi kesempatan kerja pada sektor padat karya seperti halnya sektor

pertanian dan industri pedesaan, yang disebabkan karena efek nilai tambah yang

diciptakan (bersifat positif dengan kesempatan kerja) lebih kuat dibandingkan

dengan efek substitusi (bersifat negatif dengan kesempatan kerja) antar faktor

produksi.

Upah Riil Sektor Lainnya di Pedesaan. Hasil estimasi persamaan upah

riil di sektor lainnya di pedesaan menunjukkan bahwa upah riil di sektor ini

dipengaruhi oleh upah minimum regional (UMR), teknologi di sektor ini (TFPL),

modal (PML) dan nilai tambah sektor (NTBL) pada tingkat kesalahan yang

ditolerir (a) = 0.10; 0.15 dan 0.20. Sedangkan variabel lainnya tidak memberi

pengaruh yang siginikan terhadap perilaku upah riil di sektor ini. Gambaran ini

sekaligus menujukkan bahwa upah riil di sektor ini bersifat kakuh (rigid) terhadap

perubahan variabel penawaran dan permintaan tenaga kerja untuk sektor ini.

Input residual (TFPL) dan modal (PML) untuk sektor ini berkorelasi

negatif dengan tingkat upah riil, yang menunjukkan bahwa kedua jenis input

produksi ini cenderung bersifat substitusi dengan input produksi tenaga kerja.

Sifat hubungan seperti ini, konsisten dengan hasil analisis sebelumnya yang

menunjukkan bahwa TFPL berkorelasi negatif dengan kesempatan kerja sektor

lainnya di pedesaan, atau bersifat mereduksi kesempatan kerja di sektor ini.

Hasil perhitungan elastisitas pada masing-masing peubah penjelas dalam

medel ini, menunjukkan bahwa variabel supply tenaga kerja pedesaan (angkatan

kerja pedesaan), modal (PML) dan nilai tambah sektor ini (NTBL) bersifat elastis

terhadap upah riil di sektor ini dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang. Variabel NTBL yang bersifat elastis terhadap upah riil sektor ini

menunjukkan bahwa peningkatan nilai produksi pada sektor lainnya di pedesaan

akan ditransmisikan ke tingkat para pekerja di sektor ini, sementara sektor serupa

di perkotaan tidak dapat mentransmisikan peningkatan nilai produksinya ke para

pekerja secara baik. Kondisi seperti ini wujud karena sistem upah tenaga kerja di

sektor ini di perkotaan memiliki standar upah tertentu (upah bersifat fixed cost),

sehingga meskipun terjadi kenaikan keuntungan pengusaha yang cukup besar

Page 140: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

123

tidak akan berdampak besar pada peningkatan upah tenaga kerja. Sementara

sektor serupa di pedesaan yang umumnya tidak menggunakan standar upah yang

bersifat fixed cost, tapi tergantung pada volume pekerjaan atau kondisi

keuntungan usaha, sehingga ketika nilai produksi (keuntungan usaha) meningkat

maka tenaga kerja juga akan memperoleh upah yang lebih besar.

5.4.4. Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai Tambah Sektoral

Model analisis persamaan pertumbuhan ekonomi dibangun untuk melihat

pengaruh masing-masing sumber pertumbuhan baik dari sisi supply maupun dari

sisi demand pendapatan regional Sulawesi Selatan. Dari sisi supply-nya

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (PE) merupakan fungsi dari pertumbuhan

tenaga kerja (PTK), pertumbuhan Investasi (PINV) dan pertumbuhan teknologi

(TFP) yang dinyatakan dalam satuan persen. Sedangkan dari sisi demand,

pertumbuhan ekonomi adalah fungsi konsumsi masyarakat (CS), investasi (INV),

pengeluaran pemerintah (GOV), Ekspor (EXPR) dan impor (IMP) yang

dinyatakan dalam satuan Rp. juta dengan menggunakan harga konstan tahun 2000.

Pada persamaan pertumbuhan ekonomi ini, variabel pengeluaran pemerintah

(GOV) merupakan variabel endogen, yang dipengaruhi oleh Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP) dan PDRB. Selanjutnya model analisis

yang dibangun pada persamaan nilai tambah bruto sektoral, dimana nilai tambah

pada masing-masing sektor merupakan fungsi dari jumlah tenaga kerja sektoral,

penaman modal sektoral serta produktivitas tenaga kerja sektoral.

Hasil pendugaan parameter peubah penjelas terhadap persamaan

pertumbuhan ekonomi, menunjukkan bahwa sumber-sumber pertumbuhan

ekonomi dari sisi supply, tampak bahwa pertumbuhan tenaga kerja (PTK),

pertumbuhan modal (PINV) dan pertumbuhan faktor residual (TFP) berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kesalahan a = 0.10. Variabel-

variabel ini memiliki hubungan korelasi positif dengan variabel dependennya,

yang berarti apabila terjadi peningkatan dari variabel tersebut akan diikuti oleh

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi jika dilhat dari responsi

pertumbuhan ekonomi terhadap variabel sumber-sumber pertumbuhan dari sisi

supply ini, tampak bahwa pertumbuhan ekonomi lebih responsif terhadap

Page 141: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

124

pertumbuhan input residual (TFP), yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas jangka

pendek paling besar yakni sekitar 0.3242, kemudian diikuti oleh pertumbuhan

modal dengan elastisitas jangka pendek sebesar 0.2020. Pertumbuhan tenaga kerja

memiliki elastisitas paling kecil yakni 0.1758. Gambaran ini sekaligus

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, tidak didorong

sektor-sektor yang padat karya, tetapi sektor yang padat modal dan padat

teknologi lebih banyak berkembang.

Selanjutnya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan

(demand) menunjukkan bahwa semua variabel dari sumber-sumber ini juga

berpengaruh signifikan hingga tarap kesalahan a = 0.01, kecuali variabel

konsumsi masyarakat (CS) signifikant pada tingkat kesalahan a = 0.05. Dilihat

dari nilai elastisitas masing-masing variabel pada sumber-sumber pertumbuhan

dari sisi permintaan, menunjukkan bahwa variabel ekspor dan konsumsi

msyarakat memiliki nilai elastisitas paling tinggi. Nilai elastisitas jangka pendek

variabel ekspor dan konsumsi masyarakat ini adalah sekitar 0.0248 dan 0.0229

yang artinya, bahwa ketika nilai ekspor mampu dilipat gandakan, maka

pertumbuhan ekonomi dapat meningkat sekitar 2.48 persen. Sedangkan variabel

yang memberi pengaruh paling kecil terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Selatan, dilihat dari segi elastisitas adalah variabel pengeluaran pemerintah

(GOV) yakni sebesar 0.0139 yang artinya ketika variabel ini meningkat dua kali

lipat sekalipun, maka pertumbuhan hanya meningkat sekitar 1.39 persen.

Gambaran ini sekaligus menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Selatan, terutama di dorong oleh pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan

konsumsi masyarakat. Padahal variabel konsumsi masyarakat ini bersifat

mereduksi kesempatan kerja di sektor tertentu, terutama di sektor pertanian.

Rendahnya kemampuan variabel konsumsi masyarakat dalam mengurangi tekanan

pasar tenaga kerja dipandang sebagai salah satu jawaban atas puzzle pertumbuhan-

pengangguan di Sulawesi Selatan. Kinerja pereknomian yang dapat mengurangi

tekanan pasar tenaga kerja adalah apabila pertumbuhan ekonomi berbasis pada

peningkatan investasi dan ekspor, karena kedua variabel ini secara konsisten

berpengaruh signifikan terhadap perluasan kesempatan kerja di semua sektor.

Page 142: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

125

Tabel 13 Hasil estimasi parameter persamaan pertumbuhan ekonomi dan nilai tambah sektoral di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

PE Pertumbuhan Ekonomi Intersept -0.354928 0.1385 Pertumb. TK (PTK) 0.448443 0.0000 a) 0.1758 0.2664 Pertumb. Investasi (PINV) 0.239133 0.0000 a) 0.2020 0.3061 TFP Total (TFP) 0.624773 0.0000 a) 0.3242 0.4912 Konsumsi Masy (CS) 9.05E-07 0.0249 b) 0.0229 0.0347 Investasi (INV) 1.54E-06 0.0000 a) 0.0158 0.0239 Pengel. Pemerintah (GOV) 0.0000019 0.0000 a) 0.0139 0.0211 Expor (EXPR) 1.99E-06 0.0000 a) 0.0248 0.0375 Impor (IMP) -1.94E-06 0.0000 a) -0.0218 -0.0331 Lag Endogen (Lag PE) 0.334779 0.0001 a) 0.3401 0.5153

R2 = 0.9956; F-Hitung = 202.6395 a) ; DW = 1.8717 GOV Pengeluaran Pemerintah

Intersept -259280.2 0.6015 Pend. Asli Daerah (PAD) 1.198744 0.5715 0.0616 0.0864 Dana Perimbangan (DP) 0.18347 0.3595 0.0622 0.0873 Pend. Regional Bruto (PDRB) 0.128561 0.0222 b) 0.7754 1.0869 Lag Endogen (Lag GOV) 0.301977 0.2904 0.2866 0.4018

R2 = 0.9058; F-Hitung = 31.2557 a) ; DW = 1.8796 NTBP Nilai Tanbah Pert Intersept -341794.9 0.6468 Total K.Kerja pert. (KP) 0.824697 0.1072 0.1409 n.a Pen. Modal Pert (PMP) 19.48803 0.0001 a) 0.2296 n.a Produktiv. TK Pert. (PKP) 1.330001 0.0000 a) 0.7961 n.a

R2 = 0.9676; F-Hitung = 139.443 a) ; DW = 1.4741 NTBI Nilai Tambah Industri Intersept -1216458 0.0101 b) Total K.Kerja Industri. (KI) 5.652867 0.0059 a) 0.3392 0.6656 Pen. Modal Industri (PMI) 1.622544 0.0115 b) 0.2123 0.4165 Produktiv. TK Industri (PKI) 0.059015 0.0018 a) 0.3477 0.6822 Lag Endogen (Lag NTBI) 0.533543 0.0000 a) 0.4903 0.9619

R2 = 0.9909; F-Hitung 355.3301 a); DW = 1.7084 NTBL Nilai Tanbah Sektor Lain Intersept -10172175 0.0000 a) Total K.Kerja S.Lain. (KL) 10.85187 0.0000 a) 0.8012 0.9806 Pen. Modal Sek. Lain (PML) 1.799773 0.0181 b) 0.1287 0.1575 Produktiv. TK S.Lain (PKL) 0.765203 0.0000 a) 0.7792 0.9536 Lag Endogen (Lag NTBL) 0.193716 0.1762 0.1829 0.2239

R2 = 0.9955; F-Hitung = 711.8868 a); DW = 1.2255 Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Pada persamaan pertumbuhan ekonomi tersebut, variabel pengeluaran

pemerintah merupakan variabel yang bersifat endogen yang dalam model

dipengaruhi oleh variabel yang merupakan sumber-sumber utama penerimaan

pemerintah daerah yakni dari PAD dan dana perimbangan, selain itu juga

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian daerah yang dicirikan oleh variabel

PDRB. Berdasarkan hasil estimasi pada persamaan pengeluaran pemerintah ini,

maka tampak bahwa PAD dan dana perimbangan (DP) tidak memberi pengaruh

Page 143: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

126

yang signifikan, sedangkan variabel PDRB signifikan pada tarap a = 0.05.

Gambaran ini sekaligus menunjukkan bahwa mainstream pemerintah daerah yang

selama ini berorientasi meningkatkan PAD, tidak akan berdampak banyak pada

peningkatan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya perbaikan

kondisi perekonomian (peningkatan PDRB), justru dapat memberi dampak yang

signifikan terhadap peningkatan pengeluaran pemerintah (GOV) yang ditunjukkan

oleh nilai elastisitas jangka panjang yang cukup besar yakni sekitar 1.0869 yang

artinya ketika PDRB meningkat 1 persen, maka pengeluaran pemerintah dapat

meningkat 1.0869 persen. Namun, mainstream pemerintah daerah untuk

meningkatkan PAD, seringkali bersifat trade off dengan kondisi perekonomian

(PDRB), karena peningkatan PAD berarti mengoptimalkan penarikan pajak dan

retribusi dapat menimbulkan “biaya ekonomi tinggi” bagi sektor riil (usaha-usaha

produktif), sehingga hal ini tentunya dapat berdampak pada kontraksi

pertumbuhan PDRB. Dengan demikian, hasil estimasi pada persamaan ini dapat

dinterpretasikan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah daerah, hendaknya lebih

berorientasi pada perbaikan kondisi perekonomi (peningkatan PDRB), dari pada

berorientasi meningkatkan PAD.

Selanjutnya pada persamaan-persamaan nilai tambah sektoral, secara

konsisitem di ketiga persamaan nilai tambah sektoral yang dirumuskan, dimana

seluruh variabel seperti tenaga kerja sektoral, penanaman modal sektoral dan

produktivitas tenaga kerja sektoral berpengaruh pada nilai tambah sektor pada

tingkat kesalahan a = 0.01, 0.05, kecuali variabel tenaga kerja sektor pertanin

berpengaruh pada nilait tambah bruto sektor pertanian berpengaruh pada tingkat

kesalahan a = 0.15. Selanjutnya dilihat dari nilai elastisitas variabel tenaga kerja

ini, tampak bahwa elastisitas tenaga kerja terhadap nilai tambah bruto sektor

paling kecil terjadi di sektor pertanian, sedangkan nilai elastisitas variabel serupa

di sektor industri dan sektor lainnya cukup besar. Gambaran ini menunjukkan

bahwa tenaga kerja di sektor pertanian sudah menghampiri ambang batas

kejenuhan. Dengan kata lain pertambahan tenaga kerja di sektor pertanian tidak

memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pertambahan nilai tambah.

Rendahnya pengaruh tenaga kerja pertanian terhadap nilai tambah pertanian ini,

mungkin merupakan jawaban pada persamaan sebelumnya, dimana pertumbuhan

Page 144: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

127

ekonomi kurang responsif terhadap pertumbuhan tenaga kerja total di Sulawesi

Selatan, mengingat lebih dari 50 persen tenaga kerja yang ada di Sulawesi Selatan

menggantungkan hidupnya di sektor ini terutama di sektor pertanian di wilayah

pedesaan.

Untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian yang cukup berarti,

maka haruslah berbasiskan pada pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hal ini

dilihat dari tingkat signifikansi dan besarnya nilai elastisitas variabel ini terhadap

nilai tambah sektor yakni sekitar 0.7961 yang artinya apabila produktivitas tenaga

kerja meningkat 10 persen, maka pertumbuhan nilai tambah pertanian dapat

meningkat sekitar 7.96 persen. Peningkatan produktivitas ini dapat dilakukan

melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani atau melalui

peningkatan modal dan teknologi.

5.4.5. Produktivitas Kerja Sektoral

Model analisis pada persamaan produktivitas tenaga kerja sektoral

dibangun dengan asumsi bahwa produktivitas tenaga kerja sektoral di pengaruhi

oleh tingkat upah riil sektoral, jumlah pekerja sektoral, nilai tambah sektoral

(output) serta kemajuan teknologi pada masing-masing sektor. Berdasarkan hasil

pendugaan pada persamaan-persamaan ini, menunjukkan bahwa nilai koefisien

determinasi (R2) pada masing-masing persamaan berkisar antara 0.9735 hingga

0.9965, yang berarti bahwa perilaku dari produktivitas tenaga kerja sektoral dapat

dijelaskan oleh peubah penjelas secara baik. Hasil estimasi nilai F-statistik juga

menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada setiap persamaan berpengaruh

secara signifikan hingga tarap nyata a = 0.01. Nilai DW-statistik pada persamaan

ini berkisar antara 1.1167 hingga 1.4739. Meskipun nilai DW-statistik sedikit

rendah, namun hal ini, tidak berarti mengandung masalah korelasi serial positif,

karena berdasarkan hasil uji korelasi serial metode Breusch-Godfrey Serial

Correlation LM Tes, diperoleh nilai probability Obs*R-squared berkisar antara

0.2522 hingga 0.5224 yang berarti semua persamaan tidak mengandung masalah

korelasi serial.

Hasil pendugaan parameter peubah penjelas pada setiap persamaan

produktivtas tenaga kerja, menunjukkan bahwa, secara konsisten variabel jumlah

Page 145: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

128

tenaga kerja dan nilai tambah sektora berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas tenaga kerja sektoral pada taraf a = 0.01, sedangkan variabel

residual (total factor productivity) pada sektor industri dan sektor lainnya

berpengaruh pada a = 0.15 dan 0.20, sementara variabel input rasidual di sektor

pertanian tidak memberi pengaruh pada produktivitas di sektornya. Selanjutnya

pada setiap persamaan produktivitas tenaga kerja sektoral ini hanya upah yang

secara konsisten tidak memberi pengaruh nyata terhadap variabel endogen.

Produktivitas tenaga kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

nilai output per tenaga kerja, yang secara matematis dihitung dari ratio antara

PDRB dengan jumlah tenaga kerja. Pengertian ini tentu memang dapat

menggambarkan nilai output per tenaga kerja, namun tentunya tidak

menggambarkan rata-rata nilai produksi yang dapat diciptakan oleh setiap pekerja

dalam satu satu waktu atau biaya tertentu. Barangkali tidak signifikannya upah riil

dan TFP sebagai ukuran kemajuan teknologi, khususnya di sektor pertanian,

berkaitan dengan cara pengukuran produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Karena

secara faktual, maupun secara teori peningkatan upah riil dapat menjadi motivasi

tersendiri untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, demikian pula teknologi

dalam banyak hal telah menunjukkan kemampuannya dalam meningkatkan

efisiensi dan produktivitas.

Faktor lain yang kemungkinan menyebabkan sehingga input residual

(TFPP) di sektor pertanian tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja

pertanian adalah berkaitan dari pertumbuhan TFPP itu sendiri yang dalam

beberapa tahun terakhir mengalami kemerosotan serius, khususnya sejak krisis

ekonomi, sehingga dengan kondisi yang merosot ini tidak mampu memberi

kontribusi yang signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pertanian, atau

berkaitan dengan sifat sektor pertanian itu sendiri yang dikenal sangat lamban

dalam mengadopsi teknologi, sehingga peningkatan produktivitasnya sangat

ditentukan oleh nilai outpunya saja dan bukan bersumber dari tindakan efisiensi

yang dilakukan petani.

Hasil persamaan produktivitas tenaga kerja pertanian seperti yang telah

diuraikan (Tabel 14) memberikan implikasi bahwa cara lain untuk meningkatkan

produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian ini adalah melakukan realokasi

Page 146: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

129

tenaga kerja pertanian ke sektor lain yang mungkin lebih produktif. Hal ini di

dasarkan dari nilai elastisitas jumlah tenaga kerja yang bersifat elastis dalam

jangka pendek dengan koefisien korelasi yang negatif.

Tabel 14 Hasil estimasi parameter persamaan produktivitas tenaga kerja sektoral di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

PKP Pruktivitas TK Pertanian Intersept 5733352 0.0000 a) Upah Riil Pert (WP) 0.028065 0.9673 0.0003 n.a K.Kerja Pertanian (KP) -3.577818 0.0000 a) -1.0174 n.a Nilai Tambah Pert (NTBP) 0.620485 0.0000 a) 1.0252 n.a TFP Pertanian (TFPP) 4389.611 0.2915 0.0762 n.a

R2 = 0.9965; F-Hitung 738.8730 a); DW = 1.1167 PKI Pruktivitas TK Industri

Intersept 18325641 0.0000 a) Upah Riil Industri (WI) 8.726343 0.7726 0.0455 n.a K.Kerja Industri (KI) -98.37857 0.0000 a) -1.0492 n.a Nilai Tambah Industri (NTBI) 5.415742 0.0000 a) 0.9201 n.a TFP Industri (TFPI) 93518.04 0.1746 0.5536 n.a

R2 = 0.9745; F-Hitung = 124.2844 a); DW = 0.9376 PKL Pruktivitas TK S.Lain

Intersept 12748364 0.0000 a) Upah Riil S.Lain (WL) 4.842927 0.4976 0.0408 0.0413 K.Kerja S.Lain (KL) -12.57173 0.0000 a) -0.9133 -0.9226 Nilai Tambah S.Lain (NTBL) 1.012843 0.0000 a) 0.9847 0.9947 TFP S.Lain (TFPL) 10852.07 0.1221 0.0820 0.0828 Lag Endogen (Lag PKL) 0.010346 0.9010 0.0100 0.0101

R2 = 0.9842 ; F-Hitung = 149.3972 a); DW = 1.3132 Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004

Hasil perhitungan nilai elastisitas dari masig-masing variabel juga

menunjukkan bahwa respon perubahan nilai produktivitas tenaga kerja atas

perubahan nilai upah riil maupun perubahan pertumbuhana teknologi pada

masing-masing sektor bersifat in-elastis. Gambaran ini menunjukkan bahwa

peningkatan nilai dari variabel ini hanya berdampak kecil terhadap perubahan

nilai produktivitas tenaga kerja. Sedangkan nilai elastisitas dari variabel jumlah

tenaga kerja sektoral dan variabel nilai tambah bruto sektoral yang mendekati nilai

satu, menunjukkan bahwa sifat dari elastisitas ini mendekati sifat unitary-elastis,

yang artinya bahwa ketika variabel ini mengalami perubahan sebesar satu persen,

maka produktivitas tenaga kerja juga akan berespon secara proporsional sesuai

arah korelasinya.

Page 147: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

130

5.4.6. Angkatan Kerja Perkotaan dan Pedesaan

Model analisis angkatan kerja (penawaran tenaga ) yang dibangun dalam

tulisan ini, di dasarkan pada asumsi bahwa dalam analisa agregat, penawaran

tenaga kerja selain ditentukan oleh tingkat upah, juga dipengaruhi oleh perubahan

populasi, tingkat partisipasi angkatan kerja dan arus migrasi seperti yang

dijelaskan oleh Ruby (2003). Karena itu, model persamaan penawaran tenaga

kerja (angkatan kerja) dalam tulisan ini yang didisagregasi menurut wilayah kota

dan desa adalah angkatan kerja merupakan fungsi dari upah riil, migrasi masuk,

tingkat partisipasi angkatan kerja, jumlah penduduk usia kerja (sebagai

pencerminan dari perubahan populasi).

Variabel migrasi masuk (MM) dalam model tersebut merupakan variabel

endogen yang merupakan fungsi dari rata-rata upah riil di Sulawesi Selatan (W),

peluang angkatan kerja untuk bekerja yang dicerminkan oleh tingkat partisipasi

pekerja (TPK) di Sulawesi Selatan serta dummy konflik horisontal di KTI.

Pengertian migrasi masuk dalam model ini adalah migrasi masuk pada setiap

kabupaten/kota yang diagregasi (dijumlahkan) untuk tingkat provinsi. Karena itu,

migrasi masuk ini, tidak hanya mengkaver megrasi masuk antar provinsi, tetapi

juga melingkupi migrasi masuk antar kabupaten/kota, dan dengan sendirinya juga

melingkupi migrasi dari berbagai pedesaan ke pusat-pusat kota di Sulawesi

Selatan.

Hasil estimasi dari persamaan-persamaan angkatan kerja ini menghasilkan

nilai koefisien detereminasi (R2) sebesar 98.58 persen untuk persamaan angkatan

kerja perkotaan dan sekitar 95.79 persen untuk persamaan angkatan kerja

pedesaan. Sedangkan persamaan migrasi masuk (MM) memiliki koefisien

determinasi (R2) sebesar 64.75 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa peubah

penjelas dalam model dapat menjelaskan perilaku variabel endogen secara baik,

selain itu pada setiap persemaan peubah penjelas secara bersama-sama juga

berpengaruh signifikan pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0,01.

Gambaran rinci mengenai hasil analisis penawaran tenaga kerja (angkatan kerja)

baik di perkotaan maupun dipedesaan serta persamaan migrasi masuk akan

dijelaskan satu persatu sebagai berikut.

Page 148: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

131

Angkatan Kerja Kota. Hasil analisa pada persamaan angkatan kerja kota,

menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di perkotaan, variabel migrasi masuk

(MM), tingkat partisipasi angkatan kerja perkotaan (TPAKK), dan penduduk usia

kerja (PUK), signifikan pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0.01 dan 0.10.

Sementara rata-rata upah riil di perkotaan (WK) tidak berpengaruh signifikan.

Semua variabel yang ada dalam model ini memiliki koefisien korelasi positif

dengan variabel endogennya, yang berarti bahwa perubahan positif dari variabel-

variabel tersebut akan meningkatkan angkatan kerja perkotaan.

Selanjutnya dilihat dari nilai elastisitas masing-masing variabel, maka

variabel TPAKK dan variabel PUK bersifat elastis dalam jangka pendek dan

dalam jangka panjang, sedangkan variabel lainnya bersifat in-elastis. Gambaran

ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai TPAKK dan PUK akan direspon oleh

peningkatan angkatan kerja perkotaan (AKK) dengan proporsi yang lebih besar,

sementara variabel migrasi masuk (MM), dan variabel upahh riil perkotaan (WK)

akan direspon dengan proporsi yang lebih kecil. Nilai respon ini semakin besar

dalam jangka panjang mengingat variabel lag endogennya memberi pengaruh

yang signifikan.

Angkatan Kerja Pedesaan. Hasil pendugaan parameter pada persamaan

angkatan kerja pedesaan, menunjukkan bahwa angkatan kerja pedesaan

dipengaruhi oleh variabel Migarasi masuk (MM), tingkat partisipasi angkatan

kerja pedesaan (TPAKD), dan total penduduk usia kerja (PUK) di Sulawesi

Selatan pada tingkat kesalahan yang ditolerir (a) = 0.01. Sementara rata-rata

upah riil di pedesaan (WD) tidak berpengaruh signifikan.

Hasil pendugaan koefisien korelasi menunjukkan bahwa semuah variabel

dalam model berkorelasi positif dengan variabel angkatan kerja pedesaan, kecuali

variabel migrasi masuk (MM) berkorelasi negatif dengan variabel endogennya,

yang berarti semakin banyak banyak migrasi masuk akan berdampak pada

pengurangan angkatan kerja pedesaan. Hal ini disebabkan karena data migrasi

masuk yang diolah pada model ini, juga mencirikan perilaku migrasi dari desa ke

kota (migrasi antar kabupaten). Karena itu, meningkatnya jumlah migrasi akan

meningkatkan angkatan kerja di perkotaan (korelasi positif), sekaligus akan

mengurangi angkatan kerja pedesaan (korelasi negatif). Dengan kata lain

Page 149: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

132

peningkatan jumlah migrasi masuk Sulawesi Selatan, sekaligus mencirikan

meningkatnya migrasi dari desa ke kota.

Selanjutnya dilihat dari nilai elastisitas masing-masing variabel, tampak

bahwa semua variabel dalam model analisis menghasilkan nilai elastisitas yang

lebih kecil dari nilai satu (bersifat in-elastis) baik dalam jangka pendek, maupun

dalam jangka panjang, Gambaran ini menunjukkan bahwa baik dalam jangka

pendek, terlebih lagi dalam jangka panjang, maka perubahan dari masing-masing

variabel akan direspon dengan proporsi yang lebih kecil oleh perubahan angkatan

kerja pedesaan (AKD) sesuai dengan hubungan korelasinya.

Tabel 15 Hasil estimasi parameter persamaan angkatan kerja perkotaan dan pedesaan di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

AKK Angkatan Kerja Perkotaan Intersept -1259553 0.0000 a) Migrasi Masuk (MM) 2.473675 0.0753 c) 0.0768 0.0980 Upah Riil Perkotaan (WK) 0.747375 0.2735 0.1295 0.1654 TPAK Perkotaan (TPAKK) 16367.02 0.0000 a) 1.0671 1.3631 P.Usia Kerja Sul-Sel (PUK) 0.164159 0.0000 a) 1.2400 1.5839 Lag Endogen (Lag AKK) 0.229661 0.0823 c) 0.2171 0.2774

R2 = 0.9858; F-Hitung = 166.2257 a) ; DW = 1.8329 AKD Angkatan Kerja Pedesaan

Intersept -703855.2 0.0056 a) Migrasi Masuk (MM) -5.727823 0.0022 a) -0.0562 -0.0569 Upah Riil Pedesaan (WD) 0.312013 0.7306 0.0101 0.0102 TPAK Pedesaan (TPAKD) 28567.46 0.0000 a) 0.7120 0.7209 P.Usia Kerja Sul-Sel (PUK) 0.259974 0.0000 a) 0.6204 0.6281 Lag Endogen (Lag AKD) 0.012548 0.9294 0.0123 0.0124

R2 = 0.9579; F-Hitung = 54.6340 a); DW = 1.8420 MM Migrasi Masuk

Intersept -21749.7 0.6844 Rata-2 Upah Riil (W) 0.227713 0.0877 c) 0.8695 1.0649 T.Part.AK Sul-Sel (TPAK) 202.3809 0.6672 0.4911 0.6015 Dummy Konflik H. (DKH) 9463.651 0.0621 c) 0.0893 0.1094 Lag Endogen (Lag MM) 0.19416 0.4495 0.1835 0.2247

R2 = 0.6475; F-Hitung = 5.9703 a); DW = 1.6102 Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004

Migrasi Masuk. Hasil pendugaan parameter pada persamaan migrasi

masuk kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang telah diagregasikan, tampaknya

dipengaruhi oleh variabel rata-rata upah riil (W) di Sulawesi Selatan dan dummy

konflik horisontal pada tingkat kesalahan (a) = 0.15. Sedangkan variabel tingkat

partisipasi kerja (TPK), yang mencirikan peluang angkatan kerja untuk terserap

pada lapangan pekerjaan tidak berpengaruh signifikan. Nilai koefisien korelasi

pada model ini, menunjukkan bahwa, semua variabel yang ada dalam model

Page 150: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

133

berkorelasi positif dengan variabel endogen, yang berarti peningkatan dari peubah

penjelas akan meningkatkan migrasi masuk ke Sulawesi Selatan

Selanjutnya dilihat dari nilai elastisitas masing-masing variabel, tampak

bahwa, meskipun dalam jangka pendek semua variabel dalam model analisis

menghasilkan nilai elastisitas yang lebih kecil dari nilai satu (bersifat in-elastis),

namun dalam jangka panjang variabel rata-rata upah riil Sulawesi Selatan, akan

memberi dampak pada peningkatan migrasi masuk dengan proporsi yang lebih

besar.

Hasil pendugaan pada persamaan ini, jika dikaitkan dengan teori Lewis

(1954) dalam Kasliwal (1995), yang menyebutkan bahwa adanya perbedaan upah

(antar upah pertanian pedesaan dengan industri perkotaan) akan mendorong

terjadinya migrasi ke perkotaan, demikian pula dikaitkan model Haris-Todaro

(1969) dalam Kasliwal (1995) yang menyebutkan bahwa tidak hanya upah yang

mendorong migrasi, tetapi juga peluang untuk bisa tertampung di lapangan kerja

perkotaan menjadi daya tarik migrasi. Hasil pendugaan, yang menunjukkan

variabel upah riil signifikan, sementara peluang angkatan kerja terserap di

lapangan pekerjaan (TPK) tidak signifikan, maka perilaku migrasi di Sulawesi

Selatan menunjukkan bahwa tingkat upah yang tinggi akan mendorong migrasi

masuk akan terus berlangsung, meskipun peluang angkatan kerja untuk terserap di

lapangan pekerjaan terbatas.

Tingkat upah riil yang signifikan terhadap migrasi, tetapi variabel TPK

tidak signifikan, diserta prilaku migrasi yang secara signifikan memperbesar

angkatan kerja kota, tapi mereduksi angkatan kerja pedesaan, maka implikasi

yang dapat ditarik dari hasil ini adalah apabila perbedaan upah rill antar wilayah

perkotaan dan wilayah pedesaan terus berlangsung dengan selisih yang semakin

tajam, maka migrasi akan terus berlangsung dan memperbesar jumlah angkatan

kerja perkotaan, sehingga mendorong semakin tingginya pengangguran perkotaan,

mengingat angkatan kerja perkotaan ini berpengaruh signifikan terhadap

pengangguran perkotaan.

5.4.7. Pengangguran Perkotaan dan Pedesaan

Masalah pengangguran adalah salah satu masalah makro ekonomi, yang

oleh banyak pihak senangtiasa dicarikan jalan keluar untuk mengatasinya. Karena

Page 151: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

134

pengangguran yang tinggi tidak hanya mencirikan pendapatan rata-rata

masyarakat menjadi rendah, tetapi juga dapat berdampak buruk pada stabilitas

sosial, keamanan bahkan dapat mempengaruhi kondisi perekonomian.

Pengangguran, tentu saja sangat terkait dengan dinamika pasar tenaga

kerja itu sendiri, baik dari sisi permintaan tenaga kerja, maupun dari sisi

penawarannya. Karena pengangguran, tidak lain adalah excess supply dari pasar

tenaga kerja. Ketika pertumbuhan kesempatan kerja tidak mampu mengimbangi

pertumbuhan angkatan kerja, maka jumlah pengangguran akan semakin

meningkat. Kesempatan kerja terkait dengan berbagai sumbe-sumber

pertumbuhan ekonomi, sedangkan angkatan kerja, selain dipengaruhi oleh transisi

masuk angkatan kerja (penduduk usia kerja yang masuk ke angkatan kerja) juga

tentunya terkait dengan migrasi masuk. Karena itu model persamaan

pengangguran yang dirumuskan adalah dimana pengangguran merupakan fungsi

dari permintaan tenaga kerja, angkatan kerja, migrasi dan pertumbuhan ekonomi.

Persamaan ini didisagregasi berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan.

Berdasarkan hasil pendugaan, maka persamaan pengangguran ini

menghasilkan nilai koefisien detereminasi (R2) sebesar 97.78 persen untuk

persamaan pengangguran perkotaan dan sekitar 99.79 persen untuk persamaan

pengangguran pedesaan. Sedangkan nilai uji F-Statistik, menunjukkan bahwa

variabel yang dimasukkan dalam model, secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel endogennya pada tingkat kesalahan (a) = 0.01.

Gambaran ini menunjukkan bahwa perilaku variabel endogen dari masing-masing

persamaan dapat dijelaskan secara baik oleh peubah penjelas. Hasil uji korelasi

serial juga menunjukkan bahwa kedua persamaan pengangguran yang dirumuskan

tidak mengandung masala korelasi serial. Hasil estimasi dari persamaan

pengangguran ini dapat dilihat pada tabel 16.

Page 152: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

135

Tabel 16 Hasil estimasi parameter persamaan pengangguran perkotaan dan pedesaan di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004

Elastisitas PEUBAH Dugaan

Parameter Probability t-Statistik JK Pendek JK Panjang

UK Pengangguran Perkotaan Intersept 7.136124 0.0000 a) A.Kerja Perkotaan (AKK) 0.0000964 0.0000 a) 5.8108 n.a K.Kerja Perkotaan (KK) -0.000104 0.0000 a) -5.4315 n.a Migrasi Masuk (MM) 4.36E-06 0.9230 0.0082 n.a Pertumbuhan Ekonomi (PE) -0.012016 0.8608 -0.0059 n.a

R2 = 0.9778; F-Hitung = 143.3178 a); DW = 1.1650 UD Pengangguran Pedesaan

Intersept 1.879203 0.2114 A.Kerja Pedesaan (AKD) 0.000038 0.0000 a) 18.0129 n.a K.Kerja Pedesaan (KD) -0.0000387 0.0000 a) -17.4013 n.a Migrasi Masuk (MM) -0.0000122 0.1844 -0.0567 n.a Pertumbuhan Ekonomi (PE) -0.019486 0.3671 -0.0239 n.a

R2 = 0.9979; F-Hitung = 1534.496 a); DW = 1.6237 Sumber : Diolah dari Berbagai Data BPS, 1985-2004

Hasil pendugaan parameter peubah penjelas pada persamaan

pengangguran perkotaan dan pedesaan, menunjukkan bahwa, variabel kesempatan

kerja dan angkatan kerja secara konsisten berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengangguran perkotaan dan pengangguran pedesaan pada tingkat kesalahan yang

ditolerir (a) = 0.01. Sedangkan variabel migrasi masuk hanya berpengaruh pada

pengangguran pedesaan pada tingkat a = 0.20 dengan korelasi yang bersifat

negatif terhadap pengangguran. Sementara variabel pertumbuhan ekonomi

konsisten tidak berpengaruh terhadap pengangguran perkotaan dan pedesaan.

