BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Karakter Upin & Ipin adalah ...
ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN …eprints.uny.ac.id/48450/1/Azuna Vion...
-
Upload
truongdien -
Category
Documents
-
view
308 -
download
10
Transcript of ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN …eprints.uny.ac.id/48450/1/Azuna Vion...
ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8
DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Azuna Vion Harnadi
NIM 12105241003
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FEBRUARI 2017
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul "ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN
IPIN MUSIM 8 DITINJAU DAR! PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN'
yang disusun oleh Azlma Vion Harnadi, NIM 12105241003 ini telah disetujui oleh
pembimbing untuk diujikan.
ii
y ogyakarta, 29 Desember 2016
Pembimbing,
NIP 19600520 198603 I 003
SURA T PERNY A T AAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali dengan acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah
asli. Jika tidak asli , saya siap menerima sanksi dittmda yudisium pada peri ode
berikutnya.
iii
Yogyakarta, 29 Desember 2016
Yang menyatakan,
Azlll1a Vion Harnadi
NIM 12105241003
PENGESAHAN
Skripsi yang beIjudul "ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN
DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DAR! PRINSIP DESAIN PESAN
PEMBELAJARAN" yang disusun oleh Azuna Vion Hamadi, NIM 12105241003
ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal II Januari 2017 dan
dinyatakan Iulus.
DEW AN PENGUJI
Nama
Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si.
Aryawan Agung Nugroho, M.Pd.
Dr. Sujarwo, M.Pd.
Jabatan
Ketua Penguji
Sekretaris Penguji
Penguji Utama
Tanda Tangan Tanggal
~~:-.Cl .. ~ ~O\1
)<J~ 1-.'Z;tJrl 30- O( - ~olt
Y ogyakarta, ... Fakultas I1mu Pendidikan
iv
v
MOTTO
Tidak ada segala sesuatu yang terjadi secara kebetulan, semuanya telah di atur
oleh Yang Maha Kuasa.
Jadi untuk itu, percaya pada Sang Maha Pencipta dan diri sendiri dalam
melangkah menuju masa depan
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengharapkan ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan
untuk:
1. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan
motivasi, perhatian serta semangat yang tiada hentinya.
2. Almamater FIP UNY dan
3. Nusa dan Bangsa
vii
ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8
DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN
Oleh
Azuna Vion Harnadi
NIM: 12105241003
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk prinsip desain pesan
pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait
konten yang disajikan dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip
penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif, prinsip umpan balik,
dan prinsip perulangan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang mengadopsi
langkah-langkah Eriyanto. Analisis isi ini tidak menguji hipotesis ataupun
hubungan antar variabel, namun menggambarkan aspek dan karakteristik dari
suatu pesan. Dalam penelitian ini, analisis isi menggambarkan bentuk penerapan
desain pesan pembelajaran pada serial film animasi Upin dan Ipin musim 8.
Tahapan dalam penelitian ini meliputi perumusan tujuan analisis, konseptualisasi
dan operasionalisasi, pembuatan lembar koding (coding sheet) atau kisi-kisi
instrumen, penentuan populasi dan sampel, proses koding, input data, dan analisis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa konten yang disajikan dalam serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 menerapkan prinsip desain pesan
pembelajaran. Pada prinsip kesiapan dan motivasi adalah adalah pengenalan
karakter yang bersemangat dan antusias. Pada prinsip alat pemusat perhatian
adalah bentuk ekspresi karakter, efek animasi, dan visual yang mendukung
elemen-elemen didalamnya memiliki nilai unik dan menarik sehingga menjadi
daya tarik yang luar biasa yang berujung pada pemusatan perhatian penonton.
Pada prinsip partisipasi aktif siswa atau penonton adalah pancingan atau stimulus
kepada penonton untuk dipikirkan melalui berbagai adegan yang ada dalam film.
Pada prinsip umpan balik adalah terjawabnya pertanyaan dari masalah-masalah
atau misteri dalam film. Jawaban disini berupa flashback dan tambahan informasi.
Dan pada prinsip perulangan adalah pengulangan informasi penting atau informasi
yang menjadi topik bahasaan. Pengulangan informasi disini berupa tambahan,
perincian, dan penguatan informasi yang diperbincangkan karakter dalam film.
Kata Kunci: Konten, Prinsip Animasi, Prinsip Desain Pembelajaran, Serial Film
Animasi Upin dan Ipin Musim 8.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN
DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN
PEMBELAJARAN” dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelas Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis
menyampaikan banyak ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan
penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberi izin penelitian dalam proses menyelesaikan skripsi.
3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY telah memberi
rekomendasi perizinan pendidikan.
4. Bapak Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.
6. Keluarga tercinta Ibu Wiwik Sunarni, Bapak Sutiyon, Dek Niken Ayu
Lorenza yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penyusunan
skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku Mas Saleh dan Mas Fikri yang selalu memberi semangat
d'ln motivasi selia ucapan terimakasih atas waktu yang diberikan dalam
membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan dari jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
kelas A dan kelas B.
9. Keluarga besar Griya Qur' an Al-Hidayah. Serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat
balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin. Akhir kata, penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat ban yak kekurangan yang
perlu untuk dibenahi dan disempumakan. Demikian kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan agar lebih baik, at as kritik dan saran yang
diberikan penulis mengucapkan terima kasih.
ix
Y ogyakarta, F ebruari 2017 Penulis,
6d Azuna Vion Hamadi NIM 12105241003
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
MOTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 12
C. Batasan Masalah .................................................................................. 13
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 13
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 14
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ..................................................................................... 16
1. Pengertian Animasi ........................................................................ 16
a) Pengertian Animasi .................................................................. 16
b) Prinsip Animasi ........................................................................ 18
c) Animasi dalam Pembelajaran ................................................... 22
2. Anatomi Film ................................................................................. 24
3. Serial Film Animasi Upin dan Ipin ................................................ 26
a) Profil Serial Film Animasi Upin dan Ipin ................................ 26
b) Sinopsis Serial Film Animasi Upin dan Ipin Musim 8 ............ 28
c) Karakter dalam Serial Film Animasi Upin dan Ipin ................ 34
xi
4. Desain Pesan Pembelajaran ........................................................... 39
a) Pengertian Desain Pesan Pembelajaran.................................... 39
b) Desain Pesan Pembelajaran dalam Media Pembelajaran ......... 40
c) Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran ............................. 42
1) Prinsip Kesiapan dan Motivasi ......................................... 42
2) Prinsip Penggunaan Alat Pemusat Perhatian .................... 45
3) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton .................. 47
4) Prinsip Umpan Balik ......................................................... 51
5) Prinsip Perulangan ............................................................ 54
5. Desain Pesan Pembelajaran dalam Animasi Upin dan Ipin ........... 58
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 61
C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 66
B. Jenis Data ............................................................................................. 68
C. Pengadaan Data ................................................................................... 68
D. Objek Penelitian ................................................................................... 69
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 70
F. Analisis Data ........................................................................................ 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Deskripsi Data .................................................... 73
1. Data Sampel 1 ............................................................................... 74
a) Prinsip Kesiapan dan Motivasi .............................................. 80
b) Prinsip Alat Pemusat Perhatian .............................................. 83
c) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton ....................... 87
d) Prinsip Umpan Balik .............................................................. 90
e) Prinsip Perulangan ................................................................. 93
2. Data Sampel 2 ............................................................................... 97
a) Prinsip Kesiapan dan Motivasi .............................................. 104
b) Prinsip Alat Pemusat Perhatian .............................................. 107
xii
c) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton ....................... 110
d) Prinsip Umpan Balik .............................................................. 114
e) Prinsip Perulangan ................................................................. 116
B. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................ 120
1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi ...................................................... 123
2. Prinsip Alat Pemusat Perhatian ...................................................... 127
3. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton ................................................. 132
4. Prinsip Umpan Balik ...................................................................... 139
5. Prinsip Perulangan ......................................................................... 144
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 160
B. Saran .................................................................................................... 162
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 163
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... 165
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1
Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran .. 166
Lampiran 1.1 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan
Pembelajaran episode 1 .............................................................................. 167
Lampiran 1.2 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan
Pembelajaran episode 14 ............................................................................ 193
Lampiran 2
Konversi Persentase Adegan dan Konten ............................................... 232
Lampiran 2.1 Formula Perhitungan Penentuan Hasil Nilai Persentase ...... 233
Lampiran 2.2 Hasil Konversi Persentase Adegan ....................................... 234
Lampiran 2.3 Hasil Konversi Persentase Konten ....................................... 241
Lampiran 3
Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran ... 247
Lampiran 3.1 Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan
Pembelajaran ............................................................................................. 248
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ........................................................... 253
Lampiran 4.1 Surat Izin Dekan FIP ............................................................ 254
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Animasi adalah satu elemen multimedia yang banyak menarik perhatian
pada masa ini karena mampu menciptakan (menuangkan) suatu fantasi manusia
kedalam alam realiti. Menurut Theresia Ari Prabawati bahwa animasi atau
animation berasal dari kata Animate dan Motion. Kata Animate mempunyai arti
“hidup atau bernyawa”. Sedangkan Motion mempunyai arti gerakan atau
bergerak. Jadi yang dimaksud dengan animasi atau animation adalah gerakan
yang hidup dari sebuah gambar (Ari Theresia Prabawati,2008:95). Arti
menghidupkan disini bukan memberi nyawa kepada suatu gambar atau objek,
akan tetapi suatu objek, benda (gambar) diberikan dorongan kekuatan, semangat
dan emosi agar terkesan hidup. Animasi adalah suatu teknik yang banyak sekali
digunakan dalam dunia film masa kini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh,
bagian dalam suatu fim maupun bersatu dalam film. Dunia film sebenarnya
berakar dari fotografi, sedangkan animasi barakar dari dunia gambar, yaitu
ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual) (Yunita Syahfitri, 2011).
Animasi sebagai bentuk inovasi teknologi memberikan dampak yang
besar bagi seluruh tatanan industri. Mulai dari industri hiburan, industri
pendidikan, sampai industri periklanan. Animasi dirasa mempunyai prospek
yang bagus di masa yang akan datang, karena animasi yang bersifat baru dan
2
menarik (attractive) bisa membius dan menarik minat para generasi muda serta
sesuai dengan zaman yang canggih saat ini. Untuk itu animasi diposisikan
sebagai salah satu pilar perkembangan hiburan, pendidikan, iklan dan film.
Dalam pendidkan animasi mengambil andil khususnya dalam pembelajaran.
Dalam kajian Mayer dan Moreno (2002) berkaitan dengan penggunaan animasi
sebagai BBM pada pembelajaran multimedia, mendapati bahwa terdapat kesan
yang konsisten terhadap penggunaan animasi dalam proses pembelajaran
multimedia berbanding dengan teknik tradisional yaitu menyampaikan pesan
secara verbal (lisan). Kajian ini menegaskan penggunaan multimedia seperti
animasi dalam proses pembelajaran menjadikan proses itu lebih bermakna dan
efektif. Selain itu Paivio (2006) dalam kajiannya tentang teori dwi-kod dalam
pendidikan mendapati bahwa dalam teori ini, proses pemerolehan bahasa melalui
saluran verbal dan visual menjadikan pembelajaran bahasa lebih efektif. Justru,
penggunaan animasi yang merangsang kesemua lima panca indera dan upaya
interaktifnya mampu menyumbangkan tahap pembelajaran yang terstruktur bagi
pelajar. Kajian Kayaoglu et al. (2011) mendapati, terjadi peningkatan yang
signifikan terhadap keputusan ujian post tes pelajar yang menggunakan animasi
dalam pembelajaran berbanding dengan mereka yang ujian pra tes. Justru, kajian
ini memberikan ide untuk mengintegrasikan aplikasi multimedia seperti animasi
dalam kelas-kelas pembelajaran bahasa sebagai elemen alternatif terhadap
suasana pembelajaran dalam kelas dan memberi motivasi kepada para pelajar.
Menurut Rosni (2009), BBM yang berbentuk rakaman bergambar seperti
3
animasi, film dan VCD banyak membantu pelajar dalam meningkatkan
kemahiran mendengar. Kerena mereka akan dapat memahami apa yang didengar
tersebut melalui gambar yang ditontonnya dan mereka dapat menebak suara yang
didengar. Selain itu, hasil kajian Abdul Rasid et al. (2012) mendapati animasi
adalah aplikasi yang paling kerap digunakan pelajar dalam pengajaran penulisan
karangan walaupun tahap kesadaran terhadap penggunaannya masih rendah
dalam kalangan guru yang mengajar penulisan karangan. Kajian ini mendapati
kesan positif penggunaan animasi yang mampu mewujudkan suasana yang
menyenangkan dan dapat mempengaruhi emosi pelajar. Kajian-kajian para ahli
di atas merupakan bukti bahwa animasi bisa membuat suasana baru dan
menyenangkan hingga membuat mental dan motivasi para pelajar menjadi lebih
baik serta membuat pembelajaran menjadi efektif dan meningkat dengan hasil
yang maksimal.
Dalam perkembangannya baik animasi maupun film dipublikasikan
melalui media massa televisi, karena media televisi mempunyai sifat audio visual
yang memang sangat cocok untuk animasi dan film. Televisi dinilai sebagai
media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan
masyarakat luas tidak memandang sosial ekonomi. Hal ini disebabkan sifat audio
visualnya yang tidak dimiliki media massa lainnya, sedang penayangannya
mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas. Dengan modal audio visual
yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan dan
informasi. Tidak heran jika media massa ini bisa memaksa para penonton duduk
4
berjam-jam. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya
pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola pikir.
Televisi sebagai salah satu media massa mempunyai banyak sekali
fungsi, diantaranya fungsi hiburan dan pendidikan. Umumnya media massa ini
dimaksudkan sebagai fungsi pendidikan (educational function of mass media)
(Harold, D. Laswell, 1948:38). Demikian pula dengan Wilbur Schramm melihat
fungsi media massa sebagai sarana promosi/iklan. “To sell goods for us” (Wilbur
Schramm, 1975:34). Melihat kedua pendapat tokoh di atas dapat dikatakan
bahwa media massa televisi ini sangat berperan besar sebagai penyalur
informasi, pendidikan, berita dan hal-hal lainnya. Sebenarnya fungsi-fungsi
media televisi saling terkait, antara fungsi hiburan, fungsi pendidikan, fungsi
promosi, dan fungsi berita dan penerangan. Contohnya pada fungsi hiburan, pasti
akan disisipkan fungsi berita dan fungsi pendidikan, agar nilai yang disampaikan
tidak hanya hiburan semata akan tetapi nilai-nilai yang lain. Karena itulah acara-
acara siaran televisi selalu diupayakan agar menjadi suguhan yang menarik dan
menyegarkan, sehingga bukan saja menjadikan penonton betah duduk didepan
pesawat televisi, tetapi juga yang paling penting adalah tontonan yang disaksikan
dapat menjadikan tuntunan.
Ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu meneruskan nilai-nilai luhur
yang menjadi identitas (jati diri) bangsa ke generasi berikutnya. Dengan adanya
media massa televisi yang berisikan semua jenis informasi dan budaya luar
(asing), tidak menutup kemungkinan akan adanya nilai-nilai budaya baru yang
5
masuk dan mempengaruhi nilai-nilai budaya Indonesia. Tidak semua nilai-nilai
budaya luar (asing) itu negatif, ada nilai-nilai atau ide tertentu yang bisa
dipergunakan untuk menjadikan sesuatu lebih baik. Oleh karena itu, Indonesia
harus bisa memilah-milah nilai budaya baru tersebut yang tidak bertentangan
dengan falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila. Bahkan jika mungkin dapat
membantu ke arah perkembangan yang lebih baik.
Televisi merupakan media yang memiliki potensi untuk menunjang
pendidikan bagi anak-anak apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi dalam merancang dan mengembangkan kontennya.
Kemampuan mendesain pesan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
penonton serta bentuk belajar yang diharapkan sangat diperlukan agar proses dan
hasil belajar melalui media menjadi optimal. Namun kurangnya kemampuan
dalam mendesain pesan pembelajaran tidak akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang sesuai harapan (Asri Budiningsih, 2003:6). Terbukti dengan
banyaknya tayangan televisi yang mayoritas memberikan nilai-nilai negatif.
Seperti mengajarkan perkelahian, percintaan dan lain-lain. Untuk anak dewasa
mungkin bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk, jika anak-
anak khususnya umur-umur sekolah dasar mungkin akan sulit dan akan begitu
saja menerima keadaan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Bila acara
televisi yang disebutkan di atas tidak diawasi oleh orang tua akan sangat
berbahaya untuk perkembangan anak-anak. Hal Ini diperkuat oleh pendapat
seorang tokoh Patricia Marks Greenfield dalam bukunya Mind and Media, yang
6
telah dialih bahasakan oleh Sugeng P, dalam buku Pengaruh Televisi, Video
Game, dan Komputer terhadap Pendidikan Anak.
“Menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan
apabila orang tuanya tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh anak-
anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk menonton secara kritis
serta untuk belajar dari apa-apa yang mereka tonton” (Greenfield, 1989:3)
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-
kanak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional (umur 2-7 tahun)
dan intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun). Dalam tahap praoperasional anak telah
mampu menggunakan bahasa dan mengembangkan konsepnya, walaupun masih
sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Tahap
intuitif anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang
agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan
kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi
hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas (Asri Budiningsih, 2012:37-38).
Dari pendapat ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anak dalam
tahap praoperasional dan intuitif masih memiliki cara kerja pemikiran yang
sederhana dan belum matang, sehingga pada tahap ini sering terjadi kesalahan
presepsi atau pemahaman. Tidak hanya itu pada tahap ini anak belajar dari
lingkungan sekitar terutama keluarga dan teman yang sering berinteraksi dengan
diri anak. Anak akan menirukan sikap dan perilaku yang ditimbulkan dan
7
dihasilkan dari lingkungan sekitarnya, terutama orang yang lebih dewasa dari
dirinya baik itu orang tua, kakak dan teman yang lebih dewasa dari dirinya.
Karena pada umur inilah anak banyak menyerap pengetahuan dan informasi
untuk mengetahui siapa jati dirinya. Dengan kata lain pada tahap ini terjadi
pembentukan perilaku imitasi, karena anak selalu melihat, merasakan, dan
mengaplikasikannya. Disinilah awal masalah jika anak dibiarkan terus-menerus
berteman dengan televisi (acara televisi) dan tanpa pengawasan dan bimbingan
orang tua. Hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku
anak. Untuk itulah pentingnya perhatian orang tua terhadap apa saja yang dilihat
dan ditonton anak-anak. Jika anak sampai salah menirukan nilai, sikap dan
perilaku akan menjadi masalah yang serius bagi perkembangannya dimasa
depan.
Saat ini banyak tayangan televisi cenderung melihat dari sisi bisnis,
bukan kualitas, sehingga walaupun tayangan tersebut kurang mendidik tetapi
menyedot perhatian para penonton, perusahaan akan tetap menanyangkan acara
tersebut karena penghasilan dan iklan akan tetap tinggi. Dengan keadaan seperti
itu ada salah satu serial film animasi yang sangat digemari oleh anak-anak. Film
animasi yang ramah dengan banyak sekali nilai-nilai moral didalamnya yang
membuat orang tua merasa tenang. Serial film animasi ini tayang selama 9 tahun,
mulai pada tahun 2007 yang tayang pada stasius TVRI kemudian beralih ke
MNCTV hingga sekarang. Serial animasi yang menceritakan kisah dua orang
saudara kembar yaitu Upin dan Ipin. Menceritakan keseharian dua orang saudara
8
di tengah keluarga, teman dan lingkungan sosial di Kampung Durian Runtuh.
Dengan tingkah lucu dan menggemaskannya anak usia belia (4-6 tahun) yang
dikemas dengan cerita yang sederhana namun menarik. Film animasi ini
mengangkat berbagai hal seputar anak usia dini, mulai dari kekreatifan,
kecerdasan, hubungan sosial dan lain-lain yang memang dimiliki oleh anak-anak
usia dini.
Serial film animasi Upin dan Ipin tidak seperti film animasi lain yang
biasanya mengangkat tema superhero dan imajinasi yang tinggi, film animasi ini
mengusung tema yang sederhana, logis dan sesuai dengan keadaan asli di
lingkungan sosial. Sehingga bisa menjadi acuan bagi para anak-anak bagaimana
bertingkah laku dan bermain sesuai dengan usia yang dimiliki. Dengan demikian
film animasi ini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak khususnya
anak usia dini, dengan pembawaan cerita yang sederhana dan mudah dipahami
yang tidak jauh berbeda dari keadaan aslinya. Tidak heran kenapa anak-anak
suka dengan film animasi ini, terbukti pada rating pertelevisian di Indonesia
serial film animasi ini tidak pernah turun dari peringkat 10 besar. “Selain acara
sinetron remaja, acara kartun anak-anak Upin Ipin juga termasuk yang
mempunyai rating yang lumayan. Serial kartun yang disiarkan MNC TV tersebut
masuk dalam daftar 10 besar acara tv dengan rating tertinggi”
(http://seleb.info/2016/01/11/rating-acara-tv-indonesia-per-10-januari-2016/).
Serial film animasi Upin dan Ipin bersaing dengan sinetron dan film-film lain.
Bila dalam acara keseluruhan pertelevisian animasi Upin dan Ipin berada pada
9
20 besar, sedangkan bila khusus acara animasi, animasi Upin dan Ipin berada
pada rating 5 besar, bersaing ketat dengan animasi Adit dan Sopo Jarwo. Film
animasi ini juga telah diteliti oleh beberapa orang, diantaranya oleh Fajar
Purwaka yaitu Penerapan Desain Pesan Pembelajaran dalam Serial Animasi
Upin dan Ipin (Purwaka Fajar, 2015:vi), yang diteliti adalah season 1 Upin dan
Ipin dengan tema bulan Ramadhan.
Penerapan desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi anak-
anak merupakan hal yang relatif baru. Apalagi, film animasi Upin dan Ipin tidak
berbentuk format film instruksional, namun berbentuk naratif. Oleh karena itu,
bentuk penerapan desain pesan pembelajaran dalam film animasi Upin dan Ipin
berbeda dengan format video atau film instruksional maupun desain
pembelajaran dalam media pembelajaran yang lain seperti modul dan audio
pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka tentang bentuk penerapan
desain pesan pembelajaran dalam film animasi Upin dan Ipin season, mendapati
hasil sebagai berikut:
Bahwa serial film animasi Upin dan Ipin season 1 menerapkanprinsip-prinsip desain pesan pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan danmotivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa,prinsip umpan balik dan prinsip perulangan. Bentuk penerapan prinsip-prinsipdesain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin season 1adalah sebagai berikut :
1. Bentuk penerapan prinsip kesiapan dan motivasi meliputipengenalan karakter utama di setiap awal episode, menampilkanjudul episode, pengondisian penonton, memberikan pengantarcerita dan mengenalkan character objective atau misi karakterutama.
10
2. Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian dalam serial filmUpin dan Ipin meliputi daya tarik karakter berupa karakter yangatraktif, daya tarik rasa takut berupa adegan yang menampilkanrasa takut karakter utama akan misi yang akan dipikulnya, dayatarik humor, daya tarik kesalahan berupa kesalahan yang dibuatoleh Upin dan Ipin yang berpotensi menggagalkan puasanya, dananthropomorphic berupa karakter asap dan ayam yangbertingkah selayaknya manusia sehingga kelihatan ganjil atauaneh.
3. Bentuk penerapan partisipasi aktif penonton yang dibangun olehfilm animasi Upin dan Ipin season 1 berupa direct address.Lewat teknik direct address, Upin menginstruksikan penontonuntuk duduk sebelum menonton.
4. Bentuk penerapan prinsip umpan balik dalam serial Upin danIpin season 1 berupa umpan balik yang informatif, umpan balikperingatan, dan umpan balik motivasi. Umpan balik informatifberupa jawaban-jawaban Opah atas pertanyaan-pertayaan yangdiajukan oleh Upin dan Ipin mengenai puasa Ramadhan. Umpanbalik peringatan berupa peringatan Mei-mei kepada Upin danIpin agar tidak makan dan minum saat puasa meskipun tidak adayang tahu. Umpan balik motivasi berupa dorongan Opah kepadaUpin dan Ipin agar mereka berpuasa secara ikhlas.
5. Penerapan prinsip perulangan dalam serial film Upin dan Ipinseason 1 terdapat berupa perulangan informasi mengenai waktuberbuka dan mengenai hukum berpuasa setengah hari. (PurwakaFajar, 2015:44-45).
Selain penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka, serial film animasi
ini juga dikaji hubungannya dengan pembelajaran, khususnya pembelajaran di
kelas. Seperti penelitian oleh Maspupah yakni “Pengaruh Tayangan Kartun
Upin dan Ipin di Media Nusantara Citra Televisi Terhadap Penggunaan Kosa
Kata Murid Raudhatul Athfal Al-Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur”. Pada
penelitian ini diperoleh hasil bahwa teori imitasi terjadi di lingkungan RA-Al-
Bariyyah, murid-murid dalam kesehariannya menggunakan kosa kata yang
11
terdapat dalam serial film animasi Upin dan Ipin, seperti sebutan Cik Gu,
Seronok, Budak, Basikal, dan sebagainya. (Maspupah, 2011:79-80).
Dengan dua orang peneliti di atas membuktikan bahwa serial film
animasi Upin dan Ipin layak dan baik untuk digunakan dan diteliti. Untuk itu
peneliti ingin meneliti kelanjutan dari penerapan desain pesan yang lain dalam
serial animasi Upin dan Ipin ini, ditinjau dari konten yang disajikan. Perlu
diketahui serial film animasi Upin dan Ipin telah mencapai 10 musim (season),
dengan semakin berkembangnya berbagai hal dalam film animasi ini seperti
cerita, warna, gerakan, dan isi-isi lainnya. Untuk itu peneliti ingin meneliti dan
mengkaji tentang serial film animasi Upin dan Ipin dalam season selanjutnya,
khususnya musim 8 (season 8).
Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) berisikan 14
episode yaitu : Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main,
Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna Warni,
Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin Angkasa, Hasil
Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok Seribu Guna.
Penerapan desain pesan pembelajaran dalam musim 8 (season 8) belum ada yang
mengkaji. Padahal dalam season atau musim 8 ini, banyak membahas dan
memberi contoh anak-anak zaman sekarang, dengan kata lain mengangkat isu
terbaru saat ini, seperti belajar sambil bermain, jangan ceroboh, kebermaknaan
12
liburan dan sebagainya. Tidak hanya dari perkembangan isinya saja yang
membuat peneliti ingin meneliti musim 8 (season 8) ini, tetapi hal-hal lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka di atas merupakan bukti
bahwa serial animasi Upin dan Ipin mengandung prinsip desain pesan
pembelajaran. Kelima prinsip desain pesan di atas juga didukung oleh pendapat
Asri Budiningsih. Menurut Asri Budiningsih (2003:119) berdasarkan teori
belajar kognitif, teori pemrosesan dan teori komunikasi, ada lima prinsip utama
desain pesan pembelajaran, yaitu prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip
penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik
dan prinsip perulangan.
Penelitian ini mengkaji penerapan prinsip-prinsip desain pesan
pembelajaran yang dikemukakan oleh salah satu ahli di atas yaitu Asri
Budiningsih dalam serial animasi Upin dan Ipin season 8 (musim 8) terkait
dengan konten (isi) yang disajikan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bentuk
masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran di dalamnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat peneliti identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya pemanfaatan animasi dalam pembelajaran untuk anak-anak.
2. Perusahaan pertelevisian merupakan sebuah bisnis, sehingga cenderung
menanyangkan film yang populer saja dan kurang memperhatikan dari segi
pembelajarannya.
13
3. Masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman anak terhadap film atau
animasi yang ditonton, jadi akan berbahaya jika anak menangkap persepsi
yang salah dari film atau animasi yang ditonton.
4. Masih belum ada yang mengkaji secara spesifik kelanjutan dari serial film
animasi Upin dan Ipin khususnya musim 8 (season 8).
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan pada
analisis konten serial film animasi Upin dan Ipin season 8 (musim 8) ditinjau
dari penerapan prinsip desain pesan pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan
dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi
aktif, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan.
D. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, peneliti merumuskan satu pokok
masalah atau satu pokok bahasan yakni bagaimana bentuk penerapan prinsip
desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8
(season 8) terkait konten yang disajikan dari aspek prinsip desain pesan
pembelajaran? Kemudian dari pokok permasalahan ini diperinci dengan isi dari
prinsip desain pesan itu sendiri yakni:
1. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan
dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi?
14
2. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan
dari aspek prinsip penggunaan alat pemusat perhatian?
3. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan
dari aspek prinsip partisipasi aktif?
4. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan
dari aspek prinsip umpan balik?
5. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan
dari aspek prinsip perulangan?
E. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk prinsip desain pesan
pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait
konten yang disajikan dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip
penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif, prinsip umpan balik,
dan prinsip perulangan.
F. Manfaat
1. Bagi pengembang media pembelajaran secara umum
15
a. Penelitian ini dapat menggambarkan kelebihan dan kekurangan serial
film animasi Upin dan Ipin ditinjau dari segi penerapan prinsip desain
pesan pembelajaran.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai
penerapan prinsip desan pesan pembelajaran dalam media film dan
animasi lainnya.
2. Bagi Teknologi Pendidikan
Bagi Program Studi Teknologi Pendidikan, penelitian ini diharapkan
dapat memperkaya khazanah ilmu tentang penerapan prinsip desain pesan
pembelajaran dalam media pembelajaran terpopuler lainnya.
16
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Animasi
a. Pengertian Animasi
Animasi bukan sesuatu hal yang baru. Animasi sudah ada sejak
zaman kuno hingga berkembang pada saat ini. Kata animasi atau
animation berasal dari kata animate dan motion. Kata Animate
mempunyai arti “hidup atau bernyawa”. Sedangkan Motion mempunyai
arti gerakan atau bergerak. Jadi yang dimaksud dengan animasi atau
animation adalah gerakan yang hidup dari sebuah gambar (Theresia Ari
Prabawati, 2008:95). Senada dengan pendapat tokoh di atas, ada beberapa
tokoh yang mengemukakan definisi dari kata animasi. Menurut
Norazamudin (2005), kata animasi berasal dari kata latin yang membawa
arti “dihidupkan” ataupun “bring to life” dan menuju kepada suatu
proses menjadikan sesuatu objek yang pada dasarnya adalah statik agar
terlihat hidup. Tidak hanya itu, kata animasi itu sendiri sebenarnya
penyesuaian dari kata “animation” yang berasal dari kata dasar “to
animate” dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti mengidupkan
(Wojowasito, 1997).
17
Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat peneliti simpulkan
bahwa animasi atau animation merupakan suatu teknik untuk membuat
suatu objek mati seperti gambar, dan benda-benda mati lainnya agar
terlihat hidup selayaknya benda hidup lainnya. Arti “terlihat hidup” disini
bukan memberi nyawa kepada suatu gambar atau objek mati seperti yang
dilakukan oleh Sang Maha Pecipta (Allah SWT). Akan tetapi suatu objek
mati atau benda (gambar) tersebut diberikan dorongan kekuatan,
semangat dan emosi agar terkesan hidup. Dalam hal ini tentu didukung
dengan peralatan dan software yang sesuai. Bila dahulu hanya dengan
peralatan yang sederhana, animasi yang dibuatpun sederhana. Sekarang
dengan berkembangnya zaman, baik teknologi, peralatan, dan software
bisa memfasilitasi pembuatan animasi sampai ke tingkat sekarang ini,
bahkan kadang kita bingung apakah itu asli atau animasi semata. Animasi
didasari dari ilusi, dari gambar diam kemudian secara bertahap
digerakkan. Dalam 1 gerakan biasanya terdapat 24 gambar agar terlihat
halus dan tampak realistik atau nyata. Dahulu mungkin animasi hanya
berdiri sendiri tetapi dengan kreatif, imajinatif dan inovatif sifatnya,
animasi bisa bergabung dalam sebuah film.
Jenis-jenis animasi yang ada sekarang ini mempunyai 3 jenis, yaitu
animasi 2D, 3D, dan 4D. Animasi yang ada pada umumnya adalah
animasi 2D dan 3D (Ari Theresia Prabawati, 2008:95). Dari pernyataan
tokoh di atas ada satu lagi jenis animasi yakni Stop Motion. Stop Motion
18
juga termasuk dalam kategori animasi, karena teknik pembuatannya sama
dengan teknik pembuatan animasi lain, yaitu pergerakan dari benda mati
(gambar). Stop Motion menggunakan teknik kamera, dengan kata lain
foto berderet dari suatu benda atau objek yang diam. Semakin banyak
pergerakan foto dalam suatu adegan, maka akan menghasilkan stop
motion yang halus. Contoh animasi 2 dimensi adalah Dragon Ball dan
One Piece. Animasi 3 dimensi yaitu Upin dan Ipin, Adit Sopo Jarwo,
Pada Zaman Dahulu, Berbie dan sejenisnya. Animasi Stop Motion yaitu
Shaun The Sheep. Pada saat ini mayoritas animasi yang dibuat adalah
jenis 3 dimensi. Untuk animasi 2 dimensi mayoritas dibuat atau
diproduksi oleh Jepang dengan karaktek manga nya.
b. Prinsip Animasi
Menurut Djalle (2006, h. 28 dalam Febriyanto Saputro dan Amir
Fatah Sofyan, 2012: 16), prinsip film animiasi merupakan aturan baku
dan standar yang harus diketahui oleh para animator atau pembuat film
animasi. Dalam pembuatan animasi memang harus dimiliki oleh seorang
animator, tetapi animator juga harus memiliki feeling yang kuat mengenai
timing, pergerakan, pengamatan dan tingkah laku. Animator harus
menjadi seorang aktor, punya perasaan, dan logika agar dapat membuat
animasi terkesan hidup (nyata), alami, dan menarik. 12 prinsip animasi
yang harus menjadi acuan atau patokan seorang animator, yaitu :
19
1) Pose to Pose
Pose to pose atau penentuan gambar key (utama/kunci) animation dan
inbetween (transisi) adalah cara animator menentukan posisi gerak
karakter dari posisi awal gerak, posisi gerak selanjutnya hingga posisi
akhir gerak.
2) Timing
Suatu gambar dimungkinkan hidup dan bergerak karena serangkaian
gambar terdapat perubahan beruntun, dan apabila diputar pada mesin
proyektor dalam satuan waktu tertentu akan memperlihatkan suatu
gerak dari gambar tersebut. Satuan waktu tersebut disebut timing.
