Analisis Laporan Keuangan

55
Analisis Laporan Keuangan Analisis Biaya – Volume - Laba

description

Analisis Laporan Keuangan. Analisis Biaya – Volume - Laba. Analisis Biaya – Volume – Laba. Adalah analisis yang berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Analisis Laporan Keuangan

Page 1: Analisis Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan

Analisis

Biaya – Volume - Laba

Page 2: Analisis Laporan Keuangan

Analisis Biaya – Volume – Laba

• Adalah analisis yang berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki.

• Analisis biaya-volume-laba ini merupakan alat analisis yang memberi manajemen informasi penting tentang hubungan biaya, laba, komposisi produk dan volume penjualan.

Page 3: Analisis Laporan Keuangan

Analisis Biaya – Volume – Laba

• Analisis biaya-volume-laba mencakup studi tentang saling hubungan diantara faktor-faktor berikut :– Harga jual produk– Volume atau tingkat aktivitas– Biaya variabel per unit– Total biaya tetap– Komposisi produk yang dijual

• Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan seperti pemilihan lini produk, penentuan harja jual produk, strategi pemasaran, dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan di dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer.

Page 4: Analisis Laporan Keuangan

Analisis Impas

• Adalah teknik analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tertentu.

• Titik impas adalah titik dimana total biaya sama dengan total penghasilan. Dengan demikian, pada titik impas tidak ada laba maupun rugi yang diterima oleh perusahaan.

Page 5: Analisis Laporan Keuangan

Analisis Biaya – Volume – Laba dan Analisis Impas

• Analisis impas dan biaya-volume-laba dapat didasarkan pada data historis, operasi masa lalau atau penjualan dan biaya yang diproyeksikan.

• Data untuk analisis impas dan biaya-volume-laba tidak dapat diperoleh langsung dari perhitungan laba-rugi dengan metode biaya penuh, karena pengaruh aktivitas terhadap biaya tidak dapat segera ditentukan.

• Masing-masing pos biaya harus dianalisis untuk menentukan komponen biaya tetap dan biaya variabel.

Page 6: Analisis Laporan Keuangan

Asumsi dan Keterbatasan

• Berikut ini adalah asumsi yang mendasari dan keterbatasan yang dimiliki analisis biaya-volume-laba dan analisis impas :– Analisis ini berasumsi bahwa biaya-biaya yang

berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, secara cukup akurat dapat dipisahkan ke dalam elemen biaya variabel dan biaya tetap

– Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senantiasa tetap selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang yang telah diambil

Page 7: Analisis Laporan Keuangan

Asumsi dan Keterbatasan

– Analisis berasumsi bahwa biaya variabel berubah secara langsung dengan penjualan selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang diambil

– Analisis ini dibatasi pada situasi dimana kondisi ekonomi dan kondisi lainnya diasumsikan relatif stabil.

– Analisis impas dan biaya-volume-laba hanya merupakan pedoman untuk pengambilan keputusan.

Page 8: Analisis Laporan Keuangan

Contribution Margin

• Dalam analisis impas dan biaya-volume-laba, laporan kaba-rugi disajikan dalam format contribution margin.

• Contribution income statement memiliki beberapa karekteristik yang menarik yang akan sangat bermanfaat bagi manajer dalam rangka melihat pengaruh perubahan harga jual, biaya dan volume aktivitas terhadap laba perusahaan.

Page 9: Analisis Laporan Keuangan

Contribution Income StatementPT CITRA ANINDA

Contribution Income Statement

Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2010 (dalam rupiah)

Total Per Unit

Penjualan (400 unit) 100.000 250

Biaya variabel 60.000 150

Contribution Margin 40.000 100

Total biaya tetap 35.000

Laba 5.000

Perbedaan cara pelaporan cara pelaporan ini tidak mengubah besarnya laba perusahaan . PT Citra Aninda menyajikan penjualan, biaya variabel dan contribution margin baik secara total maupun per unit. Penyajian ini sangat membantu analisis profitabilitas.

Page 10: Analisis Laporan Keuangan

• Contribution margin menggambarkan jumlah lebih penjualan di atas biaya variabel yang tersedia untuk dikontribusikan (menutup) biaya tetap dan laba selama periode tertentu.

• Dengan demikian, contribution margin mula-mula harus digunakan untuk menutup biaya tetap, baru kemudian (bila masih tersisa) dikontribusikan untuk laba.

• Apabila contribution margin tidak cukup untuk menutupi biaya tetap, berarti terjadi rugi.

Page 11: Analisis Laporan Keuangan

Berikut contoh apabila PT Citra Aninda haya menjual 1 (satu) unit produk dan menderita kerugian

Total Per Unit

Penjualan (1 unit) 250 250

Biaya variabel 150 150

Contribution Margin 100 100

Total biaya tetap 35.000

Laba (34.900)

Setiap tambahan 1 (satu) unit produk yang berhasil dijual oleh perusahaan selama periode tersebut, akan menambah contribution margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap.

Page 12: Analisis Laporan Keuangan

• Setiap tambahan 1 (satu) unit produk yang berhasil dijual oleh perusahaan selama periode tersebut, akan menambah contribution margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap.

• Apabila total unit produk yang dijual mampu menghasilkan contribution margin sebesar Rp. 35.000,-, maka semua biaya tetap akan mampu ditutup, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian (impas).

• Apabila kondisi impas telah tercapai, maka laba bersih akan meningkat sebesar contribution margin per unit untuk setiap tambahan unit terjual.

Page 13: Analisis Laporan Keuangan

• Dengan menggunakan konsep contribution margin, untuk mengetahui jumlah laba pada berbagai tingkat atau volume aktivitas, perusahaan tidak perlu menyusun laporan laba-rugi yang lengkap. Untuk menghitung besarnya laba, manajer hanya menentukan jumlah penjualan di atas penjualan impas dan dikalikan dengan contribution margin per unit.

Page 14: Analisis Laporan Keuangan

Selain dinyatakan dalam satuan rupiah per unit, penjualan, biaya variabel dan contribution margin juga didanyatakan

dalam satuan persentase (%)

PT CITRA ANINDA

Contribution Income Statement

Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2010 (dalam rupiah)

Total Per Unit (%)

Penjualan (400 unit) 100.000 250 100%

Biaya variabel 60.000 150 60%

Contribution Margin 40.000 100 40%

Total biaya tetap 35.000

Laba 5.000

Page 15: Analisis Laporan Keuangan

• Presentase contributin margin atas penjualan disebut Contribution margin ratio (C/M ratio) atau profit-volume ratio (P/V ratio).

• Ratio ini sangat berguna untuk menunjukkan bagaimana contribution margin akan dipengaruhi oleh perubahan total penjualan (dalam rupiah). Pada contoh di atas contribution margin sebesar 40% berarti bahwa setiap kenaikkan Rp.1 penjualan akan menaikkan contribution margin sebesar Rp. 0,0 (40%xRp.1).

Page 16: Analisis Laporan Keuangan

Penentuan Impas

• Titik impas dapat ditentukan menggunakan dua pendekatan, yaitu :– Pendekatan persamaan (linier)– Pendekatan grafik

Page 17: Analisis Laporan Keuangan

Pendekatan persamaan

• Analisis impas (break even) dan analisis biaya-volume-laba (CVP) didasarkan pada hubungan akuntansi berikut ini :Laba = Total penghasilan – (Total biaya variabel + Total biaya tetap)

• Persamaan ini juga dapat dinyatakan dengan cara lain sebagai berikut :Total Penghasilan = Total biaya variabel + Total biaya tetap + laba

Page 18: Analisis Laporan Keuangan

Pendekatan persamaan

• Oleh karena total biaya tetap dan biaya variabel per unit diasumsikan tetap dalam kisaran aktivitas yang dianalisis, maka hubungan dasar akuntansi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan linier berikut ini :

TR = FC + (V x TR) + LDimana :– TR = Total penghasilan (Total Revenue)– FC = Total biaya tetap (Total Fixed Cost)– V = Biaya variabel per Rp.1 penghasilan (total

biaya dibagi total penghasilan)– L = Laba

Page 19: Analisis Laporan Keuangan

Pendekatan persamaan

• Dengan menggunakan persamaan linier tersebut, tingkat penjualan yang diperlukan untuk mencapai laba yang ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut :

TR – (V x TR) = FC + L

TR(1 – V) = FC + L

TR = FC + L = Total biaya tetap + laba (1-V) = contribution margin per rupiah

penjualan

Page 20: Analisis Laporan Keuangan

Pendekatan persamaan

• Dengan demikian, untuk laba sama nol, yang berarti tercapai kondisi impas, maka titik impas dalam satuan rupiah dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : TR (BE) = FC = Total biaya tetap

(1-V) = contribution margin per rupiah penjualan

• Contribution margin per rupiah penjualan, yang sering dikenal dengan istilah C/M ratio adalah bagian dari setiap satu rupiah penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan memberikan laba.

• Di bawah titik impas, contribution margin ini hanya untuk menutup biaya tetap, sedangkan di atas titik impas, bagian dari penjualan ini dapat digunakan untuk memberikan kenaikkan laba.

Page 21: Analisis Laporan Keuangan

Untuk memperjelas penentuan impas, berikut ini disajikan data yang diperoleh dari anggaran fleksibel PT Intan Putri

Sejati untuk tahun 2010

Total penjualan pada kapasitas normal Rp.6.000.000

Total biaya tetap 1.600.000

Total biaya variabel pada kapasitas normal 3.600.000

Harga Jual per unit 400

Biaya variabel per unit 240

Atas dasar data ini, maka titik impas (BE) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

TR (BE) = Rp.1.600.000 = Rp.1.600.000 = Rp.4.000.000

1 – (Rp.3.600.000 / Rp.6.000.000) 0,4

TR (BE) = Rp.1.600.000

1 – (Rp.240 / Rp.400)

Page 22: Analisis Laporan Keuangan

• Dari contoh perhitungan dilihat bahwa titik impas ada pada tingkat penjualan Rp.4.000.000.

• Apabila semua biaya tetap telah dapat ditutup, maka setiap tambahan satu rupiah penjualan merupakan laba.

• Apabila kita mempunyai target laba, maka untuk menentukan tingkat penjualan sesuai dengan target laba adalah dengan alternatif cara sebagai berikut :TR = Rp.1.600.000 + Rp.400.000 = Rp.5.000.000 1 – (Rp.240/Rp400)

• Oleh karena setiap unit produk dijual dengan harga Rp.400, maka jumlah unit produk yang harus dijual pada kondisi impas sebanyak 10.000 unit. (Rp.4.000.000/Rp.400)

• Sedangkan jumlah unit produk yang harus dijual untuk dapat mencapai target laba sebesar Rp.400.000 adalah sebanyak 12.500 unit. (Rp,5.000.000/Rp.400)

Page 23: Analisis Laporan Keuangan

• Selain menggunakan pendekatan rupiah penjualan, analisis impas dan biaya-volume-laba juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan unit penjualan.

• Pada pendekatan unit produk, persamaan dasar diubah untuk memasukkan kuantitas produk, harga jual dan biaya variabel per unit, sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut :

TR = FC + (V x TR) + L

Page 24: Analisis Laporan Keuangan

• Oleh karena total penjualan sama dengan harga jual per unit dikalikan dengan total unit yang dijual, dan karena total biaya variabel sama dengan biaya variabel per unit dikalikan dengan total unit yang dijual, maka persamaan tersebut menjadi sebagai berikut :

P x Q = FC + (VC x Q) + L

Dimana :– P = Harga jual per unit (Price)– Q = Kuantitas produk yang dijual (Quantity)– FC = Total biaya tetap (Fixed Cost)– VC = Biaya variabel per unit (Variable Cost)– L = Laba

Page 25: Analisis Laporan Keuangan

• Pada persamaan linier yang baru ini, variabel yang tidak diketahui adalah Q, yaitu jumlah unit (kuantitas) produk yang dijual, yang dihitung dengan cara sebagai berikut :

P x Q = FC + (VC x Q) + L(P x Q) – (VC x Q) = FC + LQ x (P – VC) = FC + L

Q = FC + L = Total biaya tetap + Laba (P – V) = Contribution margin per unit

• Dengan menggunakan contoh di muka, tingkat penjualan dalam unit yang diperlukan untuk mencapai laba nol (impas) dan target laba Rp.400.000, masing-masing adalah 10.000 dan 12.500 unit, yang dihitung dengan cara :Q (BE) = FC = Rp.1.600.000 = 10.000 unit

(P – V) = (Rp.400 - Rp.240)

Q = FC + L = Rp.1.600.000 + Rp.400.000 = 12.500 unit (P – V) = (Rp.400 – Rp.240)

Page 26: Analisis Laporan Keuangan

Pendekatan Grafik

0

Jumlah Biaya

500

1000

1500

2000

500 1000 1500 2000

Volume

Biaya Variabel

Biaya Tetap

Titik Impas

Jumlah Penghasilan

Daerah Laba

Daerah Rugi

Jum

lah P

engh

asi

lan d

an

B

iaya

Page 27: Analisis Laporan Keuangan

Analisis Impas dan Biaya-Volume-Laba untuk Pengambilan Keputusan

• Meskipun memiliki keterbatasan, analisis biaya-volume-laba tetap menawarkan berbagai aplikasi baik untuk pengujian usulan tindakan, untuk mempertimbangkan alternatif atau tujuan pengambilan keputusan lainnya. Sebagai contoh, teknik analisis ini memungkinkan penentuan pengaruh perubahan biaya tetap atau variabel terhadap laba sebagai akibat dilakukannya pergantian mesin.

Page 28: Analisis Laporan Keuangan

Analisis Impas dan Biaya-Volume-Laba untuk Pengambilan Keputusan

• Dengan menggunakan analisis biaya-volume-laba, manajemen harus dapat memahami beberapa hal berikut ini :– Perubahan pada biaya variabel per unit akan

mengakibatkan perubahan contribution margin ratio dan titik impas.

– Perubahan pada harga jual per unit akan mengakibatkan perubahan contribution margin ratio dan titik impas.

– Perubahan pada biaya tetap akan mengubah titik impas, akan tetapi tidak mengubah contribution margin.

– Perubahan pada biaya tetap dan biaya variabel secara simultan dengan arah yang sama, akan mengakibatkan perubahan yang sangat tajam pada titik impas.

Page 29: Analisis Laporan Keuangan

Untuk memperjelas manfaat analisis impas dan biaya-volume-laba dalam pengambilan keputusan, digunakan contoh kasus hotel “Citra Yogya” yang memiliki 30 kamar, yang menyajikan laporan laba-rugi untuk tahun 2010 sebagai berikut :

Total Per kamar/hari

Penjualan Rp.306.000 Rp.40,00

Biaya variabel 113.00 14,77

Contribution Margin 193.000 25,23

Total biaya tetap 181.000

Laba 12.000

Page 30: Analisis Laporan Keuangan

• Berdasarkan informasi di atas, dapat dihitung biaya variabel dalam satuan persentase atas penjualan sebesar 37%, sehingga contribution margin ratio adalah 63% (100% dikurangi 37%). Ratio biaya variabel sebesar 37% tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut :Total biaya variabel x 100%Total penjualanRp.113.000.000 x 100% = 37%Rp.306.000.000

• Contribution margin sebesar 63% tersebut dapat juga dihitung secara langsung dengan cara membagi contribution margin dengan total penjualan (Rp.193.000.000/Rp.306.000.000)

Page 31: Analisis Laporan Keuangan

• Atas dasar data tersebut akan dapat dijawab beberapa pertanyaan berikut ini :1. Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan

mencapai kondisi impas?2. Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan dapat

mencapai laba yang ditargetkan?3. Berapa rupiahkah penjualan harus dinaikkan untuk dapat

menutup tambahan biaya tetap?4. Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk dapat

menutup perubahan biaya variabel?5. Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variabel yang terjadi

secara simultan terhadap laba yang diperoleh hotel?6. Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun

agar hotel tidak menderita kerugian?7. Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat

penjualan dalam unit?8. Apabila tarif kamar mengalami perubahan, bagaimanakah

perubahan ini akan mempengaruhi jumlah kamar yang dijual?9. Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya?10.Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan

impas?

Page 32: Analisis Laporan Keuangan

Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan mencapai kondisi impas?

Target Penjualan = Total biaya tetap + laba Contribution margin ratio

• Dengan demikian, untuk hotel “Citra Yogya” yang memiliki total biaya tetap Rp.181.000.000/tahun dan contribution ratio 63% harus mampu memperoleh total penjualan sebesar Rp.287.000.000 ((Rp.181.000.000+0)/0,63)) agar dicapai kondisi impas.

Page 33: Analisis Laporan Keuangan

Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan dapat mencapai laba yang ditargetkan?

• Apabila pengelola hotel “Citra Yogya” menginginkan target laba Rp.39.000.000 untuk tahun 2010 (bukan tingkat laba sekarang sebesar Rp.12.000.000), maka target penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut :Target Penjualan = Rp.181.000.000 – Rp.39.000.000

0,63= Rp. 349.206.000 dibulatkan menjadi

Rp.349.000.000

Page 34: Analisis Laporan Keuangan

Berapa rupiahkah penjualan harus dinaikkan untuk dapat menutup tambahan biaya tetap?

• Normalnya, apabila biaya tetap mengalami kenaikkan, sementara tidak terjadi perubahan pada tarif kamar, laba yang akan diperoleh hotel akan mengalami penurunan sebesar kenaikan biaya tetap tersebut.

• Untuk menjawab pertanyaan di atas, sebagai contoh bila pengelola hotel bermaksud menaikan biaya iklan sebesar Rp.5.000.000 per tahun dan tetap ingin mempertahankan target laba sebesar Rp. Rp.12.000.000, maka tingkat penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut := Rp.181.000.000 + Rp.5.000.000 + Rp.12.000.000

0,63= Rp.314.286.000 (dibulatkan menjadi Rp.314.000.000)

Page 35: Analisis Laporan Keuangan

Berapa rupiahkah penjualan harus dinaikkan untuk dapat menutup tambahan biaya tetap?

• Hasil ini menunjukkan bahwa untuk menutup kenaikkan biaya iklan tersebut, hotel harus mampu mencapai penjualan sebesar Rp.314.000.000 per tahun, yang berarti naik Rp.8.000.000 dari tingkat penjualan saat ini.

Penjualan 314.000

Biaya variabel 37% x penjualan 116.000

Biaya tetap 186.000

Total biaya 302.000

Laba 12.000

Page 36: Analisis Laporan Keuangan

Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk dapat menutup perubahan biaya variabel?

• Perubahan pada biaya variabel akan menyebabkan perubahan besarnya contribution margin. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan biaya variabel, maka harus dihitung lebih dahulu contribution margin yang baru.

• Biaya variabel hotel “Citra Yogya” saat ini adalah 37%, yaitu antara total biaya variabel dan total penjualan.

• Apabila misalnya biaya variabel mengalami kenaikkan (sebagai akibat adanya kenaikkan biaya gaji) dari 37% menjadi 39%, maka contribution margin ratio yang bari menjadi 61% (100% - 39%)

Page 37: Analisis Laporan Keuangan

Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk dapat menutup perubahan biaya variabel?

• Apabila dengan contribution margin ratio sebesar 39% ini pengelola hotel masih tetap menginginkan target laba sebesar Rp.12.000.000 (biaya tetap tidak berubah), maka tingkat penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut := Rp.181.000.000 + Rp.12.000.000

0,61= Rp.316.393.000 (dibulatkan menjadi Rp.316.000.000)

Page 38: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variabel yang terjadi secara simultan terhadap laba yang

diperoleh hotel?• Perubahan yang terjadi pada berbagai variabel secara

simultan juga dapat dipecahkan dengan mudah menggunakan persamaan impas ini.

• Sebagai contoh, selama tahun 2010 pengelola hotel merencanakan untuk menaikkan biaya iklan sebesar Rp.5.000.000, biaya gaji (yang mengakibatkan contribution margin ratio menjadi 61%) dan target laba menjadi Rp.20.000.000, maka tingkat penjualan yang harus diperoleh adalah sebagai berikut := Rp.181.000.000 + Rp.5.000.000 + Rp.20.000.000

0,61= Rp. 337.705.000 Dibulatkan menjadi Rp.338.000.000

Page 39: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variabel yang terjadi secara simultan terhadap laba yang

diperoleh hotel?• Hasil ini bisa dibuktikan dengan perhitungan laba rugi

sebagai berikut :

Penjualan 338.000

Biaya variabel 39% x penjualan 132.000

Biaya tetap 186.000

Total biaya 318.000

Laba 20.000

Page 40: Analisis Laporan Keuangan

Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita

kerugian?• Informasi yang dikembangkan dari analisis impas

dan biaya-volume-laba menawarkan tambahan data yang sangat berguna, yaitu margin of safety. Margin of Safety menunjukkan berapa penjualan ditargetkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian.

• Margin of safety yang dinyatakan dalam persentase atas dasar penjualan disebut margin of safety ratio (M/S ratio), yang dihitung dengan formula sebagai berikut :M/S = Penjualan dianggarkan – Penjualan impas Penjualan dianggarkan (ditargetkan)

Page 41: Analisis Laporan Keuangan

Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita

kerugian?• Pada uraia sebelumnya diketahui bahwa penjualan

impas untuk hotel “Citra Yogya” adalah Rp.287.000.000. Apabila pengelola hotel menargetkan penjualan sebesar Rp.360.000.000, maka besarnya margin of safety ratio adalah sebagai berikut :M/S Ratio = Rp.360.000.000 – Rp.287.000.000

Rp.360.000.000= 20,28% dibulatkan menjadi 20%

• Dengan demikian, apabila hotel menargetkan penjualan sebesar Rp.360.000.000, maka agar tidak mengalami kerugian, maksimum penjualan boleh turun sebesar 20% (target penjualan tersebut harus dicapai minimum 80%)

Page 42: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit?

• Untuk hotel, perhitungan target penjualan dalam satuan unit (jumlah hari kamar yang dijual) akan lebih berguna, terutama untuk menentukan tingkat hunian (occupancy rate) kamar hotel.

• Sebagai contoh, hotel “Citra Yogya” yang memiliki 30 kamar, untuk tahun 2010 menargetkan laba sebesar Rp.20.000.000. biaya tetap per tahun Rp.186.000.000 (termasuk iklan). Tarif kamar yang dikenakan adalah Rp.40.000/hari dengan biaya variabel sebesar Rp.15.600 (39% tarif kamar). Untuk mencapai target laba tersebut, maka jumlah kamar yang harus dijual (pertahun) adalah sebagai berikut :TP = Rp.186.000.000 + Rp.20.000.000 = 8443 hari kamar (Rp.40.000 – Rp. 15.600)

Page 43: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit?

• Hasil ini bisa dibuktikan dengan perhitungan laba rugi sebagai berikut :

Penjualan (8.443 x Rp.40) 337.700

Biaya variabel 39% x penjualan 131.700

Biaya tetap 186.000

Total biaya 317.700

Laba 20.000

Page 44: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit?

• Dengan diketahuinya tingkat penjualan dalam satuan unit (hari kamar), dapat dihitung tingkat hunian (occupancy rate) kamar hotel selama periode tertentu, misalnya satu tahun. Untuk mencapai target penjualan sebesar Rp.306.000.000 pada contoh dimuka, hotel “Citra Yogya” harus mampu menjual 7.650 hari kamar (Rp.306.000.000 dibagi Rp.40.000), yang apabila dinyatakan dalam tingkat hunian menjadi :Jumlah hari kamar terjual per tahun x 100%Jumlah hari kamar tersedia per tahun= 7.650 hari kamar x 100% = 70% (30 x 365) hari kamar

Page 45: Analisis Laporan Keuangan

Apabila tarif kamar mengalami perubahan, bagaimanakah perubahan ini akan mempengaruhi

jumlah kamar yang dijual?

• CM yang dinyatakan dalam rupiah (dan bukan dalam persentase) juga berguna untuk menentukan pengaruh perubahan tarif kamar. Sebagai contoh, hotel “Citra Yogya” yang memiliki total biaya tetap Rp.186.000.000, biaya variabel Rp.15.600/kamar/hari, dan menargetkan laba sebesar Rp.20.000.000, selama tahun 2010 bermaksud menurunkan tarif kamar sebesar 10%, dengan kata lain tarif rata-rat kamar menjadi Rp.36.000/kamar/hari.

Page 46: Analisis Laporan Keuangan

Apabila tarif kamar mengalami perubahan, bagaimanakah perubahan ini akan mempengaruhi jumlah kamar yang dijual?

• Untuk dapat mempertahankan target laba sebesar Rp.20.000.000 tersebut, hotel “Citra Yogya” harus mampu menjual kamar sebesar := Rp.186.000.000 + Rp.20.000.000 (Rp.36.000 – Rp.15.600)= 10.098

• Yang bila dinyatakan dalam tingkat hunian (occupancy rate) menjadi sebagai berikut := 10.098 hari kamar x 100% = 92% (30 x 365) hari kamar

• Dengan demikian, untuk mengkompensasi penurunan tarif kamar sebesar 10%, tingkat hunian hotel harus dinaikkan dari 77% menjadi 92%, yang berarti naik sebesar 15% atau rata-rata hotel harus mampu menjual tambahan kamar sebanyak 4,5 kamar per hari (15% x 30 kamar)

Page 47: Analisis Laporan Keuangan

Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya?

• Titik penutupan usaha (Shut-down point/SDP) adalah titik potong antara garis total biaya dan garis total penghasilan. Titik penutupan ini berada disebelah kiri titik impas yang berarti di daerah rugi. Titik penutupan usaha merupakan batas kapan suatu usaha sebaiknya ditutup, yang dihitung dengan formula sebagai berikut :SDP = Total biaya tetap tunai

CM ratio atau CM (Rp)

Page 48: Analisis Laporan Keuangan

Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya?

• Apabila biaya tetap hotel “Citra Yogya” pada contoh di muka sebesar Rp.181.000.000 tersebut, 60% diantaranya merupakan biaya tunai, maka titik penutupan usaha hotel ini adalah sebagai berikut :SDP = 60% x Rp.181.000.000

(Rp.40.000 – Rp.15.600) = 4.450,82 hari atau dibulatkan menjadi 4.451 hari

kamar

• Jadi jika hotel “Citra Yogya” selama satu tahun mampu menjual minimum sebanyak 4.451 hari kamar dari 30 kamar yang dimiliki, hotel masih bisa beroperasi, meskipun menderita kerugian. Akan tetapi, apabila ternyata kamar yang dijual kurang dari 4.451 hari kamar per tahun. Maka sebaiknya hotel menutup usaha.

Page 49: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan impas?

• Apabila pajak dilibatkan dalam analisis impas, maka persamaan impas perlu disesuaikan dengan mengganti “laba yang ditargetkan” dengan “laba sebelum pajak. Maka formulanya menjadi sebagai berikut :

TP = Total biaya tetap + laba sebelum pajak

Contribution margin ratio

Page 50: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan impas?

• Maka apabila kita menginginkan target laba bersih setelah pajak sebesar Rp.39.000.000, dan tarif pajak sebesar 45%, kita harus menghitung dahulu besar laba sebelum pajak dengan formula berikut :

LBS = Laba setelah Pajak

(1 – tarif pajak)

= Rp.39.000.000

(1 – 0,45)

= Rp. 70.909.000

dibulatkan menjadi Rp. 71.000.000

Page 51: Analisis Laporan Keuangan

Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan impas?

• Dengan demikian, dengan total biaya tetap sebesar Rp.181.000.000 dan CM ratio 63%, maka untuk mencapai laba setelah pajak Rp.39.000.000, maka total penjualan sebagai berikut :

TP = Rp.181.000.000 + Rp.71.000.000

0,63

= Rp.400.000.000

Page 52: Analisis Laporan Keuangan

Komposisi penjualan dan analisis impas

• Apabila perusahaan menjual lebih dari satu jenis produk, maka analisis impas akan menjadi lebih kompleks. Alasannya, produk yang berbeda mempunyai harga jual, biaya variabel dan contribution margin yang berbeda pula. Konsekuensinya. Titik impas akan sangat bergantung pada komposisi produk yang dijual.

• Untuk memperjelas pengaruh komposisi terhadap penentuan impas, berikut ini disajikan sebuah contoh perusahaan yang menjual tiga jenis produk.

Page 53: Analisis Laporan Keuangan

Komposisi penjualan dan analisis impasReguler Deluxe Super

Harga jual per unit Rp.200 Rp.300 Rp.500

Biaya variabel per unit 120 150 200

CM/unit 80 150 300

CM ratio 40% 50% 60%

Total biaya tetap per bulan adalah sebesar Rp.9.225.000. Komposisi penjualan yang selama ini dicapai oleh perusahaan masing-masing adalah 60% untuk reguler, 30% untuk deluxe dan 10% untuk super.

Page 54: Analisis Laporan Keuangan

Komposisi penjualan dan analisis impas

Produk CM Komposisi CM rata-rata

Reguler Rp.80 60% Rp.48

Deluxe 150 30% 45

Super 300 10% 30

CM rata-rata tertimbang 123

Sebelum menghitung titik impas, terlebih dahulu harus dihitung CM ratio rata-rata tertimbang dengan cara sebagai berikut :

Page 55: Analisis Laporan Keuangan

Komposisi penjualan dan analisis impas

• Titik impas perusahaan (dalam unit) dihitung dengan cara sebagai berikut :BEP = Total biaya tetap

CM rata2 tertimbang = Rp.9.225.000 Rp.123 = 75.000 unit

• Komposisi penjualan untuk masing-masing produk pada kondisi impas adalah– Reguler 45.000 unit (60%)– Deluxe 22.500 unit (30%)– Super 7.500 unit (10%)