Analisis Kinerja Keuangan

95
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi, perdagangan bebas, dan perkembangan teknologi menimbulkan berbagai dampak hampir dalam semua bidang kehidupan. Persaingan ketat antara berbagai bidang usaha terjadi. Demikian halnya dalam bidang perbankan, tak luput dari kompetisi antara bank-bank dan lembaga keuangan lainnya. Persaingan yang sangat ketat menuntut bank- bank dan lembaga keuangan tersebut untuk senantiasa berinovasi, mengembangkan produknya agar dapat tetap bertahan dalam Industri perbankan. Industri perbankan Indonesia sendiri masih belum pulih sepenuhnya akibat hantaman krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1998. Berbagai indikator perbankan seperti Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 50-60 persen per tahun dan struktur dana pihak ketiga yang masih didominasi oleh dana jangka pendek seperti giro dan 1

description

Analisis Kinerja Keuangan

Transcript of Analisis Kinerja Keuangan

Page 1: Analisis Kinerja Keuangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi, perdagangan bebas, dan perkembangan teknologi

menimbulkan berbagai dampak hampir dalam semua bidang

kehidupan. Persaingan ketat antara berbagai bidang usaha terjadi.

Demikian halnya dalam bidang perbankan, tak luput dari kompetisi

antara bank-bank dan lembaga keuangan lainnya. Persaingan yang

sangat ketat menuntut bank-bank dan lembaga keuangan tersebut untuk

senantiasa berinovasi, mengembangkan produknya agar dapat tetap

bertahan dalam Industri perbankan. Industri perbankan Indonesia sendiri

masih belum pulih sepenuhnya akibat hantaman krisis ekonomi sejak

pertengahan tahun 1998. Berbagai indikator perbankan seperti Loan to

Deposit Ratio (LDR) mencapai 50-60 persen per tahun dan struktur dana

pihak ketiga yang masih didominasi oleh dana jangka pendek seperti

giro dan tabungan.

Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang mengelola dan

menghimpun dana masyarakat berupa giro, tabungan, deposito serta

menyalurkan kembali dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta

pemberian jasa lainnya. Untuk dapat memberikan kredit bank harus

mempunyai dana yang jumlahnya mencukupi, selanjutnya mengingat

dana di bank mempunyai fungsi yaitu sebagai alat likuid dan sebagai

barang yang diperdagangkan, maka dalam pemberian kredit tersebut

1

Page 2: Analisis Kinerja Keuangan

2

bank juga harus menjaga ketentuan-ketentuan likuiditas yang harus

dipenuhi baik

Penilaian kesehatan bank dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai

bank sentral, antara lain adalah penilaian likuiditas, penilaian modal, dan

ke mampuan untuk mencapai keuntungan (laba). Bank memiliki peranan

penting sebagai lembaga perantara keuangan, yakni dengan menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat

dalam rangka memperoleh laba, bank melakukan ekspansi kredit dimana

hal ini menimbulkan suatu risiko kredit yang tidak terbayar oleh debitur

sehingga dapat mempengaruhi tingkat Return On Asset (ROA) bank

tersebut.

Di samping itu untuk mendukung posisi likuiditas suatu bank juga

ditentuan oleh Loan to Deposit Ratio. Loan to deposit ratio ini sendiri

merupakan perbandingan antara dana yang dihimpun oleh bank dari

masyarakat atau pihak ketiga dan kredit yang diberikannya.

Menurut ketentuan BI, yang dikutip dalam Info Bank – Majalah

Analisis – Stategi Perbankan, No. 308, Volume XXVI, LDR yang berkisar

antara 85 % - 110 % diberi nilai nol (netral), sedangkan angka diatas itu

diberi nilai negatif dan sebaliknya dibawah angka itu diberi nilai positif

untuk penilaian tingkat kesehatan bank. Untuk menghindari hal yang

merugikan bank, maka dalam rencana ekspansi kredit dari segi dana ini

dapat ditempuh melalui dua cara yaitu, pertama bank perlu secara agresif

mengumpulkan dana sampai sejumlah tertentu. Dan jumlah dana yang

Page 3: Analisis Kinerja Keuangan

3

dapat terkumpul tersebut diproyeksikan berapa besar volume kredit yang

dapat diberikan agar jangan sampai melanggar ketentuan LDR tersebut.

Faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio pada umumnya

disebabkan oleh menurunnya penyaluran kredit perbankan berupa terjadi

penurunan penawaran kredit oleh perbankan (supply side constraint).

Pendapat lain berargumentasi bahwa menurunnya penyaluran kredit

perbankan lebih disebabkan oleh menurunnya permintaan terhadap kredit

(demand side constraint) sebagai konsekuensi logis memberikan

pengaruh terhadap tingkat LDR suatu perbankan. Penyebab dari

perubahan LDR apakah berasal dari faktor menurunnya penyaluran kredit

meliputi permintaan kredit atau penawaran kredit serta dari faktor-faktor

yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas penulis beranggapan bahwa penelitian

mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap salah satu ratio likuiditas

dalam hal ini loan to deposit ratio (LDR) sangatlah penting untuk menilai

kesehatan bank dan membantu dalam kebijakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis

mengambil topik tersebut dengan judul : Analisis Loan To Deposit Ratio

Pada PT. Bank Central Asia Tbk.

B. Masalah Pokok

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan diatas maka

dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut yaitu :

Apakah Analisis Loan To Deposit Ratio (LDR) dari tahun 2009 sampai

Page 4: Analisis Kinerja Keuangan

4

tahun 2013 pada PT. Bank Central Asia Tbk sudah berada diatas standar

ratio yang telah ditetapkan Bank Indonesia.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis Loan To

Deposit Ratio dari tahun 2009 sampai 2013 pada PT. Bank Central Asia

Tbk.

b. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Manajemen perbankan

khususnya pada perbankan yang ada di Makassar dalam hal

menyangkut Loan to Deposit Ratio (LDR)

2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya

Central Asia secara lebih mendalam.