Koefisien korelasi dari variabel angkatan kerja dan kesempatan kerja

konsisten untuk wilayah perkotaan dengan di wilayah pedesaan, dimana angkatan

kerja berkorelasi positif, sedangkan kesempatan kerja berkorelasi negatif.

Sedangkan migrasi masuk memberi pengaruh berbeda terhadap pengangguran di

perkotaan dengan pengangguran di pedesaan. Di wilayah perkotaan,

meningkatnya migrasi akan mendorong peningkatan pengangguran, sedangkan di

pedesaan justru pengangguran cenderung menurun dengan meningkatnya migrasi

masuk. Hal ini tentu terkait dengan sifat data migrasi masuk yang dianalisis, yang

merupakan migrasi masuk pada setiap kabupaten/kota yang telah diagregasikan,

sehingga tentunya data tersebut sekaligus mencirikan migrasi antar kabupaten dan

antar desa dengan kota. Karena itu semakin banyak jumlah migrasi, maka semakin

banyak pula pencari kerja di perkotaan dan sebaliknya akan mengurangi jumlah

Page 153: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

136

pencari kerja di pedesaan. Selanjutnya koefisien korelasi pertumbuhan ekonomi

juga konsisten bersifat negatif dengan tingkat pengangguran, yang berarti ada

kecenderungan pengangguran menurun dengan meningkatnya pertumbuhan

ekonomi, namun kecenderungan ini tidak bersifat nyata secara statistik.

Hasil perhitungan nilai elastisitas masing-masing variabel, menunjukkan

bahwa variabel angkatan kerja dan kesempatan kerja di pedesaan dan perkotaan

bersifat elastis terhadap tingkat pengangguran baik dalam jangka pendek, maupun

dalam jangka panjang. Namun jika dilihat dari besaran nilai elastisitasnya, maka

respon pengangguran terhadap perubahan angkatan kerja dan kesempatan kerja di

daerah pedesaan lebih besar dibandingkan respon pengangguran perkotaan

terhadap perubahan variabel serupa di perkotaan. Hal ini disebabkan karena lebih

dari 70 persen angkatan kerja, maupun penduduk bekerja yang ada di Sulawesi

Selatan, terkonsentrasi di wilayah pedesaan. Sehingga peningkatan angkatan kerja

atau pengurangan kesempatan kerja di pedesaan (cateris paribus) akan berdampak

besar terhadap pengangguran, paling tidak dampaknya lebih besar dibandingkan

terhadap pengangguran perkotaan.

Tidak signifikannya pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di

Sulawesi Selatan di sebabkan oleh sifat pertumbuhan ekonomi daerah ini tidak

berbasis pada pertumbuhan sektor padat karya. Hal ini di indikasikan pada

persamaan sebelumnya dimana pertumbuhan ekonomi tidak responsif terhadap

pertumbuhan tenaga kerja, bahkan tenaga kerja di sektor padat karya (pertanian)

tidak mampu memberi pengaruh nyata terhadap pertumbuhan nilai tambah sektor

pertanian. Dengan kata lain peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah ini tidak

di ikuti peningkatan jumlah tenaga kerja secara signifikan sehingga tidak mampu

menekan laju pengangguran.

Hasil pendugaan pada persamaan ini menunjukkan bahwa meskipun

angkatan kerja dan kesempatan kerja berpengaruh siginfikan terhadap

pengangguran, namun tampaknya angkatan kerja memberi tekanan yang lebih

besar, yang terlihat dari nilai elastsitasnya yang lebih besar di bandingkan

elastisitas kesempatan kerja. Kondisi ini dapat dipahami bahwa apabila tidak ada

upaya untuk mengreasi perluasan kesempatan kerja, maka pengangguran akan

terus meningkat. Karena itu, guna mengatasi pengangguran ini, maka kebijakan

Page 154: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

137

pemerintah sangat diperlukan untuk mengkreasi atau mendorong perluasan

kesempatan kerja baru, sehingga pertambahan angkatana kerja baru yang lebih

cepat dapat terserap. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah ini terutama

kaitannya dengan kebijakan fiskal baik dari sisi penerimaan, maupun dari sisi

pengeluaran. Dari sisi penerimaan, perda-perda yang mengatur pajak dan

retribusi yang bersifat ”menghambat” perkembangan sektor riil seyogyanya

diminimalkan. Sedangkan dari sisi pengeluaran, diharapkan dapat lebih fokus

untuk perbaikan infrastruktur serta peningkatan pelayanan publik. Sehingga

dengan strategi ini diharapkan sektor riil dapat lebih berkembang dan lebih

mampu untuk menciptakan lapangan kerja baru.

5.5. Analisis Kekakuan Upah dan Kelambanan Respon Permintaan Tenaga

Kerja Sektoral di Sulawesi Selatan

Analisa kekauan upah riil (wage regidity) yang dimaksudkan adalah

lambannya upah melakukan penyesuaian ke arah keseimbangan pasar tenaga kerja,

ketika terjadi shock pada sisi permintaan maupun pada sisi penawaran tenaga

kerja. Selain kekakuan upah, pada bagian ini juga akan dianalisa kelambanan

respon permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja), ketika terjadi shock upah riil.

Indikator kekakuan upah serta kelambanan respon permintaan tenaga kerja di

dasarkan pada waktu yang dibutuhkan oleh upah riil dan permintaan tenaga kerja

untuk merespon perubahan variabel determinannya sehingga mencapai

keseimbangannya kembali. Untuk mengukur seberapa cepat respon upah riil dan

permintaan tenaga kerja mencapai posisi keseimbangannya kembali, dalam tulisan

ini, didasarkan pada parameter error correction model (c). Menurut Manurung

(2005), bahwa nilai parameter ECM, menunjukkan seberapa cepat variabel

endogen mencapai nilai keseimbangannya kembali. Nilai parameter ECM yang

negatif menunjukkan bahwa nilai variabel endogen sekarang berada diatas nilai

jangka panjangnya, sehingga perlu dikoreksi untuk mencapai keseimbangan

jangka panjang. Semakin kecil nilai parameter ECM, maka semakin cepat proses

koreksi menuju keseimbangan jangka panjang.

Untuk menduga model persamaan ECM yang dirumuskan dalam tulisan

ini, maka beberapa tahap analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Page 155: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

138

1. Uji unit root : tahap ini dimaksudkan untuk memastikan ada tidaknya

persoalan akar unit (unit root) pada masing-masing variabel yang akan

dimasukkan dalam persamaan ECM. Apabila pada suatu variabel terdeteksi

mengandung akar unit, maka variabel tersebut bersifat tidak stasioner (non-

stationare). Data yang tidak stasioner akan menghasilkan persamaan yang

tidak valid dan sporius (semu). Metode yang digunakan untuk mendeteksi

persoalan akar unit ini adalah uji Augmented Dickey-Fuller (ADF Test).

Apabila data “level” menghasilkan nilai t-statistik yang tidak signifikan pada

nilai kritis 5 persen, atau dengan kata lain apabila nilai t-statistik lebih kecil

dari nilai statistik Augmented Dickey-Fuller mencakup intercep, tetapi tanpa

trend dengan nilai kritis 5% = -3.0400, maka data “level” tersebut terdeteksi

mengandung persoalan akar unit. Hasil uji unit root pada semua variabel,

menunjukkan bahwa semua variabel pada tingkat data “level” terdeteksi

mengandung unit root atau bersifat non-stasioner. Karena itu data “level”

masing-masing variabel tidak dapat digunakan dalam persamaan ECM.

2. Uji Derajat Integrasi atau Ordo Optimal : tahap ini dimaksudkan untuk

mengetahui derajat integrasi ke berapa sehingga data runtun waktu dari

masing-masing variabel yang akan digunakan bersifat stasioner. Dengan

menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF Test), menunjukkan bahwa

derjat integrasi masing-masing variabel berpariasi antara derjat pertama (first-

difference) dan pada derajat kedua (second-difference). Karena itu variabel

dalam persamaan ECM diolah berdasarkan tingkat derajat integrasinya

masing-masing. Hasil Uji unit root dan derajat integrasi dapat dilihat pada

Lampiran 4.

3. Uji Kointegrasi : tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua

variabel yang akan diamati dapat berkointegrasi, apabila kedua variabel

tersebut tidak berkointegrasi maka berarti tidak memiliki kestabilan atau

keseimbangan jangka panjang. Untuk melakukan uji kointegrasi ini, maka

langkah awal yang dilakukan adalah membangun persamaan regresi terhadap

dua variabel yang akan diamati dengan menggunakan data pada derajat yang

sama. Selanjutnya nilai residual dari persamaan tersebut ditaksir persamaan

autoregresive-nya, untuk mengetahui apakah resdual tersebut bersifat

Page 156: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

139

stasioner atau non-stasioner. Jika residual ini bersifat stasioner, berarti

terindikasi dapat terjadi kointegrasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua

persamaan yang diamati dalam penelitian ini dapat terjadi kointegrasi. Hasil

Uji Kointegrasi terlihat pada Lampiran 5.

4. Pendugaan Koefisien ECM : untuk menduga koefisien ECM, maka variabel-

variabel dalam persamaan di olah sesuai dengan derajat integrasinya serta

memasukkan residual yang bersifat stasioner sebagai salah satu variabel dalam

persamaan. Setelah persamaan tersebut terbentuk, selanjutnya diregresikan

dengan menggunakan metode OLS. Nilai parameter dari residual tersebut

merupakan koefisien ECM yang dapat diinterpretasikan sebagai speed of

adjusment dari variabel endogennya. Estimasi pendugaan parameter ECM

dapat dilihat pada lampiran 6.

5. Impuls Respon Function (IRF) : Tahap ini, merupakan analisa lanjutan dari

persamaan ECM. Analisa ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku

respon dinamik variabel endogen akibat adanya shock dari variabel

determinannya. Output dari analisa ini disajikan dalam bentuk grafik.

Persamaan ECM yang dibangun dalam penelitian ini, pada dasarnya

dikelompokkan menjadi dua bagian yakni (1) respon upah riil terhadap perubahan

permintaan dan penawaran tenaga kerja. Model ini dimaksudkan untuk mengukur

kekakuan upah riil (wage regidity) sektoral baik di perkotaan maupun di pedesaan.

(2) respon permintaan tenaga kerja terhadap perubahan upah riil. Model ini

dimaksudkan untuk menggambarkan kelambanan respon agen ekonomi dalam

pasar tenaga kerja untuk merespon perubahan upah riil. Hasil pendugaan pada

setiap persamaan ECM akan diuraikan satu persatu sebagai berikut.

5.5.1. Respon Upah Riil Terhadap Perubahan Permintaan dan Penawaran

Tenaga Kerja Model persamaan ECM yang dibangun pada bagian ini, terutama

ditujukan untuk mengukur periode waktu yang dibutuhkan oleh upah riil dalam

merespon guncangan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Periode

penyesuaian tersebut, sekaligus merupakan indikator kekakuan upah (wage

regiditiy). Semakin panjang periode penyesuaian, maka semakin kakuh upah riil

dan sekaligus mengindikasikan terjadinya distorsi pasar tenaga kerja. Menurut

Page 157: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

140

Mankiw (2000), gagalnya upah melakukan penyesuaian (upah kakuh) terhadap

permintaan dan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu penyebab

pengangguran yang disebutkannya sebagai pengangguran menunggu (wait

unemployment). Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal yakni ;

undang-undang upah minimum, kekuatan monopoli serikat pekerja dan efisiensi

upah.

Hasil pendugaan koefisien ECM pada persamaan-persamaan respon upah

riil, baik upah riil rata-rata di wilayah perkotaan maupun upah riil rata-rata di

wilayah pedesaan, menunjukkan bahwa upah riil diwilayah perkotaan dan

pedesaan serta upah riil rata-rata Sulawesi Selatan, tidak hanya di pengaruhi oleh

permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja, tetapi juga dipengaruhi oleh

error term (residual) atau variabel ECM pada tingkat a = 0.01 dan 0.05.

Koefisien korelasi dari variabel ECM pada setiap persamaan yang bertanda

negatif menandakan bahwa nilai upah riil pada saat sekarang (periode awal)

berada diatas nilai jangka panjangnya. Upah riil yang tertahan diatas tingkat

keseimbangannya, menunjukkan bahwa perusahaan gagal menurunkan upah riil

(upah kaku) akibat kelebihan penawaran tenaga kerja. Dengan demikian upah riil

di Sulawesi Selatan secara rata-rata, baik di perkotaan maupun di pedesaan

bersifat kakuh (rigid).

Page 158: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

141

Tabel 17. Hasil estimasi parameter ECM persamaan respon upah riil rata-rata, upah riil perkotaan dan pedesaan terhadap guncangan permintaan dan penawaran tenaga kerja di Sulawesi Selatan

Periode Penyesuaian

PEUBAH Parameter Dugaan

Probability t-Statistik Satuan

Thn Satuan

Bln D(W) Rata-rata Upah Riil Sul-Sel

Intersept -4693.76 0.2979 K.K Total D(K) 0.0701 0.0367 ECM01W (-1) -1.2596 0.0079 0.7939 9.53

R2 = 0,425111; F-Hitung = 5,546005 b); DW = 1,739092 D(W) Rata-rata Upah Riil Sul-Sel

Intersept -9054.98 0.0225 A.Kerja Total D(AK) 0.0957 0.0013 ECM02WAK (-1) -1.9445 0.0000 0.5143 6.17

R2 = 0,709570; F-Hitung = 18,32374 a); DW = 1,532272 D(WK) Rata-rata Upah Riil Perkotaan

Intersept 610.86 0.8495 K.K Perkotaan D(KK) 0.1673 0.0018 ECM03WKKK (-1) -1.9427 0.0000 0.5148 6.18

R2 = 0,819973; F-Hitung = 34,16052 a); DW = 1,843076 D(WK) Rata-rata Upah Riil Perkotaan

Intersept -1213.47 0.7573 A.Kerja Perkotaan D(AKK) 0.1069 0.0746 ECM04WKAKK (-1) -2.2990 0.0000 0.4350 5.22

R2 = 0,832651; F-Hitung = 37,31643 a); DW = 1,47553 D(WD) Rata-rata Upah Riil Pedesaan

Intersept -1240.85 0.7692 K.K Pedesaan D(KD) 0.0705 0.0174 ECM05WDKD (-1) -1.2025 0.0036 0.8316 9.98

R2 = 0,500981; F-Hitung = 7,529481 a); DW = 2,032601 D(WD) Rata-rata Upah Riil Pedesaan

Intersept -6579.89 0.1549 A.Kerja Pedesaan D(AKD) 0.1115 0.0197 ECM06WDAKD (-1) -1.6480 0.0004 0.6068 7.28

R2 = 0,578953; F-Hitung = 10,31272 a); DW = 1,674451

Sumber : Diolah dari Berbagai Data BPS, 1985-2004

Periode waktu yang dibutuhkan oleh upah riil rata-rata di Sulawesi Selatan

untuk melakukan penyesuaian sehingga kembali ke posisi keseimbangannya

adalah sekitar 9.5 bulan apabila shock-nya berasal dari permintaan tenaga kerja,

sedangkan jika shock-nya berasal dari penawaran tenaga kerja, maka upah riil

membutuhkan periode sekitar setengah tahun (6 bulan) untuk melakukan

penyesuaian hingga kembali ke posisi keseimbangannya.

Jika membandingkan periode penyesuaian upah riil di perkotaan dan

pedesaan, tampaknya, periode waktu yang dibutuhkan oleh upah riil rata-rata di

wilayah perkotaan lebih cepat dibandingkan upah riil di pedesaan. Dengan kata

lain upah riil di pedesaan lebih kakuh dibandingkan di perkotaan. Upah di

perkotaan memerlukan waktu sekitar setengah tahun untuk melakukan

Page 159: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

142

penyesuaian ke posisi keseimbangannya, sementara di pedesaan memerlukan

waktu 7 hingga 10 bulan untuk kembali ke posisi keseimbangannya akibat

guncangan permintaan dan penawaran tenaga kerja pedesaan. Tingginya kekakuan

upah di wilayah pedesaan, diduga terkait dengan sistem informasi yang tidak

sempurna, serta tenaga kerja sektor usaha yang umumnya merupakan tenaga kerja

keluarga, sehingga banyak alokasi tenaga kerja di wilayah ini, tidak melalui

mekanisme pasar tenaga kerja.

Selanjutnya bagaimana respon dinamis rata-rata upah riil di Sulawesi

Selatan serta respon dinamis upah riil perkotaan dan pedesaan dari guncangan

permintaan tenaga kerja, disajikan dalam Gambar 20 sampai Gambar 22. Hasil

analisis menunjukkan bahwa, pada periode awal upah riil pada setiap persamaan

berada diatas posisi keseimbangannya, dan mengalami fluktuasi beberapa periode

kedepan hingga mencapai keseimbangan jangka panjangnya. Dalam jangka

pendek upah riil memerlukan waktu kuran dari setahun untuk mencapai posisi

keseimbangan, baik upah riil rata-rata, maupun upah priil perkotaan dan pedesaan.

Akan tetapi dalam jangka panjang upah riil masih akan berfluktuasi hingga sekitar

lima tahun kedepan untuk berada pada posisi keseimbangan jangka panjangnya.

4000

8000

12000

16000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(W,2)

Accumulated Response of D(W,2) to CholeskyOne S.D. D(W,2) Innovat ion

Resp

on U

pah

Riil

Rat

a-Rat

a (R

p)

Gambar 20 Respon dinamis rata-rata upah riil Sulawesi Selatan terhadap

guncangan permintaan tenaga kerja total

Page 160: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

143

4000

6000

8000

10000

12000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(WK,2)

Accumulated Response of D(WK,2) to CholeskyOne S.D. D(WK,2) Innovation

Res

pon U

pah R

iil P

erko

taan

Gambar 21 Respon dinamis upah riil perkotaan terhadap guncangan permintaan

tenaga kerja perkotaan

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(WD,2)

Accumulated Response of D(WD,2) to CholeskyOne S.D. D(WD,2) Innovation

Res

pon

Upah

Riil P

edes

aan

Gambar 22 Respon dinamis upah riil pedesaan terhadap guncangan permintaan

tenaga kerja pedesaan Selanjutnya, hasil estimasi persamaan ECM upah riil sektoral di wilayah

perkotaan dan pedesaan, menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja di sektor

industri baik industri perkotaan maupun industri pedesaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap upah riil sektoralnya. Sedangkan variabel serupa di sektoral

pertanian dan sektora lainnya berpengaruh signifikan hingga tarap kesalahan a =

0.05 dan 0.15. Akan tetapi variabel error term (ECM) pada setiap persamaan upah

riil sektoral ini berpengaruh signifikan pada tarap nyata a = 0.01 dan 0.05.

Koefisien korelasi dari variabel ECM juga bertanda negatif untuk semua

persamaan, yang berarti bahwa upah riil sektoral saat sekarang berada di atas

posisi keseimbangannya atau upah bersifat kakauh (Tabel 18).

Page 161: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

144

Tabel 18 Hasil estimasi parameter ECM persamaan respon upah riil sektoral di wilayah perkotaan dan pedesaan terhadap guncangan permintaan tenaga kerja sektoral di Sulawesi Selatan

Periode Penyesuaian

PEUBAH Parameter Dugaan

Probability t-Statistik Satuan

Thn Satuan

Bln D(WPK) Upah Riil Pertanian Perkotaan

Intersept 212.40 0.9623 K.K Pertanian Kota D(KPK) 0.3965 0.1290 ECM07WPKKPK (-1) -1.2671 0.0001 0.7892 9.47

R2 = 0,670355; F-Hitung = 15,25176 a); DW = 2,116995 D(WIK) Upah Riil Industri Perkotaan

Intersept 4568.39 0.4806 K.K Industri Kota D(KIK) 0.4959 0.4199 ECM08WIKKIK (-1) -0.9222 0.0077 1.0844 13.01

R2 = 0,387559; F-Hitung = 4,746087 b); DW = 1,878977 D(WLK) Upah Riil S.Lain Perkotaan

Intersept 2341.68 0.5719 K.K S.Lain Kota D(KLK) 0.1531 0.0140 ECM09WLKKLK (-1) -2.2294 0.0000 0.4485 5.38

R2 = 0,595004; F-Hitung = 11,01871 a); DW = 1,873971 D(WPD) Upah Riil Pertanian Pedesaan

Intersept -4632.17 0.3519 K.K Pertanian Desa D(KPD) 0.0996 0.0294 ECM10WPDKPD (-1) -1.5597 0.0013 0.6411 7.69

R2 = 0,548907; F-Hitung = 9,126272 a); DW = 2,200678 D(WID) Upah Riil Industri Pedesaan

Intersept -732.28 0.9105 K.K Industri Desa D(KID) 0.0988 0.9153 ECM11WIDKID (-1) -0.8382 0.0217 1.1931 14.32

R2 = 0,352813; F-Hitung = 4,088608 b); DW = 2,349674 D(WLD) Upah Riil S.Lain Pedesaan

Intersept -2979.92 0.7407 K.K S.Lain Desa D(KLD) 0.2240 0.0124 ECM12WLDKLD (-1) -1.4354 0.0092 0.6967 8.36

R2 = 0,509951; F-Hitung = 7,804590 a); DW = 2,022569

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004

Pada Tabel diatas terlihat bahwa sektor industri, baik di perkotaan, terlebih

lagi industri pedesaan memiliki upah yang paling kakuh. Periode waktu yang

dibutuhkan oleh upah riil di sektor industri baik di perkotaan maupun dipedesaan

sehingga kembali ke posisi keseimbangannya adalah sekitar 1.2 tahun. Sedangkan

periode penyesuaian upah riil di sektor pertanian dan sektor lainnya baik di

wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan adalah kurang dari satu tahun.

Tingginya kekakuan upah di sektor industri ini, diduga terutama terkait dengan

efisiensi upah, dimana pengusaha tidak serta merta menurunkan upah riilnya

ketika upah riil berada di atas keseimbangan, karena dikhawatirkan akan

berdampak pada menurunnya produktivitas tenaga kerjannya. Selain itu, pelaku

bisnis di sektor ini ummnya mematuhi UMR, terutama bisnis formal. Hal lain

Page 162: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

145

adalah menguatnya kelembagaan serikat pekerja, khususnya tenaga kerja sektor

industri perkotaan beberapa tahun terakhir.

Bagaimana perilaku respon dinamis dari masing-masing upah riil sektoral,

baik di wilayah perkotaan maupun diwilayah pedesaan, terlihat pada Gambar 23

sampai Gambar 28. Hasil analisis menunjukkan bahwa semuah upah riil sektoral

berada diatas upah keseimbangannya, sehingga upah riil sekoral ini akan

terkoreksi untuk mencapai keseimbangannya jika ada guncangan permintaan

tenaga kerja sektoral. Dalam jangka pendek, secara umum upah riil sektoral

memerlukan waktu kurang dari satu tahun untuk mencapai posisi

keseimbangannya, kecuali di sektor industro memerlukan waktu lebih satu tahun.

Dalam jangka panjang, dampak guncangan permintaan tenaga kerja ini akan

menimbulkan fluktuasi upah yang cukup lama di sektor industri, khususnya

industri perkotaan yang dampaknya masih terasa hingga 10 tahun ke depan,

sedangkan di sektor pertanian, fluktuasi upah dalam jangka panjang tidak

berlangsung lama.

13000

14000

15000

16000

17000

18000

19000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(WPK,2)

Accumulated Response of D(WPK,2) to CholeskyOne S.D. D(WPK,2) Innovation

Resp

on

Upah

riil P

ertan

ian

Kota

Gambar 23. Respon dinamis upah riil sektor pertanian perkotaan terhadap

guncangan permintaan tenaga kerja pertanian perkotaan

-10000

0

10000

20000

30000

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

D(WIK,1)

Accumulated Response of D(WIK,1) to CholeskyOne S.D. D(WIK,1) Innovation

Res

pon

Upah

Riil Ind

ustri P

erko

taan

Gambar 24 Respon dinamis upah riil sektor industri perkotaan terhadap

guncangan permintaan tenaga kerja industri perkotaan

Page 163: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

146

6000

8000

10000

12000

14000

16000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(WLK,2)

Accumulated Response of D(WLK,2) to CholeskyOne S.D. D(WLK,2) Innovation

Res

pon

Upah

Riil

Sek

tor

Lain

Per

kota

an

Gambar 25 Respon dinamis upah riil sektor lain perkotaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja sektor lain perkotaan

4000

8000

12000

16000

20000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(WPD,2)

Accumulated Response of D(WPD,2) to CholeskyOne S.D. D(WPD,2) Innovation

Res

pon U

pah

Riil P

erta

nia

n Ped

esaa

n

Gambar 26 Respon dinamis upah riil sektor pertanian pedesaan terhadap

guncangan permintaan tenaga kerja pertanian pedesaan

8000

12000

16000

20000

24000

28000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(WID,2)

Accumulated Response of D(WID,2) to CholeskyOne S.D. D(WID,2) Innovation

Res

pon

Upa

h R

iil I

ndus

tri Ped

esa

an

Gmbar 27 Respon dinamis upah riil sektor industri pedesaan terhadap

guncangan permintaan tenaga kerja industri pedesaan

Page 164: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

147

15000

20000

25000

30000

35000

40000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D(WLD,2)

Accumulated Response of D(WLD,2) to CholeskyOne S.D. D(WLD,2) Innovation

Res

pon

Upa

h Riil S

ektor

Lain

di Pede

saan

Gambar 28 Respon dinamis upah riil sektor lain pedesaan terhadap guncangan

permintaan tenaga kerja sektor lain pedesaan 5.5.2. Respon Permintaan Tenaga Kerja Terhadap Perubahan Upah Riil

Menurut Taylor dan Chanery dalam Kasliwal (1995), bahwa salah satu

faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan pasar, adalah karena agen

ekonomi merespon secara lambat terhadap perubahan harga. Berdasarkan pada

pandangan tersebut, maka studi ini, juga ditujukan untuk mengukur kelambanan

respon pengusaha dalam pasar tenaga kerja, dimana kelambanan respon tersebut

dicerminkan dari kelambana respon permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja)

ketika terjadi shock upah riil. Kelambanan respon permintaan tenaga kerja ini,

juga diukur dengan menggunakan metode persamaan ECM.

Hasil pendugaan parameter ECM untuk persamaan respon permintaan

tenaga kerja dari guncangan upah riil, menunjukkan bahwa upah riil rata-rata,

maupun upah riil perkotaan dan pedesaan dapat direspon secara signifikan oleh

permintaan tenaga kerja pada tingkat kesalahan a = 0.01 dan 0.05. Demikian

pula error term (residual) pada setiap persamaan berpengaruh signifikan hingga

tarap nyata 95 persen.

Selanjutnya di lihat dari koefisien korelasi dari variabel ECM (residual)

pada setiap persamaan bersifat negatif. Gambaran ini menunjukkan bahwa pada

periode awal permintaan tenaga kerja berada diatas keseimbangan jangka

panjangnya, sehingga permintaan tenaga kerja ini akan merespon harga untuk

mencapai posisi keseimbangannya kembali. Dibandingkan dengan respon upah

Page 165: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

148

riil terhadap permintaan dan penawaran tenaga kerja, seperti yang telah diuraikan

pada bagian terdahulu, maka tampaknya respon kesempatan kerja (permintaan

tenaga kerja) dari perubahan upah riil, bersifat lebih kakuh atau lebih lamban

( Tabel 19).

Tabel 19 Hasil estimasi parameter ECM persamaan respon kesempatan kerja perkotaan dan pedesaan terhadap guncangan upah riil di Sulawesi Selatan

Periode Penyesuaian

PEUBAH Parameter Dugaan

Probability t-Statistik Satuan

Thn Satuan

Bln D(KK) K.Kerja Perkotaan

Intersept 5438.97 0.6954 Rata-2 Upah Riil Kota D(WK) 2.4262 0.0028 ECM14KKWK (-1) -0.4991 0.0403 2.0035 24.04

R2 = 0,319067; F-Hitung = 3,514296 c); DW = 1,538104 D(KD) K.Kerja Pedesaan

Intersept 9857.13 0.7732 Rata-2 Upah Riil Desa D(WD) 3.3388 0.0452 ECM15KDWD (-1) -0.6867 0.0239 1.4563 17.48

R2 = 0,461628; F-Hitung = 6,430896 a); DW = 2,012186

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Dengan membandingkan respon permintaan tenaga kerja perkotaan

dengan respon permintaan tenaga kerja pedesaan dari guncangan upah riil masing-

masing, maka tampaknya kesempatan kerja di pedesaan akan merespon lebih

cepat dibandingkan kesempatan kerja di perkotaan. Periode waktu yang

dibutuhkan oleh kesempatan kerja perkotaan untuk mencapai keseimbangannya

adalah sekitar dua tahun, sementara di pedesaan hanya membutuhkan sekitar 1.5

tahun.

Lambannya respon kesempatan kerja di perkotaan dibandingkan dengan

respon kesempatan kerja di pedesaan, di duga terkait dengan sistem recruitment

tenaga kerja serta spsifikasi tenaga kerja di butuhkan sektor-sektor usaha di

perkotaan berbeda dengan di pedesaan. Sektor usaha di perkotaan umumnya

membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan, spesifikasi pendidikan

tertentu dan persyaratan lainnya serta dengan sistem perekrutan yang umumnya

menggunaka prosedur formal, demikian pula dalam hal pemutusan hubungan

kerja perusahaan diharuskan memenuhi aturan-aturan tertentu, sehingga respon

kesempatan kerja perkotaan ini memerlukan waktu yang cukup panjang untuk

mencapai posisi keseimbangannya kembali jika terjadi shock upah riil. Sementara

Page 166: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

149

kegiatan produktif di pedesaan yang kebutuhan tenaga kerjanya tidak terlalu

spesifik dan sistem perekrutan tenaga kerjanya pun lebih sederhanan sehingga

memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mencapai posisi keseimbangannya

kembali. Respon kesempatan kerja pedesaan yang lebih cepat ini, juga sekaligus

menunjukkan bahwa kesempatan kerja pedesaan lebih fleksibel dalam menyerap

para “pencari kerja sementara” jika terjadi penurunan upah.

Hasil analisis Impuls Respon Function (IRF) terhadap persamaan respon

kesempatan kerja total serta kesempatan kerja perkotaan dan pedesaan dari

guncangan upah riil, memperlihatkan perilaku respon kesempatan kerja, baik

dalam jangka pendek, maupun perilaku beberapa periode kedepan dalam

mencapai keseimbangan jangka panjangnya, seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 29 sampai Gambar 30.

10000

20000

30000

40000

50000

60000

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

D(KK,2)

Accumulated Response of D(KK,2) to CholeskyOne S.D. D(KK,2) Innovation

Res

pon P

erm

intaan

TK P

erko

taan

Gambar 29 Respon dinamis kersempatan kerja perkotaan terhadap guncangan

upah riil perkotaan

0

40000

80000

120000

160000

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

D(KD,2)

Accumulated Response of D(KD,2) to CholeskyOne S.D. D(KD,2) Innovation

Res

pon

Per

min

taan

TK P

edes

aan

Gambar 30 Respon dinamis kersempatan kerja pedesaan terhadap guncangan

upah riil pedesaan

Page 167: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

150

Gambar diatas menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek kesempatan

kerja perkotaan memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk mencapai posisi

keseimbangannya, sedangkan kesempatan kerja pedesaan memerlukan waktu

kurang dari dua tahun. Selain itu dalam jangka panjang guncangan upah riil ini

akan berdampak pada fluktuasi kesempatan kerja yang cukup besar hingga sekitar

tahun ke sembilan, sementara di pedesaan fluktuasi kesempatan kerja mulai stabil

pada tahun ke enam.

5.6. Analisis Simulasi Kebijakan Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

Analisa simulasi kebijakan dimaksudkan untuk melihat dampak berbagai

kebijakan terhadap kesempatan kerja sektoral dan nilai tambah bruto sektoral serta

terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Simulasi ini dilakukan dengan

cara memberi shock terhadap berbagai variabel sumber-sumber pertumbuhan

ekonomi baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran.

Dari sisi permintaan sumber pertumbuhan ekonomi, simulasi dilakukan

terhadap variabel konsumsi masyarakat (CS), investasi (INV), ekspor (EXPR),

impor (IMP) dan PAD (dengan variabel endogen GOV). Besarnya perubahan

yang dilakukan terhadap variabel tersebut masing-masing sebesar 25 persen.

Besaran perubahan (shock) tersebut dianggap sebagai nilai moderat, mengingat

fluktuasi aktual pertumbuhan tahunan masing-masing variabel tersebut sangat

variatif. Variabel CS memiliki Range Pertumbuhan tahunan sekitar -1.74 – 8.8

persen pertahun, Variabel GOV sekitar -5.45 – 25.49 persen per tahun; INV

berkisar -20.61 – 24.88 persen pertahun ; ekspor berkisar -33.32 – 69.06 persen

pertahun dan impor berkisar -27.53 – 80.85 persen pertahun.

Sedangkan simulasi terhadap sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi supply,

dilakukan terhadap pertumbuhan teknologi untuk seluruh sektor (TFP), serta

pertumbuhan teknologi sektoral (TFPP, TFPI dan TFPL). Besaran shock yang

dilakukan adalah meningkatkan 2 persen untuk masing-masing variabel. Besaran

ini juga dianggap nilai moderat untuk melihat dampaknya terhadap pertumbuhan

kesempatan kerja sektoral, nilai tambah sektoral serta terhadap pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan.

Page 168: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

151

Metode simulasi yang digunakan adalah model deterministic dengan static

solution. Persamaan yang diestimasi adalah kesempatan kerja sektoral di wailayah

perkotaan dan pedesaan serta variabel nilai tambah bruto sektoral dan

pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis kelayakan estimasi dari persamaan-

persamaan ini menghasilkan nilai Theil Inequality Coeficient yang berkisar antara

0.006526 hingga 0.070756 (Lampiran 7). Gambaran ini menunjukkan bahwa

simulasi layak dilakukan untuk mengestimasi persamaan tersebut, karena nilai

Theil Inequalitiy Coeficient jauh lebih kecil dari satu sebagai nilai batas kelayakan.

Output simulasi ini di sajikan dalam dua bentuk yakni secara grafik dan

secara tabel. Penyajian grafik dimaksudkan untuk melihat perilaku persamaan

kesempatan kerja, nilai tambah sektoral dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Selatan sebelum perubahan (aktual) dan setelah perubahan (simulasi). Sedangkan

penyajian tabel dimaksudkan untuk melihat besarnya perubahan nilai rata-rata

yang dinyatakan dalam persen (%) berbagai variabel endogen yang diestimasi

sebagai dampak dari dari simulasi tersebut. Pembahasan hasil masing-masing

simulasi akan diuraikan satu persatu sebagai berikut.

Simulasi peningkatan konsumsi masyarakat (CS = 25%). Hasil analisis

menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat di Sulawesi Selatan

sebesar 25 persen akan berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja

sektoral di perkotaan, khususnya di sektor industri pengolahan dan sektor lainnya

di perkotaan, sementara dampaknya terhadap kesempatan kerja sektoral di

pedesaan tidak besar, bahkan berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja

sektor pertanian pedesaan. Akan tetapi dampak simulasi ini mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Gambaran ini menujukkan bahwa

peningkatan konsumsi masyarakat, menyebabkan “pola permintaan” masyarakat

terhadap barang produksi perkotaan meningkat dengan proporsi yang lebih besar

dibandingkan dengan permintaan terhadap barang yang diproduksi di pedesaan,

sehingga permintaan tenaga kerja di perkotaan meningkat lebih besar

dibandingkan peningkatan tenaga kerja pedesaan, bahkan menurunkan tenaga

kerja pertanian pedesaan.

Gambaran ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berbasis

terhadap pertumbuhan konsumsi, memang dapat merangsan berkembangnya

Page 169: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

152

sektor industri pengolahan dan sektor lainnya di perkotaan, akan tetapi kondisi

akan memberi dampak buruk bagi pasar tenaga kerja keseluruhan, mengingant

konsentrasi tenaga kerja umumnya (lebih 70%) berada di daerah pedesaan

terutama di sektor pertanian.

Besarnya perubahan relatif (%) kesempatan kerja sektoral dari perubahan

konsumsi masyarakat ini adalah meningkat sekitar 0.0461 persen dan 6.6736

persen untuk kesempatan kerja industri perkotaan dan sektor lain perkotaan.

Sedangkan di pedesaan peningkatan konsumsi ini hanya berdampak positif

terhadap kesempatan kerja sektor lain di pedesaan dengan dampak sebesar 1.0439

persen. Selanjutnya hasil simulasi ini memberi dampak penurunan kesempatan

kerja sebesar -12.8581 persen; -1.3016 persen dan -0.0064 persen untuk masing-

masing sektor pertanian perkotaan, sektor pertanian pedesaan dan sektor industri

pedesaan. Dampak peningkatan konsumsi ini terhadap kesempatan kerja total

adalah menurun sekitar 0.2778 persen. Dampaknya terhadap pertumbuhan

ekonomi adalah sekitar sekitar 0.1351 persen. Besaran perubahan variaebl

estimasi dapat dilihat pada Tabel 20 dan perilaku variabel yang diestimasi dari

simulasi konsumsi masyarakat terlihat pada Gambar 31

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (CS 25%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (CS 25%)

KIK

200000

400000

600000

800000

1000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (CS 25%)

KLK

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (CS 25%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KID (CS 25%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (CS 25%)

KLD

-8

-4

0

4

8

12

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual PE (CS 25%)

PE

0

5

10

15

20

25

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual UK (CS 25%)

UK

-5

0

5

10

15

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actua l UD (CS 25%)

UD

Gambar 31 Dampak peningkatan konsumsi masyarakat (CS) 25% terhadap

pertumbuhan ekonomi dan kesempatakan kerja Sulawesi Selatan

Page 170: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

153

Simulasi peningkatan Investasi (INV = 25%). Hasil analisis menunjukkan

bahwa peningkatan investasi di Sulawesi Selatan sebesar 25 persen akan

berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral baik di

wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan, demikian pula berdampak pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja sektor industri pengolahan

dan kesempatan kerja sektor lainnya baik di perkotaan maupun dipedesaan

mengalami peningkatan yang cukup besar dari simulasi ini, yakni masing-masing

diatas lima persen. Sedangkan sektor pertanian di perkotaan dan pedesaan masing-

masing kurang dari satu persen. Gambaran ini sekaligus menunjukkan bahwa

iklim investasi di Sulawesi Selatan bias terhadap industri pengolahan dan sektor

lainnya. Secara total dampak peningkatan investasi terhadap kesempatan kerja

total di Sulawesi Selatan adalah sebesar 3.88 persen. Selanjutnya, peningkatan

investasi ini memberi dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dari

sekitar rata-rata 5.93 persen per tahun (nilai aktual) menjadi sekitar 6.07 persen

per tahun (hasil simulasi), atau meningkat sekitar 0.1241 persen (Tabel 20).

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (INV 25%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (INV 25%)

KIK

200000

400000

600000

800000

1000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (INV 25%)

KLK

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (INV 25%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

140000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KID (INV 25%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (INV 25%)

KLD

-8

-4

0

4

8

12

86 88 90 92 94 96 9 8 00 02 04

Actual PE (INV 25 %)

PE

0

5

10

15

20

25

8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04

Actua l UK (INV 25 %)

UK

-5

0

5

10

15

8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04

Actual UD (INV 25 %)

UD

Gambar 32 Dampak peningkatan investasi (INV) 25 % terhadap pertumbuhan

ekonomi dan kesempatakan kerja Sulawesi Selatan

Page 171: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

154

Simulasi peningkatan Ekspor (EXPR = 25%). Simulasi peningkatan ekspor

sebesar 25 persen akan memberi dampak positif terhadap peningkatan kesempatan

kerja di seluruh sektor baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan,

demikian pula pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sektor yang paling besar

peningkatan kesempatan kerjanya dari simulasi ini adalah sektor pertanian

pedesaan yakni meningkat sekitar 5.96 persen dari nilai aktualnya, kemudian

diikuti oleh sektor lainnya di pedesaan yakni sebesar 1.67 persen. Hasil simulasi

ini memberi dampak cukup besar terhadap kesempatan kerja total di Sulawesi

Selatan yakni sebesar 3.85 persen. Selanjutnya, peningkatan ekspor ini memberi

dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang paling besar yakni sekitar

0.1669 persen (Tabel 20). Perilaku kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan

ekonomi sebagai dampak peningkatan ekspor terlihat pada Gambar 33

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (EXPR 25%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (EXPR 25%)

KIK

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (EXPR 25%)

KLK

800000

1200000

1600000

2000000

2400000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (EXPR 25%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KID (EXPR 25%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (EXPR 25%)

KLD

-8

-4

0

4

8

12

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual PE (EXPR 25%)

PE

0

5

10

15

20

25

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual UK (EXPR 25%)

UK

-5

0

5

10

15

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual UD (EXPR 25%)

UD

Gambar 33 Dampak peningkatan ekxpor (Expr) 25% terhadap pertumbuhan

ekonomi dan kesempatakan kerja sektoral Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan Impor (IMP = 25%). Simulasi peningkatan impor

sebesar 25 persen, tampaknya akan menimbulkan kontraksi kesempatan kerja

pada semua sektor, serta kontraksi pertumbuhan ekonomi. Penciutan kesempatan

kerja paling besar terjadi di sektor pertanian, baik di pertanian perkotaan, maupun

pertanian pedesaan. Terjadinya kontraksi kesempatan kerja di sektoral di daerah

Page 172: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

155

ini pada saat terjadi peningkatan impor, disebabkan karena terjadi penyempitan

pasar hasil-hasi produksi domestik, terutama sektor pertanian. Kondisi ini

tentunya akan berdampak buruk terhadap permintaan tenaga kerja sektoral,

demikian pula pada kondisi perekonomian secara keseluruhan, sehingga terjadi

kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar minus 0.1397 persen (Tabel 20). Perilaku

kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak

peningkatan impor terlihat pada Gambar 34.

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (IMP 25%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (IMP 25%)

KIK

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (IMP 25%)

KLK

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (IMP 25%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KID (IMP 25%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (IMP 25%)

KLD

-8

-4

0

4

8

12

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual PE (IMP 25%)

PE

0

5

10

15

20

25

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual UK (IMP 25%)

UK

-5

0

5

10

15

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual UD (IMP 25%)

UD

Gambar 34 Dampak peningkatan impor (IMP) 25% terhadap pertumbuhan

ekonomi dan kesempatakan kerja sektoral Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD = 25%). Simulasi

peningkatan PAD sebesar 25 persen, tampaknya tidak memberi dampak yang

besar terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral, maupun terhadap

pertumbuhan ekonomi. Bahkan peningkatan PAD ini dapat menyebabkan

terjadinya penciutan kesempatan kerja di sektor pertanian baik di perkotaan

maupun di pedesaan. Gambaran ini menunjukkan bahwa kedua sektor ini cukup

rentang terhadap peningkatan pajak dan retribusi sebagai sumber PAD, sekaligus

menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah ini masih bias terhadap industri

pengolahan dan sektor lainnya, ketimbang ke sektor pertanian. Besaran perubahan

variabel kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi, sebagai dampak

Page 173: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

156

peningkatan PAD dapat dilihat pada Tabel 20, sedangkan perilaku variabel yang

diestimasi dari simulasi ini terlihat pada Gambar 35.

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (PAD 25%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (PAD 25%)

KIK

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (PAD 25%)

KLK

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (PAD 25%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KID (PAD 25%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (PAD 25%)

KLD

-8

-4

0

4

8

12

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual PE (PAD 25%)

PE

0

5

10

15

20

25

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual UK (PAD 25%)

UK

-5

0

5

10

15

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual UD (PAD 25%)

UD

Gambar 35. Dampak peningkatan PAD = 25% terhadap kesempatan kerja dan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan pertumbuhan TFP (2%). Simulasi peningkatan input

residual (Total factor productivity) ini tidak hanya pada teknologi seluruh sektor

(TFP), tetapi juga dilakukan simulasi terhadap TFP sektoral. Simulasi TFP

dilakukan untuk mengetahui dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan, sedangkan simulasi TFPP, TFPI dan TFPL, dimaksudkan untuk

mengetahui dampaknya terhadap kesempatan kerja di masing-masing sektor, serta

dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah sektoral.

Hasil analisa simulasi terhadap TFP, menunjukkan bahwa dengan

meningkatkan input residual TFP (misalnya teknologi) 2 persen akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sekitar 1.1838 persen, atau

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 5.93 persen per tahun (nilai

actual) menjadi rata-rata 7.12 persen per tahun. Dampak ini, merupakan dapak

pertumbuhan ekonomi yang paling besar dibandingkan dampak dari sumber-

sumber pertumbuhan lainnya.

Page 174: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

157

Selanjutnya simulasi terhadap pertumbuhan input residual (TFP) secara

sektoral, menunjukkan bahwa peningkatan input residual pertanian (TFPP)

sebesar 2 persen, akan meningkatkan kesempatan kerja di sektor ini baik di

pertanian perkotaan, maupun di pertanian pedesaan. Gambaran ini menunjukkan

bahwa sifat input residual ini di pertanian umumnya tidak bersifat menghemat

atau mereduksi tenaga kerja. Peningkatan TFP pertanian ini, juga akan

meningkatkan nilai tambah bruto sektor pertanian yang cukup besar yakni

meningkat sekitar 1.56 persen. Sedangkan peningkatan input residual industri

(TFPI) akan berdampak pada menciutnya kesempatan kerja industri perkotaan,

tetapi meningkatkan kesempatan kerja pada industri pedesaan. Dampaknya

terhadap nilai tambah sektor industri pengolahan sekitar 1.1721 persen. Gambaran

ini menunjukkan bahwa peningkatan input residual industri (misalnya teknologi

industri) pedesaan memberikan dampak yang lebih baik dalam hal perluasan

kesempatan kerja dibandingkan teknologi industri perkotaan. Sementara

peningkatan TFPL, meskipun dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah

bruto sektor, cukup besar yakni sekitar 1.21 persen, namun sifat TFPL (teknologi)

di sektor ini bersifat mereduksi kesempatan kerja, baik di perkotaan maupun di

pedesaan. Besaran perubahan variabel kesempatan kerja sektoral dan

pertumbuhan ekonomi, sebagai dampak peningkatan teknologi terlihat pada Tabel

20, sedangkan perilaku variabel yang diestimasi dari simulasi ini terlihat pada

Gambar 36 – Gambar 39.

-8

-4

0

4

8

12

86 88 90 92 94 96 9 8 00 02 04

Actual PE (TFP 2%)

PE

0

5

10

15

20

25

8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04

Actual UK (TFP 2%)

UK

-5

0

5

10

15

8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04

Actua l UD (TFP 2%)

UD

Gambar 36 Dampak peningkatan total factor productivity (TFP) 2% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

Page 175: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

158

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (TFPP 2%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (TFPP 2%)

KIK

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (TFPP 2%)

KLK

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (TFPP 2%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KID (TFPP 2%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (TFPP 2%)

KLD

Gambar 37. Dampak peningkatan total factor productivity pertanian (TFPP)

2% terhadap kesempatan kerja pertanian dan nilai tambah bruto sektor pertanian di Sulawesi Selatan

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (TFPI 2%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (TFPI 2%)

KIK

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (TFPI 2%)

KLK

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (TFPI 2%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KID (TFPI 2%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (TFPI 2%)

KLD

Gambar 38 Dampak peningkatan total factor productivity sektor industri

pengolahan (TFPI) 2% terhadap kesempatan kerja dan nilai tambah bruto sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan

0

40000

80000

120000

160000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPK (TFPL 2%)

KPK

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KIK (TFPL 2%)

KIK

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLK (TFPL 2%)

KLK

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KPD (TFPL 2%)

KPD

80000

90000

100000

110000

120000

130000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual K ID (TFPL 2%)

KID

300000

400000

500000

600000

700000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

Actual KLD (TFPL 2%)

KLD

Gambar 39 Dampak peningkatan total factor productivity sektor lain (TFPL)

2% terhadap kesempatan kerja dan nilai tambah bruto sektor lain di Sulawesi Selatan

Page 176: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

159

Sebagai rangkuman dari hasil analisa simulasi terhadap berbagai factor

determinan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan,

maka, maka berikut ini disajikan Tabel 20 yang mengkomparasi dampak masing-

masing simulasi terhadap perubahan kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan

ekonomi. Berdasarkan pada tabel tersebut, terlihat bahwa peningkatan investasi,

ekspor dan peningkatan penggunaan input residual (misalnya teknologi), tidak

hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat mendorong perluasan

kesempatan kerja, sedangkan strategi peningkataan konsumsi masyarakat, impor

dan peningkatan PAD, kurang bermakna bagi perluasan kesempatan kerja dan

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Gambaran lain dari simulasi ini bahwa

kegiatan investasi, maupun kebijakan pemerintah masih bias terhadap sector

industri pengolahan maupun sector lainnya, baik di perkitaan maupun di pedesaan.

Tabel 20 Hasil estimasi dampak simulasi kebijakan terhadap variabel kesempatan kerja dan nilai tambah sektoral, serta terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

Dampak Simulasi Terhadap K.Kerja dan Pert. Ekonomi dan Nilai Tambah

Sektoral (persen) No Simulasi KPK KIK KLK KPD KID KLD Tot.K PE/NTB

1 Kon. Msy (CS=∼25%) -12.8581 0.0461 6.6736 -1.3016 -0.0064 1.0439 -0.2778 0.1351 a)

2 Investasi (INV=∼25%) 0.9002 5.0526 10.5081 0.4445 5.1769 8.3881 3.8780 0.1241 a)

3 Ekspor (EXPR= ∼25%) 0.3774 0.8685 0.8051 5.9567 0.4438 1.6674 3.8487 0.1669 a)

4 Impor (IMP = ∼25%) -6.5748 -0.7491 -0.7103 -6.4468 -0.2018 -0.8910 -4.1358 -0.1397 a)

5 P.Asli D. (PAD=∼25%) -0.0175 0.0055 0.0114 -0.0064 0.0055 0.0352 0.0043 0.0029 a)

6 TFP (∼2%) 0 0 0 0 0 0 0.0000 1.1838 a)

7 TFPP (∼2%) 1.1031 0 0 0.8666 0 0 0.5215 1.5620 b)

8 TFPI (∼2%) 0 -3.3652 0 0 1.6521 0 -0.0004 1.1721 b)

9 TFPL (∼2%) 0 0 -0.5584 0 0 -0.5315 -0.1910 1.2148 b)

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Keterangan : a) Dampak simulasi terhadap pertumbuhan ekonomi (%) b) Dampak simulasi terhadap nilai tambah bruto sektoral (%)

Berdasarkan hasil komparasi dampak dari masing-masing simulasi, maka

terdapat tiga agenda makro yang dianggap strategis untuk mengatasi persoalan

pengangguran yang sekaligus dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Selatan. Tiga angenda makro tersebut adalah (1) penciptaan iklim investasi yang

baik; (2) peningkatan daya saing dan pengurangan hambata-hambatan bagi

komoditi ekspor dan (3) peningkatan sumberdaya manusia dan pengembangan

riset untuk menunjang peningkatan teknologi.

Page 177: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

160

Simulasi peningkatan input residual (TFP) pada masing-masing sektor

yang menunjukkan bahwa peningkatan TFP di sektor pertanian dan industri

pedesaan memberi dampak positif terhadap perluasan kesempatan kerja dan

pertumbuhan nilai tambah sektor. Karena itu pengembangan input residual ini

(misalnya teknologi) sangat strategis dikembangkan di sektor padat karya ini

(pertanian dan industri pedesaan)

Page 178: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan tujuan penelitian serta hasil dan pembahasan, maka beberapa

temuan-temuan dalam studi ini yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut.

1. Dari sisi supply, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sebesar 5.66

persen dalam dua dekade terakhir, terutama di dorong oleh pertumbuhan

input residual (total factor productivity) dengan kontribusi sekitar 2.09

persen, sementara pertumbuhan tenaga kerja dan modal memberi kontribusi

sekitar 1.70 dan 1.87 persen. Hasil ini menggambarkan bahwa pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan, tidak berbasis pada sektor-sektor yang padat

karya, tapi lebih banyak di dorong oleh sektor yang padat modal dan pada

teknologi

2. Pertumbuhan input residual sektoral (TFP) yang tinggi terutama terjadi di

sektor industri pengolahan dan sektor lainnya, sementara TFP di sektor

pertanian justru mengalami pertumbuhan negatif, terutama sejak terjadinya

krisis ekonomi. Kemerosotan pertumbuhan TFP pertanian ini, tidak hanya

menunjukkan terjadinya kemerosotan produktivitas tenaga kerja, tapi juga

menunjukkan bahwa peranan input residual (termasuk teknologi,

keterampilan petani, kelembagaan petani dan kebijakan pemerintah) sangat

kecil, bahkan cenderung menurun kontribusinya dalam mendorong

pertumbuhah output pertanian. Dengan asumsi teknologi bersifat konstan,

maka merosotnya TFP pertanian di duga terkait dengan input residual di luar

teknologi seperti sikap ignorancen pemerintah terhadap pertanian

(pencabutan subsidi pupuk dan sistem distribusi yang buruk, menciptakan

transaction cost dalam pemasaran hasil-hasil pertanian), infrastruktur

pengairan banyak mengalami kerusakan, tidak kuatnya kelembagaan petani

dan lain- lain.

3. Dalam persamaan kesempatan kerja, dari semua variabel sumber-sumber

pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan output agregat, hanya investasi

dan ekspor yang secara konsisten berpengaruh terhadap perluasan

kesempatan kerja sektoral baik di perkotaan maupun di pedesaan, sedangkan

Page 179: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

162

variabel lainya bahkan dapat mereduksi kesempatan kerja di sektor tertentu.

Variabel impor secara konsisiten mereduksi kesempatan kerja di semua

sektor secara signifikan, konsumsi masyarakat dapat menciutkan

kesempatan kerja pertanian, demikian pula pengeluaran pemerintah bersifat

mereduksi kesempatan kerja pertanian, tapi berkorelasi positif dengan

kesempatan kerja di sektor industri pengolahan dan sektor lainnya. Dengan

demikian pengeluaran pemerintah cenderung bias terhadap sektor industri

pengolahan dan sektor lainnya.

4. Input residual atau TFP (seperti teknologi) di sektor pertanian dan industri

pedesaan berpengaruh signifikan terhadap perluasan kesempatan kerja.

Sedangkan TFP di sektor industri perkotaan dan sektor lainnya mereduksi

tenaga kerja, akan tetapi pengaruh terhadap penghematan tenaga kerja

sangat kecil yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas terhadap permintaan

tenaga kerja bersifat sangat in-elastis.

5. Signifikannya input residual (teknologi) terhadap perluasan kesempatan

kerja pertanian dan industri pedesaan disebabkan oleh ”efek nilai tambah”

yang diciptakan dari input residual (teknologi) lebih kuat

dibandingkan ”efek substitusinya” terhadap faktor produksi tenaga kerja.

Hal ini ditunjukkan oleh respon kesempatan kerja sektor pertanian dan

industri pedesaan bersifat elastis terhadap perubahan nilai tambah sektor.

Gambaran ini sekaligus dapat diartikan bahwa peningkatan teknologi (input

residual) pada sektor padat karya (pertanian dan industri pedesaan) tidak

selamanya mereduksi kesempatan kerja (meningkatkan pengangguran),

sepanjang output yang diciptakannya mampu mendorong perluasan

kesempatan kerja yang lebih besar.

6. Sektor pertanian, terutama pertanian pedesaan masih merupakan sektor

penampumg ”para pekerja sementara” yang ditunjukkan oleh koefisien

regresi variabel angkatan kerja terhadap kesempatan kerja sektor pertanian

paling besar. Sektor pertanian dan sektor lain perkotaan juga menjadi ”katup

pengaman” tenaga kerja di masa krisis. Akan tetapi dengan surplus tenaga

kerja yang sedemikian besar di sektor pertanian, menyebabkan pertambahan

Page 180: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

163

tenaga kerja di sektor ini tidak lagi memberi pengaruh yang signifikan

terhadap pertambahan nilai tambah pertanian.

7. Meskipun kesempatan kerja terbatas (TPK tidak signifikan), upah riil yang

tinggi menjadi daya tarik yang signifikan terjadinya migrasi masuk, migrasi

masuk juga signifkan pada saat terjadinya konflik horisontal di KTI.

Selanjutnya migrasi masuk ini, berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

angkatan kerja di perkotaan, tetapi menurunkan angkatan kerja pedesaan

yang berarti arus migrasi ini terutama migrasi dari desa ke kota. Hasil ini,

sekaligus dapat diartikan bahwa jika terjadi perbedaan tajam antara upah riil

perkotaan dengan upah riil pedesaan yang lebih rendah, maka migrasi dari

desa ke kota tak dapat dihindari, meskipun kesempatan kerja di perkotaan

terbatas, sehingga dapat berdampak pada pengangguran perkotaan yang

semakin tinggi.

8. Pengangguran perkotaan dan pedesaan secara konsisiten di pengaruhi secara

negatif oleh kesempatan kerja dan secara positif oleh angkatan kerja, tetapi

pertumbuhan ekonomi tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap

pengurangan pengangguran baik di perkotaan maupun di pedesaan.

9. Pertumbuhan ekonomi yang tidak mampu memberi pengaruh signifikan

terhadap pengurangan pengangguran disebabkan oleh beberapa hal yakni (a)

dari sisi supply, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tidak berbasis pada

sektor padat pekerja, tapi berbasis pada sektor yang padat modal dan padat

teknologi; (b) dari sisi demand, komponen konsumsi masyarakat yang

memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi, akan tetapi

bersifat mereduksi kesempatan kerja di sektor padat pekerja seperti

pertanian dan industri pedesaan. Selain itu, investasi dan pengeluaran

pemerintah juga bias terhadap sektor indusri pengolahan dan sektor lainnya,

yang ditunjukkan oleh hasil simulasi bahwa investasi lebih besar dampaknya

terhadap kesempatan kerja industri pengolahan dan sektor lainnya

dibandingkan dampaknya terhadap sektor pertanian. Bahkan komponen

pengeluaran pemerintah bersifat mereduksi kesempatan kerja sektor yang

paling padat pekerja (pertanian), sedangkan di sektor industri pengolahan

dan sektor lainnya berkorelasi positif.

Page 181: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

164

10. Hasil analisa kekakuan upah yang ditaksir dengan persamaan ECM,

menunjukkan bahwa upah riil di Sulawesi Selatan secara umum bersifat

kaku baik di pedesaan maupun diperkotaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

upah riil pada periode awal lebih tinggi dari upah keseimbangannya.

Kekakuan upah ini, terutama terjadi di sektor industri yang di dasarkan pada

periode waktu yang dibutuhkan oleh upah sektor indusri untuk mencapai

keseimbangannya diatas satu tahun, sedangkan sektor pertanian dan sektor

lain membutuhkan waktu kurang dari satu tahun.

6.2. Saran-Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan berbagai temua-temuan yang telah di

simpulkan pada bagian terdahulu, maka beberapa saran-saran yang diajukan

adalah sebagai berikut :

1. Perlunya penciptaan iklim investasi yang baik. Penciptaan iklim investasi ini

tidak hanya berkaitan dengan perbaikan infrastruktur tetapi juga berkaitan

kualitas pelayanan publik dari pemerintah, perbaikan regulasi yang

membebani sektor produksi serta regulasi yang dapat menjamin fleksibilitas

pasar tenaga kerja. Sehingga dengan terciptanya iklim investasi yang baik ini

diharapkan dapat mendorong sektor riil guna penyediaan.lapangan kerja.

2. Perlunya peningkatan daya saing komoditi ekspor Sulawesi Selatan, serta

upaya untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam perdagangannya. Upaya

ini dipandang urgen mengingat ekspor tidak hanya mendorong pertumbuhan

ekonomi, tetapi juga berdampak luas (dengan efek multifliernya) terhadap

perluasan kesempatan kerja di semua sektor

3. Perlunya peningkatan sumberdaya manusia, pengembangan riset dan

perbaikan kelembagaan guna menunjang peningkatan teknologi. Mengingat

variabel ini terbukti telah memberi kontribusi yang besar terhadap

pertumbuhan ekonomi Sul-Sel

4. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan hendaknya berbasis pada

pertumbuhan sektor padat karya seperti sektor pertanian dan industri pedesaan.

Karena hal ini tidak saja untuk menciptakan pemerataan (memperkecil

kesenjangan produktivitas tenaga kerja pertanian dengan produktivitas tenaga

kerja sektor industri dan sektor lainnya), tetapi juga dipandang strategis untuk

Page 182: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

165

mengurangi pengangguran, karena efek nilai tambah dari sektor ini sangat

kuat mendorong perluasan kesempatan kerja.

5. Pengembangan input- input residual (seperti teknologi, perbaikan infrastruktur,

penguatan kelembagaan, keterampilan tenaga kerja dan keberpihakan

pemerintah), dipandang sebagai langkah strategis untuk pengembangan sektor

padat karya ini, khususnya sektor pertanian dan industri pedesaan.

6. Penelitian ini perlu didukung kajian-kajian mikro, baik menyangkut perilaku

berbagai pelaku pasar tenaga kerja secara internal, maupun berbagai faktor

eksternal dari pasar tenaga kerja itu sendiri.

Page 183: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

166

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Affendi, 2001. Pengertian Ekonometrika dan Mewujudkannya dengan Cara Membangun Model Ekonometrika. Makalah Kuliah, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor

________, 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan: Tinjauan

Kritis, P4W press, Bogor, Indonesia Arifin, B., 2004, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, PT Kompas Media

Nusantara, Jakarta. ________, (INDEF), 2005, Strategi Industrialisasi Pertanian, Makalah Seminar

“Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru”, Dalam Rangka Ulang Tahun ISEI ke-50, Jakarta.

Bafadal,A., A. Ratnawati, M.Tambunan, H. Siregar, 2005, Dampak Defisit dan

Utang Pemerintah Terhadap Stabilitas Makroekonomi, Makalah Seminar “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru”, Dalam Rangka Ulang Tahun ISEI ke-50, Jakarta.

BPS, 1985-2004, Statistik Indonesia Berbagai Penerbitan (Tahun 1985-2004),

Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta. _________, 1985, 2004, Produk Demestik Regional Bruto Menurut Penggunaan

Sulawesi Selatan Tahun 1993-1998 dan 1998-2002, Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sulawesi Selatan.

_________, 1998, Indikator Ekonomi Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 1998

2002, Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sulawesi Selatan. _________, 1985-2004, Survey Angkatan Kerja Nasional, Berbagai penerbitan

(1985-2004), Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta. Bellante, D., dan M. Jackson, 1990, Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta Borjas, G.J., 1996, Labor Economis, The McGraw-Hill Companies, Inc, Printed in

Singapore. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian

Bogor, 2005, Paket Pelatihan Perencanaan Wilayah dan Eknometrika (Paket A), Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.

Fleisher, B.M., Kniesner, T.J., 1984, Labor Economics : Theory, Evidence, and

Policy, Prentice-Hall, Inc. Engelwood Cliffs, New Jersey.

Page 184: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

167

Goeltom, M.S., 2005, Mengapa Stabilitas Makro Telah Tercapai Namun Sangat Lambat Dalam Menggerakkan Pertumbuhan Ekonomi ?, Makalah Seminar “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru”, Dalam Rangka Ulang Tahun ISEI ke-50, Jakarta.

Fudjaja, L., 2002, Dinamika Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan Industri di

Sulawesi Selatan, Tesis Master, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hadi, Setia, 2001, Studi Dampak Kebijaksanaan Pembangunan Terhadap

Disparitas Ekonomi Antar Wilayah (Pendekatan Model Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi), Disertasi Doktor, Program PWD, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hadi, Supri, 2002, Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Keragaan Pasar

Kerja dan Migrasi Pada Periode Krisis dan Sebelum Krisis Ekonomi di Indonesia, Tesis Master, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hayami, Y., 2000, Development Economics, Second Edition, OXFORD

University Press. Ikhsan, M., 2005, Industri Manufaktur, Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan

Tenaga Kerja, Makalah Seminar “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru”, Dalam Rangka Ulang Tahun ISEI ke-50, Jakarta.

International Labor Office, 1990, Survey of Economically Active Population,

Employment, Unemployment and Underemployment , ILO, Jeneva. International Labor Office, 1998, Employment Challenges of the Indonesia

Economic Crisis, ILO, Jakarta. Jhingan, M.L., 1999, Eknomi Pembangunan dan Perencanaan, Estacan ke Tujuh,

Alih Bahasa: D.Guritno, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Juanda, B., 2001, Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Struktural dalam

Industrialisasi di Indonesia : Pendekatan Model Dual-Economy, Laporan Penelitian Hibah Bersaing VIII Perguruan Tinggi, Dikti-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI – Institut Pertanian Bogor.

Kasliwal, P., 1995, Development Economics, South-Western Publishing,

Cincinnati-Ohio, United States of America. Mankiw, N.G., 2003, Teori Makro Ekonomi, Edisi Kelima, Alih Bahasa : Imam

Nurmawan, Penerbit Erlangga, Jakarta

Page 185: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

168

Margono, H., 2005, Analisis Kritis Terhadap Masalah Ketenagakerjaan Suatu pendekatan Makro-Mikro Ekonomi, Disertasi Doktor, Program PWD, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mathias, T., 2004, Tingkat Upah dan Produktivitas Tenaga Kerja Propinsi DKI Jakarta, Tesis Master, Program PWD, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

McConnell, C.R., and Brue, S.L., 1995, Contemporary Labor Economics,

International Edition, 1995, McGraw-Hill Companies Inc, Printed in Singapore.

Nanga, M., 2001, Makroekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Perdana,

Rajawali Pers, Jakarta. Nazara, S., 2005, Migrasi Internasional dan Pasar Kerja Indonesia, Makalah

Seminar “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru”, Dalam Rangka Ulang Tahun ISEI ke-50, Jakarta.

Nicholson, W., 1998, Microeconomic Theory: Basic Priciple Extention, Seven

Edition. The Dryden Press, New York, USA. Ninasapti T., 2005, Industrialisasi dan Penciptaan Lapangan Kerja :

Pertumbuhan Ekonomi untuk Siapa ?, Makalah Seminar “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru”, Dalam Rangka Ulang Tahun ISEI ke-50, Jakarta

Nordhaus, W.2005. The Sources of the Productivity Rebound and the

Manufacturing Employment Puzzle, NBER Working Paper 11354 Nuryati, Y., 2004, Pelaksanaan Kebijakan Moneter Pentargetan Inflasi di

Indonesia, Tesis Magister Sain Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Pasca Sarjana IPB.

Romer, D., 2001, Advanced Macroeconomics, McGraw-Hill Companies Inc,

Printed in Singapore. Ruby, D.A., 2003, Labor Supply Decisions and Labor Market Equilibrum.

http://www.digitaleconomist.com/Is_4020.html. Siregar, H., 2006, Perbaikan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi : Mendorong

Investasi dan Menciptakan Lapangan Kerja, Bisnis dan Ekonomi Politik, Vol. 7 (2) Edisi April 2006

Sumodiningrat, G., 1999, Ekonometrika, BPFE, Yogyakarta Sukwika, T., 2003, Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Migrasi di Kabupaten

Bogor, Tesis Master, Program PWD, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 186: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

169

Supriana, T., H. Siregar, M.Tambunan, 2005, Guncangan-Guncangan yang

Mempengaruhi Business Sycle Indonesia, Makalah Seminar “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru”, Dalam Rangka Ulang Tahun ISEI ke-50, Jakarta.

Tjiptoherjanto, P., 1999, Keseimbangan Penduduk : Manajemen Sumberdaya

Manuasia dalam Pembangunan Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Todaro, M.P., 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Alih Bahasa Haris

Munandar, Penerbit Erlangga, Ciracas, Jakarta 13740. Verbeek, M., 2000, A Guide to Modern Econometrics, John Wiley and Sons Ltd,

England. Wulandari, O., 2002, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier Dalam Perekonomian

Jawa Barat, Tesis Program Megister, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 187: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

Lampiran 1 Hasil perhitungan total factor productivity (TFP) seluruh sektor, TFP sektor pertanian, TFP sektor industri pengolahan dan TFP sektor lainnya di Sulawesi Selatan tahun 1986-2004

A. Hasil perhitungan total factor productivity Sulawesi Selatan seluruh sektor (TFP)

K.Kerja PDRB PDRB Tot

Tot.. Sekt. Investasi (konstan) (Berlaku) Upah/bln Upah/thn Share (st-st-1)/2 1 -a LG MG YG a LG 1-a MG TFP Rata2 No. Tahun

(L) Ln(Lt) Ln(Lt-1) (INV) Ln(Mt) Ln(Mt-1) Y Ln(Yt) Ln(Yt-1) YB W/L WL/Thn (Jt) s a TFP

1 1985 2,004,606 14.5110 0 2,092,388 14.5538 0 12,708,574 16.3578 0 2,312,079 62,044 1,492,473 0.65

2 1986 2,080,772 14.5482 14.5110 2,218,082 14.6122 14.5538 13,443,407 16.4140 16.3578 2,590,435 70,853 1,769,138 0.68 0.66 0.34 3.73 5.83 5.62 2.48 1.96 1.19

3 1987 2,212,086 14.6094 14.5482 2,312,811 14.6540 14.6122 14,393,747 16.4823 16.4140 2,954,974 79,662 2,114,624 0.72 0.70 0.30 6.12 4.18 6.83 4.28 1.26 1.29

4 1988 2,304,942 14.6506 14.6094 2,452,160 14.7125 14.6540 15,832,601 16.5776 16.4823 3,580,657 88,471 2,447,043 0.68 0.70 0.30 4.11 5.85 9.53 2.88 1.76 4.89

5 1989 2,377,749 14.6817 14.6506 2,654,361 14.7917 14.7125 16,858,139 16.6403 16.5776 4,035,708 97,280 2,775,689 0.69 0.69 0.31 3.11 7.92 6.28 2.13 2.49 1.65 2.26

6 1990 2,437,736 14.7066 14.6817 2,935,372 14.8923 14.7917 17,995,129 16.7056 16.6403 4,476,679 108,231 3,166,063 0.71 0.70 0.30 2.49 10.06 6.53 1.74 3.04 1.74

7 1991 2,525,773 14.7421 14.7066 3,607,818 15.0986 14.8923 19,709,355 16.7966 16.7056 5,261,736 119,187 3,612,472 0.69 0.70 0.30 3.55 20.63 9.10 2.47 6.25 0.37

8 1992 2,631,532 14.7831 14.7421 3,827,620 15.1578 15.0986 21,235,797 16.8712 16.7966 6,080,586 145,751 4,602,581 0.76 0.72 0.28 4.10 5.91 7.46 2.96 1.65 2.85

9 1993 2,659,981 14.7938 14.7831 4,236,945 15.2594 15.1578 22,875,503 16.9456 16.8712 7,511,772 166,608 5,318,089 0.71 0.73 0.27 1.08 10.16 7.44 0.79 2.72 3.93

10 1994 2,828,499 14.8553 14.7938 4,511,435 15.3221 15.2594 24,567,451 17.0169 16.9456 8,737,851 187,465 6,362,935 0.73 0.72 0.28 6.14 6.28 7.14 4.41 1.77 0.95

11 1995 2,931,882 14.8912 14.8553 4,923,460 15.4095 15.3221 26,670,385 17.0991 17.0169 10,377,325 193,062 6,792,420 0.65 0.69 0.31 3.59 8.74 8.21 2.48 2.70 3.03

12 1996 3,031,873 14.9247 14.8912 6,148,574 15.6317 15.4095 28,887,178 17.1789 17.0991 11,833,098 198,659 7,227,706 0.61 0.63 0.37 3.35 22.22 7.98 2.12 8.16 -2.30

13 1997 3,133,152 14.9576 14.9247 6,503,955 15.6879 15.6317 30,128,307 17.2210 17.1789 13,538,002 256,784 9,654,520 0.71 0.66 0.34 3.29 5.62 4.21 2.18 1.90 0.13 1.34

14 1998 3,069,802 14.9371 14.9576 5,163,172 15.4571 15.6879 28,522,859 17.1662 17.2210 21,950,764 352,869 12,998,856 0.59 0.65 0.35 (2.04) (23.09) (5.48) (1.33) (8.02) 3.88

15 1999 3,062,630 14.9348 14.9371 5,100,572 15.4449 15.4571 29,329,392 17.1941 17.1662 24,064,893 414,516 15,234,110 0.63 0.61 0.39 (0.23) (1.22) 2.79 (0.14) (0.47) 3.40

16 2000 3,049,238 14.9304 14.9348 5,175,267 15.4594 15.4449 30,763,333 17.2418 17.1941 30,763,333 520,144 19,032,523 0.62 0.63 0.37 (0.44) 1.45 4.77 (0.27) 0.54 4.50 3.93

17 2001 3,001,078 14.9145 14.9304 5,882,663 15.5875 15.4594 32,334,905 17.2917 17.2418 34,770,983 679,927 24,486,153 0.70 0.66 0.34 (1.59) 12.81 4.98 (1.05) 4.34 1.70

18 2002 3,084,382 14.9419 14.9145 6,143,800 15.6310 15.5875 33,659,161 17.3318 17.2917 38,522,674 724,537 26,816,987 0.70 0.70 0.30 2.74 4.34 4.01 1.92 1.30 0.79

19 2003 3,054,124 14.9320 14.9419 6,697,152 15.7172 15.6310 35,426,050 17.3830 17.3318 42,855,870 828,828 30,376,122 0.71 0.70 0.30 (0.99) 8.62 5.12 (0.69) 2.57 3.24

20 2004 3,183,652 14.9735 14.9320 6,588,124 15.7008 15.7172 37,266,969 17.4336 17.3830 48,509,525 953,909 36,442,972 0.75 0.73 0.27 4.15 (1.64) 5.07 3.03 (0.44) 2.48 2.05

5.66 1.70 1.87 2.09

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS 1985-2004

Page 188: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

B. Hasil perhitungan total factor productivity pertanian Sulawesi Selatan (TFPP)

K.Kerja Kredit NTBP NTBP Tot

Sek.Pert Pert. (konstan) (Berlaku) Upah/bln Upah/thn Share (st-st-1)/2 1 -a LG MG YG a LG 1-a

MG TFP Rata2 No. Tahun

(LP) Ln(LPt) Ln(LPt-1) PMP Ln(PMPt) Ln(PMPt-1) Y Ln(Yt) Ln(Yt-1) YB W/L WL/thn (Jt) s a TFPP

1 1985 1,172,814 13.9749 0 66,752 11.1087 0 5,719,944 15.5595 0 1,045,394 44,509 626,408 0.60

2 1986 1,248,877 14.0378 13.9749 69,027 11.1422 11.1087 6,173,342 15.6358 15.5595 1,175,530 54,424 815,633 0.69 0.65 0.35 6.28 3.35 7.63 4.06 1.18 2.38

3 1987 1,322,618 14.0951 14.0378 69,488 11.1489 11.1422 6,400,642 15.6719 15.6358 1,225,819 57,894 918,865 0.75 0.72 0.28 5.74 0.67 3.62 4.14 0.19 -0.71

4 1988 1,448,682 14.1862 14.0951 70,743 11.1668 11.1489 6,817,509 15.7350 15.6719 1,440,390 60,055 1,044,002 0.72 0.74 0.26 9.10 1.79 6.31 6.71 0.47 -0.87

5 1989 1,525,293 14.2377 14.1862 73,943 11.2110 11.1668 7,294,301 15.8026 15.7350 1,635,311 64,911 1,188,096 0.73 0.73 0.27 5.15 4.42 6.76 3.74 1.21 1.81 0.65

6 1990 1,644,832 14.3131 14.2377 84,483 11.3443 11.2110 7,743,886 15.8624 15.8026 1,895,150 64,831 1,279,637 0.68 0.70 0.30 7.55 13.33 5.98 5.29 3.99 -3.29

7 1991 1,669,390 14.3280 14.3131 94,239 11.4536 11.3443 8,424,802 15.9467 15.8624 2,239,544 55,784 1,117,512 0.50 0.59 0.41 1.48 10.93 8.43 0.87 4.51 3.05

8 1992 1,677,650 14.3329 14.3280 98,445 11.4972 11.4536 8,908,600 16.0025 15.9467 2,638,984 85,077 1,712,753 0.65 0.57 0.43 0.49 4.37 5.58 0.28 1.86 3.44

9 1993 1,682,117 14.3356 14.3329 101,351 11.5263 11.4972 9,494,336 16.0662 16.0025 2,865,649 78,566 1,585,879 0.55 0.60 0.40 0.27 2.91 6.37 0.16 1.16 5.05

10 1994 1,788,363 14.3968 14.3356 106,401 11.5750 11.5263 9,948,785 16.1130 16.0662 3,354,202 77,459 1,662,307 0.50 0.52 0.48 6.12 4.86 4.68 3.21 2.31 -0.85

11 1995 1,743,909 14.3716 14.3968 107,836 11.5884 11.5750 10,739,254 16.1894 16.1130 4,036,091 66,952 1,401,093 0.35 0.42 0.58 (2.52) 1.34 7.65 (1.06) 0.78 7.93

12 1996 1,751,904 14.3762 14.3716 110,419 11.6120 11.5884 11,425,037 16.2513 16.1894 4,561,246 60,778 1,277,725 0.28 0.31 0.69 0.46 2.37 6.19 0.14 1.62 4.42

13 1997 1,737,066 14.3677 14.3762 118,840 11.6855 11.6120 11,359,389 16.2456 16.2513 5,293,500 43,059 897,564 0.17 0.22 0.78 (0.85) 7.35 (0.58) (0.19) 5.70 -6.08 1.71

14 1998 1,677,943 14.3331 14.3677 119,316 11.6895 11.6855 11,365,725 16.2461 16.2456 10,049,332 74,729 1,504,695 0.15 0.16 0.84 (3.46) 0.40 0.06 (0.55) 0.34 0.27

15 1999 1,668,820 14.3276 14.3331 127,617 11.7568 11.6895 11,649,274 16.2708 16.2461 10,089,431 61,183 1,225,249 0.12 0.14 0.86 (0.55) 6.73 2.46 (0.07) 5.81 -3.28

16 2000 1,707,244 14.3504 14.3276 140,725 11.8546 11.7568 11,661,152 16.2718 16.2708 11,661,152 103,878 2,128,138 0.18 0.15 0.85 2.28 9.78 0.10 0.35 8.29 -8.54 (3.85)

17 2001 1,741,263 14.3701 14.3504 158,036 11.9706 11.8546 11,785,184 16.2824 16.2718 12,771,671 78,663 1,643,672 0.13 0.16 0.84 1.97 11.60 1.06 0.31 9.80 -9.05

18 2002 1,890,658 14.4524 14.3701 181,492 12.1090 11.9706 12,328,074 16.3274 16.2824 14,472,459 93,668 2,125,125 0.15 0.14 0.86 8.23 13.84 4.50 1.13 11.93 -8.56

19 2003 1,774,624 14.3891 14.4524 192,825 12.1695 12.1090 12,432,541 16.3358 16.3274 15,415,225 88,880 1,892,744 0.12 0.13 0.87 (6.33) 6.06 0.84 (0.85) 5.24 -3.54

20 2004 1,752,124 14.3763 14.3891 197,547 12.1937 12.1695 12,313,065 16.3262 16.3358 16,268,573 102,848 2,162,430 0.13 0.13 0.87 (1.28) 2.42 (0.97) (0.16) 2.11 -2.91 (6.02)

4.04 1.45 3.61 (1.02)

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS 1985-2004

Page 189: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

C. Hasil perhitungan total factor productivity sektor industri pengolahan Sulawesi Selatan (TFPI)

K.Kerja Kredit NTBI NTBI Tot

Sek. Ind Industri (konstan) (Berlaku) Upah/Bln Upah/Thn Share (st-st-1)/2 1 -a LG MG YG a LG 1-a MG TFP Rata2 No. Tahun

(LI) Ln(Lit) Ln(LIt- 1) PMI Ln(PMIt) Ln(PMIt-1) Y Ln(Yt) Ln(Yt-1) YB W/L WL/Thn (Jt) s a TFPI

1 1985 103,815 11.5504 0 118,771 11.6850 0 712,608 13.4767 0 88,544 47,436 59,094 0.67

2 1986 113,973 11.6437 11.5504 114,670 11.6498 11.6850 768,981 13.5528 13.4767 112,769 59,346 81,167 0.72 0.69 0.31 9.34 (3.51) 7.61 6.47 (1.08) 2.22

3 1987 125,261 11.7382 11.6437 153,613 11.9422 11.6498 991,401 13.8069 13.5528 191,193 64,078 96,317 0.50 0.61 0.39 9.44 29.24 25.41 5.78 11.35 8.28

4 1988 127,008 11.7520 11.7382 223,407 12.3168 11.9422 1,289,922 14.0701 13.8069 247,849 67,168 102,371 0.41 0.46 0.54 1.39 37.46 26.32 0.63 20.29 5.40

5 1989 124,893 11.7352 11.7520 301,635 12.6170 12.3168 1,596,087 14.2831 14.0701 293,470 73,165 109,654 0.37 0.39 0.61 (1.68) 30.02 21.30 (0.66) 18.21 3.74 4.91

6 1990 134,587 11.8100 11.7352 315,613 12.6623 12.6170 1,851,460 14.4315 14.2831 349,831 67,597 109,172 0.31 0.34 0.66 7.48 4.53 14.84 2.56 2.98 9.30

7 1991 134,839 11.8118 11.8100 339,635 12.7356 12.6623 2,032,906 14.5250 14.4315 417,306 73,616 119,116 0.29 0.30 0.70 0.19 7.34 9.35 0.06 5.14 4.15

8 1992 141,326 11.8588 11.8118 430,287 12.9722 12.7356 2,438,731 14.7070 14.5250 533,959 92,350 156,617 0.29 0.29 0.71 4.70 23.66 18.20 1.36 16.81 0.03

9 1993 161,674 11.9933 11.8588 440,871 12.9965 12.9722 2,654,935 14.7919 14.7070 873,227 83,291 161,591 0.19 0.24 0.76 13.45 2.43 8.49 3.22 1.85 3.43

10 1994 178,336 12.0914 11.9933 450,923 13.0191 12.9965 2,920,830 14.8874 14.7919 1,046,759 80,384 172,025 0.16 0.17 0.83 9.81 2.25 9.54 1.71 1.86 5.97

11 1995 187,255 12.1402 12.0914 463,233 13.0460 13.0191 3,164,305 14.9674 14.8874 1,205,829 82,141 184,577 0.15 0.16 0.84 4.88 2.69 8.01 0.77 2.27 4.97

12 1996 185,242 12.1294 12.1402 505,840 13.1340 13.0460 3,430,421 15.0482 14.9674 1,350,359 87,149 193,723 0.14 0.15 0.85 (1.08) 8.80 8.07 (0.16) 7.49 0.74

13 1997 179,906 12.1002 12.1294 558,339 13.2327 13.1340 3,792,045 15.1484 15.0482 1,610,312 137,946 297,807 0.18 0.16 0.84 (2.92) 9.87 10.02 (0.48) 8.25 2.25 3.85

14 1998 178,803 12.0940 12.1002 468,221 13.0567 13.2327 3,571,599 15.0885 15.1484 2,465,812 112,059 240,438 0.10 0.14 0.86 (0.61) (17.60) (5.99) (0.09) (15.12) 9.21

15 1999 165,951 12.0194 12.0940 450,837 13.0189 13.0567 3,693,225 15.1220 15.0885 2,624,709 79,871 159,057 0.06 0.08 0.92 (7.46) (3.78) 3.35 (0.59) (3.48) 7.42

16 2000 152,342 11.9339 12.0194 451,483 13.0203 13.0189 3,990,794 15.1995 15.1220 3,990,794 127,559 233,191 0.06 0.06 0.94 (8.56) 0.14 7.75 (0.51) 0.13 8.12 8.25

17 2001 148,277 11.9068 11.9339 469,337 13.0591 13.0203 4,219,283 15.2552 15.1995 4,624,519 98,449 175,172 0.04 0.05 0.95 (2.70) 3.88 5.57 (0.13) 3.69 2.01

18 2002 140,641 11.8540 11.9068 507,603 13.1375 13.0591 4,344,977 15.2845 15.2552 5,088,358 118,177 199,446 0.04 0.04 0.96 (5.29) 7.84 2.94 (0.20) 7.54 -4.40

19 2003 158,257 11.9720 11.8540 534,836 13.1897 13.1375 4,688,361 15.3606 15.2845 5,745,284 133,768 254,037 0.04 0.04 0.96 11.80 5.23 7.61 0.49 5.01 2.11

20 2004 175,872 12.0775 11.9720 539,021 13.1975 13.1897 4,980,595 15.4211 15.3606 6,527,539 146,386 308,943 0.05 0.05 0.95 10.55 0.78 6.05 0.48 0.74 4.82 1.13

10.23 1.09 4.94 4.20

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS 1985-2004

Page 190: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

D. Hasil perhitungan total factor productivity sektor lain di Sulawesi Selatan (TFPL)

K.Kerja Kredit NTBL NTBL Tot

Sek. Lain S lain (konstan) (Berlaku) Upah/bln Upah/thn Share (st-st-1)/2 1 -a LG MG YG a LG 1-a MG TFP Rata2 No. Tahun

LS Ln(LLt) Ln(LLt-1) PML Ln(PMLt) Ln(PMLt-1) Y Ln(Yt) Ln(Yt-1) YB W/L WL/Thn (Jt) s a TFPL

1 1985 797,977 13.5898 0 368,330 12.8167 0 6,169,355 15.6351 0 1,054,607 79,385 760,168 0.72

2 1986 717,922 13.4841 13.5898 415,403 12.9370 12.8167 6,400,399 15.6719 15.6351 1,165,779 91,801 790,872 0.68 0.70 0.30 (10.57) 12.03 3.68 (7.40) 3.61 7.46

3 1987 744,207 13.5201 13.4841 432,605 12.9776 12.9370 6,921,206 15.7501 15.6719 1,311,752 93,937 838,902 0.64 0.66 0.34 3.60 4.06 7.82 2.37 1.38 4.07

4 1988 729,252 13.4998 13.5201 574,769 13.2617 12.9776 7,670,746 15.8529 15.7501 1,467,950 94,698 828,703 0.56 0.60 0.40 (2.03) 28.41 10.28 (1.22) 11.31 0.20

5 1989 727,563 13.4975 13.4998 676,739 13.4250 13.2617 7,967,333 15.8909 15.8529 1,647,678 100,136 874,267 0.53 0.55 0.45 (0.23) 16.33 3.79 (0.13) 7.39 -3.47 2.06

6 1990 758,317 13.5389 13.4975 786,916 13.5759 13.4250 8,433,016 15.9477 15.8909 1,836,085 114,810 1,044,752 0.57 0.55 0.45 4.14 15.08 5.68 2.28 6.79 -3.39

7 1991 721,544 13.4891 13.5389 1,002,556 13.8181 13.5759 9,285,418 16.0440 15.9477 2,127,354 109,284 946,239 0.44 0.51 0.49 (4.97) 24.22 9.63 (2.52) 11.94 0.21

8 1992 782,556 13.5703 13.4891 1,029,267 13.8444 13.8181 9,974,813 16.1156 16.0440 2,383,231 136,979 1,286,322 0.54 0.49 0.51 8.12 2.63 7.16 4.00 1.34 1.83

9 1993 896,190 13.7059 13.5703 986,396 13.8018 13.8444 10,819,165 16.1968 16.1156 3,026,468 137,016 1,473,507 0.49 0.51 0.49 13.56 (4.25) 8.13 6.96 (2.07) 3.24

10 1994 941,800 13.7555 13.7059 1,046,003 13.8605 13.8018 11,768,271 16.2809 16.1968 3,450,257 144,247 1,630,220 0.47 0.48 0.52 4.96 5.87 8.41 2.38 3.05 2.97

11 1995 1,040,718 13.8554 13.7555 1,266,110 14.0515 13.8605 12,834,697 16.3677 16.2809 3,939,842 142,878 1,784,345 0.45 0.46 0.54 9.99 19.10 8.67 4.62 10.26 -6.21

12 1996 1,094,727 13.9060 13.8554 1,320,891 14.0938 14.0515 14,077,594 16.4601 16.3677 4,525,665 147,786 1,941,426 0.43 0.44 0.56 5.06 4.24 9.24 2.23 2.37 4.64

13 1997 1,216,180 14.0112 13.9060 1,292,485 14.0721 14.0938 14,962,051 16.5210 16.4601 5,149,826 137,106 2,000,949 0.39 0.41 0.59 10.52 (2.17) 6.09 4.30 (1.29) 3.08 0.80

14 1998 1,213,056 14.0087 14.0112 1,021,329 13.8366 14.0721 13,652,712 16.4294 16.5210 6,940,997 130,816 1,904,252 0.27 0.33 0.67 (0.26) (23.55) (9.16) (0.09) (15.74) 6.67

15 1999 1,227,859 14.0208 14.0087 929,688 13.7426 13.8366 14,052,054 16.4583 16.4294 8,159,744 141,231 2,080,940 0.26 0.26 0.74 1.21 (9.40) 2.88 0.32 (6.91) 9.47

16 2000 1,189,652 13.9892 14.0208 1,007,202 13.8227 13.7426 15,111,387 16.5310 16.4583 10,774,798 108,697 1,551,740 0.14 0.20 0.80 (3.16) 8.01 7.27 (0.63) 6.41 1.49 5.88

17 2001 1,111,538 13.9213 13.9892 1,016,830 13.8322 13.8227 16,330,438 16.6085 16.5310 12,847,045 162,560 2,168,303 0.17 0.16 0.84 (6.79) 0.95 7.76 (1.06) 0.80 8.02

18 2002 1,053,083 13.8672 13.9213 1,161,432 13.9652 13.8322 16,986,111 16.6479 16.6085 14,456,305 161,800 2,044,667 0.14 0.16 0.84 (5.40) 13.30 3.94 (0.84) 11.23 -6.46

19 2003 1,121,244 13.9299 13.8672 1,185,778 13.9859 13.9652 18,305,148 16.7227 16.6479 16,309,040 110,185 1,482,530 0.09 0.12 0.88 6.27 2.07 7.48 0.73 1.83 4.92

20 2004 1,255,656 14.0432 13.9299 1,356,502 14.1204 13.9859 19,973,309 16.8099 16.7227 18,986,809 205,145 3,091,099 0.16 0.13 0.87 11.32 13.45 8.72 1.44 11.74 -4.46 0.50

6.18 0.93 3.45 1.80

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS 1985-2004

Page 191: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

174

Lampiran 2 Output pendugaan parameter persamaan simultan (Two-Stage Least Squares) pada model analisis pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

System: SYS01 Estimation Method: Two-Stage Least Squares (Marquardt) Date: 07/27/06 Time: 00:55 Sample: 1987 2004 Included observations: 18 Total system (balanced) observations 450 Instruments: CS INV GOV(-1) EXPR IMP PE(-1) DKE KPK(-1) KIK(-1) KLK(-1) KPD(-1) KID(-1) KLD(-1) WPK(-1) WIK(-1) WLK(-1) WPD( -1) WID(-1) WLD(-1) NTBP(-1) NTBI(-1) NTBL(-1) PKP(-1) PKI(-1) PKL(-1) TFP TFPP TFPI TFPL AKK(-1) AKD(-1) UK(-1) UD(-1) MM(-1) DKH PTK PINV PTKP PTKI PTKL PMP PMI PML INF PDRB Estimation settings: tol=0.00010, derivs=analytic (linear) Initial Values: C(166)=28588.9, C(1)=18839.0, C(2)=-0.20865, C(3)= -1169.38, C(4)=0.00538, C(5)=0.00231, C(6)=0.00238, C(7)=0.00676, C(8)=-0.00677, C(9)=0.00678, C(10)=-3696.98, C(11)=0.01362, C(167)=18839.0, C(12)=0.27010, C(13)=-1169.38, C(14)=0.00538, C(15)=0.00231, C(16)=0.00238, C(17)=0.00676, C(18)=-0.00677, C(19)=0.00678, C(20)=-3696.98, C(21)=0.01362, C(22)=0.27010, C(168)=-29108.1, C(23)=1.20364, C(24)= -1310.00, C(25)=0.00859, C(26)=0.03336, C(27)=0.03429, C(28)=0.04360, C(29)=-0.04464, C(30)=0.05501, C(31)=118675., C(32)=0.20152, C(33)=0.26660, C(169)=963283., C(34)=1.21247, C(35)=4384.17, C(36)=-0.12222, C(37)=0.15302, C(38)=-0.06547, C(39)=0.05299, C(40)=-0.06344, C(41)=0.03950, C(42)=229739., C(43)=0.53042, C(44)=0.40915, C(170)=-1696.02, C(45)= -0.20705, C(46)=926.231, C(47)=-0.00121, C(48)=0.00385, C(49)=0.00383, C(50)=0.00455, C(51)=-0.00425, C(52)=0.01767, C(53)=-12545.2, C(54)=0.00202, C(55)=0.73921, C(171)= -207063., C(56)=-0.27846, C(57)= -241.893, C(58)=0.03256, C(59)=0.03007, C(60)=0.11976, C(61)=0.08243, C(62)= -0.09046, C(63)=0.00256, C(64)=-184868., C(65)=0.19808, C(66)=0.12384, C(172)=61331.1, C(67)=0.17073, C(68)=-0.06996, C(69)=0.00617, C(70)=2587.68, C(71)=2.14342, C(72)=0.00367, C(73)=0.11155, C(173)=17559.4, C(74)=0.57636, C(75)=0.09810, C(76)=1.18198, C(77)=-53.5278, C(78)=-0.02944, C(79)=0.02572, C(174)=78448.7 , C(80)=0.27692, C(81)=0.08953, C(82)=0.09098, C(83)=-21.9682, C(84)=-0.01684, C(85)=0.00237, C(175)=145632., C(86)=0.07453, C(87)=-0.07251, C(88)=0.03905, C(89)=770.701, C(90)=0.59729, C(91)=0.01021, C(92)=0.23348, C(176)=-1350.82, C(93)=0.24178, C(94)=-0.06452, C(95)=0.01741, C(96)=2097.24, C(97)=0.32729, C(98)=0.01121, C(99)=0.53615, C(177)=237686., C(100)=0.20142 , C(101)=-0.11125, C(102)=0.15119, C(103)=-5236.51, C(104)= -0.23400, C(105)=0.02790, C(106)=0.09232, C(178)=-0.35493, C(107)=0.44844, C(108)=0.23913, C(109)=0.62477, C(110)=9.0E -07, C(111)=1.5E -06, C(112)=1.9E-06, C(113)=2.0E-06, C(114)= -1.9E-06, C(115)=0.33478, C(179)=-341795., C(116)=0.82470, C(117)=19.4880, C(118)=1.33000, C(180)=-1216458, C(119)=5.65287, C(120)=1.62254, C(121)=0.05901, C(122)=0.53354, C(181)=-1.0E+07, C(123)=10.8519, C(124)=1.79977, C(125)=0.76520, C(126)=0.19372, C(182)= -259280., C(127)=1.19874, C(128)=0.18347, C(129)=0.12856,

Page 192: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

175

C(130)=0.30198, C(183)=5733352, C(131)=0.02806, C(132)= -3.57782, C(133)=0.62048, C(134)=4389.61, C(184)=1.8E+07, C(135)=8.72634, C(136)=-98.3786, C(137)=5.41574, C(138)=93518.0, C(185)=1.3E+07, C(139)=-4.84293, C(140)= -12.5717, C(141)=1.01284, C(142)=10852.1, C(143)=0.01035, C(186)= -1259553, C(144)=2.47368, C(145)=0.74738, C(146)=16367.0, C(147)=0.16416, C(148)=0.22966, C(187)= -703855., C(149)= -5.72782, C(150)=0.31201, C(151)=28567.5, C(152)=0.25997, C(153)=0.01255, C(188)=-21749.7, C(154)=0.22771, C(155)=202.381, C(156)=9463.65, C(157)=0.19416, C(189)=7.13612, C(158)=9.6E-05, C(159)= -0.00010, C(160)=4.4E-06, C(161)=-0.01202, C(190)=1.87920, C(162)=3.8E-05, C(163)=-3.9E-05, C(164)=-1.2E-05, C(165)= -0.01949

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C(166) 28588.88 19093.90 1.497278 0.1355 C(1) -0.474927 0.097347 -4.878713 0.0000 C(2) 1279.903 476.9529 2.683500 0.0078 C(3) -0.002884 0.002088 -1.381107 0.1684 C(4) 0.015884 0.004071 3.901420 0.0001 C(5) -0.009219 0.004614 -1.997864 0.0468 C(6) 0.003562 0.001324 2.691229 0.0076 C(7) -0.006483 0.002039 -3.179721 0.0017 C(8) 0.013988 0.004149 3.371307 0.0009 C(9) 33167.99 6773.573 4.896676 0.0000 C(10) 0.040218 0.026507 1.517289 0.1304 C(11) 0.471574 0.206689 2.281559 0.0233

C(167) 18838.97 5230.521 3.601738 0.0004 C(12) -0.208652 0.052011 -4.011733 0.0001 C(13) -1169.382 522.0124 -2.240143 0.0259 C(14) 0.005378 0.002658 2.023021 0.0441 C(15) 0.002307 0.001293 1.784436 0.0755 C(16) 0.002377 0.001962 1.211443 0.2268 C(17) 0.006764 0.001607 4.208678 0.0000 C(18) -0.006770 0.001775 -3.813576 0.0002 C(19) 0.006779 0.006660 1.017983 0.3096 C(20) -3696.985 3633.540 -1.017461 0.3099 C(21) 0.013617 0.016548 0.822853 0.4113 C(22) 0.270098 0.202764 1.332076 0.1840

C(168) -29108.14 22362.09 -1.301674 0.1942 C(23) -0.203635 0.491072 2.451037 0.0149 C(24) -1309.997 1603.437 -0.816993 0.4147 C(25) 0.008589 0.004519 1.900468 0.0585 C(26) 0.033360 0.007986 4.177265 0.0000 C(27) 0.034289 0.015881 2.159066 0.0318 C(28) 0.043598 0.016203 2.690719 0.0076 C(29) -0.044636 0.016926 -2.637049 0.0089 C(30) 0.055009 0.018472 2.977920 0.0032 C(31) 118674.5 33830.41 3.507925 0.0005 C(32) 0.201516 0.203986 0.987892 0.3241 C(33) 0.266598 0.204143 1.305936 0.1927

C(169) 963282.8 164333.7 5.861748 0.0000 C(34) 1.212466 0.472727 2.564834 0.0109 C(35) 4384.173 2575.921 1.701983 0.0900 C(36) -0.122221 0.024958 -4.897040 0.0000 C(37) 0.153021 0.022091 6.926902 0.0000 C(38) -0.065470 0.019077 -3.431893 0.0007

Page 193: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

176

C(39) 0.052994 0.012970 4.085831 0.0001 C(40) -0.063440 0.015876 -3.995990 0.0001 C(41) 0.039500 0.023948 1.649390 0.1003 C(42) 229738.8 42277.04 5.434127 0.0000 C(43) 0.530425 0.116191 4.565104 0.0000 C(44) 0.409153 0.109849 3.724684 0.0002

C(170) -1696.024 14028.67 -0.120897 0.9039 C(45) -0.207047 0.077880 -2.658547 0.0083 C(46) 926.2314 361.3688 2.563119 0.0109 C(47) -0.001207 0.002551 -0.472962 0.6366 C(48) 0.003850 0.001320 2.916978 0.0038 C(49) 0.003826 0.002977 1.285317 0.1998 C(50) 0.004550 0.003305 1.376617 0.1698 C(51) -0.004249 0.003792 -1.120703 0.2634 C(52) 0.017665 0.009388 1.881724 0.0610 C(53) -12545.22 5428.473 -2.311004 0.0216 C(54) 0.002018 0.012888 0.156592 0.8757 C(55) 0.739213 0.190176 3.886985 0.0001

C(171) -207063.0 139124.7 -1.488326 0.1379 C(56) -0.278456 0.596042 -0.467176 0.6408 C(57) -241.8926 1047.471 -0.230930 0.8176 C(58) 0.032557 0.029462 1.105076 0.2701 C(59) 0.030073 0.010472 2.871903 0.0044 C(60) 0.119764 0.040263 2.974536 0.0032 C(61) 0.082427 0.040137 2.053610 0.0410 C(62) -0.090462 0.041313 -2.189666 0.0294 C(63) 0.002564 0.016249 0.157800 0.8747 C(64) -184867.9 79314.42 -2.330823 0.0205 C(65) 0.198075 0.111501 1.776439 0.0768 C(66) 0.123843 0.346906 0.356993 0.7214

C(172) 61331.11 22752.31 2.695599 0.0075 C(67) 0.170733 0.078619 2.171659 0.0308 C(68) -0.069956 0.072812 -0.960769 0.3376 C(69) 0.006170 0.279413 0.022081 0.9824 C(70) 2587.682 1958.732 1.321101 0.1876 C(71) 2.143417 1.565298 1.369335 0.1721 C(72) 0.003667 0.011442 0.320489 0.7489 C(73) 0.111555 0.311628 0.357974 0.7207

C(173) 17559.39 37277.02 0.471051 0.6380 C(74) 0.576360 0.253392 2.274577 0.0237 C(75) 0.098096 0.122608 0.800084 0.4244 C(76) 1.181978 0.633119 1.866911 0.0630 C(77) -53.52781 2114.920 -0.025310 0.9798 C(78) -0.029441 0.139721 -0.210713 0.8333 C(79) 0.025720 0.036167 0.711132 0.4776

C(174) 78448.65 19919.56 3.938273 0.0001 C(80) 0.276920 0.212589 1.302606 0.1939 C(81) 0.089531 0.093552 0.957015 0.3394 C(82) 0.090981 0.045164 2.014429 0.0450 C(83) -21.96818 1810.006 -0.012137 0.9903 C(84) -0.016836 0.074309 -0.226571 0.8209 C(85) 0.002369 0.007057 0.335757 0.7373

C(175) 145632.4 60983.75 2.388052 0.0177 C(86) 0.074526 0.160969 0.462982 0.6438 C(87) -0.072511 0.034693 -2.090073 0.0376 C(88) 0.039053 0.016256 2.402399 0.0170 C(89) 770.7007 720.1077 1.070258 0.2855 C(90) 0.597286 0.196717 3.036270 0.0026

Page 194: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

177

C(91) 0.010210 0.008846 1.154178 0.2495 C(92) 0.233481 0.258561 0.903004 0.3674

C(176) -1350.822 63570.97 -0.021249 0.9831 C(93) 0.241784 0.207401 1.165780 0.2448 C(94) -0.064524 0.042082 -1.533276 0.1264 C(95) 0.017409 0.465850 0.037370 0.9702 C(96) 2097.240 1063.981 1.971126 0.0498 C(97) 0.327287 0.197251 1.659243 0.0983 C(98) 0.011212 0.004846 2.313554 0.0215 C(99) 0.536153 0.357859 1.498221 0.1353

C(177) 237686.3 174310.7 1.363578 0.1739 C(100) 0.201421 0.122599 1.642934 0.1016 C(101) -0.111253 0.102495 -1.085444 0.2787 C(102) 0.151189 0.150602 1.003897 0.3164 C(103) -5236.511 2717.214 -1.927162 0.0550 C(104) -0.234002 0.160296 -1.459810 0.1455 C(105) 0.027896 0.017699 1.576142 0.1162 C(106) 0.092317 0.421827 0.218851 0.8269 C(178) -0.354928 0.238881 -1.485793 0.1385 C(107) 0.448443 0.063672 7.043054 0.0000 C(108) 0.239133 0.032820 7.286288 0.0000 C(109) 0.624773 0.086635 7.211515 0.0000 C(110) 9.05E-07 4.01E-07 2.256206 0.0249 C(111) 1.54E-06 3.53E-07 4.364473 0.0000 C(112) 1.90E-06 3.61E-07 5.262226 0.0000 C(113) 1.99E-06 3.76E-07 5.304414 0.0000 C(114) -1.94E -06 3.70E-07 -5.238628 0.0000 C(115) 0.334779 0.086983 3.848807 0.0001 C(179) -341794.9 745163.1 -0.458685 0.6468 C(116) 0.824697 0.510172 1.616509 0.1072 C(117) 19.48803 4.910961 3.968272 0.0001 C(118) 1.330001 0.204793 6.494382 0.0000 C(180) -1216458. 469259.8 -2.592291 0.0101 C(119) 5.652867 2.034822 2.778064 0.0059 C(120) 1.622544 0.637795 2.543989 0.0115 C(121) 0.059015 0.018664 3.162026 0.0018 C(122) 0.533543 0.123601 4.316642 0.0000 C(181) -10172175 1702658. -5.974292 0.0000 C(123) 10.85187 1.864074 5.821590 0.0000 C(124) 1.799773 0.756840 2.378008 0.0181 C(125) 0.765203 0.127746 5.990016 0.0000 C(126) 0.193716 0.142828 1.356289 0.1762 C(182) -259280.2 495836.5 -0.522915 0.6015 C(127) 1.198744 2.115645 0.566609 0.5715 C(128) 0.183470 0.199855 0.918020 0.3595 C(129) 0.128561 0.055895 2.300035 0.0222 C(130) 0.301977 0.285063 1.059334 0.2904 C(183) 5733352. 303462.8 18.89310 0.0000 C(131) 0.028065 0.683749 0.041045 0.9673 C(132) -3.577818 0.238301 -15.01388 0.0000 C(133) 0.620485 0.015026 41.29349 0.0000 C(134) 4389.611 4152.543 1.057090 0.2915 C(184) 18325641 3049135. 6.010112 0.0000 C(135) 8.726343 30.16915 0.289247 0.7726 C(136) -98.37857 13.85825 -7.098918 0.0000 C(137) 5.415742 0.599385 9.035495 0.0000 C(138) 93518.04 68702.75 1.361198 0.1746 C(185) 12748364 775618.1 16.43639 0.0000

