LAPORAN PRAKTIKUM UJI PENERIMAAN (HEDONIK & MUTU HEDONIK).docx
ANALISIS MUTU DAN PENERIMAAN KONSUMEN...
Transcript of ANALISIS MUTU DAN PENERIMAAN KONSUMEN...
34 Sari Intan Kailaku1 et al.,J.Pascapanen 2(1) 2005: 34-40
ANALISIS MUTU DAN PENERIMAAN KONSUMEN
TERHADAP PERMEN TABLET DENGAN FORMULASI KONSENTRASI
PENGISI, PEMANIS DAN GAMBIR
Sari Intan Kailaku1, Faqih Udin2, Chilwan Pandji2, dan Amos3
1Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian2Institut Pertanian Bogor
3Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gambir berkhasiat untuk menguatkan gigi dan gusi yang secara tradisional dikenal sebagai campuran makan sirih. Manfaat
ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan gambir dalam produk permen atau kembang gula. Permen tablet
dipilih karena memiliki karakteristik rasa segar, tidak terlalu manis, dan umumnya rendah kalori, sehingga tidak bertolak
belakang dengan manfaat dan karakteristik gambir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula terbaik dalam
pembuatan permen tablet dengan penambahan gambir. Bahan-bahan yang digunakan antara lain amilum (pengisi dan
pengikat), sakarin (pemanis), magnesium stearat (pelicin), gambir, peppermint oil, penambah rasa strawberry dan pewarna
makanan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Faktor
yang digunakan adalah rasio pemanis dengan pengisi dengan tiga taraf, yaitu 3,5 : 96,5 (A1); 5,5 : 94,5 (A2); dan 8 : 92
(A3). Faktor kedua adalah penambahan gambir dengan tiga taraf, yaitu 3% (B1), 5% (B2) dan 7% (B3). Formula terbaik
yang dihasilkan dalam penelitian adalah A1B1 (rasio pemanis dengan pengisi 3,5 : 96,5 dan penambahan gambir 3%).
Formula ini memiliki spesifikasi produk dengan kadar air 2,65%; kadar abu 2,07%; nilai kekerasan 4,475 mm/10 dtk/50 g.
Pada uji organoleptik panelis memberikan nilai yang tinggi masing-masing pada parameter rasa dan warna, tekstur, dan
aroma.
Kata kunci: Uncaria gambir Roxb, permen, tablet
ABSTRACT. Sari Intan Kailaku, Faqih Udin, Chilwan Pandji and Amos. Quality analysis and consumers
preference on tablet candy with formulations of filler, sweetener and gambier. Traditionally, gambier, which is
healthyful for teeth and gums, is wellknown as a mixture for betel chew. It is proper to develop this benefit into a candy
product. Tablet candy (compressed-tablet lozenges) was chosen because it is not too sweet, fresh, and has low calorie. These
characteristics are not contradictive with gambier’s characteristics and benefit. The objective of this research is to discover
the best formula in the making of gambier lozenge tablet candy. Materials used were amylum (filler and binder), saccharine
(sweetener), magnesium stearic (lubricant), gambier, peppermint oil, strawberry flavor, and coloring agent (food grade).
This research was conducted using the design experimental used was complete random factorial design with two factors and
three replicates. The factor of the ratio between sweetener and filler consists of three levels, namely: 3.5 : 96.5 (A1), 5.5
: 94.5 (A2), and 8 : 92 (A3). The second factor was the quantity of gambier used in the formula (w/w), consisted of three
levels, namely: 3% (B1), 5% (B2), and 7% (B3). The best formula resulted from this research was A1B1 (3% gambier (w/
w) with 3.5 : 96.5 ratio of sweetener and filler). The specification of product resulted from this formula was: moisture
content 2.65%; ash content 2.07%; and 4.475 mm/10 sec/50 g hardness value. Result of hedonic test showed that panels
gave high rank for A1B1 on taste, color, texture and aroma.
Key words: Uncaria gambir Roxb, candy, lozenges
PENDAHULUAN
Gambir merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia
yang banyak diproduksi di Aceh, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Riau, dan Sumatera Utara (Risfaheri et. al. , 1995).
Ekspor gambir Indonesia mengalami peningkatan volume
dari tahun ke tahun, yaitu dari 2.835.553 kg (USD 3.774.671)
pada tahun 1998 meningkat menjadi 5.674.270 (USD
7.640.488) pada tahun 2002 (Anonymous, 2003). Data dari
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat (2001)
menyatakan bahwa produksi gambir di Sumatera Barat
pada tahun 2000 mencapai 9.071 ton. Sementara itu di dalam
negeri belum banyak industri besar yang memanfaatkan
gambir, sehingga produksi yang cukup besar tersebut
kurang terserap. Hal ini menyebabkan harga di tingkat
petani sangat rendah.
Gambir adalah sari getah kering yang diperoleh dari
tanaman Uncaria gambir Roxb. Gambir kering dihasilkan
dari daun dan tangkai tanaman gambir melalui proses
pengempaan dan pengeringan (Suherdi, 2003). Getah
gambir mengandung katekin, produk kondensasi asam
katekutannat, kuersetin, asam gallat, asam elagat, katekol,
pigmen, dan lain-lain (Nuryeti et. al. , 1995).
Kegunaan gambir yang banyak dikenal antara lain
sebagai bahan obat, bahan pewarna batik, ramuan cat,
pewarna tekstil, ramuan sirih dan lain-lain.
Analisis Mutu dan Penerimaan Konsumen Terhadap Permen 35
Penggunaannya sangat luas di banyak negara, misalnya
sebagai obat penyakit hati dan anti hepatitis B (Swiss),
lotion dan astringent (India), obat luka bakar dan disentri
(Malaysia), obat sakit kerongkongan serta obat luar untuk
sakit kepala (Indonesia). Namun, kegunaan utama gambir
adalah sebagai bahan obat dan sangat baik untuk
perawatan gigi dan gusi. Masyarakat tradisional
memanfaatkannya sebagai bahan campuran makan sirih
untuk menyehatkan gigi dan gusi karena kandungan
katekinnya yang cukup tinggi (Sait et. al. , 1989).
Untuk keperluan ramuan sirih dan obat-obatan yang
diutamakan dari gambir adalah kandungan katekin
(Suherdi, 1995). Multi kegunaan katekin dalam gambir
membuka peluang komoditas ini untuk digunakan lebih
luas dari sekedar penggunaan sebagai bahan pencampur
pada budaya makan sirih. Menurut Sait et. al. (1987)
gambir yang digunakan dalam campuran makan sirih pada
permulaan rasanya agak pahit di mulut, tetapi kemudian
terasa enak agak manis dan berkhasiat menyehatkan gigi
dan gusi. Manfaat dan karakteristik gambir tersebut dapat
digunakan sebagai dasar penggunaan gambir sebagai
bahan obat pada produk kembang gula atau permen.
Dengan demikian masyarakat dapat menikmati kegunaan
gambir tanpa perlu membuat campuran sirih.
Kembang gula atau permen adalah salah satu produk
makanan tambahan yang cukup disukai dan sering
dikonsumsi masyarakat dari segala umur dan kelas sosial.
Ada berbagai macam permen yang telah dipasarkan.
Permen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
permen jenis tablet. Permen jenis ini merupakan salah satu
bentuk sediaan farmasi, namun memiliki rasa dan fungsi
yang mirip dengan permen biasa sehingga sering
digolongkan sebagai jenis permen walaupun belum
distandarkan (Yulistia et. al. , 2001). Permen tablet dipilih
karena rasanya tidak terlalu manis, segar khas daun mint,
dan rendah kalori, sehingga tidak bertolak belakang
dengan fungsi dan karakteristik gambir. Permen tablet
selama ini telah umum digunakan untuk membantu
melegakan tenggorokan tanpa merusak gigi dan gusi
(Krawet et. al., 1995). Selain itu, proses pembuatan permen
tablet tidak melibatkan pemasakan atau pemanasan yang
lama, sehingga tidak akan merusak kandungan katekin
dalam gambir yang digunakan. Produk permen tablet
dengan bahan tambahan gambir ini ditujukan untuk orang
dewasa yang peduli akan kekuatan gigi dan gusi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
formula terbaik dan persentase penambahan gambir
optimal dalam pembuatan permen tablet. Parameter yang
dinilai untuk menentukan formula terbaik antara lain sifat
organoleptik produk berdasarkan kesukaan konsumen dan
hasil analisis terhadap kadar air, kadar abu dan kekerasan.
Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat membuka
peluang pasar bagi komoditas gambir Indonesia yaitu
sebagai bahan obat dan pangan fungsional yang mulai
populer saat ini.
BAHAN DAN METODE
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
amilum yang berfungsi sebagai pengisi dan pengikat,
sakarin berfungsi sebagai bahan pemanis, magnesium
stearat sebagai bahan pelicin dan gambir. Sebagai bahan
tambahan pangan digunakan peppermint oil, strawberry
flavor serta bahan pewarna makanan Scarlet 4R CI no
16255.
Penelitian dilakukan mulai awal bulan Mei sampai
dengan akhir bulan Oktober 2002 di Laboratorium Kimia
Fisik dan Lingkungan dan Laboratorium Pengawasan
Mutu, Institut Pertanian Bogor. Pada tahap awal penelitian
dilakukan penentuan mutu gambir dan perancangan
percobaan. Karakterisasi mutu gambir dilakukan dengan
menggunakan metode Standar Nasional Indonesia 01-
3391-2000 (Anonymous, 2000). Analisis yang dilakukan
adalah pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau, kadar
air, kadar abu, kadar katekin, kadar bahan tak larut air,
serta kadar bahan tak larut alkohol.
Perlakuan yang dipakai dalam pembuatan permen
tablet adalah penambahan gambir dan rasio pemanis
dengan pengisi. Penentuan kedua perlakuan ini dilakukan
dengan mengambil suatu rentang yang cukup panjang.
Penentuan rasio pemanis dengan pengisi dilakukan
dengan mengamati campuran pemanis : pengisi sebanyak
1 : 99; 3 : 97; 5 : 95; 7 : 93; 9 : 91 dan 10 : 90. Penentuan
persentase penambahan kadar gambir dilakukan dengan
mengambil rentang antara 1-10%. Penentuan batas
maksimal persentase penambahan sebesar 10% dengan
pertimbangan bahwa produk yang akan dibuat adalah
bukan produk obat, serta untuk menjaga kualitas
organoleptik produk, khususnya dari segi rasa.
Dalam pembuatan permen tablet digunakan metode
granulasi basah. Pengayakan dilakukan dua kali, yaitu
pengayakan lembab (10 mesh), dan pengayakan kering
(40 mesh). Pengeringan dilakukan dengan menggunakan
oven pada suhu 40oC selama 1 jam. Diagram alir proses
pembuatan permen ditunjukkan pada Gambar 1. Analisis
yang dilakukan dibagi dua tahap, yaitu sebelum
pencetakan tablet (evaluasi granula) dan setelah
pencetakan. Pada evaluasi granula dilakukan uji kadar air
dan kadar abu. Sedangkan setelah pencetakan dilakukan
pengukuran nilai kekerasan dan uji organoleptik dengan
metode scoring dan panelis semi terlatih. Score yang
dipakai antara 1-5, dengan nilai 1 = sangat tidak suka, 2 =
tidak suka, 3 = netral (tidak menolak), 4 = suka, dan 5 =
sangat suka.
36 Sari Intan Kailaku1 et al.,
Rancangan percobaan yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap pola faktorial (A x B) dengan tiga
kali ulangan. Faktor pertama adalah A yaitu perbandingan
pengisi dan pemanis, dengan taraf 1 (3,5 : 96,5), 2 (5,5 :
94,5), dan 3 (8 : 92). Faktor kedua adalah B yaitu konsentrasi
gambir, dengan taraf 1 (3%), 2 (5%), dan 3 (7%). Parameter
yang diamati adalah pengaruh setiap taraf perlakuan dan
interaksi antar perlakuan terhadap kadar air dan kadar abu
granula serta nilai kekerasan dan hedonik produk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil karakterisasi mutu gambir menunjukkan bahwa
gambir yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
bentuk utuh, warna kuning kecoklatan, dan baunya khas
gambir. Mutu gambir yang digunakan termasuk ke dalam
grade 2 sesuai standar mutu gambir pada Standar Nasional
Indonesia 01-3391-2000 (Anonymous, 2000).
Perbandingan karakteristik gambir yang digunakan dalam
penelitian dengan standar mutu dari SNI 01-3391-2000
disajikan pada Tabel 1.
Gambir rasanya agak pahit di mulut, segar, namun
kemudian terasa enak dan manis. Untuk kegunaan gambir
sebagi obat, kandungan katekin sangat diutamakan.
Importir gambir Indonesia di Jerman mensyaratkan
kandungan katekin dalam gambir sebanyak 40-60% (Sait
et. al. , 1989). Menurut Risfaheri dan Yanti (1993)
kandungan katekin dipengaruhi oleh umur daun.
Kandungan katekin pada daun gambir muda lebih tinggi
dibandingkan pada daun tua. Suherdi (1995)
menambahkan, semakin tinggi kadar katekin yang
dikandung, maka semakin baik mutu gambir tersebut
sehingga mempunyai banyak manfaat dalam industri obat-
obatan, farmasi, dan lain-lain.
Kadar katekin dalam gambir yang digunakan dalam
penelitian cukup tinggi, yaitu 40,5%, dibandingkan yang
disebutkan Sait et. al. (1987) sebesar 30-35%. Hal ini
menunjukkan mutu gambir cukup baik untuk dimanfaatkan
sebagai bahan perawatan gigi dan gusi.
Rentang terbaik rasio pemanis dan pengisi berada
pada kisaran antara 3 : 97 sampai dengan 8 : 92. Penentuan
ini dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik
sakarin dan amilum. Sakarin memiliki intensitas kemanisan
yang sangat tinggi yaitu 300-500 kali sukrosa, namun
memberikan after taste pahit (Anonymous, 2003).
Sedangkan amilum, menurut Ansel (1989) memiliki rasa
hambar, bersifat stabil dan kompatibel dengan banyak
bahan lain. Pada penelitian jumlah amilum yang lebih
banyak menghasilkan permen tablet yang mudah hancur
dan rasa hambar.
Rentang terbaik persentase penambahan gambir pada
produk adalah antara 3-7%. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Ansel (1989), bahwa untuk memperoleh
keuntungan maksimum dari penambah rasa dan kualitas
rasa yang terbaik dan karakteristik organoleptik, tidak lebih
dari 20-30% dari berat tablet akhir (1,5-4,0 gram) boleh
mengandung obat-obatan. Pengaruh persentase
penambahan kadar gambir pada produk sebanyak ±20%
menghasilkan rasa permen tablet yang terlalu pahit,
sehingga dikhawatirkan produk ini tidak akan disukai atau
diterima oleh masyarakat. Penentuan ini berdasarkan uji
kekerasan dan uji organoleptik.
K adar K a tek in (% )
C atech in C onten t
K arak teristik
C haracte ristic s
H asil P en gu jian
Test R esu lts
S tan d ar M u tu (G rad e 2)
Q uality S tandard
(2n d
G rade)
B entu k
Sha pe
S ilinder u tuh
C ylinder
U tuh
Solid
W arna
C olor
K uning kecok la tan
Brow nish yellow
K uning kecoklatan sam pa i kehitam an
Brow nish yellow to blackish
B au
O dor
K has
Spec ific
K adar A ir (% )
M oisture Content
K has
Specific
M aks. 16
M ax . 1615 ,735
K adar A bu (% )
A sh C onten t
B ahan T ak L aru t A ir (% )
W ater Inso lub le M ateria l
C onten t
K adar B ahan T ak L a ru t A lkohol (% )
A lcohol Inso lub le M ate ria l C onten t
M aks. 5
M ax. 34 ,90
M aks. 10
M ax. 108 ,265
M aks. 16
M ax. 162 ,00
M aks. 40
M ax. 4040 ,5
Gambir (G)
3,5,7 % b/b
Sakarin (S) dan
Amilum (A)
Pencampuran Pewarna
Pengadukan
(S:A=3,5:96,5;
5,5:94;8:92 b/b)
Amilum & Flavour
Pencampuran &
Pengadukan
Air
(2-3 ml/5 gram)
Pengayakan lembab
10 mesh
Pengeringan Oven
(T=40oC,t=1 jam)
Pengayakan kering
40 mesh
PencampuranMagnesium stearat
Pengujian
Kadar air dan Kadar Abu
Pencetakan
Kembang Gula Tablet
Pastiles
Gambar 1. Diagram alir pembuatan Permen Tablet
(Modifikasi Ansel, 1989)
Figure 1. Flow chart of Tablet candy production
(Modification of Ansel, 1989)
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Gambir dan Standar Mutu
Gambir SNI 01-3391-2000.
Table 1. Comparison of Characteristics and Quality Standard
of Gambier, SNI (Indonesian National Standard) 01-
3391-2000.
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2000)
Source : Indonesian National Standardization Agency (BSN),
Analisis Mutu dan Penerimaan Konsumen Terhadap Permen 37
Pemilihan metode granulasi basah pada pembuatan
permen tablet dilakukan dengan mempertimbangkan
kesesuaian sifat-sifat setiap bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan produk. Metode granulasi basah
menghasilkan pencampuran yang sempurna sebelum
pencetakan walaupun bahan-bahan yang digunakan
memiliki sifat fisiko kimia yang berbeda-beda. Perbedaan
metode granulasi basah dengan metode lainnya antara
lain adanya penggunaan larutan pengikat dan pengeringan
(Ansel, 1989).
Evaluasi Granula
Kadar Air
Menurut Zeiljstra di dalam Daswir et. al. (2003) katekin
dapat berubah menjadi asam katekutannat jika mengalami
pemanasan lama atau pemasakan dengan larutan bersifat
basa. Untuk menjaga kadar katekin dalam gambir,
pengeringan dilakukan dengan suhu yang tidak terlalu
panas dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Kadar air terbaik dalam tahap evaluasi granula tablet
adalah 2-5%, karena granula dengan kadar air yang terlalu
tinggi akan menghasilkan tablet yang lunak, sedangkan
granula yang terlalu kering akan menghasilkan tablet yang
mudah remuk (Ansel, 1989). Kadar air permen tablet
dengan penambahan gambir berkisar antara 2,65-4,31%.
Nilai rata-rata kadar air produk adalah 3,63%, sedangkan
nilai kadar air produk komersial adalah sebesar 2,19%.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor
rasio pemanis dengan pengisi dan faktor penambahan
gambir memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air
granula. Sedangkan interaksi antar faktor tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kadar air.
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa produk
dengan penambahan gambir 5% tidak berbeda nyata
dengan penambahan gambir 3%, namun berbeda nyata
dengan penambahan gambir 7%. Rasio pemanis dan
pengisi 3,5 : 96,5 menghasilkan kadar air tertinggi yang
tidak berbeda dengan rasio pemanis dengan pengisi 5,5 :
94,5 dan berbeda nyata dengan rasio 8 : 92. Histogram
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah gambir dan
sakarin yang ditambahkan ke dalam formula maka semakin
tinggi pula kadar airnya. Hal ini disebabkan sakarin dan
gambir memiliki sifat lebih mudah larut dalam air daripada
amilum dan bersifat higroskopis. Histogram kadar air
permen tablet disajikan pada Gambar 2.
Kadar Abu
Nilai kadar abu dalam evaluasi granula berkisar antara 1,48-
2,39% dengan nilai rata-rata sebesar 1,97%. Sedangkan
kadar abu produk komersial yang dianalisis mempunyai
nilai kadar abu sebesar 1,54%.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor
rasio pemanis dengan pengisi, persentase penambahan
gambir, serta interaksi antar faktor memberikan pengaruh
yang nyata terhadap nilai kadar abu produk.
Hasil uji lanjut Duncan memberikan perbedaan yang
nyata antara ketiga taraf perbandingan pemanis dengan
pengisi. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya
pemakaian amilum yang mengandung bahan-bahan
anorganik yang berasal dari bahan bakunya sendiri, serta
besarnya kemungkinan kontaminasi pada proses
pembuatan produk. Sedangkan hasil uji Duncan terhadap
pengaruh persentase penambahan gambir menunjukkan
persentase penambahan gambir 3% memberikan
2,65
3,75
2,96
3,55 3,77 3,993,42
4,26 4,31
-0,501,001,502,002,503,003,504,004,50
KA
DA
R A
IR (
%)
MO
IST
UR
E C
ON
TE
NT
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
FORMULA PERMEN TABLET
TABLET CANDY FORMULA
2,07b
1,58a 1,48a
2,04b 2,08b
1,58a
2,39c 2,21b
2,28b
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
KA
DA
R A
BU
(%
)
AS
H C
ON
TE
NT
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
FORMULA PERMEN TABLET
TABLET CANDY FORMULA
Gambar 2.Kadar Air Permen Tablet pada Berbagai Formula
Figure 2. Moisture Content of Tablet Candy on Various
Formula
Gambar 3.Kadar Abu Permen Tablet pada Berbagai Formula
Figure 3. Ash Content of Tablet Candy on Various Formula
Keterangan :
A1 = pemanis : pengisi = 3,5 : 96,5 B1 = gambir 3%
A2 = pemanis : pengisi = 5,5 : 94,5 B2 = gambir 5%
A3 = pemanis : pengisi = 8 : 92 B3 = gambir 7%
Remark :
A1 = sweetener : filler = 3.5 : 96.5 B1 = gambier 3%
A2 = sweetener : filler = 5.5 : 94.5 B2 = gambier 5%
A3 = sweetener : filler = 8 : 92 B3 = gambier 7%
Keterangan :
A1 = pemanis : pengisi = 3,5 : 96,5 B1 = gambir 3%
A2 = pemanis : pengisi = 5,5 : 94,5 B2 = gambir 5%
A3 = pemanis : pengisi = 8 : 92 B3 = gambir 7%
Remark :
A1 = sweetener : filler = 3.5 : 96.5 B1 = gambier 3%
A2 = sweetener : filler = 5.5 : 94.5 B2 = gambier 5%
A3 = sweetener : filler = 8 : 92 B3 = gambier 7%
38 Sari Intan Kailaku1 et al.,
perbedaan yang nyata dengan persentase penambahan
gambir 5% dan 7%. Histogram nilai kadar abu produk
ditunjukkan pada Gambar 3.
Evaluasi Produk
Nilai Kekerasan
Nilai kekerasan untuk permen tablet dengan penambahan
gambir berkisar antara 3,67-6,55 mm/10 dtk/50 g. Nilai
kekerasan produk komersial yang dianalisis adalah
sebesar 2,85 mm/10 dtk/50 g, sedangkan rata-rata nilai
kekerasan produk hasil penelitian adalah sebesar 5,3 mm/
10 dtk/50 g. Tingkat kekerasan produk sangat dipengaruhi
oleh alat pencetak tablet yang digunakan dan juga
dipengaruhi oleh persentase penambahan bahan pengisi
dan bahan pengikat. Alat pencetak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pelet maker, yang dioperasikan secara
manual. Hal ini menyebabkan tekanan yang diberikan saat
pencetakan kurang besar dan tidak konsisten (Ansel,
1989).
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor
rasio pemanis dengan pengisi serta faktor penambahan
gambir memberikan pengaruh nyata pada nilai kekerasan,
sedangkan interaksi antar faktor tidak memberikan
pengaruh yang nyata. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa A3 (rasio pemanis dengan pengisi 8 : 92)
menghasilkan nilai kekerasan yang berbeda dengan
perlakuan faktor A lainnya. Uji lanjut Duncan terhadap
pengaruh penambahan gambir menunjukkan penambahan
gambir 3% dan 5% berbeda nyata dengan penambahan
gambir 7%. Dalam penelitian terlihat bahwa penambahan
jumlah sakarin meningkatkan kekerasan produk. Sakarin
memiliki sifat yang mudah menggumpal dan higroskopis
sehingga semakin banyak sakarin yang digunakan,
semakin mudah terjadi penggumpalan granula. Histogram
nilai kekerasan ditunjukkan pada Gambar 4.
Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan salah satu parameter yang
penting dalam produk pangan. Hasil uji organoleptik akan
menunjukkan apakah produk permen tablet ini dapat
diterima oleh konsumen. Uji organoleptik dilakukan
dengan 25 orang panelis semi terlatih. Rataan nilai
kesukaan panelis pada produk hasil penelitian ditunjukkan
pada Tabel 2.
• Rasa
Kesukaan panelis terhadap rasa permen tablet
menunjukkan bahwa secara umum rasa permen tablet ini
dapat diterima. Hal ini dapat disimpulkan karena rata-rata
dari seluruh perlakuan panelis memberikan nilai lebih dari
3 (netral/tidak menolak). Perlakuan yang paling disukai
dari segi rasa oleh panelis adalah produk yang
menggunakan formula rasio perbandingan pemanis
dengan pengisi 3,5 : 96,5 dan penambahan gambir
sebanyak 3 persen (A1B1), sedangkan yang rasanya paling
kurang disukai panelis adalah rasio pemanis dan pengisi
5,5 : 94,5 dan 8 : 92 dan masing-masing dengan
penambahan gambir 7% (A2B3 dan A3B3). Analisis
keragaman menunjukkan interaksi antar perlakuan tidak
memberikan pengaruh yang nyata.
4,48
5,556,30 5,98 5,98
6,55
4,003,68
5,20
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
KE
KE
RA
SA
N (
mm
/10
dtk
/50g
)
HA
RD
NE
SS
VA
LU
E
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
FORMULA PERMEN TABLET
TABLET CANDY FORMULA
Perlakuan
Treatm ents Rasa
Taste
Tekstur
Texture
A rom a
Aroma
W arna
Color
Param eter
Parameters
A 1B 1
A 1B 2
A 1B 3
A 2B 1
A 2B 2
A 2B 3
A 3B 1
A 3B 2
A 3B 3
3,44
3,08
3,36
3,28
3,28
2,88
3,12
2,96
32,88
3,24
2,96
3,36
2,96
3,04
3,6
3,2
3,24
3,16
3,72b
3,2 a
2,96a
2,8 a
3,04a
2,96a
2,8 a
2,6 a
2,68a
3,2 c
2,52a
2,16a
2,36a
2,36a
3b
3,44c
2,52a
2,6 a
Gambar 4.Histogram Nilai Kekerasan Kembang Gula Tablet
Figure 4. Histogram of Hardness Value of Tablet Candy
Tabel 2. Hasil uji organoleptik
Table 2. Organoleptic test result
Keterangan :
A1 = pemanis : pengisi = 3,5 : 96,5 B1 = gambir 3%
A2 = pemanis : pengisi = 5,5 : 94,5 B2 = gambir 5%
A3 = pemanis : pengisi = 8 : 92 B3 = gambir 7%
Remark :
A1 = sweetener : filler = 3.5 : 96.5 B1 = gambier 3%
A2 = sweetener : filler = 5.5 : 94.5 B2 = gambier 5%
A3 = sweetener : filler = 8 : 92 B3 = gambier 7%
Keterangan :
A1 = pemanis : pengisi = 3,5 : 96,5 B1 = gambir 3%
A2 = pemanis : pengisi = 5,5 : 94,5 B2 = gambir 5%
A3 = pemanis : pengisi = 8 : 92 B3 = gambir 7%
Remark :
A1 = sweetener : filler = 3.5 : 96.5 B1 = gambier 3%
A2 = sweetener : filler = 5.5 : 94.5 B2 = gambier 5%
A3 = sweetener : filler = 8 : 92 B3 = gambier 7%
Analisis Mutu dan Penerimaan Konsumen Terhadap Permen 39
• Warna
Warna bahan-bahan yang terlibat dalam pembuatan
permen tablet ini kurang memberikan penampilan yang
baik bagi produk akhir. Untuk memberi warna yang
menarik bagi produk, dalam penelitian ini digunakan bahan
pewarna makanan warna merah. Walaupun bahan pewarna
digunakan dalam jumlah yang sama, namun produk akhir
menunjukkan kepekatan warna yang berbeda-beda. Hal
ini disebabkan oleh komposisi bahan yang berbeda pada
setiap faktor percobaan (sakarin dan amilum berwarna
putih, sedangkan gambir berwarna kuning kecoklatan).
Panelis menunjukkan kesukaan yang berbeda-beda
terhadap warna permen tablet. Nilai tertinggi diberikan
panelis untuk formula dengan rasio pemanis dengan
pengisi 3,5 : 96,5 dan penambahan gambir 3 persen (A1B1),
sedangkan nilai terendah adalah perbandingan pemanis
dengan pengisi 8 : 92 dan penambahan gambir 5 persen.
Hasil analisis keragaman pengaruh interaksi antar
perlakuan memberikan perbedaan yang nyata berkaitan
dengan kesukaan panelis terhadap warna permen tablet.
Uji lanjut Duncan setelah analisis keragaman menunjukkan
bahwa hanya produk dengan perlakuan rasio pemanis
dengan pengisi sebesar 3,5 : 96,5 dan penambahan gambir
3 persen yang mendapat nilai kesukaan berbeda dengan
produk lainnya.
• Aroma
Salah satu ciri khas permen tablet adalah rasa segar
khas daun mint. Menurut Anonymous (2004) dan Rowe
(2002) aroma ini membantu menambah efek menyegarkan
dan melegakan tenggorokan yang diharapkan dari permen
tablet (lozenges). Untuk itu dalam penelitian ini diberikan
peppermint oil. Namun aroma peppermint oil kurang dapat
dipertahankan jika pengeringan dilakukan dengan metode
oven, sehingga konsistensi aroma pada tiap produk cukup
rendah.
Kesukaan panelis terhadap aroma permen tablet
menunjukkan bahwa secara umum panelis menyukai aroma
permen tablet ini. Hal ini disimpulkan dari rata-rata
penilaian kesukaan terhadap seluruh perlakuan mendapat
nilai lebih dari 3 (netral).
Perlakuan yang paling disukai dari segi aroma adalah
perbandingan pemanis dengan pengisi sebanyak 5,5 : 94,5
dan penambahan gambir 7 persen (A2B3), sedangkan yang
aromanya paling kurang disukai oleh para panelis adalah
produk dengan formula perbandingan pemanis dengan
pengisi sebanyak 3,5 : 96,5 dan 5,5 : 94,5 dan penambahan
gambir 5 persen dan 3 persen (A1B2 dan A2B1).
Analisis keragaman pengaruh interaksi antar
perlakuan terhadap aroma permen tablet memberikan
perbedaan yang tidak nyata sehingga tidak dilakukan uji
lanjut apapun.
• Tekstur
Perbedaan tekstur produk akhir disebabkan karena
perbedaan jumlah persentase penambahan gambir serta
pengadukan dalam pembuatan granula. Tingkat kesukaan
panelis terhadap tekstur permen tablet menunjukkan
bahwa perlakuan perbandingan pemanis dengan pengisi
8 : 92 dan persentase penambahan gambir 3% (A3B1)
merupakan yang paling disukai, sedangkan perbandingan
pemanis dengan pengisi 3,5 : 96,5 dan persentase
penambahan gambir 7% (A1B3) adalah produk yang
mendapat nilai kesukaan panelis paling rendah.
Hasil analisis keragaman pengaruh interaksi antar
perlakuan memberikan perbedaan yang nyata terhadap
tekstur permen tablet. Uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa perlakuan A3B1 memiliki nilai rata-rata tertinggi
yang tidak berbeda dengan perlakuan perbandingan
pemanis dengan pengisi 3,5 : 96,5 dan penambahan gambir
3%, namun berbeda dengan perlakuan-perlakuan lainnya.
KESIMPULAN
Formula terbaik dalam pembuatan permen tablet adalah
formula dengan rasio pemanis dengan pengisi 3,5 : 96,5
dan persentase penambahan gambir 3% karena memiliki
nilai kadar air, kadar abu dan nilai kekerasan yang baik,
serta mendapat tingkat kesukaan yang tinggi dari panelis
dalam uji organoleptik. Formula ini memiliki spesifikasi
produk dengan kadar air 2,65%; kadar abu 2,07%; nilai
kekerasan 4,475 mm/10 dtk/50 g. Sedangkan pada uji
organoleptik panelis memberikan nilai tertinggi pada
parameter rasa dan warna, kedua tertinggi pada parameter
tekstur, dan ketiga tertinggi pada parameter aroma.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1994. Standar Nasional Indonesia (SNI : 01-3547-
1994). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Anonymous. 1998. Current Therapeutic Research. Volume 59.
September 1998. P. 595-607.
Anonymous. 2000. Standar Nasional Indonesia (SNI : 01-3391-
2000). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Anonymous. 2003. Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Bulletin
Food & Beverage Industry. Edisi Keenam, April 2003. P. 32-
33.
Anonymous. 2003. Statistik Ekspor Indonesia 1995-2002. Badan
Pusat Statistik. Jakarta.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Daswir, Risfaheri dan S. Yuliani. 2003. Pengolahan Getah Gambir.
Kumpulan Hasil Penelitian Kayumanis dan Gambir. Kebun
Percobaan Laing Solok. P : 29-33.
40 Sari Intan Kailaku1 et al.,
Krawet, S. H., A. Montemuro, M. L. Alleen, and A. J. DiMarino.
1995. The effect of an orally-retained lozenge on post-
prandial gastroesophageal acid reflux. J. Gastroenterology.
Volume 108.April 1995. P. A136.
Nuryeti, J. A. Karo Karo, Aspiani, S. Amin, F. Indriani dan
Tawazudin. 1995. Uji Coba Peralatan Ekstraksi Daun Gambir
sebagai Sumber Tanin Hasil Rancang Bangun Balai Industri
Banda Aceh. Laporan Hasil Penelitian. BBPIHP, Banda Aceh.
Risfaheri dan L. Yanti. 1993. Pengaruh ketuaan dan penanganan
daun sebelum pengempaan terhadap rendemen dan mutu
Gambir. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Vol.
VIII No. 1. Balittro. Bogor.
Risfaheri, Suherdi dan E. Nurwenda. 1995. Beberapa Prototipe
Alat Kempa Untuk Perbaikan Pengolahan Gambir. Prosiding
Lokakarya dan Ekspose Teknologi Sistem Usaha Tani
Konservasi dan Alat Mesin Pertanian, Yogyakarta, 17-19
Januari 1995. Puslitanak-Badan Litbang Pertanian. P. 525-
532.
Rowee, C. R. 2002. Formulating fortunes-the tale of a medicated
lozenges.J. Drug Discovery Today. Volume 7. March 2002. P.
286-287.
Sait, S., A. Sudibyo dan E. H. Loebis. 1987. Penelitian Pengolahan
Getah Gambir. Laporan Hasil Penelitian. BBPIHP, Bogor.
Sait, S., Sumarsi dan J. Sunaryo. 1989. Penelitian Pemanfaatan
Kandungan Utama Gambir. Laporan Hasil Penelitian dan
Pengembangan. BBPIHP. Banda Aceh.
Suherdi. 1995. Pengaruh Cara Pengolahan Gambir terhadap
Rendemen dan Mutu Hasil. Prosiding Seminar Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. No. 06. 1995.
Suherdi. 2003. Usaha Perbaikan Panen dan Pengolahan Gambir di
Sumatera Barat. Kumpulan Hasil Penelitian Kayumanis dan
Gambir. Kebun Percobaan Laing Solok. P : 44-48.
Yulistia, A., T. Pujaastuti, E. Nurlaelyah, Y. Suryaseca dan D.
Abdurahman. 2001. Pengembangan Teknologi Proses Kembang
Gula Untuk IKM. Laporan Hasil Penelitian dan Pengembangan.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil
Pertanian, Bogor.