ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN...

download ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10150/H06bha.pdf · 65 analisis kinerja perusahaan berdasarkan laporan

If you can't read please download the document

Transcript of ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN...

  • 65

    ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN

    LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN

    DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG

    (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan

    Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 20032005)

    Oleh

    BUDI HARTONO

    H24102032

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

  • 66

    2006

    ABSTRAK Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang. Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Farida Ratna Dewi. Energi listrik merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan dan jumlah penggunaannya harus disesuaikan dari waktu ke waktu. Tenaga listrik telah berubah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia sehingga di sebagian besar negara penggunaannya dikelola oleh pemerintah/ negara. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya BUMN yang mengelola tenaga listrik di Indonesia sehingga kinerja perusahaannya cukup menarik untuk dikaji dan diteliti agar masyarakat dapat mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan ini berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati yang dapat digunakan sebagai salah satu alat evaluasi perusahaan, apakah tercapai peningkatan efisiensi dalam hal ini biaya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa keuangannya. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan yang terjadi, dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang akan dihadapi pada masa yang akan datang dengan laebih baik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat melaui wawancara (Manajer dan Staf Keuangan perusahaan); dan data sekunder melalui laporan keuangan internal perusahaan, profil perusahaan, serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan metode pengolahan data dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer dengan hasil yang didapatkan dinilai secara kuantitatif kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan analisis tren pada neraca menunjukkan komponen aktiva tetap cenderung stabil, kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam pelaksanaan. Sedangkan disisi pasiva terjadi kenaikan dalam kewajiban jangka pendek. Tren pada laba rugi menunjukkan penurunan rugi bersih. (2) Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan kewajibannya. Sedangkan komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap rugi bersih perusahaan. (3) Hasil analisis rasio memperlihatkan (a) Tingkat likuiditas memiliki kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal periode 2006. (b) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup besar. (c) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (d) Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan, sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik. (4) Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan

  • 67

    metode persentase terhadap penjualan di dapatkan hasil, perusahaan harus mencari dana sebanyak 10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing. (5) Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari 50 atau sekitar 26 %.

    ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN

    LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN

    DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG

    (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan

    Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA EKONOMI

    pada Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    BUDI HARTONO

    H24102032

  • 68

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2006 INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN

    KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE

    YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi

    Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode

    2003-2005)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA EKONOMI

    pada Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    BUDI HARTONO

    H24102032

    Menyetujui, Agustus 2006

  • 69

    Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    Dr. Ir. Jono M. Munandar,M.Sc. Kepala Departemen Manajemen

    Tanggal Ujian : 25 Agustus 2006 Tanggal Lulus :

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 1985. Penulis merupakan

    anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Asep Mulyanto dan Ibu

    Isnaini.

    Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Al Kautsar

    Bekasi dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan

    pendidikan di SDN Pengasinan Bintara I Bekasi. Kemudian penulis melanjutkan

    pendidikan pada SLTP 14 Bekasi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang

    sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 103 Jakarta dan lulus pada tahun

    2002.

    Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian

    Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI

    IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.

  • 70

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

    rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

    judul Analisis Kinerja Perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi

    Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang (Studi Kasus PT. PLN

    (Persero AJ Kramat Jati Periode 2003-2005)

    Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah

    memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung

    maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh

    karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

    1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.

    2. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan petunjuk dan saran.

    3. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM, selaku dosen penguji yang telah

    memberikan saran.

    4. Ir. Bambang Suhartono sebagai Manajer AJ Kramat Jati, Bapak Suwardi dan

    Mas Eko sebagai pembimbing selama penelitian.

    5. Orang tua tercinta dan adikku atas kasih sayang, doa dan dukungannya.

    6. Rika Anggraeni yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya.

    Acep, Asep, Udin, Joko, Wildan, Nanto, Arya terima kasih atas semua

    bantuannya.

    7. Seluruh dosen dan staf manajemen FEM, terimakasih atas segala bantuannya.

    8. Rekan-rekan manajemen 39, terimakasih atas motivasi dan dukungannya.

    9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

    penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • 71

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

    karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga

    skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak

    Bogor, Agustus 2006

    Penulis

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK

    RIWAYAT HIDUP.................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR.............................................................................. iv

    DAFTAR ISI............................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

    I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2

    1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5

  • 72

    2.1. Laporan Keuangan ........................................................................ 5 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 5

    2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan ........................................ 5 2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan ............................................... 6 2.1.4. Komponen Laporan Keuangan ........................................... 7 2.4.1.1. Neraca .................................................................... 7 2.1.4.1.1. Aktiva..................................................... 8 2.1.4.1.2. Kewajiban .............................................. 9 2.1.4.1.3. Ekuitas.................................................... 10 2.1.4.2. Laporan Laba Rugi................................................. 11 2.1.4.3. Laporan Saldo Laba ............................................... 12 2.1.4.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 12 2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan ........................................ 12

    2.2. Analisa Laporan Keuangan .......................................................... 13 2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 13

    2.2.2. Peralatan analisa Yang digunakan ...................................... 13 2.2.2.1. Index Number Trend Series ................................... 13 2.2.2.2. Common Size Financial Statement ........................ 13 2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan ........................................ 14 2.2.2.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 20 2.3. Penilaian Kinerja BUMN.............................................................. 21 2.4. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 22

    III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 24 3.1. Kerangka Pemikiran..................................................................... 24

    3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 26 3.3. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 26 3.4. Metode Pengolahan Dan Analisis Data........................................ 26 3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian BUMN............................. 27 3.4.2. Analisis Tren ...................................................................... 27 3.4.3. Analisis Persentase Per Komponen.................................... 27 3.4.5. Proyeksi Keuangan ............................................................ 28

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 30 4.1. Data Perusahaan........................................................................... 30

    4.1.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ................................................ 30 4.1.1.1 Visi ....................................................................... 30 4.1.1.2 Misi....................................................................... 30 4.1.1.3 Tujuan ................................................................... 30 4.2. Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................... 31 4.3. Peluang Dan Keunggulan............................................................. 35 4.3.1. Peluang............................................................................... 35 4.3.2. Keunggulan ........................................................................ 35 4.4. Perkembangan (Tren) Laporan Keuangan AJ Kramat Jati .......... 35 4.5. Perkembangan Persentase Per Komponen AJ Kramat Jati .......... 38 4.6. Analisis Rasio Keuangan AJ Kramat Jati .................................... 42 4.6.1. Analisis Likuiditas ............................................................. 42 4.6.2. Analisis Solvabilitas........................................................... 44 4.6.3. Analisis Profitabilitas ......................................................... 47

  • 73

    4.6.4. Analisis Aktivitas ............................................................... 49 4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan ......... 53

    4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja BUMN.......................... 54 4.8.1. Aspek Keuangan ................................................................ 54

    V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 61 5.2. Saran............................................................................................... 62

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 64

    LAMPIRAN.............................................................................................. 65

    DAFTAR TABEL

    No Halaman

    1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca .............................................. 36

    2. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi......................................... 37

    3. Perkembangan Nilai Komponen aktiva Terhadap Total Aktiva .......... 39

    4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva .......... 40

    5. Perkembangan Nilai Komponen Laba rugi Terhadap Rugi Bersih...... 41

    6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas .................................................. 42

    7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas ............................................... 44

    8. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas ............................................. 47

    9. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas ................................................... 50

    10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan .................................. 55

  • 74

    DAFTAR GAMBAR

    No Halaman

    1. Kerangka pemikiran konseptual ........................................................... 25

    2. diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ................................................... 29

    3. Perkembangan (Tren) Neraca............................................................... 36

    4. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi ...................................... 38

    5. Perkembangan (Tren) Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva ....... 39

    6. Perkembangan (Tren) Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva........ 40

    7. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih .. 41

    8. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 44

    9. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas ............................................. 45

    10. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 48

  • 75

    11. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 49

    12. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 50

    13. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 52

    14. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 53

    15. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 56

    16. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 57

    17. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 58

    18. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 59

    19. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas ............................................. 60

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Halaman

    1. Hasil Analisis rasio PT. PLN AJ Kramat Jati ...................................... 65

    2. Tata Cara Tingkat Penilaian Kesehatan BUMN .................................. 66

    3. Perhitungan Analisis Rasio .................................................................. 71

    4. Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005 .......... 73

    5. Laporan Laba Rugi PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 ---2005 ................................................................................................ ............ 79

  • 76

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Privatisasi menjadi fenomena ekonomi yang menonjol di dunia

    sekarang ini. Sesungguhnya privatisasi telah ada sejak tahun 1980-an,

    dipelopori oleh Inggris yang memang menganut ekonomi liberal. Langkah ini

    kemudian diikuti juga oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia yang

    makin berorientasi ke sistem ekonomi pasar. Setelah beberapa dekade dimana

    pemerintah di berbagai negara diseluruh dunia meningkatkan ruang lingkup

    dan campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka pada tahun 1980-

  • 77

    an terjadi pergeseran dari hampir semua bagian dilakukan oleh pemerintah

    melalui sektor publik, menuju ketergantungan yang lebih besar pada sektor

    swasta. Sejak tahun 1984, harta BUMN yang dialirkan kepada swasta

    mencapai US $ 250 Milyar diseluruh dunia dan pada tahun 1991 penjualan

    saham BUMN mencapai US $ 50 Milyar (Miranda, 1996).

    Privatisasi BUMN terjadi di berbagai negara dalam berbagai bentuk

    yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Menurut Miranda S. Goeltom

    (1996) Alternatif metode itu dapat diringkas sebagai berikut:

    1. Pelimpahan hak kepemilikan

    a. Penjualan saham/ aset seluruhnya kepada (i) swasta, (ii) publik,

    melalui bursa efek.

    b. Penjualan sebagian saham/ aset kepada (i) publik, baik domestik

    maupun internasional, (ii) manajeman dan karyawan, (iii) melalui

    join venture.

    2. Pelimpahan kendali manajemen

    a. Sebagian, dengan cara (i) pemisahan antara kepemilikan dengan

    manajemen, (ii) joint venture, atau (iii) penggantian manajemen.

    b. Seluruhnya, dengan cara sub contracting.

    c. Dengan mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan

    otonomi yang lebih luas kepada manajemen BUMN. Dalam hal ini,

    manajemen BUMN bebas dalam menentukan harga, menetapkan

    kebijakan investasi dan pendanaannya, serta dalam hal pemenuhan

    kebutuhan sumber daya manusianya.

    Alasan Indonesia melakukan privatisasi BUMN diantaranya adalah

    kesulitan keuangan negara, kebijakan liberalisasi ekonomi yang dilakukan

    pemerintah, dan tekanan dari perdagangan bebas dunia.

    Hal ini menuntut BUMN untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian

    agar tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam

    situasi persaingan dunia yang semakin keras. Dalam konteks globalisasi

    ekonomi dan era perdagangan bebas, konsep peningkatan efisiensi dan

    produktivitas menjadi vital dan merupakan pangkal yang berpijak dari upaya

    peningkatan daya saing.

  • 78

    Dalam hal dipilihnya perusahaan listrik sebagai obyek yang diteliti

    karena disadari bahwa tenaga listrik merupakan suatu jenis energi yang di

    sebagian besar negara merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan

    secara internasional. Tenaga listrik juga merupakan suatu produk industri

    yang unik sifatnya karena tidak dapat disimpan dan dikemas, sehingga jumlah

    produknya harus selalu disesuaikan dengan kebutuhannya dari waktu ke

    waktu.

    Selain itu, besarnya penggunaan jenis energi ini merupakan tolak ukur

    dari tingkat kemajuan dan kesejahteraan suatu negara karena hampir setiap

    aktivitas kehidupan maju saat ini tidak dapat melepaskan diri dari

    pemanfaatan tenaga listrik. Tenaga listrik sudah berubah menjadi salah satu

    kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia sehingga setiap orang

    berkepentingan terhadap kualitas dan harganya. Di banyak negara usaha ini

    masih ditangani oleh negara, bukan saja karena alasan resiko dan modal yang

    besar, tetapi juga karena usaha ini pada awalnya harus mengemban banyak

    tugas sosial. Karakteristik tenaga listrik yang unik, kebutuhan listrik yang

    menguat, sedangkan persediaan sumber daya energi primer terbatas, ditambah

    lagi dengan adanya rencana privatisasi dan rencana naiknya Tarif Dasar

    Listrik (TDL), sehingga masalah yang menyangkut kondisi perusahaan

    menjadi menarik untuk diketahui, terutama kondisi keuangannya.

    1.2. Perumusan Masalah

    Perubahan status perusahaan yang dilakukan pemerintah pada PT.

    PLN (Persero) sebenarnya ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja

    perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, perusahaan hampir setiap tahun

    melaporkan terjadinya kerugian dan meminta kepada pemerintah sebagai

    pemilik untuk melakukan penyesuaian harga jual kepada konsumen.

    Alasan perusahaan ini dikarenakan tingginya beban yang harus

    ditanggung oleh perusahaan, ditambah lagi naiknya harga minyak dunia turut

    menambah beban perusahaan, tetapi pemerintah menolak rencana ini dan

    meminta perusahaan untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih

    besar.

  • 79

    Dari uraian singkat diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang

    dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

    - Apakah telah tercapai efisiensi dana dan biaya pada perusahaan ?

    - Mengapa terjadi kerugian yang cukup besar hampir tiap tahun ?

    - Faktor faktor apa saja penyebab terjadinya kerugian ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    - Menganalisis tingkat efisiensi perusahaan khususnya masalah keuangan.

    - Mengetahui langkah langkah yang telah diambil dan memberi masukan

    alternatif lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

    - Menganalisis kondisi keuangan perusahaan secara umum.

    - Menganalisis sebab sebab terjadinya kerugian dan langkah apa saja

    yang dapat diambil untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih

    besar.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

    1. Bagi instansi

    Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan

    dalam membuat kebijakan dan strategi selanjutnya dalam upaya

    peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

    2. Bagi penulis

    Penilitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan dan

    diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang diperoleh

    saat kuliah mengenai manajemen keuangan, khususnya yang berkaitan

    dengan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan.

    1.5. Ruang Lingkup

  • 80

    Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan

    neraca, dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan

    penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya seperti laporan arus kas.

    Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis

    trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis

    vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas)

    serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode berikutnya.

    Dalam penelitian ini digunakan juga bahan acuan analisis laporan

    keuangan perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-

    100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian terhadap kinerja perusahaan yang

    meliputi aspek keuangan. Seluruh analisis diatas digunakan untuk melihat

    sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area

    Jaringan Kramat Jati selama empat periode terakhir (2003- 2005).

  • 81

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Laporan Keuangan

    2.1.1. Pengertian

    Laporan keuangan merupakan alat pelaporan utama untuk

    mengkomunikasikan informasi keuangan pada para pemakai laporan

    keuangan untuk membuat keputusan. Laporan keuangan yang lengkap

    biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan saldo laba, laporan arus

    kas, serta catatan dan penjelasan yang merupakan bagian integral dari

    laporan keuangan.

    Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

    menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu

    perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

    pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1994).

    Laporan keuangan yang disusun bertujuan untuk memenuhi

    kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan

    keuangan tidak menyediakan semua informasi yang meungkin dibutuhkan

    pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum

    menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak

    diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

    2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan

    Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi

    dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat

    karakteristik kualitatif pokok menurut IAI (1994) :

  • 82

    1. Dapat dipahami

    Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

    aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk

    mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

    2. Relevan

    Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan

    ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa

    masa lalu.

    3. Keandalan

    Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak

    bergantung pada kebutuhan dan kepentingan pihak tertentu. Tidak boleh

    ada usaha untuk menyampaikan informasi yang menguntungkan

    beberapa pihak, sementara ada pihak lain yang dirugikan.

    4. Dapat dibandingkan

    Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan

    antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi

    dan kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

    2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan

    Menurut IAI (1994) pemakai laporan keuangan untuk memenuhi

    kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi:

    1. Investor

  • 83

    Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan

    resiko yang melekat serta hasil dari investasi yang dilakukan. Mereka

    membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus

    membeli, menahan/menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga

    tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

    kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

    2. Karyawan

    Karyawan dan kelompok yang mewakili tertarik dengan informasi

    mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan mereka juga tertarik

    dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

    kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun,

    dan kesempatan kerja.

    3. Pemberi pinjaman

    Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

    mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat

    dibayar pada saat jatuh tempo.

    4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

    Pemasok dan kreditor tertarik dengan informasi yang memungkinkan

    mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar

    pada saat jatuh tempo.

    5. Pelanggan

  • 84

    Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

    kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam

    perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

    6. Pemerintah

    Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya

    berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu

    berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

    7. Masyarakat

    Membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan

    (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta

    rangkaian aktivitasnya.

    2.1.4. Komponen-komponen Laporan Keuangan

    Laporan keuangan pokok umumnya meliputi neraca, laporan laba-

    rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

    2.1.4.1. Neraca

    Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan

    posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu (Robert H.

    Crandall, et al., 1998). Neraca biasanya digunakan untuk

    menggambarkan keadaan keuangan perusahaan, kombinasi aktiva

    yaitu cara perusahaan menggunakan aktiva dalam memperoleh

    pendapatan dan beberapa variabel kunci yang dapat

    dikombinasikan dengan informasi lain untuk menentukan efisiensi

    perusahaan.

  • 85

    Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan

    pengukuran posisi perusahaan adalah aktiva, kewajiban, dan

    ekuitas yang dapat digambarkan dalam persamaan:

    Aktiva = kewajiban + modal

    Posisi-posisi ini didefinisikan sebagai berikut, menurut IAI (1994):

    2.1.4.1.1. Aktiva

    Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh

    perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari

    mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan

    diperoleh perusahaan.

    Aktiva dikelompokkan menjadi:

    A. Aktiva Lancar

    Aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam

    waktu satu tahun atau dalam siklus normal operasi

    perusahaan yang mana yang lebih lama (IAI, 1994).

    Menurut IAI (1994) aktiva lancar terdiri dari:

    1. Kas dan bank,

  • 86

    2. Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak

    dimaksudkan untuk ditahan,

    3. Deposito jangka pendek,

    4. Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu

    tahun,

    5. Piutang,

    6. Persediaan,

    7. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar,

    8. Pembayaran pajak di muka,

    9. Biaya dibayar di muka.

    B. Investasi Jangka Panjang

    Investasi jangka panjang merupakan investasi yang

    dilakukan untuk tujuan jangka panjang, lebih lama dari satu

    tahun atau siklus normal operasi perusahaan, yang mana

    yang lebih panjang dan tidak digunakan dalam operasi

    perusahaan (Williams et al, 1992).

    Yang termasuk investasi jangka panjang diantaranya

    adalah:

    - Investasi jangka panjang dalam bentuk sekuritas: (i)

    saham, (ii) obligasi

    - Dana khusus yang ditujukan untuk keperluan tertentu

    - Investasi dalam bentuk aktiva tetap yang tidak digunakan

    dalam operasi perusahaan, seperti tanah yang ditujukan

    untuk spekulasi.

    C. Aktiva Tetap

    Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh

    dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,

    yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak

  • 87

    dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal

    perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu

    tahun (IAI,1994). Contoh aktiva tetap: tanah, peralatan,

    mesin, bangunan, dan lain-lain.

    D. Aktiva Tak Berwujud

    Aktiva tak lancar dan tak berbentuk yang

    memberikan hak keekonomian dan hukum kepada

    pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup

    secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain (IAI,

    1994). Aktiva tak berwujud dapat berbentuk hak paten, hak

    cipta, franchise atau merk dagang.

    E. Aktiva Lain-lain

    Posisi-posisi yang tidak dapat secara layak

    digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat

    digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/ penyertaan,

    maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak

    digunakan, piutang pada pemegang saham, beban yang

    ditangguhkan, dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam

    kelompok aktiva lain-lain (IAI, 1994).

    2.1.4.1.2. Kewajiban

    Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini

    yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya

    diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya

  • 88

    perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (IAI,

    1994).

    A. Kewajiban Jangka Pendek

    Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban

    yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditor atau

    yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus

    operasi normal perusahaan mana yang lebih lama (IAI,

    1994), yang meliputi (IAI, 1994):

    1. Pinjaman bank dan pinjaman lainnya,

    2. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh

    tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca,

    3. Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar,

    4. Uang muka penjualan,

    5. Utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank, dan

    rupa-rupa utang lainnya yang harus diselesaikan

    dalam waktu satu tahun,

    6. Penyisihan kewajiban pajak,

    7. Utang dividen,

    8. Pendapatan-pendapatan yang ditangguhkan dan

    uang muka dari pelanggan,

    9. Kewajiban kontinjen, situasi/ kondisi dengan hasil

    akhir berupa untung atau rugi yang baru dapat

    dikonfirmasikan setelah terjadinya atau tidak

    terjadinya satu/ lebih peristiwa yang tidak pasti

    terjadi di masa depan.

    B. Kewajiban Jangka Panjang

  • 89

    Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban

    yang tidak memerlukan penggunaan aktiva lancar atau

    penciptaan kewajiban baru dalam waktu satu tahun atau

    satu siklus operasi perusahaan yang mana yang lebih

    lama. Contohnya utang obligasi, utang wesel, utang pajak

    penghasilan (Williams et al, 1992).

    2.1.4.1.3. Ekuitas

    Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan

    setelah dikurangi semua kewajiban. Jumlah ekuitas yang

    ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran

    aktiva dari kewajiban (IAI, 1994). Ekuitas dibagi menjadi

    dua, yaitu:

    A. Modal Disetor (Paid in Capital)

    Modal disetor merupakan jumlah yang dibayar oleh

    para pemegang saham untuk memperoleh saham (Williams,

    1992). Modal disetor dibagi lagi menjadi: (i) modal saham,

    (ii) tambahan modal disetor (Additional paid in capital).

    B. Saldo Laba (Retained Earning)

    Saldo laba menujukkan akumulasi hasil usaha

    periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan

    koreksi laba rugi periode lalu (IAI, 1994).

    2.1.4.2. Laporan Laba Rugi

    Laporan laba rugi menyajikan informasi kinerja

    perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk

  • 90

    menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang

    mungkin dikendalikan di masa depan (IAI, 1994).

    Unsur-unsur pembentuk laporan laba rugi:

    A. Penghasilan (Income)

    Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi

    selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan/

    penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

    mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

    kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi, baik

    pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).

    Pendapatan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas

    perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang

    berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga

    royalti dan sewa (IAI, 1994).

    B. Beban

    Beban dapat diartikan sebagai penurunan manfaat

    ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus

    keluar/ berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang

    mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut

    pembagian kepada penanam modal (IAI, 1994).

    2.1.4.3. Laporan Saldo Laba

    Laporan saldo laba menggambarkan perubahan laba

    perusahaan selama satu periode dan menghubungkan

    laporan laba rugi dengan neraca (Williams, 1992). Laporan

  • 91

    ini memperlihatkan saldo laba awal tahun pertambahan

    nilai kekayaan bersih karena laba dan penurunan yang

    disebabkan oleh pembagian laba kepada pemilik dalam

    bentuk dividen.

    2.1.4.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase

    Terhadap Penjualan

    Salah satu metode yang digunakan untuk

    mengestimasi level dari pasiva, aktiva atau biaya adalah

    dengan mempergunakan suatu persentase tertentu terhadap

    penjualan. Dengan mempergunakan suatu persentase

    tertentu ini, hakikatnya telah diasumsikan bahwa terdapat

    hubungan proporsionalitas antara aktiva, pasiva dan biaya

    dengan penjualan. Persentase yang digunakan, dihitung dari

    data laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat penjualan

    (Mushlih, 2003).

    Proyeksi keuangan dengan metode persentase

    tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan

    keuangan perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu

    tahun. Karena periode perencanaan yang lebih panjang ini,

    detail dari komponen yang direncanakan kurang

    ditekankan. Melainkan fokusnya untuk mengestimasi

    kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk jangka waktu

    yang cukup panjang.

    2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan

  • 92

    Walaupun laporan keuangan sangat berguna dalam pengambilan

    keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Simamora (2002)

    laporan keuangan memiliki keterbatasan, diantaranya:

    1. Laporan keuangan hanya menyajikan informasi yang diukur dengan

    satuan mata uang.

    2. Informasi akuntansi biasanya melibatkan pertimbangan (judgement dan

    estimasi).

    3. Laporan keuangan berisi informasi yang bersifat history.

    4. Adanya proses penyederhanaan dan peringkasan dalam laporan

    keuangan.

    2.2. Analisa Laporan Keuangan

    2.2.1. Pengertian

    Analisa laporan keuangan merupakan proses pertimbangan yang

    bertujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan hasil kegiatan operasi

    pada masa lalu dan masa kini, dengan tujuan utamanya untuk menentukan

    estimasi dan prediksi yang terbaik tentang keadaan dan kinerja perusahaan

    pada masa yang akan datang (Bernstein, 1989).

    2.2.2. Peralatan Analisa yang Digunakan

    Dalam melakukan analisa laporan keuangan, ada beberapa peralatan

    yang dapat digunakan, yaitu:

    2.2.2.1. Index Number Trend Senses

    Jika perbandingan laporan keuangan mencakup periode lebih

    dari tiga tahun, metode perbandingan dari tahun ke tahun menjadi

    tidak praktis. Cara yang paling baik untuk perbandingan tren dari

    periode yang lebih panjang adalah dengan menggunakan angka

    indeks (Bernstein, 1989).

  • 93

    Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena

    hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan

    hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    Rxt = o

    t

    PxPx x 100%

    Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t

    Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis

    Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

    2.2.2.2. Common Size Financial Statement

    Common Size Financial Statement merupakan analisa

    vertikal dari laporan keuangan. Metode ini menyatakan besarnya

    proporsi suatu item terhadap total atau sub total suatu kelompok

    yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dalam neraca dari penjualan

    dalam laporan laba rugi, dalam suatu periode tertentu (Kieso, 1992).

    Metode ini sangat berguna untuk menganalisa struktur

    internal laporan keuangan. Analisa struktural dalam neraca biasanya

    difokuskan pada struktur permodalan dan komposisi aktiva

    perusahaan, sedangkan analisa vertikal dalam laporan laba rugi

    digunakan untuk menganalisa hubungan item-item dalam laporan

    tersebut dengan penjualan.

    Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis

    rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan

    hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara

    matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Ryt = o

    t

    PyPy x 100%

    Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan

  • 94

    Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t

    Pyo = pos dasar sebagai pembanding

    2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan

    Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan

    memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dan

    mengetahui kondisi keuangan dengan cepat. Dengan rasio keuangan

    juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu

    ke waktu (Mushlih, 2003).

    Menurut Mushlih (2003) Analisa rasio keuangan mempunyai

    beberapa keterbatasan diantaranya:

    1. Analisa rasio hanya berurusan dengan data kuantitatif, tidak

    melihat faktor kualitatif.

    2. Manajemen dapat memanipulasi rasio keuangan.

    3. Perbandingan rasio antar perusahaan dapat menyesatkan karena

    perbedaan praktek akuntansi pada masing-masing perusahaan.

    4. Perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rata-rata industri

    dapat menyesatkan karena banyak perusahaan yang beroperasi di

    lebih dari satu industri.

    5. Perbedaan definisi common ratio yang digunakan oleh analis yang

    berbeda.

    6. Karena catatan akuntansi dinyatakan dengan mata uang, maka

    perubahan nilai mata uang dapat menyebabkan distorsi dalam

    membandingkan rasio yang dihitung pada waktu yang berbeda.

    Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam analisa

    rasio, tidak berarti peralatan analisa ini tidak berguna. Analisa rasio

    tetap merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi keuangan

    perusahaan dan efektivitas manajemen, dengan mengingat

    keterbatasan tersebut.

  • 95

    Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang

    meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas

    (Munawir, 2002).

    A. Analisis Likuiditas

    Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk

    memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo

    (Munawir, 2002). Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah

    perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan

    jatuh tempo. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan

    menggunakan rasio berikut:

    1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005).

    Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio lancar = LancarHutangLancarAktiva

    2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

    memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak

    memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaan

    merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah

    sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu

    yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur

    kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

    pendeknya.

    Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 96

    Rasio cepat = LancarHutang

    PersediaanLancarAktiva

    B. Analisis Solvabilitas

    Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu

    perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik

    jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum

    digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2002).

    1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)

    Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan

    dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi

    nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko

    perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir,2005).

    Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio utang = AktivaTotalHutang Total

    2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

    Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas

    (modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan

    kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh

    kewajibannya (Sawir, 2005). Rasio utang terhadap ekuitas dapat

    dirumuskan:

    Rasio utang terhadap ekuitas = Ekuitas Total

    Hutang Total

    3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)

    Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan

    untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai

    rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang

  • 97

    digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio

    ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio ekuitas terhadap total aktiva = AktivaTotalEkuitas Total

    4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)

    Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang

    digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. Jika aktiva

    tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan

    lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang.

    Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri

    supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-

    waktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Ekuitas terhadap aktiva tetap = Tetap AktivaTotal

    Ekuitas Total

    5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset

    to long Term Debt Ratio)

    Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap

    seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio ini

    merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang

    terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin

    tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan keamanan

    kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    Rasio Aktiva tetap thd Utang jgk. panjang

    =Panjang Jgk. Hutang

    Tetap AktivaTotal

    C. Analisis Profitabilitas

  • 98

    Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur

    kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam

    periode tertentu. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk

    mengukur profitabilitas adalah:

    1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

    Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan

    yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio

    maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor.

    Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio marjin Laba kotor = Penjualan Harga Pokok Penjualan

    Penjualan

    2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

    Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.

    Dapat dirimuskan sebagai berikut:

    Rasio Marjin Laba Bersih = Penjualan

    Bersih Laba

    3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)

    Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam

    memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka

    kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin

    besar pula. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio marjin operasi = Penjualan

    Usaha Laba

    4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)

    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

    atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang

    tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan

    dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan,

    dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan

    sebagai berikut:

  • 99

    Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) = Ekuitas

    Bersih Laba

    5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)

    Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi

    yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen

    dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan

    yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar

    dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)

    =AktivaTotal

    Bersih Laba

    6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)

    Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan

    tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan

    menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan

    operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva

    (ROA) =AktivaTotal

    Usaha Laba

    D. Analisis Aktivitas

    Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi

    dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan

    asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan.

    Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio

    sebagai berikut:

    1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

  • 100

    Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas

    penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan

    penjualan dan memperoleh laba (profit). Nilai rasio ini

    menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh

    untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio

    ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal

    Penjualan

    2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)

    Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam

    kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini

    berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam

    menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan

    pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Tetap Aktiva

    Penjualan

    3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over

    Ratio)

    Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan

    modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan (dalam rupiah)

    yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

    Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Perputaran Modal Kerja = Bersih Kerja Modal

    Penjualan

    4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)

  • 101

    Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan

    persediaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya

    nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap

    persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Perputaran Persediaan = Persediaan

    Penjualan

    5. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over

    Ratio)

    Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih

    piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Raio ini dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    Rasio Perputaran Piutang = Piutang

    Penjualan

    2.2.2.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode

    Persentase Terhadap Penjualan

    Teknik yang digunakan untuk memproyeksi kebutuhan

    keuangan ini dapat dijelaskan dengan prosedur sebagai berikut

    (Mushlih, 2003) :

    1. Hitung proporsi dari aktiva lancar dan aktiva tetap terhadap

    penjualan. Proporsi ini diasumsikan tetap sama untuk periode

    proyeksi tahun yang akan datang.

    2. Hitung kenaikan dalam total aktiva yang disebabkan oleh

    kenaikan penjualan. Kenaikan dalam total aktiva ini harus

    dibiyai dengan sumber dana baik utang atau modal sendiri.

    3. Sumber dana utang diperoleh antara lain dari sumber spontan,

    yaitu utang dagang, dan biaya- biaya yang akan dibayar karena

    timbulnya penjualan.

  • 102

    4. Kekurangan dari sumber dana ini dapat di biayai dari retained

    earnings sesudah dikurangi dividen dan pembiayaan dari utang

    luar lainnya.

    Teknik penentuan kebutuhan pembiyaan dari luar ini

    secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut :

    EF = [{(TA CL) / So} x ^S] {(SI x NPM) (1 DP)}

    Dimana :

    EF = Dana luar yang dibutuhkan.

    TA = Total Aktiva perusahaan.

    CL = Utang Lancar.

    So = Penjualan pada tahun awal.

    ^S = Tambahan penjualan yang direncanakan.

    S1 = Penjualan pada tahun proyeksi 1.

    NPM = Net Profit Margin.

    DP = Rasio Pembayaran Dividen Terhadap Earning Per Share

    (dividen pay out ratio).

    2.3. Penilaian Kinerja BUMN

    Penilaian kinerja perusahaan BUMN berdasarkan pada ketentuan

    Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN

    No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek,

    yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam

    penelitian ini digunakan standar penilaian kinerja berdasarkan SK. Menteri

    BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai Tingkat Kesehatan BUMN

    berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang meliputi aspek

  • 103

    keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tata cara penilaian

    Tingkat Kesehatan BUMN selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 1.

    Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan

    Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan menjadi

    tiga kategori yaitu:

    a. Sehat, yang terdiri dari :

    AAA apabila total skor (TS) > 95

    AA apabila 80

  • 104

    dari penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan

    perusahaan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 1997-2001; menganalisis

    kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari

    tingkat rentabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan aktivitas; menganalisa faktor-

    faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi

    yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa

    yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain

    menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio

    yang terdiri dari rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas serta

    analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan

    dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan

    yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang

    efisien. Sedangkan faktor eksternal bersifat sementara dan tidak bisa

    dikontrol perusahaan.

    Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan

    Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT.

    (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah

    mengetahui perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis

    kinerja keuangan perusahaan, serta mengidentifikasi strategi bagi

    keberlangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam

    penelitiannya antara lain analisis trend, analisis persentase per komponen,

    analisis rasio serta analisis Du Pont. Berdasarkan hasil analisisnya, kondisi

    perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup

    baik.

    Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul

    Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta.

    Tujuan yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja koperasi-

    BPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementrian

    Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi

    kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk perbaikan kinerja

    Koperasi-BPS dimasa yang akan datang. Metode yang dipergunakan dalam

    penelitiannya antara lain menggunakan alat analisis berupa analisis trend,

  • 105

    persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga

    metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja

    koperasi secara keseluruhan. Adapun hasil yang diperoleh dalam

    penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja koperasi

    maka koperasi BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori

    Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecenderungan nilainya menurun.

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Kerangka Pemikiran

    Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area

    Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh

    mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan

    keuangannya dari tahun ke-tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat

    diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya

    keuangannya didalam usahanya. Selain itu kinerja keuangan juga

    mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan

    berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan

    keuangannya.

    Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat

    diperoleh dengan cara melakukan interpretasi atau analisis terhadap laporan

    keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi

    yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

    Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area

    Jaringan Kramat Jati dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan

    keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja

  • 106

    keuangannya dianalisis melalui analisis laporan keuangan, diantaranya

    analisis Trend, analisis presentase per-komponen, analisis rasio (likuiditas,

    solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis laporan keuangan yang

    berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-

    BUMN/2002 berdasarkan aspek keuangan, serta proyeksi kebutuhan dana

    untuk periode berikutnya.

    Dari hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat diketahui

    perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat

    Jati untuk empat periode terakhir (2003-2005) dan faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhinya. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat

    digambarkan dalam bagan berikut:

  • 107

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual

    Analisis Keuangan; - Analisis Trend - Analisis Vertikal - Analisis Rasio - Proyeksi Kebutuhan Dana

    Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK Menteri BUMN

    No.100/M-BUMN/2002

    Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN

    No.100/M- BUMN/2002

    Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PLN (persero) AJ Kramat Jati

    (2003-2005)

    Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero)

    Pelaksanaan Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati

    Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati

    Periode 2003-2005

    Aspek Administrasi

    Aspek Operasional

    Aspek Keuangan

  • 108

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni pada bulan

    Maret sampai dengan bulan Mei 2006 di PT. PLN (Persero) Area Jaringan

    Kramat Jati yang berlokasi di Jl.Raya Bogor Km 20 No. 1 Kramat Jati,

    Jakarta Timur.

    3.3. Jenis dan Sumber Data

    Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan

    data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui

    wawancara tidak terstruktur dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan

    data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi

    laporan neraca kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), laporan

    laba-rugi kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), profil perusahaan

    serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dalam kebutuhan data

    penelitian. Sebagai data penunjang, dikumpulkan pula data-data yang telah

    diolah pada instansi-instansi terkait, seperti BPS dan Kementrian Keuangan,

    serta berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

    3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

    Data dan informasi yang telah dikumpulkan (melalui proses editing)

    dari penelitian, diolah (tabulasi) secara manual maupun dengan menggunakan

    alat bantu (komputer). Data yang telah dikumpulkan, disusun dan diolah

    kemudian dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif.

    Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area

    Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

    analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend, analisis common

    size statement, analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis; yakni

    likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, serta proyeksi kebutuhan

    dana untuk periode mendatang.

    Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan, penilaian

    kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan

  • 109

    SK. Menteri BUMN No.100/M- BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja

    perusahaan dalam aspek keuangan.

    3.4.1 Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN

    Penilaian kinerja perusahaan berdasarkan pada ketentuan Kementrian

    BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.100/M-

    BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap aspek keuangan. Analisis

    laporan keuangan perusahaan mengacu pada standar penilaian kinerja

    perusahaan tersebut untuk diketahui tingkat kinerja keuangan PT. PLN

    (Persero) Area Jaringan Kramat Jati periode 2003-2005.

    3.4.2. Analisis Trend

    Rxt = o

    t

    PxPx x 100%

    Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t

    Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis

    Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

    3.4.3. Analisis Persentase Per-Komponen (Common-Size Statement)

    Ryt = o

    t

    PyPy x 100%

    Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan

    Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t

    Pyo = pos dasar sebagai pembanding

    3.4.4. Analisis Rasio Keuangan

    Analisis rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai

    kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis

    yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio

    (Sawir, 2005). Analisis rasio ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis

    aktivitas.

    Analisis Likuiditas, yang terdiri atas;

    1. Rasio Lancar (Current Ratio)

  • 110

    2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

    Analisis Solvabilitas, yang terdiri atas;

    1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)

    2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

    3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)

    4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)

    5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset to long

    Term Debt Ratio)

    Analisis Profitabilitas, yang terdiri atas;

    1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

    2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

    3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)

    4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)

    5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)

    6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)

    Analisis Aktivitas, yang terdiri atas;

    1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

    2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)

    3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio)

    4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)

    5. Rasio Perputaran Piutang ( Account Receivable Turn Over Ratio)

    3.4.5. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan

    EF = [{(TA CL) / So} x ^S] {(SI x NPM)

    (1 DP)}

  • 111

    Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

    Ya

    Penentuan Desain Penelitian

    Studi Pustaka

    Ruang Lingkup Penelitian

    Metode Penelitian

    Tujuan Penelitian

    Penentuan Teknik Pengumpulan data

    Penentuan Cara Pengolahan dan Analisis data

    Pengumpulan Data - Data Gambaran Umum PT.

    PLN - Laporan keuangan PT. PLN

    Periode 2003-2005

    Metode Pengolahan Data & Analisis Data

    - Analisis Trend - Analisis Persentase Per-

    Komponen - Analisis Rasio Keuangan - Proyeksi kebutuhan dana

    OK Tabulasi Data yang diperoleh Ya Tidak

    Perhitungan - Perhitungan Trend - Perhitungan Persentase Per-

    komponen - Perhitungan Rasio - Perhitungan kebutuhan dana

    OK

    Interpretasi (Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan)

    Tidak

    Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan

    Standar Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN No.100/M-

    BUMN/2002

  • 112

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. DATA PERUSAHAAN

    Nama : PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan

    Tangerang.

    Ditetapkan : 16 Januari 2003, sesuai SK Direksi PT PLN

    (Persero)

    No. 010.K/010/DIR/2003

    Kantor Induk : Jl. M.I. Ridwan Rais No. 1 Jakarta 10110

    Indonesia

    Bisnis Utama : Penjualan Tenaga Listrik

    Pengoperasian, Pemeliharaan dan

    Pengembang Jaringan Tenaga Listrik Sistem

    Tegangan Menengah (20 KV) dan Jaringan

    Tegangan Rendah (220 V)

    Total Aset : Rp. 2,8 Trilyun

    SDM : 3.475 Orang ( status Agustus 2005 )

    Jumlah

    Pelanggan

    : 3.073.413 Pelanggan ( status Maret 2005 )

    4.1.1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PERUSAHAAN

    4.1.1.1. Visi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

    Diakui sebagai Perusahaan Publik Utility dengan kinerja

    kelas dunia yang unggul, tumbuh berkembang bertumpu kepada

    potensi insani.

    4.1.1.2. Misi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

    Melaksanakan Distribusi dan Penjualan Tenaga Listrik

    serta mengembangkan usaha dalam bisnis yang terkait berdasarkan

  • 113

    kaidah Industri dan Usaha yang sehat yang berorientasi kepada

    Kepuasan Pelanggan, Anggota Perusahaan dan Pemegang Saham.

    4.1.1.3. Tujuan PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

    Korporatisasi (kelayakan keuangan) sebagai perusahaan yang

    mandiri.

    Transparansi/akuntabilitas dalam bidang peran, tugas, tanggung

    jawab dan wewenang.

    Peningkatan efisiensi dan pengembangan usaha.

    Sasaran PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

    Menyiapkan Strategi Unit Bisnis menjadi anak perusahaan yang

    mandiri.

    Meningkatkan Customer Value, Share holder Value dan Employee

    Value.

    Meningkatkan kompetensi dan efektifitas kinerja SDM.

    Mengupayakan penerapan tarif tenaga listrik sesuai dengan nilai

    ekonominya (Customer Oriented Company).

    Menyediakan tenaga listrik dengan jumlah dan kualitas yang

    memadai sesuai dengan kaidah bisnis yang wajar.

    4.1.2. STRUKTUR ORGANISASI

  • 114

    4.2. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

    Sejarah berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

    diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang listrik oleh

    salah satu perusahaan Belanda (NV NIGM) yang ditandai dengan pendirian

    pusat pembangkitan tenaga listrik (PLTU) yang berlokasi di Gambir.

    Sejalan dengan pasang surutnya sejarah perjuangan bangsa, maka

    pada masa pemerintahan Jepang NV NIGM (Belanda) diambil alih oleh

    Pemerintah Jepang yang pada akhirnya dialihkan ke perusahaan Djawa Denki

    Jogyosha Djakarta Shisha.

    Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945, maka

    dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang selanjutnya

    dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan

    namanya berubah menjadi NV OGEM. Kemudian dengan berakhirnya masa

    konsesi NV OGEM Cabang Jakarta yang selanjutnya diikuti dengan

    nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan

    Tenaga No. U 16/9/I tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 01

    Januari 1954 dilakukan serah terima dan pengelolaannya diserahkan ke

    Perusahaan Listrik Jakarta dengan wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta

    Raya dan Ranting Kebayoran & Tangerang.

    Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahanpun terus bergulir

    sesuai kronologi berikut ini:

    1. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961,

    dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU

    PLN) khusus untuk wilayah Jakarta dengan nama Perusahaan

    Listrik Negara Exploitasi XII.

    2. Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62

    tanggal 21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Exploitasi XII

    dibagi menjadi 7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda.

    3. Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN

    Exploitasi XII meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, Jakarta

  • 115

    Kota, Kebayoran, Jatinegara & Cawang, Tangerang dan Cabang

    Tanjung Priok pada tahun 1970.

    4. Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status Perusahaan Listrik

    Negara dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara.

    5. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 01/Prt/1973 tanggal 23

    Maret 1973, PLN Exploitasi XII dirubah menjadi Perum Listrik

    Negara Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Kota,

    Kebayoran, Jatinegara, Tanjung Priok, Tngerang dan Bengkel

    Karet.

    6. Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8

    Agustus 1976, nama PLN Distribusi IV dirubah menjadi PLN

    Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (sesuai SE Direksi PLN No.

    025/PST/1976 tanggal 17 April 1976).

    7. Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang

    pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978,

    PLN yang semula bernaung di bawah Departemen PUTL dialihkan

    menjadi di bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi.

    8. Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan Unit

    Kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

    memiliki tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu unit pengatur

    distribusi dan satu bengkel pemeliharaan kelistrikan. Dua yang

    disebut terakhir adalah sebagai unsur penunjang.

    9. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, PLN

    yang dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi

    PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero)

    Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.

    10. Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka

    Pemerintah meluncurkan kebijakan Restrukturisasi Sektor

    Ketenagalistrikan sesuai Keputusan Menko WASPAN No.

    39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta kebijakan PT PLN (Persero)

    Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya &

  • 116

    Tangerang diarahkan kepada Stategic Business Unit/Investment

    Centre.

    11. Sehubungan dengan butir no. 10 di atas, maka Direksi PLN telah

    mengeluarkan SK No. 161.K/010/DIR/2000 tanggal 05 September

    2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi

    Jakarta Raya dan Tangerang. Sesuai SK Direksi tersebut, maka

    susunan organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jakarta

    Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut:

    a. Unsur Pimpinan adalah General Manager

    b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:

    1. Pemasaran dan Pengembangan Usaha

    2. Pelayanan Pelanggan

    3. Komersil

    4. Perencanaan

    5. Operasi dan Pelayanan Gangguan

    6. Pemeliharaan

    7. Logistik

    8. Teknologi Informasi

    9. Keuangan

    10. Akuntansi

    11. Organisasi dan SDM

    12. Hukum

    13. Hubungan Masyarakat

    14. Umum

    c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern

    d. Unit Pelayanan (UP)

    e. Unit Pengelola Jaringan (UPJ)

    f. Unit Gardu Induk

    g. Unit Pengatur Distribusi (UPD)

    12. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)

    No.010.K/010/DIR/2003 tanggal 16 Januari 2003 tentang

    Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali, maka

  • 117

    susunan organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali

    sebagai berikut :

    a. Unsur Pimpinan adalah General Manager

    b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:

    1. Perencanaan

    2. Distribusi

    3. Niaga

    4. Keuangan

    5. SDM dan Organisasi

    6. Komunikasi Hukum dan Administrasi

    c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern

    d. Area Pelayanan (AP)

    e. Area Jaringan (AJ)

    f. Area Pengatur Distribusi (APD)

    g. Area Pelayanan dan Jaringan :

    - Unit Pelayananan

    - Unit Pelayananan Jaringan

    - Unit Pelayananan dan Jaringan

    4.3. PELUANG DAN KEUNGGULAN

    4.3.1. Peluang

    Tingginya pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang mencapai

    11% sebelum terjadinya krisis moneter, merupakan suatu peluang bisnis yang

    menjanjikan.

    Pemulihan ekonomi yang mulai bergulir saat ini diharapkan dapat

    mendongkrak pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang sempat

    terpuruk pada tahun 1998. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan yang

    bergerak naik dari -8,96% pada tahun 1998 menjadi 6,45% pada tahun 1999

    dan sesuai perkiraan menjadi 12,75% pada akhir tahun 2000.

    4.3.2. Keunggulan

    Memiliki sistem kelistrikan yang andal, dengan dukungan sistem

    Jaringan Tenaga Listrik (JTL) yang terdiri dari:

  • 118

    Sistem JTL yang lengkap yang terdiri dari JTM 11.510 Kms, JTR

    25.087 Kms, Gardu Distribusi (GD) 11.006 unit, Gardu Hubung

    (GH) 173 unit (status Januari 2003) dan konfigurasi jaringan yang

    sedemikian rupa sehingga menjamin keandalan pasokan tenaga

    listrik ke konsumen.

    Tersebarnya Area-Area Pelayanan yang berjumlah 35 unit di

    Wilayah Distribusi Jakarta dan Tangerang yang mendekati

    konsentrasi pelanggan, sehingga menjamin kecepatan pelayanan

    kepada masyarakat pelanggan.

    4.4. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ

    Kramat Jati

    Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan

    menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau

    yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend (horizontal)

    digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam

    laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat

    diketahui kecendrungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun

    hasil-hasil (keuntungan) yang telah diperoleh perusahaan, apakah

    meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Selain

    itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam

    menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen

    yang dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam

    analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai

    tahun dasar dalam analisis trend adalah tahun 2003, dengan alasan bahwa

    tahun 2003 adalah tahun awal dari penelitian. Terlihat dari lampiran terdapat

    susunan neraca yang tidak lazim, hal ini terjadi karena perusahaan melihat

    jumlah nilai yang terbesar dulu untuk mengetahui komposisi dari struktur

    aktivanya. Berdasarkan panduan tata cara penyusunan laporan keuangan,

    terdapat ketentuan yang mempersilakan tiap-tiap Area Jaringan dalam

    penyusunan laporan keuangannya memakai cara-cara agar lebih mudah

    dalam menginterpretasikannya. Hasil analisis trend terhadap laporan

  • 119

    keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dapat dilihat pada gambar 3

    dibawah ini.

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    (%)

    2003 2004 2005

    Tahun

    Aktiva lancar

    Pekerjaan DalamPelaksanaanAktiva Tetap

    Aktiva lain-lain

    Utang Lancar

    Ekuitas

    Gambar 3. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

    Tabel 1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca (%)

    Komponen 2003 2004 2005

    Aktiva

    Lancar

    100 55 70

    Pekerjaan

    Dalam

    Pelaksanaan

    100

    188

    258

    Aktiva

    Tetap

    100 98 115

    Aktiva Lain

    - lain

    100 120 102

    Utang

    Lancar

    100 110 510

    Ekuitas 100 101 116

    Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode

    2003 2005 (diolah)

  • 120

    Hasil analisis trend dari komponen neraca selama tahun 2003-2005

    menunjukkan bahwa komponen pekerjaan dalam pelaksanaan menunjukkan

    kecenderungan yang meningkat sebesar 158 %. Kenaikan ini terjadi karena

    cepatnya laju pertumbuhan ekonomi di kawasan AJ Kramat Jati, terutama

    maraknya pusat- pusat perbelanjaan baru yang memerlukan instalasi listrik

    dengan segera.

    Disisi pasiva kenaikan juga terjadi pada komponen utang lancar, di

    mana kenaikan dari jumlah utang lancar selama periode 2003-2005

    mencapai 410 %, kenaikan ini terutama disebabkan naiknya harga minyak

    bumi pada pertengahan dan akhir 2005 sehingga utang usaha yang

    merupakan komponen penyumbang terbesar pada jumlah utang lancar

    meningkat drastis.

    Tabel 2. Perkembangan Nilai Komponen laba Rugi (%)

    Komponen 2003 2004 2005

    Pendapatan

    Bersih

    100 113,33 126,67

    Beban

    Usaha

    100 88,31 68,4

    Rugi Bersih 100 87,4 58,9

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    (%)

    2003 2004 2005

    Tahun

    Pendapatan BersihBeban UsahaRugi Bersih

    Gambar 4. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Laba-Rugi PT.

    PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

  • 121

    Analisa trend terhadap laba rugi memperlihatkan adanya penurunan

    dari sisi rugi bersih yang diterima perusahaan dari periode 2003-2005

    seperti yang terlihat dalam gambar 4. Penurunan ini disebabkan adanya

    kenaikan dalam pendapatan bersih pada periode 2003-2005 dan penurunan

    beban usaha sehingga mengurangi rugi bersih yang diperoleh perusahaan.

    Penurunan terbesar rugi bersih perusahaan terjadi di 2005 dengan penurunan

    rugi bersih sebesar 41,1 % dari tahun dasar.

    4.5. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ

    Kramat Jati

    Analisis persentase per-komponen atau yang biasa dikenal dengan

    analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan

    dalam lima tahun terakhir. Jenis metode analisis ini disebut juga dengan

    metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan

    komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam

    tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat hanya keadaan

    keuangan pada tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi

    investasi pada masing-masing aktiva, struktur permodalan serta komposisi

    biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu

    analisis ini juga merupakan pendukung analisis rasio didalam

    menginterpretasikannya. Hasil analisis persentase per-komponen terhadap

    laporan keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati terlihat pada gambar 5.

  • 122

    0102030405060708090

    100

    (%)

    2003 2004 2005

    Tahun

    Aktiva Lancar

    Pekerjaan DalamPelaksanaanAktiva Tetap

    Aktiva lain-lain

    Gambar 5. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Aktiva Terhadap

    Total Aktiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

    Tabel 3. Perkembangan Nilai Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva (%)

    Komponen 2003 2004 2005

    Aktiva

    Lancar

    1 0,5 0,6

    Pekerjaan

    Dalam

    Pelaksanaan

    4

    6,9

    8

    Aktiva

    Tetap

    94 92,2 91,1

    Aktiva Lain

    lain

    1 0,4 0,3

    Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode

    2003-2005 (diolah)

    Hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan neraca

    menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki

    proporsi yang lebih besar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva

    lancar dan aktiva lain-lain serta pekerjaan dalam pelaksanaan. Hal ini

    mengindikasikan bahwa perusahaan selama periode ini lebih banyak

  • 123

    mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang.

    Investasi yang dilakukan yakni penggantian minyak trafo dan pendirian gardu

    induk baru untuk masa operasi 25 tahun ke depan.

    Tabel 4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva (%)

    Komponen 2003 2004 2005

    Total Utang 1 1 4

    Ekuitas 99 99 96

    Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003

    -2005 (diolah)

    0102030405060708090

    100

    (%)

    2003 2004 2005

    Tahun

    Total UtangEkuitas

    Gambar 6. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

    Disisi pasiva, komponen ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang

    lebih besar terhadap total pasiva dibandingkan dengan total kewajibannya.

    Selama empat periode terakhir tidak terjadi perubahan yang signifikan,

    dimana jumlah ekuitas menurun sebesar 3 % pada tahun 2005 dibandingkan

    tahun sebelumnya. Total utang yang meningkat sebesar 3 % pada tahun 2005

    karena kenaikan utang lancar yang cukup besar. Disisi pasiva juga terlihat

  • 124

    komponen akun antar satuan administrasi, pada dasarnya nilai yang terdapat

    dalam komponen tadi merupakan penilaian kembali atas aktiva tetap.

    Tabel 5. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih

    (%)

    Komponen 2003 2004 2005

    Pendapatan

    Lain lain

    0,9 0 10

    Pendapatan

    Bersih

    7 9 15

    Beban

    Usaha

    107,9 109 125

    Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003

    2005 (diolah)

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    (%)

    2003 2004 2005

    Tahun

    Pendapatan Lain- lainPendapatan BersihBeban Usaha

  • 125

    Gambar 7. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

    Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa

    komponen beban usaha merupakan komponen dengan proporsi penyumbang

    terbesar terhadap rugi bersih. Di mana dalam komponen ini terdapat beban

    fungsi distribusi yang terdiri dari perawatan/pemeliharaan atas sistem

    distribusi yang terdiri atas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET),

    trafo step up, trafo step down, gardu hubung dan gardu distribusi yang berada

    dalam wilayah Area Jaringan Kramat Jati. Dalam gambar 7 terlihat angka

    proporsi beban usaha terhadap rugi bersih yang rata-ratanya hampir 114 %.

    Sedangkan komponen pendapatan usaha berfluktuatif dengan kecenderungan

    yang meningkat di bandingkan dengan tahun dasar. Dalam laporan ini juga

    terlihat bahwa pendapatan usaha perusahaan hanya didapatkan dari

    penyambungan listrik pelanggan, sesungguhnya nilai tersebut sudah

    merupakan jumlah dari penjualan listrik secara kumulatif dari tiap unit

    pelayanan yang berada di bawah kontrol Area Jaringan Kramat Jati.

    4.6. Analisis Rasio Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati

    Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan

    menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran

    mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio

    juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam

    analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama

    periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya dan juga

    membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya

    atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolok