ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN...
-
Upload
nguyenkhanh -
Category
Documents
-
view
229 -
download
1
Transcript of ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN...
-
65
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN
DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG
(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan
Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 20032005)
Oleh
BUDI HARTONO
H24102032
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
-
66
2006
ABSTRAK Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang. Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Farida Ratna Dewi. Energi listrik merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan dan jumlah penggunaannya harus disesuaikan dari waktu ke waktu. Tenaga listrik telah berubah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia sehingga di sebagian besar negara penggunaannya dikelola oleh pemerintah/ negara. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya BUMN yang mengelola tenaga listrik di Indonesia sehingga kinerja perusahaannya cukup menarik untuk dikaji dan diteliti agar masyarakat dapat mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan ini berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati yang dapat digunakan sebagai salah satu alat evaluasi perusahaan, apakah tercapai peningkatan efisiensi dalam hal ini biaya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa keuangannya. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan yang terjadi, dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang akan dihadapi pada masa yang akan datang dengan laebih baik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat melaui wawancara (Manajer dan Staf Keuangan perusahaan); dan data sekunder melalui laporan keuangan internal perusahaan, profil perusahaan, serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan metode pengolahan data dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer dengan hasil yang didapatkan dinilai secara kuantitatif kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan analisis tren pada neraca menunjukkan komponen aktiva tetap cenderung stabil, kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam pelaksanaan. Sedangkan disisi pasiva terjadi kenaikan dalam kewajiban jangka pendek. Tren pada laba rugi menunjukkan penurunan rugi bersih. (2) Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan kewajibannya. Sedangkan komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap rugi bersih perusahaan. (3) Hasil analisis rasio memperlihatkan (a) Tingkat likuiditas memiliki kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal periode 2006. (b) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup besar. (c) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (d) Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan, sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik. (4) Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan
-
67
metode persentase terhadap penjualan di dapatkan hasil, perusahaan harus mencari dana sebanyak 10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing. (5) Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari 50 atau sekitar 26 %.
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN
DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG
(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan
Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
BUDI HARTONO
H24102032
-
68
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006 INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN
KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE
YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi
Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode
2003-2005)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
BUDI HARTONO
H24102032
Menyetujui, Agustus 2006
-
69
Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Jono M. Munandar,M.Sc. Kepala Departemen Manajemen
Tanggal Ujian : 25 Agustus 2006 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 1985. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Asep Mulyanto dan Ibu
Isnaini.
Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Al Kautsar
Bekasi dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan
pendidikan di SDN Pengasinan Bintara I Bekasi. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan pada SLTP 14 Bekasi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 103 Jakarta dan lulus pada tahun
2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI
IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.
-
70
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Analisis Kinerja Perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi
Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang (Studi Kasus PT. PLN
(Persero AJ Kramat Jati Periode 2003-2005)
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah
memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.
2. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan saran.
3. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM, selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran.
4. Ir. Bambang Suhartono sebagai Manajer AJ Kramat Jati, Bapak Suwardi dan
Mas Eko sebagai pembimbing selama penelitian.
5. Orang tua tercinta dan adikku atas kasih sayang, doa dan dukungannya.
6. Rika Anggraeni yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya.
Acep, Asep, Udin, Joko, Wildan, Nanto, Arya terima kasih atas semua
bantuannya.
7. Seluruh dosen dan staf manajemen FEM, terimakasih atas segala bantuannya.
8. Rekan-rekan manajemen 39, terimakasih atas motivasi dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
-
71
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak
Bogor, Agustus 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP.................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
-
72
2.1. Laporan Keuangan ........................................................................ 5 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 5
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan ........................................ 5 2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan ............................................... 6 2.1.4. Komponen Laporan Keuangan ........................................... 7 2.4.1.1. Neraca .................................................................... 7 2.1.4.1.1. Aktiva..................................................... 8 2.1.4.1.2. Kewajiban .............................................. 9 2.1.4.1.3. Ekuitas.................................................... 10 2.1.4.2. Laporan Laba Rugi................................................. 11 2.1.4.3. Laporan Saldo Laba ............................................... 12 2.1.4.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 12 2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan ........................................ 12
2.2. Analisa Laporan Keuangan .......................................................... 13 2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ............................................ 13
2.2.2. Peralatan analisa Yang digunakan ...................................... 13 2.2.2.1. Index Number Trend Series ................................... 13 2.2.2.2. Common Size Financial Statement ........................ 13 2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan ........................................ 14 2.2.2.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 20 2.3. Penilaian Kinerja BUMN.............................................................. 21 2.4. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 24 3.1. Kerangka Pemikiran..................................................................... 24
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 26 3.3. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 26 3.4. Metode Pengolahan Dan Analisis Data........................................ 26 3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian BUMN............................. 27 3.4.2. Analisis Tren ...................................................................... 27 3.4.3. Analisis Persentase Per Komponen.................................... 27 3.4.5. Proyeksi Keuangan ............................................................ 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 30 4.1. Data Perusahaan........................................................................... 30
4.1.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ................................................ 30 4.1.1.1 Visi ....................................................................... 30 4.1.1.2 Misi....................................................................... 30 4.1.1.3 Tujuan ................................................................... 30 4.2. Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................... 31 4.3. Peluang Dan Keunggulan............................................................. 35 4.3.1. Peluang............................................................................... 35 4.3.2. Keunggulan ........................................................................ 35 4.4. Perkembangan (Tren) Laporan Keuangan AJ Kramat Jati .......... 35 4.5. Perkembangan Persentase Per Komponen AJ Kramat Jati .......... 38 4.6. Analisis Rasio Keuangan AJ Kramat Jati .................................... 42 4.6.1. Analisis Likuiditas ............................................................. 42 4.6.2. Analisis Solvabilitas........................................................... 44 4.6.3. Analisis Profitabilitas ......................................................... 47
