Analisis Kinerja Keuangan
description
Transcript of Analisis Kinerja Keuangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi, perdagangan bebas, dan perkembangan teknologi
menimbulkan berbagai dampak hampir dalam semua bidang
kehidupan. Persaingan ketat antara berbagai bidang usaha terjadi.
Demikian halnya dalam bidang perbankan, tak luput dari kompetisi
antara bank-bank dan lembaga keuangan lainnya. Persaingan yang
sangat ketat menuntut bank-bank dan lembaga keuangan tersebut untuk
senantiasa berinovasi, mengembangkan produknya agar dapat tetap
bertahan dalam Industri perbankan. Industri perbankan Indonesia sendiri
masih belum pulih sepenuhnya akibat hantaman krisis ekonomi sejak
pertengahan tahun 1998. Berbagai indikator perbankan seperti Loan to
Deposit Ratio (LDR) mencapai 50-60 persen per tahun dan struktur dana
pihak ketiga yang masih didominasi oleh dana jangka pendek seperti
giro dan tabungan.
Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang mengelola dan
menghimpun dana masyarakat berupa giro, tabungan, deposito serta
menyalurkan kembali dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta
pemberian jasa lainnya. Untuk dapat memberikan kredit bank harus
mempunyai dana yang jumlahnya mencukupi, selanjutnya mengingat
dana di bank mempunyai fungsi yaitu sebagai alat likuid dan sebagai
barang yang diperdagangkan, maka dalam pemberian kredit tersebut
1
2
bank juga harus menjaga ketentuan-ketentuan likuiditas yang harus
dipenuhi baik
Penilaian kesehatan bank dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai
bank sentral, antara lain adalah penilaian likuiditas, penilaian modal, dan
ke mampuan untuk mencapai keuntungan (laba). Bank memiliki peranan
penting sebagai lembaga perantara keuangan, yakni dengan menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
dalam rangka memperoleh laba, bank melakukan ekspansi kredit dimana
hal ini menimbulkan suatu risiko kredit yang tidak terbayar oleh debitur
sehingga dapat mempengaruhi tingkat Return On Asset (ROA) bank
tersebut.
Di samping itu untuk mendukung posisi likuiditas suatu bank juga
ditentuan oleh Loan to Deposit Ratio. Loan to deposit ratio ini sendiri
merupakan perbandingan antara dana yang dihimpun oleh bank dari
masyarakat atau pihak ketiga dan kredit yang diberikannya.
Menurut ketentuan BI, yang dikutip dalam Info Bank – Majalah
Analisis – Stategi Perbankan, No. 308, Volume XXVI, LDR yang berkisar
antara 85 % - 110 % diberi nilai nol (netral), sedangkan angka diatas itu
diberi nilai negatif dan sebaliknya dibawah angka itu diberi nilai positif
untuk penilaian tingkat kesehatan bank. Untuk menghindari hal yang
merugikan bank, maka dalam rencana ekspansi kredit dari segi dana ini
dapat ditempuh melalui dua cara yaitu, pertama bank perlu secara agresif
mengumpulkan dana sampai sejumlah tertentu. Dan jumlah dana yang
3
dapat terkumpul tersebut diproyeksikan berapa besar volume kredit yang
dapat diberikan agar jangan sampai melanggar ketentuan LDR tersebut.
Faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio pada umumnya
disebabkan oleh menurunnya penyaluran kredit perbankan berupa terjadi
penurunan penawaran kredit oleh perbankan (supply side constraint).
Pendapat lain berargumentasi bahwa menurunnya penyaluran kredit
perbankan lebih disebabkan oleh menurunnya permintaan terhadap kredit
(demand side constraint) sebagai konsekuensi logis memberikan
pengaruh terhadap tingkat LDR suatu perbankan. Penyebab dari
perubahan LDR apakah berasal dari faktor menurunnya penyaluran kredit
meliputi permintaan kredit atau penawaran kredit serta dari faktor-faktor
yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas penulis beranggapan bahwa penelitian
mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap salah satu ratio likuiditas
dalam hal ini loan to deposit ratio (LDR) sangatlah penting untuk menilai
kesehatan bank dan membantu dalam kebijakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis
mengambil topik tersebut dengan judul : Analisis Loan To Deposit Ratio
Pada PT. Bank Central Asia Tbk.
B. Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan diatas maka
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut yaitu :
Apakah Analisis Loan To Deposit Ratio (LDR) dari tahun 2009 sampai
4
tahun 2013 pada PT. Bank Central Asia Tbk sudah berada diatas standar
ratio yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis Loan To
Deposit Ratio dari tahun 2009 sampai 2013 pada PT. Bank Central Asia
Tbk.
b. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Manajemen perbankan
khususnya pada perbankan yang ada di Makassar dalam hal
menyangkut Loan to Deposit Ratio (LDR)
2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya
Central Asia secara lebih mendalam.
D. Hipotesis
Berdasarkan masalah pokok dan landasan teori yang
dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diduga
bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. Bank Central Asia Tbk dari
tahun 2009 sampai 2013 masih dibawah standar ratio yang di tetapkan
Bank Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank
Bank merupakan perusahaan industri jasa karena produknya hanya
memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Secara umum
pengertian bank adalah suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana
masyarakat berupa giro, tabungan, deposito dan pemberian jasa bank
serta menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau pihak
yang membutuhkan dalam bentuk kredit.
Berdasarkan Undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998
tentang perubahan atas undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Lebih jauh lagi, dalam pasal 1 ayat 3 undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 tersebut dijelaskan bahwa Bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalulintas pembayaran.
Kemudian menurut Kasmir (2008:2),berpendapat bahwa Bank
merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke
masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Selanjutnya menurut Dendawijaya (2009:114), bank adalah suatu
badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan
yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak
yang membutuhkan atau kekurangan dana pada waktu yang ditentukan.
Adapun menurut G.M Verryn Stuart yang dikutip oleh Dendawijaya
(2009:25), bank adalah suatu badan yang bertujuan memuaskan
kebutuhan kredit baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan
uang yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.
Menurut Parera (2004:137), defenisi bank adalah sebagai berikut:
Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam undang-undang yang dimaksud
dengan bank adalah : badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.Cakupan
kegiatan operasional bank, sebagaimana diatur oleh ketentuan yang
berlaku, dapat bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:31.1), Bank adalah
lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana, serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas
pembayaran.
Sedangkan menurut Hasibuan (2011:2), pengertian Bank adalah
badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan
(financial assets) serta bermotif profit juga sosial, jadi bukan hanya
mencari keuntungan saja .
B. Jenis-jenis Bank
1. Bank berdasarkan fungsinya
a) Bank Umum
Menurut Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyatakan “Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran”.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bank umum antara lain:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro,deposito berjangka,sertifikat deposito, tabungan.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang
4. Membeli, menjual, menjamin resiko sendiri maupun kepentingan
dan atas perintah nasabahnya.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
kepentingan nasabah.
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank Berdasarkan Kepemilikannya
Menurut Kasmir (2008:36) jenis-jenis bank berdasarkan
kepemilikannya dibedakan menjadi dua yaitu bank milik
pemerintah dan bank milik swasta.
a) Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah adalah bank yang seluruh atau sebagian
modalnya dan akte pendiriannya didirikan oleh pemerintah.
b) Bank Milik Swasta
Bank milik pemerintah adalah bank yang seluruh atau sebagian
modalnya dan akte pendiriannya didirikan oleh swasta.
3) Bank Berdasarkan Status
Jenis-jenis bank berdasarkan status dibedakan menjadi dua yaitu
bank devisa dan bank non devisa.
a) Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dapat
memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri
dan sudah mendapat izin dari Bank Indonesia.
b) Bank Non Devisa
Bank non devisa adalah bank yang belum mendapat izin dari Bank
Indonesia untuk memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran
dalam dan luar negeri seperti bank devisa.
4) Bank Berdasarkan Cara Menentukan Harga
Jenis-jenis bank berdasarkan cara menentukan harga dibedakan
menjadi dua yaitu bank berdasarkan prinsip konvensional dan bank
berdasarkan prinsip syariah.
a) Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menetapkan bunga
sebagai harga dan mengenakan biaya dalam nominal atau
persentase tertentu (fee base) dalam mendapatkan keuntungan
dan menentukan harga produk bank.
b) Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah menggunakan aturan
perjanjian menurut hukum islam dalam pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Dari berbagai pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan bank adalah suatu badan usaha lembaga keuangan
yang menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, deposito, giro
dan jasa lainnya dan menyalurkan kembali dana yang tersimpan untuk
disalurkan kepada masyarakat.
C. Pengertian Kredit
1. Kredit
Kredit dalam arti ekonomi yang sederhana yaitu penundaan
pembayaran. Artinya, barang atau uang yang diterima sekarang
dikembalikan pada masa yang akan datang. Istilah kredit berasal dari
bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan dan kepercayaanlah
yang terkandung dalam perkreditan si pemberi dan penerima kredit.
Berdasarkan Undang-undang Perbankan RI No. 10 tahun 1998
tentang perbankan menjelaskan bahwa “kredit adalah penyediaan uang/
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan/
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut Kasmir (2008:102), menjelaskan bahwa kredit dapat berupa
uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang. Contoh
berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank membiayai kredit untuk
pembelian rumah. Kredit ini berarti nasabah tidak memperoleh uang tetapi
rumah, karena bank membayar langsung ke developer dan nasabah
hanya membayar cicilan rumah tersebut tiap bulan sesuai dengan
perjanjian atau akad kredit.
2. Tujuan dan Fungsi Kredit
Kasmir dalam buku yang sama (2008:105), memberi defenisi bahwa
pemberian kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang
tergantung pada tujuan bank itu sendiri. Dalam prakteknya tujuan
pemberian kredit adalah sebagai berikut:
a. Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan,
hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan
kepada nasabah.
b. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu nasabah yang
memerlukan dana, baik dan untuk investasi maupun dana untuk modal
kerja atau konsumsi. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan
dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik
bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.
c. Membantu Pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang.
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
bank semakin baik, mengingat semakin semakin banyak kredit berarti
adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan
diberbagai sektor terutama sektor rill.
Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dalam pemberian
kredit oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dari
bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha baru, sehingga
dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, bahwa sebahagian
besar yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi
barang dan jasa yang beredar dimasyarakat, sehingga masyarakat
memiliki banyak pilihan.
d. Menghemat devisa, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam
negeri dengan fasilitas kredit yang ada, jelas akan dapat
menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan devisa negara apabila kredit yang dibiayai adalah
keperluan ekspor.
Selain memiliki tujuan tersebut diatas, pemberian kredit juga
memiliki fungsi antara lain :
a. Untuk meningkatkan daya guna uang
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah maka tidak
akan menghasilkan sesuatu, dengan diberikannya kredit yang
tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa
bagi si penerima kredit.
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalulintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar
dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang
kekurangan uang akan memperoleh uang dari daerah lainnya.
c. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh debitur untuk
mengelolah suatu barang yang semula tidak berguna menjadi
bermanfaat, misalnya pengusaha meubel yang memperoleh dana
kredit.
d. Meningkatkan peredaran barang
Yaitu barang dari satu daerah ke daerah lain dapat beredar
sehingga jumlah barang dari satu wilayah ke wilayah lain
bertambah. Kredit untuk meningkatkan peredaran barang biasanya
kredit untuk perdagangan ekspor – impor.
e. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah
jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
f. Untuk meningkatkan gairah keusahaan
Bagi penerima kredit akan dapat meningkatkan gairah keusahaan
karena adanya tambahan modal yang banyak.
g. Untuk meningkatkan tambahan modal pendapatan
Yaitu semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin
baik karena jika sebuah pabrik diberikan kredit maka akan
menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
h. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama
dibidang lainnya sehingga dapat pula menciptakan perdamaian
dunia.
3. Jenis-jenis Kredit
Jenis-jenis kredit menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen
Perbankan (2003:76), yaitu :
a. Dilihat dari segi kegunaan:
1. Kredit Investasi
Yaitu kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan proyek atau usaha.
2. Kredit Modal Kerja
Yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
1. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi
dan investasi.
2. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi, misalnya
untuk perumahan, kredit mobil, dan sebagianya.
3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya dalam
memperluas usaha yang akan dikembangkan.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
1. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk
modal kerja.
2. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kredit ini biasanya berkisar antara satu tahun sampai
dengan tiga tahun, dan biasanya digunakan untuk melakukan
investasi.
3. Kredit jangka panjang
Yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang jangka
waktunya diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini
untuk investasi jangka panjang, seperti perkebunan kelapa sawit
atau manufaktur dan untuk konsumtif seperti kredit perumahan.
d. Dilihat dari segi jaminan
1. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan apakah
jaminan berbentuk barang berwujud, atau tidak berwujud, atau
jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan
dilindungi minimal seniali jaminan atau kredit tertentu jaminan
harus melebihi jumlah kredit yang diajukan calon debitur.
2. Kredit tanpa jaminan
Kredit tanpa jaminan, kredit ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur
selama berhubungan dengan bank.
D. Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja keuangan
Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2006:239), Kinerja merupakan
gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek pemasaran,
aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi,
maupun aspek sumber daya manusianya.
Sementara itu, Fahmi (2006:63) memberikan definisi sebagai
berikut: “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi strategic planning”.
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah suatu
bentuk prestasi pencapaian perusahaan dalam kegiatan operasional di
berbagai aspek sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
Jumingan (2006:239) menyatakan kinerja keuangan merupakan
gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik
menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang
biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas.
Sedangkan menurut Fahmi (2006:64) kinerja keuangan diartikan
sebagai refleksi gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan
dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas
yang telah dilakukan”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada suatu periode yang
menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.
2. Tujuan Kinerja Keuangan
Menurut Jumingan (2006:239) tujuan kinerja keuangan untuk
mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan. Dilihat dari
aspek kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya. Untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki untuk
menghasilkan profit secara efisien.
3. Manfaat Kinerja Keuangan
Pentingnya informasi serta manfaat kinerja perusahaan adalah
kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di
masa depan.
Dalam upaya meningkatkan produktivitas setiap perusahaan akan
bergerak untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Untuk itu setiap
perusahan harus melakukan pengukuran dengan skala-skala yang
ditetapkan oleh pihak manajemen melalui efektivitas dan efisiensi dalam
pengelolaan sumber daya perusahaan agar memperoleh keuntungan.
E. Metode Pengukuran Kinerja Keuangan
Jumingan (2006:239) pengukuran kinerja keuangan dapat dinilai
melalui kinerja keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan
merupakan tolak ukur yaitu rasio atau indeks yang menghubungkan dua
data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan antarprestasi
dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik
mengenai kondisi perusahaan dan prestasi perusahaan.Dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau
memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan terutama
apabila angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Menurut Hanafi (2005:42) pengukuran kinerja keuangan
merupakan salah satu rasio untuk menilai prestasi perusahaan atau
kinerja keuangan perusahaan adalah rasio profitabilitas yang
menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.
Rasio profitabilitas ini mengukur perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitable) pada tingkat penjualan, asset dan modal saham.
Menurut Kasmir (2008:197) pengukuran kinerja keuangan dapat
digunakan Hasil pengukuran yang dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk
menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama
mengalami kegagalan.
Dengan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pengukuran kinerja keuangan dapat digunakan dengan menggunakan
analisis rasio keuangan. Salah satunya yang digunakan sebagai
pembanding untuk menilai kondisi suatu perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profitable) yaitu melalui analisis profitabilitas.
Menurut Riyanto ( 2001:35 ) menjelaskan :
“Profibilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Profibilitas menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut”.
Menurut Hasibuan (2002:100) menjelaskan :
“Profibilitas Bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba
yang dinyatakan dalam persentase. Profibilitas pada dasarnya adalah laba
(rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit”.
F. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan
angka lainnya (Kasmir,2008:104). Analisis rasio keuangan adalah analisa
hubungan dari berbagai pos dalam berbagai laporan keuangan yang
merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan
dan hasil operasi suatu perusahaan (Munawir,2001:64)ataupun secara
kombinasi dari kedua kelompok tersebut.”
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat
menentukan tingkat kinerja suatu bank. Menurut Dendawijaya (2001:25)
rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
1. Rasio Likuiditas Bank
2. Rasio Solvabilitas Bank
3. Rasio Rentabilitas Bank
Ketiga rasio keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas Bank (Liquidity Ratio)
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
(Kasmir,2008:110).
Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai
kinerja suatu bank antara lain adalah (Kasmir,2008:221):
a. Cash Ratio
Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar
dengan harta likuid yang dimiliki bank tersebut (Kasmir,2008:224).
Standar Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 adalah 3%. Dengan rumus berikut :
Cash Ratio = Liquid Assets x 100%
Short Term Borrowing
b. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan
jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan
(Kasmir,2008:225). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Loan to Deposit Ratio = Total Loan x 100%
Total Deposit + Equity
c. Loan to Asset Ratio
Loan to Asset Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki
bank. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan makin rendahnya tingkat
likuiditas bank (Kasmir,2008:224). Rasio ini dirumuskan yaitu:
Loan to Asset Ratio = Total Loans x 100%
Total Assets
d. Investing Policy Ratio
Investing Policy Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para
deposannya dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang
dimilikinya (Kasmir,2008:222). Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula
tingkat likuiditas bank tersebut. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
Investing Policy Ratio = Securities x100%
Total Deposit
e. Banking Ratio
Banking ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang
disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Rumus untuk menghitung
rasio ini adalah:
Banking Ratio = Total Loans x100%
Total Deposit
2. Rasio Solvabilitas Bank
Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam
mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan
rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat
efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut (Kasmir,2008:229). Analisis
solvabilitas merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi
likuidasi bank.
Rasio-rasio yang diuraikan dalam rasio ini adalah:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.
Standar Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 adalah 8%. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
CAR = Equity Capital x 100%
Total Loans + Securities
b. Risk Assets Ratio
Risk Assets Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemungkinan penurunan risk assets. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
Risk Assets Ratio = Equity Capital x 100%
Total Assets – Cash Assets – Securities
c. Primary Ratio
Primary Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana
penurunan yang terjadi dalam total aset dapat ditutupi oleh modal sendiri.
Rasio ini dirumuskan:
Primary Ratio = Equity Capital x 100%
Total Assets
3. Rasio Profitabilitas (Rentabilitas) Bank
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Analisis profitabilitas sangat diperlukan bagi investor jangka panjang.
Analisis rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Analisis rasio yang akan digunakan adalah
(Kasmir,2008:234):
a. Net Profit Margin Ratio (NPM)
Merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari
kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena
semakin tinggi laba dari bank tersebut. Rumus rasio ini adalah:
Net Profit Margin Ratio = Net Income x 100%
Operating Income
b. Return on Equity (ROE)
Return on Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk
mendapatkan net income (Kasmir.2008:236). Standar Bank Indonesia
untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:
6/10/PBI/2004 adalah 5%-12,5%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
ROE = Net Income x 100%
Equity Capital
c. Return on Asset (ROA)
Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial efisiensi
secara overall (Kasmir,2008:237). Standar Bank Indonesia untuk rasio ini
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 adalah
0,5%-1,25%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Earning Before Tax x 100%
Total Assets
d. Return on Investment (ROI)
Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam bank. ROI juga
merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya (Kasmir,2008:202). Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin
kurang baik, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk menghitung ROI
adalah:
ROI = Earning After Interest and Tax x 100%
Total Assets
e. Interest Expense Ratio
Interest Expense Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase antara bunga yang dibayar kepada para
deposannya dengan total deposit yang ada di bank. Rasio ini dihitung
dengan rumus:
Interest Expense Ratio = Interest Expense x 100%
Total Deposit
G. Pengertian dan Standarisasi Loan To Deposit Ratio (LDR)
1. Pengertian LDR
Dalam mengukur tingkat kesehatan bank dan juga informasi
mengenai likuiditas bank, pada umumnya digunakan berbagai macam
variable analisis salah satunya yaitu analisis rasio Loan to Deposit Ratio.
Menurut Dendawijaya (2001:118) dalam bukunya Manajemen
Perbankan, Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara besarnya seluruh
volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari
berbagai sumber.
LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh
nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
menjadi semakin besar.
LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut
berupa call money yang harus dipenuhi pada saat adanya kewajiban
kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan. LDR dihitung dari perbandingan antara total kredit yang
disalurkan dengan dana pihak ketiga tambah modal inti ditambah
pinjaman kredit dari bank indonesia . Total kredit yang dimaksud adalah
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada
bank lain). Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro,
tabungan dan deposito (tidak termasuk antarbank). Standar terbaik LDR
adalah diatas 85% - 110%
2. Standarisasi LDR
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010 –
tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia
mewajibkan tingkat LDR bank berada di kisaran 85%-110%. Jika ada
bank yang tingkat LDR-nya di bawah 85% maka BI akan meminta untuk
menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,1% dari jumlah
simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap 1% nilai kelebihan LDR
yang dialami bank. Sementara bank yang LDR-nya di atas 110% maka BI
akan meminta untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM)
sebesar 0,2% dari jumlah simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap
1% nilai kelebihan LDR yang dialami bank. Adapun perhitungan GWM
LDR dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut :
1. Bank yang memiliki LDR di dalam kisaran LDR target
memiliki GWM LDR sebesar 0%.
2. Bank yang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR
diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter
Disinsentif Bawah sebesar 0,1 dengan selisih LDR bank dari batas
bawah LDR target.
3. Bank yang LDR-nya lebih dari batas atas LDR akan
diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter
Disinsentif Atas sebesar 0,2 dengan selisih LDR bank dari batas atas
LDR target.
4. Dalam hal LDR Bank lebih besar dari batas atas LDR Target
dan KPMM Bank sama atau lebih besar dari KPMM Insentif, maka
GWM LDR Bank adalah sebesar 0% (nol persen) dari DPK dalam
rupiah.
H. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi LDR
Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak luput dari suatu faktor yang
mempengaruhi tingkat perubahan rasio yang dihasilkannya.
Menurut Marsuki (2005:36,61), faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat LDR suatu bank adalah :
1. Menurunnya penyaluran kredit produksi.
2. Banyaknya kredit yang disalurkan ke sektor konsumsi.
3. Ketatnya peraturan BI memberikan kelonggaran menyalurkan kredit
4. Nilai asset yang dimiliki perbankan nasional adalah 50% lebih masih
merupakan pinjaman dari obligasi rekap.
Menurut Lukman Dendawijaya dalam bukunya Manajemen
Perbankan Edisi Kedua (2005), faktor yang menyebabkan tingkat LDR
suatu bank disebabkan karena merger yang dilakukan pada bank, karena
adanya perbedaan LDR yang signifikan antara sebelum dan sesudah
merger. Tingkat likuiditas berdasarkan rasio LDR sesudah merger lebih
baik daripada sebelum merger.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di PIPM Jl.A.P.Pettarani. Data penelitian
yang digunakan adalah data keuangan PT.Bank Central Asia Tbk dari
tahun 2009 sampai tahun 2013, waktu penelitian mulai bulan Januari
sampai bulan Maret 2014.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Jenis data
- Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi
baik lisan maupun tulisan,
- Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa
angka-angka.
b. Sumber data
- Data primer adalah data yang bersumber dari hasil observasi dan
wawancara dengan pimpinan dan karyawan bank,
- Data sekunder yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap
bahan bacaan dan literatur yang ada kaitannya dengan penulisan.
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu pengumpulan data dengan cara menilai dan menelaah beberapa
bahan bacaan yang relevan dengan masalah pokok yang akan dibahas
dalam penelitian.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu dengan cara mengumpulkan data empiris dengan cara sebagai
berikut :
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan pada
objek penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan.
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab
dengan pimpinan dan
karyawan bank untuk mendapatkan data yang diperlukan.
- Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dari semua data informasi.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis deskriptif, digunakan untuk menjelaskan
perkembangan tingkat LDR selama beberapa tahun terakhir.
2. Analisis Loan to Deposit Ratio, menurut
Dendawijaya (2005:147)
analisis LDR menggunakan rumus sebagai berikut :
Pinjaman yang diberikan (LDR) = ----------------------------------------------------- x 100%
Dana pihak ke tiga + KLBI + Modal Inti
3. Standar Ratio Loan To Deposit Ratio 85 % - 110
% sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah PT Bank Central Asia Tbk
NV Perseroan dagang dan industri Semarang Knitting Factory
berdiri sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA). BCA mulai
beroperasi sebagai anak usaha Semarang Knitting Factory pada 21
Februari 1957, berkantor pusat di Jakarta. BCA memperkuat jaringan
layanan cabang pada tahun 1980an, dan sebagai hasilnya didirikanlah
BCA Cabang Makassar pada 24 Maret 1980. Tahun 1977 BCA
berkembang menjadi Bank Devisa. Pada tahun 1970an sejalan dengan
deregulasi sektor perbankan di Indonesia, BCA mengembangkan
jaringan kantor cabang secara luas. Pada tahun 1980an BCA
mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun
penerapanteknologi informasi, seperti menerapkan online system untuk
jaringankantor Cabang BCA, selain itu BCA juga meluncurkan Tabungan
Hari Depan (Tahapan) BCA. Pada tahun 1990 BCA mengembangkan
alternative jaringan layanan melalui ATM BCA(Anjungan Tunai Mandiri
atau Automated Teller Machine) yang berkembang secara pesat. Pada
tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di berbagai tempat
di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara
terus-menerus dan intensif.
. Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter. Seiring
dengan kerusuhan massal pada bulan Mei 1998, terjadi rusuh terhadap
beberapa kantor cabang BCA, terutama di Jakarta. Pada tahun 1999
BCA menjadi BTO (Bank Taken Over) dan disertakan dalam program
rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh BPPN (Badan
Penyehatan Perbankan Nasional). Proses rekapitalisasi BCA selesai,
dan sebagian besar kredit yang diberikan BCA dipertukarkan dengan
obligasi pemerintah. Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN,
menguasai 92,8 persen saham BCA. Pada tahun 2000 BPPN melakukan
divestasi 22,5 persen dari seluruh saham BCA melalui penawaran
saham publik perdana (IPO), sehingga kepemilikan BPPN berkurang
menjadi 70,3 persen. Penawaran publik kedua sebesar 588.800.000
lembar saham BCA (10% dari total saham BCA). Kepemilikan BPPN atas
BCA berkurang lagi menjadi 60,3 persen pada tahun 2001. Farindo
Investments (Mauritius) Limited mengambil alih 51 persen total saham
BCA melalui proses tender strategic private placement pada tahun
2002. BPPN melakukan divestasi atas 1,4 persen saham BCA kepada
investor domestik melalui penawaran terbatas (2004). Bank Central
Asia yang juga dikenal dengan nama BCA sejak pertama kali didirikan
senantiasa mengalami kemajuan, hal ini dapat dilihat dari total aset yang
dimiliki BCA selalu mengalami peningkatan.
B. Visi dan Misi PT Bank Central Asia Tbk.
Visi dan misi PT Bank Central Asia Tbk adalah menjadi bank pilihan
utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting
perekonomian Indonesia. Sedangkan misinya yaitu :
a. Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian
pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan
perseorangan.
b. Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan
finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi
nasabah.
c. Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA.
Selain mempunyai visi dan misi PT Bank Central Asia Tbk juga
mempunyai tata nilai dalam memenuhi kebutuhan nasabah nya yaitu
fokus pada nasabah,Integritas, Kerjasama Team dan berusaha
mencapai yang terbaik.
C. Struktur Organisasi PT. Bank Central Asia Tbk.
Organisasi secara sederhana dapat didefenisikan sebagai suatu
kelompok individu untuk mencapai suatu tujuan yang sama, baik tujuan
jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Dalam melakukan
kerjasama diperlukan suatu pola yang mengatur hubungan individu-
individu, fungsi-fungsi yang mencerminkan posisi dan tanggung jawab
dalam organisasi tersebut. Hal inilah yang dikenal sebagai struktur
organisasi. Dengan demikian struktur organisasi dapat memberikan
penjelasan tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
dalam organisasi.
Organisasi menghadapi berbagai tantangan baik yang berasal dari
dalam diri organisasi maupun yang berasal dari lingkungan yang.
Tantangan penyebab perubahan yang berasal dari dalam diri organisasi
misalnya volume kegiatan yang bertambah banyak, perluasan wilayah
kegiatan, tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, sikap serta perilaku
para pegawai. Tantangan penyebab perubahan yang berasal dari
lingkungan misalnya adanya peraturan baru, perubahan kebijaksanaan,
perubahan selera masyarakat terhadap produk bank.
Adapun struktur organisasi PT. Bank Central Asia Tbk dapat dilihat
pada halaman berikut :
Gambar I
Gambar data : Struktur Organisasi PT. Bank Central Asia Tbk 2013
STRUKTUR ORGANISASI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)
KANTOR CABANG MAKASSAR
BRANCH MANAGER KEPALA CABANG
SEKRETARY Sekretaris
DBM OPERATING DBM Operasional
DBM RETAIL DBM Ritel
Costumer Service Kasi Layanan
Nasabah Costumer Service Layanan Nasabah
ACCOUNT S. H Kasi Akuntasi
Teller Service S.H Kasi Layanan Teller
Teller Service Layanan Teller
Loan Service S.H Kasi Layanan Kredit
Loan Service Layanan Kredit
Proccessing S.H Kasi Proses Transaksi
Transaction Proccessing Pemprosesan Transaksi
Loan Admin. S.H Kasi Administrasi Kredit
Loan Admin Administrasi Kredit
Branch Admin. S.H Kasi Umum
General Branch Administrasi Umum
Bookkeeping & Control Pembukuan & Kontrol
Financial Reporting Analisis & Pelaporan
ABM RECOVERY ABM Pembinaan &
Penyelamatan Kredit
PENYELIA
Pembinaan & Penyelamatan Kredit
STRUKTUR ORGANISASIPT.BANK CENTRAL ASIA Tbk.
D. Fungsi dan Tanggung Jawab
Fungsi dan tanggung jawab kantor cabang dalam pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a. Branch Manager (Kepala Cabang)
Bertanggung jawab kepada Direksi, dengan fungsi pokok
melaksanakan penyelenggaraan usaha Bank di wilayah kantor
cabang.
b. Deputi Branch Manager (Wakil Kepala Cabang)
Bertanggung jawab kepada kepala cabang, dengan fungsi pokok
membantu Kepala Cabang dalam pengelolaan kegiatan usaha bank
khususnya mengenai tugas-tugas yang oleh unit kerja/seksi.
c. Asistan Branch Manager Ratail Service (Pejabat Pembantu
Pimpinan Cabang Bidang Pelayanan Retail)
Bertanggung jawab kepada kepala cabang, dengan fungsi pokok
membantu kepala cabang dalam melaksanakan pengelolaan dana
bank di kantor cabang, yang meliput pengumpulan dan penanaman
dana agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan
usaha bank. Seksi ini membawahi Unit pelayanan Nasabah (Costumer
Service, Marketing, Teller Service). Unit pelayanan Kredit (Loan
Service), yang merupakan garis terdepan pelayanan nasabah (Front
Liner).
d. Asistan Branch ManagerLoan Recoveryt (Pejabat Pembantu
Pimpinan Cabang Bidang Pengawasan dan Pembinan Kredit)
Bertanggung jawab kepada kepala cabang, dengan fungsi pokok
Membantu kepala cabang dalam melakukan pengawasan dan
pembinaan kredit, termasuk penyelesaian kredit.
e. Loan Administration Section
Bertanggung jawab kepada wakil kepala cabang, dengan fungsi pokok
sebagai unit penilaian dan administrasi kredit termasuk bertanggung
jawab atas administrasi dokumen dan barang jaminan.
f. Administration Branch Manager
Bertanggung jawab langsung kepada kepala cabang, dengan tugas
pokok menangani kegiatan administrasi kantor, pelaporan,
pembukuan, pemeriksaan, control dan kearsipan.
g. General Branch Manager Administration Section
Bertanggung jawab langsung kepada wakil kepala cabang, dengan
fungsi pokok sebagai Unit Supporting Kantor Cabang dan pengelolaan
sumber daya manusia (SDM) kantor cabang.
h. Transaction and Processing Section
Bertanggung jawab langsung kepada wakil kepala cabang, dengan
tugas utama bertanggung jawab dalam mengelola data transaksi
kantor cabang.
i. Loan Service Section
Sebagai salah satu seksi garis depan (Front Liner) bertanggung jawab
kepada ABM Retail Service dengan fungsi utama pengelolaan
penyaluran kredit kantor cabang.
j. Teller Service Section
Bertanggung jawab kepada ABM Retail Service sebagai pelayanan
transaksi nasabah dan debitur (Front Liner).
E. Produk dan Jasa PT.Bank Central Asia Tbk.
Bagi komunitas bisnis, terutama para pelaku UKM, PT.Bank
Central Asia menyediakan jajaran produk dan jasa yang dirancang khusus
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk dan jasa ini, antara lain :
a. Produk Simpanan
1. Tahapan BCA : tabungan hari depan unggulan BCA
2. Tahapan Gold : tabungan dengan segala fasilitas
3. Tapres : tabungan menggunakan kartu dan setiap bulan akan
diterbitkan rekening koran.
4. BCA Dollar adalah simpanan masyarakat pada BCA dalam mata
uang dollar Amerika (USD) atau dollar Singapura (SGD).
5. Deposito Berjangka simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya
dalam jangka waktu tertentu.
6. Giro : simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek..
b. Bancassurance
Bancassurance adalah bentuk pemasaran beragam produk
asuransi yang ditunjuk oleh PT.Bank Central Asia Tbk sebagai sarana
distribusi, BCA sebagai agen pemasar dari produk-produk asuransi
PT AIA financial.
c. Kartu Kredit
Kartu kredit (credit card) merupakan alat berbentuk kartu
yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat
digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan
jasa. Kartu kredit yang ditawarkan oleh BCA yaitu :
1. BCA Card
2. BCA Master Card
3. BCA Visa
4. BCA JCB
5. Astra World BCA Card
d. Perbankan Elektronik
1. Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BCA
Adalah salah satu layanan elektronik Banking BCA
2. Debit BCA
adalah salah satu layanan elektronik banking BCA yang berbelanja
tanpa harus menggunakan uang tunai.
3. Tunai BCA
4. Flazz layanan elektronik banking untuk transaksi dengan cepat .
5. EDC BIZZ
transaksi non tunai di outlet merchant dengan menggunakan kartu
BCA BIZZ dan key BCA.
6. Internet Banking
transaksi perbankan melalui PC yang terhubung dengan internet.
Layanan ini diberi nama Klik BCA.
7. Mobile Banking
transaksi perbankan melalui telepon selular/handphone/mobile
phone, media sms (Short Message Services).
8. Halo BCA
Halo BCA adalah layanan hotline 24 jam memberi layanan
informasi, mendengarkan keluhan, serta memberi alternatif
solusi masalah nasabah.
9. Phone Banking
Phone banking adalah produk perbankan elektronik yang
disediakan membantu nasabah untuk dapat menerima layanan
informasi perbankan dan melakukan transaksi finansial non
tunai melalui pesawat telepon.
e. Kredit Konsumen
1. Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
Adalah pinjaman jangka panjang dengan tujuan untuk
membiayai pembelian rumah, perbaikan/renovasi rumah, atau
pembelian ruko untuk dihuni sendiri.
2. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).
Adalah pinjaman yang diberikan guna keperluan pembelian
kendaraan bermotor dalam kondisi baru untuk keperluan pribadi.
3. Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)
Kredit kepemilikan apartemen adalah pinjaman jangka panjang
yang disediakan khusus untuk membiayai pembelian apartemen.
4. KPR Xtra
KPR Xtra adalah pemberian KPR yang ditujukan untuk
pembelian/ renovasi rumah/apartemen dimana debitur dapat
menentukan sendiri komposisi pembayaran angsurannya.
5. Kredit Refinancing.
Kredit refinancing adalah kredit jangka panjang di mana tujuan
penggunaan dananya disesuaikan dengan kebutuhan konsumtif
debitur dengan jaminan Tanah Bangunan.
f. Layanan Transaksi perbankan
1. Safe deposit box
Safe deposiy box Adalah tempat penyimpanan barang
disewakan oleh bank kepada nasabah dalam jangka waktu
satu tahun.
2. KU (Kiriman Uang) dan Remittance
KU adalah jasa yang diberikan oleh PT. Bank Central Asia
Tbk untuk pengiriman/penerimaan uang rupiah ke/dari bank lain di
dalam negeri dengan pemberitahuan secara elektronis yang
menggunakan internet online.
3. Bank notes
Adalah uang kertas asing yang merupakan alat pembayaran yang
resmi dan sah dari suatu negara yang memiliki nilai tukar dan
dapat diperjual belikan.
4. Kliring
Kliring adalah proses pertukaran antar warkat, antar bank
peserta, dalam wilayah yang sama yang diselenggarakan oleh
lembaga kliring.
5. Inkaso dan Collection.
Inkaso adalah jasa penagihan yang dilakukan berdasarkan suatu
warkat (cek/BG) kepada pihak yang wajib membayar/pihak.
Collection adalah jasa yang diberikan oleh bank untuk
melakukan penagihan atas suatu warkat kepada pihak yang
wajib membayar / pihak tertagih.
6. Travellers Cheque
Travellers Cheque adalah suatu alat pembayaran atas nama
pembeli yang berfungsi sebagai pengganti uang tunai.
7. Virtual Account
Virtual Account adalah rekening khusus yang diberikan kepada
pelanggan dari suatu perusahaan/company partner untuk
digunakan sebagai sarana pembayaran tagihan dengan cara setor
tunai, pemindahbukuan, LLG, RTGS, ke rekening tersebut.
8. Payroll
Payroll adalah fasilitas yang diberikan oleh BCA kepada
nasabah bisnis untuk melakukan transaksi pembayaran gaji
karyawan dengan cara upload file melalui Klik BCA Bisnis atau
mengirimkan disket data Payroll ke BCA.
9. Autodebet
Autodebet adalah fasilitas autodebet rekening nasabah dari suatu
perusahaan yang memiliki kerjasama dengan BCA.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kredit Yang Disalurkan PT. Bank Central Asia Tbk.
PT. Bank Central Asia Tbk dalam setiap pemberian kreditnya
diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan
yang merupakan unsur utama dalam kredit benar-benar terwujud
sehingga kredit yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjamin
pengembalian kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan
perjanjian.
Adapun penyaluran dana pada PT.Bank Central Asia Tbk dalam
bentuk komposisi kredit dalam jenis debitur , yaitu diantaranya :
1. Kredit Korporasi
Kredit korporasi adalah pinjaman berjangka waktu (kredit) yang
diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan/dunia usaha skala besar
(korporasi) dalam nominal / jumlah sangat besar (pada umumnya kredit ini
dalam satuan milyar rupiah). Adapun kredit korporasi Bank BCA yang
disalurkan dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :
Tabel 1 : Ikhtisar Kredit Korporasi (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Kredit Korporasi Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 47.719 13,3 % - -2010 56.253 15,7 % 8.534 17,8 %2011 71.786 19,9 % 15.533 27,6 %2012 84.815 23,6 % 13.029 18,1 %2013 98.418 27,5 % 13.603 16,1 % Jumlah 358.991 100 % Rata-rata 19,9 %
PT. Bank Central Asia mencatat kredit korporasi yang signifikan yakni
tahun 2009 sebesar Rp. 47.717 Milyar dan 2010 tumbuh 17,8 % sebesar
Rp. 56.253 milyar. Tahun 2011 mengalami peningkatan 19,9 % yaitu
71.786 milyar. Dan tumbuh 27,5 % menjadi Rp 98.418 milyar per
Desember 2013, dari Rp 84.815 milyar per Desember 2012 Kredit
korporasi mengalami peningkatan tiap tahun nya dengan rata-rata
peningkatan 19,9 % pertahunnya, ini dikarenakan Sentra Bisnis
Komersial (SBK) yang terus dikembangkan dalam upaya BCA untuk
menangkap peluang usaha. Tetapi unsur kehati-hatian mesti
diutamakan karena fluktuasi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar yang
tidak stabil, sehingga perlu mengerem laju pertumbuhan kredit agar tidak
menjadi kredit bermasalah.
2. Kredit Komersial
Kredit komersial yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar
kegiatan nasabah yang bidang usahanya adalah perdagangan (ditujukan
untuk membiayai kebutuhan dunia usaha), baik dalam bentuk kredit
revolving maupun kredit dalam bentuk nonrevolving.
Kredit Revolving adalah pinjaman yang setelah dilunasi masih
dapat digunakan lagi untuk transaksi berikutnya. Contohnya kartu
kredit.
Kredit Non Revolving adalah kredit yang setelah dilunasi tidak
dapat
digunakan lagi. Contohnya KTA dan KPR.
Adapun kredit komersial Bank BCA yang disalurkan dari tahun
2009-2013 sebagai berikut :
Tabel 2 : Ikhtisar Kredit Komersial (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Kredit Komersial Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 23.081 10,1 % - -2010 31.271 13,8 % 8.190 35,4 %2011 44.710 19,7 % 13.439 42,9 %2012 59.295 26,1 % 14.585 32,6 %2013 68.854 30,3 % 9.559 16,2 % Jumlah 227.219 100 % Rata-rata 31,7 %
Dari tabel diatas Bank BCA mencatat outstanding kredit Komersial pada
tahun 2009 sebesar yang sebesar Rp. 68.854 milyar,pada tahun 2010
kenaikan 13,8 % dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 44.710 milyar.
Sedangkan pada tahun 2013, pertumbuhannya mencapai 16,2 % dari
nilai 59.295 milyar pada tahun sebelumnya. Kredit komersial juga
mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan 31,7
% pertahun. Adanya peningkatan dikarenakan penurunan pada suku
bunga kredit komersial yang merupakan salah satu indikator ekonomi
yang tidak lepas dari peran Bank Indonesia.
3. Kredit UKM
Kredit yang diberikan untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dan
mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional,
oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil
pembangunan. Adapun kredit UKM Bank BCA yang disalurkan dari tahun
2009-2013 sebagai berikut :
Tabel 3 : Ikhtisar Kredit UKM (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Kredit UKM Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 23.927 12,8 % - -2010 28.705 15,5 % 4.778 19,9 %2011 34.309 18,5 % 5.604 19,5 %2012 42.365 22,8 % 8.056 23,4 %2013 56.437 30,4 % 14.072 33,2 % Jumlah 185.743 100 % Rata-rata 24 %
Dari data diatas Kredit UKM juga mengalami peningkatan tiap tahun
nya rata-rata 24 % pertahun. Pada tahun 2009 total kredit UKM sebesar Rp.
23.927 milyar, tahun 2010 sebesar Rp. 28.705 milyar dan tahun 2011
mengalami peningkatan 19,5 % sebesar Rp. 34.309 milyar. Pada tahun
2012 mengalami peningkatan 22,8 % yaitu sebesar Rp.42.365 Milyar. Bank
Central Asia mencatatkan kredit UKM sebesar 30,4 % yaitu 56.437 milyar
tahun 2013. Meski persaingan cukup ketat untuk penyaluran kredit usaha
kecil menengah (UKM) tetapi perseroan masih menjadi potensi cukup
besar untuk penyaluran kredit UKM dengan adanya kestabilan ekonomi
yang semakin baik tiap tahunnya.
4. Kredit Konsumer
Kredit konsumer adalah fasilitas kredit yang di berikan oleh pihak
bank yang di peruntukan untuk konsumsi secara pribadi, lebih tepatnya
yaitu Kredit konsumtif. Kredit konsumer hanya di berikan kepada
perorangan yang ingin mendapatkan bantuan uang yang akan di belikan
barang tidak bergerak seperti rumah dan barang bergerak yaitu
kendaraan mobil atau motor. Adapun kredit Konsumer Bank BCA yang
disalurkan dari tahun 2009 - 2013 sebagai berikut :
Tabel 4 : Ikhtisar Kredit Konsumer (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Kredit Konsumer Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 27.690 10,3 % - -2010 36.532 13,5 % 8.842 31,9 %2011 50.281 18,6 % 13.749 37,6 %2012 68.926 25,4 % 18.645 37,1 %2013 86.984 32,2 % 18.058 26,2 % Jumlah 270.413 100 % Rata-rata 33,2 %
Berdasarkan data diatas pada tahun 2013 penyaluran kredit
Konsumer sebesar 86.984 milyar mengalami peningkatan sebesar 26,2 %
dari Rp. 69.926 milyar pada tahun 2012. Begitu pula pada tahun – tahun
sebelumnya mengalami peningkatan dengan rata-rata perkembangan
sebesar 33,2 %. Hal ini menjunjukkan, PT. Bank Central Asia Tbk dalam
penyaluran kredit Konsumer cukup bagus dilihat dari perkembangan dari
tahun-ketahun yang terus meningkat.
5. Kredit Pegawai
Kredit pegawai adalah fasilitas pemberian kredit yang ditujukan
kepada PNS, POLRI, atau TNI. Dengan kebijaksanaan bank, pegawai
swasta pada instansi tertentu dapat pula diberikan. Kredit ini digunakan
untuk konsumtif, investasi, maupun modal kerja. Adapun kredit pegawai
Bank BCA yang disalurkan dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :
Tabel 5 : Ikhtisar Kredit Pegawai (dalam Milyar Rupiah)
Tahun Kredit Pegawai Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 1.179 18,3 % - -2010 1.203 18,6 % 24 2,1 %2011 1.183 18,2 % 20 1,6 %2012 1.312 20,3 % 129 10,9 %2013 1.597 24,6 % 285 21,7 % Jumlah 6.474 100 % Rata-rata 8,2 %
Berdasarkan tabel diatas, jumlah kredit pegawai tahun 2013
sebesar Rp. 1.597 milyar dimana pada tahun 2012 sebelumnya hanya
sebesar Rp. 1.312 milyar atau terjadi peningkatan sebesar 21,7 %.
Sedangkan pada tahun 2011 jumlah kredit yang disalurkan sebesar 1,1
trilyun terjadi penurunan dengan persentase penurunan sebesar 1,6 %.
Ini menunjukkan bahwa kredit tersebut belum maksimal dalam
penyalurannya dilihat dari tahun ke tahun yang tidak menentu
perkembangannya.
Perkembangan keseluruhan total kredit diatas dapat dilihat pada
tabel Analisis Pemberian Kredit dari tahun 2009-2013 berikut ini :
Tabel 6 : Ikhtisar Total Kredit (dalam Milyar Rupiah )
Kredit 2013 2012 2011 2010 2009Korporasi 98.418 84.815 71.786 56.253 47.719Komersial 68.854 59.295 44.710 31.271 23.081UKM 56.437 42.365 34.309 28.705 23.927Konsumer 86.984 68.926 50.281 36.532 27.690Pegawai 1.597 1.312 1.183 1.203 1.179Jumlah 312.290 256.778 202.778 153.923 123.901
Dari tabel diatas maka dapatlah dihitung kenaikan dan penurunan
total kredit yang terjadi dari tahun 2009 – 2013 sebagai berikut :
Tabel 7 : Ikhtisar Persentase Kredit Yang Disalurkan (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Kredit yang Disalurkan Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 123.901 11,8 % - -2010 153.923 14,6 % 30.022 24,2 %2011 202.778 19,3 % 48.855 31,7 %2012 256.778 24,5 % 54.000 26,6 %2013 312.290 29,8 % 55.512 26,6 % Jumlah 1.049.670 100 % Rata-rata 27,2 %
Dapat dilihat bahwa Kredit yang disalurkan terendah Bank BCA
pada tahun 2009 sebesar 11,8 % dan kredit yang disalurkan tertinggi
yaitu pada tahun 2013 sebesar 29,8 %.Namun dapat dilihat bahwa Kredit
yang disalurkan Bank Central Asia setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan dengan rata-rata peningkatan 26,1 % pertahun yang artinya
peningkatan kredit yang dikeluarkan terus meningkat.
B. Analisis Dana Pihak Ketiga PT. Bank Central Asia Tbk.
Selain penyaluran kredit, ada pula dana pihak ketiga yang dihimpun
oleh bank tersebut. Dana-dana masyarakat tersebut berupa :
1. Giro
Giro adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, BG,
atau surat perintah penarikan lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Sedangkan Jumlah Giro yang dimaksud adalah total keseluruhan Giro
yang dihimpun oleh bank dalam periode tertentu. Adapun Giro Bank BCA
yang terhimpun dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :
Tabel 8 : Ikhtisar Total Giro (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Giro Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 51.641 13,2 % - -2010 63.991 16,4 % 12.350 23,9 %2011 76.020 19,5 % 12.029 18,7 %
2012 96.456 24,6 % 20.436 26,8 %2013 103.157 26,3 % 6.701 6,9 % Jumlah 391.265 100 % Rata-rata 19,1 %
Berdasarkan tabel diatas, terlihat dari tahun ketahun bahwa giro
mengalami peningkatan dari 2009 sebesar Rp. 51.641 milyar dengan
kenaikan 23,9 % pada tahun 2010 , dan peningkatan terbesar terjadi pada
tahun 2012 sebesar 26,8 % sedangkan peningkatan terendah terjadi pada
tahun 2013 sebesar 6,9 %. Ini menunjukkan bahwa giro mengalami
peningkatan dengan rata – rata 19,1 % pertahunnya.
2. Tabungan
Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang
dapat dipersamakan dengan itu.Sedangkan Jumlah Tabungan yang
dimaksud adalah total keseluruhan Tabungan yang dihimpun oleh bank
dalam periode tertentu. Adapun Tabungan Bank BCA yang terhimpun dari
tahun 2009-2013 sebagai berikut :
Tabel 9 : Ikhtisar Total Tabungan (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Tabungan Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 128.137 14,8 % - -2010 145.553 16,8 % 17.416 13,5 %2011 172.990 19,9 % 27.437 18,8 %2012 200.802 23,2 % 27.812 16.1 %2013 219.738 25,3 % 18.936 9,4 % Jumlah 867.220 100 % Rata-rata 14,4 %
Dapat dilihat pada tabel diatas dengan jumlah tabungan yang
terhimpun pada tahun 2009 sebesar Rp. 128.137 milyar mengalami
peningkatan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010 sebesar 13,5 %,
sedangkan tahun 2011 peningkatan 18,8 % begitupun dari tahun ketahun
rata-rata peningkatan sebesar 14,4 %. Dengan Jumlah Akhir tahun 2013
sebesar Rp. 219.738 milyar. Terlihat bahwa perkembangan tabungan
semakin mengalami kemajuan.
3. Deposito
Simpanan Berjangka atau Deposito (time deposit = deposito
berjangka) adalah simpanan dari pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. Adapun
Deposito Bank BCA yang terhimpun dari tahun 2009-2013 sebagai berikut
Tabel 10 : Ikhtisar Total Deposito (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Deposito Naik / TurunMilyar Pers en Milyar Persen
2009 65.362 17,8 % - -2010 67.987 18,6 % 2.625 4,1 %2011 74.418 20,3 % 6.431 9,4 %2012 73.016 19,8 % 1.402 1,8 %2013 86.591 23,5 % 13.575 18,5 % Jumlah 367.374 100 % Rata-rata 7,5 %
Berdasarkan tabel diatas, dari tahun ketahun perkembangan
deposito terus mengalami peningkatan,pada tahun 2009 deposito sebesar
Rp. 65.362 milyar, juga pada tahun 2010 tumbuh 4,1 % sebesar Rp.
67.987 milyar dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp.
74.418 milyar. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 18,5 % dan
pada tahun 2012 terjadi peningkatan terkecil sebesar 1,8 %, dengan rata-
rata perkembangan yang cukup bagus pada PT. Bank Central Asia Tbk
sebesar 7,5 %.
Perkembangan keseluruhan total Dana Pihak Ketiga diatas dapat
dilihat pada tabel Analisis dari tahun 2009-2013 berikut ini :
Tabel 11 : Ikhtisar Total Dana Pihak Ketiga (dalam Milyar Rupiah )
DPK 2013 2012 2011 2010 2009Giro 103.157 96.456 76.020 63.991 51.641Tabungan 219.738 200.802 172.990 145.553 128.137Deposito 86.591 73.016 74.418 67.987 65.362Jumlah 409.486 370.274 323.428 277.531 245.140
Dari tabel diatas maka dapat dihitung kenaikan dan penurunan total
Dana Pihak Ketiga yang terjadi dari tahun 2009 – 2013 sebagai berikut :
Tabel 12 : Ikhtisar Persentase Dana Pihak Ketiga (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Dana Pihak Ketiga Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 245.140 15,1 % - -2010 277.531 17,2 % 32.391 13,2 % 2011 323.428 19,8 % 45.897 16,5 %2012 370.274 22,7 % 46.846 14,4 %2013 409.486 25,2 % 39.212 10,5 %Jumlah 1.049.670 100 % Rata-rata 13,6 %
Berdasarkan tabel diatas perkembangan dana pihak ketiga yang
terjadi dari tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 254.140 milyar, juga pada tahun
2010 tercatat sebesar 13,2 %. Kemudian pada tahun 2011 perkembangan
tercatat 16,5% sebesar Rp. 323.428 milyar.Pada tahun 2012 sebesar Rp.
370.274 milyar dan 2013 tumbuh sebesar Rp. 409.486 milyar yang terus
mengalami perkembangan tiap tahunnya , dengan rata-rata
perkembangan tiap tahunnya sebesar 13,6 %.
C. Analisis KLBI PT. Bank Central Asia Tbk.
Kredit Likuiditas Bank Indonesia atau berupa pinjaman likuiditas
yang diterima oleh PT. Bank Central Asia dari Bank Indonesia. KLBI yang
dimaksud disini adalah berupa pinjaman yang diterima dari Bank
Indonesia bukan pinjaman dari instansi lain atau pada bank-bank lain.
Untuk melihat perkembangan pinjaman likuiditas dari tahun 2009 - 2013
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13 : Ikhtisar Total Dana KLBI (dalam Milyar Rupiah )
Tahun KLBI Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 3.219 29,8 % - -2010 3.345 24,5 % 126 3,7 %2011 3.916 19,3 % 571 14,5 %2012 2.458 14,6 % 1.458 59,3 %2013 3.802 11,8 % 1.344 35,3 % Jumlah 16.740 100 % Rata-rata 28,2 %
Dari tabel diatas menunjukkan pinjaman yang diterima dari Bank
Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2009 jumlah pinjaman
sebesar Rp. 3.219 Milyar mengalami kenaikan pinjaman sebesar 3,7 %
pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.345 milyar . Kemudian pada tahun 2012
jumlah pinjaman yang diterima oleh PT. Bank Central Asia Tbk menurun
sebesar 59,3 % dengan nilai 2.458 Milyar dari tahun sebelumnya sebesar
3.916 Milyar.
D. Analisis Modal Inti PT. Bank Central Asia Tbk.
Modal inti yang dimaksud disini adalah modal yang berasal dari
Bank Central Asia Tbk itu sendiri bukan merupakan pinjaman yang
diterima ataupun simpanan pada bank lain dan bukan pula dana pihak
ketiga.
Perkembangan modal inti dari tahun 2009 sampai pada tahun 2013
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14 : Ikhtisar Modal Inti (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Modal Inti Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen
2009 399 4,6 % - -2010 1.120 12,9 % 721 64,3 %2011 1.481 17,2 % 361 24,3 %2012 2.522 29,1 % 1.041 41,2 %2013 3.133 36,2 % 611 19,5 % Jumlah 8.655 100 % Rata-rata 37,3 %
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat besar dari modal inti yang
dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk senilai Rp. 399 milyar pada tahun
2009, kemudian pada tahun 2010 terlihat mengalami peningkatan sebesar
Rp. 1.120 milyar, atau sebesar 64,3 % dan pada tahun 2011 terlihat
jumlah modal inti sebesar Rp. 1.1481 milyar dan mengalami peningkatan
pada tahun 2012 sebesar 41,2 % dengan nilai Rp. 2.522 milyar.
Memenuhi ketentuan permodalan minimum dapat menutupi kemungkinan
terjadi kerugian pada aktiva yang memiliki risiko yang tidat dapat
diperkirakan sehingga operasi bank dapat tetap berjalan tanpa mengalami
gangguan yang berarti.
E. Analisis Loan to Deposit Ratio PT. Bank Central Asia Tbk.
Dalam menganalisis tingkat LDR digunakan rumus ratio LDR. Ratio
ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menciptakan dana
kredit atau tingkat likuiditas. Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka tingkat
likuiditasnya akan semakin kecil, karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kreditnya semakin banyak. Dari sisi lain ini dapat juga
menunjukkan seberapa besar dana pihak ketiga dapat disalurkan dalam
pemberian kredit, maka semakin tinggi nilai rasio ini, semakin tinggi pula
dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.
Dalam penulisan ini, analisis rasio LDR akan digunakan untuk
melihat perkembangan tingkat LDR dan untuk melihat seberapa besar
pengaruh perkembangan kredit dalam tingkat LDR PT. Bank Central Asia
Tbk dengan rumus Loan To Deposit Ratio ( LDR ) sebagai berikut :
Tahun 2009
Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 248.758 milyar sedangkan kredit
yang disalurkan 123.901 milyar
Pada tahun 2009 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan
tingkat LDR sebesar 49,8 %
Tahun 2010
Pinjaman Yang DiberikanLDR = ------------------------------------------------- x 100 %
Dana Pihak Ketiga+KLBI+Modal Inti
123.901LDR = ------------------------------------------------- x 100 %
245.140 + 3.219 + 399
= 49,8 %
Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 281.996 Milyar sedangkan kredit
yang disalurkan 153.923 Milyar
Pada tahun 2010 LDR mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
dengan tingkat kenaikan LDR sebesar 54,5 %.
Tahun 2011
Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 328.825 Milyar sedangkan kredit
yang disalurkan 202.778 Milyar.
Pada tahun 2011 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan
tingkat LDR sebesar 61,6 %
Tahun 2012
Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 375.254 Milyar sedangkan kredit
yang disalurkan 256.778 Milyar.
Pada tahun 2012 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan
tingkat LDR sebesar 68,4 %
153.923LDR = ------------------------------------------------- x 100 %
277.531 + 3.345 + 1.120
= 54,5 %
202.778LDR = ------------------------------------------------- x 100 %
323.428 + 3.916 + 1.481
= 61,6 %
256.778LDR = ------------------------------------------------- x 100 %
370.274 + 2.458 + 2.522
= 68,4 %
Tahun 2013
Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 416.421 Milyar sedangkan kredit
yang disalurkan 312.290 Milyar.
Pada tahun 2013 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan
tingkat LDR sebesar 74,9 %
Untuk melihat lebih jelasnya dapat dilihat perkembangan LDR dari
tahun 2009 - 2013 pada tabel berikut :
Tabel 15 : Ikhtisar Rasio LDR Bank BCA (dalam Milyar Rupiah )
Tahun Total Kredit Total DPK LDR IdealMilyar Milyar Persen Persen
20092010201120122013
123.901 153.923 202.778 256.778 312.290
248.758 281.996 328.825 375.254 416.421
49,8 %54,5 %61,6 %68,4 %74,9 %
85-110 %85-110 %85-110 %85-110 %85-110 %
Jumlah 1.049.670 1.652.254 61,8 % Rata – Rata
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa loans to deposits
ratio PT. Bank Central Asia Tbk pada tahun 2009 sebesar 49,8 % yang
menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 dana yang dihimpun, dijamin oleh
kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,498. Pada tahun 2010 loans to deposits
ratio mengalami kenaikan sebesar 54,5 % bahwa setiap Rp. 1,00 dana
yang dihimpun dijamin oleh kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,545 dan
tahun 2011 tumbuh sebesar 61,6 % dimana setiap Rp, 1,00 dana yang
dihimpun dijamin oleh kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,616. Begitupun
pada tahun 2012 tumbuh sebesar 68,4 % juga tahun 2013 tumbuh sebesar
312.290LDR = ------------------------------------------------- x 100 %
409.486 + 3.802 + 3.133
= 74,9 %
74,9 % dimana setiap Rp. 1,00 dana yang dihimpun dijamin oleh kredit yang
diberikan sebesar Rp. 0,749.
Hasil perhitungan yang didapat berdasarkan laporan keuangan
PT. Bank Central Asia Tbk periode tahun 2001 - 2005, data Loan to
Deposit Ratio menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun,
namun dilihat dari jumlah prosentasenya dalam rasio ini masih belum
mencapai tingkat rata-rata bank BI yaitu 85 % - 110 %. Jika ada bank
yang tingkat LDR-nya di bawah 85% maka BI akan meminta untuk
menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,1% dari jumlah
simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap 1% nilai kelebihan LDR
yang dialami bank. Sementara bank yang LDR-nya di atas 110% maka BI
akan meminta untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM)
sebesar 0,2% dari jumlah simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap
1% nilai kelebihan LDR yang dialami bank. Namun dapat dilihat bahwa
tingkat LDR Bank Central Asia dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami
peningkatan, dimana total dana kredit yang disalurkan sebesar Rp.
1.049.670 milyar dan total dana pihak ketiga sebesar Rp. 1.652.254
milyar, mempengaruhi peningkatan Loan to Deposit Ratio sebesar 61,8 %
yang dimana setiap Rp 1,00 dana yang dihimpun dijamin oleh kredit yang
diberikan sebesar Rp. 0,618. Kenaikan loans to deposits ratio
disebabkan oleh penurunan total loans dan terjadi kenaikan kredit yang
diberikan yang cukup besar dari tahun ketahun.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian – uraian yang telas penulis paparkan terhadap
data penelitian yang telah terkumpul yang kemudian diolah, mengenai
pengaruh kinerja keuangan terhadap tingkat Loan to Deposit Ratio pada
Bank Central Asia yang menjadi objek penelitian, maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan atas identifikasi masalah yang menjadi
acuan dasar dari tujuan penelitian ini, yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis perkembangan penyaluran kredit dan penghimpunan
dana pihak ketiga tersebut dapat diketahui bahwa bank dapat
mempertahankan peningkatan perkembangan tersebut.
2. Melihat rata-rata tingkat LDR dari tahun 2003-2005 yaitu sebesar 61, 8
% yang berarti menunjukkan pada batas positif untuk penilaian tingkat
kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI.
3. Dari total dana kredit yang disalurkan sebesar Rp. 1.049.670 milyar
dan total dana pihak ketiga sebesar Rp. 1.652.254 milyar,
mempengaruhi peningkatan Loan to Deposit Ratio sebesar 61,8 %
yang dimana setiap Rp 1,00 dana yang dihimpun, dijamin oleh kredit
yang diberikan sebesar Rp. 0,618.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis
mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat
memberikan manfaat yang berguna baik bagi kemajuan pihak bank
maupun bagi peneliti selanjutnya di masa mendatang. Adapun beberapa
saran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pihak Bank
Penulis menyarankan agar bank lebih meningkatkan lagi kualitas
penyaluran kredit dengan lebih aktif menyalurkan dana kepada
masyarakat sampai pada batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
sebesar 85 % - 110 %. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain dengan mempermudah syarat pengajuan kartu kredit, kredit
kepemilikan ruamah dan pemberian pinjaman pada nasabah dan
pengusaha.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dengan melihat pada hasil penelitian di atas, peneliti menyarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk mencoba menambah jumlah periode
variabel yang diteliti secara mendalam dengan cara-cara yang lebih
akurat dan maksimal. sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat
diperbandingkan apakah diperoleh hasil yang sama atau berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Riyanto, 2000, Dasar-Dasar Perbelanjaan Perusahaan, Edisi Lima , Salemba Empat, Jakarta
Dendawijaya, Lukman. 2001., Manajemen Perbankan, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta
Dendawijaya, Lukman. 2005., Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta
Fahmi. 2006, Analisis Kinerja Keuangan, CV.Alfabeta, Bandung
Hanafi, M. 2005., Analisis Laporan Keuangan, Edisi Empat, UPP STIM YKPN, Jakarta.
Hasibuan. Malayu SP, 2002., Dasar-Dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hasibuan. Malayu SP, 2005., Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, Jakarta
http://www.bca.co.id/id/about/hubungan-investor/laporan tahunan / laporan tahunan landing.jsp
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jumingan. 2006, Analisis Laporan Keuangan, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Kasmir. 2008., Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta
Marzuki Usman. 2005., Analisis sector Perbankan Moneter dan Keuangan Indonesia, Witra Wacana Media, Yogyakarta
Munawir, S. 2002., Analisis Laporan Keuangan, edisi Empat, Liberty, Yogyakarta
Parera, J.D, 2004. Bank Sentral Republik Indonesia, Penerbit-Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta.
Sawir, Agnes. 2001., Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Perusahaan, Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sugiyono, 2008, Metode penelitian Bisnis, CV.Alfabeta, Bandung
L A M P I R A N