3) Streeth and Squash
Gerak sebuah obyek agar terlihat hidup dan luwes (alami) dalam film
animasi, khususnya film kartun, perlu sedikit sentuhan kelenturan
agar tak terlihat kaku atau seperti sebuah benda tak berbobot. Streeth
and Squash merupakan prinsip animasi yang memberikan sentuhan
kelenturan pada suatu benda tertentu sesuai dengan karakter
materialnya, sehingga memberikan kesan obyek tersebut memiliki
bobot dan muatan tertentu bila sedang melakukan gerak animasi.
4) Anticipation
Anticipation adalah suatu gerak ancang-ancang ketika hendak
melakukan gerak utama.
20
5) Secondary Action
Secondary Action atau aksi kedua merupakan gerakan yang muncul
dikarenakan adanya akibat suatu gaya dari gerakan atau aksi pertama
sebuah obyek benda animasi, contoh panah yang melesat kemudian
tertancap pada sebatang kayu. Panah yang melesat setelah gerak atau
aksi pertama itu berhenti dengan tiba-tiba menancap pada sebatang
kayu, maka ekor anak panah itu akan bergetar beberapa saat dengan
keras.
6) Follow Through and Overlapping Action
Prinsip ini melibatkan dua benda yang bisa saja sama atau berbeda
namun saling berkaitan satu dengan yang lain, dan bisa saling
mempengaruhi dalam setiap gerakannya. Atau dengan kata lain
reaksi yang terjadi atau gerakan overlap sebuah karakter animasi
setelah melakukan animasi utama atau gerakan utama.
7) Easy In and Ease Out
Easy In and Easy Out merupakan suatu kaidah animasi yang
berprinsip pada dasar hukum ilmu fisika yang berlaku yang berkaitan
sekali dengan gerak animasi, agar tampak logis, wajar, berbobot, dan
berkesan hidup pada saat ditonton. Prinsip ini berhubungan dengan
akselerasi ketika objek mengalami percepatan dan perlambatan saat
terjadi gerakan.
21
8) Arch
Prinsip animasi Arch atau gerak melengkung, agar tidak tampak
menjadi kaku, gerak setiap karakter animasi selalu melengkung agar
tidak tampak menjadi kaku, seperti gerakan menari, memutar,
berayun, melompat, berbelok, atau gerakan memutar. Tiap benda
mempunyai gaya atau kekuatan, kecuali benda yang sifatnya mekanis
atau tidak alami.
9) Exaggeration
Exaggeration yaitu teknik yang mendramatisasi adegan agar tampak
lebih ekspresif dan komunikatif.
10) Staging
Staging yaitu mengatur posisi pemain agar panggung sebagai bidang
(frame) pandangan penonton terisi dengan komposisi yang baik,
proposional enak dilihat dan komunikatif, sehingga penonton tidak
terlalu lelah dalam menyimak jalan cerita dan merasa terlibat disana.
11) Appeal
Kesan karakter yang disampaikan ini yang disebut Appeal atau posisi
yang paling baik atau paling berkesan baik dalam jarak pengambilan
gambar,dari sudut pengambilan gambar, ataupun gerak kameranya.
22
12) Personality
Karakter tokoh film animasi akan lebih kuat, bermakna, hidup, dan
berkarakter apabila dipahami terlebih dahulu segala sesuatunya
tentang karakter tersebut, seperti fisik, latar belakang sosial, ekonomi
dan budaya atau historisnya, sehingga dapat dideskripsikan dengan
baik bentuk karakter apa yang akan dikembangkan.
c. Animasi dalam Pembelajaran
Animasi sebagai bentuk inovasi teknologi memberikan dampak
yang besar bagi seluruh tatanan industri. Khususnya industri hiburan dan
industri periklanan. Animasi dirasa mempunyai prospek yang bagus di
masa yang akan datang, karena animasi yang bersifat baru dan menarik
(attractive) bisa membius dan menarik minat publik serta sesuai dengan
zaman yang canggih saat ini. Dengan potensinya tersebut animasi mulai
dikembangkan dan dirancang untuk industri pendidikan. Dengan sifatnya
yang menarik (attractive) dan dapat menyita perhatian publik, bukan
tidak mungkin bisa mempengaruhi para generasi muda khususnya anak-
anak masa sekolah. Untuk itu animasi diposisikan sebagai salah satu pilar
perkembangan pendidikan selain dari perkembangan hiburan, iklan dan
film. Dalam pendidikan animasi mengambil andil khususnya dalam
pembelajaran. Dalam kajian Mayer dan Moreno (2002) berkaitan dengan
penggunaan animasi sebagai BBM pada pembelajaran multimedia,
mendapati bahwa terdapat kesan yang konsisten terhadap penggunaan
23
animasi dalam proses pembelajaran multimedia berbanding dengan
teknik tradisional yaitu menyampaikan pesan secara verbal (lisan). Kajian
ini menegaskan penggunaan multimedia seperti animasi dalam proses
pembelajaran menjadikan proses itu lebih bermakna dan efektif. Selain
itu Paivio (2006) dalam kajiannya tentang teori dwi-kod dalam
pendidikan mendapati bahawa dalam teori ini, proses pemerolehan
bahasa melalui saluran verbal dan visual menjadikan pembelajaran
bahasa lebih efektif. Justru, penggunaan animasi yang merangsang
kesemua lima panca indera dan upaya interaktifnya mampu
menyumbangkan tahap pembelajaran yang terstruktur bagi pelajar.
Kajian Kayaoglu et al. (2011) mendapati, terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap keputusan ujian post tes pelajar yang menggunakan
animasi dalam pembelajaran berbanding dengan mereka yang ujian pra
tes. Justru, kajian ini memberikan ide untuk mengintegrasikan aplikasi
multimedia seperti animasi dalam kelas-kelas pembelajaran bahasa
sebagai elemen alternatif terhadap suasana pembelajaran dalam kelas dan
memberi motivasi kepada para pelajar. Menurut Rosni (2009), BBM
yang berbentuk rakaman bergambar seperti animasi, film dan VCD
banyak membantu pelajar dalam meningkatkan kemahiran mendengar.
Kerena mereka akan dapat memahami apa yang didengar tersebut melalui
gambar yang ditontonnya dan mereka dapat menebak suara yang
didengar. Selain itu, hasil kajian Abdul Rasid et al. (2012) mendapati
24
animasi adalah aplikasi yang paling kerap digunakan pelajar dalam
pengajaran penulisan karangan walaupun tahap kesadaran terhadap
penggunaannya masih rendah dalam kalangan guru yang mengajar
penulisan karangan. Kajian ini mendapati kesan positif penggunaan
animasi yang mampu mewujudkan suasana yang menyenangkan dan
dapat mempengaruhi emosi pelajar. Kajian-kajian para ahli di atas
merupakan bukti bahwa animasi bisa membuat suasana baru dan
menyenangkan hingga membuat mental dan motivasi para pelajar
menjadi lebih baik serta membuat pembelajaran menjadi efektif dan
meningkat dengan hasil yang maksimal. Di atas merupakan bukti bahwa
animasi telah mulai digunakan untuk tujuan pendidikan khusunya
pembelajaran di kelas. Animasi dianggap bisa meningkatkan suasana,
emosi dan motivasi para pelajar menjadi lebih baik, sehingga
pembelajaran yang terjadi di kelas menjadi lebih bermakna dan hasil
yang dicapai pun memuaskan.
2. Anatomi Film
Sebuah film biasanya terdiri dari delapan sekuen. Delapan sekuen ini
merupakan formula yang sering dipakai dalam pembuatan film (Fajar
Purwaka, 2015:18). Namun, tidak semua film harus memakai formula ini,
karena film merupakan olah kreativitas pembuatnya. 8 sekuen dalam film
meliputi:
25
Sekuen satu, adalah bagian terpenting dalam sebuah film. Penonton
pada umumnya memutuskan akan terus menonton film atau berhenti
menonton film tergantung pada sekuen ini. Sekuen ini merupakan adegan
awal dalam sebuah film. Pada film panjang, sekuen satu umumnya
berlangsung sekitar lima menit. Sedangkan dalam film pendek atau film
serial, sekuen satu hanya berlangsung selama beberapa detik. Ada beberapa
unsure dalam sekuen satu (Fajar Purwaka, 2015:18), yaitu membangun
suasana, memberikan gambaran cerita, dan memperkenalkan karakter.
Sekuen satu ini bisa disebut sebagai prolog atau awalan sebuah cerita dan
film.
Sekuen dua, dalam sekuen ini karakter utama mulai mengetahui tujuan
dan rintangan yang akan dihadapinya. Dengan kata lain pada sekuen ini,
berisikan misi atau impian karakter utama. Sekuen tiga, adalah rintangan
pertama yang dihadapai oleh karakter utama. Ketika sudah memasuki
rintangan pertama ini, karakter utama sudah tidak memiliki pilihan untuk
menghindar dari tujuannya yang harus dicapai. Biasanya dalam sekuen ini,
masalah yang dihadapi belum terlalu berat. Tidak hanya itu karakter utama
biasanya mendapatkan teman atau bantuan untuk menyelesaikan masalahnya.
Sekuen empat, menceritakan karakter utama memperoleh penyelesaian
terhadap rintangan pertamanya. Sekuen lima, menceritakan karakter masuk
dan terlibat dalam permasalahan atau rintangan yang lebih berat. Sekuen
enam, menceritakan karakter utama menghadapi permasalahan utama.
26
Sekuen tujuh, biasanya berisi twist dan ketegangan baru. Sekuen delapan,
adalah penutup dan penyelesaian masalah. Sekuen delapan dapat berupa
happy ending, sad ending, maupun cerita yang menggantung (Fajar Purwaka,
2015:19).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekuen merupakan sebuah
alur dalam sebuah cerita atau film. Sekuen atau alur di atas merupakan alur
maju, dimana pada sekuen satu hingga sekuen delapan menceritakan
kerututan seorang tokoh utama yang mengejar impian atau tujuanya hingga
menghadapi permasalahan sampai dengan menyelesaikan permasalahannya.
Sebenarnya ada 3 jenis alur, yakni alur maju, alur mundur, dan alur
campuran. Alur mundur adalah kebalikan dari alur maju, biasanya konflik
atau permasalahan utama terdapat di awal cerita. Sedangkan alur campuran
adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur.
3. Serial Film Animasi Upin dan Ipin
a. Profil Serial Film Animasi Upin dan Ipin
Serial film animasi Upin dan Ipin merupakan animasi yang tayang
pertama kali dan sekaligus memperoleh penghargaan “Animasi Terbaik”
dalam Festival Film International Kuala Lumpur. Serial film animasi
Upin dan Ipin pertama kali disiarkan pada September 2007 bertepatan
dengan bulan Ramadhan di stasiun televisi TV9 dan TVRI. Serial film
animasi ini sangat berpengaruh di kawasan Malaysia dan Indonsia. Pada
pertelevisian Malaysia munculnya musim kedua pada tahun 2008
27
pencapaian serial animasi ini sangat fenomenal, yaitu mencapai 1.5 juta
penonton, menduduki peringkat kedua setelah Doraemon (1.6 juta
penonton) dan di atas SpongeBob SquarePants (800 ribu penonton)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Upin_%26_Ipin). Dengan latar cerita yang
sederhana, kocak, berpendidikan serta bermakna animasi ini menarik
banyak perhatian, khusunya bagi anak-anak.
Pengambilan cerita serial film animasi Upin dan Ipin didasarkan
pada keadaan nyata suatu desa, dengan keadaannya yang rukun, gotong
royong dan rasa toleransi yang tinggi menjadikan serial animasi ini
sangat diminati baik oleh masyarakat Malaysia maupun masyarakat
Indonesia. Karena budaya antara Malaysia dan Indonesia tidak jauh
berbeda sehingga serial film animasi Upin dan Ipin bisa diterima dan
ditayangkan. Pada tahun 2008 serial film animasi beralih tayang yang
semula dari TVRI kemudian beralih ke TPI (sekarang menjadi MNC TV)
hingga sekarang. Selama perjalanan tayangannya, serial film animasi ini
mendapatkan prestasi dan penghargaan yang luar biasa antara lain
Penghargaan Shout!2009 sebagai Best On-Screen Chemistry, World
Brand Congress 2010 sebagai Brand Leadership Award, NEF-Awani ICT
Awards 2010 sebagai NEF-Awani Tun Dr Mahathir Award, Penghargaan
The BrandLaureate 2010 sebagai Best Brands in Animation, Malaysia
Book of Records (2011) sebagai Animasi Paling Terkenal, Anugerah
Bintang Popular Berita Harian 2012 sebagai Karaketer Animasi Lokal
28
Paling Populer, dan sebagai Duta Besar Nasional UNICEF Malaysia
2013.
Sejak kemunculannya hingga sekarang, serial film animasi Upin
dan Ipin telah mencapai 9 musim dengan 117 episode. Dalam
pertelevisian Indonesia, rating serial film animasi ini masuk dalam
kategori 15 besar, bersaing dengan acara-acara yang lain, seperti sinetron,
talkshow, musik, dan lainnya. Jika dilihat dari segi acara animasi atau
kartun, serial film animasi Upin dan Ipin menduduki peringkat 3 besar,
bersaing ketat dengan animasi Indonesia, Adit Sopo Jarwo dan Keluarga
Bang Somat.
b. Sinopsis Serial Film Animasi Upin dan Ipin
Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 berisikan 14 episode,
yaitu: Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main,
Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna
Warni, Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin
Angkasa, Hasil Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok
Seribu Guna.
Episode pertama (Upin & Ipin Kesayanganku) menceritakan
tentang kamar rahasia yang berada pada rumah Upin dan Ipin. Awal mula
episode ini ketika Upin dan Ipin diberikan tugas oleh Kak Ros untuk
membersihkan rumah. Masalah awal muncul ketika ada sebuah kamar
29
yang terkunci dan membuat Upin dan Ipin penasaran. Ketika kakak
beradik ini berhasil membuka pintu, mereka menemukan sebuah pintu
rahasia yang didalamnya berisi cerita tentang keluarga besar Upin dan
Ipin yang diceritakan oleh ayah ibunya. Setelah mengetahui cerita
tersebut, mereka mencoba menggoda Kak Ros dan Opah dengan
pancingan-pancingan yang mengarah pada cerita yang diceritakan dalam
kamar rahasia. Ketegangan memuncak ketika Kak Ros bertanya langsung
kepada Upin dan Ipin beserta Opah yang sembunyi-sembunyi
mendengarkan. Misteri terungkap ketika Kak Ros tahu kebenaran cerita
yang ditulis oleh ayah ibunya, bahwa Kak Ros pun sangat disayangi tidak
hanya Upin dan Ipin saja. Kemudian Opah menjelaskan keberadaan
kamar rahasia tersebut beserta dengan sejarah yang mengikutinya.
Episode kedua (Kail dan Laga) menceritakan tentang ikan laga
(cupang) yang memiliki warna dan bentuk yang indah. Awal mula cerita
ketika Upin dan Ipin tertarik dengan ikan yang dibawa Ehsan, yang
kemudian diketahui bahwa ikan tersebut adalah ikan laga. Berbagai cara
dan masalah mulai muncul ketika Upin dan Ipin mencoba untuk mencari
ikan tersebut, mulai dari merayu Kak Ros untuk bisa ikut ke pasar hingga
bertanya kepada Atok. Kemudian puncak cerita ketika Upin dan Ipin
mengajak Atok memancing sekaligus mencari ikan laga. Setelah ikan
laga didapat, Upin dan Ipin beserta kawan-kawan bermain bersama.
30
Mengadu ikan laga yang didapat, namun setelah diketahui bahwa akan
membunuh ikan laga tersebut, maka adu ikan dihentikan.
Episode ketiga (Belajar Sambil Main) menceritakan tentang
kecanggihan teknologi yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Diceritakan untuk memperkenalkan kecanggihan teknologi pihak
sekolah Tadika Mesra menggunakan tablet untuk menggantikan
pembelajaran lama (ceramah) kepada pembelajaran yang baru. Dengan
adanya tablet ini memberikan motivasi kepada Upin dan Ipin beserta
kawan-kawan untuk lebih giat belajar sekaligus menghadirkan
pembelajaran yang menyenangkan, karena anak-anak bisa bermain
sekaligus belajar. Namun ada masalah muncul, karena anak-anak masih
belum begitu mengerti tentang kecanggihan teknologi, sehingga
menimbulkan efek kecanduan. Dalam episode ini juga dijelaskan tentang
dampak dan juga manfaat penggunaan tablet.
Episode keempat (Cuai, Cuai, Cuai) menceritakan tentang akibat
kecerobahan yang dilakukan oleh Upin dan Ipin. Pada episode ini
diceritakan tentang tindakan ceroboh Upin dan Ipin yang mengakibatkan
kerugian dalam kehidupan mereka. Bermula ketika kecerobohan mereka
menyebabkan Kak Ros cidera, kemudian berlanjut pada kecerobahan
mereka yang mengabaikan tugas yang diberikan oleh Kak Ros untuk
membeli es krim, sehingga es krim yang mencair. Berlanjut pada
31
hilangnya buku yang harus dikembalikan pada perpustakaan keliling,
akibat dari kecerobohan Upin dan Ipin.
Episode kelima (Pengalaman Puasa) menceritakan tentang
pengalaman puasa Upin, Ipin, dan kawan-kawan. Pada episode ini
diceritakan tentang pengalaman yang menarik seputar puasa, mulai dari
berbagai jajanan pasar yang disediakan saat akan berbuka, hokum-hukum
puasa seperti wajib, sunnah, makruh. Kemudian cara agar puasa terjaga
dan mendapatkan pahalah atau amalan yang baik dikerjakan saat bulan
puasa. Dan bagaimana cara mengatasi cara lapar dan haus saat bulan
puasa.
Episode keenam (Raya Yang Bermakna) menceritakan tentang
istimewa dan bermaknanya hari raya idul fitri. Upin, Ipin belajar tentang
berbagai hal mengenai hari raya idul fitri. Mulai dari makna atau arti
ketupat yang dibuat sendiri serta menjalin silahturahmi dengan teman dan
orang lain dengan membagikan kartu ucapan selamat hari raya idul fitri.
Episode ketujuh (Warna Warni) menceritakan tentang warna-
warna yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata lain belajar
mengenai warna. Awal mula ketika Upin dan Ipin melihat Kak Ros
sedang mengerjakan tugas sekolah yang berhubungan dengan warna.
Tidak hanya melihat, Upin dan Ipin kemudian juga belajar tentang warna,
mulai dari warna dasar (warna primer), warna campuran (warna
sekunder). Kemudian setelah itu kegiatan yang dialakukan oleh Upin dan
32
Ipin berkaitan dengan warna. Mulai saat bermain ketika teman-teman
menunjukkan warna-warna pelangi yang bisa dibuat atau bisa dilihat dari
berbagai benda. Kemudian berlanjut pada saat sekolah, Upin dan Ipin
membahas arti masing-masing warna yang di imajinasikan secara
menarik.
Episode kedelapan (Jaga & Hargai Mata) menceritakan tentang
bagaimana cara menjaga dan menghargai mata. Dalam episode ini
mengangkat tema untuk memperingati Hari Penglihatan Sedunia. Dalam
episode ini Upin dan Ipin belajar bagaimana cara menjaga mata,
menghargai mata, dan belajar tentang gejala-gejala penyakit mata, seperti
rabun dan juling. Bermula saat Kak Ros mengikuti lomba teka-teki silang
memperingati Hari Penglihatan Sedunia. Sehingga membuat Upin dan
Ipin tertarik mengikuti lomba tersebut yang berujung pada belajarnya
kakak beradik ini tentang mata.
Episode kesembilan (Upin, Ipin dan Ultraman Ribut)
menceritakan tentang lingkungan hidup yang tercemar, mulai dari
pembakaran sampah hingga pembakaran hutan, yang kemudian
mendatangkan Monster Kilat dan Monster Halilintar yang ingin merusak
dan menghancurkan bumi. Disini Upin, Ipin, dan kawan-kawan bertindak
sebagai ahli pertahanan bencana yang bertugas melindungi bumi, dibantu
oleh Ultraman Ribut. Diakhir cerita Upin, Ipin, dan Ultraman Ribut
33
berhasil mengalahkan monster-monster yang menyerang. Dari kejadian
ini, Upin dan Ipin sadar arti dari menjaga lingkungan.
Episode kesepuluh (Upin Ipin Angkasa) menceritakan tentang
imajinasi dan cita-cita Upin dan Ipin, yakni menjadi angkasawan atau
astronot. Dalam episode ini diceritakan bagaimana Upin dan Ipin
berimajinasi menjadi astronot dan menjelaskan berbagai hal tentang tata
surya, mulai dari planet, rotasi, revolusi, dan sebagainya. Bermula ketika
Kak Ros sedang mengerjakan proyek sains kemudian berlanjut ketika
disekolah diberikan tugas untuk menceritakan cita-citanya, yang berujung
pada penjelasan dan cerita Upin dan Ipin tentang sistem tata surya.
Episode kesebelas (Hasil Tempatan) menceritakan tentang
keberagaman buah-buahan yang bermanfaat dalam menyehatkan tubuh,
khususnya buah-buah lokal yang mudah didapat, aman, dan berkhasiat.
Dalam episode ini diceritakan bagaimana Upin, Ipin , dan kawan-kawan
belajar tentang khasiat buah-buahan seperti vitamin dan kegunaannya
bagi tubuh.
Episode keduabelas (Perangi Rasuah) menceritakan tentang apa
itu KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), bagaimana bahaya dari KKN,
jenis-jenis KKN, dan cara mencegah KKN. Dalam episode ini Upin, Ipin,
dan kawan-kawan belajar tentang KKN tersebut, dan mendapatkan
contoh-contoh kegiatan atau hal yang menjurus kepada KKN.
34
Episode ketigabelas (Terompah Opah) menceritakan tentang
kenangan Opah mengenai terompahnya dulu, terompah (bakiyah) yang
sangat disayangi. Awal cerita ketika Upin dan Ipin diberikan hadiah oleh
Mei-mei berupa aksesoris (miniatur) terompah yang berujung pada cerita
Opah mengenai terompah yang disayanginya dulu. Kemudian setelah itu
Upin dan Ipin berusaha untuk membuat terompah yang bagus dan cantik.
Kemudian dari bantuan Atok terompah yang cantik berhasil dibuat dan
membuat Opah bahagia.
Episode keempatbelas (Pokok Seribu Guna) menceritakan tentang
mengisi waktu liburan yang bermanfaat dan berkualitas. Diceritakan
Upin dan Ipin bingung mengisi waktu liburan dan mengajak Atok untuk
pergi berlibur. Kemudian Atok mengajak Upin dan Ipin untuk liburan
sekaligus belajar. Dalam episode ini Upin dan Ipin belajar tentang
manfaat dan kegunaan pohon kelapa yang disebut juga sebagai pohon
seribu guna. Upin dan Ipin banyak mengetahui benda-benda yang bisa
dihasilkan dari pohon seribu guna ini bersamaan dengan keuntungannya.
c. Karakter dalam Serial Film Animasi Upin dan Ipin
Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 memiliki beberapa
karakter atau penokohan didalam ceritanya. Karakter tersebut meliputi:
1) Upin dan Ipin
Upin dan Ipin (Nur Fathiah Diaz (musim 1-3), Asyiela Putri(musim 4-sekarang), adalah dua orang saudara kembar dari SukuMelayu yang tinggal bersama kakak (Kak Ros) dan nenek (Opah)
35
mereka dalam sebuah rumah di Kampong Durian Runtuh. Merekasudah menjadi anak yatim piatu karena ibu dan ayahnya meninggalsaat mereka masih bayi. Upin lahir 5 menit lebih awal dari Ipin, danoleh karena itu memandang serius peranannya sebagai kakaknya Ipin.Upin lebih pandai dalam bidang komputer dan menjadi ilmuwan cilikdi rumahnya. Ipin lebih imut dan lucu daripada Upin dan gemarmakan ayam goreng. Ipin juga cenderung sering mengulang satu katamenjadi tiga kali dalam satu kalimat, khususnya "betul betul betul".Upin dan Ipin selalu bersikap manja pada nenek, dan suka menggodaKak Ros. Upin dan Ipin bersekolah di TK Kasih Sayang (TadikaMesra). Untuk membedakan saudara kembar yang berkepala botakini, Upin memiliki sehelai rambut di kepalanya dan selalu memakaibaju kuning yang tertulis huruf U. Sementara Ipin tidak memilikirambut, memakai baju biru yang tertulis huruf I, dan selalu pakaikain merah di lehernya. Upin & Ipin lahir pada tanggal 24 Mei 2002.
2) Kak Ros
Kak Ros (Ida Shaheera) adalah kakak sulung Upin dan Ipin, dan cucupertama dari nenek. Kak Ros memiliki nama lengkap Jeanne RoseliaFadhullah. Walaupun terlihat galak, ia terlihat cantik. Sebenarnya diaadalah seorang kakak yang penyayang. dia selalu mempermainkanadik-adiknya. Kak Ros selalu mengajari adiknya agar menjadiseorang adik yang baik, berbudi mulia dan harus berhemat. Kak RosLahir Tanggal 27 Maret 1995.
3) Opah
Mak Uda (Hajjah Ainon Ariff), adalah nenek Upin, Ipin, dan KakRos, nama aslinya yaitu Siti dan biasa dipanggil "Opah". beliauadalah orang yang baik hati kepada warga Kampung Durian Runtuh.beliau juga bijaksana mengenai hal duniawi dan keagamaan.
4) Abang Ghani
Abang Ghani adalah Suami Opah, ia merupakan Kakek Upin danIpin, ia diketahui di episode Upin dan Ipin Kesayanganku karenaUpin dan Ipin menemukan kamar rahasia di rumahnya kemudianmereka membaca buku tentang masa muda Opah yang dipanggil CikSiti kemudian bertemu dengan Abang Ghani.
36
5) Abdul Salam
Abdul Salam adalah Ayah dari Kak Ros, Upin, & Ipin, ia telahmeninggal sewaktu Upin dan Ipin masih bayi, namanya diketahui diepisode Upin & Ipin Kesayanganku, ia adalah tentara yang telahgugur. Kostum, lencana, topi, dan sepatunya masih disimpan rapioleh Opah di kamarnya.
6) Cikgu Melati
Cikgu Melati adalah pengganti posisi Cikgu Jasmin di Tadika Mesra.Setelah Cikgu Jasmin meninggalkan Tadika Mesra untukmelanjutkan studinya di Kuala Lumpur.
7) Jarjit Singh
Jarjit (Mohd Shafiq Mohd Isa) adalah seorang anak-anak laki-lakiberketurunan India Punjabi. Meskipun sebaya usianya dengan teman-teman sekelasnya yang lain tetapi suaranya besar seolah-olah sudahdewasa. Sosok Jarjit juga dikenali karena kepandaian berjenaka danberpantun.
8) Mohammad Al Hafezzy (Fizi)Fizi (Ida Rahayu Yusoff) adalah kawan Upin Ipin. Dia akrab denganEhsan. Fizi selalu mengejek Ehsan sebagai “Intan Payung” yangberarti Anak Manja. Fizi sebenarnya anak yang baik hati, terutamakepada teman-temannya. Cita-citanya adalah tukang angkat sampahkarena ia senang melihat tempat yang bersih dan sehat.
9) Ehsan bin AzaruddinEhsan (Fareez Daniel) adalah ketua Kelas Aman di Tadika Mesra.Ayah dan Fizi selalu memanggilnya "Intan Payung". Ehsan selalumemakai pita merah di lehernya sebagai bukti ketua kelas. Diamemiliki perut yang gemuk, dan suka makan. Ehsan selaluberdandan paling mewah antara kawan kawannya. Dia juga sukamemakai kacamata karna menderita rabun jauh. Jika dia kalahbermain, dia menjadi agak marah. Cita-citanya adalah menjadi jurumasak handal. Eshan suka makan gula - gula. Eshan sikat gigi 5 kalisehari.
10) Mei MeiMei Mei (Yuki Tang Ying Sowk) yang bernama lengkap Xiao MeiMei adalah salah satu dari kawan Upin dan Ipin. Mei Mei merupakan
37
keturunan Tionghoa, dan beragama Konghucu. Walau begitu, MeiMei tetap menasihati kawannya bila melakukan sesuatu yang salah.Dia bertutur kata yang sopan. Dia juga sahabat Devi dan Susanti. MeiMei adalah seorang anak terpintar di kelas. Dia memakai kacamatabesar ada masalah mata karena membaca buku terlalu dekat sampailarut malam. Mei Mei memiliki paras wajah yang imut. Jika di TK,dia sebangku dengan Mail. Mei Mei lahir pada bulan Mei danbercita-cita menjadi guru.
11) Ismail bin MailMail (Mohd. Hasrul) merupakan seorang anak yang paling rajin dikalangan kawan-kawan Upin dan Ipin, bukan saja di sekolah, bahkanjuga gigih mencari rezeki dengan membantu ibunya menjual ayamgoreng, es krim, dan jagung bakar. Mail dan Mei Mei sedikitbermusuhan. Kata emas dia adalah "dua singgit" atau berarti duaseringgit dan satu dua ringgit. Mail selalu memikirkan tentang uang.
12) SusantiSusanti (Sarah Nadhirah Azman) merupakan anak perempuan yangberasal dari sebuah keluarga yang berasal dari Jakarta, Indonesia.Baru tinggal di Malaysia ini, dan belum terbiasa dengan obrolananak-anak lainnya. Susanti ini suka bermain bulutangkis dan sangatmengidolakan pebulutangkis legendaris asal Indonesia, Susi Susanti.
13) Dzul dan IjatDzul (Mohd Amirul Zarizan) & Ijat (Muhammad Izzat Ngathiman)merupakan dua orang teman sekelas Upin dan Ipin yang seringdilihat berdampingan. Ijat tidak pandai berbicara sehinggamemerlukan bantuan Dzul untuk "menerjemahkan" kata-katanya.Dzul dan Ijat adalah teman terbaik di Tadika Mesra. Walaupun Dzuldan Ijat jarang keluar mereka tetap teman baik dengan Upin dan Ipin.
14) DeviDevi (Maheswary Mohan) ialah anak perempuan berbangsa Indiayang bersekolah pada TK yang sama dengan Upin dan Ipin.Walaupun akrab dengan mereka berdua, namun Devi bersahabatdengan Mei Mei dan Susanti. Pada awalnya, Devi dinamai Priyatetapi akhirnya diganti dengan nama Devi. Ia biasa mengenakanseragam lengan panjang dan rok panjang di sekolah. Devi sangatmahir dalam bermain "Bekel".
38
15) Cikgu BesarCikgu Besar adalah kepala sekolah di Tadika Mesra. Ia memilikitubuh yang besar dan mengenakan kerudung. Ia juga sedikit galak,tetapi hatinya sangat baik pada murid-muridnya.
16) Tok DalangSenin bin Khamis, atau lebih dikenali sebagai Tok Dalang Ranggi(Abu Shafian Abdul Hamid) merupakan ketua penghulu KampungDurian Runtuh dan dalang wayang kulit yang berkali-kali menjuaraipertandingan wayang kulit (seperti yang dilihat pada koleksi piala dirumahnya). Seperti Opah, Tok Dalang banyak dimintapertolongannya oleh Upin, Ipin dan kawan-kawan, di sampingmemberi nasihat kepada mereka. Kakek Dalang mempunyaibeberapa batang pokok rambutan untuk dijual buahnya, dan seekorayam jantan peliharaan bernama Rembo.
17) Uncle MuthuMuthu (Mohd Shafiq Mohd Isa), disapa sebagai Uncle Muthu olehpara pemuda di kampung, merupakan satu-satunya penjual makanandi Kampung Durian Runtuh dan ayah dari Rajoo. Antara makanandan minuman yang dihidangkan di warungnya ialah Roti ikan, Rotitelur, Nasi lemak, Nasi goreng, Nasi goreng pattaya, Ayam goreng,Mie goreng, Telur mata sapi, Teh tarik, Es ABCD dan sebagainya.Dalam arti kata lain, tidak ada bedanya gerai Muthu dengan restoranyang dijumpai di kota. Uncle Muthu biasa mengenakan singlet dansarung.
18) Abang SallehSalleh adalah tetangga dekat Upin dan Ipin. dia dikenal galak. Diamemang cerdas dalam berdagang secara online. Sally/Salleh dikenalsebagai pemuda galak dan sirik. dia selalu berkata “Amboi”. Dia jugamenjadi pelayan perpustakaan gerak. Salleh sesekali berperan jadiorang lebai dan suka memotivasi.
19) Uncle Ah TongAh Tong (Mohd Shafiq Mohd Isa). Seorang pedagang yangberpakaian serba merah dan selalu berbicara dengan dialek Cina yangkuat. Dia juga bekerja sebagai pengepul keliling.
20) Ultraman RibutUltraman ribut merupakan sosok pahlawan yang membantu Upin danIpin mengalahkan monster. Dia muncul pada episode Upin Ipin danUltraman Ribut.
39
21) Herasawa-sanPemuda yang mucul di episode Upin Ipin dan Ultraman Ribut. Diajuga yang menjadi Ultraman Ribut.
22) Raksasa HalilintarSebuah monster yang muncul di episode Upin Ipin dan UltramanRibut.(https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_karakter_Upin_%26_Ipin)
4. Desain Pesan Pembelajaran
a. Pengertian Desain Pesan Pembelajaran
Kata desain menunjukkan adanya suatu proses dan hasil. Sebagai
suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis masalah
pembelajaran hingga pemecahan, yang dirumuskan dalam bentuk produk.
Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe, naskah atau
storyboard dan sebagainya (Asri Budiningsih, 2003:7). Seels dan Richey
(1994:32) mempunyai pendapat yang sama bahwa desain adalah proses
untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain itu sendiri ialah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program dan
kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul.
Sedangkan pesan adalah isi didikan atau isi ajaran yang tertuang
dalam kurikulum yang dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu
(encoding) (Sukiman, 2012:29). Dengan kata lain pesan merupakan
sekumpulan data yang disebarkan dengan panca indera dengan
memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor seseorang yang
bersangkutan.
40
Menurut Grabowski dalam Seels (1994:33) desain pesan meliputi
“perencanaan untuk memperkaya bentuk fisik dari pesan”. Pesan sendiri
adalah pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Jadi dalam hal ini desain pesan pembelajaran adalah perencanaan
untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi pembelajaran
yang kajiannya mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya
serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi
komunikasi antara pengirim dan penerima atau antara pendidik dan
peserta didik (Asri Budiningsih, 2003:15).
b. Desain Pesan Pembelajaran dalam Media Pembelajaran
Heinich dan kawan-kawan dalam Sutirman (2013:15) mengartikan
bahwa media sebagai perantara yang mengantar informasi dari sumber
kepada penerima. Dengan demikian televisi, film, foto, radio, rekaman
audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya
adalah tergolong media. Apabila media tersebut membawa pesan-pesan
atau informasi yang mengandung maksud dan tujuan pengajaran maka
media itu disebut media pembelajaran.
Sependapat dengan pendapat di atas, Wang Qiyun dan Cheung
Wing Sum Sutirman (2013:15), menyatakan dalam konteks pendidikan,
media biasa disebut sebagai fasilitas pembelajaran yang membawa pesan
kepada pebelajar. Media dapat dikatakan pula sebagai bentuk-bentuk
41
komunikasi baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya,
sehingga media dapat dimanipulasi, dilihat, dibaca dan didengar.
Berpendapat sama, Sukiman (2012:29) menyimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang
pikiran, perasaaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif.
Media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Untuk itu media pembelajaran perlu
mendapatkan penanganan yang serius, terutama dari para Teknolog
Pendidikan atau Teknolog Pembelajaran yang memiliki kompetensi
dalam merancang dan mengembangkan software dengan cara mendesain
pesan-pesan pembelajaran yang akan diajarkan melalui teknologi
hardware. Perencanaan dan pengembangan software pesan-pesan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta belajar, media yang
digunakan serta bentuk belajar yang diharapkan, akan mengoptimalkan
proses dan hasil belajar.
Dalam kegiatan mendesain pesan pembelajaran pada media
pembelajaran, ada lima prinsip utama yang dapat dijadikan sebagai
pedoman. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip kesiapan dan motivasi,
42
prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa,
prinsip umpan balik dan prinsip perulangan (Asri Budiningsih,
2003:119).
c. Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran
Berdasarkan pada teori-teori belajar kognitif, teori pemrosesan
informasi dan teori komunikasi yang di kemukakan oleh Asri
Budiningsih (2003:119), ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan
pedoman dalam mendesain pesan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut
meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat
perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik dan prinsip
perulangan.
1) Prinsip Kesiapan dan Motivasi
Hasil belajar akan jauh lebih baik dan optimal jika dalam
pembelajaran peserta belajar memiliki kesiapan belajar seperti
kesiapan mental yang berupa kemampuan awal atau prasyarat belajar,
motivasi serta kesiapan fisik (Asri Budiningsih, 2003:119).
Kesiapan mental lebih diartikan sebagai kesiapan kemampuan
awal atau bekal awal atau prasyarat belajar, yaitu pengetahuan yang
telah dimiliki siswa atau peserta belajar yang dapat dijadikan pijakan
atau dasar untuk mempelajari materi pelajaran yang baru (Asri
Budiningsih, 2003:120). Untuk mengetahui kesiapan mental peserta
43
didik tersebut. Perancang pembelajaran dapat melakukan tes
penjajakan atau tes prasyarat belajar.
Selain kesiapan mental di atas, motivasi merupakan hal yang
tidak kalah penting. Motivasi mengandung arti adanya dorongan, baik
dari dalam maupun dari luar diri individu yang membuat siswa atau si
belajar mempunyai kemampuan untuk belajar (Asri Budiningsih,
2003:121). Menurut Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono
(2006: 42) motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan
dengan mesin dan kemudi pada mobil.
Dari uraian di atas yaitu kesiapan belajar dan motivasi
mempunyai kaitan yang erat dengan minat dan juga menjadi sebuah
alur perjalanan yang membentuk sikap dan tingkah laku seseorang.
Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam
kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya (Dimyati dan Mudjiono, 2006:
43). Dengan kata lain kesiapan belajar, dan motivasi merupakan bekal
dasar yang sangat penting bagi seorang anak untuk mempelajari
informasi dan pengalaman yang baru.
44
Untuk itu, bahan-bahan pembelajaran, seperti strategi dan media
pembelajaran harus bisa membangkitkan kedua hal di atas agar siswa
atau peserta belajar dapat menyerap apa yang dipelajarinya sehingga
tujuan belajar tercapai secara optimal.
Dari uraian diatas membuktikan bahwa media pembelajaran
(media visual, media audio, media audio-visual), khususnya film
animasi pembelajaran harus berisi motivasi dan kesiapan belajar.
Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen kunci
untuk mengetahui apakah film tersebut berisi kedua hal diatas, yakni:
animasi, musik, teks, visual (background atau gambar pendukung dan
warna). Animasi yang berisi kesiapan belajar dan motivasi adalah
animasi yang pada awal tayang mempersiapkan penontonnya untuk
bisa menikmati animasi yang akan disaksikan atau menjelaskan sekilas
isi cerita. Animasi disini biasanya menampilkan gerakan yang
mengajak. Untuk motivasi, animasi bisa dengan gerakan-gerakan yang
atraktif, lucu, dan semangat.
Musik dalam sebuah film animsi yang berisi kesiapan belajar
dan motivasi adalah musik yang bersemangat, biasanya dengan tempo
yang cepat, kocak atau lucu. Teks dalam sebuah film animsi yang
berisi kesiapan belajar dan motivasi adalah teks yang bisa membawa
para penonton seolah ikut dalam perbincangan atau adegan
didalamnya. Teks disini bisa berupa judul, subtitile (terjemahan),
45
maupun teks didalam adegan sebagai penjelas atau perinci. Visual
dalam sebuah film animasi yang berisi kesiapan belajar dan motivasi
adalah visual yang menarik, baik bentuk sebuah tempat maupun benda
dan warna yang sesuai serta cocok dengan animasi dan background
didalamnya.
2) Prinsip Penggunaan Alat Pemusat Perhatian
Jika dalam proses belajar, perhatian siswa atau si belajar
terpusat pada pesan yang dipelajari, maka proses dan hasil belajar akan
semakin baik. Perhatian memegang peranan penting dalam kegiatan
belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan hasil belajar akan
semakin baik pula. Sebaliknya, jika siswa kurang memperhatikan
maka hasil belajar akan menurun atau tidak optimal (Asri Budiningsih,
2003:122).
Tidak hanya itu, dari kajian teori belajar pengolahan informasi
terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi proses
belajar (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42).
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar
lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan
membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian
alami itu tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya
46
(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42). Dilihat dari uraian pada prinsip
kesiapan dan motivasi di atas, sebenarnya kesiapan belajar, perhatian,
motivasi merupakan suatu urutan hubungan yang terjadi pada
seseorang yang melakukan kegiatan belajar.
Cara yang digunakan untuk membangkitkan, mempertahankan,
dan mengarahkan perhatian siswa salah satunya adalah dengan
menggunakan alat-alat pemusat perhatian seperti media pembelajaran
visual, media pembelajaran audio, dan media pembelajaran audio-
visual. Untuk itu media pembelajaan harus memiliki daya tarik pesan
yang meliputi daya tarik selebritis, daya tarik humor, daya tarik rasa
takut, daya tarik kesalahan, daya tarik musik, daya tarik komparatif,
daya tarik rasional, daya tarik emosional, daya tarik seks, daya tarik
komunikasi (M Suyanto 2005:90 dalam Fajar Purwaka, 2015:16).
Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen
kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi sebagai prinsip
alat pemusat perhatian, yakni: animasi, musik, teks, visual
(background atau gambar pendukung dan warna). Animasi yang
didalamnya terdapat prinsip alat pemusat perhatian adalah animasi
yang menampilkan gerakan-gerakan yang luar biasa, seperti
berimajinasi, dan spektakuler (adegan mengeluarkan jurus). Musik
dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip alat pemusat perhatian
adalah musik yang bersemangat, biasanaya dengan tempo yang cepat,
47
kocak atau lucu, dan spontan. Teks dalam sebuah film animsi yang
berisi prinsip alat pemusat perhatian adalah teks yang sederhana
namun bisa diterima baik oleh penonton, khususnya anak-anak.
Biasanya teks disini disesuaikan dengan film yang disiarkan, jika film
tersebut untuk anak-anak, maka teksnya akan dibuat lucu, kreatif, dan
sebagainya. Visual dalam sebuah film animasi yang berisi prinsip alat
pemusat perhatian adalah visual yang menarik, baik bentuk sebuah
tempat maupun benda dan warna yang sesuai serta cocok dengan
animasi dan background didalamnya.
3) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 44). Hal ini
didukung oleh pendapat dari John Dewey yang mengemukakan,
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri.
Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916 dalam
Devies, 1937:31).
48
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage dan
Berliner, 1984: 267 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45). Menurut
teori ini, anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thorndike
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of
exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan latihan-
latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan
mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang
aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976:230 dari Gredler
MEB terjemahan Munandir, 1991:105 dalam Dimyati dan Mudjiono,
2006: 45).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
belajar, siswa atau si belajar merupakan individu yang mempunyai
keaktifan yang tinggi sehingga mempunyai kemauan, pendapat, dan
pemikirannya sendiri. Itulah mengapa anak bisa memiliki bermacam-
macam tingkah laku yang kadang orang dewasa pun tidak mengerti.
Tidak hanya itu, agar tujuan belajar tercapai secara optimal dalam
kegiatan belajar, siswa atau anak tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
49
perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Dengan kata lain
pengalaman langsung, agar nantinya perkembangan kognitif, afektif,
dan psikomotor anak lebih bermakna dan tak akan terlupakan
sepanjang hidupnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar
ini juga didukung oleh John Dewey yang mengemukakan “learning by
doing”. Bahwa belajar sebaiknya dialami melaui perbuatan langsung.
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual
maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem
solving).
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan
fisik semata, namun dari itu terutama adalah keterlibatan emosional,
keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-
latihan dalam pembentukan keterampilan (Dimyati dan Mudjiono,
2006: 46). Partisipasi aktif dapat diwujudkan dalam bentuk aktifitas
fisik, mental, maupun emosional dalam merespon materi pelajaran,
sehingga respon yang diberikan siswa atau si belajar bisa nampak
(melakukan sesuatu secara fisik), bisa pula respon yang tidak nampak
(memikirkan sesuatu, menganalisis, atau mencari jawaban) (Asri
Budiningsih, 2003:125).
50
Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen
kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi prinsip partisipasi
aktif siswa (penonton), yakni: animasi, musik, teks, visual
(background atau gambar pendukung dan warna). Animasi yang
didalamnya terdapat prinsip partisipasi aktif siswa (penonton) adalah
animasi yang menampilkan gerakan-gerakan yang seolah-olah
mengajak penonton untuk membantu tokoh atau karakter dalam film
yang disiarkan atau ditampilkan dan seolah-olah sedang berbicara
dengan penonton atau bisa dengan menampilkan gerakan-gerakan
menari, berolahraga, bernyanyi, dan lain-lain. Secara tidak sadar jika
anak atau siswa menyukai sebuah film animasi yang ditontonnya maka
anak atau siswa tersebut akan ingat akan gerakan-gerakan yang
dilihatnya dan menirukannya dalam kehidupan. Contoh gerakan
mengeluarkan jurus pada serial film animasi Naruto. Tidak berbeda
dari prinsip kesiapan belajar dan motivasi dan prinsip alat pemusat
perhatian musik dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip
partisipasi aktif siswa (penonton) adalah musik yang bersemangat,
biasanaya dengan tempo yang cepat, kocak atau lucu, dan spontan.
Teks dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip partisipasi aktif
siswa (penonton) adalah teks yang seolah-olah mengajak anak atau
penonton ikut berpartisipasi dalam film yang ditampilkan atau
disiarkan. Contoh ketika saat menyanyi pada sebuah film animasi, teks
51
yang ditulis ada bagian yang dikosongkan. Hal ini untuk mengajak
penonton untuk ikut bernyanyi dan mengisi bagian teks kosong
tersebut. Visual dalam sebuah film animasi yang berisi prinsip
partisipasi aktif siswa (penonton) adalah visual yang yang menarik,
baik bentuk sebuah tempat maupun benda dan warna yang sesuai serta
cocok dengan animasi dan background didalamnya. Dalam hal ini juga
sama dengan prinsip kesiapan belajar dan motivasi dan prinsip alat
pemusat perhatian.
4) Prinsip Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa
mengenai keberhasilan atau kemajuan serta kekurangan dalam
belajarnya. Prinsip umpan balik menyatakan bahwa jika dalam proses
belajar siswa diberitahukan kemajuan atau kelemahan dalam
belajarnya, maka hasil belajarnya akan meningkat (Asri Budiningsih,
2003:125). Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui
dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik
merupakan balikan yang yang menyenangkan dan berpengaruh baik
bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut
B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif
maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Berliner dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2006: 48).
52
Contoh penerapan prinsip umpan balik misalnya ketika
seoarang siswa memecahkan masalah yang dihadapinya guru
memberikan pujian, maka siswa akan bersemangat dan lebih percaya
diri. Demikian pula jika siswa mengalami kegagalan dalam belajarnya,
kemudian guru memberikan informasi atau petunjuk atas aspek-aspek
yang menyebabkan kegagalan belajarnya, maka siswa akan mencoba
kembali belajar dengan berupaya mengatasi penyebab kegagalannya
(Asri Budiningsih, 2003:125).
Jika dalam proses pembelajaran digunakan umpan balik, maka
proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Jadi dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa fungsi dari umpan balik adalah untuk
memberikan konfirmasi ataupun koreksi terhadap proses dan hasil
belajar siswa, agar siswa mengetahui kemajuan belajarnya, sehingga
dapat melakukan tindakan selanjutnya dalam belajar (Asri
Budiningsih, 2003:126).
Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen
kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi prinsip umpan
balik, yakni: animasi, musik, teks, visual (background atau gambar
pendukung dan warna). Animasi yang didalamnya terdapat prinsip
umpan balik adalah animasi yang menampilkan gerakan-gerakan yang
menjawab pertanyaan dalam film yang ditampilkan dan menjadi
pertanyaan juga oleh penonton. Contoh ketika adegan dalam sebuah
53
film animasi tersebut sedang mempertanyakan sesuatu yang menarik,
sehingga membuat penonton penasaran dan mengira-ngira apakah
jawaban tersebut sesuai dengan benak penonton atau tidak. Hal ini
merupakan umpan balik dari penonton. Tidak berbeda dari prinsip
kesiapan belajar dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, prisip
partisipasi aktif siswa (penonton) musik dalam sebuah film animsi
yang berisi prinsip umpan balik adalah musik yang bersemangat,
biasanaya dengan tempo yang cepat, kocak/lucu, dan spontan. Teks
dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip umpan balik adalah teks
yang menjawab jawaban dari pertanyaan yang ditunggu-tunggu oleh
anak atau penonton. Dalam hal ini animasi dan teks saling berkaitan,
karena animasi dibuat dengan panduan teks (percakapan dan alur
cerita). Visual dalam sebuah film animasi yang berisi prinsip umpan
balik adalah visual yang yang menarik, baik bentuk sebuah tempat
maupun benda dan warna yang sesuai serta cocok dengan animasi dan
background didalamnya. Dalam hal ini juga sama dengan prinsip
kesiapan belajar dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, dan
prinsip partisipasi aktif siswa (penonton). hal ini juga sama, antara
animasi, musik, teks, dan visual berkaitan. Jika visual yang
ditampilkan menarik bagi anak atau penonton, maka film animasi yang
disaksikan atau ditonton akan selalu ditunggu kehadirannya.
54
5) Prinsip Perulangan
Menurut teori Psikologi Daya tentang prinsip belajar yang
menekankan perlunya pengulangan, belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan
akan menjadi sempurna (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 46).
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang
terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law
of exercise”, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons
benar. Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna”
(Thorndike, 1931b:20, dan Gredler, Margaret E. Bell, terjemahan
Munandir, 1991:51 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).
Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih
lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan
dalam belajar. Jika pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan
hubungan stimulus dan respons, maka pada psikologi conditioning,
55
respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh
stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi
karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena
mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti karena lampu lalu lintas
berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah
membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga
menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tiak perlu selalu oleh
stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta
(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.
Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan
yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang
benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang
dikemukakan oleh ketiga teori di atas, karena tidak bisa dipakai untuk
menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih
relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih tetap
diperlukan latihan atau pengulangan. Metode drill dan stereotyping
56
adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage
dan Berliner, 1984: 259 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).
Jika dalam pembelajaran informasi disajikan berulang-ulang,
maka proses dan hasil belajar akan lebih baik. Proses penguasaan
materi pelajaran atau keterampilan tertentu memerlukan perulangan.
Tidak adanya perulangan akan mengakibatkan informasi atau pesan
pembelajaran tidak bertahan lama dalam ingatan (retensi), dan
informasi tersebut mudah dilupakan. Oleh sebab itu, pesan
pembelajaran perlu disampaikan berulang-ulang. Perulangan dapat
dilakukan dengan cara yang sama, atau dengan cara dan media yang
berbeda-beda. Contoh dalam program pembelajaran melalui media
audio, prisnip perulangan sangat penting untuk diperhatikan. Siswa
atau peserta belajar akan mengalami kesulitan memahami pesan atau
informasi baru dengan hanya diperdengarkan sekali saja. Tanpa
adanya pengulangan, informasi akan sulit ditangkap dan mudah
dilupakan (Asri Budiningsih, 2003:127).
Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen
kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi prinsip
perulangan, yakni: animasi, musik, teks, visual (background atau
gambar pendukung dan warna). Animasi yang didalamnya terdapat
prinsip perulangan adalah animasi yang menampilkan gerakan-
gerakan yang mengulang suatu peristiwa seperti mengingat keadaan
57
sebelumnya atau suatu keadaan yang telah terjadi di masa lampau.
Contoh ketika adegan dalam sebuah film animasi tersebut sedang
mengingat kejadian atau peristiwa yang dialaminya kemarin atau
menceritakan kembali peristiwa, kejadian, dan pengalamannya kepada
orang lain. Tidak berbeda dari prinsip kesiapan belajar dan motivasi,
prinsip alat pemusat perhatian, prisip partisipasi aktif siswa
(penonton), dan prinsip umpan balik, musik dalam sebuah film
animasi yang berisi prinsip perulangan adalah musik yang
bersemangat, biasanaya dengan tempo yang cepat, kocak/lucu, dan
spontan. Tidak hanya itu bila animasi yang ditampilkan sedang
mengulang suatu perisiwa biasanya musik yang digunakan adalah
musik degan tempo pelan dan menyentuh hati. Tidak jauh berbeda
dengan prinsip umpan balik, teks dalam sebuah film animsi yang
berisi prinsip perulangan adalah teks yang mengulang suatu kejadian
atau peristiwa. Dalam hal ini animasi dan teks saling berkaitan, karena
animasi dibuat dengan panduan teks (percakapan dan alur cerita) dan
juga teks merupakan penjelas suatu keadaan. Tidak jauh berbeda
dengan prinsip umpan balik, visual dalam sebuah film animasi yang
berisi prinsip perulangan adalah visual yang menarik, baik bentuk
sebuah tempat maupun benda dan warna yang sesuai serta cocok
dengan animasi dan background didalamnya. Dan biasanya untuk
mengingat suatu kejadian atau peristiwa visual yang ditampilkan
58
berwana hitam-putih atau terkesan kuno (tradisional) dan aneh,
berbeda dengan animasi yang ditampilkan. Ini bertujuan untuk
member informasi dan mengajak penonton untuk merasakan kejdian
masa lalu pada sebuah film. Elemen-elemen tersebut saling berkaitan
agar tercipta sebuah film animasi yang baik dan berkualitas dan
nantinya diminati oleh para penonton. Tidak hanya itu kelima prinsip
desain pesan pembelajaran di atas juga saling terkait sehingga
membentuk suatu cara, metode, dan sistem yang baik untuk membuat,
menciptakan, dan mendesain suatu sumber belajar. Baik metode dan
media pembelajaran.
5. Desain Pesan Pembelajaran dalam Serial Film Animasi Upin dan Ipin
Sebagai serial film animasi yang banyak mendapatkan banyak
penghargaan dan dinilai membelajarkan bagi anak-anak dengan bukti
penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang, menjadikan serial film
animasi Upin dan Ipin masuk dalam kategori film pembelajaran. Dalam film
pembelajaran memuat pesan-pesan pembelajaran yang tertuang dalam
rangkaian cerita dan adegan yang disajikan.
Agar hasil pembelajaran nilai-nilai moral, sikap dan perilaku serta
semangat yang terpuji dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8
optimal, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran.
Prinsip desain pembelajaran yang perlu diterapkan meliputi prinsip kesiapan
59
dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan
siswa, prinsip umpan balik dan prinsip perulangan.
Penerapan prinsip kesiapan dan motivasi dalam serial film animsi
Upin dan Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 memberikan
prasyarat belajar bagi penontonnya. Prasayarat yang diberikan dapat berupa
prasyarat fisik seperti menyiapkan penonton untuk dapat menikmati film,
maupun prasyarat yang berupa pengetahuan awal seperti memberikan
pengetahuan dasar sebagai bekal untuk mampu mempelajari pesan pelajaran
dalam cerita yang disajikan.
Penerapan prinsip penggunaan alat pemusat perhatian dalam serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8
memuat adegan yang mampu membuat penonton tetap fokus mengikuti jalan
cerita yang disajikan. Untuk dapat membuat penonton tetap fokus pada cerita
yang disajikan, episode-episode dalam musim 8 dapat menggunakan daya
tarik pesan. Daya tarik pesan meliputi daya tarik selebritis, daya tarik humor,
daya tarik rasa takut, daya tarik kesalahan, daya tarik musik, daya tarik
komparatif, daya tarik rasional, daya tarik emosional, daya tarik seks, daya
tarik komunikasi (M Suyanto, 2005:90 dalam Fajar Purwaka, 2015:16).
Penerapan prinsip partisipasi aktif penonton dalam serial film animasi
Upin dan Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 mengajak
penonton untuk ikut berpartisipasi dengan karakter dalam dalam cerita.
Teknik yang digunakan dalam beberapa film pembelajaran seperti Dora de
60
Explorer, Diego, Sesame Street untuk memancing partisipasi aktif penonton
yaitu berupa direct address. Direct address adalah karakter di dalam cerita
film yang seolah-olah berbicara langsung atau memberi instruksi langsung
kepada penonton.
Penerapan prinsip umpan balik dalam serial film animasi Upin dan
Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 memuat adegan yang
memberikan masukan atau tanggapan mengenai kegiatan dan proses belajar
dari karkater dalam cerita. Umpan balik yang diterapkan dapat berupa umpan
balik yang bersifat informatif, umpan balik dengan tujuan mengoreksi,
umpan balik dengan tujuan memperingatkan, maupun umpan balik dengan
tujuan memotivasi (Fajar Purwaka, 2015:21). Dengan adanya umpan balik di
dalam musim 8, nantinya penonton dapat mendapatkan informasi atau pesan
pembelajaran sesuai dengan pemahamannya, dapat menyadari kekeliruannya,
maupun dapat menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan dan proses
belajar seperti yang dilakukan oleh karakter Upin dan Ipin beserta dengan
teman-teman dan para warga Kampung Durian Runtuh.
Penerapan prinsip perulangan dalam serial film animasi Upin dan Ipin
musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 mengulang informasi atau
pesan pembelajaran yang disampaikannya. Perulangan pesan dapat berupa
perulangan informasi sebagaimana adanya maupun berupa rangkuman atau
ringkasan dari pesan pembelajaran yang telah disampaikan lewat adegan-
adegan dalam jalannya cerita pada musim 8.
61
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Maspupah (2011) yang berjudul “Pengaruh
Tayangan Kartun Animasi Upin dan Ipin di Media Nusantara Citra Televisi
terhadap Penggunaan Kosa Kata Murid Raudhatul Athfal Al-Bariyyah
Kramat Jati Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan peniruan gaya
berbicara dan penggunaan kosa kata para tokoh film kartun Upin dan Ipin.
Untuk fenomena anak-anak yang meniru gaya berbicara dan penggunaan
kosa kata para tokoh film Upin dan Ipin termasuk dalam hal yang tidak perlu
dikhawatirkan. Upin dan Ipin adalah film yang sehat dan kata-kata yang
digunakan dalam film itu terjaga. Tetapi, tentu saja yang paling utama saat
ini, adalah peranaan orang tua untuk bisa mengontrol tayangan yang ditonton
oleh anak-anaknya. Orang tua perlu mendampingi anak-anaknya saat
menonton, memberikan pemahaman, tentang suatu film kartun yang sedang
disaksikan, juga untuk membangun sarana komunikasi dengan anak, dan hal
ini juga bisa mengurangi dampak negatif dari tayangan film kartun bagi anak.
Karena kebiasaan mengkonsumsi televisi secara sehat harus dimulai sejak
usia dini. Teori imitasi terjadi di lingkungan RA Al-Bariyyah, murid-murid
dalam kesehariannya menggunakan kata Cik Gu untuk memanggil guru di
sekolah. Tidak hanya kata Cik Gu, tetapi penggunaan kosa kata para tokoh
sangat berpengaruh terhadap penggunaan kosa kata murid-murid Raudhatul
Athfal Al-Bariyyah seperti Guru Besar, kata Nasi Lemak, Sedap, Kasut,
62
Rehat, Amak, Gula-gula, Surau, Seronok, Budak, Basikal, Datuk, Dusun,
Cakap, Gaduh, Tengok, Basuh, Nampak juga ditiru.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka (2015) yang berjudul
“Penerapan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran dalam Serial Film Upin dan
Ipin”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serial animasi Upin dan Ipin
Session 1 menerapkan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran, yang
meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat
perhatian, prinsip partisipasi aktif penonton, prinsip umpan balik, dan prinsip
perulangan. Bentuk penerapan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran
dalam serial film Upin dan Ipin session 1 adalah sebegai berikut: 1) Bentuk
penerapan prinsip kesiapan dan motivasi meliputi pengenalan karakter utama
di setiap awal episode, menampilkan judul episode, pengondisian penonton,
memberikan pengantar cerita dan mengenalkan character objective atau misi
karakter utama. 2) Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian dalam serial
film Upin dan Ipin meliputi daya tarik karakter berupa karakter yang atraktif,
daya tarik rasa takut berupa adegan yang menampilkan rasa takut karakter
utama akan misi yang akan dipikulnya, daya tarik humor, daya tarik
kesalahan berupa kesalahan yang dibuat oleh Upin dan Ipin yang berpotensi
menggagalkan puasanya, dan anthropomorphic berupa karakter asap dan
ayam yang bertingkah selayaknya manusia sehingga kelihatan ganjil atau
aneh. 3) Bentuk penerapan partisipasi aktif penonton yang dibangun oleh
film animasi Upin dan Ipin season 1 berupa direct address. Lewat teknik
63
direct address, Upin menginstruksikan penonton untuk duduk sebelum
menonton. 4) Bentuk penerapan prinsip umpan balik dalam serial Upin dan
Ipin season 1 berupa umpan balik yang informatif, umpan balik peringatan,
dan umpan balik motivasi. Umpan balik informatif berupa jawaban-jawaban
Opah atas pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh Upin dan Ipin mengenai
puasa Ramadhan. Umpan balik peringatan berupa peringatan Mei-mei
kepada Upin dan Ipin agar tidak makan dan minum saat puasa meskipun
tidak ada yang tahu. Umpan balik motivasi berupa dorongan Opah kepada
Upin dan Ipin agar mereka berpuasa secara ikhlas. 5) Penerapan prinsip
perulangan dalam serial film Upin dan Ipin season 1 terdapat berupa
perulangan informasi mengenai waktu berbuka dan mengenai hukum
berpuasa setengah hari.
C. Kerangka Pikir
Sebuah film terdiri atas adegan-adegan. Adegan ini membentuk sekuen.
Rangkaian dari sekuen-sekuen yang berurutan menghasilkan cerita yang utuh.
Begitupun dengan sebuah film animasi, mempunyai rangkaian sekuen atau alur
cerita yang sama persis dengan prinsip anatomi film-film lain yang bukan
animasi. Karena film animasi merupakan salah satu jenis dari pengembangan
teknologi film. Secara umum cerita dalam sebuah film berisi tentang seseorang
atau karakter yang memiliki sifat tertentu misal empati dan semangat juang.
Karakter tersebut mengiginkan sesuatu atau terjebak dalam situasi yang
mengharuskannya mencapai sesuatu. Tujuan yang akan diraih oleh karakter
64
utama merupakan hal yang sulit atau menuai hambatan. Karakter utama memiliki
kemungkinan besar untuk gagal atas apa yang diinginkannya. Dalam
mengahadapi hambatan, apa yang dilakukan oleh karakter mempengaruhi
penonton secara emosional dan terjadi hubungan antara karakter utama dengan
penonton. Pada akhirnya cerita diakhiri dengan happy ending (bahagia), sad
ending (sedih), ataupun menggantung.
Film yang bertujuan untuk membelajarkan memiliki prinsip-prinsip yang
harus diterapkan. Penerapan prinsip-prinsip ini mempengaruhi tingkat
pemahaman penonton akan pesan pembelajaran yang disampaikan. Prinsip-
prinsip yang dimaksud adalah prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran. Prinsip
desain pembelajaran tersebut meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip
penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik
dan prinsip perulangan.
Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 berisikan episode-episode film
yang bertujuan untuk pembelajaran. Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8
ini bertujuan untuk mengajarkan apa arti di sayangi (Upin & Ipin Kesayanganku),
arti dari menjaga dan merawat (Kail dan Laga), asiknya belajar sambil bermain
(Belajar Sambil Main), kerugian jika ceroboh (Cuai, Cuai, Cuai), pengalaman
berpuasa (Pengalaman Puasa), arti hari raya yang bermakna (Raya Yang
Bermakna), belajar tentang warna (Warna Warni), arti penting menjaga dan
merawat mata (Jaga & Hargai Mata), arti semangat juang (Upin, Ipin dan
65
Ultraman Ribut), impian dan cita-cita (Upin Ipin Angkasa), kreativitas (Hasil
Tempatan), bahaya dari KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) (Perangi Rasuah),
kenangan bersama barang kenangan (Terompah Opah), dan liburan sambil belajar
(Pokok Seribu Guna).
Penelitian ini menganalisis penerapan prinsip-prinsip desain pesan
pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8. Sebelum proses
analisis, dilakukan pengumpulan data menggunakan lembar instrumen. Setelah itu
dapat diketahui bentuk penerapan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran
dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8.
66
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi. Berikut merupakan
pendapat beberapa ahli mengenai definisi analisis isi dari definisi lama hingga
definisi terbaru. Pertama menurut Barelson (1952:18) analisis isi adalah suatu
teknik penelitian yang dilakukan secara obyektif, sistematis, dan deskriptif
kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest). Tidak jauh berbeda,
Holsti (1969:14) juga berpendapat bahwa analisis isi adalah suatu teknik
penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara obyektif dan
identifikasi sistematis dari karakeristik pesan. Kemudian Riffe, Lacy, dan Fico
(1998:20) berpendapat bahwa analisis isi adalah pengujian yang sistematis dan
dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, dimana simbol ini diberikan
nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid dan analisis menggunakan
metode ststistik untuk menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan dan
memberikan konteks, baik produksi maupun konsumsi. Terakhir menurut
Neundorf (2002:10) analisis isi adalah sebuah peringkasan (summarizing),
kuantifikasi dari pesan yang didasarkan pada metode ilmiah (diantaranya
objektif-intersubjektif, reliabel, valid, dapat digeneralisasikan, dapat direplikasi
dan pengujian hipotesis) dan tidak dibatasi untuk jenis variabel tertentu atau
konteks dimana pesan dibentuk dan ditampilkan.
67
Metode analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk
dokumen baik cetak ataupun visual dan audio-visual seperti surat kabar, surat
pribadi, buku, kitab suci, selebaran, radio, televisi, grafiti, iklan, dan film
(Eriyanto, 2011:1).
Penelitian ini ingin mengetahui bentuk penerapan prinsip desain pesan
pembelajaran yaitu prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat
pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik dan prinsip
perulangan dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 terkait konten yang
disajikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Analisis isi deskriptif
adalah analisis isi dengan tujuan untuk menggambarkan secara detail suatu
pesan, atau suatu teks tertentu (Eriyanto, 2011:47). Analisis isi ini tidak menguji
hipotesis ataupun hubungan antar variabel, namun menggambarkan aspek dan
karakteristik dari suatu pesan. Dalam penelitian ini, analisis isi menggambarkan
bentuk penerapan desain pesan pembelajaran pada serial film animasi Upin dan
Ipin musim 8.
Tahapan penelitian analisis isi ini berdasarkan tahapan analisis isi
menurut Eriyanto (2011:56). Tahapan dalam penelitian ini meliputi perumusan
tujuan analisis, konseptualisasi dan operasionalisasi, pembuatan lembar koding
(coding sheet) atau kisi-kisi instrumen, penentuan populasi dan sampel, proses
koding, input data, dan analisis.
68
B. Jenis Data
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian.
Objek penelitian ini adalah serial film animasi Upin dan Ipin musim 8. Serial
film animasi Upin dan Ipin musim 8 ini terdiri dari 14 episode, yaitu Upin & Ipin
Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main, Cuai, Cuai, Cuai,
Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna Warni, Jaga & Hargai Mata,
Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin Angkasa, Hasil Tempatan, Perangi
Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok Seribu Guna. Dan sampel data yang
peneliti gunakan adalah episode pertama dan terakhir. Karena pada episode
pertama merupakan awal dari musim 8 dimulai dengan ceritanya yang misterius
dan merupakan pengantar episode-episode kedepannya, dengan kata lain sebagai
pancingan awal untuk menarik minat penonton. Serta episode terakhir
merupakan akhir dari musim 8, dengan penutupan cerita yang tenang, damai,
terdapat nilai pembelajaran, dan juga misteri untuk kelanjutan musim berikutnya.
C. Pengadaan Data
Data adalah inti informasi yang direkam dalam suatu media, yang dapat
dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dengan teknik-teknik yang ada, dan
relevan dengan masalah yang diteliti (Darmiyati Zuchdi, 1993:29).
Data dalam penelitian ini adalah episode pertama dan terakhir pada
serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 produksi Les Copaque yang telah
peneliti download dari https://www.youtube.com/watch?v=oPm9qYu-tBM pada
69
tanggal 24 Mei 2016 pukul 22:10 WIB dan
https://www.youtube.com/watch?v=pAHYZsyV750 pada tanggal 7 November
2016, jam 14:31 WIB. Yaitu episode Upin dan Ipin Kesayanganku dan Pokok
Seribu Guna.
D. Objek Penelitian
Menurut Eriyanto (2011:61), secara umum unit analisis dapat dibagi
menjadi 3, yaitu unit sampel (sampling unit), unit pencatatan (recording unit),
dan unit konteks (context unit). Unit sampel adalah bagian dari objek yang
dipilih oleh peneliti untuk dikaji. Unit pencatatan adalah aspek dari isi yang
menjadi dasar pencatatan atau analisis. Unit konteks adalah konteks yang
diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi arti terhadap hasil
penelitian. Penelitian lebih tertuju pada unit sampel, karena yang dianalisis
adalah aplikasi prinsip desain pesan pembelajaran pada serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8.
Sesuai dengan tujuan penelitian, yakni mendeskripsikan desain pesan
pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 terkait konten
yang disajikan, maka objek dari penelitian ini adalah serial film animasi Upin
dan Ipin. Sedangkan unit sampel yang digunakan adalah episode-episode dalam
serial film animasi Upin dan Ipin musim 8. Musim 8 dipilih sebagai unit sampel
dengan cara purposive sampling. Musim 8 dipilih karena musim ini memiliki
episode-episode yang memuat nilai-nilai dan pengajaran yang dibutuhkan anak
saat ini. Tidak hanya itu dalam musim 8 ini telah berkembang berbagai hal
70
seperti cerita, warna, gerakan, dan isi-isi lainnya, berbeda dengan season atau
musim-musim sebelumnya. Selain itu serial film animasi Upin dan Ipin ini telah
banyak diteliti, mayoritas penelitian yang dilakukan adalah pada season 1, dan
belum dilanjutkan pada season dan musim berikutnya.
Unit pencatatan (recording unit) dalam penelitian ini adalah adegan-
adegan dalam serial serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 yang sesuai
dengan definisi operasional. Unit konteks (context unit) dalam penelitian ini
adalah prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Untuk dapat mengetahui bentuk penerapan prinsip-prinsip desain
pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, maka dibuat
lembar koding (coding sheet). Lembar koding dibuat berdasarkan definisi
operasional penerapan prinsip-prinsip desain pembelajaran. Kisi-kisi lembar
koding bentuk penerapan prinsip-prinsip desain pembelajaran dalam serial film
animasi Upin dan Ipin musim 8 dapat dilihat pada lampiran halaman 149.
Lembar koding ini berisikan bagian-bagian adegan yang sesuai dengan masing-
masing prinsip desain pesan pembelajaran.
Kemudian dari lembar koding tersebut diperinci dengan lembar
persentase, yang didalamnya berisikan data yang dikonversi menjadi nilai atau
bentuk persentase. Lembar persentase dapat dilihat pada lampiran hal 175.
Lembar persentase ini digunakan untuk lebih memudahkan dan memperpadat
71
data dalam mendeskripsikan bagian-bagian yang dimiliki oleh masing-masing
prinsip desain pesan pembelajaran.
F. Analisis Data
Darmiyati Zuchdi (1993:36) menyatakan bahwa analisis berhubungan
dengan proses identifikasi dan penampilan pola-pola yang penting, signifikan
secara statistik, atau yang memberikan keterangan yang memuaskan atau
merupakan, deskripsi hasil-hasil analisis isi dan dapat dilakukan secara kuantitatif
maupun kualitatif.
Desain penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu
atau menguji hubungan antar variabel. Penelitian ini dimaksudkan untuk
menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Dalam hal ini,
peneliti mengidentifikasi dan mendeskripsikan berdasarkan adegan dalam serial
film animasi Upin dan Ipin yang mempresentasikan prinsip desain pesan
pembelajaran.
Dalam penilitian ini penulis menganalisis konten yang ada pada serial film
animasi Upin dan Ipin musim 8 apakah sesuai atau menerapkan prinsip desain
pembelajaran atau tidak. Film animasi biasanya mengandung konten, animasi
(gerak), musik, visual (warna dan background), dan teks. Bila digambarkan
seperti pada bagan di bawah ini:
72
ANIMASI MUSIK VISUAL TEKS
PRINSIP DESAIN PESANPEMBELAJARAN
SERIAL FILM ANIMASI UPINDAN IPIN MUSIM 8
73
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Deskripsi Data
Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) yang terdiri dari
14 episode, yaitu Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil
Main, Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna
Warni, Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin
Angkasa, Hasil Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok Seribu
Guna dikategorikan berdasarkan definisi operasional prinsip-prinsip desain
pesan pembelajaran, yang meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip
penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik
dan prinsip perulangan. Dari ke-14 episode di atas, peneliti mengambil 2 episode
sebagai sampel yang diteliti. Peneliti menggunakan episode pertama yaitu Upin
& Ipin Kesayanganku dan episode terakhir yaitu Pokok Seribu Guna.
Peneliti memilih episode pertama dan terakhir sebagai sampel yang
diteliti karena pada episode pertama merupakan awal dari musim 8 dimulai
dengan ceritanya yang misterius dan merupakan pengantar episode-episode
kedepannya, dengan kata lain sebagai pancingan awal untuk menarik minat
penonton, serta episode terakhir merupakan akhir dari musim 8, dengan
penutupan cerita yang tenang, damai, dan tetap lucu serta terdapat nilai
pembelajaran, dan juga misteri untuk kelanjutan musim berikutnya. Hasil
74
kategorisasi adegan berdasarkan indikator konten dalam serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8 (season 8) episode 1 dan 14 dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Data sampel 1 (episode 1 “Upin dan Ipin Kesayanganku”)
Diagram lingkaran di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima
prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin
musim 8 episode 1. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai
persentase 28.10%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan
Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 28.10%
jika dikonversi dalam detik memiliki nilai 468 detik. Nilai dengan satuan
persentase dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi
28,10%
12,73%
4,80%
25,76%
28,58%
Episode 1 "Upin dan Ipin Kesayanganku"
Kesiapan dan MotivasiAlat Pemusat PerhatianPartisipasi Aktif PenontonUmpan BalikPerulangan
75
Upin dan Ipin musim 8 episode 1 yakni 1665 detik yang adegannya dipotong dan
disortir sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari
keseluruhan durasi film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk
dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih
dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan
dan motivasi, sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai
dengan persentase 28.10%.
Adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi
adalah adegan yang mengenalkan karakter dan judul pada awal mulainya film
dan memberikan pegantar cerita, baik itu secara tersurat maupun tersirat. Pada
episode 1 ini pengenalan karakter dilakukan dengan sangat antusias dan
bersemangat, sehingga memberikan kesan bahwa cerita yang akan dibawakan itu
seru dan menyenagkan. Disusul dengan kemunculan judul yang unik dan
menarik, sehingga sesuai dengan tema dan sasaran film. Dan dilanjutkan dengan
cerita, yang pada awal mulainya memberikan pengantar cerita yang tersirat. Jadi
menimbulkan penasaran karena misi karakter dan pengantar cerita disini
memiliki kondisi yang rumit penuh dengan misteri. Dari ketiga hal tersebut
berujung pada dampak mempersiapkan dan memotivasi penonton untuk bisa
menerima dan menyimak cerita yang disajikan.
Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase
12.73%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin
musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai presentase
76
tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan Ipin Kesayanganku) yakni 100% yang
dipilih dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 1 ini
dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat
pemusat perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki
nilai dengan persentase 12.73% yang jika dikonversi memiliki nilai 212 detik
dari total durasi 1665 detik.
Pada prinsip kedua ini adegan yang dipilih dan sesuai adalah adegan
yang memiliki nilai unik dan aneh sehingga menjadi daya tarik yang luar biasa
yang berujung pada pemusatan perhatian penonton. Dengan kata lain sebagai
daya tarik film dalam memfokuskan dan memgkondisikan perhatian penonton
pada cerita film.
Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase
4.80%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim
8 episode 1 berdasarkan prinsip partsipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh dari
potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 yang memiliki
nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip partisipasi
aktif penonton. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja
yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga
ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase
4.80%.
77
Hasil potongan adegan yang dimaksud adalah adegan yang sesuai
dengan prinsip partisipasi aktif penonton. Didalamnya berisi pancingan atau
stimulus kepada penonton untuk dipikirkan, baik itu stimulus langsung atau
tersurat seperti pada film animasi Dora the Explorer, maupun stimulus tidak
langsung atau tersirat. Dari stimulus itu kemudian berujung pada pemikiran
penonton dan selanjutnya penonton akan mencoba dan menebak adegan apa
yang akan terjadi selanjutnya.
Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 25.76%,
nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 1 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika
dikonversi dalam waktu menjadi 429 detik dari total waktu film 1665 detik.
Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip
umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 1. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip
umpan balik memiliki nilai dengan persentase 25.76%.
Pada prinsip yang keempat ini adegan yang masuk kategorisasi adalah
adegan yang menjawab pertanyaan dari masalah-masalah atau misteri dalam
cerita film. Jawaban disini bisa berupa penguatan dan tambahan informasi,
peringatan, dan motivasi. Jadi pada prinsip ini menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dipikirkan oleh penonton. Dengan umpan balik berupa informasi ini akan
membuat penonton lega atas pemikiran mereka, entah itu salah atau benar.
78
Sehingga berujung pada semangat penonton untuk menyaksikan kelanjutan
filmnya.
Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, nilai
ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan prinsip perulangan. Nilai 28.58% jika dikonversi dalam detik
memiliki nilai 476 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini
didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
yakni 1665 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir
sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film
hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip
perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan
balik memiliki nilai dengan persentase 28.58%.
Potongan adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip perulangan
adalah adegan yang mengulang informasi. Pengulangan disini bisa berupa
tambahan, perincian, dan penguatan informasi dalam film. Dari pengulangan
informasi ini akan membuat penonton menjadi semakin tahu dan paham
informasi penting yang coba disampaikan oleh adegan dalam film, dengan kata
lain makna film yang ingin disampaikan kepada penonton.
Dari hasil keterangan diagram lingkaran di atas, terlihat prinsip
perulangan memiliki nilai persentase yang lebih tinggi daripada prinsip yang
lainnya, yakni 28.58%. Dan prinsip yang memiliki nilai persentase rendah adalah
79
prinsip partisipasi aktif penonton, yaitu 4.80%. Prinsip perulangan mendapatkan
nilai tertinggi karena pada episode 1 ini prinsip perulangan yang paling banyak
mendominasi, baik itu tambahan, rincian, atau pengutan informasi. Dan prinsip
partisipasi aktif penonton memiliki nilai terendah karena pada episode 1 ini
partisipasi yang ditujukan kepada penonton lebih ke arah tersirat, karena cerita
dalam episode 1 mengangakat tema misteri kamar rahasia. Rahasia keluarga
Upin dan Ipin.
Dari keterangan data persentase diagram lingkaran di atas mengenai
nilai persentase yang dimiliki oleh masing-masing prinsip desain pesan
pembelajaran kemudian diperinci dengan perolehan nilai persentase konten yang
ada dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1. Konten yang
dimaksud adalah animasi, musik, teks, dan visual. Keterangan perolehan nilai
persentase konten ini dijelaskan dengan diagram batang di bawah ini:
80
Diagram batang di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada
masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi
Upin dan Ipin musim 8 episode 1. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal,
yakni animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau
dan dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam
diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap
prinsipnya.
a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi
Prinsip pertama kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 28.10%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan berdasarkan prinsip
kesiapan dan motivasi yakni animasi, musik, teks, dan visual. Konten animasi
memiliki nilai persentase 31.55%. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
28.10%Kesiapan
danMotivasi
12.73%Alat
PemusatPerhatian
4.80%Partisipasi
AktifPenonton
25.76%UmpanBalik
28.58%Perulangan
AnimasiMusikTeksVisual
81
animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang
sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam
episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan
konten animasi dalam lingkupan prinsip kesiapan dan motivasi. Dalam hal ini
animasi yang masuk dalam lingkup prinsip kesiapan dan motivasi adalah animasi
yang pada awal tayangan memberikan pengantar, baik itu berupa pengenalan
karakter, penginformasian judul episode, dan pengantar cerita atau pancingan
awal tentang masalah yang akan dihadapi. Dalam episode 1 ini animasi yang
dipilih berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi adalah berupa pengenalan
tokoh yang antusias dan bersemangat, penganimasian judul yang menarik, dan
pengantar cerita yang membuat penasaran penonton penuh dengan kejutan efek
dan animasi.
Konten musik memiliki nilai persentase 31.55% sama dengan nilai
persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi episode 1 berdasarkan konten
musik yang masuk dalam lingkup prinsip kesiapan dan motivasi. Musik yang
dipilih berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi adalah musik yang segar dan
menyenangkan. Karena sebagai awalan sebuah film, musik sebagai salah satu
elemen penting harus bisa memberikan kesan kepada penonton bahwa film yang
akan ditonton adalah film yang menarik. Dalam episode 1 ini musik terdengar
sangat segar, kocak, dan lucu sehingga memberikan dampak positif untuk awalan
sebuah film, tidak menyimpang dari tema dan sasaran film.
82
Konten teks memiliki nilai persentase 5.34% sangat sedikit dibandingkan
dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film
animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten teks yang sesuai
dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi. Konten teks yang
dipilih adalah yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan
menyenangkan, biasanya mengikuti tema dan sasaran film. Dalam episode 1 ini,
teks yang terlihat adalah pada judul film dan judul episode yang memiliki bentuk
unik, segar, dan menyenangkan sesuai dengan sasaran dan tema film. Dengan
hasil 5.34% tersebut karena konten teks tidak terlalu vital dalam sebuah film,
karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga
biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi
dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 31.55%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang
dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan
konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip kesiapan dan motivasi.
Konten visual yang dipilih adalah visual yang mendukung ketiga elemen konten
di atas, terutama animasi dan musik. Karena biasanya visual mengikuti dan
mendukung ketiga hal tersebut. Visual disini berupa background atau gambar
latar dan warna. Dalam episode 1 ini visual yang terlihat berupa penggunaan
warna dan gambar latar yang sangat menarik, mengesankan film yang
83
ditayangkan ceria, semangat, menarik, dan lucu sesuai dengan sasaran dan tema
film.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
31.55% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip kesiapan
dan motivasi yakni 28.10% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam
adegan yang masuk dalam prinsip kesiapan dan motivasi itu dipilih kembali
berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini
memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan
penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.
Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat
penonton. Tidak hanya itu, jika ketiganya diolah dengan benar maka akan
memberikan semangat dan motivasi kepada penonton secara tidak langsung, baik
itu dengan gerakan animasinya, instrumen musiknya, maupun visualnya.
b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian
Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 12.73%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 32.07%. Hasil ini
didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan konten animasi yang sesuai dan sebagai prinsip alat pemusat
perhatian. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
84
cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip alat pemusat
perhatian. Animasi yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah animasi yang
unik dan aneh. Bisa berupa efek yang ditambahkan dalam animasi maupun
ekspresi yang tidak biasa yang ditampilkan karakter. Dengan keunikan dan
keanehan itu membuat daya tarik tersendiri kepada penonton untuk bisa fokus
dan serius menyaksikan cerita atau adegan dalam film yang disajikan. Apalagi
sasaran dari film animasi ini adalah anak-anak, yang mayoritas anak sangat suka
pada hal baru terutama yang berbau unik, aneh, dan kreatif. Dalam episode 1 ini
animasi yang terlihat memiliki ekspresi yang unik bahkan terkesan dilebih-
lebihkan dengan tambahan efeknya.
Konten musik memiliki nilai persentase 32.07% sama dengan nilai
presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip alat pemusat perhatian. Musik
yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah musik dengan nada atau tempo yang
unik dan aneh sehingga menimbulkan pertanyaan dan penasaran pada penonton,
yang berujung pada fokusnya perhatian penonton pada cerita atau adegan yang
disajikan. Musik yang terdengar dalam episode ini sangat ekspresif penuh dengan
nada unik dan aneh, mendukung animasi yang ada. Sehingga merangsang dan
memfokuskan penonton pada cerita atau adegan.
Konten teks memiliki nilai persentase 3.77% sangat sedikit dibandingkan
dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film
85
animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten teks yang sesuai
dan terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian. Teks yang masuk
dalam kategori prinsip ini adalah teks yang unik sehingga bisa mengambil
perhatian penonton untuk terus menyimak cerita. Pada episode 1 ini teks yang
terlihat sebagai prinsip alat pemusat perhatian berupa munculnya kata
“bersambung”. Dengan munculnya kata itu membuat penonton sedikit merasa
kesal karena film yang saksikan terpotong. Karena kesal itulah merupakan salah
satu indikasi bahwa penonton menyimak dan fokus menyaksikan film yang
disaksikan. Hasil tersebut juga karena konten teks tidak terlalu terlihat mencolok
dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah
film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam
konten animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 32.07%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang
dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan
konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip alat pemusat perhatian.
Konten visual yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat perhatian adalah
visual yang mendukung konten animasi dan konten musik. Dalam hal ini
background dan warna yang digunakan sesuai untuk menonjolkan kedua hal
tersebut, terutama menonjolkan konten animasi. Karena jika visual juga memiliki
karakteristik yang unik dan aneh, maka akan terjadi penumpukan konsep dalam
film yang berujung pada jeleknya kualitas film. Karena sesuatu yang memiliki
86
kekuatan yang sama akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik, apalagi disini
konten animasi dan konten visual adalah hal yang bisa dilihat. Jadi salah satu dari
konten ini ada yang harus menjadi pendukung, dan yang paling sesuai adalah
konten visual. Karena film ini adalah film animasi maka sudah sewajarnya
konten animasi yang harus menonjol. Dalam episode 1 ini visual yang terlihat
sangat sesuai dengan animasi dan musik yang berjalan, baik itu background
maupun warna yang digunakan.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
32.07% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip alat
pemusat perhatian yakni 12.73% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian
dalam adegan yang masuk dalam prinsip alat pemusat perhatian itu dipilih
kembali berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga
konten ini memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu
yang vital dan penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten
ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.
Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat
penonton. Jika ketiga konten ini memiliki sesuatu yang menarik dan bersatu
membuat sebuah adegan bahkan menjadi sebuah film, maka dapat dipastikan
akan menarik dan menyita perhatian penonton untuk melihatrnya.
87
c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton
Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.80%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.32%. Hasil ini
didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat
pemusat perhatian. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja
yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip
partisipasi aktif penonton. Animasi yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah
animasi yang bisa atau memungkinkan merangsang penonton untuk ikut
berpartisipasi didalamnya. Partisipasi disini bisa berupa partisipasi yang tersurat
dan tersirat. Tersurat atau langsung terlihat, biasanya animasi yang langsung
menginstruksikan kepada penonton untuk ikut membantu karakter dalam cerita.
Contoh adalah film animasi “Dora the Explorer”. Tersirat atau tidak langsung,
biasanya animasi yang muncul tidak langsung mengistruksikan kepada penonton
untuk berpartsipasi langsung, akan tetapi melalui berbagai intrik atau pancingan-
pancingan dalam cerita atau adegan yang menstimulus penonton untuk ikut
berpasrtisipasi, baik itu secara sadar maupun tidak sadar. Biasanya yang sering
ada adalah stimulus atau rangsangan bersifat tidak sadar. Contoh ketika karakter
dalam cerita mengalami permasalahan yang rumit dan menarik, sehingga
memicu para penonton untuk ikut berpartisipasi, memikirkan hal yang sekiranya
akan terjadi dalam adegan selanjutnya.
88
Dalam episode 1 ini animasi yang terlihat adalah animasi yang bersifat
tersirat atau dengan kata lain memicu atau menstimulus penonton untuk ikut
berpikir tentang rahasia dan adegan selanjutnya. Karena dalam episode 1 ini
banyak sekali rahasia dan misteri yang dikemas dengan sangat menarik, sangat
sesuai untuk merangsang penonton untuk berpikir.
Konten musik memiliki nilai persentase 33.32% sama dengan nilai
persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip partisipasi aktif penonton.
Musik yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah musik yang mendukung
animasi yang berjalan. Musik yang mampu mengoptimalkan kelebihan animasi
untuk bisa menstimulus penonton ikut berpartisipasi dalam memikirkan atau
menebak kelanjutan adegan atau rahasia dan misteri sebagai masalah yang
dihadapi dalam cerita. Dalam episode 1 ini musik yang terdengar sesuai dengan
animasi yang berjalan. Musik bisa mengoptimalkan kerja animasi dalam cerita.
Contoh ketika Ipin tahu sebuah pintu rahasia dalam kamar yang terkunci dan ia
memegang kunci untuk membuka kamar tersebut, musik yang mengiringi
animasinya menimbulkan kesan penasaran dan kemenarikan. Sehingga bisa
memicu penonton untuk menebak rahasia dan misteri apakah yang diketahui oleh
Ipin.
Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.
Teks yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan
89
untuk bisa menyita perhatian penonton yang berujung pada perhatian dan
fokusnya penonton untuk menyaksikan jalanya cerita yang berisi tentang
informasi-informasi yang menjadi kunci permasalahan dalam cerita. Dengan kata
lain sebagai kekuatan pendorong bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam
episode 1 serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki
ciri-ciri khusus yang masuk dalam deskripsi teks prinsip partisispasi aktif
penonton. Hal ini juga karena konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam
sebuah film, karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film.
Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten
animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 33.32%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang
dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual
dalam lingkupan atau cakupan prinsip partisipasi aktif penonton. Visual yang
masuk dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan
musik yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut.
Jika animasi yang berjalan memberikan efek penasaran kepada penonton, maka
visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background
atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan.
Dalam episode 1 ini visual yang terlihat sudah mendukung animasi dan musik,
terutama animasi yang berjalan, dengan pengoptimalan gambar latar dan warna
yang digunakan, menjadikan animasi yang berjalan sangat menarik. Sehingga
90
menjadikan penonton betah dalam mengikuti alur cerita dan juga merangsang
penonton untuk ikut menebak adegan kelanjutan atau rahasia dalam cerita.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
32.07% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip partisipasi
aktif penonton yakni 4.80% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam
adegan yang masuk dalam prinsip partisipasi aktif penonton itu dipilih kembali
berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini
memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan
penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.
Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat
penonton. Jika ketiga konten dikombinasikan sedemikian rupa atau dengan kata
lain menarik dan atraktif sesuai dengan kelebihan ketiga konten tersebut, maka
penonton secara tidak sadar akan ikut berpartisipasi dalam kaitannya dengan film
yang ditonton. Contoh ketika film yang ditonton sedang membahas suatu rahasia
atau misteri dan film itu sangat ditunggu-tunggu oleh penonton, maka penonton
akan ikut berpartisipasi dengan cara ikut menebak atau memikirkan hal apa yang
akan terjadi dan rahasia atau misteri apa yang sedang dipecahkan dalam cerita.
d. Prinsip Umpan Balik
Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 25.76%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
91
teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini
didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip
umpan balik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip umpan balik.
Animasi yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah animasi yang
memberikan jawaban atas masalah atau misteri yang ada dalam cerita. Contoh
ketika Kak Ros diberitahu tentang pintu rahasia yang ada pada kamar yang
terkunci dan mengetahui sesuatu yang ada dalam pintu rahasia tersebut sehingga
membuat penonton lega tentang rahasia yang ada dalam pintu rahasia. Mungkin
sesuai dengan pemikiran penonton dan mungkin juga tidak, tapi dengan jawaban
tersebut akan memberi dampak pada penonton bahwa film yang disaksikan
memiliki rahasia dan nilai yang berarti.
Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai
persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Musik yang
masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah musik yang mendukung
animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi
yang berjalan. Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan
menghasilkan kombinasi umpan balik yang menarik, umpan balik berupa
informasi yang bersangkutan dengan film yang ditayangkan.
92
Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.
Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan
untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai
pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 1
serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri
khusus yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Hal ini juga karena
konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya
sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak
memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang
dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual
dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk dalam
kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang
berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi
yang berjalan memberikan jawaban atas permasalahan dalam cerita kepada
penonton, maka visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan
background atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang
berjalan. Dalam episode 1 ini visual yang terlihat sudah mendukung animasi dan
musik, terutama animasi yang berjalan, dengan pengoptimalan gambar latar dan
warna yang digunakan, menjadikan animasi yang berjalan sangat menarik.
93
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip umpan
balik yakni 25.76% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan
yang masuk dalam prinsip umpan balik itu dipilih kembali berdasarkan konten
yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang
sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam
sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang
akan menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini
berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang
sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas
situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan
memberikan umpan balik yang sesuai dengan harapan dan sasaran film tersebut.
e. Prinsip Perulangan
Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, didalamnya
memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.
Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini didapat dari hasil
kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten
animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip perulangan. Jadi dalam
episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan
konten animasi dalam lingkupan prinsip perulangan. Animasi yang masuk dalam
94
kategori prinsip perulangan adalah animasi yang mengulang suatu adegan atau
informasi, baik itu sebagai rangkuman, tambahan, rincian, atau penjelas.
Sehingga membuat penonton paham dan mengerti tentang informasi-informasi
yang berkaitan dengan cerita. Dengan paham dan mengertinya penonton akan
membuat film tersebut akan selalu diingat oleh penonton. Dalam episode 1 ini
animasi yang terlihat adalah tentang perulangan informasi mengenai pintu
rahasia, kebanyakan animasi yang ada menggunakan pancingan-pancingan untuk
mendeskripsikan perulangan informasi. Contoh ketika Upin dan Ipin
menyinggung seorang anak perempuan yang badel. Informasi anak bandel ini
merupakan salah satu kunci untuk memecahkan misteri pintu rahasia.
Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai
persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Musik yang masuk
dalam kategori prinsip perulangan adalah musik yang mendukung animasi yang
berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan.
Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan
kombinasi perulangan yang menarik, perulangan berupa informasi yang
bersangkutan dengan film yang ditayangkan.
Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.
Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan
untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai
95
pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 1
serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri
khusus yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Hal ini juga karena konten
teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai
tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri
khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang
dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual
dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk dalam
kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang
berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi
yang berjalan memberikan jawaban dan pengulangan informasi atas
permasalahan dalam cerita kepada penonton, maka visual harus bisa melengkapi
hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau warna yang sesuai dengan
keadaan dan kondisi animasi yang berjalan. Dalam episode 1 ini visual yang
terlihat sudah mendukung animasi dan musik, terutama animasi yang berjalan,
dengan pengoptimalan gambar latar dan warna yang digunakan, menjadikan
animasi yang berjalan sangat menarik.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip perulangan
96
yakni 28.58% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan yang
masuk dalam prinsip perulangan itu dipilih kembali berdasarkan konten yang
menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang sama
karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah
film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan
menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini
berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang
sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas
situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan
memberikan perulangan informasi berharga bagi penonton.
Jadi dari kelima prinsip desain pesan pembelajaran di atas yakni prinsip
kesiapan dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif
penonton, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan. Prinsip yang paling
menonjol dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan
Ipin Kesayanganku) adalah prinsip perualangan dengan nilai persentase 28.58%.
Dalam episode ini banyak sekali misteri dan rahasia yang ada dalam cerita atau
menjadi topik bahasan. Untuk itu banyak sekali perulangan informasi yang
ditunjukkan dalam cerita. Perualangan informasi ini berbentuk penjelas dan
pengulangan yang disampaikan oleh karakter dalam cerita. Baik itu melalui
sindiran, kode, bahkan tindakan.
97
Dan juga konten yang paling meonojol dalam serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan Ipin Kesayanganku) adalah konten
animasi, konten musik, dan konten visual, dengan nilai persentase 33.33%.
Karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah
film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan
menentukan kualitas film yang ditayangkan dan penarik minat penonton. Dengan
kata lain ketiga hal ini saling berkaitan dan berhubungan yang membuat sebuah
alur cerita menarik dan baik.
2. Data Sampel 2 (Episode 14 “Pokok Seribu Guna”)
Diagram lingkaran di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima
prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin
8,77%
18,24%
4,92%
31,71%
36,33%
Episode 14 "Pokok Seribu Guna"
Kesiapan dan Motivasi
Alat Pemusat Perhatian
Partisipasi Aktif Penonton
Umpan Balik
Perulangan
98
musim 8 episode 14. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai
persentase 8.77%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan
Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 8.77%
jika dikonversi dalam detik memiliki nilai 144 detik. Nilai dengan satuan
persentase dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi
Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yakni 1299 detik yang adegannya dipotong
dan disortir sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari
keseluruhan durasi film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk
dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih
dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan
dan motivasi, sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai
dengan persentase 8.77%.
Adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi
adalah adegan yang mengenalkan karakter dan judul pada awal mulainya film
dan memberikan pegantar cerita, baik itu secara tersurat maupun tersirat. Pada
episode 14 ini pengenalan karakter dilakukan dengan sangat antusias dan
bersemangat, sehingga memberikan kesan bahwa cerita yang akan dibawakan itu
seru dan menyenagkan. Disusul dengan kemunculan judul yang unik dan
menarik, sehingga sesuai dengan tema dan sasaran film. Dan dilanjutkan dengan
cerita, yang pada awal mulainya memberikan pengantar cerita yang tersirat. Jadi
menimbulkan penasaran karena misi karakter dan pengantar cerita disini
memiliki kondisi yang membuat penonton bertanya-tanya. Dari ketiga hal
99
tersebut berujung pada dampak mempersiapkan dan memotivasi penonton untuk
bisa menerima dan menyimak cerita yang disajikan.
Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase
18.24%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin
musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai persentase
tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok Seribu Guna) yakni 100% yang dipilih dan
sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih
dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat
perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai
dengan persentase 18.24% yang jika dikonversi memiliki nilai 237 detik dari
total durasi 1299 detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana
saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian, sehingga
ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai dengan persentase
18.24%.
Pada prinsip kedua ini adegan yang dipilih dan sesuai adalah adegan
yang memiliki nilai unik dan aneh sehingga menjadi daya tarik yang luar biasa
yang berujung pada pemusatan perhatian penonton. Dengan kata lain sebagai
daya tarik film dalam memfokuskan dan memgkondisikan perhatian penonton
pada cerita film.
Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase
4.92%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim
100
8 episode 14 berdasarkan prinsip partsisipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh
dari potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yang
memiliki nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip
partisipasi aktif penonton. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan
mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton,
sehingga ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan
persentase 4.92% yang jika dikonversi dalam satuan detik memiliki nilai 64
detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok
dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga ditemukan prinsip
partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase 4.92%.
Hasil potongan adegan yang dimaksud adalah adegan yang sesuai
dengan prinsip partisipasi aktif penonton. Didalamnya berisi pancingan atau
stimulus kepada penonton untuk dipikirkan, baik itu stimulus langsung atau
tersurat seperti pada film animasi Dora the Explorer, maupun stimulus tidak
langsung atau tersirat. Dari stimulus itu kemudian berujung pada pemikiran
penonton dan selanjutnya penonton akan mencoba dan menebak adegan apa
yang akan terjadi selanjutnya.
Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 31.71%,
nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 14 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika
dikonversi dalam waktu menjadi 412 detik dari total waktu film 1299 detik.
Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip
101
umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 14. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip
umpan balik memiliki nilai dengan persentase 31.71%.
Pada prinsip yang keempat ini adegan yang masuk kategorisasi adalah
adegan yang menjawab pertanyaan dari masalah-masalah atau misteri dalam
cerita film. Jawaban disini bisa berupa penguatan dan tambahan informasi,
peringatan, dan motivasi. Jadi pada prinsip ini menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dipikirkan oleh penonton. Dengan umpan balik berupa informasi ini akan
membuat penonton lega atas pemikiran mereka, entah itu salah atau benar.
Sehingga berujung pada semangat penonton untuk menyaksikan kelanjutan
filmnya.
Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, nilai
ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai 36.33% jika dikonversi dalam detik
memiliki nilai 472 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini
didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14
yakni 1299 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir
sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film
hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip
perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan
102
balik memiliki nilai dengan persentase 36.33%. Jadi dalam episode 1 ini dipilih
dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan,
sehingga ditemukan prinsip umpan balik memiliki nilai dengan persentase
36.33%.
Potongan adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip perulangan
adalah adegan yang mengulang informasi. Pengulangan disini bisa berupa
tambahan, perincian, dan penguatan informasi dalam film. Dari pengulangan
informasi ini akan membuat penonton menjadi semakin tahu dan paham
informasi penting yang coba disampaikan oleh adegan dalam film, dengan kata
lain makna film yang ingin disampaikan kepada penonton.
Dari hasil keterangan diagram lingkaran di atas, terlihat prinsip
perulangan memiliki nilai persentase yang lebih tinggi daripada prinsip yang
lainnya, yakni 36.33%. Dan prinsip yang memiliki nilai persentase rendah adalah
prinsip partisipasi aktif penonton, yaitu 4.92%. Prinsip perulangan mendapatkan
nilai tertinggi karena pada episode 14 ini prinsip perulangan yang paling banyak
mendominasi, baik itu, tambahan, rincian, atau pengutan informasi. Dan prinsip
partisipasi aktif penonton memiliki nilai terendah karena pada episode 1 ini
partisipasi yang ditujukan kepada penonton lebih ke arah tersirat, karena cerita
dalam episode 14 mengangakat tema misteri kamar rahasia. Rahasia keluarga
Upin dan Ipin.
Dari keterangan data persentase diagram lingkaran di atas mengenai
nilai persentase yang dimiliki oleh masing-masing prinsip desain pesan
103
pembelajaran kemudian diperinci dengan perolehan nilai persentase konten yang
ada dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14. Konten yang
dimaksud adalah animasi, musik, teks, dan visual. Keterangan perolehan nilai
persentase konten ini dijelaskan dengan diagram batang di bawah ini:
Diagram batang di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada
masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi
Upin dan Ipin musim 8 episode 14. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal,
yakni animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau
dan dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam
diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap
prinsipnya.
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
8.77%Kesiapan
danMotivasi
18.24%Alat
PemusatPerhatian
4.92%Partisipasi
AktifPenonton
31.71%UmpanBalik
36.33%Perulangan
AnimasiMusikTeksVisual
104
a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi
Prinsip kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 8.77%, didalamnya
memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.
Konten animasi memiliki nilai persentase 28.01%. Hasil ini didapat dari hasil
kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten
animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi.
Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 14 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai
prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir
adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan
prinsip kesiapan dan motivasi. Dalam hal ini animasi yang masuk dalam lingkup
prinsip kesiapan dan motivasi adalah animasi yang pada awal tayangan
memberikan pengantar, baik itu berupa pengenalan karakter, penginformasian
judul episode, dan pengantar cerita atau pancingan awal tentang masalah yang
akan dihadapi. Dalam episode 1 ini animasi yang dipilih berdasarkan prinsip
kesiapan dan motivasi adalah berupa pengenalan tokoh yang antusias dan
bersemangat, penganimasian judul yang menarik, dan pengantar cerita yang
membuat penasaran penonton penuh dengan kejutan efek dan animasi.
Konten musik memiliki nilai persentase 28.01% sama dengan nilai
presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip kesiapan dan motivasi. Musik
105
yang dipilih berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi adalah musik yang segar
dan menyenangkan. Karena sebagai awalan sebuah film, musik sebagai salah
satu elemen penting harus bisa memberikan kesan kepada penonton bahwa film
yang akan ditonton adalah film yang menarik. Dalam episode 14 ini musik
terdengar sangat segar, kocak, dan lucu sehingga memberikan dampak positif
untuk awalan sebuah film, tidak menyimpang dari tema dan sasaran film.
Konten teks memiliki nilai persentase 15.97% lebih rendah dari konten
animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten teks yang sesuai dan
terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi. Konten teks yang dipilih
adalah yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan menyenangkan,
biasanya mengikuti tema dan sasaran film. Dalam episode 14 ini, teks yang
terlihat adalah pada judul film dan judul episode yang memiliki bentuk unik,
segar, dan menyenangkan sesuai dengan sasaran dan tema film. Dengan hasil
15.97% tersebut karena konten teks tidak terlalu vital dalam sebuah film, karena
teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks
tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten
musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 28.01%. Hasil ini diperoleh dari episode 14
yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan
konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip kesiapan dan motivasi.
106
Konten visual yang dipilih adalah visual yang mendukung ketiga elemen konten
di atas, terutama animasi dan musik. Karena biasanya visual mengikuti dan
mendukung ketiga hal tersebut. Visual disini berupa background atau gambar
latar dan warna. Dalam episode 14 ini visual yang terlihat berupa penggunaan
warna dan gambar latar yang sangat menarik, mengesankan film yang
ditayangkan ceria, semangat, menarik, dan lucu sesuai dengan sasaran dan tema
film.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
28.01% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip kesiapan
dan motivasi yakni 8.77% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam
adegan yang masuk dalam prinsip kesiapan dan motivasi itu dipilih kembali
berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini
memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan
penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.
Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat
penonton. Tidak hanya itu, jika ketiganya diolah dengan benar maka akan
memberikan semangat dan motivasi kepada penonton secara tidak langsung, baik
itu dengan gerakan animasinya, instrumen musiknya, maupun visualnya.
107
b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian
Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 18.24%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 30.52%. Hasil ini
didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14
berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat
pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan mana
saja yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip alat
pemusat perhatian. Animasi yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah
animasi yang unik dan aneh. Bisa berupa efek yang ditambahkan dalam animasi
maupun ekspresi yang tidak biasa yang ditempilkan karakter. Dengan keunikan
dan keanehan itu membuat daya tarik tersendiri kepada penonton untuk bisa
fokus dan serius menyaksikan cerita atau adegan dalam film yang disajikan.
Apalagi sasaran dari film animasi ini adalah anak-anak, yang mayoritas anak
sangat suka pada hal baru terutama yang berbau unik, aneh, dan kreatif. Dalam
episode 14 ini animasi yang terlihat memiliki ekspresi yang unik bahkan terkesan
dilebih-lebihkan dengan tambahan efeknya untuk menarik perhatian penonton.
Konten musik memiliki nilai persentase 30.52% sama dengan nilai
persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip alat pemusat perhatian. Musik
yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah musik dengan nada atau tempo yang
108
unik dan aneh sehingga menimbulkan pertanyaan dan penasaran pada penonton,
yang berujung pada fokusnya perhatian penonton pada cerita atau adegan yang
disajikan. Musik yang terdengar dalam episode ini sangat ekspresif penuh dengan
nada unik dan aneh, mendukung animasi yang ada. Sehingga merangsang dan
memfokuskan penonton pada cerita atau adegan.
Konten teks memiliki nilai persentase 8.43% sangat sedikit dibandingkan
dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film
animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten teks yang sesuai
dan terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian. Teks yang masuk
dalam kategori prinsip ini adalah teks yang unik sehingga bisa mengambil
perhatian penonton untuk terus menyimak cerita. Pada episode 14 ini teks yang
terlihat sebagai prinsip alat pemusat perhatian berupa munculnya kata “Coconut”
dan “Home Stay Tok Dalang”. Dengan munculnya kata itu membuat perhatian
penonton menjadi terpusat. Karena teks yang muncul tersebut memiliki bentuk
yang unik dan muncul dengan tiba-tiba. Sehingga membuat penonton terkejut
dan tertarik untuk memperhatikannya. Hasil tersebut juga karena konten teks
tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai
tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri
khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 30.52%. Hasil ini diperoleh dari episode 14
yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan
109
konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip alat pemusat perhatian.
Konten visual yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat perhatian adalah
visual yang mendukung konten animasi dan konten musik. Dalam hal ini
background dan warna yang digunakan sesuai untuk menonjolkan kedua hal
tersebut, terutama menonjolkan konten animasi. Karena jika visual juga memiliki
karakteristik yang unik dan aneh, maka akan terjadi penumpukan konsep dalam
film yang berujung pada jeleknya kualitas film. Karena sesuatu yang memiliki
kekuatan yang sama akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik, apalagi disini
konten animasi dan konten visual adalah hal yang bisa dilihat. Jadi salah satu dari
konten ini ada yang harus menjadi pendukung, dan yang paling sesuai adalah
konten visual. Karena film ini adalah film animasi maka sudah sewajarnya
konten animasi yang harus menonjol. Dalam episode 14 ini visual yang terlihat
sangat sesuai dengan animasi dan musik yang berjalan, baik itu background
maupun warna yang digunakan.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
30.52% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip alat
pemusat perhatian yakni 18.24% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian
dalam adegan yang masuk dalam prinsip alat pemusat perhatian itu dipilih
kembali berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga
konten ini memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu
yang vital dan penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten
110
ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.
Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat
penonton. Jika ketiga konten ini memiliki sesuatu yang menarik dan bersatu
membuat sebuah adegan bahkan menjadi sebuah film, maka dapat dipastikan
akan menarik dan menyita perhatian penonton untuk melihatrnya.
c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton
Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.92%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini
didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat
pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan mana
saja yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip
partisipasi aktif penonton. Konten musik memiliki nilai presentase 33.33% sama
dengan nilai presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan
hasil yang didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi
berdasarkan konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip partisipasi aktif
penonton. Animasi yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah animasi yang bisa
atau memungkinkan merangsang penonton untuk ikut berpartisipasi didalamnya.
Partisipasi disini bisa berupa partisipasi yang tersurat dan tersirat. Tersurat atau
langsung terlihat, biasanya animasi yang langsung menginstruksikan kepada
penonton untuk ikut membantu karakter dalam cerita. Contoh adalah film
111
animasi “Dora the Explorer”. Tersirat atau tidak langsung, biasanya animasi
yang muncul tidak langsung mengistruksikan kepada penonton untuk
berpartsipasi langsung, akan tetapi melalui berbagai intrik atau pancingan-
pancingan dalam cerita atau adegan yang menstimulus penonton untuk ikut
berpasrtisipasi, baik itu secara sadar maupun tidak sadar. Biasanya yang sering
ada adalah stimulus atau rangsangan bersifat tidak sadar. Contoh ketika karakter
dalam cerita mengalami permasalahan yang rumit dan menarik, sehingga
memicu para penonton untuk ikut berpartisipasi, memikirkan hal yang sekiranya
akan terjadi dalam adegan selanjutnya.
Dalam episode 14 ini animasi yang terlihat adalah animasi yang bersifat
tersirat atau dengan kata lain memicu atau menstimulus penonton untuk ikut
berpikir tentang informasi penting pada adegan selanjutnya. Karena dalam
episode 14 ini banyak sekali informasi penting tentang liburan sekolah yang
bermakna, berlibur sambil belajar, dan juga informasi mengenai pohon seribu
guna yaitu pohon kelapa. Animasi yang dikemas dengan sangat menarik, sangat
sesuai untuk merangsang penonton untuk berpikir. Musik yang dipilih
berdasarkan prinsip ini adalah musik yang mendukung animasi yang berjalan.
Musik yang mampu mengoptimalkan kelebihan animasi untuk bisa menstimulus
penonton ikut berpartisipasi dalam memikirkan atau menebak kelanjutan adegan
atau rahasia dan misteri sebagai masalah yang dihadapi dalam cerita. Dalam
episode 14 ini musik yang terdengar sesuai dengan animasi yang berjalan. Musik
bisa mengoptimalkan kelebihan animasi dalam cerita.
112
Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.
Teks yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan
untuk bisa menyita perhatian penonton yang berujung pada perhatian dan
fokusnya penonton untuk menyaksikan jalanya cerita yang berisi tentang
informasi-informasi yang menjadi kunci permasalahan dalam cerita. Dengan kata
lain sebagai kekuatan pendorong bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam
episode 14 serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak
memiliki ciri-ciri khusus yang masuk dalam lingkup prinsip partisispasi aktif
penonton. Hal ini juga karena konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam
sebuah film, karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film.
Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten
animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang
dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual
dalam lingkupan atau cakupan prinsip alat pemusat perhatian. Visual yang masuk
dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik
yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika
animasi yang berjalan memberikan efek penasaran kepada penonton, maka visual
harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau
warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan. Dalam
episode 14 ini visual yang terlihat sudah mendukung animasi dan musik,
113
terutama animasi yang berjalan, dengan pengoptimalan gambar latar dan warna
yang digunakan, menjadikan animasi yang berjalan sangat menarik. Sehingga
menjadikan penonton betah dalam mengikuti alur cerita dan juga merangsang
penonton untuk ikut menebak adegan kelanjutan atau rahasia dalam cerita.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
32.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip partisipasi
aktif penonton yakni 4.92% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam
adegan yang masuk dalam prinsip partisipasi aktif penonton itu dipilih kembali
berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini
memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan
penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.
Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat
penonton. Jika ketiga konten dikombinasikan sedemikian rupa atau dengan kata
lain menarik dan atraktif sesuai dengan kelebihan ketiga konten tersebut, maka
penonton secara tidak sadar akan ikut berpartisipasi dalam kaitannya dengan film
yang ditonton. Contoh ketika film yang ditonton sedang membahas suatu rahasia
atau misteri dan film itu sangat ditunggu-tunggu oleh penonton, maka penonton
akan ikut berpartisipasi dengan cara ikut menabak atau memikirkan hal apa yang
akan terjadi dan rahasia atau misteri apa yang sedang dipecahkan dalam cerita.
114
d. Prinsip Umpan Balik
Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 31.71%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini
didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14
berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip
umpan balik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip umpan balik.
Animasi yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah animasi yang
memberikan jawaban atas masalah atau misteri yang ada dalam cerita. Contoh
ketika Upin dan Ipin diberitahu tentang makna liburan yang bermakna oleh Atok
dan penjelasan Atok tentang kegunaan dan manfaat dari masing-masing bagian
pohon kelapa sehingga membuat penonton lega tentang informasi-informasi
penting tersebut, karena sudah diutarakan dalam adegan film. Mungkin sesuai
dengan pemikiran penonton dan mungkin juga tidak, tapi dengan jawaban
tersebut akan memberi dampak pada penonton bahwa film yang disaksikan
memiliki rahasia dan nilai yang berarti.
Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai
presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Musik yang
masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah musik yang mendukung
115
animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi
yang berjalan. Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan
menghasilkan kombinasi umpan balik yang menarik, umpan balik berupa
informasi yang bersangkutan dengan film yang ditayangkan.
Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.
Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan
untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai
pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 14
serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri
khusus yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Hal ini juga karena
konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya
sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak
memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 14
yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten
visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk
dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik
yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika
animasi yang berjalan memberikan jawaban atas permasalahan dalam cerita
kepada penonton, maka visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu
menggunakan background atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi
116
animasi yang berjalan. Dalam episode 14 ini visual yang terlihat sudah
mendukung animasi dan musik, terutama animasi yang berjalan, dengan
pengoptimalan gambar latar dan warna yang digunakan, menjadikan animasi
yang berjalan sangat menarik.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip umpan
balik yakni 31.71% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan
yang masuk dalam prinsip umpan balik itu dipilih kembali berdasarkan konten
yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang
sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam
sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang
akan menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini
berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang
sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas
situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan
memberikan umpan balik yang sesuai dengan harapan dan sasaran film tersebut.
e. Prinsip Perulangan
Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, didalamnya
memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.
Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini didapat dari hasil
117
kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten
animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip perulangan. Jadi dalam
episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan
konten animasi dalam lingkupan prinsip perulangan. Animasi yang masuk dalam
kategori prinsip perulangan adalah animasi yang mengulang suatu adegan atau
informasi, baik itu sebagai rangkuman, tambahan, rincian, atau penjelas.
Sehingga membuat penonton paham dan mengerti tentang informasi-informasi
yang berkaitan dengan cerita. Dengan paham dan mengertinya penonton akan
membuat film tersebut akan selalu diingat oleh penonton. Dalam episode 14 ini
animasi yang terlihat adalah tentang perulangan informasi mengenai manfaat dan
kegunaan masing-masing bagian pohon kelapa dan juga hasil kreativitas dari
bagian-bagian pohon kelapa tersebut, animasi yang ada menggunakan sistem
penjelas dan rangkuman untuk mendeskripsikan perulangan informasi. Contoh
ketika Upin dan Ipin meminta izin kepada Opah untuk ke kebun Atok. Tapi Kak
Ros marah, karena mereka tidak pernah mau ke kebun, tapi Upin dan Ipin
menjelaskan kepada Kak Ros dan Opah, bahwa mereka ingin mengumpulkan
batok kelapa untuk dijadikan kerajian dan dijual. Dari percakapan itu kemudian
Opah memperjelas tentang manfaat dan kegunaan masing-masing bagian dari
pohon kelapa.
Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai
persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang
didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan
118
konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Musik yang masuk
dalam kategori prinsip perulangan adalah musik yang mendukung animasi yang
berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan.
Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan
kombinasi perulangan yang menarik, perulangan berupa informasi yang
bersangkutan dengan film yang ditayangkan.
Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.
Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan
untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai
pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 14
serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri
khusus yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Hal ini juga karena konten
teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai
tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri
khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten
animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 14
yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten
visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk
dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik
yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika
animasi yang berjalan memberikan jawaban dan pengulangan informasi atas
119
permasalahan dalam cerita kepada penonton, maka visual harus bisa melengkapi
hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau warna yang sesuai dengan
keadaan dan kondisi animasi yang berjalan. Dalam episode 14 ini visual yang
terlihat sudah mendukung animasi dan musik, terutama animasi yang berjalan,
dengan pengoptimalan gambar latar dan warna yang digunakan, menjadikan
animasi yang berjalan sangat menarik.
Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah
33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai
persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip perulangan
yakni 36.33% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan yang
masuk dalam prinsip perulangan itu dipilih kembali berdasarkan konten yang
menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang sama
karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah
film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan
menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini
berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang
sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas
situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan
memberikan perulangan informasi berharga bagi penonton.
Jadi dari kelima prinsip desain pesan pembelajaran di atas yakni prinsip
kesiapan dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif
120
penonton, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan. Prinsip yang paling
menonjol dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok
Seribu Guna) adalah prinsip perualangan dengan nilai persentase 36.33%. Dalam
episode ini banyak sekali informasi penting yang ada dalam cerita atau menjadi
topik bahasan. Untuk itu banyak sekali perulangan informasi yang ditunjukkan
dalam cerita. Perualangan informasi ini berbentuk penjelas dan pengulangan
yang disampaikan oleh karakter dalam cerita. Baik itu melalui sindiran, kode,
bahkan tindakan.
Dan juga konten yang paling meonojol dalam serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok Seribu Guna) adalah konten animasi,
konten musik, dan konten visual, dengan nilai persentase 33.33%. Karena ketiga
hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah film, khususnya
film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan
kualitas film yang ditayangkan dan penarik minat penonton. Dengan kata lain
ketiga hal ini saling berkaitan dan berhubungan yang membuat sebuah alur cerita
menarik dan baik.
B. Analisis Data dan Pembahasan
Deskripsi data dari kedua episode di atas yakni Upin dan Ipin
Kesayanganku dan Pokok Seribu Guna dalam serial film animasi Upin dan Ipin
musim 8 menunjukkan bahwa serial film animasi ini mengandung prinsip-prinsip
desain pembelajaran. Dengan penguatan data menggunakan persentase, sehingga
121
paling tidak bisa menjelaskan dan menjabarkan seberapa besar bagian dari prinsip
desain pesan pembelajaran yang tertuang dalam kedua episode serial film animasi
Upin dan Ipin musim 8.
Data diagram lingkaran dan diagram batang di atas merupakan perincian
untuk menggambarkan seberapa besar bagian dari masing-masing prinsip-prinsip
desain pesan pembelajaran beserta konten yang terkandung didalamnya. Hal ini
untuk memudahkan peneliti bahkan pembaca untuk melihat, menganalisa, dan
membahas kaitan antara konten film dengan prinsip-prinsip desain pesan
pembelajaran.
Dari hasil deskripsi data dan identifikasi temuan sebelumnya, nilai
persentase dengan bentuk tampilan diagram lingkaran merupakan isi atau bisa juga
disebut sebagai produk atau output dari desain pesan pembelajaran. Lebih rincinya
sebagai asas atau dasar teori desain pesan pembelajaran.
Dari data tersebut terlihat persentase dari kelima prinsip desain pesan
pembelajaran yang terdapat dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 1 dan episode 14. Kelima prinsip merupakan isi yang terkandung dalam
teori desain pesan pembelajaran, dan juga bisa disebut sebagai produk atau output
desain pesan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan makna dari kata desain pesan
pembelajaran sendiri yakni bahwa kata desain menunjukkan adanya suatu proses
dan hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis
masalah pembelajaran hingga pemecahan, yang dirumuskan dalam bentuk produk.
Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe, naskah atau storyboard dan
122
sebagainya (Asri Budiningsih, 2003:7). Seels dan Richey (1994:32) mempunyai
pendapat yang sama bahwa desain adalah proses untuk menentukan kondisi
belajar. Tujuan desain itu sendiri ialah untuk menciptakan strategi dan produk
pada tingkat makro seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti
pelajaran dan modul.
Sedangkan pesan adalah isi didikan atau isi ajaran yang tertuang dalam
kurikulum yang dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) (Sukiman,
2012:29). Dengan kata lain pesan merupakan sekumpulan data yang disebarkan
dengan panca indera dengan memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor seseorang yang bersangkutan. Menurut Grabowski dalam Seels
(1994:33) desain pesan meliputi “perencanaan untuk memperkaya bentuk fisik
dari pesan”. Pesan sendiri adalah pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
Jadi dalam hal ini desain pesan pembelajaran adalah perencanaan untuk
merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi pembelajaran yang kajiannya
mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya serap yang mengatur
penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan
penerima atau antara pendidik dan peserta didik (Asri Budiningsih, 2003:15).
Data presentase dan rincian tersebut merupakan hasil dari kategorisasi
adegan serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 dan 14 berdasarkan
prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran, yakni prinsip kesiapan dan motivasi,
prinsip alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif penonton, prinsip umpan
123
balik, dan prinsip perulangan. Untuk lebih detailnya dibawah ini merupakan
penjelasan masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran.
1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi
Pada data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat
konten dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip kesiapan dan
motivasi. Dalam episode 1 prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai
persentase 28.10% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai
persentase, animasi 31.55%, musik 31.55%. teks 5.34%, dan visual 31.55%.
Pada episode 14 prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai
persentase 8.77% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai
persentase, animasi 28.01%, musik 28.01%. teks 15.97%, dan visual 28.01%.
Hasil tersebut telah dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat
konten tersebut ada karena dalam film yang dianalisis, keempat konten
tersebut dipilih dan disortir sesuai dengan kategori prinsip kesiapan dan
motivasi.
Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan
motivasi adalah animasi yang pada awal tayangan memberikan pengantar,
baik itu berupa pengenalan karakter, penginformasian judul episode, dan
pengantar cerita atau pancingan awal tentang masalah yang akan dihadapi.
Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan
motivasi adalah musik yang segar dan menyenangkan. Karena sebagai awalan
sebuah film, musik sebagai salah satu elemen penting harus bisa memberikan
124
kesan kepada penonton bahwa film yang akan ditonton adalah film yang
menarik dan unik.
Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi
adalah teks yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan
menyenangkan, biasanya mengikuti tema dan sasaran film.
Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan
motivasi adalah visual yang mendukung ketiga elemen konten di atas,
terutama animasi dan musik. Karena biasanya visual mengikuti dan
mendukung ketiga hal tersebut. Visual disini berupa background atau gambar
latar dan warna.
Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip
kesiapan dan motivasi sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip
kesiapan dan motivasi dalam pembelajaran bahwa hasil belajar akan jauh
lebih baik dan optimal jika dalam pembelajaran peserta belajar memiliki
kesiapan belajar seperti kesiapan mental yang berupa kemampuan awal atau
prasyarat belajar, motivasi serta kesiapan fisik (Asri Budiningsih, 2003:119).
Kesiapan mental lebih diartikan sebagai kesiapan kemampuan awal atau bekal
awal atau prasyarat belajar, yaitu pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau
peserta belajar yang dapat dijadikan pijakan atau dasar untuk mempelajari
materi pelajaran yang baru (Asri Budiningsih, 2003:120).
Selain kesiapan mental di atas, motivasi merupakan hal yang tidak
kalah penting. Motivasi mengandung arti adanya dorongan, baik dari dalam
125
maupun dari luar diri individu yang membuat siswa atau si belajar
mempunyai kemampuan untuk belajar (Asri Budiningsih, 2003:121).
Dari uraian di atas kesiapan belajar dan motivasi mempunyai kaitan
yang erat dengan minat dan juga menjadi sebuah alur perjalanan yang
membentuk sikap dan tingkah laku seseorang. Siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi
tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting
dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 43).
Dengan kata lain kesiapan belajar, dan motivasi merupakan bekal dasar yang
sangat penting bagi seorang anak untuk mempelajari informasi dan
pengalaman yang baru.
Dalam sebuah film, jika awalan film tersebut memberikan kesan
menarik dengan berbagai rangkaian kreatifitas pembuatnya, maka film
tersebut akan langsung diminati dan mendapat penonton yang banyak. Karena
awalan film merupakan sesuatu yang penting, yang jika diolah dengan benar
maka akan dapat menyita perhatian penonton untuk menyaksikan film
tersebut. Dengan kata lain dalam hal ini peran motivasi awalan film
menentukan film tersebut disukai atau tidak oleh penonton.
Relevansi teori prinsip kesiapan dan motivasi dengan substansi film
yang di analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada
126
episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip kesiapan dan
motivasi terdapat dalam beberapa adegan. Pertama pada saat Upin dan Ipin
membersihkan kamar mereka, kemudian mereka berdua berinisiatif
membersihkan ruangan-ruangan lain, seperti kamar Opah dan lorong. Kedua,
ketika Upin dan Ipin tidak mau diajak bermain bersama teman-teman karena
Ipin ingin memberitahukan sesuatu kepada Upin tentang kamar yang terkunci.
Pada adegan pertama, kaitannya dengan prinsip kesiapan dan motivasi adalah
inisiatif Upin dan Ipin yang tidak hanya membersihkan kamarnya saja, namun
mencoba membersihkan ruangan lainnya. Dalam hal ini motivasi secara
negatif yang diberikan Kak Ros sebelumnya kepada Upin dan Ipin jika tidak
membersihkan kamar menimbulkan dampak menjadi takutnya Upin dan Ipin,
dan akhirnya mau membersihkan bahkan ruangan lainnya. Motivasi negatif
tersebut merupakan motivasi eksternal (luar) kemudian menjadi motivasi
internal karena Upin dan Ipin secara sukarela mau membersihkan ruangan
lain.
Pada adegan kedua, kuatnya niat Ipin memberitahu Upin tentang
rahasia yang ia temukan sampai menolak ajakan teman-temannya untuk
bermain. Hal ini terbukti bahwa “Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu
bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian
timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut”. Jadi dengan
demikian yang dilakukan Ipin dan Upin adalah keteguhan minat dan motivasi
dari dalam diri sendiri (internal).
127
Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip
kesiapan dan motivasi terdapat dalam beberapa adegan. Pertama ajakan Atok
kepada Upin dan Ipin untuk mengisi waktu liburan sekolah. Kedua, ketika
Upin dan Ipin tahu bahwa bagian-bagian pohon kelapa bisa dimanfaatkan dan
bisa dijual dan mendapatkan uang. Adegan pertama kaitan dengan prinsip
kesiapan dan motivasi bahwa ajakan Atok tersebut merupakan rahasia dan
belum diketahui Upin dan Ipin, jadi dengan demikian sesuatu yang rahasia,
misterius, dan membuat penasaran akan memunculkan motivasi anak untuk
mencari tahu dan bereksplorasi.
Adegan kedua kaitannya dengan prinsip kesiapan dan motivasi adalah
dengan tahunya Upin dan Ipin tentang bagian pohon kelapa dan
keuntungannya membuat mereka memiliki kesiapan mental untuk membuat
barang-barang kerajinan lainnya yang bisa laku dijual. Dan juga sebagai
penguatan motivasi untuk semangat dalam mengisi waktu liburan dengan
bermain sambil belajar.
2. Prinsip Alat Pemusat Perhatian
Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten
dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip alat pemusat perhatian.
Dalam episode 1 prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase
12.73% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase,
animasi 32.07%, musik 32.07%. teks 3.77%, dan visual 32.07%.
128
Pada episode 14 prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai
persentase 18.24% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai
persentase, animasi 30.52%, musik 30.52%. teks 8.43%, dan visual 30.52%.
Hasil tersebut telah dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat
konten tersebut ada karena dalam film yang dianalisis, keempat konten
tersebut dipilih dan disortir sesuai dengan kategori prinsip alat pemusat
perhatian.
Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat
perhatian adalah animasi yang unik dan aneh. Bisa berupa efek yang
ditambahkan dalam animasi maupun ekspresi yang tidak biasa yang
ditampilkan karakter. Dengan keunikan dan keanehan itu membuat daya tarik
tersendiri kepada penonton untuk bisa fokus dan serius menyaksikan cerita
atau adegan dalam film yang disajikan.
Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat
perhatian adalah musik dengan nada atau tempo yang unik dan aneh sehingga
menimbulkan pertanyaan dan penasaran pada penonton, yang berujung pada
fokusnya perhatian penonton pada cerita atau adegan yang disajikan. Musik
yang terdengar dalam episode ini sangat ekspresif penuh dengan nada unik
dan aneh, mendukung animasi yang ada. Sehingga merangsang dan
memfokuskan penonton pada cerita atau adegan.
Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat perhatian
adalah teks yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan
129
menyenangkan, sehingga bisa mengambil perhatian penonton untuk terus
menyimak cerita.
Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat
perhatian adalah visual yang mendukung konten animasi dan konten musik.
Dalam hal ini background dan warna yang digunakan sesuai untuk
menonjolkan kedua hal tersebut, terutama menonjolkan konten animasi.
Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip
alat pemusat perhatian sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip
alat pemusat perhatian dalam pembelajaran. Bahwa jika dalam proses belajar,
perhatian siswa atau si belajar terpusat pada pesan yang dipelajari, maka
proses dan hasil belajar akan semakin baik. Perhatian memegang peranan
penting dalam kegiatan belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan
hasil belajar akan semakin baik pula. Sebaliknya, jika siswa kurang
memperhatikan maka hasil belajar akan menurun atau tidak optimal (Asri
Budiningsih, 2003:122).
Tidak hanya itu, dari kajian teori belajar pengolahan informasi
terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi proses belajar
(Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42). Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
130
Apabila perhatian alami itu tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan
perhatiannya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42).
Sehingga cukup jelas bahwa sesuatu yang dibutuhkan, menarik, unik,
dan membuat penasaran akan menyita perhatian seseorang, khususnya anak-
anak. karena anak-anak adalah peniru ulung khususnya umur 4-7 tahun yaitu
pada tahap praoperasional dan intuitif. Anak dalam tahap praoperasional dan
intuitif masih memiliki cara kerja pemikiran yang sederhana dan belum
matang, sehingga pada tahap ini sering terjadi kesalahan presepsi atau
pemahaman. Tidak hanya itu pada tahap ini anak belajar dari lingkungan
sekitar terutama keluarga dan teman yang sering berinteraksi dengan diri
anak. Anak akan menirukan sikap dan perilaku yang ditimbulkan dan
dihasilkan dari lingkungan sekitarnya, terutama orang yang lebih dewasa dari
dirinya baik itu orang tua, kakak dan teman yang lebih dewasa dari dirinya.
Karena pada umur inilah anak banyak menyerap pengetahuan dan informasi
untuk mengetahui siapa jati dirinya. Dengan kata lain pada tahap ini terjadi
pembentukan perilaku imitasi, karena anak selalu melihat, merasakan, dan
mengaplikasikannya.
Tidak hanya itu, dalam buku “Psikologi Perkembangan” yang ditulis
oleh Desmita dikatakan karakteristik lain dari pemikiran anak usia
praoperasional, yakni pemusatan perhatian pada satu dimensi dan
mengesampingkan semua dimensi yang lain. Karakteristik ini diistilahkan
oleh Pieget dengan centration (pemusatan). Pemusatan terlihat jelas pada anak
131
yang kekurangan konservasi (conservation), yaitu kemampuan untuk
memahami sifat-sifat atau aspek-aspek tertentu dari suatu objek atau stimulus
tetap tidak berubah ketika aspek-aspek lain mengalami perubahan (Desmita,
2009: 132).
Hal ini membuktikan bahwa ketika anak sedang terpusat perhatiannya,
maka ia tidak akan memperdulikan lingkungan sekitarnya dan hanya fokus
dengan apa yang dilihat, didengar, dan yang dikerjakannya. Contoh ketika
anak sedang menonton acara televisi kesukaannya dan ibu mereka mengajak
untuk makan, maka ajakan tersebut akan diabaikan dan hanya fokus pada
acara tersebut. Paling minim respon yang diberikan anak adalah menjawab
singkat, yaitu “nanti dulu”.
Relevansi teori prinsip alat pemusat perhatian dengan substansi film
yang di analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada
episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip alat pemusat
perhatian terdapat dalam beberapa adegan. Pertama pada saat Kak Ros
megeluarkan efek yang menyeramkan saat mengancam Upin dan Ipin jika
tidak mau membersihkan kamar. Kedua, ketika Ipin menyimpan kunci untuk
membuka kamar yang didalamnya berisi pintu rahasia. Ketiga, pada saat Upin
dan Ipin bermain bersama teman-teman di kelas, dengan menggunakan laba-
laba untuk menentukan gaya siapa yang paling cantik.
Adegan pertama, kedua , dan ketiga memiliki inti kesamaan yang
sama yaitu sebagai pemicu atau alat pemusat perhatian. Adegan tersebut
132
kaitannya dengan prinsip alat pemusat perhatian adalah keanehan, keunikan,
kemenarikan ketiga adegan tersebut untuk menstimulus atau memicu
perhatian penonton yang berujung pada penasarannya penonton tentang apa
yang dilakukan karakter dalam adegan. Sehingga penonton akan terus
menyimak cerita yang disajikan.
Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip alat
pemusat perhatian terdapat dalam beberapa adegan. Pertama tentang cerita
Upin dan Ipin tentang Opah yang menyapu dengan sapu lidi yang kecil
sehingga sampai terbungkuk-bungkuk. Kedua, ketika Atok mengajak Upin
dan Ipin membuat kapal dan akhirnya bertanding kapal mana yang lebih cepat
pada aliran sungai. Ketiga, tambahan Opah tentang kegunaan pohon kelapa.
Adegan pertama, kedua, dan ketiga memiliki kesamaan yaitu sebagai
pemicu atau alat pemusat perhatian bahwa ketiga adegan tersebut
menggunakan animasi dan efek-efek yang tidak biasa, unik, dan menarik.
Sehingga bisa membuat penonton terbius atau dengan kata lain memfokuskan
perhatian penonton untuk tetap menyaksikan cerita atau adegan hingga
selesai.
3. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton
Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten
dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip partisipasi aktif penonton.
Dalam episode 1 prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase
133
4.80% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase,
animasi 33.32%, musik 33.32%. teks 0%, dan visual 33.32%.
Pada episode 14 prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai
persentase 4.92% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai
persentase, animasi 33.33%, musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%.
Hasil tersebut telah dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat
konten tersebut ada karena dalam film yang dianalisis, keempat konten
tersebut dipilih dan disortir sesuai dengan kategori prinsip partisipasi aktif
penonton.
Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif
penonton adalah animasi yang bisa atau memungkinkan merangsang penonton
untuk ikut berpartisipasi didalamnya. Partisipasi disini bisa berupa partisipasi
yang tersurat dan tersirat. Tersurat atau langsung terlihat, biasanya animasi
yang langsung menginstruksikan kepada penonton untuk ikut membantu
karakter dalam cerita. Contoh adalah film animasi “Dora the Explorer”.
Tersirat atau tidak langsung, biasanya animasi yang muncul tidak langsung
mengistruksikan kepada penonton untuk berpartsipasi langsung, akan tetapi
melalui berbagai intrik atau pancingan-pancingan dalam cerita atau adegan
yang menstimulus penonton untuk ikut berpasrtisipasi, baik itu secara sadar
maupun tidak sadar.
Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif
penonton adalah musik yang mendukung animasi yang berjalan. Musik yang
134
mampu mengoptimalkan kelebihan animasi untuk bisa menstimulus penonton
ikut berpartisipasi dalam memikirkan atau menebak kelanjutan adegan atau
rahasia dan misteri sebagai masalah yang dihadapi dalam cerita.
Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif
penonton adalah teks yang memiliki kekuatan untuk bisa menyita perhatian
penonton yang berujung pada perhatian dan fokusnya penonton untuk
menyaksikan jalanya cerita yang berisi tentang informasi-informasi yang
menjadi kunci permasalahan dalam cerita. Dengan kata lain sebagai kekuatan
pendorong bagi animasi dan musik yang berjalan.
Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif
penonton adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang berjalan.
Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi yang
berjalan memberikan efek penasaran kepada penonton, maka visual harus bisa
melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau warna yang
sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan.
Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip
partisipasi aktif penonton sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang
prinsip partisipasi aktif penonton dalam pembelajaran. Bahwa kecenderungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif.
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan
aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
135
apabila anak aktif mengalami sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 44). Hal
ini didukung oleh pendapat dari John Dewey yang mengemukakan, bahwa
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar
pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916 dalam Devies, 1937:31).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi (Gage dan Berliner, 1984: 267 dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45). Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law
of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan latihan-latihan.
Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa
individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc
Keachie, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105 dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar,
siswa atau si belajar merupakan individu yang mempunyai keaktifan yang
tinggi sehingga mempunyai kemauan, pendapat, dan pemikirannya sendiri.
Itulah mengapa anak bisa memiliki bermacam-macam tingkah laku yang
kadang orang dewasa pun tidak mengerti. Tidak hanya itu, agar tujuan belajar
136
tercapai secara optimal dalam kegiatan belajar, siswa atau anak tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Dengan kata lain
pengalaman langsung, agar nantinya perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotor anak lebih bermakna dan tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar ini juga didukung oleh John
Dewey yang mengemukakan “learning by doing”. Bahwa belajar sebaiknya
dialami melaui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara
aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah
(problem solving).
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik
semata, namun dari itu terutama adalah keterlibatan emosional, keterlibatan
dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan,
dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan
nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan
keterampilan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 46). Partisipasi aktif dapat
diwujudkan dalam bentuk aktifitas fisik, mental, maupun emosional dalam
merespon materi pelajaran, sehingga respon yang diberikan siswa atau si
belajar bisa nampak (melakukan sesuatu secara fisik), bisa pula respon yang
tidak nampak (memikirkan sesuatu, menganalisis, atau mencari jawaban)
(Asri Budiningsih, 2003:125).
137
Dari uraian teori di atas dapat diketahui bahwa anak merupakan
individu yang mempunyai keaktifan tinggi sehingga mempunyai pemikiran,
kemauan, dan pendapatnya sendiri. Jadi dari hasil temuan mengenai konten
yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif penonton. Dalam episode
yang menjadi sampel penelitian terdapat konten yang didalamnya berisi atau
menerapkan prinsip partisipasi aktif penonton, bentuknya merupakan stimulus
atau pancingan secara tersirat yang tertuang dalam adegan film. Dari
pancingan itulah akan membuat penonton, khususnya anak-anak akan
menebak atau memprediksi jalannya cerita, atau menebak misteri apa yang
sedang dibicarakan dalam cerita. Pancingan secara tersirat disini maksudnya
adalah stimulus yang tidak langsung dikomunikasikan kepada penonton untuk
ikut berpartsisipasi atau membantu karakter dalam cerita. Contoh dalam film
Upin dan Ipin ini adalah ketika ada sesuatu hal ganjil kemudian animasi yang
berjalan disisipi dengan efek-efek tertentu, baik itu musik maupun visual
(warna dan gambar latar). Salah satu kutipan percakapan dari episode 1 yakni,
“Ipin marilah baring..selesah..Hah! Ipin? Ipin? Ipin? Ipin janganlah main-
main, kemana engkau? Hah! Emm..Upin! Haaa”. Percakapan tersebut
kemudian dipotong dengan terbangunnya Kak Ros yang memanggil mereka.
Dalam percakapan tersebut Ipin tiba-tiba menghilang kemudian tiba-tiba telah
berada dibelakang Upin, hal ini akan menimbulkan pertanyaan kepada para
penonton kemanakah Ipin pergi. Dengan timbulnya pertanyaan itu
membuktikan penonton ikut merasakan suatu yang ganjil dalam cerita.
138
Berbeda dengan tersirat, tersurat maksudnya adalah stimulus yang
dikomunikasikan secara langsung kepada penonton, contoh pada film animasi
Dora the Explorer, dengan salah satu kutipan percakapan. “Ayo teman-teman
bantu kami untuk bisa keluar dari rawa buaya, katakan
dayung..dayung..dayung” kemudian animasi yang disajikan akan berhenti
untuk beberapa detik, seolah-olah menunggu jawaban dan bantuan dari
penonton. Jika penonton adalah anak usia-usia PAUD maka stimulus ini akan
cepat sekali mempengaruhi mereka. Karena mereka mengira bahwa karakter
dalam film menunggu mereka untuk membantu.
Relevansi teori prinsip partisipasi aktif penonton dengan substansi film
yang di analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada
episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip partisipasi aktif
penonton terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya pada pertengahan
film, yaitu ketika Upin dan Ipin berhasil membuka pintu kamar yang terkunci,
dan kemudian Ipin menghilang, dilanjutkan dengan menolaknya Upin dan
Ipin ketika diajak bermain.
Rentetan adegan tersebut merupakan suatu stimulus tingkatan yang
diberikan atau disajikan oleh serial film animasi ini kepada penonton. Dengan
masing-masing adegan yang memiliki pertanyaan besar, contoh ketika Ipin
hilang lalu kemudian tiba-tiba telah hadir disamping Upin. Hingga
menolaknya Upin dan Ipin yang pasti membuat penonton penasaran dengan
apa yang akan diberitahukan Ipin kepada Upin. Semua ini merupakan
139
rangsangan untuk mengaktifan pemikiran penonton. Dan secara tidak sadar,
penonton akan terstimulus untuk menebak dan memikirkan adegan
selanjutnya atau mengungkap rahasia dalam cerita.
Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip
partisipasi aktif penonton terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya
adalah ketika Atok mengajak Upin dan Ipin mengisi waktu liburan, dan
liburan tersebut belum diketahui oleh Upin dan Ipin. Dan ketika Atok
menyebutkan sesuatu yang jika diolah dan dikerjakan bisa mendapatkan
keuntungan besar. Lebih besar daripada keuntungan yang dibuat dari
kerajinan yang dibuat oleh Mail bersama Upin dan Ipin.
Adegan tersebut merupakan stimulus untuk memberikan aliran-aliran
yang memancing pemikiran penonton. Hal ini merupakan stimulus partisipasi
yang bersifat tersirat, berbeda dengan yang bersifat langsung seperti Dora the
Explorer. Sehingga dari pengolahan film animasi pada episode ini yang
sedemikian rupa baiknya, memberikan dampak yang baik pula kepada
penonton. karena dengan demikian penonton akan mencoba untuk
memikirkan adegan kelanjutan yang akan disajikan beserta dengan rahasia-
rahasia yang dibawanya.
4. Prinsip Umpan Balik
Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten
dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip umpan balik. Dalam
episode 1 prinsip umpan balik memiliki nilai persentase 25.76% dengan
140
konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi 33.33%,
musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%.
Pada episode 14 prinsip umpan balik memiliki nilai persentase 31.71%
dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi
33.33%, musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%. Hasil tersebut telah
dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat konten tersebut ada
karena dalam film yang dianalisis, keempat konten tersebut dipilih dan
disortir sesuai dengan kategori prinsip umpan balik.
Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik
adalah animasi yang memberikan jawaban atas masalah atau misteri yang ada
dalam cerita.
Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah
musik yang mendukung animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik
sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan. Dengan adanya musik yang
sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan kombinasi umpan balik yang
menarik, umpan balik berupa informasi yang bersangkutan dengan film yang
ditayangkan.
Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah
teks yang memiliki kekuatan untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik.
Dengan kata lain sebagai pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik
yang berjalan.
141
Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik
adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang berjalan. Dengan kata
lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi yang berjalan
memberikan jawaban atas permasalahan dalam cerita kepada penonton, maka
visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background
atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan.
Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip
umpan balik sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip umpan
balik dalam pembelajaran. Bahwa umpan balik adalah informasi yang
diberikan kepada siswa mengenai keberhasilan atau kemajuan serta
kekurangan dalam belajarnya. Prinsip umpan balik menyatakan bahwa jika
dalam proses belajar siswa diberitahukan kemajuan atau kelemahan dalam
belajarnya, maka hasil belajarnya akan meningkat (Asri Budiningsih,
2003:125). Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau
dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar
(Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 48).
Contoh penerapan prinsip umpan balik misalnya ketika seoarang siswa
memecahkan masalah yang dihadapinya guru memberikan pujian, maka siswa
142
akan bersemangat dan lebih percaya diri. Demikian pula jika siswa mengalami
kegagalan dalam belajarnya, kemudian guru memberikan informasi atau
petunjuk atas aspek-aspek yang menyebabkan kegagalan belajarnya, maka
siswa akan mencoba kembali belajar dengan berupaya mengatasi penyebab
kegagalannya (Asri Budiningsih, 2003:125).
Jika dalam proses pembelajaran digunakan umpan balik, maka proses
dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Jadi dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa fungsi dari umpan balik adalah untuk memberikan
konfirmasi ataupun koreksi terhadap proses dan hasil belajar siswa, agar siswa
mengetahui kemajuan belajarnya, sehingga dapat melakukan tindakan
selanjutnya dalam belajar (Asri Budiningsih, 2003:126).
Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa umpan balik merupakan
output dalam suatu pembelajaran atau dengan kata lain konfirmasi mengenai
berbagai hal tentang pembelajaran, khususnya hasil belajar yang berkaitan
dengan diri anak didik. Jika dalam sebuah film umpan balik yang dimaksud
adalah konfirmasi mengenai hal-hal penting atau inti dari cerita yang dibahas.
Biasanya konfirmasi tersebut tidak langsung disampaikan kepada penonton,
melainkan pada percakapan antar tokoh dalam film dan adegan-adegan yang
disajikan, tinggal penontonlah yang bisa mengambil inti atau hal penting yang
ingin disampikan film tersebut. Dengan kata lain umpan balik yang bersifat
tersirat.
143
Relevansi teori prinsip umpan balik dengan substansi film yang di
analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada
episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip umpan balik
terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya pada pertengahan film dan akhir
film, yakni pada saat Upin mengetahui pintu rahasia yang diketahui
sebelumnya oleh Ipin. Dan juga saat Kak Ros mengetahui pintu rahasia yang
ternyata juga menyimpan rahasia untuknya, serta tambahan cerita Opah
tentang pintu rahasia tersebut.
Beberapa adegan tersebut merupakan jawaban atau konfirmasi
mengenai inti cerita episode 1 yang didalamnya membahas tentang pintu
rahasia keluarga Upin dan Ipin. Dengan jawaban bahkan tambahan sedikit
cerita oleh Opah mengenai pintu rahasia tersebut akan membuat penonton
tahu dan bisa menerima dengan konfirmasi yang dikemukakan dalam cerita.
Paling tidak konfirmasi tersebut menjadi pembanding pemikiran penonton
tentang rahasia yang dihadapi karakter dalam cerita. Sudah mendekatikah atau
malah salah dengan konfirmasi yang disajikan.
Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip
umpan balik terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya adalah penjelasan
Atok tentang liburan yang bermakna, bermain sambil belajar. Liburan yang
menyenangkan dan bermanfaat bahkan menguntungkan.
Adegan tersebut merupakan jawaban atas permasalahan yang
dihadapai dalam cerita. Permasalahan mengisi liburan sekolah. Dalam hal ini
144
dijelaskan bagaimana cara mengatasi waktu liburan dengan meyenangkan,
bermanfaat, dan menguntungkan. Dengan jawaban atau konfirmasi tersebut
akan memberikan sedikitnya ide baru kepada penonton bagaimana cara
mengisi waktu liburan dan alternatif liburan. Sehingga pada waktu liburan
bisa bermain sambil belajar.
5. Prinsip Perulangan
Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten
dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip perulangan. Dalam
episode 1 prinsip perulangan memiliki nilai persentase 28.58% dengan konten
yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi 33.33%, musik
33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%.
Pada episode 14 prinsip perulangan memiliki nilai persentase 36.33%
dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi
33.33%, musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%. Hasil tersebut telah
dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat konten tersebut ada
karena dalam film yang dianalisis, keempat konten tersebut dipilih dan
disortir sesuai dengan kategori prinsip perulangan.
Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip perulangan
adalah animasi yang mengulang suatu adegan atau informasi, baik itu sebagai
rangkuman, tambahan, rincian, atau penjelas. Sehingga membuat penonton
paham dan mengerti tentang informasi-informasi yang berkaitan dengan
145
cerita. Dengan paham dan mengertinya penonton akan membuat film tersebut
akan selalu diingat oleh penonton.
Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip perulangan adalah
musik yang mendukung animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik
sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan. Dengan adanya musik yang
sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan kombinasi perulangan yang
menarik, perulangan berupa informasi yang bersangkutan dengan film yang
ditayangkan.
Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip perulangan adalah
teks yang memiliki kekuatan untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik.
Dengan kata lain sebagai pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik
yang berjalan.
Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip perulangan adalah
visual yang melengkapi animasi dan musik yang berjalan. Dengan kata lain
sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi yang berjalan memberikan
jawaban dan pengulangan informasi atas permasalahan dalam cerita kepada
penonton, maka visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu
menggunakan background atau warna yang sesuai dengan keadaan dan
kondisi animasi yang berjalan.
Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip
perulangan sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip perulangan
dalam pembelajaran. Bahwa menurut teori Psikologi Daya tentang prinsip
146
belajar yang menekankan perlunya pengulangan, belajar adalah melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya
yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempurna (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 46).
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal
Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia
mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus
dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu
memperbesar peluang timbulnya respons benar. Seperti kata pepatah “latihan
menjadikan sempurna” (Thorndike, 1931b:20, dan Gredler, Margaret E. Bell,
terjemahan Munandir, 1991:51 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).
Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut
dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar.
Jika pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus
dan respons, maka pada psikologi conditioning, respons akan timbul bukan
karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa
berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti
147
karena lampu lalu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu
dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu
kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang
sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 47).
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama
pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga
pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk
kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak menerima bahwa belajar adalah
pengulangan seperti yang dikemukakan oleh ketiga teori di atas, karena tidak
bisa dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip
pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih
tetap diperlukan latihan atau pengulangan. Metode drill dan stereotyping
adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan
Berliner, 1984: 259 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).
Jika dalam pembelajaran informasi disajikan berulang-ulang, maka
proses dan hasil belajar akan lebih baik. Proses penguasaan materi pelajaran
atau keterampilan tertentu memerlukan perulangan. Tidak adanya perulangan
akan mengakibatkan informasi atau pesan pembelajaran tidak bertahan lama
148
dalam ingatan (retensi), dan informasi tersebut mudah dilupakan. Oleh sebab
itu, pesan pembelajaran perlu disampaikan berulang-ulang. Perulangan dapat
dilakukan dengan cara yang sama, atau dengan cara dan media yang berbeda-
beda. Contoh dalam program pembelajaran melalui media audio, prisnip
perulangan sangat penting untuk diperhatikan. Siswa atau peserta belajar akan
mengalami kesulitan memahami pesan atau informasi baru dengan hanya
diperdengarkan sekali saja. Tanpa adanya pengulangan, informasi akan sulit
ditangkap dan mudah dilupakan (Asri Budiningsih, 2003:127).
Dalam suatu film, pengulangan merupakan sesuatu yang penting.
Karena dengan pengulangan tersebut akan memudahkan penonton untuk
memahami film yang ditontonnya. Bahkan penonton akan tahu inti, maksud,
dan nilai-nilai yang disampaikan oleh film. Tidak hanya itu dengan
pengulangan akan membuat penonton hafal dengan film yang ditonton dan
jika film itu sangat berkesan pada diri penonton bukan tidak mungkin film
tersebut akan selalu menjadi film favorit penonton.
Relevansi teori prinsip perulangan dengan substansi film yang di
analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada
episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip perulangan terdapat
dalam beberapa adegan. Diantaranya pada pertengahan film yakni, pada saat
Upin dan Ipin memancing pembicaraan yang mengarah pada pintu rahasia.
Pada saat makan malam mereka menyindir dan memberi tahu tentang sesuatu
kepada Opah dan Kak Ros yang ternyata merupakan rahasia Kak Ros dan
149
Opah. Upin dan Ipin membicarakan hal tersebut karena mereka telah
mengetahui dan membaca rahasia mengenai Kak Ros dan Opah tersebut,
khususnya Upin yang baru tahu tentang pintu rahasia. Dan saat rahasia pintu
rahasia terbongkar, Opah menambahkan ceirta tentang pintu rahasia tersebut.
Beberapa adegan tersebut merupakan pengulangan informasi
mengenai pintu rahasia. Pengulangan yang mayoritas menggunakan sifat
tersirat atau melalui kode-kode yang dilakukan oleh karakter dalam cerita.
Contoh ketika pada saat makan malam, Upin dan Ipin memancing
pembicaraan yang mengarah pada pintu rahasia. Pengulangan-pengulangan ini
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh penonton untuk mengetahui rahasia
atau masalah yang dihadapai karakter dalam cerita.
Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip
perulangan terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya adalah penjelasan
Atok tentang liburan yang bermakna, bermain sambil belajar. Liburan yang
menyenangkan dan bermanfaat bahkan menguntungkan, serta penjelasan Atok
tentang kegunaan bagian-bagian pohon kelapa. Dan kemudian tambahan
penjelasan, rangkuman, dan apresiasi Opah kepada Upin dan Ipin karena tahu
cara mengisi waktu liburan dengan tetap tidak meninggalkan belajar. Bahkan
juga pengulangan informasi yang disampaikan Opah tentang kegunaan dan
manfaat bagian-bagian pohon kelapa.
Adegan tersebut merupakan pengulangan informasi yang disampaikan
karakter melalui interaksinya dalam adegan. Pengulangan-pengulangan ini
150
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh penonton untuk mengetahui rahasia
atau masalah yang dihadapai karakter dalam cerita. Dengan pengulangan
tersebut akan memberikan dampak kepada penonton akan selalu ingat dengan
kegunaan dan manfaat dari pohon kelapa. Biasanya penjelasan manfaat dan
kegunaan bagian-bagian pohon kelapa sangat membosankan, dengan dikemas
dalam film animasi seperti ini bahkan dilengkapi dengan pengulangan
informasi yang tidak membosankan dan sangat menarik akan membuat
penonton mengerti, paham, dan akan selalu ingat.
Berdasarkan pemaparan di atas, prinsip desain pesan pembelajaran
relevan dengan prinsip animasi. Hal ini terbukti dalam proses kategorisasi
adegan berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam setiap
adegan yang disortir berdasarkan masing-masing prinsip desain pesan
pembelajaran memuat prinsip animasi yang mengikutinya.
Pertama, dalam prinsip kesiapan dan motivasi yang terkandung dalam
kedua episode yang menjadi sampel penelitian juga terkandung prinsip
animasi. Prinsip-prinsip tersebut ialah adalah prinsip Pose to Pose, karena
pada saat akan bergerak, bergerak, dan berhenti pada karakter yang ada
terdapat beberapa gambar kunci dan transisi (pendukung). Prinsip Timing,
karena dalam serangkaian adegan terdapat keruntutan gambar. Prinsip Streeth
and Squash, karena benda-benda termasuk badan karakter, mempunyai
kelenturan dan bobot. Contoh kunci yang hampir terjatuh. Kunci disini dapat
dilihat seolah-olah memiliki kelenturan sesuai dengan sifat bahan atau
151
meterialnya. Prinsip Easy In and Easy Out, karena dalam episode ini terdapat
adegan yang menggunakan perlambatan dan percepatan. Contoh ketika saat-
saat kunci akan jatuh, animasi yang ditampilkan menggunakan perlambatan,
agar penonton bisa ikut merasakan detik-detik menegangkan. Karena
perlambatan biasanya digunakan untuk situasi yang menegangkan,
mendebarkan, dan menakutkan.
Prinsip Arch, karena setiap karakter sesuai dengan kodrat atau keadaan
aslinya, yang memiliki gerak lentur, bukan seperti robot. Sekaligus memiliki
sudut-sudut badan yang sesuai. Prinsip Staging, karena frame atau bidang
yang digunakan dalam episode ini, sesuai dan menarik, sehingga tidak
membuat penonton bosan. Prinsip Appeal, karena penataan atau angel
karakter sesuai dengan ciri-ciri dan sifat dari karakter yang ada. Contoh Opah
menggunakan sudut pandang Frog Eye, agar terlihat bijaksana. Prinsip
Personality, karena penokohan atau karakter dalam cerita sesuai dengan latar
belakang, sosial-ekonomi, fisik, sehingga menjadikan karakter lebih hidup
dan bermakna.
Pada episode 14 “Pokok Seribu Guna” ada tambahan dan perbedaan
prinsip animasi yang terlihat. yakni prinsip Follow Through and Overlapping
Action, pada adegan ketika Atok dan Upin, Ipin mengendarai sepeda motor
kemudian mengalami oleng. Disini tampak bagian belakang sepeda motor ikut
bergoyang sekaligus kembali pada posisi semula saat Atok berhasil
mengendalikan sepeda motor. Hal ini sesuai dengan prinsip Follow Through
152
and Overlapping Action, bahwa setiap benda mempunyai reaksi atau gerakan
overlap pada setiap karakter animasi setelah melakukan animasi utama atau
gerakan utama.
Dalam relevansinya dengan prinsip kesiapan dan motivasi ini, prinsip
animasi yang tertuang didalamnya memiliki kombinasi yang sesuai, sehingga
menjadikan awalan film animasi yang terlihat menarik. Kombinasi prinsip
tersebut adalah prinsip Streeth and Squash, prinsip Arch, prinsip Staging,
prinsip Appeal, dan prinsip Personality. Kombinasi ini adalah yang menonjol
dalam serangkaian awalan atau pengantar film dalam kategorisasinya
berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi.
Kedua, prinsip animasi yang terkandung dalam kedua episode yang
menjadi sampel penelitian berdasarkan kategorisasi prinsip alat pemusat
perhatian tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip animasi yang terkandung
dalam kategorisasinya berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi, namun ada
beberapa tambahan prinsip sehingga menjadikan prinsip alat pemusat
perhatian memiliki ciri-ciri khusus dan begitu kuat keberadaanya. Prinsip
tambahan tersebut adalah prinsip Anticipation dan prinsip Exaggeration.
Prinsip Anticipation tertuang dalam adegan saat Ipin melihat situasi rumah
saat akan membuka pintu rahasia pada episode 1, gerakan Ipin yang berhati-
hati dalam mengawasi situasi dilakukan dengan gerakan ancang-ancang dan
tidak secara tiba-tiba menengok kanan dan kiri, tapi ketika akan menengok itu
terdapat gerakan ancang-ancang, contoh lain ketika Upin dan Ipin berlari,
153
maka terlihat gerakan ancang-ancang. Dan pada saat terjadi perlombaan kapal
antara Atok, Upin, dan Ipin pada episode 14. Saat Atok akan melompat,
terdapat gerakan ancang-ancang berupa badan yang turun rendah kebawah,
lalu kemudian gerakan badan naik keatas.
Prinsip Exaggeration tertuang dalam setiap adegan yang unik. Pada
episode 1, prinsip ini terlihat pada saat Upin, Ipin dan kawan-kawan bermain
laba-laba. Disini laba-laba terlihat seperti manusia, memiliki karakter seperti
manusia, bisa memberikan sambutan dan penghormatan saat akan bertanding.
Pada episode 14 terlihat saat katak akan berenang disungai yang menjadi jalur
perlombaan Atok beserta Upin dan Ipin. Katak disini juga terlihat seperti
manusia, bisa berdiri dan juga berekspresi layaknya seorang manusia. Dalam
relevansinya dengan prinsip alat pemusat perhatian ini, prinsip animasi yang
tertuang didalamnya memiliki kombinasi yang sesuai, sehingga menjadikan
animasi yang terlihat sangat menarik dan juga unik. Kombinasi prinsip
tersebut adalah prinsip Anticipation, prinsip Exaggeration, prinsip Staging,
prinsip Appeal, dan prinsip Personality.
Ketiga, prinsip partisipasi aktif penonton yang tertuang dalam kedua
episode dalam penelitian ini juga terdapat prinsip animasi yang mengikutinya.
Sama seperti pada relevansi prinsip desain pesan pembelajaran di atas, prinsip
animasi yang terkandung dalam kedua episode tidak jauh berbeda, disini
terdapat kombinasi prinsip animasi yang menjadikan prinsip partisipasi aktif
penonton dapat mengaplikasikan inti atau isi dari teorinya dalam
154
penerapannya untuk mengembangkan pesan yang tertuang dalam kedua
episode ini. Kombinasi prinsip animasi tersebut adalah prinsip Staging, karena
pengaturan latar yang digunakan proposional, enak dilihat dan komunikatif.
Contoh ketika saat Ipin menyimpan kunci kamar rahasia, pengaturan latar
sangat menarik dan komunikatif yang menimbulkan pertanyaan bagi
penonton, mengapa Ipin sampai menyimpan kunci tersebut. Prinsip Appeal,
karena penggunaan angel kamera yang menarik sehingga lebih menguatkan
kesan karakter dalam cerita, sekaligus dapat menstimulus penonton untuk ikut
berpartisipasi dengan berfikir. Masih dengan contoh yang sama, saat Ipin
menyimpan sebuah kunci sudut kamera yang diambil seolah-olah menyiratkan
bahwa Ipin sedang menyembunyikan sesuatu. Dan prinsip Personality, karena
penggunaan karakter yang sesuai dengan kondisi dan latar belakang cerita,
sehingga lebih menguatkan sosok karakter dalam cerita yang membantu
penonton untuk lebih memahami cerita. Dengan karakter Ipin yang lucu dan
menggemaskan, ketika pada adegan menyimpan kunci ini lebih menguatkan
bahwa ada sesuatu yang terjadi, yang membuat Ipin menyimpan kunci
tersebut, sehingga dari ketiga prinsip animasi tersebut membuat sebuah alur
penguatan bahwa ada sebuah misteri atau rahasia dalam cerita tersebut,
sehingga menstimulus penonton untuk ikut memikirkan dan menebak misteri
apa yang ada pada cerita tersebut.
Keempat, prinsip animasi yang tertuang dalam kedua episode
berdasarkan kategorisasi prinsip umpan balik tidak berbeda dari kategorisasi
155
prinsip partisipasi aktif di atas. Untuk menonjolkan prinsip umpan balik,
prinsip animasi yang dikombinasikan adalah prinsip Staging, karena
pengaturan latar yang digunakan proposional, enak dilihat dan komunikatif.
Contoh ketika saat rahasia kamar rahasia terbongkar dan Kak Ros menangis,
pengaturan latar sangat menarik dan komunikatif sehingga menjawab apa
yang dipikirkan penonton saat menyimak film. Prinsip Appeal, karena
penggunaan angel kamera yang menarik sehingga lebih menguatkan kesan
karakter dalam cerita, sekaligus dapat merespon apa yang menjadi tebakan
penonton tentang inti permasalahan dalam film. Contoh Ketika Kak Ros
menangis, disini Kak Ros yang biasanya galak menjadi lembut dengan bukti
tangisannya tersebut. Hal ini membuat penonton lebih meresapi tentang arti
kamar yang berisi rahasia keluarga Upin dan Ipin. Dan prinsip Personality,
karena penggunaan karakter yang sesuai dengan kondisi dan latar belakang
cerita, sehingga lebih menguatkan sosok karakter dalam cerita yang
membantu penonton untuk lebih memahami cerita.
Kelima, dalam kedua episode yang diteliti berdasarkan kategorisasi
prinsip perulangan, terdapat prinsip animasi yang juga tertuang di dalamnya.
Tidak berbeda pula dengan prinsip umpan balik di atas, prinsip animasi yang
tertuang dalam kedua episode ini hampir sama yakni dengan kombinasi
prinsip animasi yang bisa menonjolkan inti teori prinsip perulangan dalam
menyampaikan isi pesan film. Prinsip Timing, karena prinsip perulangan
identik dengan pengulangan masa lalu dalam film, prinsip Timing ini
156
digunakan untuk mengolah adegan yang ada, dengan memperlambat atau
mengurangi rentetan gambar dalam adegan, sehingga menimbulkan gerakan
animasi yang agak patah-patah dan terkesan menarik. Sehingga penonton bisa
ikut merasakan pengulangan informasi yang ada. Contoh ketika Upin dan Ipin
menjelaskan bahwa sapu lidi yang digunakan Opah sudah sangat pendek
sehingga membuat Opah membungkuk saat menyapu. Dalam penjelasnya
tersebut, animasi yang ditampilkan patah-patah, karena pengurangan gambar
dalam tiap gerakannya.
Prinsip Staging, karena pengaturan latar yang digunakan proposional,
enak dilihat dan komunikatif. Contoh ketika saat Upin dan Ipin menceritakan
sapu lidi yang digunakan Opah sangat pendek, pengaturan latar sangat
menarik dan komunikatif sehingga penonton bisa menikmati film, sekaligus
mengetahui pengulang informasi yang menjadikan penonton lebih memahami
film yang disaksikan. Prinsip Appeal, karena penggunaan angel kamera yang
menarik sehingga lebih menguatkan kesan karakter dalam cerita, sekaligus
dapat menonjolkan pengulangan informasi yang disajikan dalam film. Saat
penjelasan Upin dan Ipin tentang sapu lidi yang sangat pendek yang
digunakan Opah untuk menyapu, angel kamera yang digunakan sesuai dan
menarik. Hal ini membuat penonton lebih meresapi tentang pengulangan
informasi berupa cerita yang disampaikan Upin dan Ipin. Dan prinsip
Personality, karena penggunaan karakter yang sesuai dengan kondisi dan latar
157
belakang cerita, sehingga lebih menguatkan sosok karakter dalam cerita yang
membantu penonton untuk lebih memahami cerita.
Dalam pembuatan sebuah film animasi sebenarnya 12 prinsip animasi
yang ada sudah tertuang dalam setiap adegan dalam alur cerita yang disajikan.
Karena 12 prinsip animasi tersebut merupakan patokan atau aturan yang
digunakan dalam pembuatan film animasi, agar film animasi yang dibuat
tersebut sesuai dengan kaedah-kaedah yang ada dan juga menarik. Dari 12
prinsip animasi yang ada, prinsip Exaggeration merupakan prinsip yang bisa
menonjolkan sebuah film animasi, karena prinsip ini berbicara tentang
mendramatisir atau melebih-lebihkan sebuah adegan. Sehingga bisa membuat
penonton untuk fokus menyaksikan film. Contoh ketika Upin dan Ipin
bermain laba-laba di kelas bersama teman-teman. Laba-laba yang ada
memiliki perilaku yang mirip dengan manusia. Kenyataan yang ada laba-laba
tidak bisa berperilaku seperti manusia, karena laba-laba adalah hewan yang
tidak memiliki akal.
Korelasi antara prinsip desain pesan pembelajaran dengan prinsip
animasi signifikan dan sesuai. Keduanya berpadu untuk mengoptimalkan isi
atau pesan yang disampaikan dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim
8. Dalam kelima prinsip desain pesan pembelajaran yang tertuang dalam film
animasi ini mencakup keduabelas prinsip animasi, terbukti dengan pemaparan
di atas. Jadi prinsip desain pesan pembelajaran tersampaikan dengan baik
menggunakan keduabelas prinsip animasi yang ada, tentu saja dengan
158
kombinasi yang menarik sehingga sesuai dengan prinsip desain pesan
pembelajaran yang ditampilkan atau diterapkan.
Berdasarkan deskripsi dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas
terdapat beberapa temuan yang menarik. Pertama, prinsip yang memiliki nilai
persentase rendah sebenarnya merupakan sesuatu yang penting dan
dibutuhkan oleh anak-anak agar bisa lebih memaknai film yang ditontonnya.
Karena sejatinya, belajar yang dimaknai oleh siswa atau peserta didik akan
lebih mengena dan tidak akan terlupakan bagi diri anak. Prinsip yang
memiliki nilai persentase rendah adalah prinsip alat pemusat perhatian dan
prinsip partisipasi aktif penonton. Kedua prinsip ini merupakan sesuatu yang
dibutuhkan agar pembelajaran yang dilakukan lebih efektif, efisien, dan
bermakna. Karena dengan terpusatnya perhatian siswa atau peserta didik,
maka pembelajaran akan lebih berkualitas dan informasi atau nilai-nilai yang
disampaikan oleh pendidik akan lebih cepat diserap dan dipahami. Untuk
partisipasi aktif sendiri memegang peranan ketika siswa atau anak ikut
berpartisipasi dalam sebuah pembelajaran, contoh ikut memikirkan,
bereksperimen, dan mencoba sendiri, maka pembelajaran yang dilakukan
akan bermakna bagi anak atau siswa, sehingga pesan, informasi, dan nilai
yang diajarkan dapat melekat dengan kuat dengan anak dan tidak akan
terlupakan. Jadi akan lebih bijaksana jika konten dalam prinsip partisipasi
aktif penonton lebih diperhatikan, karena dengan menggunakan prinsip
partisipasi yang pas dan sesuai akan memberikan efek kepada penonton,
159
khususnya anak-anak bisa lebih memaknai film yang disaksikan dan akan
berkesan kepada diri anak sendiri.
Kedua, pada prinsip alat pemusat perhatian, konten yang ada sudah
sesuai dengan daya tarik yang menakjubkan, unik, dan menarik. Sehingga
membuat penonton bisa terkondisi untuk fokus perhatiannya pada film yang
disaksikan. Akan tetapi ada beberapa bentuk yang terlihat, tentang
penggunaan daya tarik tersebut dapat menimbulkan dampak negatif. Contoh
ketika Kak Ros marah dan mengeluarkan efek api yang membara, penonton
khususnya anak-anak akan menangkap presepsi bahwa marah dimaknai
seperti yang terjadi pada marahnya Kak Ros. Akan lebih bijaksana jika
penggunaan bentuk prinsip alat pemusat perhatian diarahkan ke hal yang
positif. Contoh ketika Upin dan Ipin sedang berpuasa, ditengah hari mereka
kelaparan dan membayangkan ayam goreng yang banyak dan mereka puas
memakannya. Akan tetapi mereka diperingati dan dinasehati oleh Kak Ros
dan Opah agar lebih serius, kuat, dan bertaqwa saat menjalankan puasa,
karena pahala yang diberikan oleh Allah sangat besar. Dengan nasehat,
motivasi, dan hadiah yang disampaikan oleh Opah tersebut membuat Upin
dan Ipin tidak tergoda dan melanjutkan puasanya. Dengan nilai positif
tersebut maka akan membuka dan menstimulus pemikiran anak-anak bahwa
puasa adalah sesuatu kewajiban dan akan mendapatkan pahala yang besar jika
dikerjakan dengan taqwa dan keimanan.
160
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pemaparan, dan pembahasan, yang telah
peneliti lakukan mengenai Analisis Konten Serial Film Animasi Upin dan Ipin
ditinjau dari Prinsip Desain Pesan Pembelajaran dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran terkait konten yang
disajikan terkandung dalam setiap adegan berdasarkan kategori masing-
masing prinsip desain pesan pembelajaran. Pada prinsip kesiapan dan
motivasi adalah pengenalan karakter yang bersemangat dan antusias,
sehingga memberikan kesan bahwa cerita yang akan dibawakan itu seru dan
menyenangkan. Pada prinsip alat pemusat perhatian adalah bentuk ekspresi
karakter, efek animasi, dan visual yang mendukung elemen-elemen
didalamnya memiliki nilai unik dan menarik sehingga menjadi daya tarik
yang berujung pada pemusatan perhatian penonton. Pada prinsip partisipasi
aktif penonton adalah pancingan atau stimulus kepada penonton untuk
dipikirkan melalui berbagai adegan yang ada dalam film. Pada prinsip umpan
balik adalah terjawabnya pertanyaan dari masalah-masalah atau misteri
dalam film. Jawaban disini berupa flashback dan tambahan informasi. Pada
prinsip perulangan terkait konten yang disajikan adalah pengulangan
161
informasi penting atau informasi yang menjadi topik bahasaan. Pengulangan
informasi disini berupa tambahan, perincian, dan penguatan informasi yang
diperbincangkan karakter dalam film.
2. Terdapat beberapa temuan menarik, yakni: Serial film animasi Upin dan Ipin
musim 8 merupakan jenis film naratif yang bersifat informatif dan rekreatif.
Karena sifat inilah membuat serial film animasi Upin dan Ipin menjadi film
yang menyenangkan dan sekaligus membelajarkan. Dan film ini bisa
memberikan efek ajakan kepada penonton yang mayoritas anak-anak untuk
belajar. Namun demikian, dalam analisisnya masih terdapat prinsip yang
memiliki kontribusi rendah dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8,
yakni prinsip partisipasi aktif penonton atau siswa dan prinsip alat pemusat
perhatian. Prinsip alat pemusat perhatian berfungsi sebagai stimulus untuk
memfokuskan perhatian penonton pada film yang disaksikan. Prinsip ini
berpotensi membuat penonton dapat mengetahui nilai-nilai yang disampaikan
dan dapat menyimpulkan topik yang dibicarakan dalam film, karena
penonton fokus pada adegan yang disaksikan. Prinsip partisipasi aktif
penonton berguna dalam meningkatkan retensi dan pemahaman penonton
terhadap film yang disajikan. Maka jika prinsip-prinsip ini memiliki
kontribusi yang sedikit dalam film akan menimbulkan resiko terhadap retensi
dan pemahaman bahkan pemaknaan penonton terhadap film yang disaksikan.
3. Korelasi antara prinsip desain pesan pembelajaran dengan prinsip animasi
signifikan dan sesuai. Keduanya berpadu untuk mengoptimalkan isi atau
162
pesan yang disampaikan dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8.
Dalam kelima prinsip desain pesan pembelajaran yang tertuang dalam film
animasi ini mencakup keduabelas prinsip animasi. Jadi prinsip desain pesan
pembelajaran tersampaikan dengan baik menggunakan keduabelas prinsip
animasi yang ada, tentu saja dengan kombinasi yang menarik sehingga sesuai
dengan prinsip desain pesan pembelajaran yang ditampilkan atau diterapkan.
B. Saran
1. Saran untuk pengembang atau animator film pembelajaran
Bagi pengembang dan animator film pembelajaran yang mayoritas
ditujukan untuk anak-anak, disarankan agar memperhatikan penggunaan
prinsip desain pesan pembelajaran dalam mengembangkan film, khususnya
animasi yang banyak digemari anak.
2. Saran untuk peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat meneliti penerapan
prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film pembelajaran yang lain,
khususnya film animasi, karena animasi sangat digemari oleh anak-anak.
Agar dengan penelitian tersebut dapat diketahui film pembelajaran benar-
benar bisa menjadi acuan untuk membelajarkan anak-anak.
163
DAFTAR PUSTAKA
Ari Theresia Prabawati. (2008). Seri Panduan Lengkap: ADOBE AFTER EFFECTSCS 3. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Asri Budiningsih, C. (2003). Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY.
Che Hat Norhayati dkk. (2013). Persepsi Pelajar terhadap Penggunaan Animasidalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malaysia: Pusat Pengajian Bahasa Arab,FBS UNISZA
Darmiyati Zuchdi. (1993). Panduan Penelitian Analsis Konten. Yogyakarta:Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Darwanto. (2007). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian IlmuKomunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.
Saputro Febriyanto dan Amir Fatah Sofyan. (2012). Perancangan Karakter danAnimasi Bertarung pada Film Animasi 3D “KHAMP”. Yogyakarta: STMIKAMIKOM Yogyakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_karakter_Upin_%26_Ipin, diakses pada tanggal17 Januari 2017, pukul 16:22 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Upin_%26_Ipin, diakses pada tanggal 09 Mei 2016,pukul 20:17 WIB
https://ms.wikipedia.org/wiki/Upin_%26_Ipin_(Musim_ke-8), diakses pada tanggal17 Januari 2017, pukul 16:24WIB
http://seleb.info/2016/01/11/rating-acara-tv-indonesia-per-10-januari-2016/, diaksespada tanggal 09 Mei 2016, pukul 21:40 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=oPm9qYu-tBM, diakses pada tanggal 24 Mei2016 pukul 22:10 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=pAHYZsyV750, diakses pada tanggal 7November 2016, jam 14:31
164
Malikhah. (2013). Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi terhadap PerkembanganPerilaku Negatif Anak Usia Dini. Semarang: FIP UNNES
Maspupah. (2011). Pengaruh Tayangan Kartun Animasi Upin dan Ipin di MediaNusantara Citra Televisi terhadap Penggunaan Kosa Kata Murid RaudhatulAthfal Al- Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur. Jakarta: FID UIN SyarifHidayatullah
Purwaka Fajar. (2015). Penerapan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran dalam SerialFilm Animasi Upin dan Ipin. Yogyakarta: FIP UNY.
Syahfitri Yunita. (2011). Teknik Film Animasi dalam Dunia Komputer. SawitSeberang: Program Studi Sistem Komputer, STMIK Triguna Dharma (JurnalSAINTIKOM vol 10. No 3)
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka InsanMadani.
Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Zahroh Fatimatuz. (2013). Dampak Televisi terhadap Perilaku Anak. Jakarta: FISUIN Syarif Hidayatullah.
167
Lampiran 1.1 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran episode 1
Episode 1: Upin dan Ipin Kesayanganku
No Prinsip DesainPesan
Pembelajaran
Definisi Operasional Indikator Ada/TidakAda
Durasi Adegan Bentuk
1. Kesiapan danMotivasi
Episode menampilkanadegan yangmempersiapkan penontonuntuk menonton.Misalnya,memberitahuakan judulatau memberitahukan temacerita.Episode menampilkanadegan yang membuatpenonton tertarik atautermotivasi untukmenonton. Misalnya,adegan pertama (firstimpresson) menampilkankejadian yang ganjil,kejadian yang
Animasi Ada 00:01-00:10
07:11-07:20
14:21-14:30
00:18-06:35
Upin dan Ipinmemperkenalkan diri
Upin:“Hai saya Upin danini adik saya Ipin”Ipin:“Betul ,betul, betul,Ini kisah kami semua”
Pengantar ceritadengan munculnyapermasalahan yangakan dihadapi karakterdalam cerita.
Perkenalan karakterutama dan karakterlain dengan gerakanyang antusias danbersemangat.
Dengan bermcam-macam gerakan danekspresi. Mulai darilucu hingga tegang.
Musik Ada 00:01-00:10 Pada saat awalpertama kemunculan
Kemunculan musikyang segar,
168
probleamatik, kejadianyang berhubungan denganpengetahuan anak,menampilkan instrukturatau tokoh yang antusias,tokoh yang aneh atau lucu.
07:11-07:20
14:21-14:30
00:18-06:35
karakter utama sampaipada munculnya judul.
Pengantar ceritadengan munculnyapermasalahan yangakan dihadapi karakterdalam cerita.
bersahabat, lucudan tempo yangmenarik.
Dengan perpaduanmusik yangekspresif, sesuaidengan animasiyang berjalan.Mulai pengiringuntuk kelucuanhingga suasanayang tegang.
Teks Ada 00:07-00:09
07:17-07:19
14:27-14:29
00:11-00:15
Kemunculan judulfilm dan judul episode
“Upin dan Ipin musim8”
“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 1”
Menampilkan judulserial film animasisecara visual, teksdan audio
Menampilkan judulepisode secaravisual, teks danaudio
169
07:21-07:25
14:30-14:35
“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 2”
“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 3”
Menggunakan jenisfont/huruf yangmenarik, sesuaidengan sasaranpenonton
Visual Ada 00:01-00:10
00:08-00:14
Kemunculan karakteryang menyapapenonton danmemberikan informasijudul.
Kemunculan judulfilm dan judul episode
Menggunakanwarna yang lembut,menarik, dan sesuaidengan keadaannyata.Menggunakangambar-gambaryang cocok dengansuatu suasanapedesaan.
Menampilkan judulsecara visual, teksdan audio.Penggunaan warnayang menarik padafont/teks. Dengan
170
07:17-07:24
14:28-14:34
00:18-06:35
“Upin dan Ipin musim8”“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 1”
“Upin dan Ipin musim8”“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 2”
“Upin dan Ipin musim8”“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 3”
Pengantar ceritadengan munculnyapermasalahan yangakan dihadapi karakterdalam cerita.Bingungnya Upin dan
efek sepertigelembung.
Dengan perpaduanwarna dan tata letakyang menarik.Sesuai denganadegan animasiyang berjalan dan
171
Ipin karena tidak adakegitan saat liburansekolah.
tidak jauh berbedadari keadaan nyata.
2. Alat PemusatPerhatian
Episode menampilkanadegan yang memusatkanperhatian penonton ataumemiliki daya tarik pesan.Misalnya, adegandibawakan olehpenokohan yang simpatik,antusias, atau terkenal,episode dibawakan denganhumor, rasa takut, rasabersalah, daya tarik seks,adegan yang emosional,daya tarik musik atau dayatarik efek visual.
Animasi Ada 01:10-01-12
03:16-03:40
07:40-09:46
Kak Ros mengancamUpin dan Ipin jikatidak mau merapikankamar dengan efekanimasi api yangmembara.
Upin dan Ipinmengambil kunciyang berada di jariKak Ros dengan hati-hati
Upin dan Ipin sedangbermain bersama
Kak Ros sepertiseseorang yangmenakutkan denganefek api yangberkobar dangerakan yangmenakutkan.
Ekspresi wajahserius Upin danIpin saatmengambil kuncidari jari tangan KakRos. Ekspresi iniseolah-olah ketikadokter sedangmelakukan operasipada pasien.
Disini laba-laba dankumbang bergerak
172
15:24-15:49
16:18-16:55
teman-teman dikelasnya denganberadu laba-labadengan gaya yangpaling cantik.
Percakapan Upin,Ipin, dan Kak Rosyang membuatpenasaran Opah untukmendengarkannya.Percakapan iniberhubungan denganmasa lalu Opah.
Kak Ros yang hendakmarah karenakuncinya tidakdikembalikan, akantetapi redakemarahannya karenasudah berjanji kepadaUpin dan Ipin.
tidak normal sepertipada dunia nyata,disini laba-labaseolah seperti koboiyang siapbertarung.
Ekspresi dankegelisahan Opahyang hendakmendengarkanpercakapancucunya dengancara sembunyi-sembunyi.
Ekspresi dangerakan marah KakRos yang hendakmarah kemudiantersenyum karenadiingatkan olehadiknya.
173
Musik Ada 01:10-01-12
03:16-03:40
07:40-09:46
15:24-15:49
Kak Ros mengancamUpin dan Ipin jikatidak mau merapikankamar dengan efekanimasi api yangmembara.
Upin dan Ipinmengambil kunciyang berada di jariKak Ros dengan hati-hati
Upin dan Ipin sedangbermain bersamateman-teman dikelasnya denganberadu laba-labadengan gaya yangpaling cantik.
Percakapan Upin,Ipin, dan Kak Ros
Musik terdengarmenakutkan dengannada yang naikturun.
Musikmenimbulkanmendebarkanjantung dan penuhketegangan, dengannada yang aneh.Musik terdengarseperti akan perangmirip dengan nadakoboi.
Musik yang lucudan terdengar
174
16:18-16:55
17:10-17:26
yang membuatpenasaran Opah untukmendengarkannya.Percakapan iniberhubungan denganmasa lalu Opah.
Kak Ros yang hendakmarah karenakuncinya tidakdikembalikan, akantetapi redakemarahannya karenasudah berjanji kepadaUpin dan Ipin.
Kagetnya Kak Rosketika tiba-tiba Upindan Ipin menghilangdalam kamar.
menyenangkan.
Musik dengan nadatinggi kemudianrendah dan disisipidengan nada yanglucu.
Musik yangmembuatpenasaran, sepertipada saat orangmendengarkansuara tanpa terlihatsosoknya.
Teks Ada 06:35-06:38 Munculnya kata Bentuk huruf yang
175
13:28-13:31
“Bersambung”
“Bersambung”
unik dan lucu.Sesuai dengan temadan karakter cerita.Bentuk huruf yangunik dan lucu. Dandioptimalkandengan animasiteksnya yangbergerak. Sesuaidengan tema dankarakter cerita.
Visual Ada 01:10-01-12
03:16-03:40
Kak Ros mengancamUpin dan Ipin jikatidak mau merapikankamar dengan efekanimasi api yangmembara.
Upin dan Ipinmengambil kunci
Warna danbackground sesuaiketika Kak Rosmengancam,dengan tambahanapi yang berkobardan backgroundhitam. Seolah-olahKak Ros sebagairaja yang kejam.
Background yangdi ambil sesuai
176
07:40-09:46
15:24-15:49
yang berada di jariKak Ros dengan hati-hati
Upin dan Ipin sedangbermain bersamateman-teman dikelasnya denganberadu laba-labadengan gaya yangpaling cantik.
Percakapan Upin,Ipin, dan Kak Rosyang membuatpenasaran Opah untukmendengarkannya.Percakapan ini
dengan angelkamera yang pas,yang membuatpenasaranpenonton. Denganwarna yang lembutnamun menarik.
Background yangdi ambil sesuaidengan angelkamera yang pas,dengan perpaduangerak kamera yangcantik. Denganwarna yang lembutnamun menarik.
Dengan gerakkamera yangmembuat tertawaketika Opah hampirjatuh karenamenguping. Dan
177
16:18-16:55
17:10-17:26
berhubungan denganmasa lalu Opah.
Kak Ros yang hendakmarah karenakuncinya tidakdikembalikan, akantetapi redakemarahannya karenasudah berjanji kepadaUpin dan Ipin.
Kagetnya Kak Rosketika tiba-tiba Upindan Ipin menghilangdalam kamar.
juga warna yangcocok dengankeadaan.
Angel kamera yangsesuai ketika Upindan Ipin ketakutanketika akandimarahi Kak Ros.Dengan warnaekspresi wajahyang baik, hampirseperti ekspresiwajah asli.
Background yangsangat cocok ketikasebuah rak bukubisa dibuka danditutup dan terlihatseperti pinturahasia. Denganwarna seolah-olahmenimbulkan kesan
178
misterius.3. Partisipasi
Aktif PenontonEpisode menampilkanadegan yang menuntutatau membuat penontonberpartisipasi, baikpartisispasi fisik maupunmental. Misalnya, karaktermenyuruh penonton untukmelompat, duduk,berteriak, memikirkansesuatu, menganalisis, ataumencari jawaban. Baiksecara tersurat (jelasterlihat) maupun tersirat(samar, namun bisadirasakan)
Animasi Ada 02:16- 02:42
05:00-05:40
06:30-06:35
Upin dan Ipin hendakmembersihkan kamaryang berada di depankamar Opah, namunterkunci.
Tiba-tiba Ipinmenghilang saat akanmengambil buku“Upin dan IpinKesayanganku”
Ipin menyimpan kuncikamar yang berada didepan kamar Opah.
Kamar yangterkunci disinimembuat penasaranUpin dan Ipin,setahu mereka tidakada apapun yangistemewa di kamaritu.
Menimbulkanpertanyaan kepadapenonton,kemanakah Ipinmenghilang?
Animasimenimbulkanpertanyaan,mengapa kuncidisimpan oleh Ipindan tidakdikembalikan padaKak Ros? Ada
179
12:20-13:25 Upin dan Ipinmembuat penasaranKak Ros dan Opahdengan cerita singkat.
apakah dalamkamar tersebut?
Animasimenimbulkanpertanyaan,mengapa Kak Rosdan Opah sangatpenasaran dengancerita singkat dariUpin dan Ipin? Adaapakah dengancerita tersebut?Disini ekspresi KakRos dan Opahsangat terkejutsekaligus bingungdan malu.
Musik Ada 02:16- 02:42 Upin dan Ipin hendakmembersihkan kamaryang berada di depankamar Opah, namunterkunci.
Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.
180
05:00-05:40
06:30-06:35
09:52-10:25
12:20-13:25
Tiba-tiba Ipinmenghilang saat akanmengambil buku“Upin dan IpinKesayanganku”
Ipin menyimpan kuncikamar yang berada didepan kamar Opah.
Menolaknya Upin danIpin ketika diajakmaen oleh Mail saatsore.
Upin dan Ipinmembuat penasaranKak Ros dan Opahdengan cerita singkat.
Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.
Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.
Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.
Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh. Dan jugatambahan nada-
181
nada yang lucu saatOpah merasa malu.
Teks TidakAda
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Visual Ada 02:16- 02:42
05:00-05:40
06:30-06:35
Upin dan Ipin hendakmembersihkan kamaryang berada di depankamar Opah, namunterkunci.
Tiba-tiba Ipinmenghilang saat akanmengambil buku“Upin dan IpinKesayanganku”
Ipin menyimpan kuncikamar yang berada didepan kamar Opah.
Angel kamera yangbaik, serta warnayang mendukung,lembut danmeanarik.
Angel kamera yangcocok, backgroundyang sesuai,seakan-akan rakbuku mempunyairahasia, serta warnayang mendukung,lembut danmeanarik.
Angel kamera yangbaik, serta warnayang mendukung,lembut dan
182
09:52-10:25
12:20-13:25
Menolaknya Upin danIpin ketika diajakmaen oleh Mail saatsore.
Upin dan Ipinmembuat penasaranKak Ros dan Opahdengan cerita singkat.
meanarik.
Angel kamera yangbaik, warna yangmendukung, lembutdan meanarik. Sertabackground yangcocok.
Angel kamera yangbaik, serta warnayang mendukung,lembut danmeanarik.Ditambah denganwarna ekspresi KakRos dan Opah.
4. Umpan Balik Episode menampilkanadegan tokoh memberikanumpan balik kepada tokohlain perihal masalah yangdibicarakan. Misalnya,seorang tokoh memberikanperingatan kepada tokoh
Animasi Ada 10:40-12:14 Ipin menunjukkankepada Upin tentangapa yangditemukannya dalamkamar terkunci itu,yaitu sebuah pinturahasia.
Tingkahlaku/gerak-gerikIpin yang lucuketika memberitahurahasia kamarterkunci. Dan jugaekspresi wajah
183
lain dalam hal menjagamata, seorang tokohmemberikan informasiatau jawaban terhadappertanyaan tokoh lainprihal menjaga mata,seorang tokoh memberikanmotivasi kepada tokoh laindalam hal menjaga mata,seorang tokoh memberikansaran kepada tokoh lain.
14:56-20:28 Terbongkarnyarahasia pintu rahasiapada kamar yangterkunci dan jugacerita dibaliknya.Dengan berceritanyaUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sertatambahan cerita dariOpah.
Upin setelahmengetahui adapintu rahasia dalamkamar terkuncitersebut.
Animasi yangmembuat jantungberdebar, disisipidengan tangis, haru,kebahagiaan, dankelucuan. Nampakberbagai ekspresipada adegan ini.
Musik Ada 10:40-12:14 Ipin menunjukkankepada Upin tentangapa yangditemukannya dalamkamar terkunci itu,yaitu sebuah pinturahasia.
Musik terasa sepertiketika sesorangmenemukansesuatu yangpenting danberharga.
184
14:56-20:28 Terbongkarnyarahasia pintu rahasiapada kamar yangterkunci dan jugacerita dibaliknya.Dengan berceritanyaUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sertatambahan cerita dariOpah.
Musik yang cocokketika Kak Rosmenangis, lembutdan juga terasa,seakan ikutmerasakannya. Danjuga dibumbui olehmusik yang lucudan kocak.
Teks TidakAda
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Visual Ada 10:40-12:14 Ipin menunjukkankepada Upin tentangapa yangditemukannya dalamkamar terkunci itu,yaitu sebuah pinturahasia.
Angel kamera yangbaik, denganbackground yangsesuai, sepertiberada pada pintugoa harta karun.Warna ruanganyang gelap dan jugapintu rahasia sangatcocok, miripdengan keadaannyata.
185
14:56-20:28 Terbongkarnyarahasia pintu rahasiapada kamar yangterkunci dan jugacerita dibaliknya.Dengan berceritanyaUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sertatambahan cerita dariOpah.
Angel kamera yangbaik, denganbackground danwarna yang lembutnamun masih tetapmenarik.
5. Perulangan Episode menampilkanadegan yang membuatperulangan informasi ataumerangkum informasi.
Animasi Ada 10:00-10:26
11:50-12:16
Ipin menjelaskankejadian pada malamhari, ketika Ipin akanmemberitahu kamarrahasia kepada Upin.Namun Ipin telahtertidur.
Janji Ipin kepada Upintentang apa yang Ipinketahui dari kamaryang terkunci.
Animasi yangmenunjukkaninformasi padamalam hari.Termasuk kejadianmasa lalu. Denganekspresi yang lucu,kocak, dan kesal.
Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan
186
14:56-16:08
16:16-16:58
Bertanyanya Kak Rosuntuk mengetahuianak perempuan yangnakal yang diceritakanUpin dan Ipin saatmakan malam. Sertaperjanjian Kak Rosuntuk tidak marah lagijika diberitahuanrahasia cerita tersebut.
Terhentinya marahKak Ros karena telahberjanji kepada Upindan Ipin.
sebelumnya.Dengan ekspresidan gerakan yanglucu, kocak,bercampur dengansuasana yangmisterius.
Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan sebelumnyadengan sedikitrangkuman.Kemunculanekpresi yang lucu,kocak, bercampurdengan keseriusandan kejahilan.
Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan sebelumnya
187
17:24-20:25 Terlaksananya janjiUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sekaligusrangkuman akhircerita dan klarisfikasipintu rahasia.
dengan sedikitrangkuman.Kemunculanekpresi yang lucu,kocak, bercampurdengan keseriusandan kejahilan.
Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan sebelumnyadengan sedikitrangkuman.Kemunculanekpresi yang lucu,kocak, bercampurdengan keseriusan,tangis-haru,ketegangan dankejahilan.
Musik Ada 10:00-10:26 Ipin menjelaskankejadian pada malamhari, ketika Ipin akan
Musik yang lucudengan dibumbuikekocakan. Seolah-
188
11:50-12:16
14:56-16:08
memberitahu kamarrahasia kepada Upin.Namun Ipin telahtertidur.
Janji Ipin kepada Upintentang apa yang Ipinketahui dari kamaryang terkunci.
Bertanyanya Kak Rosuntuk mengetahuianak perempuan yangnakal yang diceritakanUpin dan Ipin saatmakan malam. Sertaperjanjian Kak Rosuntuk tidak marah lagijika diberitahuanrahasia cerita tersebut.
olah sedangmengolok-olok Ipinyang akan berceritatentang pinturahasia tapi tidakdidengarkan olehUpin.
Musik yang sedikithoror danketegangan.
Musik yang lucudibumbui denganritme yang segar.Seolah-olah sedangmempermainkanKak Ros.
189
16:16-16:58
17:24-20:25
Terhentinya marahKak Ros karena telahberjanji kepada Upindan Ipin.
Terlaksananya janjiUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sekaligusrangkuman akhircerita dan klarisfikasipintu rahasia.
Musik yang lucudibumbui denganritme yang segar.Seolah-olah sedangmempermainkanKak Ros.
Musik bertempoaneh, dengangabungan kelucuandan ketegangan.
Musik yangmenyedihkan,kemudiandilanjutkan denganmusik yangmenyentuh hatikeika Opahmenceritakan kisahsebenarnya daripintu rahasia
Teks Tidak Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
190
AdaVisual Ada 10:00-10:26
11:50-12:16
14:56-16:08
Ipin menjelaskankejadian pada malamhari, ketika Ipin akanmemberitahu kamarrahasia kepada Upin.Namun Ipin telahtertidur.
Janji Ipin kepada Upintentang apa yang Ipinketahui dari kamaryang terkunci.
Bertanyanya Kak Rosuntuk mengetahui
Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanamalam hari sepertikeadaan nyata.
Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efekcahaya dan gelapkamar yang kurangterkena cahayamatahari, hariseperti keadaannyata.
Backround kamaryang baik dengan
191
16:16-16:58
17:24-20:25
anak perempuan yangnakal yang diceritakanUpin dan Ipin saatmakan malam. Sertaperjanjian Kak Rosuntuk tidak marah lagijika diberitahuanrahasia cerita tersebut.
Terhentinya marahKak Ros karena telahberjanji kepada Upindan Ipin.
Terlaksananya janjiUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sekaligusrangkuman akhircerita dan klarisfikasi
warna yang lembuttapi tetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanasiang hari sepertikeadaan nyata.
Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanakamar yang kurangcahaya sepertikeadaan nyata.
Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efek
192
pintu rahasia. cahaya dan suasanaketegangan setelahmelihat terdapatpintu rahasia,dengan angelkamera yang pas.Dan jua backroundkamar yang sesuaidan baik denganwarna yang lembuttapi tetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanakamar misterius.
193
Lampiran 1.2 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran episode 14
Episode 14: Pokok Seribu Guna
No Prinsip Desain
Pesan
Pembelajaran
Definisi Operasional Indikator Ada/
Tidak
Ada
Durasi Adegan Bentuk
1. Kesiapan dan
Motivasi
Episode menampilkan
adegan yang
mempersiapkan penonton
untuk menonton.
Misalnya,
memberitahuakan judul
atau memberitahukan tema
cerita.
Episode menampilkan
adegan yang membuat
penonton tertarik atau
termotivasi untuk
menonton. Misalnya,
adegan pertama (first
impresson) menampilkan
kejadian yang ganjil,
kejadian yang
Animasi Ada 00:01-00:10
07:00-07:10
13:59-14:10
00:22-01:42
Upin dan Ipin
memperkenalkan diri
Upin:
“Hai saya Upin dan
ini adik saya Ipin”
Ipin:
“Betul ,betul, betul,
Ini kisah kami
berdua”
Pengantar cerita
dengan munculnya
permasalahan yang
akan dihadapi karakter
dalam cerita. Dengan
liburan sekolah dan
Perkenalan karakter
utama dan karakter
lain dengan gerakan
yang antusias dan
bersemangat.
Dengan gerakan
yang lucu dan
kocak para
karakter. Serta
ekspresi yang
sesuai dengan
194
probleamatik, kejadian
yang berhubungan dengan
pengetahuan anak,
menampilkan instruktur
atau tokoh yang antusias,
tokoh yang aneh atau lucu.
semua teman pergi
liburan, Upin dan Ipin
bingung karena tidak
ada teman bermain.
Serta godaannya Kak
Ros kepada Upin dan
Ipin karena tidak pergi
liburan.
keadaan yang
berlangsung. Mulai
dari senang dan
kesal.
Musik Ada 00:01-00:16
07:00-07:14
13:59-14:14
00:22-01:42
Pada saat awal
pertama kemunculan
karakter utama sampai
pada munculnya judul.
Pengantar cerita
dengan munculnya
permasalahan yang
akan dihadapi karakter
dalam cerita.
Bingungnya Upin dan
Ipin karena tidak ada
kegitan saat liburan
sekolah.
Kemunculan musik
yang segar,
bersahabat, lucu
dan tempo yang
menarik.
Dengan perpaduan
musik yang
ekspresif, sesuai
dengan animasi
yang berjalan.
Pengiring untuk
kelucuan dan
kekocakkan.
Teks Ada 00:07-00:09 Kemunculan judul Menampilkan judul
195
07:00-07:10
13:59-14:10
00:11-00:15
07:10-07:14
14:10-14:14
film dan judul episode
“Upin dan Ipin musim
8”
“Upin & Ipin
Kesayanganku
Bahagian 1”
“Upin & Ipin
Kesayanganku
Bahagian 2”
“Upin & Ipin
Kesayanganku
Bahagian 3”
serial film animasi
secara visual, teks
dan audio
Menampilkan judul
episode secara
visual, teks dan
audio
Menggunakan jenis
font/huruf yang
menarik, sesuai
dengan sasaran
penonton
Visual Ada 00:01-00:10
Kemunculan karakter
yang menyapa
penonton dan
memberikan informasi
judul.
Menggunakan
warna yang lembut,
menarik, dan sesuai
dengan keadaan
nyata.
Menggunakan
gambar-gambar
yang cocok dengan
196
00:10-00:15
07:10-07:14
14:10-14:14
Kemunculan judul
film dan judul episode
“Upin dan Ipin musim
8”
“Upin & Ipin
Kesayanganku
Bahagian 1”
“Upin dan Ipin musim
8”
“Upin & Ipin
Kesayanganku
Bahagian 2”
“Upin dan Ipin musim
8”
“Upin & Ipin
Kesayanganku
Bahagian 3”
suatu suasana
pedesaan.
Menampilkan judul
secara visual, teks
dan audio.
Penggunaan warna
yang menarik pada
font/teks. Dengan
efek seperti
gelembung.
197
00:22-01:42 Pengantar cerita
dengan munculnya
permasalahan yang
akan dihadapi karakter
dalam cerita.
Bingungnya Upin dan
Ipin karena tidak ada
kegitan saat liburan
sekolah.
Dengan perpaduan
warna dan tata letak
yang menarik.
Sesuai dengan
adegan animasi
yang berjalan dan
tidak jauh berbeda
dari keadaan nyata.
2. Alat Pemusat
Perhatian
Episode menampilkan
adegan yang memusatkan
perhatian penonton atau
memiliki daya tarik pesan.
Misalnya, adegan
dibawakan oleh
penokohan yang simpatik,
antusias, atau terkenal,
episode dibawakan dengan
humor, rasa takut, rasa
bersalah, daya tarik seks,
adegan yang emosional,
daya tarik musik atau daya
tarik efek visual.
Animasi Ada 02:10-02:18
03:10-03:20
Atok, Upin dan Ipin
naik sepeda bersama
dengan bernyanyi
riang, saat kemudian
sepeda oleng dan
hampir jatuh
Upin dan Ipin
mengumpulkan buah
kelapa yang jatuh
dengan bersemangat
dan antusias. Tidak
lupa dengan aksi
Gerakan yang
bersemangat dan
antusias serta
ekspresi senang dan
bahagia yang jelas
terlihat. Sesuai
dengan animasi
yang berjalan.
Efek bingung,
seperti buih
keringat yang
besar. Dan juga
gerakan menarik
dari Upin dan Ipin.
198
03:20-03:26
03:54-04:12
bermain, bercanda,
dan kejahilian khas
anak-anak.
Ipin sedang
mengejutkan Upin
dengan rambut
palsunya.
Atok makan tunas
kelapa yang masih
muda, dan jijiknya
Upin dan Ipin karena
tunas tersebut belum
dimasak.
Ekspresi kesal Upin
karena buah yang
dikumpulkannya
dirusak oleh Ipin,
juga ekspresi dan
gerakan yang
menarik dari Ipin
ketika melempar
buah kelapa seperti
bermain bowling.
Gerakan yang
kocak dari Ipin
serta ekspresi yang
mendukung
keadaan.
Ekspresi Upin dan
Ipin yang jijik serta
ekspresi Atok yang
menggoda Upin
dan Ipin. Sangat
sesuai dan menarik
perhatian.
199
05:38-05:48
05:52-06:08
06:16-06:22
09:38-10:00
Atok menjelaskan
fungsi daun kelapa
dan membuat sapu
lidi.
Berceritanya Upin dan
Ipin tentang Opah
yang menyapu dengan
sapu lidi yang pendek.
Ipin menirukan gaya
bicara dan gerakan
khas Opah.
Bang Saleh dan Mail
yang memandu para
turis asing tentang
kelapa.
Ekspresi dan
gerakan Atok yang
menarik. Dengan
efek animasi yang
menarik pula.
Efek animasi patah-
patah pada Opah
yang sangat baik,
dengan gerakan
seperti robot.
Sangat menarik dan
sesuai.
Ekspresi dan gerak
Ipin yang lucu dan
kocak saat
menirukan Opah.
Efek pancaran sinar
ketika Bang Saleh
dan Mail mengeja
huruf kelapa dalam
200
10:57-12:04
15:42-15:47
Atok membuat kapal
dari sabut buah kelapa
kemudian berlomba
dengan Upin dan Ipin.
Beradunya pendapat
antara Upin, Ipin, dan
Kak Ros tentang
liburan sekolah.
bahasa Inggris.
Efek pancaran sinar
animasi saat Atok
berhasil membuat
kapal dari sabut
kelapa dan juga
efek sinar pancaran
animasi saat sedang
berlomba. Diikuti
dengan gerakan dan
ekspresi wajah
yang sesuai, tidak
menghilangkan
kesan lucu dan
kocak.
Efek pancaran
animasi pada
karakter dan
ekspresi yang
mendukung.
Seolah-olah Upin ,
Ipin, dan Kak Ros
201
16:10-16:35
17:50-18:15
Opah menjelaskan
kegunaan pohon
kelapa.
Upin dan Ipin member
sesuatu kepada Kak
Ros dari hasil kelapa,
dengan diiringi tarian.
akan bertarung
sengit.
Animasi patah-
patah yang sangat
menarik, ditunjang
dengan efek sinar
animasi yang baik.
Opah disini seperti
penyihir dengan
efek tersebut.
Gerakan dan
ekspresi lucu dan
kocak Upin dan
Ipin.
Musik Ada 02:10-02:18
03:10-03:20
Atok, Upin dan Ipin
naik sepeda bersama
dengan bernyanyi
riang, saat kemudian
sepeda oleng dan
hampir jatuh
Upin dan Ipin
Musik yang
nyaman, disisipi
dengan kelucuan.
Seolah-olah ketika
seseorang sedang
menikmati
indahnya alam
Musik yang segar,
202
03:20-03:26
03:54-04:12
05:38-05:48
mengumpulkan buah
kelapa yang jatuh
dengan bersemangat
dan antusias. Tidak
lupa dengan aksi
bermain, bercanda,
dan kejahilan khas
anak-anak.
Ipin sedang
mengejutkan Upin
dengan rambut
palsunya.
Atok makan tunas
kelapa yang masih
muda, dan jijiknya
Upin dan Ipin karena
tunas tersebut belum
dimasak.
Atok menjelaskan
fungsi daun kelapa
dan membuat sapu
lucu, dan kocak.
Membuat penonton
menjadi senang dan
santai.
Musik dengan
tempo yang segar,
membuat penonton
tertawa.
Musik yang lucu
dan terdengar
menyenangkan.
Disisipi dengan
nada yang
terdengar jahil
Musik terdengar
lucu dan santai.
203
05:52-06:08
06:16-06:22
09:38-10:00
10:57-12:04
lidi.
Berceritanya Upin dan
Ipin tentang Opah
yang menyapu dengan
sapu lidi yang pendek.
Ipin menirukan gaya
bicara dan gerakan
khas Opah.
Abang Saleh dan Mail
yang memandu para
turis asing belajar
tentang kelapa.
Atok membuat kapal
dari sabut buah kelapa
kemudian berlomba
dengan Upin dan Ipin.
Musik yang segar
dan tetap disisipi
dengan kelucuan
dan kekocakkan.
Musik dengan
tempo yang
menimbulkan kesan
lucu, berpadu baik
dengan animasi.
Musik dengan
tempo yang tinggi,
seperti saat
pembukaan sebuah
acara.
Musik segar,
dengan tempo yang
bercampur. Antara
tinggi dan rendah,
dan tetap tidak
204
15:42-15:47
16:10-16:35
17:50-18:15
Beradunya pendapat
antara Upin, Ipin, dan
Kak Ros tentang
liburan sekolah.
Opah menjelaskan
kegunaan pohon
kelapa.
Upin dan Ipin
memberi sesuatu
kepada Kak Ros dari
hasil kelapa, dengan
diiringi tarian.
menghilangkan sisi
lucu dan kocak.
Seperti ketika akan
berlomba.
Musik dengan nada
tinggi,
menimbulkan kesan
perdebatan sengit.
Musik yang segar
dan tetap disisipi
dengan kelucuan
dan kekocakkan.
Musik yang lucu
dan kocak,
perpaduan nada
tinggi dan rendah
yang baik.
Teks Ada 06:35-06:38
13:31-13:34
Munculnya kata
“Bersambung”
“Bersambung”
Bentuk huruf yang
unik dan lucu.
Sesuai dengan tema
dan karakter cerita.
205
09:42-09:48
20:00-20:03
Munculnya kata
“COCONUT” pada
saat Abang Saleh dan
Mail menjelaskan kata
kelapa dalam bahasa
Inggris.
Munculya kata
“HOMESTAY TOK
DALANG” saat Atok
menjelaskan ada
barang jika dibuat
menjadi lebih untung.
Bentuk huruf yang
unik dan lucu. Dan
dioptimalkan
dengan animasi
teksnya yang
bergerak. Sesuai
dengan tema dan
karakter cerita.
Bentuk huruf
formal namun
masih terlihat lucu.
Sesuai dengan tema
dan karakter cerita.
Visual Ada 02:10-02:18
03:10-03:20
Atok, Upin dan Ipin
naik sepeda bersama
dengan bernyanyi
riang, saat kemudian
sepeda oleng dan
hampir jatuh
Upin dan Ipin
Warna, background
dan angel kamera
yang sesuai ketika
Atok, Upin dan Ipin
bersepeda dan
hampir jatuh.
Background dan
206
03:20-03:26
03:54-04:12
05:38-05:48
mengumpulkan buah
kelapa yang jatuh
dengan bersemangat
dan antusias. Tidak
lupa dengan aksi
bermain, bercanda,
dan kejahilan khas
anak-anak.
Ipin sedang
mengejutkan Upin
dengan rambut
palsunya.
Atok makan tunas
kelapa yang masih
muda, dan jijiknya
Upin dan Ipin karena
tunas tersebut belum
dimasak.
Atok menjelaskan
warna yang sesuai,
seperti keadaan
nyata suatu kebun
kelapa. Berpadu
baik dengan
animasi dan musik
yang berjalan.
Warna yang sesuai
dan juga angel
kamera yang baik.
Bersatu dengan
ekspresi dan
background.
Warna yang sesuai
dan juga angel
kamera yang baik.
Bersatu dengan
ekspresi dan
background.
Warna yang sesuai
207
05:52-06:08
06:16-06:22
09:38-10:00
fungsi daun kelapa
dan membuat sapu
lidi.
Berceritanya Upin dan
Ipin tentang Opah
yang menyapu dengan
sapu lidi yang pendek.
Ipin menirukan gaya
bicara dan gerakan
khas Opah.
Abang Saleh dan Mail
yang memandu para
turis asing belajar
dan juga angel
kamera yang baik.
Bersatu dengan
ekspresi dan
background.
Background yang
sangat menarik
dioptimalkan
dengan warna yang
aneh, seolah-olah
penonton diajak
untuk me-review
adegan lama.
Warna yang
menarik, sesuai
dengan ekspresi
dan keadaan
sekitar.
Warna cenderung
mencolok, saat
Abang Saleh dan
208
10:57-12:04
15:42-15:47
16:10-16:35
tentang kelapa.
Atok membuat kapal
dari sabut buah kelapa
kemudian berlomba
dengan Upin dan Ipin.
Beradunya pendapat
antara Upin, Ipin, dan
Kak Ros tentang
liburan sekolah.
Opah menjelaskan
kegunaan pohon
kelapa.
Mail bergaya.
Warna dan
background yang
sesuai,
dioptimalkan
dengan angel dan
pergerakan kamera.
Sangat menarik dan
cocok dengan judul
cerita.
Background dan
warna yang sangat
menarik, seolah-
olah terdapat efek
didalamnya.
Dengan perpaduan
warna hitam dan
merah, sesuai
dengan adegan
ketika sesorang
akan bertarung.
209
17:50-18:15 Upin dan Ipin
memberi sesuatu
kepada Kak Ros dari
hasil kelapa, dengan
diiringi tarian.
Warna dan angel
kamera yang baik,
terkesan sangat
lucu dan kocak.
3. Partisipasi
Aktif Penonton
Episode menampilkan
adegan yang menuntut
atau membuat penonton
berpartisipasi, baik
partisispasi fisik maupun
mental. Misalnya, karakter
menyuruh penonton untuk
melompat, duduk,
berteriak, memikirkan
sesuatu, menganalisis, atau
mencari jawaban. Baik
secara tersurat (jelas
terlihat) maupun tersirat
(samar, namun bisa
dirasakan)
Animasi Ada 01:54- 02:07
06:30-06:35
Atok mengajak Upin
dan Ipin mengisi
waktu liburan. Akan
tetapi Atok belum
memberitahu akan
pergi kemana.
Atok menyuruh Upin
mengambil kelapa tua.
Ipin kemudian
bertanya namun
belum terjawab.
Informasi liburan
yang disampaikan
oleh Atok yang
membuat penasaran
Upin dan Ipin.
Dengan ekspresi
yang sesuai
menjadikan adegan
ini alami seperti
ketika sesorang
penasaran terhadap
sesuatu.
Penasarannya Upin
dan Ipin ketika
mereka disuruh
untuk mengambil
buah kelapa.
Dengan ekspresi
210
12:26-12:31
17:50-17:58
Atok memberitahu
ada benda yang jika
dibuat bisa membuat
keuntungan besar.
Upin dan Ipin
memberikan barang
yang terbuat dari hasil
pohon kelapa dengan
menari dan menyanyi.
dan gerakan yang
penasaran
bercampur dengan
kesal.
Ekspresi
penasarannya Upin,
Ipin, dan Mail
ketika diberitahu
Atok tentang benda
jika dibuat bisa
member
keuntungan besar.
Ekspresi alami
yang sangat mirip
dengan dunia nyata.
Gerakan yang
membuat penonton
secara tidak sadar
akan menirukan
tarian dalam film.
Dengan gerakan
dan ekspresi yang
211
19:12-19:28
20:06-20:20
Upin dan Ipin
menceritakan liburan
sekolahnya kepada
teman-teman. Namun
teman-temannya
penasaran dengan
liburan Upin dan Ipin
tentang bermain
sambil belajar, dan
juga arti
“HOMESTAY”
kocak dan lucu.
Ekspresi senang
dan percaya dirinya
Upin, Ipin, dan
Mail menceritakan
masa liburannya.
Yang berujung
pada ekspresi
penasaran dan
bingungnya teman-
teman.
Musik Ada 01:54- 02:07
06:30-06:35
Atok mengajak Upin
dan Ipin mengisi
waktu liburan. Akan
tetapi Atok belum
memberitahu akan
pergi kemana.
Atok menyuruh Upin
mengambil kelapa tua.
Ipin kemudian
Musik yang
menimbulkan
suasana penasaran,
dengan ritme segar
dan tetap lucu.
Musik yang
menimbulkan
suasana penasaran,
212
12:26-12:31
17:50-17:58
19:12-19:28
20:06-20:20
bertanya namun
belum terjawab.
Atok memberitahu
ada benda yang jika
dibuat bisa membuat
keuntungan besar.
Upin dan Ipin
memberikan barang
yang terbuat dari hasil
pohon kelapa dengan
menari dan menyanyi.
Upin dan Ipin
menceritakan liburan
sekolahnya kepada
teman-teman. Namun
teman-temannya
penasaran dengan
liburan Upin dan Ipin
tentang bermain
sambil belajar, dan
juga arti
dengan ritme segar
dan tetap lucu.
Musik yang
menimbulkan
suasana penasaran,
dengan ritme segar
dan tetap lucu.
Musik yang lucu,
kocak dan segar.
Membuat penonton
seakan ikut menari.
Musik yang
menimbulkan
suasana penasaran,
dengan ritme yang
segar. Dan juga
tambahan nada-
nada yang lucu.
213
“HOMESTAY”
Teks Tidak
Ada
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Visual Ada 01:54- 02:07
06:30-06:35
12:26-12:31
Atok mengajak Upin
dan Ipin mengisi
waktu liburan. Akan
tetapi Atok belum
memberitahu akan
pergi kemana.
Atok menyuruh Upin
mengambil kelapa tua.
Ipin kemudian
bertanya namun
belum terjawab.
Atok memberitahu
ada benda yang jika
dibuat bisa membuat
keuntungan besar.
Angel kamera yang
baik, serta warna
yang mendukung,
lembut dan
meanarik.
Angel kamera yang
cocok, background
yang sesuai dengan
keadaan kebun
kelapa. Warna dan
bentuk kelapa yang
mirip dengan
aslinya.
Angel kamera yang
baik, serta warna
yang mendukung,
lembut dan
meanarik.
214
17:50-17:58
19:12-19:28
20:06-20:20
Upin dan Ipin
memberikan barang
yang terbuat dari hasil
pohon kelapa dengan
menari dan menyanyi.
Upin dan Ipin
menceritakan liburan
sekolahnya kepada
teman-teman. Namun
teman-temannya
penasaran dengan
liburan Upin dan Ipin
tentang bermain
sambil belajar, dan
juga arti
“HOMESTAY”
Angel kamera yang
baik, warna yang
mendukung, lembut
dan meanarik. Serta
background yang
cocok. Dengan
tambahan efek
disco yang seakan-
akan mengajak
penonton untuk
menari.
Angel kamera yang
baik, serta warna
yang mendukung,
lembut dan
meanarik.
Ditambah dengan
warna ekspresi para
karakter yang
cocok, sehingga
menjadikan adegan
menjadi hidup.
215
4. Umpan Balik Episode menampilkan
adegan tokoh memberikan
umpan balik kepada tokoh
lain perihal masalah yang
dibicarakan. Misalnya,
seorang tokoh memberikan
peringatan kepada tokoh
lain dalam hal menjaga
mata, seorang tokoh
memberikan informasi
atau jawaban terhadap
pertanyaan tokoh lain
prihal menjaga mata,
seorang tokoh memberikan
motivasi kepada tokoh lain
dalam hal menjaga mata,
seorang tokoh memberikan
saran kepada tokoh lain.
Animasi Ada 07:22-08-52
09:24-09:32
10:06-10-40
15:30-17:42
Penjelasan Atok
tentang manfaat dan
kegunaan buah kelapa.
Penjelasan Atok
tentang liburan yang
dibicarakan kepada
Upin dan Ipin. Yaitu
liburan sambil belajar,
liburan yang
bermanfaat.
Mengertinya Upin dan
Ipin tentang makna
liburan yang
bermanfaat dan
liburan sambil belajar.
Ekspresi yang lucu
dan kocak. Mulai
dari jijik, bingung,
dan senang.
Ditunjang dengan
gerakan yang
sesuai.
Gerakan dan
ekspresi Upin dan
Ipin yang kesal dan
bingung ketika
dijelaskan tentang
makna liburan yang
bermanfaat. Karena
menurut mereka
tidak
mengasyikkan.
Ekspresi percaya
diri dan senangnya
Upin dan Ipin
mengisi waktu
liburannya, baik
216
19:50-20:12
Dan juga penjelasan
Opah tentang pohon
kelapa yang
merupakan pohon
seribu guna. Serta
macam-macam benda
yang dibuat Upin dan
Ipin dari hasil pohon
kelapa.
Penjelasan Atok
tentang benda yang
jika dibuat bisa
mendatangkan untung
besar.
membuat benda dan
berceritanya kepada
Kak Ros dan Opah.
Serta gerakan lucu
dan kocak Upin dan
Ipin ketika bercerita
tentang kegiatan
liburan dan
menjelaskan barang
yang dibuat dari
pohon kelapa.
Ekspresi dan
gerakan bingung
Upin, Ipin, Mail,
dan teman-teman
tentang benda jika
dibuat bisa
medatangkan
untung besar.
Dengan ekspresi
yang sangat mirip
dengan dunia nyata.
Musik Ada 07:22-08-52 Penjelasan Atok Musik yang segar
217
09:24-09:32
10:06-10-40
15:30-17:42
tentang manfaat dan
kegunaan buah kelapa.
Penjelasan Atok
tentang liburan yang
dibicarakan kepada
Upin dan Ipin. Yaitu
liburan sambil belajar,
liburan yang
bermanfaat.
Mengertinya Upin dan
Ipin tentang makna
liburan yang
bermanfaat dan
liburan sambil belajar.
Dan juga penjelasan
Opah tentang pohon
kelapa yang
dan tetap lucu.
Seperti kelegaan
setelah berhasil
memecahkan
masalah atau
menemukan hal
baru.
Musik dengan rasa
kelucuan,
kekocakkan dan
kekesalan. Saat
Upin dan Ipin telah
tahu liburan yang
dimaksud Atok.
Musik dengan
perpaduan yang
menarik dan segar.
Mulai dari
ketegangan yang
dibuat Kak Ros dan
adiknya. Serta
kelucuan dan
218
19:50-20:12
merupakan pohon
seribu guna. Serta
macam-macam benda
yang dibuat Upin dan
Ipin dari hasil pohon
kelapa.
Penjelasan Atok
tentang benda yang
jika dibuat bisa
mendatangkan untung
besar.
kekocakkan yang
dibuat Upin dan
Ipin saat bercerita.
Disini seperti
seseorang yang
telah berhasil
memecahkan
masalah atau
menemukan hal
baru.
Musik yang segar
namun disisipi
dengan irama yang
membuat bingung.
Ketika Atok
menjelaskan benda
yang jika dibuat
mendatangkan
untung besar.
Dengan tidak
menghilangkan
lucu dan kocak.
Teks Tidak Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
219
Ada
Visual Ada 07:22-08-52
09:24-09:32
10:06-10-40
15:30-17:42
Penjelasan Atok
tentang manfaat dan
kegunaan buah kelapa.
Penjelasan Atok
tentang liburan yang
dibicarakan kepada
Upin dan Ipin. Yaitu
liburan sambil belajar,
liburan yang
bermanfaat.
Mengertinya Upin dan
Ipin tentang makna
liburan yang
bermanfaat dan
liburan sambil belajar.
Dan juga penjelasan
Opah tentang pohon
Angel kamera yang
baik, dengan
background dan
warna yang lembut
namun masih tetap
menarik.
Angel kamera yang
baik, dengan
background yang
sesuai, seperti pada
dunia nyata
visualisasi tentang
sebuah kebun
kelapa.
Angel kamera yang
baik, dengan
background dan
warna yang lembut
namun masih tetap
menarik. Ditambah
dengan efek cahaya
220
19:50-20:12
kelapa yang
merupakan pohon
seribu guna. Serta
macam-macam benda
yang dibuat Upin dan
Ipin dari hasil pohon
kelapa.
Penjelasan Atok
tentang benda yang
jika dibuat bisa
mendatangkan untung
besar.
yang baik. Seolah-
olah seperti telah
menyelesaikan
sesuatu.
Angel kamera yang
baik, dengan
background dan
warna yang lembut
namun masih tetap
menarik.
5. Perulangan Episode menampilkan
adegan yang membuat
perulangan informasi atau
merangkum informasi.
Animasi Ada 05:12-05:48
05:54-06:08
Atok menjelaskan
manfaat bagian daun
kelapa kepada Upin
dan Ipin.
Upin dan Ipin
bercerita kepada Atok
Animasi yang
menunjukkan
informasi dari
bagian pohon
kelapa. Dengan
ekspresi yang
sesuai.
Animasi disini
mengajak penonton
221
07:24-08:52
09:24-09:33
tentang sapu lidi yang
digunakan Opah untuk
menyapu, mulai dari
masih utuh sapu lidi
sampai pada rontok
dan pendeknya sapu
lidi.
Atok kembali
menjelaskan manfaat
lain dari bagian pohon
kelapa, seperti buah
dan hati kelapa.
Penjelasan Atok
kepada Upin dan Ipin
tentang informasi
liburan yang
dijanjikan dan
diberikan.
untuk mengetahui
kejadian saat Opah
sedang menyapu
halaman dengan
sapu lidi yang
pendek dan kecil.
Dengan animasi
patah-patah yang
menarik.
Animasi yang
mengulang
informasi dari
manfaat bagian
pohon kelapa.
Dengan ekspresi
yang sesuai.
Animasi disini
mengulang kembali
dan menjawab
pertanyaan Upin
dan Ipin tentang
liburan sekolahnya
222
10:15-10:40
10:48-11:00
Pengulasan dan
penegasan informasi
kembali oleh Mail
tentang liburan yang
bermanfaat. Serta
pengulangan kembali
oleh Atok tentang
liburan yang
bermanfaat, liburan
sambil belajar.
Atok kembali
menjelaskan dan
mengajarkan manfaat
kepada Atok.
Dengan ekspresi
yang baik.
Animasi yang
mengulang
informasi dari
kejadian lalu,
dengan bantuan
Mail yang
menjelaskan
liburan yang
bermanfaat dan
penegasan kembali
oleh Atok. Dengan
ekspresi yang
sesuai dan baik.
Mulai dari ekpresi
menyindir dan
kesal.
Animasi yang
mengulang
informasi dari
223
12:28-12:42
15:30-17:42
lain dari bagian pohon
kelapa, yaitu sabut
kelapa.
Penjelasan informasi
tentang manfaat
pohon kelapa beserta
bagiannya oleh Upin,
Ipin, dan Mail.
Penjelasan,
pengulangan
informasi dari Upin
dan Ipin kepada Kak
Ros dan Opah. Dan
juga tambahan
informasi dari Opah
tentang manfaat lain
dari pohon kelapa.
manfaat bagian
pohon kelapa.
Dengan ekspresi
yang sesuai.
Animasi yang
mengulang
informasi dan
penejelasan dari
manfaat bagian
pohon kelapa.
Dengan ekspresi
yang sesuai.
Animasi tentang
Animasi yang
mengulang
informasi dari
manfaat bagian
pohon kelapa.
Dengan ekspresi
yang sesuai.
Mulai dari ekspresi
tegang, lucu, dan
224
19:10-20:20
Penjelasan dan
pengulangan
informasi yang
diceritakan Upin dan
Ipin kepada teman-
temannya tentang
liburan mereka yang
bermanfaat, liburan
sambil belajar dan
menghasilkan uang.
bahagia.
Animasi yang
mengulang
informasi dari
manfaat bagian
pohon kelapa.
Dengan ekspresi
yang sesuai dan
menarik.
Musik Ada 05:12-05:48
05:54-06:08
Atok menjelaskan
manfaat bagian daun
kelapa kepada Upin
dan Ipin.
Upin dan Ipin
bercerita kepada Atok
tentang sapu lidi yang
digunakan Opah untuk
Musik yang lucu
dengan dibumbui
kekocakan. Seolah-
olah sedang
mengolok-olok Ipin
yang akan bercerita
tentang pintu
rahasia tapi tidak
didengarkan oleh
Upin.
Musik yang sedikit
225
07:24-08:52
09:24-09:33
menyapu, mulai dari
masih utuh sapu lidi
sampai pada rontok
dan pendeknya sapu
lidi.
Atok kembali
menjelaskan manfaat
lain dari bagian pohon
kelapa, seperti buah
dan hati kelapa.
Penjelasan Atok
kepada Upin dan Ipin
tentang informasi
liburan yang
dijanjikan dan
diberikan.
horor dan
ketegangan.
Musik yang lucu
dibumbui dengan
ritme yang segar.
Seolah-olah sedang
mempermainkan
Kak Ros.
Musik yang lucu
dibumbui dengan
ritme yang segar.
Seolah-olah sedang
mempermainkan
Kak Ros.
Musik bertempo
aneh, dengan
gabungan kelucuan
dan ketegangan.
226
10:15-10:40
10:48-11:00
Pengulasan dan
penegasan informasi
kembali oleh Mail
tentang liburan yang
bermanfaat. Serta
pengulangan kembali
oleh Atok tentang
liburan yang
bermanfaat, liburan
sambil belajar.
Atok kembali
menjelaskan dan
mengajarkan manfaat
lain dari bagian pohon
kelapa, yaitu sabut
Musik yang
menyedihkan,
kemudian
dilanjutkan dengan
musik yang
menyentuh hati
keika Opah
menceritakan kisah
sebenarnya dari
pintu rahasia
227
12:28-12:42
15:30-17:42
kelapa.
Penjelasan informasi
tentang manfaat
pohon kelapa beserta
bagiannya oleh Upin,
Ipin, dan Mail.
Penjelasan,
pengulangan
informasi dari Upin
dan Ipin kepada Kak
Ros dan Opah. Dan
juga tambahan
informasi dari Opah
tentang manfaat lain
dari pohon kelapa.
228
19:10-20:20 Penjelasan dan
pengulangan
informasi yang
diceritakan Upin dan
Ipin kepada teman-
temannya tentang
liburan mereka yang
bermanfaat, liburan
sambil belajar dan
menghasilkan uang.
Teks Tidak
Ada
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Visual Ada 10:00-10:26
11:50-12:16
Ipin membahas
kejadian pada malam
hari. Ketika Ipin akan
memberitahu tentang
pintu rahasia dalam
kamar yang terkunci.
Upin mengetahui
pintu rahasia yang
akan diceritakan oleh
Backround yang
baik dengan warna
yang lembut tapi
tetap menarik.
Dengan efek
cahaya dan suasana
malam hari seperti
keadaan nyata.
Backround yang
baik dengan warna
yang lembut tapi
229
14:58-16:08
16:20-17:00
Ipin.
Bertanyanya Kak Ros
kepada Upin dan Ipin
tentang cerita mereka
tentang anak yang
nakal, perempuan, dan
terjatuh dari sepeda
sehingga mempunyai
luka gores di kepala.
Terhentinya marah
Kak Ros karena
teringat janjinya untuk
tidak marah kepada
Upin dan Ipin.
tetap menarik.
Dengan efek
cahaya dan gelap
kamar yang kurang
terkena cahaya
matahari, hari
seperti keadaan
nyata.
Backround kamar
yang baik dengan
warna yang lembut
tapi tetap menarik.
Dengan efek
cahaya dan suasana
siang hari seperti
keadaan nyata.
Backround yang
baik dengan warna
yang lembut tapi
tetap menarik.
Dengan efek
cahaya dan suasana
230
17:24-17:48
18:18-19:30
Tahunya Kak Ros
tentang pintu rahasia
yang diceritakan Upin
dan Ipin dengan janji
sebelumnya.
Terungkapnya kisah
sebenarnya dari pintu
rahasia pada kamar
yang terkunci. Opah
bercerita tentang
sejarah kamar tersebut
dan menjelaskan
kenapa beliau tidak
kamar yang kurang
cahaya seperti
keadaan nyata.
Backround yang
baik dengan warna
yang lembut tapi
tetap menarik.
Dengan efek
cahaya dan suasana
ketegangan setelah
melihat terdapat
pintu rahasia,
dengan angel
kamera yang pas.
Backround kamar
yang sesuai dan
baik dengan warna
yang lembut tapi
tetap menarik.
Dengan efek
cahaya dan suasana
kamar misterius.
233
Lampiran 2.1 Formula Perhitungan Penentuan Hasil Nilai
Persentase
a. Persentase masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran
Jumlah total masing-masing prinsip dalam adegan dan juga total
durasi keselurahan film di samakan dengan satuan detik. Kemudian jika sudah
ditemukan hasil persentase masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran,
kemudian diperinci dengan hasil masing-masing konten yang terkandung
dalam tiap-tiap prinsip desain pesan pembelajaran.
b. Persentase masing-masing konten dalam tiap-tiap prinsip desain pesan
pembelajaran
234
Lampiran 2.2 Hasil Konversi Persentase Adegan
Episode 1: Upin dan Ipin Kesayanganku
No Prinsip Total Durasi
Prinsip
Durasi Prinsip Presentase
1.
Kesiapan dan
Motivasi
1665 detik
468 detik 28.10%
2.
Alat Pemusat
Perhatian
212 detik 12.73%
3. Partisipasi Aktif
Penonton
80 detik 4.80%
4. Umpan Balik 429 detik 25.76%
5. Perulangan 476 detik 28.58%
Total 1665 detik 99.97%
Data tabel di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima prinsip
desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 1. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai persentase
28.10%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin
musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 28.10% jika
dikonversi dalam detik memiliki nilai 468 detik. Nilai dengan satuan persentase
dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin
235
musim 8 episode 1 yakni 1665 detik yang adegannya dipotong dan disortir sesuai
dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi
film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori
prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir
adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi,
sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai dengan
persentase 28.10%.
Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase
12.73%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin
musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai presentase
tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan Ipin Kesayanganku) yakni 100% yang
dipilih dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 1 ini
dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat
pemusat perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki
nilai dengan persentase 12.73% yang jika dikonversi memiliki nilai 212 detik
dari total durasi 1665 detik.
Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase
4.80%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim
8 episode 1 berdasarkan prinsip partsipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh dari
potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 yang memiliki
nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip partisipasi
236
aktif penonton. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja
yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga
ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase
4.80%.
Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 25.76%,
nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 1 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika
dikonversi dalam waktu menjadi 429 detik dari total waktu film 1665 detik.
Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip
umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 1. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip
umpan balik memiliki nilai dengan persentase 25.76%.
Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, nilai
ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan prinsip perulangan. Nilai 28.58% jika dikonversi dalam detik
memiliki nilai 476 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini
didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
yakni 1665 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir
sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film
hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip
perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
237
cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan
balik memiliki nilai dengan persentase 28.58%.
Episode 14: Pokok Seribu Guna
No Prinsip Total Durasi
Prinsip
Durasi Prinsip Presentase
1.
Kesiapan dan
Motivasi
1299 detik
144 detik 8.77%
2.
Alat Pemusat
Perhatian
237 detik 18.24%
3. Partisipasi Aktif
Penonton
64 detik 4.92%
4. Umpan Balik 412 detik 31.71%
5. Perulangan 472 detik 36.33%
Total 1299 99.97%
Data tabel di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima prinsip
desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 14. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai
persentase 8.77%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan
Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 8.77%
jika dikonversi dalam detik memiliki nilai 144 detik. Nilai dengan satuan
238
persentase dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi
Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yakni 1299 detik yang adegannya dipotong
dan disortir sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari
keseluruhan durasi film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk
dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih
dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan
dan motivasi, sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai
dengan persentase 8.77%.
Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase
18.24%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin
musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai persentase
tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok Seribu Guna) yakni 100% yang dipilih dan
sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih
dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat
perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai
dengan persentase 18.24% yang jika dikonversi memiliki nilai 237 detik dari
total durasi 1299 detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana
saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian, sehingga
ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai dengan persentase
18.24%.
239
Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase
4.92%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim
8 episode 14 berdasarkan prinsip partsisipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh
dari potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yang
memiliki nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip
partisipasi aktif penonton. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan
mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton,
sehingga ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan
persentase 4.92% yang jika dikonversi dalam satuan detik memiliki nilai 64
detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok
dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga ditemukan prinsip
partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase 4.92%.
Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 31.71%,
nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 14 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika
dikonversi dalam waktu menjadi 412 detik dari total waktu film 1299 detik.
Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip
umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
episode 14. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip
umpan balik memiliki nilai dengan persentase 31.71%.
240
Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, nilai
ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1
berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai 36.33% jika dikonversi dalam detik
memiliki nilai 472 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini
didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14
yakni 1299 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir
sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film
hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip
perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang
cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan
balik memiliki nilai dengan persentase 36.33%. Jadi dalam episode 1 ini dipilih
dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan,
sehingga ditemukan prinsip umpan balik memiliki nilai dengan persentase
36.33%.
241
Lampiran 2.3 Hasil Konversi Persentase Konten
Episode 1: Upin dan Ipin Kesayanganku
No Prinsip Desain
Pembelajaran
Durasi
Prinsip
Presentase
Animasi Musik Teks Visual
1. Kesiapan dan
Motivasi
468 detik 31.55% 31.55% 5.34% 31.55%
2. Alat Pemusat
Perhatian
212 detik 32.07% 32.07% 3.77% 32.07%
3. Partisipasi Aktif
Penonton
80 detik 33.32% 33.32% 0% 33.32%
4. Umpan Balik 429 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%
5. Perulangan 476 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%
Data tabel di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada masing-
masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan
Ipin musim 8 episode 1. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal, yakni
animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau dan
dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam
diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap
prinsipnya.
242
a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi
Prinsip pertama kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 28.10%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan berdasarkan prinsip
kesiapan dan motivasi yakni animasi, musik, teks, dan visual. Konten animasi
memiliki nilai persentase 31.55%. Konten musik memiliki nilai persentase
31.55% sama dengan nilai persentase konten animasi. Konten teks memiliki nilai
persentase 5.34% sangat sedikit dibandingkan dengan konten animasi dan musik.
Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten animasi dan
konten musik, yakni 31.55%. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film
animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang
sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi.
b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian
Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 12.73%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase
yang sama yakni 32.07%. Konten teks memiliki nilai persentase 3.77% sangat
sedikit dibandingkan dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari
hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan
konten animasi yang sesuai dan sebagai prinsip alat pemusat perhatian. Jadi
dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai
dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip alat pemusat perhatian.
243
c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton
Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.80%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase
yang sama, yakni 33.32%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama
halnya dengan tidak ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi
Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan
terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian.
d. Prinsip Umpan Balik
Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 25.76%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase
yang sama, yakni 33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama
halnya dengan tidak ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi
Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan
terkategorisasi sebagai prinsip umpan balik.
e. Prinsip Perulangan
Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, didalamnya
memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.
Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase yang sama, yakni
33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak
ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8
244
episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai
prinsip perulangan.
Episode 14: Pokok Seribu Guna
No Prinsip Desain
Pembelajaran
Durasi
Prinsip
Presentase
Animasi Musik Teks Visual
1. Kesiapan dan
Motivasi
144 detik 28.01% 28.01% 15.97% 28.01%
2. Alat Pemusat
Perhatian
237 detik 30.52% 30.52% 8.43% 30.52%
3. Partisipasi Aktif
Penonton
64 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%
4. Umpan Balik 412 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%
5. Perulangan 472 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%
Data tabel di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada masing-
masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan
Ipin musim 8 episode 14. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal, yakni
animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau dan
dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam
diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap
prinsipnya.
245
a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi
Prinsip kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 8.77%, didalamnya
memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.
Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase yang sama, yakni
28.01%. Konten teks memiliki nilai persentase 15.97% lebih rendah dari konten
animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin
dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan
terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi.
b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian
Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 18.24%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase
yang sama, yakni 30.52%. Konten teks memiliki nilai persentase 8.43% sangat
sedikit dibandingkan dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari
hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan
konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat
perhatian.
c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton
Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.92%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase
yang sama, yakni 33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama
246
halnya dengan tidak ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi
Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan
terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian.
d. Prinsip Umpan Balik
Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 31.71%,
didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,
teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase
yang sama, yakni 33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0%. Hasil ini
didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14
berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip
umpan balik.
e. Prinsip Perulangan
Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, didalamnya
memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.
Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase yang sama, yakni
33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0%. Hasil ini didapat dari hasil
kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten
animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip perulangan.
248
Lampiran 3.1 Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan
Pembelajaran
1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi
Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku
Episode 14. Pokok Seribu Guna
249
2. Prinsip Alat Pemusat Perhatian
Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku
Episode 14. Pokok Seribu Guna
250
3. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton
Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku
Episode 14. Pokok Seribu Guna