Page 195: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

178

C(139) -4.842927 7.130663 -0.679169 0.4976 C(140) -12.57173 1.008139 -12.47024 0.0000 C(141) 1.012843 0.070041 14.46078 0.0000 C(142) 10852.07 6996.341 1.551107 0.1221 C(143) 0.010346 0.083060 0.124556 0.9010 C(186) -1259553. 234237.7 -5.377246 0.0000 C(144) 2.473675 1.385167 1.785832 0.0753 C(145) 0.747375 0.681051 1.097385 0.2735 C(146) 16367.02 3593.528 4.554583 0.0000 C(147) 0.164159 0.035200 4.663654 0.0000 C(148) 0.229661 0.131650 1.744475 0.0823 C(187) -703855.2 252068.1 -2.792322 0.0056 C(149) -5.727823 1.849067 -3.097682 0.0022 C(150) 0.312013 0.905024 0.344756 0.7306 C(151) 28567.46 4459.975 6.405297 0.0000 C(152) 0.259974 0.055628 4.673470 0.0000 C(153) 0.012548 0.141588 0.088624 0.9294 C(188) -21749.70 53456.49 -0.406867 0.6844 C(154) 0.227713 0.132822 1.714415 0.0876 C(155) 202.3809 470.0948 0.430511 0.6672 C(156) 9463.651 5051.307 1.873505 0.0621 C(157) 0.194160 0.256327 0.757472 0.4495 C(189) 7.136124 1.068243 6.680243 0.0000 C(158) 9.64E-05 6.06E-06 15.90094 0.0000 C(159) -0.000104 8.57E-06 -12.09484 0.0000 C(160) 4.36E-06 4.51E-05 0.096713 0.9230 C(161) -0.012016 0.068462 -0.175507 0.8608 C(190) 1.879203 1.499843 1.252933 0.2114 C(162) 3.80E-05 5.66E-07 67.13500 0.0000 C(163) -3.87E -05 1.05E-06 -36.71784 0.0000 C(164) -1.22E -05 9.13E-06 -1.330845 0.1844 C(165) -0.019486 0.021568 -0.903506 0.3671

Determinant residual covariance 0.000000

Equation: KPK=C(166)+C(1)*WPK+C(2)*TFPP+C(3)*CS+C(4)*D(INV,1) +C(5)*D(GOV,1)+C(6)*D(EXPR,2)+C(7)*IMP+C(8)*NTBP+C(9) *DKE+C(10)*D(AKK,2)+C(11)*KPK(-1) Observations: 18 R-squared 0.982714 Mean dependent var 79702.06 Adjusted R-squared 0.951023 S.D. dependent var 25680.58 S.E. of regression 5683.318 Sum squared resid 1.94E+08 Durbin-Watson stat 2.429285

Equation: KIK=C(167)+C(12)*D(WIK,2)+C(13)*TFPI+C(14)*D(CS,2) +C(15)*INV+C(16)*GOV+C(17)*D(EXPR,2)+C(18)*D(IMP,2)+C(19) *D(NTBI,1)+C(20)*DKE+C(21)*D(AKK,2)+C(22)*KIK(-1) Observations: 18 R-squared 0.963471 Mean dependent var 52800.33 Adjusted R-squared 0.896502 S.D. dependent var 12086.56 S.E. of regression 3888.385 Sum squared resid 90717230 Durbin-Watson stat 2.104408

Equation: KLK=C(168)+C(23)*D(WLK,1)+C(24)*TFPL+C(25)*CS+C(26) *INV+C(27)*D(GOV,2)+C(28)*D(EXPR,2)+C(29)*D(IMP,2)+C(30) *D(NTBL,1)+C(31)*DKE+C(32)*D(AKK,1)+C(33)*KLK(-1) Observations: 18 R-squared 0.992826 Mean dependent var 507018.2 Adjusted R-squared 0.979673 S.D. dependent var 139661.5 S.E. of regression 19911.84 Sum squared resid 2.38E+09

Page 196: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

179

Durbin-Watson stat 1.613999

Equation: KPD=C(169)+C(34)*D(WPD,2)+C(35)*TFPP+C(36)*D(CS,1) +C(37)*D(INV,1)+C(38)*D(GOV,2)+C(39)*EXPR+C(40)*IMP+C(41) *D(NTBP,2)+C(42)*DKE+C(43)*D(AKD,1)+C(44)*KPD(-1) Observations: 18 R-squared 0.956532 Mean dependent var 1580845. Adjusted R-squared 0.876840 S.D. dependent var 102036.5 S.E. of regression 35808.84 Sum squared resid 7.69E+09 Durbin-Watson stat 2.021066

Equation: KID=C(170)+C(45)*D(WID,1)+C(46)*TFPI+C(47)*D(CS,2) +C(48)*INV+C(49)*D(GOV,2)+C(50)*D(EXPR,1)+C(51)*D(IMP,1) +C(52)*D(NTBI,1)+C(53)*DKE+C(54)*D(AKD,1)+C(55)*KID(-1) Observations: 18 R-squared 0.966780 Mean dependent var 102426.3 Adjusted R-squared 0.905878 S.D. dependent var 12528.30 S.E. of regression 3843.597 Sum squared resid 88639444 Durbin-Watson stat 2.410512

Equation: D(KLD,1)=C(171)+C(56)*WLD+C(57)*D(TFPL,2)+C(58) *D(CS,1)+C(59)*INV+C(60)*D(GOV,2)+C(61)*D(EXPR,1)+C(62) *D(IMP,1)+C(63)*D(NTBL,2)+C(64)*DKE+C(65)*D(AKD,2)+C(66) *KLD(-1) Observations: 18 R-squared 0.891716 Mean dependent var 4837.111 Adjusted R-squared 0.693195 S.D. dependent var 69972.88 S.E. of regression 38757.96 Sum squared resid 9.01E+09 Durbin-Watson stat 2.043644

Equation: WPK=C(172)+C(67)*UMR+C(68)*D(AKK,2)+C(69)*D(KPK,2) +C(70)*TFPP+C(71)*D(PMP,2)+C(72)*D(NTBP,2)+C(73)*WPK(-1) Observations: 18 R-squared 0.547878 Mean dependent var 91940.33 Adjusted R-squared 0.231393 S.D. dependent var 23561.29 S.E. of regression 20656.24 Sum squared resid 4.27E+09 Durbin-Watson stat 2.087142

Equation: WIK=C(173)+C(74)*D(UMR,1)+C(75)*D(AKK,1)+C(76)*KIK +C(77)*TFPI+C(78)*D(PMI,2)+C(79)*D(NTBI,1) Observations: 18 R-squared 0.617484 Mean dependent var 103761.6 Adjusted R-squared 0.408838 S.D. dependent var 32346.31 S.E. of regression 24870.12 Sum squared resid 6.80E+09 Durbin-Watson stat 2.626034

Equation: WLK=C(174)+C(80)*D(UMR,1)+C(81)*D(AKK,1)+C(82)*KLK +C(83)*TFPL+C(84)*D(PML,1)+C(85)*D(NTBL,2) Observations: 18 R-squared 0.699640 Mean dependent var 134184.5 Adjusted R-squared 0.535808 S.D. dependent var 23368.16 S.E. of regression 15921.11 Sum squared resid 2.79E+09 Durbin-Watson stat 1.908961

Equation: WPD=C(175)+C(86)*D(UMR,2)+C(87)*AKD+C(88)*D(KPD,2) +C(89)*TFPP+C(90)*PMP+C(91)*D(NTBP,1)+C(92)*WPD(-1) Observations: 18 R-squared 0.702657 Mean dependent var 68351.56 Adjusted R-squared 0.494516 S.D. dependent var 15649.28 S.E. of regression 11126.23 Sum squared resid 1.24E+09 Durbin-Watson stat 2.423804

Page 197: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

180

Equation: WID=C(176)+C(93)*D(UMR,2)+C(94)*D(AKD,1)+C(95)*KID +C(96)*D(TFPI,1)+C(97)*D(PMI,1)+C(98)*NTBI+C(99)*WID(-1) Observations: 18 R-squared 0.742684 Mean dependent var 82148.22 Adjusted R-squared 0.562562 S.D. dependent var 23293.89 S.E. of regression 15406.36 Sum squared resid 2.37E+09 Durbin-Watson stat 2.315830

Equation: WLD=C(177)+C(100)*UMR+C(101)*AKD+C(102)*KLD +C(103)*TFPL+C(104)*D(PML,1)+C(105)*D(NTBL,1)+C(106) *WLD(-1) Observations: 18 R-squared 0.584238 Mean dependent var 89791.56 Adjusted R-squared 0.293205 S.D. dependent var 34095.18 S.E. of regression 28664.19 Sum squared resid 8.22E+09 Durbin-Watson stat 1.958390

Equation: PE=C(178)+C(107)*PTK+C(108)*PINV+C(109)*TFP+C(110) *D(CS,2)+C(111)*D(INV,2)+C(112)*D(GOV,2)+C(113)*D(EXPR,2) +C(114)*D(IMP,2)+C(115)*PE(-1) Observations: 18 R-squared 0.995633 Mean dependent var 5.882210 Adjusted R-squared 0.990719 S.D. dependent var 3.409358 S.E. of regression 0.328446 Sum squared resid 0.863012 Durbin-Watson stat 1.871657

Equation: NTBP=C(179)+C(116)*D(KP,2)+C(117)*PMP+C(118)*PKP Observations: 18 R-squared 0.967618 Mean dependent var 9715890. Adjusted R-squared 0.960678 S.D. dependent var 2027122. S.E. of regression 401971.5 Sum squared resid 2.26E+12 Durbin-Watson stat 1.474139

Equation: NTBI=C(180)+C(119)*KI+C(120)*PMI+C(121)*PKI+C(122) *NTBI(-1) Observations: 18 R-squared 0.990936 Mean dependent var 2995384. Adjusted R-squared 0.988148 S.D. dependent var 1299634. S.E. of regression 141488.9 Sum squared resid 2.60E+11 Durbin-Watson stat 1.708375

Equation: NTBL=C(181)+C(123)*KL+C(124)*D(PML,1)+C(125)*PKL +C(126)*NTBL(-1) Observations: 18 R-squared 0.995455 Mean dependent var 13202962 Adjusted R-squared 0.994057 S.D. dependent var 3747842. S.E. of regression 288922.4 Sum squared resid 1.09E+12 Durbin-Watson stat 1.225523

Equation: GOV=C(182)+C(127)*D(PAD,2)+C(128)*D(DP,2)+C(129) *PDRB+C(130)*GOV(-1) Observations: 18 R-squared 0.905813 Mean dependent var 4308846. Adjusted R-squared 0.876832 S.D. dependent var 1359741. S.E. of regression 477205.0 Sum squared resid 2.96E+12 Durbin-Watson stat 1.879557

Equation: PKP=C(183)+C(131)*D(WP,2)+C(132)*KP+C(133)*NTBP +C(134)*TFPP Observations: 18 R-squared 0.995621 Mean dependent var 5815480. Adjusted R-squared 0.994273 S.D. dependent var 967741.4

Page 198: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

181

S.E. of regression 73234.52 Sum squared resid 6.97E+10 Durbin-Watson stat 1.116666

Equation: PKI=C(184)+C(135)*WI+C(136)*KI+C(137)*NTBI+C(138) *D(TFPI,2) Observations: 18 R-squared 0.974517 Mean dependent var 17648436 Adjusted R-squared 0.966676 S.D. dependent var 9042308. S.E. of regression 1650670. Sum squared resid 3.54E+13 Durbin-Watson stat 0.937636

Equation: PKL=C(185)+C(139)*WL+C(140)*KL+C(141)*NTBL+C(142) *D(TFPL,2)+C(143)*PKL(-1) Observations: 18 R-squared 0.984189 Mean dependent var 13443965 Adjusted R-squared 0.977602 S.D. dependent var 2150780. S.E. of regression 321887.1 Sum squared resid 1.24E+12 Durbin-Watson stat 1.313193

Equation: AKK=C(186)+C(144)*MM+C(145)*WK+C(146)*TPAKK +C(147)*PUK+C(148)*AKK(-1) Observations: 18 R-squared 0.985767 Mean dependent var 739677.1 Adjusted R-squared 0.979837 S.D. dependent var 228239.0 S.E. of regression 32409.14 Sum squared resid 1.26E+10 Durbin-Watson stat 1.832856

Equation: AKD=C(187)+C(149)*MM+C(150)*WD+C(151)*TPAKD +C(152)*PUK+C(153)*AKD(-1) Observations: 18 R-squared 0.957920 Mean dependent var 2297467. Adjusted R-squared 0.940386 S.D. dependent var 198858.0 S.E. of regression 48552.98 Sum squared resid 2.83E+10 Durbin-Watson stat 1.841986

Equation: MM=C(188)+C(154)*W+C(155)*TPK+C(156)*DKH+C(157) *MM(-1) Observations: 18 R-squared 0.647515 Mean dependent var 23157.67 Adjusted R-squared 0.539058 S.D. dependent var 8832.176 S.E. of regression 5996.402 Sum squared resid 4.67E+08 Durbin-Watson stat 1.610244

Equation: UK = C(189)+C(158)*AKK+C(159)*KK+C(160)*MM+C(161) *D(PE,1) Observations: 18 R-squared 0.977826 Mean dependent var 12.24056 Adjusted R-squared 0.971003 S.D. dependent var 5.446472 S.E. of regression 0.927450 Sum squared resid 11.18212 Durbin-Watson stat 1.164999

Equation: UD = C(190)+C(162)*AKD+C(163)*KD+C(164)*D(MM,1) +C(165)*PE Observations: 18 R-squared 0.997887 Mean dependent var 4.980000 Adjusted R-squared 0.997236 S.D. dependent var 4.565545 S.E. of regression 0.240019 Sum squared resid 0.748916 Durbin-Watson stat 1.623709

Page 199: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

182

Lampiran 3 Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan simultan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

1. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan kesempatan kerja

pertanian perkotaan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.595458 Probability 0.309422 Obs*R-squared 7.987368 Probability 0.018432

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 09:55 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1832.601 20315.31 -0.090208 0.9325 WPK 0.198051 0.147053 1.346802 0.2493 TFPP -230.3685 454.8855 -0.506432 0.6392 CS -0.001448 0.002079 -0.696314 0.5246

D(INV,1) -0.004444 0.004873 -0.911947 0.4134 D(GOV,1) 0.005706 0.005870 0.972008 0.3861 D(EXPR,2) 0.000737 0.001280 0.575625 0.5957

IMP -0.000139 0.001931 -0.072089 0.9460 NTBP 4.61E-05 0.004166 0.011072 0.9917 DKE -7017.367 7348.289 -0.954966 0.3937

D(AKK,2) -0.011653 0.026045 -0.447410 0.6777 KPK(-1) 0.079041 0.239854 0.329539 0.7583

RESID(-1) -1.042223 0.647931 -1.608539 0.1830 RESID(-2) -1.190307 0.762858 -1.560325 0.1937

R-squared 0.443743 Mean dependent var 3.05E-10 Adjusted R-squared -1.364094 S.D. dependent var 3376.394 S.E. of regression 5191.412 Akaike info criterion 19.99888 Sum squared resid 1.08E+08 Schwarz criterion 20.69139 Log likelihood -165.9899 F-statistic 0.245455 Durbin-Watson stat 1.910397 Prob(F-statistic) 0.976526

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

-6000 -4000 -2000 0 2000 4000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 3.05E-10Median 523.1493Maximum 4952.237Minimum -6737.182Std. Dev. 3376.394Skewness -0.536704Kurtosis 2.385669

Jarque-Bera 1.147206Probability 0.563492

Histogram-Normality Test : Persamaan KPK

Page 200: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

183

2. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan kesempatan kerja industri perkotaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.951301 Probability 0.459233 Obs*R-squared 5.801989 Probability 0.054969

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:06 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5307.697 6902.818 0.768917 0.4848 D(WIK,2) -0.076373 0.080861 -0.944500 0.3984

TFPI -808.0554 811.7847 -0.995406 0.3759 D(CS,2) 0.003691 0.003942 0.936285 0.4021

INV 0.000302 0.001349 0.223696 0.8340 GOV -0.001540 0.002271 -0.677941 0.5350

D(EXPR,2) 0.002041 0.002428 0.840380 0.4480 D(IMP,2) -0.002575 0.002905 -0.886509 0.4254 D(NTBI,1) -0.003252 0.007132 -0.456015 0.6720

DKE 1167.312 3772.991 0.309386 0.7725 D(AKK,2) 0.015171 0.020304 0.747194 0.4965 KIK(-1) 0.065104 0.209881 0.310196 0.7719

RESID(-1) -0.030172 0.552893 -0.054570 0.9591 RESID(-2) -1.027929 0.763945 -1.345554 0.2497

R-squared 0.322333 Mean dependent var -2.74E -11 Adjusted R-squared -1.880086 S.D. dependent var 2310.045 S.E. of regression 3920.335 Akaike info criterion 19.43722 Sum squared resid 61476099 Schwarz criterion 20.12973 Log likelihood -160.9350 F-statistic 0.146354 Durbin-Watson stat 2.517762 Prob(F-statistic) 0.996558

0

1

2

3

4

5

-4000 -2000 0 2000 4000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -2.74E-11Median 353.5276Maximum 4086.055Minimum -4292.264Std. Dev. 2310.045Skewness -0.124051Kurtosis 2.346771

Jarque-Bera 0.366197Probability 0.832686

Histogram-Normality Test : Persamaan KIK

Page 201: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

184

3. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan kesempatan kerja sektor lain di perkotaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.015132 Probability 0.985038 Obs*R-squared 0.135163 Probability 0.934652

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:12 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 573.5987 27613.50 0.020772 0.9844 D(WLK,1) 0.022279 0.663260 0.033591 0.9748

TFPL 102.6776 2281.552 0.045003 0.9663 CS -1.26E -05 0.005567 -0.002270 0.9983 INV -0.000134 0.009774 -0.013661 0.9898

D(GOV,2) 0.001485 0.021974 0.067572 0.9494 D(EXPR,2) 0.001417 0.022690 0.062459 0.9532 D(IMP,2) -0.001182 0.023547 -0.050216 0.9624

D(NTBL,1) -0.000837 0.024779 -0.033773 0.9747 DKE -3108.683 45926.60 -0.067688 0.9493

D(AKK,1) -0.023422 0.301250 -0.077749 0.9418 KLK(-1) 0.004970 0.251776 0.019741 0.9852

RESID(-1) -0.110903 0.762150 -0.145513 0.8913 RESID(-2) -0.071238 0.660872 -0.107794 0.9193

R-squared 0.007509 Mean dependent var 2.22E-10 Adjusted R-squared -3.218086 S.D. dependent var 11829.40 S.E. of regression 24295.19 Akaike info criterion 23.08542 Sum squared resid 2.36E+09 Schwarz criterion 23.77793 Log likelihood -193.7688 F-statistic 0.002328 Durbin-Watson stat 1.510860 Prob(F-statistic) 1.000000

0

1

2

3

4

5

-20000 0 20000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 2.22E-10Median -277.8084Maximum 33524.35Minimum -17942.14Std. Dev. 11829.40Skewness 0.998703Kurtosis 4.790180

Jarque-Bera 5.395779Probability 0.067348

Histogram-Normality Test : Persamaan KLK

Page 202: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

185

4. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan kesempatan kerja pertanian pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.018374 Probability 0.981876 Obs*R-squared 0.163863 Probability 0.921335

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:14 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -8098.983 216785.2 -0.037359 0.9720 D(WPD,2) -0.053504 0.747830 -0.071545 0.9464

TFPP -142.4418 3228.772 -0.044116 0.9669 D(CS,1) 0.000836 0.030860 0.027077 0.9797 D(INV,1) -0.002140 0.030036 -0.071261 0.9466

D(GOV,2) -0.000524 0.024179 -0.021660 0.9838 EXPR -0.000524 0.016677 -0.031392 0.9765 IMP 0.001186 0.020595 0.057594 0.9568

D(NTBP,2) -0.000948 0.031815 -0.029798 0.9777 DKE -2138.512 53205.05 -0.040194 0.9699

D(AKD,1) -0.003044 0.153295 -0.019855 0.9851 KPD(-1) 0.002698 0.143970 0.018739 0.9859

RESID(-1) -0.070373 0.556152 -0.126536 0.9054 RESID(-2) -0.099148 0.725183 -0.136722 0.8979

R-squared 0.009103 Mean dependent var -1.85E -10 Adjusted R-squared -3.211310 S.D. dependent var 21273.62 S.E. of regression 43656.61 Akaike info criterion 24.25758 Sum squared resid 7.62E+09 Schwarz criterion 24.95009 Log likelihood -204.3182 F-statistic 0.002827 Durbin-Watson stat 1.921822 Prob(F-statistic) 1.000000

0

1

2

3

4

5

6

7

-60000 -40000 -20000 0 20000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -1.85E-10Median 4901.518Maximum 26747.95Minimum -53077.28Std. Dev. 21273.62Skewness -0.860660Kurtosis 3.331355

Jarque-Bera 2.304553Probability 0.315917

Histogram-Normality Test : Persamaan KPD

Page 203: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

186

5. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan kesempatan kerja industri pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.871883 Probability 0.484983 Obs*R-squared 5.464670 Probability 0.065067

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:16 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -25437.95 24999.43 -1.017541 0.3664 D(WID,1) -0.090574 0.130011 -0.696665 0.5244

TFPI -143.3650 495.8361 -0.289138 0.7868 D(CS,2) -0.000685 0.002703 -0.253326 0.8125

INV -0.000822 0.001486 -0.553143 0.6096 D(GOV,2) 0.002174 0.004840 0.449220 0.6765 D(EXPR,1) 0.002159 0.005522 0.390959 0.7158 D(IMP,1) -0.002262 0.005879 -0.384834 0.7199 D(NTBI,1) 0.004726 0.010452 0.452160 0.6746

DKE -7373.860 8809.672 -0.837019 0.4497 D(AKD,1) 0.002559 0.013327 0.192030 0.8571 KID(-1) 0.309620 0.314811 0.983510 0.3810

RESID(-1) -1.143627 0.901887 -1.268038 0.2736 RESID(-2) -0.314512 0.881455 -0.356810 0.7393

R-squared 0.303593 Mean dependent var -1.38E -11 Adjusted R-squared -1.959731 S.D. dependent var 2283.437 S.E. of regression 3928.395 Akaike info criterion 19.44133 Sum squared resid 61729150 Schwarz criterion 20.13384 Log likelihood -160.9719 F-statistic 0.134136 Durbin-Watson stat 2.431443 Prob(F-statistic) 0.997616

0

1

2

3

4

5

-4000 -2000 0 2000 4000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -1.38E-11Median -614.7915Maximum 4552.216Minimum -3871.000Std. Dev. 2283.437Skewness 0.258888Kurtosis 2.282486

Jarque-Bera 0.587189Probability 0.745579

Histogram-Normality Test : Persamaan KID

Page 204: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

187

6. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan kesempatan kerja sektor lain di pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.590045 Probability 0.596273 Obs*R-squared 4.100628 Probability 0.128694

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:17 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5592.986 152769.5 -0.036611 0.9725 WLD -0.181248 0.662858 -0.273434 0.7981

D(TFPL,2) -289.7401 1160.825 -0.249598 0.8152 D(CS,1) 0.002051 0.031764 0.064566 0.9516

INV -0.000790 0.011322 -0.069752 0.9477 D(GOV,2) 0.025230 0.049222 0.512569 0.6353 D(EXPR,1) 0.017641 0.046155 0.382212 0.7217 D(IMP,1) -0.022652 0.049167 -0.460710 0.6689

D(NTBL,2) -0.012090 0.021214 -0.569895 0.5992 DKE -13913.58 86559.38 -0.160740 0.8801

D(AKD,2) 0.028902 0.123651 0.233738 0.8267 KLD(-1) 0.056797 0.384952 0.147542 0.8898

RESID(-1) -0.189417 0.488212 -0.387980 0.7178 RESID(-2) -0.869537 0.824221 -1.054981 0.3509

R-squared 0.227813 Mean dependent var -7.16E -10 Adjusted R-squared -2.281796 S.D. dependent var 23025.66 S.E. of regression 41712.66 Akaike info criterion 24.16648 Sum squared resid 6.96E+09 Schwarz criterion 24.85899 Log likelihood -203.4983 F-statistic 0.090776 Durbin-Watson stat 1.408133 Prob(F-statistic) 0.999598

0

1

2

3

4

5

-40000 -20000 0 20000 40000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -7.16E-10Median 6107.735Maximum 37139.78Minimum -46029.85Std. Dev. 23025.66Skewness -0.444465Kurtosis 2.369438

Jarque-Bera 0.890855Probability 0.640551

Histogram-Normality Test : Persamaan KLD

Page 205: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

188

7. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan upah riil pertanian perkotaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 3.231292 Probability 0.093622 Obs*R-squared 8.043273 Probability 0.017924

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:21 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -52073.34 34580.03 -1.505879 0.1705 UMR -0.083560 0.077419 -1.079316 0.3119

D(AKK,2) -0.016759 0.061844 -0.270984 0.7933 D(KPK,2) 0.139401 0.241425 0.577411 0.5795

TFPP -263.5787 1635.924 -0.161119 0.8760 D(PMP,2) -1.044312 1.384467 -0.754306 0.4723 D(NTBP,2) 0.003045 0.009624 0.316391 0.7598 WPK(-1) 0.720946 0.468930 1.537428 0.1627

RESID(-1) -0.699973 0.517999 -1.351303 0.2136 RESID(-2) -0.871967 0.348802 -2.499892 0.0369

R-squared 0.446848 Mean dependent var -2.35E -11 Adjusted R-squared -0.175447 S.D. dependent var 15842.61 S.E. of regression 17176.25 Akaike info criterion 22.64062 Sum squared resid 2.36E+09 Schwarz criterion 23.13527 Log likelihood -193.7656 F-statistic 0.718065 Durbin-Watson stat 2.089245 Prob(F-statistic) 0.685148

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

-20000 0 20000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -2.35E-11Median -288.4139Maximum 25262.75Minimum -25845.86Std. Dev. 15842.61Skewness -0.051375Kurtosis 1.873535

Jarque-Bera 0.959611Probability 0.618904

Histogram-Normality Test : Persamaan WPK

Page 206: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

189

8. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan upah riil industri perkotaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.128058 Probability 0.365462 Obs*R-squared 3.607824 Probability 0.164654

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:23 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9410.928 40893.99 0.230130 0.8231 D(UMR,1) 0.123302 0.271844 0.453577 0.6609 D(AKK,1) 0.021800 0.160163 0.136111 0.8947

KIK -0.282873 0.737948 -0.383324 0.7104 TFPI 235.9150 2147.020 0.109880 0.9149

D(PMI,2) -0.085954 0.151925 -0.565767 0.5854 D(NTBI,1) -0.001618 0.038343 -0.042194 0.9673 RESID(-1) -0.599928 0.401116 -1.495647 0.1690 RESID(-2) -0.238765 0.490235 -0.487043 0.6379

R-squared 0.200435 Mean dependent var -3.07E -11 Adjusted R-squared -0.510290 S.D. dependent var 20005.52 S.E. of regression 24585.55 Akaike info criterion 23.36456 Sum squared resid 5.44E+09 Schwarz criterion 23.80974 Log likelihood -201.2810 F-statistic 0.282014 Durbin-Watson stat 1.597854 Prob(F-statistic) 0.955689

0

1

2

3

4

5

-40000 -20000 0 20000 40000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -3.07E-11Median 2367.035Maximum 44193.77Minimum -32417.33Std. Dev. 20005.52Skewness 0.304008Kurtosis 2.599187

Jarque-Bera 0.397751Probability 0.819652

Histogram-Normality Test: Persamaan WIK

Page 207: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

190

9. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan upah riil sektor lain perkotaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.006710 Probability 0.403126 Obs*R-squared 3.290673 Probability 0.192948

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:25 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -21945.90 26937.44 -0.814699 0.4363 D(UMR,1) -0.154137 0.295784 -0.521113 0.6149 D(AKK,1) -0.034102 0.113367 -0.300809 0.7704

KLK 0.044907 0.064043 0.701205 0.5009 TFPL 1593.083 2182.734 0.729857 0.4840

D(PML,1) 0.073778 0.091051 0.810297 0.4387 D(NTBL,2) -0.007983 0.009343 -0.854388 0.4151 RESID(-1) -0.239585 0.472017 -0.507578 0.6240 RESID(-2) -0.680154 0.484433 -1.404020 0.1939

R-squared 0.182815 Mean dependent var 1.25E-10 Adjusted R-squared -0.543571 S.D. dependent var 12806.93 S.E. of regression 15911.41 Akaike info criterion 22.49431 Sum squared resid 2.28E+09 Schwarz criterion 22.93950 Log likelihood -193.4488 F-statistic 0.251678 Durbin-Watson stat 1.696125 Prob(F-statistic) 0.967536

0

1

2

3

4

5

-20000 -10000 0 10000 20000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 1.25E-10Median 2945.251Maximum 19242.05Minimum -23952.66Std. Dev. 12806.93Skewness -0.364024Kurtosis 2.038037

Jarque-Bera 1.091568Probability 0.579387

Histogram-Normalitiy Test : Persamaan WLK

Page 208: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

191

10. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan upah riil pertanian pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.561094 Probability 0.591512 Obs*R-squared 2.214314 Probability 0.330497

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:27 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -15236.61 67668.53 -0.225165 0.8275 D(UMR,2) -0.056852 0.178029 -0.319342 0.7576

AKD 0.002996 0.037392 0.080119 0.9381 D(KPD,2) 0.006478 0.018102 0.357869 0.7297

TFPP -33.96917 776.3532 -0.043755 0.9662 PMP -0.086840 0.233966 -0.371166 0.7202

D(NTBP,1) 0.001225 0.009693 0.126348 0.9026 WPD(-1) 0.277525 0.386107 0.718776 0.4927

RESID(-1) -0.574551 0.556676 -1.032110 0.3322 RESID(-2) -0.084616 0.402299 -0.210332 0.8387

R-squared 0.123017 Mean dependent var 6.88E-11 Adjusted R-squared -0.863588 S.D. dependent var 8533.427 S.E. of regression 11649.26 Akaike info criterion 21.86405 Sum squared resid 1.09E+09 Schwarz criterion 22.35871 Log likelihood -186.7765 F-statistic 0.124688 Durbin-Watson stat 1.902809 Prob(F-statistic) 0.997386

0

1

2

3

4

5

6

7

-20000 -10000 0 10000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 6.88E-11Median 2193.219Maximum 14338.82Minimum -18241.89Std. Dev. 8533.427Skewness -0.713301Kurtosis 2.926700

Jarque-Bera 1.530425Probability 0.465235

Histogram-Normality Test : Persamaan WPD

Page 209: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

192

11. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan upah riil industri pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.285973 Probability 0.327899 Obs*R-squared 4.379046 Probability 0.111970

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:30 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -79679.05 79483.72 -1.002458 0.3455 D(UMR,2) -0.032248 0.212058 -0.152072 0.8829 D(AKD,1) -0.029895 0.045722 -0.653858 0.5315

KID 0.349866 0.503479 0.694898 0.5068 D(TFPI,1) 29.58338 1069.195 0.027669 0.9786 D(PMI,1) 0.146058 0.212500 0.687334 0.5113

NTBI -0.010460 0.008051 -1.299218 0.2301 WID(-1) 0.928900 0.676956 1.372173 0.2072

RESID(-1) -1.171467 0.739285 -1.584595 0.1517 RESID(-2) -0.657403 0.514360 -1.278099 0.2370

R-squared 0.243280 Mean dependent var -8.96E-11 Adjusted R-squared -0.608029 S.D. dependent var 11816.14 S.E. of regression 14983.82 Akaike info criterion 22.36751 Sum squared resid 1.80E+09 Schwarz criterion 22.86216 Log likelihood -191.3076 F-statistic 0.285772 Durbin-Watson stat 1.975586 Prob(F-statistic) 0.960072

0

1

2

3

4

5

-20000 0 20000 40000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -8.96E-11Median -1693.346Maximum 35175.58Minimum -16060.76Std. Dev. 11816.14Skewness 1.360943Kurtosis 5.444762

Jarque-Bera 10.03915Probability 0.006607

Histogram-Normality Test : Persamaan WID

Page 210: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

193

12. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan upah riil sektor lain pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.881078 Probability 0.451000 Obs*R-squared 3.249161 Probability 0.196994

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:32 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -129810.1 245330.8 -0.529123 0.6111 UMR -0.150343 0.194592 -0.772609 0.4620 AKD 0.077802 0.157732 0.493254 0.6351 KLD -0.107904 0.219435 -0.491734 0.6361

TFPL 702.7466 2904.337 0.241965 0.8149 D(PML,1) -0.014996 0.168663 -0.088912 0.9313 D(NTBL,1) 0.005935 0.018542 0.320084 0.7571 WLD(-1) 0.187066 0.511611 0.365641 0.7241

RESID(-1) -0.548459 0.574399 -0.954839 0.3676 RESID(-2) -0.723504 0.724996 -0.997942 0.3475

R-squared 0.180509 Mean dependent var 1.86E-10 Adjusted R-squared -0.741418 S.D. dependent var 21984.43 S.E. of regression 29011.28 Akaike info criterion 23.68894 Sum squared resid 6.73E+09 Schwarz criterion 24.18359 Log likelihood -203.2004 F-statistic 0.195795 Durbin-Watson stat 2.219107 Prob(F-statistic) 0.987481

0

1

2

3

4

5

6

7

-40000 -20000 0 20000 40000 60000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 1.86E-10Median -6019.891Maximum 53652.58Minimum -35834.47Std. Dev. 21984.43Skewness 0.923884Kurtosis 3.464713

Jarque-Bera 2.722654Probability 0.256320

Histogram-Normality Test : Persamaan WLD

Page 211: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

194

13. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan pertumbuhan ekonomi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.536420 Probability 0.615100 Obs*R-squared 3.003252 Probability 0.222768

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:35 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.035047 1.983561 0.521813 0.6241 D(PTK,2) 0.020024 0.057311 0.349387 0.7410

PINV 0.045611 0.144440 0.315780 0.7649 TFP 0.063059 0.240929 0.261731 0.8040

D(CS,1) -6.18E -07 1.59E-06 -0.389673 0.7128 D(INV,2) -5.46E-07 1.40E-06 -0.390689 0.7121

D(GOV,2) 1.55E-07 1.34E-06 0.115429 0.9126 D(EXPR,2) 5.71E-08 1.27E-06 0.044914 0.9659 D(IMP,2) 1.31E-07 1.32E-06 0.099928 0.9243 PE(-1) -0.193971 0.441757 -0.439089 0.6789

