ANALISIS NARASI SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN DI...
Click here to load reader
Transcript of ANALISIS NARASI SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN DI...
ANALISIS NARASI SINETRON TUKANG OJEK
PENGKOLAN DI RCTI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI
ANTARBUDAYA DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Singgih Egananto
NIM: 11140510000229
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2018 M
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Singgih Egananto
NIM : 11140510000229
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS NARASI
SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN DI RCTI DALAM PERSPEKTIF
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN adalah
benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi
ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 07 Agustus 2018
Singgih Egananto
NIM 11140510000229
ANALISIS NARASI SINETRON TUKANG OJEK
PENGKOLAN DI RCTI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI
ANTARBUDAYA DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Singgih Egananto
NIM : 11140510000229
Di bawah Bimbingan :
Dra. Rochimah Imawati, M,Psi.
NIP. 196612032014112001
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/ 1440 H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI
dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman” telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2018. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 24 September 2018
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Suhaimi, M.Si Thalita S. Rosyidiani, M.I. Kom
NIP. 196709061994031002 NIP. 199102172018012004
Anggota :
Penguji I Penguji II
Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd Kalsum Minangsih, MA
NIP. 196903221996032001 NIP. 197704242007102002
Pembimbing,
Dra. Rochimah Imawati, M,Psi.
NIP. 196612032014112001
i
ABSTRAK
Nama : Singgih Egananto (11140510000229)
Judul : ANALISIS NARASI SINETERON “TUKANG OJEK PENGKOLAN”
DI RCTI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN
Sinetron merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia. Sinetron Tukang Ojek Pengkolan merepresentasikan berbagai
bentuk pesan di setiap episodenya. Dalam narasi sebuah dialog, pesan yang
disampaikan dalam sinetron memiliki makna tersirat dan tersurat. Di satu sisi,
televisi menjadi agen sosialisasi, (penyebaran, nilai-nilai) memainkan peranan
penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan. Di sisi lain, sinetron
sebagai program televisi, dituntut memiliki kekuatan cerita tanpa
mengesampingkan nilai-nilai akhlak yang terkandung.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan mayor. Adapun pertanyaan mayornya adalah, bagaimanakah Analisis
Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif Komunikasi
Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman?
Narasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah narasi menurut Claude Levi-
Strauss, yang menemukan oposisi biner dalam sebuah narasi. Oposisi biner adalah
struktur yang mengatur system pemaknaan, terhadap budaya dan dunia tempat kita
hidup. Oposisi biner digunakan untuk mencari tahu pola pikir penulis skenario
melalui susunan mitheme yang ditemukan. (Levi-Strauss, 1972: 135)
Sedangkan, variabel yang akan diteliti dalam sinetron ini ada dua. Pertama,
dalam perspektif komunikasi antar budaya dan yang kedua dalam perspektif nilai-
nilai ke-Islaman.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metodologi
kualitatif dengan analisis naratif Claude Levi-Strauss. Kemudian sumber data yang
diperoleh melalui wawancara secara mendalam dengan penulis skenario sinetron
Tukang Ojek Pengkolan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi secara
langsung untuk mendapatkan data yang akurat seputar improvisasi yang dilakukan
oleh para pemain di lokasi syuting. Serta mengambil dokumentasi yang terkait.
Dari hasil penelitian ini ditemukan pola pikir penulis yang ingin mengangkat
persoalan yang terjadi pada kehidupan nyata, terutama persoalan yang terjadi pada
moda transportasi yang sedang berkembang pada saat ini. Tukang Ojek Pengkolan
mengangkat topik utamanya tentang kehidupan pengemudi tukang ojek
konvensional dan tukang ojek online. Komunikasi dialog antar tokoh yang
digunakan dalam sinetron ini menggunakan interaksi masyarakat di sebuah
perkotaan yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sinetron ini juga
mengangkat nilai-nilai ke-Islaman yang sifatnya lebih kepada membangun akhlak,
tanpa sepenuhnya menyajikan tanyangan yang bernuansa religi.
Kata kunci : Sinetron, Tukang Ojek Pengkolan, Narasi, Komunikasi Antarbudaya,
dan Nilai-nilai Ke-Islaman
ii
ABSTRACT
Name: Singgih Egananto (11140510000229)
Title: NARATION ANALYSIS OF SINETERON "TUKANG OJEK
PENGKOLAN" IN RCTI IN A CULTURAL COMMUNICATION
PERSPECTIVE AND ISLAMIC VALUES
Soap operas are mass communication products that are very influential for
human life. Soap operas Tukang Ojek Pengkolan represents various forms of
messages in each episode. In the narration of a dialogue, the message conveyed in
soap operas has an implicit and explicit meaning. On the one hand, television
becomes an agent of socialization, (dissemination, values) plays an important role
in the transmission of attitudes, perceptions and beliefs. On the other hand, soap
operas as television programs, are required to have the power of stories without
putting aside the moral values contained.
Based on the above context, the purpose of this research is to answer the
major questions. As for the major question, how is the Narrative Analysis of the
Dirt Ojek Riders on RCTI in the Perspective of Intercultural Communication and
Islamic Values?
The narrative used in this study is narrative according to Claude Levi-
Strauss, who finds binary opposition in a narrative. Binary opposition is the
structure that governs the meaning system, the culture and world in which we live.
Binary opposition is used to find out the mindset of the screenwriter through the
mitheme arrangement found. (Levi-Strauss, 1972: 135)
Meanwhile, there are two variables that will be examined in this soap opera.
First, in the perspective of intercultural communication and the second in the
perspective of Islamic values.
The research method in writing this thesis uses qualitative methodology
with narrative analysis Claude Levi-Strauss. Then the source of data obtained
through in-depth interviews with screenwriters of the soap opera Tukang Ojek
Pengkolan. In addition, the author also made direct observations to obtain accurate
data about improvisation carried out by the players on the set. As well as taking
related documentation.
From the results of this study found the mindset of writers who want to raise
the problems that occur in real life, especially the problems that occur in the mode
of transportation that is developing at this time. Motorcycle taxi drivers, raises the
main topic about the lives of conventional motorcycle taxi drivers and online
motorcycle taxi drivers. Communication dialogue between characters used in this
soap opera uses community interaction in an urban area with different backgrounds.
This soap opera also promotes Islamic values that are more to build morals, without
fully presenting religious nuances.
Keywords: Soap operas, motorcycle taxi drivers, narratives, intercultural
communication, and Islamic values.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan
spirit rohaniah, kesabaran, ketabahan, dan konsistensi dalam mengerjakan tugas
Skripsi ini, Dia-lah alasan utama untuk tidak pernah mengenal kata putus asa,
membangun optimisme, dan percaya bahwa setiap doa, harapan dan cita-cita akan
dikabulkan oleh Allah SWT. Sholawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada
junjungan semesta alam, manusia yang sempurna dan paripurna, dialah sang
revolusioner sejati Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu dapat menempatkan
beliau sebagai satu satunya idola dimuka bumi ini dan meneladani beliau sebagai
seorang utusan dan juru penyelamat ummat di akherat.
Berkat rahmat ilahi, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif
Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman”. Penulisan skripsi ini
merupakan tugas akhir untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada bidang
Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terima kasih ini
penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi , Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II bidang
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
iv
3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Dra. Rochimah Imawati, M,Psi, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dan senantiasa membimbing saya untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Zakaria, M.A, selaku penasihat akademik yang selalu memberikan
pemikiran serta saran terbaik untuk perkuliahan dan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamnya kepada peneliti. Peneliti
berharap semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi peneliti dan
masyarakat luas.
7. Segenap staff perpustakaan dan staff akademik yang telah memberikan
pelayanan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan
perkuliahan.
8. Keluarga peneliti. Terutama kepada Mama dan Papa, yang karenamu telah
mengalir deras darah juang untuk senantiasa teguh, kuat, Pantang menyerah
dalam berikhtiar menjalani setiap proses indah dalam kehidupan yang fana
ini. Terima kasih telah menjadi orang tua yang tak pernah henti-hentinya
mendoakan seorang anak untuk menggapai puncak kesuksesan.
9. Bapak Sokat Rachman, selaku penulis skenario sinetron Tukang Ojek
Pengkolan yang telah banyak mambantu penulis dalam menyelesaikan
tugas skrispsi. Terima kasih atas motivasi, cerita, pengalaman, yang
berharga selama penulis melakukan wawancara penelitian.
10. Keluarga besar KPI 2014, terutama teman-teman KPI E 2014, terimakasih
untuk setiap waktu, cerita, ilmu, dan pengalamannya yang memberikan
warna tersendiri dalam kehidupan penulis selama menempuh pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Keluarga-keluarga kecil KPI 2014 yang terbagi dalam sebuah gank yaitu :
Vario Single Fighter, The Mosque, Kuat Iman Project, Gondangling, Futsal
KPI, Fantastic Four, dan Warla Squad. Terima kasih telah memberikan
v
kesempatan untuk belajar bersama mendalami arti kehidupan selama
bergaul di lingkungan kampus.
12. Salam hormat dan terima kasih saya kepada pejuang-pejuang skripsi, dialah
Adil Asasyahid dan Muhammad Kindi Akasya yang telah banyak
memberikan masukan, motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas skripsi ini.
13. Syahrina Rahmaniah, S.Pd. Wanita hebat, motivator penulis, yang tanpa
henti selalu memberikan dukungan dan semangat. Nasihat dan saran yang
ia berikan adalah hal yang menolong dan membuat penulis tersadar untuk
berusaha lebih baik.
14. Keluarga besar RAINFIST 2014. Terima kasih atas dorongan dan
motivasinya sehingga penulis bersemangat menyelesaikan skripsi ini.
15. Keluarga KKN Qalbu dan Desa Sipak. Terima kasih telah memberikan
kesempatan untuk belajar bersama mendalami arti kehidupan yang
sesungguhnya.
16. Keluarga besar AnKel dan Karang Taruna Unit 012 Kelurahan Rawa Buaya.
Terimakasih telah menjadi bagian pengalaman hidup penulis dari kecil
hingga saat ini.
17. Pengurus dan pengelola RPTRA kelurahan Rawa Buaya, terutama kepada
pengelola RPTRA Cempaka, yang telah mendukung dan memberikan
motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk pembaca serta segenap
keluarga besar civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 28 Agustus 2018
Singgih Egananto
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 9
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
E. Review Kajian Terdahulu ................................................................. 11
F. Metodologi Penelitian ....................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORITIK ...................................................................... 20
A. Komunikasi Antarbudaya ................................................................. 20
1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya ........................................ 20
2. Negosiasi Wajah/ Face Negotiation .......................................... 22
3. Aspek Komunikasi Antarbudaya ............................................... 24
B. Nilai-nilai Ke-Islaman ...................................................................... 27
1. Pengertian Nilai-nilai Ke-Islaman .............................................. 27
2. Sumber Nilai-nilai Ke-Islaman ................................................... 28
3. Aspek Nilai-nilai Ke-Islaman ..................................................... 29
C. Sinetron ............................................................................................. 36
D. Teori Narasi ...................................................................................... 42
1. Teori Narasi Menurut Claude Levi-Strauss ............................... 42
2. Sekilas Tentang Claude Levi-Strauss ........................................ 46
E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 49
vii
BAB III GAMBARAN UMUM........................................................................... 53
A. Gambaran Umum Sinetron TOP ....................................................... 53
1. Karakteristik Tokoh Utama dan Tokoh Pendukung ................... 54
2. Daftar Nama Pemain Sinetron TOP ............................................ 63
3. Tim Produksi Sinetron TOP ....................................................... 66
B. Penghargaan Sinetron TOP ............................................................... 67
C. Profil Penulis Skenario Sinetron TOP .............................................. 68
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA ......................................... 73
A. Temuan Penelitian ............................................................................ 73
B. Analisis Sinetron TOP ...................................................................... 76
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................... 130
A. Ojek Konvensional (Pangkalan) – Ojek Online ............................. 131
B. Akhlak Baik – Akhlak Buruk ......................................................... 133
C. Komedi – Dramatik ........................................................................ 135
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 137
A. Simpulan ......................................................................................... 137
B. Saran ............................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 141
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 146
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Pemain Sinetron TOP ................................................................. 63
Tabel 3.2 Tim Produksi Sinetron TOP ................................................................... 66
Tabel 3.3 Penghargaan Sinetron TOP .................................................................... 67
Tabel 4.1 Analisa Scene 1 ...................................................................................... 79
Tabel 4.2 Analisa Scene 2 ...................................................................................... 81
Tabel 4.3 Analisa Scene 7 ...................................................................................... 84
Tabel 4.4 Analisa Scene 8 ...................................................................................... 86
Tabel 4.5 Analisa Scene 19 .................................................................................... 89
Tabel 4.6 Analisa Scene 21 .................................................................................... 91
Tabel 4.7 Analisa Scene 23 .................................................................................... 94
Tabel 4.8 Analisa Scene 30 .................................................................................... 96
Tabel 4.9 Analisa Scene 31 .................................................................................... 99
Tabel 4.10 Analisa Scene 36 ................................................................................ 102
Tabel 4.11 Analisa Scene 45 ................................................................................ 105
Tabel 4.12 Analisa Scene 46 ................................................................................ 107
Tabel 4.13 Analisa Scene 49 ................................................................................ 109
Tabel 4.14 Analisa Scene 50 ................................................................................ 111
Tabel 4.15 Analisa Scene 57 ................................................................................ 114
Tabel 4.16 Analisa Scene 61 ................................................................................ 116
Tabel 4.17 Analisa Scene 62 ................................................................................ 119
Tabel 4.18 Analisa Scene 63 ................................................................................ 121
Tabel 4.19 Analisa Scene 65 ................................................................................ 124
Tabel 4.20 Analisa Scene 71 ................................................................................ 127
Tabel 4.21 Analisa Scene 76 ................................................................................ 129
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Claude Levi-Strauss ........................................................................... 47
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................. 52
Gambar 3.1 Sokat Rachman ................................................................................... 68
Gambar 4.1 Nana kembali duduk setelah menerima telepon ................................. 77
Gambar 4.2 Jono mengambil pake untuk dikirim .................................................. 80
Gambar 4.3 Ojak baru tiba di pangkalan ojek ....................................................... 82
Gambar 4.4 Purnomo sedang telepon Novita ........................................................ 85
Gambar 4.5 Jono bertemu Ibu Hani (Penerima Paket) ......................................... 87
Gambar 4.6 Faiz bermain HP ................................................................................ 90
Gambar 4.7 Faiz Kesal ........................................................................................... 90
Gambar 4.8 Ojak dan Denok di dalam kontrakan ................................................. 92
Gambar 4.9 Tisna dan Purnomo di pangkalan ojek .............................................. 95
Gambar 4.10 Pak Sofyan membangunkan Bunga .................................................. 97
Gambar 4.11 Ojak tiba di warung nasi milik Eko ................................................ 100
Gambar 4.12 Ojak di pergoki Denok sedang melihat baju-baju Denok .............. 104
Gambar 4.13 Sari meminta Husna agar membantunya di dapur ........................ 106
Gambar 4.14 Ojak dan Denok selesai memotong buah-buahan .......................... 108
Gambar 4.15 Beben menawarkan tumpangan kepada Karina ............................ 110
Gambar 4.16 Auliani berpura-pura tidur di depan Aisyah .................................. 113
Gambar 4.17 Keluarga Pak Sofyan merencanakan menu berbuka puasa ........... 115
Gambar 4.18 Yuli kecewa atas respon Tisna ....................................................... 118
Gambar 4.19 Sapri dan Deden sedang berdiskusi menu berbuka puasa ............. 120
Gambar 4.20 Ojak menitipkan dagangan Es Buah di Warung Nasi milik Eko ... 122
Gambar 4.21 Aliya, Fadhil, dan Melati mengajak Bagas untuk ikut mengaji ..... 125
Gambar 4.22 Kegiatan Mengaji di Masjid ........................................................... 128
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Sokat Rachman ....................................... 147
Lampiran 2 Foto Kebersamaan Sokat Rachman dengan Pemain dan Tim Produksi
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan ........................................................................ 152
Lampiran 2 Lokasi Syuting Sinetron TOP ........................................................... 154
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi ................................................................... 155
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian (Skripsi) .......................................................... 156
Lampiran 5 Dokumentasi Sidang Munaqasyah ................................................... 157
Lampiran 6 Biodata Penulis ................................................................................. 158
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, televisi telah menjamur dan menjadi media
massa elektronik paling dekat dengan masyarakat1. Menurut
Mursito, ada empat fungsi yang dapat kita peroleh dengan
adanya televisi, yakni fungsi informasi, pendidikan, kontrol
sosial dan hiburan2. Pada perkembangannya, fungsi hiburan
dari televisi justru lebih menonjol daripada fungsi lainnya.
Perkembangan ini dirasakan semakin cepat dan bila
dicermati maka hal ini dapat dijadikan sebagai media dakwah.
Namun, hal ini tidak lantas membuat media komunikasi
konvensional yang sebelumnya tidak berfungsi dan tidak bisa
dimanfaatkan lagi. Bahkan mungkin kehadiran media massa
dapat mempengaruhi cara hidup dan perilaku seseorang.
م هي سي ف ن ن أ م مي هي ي ل ا ع يد هي ة ش م ل ي أ ث في ك ع ب وم ن وي
كيت اب ك ال ي ل ا ع ن زل ن ءي و ؤل ى ه ل ا ع يد هي ا بيك ش ن ئ وجي
ي ليمي س م رى ليل ش ى ورحة وب د ء وه ي ل ي ش ان ليك ي تيب
1 Nurudin, Televisi Agama Baru Masyarakat Modern, (Malang: UMM
Press, 1997), hal. 12. 2 Mursito BM, Memahami Institusi Media, (Surakarta: Lindu Pustaka
dan SPIKOM Surakarta, 2006), hal. 19.
2
Artinya : “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami
bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia.
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (QS. An-Nahl : 89)
Dari ayat ini secara tidak langsung Allah mengajarkan
kepada manusia untuk menggunakan sebuah alat/ benda
sebagai suatu media dalam menjelaskan segala sesuatu yang
baik. Sebagaimana Allah Swt menurunkan Al Qur’an kepada
Nabi Muhammad Saw untuk menjelaskan segala sesuatu,
maka sudah sepatutnya jika seorang menggunakan suatu
media tertentu dalam menjelaskan kpd khalayak tentang solusi
dari masalah yg sedang di masyarakat. Ini sejalan dengan
esensitas sebuah konten media sebagai alat penyampaian
pesan moral dalam narasi
Urgensi dakwah sangat diperlukan tatkala manusia
modern semakin lupa tujuan hidupnya. Mereka hanya
menjadikan dunia sebagai orientasi hiburan dan tujuan sesuatu
yang sangat terbatas. Jauh dari yang dipesankan agama,
kehidupan dikemudian hari yang kekal abadi3.
3 M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), h.30.
3
Sebagai salah satu media komunikasi yang bersifat massa,
berkomunikasi menggunakan media massa ini memiliki
kelebihan atau keuntungan sekaligus kekurangan. Keuntungan
berkomunikasi dengan menggunakan media massa sebagai
alat atau saluran, baik berbentuk media cetak maupun media
elektronik, (seperti saluran stasiun televisi atau radio, dan
surat kabar harian, majalah berita atau hiburan lainnya yakni
melalui pemberitaan atau pesan-pesan dan informasi yang
disampaikan itu) dapat menimbulkan pengaruh “efek
keserempakkan” dan “efek wah” yang luar biasa bagi
masyarakat4.
Media massa, terutama televisi biasa dilihat sebagai
media yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
khalayak. Pandangan ini dapat terjerumus menjadi dasar bagi
komunikasi yang bersifat top down, baik yang
diselenggarakan oleh institusi negara maupun oleh
masyarakat. Di sini, komunikasi merupakan upaya mengubah
sasaran bertujuan untuk menanamkan nilai, ideologi, atau
gagasan yang dipandang penting dan luhur oleh komunikator.
“Pengubahan” itu dapat berupa pendidikan, propaganda, dan
sosialisasi, yang semuanya bersifat satu arah.
Televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran,
nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap,
persepsi dan kepercayaan.5 Televisi merupakan salah satu
4 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan Media Penyiaran,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 202 5 Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004) h.58-59.
4
media massa elektronik yang paling banyak dinikmati oleh
masyarakat. Media televisi dianggap media yang paling
efektif dalam penggunaannya sebagai media hiburan. Dari
sekian banyak program acara hiburan yang ditayangkan oleh
televisi salah satunya adalah sinetron. Dan hampir setiap
stasiun televisi berlomba-lomba untuk menayangkan sinetron
karena dinilai lebih menguntungkan dan mampu mencuri
perhatian pemirsa, sehingga berhasil mendapatkan rating yang
tinggi pula.
Terkait genre sebuah sinetron, Zafer Yoruk dan Pantelis
Vatikiotis menuliskan bahwa kebanyakan tema yang diangkat
adalah mengenai perbedaan tradisi antar generasi. Hal ini
berkaitan dengan semakin berkembangnya zaman atau disebut
“modernisasi” sehingga norma-norma dan tradisi tertentu juga
mengikuti perkembangan tersebut sehingga muncul
perbedaan-perbedaan antar generasi6.
Sinetron dengan urgensi dakwah sebenarnya tidak harus
banyak menampilkan simbol-simbol keagamaan secara
vulgar. Mulai dari alur cerita, adegan, setting, kostum dan lain
sebagainya tidak harus menampakan formalitas keagamaan.
Namun demikian, film atau sinetron dakwah juga bisa
mengangkat tema-tema atau nilai universal, seperti keadilan,
penentangan terhadap penindasan, concern terhadap masalah-
masalah sosial dan lain sebagainya, yang terpenting dari film
6 Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis, Soft Power or Illusion of
Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera “Colonialism”, International
Journal of Communication 7, 2013, hal.2361-2385, http://ijoc.org diakses 12
Oktober 2015.
5
maupun sinetron adalah mampu membangun akhlaq
masyarakat menuju akhlaq yang islami.
Sinetron juga telah digunakan sebagai media
penyampaian pesan dakwah, keagamaan, dan juga kritik
sosial. Dalam beberapa kasus, sinetron juga dapat menjadi
media propaganda. Sinetron juga sebagai sarana penyampaian
pesan kultural, bila di dalam sinetron tersebut disisipkan
materi pesan dan nasihat kultural yang terkandung di
dalamnya. Biasanya nasihat itu, divisualisasikan dalam alur
cerita berupa kejadian dalam sebuah scene ataupun dialog
tokoh kultural.
Namun, terkadang makna yang terkandung dalam sebuah
adegan cerita kurang disadari oleh para penonton pada
umumnya. Mengenai makna, Devito mengatakan “Isyarat
mempunyai kebebasan makna (arbitrary); mereka tidak
memiliki karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang
mereka gambarkan, karena kitalah yang secara bebas
menentukan arti atau maknanya.”7
Dengan terjadinya persaingan program siaran, tentu saja
sebuah program televisi harus mendapat perhatian khusus bagi
mereka yang berkecimpung dalam media penyiaran, dalam
arti untuk terus menerus berupaya meningkatkan program
siarannya, kalau tidak ingin ditinggalkan penontonnya.8 Acara
televisi yang berhubungan dengan misi pembangunan adalah
7 Joseph A. Devito, Komunikasi AntarManusia , (Tangerang Selatan:
KARISMA Publishing Group, 2011), h.131. 8 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta:
Duta Wacana University Press, 1994), h.14.
6
paket sinetron. Tampilan sinetron televisi mempunyai
beberapa unsur yaitu cerita sinetron umumnya sesuai dengan
realitas kehidupan masyarakat dan isi sinetron harus mampu
menyampaikan soal pembangunan fisik maupun mental. Ada
beberapa faktor yang membuat sinetron disukai yaitu isi
pesannya sesuai dengan realitas sosial, isi pesannya
mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya, dan isi
pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau
persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.9
Memiliki alur cerita yang menarik dan dikemas sesuai
realita yang terjadi dimasyarakat, sinetron-sinetron Indonesia
masih mempunyai tempat yang eksklusif di hati para
penggemar sinetron. Meskipun cerita sudah bisa ditebak, tapi
dengan adanya sinetron yang ada di televisi, masyarakat
Indonesia merasa cukup terhibur. Jadi sebenarnya dunia
persinetronan di Indonesia tidak telalu buruk juga, buktinya
masih banyak kelompok masyarakat yang menanti kehadiran
sinetron-sinetron dilayar televisi mereka.
Perkembangan teknologi tidak hanya dibidang media
massa saja, tetapi juga dibidang transportasi. Empat tahun
terakhir ini sarana transportasi darat memiliki inovasi baru
dalam pelayanannya, yaitu sistem yang berbasis online.
Melihat perkembangan ini, sinetron serial Tukang Ojek
Pengkolan yang mengangkat kehidupan tukang ojek dari
kampung Rawa Bebek tayang di RCTI, hadir di tengah-tengah
9 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media
Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), H. 77
7
masyarakat untuk mengingatkan kita bahwa ojek
konvensional juga masih ada perannya di lingkungan
masyarakat Indonesia khususnya di wilayah perkotaan yang
sekarang sudah didominasi oleh ojek yang berbasis online.
