ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK NEGATIF ... · Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
Transcript of ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK NEGATIF ... · Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi...
ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK
NEGATIF PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI
BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR KOTA KEDIRI
DINIYYA IRIANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan
Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan
Semampir Kota Kediri adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Diniyya Iriani
H44080091
RINGKASAN
DINIYYA IRIANI. Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif
Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.
Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil sumber daya
alam, baik sumber daya alam darat, laut maupun udara. Keberadaan sumber daya
yang melimpah kurang termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Pemanfaatan sumber daya yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan
lingkungan. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah
tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap
sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Salah satu bentuk
perusakan lingkungan adalah aktivitas penambangan pasir illegal di Sungai
Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.
Menurut Kantor Lingkungan Hidup Kota Kediri, bahwa pada prinsipnya
penambangan Galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai Brantas, tidak
diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional dan hal tersebut
dikarenakan kondisi Sungai Brantas dan lingkungannya telah mengalami
kerusakan sangat parah dan membahayakan infrastruktur sungai yang ada dan
telah dituangkan dalam kesepakatan bersama pada tahun 2009 antara KLH, Satpol
PP dan Disperindagtamben Kota Kediri. Penambangan illegal di Sungai Brantas
Kelurahan Semampir, terdiri dari 2 jenis penambangan. Penambangan tersebut
diantaranya, penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin dan
penambangan secara tradisional/ menggunakan perahu. Penambangan secara
mekanik/ menggunakan mesin yang dimaksud adalah proses penambangan/
pengambilan pasir menggunakan mesin. Mesin tersebut berfungsi untuk menyedot
pasir dalam skala besar dimana batu-batu besar yang ada di dasar sungaipun dapat
terangkut. Penambangan secara tradisonal/ mengunakan perahu yang dimaksud
yakni para penambang menggunakan perahu untuk membantu mereka menuju ke
tengah sungai untuk mengabil pasir. Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
penambangan pasir illegal di kelurahan Semampir diantaranya pengusaha
tambang pasir, buruh tambang pasir, kuli angkut pasir, sopir truk pasir dan
preman yang bertugas menjaga keamanan area tambang.
Truk-truk pasir yang sering melintasi jalan desa akibat adanya
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir menyebabkan dampak
terhadap masyarakat sekitar. Dampak yang dirasakan masyarakat sekitar
diantaranya menurunnya kualitas udara, meningkatnya polusi suara/ kebisingan
dan kerusakan jalan di Kelurahan Semampir. Penambangan yang tidak ramah
lingkungan juga menyebabkan dampak lain yakni rusaknya tebing-tebing sungai
dan penurunan dasar sungai. Tidak hanya memberikan dampak kerusakan secara
fisik jangka pendek namun pada jangka panjang akan menimbulkan hancurnya
ekosistem DAS Brantas. Degradasi dasar sungai yang mencapai 6 meter
menimbulkan munculnya palung-palung sungai yang sangat dalam. Longsornya
tebing-tebing sungai sehingga kondisi sungai menjadi keruh dengan tingkat
1
padatan terlarut yang cukup tinggi. Hal ini, sangat berpengaruh pada kualitas air
Sungai Brantas, sehingga perlu diwaspadai karena air Sungai Brantas digunakan
sebagai bahan baku air minum.
Total manfaat dari kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir meliputi segala manfaat yang diterima oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam aktivitas penambangan yakni sebesar Rp 61 703 085 000.33. Terdiri dari
pendapatan/ keuntungan pengusaha tambang pasir sebesar Rp 17 198 085 000.33,
pendapatan buruh tambang pasir sebesar Rp 17 820 000 000, pendapatan kuli
angkut pasir sebesar Rp 10 674 000 000, pendapatan sopir truk sebesar Rp 7 116
000 000, dan pendapatan preman/ keamanan sebesar Rp 8 895 000 000. Total
kerugian yang dirasakan akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir sebesar Rp 84 488 162 200. Terdiri dari kerugian akibat lapisan pasir
yang hilang sebesar Rp 81 877 464 000, perbaikan jalan yang rusak Rp 1 149 570
000, pendapatan pemerintah yang hilang Rp 1 245 300 000, perbaikan tebing
sungai Rp 215 828 200, Pemasangan groundsil jembatan sebesar Rp 1 500 000
000.
Kata Kunci: Bahan galian C, Total manfaat, Total Kerugian
ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK
NEGATIF PENAMBANG PASIR ILLEGAL DI SUNGAI
BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR KOTA KEDIRI
DINIYYA IRIANI
H44080091
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif
Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan
Semampir Kota Kediri.
Nama : Diniyya Iriani
NRP : H44080091
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Rizal Bahtiar, SPi, MSi
NIP 19800603 200912 1 006
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT
NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih pertama penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala nikmat dan rahmat yang dianugerahkan kepada penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada :
1. Ayahanda H. Zaenal Fanani, SE dan Hj. Amining Rochmad, Spd yang
penulis cintai, terima kasih atas doa, nasihat, dukungan, dan segala kasih
sayang serta cintanya kepada penulis. Serta adik-adikku tersayang Kasirotur
Rohmah dan Muhammad Syakir Kautsar dan nenekku tercinta Suci
Hidayati.
2. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak
Novindra, SP, M.Si selaku penguji perwakilan departemen.
4. Segenap dosen dan staf administrasi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan.
5. Seluruh informan baik dari Perum Jasa Tirta I, Disperindagtamben Kota
Kediri, Satpo PP Kota Kediri, Pemerintah Kota Kediri, Dinas PU Kota
Kediri, dan khususnya masyarakat Kelurahan Semampir. Serta paklek
Agung yang telah memberikan bantuan dan informasi data kepada penulis.
6. Teman-teman satu bimbingan Anis Purnama, Nanda, Erna, Andini, Husen,
Dika, Budi.
7. Sahabat-sahabatku Asih, Esti, Tya, Nina, iin, anik, wulan, Irma serta
sahabat-sahabat ESL 45 dan IKALUM, CSS MoRA IPB, KMNU, SESC,
REESA yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Serta tak lupa teman-teman satu kosan yang tercinta vita, qiqi, riris, rosi dan
fina.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
ridho-Nya penulis dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan
Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.
Didasari dengan ketertarikan penulis mengenai pertambangan dan latar
belakang sebagai mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, penulis
memiliki keinginan untuk mempelajari sisi ekonomi dari penambangan pasir
dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses dan pihak-pihak yang
terlibat dalam aktivitas penambangan pasir, serta menganalisis nilai manfaat dan
dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan penambangan tersebut. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keuntungan serta
dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas penambangan pasir khususnya di
sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) kepada masyarakat maupun pemerintah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna sehingga
saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk kemajuan penelitian ini.
Bogor, Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan penelitian .............................................................................. 8
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................ 8
1.5 Batasan penelitian ............................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................................ 11
2.2 Pertambangan Bahan Galian Golongan C ........................................ 12
2.2.1 Dampak Positif Penambangan Bahan Galian C .................... 13
2.2.2 Dampak Negatif Penambangan Bahan Galian C .................. 14
2.3 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Sungai ............................................. 15
2.3.1 Fungsi sebagai Saluran Eko-dranase (Drainase Ramah
lingkungan) ........................................................................... 15
2.3.2 Fungsi sebagai Saluran Irigasi Alamiah................................ 16
2.3.3 Fungsi Ekologi ...................................................................... 16
2.4 Analisis Cost-Benefit ........................................................................ 17
2.4.1 Konsep Biaya (cost) .............................................................. 18
2.4.2 Konsep Manfaat (Benefit) ..................................................... 19
2.4.3 Penerimaan ............................................................................ 19
2.4.4 Pendapatan ............................................................................ 20
2.4.5 Efisiensi ................................................................................. 20
2.4.6 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial ............ 21
2.5 Penilaian Ekonomi ............................................................................ 21
2.6 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 22
III. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 25
IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 28
4.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................. 28
4.2 Jenis dan Sumberdata ........................................................................ 28
4.3 Penetuan Jumlah Responden ............................................................. 29
4.4 Pengumpulan Data ............................................................................ 29
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 30
4.5.1 Persepsi Masyarakat .............................................................. 31
4.5.2 Estimasi Nilai Manfaat ......................................................... 31
ix
4.5.3 Estimasi Dampak Negatif ..................................................... 32
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................. 36
5.1 Gambaran Umum .............................................................................. 36
5.1.1 Kota Kediri ............................................................................ 36
5.1.2 Kecamatan Kota .................................................................... 38
5.2 Kelurahan Semampir ........................................................................ 38
5.2.1 Letak dan Keadaan Geografis ............................................... 39
5.2.2 Keadaan Demografis ............................................................. 40
VI. ANALISIS PENAMBANG PASIR ....................................................... 42
6.1 Kronologis Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas ........ 42
6.2 Faktor Penyebab Kegiatan Penambangan Pasir Illegal .................... 43
6.2.1 Faktor Dalam ........................................................................ 43
6.2.2 Faktor Luar ............................................................................ 44
6.3 Jenis Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir................ 45
6.3.1 Penambangan secara Mekanik/ menggunakan Mesin .......... 46
6.3.2 Penambangan secara Tradisional/ menggunakan Perahu ..... 47
6.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kegiatan Penambangan Pasir
Illegal Kelurahan Semampir Kota Kediri ......................................... 48
6.5 Analisis Dampak Kegiatan Penambangan Pasir Illegal Kelurahan
Semampir Kota Kediri ...................................................................... 49
6.5.1 Analisis Dampak Positif Penambang Pasir ........................... 49
6.5.1.1 Dampak Positif terhadap Ekonomi .......................... 49
6.5.1.2 Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat ..................... 50
6.5.2 Analisis Dampak Negatif Penambang Pasir ......................... 51
6.5.2.1 Dampak Negatif Lingkungan .................................. 51
6.5.2.2 Dampak Negatif terhadap Sosial Ekonomi
Masyarakat .............................................................. 53
6.5.2.3 Dampak Negatif terhadap Ekologis Sungai ............ 54
VII. ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT ............................................. 56
7.1 Karakteristik Responden ................................................................... 56
7.1.1 Jenis Kelamin ........................................................................ 56
7.1.2 Usia ....................................................................................... 57
7.1.3 Pendidikan ............................................................................. 58
7.1.4 Pekerjaan ............................................................................... 58
7.1.5 Pendapatan ............................................................................ 60
7.1.6 Kependudukan ...................................................................... 60
7.2 Pandangan Umum tentang peran Lingkungan .................................. 61
7.3 Pandangan Mengenai Kondisi Lingkungan ...................................... 62
7.3.1 Kondisi Pertambangan .......................................................... 62
7.3.2 Kondisi Air ............................................................................ 63
7.3.3 Kondisi Udara ....................................................................... 64
7.3.4 Kondisi Suara ........................................................................ 65
7.3.5 Kondisi Sungai ...................................................................... 65
x
7.3.6 Kondisi Sarana Prasarana...................................................... 66
7.4 Persepsi Mengenai Penambangan Illegal ......................................... 67
VIII. ESTIMASI MANFAAT DAN DAMPAK PENAMBANGAN
PASIR ................................................................................................... 69
8.1 Penilaian Dampak positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir ........................................................................ 69
8.1.1 Analisis Keuntungan/ pendapatan Pengusaha Tambang
Pasir Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir.... 71
8.1.2 Analisis Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan
Pasir Illegal di Kelurahan Semampir .................................... 77
8.1.3 Analisis Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk
Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir............. 78
8.1.4 Analisis Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan
Pasir Illegal di Kelurahan Semampir .................................... 79
8.2 Penilaian Dampak Negatif Penambangan Pasir ................................ 80
8.2.1 Lapisan Pasir yang Hilang .................................................... 81
8.2.2 Kerusakan Jalan Sekitar Area Tambang ............................... 82
8.2.3 Pendapatan Pemerintah Kota Kediri yang hilang ................. 83
8.2.4 Kerusakan Tebing Sungai ..................................................... 83
8.2.5 Kerusakan Jembatan ............................................................ 84
8.2.6 Polusi Suara dan Polusi Udara .............................................. 86
8.2.7 Nilai Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat
Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ............. 87
IX. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 89
9.1 Simpulan ........................................................................................... 89
9.2 Saran ................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
LAMPIRAN .................................................................................................... 95
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 105
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penurunan Dasar Sungai Brantas Kota Kediri Tahun 2008 .............. 7
2. Matriks Metode Analisis Data .......................................................... 37
3. Luas Wilayah Kota Kediri Berdasarkan Kecamatan 2011 ............... 39
4. Luas Wilayah Kelurahan Semampir Berdasarkan Penggunaan
Tahun 2011 ...................................................................................... 39
5. Produksi Bahan Galian Kelurahan Semampir 2011 ......................... 40
6. Peraturan dan Perundang-undangan Terkait Pelarangan
Penambangan Pasir di Sungai Brantas .............................................. 43
7. Jumlah Mesin dan Perahu Penambangan Pasir di Kelurahan illegal
Semampir Tahun 2009-2011 ............................................................. 69
8. Total Dampak Positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir ........................................................................ 71
9. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan
Pasir Mesin Illegal di Kelurahan Semampir ..................................... 72
10. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan
Pasir Perahu Illegal di Kelurahan Semampir .................................... 75
11. Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................................... 77
12. Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-20111 ......................... 78
13. Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................................... 80
14. Total Dampak Negatif/ kerugian Akibat Penambangan Pasir Illegal
di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ....................................... 81
15. Perhitungan Lapisan Pasir yang Hilang Akibat Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................... 82
16. Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ........................... 88
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas ....................................... 3
2. Rencana Induk Pengembangan Sungai Brantas ................................ 4
3. Kerangka Alur Pemikiran ................................................................. 27
4. Proses Penambangan Pasir secara Mekanik/ mesin .......................... 46
5. Proses Penambangan Pasir secara Tradisional/ perahu..................... 47
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin ....................... 56
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 57
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........................... 58
9. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan...................... 59
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan........................... 60
11. Pandangan Responden Berdasarkan Peran Lingkungan ................... 61
12. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Tambang.................... 63
13. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Air ............................. 63
14. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Udara ......................... 64
15. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Suara.......................... 65
16. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Sungai........................ 66
17. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Sarana Prasarana ....... 67
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ....................................................................... 95
2. Kuisioner Penelitian .......................................................................... 96
3. Lokasi Pasir di Sungai Brantas Kediri dan Grafik Penurunan Dasar
Sungai Brantas Kota Kediri .............................................................. 102
4. Dokumentasi Peneltian ..................................................................... 103
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil sumber daya
alam, baik sumber daya alam darat, laut maupun udara. Keberadaan sumber daya
yang melimpah kurang termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Menurut Fauzi (2006), secara umum sumber daya alam dapat diklasifikasikan
kedalam dua kelompok. Pertama adalah kelompok yang disebut sebagai kelompok
“stok”. Sumber daya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga
eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan
sumberdaya yang ada. Apa yang kita manfaatkan sekarang mungkin tidak lagi
tersedia di masa mendatang. Sumberdaya stok dikatakan tidak dapat diperbaharui
(non-renewable) atau terhabiskan (exhaustible). Jenis-jenis sumber daya stok
antara lain sumberdaya mineral, logam, minyak, dan gas bumi.
Menurut Fauzi (2006), kelompok kedua adalah sumber daya alam yang di
sebut “flows” (alur). Jenis sumber daya ini jumlah kuantitas fisik dari sumber daya
berubah sepanjang waktu. Berapa jumlah yang kita manfaatkan sekarang, bisa
mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumber daya di
masa mendatang. Sumber daya jenis ini dikatakan dapat diperbarui (renewable).
Regenerasi sumber daya alam ini ada yang tergantung pada proses biologi dan ada
yang tidak. Ikan dan hutan termasuk ke dalam kelompok sumber daya yang
regenerasinya tergantung pada proses biologi (reproduksi). Energi surya,
gelombang pasang surut, angin, udara, dan sebagainya termasuk kedalam
kelompok sumber daya alam yang tidak tergantung pada proses biologi.
2
Sumber daya alam dimanfaatkan dan dikelola untuk kepentingan manusia.
Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat
manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan
berdampak buruk bagi umat manusia. Dampak buruk yang ditimbulkan
diantaranya kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan diakibatkan adanya
upaya-upaya perusakan lingkungan hidup. Menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, definisi perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.
Pembangunan yang semakin berkembang meyebabkan eksploitasi akan
sumber daya alam juga semakin meningkat. Eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan dan tidak bertanggung jawab menyebabkan kerusakan lingkungan.
Salah satu contoh sumber daya alam yang dieksploitasi berlebihan dan tidak
bertanggung jawab yakni Sungai Brantas. Sungai Brantas kaya akan berbagai
sumber daya didalamnya. Sumber daya alam tersebut diantaranya sumber daya air
bersih, sumber daya pasir, sumber daya ikan dan lain-lain.
Sungai Brantas memiliki manfaat yang besar dalam aktivitas sehari-hari
masyarakat di sekitar aliran sungainya. Aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan
masyarakat diantaranya digunakan memenuhi kebutuhan MCK (mandi, cuci,
kakus), penyedia air bersih dan penambakan ikan. Hal tersebut membuktikan
bahwa Sungai Brantas memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat di sekitar alirannya.
3
Sungai Brantas memiliki DAS (Daerah Aliran Sungai) seluas 11.800 km²,
panjang sungai utama 320 km, yang mengalir melingkari Gunung Kelud yakni
gunung berapi aktif. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari
jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan
pertahun rata-rata / jumlah air yang mengalir 12 miliar m³. Potensi sungai ini
dimanfaatkan oleh sekitar 16 juta penduduk atau 43% penduduk Jawa Timur1.
Hal tersebut membuktikan bahwa, Sungai Brantas memiliki fungsi yang penting
bagi masyarakat Jawa Timur.
Sumber: Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, 2008
Gambar 1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas
Sungai Brantas berperan penting dalam bidang pertanian, dimana 60%
produksi padi Jawa Timur berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran
Sungai Brantas2. Menurut Perum Jasa Tirta I (2010), Sungai Brantas berperan
penting dalam penyedia bahan baku air minum dan irigasi areal persawahan
daerah sekitar DAS Brantas. Perencanaan yang tepat dalam pengelolaan Sungai
Brantas perlu dilakukan. Pengembangan dilakukan melalui empat rencana induk
pengembangan Wilayah Sungai (WS) Brantas. Sasaran utama pengembanga WS
1 (http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Brantas) diaksess pada 21 Maret 2012
2 Radar Kediri 2011. Laporan Jurnalistik Ekspedisi Brantas Radar Kediri. Kediri
4
Brantas yang dilakukan oleh Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I secara
berturut-turut yakni pengendalian banjir (1961), pengembangan irigasi (1973),
penyediaan air baku untuk domestik (1996) serta pengelolaan dan konservasi
sumberdaya air (1998).
Sumber: Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, 2008
Gambar 2. Rencana Induk Pengembangan Sungai Brantas
Persoalan-persoalan yang terjadi di Sungai Brantas belum seutuhnya
teratasi. Muncul berbagai masalah baru dan dapat merugikan masyarakat sekitar
DAS maupun pemerintah. Permasalahan tersebut diantaranya pencemaran sungai,
kerusakan infrastuktur-infrastruktur disekitar aliran sungai, pencemaran sungai
akibat membuang sampah sembarangan, sedimentasi dan kegiatan penambangan
pasir yang tidak bertanggung jawab.
Manfaat lain dari Sungai Brantas yakni sumber daya pasir. Keberadaan
sumber daya pasir menjadi peluang terjadinya aktivitas penambangan pasir secara
illegal di Kota Kediri. Daerah-daerah yang menjadi lokasi penambangan illegal
diantaranya: Kelurahan Semampir, Kelurahan Banjarmlati, Kelurahan
Manisrenggo, Kelurahan Bandar Kidul, dan lain-lain. Daerah yang paling banyak
5
terdapat penambangan pasir illegal yakni di Kelurahan Semampir. Daerah
tersebut di lewati oleh jembatan, dimana banyak warga yang menggantungkan
hidup dengan keberadaan jembatan tersebut. Dampak yang sudah terjadi yakni
kondisi jembatan yang bergeser sehingga rentan ambruk.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu contoh kerusakan lingkungan adalah kerusakan tebing-tebing
daerah sekitar DAS Brantas akibat adanya aktivitas penambangan pasir illegal di
Kota Kediri. Dampak negatif penambangan pasir illegal ini menimbulkan dampak
yang besar terhadap struktur DAS Brantas. Menurut PERUM Jasa Tirta I (2010)
dampak yang ditimbulkan diantaranya: kerusakan tanggul dan tebing sungai,
penurunan dasar sungai, perubahan bentuk sungai dan kerusakan sarana prasarana
perairan.
Penambangan pasir di Sungai Brantas ini berkembang dengan cepat
karena kualitas pasir di Kediri yang cukup baik. Kegiatan penambangan pasir
yang terjadi di Sungai Brantas diantaranya: di Sungai Konto (anak sungai
Brantas) yang merusak tebing sungai, di Desa Mranggen Kecamatan Purwoasri
Kabupaten Jombang, penambangan pasir di daerah badan sungai di Kelurahan
Semampir Kota Kediri, di Kabupaten Mojokerto, dan penambang pasir liar di
Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri (Perum Jasa Tirta 2010).
Berdasarkan hasil survai Perum Jasa Tirta I (2000), volume penambangan
pasir di Sungai Brantas yang terdapat di Kota Kediri hingga Sidoarjo yakni sekitar
2,3 juta m³ per-tahun. Penambangan pasir di Brantas terus meningkat hal ini
seperti ditunjukkan dari hasil survai antara Kediri sampai Mojokerto pada tahun
1984 volume penambangan pasir berjumlah 0.5 juta m3/tahun, pada tahun 1986
6
meningkat mencapai 1 juta m3/tahun dan pada tahun 2000 menjadi 1,65 juta
m3/tahun. Hasil survai menunjukkan terdapat sekitar 108 lokasi penambangan,
yang terdiri dari 181 belt conveyor, 51 perahu, 3 dredger/kapal keruk, 2 sand
pump, 1 crushing plant dan 2.472 penambang pasir (Perum Jasa Tirta I 2000).
Berdasarkan kesepakatan antara Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota
Kediri, Satpol PP, Disperindagtamben (Dinas Perndustrian, Perdagangan,
Pertambangan, dan Energi) Kota Kediri tahun 2009, bahwa pada prinsipnya
penambangan galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai Brantas, tidak
diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional. Sejak tahun 2009 tim
pengawas dan keamanan bahan galian C Sungai Brantas Kota Kediri tidak
memberikan rekomendasi izin penambangan pasir dengan alasan dasar Sungai
Brantas sudah turun 4-6 meter yakni dapat dilihat pada Tabel 1
(Disperindagtamben Kota Kediri 2009).
Sejak pertambangan pasir tidak diberi izin, tim gencar melakukan razia
penambang pasir illegal. Hal tersebut dikarenakan masih banyak para penambang
pasir yang tetap melakukan aktivitas penambangan pasir di DAS Brantas
meskipun sudah dilarang. Tim juga memasang portal-portal jalan yang menjadi
akses masuk ke wilayah penambang pasir. Pada 2010 terbentuklah tim
pengamanan Sungai Brantas Kota Kediri yang mempunyai program alih profesi
penambang pasir sebagai solusi bagi mantan penambang pasir
(Disperindagtamben Kota Kediri 2009).
7
Tabel 1. Penurunan Dasar Sungai Brantas Kota Kediri tahun 2008
No.
Patok
Batas
(KB)
Dasar
Sungai
Rencana
(meter)
Dasar Sungai
Terendah
Tahun 2008
(meter)
Tanggul
(meter)
Penurunan
Dasar
Sungai
(meter)
Kiri Kanan 2008
1. 125 53,979 53,319 59,213 59,331 0,660
2. 126 55,744 50,323 59,862 59,587 5,421
3. 127 56,982 51,375 60,145 60,047 5,607
4. 128 57,838 53,875 61,841 61,433 3,963
5. 129 57,893 54,440 62,473 62,005 3,453
6. 130 58,163 52,662 62,922 62,409 5,501
7. 131 58,478 55,456 63,197 62,408 3,022
8. 132 59,242 55,538 64,900 63,818 3,884
9. 133 59,220 56,150 65,278 65,368 3,070
10. 134 59,400 55,828 65,593 64,791 3,572
11. 135 60,846 55,300 65,703 65,664 5,546
12. 136 61,437 57,063 66,473 67,060 4,374
13. 137 62,422 55,288 67,484 67,378 7,134
14. 138 62,526 53,897 68,237 68,148 8,629
15. 139 63,919 57,367 68,930 68,579 6,552
16. 140 64,505 57,367 69,277 69,209 7,138
17. 141 65,339 60,337 69,540 70,157 5,002
18. 142 65,939 59,870 70,543 71,087 6,069
Rata-rata 4,922
Sumber: Perum Jasa Tirta I Kota Kediri, 2012
Menurut Perda Provinsi Jatim No 1 Tahun 2005 Pasal 20 pelanggaran
terhadap penambangan pasir (tidak berizin) diancam hukuman 6 bulan. Undang-
undang No 4 Tahun 2009 Pertambangan mineral, batubara dan penambangan
pasir masuk ke Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dalam Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR) Pasal 158 – penambangan tanpa izin (termasuk IPR) diancam
hukuman 10 tahun dan denda Rp 10 M. Undang-undang No 32 Tahun 2009 Pasal
109 pelanggaran terhadap kegiatan yang seharusnya memiliki izin lingkungan
diancam hukuman 10 tahun. Kurangnya sosialisasi adanya pelarangan
penambangan pasir mengakibatkan masyarakat tambang tidak mengetahui
penambangan pasir yang mereka lakukan adalah illegal. . Permintaan pasir yang
8
tinggi dan keuntungan yang besar dari usaha penambangan pasir membuat
penambang tetap nekat melakukan aktivitas penambangan di sepanjang DAS
Brantas Kota Kediri. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, perumusan masalah
dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri?
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya penambangan pasir di
Kelurahan Semampir Kota Kediri?
3. Berapa besar nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri.
2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang adanya penambangan pasir di
Kelurahan Semampir Kota Kediri.
3. Mengestimasi nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa
Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu atau
pelajaran yang telah didapatkan diperkuliahan Departemen Ekonomi Sumberdaya
9
dan Lingkungan untuk diaplikasikan ke dunia nyata. Diharapkan nantinya dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.
2. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
Pemerintah Kota Kediri sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang
tepat dalam pengelolaan Sungai Brantas. Diharapkan nantinya, service yang di
berikan Sungai Brantas dapat termanfaatkan secara terus menerus guna
kesejahteraan masyarakat.
3. Masyarakat
Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat akan dampak-
dampak yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas penambangan pasir illegal
khususnya masyarakat Kota Kediri. Diharapkan nantinya masyarakat dapat
menambah pengetahuan masyrakat khususnya tentang penambangan pasir.
1.5 Batasan Penelitian
Hal-hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Wilayah dan obyek penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir,
Kecamatn Kota, Kota Kediri Provinsi Jawa Timur.
2. Menghitung nilai manfaat dari penambangan pasir dilakukan dengan
menghitung penerimaan/ pendapatan pengusaha tambang pasir, pendapatan
buruh tambang pasir, pendapatan supir truk, kuli angkut pasir, serta
keamanan/ preman-preman yang secara tidak langsung juga merasakan
manfaat dari adanya penambangan pasir illegal.
3. Penilaian besarnya nilai dampak akibat penambangan pasir illegal yakni
menghitung nilai lapisan pasir yang hilang, kerusakan jalan, pendapatan Kota
10
Kediri yang hilang, dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan tebing
sungai dan pemasangan groundsil untuk perbaikan jembatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2012 tentang pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS), DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satukesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Menurut Suprayogo (2011), bentuk DAS akan mempengaruhi debit
pengaliran, pola banjir dan debit banjir. Beberapa bentuk DAS yang terdapat di
Indonesia diantaranya:
1. Berbentuk bulu burung, disebut demikian karena jalur anak sungai di kiri
kanan sungai utama langsung mengalir ke sungai utama. DAS seperti ini
mempunyai debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi
berlangsung relatif lama. Hal ini karena waktu tiba banjir dari anak-anak
sungai berbeda-beda.
2. Berbentuk menyebar (radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana
anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan
karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik
pertemuan anak-anak sungai,
3. Berbentuk sejajar (pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana dua
jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik
12
demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik
pertemuan sungai.
2.2 Pertambangan Bahan Galian Golongan C
Menurut Badan Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL
(BAPEDAL) 2001, bahan galian seringkali dibedakan menjadi tiga kelompok
besar, yakni bahan galian metalliferous, nonmetalliferous dan bahan galian yang
digunakan untuk bahan bangunan atau batuan ornamen. Kelompok bahan galian
metalliferous antara lain adalah emas, besi, tembaga, timbal, seng, timah, mangan.
Bahan galian nonmetalliferous terdiri dari batubara, bauksit, trona, borak, asbes,
talk, feldspar dan batuan pospat. Bahan galian untuk bahan bangunan dan batuan
ornamen termasuk didalamnya slate, marmer, kapur, traprock, travertine, dan
granite.
Berdasarkan peraturan pemerintah No 27 Tahun 1980, mineral (bahan
galian) diklasifikasikan menjadi 3 golongan yakni:
1. Golongan bahan galian yang strategis (A) adalah: minyak bumi, bitumen
cair, lilin bumi, gas alam; bitumen padat, aspal; antrasit, batu bara, batu bara
muda; uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya;
nikel, koblat dan timah.
2. Golongan bahan galian yang vital (B) adalah: besi, mangan, molobden,
khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas,
platina, perak, air raksa, intan; arsenm antimony, bismut; yttrium,
rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya; berillium, korundum;
zircon, kristal kwarsa; kriolit, fluorspar, barit; yodium, brom, klor dan
belerang.
13
3. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah:
nitrat, pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
yarosit, leusit, tawas, oker; batu permata, batu setengah permata; pasir
kwarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit,
tanah diatome, tanah serap; marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit, kalsit;
granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti
ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005
pertambangan bahan galian golongan C di sungai dan kantong-kantong pasir yang
selanjutnya disebut pertambangan adalah usaha pengambilan bahan galian
golongan C di sungai. Bahan galian C di sungai adalah bahan galian yang berupa
pasir, kerikil dan batu yang ditambang dari sungai.
2.2.1 Dampak positif penambangan bahan galian C
Segala bentuk kegiatan ekonomi selain menghasilkan manfaat dapat pula
menghasilkan kerugian atau dampak negatif. Salah kegiatan ekonomi yang dapat
menimbulkan manfaat dan dampak adalah kegiatan ekonomi bidang
pertambangan. Pasir dan kerikil merupakan salah satu bahan/ material tambang
utama dalam kegiatan konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi ataupun
perumahan sederhana. Bahan galian tersebut termasuk dalam bahan galian
golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis (A)
dan bahan galian vital (B), namun merupakan sumberdaya alam yang memiliki
peran penting dalam mendukung kegiatan pembangunan suatu wilayah.
14
Dampak positif adalah manfaat yang ditimbulkan dari penambang bahan
galian golongan C, diantaranya:
1. Terserapnya tenaga kerja, yakni dengan adanya penambangan pasir pengusaha
tambang dapat mempekerjakan buruh tambang pasir, sopir truk, kuli angkut
pasir dan lain-lain.
2. Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha
membayar retribusi dari iuran-iuran lain
3. Terpenuhinya kebutuhan akan sumberdaya pasir, yang dapat digunakan sebagai
bahan dasar pembangunan. Sehingga pasir berperan penting dalam
pembangunan.
2.2.2 Dampak Negatif Penambangan Bahan Galian C
Aktivitas penambangan pasir dan atau kerikil memiliki potensi untuk
merusak lingkungan yang hampir sama dengan bahan galian yang lain. Hal
tersebut dikarenakan penambangan pasir dan/atau kerikil adalah penambangan
yang secara teknis mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan
yang sederhana (manual) hingga menggunakan alat berat (mekanik). Faktor-faktor
seperti penambangan tanpa memperhatikan teknis, cara menambang yang tidak
benar, penambangan tanpa izin di bantaran sungai merupakan beberapa faktor
penyebab kerusakan lingkungan.
Dampak negatif atau kerusakan lingkungan yang disebabkan adanya
penambangan galian C, diantaranya:
1. Perubahan fungsi dan tata guna lahan, kegiatan penambangan bahan galian C
akan merubah tata guna lahan serta produktivitas lahan di lingkungan sekitar
kawasan penambangan.
15
2. Peningkatan erosi dan sedimentasi, kegiatan pembukaan lahan, pembangunan
jalan operasional, dan tahap operasional khusus untuk penambangan pasir di
darat akan mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi. Penempatan tanah
penutup pada tahap pembangunan jalan operasional dan tahap operasi yang
tidak dilakukan dengan baik akan mudah tererosi air hujan dan akhirnya akan
terbawa aliran air hujan ke daerah yang lebih rendah sehingga akan
menimbulkan sedimentasi pada daerah tersebut.
3. Penurunan kualitas air, penambangan pasir akan menimbulkan penurunan
kualitas air. Terutama pada tahap operasi (penambangan).
4. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Mobilisasi truk
pengangkut pada saat pengangkutan material sebelum konstruksi, pembuatan
jalan operasional, pembangunan sarana pendukung dan pada saat
pengangkutan bahan galian pada tahap operasi merupakan sumber kegiatan
yang dominan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas udara akibat debu
dan emisi gas dari truk pengangkut serta terjadinya peningkatan kebisingan.
2.3 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Sungai
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), ekosistem sungai memiliki
beberapa fungsi dan manfaat yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan
kehidupan makhluk hidup. Fungsi sungai yang terpelihara dengan baik akan
memberikan manfaat yang banyak kepada lingkungan sekitarnya. Berikut
disajikan fungsi dan manfaat sungai:
2.3.1 Fungsi sebagai Saluran Eko-Drainase (Drainase Ramah Lingkungan)
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), eko-drainase diartikan
sebagai suatu usaha membuang atau mengalirkan air kelebihan ke sungai dengan
16
waktu seoptimal mungkin, sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah
kesehatan dan banjir di sungai akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan
waktu mencapai debit puncak. Sungai dalam suatu sistem sungai (river basin)
merupakan komponen eko-drainase utama pada basin yang bersangkutan.
Bentuk dan ukuran alur sungai alamiah, dalam kaitannya dengan eko-
drainase, merupakan bentuk yang sesuai dengan kondisi geologi, geografi, ekologi
dan hidrologi daerah tersebut. Sungai-sungai alamiah mempunyai bentuk yang
tidak teratur, bermeander dengan berbagai terjunan alamiah, belokan dan lain-lain.
Bentuk-bentuk ini pada hakekatnya berfungsi untuk menahan air supaya tidak
dengan cepat mengalir ke hilir serta menahan sedimen. Di samping itu juga dalam
rangka memecah atau menurunkan energi air tersebut.
2.3.2 Fungsi sebagai Saluran Irigasi Alamiah
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), dalam perencanaan
bangunan irigasi teknis, sungai yang ada dapat dipakai sebagai saluran irigasi
teknis, jika dari segi teknis memungkinkan. Kehilangan air di saluran dengan
menggunakan sungai kecil, lebih sedikit daripada menggunakan saluran tanah
buatan, karena pada umumnya porositas sungai relatif rendah mengingat adanya
kandungan lumpur dan sedimen yang relatif tinggi.
2.3.3 Fungsi Ekologi
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), komponen ekologi sungai
adalah flora dan fauna pada daerah badan, tebing dan bantaran sungai. Sehingga
kondisi habitat yang sangat kaya akan flora dan fauna tersebut dapat dijadikan
indikator kondisi ekologi sungai. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi
17
sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen,
yang sangat vital dalam menunjang ekosistem sungai.
Apabila fungsi-fungsi di atas berjalan dengan baik, maka sungai akan
memberikan manfaat dalam berbagai hal, antara lain sebagai penyedia air,
prasarana transportasi, penyedia tenaga, penyedia material, sarana pengaliran
(drainase), dan sarana rekreasi, serta sarana pendidikan dan penelitian. Bila
dijabarkan lebih detail sesuai dengan aktivitas keseharian manusia, maka manfaat
sungai diantaranya sebagai sumber air baku air minum (PDAM), sumber air bagi
pengairan wilayah pertanian atau irigasi, sumber tenaga listrik untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA), sarana pendidikan dan penelitian, sumber tambang
galian C (pasir,kerikil) dan lain-lain.
2.4 Analisis Cost-Benefit
Menurut Hafidh (2010), analisisis manfaat-biaya merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan
suatu proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta
manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam
analisis cost-benefit perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipsahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang
penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini
adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu cost-
benefit (manfaat-biaya).
Menurut Reksohadiprojo (2001), Analisis manfaat dan biaya digunakan
untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber yang
langka tersebut dapat digunakan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak
18
program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia
sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-
sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi
kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk
membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.
2.4.1 Konsep Biaya (Cost)
Menurut Nurmalina (2010), secara umum biaya didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang mengurangi tujuan suatu proyek. Komponen biaya tersebut
pada dasarnya terdiri dari:
1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan dan pada saat tertentu memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian.
Contoh: tanah, gedung dan sarana prasarana, mesin dan peralatan dan lain-lain..
2. Biaya Operasional
Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan, dan
laninya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang
digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi.
Biaya operasional terdiri dari dua komponen utama yakni:
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan
produksi atau penjualan tiap tahun. Contoh: bahan mentah atau setengah jadi
untuk diproses menjad barang jadi, solar dan lain-lain.
19
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan tiap tahunnya. contoh: upah
tenaga kerja, listrik, pajak, retribusi dan lain-lain.
Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang
semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1996). Menurut Suratiyah
(2008), biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.
Biaya tetap, misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel,
misalnya pengeluaran untuk bibit dan tenaga kerja untuk keluarga. Biaya tunai ini
berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. Biaya
tidak tunai adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri.
2.4.2 Konsep Manfaat (Benefit)
Menurut Nurmalina (2010), manfaat terdiri dari dua macam yaitu:
1. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur pada umunya. Contoh:
keuntungan dari penjualan produk, peningkatan keuntungan akibat
peningkatan kualitas.
2. Tangible benefit manfaat yang riil ada tapi sulit diukur. Contoh: keindahan,
kesegaran, kenyamanan.
2.4.3 Penerimaan
Menurut Soekartawi (1986), penerimaan adalah total nilai produk yang
dijalankan yang merupakan hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan
harga atau nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani tersebut (P x
Q). Istilah lain adalah pendapatan kotor yang diterima oleh pengusaha belum
termasuk pengurangan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha.
20
2.4.4 Pendapatan
Menurut, Soekartawi (1986) pendapatan adalah selisih antara penerimaan
dengan biaya yang dikeluarkan, untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani
akibat penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan merupakan nilai bersih
atau manfaat bersih yang diterima oleh pengusaha. Manfaat tersebut merupakan
pengurangan dari penerimaan yang diterima dan biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh pengusaha.
2.4.5 Efisiensi
Menurut Suratiyah (2008), efisiensi usaha dapat dilihat melalui nilai R/C.
R/C dapat diketahui dari hasil perbandingan antara penerimaan total dengan biaya
total dalam satu kali periode produksi suatu usaha. Indikator keberhasilan suatu
usaha dapat dilihat dari nilai R/C atau analisis imbangan penerimaan dan biaya.
R/C melihat seberapa besar pengeluaran memberikan manfaat (penerimaan)
semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin menguntungkan atau tidak suatu
usaha dijalankan.
Nilai R/C > 1 maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat dikatakan
efisien, karena kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan penerimaan
yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 maka kegiatan usaha
yang dilakukan dapat dikatakan tidak efisien, karena kegiatan usaha yang
dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada
pengeluarannya. Nilai R/C = 1 maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat
dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena
penerimaan yang diterima oleh pengusaha akan sama dengan pengeluaran yang
dikeluarkan oleh pengusaha.
21
2.4.6 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial
Menurut Nurmalina (2010), analisis kelayakan investasi ada dua macam
yakni analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial adalah analisis
yang menilai suatu proyek dari sudut pandang secara individual atau orang yang
berkaitan langsung dengan proyek tersebut (investor), yang menanamkan modal
maupun manajer yang terlibat dalam proyek. Analisis ini bertujuan untuk
memperhitungkan besarnya insentif bagi orang yang turut serta dalam
pelaksanaan proyek.
Analisis ekonomi merupakan suatu kegiatan investasi dilihat dari sudut
pandang masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi
adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua
sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagian
keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan
siapa dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut.
2.5 Penilaian Ekonomi
Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), penilaian ekonomi
diperlukan sebagai bagian dari perencanaan pemanfaatan ekosistem sungai, guna
mengetahui keuntungan dan kerugian yang akan terjadi dalam aktivitas
pemanfaatan tersebut. Keuntungan dan kerugian di sini dimaksudkan sebagai
keuntungan atau kerugian yang dapat dialami oleh masyarakat maupun dalam
konteks mempertahankan fungsi suatu ekosistem.
Setiap pemanfaatan sumber daya yang mampu mengubah peruntukannya,
dapat memberikan manfaat nyata yang lebih besar daripada biaya yang harus
dikeluarkan. Identifikasi fungsi dan manfaat kualitatif potensi dampak
22
pembangunan terhadap ekosistem dapat menggunakan berbagai metode. Metode
yang digunakan dalam menghitung nilai ekonomi suatu ekosistem tergantung dari
sifat penggunaannya, apakah bersifat ekstraktif atau tidak.
Pemanfaatan sumber daya alam dikategorikan bersifat ekstraktif apabila
pemanfaatan itu dapat mengurangi jumlah persediaan sumber daya yang ada.
Kegiatan ekstraktif adalah kegiatan pengambilan sumber daya alam tanpa disertai
pemulihan. Penggunaan bersifat ekstraktif, perhitungan dilakukan dengan
pendekatan harga pasar, yaitu menggunakan harga jual yang memang ada untuk
komoditi yang dihitung.
2.6 Penelitian terdahulu
Dyahwanti (2007) meneliti tentang kajian dampak lingkungan kegiatan
penambangan pasir pada daerah sabuk hijau gunung sumbing di Kabupaten
Temanggung. Dampak negatif dari kegiatan penambangan pasir yang tidak
memperhatikan konservasi tanah dan air menyebabkan kerusakan lingkungan
diantaranya, lahan yang rawan longsor, adanya sedimentasi pasir di sungai,
potensi terjadinya banjir, hilangnya bahan organik tanah, rusaknya jalan desa, dan
lahan menjadi kritis. Dampak positif diantaranya adanya peningkatan pendapatan
dari buruh tani menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, peningkatan
kesejahteraan bagi pemilik tanah, pengurangan angka pengangguran, peningkatan
pemasukan bagi desa, dan keuntungan bagi masyarakat pada umumnya berupa
pembangunan beberapa fasilitas umum seperti masjid, gapuro, penerangan jalan
dan sebagainya. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penambangan pasir
sebesar Rp 7.705.580.000,- jauh lebih kecil dibandingkan nilai kerugian
lingkungan sebesar Rp.11.562.200.000. Pada penelitian ini terdapat kesamaan
23
yakni sama-sama menganalisis dan menilai dampak positif dan dampak negatif
penambangan pasir. Perbedaannya adalah penambangan ini dilakukan secara legal
sedangkan penambangan pasir di Kelurahan Semampir Kota Kediri dilakukan
secara illegal.
Yudhistira. (2008) meneliti tentang kajian dampak kerusakan lingkungan
akibat kegiatan penambang pasir di daerah kawasan gunung merapi di desa
keningar, Kecamatan Dukun, Kebupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor,
kurangnya debit air permukaan/ mataair, rusaknya jalan dan polusi udara.
Sementara dampak sosial ekonominya yakni, penyerapan tenaga kerja dikarena
sebagian masyarakat bekerja di penambangan pasir. Persamaan dengan penelitian
ini yakni sama-sama merasakan dampak negatif yakni rusaknya tebing sungai dan
jalan. Perbedaannya yakni pada penelitian ini penulis mnghitung besarnya total
dugaan nilai erosi. Besarnya total nilai dugaan erosi yakni = 7830401,90 +
935674,09 = 8766076 ton/ tahun.
Harlan (2011), meneliti tentang nilai guna ekonomi dan dampak
penambangan pasir di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Total nilai guna
dari kegiatan penambangan pasir adalah sebesar Rp 4.368.750.000. Terdiri dari
nilai guna langsung (pendapatan pengusaha pasir dan penambangan pasir) dan
nilai guna tidak langsung (pendapatan sopir dan buruh pengangkut pasir). Nilai
kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan pasir diperoleh dari nilai
kerugian ekologi dan nilai kerugian ekonomi, termasuk hilangnya produksi padi
yaitu sebesar Rp 15.604.438.978,6. Persamaan dari penelitian Harlan yakni sama-
sama menghitung nilai manfaat dan kerugian akibat penambangan. Perbedaannya
24
yakni pada penelitian Harlan menyertakan kerugian nilai ekologi, sementara
penelitian ini hanya menghitung nilai kerugian ekonomi saja.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Sumber daya pasir merupakan jenis bahan galian C yang memiliki peran
penting bagi masyarakat. Oleh karena itu, pasir sangat menguntungkan untuk
diusahakan. Hal tersebut dikarenakan pasir memiliki peran penting guna
pembangunan. Pembangunan yang semakin meningkat menyebbkan kebutuhan
akan sumber daya pasir semakin meningkat. Kebutuhan akan sumber daya pasir
yang meningkat menyebabkan kegiatan usaha tambang semaik meningkat.
Kegiatan penambangan pasir dapat dilakukan di darat dan di sungai.
Salah satu bentuk usaha penambangan pasir yang berada di sungaiyakni
penambangan pasir di Kelurahan Semampir. Usaha penambangan pasir
memberikan manfaat bagi pengusaha tambang pasir. Manfaat lain yang diperoleh
yakni pendapatan yang diperoleh oleh pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
penambangan. Manfaat tersebut diantaranya pendapatan yang diterima buruh
tambang pasir, sopir truk, kuli angkut pasir.
Usaha penambangan pasir yang menguntungkan menyebabkan para
penambang pasir tetap melakukan aktivitas penambangan di Sungai Brantas
meskipun sejak tahun 2009 aktivitas penambangan pasir di sepanjang DAS
Brantas telah dilarang oleh pemerintah Kota Kediri. Aktivitas penambangan
tersebut terus terjadi dan semakin tak terkendali. Apabila pasir terus dieksploitasi
maka akan berdampak besar bagi ekosistem sekitar sungai yang merugikan
masyarakat. Dampak tersbut diantaranya 1). Hilangnya lapisan pasir dasar sungai,
2). Rusaknya jalan sekitar area tambang karena sering dilalui truk pengangkut
pasir, 3). Hilangnya pendapatan pemerintah, yakni dari retribusi pasir yang
menjadi pendapatan pemerintah, 4). Rusaknya fasilitas – fasilitas umum seperti
26
jembatan dan tebing sungai 5). Menurunnya kualitas udara dan kebisingan yang
ditimbulkan truk pengangkut pasir ataupun mesin diesel penyedot pasir.
Melihat nilai manfaat dan dampak yang diakibatkan adanya penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semampir perlu dilakukan suatu perhitungan.
Perhitungan tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan besar nilai
manfaat dan dampak negatif akibat penambangan pasir. Penilaian tersebut
nantinya dapat memberikan manfaat khususnya kepada pemerintah dalam hal
pengambilan kebijakan. Tahap-tahap dalam perhitungan nilai manfaat dan
dampak yang ditimbulkan akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir dapat dilihat pada kerangka alur pemikiran pada Gambar 3:
27
Sumber: Penulis, 2012
Gambar 3. Kerangka Alur Pemikiran
Pemanfaatan
Semberdaya Alam
Penambangan Pasir
Identifikasi Kegiatan
Penambangan Pasir
dan Pihak – Pihak
yang Terlibat
Kronologis
Pelarangan
Penambangan Pasir
di Sungai Brantas
Kota Kediri
Proses dan Jenis
Penambangan Pasir
Illegal
Dampak Positif:
Ketersediaan Lapangan
Kerja
Pemenuhan Kebutuhan
pasir guna
Pembangunan
Dampak Negatif:
Hilangnya Lapisan pasir
Rusaknya jalan
Pendapatan Pemerintah
yang Hilang
Kerusakan Fasilitas umum
seperti Jembatan dan
Tebing Sungai
Penilaian Dampak Positif:
Penilaian Manfaat
Pihak-pihak yang
Terlibat dalam
Akivitas Penambangan
Penilaian Dampak Negatif:
Penilaian Hilangnya Lapisan
pasir
Penilaian Rusaknya jalan
Penilaian Pendapatan
Pemerintah yang Hilang
Penilaian Kerusakan Fasilitas
umum seperti Jembatan dan
Tebing Sungai
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir, Kota Kediri, Provinsi
Jawa Timur. Peta Lokasi penelitian ini disajikan pada Lampiran 1. Pengambilan
data dilakukan selama lima bulan yakni dari bulan april hingga september 2012.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan jumlah
penambang pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Penambangan pasir
illegal yang terdapat di Kelurahan Semampir merupakan penambangan pasir
illegal dengan jumlah terbanyak di Kota Kediri. Kegiatan tersebut telah
menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan dan dampak negatif
terhadap masyarakat sekitar.
4.2 Jenis dan Sumberdata
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan panduan
kuisioner terhadap penambang pasir dan masyarakat daerah sekitar penambangan
pasir di Kelurahan Semampir. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan
data yang terkait aktivitas penambangan di sekitar DAS Brantas Kelurahan
Semampir. Studi literatur dilakukan diantaranya dengan cara pengumpulan data
dari pemerintah daerah setempat, buku, internet, dan literatur-literatur lain yang
mendukung. Pengambilan data diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti Satpol
PP, Disperindagtamben, Perum Jasa Tirta I dan lembaga lain yang terkait dengan
penelitian.
29
4.3 Penentuan Jumlah Responden
Metode pengambilan atau penentuan responden untuk diwawancara
dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling.
Purposive sampling yaitu memilih dengan sengaja responden dengan kriteria
tertentu. Pengambilan data primer melalui pihak-pihak yang terkait kegiatan
penambangan pasir, masyarakat sekitar serta tokoh masyarakat. Nilai manfaat
diperoleh dari wawancara dengan para pengusaha pasir, penambang pasir guna
mengetahui manfaat penambangan pasir.
Penilaian dampak negatif dilakukan dengan menggunakan data sekunder
dari dinas – dinas terkait dan data primer dari para penambang pasir. Guna
mengetahui kondisi lingkungan sekitar area tambang, dilakukan wawancara
dengan panduan kuisioner kepada masyarakat sekitar area tambang. Jumlah
responden yang diambil sebanyak 50 orang.
4.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data-data yang diperoleh
diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dilakukan dengan bantuan
Microsoft Excel 2007. Metode analisis data digunakan untuk menjawab tujuan
dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
30
Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data
No. Tujuan Penelitian Sumber
Data
Metode Analisis
data
Jenis
Data
1.
Mengidentifikasi proses
dan pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan
penambang pasir illegal di
Kelurahan Semampir,
Meliputi jenis dan proses
penambangan, serta pihak-
pihak yang terlibat.
Perusahaan
dan Dinas
Instansi
terkait
Analisis deskriptif Data
sekunder
dan
primer
2. Mengkaji dampak yang
ditimbulkan akibat adanya
penambangan pasir illegal
di Kota Kediri.
Perusahaan
dan Dinas
Instansi
terkait
Analisis deskriptif Data
sekunder
dan
primer
3. Mengidentifikasi persepsi
masyarakat tentang
keberadaaan penambang
pasir illegal dan kondisi
lingkungan di Kelurahan
Semampir.
Masyarakat
sekitar area
tambang
Analisis deskriptif
dan kuantitatif
dengan Microsoft
Office Excel
Data
primer
4. Mengestimasi nilai
manfaat dan dampak
negatif dari adanya
penambangan pasir illegal
di Kota Kelurahan
Semampir.
Perusahaan
dan dinas
terkait
Analisis deskriptif
kualitatif dan
kuantitatif dengan
Microsoft Office
Excel
Data
sekunder
dan
primer
Sumber: Data primer (diolah), 2012
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer
dengan program Microsoft Office Excel 2007. Metode analisis yang digunakan
berdasarkan Tabel 2 adalah analisis penambangan pasir, analisis persepsi
masyarakat, analisis manfaat dan dampak penambang pasir. Umur usaha
penambangan pasir dalam penelitian ini diambil berdasarkan umur teknis mesin
atau perahu sebagai investasi yang paling penting dalam penambangan pasir,
31
yakni selama 5 tahun. Jenis output yang dihasilkan adalah pasir. Tingkat diskonto
yang digunakan berdasarkan suku bunga deposito rata-rata bank yang ada di
Indonesia bulan Januari – Februari 2013 sebesar 5.45%.
4.5.1 Persepsi Masyarakat
Menganalisis persepsi responden digunakan analisis deskriptif. Metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuannya yakni
ingin mengetahui persepsi masyarakat tentang keadaan lingkungan sekitar areal
tambang yang dapat diperkuat dengan adanya pengetahuan dan pengalaman.
Persepsi responden terhadap keadaan lingkungan dan sosial akibat adanya
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota Kediri
dimulai dengan skala tertinggi yaitu 1 kondisi lingkungan baik, 2 kondisi
lingkungan sedang, 3 Kondisi lingkungan buruk. Analisis mengenai persepsi
dilakukan dengan mentabulasikan data dengan bantuan program Microsoft Excel
200, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis deskriftifkan.
4.5.2 Estimasi Nilai Manfaat
Nilai manfaat yang dimaksud adalah manfaat yang diperoleh pihak-pihak
yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir. Pihak-pihak yang memperoleh
manfaat diantaranya pengusaha pasir, kuli angkut pasir, sopir truk, buruh tambang
pasir. Nilai tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
PP = (Hp – Bp) x 300
UB = ub x 300
Dimana :
PP : pendapatan pengusaha pasir dalam se-tahun
32
Hp : harga pasir
Bp : biaya penambangan pasir
UB : upah buruh tambang pasir dalam pe-tahun
ub : upah buruh tambang pasir per-hari
300 : jumlah hari kerja dalam se-tahun
4.5.3 Estimasi Dampak Negatif
Menurut Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) nomor 13 tahun
(2011), kerugian atau dampak negatif akibat suatu usaha pemanfaatan sumber
daya adalah biaya yang diperlukan untuk menanggulangi pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup serta memulihkan kondisi lingkungan hidup.
Pendapatan yang hilang (forgone eaenings) adalah nilai ekonomi dari pendapatan
masyarakat/ pemerintah yang berkurang atau hilang sebagai akibat tercemarnya
dan atau kerusakan lingkungan.
Konsep penilaian konsep future value dilakukan untuk mengetahui
penilaian/ harga kerugian dimasa mendatang dengan rumus:
F = P (1 + i)n
Dimana:
F : biaya di tahun akan datang
P : tetapan biaya di tahun sekarang
i : suku bunga
n : lama waktu
Dampak ekonomi dari adanya aktivitas penambangan pasir yakni
hilangnya PAD Kota Kediri. Aktivitas penambangan yang seharusnnya sudah
33
tidak beroprasi sejak tahun 2009 tetap dilakukan, sehingga pendapatan retribusi
yang harusnya diperoleh pemerintah Kota Kediri hilang. Nilai tersebut dapat
ditulis secara matematis sebagai berikut:
NK1= Tk x ∑Jk x 300
Dimana:
NK1 : nilai kerugian (Rp)
Tk : tarif karcis retribusi per truck (Rp/truk)
∑Jk : jumlah truk per hari (truk)
300 : asumsi dalam 1 tahun penambang bekerja selama 300 hari
Penghitungan nilai ekonomi pasir yang hilang diambil dari keuntungan
yang diperoleh pengusaha tambang pasir. Hal tersebut dilakukan karena
keuntungan menggambarkan nilai atau harga bersih pasir. Diperoleh dari
pengurangan keuntungan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
pengambilan pasir. Perhitungan nilai pasir yang hilang menggunakan keuntungan
yang diperoleh pengusaha tambang. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis
sebagai berikut:
NK2= Kp x ∑Jp x 300
Dimana:
NK2 : nilai kerugian (Rp)
Kp : keuntungan pengambilan pasir per m³ (Rp/ m³)
∑Jp : jumlah pasir yang diambil per hari (m³)
300 : asumsi dalam 1 tahun penambang bekerja selama 300 hari
34
Lalu lintas truk besar yang mengangkut bahan galian dalam jumlah banyak
lambat laun berakibat pada rusaknya jalan di sektar kelurahan Semampir. Metode
yang dapat digunakan adalah replacement cost (biaya pengganti). Replacement
cost menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan yang
rusak akibat lalu lintas truk yang besar. Nilai tersebut dapat ditulis secara
matematis sebagai berikut:
NK3 = l x p x Ba
Dimana:
NK3 : nilai kerugian (Rp)
l : lebar jalan yang rusak (m)
p : panjang jalan yang rusak (m)
Ba : biaya aspal (m2)
Dampak lain yang diterima masyarakat yakni biaya tambahan yang harus
dikeluarkan masyarakat atau dinas terkait, akibat kerusakan jembatan dan tebing
sungai yakni melalui data sekunder. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis
sebagai berikut:
NK4 = Bp x bp
Dimana:
NK4 : nilai kerugian (Rp)
Bp : biaya perbaikan (Rp)
bp : banyaknya perbaikan
Nilai total dampak sosial yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas
penambangan pasir illegal secara matematis dapat ditulis:
35
TNK= NK1 + NK2+ NK3+ NK4
Dimana:
TNK : total nilai kerugian (Rp)
NK1 : dampak terhadap PAD
NK2 : dampak terhadap nilai ekonomi pasir
NK3 : kerugian jalan yang rusak
NK4 : kerugian kerusakan fasilitas umum
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota
Kediri. Penambangan pasir di Kota Kediri dilakukan dibeberapa Kelurahan lain
diantaranya di Kelurahan Banjarmlati, Kelurahan Bandar Kidul, dan Kelurahan
Manisrenggo. Penambangan dengan jumlah terbanyak yakni penambangan yang
terdapat di Kelurahan Semampir.
5.1.1 Kota Kediri
Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas
wilayah Kota Kediri yakni sebesar 63,40 Km². Secara geografis , Kota Kediri
terletak di antara 111,05 derajat-112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55
derajat lintang selatan dengan luas 63,404 Km². Aspek topografi Kota Kediri
terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat
kemiringan hingga 40%. Sebagian besar wilayah Kota Kediri merupakan dataran
rendah dengan luas wilayah memanjang (linier). Kota kediri terbelah oleh Sungai
Brantas yang membujur dari selatan ke utara sepanjang 7 kilometer. Kota Kediri
merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang mempunyai 2 gunung yaitu :
Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang3.
Bagian barat Sungai Brantas merupakan lahan yang kurang subur yang
sebagian masuk lereng Gunung Klotok yang mempunyai ketinggian 472 meter
dan Gunung Maskumambang yang mempunyai ketinggian 300 meter. Dibagian
timur sungai merupakan lahan yang subur dengan relief tanah relatif datar.
3 (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kediri) diaksess pada 12 November 2012
37
Sungai Brantas di wilayah kota Kediri juga dilintasi sungai-sungai kecil yaitu:
Sungai Kresek, Sungai Karang, Sungai Kedak, Sungai Ngampel. Struktur wilayah
Kota Kediri yang terbelah menjadi dua oleh Sungai Brantas membaginya
amenjadi dua bagian yakni bagian barat dan timur sungai. Wilayah dataran rendah
terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan Kota dan Kecamatan
Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu
Kecamatan Mojoroto4.
Tabel 3. Luas Wilayah Kota Kediri Berdasarkan Kecamatan 2011
No. Kecamatan Luas (Km²) Presentase (%) dari Luas Kota
1 Mojoroto 24,60 38.80
2 Kota 14,90 23.50
3 Pesantren 23,90 37.70
Jumlah 63,40 100.00
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, 2011
Kota Kediri terdri dari 3 Kecamatan yakni Kecamatan Mojoroto,
Kecamatan Kota, dan Kecamatan pesantren. Luas wilayah Kota Kediri dapat kita
lihat pada tabel 3 dimana, Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yakni
Kecamatan Mojoroto (24,6 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu
Kecamatan Kota (14,9 km2). Kecamatan Mojoroto terdiri dari 14 Kelurahan
diantaranya Kelurahan Pojok, Campurejo, Tamanan, Banjarmlati, Bandar Kidul,
Lirboyo, Bandar Lor, Mojoroto, Sukorame, Bujel, Ngampel, Gayam, Mrican dan
dermo. Kecamatan Kota terdiri dari 17 Kelurahan diantaranya, Kelurahan
Menisrenggo, Rejo Mulyo, Ngrongggo, Kali Ombo, Kampung Dalem, Setono
Pande, Ringin Anom, Pakelan, Setonogedong, Kemasan, Jagalan, banjaran,
4 (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kediri) diaksess pada 12 November 2012
38
Ngadirejo, dandangan, Balowerti, Pocanan dan Semampir. Sementara Kecamatan
Pesantren terdiri dari 15 Kelurahan, diantaranya Kelurahan Blabak, Bawang,
Batet, Tosaren, Banaran, Ngletih, Tempurejo, Ketami, Pesantren, Bangsal,
Burengan, Tinalan, pakunden, Singonegaran dan Jamsaren.
5.1.2 Kecamatan Kota
Kecamatan Kota terdiri dari 17 Kelurahan diantaranya, Kelurahan
Menisrenggo, Rejo Mulyo, Ngrongggo, Kali Ombo, Kampung Dalem, Setono
Pande, Ringin Anom, Pakelan, Setonogedong, Kemasan, Jagalan, banjaran,
Ngadirejo, dandangan, Balowerti, Pocanan dan Semampir. Diantara ketiga
Kecamatan tersebut Kecamatan Kota merupakan Kecamatan dengan Kelurahan
terbanyak sedangkan luas wilayahnya paling sedikit. Hal tersebut
menggambarkan Kecamatan Kota mempunyai tingkat kepadatan penduduk paling
tinggi di Kota Kediri.
Konsentrasi penduduk di Kecamatan Kota berdampak pada ledakan
urbanisasi, munculnya perilaku masyarakat yang kurang sehat sehingga memicu
banyak kejahatan dan ketidakmerataan pendapatan. Pemerintah Kota Kediri
dinilai perlu untuk melakukan penyebaran pembangunan dan penciptaan lapangan
kerja secara merata dalam konteks wilayah yang menyebar diseluruh Kota Kediri.
5.2 Kelurahan Semampir
Kelurahan Semampir merupakan salah satu kelurahan yang terletak di
Kecamatan Kota, Kota Kediri. Kelurahan Semampir terdiri dari 5 Rukun Warga
(RW) dan 28 Rukun Tetangga (RT). Jarak Kelurahan Semampir menuju Ibu Kota
Kecamatan sepanjang 4 km, jarak antara Kelurahan Semampir dengan Ibu Kota
Kabupaten sepanjang 1 km. Jarak dari kelurahan menuju Ibu Kota Provinsi
39
sepanjang 110 km, dengan lama waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor
selama 3 jam.
5.2.1 Letak dan Keadaan Geografis
Kelurahan Semampir berbatasan dengan Kelurahan Jong Biru/ Kecamatan
Gampeng Rejo sebelah utara, berbatasan dengan Kelurahan Pocanan/ Kecamatan
Kota sebelah selatan, berbatasan dengan Kelurahan Balowerti/ Kecamatan Kota
sebelah timur dan berbatasan dengan Sungai Brantas sebelah barat. Luas wilayah
Kelurahan Semampir yakni sebesar 72 ha yang terdiri dari luas pemukiman
sebesar 6 ha, dapat dilihat pada Tabel 4. persawahan merupakan
Tabel 4. Luas wilayah Kelurahan Semampir Berdasarkan Penggunaan
Tahun 2011
Uraian Luas (Ha) Prosentase (%) dari Luas
Luas Pemukiman 6 .00 8.33
Luas Persawahan 40.00 55.56
Luas Perkebunan 2.00 2.78
Luas Kuburan 1.00 1.39
Luas Pekarangan 0.00 0.00
Luas Taman 0.00 0.00
Luas Pekantoran 20.00 27.78
Luas Prasarana Umum Lainnnya 3.00 4.17
Luas Wilayah 72.00 100
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kelurahan Semampir 29 November 2011
Kelurahan Semampir merupakan salah satu Kelurahan di Kota Kediri yang
dilewati Sungai Brantas. Keberadaan sungai tersebut memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat sekitar . Manfaat tersebut diantaranya sumber daya air,
sumber daya ikan dan sumber daya pasir bagi masyarakat Potensi tambang
diantaranya batu kali dan pasir. Kapasitas tambang pasir di Kelurahan Semampir
40
sebesar 10 ton per tahunnya dan merupakan kapasitas tambang skala kecil, dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Produksi Bahan Galian Kelurahan Semampir Tahun 2011
Uraian Kapasitas (Ton) Keterangan
Batu Kapur 0.00 Tidak Ada
Pasir 10.00 Kecil
Emas 0.00 Tidak Ada
Kuningan 0.00 Tidak Ada
Aluminium 0.00 Tidak Ada
Belerang 0.00 Tidak Ada
Rata-rata Potensi Bahan Tambang/ Galian 10.00 Kecil
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kelurahan Semampir 29 November 2011
Kelurahan Semampir merupakan salah satu Kelurahan di Kota Kediri yang
letaknya berdekatan dengan pusat kota. Permasalahan seperti kualitas udara dan
kebisingan merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang ada didaerah
tersebut. Pencemaran udara bersumber yang terjadi bersumber dari pabrik yang
berada di Kelurahan Semampir dan kendaraan bermotor yang lalu lalang. Pabrik
dan kendaraan tersebut mengeluarkan asap yang mengandung CO2 yang
menyebabkan efek terhadap kesehatan diantaranya Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA). Masalah kebisingan bersumber dari adanya kendaraan bermotor
yang lalu lalang lebih dari 50%. Kebisingan tersebut masih dalam taraf dampak
ringan sehingga efeknya tidak terlalu mengganggu masyarakat sekitar.
5.2.1 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan semampir pada tahun 2011 sebesar 6.319
jiwa. Terdiri dari jumlah penduduk laki-laki yakni sebesar 3.115 jiwa dan jumlah
penduduk sebesar 3.204 jiwa. Mata pencahariaan pokok masyarakat Kelurahan
Semampir, sebagian besar bermata pencaharian sebagai karyawan perusahaan
41
swasta. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan Semampir berdekatan dengan salah
satu pabrik ternama di Kota Kediri yakni pabrik rokok Gudang Garam. Sehingga,
sebagian besar masyarakat Kelurahan Semampir bermata pencaharian sebagai
pegawai perusahaan swasta.
VI. ANALISIS PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI
BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR
6.1 Kronologis Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas
Menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Kediri, bahwa pada
prinsipnya penambangan Galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai
Brantas, tidak diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional dan hal
tersebut telah dituangkan dalam kesepakatan bersama pada tahun 2009 antara
KLH, Satpol PP dan Disperindagtamben. Menurut Undang-Undang No.4 tahun
2009 pasal 158 dimana setiap orang dilarang melakukan penambangan tanpa ijin
usaha penambangan, ijin usaha penambangan rakyat, ijin usaha pertambangan
khusus dan akan dipidana. Tuntutan pidana bagi aktivitas yang merusak
lingkungan menurut UU No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Kemudian pada tahun 2009, Disperindagtamben telah
membentuk tim pengawas dan pengendalian bahan Galian C Sungai Brantas Kota
Kediri yang tidak memberikan rekomendasi ijin penambangan pasir dengan
alasan dasar Sungai Brantas telah turun 4-6 meter.
Tahun 2010 oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah
Sungai Brantas Nomor 9 tahun 2010, menetapkan penghentian seluruh aktivitas
kegiatan illegal sand mining/ penambangan tanpa ijin di sepanjang Sungai Brantas
dan mengalihkan secepatnya ke kantong-kantong lahar / pasir di Gunung Kelud
sesuai lokasi yang telah ditentukan/ ditunjuk. Perlu dilakukan penyehatan kembali
terhadap profil melintang dan memanjang Sungai Brantas yang dilakukan pihak-
pihak terkait serta memperlancar proses perizinan yang terkait dengan segala
aktifitas kegiatan normalisasi/ penambangan pasir di lokasi. Melihat kondisi
Sungai Brantas dan lingkungannya yang mengalami kerusakan parah dan
43
membahayakan infrastruktur sungai yang ada (baik jembatan, bendungan,
tanggul, dan lain sebagainya).
Tabel 6. Peraturan dan Perundang-undangan Pelarangan Penambangan
Pasir di Sungai Brantas
No Tingkatan Peraturan/ Perundang-undangan
1. Makro Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Meso Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah propinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/ Kota
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2008 tentang Dewan
Sumberdaya Air
3. Mikro Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 tentang
pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian C pada wilayah
sungai di Provinsi Jawa Timur
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum 04/PRT/M/2008 tentang pedoman
Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
Tingkat Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Wilayah Sungai
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 36 tahun 2005 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2005
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.248/KPTS/2009 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Brantas
Sumber: Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor
09/KPTS/TKPSDA.BRANTAS/2010, 2010
6.2 Faktor-faktor Penyebab Kegiatan Penambang Pasir Illegal
Adanya penambangan pasir illegal di Sungai Brantas dikarenakan ada
beberapa faktor yakni faktor dalam dan faktor luar, yaitu sebagai berikut:
6.2.1 Faktor Dalam
Faktor dalam yang dimaksud yakni adanya faktor dari diri penambang
untuk melakukan usaha penambangan pasir. Faktor dalam tersebut diantaranya
44
keinginan/ nafsu dari para pengusaha pertambangan pasir yang ingin memperoleh
keuntungan, pemenuhan kebutuhan ekonomi oleh masyarakat penambang pasir,
dan keterbatasan pendidikan dan keterampilan masyarakat sekitar yang menjadi
buruh tambang dikarenakan menambang pasir merupakan satu-satunya keahlian
mereka.
Penambangan pasir merupakan peluang usaha yang menarik bagi
pengusaha tambang pasir. Pembangunan yang semakin meningkat menyebabkan
kebutuhan akan pasir meningkat dan permintaan akan pasir terus meningkat.
Kualitas pasir di Sungai Brantas Kota Kediri yang cukup baik juga membuat para
pengusaha pasir tetap melakukan aktivitas penambangan pasir.
Semakin mahalnya harga kebutuhan pokok membuat biaya pemenuhan
kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Keterbatasan pendidikan dan
keterampilan masyarakat semakin menambah beban masyarakat Masyarakat
sekitar yang terbiasa turun temurun bertambang pasir di Sungai Brantas
menyebabkan mereka tidak mempunyai keahlian atau keterampilan lain. Pada
akhirnya profesi sebagai buruh tambang pasir tetap dilakukan.
6.2.2 Faktor Luar
Faktor luar adalah faktor yang berasal dari faktor lain diluar diri
penambang pasir. Faktor luar yang meyebabkan adanya aktivitas penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semapir yakni kurangnya sosialisai terkait pelarangan
spenambangan pasir, belum adanya kebijakan alih profesi yang tepat untuk
masyarakat, kebijakan pengalihan penambangan dari Sungai Brantas ke kantong-
kantong lahar/ pasir Gunung Kelud yang kurang tepat, serta kurangnya pegawasan
dan pengamanan terkait penambangan illegal.
45
Sejak tahun 2009 segala aktivitas pertambangan di sepanjang aliran
Sungai Brantas telah dilarang pemerintah Kota Kediri. Kebijakan tersebut kurang
tersosialisasikan kepada masyarakat sehingga banyak masyarakat kurang
mengetahui akan pelarangan tersebut. Pelarangan yang dilakukan pemerintah
tidak disertai pemberian solusi/ kebijakan alih profesi yang tepat bagi para buruh
tambang pasir.
Pada tahun 2010 berdasarkan Keputusan Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor 09 tahun 2010,
merekomendasikan pengendalian illegal sand mining/ penambangan tanpa ijin
dari Sungai Brantas ke kantong-kantong lahar / pasir Gunung Kelud. Kebijakan
tersebut tidak tepat dikarenakan berdampak pada konflik lahan dengan
penambang pasir di kantong-kantong lahar/ pasir Gunung Kelud yang sebelumnya
telah ada. Konflik perebutan lahan menyebabkan para penambang kembali
menambang di Sungai Brantas.
Kebijakan pelarangan penambangan pasir di sepanjang Sungai Brantas
hendaknya diimbangi dengan adanya pengawasan dan pengamanan yang intensif
dan kondusif dari pihak berwajib seperti Satpol PP guna mengurangi jumlah
penambang illegal. Faktor kebocoran informasi razia juga harus diperkecil
sehingga pihak-pihak yang terklibat dalam penambangan illegal dapat benar-
benar dihentikan.
6.3 Jenis Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir
Penambangan illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir, Kecamatan
Kota, Kota Kediri terdiri dari 2 jenis penambangan. Penambangan tersebut
46
diantaranya penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin dan
penambangan secara tradisioanl/ menggunakan perahu.
6.3.1 Penambangan secara Mekanik/ Menggunakan Mesin
Penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin adalah proses
penambangan/ pengambilan pasir menggunakan mesin. Mesin tersebut berfungsi
untuk menyedot pasir dalam skala besar, batu-batu besar yang ada di dasar sungai
juga dapat terangkut. Penambangan ini termasuk merupakan penambangan
modern. Tiap satu mesin dapat menghasilkan 8 hingga 9 truk pasir per hari. Tiap
satu truk pasir memerlukan waktu sekitar tiga jam. Proses penambangan pasir
secara mekanik atau menggunakan mesin dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber: Penulis, 2012
Gambar 4. Proses Penambangan Pasir secara Mekanik/ mesin
Berdasarkan Gambar 4, pasir yang terkumpul diangkut ke atas truk
menggunakan kuli angkut ataupun atau belt conveyor untuk menaikkan ke atas
truk baru samapi ke konsumen. Hasil pasir banyak menyebabkan penambangan
menggunakan mesin/ mekanik semakin meningkat. Penambangan menggunakan
mesin/ mekanik merupakan jenis penambangan yang tidak ramah lingkungan. Hal
tersebut dikarenakan penggunaanya yang berlebih dapat merusak lingkungan
sekitar. Salah satu contohnya adalah dasar sungai semakin menurun yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tebing sungai.
Menggunakan
belt conveyor/
kuli angkut
pasir, pasir
diangkut
menuju truk
Mesin Diesel menyedot pasir dari dasar sungai
Konsumen
Pasir dari dasar sungai yang terangkat
terkumpul dipinggir sungai
47
6.3.2 Penambangan secara Tradisional/ menggunakan Perahu
Penambangan secara tradisonal/ mengunakan perahu yakni para
penambang menggunakan perahu. Perahu digunakan untuk membantu mereka
menuju ke tengah sungai untuk mengabil pasir. Proses penambangan pasir
menggunakan perahu dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber: Penulis, 2012
Gambar 5. Proses Penambangan Pasir secara Tradisional/ perahu
Berdasarkan Gambar 5, para penambang/ buruh tambang pasir
menggunakan perahu menuju ke tengah sungai, kemudian para buruh tambang
menyelam dan mengambil pasir menggunakan cikrak/ wadah ayaman dari bambu.
Pasir yang berhasil didapatkan dikumpulkan di dalam perahu hingga penuh.
Penambang kemudian kembali ke pinggir sungai dan memindahkan pasir dari
perahu ke pinggir sungai menggunakan cangkul dan cikrak. Buruh tambang pasir
dalam sehari bekerja dari pukul 07.00-17.30 WIB dan hasil pasir yang diperoleh
rata-rata 3 truk pasir per hari. Pendapatan yang diperoleh pengusaha tambang
pasir menggunakan perahu lebih sedikit dibanding dengan penambangan
menggunakan mesin. Penambangan menggunakan perahu dapat menghasilkan
Setelah pasir dalam perahu terisi
penuh penambang kembali
menuju pinggir sungai
Konsumen
Pasir yang telah
diambil dari
dasar sungai di
kumpulkan ke
atas perahu
Satu persatu penambang menyelam untuk
mengambil pasir ke dasar sungai
menggunakan cikrak/ ember
Menggunakan perahu penambang menuju ke
tengah sungai
Pasir dipindahkan
ke pinggir sungai
48
maksimal 3 truk pasir /hari sedangkan penambangan menggunakan mesin dapat
menghasilkan sekitar 8 truk pasir /hari untuk satu mesin.
6.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kegiatan Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir
Berikut ini merupakan penjelasan dari pihak-pihak yang terlibat secara
langsung dalam kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota
Kediri:
a. Pengusaha tambang pasir adalah pihak pemilik modal atau merupakan pihak
yang memiliki mesin diesel atau perahu yang digunakan untuk menambang
pasir. Tiap mesin diesel untuk menyedot pasir penambang membeli rata-rata
seharga Rp 40 000 000, dan untuk peralatan penyedot pasir penambang
mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp 5 000 000. Tiap perahunya
penambang membeli rata-rata seharga Rp 20 000 000 dan mesin yang
digunakan untuk menjalankan perahu pengusaha pasir mengeluarkan biaya
rata-rata Rp 4 000 000.
b. Buruh tambang pasir adalah para penambang pasir yang dipekerjakan oleh
pengusaha tambang pasir menggunakan perahu khususnya. Penambangan
pasir menggunakan perahu mempekerjakan buruh tambang pasir untuk
mengambil pasir di sungai.
c. Kuli angkut pasir adalah para kuli yang diupah untuk mengangkut pasir dari
pinggir sungai ke truk-truk pengangkut pasir. Sopir truk adalah sopir-sopir
yang mendistribusikan pasir atau mengankut pasir hingga kekonsumen. Tiap
satu truk rata-rata terdiri dari 2 kuli angkut pasir dan 1 sopir truk pasir. Kuli
angkut pasir dan sopir rata-rata menerima upah sebesar Rp 100 000/truk. Upah
49
Rp 100 000/ truk tebagi atas Rp 60 000 untuk 2 kuli angkut pasir atau Rp 30
00 untuk tiap 1 kuli angkut pasir per truk. Sisanya upah sebesar Rp 40 000
untuk sopir truk pasir untuk tiap truk.
d. Preman/ penjaga keamanan adalah preman-preman atau pihak-pihak yang
berjaga-jaga disekitar area tambang. Preman-preman tersebut memberikan
pungutan liar kepada tiap truk pasir yang keluar area tambang. Tiap truknya
para preman tersebut mengenakan biaya sebesar Rp 50 000.
6.5 Analisis Dampak Kegiatan Penambang Pasir Illegal Kelurahan
Semampir Kota Kediri
Kegiatan penambangan pasir illegal yang dilakukan di Sungai Brantas
Kelurahan Semampir Kota Kediri memiliki dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif dirasakan oleh para pihak yang terlibat dalam aktivitas
penambangan sedangkan dampak negatif dirasakan oleh masyarakat sekitar
ataupun pemerintah yang tidak terlibat dalam kegiatan penambangan tersebut.
6.5.1 Analisis Dampak Positif Penambangan Pasir
Dampak positif merupakan manfaat yang diperoleh dari adanya suatu
kegiatan ekonomi. Dampak positif kegiatan penambangan pasir di Kelurahan
semampir terdiri dari dampak positif terhadap ekonomi dan dampak positif
terhadap sosial ekonomi penambang pasir.
6.5.1.1 Dampak Positif terhadap Ekonomi
Manfaat/ dampak positif dari adanya penambangan pasir merupakan
manfaat yangdirasakan oleh para pihak yang terlibat dalam aktivitas
penambangan. Para pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan yakni
pengusaha tambang pasir, buruh tambang pasir, sopir truk, kuli angkut pasir dan
50
petugas keamanan atau preman. Kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir memberikan keuntungan khususnya kepada pengusaha tambang pasir.
Keuntungan tersebut diperoleh dari hasil penjualan pasir.
Adanya manfaat yang dirasakan oleh pengusaha tambang pasir juga secara
tidak langsung dirasakan oleh pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan
tambang. Pihak-pihak yang terlibat diantaranya buruh tambang pasir, kuli angkut
pasir, sopir truk dan preman/ keamanan. Pihak-pihak tersebut mendapatkan upah/
gaji dari adanya penambangan pasir. Pendapatan yang diperoleh oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir
berdampak positif bagi kebutuhan ekonomi mereka sehari.
6.5.1.2 Dampak Positif terhadap Sosial Ekonomi Penambang Pasir
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dampak positif pada aspek
sosial ekonomi yang dirasakan akibat adanya penambangan pasir illegal di
Kelurahan Semampir, khususnya oleh masyarakat tambang pasir. Manfaat yang
dirasakan yakni masyarakat dapat bekerja sebagai pengusaha pasir ataupun
sebagai buruh pasir. Dampak terhadap sosial ekonomi tersebut, diantaranya:
1. Berkurangnya jumlah penganggguran, sebagian besar masyarakat disekitar
Sungai Brantas di Kelurahan Semampir Kota Kediri yang berpendidikan
rendah menjadi buruh tambang pasir sebagai pekerjaan mereka. Adapula
diantara masyarakat yang menjadi pengusaha tambang pasir. Bagi
masyarakat tambang pasir yang memiliki modal dan belum memiliki
pekerjaan dapat berinvestasi dengan pertambangan pasir sebagai pekerjaan
mereka.
51
2. Meningkatnya penghasilan masyarakat, sebagian masyarakat yang
sebelumnya menganggur dapat bekerja sebagai buruh tambang pasir.
Manfaat lainnya yakni meningkatnya taraf hidup mereka karena dapat
memiliki pekerjaan dan memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
3. Adanya ketenangan, hal tersebut dikarenakan masyarakat khusunya
penambang memiliki pekerjaan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari yang sebelumnya adalah
pengangguran.
6.5.2 Analisis Dampak Negatif Penambangan Pasir.
Dampak negatif merupakan kerugian/ dampak negatif yang dirasakan
masyarakat sekitar area tambang akibat adanya penambangan pasir tersebut.
Dampak negatif akibat adanya penambangan illegal yang terjadi di Kelurahan
Semampir yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat penambangan pasir
menyebabkan dampak negative.
6.5.2.1 Dampak Negatif terhadap Lingkungan
Penambangan yang terus bertambah dan tidak ramah lingkungan
meyebabkan kerusakan disekitar area penambangan khususnya daerah sekitar
Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri. Kerusakan tersebut
diantaranya:
1. Lapisan pasir dasar sungai yang semakin lama semakin berkurang sehingga
menyebabkan penurunan dasar Sungai Brantas. Penurunan dasar Sungai
Brantas tertingi yakni berada di Kelurahan Semampir, yakni tahun 2008
sebesar 3,884 meter, tahun 2010 sebesar 4,388 meter, dan pada tahun 2012
sebesar 5,846 meter.
52
2. Kerusakan jalan, kerusakan jalan diakibatkan karena banyaknya truk-truk
atau kendaraan berat seperti truk yang sering melewati area tambang pasir
sehingga menyebabkan jalan yang ada di sekitar area tambang menjadi
rusak
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri yang hilang, hal tersebut
dikarenakan penambangan yang dilakukan illegal. Setiap truk yang
mengangkut pasir dikenakan tarif retsibusi sebesar Rp 7 000/truk untuk
setiap truk yang melintas. Penambangan illegal meyebabkan pendapatan
retibusi yang harusnya dapat diterima oleh pemerintah Kota Kediri menjadi
hilang dikarenakan aktivitas penambangan tersebut tidak berizin/ illegal
oleh pemerintah Kota Kediri.
4. Kerusakan fasilitas/ sarana prasarana umum yakni jembatan. Aktivitas
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir yang dilakukan
masyarakat berdekatan dengan jembatan semampir yang berada di
Kelurahan Semampir. Kerusakan jembatan disebabkan karena fondasi
jembatan yang ada di dasar sungai semakin lama-semakin bergeser
dikarenakan dasar sungai semakin menurun.
5. Kerusakan fasilitas/ sarana prasarana umum yakni daerah tebing sungai dan
kaki tebing sungai. Penyebab adanya kerusakan pada tebing sungai salah
satunya adalah penggunaan mesin sebagai alat penyedot pasir. Besarnya
muatan pasir yang dapat tersedot bahkan batu sungai yang besar membuat
tebing sungai menjadi rusak.
6. Menurunnya kualitas udara dan dan meningkatnya polusi suara/ kebisingan,
hal tersebut diakibatkan banyaknya truk yang melintasi area tambang yang
53
menyebabkan pernafasan terganggu akibat debu dan asap kendaraan yang
ditimbulkan. Polusi suara bersumber dari mesin diesel penyedot pasir dan
truk pasir yang lalu lalang.
7. Terganggunnya vegetasi dan satwa di sekitar bantaran sungai
8. Terganggunganya estetika atau keindaahan Sungai Brantas.
6.5.2.2 Dampak Negatif terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
Dampak negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat dari adanya aktivitas
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir yakni:
1. Terhadap masyarakat penambang
Kurangnya rasa aman dan takut saat bekerja dikarenakan
penambangan tidak berizin sehingga resiko tertangkap saat razia yang suatu
saat akan mereka hadapi. Dampak lain yang dirasakan yakni, rasa ketakutan
akan hilangnya modal yang telah dikeluarkan oleh pengusaha tambang pasir.
Apabila penambang terkena razia, mesin/ perahu mereka juga tekena razia
sehingga modal yang mereka keluarkan hilang dan penambang merugi.
2. Terhadap masyarakat sekitar bukan penambang
Dampak negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat bukan
penambang disekitar area tambang diantaranya: kurangnya rasa aman. Hal
tersebut dikarenakan area tambang yang illegal dilakukan identik dengan
kriminalisme, sehingga menyebabkan rasa takut dirasakan masyarakat sekitar
jika melewati daerah sekitar area tambang. Kerusakan jalan yang diakibatkan
oleh banyaknya truk yang sering melalui jalan desa menyebabkan masyarakat
sekitar sebagai pengguna jalan merasa kurang nyaman mengendarai kendaraan
mereka.
54
6.5.2.3 Dampak Negatif terhadap Ekologis Sungai
Menurut Perum Jasa Tirta I (2012), aktivitas penambangan galian C di
sepanjang Sungai Brantas menimbulkan kerusakan lingkungan yang serius apabila
terus dibiarkan begitu saja. Tidak hanya memberikan dampak kerusakan secara
fisik jangka pendek namun pada jangka panjang akan menimbulkan hancurnya
ekosistem DAS Brantas. Degradasi dasar sungai yang mencapai 6-12 meter
menimbulkan munculnya palung-palung sungai yang sangat dalam. Longsornya
tebing-tebing sungai sehingga kondisi sungai menjadi keruh dengan tingkat
padatan terlarut yang cukup tinggi. Hal ini, sangat berpengaruh pada kualitas air
Sungai Brantas, sehingga perlu diwaspadai karena air Sungai Brantas digunakan
sebagai bahan baku air minum.
Penyempitan Daerah Aliran Sungai, karena ambles dasar sungai dan terus
disedot oleh mekanik pengeruk pasir dan batu kali akan meningkatkan arus air
sehingga akan menimbulkan erosi dan rusaknya ekosistem sungai serta berpotensi
merusak bangunan-bangunan air disepanjang aliran Brantas yang dapat
meningkatkan suhu air. Dalam jangka panjang, kerusakan lingkungan sungai ini
menimbulkan dampak kerusakan ekologis pada ekosistem Brantas diantaranya:
1. Kerusakan habitat dasar yang menimbulkan hilangnya biota-biota penting
yang menjadi sumber pakan bagi ikan
2. Berkurangnya populasi dan punahnya jenis ikan-ikan asli air tawar karena
kondisi sungai yang tidak dapat mendukung kehidupan ikan (Sungai Brantas
sudah tidak bias menjadi habitat ideal bagi ikan).
55
3. Meningkatkan resiko menurun infiltrasi air sungai, kondisi ini ditandai dengan
hilangnya tradisi budidaya tanaman semusim sepanjang bantaran sungai
karena kondisi tanah didaerah sempadan relatif kering dan mengeras.
VII. ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS
PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI BRANTASI
KELURAHAN SEMAMPIR
7.1 Karakteristik Responden
7.1. 1 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden berjenis kelamin
laki-laki. Prosentase jumlah laki-laki yakni sebanyak 84 persen dan perempuan
sebanyak 16 persen. Hal ini disebabkan karena laki-laki sebagai kepala rumah
tangga dan sering mencari informasi ke kantor desa. Mereka juga sering melewati
area tambang, sehingga menambah informasi mereka. Responden wanita rata-rata
sebagai ibu rumah tangga yang sibuk mengurus anak dan memasak di rumah
sehingga jarang ditemui. Perbandingan antara responden laki-laki dan perempuan
dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
84%
16%
Laki-Laki
Perempuan
57
7.1.2 Usia
Usia merupakan salah satu karakteristik individu yang mempengaruhi
fungsi biologis, psikologis dan sosiologis. Penentuan selang usia masyarakat
sekitar area penambangangan pasir di Kelurahan Semampir yang menjadi
responden dilakukan peneliti secara variatif. Perbandingan antara usia responden
dapat dilihat pada Gambar 7.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan Gambar 7, usia responden terlihat lebih variatif dan terdapat
banyak keragaman selang usia. Pada selang usia 21-30 tahun diperoleh responden
sebanyak 34 persen, pada selang usia 31-40 tahun diperoleh responden sebanyak
30 persen. Dapat diketahui bahwa jumlah responden yang diwawancarai
mayoritas pada selang usia antara 21-40 dan termasuk usia angkatan kerja yakni
usia 18-55 tahun.
7.1.3 Pendidikan
Karakteristik responden selanjutnya yakni karakeristik yang dilihat dari
segi pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden. Pada diagram dapat kita
14%
34%30%
8%
10% 4%≤ 20
21 - 30
31 - 40
41-50
51 - 60
≥ 60
58
lihat yakni untuk responden yang tidak sekolah/ tidak menempuh pendidikan
formal yakni sebanyak 2%. Responden yang menempuh jenjang pendidikan
terakhir hingga Sekolah Dasar (SD) yakni sebesar 22 persen. Responden yang
menempuh pendidikan terakhir hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
yakni sebesar 14 persen. Responden yang menempuh pendidikan terakhir hingga
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni sebanyak persen, dan responden
yang menempuh pendidikan hingga Sarjanah Srata 1 (S1) yakni sebanyak 14
persen. Perbandingan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh responden dapat dilihat
pada Gambar 8.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil di lapang, perbedaan tingkat pendidikan responden
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) ketidak mampuan untuk
menyekolahkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena pendapatan yang
diperoleh rendah, 2) rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya sekolah
dikarenakan sebagian besar orang tua mereka juga tidak bersekolah.
2%
22%
14%48%
14%
Tidak sekolah
SD
SMP
SLTA
S1
59
7.1.4 Pekerjaan
Karakteristik responden selanjutnya yakni karakeristik yang dilihat dari
segi pekerjaan, hal tersebut berbanding lurus dengan tingkat pendidikan terakhir
yang ditempuh oleh responden. Pendidikan terakhir yang ditempuh responden
tingkat SMA dan mayoritas jenis pekerjaan responden adalah pekerja swasta
sebesar 48 persen. Rata-rata responden bekerja sebagai pegawai swasta yang
bekerja sebagai buruh ataupun pekerja honorer pabrik-pabrik disekitar lingkungan
dan ada juga yang bekerja sebagai pembersih tanaman.. Prosentase jenis pekerjaan
lain yaitu wiraswasta sebesar 36 persen dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebanyak 14 persen. Perbandingan prosentase jenis pekerjaan responden
dapat dilihat pada Gambar 9.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
8.1.5 Pendapatan
Karakteristik responden selanjutnya yakni dilihat dari segi pendapatan.
Pendapatan yang diterima responden per bulannya beragam mulai kurang dari Rp
100 000 hingga dari selang Rp 1 500 000 – Rp 2 000 000. Dapat dilihat pada
2%
48%36%
14%
Tidak bekerja
swasta
Wiraswasta
PNS
60
Gambar 9 pendapatan mayoritas responden pada selang antara Rp 100 000 – Rp
500 000 yakni sebanyak 62 persen. Hal tersebut berbanding lurus dengan jenis
pekerjaan responden yang kebanyakan bekerja sebagai pekerja swasta. Prosentase
pendapatan lain yakni dari selang Rp 500 000 – Rp 1 000000 yakni sebanyak 12
persen. Prosentase pendapatan pada selang antara Rp 1 000 000 – Rp 1 500 000
yakni sebanyak 6 persen dan prosentase pendapatan lebih dari Rp 2 000 000 per
bulannya yakni sebanyak 14 persen. Perbandingan prosentase pendapatan
responden dapat dilihat pada Gambar 10.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
7.1.6 Kependudukan
Karakteristik responden selanjutnya yakni dilihat dari segi kependudukan
untuk melihat apakah penduduk/ masyarakat yang menjadi responden merupakan
penduduk asli kota Kediri atau pendatang. Dari hasil yang diperoleh yakni 100%
responden asli penduduk Kediri. Penduduk yang berasal dari luar Kediri tidak
ditemui pada saat wawancara.
2%
62%12%
6%
4% 14% < Rp 100 000
Rp 100 000 - Rp 500 000
Rp 500 000 - RP 1000 000
Rp 1 000 000 - Rp 1 500 000
Rp 1 500 000 - Rp 2 000 000
> Rp 2 000 000
61
7.2 Pandangan Umum Berdasarkan Peran Lingkungan
Pandangan umum masyarakat sekitar mengenai peran lingkungan
khususnya yang terdapat di Kelurahan Semampir Kota Kediri bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat yang menjadi responden mengenai
pentingnya peran lingkungan sekitar mereka. Dari hasil wawancara mayoritas
sebanyak sebanyak 74 persen responden menjawab peran lingkungan penting
untuk dijaga dan dilestarikan. Prosentase sebanyak 26 persen responden
menjawab peran lingkungan sangat penting dan tidak ada dari responden yang
menyatakan bahwa peran lingkungan tidak penting. Mereka berpendapat bahwa
lingkungan harus dijaga dan apabila terjadi kerusakan lingkungan maka mereka
nantinya yang akan merasakan dampak kerusakan lingkungan tersebut.
Perbandingan prosentase pandangan umum responden berdasarkan peran
lingkungan dilihat pada Gambar 11.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 11. Pandangan Responden Berdasarkan Peran Lingkungan
0%
74%
26%Tidak penting
Penting
Sangat Penting
62
7.3 Pandangan Mengenai Kondisi Lingkungan
Terdapat beberapa penilaian mengenai dampak yang terjadi pada
lingkungan akibat adanya penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir
Kota Kediri. Pandangan tersebut diantaranya: penilaian akan kondisi
pertambangan, kondisi air, kondisi udara, kondisi suara dan kondisi sarana
prasarana yang terdapat disekitar area tambang.
7.3.1 Kondisi Pertambangan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebanyak 66 persen responden
menyatakan bahwa kondisi pertambangan tersebut dalam kondisi buruk.
