ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN …eprints.uny.ac.id/48450/1/Azuna Vion...

267
ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Azuna Vion Harnadi NIM 12105241003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2017

Transcript of ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN …eprints.uny.ac.id/48450/1/Azuna Vion...

ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8

DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Azuna Vion Harnadi

NIM 12105241003

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FEBRUARI 2017

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul "ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN

IPIN MUSIM 8 DITINJAU DAR! PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN'

yang disusun oleh Azlma Vion Harnadi, NIM 12105241003 ini telah disetujui oleh

pembimbing untuk diujikan.

ii

y ogyakarta, 29 Desember 2016

Pembimbing,

NIP 19600520 198603 I 003

SURA T PERNY A T AAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan orang lain kecuali dengan acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah

asli. Jika tidak asli , saya siap menerima sanksi dittmda yudisium pada peri ode

berikutnya.

iii

Yogyakarta, 29 Desember 2016

Yang menyatakan,

Azlll1a Vion Harnadi

NIM 12105241003

PENGESAHAN

Skripsi yang beIjudul "ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN

DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DAR! PRINSIP DESAIN PESAN

PEMBELAJARAN" yang disusun oleh Azuna Vion Hamadi, NIM 12105241003

ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal II Januari 2017 dan

dinyatakan Iulus.

DEW AN PENGUJI

Nama

Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si.

Aryawan Agung Nugroho, M.Pd.

Dr. Sujarwo, M.Pd.

Jabatan

Ketua Penguji

Sekretaris Penguji

Penguji Utama

Tanda Tangan Tanggal

~~:-.Cl .. ~ ~O\1

)<J~ 1-.'Z;tJrl 30- O( - ~olt

Y ogyakarta, ... Fakultas I1mu Pendidikan

iv

v

MOTTO

Tidak ada segala sesuatu yang terjadi secara kebetulan, semuanya telah di atur

oleh Yang Maha Kuasa.

Jadi untuk itu, percaya pada Sang Maha Pencipta dan diri sendiri dalam

melangkah menuju masa depan

(Penulis)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengharapkan ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan

untuk:

1. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan

motivasi, perhatian serta semangat yang tiada hentinya.

2. Almamater FIP UNY dan

3. Nusa dan Bangsa

vii

ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN MUSIM 8

DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

Oleh

Azuna Vion Harnadi

NIM: 12105241003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk prinsip desain pesan

pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait

konten yang disajikan dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip

penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif, prinsip umpan balik,

dan prinsip perulangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang mengadopsi

langkah-langkah Eriyanto. Analisis isi ini tidak menguji hipotesis ataupun

hubungan antar variabel, namun menggambarkan aspek dan karakteristik dari

suatu pesan. Dalam penelitian ini, analisis isi menggambarkan bentuk penerapan

desain pesan pembelajaran pada serial film animasi Upin dan Ipin musim 8.

Tahapan dalam penelitian ini meliputi perumusan tujuan analisis, konseptualisasi

dan operasionalisasi, pembuatan lembar koding (coding sheet) atau kisi-kisi

instrumen, penentuan populasi dan sampel, proses koding, input data, dan analisis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa konten yang disajikan dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 menerapkan prinsip desain pesan

pembelajaran. Pada prinsip kesiapan dan motivasi adalah adalah pengenalan

karakter yang bersemangat dan antusias. Pada prinsip alat pemusat perhatian

adalah bentuk ekspresi karakter, efek animasi, dan visual yang mendukung

elemen-elemen didalamnya memiliki nilai unik dan menarik sehingga menjadi

daya tarik yang luar biasa yang berujung pada pemusatan perhatian penonton.

Pada prinsip partisipasi aktif siswa atau penonton adalah pancingan atau stimulus

kepada penonton untuk dipikirkan melalui berbagai adegan yang ada dalam film.

Pada prinsip umpan balik adalah terjawabnya pertanyaan dari masalah-masalah

atau misteri dalam film. Jawaban disini berupa flashback dan tambahan informasi.

Dan pada prinsip perulangan adalah pengulangan informasi penting atau informasi

yang menjadi topik bahasaan. Pengulangan informasi disini berupa tambahan,

perincian, dan penguatan informasi yang diperbincangkan karakter dalam film.

Kata Kunci: Konten, Prinsip Animasi, Prinsip Desain Pembelajaran, Serial Film

Animasi Upin dan Ipin Musim 8.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ANALISIS KONTEN SERIAL FILM ANIMASI UPIN

DAN IPIN MUSIM 8 DITINJAU DARI PRINSIP DESAIN PESAN

PEMBELAJARAN” dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelas Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis

menyampaikan banyak ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan

penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberi izin penelitian dalam proses menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY telah memberi

rekomendasi perizinan pendidikan.

4. Bapak Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si selaku pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan

mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah

memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

6. Keluarga tercinta Ibu Wiwik Sunarni, Bapak Sutiyon, Dek Niken Ayu

Lorenza yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penyusunan

skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Mas Saleh dan Mas Fikri yang selalu memberi semangat

d'ln motivasi selia ucapan terimakasih atas waktu yang diberikan dalam

membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan dari jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

kelas A dan kelas B.

9. Keluarga besar Griya Qur' an Al-Hidayah. Serta semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat

balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin. Akhir kata, penulis menyadari

bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat ban yak kekurangan yang

perlu untuk dibenahi dan disempumakan. Demikian kritik dan saran yang

membangun selalu penulis harapkan agar lebih baik, at as kritik dan saran yang

diberikan penulis mengucapkan terima kasih.

ix

Y ogyakarta, F ebruari 2017 Penulis,

6d Azuna Vion Hamadi NIM 12105241003

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

MOTO ......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 12

C. Batasan Masalah .................................................................................. 13

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 13

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 14

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ..................................................................................... 16

1. Pengertian Animasi ........................................................................ 16

a) Pengertian Animasi .................................................................. 16

b) Prinsip Animasi ........................................................................ 18

c) Animasi dalam Pembelajaran ................................................... 22

2. Anatomi Film ................................................................................. 24

3. Serial Film Animasi Upin dan Ipin ................................................ 26

a) Profil Serial Film Animasi Upin dan Ipin ................................ 26

b) Sinopsis Serial Film Animasi Upin dan Ipin Musim 8 ............ 28

c) Karakter dalam Serial Film Animasi Upin dan Ipin ................ 34

xi

4. Desain Pesan Pembelajaran ........................................................... 39

a) Pengertian Desain Pesan Pembelajaran.................................... 39

b) Desain Pesan Pembelajaran dalam Media Pembelajaran ......... 40

c) Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran ............................. 42

1) Prinsip Kesiapan dan Motivasi ......................................... 42

2) Prinsip Penggunaan Alat Pemusat Perhatian .................... 45

3) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton .................. 47

4) Prinsip Umpan Balik ......................................................... 51

5) Prinsip Perulangan ............................................................ 54

5. Desain Pesan Pembelajaran dalam Animasi Upin dan Ipin ........... 58

B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 61

C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 63

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 66

B. Jenis Data ............................................................................................. 68

C. Pengadaan Data ................................................................................... 68

D. Objek Penelitian ................................................................................... 69

E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 70

F. Analisis Data ........................................................................................ 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Deskripsi Data .................................................... 73

1. Data Sampel 1 ............................................................................... 74

a) Prinsip Kesiapan dan Motivasi .............................................. 80

b) Prinsip Alat Pemusat Perhatian .............................................. 83

c) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton ....................... 87

d) Prinsip Umpan Balik .............................................................. 90

e) Prinsip Perulangan ................................................................. 93

2. Data Sampel 2 ............................................................................... 97

a) Prinsip Kesiapan dan Motivasi .............................................. 104

b) Prinsip Alat Pemusat Perhatian .............................................. 107

xii

c) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa atau Penonton ....................... 110

d) Prinsip Umpan Balik .............................................................. 114

e) Prinsip Perulangan ................................................................. 116

B. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................ 120

1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi ...................................................... 123

2. Prinsip Alat Pemusat Perhatian ...................................................... 127

3. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton ................................................. 132

4. Prinsip Umpan Balik ...................................................................... 139

5. Prinsip Perulangan ......................................................................... 144

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 160

B. Saran .................................................................................................... 162

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 163

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... 165

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1

Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran .. 166

Lampiran 1.1 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan

Pembelajaran episode 1 .............................................................................. 167

Lampiran 1.2 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan

Pembelajaran episode 14 ............................................................................ 193

Lampiran 2

Konversi Persentase Adegan dan Konten ............................................... 232

Lampiran 2.1 Formula Perhitungan Penentuan Hasil Nilai Persentase ...... 233

Lampiran 2.2 Hasil Konversi Persentase Adegan ....................................... 234

Lampiran 2.3 Hasil Konversi Persentase Konten ....................................... 241

Lampiran 3

Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran ... 247

Lampiran 3.1 Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan

Pembelajaran ............................................................................................. 248

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ........................................................... 253

Lampiran 4.1 Surat Izin Dekan FIP ............................................................ 254

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Animasi adalah satu elemen multimedia yang banyak menarik perhatian

pada masa ini karena mampu menciptakan (menuangkan) suatu fantasi manusia

kedalam alam realiti. Menurut Theresia Ari Prabawati bahwa animasi atau

animation berasal dari kata Animate dan Motion. Kata Animate mempunyai arti

“hidup atau bernyawa”. Sedangkan Motion mempunyai arti gerakan atau

bergerak. Jadi yang dimaksud dengan animasi atau animation adalah gerakan

yang hidup dari sebuah gambar (Ari Theresia Prabawati,2008:95). Arti

menghidupkan disini bukan memberi nyawa kepada suatu gambar atau objek,

akan tetapi suatu objek, benda (gambar) diberikan dorongan kekuatan, semangat

dan emosi agar terkesan hidup. Animasi adalah suatu teknik yang banyak sekali

digunakan dalam dunia film masa kini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh,

bagian dalam suatu fim maupun bersatu dalam film. Dunia film sebenarnya

berakar dari fotografi, sedangkan animasi barakar dari dunia gambar, yaitu

ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual) (Yunita Syahfitri, 2011).

Animasi sebagai bentuk inovasi teknologi memberikan dampak yang

besar bagi seluruh tatanan industri. Mulai dari industri hiburan, industri

pendidikan, sampai industri periklanan. Animasi dirasa mempunyai prospek

yang bagus di masa yang akan datang, karena animasi yang bersifat baru dan

2

menarik (attractive) bisa membius dan menarik minat para generasi muda serta

sesuai dengan zaman yang canggih saat ini. Untuk itu animasi diposisikan

sebagai salah satu pilar perkembangan hiburan, pendidikan, iklan dan film.

Dalam pendidkan animasi mengambil andil khususnya dalam pembelajaran.

Dalam kajian Mayer dan Moreno (2002) berkaitan dengan penggunaan animasi

sebagai BBM pada pembelajaran multimedia, mendapati bahwa terdapat kesan

yang konsisten terhadap penggunaan animasi dalam proses pembelajaran

multimedia berbanding dengan teknik tradisional yaitu menyampaikan pesan

secara verbal (lisan). Kajian ini menegaskan penggunaan multimedia seperti

animasi dalam proses pembelajaran menjadikan proses itu lebih bermakna dan

efektif. Selain itu Paivio (2006) dalam kajiannya tentang teori dwi-kod dalam

pendidikan mendapati bahwa dalam teori ini, proses pemerolehan bahasa melalui

saluran verbal dan visual menjadikan pembelajaran bahasa lebih efektif. Justru,

penggunaan animasi yang merangsang kesemua lima panca indera dan upaya

interaktifnya mampu menyumbangkan tahap pembelajaran yang terstruktur bagi

pelajar. Kajian Kayaoglu et al. (2011) mendapati, terjadi peningkatan yang

signifikan terhadap keputusan ujian post tes pelajar yang menggunakan animasi

dalam pembelajaran berbanding dengan mereka yang ujian pra tes. Justru, kajian

ini memberikan ide untuk mengintegrasikan aplikasi multimedia seperti animasi

dalam kelas-kelas pembelajaran bahasa sebagai elemen alternatif terhadap

suasana pembelajaran dalam kelas dan memberi motivasi kepada para pelajar.

Menurut Rosni (2009), BBM yang berbentuk rakaman bergambar seperti

3

animasi, film dan VCD banyak membantu pelajar dalam meningkatkan

kemahiran mendengar. Kerena mereka akan dapat memahami apa yang didengar

tersebut melalui gambar yang ditontonnya dan mereka dapat menebak suara yang

didengar. Selain itu, hasil kajian Abdul Rasid et al. (2012) mendapati animasi

adalah aplikasi yang paling kerap digunakan pelajar dalam pengajaran penulisan

karangan walaupun tahap kesadaran terhadap penggunaannya masih rendah

dalam kalangan guru yang mengajar penulisan karangan. Kajian ini mendapati

kesan positif penggunaan animasi yang mampu mewujudkan suasana yang

menyenangkan dan dapat mempengaruhi emosi pelajar. Kajian-kajian para ahli

di atas merupakan bukti bahwa animasi bisa membuat suasana baru dan

menyenangkan hingga membuat mental dan motivasi para pelajar menjadi lebih

baik serta membuat pembelajaran menjadi efektif dan meningkat dengan hasil

yang maksimal.

Dalam perkembangannya baik animasi maupun film dipublikasikan

melalui media massa televisi, karena media televisi mempunyai sifat audio visual

yang memang sangat cocok untuk animasi dan film. Televisi dinilai sebagai

media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan

masyarakat luas tidak memandang sosial ekonomi. Hal ini disebabkan sifat audio

visualnya yang tidak dimiliki media massa lainnya, sedang penayangannya

mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas. Dengan modal audio visual

yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan dan

informasi. Tidak heran jika media massa ini bisa memaksa para penonton duduk

4

berjam-jam. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya

pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola pikir.

Televisi sebagai salah satu media massa mempunyai banyak sekali

fungsi, diantaranya fungsi hiburan dan pendidikan. Umumnya media massa ini

dimaksudkan sebagai fungsi pendidikan (educational function of mass media)

(Harold, D. Laswell, 1948:38). Demikian pula dengan Wilbur Schramm melihat

fungsi media massa sebagai sarana promosi/iklan. “To sell goods for us” (Wilbur

Schramm, 1975:34). Melihat kedua pendapat tokoh di atas dapat dikatakan

bahwa media massa televisi ini sangat berperan besar sebagai penyalur

informasi, pendidikan, berita dan hal-hal lainnya. Sebenarnya fungsi-fungsi

media televisi saling terkait, antara fungsi hiburan, fungsi pendidikan, fungsi

promosi, dan fungsi berita dan penerangan. Contohnya pada fungsi hiburan, pasti

akan disisipkan fungsi berita dan fungsi pendidikan, agar nilai yang disampaikan

tidak hanya hiburan semata akan tetapi nilai-nilai yang lain. Karena itulah acara-

acara siaran televisi selalu diupayakan agar menjadi suguhan yang menarik dan

menyegarkan, sehingga bukan saja menjadikan penonton betah duduk didepan

pesawat televisi, tetapi juga yang paling penting adalah tontonan yang disaksikan

dapat menjadikan tuntunan.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu meneruskan nilai-nilai luhur

yang menjadi identitas (jati diri) bangsa ke generasi berikutnya. Dengan adanya

media massa televisi yang berisikan semua jenis informasi dan budaya luar

(asing), tidak menutup kemungkinan akan adanya nilai-nilai budaya baru yang

5

masuk dan mempengaruhi nilai-nilai budaya Indonesia. Tidak semua nilai-nilai

budaya luar (asing) itu negatif, ada nilai-nilai atau ide tertentu yang bisa

dipergunakan untuk menjadikan sesuatu lebih baik. Oleh karena itu, Indonesia

harus bisa memilah-milah nilai budaya baru tersebut yang tidak bertentangan

dengan falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila. Bahkan jika mungkin dapat

membantu ke arah perkembangan yang lebih baik.

Televisi merupakan media yang memiliki potensi untuk menunjang

pendidikan bagi anak-anak apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang

memiliki kompetensi dalam merancang dan mengembangkan kontennya.

Kemampuan mendesain pesan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

penonton serta bentuk belajar yang diharapkan sangat diperlukan agar proses dan

hasil belajar melalui media menjadi optimal. Namun kurangnya kemampuan

dalam mendesain pesan pembelajaran tidak akan menghasilkan proses dan hasil

belajar yang sesuai harapan (Asri Budiningsih, 2003:6). Terbukti dengan

banyaknya tayangan televisi yang mayoritas memberikan nilai-nilai negatif.

Seperti mengajarkan perkelahian, percintaan dan lain-lain. Untuk anak dewasa

mungkin bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk, jika anak-

anak khususnya umur-umur sekolah dasar mungkin akan sulit dan akan begitu

saja menerima keadaan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Bila acara

televisi yang disebutkan di atas tidak diawasi oleh orang tua akan sangat

berbahaya untuk perkembangan anak-anak. Hal Ini diperkuat oleh pendapat

seorang tokoh Patricia Marks Greenfield dalam bukunya Mind and Media, yang

6

telah dialih bahasakan oleh Sugeng P, dalam buku Pengaruh Televisi, Video

Game, dan Komputer terhadap Pendidikan Anak.

“Menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan

apabila orang tuanya tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh anak-

anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk menonton secara kritis

serta untuk belajar dari apa-apa yang mereka tonton” (Greenfield, 1989:3)

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-

kanak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional (umur 2-7 tahun)

dan intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun). Dalam tahap praoperasional anak telah

mampu menggunakan bahasa dan mengembangkan konsepnya, walaupun masih

sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Tahap

intuitif anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang

agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan

kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi

hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang

luas (Asri Budiningsih, 2012:37-38).

Dari pendapat ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anak dalam

tahap praoperasional dan intuitif masih memiliki cara kerja pemikiran yang

sederhana dan belum matang, sehingga pada tahap ini sering terjadi kesalahan

presepsi atau pemahaman. Tidak hanya itu pada tahap ini anak belajar dari

lingkungan sekitar terutama keluarga dan teman yang sering berinteraksi dengan

diri anak. Anak akan menirukan sikap dan perilaku yang ditimbulkan dan

7

dihasilkan dari lingkungan sekitarnya, terutama orang yang lebih dewasa dari

dirinya baik itu orang tua, kakak dan teman yang lebih dewasa dari dirinya.

Karena pada umur inilah anak banyak menyerap pengetahuan dan informasi

untuk mengetahui siapa jati dirinya. Dengan kata lain pada tahap ini terjadi

pembentukan perilaku imitasi, karena anak selalu melihat, merasakan, dan

mengaplikasikannya. Disinilah awal masalah jika anak dibiarkan terus-menerus

berteman dengan televisi (acara televisi) dan tanpa pengawasan dan bimbingan

orang tua. Hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku

anak. Untuk itulah pentingnya perhatian orang tua terhadap apa saja yang dilihat

dan ditonton anak-anak. Jika anak sampai salah menirukan nilai, sikap dan

perilaku akan menjadi masalah yang serius bagi perkembangannya dimasa

depan.

Saat ini banyak tayangan televisi cenderung melihat dari sisi bisnis,

bukan kualitas, sehingga walaupun tayangan tersebut kurang mendidik tetapi

menyedot perhatian para penonton, perusahaan akan tetap menanyangkan acara

tersebut karena penghasilan dan iklan akan tetap tinggi. Dengan keadaan seperti

itu ada salah satu serial film animasi yang sangat digemari oleh anak-anak. Film

animasi yang ramah dengan banyak sekali nilai-nilai moral didalamnya yang

membuat orang tua merasa tenang. Serial film animasi ini tayang selama 9 tahun,

mulai pada tahun 2007 yang tayang pada stasius TVRI kemudian beralih ke

MNCTV hingga sekarang. Serial animasi yang menceritakan kisah dua orang

saudara kembar yaitu Upin dan Ipin. Menceritakan keseharian dua orang saudara

8

di tengah keluarga, teman dan lingkungan sosial di Kampung Durian Runtuh.

Dengan tingkah lucu dan menggemaskannya anak usia belia (4-6 tahun) yang

dikemas dengan cerita yang sederhana namun menarik. Film animasi ini

mengangkat berbagai hal seputar anak usia dini, mulai dari kekreatifan,

kecerdasan, hubungan sosial dan lain-lain yang memang dimiliki oleh anak-anak

usia dini.

Serial film animasi Upin dan Ipin tidak seperti film animasi lain yang

biasanya mengangkat tema superhero dan imajinasi yang tinggi, film animasi ini

mengusung tema yang sederhana, logis dan sesuai dengan keadaan asli di

lingkungan sosial. Sehingga bisa menjadi acuan bagi para anak-anak bagaimana

bertingkah laku dan bermain sesuai dengan usia yang dimiliki. Dengan demikian

film animasi ini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak khususnya

anak usia dini, dengan pembawaan cerita yang sederhana dan mudah dipahami

yang tidak jauh berbeda dari keadaan aslinya. Tidak heran kenapa anak-anak

suka dengan film animasi ini, terbukti pada rating pertelevisian di Indonesia

serial film animasi ini tidak pernah turun dari peringkat 10 besar. “Selain acara

sinetron remaja, acara kartun anak-anak Upin Ipin juga termasuk yang

mempunyai rating yang lumayan. Serial kartun yang disiarkan MNC TV tersebut

masuk dalam daftar 10 besar acara tv dengan rating tertinggi”

(http://seleb.info/2016/01/11/rating-acara-tv-indonesia-per-10-januari-2016/).

Serial film animasi Upin dan Ipin bersaing dengan sinetron dan film-film lain.

Bila dalam acara keseluruhan pertelevisian animasi Upin dan Ipin berada pada

9

20 besar, sedangkan bila khusus acara animasi, animasi Upin dan Ipin berada

pada rating 5 besar, bersaing ketat dengan animasi Adit dan Sopo Jarwo. Film

animasi ini juga telah diteliti oleh beberapa orang, diantaranya oleh Fajar

Purwaka yaitu Penerapan Desain Pesan Pembelajaran dalam Serial Animasi

Upin dan Ipin (Purwaka Fajar, 2015:vi), yang diteliti adalah season 1 Upin dan

Ipin dengan tema bulan Ramadhan.

Penerapan desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi anak-

anak merupakan hal yang relatif baru. Apalagi, film animasi Upin dan Ipin tidak

berbentuk format film instruksional, namun berbentuk naratif. Oleh karena itu,

bentuk penerapan desain pesan pembelajaran dalam film animasi Upin dan Ipin

berbeda dengan format video atau film instruksional maupun desain

pembelajaran dalam media pembelajaran yang lain seperti modul dan audio

pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka tentang bentuk penerapan

desain pesan pembelajaran dalam film animasi Upin dan Ipin season, mendapati

hasil sebagai berikut:

Bahwa serial film animasi Upin dan Ipin season 1 menerapkanprinsip-prinsip desain pesan pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan danmotivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa,prinsip umpan balik dan prinsip perulangan. Bentuk penerapan prinsip-prinsipdesain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin season 1adalah sebagai berikut :

1. Bentuk penerapan prinsip kesiapan dan motivasi meliputipengenalan karakter utama di setiap awal episode, menampilkanjudul episode, pengondisian penonton, memberikan pengantarcerita dan mengenalkan character objective atau misi karakterutama.

10

2. Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian dalam serial filmUpin dan Ipin meliputi daya tarik karakter berupa karakter yangatraktif, daya tarik rasa takut berupa adegan yang menampilkanrasa takut karakter utama akan misi yang akan dipikulnya, dayatarik humor, daya tarik kesalahan berupa kesalahan yang dibuatoleh Upin dan Ipin yang berpotensi menggagalkan puasanya, dananthropomorphic berupa karakter asap dan ayam yangbertingkah selayaknya manusia sehingga kelihatan ganjil atauaneh.

3. Bentuk penerapan partisipasi aktif penonton yang dibangun olehfilm animasi Upin dan Ipin season 1 berupa direct address.Lewat teknik direct address, Upin menginstruksikan penontonuntuk duduk sebelum menonton.

4. Bentuk penerapan prinsip umpan balik dalam serial Upin danIpin season 1 berupa umpan balik yang informatif, umpan balikperingatan, dan umpan balik motivasi. Umpan balik informatifberupa jawaban-jawaban Opah atas pertanyaan-pertayaan yangdiajukan oleh Upin dan Ipin mengenai puasa Ramadhan. Umpanbalik peringatan berupa peringatan Mei-mei kepada Upin danIpin agar tidak makan dan minum saat puasa meskipun tidak adayang tahu. Umpan balik motivasi berupa dorongan Opah kepadaUpin dan Ipin agar mereka berpuasa secara ikhlas.

5. Penerapan prinsip perulangan dalam serial film Upin dan Ipinseason 1 terdapat berupa perulangan informasi mengenai waktuberbuka dan mengenai hukum berpuasa setengah hari. (PurwakaFajar, 2015:44-45).

Selain penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka, serial film animasi

ini juga dikaji hubungannya dengan pembelajaran, khususnya pembelajaran di

kelas. Seperti penelitian oleh Maspupah yakni “Pengaruh Tayangan Kartun

Upin dan Ipin di Media Nusantara Citra Televisi Terhadap Penggunaan Kosa

Kata Murid Raudhatul Athfal Al-Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur”. Pada

penelitian ini diperoleh hasil bahwa teori imitasi terjadi di lingkungan RA-Al-

Bariyyah, murid-murid dalam kesehariannya menggunakan kosa kata yang

11

terdapat dalam serial film animasi Upin dan Ipin, seperti sebutan Cik Gu,

Seronok, Budak, Basikal, dan sebagainya. (Maspupah, 2011:79-80).

Dengan dua orang peneliti di atas membuktikan bahwa serial film

animasi Upin dan Ipin layak dan baik untuk digunakan dan diteliti. Untuk itu

peneliti ingin meneliti kelanjutan dari penerapan desain pesan yang lain dalam

serial animasi Upin dan Ipin ini, ditinjau dari konten yang disajikan. Perlu

diketahui serial film animasi Upin dan Ipin telah mencapai 10 musim (season),

dengan semakin berkembangnya berbagai hal dalam film animasi ini seperti

cerita, warna, gerakan, dan isi-isi lainnya. Untuk itu peneliti ingin meneliti dan

mengkaji tentang serial film animasi Upin dan Ipin dalam season selanjutnya,

khususnya musim 8 (season 8).

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) berisikan 14

episode yaitu : Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main,

Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna Warni,

Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin Angkasa, Hasil

Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok Seribu Guna.

Penerapan desain pesan pembelajaran dalam musim 8 (season 8) belum ada yang

mengkaji. Padahal dalam season atau musim 8 ini, banyak membahas dan

memberi contoh anak-anak zaman sekarang, dengan kata lain mengangkat isu

terbaru saat ini, seperti belajar sambil bermain, jangan ceroboh, kebermaknaan

12

liburan dan sebagainya. Tidak hanya dari perkembangan isinya saja yang

membuat peneliti ingin meneliti musim 8 (season 8) ini, tetapi hal-hal lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka di atas merupakan bukti

bahwa serial animasi Upin dan Ipin mengandung prinsip desain pesan

pembelajaran. Kelima prinsip desain pesan di atas juga didukung oleh pendapat

Asri Budiningsih. Menurut Asri Budiningsih (2003:119) berdasarkan teori

belajar kognitif, teori pemrosesan dan teori komunikasi, ada lima prinsip utama

desain pesan pembelajaran, yaitu prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip

penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik

dan prinsip perulangan.

Penelitian ini mengkaji penerapan prinsip-prinsip desain pesan

pembelajaran yang dikemukakan oleh salah satu ahli di atas yaitu Asri

Budiningsih dalam serial animasi Upin dan Ipin season 8 (musim 8) terkait

dengan konten (isi) yang disajikan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bentuk

masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran di dalamnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat peneliti identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Kurangnya pemanfaatan animasi dalam pembelajaran untuk anak-anak.

2. Perusahaan pertelevisian merupakan sebuah bisnis, sehingga cenderung

menanyangkan film yang populer saja dan kurang memperhatikan dari segi

pembelajarannya.

13

3. Masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman anak terhadap film atau

animasi yang ditonton, jadi akan berbahaya jika anak menangkap persepsi

yang salah dari film atau animasi yang ditonton.

4. Masih belum ada yang mengkaji secara spesifik kelanjutan dari serial film

animasi Upin dan Ipin khususnya musim 8 (season 8).

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan pada

analisis konten serial film animasi Upin dan Ipin season 8 (musim 8) ditinjau

dari penerapan prinsip desain pesan pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan

dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi

aktif, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan.

D. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas, peneliti merumuskan satu pokok

masalah atau satu pokok bahasan yakni bagaimana bentuk penerapan prinsip

desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8

(season 8) terkait konten yang disajikan dari aspek prinsip desain pesan

pembelajaran? Kemudian dari pokok permasalahan ini diperinci dengan isi dari

prinsip desain pesan itu sendiri yakni:

1. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi?

14

2. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip penggunaan alat pemusat perhatian?

3. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip partisipasi aktif?

4. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip umpan balik?

5. Bagaimana bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait konten yang disajikan

dari aspek prinsip perulangan?

E. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk prinsip desain pesan

pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) terkait

konten yang disajikan dari aspek prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip

penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif, prinsip umpan balik,

dan prinsip perulangan.

F. Manfaat

1. Bagi pengembang media pembelajaran secara umum

15

a. Penelitian ini dapat menggambarkan kelebihan dan kekurangan serial

film animasi Upin dan Ipin ditinjau dari segi penerapan prinsip desain

pesan pembelajaran.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai

penerapan prinsip desan pesan pembelajaran dalam media film dan

animasi lainnya.

2. Bagi Teknologi Pendidikan

Bagi Program Studi Teknologi Pendidikan, penelitian ini diharapkan

dapat memperkaya khazanah ilmu tentang penerapan prinsip desain pesan

pembelajaran dalam media pembelajaran terpopuler lainnya.

16

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Animasi

a. Pengertian Animasi

Animasi bukan sesuatu hal yang baru. Animasi sudah ada sejak

zaman kuno hingga berkembang pada saat ini. Kata animasi atau

animation berasal dari kata animate dan motion. Kata Animate

mempunyai arti “hidup atau bernyawa”. Sedangkan Motion mempunyai

arti gerakan atau bergerak. Jadi yang dimaksud dengan animasi atau

animation adalah gerakan yang hidup dari sebuah gambar (Theresia Ari

Prabawati, 2008:95). Senada dengan pendapat tokoh di atas, ada beberapa

tokoh yang mengemukakan definisi dari kata animasi. Menurut

Norazamudin (2005), kata animasi berasal dari kata latin yang membawa

arti “dihidupkan” ataupun “bring to life” dan menuju kepada suatu

proses menjadikan sesuatu objek yang pada dasarnya adalah statik agar

terlihat hidup. Tidak hanya itu, kata animasi itu sendiri sebenarnya

penyesuaian dari kata “animation” yang berasal dari kata dasar “to

animate” dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti mengidupkan

(Wojowasito, 1997).

17

Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat peneliti simpulkan

bahwa animasi atau animation merupakan suatu teknik untuk membuat

suatu objek mati seperti gambar, dan benda-benda mati lainnya agar

terlihat hidup selayaknya benda hidup lainnya. Arti “terlihat hidup” disini

bukan memberi nyawa kepada suatu gambar atau objek mati seperti yang

dilakukan oleh Sang Maha Pecipta (Allah SWT). Akan tetapi suatu objek

mati atau benda (gambar) tersebut diberikan dorongan kekuatan,

semangat dan emosi agar terkesan hidup. Dalam hal ini tentu didukung

dengan peralatan dan software yang sesuai. Bila dahulu hanya dengan

peralatan yang sederhana, animasi yang dibuatpun sederhana. Sekarang

dengan berkembangnya zaman, baik teknologi, peralatan, dan software

bisa memfasilitasi pembuatan animasi sampai ke tingkat sekarang ini,

bahkan kadang kita bingung apakah itu asli atau animasi semata. Animasi

didasari dari ilusi, dari gambar diam kemudian secara bertahap

digerakkan. Dalam 1 gerakan biasanya terdapat 24 gambar agar terlihat

halus dan tampak realistik atau nyata. Dahulu mungkin animasi hanya

berdiri sendiri tetapi dengan kreatif, imajinatif dan inovatif sifatnya,

animasi bisa bergabung dalam sebuah film.

Jenis-jenis animasi yang ada sekarang ini mempunyai 3 jenis, yaitu

animasi 2D, 3D, dan 4D. Animasi yang ada pada umumnya adalah

animasi 2D dan 3D (Ari Theresia Prabawati, 2008:95). Dari pernyataan

tokoh di atas ada satu lagi jenis animasi yakni Stop Motion. Stop Motion

18

juga termasuk dalam kategori animasi, karena teknik pembuatannya sama

dengan teknik pembuatan animasi lain, yaitu pergerakan dari benda mati

(gambar). Stop Motion menggunakan teknik kamera, dengan kata lain

foto berderet dari suatu benda atau objek yang diam. Semakin banyak

pergerakan foto dalam suatu adegan, maka akan menghasilkan stop

motion yang halus. Contoh animasi 2 dimensi adalah Dragon Ball dan

One Piece. Animasi 3 dimensi yaitu Upin dan Ipin, Adit Sopo Jarwo,

Pada Zaman Dahulu, Berbie dan sejenisnya. Animasi Stop Motion yaitu

Shaun The Sheep. Pada saat ini mayoritas animasi yang dibuat adalah

jenis 3 dimensi. Untuk animasi 2 dimensi mayoritas dibuat atau

diproduksi oleh Jepang dengan karaktek manga nya.

b. Prinsip Animasi

Menurut Djalle (2006, h. 28 dalam Febriyanto Saputro dan Amir

Fatah Sofyan, 2012: 16), prinsip film animiasi merupakan aturan baku

dan standar yang harus diketahui oleh para animator atau pembuat film

animasi. Dalam pembuatan animasi memang harus dimiliki oleh seorang

animator, tetapi animator juga harus memiliki feeling yang kuat mengenai

timing, pergerakan, pengamatan dan tingkah laku. Animator harus

menjadi seorang aktor, punya perasaan, dan logika agar dapat membuat

animasi terkesan hidup (nyata), alami, dan menarik. 12 prinsip animasi

yang harus menjadi acuan atau patokan seorang animator, yaitu :

19

1) Pose to Pose

Pose to pose atau penentuan gambar key (utama/kunci) animation dan

inbetween (transisi) adalah cara animator menentukan posisi gerak

karakter dari posisi awal gerak, posisi gerak selanjutnya hingga posisi

akhir gerak.

2) Timing

Suatu gambar dimungkinkan hidup dan bergerak karena serangkaian

gambar terdapat perubahan beruntun, dan apabila diputar pada mesin

proyektor dalam satuan waktu tertentu akan memperlihatkan suatu

gerak dari gambar tersebut. Satuan waktu tersebut disebut timing.

3) Streeth and Squash

Gerak sebuah obyek agar terlihat hidup dan luwes (alami) dalam film

animasi, khususnya film kartun, perlu sedikit sentuhan kelenturan

agar tak terlihat kaku atau seperti sebuah benda tak berbobot. Streeth

and Squash merupakan prinsip animasi yang memberikan sentuhan

kelenturan pada suatu benda tertentu sesuai dengan karakter

materialnya, sehingga memberikan kesan obyek tersebut memiliki

bobot dan muatan tertentu bila sedang melakukan gerak animasi.

4) Anticipation

Anticipation adalah suatu gerak ancang-ancang ketika hendak

melakukan gerak utama.

20

5) Secondary Action

Secondary Action atau aksi kedua merupakan gerakan yang muncul

dikarenakan adanya akibat suatu gaya dari gerakan atau aksi pertama

sebuah obyek benda animasi, contoh panah yang melesat kemudian

tertancap pada sebatang kayu. Panah yang melesat setelah gerak atau

aksi pertama itu berhenti dengan tiba-tiba menancap pada sebatang

kayu, maka ekor anak panah itu akan bergetar beberapa saat dengan

keras.

6) Follow Through and Overlapping Action

Prinsip ini melibatkan dua benda yang bisa saja sama atau berbeda

namun saling berkaitan satu dengan yang lain, dan bisa saling

mempengaruhi dalam setiap gerakannya. Atau dengan kata lain

reaksi yang terjadi atau gerakan overlap sebuah karakter animasi

setelah melakukan animasi utama atau gerakan utama.

7) Easy In and Ease Out

Easy In and Easy Out merupakan suatu kaidah animasi yang

berprinsip pada dasar hukum ilmu fisika yang berlaku yang berkaitan

sekali dengan gerak animasi, agar tampak logis, wajar, berbobot, dan

berkesan hidup pada saat ditonton. Prinsip ini berhubungan dengan

akselerasi ketika objek mengalami percepatan dan perlambatan saat

terjadi gerakan.

21

8) Arch

Prinsip animasi Arch atau gerak melengkung, agar tidak tampak

menjadi kaku, gerak setiap karakter animasi selalu melengkung agar

tidak tampak menjadi kaku, seperti gerakan menari, memutar,

berayun, melompat, berbelok, atau gerakan memutar. Tiap benda

mempunyai gaya atau kekuatan, kecuali benda yang sifatnya mekanis

atau tidak alami.

9) Exaggeration

Exaggeration yaitu teknik yang mendramatisasi adegan agar tampak

lebih ekspresif dan komunikatif.

10) Staging

Staging yaitu mengatur posisi pemain agar panggung sebagai bidang

(frame) pandangan penonton terisi dengan komposisi yang baik,

proposional enak dilihat dan komunikatif, sehingga penonton tidak

terlalu lelah dalam menyimak jalan cerita dan merasa terlibat disana.

11) Appeal

Kesan karakter yang disampaikan ini yang disebut Appeal atau posisi

yang paling baik atau paling berkesan baik dalam jarak pengambilan

gambar,dari sudut pengambilan gambar, ataupun gerak kameranya.

22

12) Personality

Karakter tokoh film animasi akan lebih kuat, bermakna, hidup, dan

berkarakter apabila dipahami terlebih dahulu segala sesuatunya

tentang karakter tersebut, seperti fisik, latar belakang sosial, ekonomi

dan budaya atau historisnya, sehingga dapat dideskripsikan dengan

baik bentuk karakter apa yang akan dikembangkan.

c. Animasi dalam Pembelajaran

Animasi sebagai bentuk inovasi teknologi memberikan dampak

yang besar bagi seluruh tatanan industri. Khususnya industri hiburan dan

industri periklanan. Animasi dirasa mempunyai prospek yang bagus di

masa yang akan datang, karena animasi yang bersifat baru dan menarik

(attractive) bisa membius dan menarik minat publik serta sesuai dengan

zaman yang canggih saat ini. Dengan potensinya tersebut animasi mulai

dikembangkan dan dirancang untuk industri pendidikan. Dengan sifatnya

yang menarik (attractive) dan dapat menyita perhatian publik, bukan

tidak mungkin bisa mempengaruhi para generasi muda khususnya anak-

anak masa sekolah. Untuk itu animasi diposisikan sebagai salah satu pilar

perkembangan pendidikan selain dari perkembangan hiburan, iklan dan

film. Dalam pendidikan animasi mengambil andil khususnya dalam

pembelajaran. Dalam kajian Mayer dan Moreno (2002) berkaitan dengan

penggunaan animasi sebagai BBM pada pembelajaran multimedia,

mendapati bahwa terdapat kesan yang konsisten terhadap penggunaan

23

animasi dalam proses pembelajaran multimedia berbanding dengan

teknik tradisional yaitu menyampaikan pesan secara verbal (lisan). Kajian

ini menegaskan penggunaan multimedia seperti animasi dalam proses

pembelajaran menjadikan proses itu lebih bermakna dan efektif. Selain

itu Paivio (2006) dalam kajiannya tentang teori dwi-kod dalam

pendidikan mendapati bahawa dalam teori ini, proses pemerolehan

bahasa melalui saluran verbal dan visual menjadikan pembelajaran

bahasa lebih efektif. Justru, penggunaan animasi yang merangsang

kesemua lima panca indera dan upaya interaktifnya mampu

menyumbangkan tahap pembelajaran yang terstruktur bagi pelajar.

Kajian Kayaoglu et al. (2011) mendapati, terdapat peningkatan yang

signifikan terhadap keputusan ujian post tes pelajar yang menggunakan

animasi dalam pembelajaran berbanding dengan mereka yang ujian pra

tes. Justru, kajian ini memberikan ide untuk mengintegrasikan aplikasi

multimedia seperti animasi dalam kelas-kelas pembelajaran bahasa

sebagai elemen alternatif terhadap suasana pembelajaran dalam kelas dan

memberi motivasi kepada para pelajar. Menurut Rosni (2009), BBM

yang berbentuk rakaman bergambar seperti animasi, film dan VCD

banyak membantu pelajar dalam meningkatkan kemahiran mendengar.

Kerena mereka akan dapat memahami apa yang didengar tersebut melalui

gambar yang ditontonnya dan mereka dapat menebak suara yang

didengar. Selain itu, hasil kajian Abdul Rasid et al. (2012) mendapati

24

animasi adalah aplikasi yang paling kerap digunakan pelajar dalam

pengajaran penulisan karangan walaupun tahap kesadaran terhadap

penggunaannya masih rendah dalam kalangan guru yang mengajar

penulisan karangan. Kajian ini mendapati kesan positif penggunaan

animasi yang mampu mewujudkan suasana yang menyenangkan dan

dapat mempengaruhi emosi pelajar. Kajian-kajian para ahli di atas

merupakan bukti bahwa animasi bisa membuat suasana baru dan

menyenangkan hingga membuat mental dan motivasi para pelajar

menjadi lebih baik serta membuat pembelajaran menjadi efektif dan

meningkat dengan hasil yang maksimal. Di atas merupakan bukti bahwa

animasi telah mulai digunakan untuk tujuan pendidikan khusunya

pembelajaran di kelas. Animasi dianggap bisa meningkatkan suasana,

emosi dan motivasi para pelajar menjadi lebih baik, sehingga

pembelajaran yang terjadi di kelas menjadi lebih bermakna dan hasil

yang dicapai pun memuaskan.

2. Anatomi Film

Sebuah film biasanya terdiri dari delapan sekuen. Delapan sekuen ini

merupakan formula yang sering dipakai dalam pembuatan film (Fajar

Purwaka, 2015:18). Namun, tidak semua film harus memakai formula ini,

karena film merupakan olah kreativitas pembuatnya. 8 sekuen dalam film

meliputi:

25

Sekuen satu, adalah bagian terpenting dalam sebuah film. Penonton

pada umumnya memutuskan akan terus menonton film atau berhenti

menonton film tergantung pada sekuen ini. Sekuen ini merupakan adegan

awal dalam sebuah film. Pada film panjang, sekuen satu umumnya

berlangsung sekitar lima menit. Sedangkan dalam film pendek atau film

serial, sekuen satu hanya berlangsung selama beberapa detik. Ada beberapa

unsure dalam sekuen satu (Fajar Purwaka, 2015:18), yaitu membangun

suasana, memberikan gambaran cerita, dan memperkenalkan karakter.

Sekuen satu ini bisa disebut sebagai prolog atau awalan sebuah cerita dan

film.

Sekuen dua, dalam sekuen ini karakter utama mulai mengetahui tujuan

dan rintangan yang akan dihadapinya. Dengan kata lain pada sekuen ini,

berisikan misi atau impian karakter utama. Sekuen tiga, adalah rintangan

pertama yang dihadapai oleh karakter utama. Ketika sudah memasuki

rintangan pertama ini, karakter utama sudah tidak memiliki pilihan untuk

menghindar dari tujuannya yang harus dicapai. Biasanya dalam sekuen ini,

masalah yang dihadapi belum terlalu berat. Tidak hanya itu karakter utama

biasanya mendapatkan teman atau bantuan untuk menyelesaikan masalahnya.

Sekuen empat, menceritakan karakter utama memperoleh penyelesaian

terhadap rintangan pertamanya. Sekuen lima, menceritakan karakter masuk

dan terlibat dalam permasalahan atau rintangan yang lebih berat. Sekuen

enam, menceritakan karakter utama menghadapi permasalahan utama.

26

Sekuen tujuh, biasanya berisi twist dan ketegangan baru. Sekuen delapan,

adalah penutup dan penyelesaian masalah. Sekuen delapan dapat berupa

happy ending, sad ending, maupun cerita yang menggantung (Fajar Purwaka,

2015:19).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekuen merupakan sebuah

alur dalam sebuah cerita atau film. Sekuen atau alur di atas merupakan alur

maju, dimana pada sekuen satu hingga sekuen delapan menceritakan

kerututan seorang tokoh utama yang mengejar impian atau tujuanya hingga

menghadapi permasalahan sampai dengan menyelesaikan permasalahannya.

Sebenarnya ada 3 jenis alur, yakni alur maju, alur mundur, dan alur

campuran. Alur mundur adalah kebalikan dari alur maju, biasanya konflik

atau permasalahan utama terdapat di awal cerita. Sedangkan alur campuran

adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur.

3. Serial Film Animasi Upin dan Ipin

a. Profil Serial Film Animasi Upin dan Ipin

Serial film animasi Upin dan Ipin merupakan animasi yang tayang

pertama kali dan sekaligus memperoleh penghargaan “Animasi Terbaik”

dalam Festival Film International Kuala Lumpur. Serial film animasi

Upin dan Ipin pertama kali disiarkan pada September 2007 bertepatan

dengan bulan Ramadhan di stasiun televisi TV9 dan TVRI. Serial film

animasi ini sangat berpengaruh di kawasan Malaysia dan Indonsia. Pada

pertelevisian Malaysia munculnya musim kedua pada tahun 2008

27

pencapaian serial animasi ini sangat fenomenal, yaitu mencapai 1.5 juta

penonton, menduduki peringkat kedua setelah Doraemon (1.6 juta

penonton) dan di atas SpongeBob SquarePants (800 ribu penonton)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Upin_%26_Ipin). Dengan latar cerita yang

sederhana, kocak, berpendidikan serta bermakna animasi ini menarik

banyak perhatian, khusunya bagi anak-anak.

Pengambilan cerita serial film animasi Upin dan Ipin didasarkan

pada keadaan nyata suatu desa, dengan keadaannya yang rukun, gotong

royong dan rasa toleransi yang tinggi menjadikan serial animasi ini

sangat diminati baik oleh masyarakat Malaysia maupun masyarakat

Indonesia. Karena budaya antara Malaysia dan Indonesia tidak jauh

berbeda sehingga serial film animasi Upin dan Ipin bisa diterima dan

ditayangkan. Pada tahun 2008 serial film animasi beralih tayang yang

semula dari TVRI kemudian beralih ke TPI (sekarang menjadi MNC TV)

hingga sekarang. Selama perjalanan tayangannya, serial film animasi ini

mendapatkan prestasi dan penghargaan yang luar biasa antara lain

Penghargaan Shout!2009 sebagai Best On-Screen Chemistry, World

Brand Congress 2010 sebagai Brand Leadership Award, NEF-Awani ICT

Awards 2010 sebagai NEF-Awani Tun Dr Mahathir Award, Penghargaan

The BrandLaureate 2010 sebagai Best Brands in Animation, Malaysia

Book of Records (2011) sebagai Animasi Paling Terkenal, Anugerah

Bintang Popular Berita Harian 2012 sebagai Karaketer Animasi Lokal

28

Paling Populer, dan sebagai Duta Besar Nasional UNICEF Malaysia

2013.

Sejak kemunculannya hingga sekarang, serial film animasi Upin

dan Ipin telah mencapai 9 musim dengan 117 episode. Dalam

pertelevisian Indonesia, rating serial film animasi ini masuk dalam

kategori 15 besar, bersaing dengan acara-acara yang lain, seperti sinetron,

talkshow, musik, dan lainnya. Jika dilihat dari segi acara animasi atau

kartun, serial film animasi Upin dan Ipin menduduki peringkat 3 besar,

bersaing ketat dengan animasi Indonesia, Adit Sopo Jarwo dan Keluarga

Bang Somat.

b. Sinopsis Serial Film Animasi Upin dan Ipin

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 berisikan 14 episode,

yaitu: Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main,

Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna

Warni, Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin

Angkasa, Hasil Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok

Seribu Guna.

Episode pertama (Upin & Ipin Kesayanganku) menceritakan

tentang kamar rahasia yang berada pada rumah Upin dan Ipin. Awal mula

episode ini ketika Upin dan Ipin diberikan tugas oleh Kak Ros untuk

membersihkan rumah. Masalah awal muncul ketika ada sebuah kamar

29

yang terkunci dan membuat Upin dan Ipin penasaran. Ketika kakak

beradik ini berhasil membuka pintu, mereka menemukan sebuah pintu

rahasia yang didalamnya berisi cerita tentang keluarga besar Upin dan

Ipin yang diceritakan oleh ayah ibunya. Setelah mengetahui cerita

tersebut, mereka mencoba menggoda Kak Ros dan Opah dengan

pancingan-pancingan yang mengarah pada cerita yang diceritakan dalam

kamar rahasia. Ketegangan memuncak ketika Kak Ros bertanya langsung

kepada Upin dan Ipin beserta Opah yang sembunyi-sembunyi

mendengarkan. Misteri terungkap ketika Kak Ros tahu kebenaran cerita

yang ditulis oleh ayah ibunya, bahwa Kak Ros pun sangat disayangi tidak

hanya Upin dan Ipin saja. Kemudian Opah menjelaskan keberadaan

kamar rahasia tersebut beserta dengan sejarah yang mengikutinya.

Episode kedua (Kail dan Laga) menceritakan tentang ikan laga

(cupang) yang memiliki warna dan bentuk yang indah. Awal mula cerita

ketika Upin dan Ipin tertarik dengan ikan yang dibawa Ehsan, yang

kemudian diketahui bahwa ikan tersebut adalah ikan laga. Berbagai cara

dan masalah mulai muncul ketika Upin dan Ipin mencoba untuk mencari

ikan tersebut, mulai dari merayu Kak Ros untuk bisa ikut ke pasar hingga

bertanya kepada Atok. Kemudian puncak cerita ketika Upin dan Ipin

mengajak Atok memancing sekaligus mencari ikan laga. Setelah ikan

laga didapat, Upin dan Ipin beserta kawan-kawan bermain bersama.

30

Mengadu ikan laga yang didapat, namun setelah diketahui bahwa akan

membunuh ikan laga tersebut, maka adu ikan dihentikan.

Episode ketiga (Belajar Sambil Main) menceritakan tentang

kecanggihan teknologi yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran.

Diceritakan untuk memperkenalkan kecanggihan teknologi pihak

sekolah Tadika Mesra menggunakan tablet untuk menggantikan

pembelajaran lama (ceramah) kepada pembelajaran yang baru. Dengan

adanya tablet ini memberikan motivasi kepada Upin dan Ipin beserta

kawan-kawan untuk lebih giat belajar sekaligus menghadirkan

pembelajaran yang menyenangkan, karena anak-anak bisa bermain

sekaligus belajar. Namun ada masalah muncul, karena anak-anak masih

belum begitu mengerti tentang kecanggihan teknologi, sehingga

menimbulkan efek kecanduan. Dalam episode ini juga dijelaskan tentang

dampak dan juga manfaat penggunaan tablet.

Episode keempat (Cuai, Cuai, Cuai) menceritakan tentang akibat

kecerobahan yang dilakukan oleh Upin dan Ipin. Pada episode ini

diceritakan tentang tindakan ceroboh Upin dan Ipin yang mengakibatkan

kerugian dalam kehidupan mereka. Bermula ketika kecerobohan mereka

menyebabkan Kak Ros cidera, kemudian berlanjut pada kecerobahan

mereka yang mengabaikan tugas yang diberikan oleh Kak Ros untuk

membeli es krim, sehingga es krim yang mencair. Berlanjut pada

31

hilangnya buku yang harus dikembalikan pada perpustakaan keliling,

akibat dari kecerobohan Upin dan Ipin.

Episode kelima (Pengalaman Puasa) menceritakan tentang

pengalaman puasa Upin, Ipin, dan kawan-kawan. Pada episode ini

diceritakan tentang pengalaman yang menarik seputar puasa, mulai dari

berbagai jajanan pasar yang disediakan saat akan berbuka, hokum-hukum

puasa seperti wajib, sunnah, makruh. Kemudian cara agar puasa terjaga

dan mendapatkan pahalah atau amalan yang baik dikerjakan saat bulan

puasa. Dan bagaimana cara mengatasi cara lapar dan haus saat bulan

puasa.

Episode keenam (Raya Yang Bermakna) menceritakan tentang

istimewa dan bermaknanya hari raya idul fitri. Upin, Ipin belajar tentang

berbagai hal mengenai hari raya idul fitri. Mulai dari makna atau arti

ketupat yang dibuat sendiri serta menjalin silahturahmi dengan teman dan

orang lain dengan membagikan kartu ucapan selamat hari raya idul fitri.

Episode ketujuh (Warna Warni) menceritakan tentang warna-

warna yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata lain belajar

mengenai warna. Awal mula ketika Upin dan Ipin melihat Kak Ros

sedang mengerjakan tugas sekolah yang berhubungan dengan warna.

Tidak hanya melihat, Upin dan Ipin kemudian juga belajar tentang warna,

mulai dari warna dasar (warna primer), warna campuran (warna

sekunder). Kemudian setelah itu kegiatan yang dialakukan oleh Upin dan

32

Ipin berkaitan dengan warna. Mulai saat bermain ketika teman-teman

menunjukkan warna-warna pelangi yang bisa dibuat atau bisa dilihat dari

berbagai benda. Kemudian berlanjut pada saat sekolah, Upin dan Ipin

membahas arti masing-masing warna yang di imajinasikan secara

menarik.

Episode kedelapan (Jaga & Hargai Mata) menceritakan tentang

bagaimana cara menjaga dan menghargai mata. Dalam episode ini

mengangkat tema untuk memperingati Hari Penglihatan Sedunia. Dalam

episode ini Upin dan Ipin belajar bagaimana cara menjaga mata,

menghargai mata, dan belajar tentang gejala-gejala penyakit mata, seperti

rabun dan juling. Bermula saat Kak Ros mengikuti lomba teka-teki silang

memperingati Hari Penglihatan Sedunia. Sehingga membuat Upin dan

Ipin tertarik mengikuti lomba tersebut yang berujung pada belajarnya

kakak beradik ini tentang mata.

Episode kesembilan (Upin, Ipin dan Ultraman Ribut)

menceritakan tentang lingkungan hidup yang tercemar, mulai dari

pembakaran sampah hingga pembakaran hutan, yang kemudian

mendatangkan Monster Kilat dan Monster Halilintar yang ingin merusak

dan menghancurkan bumi. Disini Upin, Ipin, dan kawan-kawan bertindak

sebagai ahli pertahanan bencana yang bertugas melindungi bumi, dibantu

oleh Ultraman Ribut. Diakhir cerita Upin, Ipin, dan Ultraman Ribut

33

berhasil mengalahkan monster-monster yang menyerang. Dari kejadian

ini, Upin dan Ipin sadar arti dari menjaga lingkungan.

Episode kesepuluh (Upin Ipin Angkasa) menceritakan tentang

imajinasi dan cita-cita Upin dan Ipin, yakni menjadi angkasawan atau

astronot. Dalam episode ini diceritakan bagaimana Upin dan Ipin

berimajinasi menjadi astronot dan menjelaskan berbagai hal tentang tata

surya, mulai dari planet, rotasi, revolusi, dan sebagainya. Bermula ketika

Kak Ros sedang mengerjakan proyek sains kemudian berlanjut ketika

disekolah diberikan tugas untuk menceritakan cita-citanya, yang berujung

pada penjelasan dan cerita Upin dan Ipin tentang sistem tata surya.

Episode kesebelas (Hasil Tempatan) menceritakan tentang

keberagaman buah-buahan yang bermanfaat dalam menyehatkan tubuh,

khususnya buah-buah lokal yang mudah didapat, aman, dan berkhasiat.

Dalam episode ini diceritakan bagaimana Upin, Ipin , dan kawan-kawan

belajar tentang khasiat buah-buahan seperti vitamin dan kegunaannya

bagi tubuh.

Episode keduabelas (Perangi Rasuah) menceritakan tentang apa

itu KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), bagaimana bahaya dari KKN,

jenis-jenis KKN, dan cara mencegah KKN. Dalam episode ini Upin, Ipin,

dan kawan-kawan belajar tentang KKN tersebut, dan mendapatkan

contoh-contoh kegiatan atau hal yang menjurus kepada KKN.

34

Episode ketigabelas (Terompah Opah) menceritakan tentang

kenangan Opah mengenai terompahnya dulu, terompah (bakiyah) yang

sangat disayangi. Awal cerita ketika Upin dan Ipin diberikan hadiah oleh

Mei-mei berupa aksesoris (miniatur) terompah yang berujung pada cerita

Opah mengenai terompah yang disayanginya dulu. Kemudian setelah itu

Upin dan Ipin berusaha untuk membuat terompah yang bagus dan cantik.

Kemudian dari bantuan Atok terompah yang cantik berhasil dibuat dan

membuat Opah bahagia.

Episode keempatbelas (Pokok Seribu Guna) menceritakan tentang

mengisi waktu liburan yang bermanfaat dan berkualitas. Diceritakan

Upin dan Ipin bingung mengisi waktu liburan dan mengajak Atok untuk

pergi berlibur. Kemudian Atok mengajak Upin dan Ipin untuk liburan

sekaligus belajar. Dalam episode ini Upin dan Ipin belajar tentang

manfaat dan kegunaan pohon kelapa yang disebut juga sebagai pohon

seribu guna. Upin dan Ipin banyak mengetahui benda-benda yang bisa

dihasilkan dari pohon seribu guna ini bersamaan dengan keuntungannya.

c. Karakter dalam Serial Film Animasi Upin dan Ipin

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 memiliki beberapa

karakter atau penokohan didalam ceritanya. Karakter tersebut meliputi:

1) Upin dan Ipin

Upin dan Ipin (Nur Fathiah Diaz (musim 1-3), Asyiela Putri(musim 4-sekarang), adalah dua orang saudara kembar dari SukuMelayu yang tinggal bersama kakak (Kak Ros) dan nenek (Opah)

35

mereka dalam sebuah rumah di Kampong Durian Runtuh. Merekasudah menjadi anak yatim piatu karena ibu dan ayahnya meninggalsaat mereka masih bayi. Upin lahir 5 menit lebih awal dari Ipin, danoleh karena itu memandang serius peranannya sebagai kakaknya Ipin.Upin lebih pandai dalam bidang komputer dan menjadi ilmuwan cilikdi rumahnya. Ipin lebih imut dan lucu daripada Upin dan gemarmakan ayam goreng. Ipin juga cenderung sering mengulang satu katamenjadi tiga kali dalam satu kalimat, khususnya "betul betul betul".Upin dan Ipin selalu bersikap manja pada nenek, dan suka menggodaKak Ros. Upin dan Ipin bersekolah di TK Kasih Sayang (TadikaMesra). Untuk membedakan saudara kembar yang berkepala botakini, Upin memiliki sehelai rambut di kepalanya dan selalu memakaibaju kuning yang tertulis huruf U. Sementara Ipin tidak memilikirambut, memakai baju biru yang tertulis huruf I, dan selalu pakaikain merah di lehernya. Upin & Ipin lahir pada tanggal 24 Mei 2002.

2) Kak Ros

Kak Ros (Ida Shaheera) adalah kakak sulung Upin dan Ipin, dan cucupertama dari nenek. Kak Ros memiliki nama lengkap Jeanne RoseliaFadhullah. Walaupun terlihat galak, ia terlihat cantik. Sebenarnya diaadalah seorang kakak yang penyayang. dia selalu mempermainkanadik-adiknya. Kak Ros selalu mengajari adiknya agar menjadiseorang adik yang baik, berbudi mulia dan harus berhemat. Kak RosLahir Tanggal 27 Maret 1995.

3) Opah

Mak Uda (Hajjah Ainon Ariff), adalah nenek Upin, Ipin, dan KakRos, nama aslinya yaitu Siti dan biasa dipanggil "Opah". beliauadalah orang yang baik hati kepada warga Kampung Durian Runtuh.beliau juga bijaksana mengenai hal duniawi dan keagamaan.

4) Abang Ghani

Abang Ghani adalah Suami Opah, ia merupakan Kakek Upin danIpin, ia diketahui di episode Upin dan Ipin Kesayanganku karenaUpin dan Ipin menemukan kamar rahasia di rumahnya kemudianmereka membaca buku tentang masa muda Opah yang dipanggil CikSiti kemudian bertemu dengan Abang Ghani.

36

5) Abdul Salam

Abdul Salam adalah Ayah dari Kak Ros, Upin, & Ipin, ia telahmeninggal sewaktu Upin dan Ipin masih bayi, namanya diketahui diepisode Upin & Ipin Kesayanganku, ia adalah tentara yang telahgugur. Kostum, lencana, topi, dan sepatunya masih disimpan rapioleh Opah di kamarnya.

6) Cikgu Melati

Cikgu Melati adalah pengganti posisi Cikgu Jasmin di Tadika Mesra.Setelah Cikgu Jasmin meninggalkan Tadika Mesra untukmelanjutkan studinya di Kuala Lumpur.

7) Jarjit Singh

Jarjit (Mohd Shafiq Mohd Isa) adalah seorang anak-anak laki-lakiberketurunan India Punjabi. Meskipun sebaya usianya dengan teman-teman sekelasnya yang lain tetapi suaranya besar seolah-olah sudahdewasa. Sosok Jarjit juga dikenali karena kepandaian berjenaka danberpantun.

8) Mohammad Al Hafezzy (Fizi)Fizi (Ida Rahayu Yusoff) adalah kawan Upin Ipin. Dia akrab denganEhsan. Fizi selalu mengejek Ehsan sebagai “Intan Payung” yangberarti Anak Manja. Fizi sebenarnya anak yang baik hati, terutamakepada teman-temannya. Cita-citanya adalah tukang angkat sampahkarena ia senang melihat tempat yang bersih dan sehat.

9) Ehsan bin AzaruddinEhsan (Fareez Daniel) adalah ketua Kelas Aman di Tadika Mesra.Ayah dan Fizi selalu memanggilnya "Intan Payung". Ehsan selalumemakai pita merah di lehernya sebagai bukti ketua kelas. Diamemiliki perut yang gemuk, dan suka makan. Ehsan selaluberdandan paling mewah antara kawan kawannya. Dia juga sukamemakai kacamata karna menderita rabun jauh. Jika dia kalahbermain, dia menjadi agak marah. Cita-citanya adalah menjadi jurumasak handal. Eshan suka makan gula - gula. Eshan sikat gigi 5 kalisehari.

10) Mei MeiMei Mei (Yuki Tang Ying Sowk) yang bernama lengkap Xiao MeiMei adalah salah satu dari kawan Upin dan Ipin. Mei Mei merupakan

37

keturunan Tionghoa, dan beragama Konghucu. Walau begitu, MeiMei tetap menasihati kawannya bila melakukan sesuatu yang salah.Dia bertutur kata yang sopan. Dia juga sahabat Devi dan Susanti. MeiMei adalah seorang anak terpintar di kelas. Dia memakai kacamatabesar ada masalah mata karena membaca buku terlalu dekat sampailarut malam. Mei Mei memiliki paras wajah yang imut. Jika di TK,dia sebangku dengan Mail. Mei Mei lahir pada bulan Mei danbercita-cita menjadi guru.

11) Ismail bin MailMail (Mohd. Hasrul) merupakan seorang anak yang paling rajin dikalangan kawan-kawan Upin dan Ipin, bukan saja di sekolah, bahkanjuga gigih mencari rezeki dengan membantu ibunya menjual ayamgoreng, es krim, dan jagung bakar. Mail dan Mei Mei sedikitbermusuhan. Kata emas dia adalah "dua singgit" atau berarti duaseringgit dan satu dua ringgit. Mail selalu memikirkan tentang uang.

12) SusantiSusanti (Sarah Nadhirah Azman) merupakan anak perempuan yangberasal dari sebuah keluarga yang berasal dari Jakarta, Indonesia.Baru tinggal di Malaysia ini, dan belum terbiasa dengan obrolananak-anak lainnya. Susanti ini suka bermain bulutangkis dan sangatmengidolakan pebulutangkis legendaris asal Indonesia, Susi Susanti.

13) Dzul dan IjatDzul (Mohd Amirul Zarizan) & Ijat (Muhammad Izzat Ngathiman)merupakan dua orang teman sekelas Upin dan Ipin yang seringdilihat berdampingan. Ijat tidak pandai berbicara sehinggamemerlukan bantuan Dzul untuk "menerjemahkan" kata-katanya.Dzul dan Ijat adalah teman terbaik di Tadika Mesra. Walaupun Dzuldan Ijat jarang keluar mereka tetap teman baik dengan Upin dan Ipin.

14) DeviDevi (Maheswary Mohan) ialah anak perempuan berbangsa Indiayang bersekolah pada TK yang sama dengan Upin dan Ipin.Walaupun akrab dengan mereka berdua, namun Devi bersahabatdengan Mei Mei dan Susanti. Pada awalnya, Devi dinamai Priyatetapi akhirnya diganti dengan nama Devi. Ia biasa mengenakanseragam lengan panjang dan rok panjang di sekolah. Devi sangatmahir dalam bermain "Bekel".

38

15) Cikgu BesarCikgu Besar adalah kepala sekolah di Tadika Mesra. Ia memilikitubuh yang besar dan mengenakan kerudung. Ia juga sedikit galak,tetapi hatinya sangat baik pada murid-muridnya.

16) Tok DalangSenin bin Khamis, atau lebih dikenali sebagai Tok Dalang Ranggi(Abu Shafian Abdul Hamid) merupakan ketua penghulu KampungDurian Runtuh dan dalang wayang kulit yang berkali-kali menjuaraipertandingan wayang kulit (seperti yang dilihat pada koleksi piala dirumahnya). Seperti Opah, Tok Dalang banyak dimintapertolongannya oleh Upin, Ipin dan kawan-kawan, di sampingmemberi nasihat kepada mereka. Kakek Dalang mempunyaibeberapa batang pokok rambutan untuk dijual buahnya, dan seekorayam jantan peliharaan bernama Rembo.

17) Uncle MuthuMuthu (Mohd Shafiq Mohd Isa), disapa sebagai Uncle Muthu olehpara pemuda di kampung, merupakan satu-satunya penjual makanandi Kampung Durian Runtuh dan ayah dari Rajoo. Antara makanandan minuman yang dihidangkan di warungnya ialah Roti ikan, Rotitelur, Nasi lemak, Nasi goreng, Nasi goreng pattaya, Ayam goreng,Mie goreng, Telur mata sapi, Teh tarik, Es ABCD dan sebagainya.Dalam arti kata lain, tidak ada bedanya gerai Muthu dengan restoranyang dijumpai di kota. Uncle Muthu biasa mengenakan singlet dansarung.

18) Abang SallehSalleh adalah tetangga dekat Upin dan Ipin. dia dikenal galak. Diamemang cerdas dalam berdagang secara online. Sally/Salleh dikenalsebagai pemuda galak dan sirik. dia selalu berkata “Amboi”. Dia jugamenjadi pelayan perpustakaan gerak. Salleh sesekali berperan jadiorang lebai dan suka memotivasi.

19) Uncle Ah TongAh Tong (Mohd Shafiq Mohd Isa). Seorang pedagang yangberpakaian serba merah dan selalu berbicara dengan dialek Cina yangkuat. Dia juga bekerja sebagai pengepul keliling.

20) Ultraman RibutUltraman ribut merupakan sosok pahlawan yang membantu Upin danIpin mengalahkan monster. Dia muncul pada episode Upin Ipin danUltraman Ribut.

39

21) Herasawa-sanPemuda yang mucul di episode Upin Ipin dan Ultraman Ribut. Diajuga yang menjadi Ultraman Ribut.

22) Raksasa HalilintarSebuah monster yang muncul di episode Upin Ipin dan UltramanRibut.(https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_karakter_Upin_%26_Ipin)

4. Desain Pesan Pembelajaran

a. Pengertian Desain Pesan Pembelajaran

Kata desain menunjukkan adanya suatu proses dan hasil. Sebagai

suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis masalah

pembelajaran hingga pemecahan, yang dirumuskan dalam bentuk produk.

Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe, naskah atau

storyboard dan sebagainya (Asri Budiningsih, 2003:7). Seels dan Richey

(1994:32) mempunyai pendapat yang sama bahwa desain adalah proses

untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain itu sendiri ialah untuk

menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program dan

kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul.

Sedangkan pesan adalah isi didikan atau isi ajaran yang tertuang

dalam kurikulum yang dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu

(encoding) (Sukiman, 2012:29). Dengan kata lain pesan merupakan

sekumpulan data yang disebarkan dengan panca indera dengan

memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor seseorang yang

bersangkutan.

40

Menurut Grabowski dalam Seels (1994:33) desain pesan meliputi

“perencanaan untuk memperkaya bentuk fisik dari pesan”. Pesan sendiri

adalah pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Jadi dalam hal ini desain pesan pembelajaran adalah perencanaan

untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi pembelajaran

yang kajiannya mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya

serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi

komunikasi antara pengirim dan penerima atau antara pendidik dan

peserta didik (Asri Budiningsih, 2003:15).

b. Desain Pesan Pembelajaran dalam Media Pembelajaran

Heinich dan kawan-kawan dalam Sutirman (2013:15) mengartikan

bahwa media sebagai perantara yang mengantar informasi dari sumber

kepada penerima. Dengan demikian televisi, film, foto, radio, rekaman

audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya

adalah tergolong media. Apabila media tersebut membawa pesan-pesan

atau informasi yang mengandung maksud dan tujuan pengajaran maka

media itu disebut media pembelajaran.

Sependapat dengan pendapat di atas, Wang Qiyun dan Cheung

Wing Sum Sutirman (2013:15), menyatakan dalam konteks pendidikan,

media biasa disebut sebagai fasilitas pembelajaran yang membawa pesan

kepada pebelajar. Media dapat dikatakan pula sebagai bentuk-bentuk

41

komunikasi baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya,

sehingga media dapat dimanipulasi, dilihat, dibaca dan didengar.

Berpendapat sama, Sukiman (2012:29) menyimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang

pikiran, perasaaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif.

Media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik

yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar. Untuk itu media pembelajaran perlu

mendapatkan penanganan yang serius, terutama dari para Teknolog

Pendidikan atau Teknolog Pembelajaran yang memiliki kompetensi

dalam merancang dan mengembangkan software dengan cara mendesain

pesan-pesan pembelajaran yang akan diajarkan melalui teknologi

hardware. Perencanaan dan pengembangan software pesan-pesan

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta belajar, media yang

digunakan serta bentuk belajar yang diharapkan, akan mengoptimalkan

proses dan hasil belajar.

Dalam kegiatan mendesain pesan pembelajaran pada media

pembelajaran, ada lima prinsip utama yang dapat dijadikan sebagai

pedoman. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip kesiapan dan motivasi,

42

prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa,

prinsip umpan balik dan prinsip perulangan (Asri Budiningsih,

2003:119).

c. Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran

Berdasarkan pada teori-teori belajar kognitif, teori pemrosesan

informasi dan teori komunikasi yang di kemukakan oleh Asri

Budiningsih (2003:119), ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan

pedoman dalam mendesain pesan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut

meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat

perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik dan prinsip

perulangan.

1) Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Hasil belajar akan jauh lebih baik dan optimal jika dalam

pembelajaran peserta belajar memiliki kesiapan belajar seperti

kesiapan mental yang berupa kemampuan awal atau prasyarat belajar,

motivasi serta kesiapan fisik (Asri Budiningsih, 2003:119).

Kesiapan mental lebih diartikan sebagai kesiapan kemampuan

awal atau bekal awal atau prasyarat belajar, yaitu pengetahuan yang

telah dimiliki siswa atau peserta belajar yang dapat dijadikan pijakan

atau dasar untuk mempelajari materi pelajaran yang baru (Asri

Budiningsih, 2003:120). Untuk mengetahui kesiapan mental peserta

43

didik tersebut. Perancang pembelajaran dapat melakukan tes

penjajakan atau tes prasyarat belajar.

Selain kesiapan mental di atas, motivasi merupakan hal yang

tidak kalah penting. Motivasi mengandung arti adanya dorongan, baik

dari dalam maupun dari luar diri individu yang membuat siswa atau si

belajar mempunyai kemampuan untuk belajar (Asri Budiningsih,

2003:121). Menurut Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono

(2006: 42) motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan

mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan

dengan mesin dan kemudi pada mobil.

Dari uraian di atas yaitu kesiapan belajar dan motivasi

mempunyai kaitan yang erat dengan minat dan juga menjadi sebuah

alur perjalanan yang membentuk sikap dan tingkah laku seseorang.

Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu

cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul

motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga

dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam

kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah

tingkah laku manusia dan motivasinya (Dimyati dan Mudjiono, 2006:

43). Dengan kata lain kesiapan belajar, dan motivasi merupakan bekal

dasar yang sangat penting bagi seorang anak untuk mempelajari

informasi dan pengalaman yang baru.

44

Untuk itu, bahan-bahan pembelajaran, seperti strategi dan media

pembelajaran harus bisa membangkitkan kedua hal di atas agar siswa

atau peserta belajar dapat menyerap apa yang dipelajarinya sehingga

tujuan belajar tercapai secara optimal.

Dari uraian diatas membuktikan bahwa media pembelajaran

(media visual, media audio, media audio-visual), khususnya film

animasi pembelajaran harus berisi motivasi dan kesiapan belajar.

Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen kunci

untuk mengetahui apakah film tersebut berisi kedua hal diatas, yakni:

animasi, musik, teks, visual (background atau gambar pendukung dan

warna). Animasi yang berisi kesiapan belajar dan motivasi adalah

animasi yang pada awal tayang mempersiapkan penontonnya untuk

bisa menikmati animasi yang akan disaksikan atau menjelaskan sekilas

isi cerita. Animasi disini biasanya menampilkan gerakan yang

mengajak. Untuk motivasi, animasi bisa dengan gerakan-gerakan yang

atraktif, lucu, dan semangat.

Musik dalam sebuah film animsi yang berisi kesiapan belajar

dan motivasi adalah musik yang bersemangat, biasanya dengan tempo

yang cepat, kocak atau lucu. Teks dalam sebuah film animsi yang

berisi kesiapan belajar dan motivasi adalah teks yang bisa membawa

para penonton seolah ikut dalam perbincangan atau adegan

didalamnya. Teks disini bisa berupa judul, subtitile (terjemahan),

45

maupun teks didalam adegan sebagai penjelas atau perinci. Visual

dalam sebuah film animasi yang berisi kesiapan belajar dan motivasi

adalah visual yang menarik, baik bentuk sebuah tempat maupun benda

dan warna yang sesuai serta cocok dengan animasi dan background

didalamnya.

2) Prinsip Penggunaan Alat Pemusat Perhatian

Jika dalam proses belajar, perhatian siswa atau si belajar

terpusat pada pesan yang dipelajari, maka proses dan hasil belajar akan

semakin baik. Perhatian memegang peranan penting dalam kegiatan

belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan hasil belajar akan

semakin baik pula. Sebaliknya, jika siswa kurang memperhatikan

maka hasil belajar akan menurun atau tidak optimal (Asri Budiningsih,

2003:122).

Tidak hanya itu, dari kajian teori belajar pengolahan informasi

terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi proses

belajar (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42).

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan

pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu

dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar

lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan

membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian

alami itu tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya

46

(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42). Dilihat dari uraian pada prinsip

kesiapan dan motivasi di atas, sebenarnya kesiapan belajar, perhatian,

motivasi merupakan suatu urutan hubungan yang terjadi pada

seseorang yang melakukan kegiatan belajar.

Cara yang digunakan untuk membangkitkan, mempertahankan,

dan mengarahkan perhatian siswa salah satunya adalah dengan

menggunakan alat-alat pemusat perhatian seperti media pembelajaran

visual, media pembelajaran audio, dan media pembelajaran audio-

visual. Untuk itu media pembelajaan harus memiliki daya tarik pesan

yang meliputi daya tarik selebritis, daya tarik humor, daya tarik rasa

takut, daya tarik kesalahan, daya tarik musik, daya tarik komparatif,

daya tarik rasional, daya tarik emosional, daya tarik seks, daya tarik

komunikasi (M Suyanto 2005:90 dalam Fajar Purwaka, 2015:16).

Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen

kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi sebagai prinsip

alat pemusat perhatian, yakni: animasi, musik, teks, visual

(background atau gambar pendukung dan warna). Animasi yang

didalamnya terdapat prinsip alat pemusat perhatian adalah animasi

yang menampilkan gerakan-gerakan yang luar biasa, seperti

berimajinasi, dan spektakuler (adegan mengeluarkan jurus). Musik

dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip alat pemusat perhatian

adalah musik yang bersemangat, biasanaya dengan tempo yang cepat,

47

kocak atau lucu, dan spontan. Teks dalam sebuah film animsi yang

berisi prinsip alat pemusat perhatian adalah teks yang sederhana

namun bisa diterima baik oleh penonton, khususnya anak-anak.

Biasanya teks disini disesuaikan dengan film yang disiarkan, jika film

tersebut untuk anak-anak, maka teksnya akan dibuat lucu, kreatif, dan

sebagainya. Visual dalam sebuah film animasi yang berisi prinsip alat

pemusat perhatian adalah visual yang menarik, baik bentuk sebuah

tempat maupun benda dan warna yang sesuai serta cocok dengan

animasi dan background didalamnya.

3) Prinsip Partisipasi Aktif Siswa

Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak

adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat

sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak

bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan

kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif

mengalami sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 44). Hal ini

didukung oleh pendapat dari John Dewey yang mengemukakan,

bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa

untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri.

Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916 dalam

Devies, 1937:31).

48

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang

sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar

menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage dan

Berliner, 1984: 267 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45). Menurut

teori ini, anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu

merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan

menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thorndike

mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of

exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan latihan-

latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan

mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang

aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976:230 dari Gredler

MEB terjemahan Munandir, 1991:105 dalam Dimyati dan Mudjiono,

2006: 45).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan

belajar, siswa atau si belajar merupakan individu yang mempunyai

keaktifan yang tinggi sehingga mempunyai kemauan, pendapat, dan

pemikirannya sendiri. Itulah mengapa anak bisa memiliki bermacam-

macam tingkah laku yang kadang orang dewasa pun tidak mengerti.

Tidak hanya itu, agar tujuan belajar tercapai secara optimal dalam

kegiatan belajar, siswa atau anak tidak sekedar mengamati secara

langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam

49

perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Dengan kata lain

pengalaman langsung, agar nantinya perkembangan kognitif, afektif,

dan psikomotor anak lebih bermakna dan tak akan terlupakan

sepanjang hidupnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar

ini juga didukung oleh John Dewey yang mengemukakan “learning by

doing”. Bahwa belajar sebaiknya dialami melaui perbuatan langsung.

Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual

maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem

solving).

Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan

fisik semata, namun dari itu terutama adalah keterlibatan emosional,

keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan

pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam

pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-

latihan dalam pembentukan keterampilan (Dimyati dan Mudjiono,

2006: 46). Partisipasi aktif dapat diwujudkan dalam bentuk aktifitas

fisik, mental, maupun emosional dalam merespon materi pelajaran,

sehingga respon yang diberikan siswa atau si belajar bisa nampak

(melakukan sesuatu secara fisik), bisa pula respon yang tidak nampak

(memikirkan sesuatu, menganalisis, atau mencari jawaban) (Asri

Budiningsih, 2003:125).

50

Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen

kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi prinsip partisipasi

aktif siswa (penonton), yakni: animasi, musik, teks, visual

(background atau gambar pendukung dan warna). Animasi yang

didalamnya terdapat prinsip partisipasi aktif siswa (penonton) adalah

animasi yang menampilkan gerakan-gerakan yang seolah-olah

mengajak penonton untuk membantu tokoh atau karakter dalam film

yang disiarkan atau ditampilkan dan seolah-olah sedang berbicara

dengan penonton atau bisa dengan menampilkan gerakan-gerakan

menari, berolahraga, bernyanyi, dan lain-lain. Secara tidak sadar jika

anak atau siswa menyukai sebuah film animasi yang ditontonnya maka

anak atau siswa tersebut akan ingat akan gerakan-gerakan yang

dilihatnya dan menirukannya dalam kehidupan. Contoh gerakan

mengeluarkan jurus pada serial film animasi Naruto. Tidak berbeda

dari prinsip kesiapan belajar dan motivasi dan prinsip alat pemusat

perhatian musik dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip

partisipasi aktif siswa (penonton) adalah musik yang bersemangat,

biasanaya dengan tempo yang cepat, kocak atau lucu, dan spontan.

Teks dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip partisipasi aktif

siswa (penonton) adalah teks yang seolah-olah mengajak anak atau

penonton ikut berpartisipasi dalam film yang ditampilkan atau

disiarkan. Contoh ketika saat menyanyi pada sebuah film animasi, teks

51

yang ditulis ada bagian yang dikosongkan. Hal ini untuk mengajak

penonton untuk ikut bernyanyi dan mengisi bagian teks kosong

tersebut. Visual dalam sebuah film animasi yang berisi prinsip

partisipasi aktif siswa (penonton) adalah visual yang yang menarik,

baik bentuk sebuah tempat maupun benda dan warna yang sesuai serta

cocok dengan animasi dan background didalamnya. Dalam hal ini juga

sama dengan prinsip kesiapan belajar dan motivasi dan prinsip alat

pemusat perhatian.

4) Prinsip Umpan Balik

Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa

mengenai keberhasilan atau kemajuan serta kekurangan dalam

belajarnya. Prinsip umpan balik menyatakan bahwa jika dalam proses

belajar siswa diberitahukan kemajuan atau kelemahan dalam

belajarnya, maka hasil belajarnya akan meningkat (Asri Budiningsih,

2003:125). Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui

dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik

merupakan balikan yang yang menyenangkan dan berpengaruh baik

bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut

B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga

yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif

maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Berliner dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006: 48).

52

Contoh penerapan prinsip umpan balik misalnya ketika

seoarang siswa memecahkan masalah yang dihadapinya guru

memberikan pujian, maka siswa akan bersemangat dan lebih percaya

diri. Demikian pula jika siswa mengalami kegagalan dalam belajarnya,

kemudian guru memberikan informasi atau petunjuk atas aspek-aspek

yang menyebabkan kegagalan belajarnya, maka siswa akan mencoba

kembali belajar dengan berupaya mengatasi penyebab kegagalannya

(Asri Budiningsih, 2003:125).

Jika dalam proses pembelajaran digunakan umpan balik, maka

proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Jadi dari uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa fungsi dari umpan balik adalah untuk

memberikan konfirmasi ataupun koreksi terhadap proses dan hasil

belajar siswa, agar siswa mengetahui kemajuan belajarnya, sehingga

dapat melakukan tindakan selanjutnya dalam belajar (Asri

Budiningsih, 2003:126).

Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen

kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi prinsip umpan

balik, yakni: animasi, musik, teks, visual (background atau gambar

pendukung dan warna). Animasi yang didalamnya terdapat prinsip

umpan balik adalah animasi yang menampilkan gerakan-gerakan yang

menjawab pertanyaan dalam film yang ditampilkan dan menjadi

pertanyaan juga oleh penonton. Contoh ketika adegan dalam sebuah

53

film animasi tersebut sedang mempertanyakan sesuatu yang menarik,

sehingga membuat penonton penasaran dan mengira-ngira apakah

jawaban tersebut sesuai dengan benak penonton atau tidak. Hal ini

merupakan umpan balik dari penonton. Tidak berbeda dari prinsip

kesiapan belajar dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, prisip

partisipasi aktif siswa (penonton) musik dalam sebuah film animsi

yang berisi prinsip umpan balik adalah musik yang bersemangat,

biasanaya dengan tempo yang cepat, kocak/lucu, dan spontan. Teks

dalam sebuah film animsi yang berisi prinsip umpan balik adalah teks

yang menjawab jawaban dari pertanyaan yang ditunggu-tunggu oleh

anak atau penonton. Dalam hal ini animasi dan teks saling berkaitan,

karena animasi dibuat dengan panduan teks (percakapan dan alur

cerita). Visual dalam sebuah film animasi yang berisi prinsip umpan

balik adalah visual yang yang menarik, baik bentuk sebuah tempat

maupun benda dan warna yang sesuai serta cocok dengan animasi dan

background didalamnya. Dalam hal ini juga sama dengan prinsip

kesiapan belajar dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, dan

prinsip partisipasi aktif siswa (penonton). hal ini juga sama, antara

animasi, musik, teks, dan visual berkaitan. Jika visual yang

ditampilkan menarik bagi anak atau penonton, maka film animasi yang

disaksikan atau ditonton akan selalu ditunggu kehadirannya.

54

5) Prinsip Perulangan

Menurut teori Psikologi Daya tentang prinsip belajar yang

menekankan perlunya pengulangan, belajar adalah melatih daya-daya

yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,

mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan

mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang.

Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka

daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan

akan menjadi sempurna (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 46).

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori

Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang

terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law

of exercise”, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan

hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap

pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons

benar. Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna”

(Thorndike, 1931b:20, dan Gredler, Margaret E. Bell, terjemahan

Munandir, 1991:51 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).

Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih

lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan

dalam belajar. Jika pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan

hubungan stimulus dan respons, maka pada psikologi conditioning,

55

respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh

stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi

karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena

mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti karena lampu lalu lintas

berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat

dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan

suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah

membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga

menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tiak perlu selalu oleh

stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta

(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).

Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip

pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.

Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan

yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang

benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak

menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang

dikemukakan oleh ketiga teori di atas, karena tidak bisa dipakai untuk

menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih

relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih tetap

diperlukan latihan atau pengulangan. Metode drill dan stereotyping

56

adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage

dan Berliner, 1984: 259 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).

Jika dalam pembelajaran informasi disajikan berulang-ulang,

maka proses dan hasil belajar akan lebih baik. Proses penguasaan

materi pelajaran atau keterampilan tertentu memerlukan perulangan.

Tidak adanya perulangan akan mengakibatkan informasi atau pesan

pembelajaran tidak bertahan lama dalam ingatan (retensi), dan

informasi tersebut mudah dilupakan. Oleh sebab itu, pesan

pembelajaran perlu disampaikan berulang-ulang. Perulangan dapat

dilakukan dengan cara yang sama, atau dengan cara dan media yang

berbeda-beda. Contoh dalam program pembelajaran melalui media

audio, prisnip perulangan sangat penting untuk diperhatikan. Siswa

atau peserta belajar akan mengalami kesulitan memahami pesan atau

informasi baru dengan hanya diperdengarkan sekali saja. Tanpa

adanya pengulangan, informasi akan sulit ditangkap dan mudah

dilupakan (Asri Budiningsih, 2003:127).

Dalam film animasi terdapat aspek yang bisa menjadi elemen

kunci untuk mengetahui apakah film tersebut berisi prinsip

perulangan, yakni: animasi, musik, teks, visual (background atau

gambar pendukung dan warna). Animasi yang didalamnya terdapat

prinsip perulangan adalah animasi yang menampilkan gerakan-

gerakan yang mengulang suatu peristiwa seperti mengingat keadaan

57

sebelumnya atau suatu keadaan yang telah terjadi di masa lampau.

Contoh ketika adegan dalam sebuah film animasi tersebut sedang

mengingat kejadian atau peristiwa yang dialaminya kemarin atau

menceritakan kembali peristiwa, kejadian, dan pengalamannya kepada

orang lain. Tidak berbeda dari prinsip kesiapan belajar dan motivasi,

prinsip alat pemusat perhatian, prisip partisipasi aktif siswa

(penonton), dan prinsip umpan balik, musik dalam sebuah film

animasi yang berisi prinsip perulangan adalah musik yang

bersemangat, biasanaya dengan tempo yang cepat, kocak/lucu, dan

spontan. Tidak hanya itu bila animasi yang ditampilkan sedang

mengulang suatu perisiwa biasanya musik yang digunakan adalah

musik degan tempo pelan dan menyentuh hati. Tidak jauh berbeda

dengan prinsip umpan balik, teks dalam sebuah film animsi yang

berisi prinsip perulangan adalah teks yang mengulang suatu kejadian

atau peristiwa. Dalam hal ini animasi dan teks saling berkaitan, karena

animasi dibuat dengan panduan teks (percakapan dan alur cerita) dan

juga teks merupakan penjelas suatu keadaan. Tidak jauh berbeda

dengan prinsip umpan balik, visual dalam sebuah film animasi yang

berisi prinsip perulangan adalah visual yang menarik, baik bentuk

sebuah tempat maupun benda dan warna yang sesuai serta cocok

dengan animasi dan background didalamnya. Dan biasanya untuk

mengingat suatu kejadian atau peristiwa visual yang ditampilkan

58

berwana hitam-putih atau terkesan kuno (tradisional) dan aneh,

berbeda dengan animasi yang ditampilkan. Ini bertujuan untuk

member informasi dan mengajak penonton untuk merasakan kejdian

masa lalu pada sebuah film. Elemen-elemen tersebut saling berkaitan

agar tercipta sebuah film animasi yang baik dan berkualitas dan

nantinya diminati oleh para penonton. Tidak hanya itu kelima prinsip

desain pesan pembelajaran di atas juga saling terkait sehingga

membentuk suatu cara, metode, dan sistem yang baik untuk membuat,

menciptakan, dan mendesain suatu sumber belajar. Baik metode dan

media pembelajaran.

5. Desain Pesan Pembelajaran dalam Serial Film Animasi Upin dan Ipin

Sebagai serial film animasi yang banyak mendapatkan banyak

penghargaan dan dinilai membelajarkan bagi anak-anak dengan bukti

penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang, menjadikan serial film

animasi Upin dan Ipin masuk dalam kategori film pembelajaran. Dalam film

pembelajaran memuat pesan-pesan pembelajaran yang tertuang dalam

rangkaian cerita dan adegan yang disajikan.

Agar hasil pembelajaran nilai-nilai moral, sikap dan perilaku serta

semangat yang terpuji dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8

optimal, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran.

Prinsip desain pembelajaran yang perlu diterapkan meliputi prinsip kesiapan

59

dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan

siswa, prinsip umpan balik dan prinsip perulangan.

Penerapan prinsip kesiapan dan motivasi dalam serial film animsi

Upin dan Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 memberikan

prasyarat belajar bagi penontonnya. Prasayarat yang diberikan dapat berupa

prasyarat fisik seperti menyiapkan penonton untuk dapat menikmati film,

maupun prasyarat yang berupa pengetahuan awal seperti memberikan

pengetahuan dasar sebagai bekal untuk mampu mempelajari pesan pelajaran

dalam cerita yang disajikan.

Penerapan prinsip penggunaan alat pemusat perhatian dalam serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8

memuat adegan yang mampu membuat penonton tetap fokus mengikuti jalan

cerita yang disajikan. Untuk dapat membuat penonton tetap fokus pada cerita

yang disajikan, episode-episode dalam musim 8 dapat menggunakan daya

tarik pesan. Daya tarik pesan meliputi daya tarik selebritis, daya tarik humor,

daya tarik rasa takut, daya tarik kesalahan, daya tarik musik, daya tarik

komparatif, daya tarik rasional, daya tarik emosional, daya tarik seks, daya

tarik komunikasi (M Suyanto, 2005:90 dalam Fajar Purwaka, 2015:16).

Penerapan prinsip partisipasi aktif penonton dalam serial film animasi

Upin dan Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 mengajak

penonton untuk ikut berpartisipasi dengan karakter dalam dalam cerita.

Teknik yang digunakan dalam beberapa film pembelajaran seperti Dora de

60

Explorer, Diego, Sesame Street untuk memancing partisipasi aktif penonton

yaitu berupa direct address. Direct address adalah karakter di dalam cerita

film yang seolah-olah berbicara langsung atau memberi instruksi langsung

kepada penonton.

Penerapan prinsip umpan balik dalam serial film animasi Upin dan

Ipin musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 memuat adegan yang

memberikan masukan atau tanggapan mengenai kegiatan dan proses belajar

dari karkater dalam cerita. Umpan balik yang diterapkan dapat berupa umpan

balik yang bersifat informatif, umpan balik dengan tujuan mengoreksi,

umpan balik dengan tujuan memperingatkan, maupun umpan balik dengan

tujuan memotivasi (Fajar Purwaka, 2015:21). Dengan adanya umpan balik di

dalam musim 8, nantinya penonton dapat mendapatkan informasi atau pesan

pembelajaran sesuai dengan pemahamannya, dapat menyadari kekeliruannya,

maupun dapat menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan dan proses

belajar seperti yang dilakukan oleh karakter Upin dan Ipin beserta dengan

teman-teman dan para warga Kampung Durian Runtuh.

Penerapan prinsip perulangan dalam serial film animasi Upin dan Ipin

musim 8 berarti episode-episode dalam musim 8 mengulang informasi atau

pesan pembelajaran yang disampaikannya. Perulangan pesan dapat berupa

perulangan informasi sebagaimana adanya maupun berupa rangkuman atau

ringkasan dari pesan pembelajaran yang telah disampaikan lewat adegan-

adegan dalam jalannya cerita pada musim 8.

61

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Maspupah (2011) yang berjudul “Pengaruh

Tayangan Kartun Animasi Upin dan Ipin di Media Nusantara Citra Televisi

terhadap Penggunaan Kosa Kata Murid Raudhatul Athfal Al-Bariyyah

Kramat Jati Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan peniruan gaya

berbicara dan penggunaan kosa kata para tokoh film kartun Upin dan Ipin.

Untuk fenomena anak-anak yang meniru gaya berbicara dan penggunaan

kosa kata para tokoh film Upin dan Ipin termasuk dalam hal yang tidak perlu

dikhawatirkan. Upin dan Ipin adalah film yang sehat dan kata-kata yang

digunakan dalam film itu terjaga. Tetapi, tentu saja yang paling utama saat

ini, adalah peranaan orang tua untuk bisa mengontrol tayangan yang ditonton

oleh anak-anaknya. Orang tua perlu mendampingi anak-anaknya saat

menonton, memberikan pemahaman, tentang suatu film kartun yang sedang

disaksikan, juga untuk membangun sarana komunikasi dengan anak, dan hal

ini juga bisa mengurangi dampak negatif dari tayangan film kartun bagi anak.

Karena kebiasaan mengkonsumsi televisi secara sehat harus dimulai sejak

usia dini. Teori imitasi terjadi di lingkungan RA Al-Bariyyah, murid-murid

dalam kesehariannya menggunakan kata Cik Gu untuk memanggil guru di

sekolah. Tidak hanya kata Cik Gu, tetapi penggunaan kosa kata para tokoh

sangat berpengaruh terhadap penggunaan kosa kata murid-murid Raudhatul

Athfal Al-Bariyyah seperti Guru Besar, kata Nasi Lemak, Sedap, Kasut,

62

Rehat, Amak, Gula-gula, Surau, Seronok, Budak, Basikal, Datuk, Dusun,

Cakap, Gaduh, Tengok, Basuh, Nampak juga ditiru.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Purwaka (2015) yang berjudul

“Penerapan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran dalam Serial Film Upin dan

Ipin”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serial animasi Upin dan Ipin

Session 1 menerapkan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran, yang

meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat

perhatian, prinsip partisipasi aktif penonton, prinsip umpan balik, dan prinsip

perulangan. Bentuk penerapan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran

dalam serial film Upin dan Ipin session 1 adalah sebegai berikut: 1) Bentuk

penerapan prinsip kesiapan dan motivasi meliputi pengenalan karakter utama

di setiap awal episode, menampilkan judul episode, pengondisian penonton,

memberikan pengantar cerita dan mengenalkan character objective atau misi

karakter utama. 2) Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian dalam serial

film Upin dan Ipin meliputi daya tarik karakter berupa karakter yang atraktif,

daya tarik rasa takut berupa adegan yang menampilkan rasa takut karakter

utama akan misi yang akan dipikulnya, daya tarik humor, daya tarik

kesalahan berupa kesalahan yang dibuat oleh Upin dan Ipin yang berpotensi

menggagalkan puasanya, dan anthropomorphic berupa karakter asap dan

ayam yang bertingkah selayaknya manusia sehingga kelihatan ganjil atau

aneh. 3) Bentuk penerapan partisipasi aktif penonton yang dibangun oleh

film animasi Upin dan Ipin season 1 berupa direct address. Lewat teknik

63

direct address, Upin menginstruksikan penonton untuk duduk sebelum

menonton. 4) Bentuk penerapan prinsip umpan balik dalam serial Upin dan

Ipin season 1 berupa umpan balik yang informatif, umpan balik peringatan,

dan umpan balik motivasi. Umpan balik informatif berupa jawaban-jawaban

Opah atas pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh Upin dan Ipin mengenai

puasa Ramadhan. Umpan balik peringatan berupa peringatan Mei-mei

kepada Upin dan Ipin agar tidak makan dan minum saat puasa meskipun

tidak ada yang tahu. Umpan balik motivasi berupa dorongan Opah kepada

Upin dan Ipin agar mereka berpuasa secara ikhlas. 5) Penerapan prinsip

perulangan dalam serial film Upin dan Ipin season 1 terdapat berupa

perulangan informasi mengenai waktu berbuka dan mengenai hukum

berpuasa setengah hari.

C. Kerangka Pikir

Sebuah film terdiri atas adegan-adegan. Adegan ini membentuk sekuen.

Rangkaian dari sekuen-sekuen yang berurutan menghasilkan cerita yang utuh.

Begitupun dengan sebuah film animasi, mempunyai rangkaian sekuen atau alur

cerita yang sama persis dengan prinsip anatomi film-film lain yang bukan

animasi. Karena film animasi merupakan salah satu jenis dari pengembangan

teknologi film. Secara umum cerita dalam sebuah film berisi tentang seseorang

atau karakter yang memiliki sifat tertentu misal empati dan semangat juang.

Karakter tersebut mengiginkan sesuatu atau terjebak dalam situasi yang

mengharuskannya mencapai sesuatu. Tujuan yang akan diraih oleh karakter

64

utama merupakan hal yang sulit atau menuai hambatan. Karakter utama memiliki

kemungkinan besar untuk gagal atas apa yang diinginkannya. Dalam

mengahadapi hambatan, apa yang dilakukan oleh karakter mempengaruhi

penonton secara emosional dan terjadi hubungan antara karakter utama dengan

penonton. Pada akhirnya cerita diakhiri dengan happy ending (bahagia), sad

ending (sedih), ataupun menggantung.

Film yang bertujuan untuk membelajarkan memiliki prinsip-prinsip yang

harus diterapkan. Penerapan prinsip-prinsip ini mempengaruhi tingkat

pemahaman penonton akan pesan pembelajaran yang disampaikan. Prinsip-

prinsip yang dimaksud adalah prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran. Prinsip

desain pembelajaran tersebut meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip

penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik

dan prinsip perulangan.

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 berisikan episode-episode film

yang bertujuan untuk pembelajaran. Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8

ini bertujuan untuk mengajarkan apa arti di sayangi (Upin & Ipin Kesayanganku),

arti dari menjaga dan merawat (Kail dan Laga), asiknya belajar sambil bermain

(Belajar Sambil Main), kerugian jika ceroboh (Cuai, Cuai, Cuai), pengalaman

berpuasa (Pengalaman Puasa), arti hari raya yang bermakna (Raya Yang

Bermakna), belajar tentang warna (Warna Warni), arti penting menjaga dan

merawat mata (Jaga & Hargai Mata), arti semangat juang (Upin, Ipin dan

65

Ultraman Ribut), impian dan cita-cita (Upin Ipin Angkasa), kreativitas (Hasil

Tempatan), bahaya dari KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) (Perangi Rasuah),

kenangan bersama barang kenangan (Terompah Opah), dan liburan sambil belajar

(Pokok Seribu Guna).

Penelitian ini menganalisis penerapan prinsip-prinsip desain pesan

pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8. Sebelum proses

analisis, dilakukan pengumpulan data menggunakan lembar instrumen. Setelah itu

dapat diketahui bentuk penerapan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran

dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8.

66

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi. Berikut merupakan

pendapat beberapa ahli mengenai definisi analisis isi dari definisi lama hingga

definisi terbaru. Pertama menurut Barelson (1952:18) analisis isi adalah suatu

teknik penelitian yang dilakukan secara obyektif, sistematis, dan deskriptif

kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest). Tidak jauh berbeda,

Holsti (1969:14) juga berpendapat bahwa analisis isi adalah suatu teknik

penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara obyektif dan

identifikasi sistematis dari karakeristik pesan. Kemudian Riffe, Lacy, dan Fico

(1998:20) berpendapat bahwa analisis isi adalah pengujian yang sistematis dan

dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, dimana simbol ini diberikan

nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid dan analisis menggunakan

metode ststistik untuk menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan dan

memberikan konteks, baik produksi maupun konsumsi. Terakhir menurut

Neundorf (2002:10) analisis isi adalah sebuah peringkasan (summarizing),

kuantifikasi dari pesan yang didasarkan pada metode ilmiah (diantaranya

objektif-intersubjektif, reliabel, valid, dapat digeneralisasikan, dapat direplikasi

dan pengujian hipotesis) dan tidak dibatasi untuk jenis variabel tertentu atau

konteks dimana pesan dibentuk dan ditampilkan.

67

Metode analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk

dokumen baik cetak ataupun visual dan audio-visual seperti surat kabar, surat

pribadi, buku, kitab suci, selebaran, radio, televisi, grafiti, iklan, dan film

(Eriyanto, 2011:1).

Penelitian ini ingin mengetahui bentuk penerapan prinsip desain pesan

pembelajaran yaitu prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat

pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik dan prinsip

perulangan dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 terkait konten yang

disajikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Analisis isi deskriptif

adalah analisis isi dengan tujuan untuk menggambarkan secara detail suatu

pesan, atau suatu teks tertentu (Eriyanto, 2011:47). Analisis isi ini tidak menguji

hipotesis ataupun hubungan antar variabel, namun menggambarkan aspek dan

karakteristik dari suatu pesan. Dalam penelitian ini, analisis isi menggambarkan

bentuk penerapan desain pesan pembelajaran pada serial film animasi Upin dan

Ipin musim 8.

Tahapan penelitian analisis isi ini berdasarkan tahapan analisis isi

menurut Eriyanto (2011:56). Tahapan dalam penelitian ini meliputi perumusan

tujuan analisis, konseptualisasi dan operasionalisasi, pembuatan lembar koding

(coding sheet) atau kisi-kisi instrumen, penentuan populasi dan sampel, proses

koding, input data, dan analisis.

68

B. Jenis Data

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian.

Objek penelitian ini adalah serial film animasi Upin dan Ipin musim 8. Serial

film animasi Upin dan Ipin musim 8 ini terdiri dari 14 episode, yaitu Upin & Ipin

Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil Main, Cuai, Cuai, Cuai,

Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna Warni, Jaga & Hargai Mata,

Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin Angkasa, Hasil Tempatan, Perangi

Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok Seribu Guna. Dan sampel data yang

peneliti gunakan adalah episode pertama dan terakhir. Karena pada episode

pertama merupakan awal dari musim 8 dimulai dengan ceritanya yang misterius

dan merupakan pengantar episode-episode kedepannya, dengan kata lain sebagai

pancingan awal untuk menarik minat penonton. Serta episode terakhir

merupakan akhir dari musim 8, dengan penutupan cerita yang tenang, damai,

terdapat nilai pembelajaran, dan juga misteri untuk kelanjutan musim berikutnya.

C. Pengadaan Data

Data adalah inti informasi yang direkam dalam suatu media, yang dapat

dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dengan teknik-teknik yang ada, dan

relevan dengan masalah yang diteliti (Darmiyati Zuchdi, 1993:29).

Data dalam penelitian ini adalah episode pertama dan terakhir pada

serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 produksi Les Copaque yang telah

peneliti download dari https://www.youtube.com/watch?v=oPm9qYu-tBM pada

69

tanggal 24 Mei 2016 pukul 22:10 WIB dan

https://www.youtube.com/watch?v=pAHYZsyV750 pada tanggal 7 November

2016, jam 14:31 WIB. Yaitu episode Upin dan Ipin Kesayanganku dan Pokok

Seribu Guna.

D. Objek Penelitian

Menurut Eriyanto (2011:61), secara umum unit analisis dapat dibagi

menjadi 3, yaitu unit sampel (sampling unit), unit pencatatan (recording unit),

dan unit konteks (context unit). Unit sampel adalah bagian dari objek yang

dipilih oleh peneliti untuk dikaji. Unit pencatatan adalah aspek dari isi yang

menjadi dasar pencatatan atau analisis. Unit konteks adalah konteks yang

diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi arti terhadap hasil

penelitian. Penelitian lebih tertuju pada unit sampel, karena yang dianalisis

adalah aplikasi prinsip desain pesan pembelajaran pada serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8.

Sesuai dengan tujuan penelitian, yakni mendeskripsikan desain pesan

pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 terkait konten

yang disajikan, maka objek dari penelitian ini adalah serial film animasi Upin

dan Ipin. Sedangkan unit sampel yang digunakan adalah episode-episode dalam

serial film animasi Upin dan Ipin musim 8. Musim 8 dipilih sebagai unit sampel

dengan cara purposive sampling. Musim 8 dipilih karena musim ini memiliki

episode-episode yang memuat nilai-nilai dan pengajaran yang dibutuhkan anak

saat ini. Tidak hanya itu dalam musim 8 ini telah berkembang berbagai hal

70

seperti cerita, warna, gerakan, dan isi-isi lainnya, berbeda dengan season atau

musim-musim sebelumnya. Selain itu serial film animasi Upin dan Ipin ini telah

banyak diteliti, mayoritas penelitian yang dilakukan adalah pada season 1, dan

belum dilanjutkan pada season dan musim berikutnya.

Unit pencatatan (recording unit) dalam penelitian ini adalah adegan-

adegan dalam serial serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 yang sesuai

dengan definisi operasional. Unit konteks (context unit) dalam penelitian ini

adalah prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Untuk dapat mengetahui bentuk penerapan prinsip-prinsip desain

pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, maka dibuat

lembar koding (coding sheet). Lembar koding dibuat berdasarkan definisi

operasional penerapan prinsip-prinsip desain pembelajaran. Kisi-kisi lembar

koding bentuk penerapan prinsip-prinsip desain pembelajaran dalam serial film

animasi Upin dan Ipin musim 8 dapat dilihat pada lampiran halaman 149.

Lembar koding ini berisikan bagian-bagian adegan yang sesuai dengan masing-

masing prinsip desain pesan pembelajaran.

Kemudian dari lembar koding tersebut diperinci dengan lembar

persentase, yang didalamnya berisikan data yang dikonversi menjadi nilai atau

bentuk persentase. Lembar persentase dapat dilihat pada lampiran hal 175.

Lembar persentase ini digunakan untuk lebih memudahkan dan memperpadat

71

data dalam mendeskripsikan bagian-bagian yang dimiliki oleh masing-masing

prinsip desain pesan pembelajaran.

F. Analisis Data

Darmiyati Zuchdi (1993:36) menyatakan bahwa analisis berhubungan

dengan proses identifikasi dan penampilan pola-pola yang penting, signifikan

secara statistik, atau yang memberikan keterangan yang memuaskan atau

merupakan, deskripsi hasil-hasil analisis isi dan dapat dilakukan secara kuantitatif

maupun kualitatif.

Desain penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu

atau menguji hubungan antar variabel. Penelitian ini dimaksudkan untuk

menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Dalam hal ini,

peneliti mengidentifikasi dan mendeskripsikan berdasarkan adegan dalam serial

film animasi Upin dan Ipin yang mempresentasikan prinsip desain pesan

pembelajaran.

Dalam penilitian ini penulis menganalisis konten yang ada pada serial film

animasi Upin dan Ipin musim 8 apakah sesuai atau menerapkan prinsip desain

pembelajaran atau tidak. Film animasi biasanya mengandung konten, animasi

(gerak), musik, visual (warna dan background), dan teks. Bila digambarkan

seperti pada bagan di bawah ini:

72

ANIMASI MUSIK VISUAL TEKS

PRINSIP DESAIN PESANPEMBELAJARAN

SERIAL FILM ANIMASI UPINDAN IPIN MUSIM 8

73

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Deskripsi Data

Serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 (season 8) yang terdiri dari

14 episode, yaitu Upin & Ipin Kesayanganku, Kail dan Laga, Belajar Sambil

Main, Cuai, Cuai, Cuai, Pengalaman Puasa, Raya Yang Bermakna, Warna

Warni, Jaga & Hargai Mata, Upin, Ipin dan Ultraman Ribut, Upin Ipin

Angkasa, Hasil Tempatan, Perangi Rasuah, Terompah Opah, dan Pokok Seribu

Guna dikategorikan berdasarkan definisi operasional prinsip-prinsip desain

pesan pembelajaran, yang meliputi prinsip kesiapan dan motivasi, prinsip

penggunaan alat pemusat perhatian, prinsip keaktifan siswa, prinsip umpan balik

dan prinsip perulangan. Dari ke-14 episode di atas, peneliti mengambil 2 episode

sebagai sampel yang diteliti. Peneliti menggunakan episode pertama yaitu Upin

& Ipin Kesayanganku dan episode terakhir yaitu Pokok Seribu Guna.

Peneliti memilih episode pertama dan terakhir sebagai sampel yang

diteliti karena pada episode pertama merupakan awal dari musim 8 dimulai

dengan ceritanya yang misterius dan merupakan pengantar episode-episode

kedepannya, dengan kata lain sebagai pancingan awal untuk menarik minat

penonton, serta episode terakhir merupakan akhir dari musim 8, dengan

penutupan cerita yang tenang, damai, dan tetap lucu serta terdapat nilai

pembelajaran, dan juga misteri untuk kelanjutan musim berikutnya. Hasil

74

kategorisasi adegan berdasarkan indikator konten dalam serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8 (season 8) episode 1 dan 14 dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1. Data sampel 1 (episode 1 “Upin dan Ipin Kesayanganku”)

Diagram lingkaran di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima

prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin

musim 8 episode 1. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai

persentase 28.10%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan

Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 28.10%

jika dikonversi dalam detik memiliki nilai 468 detik. Nilai dengan satuan

persentase dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi

28,10%

12,73%

4,80%

25,76%

28,58%

Episode 1 "Upin dan Ipin Kesayanganku"

Kesiapan dan MotivasiAlat Pemusat PerhatianPartisipasi Aktif PenontonUmpan BalikPerulangan

75

Upin dan Ipin musim 8 episode 1 yakni 1665 detik yang adegannya dipotong dan

disortir sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari

keseluruhan durasi film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk

dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih

dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan

dan motivasi, sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai

dengan persentase 28.10%.

Adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi

adalah adegan yang mengenalkan karakter dan judul pada awal mulainya film

dan memberikan pegantar cerita, baik itu secara tersurat maupun tersirat. Pada

episode 1 ini pengenalan karakter dilakukan dengan sangat antusias dan

bersemangat, sehingga memberikan kesan bahwa cerita yang akan dibawakan itu

seru dan menyenagkan. Disusul dengan kemunculan judul yang unik dan

menarik, sehingga sesuai dengan tema dan sasaran film. Dan dilanjutkan dengan

cerita, yang pada awal mulainya memberikan pengantar cerita yang tersirat. Jadi

menimbulkan penasaran karena misi karakter dan pengantar cerita disini

memiliki kondisi yang rumit penuh dengan misteri. Dari ketiga hal tersebut

berujung pada dampak mempersiapkan dan memotivasi penonton untuk bisa

menerima dan menyimak cerita yang disajikan.

Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase

12.73%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin

musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai presentase

76

tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan Ipin Kesayanganku) yakni 100% yang

dipilih dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 1 ini

dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat

pemusat perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki

nilai dengan persentase 12.73% yang jika dikonversi memiliki nilai 212 detik

dari total durasi 1665 detik.

Pada prinsip kedua ini adegan yang dipilih dan sesuai adalah adegan

yang memiliki nilai unik dan aneh sehingga menjadi daya tarik yang luar biasa

yang berujung pada pemusatan perhatian penonton. Dengan kata lain sebagai

daya tarik film dalam memfokuskan dan memgkondisikan perhatian penonton

pada cerita film.

Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase

4.80%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim

8 episode 1 berdasarkan prinsip partsipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh dari

potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 yang memiliki

nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip partisipasi

aktif penonton. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja

yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga

ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase

4.80%.

77

Hasil potongan adegan yang dimaksud adalah adegan yang sesuai

dengan prinsip partisipasi aktif penonton. Didalamnya berisi pancingan atau

stimulus kepada penonton untuk dipikirkan, baik itu stimulus langsung atau

tersurat seperti pada film animasi Dora the Explorer, maupun stimulus tidak

langsung atau tersirat. Dari stimulus itu kemudian berujung pada pemikiran

penonton dan selanjutnya penonton akan mencoba dan menebak adegan apa

yang akan terjadi selanjutnya.

Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 25.76%,

nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 1 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika

dikonversi dalam waktu menjadi 429 detik dari total waktu film 1665 detik.

Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip

umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 1. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip

umpan balik memiliki nilai dengan persentase 25.76%.

Pada prinsip yang keempat ini adegan yang masuk kategorisasi adalah

adegan yang menjawab pertanyaan dari masalah-masalah atau misteri dalam

cerita film. Jawaban disini bisa berupa penguatan dan tambahan informasi,

peringatan, dan motivasi. Jadi pada prinsip ini menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang dipikirkan oleh penonton. Dengan umpan balik berupa informasi ini akan

membuat penonton lega atas pemikiran mereka, entah itu salah atau benar.

78

Sehingga berujung pada semangat penonton untuk menyaksikan kelanjutan

filmnya.

Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, nilai

ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan prinsip perulangan. Nilai 28.58% jika dikonversi dalam detik

memiliki nilai 476 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini

didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

yakni 1665 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir

sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film

hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip

perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan

balik memiliki nilai dengan persentase 28.58%.

Potongan adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip perulangan

adalah adegan yang mengulang informasi. Pengulangan disini bisa berupa

tambahan, perincian, dan penguatan informasi dalam film. Dari pengulangan

informasi ini akan membuat penonton menjadi semakin tahu dan paham

informasi penting yang coba disampaikan oleh adegan dalam film, dengan kata

lain makna film yang ingin disampaikan kepada penonton.

Dari hasil keterangan diagram lingkaran di atas, terlihat prinsip

perulangan memiliki nilai persentase yang lebih tinggi daripada prinsip yang

lainnya, yakni 28.58%. Dan prinsip yang memiliki nilai persentase rendah adalah

79

prinsip partisipasi aktif penonton, yaitu 4.80%. Prinsip perulangan mendapatkan

nilai tertinggi karena pada episode 1 ini prinsip perulangan yang paling banyak

mendominasi, baik itu tambahan, rincian, atau pengutan informasi. Dan prinsip

partisipasi aktif penonton memiliki nilai terendah karena pada episode 1 ini

partisipasi yang ditujukan kepada penonton lebih ke arah tersirat, karena cerita

dalam episode 1 mengangakat tema misteri kamar rahasia. Rahasia keluarga

Upin dan Ipin.

Dari keterangan data persentase diagram lingkaran di atas mengenai

nilai persentase yang dimiliki oleh masing-masing prinsip desain pesan

pembelajaran kemudian diperinci dengan perolehan nilai persentase konten yang

ada dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1. Konten yang

dimaksud adalah animasi, musik, teks, dan visual. Keterangan perolehan nilai

persentase konten ini dijelaskan dengan diagram batang di bawah ini:

80

Diagram batang di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada

masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi

Upin dan Ipin musim 8 episode 1. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal,

yakni animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau

dan dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam

diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap

prinsipnya.

a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Prinsip pertama kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 28.10%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan berdasarkan prinsip

kesiapan dan motivasi yakni animasi, musik, teks, dan visual. Konten animasi

memiliki nilai persentase 31.55%. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

28.10%Kesiapan

danMotivasi

12.73%Alat

PemusatPerhatian

4.80%Partisipasi

AktifPenonton

25.76%UmpanBalik

28.58%Perulangan

AnimasiMusikTeksVisual

81

animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang

sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam

episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan

konten animasi dalam lingkupan prinsip kesiapan dan motivasi. Dalam hal ini

animasi yang masuk dalam lingkup prinsip kesiapan dan motivasi adalah animasi

yang pada awal tayangan memberikan pengantar, baik itu berupa pengenalan

karakter, penginformasian judul episode, dan pengantar cerita atau pancingan

awal tentang masalah yang akan dihadapi. Dalam episode 1 ini animasi yang

dipilih berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi adalah berupa pengenalan

tokoh yang antusias dan bersemangat, penganimasian judul yang menarik, dan

pengantar cerita yang membuat penasaran penonton penuh dengan kejutan efek

dan animasi.

Konten musik memiliki nilai persentase 31.55% sama dengan nilai

persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi episode 1 berdasarkan konten

musik yang masuk dalam lingkup prinsip kesiapan dan motivasi. Musik yang

dipilih berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi adalah musik yang segar dan

menyenangkan. Karena sebagai awalan sebuah film, musik sebagai salah satu

elemen penting harus bisa memberikan kesan kepada penonton bahwa film yang

akan ditonton adalah film yang menarik. Dalam episode 1 ini musik terdengar

sangat segar, kocak, dan lucu sehingga memberikan dampak positif untuk awalan

sebuah film, tidak menyimpang dari tema dan sasaran film.

82

Konten teks memiliki nilai persentase 5.34% sangat sedikit dibandingkan

dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film

animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten teks yang sesuai

dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi. Konten teks yang

dipilih adalah yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan

menyenangkan, biasanya mengikuti tema dan sasaran film. Dalam episode 1 ini,

teks yang terlihat adalah pada judul film dan judul episode yang memiliki bentuk

unik, segar, dan menyenangkan sesuai dengan sasaran dan tema film. Dengan

hasil 5.34% tersebut karena konten teks tidak terlalu vital dalam sebuah film,

karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga

biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi

dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 31.55%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang

dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan

konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip kesiapan dan motivasi.

Konten visual yang dipilih adalah visual yang mendukung ketiga elemen konten

di atas, terutama animasi dan musik. Karena biasanya visual mengikuti dan

mendukung ketiga hal tersebut. Visual disini berupa background atau gambar

latar dan warna. Dalam episode 1 ini visual yang terlihat berupa penggunaan

warna dan gambar latar yang sangat menarik, mengesankan film yang

83

ditayangkan ceria, semangat, menarik, dan lucu sesuai dengan sasaran dan tema

film.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

31.55% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip kesiapan

dan motivasi yakni 28.10% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam

adegan yang masuk dalam prinsip kesiapan dan motivasi itu dipilih kembali

berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini

memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan

penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.

Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat

penonton. Tidak hanya itu, jika ketiganya diolah dengan benar maka akan

memberikan semangat dan motivasi kepada penonton secara tidak langsung, baik

itu dengan gerakan animasinya, instrumen musiknya, maupun visualnya.

b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian

Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 12.73%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 32.07%. Hasil ini

didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan konten animasi yang sesuai dan sebagai prinsip alat pemusat

perhatian. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

84

cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip alat pemusat

perhatian. Animasi yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah animasi yang

unik dan aneh. Bisa berupa efek yang ditambahkan dalam animasi maupun

ekspresi yang tidak biasa yang ditampilkan karakter. Dengan keunikan dan

keanehan itu membuat daya tarik tersendiri kepada penonton untuk bisa fokus

dan serius menyaksikan cerita atau adegan dalam film yang disajikan. Apalagi

sasaran dari film animasi ini adalah anak-anak, yang mayoritas anak sangat suka

pada hal baru terutama yang berbau unik, aneh, dan kreatif. Dalam episode 1 ini

animasi yang terlihat memiliki ekspresi yang unik bahkan terkesan dilebih-

lebihkan dengan tambahan efeknya.

Konten musik memiliki nilai persentase 32.07% sama dengan nilai

presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip alat pemusat perhatian. Musik

yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah musik dengan nada atau tempo yang

unik dan aneh sehingga menimbulkan pertanyaan dan penasaran pada penonton,

yang berujung pada fokusnya perhatian penonton pada cerita atau adegan yang

disajikan. Musik yang terdengar dalam episode ini sangat ekspresif penuh dengan

nada unik dan aneh, mendukung animasi yang ada. Sehingga merangsang dan

memfokuskan penonton pada cerita atau adegan.

Konten teks memiliki nilai persentase 3.77% sangat sedikit dibandingkan

dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film

85

animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten teks yang sesuai

dan terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian. Teks yang masuk

dalam kategori prinsip ini adalah teks yang unik sehingga bisa mengambil

perhatian penonton untuk terus menyimak cerita. Pada episode 1 ini teks yang

terlihat sebagai prinsip alat pemusat perhatian berupa munculnya kata

“bersambung”. Dengan munculnya kata itu membuat penonton sedikit merasa

kesal karena film yang saksikan terpotong. Karena kesal itulah merupakan salah

satu indikasi bahwa penonton menyimak dan fokus menyaksikan film yang

disaksikan. Hasil tersebut juga karena konten teks tidak terlalu terlihat mencolok

dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah

film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam

konten animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 32.07%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang

dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan

konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip alat pemusat perhatian.

Konten visual yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat perhatian adalah

visual yang mendukung konten animasi dan konten musik. Dalam hal ini

background dan warna yang digunakan sesuai untuk menonjolkan kedua hal

tersebut, terutama menonjolkan konten animasi. Karena jika visual juga memiliki

karakteristik yang unik dan aneh, maka akan terjadi penumpukan konsep dalam

film yang berujung pada jeleknya kualitas film. Karena sesuatu yang memiliki

86

kekuatan yang sama akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik, apalagi disini

konten animasi dan konten visual adalah hal yang bisa dilihat. Jadi salah satu dari

konten ini ada yang harus menjadi pendukung, dan yang paling sesuai adalah

konten visual. Karena film ini adalah film animasi maka sudah sewajarnya

konten animasi yang harus menonjol. Dalam episode 1 ini visual yang terlihat

sangat sesuai dengan animasi dan musik yang berjalan, baik itu background

maupun warna yang digunakan.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

32.07% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip alat

pemusat perhatian yakni 12.73% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian

dalam adegan yang masuk dalam prinsip alat pemusat perhatian itu dipilih

kembali berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga

konten ini memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu

yang vital dan penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten

ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.

Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat

penonton. Jika ketiga konten ini memiliki sesuatu yang menarik dan bersatu

membuat sebuah adegan bahkan menjadi sebuah film, maka dapat dipastikan

akan menarik dan menyita perhatian penonton untuk melihatrnya.

87

c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton

Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.80%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.32%. Hasil ini

didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat

pemusat perhatian. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja

yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip

partisipasi aktif penonton. Animasi yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah

animasi yang bisa atau memungkinkan merangsang penonton untuk ikut

berpartisipasi didalamnya. Partisipasi disini bisa berupa partisipasi yang tersurat

dan tersirat. Tersurat atau langsung terlihat, biasanya animasi yang langsung

menginstruksikan kepada penonton untuk ikut membantu karakter dalam cerita.

Contoh adalah film animasi “Dora the Explorer”. Tersirat atau tidak langsung,

biasanya animasi yang muncul tidak langsung mengistruksikan kepada penonton

untuk berpartsipasi langsung, akan tetapi melalui berbagai intrik atau pancingan-

pancingan dalam cerita atau adegan yang menstimulus penonton untuk ikut

berpasrtisipasi, baik itu secara sadar maupun tidak sadar. Biasanya yang sering

ada adalah stimulus atau rangsangan bersifat tidak sadar. Contoh ketika karakter

dalam cerita mengalami permasalahan yang rumit dan menarik, sehingga

memicu para penonton untuk ikut berpartisipasi, memikirkan hal yang sekiranya

akan terjadi dalam adegan selanjutnya.

88

Dalam episode 1 ini animasi yang terlihat adalah animasi yang bersifat

tersirat atau dengan kata lain memicu atau menstimulus penonton untuk ikut

berpikir tentang rahasia dan adegan selanjutnya. Karena dalam episode 1 ini

banyak sekali rahasia dan misteri yang dikemas dengan sangat menarik, sangat

sesuai untuk merangsang penonton untuk berpikir.

Konten musik memiliki nilai persentase 33.32% sama dengan nilai

persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip partisipasi aktif penonton.

Musik yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah musik yang mendukung

animasi yang berjalan. Musik yang mampu mengoptimalkan kelebihan animasi

untuk bisa menstimulus penonton ikut berpartisipasi dalam memikirkan atau

menebak kelanjutan adegan atau rahasia dan misteri sebagai masalah yang

dihadapi dalam cerita. Dalam episode 1 ini musik yang terdengar sesuai dengan

animasi yang berjalan. Musik bisa mengoptimalkan kerja animasi dalam cerita.

Contoh ketika Ipin tahu sebuah pintu rahasia dalam kamar yang terkunci dan ia

memegang kunci untuk membuka kamar tersebut, musik yang mengiringi

animasinya menimbulkan kesan penasaran dan kemenarikan. Sehingga bisa

memicu penonton untuk menebak rahasia dan misteri apakah yang diketahui oleh

Ipin.

Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.

Teks yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan

89

untuk bisa menyita perhatian penonton yang berujung pada perhatian dan

fokusnya penonton untuk menyaksikan jalanya cerita yang berisi tentang

informasi-informasi yang menjadi kunci permasalahan dalam cerita. Dengan kata

lain sebagai kekuatan pendorong bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam

episode 1 serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki

ciri-ciri khusus yang masuk dalam deskripsi teks prinsip partisispasi aktif

penonton. Hal ini juga karena konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam

sebuah film, karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film.

Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten

animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 33.32%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang

dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual

dalam lingkupan atau cakupan prinsip partisipasi aktif penonton. Visual yang

masuk dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan

musik yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut.

Jika animasi yang berjalan memberikan efek penasaran kepada penonton, maka

visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background

atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan.

Dalam episode 1 ini visual yang terlihat sudah mendukung animasi dan musik,

terutama animasi yang berjalan, dengan pengoptimalan gambar latar dan warna

yang digunakan, menjadikan animasi yang berjalan sangat menarik. Sehingga

90

menjadikan penonton betah dalam mengikuti alur cerita dan juga merangsang

penonton untuk ikut menebak adegan kelanjutan atau rahasia dalam cerita.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

32.07% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip partisipasi

aktif penonton yakni 4.80% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam

adegan yang masuk dalam prinsip partisipasi aktif penonton itu dipilih kembali

berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini

memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan

penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.

Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat

penonton. Jika ketiga konten dikombinasikan sedemikian rupa atau dengan kata

lain menarik dan atraktif sesuai dengan kelebihan ketiga konten tersebut, maka

penonton secara tidak sadar akan ikut berpartisipasi dalam kaitannya dengan film

yang ditonton. Contoh ketika film yang ditonton sedang membahas suatu rahasia

atau misteri dan film itu sangat ditunggu-tunggu oleh penonton, maka penonton

akan ikut berpartisipasi dengan cara ikut menebak atau memikirkan hal apa yang

akan terjadi dan rahasia atau misteri apa yang sedang dipecahkan dalam cerita.

d. Prinsip Umpan Balik

Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 25.76%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

91

teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini

didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip

umpan balik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip umpan balik.

Animasi yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah animasi yang

memberikan jawaban atas masalah atau misteri yang ada dalam cerita. Contoh

ketika Kak Ros diberitahu tentang pintu rahasia yang ada pada kamar yang

terkunci dan mengetahui sesuatu yang ada dalam pintu rahasia tersebut sehingga

membuat penonton lega tentang rahasia yang ada dalam pintu rahasia. Mungkin

sesuai dengan pemikiran penonton dan mungkin juga tidak, tapi dengan jawaban

tersebut akan memberi dampak pada penonton bahwa film yang disaksikan

memiliki rahasia dan nilai yang berarti.

Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai

persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Musik yang

masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah musik yang mendukung

animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi

yang berjalan. Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan

menghasilkan kombinasi umpan balik yang menarik, umpan balik berupa

informasi yang bersangkutan dengan film yang ditayangkan.

92

Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.

Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan

untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai

pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 1

serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri

khusus yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Hal ini juga karena

konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya

sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak

memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang

dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual

dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk dalam

kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang

berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi

yang berjalan memberikan jawaban atas permasalahan dalam cerita kepada

penonton, maka visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan

background atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang

berjalan. Dalam episode 1 ini visual yang terlihat sudah mendukung animasi dan

musik, terutama animasi yang berjalan, dengan pengoptimalan gambar latar dan

warna yang digunakan, menjadikan animasi yang berjalan sangat menarik.

93

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip umpan

balik yakni 25.76% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan

yang masuk dalam prinsip umpan balik itu dipilih kembali berdasarkan konten

yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang

sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam

sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang

akan menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini

berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang

sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas

situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan

memberikan umpan balik yang sesuai dengan harapan dan sasaran film tersebut.

e. Prinsip Perulangan

Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, didalamnya

memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.

Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini didapat dari hasil

kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten

animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip perulangan. Jadi dalam

episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan

konten animasi dalam lingkupan prinsip perulangan. Animasi yang masuk dalam

94

kategori prinsip perulangan adalah animasi yang mengulang suatu adegan atau

informasi, baik itu sebagai rangkuman, tambahan, rincian, atau penjelas.

Sehingga membuat penonton paham dan mengerti tentang informasi-informasi

yang berkaitan dengan cerita. Dengan paham dan mengertinya penonton akan

membuat film tersebut akan selalu diingat oleh penonton. Dalam episode 1 ini

animasi yang terlihat adalah tentang perulangan informasi mengenai pintu

rahasia, kebanyakan animasi yang ada menggunakan pancingan-pancingan untuk

mendeskripsikan perulangan informasi. Contoh ketika Upin dan Ipin

menyinggung seorang anak perempuan yang badel. Informasi anak bandel ini

merupakan salah satu kunci untuk memecahkan misteri pintu rahasia.

Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai

persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Musik yang masuk

dalam kategori prinsip perulangan adalah musik yang mendukung animasi yang

berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan.

Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan

kombinasi perulangan yang menarik, perulangan berupa informasi yang

bersangkutan dengan film yang ditayangkan.

Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.

Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan

untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai

95

pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 1

serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri

khusus yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Hal ini juga karena konten

teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai

tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri

khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang

dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual

dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk dalam

kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang

berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi

yang berjalan memberikan jawaban dan pengulangan informasi atas

permasalahan dalam cerita kepada penonton, maka visual harus bisa melengkapi

hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau warna yang sesuai dengan

keadaan dan kondisi animasi yang berjalan. Dalam episode 1 ini visual yang

terlihat sudah mendukung animasi dan musik, terutama animasi yang berjalan,

dengan pengoptimalan gambar latar dan warna yang digunakan, menjadikan

animasi yang berjalan sangat menarik.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip perulangan

96

yakni 28.58% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan yang

masuk dalam prinsip perulangan itu dipilih kembali berdasarkan konten yang

menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang sama

karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah

film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan

menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini

berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang

sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas

situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan

memberikan perulangan informasi berharga bagi penonton.

Jadi dari kelima prinsip desain pesan pembelajaran di atas yakni prinsip

kesiapan dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif

penonton, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan. Prinsip yang paling

menonjol dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan

Ipin Kesayanganku) adalah prinsip perualangan dengan nilai persentase 28.58%.

Dalam episode ini banyak sekali misteri dan rahasia yang ada dalam cerita atau

menjadi topik bahasan. Untuk itu banyak sekali perulangan informasi yang

ditunjukkan dalam cerita. Perualangan informasi ini berbentuk penjelas dan

pengulangan yang disampaikan oleh karakter dalam cerita. Baik itu melalui

sindiran, kode, bahkan tindakan.

97

Dan juga konten yang paling meonojol dalam serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan Ipin Kesayanganku) adalah konten

animasi, konten musik, dan konten visual, dengan nilai persentase 33.33%.

Karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah

film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan

menentukan kualitas film yang ditayangkan dan penarik minat penonton. Dengan

kata lain ketiga hal ini saling berkaitan dan berhubungan yang membuat sebuah

alur cerita menarik dan baik.

2. Data Sampel 2 (Episode 14 “Pokok Seribu Guna”)

Diagram lingkaran di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima

prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin

8,77%

18,24%

4,92%

31,71%

36,33%

Episode 14 "Pokok Seribu Guna"

Kesiapan dan Motivasi

Alat Pemusat Perhatian

Partisipasi Aktif Penonton

Umpan Balik

Perulangan

98

musim 8 episode 14. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai

persentase 8.77%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan

Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 8.77%

jika dikonversi dalam detik memiliki nilai 144 detik. Nilai dengan satuan

persentase dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi

Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yakni 1299 detik yang adegannya dipotong

dan disortir sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari

keseluruhan durasi film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk

dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih

dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan

dan motivasi, sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai

dengan persentase 8.77%.

Adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi

adalah adegan yang mengenalkan karakter dan judul pada awal mulainya film

dan memberikan pegantar cerita, baik itu secara tersurat maupun tersirat. Pada

episode 14 ini pengenalan karakter dilakukan dengan sangat antusias dan

bersemangat, sehingga memberikan kesan bahwa cerita yang akan dibawakan itu

seru dan menyenagkan. Disusul dengan kemunculan judul yang unik dan

menarik, sehingga sesuai dengan tema dan sasaran film. Dan dilanjutkan dengan

cerita, yang pada awal mulainya memberikan pengantar cerita yang tersirat. Jadi

menimbulkan penasaran karena misi karakter dan pengantar cerita disini

memiliki kondisi yang membuat penonton bertanya-tanya. Dari ketiga hal

99

tersebut berujung pada dampak mempersiapkan dan memotivasi penonton untuk

bisa menerima dan menyimak cerita yang disajikan.

Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase

18.24%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin

musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai persentase

tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok Seribu Guna) yakni 100% yang dipilih dan

sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih

dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat

perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai

dengan persentase 18.24% yang jika dikonversi memiliki nilai 237 detik dari

total durasi 1299 detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana

saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian, sehingga

ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai dengan persentase

18.24%.

Pada prinsip kedua ini adegan yang dipilih dan sesuai adalah adegan

yang memiliki nilai unik dan aneh sehingga menjadi daya tarik yang luar biasa

yang berujung pada pemusatan perhatian penonton. Dengan kata lain sebagai

daya tarik film dalam memfokuskan dan memgkondisikan perhatian penonton

pada cerita film.

Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase

4.92%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim

100

8 episode 14 berdasarkan prinsip partsisipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh

dari potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yang

memiliki nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip

partisipasi aktif penonton. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan

mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton,

sehingga ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan

persentase 4.92% yang jika dikonversi dalam satuan detik memiliki nilai 64

detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok

dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga ditemukan prinsip

partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase 4.92%.

Hasil potongan adegan yang dimaksud adalah adegan yang sesuai

dengan prinsip partisipasi aktif penonton. Didalamnya berisi pancingan atau

stimulus kepada penonton untuk dipikirkan, baik itu stimulus langsung atau

tersurat seperti pada film animasi Dora the Explorer, maupun stimulus tidak

langsung atau tersirat. Dari stimulus itu kemudian berujung pada pemikiran

penonton dan selanjutnya penonton akan mencoba dan menebak adegan apa

yang akan terjadi selanjutnya.

Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 31.71%,

nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 14 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika

dikonversi dalam waktu menjadi 412 detik dari total waktu film 1299 detik.

Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip

101

umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 14. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip

umpan balik memiliki nilai dengan persentase 31.71%.

Pada prinsip yang keempat ini adegan yang masuk kategorisasi adalah

adegan yang menjawab pertanyaan dari masalah-masalah atau misteri dalam

cerita film. Jawaban disini bisa berupa penguatan dan tambahan informasi,

peringatan, dan motivasi. Jadi pada prinsip ini menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang dipikirkan oleh penonton. Dengan umpan balik berupa informasi ini akan

membuat penonton lega atas pemikiran mereka, entah itu salah atau benar.

Sehingga berujung pada semangat penonton untuk menyaksikan kelanjutan

filmnya.

Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, nilai

ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai 36.33% jika dikonversi dalam detik

memiliki nilai 472 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini

didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14

yakni 1299 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir

sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film

hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip

perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan

102

balik memiliki nilai dengan persentase 36.33%. Jadi dalam episode 1 ini dipilih

dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan,

sehingga ditemukan prinsip umpan balik memiliki nilai dengan persentase

36.33%.

Potongan adegan yang dipilih dan sesuai dengan prinsip perulangan

adalah adegan yang mengulang informasi. Pengulangan disini bisa berupa

tambahan, perincian, dan penguatan informasi dalam film. Dari pengulangan

informasi ini akan membuat penonton menjadi semakin tahu dan paham

informasi penting yang coba disampaikan oleh adegan dalam film, dengan kata

lain makna film yang ingin disampaikan kepada penonton.

Dari hasil keterangan diagram lingkaran di atas, terlihat prinsip

perulangan memiliki nilai persentase yang lebih tinggi daripada prinsip yang

lainnya, yakni 36.33%. Dan prinsip yang memiliki nilai persentase rendah adalah

prinsip partisipasi aktif penonton, yaitu 4.92%. Prinsip perulangan mendapatkan

nilai tertinggi karena pada episode 14 ini prinsip perulangan yang paling banyak

mendominasi, baik itu, tambahan, rincian, atau pengutan informasi. Dan prinsip

partisipasi aktif penonton memiliki nilai terendah karena pada episode 1 ini

partisipasi yang ditujukan kepada penonton lebih ke arah tersirat, karena cerita

dalam episode 14 mengangakat tema misteri kamar rahasia. Rahasia keluarga

Upin dan Ipin.

Dari keterangan data persentase diagram lingkaran di atas mengenai

nilai persentase yang dimiliki oleh masing-masing prinsip desain pesan

103

pembelajaran kemudian diperinci dengan perolehan nilai persentase konten yang

ada dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14. Konten yang

dimaksud adalah animasi, musik, teks, dan visual. Keterangan perolehan nilai

persentase konten ini dijelaskan dengan diagram batang di bawah ini:

Diagram batang di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada

masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi

Upin dan Ipin musim 8 episode 14. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal,

yakni animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau

dan dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam

diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap

prinsipnya.

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

8.77%Kesiapan

danMotivasi

18.24%Alat

PemusatPerhatian

4.92%Partisipasi

AktifPenonton

31.71%UmpanBalik

36.33%Perulangan

AnimasiMusikTeksVisual

104

a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Prinsip kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 8.77%, didalamnya

memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.

Konten animasi memiliki nilai persentase 28.01%. Hasil ini didapat dari hasil

kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten

animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi.

Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 14 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai

prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir

adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan

prinsip kesiapan dan motivasi. Dalam hal ini animasi yang masuk dalam lingkup

prinsip kesiapan dan motivasi adalah animasi yang pada awal tayangan

memberikan pengantar, baik itu berupa pengenalan karakter, penginformasian

judul episode, dan pengantar cerita atau pancingan awal tentang masalah yang

akan dihadapi. Dalam episode 1 ini animasi yang dipilih berdasarkan prinsip

kesiapan dan motivasi adalah berupa pengenalan tokoh yang antusias dan

bersemangat, penganimasian judul yang menarik, dan pengantar cerita yang

membuat penasaran penonton penuh dengan kejutan efek dan animasi.

Konten musik memiliki nilai persentase 28.01% sama dengan nilai

presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip kesiapan dan motivasi. Musik

105

yang dipilih berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi adalah musik yang segar

dan menyenangkan. Karena sebagai awalan sebuah film, musik sebagai salah

satu elemen penting harus bisa memberikan kesan kepada penonton bahwa film

yang akan ditonton adalah film yang menarik. Dalam episode 14 ini musik

terdengar sangat segar, kocak, dan lucu sehingga memberikan dampak positif

untuk awalan sebuah film, tidak menyimpang dari tema dan sasaran film.

Konten teks memiliki nilai persentase 15.97% lebih rendah dari konten

animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten teks yang sesuai dan

terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi. Konten teks yang dipilih

adalah yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan menyenangkan,

biasanya mengikuti tema dan sasaran film. Dalam episode 14 ini, teks yang

terlihat adalah pada judul film dan judul episode yang memiliki bentuk unik,

segar, dan menyenangkan sesuai dengan sasaran dan tema film. Dengan hasil

15.97% tersebut karena konten teks tidak terlalu vital dalam sebuah film, karena

teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks

tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten

musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 28.01%. Hasil ini diperoleh dari episode 14

yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan

konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip kesiapan dan motivasi.

106

Konten visual yang dipilih adalah visual yang mendukung ketiga elemen konten

di atas, terutama animasi dan musik. Karena biasanya visual mengikuti dan

mendukung ketiga hal tersebut. Visual disini berupa background atau gambar

latar dan warna. Dalam episode 14 ini visual yang terlihat berupa penggunaan

warna dan gambar latar yang sangat menarik, mengesankan film yang

ditayangkan ceria, semangat, menarik, dan lucu sesuai dengan sasaran dan tema

film.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

28.01% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip kesiapan

dan motivasi yakni 8.77% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam

adegan yang masuk dalam prinsip kesiapan dan motivasi itu dipilih kembali

berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini

memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan

penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.

Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat

penonton. Tidak hanya itu, jika ketiganya diolah dengan benar maka akan

memberikan semangat dan motivasi kepada penonton secara tidak langsung, baik

itu dengan gerakan animasinya, instrumen musiknya, maupun visualnya.

107

b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian

Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 18.24%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 30.52%. Hasil ini

didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14

berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat

pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan mana

saja yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip alat

pemusat perhatian. Animasi yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah

animasi yang unik dan aneh. Bisa berupa efek yang ditambahkan dalam animasi

maupun ekspresi yang tidak biasa yang ditempilkan karakter. Dengan keunikan

dan keanehan itu membuat daya tarik tersendiri kepada penonton untuk bisa

fokus dan serius menyaksikan cerita atau adegan dalam film yang disajikan.

Apalagi sasaran dari film animasi ini adalah anak-anak, yang mayoritas anak

sangat suka pada hal baru terutama yang berbau unik, aneh, dan kreatif. Dalam

episode 14 ini animasi yang terlihat memiliki ekspresi yang unik bahkan terkesan

dilebih-lebihkan dengan tambahan efeknya untuk menarik perhatian penonton.

Konten musik memiliki nilai persentase 30.52% sama dengan nilai

persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip alat pemusat perhatian. Musik

yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah musik dengan nada atau tempo yang

108

unik dan aneh sehingga menimbulkan pertanyaan dan penasaran pada penonton,

yang berujung pada fokusnya perhatian penonton pada cerita atau adegan yang

disajikan. Musik yang terdengar dalam episode ini sangat ekspresif penuh dengan

nada unik dan aneh, mendukung animasi yang ada. Sehingga merangsang dan

memfokuskan penonton pada cerita atau adegan.

Konten teks memiliki nilai persentase 8.43% sangat sedikit dibandingkan

dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film

animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten teks yang sesuai

dan terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian. Teks yang masuk

dalam kategori prinsip ini adalah teks yang unik sehingga bisa mengambil

perhatian penonton untuk terus menyimak cerita. Pada episode 14 ini teks yang

terlihat sebagai prinsip alat pemusat perhatian berupa munculnya kata “Coconut”

dan “Home Stay Tok Dalang”. Dengan munculnya kata itu membuat perhatian

penonton menjadi terpusat. Karena teks yang muncul tersebut memiliki bentuk

yang unik dan muncul dengan tiba-tiba. Sehingga membuat penonton terkejut

dan tertarik untuk memperhatikannya. Hasil tersebut juga karena konten teks

tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai

tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri

khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 30.52%. Hasil ini diperoleh dari episode 14

yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung dengan

109

konten visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip alat pemusat perhatian.

Konten visual yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat perhatian adalah

visual yang mendukung konten animasi dan konten musik. Dalam hal ini

background dan warna yang digunakan sesuai untuk menonjolkan kedua hal

tersebut, terutama menonjolkan konten animasi. Karena jika visual juga memiliki

karakteristik yang unik dan aneh, maka akan terjadi penumpukan konsep dalam

film yang berujung pada jeleknya kualitas film. Karena sesuatu yang memiliki

kekuatan yang sama akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik, apalagi disini

konten animasi dan konten visual adalah hal yang bisa dilihat. Jadi salah satu dari

konten ini ada yang harus menjadi pendukung, dan yang paling sesuai adalah

konten visual. Karena film ini adalah film animasi maka sudah sewajarnya

konten animasi yang harus menonjol. Dalam episode 14 ini visual yang terlihat

sangat sesuai dengan animasi dan musik yang berjalan, baik itu background

maupun warna yang digunakan.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

30.52% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip alat

pemusat perhatian yakni 18.24% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian

dalam adegan yang masuk dalam prinsip alat pemusat perhatian itu dipilih

kembali berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga

konten ini memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu

yang vital dan penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten

110

ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.

Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat

penonton. Jika ketiga konten ini memiliki sesuatu yang menarik dan bersatu

membuat sebuah adegan bahkan menjadi sebuah film, maka dapat dipastikan

akan menarik dan menyita perhatian penonton untuk melihatrnya.

c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton

Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.92%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini

didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat

pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan mana

saja yang cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip

partisipasi aktif penonton. Konten musik memiliki nilai presentase 33.33% sama

dengan nilai presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan

hasil yang didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi

berdasarkan konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip partisipasi aktif

penonton. Animasi yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah animasi yang bisa

atau memungkinkan merangsang penonton untuk ikut berpartisipasi didalamnya.

Partisipasi disini bisa berupa partisipasi yang tersurat dan tersirat. Tersurat atau

langsung terlihat, biasanya animasi yang langsung menginstruksikan kepada

penonton untuk ikut membantu karakter dalam cerita. Contoh adalah film

111

animasi “Dora the Explorer”. Tersirat atau tidak langsung, biasanya animasi

yang muncul tidak langsung mengistruksikan kepada penonton untuk

berpartsipasi langsung, akan tetapi melalui berbagai intrik atau pancingan-

pancingan dalam cerita atau adegan yang menstimulus penonton untuk ikut

berpasrtisipasi, baik itu secara sadar maupun tidak sadar. Biasanya yang sering

ada adalah stimulus atau rangsangan bersifat tidak sadar. Contoh ketika karakter

dalam cerita mengalami permasalahan yang rumit dan menarik, sehingga

memicu para penonton untuk ikut berpartisipasi, memikirkan hal yang sekiranya

akan terjadi dalam adegan selanjutnya.

Dalam episode 14 ini animasi yang terlihat adalah animasi yang bersifat

tersirat atau dengan kata lain memicu atau menstimulus penonton untuk ikut

berpikir tentang informasi penting pada adegan selanjutnya. Karena dalam

episode 14 ini banyak sekali informasi penting tentang liburan sekolah yang

bermakna, berlibur sambil belajar, dan juga informasi mengenai pohon seribu

guna yaitu pohon kelapa. Animasi yang dikemas dengan sangat menarik, sangat

sesuai untuk merangsang penonton untuk berpikir. Musik yang dipilih

berdasarkan prinsip ini adalah musik yang mendukung animasi yang berjalan.

Musik yang mampu mengoptimalkan kelebihan animasi untuk bisa menstimulus

penonton ikut berpartisipasi dalam memikirkan atau menebak kelanjutan adegan

atau rahasia dan misteri sebagai masalah yang dihadapi dalam cerita. Dalam

episode 14 ini musik yang terdengar sesuai dengan animasi yang berjalan. Musik

bisa mengoptimalkan kelebihan animasi dalam cerita.

112

Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.

Teks yang dipilih berdasarkan prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan

untuk bisa menyita perhatian penonton yang berujung pada perhatian dan

fokusnya penonton untuk menyaksikan jalanya cerita yang berisi tentang

informasi-informasi yang menjadi kunci permasalahan dalam cerita. Dengan kata

lain sebagai kekuatan pendorong bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam

episode 14 serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak

memiliki ciri-ciri khusus yang masuk dalam lingkup prinsip partisispasi aktif

penonton. Hal ini juga karena konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam

sebuah film, karena teks hanya sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film.

Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten

animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 1 yang

dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten visual

dalam lingkupan atau cakupan prinsip alat pemusat perhatian. Visual yang masuk

dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik

yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika

animasi yang berjalan memberikan efek penasaran kepada penonton, maka visual

harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau

warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan. Dalam

episode 14 ini visual yang terlihat sudah mendukung animasi dan musik,

113

terutama animasi yang berjalan, dengan pengoptimalan gambar latar dan warna

yang digunakan, menjadikan animasi yang berjalan sangat menarik. Sehingga

menjadikan penonton betah dalam mengikuti alur cerita dan juga merangsang

penonton untuk ikut menebak adegan kelanjutan atau rahasia dalam cerita.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

32.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip partisipasi

aktif penonton yakni 4.92% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam

adegan yang masuk dalam prinsip partisipasi aktif penonton itu dipilih kembali

berdasarkan konten yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini

memiliki hasil yang sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan

penting dalam sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi.

Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan kualitas dan penarik minat

penonton. Jika ketiga konten dikombinasikan sedemikian rupa atau dengan kata

lain menarik dan atraktif sesuai dengan kelebihan ketiga konten tersebut, maka

penonton secara tidak sadar akan ikut berpartisipasi dalam kaitannya dengan film

yang ditonton. Contoh ketika film yang ditonton sedang membahas suatu rahasia

atau misteri dan film itu sangat ditunggu-tunggu oleh penonton, maka penonton

akan ikut berpartisipasi dengan cara ikut menabak atau memikirkan hal apa yang

akan terjadi dan rahasia atau misteri apa yang sedang dipecahkan dalam cerita.

114

d. Prinsip Umpan Balik

Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 31.71%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini

didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14

berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip

umpan balik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip umpan balik.

Animasi yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah animasi yang

memberikan jawaban atas masalah atau misteri yang ada dalam cerita. Contoh

ketika Upin dan Ipin diberitahu tentang makna liburan yang bermakna oleh Atok

dan penjelasan Atok tentang kegunaan dan manfaat dari masing-masing bagian

pohon kelapa sehingga membuat penonton lega tentang informasi-informasi

penting tersebut, karena sudah diutarakan dalam adegan film. Mungkin sesuai

dengan pemikiran penonton dan mungkin juga tidak, tapi dengan jawaban

tersebut akan memberi dampak pada penonton bahwa film yang disaksikan

memiliki rahasia dan nilai yang berarti.

Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai

presentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Musik yang

masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah musik yang mendukung

115

animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi

yang berjalan. Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan

menghasilkan kombinasi umpan balik yang menarik, umpan balik berupa

informasi yang bersangkutan dengan film yang ditayangkan.

Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.

Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan

untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai

pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 14

serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri

khusus yang masuk dalam lingkup prinsip umpan balik. Hal ini juga karena

konten teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya

sebagai tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak

memiliki ciri khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 14

yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten

visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk

dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik

yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika

animasi yang berjalan memberikan jawaban atas permasalahan dalam cerita

kepada penonton, maka visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu

menggunakan background atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi

116

animasi yang berjalan. Dalam episode 14 ini visual yang terlihat sudah

mendukung animasi dan musik, terutama animasi yang berjalan, dengan

pengoptimalan gambar latar dan warna yang digunakan, menjadikan animasi

yang berjalan sangat menarik.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip umpan

balik yakni 31.71% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan

yang masuk dalam prinsip umpan balik itu dipilih kembali berdasarkan konten

yang menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang

sama karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam

sebuah film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang

akan menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini

berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang

sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas

situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan

memberikan umpan balik yang sesuai dengan harapan dan sasaran film tersebut.

e. Prinsip Perulangan

Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, didalamnya

memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.

Konten animasi memiliki nilai persentase 33.33%. Hasil ini didapat dari hasil

117

kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten

animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip perulangan. Jadi dalam

episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan

konten animasi dalam lingkupan prinsip perulangan. Animasi yang masuk dalam

kategori prinsip perulangan adalah animasi yang mengulang suatu adegan atau

informasi, baik itu sebagai rangkuman, tambahan, rincian, atau penjelas.

Sehingga membuat penonton paham dan mengerti tentang informasi-informasi

yang berkaitan dengan cerita. Dengan paham dan mengertinya penonton akan

membuat film tersebut akan selalu diingat oleh penonton. Dalam episode 14 ini

animasi yang terlihat adalah tentang perulangan informasi mengenai manfaat dan

kegunaan masing-masing bagian pohon kelapa dan juga hasil kreativitas dari

bagian-bagian pohon kelapa tersebut, animasi yang ada menggunakan sistem

penjelas dan rangkuman untuk mendeskripsikan perulangan informasi. Contoh

ketika Upin dan Ipin meminta izin kepada Opah untuk ke kebun Atok. Tapi Kak

Ros marah, karena mereka tidak pernah mau ke kebun, tapi Upin dan Ipin

menjelaskan kepada Kak Ros dan Opah, bahwa mereka ingin mengumpulkan

batok kelapa untuk dijadikan kerajian dan dijual. Dari percakapan itu kemudian

Opah memperjelas tentang manfaat dan kegunaan masing-masing bagian dari

pohon kelapa.

Konten musik memiliki nilai persentase 33.33% sama dengan nilai

persentase konten animasi. Hasil ini juga sama dengan penjelasan hasil yang

didapatkan konten animasi yakni dari kategorisasi film animasi berdasarkan

118

konten musik yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Musik yang masuk

dalam kategori prinsip perulangan adalah musik yang mendukung animasi yang

berjalan. Dengan kata lain musik sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan.

Dengan adanya musik yang sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan

kombinasi perulangan yang menarik, perulangan berupa informasi yang

bersangkutan dengan film yang ditayangkan.

Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak ada.

Teks yang masuk dalam kategori prinsip ini adalah teks yang memiliki kekuatan

untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik. Dengan kata lain sebagai

pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik yang berjalan. Dalam episode 14

serial film animasi Upin dan Ipin musim 8, konten teks tidak memiliki ciri-ciri

khusus yang masuk dalam lingkup prinsip perulangan. Hal ini juga karena konten

teks tidak terlalu terlihat mencolok dalam sebuah film, karena teks hanya sebagai

tambahan penjelas dalam sebuah film. Dan juga biasanya teks tidak memiliki ciri

khusus seperti yang ada dalam konten animasi dan konten musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten

animasi dan konten musik, yakni 33.33%. Hasil ini diperoleh dari episode 14

yang dipilih dan disortir adegan mana saja yang sesuai dan mengandung konten

visual dalam lingkupan atau cakupan prinsip perulangan. Visual yang masuk

dalam kategori prinsip ini adalah visual yang melengkapi animasi dan musik

yang berjalan. Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika

animasi yang berjalan memberikan jawaban dan pengulangan informasi atas

119

permasalahan dalam cerita kepada penonton, maka visual harus bisa melengkapi

hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau warna yang sesuai dengan

keadaan dan kondisi animasi yang berjalan. Dalam episode 14 ini visual yang

terlihat sudah mendukung animasi dan musik, terutama animasi yang berjalan,

dengan pengoptimalan gambar latar dan warna yang digunakan, menjadikan

animasi yang berjalan sangat menarik.

Dari keempat konten yang ada, nilai persentase yang paling tinggi adalah

33.33% dimiliki oleh konten animasi, konten musik, dan konten visual. Nilai

persentase tersebut merupakan hasil pembagian dari total nilai prinsip perulangan

yakni 36.33% yang sama nilainya dengan 100%, kemudian dalam adegan yang

masuk dalam prinsip perulangan itu dipilih kembali berdasarkan konten yang

menjadi indikator dalam sebuah film. Ketiga konten ini memiliki hasil yang sama

karena ketiga hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah

film, khususnya film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan

menentukan kualitas dan penarik minat penonton. Jika keempat konten ini

berpadu dengan serasi dan selaras, baik itu animasi yang atraktif, musik yang

sesuai, visual yang megoptimalkan adegan animasi, dan teks yang memperjelas

situasi dan kondisi cerita. Maka akan membentuk sebuah film yang akan

memberikan perulangan informasi berharga bagi penonton.

Jadi dari kelima prinsip desain pesan pembelajaran di atas yakni prinsip

kesiapan dan motivasi, prinsip alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif

120

penonton, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan. Prinsip yang paling

menonjol dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok

Seribu Guna) adalah prinsip perualangan dengan nilai persentase 36.33%. Dalam

episode ini banyak sekali informasi penting yang ada dalam cerita atau menjadi

topik bahasan. Untuk itu banyak sekali perulangan informasi yang ditunjukkan

dalam cerita. Perualangan informasi ini berbentuk penjelas dan pengulangan

yang disampaikan oleh karakter dalam cerita. Baik itu melalui sindiran, kode,

bahkan tindakan.

Dan juga konten yang paling meonojol dalam serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok Seribu Guna) adalah konten animasi,

konten musik, dan konten visual, dengan nilai persentase 33.33%. Karena ketiga

hal ini merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam sebuah film, khususnya

film animasi. Ketiga konten ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

dalam sebuah film animasi. Karena ketiga hal inilah yang akan menentukan

kualitas film yang ditayangkan dan penarik minat penonton. Dengan kata lain

ketiga hal ini saling berkaitan dan berhubungan yang membuat sebuah alur cerita

menarik dan baik.

B. Analisis Data dan Pembahasan

Deskripsi data dari kedua episode di atas yakni Upin dan Ipin

Kesayanganku dan Pokok Seribu Guna dalam serial film animasi Upin dan Ipin

musim 8 menunjukkan bahwa serial film animasi ini mengandung prinsip-prinsip

desain pembelajaran. Dengan penguatan data menggunakan persentase, sehingga

121

paling tidak bisa menjelaskan dan menjabarkan seberapa besar bagian dari prinsip

desain pesan pembelajaran yang tertuang dalam kedua episode serial film animasi

Upin dan Ipin musim 8.

Data diagram lingkaran dan diagram batang di atas merupakan perincian

untuk menggambarkan seberapa besar bagian dari masing-masing prinsip-prinsip

desain pesan pembelajaran beserta konten yang terkandung didalamnya. Hal ini

untuk memudahkan peneliti bahkan pembaca untuk melihat, menganalisa, dan

membahas kaitan antara konten film dengan prinsip-prinsip desain pesan

pembelajaran.

Dari hasil deskripsi data dan identifikasi temuan sebelumnya, nilai

persentase dengan bentuk tampilan diagram lingkaran merupakan isi atau bisa juga

disebut sebagai produk atau output dari desain pesan pembelajaran. Lebih rincinya

sebagai asas atau dasar teori desain pesan pembelajaran.

Dari data tersebut terlihat persentase dari kelima prinsip desain pesan

pembelajaran yang terdapat dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 1 dan episode 14. Kelima prinsip merupakan isi yang terkandung dalam

teori desain pesan pembelajaran, dan juga bisa disebut sebagai produk atau output

desain pesan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan makna dari kata desain pesan

pembelajaran sendiri yakni bahwa kata desain menunjukkan adanya suatu proses

dan hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis

masalah pembelajaran hingga pemecahan, yang dirumuskan dalam bentuk produk.

Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe, naskah atau storyboard dan

122

sebagainya (Asri Budiningsih, 2003:7). Seels dan Richey (1994:32) mempunyai

pendapat yang sama bahwa desain adalah proses untuk menentukan kondisi

belajar. Tujuan desain itu sendiri ialah untuk menciptakan strategi dan produk

pada tingkat makro seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti

pelajaran dan modul.

Sedangkan pesan adalah isi didikan atau isi ajaran yang tertuang dalam

kurikulum yang dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) (Sukiman,

2012:29). Dengan kata lain pesan merupakan sekumpulan data yang disebarkan

dengan panca indera dengan memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotor seseorang yang bersangkutan. Menurut Grabowski dalam Seels

(1994:33) desain pesan meliputi “perencanaan untuk memperkaya bentuk fisik

dari pesan”. Pesan sendiri adalah pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi

perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.

Jadi dalam hal ini desain pesan pembelajaran adalah perencanaan untuk

merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi pembelajaran yang kajiannya

mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya serap yang mengatur

penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan

penerima atau antara pendidik dan peserta didik (Asri Budiningsih, 2003:15).

Data presentase dan rincian tersebut merupakan hasil dari kategorisasi

adegan serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 dan 14 berdasarkan

prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran, yakni prinsip kesiapan dan motivasi,

prinsip alat pemusat perhatian, prinsip partisipasi aktif penonton, prinsip umpan

123

balik, dan prinsip perulangan. Untuk lebih detailnya dibawah ini merupakan

penjelasan masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran.

1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Pada data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat

konten dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip kesiapan dan

motivasi. Dalam episode 1 prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai

persentase 28.10% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai

persentase, animasi 31.55%, musik 31.55%. teks 5.34%, dan visual 31.55%.

Pada episode 14 prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai

persentase 8.77% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai

persentase, animasi 28.01%, musik 28.01%. teks 15.97%, dan visual 28.01%.

Hasil tersebut telah dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat

konten tersebut ada karena dalam film yang dianalisis, keempat konten

tersebut dipilih dan disortir sesuai dengan kategori prinsip kesiapan dan

motivasi.

Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan

motivasi adalah animasi yang pada awal tayangan memberikan pengantar,

baik itu berupa pengenalan karakter, penginformasian judul episode, dan

pengantar cerita atau pancingan awal tentang masalah yang akan dihadapi.

Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan

motivasi adalah musik yang segar dan menyenangkan. Karena sebagai awalan

sebuah film, musik sebagai salah satu elemen penting harus bisa memberikan

124

kesan kepada penonton bahwa film yang akan ditonton adalah film yang

menarik dan unik.

Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi

adalah teks yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan

menyenangkan, biasanya mengikuti tema dan sasaran film.

Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip kesiapan dan

motivasi adalah visual yang mendukung ketiga elemen konten di atas,

terutama animasi dan musik. Karena biasanya visual mengikuti dan

mendukung ketiga hal tersebut. Visual disini berupa background atau gambar

latar dan warna.

Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip

kesiapan dan motivasi sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip

kesiapan dan motivasi dalam pembelajaran bahwa hasil belajar akan jauh

lebih baik dan optimal jika dalam pembelajaran peserta belajar memiliki

kesiapan belajar seperti kesiapan mental yang berupa kemampuan awal atau

prasyarat belajar, motivasi serta kesiapan fisik (Asri Budiningsih, 2003:119).

Kesiapan mental lebih diartikan sebagai kesiapan kemampuan awal atau bekal

awal atau prasyarat belajar, yaitu pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau

peserta belajar yang dapat dijadikan pijakan atau dasar untuk mempelajari

materi pelajaran yang baru (Asri Budiningsih, 2003:120).

Selain kesiapan mental di atas, motivasi merupakan hal yang tidak

kalah penting. Motivasi mengandung arti adanya dorongan, baik dari dalam

125

maupun dari luar diri individu yang membuat siswa atau si belajar

mempunyai kemampuan untuk belajar (Asri Budiningsih, 2003:121).

Dari uraian di atas kesiapan belajar dan motivasi mempunyai kaitan

yang erat dengan minat dan juga menjadi sebuah alur perjalanan yang

membentuk sikap dan tingkah laku seseorang. Siswa yang memiliki minat

terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan

dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi

tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting

dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah

tingkah laku manusia dan motivasinya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 43).

Dengan kata lain kesiapan belajar, dan motivasi merupakan bekal dasar yang

sangat penting bagi seorang anak untuk mempelajari informasi dan

pengalaman yang baru.

Dalam sebuah film, jika awalan film tersebut memberikan kesan

menarik dengan berbagai rangkaian kreatifitas pembuatnya, maka film

tersebut akan langsung diminati dan mendapat penonton yang banyak. Karena

awalan film merupakan sesuatu yang penting, yang jika diolah dengan benar

maka akan dapat menyita perhatian penonton untuk menyaksikan film

tersebut. Dengan kata lain dalam hal ini peran motivasi awalan film

menentukan film tersebut disukai atau tidak oleh penonton.

Relevansi teori prinsip kesiapan dan motivasi dengan substansi film

yang di analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada

126

episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip kesiapan dan

motivasi terdapat dalam beberapa adegan. Pertama pada saat Upin dan Ipin

membersihkan kamar mereka, kemudian mereka berdua berinisiatif

membersihkan ruangan-ruangan lain, seperti kamar Opah dan lorong. Kedua,

ketika Upin dan Ipin tidak mau diajak bermain bersama teman-teman karena

Ipin ingin memberitahukan sesuatu kepada Upin tentang kamar yang terkunci.

Pada adegan pertama, kaitannya dengan prinsip kesiapan dan motivasi adalah

inisiatif Upin dan Ipin yang tidak hanya membersihkan kamarnya saja, namun

mencoba membersihkan ruangan lainnya. Dalam hal ini motivasi secara

negatif yang diberikan Kak Ros sebelumnya kepada Upin dan Ipin jika tidak

membersihkan kamar menimbulkan dampak menjadi takutnya Upin dan Ipin,

dan akhirnya mau membersihkan bahkan ruangan lainnya. Motivasi negatif

tersebut merupakan motivasi eksternal (luar) kemudian menjadi motivasi

internal karena Upin dan Ipin secara sukarela mau membersihkan ruangan

lain.

Pada adegan kedua, kuatnya niat Ipin memberitahu Upin tentang

rahasia yang ia temukan sampai menolak ajakan teman-temannya untuk

bermain. Hal ini terbukti bahwa “Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu

bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian

timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut”. Jadi dengan

demikian yang dilakukan Ipin dan Upin adalah keteguhan minat dan motivasi

dari dalam diri sendiri (internal).

127

Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip

kesiapan dan motivasi terdapat dalam beberapa adegan. Pertama ajakan Atok

kepada Upin dan Ipin untuk mengisi waktu liburan sekolah. Kedua, ketika

Upin dan Ipin tahu bahwa bagian-bagian pohon kelapa bisa dimanfaatkan dan

bisa dijual dan mendapatkan uang. Adegan pertama kaitan dengan prinsip

kesiapan dan motivasi bahwa ajakan Atok tersebut merupakan rahasia dan

belum diketahui Upin dan Ipin, jadi dengan demikian sesuatu yang rahasia,

misterius, dan membuat penasaran akan memunculkan motivasi anak untuk

mencari tahu dan bereksplorasi.

Adegan kedua kaitannya dengan prinsip kesiapan dan motivasi adalah

dengan tahunya Upin dan Ipin tentang bagian pohon kelapa dan

keuntungannya membuat mereka memiliki kesiapan mental untuk membuat

barang-barang kerajinan lainnya yang bisa laku dijual. Dan juga sebagai

penguatan motivasi untuk semangat dalam mengisi waktu liburan dengan

bermain sambil belajar.

2. Prinsip Alat Pemusat Perhatian

Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten

dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip alat pemusat perhatian.

Dalam episode 1 prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase

12.73% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase,

animasi 32.07%, musik 32.07%. teks 3.77%, dan visual 32.07%.

128

Pada episode 14 prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai

persentase 18.24% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai

persentase, animasi 30.52%, musik 30.52%. teks 8.43%, dan visual 30.52%.

Hasil tersebut telah dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat

konten tersebut ada karena dalam film yang dianalisis, keempat konten

tersebut dipilih dan disortir sesuai dengan kategori prinsip alat pemusat

perhatian.

Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat

perhatian adalah animasi yang unik dan aneh. Bisa berupa efek yang

ditambahkan dalam animasi maupun ekspresi yang tidak biasa yang

ditampilkan karakter. Dengan keunikan dan keanehan itu membuat daya tarik

tersendiri kepada penonton untuk bisa fokus dan serius menyaksikan cerita

atau adegan dalam film yang disajikan.

Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat

perhatian adalah musik dengan nada atau tempo yang unik dan aneh sehingga

menimbulkan pertanyaan dan penasaran pada penonton, yang berujung pada

fokusnya perhatian penonton pada cerita atau adegan yang disajikan. Musik

yang terdengar dalam episode ini sangat ekspresif penuh dengan nada unik

dan aneh, mendukung animasi yang ada. Sehingga merangsang dan

memfokuskan penonton pada cerita atau adegan.

Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat perhatian

adalah teks yang berupa bentuk atau jenis huruf yang unik, segar, dan

129

menyenangkan, sehingga bisa mengambil perhatian penonton untuk terus

menyimak cerita.

Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip alat pemusat

perhatian adalah visual yang mendukung konten animasi dan konten musik.

Dalam hal ini background dan warna yang digunakan sesuai untuk

menonjolkan kedua hal tersebut, terutama menonjolkan konten animasi.

Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip

alat pemusat perhatian sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip

alat pemusat perhatian dalam pembelajaran. Bahwa jika dalam proses belajar,

perhatian siswa atau si belajar terpusat pada pesan yang dipelajari, maka

proses dan hasil belajar akan semakin baik. Perhatian memegang peranan

penting dalam kegiatan belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan

hasil belajar akan semakin baik pula. Sebaliknya, jika siswa kurang

memperhatikan maka hasil belajar akan menurun atau tidak optimal (Asri

Budiningsih, 2003:122).

Tidak hanya itu, dari kajian teori belajar pengolahan informasi

terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi proses belajar

(Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42). Perhatian

terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai

dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu

yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

130

Apabila perhatian alami itu tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan

perhatiannya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42).

Sehingga cukup jelas bahwa sesuatu yang dibutuhkan, menarik, unik,

dan membuat penasaran akan menyita perhatian seseorang, khususnya anak-

anak. karena anak-anak adalah peniru ulung khususnya umur 4-7 tahun yaitu

pada tahap praoperasional dan intuitif. Anak dalam tahap praoperasional dan

intuitif masih memiliki cara kerja pemikiran yang sederhana dan belum

matang, sehingga pada tahap ini sering terjadi kesalahan presepsi atau

pemahaman. Tidak hanya itu pada tahap ini anak belajar dari lingkungan

sekitar terutama keluarga dan teman yang sering berinteraksi dengan diri

anak. Anak akan menirukan sikap dan perilaku yang ditimbulkan dan

dihasilkan dari lingkungan sekitarnya, terutama orang yang lebih dewasa dari

dirinya baik itu orang tua, kakak dan teman yang lebih dewasa dari dirinya.

Karena pada umur inilah anak banyak menyerap pengetahuan dan informasi

untuk mengetahui siapa jati dirinya. Dengan kata lain pada tahap ini terjadi

pembentukan perilaku imitasi, karena anak selalu melihat, merasakan, dan

mengaplikasikannya.

Tidak hanya itu, dalam buku “Psikologi Perkembangan” yang ditulis

oleh Desmita dikatakan karakteristik lain dari pemikiran anak usia

praoperasional, yakni pemusatan perhatian pada satu dimensi dan

mengesampingkan semua dimensi yang lain. Karakteristik ini diistilahkan

oleh Pieget dengan centration (pemusatan). Pemusatan terlihat jelas pada anak

131

yang kekurangan konservasi (conservation), yaitu kemampuan untuk

memahami sifat-sifat atau aspek-aspek tertentu dari suatu objek atau stimulus

tetap tidak berubah ketika aspek-aspek lain mengalami perubahan (Desmita,

2009: 132).

Hal ini membuktikan bahwa ketika anak sedang terpusat perhatiannya,

maka ia tidak akan memperdulikan lingkungan sekitarnya dan hanya fokus

dengan apa yang dilihat, didengar, dan yang dikerjakannya. Contoh ketika

anak sedang menonton acara televisi kesukaannya dan ibu mereka mengajak

untuk makan, maka ajakan tersebut akan diabaikan dan hanya fokus pada

acara tersebut. Paling minim respon yang diberikan anak adalah menjawab

singkat, yaitu “nanti dulu”.

Relevansi teori prinsip alat pemusat perhatian dengan substansi film

yang di analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada

episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip alat pemusat

perhatian terdapat dalam beberapa adegan. Pertama pada saat Kak Ros

megeluarkan efek yang menyeramkan saat mengancam Upin dan Ipin jika

tidak mau membersihkan kamar. Kedua, ketika Ipin menyimpan kunci untuk

membuka kamar yang didalamnya berisi pintu rahasia. Ketiga, pada saat Upin

dan Ipin bermain bersama teman-teman di kelas, dengan menggunakan laba-

laba untuk menentukan gaya siapa yang paling cantik.

Adegan pertama, kedua , dan ketiga memiliki inti kesamaan yang

sama yaitu sebagai pemicu atau alat pemusat perhatian. Adegan tersebut

132

kaitannya dengan prinsip alat pemusat perhatian adalah keanehan, keunikan,

kemenarikan ketiga adegan tersebut untuk menstimulus atau memicu

perhatian penonton yang berujung pada penasarannya penonton tentang apa

yang dilakukan karakter dalam adegan. Sehingga penonton akan terus

menyimak cerita yang disajikan.

Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip alat

pemusat perhatian terdapat dalam beberapa adegan. Pertama tentang cerita

Upin dan Ipin tentang Opah yang menyapu dengan sapu lidi yang kecil

sehingga sampai terbungkuk-bungkuk. Kedua, ketika Atok mengajak Upin

dan Ipin membuat kapal dan akhirnya bertanding kapal mana yang lebih cepat

pada aliran sungai. Ketiga, tambahan Opah tentang kegunaan pohon kelapa.

Adegan pertama, kedua, dan ketiga memiliki kesamaan yaitu sebagai

pemicu atau alat pemusat perhatian bahwa ketiga adegan tersebut

menggunakan animasi dan efek-efek yang tidak biasa, unik, dan menarik.

Sehingga bisa membuat penonton terbius atau dengan kata lain memfokuskan

perhatian penonton untuk tetap menyaksikan cerita atau adegan hingga

selesai.

3. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton

Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten

dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip partisipasi aktif penonton.

Dalam episode 1 prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase

133

4.80% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase,

animasi 33.32%, musik 33.32%. teks 0%, dan visual 33.32%.

Pada episode 14 prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai

persentase 4.92% dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai

persentase, animasi 33.33%, musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%.

Hasil tersebut telah dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat

konten tersebut ada karena dalam film yang dianalisis, keempat konten

tersebut dipilih dan disortir sesuai dengan kategori prinsip partisipasi aktif

penonton.

Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif

penonton adalah animasi yang bisa atau memungkinkan merangsang penonton

untuk ikut berpartisipasi didalamnya. Partisipasi disini bisa berupa partisipasi

yang tersurat dan tersirat. Tersurat atau langsung terlihat, biasanya animasi

yang langsung menginstruksikan kepada penonton untuk ikut membantu

karakter dalam cerita. Contoh adalah film animasi “Dora the Explorer”.

Tersirat atau tidak langsung, biasanya animasi yang muncul tidak langsung

mengistruksikan kepada penonton untuk berpartsipasi langsung, akan tetapi

melalui berbagai intrik atau pancingan-pancingan dalam cerita atau adegan

yang menstimulus penonton untuk ikut berpasrtisipasi, baik itu secara sadar

maupun tidak sadar.

Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif

penonton adalah musik yang mendukung animasi yang berjalan. Musik yang

134

mampu mengoptimalkan kelebihan animasi untuk bisa menstimulus penonton

ikut berpartisipasi dalam memikirkan atau menebak kelanjutan adegan atau

rahasia dan misteri sebagai masalah yang dihadapi dalam cerita.

Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif

penonton adalah teks yang memiliki kekuatan untuk bisa menyita perhatian

penonton yang berujung pada perhatian dan fokusnya penonton untuk

menyaksikan jalanya cerita yang berisi tentang informasi-informasi yang

menjadi kunci permasalahan dalam cerita. Dengan kata lain sebagai kekuatan

pendorong bagi animasi dan musik yang berjalan.

Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif

penonton adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang berjalan.

Dengan kata lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi yang

berjalan memberikan efek penasaran kepada penonton, maka visual harus bisa

melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background atau warna yang

sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan.

Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip

partisipasi aktif penonton sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang

prinsip partisipasi aktif penonton dalam pembelajaran. Bahwa kecenderungan

psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif.

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan

aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga

tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi

135

apabila anak aktif mengalami sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 44). Hal

ini didukung oleh pendapat dari John Dewey yang mengemukakan, bahwa

belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya

sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar

pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916 dalam Devies, 1937:31).

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat

aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya

saja tanpa mengadakan transformasi (Gage dan Berliner, 1984: 267 dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45). Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif,

konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari,

menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.

Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law

of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan latihan-latihan.

Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa

individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc

Keachie, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105 dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar,

siswa atau si belajar merupakan individu yang mempunyai keaktifan yang

tinggi sehingga mempunyai kemauan, pendapat, dan pemikirannya sendiri.

Itulah mengapa anak bisa memiliki bermacam-macam tingkah laku yang

kadang orang dewasa pun tidak mengerti. Tidak hanya itu, agar tujuan belajar

136

tercapai secara optimal dalam kegiatan belajar, siswa atau anak tidak sekedar

mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung

dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Dengan kata lain

pengalaman langsung, agar nantinya perkembangan kognitif, afektif, dan

psikomotor anak lebih bermakna dan tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.

Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar ini juga didukung oleh John

Dewey yang mengemukakan “learning by doing”. Bahwa belajar sebaiknya

dialami melaui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara

aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah

(problem solving).

Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik

semata, namun dari itu terutama adalah keterlibatan emosional, keterlibatan

dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan,

dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan

nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan

keterampilan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 46). Partisipasi aktif dapat

diwujudkan dalam bentuk aktifitas fisik, mental, maupun emosional dalam

merespon materi pelajaran, sehingga respon yang diberikan siswa atau si

belajar bisa nampak (melakukan sesuatu secara fisik), bisa pula respon yang

tidak nampak (memikirkan sesuatu, menganalisis, atau mencari jawaban)

(Asri Budiningsih, 2003:125).

137

Dari uraian teori di atas dapat diketahui bahwa anak merupakan

individu yang mempunyai keaktifan tinggi sehingga mempunyai pemikiran,

kemauan, dan pendapatnya sendiri. Jadi dari hasil temuan mengenai konten

yang masuk dalam kategori prinsip partisipasi aktif penonton. Dalam episode

yang menjadi sampel penelitian terdapat konten yang didalamnya berisi atau

menerapkan prinsip partisipasi aktif penonton, bentuknya merupakan stimulus

atau pancingan secara tersirat yang tertuang dalam adegan film. Dari

pancingan itulah akan membuat penonton, khususnya anak-anak akan

menebak atau memprediksi jalannya cerita, atau menebak misteri apa yang

sedang dibicarakan dalam cerita. Pancingan secara tersirat disini maksudnya

adalah stimulus yang tidak langsung dikomunikasikan kepada penonton untuk

ikut berpartsisipasi atau membantu karakter dalam cerita. Contoh dalam film

Upin dan Ipin ini adalah ketika ada sesuatu hal ganjil kemudian animasi yang

berjalan disisipi dengan efek-efek tertentu, baik itu musik maupun visual

(warna dan gambar latar). Salah satu kutipan percakapan dari episode 1 yakni,

“Ipin marilah baring..selesah..Hah! Ipin? Ipin? Ipin? Ipin janganlah main-

main, kemana engkau? Hah! Emm..Upin! Haaa”. Percakapan tersebut

kemudian dipotong dengan terbangunnya Kak Ros yang memanggil mereka.

Dalam percakapan tersebut Ipin tiba-tiba menghilang kemudian tiba-tiba telah

berada dibelakang Upin, hal ini akan menimbulkan pertanyaan kepada para

penonton kemanakah Ipin pergi. Dengan timbulnya pertanyaan itu

membuktikan penonton ikut merasakan suatu yang ganjil dalam cerita.

138

Berbeda dengan tersirat, tersurat maksudnya adalah stimulus yang

dikomunikasikan secara langsung kepada penonton, contoh pada film animasi

Dora the Explorer, dengan salah satu kutipan percakapan. “Ayo teman-teman

bantu kami untuk bisa keluar dari rawa buaya, katakan

dayung..dayung..dayung” kemudian animasi yang disajikan akan berhenti

untuk beberapa detik, seolah-olah menunggu jawaban dan bantuan dari

penonton. Jika penonton adalah anak usia-usia PAUD maka stimulus ini akan

cepat sekali mempengaruhi mereka. Karena mereka mengira bahwa karakter

dalam film menunggu mereka untuk membantu.

Relevansi teori prinsip partisipasi aktif penonton dengan substansi film

yang di analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada

episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip partisipasi aktif

penonton terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya pada pertengahan

film, yaitu ketika Upin dan Ipin berhasil membuka pintu kamar yang terkunci,

dan kemudian Ipin menghilang, dilanjutkan dengan menolaknya Upin dan

Ipin ketika diajak bermain.

Rentetan adegan tersebut merupakan suatu stimulus tingkatan yang

diberikan atau disajikan oleh serial film animasi ini kepada penonton. Dengan

masing-masing adegan yang memiliki pertanyaan besar, contoh ketika Ipin

hilang lalu kemudian tiba-tiba telah hadir disamping Upin. Hingga

menolaknya Upin dan Ipin yang pasti membuat penonton penasaran dengan

apa yang akan diberitahukan Ipin kepada Upin. Semua ini merupakan

139

rangsangan untuk mengaktifan pemikiran penonton. Dan secara tidak sadar,

penonton akan terstimulus untuk menebak dan memikirkan adegan

selanjutnya atau mengungkap rahasia dalam cerita.

Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip

partisipasi aktif penonton terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya

adalah ketika Atok mengajak Upin dan Ipin mengisi waktu liburan, dan

liburan tersebut belum diketahui oleh Upin dan Ipin. Dan ketika Atok

menyebutkan sesuatu yang jika diolah dan dikerjakan bisa mendapatkan

keuntungan besar. Lebih besar daripada keuntungan yang dibuat dari

kerajinan yang dibuat oleh Mail bersama Upin dan Ipin.

Adegan tersebut merupakan stimulus untuk memberikan aliran-aliran

yang memancing pemikiran penonton. Hal ini merupakan stimulus partisipasi

yang bersifat tersirat, berbeda dengan yang bersifat langsung seperti Dora the

Explorer. Sehingga dari pengolahan film animasi pada episode ini yang

sedemikian rupa baiknya, memberikan dampak yang baik pula kepada

penonton. karena dengan demikian penonton akan mencoba untuk

memikirkan adegan kelanjutan yang akan disajikan beserta dengan rahasia-

rahasia yang dibawanya.

4. Prinsip Umpan Balik

Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten

dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip umpan balik. Dalam

episode 1 prinsip umpan balik memiliki nilai persentase 25.76% dengan

140

konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi 33.33%,

musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%.

Pada episode 14 prinsip umpan balik memiliki nilai persentase 31.71%

dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi

33.33%, musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%. Hasil tersebut telah

dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat konten tersebut ada

karena dalam film yang dianalisis, keempat konten tersebut dipilih dan

disortir sesuai dengan kategori prinsip umpan balik.

Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik

adalah animasi yang memberikan jawaban atas masalah atau misteri yang ada

dalam cerita.

Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah

musik yang mendukung animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik

sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan. Dengan adanya musik yang

sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan kombinasi umpan balik yang

menarik, umpan balik berupa informasi yang bersangkutan dengan film yang

ditayangkan.

Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik adalah

teks yang memiliki kekuatan untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik.

Dengan kata lain sebagai pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik

yang berjalan.

141

Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip umpan balik

adalah visual yang melengkapi animasi dan musik yang berjalan. Dengan kata

lain sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi yang berjalan

memberikan jawaban atas permasalahan dalam cerita kepada penonton, maka

visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu menggunakan background

atau warna yang sesuai dengan keadaan dan kondisi animasi yang berjalan.

Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip

umpan balik sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip umpan

balik dalam pembelajaran. Bahwa umpan balik adalah informasi yang

diberikan kepada siswa mengenai keberhasilan atau kemajuan serta

kekurangan dalam belajarnya. Prinsip umpan balik menyatakan bahwa jika

dalam proses belajar siswa diberitahukan kemajuan atau kelemahan dalam

belajarnya, maka hasil belajarnya akan meningkat (Asri Budiningsih,

2003:125). Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan

mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik merupakan

balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar

selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh

penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau

dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar

(Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 48).

Contoh penerapan prinsip umpan balik misalnya ketika seoarang siswa

memecahkan masalah yang dihadapinya guru memberikan pujian, maka siswa

142

akan bersemangat dan lebih percaya diri. Demikian pula jika siswa mengalami

kegagalan dalam belajarnya, kemudian guru memberikan informasi atau

petunjuk atas aspek-aspek yang menyebabkan kegagalan belajarnya, maka

siswa akan mencoba kembali belajar dengan berupaya mengatasi penyebab

kegagalannya (Asri Budiningsih, 2003:125).

Jika dalam proses pembelajaran digunakan umpan balik, maka proses

dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Jadi dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa fungsi dari umpan balik adalah untuk memberikan

konfirmasi ataupun koreksi terhadap proses dan hasil belajar siswa, agar siswa

mengetahui kemajuan belajarnya, sehingga dapat melakukan tindakan

selanjutnya dalam belajar (Asri Budiningsih, 2003:126).

Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa umpan balik merupakan

output dalam suatu pembelajaran atau dengan kata lain konfirmasi mengenai

berbagai hal tentang pembelajaran, khususnya hasil belajar yang berkaitan

dengan diri anak didik. Jika dalam sebuah film umpan balik yang dimaksud

adalah konfirmasi mengenai hal-hal penting atau inti dari cerita yang dibahas.

Biasanya konfirmasi tersebut tidak langsung disampaikan kepada penonton,

melainkan pada percakapan antar tokoh dalam film dan adegan-adegan yang

disajikan, tinggal penontonlah yang bisa mengambil inti atau hal penting yang

ingin disampikan film tersebut. Dengan kata lain umpan balik yang bersifat

tersirat.

143

Relevansi teori prinsip umpan balik dengan substansi film yang di

analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada

episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip umpan balik

terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya pada pertengahan film dan akhir

film, yakni pada saat Upin mengetahui pintu rahasia yang diketahui

sebelumnya oleh Ipin. Dan juga saat Kak Ros mengetahui pintu rahasia yang

ternyata juga menyimpan rahasia untuknya, serta tambahan cerita Opah

tentang pintu rahasia tersebut.

Beberapa adegan tersebut merupakan jawaban atau konfirmasi

mengenai inti cerita episode 1 yang didalamnya membahas tentang pintu

rahasia keluarga Upin dan Ipin. Dengan jawaban bahkan tambahan sedikit

cerita oleh Opah mengenai pintu rahasia tersebut akan membuat penonton

tahu dan bisa menerima dengan konfirmasi yang dikemukakan dalam cerita.

Paling tidak konfirmasi tersebut menjadi pembanding pemikiran penonton

tentang rahasia yang dihadapi karakter dalam cerita. Sudah mendekatikah atau

malah salah dengan konfirmasi yang disajikan.

Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip

umpan balik terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya adalah penjelasan

Atok tentang liburan yang bermakna, bermain sambil belajar. Liburan yang

menyenangkan dan bermanfaat bahkan menguntungkan.

Adegan tersebut merupakan jawaban atas permasalahan yang

dihadapai dalam cerita. Permasalahan mengisi liburan sekolah. Dalam hal ini

144

dijelaskan bagaimana cara mengatasi waktu liburan dengan meyenangkan,

bermanfaat, dan menguntungkan. Dengan jawaban atau konfirmasi tersebut

akan memberikan sedikitnya ide baru kepada penonton bagaimana cara

mengisi waktu liburan dan alternatif liburan. Sehingga pada waktu liburan

bisa bermain sambil belajar.

5. Prinsip Perulangan

Data yang telah dipaparkan dalam poin deskripsi data, terlihat konten

dalam 2 episode Upin dan Ipin menerapkan prinsip perulangan. Dalam

episode 1 prinsip perulangan memiliki nilai persentase 28.58% dengan konten

yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi 33.33%, musik

33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%.

Pada episode 14 prinsip perulangan memiliki nilai persentase 36.33%

dengan konten yang berada didalamnya memiliki nilai persentase, animasi

33.33%, musik 33.33%. teks 0%, dan visual 33.33%. Hasil tersebut telah

dijelaskan pada poin deskripsi data bahwa nilai keempat konten tersebut ada

karena dalam film yang dianalisis, keempat konten tersebut dipilih dan

disortir sesuai dengan kategori prinsip perulangan.

Pertama, animasi yang masuk dalam kategori prinsip perulangan

adalah animasi yang mengulang suatu adegan atau informasi, baik itu sebagai

rangkuman, tambahan, rincian, atau penjelas. Sehingga membuat penonton

paham dan mengerti tentang informasi-informasi yang berkaitan dengan

145

cerita. Dengan paham dan mengertinya penonton akan membuat film tersebut

akan selalu diingat oleh penonton.

Kedua, musik yang masuk dalam kategori prinsip perulangan adalah

musik yang mendukung animasi yang berjalan. Dengan kata lain musik

sebagai pengoptimalan animasi yang berjalan. Dengan adanya musik yang

sesuai pada animasi, maka akan menghasilkan kombinasi perulangan yang

menarik, perulangan berupa informasi yang bersangkutan dengan film yang

ditayangkan.

Ketiga, teks yang masuk dalam kategori prinsip perulangan adalah

teks yang memiliki kekuatan untuk bisa mengoptimalkan animasi dan musik.

Dengan kata lain sebagai pelengkap dan penjelas bagi animasi dan musik

yang berjalan.

Keempat, visual yang masuk dalam kategori prinsip perulangan adalah

visual yang melengkapi animasi dan musik yang berjalan. Dengan kata lain

sebagai pendorong kedua hal tersebut. Jika animasi yang berjalan memberikan

jawaban dan pengulangan informasi atas permasalahan dalam cerita kepada

penonton, maka visual harus bisa melengkapi hal tersebut. Baik itu

menggunakan background atau warna yang sesuai dengan keadaan dan

kondisi animasi yang berjalan.

Dari hasil temuan tersebut tentang kategori konten berdasarkan prinsip

perulangan sesuai dengan definisi dan penjelasan tentang prinsip perulangan

dalam pembelajaran. Bahwa menurut teori Psikologi Daya tentang prinsip

146

belajar yang menekankan perlunya pengulangan, belajar adalah melatih daya-

daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,

mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan

mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang.

Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya

yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi

sempurna (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 46).

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori

Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal

Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia

mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus

dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu

memperbesar peluang timbulnya respons benar. Seperti kata pepatah “latihan

menjadikan sempurna” (Thorndike, 1931b:20, dan Gredler, Margaret E. Bell,

terjemahan Munandir, 1991:51 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).

Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut

dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar.

Jika pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus

dan respons, maka pada psikologi conditioning, respons akan timbul bukan

karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan.

Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa

berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti

147

karena lampu lalu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu

dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan

suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk

kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu

kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang

sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta (Dimyati dan

Mudjiono, 2006: 47).

Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan

dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama

pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga

pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk

kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak menerima bahwa belajar adalah

pengulangan seperti yang dikemukakan oleh ketiga teori di atas, karena tidak

bisa dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip

pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih

tetap diperlukan latihan atau pengulangan. Metode drill dan stereotyping

adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan

Berliner, 1984: 259 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 47).

Jika dalam pembelajaran informasi disajikan berulang-ulang, maka

proses dan hasil belajar akan lebih baik. Proses penguasaan materi pelajaran

atau keterampilan tertentu memerlukan perulangan. Tidak adanya perulangan

akan mengakibatkan informasi atau pesan pembelajaran tidak bertahan lama

148

dalam ingatan (retensi), dan informasi tersebut mudah dilupakan. Oleh sebab

itu, pesan pembelajaran perlu disampaikan berulang-ulang. Perulangan dapat

dilakukan dengan cara yang sama, atau dengan cara dan media yang berbeda-

beda. Contoh dalam program pembelajaran melalui media audio, prisnip

perulangan sangat penting untuk diperhatikan. Siswa atau peserta belajar akan

mengalami kesulitan memahami pesan atau informasi baru dengan hanya

diperdengarkan sekali saja. Tanpa adanya pengulangan, informasi akan sulit

ditangkap dan mudah dilupakan (Asri Budiningsih, 2003:127).

Dalam suatu film, pengulangan merupakan sesuatu yang penting.

Karena dengan pengulangan tersebut akan memudahkan penonton untuk

memahami film yang ditontonnya. Bahkan penonton akan tahu inti, maksud,

dan nilai-nilai yang disampaikan oleh film. Tidak hanya itu dengan

pengulangan akan membuat penonton hafal dengan film yang ditonton dan

jika film itu sangat berkesan pada diri penonton bukan tidak mungkin film

tersebut akan selalu menjadi film favorit penonton.

Relevansi teori prinsip perulangan dengan substansi film yang di

analisis tertuang dalam adegan-adegan episode 1 dan episode 14. Pada

episode 1 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip perulangan terdapat

dalam beberapa adegan. Diantaranya pada pertengahan film yakni, pada saat

Upin dan Ipin memancing pembicaraan yang mengarah pada pintu rahasia.

Pada saat makan malam mereka menyindir dan memberi tahu tentang sesuatu

kepada Opah dan Kak Ros yang ternyata merupakan rahasia Kak Ros dan

149

Opah. Upin dan Ipin membicarakan hal tersebut karena mereka telah

mengetahui dan membaca rahasia mengenai Kak Ros dan Opah tersebut,

khususnya Upin yang baru tahu tentang pintu rahasia. Dan saat rahasia pintu

rahasia terbongkar, Opah menambahkan ceirta tentang pintu rahasia tersebut.

Beberapa adegan tersebut merupakan pengulangan informasi

mengenai pintu rahasia. Pengulangan yang mayoritas menggunakan sifat

tersirat atau melalui kode-kode yang dilakukan oleh karakter dalam cerita.

Contoh ketika pada saat makan malam, Upin dan Ipin memancing

pembicaraan yang mengarah pada pintu rahasia. Pengulangan-pengulangan ini

merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh penonton untuk mengetahui rahasia

atau masalah yang dihadapai karakter dalam cerita.

Pada episode 14 memiliki substansi yang relevan dengan prinsip

perulangan terdapat dalam beberapa adegan. Diantaranya adalah penjelasan

Atok tentang liburan yang bermakna, bermain sambil belajar. Liburan yang

menyenangkan dan bermanfaat bahkan menguntungkan, serta penjelasan Atok

tentang kegunaan bagian-bagian pohon kelapa. Dan kemudian tambahan

penjelasan, rangkuman, dan apresiasi Opah kepada Upin dan Ipin karena tahu

cara mengisi waktu liburan dengan tetap tidak meninggalkan belajar. Bahkan

juga pengulangan informasi yang disampaikan Opah tentang kegunaan dan

manfaat bagian-bagian pohon kelapa.

Adegan tersebut merupakan pengulangan informasi yang disampaikan

karakter melalui interaksinya dalam adegan. Pengulangan-pengulangan ini

150

merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh penonton untuk mengetahui rahasia

atau masalah yang dihadapai karakter dalam cerita. Dengan pengulangan

tersebut akan memberikan dampak kepada penonton akan selalu ingat dengan

kegunaan dan manfaat dari pohon kelapa. Biasanya penjelasan manfaat dan

kegunaan bagian-bagian pohon kelapa sangat membosankan, dengan dikemas

dalam film animasi seperti ini bahkan dilengkapi dengan pengulangan

informasi yang tidak membosankan dan sangat menarik akan membuat

penonton mengerti, paham, dan akan selalu ingat.

Berdasarkan pemaparan di atas, prinsip desain pesan pembelajaran

relevan dengan prinsip animasi. Hal ini terbukti dalam proses kategorisasi

adegan berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam setiap

adegan yang disortir berdasarkan masing-masing prinsip desain pesan

pembelajaran memuat prinsip animasi yang mengikutinya.

Pertama, dalam prinsip kesiapan dan motivasi yang terkandung dalam

kedua episode yang menjadi sampel penelitian juga terkandung prinsip

animasi. Prinsip-prinsip tersebut ialah adalah prinsip Pose to Pose, karena

pada saat akan bergerak, bergerak, dan berhenti pada karakter yang ada

terdapat beberapa gambar kunci dan transisi (pendukung). Prinsip Timing,

karena dalam serangkaian adegan terdapat keruntutan gambar. Prinsip Streeth

and Squash, karena benda-benda termasuk badan karakter, mempunyai

kelenturan dan bobot. Contoh kunci yang hampir terjatuh. Kunci disini dapat

dilihat seolah-olah memiliki kelenturan sesuai dengan sifat bahan atau

151

meterialnya. Prinsip Easy In and Easy Out, karena dalam episode ini terdapat

adegan yang menggunakan perlambatan dan percepatan. Contoh ketika saat-

saat kunci akan jatuh, animasi yang ditampilkan menggunakan perlambatan,

agar penonton bisa ikut merasakan detik-detik menegangkan. Karena

perlambatan biasanya digunakan untuk situasi yang menegangkan,

mendebarkan, dan menakutkan.

Prinsip Arch, karena setiap karakter sesuai dengan kodrat atau keadaan

aslinya, yang memiliki gerak lentur, bukan seperti robot. Sekaligus memiliki

sudut-sudut badan yang sesuai. Prinsip Staging, karena frame atau bidang

yang digunakan dalam episode ini, sesuai dan menarik, sehingga tidak

membuat penonton bosan. Prinsip Appeal, karena penataan atau angel

karakter sesuai dengan ciri-ciri dan sifat dari karakter yang ada. Contoh Opah

menggunakan sudut pandang Frog Eye, agar terlihat bijaksana. Prinsip

Personality, karena penokohan atau karakter dalam cerita sesuai dengan latar

belakang, sosial-ekonomi, fisik, sehingga menjadikan karakter lebih hidup

dan bermakna.

Pada episode 14 “Pokok Seribu Guna” ada tambahan dan perbedaan

prinsip animasi yang terlihat. yakni prinsip Follow Through and Overlapping

Action, pada adegan ketika Atok dan Upin, Ipin mengendarai sepeda motor

kemudian mengalami oleng. Disini tampak bagian belakang sepeda motor ikut

bergoyang sekaligus kembali pada posisi semula saat Atok berhasil

mengendalikan sepeda motor. Hal ini sesuai dengan prinsip Follow Through

152

and Overlapping Action, bahwa setiap benda mempunyai reaksi atau gerakan

overlap pada setiap karakter animasi setelah melakukan animasi utama atau

gerakan utama.

Dalam relevansinya dengan prinsip kesiapan dan motivasi ini, prinsip

animasi yang tertuang didalamnya memiliki kombinasi yang sesuai, sehingga

menjadikan awalan film animasi yang terlihat menarik. Kombinasi prinsip

tersebut adalah prinsip Streeth and Squash, prinsip Arch, prinsip Staging,

prinsip Appeal, dan prinsip Personality. Kombinasi ini adalah yang menonjol

dalam serangkaian awalan atau pengantar film dalam kategorisasinya

berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi.

Kedua, prinsip animasi yang terkandung dalam kedua episode yang

menjadi sampel penelitian berdasarkan kategorisasi prinsip alat pemusat

perhatian tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip animasi yang terkandung

dalam kategorisasinya berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi, namun ada

beberapa tambahan prinsip sehingga menjadikan prinsip alat pemusat

perhatian memiliki ciri-ciri khusus dan begitu kuat keberadaanya. Prinsip

tambahan tersebut adalah prinsip Anticipation dan prinsip Exaggeration.

Prinsip Anticipation tertuang dalam adegan saat Ipin melihat situasi rumah

saat akan membuka pintu rahasia pada episode 1, gerakan Ipin yang berhati-

hati dalam mengawasi situasi dilakukan dengan gerakan ancang-ancang dan

tidak secara tiba-tiba menengok kanan dan kiri, tapi ketika akan menengok itu

terdapat gerakan ancang-ancang, contoh lain ketika Upin dan Ipin berlari,

153

maka terlihat gerakan ancang-ancang. Dan pada saat terjadi perlombaan kapal

antara Atok, Upin, dan Ipin pada episode 14. Saat Atok akan melompat,

terdapat gerakan ancang-ancang berupa badan yang turun rendah kebawah,

lalu kemudian gerakan badan naik keatas.

Prinsip Exaggeration tertuang dalam setiap adegan yang unik. Pada

episode 1, prinsip ini terlihat pada saat Upin, Ipin dan kawan-kawan bermain

laba-laba. Disini laba-laba terlihat seperti manusia, memiliki karakter seperti

manusia, bisa memberikan sambutan dan penghormatan saat akan bertanding.

Pada episode 14 terlihat saat katak akan berenang disungai yang menjadi jalur

perlombaan Atok beserta Upin dan Ipin. Katak disini juga terlihat seperti

manusia, bisa berdiri dan juga berekspresi layaknya seorang manusia. Dalam

relevansinya dengan prinsip alat pemusat perhatian ini, prinsip animasi yang

tertuang didalamnya memiliki kombinasi yang sesuai, sehingga menjadikan

animasi yang terlihat sangat menarik dan juga unik. Kombinasi prinsip

tersebut adalah prinsip Anticipation, prinsip Exaggeration, prinsip Staging,

prinsip Appeal, dan prinsip Personality.

Ketiga, prinsip partisipasi aktif penonton yang tertuang dalam kedua

episode dalam penelitian ini juga terdapat prinsip animasi yang mengikutinya.

Sama seperti pada relevansi prinsip desain pesan pembelajaran di atas, prinsip

animasi yang terkandung dalam kedua episode tidak jauh berbeda, disini

terdapat kombinasi prinsip animasi yang menjadikan prinsip partisipasi aktif

penonton dapat mengaplikasikan inti atau isi dari teorinya dalam

154

penerapannya untuk mengembangkan pesan yang tertuang dalam kedua

episode ini. Kombinasi prinsip animasi tersebut adalah prinsip Staging, karena

pengaturan latar yang digunakan proposional, enak dilihat dan komunikatif.

Contoh ketika saat Ipin menyimpan kunci kamar rahasia, pengaturan latar

sangat menarik dan komunikatif yang menimbulkan pertanyaan bagi

penonton, mengapa Ipin sampai menyimpan kunci tersebut. Prinsip Appeal,

karena penggunaan angel kamera yang menarik sehingga lebih menguatkan

kesan karakter dalam cerita, sekaligus dapat menstimulus penonton untuk ikut

berpartisipasi dengan berfikir. Masih dengan contoh yang sama, saat Ipin

menyimpan sebuah kunci sudut kamera yang diambil seolah-olah menyiratkan

bahwa Ipin sedang menyembunyikan sesuatu. Dan prinsip Personality, karena

penggunaan karakter yang sesuai dengan kondisi dan latar belakang cerita,

sehingga lebih menguatkan sosok karakter dalam cerita yang membantu

penonton untuk lebih memahami cerita. Dengan karakter Ipin yang lucu dan

menggemaskan, ketika pada adegan menyimpan kunci ini lebih menguatkan

bahwa ada sesuatu yang terjadi, yang membuat Ipin menyimpan kunci

tersebut, sehingga dari ketiga prinsip animasi tersebut membuat sebuah alur

penguatan bahwa ada sebuah misteri atau rahasia dalam cerita tersebut,

sehingga menstimulus penonton untuk ikut memikirkan dan menebak misteri

apa yang ada pada cerita tersebut.

Keempat, prinsip animasi yang tertuang dalam kedua episode

berdasarkan kategorisasi prinsip umpan balik tidak berbeda dari kategorisasi

155

prinsip partisipasi aktif di atas. Untuk menonjolkan prinsip umpan balik,

prinsip animasi yang dikombinasikan adalah prinsip Staging, karena

pengaturan latar yang digunakan proposional, enak dilihat dan komunikatif.

Contoh ketika saat rahasia kamar rahasia terbongkar dan Kak Ros menangis,

pengaturan latar sangat menarik dan komunikatif sehingga menjawab apa

yang dipikirkan penonton saat menyimak film. Prinsip Appeal, karena

penggunaan angel kamera yang menarik sehingga lebih menguatkan kesan

karakter dalam cerita, sekaligus dapat merespon apa yang menjadi tebakan

penonton tentang inti permasalahan dalam film. Contoh Ketika Kak Ros

menangis, disini Kak Ros yang biasanya galak menjadi lembut dengan bukti

tangisannya tersebut. Hal ini membuat penonton lebih meresapi tentang arti

kamar yang berisi rahasia keluarga Upin dan Ipin. Dan prinsip Personality,

karena penggunaan karakter yang sesuai dengan kondisi dan latar belakang

cerita, sehingga lebih menguatkan sosok karakter dalam cerita yang

membantu penonton untuk lebih memahami cerita.

Kelima, dalam kedua episode yang diteliti berdasarkan kategorisasi

prinsip perulangan, terdapat prinsip animasi yang juga tertuang di dalamnya.

Tidak berbeda pula dengan prinsip umpan balik di atas, prinsip animasi yang

tertuang dalam kedua episode ini hampir sama yakni dengan kombinasi

prinsip animasi yang bisa menonjolkan inti teori prinsip perulangan dalam

menyampaikan isi pesan film. Prinsip Timing, karena prinsip perulangan

identik dengan pengulangan masa lalu dalam film, prinsip Timing ini

156

digunakan untuk mengolah adegan yang ada, dengan memperlambat atau

mengurangi rentetan gambar dalam adegan, sehingga menimbulkan gerakan

animasi yang agak patah-patah dan terkesan menarik. Sehingga penonton bisa

ikut merasakan pengulangan informasi yang ada. Contoh ketika Upin dan Ipin

menjelaskan bahwa sapu lidi yang digunakan Opah sudah sangat pendek

sehingga membuat Opah membungkuk saat menyapu. Dalam penjelasnya

tersebut, animasi yang ditampilkan patah-patah, karena pengurangan gambar

dalam tiap gerakannya.

Prinsip Staging, karena pengaturan latar yang digunakan proposional,

enak dilihat dan komunikatif. Contoh ketika saat Upin dan Ipin menceritakan

sapu lidi yang digunakan Opah sangat pendek, pengaturan latar sangat

menarik dan komunikatif sehingga penonton bisa menikmati film, sekaligus

mengetahui pengulang informasi yang menjadikan penonton lebih memahami

film yang disaksikan. Prinsip Appeal, karena penggunaan angel kamera yang

menarik sehingga lebih menguatkan kesan karakter dalam cerita, sekaligus

dapat menonjolkan pengulangan informasi yang disajikan dalam film. Saat

penjelasan Upin dan Ipin tentang sapu lidi yang sangat pendek yang

digunakan Opah untuk menyapu, angel kamera yang digunakan sesuai dan

menarik. Hal ini membuat penonton lebih meresapi tentang pengulangan

informasi berupa cerita yang disampaikan Upin dan Ipin. Dan prinsip

Personality, karena penggunaan karakter yang sesuai dengan kondisi dan latar

157

belakang cerita, sehingga lebih menguatkan sosok karakter dalam cerita yang

membantu penonton untuk lebih memahami cerita.

Dalam pembuatan sebuah film animasi sebenarnya 12 prinsip animasi

yang ada sudah tertuang dalam setiap adegan dalam alur cerita yang disajikan.

Karena 12 prinsip animasi tersebut merupakan patokan atau aturan yang

digunakan dalam pembuatan film animasi, agar film animasi yang dibuat

tersebut sesuai dengan kaedah-kaedah yang ada dan juga menarik. Dari 12

prinsip animasi yang ada, prinsip Exaggeration merupakan prinsip yang bisa

menonjolkan sebuah film animasi, karena prinsip ini berbicara tentang

mendramatisir atau melebih-lebihkan sebuah adegan. Sehingga bisa membuat

penonton untuk fokus menyaksikan film. Contoh ketika Upin dan Ipin

bermain laba-laba di kelas bersama teman-teman. Laba-laba yang ada

memiliki perilaku yang mirip dengan manusia. Kenyataan yang ada laba-laba

tidak bisa berperilaku seperti manusia, karena laba-laba adalah hewan yang

tidak memiliki akal.

Korelasi antara prinsip desain pesan pembelajaran dengan prinsip

animasi signifikan dan sesuai. Keduanya berpadu untuk mengoptimalkan isi

atau pesan yang disampaikan dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim

8. Dalam kelima prinsip desain pesan pembelajaran yang tertuang dalam film

animasi ini mencakup keduabelas prinsip animasi, terbukti dengan pemaparan

di atas. Jadi prinsip desain pesan pembelajaran tersampaikan dengan baik

menggunakan keduabelas prinsip animasi yang ada, tentu saja dengan

158

kombinasi yang menarik sehingga sesuai dengan prinsip desain pesan

pembelajaran yang ditampilkan atau diterapkan.

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas

terdapat beberapa temuan yang menarik. Pertama, prinsip yang memiliki nilai

persentase rendah sebenarnya merupakan sesuatu yang penting dan

dibutuhkan oleh anak-anak agar bisa lebih memaknai film yang ditontonnya.

Karena sejatinya, belajar yang dimaknai oleh siswa atau peserta didik akan

lebih mengena dan tidak akan terlupakan bagi diri anak. Prinsip yang

memiliki nilai persentase rendah adalah prinsip alat pemusat perhatian dan

prinsip partisipasi aktif penonton. Kedua prinsip ini merupakan sesuatu yang

dibutuhkan agar pembelajaran yang dilakukan lebih efektif, efisien, dan

bermakna. Karena dengan terpusatnya perhatian siswa atau peserta didik,

maka pembelajaran akan lebih berkualitas dan informasi atau nilai-nilai yang

disampaikan oleh pendidik akan lebih cepat diserap dan dipahami. Untuk

partisipasi aktif sendiri memegang peranan ketika siswa atau anak ikut

berpartisipasi dalam sebuah pembelajaran, contoh ikut memikirkan,

bereksperimen, dan mencoba sendiri, maka pembelajaran yang dilakukan

akan bermakna bagi anak atau siswa, sehingga pesan, informasi, dan nilai

yang diajarkan dapat melekat dengan kuat dengan anak dan tidak akan

terlupakan. Jadi akan lebih bijaksana jika konten dalam prinsip partisipasi

aktif penonton lebih diperhatikan, karena dengan menggunakan prinsip

partisipasi yang pas dan sesuai akan memberikan efek kepada penonton,

159

khususnya anak-anak bisa lebih memaknai film yang disaksikan dan akan

berkesan kepada diri anak sendiri.

Kedua, pada prinsip alat pemusat perhatian, konten yang ada sudah

sesuai dengan daya tarik yang menakjubkan, unik, dan menarik. Sehingga

membuat penonton bisa terkondisi untuk fokus perhatiannya pada film yang

disaksikan. Akan tetapi ada beberapa bentuk yang terlihat, tentang

penggunaan daya tarik tersebut dapat menimbulkan dampak negatif. Contoh

ketika Kak Ros marah dan mengeluarkan efek api yang membara, penonton

khususnya anak-anak akan menangkap presepsi bahwa marah dimaknai

seperti yang terjadi pada marahnya Kak Ros. Akan lebih bijaksana jika

penggunaan bentuk prinsip alat pemusat perhatian diarahkan ke hal yang

positif. Contoh ketika Upin dan Ipin sedang berpuasa, ditengah hari mereka

kelaparan dan membayangkan ayam goreng yang banyak dan mereka puas

memakannya. Akan tetapi mereka diperingati dan dinasehati oleh Kak Ros

dan Opah agar lebih serius, kuat, dan bertaqwa saat menjalankan puasa,

karena pahala yang diberikan oleh Allah sangat besar. Dengan nasehat,

motivasi, dan hadiah yang disampaikan oleh Opah tersebut membuat Upin

dan Ipin tidak tergoda dan melanjutkan puasanya. Dengan nilai positif

tersebut maka akan membuka dan menstimulus pemikiran anak-anak bahwa

puasa adalah sesuatu kewajiban dan akan mendapatkan pahala yang besar jika

dikerjakan dengan taqwa dan keimanan.

160

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pemaparan, dan pembahasan, yang telah

peneliti lakukan mengenai Analisis Konten Serial Film Animasi Upin dan Ipin

ditinjau dari Prinsip Desain Pesan Pembelajaran dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Bentuk penerapan prinsip desain pesan pembelajaran terkait konten yang

disajikan terkandung dalam setiap adegan berdasarkan kategori masing-

masing prinsip desain pesan pembelajaran. Pada prinsip kesiapan dan

motivasi adalah pengenalan karakter yang bersemangat dan antusias,

sehingga memberikan kesan bahwa cerita yang akan dibawakan itu seru dan

menyenangkan. Pada prinsip alat pemusat perhatian adalah bentuk ekspresi

karakter, efek animasi, dan visual yang mendukung elemen-elemen

didalamnya memiliki nilai unik dan menarik sehingga menjadi daya tarik

yang berujung pada pemusatan perhatian penonton. Pada prinsip partisipasi

aktif penonton adalah pancingan atau stimulus kepada penonton untuk

dipikirkan melalui berbagai adegan yang ada dalam film. Pada prinsip umpan

balik adalah terjawabnya pertanyaan dari masalah-masalah atau misteri

dalam film. Jawaban disini berupa flashback dan tambahan informasi. Pada

prinsip perulangan terkait konten yang disajikan adalah pengulangan

161

informasi penting atau informasi yang menjadi topik bahasaan. Pengulangan

informasi disini berupa tambahan, perincian, dan penguatan informasi yang

diperbincangkan karakter dalam film.

2. Terdapat beberapa temuan menarik, yakni: Serial film animasi Upin dan Ipin

musim 8 merupakan jenis film naratif yang bersifat informatif dan rekreatif.

Karena sifat inilah membuat serial film animasi Upin dan Ipin menjadi film

yang menyenangkan dan sekaligus membelajarkan. Dan film ini bisa

memberikan efek ajakan kepada penonton yang mayoritas anak-anak untuk

belajar. Namun demikian, dalam analisisnya masih terdapat prinsip yang

memiliki kontribusi rendah dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8,

yakni prinsip partisipasi aktif penonton atau siswa dan prinsip alat pemusat

perhatian. Prinsip alat pemusat perhatian berfungsi sebagai stimulus untuk

memfokuskan perhatian penonton pada film yang disaksikan. Prinsip ini

berpotensi membuat penonton dapat mengetahui nilai-nilai yang disampaikan

dan dapat menyimpulkan topik yang dibicarakan dalam film, karena

penonton fokus pada adegan yang disaksikan. Prinsip partisipasi aktif

penonton berguna dalam meningkatkan retensi dan pemahaman penonton

terhadap film yang disajikan. Maka jika prinsip-prinsip ini memiliki

kontribusi yang sedikit dalam film akan menimbulkan resiko terhadap retensi

dan pemahaman bahkan pemaknaan penonton terhadap film yang disaksikan.

3. Korelasi antara prinsip desain pesan pembelajaran dengan prinsip animasi

signifikan dan sesuai. Keduanya berpadu untuk mengoptimalkan isi atau

162

pesan yang disampaikan dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8.

Dalam kelima prinsip desain pesan pembelajaran yang tertuang dalam film

animasi ini mencakup keduabelas prinsip animasi. Jadi prinsip desain pesan

pembelajaran tersampaikan dengan baik menggunakan keduabelas prinsip

animasi yang ada, tentu saja dengan kombinasi yang menarik sehingga sesuai

dengan prinsip desain pesan pembelajaran yang ditampilkan atau diterapkan.

B. Saran

1. Saran untuk pengembang atau animator film pembelajaran

Bagi pengembang dan animator film pembelajaran yang mayoritas

ditujukan untuk anak-anak, disarankan agar memperhatikan penggunaan

prinsip desain pesan pembelajaran dalam mengembangkan film, khususnya

animasi yang banyak digemari anak.

2. Saran untuk peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat meneliti penerapan

prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film pembelajaran yang lain,

khususnya film animasi, karena animasi sangat digemari oleh anak-anak.

Agar dengan penelitian tersebut dapat diketahui film pembelajaran benar-

benar bisa menjadi acuan untuk membelajarkan anak-anak.

163

DAFTAR PUSTAKA

Ari Theresia Prabawati. (2008). Seri Panduan Lengkap: ADOBE AFTER EFFECTSCS 3. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Asri Budiningsih, C. (2003). Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY.

Che Hat Norhayati dkk. (2013). Persepsi Pelajar terhadap Penggunaan Animasidalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malaysia: Pusat Pengajian Bahasa Arab,FBS UNISZA

Darmiyati Zuchdi. (1993). Panduan Penelitian Analsis Konten. Yogyakarta:Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Darwanto. (2007). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian IlmuKomunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.

Saputro Febriyanto dan Amir Fatah Sofyan. (2012). Perancangan Karakter danAnimasi Bertarung pada Film Animasi 3D “KHAMP”. Yogyakarta: STMIKAMIKOM Yogyakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_karakter_Upin_%26_Ipin, diakses pada tanggal17 Januari 2017, pukul 16:22 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Upin_%26_Ipin, diakses pada tanggal 09 Mei 2016,pukul 20:17 WIB

https://ms.wikipedia.org/wiki/Upin_%26_Ipin_(Musim_ke-8), diakses pada tanggal17 Januari 2017, pukul 16:24WIB

http://seleb.info/2016/01/11/rating-acara-tv-indonesia-per-10-januari-2016/, diaksespada tanggal 09 Mei 2016, pukul 21:40 WIB

https://www.youtube.com/watch?v=oPm9qYu-tBM, diakses pada tanggal 24 Mei2016 pukul 22:10 WIB

https://www.youtube.com/watch?v=pAHYZsyV750, diakses pada tanggal 7November 2016, jam 14:31

164

Malikhah. (2013). Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi terhadap PerkembanganPerilaku Negatif Anak Usia Dini. Semarang: FIP UNNES

Maspupah. (2011). Pengaruh Tayangan Kartun Animasi Upin dan Ipin di MediaNusantara Citra Televisi terhadap Penggunaan Kosa Kata Murid RaudhatulAthfal Al- Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur. Jakarta: FID UIN SyarifHidayatullah

Purwaka Fajar. (2015). Penerapan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran dalam SerialFilm Animasi Upin dan Ipin. Yogyakarta: FIP UNY.

Syahfitri Yunita. (2011). Teknik Film Animasi dalam Dunia Komputer. SawitSeberang: Program Studi Sistem Komputer, STMIK Triguna Dharma (JurnalSAINTIKOM vol 10. No 3)

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka InsanMadani.

Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Zahroh Fatimatuz. (2013). Dampak Televisi terhadap Perilaku Anak. Jakarta: FISUIN Syarif Hidayatullah.

165

LAMPIRAN

166

LAMPIRAN I

Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan

Pembelajaran

167

Lampiran 1.1 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran episode 1

Episode 1: Upin dan Ipin Kesayanganku

No Prinsip DesainPesan

Pembelajaran

Definisi Operasional Indikator Ada/TidakAda

Durasi Adegan Bentuk

1. Kesiapan danMotivasi

Episode menampilkanadegan yangmempersiapkan penontonuntuk menonton.Misalnya,memberitahuakan judulatau memberitahukan temacerita.Episode menampilkanadegan yang membuatpenonton tertarik atautermotivasi untukmenonton. Misalnya,adegan pertama (firstimpresson) menampilkankejadian yang ganjil,kejadian yang

Animasi Ada 00:01-00:10

07:11-07:20

14:21-14:30

00:18-06:35

Upin dan Ipinmemperkenalkan diri

Upin:“Hai saya Upin danini adik saya Ipin”Ipin:“Betul ,betul, betul,Ini kisah kami semua”

Pengantar ceritadengan munculnyapermasalahan yangakan dihadapi karakterdalam cerita.

Perkenalan karakterutama dan karakterlain dengan gerakanyang antusias danbersemangat.

Dengan bermcam-macam gerakan danekspresi. Mulai darilucu hingga tegang.

Musik Ada 00:01-00:10 Pada saat awalpertama kemunculan

Kemunculan musikyang segar,

168

probleamatik, kejadianyang berhubungan denganpengetahuan anak,menampilkan instrukturatau tokoh yang antusias,tokoh yang aneh atau lucu.

07:11-07:20

14:21-14:30

00:18-06:35

karakter utama sampaipada munculnya judul.

Pengantar ceritadengan munculnyapermasalahan yangakan dihadapi karakterdalam cerita.

bersahabat, lucudan tempo yangmenarik.

Dengan perpaduanmusik yangekspresif, sesuaidengan animasiyang berjalan.Mulai pengiringuntuk kelucuanhingga suasanayang tegang.

Teks Ada 00:07-00:09

07:17-07:19

14:27-14:29

00:11-00:15

Kemunculan judulfilm dan judul episode

“Upin dan Ipin musim8”

“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 1”

Menampilkan judulserial film animasisecara visual, teksdan audio

Menampilkan judulepisode secaravisual, teks danaudio

169

07:21-07:25

14:30-14:35

“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 2”

“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 3”

Menggunakan jenisfont/huruf yangmenarik, sesuaidengan sasaranpenonton

Visual Ada 00:01-00:10

00:08-00:14

Kemunculan karakteryang menyapapenonton danmemberikan informasijudul.

Kemunculan judulfilm dan judul episode

Menggunakanwarna yang lembut,menarik, dan sesuaidengan keadaannyata.Menggunakangambar-gambaryang cocok dengansuatu suasanapedesaan.

Menampilkan judulsecara visual, teksdan audio.Penggunaan warnayang menarik padafont/teks. Dengan

170

07:17-07:24

14:28-14:34

00:18-06:35

“Upin dan Ipin musim8”“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 1”

“Upin dan Ipin musim8”“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 2”

“Upin dan Ipin musim8”“Upin dan IpinKesayangankuBahagian 3”

Pengantar ceritadengan munculnyapermasalahan yangakan dihadapi karakterdalam cerita.Bingungnya Upin dan

efek sepertigelembung.

Dengan perpaduanwarna dan tata letakyang menarik.Sesuai denganadegan animasiyang berjalan dan

171

Ipin karena tidak adakegitan saat liburansekolah.

tidak jauh berbedadari keadaan nyata.

2. Alat PemusatPerhatian

Episode menampilkanadegan yang memusatkanperhatian penonton ataumemiliki daya tarik pesan.Misalnya, adegandibawakan olehpenokohan yang simpatik,antusias, atau terkenal,episode dibawakan denganhumor, rasa takut, rasabersalah, daya tarik seks,adegan yang emosional,daya tarik musik atau dayatarik efek visual.

Animasi Ada 01:10-01-12

03:16-03:40

07:40-09:46

Kak Ros mengancamUpin dan Ipin jikatidak mau merapikankamar dengan efekanimasi api yangmembara.

Upin dan Ipinmengambil kunciyang berada di jariKak Ros dengan hati-hati

Upin dan Ipin sedangbermain bersama

Kak Ros sepertiseseorang yangmenakutkan denganefek api yangberkobar dangerakan yangmenakutkan.

Ekspresi wajahserius Upin danIpin saatmengambil kuncidari jari tangan KakRos. Ekspresi iniseolah-olah ketikadokter sedangmelakukan operasipada pasien.

Disini laba-laba dankumbang bergerak

172

15:24-15:49

16:18-16:55

teman-teman dikelasnya denganberadu laba-labadengan gaya yangpaling cantik.

Percakapan Upin,Ipin, dan Kak Rosyang membuatpenasaran Opah untukmendengarkannya.Percakapan iniberhubungan denganmasa lalu Opah.

Kak Ros yang hendakmarah karenakuncinya tidakdikembalikan, akantetapi redakemarahannya karenasudah berjanji kepadaUpin dan Ipin.

tidak normal sepertipada dunia nyata,disini laba-labaseolah seperti koboiyang siapbertarung.

Ekspresi dankegelisahan Opahyang hendakmendengarkanpercakapancucunya dengancara sembunyi-sembunyi.

Ekspresi dangerakan marah KakRos yang hendakmarah kemudiantersenyum karenadiingatkan olehadiknya.

173

Musik Ada 01:10-01-12

03:16-03:40

07:40-09:46

15:24-15:49

Kak Ros mengancamUpin dan Ipin jikatidak mau merapikankamar dengan efekanimasi api yangmembara.

Upin dan Ipinmengambil kunciyang berada di jariKak Ros dengan hati-hati

Upin dan Ipin sedangbermain bersamateman-teman dikelasnya denganberadu laba-labadengan gaya yangpaling cantik.

Percakapan Upin,Ipin, dan Kak Ros

Musik terdengarmenakutkan dengannada yang naikturun.

Musikmenimbulkanmendebarkanjantung dan penuhketegangan, dengannada yang aneh.Musik terdengarseperti akan perangmirip dengan nadakoboi.

Musik yang lucudan terdengar

174

16:18-16:55

17:10-17:26

yang membuatpenasaran Opah untukmendengarkannya.Percakapan iniberhubungan denganmasa lalu Opah.

Kak Ros yang hendakmarah karenakuncinya tidakdikembalikan, akantetapi redakemarahannya karenasudah berjanji kepadaUpin dan Ipin.

Kagetnya Kak Rosketika tiba-tiba Upindan Ipin menghilangdalam kamar.

menyenangkan.

Musik dengan nadatinggi kemudianrendah dan disisipidengan nada yanglucu.

Musik yangmembuatpenasaran, sepertipada saat orangmendengarkansuara tanpa terlihatsosoknya.

Teks Ada 06:35-06:38 Munculnya kata Bentuk huruf yang

175

13:28-13:31

“Bersambung”

“Bersambung”

unik dan lucu.Sesuai dengan temadan karakter cerita.Bentuk huruf yangunik dan lucu. Dandioptimalkandengan animasiteksnya yangbergerak. Sesuaidengan tema dankarakter cerita.

Visual Ada 01:10-01-12

03:16-03:40

Kak Ros mengancamUpin dan Ipin jikatidak mau merapikankamar dengan efekanimasi api yangmembara.

Upin dan Ipinmengambil kunci

Warna danbackground sesuaiketika Kak Rosmengancam,dengan tambahanapi yang berkobardan backgroundhitam. Seolah-olahKak Ros sebagairaja yang kejam.

Background yangdi ambil sesuai

176

07:40-09:46

15:24-15:49

yang berada di jariKak Ros dengan hati-hati

Upin dan Ipin sedangbermain bersamateman-teman dikelasnya denganberadu laba-labadengan gaya yangpaling cantik.

Percakapan Upin,Ipin, dan Kak Rosyang membuatpenasaran Opah untukmendengarkannya.Percakapan ini

dengan angelkamera yang pas,yang membuatpenasaranpenonton. Denganwarna yang lembutnamun menarik.

Background yangdi ambil sesuaidengan angelkamera yang pas,dengan perpaduangerak kamera yangcantik. Denganwarna yang lembutnamun menarik.

Dengan gerakkamera yangmembuat tertawaketika Opah hampirjatuh karenamenguping. Dan

177

16:18-16:55

17:10-17:26

berhubungan denganmasa lalu Opah.

Kak Ros yang hendakmarah karenakuncinya tidakdikembalikan, akantetapi redakemarahannya karenasudah berjanji kepadaUpin dan Ipin.

Kagetnya Kak Rosketika tiba-tiba Upindan Ipin menghilangdalam kamar.

juga warna yangcocok dengankeadaan.

Angel kamera yangsesuai ketika Upindan Ipin ketakutanketika akandimarahi Kak Ros.Dengan warnaekspresi wajahyang baik, hampirseperti ekspresiwajah asli.

Background yangsangat cocok ketikasebuah rak bukubisa dibuka danditutup dan terlihatseperti pinturahasia. Denganwarna seolah-olahmenimbulkan kesan

178

misterius.3. Partisipasi

Aktif PenontonEpisode menampilkanadegan yang menuntutatau membuat penontonberpartisipasi, baikpartisispasi fisik maupunmental. Misalnya, karaktermenyuruh penonton untukmelompat, duduk,berteriak, memikirkansesuatu, menganalisis, ataumencari jawaban. Baiksecara tersurat (jelasterlihat) maupun tersirat(samar, namun bisadirasakan)

Animasi Ada 02:16- 02:42

05:00-05:40

06:30-06:35

Upin dan Ipin hendakmembersihkan kamaryang berada di depankamar Opah, namunterkunci.

Tiba-tiba Ipinmenghilang saat akanmengambil buku“Upin dan IpinKesayanganku”

Ipin menyimpan kuncikamar yang berada didepan kamar Opah.

Kamar yangterkunci disinimembuat penasaranUpin dan Ipin,setahu mereka tidakada apapun yangistemewa di kamaritu.

Menimbulkanpertanyaan kepadapenonton,kemanakah Ipinmenghilang?

Animasimenimbulkanpertanyaan,mengapa kuncidisimpan oleh Ipindan tidakdikembalikan padaKak Ros? Ada

179

12:20-13:25 Upin dan Ipinmembuat penasaranKak Ros dan Opahdengan cerita singkat.

apakah dalamkamar tersebut?

Animasimenimbulkanpertanyaan,mengapa Kak Rosdan Opah sangatpenasaran dengancerita singkat dariUpin dan Ipin? Adaapakah dengancerita tersebut?Disini ekspresi KakRos dan Opahsangat terkejutsekaligus bingungdan malu.

Musik Ada 02:16- 02:42 Upin dan Ipin hendakmembersihkan kamaryang berada di depankamar Opah, namunterkunci.

Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.

180

05:00-05:40

06:30-06:35

09:52-10:25

12:20-13:25

Tiba-tiba Ipinmenghilang saat akanmengambil buku“Upin dan IpinKesayanganku”

Ipin menyimpan kuncikamar yang berada didepan kamar Opah.

Menolaknya Upin danIpin ketika diajakmaen oleh Mail saatsore.

Upin dan Ipinmembuat penasaranKak Ros dan Opahdengan cerita singkat.

Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.

Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.

Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh.

Musik yangmenimbulkansuasana penasaran,dengan ritme yanganeh. Dan jugatambahan nada-

181

nada yang lucu saatOpah merasa malu.

Teks TidakAda

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Visual Ada 02:16- 02:42

05:00-05:40

06:30-06:35

Upin dan Ipin hendakmembersihkan kamaryang berada di depankamar Opah, namunterkunci.

Tiba-tiba Ipinmenghilang saat akanmengambil buku“Upin dan IpinKesayanganku”

Ipin menyimpan kuncikamar yang berada didepan kamar Opah.

Angel kamera yangbaik, serta warnayang mendukung,lembut danmeanarik.

Angel kamera yangcocok, backgroundyang sesuai,seakan-akan rakbuku mempunyairahasia, serta warnayang mendukung,lembut danmeanarik.

Angel kamera yangbaik, serta warnayang mendukung,lembut dan

182

09:52-10:25

12:20-13:25

Menolaknya Upin danIpin ketika diajakmaen oleh Mail saatsore.

Upin dan Ipinmembuat penasaranKak Ros dan Opahdengan cerita singkat.

meanarik.

Angel kamera yangbaik, warna yangmendukung, lembutdan meanarik. Sertabackground yangcocok.

Angel kamera yangbaik, serta warnayang mendukung,lembut danmeanarik.Ditambah denganwarna ekspresi KakRos dan Opah.

4. Umpan Balik Episode menampilkanadegan tokoh memberikanumpan balik kepada tokohlain perihal masalah yangdibicarakan. Misalnya,seorang tokoh memberikanperingatan kepada tokoh

Animasi Ada 10:40-12:14 Ipin menunjukkankepada Upin tentangapa yangditemukannya dalamkamar terkunci itu,yaitu sebuah pinturahasia.

Tingkahlaku/gerak-gerikIpin yang lucuketika memberitahurahasia kamarterkunci. Dan jugaekspresi wajah

183

lain dalam hal menjagamata, seorang tokohmemberikan informasiatau jawaban terhadappertanyaan tokoh lainprihal menjaga mata,seorang tokoh memberikanmotivasi kepada tokoh laindalam hal menjaga mata,seorang tokoh memberikansaran kepada tokoh lain.

14:56-20:28 Terbongkarnyarahasia pintu rahasiapada kamar yangterkunci dan jugacerita dibaliknya.Dengan berceritanyaUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sertatambahan cerita dariOpah.

Upin setelahmengetahui adapintu rahasia dalamkamar terkuncitersebut.

Animasi yangmembuat jantungberdebar, disisipidengan tangis, haru,kebahagiaan, dankelucuan. Nampakberbagai ekspresipada adegan ini.

Musik Ada 10:40-12:14 Ipin menunjukkankepada Upin tentangapa yangditemukannya dalamkamar terkunci itu,yaitu sebuah pinturahasia.

Musik terasa sepertiketika sesorangmenemukansesuatu yangpenting danberharga.

184

14:56-20:28 Terbongkarnyarahasia pintu rahasiapada kamar yangterkunci dan jugacerita dibaliknya.Dengan berceritanyaUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sertatambahan cerita dariOpah.

Musik yang cocokketika Kak Rosmenangis, lembutdan juga terasa,seakan ikutmerasakannya. Danjuga dibumbui olehmusik yang lucudan kocak.

Teks TidakAda

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Visual Ada 10:40-12:14 Ipin menunjukkankepada Upin tentangapa yangditemukannya dalamkamar terkunci itu,yaitu sebuah pinturahasia.

Angel kamera yangbaik, denganbackground yangsesuai, sepertiberada pada pintugoa harta karun.Warna ruanganyang gelap dan jugapintu rahasia sangatcocok, miripdengan keadaannyata.

185

14:56-20:28 Terbongkarnyarahasia pintu rahasiapada kamar yangterkunci dan jugacerita dibaliknya.Dengan berceritanyaUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sertatambahan cerita dariOpah.

Angel kamera yangbaik, denganbackground danwarna yang lembutnamun masih tetapmenarik.

5. Perulangan Episode menampilkanadegan yang membuatperulangan informasi ataumerangkum informasi.

Animasi Ada 10:00-10:26

11:50-12:16

Ipin menjelaskankejadian pada malamhari, ketika Ipin akanmemberitahu kamarrahasia kepada Upin.Namun Ipin telahtertidur.

Janji Ipin kepada Upintentang apa yang Ipinketahui dari kamaryang terkunci.

Animasi yangmenunjukkaninformasi padamalam hari.Termasuk kejadianmasa lalu. Denganekspresi yang lucu,kocak, dan kesal.

Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan

186

14:56-16:08

16:16-16:58

Bertanyanya Kak Rosuntuk mengetahuianak perempuan yangnakal yang diceritakanUpin dan Ipin saatmakan malam. Sertaperjanjian Kak Rosuntuk tidak marah lagijika diberitahuanrahasia cerita tersebut.

Terhentinya marahKak Ros karena telahberjanji kepada Upindan Ipin.

sebelumnya.Dengan ekspresidan gerakan yanglucu, kocak,bercampur dengansuasana yangmisterius.

Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan sebelumnyadengan sedikitrangkuman.Kemunculanekpresi yang lucu,kocak, bercampurdengan keseriusandan kejahilan.

Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan sebelumnya

187

17:24-20:25 Terlaksananya janjiUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sekaligusrangkuman akhircerita dan klarisfikasipintu rahasia.

dengan sedikitrangkuman.Kemunculanekpresi yang lucu,kocak, bercampurdengan keseriusandan kejahilan.

Animasi yangmenunjukkaninformasi dariadegan sebelumnyadengan sedikitrangkuman.Kemunculanekpresi yang lucu,kocak, bercampurdengan keseriusan,tangis-haru,ketegangan dankejahilan.

Musik Ada 10:00-10:26 Ipin menjelaskankejadian pada malamhari, ketika Ipin akan

Musik yang lucudengan dibumbuikekocakan. Seolah-

188

11:50-12:16

14:56-16:08

memberitahu kamarrahasia kepada Upin.Namun Ipin telahtertidur.

Janji Ipin kepada Upintentang apa yang Ipinketahui dari kamaryang terkunci.

Bertanyanya Kak Rosuntuk mengetahuianak perempuan yangnakal yang diceritakanUpin dan Ipin saatmakan malam. Sertaperjanjian Kak Rosuntuk tidak marah lagijika diberitahuanrahasia cerita tersebut.

olah sedangmengolok-olok Ipinyang akan berceritatentang pinturahasia tapi tidakdidengarkan olehUpin.

Musik yang sedikithoror danketegangan.

Musik yang lucudibumbui denganritme yang segar.Seolah-olah sedangmempermainkanKak Ros.

189

16:16-16:58

17:24-20:25

Terhentinya marahKak Ros karena telahberjanji kepada Upindan Ipin.

Terlaksananya janjiUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sekaligusrangkuman akhircerita dan klarisfikasipintu rahasia.

Musik yang lucudibumbui denganritme yang segar.Seolah-olah sedangmempermainkanKak Ros.

Musik bertempoaneh, dengangabungan kelucuandan ketegangan.

Musik yangmenyedihkan,kemudiandilanjutkan denganmusik yangmenyentuh hatikeika Opahmenceritakan kisahsebenarnya daripintu rahasia

Teks Tidak Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

190

AdaVisual Ada 10:00-10:26

11:50-12:16

14:56-16:08

Ipin menjelaskankejadian pada malamhari, ketika Ipin akanmemberitahu kamarrahasia kepada Upin.Namun Ipin telahtertidur.

Janji Ipin kepada Upintentang apa yang Ipinketahui dari kamaryang terkunci.

Bertanyanya Kak Rosuntuk mengetahui

Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanamalam hari sepertikeadaan nyata.

Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efekcahaya dan gelapkamar yang kurangterkena cahayamatahari, hariseperti keadaannyata.

Backround kamaryang baik dengan

191

16:16-16:58

17:24-20:25

anak perempuan yangnakal yang diceritakanUpin dan Ipin saatmakan malam. Sertaperjanjian Kak Rosuntuk tidak marah lagijika diberitahuanrahasia cerita tersebut.

Terhentinya marahKak Ros karena telahberjanji kepada Upindan Ipin.

Terlaksananya janjiUpin dan Ipin kepadaKak Ros. Sekaligusrangkuman akhircerita dan klarisfikasi

warna yang lembuttapi tetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanasiang hari sepertikeadaan nyata.

Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanakamar yang kurangcahaya sepertikeadaan nyata.

Backround yangbaik dengan warnayang lembut tapitetap menarik.Dengan efek

192

pintu rahasia. cahaya dan suasanaketegangan setelahmelihat terdapatpintu rahasia,dengan angelkamera yang pas.Dan jua backroundkamar yang sesuaidan baik denganwarna yang lembuttapi tetap menarik.Dengan efekcahaya dan suasanakamar misterius.

193

Lampiran 1.2 Kategorisasi Film berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran episode 14

Episode 14: Pokok Seribu Guna

No Prinsip Desain

Pesan

Pembelajaran

Definisi Operasional Indikator Ada/

Tidak

Ada

Durasi Adegan Bentuk

1. Kesiapan dan

Motivasi

Episode menampilkan

adegan yang

mempersiapkan penonton

untuk menonton.

Misalnya,

memberitahuakan judul

atau memberitahukan tema

cerita.

Episode menampilkan

adegan yang membuat

penonton tertarik atau

termotivasi untuk

menonton. Misalnya,

adegan pertama (first

impresson) menampilkan

kejadian yang ganjil,

kejadian yang

Animasi Ada 00:01-00:10

07:00-07:10

13:59-14:10

00:22-01:42

Upin dan Ipin

memperkenalkan diri

Upin:

“Hai saya Upin dan

ini adik saya Ipin”

Ipin:

“Betul ,betul, betul,

Ini kisah kami

berdua”

Pengantar cerita

dengan munculnya

permasalahan yang

akan dihadapi karakter

dalam cerita. Dengan

liburan sekolah dan

Perkenalan karakter

utama dan karakter

lain dengan gerakan

yang antusias dan

bersemangat.

Dengan gerakan

yang lucu dan

kocak para

karakter. Serta

ekspresi yang

sesuai dengan

194

probleamatik, kejadian

yang berhubungan dengan

pengetahuan anak,

menampilkan instruktur

atau tokoh yang antusias,

tokoh yang aneh atau lucu.

semua teman pergi

liburan, Upin dan Ipin

bingung karena tidak

ada teman bermain.

Serta godaannya Kak

Ros kepada Upin dan

Ipin karena tidak pergi

liburan.

keadaan yang

berlangsung. Mulai

dari senang dan

kesal.

Musik Ada 00:01-00:16

07:00-07:14

13:59-14:14

00:22-01:42

Pada saat awal

pertama kemunculan

karakter utama sampai

pada munculnya judul.

Pengantar cerita

dengan munculnya

permasalahan yang

akan dihadapi karakter

dalam cerita.

Bingungnya Upin dan

Ipin karena tidak ada

kegitan saat liburan

sekolah.

Kemunculan musik

yang segar,

bersahabat, lucu

dan tempo yang

menarik.

Dengan perpaduan

musik yang

ekspresif, sesuai

dengan animasi

yang berjalan.

Pengiring untuk

kelucuan dan

kekocakkan.

Teks Ada 00:07-00:09 Kemunculan judul Menampilkan judul

195

07:00-07:10

13:59-14:10

00:11-00:15

07:10-07:14

14:10-14:14

film dan judul episode

“Upin dan Ipin musim

8”

“Upin & Ipin

Kesayanganku

Bahagian 1”

“Upin & Ipin

Kesayanganku

Bahagian 2”

“Upin & Ipin

Kesayanganku

Bahagian 3”

serial film animasi

secara visual, teks

dan audio

Menampilkan judul

episode secara

visual, teks dan

audio

Menggunakan jenis

font/huruf yang

menarik, sesuai

dengan sasaran

penonton

Visual Ada 00:01-00:10

Kemunculan karakter

yang menyapa

penonton dan

memberikan informasi

judul.

Menggunakan

warna yang lembut,

menarik, dan sesuai

dengan keadaan

nyata.

Menggunakan

gambar-gambar

yang cocok dengan

196

00:10-00:15

07:10-07:14

14:10-14:14

Kemunculan judul

film dan judul episode

“Upin dan Ipin musim

8”

“Upin & Ipin

Kesayanganku

Bahagian 1”

“Upin dan Ipin musim

8”

“Upin & Ipin

Kesayanganku

Bahagian 2”

“Upin dan Ipin musim

8”

“Upin & Ipin

Kesayanganku

Bahagian 3”

suatu suasana

pedesaan.

Menampilkan judul

secara visual, teks

dan audio.

Penggunaan warna

yang menarik pada

font/teks. Dengan

efek seperti

gelembung.

197

00:22-01:42 Pengantar cerita

dengan munculnya

permasalahan yang

akan dihadapi karakter

dalam cerita.

Bingungnya Upin dan

Ipin karena tidak ada

kegitan saat liburan

sekolah.

Dengan perpaduan

warna dan tata letak

yang menarik.

Sesuai dengan

adegan animasi

yang berjalan dan

tidak jauh berbeda

dari keadaan nyata.

2. Alat Pemusat

Perhatian

Episode menampilkan

adegan yang memusatkan

perhatian penonton atau

memiliki daya tarik pesan.

Misalnya, adegan

dibawakan oleh

penokohan yang simpatik,

antusias, atau terkenal,

episode dibawakan dengan

humor, rasa takut, rasa

bersalah, daya tarik seks,

adegan yang emosional,

daya tarik musik atau daya

tarik efek visual.

Animasi Ada 02:10-02:18

03:10-03:20

Atok, Upin dan Ipin

naik sepeda bersama

dengan bernyanyi

riang, saat kemudian

sepeda oleng dan

hampir jatuh

Upin dan Ipin

mengumpulkan buah

kelapa yang jatuh

dengan bersemangat

dan antusias. Tidak

lupa dengan aksi

Gerakan yang

bersemangat dan

antusias serta

ekspresi senang dan

bahagia yang jelas

terlihat. Sesuai

dengan animasi

yang berjalan.

Efek bingung,

seperti buih

keringat yang

besar. Dan juga

gerakan menarik

dari Upin dan Ipin.

198

03:20-03:26

03:54-04:12

bermain, bercanda,

dan kejahilian khas

anak-anak.

Ipin sedang

mengejutkan Upin

dengan rambut

palsunya.

Atok makan tunas

kelapa yang masih

muda, dan jijiknya

Upin dan Ipin karena

tunas tersebut belum

dimasak.

Ekspresi kesal Upin

karena buah yang

dikumpulkannya

dirusak oleh Ipin,

juga ekspresi dan

gerakan yang

menarik dari Ipin

ketika melempar

buah kelapa seperti

bermain bowling.

Gerakan yang

kocak dari Ipin

serta ekspresi yang

mendukung

keadaan.

Ekspresi Upin dan

Ipin yang jijik serta

ekspresi Atok yang

menggoda Upin

dan Ipin. Sangat

sesuai dan menarik

perhatian.

199

05:38-05:48

05:52-06:08

06:16-06:22

09:38-10:00

Atok menjelaskan

fungsi daun kelapa

dan membuat sapu

lidi.

Berceritanya Upin dan

Ipin tentang Opah

yang menyapu dengan

sapu lidi yang pendek.

Ipin menirukan gaya

bicara dan gerakan

khas Opah.

Bang Saleh dan Mail

yang memandu para

turis asing tentang

kelapa.

Ekspresi dan

gerakan Atok yang

menarik. Dengan

efek animasi yang

menarik pula.

Efek animasi patah-

patah pada Opah

yang sangat baik,

dengan gerakan

seperti robot.

Sangat menarik dan

sesuai.

Ekspresi dan gerak

Ipin yang lucu dan

kocak saat

menirukan Opah.

Efek pancaran sinar

ketika Bang Saleh

dan Mail mengeja

huruf kelapa dalam

200

10:57-12:04

15:42-15:47

Atok membuat kapal

dari sabut buah kelapa

kemudian berlomba

dengan Upin dan Ipin.

Beradunya pendapat

antara Upin, Ipin, dan

Kak Ros tentang

liburan sekolah.

bahasa Inggris.

Efek pancaran sinar

animasi saat Atok

berhasil membuat

kapal dari sabut

kelapa dan juga

efek sinar pancaran

animasi saat sedang

berlomba. Diikuti

dengan gerakan dan

ekspresi wajah

yang sesuai, tidak

menghilangkan

kesan lucu dan

kocak.

Efek pancaran

animasi pada

karakter dan

ekspresi yang

mendukung.

Seolah-olah Upin ,

Ipin, dan Kak Ros

201

16:10-16:35

17:50-18:15

Opah menjelaskan

kegunaan pohon

kelapa.

Upin dan Ipin member

sesuatu kepada Kak

Ros dari hasil kelapa,

dengan diiringi tarian.

akan bertarung

sengit.

Animasi patah-

patah yang sangat

menarik, ditunjang

dengan efek sinar

animasi yang baik.

Opah disini seperti

penyihir dengan

efek tersebut.

Gerakan dan

ekspresi lucu dan

kocak Upin dan

Ipin.

Musik Ada 02:10-02:18

03:10-03:20

Atok, Upin dan Ipin

naik sepeda bersama

dengan bernyanyi

riang, saat kemudian

sepeda oleng dan

hampir jatuh

Upin dan Ipin

Musik yang

nyaman, disisipi

dengan kelucuan.

Seolah-olah ketika

seseorang sedang

menikmati

indahnya alam

Musik yang segar,

202

03:20-03:26

03:54-04:12

05:38-05:48

mengumpulkan buah

kelapa yang jatuh

dengan bersemangat

dan antusias. Tidak

lupa dengan aksi

bermain, bercanda,

dan kejahilan khas

anak-anak.

Ipin sedang

mengejutkan Upin

dengan rambut

palsunya.

Atok makan tunas

kelapa yang masih

muda, dan jijiknya

Upin dan Ipin karena

tunas tersebut belum

dimasak.

Atok menjelaskan

fungsi daun kelapa

dan membuat sapu

lucu, dan kocak.

Membuat penonton

menjadi senang dan

santai.

Musik dengan

tempo yang segar,

membuat penonton

tertawa.

Musik yang lucu

dan terdengar

menyenangkan.

Disisipi dengan

nada yang

terdengar jahil

Musik terdengar

lucu dan santai.

203

05:52-06:08

06:16-06:22

09:38-10:00

10:57-12:04

lidi.

Berceritanya Upin dan

Ipin tentang Opah

yang menyapu dengan

sapu lidi yang pendek.

Ipin menirukan gaya

bicara dan gerakan

khas Opah.

Abang Saleh dan Mail

yang memandu para

turis asing belajar

tentang kelapa.

Atok membuat kapal

dari sabut buah kelapa

kemudian berlomba

dengan Upin dan Ipin.

Musik yang segar

dan tetap disisipi

dengan kelucuan

dan kekocakkan.

Musik dengan

tempo yang

menimbulkan kesan

lucu, berpadu baik

dengan animasi.

Musik dengan

tempo yang tinggi,

seperti saat

pembukaan sebuah

acara.

Musik segar,

dengan tempo yang

bercampur. Antara

tinggi dan rendah,

dan tetap tidak

204

15:42-15:47

16:10-16:35

17:50-18:15

Beradunya pendapat

antara Upin, Ipin, dan

Kak Ros tentang

liburan sekolah.

Opah menjelaskan

kegunaan pohon

kelapa.

Upin dan Ipin

memberi sesuatu

kepada Kak Ros dari

hasil kelapa, dengan

diiringi tarian.

menghilangkan sisi

lucu dan kocak.

Seperti ketika akan

berlomba.

Musik dengan nada

tinggi,

menimbulkan kesan

perdebatan sengit.

Musik yang segar

dan tetap disisipi

dengan kelucuan

dan kekocakkan.

Musik yang lucu

dan kocak,

perpaduan nada

tinggi dan rendah

yang baik.

Teks Ada 06:35-06:38

13:31-13:34

Munculnya kata

“Bersambung”

“Bersambung”

Bentuk huruf yang

unik dan lucu.

Sesuai dengan tema

dan karakter cerita.

205

09:42-09:48

20:00-20:03

Munculnya kata

“COCONUT” pada

saat Abang Saleh dan

Mail menjelaskan kata

kelapa dalam bahasa

Inggris.

Munculya kata

“HOMESTAY TOK

DALANG” saat Atok

menjelaskan ada

barang jika dibuat

menjadi lebih untung.

Bentuk huruf yang

unik dan lucu. Dan

dioptimalkan

dengan animasi

teksnya yang

bergerak. Sesuai

dengan tema dan

karakter cerita.

Bentuk huruf

formal namun

masih terlihat lucu.

Sesuai dengan tema

dan karakter cerita.

Visual Ada 02:10-02:18

03:10-03:20

Atok, Upin dan Ipin

naik sepeda bersama

dengan bernyanyi

riang, saat kemudian

sepeda oleng dan

hampir jatuh

Upin dan Ipin

Warna, background

dan angel kamera

yang sesuai ketika

Atok, Upin dan Ipin

bersepeda dan

hampir jatuh.

Background dan

206

03:20-03:26

03:54-04:12

05:38-05:48

mengumpulkan buah

kelapa yang jatuh

dengan bersemangat

dan antusias. Tidak

lupa dengan aksi

bermain, bercanda,

dan kejahilan khas

anak-anak.

Ipin sedang

mengejutkan Upin

dengan rambut

palsunya.

Atok makan tunas

kelapa yang masih

muda, dan jijiknya

Upin dan Ipin karena

tunas tersebut belum

dimasak.

Atok menjelaskan

warna yang sesuai,

seperti keadaan

nyata suatu kebun

kelapa. Berpadu

baik dengan

animasi dan musik

yang berjalan.

Warna yang sesuai

dan juga angel

kamera yang baik.

Bersatu dengan

ekspresi dan

background.

Warna yang sesuai

dan juga angel

kamera yang baik.

Bersatu dengan

ekspresi dan

background.

Warna yang sesuai

207

05:52-06:08

06:16-06:22

09:38-10:00

fungsi daun kelapa

dan membuat sapu

lidi.

Berceritanya Upin dan

Ipin tentang Opah

yang menyapu dengan

sapu lidi yang pendek.

Ipin menirukan gaya

bicara dan gerakan

khas Opah.

Abang Saleh dan Mail

yang memandu para

turis asing belajar

dan juga angel

kamera yang baik.

Bersatu dengan

ekspresi dan

background.

Background yang

sangat menarik

dioptimalkan

dengan warna yang

aneh, seolah-olah

penonton diajak

untuk me-review

adegan lama.

Warna yang

menarik, sesuai

dengan ekspresi

dan keadaan

sekitar.

Warna cenderung

mencolok, saat

Abang Saleh dan

208

10:57-12:04

15:42-15:47

16:10-16:35

tentang kelapa.

Atok membuat kapal

dari sabut buah kelapa

kemudian berlomba

dengan Upin dan Ipin.

Beradunya pendapat

antara Upin, Ipin, dan

Kak Ros tentang

liburan sekolah.

Opah menjelaskan

kegunaan pohon

kelapa.

Mail bergaya.

Warna dan

background yang

sesuai,

dioptimalkan

dengan angel dan

pergerakan kamera.

Sangat menarik dan

cocok dengan judul

cerita.

Background dan

warna yang sangat

menarik, seolah-

olah terdapat efek

didalamnya.

Dengan perpaduan

warna hitam dan

merah, sesuai

dengan adegan

ketika sesorang

akan bertarung.

209

17:50-18:15 Upin dan Ipin

memberi sesuatu

kepada Kak Ros dari

hasil kelapa, dengan

diiringi tarian.

Warna dan angel

kamera yang baik,

terkesan sangat

lucu dan kocak.

3. Partisipasi

Aktif Penonton

Episode menampilkan

adegan yang menuntut

atau membuat penonton

berpartisipasi, baik

partisispasi fisik maupun

mental. Misalnya, karakter

menyuruh penonton untuk

melompat, duduk,

berteriak, memikirkan

sesuatu, menganalisis, atau

mencari jawaban. Baik

secara tersurat (jelas

terlihat) maupun tersirat

(samar, namun bisa

dirasakan)

Animasi Ada 01:54- 02:07

06:30-06:35

Atok mengajak Upin

dan Ipin mengisi

waktu liburan. Akan

tetapi Atok belum

memberitahu akan

pergi kemana.

Atok menyuruh Upin

mengambil kelapa tua.

Ipin kemudian

bertanya namun

belum terjawab.

Informasi liburan

yang disampaikan

oleh Atok yang

membuat penasaran

Upin dan Ipin.

Dengan ekspresi

yang sesuai

menjadikan adegan

ini alami seperti

ketika sesorang

penasaran terhadap

sesuatu.

Penasarannya Upin

dan Ipin ketika

mereka disuruh

untuk mengambil

buah kelapa.

Dengan ekspresi

210

12:26-12:31

17:50-17:58

Atok memberitahu

ada benda yang jika

dibuat bisa membuat

keuntungan besar.

Upin dan Ipin

memberikan barang

yang terbuat dari hasil

pohon kelapa dengan

menari dan menyanyi.

dan gerakan yang

penasaran

bercampur dengan

kesal.

Ekspresi

penasarannya Upin,

Ipin, dan Mail

ketika diberitahu

Atok tentang benda

jika dibuat bisa

member

keuntungan besar.

Ekspresi alami

yang sangat mirip

dengan dunia nyata.

Gerakan yang

membuat penonton

secara tidak sadar

akan menirukan

tarian dalam film.

Dengan gerakan

dan ekspresi yang

211

19:12-19:28

20:06-20:20

Upin dan Ipin

menceritakan liburan

sekolahnya kepada

teman-teman. Namun

teman-temannya

penasaran dengan

liburan Upin dan Ipin

tentang bermain

sambil belajar, dan

juga arti

“HOMESTAY”

kocak dan lucu.

Ekspresi senang

dan percaya dirinya

Upin, Ipin, dan

Mail menceritakan

masa liburannya.

Yang berujung

pada ekspresi

penasaran dan

bingungnya teman-

teman.

Musik Ada 01:54- 02:07

06:30-06:35

Atok mengajak Upin

dan Ipin mengisi

waktu liburan. Akan

tetapi Atok belum

memberitahu akan

pergi kemana.

Atok menyuruh Upin

mengambil kelapa tua.

Ipin kemudian

Musik yang

menimbulkan

suasana penasaran,

dengan ritme segar

dan tetap lucu.

Musik yang

menimbulkan

suasana penasaran,

212

12:26-12:31

17:50-17:58

19:12-19:28

20:06-20:20

bertanya namun

belum terjawab.

Atok memberitahu

ada benda yang jika

dibuat bisa membuat

keuntungan besar.

Upin dan Ipin

memberikan barang

yang terbuat dari hasil

pohon kelapa dengan

menari dan menyanyi.

Upin dan Ipin

menceritakan liburan

sekolahnya kepada

teman-teman. Namun

teman-temannya

penasaran dengan

liburan Upin dan Ipin

tentang bermain

sambil belajar, dan

juga arti

dengan ritme segar

dan tetap lucu.

Musik yang

menimbulkan

suasana penasaran,

dengan ritme segar

dan tetap lucu.

Musik yang lucu,

kocak dan segar.

Membuat penonton

seakan ikut menari.

Musik yang

menimbulkan

suasana penasaran,

dengan ritme yang

segar. Dan juga

tambahan nada-

nada yang lucu.

213

“HOMESTAY”

Teks Tidak

Ada

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Visual Ada 01:54- 02:07

06:30-06:35

12:26-12:31

Atok mengajak Upin

dan Ipin mengisi

waktu liburan. Akan

tetapi Atok belum

memberitahu akan

pergi kemana.

Atok menyuruh Upin

mengambil kelapa tua.

Ipin kemudian

bertanya namun

belum terjawab.

Atok memberitahu

ada benda yang jika

dibuat bisa membuat

keuntungan besar.

Angel kamera yang

baik, serta warna

yang mendukung,

lembut dan

meanarik.

Angel kamera yang

cocok, background

yang sesuai dengan

keadaan kebun

kelapa. Warna dan

bentuk kelapa yang

mirip dengan

aslinya.

Angel kamera yang

baik, serta warna

yang mendukung,

lembut dan

meanarik.

214

17:50-17:58

19:12-19:28

20:06-20:20

Upin dan Ipin

memberikan barang

yang terbuat dari hasil

pohon kelapa dengan

menari dan menyanyi.

Upin dan Ipin

menceritakan liburan

sekolahnya kepada

teman-teman. Namun

teman-temannya

penasaran dengan

liburan Upin dan Ipin

tentang bermain

sambil belajar, dan

juga arti

“HOMESTAY”

Angel kamera yang

baik, warna yang

mendukung, lembut

dan meanarik. Serta

background yang

cocok. Dengan

tambahan efek

disco yang seakan-

akan mengajak

penonton untuk

menari.

Angel kamera yang

baik, serta warna

yang mendukung,

lembut dan

meanarik.

Ditambah dengan

warna ekspresi para

karakter yang

cocok, sehingga

menjadikan adegan

menjadi hidup.

215

4. Umpan Balik Episode menampilkan

adegan tokoh memberikan

umpan balik kepada tokoh

lain perihal masalah yang

dibicarakan. Misalnya,

seorang tokoh memberikan

peringatan kepada tokoh

lain dalam hal menjaga

mata, seorang tokoh

memberikan informasi

atau jawaban terhadap

pertanyaan tokoh lain

prihal menjaga mata,

seorang tokoh memberikan

motivasi kepada tokoh lain

dalam hal menjaga mata,

seorang tokoh memberikan

saran kepada tokoh lain.

Animasi Ada 07:22-08-52

09:24-09:32

10:06-10-40

15:30-17:42

Penjelasan Atok

tentang manfaat dan

kegunaan buah kelapa.

Penjelasan Atok

tentang liburan yang

dibicarakan kepada

Upin dan Ipin. Yaitu

liburan sambil belajar,

liburan yang

bermanfaat.

Mengertinya Upin dan

Ipin tentang makna

liburan yang

bermanfaat dan

liburan sambil belajar.

Ekspresi yang lucu

dan kocak. Mulai

dari jijik, bingung,

dan senang.

Ditunjang dengan

gerakan yang

sesuai.

Gerakan dan

ekspresi Upin dan

Ipin yang kesal dan

bingung ketika

dijelaskan tentang

makna liburan yang

bermanfaat. Karena

menurut mereka

tidak

mengasyikkan.

Ekspresi percaya

diri dan senangnya

Upin dan Ipin

mengisi waktu

liburannya, baik

216

19:50-20:12

Dan juga penjelasan

Opah tentang pohon

kelapa yang

merupakan pohon

seribu guna. Serta

macam-macam benda

yang dibuat Upin dan

Ipin dari hasil pohon

kelapa.

Penjelasan Atok

tentang benda yang

jika dibuat bisa

mendatangkan untung

besar.

membuat benda dan

berceritanya kepada

Kak Ros dan Opah.

Serta gerakan lucu

dan kocak Upin dan

Ipin ketika bercerita

tentang kegiatan

liburan dan

menjelaskan barang

yang dibuat dari

pohon kelapa.

Ekspresi dan

gerakan bingung

Upin, Ipin, Mail,

dan teman-teman

tentang benda jika

dibuat bisa

medatangkan

untung besar.

Dengan ekspresi

yang sangat mirip

dengan dunia nyata.

Musik Ada 07:22-08-52 Penjelasan Atok Musik yang segar

217

09:24-09:32

10:06-10-40

15:30-17:42

tentang manfaat dan

kegunaan buah kelapa.

Penjelasan Atok

tentang liburan yang

dibicarakan kepada

Upin dan Ipin. Yaitu

liburan sambil belajar,

liburan yang

bermanfaat.

Mengertinya Upin dan

Ipin tentang makna

liburan yang

bermanfaat dan

liburan sambil belajar.

Dan juga penjelasan

Opah tentang pohon

kelapa yang

dan tetap lucu.

Seperti kelegaan

setelah berhasil

memecahkan

masalah atau

menemukan hal

baru.

Musik dengan rasa

kelucuan,

kekocakkan dan

kekesalan. Saat

Upin dan Ipin telah

tahu liburan yang

dimaksud Atok.

Musik dengan

perpaduan yang

menarik dan segar.

Mulai dari

ketegangan yang

dibuat Kak Ros dan

adiknya. Serta

kelucuan dan

218

19:50-20:12

merupakan pohon

seribu guna. Serta

macam-macam benda

yang dibuat Upin dan

Ipin dari hasil pohon

kelapa.

Penjelasan Atok

tentang benda yang

jika dibuat bisa

mendatangkan untung

besar.

kekocakkan yang

dibuat Upin dan

Ipin saat bercerita.

Disini seperti

seseorang yang

telah berhasil

memecahkan

masalah atau

menemukan hal

baru.

Musik yang segar

namun disisipi

dengan irama yang

membuat bingung.

Ketika Atok

menjelaskan benda

yang jika dibuat

mendatangkan

untung besar.

Dengan tidak

menghilangkan

lucu dan kocak.

Teks Tidak Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

219

Ada

Visual Ada 07:22-08-52

09:24-09:32

10:06-10-40

15:30-17:42

Penjelasan Atok

tentang manfaat dan

kegunaan buah kelapa.

Penjelasan Atok

tentang liburan yang

dibicarakan kepada

Upin dan Ipin. Yaitu

liburan sambil belajar,

liburan yang

bermanfaat.

Mengertinya Upin dan

Ipin tentang makna

liburan yang

bermanfaat dan

liburan sambil belajar.

Dan juga penjelasan

Opah tentang pohon

Angel kamera yang

baik, dengan

background dan

warna yang lembut

namun masih tetap

menarik.

Angel kamera yang

baik, dengan

background yang

sesuai, seperti pada

dunia nyata

visualisasi tentang

sebuah kebun

kelapa.

Angel kamera yang

baik, dengan

background dan

warna yang lembut

namun masih tetap

menarik. Ditambah

dengan efek cahaya

220

19:50-20:12

kelapa yang

merupakan pohon

seribu guna. Serta

macam-macam benda

yang dibuat Upin dan

Ipin dari hasil pohon

kelapa.

Penjelasan Atok

tentang benda yang

jika dibuat bisa

mendatangkan untung

besar.

yang baik. Seolah-

olah seperti telah

menyelesaikan

sesuatu.

Angel kamera yang

baik, dengan

background dan

warna yang lembut

namun masih tetap

menarik.

5. Perulangan Episode menampilkan

adegan yang membuat

perulangan informasi atau

merangkum informasi.

Animasi Ada 05:12-05:48

05:54-06:08

Atok menjelaskan

manfaat bagian daun

kelapa kepada Upin

dan Ipin.

Upin dan Ipin

bercerita kepada Atok

Animasi yang

menunjukkan

informasi dari

bagian pohon

kelapa. Dengan

ekspresi yang

sesuai.

Animasi disini

mengajak penonton

221

07:24-08:52

09:24-09:33

tentang sapu lidi yang

digunakan Opah untuk

menyapu, mulai dari

masih utuh sapu lidi

sampai pada rontok

dan pendeknya sapu

lidi.

Atok kembali

menjelaskan manfaat

lain dari bagian pohon

kelapa, seperti buah

dan hati kelapa.

Penjelasan Atok

kepada Upin dan Ipin

tentang informasi

liburan yang

dijanjikan dan

diberikan.

untuk mengetahui

kejadian saat Opah

sedang menyapu

halaman dengan

sapu lidi yang

pendek dan kecil.

Dengan animasi

patah-patah yang

menarik.

Animasi yang

mengulang

informasi dari

manfaat bagian

pohon kelapa.

Dengan ekspresi

yang sesuai.

Animasi disini

mengulang kembali

dan menjawab

pertanyaan Upin

dan Ipin tentang

liburan sekolahnya

222

10:15-10:40

10:48-11:00

Pengulasan dan

penegasan informasi

kembali oleh Mail

tentang liburan yang

bermanfaat. Serta

pengulangan kembali

oleh Atok tentang

liburan yang

bermanfaat, liburan

sambil belajar.

Atok kembali

menjelaskan dan

mengajarkan manfaat

kepada Atok.

Dengan ekspresi

yang baik.

Animasi yang

mengulang

informasi dari

kejadian lalu,

dengan bantuan

Mail yang

menjelaskan

liburan yang

bermanfaat dan

penegasan kembali

oleh Atok. Dengan

ekspresi yang

sesuai dan baik.

Mulai dari ekpresi

menyindir dan

kesal.

Animasi yang

mengulang

informasi dari

223

12:28-12:42

15:30-17:42

lain dari bagian pohon

kelapa, yaitu sabut

kelapa.

Penjelasan informasi

tentang manfaat

pohon kelapa beserta

bagiannya oleh Upin,

Ipin, dan Mail.

Penjelasan,

pengulangan

informasi dari Upin

dan Ipin kepada Kak

Ros dan Opah. Dan

juga tambahan

informasi dari Opah

tentang manfaat lain

dari pohon kelapa.

manfaat bagian

pohon kelapa.

Dengan ekspresi

yang sesuai.

Animasi yang

mengulang

informasi dan

penejelasan dari

manfaat bagian

pohon kelapa.

Dengan ekspresi

yang sesuai.

Animasi tentang

Animasi yang

mengulang

informasi dari

manfaat bagian

pohon kelapa.

Dengan ekspresi

yang sesuai.

Mulai dari ekspresi

tegang, lucu, dan

224

19:10-20:20

Penjelasan dan

pengulangan

informasi yang

diceritakan Upin dan

Ipin kepada teman-

temannya tentang

liburan mereka yang

bermanfaat, liburan

sambil belajar dan

menghasilkan uang.

bahagia.

Animasi yang

mengulang

informasi dari

manfaat bagian

pohon kelapa.

Dengan ekspresi

yang sesuai dan

menarik.

Musik Ada 05:12-05:48

05:54-06:08

Atok menjelaskan

manfaat bagian daun

kelapa kepada Upin

dan Ipin.

Upin dan Ipin

bercerita kepada Atok

tentang sapu lidi yang

digunakan Opah untuk

Musik yang lucu

dengan dibumbui

kekocakan. Seolah-

olah sedang

mengolok-olok Ipin

yang akan bercerita

tentang pintu

rahasia tapi tidak

didengarkan oleh

Upin.

Musik yang sedikit

225

07:24-08:52

09:24-09:33

menyapu, mulai dari

masih utuh sapu lidi

sampai pada rontok

dan pendeknya sapu

lidi.

Atok kembali

menjelaskan manfaat

lain dari bagian pohon

kelapa, seperti buah

dan hati kelapa.

Penjelasan Atok

kepada Upin dan Ipin

tentang informasi

liburan yang

dijanjikan dan

diberikan.

horor dan

ketegangan.

Musik yang lucu

dibumbui dengan

ritme yang segar.

Seolah-olah sedang

mempermainkan

Kak Ros.

Musik yang lucu

dibumbui dengan

ritme yang segar.

Seolah-olah sedang

mempermainkan

Kak Ros.

Musik bertempo

aneh, dengan

gabungan kelucuan

dan ketegangan.

226

10:15-10:40

10:48-11:00

Pengulasan dan

penegasan informasi

kembali oleh Mail

tentang liburan yang

bermanfaat. Serta

pengulangan kembali

oleh Atok tentang

liburan yang

bermanfaat, liburan

sambil belajar.

Atok kembali

menjelaskan dan

mengajarkan manfaat

lain dari bagian pohon

kelapa, yaitu sabut

Musik yang

menyedihkan,

kemudian

dilanjutkan dengan

musik yang

menyentuh hati

keika Opah

menceritakan kisah

sebenarnya dari

pintu rahasia

227

12:28-12:42

15:30-17:42

kelapa.

Penjelasan informasi

tentang manfaat

pohon kelapa beserta

bagiannya oleh Upin,

Ipin, dan Mail.

Penjelasan,

pengulangan

informasi dari Upin

dan Ipin kepada Kak

Ros dan Opah. Dan

juga tambahan

informasi dari Opah

tentang manfaat lain

dari pohon kelapa.

228

19:10-20:20 Penjelasan dan

pengulangan

informasi yang

diceritakan Upin dan

Ipin kepada teman-

temannya tentang

liburan mereka yang

bermanfaat, liburan

sambil belajar dan

menghasilkan uang.

Teks Tidak

Ada

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Visual Ada 10:00-10:26

11:50-12:16

Ipin membahas

kejadian pada malam

hari. Ketika Ipin akan

memberitahu tentang

pintu rahasia dalam

kamar yang terkunci.

Upin mengetahui

pintu rahasia yang

akan diceritakan oleh

Backround yang

baik dengan warna

yang lembut tapi

tetap menarik.

Dengan efek

cahaya dan suasana

malam hari seperti

keadaan nyata.

Backround yang

baik dengan warna

yang lembut tapi

229

14:58-16:08

16:20-17:00

Ipin.

Bertanyanya Kak Ros

kepada Upin dan Ipin

tentang cerita mereka

tentang anak yang

nakal, perempuan, dan

terjatuh dari sepeda

sehingga mempunyai

luka gores di kepala.

Terhentinya marah

Kak Ros karena

teringat janjinya untuk

tidak marah kepada

Upin dan Ipin.

tetap menarik.

Dengan efek

cahaya dan gelap

kamar yang kurang

terkena cahaya

matahari, hari

seperti keadaan

nyata.

Backround kamar

yang baik dengan

warna yang lembut

tapi tetap menarik.

Dengan efek

cahaya dan suasana

siang hari seperti

keadaan nyata.

Backround yang

baik dengan warna

yang lembut tapi

tetap menarik.

Dengan efek

cahaya dan suasana

230

17:24-17:48

18:18-19:30

Tahunya Kak Ros

tentang pintu rahasia

yang diceritakan Upin

dan Ipin dengan janji

sebelumnya.

Terungkapnya kisah

sebenarnya dari pintu

rahasia pada kamar

yang terkunci. Opah

bercerita tentang

sejarah kamar tersebut

dan menjelaskan

kenapa beliau tidak

kamar yang kurang

cahaya seperti

keadaan nyata.

Backround yang

baik dengan warna

yang lembut tapi

tetap menarik.

Dengan efek

cahaya dan suasana

ketegangan setelah

melihat terdapat

pintu rahasia,

dengan angel

kamera yang pas.

Backround kamar

yang sesuai dan

baik dengan warna

yang lembut tapi

tetap menarik.

Dengan efek

cahaya dan suasana

kamar misterius.

231

memberitahukan

kepada cucunya sejak

dahulu.

232

LAMPIRAN II

Konversi Persentase Adegan dan Konten

233

Lampiran 2.1 Formula Perhitungan Penentuan Hasil Nilai

Persentase

a. Persentase masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran

Jumlah total masing-masing prinsip dalam adegan dan juga total

durasi keselurahan film di samakan dengan satuan detik. Kemudian jika sudah

ditemukan hasil persentase masing-masing prinsip desain pesan pembelajaran,

kemudian diperinci dengan hasil masing-masing konten yang terkandung

dalam tiap-tiap prinsip desain pesan pembelajaran.

b. Persentase masing-masing konten dalam tiap-tiap prinsip desain pesan

pembelajaran

234

Lampiran 2.2 Hasil Konversi Persentase Adegan

Episode 1: Upin dan Ipin Kesayanganku

No Prinsip Total Durasi

Prinsip

Durasi Prinsip Presentase

1.

Kesiapan dan

Motivasi

1665 detik

468 detik 28.10%

2.

Alat Pemusat

Perhatian

212 detik 12.73%

3. Partisipasi Aktif

Penonton

80 detik 4.80%

4. Umpan Balik 429 detik 25.76%

5. Perulangan 476 detik 28.58%

Total 1665 detik 99.97%

Data tabel di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima prinsip

desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 1. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai persentase

28.10%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin

musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 28.10% jika

dikonversi dalam detik memiliki nilai 468 detik. Nilai dengan satuan persentase

dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin

235

musim 8 episode 1 yakni 1665 detik yang adegannya dipotong dan disortir sesuai

dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi

film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori

prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir

adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi,

sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai dengan

persentase 28.10%.

Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase

12.73%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin

musim 8 episode 1 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai presentase

tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 1 (Upin dan Ipin Kesayanganku) yakni 100% yang

dipilih dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 1 ini

dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat

pemusat perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki

nilai dengan persentase 12.73% yang jika dikonversi memiliki nilai 212 detik

dari total durasi 1665 detik.

Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase

4.80%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim

8 episode 1 berdasarkan prinsip partsipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh dari

potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 yang memiliki

nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip partisipasi

236

aktif penonton. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja

yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga

ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase

4.80%.

Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 25.76%,

nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 1 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika

dikonversi dalam waktu menjadi 429 detik dari total waktu film 1665 detik.

Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip

umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 1. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip

umpan balik memiliki nilai dengan persentase 25.76%.

Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, nilai

ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan prinsip perulangan. Nilai 28.58% jika dikonversi dalam detik

memiliki nilai 476 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini

didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

yakni 1665 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir

sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film

hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip

perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

237

cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan

balik memiliki nilai dengan persentase 28.58%.

Episode 14: Pokok Seribu Guna

No Prinsip Total Durasi

Prinsip

Durasi Prinsip Presentase

1.

Kesiapan dan

Motivasi

1299 detik

144 detik 8.77%

2.

Alat Pemusat

Perhatian

237 detik 18.24%

3. Partisipasi Aktif

Penonton

64 detik 4.92%

4. Umpan Balik 412 detik 31.71%

5. Perulangan 472 detik 36.33%

Total 1299 99.97%

Data tabel di atas merupakan deskripsi persentase dari kelima prinsip

desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 14. Prinsip pertama yaitu kesiapan dan motivasi memiliki nilai

persentase 8.77%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan

Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip kesiapan dan motivasi. Nilai 8.77%

jika dikonversi dalam detik memiliki nilai 144 detik. Nilai dengan satuan

238

persentase dan satuan detik ini didapat dari keseluruhan durasi serial animasi

Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yakni 1299 detik yang adegannya dipotong

dan disortir sesuai dengan prinsip kesiapan dan motivasi. Dengan kata lain dari

keseluruhan durasi film hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk

dalam kategori prinsip kesiapan dan motivasi. Jadi dalam episode 1 ini dipilih

dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip kesiapan

dan motivasi, sehingga ditemukan prinsip kesiapan dan motivasi memiliki nilai

dengan persentase 8.77%.

Prinsip kedua yakni alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase

18.24%, nilai ini diperoleh dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin

musim 8 episode 14 berdasarkan prinsip alat pemusat perhatian. Nilai persentase

tersebut didapat dari potongan persentase keseluruhan serial film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 14 (Pokok Seribu Guna) yakni 100% yang dipilih dan

sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian. Jadi dalam episode 14 ini dipilih

dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat

perhatian, sehingga ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai

dengan persentase 18.24% yang jika dikonversi memiliki nilai 237 detik dari

total durasi 1299 detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana

saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip alat pemusat perhatian, sehingga

ditemukan prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai dengan persentase

18.24%.

239

Prinsip ketiga yaitu partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase

4.92%, nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim

8 episode 14 berdasarkan prinsip partsisipasi aktif penonton. Hasil ini diperoleh

dari potongan serial film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 yang

memiliki nilai 100%, kemudian dipilih dan disesuaikan berdasarkan prinsip

partisipasi aktif penonton. Jadi dalam episode 14 ini dipilih dan disortir adegan

mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton,

sehingga ditemukan prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan

persentase 4.92% yang jika dikonversi dalam satuan detik memiliki nilai 64

detik. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok

dan sesuai dengan prinsip partisipasi aktif penonton, sehingga ditemukan prinsip

partisipasi aktif penonton memiliki nilai dengan persentase 4.92%.

Prinsip keempat yakni umpan balik memiliki nilai persentase 31.71%,

nilai ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 14 berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai persentase tersebut jika

dikonversi dalam waktu menjadi 412 detik dari total waktu film 1299 detik.

Hasil tersebut ada dari potongan adegan yang pilih dan sesuai dengan prinsip

umpan balik dari seluruh total durasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

episode 14. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan prinsip umpan balik, sehingga ditemukan prinsip

umpan balik memiliki nilai dengan persentase 31.71%.

240

Prinsip kelima yakni perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, nilai

ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1

berdasarkan prinsip umpan balik. Nilai 36.33% jika dikonversi dalam detik

memiliki nilai 472 detik. Nilai dengan satuan persentase dan satuan detik ini

didapat dari keseluruhan durasi serial animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14

yakni 1299 detik atau sama dengan 100% yang adegannya dipotong dan disortir

sesuai dengan prinsip perulangan. Dengan kata lain dari keseluruhan durasi film

hanya dipilih sebagian adegan yang sesuai dan masuk dalam kategori prinsip

perulangan. Jadi dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang

cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan, sehingga ditemukan prinsip umpan

balik memiliki nilai dengan persentase 36.33%. Jadi dalam episode 1 ini dipilih

dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai dengan prinsip perulangan,

sehingga ditemukan prinsip umpan balik memiliki nilai dengan persentase

36.33%.

241

Lampiran 2.3 Hasil Konversi Persentase Konten

Episode 1: Upin dan Ipin Kesayanganku

No Prinsip Desain

Pembelajaran

Durasi

Prinsip

Presentase

Animasi Musik Teks Visual

1. Kesiapan dan

Motivasi

468 detik 31.55% 31.55% 5.34% 31.55%

2. Alat Pemusat

Perhatian

212 detik 32.07% 32.07% 3.77% 32.07%

3. Partisipasi Aktif

Penonton

80 detik 33.32% 33.32% 0% 33.32%

4. Umpan Balik 429 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%

5. Perulangan 476 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%

Data tabel di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada masing-

masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan

Ipin musim 8 episode 1. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal, yakni

animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau dan

dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam

diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap

prinsipnya.

242

a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Prinsip pertama kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 28.10%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan berdasarkan prinsip

kesiapan dan motivasi yakni animasi, musik, teks, dan visual. Konten animasi

memiliki nilai persentase 31.55%. Konten musik memiliki nilai persentase

31.55% sama dengan nilai persentase konten animasi. Konten teks memiliki nilai

persentase 5.34% sangat sedikit dibandingkan dengan konten animasi dan musik.

Konten visual memiliki nilai persentase yang sama dengan konten animasi dan

konten musik, yakni 31.55%. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film

animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang

sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi.

b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian

Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 12.73%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase

yang sama yakni 32.07%. Konten teks memiliki nilai persentase 3.77% sangat

sedikit dibandingkan dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari

hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan

konten animasi yang sesuai dan sebagai prinsip alat pemusat perhatian. Jadi

dalam episode 1 ini dipilih dan disortir adegan mana saja yang cocok dan sesuai

dengan konten animasi dalam lingkupan prinsip alat pemusat perhatian.

243

c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton

Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.80%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase

yang sama, yakni 33.32%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama

halnya dengan tidak ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi

Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan

terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian.

d. Prinsip Umpan Balik

Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 25.76%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase

yang sama, yakni 33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama

halnya dengan tidak ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi

Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan

terkategorisasi sebagai prinsip umpan balik.

e. Prinsip Perulangan

Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 28.58%, didalamnya

memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.

Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase yang sama, yakni

33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama halnya dengan tidak

ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8

244

episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai

prinsip perulangan.

Episode 14: Pokok Seribu Guna

No Prinsip Desain

Pembelajaran

Durasi

Prinsip

Presentase

Animasi Musik Teks Visual

1. Kesiapan dan

Motivasi

144 detik 28.01% 28.01% 15.97% 28.01%

2. Alat Pemusat

Perhatian

237 detik 30.52% 30.52% 8.43% 30.52%

3. Partisipasi Aktif

Penonton

64 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%

4. Umpan Balik 412 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%

5. Perulangan 472 detik 33.33% 33.33% 0% 33.33%

Data tabel di atas adalah keterangan nilai persentase konten pada masing-

masing prinsip desain pesan pembelajaran dalam serial film animasi Upin dan

Ipin musim 8 episode 14. Konten dalam sebuah film terdiri dari 4 hal, yakni

animasi, musik, teks, dan visual. Disini keempat konten tersebut ditinjau dan

dikategorisasi berdasarkan kelima prinsip desain pesan pembelajaran. Dalam

diagram tersebut terlihat keempat konten memiliki nilai persentase dalam setiap

prinsipnya.

245

a. Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Prinsip kesiapan dan motivasi dengan nilai persentase 8.77%, didalamnya

memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.

Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase yang sama, yakni

28.01%. Konten teks memiliki nilai persentase 15.97% lebih rendah dari konten

animasi dan musik. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin

dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan

terkategorisasi sebagai prinsip kesiapan dan motivasi.

b. Prinsip Alat Pemusat Perhatian

Prinsip alat pemusat perhatian memiliki nilai persentase 18.24%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase

yang sama, yakni 30.52%. Konten teks memiliki nilai persentase 8.43% sangat

sedikit dibandingkan dengan konten animasi dan musik. Hasil ini didapat dari

hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan

konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat

perhatian.

c. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton

Prinsip partisipasi aktif penonton memiliki nilai persentase 4.92%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase

yang sama, yakni 33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0% sama

246

halnya dengan tidak ada. Hasil ini didapat dari hasil kategorisasi film animasi

Upin dan Ipin musim 8 episode 1 berdasarkan konten animasi yang sesuai dan

terkategorisasi sebagai prinsip alat pemusat perhatian.

d. Prinsip Umpan Balik

Prinsip umpan balik penonton memiliki nilai persentase 31.71%,

didalamnya memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik,

teks, dan visual. Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase

yang sama, yakni 33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0%. Hasil ini

didapat dari hasil kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14

berdasarkan konten animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip

umpan balik.

e. Prinsip Perulangan

Prinsip perulangan memiliki nilai persentase 36.33%, didalamnya

memiliki 4 konten yang dikategorisasikan yakni animasi, musik, teks, dan visual.

Konten animasi, musik, dan visual memiliki nilai persentase yang sama, yakni

33.33%. Konten teks memiliki nilai persentase 0%. Hasil ini didapat dari hasil

kategorisasi film animasi Upin dan Ipin musim 8 episode 14 berdasarkan konten

animasi yang sesuai dan terkategorisasi sebagai prinsip perulangan.

247

LAMPIRAN III

Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran

248

Lampiran 3.1 Contoh Adegan berdasarkan Prinsip Desain Pesan

Pembelajaran

1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku

Episode 14. Pokok Seribu Guna

249

2. Prinsip Alat Pemusat Perhatian

Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku

Episode 14. Pokok Seribu Guna

250

3. Prinsip Partisipasi Aktif Penonton

Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku

Episode 14. Pokok Seribu Guna

251

4. Prinsip Umpan Balik

Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku

Episode 14. Pokok Seribu Guna

252

5. Prinsip Umpan Balik

Episode 1. Upin dan Ipin Kesayanganku

Episode 14. Pokok Seribu Guna

253

LAMPIRAN IV

Surat Izin Penelitian

254

NM. ; J\ZuruI Yian I-bmIodi

N1M ; 121Oj24100J

I'\'otfam Sl:udi ; TetnoqI ~iditIn

Jw.rsan ; K""Iaal ......... Tri:"OIo&i ~iclibn

f_uhIs ; llJnu ~ibn

Tclah dik ....... i ... dioetujui .... ...... Apoaa 2016 ""'pi 1*""-p(upnbiJ.n diu ... pmditiotl *f.IPsl

-W.til Drbn J FtP