Permasalahan yang muncul dalam sinetron Tukang Ojek
Pengkolan seringkali dilatar belakangi oleh antarbudaya yang
berbeda-beda. Ketika orang-orang dari budaya yang berlainan
berkomunikasi, penafsiran keliru atas sandi merupakan
pengalaman yang lazim. Komunikasi antarbudaya dapat
terjadi dalam konteks komunikasi manapun. Setiap kali
komunikasi antarbudaya terjadi, perbedaan kerangka rujukan
(frame of reference) peserta komunikasi membuat komunikasi
lebih rumit dan sulit dilakukan, terutama karena pemain
mungkin tidak menyadari semua aspek budaya individu
lainnya.10
Dan dari perbedaan tersebut akan berpengaruh dalam
indivdu menyelesaikan setiap masalah yang diperankan oleh
masing-masing pemain/ aktor. Meskipun berbagai kelompok
budaya sudah sering berinteraksi, bahkan dengan bahasa yang
sama sekalipun, tidak berarti komunikasi akan berjalan mulus
atau bahwa dengan sendirinya akan tercipta saling
pengertian.11
10 Stewart Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication. Konteks-
konteks komunikasi. Penerjemah: Dedi Mulyana dan Gembirasari, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1996), h.236 11 Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2009), h.9.
8
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini memang tidak murni
bernuansa Islam. Tetapi dalam realitanya, secara tidak
langsung sinetron ini banyak menyampaikan pesan-pesan
moral yang dapat membangun akhlak kepada penontonnya.
Seperti, istri menghormati suami, menghormati orang tua,
ikhtiar dalam mencari rezeki untuk keluarga dan silaturahmi
antar tetangga.
Sejak awal kemunculan sinetron Tukang Ojek Pengkolan
ini hanya direncanakan untuk dibuat sebanyak 60 episode saja.
Namun, sejalan dengan perkembangan dan semakin bagusnya
respon dari pemirsa yang menyaksikan tayangan sinetron ini
membuat rating tayangan ini terus meningkat. Hingga sampai
saat ini, sinetron Tukang Ojek Pengkolan sudah mencapai
lebih dari 1.000 episode. Setelah menembus 1.000 episode
pada januari 2018, sekarang sinetron Tukang Ojek Pengkolan
mengejar target lebih tinggi, yakni mengalahkan sinetron
Tukang Bubur Naik Haji, yang masih menyandang rekor
sebagai sinetron dengan jumlah episode terpanjang di
Indonesia, yakni mencapai 2.185 episode.
Berdasarkan fakta di atas, terlihat bagaimana besar minat
penonton dalam mengikuti alur cerita yang disajikan oleh
penulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan dalam
membuat narasi yang sesuai dengan masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan nyata dan diperankan oleh aktor-
aktor dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan. Sinetron ini
pada umumnya memuat cerita tentang keadaan lingkungan,
9
kebudayaan suatu daerah dan kejadian tentang tingkah laku
manusia termasuk ke dalam sebuah karya sastra.12
Fakta mengenai keadaan seperti ini, mengunggah
keingintahuan penulis mengenai masalah yang diangkat bisa
menjadi kekuatan sebuah cerita dalam menghubungkan pola-
pola budaya yang diekspresikan melalui adegan yang dikemas
secara komedi tanpa mengenakan nuansa Islam sehingga
sinetron ini terus mendapatkan rating yang tinggi. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk melakukan Analisis Narasi
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam
Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-
Islaman.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan di atas maka penulis membatasi masalah agar
ruang lingkup pada penelitian kali ini fokus, terarah dan
tidak meluas. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana narasi pada sinetron Tukang Ojek
Pengkolan berdasarkan perspektif Komunikasi antar
Budaya?
12 Alam Tahruddin, Analisis Pendekatan Struktur dan Nilai Budaya
dalam Kumpulan Cerita Pendek Jodoh karya A. A Navis (Tesis Program
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011).
10
b. Bagaimana narasi pada sinetron Tukang Ojek
Pengkolan berdasarkan perspektif nilai-nilai ke-
Islaman?
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka
perumusan masalahnya adalah bagaimanakah Analisis
Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam
Perspektif Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-
Islaman?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui hasil dari Analisis Narasi Sinetron
Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam Perspektif
Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai Ke-Islaman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Dengan penelitian ini dapat diharapkan dapat
memperbanyak teori-teori yang ada dalam ilmu
komunikasi terutama studi analisis narasi dan dapat
digunakan sebagai acuan ilmiah maupun referensi dalam
pengembangan ilmu komunikasi, khususnya pada tataran
kajian komunikasi antarbudaya. Dan juga untuk
merepresentasikan nilai-nilai ke-Islaman yang tersirat
kepada khalayak. Sehingga dapat memberikan manfaat dan
11
kontribusi bagi kajian Ilmu Dakwah dan Komunikasi
khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
bagi para praktis dan aktivis dalam penyampaian pesan-
pesan komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islaman
dengan kemasan yang menarik disetiap karya yang
diciptakan. Selanjutnya diharapkan agar penelitian ini
memiliki kesan positif bagi pembaca, agar dapat memilah
tayangan berkualitas yang tidak hanya menghibur tetapi
juga memiliki nilai positif agar dapat di terapkan dalam
kehidupan nyata.
E. Review Kajian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis
dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat
memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian
yang dilakukan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang
penulis tinjau dari beberapa judul penulis tidak menemukan
penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian
penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian
sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada
penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu
terkait dengan penelitian yang akan dilakukan penulis.
1. Skripsi oleh Dini Indriani dari Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Konsentrasi Komunikasi Penyiaran
12
Islam dengan judul “Analisis Narasi Pesan Moral dalam
Novel Bumi Cinta” pada tahun 2013.
Hasil dari penelitian ini adalah menggali pesan moral yang
ada dalam novel bumi cinta. Persamaan dengan judul yang
akan penulis teliti adalah sama-sama menggunakan jenis
metode penelitian analisis narasi yang sama-sama
menggali isi pesan dari sebuah karya sastra. Sedangkan
perbedaannya terletak pada karya sastra sebagai objek yang
diteliti adalah sebuah novel bukan film/ sinetron seperti
yang akan penulis teliti.
2. Tesis oleh Indra Dita Puspito, S, Sos. I dari Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Magister
Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul “Analisis
semiotika makna cinta dalam komunikasi antarbudaya
pada film Assalamualaikum Beijing” pada tahun 2017
Hasil dari penelitian ini adalah menggali makna cinta
dalam film. Assalamualaikum Beijing. Persamaan dengan
judul yang akan penulis teliti adalah sama-sama menggali
sebuah pesan dalam perspektif komunikasi antarbudaya.
Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian
yang telah digunakan oleh peneliti adalah analisis
semiotika.
3. Skripsi oleh Abdu Rahman dari Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Konsentrasi Komunikasi Penyiaran
Islam dengan judul “Pesan Dakwah Dalam Sinetron Emak
Ijah Pengen Ke Mekkah (Analisis Isi)” pada tahun 2015.
13
Hasil dari penelitian ini adalah menggali pesan dakwah
yang ada dalam Sinetron Emak Ijah Pengen Ke Mekkah.
Persamaan dengan judul yang akan penulis teliti adalah
sama-sama meneliti sebuah sinetron yang bersifat kejar
tayang dan sama-sama menggunakan pendekatan
kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode
penelitian yang telah digunakan oleh peneliti adalah
analisis isi.
4. Skripsi oleh Shifa Maharani dari Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Komunikasi Penyiaran
Islam dengan judul “Analisis Naratif Komunikasi
Antarbudaya Dalam Film La Tahzan” pada tahun 2016.
Hasil dari penelitian ini adalah menggali pesan Komunikasi
Antarbudaya yang ada dalam film La Tahzan. Persamaan
dengan judul yang akan penulis teliti adalah sama-sama
menggunakan jenis metode penelitian analisis narasi yang
sama-sama menggali isi pesan dari sebuah karya sastra
visual. Sedangkan perbedaannya terletak pada judul film/
sinetron dan variabel yang akan penulis teliti.
14
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah salah satu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata.13 Paradigma
tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan
praktisinya. Paradigma menunjukan apa yang penting,
absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,
menunjukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan
tanpa melakukan pertimbangan eksistensial atau
epitimologis yang panjang.14
Penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivisme. Menurut Paatton, para peneliti
konstruktivis mempelajari beragam realita yang
terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi
tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain15.
Artinya, paradigma tersebut menyatakan bahwa para
tokoh/ pemain dalam sinetron tersebut dapat
menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategori
konseptual dari pikiran.
2. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan analisis narasi, yaitu studi
13 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 6. 14 Dedi Mulyana, op.cit, h. 9. 15 Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation
Methods, 3rd Edition. (Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc.,
2002), h. 96-97
15
tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka fungsi
bahasa (pragmatic)16. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku
yang diamati.
Penelitian kualitatif berusaha mencari apa yang ada
dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi fenomena
dalam dan lebih menekankan pada makna dan proses
daripada hasil dari suatu aktifitas17. Metode analisis narasi
berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada
pertanyaan “Apa” (What), analisis narasi lebih melihat
“Bagaimana” (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi.
Dengan metode ini, tidak hanya diketahui pesan apa saja
yang terkandung dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan,
tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian
rupa dalam bentuk cerita.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif adalah wujud metodologis yang
menggunakan pendekatan subjektif. Dimana data-data
yang dikumpulkan untuk diteliti berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka seperti penelitian kuantitatif.
Pendekatan penelitian subjektif berusaha menjelaskan
16 Alex Sobur, Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001). h.18.
17 Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.
16
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang kerangka
pemikiran atau subjek penelitian.
Subyek dalam penelitian ini adalah sinetron Tukang
Ojek Pengkolan yang tayang di RCTI. Sedangkan objek
penelitiannya adalah narasi dialog skenario dalam sinetron
Tukang Ojek Pengkolan yang berkaitan dengan
komunikasi antar budaya dan nilai-nilai ke-Islaman yang
disampaikan di dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan.
4. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di kediaman
penulis skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Sokat
Rachman yang berlokasi di Jalan Nusa Indah RT007/
RW012 Jakarta 11740 dan situs penelitiannya di lokasi
syuting sinetron Tukang Ojek Pengkolan yaitu, Jl. Karang
Tengah Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Kota Jakarta
Selatan.
5. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang
mengumpulkan dan menggunakan catatan arsip berupa
data yang diperoleh dari rekaman visual sinetron
Tukang Ojek Pengkolan. Rekaman tersebut dibagi
menjadi per-scene kemudian dipilih adegan mana yang
mempunyai keterkaitan dengan rumusan masalah yang
akan digunakan dalam penelitian. Selain rekaman
17
visual, penulis juga akan menggunakan skenario yang di
tulis oleh Sokat Rachman. Setelah itu, penelitian ini
mempelajari data tertulis seperti buku yang terdapat
diperpustakaan dan internet terkait dengan analisis
narasi.
b. Observasi
Observasi adalah kegiatan yang berhubungan
dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan
riset.18 Penulis akan melakukan observasi langsung
yaitu dengan pengamatan langsung ke lokasi syuting
untuk mengamati fenomena-fenoma yang ada. Selain
itu, kegiatan observasi ini bertujuan untuk melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.19
Alasan peneliti menggunakan metode observasi
karena dapat mengamati secara jelas, teliti dan mencatat
kejadian yang sebenarnya terjadi yang tidak terungkap
dalam wawancara.
c. Telaah Pustaka
Teknik ini digunakan dengan cara melakukan
penyelidikan bahan-bahan materi melalui buku-buku
referensi yang tersedia di perpustakaan seperti buku
Analisis Narasi Karya Eriyanto pada halaman 161, buku
The Structural Study of Myth karya Claude Levi-Strauss,
18 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset,
1989) h. 92
19 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan
Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 76
18
buku Komunikasi Antar Budaya karya Jalaludin
Rakhmat dan buku-buku lainnya yang membantu
menunjang keberhasilan dalam penelitian ini.
d. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang
terjadi antara dua orang, dalam hal ini melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berlandaskan atas tujuan tertentu.20
Dalam hal ini wawancara sebagai suatu alat
pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa
jenis data. Penulis menggunakan teknik wawancara
terpimpin dan mendalam (dept interview), yaitu penulis
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis
persiapkan, kemudian dijawab oleh pemberi sumber
data dengan jelas dan terbuka, dengan menggunakan
alat panduan wawancara yaitu, recorder. Narasumber
yang diwawancarai yaitu, penulis naskah skenario
dialog dan Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek
Pengkolan, Bapak Sokat Rachman.
6. Teknik Analisis Data
Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data
yang dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis
data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
20 Deddy Mulyana, op.cit, h. 180.
19
catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data yang kedalam kategori,
menjabarkan unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan di olah dalam tabel
analisis serta membuat kesimpulan agar mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.21
Oleh karena itu secara ringkas dalam menganalisa
data, penulis akan melakukan tiga tahapan analisa menurut
Miles dan Huberman yakni reduksi data (data reduction),
paparan data (data display) dan penarikan kesimpulan
(conclusion). Analisis data kualitatif ini dilakukan secara
bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung,
artinya kegiatan tersebut dapat dilakukan selama dan
sesudah pengumpulan data. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara, dokumentasi maupun catatan di lapangan akan
diorganisasikan kedalam konsep teori yang digunakan.
21 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Alfabeta,
2010), h. 89.
20
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Komunikasi Antarbudaya
1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang
terjadi di antara orang- orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau
gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah
cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok
orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.22
Budaya dalam komunikasi tidak dapat dipisahkan,
karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara
dengan siapa, tentang apa dan bagaimana manusia
menyandikan pesan, namun makna yang dimiliki untuk
pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim,
memperhatikan dan menafsirkan pesan.23
Ada 3 hal yang harus di perhatikan dalam komunikasi
antarbudaya, yaitu: Pertama, orang dari budaya yang
berbeda akan berkomunikasi secara berbeda; Kedua,
melihat cara perilaku masing-masing budaya yang bersifat
arbiter; ketiga, cara kita berpikir tentang perbedaan budaya
mungkin tidak ada kaitannya dengan cara kita
22 Stewart Tubbs dan Sylvia Moss. op.cit, h. 236. 23 Lusiana Andriani Lubis. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya.
(Medan: Seri Diktat, 2012), h. 1.
21
berperilaku.24 Karena Secara umum komunikasi sendiri
dapat diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan masalah hubungan atau diartikan
pula saling tukar-menukar pendapat atau komunikasi dapat
juga diartikan hubungan kontak antar manusia baik
individu maupun kelompok.25
Komunikasi membangun kontak-kontak manusia
dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha
memahami kehendak diantara keberagaman, sikap dan
perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala
seseorang menjadi makin luas.26 Keberagaman budaya
sangat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi. Ketika
berinteraksi dengan berbeda budaya, seseorang tentu saja
mempunyai gambaran diri dan karakteristik masing-
masing.
Kebiasaan yang sudah membudaya dalam proses
interaksi, tanpa sengaja ikut terbawa dalam kehidupan
sehari-hari, dimana hal ini dapat dilihat dari pola berbicara
dan mimik wajah seseorang terhadap lainnya. Penelitian ini
menggunakan teori negosiasi Wajah yang dikewajahkan
oleh Stella Ting Toomey. Sebelum membahas terkait
dengan teori tersebut, perlu dijelaskan konsep negosiasi
24 Joseph Devito. Komunikasi Antarmanusia, Kuliah Dasar.
Penerjemah: Agus Maulana. (Jakarta: Profesional Books, 1997), h. 473. 25 H.A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta,
Rieneka Cipta, 2000), h. 13. 26 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persad, 2005), h. 32
22
wajah untuk membantu memberikan pemahaman dalam
penelitian ini.
2. Negosiasi Wajah/ Face-negotiation
Negosiasi wajah adalah teori yang mengakui bahwa
orang dari budaya berbeda memiliki bermacam pemikiran
mengenai “wajah” orang lain. Pemikiran tersebut
menyebabkan mereka menghadapi konflik dengan cara
yang berbeda.27 Teori negosiasi wajah dikembangkan oleh
Stella Ting Toomey. Dalam teori ini memberikan sebuah
dasar untuk memperkirakan bagaimana karya wajah dalam
sebuah kebudayaan yang berbeda.
Teori Negosiasi Wajah merupakan teori yang
multisisi, menggabungkan penelitian dari komunikasi
lintas budaya, konflik, kesantunan, dan facework. Seperti
pernyataan Ting-Toomey dalam West & Turner, “Budaya
memberikan bingkai interpretasi yang lebih besar di mana
‘wajah’ dan ‘gaya konflik’ dapat diekspresikan dan
dipertahankan secara bermakna”. Ting-Toomey
mendasarkan teorinya pada wajah dan facework,
selanjutnya akan dibahas apa itu wajah dan facework. Teori
negosiasi wajah adalah satu dari sedikit teori yang secara
eksplisit mengakui bahwa orang dari budaya yang berbeda
memiliki bermacam pemikiran mengenai “wajah” orang
27 Stella Ting Toomey, “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard West
dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi:
Introducing Communication Theory: Analysis and Aplication, terj. Maria
Natalia (Jakarta: Salemba Humanika, 2007), h. 161
23
lain. Pemikiran ini menyebabkan mereka menghadapi
konflik dengan cara yang berbeda28
Wajah merupakan fitur yang penting dalam kehidupan,
dan sebuah metafora bagi dirinya yang diyakini. Ting
Toomey dan koleganya mengamati bahwa wajah berkaitan
dengan nilai diri yang positif atau memproyesikan nilai lain
dalam situasi interpersonal.
Wajah dikonseptualisasikan seperti bagaimana
seseorang ingin orang lain melihat dirinya dan
memperlakukan dirinya serta bagaimana seseorang
memperlakukan orang lain bersamaan dengan harapan
konsepsi sosial mereka sendiri.29 Wajah melibatkan
penampilan dari bagian depan yang beradab kepada
individu lain. Ting Toomey dan koleganya menyimpulkan
bahwa wajah sebagai fenomena lintas budaya, yang artinya
ialah semua individu dalam semua budaya memiliki dan
mengelola wajah, wajah melampaui semua budaya.
Menurut Ting Toomey wajah dapat diintepretasikan
dalam dua cara, yakni: kepedulian akan wajah (face
concern) dan kebutuhan akan wajah. Kepedulian akan
wajah berkaitan dengan wajah seseorang maupun orang
lain, dengan kata lain tedapat kepentingan diri sendiri
28 Stella Ting Toomey, “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard West
dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi:
Introducing Communication Theory: Analysis and Aplication, terj. Maria
Natalia, h. 162 29 Stella Ting Toomey, Facework/ Face Negotation Theory, 1. Diakses
1 Maret 2018. https://www.researchgate.net/publication/248925162 diakses
pada tanggal 2 Maret 2018.
24
dengan kepentingan orang lain. Adapun kebutuhan akan
wajah merujuk pada keinginan otonomi dan tidak
dikekang.30
3. Aspek Komunikasi Antarbudaya
Berapa aspek komunikasi antarbudaya dalam teori
negosiasi wajah mencakup komponen-komponen penting
dalam teori ini, yaitu: wajah, konflik, dan budaya. Adapun
aspek yang menuntun pemikiran dari teori Stella Ting
Toomey diantaranya:31
a. Identitas diri penting dalam interaksi interpersonal,
dan individu-individu menegosiasikan identitas
mereka secara berbeda dalam budaya yang berbeda.
b. Manajemen konflik dimediasi oleh wajah dan budaya.
c. Tindakan-tindakan tertentu mengancam/ memperbaiki
citra diri seseorang yang ditampilkan (wajah).
Aspek pertama menekankan pada identitas diri atau
ciri pribadi. William Cupach dan Sandra Metts ketika
dalam diskusi mengenai wajah, mengamati bahwa ketika
orang bertemu, mereka mempresentasikan citra diri mereka
dalam sebuah interaksi. Citra tersebut adalah identitas yang
diharapkan dan diinginkan agar diterima orang lain.
Identitas diri mencakup pengalaman kolektif seseorang,
pemikiran, ide, memori, dan rencana. Identitas diri tidak
bersifat stagnan, akan tetapi dinegosiasikan dalam interaksi
30 Stella Ting Toomey, “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard West
dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi:
Introducing Communication Theory: Analysis and Aplication, h. 163. 31 Ibid.
25
dengan orang lain. Aspek pertama negosiasi wajah adalah
keyakinan bahwa para individu di dalam semua budaya
memilki beberapa citra diri yang berbeda dan mereka
menegosiasikan citra diri secara terus menerus. Ting
Toomey berpendapat bahwa rasa akan diri seseorang
merupakan hal yang sadar atau tidak sadar.
Dalam arti, banyak budaya yang berbeda, orang-orang
membawa citra yang mereka presentasikan kepada orang
lain secara kebiasaan atau strategis. Ting Toomey percaya
bahwa bagaimana seseorang mempersepsikan diri sendiri
dan bagaimana seseorang ingin orang lain untuk
memersepsikan mereka merupakan hal yang sangat penting
dalam komunikasi.
Aspek kedua dari teori negosiasi wajah berkaitan
dengan konflik bahwa konflik dapat merusak wajah sosial
seseorang dan dapat mengurangi kedekatan hubungan
antara dua orang. Sebagaimana yang dinyatakan Ting
Toomey konflik adalah forum kehilangan wajah dan
penghinaan terhadap wajah, konflik mengancam wajah
kedua pihak dan ketika terdapat negosiasi yang tidak
bersesuaian dalam menyelesaikan konflik (seperti
menghina orang lain, memaksakan kehendak, dan lainlain),
konflik dapat mempengaruhi situasi. Cara manusia
diasosiasikan ke dalam budaya mereka mempengaruhi
bagaimana mereka mengelola konflik.
Dalam mengelola konflik, ada beberapa gaya
diantaranya: menghindar, menurut/ mengikuti,
26
berkompromi, mendominasi, dan mengintegrasikan.32
Gaya menghindar, orang akan berusaha menjauhi
kesepakatan dan menghindari pertukaran dengan orang
lain. Gaya menurut (obliging) yakni mencakup akomodasi
pasif yang berusaha memuaskan kebutuhan orang lain.
Gaya berkompromi, individu-individu berusaha untuk
menjelaskan jalan tengah untuk mengatasi jalan buntu dan
menggunakan pendekatan memberi-menerima sehingga
kompromi dapat dicapai. Adapun gaya mengintegrasikan
digunakan untuk menemukan solusi dari masalah.
Aspek ketiga teori negosiasi berkaitan dengan dampak
yang diakibatkan oleh suatu tindakan terhadap wajah. Ting
Toomey dan Mark Cole menyusun proses ancaman
maupun mencari daya tarik atau pemulihan citra diri
terhadap wajah: penyelamatan wajah dan pemulihan wajah.
Penyelamatan wajah mencakup usaha-usaha untuk
mencegah peristiwa yang dapat menimbulkan kerentanan
atau merusak citra seseorang. Adapun, pemulihan wajah
terjadi setelah kehilangan wajah. Berdasarkan pengamatan
Ting Toomey dan Cole bahwa orang berusaha untuk
memulihkan wajah dalam respon akan suatu peristiwa.
32 Stella Ting Toomey, “Face-Negotiation Theory” dalam A First Look
at Communication Theory, Sixth Edition (New York: McGraw Hill Higher
Education, 2003), h. 445
27
B. Nilai-nilai Ke-Islaman
1. Pengertian Nilai-nilai Ke-Islaman
Pada dasarnya konsep umum yang ada dalam
masyarakat kita tentang istilah nilai merupakan konsep
ekonomi. Hubungan suatu komoditi atau jasa dengan
barang yang mau dibayarkan seseorang untuk
memunculkan konsep nilai. Sedangkan makna spesifikasi
nilai dalam ekonomi adalah segala sesuatu yang di inginkan
dan diminta oleh manusia yang dapat memenuhi
kebutuhan, maka barang itu mengandung nilai.33
Akan tetapi makna nilai dalam pembahasan ini
berbeda dengan konsep nilai dalam bidang ekonomi dan
karena pembahasan ini berobjek pada manusia dan
prilakunya, maka kita akan berbicara mengenai hal-hal
yang dapat membantu manusia agar dapat lebih bernilai
dari sudut pandang Islam.
Menurut Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah
suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini
sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang
khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan
maupun perilaku.34 Kalau definisi nilai merupakan suatu
keyakinan atau identitas secara umum, maka
penjabarannya dalam bentuk formula, peraturan atau
ketentuan pelakasanaannya disebut dengan norma. Dengan
33 M. Taqi Mishbah, Monoteisme Sebagai Sistem Nilai dan Aqidah
Islam, (Jakarta : Lentera, 1984), h. 111 34 Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
1984), h. 260
28
kata lain, norma merupakan penjabaran dari Nilai sesuai
dengan sifat dan tata nilai.
2. Sumber Nilai-nilai Ke-Islaman
Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari
sumbernya, maka dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Ilahi
Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah
keimanan) tidak akan pernah mengalami perubahan, dan
tidak berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti
selera hawa nafsu manusia. Sedangkan aspek
alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan
zaman dan lingkungannnya.
Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad. Ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an itu
terdiri terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang
berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut
aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang
disebut syari’ah35
As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengfan
35 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,
2006), h. 31
29
pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain
yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja
kejadian atau perbuatan itu berjalan
b. Insani
Insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang
atas kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus
berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi.
Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat, budaya dan
kenyataan alam.36
Urf adalah suatu perbuatan dan perkataan yang
menjadikan jiwa merasa tenang mengerjakan suatu
perbuatan, karena sejalan dengan akal sehat yang
diterima oleh tabiat yang sejahtera, namun tidak semua
budaya yang menjadi dapat dijelaskan dasar ideal
pendidikan Islam, melainkan setelah melalui seleksi
terlebih dahulu. Mas’ud Zuhdi mengemukakan bahwa
urf yang dijadikan dasar pendidikan Islam itu tidak
bertentangan dengan ketentuan nash, baik itu Al-Qur’an
maupun Hadits dan tradisi yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan akal sehat dan tabiah sejahtera,
serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan, dan
kemudharatan.
3. Aspek Nilai-nilai Keislaman
Nilai-nilai Ke-Islaman yang utama adalah yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Nilai-nilai
36 Muhaimin, Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung :
Bumi Aksara, 1991), h. 111
30
Islam itu menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia,
yaitu nilai Aqidah, Syariat dan Akhlak.
a. Aqidah
Aqidah dalam bahasa Arab ialah ikatan atau
sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan
menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu.
Sedangkan dalam pengertian tekhnis adalah iman atau
keyakinan. Aqidah etimologis berarti ikatan sangkutan;
secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan, iman.37
Implementasi aqidah dalam individu dapat berupa
perwujudan enam rukun iman dalam kehidupan
manusia. Dalam berkeluarga aqidah mengajarkan kita
untuk saling menghormati dan saling menyayangi sesuai
dengan ajaran islam, Aqidah juga sangat penting dalam
hidup bermasyarakat, karena dapat menjaga hubungan
dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan
berbagai cara, antara lain dengan saling menghargai
satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang
tentram dan harmonis.
b. Syariat
Secara etimologi syariat berarti memberi peraturan
atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-
hambanya, seperti puasa, shalat, haji zakat dan seluruh
kebijakan. Syariat Islam ialah suatu sistem norma Ilahi
yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
37 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran
tentang Islam dan Ummatnya (Jakarta: CV. Rajawali, 1969), h. 27.
31
hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan
manusia dengan alam lainnya.38
Syariat Islamiyyah adalah hukum atau peraturan
Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat
Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri
kehidupan, syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian
seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia
maupun di akhirat, yang diwahyukan kepada nabi besar
Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci Al-Qur’an,
sunnah atau hadist nabi. Syariah Islam merupakan
panduan menyeluruh dan sempurna seluruh
permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
Penerapa syari’at Islam di kehidupan sehari-hari
tentu saja menyangkut aspek kehidupan individual.
Sebagai contoh, dalam hubungan seorang individu
dengan Allah, penerapan syari’at Islam dapat
dilaksanakan dengan cara melalukan perintah-Nya dan
menjauhkan larangan-Nya.
c. Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan
akhlak adalah jamak dari khulk. Khulk didalam kamus
al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Pada hakikatnya khulk atau akhlak ialah
suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa
dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbul
38 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran
tentang Islam dan Ummatnya, h.28
32
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran.39
Akhlak adalah suatu sifat yang sudah tertanam
dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu
perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa melalui proses
berpikir yang lama. Maka jika sifat tersebut melahirkan
suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan
norma agama, dinamakan akhlak baik. Tetapi manakala
ia melahirkan tindakan buruk, maka dinamakan akhlak
buruk.40
Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan
ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya
berkaitan dengan pola hubungan.
1) Akhlak sebagai Makhluk Sosial
Akhlak kepada masyarakat mempelajari tentang
bagaimana cara kita bertingkah laku di masyarakat.
Tujuan dari kehidupan bermasyarakat diantaranya
ialah menumbuhkan rasa cinta, perdamaian, tolong-
menolong, yang merupakan fondasi dasar dalam
masyarakat Islam.
Kita harus memperhatikan saudara (kaum
muslim semuanya) dan juga tetangga kita. Tetangga
selalu ada ketika kita membutuhkan bantuan. Seperti
39 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), cet. Ke-3, h.1 40 Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumi al-Din, Juz III, (Bayrut, Dar al-Fikr, tt),
h.52
33
yang diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
“Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga
ia menyukai saudaranya sebagaimana ia
menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Kehidupan di masyarakat pastilah akan
menjumpai kegiatan silaturahim. Orang yang
berakhlak baik biasanya senang dengan bertamu atau
silaturahim karena ini dapat menguatkan hubungan
sesama muslim.
2) Akhlak Bergaul dengan Lawan Jenis
Yang harus di perhatikan dalam bergaul dengan
lawan jenis adalah agar kita senantiasa menjaga
hijab, artinya tidak terlalu bercampur baur dengan
lawan jenis agar kita senantiasa menjaga dijauhkan
dari fitnah. Selain itu, kita dilarang untuk berkhalwat
atau berduan dengan lawan jenis.
Rasulullah pun mengabarkan kepada umat
manusia agar senantiasa berhati-hati dalam bergaul
dengan lawan jenis karena dapat membuka pintu
fitnah.
“Tidaklah ku tinggalkan setelahku suatu fitnah
yang lebih berbahaya laki-laki melainkan fitnah
yang datang dari wanita”. (HR. Muttafaqun
Alaih)
34
3) Akhlak dalam Keluarga
Dalam suatu keluarga keutuhan sangat
diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan,
saling membantu dan lain-lain, dapat
mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada
diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang
tua untuk membantu anak menginternalisasi nilai-
nilai moral dapat terwujud dengan baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang
ditandai oleh adanya keharmonisan hubungan atau
relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan
saling menghormati dan saling memberi tanpa harus
diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif
dan sebagai pengawas tertinggi yang lebih
menekankan pada tugas dan saling menyadari
perasaan satu sama lainnya.
Sikap orang tua lebih banyak pada upaya
memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis
pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak
dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak
harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta
pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat
mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian
yang sejati sesuai dengan ajaran agama yang
diberikan kepadanya.
35
Begitupun sebaliknya, anak terhadap orang tua.
Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua
dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak
menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila
kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan,
tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin
hubungan dengan baik.
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang
istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya
menempatkan orang tua pada posisi yang sangat
istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga
menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya
durhaka kepada keduanya menempati posisi yang
sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang
sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan
regenerasi umat manusia.
Selain itu, akhlak dalam keluarga antara suami
dan istri selanjutnya adalah saling mengetahui peran
masing-masing. Mengetahui hak dan kewajiban
suami istri juga perlu agar antara suami dan istri dapat
berjalan beriringan dalam menjalankan rumah
tangga.
Selain itu, hal itu juga agar semua pihak dapat
mengetahui tanggung jawab masing-masing
sehingga dapat saling menghormati. Pola rumah
tangga dengan kondisi salah satu pihak mendominasi
tidak bisa dibenarkan karena dapat menggerus
36
kemauan antara suami dan istri sehingga dapat
meruntuhkan keluarga yang sudah dibangun.
4) Akhlak dalam Pekerjaan
Islam memandang bahwa bekerja merupakan
satu kewajiban bagi setiap insan. Karena dengan
bekerja, seseorang akan memperoleh penghasilan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan
juga keluarganya serta dapat memberikan maslahat
bagi masyarakat di sekitarnya.
Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam
bekerja yang dilakukan oleh setiap insan, diperlukan
akhlak yang membingkainya, sehingga nilai-nilai
luhur tersebut tidak hilang sirna sia-sia. Bekerja
dengan ikhlas karena Allah SWT, itqon/ tekun dan
sungguh-sungguh dalam bekerja, jujur dan amanah.
Dari penjabaran sumber dan aspek dalam Islam di atas,
kita dapat mengetahui bentuk konkrit dari nilai-nilai itu, maka
kita harus melihat nilai dari sudut pandang mana kita bisa
meninjaunya sebagai tolak ukur. Karena hal ini
mempermudah bagi kita semua untuk mengetahui apakah
sesuatu yang kita lakukan sudah mengandung nilai-nilai Islam
atau belum.
C. Sinetron
Istilah sinetron atau Telesinema, secara gramatikal yang
dimaksud kata Tele dalam istilah Telesinema adalah televisi.
Istilah Telesinema merupakan terjemahan bahasa indonesia
37
dari bahasa inggris: tele (vision) sinema. Dengan demikian
istilah telesinema berarti “Sinema Televisi” atau dipendekan
menjadi sinetron41.
Sinetron adalah sebuah sinema eletronik tentang sebuah
cerita yang ada di dalamnya membawa misi tertentu kepada
pemirsa. Misi ini dapat berbentuk pesan moral untuk pemirsa
atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat sehari-
hari42.
Sedangkan definisi lainnya tentang sinetron yaitu,
sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari
berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh
memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus
dirangkum menjadi suatu kesimpulan.
Akhir certita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering
kali tanpa penyelesaian (open ended). Cerita dibuat
berpanjang-panjang selama masih ada audien yang
menyukainya. Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam
bebgerapa episode. Sinetron yang memiliki episode terbatas
disebut dengan miniseri. Episode dalam suatu miniseri
merupakan bagian dari cerita keseluruhan.
Adapun pengertian sinetron sendiri menurut Undang-
undang perfilman ayat 1 pasal 1 adalah:
“Pengertian sinetron sama dengan pengertian film, yaitu
karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
41 Muh.Labib. Potret Sinetron Indonesia (Jakarta: PT. Mandar Utama
Tiga Books Division, 2002), h. 66 42 Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media
Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 120
38
komunikasi pandang dengan yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada seluloid, pita
video, piringan video, dan bahkan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran
melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya
dengan atau tanpa suara, dapat dipertunjukkan atau
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik
atau yang lainnya.”43
Drama/ sinetron memiliki berbagai jenis genre cerita,
setiap genre tentunya memiliki cirinya masing-masing.
Beberapa jenis itu antara lain:
1. Drama Tragedi
Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita
yang berakhir dengan duka lara atau kematian/ sad ending.
2. Drama Komedi
Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang
paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita
lucu, semua konflik untuk menimbulkan kesan lucu. Jenis
drama ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis lagi:
a. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan
berasal dari para pemainnya, melainkan karena
situasinya. Antara lain, Ronaldowati.
b. Komedi Slapstik, cerita lucu yang diciptakan dengan
adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerakan
vulgar dan kasar. Antara lain, Di Sini ada Tuyul.
43 Draft Naskah Akademis Rancangan Revisi UU Perfilman.
Departemen Kebudayaan Pariwisata. Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan
Film. Direktorat Perfilman. 2006. h.7
39
c. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam.
Antara lain, Preman Pensiun.
d. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja
menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan
gerak laku lucu.44
3. Drama Horor
Jenis ini menampilkan cerita dan pengadeganan
dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal
yang menyeramkan. Misalnya sinetron Si Manis Jembatan
Ancol, Jadi Pocong dan Misteri Gunung Merapi.
4. Laga
Cerita laga berisi tentang kisah yang menampilkan
banyak adegan perkelahian atau pertempuran/peperangan.
Sinetron dengan cerita laga, misalnya Wiro Sableng dan
Tutur Tinular.
5. Drama Sejarah
Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang
menampilkan kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun
peristiwanya.
6. Melodrama
Jenis ini bersifat sentimental dan melankolis.
Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan
mendramatisir kesedihan. Tokoh protagonis dibuat
semenderita mungkin. Sinetron jenis ini antara lain, Putri
yang Tertukar, Tersanjung dan Orang Ketiga.
44 Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2004), h.35
40
Selain jenis yang telah disebutkan di atas, sinetron di
Indonesia memiliki tema-tema yang bisa dikatakan hampir
semuanya sama. Tema itu sendiri adalah pokok pikiran yang
melatar belakangi sebuah karangan yang meliputi latar waktu,
latar tempat, dan ruang lingkup. Atau dalam sinetron, tema
juga dapat dikatakan sebagai dasar cerita yang ingin
disampaikan oleh pemilik ide atau penulis skenario.
Berikut adalah tema-tema sinetron yang sering muncul di
televisi Indonesia:
1. Percintaan
Tema seperti ini banyak menghiasi sinetron atau film
di Indonesia. Tema ini ditandai dengan pembubuhan kata
“cinta” itu sendiri pada judul sebuah sinetron. Seperti:
Cinta Fitri dan Orang Ketiga.
2. Rumah Tangga
Tema ini biasanya bercerita tentang problematika
rumah tangga atau keluarga. Seperti: Inayah, dan
Keluarga Cemara.
3. Persahabatan
Tema ini biasanya bercerita tentang kehidupan anak
atau remaja yang bersekolah dalam sekolah yang sama
lalu membentuk geng. Cerita yang selalu ditonjolkan
seputar kehidupan tokoh utama dengan teman-teman satu
geng-nya. Seperti, Kepompong, Arti Sahabat, Get
Merried The Series.
41
4. Kepahlawanan
Tema ini biasanya digunakan dalam sinetro yang
ditujukan untuk anak-anak. Tokoh utama digambarkan
sebagai seseorang yang hebat serta memiliki kelebihan
dibandingkan tokoh yang lainnya. Seperti, Panji Manusia
Milenium dan Super Dede.
5. Religius
Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema
keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama
mayoritas saja. Konflik-konflik dan plot banyak disisipi
pemikiran-pemikiran keagamaan, demikian pula dengan
tokoh-tokohnya. Seperti: Kiamat Sudah Dekat dan Para
Pencari Tuhan.
Dalam penelitian ini, sinetron yang akan dianalisa
termasuk ke dalam tema sinetron drama komedi karena
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yang melibatkan konflik atau emosi yang
dikemas secara lucu khusus untuk ditayangkan di televisi, dan
termasuk pula dalam tema sinetron Rumah Tangga/ Keluarga
karena para pemeran dan ide cerita yang disampaikan
sebagian besar mengenai kehidupan rumah tangga sehari-
sehari. Sedangkan untuk kategori jenis sinetron termasuk
kedalam kategori serial karena dalam setiap episodenya
menampilkan sebab akibat dari masing-masing episodenya.
42
D. Teori Narasi
Menurut Branston and Stafford, narasi terdiri atas empat
macam, yaitu: Pertama, narasi menurut Todorov, memiliki
alur awal, tengah, dan akhir. Sedangkan menurut Propp, suatu
cerita pasti memiliki karakter tokoh. Sementara menurut
Levis-Strauss, suatu cerita memiliki sifat-sifat yang
berlawanan. Dan yang terakhir narasi menurut Joseph
Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan mitos.45
Namun, Peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut
Claude Levi-Strauss, karena sinetron ini temasuk dalam
kategori drama komedi dengan tema hidup berumah tangga.
1. Teori Narasi Menurut Claude Levi-Strauss
Dalam pemahamannya tentang narasi, Levi-Strauss
berpendapat bahwa struktur pembuatan makna tidak hanya
mitos, alur dan peran, melainkan terikat dengan oposisi
biner. Oposisi biner adalah kumpulan nilai-nilai yang
berlawanan, misalnya barat-timur, atas bawah, kaya-
miskin, langit-bumi, dan air-api. Bagi Levi-Strauss, oposisi
biner adalah the essense of sense making atau struktur yang
mengatur system pemaknaan, terhadap budaya dan dunia
tempat kita hidup.46
Levi-Strauss menggunakan gagasan Ferdinand de
Saussure dan Sigmund Freud untuk menemukan makna
dari suatu narasi. Makna itu menurut Levi-Strauss bisa
45 Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book (London
and New York: Routledg, 2003), h. 56-57. 46 Claude Levi-Strauss, The Structural Study of Myth (New York:
Doubleday Anchor 1972), h. 135.
43
ditemukan dari oposisi biner yang terdapat dalam suatu
narasi. Oposisi biner adalah kunci dimana kita bisa
memahami jalan pikiran, nalar atau logika dari si pembuat
narasi.47
Jika dibandingkan konsepsi mengenai fungsi karakter
(Propp) dan struktur narasi (Todorov) dengan konsepsi
Levi strauss, Menurut Berger, Propp dan Todorov
mengambil sisi sintagmatik dalam suatu narasi, sementara
Levi-Strauss mengambil sisi paradigmatik dari suatu teks.
Jika sintagmatik memberikan informasi mengenai apa yang
terjadi dalam teks, maka sisi paradigmatik memperlihatkan
struktur dalam atau makna dari suatu teks kepada kita.48
Konsep tentang sintagmatik dan paradigmatik berarti
bahwa kata-kata mempunyai relasi dengan kata lain
sehingga membentuk suatu pengertian melalui hubungan
asosiatif (paradigmatik) dan hubungan sintagmatik. Secara
definitif hubungan sintagatik adalah hubungan antara satu
tanda dengan tanda lain (satu kata dengan kata lain) dalam
suatu kesatuan (linear). Sementara hubungan paradigmatik
adalah relasi antara tanda-tanda dalam suatu paradigma
(kesamaan umum); unit-unit yang memiliki kesamaan
47 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam
Analisis Teks Berita Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h.
169. 48 Arthur Asa Berger, Media and Society: A Critical Perspektive,
Boulder: Rowman & Littlefield, 2003, h. 46.
44
karakteristik yang menentukan keanggotaannya dalam
paradigama tersebut.49
Pandangan Levi-Strauss ini berpegangan pada
pandangan linguistic structural yang mengungkapkan
bahwa inti dari fenomena pada dasarnya adalah relasi-
relasi yang membuat relasi tersebut menjadi focus utama.
Kendati kajian tersebut tidak secara eksplisit
mengiring pada pemahaman makna karya, namun melalui
oposisi biner atau konflik antara dua sifat yang berlawanan,
makna sebuah karya sastra juga akan tergambar.50 Sebuah
narasi apapun bentuknya, baik fiksi ataupun nonfiksi selalu
mempunyai oposisi biner.
Oposisi biner itu bisa dilihat dari rangkaian dan relasi
diantara kata, kalimat, gambar, dan adegan dari suatu
narasi. Jika suatu narasi mempunyai makna, maka makna
tersebut tidaklah terdapat pada unsur-unsurnya yang berdiri
secara sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain, tetapi
dari relasi diantara unsur-unsur tersebut.51 Artinya makna
dari suatu cerita dapat dilihat dan diketahui dengan cara
membuat relasi diantara unsur-unsur dari suatu cerita.
Oposisi biner merupakan struktrur dalam, dalam
sebuah narasi. Dapat dikatakan seperti itu karena struktur
ini tidak terlihat secara nyata. Karena struktur dalam baru
dapat ditemukan oleh peneliti setelah peneliti membongkar
49 Eriyanto, op.cit, h. 163. 50 Heldy S & Hri Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan
Karya Sastra (Yogyakarta: Galang Press, 2001), h. 107. 51 Eriyanto, op.cit., h. 171.
45
dan meneliti relasi dan rangkaian dari sebuah cerita dalam
film. Jika struktur luar sudah direncanakan oleh si pembuat
narasi atau film, semisal pembuat film kemungkinan telah
merencanakan bagian apa yang ditempatkan di awal, di
tengah dan bagian mana yang ditempatkan di akhir.
Sementara dalam struktur dalam, umumnya tidak
disadari oleh pembuat narasi atau film. Struktur dalam
tersebut baru dapat ditemukan setelah dibedah dan
dianalisis. Salah satu cara untuk mengetahui struktur dalam
dari suatu narasi yaitu dengan menggunakan Oposisi biner
(binary opposition) sebagaimana yang telah diperkenalkan
oleh Claude Levi Strausss.52
Oposisi biner selalu muncul di dalam setiap narasi. Hal
itu adalah selain karena secara sifat alamiah dasar manusia
yang melihat dunia dari dua sisi, ini juga berkaitan dengan
fungsi suatu narasi dalam masyarakat. Narasi sering
berguna dalam memberikan panduan kepada masyarakat,
memberikan arahan moral, menjaga tradisi dan sebagainya.
Dan hal tersebut dilakukan dengan memberikan garis yang
tegas antara apa yang benar dan tidak benar, apa yang baik
dan tidak baik. Maka, lewat narasi masyarakat dapat
mencoba untuk meneguhkan identitas dirinya.53
Oposisi biner adalah bagian yang tak terpisahkan
dalam setiap narasi, karena khalayak memang lebih mudah
52 Ibid, h. 161. 53 Eriyanto, op.cit., h. 171
46
memahami suatu cerita dengan jalan membuat oposisi atau
perbandingan berpasangan.
Menurut Levi Strauss, sisi paradigmatik dari suatu
bahasa adalah sebagai hal yang paling penting. Suatu teks
narasi, dapat digambarkan sebagai suatu garis, yang terdiri
atas sisi ordinal (x) dan sisi vertikal. Sisi ordinal adalah
sintagmatik, sementara sisi vertikal adalah paradigmatik.54
Dan dengan menggunakan oposisi biner dari sisi
paradigmatik dari suatu narasi, kita dapat menemukan
makna dalam dari suatu narasi.55
2. Sekilas Tentang Claude Levi-Strauss
Claude Lévi-Strauss (1908-2009) adalah seorang ahli
antropologi dan etnografi terkewajah Prancis yang dikenal
sebagai - bapak antropologi modern. Pandangannya yang
utama adalah struktur pemikiran manusia purba (savage
mind) sama dengan struktur pemikiran manusia modern
(civilized mind) karena sifat dasar manusia sebenarnya
sama. Lahir di Brussels, Belgia, pada 28 Nopember 1905.
Dia seorang keturunan Yahudi yang pindah ke Paris,
Perancis, pada 1909. Ayahnya, Raymond Lévi-Strauss,
adalah seorang pelukis yang di kemudian hari, dari
pengaruh dunia seni ini sangat tampak dalam cara Lévi-
Strauss memandang fenomena sosial-budaya.
54 Jonathan Culler, Structuralist poetics : Strukturalism, Linguistics and
the study of literature, New York: Cornell University Press, 1976, hlm. 15. 55 Eriyanto, op.cit., h. 169
47
Di masa mudanya, dia lebih berminat membaca buku-
buku hukum dan filsafat, sehingga pada 1927 dia kuliah
fakultas hukum di Paris dan sekaligus kuliah filsafat di
Universitas Sorbonne. Perhatiannya beralih ke antropologi
ketika pada 1932 dia sangat terkesan setelah membaca
buku Primitive Society karya Robert Lowie, antropolog
Amerika.
Gambar 2.1
Claude Lévi-Strauss
Karirnya di dunia antropogi dimulai pada 1934 ketika
dia disarankan Oleh Celestin Bougle, mantan pembimbing
tesisnya dalam filsafat, digunakan untuk melamar sebagai
pengajar sosiologi di Universitas Sao Paulo, Brazil. Dia
mulai mengajar di sana sejak 1935 sampai 1938. Selama
mengajar di Brazil, dia mengadakan ekspedisi ke daerah-
daerah pedalaman Brazil, serta mengunjungi berbagai suku
Indian yang belum terjamah peradaban Barat, yaitu
Caduveo dan Bororo. Ekspedisi berikutnya pada 1938 di
daerah Amazone, dia bertemu dan menulis tentang Indian
Nambikwara.
Sumber: www.britannica.com/biography/Claude-Levi-Strauss
48
Pada 1940, dia pindah ke New York berkat bantuan
Yayasan Rockefeller, yang menyelamatkan para ilmuwan
dan pemikir Yahudi, serta rekomendasi dari beberapa
antropolog, seperti Robert Lowie, Max Ascoli dan Alfred
Metraux, yang berhasil meminta kepada New School for
Social Research di New York untuk mengundang Lévi-
Strauss. Di New York inilah, kecenderungan strukturalnya
semakin matang setelah bertemu dengan Roman Jakobson,
ahli bahasa ternama berkebangsaan Rusia.
Pada 1947, dia melaksanakan ujian disertasinya, Les
Structures Elementaries de la parente (The Elementary
Structures of Kinship), di Universitas Sorbonne yang
merupakan hasil riset kepustakaan di New York Public
Library sejak 1943. Pada 1949, disertasinya diterbitkan dan
berhasil menjadi tonggak terpenting dalam kajian
antropologi tentang sistem kekerabatan dengan
menerapkan analisis struktural.
Semenjak itu, jabatan-jabatan akademis yang
prestisius di Perancis berhasil digenggamnya.
Kedudukannya semakin kokoh setelah dia menerbitkan
tetraloginya, The Raw and the Cooked, From Honey to
Ashes, The Origin of Table Manners dan The Naked
Man. Kedudukannya sebagai tokoh strukturalisme sejati
dipekuat lagi dengan terbitnya karya-karya lainya,
misalnya The Way of the Mask, Myth and Meaning, The
49
View from Afar, Anthropology and Myth, The Jealos
Potter dan The Story of Lynx.56
E. Kerangka Berpikir
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan
di teliti, yaitu Komunikasi Antarbudaya dan Nilai-nilai
Ke-Islaman. Dalam perspektif komunikasi antarbudaya,
penulis menggunakan teori face-negotiation. Teori yang
dipublikasikan oleh Stella Ting-Toomey ini akan
membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan setiap
budaya dalam merespon konflik. Ia berasumsi bahwa
orang-orang dalam setiap budaya akan selalu negotiating
face. Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari
budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis.
Sedangkan dalam perspektif nilai-nilai Ke-Islaman,
peneliti akan melihat dari Nilai-nilai Ke-Islaman yang
utama adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Nilai-nilai Islam itu menyangkut berbagai aspek
kehidupan manusia, yaitu nilai Aqidah, Syariat dan
Akhlak. Religiusitas sebagai wujud keberagaman yang
berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi Islam
yang tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan
perilaku ritual (beribadah) dan berpakaian muslim saja,
56 Ahimsa-Putra, op.cit. h. 8-19
50
tapi juga ketika melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kita
sadari dapat membangun akhlak.
2. Analisis Narasi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan Episode
1172 (Claude Levi-Strauss)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis narasi dalam teori narasi menurut
Claude Levi-Strauss. Penulis memilih teori ini karena
sinetron ini temasuk dalam kategori drama komedi
dengan tema hidup berumah tangga sesuai dengan data
etnografi yang penulis butuhkan.
Ada tiga tahapan penting bagaimana cara kita dapat
menemukan oposisi biner dari suatu narasi.57 diantaranya
sebagai berikut :
a. Mencari miteme (mytheme)58. Sama halnya seperti
bahasa, menurut levi-strauss, suatu narasi atau cerita
juga mempunyai unsur terkecil yang disebut dengan
miteme. Miteme bisa berupa kalimat, adegan,
rangkaian kalimat, dan sebagainya. Miteme itu
57 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam
Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h.
171-172 58 Istilah miteme (dalam analisis mitos) diadaptasi oleh Ahimsa-Putra
(2006: 263) untuk dapat digunakan dalam melakukan analisis karya sastra
dengan istilah “ceriteme”. Ahimsa-Putra mendefinisikan “ceriteme” sebagai
kata-kata, frase, kalimat, bagian dari alinea atau alinea yang dapat ditempatkan
dalam relasi tertentu dengan ceriteme yang lain sehingga dapat menampakkan
makna-makna tertentu. Ceriteme dapat mendeskripsikan suatu pengalaman,
sifat-sifat, latar belakang kehidupan, interaksi, atau hubungan sosial, status
sosial ataupun hal-hal lain dari tokoh-tokoh cerita yang penting artinya bagi
analisis cerita.
51
misalnya “A menikah dengan B” atau “A membunuh
B” dan seterusnya.
b. Mencari relasi di antara miteme-miteme yang telah
ditemukan. Misalnya miteme dengan kata “menikah”
dicari relasi dengan miteme yang lain seperti
“memelihara”, dan sebagainya. Suatu cerita tidak
pernah memberikan makna tertentu yang sudah pasti
dan mapan, melainkan hanya memberikan sebuah grid
(kisi). Kisi ini tidak memberikan makna cerita tetapi
menunjukkan sesuatu yang lain, yaitu pandangan-
pandangan mengenai dunia, masyarakat dan
sejarahnya yang sedikit banyak diketahui oleh
pembuat cerita atau dimana masyarakat tersebut
dihadirkan.
Menyusun miteme-miteme tersebut secara sintagmatik
dan paradigmatik. Menyusun miteme seacara sintagmatik
yaitu, menyusun kata, kalimat, gambar secara sekuen.
Sebaliknya, menyusun miteme secara paradigmatik adalah
menempatkan miteme itu sesuai dengan posisi dan
paradigmanya dalam suatu kesatuan makna. Rangkaian
antara kedua unsur tersebut membentuk kumpulan relasi-
relasi (bundles of relations).
52
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Sumber : Landasan Pemahaman Dasar Penelitian
Tukang Ojek Pengkolan
NARASI
Nilai-nilai Ke-Islaman
NARASI
Komunikasi Antarbudaya
1. Identitas Diri
2. Manajemen
Konflik
3. Tindakan
Berdasarkan
Budaya
1. Aqidah
2. Syariat
3. Akhlak
Analisis Narasi
(Claude Levi-Strauss)
Oposisi Biner Sinetron
TUKANG OJEK PENGKOLAN
53
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan merupakan sinetron
yang berasal dari Indonesia dengan aliran/ gaya drama dan
komedi. Tayang di stasiun televisi RCTI setiap sore pukul
17.00 sampai pukul 18.00 WIB, pada hari senin sampai jumat.
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini di produksi oleh MNC
Pictures yang dirilis pada tanggal 27 April 2015. Sinetron ini
awalnya di kontrak hanya untuk 60 episode saja. Namun,
sejalan dengan perkembangan, makin bagusnya respon
penonton dan meningkatnya rating tayangan, serial ini
berkembang menjadi 100, 200, 300, 500 bahkan sampai
sekarang sudah berjalan 1000 episode lebih.
Tukang Ojek Pengkolan bercerita tentang kehidupan
rumah tangga dalam lingkungan masyarakat yang berlatar di
sebuah kampung yang bernama Rawa Bebek di daerah Tanah
Abang tepat di belakang gedung-gedung tinggi pencakar
langit. Utamanya pada sinetron ini mengangkat kehidupan tiga
orang tukang ojek pangkalan yang tetap setia mangkal di
pengkolan jalan raya sebagai tukang ojek konvensional, di
tengah maraknya kemajuan tekhnologi yang menjadikan
bisnis antar jemput penumpang ini sudah banyak yang
berbasis online.
54
Selain tiga tokoh utama yang berperan sebagai tukang
ojek konvensional, masih banyak lagi tokoh yang berprofesi
lain dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini. dan masing-
masing dari tokoh tersebut juga memiliki latar belakang
kebudayaan yang berbeda.
Kejadian yang dialami tokoh di tiap episode pun bukanlah
kisah yang fantastis, hanya kisah biasa yang dialami oleh
setiap orang di rumah, seperti motor bodong, sakit gigi,
mencari kerja, korslet, pompa rusak, sakit pinggang, dll.59
Sehingga dalam sinetron ini dapat digambarkan sebagai para
perantau yang sedang mengadu nasib di kota Jakarta,
menggeluti bidang yang berbeda-beda dan dengan
permasalahan kehidupan yang berbeda-beda pula.
Dari permasalahan kehidupan yang dialami oleh para
pemeran tokoh inilah dapat dilihat perbedaan cara yang
digunakan dalam memecahkan masalah yang dialami oleh
satu tokoh dengan tokoh yang lainnya.
1. Karakteristik Tokoh Utama dan Tokoh Pendukung
Tokoh utama dalam sinetron ini adalah Rojak/ Ojak.
Pada awal mulanya sepasang suami istri bernama Rojak
dan Tati. Rojak berprofesi sebagai tukang ojek pangkalan
yang masuk ke kampung-kampung bersama dua
temannya bernama purnomo dan Sutisna. Rojak pun
sebenarnya bukan warga lokal kampung Rawa Bebek.
Dia adalah warga Depok yang menikahi Tati, warga asli
59 http://www.sokatandlife.com/2017/02/inilah-rahasia-sukses-serial-
tukang. Diakses pada tanggal 05 Mei 2018 pukul 09.15
55
kampung Rawa Bebek. Ternyata pernikahan Tati dengan
Ojak tidak direstui oleh Ibu Tati, yang biasa dipanggil
“Emak Mae” oleh warga kampung Rawa Bebek. Emak
tadinya menginginkan Tati menikah dengan pria yang
lebih mapan pilihan almarhum suami Emak, yaitu ayah
dari Tati. Tati selama berumah tangga dengan Ojak sering
sekali mengalami sakit-sakitan, sehingga di dalam
sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini pada akhirnya Tati di
ceritakan meninggal karena sakit ketika sinetron Tukang
Ojek Pengkolan menginjak episode ke 467. Setelah
setahun di tinggal kan istrinya, Ojak memutuskan untuk
kembali menikah dengan Denok, perempuan lugu yang
selalu berbicara dengan intonasi yang datar. Lalu mereka
hidup berdua sampai episode sekarang di kontrakan kecil
milik Babeh Na’im.
Dua sahabat Ojak yang juga mangkal di pengkolan,
yaitu Purnomo dan Sutisna. Kedua sahabatnya ini juga
memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Purnomo
yang tidak suka dipanggil Purno ini merupakan tukang
ojek yang sok keren. Setiap ada perempuan cantik yang
menjadi pendatang di kampung Rawa Bebek, Purnomo
selalu berusaha mendekati si perempuan dengan
menawarkan jasa antar-jemput, tetapi ia tidak mau
dibayar. Tapi selalu gagal mendapatkan hati si perempuan
tersebut.
Lalu sahabat Ojak selanjutnya adalah Sutisna.
Sutisna yang biasa dipanggil Tisna merupakan perantau
56
dari daerah sukabumi yang selalu dituntut kiriman uang
untuk menafkahi mantan istri dan anaknya di kampung
halaman, tetapi mantan istri di kampungnya selalu merasa
kurang sehingga Tisna di gugat cerai. Di atas episode 800,
tepatnya episode 830 Tisna menikahi Yuli yang
merupakan keponakan Mak Mae dan membangun rumah
tangga baru di Jakarta.
a) Emak Mae
Emak Mae dikenal dengan ucapan “Oh seperti
itu”-nya. Mak Mae adalah ibu dari Mpok Tati, isteri
Bang Ojak. Mak Mae sering mengunjungi rumah
kontrakan Bang Ojak-Mpok Tati. Pada awal cerita,
ada dua porsi cerita untuk Mak Mae yaitu cerita ‘anak
menantu’ Mak Mae, Mpok Tati, Bang Ojak dan cerita
kedua, Mak Mae dan Babe Naim. Khusus yang
terakhir, Mak Mae sering pergi mengaji dan “dikejar-
kejar” oleh Babe Naim untuk berjalan bareng menuju
ke tempat pengajian. Dikatakan “dikejar-kejar”
karena gerakan Babe Naim seperti berlari. Maklum,
langkah Babe Naim kalah daripada langkah Mak
Mae. Poin komedi pada adegan adalah berlarinya
babe Naim itulah yang lucu.
Dalam perkembangannya, Mpok Tati dalam
cerita, sakit, dan di-mati-kan. Mau tidak mau, Bang
Ojak pun “meninggalkan” rumah Mak Mae dan
memutuskan untuk menempati rumah orang tua
kandungnya di Depok. (Di Jakarta, Ojak kembali
57
mengontrak rumah). Dalam masa yang bersamaan,
Mak Mae menghentikan bisnis kuenya. Begitu pun
bisnis Bu Nurmala karena Bu Nurmala hendak
membuka warung nasi Padang.
Cerita berkembang pula ketika di rumah Mak
Mae tampak beberapa anak kos, antara lain Laras dan
Desi. Lalu, muncullah Mbak Yuli, keponakannya
Mak Mae, yang kelak menjadi isteri Kang Tisna.
Sementara Novita pindah ke kosan Bang Simin
karena konflik dengan Laras dan Desi. Sampai
terakhir kemunculan Mak Mae dalam sinetron
Tukang Ojek Pengkolan, Mak Mae diceritakan
menikah dengan Bang Simin.
b) Keluarga Babe Naim
Bang Dedy, Mbak Surti, Boby. Satu keluarga
kecil Bang Dedy, anak Babe Naim yang tinggal di
rumah Babe Naim. Bang Dedy dan Mbak Surti
bersama Bobby, anaknya. Dalam cerita, Bang Dedy
dan Mbak Surti menghilang untuk sementara dari
sinetron ini. Diceritakan, Bang Dedy dan Mbak Surti
menjenguk orang tuanya Mbak Surti yang sakit di
Yogya. Diceritakan pula, setelah sembuh, Bang Dedy
dan Mbak Surti tidak atau belum bisa pulang ke
Jakarta karena akan meneruskan bisnis gudeg milik
mbahnya di Yogya.
Babe Naim itu orang kaya. Ia memiliki beberapa
rumah untuk dikontrakkan. Babe Naim pun pernah
58
membeli mobil. (Pada masa ini, Pak Harun yang
beristerikan Mbak Isa, mengontrak rumah Babe
Naim dan membuka bisnis biro jasa, termasuk jasa
pembelian mobil. Kelak, Pak Harun dan Mbak Isa
bersama anaknya pindah ke Bandung dan
menghilang dari sinetron ini). Meskipun kaya, Babe
Naim ini tampak seperti orang susah. Selain itu, ada
juga pergantian suasana ketika Babe Naim dan Babe
Murod mulai mancing ikan, termasuk kehadiran Pak
Odih, bapaknya Tisna.
Terakhir, ketika Mak Mae menikah dengan Bang
Simin, Babe Naim memutuskan untuk memfokuskan
diri membantu biaya kuliah Bobby, cucunya. “Gua
sudah tidak mau mengingat Mae. Mungkin gua ingin
fokus untuk membiayai kuliah si Bobby saja,” ujar
Babe Naim kepada Babe Murod pasca pernikahan
Mak Mae dan Bang Simin.
c) Jono atau Mas Jono
Lebih suka dipanggil Mas Jon. Awalnya, Mas
Jon berprofesi sebagai penjual es dawet yang
senantiasa mangkal bersama pemeran utama Tukang
Ojek Pengkolan. Ciri khas Mas Jon yaitu update
status wk wk wk ckakak-nya. Untuk menggantikan
suasana, Mas Jon pun mulai berkeliling mencari
pembeli.
Mas Jon tidak meneruskan menjadi penjual es
dawet. “Posisinya” digantikan oleh Bang Kasman
59
(penjual es cendol), Mas Indro (ketoprak), dan Bang
Dedy (bubur kacang ijo). Ketiganya bisa dikatakan
sebagai pemain baru. Mas Jon sendiri kemudian
berperan sebagai pengemudi ojek online Gober
bersama Ramdhan dan Mimin. Namun, update
statusnya tetap menjadi ciri khas hingga kini.
Sebagaimana Mas Purnomo, Mas Jon selalu
gagal mendapatkan jodoh. Soal jodoh, jalan ceritanya
lebih lucu daripada Mas Purnomo.
d) Keluarga Babe Murod
Mpok Uyuy, dan Aliya. Babe Murod adalah
bapaknya Mpok Uyuy, kakek atau engkongnya
Aliya. Suaminya Mpok Uyuy bekerja sebagai sopir
taksi di Singapura, tetapi tidak pernah ditampilkan.
Di rumah Babe Murod pernah ada adiknya Mpok
Uyuy bersama suaminya yang menumpang di rumah
Babe Murod. Namun, hanya tampil sebentar dan
akhirnya menghilang dari sinetron ini.
e) Keluarga Pak Sofyan
Keluarga Pak Sofyan terdiri dari Pak Sofyan, Bu
Nurmala, dan Bunga. Pak Sofyan berprofesi sebagai
dosen, sedangkan Bu Nurmala bertindak sebagai ibu
rumah tangga. Sementara Bunga adalah siswa SMA.
Dalam perkembangannya, Bu Nurmala membuka
bisnis rendang yang dibantu oleh Mbak Surti dan
Mbak Isa.
60
Lalu, setelah sukses berbisnis rendang, Bu
Nurmala membuka warung nasi Padang. Warung
nasi Padang-nya dinyatakan bangkrut. Dalam hal ini,
keluarga Pak Sofyan kembali dimunculkan. Dalam
perkembangannya, Pak Sofyan membuka bisnis cuci
motor yang memiliki karyawan bernama Bang Sapri
dan Cimot. Cimot kemudian digantikan oleh Deden.
Di dunia nyata, pemeran Bu Nurmala (Renita
Sukardi) meninggal dunia. Karenanya, Bu Nurmala
pun diceritakan meninggal dunia. Kelak, Pak Sofyan
menikah dengan Bu Rahma, sesama dosen, yang
memiliki anak bernama Karina. Awalnya, Bunga dan
Karina tidak menyetujui pernikahan itu. Akhirnya,
Bunga dan Karina setuju. Khusus Karina, ia memberi
syarat yaitu ia akan nge-kos. (Bu Rahma kan
menempati rumah Pak Sofyan di Kampung Rawa
Bebek. Meskipun demikian, Karina menempati
rumah Bu Rahma bersama Windy, teman
kampusnya, yang juga sempat nge-kos di rumah kos
kepunyaan Bang Simin). Sejak dibonceng Bobby,
Karina merasa betah di Kampung Rawa Bebek.
f) Keluarga Ferdi dan Keluarga Firman.
Keluarga Bang Ferdi terdiri dari Pak Ferdi, Bu
Amira, serta ketiga anaknya, Faiz, Farhanah, dan
Fadhil. Ketiga anaknya memanggil Pak Firman
dengan sebutan abi dan Bu Amira dengan sebutan
umi. Faiz merupakan anak pertama, Farhanah
61
(kedua), dan Fadhil (ketiga). Tidak ada panggilan
khusus untuk ketiga anaknya. Hanya Faiz, sebagai
kakaknya dipanggil kakak. Sementara kepada
adiknya langsung menyebut nama.
Kehadiran keluarga Ferdi di sinetron Tukang
Ojek Pengkolan ini hampir bersamaan dengan
kehadiran keluarga Firman. Farhanah, salah seorang
dari tiga anak Ferdi, berinteraksi dengan Husna,
teman sekolahnya. Kelak, dalam keluarga Ferdi
kehadiran Zahra, keponakannya. Zahra memanggil
Ferdi dan Bu Amira dengan sebutan uwak. Ketiga
anak Ferdi memanggil Zahra dengan sebutan Kak
Zahra, sedangkan Zahra memanggil ketiga anak
Ferdi dengan langsung menyebut nama. Setelah
Zahra menghilang dari sinetron ini, dimunculkanlah
cerita Faiz dengan Shely, keponakannya keluarga
Firman.
Ferdi adalah pekerja kantoran. Namun,
diceritakan, ketika pindah dan menempati rumah
kontrakan, ia sudah tidak bekerja. Ferdi pun menjadi
pengendara ojek online Gober. (Ramdhan sebagai
pengendara Gober menghilang, sedangkan Bobby
kelak menjadi pengendara Gober. Seiring dengan
hilangnya Mimin yang juga sebagai pengendara
Gober (diceritakan dijodohkan di kampungnya),
Ferdi pun menghilang karena diceritakan bekerja
62
kantoran lagi. Ternyata, Ferdi dimunculkan lagi
seiring dengan tampilnya lagi keluarga Firman).
Hampir sama dengan Firman, keluarga Ferdi pun
ditunjukkan bagaimana pendekatan keluarga kepada
putra-putrinya. Jika di keluarga Bang Firman jarang
ditunjukkan dengan kata-kata (tetapi dengan sikap)
maka di keluarga Bang Ferdi lebih menunjukkan
pada kata-kata.
Coba perhatikan bagaimana keterusterangan
Faiz kepada abi-uminya yang ingin melakukan
sesuatu. Perhatikan pula ketika Farhanah bercerita
masa pubertasnya kepada Bu Amira. Tampak ada
dialog, bukan tindakan.
Selain mengangkat kisah utamanya dari tukang ojek
konvensional, kisah lainnya juga datang dari profesi lain
yang terdapat dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan,
Seperti pedagang bubur kacang ijo milik Dedi, pedagang
es cendol milik Kasman, pedagang ketoprak milik Indro,
warung kopi dan gorengan milik H. Sodik, pengusaha
kontrakan milik H. Murod dan Babeh Na’im, ada juga
dari kalangan intelektual yaitu Pak Sofyan, berasal dari
Padang yang berprofesi sebagai dosen sekaligus
pengusaha cuci motor yang di jalankan oleh Deden dan
Cimot. Dan selain ojek konvensional ada juga tokoh yang
berperan sebagai pengemudi ojek online Gober yaitu Jon,
Mimin, Ferdi, Ramdan dan Bobby anak bang Dedi yang
baru tamat SMA.
63
2. Daftar Nama Pemain Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
Pemain yang terlibat dalam Sinetron Tukang Ojek
Pengkolan dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 3.1
Daftar Pemain Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
No. Nama Tokoh dalam Cerita Diperankan Oleh
1. Rojak/ Ojak Eza Yayang
2. Tati Fitri Rachmadhina
3. Emak Mae Ranty Purnama Sari
4. Denok Tika Bravani
5. Nana Nabila Sudiro
6. Bang Simin Jaja Mihardja
7. Purnomo/ Pur Furry Setya
8. Sutisna/ Tisna Andri Sulistiandri
9. Jono Jhony
10. Babeh Na’im Otong Lalo
11. Sofyan Sopyan Dado
12. Dedi/ Tajudin Fahmi Ibo
13. Udin Asep Sunarya
14. Enyak Enting (Ibunya Udin) Indrayana
15. Kakak Bro Tora Sudiro
16. Sapri Syahrudin Firdaus
64
17. Chimot Alfin Kurnia
18. Surti Febri Khey
19. Haji Murod Kong Maman
20. Haji Sodik Mat Licin
21. Boby Henry Chan
22. Alya Fairuz Alia
23. Yanti Echa Yasmin
24. Kasman Cang Rusli
25. Indro Bogel Alkatiri
26. Laras Dewi Oktaviany
27. Mpok Uyuy Adhe Nurul
28. Mimin Faradina
29. Yuni Anastasya
30. Bagas Arjuna Danis
31. Faiz Johfi Syazeli
32. Yuli Fitri Ayu
33. Ramdan Indra Brotolaras
34. Butet Pamela Bowie
35. Anisa/ Nisa Tengku Syaira
36. Ayah Anisa Ponco Buwono
37. Sari/ Ibu Anisa Lulu Karina
38. Husna Nayla Sandova
39. Nurmala Renita Sukardi
65
40. Bunga Clara Kaizer
41. Karina Arifah Lubai
42. Windy Adhista Pujiama
43. Dinda Tissa Biani
44. Ferdi Tengku Firmansyah
45. Amira Cindy Fatika Sari
46. Beben Arbani Yazis
47. Auliani Shareefa Daanish
48. Sekar Ayya Renita
48. Cipto Stephanus Tjieproet
49. Aisyah Vira Savira
50. Deden Ade Herman
51. Novita Putri Anne
52. Farhana Nadya Ulya
53. Yudetra Fadhil
Sumber : www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek-Pengkolan
Pemain di atas merupakan pemain yang selalu hadir
setiap harinya dan mendapatkan scene pada setiap
episode, namun adapula nama-nama pemain di atas yang
tampil sebagai bintang tamu dan hanya ada pada episode-
episode tertentu saja, yaitu: Tora Sudiro, Tengku
66
Firmansyah, Cindy Fatika Sari, Tisa Biani, Adhista
Pujiama, Arifah Lubai, Indra Brotolaras, serta pemain
dari beberapa agency yang telah menyepakati kontrak
kerja sama dalam produksi sinetron Tukang Ojek
Pengkolan.
3. Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
Setiap produksi, selain para artis, yang paling penting
adalah kerabat kerja produksi. Orang-orang yang terlibat
dalam kerabat kerja produksi dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 3.2
Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
Job Description Penanggung Jawab
Rumah Produksi
Produser
Produser Eksekutif
Produser Pelaksana
Sutradara
Pimpinan Produksi
Design Opening
Penata Musik
MNC Pictures
Hengky Irawan
Didi Ardiansyah
Regi Djundjunan, Iwan S.
Manan
Dodi Sanjaya
Ichfan Bahar, Riza Putri
Angelia
Nanang Sahudi
: Dhany Supit, Joseph S
Djafar
67
Penata Artistik
Perekam Suara
Penata Kamera
Casting
Ide Cerita & Skenario
Editor
Supervisi Editing
Distributor
Ade Syafrizal
Semmy Firmansyah
Donny Firdaus
Bakti Adhitama, Priyo Aris
Nugroho
ANP
Giyono, Ci_one, Bustomi,
Joksin
Andy Irawan,
Eriz Deerizly
Media Nusantara Citra
Sumber : www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek-Pengkolan
B. Penghargaan Sinetron
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan masuk ke dalam
beberapa nominasi ajang penghargaan dan berhasil
memperoleh penghargaan. Berikut adalah tabel penghargaan
yang diperoleh sinetron Tukang Ojek Pengkolan :
Tabel 3.3
Penghargaan Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
Tahun Penghargaan Kategori
2016 Indonesian Television
Awards
Program Prime
Time Drama
Terpopuler
2017 Panasonic Gobel Awards Drama Seri
Terfavorit
Sumber : www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek-Pengkolan
68
C. Profil Penulis Skenario Sinetron Tukan Ojek Pengkolan
1. Sokat Rachman
Gambar 3.1
Sokat Rachman
Sumber : www.instagram.com/sokat.rachman
Saokat lahir di Jakarta, 18 Agustus 1975 dan
memiliki nama pena Sokat Rachman. Beragama Islam.
Tinggal bersama istri, dua putri, dan seorang putranya di
Jl. Nusa Indah No. 9, RT 007/ 012, Rawa Buaya, Jakarta
11740.60
Sokat Rachman merupakan lulusan SMAN 96
Jakarta tahun 1994, S1 Bina Sarana Informatika, Program
Studi Bahasa Inggris tahun 2015 dan S2 STIBA Nusa
Mandiri, Program Studi Sastra Inggris tahun 2016.
Sebelumnya Sokat Rachman juga pernah mengikuti
Kursus Pengetahuan Umum (KPU) Sinematografi Plus
60 CV Saokat. h. 1
69
dan Penulisan Skenario Film di Pusat Perfilman H. Usmar
Ismail, Jakarta, angkatan 49 pada tahun 2007.61
Sudah tiga tahun Sokat di bawah payung Aris
Nugraha Production menggarap naskah skenario
sinetron Tukang Ojek Pengkolan.
“Saya setiap hari bisa membuat cerita seperti ini berasa
kayak punya tangan Tuhan,”62
Tak salah jika Sokat mengibaratkan profesinya bak
punya tangan Tuhan. Sebab, hidup-mati karakter berada
di tangan Sokat. Meski wajahnya tak muncul di layar
kaca, dan dia sangat jarang datang ke lokasi pengambilan
gambar, setiap kali berkunjung ke lokasi syuting di Jalan
Karang Tengah Raya, Jakarta Selatan, Sokat selalu
mendapat sambutan hangat.
Mulai kru produksi hingga pemain menyalami
tangannya satu per satu. Kunjungan itu hanya ia lakukan
jika ada pertemuan penting dengan produser dan
sutradara. Sebab, pekerjaan menulis biasa Sokat lakukan
di rumah. Kesempatan langka tak disia-siakan para
pemain untuk lebih akrab dengan si empunya cerita.
“Penulis punya beban untuk membagi adegan secara
adil dan tersebar. Kalau kami nggak mainin satu atau
dua orang nih, berarti kami tidak menafkahi mereka,
dong,” 63
61 CV Saokat.op.cit. 62 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman pada 15 Juli 2018 63 Ibid.
70
Bapak tiga anak ini menuturkan. Tak sedikit orang
tua merayu Sokat agar anaknya mendapat lebih banyak
kesempatan dalam adegan Tukang Ojek Pengkolan.
“Tapi, masalahnya sekarang, setiap pemain
punya rating, siapa yang rating-nya bagus akan
tayang terus. Kalau ratingnya berkurang, bisa nggak
dimunculkan dulu atau bahkan dihilangkan sama
sekali.”64
Meski berangkat dari kisah-kisah sepele sehari-hari,
proses pengerjaan skenario Tukang Ojek Pengkolan tidak
semudah yang dikira. Terutama karena Tukang Ojek
Pengkolan harus kejar tayang, harus muncul dilayar
televisi setiap petang hampir setiap hari. Walhasil, Sokat
harus benar-benar memeras otak agar bisa menulis naskah
berbeda setiap kali tayang. Mereka harus pintar-pintar
mengatur waktu dan berbagi tugas. Biasanya Sokat diberi
waktu 48 jam untuk mengerjakan satu episode, yang
mencakup sinopsis, story line, scene plot, dan skrip.
Ritme kerja semacam ini bisa mendadak berubah lebih
ekstrem jika jam tayang TOP dimajukan.
“Konsekuensinya ya terkadang saya harus kerja
begadang walaupun nggak setiap hari. Soalnya, kami
bikin cerita harus lucu. Kalau lagi mentok, saya tinggal
tidur dulu. Itu pun tidur nggak tenang. Soalnya, tidur
berasa sambil mikir,” 65
64 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman , Op.cit. 65 Ibid.
71
Sokat menuturkan suka-duka menulis naskah
sinetron kejar tayang. Meski hampir setiap saat dikejar
tenggat, dia mengerjakannya dengan hati enteng. Apalagi
dia sudah lumayan berpengalaman jungkir balik
memenuhi tenggat ala TOP.
“Saya mah santai saja dikejar deadline karena saya
mendedikasikan hal itu sebagai bagian dari pekerjaan
saya.”66
Sebagai penulis naskah sinetron, salah satu tantangan
besar yang dihadapi Sokat adalah menyajikan ide segar
dan lucu setiap hari. Jika tak ada ide di kepala, dia tak
jauh-jauh mencari sumber inspirasi.
Tinggal nongkrong di warung kopi atau warung Tegal.
Ditemani secangkir kopi atau sepiring gorengan, Sokat
bisa menggali cerita lewat obrolan santai ngalor-ngidul.
“Saya aslinya lebih serius. Kalau
nggak ngobrol begini, saya pasti lebih banyak diam.
Bukannya pendiam, tapi saya lagi mikirin naskah ini
mesti bagaimana, Sebagai penulis ‘jaman now’, kami
yang harus cari ide. Penulis itu setiap hari harus
membuka mata hatinya. Apa yang terlewat dan
dianggap orang biasa, bagi penulis bisa jadi nggak
biasa.”67
Sokat bergabung dengan Aris Nugraha sejak 2005.
Sebelum ikut tim Tukang Ojek Pengkolan, Sokat terlibat
66 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman , Op.cit. 67 Ibid.
72
dalam pengerjaan naskah sinetron The Coffee Bean Show,
yang tayang di TransTV.
Cerpen dan tulisan lainnya pernah dimuat di majalah
KaWanku, Annida, Girls, Kreatif, Bobo, Bravo dan
Sigma. Satu tulisannya meraih juara harapan untuk lomba
menulis dongeng HUT ke-33 majalah Bobo tahun 2006.
Bukunya yang telah terbit adalah kupu-kupu kering
(cerpen anak, MU:3 Books, Jakarta, 2005), berkontribusi
pada buku Kupu-kupu dan Tambuli (Sastra Senja DKJ,
Jakarta, 2006), Suparman Pulang Kampung (Antologi
Kasih FLP, LPPH, Jakarta, 2007), Kaos Kaki Koki Komi
(Antologi dongeng anak, Human Books, Jakarta, 2010).68
2. Penghargaan Penulis
Adapun penghargaan yang sudah diterima oleh Sokat
diantaranya sebagai berikut:
a. Cerpen anak – Ronin Pemain Violin (Pemenang
harapan lomba dongeng Bobo, 2006);
b. Sitkoms – The Coffee Bean Show (Trans TV –
nominasi panasonic award 2009);
c. Sitkoms – Cagur Naik Bajaj (Anteve – nominasi
sinetron komedi terpuji Festival Film Bandung 2009);
d. Sitcoms – Lajang (Anteve – nominasi sinetron komedi
terpuji Festival Film Bandung 2009)69
68 CV Saokat. h. 2 69 Ibid.
73
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA
Analisis narasi yang akan digunakan untuk menganalisis
sinetron Tukang Ojek Pengkolan adalah analisis narasi menurut
Claude Levi-Strauss. Pada analisis ini, skenario Tukang Ojek
Pengkolan pada episode ke- 1172 yang tayang pada tanggal 31 mei
2018 terdapat 80 scene, namun penulis hanya menganalisis
beberapa scene yang mengandung perspektif komunikasi
antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islamannya saja, sesuai variable
yang akan diteliti. Naskah skenario yang di gunakan adalah naskah
skenario yang di berikan langsung oleh penulis skenario sinetron
Tukang Ojek Pengkolan, Sokat Rachman.
A. Temuan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan tahap
yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh
dari informan yang telah di pilih selama penelitian
berlangsung. Selain itu juga berguna untuk menjelaskan dan
memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data ini
dilakukan setelah proses pengumpulan data di lapangan
selesai.
Adapun dari penelitian yang telah di lakukan, peneliti
mendapatkan beberapa temuan yang dapat mengambarkan
proses penulisan skenario yang dilakukan oleh Sokat
74
Rachman yang berlokasi di Jalan Nusa Indah RT007/ RW012
Jakarta Barat.
Secara teknis, proses penulisan skenario oleh dilakukan
Sokat Rachman dikerjakan di ruang kerja pribadinya, dan
tempat-tempat yang menurutnya banyak memberikan
inspirasi, seperti di café atau rumah makan. Untuk waktu
penulisan, Ia biasanya melakukan pada pagi ketika subuh dan
malam hari. Menurutnya, menulis skenario pada saat-saat
tersebut dapat menghasilkan imajinasi tinggi yang diperoleh
pada siang dan sore harinya. Karena pada sinetron Tukang
Ojek Pengkolan sendiri selalu menampilkan scene-scene yang
terjadi pada puncak aktivitas masyarakat pada umumnya yang
dilakukan ketika matahari terbit.
“Saya kalau menulis disini (sambil menunjukan ruang
kerjanya). Yaa terkadang juga saya kerjakan luar, di café
atau warung-warung makan yang ada di pinggir jalan.
Suasana ramai gak masalah buat saya, justru dari situ saya
banyak dapat inspirasi.”70
Sebelum membuat skenario, Sokat Rachman harus
menyesuaikan dengan ratting pemain yang dirillis oleh pihak
MNC terlebuh dahulu sebelum membuat skenario pada
episode selanjutnya. Karena pemain yang berperan dalam
sinetron Tukang Ojek Pengkolan setiap episodenya selalu
berbeda berdasarkan ratting pemain itu sendiri. Ketika sudah
memperoleh daftar pemain yang akan berperan, Ia harus
70 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman pada 15 Juli 2018
75
menyesuaikan watak tokoh dan kelanjutan masalah yang di
perankan oleh setiap pemain.
“Hambatan, pasti ada. Sebelum nulis, kita harus nunggu list
ratting pemain dulu dari pihak MNC nya. Kalo dari sananya
terlambat, saya tetap harus on time setor naskah (skenario)
untuk segera di garap. Belom lagi kalo ada situasi yang
urgent, kayak dulu harus bikin ending meninggalnya Tati,
karna udah gak ada kontrak. Terus, meninggalnya alm. kak
Reni yang jadi ibu nurmala. Sama yang terakhir nih,
kasusnya mas Tora. Padahal udah saya buat naskahnya.
Yaa mau gak mau kita revisi ceritanya biar tetep
nyambung”71
Ada beberapa hambatan yang Ia hadapi ketika menulis
skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan, seperti putusnya
kontrak Fitrie Rachmadhina pemeran Tati istri pertama Bang
Ojak yang pertama, karna lebih memilih dunia modeling. Lalu
ada Renita Sukardi pemeran Ibu Nurmala yang meninggal
dunia saat ratingnya sedang cukup tinggi memerankan istri
dari bapak Sofyan yang terbaring sakit dirumah dalam cerita.
Meskipun hanya berakting sakit, namun itu memang kondisi
fisik yang sebenarnya.
Dan yang terakhir adalah Tora Sudiro pemeran Opik/Kaka
Bro yang tersandung kasus narkoba juga sempat vakum ketika
memiliki ratting yang cukup tinggi. Tapi ketika masalah
tersebut selesai, Tora Sudiro sekarang kembali bermain dalam
sinetron Tukang Ojek Pengkolan lagi.
71 Wawancara langsung dengan Sokat Rachman pada 15 Juli 2018
76
Peneliti memperoleh data etnografi berupa skenario
episode 1172. Lakon yang diperankan setiap pemain meliputi
keanekaragaman masyarakat multikultural yang tinggal di
sebuah pekampungan dibelakang aktivitas perkotaan.
Terdapat banyak sekali macam-macam karakter pemain,
perbedaan profesi, perbedaan asal daerah dan lain-lain, yang
diperankan dalam skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan.
Tapi sebenarnya hal-hal itulah yang menjadikan sinetron
Tukang Ojek Pengkolan memiliki kekuatan cerita.
Data yang akan diteliti adalah Sinetron Tukang Ojek
Pengkolan pada episode 1172 tayang pada tanggal 31 Mei
2018 pada pukul 16.50 WIB. Peneliti sengaja mengajukan
permohonan data penetilian berupa skenario pada episode
1172 karena pada waktu tersebut bertepatan dengan Bulan
Suci Ramadhan 1439H.
Menurut peneliti, segmen khusus pada bulan suci
Ramadhan lebih banyak mengandung nilai-nilai ke Islaman
yang disajikan. Segmen pada bulan suci Ramadhan, banyak
menampilkan nilai-nilai ke Islaman yang mengandung unsur-
unsur dakwah di dalamnya, walaupun sebetulnya sinetron
Tukang Ojek Pengkolan bukan sinetron yang murni bernuansa
islami.
B. Analisis Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
Setelah menghimpun beberapa scene yang mengandung
perspektif komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islaman.
Selanjutnya penulis akan menganalisa narasi sinetron Tukang
77
Ojek Pengkolan menggunakan analisis narasi menurut Claude
Levi-Strauss.
1. Scene 1
Scene ini merupakan sebuah prolog di episode 1172
yang menggambarkan latar tempat di dalam kontrakan
Ojak pada siang hari terjadi sebuah percakapan antara
Denok dan Nana, setelah Nana menerima telepon dari Ibu
kandungnya.72
Nana di telepon ibu kandungnya yang sedang
membuat kue lebaran di rumahnya dan membutuhkan
bantuan dari Nana. Ketika Denok mendengar penjelasan
dari Nana, sebetulnya Denok sedih karena akan di tinggal
Nana pulang kerumahnya. Tetapi Denok berusaha untuk
tidak menunjukan kesedihannya di depan Nana.
Gambar 4.1
Nana kembali duduk setelah menerima telepon.
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Nana kembali duduk di dalam rumah Denok selesai menerima
telepon dari Ibu kandungnya.
72 Nana adalah keponakan Ojak yang merupakan anak dari kakaknya
Ojak yang bernama Opik.
78
Nana : Iya, Bu.
Nana menutup teleponnya dan melanjutkan memotong buah
sambil di perhatikan Denok.
Denok : Habis nelpon siapa?
Nana : Bukan habis nelpon, saya ditelpon.
Denok : Habis ditelpon siapa?
Nana : Ibu.
Denok : Ibu kan nggak nelpon kamu.73
Nana : Maksud Nana Ibu yang di rumah Nana,
Ibu nyuruh Nana pulang.
Denok : Ooh, Ada apa?
Nana : Ibu bilang dia lagi repot bikin kue buat
lebaran di rumah, jadi nyuruh Nana
pulang dulu.
Denok : Oke.
Denok tersenyum masam, lalu kembali memotong buah sambil
bergumam di dalam hati
(Denok : Yahh, bakalan sepi nih di rumah kalo gak
ada Nana di rumah)
73 Oleh Nana, Denok juga di panggil Ibu karena permintaan Denok
sendiri.
79
Tabel 4.1
Analisa Scene 1
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Denok menunjukan bahwa face
negotiation melakukan
manajemen terhadap suatu
konflik di dalam hatinya, ketika
Denok sebetulnya merasa sedih
karena mengetahui Nana di
telepon ibu kandungnya untuk
diminta pulang kerumahnya.
Maka ekspresi senyum Denok
kepada Nana dilakukan agar
suasana tetap tenang.
Allah memerintahkan
kepada kita untuk bersikap
birrul walidain. Birrul
walidain (berbakti kepada
kedua orang tua). Di dalam
Al-Quran, setelah
memerintahkan manusia
untuk bertauhid, Allah
memerintahkan untuk
berbakti kepada orang
tuanya. Sikap Nana di atas
merupakan wujud berbakti
pada orang tua, terutama
orang tua kandung. Dan
menunjukan akhlak dalam
keluarga.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil
penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang
Ojek Pengkolan pada scene ke-1, bahwa untuk melihat miteme
akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang
dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan konflik yang
membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi
biner dalam akhlak baik.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
2. Scene 2
Pada siang hari Jono mendapatkan pesanan untuk
mengirimkan sebuah paket. Lalu Jono bergegas datang
80
kerumah Marjana selaku pengirim paket tersebut untuk
mengambil paket yang akan di antarkan ke penerima.
Setelah paket diterima oleh Jono, Jono ingin segera
berangkat untuk mengirim paket tersebut, padahal Marjana
belum membayar biaya pesanannya. Ketika diingatkan
Marjana, Jono hanya tersenyum dan mengakui bahwa
dirinya lupa akan pembayaran ongkos kirimnya.
Gambar 4.2
Jono mengambil paket untuk dikirim
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Jono sampai di depan rumah pengirim paket Gober yang
memesannya. Dia berpaling ke pintu.
Jono : Gober...!
Tak lama, seorang lelaki Marjana (25 th) keluar membawa
tas, dia berpaling ke Jono.
Marjana : Mas Jono, kan?
Jono : Iya.
Marjana : Anterin ini, ya, Mas, ke alamat sesuai di
aplikasi buat sodara saya.
Jono : Oke.
81
Jono memutar motornya. Bermaksud langsung ingin
berangkat.
Marjana : Heh, mau kemana? Memangnya nggak
mau dibayar?
Jono : Oh, iya, aku lupa, kalo situ belum bayar.
Jono tersenyum masam.
Tabel 4.2
Analisa Scene 2
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Jono tersenyum masam dan
mengakui bahwa ia lupa,
ketika diingatkan soal
pembayaran order pengiriman
paket tersebut dari Marjana.
Sikap Jono merupakan cara
manusia mengasosiasikan ke
dalam budaya dalam
mempengaruhi bagaimana
Jono mengelola konflik.
Dalam mengelola konflik, ada
beberapa gaya diantaranya
mengakui keteledoran seperti
yang dilakukan Jono
Marjana mengingatkan Jono
mengenai tarif yang harus
dibayarnya, ketika Jono lupa.
Sikap marjana adalah bentuk
kejujuran pelanggan terhadap
pelayan jasa yang terjadi
karena human error. Karena
pada hakekatnya pelayanan
yang diterimanya tersebut
merupakan kewajiban untuk
membayarnya. Implementasi
jujur dalam bekerja
diantaranya adalah dengan
tidak mengambil sesuatu
yang bukan menjadi haknya,
tidak curang, obyektif dalam
menilai, dan sebagainya. Dan
hal tersebut termasuk
kedalam aspek akhlak dalam
pekerjaan.
82
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil
penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek
Pengkolan pada scene ke-2, bahwa untuk melihat miteme ojek
digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih
adalah figuran yang berperan sebagai costumer dan memiliki
konflik yang membantu cerita tokoh pendukung sebagai ojek
online. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam ojek online. Sumber : Hasil Analisa Penelitian
3. Scene 7
Dalam scene ini menggambarkan latar tempat yang
berada di pangkalan ojek pada siang hari. Terjadi
percakapan setelah kehadiran Ojak yang langsung bertanya
nomor telepon sekar kepada Purnomo dan Tisna yang lebih
dulu berada di pangkalan Ojek.
Tetapi diantara Purnomo dan Tisna, tidak ada yang
mengetahui nomor telepon sekar. Akhirnya Tisna memberi
saran agar Purnomo yang menghubungi Novita untuk
meminta nomor telepon Sekar melalui Auliani.74
Gambar 4.3
Ojak baru tiba di pangkalan ojek
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
74 Novita adalah kekasih Purnomo yang tinggal satu kost dengan
Auliani.
83
Tisna dan Purnomo duduk mangkal, lalu Ojak datang. Dia
memarkir motor, melepas helm, lalu turun dari motor
menghampiri Purnomo dan Tisna yang sedang asyik
bermain teka-teki.
Ojak : Ada yang tau nomer teleponnya Sekar,
kaga?
Tisna : Buat apa kamu nanyain nomer teleponnya
Sekar, Jak?
Ojak : Gua mau liat baju dagangan dia.
Purnomo : Lu tanya aja si Aul, dia pasti tau nomer
Sekar.
Ojak : Lu punya nomernya Aul, Pur?
Purnomo : Ghue nggak tau!
Tisna : kamu tanya ke Novita aja Pur, minta
tolong dia Tanya ke Aul, berapa nomor
telepon si Sekar!
Purnomo : Lhu aja yang nelpon, Jak!
Ojak : Lu tolongin gua, Pur, ini penting, entar
gua doain abis lebaran lu nikah sama
Novita!
Tisna : Lebaran kapan, Jak?
Ojak : Terserah si Pur aja maunya lebaran
kapan!
Ojak dan Tisna tertawa, sedangkan Purnomo cemberut.
Lalu, Purnomo mengambil handphonenya, memencet
nomor, lalu mengangkatnya.
84
Tabel 4.3
Analisa Scene 7
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
komunikasi berbeda budaya yang
melahirkan Culture Problem
Solving, yaitu pemecahan masalah
dengan beberapa solusi tanpa
menimbulkan masalah baru. Ini
termasuk kedalam aspek identitas
diri dalam interaksi interpersonal,
dan masing-masing individu
menegosiasikan identitas mereka.
Solusi yang diberikan Purnomo
dan Tisna merupakan wujud dari
Ukhuwah Islamiyah. Saling
memberi pertolongan dan bantuan
dalam memenuhi segala
kebutuhan. Dan hal tersebut
termasuk kedalam aspek akhlak
sebagai makhluk sosial dalam
nilai-nilai ke-Islaman.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada
scene ke-7, bahwa untuk melihat miteme ojek digunakan plot karakter
dan alur tempat di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang
sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh
utama dan latar tempat yang digunakan juga mendukung cerita yang di
sajikan dalam scene. . Dan ini menunjukan oposisi biner dalam ojek
konvensional.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
4. Scene 8
Scene ini adalah kelanjutan dari scene 7, yang mana
Purnomo langsung menelpon Novita untuk meminta nomor
telepon Sekar melalui Auliani, teman satu kos Novita.
Uniknya, mereka berkomunikasi lewat telepon sambil
berbalas gombal yang di utarakan Purnomo terlebih dahulu
dengan maksud merayu Novita.
85
Gambar 4.4
Purnomo sedang telepon Novita
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Novita yang duduk dekat Aisyah yang menulis, menjawab
telepon Purnomo.
Novita : Waalaikum salam...!
Purnomo : Bunga Mawarku, boleh minta
tolong?
Novita : Ada apa Ulat Buluku?
Purnomo : Si Ojak mau liat baju dagangannya
si Sekar, tolong mintain nomor
teleponnya ke Aul dong.
Novita : Oke, Ulat buluku.
Purnomo : Terima kasih, Melatiku.
Novita : Sebenernya Melati apa Mawar sih?
Purnomo : eeh, taman bungaku...!
Novita : Baik, tukang kebunku…!
Novita tertawa, lalu menutup telepon.
86
Tabel 4.4
Analisa Scene 8
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Dalam scene 8 percakapan
antara Purnomo dan Novita
lewat telepon termasuk ke
dalam aspek ke-tiga dari
komunikasi antarbudaya.
Yang mana dalam
memulihkan citra diri,
Purnomo membuka
percakapan dengan
mengucapkan salam lalu
diiringi dengan rayuan kepada
Novita sebelum Purnomo
meminta tolong. Lalu Novita
memberikan feedback dengan
membalas rayuan Purnomo.
Nilai-nilai ke-Islaman dalam
scene ini termasuk bertolak
belakang dengan akhlak
bergaul dengan lawan jenis.
Karena, salah satu godaan
yang amat besar pada usia
remaja adalah “rasa
ketertarikan terhadap lawan
jenis” seperti yang dilakukan
Purnomo kepada Novita.
Memang, rasa tertarik
terhadap lawan jenis adalah
fitrah manusia, baik wanita
atau lelaki. Namun kalau kita
tidak bisa mengelola perasaan
tersebut, maka akan menjadi
mala petaka yang amat besar,
baik untuk diri sendiri
ataupun untuk orang yang di
sukai.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-8, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan
unsur romantis yang bergaya komedi, karakter tokoh yang
dipilih adalah tokoh pendukung dan memiliki konflik yang
membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner
dalam jenis sinetron komedi
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
87
5. Scene 19
Dalam scene ini menggambarkan latar tempat yang
berada dirumah tujuan paket Gober pada siang hari. Ibu Hani
sebagai penerima paket akhirnya datang untuk mengambil
paket, setelah ditunggu oleh Jono sebagai ojek online Gober.
Setelah paket diterima, ibu Hani berinisiatif untuk
memberikan imbalan kepada Jono karena telah bersedia
menunggu. Awalnya Jono menolak, tapi pada akhirnya Jono
menerima uang tip yang di berikan oleh ibu Hani.
Gambar 4.5
Jono bertemu Ibu Hani (Penerima Paket)
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Jono masih duduk menunggu di atas motornya, dia
ketiduran. Lalu, Hani datang. Dia menghampiri Jono, lalu
membangunkannya.
Hani : Mas...!
Jono kaget dan terbangun dari tidur di atas motornya, lalu
dia berpaling ke Ibu Hani yang membangunkannya.
Jono : Ada apa, Bu?
Hani : Mana paket saya?
88
Jono : ooh, ini Bu Hani, ya? Wah, katanya Cuma
sebentar, taunya lama.
Hani : Maaf, tadi urusannya agak lama.
Jono : Ini barangnya.
Jono menyerahkan kardus yang dibawanya.
Hani : Terima kasih, Mas, ini ada sedikit uang
sekedar buat ongkos nunggu aja.
Jono : Jangan gitu, Bu, saya jadi nggak enak.
Hani : Mau nggak?
Jono : Yaa mau, Bu.
Jono tersenyum sambil perlahan mengambil uang tip yang
diberikan dari tangan Ibu Hani.
89
Tabel 4.5
Analisa Scene 19
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Tindakan yang dilakukan oleh
Ibu Hani adalah sebagai
bentuk melindungi citra diri
dari pandangan negatif lawan
bicara. Ketika Jono telah
bersedia menunggu, maka Ibu
Hani berinisiatif untuk
memberikan Imbalan atau gift
berupa uang tip sesuai waktu
yang digunakan Jono selama
menunggu. Perilaku tersebut
dilakukan atas inisiatif Ibu
Hani agar jono tidak merasa
kecewa.
Ada dua nilai ke-Islaman dalam
scene ini. Pertama, kesabaran
Jono ketika bersedia menunggu
ibu Hani yang sedang ada
keperluan lain. Dan kedua
adalah hukum memberikan uang
tip sebagai imbalan tanda
terimakasih setelah Jono
menunggu Ibu Hani. Hal
tersebut diperbolehkan dalam
islam karna ini murni bentuk
berbagi rezeki dari costumer ke
driver secara ikhlas/ suka rela,
setelah Ibu Hani membayarkan
tarif sesuai aplikasi yang
merupakan kewajibannya. Hal
ini sesuai dengan QS: Al-Hadiid
ayat ke-7 yang merupakan
implementasi dari akhlak
sebagai makhluk sosial.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-19, bahwa untuk melihat miteme ojek ditunjukan
dengan adanya transaksi antara pengemudi dengan penerima
jasa, karakter tokoh yang dipilih adalah figuran sebagai penerima
jasa ojek online dan memiliki konflik yang membantu cerita
tokoh pendukung sebagai pengemudi. Dan ini menunjukan
oposisi biner dalam ojek online.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
90
6. Scene 21
Scene ini terjadi di dalam rumah Ferdi ketika siang
hari. Di ruang tamu Farhana memergoki kakaknya, Faiz
sedang senyum-senyum sendiri sambil melihat handphone.
Lalu datang Amira yang menanyakan kejadian sebelumnya
kepada kedua anaknya. Akan tetapi Faiz malah mengusir
adiknya agar tidak menceritakan keadaan sesungguhnya
yang terjadi. setelah itu Amira menegur Faiz agar tidak
belaku kasar kepada adiknya. Lalu Amira menyuruh Faiz
untuk membeli santan instan di minimarket.
Gambar 4.6 Gambar 4.7
Faiz bermain HP Faiz kesal
Sumber :
www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Faiz duduk di ruang tamu, sambil tersenyum membaca
SMS dari Seli di handphonenya, lalu Farhana keluar dari
ruang dari ruang dalam.
Farhana : Kenapa senyum sendiri?
Faiz : Seli SMS Kakak, katanya dia mau nelpon.
Faiz tersenyum. Amira keluar, berpaling ke Faiz. Farhana
berpaling.
91
Amira : Kamu kayaknya seneng bener, Iz?
Farhana : Kak Faiz....
Sebelum Farhana tuntas bicara, Faiz menggusur Farhana
keluar rumah. Amira heran.
Amira : Kamu kok gitu sama Adikmu?
Faiz : Becanda, Mi, nggak diapa-apain kok.
Amira : Ya, sudah kamu ke mini market dulu
sana, beli beli santan instant untuk bikin
kolak.
Faiz : Oke, Mi.
Faiz tersenyum, lalu pergi. Tidak lama, dia kembali masuk
rumah, menghampiri Amira.
Faiz : Uangnya mana, Mi?
Amira : Kirain Umi mau pakai uang kamu.
Faiz tersenyum masam.
Tabel 4.6
Analisa Scene 21
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Ketika Farhana akan menjawab
pertanyaan Umi-nya yang
ditujukan kepada Faiz, Faiz
segera memaksa adiknya untuk
keluar rumah agar Amira tidak
mengetahui apa yang dilakukan
Faiz sebelumnya. Tindakan Faiz
merupakan bentuk dari self-
defense ketika merasa citra
dirinya terancam jika Ibunya
sampai mengetahui apa yang
dilakukan Faiz.
Allah memerintahkan kepada
kita untuk bersikap birrul
walidain. Birrul walidain
(berbakti kepada kedua orang
tua). Di dalam Al-Quran, setelah
memerintahkan manusia untuk
bertauhid, Allah memerintahkan
untuk berbakti kepada orang
tuanya. Sikap Faiz di atas
merupakan wujud berbakti pada
orang tua, ketika diperintah
untuk membeli santan instan ke
minimarket.
92
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-21, bahwa untuk melihat miteme akhlak
digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih
adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang
membantu cerita tokoh pendukung. Dan ini menunjukan oposisi
biner akhlak buruk dalam perlakuan Faiz terhadap adiknya, dan
langsung di tegur oleh Ibunya.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
7. Scene 23
Setelah Nana di jemput oleh ayahnya, Ojak dan Denok
kembali masuk ke dalam rumah. Lalu Ojak merasa bebas,
dan tidak risih lagi ketika berada di kontrakan, karena
sudah tidak ada orang lain lagi selain mereka berdua.
Denok tetap saja sedih, karena tidak ada yang
membantunya membuat es buah untuk di jual. Tetapi Ojak
sebagai suami, bersedia membantu denok membuat es buah
untuk dijual, di sela kesibukannya menarik ojek.
Gambar 4.8
Ojak dan Denok di dalam kontrakan
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
93
Ojak dan Denok masuk ke rumah, lalu duduk. Ojak
berpaling.
Ojak : Sekarang kita bebas, Abang jadi kagak
risih lagi di rumah.
Denok : Tapi sekarang sepi, Bang, Denok nggak
ada temennya.
Denok bicara dengan wajah sedih.
Ojak : Kan ada Abang.
Denok : Abang kan ngojek, nggak bisa bantuin
nyiapin buat es buah.
Ojak : Bukannya udah kagak mau jualan lagi?
Denok : Sekarang kan nitip jual di warung nasi,
biar orang-orang nggak godain Nana lagi,
tapi godain Mas Eko.
Ojak : Kok godain Eko?
Denok : Nana kemarin digodain waktu dagang,
sekarang yang dagang kan Mas Eko.
Ojak : Ya, udah, entar Abang bantuin, tapi
Abang mau ngojek dulu.
Denok : Oke.
Denok menjawab datar.
94
Tabel 4.7
Analisa Scene 23
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Ojak merasa bebas dan tidak
risih lagi setelah Nana pulang
kerumahnya. Namun, lain
halnya dengan Denok yang akan
kembali merasakan kesepian
ketika kembali ditinggal
suaminya pergi ke pangkalan
ojek. Mendengar hal tersebut
dari Denok, hati Ojak langsung
timbul kepedulian akan sikap
yang harus ia ambil sebagai
seorang suami, dengan kata lain
tedapat kepentingan dirinya
sendiri dengan kepentingan
istrinya yang harus di penuhi
Ojak sebagai seorang suami,
menunjukan kasih sayangnya
terhadap istri dengan
memberikan ketenangan, dan
solusi agar Denok tidak
merasa kesepian selama di
tinggal Nana. Karena
Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: “Tidak ada
seseorang yang menjumpai
Allah SWT dengan membawa
dosa yang lebih besar
daripada seorang suami yang
tidak sanggup mendidik
keluarganya”.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-23, bahwa untuk melihat miteme Genre
digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih
adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang
membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner
jenis sinetron dramatik. Sumber : Hasil Analisa Penelitian
8. Scene 30
Pada scene ini Tisna dan Purnomo duduk berdua di
pangkalan Ojek sambil menunggu penumpang. Lalu Tisna
membuka obrolan dengan Purnomo, yang bertanya soal
buka puasa bersama yang dilakukan Purnomo, Novita dan
95
orang tua Novita kemarin sore di kediaman orang tua
Novita. Lalu purnomo menjawab dengan rasa penuh
kecewa, karena kemarin ia terlambat sampai rumah orang
tua Novita dan membuat orang tua Novita kecewa.
Namun Tisna tetap memberi semangat dan motivasi
seperti ketika orang tua Tisna memberi semangat, kepada
Purnomo agar terus berjuang untuk mendapatkan hati
orang tua Novita, dan tidak mudah menyerah.
Gambar 4.9
Tisna dan Purnomo di pangkalan ojek
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Purnomo tiba di pangkalan ojek, yang sebelumnya sudah
ada Tisana.
Tisna : Kamu nggak nganterin Novita, Pur?
Purnomo : Belum.
Tisna : Ohh iya Pur, kemarin kamu jadi buka
puasa sama calon mertua?
Purnomo : Nggak jadi, Tis.
Tisna : Kata Bapak saya mah, itu hal yang biasa,
anggep aja halangan, jangan patah
semangat, Pur.
Purnomo : Ghue tetep semangat, sampai titik darah
penghabisan, Tis!
96
Tisna : Sampai mati? Rugi dong kamu, Pur, kalau
kamu tetep ditolak, tapi sudah nggak ada,
Novita bisa diambil orang.
Purnomo : Nggak jadi deh, pokoknya ghue pantang
mundur!
Tisna : Nah, gitu atuh.
Tisna tersenyum.
Tabel 4.8
Analisa Scene 30
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Tisna memberikan semangat
kepada Purnomo, seperti ketika
bapaknya Tisna memberikan
semangat kepada Tisna. Hal yang
dilakukan Tisna merupakan bentuk
budaya memberikan bingkai
interpretasi yang lebih besar di
mana ‘wajah’ dan ‘gaya konflik’
dapat diekspresikan dan
dipertahankan secara bermakna.
Tisna menyampaikan pesan
bapaknya di kampung, yang
selalu memberi motivasi Tisna
juga disampaikan kepada
Purnomo. Artinya, Purnomo dan
Tisna merupakan contoh
persaudaraan dalam islam yang
saling menasehati dalam
kebenaran. Ini menunjukan
aspek akhlak sesama saudara
muslim dalam nilai-nilai ke-
Islaman
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-23, bahwa untuk melihat miteme genre, digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang
sering muncul dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh
utama. Dan ini menunjukan oposisi biner ke dalam jenis sinetron
dramatik Sumber : Hasil Analisa Penelitian
97
9. Scene 31
Pada scene ini terjadi di keluarga Bapak Sofyan.
Ketika Pak Sofyan dan Ibu Rahmawati75 pulang mengajar
dari kampus dan melihat bunga tertidur pulas di ruang
tamu. Tapi Ibu Rahma menyarankan agar tidak di
bangunkan terlebih dahulu.
Namun, setelah Pak Sofyan dan Ibu Rahma mengganti
pakaian hendak menyiapkan menu berbuka puasa, Bunga
belum juga terbangun dari tidurnya. Ketika dibangunkan,
Pak Sofyan menegur Bunga, agar tidak tidur terlalu sering
di bulan Ramadhan.
Gambar 4.10
Pak Sofyan membangunkan Bunga
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Bunga masih tidur, Sopyan dan Rahmawati yang sudah
berganti pakaian datang.
75 Setelah Ibu Nurmala yang diperankan oleh Renita Sukardi
meninggal di kehidupan nyata dan di dalam cerita, Pak Sofyan menikah lagi
dengan Ibu Rahma pada Episode ke 1000 yang tayang pada 12 Januari 2018.
98
Sopyan : Bunga... bangun...!
Bunga mengejapkan mata, terbangun dan duduk, melihat
Sopyan dan Rahmawati.
Bunga : Bapak sama Ibu sudah pulang?
Rahmawati : Belum lama kok.
Sopyan : Kamu tidurnya nyenyak, sampe nggak
denger apa-apa.
Rahmawati : Lain kali, kalau mau tidur pintu depan
jangan lupa dikunci.
Bunga : Iya, Bu.
Bunga berdiri, beranjak.
Sopyan : Kamu mau kemana?
Bunga : Pindah tidurnya ke dalam.
Sopyan : Sudah tidurnya, jangan diterusin! Puasa
kok tidur terus! Pantesan aja puasanya
menang.
99
Tabel 4.9
Analisa Scene 31
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Ketika Bunga ditegur oleh
Bapaknya, karena disaat puasa
Bunga terlalu banyak
menghabiskan waktu dengan
tidur saja, di tambah lagi dengan
teguran Ibunya kepada Bunga
yang lupa mengunci pintu depan
saat ia terlelap tidur. Bunga
hanya diam dan mengakui
kesalahannya dengan self-
deffense untuk memulihkan citra
dirinya.
Pak Sofyan menunjukan bahwa
sebagai kepala rumah tangga
harus bisa mendidik anaknya.
Seperti dalam surah Luqman
ayat ke- 13, yang artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, ketika
ia memberi pelajaran
kepadanya, ‘Wahai anakku!
Janganlah engkau
memperskutukan Allah,
sesungguhnya
mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar
kezhaliman yang besar.”
Pak Sofyan sebagai kepala
rumah tangga menunjukan
bentuk akhlak dalam hubungan
keluarga.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-31, bahwa untuk melihat miteme akhlak, digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah keluarga
tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik yang membantu
cerita tokoh utama. Ini menunjukan oposisi biner ke dalam akhlak
baik dalam hubungan keluarga saling mengingatkan.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
100
10. Scene 36
Ojak berkunjung ke “Warung Nasi, Pelipur Lapar”
pada siang hari di Ramadhan, mengundang kecurigaan Eko
dan Yanti pemilik warung yang mengira bang Ojak sedang
tidak berpuasa.
Lalu Ojak menjelaskan kepada Eko dan Yanti, bahwa
kedatangannya ke warung milik mereka bukan untuk
makan siang, tetapi untuk menemui Sekar yang akan
membawakan baju pesanan bang Ojak.
Gambar 4.11
Ojak tiba di warung nasi milik Eko
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Yanti dan Eko sedang menyiapkan bahan masakan, lalu
Ojak datang, Yanti berpaling, heran.
Yanti : Bang Ojak nggak puasa?
Ojak : Gua bukan mau makan, tapi mau ketemu
orang.
Eko : Muna?
101
Ojak : Bukan, Sekar!
Yanti : Kok Mbak Denok nggak diajak?
Ojak : Ini rahasia.
Eko : Sama istri aja pake rahasia-rahasiaan!
Ojak : Eh, Ko, gua kagak punya rahasia, gua
cuma pengen beli baju ke Sekar, terus gua
mau ngasih ke istri gua.
Yanti : Oh, gitu.
Ojak : Lu berdua jangan bilang siapa
siapa, ya!
Eko : Beres, asal ada uang tutup mulutnya!
Ojak : Entar gua kasih uang. Tapi uang monopoli!
Ha ha ha…
Ojak tertawa.
102
Tabel 4.10
Analisa Scene 36
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Kedatangan Ojak ke warung milik
Eko untuk bertemu Sekar, dan
memilih baju dagangan Sekar
tanpa mengajak Denok membuat
Eko penasaran. Lalu Ojak
menjelaskan, bahwa baju yang
akan di beli dari Sekar untuk
memberikan kejutan kepada
Denok. Dan Ojak meminta agar
Eko dan Yanti tidak menceritakan
hal ini kepada Denok. Tetapi, Eko
meminta imbalan sebagai upah
tutup mulut. Bukannya Imbalan
yang di terima, Eko malah di
ledek oleh Ojak yang akan
memberi uang monopoli. Dampak
yang diterima Eko diakibatkan
oleh suatu tindakan terhadap
maksud negosiasi Eko yang
memanfaatkan kesempatan.
Eko berprasangka buruk
kepada Ojak yang datang ke
warung makannya pada siang
hari di bulan puasa dan
meminta imbalan kepada
Ojak sebagai jasa
merahasiakan sesuatu (uang
tutup mulut). Sikap Eko
termasuk ke dalam aspek
akhlak buruk sebagai
makhluk sosial dalam
memperlakukan tetangganya
sendiri yang berkunjung
sebagai tamu, bukan pembeli.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-36, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
pendukung yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita
tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam akhlak
buruk sesama makhluk sosial.
103
11. Scene 45
Ojak tiba di rumah setelah bertemu Sekar di Warung
Nasi milik Eko. Lalu Ojak langsung membantu Denok
yang sedang memotong buah di ruang depan. Tiba-tiba
Ojak teringat pertanyaan sekar tentang ukuran baju yang
akan di beli Ojak untuk Denok.
Lalu Ojak meminta izin kepada Denok untuk ke
kamar sebentar. Diam-diam Ojak mencari baju Denok di
dalam lemari untuk melihat ukurannya. Ketika sedang
melihat baju Denok di lemari. Tiba-tiba Denok juga
datang ke kamar dan memergoki Ojak sedang memegang
baju Denok. Lalu Ojak berdalih bahwa, ia sedang mencari
kaosnya di tumpukan baju Denok.
Gambar 4.12
Ojak di pergoki Denok sedang melihat baju-baju Denok.
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Ojak memeriksa lemari, dia mengambil baju Denok dan
melihat label yang ada ukurannya. Lalu, Denok masuk dan
bertanya kepada Ojak.
Denok : Baju Denok mau diapain, Bang?
104
Ojak terkejut, dan berpaling.
Ojak : Abang lagi nyari kaos.
Denok : Abang nyari kaos kok yang diambil
baju Denok?
Ojak : Abang takut kaosnya keselip di
tumpukan baju Denok.
Denok : Ada?
Ojak : Nggak.
Ojak tersenyum masam.
Denok : Biasanya di situ, Bang, Denok
taroh kaos-kaos Abang.
Ojak : Oh iya, ini dia kaos abang
Ojak bersyukur, karena rencana memberikan kejutan
kepada Denok tidak ketahuan.
Tabel 4.11
Analisa Scene 45
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Cara Ojak berdalih sedang
mencari kaos-kaos pribadinya
dapat diasosiasikan ke dalam
budaya dalam mempengaruhi
bagaimana mereka mengelola
konflik. Ojak berusaha agar
tidak membuat Denok semakin
curiga, dengan merasa terbantu
ketika Denok menunjukan
tempat kaos-kaos Ojak berada.
Dalam scene ini, Ojak ingin
mencari tahu ukuran baju
yang di gunakan istrinya.
Tapi ketika kepergok, oleh
Denok, Ojak terpaksa
berbohong agar rencananya
membelikan baju Denok
sebagai bentuk kejutan, agar
Denok senang. Hal ini
menunjukan bahwa akhlak
dalam keluarga juga meliputi
untuk membangun hubungan
baik antara suami dan istri.
105
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil
penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek
Pengkolan pada scene ke-45, bahwa untuk melihat miteme
Genre digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang
dipilih adalah tokoh yang sering muncul dan memiliki konflik
yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi
biner jenis sinetron dramatik.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
12. Scene 46
Pada Scene ini terjadi di rumah keluarga Firman pada
siang hari. Husna yang sedang asyik membaca buku, tiba-
tiba, Sari, Ibunya Husna datang untuk meminta tolong
kepada husna untuk membantunya masak di dapur. Lalu
Husna meng-iyakan perintah Ibunya dengan senang hati.
Gambar 4.13
Sari meminta Husna agar membantunya di dapur
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Husna duduk di ruang depan sendiri, dia membawa buku
cerita. Lalu, Sari datang, melihat Husna.
106
Sari : Kamu bantuin Bunda, yuk!
Husna : Aku lagi baca buku, Bun.
Sari : Baca buku kan bisa disambung nanti,
sekarang bantuin Bunda dulu.
Husna : Bunda masak?
Sari : Iya, masak opor ayam.
Husna : Iyadeh, aku bantuin masak apa?
Sari : Kamu bantuin ngupas kentang aja. Nggak
berat kok, mau kan?
Husna : Siap, bun!
Husna tersenyum masam.
107
Tabel 4.12
Analisa Scene 46
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Sikap Husna awalnya malas,
ketika mendengar perintah
Ibunya untuk membantunya
memasak. Tetapi Husna
melakukan aspek komunikasi
antarbudaya yaitu, manajemen
konflik yang di mediasi oleh
wajah dan budaya. Dengan
menerima perintah Ibunya
dengan senang hati, walaupun
dirinya sedang asyik membaca.
Allah memerintahkan kepada
kita untuk bersikap birrul
walidain. Birrul walidain
(berbakti kepada kedua orang
tua). Di dalam Al-Quran,
setelah memerintahkan
manusia untuk bertauhid,
Allah memerintahkan untuk
berbakti kepada orang tuanya.
Sikap Husna di atas
merupakan wujud berbakti
pada orang tua, ketika
diperintah untuk membantu
Ibunya memasak di dapur.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-46, bahwa untuk melihat miteme akhlak
digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih
adalah tokoh yang sering muncul dan konflik yang membantu
cerita tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam
akhlak baik dalam kesediaannya untuk membantu orang tua.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
13. Scene 49
Setelah Ojak dan Denok selesai memotong buah-
buahan, Denok langsung mengingat kebiasaan-
kebiasaan yang di lakukan Nana setelah membuat es
buah. Mendengar hal seperti itu, Ojak pun menyanggupi
108
apa yang biasanya di kerjakan Nana setelah memotong
buah.
Gambar 4.14
Ojak dan Denok selesai memotong buah-buahan
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Denok dan Ojak sudah selesai memotong buah. Denok
berpaling.
Denok : Kalo Nana, abis motong, pisaunya
langsung dicuci.
Ojak : Abang juga mau nyuci pisau.
Denok : Kalo Nana, abis itu dia nyapu karpet.
Ojak : Iya, Nok, entar, abang sapuin juga.
Denok : Jangan, Bang.
Ojak : Kenapa?
Denok : Soalnya, Abang bukan Nana.
Ojak : ???
Ojak merengutkan dahi.
109
Tabel 4.13
Analisa Scene 49
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Usaha Ojak membuat Denok
terhibur karena sedang ditinggal
oleh Nana, membuat Ojak
mengabaikan budaya sendiri dan
menerima budaya istrinya. Ojak
memberikan kesempatan atau
porsi yang sama kepada satu
sama lain terkait dengan
kepercayaan dan kebiasaan
budaya guna meminimalisir
perbedaan lintas budaya;
menghilangkan budaya sendiri
akibat perbedaan budaya; dan
pasangan suami istri
menegosiasikan hubungan
mereka karena adanya
perbedaan budaya76.
Ojak sebagai seorang suami,
menunjukan kasih sayangnya
terhadap istri dengan
memberikan ketenangan, dan
hiburan agar Denok tidak
merasa kesepian selama di
tinggal Nana. Karena
Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: “Tidak ada
seseorang yang menjumpai
Allah SWT dengan membawa
dosa yang lebih besar
daripada seorang suami yang
tidak sanggup mendidik
keluarganya”.
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-49, bahwa untuk melihat miteme Genre digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
pendukung dan memiliki konflik yang membantu cerita tokoh
utama kebingungan. Dan ini menunjukan oposisi biner jenis
sinetron komedi.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
76 Dalam pernikahan antarbudaya, terdapat beberapa permasalahan
yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri terkait dengan teman, pandangan
politik, keuangan, seks, anak-anak, nilai-nilai, sikap terhadap waktu, agama,
dan lain-lain.
110
14. Scene 50
Pada siang hari, Beben bertemu Karina yang sedang
jalan kaki sepulangnya dari kampus. Lalu Beben
menawarkan tumpangan kepada Karina yang hendak
pulang kerumah. Awalnya Karina menolak, karena
Karina menganggap dirinya harus membayar seperti
orang yang memesan lewat aplikasi sedangkan Karina
sendiri tidak memiliki uang.
Namun Beben meyakinkan Karina, bahwa dirinya
ikhlas memberikan tumpangan karena memang arah
rumah Karina dan tempat Beben akan mangkal satu arah.
Jadi, Karina tidak perlu pesan lewat aplikasi dan
membayar tarif lagi kepada Beben.
Gambar 4.15
Beben menawarkan tumpangan kepada Karina
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Beben ketemu Karina yang pulang jalan kaki. Beben
berhenti dekat Karina, berpaling.
Beben : Nggak naik gober?
Karina : Nggak.
Beben : Kenapa?
111
Karina : Saya lagi jalan kaki.
Beben : Kamu mau bareng?
Karina : Kemana?
Beben : Ke rumah kamu.
Karina : Uang aku nggak cukup buat order kamu.
Beben : Nggak usah order, kan aku yang ngajak
bareng, sekalian mau mangkal.
Karina : Aku kan nggak mangkal?
Beben : Iya, kamu turun di rumah kamu aja, nanti
aku terus mangkal, mau?
Karina : Boleh.
Karina tersenyum, lalu ikut naik motor Beben, setelah
memakai helm, mereka pergi.
Tabel 4.14
Analisa Scene 50
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Penolakan tawaran yang
diberikan Beben kepada Karina.
Menunjukan bahwa Karina
khawatir terjadi kesalahpahaman
sehingga menimbulkan konflik
yang dapat merusak wajah sosial
seseorang. Namun ketika Beben
menjelaskan maksudnya adalah
murni memberi tumpangan
kepada Karina karna memang
rumahnya searah dengan tempat
Beben mangkal. maka
kesepakatan diperoleh keduanya
melalui face negotiation.
Melihat Karina yang berjalan
kaki sepulangnya dari kampus
pada siang hari di bulan puasa,
Beben berniat memberikan
tumpangan gratis kepada Karina
sampai rumah. Sikap Beben
murni membantu meringankan
pekerjaan sesama muslim
sebagaimana dijelaskan hadits
oleh Abu Hurairah dia berkata:
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang membantu
seorang muslim (dalam) suatu
kesusahan di dunia maka Allah
akan menolongnya dalam
kesusahan pada hari kiamat,
112
dan barangsiapa yang
meringankan (beban) seorang
muslim yang sedang kesulitan
maka Allah akan meringankan
(bebannya) di dunia dan
akhirat”
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-50, bahwa untuk melihat miteme Genre digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
yang sering muncul dan memiliki solusi yang membantu cerita
tokoh pendukung. Dan ini menunjukan oposisi biner jenis
sinetron dramatic, yang mana di dalam scene ini Denok
menampilkan kepolosannya ketika membanding-bandingkan
Ojak dengan keponakannya, Nana.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
15. Scene 57
Babeh Na’im dan Haji Murod yang mencari Auliani
untuk bertanya kejelasan calon pembeli rumah Babeh
Na’im yang juga merupakan teman Auliani berhenti di
depan pagar kost simin. Lalu datang Sekar, yang sama-
sama sedang mencari Auliani.
Di dalam Kost terdapat Auliani dan Aisyah yang
sedang duduk di ruang tamu. Mendengar teriakan Sekar
dan Babeh Na’im Auliani ketakutan akan di tanya-tanya
kabar temannya yang ingin membeli rumah Babeh Na’im.
113
Gambar 4.16
Auliani berpura-pura tidur di depan Aisyah
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Auliani dan Aisyah duduk di ruang depan, Aisyah
berpaling.
Aisyah : Kayak suara Sekar manggil kamu.
Auliani : Bukan kayaknya, emang itu Sekar?
Aisyah : Kedengerannya dia sama Babe.
Auliani : Waduh gawat, Babe pasti nanyain temen
gua yang kemaren nawar rumah
kontrakannya.
Aisyah : Kamu telpon aja temen kamu.
Auliani: Udah, tapi nggak nyambung.
Aisyah : Kamu ke rumahnya aja.
Auliani : Gua nggak tau rumahnya!
Aisyah : Ya, udah bilang gitu aja ke Babe.
Auliani : Takut ah, Mbak Aisyah aja yang keluar,
bilang aku tidur.
Aisyah : Ini bulan puasa, kalo kamu bohong,
kamu nggak dapet berkah, trus
puasanya sia-sia, mau?
Auliani : Aku nggak bohong kok, nih aku tidur.
Auliani merebahkan tubuh ke sofa, lalu memejamkan mata.
Aisyah menghela napas.
114
Tabel 4.15
Analisa Scene 57
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Yang di lakukan Auliani
merupakan usaha penyelamatan
citra diri dan pemulihan wajah
terhadap dirinya. Hal ini
termasuk ke dalam aspek ketiga,
karena penyelamatan citra diri
yang dilakukan Auliani
mencakup usaha-usaha untuk
mencegah peristiwa yang dapat
menimbulkan kerentanan atau
bahkan merusak citra dirinya
sendiri.
Ketika Auliani meminta tolong
ke Aisyah untuk melindunginya
dengan berkata bohong kepada
Babeh Na'im dan Sekar, Aisyah
langsung menasihati Auliani,
bahwa berkata bohong itu tidak
baik. Lebih baik berkata jujur/
apa adanya. Hal tersebut
merupakan bahwa Aisyah telah
mengajak Auliani ke jalan yang
benar sesuai firman Allah pada
surah Ali Imron ayat ke 110
yang artinya : “Kamu adalah
umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada
Allah.”
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-36, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
pendukung yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita
tokoh pendukung juga. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam
akhlak buruk sesama makhluk sosial, karena Auliani berusaha
untuk berbohong demi menyelamatkan dirinya sendiri.
115
16. Scene 61
Menjelang sore hari, Ibu Rahma menawarkan menu
untuk berbuka puasa kepada Pak Sofyan yang sedang
duduk di ruang depan. Bunga yang mendengar
pembicaraan Ibu dan Bapaknya dari kamar langsung ikut
ke ruang depan untuk ikut memesan makanan menu
berbuka puasa.
Namun, Pak Sofyan malah menyuruh bunga untuk
menengok ke tempat cuci motor, usaha milik
keluarganya. Bunga yang sedikit kecewa oleh perintah
Bapaknya lantas memesan makanan kepada Ibunya.
Namun, ketika mendengar pesanan Bunga yang terlalu
banyak membuat Bapaknya sedikit kesal dan menasehati
Bunga.
Gambar 4.17
Keluarga Pak Sofyan sedang merencanakan menu berbuka puasa
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Sopyan duduk di ruang depan, lalu Rahmawati datang.
Rahmawati : Bapak mau buka puasa pakai apa?
Sopyan : Beli bihun goreng, sama gorengan
aja Bu.
Rahmawati : Ya, sudah, ibu beli dulu.
116
Bunga datang.
Bunga : Ibu mau beli apa?
Sopyan : Kamu kalau soal makanan cepet
bener dengernya.
Bunga : Tadi pas lagi kedengeran aja, Pak.
Sopyan : Ya, sudah,mending kamu sekarang
liat tempat
cucian motor dulu sana.
Bunga : Aku kan mau beli makanan.
Rahmawati : Nanti ibu aja yang beliin makanan
kamu.
Bunga : Ya, sudah, aku beliin mie goreng,
pakai bakwan dua, sama kolek, dan
jangan lupa risolnya tiga, ya, Bu.
Sopyan : Bunga, kamu itu mau buka puasa
apa bales dendam?! Jangan
berlebihan! Nggak baik!
Bunga tersenyum masam.
Tabel 4.16
Analisa Scene 61
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Ekspresi yang ditunjukan Bunga
ketika diperintah dan dinasehati oleh
Bapaknya sebetulnya kecewa,
namun Bunga tetap menerima dan
menjalankan perintah Bapaknya. Hal
ini menunjukan Bunga melakukan
aspek dalam komunikasi
antarbudaya yaitu, manajemen
konflik yang di mediasi oleh
ekspresi wajah yang ditunjukan dan
budaya dalam sebuah keluarga.
Mendengar pesanan menu
berbuka puasa Bunga, Bapak
lantas menasehati Bunga agar
tidak makan berlebihan. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur'an
surat Al-A'raf ayat ke 31 yang
artinya : “Makan dan minumlah
dan jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”
117
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan pada
scene ke-61, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan plot
karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh yang sering
muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh utama. Dan ini
menunjukan oposisi biner dalam akhlak baik dalam kesediaannya
untuk membantu dan mendengarkan nasihat dari orang tua.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
17. Scene 62
Yuli berinisiatif untuk membelikan Tisna sebuah
baju untuk dipakai saat lebaran nanti. Akan tetapi,
sebetulnya Tisna merasa tidak enak kepada Yuli, karena
seharusnya sebagai suami, Tisna lah yang membelikan
Yuli baju untuk lebaran, seperti Ojak yang akan
membelikan baju untuk Denok.
Mendengar jawaban Tisna, Yuli merasa kecewa.
Karena maksud Yuli, tulus, ingin membahagiakan
suaminya dengan cara membelikan baju baru. Ia lantas
pergi ke kamar meninggalkan Tisna sendiri di ruang
depan.
118
Gambar 4.18
Yuli kecewa atas respon Tisna
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Tisna sedang duduk di dalam rumahnya, melihat baju yang
dibeli Yuli untuknya. Yuli berpaling.
Yuli : Gimana, bagus kan, Bab?
Tisna : Bagus.
Yuli : Babab suka, kan?
Tisna : Gimana, ya?
Yuli : Kok gimana, ya?
Tisna : Babab ngerasa nggak pantes aja
nerimanya.
Yuli : Kenapa, Babab?
Tisna : Mustinya Babab yang ngebeleiin Yuli,
bukan kebalik.
Yuli : Ih, Babab ngeselin banget deh, mau dibikin
seneng aja susah banget!
Kemudian, Yuli yang kecewa, segara masuk ke kamar.
Tisna menghela nafas.
119
Tabel 4.17
Analisa Scene 62
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Usaha Yuli membuat Tisna
bahagia, dengan cara
membelikan Tisna Baju baru,
membuat Tisna mengabaikan
budaya istrinya. Tisana sebagai
suami merasa tidak enak
karena kurang memberikan
kesempatan atau porsi yang
sama kepada satu sama lain
terkait dengan kepercayaan
dan kebiasaan budaya guna
meminimalisir perbedaan
lintas budaya; menghilangkan
budaya sendiri akibat
perbedaan budaya; dan
pasangan suami istri
menegosiasikan hubungan
mereka karena adanya
perbedaan budaya
Tisna dan Yuli tidak
Mengedepankan aspek syariah,
yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia,
khususnya hubungan dalam
suami – istri. Bukan keinginan
dan kepentingan pribadi.
Ketundukan terhadap hukum
syariah akan meringankan kita
untuk menerima kebenaran
yang disampaikan suami/istri
sekalipun bertentangan dengan
keinginan individu. Sesuai
dengan hadits Rasulullah
SAW: “Orang yang paling
baik di antara kalian adalah
yang paling baik kepada
keluarganya. Aku adalah
orang yang paling baik kepada
keluargaku”. (HR Tirmidzi
dan Ibn Majah).
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-62, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita tokoh
utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam genre dramatik,
karena dalam scene ini menampilkan konflik dalam rumah
tangga tokoh utama dalam hubungan suami-isteri.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
120
18. Scene 63
Sore hari menjelang berbuka puasa, di tempat
pencucian motor yang merupakan tempat kerja Sapri dan
Deden. Sapri dan Deden berdiskusi menu apa yang akan
disantap untuk berbuka puasa.
Jika Deden yang harus melihat langsung makanan
apa saja yang tersedia di tempat penjual takjil. Sedangkan
Bang Sapri tinggal menyesuaikan uang yang ia miliki
dapat membeli takjil apa saja.
Gambar 4.19
Sapri dan Deden sedang berdiskusi menu berbuka puasa
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Sapri dan Deden sedang duduk menunggu orang yang mau
mencuci motor. Sapri berpaling ke Deden.
Sapri : Kalau nanti berbuka puasa, Deden
mau makan sama apa?
Deden : Belum tau.
Sapri : Kenapa?
Deden : Kan belum liat, di tempat yang
dagang ada takjil apa aja yang
tersedia.
Sapri : Oh, iya, ya, kalau Sapri sih,
121
terserah saja.
Deden : Terserah gimana, Kang Bang?
Sapri : Terserah yang dagang mau jualan
apa, nanti Sapri pilih yang sesuai.
Deden : Sesuai selera, Kang Bang?
Sapri : Bukan, tapi sesuai dengan jumlah
uang yang Sapri punya dapat
membeli apa saja.
Sapri tersenyum
Tabel 4.18
Analisa Scene 63
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Deden adalah anak rantau dari kota
Bandung yang juga merupakan
Keponakan H. Sodik. Sedangkan
Sapri adalah orang asli kampung
Rawa Bebek yang memiliki gaya
bicara yang khas, dan terkesan
kaku. Panggilan Deden Kepada
Sarpri adalah "Kang Bang". Kang
merupakan bahasa sunda halus
yang artinya Kakak, Sedangkan
panggilan bang kepada Sapri juga
sama memiliki arti yang sama
yaitu, Kakak. Panggilan Deden
merupakan tanda, orang dari
budaya yang berbeda memiliki
bermacam pemikiran mengenai
makna kata dari suku yang
berlainan. Pemikiran ini
menyebabkan mereka menghadapi
konflik dengan cara yang berbeda.
Dalam scene ini terdapat
aspek akhlak dalam
berkomunikasi sesama
makhluk sosial.
Pembicaraan Deden dan
Sapri di sela waktu bekerja
mengandung Qaulan
Ma’rufa, artinya perkataan
yang baik, ungkapan yang
pantas, santun,
menggunakan sindiran
(tidak kasar), dan tidak
menyakitkan atau
menyinggung perasaan.
Qaulan Ma’rufa juga
bermakna pembicaraan
yang bermanfaat dan
menimbulkan kebaikan
(maslahat).
122
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-63, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
pendukung dan bahasan yang membantu lawan bicaranya. Dan
ini menunjukan oposisi biner dalam genre komedi, karena dalam
scene ini menampilkan pembicaraan menggunakan ciri khas
karakter masing-masing yang unik.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
19. Scene 65
Semenjak Nana digoda oleh Anyun, ketika berjualan
es buah, Denok menitipkan penjualan es buahnya ke
“Warung Nasi Pelipur Lapar” milik Eko. Dari kerja sama
ini, Denok dan Mas Eko menerapkan system bagi hasil.
Menjelang Berbuka Puasa, Ojak mengantarkan
dagangan es buah dagangannya ke warung Eko. Ketika
sampai di “Warung Nasi Pelipur Lapar” milik Eko, datang
pula Deden yang sangat suka dengan es buah, buatan
Denok.
Gambar 4.20
Ojak menitipkan dagangan Es Buah di Warung Nasi milik Eko
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
123
Eko sedang mengelap meja, lalu Ojak datang mengantarkan
es buah.
Ojak : Ini ditaro di mana, Kok?
Eko : Di situ aja, entar gua yang ngatur.
Deden datang sendiri, dia melihat es buah yang dibawa
Ojak.
Deden : Kenapa es buahnya di sini?
Ojak : Iya, sekarang, istri gua nitip esnya di sini.
Deden : Jadi, di rumah nggak jualan lagi.
Ojak : Nggak.
Deden : Nggak apa-apa, dijual di mana aja, saya
beli, Bang!
Eko : Belinya sama gua, bukan sama si Ojak!
Ibaratnya mah Tom and Jerry.
Ojak : Delivery, Ko yang bener.
Eko berpaling ke Deden. Deden tersenyum masam.
124
Tabel 4.19
Analisa Scene 65
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Saat Deden ingin membeli es
buah Denok, Eko mengira
Deden akan membeli langsung
dari Ojak. Tapi Ojak mengakui
bahwa dirinya hanya
mengantar saja, tidak akan
menjualnya langsung. Hal
yang dilakukan Ojak
merupakan Penyelamatan
wajah mencakup usaha-usaha
untuk mencegah peristiwa
yang dapat menimbulkan
kerentanan atau merusak citra
seseorang atau hubungan
dalam kerja sama.
Kerja sama yang dilakukan
Denok dan “Warung Nasi
Pelipur Lapar” milik Eko
adalah bentuk syirkah wujûh
yang dilakukan oleh seorang
biasa-biasa saja, tetapi oleh
para pedagang dia dianggap
memiliki kepercayaan finansial
(tsiqah mâliyah) yang tinggi,
misalnya dikenal jujur dan
tepat janji dalam urusan
keuangan.77
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-65, bahwa untuk melihat miteme genre digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
pendukung dan bahasan yang membantu lawan bicaranya
dengan tokoh utama. Dan ini menunjukan oposisi biner dalam
genre komedi, karena dalam scene ini menampilkan
pembicaraan menggunakan ciri khas karakter masing-masing
yang unik.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
77 Taqiyuddin An Nabhani. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif.
(Surabaya: Risalah Gusti, 1990). h. 154
125
20. Scene 71
Ketika ba’da sholat Ashar Aliya, Fadhil, dan Melati
yang memakai pakaian muslim hendak mengaji. Tapi
sebelumnya mereka ingin memanggil Bagas dirumahnya.
Sampai dirumah Bagas, mereka menemui Indro yang
merupakan Ayah dari Bagas. Indro mengira kedatangan
Aliya, Fadhil, dan Melati adalah untuk mengajak Bagas
main keluar rumah.
Lalu Melati menjelaskan kepada Indro maksud dan
tujuannya adalah mengajak Bagas ke Masjid untuk
mengaji sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Mendengar penjelasan Melati, Indro jadi bersemangat
untuk menyuruh anaknya cepat bersiap-siap untuk segera
berangkat bersama Aliya, Fadhil, dan Melati.
Gambar 4.21
Aliya, Fadhil, dan Melati mengajak Bagas untuk ikut
mengaji
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Aliya, Fadhil, dan Melati yang memakai pakaian mau
mengaji jalan kaki sampai di rumah Indro.
Fadhil : Assalamualaikum...!
126
Tak lama, Indro yang masih di rumah membuka pintu,
keluar, dan melihat anak-anak.
Indro : Waalaikum salam...!
Aliya : Bagas mana, Om Indro?
Indro : Bagas nggak boleh main, sebentar lagi
kan buka puasa!
Melati : Saya sama temen-temen, bukan mau
ngajak Bagas main, tapi mau ngaji!
Indro : Ngaji?
Melati : Iya, ngaji!
Indro berpaling ke dalam rumah.
Indro : Bagas... ke sini!
Tak lama, Bagas dan Wahyuni keluar rumah, Indro
melihatnya.
Bagas : Ada apa, Pak?
Indro : Cepet ganti baju, ikut temen-temenmu
ngaji!
Bagas : Iya, Pak!
Wahyuni : Pada mau ngaji di mana, to?
Aliya : Di mesjid, sama Pak Ustad!
Bagas : Tunggu aku, ya!
Bagas bergegas masuk ke rumah lagi, Aliya, Fadhil, dan Melati
tersenyum.
127
Tabel 4.20
Analisa Scene 71
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Indro kerap kesal, jika anaknya
terlalu banyak waktu bermain di
luar rumah dengan teman-
temannya. Sehingga, ketika
teman-teman anaknya datang
kerumah Indro selalu punya
pandangan anaknya akan di ajak
bermain. Tapi ketika Melati
menjelaskan kepada Indro
tentang maksud dan tujuannya
adalah mengajak Bagas mengaji
di Masjid, Indro senang dan
antusias menyuruh anaknya
untuk bersiap-siap. Sikap Indro
merupakan bentuk stereotipe
negatif terhadap teman sebaya
anaknya. Tapi negosiasi wajah
yang dilakukan Melati dengan
penjelasannya berusaha
meyakinkan Indro.
Sikap Indro yang
berprasangka buruk terhadap
teman-teman anaknya
merupakan sikap suudzon
yang termasuk ke dalam
aspek akhlak buruk. Karena
Indro tidak mencari tahu
terlebih dahulu maksud dan
tujuan teman-teman Bagas
yang mengajak Bagas keluar
rumah.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil
penelitian mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek
Pengkolan pada scene ke-71, bahwa untuk melihat miteme
akhlak digunakan plot karakter di mana karakter tokoh yang
dipilih adalah tokoh pendukung yang sering muncul dan konflik
yang membantu cerita adalah para tokoh pendukung juga. Ini
menunjukan oposisi biner dalam akhlak buruk yang dilakukan
Indro karena berprasangka buruk terhadap teman anaknya.
128
21. Scene 76
Di dalam Masjid terdapat Utadz Usman, Babeh Na’im,
H. Murod, Cipto dan anak-anak. Ketika Pak Ustadz
Usman meminta tolong kepada Cipto untuk
membantunya mengajar anak-anak, Cipto malah berkelit,
bahwa dirinya belum bisa membaca dan maksud
kedatangannya ke Masjid karena ingin ikut belajar
bersama anak-anak yang lain.
Setelah semua anak-anak membaca Al-Qur’an,
gantian Cipto yang meminta untuk di ajarkan membaca
oleh ustadz Usman.
Gambar 4.22
Kegiatan Mengaji di Masjid
Sumber : www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q
Aliya duduk di depan Ustadz Usman membaca surah Al-
Kautsar, sedangkan Bagas, Melati dan Fadhil
mendengarkan. Cipto duduk dekat Murod dan Babe.
Aliya : Bismillahirrohmanirrohim... Innaa
a’thainaakal kau-tsar... fashalli li-rabbika
wanhar... inna syanni-aka huwal abtar....
shadaqallahul ‘azhim....
Lalu, Ustadz Usman berpaling ke yang lain.
Ustadz Usman : Siapa yang belum lancar baca quran?
Cipto dengan semangat menunjuk, tapi lalu malu sebab
tidak ada orang lain yang mengangkat tangan selain dia.
129
Tabel 4.21
Analisa Scene 76
Komunikasi Antarbudaya Nilai-nilai Ke-Islaman
Keseriusan Cipto untuk belajar
membaca Al-Qur’an ditunjukan
di muka umum termasuk di
depan anak-anak. Ini
menunjukan aspek pertama
komunikasi antarbudaya adalah
keyakinan bahwa individu di
dalam semua budaya yang
berbeda dan Cipto
menegosiasikan citra diri secara
terus terang tekad dan niatnya
untuk belajar membaca Al-
Qur’an.
Semangat Cipto untuk
mempelajari Al-Quran di usia
yang sudah dewasa
menunjukan sikap membangun
akhlaq. Karna Aisyah
radhiyallahu ‘anha
meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Seorang
yang lancar membaca Al-
Quran akan bersama para
malaikat yang mulia dan
senantiasa selalu taat kepada
Allah, adapun yang membaca
Al-Quran dan terbata-bata di
dalamnya dan sulit atasnya
bacaan tersebut maka baginya
dua pahala”
Analisis Narasi
Berdasarkan analisa di atas, dapat ditemukan dari hasil penelitian
mengenai analisis narasi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
pada scene ke-76, bahwa untuk melihat miteme akhlak digunakan
plot karakter di mana karakter tokoh yang dipilih adalah tokoh
pendukung yang sering muncul dan konflik yang membantu cerita
tokoh pendukung khusus segmen bulan Ramadhan. Dan ini
menunjukan oposisi biner dalam akhlak baik untuk mempelajari
bacaan Al-Qur’an di usia yang sudah tergolong dewasa.
Sumber : Hasil Analisa Penelitian
130
BAB V
PEMBAHASAN
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang tayang perdana pada
pertengahan tahun 2015 seolah menjawab keadaan yang sedang
memanas kala itu. Persaingan antara ojek online dan ojek
konvensional (pangkalan). Perkembangan era digital juga
memiliki banyak dampak positif bagi masyarakat yang mengerti
cara menggunakannya.
Salah satunya adalah jasa ojek online yang beberapa tahun
belakangan menjadi tren, karena dirasa fleksibel dan efisien bagi
pelanggannya. Namun, di balik kemudahan akses bagi
pelanggannya, jasa ojek yang di digitalisasi dianggap berdampak
negatif bagi masyarakat lokal, terutama yang berprofesi sebagai
tukang ojek pangkalan. Sehingga, hal inilah yang kerap
menimbulkan konflik di berbagai daerah yang mayoritas masih
berprofesi sebagai ojek konvensional, yang belum bisa menerima
kehadiran ojek berbasis online.
Tetapi dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, kedua jenis
model ojek tersebut menampilkan banyak tayangan yang
menunjukan bentuk kesolidaritasan antar sesama pengemudi ojek.
Selain mengangkat masalah soal transportasi ojek, pada umumnya,
banyak terdapat masalah yang diangkat dalam Sinetron Tukang
Ojek Pengkolan.hal tersebut meliputi masalah yang dialami oleh
setiap pemain di dalam cerita. Mulai dari masalah keluarga,
asmara, solidaritas, bisnis, pertemanan, dan masalah dalam
131
kehidupan lainnya. Semua itu tertuang dalam sinopsis, storyline,
scene plot, dan skrip.
Pengamatan terhadap narasi dalam sinetron Tukang Ojek
Pengkolan pada episode ke-1172 akan memperlihatkan beberapa
oposisi biner dalam perspektif komunikasi antarbudaya dan nilai-
nilai ke-Islaman. Adapun mitheme dalam oposisi biner (sifat-sifat
berlawanan) yang ditemukan peneliti dalam sinetron Tukang Ojek
Pengkolan adalah sebagai berikut :
A. Ojek Konvensional (Pangkalan) – Ojek Online
Oposisi biner ini dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
digambarkan oleh pertemanan tiga orang tokoh utama yang
menggunakan motor-motor tua sebagai tukang ojek
konvensional, dengan orang-orang yang menjadi pengemudi
ojek online yang menggunakan motor-motor modis keluaran
terbaru. Yaitu Ojak, Purnomo, dan Tisna sebagai tokoh utama
dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang berprofesi
sebagai tukang ojek konvensional yang mangkal di pengkolan.
Sedangkan sejak awal kemunculan sinetron Tukang Ojek
Pengkolan, yang berperan sebagai tukang ojek online dalam
sinetron Tukang Ojek Pengkolan, aktornya selalu diperankan
oleh pemain yang berbeda-beda, sesuai dengan rating pemain
yang akan berperan. Sampai tahun 2016 akhir, ada tokoh
Ramdhan, Mimin, dan Jono yang berperan sebagai pengemudi
ojek online Gober. Sampai pada awal tahun 2017 sampai
sekarang, yang berperan sebagai tukang ojek online adalah
Jono, Anyun, Beben, Bobby, Ferdi dan banyak lagi pemeran
132
ojek online Gober yang terdapat dalam frame, tapi hanya
sebagai figuran saja.
Jenis layanan tukang ojek konvensional dalam sinetron
Tukang Ojek Pengkolan hanya dapat membawa penumpang
saja. Tetapi pernah juga Ojak diminta menjadi ojek regular
untuk antar-jemput anak sekolah. Berbeda dengan Gober,
Ojek berbasis online dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan,
yang dalam cerita memiliki layanan jasa pengantar paket dan
juga penumpang. Sama seperti ojek online pada kehidupan
nyata, layanan Gober sebagai ojek online hanya dapat di pesan
melalui aplikasi yang ada di smartphone saja.
Nilai-nilai ke-Islaman yang terkandung dalam narasi
sinetron Tukang Ojek Pengkolan sesuai dengan oposisi biner
di atas diimplementasikan dengan kerukunan antar pengemudi
ojek online dan pengemudi ojek konvensional yang mangkal.
Ketika selama ini dalam kehidupan nyata banyak oknum
pengemudi ojek konvensional yang tidak menerima kehadiran
ojek online, karena dianggap telah mengurangi pendapatan
mereka, maka dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini
menunjukan bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, sesuai
dengan Al-Quran surat Al-An’kabut ayat 60 :
يع مم وهو الس
اك ي ها وإ
يرزق
ها الل
زق ل ر حم
ت
ة ل ن داب ن م
ي أوك
يم عل ال
133
Artinya : ”Dan berapa banyak binatang yang tidak
(dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-
lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan
Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
An’kabut : 60)
Sedangkan untuk Komunikasi antarbudaya juga
dibutuhkan dalam kedua jenis model transportasi umum ini.
Contoh Komunikasi Antarbudaya dalam sinetron Tukang
Ojek Pengkolan dapat dilihat pada scene 19, episode 1172 di
atas, seorang ibu penerima paket layanan Gober memberikan
uang tip kepada Jono, karena telah bersedia menunggu.
Sedangkan komunikasi antarbudaya pada ojek konvensional
relatif sering terjadi karena tarif dalam ojek konvensional
harus disepakati oleh pengemudi dengan calon penumpang
yang sebelumnya melakukan negosiasi terlebih dahulu.
B. Akhlak Baik – Akhlak Buruk
Akhlak dalam konteks kehidupan sehari-hari menjadi
indikator pada penelitian ini, khususnya mengenai variable
nilai-nilai ke-Islaman. Narasi mengenai nilai-nilai ke-Islaman
disampaikan melalui para tokoh dalam perilaku, dialog,
karakter dan kejadian dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan.
Dalam sinetron tersebut, ditemukan oposisi biner tentang
akhlak yang terbagi menjadi akhlak baik dan akhlak buruk.
Oposisi biner ini dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
banyak disajikan dalam bentuk makna tersirat. Artinya,
134
banyak adegan-adegan dalam sinetron Tukang Ojek
Pengkolan yang lumrah terjadi pada kehidupan nyata namun
tidak sepenuhnya di bingkai dengan nuansa islam, tetapi
banyak mengandung nilai-nilai kehidupan yang sifatnya dapat
membangun akhlak. Nilai kehidupan yang disajikan juga tidak
hanya akhlak baik saja, tetapi juga terkadang ada juga nilai-
nilai kehidupan yang termasuk ke dalam akhlak buruk.
Nilai-nilai ke-Islaman dalam oposisi biner ini sangat
menonjolkan akhlak tentang toleransi dalam berbagai jenis
usaha, khususnya jenis usaha Ojek, konvensional maupun
online. Selain itu, banyak juga di tampilkan akhlak baik dalam
bentuk hubungan antara manusia dengan manusia, yaitu
hormatnya istri terhadap suami, anak terhadap orang tua dan
kerukunan dalam hidup bertetangga. Sedangkan akhlak buruk
yang ditampilkan pada sinetron ini hanya tersaji dalam komedi
yang candaanya terkesan sedikit ‘konyol’, seperti saat Auliani
berusaha menghindari Babeh Na’im dengan cara menyuruh
Aisyah berbohong kepada Babeh Na’im, namun ia
mempergakan adegan tersebut sangat lucu yaitu, ia berpura-
pura tidur di depan Aisyah.
Selain nilai-nilai ke-Islaman, komunikasi antarbudaya
dalam oposisi biner ini juga menjadi salah satu kekuatan cerita
yang menunjang sinetron ini tetap menjadi favorit penonton
dirumah. Pesan-pesan akhlak dalam komunikasi antarbudaya
yang di sampaikan dalam sinetron ini meliputi komunikasi
yang terjadi antara hubungan manusia dengan manusia yang
berbeda suku, pekerjaan, dan kepentingan, seperti yang terjadi
135
ketika Tisna memberi semangat pada Purnomo untuk berjuang
mendapatkan hati calon mertuanya seperti apa yang dikatakan
orang tua Tisna, tetapi Purnomo malah menghiraukan nasihat
Tisna dengan meledek Tisna, sebagai bentuk manajemen
konflik yang di hadapi Purnomo saat itu.
C. Komedi – Dramatik
Genre atau jenis gaya sinetron yang digunakan dalam
sinetron Tukang Ojek Pengkolan adalah drama komedi.
Dalam oposisi biner ini, tiap scene memiliki sub genre yang
berbeda-beda. Dari sisi pemeran, komunikasi yang terjalin
dalam dialog antar pemain sangat menunjukan ciri khas dari
karakter masing-masing tokoh. Oleh karenanya, penempatan
sub genre dalam alur cerita scene sinetron Tukang Ojek
Pengkolan ini di kemas secara acak agar penonton tidak
merasa jenuh ketika menyaksikan tayangan sinetron tersebut.
Hubungan rumah tangga Ojak sebagai tokoh utama yang
memiliki istri yang terkesan kaku dan memiliki ekspresi yang
datar menjadi salah satu ciri khas dalam sinetron ini memiliki
kekuatan cerita. Sebagaimana oposisi biner ini, sub genre
dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan tidak hanya
menampilkan komedi saja, tetapi juga mengangkat sub genre
dramatik juga mengangkat problematika rumah tangga dalam
memecahkan suatu masalah bersama.
Nilai-nilai Ke-Islaman dalam oposisi biner ini banyak
digambarkan dalam narasi yang termasuk ke dalam kategori
sub genre dramatik. Karena pada umumnya pesan-pesan
136
akhlak disampaikan ketika keadaan atau situasi sedikit serius,
dan minim candaan. Seperti pada scene 62, yang mana
komunikasi yang terjalin antara sepasang suami isteri Tisna
dan Yuli mengalami kesalahpahaman yang disebabkan oleh
egoism masing-masing.
Sedangkan untuk narasi dalam komunikasi antarbudaya
yang terjadi pada sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini lebih
sering ditempatkan pada sub genre komedi. Karena dialog
antar tokoh yang terjadi rata-rata dilatarbelakangi oleh
kepentingan yang berbeda. Maka berbeda pula makna yang
diterima oleh lawan bicara. Penyelesaian konflik inilah yang
lebih sering menghasilkan nilai komedi yang membuat
penonton dirumah tertawa.
137
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan terhadap
sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang tayang di RCTI setiap
hari pukul lima petang, menceritakan tentang kehidupan
masyarakat sosial sebuah kampung, di belakang gedung-
gedung tinggi perkotaan. Penelitian ini dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah pada bab pendahuluan dengan
menggunakan teori analisis naratif, atau lebih khususnya
peneliti menggunakan teori menurut kajian Claude Levi-
Strauss.
Dari hasil analisis per adegan yang telah dilakukan
sebelumnya, muncul beberapa sifat berlawanan yang
mewakili semua sifat berlawanan yang ada. Diharapkan
oposisi biner berikut ini dapat menarasikan keseluruhan
maksud dan tujuan penulis skenario, sehingga sinetron ini
memiliki kekuatan cerita dan layak untuk disaksikan oleh
masyarakat luas, di antaranya:
Ojek Konvensional – Ojek Online
Akhlak Baik – Akhlak Buruk
Komedi – Dramatik
138
Oposisi biner tersebut menunjukan bahwa, sifat-sifat
yang berlawanan dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan
merupakan representasi dari komunikasi antarbudaya dan
nilai-nilai ke-Islaman yang dikemas dalam cerita yang
dimaksudkan untuk menjawab masalah sosial yang sedang
terjadi pada kehidupan sesungguhnya dalam masyarakat
sosial.
Oposisi biner yang utama adalah kehadiran ojek online di
sebuah kampung ditengah-tengah aktifitas perkotaan, namun
dapat diterima oleh para pengemudi ojek konvensional yang
biasa mangkal di pengkolan perkampungan tersebut. Ini dapat
di buktikan dengan beberapa scene yang menampilkan
komunikasi antarbudaya yang terjalin cukup baik. Oleh
karenanya, ini menjadi nilai positif tersendiri, bahwa cerita
dalam sinetron ini memilki kekuatan dalam menyampaikan
nilai-nilai ke-Islaman, khususnya yang dapat membangun
akhlak para penontonnya.
Akhlak baik dan akhlak buruk yang terdapat dalam
sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini dikemas ke dalam sajian
komedi dan drama agar terlihat tidak membosankan bagi
penonton. Unsur komedi dan drama dalam sinetron ini di
tampilkan secara acak mengikuti plot yang sedang
berlangsung dan dengan porsi yang sama.
139
B. Saran
Berdasarkan dari penelitian analisis narasi terhadap
sinetron Tukang Ojek Pengkolan di RCTI dalam perspektif
komunikasi antarbudaya dan nilai-nilai ke-Islaman yang telah
peneliti lakukan. Maka penulis ingin memberikan saran
kepada pembaca, khususnya penonton sinetron Tukang Ojek
Pengkolan, yaitu:
1. Secara umum sinetron Tukang Ojek Pengkolan ini adalah
upaya untuk memberikan solusi yang komprehensif secara
nyata tentang dampak kahadiran ojek online terhadap ojek
konvensional. Keberadaanya dinilai penting untuk
memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Dan ojek
konvensional tidak perlu merasa dirugikan karena pada
hakikatnya rezeki sudah ada yang mengatur, dan kembali
kepada diri kita masing-masing. Narasi dalam sebuah
budaya itu dapat dimaknai bagaimana Islam sebagai agama
yang “rahmatan lil’alamin” sangat fleksibel, lugas dan
adaptif dengan semangat perubahan dan demokrasi yang
dicitrakan dalam kontradiksi komodifikasi Islam ditelevisi.
Pada satu sisi, Islam adalah ajaran yang cinta damai,
harmonis, humanis, modis, dan sekaligus formalis.
2. Sinetron yang tidak bernuansa Islami bukan berarti bisa
seenaknya menyajikan segmentasi yang keluar dari norma-
norma yang berlaku. Produksi sinetron Tukang Ojek
Pengkolan yang mengankat cerita berdasarkan kehidupan
sehari-hari ini juga harus lebih fokus lagi dalam menyortir
segmen-segmen yang akan disajikan kepada khalayak.
140
Dalam posisi demikian, sangat diharapkan media menjadi
bagian dari pembentuk karakter bangsa yang sehat.
3. Kepada civitas akademik program studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam, agar penelitian tentang sinetron menjadi
sesuatu yang lebih dipertimbangkan. Hal ini mengingat,
tayangan sinetron dapat dikonsumsi oleh banyak penonton
padahal proses produksinya tidak jarang sangat singkat.
Oleh karena itu, diperlukan adanya pengawalan terhadap
sinetron-sinetron yang tayang ditelevisi melalui penelitian
141
DAFTAR PUSTAKA
A. Devito, Joseph. 2011. Komunikasi AntarManusia. Tangerang
Selatan: KARISMA Publishing Group.
An Nabhani, Taqiyuddin. 1990. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif.
Surabaya: Risalah Gusti.
Ardianto, Elvinaro dan Erdijaya, Lukiati Komala. 2004.
Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
As, Asmaran. 2000. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Berger, Arthur. 2003. Media and Society: A Critical Perspektive.
Boulder: Rowman & Littlefield.
Branston, Gill and Stafford, Roy. 2003. The Media Student’s Book
(London and New York: Routledg.
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persad.
Culler, Jonathan. 1976. Structuralist poetics : Strukturalism,
Linguistics and the study of literature. New York: Cornell
University Press,
Darajat, Zakiah. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan
Bintang.
____________. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi
Aksara
142
Departemen Kebudayaan Pariwisata, Direktorat Jenderal Nilai
Budaya Seni dan Film. 2006. Draft Naskah Akademis
Rancangan Revisi UU Perfilman. Direktorat Perfilman.
Eriyanto. 2013. Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya
dalam Analisis Teks Berita Media .Jakarta : Kencana Predana
Media Group.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi
Offset,
Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera
“Colonialism”, International Journal of Communication 7,
2013, hal.2361-2385, http://ijoc.org diakses 12 Oktober
2015.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi
Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Labib, Muh. 2002. Potret Sinetron Indonesia. Jakarta: PT. Mandar
Utama Tiga Books Division.
Levi-Strauss, Claude. 1972. The Structural Study of Myth. New
York: Doubleday Anchor.
Lexy, J. Moeloeng. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lubis, Lusiana Andriani. 2012. Pengantar Komunikasi Lintas
Budaya. Medan: Seri Diktat.
Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta:
PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
M. Munir. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
Mishbah, M. Taqi. 1984. Monoteisme Sebagai Sistem Nilai dan
Aqidah Islam. Jakarta : Lentera.
143
Muhaimin, Abd. Mujib. 1991. Pemikiran Pendidikan Islam.
Bandung : Bumi Aksara.
Mulyana, Dedy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif:
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mursito. BM. 2006. Memahami Institusi Media. Surakarta: Lindu
Pustaka dan SPIKOM Surakarta.
Nurudin. 1997. Televisi Agama Baru Masyarakat Modern. Malang
: UMM Press.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss:
Mitos dan Karya Sastra .Yogyakarta: Galang Press.
Quinn Patton, Michael. 2002. Qualitative Research and
Evaluation Methods, 3rd Edition. Thousand Oaks, California:
Sage Publications, Inc.
Rachman, Saokat. 2018. Curriculum Vitae.
______________. 2018. Dialog Skenario Sinetron Tukang Ojek
Pengkolan episode 1172.
Rakhmat, Jalaludin. 2009. Komunikasi Antar Budaya, (Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan
dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relation dan Media
Penyiaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Saifuddin Anshari, Endang. 1969. Wawasan Islam Pokok-Pokok
Fikiran tentang Islam dan Ummatnya.Jakarta: CV. Rajawali.
Sastro, Darwanto, Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
144
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Alfabeta.
Tahruddin, Alam. 2011. Analisis Pendekatan Struktur dan Nilai
Budaya dalam Kumpulan Cerita Pendek Jodoh karya A. A
Navis. Tesis Program Pendidikan Bahasa Indonesia,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Ting Toomey, Stella. 2003. “Face-Negotiation Theory” dalam A
First Look at Communication Theory, Sixth Edition. New
York: McGraw Hill Higher Education.
_______________. 2007. “Teori Negosiasi Muka”, dalam Richard
West dan Lyn H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi: Introducing Communication Theory:
Analysis and Aplication, terj. Maria Natalia. Jakarta: Salemba
Humanika.
Tubbs, Stewart dan Moss, Sylvia. 1996. Human Communication.
Konteks-konteks komunikasi. Penerjemah: Dedi Mulyana dan
Gembirasari. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Jakarta, Rieneka Cipta.
Yoruk, Zafer dan Vatikiotis, Pantelis. Soft Power or Illusion of
145
Web :
Hermansyah, Abirahma & Purnadi, Sad. Sinetron Tukang Ojek
Pengkolan. www.mncpictures.com/series/14/Tukang-Ojek-
Pengkolan. Di akses pada 05 Mei 2018
Kuiper, kathlen. 2012. Claude Lévi-Strauss (biography).
www.britannica.com/biography/Claude-Levi-Strauss. Di
akses pada 27 April 2018
Layar Drama Indonesia, RCTI. 2018. TUKANG OJEK
PENGKOLAN [31 MEI 2018].
Youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q.
Di akses pada 25 Juni 2018
Rachman, Sokat. 2016. Rahasia Sukses Tukang Ojek Pengkolan.
www.sokatandlife.com/2017/02/inilah-rahasia-sukses-
serial-tukang. Diakses pada tanggal 05 Mei 2018
Toomey, Stella Ting, Facework/ Face Negotation Theory, 1.
www.researchgate.net/publication/248925162. Diakses
pada 1 Maret 2018
146
LAMPIRAN-LAMPIRAN
147
Lampiran 1
HASIL WAWANCARA
Nama Narasumber : Sokat Rachman (Penulis Skenario
Sinetron Tukang Ojek Pengkolan)
Profesi : Penulis
Tempat : Kediaman Sokat Rachman di Jalan Nusa
Indah RT007 RW012, Rawa Buaya,
Cengkareng, 11740.
Hari/Tanggal : Minggu, 15 Juli 2018
1. Bagaimana awal mula mas sokat di percaya menulis
skenario sinetron Tukang Ojek Pengkolan?
Awalnya itu saya nggak sendiri ya dalam penggarapan
skenario ini. Kita tergabung dalam Aris Nugraha Production
(ANP) itu ada empat orang, Saya, Melvi, mbak Ilma, sama
bang Rizki. Seiring berjalannya waktu, mbak Ilma sama bang
Rizky di tarik untuk project baru, tapi masih di stasiun tv yang
sama. Kalo nggak salah itu di episode 700-an deh kayaknya.
Tapi yang pasti sih nggak jauh setelah masuk episode 700.
Setelah itu tinggal saya sama Melvi, sampe sekarang saya
menjadi penulis utama, karna Melvi khusus untuk beberapa
bintang tamu yang sifatnya keluar masuk tergantung ratting
pemain. Nah, tapi masalahnya sekarang, setiap pemain itu
punya rating, siapa yang rating-nya bagus akan tayang terus.
Kalau ratingnya berkurang, bisa nggak dimunculkan dulu atau
bahkan dihilangkan sama sekali
148
2. Ratting pemain, bagaimana maksudnya mas?
Iya ratting pemain jadi maksudnya gini, kalo dulu kan ratting
itu berdasarkan sinetron tersebut. Nah, kalo sekarang beda.
Jadi masing-masing pemain itu juga punya ratting, yang akan
membawa sinetron yang sedang ia mainkan. Misalnya gini,
pemeran Purnomo itu si mas Furry ratting dia paling tinggi di
antara artis-artis lainnya selain sinetron TOP. Jadi, sinetron
TOP lah yang sedang berada di ratting tertinggi saat itu.
3. Apakah ada kriteria khusus untuk setiap pemain, agar
bisa terus tampil di setiap episodenya?
Kalo kriteria khusus sih nggak ada. Tapi kita dituntut untuk
membuat cerita ini menarik terus setiap harinya. Karna kan,
Penulis juga punya beban untuk membagi adegan secara adil
dan tersebar. Kalau kami nggak mainin satu atau dua orang
nih, berarti kami tidak menafkahi mereka, dong. Jadi,
kuncinya yaa balik lagi ke ratting itu tadi.
4. Lalu, ada latar belakang apasih di balik judul Tukang
Ojek Pengkolan Ini?
Nah, itu awalnya dari kemunculan Ojek-ojek yang berbasis
online pada waktu itu. Kita ambil tema di fokus utamanya itu
ojek konvensional atau ojek pangkalan yang mangkalnya
149
dipengkolan jalanan. Awal banget sinetron ini muncul, belum
kita munculkan Gober. Padahal, saat itu ojek online sedang
naik daun. Kalo denger cerita mereka waktu itu, dari ojek
online bisa berpenghasilan 300-500 ribu per harinya. Nah, dari
situ orang-orang berbondong-bondong mendaftar untuk
menjadi driver ojol. Tapi karna pihak perusahaan ojol tersebut
mereka punya syarat khusus untuk bergabung. Maka mulailah
muncul masalah baru di dunia transportasi kita, yang cukup
parah ya waktu itu. Perselisihan antara ojek online dan ojek
konvensional. Kita lihat di beberapa titik pangkalan ojek
konvensional ada tulisan, “Ojek Online dilarang keras
mengambil penumpang diwilayah ini!!!”. Kasus pembakaran
sepeda motor, dan pemukulan oleh oknum ojek pangkalan
kepada pengemudi ojek online menjadi marak saat itu. Nahh,
dari situlah kita munculkan GOBER sebagai ojek online
dalam sinetron TOP ini. Dalam cerita, kita menampilkan
banyak pesan-pesan moral di dalamnya antara kedua jenis
ojek tersebut yang dimaksudkan untuk menjawab
permasalahan yang muncul saat itu. Itulah yang menjadi khas
dalam sinetron TOP ini.
5. Kapan sih waktu-waktu mas Sokat menyerahkan skenario
yang sudah di kerjakan?
Setiap hari! Setiap hari, sampai saat ini kita wajib
menyetorkan skrip-skrip ini ke pihak produksi.
Konsekuensinya ya terkadang saya harus kerja begadang
150
walaupun nggak setiap hari. Soalnya, kami bikin cerita harus
lucu. Kalau lagi mentok, saya tinggal tidur dulu. Itu pun tidur
nggak tenang. Soalnya, tidur berasa sambil mikir.
Saya mah santai saja dikejar deadline, karena saya
mendedikasikan hal itu sebagai bagian dari pekerjaan saya.
Saya aslinya lebih serius. Kalau nggak ngobrol begini, saya
pasti lebih banyak diam. Bukannya pendiam, tapi saya lagi
mikirin naskah ini mesti bagaimana, Sebagai penulis ‘jaman
now’, kami yang harus cari ide. Penulis itu setiap hari harus
membuka mata hatinya. Apa yang terlewat dan dianggap
orang biasa, bagi penulis bisa jadi nggak biasa.
6. Dimana biasanya mas Sokat melakukan pekerjaan
menulis skenario ini?
Saya kalau menulis disini (sambil menunjukan ruang
kerjanya). Yaa terkadang juga saya kerjakan luar, di café atau
warung-warung makan yang ada di pinggir jalan. Suasana
ramai gak masalah buat saya, justru dari situ saya banyak
dapat inspirasi.
7. Adakah hambatan yang mas Sokat alami selama
melakukan pekerjaan ini?
Hambatan, pasti ada. Sebelum nulis, kita harus nunggu list
ratting pemain dulu dari pihak MNC nya. Kalo dari sananya
terlambat, saya tetap harus on time setor naskah (skenario)
151
untuk segera di garap sama tim produksi. Belom lagi kalo ada
situasi yang urgent, kayak dulu kita harus bikin ending
meninggalnya Tati, karena memang pihak terkait sudah gak
ada kontrak. Terus, meninggalnya alm. kak Reni yang jadi ibu
nurmala. Sama yang terakhir nih, kasusnya mas Tora. Padahal
udah saya buat naskahnya. Yaa mau gak mau kita revisi
ceritanya biar tetep nyambung.
Foto dan Wawancara bersama Sokat Rachman (Penulis
Skenario Sinetron Tukang Ojek Pengkolan)
152
Lampiran 2
Foto kebersamaan Sokat Rachman dengan Pemain dan
Tim Produksi Sinetron Tukang Ojek Pengkolan
153
154
Lampiran 3
Lokasi Syuting Sinetron TOP
155
Lampiran 3
Surat Bimbingan Skripsi
156
Lampiran 4
Surat Izin Penelitian (Skripsi)
157
Lampiran 5
Dokumentasi Sidang Munaqasyah
158
Lampiran 6
Biodata Penulis
Singgih Egananto, lahir di Jakarta
03 Juli 1996. Putra dari pasangan Bapak
Sutrisno dan Ibu Marsini. Penulis
merupakan putra sulung dari empat
bersaudara. Alamat email penulis yaitu:
Penulis menempuh pendidikan diantaranya di SDN 09 Pagi
Rawa Buaya tahun 2003-2008, SMPN 264 Jakarta tahun 2008-
2011, SMAN 57 Jakarta tahun 2011-2014 dan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014-2018, Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, dan lulus dengan menyandang gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada tanggal 24 september 2018.
Penulis bercita-cita untuk melanjutkan studi dibidang
komunikasi dan turut berkontribusi dalam membangun kemajuan
dunia Informasi di Indonesia melalui peran sebagai Jurnalis.
Penulis aktif dalam organisasi intra kampus yaitu Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Komunikasi Penyiaran Islam.
Dengan ketekunan dan motivasi tinggi untuk terus belajar,
berusaha dan memperbaiki diri, penulis telah menyelesaikan tugas
akhir ini. Semoga dengan adanya karya ini mampu memberikan
kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Motto:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah ayat 5-6)