ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL...

109
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI PADA RANTAI PASOKAN MINYAK AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT Oleh NOLA NOVIAWATI H24097086 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL...

Page 1: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

1

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL

BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI PADA RANTAI

PASOKAN MINYAK AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT

Oleh

NOLA NOVIAWATI

H24097086

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

1

RINGKASAN

NOLA NOVIAWATI. H24097086. Analisis Manajemen Risiko Operasional

Budidaya Tanaman Akar Wangi Pada Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di

Kabupaten Garut. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS dan ALIM

SETIAWAN S.

Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian

Indonesia. Pada tahun 2010, persentase sektor pertanian memberikan kontribusi 15,34

persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Dari banyak sektor yang menyerap

tenaga kerja, pertanian masih memberikan kontribusi yang paling besar dengan

persentase 35,86 persen pada tahun 2011. Minyak akar wangi merupakan salah satu

komoditi ekspor Indonesia yang memiliki pangsa pasar tingkat dunia. Petani sebagai

pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peran yang sangat penting di hulu.

Penelitian ini bertujuan (1) mengkaji mekanisme rantai pasokan Industri Kecil

Menengah (IKM) minyak akar wangi di Kabupaten Garut; (2) menganalisis

manajemen risiko operasional dalam budidaya akar wangi sebagai bagian rantai

pasokan minyak akar wangi.

Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui

wawancara dan pengisian kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

dokumen, literatur, hasil penelitian terdahulu, jurnal, internet, Badan Pusat Statistik

(BPS), Dinas Perkebunan Garut, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Garut. Pengolahan data dilakukan dengan software Excel 2007 dan

software Statistical Package for Sosial Science (SPSS 16.0). Analisis data dilakukan

secara deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai rantai pasokan minyak akar

wangi dan risiko operasional yang terjadi pada budidaya akar wangi. Risiko

operasional yang dikaji dalam penelitian ini mencakup risiko yang ada dalam input,

proses dan output. Penilaian risiko menggunakan teknik Multi-Expert Multi Criteria

Decision Macing (ME-MCDM) dengan agregasi penilaian menggunakan teknik

Ordered Weighted Averaging (OWA). Rekomendasi pengelolaan risiko

menggunakan basis aturan untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko.

Anggota primer rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut terdiri dari

petani yang memasok bahan baku akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling

minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar

wangi. Hasil perhitungan agregasi menunjukkan bahwa tingkat risiko operasional

pada budidaya akar wangi adalah tinggi. Risiko yang berada di input bernilai sedang,

risiko proses bernilai tinggi dan risiko output bernilai tinggi. Basis aturan digunakan

untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko.

Page 3: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

1

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL

BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI PADA RANTAI

PASOKAN MINYAK AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NOLA NOVIAWATI

H24097086

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 4: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

2

Judul Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Operasional Budidaya Tanaman

Akar Wangi Pada Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di

Kabupaten Garut

Nama : Nola Noviawati

NIM : H24097086

Menyetujui,

Tanggal Lulus :

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA

NIP 19550626 198003 1 002

Pembimbing II

Alim Setiawan S, S.TP,M.Si

NIP 19820227 200912 1001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 19610123 198601 1 0002

Page 5: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, pada tanggal 20 November 1988. Penulis adalah

anak pertama dari pasangan Tafrizal dan Ernawati. Penulis merupakan anak pertama

dari 2 bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-

Ikhsan pada tahun 1993-1994, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kota Batu 1 pada tahun

1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 9 Bogor pada tahun

2000-2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bogor pada tahun 2003-2006.

Penulis lulus dari SMA Negeri 7 Bogor sebagai siswa berprestasi Tahun Pelajaran

2005/2006 (Angkatan ke 13) dari program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Tahun 2006 penulis di terima di Program Diploma, Institut Pertanian Bogor

(IPB) dengan bidang keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Manufaktur/Jasa (PPMJ). Tahun 2009 penulis lulus dengan mendapat prestasi

akademik sebagai lulusan terbaik pada Program Keahlian PPMJ, kemudian

melanjutkan studi di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, IPB.

iii

Page 6: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul ‖Analisis Manajemen Risiko Operasional Budidaya Tanaman Akar

Wangi Pada Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut‖ sebagai

syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

ini mengungkapkan pentingnya integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai

pengadaan produk minyak akar wangi, mulai dari hulu sampai hilir. Dalam hal ini,

petani sebagai pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peran sangat penting di

hulu. Untuk itu, para petani harus memasok bahan baku bermutu dan

berkesinambungan, agar komoditas minyak akar wangi dari Garut dapat memberikan

keunggulan kompetitif, namun akar wangi dihadapkan pada berbagai risiko,

diantaranya risiko operasional dalam budidaya akar wangi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2012

Penulis

iv

Page 7: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Ketika menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, maka mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA dan Bapak Alim Setiawan

S, S.TP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan

penuh kesabaran memberikan bimbingan, membagi ilmu, motivasi dan

pengarahannya.

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan sarannya.

3. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai pembimbing awal yang telah memberikan

bimbingan, saran dan motivasi, serta pengarahannya.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan motivasi untuk terus

bersemangat dalam mencapai cita-cita.

5. Ketua Departemen Manajemen dan seluruh dosen Program Sarjana Alih Jenis

Manajemen, FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang

bermanfaat.

6. Staf Program Sarjana Alih Jenis Manajemen atas bantuan selama menyelesaikan

perkuliahan.

7. Bapak H. Ede Kadarusman dan Bapak H. Abdullah S. Rasadi yang banyak

membantu selama penelitian tentang akar wangi di Kabupaten Garut.

8. Rekan-rekan seperjuangan selama penelitian di Kabupaten Garut, yaitu Reni,

Izni, Lina, Intan, Irma, Agung dan Kak Roni yang merasakan suka duka selama

penelitian.

9. Sahabat-sahabatku, Novi, Eka, Ebi, Firsty, Najib, Rozi, Rangga, Hendra, Teh

Yulay, Ipal yang telah memberikan semangat dan dorongan, sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan dengan baik.

10. Sahabat-sahabat terbaik di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 7

yang memberikan persahabatan yang indah.

v

Page 8: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

vi

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya, khususnya yang terkait dengan manajemen risiko operasional

dalam rantai pasok. Terima kasih.

vi

Page 9: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iv

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. v

DAFTAR TABEL .............................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xi

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok ............................ 6

2.1.1 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasok ....................... 8

2.1.2 Pemain Utama dalam Manajemen Rantai Pasokan ........ 9

2.2. Definisi Risiko dan Jenis Risiko .............................................. 10

2.2.1 Risiko Operasional .......................................................... 12

2.2.2 Proses Manajemen Risiko ............................................... 13

2.3. Penelitian Terdahulu ................................................................. 14

III. METODE PENELITIAN ........................................................... 18

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................ 18

3.2. Tahapan Penelitian ................................................................... 20

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 22

3.4. Pengumpulan Data ................................................................... 22

3.5. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 29

4.1. Gambaran Umum Rantai Pasok Minyak Akar Wangi ............ 29

4.1.1 Potensi Pengembangan Minyak Akar Wangi di

Indonesia ....................................................................... 29

4.1.2 Karakteristik Tanaman Akar Wangi ............................. 30

4.1.3 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi ......... 31

4.1.4 Aktivitas Petani Akar Wangi ......................................... 35

vii

Page 10: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

viii

4.1.5 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ................................ 40

4.1.6 Aktivitas Penyuling Minyak Akar Wangi ..................... 40

4.1.7 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi ................... 43

4.2. Manajemen Risiko Operasional dalam Budidaya Akar

Wangi ................................................................................... 44

4.2.1 Identifikasi Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi 44

4.2.2 Pemetaan Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi ... 47

4.2.3 Penilaian Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi ... 52

4.2.4 Rekomendasi Pengelolaan Risiko Menggunakan Basis

Aturan ............................................................................ 55

4.3. Implikasi Manajerial ............................................................... 58

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 59

1. Kesimpulan ...................................................................................... 59

2. Saran ................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 60

LAMPIRAN ........................................................................................ 62

viii

Page 11: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

ix

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut

lapangan usaha (miliar rupiah) ..................................................... 1

2. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan

pekerjaan utama pada tahun 2011 ................................................. 2

3. Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang

terkait dengan fungsi-fungsi utama rantai pasok ......................... 9

4. Jumlah responden penelitian ......................................................... 23

5. Luas areal dan produksi minyak akar wangi di Kabupaten

Garut .............................................................................................. 29

6. Standar mutu minyak akar wangi menurut SNI 06-2386-2006 ... 42

7. Standar mutu minyak akar wangi menurut ISO 4716 : 2002 ........ 43

8. Skala penilaian risiko .................................................................... 47

9. Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah penentu risiko ....... 48

10. Negasi bobot untuk kriteria ........................................................... 52

11. Perhitungan nilai risiko dari setiap faktor ..................................... 53

ix

Page 12: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

x

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Simplikasi model rantai pasok dan tiga macam aliran yang dikelola 8

2. Alur kerangka pemikiran penelitian .............................................. 19

3. Tahapan penelitian ....................................................................... 21

4. Diagram pemetaan risiko menurut Djohanputro .......................... 26

5. Tanaman akar wangi ..................................................................... 30

6. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi .............................. 33

7. Sistem budidaya akar wangi ......................................................... 45

8. Diagram pemetaan risiko operasional budidaya akar wangi......... 49

9. Pohon keputusan analisis risiko operasional budidaya akar

wangi ............................................................................................. 54

x

Page 13: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner A.1 : identifikasi rantai pasokan untuk petani akar

wangi .................................................................................................. 63

2. Kuesioner A.2: identifikasi rantai pasokan untuk penyuling akar

wangi ............................................................................................. 71

3. Kuesioner A.3 : identifikasi rantai pasokan untuk pengumpul

bahan baku akar wangi ...................................................................... 78

4. Kuesioner A.4 : identifikasi rantai pasokan untuk pengumpul

minyak akar wangi ........................................................................ 83

5. Kuesioner 5 : identifikasi risiko budidaya akar wangi untuk

petani akar wangi .......................................................................... 88

6. Hasil penilaian petani ahli terhadap risiko operasional................. 91

7. Perhitungan manual penilaian risiko operasional ......................... 93

8. Perhitungan penilaian risiko menggunakan software Excel 2007 96

xi

Page 14: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi

perekonomian Indonesia. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang

cukup besar bagi perekonomian nasional. Perkembangan Produk Domestik

Bruto (PDB) Indonesia tahun 2006 sampai dengan 2010 dari sektor pertanian

masih mengalami pertumbuhan. Persentase sektor pertanian selama lima (5)

tahun terakhir (2006-2010) terhadap PDB, rata-rata memberikan kontribusi

sebesar 14,36%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada tahun 2010, persentase

sektor pertanian memberikan kontribusi 15,34% dari total PDB.

Tabel 1. Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut

lapangan usaha (miliar rupiah) Lapangan

Usaha 2006 2007 2008 2009 2010

Pertanian 433.223,4 541.931,5 716.656,2 857.241,4 985.143,6

Pertambangan 366.520,8 440.609,6 541.334,3 591.912,7 716.391,2

Industri 919.539,3 1.068.653,9 1.376.441,7 1.477.674,3 1.594.330,4

Listrik, Gas

dan Air Bersih 30.354,8 34.723,8 40.888,6 47.165,9 50.042,2

Konstruksi 251.132,3 304.996,8 419.711,9 555.201,4 660.967,5

Perdagangan 501.542,4 592.304,1 691.487,5 744.122,2 881.108,5

Transportasi,

Pergudangan,

Komunikasi

231.523,5 264.263,3 312.190,2 352.423,4 417.466,0

Keuangan 269.121,4 305.213,5 368.129,7 404.013,4 462.788,8

Jasa-jasa 336,258.9 398.196,7 481.848,3 574.116,5 654.680,0

Produk

Domestik

Bruto

3.339.216,8 3.950.893,2 4.948.688,4 5.603.871,2 6.422.918,2

Sumber : BPS, 2011

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia memang tidak terlalu

besar namun pertanian masih merupakan sektor yang menyediakan lapangan

pekerjaan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dari banyak sektor yang

menyerap tenaga kerja, pertanian masih memberikan kontribusi yang paling

besar (35,86%) pada tahun 2011. Ada 39,3 juta penduduk Indonesia yang

memenuhi kebutuhan hidupnya dari sektor pertanian (Tabel 2).

Page 15: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

2

Tabel 2. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan

pekerjaan utama pada tahun 2011 (juta orang)

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 (Diolah kembali)

*Data sampai bulan Agustus

Pertumbuhan sektor pertanian akan mendorong pembangunan sektor

agroindustri. Salah satu sektor agroindustri yang berkembang saat ini adalah

minyak atsiri. Minyak atsiri memberikan kontribusi sebesar US $ 89,3 juta pada

pemantauan ekspor 31 kelompok hasil industri (Kemenperin, 2011). Salah satu

jenis minyak atsiri yang masih memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan adalah minyak akar wangi. Minyak akar wangi merupakan salah

satu komoditi ekspor Indonesia yang memiliki pangsa pasar tingkat dunia.

Minyak ini banyak digunakan sebagai bahan baku parfum, kosmetik dan bahan

pewangi sabun (Guenther, 1990). Permintaan pasar dunia terhadap minyak

yang dikenal dengan vetiver oil ini diperkirakan 100 ton/tahun. Negara

eksportir vetiver oil utama untuk pasar dunia adalah Haiti. Indonesia berperan

dalam memenuhi permintaan pasar sebanyak 20-30 ton/tahun (Rusli, 2010).

Sentra produksi minyak akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut,

Jawa Barat. Minyak akar wangi telah menjadi salah satu Industri Kecil

Menengah (IKM) yang sedang berkembang di Garut.

IKM minyak akar wangi yang sedang berkembang di Kabupaten Garut

membuat para petani banyak mengusahakan tanaman akar wangi di wilayah

Lapangan Pekerjaan Utama 2011* (orang) Persentase (%)

Pertanian 39.328.915 35,86

Pertambangan 1.465.376 1,34

Industri 14.542.081 13,26

Listrik, gas dan air 239.636 0,22

Bangunan 6.339.811 5,78

Perdagangan 23.396.537 21,33

Angkutan, pergudangan dan komunikasi 5.078.822 4,63

Keuangan 2.633.362 2,40

Jasa kemasyarakatan 16.645.859 15,18

Total 109.670.399 100

Page 16: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

3

tersebut. Selain di Kabupaten Garut, sentra tanaman akar wangi berada di

Sukabumi, Bandung, Sumedang, Kuningan, Wonosobo, Purwokerto, dan

sebagian wilayah Sumatera Utara (Rusli, 2010). Luas area perkebunan tanaman

akar wangi di Kabupaten Garut mencapai 2.400 ha dan tersebar di beberapa

Kecamatan. Nilai ekonomis tanaman akar wangi terletak pada akarnya yaitu

sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri. Mutu dan kuantitas minyak akar

wangi bergantung dari keadaan tanaman akar wangi itu sendiri dan cara

pembudidayaan yang dilakukan oleh petani.

Pengelolaan rantai pasok akar wangi sebagai salah satu komoditi ekspor

harus dilakukan secara baik agar pemenuhan permintaan terhadap minyak akar

wangi yang berkualitas dapat dicapai. Menurut Marimin dan Nurul (2010),

manajemen rantai pasok merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan

untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan

lainnya secara efisien. Produk yang dihasilkan harus dapat didistribusikan

dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya, serta

memuaskan pelanggan. Upaya pengelolaan rantai pasok minyak akar wangi

harus memiliki kerjasama perdagangan di antara lima stakeholder yang terlibat,

yaitu petani sebagai produsen bahan baku, penyuling sebagai pengolah minyak

akar wangi, koperasi atau badan swasta sebagai penampung minyak akar wangi

dari penyuling, eksportir yang membeli minyak akar wangi dari koperasi atau

badan swasta yang kemudian akan menjualnya kepada pemakai akhir diluar

negeri (Indrawanto, 2009).

Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan produk

minyak akar wangi, mulai dari hulu sampai hilir. Petani sebagai pemasok bahan

baku akar wangi, memiliki peran yang sangat penting di hulu. Para petani harus

memasok bahan baku yang bermutu dan berkesinambungan agar komoditas

minyak akar wangi dari Garut dapat memberikan keunggulan yang kompetitif.

Untuk memenuhi pasokan bahan baku yang bermutu dan berkesinambungan,

para petani akar wangi dihadapkan pada berbagai risiko. Risiko merupakan

ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi karena kurangnya atau tidak

3

Page 17: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

4

tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi (Kountur, 2004).

Salah satu risiko yang dihadapi oleh petani akar wangi adalah risiko operasional

dalam budidaya akar wangi. Saat ini, budidaya tanaman akar wangi di

Kabupaten Garut masih dilaksanakan secara tradisional dan dipanen pada umur

yang relatif muda. Mutu bahan baku yang rendah dapat menyebabkan

rendahnya rendemen dan mutu minyak akar wangi yang dihasilkan.

Petani sebagai pemasok bahan baku harus menyediakan akar wangi yang

berkualitas dan berkesinambungan agar para pengusaha di bidang minyak akar

wangi bisa memenuhi permintaan konsumen. Dalam suatu rantai pasok, jika

suatu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok maka akan berpengaruh

baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra dalam jaringan rantai

pasoknya. Begitupun dengan risiko akibat dari permasalahan tersebut, sehingga

terjadi interaksi antar risiko yang menyebabkan kerugian secara menyeluruh

dalam jaringan pasokan (Marimin dan Nurul, 2010). Risiko operasional dalam

budidaya akar wangi sangat penting untuk dianalisis agar risiko penurunan

kuantitas dan mutu dari bahan baku akar wangi sebagai penghasil minyak atsiri

dapat dikurangi.

1.2. Perumusan Masalah

Petani sebagai pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peranan yang

sangat penting di hulu. Budidaya tanaman akar wangi yang masih dilaksanakan

secara tradisional menyebabkan mutu bahan baku yang rendah. Hal ini sangat

berpengaruh kepada kuantitas dan mutu rendemen minyak atsiri yang

dihasilkan. Analisis risiko operasional sangat diperlukan untuk

mengidentifikasi, mengukur dan mengendalikan risiko operasional dalam

budidaya tanaman akar wangi.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana mekanisme rantai pasokan IKM minyak akar wangi di

Kabupaten Garut ?

2. Bagaimana manajemen risiko operasional dalam budidaya akar wangi

sebagai bagian dari rantai pasokan minyak akar wangi ?

Page 18: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

5

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji mekanisme rantai pasokan IKM minyak akar wangi di

Kabupaten Garut.

2. Menganalisis manajemen risiko operasional dalam budidaya akar wangi

sebagai bagian rantai pasokan minyak akar wangi.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terfokus pada pengkajian mekanisme rantai pasokan minyak

akar wangi di Garut mulai dari Petani, Pengumpul Bahan Baku, Penyuling, dan

Pengumpul Minyak yang berada di wilayah Kecamatan Samarang,

Bayongbong, Cilawu dan Leles, disamping analisis manajemen risiko

operasional dalam budidaya akar wangi oleh petani.

Page 19: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok

Rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara

bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke

tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk

pemasok, pabrik, distributor, toko, atau ritel dan perusahaan-perusahaan

pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005). Menurut Indrajit

dan Djokopranoto (2002), rantai pasok adalah suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Konsep

rantai pasok merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Dalam

konsep ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang

terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang

dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang.

Manajemen rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan

bahan dan layanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir,

serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup pembelian dan

outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok

dengan distributor (Heizer dan Barry, 2005). Manajemen rantai pasokan tidak

hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga

urusan eksternal yang menyangkut hubungan perusahaan-perusahaan partner.

Perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu rantai pasok, intinya ingin

memuaskan konsumen akhir yang sama, yaitu bekerjasama untuk membuat

produk murah, mengirimkannya tepat waktu dan dengan mutu bagus. Hanya

dengan kerjasama antara unsur-unsur pada rantai pasok tujuan tersebut akan

dicapai. Oleh karena itu, cukup tepat kalau banyak orang mengatakan bahwa

persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu perusahaan dengan perusahaan

yang lain, tetapi antara rantai pasok yang satu dengan rantai pasok yang lain.

Semangat kolaborasi dan koordinasi pada rantai pasok tidak mesti (dan tidak

boleh) mengorbankan kepentingan tiap individu perusahaan. Manajemen rantai

Page 20: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

7

pasokan yang baik dapat meningkatkan kemampuan bersaing bagi rantai pasok

secara keseluruhan, namun tidak menyebabkan satu pihak berkorban dalam

jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan pengertian, kepercayaan, dan

aturan main yang jelas (Pujawan, 2005).

Menurut Marimin dan Nurul (2010), manajemen rantai pasok merupakan

serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok,

pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Produk

yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang

tepat untuk memperkecil biaya, serta memuaskan pelanggan. Manajemen rantai

pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif,

minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai inventori bahan baku,

bahan dalam proses, serta barang jadi.

Pada suatu rantai pasok biasanya ada tiga (3) macam aliran yang harus

dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir.

Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke pabrik. Setelah

produk selesai diproduksi, dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel,

kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya

yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang

terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan

produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh

distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi

yang dimiliki oleh pemasok juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi

tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang

mengirim maupun yang akan menerima. Perusahaan pengapalan harus

membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa

memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat (Pujawan, 2005).

Gambar 1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah rantai pasok.

7

Page 21: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

8

Finansial : invoice dan term pembayaran

Material : bahan baku, komponen dan produk jadi

Informasi : kapasitas, status pengiriman dan quotation

Finansial : pembayaran

Material : retur, recycle dan repair

Informasi : order dan ramalan

2.1.1 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasok

Menurut Pujawan (2005), semua kegiatan yang terkait dengan aliran

material, informasi dan uang di sepanjang rantai pasok adalah kegiatan-kegiatan

dalam cakupan manajemen rantai pasok. Apabila mengacu pada sebuah

perusahaan manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi

manajemen rantai pasok adalah :

a. Kegiatan merancang produk baru

b. Kegiatan mendapatkan bahan baku

c. Kegiatan merencanakan produksi dan pengendalian

d. Kegiatan melakukan produksi

e. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi

Kelima (5) klasifikasi tersebut biasanya tercermin dalam bentuk

pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian

tersebut sering dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan

sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akan

memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian

pengadaan, bagian produksi, bagian perencanaan produksi, dan bagian

pengiriman atau distribusi barang jadi. Tabel 3 menguraikan lebih lanjut

beberapa contoh kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masing-masing bagian.

Manufacturer Ritel/Toko Supplier

Tier 2

Supplier

Tier 1 Distributor

Gambar 1. Simplikasi model rantai pasok dan tiga macam aliran yang dikelola

(Pujawan, 2005)

Page 22: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

9

Tabel 3. Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang

terkait dengan fungsi - fungsi utama rantai pasok

Bagian Cakupan kegiatan antara lain Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru dan melibatkan

pemasok dalam perancangan produk baru

Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan

pembelian bahan baku dan komponen, memonitor risiko

pasokan, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok.

Perencanaan dan Pengendalian Perencanaan kebutuhan, peramalan permintaan, perencanaan

kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.

Operasi/Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas

Pengiriman/Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman,

mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa

pengiriman dan memonitor service level di tiap pusat distribusi.

Sumber : Pujawan, 2005

2.1.2 Pemain Utama dalam Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), ada beberapa pemain utama

yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang

sama, yaitu :

a. Rantai 1 : Suppliers (pemasok)

Jaringan bermula disini, yang merupakan sumber yang

menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan

di mulai. Bahan pertama berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan

penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya.

Sumber pertama ini dinamakan pemasok.

b. Rantai 1-2 : Suppliers Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu

manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain

yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit,

mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing).

c. Rantai 1-2-3 : Suppliers Manufacturer Distribution

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai

harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk

9

Page 23: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

10

penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor

dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari

pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau

wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya

nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada

retailers atau pengecer.

d. Rantai 1-2-3-4 : Suppliers Manufacturer Distribution Retail

Outlets

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau

dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk

menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi

di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk

jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain

kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer

maupun ke toko pengecer (retail outlets).

e. Rantai 1-2-3-4-5 : Suppliers Manufacturer Distribution Retail

Outlets Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan

barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna

barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba

ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya.

Walaupun secara fisiknya dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata

rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari

pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real

user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai

pasokan baru betul-betul berhenti setelah barang bersangkutan tiba di

pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa dimaksud.

2.2. Definisi Risiko dan Jenis Risiko

Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi

seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak merugikan

Page 24: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

11

(Kountur, 2004). Menurut Djohanputro (2008), risiko diartikan sebagai

ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Pengertian

lain dan sering digunakan oleh kebanyakan orang, risiko adalah ketidakpastian

yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.

Risiko juga dapat diartikan penyebaran atau penyimpangan dari target, sasaran,

atau harapan.

Menurut Marimin dan Nurul (2010), Risiko rantai pasok dapat

didefinisikan sebagai kerugian yang dikaji dari sisi kemungkinan terjadinya,

sisi kemungkinan penyebabnya, dan sisi akibatnya dalam rantai pasok sebuah

perusahaan dan lingkungannya. Dalam suatu rantai pasok, jika satu pelaku

mengalami masalah rantai pasok maka akan berpengaruh baik secara langsung

atau tidak langsung kepada mitra dalam jaringan rantai pasoknya. Begitupun

dengan risiko akibat dari permasalahan tersebut, sehingga terjadi interaksi antar

risiko yang menyebabkan kerugian secara menyeluruh dalam rantai pasokan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian risiko rantai pasok agar dapat

terhindar dari akibat berkelanjutan yang terjadi pada setiap titik dalam jaringan

pasokan dengan cara melakukan analisis risiko.

Menurut Djohanputro (2008), risiko dapat dikategorikan ke dalam risiko

murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang dapat

mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tetapi tidak ada kemungkinan

menguntungkan. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat

mengakibatkan dua (2) kemungkinan, merugikan atau menguntungkan

perusahaan. Cara lain mengklasifikasi risiko adalah mengategorikan ke dalam

risiko sistematik dan risiko spesifik. Risiko sistematik disebut risiko yang tidak

dapat didiversifikasi. Ciri dari risiko sistematik adalah tidak dapat dihilangkan

atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko. Sedangkan risiko

spesifik atau risiko yang dapat didiversifikasi dapat dihilangkan melalui proses

penggabungan.

Page 25: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

12

Menurut Kountur (2004), Risiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis,

yaitu :

1. Sudut pandang manajer perusahaan

Bagi para manajer perusahaan atau orang-orang yang berkecimpung di dunia

bisnis, risiko sering dibedakan ke dalam dua (2) kelompok, yaitu :

a. Risiko spekulatif

Risiko spekulatif adalah risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat

memberikan dua (2) kemungkinan, yakni kemungkinan merugikan dan

menguntungkan.

b. Risiko murni

Risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang

menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan yang merugikan.

2. Sumber penyebab risiko

Dari sumber penyebabnya, risiko secara umum dapat dikelompokkan ke

dalam dua (2) kelompok besar, yaitu :

a. Risiko keuangan

Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor

ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga dan mata

uang.

b. Risiko operasional

Risiko operasional adalah semua risiko yang tidak masuk pada kelompok

risiko keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor manusia, alam

dan teknologi.

2.2.1. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang

diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor

lain (Djohanputro, 2008). Risiko operasional bisa terjadi pada dua (2) tingkatan,

yaitu teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi

apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai,

dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi,

Page 26: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

13

risiko operasional muncul dikarenakan sistem pemantauan dan pelaporan,

sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana seharusnya.

Menurut Muslich (2007), Risiko operasional merupakan kerugian

finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan

sumber daya manusia (SDM), kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan

kejadian dari luar perusahaan, serta kerugian karena pelanggaran peraturan dan

hukum yang berlaku. Kerugian risiko operasional terjadi tidak saja pada

lembaga keuangan bank dan bukan bank, tetapi juga terjadi pada perusahaan

industri, perdagangan, pertambangan dan semua perusahaan dalam sektor

ekonomi lainnya.

Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari

masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh

lemahnya sistem kontrol manajemen yang dilakukan oleh pihak internal

perusahaan (Fahmi, 2010). Contoh risiko operasional adalah risiko pada

komputer akibat terserang virus, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan

kerja, kesalahan dalam pencatatan pembukuan secara manual, kesalahan

pembelian barang dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat

ditukar kembali, dan lain sebagainya.

2.2.2. Proses Manajemen Risiko

Menurut Halikas et al dalam Marimin dan Nurul (2010), proses

manajemen risiko yang umum terjadi pada suatu perusahaan terdiri dari empat

(4) kegiatan utama, yaitu identifikasi risiko, pengkajian risiko, pengambilan

keputusan dan implementasi pada kegiatan manajemen risiko dan pengawasan

risiko.

1. Identifikasi risiko

Fokus utama dari identifikasi risiko adalah mengenali ketidakpastian yang

akan terjadi agar dapat mengendalikan risiko secara proaktif. Risiko yang

bersifat potensial harus diidentifikasi, jika tidak akan menyebabkan

kesalahan arah dalam proses manajemen risiko rantai pasok dan

menimbulkan tidak tepatnya atau tidak sesuainya strategi pengendalian

Page 27: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

14

risiko tersebut, sehingga menyebabkan kerugian yang besar. Salah satu

aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang

mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan

dalam identifikasi risiko, antara lain brainstorming, survei, wawancara,

informasi historis, kelompok kerja, dan lain-lain.

2. Pengkajian risiko

Setiap risiko yang sudah diidentifikasi dilakukan pengkajian, meliputi

pengukuran risiko rantai pasok secara kuantitatif dan kualitatif, yaitu

mengukur besarnya dampak kerugian yang mungkin muncul baik kerugian

sosial atau ekonomi dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Dua metode

utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko

berdasarkan pendapat pakar dan metode pengukuran risiko secara statistik.

3. Keputusan dan Implementasi Tindakan Manajemen Risiko

Tahap ini adalah tahap memilih metode manajemen yang akan digunakan

untuk mencegah atau mengurangi risiko yang akan terjadi, baik secara

parsial atau menyeluruh, sehingga mampu meminimalkan dampak terhadap

pengoperasian rantai pasok.

4. Pengawasan Risiko

Status sebuah risiko dapat berubah-ubah sesuai kondisi, sehingga faktor-

faktor risiko harus dimonitor untuk mengetahui keefektifan respon yang

telah dipilih dan mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah

dari kemungkinan dan konsekuensinya. Ketika suatu risiko terjadi, maka

respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

2.3. Penelitian Terdahulu

Santoso (2005) meneliti Rekayasa Model Manajemen Risiko Untuk

Pengembangan Agroindustri Buah-Buahan Secara Berkelanjutan. Penelitian ini

difokuskan pada rancang bangun sistem penunjang keputusan (SPK)

manajemen risiko untuk pengembangan agroindustri berkelanjutan. Model

analisis risiko pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran serta

agregasi nilai risikonya secara berjenjang menggunakan fuzzy non-numeric

Page 28: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

15

multi criteria multi person decision making, dengan penilaian pakar secara

independen. Model kelayakan usaha menggunakan metode analisis finansial

dengan sumber pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah. Analisis

risiko finansial menggunakan koefisien variasi, analisis sensitivitas dan teknik

simulasi risiko. Model manajemen risiko menggunakan Analytical Hierarchy

Process (AHP), sedangkan rancangan pengendalian menggunakan metode

Interpretative Structural Modeling (ISM)

Hasil validasi SPK M-RISK dengan studi kasus agroindustri mangga

yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur menunjukkan bahwa sari

buah merupakan produk agroindustri mangga dengan prioritas tertinggi untuk

dikembangkan dan prioritas berikutnya konsentrat. Pengembangan agroindustri

mangga mempunyai risiko sedang. Risiko tertinggi dalam pengembangan

agroindustri mangga terdapat pada aspek penggadaan bahan baku, sedangkan

aspek pengolahan dan pemasaran mempunyai risiko sedang. Hasil analisis

kelayakan dengan skenario mempertimbangkan risiko menunjukkan

pembiayaan syariah relatif lebih dapat mengelola risiko untuk pengembangan

usaha agroindustri mangga dibandingkan dengan skema pembiayaan

konvensional.

Hadiguna (2010) meneliti Perancangan Sistem Penunjang Keputusan

Rantai Pasok dan Penilaian Risiko Mutu Pada Agroindustri Minyak Sawit

Kasar. Penelitian bertujuan merumuskan cara penilaian risiko operasional,

merumuskan model matematik manajemen panen-angkut-olah dan

menghasilkan rancang bangun Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support

System) yang berfungsi untuk pengelolaan risiko penurunan mutu dan optimasi

rantai pasok minyak sawit kasar. Penelitian ini menggunakan berbagai teknik

antara lain penilaian risiko mutu menggunakan teknik Non-Numeric Multi-

Expert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) dengan agregasi

penilaian menggunakan teknik Ordered Weighted Averaging (OWA).

Rekomendasi pengelolaan risiko menggunakan rule base. Prakiraan Tandan

Page 29: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

16

Buah Segar (TBS) dan penjualan minyak sawit kasar menggunakan teknik

Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA).

Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem penunjang keputusan yang

berguna membantu pengambil keputusan dalam pengelolaan rantai pasok dan

penilaian risiko mutu minyak sawit kasar. Pengelolaan risiko mutu setiap unit

rantai pasok adalah penanganan di kebun adalah meminimumkan waktu angkut,

mengevaluasi jumlah trip dan menjamin ketersediaan truk. Penanganan di

pabrik adalah menjaga akurasi proses sortasi tandan buah segar dan menjamin

penumpukan di loading ramp tidak memicu kerusakan tandan buah segar.

Penanganan di pelabuhan adalah meningkatkan pengawasan pemuatan dan

pembongkaran minyak sawit kasar dan perawatan tangki timbun dengan baik.

Santoso dan Marimin (2001) melakukan penelitian mengenai Penentuan

Produk Olahan Apel Unggulan Menggunakan Teknik Fuzzy Non Numeric Dan

Analisis Struktur Serta Pola Pembinaan Kelembagaannya. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan produk agroindustri berbasis apel unggulan di

Malang, Jawa Timur dengan menggunakan pendekatan fuzzy non numeric,

memberikan rekomendasi kelembagaan yang mendukung pengembangan

agroindustri olahan apel unggulan dengan menganalisis struktur dan pola

pembinaannya. Hasil penelitian menunjukkan pemilihan produk olahan apel

unggulan di Malang, Jawa Timur dengan pendekatan fuzzy non numeric

menghasilkan dodol apel sebagai produk unggulan dengan kategori tinggi (T),

sari buah dan keripik apel terkategori sedang (M), sedang produk lainnya

terkategori rendah (R). Struktur kelembagaan pengembangan agroindustri

olahan apel unggulan dengan teknik ISM menunjukkan elemen pengusaha kecil

dan menengah merupakan elemen kunci, dan bersama elemen koperasi dan

perguruan tinggi tergolong sektor IV yang memilki power driver sangat besar

dan tingkat ketergantungan yang relatif kecil.

Lestari (2009) melakukan penelitian mengenai Manajemen Risiko Dalam

Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), studi kasus di

PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penelitian ini

Page 30: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

17

bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan risiko

pasar yang dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka, menganalisis tingkat dan

dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan

pembenihan udang Vannamei terhadap PT. Suri Tani Pemuka, dan

menganalisis strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani

untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan udang Vannamei.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber-sumber risiko yang ada di

PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang vannamei dapat

diklasifikasikan ke dalam empat (4) kuadran risiko berdasarkan tingkat

kemungkinan terjdinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut.

Sumber risiko yang dianggap oleh PT. Suri Tani Pemuka memiliki

kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko

tersebut terjadi juga besar adalah risiko timbulnya penyakit dan risiko yang

terjadi akibat tingginya tingkat mortalitas benih udang vannamei.

Page 31: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

18

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tanaman akar wangi merupakan komoditi unggulan yang sedang

berkembang di Kabupaten Garut. Pengembangan budidaya akar wangi menjadi

salah satu alternatif dalam pembangunan sektor pertanian di wilayah tersebut.

Nilai ekonomis tanaman akar wangi terletak pada akarnya yaitu sebagai bahan

baku penghasil minyak atsiri. Minyak akar wangi merupakan salah satu jenis

minyak atsiri yang masih memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan,

karena merupakan komoditi ekspor Indonesia yang memiliki pangsa pasar

tingkat dunia. Mutu dan kuantitas minyak akar wangi bergantung dari keadaan

tanaman akar wangi itu sendiri dan cara pembudidayaan yang dilakukan oleh

petani.

Pengelolaan rantai pasok minyak akar wangi harus memiliki kerjasama

perdagangan di antara lima stakeholder yang terlibat, yaitu petani sebagai

produsen bahan baku, penyuling sebagai pengolah minyak akar wangi, koperasi

atau badan swasta sebagai penampung minyak akar wangi dari penyuling,

eksportir yang membeli minyak akar wangi dari koperasi atau badan swasta

yang kemudian akan menjualnya kepada pemakai akhir diluar negeri

(Indrawanto, 2009).

Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan produk

minyak akar wangi, mulai dari hulu sampai hilir. Petani sebagai pemasok bahan

baku akar wangi, memiliki peran yang sangat penting di hulu. Untuk memenuhi

pasokan bahan baku bermutu dan berkesinambungan maka, para petani akar

wangi dihadapkan pada berbagai risiko. Salah satu risiko yang dihadapi oleh

petani akar wangi adalah risiko operasional dalam budidaya akar wangi. Risiko

operasional yang dikaji dalam penelitian ini mencakup risiko yang berada

dalam input, proses dan output. Risiko dalam budidaya akar wangi sangat

penting untuk dianalisis agar risiko penurunan kuantitas dan mutu dari bahan

baku akar wangi sebagai penghasil minyak atsiri dapat diminimalisir. Dengan

Page 32: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

19

begitu petani dapat memasok bahan baku bermutu dan berkesinambungan,

sehingga komoditas minyak akar wangi dari Garut dapat memberikan

keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan para petani yang mengembangkan komoditi

tersebut. Alur kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

Pengembangan budidaya akar

wangi

Manajemen risiko operasional pada

budidaya akar wangi

Input Output

Pengembangan komoditi

minyak akar wangi

Pangsa pasar tingkat dunia

Pengelolaan rantai pasokan

minyak akar wangi

Peran petani sebagai pemasok

bahan baku

Proses

Keunggulan Kompetitif

Peningkatan kesejahteraan

petani

Page 33: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

20

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari :

1. Mempelajari berbagai studi pustaka untuk memahami pustaka yang

berhubungan dengan manajemen rantai pasokan dan manajemen risiko

operasional.

2. Membuat proposal penelitian untuk mengetahui latar belakang penelitian,

rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat

penelitian dan merancang pengumpulan data penelitian.

3. Pengajuan ijin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa (Kesbang) dan

Perlindungan Masyarakat (Linmas) Kabupaten Garut.

4. Pencarian data sekunder ke Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Garut.

5. Wawancara kepada Ketua sentra akar wangi untuk mendapatkan gambaran

secara umum rantai pasokan akar wangi dan mengetahui kondisi geografis

obyek penelitian.

6. Wawancara dengan anggota rantai pasokan akar wangi, yaitu petani,

pengumpul bahan baku, penyuling, dan pengumpul minyak akar wangi.

7. Wawancara dengan petani akar wangi untuk mengidentifikasi risiko

operasional pada budidaya akar wangi. Risiko yang diidentifikasi meliputi

risiko yang yang berada dalam input, proses dan output.

8. Wawancara dengan petani ahli dalam budidaya akar wangi untuk

melakukan penilaian risiko.

9. Pengolahan data primer dan sekunder untuk mengkaji mekanisme rantai

pasokan minyak akar wangi di Garut dengan analisis deskriptif.

10. Pengolahan data primer untuk menganalisis manajemen risiko operasional

(identifikasi risiko, pemetaan risiko, penilaian risiko dan rekomendasi

pengelolaan risiko) secara deskriptif.

Page 34: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

21

Gambar 3. Tahapan penelitian

Pra

Pen

elit

ian Studi pustaka

Ijin dan penjajakan penelitian

Proposal penelitian

Mulai

Rancangan Pengumpulan Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Analisis rantai

pasokan akar wangi

Penilaian risiko

operasional

(ME-MCDM dengan

agregasi OWA)

Identifikasi rantai

pasok dengan

wawancara

Input data

identifikasi rantai

pasok

Analisis deskriptif

Analisis risiko

operasional budidaya

akar wangi

Identifikasi risiko

operasional pada

petani akar wangi

Rekomendasi

pengelolaan risiko

dengan basis aturan

Pengelolaan risiko

dengan peta risiko

Analisis deskriptif

risiko

Page 35: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

22

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Garut yang tersebar di empat

Kecamatan yaitu Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles. Penelitian

dilakukan kepada petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak

akar wangi, dan pengumpul minyak akar wangi. Penelitian berlangsung dari

bulan Mei sampai Oktober 2011.

3.4. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan pengisian

kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, hasil

penelitian terdahulu, jurnal, internet, BPS, Dinas Perkebunan Garut, Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut.

Metode pengumpulan data terdiri dari :

1. Pengamatan langsung obyek penelitian untuk memahami kondisi rantai

pasok yang sebenarnya.

2. Wawancara dan diskusi dengan petani, pengumpul akar, penyuling dan

pengumpul minyak akar wangi untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak

akar wangi.

3. Penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait dengan

topik penelitian, yaitu petani, pengumpul akar, penyuling dan pengumpul

minyak akar wangi. Ada dua (2) jenis kuesioner yang disebar, yaitu

kuesioner untuk mengetahui model rantai pasokan IKM akar wangi dan

kuesioner risiko operasional petani akar wangi.

4. Mencari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perkembangan

minyak akar wangi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

dan Dinas Perkebunan Kabupaten Garut.

Page 36: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

23

Populasi penelitian ini pelaku industri minyak akar wangi di Kabupaten

Garut yang dikelompokkan ke dalam empat (4) kelompok, yaitu petani,

penyuling, pengumpul akar wangi dan pengumpul minyak akar wangi.

Pengambilan sampel non probability sampling dilakukan secara purposive

sampling dengan sampel kriteria pengambilan contoh mengetahui dan terlibat

dalam aliran komoditas, finansial dan informasi yang terjadi dalam rantai

pasokan minyak akar wangi.

Karakteristik contoh disesuaikan dengan kriteria pelaku usaha, yaitu

mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha dan keberlanjutan usaha petani,

pengumpul akar, penyuling dan pengumpul minyak akar wangi. Jumlah

responden yang dikumpulkan terdiri dari 25 petani, tiga (3) pengumpul akar, 12

penyuling dan dua (2) pengumpul minyak akar wangi (Tabel 4). Responden

untuk penilaian risiko operasional berasal dari 25 orang petani untuk

mengidentifikasi risiko operasional dan tiga (3) orang petani yang ahli dalam

budidaya akar wangi, serta memiliki pengaruh terhadap kelompok-

kelompoknya taninya.

Tabel 4. Jumlah responden penelitian

No Kecamatan

Responden untuk identifikasi rantai pasok Responden untuk analisis

risiko operasional

Petani Penyuling Pengumpul

akar wangi

Pengumpul

minyak akar

wangi

Petani

(identifikasi

risiko)

Petani ahli

(penilaian

risiko)

1. Samarang 10 5 2 - 10 1

2. Bayongbong 7 4 1 1 7 1

3. Cilawu 7 2 - - 7 1

4. Leles 1 1 - - 1 -

5. Garut Kota - - - 1 - -

Total 25 12 3 2 25 3

Page 37: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

24

Kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar

wangi dan risiko operasional pada petani. Kuesioner berisi daftar pertanyaan

yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait topik penelitian, yaitu petani akar

wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi dan pengumpul

minyak akar wangi. Informasi yang digali dari anggota rantai pasokan adalah :

a. Kuesioner A.1 untuk petani akar wangi

Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identitas

responden, identitas usaha, aspek budaya dan pasca panen, aspek pemasaran,

aspek keuangan dan kemitraan. Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 1.

b. Kuesioner A.2 untuk penyuling akar wangi

Kuesioner berisi pertanyaan yang berhubungan dengan identitas responden,

identitas usaha, aspek penyulingan akar wangi, aspek pemasaran, aspek

keuangan, dan aspek tenaga kerja. Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 2.

c. Kuesioner A.3 untuk pengumpul bahan baku akar wangi

Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identitas

responden, identitas usaha, aspek pemasaran, aspek keuangan dan kemitraan.

Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 3.

d. Kuesioner A.4 untuk pengumpul minyak akar wangi

Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identitas

responden, identitas usaha, aspek pemasaran, aspek keuangan dan kemitraan.

Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 4.

e. Kuesioner A.5 untuk mengidentifikasi risiko budidaya akar wangi untuk

petani akar wangi.

Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identifikasi

risiko operasional yang mencakup risiko yang berada dalam input, proses

dan output. Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 5.

f. Kuesioner 6 untuk penilaian risiko operasional oleh petani ahli

Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan risiko

operasional yang telah teridentifikasi, sehingga dapat dinilai oleh petani.

Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 6.

Page 38: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

25

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Excel 2007

dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) 16.0. Bentuk analisis data

yang digunakan adalah :

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif

adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antarfenomena

yang diselidiki. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini, sehingga

dapat diperoleh gambaran karakteristik responden, aspek-aspek yang terkait

dengan rantai pasokan dan risiko operasional yang terjadi pada budidaya

akar wangi. Identifikasi risiko operasional dibatasi pada risiko input, proses

dan output.

2. Diagram pemetaan risiko

Sebelum menangani risiko, hal yang dapat dilakukan adalah

memetakan risiko. Pada prinsipnya, pemetaan risiko merupakan penyusunan

risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu, sehingga manajemen dapat

mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan

tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko (Djohanputro, 2008).

Risiko selalu terkait dengan dua (2) dimensi, pemetaan yang paling

tepat juga menggunakan dua (2) dimensi yang sama. Kedua dimensi yang

dimaksud adalah peluang terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko

tersebut terjadi. Dimensi pertama adalah peluang, menyatakan tingkat

kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu

risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian dan sebaliknya. Dimensi

kedua berupa dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi

jika risiko tersebut benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak

Page 39: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

26

suatu risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus dan sebaliknya.

Diagram pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 4.

Risiko II Risiko I

Risiko berbahaya

Yang jarang terjadi

Mengancam pencapaian

Tujuan perusahaan

Risiko IV Risiko III

Risiko tidak

Berbahaya

Risiko yang terjadi

secara rutin

3. Pengukuran Risiko

Data historis untuk mengukur risiko secara kuantitatif tidak tersedia,

maka pengukuran risiko dilakukan secara kualitatif. Pengukuran risiko

mengacu pada dua (2) ukuran yaitu, frekuensi dan dampak. Frekuensi

mengacu pada seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi. Sedangkan

dampak atau akibat merupakan ukuran mengenai berapa besar akibat yang

ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi (Djohanputro, 2008).

Menurut Kountur (2004), dalam kondisi yang sangat ekstrem, dimana

sulit untuk membuat perhitungan dalam bentuk persentasi, dimungkinkan

untuk mengunakan skala. Kemungkinan dapat diukur dengan lima (5) skala,

yaitu dari skala 1 yang menunjukkan kemungkinan sangat kecil sampai

dengan skala 5 yang menunjukkan sangat mungkin. Untuk mengukur

dampak atau konsekuensi dari suatu risiko, dalam kondisi tertentu

diperkenankan menggunakan skala. Dampak dapat diukur mengunakan lima

(5) skala, yaitu skala 1 yang menunjukkan konsekuensi sangat kecil sampai

skala 5 yang menunjukkan konsekuensi sangat besar.

Tinggi

Sedang

Rendah

Dampak

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4. Diagram pemetaan risiko menurut Djohanputro (2008)

Peluang

Page 40: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

27

Menurut Hadiguna (2010), Multi-Expert Multi Criteria Decision

Making (ME-MCDM) merupakan proses pengambilan keputusan yang

melibatkan penilaian atau pendapat berbagai pihak atau ahli yang didasarkan

pada kriteria jamak. Pada ME-MCDM akan ditemui sebuah proses penting,

yaitu agregasi rating dan preferensi, serta penggabungan pendapat dari setiap

ahli, sehingga penyelesaian yang dihasilkan adalah yang paling diterima oleh

kelompok secara keseluruhan. Ordered Weighted Averaging (OWA)

merupakan merupakan salah satu teknik agregasi pengambilan keputusan

berkelompok untuk menentukan nilai gabungan dari seluruh hasil penilaian

para ahli (Hadiguna, 2010).

Tahapan yang dilakukan dalam menghitung penilaian risiko

operasional budidaya akar wangi adalah sebagai berikut :

1. Menghitung nilai risiko dari setiap faktor untuk setiap ahli pada semua

peubah risiko. Menggunakan rumus perhitungan Yager dalam Hadiguna

(2010), yaitu :

Pik = Minj [Neg (I(qj) v Pik (qj)]………………………………………(1)

Dimana

Pik = nilai agregasi risiko dari penilai

I (qj) = nilai kemungkinan terjadinya risiko

Neg I (qj) = nilai negasi I (qj)

Pik (qj) = nilai tingkat dampak risiko dari pendapat penilai

V = notasi maksimum

2. Menurut Yager dalam Hadiguna (2010), menentukan bobot penilai atau

ahli menggunakan rumus :

Q(k) = Sb(k)

b(k) = Int [1 + k* (q-1)/r]………………………………………….(2)

Dimana

Q(k) = bobot rataan penilai pada skala k.

q = jumlah skala penilaian risiko

r = jumlah penilai/ahli

Page 41: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

28

3. Menentukan nilai gabungan dari seluruh nilai para ahli dengan

menggunakan metode OWA menurut Yager dalam Hadiguna (2010)

dengan rumus :

Pi = Max j=1...r [Q(j) Λ Bj]………………………………….……….(3)

Dimana

Pi = agregasi pendapat gabungan ahli

Qj = bobot kelompok penilai/ahli

Bj = pengurutan nilai dari besar ke kecil

4. Proses perhitungan dari tahap ke-1 sampai ke-3 dilakukan secara berulang

sampai diperoleh nilai agregasi total sebagai nilai risiko operasional

budidaya akar wangi.

4. Rekomendasi pengelolaan risiko menggunakan basis aturan.

Rekomendasi pengelolaan risiko menggunakan basis aturan untuk

menerjemahkan hasil penilaian risiko. Kumpulan alternatif rekomendasi

dirumuskan untuk tidak saling meniadakan tetapi saling memperkuat.

Pendekatan ini lebih praktis dilakukan dalam praktik manajemen rantai

pasok karena bersifat operasional. Mekanisme inferensi yang digunakan if

nilai agregasi then rekomendasi (Hadiguna, 2010).

Page 42: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Rantai Pasok Minyak Akar Wangi

4.1.1 Potensi Pengembangan Minyak Akar Wangi di Indonesia

Minyak akar wangi merupakan produk industri kecil berbasis sumber

daya lokal yang berorientasi pasar ekspor. Sebelum perang dunia I, pulau Jawa

mengekspor akar wangi kering dalam jumlah besar ke negara-negara Eropa

seperti Jerman, Perancis dan Inggris. Saat itu ekspor ditujukan untuk kegiatan

penyulingan atau sebagai pengharum ruangan, laci dan koper pakaian

(Guenther, 1990). Saat ini sentra produksi akar wangi terbesar di Indonesia

berada di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Budi daya akar wangi di

Kabupaten Garut didasarkan pada keputusan Bupati Kabupaten Garut Nomor :

520/SK.196-HUK/96 tanggal 6 Agustus 1996, yang diantaranya menetapkan

luas areal perkebunan akar wangi dan pengembangannya oleh masyarakat

seluas 2.400 Ha. Areal perkebunan tersebut tersebar di Kecamatan Cilawu 240

Ha, Bayongbong 210 Ha, Samarang 1.100 Ha, Pasirwangi 100 Ha, Tarogong

Kaler 200 Ha dan Leles 550 Ha. Pada tahun 2010, Kabupaten Garut dapat

memproduksi 73,60 ton minyak akar wangi dari 2.400 Ha areal yang telah

digarap. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas areal dan produksi minyak akar wangi di Kabupaten Garut

Kecamatan Luas Lahan (Ha) Hasil (Ton)

Cilawu 240 6,5

Bayongbong 210 6

Samarang 1.100 35

Pasirwangi 100 3,3

Tarogong Kaler 200 5

Leles 550 17,8

Jumlah 2.400 73,6

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, 2010 (Diolah kembali)

Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian Kabupaten

Garut (2010), komoditas minyak akar wangi yang dapat di ekspor mencapai

25.750 kg dengan nilai US $ 1.416.250. Negara tujuan ekspor adalah Jepang,

Page 43: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

30

Singapura, Inggris, Amerika, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong dan India.

Peluang ekspor untuk pemasaran minyak akar wangi masih cukup terbuka

khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur

dan Amerika Selatan. Hal ini dikarenakan negara pesaing yang

mengembangkan komoditas yang sama hanya negara Haiti dan Borbon.

4.1.2 Karakteristik Tanaman Akar Wangi

Tanaman akar wangi (vetiveria zizaniodes) merupakan tanaman yang

berasal dari India, Birma dan Srilangka. Akar wangi termasuk famili

Gramineae atau rumput-rumputan. Komoditas tanaman akar wangi (Gambar 5)

terletak pada akarnya yang mengandung minyak atsiri berwujud kental dengan

bau yang sangat wangi dan tahan lama.

c. Akar wangi yang siap disuling

Gambar 5. Tanaman akar wangi

Ciri-ciri tanaman akar wangi menurut Ditjenbun (2011) adalah :

a. Memiliki bau akar yang sangat wangi

b. Tumbuh merumpun lebat

b. Tumpang sari a. Monokultur

Page 44: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

31

c. Akar tinggal bercabang banyak berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai

merah tua

d. Tangkai daun tersembul dari akar tinggal sampai mencapai 200 cm.

e. Daun akar wangi berwarna kelabu, tampak kaku, panjangnya mencapai 100

cm dan tidak mengandung minyak.

Akar wangi akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 500-1.500 meter

di atas permukaan laut (dpl). Tanah yang baik bagi pertumbuhan akar wangi

adalah tanah yang tidak padat (gembur) atau tanah berpasir yang mengandung

abu vulkanik. Tanah tersebut akan membuat tanaman tumbuh dengan baik dan

mudah dicabut pada waktu panen, sehingga tidak meninggalkan sisa-sisa akar

di dalam tanah. Toleran tumbuh di lingkungan dengan suhu 17-27ºC, curah

hujan 1.500-2.500 mm per tahun, sinar matahari yang cukup dan lahan terbuka

atau tidak terlindung oleh tanaman lain (Ditjenbun, 2011). Pola penanaman akar

wangi di wilayah Kabupaten Garut umumnya ditanam dengan sistem

monokultur atau tumpang sari.

Selain sebagai penghasil minyak atsiri, tanaman akar wangi memiliki

banyak manfaat lainnya, yaitu :

a. Akar wangi dapat dijadikan kerajinan seperti taplak meja, tas, lampion,

tudung saji, tutup kulkas, boneka, sarung bantal, hingga sekat ruangan.

b. Bila dibiarkan tumbuh, akar wangi dapat dijadikan pengontrol erosi.

c. Daun akar wangi dapat dijadikan pengusir serangga.

4.1.3 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Rantai pasokan minyak akar wangi merupakan rantai keterkaitan suatu

kegiatan usaha yang dimulai dari kegiatan pembudidayaan akar wangi oleh

petani sampai dengan konsumen industri. Konsumen industri dalam rantai

pasok minyak akar wangi adalah industri parfum, kosmetik, sabun, dan lain-

lain. Rangkaian kegiatan produktif tersebut membentuk rantai nilai industri.

Cakupan rantai pasokan minyak akar wangi di Indonesia berakhir sampai

pengekspor, karena konsumen industri merupakan negara tujuan ekspor.

Anggota primer rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani yang

Page 45: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

32

memasok bahan baku akar wangi, pengumpul akar, penyuling minyak akar

wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar wangi.

Aktivitas-aktivitas operasional yang dilakukan setiap anggota bertujuan untuk

menghasilkan minyak akar wangi yang berkualitas sehingga memiliki daya

saing di pasar luar negeri.

Ada tiga (3) macam aliran yang harus dikelola pada rantai pasokan

minyak akar wangi. Menurut Pujawan (2005), pada suatu rantai pasok biasanya

ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang

mengalir dari hulu ke hilir. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang

mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari

hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi

dapat dilihat pada Gambar 6.

Aliran barang dimulai dari aliran bahan baku akar wangi dari petani

sampai minyak akar wangi yang digunakan oleh konsumen industri. Petani

berperan penting di hulu dalam menghasilkan bahan baku akar wangi yang

bermutu. Akar wangi yang siap panen di beli oleh pengumpul akar atau

penyuling yang berada di daerah sekitar. Petani yang tergabung dalam suatu

kelompok tani binaan pengumpul akar atau penyuling biasanya langsung

memasok akar wangi kepadanya. Pengumpul yang mengumpulkan akar wangi

akan menjualnya lagi ke penyuling. Harga akar wangi ditentukan oleh

pengumpul atau penyuling berdasarkan mutunya. Kisaran harga yang diterima

petani Rp 2.000 - Rp 3.000 per kg. Ketika terjadi musim hujan, harga akar

wangi cenderung turun, karena penyuling menghindari masalah seperti

timbangan akar wangi yang lebih berat dan kadar air yang tinggi pada akar

wangi. Harga akar wangi juga turun ketika terjadi panen raya. Dalam menjual

akar wanginya, petani menjualnya dengan sistem timbang bayar atau beli

langsung di lahan dengan sistem kebun. Saat ini para petani lebih suka menjual

akar wanginya dengan sistem kebun.

Page 46: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

33

Penyuling akar wangi

Pengumpul minyak akar wangi

1

3

2

2

2

2

3

Keterangan:

Penyedia sarana produksi untuk petani

2 Petani akar wangi

5 7

3 Pengumpul akar wangi

4

5

6 Pengekspor minyak akar wangi

7 Konsumen Luar Negeri

Aliran barang

Aliran finansial

Aliran informasi

1

4 6

Cakupan rantai pasok minyak akar wangi

Indonesia

Gambar 6. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi

Alat transportasi yang digunakan petani untuk mendistribusikan akar

wanginya menggunakan truk atau motor jika berada di wilayah yang sulit

dijangkau. Bahan baku yang diolah oleh penyuling menghasilkan minyak atsiri

yang akan didistribusikan kepada pengumpul minyak akar wangi atau langsung

ke eksportir. Harga minyak akar wangi saat ini berkisar antara Rp 1.000.000 -

Rp 1.400.000, tergantung dari mutunya. Terkadang eksportir tidak menerima

penjualan dari penyuling dalam jumlah sedikit, sehingga penyuling harus

mengumpulkan dulu hasil produksinya baru dikirim ke eksportir. Eksportir

menerima minyak yang dijual oleh penyuling minimal sebanyak 40 kg dalam

sekali pengiriman. Peran pengumpul minyak sangat diperlukan untuk

mengumpulkan minyak akar wangi dari penyuling. Selanjutnya, minyak akar

wangi yang telah terkumpul oleh pengumpul di jual kepada eksportir. Minyak

akar wangi yang telah terkumpul oleh eksportir akan dikirim ke konsumen

industri yang ada di luar negeri. Negara tujuan ekspor minyak akar wangi

diantaranya Jepang, Singapura, Inggris, Amerika, Swiss, Italia, Jerman,

Hongkong dan India.

Page 47: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

34

Aliran finansial berasal dari konsumen industri yang membeli minyak

dari eksportir minyak akar wangi. Penyuling menerima pembayaran atas

minyak akar wangi yang telah dikirim ke pengumpul minyak akar wangi atau

eksportir. Pengumpul minyak atau eksportir terkadang juga memberikan

bantuan modal kepada penyuling. Harga yang diterima penyuling jika

mendapatkan bantuan modal biasanya tidak sebesar jika dijual secara umum.

Petani mendapatkan bayaran dari pengumpul bahan baku atau penyuling secara

langsung. Jika petani mengalami kesulitan modal dalam budidaya akar wangi,

penyuling akan memberikan bantuan modal untuk pemeliharaan atau

memberikan bantuan berupa pupuk. Petani yang mendapatkan bantuan modal

secara tidak langsung harus menjual hasil panennya kepada pemilik modal.

Aliran informasi diantara anggota rantai pasokan minyak akar wangi

sudah terintegrasi cukup baik. Aliran informasi berasal dari konsumen industri

ke pengekspor minyak akar wangi, eksportir ke pengumpul minyak akar wangi

atau langsung ke penyuling, penyuling ke pengumpul akar wangi atau

langsung ke petani, pengumpul akar wangi ke petani atau sebaliknya. Aliran

informasi yang baik harus tersedia dalam dua arah. Aliran informasi yang

terjadi disetiap anggota rantai pasok secara umum berhubungan dengan jumlah

pemesanan, harga, jadwal pengiriman, sistem pembayaran, harga yang berlaku,

kemampuan anggota dalam menyediakan produk, dan lain-lain. Komunikasi

antara eksportir dengan penyuling atau pengumpul minyak dilakukan melalui

telepon untuk mengetahui harga yang berlaku dan tanggal pengiriman.

Penyuling juga mendiskusikan kendala-kendala yang dihadapi dalam memasok

akar wangi. Kendala-kendala seperti kurangnya modal atau mutu rendemen

yang buruk akibat bahan baku yang rusak karena cuaca. Komunikasi antara

petani akar wangi dengan penyuling berhubungan dengan tanggal panen, harga

yang berlaku, kapasitas pengiriman, kendala-kendala yang dihadapi dan lain-

lain. Petani yang memiliki kelompok tani mendiskusikan pola budidaya yang

baik, bantuan modal, penggunaan pupuk atau bibit agar petani dapat memasok

bahan baku bermutu. Diskusi-diskusi tersebut dilakukan secara informal.

Page 48: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

35

4.1.4 Aktivitas Petani Akar Wangi

Budidaya akar wangi banyak diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten

Garut, karena sangat potensial untuk terus dikembangkan. Petani akar wangi di

wilayah Kabupaten Garut tersebar di Kecamatan Cilawu, Bayongbong,

Samarang, Pasirwangi, Tarogong Kaler dan Leles. Ada 1.538 sebagai pemilik

lahan, 59.812 tenaga kerja dan 35 kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan

pengembangan akar wangi (Dinas Perkebunan, 2010). Kelompok tani biasanya

diketuai oleh seorang penyuling. Penyuling tersebut akan memberikan binaan

kepada kelompok taninya dalam berbudiya dan memberikan bantuan modal.

Petani yang tergabung dalam kelompok tani harus menjual akar wanginya

kepada penyuling tersebut sebagai pemilik modal. Namun, tidak semua petani

terlibat dalam kelompok tani. Ada petani yang menanam secara individu dan

menjualnya akar wanginya secara bebas ke pengumpul akar wangi atau

penyuling sesuai harga yang disepakati.

Budidaya akar wangi merupakan usaha turun temurun warga Garut. Para

petani di Garut mulai menanam komoditas ini sekitar tahun 1918 dan kini telah

menjadi salah satu usaha yang menjadi tumpuan hidup sebagian warga Garut.

Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat bervariasi dari mulai di bawah satu

(1) Ha sampai 25 Ha. Kepemilikan lahan budidaya akar wangi dalam bentuk

sewa atau milik sendiri. Tanah yang disewa untuk lahan akar wangi berasal dari

tanah carik desa.

Sebagian besar petani di Garut hanya menyediakan bahan baku yang di

jual kepada pengumpul akar wangi atau penyuling. Namun, ada pula petani

yang menyuling sendiri akar wanginya dengan menyewa kepada penyuling dan

menjual akar wanginya dalam bentuk sulingan ke pemilik penyulingan. Para

petani yang bermodal besar biasanya memiliki tempat penyulingan sendiri.

Petani yang memiliki penyulingan sendiri disebut petani penyuling. Para petani

penyuling tersebut tidak hanya memiliki lahan pribadi untuk ditanam akar

wangi namun juga memiliki kelompok tani untuk mempermudah pasokan

bahan baku akar wangi untuk proses penyulingan. Petani yang bertindak

Page 49: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

36

sebagai penyuling biasanya sangat memperhatikan Good Agriculture Product

(GAP) dalam melakukan budidaya karena sangat menjaga mutu dan kuantitas

dari rendemen minyak atsiri yang dihasilkan.

Penanaman akar wangi dapat dilakukan dengan sistem monokultur atau

tumpang sari dengan sayuran. Sebagian besar petani akar wangi di Garut

menanam dengan sistem tumpang sari. Ada dua (2) keuntungan yang didapat

petani dari sistem tumpang sari. Pertama tidak perlu menunggu sampai 12

bulan untuk mendapatkan penghasilan dari akar wangi, karena rataan sayuran

yang ditanam sudah dapat dipanen pada usia 3-4 bulan. Selain itu, sisa pupuk

serta limbah sayuran dapat mengembalikan kesuburan tanah yang dikuras oleh

akar wangi. Tanaman yang biasa ditumpangsarikan oleh petani adalah kol,

tomat, kentang, kubis, cabai dan singkong.

Budidaya akar wangi dengan teknologi tepat guna dimulai dari

pencangkulan lahan, pemberian pupuk dan penanaman bibit pada bulan

pertama. Lahan untuk menanam akar wangi harus bersih dari gulma. Tanah

yang sudah dicangkul dilubangi dan diberikan pupuk. Ada dua (2) macam

pupuk yang dapat digunakan, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk

organik adalah pupuk kandang, sedangkan pupuk anorganik yang digunakan

adalah jenis pupuk ZA, TSP, KCL dan MPK kecuali UREA. Pupuk UREA

sangat dihindari oleh petani, karena dapat menyebabkan rendemen minyak

menurun walaupun tanaman terlihat tumbuh dengan baik. Pada bulan pertama

pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang/kompos. Petani hanya membeli

bibit akar wangi ketika pertama kali akan menanam akar wangi. Setelah itu

tidak perlu membeli kembali, karena penanaman bibit berasal dari bonggol akar

wangi yang telah dipanen sebelumnya. Petani tidak akan kekurangan bonggol

sebagai bibit, jika berasal dari panen sebelumnya, kecuali jika petani akan

memperluas lahan budidaya akar wanginya. Bibit tanaman yang dipergunakan

para petani di Garut merupakan bibit tanaman yang berasal dari tanaman tidak

berbunga. Untuk satu (1) Ha lahan yang akan ditanam dibutuhkan sekitar 2.000

kg bibit dengan jarak tanaman 0,5 m – 0,75 m. Namun, karena kondisi lahan

Page 50: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

37

yang berbeda-beda, terkadang penanamannya sering dilakukan dengan jarak

yang tidak teratur.

Proses selanjutnya dilakukan pengemburan dan pemupukan pada bulan

ketiga. Pemupukan pada bulan ketiga mengunakan pupuk anorganik. Hanya

petani binaan dari kelompok tani yang dapat melakukan pemupukan secara

teratur. Hal ini dikarenakan para petani terkendala dengan permodalan. Untuk

melakukan pemupukan sesuai dengan teknologi yang tepat guna, para petani

yang tidak memiliki modal dapat meminjam kepada penyuling. Tidak semua

petani menerapkan hal tersebut, mereka biasanya hanya melakukan pemupukan

sekali pada musim tanam. Petani yang hanya menanam akar wangi sebagai

usaha sampingan tidak secara khusus memberikan pupuk kepada tanaman akar

wangi. Mereka mengutamakan pemupukan untuk tanaman tumpang sarinya.

Menurut petani, akar wangi akan tetap tumbuh dengan baik, walaupun tidak

dipupuk. Namun, untuk menghasilkan rendemen minyak dengan mutu dan

kuantitas yang baik pemupukan perlu dilakukan.

Tanaman akar wangi harus sering dilakukan penyiangan untuk

menghilangkan tanaman penganggu yang mengurangi nutrisi bagi akar.

Penyiangan akan berpengaruh pada jumlah rendemen minyak dan dapat

meningkatkan hasil sampai 10%. Penyiangan dapat dilakukan pada bulan

kelima. Semakin sering dilakukan penyiangan, maka hasilnya akan semakin

baik. Penyiangan yang dilakukan oleh petani dapat dilakukan 3-4 kali pada satu

periode musim tanam. Akar wangi dapat dipanen pada usia minimal 12 bulan

untuk mendapatkan rendemen minyak yang baik. Namun, jika menginginkan

jumlah rendemen minyak yang maksimum dapat dilakukan panen setelah 14

bulan. Kadangkala para petani tidak dapat menunggu pada usia minimal 12

bulan akibat terdesak berbagai macam kebutuhan, yaitu memanen pada usia

delapan (8) bulan atau menjualnya kepada penyuling dengan sistem kebun.

Penyuling yang membeli akar wangi dengan sistem kebun akan menunggu pada

usia panen minimal untuk mendapatkan rendemen minyak yang baik.

Page 51: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

38

Pengendalian hama dan penyakit tanaman belum menjadi masalah yang

penting bagi petani, sehingga sistem pengendaliannya jarang dilakukan.

Beberapa kasus yang terjadi ketika survei dilakukan, ada beberapa petani yang

terkena hama binatang yang disebut ―kuuk‖. Namun, hama tersebut hanya

menyerang sebagian kecil petak lahan saja, sehingga petani tidak

menganggapnya sebagai masalah besar. Kuuk memakan daun tanaman.

Biasanya petani akan memotong daun yang dimakan kuuk tersebut. Masalah

lainnya yang kadang dihadapi adalah ganguan ayam hutan atau babi hutan.

Untuk mengatasi hal tersebut petani akan sering mengontrol lahannya.

Pemasaran hasil panen akar wangi oleh petani dapat dilakukan dengan

sistem timbang atau sistem kebun. Sistem timbang adalah membeli akar wangi

yang sudah dipanen dengan cara ditimbang, sedangkan sistem kebun adalah

membeli akar wangi di kebun yang belum dipanen, karena usia tanaman belum

mencapai usia ideal untuk panen. Petani yang tidak tergabung dalam kelompok

tani akan menjual panennya kepada pengumpul akar atau penyuling yang

berada disekitarnya, yaitu menjual kepada pengumpul atau penyuling yang

memberikan harga tinggi. Bagi petani yang terlibat dalam kelompok tani akan

menjualnya kepada penyuling yang telah membina dan memberikan modal

padanya. Petani yang bertindak sebagai penyuling akan menyuling sendiri hasil

panennya dan akan menjualnya kepada pengumpul minyak atau eksportir

secara langsung. Namun, bagi petani yang menyewa tempat penyulingan

biasanya akan menjual minyak hasil sulingannya kepada penyuling yang

menyewakan tempatnya.

Saat ini para petani tidak mengalami kesulitan dalam menjual hasil

panennya, karena semua hasil panen akan terserap oleh pasar. Minyak akar

wangi yang telah berkembang menjadi komoditas ekspor ini masih memiliki

jumlah permintaan yang tinggi, sehingga mendorong petani untuk menanam

akar wangi, walaupun hanya sebagai usaha sampingan. Harga jual akar wangi

berat basah Rp1.200-Rp3.000 per kg. Kisaran harga tersebut tergantung dari

mutu akar wangi yang dihasilkan.

Page 52: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

39

Pabrik penyulingan lebih suka membeli akar wangi pada musim kemarau

daripada musim hujan karena menghindari masalah-masalah yang timbul

karena lebih berat dan kadar air (KA) yang tinggi. Biasanya pada musim hujan

harga akar wangi akan lebih rendah jika dibandingkan pada musim kemarau.

Modal yang dimiliki petani dalam berbudidaya akar wangi biasanya

berasal dari modal sendiri, atau meminjam, yaitu kepada sanak saudaranya atau

penyuling yang membinanya. Untuk satu (1) Ha lahan dibutuhkan modal 25

juta rupiah per hektar. Sebagian besar petani tidak berminat untuk meminjam

modal ke Bank, karena persyaratannya begitu sulit dan rumit. Masa panen akar

wangi yang lama membuat para petani harus membuat usaha lain seperti

melakukan tumpang sari pada tanaman yang lain. Jika dalam keadaan yang

terdesak, biasanya akan memanen tanamannya. Panen dini akan membuat mutu

dan kuantitas rendemen akar wangi menjadi kurang baik. Berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan, para petani yang telah mendapatkan binaan

sulit untuk menerapkan pola budidaya yang tepat guna, karena fluktuasi harga

yang diterima oleh petani. Petani merasa bahwa biaya operasional yang di

keluarkan jauh lebih besar dan tidak seimbang dengan harga jual yang diterima

oleh petani. Hal tersebut membuat petani masih mengabaikan pola budidaya

yang baik dan benar. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, kemitraan

sangat diperlukan untuk mengatasi masalah permodalan, pelatihan budidaya

dan pemasaran akar wangi. Petani dapat bermitra dengan pihak-pihak yang

terlibat dalam rantai pasok minyak akar wangi, karena petani memiliki peranan

yang sangat penting di hulu untuk memasok bahan baku akar wangi bermutu.

Petani masih sangat bergantung pada cuaca dalam budidaya akar wangi.

Musim tanam terbaik adalah diawal musim hujan. Jika pembibitan dilakukan

pada musim kemarau, maka petani harus sering menyiram tanamannya.

Namun, jika terjadi hujan yang terus menerus, juga akan merusak tanaman.

Masalah lain yang dihadapi petani adalah dari segi peralatan dalam memanen.

Belum ada alat, atau traktor yang bisa membantu petani untuk mencabut akar

secara sempurna. Panen masih dilakukan secara tradisional dengan cara

Page 53: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

40

mencangkul tanah disekeliling rumpun tanaman agar tanah menjadi longgar,

sehingga akar mudah dicabut. Untuk melakukan kegiatan panen yang baik dan

benar hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena orang yang melakukan

pekerjaan jenis ini masih langka dan menjadi rebutan para produsen minyak

akar wangi yang lain. Petani berharap, perkembangan agroindustri minyak akar

wangi akan membuat kesejahteraan petani meningkat, karena selama ini petani

hanya sebagai penerima harga.

4.1.5 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi

Pengumpul akar wangi sangat berperan bagi penyuling untuk

menyediakan pasokan bahan baku, karena kebutuhan akar wangi untuk

penyulingan sangat tinggi. Pengumpul akar wangi biasanya diberikan modal

oleh penyuling untuk mencari pasokan bahan baku. Jumlah pengumpul hanya

sedikit di tiap wilayah. Hanya ada satu atau dua orang saja yang bekerja sebagai

pengumpul. Akar wangi yang dibeli oleh pengumpul dapat dijual ke penyuling

secara langsung atau disuling sendiri dengan menyewa alat suling. Pengumpul

akan membayarnya dengan minyak akar wangi kasar hasil sulingannya.

Jumlah bahan baku akar wangi yang dapat dikumpulkan oleh pengumpul

dengan rataan 4-5 ton per hari dan membeli akar wangi petani dengan harga

dua ribu rupiah sampai tiga ribu rupiah per kg, tergantung dari mutunya.

Pemasaran akar wangi tidak pernah mengalami masalah, karena semua hasil

panen petani terserap oleh pasar. Kebutuhan akan bahan baku terkadang belum

cukup untuk memenuhi permintaan penyuling karena tidak ada jaminan

kontinuitas bahan baku dari petani. Hal ini membuat para pengumpul harus

mencari pasokan akar wangi di Kecamatan atau Desa yang lain.

4.1.6 Aktivitas Penyuling Minyak Akar Wangi

Penyuling minyak akar wangi di Kabupaten Garut, tersebar di empat

kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles.

Berdasarkan survei yang dilakukan, sebagian besar penyuling tergabung dalam

koperasi penyuling akar wangi yang berada di wilayah Kecamatan Samarang.

Koperasi ini baru berdiri pada tahun 2010. Penyuling akar wangi sebagian

Page 54: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

41

besar bertindak sebagai petani/penyuling. Penyuling memiliki lahan yang

dibudidayakan sendiri dan memiliki kelompok tani untuk menjaga pasokan

bahan baku untuk disuling. Penyuling yang bertindak sebagai petani/penyuling

berusaha untuk menjaga mutu pasokan bahan baku akar wanginya dengan

melakukan pembinaan kepada petani, agar minyak akar wangi yang dihasilkan

memiliki kuantitas dan mutu rendemen minyak yang baik. Penyuling yang tidak

memiliki kelompok tani, biasanya sangat membutuhkan peranan pengumpul

akar wangi dalam menjaga kontinuitas pasokan bahan baku untuk penyulingan.

Sebagian besar penyuling menggunakan sistem perebusan untuk

menyuling minyak. Hanya ada dua (2) penyuling yang menggunakan sistem

boiler atau sistem uap terpisah. Jumlah produksi rataan dalam sekali

penyulingan sekitar 4-8 kg. Penyuling dapat melakukan dua (2) kali

penyulingan dalam sehari, karena untuk melakukan satu kali proses

penyulingan dibutuhkan waktu 12 jam. Kapasitas tungku untuk satu kali

penyulingan sekitar 1,2-2 ton. Rataan rendemen yang dihasilkan saat ini sekitar

0,4-0,5%. Untuk menghasilkan minyak akar wangi dengan mutu baik, tekanan

harus dijaga pada tiga (3) bar. Namun, kondisi saat ini membuat penyuling

harus menaikkan tekanan menjadi lima (5) bar untuk mempercepat proses

penyulingan. Suhu yang digunakan sekitar 140ºC-160ºC pada sistem kukus.

Tekanan yang dinaikkan tersebut dapat mengakibatkan biaya operasional yang

mahal, jika harus mengukus pada tekanan tiga (3) bar. Tekanan yang lebih

rendah akan membuat waktu proses penyulingan lebih lama dan akan

meningkatkan jumlah pemakaian bahan bakar.

Bahan bakar yang digunakan saat ini menggunakan solar dan oli bekas,

namun masih ada penyuling yang menggunakan kayu bakar. Penggunaan solar

lebih mahal jika dibandingkan dengan oli bekas, namun lebih ramah

lingkungan. Saat ini harga solar Rp4.500 per liter, sedangkan oli bekas sekitar

Rp2.200 – Rp2.500 per liter. Sebelum krisis moneter, penyuling menggunakan

minyak tanah sebagai bahan bakar, namun harga minyak tanah yang terus naik

membuat para penyuling harus mencari alternatif bahan bakar yang lebih

Page 55: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

42

murah. Walaupun harga oli bekas lebih murah, para penyuling terkendala

masalah perijinan. Para penyuling seringkali harus berurusan dengan pihak

berwajib karena masalah oli bekas. Saat ini, dengan adanya Koperasi USAR

diharapkan dapat membantu penyuling dalam mengatasi masalah perijinan oli

bekas.

Menurut Tutuarima (2009), Permasalahan utama yang dihadapi minyak

akar wangi Indonesia khususnya di Garut adalah rendahnya rendemen dan

kualitas minyak yang berwarna gelap dan berbau gosong. Tinggi rendahnya

mutu minyak akar wangi ditentukan oleh ciri-ciri fisik dan kimianya. Ciri-ciri

fisikokimia yang menjadi parameter mutu minyak akar wangi antara lain warna,

aroma, bobot jenis, indeks bias, bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester

setelah asetilasi, kelarutan dalam alkohol, dan total kandungan vetiverol dalam

senyawa aromatik.

Minyak akar wangi Indonesia yang akan diperdagangkan harus

memenuhi standar mutu dan persyaratan mutu berdasarkan Standar Nasional

Indonesia yaitu SNI 06-2386-2006, seperti yang tercantum pada Tabel 6.

Sedangkan untuk perdagangan internasional standar yang diacu adalah ISO

(International Organization for Standardization) 4716:2002, seperti tercantum

pada Tabel 7.

Tabel 6. Standar mutu minyak akar wangi menurut SNI 06-2386-2006

No. Jenis Mutu / Satuan Satuan Syarat Mutu

1. Warna - Kuning muda sampai

coklat kemerahan

2. Bau - Khas akar wangi

3. Bobot jenis 20˚/20˚ C - 0,980-1,003

4. Indeks bias pada 20˚ - 1,520-1,530

5. Bilangan asam - 10-35

6. Kelarutan dalam

etanol 95%

- 1:1 jernih, dan

seterusnya jernih

7. Bilangan ester - 5-26

8. Bilangan ester setelah

asetilasi

- 100-150

9. Vetiverol total % Minimum 50

Sumber: SNI, 2006

Page 56: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

43

Tabel 7. Standar mutu minyak akar wangi menurut ISO 4716:2002

No. Jenis Mutu/Satuan Syarat Mutu

Reunion Haiti

1. Warna Coklat hingga merah

kecoklatan

Coklat hingga merah

kecoklatan

2 Bau Khas akar wangi Khas akar wangi

3 Bobot jenis 20˚/20˚ C 0,99—1,015

0,986—0,998

4 Indeks bias pada 20˚ 1,5220—1,5300

1,521—1,526

5 Bilangan asam Maks. 35 Maks. 14

6 Kelarutan dalam

etanol 80% pada suhu

20˚C

Maks. 1 : 2 Maks.1 : 2

7 Bilangan ester 5-16 5-16

8 Putaran optic pada

20˚C

+19—+30

+22-+38

9 Bilangan karbon 44-68 23-59

Sumber: ISO dalam Tutuarima, 2009

4.1.7 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi

Pengumpul minyak akar wangi sangat berperan dalam mengumpulkan

pasokan minyak dari penyuling yang tersebar di wilayah Kabupaten Garut.

Peran pengumpul cukup penting bagi penyuling tingkat kecil dan menengah

untuk membantu memasarkan hasil sulingannya. Eksportir terkadang tidak

menerima penjualan dalam jumlah sedikit, yaitu menerima jika hasil sulingan

sudah terkumpul minimal 40 kg. Bagi penyuling yang ingin cepat menjual

minyaknya dapat dilakukan melalui pengumpul minyak akar wangi.

Berdasarkan survei, pengumpul minyak akar wangi yang ada di wilayah Garut

hanya ada dua (2) yang berskala besar, yaitu agen eksportir dari Jakarta dan

Bogor. Kedua pengumpul minyak ini memiliki karakteristik yang berbeda

dalam menerima minyak akar wangi dari penyuling. Pengumpul minyak yang

pertama sangat menekankan pada mutu minyak akar wangi yang dihasilkan,

sedangkan pengumpul minyak yang ke dua tidak terlalu memperhatikan mutu

minyak yang dibelinya. Hal ini menyebabkan sebagian penyuling tidak terlalu

memperhatikan mutu minyak akar wangi hasil sulingannya. Ada sebagian

Page 57: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

44

penyuling yang merasa bahwa jika menyuling dengan mutu baik atau rendah

sama saja, karena perbedaan harganya tidak terlalu besar jika dibandingkan

dengan biaya operasional yang akan dikeluarkan. Hal ini karena penyuling

hanya menerima harga dari pengumpul minyak akar wangi yang mendapat

harga dari eksportir.

Modal yang dikeluarkan pengumpul minyak untuk usaha ini lebih dari Rp

100 juta. Eksportir terkadang memberi bantuan modal kepada pengumpul

minyak untuk menjalankan usahanya. Pengumpul minyak yang mendapat

modal dari eksportir akan membantu penyuling yang kekurangan modal. Hal

ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas pasokan minyak. Pengumpul minyak

mampu mengumpulkan 100-400 kg minyak akar wangi pada musim panen

raya sekitar bulan Juli-September, dalam jangka waktu seminggu. Sedangkan

pada bulan-bulan sulit seperti Maret-Juni, pengumpul hanya dapat

mengumpulkan 200 kg dalam 10 hari. Sebagian penyuling tidak memiliki

ikatan kontrak yang mengikat dengan pengumpul minyak akar wangi.

Penyuling yang dibantu permodalannya oleh pengumpul minyak secara tidak

langsung harus menjualnya kepada pengumpul tersebut.

4.2. Manajemen Risiko Operasional dalam Budidaya Akar Wangi

4.2.1 Identifikasi Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi

Petani sebagai pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peran yang

sangat penting di hulu. Sistem budidaya akar wangi memiliki unsur-unsur yang

terdiri dari input, proses dan output. Unsur-unsur tersebut saling terkait guna

menghasilkan bahan baku akar wangi yang bermutu dan berkesinambungan.

Komponen-komponen yang ada dalam unsur-unsur budidaya akar wangi dapat

dilihat pada Gambar 7.

Input yang dibutuhkan untuk budidaya akar wangi adalah bibit akar

wangi yang berasal dari bonggolnya, pupuk organik dan anorganik, tenaga

kerja untuk proses budidaya, peralatan tani, lokasi penanaman yang ideal dan

informasi budidaya yang sesuai GAP. Proses yang dilakukan dalam budidaya

akar wangi adalah dimulai dari proses pencangkulan lahan, pemeliharaan dan

Page 58: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

45

pemanenan. Cuaca juga sangat mempengaruhi proses budidaya akar wangi.

Output yang dihasilkan adalah akar wangi yang bermutu dan

berkesinambungan.

Gambar 7. Sistem budidaya akar wangi

Kegiatan budidaya akar wangi memiliki risiko-risiko operasional yang

dapat mempengaruhi mutu tanaman akar wangi yang dihasilkan. Risiko

operasional yang dapat diidentifikasi dari input, proses dan output meliputi :

a. Risiko input

1) Petani kurang memahami cara penanaman yang baik, yaitu risiko

rendahnya mutu tanaman akibat petani tidak tahu cara bertani yang

benar.

2) Petani tidak menerapkan budidaya yang sesuai dengan GAP, yaitu

risiko rendahnya mutu tanaman, akibat petani sengaja tidak mengikuti

aturan yang benar karena hal-hal tertentu.

Input

- Pembibitan

- Pemupukan

- Tenaga Kerja

- Peralatan

- Lahan

- Informasi budidaya

Proses

- Pencangkulan lahan

- Pemeliharaan

- Pemanenan

- Cuaca

Output

Pemanenan Akar Wangi

Page 59: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

46

3) Petani kurang terampil dalam memelihara tanaman akar wangi, yaitu

risiko rendahnya mutu tanaman akibat petani yang tidak terampil

dalam perawatan tanaman

4) Kekurangan pasokan bibit tanaman akar wangi, yaitu risiko

terhambatnya budidaya akibat petani tidak mendapatkan pasokan bibit

karena hal-hal tertentu.

5) Kekurangan pupuk yaitu risiko rendahnya mutu tanaman akibat petani

tidak mendapatkan pupuk, ketika membutuhkannya karena tidak ada

dipasaran.

6) Informasi budidaya yang baik masih kurang, yaitu risiko kurang

optimalnya kegiatan budidaya akibat petani belum mendapatkan

informasi yang dibutuhkannya.

7) Mutu bibit buruk, yaitu risiko hasil panen berkualitas buruk akibat

bibit yang buruk.

8) Kekurangan peralatan budidaya, yaitu risiko yang menghambat

terjadinya proses budidaya akibat kekurangan peralatan tani.

b. Risiko proses

1) Kelalaian pemberian pupuk, yaitu risiko rendahnya mutu tanaman

akibat lalai dalam memberikan sejumlah pupuk pada tanaman.

2) Kelalaian dalam pemeliharaan, yaitu risiko rendahnya mutu tanaman

akar wangi akibat kelalaian dalam pemeliharaan seperti penyiangan.

3) Kelalaian saat panen, yaitu risiko kurang tercabutnya akar secara

menyeluruh.

4) Cuaca, yaitu risiko rendahnya mutu tanaman karena hujan terus

menerus atau musim kemarau.

c. Risiko output

Memanen lebih dini, yaitu risiko mutu dan kuantitas akar wangi

menjadi rendah akibat panen dini yang dilakukan petani.

Page 60: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

47

4.2.2 Pemetaan Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi

Pemetaan risiko mengacu pada dua (2) dimensi yaitu frekuensi terjadinya

risiko dan dampaknya apabila risiko tersebut terjadi. Ukuran frekuensi dan

dampak risiko ditentukan secara kualitatif dengan mengkategorisasikannya ke

dalam lima (5) kelompok. Ukuran frekuensi dan dampak dapat dilihat pada

Tabel 8. Pemetaan risiko didasarkan pada perhitungan agregasi penilaian

peubah penentu risiko, yang berasal dari penilaian risiko operasional budidaya

akar wangi yang dilakukan oleh tiga orang petani yang ahli dalam budidaya

akar wangi. Hasil penilaian dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 8. Skala penilaian risiko

Ukuran Frekuensi Dampak Simbol

1 Tidak pernah terjadi Tidak berpengaruh SR (Sangat rendah)

2 Jarang terjadi Kurang berpengaruh R (Rendah)

3 Cukup sering terjadi Cukup berpengaruh S (Sedang)

4 Sering terjadi Berpengaruh T (Tinggi)

5 Sangat sering terjadi Sangat berpengaruh ST (Sangat Tinggi)

Tabel 8 digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai agregasi pada

peubah penentu risiko dari tiga (3) orang petani yang ahli dalam budidaya akar

wangi. Perhitungan dilakukan dengan metode pengambilan keputusan

berkelompok secara bebas dengan teknik agregasi menggunakan OWA.

Dengan menggunakan rumus (3) diperoleh :

a. Nilai agregasi frekuensi

P1 = Max [(R Λ R), (T Λ R), (ST Λ SR)] = Max [R, R, SR] = R

P2 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T)] = Max [R, T, T] = T

P3 = Max [(R Λ R), (T Λ R), (ST Λ SR )] = Max [R, R, SR] = R

P4 = Max [(R Λ R), (T Λ R), (ST Λ SR)] = Max [R, R, SR] = R

P5 = Max [(R Λ S), (T Λ R), (ST Λ SR)] = Max [R, R, SR] = R

P6 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)] = Max [R, T, S] = T

P7 = Max [(R Λ R), (T Λ SR), (ST Λ SR)] = Max [R, SR, SR] = R

P8 = Max [(R Λ R), (T Λ SR), (ST Λ SR) ] = Max [R, SR, SR] = R

P9 = Max [(R Λ S), (T Λ R), (ST Λ SR) ] = Max [R, R, SR] = R

P10 = Max [(R Λ T), (T Λ R), (ST Λ R)] = Max [R, R, R] = R

P11 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S) ] = Max [R, S, S] = S

P12 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S) ] = Max [R, S, S] = S

P13 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S) ] = Max [R, T, S] = T

Page 61: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

48

b. Nilai agregasi dampak

P1 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ R)] = Max [R, S, R] = S

P2 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)] = Max [R, T, S] = T

P3 = Max [(R Λ S), (T Λ R), (ST Λ R) ] = Max [R, R, R] = R

P4 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ R)] = Max [R, S, R] = S

P5 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S )] = Max [R, S, S] = S

P6 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)] = Max [R, T, S] = T

P7 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S)] = Max [R, S, S] = S

P8 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S)] = Max [R, S, S] = S

P9 = Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S )] = Max [R, S, S] = S

P10 = Max [(R Λ ST), (T Λ T), (ST Λ T)] = Max [R, T, T] = T

P11 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)] = Max [R, T, S] = T

P12 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T)] = Max [R, T, T] = T

P13 = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T)] = Max [R, T, T] = T

Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah penentu risiko kemudian

dijadikan dasar untuk penyusunan pemetaan risiko operasional budidaya akar

wangi (Tabel 9). Agregasi yang diperoleh menunjukkan tingkat frekuensi risiko

dan tingkat dampak risiko dari setiap peubah penentu risiko.

Tabel 9. Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah penentu risiko

No Faktor risiko Peubah Penentu Risiko

Tingkat

Frekuensi

Risiko

Tingkat

Dampak Risiko

1 Input

Petani kurang memahami cara

penanaman yang baik Rendah Sedang

Petani tidak menerapkan

budidaya yang sesuai dengan

GAP

Tinggi Tinggi

Petani kurang terampil dalam

memelihara tanaman akar

wangi

Rendah Rendah

Kekurangan pasokan bibit

tanaman akar wangi Rendah Sedang

Kekurangan pupuk Rendah Sedang

Informasi budidaya yang baik

masih kurang Tinggi Tinggi

Mutu bibit buruk Rendah Sedang

Kekurangan peralatan dalam

budidaya Rendah Sedang

2 Proses

Kelalaian pemberian pupuk Rendah Sedang

Kelalaian dalam pemeliharaan

(penyiangan) Rendah Tinggi

Kelalaian saat panen Sedang Tinggi

Cuaca Sedang Tinggi

3 Output Memanen lebih dini Tinggi Tinggi

Page 62: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

49

Hasil agregasi peubah penentu risiko dipetakan berdasarkan nilai tingkat

frekuensi risiko dan tingkat dampak risikonya. Semakin tinggi kemungkinan

suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin

rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan

petani untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan.

Peta risiko terdiri dari empat (4) kuadran. Diagram pemetaan risiko

operasional ditunjukkan oleh Gambar 8. Kuadran I merupakan area yang dihuni

oleh risiko-risiko yang memiliki tingkat frekuensi sedang sampai tinggi dan

memilki dampak sedang sampai tinggi. Risiko-risiko yang ada di kuadran I

masuk ke dalam prioritas utama. Risiko yang ada pada kuadran I adalah risiko

kelalaian saat panen, petani tidak menerapkan budidaya yang sesuai GAP,

informasi budidaya yang baik masih kurang, memanen lebih dini dan cuaca.

Kuadran II

Kelalaian dalam pemeliharaan (penyiangan)

Kuadran I

Kelalaian saat panen

Petani tidak menerapkan budidaya yang

sesuai dengan GAP

Informasi budidaya yang baik masih

kurang

Memanen lebih dini

Cuaca

Kuadran IV

Kelalaian pemberian pupuk

Petani kurang terampil dalam memelihara

tanaman akar wangi

Petani kurang memahami cara penanaman

yang baik

Kekurangan pasokan bibit

tanaman akar wangi

Kekurangan pupuk

Mutu bibit buruk

Kekurangan peralatan dalam

budidaya

Kuadran III

Gambar 8. Diagram pemetaan risiko operasional budidaya akar wangi

Tinggi

Sedang

Rendah

Tinggi Sedang Rendah

Frekuensi

Page 63: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

50

Risiko kelalaian saat panen adalah risiko kurang tercabutnya akar secara

keseluruhan. Pemanenan masih dilakukan secara tradisional, sehingga

kemungkinan untuk tertinggalnya akar di dalam tanah masih besar. Dampaknya

sangat besar bagi petani, karena akan mengurangi hasil panennya, sehingga

petani akan mengalami kerugian besar. Untuk menghindari hal tersebut

biasanya petani menyewa tenaga kerja yang khusus dalam kegiatan pemanenan

karena tidak semua orang dapat melakukan panen akar wangi dengan baik dan

benar. Biasanya para pekerja yang melakukan pekerjaan ini sudah dikontrak

satu minggu sebelumnya, karena tenaga kerja untuk pekerjaan jenis ini masih

jarang dan menjadi rebutan para produsen minyak akar wangi yang lain.

Petani akar wangi di Garut masih melakukan budidaya akar wangi secara

tradisional dan tidak menerapkan budidaya yang sesuai GAP. Pembinaan sulit

diterima petani, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,

diantaranya yaitu faktor kebiasaan cara penanaman yang dilakukan secara

turun-temurun, permintaan pasar yang berubah karena akar wangi selalu dapat

dijual walaupun kualitasnya kurang bagus (banyaknya permintaan setelah

gempa di Haiti), terkendala oleh modal karena pembudidayaan yang sesuai

GAP memerlukan biaya yang lebih besar. Informasi budidaya yang baik juga

masih kurang, karena selama ini kegiatan penyuluhan tidak diikuti oleh bukti-

bukti yang dapat memberikan contoh yang nyata. Hal ini menyebabkan petani

banyak yang mengabaikan arti penyuluhan tersebut.

Pemanenan akar wangi sebaiknya dilakukan pada usia minimal 12 bulan,

agar mutu dan kuantitas rendemen yang dihasilkan sesuai dengan standar yang

diharapkan. Pada praktiknya, masih banyak petani yang melakukan pemanenan

di bawah usia 12 bulan karena faktor desakan kebutuhan ekonomi. Selama ini

yang bisa dilakukan oleh petani adalah menjual akar wanginya dengan sistem

kebun kepada para penyuling agar penyuling dapat memanen akar wangi sesuai

usia ideal pemanenan.

Periode pemanenan tergantung dari cuaca. Jika pada tanah yang sama

ditanami kembali dengan akar wangi, maka akar-akar tersebut hanya dapat

Page 64: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

51

dipanen selama musim hujan, karena sebagian dari akar ini akan dipakai

sebagai bibit. Tetapi, apabila tanah tersebut digunakan untuk tanaman pangan

maka pemanenan akar lebih baik dilakukan selama musim kering, tidak hanya

karena akar dapat lebih mudah dipisahkan dari tanah, tetapi juga karena akan

lebih cepat kering (Guenther, 1990). Pabrik penyulingan cenderung untuk

membeli akar kering, demi menghindari masalah-masalah yang timbul, karena

lebih berat dan KA tinggi.

Kuadran II merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko yang memiliki

tingkat frekuensi rendah sampai sedang dan memiliki dampak sedang sampai

tinggi. Risiko-risiko yang ada dikuadran II cukup jarang terjadi, tetapi jika

terjadi dampaknya buruk. Risiko pada kuadran II adalah risiko karena kelalaian

dalam pemeliharaan atau penyiangan. Petani sangat rajin dalam hal penyiangan

karena akan berdampak pada mutu dan kuantitas akar wangi yang akan

dihasilkan.

Kuadran III merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko yang memiliki

tingkat frekuensi sedang sampai tinggi dan memiliki dampak rendah sampai

sedang. Risiko dalam kuadran ini rutin terjadi, tetapi tidak terlalu menganggu

pencapaian tujuan. Dalam hasil pemetaan tidak ada yang masuk dalam kategori

kuadran tiga. Risiko-risiko yang dianalisis didasarkan pada survei kepada

responden saat penelitian berlangsung. Risiko-risiko yang ada bersifat dinamis,

sehingga dapat berubah bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal

secara nyata.

Kuadran IV dihuni oleh risiko-risiko yang memiliki tingkat frekuensi

yang rendah sampai sedang dan memiliki tingkat dampak yang rendah sampai

sedang. Risiko pada kuadran ini adalah risiko karena kelalaian pemberian

pupuk, petani kurang terampil dalam memelihara akar wangi, petani kurang

memahami cara penanaman yang baik, kekurangan pasokan bibit tanaman,

kekurangan pupuk, mutu bibit yang buruk dan kekurangan peralatan dalam

budidaya.

Page 65: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

52

Petani jarang melakukan kelalaian dalam pemberian pupuk, karena akan

mengurangi rendemen minyak akar wangi yang dihasilkan. Menanam akar

wangi tidak sulit, sehingga petani mudah dalam menanamnya dan tidak perlu

keterampilan khusus. Penanaman akar wangi telah dilakukan secara turun

temurun oleh masyarakat Garut sehingga petani umumnya tahu cara bertani

akar wangi. Kekurangan pupuk dalam penanaman akar wangi jarang ditemukan

karena pemupukan akar wangi tidak sulit dan dapat menggunakan pupuk

organik atau non organik kecuali pupuk Urea. Mutu bibit yang buruk tidak akan

terjadi jika berasal dari tanaman yang ditanam sebelumnya. Petani biasanya

tidak pernah membeli bibit, jika ingin melakukan penanaman selanjutnya,

karena penanaman kembali akar wangi berasal dari bonggolnya. Petani hanya

membeli bibit di awal atau untuk memperluas kebunnya. Sedangkan untuk

peralatan dalam budidaya akar wangi tidak menggunakan alat yang sulit, hanya

menggunakan peralatan tani pada umumnya, sehingga masalah kekurangan

peralatan budidaya jarang terjadi. Risiko-risiko yang ada di kuadran IV dapat

diabaikan, karena jarang terjadi dan dampaknya juga tidak terlalu berpengaruh

pada tanaman akar wangi.

4.2.3 Penilaian Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi

Penilaian risiko mengacu pada ukuran frekuensi risiko dan ukuran

dampak risiko yang akan ditimbulkan bila risiko benar-benar terjadi.

Perhitungan dilakukan dengan metode pengambilan keputusan berkelompok

secara bebas dengan teknik agregasi OWA. Penilaian didasarkan pada hasil

penilaian risiko operasional budidaya akar wangi yang dilakukan oleh tiga (3)

orang petani yang ahli dalam budidaya akar wangi. Hasil penilaian dapat dilihat

pada Lampiran 6. Negasi bobot kriteria dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Negasi bobot untuk kriteria

Neg (ST) = SR

Neg (T) = R

Neg (S) = S

Neg (R) = T

Neg (SR) = ST

Page 66: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

53

Dengan menggunakan rumus (1) diperoleh :

Pinput1 = Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (R) V S, Neg(R) V S, Neg (R)

V S, Neg (T) V T, Neg (SR) V S, Neg(SR) VS]

= Min [T V S, R V T, T V S, T V S, T V S, R V T, ST V S, ST V S]

= Min [T, T, T, T, T, T, ST, ST] = T

Pproses1 = Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (S) V T, Neg (S) V T]

= Min [T V S, R V T, S V T, S V T]

= Min [T, T, T, T] = T

Poutput1 = Min [Neg (T) V T]

= Min [R V T]

= Min [T] = T

Kemudian dilakukan dengan cara yang sama sampai diperoleh hasil seperti

yang terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perhitungan nilai risiko dari setiap faktor

Risiko

Operasional

Pakar/ahli

1 2 3

Input T S S

Proses T T S

Output T T T

Selanjutnya perhitungan untuk penentuan bobot nilai pengambil keputusan

dilakukan dengan rumus (2), dengan r = 3 dan q = 5, maka :

Q(1) = Int [1 + 1*4/3] = 2 = R

Q(2) = Int [1 + 2*4/3] = 4 = T

Q(3) = Int [1 + 3*4/3] = 5 = ST

Kemudian menghitung nilai gabungan dari seluruh nilai para ahli dengan

menggunakan metode OWA dengan rumus (3).

P input = Max [(R Λ T), (T Λ S), (ST Λ S]

= Max [R, S, S] = S

Proses perhitungan dengan menggunakan rumus (1), (2), dan (3)

dilakukan terus menerus sampai diperoleh agregasi total sebagai nilai risiko

operasional budidaya akar wangi. Proses perhitungan secara lengkap dapat

dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan penilaian risiko dapat mengunakan

Page 67: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

54

software Excel 2007 untuk mempermudah perhitungan, perhitungan tersebut

dapat dilihat pada pada Lampiran 8.

Gambar 9 menunjukkan hasil analisis risiko operasional budidaya akar

wangi. Nilai risiko operasional budidaya akar wangi didapatkan dari hasil

agregasi nilai risiko yang terkait dengan input, proses dan output. Hasil

Kekurangan pasokan bibit.

Kekurangan pupuk.

Cuaca

Petani kurang terampil

memelihara tanaman.

Petani tidak menerapkan

budidaya yang sesuai GAP.

Informasi budidaya yang

baik masih kurang.

Petani kurang memahami

cara penanaman yang baik.

Kelalaian dalam

pemeliharaan (penyiangan).

Kelalaian saat panen.

Kekurangan peralatan dalam

budidaya.

Kelalaian pemberian pupuk.

Mutu bibit buruk.

Risiko Input

Sedang (3)

Risiko Output

Tinggi (4)

Risiko Proses

Tinggi (4)

Risiko Operasional

Budidaya

Akar Wangi : Tinggi (4)

Memanen lebih dini.

Gambar 9. Pohon keputusan analisis risiko operasional budidaya akar wangi

Page 68: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

55

perhitungan agregasi menunjukkan bahwa tingkat risiko operasional pada

budidaya akar wangi adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa risiko

operasional yang ada pada budidaya akar wangi harus dikelola dengan baik,

agar akar wangi yang dihasilkan dapat memiliki rendemen minyak yang

bermutu.

4.2.4 Rekomendasi Pengelolaan Risiko Menggunakan Basis Aturan

Risiko yang ada tidak bisa dikelola keseluruhannya oleh petani. Risiko

yang berhubungan dengan cuaca sulit untuk diantisipasi. Oleh karena itu,

penelitian difokuskan pada risiko-risiko yang dapat dikelola oleh petani dan

pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya akar wangi. Rekomendasi

pengelolaan risiko operasional menggunakan basis aturan untuk

menerjemahkan hasil penilaian risiko. Basis aturan manajemen risiko

operasional adalah :

Aturan 1

Jika risiko input sangat tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang sesuai

GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian fasilitas.

- Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.

- Mengadakan pendidikan dan pelatihan lapangan bagi petani.

- Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.

- Melakukan sortasi terhadap bibit yang buruk.

- Melakukan pembinaan secara berkelanjutan.

Aturan 2

Jika risiko input tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang sesuai

GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian fasilitas.

- Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.

- Mengadakan pendidikan dan pelatihan lapangan bagi petani.

- Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.

Page 69: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

56

Aturan 3

Jika risiko input sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang sesuai

GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian fasilitas.

- Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.

- Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.

Aturan 4

Jika risiko input rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.

- Melakukan sortasi terhadap bibit yang buruk.

Aturan 5

Jika risiko input sangat rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Melakukan sortasi terhadap bibit yang buruk.

Aturan 6

Jika risiko proses sangat tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Mengawasi proses pemupukan.

- Mengawasi proses pemeliharaan.

- Mengawasi proses pemanenan.

- Mengevaluasi cara pemanenan yang benar agar tidak banyak akar yang

tertinggal dalam tanah.

Aturan 7

Jika risiko proses tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Mengawasi proses pemeliharaan.

- Mengawasi proses pemanenan.

- Mengevaluasi cara pemanenan yang benar agar tidak banyak akar yang

tertinggal dalam tanah.

Aturan 8

Jika risiko proses sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Mengawasi proses pemeliharaan.

- Mengawasi proses pemanenan.

Page 70: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

57

Aturan 9

Jika risiko proses rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Mengawasi proses pemeliharaan.

Aturan 10

Jika risiko proses sangat rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Mengawasi proses pemanenan

Aturan 11

Jika risiko output sangat tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Perlu dikembangkan pembiayaan dengan pola syariah yang memakai

sistem bagi hasil dan bagi risiko.

- Pemberian pinjaman oleh Koperasi

- Bantuan permodalan dari para stakeholder

- Meminjam kepada sanak saudara

Aturan 12

Jika risiko output tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Perlu dikembangkan pembiayaan dengan pola syariah yang memakai

sistem bagi hasil dan bagi risiko.

- Pemberian pinjaman oleh Koperasi

- Bantuan permodalan dari para stakeholder

Aturan 13

Jika risiko output sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Pemberian pinjaman oleh Koperasi

- Bantuan permodalan dari para stakeholder

Aturan 14

Jika risiko output rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Bantuan permodalan dari para stakeholder

Aturan 15

Jika risiko output sangat rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :

- Meminjam kepada sanak saudara

Page 71: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

58

4.3. Implikasi Manajerial

1. Harus ada komitmen yang kuat diantara anggota rantai pasokan untuk

menjaga mutu minyak akar wangi sesuai standar internasional (ISO dalam

Tutuarima, 2009), agar minyak akar wangi asal Kabupaten Garut memiliki

daya saing kompetitif dalam pasar minyak atsiri dunia.

2. Hasil penilaian risiko operasional menunjukkan bahwa risiko input bernilai

sedang, risiko proses bernilai tinggi dan risiko output bernilai tinggi.

Rekomendasi pengelolaan berdasarkan basis aturan menunjukkan :

a. Jika risiko input sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :

1) Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang

sesuai GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian

fasilitas.

2) Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.

3) Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.

b. Jika risiko proses tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah:

1) Mengawasi proses pemeliharaan.

2) Mengawasi proses pemanenan.

3) Mengevaluasi cara pemanenan yang benar agar tidak banyak akar yang

tertinggal dalam tanah.

c. Jika risiko output tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :

1) Perlu dikembangkan pembiayaan dengan pola syariah yang memakai

sistem bagi hasil dan bagi risiko.

2) Pemberian pinjaman oleh Koperasi

3) Bantuan permodalan dari para stakeholder

Page 72: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

59

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Anggota primer rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut

terdiri dari petani yang memasok bahan baku akar wangi, pengumpul akar,

penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi dan eksportir

minyak akar wangi.

b. Nilai risiko operasional budidaya akar wangi didapatkan dari hasil agregasi

nilai risiko yang terkait dengan input, proses dan output. Hasil perhitungan

agregasi menunjukkan bahwa risiko input bernilai sedang, risiko proses

bernilai tinggi dan risiko output bernilai tinggi. Oleh karena itu, tingkat

risiko operasional pada budidaya akar wangi adalah tinggi di dalam konteks

rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut.

2. Saran

a. Risiko-risiko yang ada pada budidaya tanaman akar wangi pada rantai

pasokan minyak akar wangi bersifat dinamis, sehingga masih berubah bila

ada perubahan kondisi eksternal, maupun internal secara nyata. Oleh karena

itu, perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai risiko-risiko yang terkait

budidaya tanaman akar wangi pada rantai pasokan minyak akar wangi di

Kabupaten Garut.

b. Penelitian lanjutan untuk mengetahui risiko budidaya akar wangi, ditinjau

dari segi risiko operasional, pemasaran dan keuangan.

Page 73: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

60

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Bruto. http://www.bps.go.id. [20

Desember 2011].

Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama. http://www.bps.go.id. [20 Desember 2011].

Dinas Perkebunan. 2010. Tabel Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat,

Kabupaten Garut. Kabupaten Garut.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian. 2010. Laporan Komoditas

Ekspor Tahunan. Kabupaten Garut.

Ditjetbun. 2011. Komoditas Akar Wangi.

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/akar%20wangi.pdf. [10 Juli

2011].

Djohanputro, B. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta.

Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Alfabeta, Bandung.

Guenther, E.1990. Minyak Atsiri (Terjemahan). UI-Press, Jakarta.

Hadiguna, R.A. 2010. Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok dan

Penilaian Risiko Mutu pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar. Disertasi pada

Program Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Heizer, J dan R. Barry. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba Empat,

Jakarta.

Indrawanto, C. 2009. Kajian Pengembangan Industri Akar Wangi (Vetiveria

zizanoides L.) Menggunakan Interpretative Structural Modelling. Informatika

Pertanian 18 (1): 1-18.

Indrajit, R.E. dan R. Djokopranoto. 2006. Konsep Manajemen Supply Chain.

Grasindo, Jakarta.

Kemenperin. 2011. Pemantauan Ekspor 31 Kelompok Hasil Industri.

http://www.kemenperin.go.id. [22 Desember 2011].

Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. PPM, Jakarta.

Page 74: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

61

Lestari, A. 2009. Manajemen Risiko Operasional Dalam Usaha Pembenihan Udang

Vannamei (Litopenaeus vannamei). Skripsi pada Departemen Agribisnis.

Fakultas Ekonomi dan Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marimin. 2001. Penentuan Produk Olahan Apel Unggulan Menggunakan Teknik

Fuzzy Non Numerik dan Analisis Struktur Serta Pola Pembinaan

Kelembagaannya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 12 (2) : 163-170.

Marimin dan M. Nurul. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam

Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.

Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko Operasional Teori dan Praktek. Bumi Aksara,

Jakarta.

Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.

Rusli, MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Santoso, I. 2005. Rekayasa Model Manajemen Risiko Untuk Pengembangan

Agroindustri Buah-Buahan Secara Berkelanjutan. Disertasi pada Program

Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

[SNI] Standar Nasional Indonesia 06-2386-2006. Minyak Akar wangi.

http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-2386-2006%20_akar %20wangi_.pdf

[20 Desember 2011]

Tutuarima, T. 2009. Rekayasa Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi Dengan

Peningkatan Tekanan Dan Laju Uap Bertahap. Tesis pada Program Studi

Teknologi Industri Pertanian. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Page 75: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

62

LAMPIRAN

Page 76: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

63

Gambaran Ringkas

PP Petunjuk Umum

C Contact Person

KUISIONER A.1 : UNTUK PETANI AKAR WANGI

IDENTIFIKASI RANTAI PASOKAN

Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi rantai

pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia.

Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan

industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis IKM. Hasil penelitian ini

diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga bagi pemangku

kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga keuangan (khususnya

perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri itu sendiri. Sebagai

pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil penelitian ini dan

rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan

dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Analisis dan

tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden tidak

akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini adalah :

1. Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat

terbuka.

2. Responden diharapkan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling

sesuai.

3. Pertanyaan terdiri dari 6 (enam) bagian yang terdiri dari (1) Identitas

Responden, (2) Identitas Usaha, (3) Aspek Budidaya dan Pasca Panen,

(4) Aspek Pemasaran, (5) Aspek Keuangan dan (6) Kemitraan

4. Contoh dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan

mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha dan keberlanjutan usaha.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati

(085717874070)

Lampiran 1.

Page 77: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

64

Nama Responden : .......................................................................................

Hari, Tanggal Wawancara : .......................................................................................

Tanda tangan : .......................................................................................

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden : ...........................................................................

2. Alamat : ...........................................................................

3. No. Telp / Faximile : ...........................................................................

4. Desa : ...........................................................................

5. Kecamatan : ...........................................................................

6. Kota/Kabupaten : ...........................................................................

7. Propinsi : ...........................................................................

8. Jenis Kelamin : A. Laki-laki B. Perempuan

9. Umur Responden : A. < 30 tahun, sebutkan… B. 30 – 40 tahun

C. > 50tahun, sebutkan…

10. Latar belakang pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD [ ] Tamat SD

[ ] SLTP/Tsanawiyah [ ] SMU/Aliyah

[ ] Diploma [D3], sebutkan…

[ ] Sarjana, sebutkan…

II. IDENTITAS USAHA

1. Apakah saudara tergabung dalam kelompok ?

A. YA (Jika Ya, lanjutkan ke nomor 2 dan seterusnya)

B. TIDAK (jika Tidak, lanjutkan ke nomor 7 dan seterusnya)

2. Nama Kelompok Tani : ...........................................................................

3. Alamat Kelompok Tani : ...........................................................................

4. Bentuk organisasi : A. Koperasi B. Tidak berbadan hukum

C. Lainnya,sebutkan...........................................

5. Jumlah Anggota Kelompok : ........... orang

6. Tanggal terbentuk : ...........................................................................

7. Sejak kapan penanaman akar wangi dimulai di daerah Saudara : tahun ............

8. Sejak kapan Saudara menjalani usaha ini ? : ........................................ tahun

9. Luas budidaya akar wangi yang dimiliki saat ini : ................................. Ha

10. Jumlah produksi rata-rata : .................................ton/tahun/petani

11. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki : ...................................orang

12. Status lahan saat ini : A. Milik Sendiri

B.Sewa dari orang lain/perusahaan

C. Milik pemda

D. Lainnya, sebutkan.............................

13. Apakah Saudara mempunyai usaha lain : [ ] Ya [ ] Tidak

Lanjutan Lampiran 1.

Page 78: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

65

14. Jika Ya, Jenis usaha :............................................................................

dengan jumlah investasi :Rp ...........................................................

15. Apakah saudara melakukan penyulingan juga ?

A. YA. Jika Ya mohon mengisi kuesioner A.2. di bagian terpisah

B. TIDAK

III. ASPEK BUDIDAYA DAN PASCA PANEN

1. Pola budidaya yang paling banyak diakukan adalah :

A. Monokultur B. Tumpang sari dengan tanaman ......................

2. Jenis/varietas tanaman yang paling banyak diusahakan : .................................

3. Bagaimana tahapan budidaya tanaman akar wangi mulai dari penyiapan

lahan sampai hasilnya siap dipasarkan?

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

4. Sebutkan persyaratan tumbuh dan agroklimat untuk budidaya tanaman akar

wangi

- Ketinggian tanah dari permukaan laut ......................... m dpl

- Suhu rataan : ...............................˚C

- Tingkat kelembaban (RH) : ............................... %

- Curah hujan rataan : ............................... mm/bln

- Jenis tanah yang cocok : ...............................................................

5. Umur tanaman akar wangi mulai menghasilkan : ................. bulan

6. Sampai umur berapa tanaman akar wangi masih ekonomis di panen ?

..........tahun

7. Dalam 1 tahun akar wangi dapat dipanen : .................... kali

8. Darimanakah saudara memperoleh bibit akar wangi ? (jawaban boleh lebih

dari satu)

A. Pemerintah pusat, yaitu Departemen Pertanian

B. Pemerintah daerah, yaitu Dinas Perkebunan

C. Melakukan pembibitan sendiri, caranya ................................................

D. Lainnya, ......................................................................................................

9. Berapa rataan memesan bibit dalam setiap penanaman ? ......................ton/Ha

10. Bagaimana sistem pemesanan yang dilakukan ? (jawabanboleh lebih dari

satu)

A. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian dengan pemasok)

B. Dipesan langsung

C. Lainnya, ......................................................................................................

Lanjutan Lampiran 1.

Page 79: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

66

11. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan untuk bibit ?

A. Dibayar lagsung (cash and carry ) B. Dibayar di akhir

C. Dibayar di awal D.Lainnya, ..............................

12. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam penyediaan bibit ? (jawaban

boleh lebih dari satu)

A. Ketersediaan bibit yang tidak konsisten

B. Mutu bibit yang tidak sesuai yang diharapkan.

C.Lainnya, ........................................................................................................

13. Apakah sebagian besar petani melakukan pemupukan ?

A. Ya, Jenis pupuk :[ ] [ ]anorganik*

B. Tidak

14. Jenis hama dan penyakit apakah yang terdapat dalam tanaman akar wangi ?

........................................................................................................................

15. Apakah sebagian besar petani melakukan pemberantasan hama dan penyakit

tanaman ?

A.Ya, caranya ..........................................................................................

Jenis pestisida : ...........................................................................................

B. TIDAK

16. Bagaimana jenis pemasok yang saudara gunakan untuk bibit, pupuk, obat-

obatan dan pestisida, dan peralatan yang digunakan untuk budidaya akar

wangi ? Isilah tabel berikut :

Input

budidaya

Jenis pemasok

1=UB, 2=UM,

3=UK

Informasi pemasok

diperoleh dari

Kerjasama yang

dilakukan antara

petani dan

pemasok

Hubungan dengan

pemasok

1=jangka pendek

2=jangka panjang

BBibit

PPupuk

OObat-obatan

PPeralatan

17. Apakah saudara selalu mengetahui informasi tentang cara budidaya tanaman

akar wangi yang baik atau Good Agricultural Processing (GAP) yang baik ?

A. Ya, yaitu tentang : ........................................................................................

Informasi diperoleh dari : ............................................................................

B. Tidak

Lanjutan Lampiran 1.

Lanjutan Lampiran 1.

Page 80: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

67

18. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam budidaya akar wangi selama

ini?.....................................................................................................................

...........................................................................................................................

19. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

IV. ASPEK PEMASARAN

1. Penjualan akar wangi saat ini dilakukan oleh :

A. Petani sendiri B. Melalui Kelompok usaha tani

C. Melalui Koperasi D. Lainnya,..................................

2. Siapakah yang membeli akar wangi saudara selama ini ? (jawaban boleh

lebih dari satu)

A. Penyuling B. Pengumpul akar wangi

C. Pedagang

D. Lainnya, .......................................................................................................

3. Bagaimana saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ? (jawaban boleh

lebih dari satu)

A. Pembeli datang sendiri ke tempat saudara

B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka

C. Dikumpulkan ke koperasi

D. Lainnya, ...................................................................................................

4. Daerah penjualan akar wangi yang saudara lakukan :

DDaerah Penjualan* PPersentase (%)

DDalam satu kecamatan : ........................................................

...............................................................................................

DDalam satu kabupaten : ........................................................

..............................................................................................

DDalam satu propinsi : ...........................................................

..............................................................................................

AAntar propinsi : ..............................................................

*Sebutkan daerah penjualannya

Lanjutan Lampiran 1.

Page 81: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

68

5. Apakah saudara mengetahui harga akar wangi atau tidak?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan .........................................................................................................

............................................................................................................................

6. Harga akar wangi : Rp .................................................../kg berat basah atau

Rp ................................................../kg berat kering

7. Mekanisme pembayaran yang dilakukan ketika menjual akar wangi adalah

A. Dibayar langsung (cash and carry)

B. Jatuh tempo

C. Lainnya .........................................................................................................

8. Apakah saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan tanaman akar wangi ?

A. YA, kesulitan yang dihadapi ........................................................................

B. TIDAK, jelaskan ..............................................................................................

9. Bagaimana mengatasi hal tersebut ?

.................................................................................................................................

..................................................................................................................................

..................................................................................................................................

V. ASPEK KEUANGAN

1. Modal saudara selama ini diperoleh dari mana?

A. Modal sendiri

B. Dibantu oleh saudara

C. Perbankan

D. Modal sendiri (........ %), dan modal dari pinjaman saudara (........ %)

E. Lainnya, ..........................................................................................................

2. Berapa investasi saudara dalam budidaya akar wangi per Hektar dalam satu

periode penanaman ?

A. < Rp 25 juta, sebutkan… C. Rp Rp 50 juta – Rp 75 juta

B. Rp 25 – 50 juta D. Rp 75 – 100 juta

3. Apakah saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?

A. Ya (Lanjutkan ke pertanyaan no.4)

B. Tidak (Lanjutkan ke pertanyaan no.5)

Lanjutan Lampiran 1.

Page 82: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

69

4. Jika ya, siapakah yang memberikan kredit tersebut ?

A. Bank umum, yaitu ..........................................................................................

B. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu ......................................................................

C. Koperasi

D. Baitul mal Watamwil (BMT)

E. Lainnya, ........................................................................................................

5. Apakah sulit memperoleh bantuan dana tersebut? (misalnya dalam segi

persyaratannya, agunan dan lainnya ?)

A. Ya B. Tidak

Jelaskan ...............................................................................................................

6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini ?

A. Bantuan dari pemerintahan

B. Bantuan pihak perbankan

C. Investasi pihat swasta/ BUMN

D. Lainnya, ..........................................................................................................

VI. KEMITRAAN

1. Apakah Saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain :

A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya : .............................................................

B. Tidak

2. Jenis kemitraan yang lakukan, pilih salah satu :

A. Inti-plasma B. Dagang umum

C. Sub-kontrak D. Waralaba

E. Keagenan F. Contract Farming

G. Bentuk lain : ...........................................................................................

3. Bentuk kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :

A. Pembelian bibit B. Pelatihan budidaya akar wangi

C. Modal D. Pemasaran tanaman akar wangi

4. Apakah dengan bekerja sama tersebut memperoleh manfaat ?

A. Ya B. Tidak

Jelaskan,...............................................................................................................

.............................................................................................................................

Lanjutan Lampiran 1.

Page 83: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

70

5. Apakah saudara mendapatkan pembinaan ? [ ] Ya [ ] Tidak

Jika Ya, dari ........................................................................................................

Bentuk pembinaan yang dilakukan :

A. Budidaya tanaman akar wangi [ ] Ya [ ] Tidak

B. Manajemen usaha [ ] Ya [ ] Tidak

C. Administrasi keuangan [ ] Ya [ ] Tidak

D. Penyusunan rencana bisnis [ ] Ya [ ] Tidak

E. Lainnya : ......................................................................................................

6. Menurut saudara, apakah kebijakan pemerintah daerah maupun pusat cukup

kondusif/mendukung dalam budidaya akar wangi ? :

[ ] Ya [ ] Tidak

Jelaskan................................................................................................................

.........................................................................................................................

7. Apakah saudara melakukan kerjasama lainnya seperti yang tercantum di

bawah ini ?

A. Ya (isilah tabel berikut) B. Tidak (lanjutkan ke nomor 8) No Lembaga Bentuk

Kerjasama

Sifat (temporer/kontinu) Manfaat

1 Perguruan tinggi (sebutkan

................ )

2 Instansi pemerintah (sebutkan

................ )

3 Lembaga perbankan (sebutkan

................ )

4 Lembaga penelitian (sebutkan

................ )

5 Lainnya

(sebutkan ................ )

8. Harapan saudara terhadap perkembangan tanaman akar wangi di masa depan :

..............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

Page 84: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

71

Petunjuk Umum

Gambaran Ringkas

Contact Person

KUESIONER A.2 : UNTUK PENYULING AKAR WANGI

IDENTIFIKASI RANTAI PASOK

Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi rantai

pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia.

Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan

industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis IKM. Hasil penelitian ini

diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga bagi pemangku

kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga keuangan (khususnya

perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri itu sendiri. Sebagai

pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil penelitian ini dan

rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan

dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Analisis dan

tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden tidak

akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini adalah :

1. Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta serta pernyataan yang bersifat

terbuka.

2. Responden diharapkan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling

sesuai.

3. Pertanyaan terdiri dari 6 (enam) bagian yang terdiri dari (1) Identitas

Responden, (2) Identitas Usaha, (3) Aspek Penyulingan Akar Wangi, (4)

Aspek Pemasaran, (5) Aspek Keuangan dan (6) Aspek Tenaga Kerja.

4. Responden yang menjawab adalah pimpinan perusahaan (pemilik/ direktur atau

manajer setingkat).

5. Contoh dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan

mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha dan keberlanjutan usaha.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati

(085717874070)

Lampiran 2.

Page 85: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

72

Nama Responden :

...........................................................................................

Hari, Tanggal Wawancara :

..........................................................................................

Tanda tangan :

............................................................................................

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :

....................................................................................................

2. Alamat :

....................................................................................................

3. No. Telp/ Faximile :

....................................................................................................

4. Desa :

....................................................................................................

5. Kecamatan :

....................................................................................................

6. Kota/ Kabupaten :

....................................................................................................

7. Propinsi :

....................................................................................................

8. Jenis Kelamin : A. Laki-laki B. Perempuan

9. Umur Responden : A. < 30 tahun, sebutkan.. B. 30 – 50 tahun

C. > 50 tahun, sebutkan..

10. Latar belakang Pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD [ ] Tamat SD

[ ] SLTP/ Tsanawiyah [ ] SMU/ Aliyah

[ ] Diploma (D3) [ ] Sarjana, sebutkan…

[ ] Pasca Sarjana (S2/ S3)

II. IDENTITAS USAHA

1. Apakah Saudara tergabung dalam kelompok penyuling akar wangi atau

koperasi ?

A. YA (Jika Ya, lanjutkan ke nomor 2 dan seterusnya)

B. TIDAK (Jika Tidak, lanjutkan ke nomor 5 dan seterusnya)

2. Nama kelompok : ..................................................................

3. Alamat kelompok : ..................................................................

4. Kelompok didirikan pada : tahun ........................................................

5. Bentuk usaha : A. CV B. PD

C. PT D. Tidak berbadan hukum

6. Sejak kapan usaha ini dimulai di daerah Saudara : tahun ...................................

7. Sejak kapan Saudara menjalani usaha ini? : tahun ..............................................

8. Jumlah produksi rata-rata : ..............................................................kg / hari

Lanjutan Lampiran 2.

Lanjutan Lampiran 2.

Page 86: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

73

9. Rendemen rata-rata : ........................................................................%

10. Status alat penyulingan: A. Milik sendiri B. Sewa dari orang

lain/perusahaan

C. Milik kelompok D. Milik Pemda

E. Lainnya,

......................................................................................................................

11. Apakah Saudara mempunyai usaha lain : [ ] Ya [ ] Tidak

12. Jika Ya, Jenis usaha : ...........................................................................

dengan jumlah investasi : Rp ......................................................................

III. ASPEK PENYULINGAN AKAR WANGI

1. Penyulingan yang digunakan saat ini adalah :

A. Rebus C. Uap langsung / boiler terpisah

B. Kukus D. Lainnya, .........................................................

2. Bagaimana ketel yang digunakan untuk penyulingan?

A. Ketel stainless steel

Jumlah ketel : ........................................... unit

Kapasitas ketel : ........................................... kg

B. Ketel non stainless steel

Jumlah ketel : ........................................... unit

Kapasitas ketel : ........................................... kg

3. Rataan frekuensipenyulingan per hari

4. Rataan jumlah hari penyulingan per bulan : .................. hari

5. Bulan-bulan tidak melakukan penyulingan dalam setahun : .............................

6. Bagaimana tahapan penyulingan akar wangi mulai dari penyiapan

penyulingan sampai hasilnya siap dipasarkan ?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

7. Kondisi proses penyulingan akar wangi :

- Tekanan : ...........................................................................

- Suhu : ......................................................... °C

- Waktu yang diperlukan : ......................................................... jam

8. Jenis bahan bakar yang digunakan :

A. Ampas hasil suling C. Bahan bakar minyak E. Lainnya, ..........

B. Kayu D. Gas

9. Darimanakah saudara memperoleh akar wangi ?

A. Pemerintah daerah (Dinas Pertanian) C. Kebun mulik sendiri

B. Petani setempat D. Lainnya, .....................

10. Berapa rata-rata memesan akar wangi setiap hari ? .............................kg / hari

11. Bagaimana sistem pemesanan yang dilakukan ?

A. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian dengan pemasok)

B. Dipesan langsung

C. Lainnya, .......................................................................................................

Page 87: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

74

12. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam penyulingan akar wangi ?

A. Ketersediaan bahan baku akar wangi yang tidak konsisten

B. Mutu akar wangi yang tidak sesuai yang diharapkan

C. Kurangnya informasi

D. Lainnya,

....................................................................................................................

13. Bagaimana jenis pemasok yang saudara gunakan untuk bahan baku, mesin/

alat penyulingan, bahan bakar, untuk penyulingan akar wangi ? Isilah tabel

berikut:

Input budidaya

Jenis pemasok

1= UB,

2=UM, 3=

UK

Informasi

pemasok

diperoleh

dari

Kerjasama yang

dilakukan

antara

penyuling

dan pemasok

Hubungan

dengan

pemasok 1=

jangka

pendek, 2=

jangka

panjang

Bahan baku

Alat / mesin

penyuling

Bahan bakar

14. Bantuan peralatan

15. Jika Ya

16. Apakah Saudara selalu mengetahui informasi tentang cara meningkatkan

produksi dan mutu penyulingan akar wangi ?

A. Ya, yaitu tentang :

....................................................................................................

Informasi diperoleh dari :

.........................................................................................

B. Tidak

17. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam penyulingan akar wangi

selama ini ?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

.............................................................................................................................

..............................................................................................................................

18. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

Lanjutan Lampiran 2.

Page 88: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

75

IV. ASPEK PEMASARAN

1. Penjualan minyak akar wangi saat ini dilakukan oleh:

A. Petani sendiri C. Melalui Koperasi

B. Melalui kelompok usaha tani D. Lainnya,

..........................................................

2. Siapakah yang membeli akar wangi Saudara selama ini ?

A. Agen pengumpul

B. Pedagang

C. Lainnya, ........................................................................................................

3. Bagaimana Saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ?

A. Pembeli datang sendiri ke tempat Saudara

B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka

C. Dikumpulkan ke koperasi

D. Lainnya, ........................................................................................................

4. Daerah penjualan produk akar wangi yang Saudara lakukan:

Daerah Penjualan Persentase (%)

Dalam satu kecamatan

Dalam satu kabupaten

Dalam satu propinsi

Antar propinsi

Ekspor *)

5. Apakah Saudara mengetahui harga minyak akar wangi saat ini ?

A. YA

B. TIDAK

Jelaskan .............................................................................................................

............................................................................................................................

6. Apakah Saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan minyak akar

wangi?

A. Ya,

Kesulitan yang dihadapi ....................................................................................

B. Tidak, Jelaskan .............................................................................................

7. Bagaimana mengatasi hal tersebut ? …………………………………………...

V. ASPEK KEUANGAN

1. Modal Saudara selama ini diperoleh dari mana ?

A. Modal sendiri

B. Dibantu oleh Saudara

C. Perbankan

D. Lainnya, ..................................................................................................

Lanjutan Lampiran 2.

Page 89: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

76

2. Berapa investasi Saudara dalam penyulingan akar wangi ?

A. < Rp 25 juta, sebutkan… C. Rp 50 – 75 juta

B. Rp 25 – 50 juta D. Rp 75 – 100 juta

3. Apakah Saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?

A. Ya. (Lanjutkan ke pertanyaan no.4)

B. B. Tidak

4. Jika ya, siapkah yang memberikan kredit tersebut ?

A. Bank Umum, yaitu........................................................................................

B. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu....................................................................

C. Koperasi

D. Baitul wal Watamwil (BMT)

E. Lainnya, ...................................................................................................

5. Apakah sulit memperoleh bantuin dana tersebut ? (misalnya dalam segi

persyaratan atau peraturan lainnya ?)

A. Ya B. Tidak

Jelaskan....................................................................................................

6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini ?

A. Bantuan dari pemerintah

B. Bantuan pihak perbankan

C. Investasi pihak swasta/BUMN

D. Lainnya, .....................................................................................................

IV. ASPEK TENAGA KERJA

1. Apakah Saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain :

A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya : ...............................................

B. Tidak

2. Jenis kemitraan yang lakukan, pilih salah satu :

A. Inti-Plasma B. Dagang Umum C. Sub-Kontrak

D. Waralaba E. Keagenan F.Contract

Farming

G. Bentuk lain : ............................................................................................

3. Bentuk Kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :

A. Pembelian bahan baku B. Pelatihan penyulingan akar wangi

C. Modal D. Pemasaran minyak akar wangi

E. Lainnya,..................................................................................................

4. Apakah dengan bekerja sama tersebut memperoleh manfaat ?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan.......................................................................................................

Lanjutan Lampiran 2.

Page 90: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

77

5. Apakah saudara melakukan kerjasama lainnya seperti yang tercantum di

bawah ini ?

A. YA (Isilah tabel berikut)

B. TIDAK (STOP)

No Lembaga Bentuk

Kerjasama

Sifat

(temporer/kontinu)

Manfaat

1 Pendidikan / Perguruan tinggi

(sebutkan ................ )

2 Instansi pemerintah (sebutkan

................ )

3 Lembaga perbankan (sebutkan

................ )

4 Lembaga pelatihan SDM

(sebutkan ................ )

5 Pemasaran

(sebutkan...................)

6 Lainnya (sebutkan ................ )

Page 91: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

78

Gambaran Ringkas

Petunjuk Umum

Contact Person

KUESIONER A.3 : UNTUK PENGUMPUL BAHAN BAKU AKAR WANGI

Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi rantai

pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia.

Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan

industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis IKM. Hasil penelitian ini

diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga bagi pemangku

kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga keuangan (khususnya

perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri itu sendiri. Sebagai

pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil penelitian ini dan

rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan

dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Analisis dan

tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden tidak

akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Jenis pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat

terbuka.

2. Responden diharapkan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang

paling sesuai.

3. Pertanyaan terdiri dari 5 ( lima ) bagian yang terdiri dari (1) Identitas

Responden, (2) Identitas Usaha, (3) Aspek Pemasaran, (4) Aspek

Keuangan, (5) Kemitraan 4. Responden yang menjawab adalah pimpinan perusahaan

5. Contoh dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan

mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha, dan keberlanjutan usaha.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati

(085717874070)

Nama Responden : .......................................................................................

Hari, Tanggal Wawancara : .......................................................................................

Tanda tangan : .......................................................................................

Lampiran 3.

Page 92: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

79

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden : .......................................................................................................

2. Alamat : .......................................................................................................

3. No. Telp / Faximile : .......................................................................................................

4. Desa : .......................................................................................................

5. Kecamatan : .......................................................................................................

6. Kota/Kabupaten : .......................................................................................................

7. Propinsi : .......................................................................................................

8. Jenis Kelamin : A. Laki-laki B. Perempuan

9. Umur responden : A. < 30 tahun, sebutkan.. B. 30-50 tahun

C. > 50 tahun, sebutkan..

10. Latar belakang pendidikan: [ ] Tidak Tamat SD [ ] Tamat SD

[ ] SLTP/Tsanawiyah [ ] SMU/ Aliyah

[ ] Diloma [D3] [ ] Sarjana, sebutkan..

I. IDENTITAS USAHA

1. Apakah saudara tergabung dalam kelompok pengumpul bahan baku akar wangi

atau Koperasi ?

2. Nama Kelompok : .......................................................................................................

3. Alamat Kelompok : .......................................................................................................

4. Kelompok didirikan pada : tahun ......................................................................................

5. Bentuk usaha saat ini : A. CV B. PD C. PT

D. Tidak berbadan hukum

6. Sejak kapan saudara menjalani usaha ini ? : tahun .........................................................

7. Jumlah pengumpulan bahan baku akar wangi rataan : kg/hari

8. Apakah saudara mempunyai usaha lain : [ ] Ya [ ] Tidak

9. Jika Ya, jenis usaha : ...............................................................................................

Dengan jumlah investasi : Rp .......................................................................................

10. Bagaimana sistem pemesanan bahan baku akar wangi yang dikeluarkan ?

A. Sistem kontrak ( sudah ada perjanjian dengan petani)

B. Dipesan langsung

C. Lainnya .................................................................................................................

11. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan ?

A. Dibayar langsung (cash and carry)

B. Dibayar di akhir

C. Dibayar di awal

D. Lainnya : .................................................................................................................

12. Apakah saudara selalu mengetahui informasi tentang cara meningkatkan produksi

dan budidaya akar wangi ?

A. Ya, yaitu tentang : .....................................................................................................

Informasi diperoleh dari : .........................................................................................

B. Tidak

Lanjutan Lampiran 3.

Page 93: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

80

13. Apakah di tempat saudara banyak yang melakukan usaha pengumpulan bahan

baku akar wangi ?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan : ..........................................................................................................................

14. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam mengumpulkan bahan baku akar

wangi ?

A. Ketersediaan bahan baku akar wangi yang tidak konsisten

B. Mutu akar wangi tidak sesuai dengan yang diharapkan

C. Lainnya, .......................................................................................................................

15. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?

............................................................................................................................................

II. ASPEK PEMASARAN

1. Siapakah yang membeli akar wangi saudara selama ini ? (jawaban boleh lebih

dari satu)

A. Penyuling

B. Pengumpul akar wangi yang skala usahanya besar

C. Eksportir, sebutkan .......................................................................................................

D. Lainnya, .......................................................................................................................

2. Bagaimana saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ? (jawaban boleh lebih

dari satu)

A. Pembeli dating sendiri ke tempat saudara

B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka

C. Dikumpulkan ke operasi

D. Lainnya, ........................................................................................................................

3. Apakah saudara mengetahui harga minyak akar wangi kepada mereka ?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan ............................................................................................................................

4. Harga bahan baku akar wangi : RP ............................................................................./kg

5. Apakah saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan bahan baku akar wangi?

A. Ya,Kesulitan yang dihadap

B. Tidak, Jelaskan .............................................................................................................

6. Bagaimana mengatasi hal tersebut ?

............................................................................................................................................

III. ASPEK KEUANGAN

1. Modal saudara selama ini diperoleh dari mana ?

A. Modal Sendiri

B. Dibantu oleh saudara

C. Perbankan

D. Modal sendiri (…….%), dan modal dari pinjaman saudara (……%)

E. Lainnya,…..

Lanjutan Lampiran 3.

Page 94: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

81

2. Berapa investasi awal dalam mengumpulkan bahan baku akar wangi ?

A. < Rp 25 juta, sebutkan…

B. Rp 25-50 juta

C. Rp 50 juta – Rp 75 juta

D. Rp 75-100 juta

3. Apakah saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?

A. Ya. ( lanjutkan ke pertanyaan no. 4)

B. Tidak ( lanjutkan ke pertanyaan no. 5)

4. Jika ya, siapakah yang memberikan kredit tersebut?

A. Bank Umum, yaitu

B. Bank Perkreditan Rakyat

C. Koperasi

D. Baitul mal Watamwil (BMT)

E. Lainnya, .......................................................................................................................

5. Apakah sulit memperoleh bantuan dana tersebut? (misalnya dalam segi

persyaratan atau peraturan lainnya?)

A. Ya

B. Tidak, Jelaskan ………………………………………………………………

6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini?

A. Bantuan dari pemerintah

B. Bantuan dari pihak perbankan

C. Investasi pihak swasta/ BUMN

D. Lainnya, ........................................................................................................................

V. KEMITRAAN

1. Apakah saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain:

A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya :.............................................................................

B. Tidak

2. Jenis kemitraan yang dilakukan, pilih salah satu :

A. Inti-Plasma B. Dagang Umum C. Sub-kontrak

D . Waralaba E. Keagenan F. contract farming

Bentuk lain : ......................................................................................................................

3. Bentuk kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :

A. Pembelian Bahan Baku B. pelatihan teknologi penyulingan

akar wangi

C . Modal D. Pemasaran bahan baku akar wangi

Lainnya, ............................................................................................................................

4. Apakah dengan bekerjasama tersebut memperoleh manfaat?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan……….. ...............................................................................................................

Lanjutan Lampiran 3.

Page 95: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

82

5. Apakah saudara mendapatkan pembinaan ? [ ] YA [ ] TIDAK

Jika YA, dari ...........................................................................................................................

6. Bentuk pembinaan yang dilakuakan :

A. Teknologi penyulingan akar wangi [ ] Ya [ ] Tidak

B. Manajemen usaha [ ] Ya [ ] Tidak

C. Administrasi keuangan [ ] Ya [ ] Tidak

D. Penyusunan rencana bisnis [ ] Ya [ ] Tidak

E. Lainnya……

7. Harapan saudara terhadap peekembangan minyak akar wangi di masa depan :

............................................................................................................................................

TERIMA KASIH

Page 96: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

83

Gambaran Ringkas

Petunjuk Umum

Contact Person

KUESIONER A.4 : UNTUK PENGUMPUL MINYAK AKAR WANGI

Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian adalah untuk

mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah

(IKM) di Indonesia. Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari

Bapak/Ibu demi keberlanjutan industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis

IKM. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga

bagi pemangku kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga

keuangan (khususnya perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri

itu sendiri. Sebagai pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil

penelitian ini dan rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari

survei ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik.

Analisis dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap

responden tidak akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Jenis Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini adalah :

1. Pertanyaan berupa yang diajukan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat

terbuka.

2. Responden diharapkan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling

sesuai.

3. Pertanyaan terdiri dari 5 (lima) bagian yang terjadi dari (1) Identitas Responden,

(2) Identitas Usaha, (3) Aspek Pemasaran, (4) Aspek Keuangan dan (5)

Kemitraan 4. Responden yang menjawab adalah pimpinan perusahaan

5. Contoh dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan mempertimbangkan

lokasi usaha, status usaha, keberlanjutan usaha.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati

(085717874070)

Lampiran 4.

Page 97: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

84

Nama Responden : .......................................................................................

Hari, Tanggal Wawancara : .......................................................................................

Tanda tangan : .......................................................................................

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :

..................................................................................

2. Alamat :

.................................................................................

3. No. Telp / Faximile :

.................................................................................

4. Desa :

................................................................................

5. Kecamatan :

..............................................................................

6. Kota/Kabupaten :

..............................................................................

7. Propinsi :

.................................................................................

8. Jenis Kelamin : A. Laki-laki B. Perempuan

9. Umur Responden : A. < 30 tahun, sebutkan.. B. 30 – 40 tahun

C. > 50 tahun, sebutkan..

B. Latar belakang pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD [ ] Tamat SD

[ ] SLTP/Tsanawiyah [ ] SMU/Aliyah

[ ] Diploma [D3] [ ]Sarjana, sebutkan..

II. IDENTITAS USAHA

1. Apakah saudara tergabung dalam kelompok pengumpul minyak akar wangi atau

Koperasi ?

A. YA (Jika Ya, lanjutan ke nomor 2 dan seterusnya)

B. TIDAK (Jika Tidak, lanjutan ke nomor 5 dan seterusnya)

2. Nama Kelompok :....................................................................................................

3. Alamat Kelompok :....................................................................................................

4. Kelompok didirikan pada : tahun..............................................................................

5. Bentuk usaha saat ini : A. CV B. PD C. PT

D. Tidak berbadan hukum

6. Sejak kapan Saudara menjalani usaha ini ? : tahun..........................................

7. Jumlah pengumpulan minyak akar wangi rata-rata : ......................................kg/hari

8. Apakah Saudara mempunyai usaha lain : [ ] Ya [ ] Tidak

9. Jika Ya, Jenis usaha : .......................................................................................

dengan jumlah investasi : Rp...................................................................................

Lanjutan Lampiran 4.

Page 98: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

85

10. Bagaimana sistem pemesanan minyak akar wangi yang dilakukan ?

A. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian dengan petani)

B. Dipesan langsung

C. Lainnya,....................................................................................................................

11. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan ?

A. Dibayar langsung (cash and carry) B. Dibayar di awal

C. Dibayar di awal D. Lainnya :................................

12. Apakah Saudara selalu mengetahui informasi tentang cara meningkatkan produksi

dan mutu minyak akar wangi ?

A. Ya, yaitu tentang : ....................................................................................................

Informasi diperoleh dari : .............................................................................................

B. Tidak

13. Apakah di tempat saudara banyak yang melakukan usaha pengumpulan minyak

akar wangi ?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan ........................................................................................................................

.......................................................................................................................................

14. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam mengumpulkan minyak akar

wangi?

A. Ketersediaan minyak akar wangi yang tidak konsisten

B. Mutu minyak akar wangi tidak sesuai yang diharapkan

C. Lainnya,....................................................................................................................

15. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?

..................................................................................................................................

..................................................................................................................................

..................................................................................................................................

III. ASPEK PEMASARAN

1. Siapakah yang membeli minyak akar wangi saudara selama ini ? (jawaban boleh

lebih dari satu)

A. Pengumpul akar wangi yang skala usahanya besar

B. Eksportir, sebutkan......................................................................................................

C. Lainnya,.......................................................................................................................

2. Bagaimana saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ? (Jawaban boleh lebih

dari satu)

A. Pembeli datang sendiri ke tempat saudara

B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka

C. Lainnya,.......................................................................................................................

3. Apakah saudara mengethui harga minyak akar wangi saat ini ?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan.......................................................................................................................

.....................................................................................................................................

.....................................................................................................................................

4. Harga minyak akar wangi : Rp........................................................................./kg

Lanjutan Lampiran 4.

Page 99: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

86

5. Apakah Saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan minyak akar wangi ?

A. Ya,

Kesulitan yang dihadapai.................................................................................................

B. Tidak, jelaskan...........................................................................................................

6. Bagaimana mengatasi hal tersebut

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

IV. ASPEK KEUANGAN

1. Modal Saudara selama ini diperoleh dari mana ?

A. Modal sendiri

B. Dibantu oleh saudara

C. Perbankan

D. Modal sendiri (.....%), dan modal dari pinjaman saudara (.....%)

E. Lainnya,.......................................................................................................................

2. Berapa investasi awal dalam mengumpulkan minyak akar wangi ?

A. < Rp 25 juta, sebutkan.. B. Rp 25-50 juta

C. Rp 50 juta- Rp 75 juta D. Rp 75-100 juta

3. Apakah saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?

A. Ya. (Lanjutan ke pertanyaan no. 4)

B. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no. 5)

4. Jika ya, siapakah yang memberikan kredit tersebut ?

A. Bank Umum,

yaitu.............................................................................................................

B. Bank Perkreditan Rakyat,

yaitu.........................................................................................

C. Koperasi

D. Baitul mal Watamwil (BMT)

E.

Lainnya,.......................................................................................................................

......

5. Apakah sulit memperoleh bantuan dana tersebut ? (misalnya dalam segi

persyaratan atau peraturan lainnya ?)

A. Ya. B. Tidak

Jelaskan............................................................................................................................

.........................................................................................................................................

6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini?

A. Bantuan dari pemerinyah

B. Bantuan pihak perbankan

C. Investasi pihak swasta/ BUMN

D. Lainnya,......................................................................................................................

Lanjutan Lampiran 4.

Page 100: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

87

V. KEMITRAAN

1. Apakah Saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain :

A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya : ..........................................................................

B. Tidak

2. Jenis kemitraan yang lakukan, pilih salah satu :

A. Inti-Plasma B. Dagang Umum C. Sub-Kontrak

D. Waralaba E. Keagenan F. Contract Farming

G. Bentuk lain :................................................................................................................

3. Bentuk Kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :

A. Pembelian minyak B. Pelatihan teknologi penyulingan akar wangi

C. Modal D. Pemasaran minyak akar wangi

E. Lainnya,.......................................................................................................................

4. Apakah dengan bekerja sama tersebut memperoleh manfaat ?

A. YA B. TIDAK

Jelaskan............................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

5. Apakah Saudara mendapatkan pembinaan ? [ ]YA [ ]TIDAK

Jika Ya, dari.....................................................................................................................

Bentuk pembinaan yang dilakukan :

a. Teknologi penyulingan akar wangi [ ]Ya [ ]Tidak

b. Manajemen usaha

c. Administrasi keuangan

d. Penyusunan rencana bisnis

e. Penyusunan rencana bisnis

f. Lainnya :.......................................................................................................................

6. Harapan saudara terhadap perkembanga minyak akar wangi di masa depan :

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

Terima Kasih

Page 101: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

88

Gambaran Ringkas

Petunjuk Umum

KUISIONER A.5 : IDENTIFIKASI RISIKO BUDIDAYA AKAR WANGI

PETANI AKAR WANGI

Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian adalah untuk

mengidentifikasi rantai pasokan dan risiko minyak akar wangi berbasis Industri Kecil

Menengah (IKM) di Indonesia. Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat

dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis

IKM. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga

bagi pemangku kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga

keuangan (khususnya perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri

itu sendiri. Sebagai pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil

penelitian ini dan rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari

survei ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik.

Analisis dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap

responden tidak akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini adalah :

5. Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat

terbuka.

6. Responden diharapkan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling

sesuai.

7. Contoh dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan

mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha, keberlanjutan usaha.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :..............................................................................................

2. Alamat :........................................................................................

3. No. Telp :…………………………………………………............

4. Desa :………………………………………………………....

5. Kecamatan :........................................................................................

6. Jenis Kelamin : A. Laki-laki B. Perempuan

7. Umur Responden : A. < 30 tahun, sebutkan.. B. 30-40 tahun

C. 40-50 tahun D. > 50 tahun, sebutkan..

Lampiran 5.

Page 102: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

89

8. Latar Belakang Pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD [ ] Tamat SD

[ ] SLTP/Tsanawiyah [ ] SMU/Aliyah

[ ] Diploma [D3] [ ] Sarjana, sebutkan..

RISIKO OPERASIONAL

Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan akibat

tidak berfungsinya suatu sistem. Risiko operasional yang diidentifikasi mencakup

risiko yang ada dalam input, proses dan output. Tabel berikut menyajikan identifikasi

risiko operasional, frekuensi, dampak dan penyebabnya.

No Identifikasi

Risiko

Frekuensi Dampak Penyebab SR R N T ST SR R N T ST

1. Input

a. Petani kurang memahami cara

penanaman yang baik

b. Kelalaian dalam pemberian

obat-obatan

c. Petani tidak menerapkan

budidaya yang sesuai dengan

Good Agricultural Product

(GAP)

d. Petani kurang terampil dalam

memelihara tanaman akar

wangi

e. Kekurangan pasokan bibit

tanaman akar wangi

f. Kekurangan pupuk

g. Informasi budidaya yang baik

masih kurang

h. Mutu bibit buruk

i. Petani lalai dalam memelihara

tanaman seperti pemupukan

yang tidak teratur

j. Kekurangan peralatan dalam

budidaya

k. Lokasi penanaman kurang

ideal

l. Kekurangan obat-obatan

Lainnya……………..

2. Proses

a. Kelalaian pemberian pupuk

b. Kelalaian saat panen

c. Budidaya tidak sesuai aturan

d. Kelalaian dalam pemeliharaan

(penyiangan)

Lainnya….

3. Output

Memanen lebih dini

Keterangan : Berikan tanda ceklis (√ ) pada pilihan kolom yang sesuai jawaban * Frekuensi :

1. Tidak pernah terjadi (SR) 3. Cukup sering terjadi (S) 5. Sangat sering terjadi (ST) 2. Jarang terjadi (R) 4. Sering terjadi (T)

*Dampak :

1. Tidak berdampak/berpengaruh (SR) 3. Cukup berpengaruh (S) 5. Sangat berpengaruh (ST) 2. Kurang berpengaruh (R) 4. Berpengaruh (T)

Lanjutan Lampiran 5.

Page 103: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

90

Identifikasi upaya manajemen risiko yang telah dilakukan, hasilnya, dan pihak lain yang diharapkan dapat membantu mengantisipasi risiko

No Risiko yang dihadapi

Upaya yang telah dilakukan dalam

meminimalisir/mengantisipasi

risiko

Hasil upaya* Bila gagal,

penyebabnya:

Pihak lain yang dapat

dinilai dapat membantu* Peran yang

diharapkan Berhasil Gagal A B C D E F

1. Input

a. Petani kurang memahami

cara penanaman yang baik

b. Kelalaian dalam pemberian obat-obatan

c. Petani tidak menerapkan

budidaya yang sesuai dengan

Good Agricultural Product (GAP)

d. Petani kurang terampil dalam

memelihara tanaman akar wangi

e. Kekurangan pasokan bibit

tanaman akar wangi

f. Kekurangan pupuk

g. Informasi budidaya yang baik

masih kurang

h. Mutu bibit buruk

i. Petani lalai dalam memelihara tanaman seperti pemupukan

yang tidak teratur

j. Kekurangan peralatan dalam

budidaya

k. Lokasi penanaman kurang

ideal

l. Kekurangan obat-obatan

Lainnya……………..

2. Proses

a. Kelalaian pemberian pupuk

b. Kelalaian saat panen

c. Budidaya tidak sesuai aturan

d. Kelalaian dalam pemeliharaan

(penyiangan)

Lainnya….

3. Output

Memanen lebih dini

Keterangan : * Beri tanda ceklis (√) pada pilihan yang dianggap tepat

A : Asosiasi usaha/Kelompok Usaha/Dewan Atsiri F. Dan lain-lain

B : Dinas Perkebunan

C : Pemasok bahan baku akar wangi

D : Kementrian Perindustrian

E : Perbankan

Page 104: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

91

Lampiran 6. Hasil penilaian Petani ahli terhadap Risiko Operasional

Faktor Peubah penentu

Penilaian petani ahli

Frekuensi Dampak

1 2 3 1 2 3

1 Input

Petani kurang

memahami cara

penanaman yang

baik

R SR R S R S

Petani tidak

menerapkan

budidaya yang sesuai

dengan GAP

T T T T S T

Petani kurang

terampil dalam

memelihara tanaman

akar wangi

R SR R S R R

Kekurangan pasokan

bibit tanaman akar

wangi

R SR R S S R

Kekurangan pupuk R SR S S S S

Informasi budidaya

yang baik masih

kurang

T T S T T S

Mutu bibit buruk SR SR R S S S

Kekurangan

peralatan dalam

budidaya

SR SR R S S S

2 Proses

Kelalaian pemberian

pupuk R SR S S S S

Kelalaian dalam

pemeliharaan

(penyiangan)

T R R T T ST

Kelalaian saat panen S S S T T S

Cuaca S S S T T T

3 Output Memanen lebih dini T T S T T T

Keterangan :

ST : Sangat Tinggi

T : Tinggi

S : Sedang

R : Rendah

SR : Sangat rendah

No Faktor Frekuensi

Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3

1 Input R R S

2 Proses S R S

3 Output T T S

Page 105: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

92

Lampiran 6. Hasil penilaian Petani ahli terhadap Risiko Operasional

Faktor Peubah penentu

Penilaian petani ahli

Frekuensi Dampak

1 2 3 1 2 3

1 Input

Petani kurang

memahami cara

penanaman yang

baik

R SR R S R S

Petani tidak

menerapkan

budidaya yang sesuai

dengan GAP

T T T T S T

Petani kurang

terampil dalam

memelihara tanaman

akar wangi

R SR R S R R

Kekurangan pasokan

bibit tanaman akar

wangi

R SR R S S R

Kekurangan pupuk R SR S S S S

Informasi budidaya

yang baik masih

kurang

T T S T T S

Mutu bibit buruk SR SR R S S S

Kekurangan

peralatan dalam

budidaya

SR SR R S S S

2 Proses

Kelalaian pemberian

pupuk R SR S S S S

Kelalaian dalam

pemeliharaan

(penyiangan)

T R R T T ST

Kelalaian saat panen S S S T T S

Cuaca S S S T T T

3 Output Memanen lebih dini T T S T T T

Keterangan :

ST : Sangat Tinggi

T : Tinggi

S : Sedang

R : Rendah

SR : Sangat rendah

No Faktor Frekuensi

Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3

1 Input R R S

2 Proses S R S

3 Output T T S

Page 106: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

93

Lampiran 7. Perhitungan manual penilaian Risiko Operasional

1. Perhitungan agregasi risiko operasional

Tahap pertama

Menghitung nilai risiko dari setiap faktor untuk setiap ahli pada semua peubah risiko. Menggunakan

rumus perhitungan Yager dalam Hadiguna (2010), yaitu :

Pik = Minj [Neg (I(qj) v Pik (qj)]………………………………………(1)

Dimana

Pik = nilai agregasi risiko dari setiap ahli

I (qj) = nilai kemungkinan terjadinya risiko

Neg I (qj) = nilai negasi I (qj)

Pik (qj) = nilai tingkat dampak risiko dari pendapat penilai

V = notasi maksimum

Neg (ST) = SR

Neg (T) = R

Neg (S) = S

Neg (R) = T

Neg (SR) = ST

Pinput1 = Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (R) V S, Neg(R) V S, Neg (R) V S, Neg (T) V

T, Neg (SR) V S, Neg(SR) VS]

= Min [T V S, R V T, T V S, T V S, T V S, R V T, ST V S, ST V S]

= Min [T, T, T, T, T, T, ST, ST] = T

Pinput2 = Min [Neg (SR) V R, Neg (T) V S, Neg (SR) V R, Neg(SR) V S, Neg (SR) V S, Neg

(T) V T, Neg (SR) V S, Neg(SR) VS]

= Min [ST V R, R V S, ST V R, ST V S, ST V S, R V T, ST V S, ST V S]

= Min [ST, S, ST, ST, ST, T, ST, ST] = S

Pinput3 = Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (R) V R, Neg(R) V R, Neg (S) V S, Neg (S) V

S, Neg (R) V S, Neg(R) V S]

= Min [T V S, R V T, T V R, T V R, S V S, S V S, T V S, T V S]

= Min [T, T, T, T, S, S, T, T] = S

Pproses1 = Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (S) V T, Neg (S) V T]

= Min [T V S, R V T, S V T, S V T]

= Min [T, T, T, T] = T

Page 107: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

94

Lanjutan Lampiran 7.

Pproses2 = Min [Neg (SR) V S, Neg (R) V T, Neg (S) V T, Neg (S) V T]

= Min [ST V S, T V T, S V T, S V T]

= Min [ST, T, T, T] = T

Pproses3 = Min [Neg (S) V S, Neg (R) V ST, Neg (S) V S, Neg (S) V T]

= Min [S V S, T V ST, S V S, S V T]

= Min [S, ST, S, T] = S

Poutput1 = Min [Neg (T) V T,]

= Min [R V T]

= Min [T] = T

Poutput2 = Min [Neg (T) V T,]

= Min [R V T]

= Min [T] = T

Poutput3 = Min [Neg (S) V T,]

= Min [S V T]

= Min [T] = T

Tahap kedua

Menentukan bobot penilai atau ahli dengan rumus menurut Yager dalam Hadiguna (2010) :

Q(k) = Sb(k)

b(k) = Int [1 + k* (q-1)/r]………………………………………….(2)

Dimana

Q(k) = bobot rataan penilai pada skala k

q = jumlah skala penilaian risiko

r = jumlah penilai/ahli

Q(1) = Int [1 + 1*4/3] = 2 = R

Q(2) = Int [1 + 2*4/3] = 4 = T

Q(3) = Int [1 + 3*4/3] = 5 = ST

Tahap ketiga

Menentukan nilai gabungan dari seluruh nilai para ahli dengan menggunakan metode OWA

menurut Yager dalam Hadiguna (2010) dengan rumus :

Pi = Max j=1,….r [Qj Λ Bj]………………………………….……….(3)

Page 108: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

95

Lanjutan Lampiran 7.

Dimana

Pi = agregasi pendapat gabungan ahli

Qj = bobot kelompok penilai/ahli

Bj = Pengurutan nilai dari besar ke kecil

P input = Max [(R Λ T), (T Λ S), (ST Λ S]

= Max [R, S, S] = S

P proses = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S]

= Max [R, T, S] = T

P output = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T]

= Max [R, T, T] = T

Tahap keempat mencari total agregasi risiko operasional

Faktor Agregasi pakar

Input S

Proses T

Output T

Pf1 = Min [Neg (R) V S , Neg (S) V T , Neg (T) V T ]

= Min [ T V S, S V T, R V T ]

= Min [T, T, T] = T

Pf2 = Min [Neg (R) V S , Neg (R) V T, Neg (T) V T ]

= Min [ T V S , T V T , R V T]

= Min [T, T, T] = T

Pf3 = Min [Neg (S) V S, Neg (S) V T , Neg (S) V T ]

= Min [ S V S, S V T , S V T]

= Min [S, T, T] = S

PF = Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S]

= Max [R, T, S] = T

Hasil agregasi menunjukkan nilai risiko operasional budidaya akar wangi bernilai risiko tinggi.

No Faktor Frekuensi

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3

1 Input R R S

2 Proses S R S

3 Output T T S

Page 109: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58198/1/H12nno1.pdf · 1 analisis manajemen risiko operasional budidaya tanaman akar wangi

96

Lampiran 8. Perhitungan penilaian risiko menggunakan Software Excel 2007