Analisis koperasir

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha kecil menengan (UKM) dan koperasi sebagai mana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025, diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing melalui perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi. Pengembangan UKM menjadi bagian integral di dalam perubahan struktur yang sejalan dengan modernisasi agribisnis dan agroindustri, khususnya yang mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan basis produksi dan daya saing industry melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi dan peningkatan kualitas SDM. Sementara itu pengembangan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Koperasi berkembang semakin luas menjadi wahan yang efektif dalam menicptakan efisiensi kolektif para anggota koperas, baik produsen maupun konsumen, sehingga menjadi pelaku ekonomi yang mampu mendukung upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Untuk tujuan pembangunan daerah pedesaan khususnya melalui pengembangan agroindustri dan agrobisnis lembaga koperasi adalah pilihan alternatif institusi yang dapat 1

Transcript of Analisis koperasir

Page 1: Analisis koperasir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan usaha kecil menengan (UKM) dan koperasi sebagai mana

tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-

2025, diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing melalui perkuatan

kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya

peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan

penerapan teknologi. Pengembangan UKM menjadi bagian integral di dalam perubahan

struktur yang sejalan dengan modernisasi agribisnis dan agroindustri, khususnya yang

mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan basis produksi dan daya saing industry

melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi dan peningkatan

kualitas SDM. Sementara itu pengembangan usaha mikro menjadi pilihan strategis

untuk mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Koperasi berkembang

semakin luas menjadi wahan yang efektif dalam menicptakan efisiensi kolektif para

anggota koperas, baik produsen maupun konsumen, sehingga menjadi pelaku ekonomi

yang mampu mendukung upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Untuk tujuan pembangunan daerah pedesaan khususnya melalui pengembangan

agroindustri dan agrobisnis lembaga koperasi adalah pilihan alternatif institusi yang

dapat merupakan instrument bagi proses transformasi struktural. Proses transformasi

yang akan membawa kelembagaan tersebut pada peran dan tanggung jawab idealnya,

yaitu sebagai lembaga milik masyarakat yang mandiri dan terbebas dari intervensi

pemerintah (Nasution, 2002). Ada tiga pilihan agar koperasi pedesaan dapat menjadi

lembaga yang mandiri dan mampu memberikan manfaat bagi anggotanya yaitu, (1)

mengupayakan agar koperasi pedesaan dapat berperan sebagai koperasi pertanian yang

dipilih secara selektif berdasarkan potensi daerah dan kemampuan komparatifnya, (2)

menjadikan kegiatan usaha koperasi yang harus disesuaikan dengan kebutuhan anggota,

atau potensi ekonomi yang spesifik dari daerahnya, (3) menjadikan koperasi pedesaan

sebagai instrument kelompok ekonomi kolektif untuk pembangunan ekonomi mereka

secara fungsional, misalnya sebagai koperasi agroindustri atau koperasi pemasaran.

1

Page 2: Analisis koperasir

Secara khusus koperasi pertanian di Indonesia, terutama melalui Koperasi Unit

Desa (KUD), telah mendapat tugas sekaligus berbagai fasilitas untuk turut mendukung

pelaksanaan program pencapain swasembada pangan (beras) dan mendukung

pembangunan ekonomi pedesaan. Berkaitan dengan hal ini, keberadaan dan

perkembangan KUD juga telah menjadi simbol keberadaan dan perkembangan koperasi

pertanian di Indonesia dalam dua puluh tahun terakhir, serta sangat erat kaitannya

dengan program dan peran pemerintah dalam pembangunan pertanian dan pedesaan.

Proses pengembangan KUD yang telah berjalan hampir tiga puluh tahun kiranya dapat

menjadi pengalaman yang berharga bagi pengembangan koperasi pedesaan dan

pertanian pada umumnya. Secara umum KUD dinilai telah memberikan dukungan yang

signifikan terhadap dukungan yang signifikan terhadap keberhasilan pembangunan

pertanian yang berorientasi pada peningkatan produksi, khususnya swasembada beras.

Disamping itu beberapa KUD telah mampu menjadi lembaga usaha dengan kinerja yang

baik dengan nilai usaha yang cukup besar. Namun banyak pula KUD yang tidak

berkembang, bahkan menjadi sumber citra buruk bagi KUD lain dan koperasi pada

umumnya.

Kabupaten Muaro Jambi sebagai salah satu kabupaten pemekaran di Provinsi

Jambi, dalam usianya yang kedelapan pada tahun 2007, memiliki jumlah koperasi

sebanyak 257 unit, jumlah anggota koperasi sebanyak 257 unit, jumlah anggota

koperasi primer sebanyak 25.805 orang dengan jumlah omset sebesar Rp23,813 milyar

dan SHU sebesar RP1,518 milyar. Adapun modal sendiri sebesar Rp4,709 milyar,

mempunyai aset sebesar Rp54,540 milyar, sedangkan penyerapan tenaga kerja sebanyak

326 orang. Data diatas untuk kondisi bulan September 2007 (Dinas Koperindag Kab.

Muaro Jambi, 2007). Adapun dari jumlah koperasi tersebut terdapat sebanyak 52 unit

KUD atau 20,23%. Dari jumlah KUD yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, sebanyak

20 unit atau 38,46% terdapat di Kecamatan Sungai Bahar.

Pada awalnya di Sungai Bahar terdapat 22 KUD, jumlah KUD sama dengan

jumlah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Perkebunan Inti Rakyat (PIR) kelapa

sawit di daerah itu. PT. Perkebunan IV kini menjadi PT. Perkebunan Nusantara (PTPN)

VI, sebagai pemilik perusahaan inti dan kebun milik transmigran sebagai plasma. Tiap

unit ditempati 500 keluarga transmigrasi dan tiap keluarga memperoleh dua hektar

kebun kelapa sawit serta setengah hektar laha pangan. Sebanyak 11.000 keluarga

transmigran di Sungai Bahar pun menguasai 22.000 hektar kebun kelapa sawit sebagai

2

Page 3: Analisis koperasir

perusahaan inti, selain membuka kebun kelapa sawit untuk transmigran (petani), PTPN

VI juga membuka 6.000 hektar kebun inti. Dari penanaman pertama kelapa sawit yang

dilakukan secara simbolis pada Oktober 1983 oleh Gubernur Jambi Masjchun Sofwan,

jadilah Sungai Bahar menjadi kawasan dengan hamparan kebun kelapa sawit terluas di

Provinsi Jambi. (Kompas, 5 April 2005). Perusahaan inti berkewajiban membangun

pabrik kelapa sawit guna mengolah dan membeli produksi tandan buah segar (TBS)

kelapa sawit milik petani plasma. Sebaliknya petani plasma wajib menjual TBS ke

pabrik Perusahaan inti.

Mulai tahun 2000, Bupati Muaro Jambi mengizinkan berdirinya dua pabrik

kelapa sawit di daerahnya. Ketentuan atau persyaratan mendirikan pabrik kelapa sawit

harus memiliki kebun dilanggar. Pabrik Kelapa sawit tanpa kebun lantas pembeli TBS

dari kebun petani plasma PIR sungai Bahar dengan harga lebih tinggi dari harga

pembelian PTPN VI. Pembelian dilakukan melalui tengkulak, atau biasa disebut toke

korea, sehingga TBS milik petani sebagian tidak lagi masuk ke KUD. Dampaknya,

KUD secara berangsur-angsur ditinggalkan petani, petani tidak lagi merasa memiliki

KUD. Dapat dikatakan bahwa partisipasi anggota menurun drastic terutama untuk

partisipasi insentif dalam memanfaatkan pelayanan yang diberikan koperasi. Walapun

partisipasi kontributif anggota masih cukup tinggi dalam bentuk pembayaran simpanan

wajib. Partisipasi anggota dalam koperasi yang merupakan kunci keberhasilan koperasi,

diibaratkan darah dalam tubuh manusia, maka apabila partisipasi berkurang

menyebabkan koeprasi tidak akan bertahan apalagi untuk terus tumbuh dan berkembang

tentunya keberhasilan koperasi tidak akan tercapai. Hal ini disebabkan keberhasilan

koperasi sangat tergantung pada partisipasi anggota baik dalam pemanfaatan kontribusi

terhadap pengembangan koperasi.

2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Sampel Di kecamatan Sungai

Bahar periode 2002-2006

2. Bagaimana kelembagaan KUD di kecamatan Sungai Bahar

3

Page 4: Analisis koperasir

BAB II

KONSEPSI KOPERASI

2.1 Konsep Koperasi

Pasal 1 ayat 1 UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan

bahwa koperasi adalah badan hukum yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan. Pernyataan bahwa

koperasi adalah suatu bentuk lembaga yang tepat bagi pembangunan swadaya dengan

partisipasi masyarakat secara luas menuju terwujudnnya demokrasi ekonomi. Koperasi

yang telah berkembang akan mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya dan

mendorong tercapainya masyarakat adil dan makmur diberbagai sektor ekonomi.

Roy (1981) menggunakan definisi koperasi sebagai suatu pengelolaan bisnis

yang bersifat sukarela, biaya operasi, pemilikan, permodalan dan pengawasan oleh

anggota. Sebagai pengguna, penanggung resiko dan keuntungan dibagikan proporsional

dengan partisipasi anggota. Tujuan utama koperasi adalah mendapatkan keuntungan

untuk pengguna jasa dan pemilik dan pelanggan koperasi atau pemakai jasa itu sendiri.

Pasal 4 UU No. 25 tahun 1992 menyatakan beberapa fungsi dan peran koperasi

adalah :

a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraaan

ekonomi dan sosialnya

b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia

dan masyarakat

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dari beberapa pengertian tentang koperasi di atas, dapat ditegaskan bahwa

koperasi adalah badan usaha ekonomi yang dibentuk dan didirikan oleh sekelompok

orang yang mempunyai sekurang-kurangnya satu kepentingan ekonomi, motivasi dan

tujuan melalui usaha bersama atas dasar swadaya dan prinsip solidaritas. Dalam

koperasi terdapat prinsip identitas ganda yang mengandung makna bahwa anggota

4

Page 5: Analisis koperasir

koperasi adalah pemilik dan pelanggan/pengguna jasa koperasi maka koperasi bertujuan

mempromosikan kepentingan anggota. Anggota mempunyai hak suara yang tidak

dibatasi oleh kontribusi modal, sehingga setiap anggota mempunyai hak satu suara (one

man one vote). Keuntungan dan kerugian koperasi ditanggung bersama oleh setiap

anggota atas dasar partisipasi mereka dalam perusahaan koperasi.

2.2 Kebijakan Pengembangan Koperasi

Dalam kondisi sosial dan ekonomi yang sangat diwarnai oleh peranan dunia

usaha, maka mau tidak mau peran dan juga kedudukan  koperasi dalam masyarakat akan

sangat ditentukan oleh perannya dalam kegiatan usaha (bisnis).   Bahkan peran kegiatan

usaha koperasi tersebut kemudian menjadi penentu bagi peran lain, seperti peran

koperasi sebagai lembaga sosial.  Isyu strategis pengembangan usaha koperasi dapat

dipertajam untuk beberapa hal berikut :

1. Mengembangkan kegiatan usaha koperasi dengan mempertahankan falsafah dan

prinsip koperasi.

Beberapa koperasi pada beberapa bidang usaha sebenarnya telah menunjukkan kinerja

usaha yang sangat baik, bahkan telah mampu menjadi pelaku utama dalam bisnis yang

bersangkutan.   Misalnya, GKBI yang telah menjadi terbesar untuk usaha batik, Kopti

yang telah menjadi terbesar untuk usaha tahu dan tempe, serta banyak KUD yang telah

menjadi terbesar kecamatan wilayah kerjanya masing-masing.  Pada koperasi-koperasi

tersebut tantangannya adalah untuk dapat terus mengembangkan usahanya dengan tetap

mempertahankan prinsip-prinsip perkoperasian Indonesia.  Pada prakteknya, banyak

koperasi yang setelah berkembang justru kehilangan jiwa koperasinya.  Dominasi

pengurus dalam melaksanakan kegiatan usaha dan koperasi yang membentuk PT

(Perseroaan Terbatas) merupakan indikasi kekurang-mampuan koperasi

mengembangkan usaha dengan tetap mempertahankan prinsip koperasi.  Jika tidak

diantisipasi kondisi ini pada gilirannya akan mengaburkan tujuan pengembangan

koperasi itu sendiri.

2. Keterkaitan kegiatan koperasi dengan kegiatan pelayanan usaha umum.

Hal yang menonjol adalah dalam interaksi koperasi dengan bank.  Sifat badan usaha

koperasi dengan kepemilikan kolektif ternyata banyak tidak berkesesuaian (compatible)

dengan berbagai ketentuan bank.  Sehingga akhirnya ‘terpaksa’ dibuat kompromi

5

Page 6: Analisis koperasir

dengan menjadikan individu (anggota atau pengurus) sebagai penerima layanan bank

(contoh : kredit KKPA).  Hal yang sama juga terjadi jika koperasi akan melakukan

kontrak usaha dengan lembaga usaha lain.  Kondisi ini berhubungan erat dengan aspek

hukum koperasi yang tidak berkembang sepesat badan usaha perorangan.  Disamping

itu karakteristik koperasi tampaknya kurang terakomodasi dalam berbagai peraturan

perundang-undangan yang menyangkut badan usaha selain undang-undang tentang

koperasi sendiri.  Hal ini terlihat misalnya dalam peraturan perundangan tentang

perbankan, perpajakan, dan sebagainya.

3. Mengatasi beberapa permasalahan teknis usaha bagi koperasi kecil untuk 

berkembang.

Koperasi (KUD) sayur di Pangalengan kebingunan pada saat ada permintaan untuk

melakukan ekspor tomat ke Singapura: bagaimana mekanisme pembayarannya,

bagaimana membuat kontrak yang tepat, dan sebagainya.  Koperasi tersebut juga tidak

tahu, atau memang karena tidak ada, dimana atau kepada siapa harus bertanya.  Hal

yang sama juga dihadapi oleh sebuah koperasi  di Jogjakarta yang kebingungan mencari

informasi mengenai teknologi pengemasan bagi produk makanan olahannya.

Permasalahan teknis semacam ini telah semakin banyak dihadapi oleh koperasi, dan

sangat dirasakan kebutuhan bagi ketersediaan layanan untuk mengantisipasi berbagai

permasalahan tersebut.

4. Mengakomodasi keinginan pengusaha kecil untuk melakukan usaha atau mengatasi

masalah usaha dengan membentuk koperasi.

Beberapa pengusaha kecil jamu di daerah Surakarta dan sekitarnya tengah menghadapi

kesulitan bahan baku (ginseng) yang pasokannya dimonopoli oleh pengusaha besar. 

Para pengusaha tersebut juga masih harus bersaing dengan pabrik jamu besar untuk

dapat memperoleh bahan baku tersebut.  Mereka ingin berkoperasi tetapi tidak dengan

pola koperasi yang sudah ditentukan oleh pemerintah.  Hal yang sama juga dihadapi

oleh pengusaha kecil besi-cor di Bandung untuk mendapatan bahan baku ‘inti-besi’-nya,

atau untuk menghadapi pembeli (industri besar) yang sering mempermainkan

persyaratan presisi produk yang dihasilkan.  Contoh-contoh diatas memberi gambaran

bahwa keinginan dan kebutuhan untuk membentuk koperasi cukup besar, asalkan

6

Page 7: Analisis koperasir

memang mampu mengakomodasi keinginan dan kebutuhan para pengusaha tersebut. 

Kasus serupa cukup banyak terjadi pada berbagai bidang usaha lain di berbagai tempat.

5. Pengembangan kerjasama usaha antar koperasi.

Konsentrasi pengembangan usaha koperasi selama ini banyak ditujukan bagi koperasi

sebagai satu perusahaan (badan usaha).  Tantangan untuk membangun perekonomian

yang kooperatif sesuai amanat konstitusi kiranya dapat dilakukan dengan

mengembangan jaringan kerjasama dan keterkaitan usaha antar koperasi.  Hal ini juga

sebenarnya telah menjadi kebutuhan diantara banyak koperasi, karena banyak peluang

usaha yang tidak dapat dipenuhi oleh koperasi secara individual.   Jaringan kerjasama

dan keterkaitan usaha antar koperasi, bukan hanya keterkaitan organisasi, potensial

untuk dikembangkan antar koperasi primer serta antara primer dan sekunder.  Perlu pula

menjadi catatan bahwa di berbagai negara lain, koperasi telah kembali berkembang dan

salah satu kunci keberhasilannya adalah spesialisasi kegiatan usaha koperasi dan

kerjasama antar koperasi.  Mengenai hubungan koperasi primer dan sekunder di

Indonesia, saat ini banyak yang bersifat artifisial karena antara primer dan sekunder

sering mengembangkan bisnis yang tidak berkaitan bahkan tidak jarang justru saling

bersaing.

6. Peningkatan kemampuan usaha koperasi pada umumnya.

Kemampuan usaha koperasi : permodalan, pemasaran, dan manajemen; umumnya

masih lemah.  Telah cukup banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi

hal tersebut, namun masih sering bersifat parsial, tidak kontinyu, bahkan tidak sesuai

dengan kebutuhan.  Pendampingan dalam suatu proses pemberdayaan yang alamiah dan

untuk mengembangkan kemampuan dari dalam koperasi sendiri tampaknya lebih  tepat

dan dibutuhkan.

7. Peningkatan Citra Koperasi

Pengembangan kegiatan usaha koperasi tidak dapat dilepaskan dari citra koperasi di

masyarakat.  Harus diakui bahwa citra koperasi belum, atau sudah tidak, seperti yang

diharapkan.  Masyarakat umumnya memiliki kesan yang tidak selalu positif terhadap

koperasi.  Koperasi banyak diasosiasikan dengan organisasi usaha yang penuh dengan

ketidak-jelasan, tidak profesional, Ketua Untung Dulu, justru mempersulit kegiatan

7

Page 8: Analisis koperasir

usaha anggota (karena berbagai persyaratan), banyak mendapat campur tangan

pemerintah, dan sebagainya.  Di media massa, berika negatif tentang koperasi tiga kali

lebih banyak dari pada berita positifnya (PSP-IPB, 1995); berita dari para pejabat dua

kali lebih banyak dari berita yang bersumber langsung dari koperasi, padahal prestasi

koperasi diberbagai daerah cukup banyak dan berarti.    Citra koperasi tersebut pada

gilirannya akan mempengaruhi hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain, maupun

perkembangan koperasi itu sendiri.  Bahkan citra koperasi yang kurang ‘pas’ tersebut

juga turut mempengaruhi pandangan mereka yang terlibat di koperasi, sehingga

menggantungkan diri dan mencari peluang dalam hubungannya dengan kegiatan

pemerintah justru dipandang sebagai hal yang wajar bahkan sebagai sesuatu yang

‘sudah seharusnya’ demikan.   Memperbaiki dan meningkatkan citra koperasi secara

umum merupakan salah satu tantangan yang harus segera mendapat perhatian.

8. Penyaluran Aspirasi Koperasi

Para pengusaha umumnya memiliki asosiasi pengusaha untuk dapat menyalurkan dan

menyampaikan aspirasi usahanya, bahkan juga sekaligus sebagai wahana bagi

pendekatan (lobby) politik dan meningkatkan keunggulan posisinya dalam berbagai

kebijakan pemerintah.  Asosiasi tersebut juga dapat dipergunakan untuk melakukan

negosiasi usaha, wahana pengembangan kemampuan, bahkan dalam rangka

mengembangkan hubungan internasional.  Dalam hal ini asosiasi atau lembaga yang

dapat menjadi wahana bagi penyaluran aspirasi koperasi  relatif terbatas.  Hubungan

keorganisasian vertikal (primer-sekunder : unit-pusat-gabungan-induk koperasi)

tampaknya belum dapat menampung berbagai keluhan atau keinginan anggota koperasi

atau koperasi itu sendiri.  Kelembagaan yang diadakan pemerintah untuk melayani

koperasi juga acap kali tidak tepat sebagai tempat untuk menyalurkan aspirasi, karena

sebagian aspirasi tersebut justru berhubungan dengan kepentingan pemerintah itu

sendiri.  Demikian pula dengan kelembagaan gerakan koperasi yang sekian lama kurang

terdengar kiprahnya.   Padahal dilihat dari jumlah dan kekuatan (ekonomi) yang

dimilikinya maka anggota koperasi dan koperasi kiranya perlu diperhatikan berbagai

kepentingannya.

8

Page 9: Analisis koperasir

Beberapa pemikiran yang telah diajukan kiranya membutuhkan setidaknya dua

prasyarat.  Pertama, pendekatan pengembangan yang harus dilakukan adalah

pendekatan pengembangan kelembagaan secara partisipatif dan menghindari

pengembangan yang diberdasarkan pada ‘kepatuhan’ atas arahan dari lembaga lain.

Masyarakat perlu ditumbuhkan kesadarannya untuk mampu mengambil keputusan

sendiri demi kepentingan mereka sendiri.  Dalam hal ini proses pendidikan prinsip-

prinsip dan nilai-nilai koperasi menjadi faktor kunci yang sangat menentukan.  Kedua,

diperlukan kerangka pengembangan yang memberikan apresiasi terhadap keragaman

lokal, yang disertai oleh berbagai dukungan tidak langsung tetapi jelas memiliki

semangat kepemihakan pada koperasi dan ekonomi rakyat.  Dengan demikian strategi

pengembangan yang perlu dikembangkan adalah strategi yang partisipatif.  Hal ini akan

membutuhkan perubahan pendekatan yang mendasar dibandingkan dengna strategi

yang selama ini diterapkan.  Rekonsptualisasi sekaligus revitalisasi peran pemerintah

akan menjadi faktor yang paling menentukan dalam perspektif pengembangan

partisipatif ini.

Pembangunan koperasi di indonesia telah menunjukan hasil-hasil yang cukup

baiki secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pada krisis ekonomi terbukti bahwa

koperasi mampu bertahan, dalam menghadapi permasalahan tersebut maka disusunlah

kebijakan pembangunan dalam upaya usaha rencana pembangunan secara nasional.

Pembangunan koperasi dapat terus ditingkatkan sehingga dapat tumbuh menjadi

perusahaan yang sehat dan kuat. Peranannya dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi

bangsa dapat lebih ditingkatkan. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi

sampai saat ini masih cukup relevan untuk dilaksanakan adalah :

1. Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat agar memiliki

kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi

rakyat.

2. Koperasi didukung melalui pemberian kesempatan yang seluas-luasnya disegala

sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun diluar negeri dan

memudahkan untuk memperoleh permodalan.

3. Kerjasama antar koperasi dan koperasi antara BUMN dan usaha swasta lainnya

dikembangkan untuk mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan

demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas kekeluargaan serta saling

mendukung dan menguntungkan.

9

Page 10: Analisis koperasir

Pengembangan koperasi yang dilakukan oleh pemerintah yaitu : pembangunan dan

pengembangan usaha, pengembangan SDM, peran pemerintah, kerjasama internasional.

Koperasi mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional yaitu :

1. Koperasi mampu menggerakan potensi masyarakat golongan ekonomi lemah.

2. Koperasi lembaga ekonomi yang sangat diperlukan oleh bangsa indonesia.

3. Koperasi berperan utama sebagai agen pemerataan pembangunan ekonomi

nasional.

Keberhasilan koperasi diukur dengan satuan-satuan kuantitatif misalnya : jumlah

koperasi, jumlah modal, SHU, KUD, dll. Koperasi sangat dipengaruhi oleh perubahan

lingkungan bisnis mengglobal mampu bersaing dalam dunia bisnis secara optimal dan

tetap bertahan dimasa depan sebagai wadah perjuangan ekonomi rakyat.

10

Page 11: Analisis koperasir

BAB III

PEMBAHASAN PENGEMBANGAN KOPERASI

3.1 Perkembangan KUD sampel di Kecamatan Sungai Bahar

Perkembangan KUD di kecamatan Sungai Bahar selama kurun waktu 5 tahun

yang sudah diolah dalam bentu persentase. Di mana sangat jelas terlihat banyak terjadi

fluktuasi dalam perkembangan KUD tiap tahunnya, diantaranya ada 10 indikator yang

dilihat dalam perkembangan KUD ini yaitu :

1. Perkembangan Jumlah Anggota

Perkembangan pada Indikator ini sangat kecil, bahkan tidak terjadi peningkatan sama

sekali dan leibh buruknya juga pernah terjadi penurunan yaitu tahun 2002 sehingga

menyebabkan perkembangan pada indicator ini sangat tidak memuaskan seperti harapan

kita. Karena yang menjadi anggota adalah kepala keluarga, dan ibu rumah tangga tidak

merasa cukup satu orang saja yang jadi anggota dan orang-orang baru tidak tertarij

menjadi anggota karena harus membayar simpanan pokok dan wajib.

2. perkembangan simpanan anggota

Perkembangan simpanan anggota yang terdiri atas simpanan pokok, wajib, tabungan,

sukarela, dan simpanan lainnya. Perkembangan ini sangat berfluktuasi secara umum

KUD Bahar Jaya pada tahun 2002 mengalami penurunan pada keseluruhan simpanan

hal ini dikarenakan mulai masuknya Toke korea atau tengkulak di daerah ini, (komentar

responden, 2007). Simpanan yang dilakukan hanya berkisar pada simpanan wajib

anggota mulai enggan menabung karena sudah ada Bank di daerah sungai bahar.

3. perkembangan cadangan KUD

Cadangan pada umumnya berada pada keadaan stabil yaitu tidak terlalu banyak

mengalami penurunan hanya ada penurunan pada tahun 2003 yaitu KUD Bahar Jaya

dan Sumber Makmur masing-masing menurun 11,5% dan 74,5% dari tahun

sebelumnya. Hal ini terjadi karena gejolak anggota yang mulai tertarik untuk menjual

hasil produksi sawitnya dengan pihak swasta yang lebih tinggi dibandingkan harga

ditawarkan KUD.

4. perkembangan hutang

Hutang yang dilihan dalam penelitian ini yaitu hutang lancer dan hutang jangka

panjang, di mana indicator ini sama halnya dengan yang lain terkadang mengalami

kenaikan danj uga penurunan, di tahun 2006 penurunan lebih banyak dibandingkan

11

Page 12: Analisis koperasir

tahun sebelumnya ini menandakan hutang koperasi mulai menurun. Hutang koperasi

dalam keadaan baik, penurunan ini menandakan KUD sudah mulai mengurangi

ketergantungannya dengan pihak luar yang memberikan bantuan hutang untuk

kemajuan koperasi, karena KUD telah mendapatkan modal dari dalam yang cukup

besar.

5. perkembangan piutang

Keadaan piutan KUD sampel sangat bagus karena banyak terjadi peningkatan.

Sedangkan penurunan hanya terjadi di tahun 2002, 2003, 2005 dan 2006 masing-masing

satu KUD dan 2 KUD hanya di tahun 2006 yaitu KUD Bahar Jaya menurun 24.4%

kemudian Mukti Tama menurun 4,0%, Sumber Rezeki menurun 29,3%. Keadaan ini

terjadi karena unit simpan pinjam KUD bunganya rendah maka dari itu unit usaha ini

masih tetap bertahan dan saat ini menjadi tulang punggung kemajuan KUD di

Kecamatan Sungai Bahar.

6. perkembangan volume usaha

Volume usaha dilihat dari unit usaha yang ada yaitu Unit Kelapa Sawit, unit dagang,

unit angkutan dan unit simpan pinjam, dimana perkembangan unit ini sangat tergantung

dengan pelayanan KUD dan partisipasi anggota itu sendiri.

7. perkembangan dana

Dilihat dari indicator ini, adalah merupakan salah satu indicator yang penurunannya

paling sedikit yaitu menurun hanya pada tahun 2003, 2005 dan 2006 penurunan hanya

terjadi pada satu KUD tidak lebih hal ini sangat nyata perkembangan pada indicator ini

tergolong bagus peningkatan tertinggi yaitu tahun 2002 sebesar 186,3% khusus KUD,

karena dana bantuan dari pemerintah atau dana dari dalam tidak digunakan sebelum

terjadi kerugian.

8. perkembangan modal

Perkembangan modal KUD tergolong stabil dan berada pada posisi aman dalam

memajukan KUD karena pada tahun 2006 hanya ada satu KUD yang mengalami

penurunan, yaitu KUD Mukti Tama menurun 44,9% selebihnya meningkat, karena para

anggota selalu membayar simpanan wajib, sebagai salah satu wujud partisipasi

kontributif anggota KUD yang selalu mereka lakukan yaitu sistem potong dari hasil

produksi anggotanya.

9. perkembangan donasi

12

Page 13: Analisis koperasir

Donasi adalah indicator yang tidak jauh beda keadaannya dengan indicator jumlah

anggota karena hanya ada peningkatan pada beberapa tahun dan lebih didominan

dengan tidak ada sama sekali peningkatan atau bahkan terjadi penurunan, hal ini terjadi

karena dana masukan dari hasil pemasaran hasil produksi petani sekitar kurang

maksimal, dan kendaraan angkutan yang dimiliki KUD makin berkurang.

10. perkembangan SHU

Perkembangan SHU KUD sangat berfluktuasi hal ini karena hal-hal yang

mempengaruhi SHU seperti simpanan dan hal lain juga mengalami keadaan yang sama

jadi SHU pun keadaannya tidak jauh beda. Selain itu SHU KUD semakin menurun

karena partisipasi yang mulai mengendur dan persaingan dengan pihak swasta sangat

ketat, seperti sistem bayar dimuka dalam mebeli hasil produksi anggota dan petani

sekitar hal ini karena dipengaruhi oleh unit simpan pinjam yang saling berkaitan. Jika

KUD membeli dengan sistem langsung bayar maka pinjaman anggota sulit untuk

dibayar.

3.2 Pengembangan Kelembagaan Koperasi

Koperasi Unit Desa di Sungai Bahar mempunyai konsep koperasi ekonomi

campuran. Pemerintah boleh ikut intervensi baik dalam memberikan modal maupun

regulasi koperas. Selanjutnya koperasi telah berkembang dengan modal yang cukup dari

anggota koperasi dan dapat melaksanakan kegiatan bisnisnya tanpa intervensi

pemerintah.

Untuk menunjang pengembangan lembaga koperasi, KUD memfokuskan

bisnisnya dalam bidang perkebunan yang telah dibantu pemerintah dalam membuat

lahan sawit seluas ± 6.000 Ha.

Namun di sisi lain, koperasi mempunya korelasi yang buruk terhadap

anggotanya sehingga membuat kondusi yang tidak stabil dalam pengelolaan bisnisnya.

Koperasi Unit Desa banyak melakukan penyimpangan yang membuat partisipasi

masyarakat semakin berkurang.

13

Page 14: Analisis koperasir

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. perkembangan KUD di kecamatan Sungai Bahar periode tahun 2002-2006

menunjukkan keadaan yang sangat berfluktuasi, di mana perkembangan KUD itu

sendiri dilihat dari 10 indikator yaitu jumlah anggota, simpanan, cadangan, hutang,

piutang, volume usaha, dana, SHU, modal, donasi, yang masing-masing indicator ini

memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Untuk perkembangan yang sangat tidak

berarti adalah jumlah anggota dan donasi karena jarang sekali mengalami peningkatan,

sedangkan indikator yang paling stabil tingkat peningkatannya dari tahun ke tahun

adalah indicator modal.

2. partisipasi anggota KUD di kecamatan Sungai Bahar tergolong tinggi 75% dan 25%

sedang hal ini dikarenakan berdirinya pabrik sawit swasta tanpa lahan dengan harga beli

yang tinggi sehingga menyebabkan anggota KUD tidak lagi menjual hasil sawitnya

pada KUD melainkan pada toke korea atau tengkulak dan perasaan memiliki KUD itu

sudah berkurang, seharusnya dengan pendapatan dan luas lahan yang cukup membuat

KUD lebih dari 75% partisipasi yang tinggi.

3. pengembangan kelembagaan koperasi pada awalnya sangat maju secara signifikan.

Akan tetapi setelah beberapa periode, koperasi mulai mengalami kerugian karena

partisipasi anggota yang semakin berkurang. Hal ini disebabkan koperasi banyak

melakukan penyimpangan dalam bisnis.

4.2 Rekomendasi

1. koperasi harus fokus dalam kegiatan bisnisnya yang mengutamakan di sektor

perkebunan dan mengerti bagaimana persaingan di pasar. Koperasi sebaiknya bekerja

sama dengan lembaga koperasi lainnya agar tercipta persaingan yang kondusif.

14

Page 15: Analisis koperasir

2. dalam kegiatan bisnisnya, koperasi harus memberikan data-data secara transparan

terhadap anggotanya, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari anggotanya.

3. intervensi pemerintah sangat dibutuhkan yaitu dalam hal regulasi atau memberi

kebijakan yang tepat dalam situasi KUD di Kecamatan Sungai Bahar.

15