Responden berpendapat kondisi pertambangan buruk dikarenakan menurut
responden buruknya kondisi pertambangan dikarenakan pertambangan yang
dilakukan tidak memiliki izin sehingga kondisinya pertambangan tidak tertata
dengan baik. Berkurangnya rasa aman juga dirasakan oleh responden dengan
penambangan illegal. Sebagian responden menyatakan baik dan sedang, hal
tersebut dikarenakan mereka menganggap bahwa penambangan yang ada
sekarang kondisinya baik dikaarenakan kurang mengetahui kondisi penambangan
pasir saat ini. Perbandingan prosentase pandangan umum responden berdasarkan
kondisi tambang dilihat pada Gambar 12.
63
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 12. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Tambang
7.3.2 Kondisi Air
Hasil lapang menunjukkan kondisi air menurut responden sebanyak 84
persen menjawab keadaan air dalam keadaan sedang atau baik-baik saja.
Responden berpendapat bahwa kegiatan penambangan tersebut tidak berdampak
pada kondisi air di lingkungan mereka. Kualitas dan pasokan air dilingkungan
mereka masih sama dan massyarakat tidak merasakan perubahan akibat adanya
penambangan pasir. Perbandingan prosentase padangan umum responden
mengenai kondisi air dapat dilihat pada Gambar 13.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 13. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Air
66%
24%
10%
Buruk
Sedang
Baik
0%
84%
16%
Buruk
Sedang
Baik
64
7.3.3 Kondisi Udara
Penilaian selanjutnya yakni mengenai kondisi udara di Kelurahan
Semampir akibat penambangan pasir. Berdasarkan hasil lapang, kondisi udara
menurut mayoritas responden sebanyak 64 persen menjawab keadaan udara dalam
keadaan buruk. Perbandingan prosentase padangan umum responden mengenai
kondisi udara dapat dilihat pada Gambar 14.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 14. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Udara
Menurut responden, kegiatan penambangan pasir di Kelurahan Semampir
berdampak pada semakin meningkatnya polusi udara di area sekitar tambang.
Banyaknya truk yang sering melewati jalan desa menyebabkan banyaknya asap
dari kenalpot yang dikeluarkan. Hal tersebut yang menimbulkan polusi udara
yang semakin meningkat dan mengganggu pernapasan responden. Apabila lalu
lintas truk sedang padat responden memilih untuk tidak keluar di pekarangan
rumah karena mereka merasa terganggun dengan asap yang dikeluarkan oleh truk.
Akan tetapi responden belum merasakan dampak terhadap kesehatan mereka,
dikarenakan polusi udara yang ada dalam ambang kecil.
64%
22%
14%
Buruk
Sedang
Baik
65
7.3.4 Kondisi Suara
Penilain selanjutnya yakni mengenai kondisi suara menurut responden
akibat penambangan pasir di Kelurahan Semampir. Kondisi suara menurut
responden sebanyak 50 persen berpendapat bahwa kondisi suara akibat adanya
penambangan dalam kondisi buruk. Mereka berpendapatan bahwa suara truk yang
sering lalu lalang serta suara-suara mesin penyedot pasir yang cukup kencang
membuat kebisingan pada jam-jam tertentu. Sebagian dari responden merasa
tergangu dengan adanya aktivitas penambangan tersebut. Perbandingan prosentase
padangan umum responden mengenai kondisi suara dapat dilihat pada Gambar 15.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 15. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Suara
7.3.5 Kondisi Sungai
Penilaian selanjutnya yakni penilaian responden mengenai kondisi sungai
akibat adalany penambangan pasir di Kelurahan Semampir. Kondisi sungai
menurut responden sebanyak 64 persen berpendapat bahwa kondisi sungai akibat
adanya penambangan pasir pada kondisi buruk. Responden berpendapatan bahwa
keadaan sungai saat ini dalam kondisi mengkhawatirkan. Menurut responden
50%
18%
32%Buruk
Sedang
Baik
66
keadaan sungai saat ini dalam kondisi rusak dilihat dari segi tebing Sungai
Brantas yang rusak di sekitar Kelurahan Semampir. Kondis tebing-tebing yang
ambrol yang menyebabkab responden menilai kondisi sungai saat ini dalam
kondisi buruk. Perbandingan prosentase padangan umum responden mengenai
kondisi sungai dapat dilihat pada Gambar 16.
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 16. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Sungai
7.3.6 Kondisi Saran Prasarana
Penilaian selanjutnya yakni penilaian responden mengenai kondisi sarana
prasarana yang ada di Kelurahan Semampir akibat adanya penambangan pasir.
Kondisi sarana prasarana yang dimaksud yakni kondisi jalan dan jembatan di
Kelurahan Semampir. Kondisi sarana prasarana menurut responden sebanyak 52
persen beranggapan bahwa keadaan sarana prasarana di Kelurahan Semampir
dalam kondisi rusak. Perbandingan prosentase padangan umum responden
mengenai kondisi sarana prasarana dapat dilihat pada Gambar 17.
64%
34%
2%
Buruk
Sedang
Baik
67
Sumber : Hasil survei (2012)
Gambar 17. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Sarana Prasarana
Hasil lapang menunjukkan bahwa, responden beranggapan bahwa
benyatakan bahwa dengan banyaknya truk-truk npasir yang melewati desa mereka
berdampak pada kerusakan jalan mereka. Jalan desa seharusnya tidak boleh sering
dilalui oleh benda-benda berat, namun dengan seringnya truk yang melewati desa
mereka keadaan jalan desa mereka akhirnya menjadi rusak. Responden juga
mengetahui dampak lain yang disebabkan adanya penambangan pasir adalah
kemiringan jembatan semampir dan akibatnya adalah rentan ambruk. Oleh karena
itu, sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisi sarana prasarana di desa
mereka rusak akibat adanya penambangan pasir di Kelurahan Semampir.
7.4 Persepsi Mengenai Penambangan illegal
Berdasarkan hasil wawancara dari kuisioner yang diberikan kepada
masyarakat sebagian besar responden merasa bahwa peran lingkungan, kestabilan
lingkungan sangatlah penting untuk dipertahankan. Responden rata-rata
menyadari bahwa pasir selain memiliki manfaat ekonomi guna pembangunan juga
52%34%
14%
Buruk
Sedang
Baik
68
memiliki manfaat yang penting bagi lingkunagan. Apabila keberadaannya tidak
dijaga maka tentunya akan berdampak negatif bagi mereka.
Sebagian besar responden berpendapat bahwa penambangan pasir
sebaiknya dihentikan saja. Hal tersebut dikarenakan dampaknya yang dihasilkan
dan mengkhawatirkan bagi lingkungan sekitarnya. Apabila penambangan pasir
benar-benar dihentikan mereka berharap pemerintah mau untuk memberikan alih
profesi bgai penambang disekitar yang utamanya yang berasal dari desa mereka.
Diharapkan nantinya angka penganguran di desa mereka tidak meningkat.
Responden juga menginginkan adanya recovery atau pemulihan lahan bekas
tambang sehingga dapat memulihkan keadaan bekas area tambang seperti semula.
VIII. ESTIMASI MANFAAT DAN DAMPAK NEGATIF
PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI BRANTAS
KELURAHAN SEMAMPIR
8.1 Penilaian Dampak Positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir
Penilaian manfaat dari kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir Kota Kediri meliputi segala manfaat yang diterima oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir. Manfaat tersebut diperoleh oleh
pengusaha tambang pasir atau pemilik usaha tambang pasir. Manfaat tersebut
berupa keuntungan yang diperoleh pengusaha dari penerimaan bersih penjualan
pasir. Aktivitas penambangan pasir selain memberi manfaat kepada pengusaha
pasir, juga memberikan manfaat kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam
aktivitas penambangan. Manfaat tersebut diperoleh oleh buruh tambang pasir, kuli
angkut pasir, sopir truk dan preman/ petugas keamanan yang berjaga-jaga
disekitar area tambang.
Manfaat yang diterima oleh buruh tambang pasir, kuli angkut pasir, sopir
truk, preman/ keamanan diperoleh dari upah/ gaji yang diberikan pengusaha
tambang pasir. Upah tersebut merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pengusaha
tambang pasir selama proses/ proyek penambangan pasir. Jumlah pengusaha
tambang pasir dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Mesin dan Perahu Penambangan Pasir illegal di Kelurahan
Semampir Tahun 2009-2011
No. Tahun Jumlah Penambang
Mesin Perahu
1 2009 25 6
2 2010 12 53
3 2011 0 40
Sumber: Data Disperindagtamben kota Kediri dan Satpol PP Kota Kediri, (2009-2011)
70
Penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri terdiri dari
dua jenis penambangan, yakni penambangan secara modern/ mekanik dan
penambangan secara tradisional/ perahu. Penambangan illegal berlangsung
selama tiga tahun yakni tahun 2009, 2010 dan 2011. Asumsi yang digunakan
dalam usaha ini adalah :
1. Harga peralatan dan bahan baku yang digunakan dalam perhitungan adalah
harga konstan, data yang digunakan adalah harga pada tahun 2009.
2. Jumlah hari kerja dalam setahun sebanyak 300 hari.
3. Biaya pemeliharaan untuk peralatan ditentukan sebesar 5% dari biaya
investasi peralatan.
Manfaat akibat adanya penambangan pasir di Kelurahan Semampir terdiri
dari manfaat langsung yang diterima oleh pengusaha pasir berupa keuntungan dari
penjulan pasir. Manfaat lain juga diterima oleh buruh tambang pasir, kuli angkut
pasir, sopir truk dan preman/ kemanan yang secara tidak langsung memperoleh
manfaat dari keberadaan penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir.
Total dampak positif/ manfaat dari adanya penambangan pasir illegal di
Kelurahan Semampir selama tahun 3 tahun yakni 2009, 2010 dan 2011 dapat
dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 total dampak positif/ manfaat akibat
adanya penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 yakni
sebesar Rp 61 024 200 033.33.
71
Tabel 8. Total Dampak Positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir 2009-2011
No. Uraian Total Dampak Positif/
manfaat Penambangan Pasir
1 Pendapatan/ keuntungan pengusaha tambang pasir (Rp) 17 198 085 000.33
2 Pendapatan buruh tambang pasir (Rp) 17 820 000 000
3 Pendapatan kuli angkut pasir dan sopir truk (Rp) 17 790 000 000
4 Pendapatan preman/ keamanan (Rp) 8 895 000 000
Total 61 703 085 000.33
Sumber: Data primer (diolah), 2012
8.1.1 Analisis Keuntungan/ pendapatan Pengusaha Tambang Pasir
Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir.
Keuntungan atau pendapatan pengusaha tambang pasir merupakan
manfaat langsung yang diterima dari usaha penambangan pasir di Kelurahan
Semampir. Pendapatan pengusaha tambang pasir di Kelurahan Semampir terdiri
dari dua jenis yakni pendapatan pengusaha tambang pasir menggunakan mesin
dan pendapatan pengusaha tambang pasir menggunakan perahu.
Penambangan menggunakan mesin mampu menghasilkan rata-rata 8 truk
pasir/ hari untuk tiap mesinnya dengan harga pasir sebesar Rp 450 000/truk. Biaya
yang dikeluarkan penambangan pasir menggunakan mesin terdiri dari biaya tunai
dan biaya non tunai. Biaya tunai terdiri dari sewa truk, biaya solar mesin, biaya
solar truk, upah kuli angkut pasir/ truk Biaya non tunai terdiri dari biaya
penyusutan peralatan penambangan yang disajikan pada Tabel 9.
Biaya sewa truk untuk tiap satu kali angkut truk pasir sampai ke konsumen
pengusaha pasir dikenakan biaya sebesar Rp 125 000/truk. Penambangan pasir
menggunakan mesin sendiri mampu menghasilkan pasir rata-rata sebanyak 8 truk
pasir/ hari. Asumsi jumlah kerja dalam 1 tahun adalah 300 hari, maka biaya yang
harus dikeluarkan oleh penambang pasir untuk sewa truk yakni sebesar Rp 300
72
000 000/tahun. Biaya solar mesin per harinya rata-rata penambang mengeluarkan
biaya sebesar Rp 100 000 dan biaya solar untuk truk sebesar Rp 50 000 untuk tiap
1 kali angkut pasir. Upah kuli angkut pasir dan sopir truk penambang
mengeluarkan biaya sebesar Rp 100 000 untuk tiap 1 kali angkut truk pasir. Tiap
truk rata-rata terdiri dari 2 kuli angkut pasir dan 1 sopir truk. Tiap Kuli angkut
pasir mendapatkan upah sebesar Rp 30 000/ orang untuk tiap 1 kali angkut pasir.
Tiap sopir truk memperoleh upah sebesar Rp 40 000 untuk tiap 1 kali angkut
pasir. Biaya kemanan merupakan pungutan liar yang harus dibayar oleh
pengusaha tambang pasir tiap keluar area tambang. Tiap truk pasir yang keluar
area tambang rata-rata penambang mengeluarkan biaya sebesar Rp 50 000 untuk
tiap satu truknya untuk sampai kekonsumen.
Tabel 9. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan
Pasir Mesin Illegal di Kelurahan Semampir
Uraian Pengusaha Tambang Pasir
Menggunakan Mesin
1. Penerimaan
Produksi pasir (truk) 2 400
Harga pasir (Rp/ truk) 450 000
Total manfaat (Rp) 1 080 850 000
2. Biaya
2.1 Biaya Tunai
Sewa truk (Rp) 300 000 000
Biaya solar mesin (Rp) 30 000 000
Solar truk (Rp) 120 000 000
Kuli angkut pasir (Rp) 240 000 000
Biaya perawatan ((Rp) 2 250 000
Keamanan (Rp) 120 000 000
Total biaya tunai (Rp) 812 250 000
2.2 Biaya Non Tunai
Penyusutan mesin diesel (Rp) 8 000 000
Penyususutan peralatan penyedot pasir (Rp) 1 000 000
Penyusutan sekop (Rp) 200 000
Penyusutan cikrak (Rp) 250 000
Total biaya non tunai (Rp) 9 450 000
Total biaya (Rp) 821 700 000
3. Pendapatan atas biaya tunai (Rp) 267 750 000
4. Pendapatan atas biaya total (Rp) 258 300 000
5. R/C atas biaya tunai 1.33
6. R/C atas biaya total 1.31
Sumber: Data primer (diolah), 2012
73
Berdasarkan Tabel 9, total pendapatan pengusaha tambang pasir mesin
illegal di Kelurahan Semampir bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai
sebesar Rp 267 750 000 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 258 300 000.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa usaha penambangan pasir mesin illegal di
Kelurahan Semampir menguntungkan untuk dijalankan.
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa R/C atas biaya tunai dari
perhitungan pendapatan pengusaha tambang pasir mesin illegal di Kelurahan
Semampir diketahui sebesar 1.33 yang artinya untuk setiap biaya yang
dikeluarkan pengusaha sebesar satu rupiah maka pengusaha tersebut akan
memperoleh penerimaan sebesar 1.33. R/C atas biaya total adalah sebesar 1.31
artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan pengusaha akan menghasilkan
penerimaan sebesar 1.31. Pendapatan yang dihasilkan pengusaha tambang pasir
mesin illegal di Kelurahan Semampir dalam penelitian bernilai positif dan nilai
R/C menunjukkan angka lebih besar dari satu. Hal ini berarti bahwa unit usaha
penambangan pasir menggunakan mesin menguntungkan untuk dijalankan.
Jumlah mesin/ perahu penambang pasir di Kelurahan semampir
berdasarkan Tabel 7, diketahui jumlah mesin penambang pasir tahun 2009
sebanyak 25 mesin, tahun 2010 sebanyak 12 mesin dan tahun 2011 tidak. Asumsi
pendapatan penambang pasir untuk tiap mesin per tahunnya sama yakni sebesar
Rp 258 300 000/tahun. Keuntungan penambangan pasir menggunakan mesin
illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009 atas biaya total sebesar Rp 6 457 500
000. Keuntungan penambangan pasir menggunakan mesin illegal di Kelurahan
Semampir tahun 2010 sebesar Rp 3 099 600 000, sementara keuntungan
penambangan pasir menggunakan mesin tahun 2011 tidak ada. Total keuntungan
74
penambangan pasir menggunakan mesin illegal tahun 2009-2011 di Kelurahan
Semampir sebesar Rp 9 557 100 000.
Jenis penambangan pasir di Kelurahan Semampir selain penambangan
menggunakan mesin selanjutnya adalah penambangan menggunakan perahu.
Penambangan menggunakan perahu mampu menghasilkan rata-rata 3 truk pasir/
hari untuk tiap perahu dengan harga pasir sebesar Rp 360 000/truk tidak termasuk
sewa truk dapat dilihat pada Tabel 10. Berbeda dengan penambangan
menggunakan mesin, penambangan menggunakan perahu hanya menjual pasir
tanpa jasa pengantaran pasir atau sewa truk. Hal tersebut dilakukan untuk
menutupi biaya produksi yang besar.
Biaya-biaya yang dikeluarkan pengusaha tambang pasir terdiri dari biaya
tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai terdiri dari upah buruh tambang pasir, biaya
solar perahu, biaya perawatan dan biaya keamanan. Biaya non tunai terdiri dari
biaya penyusutan peralatan tambang yang disajikan pada Tabel 10.
Tiap perahu rata-rata penambang membutuhkan buruh tambang pasir
sebanyak 10 orang dengan waktu kerja mulia pukul 07.00-17.00 WIB. Tiap buruh
tambang pasir tersebut, pengusaha tambang pasir meberikan upah sebesar Rp 60
000/buruh tambang pasir. Asumsi waktu kerja dalam satu hari yakni sebayak 300
hari maka, total upah buruh yang harus dibayar oleh pengusaha tambang pasir
yakni sebesar Rp 180 000 000/tahun.
Biaya solar perahu merupakan biaya solar yang dibutuhkan penambang
untuk menjalankan perahu. Biaya solar untuk perahu rata-rata pengusaha tambang
pasir mengeluarkan biaya sebsar Rp 50 000 per hari. Perahu tersebut digunakan
sebagai alat bantu buruh tambang pasir menuju ke tengah sungai untuk
75
mengambil pasir serta sebagai alat angkut pasir menuju ke pinggir sungai. Biaya
keamanan merupakan pungutan-pungutan liar yang dikeluarkan penambang untuk
tiap truk pasir yang keluar area tambang. Tiap truk rata-rata pengusaha tambang
mengeluarkan biaya keamanan sebesar Rp 50 000 untuk tiap satu kali angkut pasir
sampai ke konsumen.
Tabel 10. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan
Pasir Perahu Illegal di Kelurahan Semampir
Uraian Pengusaha Tambang Pasir
Menggunakan Perahu
1. Penerimaan
Produksi pasir (truk) 900
Harga pasir (Rp truk) 360 000
Total manfaat (Rp) 324 000 000
2. Biaya
2.1 Biaya Tunai
Upah buruh tambang pasir (Rp) 180 000 000
Biaya solar perahu (Rp) 15 000 000
Biaya perawatan (Rp) 1 200 000
Keamanan (Rp) 45 000 000
Total Biaya Tunai (Rp) 241 200 000
2.2 Biaya Non Tunai
Penyusutan perahu (Rp) 4 000 000
Penyususutan mesin (Rp) 800 000
Penyusutan sekop (Rp) 83 333.33
Penyusutan cikrak (Rp) 100 000
Total Biaya Non Tunai 4 983 333.33
Total Biaya (Rp) 184 983 333.33
3. Pendapatan atas biaya tunai (Rp) 82 800 000
4. Pendapatan atas biaya total (Rp) 77 816 666.67
5. R/C atas biaya tunai 1.34
6. R/C atas biaya total 1.32
Sumber: Data primer (diolah), 2012
Berdasarkan Tabel 10, total pendapatan pengusaha tambang pasir perahu
illegal di Kelurahan Semampir bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai
sebesar Rp 82 800 000 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 77 816 666.67.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa usaha penambangan pasir perahu illegal di
Kelurahan Semampir menguntungkan untuk dijalankan.
Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa R/C atas biaya tunai dari
perhitungan pendapatan pengusaha tambang pasir perahu illegal di Kelurahan
76
Semampir diketahui sebesar 1.34 yang artinya untuk setiap biaya yang
dikeluarkan pengusaha sebesar satu rupiah maka pengusaha tersebut akan
memperoleh penerimaan sebesar 1.34. R/C atas biaya total adalah sebesar 1.32
artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan pengusaha akan menghasilkan
penerimaan sebesar 1.32. Pendapatan yang dihasilkan pengusaha tambang pasir
perahu illegal di Kelurahan Semampir dalam penelitian bernilai positif dan nilai
R/C menunjukkan angka lebih besar dari satu. Hal ini berarti bahwa unit usaha
penambangan pasir menggunakan perahu menguntungkan untuk dijalankan.
Berdasarkan Tabel 10, total pendapatan/ pengusaha tambang pasir perahu
illegal di Kelurahan Semampir atas biaya total sebesar Rp 77 816 666.67/tahun.
Jumlah mesin/ perahu penambang pasir di Kelurahan semampir berdasarkan
Tabel 7, diketahui jumlah perahu penambang pasir tahun 2009 sebanyak 6 perahu,
tahun 2010 sebanyak 53 perahu dan tahun 2011 sebanyak 40 perahu. Asumsi
pendapatan penambang pasir untuk tiap perahu per tahunnya sama, maka
keuntungan penambangan pasir menggunakan perahu illegal di Kelurahan
Semampir tahun 2009 sebesar Rp 463 090 000.02. Keuntungan penambangan
pasir menggunakan perahu illegal di Kelurahan Semampir tahun 2010 sebesar Rp
4 090 628 333.51, dan keuntungan penambangan pasir menggunakan perahu
tahun 2011 sebesar Rp 3 087 266 666.80 . Total keuntungan penambangan pasir
menggunakan perahu illegal tahun 2009-2011 di Kelurahan Semampir sebesar Rp
7 640 985 000.33. Total keseluruhan keuntungan pengusaha tambang pasir akibat
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 yakni
sebesar Rp 17 198 085 000.33
.
77
8.1.2 Analisis Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir.
Buruh tambang pasir merupakan pekerja yang digunakan oleh pengusaha
tambang pasir untuk mengambil pasir di sungai. Penggunaan buruh tambang pasir
ini hanya digunakan oleh penambang menggunakan perahu. Hal tersebut
dikarenakan para penambang perahu tidak menggunakan mesin untuk menyedot
pasir. Oleh karena itu, penambang menggunakan perahu menggunakan jasa buruh
tambang pasir untuk menyelam/ mengambil pasir di dasar sungai sebagai
pengganti mesin penyedot pasir. Perhitungan pendapatan buruh tambang pasir di
Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 11.
Berdasarkan Tabel 11, total pendapatan buruh tambang pasir
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 yakni
sebesar Rp 17 820 000 000. Rata-rata pendapatan buruh tambang pasir yakni
sebesar Rp 180 000 000/tahun. Rata-rata pendapatan tersebut diperoleh dari total
biaya yang dikeluarkan pengusaha tambang pasir untuk membayar upah/ gaji
buruh tambang pasir per perahunya dalam 1 tahun. Tiap perahu rata-rata
penambangan memerlukan sekitar 10 orang buruh tambang pasir. Tiap buruh
tambang memperoleh upah/ gaji sebesar Rp 60 000/hari.
Tabel 11. Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011
No. Uraian Total Pendapatan Buruh
Tambang Pasir (Rp)
1 Pendapatan buruh tambang pasir tahun 2009 1 080 000 000
2 Pendapatan buruh tambang pasir tahun 2010 9 540 000 000
3
Pendapatan buruh tambang pasir tahun 2011
Total
7 200 000 000
17 820 000 000
Sumber: Data primer (diolah), 2012
78
8.1.3 Analisis Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk
Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir.
Kuli angkut pasir dan sopir truk merupakan pihak yang secara tidak
langsung juga memperoleh keuntungan dari adanya aktivitas penambangan pasir
di Kelurahan Semampir. Penambangan menggunakan mesin, upah/ gaji kuli
angkut pasir dan sopir truk diperoleh dari biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha
tambang pasir. Upah/ gaji kuli angkut pasir dan sopir truk yakni sebesar Rp 100
000/truk. Terdiri dari Rp 40 000 untuk sopir truk dan Rp 60 000 untuk kuli angkut
pasir yang terdiri dari dua orang tiap truk.
Penambangan menggunakan perahu, upah/ gaji kuli angkut pasir dan sopir
truk bukan berasal dari biaya yang dikeluarkan oleh penambang. Biaya tersebut
dikeluarkan sendiri oleh pihak konsumen/ pengepul. Hal tersebut dikarenakan
penambangan menggunakan perahu hanya menjual pasir, kuli angkut pasir, sopir
truk dan truk tidak masuk didalamnya. Oleh karena itu, harga pasir untuk
penambangan menggunakan perahu jauh lebih murah yakni sebesar Rp 360 000/
truk. Perhitungan pendapatan kuli angkut pasir dan sopir penambangan pasir
illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk Penambangan
Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011
No. Uraian
Total Pendapatan Kuli
Angkut Pasir dan Sopir
Truk (Rp)
1 Pendapatan kuli angkut pasir dan sopir truk (2009) 6 540 000 000
2 Pendapatan kuli angkut pasir dan sopir truk (2010) 7 650 000 000
3 Pendapatan kuli angkut pasir dan sopir truk (2011) 3 600 000 000
Total 17 790 000 000
Sumber: Data primer (diolah), 2012
Pada Tabel 12, total pendapatan kuli angkut pasir dan sopir truk
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 yakni
79
sebesar Rp 17 790 000 000. Jumlah truk pasir pada tahun 2009-2011 yakni
sebanyak 177 900 truk. Jumlah truk tersebut merupakan jumlah total truk pasir
selama 3 tahun yang dihasilkan oleh para penambang pasir, baik menggunakan
mesin atau menggunakan perahu. Penambangan menggunakan mesin untuk tiap
mesinnya mampu menghasilkan rata-rata 8 truk pasir per hari. Penambangan
menggunakan perahu mampu menghasilkan sekitar 3 truk pasir per hari. Asumsi
banyaknya hari kerja dalam satu tahun sebanyak 300 hari.
Total pendapatan/ manfaat yang diperoleh kuli angkut pasir dan sopir truk
sebesar Rp 17 790 000 0000 terdiri dari pendapatan sopir truk sebesar Rp 7 116
000 0000 dan pendapatan kuli angkut pasir sebesar Rp 10 674 000 000. Tiap truk
terdiri dari 2 kuli angkut pasir, sehingga pendapatan kuli angkut pasir/ manfaat
yang diterima selama tahun 2009-2011 yakni sebesar Rp 5 337 000 000.
8.1.4 Analisis Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan Pasir Illegal
di Kelurahan Semampir.
Kegiatan penambangan pasir di Kelurahan Semampir merupakan kegiatan
penambangan di DAS Brantas yang bersifat illegal. Kegiatan illegal tersebut
berjalan selama 3 tahun yakni tahun 2009, 2010 dan 2011. Penambangan yang
bersifat illegal tersebut rentan akan premanisme. Hal tersebut dapat terlihat dari
pungutan-pungutan liar yang harus dibayar oleh pengusaha tambang kepada
preman sebagai upah/ bayaran bagi keamanan mereka.
Tiap truknya penambang dikenakan biaya rata-rata Rp 50 000/ truk. Baik
untuk penambangan menggunakan mesin atau penambangan menggunakan
perahu. Perhitungan pendapatan preman/ keamanan penambangan pasir illegal di
Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 13.
80
Tabel 13. Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan Pasir Illegal di
Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011
No. Uraian Total Pendapatan Preman/
keamanan (Rp)
1 Pendapatan preman/ keamanan tahun 2009 3 270 000 000
2 Pendapatan preman/ keamanan tahun 2010 3 825 000 000
3 Pendapatan preman/ keamanan tahun 2011 1 800 000 000
Total 8 895 000 000
Sumber: Data primer (diolah), 2012
Pada Tabel 13, total pendapatan truk/ keamanan penambangan pasir illegal
di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 yakni sebesar Rp 8 895 000 000.
Jumlah truk pasir pada tahun 2009-2011 yakni sebanyak 177 900 truk. Jumlah
truk tersebut merupakan jumlah total truk pasir selama 3 tahun yakni tahun 2009,
2010 dan 2011 seperti telah dijelaskan sebelumnya.
8.2 Penilaian Dampak Negatif Penambangan Pasir
Kegiatan ekonomi merupakan segala kegiatan yang dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kegiatan tersebut memberikan manfaat bagi
manusia guna memenuhi kebutuhan mereka. Selain memberikan manfaat bagi
manusia, kegiatan ekonomi tersebut juga menimbulkan dampak negatif. Penilaian
dampak positif atau negatif suatu kegiatan ekonomi merupakan salah satu upaya
untuk memperkirakan nilai kuantitatif dari dampak positif ataupun negatif yang
ditimbulkan oleh suatu aktivitas ekonomi. Penilaian tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah aktivitas ekonomi tersebut lebih banyak memberikan manfaat
kepada manusia ataupun sebaliknya.
Penilaian dampak positif dan negatif kegiatan penambang pasir illegal di
Kelurahan Semampir Kota Kediri dilakukan untuk mengetahui berapa besar
manfaat yang diterima oleh pemerintah/ masyarakat dan berapa kerugian atau
81
dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya aktitivas tersebut. Kegiatan
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri selain memiliki
nilai manfaat juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang terjadi
diantaranya: lapisan pasir yang hilang, kerusakan jalan, pendapatan pemerintah
yang hilang dan kerusakan fasilitas-fasilitas umum seperti jembatan dan tebing
sungai. Nilai total dampak negatif/ kerugian akibat penambangan pasir di
Kelurahan Semampir sebesar Rp 84 488 162 200 dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Total Dampak Negatif/ kerugian Akibat Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011
Uraian Total Kerugian
Lapisan Pasir yang Hilang 81 887 464 000
Perbaikan Jalan yang Rusak 1 149 570 000
Pendapatan Pemerintah yang Hilang 1 245 300 000
Perbaikan Tebing Sungai 215 828 200
Pemasangan Groundsil Jembatan 1 500 000 000
Total 84 488 162 200
Sumber: Data primer (diolah), 2012
8.2.1 Lapisan Pasir yang Hilang
Penambangan menggunakan mesin rata-rata mampu menghasilkan pasir
sebanyak 8 truk per hari. Penambang pasir menggunakan perahu rata-rata mampu
menghasilkan pasir sebanyak 3 truk sehari. Satu truk pasir setara dengan 6 m³
pasir, sedangkan harga pasir tiap m³ sebesar Rp 60 000 untuk tahun 2009. Tiap 1
mesin, penambang mampu menghasilkan sekitar 48 m³ pasir atau setara dengan
Rp 2 800 000/hari. Penambangan menggunakan perahu, penambang mampu
menghasilkan untuk setiap 1 perahunya sebesar 18 m³ atau setara dengan Rp 1
080 000/tahun. Perhitungan lapisan pasir yang hilang akibat penambangan pasir
illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 15.
82
Tabel 15. Perhitungan Lapisan Pasir yang Hilang Akibat Penambangan
Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011
Tahun Jumlah pasir (m³) Harga Pasir (Rp/ m³) Total Nilai Pasir yang
Hilang (Rp)
2009 392 400 60 000 23 544 000 000
2010 612 000 63 662 38 961 144 000
2011 288 000 67 265 19 372 320 000
Total 1 292 400 81 877 464 000
Sumber: Data primer (diolah), 2012
Berdasarkan Tabel 15, dampak negatif/ kerugian lapisan pasir yang hilang
akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir selama tahun 2009-
2011 sebanyak Rp 81 877 464 000. Penggunaan konsep future value digunakan
untuk mengetahui harga pasir/ m³ di tahun 2010 dan 2011.
8.2.2 Kerusakan Jalan Sekitar Area Tambang
Berdasarkan hasil survey lapang dan wawancara pada petinggi desa dan
dinas terkait yang telah dilakukan. Panjang jalan yang rusak akibat penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semampir yakni sebesar 1,5 Ha. Menurut dinas
Pekerjaan Umum (PU) Kota Kediri biaya perbaikan jalan lataston/ hotmix sebesar
Rp 99 787/m² dan untuk lapen/ non hotmix sebesar Rp 76 638/m². Biaya
perbaikan jalan akibat adanya penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir
Rp 1 149 570 000.
Lataston adalah campuran aspal padat dengan gradasi tidak menerus untuk
jalan yang lalulintas ringan, diletakkan sebagai lapis permukaan di atas dasar yang
dipersiapkan dari permukaan perkerasan yang direkonstruksi. Lapen merupakan
lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi
terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal. Umumnya untuk jalan desa
83
digunakan jenis lapen/ non hotmix. Hal tersebut dilakukan karena beban yang
dilalui jalan desa tidak berat.
8.2.3 Pendapatan Pemerintah Kota Kediri yang Hilang
Aktivitas penambangan yang terjadi di Kelurahan Semampir merupakan
aktivitas penambangan yang illegal. Keberadaan penambangan tersebut tidak
diakui oleh pemerintah. Segala aktivitas penambangan umunya dapat
menyumbang untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah. Pendapatan
tersebut diperoleh dari retribusi yang diabayarkan oleh penambang. Penambangan
yang bersifat illegal menyebabkan pendapatan daerah atas retribusi hilang.
Menurut Disperindagtamben biaya retribusi yang dikenakan untuk setiap
truk penambangan pasir di Kelurahan Semampir sebesar Rp 7 000. Biaya tersebut
dikenakan untuk setiap truk pasir yang melintas. Jumlah truk yang dihasilkan
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir selama 3 tahun (2009-2011)
sebanyak 177 900 truk. Total dampak negatif/ kerugian hilangnya PAD akibat
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir sebesar Rp 1 245 300 000.
8.2.4 Kerusakan Tebing Sungai
Salah satu dampak negatif akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir adalah penurunan DAS. Penurunana DAS menyebabkan kedalaman
sungai bertambah. Hal tersebut berdampak pada kecepatan aliran arus sungai yang
melewatinya. Aliran arus sungai yang kencang dapat menyebabkan kerusakan
tebing sungai akibat tergerus dan terbawa aliran air sungai. Salah satu kerusakan
yang terjadi di Kelurahan Semampir yakni rusaknya lindungan tebing sungai.
Apabila kerusakan terus bertambanh akan berdampak pada kestabilan
sungai dan kerugian juga dirasakan oleh pihak jasa tirta I sebagai lembaga
84
pengolahan DAS Brantas. Kerusakan pada struktur sungai dapat merusak
infrastruktur-infrastruktur yang ada seperti saluran irigasi, waduk dan sebagainya.
Perum Jasa Tirta dinilai perlu melakukan upaya perbaikan lindungan-lindungan
tebing yang ada untuk menghindari dampak yang lebih besar khususnya di
Kelurahan Semampir.
Menurut data yang diperoleh dari Perum Jasa Tirta I perbaikan untuk
lindungan tebing darurat di sekitar Kelurahan Semampir Kota Kediri pada 14
september 2010 yakni perbaikan lindungan tebing KB.136 L sebesar Rp 115 000
000 dan Rp 100 828 200. Perbaikan tersebut belum termasuk perbaikan
keseluruhan, karena perbaikan tersebut berupa perbaikan lindung darurat. Total
biaya perbaikan tebing sungai akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir 3 tahun (2009-2011) sebesar Rp 215.828.200,-.
8.2.5 Kerusakan Jembatan
Jembatan Semampir merupakan jembatan yang terletak di Kelurahan
Semampir, Kecamatan Kota Kota Kediri. Jembatan tersebut tergolong baru yang
dibangun atas Sungai Brantas dan diresmikan pada tahun 1997. Jembatan
semampir dibangun dengan anggraan Rp 16 000 000 000, menggunakan dana
sharing antara pemerintah pusat dan pemerintah kota Kediri. Pemerintah kota
Kediri menyiapkan dana pendamping sebesar Rp 4 000 000 000 untuk
pembebasan lahan di sekitar jembatan. Sisanya merupakan biaya yang
dikeluarkan pemerintah pusat dan pembangunan jembatan dilakukan secara
bertahap selama 5 tahun.
Kerusakan jembatan semampir mulai terdeteksi pada tahun 2009, dimana
konstruksi atas jembatan yang tersambung dengan bandan jembatan mulai
85
renggang. Perenggangan tersebut sebesar 14 cm, sedangkan ambang batas
maksimal kerenggangan yakni 15 cm. Hal tersebut di sebabkan oleh kerusakan
pada fondasi jembatan yang bertumpu pada pasir mengalami pergesera.
Pergeseran tersebut dikarenakan pasir yang ada didasar sungai semakin berkurang
akibat penambangan pasir. Kerusakan pada jembatan tersebut menyebabkan perlu
dilakukan perbaikan terhadap fondasi jembatan. Perbaikan tersebut dilakukan
dengan pemasangan tiang-tiang raksasa penahan pasir di sisi utara jembatan/
pemasangan groundsil.
Groundsil sendiri hanya bersifat untuk membantu agar pasir yang ada
disekitar jembatan dapat memperkuat fondasi jembatan, bukan memperbaiki secar
keseluruhan. Menurut Dinas Jasa Marga Kota Kediri, pemasangan groundsil
tersebut telah dilakukan pada bulan februari 2011 yang menghabiskan dana
sebesar Rp 1.500.000.000,-. Tidak hanya jembatan semampir, jembatan brawijaya
yang kini masih dalam proses pengerjaan juga terancam keberadaannya. Jembatan
brawijaya merupakan jembatan alternatif lintas selatan, dan jembatan tersebut
juga nantinya akan menjadi jembatan nasional yang letaknya tidak jauh dari
Kelurahan Semampir.
Jembatan Brawijaya menghabiskaan dana sebesar Rp 70 000 000 000
dengan target penyelesaian tahun 2013. Penambangan yang berada di sekitar
Sungai Brantas, khususnya yang berada di Kelurahan Semampir sangat
membahayakan kondisi jembatan-jembatan berada disekitarnya. Faktor lain
seperti banyaknya kendaraan yang melalui jembatan juga mempengaruhi kekuatan
jembatan. Hal tersebut dikarenakan pasir yang ada semakin berkurang, dan pasir
tersebut tidak dapat diperbarui, kecuali jika Gunung Kelud kembali meletus.
86
Pada dasarnya pasir yang berada di sekitar DAS Brantas khususnya daerah
Kediri dan sekitarnya merupakan pasir yang berasal dari letusan Gunung Kelud.