-
73
4.6.4. Analisis Aktivitas ............................................................... 49 4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan ......... 53
4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja BUMN.......................... 54 4.8.1. Aspek Keuangan ................................................................ 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 61 5.2. Saran............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 64
LAMPIRAN.............................................................................................. 65
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca .............................................. 36
2. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi......................................... 37
3. Perkembangan Nilai Komponen aktiva Terhadap Total Aktiva .......... 39
4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva .......... 40
5. Perkembangan Nilai Komponen Laba rugi Terhadap Rugi Bersih...... 41
6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas .................................................. 42
7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas ............................................... 44
8. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas ............................................. 47
9. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas ................................................... 50
10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan .................................. 55
-
74
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka pemikiran konseptual ........................................................... 25
2. diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ................................................... 29
3. Perkembangan (Tren) Neraca............................................................... 36
4. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi ...................................... 38
5. Perkembangan (Tren) Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva ....... 39
6. Perkembangan (Tren) Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva........ 40
7. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih .. 41
8. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 44
9. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas ............................................. 45
10. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 48
-
75
11. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 49
12. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 50
13. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 52
14. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 53
15. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas ........................................... 56
16. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 57
17. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 58
18. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas ................................................. 59
19. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas ............................................. 60
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Hasil Analisis rasio PT. PLN AJ Kramat Jati ...................................... 65
2. Tata Cara Tingkat Penilaian Kesehatan BUMN .................................. 66
3. Perhitungan Analisis Rasio .................................................................. 71
4. Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005 .......... 73
5. Laporan Laba Rugi PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 ---2005 ................................................................................................ ............ 79
-
76
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Privatisasi menjadi fenomena ekonomi yang menonjol di dunia
sekarang ini. Sesungguhnya privatisasi telah ada sejak tahun 1980-an,
dipelopori oleh Inggris yang memang menganut ekonomi liberal. Langkah ini
kemudian diikuti juga oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia yang
makin berorientasi ke sistem ekonomi pasar. Setelah beberapa dekade dimana
pemerintah di berbagai negara diseluruh dunia meningkatkan ruang lingkup
dan campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka pada tahun 1980-
-
77
an terjadi pergeseran dari hampir semua bagian dilakukan oleh pemerintah
melalui sektor publik, menuju ketergantungan yang lebih besar pada sektor
swasta. Sejak tahun 1984, harta BUMN yang dialirkan kepada swasta
mencapai US $ 250 Milyar diseluruh dunia dan pada tahun 1991 penjualan
saham BUMN mencapai US $ 50 Milyar (Miranda, 1996).
Privatisasi BUMN terjadi di berbagai negara dalam berbagai bentuk
yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Menurut Miranda S. Goeltom
(1996) Alternatif metode itu dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pelimpahan hak kepemilikan
a. Penjualan saham/ aset seluruhnya kepada (i) swasta, (ii) publik,
melalui bursa efek.
b. Penjualan sebagian saham/ aset kepada (i) publik, baik domestik
maupun internasional, (ii) manajeman dan karyawan, (iii) melalui
join venture.
2. Pelimpahan kendali manajemen
a. Sebagian, dengan cara (i) pemisahan antara kepemilikan dengan
manajemen, (ii) joint venture, atau (iii) penggantian manajemen.
b. Seluruhnya, dengan cara sub contracting.
c. Dengan mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan
otonomi yang lebih luas kepada manajemen BUMN. Dalam hal ini,
manajemen BUMN bebas dalam menentukan harga, menetapkan
kebijakan investasi dan pendanaannya, serta dalam hal pemenuhan
kebutuhan sumber daya manusianya.
Alasan Indonesia melakukan privatisasi BUMN diantaranya adalah
kesulitan keuangan negara, kebijakan liberalisasi ekonomi yang dilakukan
pemerintah, dan tekanan dari perdagangan bebas dunia.
Hal ini menuntut BUMN untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
agar tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam
situasi persaingan dunia yang semakin keras. Dalam konteks globalisasi
ekonomi dan era perdagangan bebas, konsep peningkatan efisiensi dan
produktivitas menjadi vital dan merupakan pangkal yang berpijak dari upaya
peningkatan daya saing.
-
78
Dalam hal dipilihnya perusahaan listrik sebagai obyek yang diteliti
karena disadari bahwa tenaga listrik merupakan suatu jenis energi yang di
sebagian besar negara merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan
secara internasional. Tenaga listrik juga merupakan suatu produk industri
yang unik sifatnya karena tidak dapat disimpan dan dikemas, sehingga jumlah
produknya harus selalu disesuaikan dengan kebutuhannya dari waktu ke
waktu.
Selain itu, besarnya penggunaan jenis energi ini merupakan tolak ukur
dari tingkat kemajuan dan kesejahteraan suatu negara karena hampir setiap
aktivitas kehidupan maju saat ini tidak dapat melepaskan diri dari
pemanfaatan tenaga listrik. Tenaga listrik sudah berubah menjadi salah satu
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia sehingga setiap orang
berkepentingan terhadap kualitas dan harganya. Di banyak negara usaha ini
masih ditangani oleh negara, bukan saja karena alasan resiko dan modal yang
besar, tetapi juga karena usaha ini pada awalnya harus mengemban banyak
tugas sosial. Karakteristik tenaga listrik yang unik, kebutuhan listrik yang
menguat, sedangkan persediaan sumber daya energi primer terbatas, ditambah
lagi dengan adanya rencana privatisasi dan rencana naiknya Tarif Dasar
Listrik (TDL), sehingga masalah yang menyangkut kondisi perusahaan
menjadi menarik untuk diketahui, terutama kondisi keuangannya.
1.2. Perumusan Masalah
Perubahan status perusahaan yang dilakukan pemerintah pada PT.
PLN (Persero) sebenarnya ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja
perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, perusahaan hampir setiap tahun
melaporkan terjadinya kerugian dan meminta kepada pemerintah sebagai
pemilik untuk melakukan penyesuaian harga jual kepada konsumen.
Alasan perusahaan ini dikarenakan tingginya beban yang harus
ditanggung oleh perusahaan, ditambah lagi naiknya harga minyak dunia turut
menambah beban perusahaan, tetapi pemerintah menolak rencana ini dan
meminta perusahaan untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih
besar.
-
79
Dari uraian singkat diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
- Apakah telah tercapai efisiensi dana dan biaya pada perusahaan ?
- Mengapa terjadi kerugian yang cukup besar hampir tiap tahun ?
- Faktor faktor apa saja penyebab terjadinya kerugian ?
1.3. Tujuan Penelitian
- Menganalisis tingkat efisiensi perusahaan khususnya masalah keuangan.
- Mengetahui langkah langkah yang telah diambil dan memberi masukan
alternatif lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
- Menganalisis kondisi keuangan perusahaan secara umum.
- Menganalisis sebab sebab terjadinya kerugian dan langkah apa saja
yang dapat diambil untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih
besar.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan dan strategi selanjutnya dalam upaya
peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
2. Bagi penulis
Penilitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan dan
diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang diperoleh
saat kuliah mengenai manajemen keuangan, khususnya yang berkaitan
dengan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan.
1.5. Ruang Lingkup
-
80
Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan
neraca, dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan
penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya seperti laporan arus kas.
Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis
trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis
vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas)
serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode berikutnya.
Dalam penelitian ini digunakan juga bahan acuan analisis laporan
keuangan perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-
100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian terhadap kinerja perusahaan yang
meliputi aspek keuangan. Seluruh analisis diatas digunakan untuk melihat
sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area
Jaringan Kramat Jati selama empat periode terakhir (2003- 2005).
-
81
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian
Laporan keuangan merupakan alat pelaporan utama untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan pada para pemakai laporan
keuangan untuk membuat keputusan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan saldo laba, laporan arus
kas, serta catatan dan penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1994).
Laporan keuangan yang disusun bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang meungkin dibutuhkan
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok menurut IAI (1994) :
-
82
1. Dapat dipahami
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu.
3. Keandalan
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan kepentingan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyampaikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara ada pihak lain yang dirugikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi
dan kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan
Menurut IAI (1994) pemakai laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi:
1. Investor
-
83
Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
resiko yang melekat serta hasil dari investasi yang dilakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan/menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok yang mewakili tertarik dengan informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun,
dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar
pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
-
84
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
7. Masyarakat
Membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
2.1.4. Komponen-komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok umumnya meliputi neraca, laporan laba-
rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
2.1.4.1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu (Robert H.
Crandall, et al., 1998). Neraca biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan, kombinasi aktiva
yaitu cara perusahaan menggunakan aktiva dalam memperoleh
pendapatan dan beberapa variabel kunci yang dapat
dikombinasikan dengan informasi lain untuk menentukan efisiensi
perusahaan.
-
85
Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi perusahaan adalah aktiva, kewajiban, dan
ekuitas yang dapat digambarkan dalam persamaan:
Aktiva = kewajiban + modal
Posisi-posisi ini didefinisikan sebagai berikut, menurut IAI (1994):
2.1.4.1.1. Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
Aktiva dikelompokkan menjadi:
A. Aktiva Lancar
Aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam
waktu satu tahun atau dalam siklus normal operasi
perusahaan yang mana yang lebih lama (IAI, 1994).
Menurut IAI (1994) aktiva lancar terdiri dari:
1. Kas dan bank,
-
86
2. Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak
dimaksudkan untuk ditahan,
3. Deposito jangka pendek,
4. Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun,
5. Piutang,
6. Persediaan,
7. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar,
8. Pembayaran pajak di muka,
9. Biaya dibayar di muka.
B. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang
dilakukan untuk tujuan jangka panjang, lebih lama dari satu
tahun atau siklus normal operasi perusahaan, yang mana
yang lebih panjang dan tidak digunakan dalam operasi
perusahaan (Williams et al, 1992).
Yang termasuk investasi jangka panjang diantaranya
adalah:
- Investasi jangka panjang dalam bentuk sekuritas: (i)
saham, (ii) obligasi
- Dana khusus yang ditujukan untuk keperluan tertentu
- Investasi dalam bentuk aktiva tetap yang tidak digunakan
dalam operasi perusahaan, seperti tanah yang ditujukan
untuk spekulasi.
C. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
-
87
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun (IAI,1994). Contoh aktiva tetap: tanah, peralatan,
mesin, bangunan, dan lain-lain.
D. Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak lancar dan tak berbentuk yang
memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup
secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain (IAI,
1994). Aktiva tak berwujud dapat berbentuk hak paten, hak
cipta, franchise atau merk dagang.
E. Aktiva Lain-lain
Posisi-posisi yang tidak dapat secara layak
digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat
digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/ penyertaan,
maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak
digunakan, piutang pada pemegang saham, beban yang
ditangguhkan, dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam
kelompok aktiva lain-lain (IAI, 1994).
2.1.4.1.2. Kewajiban
Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
-
88
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (IAI,
1994).
A. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban
yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditor atau
yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus
operasi normal perusahaan mana yang lebih lama (IAI,
1994), yang meliputi (IAI, 1994):
1. Pinjaman bank dan pinjaman lainnya,
2. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca,
3. Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar,
4. Uang muka penjualan,
5. Utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank, dan
rupa-rupa utang lainnya yang harus diselesaikan
dalam waktu satu tahun,
6. Penyisihan kewajiban pajak,
7. Utang dividen,
8. Pendapatan-pendapatan yang ditangguhkan dan
uang muka dari pelanggan,
9. Kewajiban kontinjen, situasi/ kondisi dengan hasil
akhir berupa untung atau rugi yang baru dapat
dikonfirmasikan setelah terjadinya atau tidak
terjadinya satu/ lebih peristiwa yang tidak pasti
terjadi di masa depan.
B. Kewajiban Jangka Panjang
-
89
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban
yang tidak memerlukan penggunaan aktiva lancar atau
penciptaan kewajiban baru dalam waktu satu tahun atau
satu siklus operasi perusahaan yang mana yang lebih
lama. Contohnya utang obligasi, utang wesel, utang pajak
penghasilan (Williams et al, 1992).
2.1.4.1.3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Jumlah ekuitas yang
ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran
aktiva dari kewajiban (IAI, 1994). Ekuitas dibagi menjadi
dua, yaitu:
A. Modal Disetor (Paid in Capital)
Modal disetor merupakan jumlah yang dibayar oleh
para pemegang saham untuk memperoleh saham (Williams,
1992). Modal disetor dibagi lagi menjadi: (i) modal saham,
(ii) tambahan modal disetor (Additional paid in capital).
B. Saldo Laba (Retained Earning)
Saldo laba menujukkan akumulasi hasil usaha
periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan
koreksi laba rugi periode lalu (IAI, 1994).
