Analisis Novel Ketika Cinta Bertasbih 1

22
Analisis Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 ANALISIS NOVEL “KETIKA CINTA BERTASBIH 1” Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori Sastra Dosen Pengampu Uum Qomariyah Oleh: Zidti Hilma Nahdiyati 2101412019 FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

description

DASD

Transcript of Analisis Novel Ketika Cinta Bertasbih 1

Analisis Novel Ketika Cinta Bertasbih 1

ANALISIS NOVELKETIKA CINTA BERTASBIH 1

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliahTeori Sastra

Dosen Pengampu Uum Qomariyah

Oleh:

Zidti Hilma Nahdiyati2101412019

FAKULTAS BAHASA DAN SENIUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2012

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kahadirat Allloh Swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis. Atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ANALISIS NOVEL dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semesteran Teori Sastra.Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Karena itu penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini. Dengan makalah ini semoga dapat membantu kita dalam belajar. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Semarang, 3 Januari 2013

Penulis,

DAFTAR ISI

PRAKATA.............................................................................................iiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1.1 Alasan Menganalisis Novel Ketika Cinta Bertasbih ............... 1 1.2 Ulasan Novel Ketika Cinta Bertasbih .................................... 1BAB II LANDASAN TEORI.............................................................. 2.1 Teori Pendekatan Mimetik (Mimesis).................................... 3 2.2 Teori Robert Stanton........................................................... 3BAB III ANALISIS NOVEL............................................................... 3.1 Sinopsis.............................................................................. 5 3.2 Analisis Unsur Instrinsik.................................................... 7 3.3 Analisis Unsur Ekstrinsik................................................... 13BAB IV PENUTUP.............................................................................. 4.1 Simpulan............................................................................15DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 16

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Alasan Menganalisis Novel Ketika Cinta Bertasbih Adapun alasan saya menganlisis novel Ketika Cinta Bertasbih adalah sebagai berikut:1.1.1 novel ini sangat cocok dibaca untuk semua umur1.1.2 banyak motivasi yang terkandung di dalam novel tersebut1.1.3 mengajarkan kepada kita untuk mempunyai prinsip hidup 1.1.4 banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari isi novel tersebut1.1.5 novel tersebut merupakan novel pembangun jiwa1.1.6 banyak nilai-nilai positif yang terdapat dalam novel tersebut1.1.7 terdapat juga ilmu agama dalam novel ini, yaitu ilmu Fiqih1.1.8 mengajarkan kita untuk selalu brsikap optimis

1.2 Ulasan Novel Ketika Cinta Bertasbih Habiburrahman El Shirazy adalah pengarang novel Ketika Cinta Bertasbih. Dia sarjana Al Azhar Universitas Kairo. Dia merupakan novelis nomor satu di Indonesia. Selain novel Ketika Cinta Bertasbih, dia juga merupakan adikarya fenomenal novel Ayat-Ayat Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, Diatas Sajadah Cinta, dan Dalam Mihrab Cinta. Kini dia sedang menyelesaikan novel Dari Sujud ke Sujud, Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening dan Bulan Madu di Yerussalem.Novel Ketika Cinta Bertasbih ini sangat baik untuk dibaca disemua kalangan, terutma dikalangan remaja, karena novel ini berisikan tentng perjuangan hidup seseorang yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya di kmpung dan pendidikannya di negeri orang. Novel ini juga mengajak kita untuk menyucikan jiwa, menyadarkan kita apa makna prestasi sesungguhnya dan isi novel ini begitu kuat memotivasi kita untuk berani hidup mandiri, tidak mudah putus asa dan tidak mudah menyerah untuk terus maju meraih anugerah Alloh. Novel ini bukan hanya sekedar novel romantis, tapi juga novel fikih yang ditulis dalam alur cerita yang tidak mudah ditebak. Pengarang melakukan terobosan baru menjelaskan kaidah-kaidah fikih melalui novel ini.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Teori Pendekatan Mimetik (Mimesis)Pendekatan mimetik adalah pendekatan karya sastra dengan jalan menghubungkan karya sastra dengan alam. Dalam bahasa Yunani mimesis berarti perwujudn atau jiplakan.Ulasan pertama yng cukup panjang mengenai mimesis kita jumpai pad karangan Plato tentang Negara. Menurutnya, seni hanya menyjikn sebuah ilusi (khayalan) tentang kenyataan dan tetap jauh dari kebenaran.Menurut Aristoteles penmpakan kenyataan dan ide-ide tidak leps dari yang satu dengan yang lain. Baginy mimesis tidak semat-mta menjiplak kenytaan, melinkan merupakan sebuah proseskreatif; penyair, sambil bertitik pangkal pada kenyataan, menciptkan sesuatu yang baru.Berdasarkan pendapatnya mengenai kenyataan dan mimeswis, maka dalam bukunya yang berjudul Poetica Aristoteles mengutarakan beberapa pandangan yang bagi perkenbangan teori sastra selanjutnya teramat penting. Ia tidak lagi memandang sastra sebagai suatu copy atau jiplakan mengenai kenyataan, melainkan sebagai suatu ungkapan atau perwujudan mengenai universilia (konsep-konsep umum).

2.2 Teori Robert StantonMenurut Stanton (1965) elemen-elemen pembangun fiksi meliputi fakta cerita, sarana cerita dan tema.2.2.1 Fakta CeritaFakta cerita adalah hal-hak yang akan diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Fakta dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita), plot dan setting. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya, eksistensinya, dalam sebuah novel. Oleh karena itu, ketiganya dapat pula disebut sebagai struktur faktual (factual structure) atau derajat faktual (faktual level sebuah cerita) (Nurgiyantoro, 2010 : 25). Untuk mengapresiasi struktur faktual cerita hendaknya kita mempercayai cerita, membenamkan diri pada ilusi yang dibuatnya (Stanton,2007 : 23).2.2.2 Sarana SastraSarana cerita dalah hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerit. Dilihat pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang. Macam sarana kesastraan yang dimaksud antara lain berupa judul, sudut pandang Sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 2007 : 46-47). Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010) mengatakan bahwa tujuan penggunaan (tepatnya pemilihan) sarana kesastraan adalah untuk memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana yang penceritaan, gaya (bahasa) dan nada (tone), simbolisme dan ironi.2.2.3 Tema Tema adalah makna cerita, ggasan sentral atau dasar cerita, tema tidak sama dengan topik. Topik dalam karya sastra adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan gagasan pokok, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya sastra. Antara tema dan moral cerita tidak mengandung maksud yang sama. Moral cerita biasanya dimaksudkan sebagai sepotong sarana moral yang bersifat praktis yang bisa diambil dari suatu cerita sehingga harus sederhana. Adapun tema jauh lebih kompleks daripada moral cerita dan dapat tidak memiliki nilai langsung dari sarana bagi pembaca.

BAB IIIANALISIS NOVEL

3.1 SinopsisAzzam adalah mahasiswa Kairo, berusia 28 tahun, anak pertama dari empat bersaudara dia berasal dari Jawa Tengah. Dia merupakan mahasiswa yang sangat cerdas, sejak kecil dia selalu berprestasi, prestasinya terus meningkat. Hingga lulus Madrasah Aliyah dia mendapat beasiswa ke Kairo. Setelah satu tahun kuliah di Kairo, dia lulus dengan mendapat predikat Jayyid Jiddan (Lulus dengan Sempurna). Orang tuanya sangat bannga. Saking bangganya, ayah Azzam meminta ibu Azzam untuk masak besar-besaran dan mengundang tetangga sebelah, kanan dan kiri untuk mengadakan syukuran atas kelulusan Azzam.Namun setelah satu tahun di Kairo, dia mendapat kabar buruk bahwa ayahnya meninggal karena kecelakaan. Saat itulah prestasi Azzam mulai menurun. Sebagai anak pertama, dia harus menggantikan posisi ayahnya sebagai kepala keluarga. Dia harus mampu membagi waktunya antara kuliah dengan mencri nafkah untuk keluarganya di Kampung. Sejak itu Azzam mulai membuat tempe dan bakso yang dia jual dikalangan KBRI di Kairo. Karena keahlian dan keuletannya dalam memsak, dia menjadi populer dan dekat dengan staf KBRI. Azzam sering mendapat job di KBRI Kairo. Karena itulah Azzam bertemu dengan seorang puteri cantik anak dari Duta Besar, Pak Dubes. Elliana Pramesthi Alam. Eliana adalah lulusan EHESS Perancis yang melanjutkan S-2 nya di American University in Cairo. Selain cerdas, Eliana juga terkenal di kalangan mahasiswa karena kecantikannya. Segudang prestasi dan juga kecantikan Eliana membuat Azzam menaruh hati pada Eliana. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih dekat dengan Eliana, karena sifat dan kehidupannya yang sedikit bertolak belakang dengan Azzam, dan juga karena nasihat dari Pak Ali, supir KBRI yang sangat dekat dengan keluarga Eliana.Pak Ali menyarankan Azzam untuk tidak menjalin hubungan lebih dekat dengan Eliana, karena Pak Ali tahu ada perempuan yang lebih baik untuk Azzam daripada Eliana. Azzam disarankan untuk segera mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswa cantik, berjilbab, anggun, dan sholehah, dan tak kalah cerdasnya juga dengan Eliana. Dia bernama Anna Althafunnisa, putri seorang Kyai Pesantren Daarul Quran bernama Kyai Luthfi Hakim. Mahasiswi S-1 dari Kuliyyatul Banaat di Alexandria dan sedang mengambil S-2 di Kuliyyatul Banaat Al Azhar Cairo, dia juga menguasai bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. Mendengar saran Pak Ali, ada keinginan Azzam untuk menghkhitbah Anna walaupun ia belum pernah bertemu atau melihat Anna. Karena tidak punya biaya untuk pulang ke Indonesia, Pak Ali menyarankan supaya melamar lewat pamannya yang ada di Cairo, yaitu Ustadz Mujab, Azzam sudah sangat mengenal ustadz itu. Isteri Ustadz Mujab adalah langganan tempe Azzam. Dengan niat yang mantap, dia pun datang ke ustadz Mujab untuk mengkhitbah Anna Althafunnisa. Namun lamarannya ditolak atas dasar ststus. Selain itu, Anna juga telah dikhitbah lebih dulu oleh Furqon, sahabat Azzam, mahasiswa dari keluarga kaya, cerdas dalam waktu dekat, Furqon akan menyelesaikan S-2 nya. Azzam bisa menerima alasan itu, meskipun hatinya cukup perih.Sejak kejadian itu, Azzam memutuskan untuk lebih serius dengan bisnis dan kuliahnya. Dia ingin sukses dua-duanya. Ayyatul Husna, adik Azzam yang sering mengirim berita dari kampung, membawa kabar yang cukup meringankan hati Azzam. Agar Azzam tidak perlu lagi mengirim uang ke kampung dan lebih berkonsentrasi menyelesaikan kuliahnya. Karena selain Husna telah lulus kuliah di UNS, ia juga sudah bekerja sebagai Psikolog. Keahlian Husna dalam menulis sudah membuahkan hasil. Penghasilan Husna cukup dapat membiayai kebutuhan adiknya yang mengambil program D-3, serta adik bontotnya yang bernama Sarah yang masih berada di Pesantren.Mendengar kabar itu, hati Azzam sangat senang, semangat kuliahnyapun langsung berkobar. Dia berjanji setelah lulus nanti akan segera pulang ke Tanah Air, melepas kerinduannya yang tiada tara. Azzam belajar dengan penuh semangat, serius dan kesungguhan, hingga akhirnya Azzam lulus, berhasil meraih gelar S-1 dengan predikat Jayyid. Azzam sangat senang dan bersyukur kepada-Nya. Diapun akan menepati janjinya, pulang ke kampung melepas rindu dengan ibu dan adik-adiknya. Sekaligus mencari jodoh di sana walaupun sebenarnya hati Azzam masih tersirat sedikit harapan untuk mendapatkan gadis cantik, angggun, berjilbab nan sholehah itu yang diceritakan Pak Ali, Anna Althafunnisa.

3.2 Analisis Unsur Instrinsik3.2.1 Tema Tema dalam novel ini adalah Perjuangandan artihidup untuk meraih kebahagiaan, cinta dan pengorbanan seorang pemuda untuk mencari uang demi tanggung jawab terhadap keluarganya di kampung.3.2.2 Alur Adapun alur yang digunakan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih ini adalah alur maju, karena dimulai dengan awal pertemuan Khairul Azzam dengan Anna Althafunnisa, mereka telah melewati liku-liku kehidupan hingga akhirnya mereka menikah.3.2.3 Sudut Pandang Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, artinya pengarang tidak terlibat langsung dalam novel tersebut, ia hanya menceritakan kehidupan para tokoh yang ada dalam novel tersebut3.2.4 Gaya Bahasa3.2.4.1 PersonifikasiKetika Cinta Bertasbihmerupakan judul novel yang saya analisis.Senja bertasbih di Alexandria(Habiburrahman, 2008:1)Ombak berbuih putih bergelombang naik turun berkejar-kejaranDi matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu indah. Ia memandang ke arah pantai. Ombaknya berbuih putih bergelombang naik turun berkejar kejaran menampakkan keriangan yang sangat menawan. Semilir angin mengalirkan kesejukan. Suara desaunya benar-benar terasa seumpama desau suara zikir alam yang menciptakan suasana tenteram. (Habiburrahman, 2008:2)3.2.4.2 Hiperbola Akan mengobarkan bara asmara yang mungkin susah payah kau padamkan....Bagi yang lain mungkin tidak masalah, tapi bagimu menyantap masakannya akan mengobarkan bara asmara yang mungkin susah payah kau padamkan. Jika kau nekat berterus terang pada Fadhil saat ini, percayalah kau bisa merusak segalanya. Kau bisa merusak dirimu sendiri. Merusak hubunganmu dengan Fadhil. Bahkan juga bisa merusak Cut Mala." (Habiburrahman, 2008:86)Ulu hatinya seperti ditusuk ombak berkaratSemua yang mendengar perkataan itu tersentak. Terutama Hafez. Ia bagai disambar petir. Ulu hatinya seperti ditusuk ombak berkarat. (Habiburrahman, 2008:368)

Kecantikannya ibarat permata maknun yang mengalahkan semua permata yang ada di dunia.Pak Kyai Luthfi punya anak gadis yang sangat cerdas dan cantik. Sungguh sangat cantik. Kecantikannya ibarat permata maknun yang mengalahkan semua permata yang ada di Dunia. Aku berani bertaruh kecantikannya bisa mengatasi Eliana. (Habiburrahman, 2008:46)3.2.5 Latar atau Setting3.2.5.1 MesirTerbukti dengan adanya kota Alexandria, kota Cairo, Universitas Al Azhar, Hotel Al Haram, dan lain-lain.3.2.5.2 AlexandriaDimatanya, kota Alexandria sore itu tampak begitu memesona. (Habiburrahman, 2008:1)3.2.5.3 Hotel Al HaramDari jendela kamarnya yang terletek di lantai lima Hotel Al Haram, ia menyaksikan sihir itu. (Habiburrahman, 2008:2)3.2.5.4 Pantai El MuntazahAcara makan malam itu berlangsung di sebuah taman yang terletak disebuah garis Pantai El Muntazah. Sebuah pantai yang terkenal keindahannya di Alexandria. (Habiburrahman, 2008:21)3.2.5.5 Toko Buku El Manshiya dan disamping sebuah MasjidDisebuah toko buku di El Muntazah, Azzam bertemu dengan Furqon. Setelah berpelukan, Furqon mengajak Azzam menemaninya makan roti kibdah di samping sebuah masjid tua sambil berbincang-bincang. (Habiburrahman, 2008:59)3.2.5.6 Pantai CleopatraHari masih pagi. Pantai Cleopatra masih sepi. Udara berkabut tipis. Desau angin laut yang berhembus terasa membelai dengan lembut relung-elung jiwa. (Habiburrahman, 2008:37)3.2.6 Tokoh dan Penokohan3.2.6.1 Khairul Azzam3.2.6.1.1 Cerdas :Dalam surat itu kakak (Azzam) menjelaskan kepada ayah bahwa kakak adalah satu-satunya mahasiswa Indonesia tingkat pertama yang meraih predikat Jayyid Jiddan (Sangat Bik). (Habiburrahman, 2008:259)3.2.6.1.2 Rendah Hati :Biarlah masyarakat Indonesia di Cairo tahunya saya adalah mahasiswa Al-Azhar yang tidak lulus-lulus karena lebih senang bisnis tempe, bakso, dan katering. (Habiburrahman, 2008:26)3.2.6.1.3 Tanggung jawab :ia langsung teringat akan tanggung jawabnya sebagai kakak tertua. Ia menangis. Ia merasakan betapa sayangnya Allah kepadanya. Allah masih ingin ia focus pada tanggung jawabnya membiayai adik-adiknya. (Habiburrahman, 2008:72)

3.2.6.1.4 Tegas :Sir, kamukan sudah lama di Mesir. Dan kamu sudah tahu bagaimana kita harus brhati-hati! Kenapa kau tidak meminta ijin dulu pada kami! (Habiburrahman, 2008:186)3.2.6.1.5 Penolong, baik hati dan Pemurah :Semua telah dibayarkan oleh Kang Azzam. Meskipun Kang Azzam tidak minta dikembalikan,suatu saat nanti jika ada rezeki pasti aku kembalikan. (Habiburrahman, 2008:244)3.2.6.2 Eliana Prameshti Alam3.2.6.2.1 Emosiia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai dengan suasana hatinya. (Habiburrahman, 2008:95)3.2.6.2.2 PeremehAh shalat itu gampang! Yang penting ini. Ada tugas penting untuk mas khairul malam ini. Tugas terakhir. Aku janji! sahut Eliana nerocos tanpa rasa dosa karena menggampangkan shalat. (Habiburrahman, 2008:12)3.2.6.2.3 Pendendam Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. Tak ada yang menjawab. Ia ingin membuat perhitungan dengan Azzam. Kata-kata Azzam tadi malam ia anggap sangat merendahkannya. (Habiburrahman, 2008:50)

3.2.6.2.4 Cerdas Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok yang menjadi buah bibir dikalangan mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Mesir. Gadis yang pesonanya dikagumi banyak orang. Ddikagumi tidak hanya karena kecantikannya, tapi juga karena kecerdasan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Gadis itu adalah putri Duta Besar Republik Indonesia, Eliana Pramesthi Alam. (Habiburrahman, 2008:3)3.2.6.3 Forqon3.2.6.3.1 RamahSetelah berpelukan, Furqan mengajak Azzam menemani makan roti kibdah disamping sebuah masjid tua sambil berbincang-bincang. (Habiburrahman, 2008:59)Begitu Azzam sampai dirumahnya, Furqon langsung merangkulnya dengan hangat. (Habiburrahman, 2008:276)3.2.6.3.2 IntelekFurqan lebih dikenal sebagai intelek muda yang sering diminta menjadi nara sumber di pelbagai kelompok kajian.. (Habiburrahman, 2008:61)3.2.6.3.3 CerobohIni teguran dari Allah atas cara hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. (Habiburrahman, 2008:289)3.2.6.4 Anna Althafunnisa3.2.6.4.1 SederhanaDan Ana lebih memilih menutup diri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat glamour. (Habiburrahman, 2008:47)3.2.6.4.2 BerkepiawaianSeminar itu berjalan dengan sangat hidup. Anna Althafunnisa jadi bintang yang bersinar cemerlang. Bahasa Inggrisnya yang khas Wales serta pengetahuannya yang luas, ditambah guyonon-guyonan segarnya benar-benar menghidupkan suasana. (Habiburrahman, 2008:271-272)3.2.6.4.3 CerdasAnna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi dan prestasi selain dengan akhlak mulia Ia menyelesaikan S1-nya di Alexandria dengan predikat mumtaz. (Habiburrahman, 2008:120)3.2.6.5 Ayatul Husna, Lia, dan Sarah3.2.6.5.1 Baik, Sholehah, Lemah Lembut, taat kepada Orang tua, dan Cerdas.Kak, Alhamdulillah, kami semua di rumah baik, sehat wal afiyat, berlimpah rahmat Allah. Ibu Alhamdulillah baik dan sehat. Beliau sudah sangat rindu pada kakak. Husna sendiri alhamdulillah sehat. Dua minggu yang lalu Husna menerima ijazah profesi, Husna sudah bisa praktek sebagai psikolog. Segala puji bagi Allah Swt. Ini tidak lepas dari dari jasa Kakak. Lia sudah menyelesaikan D.2. PGSD-nya. Ia kini mengajar di SDIT Al Kautsar Solo. Dan Sarah masih belajar di Pesantren Al-Quran di Kudus. Terakhir Husna ke Kudus ia sudah hafal Juz 27, 28, 29, dan 30. (Habiburrahman, 2008:333-334)

3.2.7 Amanat3.2.7.1 Kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin, tidak perlu takut akan resiko.3.2.7.2 Cinta yang haqiqi adalah cinta yang berdasarkan pilihan hati dan syariat islam, bukan hanya karena nafsu ingin memiliki.3.2.7.3 Dalam menjalani kehidupan, kita harus mempunyai prinsip yang harus dijalankannya.3.2.7.4 Lebih baik diam daripada berbicara yang tidak perlu.3.2.7.5 Berbuat baiklah kepada semua orang.3.2.7.6 Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin.3.2.7.7 Carilah pasangan hidup kita yang baik agamanya.

3.3 Analisis Unsur Ekstrinsik3.3.1 Biografi Pengarang Habiburrahman el-Shirazy (lahir di Semarang 30 September 1976) adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, penyair, dan suami dari Muyasaratun Saidah. Memulai pendidikannya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak. Tahun 1992 ia merantau ke Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai Tahun 1999. Tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma S2 di The Institute for Islamic Studies, Kairo. Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (1998). Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (2002), Menyucikan Jiwa (2005), Rihlah ilallah (2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (2001), Merah di Jenin (2002), Ketika Cinta Menemukanmu (2004), dan lain-lain. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar adalah Ayat-Ayat Cinta (2004), Di Atas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem.

3.3.2 Latar Belakang Sejarah dan SosialHabiburrahman El Shirazy, menulis cerita berdasarkan pengalaman hidupnya yang pernah bersekolah di Universitas Al Azhar, Mesir. Selain sebagai media dakwahnya, novel ini juga mencakup banyak cerita yang menggambarkan hidup seorang lelaki Indonesia. Sebagai contoh, novelnya yang lain yaitu Ayat-ayat Cinta. Dan dari segi ekonominya, pengarang tergolong menengah ke atas dilihat dari latar petualangan pendidikannya, mulai dari pendidikan menengah di MTs Futuhiyyah 1 hingga S2 di The Institute for Islamic Studies Kairo.BAB IVPENUTUP

4.1 SimpulanKetika Cinta Bertasbih 1 merupakan salah satu novel karangan Habiburrahman El Shirazy. Dalam novel ini menceritakan kehidupan Azzam seorang mahasiswa sekaligus pembisnis tempe dan bakso di negeri orang. Dia berjualan tempe dan bakso untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya di kampung, menggantikan posisi ayahnya yang telah pulang kerahmatulloh setahun setelah Azzam berada di Mesir. Karenanya mau tidak mau sebagai anak pembarep (anak pertama), Azzam harus bekerja mencarai nafkah untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya di kampung.Novel Ketika Cinta Bertasbih ini mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik yang terdapat dalam novel ini terdiri dari tema, alur, sudut pandang, gaya bahasa, latar atau setting, tokoh dan penokohan serta amanat.Untuk unsur Ekstrinsik sendiri terdiri dari biografi pengarang dan latar belakang sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Shirazy, El, Habiburrahman. 20008. Ketika Cinta Bertasbih. Jakarta: RepublikaHartoko, Dick. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utamahttp://ademardhatillah.blogspot.com/2012/10/unsur-ekstrinsik-unsur.htmlDiunduh pada tanggal 04 Januari 2013 Pukul 10:04