RESID(-1) 0.604687 0.599518 1.008623 0.3594 RESID(-2) 0.324025 1.198383 0.270385 0.7977

R-squared 0.176662 Mean dependent var -8.99E -14 Adjusted R-squared -1.634682 S.D. dependent var 0.977092 S.E. of regression 1.585986 Akaike info criterion 3.948279 Sum squared resid 12.57676 Schwarz criterion 4.536430 Log likelihood -21.56037 F-statistic 0.097531 Durbin-Watson stat 2.313139 Prob(F-statistic) 0.999253

0

1

2

3

4

5

-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Series: ResidualsSample 1988 2004Observations 17

Mean -8.99E-14Median 0.260115Maximum 1.233857Minimum -1.747261Std. Dev. 0.977092Skewness -0.586241Kurtosis 2.028369

Jarque-Bera 1.642471Probability 0.439888

Histogram-Normality Test : Persamaan PE

Page 212: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

195

14. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan nilai tambah bruto pertanian

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 3.091551 Probability 0.082619 Obs*R-squared 6.120838 Probability 0.046868

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:38 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -392711.6 782351.7 -0.501963 0.6248 D(KP,2) 0.957148 0.607648 1.575167 0.1412

PMP -1.195002 4.497669 -0.265694 0.7950 PKP 0.095873 0.207014 0.463122 0.6516

RESID(-1) 0.435102 0.348695 1.247800 0.2359 RESID(-2) -0.781767 0.327985 -2.383547 0.0345

R-squared 0.340047 Mean dependent var 5.24E-10 Adjusted R-squared 0.065066 S.D. dependent var 364783.2 S.E. of regression 352716.1 Akaike info criterion 28.64592 Sum squared resid 1.49E+12 Schwarz criterion 28.94271 Log likelihood -251.8132 F-statistic 1.236620 Durbin-Watson stat 1.868986 Prob(F-statistic) 0.351208

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-500000 0 500000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 5.24E-10Median -10558.87Maximum 642246.8Minimum -591717.7Std. Dev. 364783.2Skewness 0.024233Kurtosis 2.267408

Jarque-Bera 0.404280Probability 0.816981

Histogram-Normality Test : Persamaan NTBP

Page 213: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

196

15. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan nilai tambah bruto sektor industri

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.892350 Probability 0.196649 Obs*R-squared 4.607777 Probability 0.099870

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:40 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -396860.6 487349.0 -0.814325 0.4327 KI 1.743119 2.118392 0.822850 0.4281

PMI 0.129819 0.602005 0.215644 0.8332 PKI 0.014742 0.019083 0.772521 0.4561

NTBI(-1) -0.084030 0.123761 -0.678974 0.5112 RESID(-1) 0.171620 0.279776 0.613421 0.5521 RESID(-2) -0.611216 0.317822 -1.923138 0.0807

R-squared 0.255988 Mean dependent var -1.68E -09 Adjusted R-squared -0.149837 S.D. dependent var 123728.4 S.E. of regression 132674.6 Akaike info criterion 26.71449 Sum squared resid 1.94E+11 Schwarz criterion 27.06074 Log likelihood -233.4304 F-statistic 0.630783 Durbin-Watson stat 2.130539 Prob(F-statistic) 0.703859

0

1

2

3

4

5

6

-200000 0 200000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -1.68E-09Median -617.9105Maximum 239522.4Minimum -224649.3Std. Dev. 123728.4Skewness 0.107152Kurtosis 2.562899

Jarque-Bera 0.177738Probability 0.914966

Histogram-Normality Test : Persamaan NTBI

Page 214: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

197

16. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan nilai tambah bruto sektor lain

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.250506 Probability 0.782729 Obs*R-squared 0.784125 Probability 0.675662

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:42 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -343129.6 2042462. -0.167998 0.8696 KL 0.297033 2.280251 0.130263 0.8987

D(PML,1) -0.260441 0.896420 -0.290534 0.7768 PKL 0.030638 0.149188 0.205365 0.8410

NTBL(-1) -0.027347 0.168588 -0.162211 0.8741 RESID(-1) 0.257679 0.394559 0.653080 0.5271 RESID(-2) -0.106126 0.419502 -0.252981 0.8049

R-squared 0.043562 Mean dependent var -7.52E -09 Adjusted R-squared -0.478131 S.D. dependent var 252655.3 S.E. of regression 307174.2 Akaike info criterion 28.39352 Sum squared resid 1.04E+12 Schwarz criterion 28.73977 Log likelihood -248.5417 F-statistic 0.083502 Durbin-Watson stat 1.460910 Prob(F-statistic) 0.996817

0

1

2

3

4

5

-400000 0 400000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -7.52E-09Median -35034.11Maximum 529081.3Minimum -414277.2Std. Dev. 252655.3Skewness 0.597616Kurtosis 2.915952

Jarque-Bera 1.076734Probability 0.583701

Histogram-Normality Test : Persamaan NTBL

Page 215: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

198

17. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan pengeluaran pemerintah

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.101152 Probability 0.904626 Obs*R-squared 0.325066 Probability 0.849988

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:44 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -167510.5 657255.7 -0.254863 0.8035 D(PAD,2) 0.381411 2.460127 0.155037 0.8796 D(DP,2) 0.044935 0.251682 0.178537 0.8615 PDRB 0.039098 0.111648 0.350193 0.7328

GOV(-1) -0.207243 0.590902 -0.350723 0.7324 RESID(-1) 0.301623 0.687107 0.438975 0.6692 RESID(-2) -0.051782 0.351553 -0.147296 0.8856

R-squared 0.018059 Mean dependent var -1.03E -09 Adjusted R-squared -0.517545 S.D. dependent var 417303.7 S.E. of regression 514070.9 Akaike info criterion 29.42341 Sum squared resid 2.91E+12 Schwarz criterion 29.76967 Log likelihood -257.8107 F-statistic 0.033717 Durbin-Watson stat 1.975907 Prob(F-statistic) 0.999752

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-1000000 0 1000000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -1.03E-09Median -74200.86Maximum 753202.5Minimum -1122942.Std. Dev. 417303.7Skewness -0.514595Kurtosis 4.474806

Jarque-Bera 2.425713Probability 0.297347

Histogram-Normality Test : Persamaan GOV

Page 216: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

199

18. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan produktvitas tenaga kerja pertanian

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.773045 Probability 0.485136 Obs*R-squared 2.218189 Probability 0.329857

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:46 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 17502.15 311882.3 0.056118 0.9563 D(WP,2) -0.186387 0.773934 -0.240831 0.8141

KP 0.018900 0.243699 0.077555 0.9396 NTBP -0.005581 0.015998 -0.348849 0.7338 TFPP -2644.260 4733.119 -0.558672 0.5876

RESID(-1) 0.389418 0.348462 1.117533 0.2876 RESID(-2) 0.088058 0.352303 0.249949 0.8072

R-squared 0.123233 Mean dependent var 7.33E-09 Adjusted R-squared -0.355004 S.D. dependent var 64041.73 S.E. of regression 74547.55 Akaike info criterion 25.56156 Sum squared resid 6.11E+10 Schwarz criterion 25.90782 Log likelihood -223.0541 F-statistic 0.257682 Durbin-Watson stat 1.535409 Prob(F-statistic) 0.945645

0

1

2

3

4

5

-100000 0 100000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 7.33E-09Median 1323.258Maximum 125259.5Minimum -131489.4Std. Dev. 64041.73Skewness 0.048861Kurtosis 2.892711

Jarque-Bera 0.015795Probability 0.992133

Histogram-Normality Test : Persamaan PKP

Page 217: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

200

19. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan produktvitas tenaga kerja industri

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.430043 Probability 0.133653 Obs*R-squared 5.515830 Probability 0.063424

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:48 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 711604.0 2914762. 0.244138 0.8116 WI -29.13853 32.37684 -0.899981 0.3874 KI 2.521017 13.83339 0.182241 0.8587

NTBI 0.480202 0.659125 0.728545 0.4815 D(TFPI,2) 8351.954 62425.67 0.133790 0.8960 RESID(-1) 0.593194 0.328351 1.806586 0.0982 RESID(-2) 0.050142 0.399106 0.125635 0.9023

R-squared 0.306435 Mean dependent var 4.25E-08 Adjusted R-squared -0.071873 S.D. dependent var 1443469. S.E. of regression 1494442. Akaike info criterion 31.55771 Sum squared resid 2.46E+13 Schwarz criterion 31.90396 Log likelihood -277.0193 F-statistic 0.810014 Durbin-Watson stat 1.685833 Prob(F-statistic) 0.583249

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

-2000000 0 2000000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 4.25E-08Median -456593.4Maximum 2380959.Minimum -1983191.Std. Dev. 1443469.Skewness 0.260097Kurtosis 1.619522

Jarque-Bera 1.632240Probability 0.442144

Histogram-Normality Test : Persamaan PKI

Page 218: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

201

20. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan produktvitas tenaga kerja sektor lain

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.430044 Probability 0.661962 Obs*R-squared 1.425549 Probability 0.490282

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:50 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 314477.3 923480.7 0.340535 0.7405 WL -0.281857 7.556945 -0.037298 0.9710 KL -0.240532 1.134423 -0.212030 0.8363

NTBL 0.026570 0.080033 0.331991 0.7467 D(TFPL,2) -3365.145 8245.443 -0.408122 0.6918

PKL(-1) -0.030972 0.093541 -0.331102 0.7474 RESID(-1) 0.332409 0.397926 0.835353 0.4230 RESID(-2) -0.214967 0.378339 -0.568186 0.5824

R-squared 0.079197 Mean dependent var 7.87E-09 Adjusted R-squared -0.565365 S.D. dependent var 270439.3 S.E. of regression 338358.9 Akaike info criterion 28.60270 Sum squared resid 1.14E+12 Schwarz criterion 28.99842 Log likelihood -249.4243 F-statistic 0.122870 Durbin-Watson stat 1.415803 Prob(F-statistic) 0.994543

0

1

2

3

4

5

6

-400000 0 400000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 7.87E-09Median 104261.8Maximum 341222.0Minimum -502526.2Std. Dev. 270439.3Skewness -0.637619Kurtosis 2.017695

Jarque-Bera 1.943367Probability 0.378445

Histogram-Normality Test : Persamaan PKL

Page 219: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

202

21. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan angkatan kerja perkotaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.472036 Probability 0.636950 Obs*R-squared 1.552739 Probability 0.460073

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:51 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -38433.18 252022.7 -0.152499 0.8818 MM -0.419053 1.563056 -0.268098 0.7941 WK 0.378497 0.819409 0.461915 0.6540

TPAKK 620.5748 3946.158 0.157261 0.8782 PUK -0.000940 0.037118 -0.025334 0.9803

AKK(-1) -0.035551 0.147312 -0.241332 0.8142 RESID(-1) 0.102465 0.346620 0.295611 0.7736 RESID(-2) -0.357536 0.373898 -0.956240 0.3615

R-squared 0.086263 Mean dependent var 1.94E-11 Adjusted R-squared -0.553352 S.D. dependent var 27229.12 S.E. of regression 33936.62 Akaike info criterion 24.00348 Sum squared resid 1.15E+10 Schwarz criterion 24.39920 Log likelihood -208.0313 F-statistic 0.134867 Durbin-Watson stat 2.108977 Prob(F-statistic) 0.992809

0

1

2

3

4

5

-40000 0 40000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 1.94E-11Median 3824.671Maximum 56305.10Minimum -48610.98Std. Dev. 27229.12Skewness 0.089133Kurtosis 2.561463

Jarque-Bera 0.168070Probability 0.919399

Histogram-Normality Test : Persamaan AKK

Page 220: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

203

22. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan angkatan kerja pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.068386 Probability 0.934332 Obs*R-squared 0.242869 Probability 0.885649

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:53 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1477.651 311239.8 -0.004748 0.9963 MM 0.213788 2.102894 0.101664 0.9210 WD 0.226155 1.161469 0.194714 0.8495

TPAKD 350.3220 5722.020 0.061223 0.9524 PUK 0.007091 0.073464 0.096525 0.9250

AKD(-1) -0.035274 0.206323 -0.170967 0.8677 RESID(-1) 0.155490 0.509503 0.305181 0.7665 RESID(-2) -0.080770 0.362030 -0.223104 0.8279

R-squared 0.013493 Mean dependent var -7.60E -10 Adjusted R-squared -0.677062 S.D. dependent var 40792.66 S.E. of regression 52827.08 Akaike info criterion 24.88854 Sum squared resid 2.79E+10 Schwarz criterion 25.28426 Log likelihood -215.9968 F-statistic 0.019539 Durbin-Watson stat 2.006408 Prob(F-statistic) 0.999986

0

1

2

3

4

5

6

-50000 0 50000 100000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -7.60E-10Median 7249.682Maximum 87708.91Minimum -62167.85Std. Dev. 40792.66Skewness 0.089561Kurtosis 2.412956

Jarque-Bera 0.282529Probability 0.868260

Histogram-Normality Test : Persamaan AKD

Page 221: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

204

23. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan migrasi masuk Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.858695 Probability 0.450268 Obs*R-squared 2.430768 Probability 0.296596

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:54 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 49954.94 66155.81 0.755110 0.4660 W -0.041423 0.139305 -0.297358 0.7717

TPK -438.8725 581.5771 -0.754625 0.4663 DKH -1852.965 5710.634 -0.324476 0.7517

MM(-1) -0.229529 0.332587 -0.690134 0.5044 RESID(-1) 0.427808 0.407369 1.050174 0.3162 RESID(-2) 0.397777 0.389017 1.022518 0.3285

R-squared 0.135043 Mean dependent var -8.10E -11 Adjusted R-squared -0.336752 S.D. dependent var 5243.701 S.E. of regression 6062.662 Akaike info criterion 20.54299 Sum squared resid 4.04E+08 Schwarz criterion 20.88924 Log likelihood -177.8869 F-statistic 0.286232 Durbin-Watson stat 1.730748 Prob(F-statistic) 0.931474

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-10000 0 10000

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean -8.10E-11Median -1009.689Maximum 13136.99Minimum -12365.77Std. Dev. 5243.701Skewness 0.242744Kurtosis 4.657036

Jarque-Bera 2.236099Probability 0.326917

Histogram-Normality Test : Persamaan MM

Page 222: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

205

24. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan pengangguran perkotaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.347765 Probability 0.713757 Obs*R-squared 1.070454 Probability 0.585536

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:57 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.376222 2.011683 -0.187018 0.8551 AKK -1.88E -06 6.56E-06 -0.286168 0.7801 KK 2.82E-06 9.48E-06 0.297712 0.7715 MM -4.03E -06 6.50E-05 -0.062070 0.9516 PE 0.008458 0.123831 0.068305 0.9468

RESID(-1) 0.277237 0.464309 0.597096 0.5625 RESID(-2) -0.352536 0.495654 -0.711255 0.4917

R-squared 0.059470 Mean dependent var 1.27E-13 Adjusted R-squared -0.453547 S.D. dependent var 0.793048 S.E. of regression 0.956124 Akaike info criterion 3.033443 Sum squared resid 10.05591 Schwarz criterion 3.379699 Log likelihood -20.30099 F-statistic 0.115922 Durbin-Watson stat 1.641411 Prob(F-statistic) 0.992337

0

1

2

3

4

5

6

7

-2 -1 0 1

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 1.27E-13Median 0.067252Maximum 1.472585Minimum -2.152839Std. Dev. 0.793048Skewness -0.829965Kurtosis 4.509610

Jarque-Bera 3.775719Probability 0.151396

Histogram-Normality Test : Persamaan UK

Page 223: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

206

25. Output uji korelasi serial dan uji normalitas persamaan pengangguran pedesaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.119739 Probability 0.888292 Obs*R-squared 0.383525 Probability 0.825503

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:58 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.197435 1.896796 0.104089 0.9190 AKD -5.17E -09 6.09E-07 -0.008487 0.9934 KD -8.66E -08 1.23E-06 -0.070305 0.9452

D(MM,1) -1.45E -06 1.08E-05 -0.134818 0.8952 PE 0.000410 0.023235 0.017636 0.9862

RESID(-1) -0.082210 0.482061 -0.170540 0.8677 RESID(-2) 0.207996 0.474174 0.438649 0.6694

R-squared 0.021307 Mean dependent var 4.72E-14 Adjusted R-squared -0.512526 S.D. dependent var 0.209890 S.E. of regression 0.258133 Akaike info criterion 0.414617 Sum squared resid 0.732959 Schwarz criterion 0.760873 Log likelihood 3.268445 F-statistic 0.039913 Durbin-Watson stat 1.613808 Prob(F-statistic) 0.999598

0

1

2

3

4

5

6

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4

Series: ResidualsSample 1987 2004Observations 18

Mean 4.72E-14Median -0.029872Maximum 0.401254Minimum -0.544499Std. Dev. 0.209890Skewness -0.476931Kurtosis 4.079096

Jarque-Bera 1.555725Probability 0.459387

Histogram-Normality Test : Persamaan UD

Page 224: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

207

Lampiran 4 Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja dan upah riil dalam persamaan error correction model (ECM)

1. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel upah riil rata-rata di Sulawesi

Selatan ADF Test Statistic -4.575509 1% Critical Value* -4.6712

5% Critical Value -3.7347 10% Critical Value -3.3086

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(W,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 16:37 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(W(-1),2) -2.379737 0.520103 -4.575509 0.0006 D(W(-1),3) 0.448693 0.300708 1.492121 0.1615

C -4181.272 11642.39 -0.359142 0.7257 @TREND(1985) 474.9942 940.8909 0.504835 0.6228

R-squared 0.814460 Mean dependent var 2661.482 Adjusted R-squared 0.768074 S.D. dependent var 35873.44 S.E. of regression 17276.16 Akaike info criterion 22.56436 Sum squared resid 3.58E+09 Schwarz criterion 22.75751 Log likelihood -176.5149 F-statistic 17.55865 Durbin-Watson stat 2.240165 Prob(F-statistic) 0.000110

2. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel rata-rata upah riil perkotaan

di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -7.972375 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WK,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 16:42 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WK(-1),2) -2.936298 0.368309 -7.972375 0.0000 D(WK(-1),3) 0.858372 0.218305 3.931983 0.0017

C -1144.085 4647.407 -0.246177 0.8094

R-squared 0.887132 Mean dependent var 3987.532 Adjusted R-squared 0.869768 S.D. dependent var 51164.84 S.E. of regression 18464.19 Akaike info criterion 22.65241 Sum squared resid 4.43E+09 Schwarz criterion 22.79728 Log likelihood -178.2193 F-statistic 51.08960 Durbin-Watson stat 2.373994 Prob(F-statistic) 0.000001

Page 225: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

208

3. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel rata-rata upah riil pedesaan di

Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -4.402176 1% Critical Value* -4.6712

5% Critical Value -3.7347 10% Critical Value -3.3086

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WD,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 16:58 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WD(-1),2) -2.212256 0.502537 -4.402176 0.0009 D(WD(-1),3) 0.364602 0.285443 1.277319 0.2257

C -6170.801 13660.21 -0.451735 0.6595 @TREND(1985) 693.5687 1104.030 0.628215 0.5416

R-squared 0.818168 Mean dependent var 2111.240 Adjusted R-squared 0.772710 S.D. dependent var 42472.14 S.E. of regression 20248.57 Akaike info criterion 22.88187 Sum squared resid 4.92E+09 Schwarz criterion 23.07502 Log likelihood -179.0550 F-statistic 17.99832 Durbin-Watson stat 2.205633 Prob(F-statistic) 0.000097

4. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel rata-rata upah riil sektor

pertanian di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -4.535460 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WP,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 00:36 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WP(-1),2) -2.306027 0.508444 -4.535460 0.0006 D(WP(-1),3) 0.283543 0.271030 1.046169 0.3145

C -192.8024 4359.867 -0.044222 0.9654

R-squared 0.905574 Mean dependent var 849.0895 Adjusted R-squared 0.891047 S.D. dependent var 52822.01 S.E. of regression 17435.47 Akaike info criterion 22.53776 Sum squared resid 3.95E+09 Schwarz criterion 22.68262 Log likelihood -177.3021 F-statistic 62.33734 Durbin-Watson stat 2.151916 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 226: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

209

5. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel rata-rata upah riil sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -4.882507 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WI,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 00:37 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WI(-1)) -1.879009 0.384845 -4.882507 0.0002 D(WI(-1),2) 0.455412 0.239625 1.900519 0.0782

C 7444.347 4853.822 1.533708 0.1474

R-squared 0.717631 Mean dependent var 122.9087 Adjusted R-squared 0.677292 S.D. dependent var 33543.61 S.E. of regression 19055.25 Akaike info criterion 22.70686 Sum squared resid 5.08E+09 Schwarz criterion 22.85390 Log likelihood -190.0083 F-statistic 17.79022 Durbin-Watson stat 2.033717 Prob(F-statistic) 0.000143

6. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel rata-rata upah riil sektor

lainnya di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -4.568548 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WL,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 00:41 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WL(-1)) -2.430982 0.532113 -4.568548 0.0004 D(WL(-1),2) 0.599966 0.340286 1.763119 0.0997

C 8339.217 4645.794 1.795003 0.0943

R-squared 0.704307 Mean dependent var 3745.681 Adjusted R-squared 0.662065 S.D. dependent var 31631.93 S.E. of regression 18388.33 Akaike info criterion 22.63561 Sum squared resid 4.73E+09 Schwarz criterion 22.78264 Log likelihood -189.4026 F-statistic 16.67319 Durbin-Watson stat 1.529108 Prob(F-statistic) 0.000198

Page 227: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

210

7. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel upah riil pertanian perkotaan di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.974270 1% Critical Value* -4.6193

5% Critical Value -3.7119 10% Critical Value -3.2964

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WPK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 17:04 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WPK(-1)) -1.399754 0.352204 -3.974270 0.0016 D(WPK(-1),2) 0.458359 0.252979 1.811846 0.0932

C 5266.053 13767.02 0.382512 0.7083 @TREND(1985) -46.38401 1132.553 -0.040955 0.9680

R-squared 0.576685 Mean dependent var 947.5882 Adjusted R-squared 0.478997 S.D. dependent var 31423.64 S.E. of regression 22681.76 Akaike info criterion 23.09883 Sum squared resid 6.69E+09 Schwarz criterion 23.29488 Log likelihood -192.3401 F-statistic 5.903324 Durbin-Watson stat 2.427968 Prob(F-statistic) 0.009047

8. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel upah riil industri perkotaan

Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -5.900484 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WIK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 12:51 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WIK(-1)) -2.502491 0.424116 -5.900484 0.0000 D(WIK(-1),2) 0.518394 0.233393 2.221125 0.0433

C 13976.47 6072.205 2.301712 0.0372

R-squared 0.866421 Mean dependent var 1047.118 Adjusted R-squared 0.847338 S.D. dependent var 59626.26 S.E. of regression 23297.15 Akaike info criterion 23.10884 Sum squared resid 7.60E+09 Schwarz criterion 23.25587 Log likelihood -193.4251 F-statistic 45.40340 Durbin-Watson stat 2.165484 Prob(F-statistic) 0.000001

Page 228: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

211

9. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel upah riil sektor lain di perkotaan Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -7.400187 1% Critical Value* -4.6193

5% Critical Value -3.7119 10% Critical Value -3.2964

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WLK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 17:16 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WLK(-1)) -2.644544 0.357362 -7.400187 0.0000 D(WLK(-1),2) 0.810288 0.226107 3.583643 0.0033

C 21268.22 9986.485 2.129701 0.0529 @TREND(1985) -1193.555 811.9168 -1.470046 0.1653

R-squared 0.868896 Mean dependent var 1656.118 Adjusted R-squared 0.838642 S.D. dependent var 39689.19 S.E. of regression 15942.93 Akaike info criterion 22.39374 Sum squared resid 3.30E+09 Schwarz criterion 22.58979 Log likelihood -186.3468 F-statistic 28.71937 Durbin-Watson stat 2.020883 Prob(F-statistic) 0.000005

10. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel upah riil pertanian pedesaan

Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -4.334036 1% Critical Value* -4.6712

5% Critical Value -3.7347 10% Critical Value -3.3086

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WPD,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 17:18 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WPD(-1),2) -2.302196 0.531190 -4.334036 0.0010 D(WPD(-1),3) 0.296172 0.285831 1.036176 0.3205

C -1170.688 13384.48 -0.087466 0.9317 @TREND(1985) 83.92241 1081.844 0.077573 0.9394

R-squared 0.897271 Mean dependent var 860.6875 Adjusted R-squared 0.871588 S.D. dependent var 55282.30 S.E. of regression 19810.17 Akaike info criterion 22.83810 Sum squared resid 4.71E+09 Schwarz criterion 23.03124 Log likelihood -178.7048 F-statistic 34.93732 Durbin-Watson stat 2.177823 Prob(F-statistic) 0.000003

Page 229: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

212

11. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel upah riil industri pedesaan Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -4.164181 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WID,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 12:41 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WID(-1)) -1.634327 0.392473 -4.164181 0.0010 D(WID(-1),2) 0.338039 0.250738 1.348172 0.1990

C 4498.716 5083.860 0.884902 0.3912

R-squared 0.655177 Mean dependent var 85.47059 Adjusted R-squared 0.605916 S.D. dependent var 32626.80 S.E. of regression 20481.83 Akaike info criterion 22.85125 Sum squared resid 5.87E+09 Schwarz criterion 22.99829 Log likelihood -191.2356 F-statistic 13.30025 Durbin-Watson stat 2.085900 Prob(F-statistic) 0.000580

12. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel upah riil sektor lain pedesaan

di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -3.784977 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(WLD,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 00:44 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(WLD(-1),2) -2.183724 0.576945 -3.784977 0.0023 D(WLD(-1),3) 0.380168 0.322073 1.180381 0.2590

C 7537.910 11264.64 0.669165 0.5151

R-squared 0.750760 Mean dependent var 6011.562 Adjusted R-squared 0.712416 S.D. dependent va r 84002.36 S.E. of regression 45047.84 Akaike info criterion 24.43620 Sum squared resid 2.64E+10 Schwarz criterion 24.58106 Log likelihood -192.4896 F-statistic 19.57932 Durbin-Watson stat 1.738834 Prob(F-statistic) 0.000120

Page 230: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

213

13. Hasil uj i unit root dan derajat integrasi variabel angkatan kerja total Sulawesi

Selatan ADF Test Statistic -3.198139 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(AK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 00:58 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(AK(-1)) -1.293408 0.404425 -3.198139 0.0064 D(AK(-1),2) 0.047475 0.286843 0.165509 0.8709

C 99695.96 45208.81 2.205233 0.0447

R-squared 0.590296 Mean dependent var 4104.118 Adjusted R-squared 0.531767 S.D. dependent var 190203.4 S.E. of regression 130151.5 Akaike info criterion 26.54957 Sum squared resid 2.37E+11 Schwarz criterion 26.69661 Log likelihood -222.6714 F-statistic 10.08552 Durbin-Watson stat 1.865603 Prob(F-statistic) 0.001938

14. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel angkatan kerja perkotaan di

Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -2.560379 1% Critical Value* -2.7275

5% Critical Value -1.9642 10% Critical Value -1.6269

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(AKK,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 00:59 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(AKK(-1),2) -1.544071 0.603063 -2.560379 0.0227 D(AKK(-1),3) -0.108183 0.344565 -0.313972 0.7582

R-squared 0.689357 Mean dependent var 16901.81 Adjusted R-squared 0.667168 S.D. dependent var 114080.8 S.E. of regression 65814.99 Akaike info criterion 25.14355 Sum squared resid 6.06E+10 Schwarz criterion 25.24013 Log likelihood -199.1484 Durbin-Watson stat 1.569992

Page 231: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

214

15. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel angkatan kerja pedesaan di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.458403 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(AKD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:00 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(AKD(-1)) -1.226927 0.354767 -3.458403 0.0038 D(AKD(-1),2) 0.039775 0.246134 0.161598 0.8739

C 46166.14 29569.14 1.561294 0.1408

R-squared 0.614494 Mean dependent var -2931.529 Adjusted R-squared 0.559422 S.D. dependent var 153261.8 S.E. of regression 101729.2 Akaike info criterion 26.05680 Sum squared resid 1.45E+11 Schwarz criterion 26.20384 Log likelihood -218.4828 F-statistic 11.15796 Durbin-Watson stat 2.084375 Prob(F-statistic) 0.001265

16. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja total

di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -3.653745 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(K,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:01 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(K(-1)) -1.449052 0.396594 -3.653745 0.0026 D(K(-1),2) 0.034594 0.292634 0.118215 0.9076

C 63882.81 38022.34 1.680139 0.1151

R-squared 0.687020 Mean dependent var 2445.941 Adjusted R-squared 0.642308 S.D. dependent var 214560.7 S.E. of regression 128323.0 Akaike info criterion 26.52127 Sum squared resid 2.31E+11 Schwarz criterion 26.66831 Log likelihood -222.4308 F-statistic 15.36563 Durbin-Watson stat 2.060642 Prob(F-statistic) 0.000294

Page 232: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

215

17. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja total perkotaan di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.183676 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KK,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:02 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KK(-1),2) -2.234546 0.701876 -3.183676 0.0072 D(KK(-1),3) 0.356607 0.391019 0.911994 0.3784

C 4732.232 17153.50 0.275876 0.7870

R-squared 0.642742 Mean dependent var 18667.94 Adjusted R-squared 0.587779 S.D. dependent var 105234.8 S.E. of regression 67565.43 Akaike info criterion 25.24694 Sum squared resid 5.93E+10 Schwarz criterion 25.39180 Log likelihood -198.9755 F-statistic 11.69413 Durbin-Watson stat 1.435946 Prob(F-statistic) 0.001243

18. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja total

pedesaan di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -3.983119 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:03 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KD(-1)) -1.405595 0.352888 -3.983119 0.0014 D(KD(-1),2) 0.058875 0.246559 0.238787 0.8147

C 24524.84 26545.44 0.923881 0.3712

R-squared 0.700305 Mean dependent var -3616.471 Adjusted R-squared 0.657492 S.D. dependent var 170870.8 S.E. of regression 100000.8 Akaike info criterion 26.02253 Sum squared resid 1.40E+11 Schwarz criterion 26.16957 Log likelihood -218.1915 F-statistic 16.35710 Durbin-Watson stat 2.259083 Prob(F-statistic) 0.000217

Page 233: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

216

19. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja total sektor pertanian di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.512095 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KP,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 13:14 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KP(-1)) -1.430816 0.407397 -3.512095 0.0035 D(KP(-1),2) 0.045448 0.251098 0.180996 0.8590

C 32252.27 32345.80 0.997108 0.3356

R-squared 0.711327 Mean dependent var -13622.47 Adjusted R-squared 0.670088 S.D. dependent var 201599.2 S.E. of regression 115794.5 Akaike info criterion 26.31581 Sum squared resid 1.88E+11 Schwarz criterion 26.46285 Log likelihood -220.6844 F-statistic 17.24888 Durbin-Watson stat 2.179951 Prob(F-statistic) 0.000167

20. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja total

sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -4.577246 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KI,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 13:07 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KI(-1)) -1.660343 0.362738 -4.577246 0.0004 D(KI(-1),2) 0.408660 0.238566 1.712983 0.1088

C -3675.019 8613.876 -0.426639 0.6761

R-squared 0.660466 Mean dependent var 650.2941 Adjusted R-squared 0.611962 S.D. dependent var 56749.97 S.E. of regression 35351.10 Akaike info criterion 23.94283 Sum squared resid 1.75E+10 Schwarz criterion 24.08987 Log likelihood -200.5141 F-statistic 13.61652 Durbin-Watson stat 1.912070 Prob(F-statistic) 0.000520

Page 234: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

217

21. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja total

sektor lain di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -3.581043 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KL,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 13:08 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KL(-1),2) -2.520963 0.703975 -3.581043 0.0034 D(KL(-1),3) 0.467290 0.384151 1.216421 0.2454

C 10342.55 33438.17 0.309304 0.7620

R-squared 0.742440 Mean dependent var 30403.31 Adjusted R-squared 0.702815 S.D. dependent var 243595.9 S.E. of regression 132795.6 Akaike info criterion 26.59837 Sum squared resid 2.29E+11 Schwarz criterion 26.74323 Log likelihood -209.7870 F-statistic 18.73679 Durbin-Watson stat 1.424898 Prob(F-statistic) 0.000148

22. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja

pertanian perkotaan di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -3.594002 1% Critical Value* -3.8877

5% Critical Value -3.0521 10% Critical Value -2.6672

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KPK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:05 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KPK(-1)) -1.669992 0.464661 -3.594002 0.0029 D(KPK(-1),2) 0.264933 0.294804 0.898675 0.3840

C 6075.239 3717.048 1.634426 0.1244

R-squared 0.623692 Mean dependent var -1423.353 Adjusted R-squared 0.569934 S.D. dependent var 19452.62 S.E. of regression 12756.92 Akaike info criterion 21.90432 Sum squared resid 2.28E+09 Schwarz criterion 22.05136 Log likelihood -183.1867 F-statistic 11.60179 Durbin-Watson stat 1.811039 Prob(F-statistic) 0.001069

Page 235: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

218

23. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja

industri perkotaan di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -4.224974 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KIK,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:06 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KIK(-1),2) -2.158095 0.510795 -4.224974 0.0010 D(KIK(-1),3) 0.291847 0.289175 1.009238 0.3313

C 198.2137 2349.682 0.084358 0.9341

R-squared 0.808985 Mean dependent var -821.1875 Adjusted R-squared 0.779598 S.D. dependent var 19932.41 S.E. of regression 9357.672 Akaike info criterion 21.29314 Sum squared resid 1.14E+09 Schwarz criterion 21.43800 Log likelihood -167.3451 F-statistic 27.52870 Durbin-Watson stat 1.986546 Prob(F-statistic) 0.000021

24. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja sektor

lain perkotaan di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -3.505571 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KLK,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:06 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KLK(-1),2) -3.084138 0.879782 -3.505571 0.0039 D(KLK(-1),3) 0.608856 0.525899 1.157743 0.2678

C 665.1130 17039.15 0.039034 0.9695

R-squared 0.628677 Mean dependent var 21417.69 Adjusted R-squared 0.571551 S.D. dependent var 100547.0 S.E. of regression 65814.10 Akaike info criterion 25.19442 Sum squared resid 5.63E+10 Schwarz criterion 25.33928 Log likelihood -198.5553 F-statistic 11.00499 Durbin-Watson stat 1.420395 Prob(F-statistic) 0.001597

Page 236: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

219

25. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja pertanian pedesaan di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.479714 1% Critical Value* -3.8572

5% Critical Value -3.0400 10% Critical Value -2.6608

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KPD) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:07 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

KPD(-1) -0.590103 0.169584 -3.479714 0.0034 D(KPD(-1)) -0.173224 0.183270 -0.945182 0.3595

C 948731.8 264248.3 3.590304 0.0027

R-squared 0.479133 Mean dependent var 24575.06 Adjusted R-squared 0.409684 S.D. dependent var 118528.0 S.E. of regression 91067.45 Akaike info criterion 25.82760 Sum squared resid 1.24E+11 Schwarz criterion 25.97600 Log likelihood -229.4484 F-statistic 6.899064 Durbin-Watson stat 2.059006 Prob(F-statistic) 0.007507

26. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja

industri pedesaan di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -2.163073 1% Critical Value* -2.7275

5% Critical Value -1.9642 10% Critical Value -1.6269

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KID,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:08 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KID(-1),2) -1.196191 0.553006 -2.163073 0.0483 D(KID(-1),3) -0.111090 0.367053 -0.302653 0.7666

R-squared 0.674920 Mean dependent var 28.81250 Adjusted R-squared 0.651699 S.D. dependent var 13731.69 S.E. of regression 8104.028 Akaike info criterion 20.95458 Sum squared resid 9.19E+08 Schwarz criterion 21.05115 Log likelihood -165.6366 Durbin-Watson stat 1.907853

Page 237: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

220

27. Hasil uji unit root dan derajat integrasi variabel permintaan tenaga kerja sektor lain pedesaan di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -4.270450 1% Critical Value* -3.9228

5% Critical Value -3.0659 10% Critical Value -2.6745

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KLD,3) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 01:09 Sample(adjusted): 1989 2004 Included observations: 16 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KLD(-1),2) -2.422414 0.567250 -4.270450 0.0009 D(KLD(-1),3) 0.365831 0.300337 1.218067 0.2448

C 6373.546 20345.68 0.313263 0.7591

R-squared 0.876680 Mean dependent var 8985.625 Adjusted R-squared 0.857708 S.D. dependent var 215565.3 S.E. of regression 81314.84 Akaike info criterion 25.61741 Sum squared resid 8.60E+10 Schwarz criterion 25.76227 Log likelihood -201.9392 F-statistic 46.20836 Durbin-Watson stat 1.739602 Prob(F-statistic) 0.000001

Page 238: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

221

Lampiran 5 Hasil uji kointegrasi persamaan autoregressive redisual dari persamaan respon upah riil dan respon kesempatan kerja.

A. Hasil uji kointegrasi persamaan autoregressive redisual dari persamaan

respon upah riil. 1. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon rata-rata upah

riil (W) dari goncangan kesempatan kerja total (K) di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -3.568418 1% Critical Value* -2.7158

5% Critical Value -1.9627 10% Critical Value -1.6262

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM01W,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 09:44 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(ECM01W(-1)) -1.452499 0.407043 -3.568418 0.0028 D(ECM01W(-1),2) 0.240045 0.266378 0.901146 0.3818

R-squared 0.576697 Mean dependent var 1616.704 Adjusted R-squared 0.548477 S.D. dependent var 18386.02 S.E. of regression 12354.57 Akaike info criterion 21.79157 Sum squared resid 2.29E+09 Schwarz criterion 21.88960 Log likelihood -183.2284 Durbin-Watson stat 1.813232

2. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon rata-rata upah

riil (W) dari goncangan angkatan kerja total (AK) di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -2.719341 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM02WAK) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 09:56 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM02WAK(-1) -0.898909 0.330561 -2.719341 0.0152 D(ECM02WAK(-1)) 0.210482 0.275843 0.763049 0.4565

R-squared 0.345582 Mean dependent var 877.7372 Adjusted R-squared 0.304680 S.D. dependent var 12376.03 S.E. of regression 10319.86 Akaike info criterion 21.42597 Sum squared resid 1.70E+09 Schwarz criterion 21.52490 Log likelihood -190.8337 Durbin-Watson stat 1.759862

Page 239: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

222

3. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil

perkotaan (WK) dari goncangan kesempatan kerja perkotaan (KK) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.873695 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM03WKKK) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 09:59 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM03WKKK(-1) -1.301870 0.336080 -3.873695 0.0013 D(ECM03WKKK(-1)) 0.313929 0.237224 1.323344 0.2043

R-squared 0.543469 Mean dependent var -176.5477 Adjusted R-squared 0.514936 S.D. dependent var 15733.91 S.E. of regression 10958.12 Akaike info criterion 21.54599 Sum squared resid 1.92E+09 Schwarz criterion 21.64492 Log likelihood -191.9139 Durbin-Watson stat 1.924106

4. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil

perkotaan (WK) dari goncangan angkatan kerja perkotaan (AKK) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.912598 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM04WKAKK) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:02 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM04WKAKK(-1) -1.465143 0.374468 -3.912598 0.0012 D(ECM04WKAKK(-

1)) 0.334026 0.253344 1.318468 0.2059

R-squared 0.583174 Mean dependent var -343.2204 Adjusted R-squared 0.557123 S.D. dependent var 16362.36 S.E. of regression 10888.99 Akaike info criterion 21.53333 Sum squared resid 1.90E+09 Schwarz criterion 21.63226 Log likelihood -191.8000 Durbin-Watson stat 1.873838

Page 240: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

223

5. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil pedesaan (WD) dari goncangan kesempatan kerja pedesaan (KD) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.245348 1% Critical Value* -2.7158

5% Critical Value -1.9627 10% Critical Value -1.6262

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM05WDKD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:08 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(ECM05WDKD(-1)) -1.345781 0.414680 -3.245348 0.0054 D(ECM05WDKD(-

1),2) 0.209315 0.274724 0.761908 0.4579

R-squared 0.531596 Mean dependent var 1880.761 Adjusted R-squared 0.500369 S.D. dependent var 22338.59 S.E. of regression 15789.93 Akaike info criterion 22.28226 Sum squared resid 3.74E+09 Schwarz criterion 22.38029 Log likelihood -187.3992 Durbin-Watson stat 1.838638

6. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil

pedesaan (WD) dari goncangan angkatan kerja pedesaan (AKD) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -2.721153 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM06WDAKD) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:09 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM06WDAKD(-1) -0.877836 0.322597 -2.721153 0.0151 D(ECM06WDAKD(-

1)) 0.341456 0.276111 1.236659 0.2341

R-squared 0.315831 Mean dependent var 1395.534 Adjusted R-squared 0.273071 S.D. dependent var 15053.22 S.E. of regression 12834.40 Akaike info criterion 21.86208 Sum squared resid 2.64E+09 Schwarz criterion 21.96101 Log likelihood -194.7588 Durbin-Watson stat 1.784931

Page 241: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

224

7. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil pertanian perkotaan (WPK) dari goncangan kesempatan kerja pertanian perkotaan (KPK) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -4.437763 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM07WPKKPK) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:12 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM07WPKKPK(-1) -1.062295 0.239376 -4.437763 0.0004 D(ECM07WPKKPK(-

1)) 0.635903 0.210025 3.027754 0.0080

R-squared 0.554141 Mean dependent var 2071.118 Adjusted R-squared 0.526275 S.D. dependent var 24263.33 S.E. of regression 16699.90 Akaike info criterion 22.38863 Sum squared resid 4.46E+09 Schwarz criterion 22.48756 Log likelihood -199.4977 Durbin-Watson stat 1.873046

8. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil

industri perkotaan (WIK) dari goncangan kesempatan kerja industri perkotaan (KIK) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -5.744322 1% Critical Value* -2.7158

5% Critical Value -1.9627 10% Critical Value -1.6262

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM08WIKKIK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:13 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(ECM08WIKKIK(-1)) -2.465569 0.429218 -5.744322 0.0000 D(ECM08WIKKIK(-

1),2) 0.451057 0.234416 1.924173 0.0735

R-squared 0.875756 Mean dependent var 2388.728 Adjusted R-squared 0.867473 S.D. dependent var 65117.66 S.E. of regression 23705.60 Akaike info criterion 23.09494 Sum squared resid 8.43E+09 Schwarz criterion 23.19297 Log likelihood -194.3070 Durbin-Watson stat 2.043962

Page 242: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

225

9. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil sektor lain di perkotaan (WLK) dari goncangan kesempatan kerja sektor lain perkotaan (KLK) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -4.080726 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM09WLKKLK) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:17 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM09WLKKLK(-1) -1.472325 0.360800 -4.080726 0.0009 D(ECM09WLKKLK(-

1)) 0.338255 0.238602 1.417654 0.1755

R-squared 0.586944 Mean dependent var -618.1513 Adjusted R-squared 0.561128 S.D. dependent var 20429.10 S.E. of regression 13533.75 Akaike info criterion 21.96820 Sum squared resid 2.93E+09 Schwarz criterion 22.06713 Log likelihood -195.7138 Durbin-Watson stat 1.809827

10. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil

pertanian pedesaan (WPD) dari goncangan kesempatan kerja pertanian pedesaan (KPD) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -2.206878 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM10WPDKPD) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:25 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM10WPDKPD(-1) -0.703294 0.318683 -2.206878 0.0423 D(ECM10WPDKPD(-

1)) 0.052310 0.266261 0.196460 0.8467

R-squared 0.304089 Mean dependent var 764.1821 Adjusted R-squared 0.260594 S.D. dependent var 15029.35 S.E. of regression 12923.54 Akaike info criterion 21.87593 Sum squared resid 2.67E+09 Schwarz criterion 21.97486 Log likelihood -194.8834 Durbin-Watson stat 1.907605

Page 243: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

226

11. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil industri pedesaan (WID) dari goncangan kesempatan kerja industri pedesaan (KID) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -4.261327 1% Critical Value* -2.7158

5% Critical Value -1.9627 10% Critical Value -1.6262

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM11WIDKID,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:33 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(ECM11WIDKID(-1))

-1.595146 0.374331 -4.261327 0.0007

D(ECM11WIDKID(-1),2)

0.333753 0.241896 1.379739 0.1879

R-squared 0.643923 Mean dependent var -208.5154 Adjusted R-squared 0.620184 S.D. dependent var 34321.85 S.E. of regression 21152.28 Akaike info criterion 22.86701 Sum squared resid 6.71E+09 Schwarz criterion 22.96504 Log likelihood -192.3696 Durbin-Watson stat 2.061215

12. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon upah riil sektor

lain di pedesaan (WLD) dari goncangan kesempatan kerja sektor lain pedesaan (KLD) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -2.136272 1% Critical Value* -2.7158

5% Critical Value -1.9627 10% Critical Value -1.6262

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM12WLDKLD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:34 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(ECM12WLDKLD(-1))

-1.312275 0.614283 -2.136272 0.0495

D(ECM12WLDKLD(-1),2)

0.073789 0.373675 0.197469 0.8461

R-squared 0.444594 Mean dependent var 5328.833 Adjusted R-squared 0.407566 S.D. dependent var 44112.14 S.E. of regression 33952.99 Akaike info criterion 23.81347 Sum squared resid 1.73E+10 Schwarz criterion 23.91150 Log likelihood -200.4145 Durbin-Watson stat 1.485580

Page 244: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

227

B. Hasil Uji Kointegrasi Persamaan Autoregressive Redisual dari Persamaan

Respon Kesempatan Kerja. 1. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon kesempatan

kerja total (K) dari goncangan upah riil rata-rata (W) di Sulawesi Selatan ADF Test Statistic -2.301503 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM13KW) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:36 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM13KW(-1) -0.479796 0.208471 -2.301503 0.0351 D(ECM13KW(-1)) 0.152076 0.235854 0.644788 0.5282

R-squared 0.249717 Mean dependent var 4927.758 Adjusted R-squared 0.202824 S.D. dependent var 190592.4 S.E. of regression 170169.8 Akaike info criterion 27.03142 Sum squared resid 4.63E+11 Schwarz criterion 27.13035 Log likelihood -241.2828 Durbin-Watson stat 1.835411

2. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon kesempatan

kerja perkotaan (KK) dari goncangan upah riil perkotaan (WK) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -2.940957 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM14KKWK) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:39 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM14KKWK(-1) -0.920536 0.313006 -2.940957 0.0096 D(ECM14KKWK(-1)) 0.197881 0.250057 0.791343 0.4403

R-squared 0.401389 Mean dependent var 7658.121 Adjusted R-squared 0.363975 S.D. dependent var 109869.8 S.E. of regression 87622.40 Akaike info criterion 25.70390 Sum squared resid 1.23E+11 Schwarz criterion 25.80283 Log likelihood -229.3351 Durbin-Watson stat 1.911044

Page 245: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

228

3. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon kesempatan kerja pedesaan (KD) dari goncangan upah riil pedesaan (WD) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -2.943962 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM15KDWD) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:40 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM15KDWD(-1) -0.554841 0.188467 -2.943962 0.0095 D(ECM15KDWD(-1)) 0.214326 0.199500 1.074316 0.2986

R-squared 0.349860 Mean dependent var 10773.38 Adjusted R-squared 0.309226 S.D. dependent var 119069.8 S.E. of regression 98962.24 Akaike info criterion 25.94730 Sum squared resid 1.57E+11 Schwarz criterion 26.04623 Log likelihood -231.5257 Durbin-Watson stat 1.858116

4. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon kesempatan

kerja pertanian (KP) dari goncangan upah riil pertanian (WP) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.337102 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM16KPWP) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:42 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM16KPWP(-1) -0.758730 0.227362 -3.337102 0.0042 D(ECM16KPWP(-1)) 0.120942 0.206480 0.585731 0.5662

R-squared 0.419533 Mean dependent var 9120.249 Adjusted R-squared 0.383254 S.D. dependent var 136247.2 S.E. of regression 106999.3 Akaike info criterion 26.10347 Sum squared resid 1.83E+11 Schwarz criterion 26.20240 Log likelihood -232.9312 Durbin-Watson stat 1.950490

Page 246: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

229

5. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon kesempatan kerja industri (KI) dari goncangan upah riil industri (WI) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.041809 1% Critical Value* -2.7057

5% Critical Value -1.9614 10% Critical Value -1.6257

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM17KIWI) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:43 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ECM17KIWI(-1) -0.838195 0.275558 -3.041809 0.0078 D(ECM17KIWI(-1)) 0.298433 0.247162 1.207441 0.2448

R-squared 0.378730 Mean dependent var -380.0963 Adjusted R-squared 0.339901 S.D. dependent var 37533.71 S.E. of regression 30494.82 Akaike info criterion 23.59294 Sum squared resid 1.49E+10 Schwarz criterion 23.69187 Log likelihood -210.3365 Durbin-Watson stat 1.970889

6. Hasil uji kointegrasi autoregressive residual persamaan respon kesempatan

kerja sektor lain (KL) dari goncangan upah riil sektor lain (WL) di Sulawesi Selatan

ADF Test Statistic -3.167823 1% Critical Value* -2.7158

5% Critical Value -1.9627 10% Critical Value -1.6262

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ECM18KLWL,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:44 Sample(adjusted): 1988 2004 Included observations: 17 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(ECM18KLWL(-1)) -1.369881 0.432436 -3.167823 0.0064 D(ECM18KLWL(-1),2) 0.020035 0.262862 0.076219 0.9403

R-squared 0.655526 Mean dependent var -10192.53 Adjusted R-squared 0.632561 S.D. dependent var 202223.9 S.E. of regression 122581.5 Akaike info criterion 26.38107 Sum squared resid 2.25E+11 Schwarz criterion 26.47910 Log likelihood -222.2391 Durbin-Watson stat 1.925963

Page 247: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

230

Lampiran 6 Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil dan persamaan respon permintaan tenaga kerja di Sulawesi Selatan

A. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil di

Sulawesi Selatan 1. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil rata-rata (W)

dari goncangan kesempatan kerja total (K) di Sulawesi Selatan Dependent Variable: D(W,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 09:06 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4693.755 4352.903 -1.078305 0.2979 D(K,1) 0.070080 0.030559 2.293253 0.0367

ECM01W(-1) -1.259635 0.411314 -3.062464 0.0079

R-squared 0.425111 Mean dependent var 1286.182 Adjusted R-squared 0.348460 S.D. dependent var 20159.79 S.E. of regression 16272.59 Akaike info criterion 22.38336 Sum squared resid 3.97E+09 Schwarz criterion 22.53176 Log likelihood -198.4503 F-statistic 5.546005 Durbin-Watson stat 1.739092 Prob(F-statistic) 0.015735

2. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil rata-rata (W)

dari goncangan angkatan kerja total (AK) di Sulawesi Selatan Dependent Variable: D(W,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 12:03 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -9054.982 3561.910 -2.542170 0.0225 D(AK,1) 0.095695 0.024252 3.945785 0.0013

ECM02WAK(-1) -1.944506 0.331870 -5.859238 0.0000

R-squared 0.709570 Mean dependent var 1286.182 Adjusted R-squared 0.670845 S.D. dependent var 20159.79 S.E. of regression 11566.07 Akaike info criterion 21.70055 Sum squared resid 2.01E+09 Schwarz criterion 21.84895 Log likelihood -192.3050 F-statistic 18.32374 Durbin-Watson stat 1.532272 Prob(F-statistic) 0.000094

Page 248: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

231

3. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil perkotaan (WK) dari goncangan kesempatan kerja perkotaan (KK) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 16:37 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 610.8557 3163.196 0.193113 0.8495 D(KK,2) 0.167333 0.044117 3.792972 0.0018

ECM03WKKK(-1) -1.942683 0.290563 -6.685924 0.0000

R-squared 0.819973 Mean dependent var 966.6052 Adjusted R-squared 0.795970 S.D. dependent var 29307.67 S.E. of regression 13238.18 Akaike info criterion 21.97061 Sum squared resid 2.63E+09 Schwarz criterion 22.11901 Log likelihood -194.7355 F-statistic 34.16052 Durbin-Watson stat 1.843076 Prob(F-statistic) 0.000003

4. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil perkotaan

(WK) dari goncangan angkatan kerja perkotaan (AKK) di Sulawesi Selatan Dependent Variable: D(WK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 16:58 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1213.467 3855.170 -0.314764 0.7573 D(AKK,1) 0.106910 0.055798 1.916015 0.0746

ECM04WKAKK(-1) -2.298961 0.283128 -8.119875 0.0000

R-squared 0.832651 Mean dependent var 966.6052 Adjusted R-squared 0.810337 S.D. dependent var 29307.67 S.E. of regression 12763.57 Akaike info criterion 21.89759 Sum squared resid 2.44E+09 Schwarz criterion 22.04598 Log likelihood -194.0783 F-statistic 37.31643 Durbin-Watson stat 1.747553 Prob(F-statistic) 0.000002

Page 249: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

232

5. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil pedesaan (WD) dari goncangan kesempatan kerja pedesaan (KD) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 17:06 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1240.845 4152.595 -0.298812 0.7692 D(KD,2) 0.070465 0.026368 2.672376 0.0174

ECM05WDKD(-1) -1.202544 0.348719 -3.448459 0.0036

R-squared 0.500981 Mean dependent var 1260.670 Adjusted R-squared 0.434445 S.D. dependent var 23048.02 S.E. of regression 17332.89 Akaike info criterion 22.50961 Sum squared resid 4.51E+09 Schwarz criterion 22.65801 Log likelihood -199.5865 F-statistic 7.529481 Durbin-Watson stat 2.032601 Prob(F-statistic) 0.005444

6. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil pedesaan

(WD) dari goncangan angkatan kerja pedesaan (AKD) di Sulawesi Selatan Dependent Variable: D(WD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 12:37 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -6579.889 4393.182 -1.497750 0.1549 D(AKD,1) 0.111464 0.042692 2.610872 0.0197

ECM06WDAKD(-1) -1.648002 0.366844 -4.492375 0.0004

R-squared 0.578953 Mean dependent var 1260.670 Adjusted R-squared 0.522813 S.D. dependent var 23048.02 S.E. of regression 15921.28 Akaike info criterion 22.33971 Sum squared resid 3.80E+09 Schwarz criterion 22.48811 Log likelihood -198.0574 F-statistic 10.31272 Durbin-Watson stat 1.674451 Prob(F-statistic) 0.001522

Page 250: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

233

7. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil pertanian perkotaan (WPK) dari goncangan kesempatan kerja pertanian perkotaan (KPK) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WPK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 17:47 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 212.3957 4419.634 0.048057 0.9623 D(KPK,2) 0.396547 0.246862 1.606352 0.1290

ECM07WPKKPK(-1) -1.267076 0.229736 -5.515348 0.0001

R-squared 0.670355 Mean dependent var 481.7778 Adjusted R-squared 0.626402 S.D. dependent var 30549.40 S.E. of regression 18672.59 Akaike info criterion 22.65851 Sum squared resid 5.23E+09 Schwarz criterion 22.80691 Log likelihood -200.9266 F-statistic 15.25176 Durbin-Watson stat 2.116995 Prob(F-statistic) 0.000243

8. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil industri

perkotaan (WIK) dari goncangan kesempatan kerja industri perkotaan (KIK) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WIK,1) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 17:56 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4568.387 6315.008 0.723417 0.4806 D(KIK,2) 0.495882 0.597855 0.829435 0.4199

ECM08WIKKIK(-1) -0.922179 0.300133 -3.072565 0.0077

R-squared 0.387559 Mean dependent var 6094.556 Adjusted R-squared 0.305901 S.D. dependent var 32059.59 S.E. of regression 26709.69 Akaike info criterion 23.37445 Sum squared resid 1.07E+10 Schwarz criterion 23.52285 Log likelihood -207.3701 F-statistic 4.746087 Durbin-Watson stat 1.878977 Prob(F-statistic) 0.025292

Page 251: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

234

9. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil sektor lain di perkotaan (WLK) dari goncangan kesempatan kerja sektor lain perkotaan (KLK) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WLK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:03 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2341.676 4051.676 0.577952 0.5719 D(KLK,2) 0.153097 0.055073 2.779899 0.0140

ECM09WLKKLK(-1) -2.229449 0.308101 -7.236088 0.0000

R-squared 0.833366 Mean dependent var 959.4444 Adjusted R-squared 0.811148 S.D. dependent var 38617.45 S.E. of regression 16782.02 Akaike info criterion 22.44502 Sum squared resid 4.22E+09 Schwarz criterion 22.59341 Log likelihood -199.0051 F-statistic 37.50881 Durbin-Watson stat 1.523536 Prob(F-statistic) 0.000001

10. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil pertanian

pedesaan (WPD) dari goncangan kesempatan kerja pertanian pedesaan (KPD) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WPD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 19:53 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4632.171 4820.932 -0.960845 0.3519 D(KPD,1) 0.099632 0.041374 2.408103 0.0294

ECM10WPDKPD(-1) -1.559704 0.394812 -3.950493 0.0013

R-squared 0.548907 Mean dependent var -194.4444 Adjusted R-squared 0.488761 S.D. dependent var 27668.00 S.E. of regression 19782.89 Akaike info criterion 22.77403 Sum squared resid 5.87E+09 Schwarz criterion 22.92243 Log likelihood -201.9663 F-statistic 9.126272 Durbin-Watson stat 2.200678 Prob(F-statistic) 0.002553

Page 252: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

235

11. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil industri pedesaan (WID) dari goncangan kesempatan kerja industri pedesaan (KID) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WID,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 09:03 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -732.2807 6407.943 -0.114277 0.9105 D(KID,2) -0.098751 0.913255 -0.108130 0.9153

ECM11WIDKID(-1) -0.838170 0.327231 -2.561401 0.0217

R-squared 0.352813 Mean dependent var -320.9444 Adjusted R-squared 0.266521 S.D. dependent var 31699.57 S.E. of regression 27148.59 Akaike info criterion 23.40705 Sum squared resid 1.11E+10 Schwarz criterion 23.55544 Log likelihood -207.6634 F-statistic 4.088608 Durbin-Watson stat 2.349674 Prob(F-statistic) 0.038258

12. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon upah riil sektor lain di

pedesaan (WLD) dari goncangan kesempatan kerja sektor lain pedesaan (KLD) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(WLD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 12:59 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2979.915 8839.473 -0.337115 0.7407 D(KLD,2) 0.223975 0.078895 2.838907 0.0124

ECM12WLDKLD(-1) -1.435355 0.480304 -2.988434 0.0092

R-squared 0.509951 Mean dependent var 5678.833 Adjusted R-squared 0.444611 S.D. dependent var 48289.72 S.E. of regression 35987.64 Akaike info criterion 23.97075 Sum squared resid 1.94E+10 Schwarz criterion 24.11915 Log likelihood -212.7368 F-statistic 7.804590 Durbin-Watson stat 2.022569 Prob(F-statistic) 0.004751

Page 253: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

236

B. Hasil estimasi koiefisien ECM untuk persamaan respon permintaan tenaga kerja terhadap guncangan upah riil di Sulawesi Selatan

1. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon kesempatan kerja

perkotaan (KK) dari goncangan upah riil perkotaan (WK) di Sulawesi Selatan Dependent Variable: D(KK,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 15:05 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5438.968 13624.97 0.399191 0.6954 D(WK,2) 2.426156 0.678916 3.573573 0.0028

ECM14KKWK(-1) -0.499119 0.222379 -2.244450 0.0403

R-squared 0.463614 Mean dependent var 10180.28 Adjusted R-squared 0.392096 S.D. dependent var 73624.98 S.E. of regression 57404.09 Akaike info criterion 24.90463 Sum squared resid 4.94E+10 Schwarz criterion 25.05303 Log likelihood -221.1417 F-statistic 6.482462 Durbin-Watson stat 2.112692 Prob(F-statistic) 0.009356

2. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon kesempatan kerja

pedesaan (KD) dari goncangan upah riil pedesaan (WD) di Sulawesi Selatan Dependent Variable: D(KD,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 10:16 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9857.126 33587.39 0.293477 0.7732 D(WD,2) 3.338803 1.528650 2.184152 0.0452

ECM15KDWD(-1) -0.686694 0.273240 -2.513152 0.0239

R-squared 0.370445 Mean dependent var -1362.000 Adjusted R-squared 0.286504 S.D. dependent var 166044.8 S.E. of regression 140255.8 Akaike info criterion 26.69134 Sum squared resid 2.95E+11 Schwarz criterion 26.83973 Log likelihood -237.2220 F-statistic 4.413172 Durbin-Watson stat 2.159184 Prob(F-statistic) 0.031100

Page 254: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

237

3. Hasil estimasi koefisien ecm untuk persamaan respon kesempatan kerja pertanian (KP) dari goncangan upah riil pertanian (WP) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(KP,1) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 13:15 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 44921.40 19259.27 2.332456 0.0340 D(WP,2) 2.660591 0.798853 3.330513 0.0046

ECM16KPWP(-1) -0.793048 0.172834 -4.588495 0.0004

R-squared 0.615471 Mean dependent var 27680.39 Adjusted R-squared 0.564201 S.D. dependent var 121452.5 S.E. of regression 80176.97 Akaike info criterion 25.57287 Sum squared resid 9.64E+10 Schwarz criterion 25.72127 Log likelihood -227.1558 F-statistic 12.00439 Durbin-Watson stat 2.061905 Prob(F-statistic) 0.000771

4. Hasil estimasi koefisien ECM untuk persamaan respon kesempatan kerja

industri (KI) dari goncangan upah riil industri (WI) di Sulawesi Selatan Dependent Variable: D(KI,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 20:35 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2336.369 7595.287 0.307608 0.7626 D(WI,2) 0.604174 0.260055 2.323250 0.0346

ECM17KIWI(-1) -1.046343 0.256143 -4.085002 0.0010

R-squared 0.698445 Mean dependent var 565.8333 Adjusted R-squared 0.658238 S.D. dependent var 55056.72 S.E. of regression 32186.39 Akaike info criterion 23.74749 Sum squared resid 1.55E+10 Schwarz criterion 23.89588 Log likelihood -210.7274 F-statistic 17.37111 Durbin-Watson stat 2.190026 Prob(F-statistic) 0.000125

Page 255: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

238

5. Hasil estimasi koefisien ecm untuk persamaan respon kesempatan kerja sektor lain (KL) dari goncangan upah riil sektor lain (WL) di Sulawesi Selatan

Dependent Variable: D(KL,2) Method: Least Squares Date: 07/27/06 Time: 13:17 Sample(adjusted): 1987 2004 Included observations: 18 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1174.830 29669.19 0.039598 0.9689 D(WL,1) 4.144200 1.435287 2.887367 0.0113

ECM18KLWL(-1) -0.419366 0.221664 -1.891905 0.0780

R-squared 0.412767 Mean dependent var 18802.67 Adjusted R-squared 0.334469 S.D. dependent var 149892.7 S.E. of regression 122282.5 Akaike info criterion 26.41707 Sum squared resid 2.24E+11 Schwarz criterion 26.56546 Log likelihood -234.7536 F-statistic 5.271765 Durbin-Watson stat 2.684175 Prob(F-statistic) 0.018453

Page 256: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

239

Lampiran 7. Uji root mean squared error dan uji theil inequality coeficient pada persamaan-persamaan estimasi dalam analisa simulasi kebijakan

1. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada

persamaan kesempatan kerja pertanian perkotaan

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

88 90 92 94 96 98 00 02 04

KPKF

Forecast: KPKFActual: KPKForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1987 2004Included observations: 18

Root Mean Squared Error 3107.224Mean Absolute Error 2587.557Mean Abs. Percent Error 3.506791Theil Inequality Coefficient 0.018584 Bias Proportion 0.001524 Variance Proportion 0.002740 Covariance Proportion 0.995736

2. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada

persamaan kesempatan kerja industri perkotaan

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

88 90 92 94 96 98 00 02 04

KIKF

Forecast: KIKFActual: KIKForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1987 2004Included observations: 18

Root Mean Squared Error 1184.256Mean Absolute Error 899.0783Mean Abs. Percent Error 1.951242Theil Inequality Coefficient 0.010946 Bias Proportion 0.000251 Variance Proportion 0.001569 Covariance Proportion 0.998179

3. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada

persamaan kesempatan kerja sektor lain perkotaan

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

88 90 92 94 96 98 00 02 04

KLKF

Forecast: KLKFActual: KLKForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1987 2004Included observations: 18

Root Mean Squared Error 11725.21Mean Absolute Error 8312.677Mean Abs. Percent Error 1.928155Theil Inequality Coefficient 0.011170 Bias Proportion 0.000004 Variance Proportion 0.000052 Covariance Proportion 0.999944

Page 257: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

240

4. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada persamaan kesempatan kerja pertanian pedesaan

1200000

1300000

1400000

1500000

1600000

1700000

1800000

1900000

88 90 92 94 96 98 00 02 04

KPDF

Forecast: KPDFActual: KPDForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1987 2004Included observations: 18

Root Mean Squared Error 20674.24Mean Absolute Error 16430.12Mean Abs. Percent Error 1.045019Theil Inequality Coefficient 0.006526 Bias Proportion 0.000000 Variance Proportion 0.011110 Covariance Proportion 0.988890

5. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada

persamaan kesempatan kerja industri pedesaan

70000

80000

90000

100000

110000

120000

130000

88 90 92 94 96 98 00 02 04

KIDF

Forecast: KIDFActual: KIDForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1987 2004Included observations: 18

Root Mean Squared Error 2217.104Mean Absolute Error 1736.203Mean Abs. Percent Error 1.690476Theil Inequality Coefficient 0.010768 Bias Proportion 0.015173 Variance Proportion 0.285619 Covariance Proportion 0.699207

6. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada

persamaan kesempatan kerja sektor lain pedesaan

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

88 90 92 94 96 98 00 02 04

KLDF

Forecast: KLDFActual: KLDForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1987 2004Included observations: 18

Root Mean Squared Error 22376.92Mean Absolute Error 18256.28Mean Abs. Percent Error 4.081049Theil Inequality Coefficient 0.023610 Bias Proportion 0.000000 Variance Proportion 0.021758 Covariance Proportion 0.978242

Page 258: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

241

7. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada persamaan pertumbuhan ekonomi

-12

-8

-4

0

4

8

12

16

88 90 92 94 96 98 00 02 04

PEF

Forecast: PEFActual: PEForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1988 2004Included observations: 17

Root Mean Squared Error 0.947918Mean Absolute Error 0.794462Mean Abs. Percent Error 13.59499Theil Inequality Coefficient 0.070756 Bias Proportion 0.000000 Variance Proportion 0.020270 Covariance Proportion 0.979730

8. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada

persamaan nilai tambah sektor pertanian

5.0E+06

6.0E+06

7.0E+06

8.0E+06

9.0E+06

1.0E+07

1.1E+07

1.2E+07

1.3E+07

1.4E+07

88 90 92 94 96 98 00 02 04

NTBPF

Forecast: NTBPFActual: NTBPForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1987 2004Included observations: 18

Root Mean Squared Error 354505.5Mean Absolute Error 272474.1Mean Abs. Percent Error 2.944206Theil Inequality Coefficient 0.017885 Bias Proportion 0.000000 Variance Proportion 0.008229 Covariance Proportion 0.991771

Page 259: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

242

9. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada persamaan nilai tambah sektor industri

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

NTBIF

Forecast: NTBIFActual: NTBIForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1986 2004Included observations: 19

Root Mean Squared Error 127315.6Mean Absolute Error 114024.3Mean Abs. Percent Error 6.183521Theil Inequality Coefficient 0.020108 Bias Proportion 0.005799 Variance Proportion 0.012104 Covariance Proportion 0.982096

10. Output uji root mean squared error dan theil inequality coeficient pada

persamaan nilai tambah sektor lainnya

4.0E+06

8.0E+06

1.2E+07

1.6E+07

2.0E+07

2.4E+07

86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

NTBLF

Forecast: NTBLFActual: NTBLForecast sample: 1985 2004Adjusted sample: 1986 2004Included observations: 19

Root Mean Squared Error 298124.1Mean Absolute Error 226894.7Mean Abs. Percent Error 2.184805Theil Inequality Coefficient 0.011112 Bias Proportion 0.012144 Variance Proportion 0.050244 Covariance Proportion 0.937611

Page 260: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

1985 - 1989 1990 - 1994 1995 - 1999 2000 - 2004 1985 - 1989 1990 - 19941995 - 19992000 - 2004

1 Pertanian 43,27 40,21 36,23 35,82 60,91 62,57 54,14 58,532 Industri Peng 6,03 9,81 12,31 13,11 8,69 6,44 6,41 5,223 Sektor Lainnya 50,70 49,99 51,46 51,07 30,40 30,99 39,45 36,26a Pert & Galian 1,81 2,72 3,71 9,10 0,31 0,40 0,24 0,21b Listrik, Gas & Air 1,09 1,12 1,22 0,91 0,13 0,16 0,23 0,06c Bangunan 3,66 4,56 5,50 4,25 1,66 1,86 2,99 3,58d Perdagangan 17,67 17,03 16,43 14,18 11,49 11,50 16,14 17,12e Angkutan 9,17 7,77 7,10 6,46 2,42 2,97 3,57 4,63f Keuangan 3,71 3,39 5,65 4,57 0,26 0,30 0,44 0,59

g Jasa 13,58 13,41 11,86 11,60 13,45 13,43 14,40 11,074 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

1 Pertanian 10,97 12,66 12,44 12,76 70,15 75,18 68,62 74,49

2 Industri Peng 7,76 9,58 7,87 7,51 8,86 5,63 5,91 4,44

3 Sektor Lainnya 81,27 77,76 79,69 79,73 20,99 19,20 25,47 21,07

4 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

No. Tahun Kesempatan Kerja Sektoral Perkotaan Kesempatan Kerja Sektoral PedesaanPertanian Industri ManufakturLainnya Jumlah Pertanian Industri ManufakturLainnya Jumlah

1 1985 8,85 7,59 83,56 100,00 71,22 8,66 20,12 100,002 1986 11,14 6,42 82,44 100,00 66,27 9,05 24,68 100,003 1987 10,08 8,00 81,91 100,00 68,89 9,22 21,90 100,004 1988 14,24 6,31 79,45 100,00 71,12 8,16 20,71 100,005 1989 10,55 10,48 78,97 100,00 73,24 9,22 17,54 100,006 1990 10,15 9,95 79,90 100,00 73,32 7,93 18,75 100,007 1991 14,57 9,74 75,69 100,00 79,69 3,79 16,52 100,008 1992 14,51 8,80 76,69 100,00 76,49 4,73 18,78 100,009 1993 11,92 9,90 78,18 100,00 71,10 5,70 23,20 100,00

10 1994 12,14 9,50 78,36 100,00 75,27 5,98 18,75 100,0011 1995 10,72 8,27 81,01 100,00 67,80 6,29 25,91 100,0012 1996 12,53 8,81 78,66 100,00 72,50 5,23 22,27 100,0013 1997 11,33 8,19 80,48 100,00 63,76 7,85 28,39 100,0014 1998 12,24 7,82 79,94 100,00 69,77 5,11 25,11 100,0015 1999 15,38 6,24 78,38 100,00 69,28 5,08 25,64 100,0016 2000 13,78 6,15 80,07 100,00 72,01 6,56 21,42 100,0017 2001 10,36 6,36 83,27 100,00 73,96 4,43 21,60 100,0018 2002 13,24 7,04 79,73 100,00 77,03 3,75 19,22 100,0019 2003 15,94 10,16 73,90 100,00 77,53 2,81 19,66 100,0020 2004 10,47 7,85 81,69 100,00 71,93 4,64 23,43 100,00

Average85 - 89 10,97 7,76 81,27 70,15 8,86 20,9989 - 94 12,66 9,58 77,76 75,18 5,63 19,2095 - 99 12,44 7,87 79,69 68,62 5,91 25,4700 - 04 12,76 7,51 79,73 74,49 4,44 21,07

TahunPertanian Industri ManufakturLainnya Pertanian Industri ManufakturLainnya

Share PDRB Share TKNo. Sektor

Wilayah DesaWilayah KotaPertumbuhan TK Sektoral Berdasarkan Wilayah Kota dan Desa

Kesempatan kerja PDRB

Pergeseran Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Sulawesi Selatan (1985-2004)

Page 261: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

1 1985 55,01 5,18 39,81 44,73 3,99 51,28 2 1986 60,02 5,48 34,50 45,18 4,54 50,28 3 1987 60,69 5,66 33,64 41,50 6,82 51,68 4 1988 62,85 5,51 31,64 42,36 7,29 50,35 5 1989 64,15 5,25 30,60 42,57 7,52 49,91 6 1990 64,81 5,30 29,88 42,34 8,17 49,49 7 1991 66,09 5,34 28,57 42,05 8,20 49,75 8 1992 63,51 5,58 30,91 41,27 9,12 49,60 9 1993 60,23 6,08 33,69 38,15 11,62 50,23

10 1994 60,40 6,30 33,30 37,22 11,91 50,87 11 1995 58,12 6,39 35,50 37,01 11,88 51,11 12 1996 57,78 6,11 36,11 36,35 11,89 51,75 13 1997 55,44 5,74 38,82 34,66 12,61 52,74 14 1998 54,66 5,82 39,52 36,63 12,54 50,83 15 1999 54,49 5,42 40,09 36,51 12,61 50,88 16 2000 55,99 5,00 39,01 37,91 12,97 49,12 17 2001 58,02 4,94 37,04 36,45 13,05 50,50 18 2002 61,30 4,56 34,14 36,63 12,91 50,47 19 2003 58,11 5,18 36,71 35,09 13,23 51,67 20 2004 55,04 5,52 39,44 33,04 13,36 53,60

Tahun PertumbuhanBekerja AK Mencari KerjaUpah NominalUpah Riil T Pengangguran Bekerja

1 1985 2.004.606 2.058.748 54.142 62.044 374.256 2,63

2 1986 2.080.772 2.130.775 50.003 70.853 416.775 2,35 3,80

3 1987 2.212.086 2.250.352 38.266 79.662 414.525 1,70 6,31

4 1988 2.304.942 2.357.132 52.190 88.471 408.713 2,21 4,20

5 1989 2.377.749 2.436.003 58.254 97.280 424.557 2,39 3,16

6 1990 2.537.736 2.599.888 62.152 108.231 447.598 2,39 6,73

7 1991 2.525.773 2.593.140 67.367 119.187 472.284 2,60 (0,47)

8 1992 2.531.532 2.625.870 94.338 145.751 539.161 3,59 0,23

9 1993 2.659.981 2.752.704 92.723 166.608 533.820 3,37 5,07

10 1994 2.828.499 2.989.354 160.855 187.465 557.581 5,38 6,34

11 1995 2.931.882 3.242.270 310.388 193.062 518.753 9,57 3,66

12 1996 3.031.873 3.198.952 167.079 198.659 507.494 5,22 3,41

13 1997 3.133.152 3.271.309 138.157 256.784 626.603 4,22 3,34

14 1998 3.069.802 3.239.844 170.042 352.869 552.522 5,25 (2,02)

15 1999 3.062.630 3.275.815 213.185 414.516 520.739 6,51 (0,23)

16 2000 3.049.238 3.450.981 401.743 520.144 632.382 11,64 (0,44)

17 2001 3.001.078 3.349.171 348.093 679.927 753.651 10,39 (1,58)

18 2002 3.084.382 3.516.417 432.035 724.537 724.537 12,29 2,78

19 2003 3.054.124 3.640.892 586.768 828.828 786.612 16,97 (0,98)

20 2004 3.183.652 3.786.872 603.220 953.909 868.058 15,93 4,24

Rata-rata 2,50

STDEV 2,83

Pergeseran Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Sulawesi Selatan (1985-2004)

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

1985

19

86

1987

19

88

Sh

are

(%) T

K

3.500.000

4.000.000

Bek

erja

, An

gk.

Ker

ja d

an P

enca

ri K

erja

(Ora

ng

) 900.000

1.000.000

Page 262: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

N0. Uraian 1985 1990 1999 2004 Pertumbuhan 1985 1990 1999

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 Jumlah Penduduk

2 Penduduk Usia Kerja 945.629 1.095.942 1.730.505 1.808.784 3,47 3.858.118 4.203.728 3.719.936

3 Angkatan Kerja 357.264 439.773 946.983 1.102.400 6,91 1.701.484 2.160.115 2.328.832

a. Penduduk Bekerja 334.370 410.785 816.870 875.136 5,64 1.670.236 2.126.951 2.245.760

* Laki-laki 244.673 269.578 559.690 578.336 4,89 1.207.609 1.511.836 1.500.928

* Perempuan 89.697 141.207 257.180 296.800 7,53 462.627 615.115 744.832

b. Mencari Kerja 22.894 28.988 130.113 227.264 19,67 31.248 33.164 83.072

* Sudah Pernah Bekerja 3.244 4.027 33.417 29.680 27,89 6.899 6.633 11.264

* Belum Pernah Bekerja 19.650 24.961 96.696 197.584 19,40 24.349 26.531 71.808

4 Bukan Angkatan Kerja 588.365 656.169 783.522 706.384 0,83 2.156.634 2.043.613 1.391.104

a. Sekolah 303.216 351.118 228.231 223.024 (0,40) 857.583 774.555 174.592

b. Mengurus RT 199.060 213.631 396.027 405.344 3,81 881.585 890.254 898.304

c. Lainnya 86.089 91.420 159.264 78.016 (0,24) 417.466 378.804 318.208

5 Tingkat Pengangguran 6,41 6,59 13,74 20,62 19,67 1,84 1,54 3,57

a. Laki-laki 5,39 6,12 11,14 17,03 17,48 1,16 0,61 2,74

b. Perempuan 9,09 8,59 18,10 26,78 22,89 3,55 3,29 5,20

6 TPAK (% AK Terhadap PUK) 37,78 40,13 54,72 60,95 44,10 51,39 62,60

7 Angka Ketergantungan 2,83 2,67 2,12 2,07 2,31 1,98 1,66

M Kerja Laki-laki = 13.929 17.511 70.389 118.720 14204 8844 42.240

Perempuan = 8.965 11.477 59.724 108.544 17044 24320 40.832

Angk Kerja Laki= 258.602 286.089 632.079 697.056 - 1221813 1460680 #######

Perempuan = 98.662 133.684 329.904 405.344 479671 738435 785.664

MK 22.894 28.988 130.113 227.264 - 31.248 33.164 83.072

357.264 419.773 961.983 1.102.400 - ####### ####### #######

5,14 33,55 13,73 17,48 (7,55) 41,96

5,60 46,71 16,35 22,89 8,54 7,54

5,32 38,76 14,93 19,67 1,23 16,72

Wilayah Perkotaan Wilayah Pedesaan

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

1985

19

86

1987

19

88

1989

19

90

1991

19

92

1993

19

94

1995

19

96

1997

19

98

1999

20

00

2001

20

02

2003

20

04

Bek

erja

, An

gk.

Ker

ja d

an P

enca

ri K

erja

(Ora

ng

)

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000

900.000

Penawaran TK (Ang. Kerja) Permintaan TK (Bekerja) Mencari Kerja

Upah Nominal Upah Riil

Pertumbuhan A Kerja : 3,35

Pertumbuhan Pekerja : 2,59

Pertumb Upah Nominal : 15,81

Pertumb Pencari kerja : 18,92

Pertumb Upah Riil (TH Dasar 2000) : 4,96

Page 263: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

N0. Uraian 1985 1990 1999 2004 Pertumbuhan

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%)

1 Jumlah Penduduk 6.407.720 6.895.670 7.802.732 8.396.784 1,50

2 Penduduk Usia Kerja 4.803.747 5.318.670 5.450.441 5.737.240 1,16

* Kota (%) 19,69 20,61 31,75 31,53 3,47

* Desa (%) 80,31 79,04 68,25 68,47 0,58

3 Angkatan Kerja 2.058.748 2.618.888 3.275.815 3.786.872 3,78

* Kota (%) 17,35 16,79 28,91 29,11 6,91

* Desa (%) 82,65 82,48 71,09 70,89 3,19

a. Penduduk Bekerja 2.004.606 2.556.736 3.062.630 3.183.652 2,83

Laki-laki 72,45 69,68 67,28 67,34 2,23

Perempuan 27,55 29,58 32,72 32,66 4,41

* Kota (Jiwa) 334.370 410.785 816.870 875.136 5,64

% 16,68 16,07 26,67 27,49

Laki-laki 73,17 65,63 68,52 66,09 4,89

Perempuan 26,83 34,37 31,48 33,91 7,53

* Desa (Jiwa,%) ######### ######### ######## ######## 2,30

83,32 83,19 73,33 72,51

Laki-laki 72,30 71,08 66,83 67,82 1,76

Perempuan 27,70 28,92 33,17 32,18 3,77

b. Mencari Kerja 54.142 62.152 213.185 603.220 22,18

Laki-laki 51,96 42,40 52,83 45,80 21,39

Perempuan 48,04 57,60 47,17 54,20 24,22

* Kota (Jiwa) 22.894 28.988 130.113 227.264 19,67

% 42,29 46,64 61,03 37,68

Laki-laki 60,84 60,41 54,10 52,24 17,48

Perempuan 39,16 39,59 45,90 47,76 22,89

* Desa (Jiwa,%) 31.248 33.164 83.072 375.956 29,49

57,71 53,36 38,97 62,32

Laki-laki 45,46 26,67 50,85 41,90 29,67

Perempuan 54,54 73,33 49,15 58,10 34,36

* Status Pencari Kerja

* Sudah Pernah Bekerja 18,73 17,15 20,96 7,88 12,59

* Belum Pernah Bekerja 81,27 82,85 79,04 92,12 24,87

4 Bukan Angkatan Kerja 2.744.999 2.699.782 2.174.626 1.950.368 (1,52)

a. Sekolah 42,29 41,69 18,52 19,22 (3,04)

b. Mengurus RT 39,37 40,89 59,52 70,24 1,17

c. Lainnya 18,34 17,42 21,96 10,54 (4,18)

* Kota 588.365 656.169 783.522 706.384 0,83

% 21,43 24,30 36,03 36,22

Sekolah 51,54 53,51 29,13 31,57 (0,40)

Mengurus RT 33,83 32,56 50,54 57,38 3,81

Lainnya 14,63 13,93 20,33 11,04 (0,24)

Desa 2.156.634 2.043.613 1.391.104 1.243.984 (2,24)

% 78,57 75,70 63,97 63,78

Sekolah 39,76 37,90 12,55 12,21 (4,38)

Mengurus RT 40,88 43,56 64,57 77,55 0,59

Lainnya 19,36 18,54 22,87 10,25 (5,21)

5 Tingkat Pengangguran 2,63 2,37 6,51 15,93 22,18

a. Laki-laki 1,90 1,51 5,18 11,41 21,39

b. Perempuan 4,50 4,10 9,01 23,92 24,22

6 TPAK (% AK Terhadap PUK)42,86 49,24 60,10 66,01

Wilayah Kota + Desa

Page 264: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

TPAK Kota 37,78 40,13 54,72 60,95

TPAK Desa 44,10 51,39 62,60 68,33

Pertumbuhan1 Jumlah Penduduk2 Penduduk Usia Kerja 3,18 6,43 0,90 3,51 1,79 (1,28)

3 Angkatan Kerja 4,62 12,81 3,28 6,91 5,39 0,87

a. Penduduk Bekerja 4,57 10,98 1,43 5,66 5,47 0,62

* Laki-laki 2,04 11,96 0,67 4,89 5,04 (0,08)

* Perempuan 11,49 9,13 3,08 7,90 6,59 2,34

b. Mencari Kerja 5,32 38,76 14,93 19,67 1,23 16,72

* Sudah Pernah Bekerja 4,83 81,09 (2,24) 27,89 (0,77) 7,76

* Belum Pernah Bekerja 5,41 31,93 20,87 19,40 1,79 18,96

4 Bukan Angkatan Kerja 2,30 2,16 (1,97) 0,83 (1,05) (3,55)

a. Sekolah 3,16 (3,89) (0,46) (0,40) (1,94) (8,61)

b. Mengurus RT 1,46 9,49 0,47 3,81 0,20 0,10

c. Lainnya 1,24 8,25 (10,20) (0,24) (1,85) (1,78)

5 Tingkat Penganggurana. Laki-lakib. Perempuan

6 TPAK (% AK Terhadap PUK)7 Angka Ketergantungan

 No.  Kabupaten/ Struktur PDRB Kab/Kota (2004) Share Thdp PDRB/Kap Pertumb. Ekonomi

Kota

PDRB Sul-Sel, (Rp.),

Pertanian Industri Jasa Thn 2004 Thn 2004 Rata2 STDev

(01-04) (01-04)

1 Pangkep 18,29 64,10 17,61 Industri (Rata2) 4,72 7.916.742 6,09 4,88

2 Luwu Timur 12,4 84,4 3,3 Kontrib.=14,93 10,21 20.931.900 5,37 5,79

3 Maros 43,8 25,1 31,1 Pertanian 2,29 3.720.453 3,48 1,05

4 Wajo 42,9 17,2 40,0 4,59 5.587.557 2,63 2,01

5 Takalar 46,8 16,3 36,9 Rata-Rata : 1,75 3.519.539 4,72 1,15

6 Barru 49,2 12,4 38,4PDRB/Kap=4,33 Jt 1,41 4.410.080 5,27 0,81

7 Soppeng 51,0 13,8 35,2Pertumb = 4,28 % 2,33 4.947.317 4,11 1,26

8 Sidrap 52,2 15,3 32,5 STDev = 1,01 2,78 5.196.097 4,87 1,37

9 Enrekang 53,5 10,1 36,4Kontribusi = 47.70 1,46 4.068.954 4,89 0,73

10 Bone 55,8 15,0 29,2 5,93 4.336.948 4,27 1,48

11 Sinjai 62,0 6,2 31,8 2,03 4.892.870 4,82 0,69

12 Luwu Utara 78,0 4,0 18,0 2,61 4.236.821 3,43 1,62

13 Pinrang 66,4 9,2 24,4 4,80 6.603.831 5,15 0,79

14 Luwu 63,3 16,8 19,9 3,15 5.031.524 6,12 0,30

15 Bantaeng 61,1 9,5 29,4 1,40 4.172.136 4,64 0,94

16 Bulukumba 59,5 8,8 31,7 3,26 4.127.081 3,73 0,82

17 Jpneponto 57,1 9,2 33,7 1,83 2.900.030 3,28 0,91

18 Tator 51,6 9,1 39,3 2,60 2.855.028 3,50 0,83

19 Gowa 51,3 8,8 39,9 3,47 3.228.184 4,88 0,84

20 Pare-pare 8,2 13,5 78,3 Jasa 1,35 5.936.172 4,98 1,40

21 Makassar 1,0 33,1 65,9Pertumb = 7,60 % 26,26 11.222.816 8,30 1,41

Ciri Ekonomi

Page 265: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

22 Palopo 37,9 13,0 49,1 STDev = 1,43 1,64 6.293.983 8,07 2,32

23 Selayar 41,9 13,6 44,6 Kontribusi =30,09 0,85 3.956.809 3,84 0,60

5,75000 4,92 0,55

 No.  Kabupaten/ PDRB/Kap Pertumb. Ekonomi

Kota (Rp.),

Thn 2004 Rata2 STDev

(01-04) (01-04)

1 Pangkep 7,92 6,09 4,88 7,92 7.916.742

2 Luwu Timur 20,93 5,37 5,79 20,93 20.931.900

3 Maros 3,72 3,48 1,05 3,72 3.720.453

4 Wajo 5,59 2,63 2,01 5,59 5.587.557

5 Takalar 3,52 4,72 1,15 3,52 3.519.539

6 Barru 4,41 5,27 0,81 4,41 4.410.080

7 Soppeng 4,95 4,11 1,26 4,95 4.947.317

8 Sidrap 5,20 4,87 1,37 5,20 5.196.097

9 Enrekang 4,07 4,89 0,73 4,07 4.068.954

10 Bone 4,34 4,27 1,48 4,34 4.336.948

11 Sinjai 4,89 4,82 0,69 4,89 4.892.870

12 Luwu Utara 4,24 3,43 1,62 4,24 4.236.821

13 Pinrang 6,60 5,15 0,79 6,60 6.603.831

14 Luwu 5,03 6,12 0,30 5,03 5.031.524

15 Bantaeng 4,17 4,64 0,94 4,17 4.172.136

16 Bulukumba 4,13 3,73 0,82 4,13 4.127.081

17 Jeneponto 2,90 3,28 0,91 2,90 2.900.030

18 Tator 2,86 3,50 0,83 2,86 2.855.028

19 Gowa 3,23 4,88 0,84 3,23 3.228.184

20 Pare-pare 5,94 4,98 1,40 5,94 5.936.172

21 Makassar 11,22 8,30 1,41 11,22 11.222.816

22 Palopo 6,29 8,07 2,32 6,29 6.293.983

23 Selayar 3,96 3,84 0,60 3,96 3.956.809

Sulawesi Selatan 5,75 4,92 0,55 5,75 5.746.545

 No.  Kabupaten/ PDRB/Kap Pertumb. Ekonomi

Kota (Rp.),

Thn 2004 Rata2 STDev

(01-04) (01-04)

1 Pangkep 21,60 6,09 4,88 7,92 7.916.742

2 Luwu Timur #DIV/0! 5,37 5,79 20,93 20.931.900

3 Maros 15,62 3,48 1,05 3,72 3.720.453

4 Wajo 9,85 2,63 2,01 5,59 5.587.557

5 Takalar 8,54 4,72 1,15 3,52 3.519.539

6 Barru 15,46 5,27 0,81 4,41 4.410.080

7 Soppeng 10,23 4,11 1,26 4,95 4.947.317

8 Sidrap 19,42 4,87 1,37 5,20 5.196.097

Sulawesi Selatan

Wajo

Barru

Sidrap

Bone

Luwu Utara

Luwu

BulukumbaTator

Selayar

Bantaeng

Jeneponto

Takalar

GowaSinjai

Maros

Soppeng

Enrekang

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

9,00

2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50

Pertumbuhan Ekonomi (%)

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

9,00

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Page 266: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

9 Enrekang 10,81 4,89 0,73 4,07 4.068.954

10 Bone 12,23 4,27 1,48 4,34 4.336.948

11 Sinjai 9,89 4,82 0,69 4,89 4.892.870

12 Luwu Utara 17,22 3,43 1,62 4,24 4.236.821

13 Pinrang 13,03 5,15 0,79 6,60 6.603.831

14 Luwu 15,34 6,12 0,30 5,03 5.031.524

15 Bantaeng 6,21 4,64 0,94 4,17 4.172.136

16 Bulukumba 10,04 3,73 0,82 4,13 4.127.081

17 Jeneponto 8,48 3,28 0,91 2,90 2.900.030

18 Tator 11,08 3,50 0,83 2,86 2.855.028

19 Gowa 17,60 4,88 0,84 3,23 3.228.184

20 Pare-pare 28,68 4,98 1,40 5,94 5.936.172

21 Makassar 26,88 8,30 1,41 11,22 11.222.816

22 Palopo 20,96 8,07 2,32 6,29 6.293.983

23 Selayar 14,63 3,84 0,60 3,96 3.956.809

Sulawesi Selatan 15,93 4,92 0,55 5,75 5.746.545

BPS Sul-Sel Sakernas

Bekerja % M.Kerja % Jumlah % PengangguranBekerja

1 Pangkep 96736,00 3,43 11743 4,98 108479 3,55 10,83 109080

2 Luwu Timur 0,00 0,00 0 0,00 #DIV/0! 0

3 Maros 113276,00 4,01 9237 3,92 122513 4,00 7,54 127731

4 Wajo 153142,00 5,42 7375 3,13 160517 5,25 4,59 172684

5 Takalar 100100,00 3,55 4120 1,75 104220 3,41 3,95 112874

6 Barru 62046,00 2,20 5000 2,12 67046 2,19 7,46 69964

7 Soppeng 90358,00 3,20 4538 1,93 94896 3,10 4,78 101888

8 Sidrap 89019,00 3,15 9450 4,01 98469 3,22 9,60 100378

9 Enrekang 77763,00 2,75 4153 1,76 81916 2,68 5,07 87686

10 Bone 274758,00 9,73 16873 7,16 291631 9,53 5,79 309819

11 Sinjai 83814,00 2,97 4053 1,72 87867 2,87 4,61 94509

12 Luwu Utara 182031,00 6,45 16684 7,08 198715 6,50 8,40 205260

13 Pinrang 120835,00 4,28 7976 3,38 128811 4,21 6,19 136254

14 Luwu 126270,00 4,47 10078 4,28 136348 4,46 7,39 142383

15 Bantaeng 78075,00 2,77 2278 0,97 80353 2,63 2,83 88038

16 Bulukumba 148535,00 5,26 7300 3,10 155835 5,09 4,68 167489

17 Jeneponto 135154,00 4,79 5516 2,34 140670 4,60 3,92 152401

18 Tator 138499,00 4,91 7604 3,23 146103 4,78 5,20 156173

19 Gowa 216037,00 7,65 20328 8,63 236365 7,73 8,60 243605

20 Pare-pare 40119,00 1,42 7108 3,02 47227 1,54 15,05 45238

21 Makassar 404546,00 14,33 65506 27,79 470052 15,37 13,94 456169

22 Palopo 43497,00 1,54 5083 2,16 48580 1,59 10,46 49048

23 Selayar 48759,00 1,73 3681 1,56 52440 1,71 7,02 54981

Sulawesi Selatan 2823369,00 100,00 235684 100,00 3059053 100,00 7,70 3183652

Sidrap

Bone

Luwu Utara

Luwu

BulukumbaTator

Selayar

Bantaeng

Jeneponto

Takalar

GowaSinjai

Maros

Soppeng

Enrekang

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50

Page 267: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

2000 - 2004

Kesempatan Kerja Total Sektoral Sul-Sel PDRB (Rp. Juta)Pertanian Industri ManufakturLainnya Jumlah Pertanian Industri Lainnya Jumlah

#######60,83 8,48 30,68 100,00 44,73 3,99 51,28 100 58,08 8,66 33,26 100,00 45,18 4,54 50,28 100 59,53 9,02 31,45 100,00 41,50 6,82 51,68 100 62,61 7,88 29,51 100,00 42,36 7,29 50,35 100 63,50 9,42 27,08 100,00 42,57 7,52 49,91 100 63,67 8,24 28,10 100,00 42,34 8,17 49,49 100 66,83 4,97 28,20 100,00 42,05 8,20 49,75 100 63,51 5,58 30,91 100,00 41,27 9,12 49,60 100 57,79 6,64 35,57 100,00 38,15 11,62 50,23 100 61,07 6,77 32,16 100,00 37,22 11,91 50,87 100 53,35 6,79 39,86 100,00 37,01 11,88 51,11 100 57,78 6,11 36,11 100,00 36,35 11,89 51,75 100 50,18 7,94 41,88 100,00 34,66 12,61 52,74 100 54,66 5,82 39,52 100,00 36,63 12,54 50,83 100 54,71 5,39 39,90 100,00 36,51 12,61 50,88 100 56,57 6,45 36,97 100,00 37,91 12,97 49,12 100 57,34 4,94 37,73 100,00 36,45 13,05 50,50 100 61,30 4,56 34,14 100,00 36,63 12,91 50,47 100 62,39 4,62 33,00 100,00 35,09 13,23 51,67 100 55,04 5,52 39,44 100,00 33,04 13,36 53,60 100

Pergeseran Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Sulawesi Selatan (1985-2004) Pergeseran Struktur PDRB dan TK di Sulawesi Selatan (1985-2004)

Page 268: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

PertumbuhanAK Mencari KerjaUpah NominalUpah Riil

3,50 (7,64) 14,20 11,36

5,61 (23,47) 12,43 (0,54)

4,75 36,39 11,06 (1,40)

3,35 11,62 9,96 3,88 4,37 4,30

6,73 6,69 11,26 5,43

(0,26) 8,39 10,12 5,52

1,26 40,04 22,29 14,16

4,83 (1,71) 14,31 (0,99)

8,60 73,48 12,52 4,45 2,79 3,61

8,46 92,96 2,99 (6,96)

(1,34) (46,17) 2,90 (2,17)

2,26 (17,31) 29,26 23,47

(0,96) 23,08 37,42 (11,82)

1,11 25,37 17,47 (5,75) 1,12 0,27

5,35 88,45 25,48 21,44

(2,95) (13,35) 30,72 19,18

4,99 24,11 6,56 (3,86)

3,54 35,81 14,39 8,57

4,01 2,80 15,09 10,35 1,11 2,40

3,31 18,92 15,81 4,96

3,21 36,90 9,32 9,89

Pergeseran Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Sulawesi Selatan (1985-2004)

1986

19

87

1988

19

89

1990

19

91

1992

19

93

1994

19

95

1996

19

97

1998

19

99

2000

20

01

2002

20

03

2004

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

Sha

re (

%)

PD

RB

TK Pertanian TK Industri TK Sektor Lain

PDRB Pertanian PDRB Industri PDRB Sektor Lain

900.000

1.000.000

Pergeseran Struktur PDRB dan TK di Sulawesi Selatan (1985-2004)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

1985

19

86

1987

19

88

Sh

are

PD

RB

(%

)

Page 269: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

2004 Pertumbuhan 1985 1990 1999 2004 Pertumbuhan

(Jiwa) (%) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%)

6.407.720 6.895.670 7.802.732 8.396.784 1,50

3.928.456 0,58 4.803.747 5.299.670 5.450.441 5.737.240 1,16

2.684.472 3,19 2.058.748 2.599.888 3.275.815 3.786.872 3,78

2.308.516 2,30 2.004.606 2.537.736 3.062.630 3.183.652 2,83

1.565.536 1,76 1.452.282 1.781.414 2.060.618 2.143.872 2,23

742.980 3,77 552.324 756.322 1.002.012 1.039.780 4,41

375.956 29,49 54.142 62.152 213.185 603.220 22,18

17.864 6,24 10.143 10.660 44.681 47.544 12,59

358.092 33,50 43.999 51.492 168.504 555.676 24,87

1.243.984 (2,24) 2.744.999 2.699.782 2.174.626 1.950.368 (1,52)

151.844 (4,38) 1.160.799 1.125.673 402.823 374.868 (3,04)

964.656 0,59 1.080.645 1.103.885 1.294.331 1.370.000 1,17

127.484 (5,21) 503.555 470.224 477.472 205.500 (4,18)

14,00 29,49 2,63 2,39 6,51 15,93 22,18

9,14 29,67 1,90 1,51 5,18 11,41 21,39

22,72 34,36 4,50 4,10 9,01 23,92 24,22

68,33 42,86 49,06 60,10 66,01

1,70 2,40 2,09 1,78 1,80

157.528 28.133 26.355 112.629 276.248

218.428 26.009 35.797 100.556 326.972

1.723.064 1.480.415 1.746.769 2.175.247 2.420.120

961.408 578.333 872.119 1.115.568 1.366.752

375.956 54.142 62.152 213.185 603.220

2.684.472 2.058.748 2.618.888 3.290.815 3.786.872

54,59 29,67 (1,26) 36,37 29,05 21,39

86,99 34,36 7,53 20,10 45,03 24,22

70,51 29,49 2,96 27,00 36,59 22,18

Wilayah Pedesaan Wilayah Kota + Desa

2004

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000

900.000

Tin

gka

t U

pah

(R

p)

Perkembangan Permintaan-Penawaran Tenaga Kerja dan Pengangguran

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

1985

19

86

1987

19

88

1989

19

90

1991

19

92

1993

19

94

1995

19

96

1997

19

98

1999

20

00

2001

20

02

Jum

lah

Pek

erja

dan

An

gka

tan

Ker

ja

(Jiw

a)

Penawaran TK (Ang. Kerja) Permintaan TK (Bekerja)

Pertumbuhan A Kerja : 3,78

Pertumbuhan Pekerja : 2,50

Pertumb Pencari kerja : 18,92

Page 270: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 271: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

1,52 1,46 1,52 1,50

1,12 0,54 2,06 0,32 1,05 1,14

3,05 3,10 5,26 2,89 3,12 3,76

0,56 2,22 5,32 2,30 0,79 2,80

0,86 1,94 4,53 1,74 0,81 2,36

(0,05) 2,96 7,39 3,61 0,75 3,92

70,51 29,49 2,96 27,00 36,59 22,18

11,72 6,24 1,02 35,46 1,28 12,59

79,74 33,50 3,41 25,25 45,95 24,87

(2,12) (2,24) (0,33) (2,16) (2,06) (1,52)

(2,61) (4,38) (0,61) (7,13) (1,39) (3,04)

1,48 0,59 0,43 1,92 1,17 1,17

(11,99) (5,21) (1,32) 0,17 (11,39) (4,18)

Page 272: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

Palopo

Pangkep

Makassar

Wajo

Sidrap

Bone

Luwu Utara

Luwu

Bulukumba

Pare-pare

Bantaeng

Sinjai

Soppeng

Pinrang

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

9,00

5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 8,50 9,00 9,50 10,00 10,50 11,00 11,50 12,00 12,50

Luwu Timur

20.93

Sul-Sel : x= 5.75 juta ; y=4.92%PDRB Per Kapita (Rp.juta)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Keterangan: = Ciri Pertanian; = Ciri Industri = Ciri JasaSkala Bubble : Standar deviasi Pertumbuhan Ekonomi (2001-2004)

Palopo

Makassar

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

9,00

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Page 273: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

M.Kerja Jumlah Pengangguran

30056 139136 21,60

0 0 #DIV/0!

23642 151372 15,62

18876 191560 9,85

10545 123418 8,54

12797 82761 15,46

11615 113503 10,23

24187 124565 19,42

10629 98316 10,81

43185 353005 12,23

10373 104883 9,89

42702 247961 17,22

20414 156669 13,03

25794 168177 15,34

5830 93868 6,21

18684 186173 10,04

14118 166519 8,48

19462 175635 11,08

52028 295633 17,60

18193 63431 28,68

167659 623828 26,88

13010 62057 20,96

9421 64402 14,63

603220 3786872 15,93

Pangkep

Wajo

Sidrap

Bone

Luwu Utara

Luwu

Bulukumba

Pare-pare

Bantaeng

Sinjai

Soppeng

Pinrang

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 8,50 9,00 9,50 10,00 10,50 11,00 11,50 12,00 12,50

Luwu Timur

20.93

Sul-Sel : x= 5.75 juta ; y=4.92%PDRB Per Kapita (Rp.juta)

Keterangan: = Ciri Pertanian; = Ciri Industri = Ciri JasaSkala Bubble : Standar deviasi Pertumbuhan Ekonomi (2001-2004)

Page 274: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

Pergeseran Struktur PDRB dan TK di Sulawesi Selatan (1985-2004) 60,00

Page 275: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

Pergeseran Struktur PDRB dan TK di Sulawesi Selatan (1985-2004)

1987

19

88

1989

19

90

1991

19

92

1993

19

94

1995

19

96

1997

19

98

1999

20

00

2001

20

02

2003

20

04

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

Sh

are

TK

(%

)

PDRB Pertanian PDRB Industri PDRB Sektor Lain

TK Pertanian TK Industri TK Sektor Lain

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

1985

19

86 19

87 19

88 19

89

Sha

re P

DR

B (%

)

Page 276: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

Perkembangan Permintaan-Penawaran Tenaga Kerja dan

2000

20

01

2002

20

03

2004

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

Tin

gka

t P

eng

ang

gru

an (

%)

Permintaan TK (Bekerja) Pengangguran

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

1985

19

86

1987

19

88

1989

19

90

1991

19

92

1993

19

94

1995

19

96

1997

19

98

1999

20

00

2001

20

02

Penawaran TK (Ang. Kerja) Permintaan TK (Bekerja) Mencari Kerja

Upah Nominal Upah Riil

Pertumbuhan A Kerja : 3,35%

Pertumbuhan Pekerja : 2,59%

Pertumb Upah Nominal : 15,81

Pertumb Pencari kerja : 18,92%

Pertumb Upah Riil (TH Dasar 2000) : 4,96%

Jum

lah

Pek

erja

, An

gk.

Ker

a d

an P

enca

ri K

erja

(O

ran

g)

Page 277: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 278: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 279: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 280: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 281: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

70,00 60,00

Page 282: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

1988

19

89 19

90 19

91 19

92 19

93 19

94 19

95 19

96 19

97 19

98 19

99 20

00 20

01 20

02 20

03 20

04

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

PDRB Pertanian PDRB Industri PDRB Sektor Lain

TK Pertanian TK Industri TK Sektor Lain

Sha

re T

K (%

)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

PDRB Pertanian 44,73 45,18 41,50 42,36 42,57

PDRB Industri 3,99 4,54 6,82 7,29 7,52

PDRB Sektor Lain 51,28 50,28 51,68 50,35 49,91

TK Pertanian 55,01 60,02 60,69 62,85 64,15

TK Industri 5,18 5,48 5,66 5,51 5,25

TK Sektor Lain 39,81 34,50 33,64 31,64 30,60

1985 1986 1987 1988 1989

Sha

re P

DR

B (%

)

Page 283: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

2001

20

02

2003

20

04

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000

900.000

1.000.000

Mencari Kerja

Tin

gka

t U

pah

(R

p)

Page 284: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 285: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 286: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 287: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”
Page 288: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

70,00

Page 289: ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN … · yang diwujudkan dalam bentuk tesis dengan judul ”Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan”

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

42,36 42,57 42,34 42,05 41,27 38,15 37,22 37,01 36,35 34,66 36,63 36,51 37,91 36,45 36,63 35,09 33,04

7,29 7,52 8,17 8,20 9,12 11,62 11,91 11,88 11,89 12,61 12,54 12,61 12,97 13,05 12,91 13,23 13,36

50,35 49,91 49,49 49,75 49,60 50,23 50,87 51,11 51,75 52,74 50,83 50,88 49,12 50,50 50,47 51,67 53,60

62,85 64,15 64,81 66,09 63,51 60,23 60,40 58,12 57,78 55,44 54,66 54,49 55,99 58,02 61,30 58,11 55,04

5,51 5,25 5,30 5,34 5,58 6,08 6,30 6,39 6,11 5,74 5,82 5,42 5,00 4,94 4,56 5,18 5,52

31,64 30,60 29,88 28,57 30,91 33,69 33,30 35,50 36,11 38,82 39,52 40,09 39,01 37,04 34,14 36,71 39,44

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Sha

re T

K (%

)