ANALISIS MODEL MENTAL MAHASISWA PENDIDIKAN...
Transcript of ANALISIS MODEL MENTAL MAHASISWA PENDIDIKAN...
140
MAKALAH
PARALEL PARALEL B ISBN :978-602-73159-8
ANALISIS MODEL MENTAL MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA DENGAN KEMAMPUAN AWAL BERBEDA DALAM MEMAHAMI
TOPIK SEL VOLTA
Sunniarti Ariani1*, Effendy1, dan Suharti1
1Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang, Indonesia 65145
1Chemistry Education, Postgraduate State University of Malang
Semarang street number 5 Malang, Indonesia 65145
* Untuk korespondens HP 08175733312 e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali model mental mahasiswa dalam memahami topik sel Volta berdasarkan perbedaan kemampuan awal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode penelitian cross-section. Subyek penelitian ini terdiri dari 86 mahasiswa yang berasal dari semester I, III, dan V Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Mataram yang dipilih dengan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes dan non-tes. Tes pilihan ganda beralasan yang berjumlah sembilan butir soal digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan awal mahasiswa tentang topik sel Volta dan tes model mental tentang fenomena baterai dari kentang yang terdiri dari tiga butir soal essay untuk mengidentifikasi model mental mahasiswa. Selain itu, wawancara semi terstruktur dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang model mental mahasiswa. Hasil penenlitian menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki tiga jenis model mental, yaitu model inisial, model sintetik, dan model saintifik. Sebanyak 62.1% mahasiswa masih mengembangkan model mental inisial, 36.8% mengembangkan model mental sintetik, dan 1.1% mengembangkan model mental saintifik. Masih banyak mahasiswa menjelaskan fenomena baterai dari kentang pada level makroskopik dan simbolik dan belum dapat menghubungkan level makroskopik dan simbolik ke level submikroskopik. Selain itu dalam model mental mahasiswa, masih terdapat miskonsepsi atau konsepsi alternatif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan awal mahasiswa, maka model mental yang dikembangkannya menuju model saintifik.
Kata kunci: model mental, kemampuan awal, sel Volta, representasi submikroskopik
PENDAHULUAN
Pada dasarnya pembelajaran kimia,
sesuai dengan karakteristiknya, harus
diupayakan seoptimal mungkin dimulai
dengan mengerjakan masalah yang terkait
langsung dengan kehidupan sehari-hari [1].
Penerapan pengetahuan kimia dalam
menyelesaikan masalah dalam kehidupan
\141
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)
ISBN: 978-602-73159-8
nyata dapat membantu pebelajar dalam
membangun pengertian dan pemahaman
kimia lebih bermakna. Penyelesaian masalah
maupun pemahaman gejala kimia dalam
kehidupan sehari-hari menuntut pebelajar
memahami gejala tersebut dalam tiga tingkat
representasi. Menurut Johnstone tiga tingkat
representasi kimia meliputi, tingkat
makroskopik, submikroskopik, dan simbolik.
Pebelajar sering mengalami kesuliatn dalam
memahami gejala kimia pada tingkat
submikroskopik.
Untuk membantu pebelajar dalam
memahami gejala kimia pada tingkat
submikroskopik perlu digunakan model dan
pemodelan. Jika tidak, maka dimungkinkan
pebelajar memahami gejala submikroskopik
tersebut dengan usaha sendiri dan
mengembangkan model lain dalam
benaknya. Kesulitan belajar bahkan
kerancuan pemahaman muncul ketika ada
perbedaan pemahaman pebelajar tersebut
dengan yang dipelajarinya di jenjang konsep
berikutnya yang lebih kompleks. Jika
kerancuan atau kesulitan pemahaman in
terus berlanjut, maka cenderung
menimbulkan kesalahan konsep
(miskonsepsi).
Banyak pebelajar mengembangkan
konsepsi-konsepsi yang berbeda dengan
pandangan yang diterima secara ilmiah [2].
Konsepsi-konsepsi ini berasal dari
pengamatan individu langsung atau tidak
langsung dengan fenomena alam sekitar
mereka yang mereka alami sehari-hari [3].
Gambaran tentang adanya konsepsi berupa
konsep alternatif atau prakonsepsi adalah
pencerminan tentang visualisasi dan
pemahaman yang dikonstruki pebelajar
untuk mewakili ide-ide atau gagasan dari
fenomena. Hal inilah yang disebut sebagai
model mental.
Model mental adalah representasi
internal dari ide dalam pikiran seseorang
yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan suatu fenomena, seperti pada
fenomena paada topik Elektrokimia [2,4,5,6].
Coll dan Treagust lebih lanjut menyatakan
bahwa model mental merefleksikan tiga level
representasi dalam menggambarkan
fenomena kimia. Menurut Veer dan Melguizo
[7] model mental dibangun dari persepsi,
imajinasi, atau pemahaman wacana. Ketika
memelajari ilmu pengetahuan, pembelajar
memperoleh pengetahuan yang dalam
penyajiannya menggunakan model ilmiah,
dan karena itu membentuk model mental
ilmiah sebagai hasil dari paparan pengajaran
model tersebut [8]. Artinya, pebelajar
membuat model mental mereka sendiri ketika
damereka belajar dan mencoba untuk
memahami pengetahuan ilmiah selama
proses pembelajaran [9].
Chiu dan Wu [10], Kurnaz & Eksi [11]
dan Lajium [12] menyatakan bahwa model
mental pebelajar bisa dikategorikan menjadi
tiga jenis, yaitu model mental inisial model
mental sintetik, dan model mental saintifik.
Model mental inisial adalah persepsi yang
tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
Model mental sintetik adalah persepsi yang
sebagian sesuai atau sebagian tidak sesuai
dengan pengetahuan ilmiah. Model mental
saintifik adalah persepsi yang sesuai dengan
pengetahuan ilmiah.
ISBN: 978-602-73159-8 142 Ariani, Effendy dan Suharti, Analisis Model Mental
Mahasiswa...........
Pengembangan Material Aplikatif
sebagai upaya mendukung
Pembelajaran Kimia Abad 21
Model mental menarik untuk diteliti
karena bersifat unik, yitu model mental setiap
individu berbeda-beda. Selain keunikan
tersebut, model mental sangat menarik untuk
dikaji karena dua alasan yaitu model mental
mempengaruhi fungsi kognitif dan mampu
memberikan informasi berharga untuk
penelitian pendidikan sains mengenai
kerangka konsep yang dimiliki peserta didik
[1]. Penelitian tentang model mental
pebelajar mengenai topik sel Volta penting
untuk dilakukan untuk mengevaluasi
pemahaman pebelajar tentang topik sel Volta
dan kemampuannya dalam menghubungkan
fenomena makroskopik ke dalam tingkat
submikroskopik dan simbolik. Selain itu, data
model mental yang dimiliki pebelajar dapat
digunakan oleh para pengembang
pendidikan kimia untuk mengembangkan
model pembelajaran yang tepat dalam
memvisualisasikan level submikroskopik dari
fenomena topik sel Volta.
Pengetahuan awal pebelajar sangat
mempengaruhi pengembangan model
mental pebelajar [13]. Konsep-konsep yang
sudah ada dalam pikiran pebelajar
merupakan kemampuan awal yang
dimilikinya. Kemampuan awal berpengaruh
dalam proses pengembangan model mental
pebelajar sehingga perlu diperhatikan agar
pebelajar mampu mengembangkan model
mental ilmiah. Kemampuan awal dalam hal
ini adalah konsep-konsep yang telah
dipelajari oleh pebelajar dan terkait dengan
konsep-konsep yang ada pada topik sel
Volta. Oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi pengetahuan awal dan
bagaimana mahasiswa menggunakan
kemampuan tersebut dalam
mengembangkan model mentalnya untuk
menjelaskan suatu fenomena kimia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggali model mental pebelajar
(mahasiswa) dalam memahami topik sel
Volta dan melihat hubungan antara model
mental yang dikembangkan mahasiswa
dengan kemampuan awal yang dimilikinya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cross-sectional dengan
teknik analisis deskriptif. Subyek penelitian
ini terdiri dari 87 mahasiswa yang berasal
dari semester I, III, dan V Program Studi
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram.
Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Pengambilan sampel
didasarkan pada mahasiswa yang telah
memperoleh mata kuliah kimia dasar dan
materi kimia lainnya yang berhubungan
dengan topik sel Volta serta yang mengikuti
seluruh rangkaian kegiatan dalam penelitian.
Pengumpulan data menggunakan
metode tes dan non-tes. Data kemampuan
awal dikumpulkan dengan tes pemahaman
konsep topik sel Volta. Tes ini dibuat dalam
bentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka
yang berjumlah sembilan butir soal yang
telah tervalidasi. Data model mental
mahasiswa diidentifikasi dengan tes model
mental dan wawancara semistruktur. Tes
model mental digunakan untuk menggali
model mental mahasiswa yang dianalisis
berdasarkan respon deskriptif dan respon
visual mahasiswa terhadap fenomena topik
sel Volta yaitu fenomena baterai dari
\143
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)
ISBN: 978-602-73159-8
kentang. Tes model mental terdiri dari tiga
butir soal essay yang meliputi, pertama
mahasiswa diminta menjelaskan tentang apa
video yang diberikan; kedua, mahasiswa
diminta untuk menjelaskan apa yang terjadi
ketika logam tembaga dan logam zink
ditancapkan ke dalam kentang kemudian
kedua logam tersebut dihubungkan dengan
lampu menggunakan kabel; ketiga,
mahasiswa diminta untuk menggambar dan
mendeskripsikan proses terjadinya arus
listrik pada level partikulat. Instrumen tes
model mental dikemas dalam aplikasi Adobe
Flash Profesional CS6. Tahap terakhir
penelitian yaitu wawancara semistruktur
pada dua puluh mahasiswa yang bersedia
secara sukarela untuk mendapatkan
pengetahuan yang mendalam tentang model
mental mereka. Wawancara dilakukan
dengan generative question mulai dari
pertanyaan konsep mendasar sampai
pertanyaan-pertanyaan mengenai jawaban
mahasiswa dalam soal tes model mental.
Analisis data kemampuan awal dan
model mental mahasiswa dilakukan melalui
analisis deskriptif. Skor kemampuan awal
mahasiswa ditentukan menggunakan rubik
yang telah dikembangkan. Kemampuan awal
mahasiswa dikatagorikan menjadi tinggi dan
rendah. Kategori kamampuan awal tinggi
didasarkan pada skor mahasiswa yang
nilaianya lebih tinggi dan/atau sama dengan
skor rata-rata. Kategori rendah adalah
mahasiswa yang memiliki skor lebih rendah
dari skor rata-rata [14]. Model mental
mahasiswa dianalisis dengan teknik analisis
constant comparative yang diterapkan pada
jawaban mahasiswa. Analisis constant
comparative merupakan suatu proses
menemukan informasi dari kumpulan data
dan kemudian dibandingkan berdasarkan
kategori-kategori yang muncul pada unit data
yang lain [15].
Analisis data Model mental
mahasiswa dilakukan dengan menganalisis
pola jawaban mahasiswa, dengan melihat
kecendrungan respon deskriptif dan visual
dari jawaban yang diberikan mahasiswa.
Rubrik penilaian respon deskripsi dan respon
visual diadospi dari rubrik yang
dikembangkan oleh Kurnaz dan Eksi [11].
Berdasarkan penilaian respon deskriptif dan
respon visual mahasiswa, maka ditentukan
jenis model mental mahasiswa yang muncul.
Model mental dikategorikan menjadi tiga
yaitu model mental inisial, sintetik, dan
saintifik. Penentuan kategori model mental
dilakukan sesuai dengan rubrik model mental
yang dikembangkan oleh Kurnaz dan Eksi
[11]. Analisis yang dilakukan selanjutnya
yaitu melihat hubungan antara kemampuan
awal dengan model mental mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kemampuan Awal Mahasiswa
Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, kemampuan awal mahasiswa
berdasarkan tingkat semesternya diberikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori Kemampuan Awal
Mahasiswa Pendidikan Kimia
Kategori
Kemam
puan
Awal
Semester I
n=3
Semester III
n=45
Semester V
n=39
f % f % f %
Rendah 2,0 66,7 21,0 46,7 17,0 43,6
Tinggi 1,0 33,3 24,0 53,3 22,0 56,4
Keterangan n = jumlah total mahasiswa.
ISBN: 978-602-73159-8 144 Ariani, Effendy dan Suharti, Analisis Model Mental
Mahasiswa...........
Pengembangan Material Aplikatif
sebagai upaya mendukung
Pembelajaran Kimia Abad 21
Kemampuan awal mahasiswa
cenderung semakin meningkat berdasarkan
kenaikan tingkat semester. Hal ini terlihat
pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa
persentase mahasiswa yang memiliki
kemampuan awal rendah semakin menurun
seiring meningkatnya tingkat semester dan
persentase mahasiswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi semakin meningkat
seiring meningkatnya tingkat semester.
Salah satu faktor dominan yang
mempengaruhi kemampuan awal individu
adalah pengalaman belajarnya. Menurut
Kurnaz bahwa tingkat keberhasilan yang
lebih tinggi di tingkat kelas tertentu dapat
dijelaskan oleh perbedaan lingkungan belajar
maupun pengalaman belajar mahasiswa.
Pengalaman belajar menunjukkan
kegiatan belajar yang dilakukan oleh
pebelajar dalam berinteraksi dengan objek
atau mencapai penguasaan kemampuan dan
materi pembelajaran. Pengalaman belajar
tentang topik elektrokimia salah satunya sel
Volta didapatkan mahasiswa pada
perkuliahan kimia dasar, kimia analitik, kimia
fisik dan kimia anorganik yang diperoleh
mahasiswa pada semester I, III, dan V. oleh
karena itu semakin tinggi persentase
mahasiswa yang memiliki kemampuan awal
tinggi seiring meningkatnya semester
disebabkan oleh pengalaman belajarnya
yang semakin banyak.
2. Model Mental Mahasiswa
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan
oleh Kurnaz dan Eksi, model mental yang
dikembangkan mahasiswa dalam memahami
fenomena baterai dari kentang dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Model Mental Mahasiswa
Tentang Fenomena Baterai Dari
Kentang
Model Mental Jumlah
Mahasiswa % Mahasiswa
Inisial 54,0 62,1
Sintetik 32,0 36,8
Saintifik 1,0 1,1
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa mengembangkan model
mental inisial dalam menjelaskan fenomena
baterai dari kentang. Hanya 1,1% mahasiswa
yang mampu mengembangkan model
saintifik. Lebih rincinya kategori model mental
mahasiswa dalam menjelaskan fenomena
topik sel Volta yaitu fenomena baterai dari
kentang berdasarkan tingkat semesternya
diberikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik model Mental Mahasiswa
Fenomena Baterai dari Kentang
Mahasiswa semester I dengan rentang
usia 17,5-18,5 tahun yang termasuk dalam
usia remaja seharusnya sudah mampu
mengembangkan model mental sintetik atau
menuju model mental saintifik. Data pada
Gambar 2 menunjukkan tidak ada
mahasiswa semester I yang
mengembangkan model sintetik maupun
model saintifik mereka hanya mampu
mengembangkan model inisial. Mahasiswa
\145
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)
ISBN: 978-602-73159-8
semester III dan V dengan rentang usia 18,8-
21,7 dan 19,6-21,9 yang termasuk dalam
usia dewasa seharusnya sudah
mengembangkan model mental saintifik
(ilmiah). Data pada tabel menunjukkan hanya
ada 2,5% mahasiswa yang mampu
membentuk model mental saintifik.
Pada Gambar 2 juga terlihat bahwa
dari semester I sampai semester V terjadi
penurunan persentase mahasiswa yang
mengembangkan model mental inisial dan
terjadi peningkatan persentase mahasiswa
yang mengembangkan model sintetik
maupun model saintifik. Jadi, semakin tinggi
tingkat semester mahasiswa, maka model
mental yang dikembangkannya berubah
menuju ke arah saintifik. Namun,
peningkatan persentase mahasiswa tiap
semester yang mengembangkan model
mental sintetik maupun saintifik tidak
signifikan (peningkatannya rendah). Hal ini
menunjukkan terjadinya kemajuan yang
lambat dalam pengembangan model mental
mahasiswa.
Perkembangan model mental
seseorang dipengaruhi oleh bebrapa faktor.
Faktor-faktor yang menentukan kemampuan
mahasiswa dalam menginterpretasikan
representasi eksternal fenomena kimia
antara lain yaitu kemampuan penalaran
mahasiswa, pemahaman mahasiswa
mengenai relevansi konsep dengan
fenomena yang dijelaskan, kemampuan
mahasiswa untuk melibatkan penalaran dan
pemahaman mahasiswa dalam
menginterpretasikan fenomena kimia [17].
Selain itu, model mental mahasiswa juga
dipengaruhi oleh stimulasi intelektual dan
kemampuan mahasiswa dalam
menghubungkan ketiga tingkat representasi,
yaitu representasi makroskopik,
submikroskopik dan simbolik. Salah satu
faktor yang dominan yaitu stimulasi
intelektual [1]. Long mengemukakan bahwa
tingkat perkembangan intelek tergantung
pada kualitas dan frekuensi stimulasi
intelektual yang diterima oleh individu dari
orang dewasa atau dari lingkungannya [18].
Stimulasi intelektual banyak timbul dari
proses pembelajaran di kelas. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa adanya
pengaruh proses pembelajaran dapat
mempengaruhi perkembangangan
kemampuan intelek mahasiswa [14,19].
Pembelajaran ilmu kimia pada Jurusan
Pendidikan Kimia di FKIP Universitas
Mataram untuk semua tingkatan selama ini
cenderung menggunakan pembelajaran
verifikasi. Menurut Pavelich dan Abraham
[16] bahwa pembelajaran verifikasi kurang
dapat menimbulkan perkembangan berpikir
formal mahasiswa. Jadi, proses pembelajran
yang digunakan dalam mengajarkan materi
ilmu kimia pada jurusan pendidikan kimia di
Universitas Mataram selama ini cenderung
kurang efektif untuk mengembangkan model
mental mahasiswa. Kurangnya stimulasi
intelektual yang diterima mahasiswa selama
proses pembelajaran meruapakan salah satu
penyebab keterlambatan perkembangan
model mental mereka.
3. Ragam Model Mental Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis terhadap
penjelasan mahasiswa, diperoleh 7 ragam
model mental yang dikembangkan
mahasiswa tentang fenomena baterai dari
ISBN: 978-602-73159-8 146 Ariani, Effendy dan Suharti, Analisis Model Mental
Mahasiswa...........
Pengembangan Material Aplikatif
sebagai upaya mendukung
Pembelajaran Kimia Abad 21
kentang. Ragam tersebut disajikan pada
Tabel 3.
a) R1: Lampu menyala karena adanya
pergerakan elektron yang mengalir
dari anode (elektrode Zn) menuju
katode (elektrode Cu) melalui kabel
penghubung, di mana logam Zn
melepaskan elektron dan ion H+
menerima elektron.
Mahasiswa yang memiliki ragam model
mental ini sudah mampu mengaitkan
representasi makroskopik dan simbolik ke
dalam representasi submikrokopik. Ragam
ini merupakan model saintifik di mana respon
deskriptif maupun respon visual yang
dijelaskan mahasiswa pada jawaban mereka
sesuai dengan penjelasan ilmiah. Berikut ini
contoh pemikiran mahasiswa yang
dikategorikan ke dalam model mental R1,
yaitu model mental dari mahasiswa semster
5 (MV-06).
Tabel 3. Ragam Model Mental Mahasiswa Tentang Fenomena Baterai Dari Kentang
Ragam Model Mental
Model Mental Kategori Model Mental
R1 Lampu menyala karena adanya pergerakan elektron yang mengalir dari anode (elektrode Zn) menuju katode (elektrode Cu) melalui kabel penghubung, di mana logam Zn melepaskan elektron dan ion H+ menerima elektron.
Saintifik
R2 Lampu menyala karena adanya pergerakan elektron yang mengalir dari anode (elektrode Zn) menuju katode (elektrode Cu) melalui kabel penghubung, di mana logam Zn melepaskan elektron dan ion Cu2+ menerima elektron.
Sintetik
R3 Lampu menyala karena adanya aliran elektron yang mengalir dari elektrode Cu (elektrode positif) menuju elektrode Zn (elektrode negatif).
Inisial
R4 Kentang memiliki daya yang menghasilkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu.
Inisial
R5 Kentang mempunyai zat elektrolit yang dapat menghasilkan dan menghantarkan arus listrik.
Inisial
R6 Lampu dapat menyala karena adanya pergerakan ion-ion yang dihasilkan dari ionisasi pada kentang.
Inisial
R7 Lampu dapat menyala karena logam Cu dan Zn bereaksi dengan senyawa kentang menghasilkan arus listrik.
Inisial
MV-06 : “Lampu menyala karena
adanya pergerakan elektron yang
mengalir dari (elektrode Zn)
menuju katode yang (elektrode
Cu) melalui kabel penghubung, di
mana logam Zn melepaskan
elektron dan ion H+ menerima
elektron”
Gambar 2. Model mental mahasiswa MV-06
b) R2: Lampu menyala karena adanya
pergerakan elektron yang mengalir
dari anode (elektrode Zn) menuju
katode (elektrode Cu) melalui kabel
penghubung, di mana logam Zn
melepaskan elektron dan ion Cu2+
menerima elektron.
Mahasiswa yang memiliki model
mental ini belum mampu menjelaskan
mengapa aliran elektron terbentuk. Mereka
belum mampu menjelaskan bahwa elektron
terbentuk dari reaksi yang terjadi di anoda
dan katoda. Model mental ini merupakan
jenis model mental sintetik karena sudah
mampu menjelaskan konsep sampai ke
\147
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)
ISBN: 978-602-73159-8
tingkat submikroskopik tetapi penjelasannya
belum lengkap. Berikut contoh-contoh
pemikiran mahasiswa yang dikategorikan ke
dalam model mental R2, yaitu model mental
dari mahasiswa semster 5 (MV-33) dan
mahasiswa semester 3 (MIII-15).
MV-33 : “Lampu dapat menyala karena
adanya aliran elektron dari zinc
menuju logam tembaga dan
melewati kabel”.
MIII-15 : “Lampu dapat menyala
disebabkan oleh adanya
pergerakan elektron melalui kabel
penghantar”.
Gambar 3. Model mental mahasiswa MV-02
c) R3: Lampu menyala karena adanya
aliran elektron yang mengalir dari
elektrode Cu (elektrode positif)
menuju elektrode Zn (elektrode
negatif)
Ragam model mental ini kebalikan dari
ragam model mental (R2), yaitu elektron
mengalir dari elektroda Cu menuju elektroda
Zn. Mahasiswa yang memiliki model mental
ini masih belum mampu mengidentifikasi
elektroda mana yang menghasilkan elektron
dan elektroda mana yang menerima elektron.
Mahasiswa ini belum mampu menjelaskan
bahwa elektron terbentuk dari reaksi yang
terjadi di anoda dan katoda. Model mental ini
merupakan jenis model mental inisial karena
belum mampu menjelaskan konsep sampai
ke tingkat submikroskopik dan belum
memiliki pemahaman konsep yang benar
tentang sel Volta. Model mental mahasiswa
yang dikategorikan ke dalam model mental
R3 hanya dimiliki oleh mahasiswa semester
III. Penjelasan mereka diberikan sebagai
berikut.
MIII-12 : “Lampu dapat menyala karena perpindahan elektron dari elektroda positif ke elektroda negatif”.
MIII-38 : “Lampu dapat menyala dikarenakan adanya aliran elektron dari logam Cu ke logam Zn”.
Gambar 4. Model mental mahasiswa MIII-38
d) R4: Kentang memiliki daya yang
menghasilkan arus listrik sehingga
dapat menyalakan lampu
Mahasiswa yang memiliki model
mental ini masih belum menjelaskan
mengapa kentang memiliki daya. Mahasiswa
ini hanya menjelaskan aspek makroskopik
melalui pengamatan saja. Belum dijelaskan
bahwa daya timbul karena adanya aliran
elektron yang dihasilkan dari reaksi redoks
yang terjadi pada elektroda Zn dan elektroda
Cu. Hal ini terjadi karena pemahaman
mahasiswa tentang konsep sel Volta masih
rendah. Model mental ini merupakan jenis
model mental inisial karena belum mampu
menjelaskan konsep sampai ke tingkat
submikroskopik dan belum memiliki
pemahaman konsep yang benar tentang sel
Volta. Berikut contoh-contoh pemikiran
ISBN: 978-602-73159-8 148 Ariani, Effendy dan Suharti, Analisis Model Mental
Mahasiswa...........
Pengembangan Material Aplikatif
sebagai upaya mendukung
Pembelajaran Kimia Abad 21
mahasiswa yang dikategorikan ke dalam
model mental R4, yaitu model mental dari
mahasiswa semster 5 (MV-19), mahasiswa
semester 3 (MIII-47), dan mahasiswa
semester 1 (MI-13).
MV-19 : “Lampu dapat menyala karena
adanya aliran arus listrik dari
kentang”.
MIII-47 : “Lampu dapat menyala karena
kentang menghasilkan arus
listrik”.
MI-13 : “Lampu menyala karena kentang
bermuatan positif memiliki daya
yang dapat menyalakan lampu”.
Contoh respon visual mahasiswa yang
memiliki ragam model mental ini
yaitu
Gambar 5. Model mental mahasiswa MI-13
e) R5: Kentang mempunyai zat elektrolit
yang dapat menghasilkan dan
menghantarkan arus listrik
Mirip dengan ragam R4, mahasiswa
yang memiliki model mental ini juga hanya
menjelaskan aspek makroskopik melalui
pengamatan saja. Mahasiswa menganggap
bahwa arus listrik terjadi karena adanya
aliran dipol-dipol dalam zat elektrolit.
Mahasiswa ini masih belum menjelaskan
mengapa zat elektrolit menghasilkan dan
menghantarkan arus listrik. Belum dijelaskan
juga bahwa zat elektrolit dapat mengalami
reaksi redoks yang dapat menghasilkan
aliran elektron melalui elektroda Zn dan
elektroda Cu. Pemahaman mahasiswa
tentang sel Volta yang masih rendah menjadi
penyebab munculnya model mental ini.
Model mental ini juga merupakan jenis model
mental inisial karena belum mampu
menjelaskan konsep sampai ke tingkat
submikroskopik dan belum memiliki
pemahaman konsep yang benar tentang sel
Volta. Berikut model mental R5, yaitu model
mental dari mahasiswa semster 5 (MV-48)
dan mahasiswa semester 3 (MIII-47).
MV-48 : “Lampu dapat menyala karena
kentang mengandung zat
elektrolit sehingga dipol-dipol
akan mengalir melalui lampu
LED”.
MIII-06 : “Lampu dapat menyala karena
kentang sebagai larutan elektrolit
yang ditancapkan logam akan
menghantarkan listrik”.
Gambar 6. Model mental mahasiswa MV-48
f) R6: Lampu dapat menyala karena
adanya pergerakan ion-ion
Mahasiswa yang memiliki model
mental ini menganggap bahwa arus listrik
terjadi karena adanya aliran ion-ion dalam
kentang. Mahasiswa belum memahami apa
yang disebut dengan listrik. Mereka belum
menjelaskan mengapa ion-ion dapat
menghasilkan listrik. Mereka hanya
memahami bahwa dalam kentang terdapat
\149
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)
ISBN: 978-602-73159-8
ion-ion yang dapat menyalakan lampu. Model
mental ini terbentuk karena pemahaman
mahasiswa masih rendah tentang reaksi
redoks yang terjadi pada sel Volta. Model
mental ini juga merupakan jenis model
mental inisial karena belum mampu
menjelaskan konsep sampai ke tingkat
submikroskopik dan belum memiliki
pemahaman konsep yang benar tentang sel
Volta. Berikut contoh model mental R6, yaitu
model mental dari mahasiswa semster 5
(MV-11) dan mahasiswa semester 3 (MIII-
18).
MV-11 : “Lampu dapat menyala karena
adanya ion-ion dalam kentang
yag dapat menghantarkan listrik”.
MIII-18 : “Lampu dapat menyala karena
pada kentang terjadi ionisasi
sehingga ion-ion dapat bergerak
bebas dan menghasilkan arus
listrik”.
Gambar 2. Model mental mahasiswa MV-11
g) R7: Lampu dapat menyala karena
logam Cu dan Zn bereaksi dengan
senyawa dalam kentang
menghasilkan arus listrik
Mahasiswa yang memiliki model
mental ini menganggap bahwa arus listrik
terjadi karena elektroda bereaksi dengan
senyawa dalam kentang. Pernyataan
mahasiswa ini juga masih kurang tepat
karena mereka belum menjelaskan dimana
reaksi tersebut terjadi dan apakah reaksi
tersebut terjadi secara langsung atau tidak.
Model mental ini muncul karena mahasiswa
belum memahami reaksi yang terjadi dalam
sel Volta. Mereka juga belum menjelaskan
mengapa reaksi tersebut dapat
menghasilkan listrik. Mereka hanya
memahami bahwa reaksi redoks dapat
menghasilkan arus listrik. Model mental ini
juga merupakan jenis model mental inisial
karena belum mampu menjelaskan konsep
sampai ke tingkat submikroskopik dan belum
memiliki pemahaman konsep yang benar
tentang sel Volta. Berikut model mental R7,
yaitu model mental dari mahasiswa semster
5 (MV-46), mahasiswa semester 3 (MIII-17),
dan mahasiswa semester 1 (MI-21).
MV-46 : “Lampu dapat menyala karena
logam Zn dan Cu bereaksi
dengan senyawa pada kentang
menghasilkan arus listrik”.
MIII-17 : “Lampu dapat menyala karena
terjadi reaksi antara logam dan
senyawa pada kentang
menghasilkan arus listrik”.
MI-21 : “Lampu menyala karena adanya
logam Cu dan Zn yang
ditancapkan pada kentang”.
Gambar 12. Model mental mahasiswa MV-46
ISBN: 978-602-73159-8 150 Ariani, Effendy dan Suharti, Analisis Model Mental
Mahasiswa...........
Pengembangan Material Aplikatif
sebagai upaya mendukung
Pembelajaran Kimia Abad 21
Dari ketujuh ragam model mental
tersebut, hanya satu yang merupakan model
mental saintifik dan hanya satu model mental
sintetik, sedangkan ragam yang lain
merupakan model mental inisial. Mahasiswa
yang mengembangkan model mental inisial
memiliki pengetahuan awal yang rendah
tentang konsep sel Volta. Mahasiswa yang
memiliki pengetahuan awal rendah hanya
mampu menjelaskan fenomena baterai
kentang pada aspek makroskopik, yaitu
hanya sebatas yang mereka amati.
Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa
model mental dipengaruhi oleh pengetahuan
awal.
4. Hubungan Model Mental dengan
Kemampuan Awal Mahasiswa
Sebaran model mental mahasiswa
tentang fenomena baterai dari kentang
berdasarkan tingkat kemampuan awal dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Kategori Model Mental Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Awal
Kategori model mental Kemampuan awal
Rendah Tinggi
Inisial 75,0% 46,8%
Sintetik 25,0% 51,1%
Saintifik 0,0 2,1
Total 100% 100%
Pada tabel tersebut terlihat bahwa
mahasiswa yang memiliki kemampuan awal
rendah lebih banyak mengembangkan model
mental inisial, sedangkan mahasiswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi lebih
banyak yang mengembangkan model mental
sintetik dan 2,1% mahasiswa sudah
mengembangkan model mental saintifik. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat kemampuan awal, maka model
mental yang dikembangkan semakin menuju
saintifik.
Sebaran model mental mahasiswa
tentang fenomena baterai dari kentang
berdasarkan tingkat Kemampuan awal
diberikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Sebaran Model Mental Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Awal
Ragam model mental Pengetahuan awal Total
Rendah Tinggi
R1 0,0% 1,1%
R2 11,5% 27,6%
R3 1,1% 2,3%
R4 4,6% 4,6%
R5 4,6% 4,6%
R6 12,6% 3,5%
R7 11,5% 10,4%
45,9% 24,1% 100%
Pada Tabel 5 terlihat bahwa
mahasiswa yang memiliki kemampuan awal
rendah dan tinggi sama-sama memiliki model
mental dengan ragam dua (R2), tiga (R3),
empat (R4), lima (R5), enam (R6) dan tujuh
(R7). Model mental kategori satu (R1) hanya
dimiliki oleh mahasiswa dengan
pengetahuan awal tinggi dan merupakan
model mental saintifik. Hal ini terjadi karena
baik mahasiswa yang memiliki kemampuan
awal rendah dan tinggi sama-sama belum
mempelajari aspek submikroskopik dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan
wawancara dengan beberapa mahasiswa
didapatkan bahwa pembelajaran mereka
kurang menekankan pada representasi
submikroskopik.
KESIMPULAN
Mahasiswa mengembangkan tiga
kategori model mental dalam menjelaskan
fenomena baterai dari kentang yaitu model
\151
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)
ISBN: 978-602-73159-8
mental inisial, sintetik dan saintifik. Secara
umum, model mental mahasiswa mengalami
peningkatan berdasarkan kenaikan tingkat
semester dan model mental mahasiwa
semakin menuju arah model saintifik seiring
dengan meningkatnya kemampuan awal
mereka.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Laliyo, L.A.R., 2011, Model Mental Siswa Dalam Memahami Perubahan Wujud Zat, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, 8, 1-12.
[2] Rapp, D.N., 2005, Mental Models: Theoretical Issues for Visualizations In Science Education. In J.K. Gilbert (Ed.), Visualization in Science Education, 43-60. The Netherlands: Springer.
[3] Sternberg, R.J., 2008, Psiklogi kognitif. Edisi keempat. Terj. Tyudi Santoso, S.Fil. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[4] Jansoon, N., Coll, R.K., & Somsook, E, 2009, Understanding Mental Model of Dilution in Thai Students, International Journal of Environtmental & Science Education, 4(2), 147-168.
[5] Kurnaz, M.A. and Emen, A.Y., 2014, Student Mental Models Related ToExpansion and Contraction. Acta Didactica Napocensia, 7(1), 59-67.
[6] Wang, C. and Barrow, L.H., 2011, Characteristic and Level of Sophistication: An Analysis of Chemistry Students’ Ability to Think with Mental Models, Research Science Education, Springer,41, 561-586.
[7] Veer, V.D.C.G. and Melguizo, D. C. P. M., 2003, Mental models. In J. A. Jacko & A. Sears (Eds.), The human-computer interaction handbook: Funda-mentals, evolving technologies, and emerging applications, Lawrence Erlbaum & Associates, Uitgever, p. 52-80.
[8] Harrison, A.G., and Treagust, D.F., 2000, Learning about atoms, molecules,
and chemical bonds: A case study of multiple-model use in grade 11 Chemistry, Science Education, 84(3), 352-381.
[9] Chittleborough, G.D., Treagust, D.F., and Mocerino, M., 2002, Constraints to development of first year university chemistry students’ mental models of chemical phenomena, Teaching and Learning Forum. Focusing on Student.
[10] Chiu, M.H & Wu, W.L. 2013. A Novel Approach for Investigating Students’ Learning Progression for Concept of Phase Transitions, Educación Química, 24(4), 373-380.
[11] Kurnaz, M.A. and Eksi, C., 2015, an Analysis of High School Students’ Mental Models of Solid Friction in Physics, Educational Sciences: Theory & Practice, 15(3), 787-795.
[12] Lajium, D.A.D., 2013, Students’ Mental Models of Chemical Reactions, The university of Waikato, disertasi tidak diterbitkan.
[13] Krause, S., Kelly, J., Corkins J., and Tasooji A., 2009, Using Students' Previous Experience and Prior Knowledge to Facilitate Conceptual Change in an Introductory Materials Course, 39th ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference.
[14] Effendy, 1985, Pengaruh Pengajaran Kimia dengan Cara Inkuiri Terbimbing dan Cara Verifikasi terhadap Perkembangan Intelek dan Prestasi Belajar Mahasiswa IKIP Jurusan Pendidikan Kimia Tahun Pertama, Tesis tidak diterbitkan, PPS IKIP Jakarta.
[15] Creswell, J.W., 2012, Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research Fourth Edition, Pearson Education, Inc., Boston.
[16] Pavelich, M.J., and Abraham, M.R., 1977. Guided Inquiry Laboratories for General Chemistry Students. Journal of College Science Teaching, 7(1), 23-26.
[17] Schönborn, K.J., and Anderson, T.R., 2009, a Model of Factors Determaining Students’ Ability to Interpret External
ISBN: 978-602-73159-8 152 Ariani, Effendy dan Suharti, Analisis Model Mental
Mahasiswa...........
Pengembangan Material Aplikatif
sebagai upaya mendukung
Pembelajaran Kimia Abad 21
Representation in Biochemistry. International Journal of Science Education. 31(2), 193-232.
[18] Long, H.B., 1980, In Search of a Theory of Adult Cognitive Development. Journal of Research and Development in Education, 3, 1-10.
[19] Adey, P., and Shayer, M., 1990, Accelerating the development of formal thinking in middle and high school students, Journal of Research in Science Teaching, 27(3), 267-285
TANYA JAWAB
PEMAKALAH: Sunniarti Arini
PENANYA: Martina R. S Seto
PERTANYAAN:
1. Apa Kegunaan/ manfaat model
mental dalam pembelajaran?
2. Dari grafik, mengapa model mental
mahasiswa menurun padahal
semestinya makin bertambah
semester, pemahaman siswa
semakin baik?
JAWABAN:
1. Kegunaan model mental dalam
pembelajaran yaitu untuk
mengembangkan pembelajaran
yang sesuai dengan model ilmiah
untuk mengetahui struktur kognitif
siswa tentang sel volta, sehingga
nanti dapat dikembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai.
2. Berdasarkan grafik model mental,
yang mengalami penurunan adalah
model inisial, yaitu model yang tidak
sesuai dengan model ilmiah, dimana
semakin meningkatnya semester,
pengalaman belajar yang
dikembangkan semakin kompleks
sehingga hanya ada beberapa
mahasiswa yang akan
mengembangkan model inisial.
(Terjadi penurunan persentasi
mahasiswa yang mengembangkan
model inisial)