ANALISIS KORAGAM UNTUK MENILAI PREFERENSI … · analisis koragam untuk menilai preferensi konsumen...
Transcript of ANALISIS KORAGAM UNTUK MENILAI PREFERENSI … · analisis koragam untuk menilai preferensi konsumen...
ANALISIS KORAGAM UNTUK MENILAI PREFERENSI
KONSUMEN TERHADAP MEREK KOPI PUTIH
CITRA MUFIDAH LESTARI
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Koragam untuk
Menilai Preferensi Konsumen Terhadap Merek Kopi Putih adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Citra Mufidah Lestari
NIM G14110064
ABSTRAK
CITRA MUFIDAH LESTARI. Analisis Koragam untuk Menilai Preferensi
Konsumen Terhadap Merek Kopi Putih. Dibimbing oleh KHAIRIL ANWAR
NOTODIPUTRO dan BAGUS SARTONO.
Inovasi produk kopi putih yang saat ini menjadi tren mengakibatkan
persaingan yang ketat antara produsen-produsen kopi. Suatu produsen kopi, yaitu
PQR ingin mengeluarkan produk baru yaitu produk kopi putih. Produk baru
tersebut akan dibandingkan dengan merek pesaing maupun kopi produksi PQR
sebelumnya. Analisis yang digunakan untuk membandingkan tiga merek kopi putih
tersebut adalah analsis koragam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor
merek dan responden berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen dengan
nilai p masing-masing sebesar 0.008 dan 0.000. Kopeubah yaitu aroma kopi, aroma
susu, warna kopi, rasa susu, rasa manis, dan kekentalan keseluruhan berpengaruh
nyata, sedangkan kekentalan susu dan usia responden tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat preferensi merek kopi putih oleh konsumen. Uji Tukey pada faktor
merek menunjukkan Kopi X dan Kopi Z sama baiknya dan lebih disukai daripada
Kopi Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kopi X sebagai produk baru dari
produsen PQR sudah mampu bersaing di pasaran dengan produk pesaing Kopi Z,
dan sudah lebih baik daripada kopi yang diproduksi sebelumnya yaitu Kopi Y.
Kata kunci: Analisis koragam, kopeubah, kopi putih
ABSTRACT
CITRA MUFIDAH LESTARI. Analysis of Covariance for Assessing Consumer
Preferences on White Coffee Brands. Supervised by KHAIRIL ANWAR
NOTODIPUTRO dan BAGUS SARTONO.
White coffee product innovation that is currently the trend resulted in stiff
competition among coffee producers. A coffee producers, namely PQR want to
release a new product that is the product of white coffee. The new product will be
compared with competitive brands or coffee that PQR produced before. The
analysis used to compare three brands of white coffee is the analysis of covariance.
Results from this study indicate factors influence the respondents brand and
consumer preference level with a p-value respectively 0.008 and 0.000. Covariate
namely the aroma of coffee, milk aroma, color of coffee, milk flavor, sweetness,
and overall viscosity is significant, while viscosity of the milk and the age of the
respondents did not significantly affect the level of white coffee brand preference
by consumers. Tukey test showed brand Coffee X and Coffee Z is just as good and
preferable than Coffee Y. It can be concluded that the Coffee X as a new product
from the manufacturer PQR has been able to compete on the market with competitor
products Coffee Z, and it is better than coffee that produced before, that is Coffee
Y.
Keywords: Analysis of Covariance, covariate, white coffee
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika
pada
Departemen Statistika
ANALISIS KORAGAM UNTUK MENILAI PREFERENSI
KONSUMEN TERHADAP MEREK KOPI PUTIH
CITRA MUFIDAH LESTARI
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
dengan rahmat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Tema yang dipilih yaitu tingkat kesukaan konsumen terhadap produk kopi putih,
dengan judul Analisis Koragam untuk Menilai Preferensi Konsumen terhadap
Merek Kopi Putih.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Khairil Anwar
Notodiputro, MS dan Bapak Dr Bagus Sartono, MSi selaku pembimbing atas segala
bimbingan, kesabaran, perhatian, dan dorongan yang diberikan kepada penulis
selama penulisan karya ilmiah, serta Bapak Bambang S.L Tobing dan Bapak Kelik
Harjono dari Pixel Research atas bimbingan dan sarannya. Terima kasih juga
kepada mama Siti Chasanah, ayah Hendro Prasetiyono, pakde Juliardi Aminudin,
bude Endah Suwarni, Rosa, Firda, Ryan, dan seluruh keluarga penulis. Karya
ilmiah ini juga penulis hadiahkan untuk almarhum papa tercinta, Machfud Effendi.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk Rumpi (Nay, Hesti, Adis, Ina,
Veti, Metti, dan Farah), osy, dan kak indah atas dukungannya, doa, dan kasih
sayangnya dalam pembuatan tulisan ini. Selain itu, terima kasih juga kepada Iqbal
atas ilmu dan bantuannya selama kuliah dan penulisan skripsi, teman-teman
sebimbingan, teman-teman statistika 48, dosen beserta staf tata usaha Departemen
Statistika, dan seluruh pihak yang telah membantu terealisasinya karya ilmiah ini.
Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2015
Citra Mufidah Lestari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Metode Pengumpulan Data 2
Teknik Survei 2
Metode Evaluasi Produk 3
Pemilihan Model Terbaik 3
Analisis Koragam 4
METODOLOGI 6
Data 6
Metode Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Karakteristik Responden 10
Pemilihan Model Terbaik 12
Mengatasi Pencilan Menggunakan Pendekatan Winsor 12
Pengujian Asumsi Analisis Koragam 12
Hasil Analisis Koragam 13
SIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis ragam pada perhitungan analisis koragam 14 2 Nilai dugaan kopeubah 15 3 Least square means dari faktor merek 16 4 Uji lanjut BNJ/Uji Tukey pada faktor merek 16
DAFTAR GAMBAR
1 Banyaknya responden berdasarkan jenis kelamin 10 2 Banyaknya responden berdasarkan jenis 11 3 Persentase banyaknya responden berdasarkan usia 11 4 Plot peluang normal dari sisaan 13
5 Plot antara sisaan dan nilai dugaan y 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil best subsets regression 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari masyarakat dari
segala kalangan. Umumnya masyarakat mengkonsumsi kopi dengan alasan untuk
meningkatkan kesegaran dan mencegah kantuk agar tetap dapat bekerja dan
berpikir dengan tubuh yang segar dan bugar. Tingginya tingkat konsumsi kopi di
Indonesia membuat pasar produk kopi juga terus berkembang dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013, tingkat konsumsi kopi di Indonesia diperkirakan telah mencapai
1 kilogram/kapita/tahun (AEKI 2013).
Seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia, jenis produk kopi
yang beredar pun terus bertambah. Inovasi terbaru dari kategori produk kopi adalah
munculnya merek kopi putih dalam kemasan instan. Merek suatu produk tidak
hanya berarti sebuah nama atau simbol, tetapi merek juga dapat meningkatkan
preferensi konsumen, membentuk loyalitas pelanggan, dan dapat menjadi
keunggulan bersaing bagi perusahaan (Aaker 1997). Merek merupakan kunci dalam
hubungan perusahaan dengan konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (2013),
merek dapat merepresentasikan persepsi dan perasaan konsumen terhadap produk
dan kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, merek juga menjadi salah satu aset untuk
menguasai pangsa pasar.
Produsen perlu melakukan evaluasi terhadap produk mereka sebelumnya atau
produk pesaing melalui pengujian pasar dalam upaya pengembangan produk. Hal
ini dilakukan agar produsen mengetahui atribut apa saja dari produk-produk
tersebut yang dinilai baik dan dinilai rendah oleh konsumen. Atribut-atribut yang
dinilai baik harus dipertahankan oleh produsen sedangkan atribut-atribut yang
dinilai rendah harus diperbaiki lagi.
Studi kasus pada penelitian ini yaitu produsen kopi PQR ingin
mengeluarkan produk baru yaitu produk kopi putih. Produk baru tersebut akan
dibandingkan dengan merek pesaing maupun kopi produksi PQR sebelumnya.
Penelitian ini mengevaluasi tiga produk kopi putih untuk mengetahui atribut-atribut
yang mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen. Atribut-atribut yang diukur
meliputi aroma kopi, warna produk, aroma susu, kekentalan secara keseluruhan,
kekentalan susu, rasa kopi, rasa susu, rasa pahit, dan rasa manis. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis koragam dengan rancangan acak
lengkap.
Analisis koragam merupakan penggabungan antara analisis ragam dan
regresi. Analisis koragam mengukur pengaruh suatu faktor dengan menyertakan
pengaruh kopeubah (covariate). Kopeubah dari faktor tersebut digunakan untuk
menduga peubah respon dalam model (Montgomery 2007).
Analisis koragam dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap atribut
terhadap tingkat preferensi merek kopi putih oleh konsumen. Dalam hal ini, rata-
rata dari skor tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap
atribut menjadi peubah kopeubah karena keragamannya sulit dikontrol oleh peneliti,
sedangkan merek dan responden akan menjadi peubah bebas (faktor).
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat kesukaan, tingkat
intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap atribut kopi putih terhadap tingkat
preferensi merek kopi putih dan menentukan merek yang paling disukai oleh
konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Pengumpulan Data
Central Location Testing (CLT)
Central Location Testing (CLT) merupakan suatu teknik penelitian yang
melibatkan responden, dimana responden diundang ke suatu tempat yang
ditentukan untuk mengevaluasi produk-produk yang akan diujikan. CLT biasanya
digunakan untuk penelitian mengenai Concept Test, Product Test, Sensory
Research, Advertising atau Copy Test dan Packaging Test.
Ketika produk yang akan diuji perlu disimpan pada kondisi tertentu (secara
terkontrol) maka CLT akan menjadi pendekatan terbaik dalam mengevaluasi
produk tersebut. Jenis pendekatan ini juga sangat berguna jika produk yang akan
diuji terbatas.
CLT berupa interview yang berlangsung secara tatap muka dan dapat
mencapai tanggapan yang lebih tinggi dan hasil yang lebih baik jika dilakukan
survei yang memakan waktu lama. Kelebihan metode CLT adalah dapat
memperoleh partisipasi berupa gagasan yang lebih banyak dari responden dan
untuk memastikan keamanan yang ketat serta menjaga kerahasiaan ide atau konsep
yang tidak ditemui dalam teknik survei lainnya. (ESOMAR 1998)
Teknik Survei
Face-to-face Interview
Face-to-face interview adalah metode pengumpulan data dimana
pewawancara berkomunikasi secara langsung dengan responden menggunakan
instrumen (biasanya kuesioner) yang telah disiapkan. Metode ini memungkinkan
untuk mendapatkan informasi yang faktual, evaluasi konsumen, preferensi, dan
informasi lainnya. Dengan demikian, metode face-to-face interview menjamin
kualitas data yang diperoleh dan meningkatkan tingkat respon konsumen (Solomon
et al. 2011).
3
Metode Evaluasi Produk
Blind Taste Test
Blind taste test adalah salah satu metode yang digunakan di bidang riset
pemasaran untuk membandingkan dua merek atau lebih yang bersaing dan untuk
mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana sebuah merek dapat
memperbaiki sebuah produk. Pada saat melakukan evaluasi, responden tidak
mengetahui merek atau karakteristik dari produk yang diujikan. Jenis tes ini hanya
dapat digunakan untuk produk makanan ataupun minuman (Tan 2011).
Sequential Monadic Testing
Sequential Monadic Testing adalah metode yang digunakan untuk
mengevaluasi dua atau lebih produk secara bergantian. Setelah mencoba dan
memberi skor pada masing-masing produk, responden diminta untuk
membandingkan produk tersebut dan menentukan produk yang paling disukai.
Keuntungan menggunakan metode sequential monadic testing yaitu dapat
mengevaluasi beberapa produk sekaligus dengan jumlah responden yang sedikit
sehingga dapat meminimumkan biaya (Isaacson & Lesnick 2012).
Pemilihan Model Terbaik
Best Subset Regression
Model regresi terbaik merupakan model yang diperoleh dari hasil pemilihan
peubah-peubah bebas dari sekian banyak peubah bebas yang terdapat pada data.
Model tersebut dapat menjelaskan peubah tak bebas atau peubah respon dengan
baik berdasarkan peubah bebas yang terpilih. Ada beberapa metode yang bisa
digunakan dalam pemilihan model regresi terbaik, salah satunya yaitu best subset
regression (Hanum 2011).
Best subset regression memulai pemilihan dengan model paling sederhana
yaitu model dengan satu peubah. Selanjutnya dimasukkan peubah bebas lain satu
per satu sampai diperoleh model yang memenuhi kriteria terbaik. Kriteria
didasarkan kepada nilai R2 dan R2 adjusted yang tinggi, nilai Cp Mallows yang
paling mendekati dengan banyaknya peubah yang digunakan, serta nilai simpangan
baku yang kecil (Draper dan Smith 1992).
Cp Mallows merupakan nilai dugaan yang diperoleh dari persamaan regresi
berdasarkan sebagian peubah bebas yang pada umumnya bias. Penilaian kebaikan
model digunakan means square error (MSE) dengan ragam dan biasnya. Rumus
Cp Mallows dapat dihitung sebagai berikut:
𝐶𝑝 = 𝐽𝐾𝑆𝑝
𝑠2− (𝑛 − 2𝑝)
dengan JKSp yaitu jumlah kuadrat sisa dari model, 𝑠2 yaitu kuadrat tengah sisa, n
yaitu banyaknya amatan, dan p yaitu banyaknya parameter dalam model, termasuk
β0. Penyimpangan nilai Cp dari p atau titik di atas garis Cp = p digunakan sebagai
4
ukuran bias. Model terbaik yaitu yang memiliki nilai Cp yang paling mendekati
banyaknya peubah bebas yang digunakan dalam model (Draper dan Smith 1992).
Analisis Koragam
Analisis koragam adalah salah satu teknik statistika yang berguna untuk
meningkatkan ketepatan suatu percobaan. Ide dasar analisis koragam yaitu
menambahkan kopeubah ke dalam model dengan tujuan mengurangi faktor acak
yang tidak dapat dijelaskan. Kopeubah merupakan peubah tak terkendali yang
memiliki hubungan dengan respon yang diamati. Metode ini dapat diterapkan jika
kopeubah memiliki hubungan dengan respon tetapi tidak memiliki dampak
terhadap faktor perlakuan (Dean & Voss 1999).
Penggunaan peragam untuk mengendalikan galat merupakan cara
meningkatkan ketepatan pendugaan dengan mengeluarkan beberapa pengaruh yang
tidak dapat dikendalikan, yaitu melalui teknik regresi. Analisis koragam menjadi
alternatif apabila dalam unit percobaan ditemukan terlalu banyak peubah yang tidak
dapat dikendalikan tetapi memiliki pengaruh terhadap respon. Pemilihan kopeubah
yang kurang tepat dapat mengakibatkan galat percobaan yang semakin besar.
Besarnya galat percobaan dapat diperkecil sesuai dengan keeratan hubungan antara
respon yang diamati dengan kopeubah yang dipilih (Mattjik & Sumertajaya 2013).
Analisis koragam merupakan penggabungan dari analisis ragam dan analisis
regresi. Analisis ragam digunakan untuk menguji perbandingan peubah respon
ditinjau dari peubah bebas (faktor) sedangkan analisis regresi digunakan untuk
menduga peubah respon melalui kopeubah. Model analisis koragam merupakan
gambaran antara model linier rancangan yang digunakan dengan kopeubah.
Asumsi analisis koragam menurut Dean dan Voss (1999) adalah sebagai
berikut:
1. Peubah X dan Y memiliki hubungan linear
2. Peubah X tidak dipengaruhi oleh perlakuan atau bebas terhadap
perlakuan
3. Hubungan antara Y dan X sama pada setiap perlakuan
4. Galat percobaan menyebar normal dengan nilai tengah = 0 dan ragam =
σ2
Model linier analisis koragam untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL)
adalah:
𝑦𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜏𝑖 + 𝛽 (𝑥𝑖𝑗 − �̅�. . ) + 휀𝑖𝑗 (1)
Keterangan:
i = 1, 2, ...., a; a = banyaknya perlakuan
j = 1, 2, ...., n; n = banyaknya ulangan
yij = nilai pengamatan dari peubah respon pada perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j
µ = rataan umum
τi = pengaruh aditif perlakuan ke-i
β = koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan yij pada 𝑥𝑖𝑗
𝑥𝑖𝑗= pengukuran peubah kopeubah yang dihasilkan dari perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j bersesuaian dengan yij
�̅�.. = nilai rata-rata peubah kopeubah
5
εij = komponen galat yang timbul pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i.
Pendugaan Pengaruh Kopeubah dan Pengaruh Perlakuan
Sebelum dilakukan pendugaan parameter dan analisis, perlu diketahui notasi-
notasi berikut:
Jumlah Kuadrat dan hasil kali total
𝑆𝑥𝑥 = ∑ ∑ 𝑥𝑖𝑗2
𝑛
𝑗=1
𝑎
𝑖=1
− 𝑥..
2
𝑎𝑛
𝑆𝑦𝑦 = ∑ ∑ 𝑦𝑖𝑗2
𝑛
𝑗=1
𝑎
𝑖=1
− 𝑦..
2
𝑎𝑛
𝑆𝑥𝑦 = ∑ ∑(𝑥𝑖𝑗)(𝑦𝑖𝑗)
𝑛
𝑗=1
𝑎
𝑖=1
− (𝑥..)(𝑦..)
𝑎𝑛
Jumlah kuadrat dan hasil kali perlakuan
𝑇𝑥𝑥 = 1
𝑛∑ 𝑥𝑖.
2
𝑎
𝑖=1
− 𝑥..
2
𝑎𝑛
𝑇𝑦𝑦 = 1
𝑛∑ 𝑦𝑖.
2
𝑎
𝑖=1
− 𝑦..
2
𝑎𝑛
𝑇𝑥𝑦 = 1
𝑛∑(𝑥𝑖.)(𝑦𝑖.)
𝑎
𝑖=1
− (𝑥..)(𝑦..)
𝑎𝑛
Jumlah kuadrat dan hasil kali galat
𝐸𝑥𝑥 = 𝑛 ∑ ∑(𝑥𝑖𝑗 − �̅�𝑖.)2
𝑛
𝑗=1
𝑎
𝑖=1
= 𝑆𝑥𝑥 − 𝑇𝑥𝑥
𝐸𝑦𝑦 = 𝑛 ∑ ∑(𝑦𝑖𝑗 − �̅�𝑖.)2
𝑛
𝑗=1
𝑎
𝑖=1
= 𝑆𝑦𝑦 − 𝑇𝑦𝑦
𝐸𝑥𝑦 = 𝑛 ∑ ∑(𝑥𝑖𝑗 − �̅�𝑖.)(𝑦𝑖𝑗 − �̅�𝑖.)
𝑛
𝑗=1
𝑎
𝑖=1
= 𝑆𝑥𝑦 − 𝑇𝑥𝑦
Pendugaan µ, τi, dan β dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil, yaitu dengan meminimumkan jumlah kuadrat galat.
Fungsi jumlah kuadrat galat adalah:
𝐿 = ∑ ∑[𝑦𝑖𝑗 − 𝜇 − 𝜏𝑖 − 𝛽(𝑥𝑖𝑗 − �̅�..)]2
𝑛
𝑗=1
𝑎
𝑖=1
Penduga bagi µ, τi, dan β diperoleh dari turunan fungsi L terhadap µ, τi, dan
β dan dibuat sama dengan nol, sehingga diperoleh:
�̂� = �̅�..
�̂�𝑖 = �̅�𝑖. − �̅�.. − 𝛽(̂�̅�𝑖 − �̅�..)
�̂� = 𝐸𝑥𝑦
𝐸𝑥𝑥
6
Jumlah kuadrat galat pada model ini merupakan jumlah kuadrat galat
terkoreksi, yaitu:
𝑆𝑆𝐸 = 𝐸𝑦𝑦 −(𝐸𝑥𝑦)2
𝐸𝑥𝑥
dengan derajat bebas 𝑆𝑆𝐸= a(n-1)-1. Ragam galat percobaan diduga dengan:
𝑀𝑆𝐸 =𝑆𝑆𝐸
𝑎(𝑛 − 1) − 1
Pengujian Pengaruh Perlakuan Terkoreksi
Apabila diasumsikan tidak ada pengaruh perlakuan, maka model linear pada
persamaan (1) akan menjadi model tereduksi, yaitu:
𝑦𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝛽 (𝑥𝑖𝑗 − �̅�. . ) + 휀𝑖𝑗
Dari model tersebut, dapat diperoleh penduga kuadrat terkecil sebagai
berikut:
�̂� = �̅�..
�̂� = 𝑆𝑥𝑦
𝑆𝑥𝑥
Jumlah kuadrat galat pada model tereduksi yaitu:
𝑆𝑆′𝐸 = 𝑆𝑦𝑦 −(𝑆𝑥𝑦)2
𝑆𝑥𝑥
Statistik Uji:
𝐹ℎ𝑖𝑡 =(𝑆𝑆′
𝐸 − 𝑆𝑆𝐸)/(𝑎 − 1)
𝑆𝑆𝐸/[𝑎(𝑛 − 1) − 1]
Kriteria Pengujian:
Tolak H0, jika Fhit > Fα; a-1; a(n-1)-1
Pengujian Pengaruh Kopeubah
Hipotesis:
𝐻0: 𝛽 = 0 Statistik Uji:
𝐹ℎ𝑖𝑡 =(𝐸𝑥𝑦)2/𝐸𝑥𝑥
𝑀𝑆𝐸
Kriteria Pengujian:
Tolak H0, jika Fhit > Fα; 1; a(n-1)-1
METODOLOGI
Data
Data yang digunakan merupakan data hasil penelitian dengan metode
Central Location Testing (CLT) yang dilakukan oleh Pixel Research (PT Global
Insight Indonesia) pada 18-19 Januari 2014. Produk yang diuji adalah tiga buah
7
merek kopi putih yaitu Kopi X, Kopi Y, dan Kopi Z. Kopi X merupakan produk
baru yang diproduksi oleh PQR yang akan dibandingkan dengan produk PQR
sebelumnya yaitu Kopi Y dan merek pesaing yaitu Kopi Z. Survei dilakukan di dua
kota, yaitu Jakarta dan Cirebon.
Metode penarikan contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah metode penarikan contoh tidak
berpeluang yang dilakukan dengan tujuan tertentu, supaya mempermudah
penelitian dalam mencari responden dengan karakteristik yang telah ditetapkan
(Beins & McCarthy 2012). Selain itu, dengan menggunakan metode penarikan
contoh ini biaya dan waktu yang dibutuhkan relatif lebih efisien dibandingkan
dengan metode penarikan contoh lainnya.
Responden pada penelitian ini diperoleh secara pre-recruited, dimana
responden dicari sebelum product testing. Responden yang sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan kemudian diminta untuk mengikuti CLT pada
lokasi dan waktu yang sudah ditentukan oleh pihak peneliti. Jumlah responden yang
disurvei sebanyak 204 orang, yaitu 103 orang dari Jakarta dan 101 orang dari
Cirebon. Teknik survei yang dilakukan adalah face-to-face interview sedangkan
metode evaluasi dengan kombinasi antara Blind Taste Test dan Sequential Monadic
Test.
Karakteristik responden yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu pria dan
wanita berusia 20 sampai 40 tahun dengan pendidikan terakhir minimal Sekolah
Menengah Atas (SMA). Kriteria pekerjaan responden yaitu karyawan, ibu rumah
tangga, dan mahasiswa. Status sosial ekonomi (SES) responden yang digunakan
berdasarkan besarnya pendapatan responden yaitu SES A1 (lebih dari Rp
4.000.000,00), SES A2 (Rp 3.000.001,00 – Rp 4.000.000,00), SES B (Rp
2.000.001,00 – Rp 3.000.000,00), SES C1 (Rp 1.500.001,00 – Rp 2.000.000,00),
dan SES C2 (Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00). Responden yang terpilih
merupakan pengonsumsi kopi putih merek tertentu paling sedikit lima kali dalam
seminggu pada enam bulan terakhir dan tinggal di daerah Jakarta dan Cirebon.
Peubah respon (Y) yang diukur adalah tingkat kesukaan konsumen secara
keseluruhan (overall liking) terhadap merek kopi putih dengan skala 1-9 yaitu mulai
dari sangat tidak suka sampai sangat suka sekali. Peubah bebas atau faktor yang
digunakan adalah responden dan merek kopi putih, yaitu Kopi X, Kopi Y, dan Kopi
Z. Kopeubah yang digunakan adalah usia responden (X10) dan rata-rata dari
indikator tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap atribut.
Atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap respon yaitu:
X1 : Aroma kopi
X2 : Aroma susu
X3 : Warna
X4 : Rasa kopi
X5 : Rasa susu
X6 : Rasa manis
X7 : Rasa pahit
X8 : Kekentalan keseluruhan
X9 : Kekentalan susu
Atribut yang dicurigai berpengaruh terhadap respon tersebut kemudian akan
diseleksi menggunakan best subset regression. Penyeleksian ini dilakukan untuk
8
menyederhanakan model dan meminimumkan kesalahan dalam pemilihan
kopeubah. Kemudian usia responden dilambangkan dengan X10 ditambahkan
sebagai peubah kopeubah karena peneliti ingin melihat adanya pengaruh usia
terhadap tingkat preferensi merek kopi putih.
Tingkat kesukaan pada setiap atribut diukur dengan skala likert 1-9 yaitu dari
‘sangat tidak suka’ sampai ‘sangat suka sekali’, tingkat intensitas diukur dengan
skala likert 1-9 yaitu dari ‘tidak ada/tidak terasa’ sampai ‘sangat kuat/sangat terasa’,
sedangkan tingkat kepasan diukur dengan skala likert 1-5 yaitu dari ‘sangat kurang
kuat’ sampai ‘terlalu kuat’. Skala 3 pada tingkat kepasan menunjukkan bahwa
atribut tersebut sudah ‘pas’. Pada penelitian ini, skala likert yang digunakan
diasumsikan sebagai skala interval.
Skala likert yaitu skala yang memiliki skala ganjil (5, 7, 9,..) dan memiliki
pilihan netral atau biasa saja. Menurut Suliyanto (2011), Likert melakukan
penelitian dengan mengubah kuesioner likert dalam bentuk skala thortoen dan
guttman. Kuesioner ini kemudian diujikan kepada responden yang sama, hasilnya
nilai korelasi antara skala likert dengan skala Thortone maupun Guttman
korelasinya 0.92. Jadi skala likert dapat diasumsikan sebagai skala interval.
Model linier analisis koragam pada penelitian ini adalah:
𝑦𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜏𝑖 + 𝛿𝑗 + 𝛽1(𝑥𝑖𝑗1 − �̅�..1) + ⋯ + 𝛽𝑝(𝑥𝑖𝑗𝑝 − �̅�..𝑝) + 휀𝑖𝑗
Keterangan:
i = 1, 2, 3 (merek yang diukur)
j = 1, 2, ..., 204 (responden)
p = banyaknya kopeubah
yij = nilai pengamatan tingkat kesukaan secara keseluruhan pada merek
ke-i dan responden ke-j
µ = nilai rata-rata tingkat kesukaan responden terhadap merek kopi putih
τi = pengaruh aditif merek ke-i
δj = pengaruh aditif responden ke-j
β = koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan yij pada xij
𝑥𝑖𝑗 = pengukuran atribut kopi putih yang dihasilkan dari merek ke-i dan
responden ke-j bersesuaian dengan yij
�̅�... = nilai rata-rata atribut kopi putih yang diukur
εij = komponen galat
Metode Analisis Data
Analisis pada penelitian ini dibantu dengan software Minitab 14. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis deskriptif untuk melihat profil responden
2. Melakukan persiapan data sebagai berikut:
i. Transformasi nilai indikator
- Transformasi skala pada tingkat kepasan 1-5 menjadi skala 1-9.
Skala 3 pada tingkat kepasan yang berarti “pas” merupakan skor
penilaian tertinggi bagi produsen, sehingga skor 1 dan 5 pada
skala 1-5 memiliki skor 1 pada skala 1-9, skor 2 dan 4 pada skala
1-5 memiliki skor 5 pada skala 1-9, dan skor 3 pada skala 1-5
memiliki skor tertinggi yaitu 9 pada skala 1-9. Setelah itu rata-
9
ratakan skor dari tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat
kepasan dari masing-masing atribut
- Mengurutkan rata-rata indikator tingkat kesukaan pada tiap
atribut menurut indikator tingkat intensitasnya, kemudian
mentransformasi indikator tingkat intensitas sesuai dengan
urutan rata-rata tingkat kesukaannya. Tingkat intensitas dengan
rata-rata kesukaan paling kecil ditransformasi menjadi skala 1
dan paling besar ditransformasi menjadi skala 9.
ii. Merata-ratakan nilai indikator tingkat kesukaan, tingkat intensitas,
dan kepasan hasil transformasi, kemudian rata-rata tersebut menjadi
nilai kopeubah
3. Mencari model terbaik dengan menggunakan best subsets regressions.
Pemilihan model terbaik dilakukan dengan memasukkan nilai Y dengan X
(kopeubah). Kriteria pemilihan model terbaik dapat dilihat melalui nilai R2
dan R2 adjusted yang tinggi, nilai Cp Mallows yang paling mendekati
dengan banyaknya peubah yang digunakan, serta nilai simpangan baku yang
kecil (Draper dan Smith 1992)
4. Mengatasi data pencilan dengan menggunakan pendekatan Winsor
i. Mengatasi pencilan pada kopeubah menggunakan pendekekatan
Winsor rataan
ii. Mengatasi pencilan pada peubah respon menggunakan pendekatan
Winsor. Amatan terwinsorisasi menurut Huber dan Ronchetti (2009),
yaitu:
𝑦∗𝑖
= {
𝑦𝑖, |𝑒𝑖| ≤ 𝑐𝑠𝑖 �̂�𝑖 − 𝑐𝑠𝑖, 𝑒𝑖 < −𝑐𝑠𝑖
�̂�𝑖 + 𝑐𝑠𝑖, 𝑒𝑖 > 𝑐𝑠𝑖
dengan 𝑦∗𝑖 merupakan amatan y terwinsorisasi, ei merupakan sisaan
dari dugaan parameter ke-i, c merupakan konstanta tuning yang
digunakan yaitu 1.345 (Fox 2002), dan si merupakan dugaan galat baku
dari sisaan yang diperoleh dari MKT.
5. Pengujian asumsi analisis koragam
i. Uji kenormalan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
ii. Membuat plot antara sisaan dan nilai dugaan y untuk melihat
kehomogenan ragam
6. Menguji pengaruh perlakuan dengan memperhatikan atribut kopi hasil dari
best subsets regression dan peubah umur responden
i. Menguji pengaruh merek
Hipotesisnya adalah:
H0 : τ1 = τ2 = τ3 = 0 (tidak ada pengaruh jenis merek terhadap tingkat
kesukaan responden)
ii. Menguji pengaruh responden
Hipotesisnya adalah:
H0 : δ1 = δ2 = ... = δ204 = 0 (tidak ada pengaruh responden terhadap
tingkat kesukaan responden)
7. Menguji pengaruh pada kopeubah
Hipotesisnya adalah:
H0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh kopeubah terhadap tingkat kesukaan
responden)
10
8. Pendugaan besarnya pengaruh dari kopeubah (koefisien regresi)
9. Perbandingan nilai tengah perlakuan menggunakan Beda Nyata Jujur
(BNJ/Uji Tukey). BNJ merupakan prosedur perbandingan antar perlakuan.
Pada setiap perbandingan perlakuan ditentukan kesalahan sebesar α. Nilai
kritis dari BNJ yaitu:
𝐵𝑁𝐽 = 𝑞𝛼;𝑝;𝑑𝑏𝑔 𝑆�̅�
dengan 𝑆�̅� dirumuskan sebagai berikut:
𝑆�̅� = √𝐾𝑇𝐺/𝑟
dengan 𝑞𝛼;𝑝;𝑑𝑏𝑔 merupakan nilai tabel Tukey pada taraf nyata α, jumlah
perlakuan p, dan derajat bebas galat sebesar dbg (Mattjik & Sumertajaya
2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Penggunaan metode analisis koragam dilakukan dengan merek dan
responden sebagai faktornya. Responden yang terpilih untuk mengevaluasi produk
kopi putih memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Berdasarkan karakteristik
yang ada, peneliti memilih jenis kelamin dan kebiasaan minum kopi yang diduga
berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi putih.
Gambar 1 Banyaknya responden berdasarkan jenis kelamin
Gambar 1 menunjukkan responden terpilih berdasarkan jenis kelamin yaitu
sebanyak 102 responden perempuan dan 102 responden laki-laki. Komposisi jenis
kelamin responden diproporsikan seimbang supaya tidak ada ketimpangan pada
salah satu jenis kelamin dalam mengevaluasi ketiga merek kopi putih.
Laki-Laki50%
Perempuan50%
11
Gambar 2 Banyaknya responden berdasarkan jenis
kelamin dan kebiasaan minum kopi
Gambar 2 menunjukkan kebiasaan minum kopi 3 in 1 responden dalam enam
bulan terakhir berdasarkan jenis kelaminnya yang dibagi dalam tiga kelompok.
Kelompok 1 merupakan responden dengan kebiasaan minum kopi lebih dari satu
kali sehari yang terdiri dari 59 responden berjenis kelamin laki-laki dan 41
perempuan. Kelompok 2 merupakan responden dengan kebiasaan minum kopi satu
kali sehari yang terdiri dari 31 responden berjenis kelamin laki-laki dan 56
perempuan. Kelompok 3 merupakan responden dengan kebiasaan minum kopi 5-6
kali seminggu yang terdiri dari 12 responden berjenis kelamin laki-laki dan 5
perempuan.
Gambar 3 Persentase banyaknya responden berdasarkan usia
Gambar 3 menunjukkan persentase banyaknya responden berdasarkan usia
yang dibagi dalam empat kategori. Kategori pertama yaitu responden berusia 20-24
tahun sebesar 28 % atau 57 responden, kategori kedua yaitu responden berusia 25-
29 tahun sebesar 25 % atau 50 responden, kategori ketiga yaitu responden berusia
30-34 tahun sebesar 22 % atau 45 responden, dan kategori keempat yaitu responden
berusia 35-40 tahun sebesar 25 % atau 52 responden. Banyaknya responden
berdasarkan usia relatif sama dari setiap kategori, hal ini agar tidak terjadi
ketimpangan dalam mengevaluasi ketiga merek kopi putih.
59
31
12
41
56
5
M I N U M K O P I L E B I H D A R I 1 K A L I S E H A R I
M I N U M K O P I 1 K A L I S E H A R I
M I N U M K O P I 5 - 6 K A L I S E M I N G G U
Laki - Laki Perempuan
28%
25%22%
25%
20-24 Tahun 25-29 Tahun 30-34 Tahun 35-40 Tahun
12
Pemilihan Model Terbaik
Pemilihan model terbaik menggunakan best subsets regression pada
penelitian ini dilakukan untuk memilih kopeubah yang dapat menjelaskan peubah
respon. Hasil dari best subsets antara peubah respon dengan kopeubah X1, X2, X3,
X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1 disajikan
kriteria pemilihan model terbaik yaitu R2, R2 adjusted, Cp Mallows, dan S
(simpangan baku). Model terbaik ditentukan dari model yang memiliki nilai R2 dan
R2 adjusted tinggi, nilai Cp Mallows yang paling mendekati banyaknya peubah, dan
nilai simpangan baku yang kecil, sehingga model yang terdiri dari X1, X2, X3, X4,
X5, X6, X8, dan X9 merupakan model terbaik dengan nilai R2 66.7%, nilai R2 adjusted
66.2%, nilai Cp Mallows 8.8, dan simpangan baku sebesar 0.819. Selanjutnya
peubah X pada model terbaik ini dianalisis menggunakan analisis koragam sebagai
kopeubah bersama dengan usia responden (X10).
Mengatasi Pencilan Menggunakan Pendekatan Winsor
Mendeteksi pencilan pada penelitian ini yaitu dengan melakukan regresi
antara Y dan kopeubah pada setiap merek. Hasil dari regresi tersebut menunjukkan
adanya pencilan pada kopeubah dan pencilan pada peubah respon. Pencilan tersebut
dilakukan penanganan yang berbeda, pencilan pada kopeubah diatasi dengan
winsor rataan secara manual dan menggunakan software Minitab 14, sedangkan
pencilan pada peubah respon diatasi dengan pendekatan Winsor menggunakan
software R dan Minitab 14.
Mengatasi pencilan pada kopeubah yaitu menggunakan pendekatan Winsor
Rataan. Winsor Rataan merupakan penggantian nilai kopeubah pada amatan
pencilan dengan rata-rata nilai kopeubah ketika nilai Y pada amatan tersebut.
Penggantian nilai kopeubah ini dilakukan pada semua amatan pencilan, setelah itu
dilakukan regresi kembali dengan hasil penggantian Winsor tersebut, dan lakukan
langkah tersebut hingga tidak terdapat pencilan.
Mengatasi pencilan di Y yaitu menggunakan pendekatan Winsor. Menurut
hasil penelitian Pusparum (2015), metode Winsor ini memberikan hasil yang paling
baik daripada metode Winsor dengan batasan lainnya untuk semua proporsi
pencilan dan ukuran contoh. Amatan y dikatakan pencilan ketika nilai sisaannya
berada di luar batas konstanta tuning dikali dugaan galat bakunya. Amatan y
terwinsorisasi diperoleh dari iterasi yang diterapkan dengan menggunakan nilai
sisaan dan galat baku yang baru agar diperoleh amatan y terwinsorisasi yang
konvergen terhadap nilai dugaan parameter (b).
Pengujian Asumsi Analisis Koragam
Asumsi sisaan menyebar normal pada penelitian ini sudah terpenuhi.
Pengujian dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis nol
yaitu sisaan menyebar normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada
Gambar 4, semakin sebaran dari sisaan mengikuti garis linear maka sebaran sisaan
tersebut mengikuti sebaran teoritiknya, yaitu sebaran normal. Gambar 4
menunjukkan bahwa sebaran sisaan sudah mengikuti garis linear dan nilai p yang
diperoleh lebih besar dari alpha 5% yaitu >0.15. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
terima H0, yaitu sisaan menyebar normal.
13
Gambar 4 Plot peluang normal dari sisaan
Asumsi kehomogenan ragam dilihat melalui plot dari sisaan dan nilai dugaan
y. Gambar 5 menunjukkan kehomogenan ragam sudah dipenuhi, hal ini dapat
dilihat dari tidak adanya pola yang terbentuk secara sistematis antara sisaan dan
nilai dugaan y.
Gambar 5 Plot antara sisaan dan nilai dugaan y
Hasil Analisis Koragam
Hasil analisis ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor merek dan
responden berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi
putih dengan nilai p masing-masing sebesar 0.008 dan 0.000 pada taraf nyata 5 %.
Hal ini menunjukkan bahwa merek kopi putih yang diujikan dan responden
mempengaruhi tingkat preferensi konsumen, walaupun telah memasukkan
kopeubah aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa susu, rasa manis,
kekentalan keseluruhan, kekentalan susu, dan usia responden ke dalam model.
RESIDUAL
Pe
rce
nt
210-1-2
99,99
99
95
80
50
20
5
1
0,01
Mean
>0,150
6,736804E-15
StDev 0,4244
N 612
KS 0,022
P-Value
Fitted Value
Res
idua
l
10987654321
1,5
1,0
0,5
0,0
-0,5
-1,0
14
Tabel 1 Hasil analisis ragam pada perhitungan analisis koragam
Sumber
Keragaman db
JK
Sekuensial
JK yang
disesuaikan
KT yang
disesuaikan F Nilai P
Merek 2 14.57 2.69 1.35 4.87 0.008
Responden 203 393.43 86.79 0.43 1.54 0.000
X1 1 350.02 17.16 17.16 61.91 0.000
X2 1 58.64 4.66 4.66 16.83 0.000
X3 1 10.73 2.31 2.31 8.35 0.004
X4 1 10.68 2.66 2.66 9.60 0.002
X5 1 4.15 2.07 2.07 7.47 0.007
X6 1 6.61 5.56 5.56 20.05 0.000
X8 1 2.45 2.76 2.76 9.95 0.002
X9 1 0.53 0.52 0.52 1.89 0.170
X10 1 0.39 0.39 0.39 1.40 0.238
Error 397 110.03 110.03 0.28
Total 611 962.22
Kopeubah yang digunakan yaitu X1 (aroma kopi), X2 (aroma susu), X3 (warna
kopi), rasa kopi (X4), rasa susu (X5), rasa manis (X6), kekentalan keseluruhan (X8),
kekentalan susu (X9), dan usia responden (X10). Hasil dari perhitungan analisis
ragam menunjukkan bahwa aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa
susu, rasa manis, dan kekentalan keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat
preferensi merek kopi putih oleh konsumen, dengan nilai p masing-masing
kopeubah yaitu aroma kopi, aroma susu, dan rasa manis sebesar 0.000, nilai p pada
rasa kopi dan kekentalan keseluruhan sebesar 0.002, nilai p pada warna kopi sebesar
0.004, dan nilai p pada rasa susu sebesar 0.007. Adanya pengaruh dari kopeubah
aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa susu, rasa manis, dan
kekentalan keseluruhan terhadap peubah respon menunjukkan bahwa kopeubah
tersebut memiliki hubungan linier terhadap peubah respon (tingkat preferensi
konsumen). Sedangkan kopeubah kekentalan susu dan usia responden tidak
berpengaruh nyata pada taraf nyata 5% dengan nilai p masing-masing yaitu 0.170
dan 0.238.
Nilai R-Sq dan R-Sq(adj) pada model masing-masing sebesar 88.57 % dan
82.40 %. Hal ini menunjukkan bahwa model analisis koragam yang dihasilkan pada
penelitian ini sudah cukup baik. Pada Tabel 2 menunjukkan dugaan besarnya
pengaruh aroma kopi yang dihasilkan yaitu 0.232, pada aroma susu sebesar 0.149,
pada warna kopi sebesar 0.096, pada rasa kopi sebesar 0.099, pada rasa susu sebesar
0.105, pada rasa manis sebesar 0.125, pada kekentalan keseluruhan sebesar 0.122,
pada kekentalan susu sebesar -0.063, dan usia responden sebesar 0.029. Atribut
kekentalan susu dan usia responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
preferensi konsumen, sehingga tidak perlu dilakukan interpretasi pada kedua atribut
tersebut.
15
Tabel 2 Nilai dugaan kopeubah
Kopeubah Koefisien
Galat
Baku Nilai T Nilai P
Konstanta -0.0779 0.7394 -0.11 0.916
X1 0.2321 0.0295 7.87 0.000
X2 0.1493 0.0364 4.10 0.000
X3 0.0959 0.0332 2.89 0.004
X4 0.0998 0.0322 3.10 0.002
X5 0.1049 0.0384 2.73 0.007
X6 0.1253 0.0279 4.48 0.000
X8 0.1217 0.0386 3.15 0.002
X9 -0.0630 0.0458 -1.38 0.170
X10 0.0297 0.0251 1.18 0.238
Interpretasi dari nilai dugaan yang diperoleh secara umum yaitu ketika tingkat
kesukaan terhadap atribut meningkat satu satuan maka nilai rataan tingkat
preferensi konsumen terhadap kopi putih berubah sebesar nilai dugaannya. Tingkat
kesukaan terhadap atribut terdiri dari indikator tingkat intensitas dan tingkat
kepasan yang dilinearkan terhadap tingkat kesukaan pada masing-masing
atributnya, kemudian dirata-ratakan. Sehingga tingkat kesukaan konsumen
terhadap atribut dikatakan baik ketika indikator tingkat kesukaannya bernilai tinggi
pada skala 1-9, tingkat kepasan bernilai pas atau skor 3, dan tingkat intensitas
dengan skala tertentu yang sudah disukai sebagian besar konsumen.
Interpretasi atribut aroma kopi yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut aroma
kopi meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan
meningkat sebesar 0.232. Interpretasi atribut aroma susu yaitu jika tingkat kesukaan
pada atribut aroma susu meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi
terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.149. Interpretasi atribut warna kopi
yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut warna kopi meningkat satu satuan maka
rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.096.
Interpretasi atribut rasa kopi yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut rasa kopi
meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan
meningkat sebesar 0.099. Interpretasi atribut rasa susu yaitu jika tingkat kesukaan
pada atribut rasa susu meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi
terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.105. Interpretasi atribut rasa manis
yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut rasa manis meningkat satu satuan maka
rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.125.
Interpretasi atribut kekentalan keseluruhan yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut
kekentalan keseluruhan meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi
terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.232. Sebagai contoh untuk
interpretasi atribut rasa manis, hal ini bukan berarti semakin manis rasa kopi putih
maka semakin disukai konsumen, tetapi semakin tinggi rasa kesukaan konsumen
terhadap atribut rasa manis maka semakin tinggi pula tingkat preferensi konsumen
terhadap kopi putih, begitu juga dengan interpretasi untuk atribut yang lainnya.
16
Tabel 3 Least square means dari faktor merek
Merek Rata-Rata Galat Baku
X 6.863 0.03752
Y 6.766 0.03725
Z 6.932 0.03764
Tabel 3 menunjukkan nilai least square means dari faktor merek. Least
square means merupakan nilai rataan peubah respon dari masing-masing faktor
yang sudah disesuaikan terhadap pengaruh kopeubah. Kopi Z memiliki nilai rataan
tertinggi dibandingkan dengan merek lainnya yaitu sebesar 6.932. Hal ini
menunjukkan bahwa Kopi Z (produk pesaing dari produsen PQR) adalah merek
yang paling disukai oleh konsumen. Selanjutnya Kopi X diurutan kedua dengan
nilai rataan 6.863 dan terakhir Kopi Y dengan nilai rataan 6.766.
Tabel 4 Uji lanjut BNJ/Uji Tukey pada faktor merek
Merek Selisih
Rata-Rata
Selisih
Galat Baku
Nilai
T
Nilai P
yang
disesuaikan
Keterangan
X vs Y -0,0969 0,053 -1,826 0,161 Tidak Signifikan
X vs Z 0,0684 0,054 1,269 0,413 Tidak Signifikan
Y vs Z 0,1653 0,053 3,1 0,005 Signifikan
Hasil dari uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ/Uji Tukey) dapat dilihat pada
Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa Kopi X dibandingkan dengan Kopi Y dan
Kopi X dibandingkan dengan Kopi Z tidak signifikan. Pada Kopi Y dibandingkan
dengan Kopi Z hasilnya signifikan atau berbeda nyata dengan selisih dari nilai
rataannya sebesar 0.1653. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kopi X dan Kopi Z
sama baiknya dan lebih disukai daripada Kopi Y. Hasil ini berarti produk baru Kopi
X sudah mampu bersaing dengan produk pesaing Kopi Z, dan sudah lebih baik dari
produk produsen PQR sebelumnya yaitu Kopi Y.
SIMPULAN
Analisis koragam pada tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi
putih dapat disimpulkan bahwa faktor merek dan responden berpengaruh terhadap
tingkat preferensi konsumen dengan nilai p masing-masing sebesar 0.008 dan 0.000.
Kopeubah yaitu aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa susu, rasa
manis, dan kekentalan keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat preferensi
merek kopi putih oleh konsumen. Semakin tinggi penilaian pada atribut tersebut
maka semakin tinggi tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi putih. Hasil
dari Uji Tukey pada faktor merek menunjukkan Kopi X dan Kopi Z sama baiknya
dan lebih disukai daripada Kopi Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kopi X
sebagai produk baru dari produsen PQR sudah mampu bersaing di pasaran dengan
17
produk pesaing Kopi Z, dan sudah lebih baik daripada kopi yang diproduksi
sebelumnya yaitu Kopi Y.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker DA. 1997. Dimensions of Brand Personality. Journal of Marketing Research.
34(1):347-356.
[AEKI] Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2013. Konsumsi Kopi Domestik
[Internet]. [diacu 2015 Feb 20]. Tersedia pada: http://www.aeki-
aice.org/page/konsumsi-kopi-domestik/id.
Beins BC, McCharty MA. 2012. Research Methods and Statistics. [United States
of America] (US): Pearson.
Dean AM, Voss D. 1999. Design and Analysis of Experiments. New York (US):
Springer.
Draper N, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Sumantri B, penerjemah.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Applied
Regression Analysis. Ed ke-2.
[ESOMAR] European Society for Opinion and Marketing Research. 1998.
ESOMAR Handbook of Market and Opinion Research, 4th ed. Mc.Donald
C, Vangelder P, editor. Amsterdam (NL): ESOMAR Central Secretariat.
Fox J. 2002. An R and S-Plus Companion to Applied Regression. Thousand Oaks
(CA): SAGE Publications, Inc.
Hanum H. 2011. Perbandingan Metode Stepwise, Best Subset Regression, dan
Fraksi dalam Pemilihan Model Regresi Berganda Terbaik. Jurnal Penelitian
Sains [Internet]. [diunduh 2015 Ags 7]; 14(2): 1-6. Tersedia pada:
https://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2011/06/v14-no2-a-1-herlina.pdf.
Huber PJ, Ronchetti EM. 2009. Robust Statistics 2nd ed. New Jersey (US): John
Wiley and Sons, Inc.
Isaacson B, Lesnick D. 2012. 10 Best Practices to Improve Your Concept and
Product Test [Internet]. [diunduh 2015 Mar 10]. Tersedia pada:
www.mmrstrategy.com.
Kotler P, Armstrong G. 2013. Principles of Marketing, 14th ed. New Jersey (US):
Pearson Prentice Hall.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab jilid 1. Bogor (ID): IPB Press.
Montgomery DC. 2007. Design and Analysis of Experiments, 5th ed. Singapore
(SG): John Wiley & Sons, Inc.
Pusparum M. 2015. Pendekatan Winsor Pada Analisis Regresi dengan Pencilan
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Solomon MR, Marshall GW, Stuart EW. 2011. Marketing: Real People, Real
Choices, 7th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert Sebagai Skala Ordinal atau
Skala Interval. Seminar Nasional Statistika Universitas Diponegoro 2011
[Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Semarang (ID):
[Nama penerbit tidak diketahui]. hlm 51-60; [diunduh 2015 Jul 1]. Tersedia
pada: http://erlajar-denga.blogspot.com/2014/03/setelah-lama-turut-
membantutesisteman.html.
18
Tan NL. 2011. Marketing Research-How to Perform a Blind Taste Test [Internet].
[diacu 2015 Mar 9]. Tersedia pada:
http://www.niccotan.com/2011/02/market-research-how-to-do-blind-
taste.html.
19
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil best subsets regression
Banyaknya
Peubah R2 R2 adj
Cp
Mallows S X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
1 52.8 52.7 245.8 0.969 X
1 51.5 51.4 269.2 0.983 X
2 61.7 61.6 86.1 0.874 X X
2 61.0 60.9 99.4 0.882 X X
3 64.4 64.2 39.2 0.843 X X X
3 63.9 63.8 47.8 0.848 X X X
4 65.5 65.3 21.4 0.831 X X X X
4 65.5 65.3 22.1 0.831 X X X X
5 66.0 65.7 14.3 0.825 X X X X X
5 66.0 65.7 15.0 0.826 X X X X X
6 66.4 66.0 10.1 0.822 X X X X X X
6 66.2 65.9 12.3 0.823 X X X X X X
7 66.5 66.1 9.5 0.821 X X X X X X X
7 66.4 66.1 10.7 0.821 X X X X X X X
8 66.7 66.2 8.8 0.819 X X X X X X X X
8 66.6 66.1 10.6 0.820 X X X X X X X X
9 66.7 66.2 10.0 0.819 X X X X X X X X X
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 20 April 1993 dari pasangan Alm.
Machfud Effendi dan Siti Chasanah. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Tahun 2005 Penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar di SDN Kendang Sari V Surabaya. Setelah itu pada tahun 2008 berhasil
menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTsN 1 Yogyakarta.
Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Kota
Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011 Penulis diteima sebagai
salah satu mahasiswa Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Tertulis.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Taekwondo IPB periode 2012/2013. Selain itu, penulis juga aktif sebagai
staf Departemen Minat dan Bakat Mahasiswa (MBM) BEM FMIPA IPB Kabinet
Sahabat Sinergi periode 2012/2013 dan bendahara Departemen Budaya, Olahraga,
dan Seni (BOS) BEM FMIPA IPB Kabinet Nitrogen periode 2013/2014. Penulis
juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Pesta Sains
Nasional 2012 sebagai anggota divisi konsumsi, SPIRIT 2013 sebagai ketua divisi
acara, G-FORCE 49 sebagai anggota divisi Master of Dicipline, Statistika Ria 2013
sebagai anggota divisi Publikasi dan Promosi, Pesta Sains Nasional 2013 sebagai
sekretaris divisi K4, SPIRIT 2014 sebagai bendahara umum, Welcome Ceremony
of Statistic 2014 sebagai anggota divisi quality control, dan Kompetisi Statistika
Junior 2014 sebagai anggota divisi humas dan sponsorship. Pada Bulan Juli sampai
dengan Agustus 2014, Penulis melaksanakan praktik lapang di PT Global Insight
Indonesia, Jakarta Selatan.