2.1.4.2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menyajikan informasi kinerja
perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
-
90
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan (IAI, 1994).
Unsur-unsur pembentuk laporan laba rugi:
A. Penghasilan (Income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan/
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi, baik
pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).
Pendapatan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang
berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga
royalti dan sewa (IAI, 1994).
B. Beban
Beban dapat diartikan sebagai penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar/ berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal (IAI, 1994).
2.1.4.3. Laporan Saldo Laba
Laporan saldo laba menggambarkan perubahan laba
perusahaan selama satu periode dan menghubungkan
laporan laba rugi dengan neraca (Williams, 1992). Laporan
-
91
ini memperlihatkan saldo laba awal tahun pertambahan
nilai kekayaan bersih karena laba dan penurunan yang
disebabkan oleh pembagian laba kepada pemilik dalam
bentuk dividen.
2.1.4.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase
Terhadap Penjualan
Salah satu metode yang digunakan untuk
mengestimasi level dari pasiva, aktiva atau biaya adalah
dengan mempergunakan suatu persentase tertentu terhadap
penjualan. Dengan mempergunakan suatu persentase
tertentu ini, hakikatnya telah diasumsikan bahwa terdapat
hubungan proporsionalitas antara aktiva, pasiva dan biaya
dengan penjualan. Persentase yang digunakan, dihitung dari
data laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat penjualan
(Mushlih, 2003).
Proyeksi keuangan dengan metode persentase
tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan
keuangan perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun. Karena periode perencanaan yang lebih panjang ini,
detail dari komponen yang direncanakan kurang
ditekankan. Melainkan fokusnya untuk mengestimasi
kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk jangka waktu
yang cukup panjang.
2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan
-
92
Walaupun laporan keuangan sangat berguna dalam pengambilan
keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Simamora (2002)
laporan keuangan memiliki keterbatasan, diantaranya:
1. Laporan keuangan hanya menyajikan informasi yang diukur dengan
satuan mata uang.
2. Informasi akuntansi biasanya melibatkan pertimbangan (judgement dan
estimasi).
3. Laporan keuangan berisi informasi yang bersifat history.
4. Adanya proses penyederhanaan dan peringkasan dalam laporan
keuangan.
2.2. Analisa Laporan Keuangan
2.2.1. Pengertian
Analisa laporan keuangan merupakan proses pertimbangan yang
bertujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan hasil kegiatan operasi
pada masa lalu dan masa kini, dengan tujuan utamanya untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang terbaik tentang keadaan dan kinerja perusahaan
pada masa yang akan datang (Bernstein, 1989).
2.2.2. Peralatan Analisa yang Digunakan
Dalam melakukan analisa laporan keuangan, ada beberapa peralatan
yang dapat digunakan, yaitu:
2.2.2.1. Index Number Trend Senses
Jika perbandingan laporan keuangan mencakup periode lebih
dari tiga tahun, metode perbandingan dari tahun ke tahun menjadi
tidak praktis. Cara yang paling baik untuk perbandingan tren dari
periode yang lebih panjang adalah dengan menggunakan angka
indeks (Bernstein, 1989).
-
93
Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena
hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rxt = o
t
PxPx x 100%
Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t
Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
2.2.2.2. Common Size Financial Statement
Common Size Financial Statement merupakan analisa
vertikal dari laporan keuangan. Metode ini menyatakan besarnya
proporsi suatu item terhadap total atau sub total suatu kelompok
yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dalam neraca dari penjualan
dalam laporan laba rugi, dalam suatu periode tertentu (Kieso, 1992).
Metode ini sangat berguna untuk menganalisa struktur
internal laporan keuangan. Analisa struktural dalam neraca biasanya
difokuskan pada struktur permodalan dan komposisi aktiva
perusahaan, sedangkan analisa vertikal dalam laporan laba rugi
digunakan untuk menganalisa hubungan item-item dalam laporan
tersebut dengan penjualan.
Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis
rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ryt = o
t
PyPy x 100%
Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan
-
94
Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t
Pyo = pos dasar sebagai pembanding
2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan
Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan
memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dan
mengetahui kondisi keuangan dengan cepat. Dengan rasio keuangan
juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
ke waktu (Mushlih, 2003).
Menurut Mushlih (2003) Analisa rasio keuangan mempunyai
beberapa keterbatasan diantaranya:
1. Analisa rasio hanya berurusan dengan data kuantitatif, tidak
melihat faktor kualitatif.
2. Manajemen dapat memanipulasi rasio keuangan.
3. Perbandingan rasio antar perusahaan dapat menyesatkan karena
perbedaan praktek akuntansi pada masing-masing perusahaan.
4. Perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rata-rata industri
dapat menyesatkan karena banyak perusahaan yang beroperasi di
lebih dari satu industri.
5. Perbedaan definisi common ratio yang digunakan oleh analis yang
berbeda.
6. Karena catatan akuntansi dinyatakan dengan mata uang, maka
perubahan nilai mata uang dapat menyebabkan distorsi dalam
membandingkan rasio yang dihitung pada waktu yang berbeda.
Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam analisa
rasio, tidak berarti peralatan analisa ini tidak berguna. Analisa rasio
tetap merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan dan efektivitas manajemen, dengan mengingat
keterbatasan tersebut.
-
95
Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang
meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas
(Munawir, 2002).
A. Analisis Likuiditas
Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo
(Munawir, 2002). Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah
perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan
jatuh tempo. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan
menggunakan rasio berikut:
1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005).
Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio lancar = LancarHutangLancarAktiva
2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah
sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu
yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
96
Rasio cepat = LancarHutang
PersediaanLancarAktiva
B. Analisis Solvabilitas
Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum
digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2002).
1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan
dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi
nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko
perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir,2005).
Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio utang = AktivaTotalHutang Total
2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas
(modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya (Sawir, 2005). Rasio utang terhadap ekuitas dapat
dirumuskan:
Rasio utang terhadap ekuitas = Ekuitas Total
Hutang Total
3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan
untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai
rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang
-
97
digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio
ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ekuitas terhadap total aktiva = AktivaTotalEkuitas Total
4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang
digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. Jika aktiva
tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan
lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang.
Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri
supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-
waktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Ekuitas terhadap aktiva tetap = Tetap AktivaTotal
Ekuitas Total
5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset
to long Term Debt Ratio)
Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap
seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio ini
merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang
terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin
tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan keamanan
kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio Aktiva tetap thd Utang jgk. panjang
=Panjang Jgk. Hutang
Tetap AktivaTotal
C. Analisis Profitabilitas
-
98
Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam
periode tertentu. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk
mengukur profitabilitas adalah:
1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan
yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio
maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin Laba kotor = Penjualan Harga Pokok Penjualan
Penjualan
2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Dapat dirimuskan sebagai berikut:
Rasio Marjin Laba Bersih = Penjualan
Bersih Laba
3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam
memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin
besar pula. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin operasi = Penjualan
Usaha Laba
4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang
tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan
dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan,
dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
-
99
Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) = Ekuitas
Bersih Laba
5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)
Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi
yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen
dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan
yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar
dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)
=AktivaTotal
Bersih Laba
6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)
Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan
operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva
(ROA) =AktivaTotal
Usaha Laba
D. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi
dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan
asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan.
Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio
sebagai berikut:
1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
-
100
Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas
penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan
penjualan dan memperoleh laba (profit). Nilai rasio ini
menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh
untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal
Penjualan
2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam
kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini
berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan
pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Tetap Aktiva
Penjualan
3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over
Ratio)
Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan
modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan (dalam rupiah)
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Modal Kerja = Bersih Kerja Modal
Penjualan
4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
-
101
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan
persediaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya
nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap
persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Persediaan = Persediaan
Penjualan
5. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over
Ratio)
Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih
piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Raio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Piutang = Piutang
Penjualan
2.2.2.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode
Persentase Terhadap Penjualan
Teknik yang digunakan untuk memproyeksi kebutuhan
keuangan ini dapat dijelaskan dengan prosedur sebagai berikut
(Mushlih, 2003) :
1. Hitung proporsi dari aktiva lancar dan aktiva tetap terhadap
penjualan. Proporsi ini diasumsikan tetap sama untuk periode
proyeksi tahun yang akan datang.
2. Hitung kenaikan dalam total aktiva yang disebabkan oleh
kenaikan penjualan. Kenaikan dalam total aktiva ini harus
dibiyai dengan sumber dana baik utang atau modal sendiri.
3. Sumber dana utang diperoleh antara lain dari sumber spontan,
yaitu utang dagang, dan biaya- biaya yang akan dibayar karena
timbulnya penjualan.
-
102
4. Kekurangan dari sumber dana ini dapat di biayai dari retained
earnings sesudah dikurangi dividen dan pembiayaan dari utang
luar lainnya.
Teknik penentuan kebutuhan pembiyaan dari luar ini
secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut :
EF = [{(TA CL) / So} x ^S] {(SI x NPM) (1 DP)}
Dimana :
EF = Dana luar yang dibutuhkan.
TA = Total Aktiva perusahaan.
CL = Utang Lancar.
So = Penjualan pada tahun awal.
^S = Tambahan penjualan yang direncanakan.
S1 = Penjualan pada tahun proyeksi 1.
NPM = Net Profit Margin.
DP = Rasio Pembayaran Dividen Terhadap Earning Per Share
(dividen pay out ratio).
2.3. Penilaian Kinerja BUMN
Penilaian kinerja perusahaan BUMN berdasarkan pada ketentuan
Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN
No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek,
yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam
penelitian ini digunakan standar penilaian kinerja berdasarkan SK. Menteri
BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai Tingkat Kesehatan BUMN
berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang meliputi aspek
-
103
keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tata cara penilaian
Tingkat Kesehatan BUMN selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 1.
Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan
Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan menjadi
tiga kategori yaitu:
a. Sehat, yang terdiri dari :
AAA apabila total skor (TS) > 95
AA apabila 80
-
104
dari penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan
perusahaan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 1997-2001; menganalisis
kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari
tingkat rentabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan aktivitas; menganalisa faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi
yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa
yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain
menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio
yang terdiri dari rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas serta
analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan
yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang
efisien. Sedangkan faktor eksternal bersifat sementara dan tidak bisa
dikontrol perusahaan.
Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan
Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT.
(Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah
mengetahui perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis
kinerja keuangan perusahaan, serta mengidentifikasi strategi bagi
keberlangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam
penelitiannya antara lain analisis trend, analisis persentase per komponen,
analisis rasio serta analisis Du Pont. Berdasarkan hasil analisisnya, kondisi
perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup
baik.
Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul
Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta.
Tujuan yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja koperasi-
BPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementrian
Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi
kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk perbaikan kinerja
Koperasi-BPS dimasa yang akan datang. Metode yang dipergunakan dalam
penelitiannya antara lain menggunakan alat analisis berupa analisis trend,
-
105
persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga
metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja
koperasi secara keseluruhan. Adapun hasil yang diperoleh dalam
penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja koperasi
maka koperasi BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori
Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecenderungan nilainya menurun.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area
Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan
keuangannya dari tahun ke-tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat
diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya
keuangannya didalam usahanya. Selain itu kinerja keuangan juga
mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan
berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan
keuangannya.
Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat
diperoleh dengan cara melakukan interpretasi atau analisis terhadap laporan
keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi
yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area
Jaringan Kramat Jati dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan
keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja
-
106
keuangannya dianalisis melalui analisis laporan keuangan, diantaranya
analisis Trend, analisis presentase per-komponen, analisis rasio (likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis laporan keuangan yang
berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-
BUMN/2002 berdasarkan aspek keuangan, serta proyeksi kebutuhan dana
untuk periode berikutnya.
Dari hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat diketahui
perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat
Jati untuk empat periode terakhir (2003-2005) dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat
digambarkan dalam bagan berikut:
-
107
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Analisis Keuangan; - Analisis Trend - Analisis Vertikal - Analisis Rasio - Proyeksi Kebutuhan Dana
Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK Menteri BUMN
No.100/M-BUMN/2002
Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN
No.100/M- BUMN/2002
Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PLN (persero) AJ Kramat Jati
(2003-2005)
Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero)
Pelaksanaan Kebijakan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati
Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati
Periode 2003-2005
Aspek Administrasi
Aspek Operasional
Aspek Keuangan
-
108
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni pada bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2006 di PT. PLN (Persero) Area Jaringan
Kramat Jati yang berlokasi di Jl.Raya Bogor Km 20 No. 1 Kramat Jati,
Jakarta Timur.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui
wawancara tidak terstruktur dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi
laporan neraca kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), laporan
laba-rugi kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), profil perusahaan
serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dalam kebutuhan data
penelitian. Sebagai data penunjang, dikumpulkan pula data-data yang telah
diolah pada instansi-instansi terkait, seperti BPS dan Kementrian Keuangan,
serta berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan (melalui proses editing)
dari penelitian, diolah (tabulasi) secara manual maupun dengan menggunakan
alat bantu (komputer). Data yang telah dikumpulkan, disusun dan diolah
kemudian dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif.
Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area
Jaringan Kramat Jati dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend, analisis common
size statement, analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis; yakni
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, serta proyeksi kebutuhan
dana untuk periode mendatang.
Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan, penilaian
kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan
-
109
SK. Menteri BUMN No.100/M- BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja
perusahaan dalam aspek keuangan.
3.4.1 Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN
Penilaian kinerja perusahaan berdasarkan pada ketentuan Kementrian
BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.100/M-
BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap aspek keuangan. Analisis
laporan keuangan perusahaan mengacu pada standar penilaian kinerja
perusahaan tersebut untuk diketahui tingkat kinerja keuangan PT. PLN
(Persero) Area Jaringan Kramat Jati periode 2003-2005.
3.4.2. Analisis Trend
Rxt = o
t
PxPx x 100%
Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t
Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
3.4.3. Analisis Persentase Per-Komponen (Common-Size Statement)
Ryt = o
t
PyPy x 100%
Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan
Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t
Pyo = pos dasar sebagai pembanding
3.4.4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai
kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis
yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio
(Sawir, 2005). Analisis rasio ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis
aktivitas.
Analisis Likuiditas, yang terdiri atas;
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
-
110
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Analisis Solvabilitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)
2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)
4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)
5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset to long
Term Debt Ratio)
Analisis Profitabilitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)
4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)
5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)
6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)
Analisis Aktivitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)
3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio)
4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
5. Rasio Perputaran Piutang ( Account Receivable Turn Over Ratio)
3.4.5. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan
EF = [{(TA CL) / So} x ^S] {(SI x NPM)
(1 DP)}
-
111
Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
Ya
Penentuan Desain Penelitian
Studi Pustaka
Ruang Lingkup Penelitian
Metode Penelitian
Tujuan Penelitian
Penentuan Teknik Pengumpulan data
Penentuan Cara Pengolahan dan Analisis data
Pengumpulan Data - Data Gambaran Umum PT.
PLN - Laporan keuangan PT. PLN
Periode 2003-2005
Metode Pengolahan Data & Analisis Data
- Analisis Trend - Analisis Persentase Per-
Komponen - Analisis Rasio Keuangan - Proyeksi kebutuhan dana
OK Tabulasi Data yang diperoleh Ya Tidak
Perhitungan - Perhitungan Trend - Perhitungan Persentase Per-
komponen - Perhitungan Rasio - Perhitungan kebutuhan dana
OK
Interpretasi (Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan)
Tidak
Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan
Standar Penilaian Kinerja Perusahaan Berdasarkan SK. Menteri BUMN No.100/M-
BUMN/2002
-
112
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DATA PERUSAHAAN
Nama : PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang.
Ditetapkan : 16 Januari 2003, sesuai SK Direksi PT PLN
(Persero)
No. 010.K/010/DIR/2003
Kantor Induk : Jl. M.I. Ridwan Rais No. 1 Jakarta 10110
Indonesia
Bisnis Utama : Penjualan Tenaga Listrik
Pengoperasian, Pemeliharaan dan
Pengembang Jaringan Tenaga Listrik Sistem
Tegangan Menengah (20 KV) dan Jaringan
Tegangan Rendah (220 V)
Total Aset : Rp. 2,8 Trilyun
SDM : 3.475 Orang ( status Agustus 2005 )
Jumlah
Pelanggan
: 3.073.413 Pelanggan ( status Maret 2005 )
4.1.1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PERUSAHAAN
4.1.1.1. Visi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Diakui sebagai Perusahaan Publik Utility dengan kinerja
kelas dunia yang unggul, tumbuh berkembang bertumpu kepada
potensi insani.
4.1.1.2. Misi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Melaksanakan Distribusi dan Penjualan Tenaga Listrik
serta mengembangkan usaha dalam bisnis yang terkait berdasarkan
-
113
kaidah Industri dan Usaha yang sehat yang berorientasi kepada
Kepuasan Pelanggan, Anggota Perusahaan dan Pemegang Saham.
4.1.1.3. Tujuan PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Korporatisasi (kelayakan keuangan) sebagai perusahaan yang
mandiri.
Transparansi/akuntabilitas dalam bidang peran, tugas, tanggung
jawab dan wewenang.
Peningkatan efisiensi dan pengembangan usaha.
Sasaran PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Menyiapkan Strategi Unit Bisnis menjadi anak perusahaan yang
mandiri.
Meningkatkan Customer Value, Share holder Value dan Employee
Value.
Meningkatkan kompetensi dan efektifitas kinerja SDM.
Mengupayakan penerapan tarif tenaga listrik sesuai dengan nilai
ekonominya (Customer Oriented Company).
Menyediakan tenaga listrik dengan jumlah dan kualitas yang
memadai sesuai dengan kaidah bisnis yang wajar.
4.1.2. STRUKTUR ORGANISASI
-
114
4.2. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN
Sejarah berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang listrik oleh
salah satu perusahaan Belanda (NV NIGM) yang ditandai dengan pendirian
pusat pembangkitan tenaga listrik (PLTU) yang berlokasi di Gambir.
Sejalan dengan pasang surutnya sejarah perjuangan bangsa, maka
pada masa pemerintahan Jepang NV NIGM (Belanda) diambil alih oleh
Pemerintah Jepang yang pada akhirnya dialihkan ke perusahaan Djawa Denki
Jogyosha Djakarta Shisha.
Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945, maka
dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang selanjutnya
dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan
namanya berubah menjadi NV OGEM. Kemudian dengan berakhirnya masa
konsesi NV OGEM Cabang Jakarta yang selanjutnya diikuti dengan
nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan
Tenaga No. U 16/9/I tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 01
Januari 1954 dilakukan serah terima dan pengelolaannya diserahkan ke
Perusahaan Listrik Jakarta dengan wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta
Raya dan Ranting Kebayoran & Tangerang.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahanpun terus bergulir
sesuai kronologi berikut ini:
1. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961,
dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU
PLN) khusus untuk wilayah Jakarta dengan nama Perusahaan
Listrik Negara Exploitasi XII.
2. Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62
tanggal 21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Exploitasi XII
dibagi menjadi 7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda.
3. Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN
Exploitasi XII meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, Jakarta
-
115
Kota, Kebayoran, Jatinegara & Cawang, Tangerang dan Cabang
Tanjung Priok pada tahun 1970.
4. Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status Perusahaan Listrik
Negara dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara.
5. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 01/Prt/1973 tanggal 23
Maret 1973, PLN Exploitasi XII dirubah menjadi Perum Listrik
Negara Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Kota,
Kebayoran, Jatinegara, Tanjung Priok, Tngerang dan Bengkel
Karet.
6. Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8
Agustus 1976, nama PLN Distribusi IV dirubah menjadi PLN
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (sesuai SE Direksi PLN No.
025/PST/1976 tanggal 17 April 1976).
7. Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang
pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978,
PLN yang semula bernaung di bawah Departemen PUTL dialihkan
menjadi di bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi.
8. Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan Unit
Kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
memiliki tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu unit pengatur
distribusi dan satu bengkel pemeliharaan kelistrikan. Dua yang
disebut terakhir adalah sebagai unsur penunjang.
9. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, PLN
yang dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi
PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.
10. Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka
Pemerintah meluncurkan kebijakan Restrukturisasi Sektor
Ketenagalistrikan sesuai Keputusan Menko WASPAN No.
39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta kebijakan PT PLN (Persero)
Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya &
-
116
Tangerang diarahkan kepada Stategic Business Unit/Investment
Centre.
11. Sehubungan dengan butir no. 10 di atas, maka Direksi PLN telah
mengeluarkan SK No. 161.K/010/DIR/2000 tanggal 05 September
2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi
Jakarta Raya dan Tangerang. Sesuai SK Direksi tersebut, maka
susunan organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut:
a. Unsur Pimpinan adalah General Manager
b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:
1. Pemasaran dan Pengembangan Usaha
2. Pelayanan Pelanggan
3. Komersil
4. Perencanaan
5. Operasi dan Pelayanan Gangguan
6. Pemeliharaan
7. Logistik
8. Teknologi Informasi
9. Keuangan
10. Akuntansi
11. Organisasi dan SDM
12. Hukum
13. Hubungan Masyarakat
14. Umum
c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern
d. Unit Pelayanan (UP)
e. Unit Pengelola Jaringan (UPJ)
f. Unit Gardu Induk
g. Unit Pengatur Distribusi (UPD)
12. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
No.010.K/010/DIR/2003 tanggal 16 Januari 2003 tentang
Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali, maka
-
117
susunan organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali
sebagai berikut :
a. Unsur Pimpinan adalah General Manager
b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:
1. Perencanaan
2. Distribusi
3. Niaga
4. Keuangan
5. SDM dan Organisasi
6. Komunikasi Hukum dan Administrasi
c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern
d. Area Pelayanan (AP)
e. Area Jaringan (AJ)
f. Area Pengatur Distribusi (APD)
g. Area Pelayanan dan Jaringan :
- Unit Pelayananan
- Unit Pelayananan Jaringan
- Unit Pelayananan dan Jaringan
4.3. PELUANG DAN KEUNGGULAN
4.3.1. Peluang
Tingginya pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang mencapai
11% sebelum terjadinya krisis moneter, merupakan suatu peluang bisnis yang
menjanjikan.
Pemulihan ekonomi yang mulai bergulir saat ini diharapkan dapat
mendongkrak pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang sempat
terpuruk pada tahun 1998. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan yang
bergerak naik dari -8,96% pada tahun 1998 menjadi 6,45% pada tahun 1999
dan sesuai perkiraan menjadi 12,75% pada akhir tahun 2000.
4.3.2. Keunggulan
Memiliki sistem kelistrikan yang andal, dengan dukungan sistem
Jaringan Tenaga Listrik (JTL) yang terdiri dari:
-
118
Sistem JTL yang lengkap yang terdiri dari JTM 11.510 Kms, JTR
25.087 Kms, Gardu Distribusi (GD) 11.006 unit, Gardu Hubung
(GH) 173 unit (status Januari 2003) dan konfigurasi jaringan yang
sedemikian rupa sehingga menjamin keandalan pasokan tenaga
listrik ke konsumen.
Tersebarnya Area-Area Pelayanan yang berjumlah 35 unit di
Wilayah Distribusi Jakarta dan Tangerang yang mendekati
konsentrasi pelanggan, sehingga menjamin kecepatan pelayanan
kepada masyarakat pelanggan.
4.4. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati
Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan
menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau
yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend (horizontal)
digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam
laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat
diketahui kecendrungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun
hasil-hasil (keuntungan) yang telah diperoleh perusahaan, apakah
meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Selain
itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam
menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen
yang dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam
analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai
tahun dasar dalam analisis trend adalah tahun 2003, dengan alasan bahwa
tahun 2003 adalah tahun awal dari penelitian. Terlihat dari lampiran terdapat
susunan neraca yang tidak lazim, hal ini terjadi karena perusahaan melihat
jumlah nilai yang terbesar dulu untuk mengetahui komposisi dari struktur
aktivanya. Berdasarkan panduan tata cara penyusunan laporan keuangan,
terdapat ketentuan yang mempersilakan tiap-tiap Area Jaringan dalam
penyusunan laporan keuangannya memakai cara-cara agar lebih mudah
dalam menginterpretasikannya. Hasil analisis trend terhadap laporan
-
119
keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati dapat dilihat pada gambar 3
dibawah ini.
0
100
200
300
400
500
600
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Aktiva lancar
Pekerjaan DalamPelaksanaanAktiva Tetap
Aktiva lain-lain
Utang Lancar
Ekuitas
Gambar 3. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005
Tabel 1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca (%)
Komponen 2003 2004 2005
Aktiva
Lancar
100 55 70
Pekerjaan
Dalam
Pelaksanaan
100
188
258
Aktiva
Tetap
100 98 115
Aktiva Lain
- lain
100 120 102
Utang
Lancar
100 110 510
Ekuitas 100 101 116
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode
2003 2005 (diolah)
-
120
Hasil analisis trend dari komponen neraca selama tahun 2003-2005
menunjukkan bahwa komponen pekerjaan dalam pelaksanaan menunjukkan
kecenderungan yang meningkat sebesar 158 %. Kenaikan ini terjadi karena
cepatnya laju pertumbuhan ekonomi di kawasan AJ Kramat Jati, terutama
maraknya pusat- pusat perbelanjaan baru yang memerlukan instalasi listrik
dengan segera.
Disisi pasiva kenaikan juga terjadi pada komponen utang lancar, di
mana kenaikan dari jumlah utang lancar selama periode 2003-2005
mencapai 410 %, kenaikan ini terutama disebabkan naiknya harga minyak
bumi pada pertengahan dan akhir 2005 sehingga utang usaha yang
merupakan komponen penyumbang terbesar pada jumlah utang lancar
meningkat drastis.
Tabel 2. Perkembangan Nilai Komponen laba Rugi (%)
Komponen 2003 2004 2005
Pendapatan
Bersih
100 113,33 126,67
Beban
Usaha
100 88,31 68,4
Rugi Bersih 100 87,4 58,9
0
20
40
60
80
100
120
140
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Pendapatan BersihBeban UsahaRugi Bersih
Gambar 4. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Laba-Rugi PT.
PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005
-
121
Analisa trend terhadap laba rugi memperlihatkan adanya penurunan
dari sisi rugi bersih yang diterima perusahaan dari periode 2003-2005
seperti yang terlihat dalam gambar 4. Penurunan ini disebabkan adanya
kenaikan dalam pendapatan bersih pada periode 2003-2005 dan penurunan
beban usaha sehingga mengurangi rugi bersih yang diperoleh perusahaan.
Penurunan terbesar rugi bersih perusahaan terjadi di 2005 dengan penurunan
rugi bersih sebesar 41,1 % dari tahun dasar.
4.5. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati
Analisis persentase per-komponen atau yang biasa dikenal dengan
analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan
dalam lima tahun terakhir. Jenis metode analisis ini disebut juga dengan
metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan
komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam
tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat hanya keadaan
keuangan pada tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi
investasi pada masing-masing aktiva, struktur permodalan serta komposisi
biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu
analisis ini juga merupakan pendukung analisis rasio didalam
menginterpretasikannya. Hasil analisis persentase per-komponen terhadap
laporan keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati terlihat pada gambar 5.
-
122
0102030405060708090
100
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Aktiva Lancar
Pekerjaan DalamPelaksanaanAktiva Tetap
Aktiva lain-lain
Gambar 5. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Aktiva Terhadap
Total Aktiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
Tabel 3. Perkembangan Nilai Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva (%)
Komponen 2003 2004 2005
Aktiva
Lancar
1 0,5 0,6
Pekerjaan
Dalam
Pelaksanaan
4
6,9
8
Aktiva
Tetap
94 92,2 91,1
Aktiva Lain
lain
1 0,4 0,3
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode
2003-2005 (diolah)
Hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan neraca
menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki
proporsi yang lebih besar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva
lancar dan aktiva lain-lain serta pekerjaan dalam pelaksanaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan selama periode ini lebih banyak
-
123
mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang.
Investasi yang dilakukan yakni penggantian minyak trafo dan pendirian gardu
induk baru untuk masa operasi 25 tahun ke depan.
Tabel 4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva (%)
Komponen 2003 2004 2005
Total Utang 1 1 4
Ekuitas 99 99 96
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003
-2005 (diolah)
0102030405060708090
100
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Total UtangEkuitas
Gambar 6. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
Disisi pasiva, komponen ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang
lebih besar terhadap total pasiva dibandingkan dengan total kewajibannya.
Selama empat periode terakhir tidak terjadi perubahan yang signifikan,
dimana jumlah ekuitas menurun sebesar 3 % pada tahun 2005 dibandingkan
tahun sebelumnya. Total utang yang meningkat sebesar 3 % pada tahun 2005
karena kenaikan utang lancar yang cukup besar. Disisi pasiva juga terlihat
-
124
komponen akun antar satuan administrasi, pada dasarnya nilai yang terdapat
dalam komponen tadi merupakan penilaian kembali atas aktiva tetap.
Tabel 5. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih
(%)
Komponen 2003 2004 2005
Pendapatan
Lain lain
0,9 0 10
Pendapatan
Bersih
7 9 15
Beban
Usaha
107,9 109 125
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003
2005 (diolah)
0
20
40
60
80
100
120
140
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Pendapatan Lain- lainPendapatan BersihBeban Usaha
-
125
Gambar 7. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005
Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa
komponen beban usaha merupakan komponen dengan proporsi penyumbang
terbesar terhadap rugi bersih. Di mana dalam komponen ini terdapat beban
fungsi distribusi yang terdiri dari perawatan/pemeliharaan atas sistem
distribusi yang terdiri atas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET),
trafo step up, trafo step down, gardu hubung dan gardu distribusi yang berada
dalam wilayah Area Jaringan Kramat Jati. Dalam gambar 7 terlihat angka
proporsi beban usaha terhadap rugi bersih yang rata-ratanya hampir 114 %.
Sedangkan komponen pendapatan usaha berfluktuatif dengan kecenderungan
yang meningkat di bandingkan dengan tahun dasar. Dalam laporan ini juga
terlihat bahwa pendapatan usaha perusahaan hanya didapatkan dari
penyambungan listrik pelanggan, sesungguhnya nilai tersebut sudah
merupakan jumlah dari penjualan listrik secara kumulatif dari tiap unit
pelayanan yang berada di bawah kontrol Area Jaringan Kramat Jati.
4.6. Analisis Rasio Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati
Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan
menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran
mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio
juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam
analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama
periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya dan juga
membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya
atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolok