Analisis Kontrastif Bahasa Uts
-
Upload
hesty-wulandari -
Category
Documents
-
view
1.140 -
download
18
Transcript of Analisis Kontrastif Bahasa Uts
ANALISIS KONTRASTIF BAHASA
KLAUSA PENGANDAIAN (IF-CONDITIONAL CLAUSE)
DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA INDONESIA
OLEH:
HESTY WULANDARI
7316100178
DOSEN:
Prof. Dr. YUMNA RASYID, M.Pd.
Dr. HANIF. PUJIATI, M.Pd.
PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
APRIL 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis kontrastif adalah analisis yang digunakan dalam mencari suatu
perbedaan yang sering membuat pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam
memahami suatu materi bahasa (James, 1998). Diharapkan dengan analisis kontrastif
ini, para pembelajar dapat dengan mudah memahami pembelajaran bahasa kedua tau
bahasa asing. Pada dasarnya, analisis kontrastif dibagi menjadi dua bagian, yaitu
analisis gramatikal atau analisis struktur yaitu analisis yang fokus dan berdasarkan
kepada analisis tata bahasa dari kedua bahasa baik bahasa sumber (BS) dan bahasa
target (BT) atau bahasa kedua. Sedangkan yang kedua disebut analisis sintaksis dan
pragmatik. Analisis kontrastif ayng berdasarkan kepada analisis sintaksis adalah
analisis yang berdasarkan kepada analisis asal kata dan bagaimana memaknai suatu
bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa target. Dan, analisis pragmatik adalah
analisis berdasarkan kepada penggunaan bahasa sumber maupun bahasa target dalam
kehidupan sehari – hari yaitu formal dan informal.
Terkait dengan analisis kontrastif, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006, pengajaran Bahasa Inggris mencakup 4 pokok ketrampilan
berbahasa, yaitu keterampilan listening (mendengar), keterampilan speaking
(berbicara), keterampilan reading (membaca), dan keterampilan writing (menulis)
(KTSP, 2006). Untuk pengajaran tata bahasa atau grammar tidak dijelaskan secara
rinci dalam pengajaran Bahasa Inggris dalam kurikulum tersebut. Meskipun demikian,
pengajaran tata bahasa atau grammar menjadi satu kesatuan yang terintegrasi dalam
pengajaran keempat ketrampilan berbahasa tesebut. Jadi, pengajaran tata bahasa atau
grammar dalam Bahasa Inggris tidak dapat terpisahkan.
Namun prakteknya, pengajaran grammar atau tata bahasa merupakan
pengajaran yang kurang menarik dan sulit bagi bagi guru maupun bagi siswa, akan
tetapi grammar harus tetap dipelajari untuk mendukung keempat keterampilan
berbahasa tersebut. Salah satu materi yang sulit dipahami adalah pengajaran klausa
pengandaian (if-conditional clause). Meskipun pengajaran ini telah diajarkan dari
tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, namun siswa tetap saja menemui
kesulitan dalam pengerjaan soal – soal terkait klausa pengandaian (if-conditional
clause).
Diharapkan dengan analisis kontrastif antara Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris, dapat ditemukan jawaban dari kesulitan siswa dalam memahami
pembelajaran tata bahasa atau grammar dari klausa pengandaian (if-clause
conditional) Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (bahasa target) dengan
perbandingan pengandaian di dalam Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama
(bahasa sumber). Dengan demikian, diharapkan akan memberikan suatu kemudahan
dalam mengajar dan memberi pemahaman tentang klausa pengandaian if-conditional
cluse Bahasa Inggris di dalam kelas dan berdampak pada pemanfaatan bahasa asing
atau bahasa target untuk komunikasi baik lisan maupun tertulis. Dengan adanya
makalah ini, diharapkan penulis dapat lebih memahami tentang manfaat analisa
kontrastif dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar tata
bahasa atau grammar Bahasa Inggris. Selain itu, diharapkan para pembaca dapat
memanfaatkan makalah ini sebagai bahan bacaan untuk meminimalisasi perbedaan
yang terjadi dan bagaimana memahami salah satu aspek bahasa kedua (bahasa target)
dengan lebih mudah.
B. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam makalah analisis kontrastif klausa
pengandaian (if-conditional clause) adalah bagaimana mengkontraskan klausa
pengandaian Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris sebagai alat bantu dalam
pengajaran tata bahasa (grammar) di kelas terkait dengan aspek keterampilan
berbahasa khususnya membaca (reading).
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui perbandingan klausa
pengandaian antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris baik persamaan dan
perbedaannya, sehingga dapat memudahkan guru untuk mengajar grammar if-
conditional clause di dalam kelas dan membantu siswa untuk memahaminya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Prinsip – Prinsip Dasar Analisis Kontrastif
Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melaui
makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau
uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahasyang
bertujuan untuk mengetahui sesuatu danmemungkmkan dapat menemukan
inti permasalahannya. Permasalahan yang ditemukanitu kemudian dikupas, dikritik.
diulas, danakhirnya disimpulkan untuk dipahami Moeliono menjelaskan bahwa
analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannyadan penelaahan bagian
itu sendiri serta hubunganantarbagian untuk memperoleh pengertian yangtepat dan
pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan
atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilahyang menarik untuk dibicarakan,
diteliti. dandipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai
bersifat membandingkan perbedaan.
Secara khusus analisis kesalahan kontrastif atau lebih populer disingkat
anakon adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama
(Bl) dengan bahasa yangdiperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih
dikenal dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa
tersebut. Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik).
Sehubungan dengan ini kemudian muncul istilah linguistik kontrastif yang merupakan
cabang ilmu bahasa. Linguistik kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala
komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan
kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil temuan itu, dapat diduga adanya
penyimpangan - penyimpangan, pelanggaran - pelanggaran, atau kesalahan -
kesalahan yang mungkin dilakukan para dwibahasawan. Sudah diterangkan di atas
bahwa analisis kontrastif merupakan pendekatan dalam pengajaran bahasa yang
menggunakan teknik perbandingan antara Bl dengan B2. Perbandingan tersebut akan
menghasilkan persamaan,kemiripan, dan perbedaan sehingga guru dapat memprediksi
kesulitan belajar dan kesalahan belajar, menyusun bahan pengajaran, dan
mempersiapkan cara-cara menyampaikan bahan pengajaran.
Menurut Mak Halliday, prinsip – prinsip dasar analisis kontrastif dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu memerikan sebelum membandingkan dan
membandingkan pola-pola tertentu dan bukan bahasa secara keseluruhan.
Pada prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara kerja sejumlah
bahasa sebelum kita memerikan cara kerja masing – masing bahasa itu. Jika kita ingin
menggunakan bahasa ibu (B1) sebagai bahan perbandingan dalam mempelajari
bahasa asing (B2), kita tidak cukup hanya bisa berbahasa ibu tetapi kita juga harus
menguasai bahasa yang akan kita bandingkan itu.
Sedangkan pada prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan Bahasa
Indonesia dengan Bahasa Inggris secara keseluruhan, yang dapat diperbandingkan
adalah salah satu atau beberapa unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing
bahasa pengandaian yang dibandingkan. Dan kita tidak dapat menarik kesimpulan
dari kedua perbandingan ini karena setiap pola perbandingan dibahas secara terpisah.
Hal ini sesuai dengan makalah ini, yang membandingkan klausa pengandaian (if-
conditional clause) dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (Halliday, 1970).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan analisis kontrastif, kita tidak
dapat membandingkan aspek kebahasaan secara keseluruhan dari Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris, karena masing – masing memiliki karakteristik kebahasaan
tersendiri. Apabila kita ingin mengkontraskan klausa pengandaian atau if-conditional
clause, maka hanya bagian itu saja yang dibahas dan dikontraskan baik dari
persamaan maupun perbedaan.
B. Tahap – Tahap Analisis Kontrastif
Dalam setiap analisis kontrastif, terdapat beberapa langkah atau tahapan untuk
mengkontraskan dan membandingkan bahasa sumber (B1) dengan bahasa kedua (B2),
berikut adalah tahapannya:
1. Mendeskripsikan ciri-ciri yang akan diperbandingkan dari masing-masing bahasa,
yaitu memaparkan pokok bahasan secara menyeluruh yang mencakup hal arti, fungsi
dan atribut dari ciri-ciri tersebut (Lado, 1964).
2. Memastikan bahwa ciri-ciri tersebut dapat dibandingkan. Untuk itu sebelumnya
harus dapat diperlihatkan padanan kontekstualnya yang memungkinkan ciri itu dapat
dibandingkan. Tetapi bila padanan struktur itu tidak muncul dalam terjemahan maka
ciri-ciri itu tidak perlu diperbandingkan (Halliday, 1970).
3. Setelah ciri-ciri yang akan diperbandingkan dipaparkan atau dideskripsikan dan
telah jelas bahwa ciri itu dapat diperbandingkan maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan ciri-ciri dari kedua bahasa itu dengan melihat persamaan dan
perbedaan didalamnya.
Selanjutnya adalah rasional hipotesis analisis kontrastif menurut Bloomfield,
terkait dengan tahapan dari analisis kontrastif adalah:
1. Pengalaman guru, yang menggambarkan kesalahan berbahasa yang dibuat oleh
siswa dengan menggunakan bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang
dipelajari siswa.
2. Kontak bahasa, yang menggambarkan pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa
kedua (B2) atau sebaliknya.
3. Teori belajar, yang menggambarkan transfer positif dan transfer negatif dalam
belajar bahasa kedua.
Berdasarkan tahap dan rasional dari analisis kontrastif, maka terlihat jelas
bahwa pembelajaran bahasa kedua dan pertama, khususnya klausa pengandaian dalam
tataran grammar, akan menemui baik persamaan dan perbandingan.
C. Klausa dalam Bahasa Indonesia
Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan
predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausa
mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa
bersubyek nol. Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan
kalimat yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga
terdiri dari beberapa klausa (wikipedia.com).
Dalam Bahasa Indonesia, klausa seringkali di kontraskan dengan frasa. Sebuah
kumpulan kata dikatakan sebagai klausa apabila ia mempunyai kata kerja finite (yang
sudah jelas) dan subyeknya sementara sebuah frasa berisi kata kerja finite namun
tanpa subyeknya. Frasa kata kerja, atau tidak berisi kata kerja. Sebagai contoh kalimat
"Aku tidak tahu kalau kau membuat lukisan itu", "kau membuat lukisan itu" adalah
klausa dan sebuah kalimat penuh sedangkan "lukisan itu" dan "membuat lukisan itu"
adalah sebuah frasa. Ahli Bahasa masa kini tidak membuat perbedaan seperti itu,
mereka menerima ide akan adanya klausa non-finite, klausa yang di atur disekitar kata
kerja non-finite (wikipedia.com).
Klausa merupakan bagian dari kajian sintaksis, yaitu bagian dari tata bahasa
yang mengkaji struktur frase dan kalimat (Ramlan, 1976). Pengertian ini selaras
dengan yang dikemukakan Bloch dan Trager ( dalam Tarigan, 1986) bahwa sintaksis
adalah analisis mengenai konstuksi-konstruksi yang hanya mengikut sertakan bentuk-
bentuk bebas.
Selanjutnya Abdul Chaer (2007) menjabarkan pembahasan dari sintaksis
adalah (1) Struktur sintaksis yang mencakup masalah fungsi, kategori dan peran
sintaksis, serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. (2) Satuan-
satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Dan (3) hal-hal
lain yang berkenaan dengan sintaksis yang berupa modus, aspek dan sebagainya.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai klausa yang merupakan salah satu
tataran dalam sintaksis, khususnya klausa pengandaian Bahasa Indonesia.
Klausa merupakan tataran didalam sintaksis yang berada di atas tataran frase
dan di bawah tataran kalimat. Dalam berbagai karya linguistik mungkin ada
perbedaan konsep karena pengunaan teori analisis yang berbeda. Berikut adalah
pengertian klausa dalam Bahasa Indonesia menurut beberapa ahli bahasa, yaitu:
1. Menurut J.S. Badudu, klausa adalah klausa adalah sebuah kaliamt yang merupakan
bagian dari kalimat yang lebih besar.
2. Menurut Prof. Dr. Ramlan, klausa adalah klausa adalah satuan gramatik yang
terdiri dari P (predikat), baik disertai oleh S (subjek), O (objek), Pel(pelengkap), dan
keterangan ataupun tidak.
3. Menurut Jos Daniel Parera, klausa adalah sebuah kalimat yang memenuhi salah
satu pola dasar kalimat inti dengan dua atau lebih unsur pusat.
4. Menurut Kridalaksana, klausa adalah satuan gramatik berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk
menjadi kalimat.
5. Menurut Henry Guntur Tarigan, klausa adalah kelompok kata yang mengandung
hanya satu predikat.
Jadi, dapat disimpulkan dari pendapat beberapa ahli tersebut bahwa pengertian
dari klausa adalah salah satu bagian dari kalimat atau satuan gramatik yang
menitikberatkan kepada predikat atau yang memiliki unsur – unsur predikatif. Berikut
adalah contohnya:
Nenek mandi.
Contoh diatas merupakan sebuah kalusa sebab bersifat predikatif. Namun, akan
timbul kembali pertanyaan, kalau begitu apa perbedaan klausa dengan kalimat? Abdul
Chaer dalam bukunya yang berjudul linguistik umum menjelaskan, bahwa sebuah
konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau
intonasi kalimat (Chaer : 2007).
D. Klausa dalam Bahasa Inggris
Dalam Bahasa Inggris, klausa terbagi menjadi beberapa macam, yaitu
adjective clause atau biasa disebut relative clause, noun clause dan adverbial clause.
Klausa yang ada dalam Bahasa Inggris menurut Halliday (1994) merupakan unit
terkecil dari grammar yang disebut konstituen.
Klausa relatif adalah merupakan klausa subordinatif yang berfungsi mewatasi
fungsi sintaksis tertentu dalam suatu kalimat. Fungsi sintaksis ini dapat berupa subjek,
predikat, objek, keterangan maupun pelengkap. karena berfungsi sebagai pewatas,
maka klausa ini sering sekali muncul di dalam kalimat majemuk bertingkat
(Warastuti, 2005). Klausa relatif juga disebut dengan klausa ajektiva yang memiliki
pengertian yaitu klausa terikat yang berfungsi untuk menjelaskan kata benda dari
suatu kalimat. Dalam hal menjelaskan kata benda dalam suatu kaliamt, klausa ajektiva
dapat memberikan gambaran, identifikasi dan informasi lebih lanjut tentang kata
benda atau kata nomina yang ada di dalam kalimat tersebut (Azar, 1989).
Sedangkan klausa nomina (noun clause) adalah suatu klausa yang berfungsi
sebagai kata benda yang dapat ditempatkan baik sebagai subjek kalimat atau objek
dari kalimat. Noun clause merupakan perluasan subjek ata uobjek dan posisi di dalam
kaliamt adalah sebagai tetap kata benda. (Azar, 1989).
Dan yang terakhir adalah klausa adverbia atau klausa keterangan. Adverbial
dapat berbentuk frasa atau klausa. Richard et al (1989 : 6) menyatakan “ Adverbial is any
words, phrase, or clause that function like an adverb. Adverbial adalah salah satu unsur
komplementasi, yaitu unsur-unsur yang mengikuti verba, selain objek dan komplemen.
Quirk et al (1985), Jacob (1995), Brinton (2000), Leech et al (2003). Perbedaan antara
adverbia dan adverbial ialah, adverbia merupakan kategori sintaksis, sedangkan adverbial
merupakan fungsi sintaksis dari suatu klausa. Adverbial dapat berbentuk frasa adverbia,
frasa nomina, frasa preposisi, verbless clause ‘klausa tanpa verba’, nonfinite clause ‘
klausa non finit’, finite clause ‘ klausa finit’. Contohnya adalah:
(1) She visited me recently.(frasa adverbia)
S V O Adverb of Time ‘Dia mengunjungi saya baru-baru ini.’
(2) My sister lives next door.(frasa nomina)
S V Adverb of Location ‘ Saudara perempuan saya tinggal disebelah’
(3) The bellboy showed the guest into the bedroom.( frasa preposisi).
S V O Adverb of Location ‘Pelayan hotel menunjukkan tamu itu ke kamar tidur.’
(4) She attended the meeting though obviously ill.( klausa tanpa verba)
S O Adverb of Manner ‘ Dia menghadiri rapat walaupun sakit.’
(5) She telephoned while waiting for the plane.( klausa non finit)
S V Nonfinite Adverbial Clause ‘ Dia menelpon sambil menunggu pesawat .’
(6) She went home after she had seen the announcement. (klausa finit ).
S V Adv of Location Finite Adverbial Clause ‘ Dia pergi kerumah setelah dia melihat
pengumuman.’
Klausa edverbia adalah klausa yang merupakan perluasan dari nomina atau
subjek, predikat atau keterangan. Maka klausa adverbia menurut Marcella Frank dapat
dibedakan menjadi 7 jenis, yaitu adverbia (keterangan) waktu, tempat, alasan, sebab
akibat, alasan, cara, dan tujuan.
Selain itu, klausa menurut pengertiannya dan fungsinya dalam tataran
functional grammar dapat dibedakan menjadi clause as message (Theme), clause as
exchange (Subject) dan clause as representation (Actor). Apakah signifikansi dari
fungsi clause as message sebagai Theme, clause as exchange sebagai Subject, dan
clause as representation sebagai Actor? Berikut adalah definisinya.
The Theme berfungsi sebagai awalan atau topik dalam struktur klausa sebagai
pemberi pesan (clause as message), maksudnya adalah sebuah klausa memiliki arti
sebagai pesan yang berisi beberapa informasi dari suatu wacana dimana terminologi
Theme merupakan poin penting dan utama dari awalnya sebuah pesan atau message.
Hal ini juga disebut sebagai elemen utama dari penutur bahasa untuk memilih dasar
(grounding) dari apa yang ingin dia katakan. The Theme dalam clause as message
memiliki formula analisis sebagai berikut:
Theme + Rheme
The duke has given may aunt that teapot.
Theme Rheme
The Subject berfungsi sebagai dasar atau subjek dalam struktur klausa sebagai
alat pertukaran (clause as exchange), maksudnya adalah sebuah klausa memiliki arti
sebagai alat pertukaran dari satu wacana yang berisi sebuah transaksi antara penutur
dan pendengar,dan terminologi Subject merupakan titik fokus dari alat pertukaran
tersebut. Hal ini adalah merupakan elemen penting dari seorang penutur yang
bertanggungjawab dalam tiap tuturannya atau yang ia sampaikan adalah suatu hal
yang valid. The Subject dalam clause as exchange memiliki formula analisis sebagai
berikut:
Subject + Finite
The duke has given away that teapot
Subject Finite
The Actor berfungsi sebagai partisipan aktif dalam struktur klausa sebagai
perwakilan (clause as representation), maksudnya adalah sebuah klausa memiliki arti
sebagai perwakilan dari suatu wacana dimana terminologi Actor merupakan suaut
konstruksi dari beberapa proses berkelanjutan dari pengalaman berbahasa manusia.
Terminologi Actor tersebut memiliki fungsi sama seperti subjek dari setiap klausa
yang memiliki peran aktif dalam suatu proses atau aksi dari predikat dalam klausa.
Hal ini merupakan elemen utama dari penutur bahasa untuk memotret siapa yang
melakukan sesuatu. The Actor dalam clause as representation memiliki formula
analisis sebagai berikut:
Actor + Process + Goal
The lion caught the tourist
Actor Process Goal
Dari ketiga definisi di atas, sesungguhnya ketiga terminologi, baik theme,
subject dan actor memiliki kedudukan sama di dalam suatu klausa yaitu sebagai
subjek atau awal dari kaliamt atau klausa namun fungsinya bisa untuk memberikan
pesan dan informasi (clause as message), untuk alat pertukaran ide (clause as
exchange), dan untuk memotret siapa yang melakukan sesuatu (clause as
representation).
Setelah mengetahui macam – macam klausa baik jenis dan fungsinya di dalam
satu kaliamt atau wacana, maka kita akan kembali mengupas topik kalusa kita yaitu
klausa pengandaian atau if-conditional clause serta bandingannya dengan klausa
pengandaian Bahasa Indonesia sebagai cara untuk mempermudah memahami dan
menjelaskan tata bahasa atau grammar bahasa kedua kepada siswa.
E. Klausa Pengandaian Bahasa Indonesia
Dalam Bahasa Indonesia, menurut Gorys Keraf, terdapat dua makna
pengandaian, yaitu sebagai persyaratan dan pengandaian; untuk mengungkapkan
kalimat pengandaian yang berupa persyaratan, ditandai dengan adanya kata – kata
apabila, asal, asalkan, bila, bilamana, jika dan jikalau. Pengandaian mempunyai
makna syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Secara jelas
hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila, kalau, asalkan, asal,
manakala dan jikalau. Sebagai contoh adalah kalimat berikut ini:
(1) Kemauan untuk hidup ini akan ada jika di dalam diri seseorang ada perasaan
bahwa dia dibutuhkan oleh lingkungannya.
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu 1) kemauan untuk hidup ini akan ada
sebagai klausa inti , 2) di dalam diri seseorang ada perasaan, 3) dia dibutuhkan oleh
lingkungannya. Klausa 2 dan kausa 3 merupakan klausa bawahan yang menyatakan
‘syarat’ bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti.
Contoh pada kalimat lain adalah sebagai berikut:
(2) Apabila hal itu terjadi juga, aku akan mencelanya di depan siapa saja tanpa
mempedulikan kesopanan bahasa.
(3) Aku hanya dapat berjumpa dengan mereka pada waktu-waktu libur sekolah atau
pada hari Sabtu dan Minggu bila mereka tidak mendapat hukuman.
(4) Bilamana hujan turun agak lebat, daerah tersebut tentu akan tergenang air.
(5) Jikalau aku dapat lulus dari SMA, aku akan melanjutkan pelajaranku ke Fakultas
Sastra Indonesia Universitas Indonesia.
Hubungan makna persyaratan sebagai pengandaian terjadi apabila klausa
bawahan menyatakan suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi
klausa inti sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin
terlaksana. Pengandaian ini ditandai dengan adanya kata-kata seperti andaikan,
andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama. Berikut adalah kalimat yang
merupakan contoh dari kalimat pensyaratan yang merupakan pengandaian dalam
Bahasa Indonesia.
1. Andaikan gadis itu tidak suka kepadamu, engkau harus menjamin dia kecuali bila ia
berkeberatan.
2. Andaikata nona mempermasalahkan hal ini hingga ke pengadilan, tentu perkara ini
akan disidangkan dan perhatian pers dan publik yang sempat mereda akan
menghangat kembali.
3. Seandainya kamu tidak datang malam itu, kami tidak akan mendapatkan uang
sebanyak ini.
4. Aku tidak dapat memikirkan apa yang akan terjadi kepadaku seandainya kamu
tidak ada di sana saat itu.
Ditambahkan oleh Chaer (1984) bahwa konjungsi andaikata mempunyai fungsi untuk
menggabungkan menyatakan syarat untuk diandaikan di depan klausa yang menjadi
anak kalimat dari suatu kalimat majemuk bertingkat. Contoh kalimatnya:
1. Andaikata kamu tidak datang, aku akan menggantikan posisimu untuk memimpin
rapat ini.
2. Saya akan membelikanmu sebuah mobil andaikata saya menang lotre sebesar 100
juta rupiah.
3. Generasi yang akan datang tidak akan mengenal komodo andaikata hewan langka
tersebut tidak dilindungi oleh hukum negara ini.
Secara fungsional andaikata sama dengan kata penghubung kalau dan jika,
tetapi secara semantik berbeda. Kalau dan jika menyatakan syarat yang harus
dipenuhi sedangkan andaikata menyatakan syarat yang diandaikan dan tidak selalu
dipenuhi. Secara agak bebas dapat digunakan kata penghubung andaikan dan
seandainya dengan fungsi dan arti yang sama dengan kata penghubung andaikata.
F. Klausa Pengandaian Bahasa Inggris
Dalam Bahasa Inggris, menurut Azar (1989), pengandaian atau disebut juga
dengan Conditional Sentence atau if-conditional clause memiliki tiga tipe, yaitu 1)
pengandaian yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini atau masa yang
akan datang, 2) pengandaian yang tidak benar di masa kini atau masa datang, 3)
pengandaian yang tidak benar di masa lalu. Penggunaan pengandaian ini memiliki
penggunaan dan syarat-syarat tertentu. Berikut adalah penjelasan tipe – tipe dari
klausa pengandaian Bahasa Inggris:
1. Pengandaian yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini dan masa akan
datang, syarat – syaratnya adalah:
a. Kalimat pengandaian jenis ini digunakan untuk mengandaikan kegiatan
rutin atau pada situasi yang rutin.
b. Digunakan untuk memperkirakan falta yang akan terjadi di masa kini atau
masa akan datang.
c. Tipe klausa pengandaian ini menggunakan bentuk Simple Present tense
untuk klausa independennya (klausa induk) sedangkan untuk klausa
dependennya (anak kalimat) menggunakan Future tense.
If + subyek +kata kerja 1 (V1) + obyek , subyek +will + kata kerja 1 (V1)
Contoh klausa pengandaian tipe pertama (type 1):
1. If I don’t have my breakfast, I will always get hungry during the class.
(Jika saya tidak sarapan, saya akan lapar selama ada di kelas).
2. If the weather is nice tomorrow, we will go on picnic to the beach.
(Jika besok cuaca cerah, kita akan pergi tamasya ke pantai).
2. Pengandaian yang digunakan untuk kejadian yang tidak terjadi pada saat kini dan
masa akan datang. Pada tipe kedua dari klausa pengandaian digunakan untuk
mengekspresikan bahwa sesuatu terjadi dengan sebaliknya atau berlawanan dengan
kenyataannya dan digunakan pada masa kini dan akan datang. Tipe kedua dari klausa
pengandaian ini menggunakan bentuk Simple Past Tense untuk klausa If (klausa
dependen) dan Past Future untuk klausa independennya. Bentuk dari tipe kedua ini
adalah:
If + subyek +kata kerja 2 (V2) + obyek , subyek +would + kata kerja 1 (V1)
Contoh klausa pengandaian tipe kedua adalah:
1. If I taught this class, I wouldn’t give tests to the students.
(Jika saya mengajar kelas ini, saya tidak akan memberikan tes kepada murid – murid.
Kenyatannya saya tidak mengajar kelas ini, dan saya memberikan tes kepada murid
kelas yang saya ajar).
2. If I were you, I would accept their wedding invitation.
(Jika saya ada di posisi kamu, saya akan menerima undangan pernikahan tersebut.
Kenyatannya saya bukan kamu dan saya tidak menerima undangan pernikahan
tersebut).
3. Pengandaian tipe ketiga ini adalah pengandaian yang digunakan untuk kejadian
yang tidak benar (berlawanan dengan kenyataan) di masa lalu. Klausa ini digunakan
mengekspresikan sesuatu yang tidak pernah terjadi di masa lampau. Bentuk klausa
pengandaian ini menggunakan Past Perfect Tense untuk klausa if (dependen) dan
menggunakan Past Future Perfect Tense untuk klausa independennya. Berikut adalah
rumus dan contoh kalimatnya:
If +subyek +had + kata kerja 3 (V3), subyek+ would+have+kata kerja 3(V3)
1. If you had told me the problem you faced, I would have helped you to solve
it.
(jika anda mengatakan masalah yang kamu hadapi kepada saya, Saya akan
membantu anda untuk menyelesaikannya, kenyataannya bahwa anda tidak
mengatakan masalah itu dan saya tidak membantu anda).
2. If they had studied hard, they would have passed the national examination.
(jika mereka belajar giat, mereka akan lulus ujian nasional, kenyataannya
bahwa mereka tidak belajar dengan giat dan mereka tidak lulus ujian
nasional).
BAB III
ANALISIS
A. Analisis Kontrastif Klausa Pengandaian (if-conditional clause) Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris dalam Perspektif Struktural
Secara struktural, kalimat pengandaian memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah terdapat pada kata-kata khusus yang digunakan dalam kalimat
pengandaian sedangkan perbedaannya adalah dalam bahasa Indonesia hanya terdapat
satu jenis pengandaian dan dalam bahasa Inggris terdapat tiga macam pengandaian
yang sangat bergantung kepada waktu pengucapannya. Maka dari itu, klausa
pengandaian dalam Bahasa Inggris memiliki tiga tipe klausa.
Sedangkan klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia hanya memiliki satu
syarat dalam pembuatan klausanya. Secara tata bahasa Bahasa Indonesia hanya
menggunakan kata-kata jika, seandainya, andaikata, jikalau, sekiranya, asalkan,
apabila, dan manakala. Dalam bahasa Inggris kata-kata di atas hanya ditandai dengan
adanya kata ’if’ yang memiliki arti yang sama dengan kata ’jika’ atau ’seandainya’.
Jadi, terdapat persamaan klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam klausa pengandaian
ini, dalam Bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya, seumpama, dan apabila,
sedangkan dalam Bahasa Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat klausa
pengandaian; serta dalam Bahasa Inggris memiliki tiga tipe klausa pengandaian yang
bergantung dar iwaktu pengucapannya. Perbedaan yang jelas adalah klausa
pengandaian Bahasa Indonesia tidak memperhitungkan waktu pengucapan dalam
membuat klausa pengandaiannya. Seperti contoh berikut ini:
Saya akan membelikan kamu mobil baru jika saya dapat lotere 100 juta.
Kalimat pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan
sekarang (present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past).
Dalam bahasa Inggris kalimat diatas harus dilihat waktu dalam mengucapkannya.
Maka menjadi:
1. I will buy a new car for you if I get 100 millions lottery (sekarang dan masa
depan, tetapi hal ini merupakan kejadian yang benar – benar terjadi).
2. I would buy a new car for you if I got a 100 millions lottery (kejadian yang
tidak terjadi pada saat kini dan masa akan datang, hanya angan – angan saja).
3. I would have bought a new car for you if I had got a 100 millions lottery. ( masa
lalu, kejadian ini adalah tidak benar terjadi di masa lalu).
Dengan contoh diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam menggunakan
klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan dalam Bahasa Inggris. Meskipun
terdapat perbedaan dalam penggunaan klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris, yaitu berhubungan dengan masalah waktu; dalam Bahasa
Indonesia, tidak mengenal adanya waktu pemakaian. Semuanya sama meskipun
digunakan dalam masa kini, masa depan, maupun masa lalu dan tidak terdapat
perubahan dalam kata kerjanya. Jika terjadi perubahan waktu maka kalimat
pengandaiannya akan ditambahkan kata keterangan waktu. Contoh kalimatnya:
1. Jikalau aku dapat lulus dari SMA tahun depan, aku akan melanjutkan
pelajaranku ke Fakultas Sastra.
Maka Bahasa Inggrisnya adalah:
If I graduate from senior high school next year, I will continue my study to
literature faculty.
Jika waktu pengucapannya diubah pada masa lalu maka terjadi perubahan pada
kalimatnya, menjadi:
2. Jikalau aku dapat lulus dari SMA tahun lalu, aku akan melanjutkan pelajaranku
ke Fakultas Sastra.
Maka Bahasa Inggrisnya adalah:
If I graduated from senior high school last year, I would continue my study to
literature faculty.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan kata kerja yaitu:
Lulus tahun depan : graduate
Lulus tahun lalu : graduated
Perubahan yang kedua adalah adanya perubahan will (masa depan) menjadi would
(masa lalu).
Jadi, dalam analisis kontrastif klausa pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris terdapat persamaan dan perbedaannya. Persamaannya adalah terjadi
pengandaian syarat yaitu kata if dalam Bahasa Inggris dan jika dalam Bahasa
Indonesia. Sedangkan perbedaannya, ada tiga hal yaitu (a) kata khusus pengandaian
dalam Bahasa Indonesia bisa bervariasi yaitu jika, jikalau, bila, apabila dan
sebagainya; sedangkan dalam Bahasa Inggris hanya terdapat satu varian yaitu if saja.
Perbedaan yang kedua yaitu (b) masalah waktu pengucapan dari penutur sangat
berpengaruh dalam membentuk klausa pengandaian Bahasa Inggris sehingga terdapat
tiga tipe klausa pengandaian dalam Bahasa Inggris yang dikenal dengan tipe 1 (type 1
true in the present or future time), klausa tipe 2 (type 2 unreal in the present or
future), dan klausa tipe 3 (type 3 unreal in the past). Sedangkan di dalam klausa
pengandaian tidak memperhatikan waktu pengucapan. Yang terakhir adalah (c) dalam
Bahasa Inggris, dampak dari pengaruh waktu maka kata kerja atau predikat yang
digunakan akan mengalami perubahan; dimana hal ini tidak dikenal dalam klausa
pengandaian Bahasa Indonesia.
BAB IV
SIMPULAN
Seperti dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris pun terdapat klausa
pengandaian. Klausa pengandaian ini digunakan untuk mengutarakan suatu kejadian
yang tidak terjadi dalam kenyataannya. Setelah dianalisis dan dicari padanan dan
perbandingannya dalam klausa pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris, penulis telah menemukan persamaan dan perbedaan yang ada. Baik
persamaan maupun perbedaannya dapat dilihat secara struktural maupun secara
pragmatis.
Secara struktural terdapat persamaan klausa pengandaian dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam
klausa pengandaian ini, dalam Bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya,
seumpama, dan apabila, sedangkan dalam Bahasa Inggris menggunakan kata’if’
dalam membuat klausa pengandaian ini. Sedangkan perbedaannya adalah dalam
Bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan waktu pengucapan. Klausa pengandaian
diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan sekarang (present), masa
depan (future), ataupun masa lalu (past). Dikarenakan perbedaan waktu maka kata
kerja yang digunakan dalam masing-masing tenses berbeda, sedangkan dalam bahasa
Indonesia tidak ada perbedaan kata kerja dan tidak ada tenses.
DAFTAR PUSTAKA
Azar, Betty Schrampfer. 1989. Understanding and Using English Grammar second edition. New Jersey: Prentice Hall Regents.
Chaer, Abdul. 1984. Penggunaan Preposisi dan Konjungsi dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: IKIP.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Halliday, Mak. 1970. The Linguistic Science and Language Teaching. Bloomington: Indiana University Press.
Halliday, Mak. 1994. An Introduction to Functional Grammar. Great Britain: Oxford University Press.
James, Carl. 1998. Errors in Language Learning and Use. England: Longman.
Keraf , Gorys.1991. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
KTSP 2006 Bahasa Inggris, Departemen Pendidikan Nasional 2006.
Lado, Robert .1964. Linguistic Across Culture. Michigan: University of Michigan Press.
http://riungsastra.wordpress.com/2010/09/23/klausa-dalam-bahasa-indonesia-dan-arab/www.wikipedia.comhttp://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0551_034401_chapter4.pdf