Total kerugian pada jembatan akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir sebesar Rp 1 500 000 000.
8.2.6 Polusi Suara dan Polusi Udara
Kerugian lain yang dirasakan oleh masyarakat sekitar area tambang yakni
masalah polusi udara dan polusi suara. Mobilisasi truk pengangkut pada saat
pengangkutan material pasir pada saat pengangkutan bahan galian pada tahap
operasi merupakan sumber kegiatan yang dominan mengakibatkan terjadinya
penurunan kualitas udara akibat debu dan emisi gas dari truk pengangkut serta
terjadinya peningkatan kebisingan.
Debu yang berterbangan setiap kali truk pasir lewat menyebabkan
masyarakat sekitar yang sedang beraktivitas berhenti sementara waktu untuk
menghindari debu yang beterbangan yang menyebakan waktu mereka terbuang,
bersin ataupun batuk. Asap dari kendaraan yang sering keluar masuk area
tambang juga menyumbang terjadinya polusi udara. Asap dari kendaraan
bermotor seperti truk, mengeluarkan gas karbondioksida (CO2) yang tidak baik
untuk kesehatan. Debu yang sebagian terhirup dalam jangka waktu panjang dapat
menyebabkan penyakit tertentu seperti asma dan ISPA.
Kerugian tersebut dapat merugikan masyarakat, namun hingga saat ini
masyarakat belum mengalami masalah serius yang berdampak pada kesehatan
mereka. Masyarakat hanya mengeluhkan adanya asap, ataupun debu yang
ditimbulkan oleh truk-truk yang sering keluar masuk area tambang. Masyarakat
Kelurahan Semampir belum merasakan dampak serius yang mengganggu
87
kesehatan mereka. Perlu dilakukan penghitungan atas kerugian yang
menyebabkan kesehatan terganggu atau cost of illness. Perhitungan tersebut
tergolong sulit dilakukan untuk memperkirakan kerugian yang dirasakan
masyarakat dalam bentuk rupiah di Kelurahan Semampir.
8.3 Nilai Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir.
Penilaian manfaat dan dampak negatif dari penambangan pasir di
Kelurahan Semampir bertujuan untuk mengetahui seberapa besar manfaat dan
dampak yang ditimbulkan akibat penambangan pasir tersebut. Manfaat yang
dirasakan dari adanya penambangan pasir tersebut adalah pendapatan dan upah
yang diterima oleh pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
terlibat dalam aktivitas penambangan. Dampak negatif akibat adanya
penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir diantaranya lapisan pasir yang
hilang, kerusakan jalan, hilangnya pendapatan pemerintah Kota Kediri (retribusi),
kerusakan tebing sungai dan kerusakan jembatan. Total manfaat dan dampak
negatif akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir dapat dilihat
pada Tabel 16.
Berdasarkan Tabel 16, total manfaat yang diterima akibat penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semampir tahun 2009-2011 yakni sebesar Rp 61 703
085 000.333. Total Kerugian akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir tahun 2009-2011 yakni sebesar Rp 84 488 162 200. Besar net atau
selisih antara manfaat dan kerugian yang ditimbulkan akibat penambangan pasir
illegal di Kelurahan Semampir yakni sebesar Rp -22 785 077 199.67.
88
Tabel 16. Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat Penambangan Pasir
Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011
Uraian Total Kerugian (Rp)
1. Manfaat
Pendapatan/ keuntungan pengusaha tambang pasir 17 198 085 000.33
Pendapatan buruh tambang pasir 17 820 000 000
Pendapatan kuli angkut pasir dan sopir truk 17 790 000 000
Pendapatan preman/ keamanan 8 895 000 000
Total Manfaat Akibat Penambangan Pasir 61 703 085 000.33
2. Kerugian
Lapisan Pasir yang Hilang 81 887 464 000
Perbaikan Jalan yang Rusak 1 149 570 000
Pendapatan Pemerintah yang Hilang 1 245 300 000
Perbaikan Tebing Sungai 215 828 200
Pemasangan Groundsil Jembatan 1 500 000 000
Total Kerugian Akibat Penambangan Pasir 84 488 162 200
3. Net Manfaat dan Kerugian Akibat Penambangan Pasir -22 785 077 199.67
Sumber: Data primer (diolah), 2012
Berdasarkan tabel 16, nilai net/ selisih antara manfaat yang ditimbulkan
akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir benilai minus. Nilai
minus tersebut diakibatkan nilai kerugian yang ditimbulkan akibat adanya
penambangan pasir jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai manfaatnya. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir
sebaiknya dihentikan. Hal tersebut dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih
sedikit dibanding kerugian, sedangkan suatu usaha dikatakan layak apabila
manfaat yang dihasilkan lebih banyak dibanding kerugiannya.
IX. SIMPULAN DAN SARAN
9.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penambangan illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir, Kecamatan
Kota, Kota Kediri terdiri dari 2 jenis penambangan. Penambangan mekanik/
menggunakan mesin dan penambangan tradisioanl/ menggunakan perahu.
Penambangan mekanik/ menggunakan mesin yang adalah proses
penambangan/ pengambilan pasir menggunakan mesin. Mesin tersebut
berfungsi untuk menyedot pasir dalam skala besar termasuk batu-batu besar
yang ada di dasar sungai dapat terangkut. Penambangan tradisonal/
mengunakan perahu yakni para penambang menggunakan perahu untuk
membantu penambang menuju ke tengah sungai untuk mengambil pasir.
Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir illegal di
kelurahan Semampir diantaranya pengusaha tambang pasir, buruh tambang
pasir, kuli angkut pasir, sopir truk pasir dan preman yang bertugas menjaga
keamanan area tambang.
2. Truk-truk pasir yang sering melintasi jalan desa akibat adanya penambangan
pasir illegal di Kelurahan Semampir menyebabkan dampak terhadap
masyarakat sekitar. Dampak yang dirasakan masyarakat sekitar diantaranya
menurunnya kualitas udara, meningkatnya polusi suara/ kebisingan dan
kerusakan jalan di Kelurahan Semampir.
3. Total manfaat dari kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan
Semampir meliputi segala manfaat yang diterima oleh pihak-pihak yang
90
terlibat dalam aktivitas penambangan yakni sebesar Rp 61 703 085 000.33.
Terdiri dari pendapatan/ keuntungan pengusaha tambang pasir sebesar Rp 17
198 085 000.33, pendapatan buruh tambang pasir sebesar Rp 17 820 000 000,
pendapatan kuli angkut pasir sebesar Rp 10 674 000 000, pendapatan sopir
truk sebesar Rp 7 116 000 000, dan pendapatan preman/ keamanan sebesar Rp
8 895 000 000. Total kerugian yang dirasakan akibat penambangan pasir
illegal di Kelurahan Semampir sebesar Rp 84 488 162 200. Terdiri dari
kerugian akibat lapisan pasir yang hilang sebesar Rp 81 877 464 000,
perbaikan jalan yang rusak Rp 1 149 570 000, pendapatan pemerintah yang
hilang Rp 1 245 300 000, perbaikan tebing sungai Rp 215 828 200,
Pemasangan groundsil jembatan sebesar Rp 1 500 000 000.
9.2 Saran
1. Saat ini kondisi dasar Sungai Brantas khususnya di Kelurahan Semampir
sudah semakin dalam. Letak penambangan pasir yang berdekatan dengan
jembatan semampir juga semakin menghawatirkan. Kondisi jembatan
semampir saat ini hampir melewati ambang batas maksimum kerenggangan.
Proyek pembangunan jembatan nasional brawijaya yang bernilai tinggi dan
berdekatan dengan jembatan semampir. Pasir merupakan pondasi utama
sebuah jembatan. Pasir yang di Kelurahan Semampir dan sebagian besar
wilayah Kediri dan sekitarnya merupakan pasir yang berasal dari letusan
Gunung Kelud yang sudah lama tidak meletus. Pemerintah harus menutup
penambangan pasir khususnya yang berada di Kelurahan Semampir karena
melihat kondisi lingkungan yang sudah tidak memungkinkan.
91
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penghitungan manfaat dan
dampak negatif dari kegiatan penambangan pasir di sepanjang Sungai Brantas
agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Laporan Pertanggung Jawaban Akhir Tahun Kelurahan Semampir
Kota Kediri.
Badan Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL. 2001. Aspek Lingkungan
dalam Amdal Bidang Pertambangan. Badan Pusat Pengembangan dan
Penerapan AMDAL.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kota Kediri Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kota Kediri. Kediri.
Dyahwanti, I. Nur. 2007. Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan
Pasir pada Daerah Sabuk Hijau Gunung Sumbing di Kabupaten
Temanggung. Universitas Diponegoro. Semarang.
Dewi S. 2006. Analisis Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang di Pulau
Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fadhli A. 2011. Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam Sub Das Biyonga dalam
Kawasan DAS Limboto Di Kabupaten Gorontalo. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi.
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hafidh Aulia, A. 2010. Modul Mata Kuliah Evaluasi Proyek Cost-Benefit
Analysis. Universitas Yogyakarta. Yogyakarta.
Harlan Y W, Gian. 2011. Analisis Nilai Guna Ekonomi dan Dampak
Penambangan Pasir di Kecamatan tamansari Kabupaten Bogor. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hernanto F. 1980. Usahatani. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2010. Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem
Sungai. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.
Mawardi I. 2010. Kerusakan Daerah Aliran Sungai dan Penurunan Daya Dukung
Sumberdaya Air di Pulau Jawa serta Upaya Penanganannya. Jurnal
Hidrosfir Vol.5 No.2:1-11.
93
Nurmalina R, Sarianti, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen
Agribisnis Fakultas EKonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 tentang
Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C pada
Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 36 Tahun 2005 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian C pada
Wilayah Sungai di Provinsi Jawa Timur.
Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti
Kerugian Akibat Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Radar Kediri. Laporan Jurnalistik Ekspedisi Brantas Radar Kediri. 2011.
Brantasku, Brantasmu, Brantas Kita. Radar Kediri bersama Rahmat
media Progres (Rahma Press). Kediri.
__________. 22 Juli 20012. hal 33. „Semampir Terus Turun‟.
__________. 29 Juli 2012. hal 29. „Ancam Jembatan Brawijaya‟.
Soemarmo, 2010. Metode Valuasi Ekonomi Sumber Daya Lahan Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang
Sub Divisi Jasa Air dan Sumber Air (JASA) II/2. 2010. Jadwal dan progress
Pekerjaan O&P Berkala Tahun 2010. Kediri.
__________________________________________. 2011. Jadwal dan Progress
Pekerjaan O&P Berkala Tahun 2011. Kediri
Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Suratiyah K. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yudhistira. 2008. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan
Penambang Pasir di Daerah Kawasan Gunung Merapi (Studi Kasus di
94
Desa Keningar, Kecamatan Dukun, Kebupaten Magelang, Propinsi Jawa
Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang.
95
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
96
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Jl. Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621834, Telp/Fax (0251) 8421762
KUISIONER PENELITIAN MASYARAKAT
Nomor responden :
Nama responden :
Alamat : Rt/ Rw
Tanggal :
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Analisis Nilai Ekonomi
Manfaat dan Danpak Negatif Penambang Pasir Illegal Sungai Brantas Kelurahan
Semampir Kota Kediri”. Saya mohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner
ini dengan teliti dan sesungguhnya sehingga dapat memberikan data yang valid.
Informasi yang saudara berikan dijamin kerahasiaanya dan tidak untuk
kepentingan politis. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Jenis kelamin : L/p
2. Usia ……….tahun
3. Status: belum menikah/ sudah menikah
4. Pendidikan formal terakhir
a. Tidak sekolah
b. SD atau sederajat
c. SLTP atau sederajat
d. SLTA atau sederajat
e. Akademik atau sederajat
f. Sarjanah (S1 )
g. Pasca sarjanah (S2 dan
S3)
5. Jumlah tanggungan …………….. orang
6. Pekerjaan saudara:
a. PNS/ Pegawai
Negeri Sipil
b. ABRI
c. Pegawai swasta
d. Pedagang
e. Wiraswasta
f. Buruh
g. Pelajar/ mahasiswa
h. Lainnnya sebutkan..........
97
7. Berapa pendapatan saudara per bulan ?
a. <100.000
b. 100.000 – 500.000
c. 500.000 – 1.000.000
d. 1.000.000 – 1.500.000
e. 1.500.000 – 2.000.000
f. >2.000.000
Apakah ada sumber pendapatan lain? Jika ada Rp…………/bulan
8. Termasuk kategori penduduk apakah saudara saat ini?
a. Asli Kota Kediri
b. Luar Kota Kediri
B. Pandangan Umum tentang Peran Lingkungan
1. Peran alam dan lingkungan sangat penting bagi keberlangsungan hidup
manusia. Menurut Anda, seberapa penting menjaga sumberdaya
tambang bahan galian C?
a. Tidak penting
b. Penting
c. Sangat penting
C. Pandangan Umum tentang Peran Lingkungan Kondisi Lingkungan
Akibat Penambangan
Menurut anda apakah aktifitas penambangan pasir berpengaruh terhadap
keseimbangan lingkungan sekitar, jika ya bagaimana kondisi keadaan lingkungan
di Kelurahan Semampir?
No. Keadaan Keterangan
1 2 3
1. Kondisi penambangan
2. Kondisi air
3. Kondisi udara
4. Kondisi suara
5. Kondisi sungai
6. Kondisi prasarana umum
*Keterangan: 1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
98
D. Pandangan Mengenai Penambangan Illegal
1. Apakah anda mengetahui manfaat keberadaan pasir di Sungai Brantas
khususnya dalam hal keseimbangan lingkungan? Jika ya berikan
alasannya……………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Menurut anda penambangan pasir di Kelurahan Semampir tersebut harus
ditutup? Jika ya alasannya?............................................................................
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………..……………..
3. Apakah saran anda untuk mengatasi penambangan pasir illegal tersebut?
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
99
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Jl. Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621834, Telp/Fax (0251) 8421762
KUISIONER PENELITIAN
Nomor responden :
Nama responden :
Alamat : Rt/ Rw
Tanggal :
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Analisis Nilai Ekonomi
Manfaat dan Danpak Negatif Penambang Pasir Illegal Sungai Brantas Kelurahan
Semampir Kota Kediri”. Saya mohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner
ini dengan teliti dan sesungguhnya sehingga dapat memberikan data yang valid.
Informasi yang saudara berikan dijamin kerahasiaanya dan tidak untuk
kepentingan politis. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin : L/P
2. Usia ……….tahun
3. Status: belum menikah/ sudah menikah
4. Pendidikan formal terakhir
a. Tidak sekolah
b. SD atau sederajat
c. SLTP atau sederajat
d. SLTA atau sederajat
e. Akademik atau sederajat
f. Sarjanah (S1 )
g. Pasca sarjanah (S2 dan
S3)
5. Jumlah tanggungan …………….. orang
6. Apakah sebagai penambang pasir merupakan pendapatan tetap anda?
a. tidak
b. ya
Apakah ada sumber pendapatan lain? Jika ada Rp…………/bulan
7. Termasuk kategori penduduk apakah saudara saat ini?
a. Asli Kota Kediri
b. Luar Kota Kediri
Pengusaha Tambang
100
B. Manfaat penambangan pasir
1. Apakah anda merasakan manfaat dari adanya tambang pasir?
a. Tidak
b. Ya
2. Jika ya, apa manfaat yang anda peroleh?
a. Sebagai Penghasilan tidak tetap
b. Sebagai Penghasilan tetap
3. Berapa harga pasir per m³? Rp…………………
4. Berapa m³ pasir yang dapat anda hasilkan per hari? …………….m³
5. Maka, total pendapatan anda?.....................per bulan
6. apakah ada manfaat lain yang anda peroleh?..........................................
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
C. Biaya penambang pasir
a. Biaya investasi
Biaya perahu/ mesin? Rp...………….….per perahu, Jumlah
Perahu?...........
Biaya beli mesin/ belt conveyor? Rp……………. per mesin, Jumlah
mesin?...........
Biaya Beli truk? Rp………………….per truk, Jumlah Truk?............
Sekop? Rp ………………………….per sekop, Jumlah sekop?.........
cikrak? Rp……………………….. per cikrak, jumlah cikrak?
b. Biaya biaya
Sewa truk? Rp…………………....…per hari, jumlah truk?............
Gaji buruh? Rp…………………….per orang, jumlah buruh?..........
BBM mesin? liter………………………per hari
BBM truk? liter………………………… per hari
Pungutan-pungutan?
retribusi?....................................per truk
pungutan liar lain?
...................... per truk
...................... per truk
...................... per truk
Biaya lain?..........................................................................................
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
101
D. Pandangan Umum tentang Penambangan Bahan Galian C
1. Peran alam dan lingkungan sangat penting bagi keberlangsungan hidup
manusia. Menurut Anda, seberapa penting menjaga sumberdaya
tambang bahan galian C?
a. Tidak penting
b. Penting
c. Sangat penting
2. Apakah anda mengetahui bahwa aktifitas penambangan pasir yang
dilakukan berdampak negatif terhadap lingkungan?
a. Tidak
b. Jika ya, berdampak apa?
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.................................................................................................................
3. Selain berperan penting dalam bahan baku bangunan, apakah anda
mengetaui peran pasir khususnya dalam menjaga keseimbangan
lingkungan?
a. Tidak
b. Ya
Jika ya, apa fungsi dari keberadaan pasir sebagai keseimbangan
lingkungan menurut anda?.......................................................................
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………......
102
Lampiran 3. Lokasi Pasir di Sungai Brantas Kediri dan Grafik Penurunan
Dasar Sungai Brantas Kota Kediri
103
104
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian
Penambangan Menggunakan Mesin
Diesel Penambangan Menggunakan Perahu
Penambangan Menggunakan Mesin
Diesel
Kondisi Pondasi Jembatan
Semampir
Kerusakan pada Tebing Sungai Razia yang dilakukan Satpol PP
Kota Kediri
102
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Diniyya Iriani lahir pada 21 Nvember 1990 di Merauke,
Papua. Penulis Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan H.
Zaenal Fanani, SE dan Hj. Amining Rochmad, Spd. Jenjang Pendidikan yang
ditempuh penulis adalah di Tunas Melati Merauke dengan tahun kelulusan 1996.
Kemudian melanjutkan SD Negeri Yapis Islam Merauke hingga tahun 2000
kemudian pindah ke SDN Bandar Kidul II Kediri dan lulus tahun 2002. Kemudian
melanjutkan ke SMPN 4 Kediri lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke
SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT RSBI Jombang dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kementrian Agama RI
(KEMENAG) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain itu,
penulis mengambil minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis juga aktif pada beberapa
organisasi kampus yaitu, Shariah Economics Student Club (SES-C), Forum
Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI), Resources and Environmental
Economics Student Association (REESA), Ikatan Keluarga Mahasiswa Pondok
Pesantren Darul Ulum Bogor (IKALUM BOGOR), Keluarga Mahasiswa
Nahdlatul „Ulama PB (KMNU IPB). Penulis juga termasuk dalam anggota
Organisasi Mahasiswa Daerah Kediri (KAMAJAYA). serta aktif dalam
kepanitiaan yang ada di lingkup IPB.
102