D. Hipotesis

Berdasarkan masalah pokok dan landasan teori yang

dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diduga

bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. Bank Central Asia Tbk dari

tahun 2009 sampai 2013 masih dibawah standar ratio yang di tetapkan

Bank Indonesia.

Page 5: Analisis Kinerja Keuangan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank

Bank merupakan perusahaan industri jasa karena produknya hanya

memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Secara umum

pengertian bank adalah suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana

masyarakat berupa giro, tabungan, deposito dan pemberian jasa bank

serta menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau pihak

yang membutuhkan dalam bentuk kredit.

Berdasarkan Undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998

tentang perubahan atas undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang

perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Lebih jauh lagi, dalam pasal 1 ayat 3 undang-undang Nomor 10 Tahun

1998 tersebut dijelaskan bahwa Bank umum adalah bank yang

melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalulintas pembayaran.

Kemudian menurut Kasmir (2008:2),berpendapat bahwa Bank

merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke

masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Page 6: Analisis Kinerja Keuangan

Selanjutnya menurut Dendawijaya (2009:114), bank adalah suatu

badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan

yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak

yang membutuhkan atau kekurangan dana pada waktu yang ditentukan.

Adapun menurut G.M Verryn Stuart yang dikutip oleh Dendawijaya

(2009:25), bank adalah suatu badan yang bertujuan memuaskan

kebutuhan kredit baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan

uang yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan

memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

Menurut Parera (2004:137), defenisi bank adalah sebagai berikut:

Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam undang-undang yang dimaksud

dengan bank adalah : badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut

kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.Cakupan

kegiatan operasional bank, sebagaimana diatur oleh ketentuan yang

berlaku, dapat bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:31.1), Bank adalah

lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

memerlukan dana, serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas

pembayaran.

Sedangkan menurut Hasibuan (2011:2), pengertian Bank adalah

Page 7: Analisis Kinerja Keuangan

badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan

(financial assets) serta bermotif profit juga sosial, jadi bukan hanya

mencari keuntungan saja .

B. Jenis-jenis Bank

1. Bank berdasarkan fungsinya

a) Bank Umum

Menurut Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

menyatakan “Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran”.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bank umum antara lain:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

giro,deposito berjangka,sertifikat deposito, tabungan.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang

4. Membeli, menjual, menjamin resiko sendiri maupun kepentingan

dan atas perintah nasabahnya.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun

kepentingan nasabah.

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

Page 8: Analisis Kinerja Keuangan

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Menurut Kasmir (2008:36) jenis-jenis bank berdasarkan

kepemilikannya dibedakan menjadi dua yaitu bank milik

pemerintah dan bank milik swasta.

a) Bank Milik Pemerintah

Bank milik pemerintah adalah bank yang seluruh atau sebagian

modalnya dan akte pendiriannya didirikan oleh pemerintah.

b) Bank Milik Swasta

Bank milik pemerintah adalah bank yang seluruh atau sebagian

modalnya dan akte pendiriannya didirikan oleh swasta.

3) Bank Berdasarkan Status

Jenis-jenis bank berdasarkan status dibedakan menjadi dua yaitu

bank devisa dan bank non devisa.

a) Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dapat

memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri

dan sudah mendapat izin dari Bank Indonesia.

b) Bank Non Devisa

Bank non devisa adalah bank yang belum mendapat izin dari Bank

Indonesia untuk memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran

dalam dan luar negeri seperti bank devisa.

Page 9: Analisis Kinerja Keuangan

4) Bank Berdasarkan Cara Menentukan Harga

Jenis-jenis bank berdasarkan cara menentukan harga dibedakan

menjadi dua yaitu bank berdasarkan prinsip konvensional dan bank

berdasarkan prinsip syariah.

a) Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menetapkan bunga

sebagai harga dan mengenakan biaya dalam nominal atau

persentase tertentu (fee base) dalam mendapatkan keuntungan

dan menentukan harga produk bank.

b) Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah menggunakan aturan

perjanjian menurut hukum islam dalam pembiayaan berdasarkan

prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan

memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal

berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya

pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak

bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dari berbagai pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan bank adalah suatu badan usaha lembaga keuangan

yang menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, deposito, giro

dan jasa lainnya dan menyalurkan kembali dana yang tersimpan untuk

disalurkan kepada masyarakat.

Page 10: Analisis Kinerja Keuangan

C. Pengertian Kredit

1. Kredit

Kredit dalam arti ekonomi yang sederhana yaitu penundaan

pembayaran. Artinya, barang atau uang yang diterima sekarang

dikembalikan pada masa yang akan datang. Istilah kredit berasal dari

bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan dan kepercayaanlah

yang terkandung dalam perkreditan si pemberi dan penerima kredit.

Berdasarkan Undang-undang Perbankan RI No. 10 tahun 1998

tentang perbankan menjelaskan bahwa “kredit adalah penyediaan uang/

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan/

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga”.

Menurut Kasmir (2008:102), menjelaskan bahwa kredit dapat berupa

uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang. Contoh

berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank membiayai kredit untuk

pembelian rumah. Kredit ini berarti nasabah tidak memperoleh uang tetapi

rumah, karena bank membayar langsung ke developer dan nasabah

hanya membayar cicilan rumah tersebut tiap bulan sesuai dengan

perjanjian atau akad kredit.

2. Tujuan dan Fungsi Kredit

Kasmir dalam buku yang sama (2008:105), memberi defenisi bahwa

pemberian kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang

Page 11: Analisis Kinerja Keuangan

tergantung pada tujuan bank itu sendiri. Dalam prakteknya tujuan

pemberian kredit adalah sebagai berikut:

a. Mencari Keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan,

hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank

sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan

kepada nasabah.

b. Membantu Usaha Nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu nasabah yang

memerlukan dana, baik dan untuk investasi maupun dana untuk modal

kerja atau konsumsi. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan

dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik

bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.

c. Membantu Pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang.

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

bank semakin baik, mengingat semakin semakin banyak kredit berarti

adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan

diberbagai sektor terutama sektor rill.

Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dalam pemberian

kredit oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dari

bank.

Page 12: Analisis Kinerja Keuangan

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit

pembangunan usaha baru atau perluasan usaha baru, sehingga

dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, bahwa sebahagian

besar yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi

barang dan jasa yang beredar dimasyarakat, sehingga masyarakat

memiliki banyak pilihan.

d. Menghemat devisa, terutama untuk produk-produk yang

sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam

negeri dengan fasilitas kredit yang ada, jelas akan dapat

menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan devisa negara apabila kredit yang dibiayai adalah

keperluan ekspor.

Selain memiliki tujuan tersebut diatas, pemberian kredit juga

memiliki fungsi antara lain :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

Maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah maka tidak

akan menghasilkan sesuatu, dengan diberikannya kredit yang

tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa

bagi si penerima kredit.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalulintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar

dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang

Page 13: Analisis Kinerja Keuangan

kekurangan uang akan memperoleh uang dari daerah lainnya.

c. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh debitur untuk

mengelolah suatu barang yang semula tidak berguna menjadi

bermanfaat, misalnya pengusaha meubel yang memperoleh dana

kredit.

d. Meningkatkan peredaran barang

Yaitu barang dari satu daerah ke daerah lain dapat beredar

sehingga jumlah barang dari satu wilayah ke wilayah lain

bertambah. Kredit untuk meningkatkan peredaran barang biasanya

kredit untuk perdagangan ekspor – impor.

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah

jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

f. Untuk meningkatkan gairah keusahaan

Bagi penerima kredit akan dapat meningkatkan gairah keusahaan

karena adanya tambahan modal yang banyak.

g. Untuk meningkatkan tambahan modal pendapatan

Yaitu semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin

baik karena jika sebuah pabrik diberikan kredit maka akan

menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.

h. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama

Page 14: Analisis Kinerja Keuangan

dibidang lainnya sehingga dapat pula menciptakan perdamaian

dunia.

3. Jenis-jenis Kredit

Jenis-jenis kredit menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen

Perbankan (2003:76), yaitu :

a. Dilihat dari segi kegunaan:

1. Kredit Investasi

Yaitu kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk

keperluan perluasan proyek atau usaha.

2. Kredit Modal Kerja

Yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan

produksi dalam operasionalnya.

b. Dilihat dari segi tujuan kredit

1. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi

dan investasi.

2. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi, misalnya

untuk perumahan, kredit mobil, dan sebagianya.

3. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dan

digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya dalam

memperluas usaha yang akan dikembangkan.

Page 15: Analisis Kinerja Keuangan

c. Dilihat dari segi jangka waktu

1. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu

tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk

modal kerja.

2. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kredit ini biasanya berkisar antara satu tahun sampai

dengan tiga tahun, dan biasanya digunakan untuk melakukan

investasi.

3. Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang jangka

waktunya diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini

untuk investasi jangka panjang, seperti perkebunan kelapa sawit

atau manufaktur dan untuk konsumtif seperti kredit perumahan.

d. Dilihat dari segi jaminan

1. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan apakah

jaminan berbentuk barang berwujud, atau tidak berwujud, atau

jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan

dilindungi minimal seniali jaminan atau kredit tertentu jaminan

harus melebihi jumlah kredit yang diajukan calon debitur.

2. Kredit tanpa jaminan

Kredit tanpa jaminan, kredit ini diberikan dengan melihat prospek

Page 16: Analisis Kinerja Keuangan

usaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur

selama berhubungan dengan bank.

D. Kinerja Keuangan

1. Pengertian Kinerja keuangan

Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi

keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2006:239), Kinerja merupakan

gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan

operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek pemasaran,

aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi,

maupun aspek sumber daya manusianya.

Sementara itu, Fahmi (2006:63) memberikan definisi sebagai

berikut: “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi strategic planning”.

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah suatu

bentuk prestasi pencapaian perusahaan dalam kegiatan operasional di

berbagai aspek sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut beberapa ahli adalah

sebagai berikut:

Jumingan (2006:239) menyatakan kinerja keuangan merupakan

gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik

menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang

Page 17: Analisis Kinerja Keuangan

biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan

profitabilitas.

Sedangkan menurut Fahmi (2006:64) kinerja keuangan diartikan

sebagai refleksi gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan

dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas

yang telah dilakukan”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan

merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada suatu periode yang

menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan

indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

2. Tujuan Kinerja Keuangan

Menurut Jumingan (2006:239) tujuan kinerja keuangan untuk

mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan. Dilihat dari

aspek kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun

berjalan maupun tahun sebelumnya. Untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki untuk

menghasilkan profit secara efisien.

3. Manfaat Kinerja Keuangan

Pentingnya informasi serta manfaat kinerja perusahaan adalah

kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai

perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di

masa depan.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas setiap perusahaan akan

Page 18: Analisis Kinerja Keuangan

bergerak untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Untuk itu setiap

perusahan harus melakukan pengukuran dengan skala-skala yang

ditetapkan oleh pihak manajemen melalui efektivitas dan efisiensi dalam

pengelolaan sumber daya perusahaan agar memperoleh keuntungan.

E. Metode Pengukuran Kinerja Keuangan

Jumingan (2006:239) pengukuran kinerja keuangan dapat dinilai

melalui kinerja keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan

merupakan tolak ukur yaitu rasio atau indeks yang menghubungkan dua

data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan antarprestasi

dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik

mengenai kondisi perusahaan dan prestasi perusahaan.Dengan

menggunakan alat analisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau

memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan terutama

apabila angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

Menurut Hanafi (2005:42) pengukuran kinerja keuangan

merupakan salah satu rasio untuk menilai prestasi perusahaan atau

kinerja keuangan perusahaan adalah rasio profitabilitas yang

menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.

Rasio profitabilitas ini mengukur perusahaan menghasilkan keuntungan

(profitable) pada tingkat penjualan, asset dan modal saham.

Menurut Kasmir (2008:197) pengukuran kinerja keuangan dapat

digunakan Hasil pengukuran yang dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja

manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau

Page 19: Analisis Kinerja Keuangan

tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan

untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk

menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama

mengalami kegagalan.

Dengan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

pengukuran kinerja keuangan dapat digunakan dengan menggunakan

analisis rasio keuangan. Salah satunya yang digunakan sebagai

pembanding untuk menilai kondisi suatu perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan (profitable) yaitu melalui analisis profitabilitas.

Menurut Riyanto ( 2001:35 ) menjelaskan :

“Profibilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu. Profibilitas menunjukkan perbandingan

antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut”.

Menurut Hasibuan (2002:100) menjelaskan :

“Profibilitas Bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba

yang dinyatakan dalam persentase. Profibilitas pada dasarnya adalah laba

(rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit”.

F. Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua

angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan

angka lainnya (Kasmir,2008:104). Analisis rasio keuangan adalah analisa

hubungan dari berbagai pos dalam berbagai laporan keuangan yang

merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan

Page 20: Analisis Kinerja Keuangan

dan hasil operasi suatu perusahaan (Munawir,2001:64)ataupun secara

kombinasi dari kedua kelompok tersebut.”

Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat

menentukan tingkat kinerja suatu bank. Menurut Dendawijaya (2001:25)

rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi

1. Rasio Likuiditas Bank

2. Rasio Solvabilitas Bank

3. Rasio Rentabilitas Bank

Ketiga rasio keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas Bank (Liquidity Ratio)

Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek

(Kasmir,2008:110).

Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai

kinerja suatu bank antara lain adalah (Kasmir,2008:221):

a. Cash Ratio

Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar

dengan harta likuid yang dimiliki bank tersebut (Kasmir,2008:224).

Standar Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 adalah 3%. Dengan rumus berikut :

Cash Ratio = Liquid Assets x 100%

Short Term Borrowing

Page 21: Analisis Kinerja Keuangan

b. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan

jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan

(Kasmir,2008:225). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan

dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Loan to Deposit Ratio = Total Loan x 100%

Total Deposit + Equity

c. Loan to Asset Ratio

Loan to Asset Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki

bank. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan makin rendahnya tingkat

likuiditas bank (Kasmir,2008:224). Rasio ini dirumuskan yaitu:

Loan to Asset Ratio = Total Loans x 100%

Total Assets

d. Investing Policy Ratio

Investing Policy Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para

deposannya dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang

dimilikinya (Kasmir,2008:222). Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula

tingkat likuiditas bank tersebut. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

Page 22: Analisis Kinerja Keuangan

Investing Policy Ratio = Securities x100%

Total Deposit

e. Banking Ratio

Banking ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang

disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Rumus untuk menghitung

rasio ini adalah:

Banking Ratio = Total Loans x100%

Total Deposit

2. Rasio Solvabilitas Bank

Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam

mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan

rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat

efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut (Kasmir,2008:229). Analisis

solvabilitas merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau

kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi

likuidasi bank.

Rasio-rasio yang diuraikan dalam rasio ini adalah:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.

Page 23: Analisis Kinerja Keuangan

Standar Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 adalah 8%. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

CAR = Equity Capital x 100%

Total Loans + Securities

b. Risk Assets Ratio

Risk Assets Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemungkinan penurunan risk assets. Rasio ini dirumuskan

sebagai berikut:

Risk Assets Ratio = Equity Capital x 100%

Total Assets – Cash Assets – Securities

c. Primary Ratio

Primary Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui

apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana

penurunan yang terjadi dalam total aset dapat ditutupi oleh modal sendiri.

Rasio ini dirumuskan:

Primary Ratio = Equity Capital x 100%

Total Assets

3. Rasio Profitabilitas (Rentabilitas) Bank

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Analisis profitabilitas sangat diperlukan bagi investor jangka panjang.

Page 24: Analisis Kinerja Keuangan

Analisis rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank

yang bersangkutan. Analisis rasio yang akan digunakan adalah

(Kasmir,2008:234):

a. Net Profit Margin Ratio (NPM)

Merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)

yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari

kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena

semakin tinggi laba dari bank tersebut. Rumus rasio ini adalah:

Net Profit Margin Ratio = Net Income x 100%

Operating Income

b. Return on Equity (ROE)

Return on Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk

mendapatkan net income (Kasmir.2008:236). Standar Bank Indonesia

untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:

6/10/PBI/2004 adalah 5%-12,5%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

ROE = Net Income x 100%

Equity Capital

c. Return on Asset (ROA)

Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial efisiensi

Page 25: Analisis Kinerja Keuangan

secara overall (Kasmir,2008:237). Standar Bank Indonesia untuk rasio ini

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 adalah

0,5%-1,25%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Earning Before Tax x 100%

Total Assets

d. Return on Investment (ROI)

Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil

(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam bank. ROI juga

merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola

investasinya (Kasmir,2008:202). Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin

kurang baik, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk menghitung ROI

adalah:

ROI = Earning After Interest and Tax x 100%

Total Assets

e. Interest Expense Ratio

Interest Expense Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya persentase antara bunga yang dibayar kepada para

deposannya dengan total deposit yang ada di bank. Rasio ini dihitung

dengan rumus:

Interest Expense Ratio = Interest Expense x 100%

Total Deposit

G. Pengertian dan Standarisasi Loan To Deposit Ratio (LDR)

1. Pengertian LDR

Page 26: Analisis Kinerja Keuangan

Dalam mengukur tingkat kesehatan bank dan juga informasi

mengenai likuiditas bank, pada umumnya digunakan berbagai macam

variable analisis salah satunya yaitu analisis rasio Loan to Deposit Ratio.

Menurut Dendawijaya (2001:118) dalam bukunya Manajemen

Perbankan, Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara besarnya seluruh

volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari

berbagai sumber.

LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh

nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin

rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini

disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit

menjadi semakin besar.

LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut

berupa call money yang harus dipenuhi pada saat adanya kewajiban

kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki

perusahaan. LDR dihitung dari perbandingan antara total kredit yang

disalurkan dengan dana pihak ketiga tambah modal inti ditambah

pinjaman kredit dari bank indonesia . Total kredit yang dimaksud adalah

kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada

bank lain). Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro,

Page 27: Analisis Kinerja Keuangan

tabungan dan deposito (tidak termasuk antarbank). Standar terbaik LDR

adalah diatas 85% - 110%

2. Standarisasi LDR

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010 –

tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia

mewajibkan tingkat LDR bank berada di kisaran 85%-110%. Jika ada

bank yang tingkat LDR-nya di bawah 85% maka BI akan meminta untuk

menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,1% dari jumlah

simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap 1% nilai kelebihan LDR

yang dialami bank. Sementara bank yang LDR-nya di atas 110% maka BI

akan meminta untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM)

sebesar 0,2% dari jumlah simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap

1% nilai kelebihan LDR yang dialami bank. Adapun perhitungan GWM

LDR dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut :

1. Bank yang memiliki LDR di dalam kisaran LDR target

memiliki GWM LDR sebesar 0%.

2. Bank yang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR

diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter

Disinsentif Bawah sebesar 0,1 dengan selisih LDR bank dari batas

bawah LDR target.

3. Bank yang LDR-nya lebih dari batas atas LDR akan

diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter

Page 28: Analisis Kinerja Keuangan

Disinsentif Atas sebesar 0,2 dengan selisih LDR bank dari batas atas

LDR target.

4. Dalam hal LDR Bank lebih besar dari batas atas LDR Target

dan KPMM Bank sama atau lebih besar dari KPMM Insentif, maka

GWM LDR Bank adalah sebesar 0% (nol persen) dari DPK dalam

rupiah.

H. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi LDR

Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak luput dari suatu faktor yang

mempengaruhi tingkat perubahan rasio yang dihasilkannya.

Menurut Marsuki (2005:36,61), faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat LDR suatu bank adalah :

1. Menurunnya penyaluran kredit produksi.

2. Banyaknya kredit yang disalurkan ke sektor konsumsi.

3. Ketatnya peraturan BI memberikan kelonggaran menyalurkan kredit

4. Nilai asset yang dimiliki perbankan nasional adalah 50% lebih masih

merupakan pinjaman dari obligasi rekap.

Menurut Lukman Dendawijaya dalam bukunya Manajemen

Perbankan Edisi Kedua (2005), faktor yang menyebabkan tingkat LDR

suatu bank disebabkan karena merger yang dilakukan pada bank, karena

adanya perbedaan LDR yang signifikan antara sebelum dan sesudah

merger. Tingkat likuiditas berdasarkan rasio LDR sesudah merger lebih

baik daripada sebelum merger.

Page 29: Analisis Kinerja Keuangan
Page 30: Analisis Kinerja Keuangan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di PIPM Jl.A.P.Pettarani. Data penelitian

yang digunakan adalah data keuangan PT.Bank Central Asia Tbk dari

tahun 2009 sampai tahun 2013, waktu penelitian mulai bulan Januari

sampai bulan Maret 2014.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Jenis data

- Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi

baik lisan maupun tulisan,

- Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa

angka-angka.

b. Sumber data

- Data primer adalah data yang bersumber dari hasil observasi dan

wawancara dengan pimpinan dan karyawan bank,

- Data sekunder yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap

bahan bacaan dan literatur yang ada kaitannya dengan penulisan.

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

Page 31: Analisis Kinerja Keuangan

sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data dengan cara menilai dan menelaah beberapa

bahan bacaan yang relevan dengan masalah pokok yang akan dibahas

dalam penelitian.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu dengan cara mengumpulkan data empiris dengan cara sebagai

berikut :

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan pada

objek penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan.

2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab

dengan pimpinan dan

karyawan bank untuk mendapatkan data yang diperlukan.

- Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dari semua data informasi.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis deskriptif, digunakan untuk menjelaskan

perkembangan tingkat LDR selama beberapa tahun terakhir.

2. Analisis Loan to Deposit Ratio, menurut

Dendawijaya (2005:147)

analisis LDR menggunakan rumus sebagai berikut :

Pinjaman yang diberikan (LDR) = ----------------------------------------------------- x 100%

Dana pihak ke tiga + KLBI + Modal Inti

Page 32: Analisis Kinerja Keuangan

3. Standar Ratio Loan To Deposit Ratio 85 % - 110

% sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP.

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah PT Bank Central Asia Tbk

NV Perseroan dagang dan industri Semarang Knitting Factory

berdiri sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA). BCA mulai

beroperasi sebagai anak usaha Semarang Knitting Factory pada 21

Februari 1957, berkantor pusat di Jakarta. BCA memperkuat jaringan

layanan cabang pada tahun 1980an, dan sebagai hasilnya didirikanlah

BCA Cabang Makassar pada 24 Maret 1980. Tahun 1977 BCA

berkembang menjadi Bank Devisa. Pada tahun 1970an sejalan dengan

deregulasi sektor perbankan di Indonesia, BCA mengembangkan

jaringan kantor cabang secara luas. Pada tahun 1980an BCA

mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun

penerapanteknologi informasi, seperti menerapkan online system untuk

jaringankantor Cabang BCA, selain itu BCA juga meluncurkan Tabungan

Hari Depan (Tahapan) BCA. Pada tahun 1990 BCA mengembangkan

alternative jaringan layanan melalui ATM BCA(Anjungan Tunai Mandiri

atau Automated Teller Machine) yang berkembang secara pesat. Pada

tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di berbagai tempat

di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara

terus-menerus dan intensif.

Page 33: Analisis Kinerja Keuangan

. Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter. Seiring

dengan kerusuhan massal pada bulan Mei 1998, terjadi rusuh terhadap

beberapa kantor cabang BCA, terutama di Jakarta. Pada tahun 1999

BCA menjadi BTO (Bank Taken Over) dan disertakan dalam program

rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh BPPN (Badan

Penyehatan Perbankan Nasional). Proses rekapitalisasi BCA selesai,

dan sebagian besar kredit yang diberikan BCA dipertukarkan dengan

obligasi pemerintah. Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN,

menguasai 92,8 persen saham BCA. Pada tahun 2000 BPPN melakukan

divestasi 22,5 persen dari seluruh saham BCA melalui penawaran

saham publik perdana (IPO), sehingga kepemilikan BPPN berkurang

menjadi 70,3 persen. Penawaran publik kedua sebesar 588.800.000

lembar saham BCA (10% dari total saham BCA). Kepemilikan BPPN atas

BCA berkurang lagi menjadi 60,3 persen pada tahun 2001. Farindo

Investments (Mauritius) Limited mengambil alih 51 persen total saham

BCA melalui proses tender strategic private placement pada tahun

2002. BPPN melakukan divestasi atas 1,4 persen saham BCA kepada

investor domestik melalui penawaran terbatas (2004). Bank Central

Asia yang juga dikenal dengan nama BCA sejak pertama kali didirikan

senantiasa mengalami kemajuan, hal ini dapat dilihat dari total aset yang

dimiliki BCA selalu mengalami peningkatan.

B. Visi dan Misi PT Bank Central Asia Tbk.

Visi dan misi PT Bank Central Asia Tbk adalah menjadi bank pilihan

Page 34: Analisis Kinerja Keuangan

utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting

perekonomian Indonesia. Sedangkan misinya yaitu :

a. Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian

pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan

perseorangan.

b. Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan

finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi

nasabah.

c. Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA.

Selain mempunyai visi dan misi PT Bank Central Asia Tbk juga

mempunyai tata nilai dalam memenuhi kebutuhan nasabah nya yaitu

fokus pada nasabah,Integritas, Kerjasama Team dan berusaha

mencapai yang terbaik.

C. Struktur Organisasi PT. Bank Central Asia Tbk.

Organisasi secara sederhana dapat didefenisikan sebagai suatu

kelompok individu untuk mencapai suatu tujuan yang sama, baik tujuan

jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Dalam melakukan

kerjasama diperlukan suatu pola yang mengatur hubungan individu-

individu, fungsi-fungsi yang mencerminkan posisi dan tanggung jawab

dalam organisasi tersebut. Hal inilah yang dikenal sebagai struktur

organisasi. Dengan demikian struktur organisasi dapat memberikan

penjelasan tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab

dalam organisasi.

Page 35: Analisis Kinerja Keuangan

Organisasi menghadapi berbagai tantangan baik yang berasal dari

dalam diri organisasi maupun yang berasal dari lingkungan yang.

Tantangan penyebab perubahan yang berasal dari dalam diri organisasi

misalnya volume kegiatan yang bertambah banyak, perluasan wilayah

kegiatan, tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, sikap serta perilaku

para pegawai. Tantangan penyebab perubahan yang berasal dari

lingkungan misalnya adanya peraturan baru, perubahan kebijaksanaan,

perubahan selera masyarakat terhadap produk bank.

Adapun struktur organisasi PT. Bank Central Asia Tbk dapat dilihat

pada halaman berikut :

Page 36: Analisis Kinerja Keuangan

Gambar I

Gambar data : Struktur Organisasi PT. Bank Central Asia Tbk 2013

STRUKTUR ORGANISASI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

KANTOR CABANG MAKASSAR

BRANCH MANAGER KEPALA CABANG

SEKRETARY Sekretaris

DBM OPERATING DBM Operasional

DBM RETAIL DBM Ritel

Costumer Service Kasi Layanan

Nasabah Costumer Service Layanan Nasabah

ACCOUNT S. H Kasi Akuntasi

Teller Service S.H Kasi Layanan Teller

Teller Service Layanan Teller

Loan Service S.H Kasi Layanan Kredit

Loan Service Layanan Kredit

Proccessing S.H Kasi Proses Transaksi

Transaction Proccessing Pemprosesan Transaksi

Loan Admin. S.H Kasi Administrasi Kredit

Loan Admin Administrasi Kredit

Branch Admin. S.H Kasi Umum

General Branch Administrasi Umum

Bookkeeping & Control Pembukuan & Kontrol

Financial Reporting Analisis & Pelaporan

ABM RECOVERY ABM Pembinaan &

Penyelamatan Kredit

PENYELIA

Pembinaan & Penyelamatan Kredit

STRUKTUR ORGANISASIPT.BANK CENTRAL ASIA Tbk.

Page 37: Analisis Kinerja Keuangan

D. Fungsi dan Tanggung Jawab

Fungsi dan tanggung jawab kantor cabang dalam pelaksanaan

pekerjaan sehari-hari adalah sebagai berikut :

a. Branch Manager (Kepala Cabang)

Bertanggung jawab kepada Direksi, dengan fungsi pokok

melaksanakan penyelenggaraan usaha Bank di wilayah kantor

cabang.

b. Deputi Branch Manager (Wakil Kepala Cabang)

Bertanggung jawab kepada kepala cabang, dengan fungsi pokok

membantu Kepala Cabang dalam pengelolaan kegiatan usaha bank

khususnya mengenai tugas-tugas yang oleh unit kerja/seksi.

c. Asistan Branch Manager Ratail Service (Pejabat Pembantu

Pimpinan Cabang Bidang Pelayanan Retail)

Bertanggung jawab kepada kepala cabang, dengan fungsi pokok

membantu kepala cabang dalam melaksanakan pengelolaan dana

bank di kantor cabang, yang meliput pengumpulan dan penanaman

dana agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan

usaha bank. Seksi ini membawahi Unit pelayanan Nasabah (Costumer

Service, Marketing, Teller Service). Unit pelayanan Kredit (Loan

Service), yang merupakan garis terdepan pelayanan nasabah (Front

Liner).

d. Asistan Branch ManagerLoan Recoveryt (Pejabat Pembantu

Pimpinan Cabang Bidang Pengawasan dan Pembinan Kredit)

Page 38: Analisis Kinerja Keuangan

Bertanggung jawab kepada kepala cabang, dengan fungsi pokok

Membantu kepala cabang dalam melakukan pengawasan dan

pembinaan kredit, termasuk penyelesaian kredit.

e. Loan Administration Section

Bertanggung jawab kepada wakil kepala cabang, dengan fungsi pokok

sebagai unit penilaian dan administrasi kredit termasuk bertanggung

jawab atas administrasi dokumen dan barang jaminan.

f. Administration Branch Manager

Bertanggung jawab langsung kepada kepala cabang, dengan tugas

pokok menangani kegiatan administrasi kantor, pelaporan,

pembukuan, pemeriksaan, control dan kearsipan.

g. General Branch Manager Administration Section

Bertanggung jawab langsung kepada wakil kepala cabang, dengan

fungsi pokok sebagai Unit Supporting Kantor Cabang dan pengelolaan

sumber daya manusia (SDM) kantor cabang.

h. Transaction and Processing Section

Bertanggung jawab langsung kepada wakil kepala cabang, dengan

tugas utama bertanggung jawab dalam mengelola data transaksi

kantor cabang.

i. Loan Service Section

Sebagai salah satu seksi garis depan (Front Liner) bertanggung jawab

kepada ABM Retail Service dengan fungsi utama pengelolaan

penyaluran kredit kantor cabang.

Page 39: Analisis Kinerja Keuangan

j. Teller Service Section

Bertanggung jawab kepada ABM Retail Service sebagai pelayanan

transaksi nasabah dan debitur (Front Liner).

E. Produk dan Jasa PT.Bank Central Asia Tbk.

Bagi komunitas bisnis, terutama para pelaku UKM, PT.Bank

Central Asia menyediakan jajaran produk dan jasa yang dirancang khusus

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk dan jasa ini, antara lain :

a. Produk Simpanan

1. Tahapan BCA : tabungan hari depan unggulan BCA

2. Tahapan Gold : tabungan dengan segala fasilitas

3. Tapres : tabungan menggunakan kartu dan setiap bulan akan

diterbitkan rekening koran.

4. BCA Dollar adalah simpanan masyarakat pada BCA dalam mata

uang dollar Amerika (USD) atau dollar Singapura (SGD).

5. Deposito Berjangka simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya

dalam jangka waktu tertentu.

6. Giro : simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek..

b. Bancassurance

Bancassurance adalah bentuk pemasaran beragam produk

asuransi yang ditunjuk oleh PT.Bank Central Asia Tbk sebagai sarana

distribusi, BCA sebagai agen pemasar dari produk-produk asuransi

PT AIA financial.

Page 40: Analisis Kinerja Keuangan

c. Kartu Kredit

Kartu kredit (credit card) merupakan alat berbentuk kartu

yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan dapat

digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan

jasa. Kartu kredit yang ditawarkan oleh BCA yaitu :

1. BCA Card

2. BCA Master Card

3. BCA Visa

4. BCA JCB

5. Astra World BCA Card

d. Perbankan Elektronik

1. Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BCA

Adalah salah satu layanan elektronik Banking BCA

2. Debit BCA

adalah salah satu layanan elektronik banking BCA yang berbelanja

tanpa harus menggunakan uang tunai.

3. Tunai BCA

4. Flazz layanan elektronik banking untuk transaksi dengan cepat .

5. EDC BIZZ

transaksi non tunai di outlet merchant dengan menggunakan kartu

BCA BIZZ dan key BCA.

6. Internet Banking

transaksi perbankan melalui PC yang terhubung dengan internet.

Page 41: Analisis Kinerja Keuangan

Layanan ini diberi nama Klik BCA.

7. Mobile Banking

transaksi perbankan melalui telepon selular/handphone/mobile

phone, media sms (Short Message Services).

8. Halo BCA

Halo BCA adalah layanan hotline 24 jam memberi layanan

informasi, mendengarkan keluhan, serta memberi alternatif

solusi masalah nasabah.

9. Phone Banking

Phone banking adalah produk perbankan elektronik yang

disediakan membantu nasabah untuk dapat menerima layanan

informasi perbankan dan melakukan transaksi finansial non

tunai melalui pesawat telepon.

e. Kredit Konsumen

1. Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Adalah pinjaman jangka panjang dengan tujuan untuk

membiayai pembelian rumah, perbaikan/renovasi rumah, atau

pembelian ruko untuk dihuni sendiri.

2. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

Adalah pinjaman yang diberikan guna keperluan pembelian

kendaraan bermotor dalam kondisi baru untuk keperluan pribadi.

3. Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)

Kredit kepemilikan apartemen adalah pinjaman jangka panjang

Page 42: Analisis Kinerja Keuangan

yang disediakan khusus untuk membiayai pembelian apartemen.

4. KPR Xtra

KPR Xtra adalah pemberian KPR yang ditujukan untuk

pembelian/ renovasi rumah/apartemen dimana debitur dapat

menentukan sendiri komposisi pembayaran angsurannya.

5. Kredit Refinancing.

Kredit refinancing adalah kredit jangka panjang di mana tujuan

penggunaan dananya disesuaikan dengan kebutuhan konsumtif

debitur dengan jaminan Tanah Bangunan.

f. Layanan Transaksi perbankan

1. Safe deposit box

Safe deposiy box Adalah tempat penyimpanan barang

disewakan oleh bank kepada nasabah dalam jangka waktu

satu tahun.

2. KU (Kiriman Uang) dan Remittance

KU adalah jasa yang diberikan oleh PT. Bank Central Asia

Tbk untuk pengiriman/penerimaan uang rupiah ke/dari bank lain di

dalam negeri dengan pemberitahuan secara elektronis yang

menggunakan internet online.

3. Bank notes

Adalah uang kertas asing yang merupakan alat pembayaran yang

resmi dan sah dari suatu negara yang memiliki nilai tukar dan

dapat diperjual belikan.

Page 43: Analisis Kinerja Keuangan

4. Kliring

Kliring adalah proses pertukaran antar warkat, antar bank

peserta, dalam wilayah yang sama yang diselenggarakan oleh

lembaga kliring.

5. Inkaso dan Collection.

Inkaso adalah jasa penagihan yang dilakukan berdasarkan suatu

warkat (cek/BG) kepada pihak yang wajib membayar/pihak.

Collection adalah jasa yang diberikan oleh bank untuk

melakukan penagihan atas suatu warkat kepada pihak yang

wajib membayar / pihak tertagih.

6. Travellers Cheque

Travellers Cheque adalah suatu alat pembayaran atas nama

pembeli yang berfungsi sebagai pengganti uang tunai.

7. Virtual Account

Virtual Account adalah rekening khusus yang diberikan kepada

pelanggan dari suatu perusahaan/company partner untuk

digunakan sebagai sarana pembayaran tagihan dengan cara setor

tunai, pemindahbukuan, LLG, RTGS, ke rekening tersebut.

8. Payroll

Payroll adalah fasilitas yang diberikan oleh BCA kepada

nasabah bisnis untuk melakukan transaksi pembayaran gaji

karyawan dengan cara upload file melalui Klik BCA Bisnis atau

mengirimkan disket data Payroll ke BCA.

Page 44: Analisis Kinerja Keuangan

9. Autodebet

Autodebet adalah fasilitas autodebet rekening nasabah dari suatu

perusahaan yang memiliki kerjasama dengan BCA.

Page 45: Analisis Kinerja Keuangan

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kredit Yang Disalurkan PT. Bank Central Asia Tbk.

PT. Bank Central Asia Tbk dalam setiap pemberian kreditnya

diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

yang merupakan unsur utama dalam kredit benar-benar terwujud

sehingga kredit yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjamin

pengembalian kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan

perjanjian.

Adapun penyaluran dana pada PT.Bank Central Asia Tbk dalam

bentuk komposisi kredit dalam jenis debitur , yaitu diantaranya :

1. Kredit Korporasi

Kredit korporasi adalah pinjaman berjangka waktu (kredit) yang

diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan/dunia usaha skala besar

(korporasi) dalam nominal / jumlah sangat besar (pada umumnya kredit ini

dalam satuan milyar rupiah). Adapun kredit korporasi Bank BCA yang

disalurkan dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :

Tabel 1 : Ikhtisar Kredit Korporasi (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Kredit Korporasi Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 47.719 13,3 % - -2010 56.253 15,7 % 8.534 17,8 %2011 71.786 19,9 % 15.533 27,6 %2012 84.815 23,6 % 13.029 18,1 %2013 98.418 27,5 % 13.603 16,1 % Jumlah 358.991 100 % Rata-rata 19,9 %

Page 46: Analisis Kinerja Keuangan

PT. Bank Central Asia mencatat kredit korporasi yang signifikan yakni

tahun 2009 sebesar Rp. 47.717 Milyar dan 2010 tumbuh 17,8 % sebesar

Rp. 56.253 milyar. Tahun 2011 mengalami peningkatan 19,9 % yaitu

71.786 milyar. Dan tumbuh 27,5 % menjadi Rp 98.418 milyar per

Desember 2013, dari Rp 84.815 milyar per Desember 2012 Kredit

korporasi mengalami peningkatan tiap tahun nya dengan rata-rata

peningkatan 19,9 % pertahunnya, ini dikarenakan Sentra Bisnis

Komersial (SBK) yang terus dikembangkan dalam upaya BCA untuk

menangkap peluang usaha. Tetapi unsur kehati-hatian mesti

diutamakan karena fluktuasi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar yang

tidak stabil, sehingga perlu mengerem laju pertumbuhan kredit agar tidak

menjadi kredit bermasalah.

2. Kredit Komersial

Kredit komersial yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar

kegiatan nasabah yang bidang usahanya adalah perdagangan (ditujukan

untuk membiayai kebutuhan dunia usaha), baik dalam bentuk kredit

revolving maupun kredit dalam bentuk nonrevolving.

Kredit Revolving adalah pinjaman yang setelah dilunasi masih

dapat digunakan lagi untuk transaksi berikutnya. Contohnya kartu

kredit.

Kredit Non Revolving adalah kredit yang setelah dilunasi tidak

dapat

digunakan lagi. Contohnya KTA dan KPR.

Page 47: Analisis Kinerja Keuangan

Adapun kredit komersial Bank BCA yang disalurkan dari tahun

2009-2013 sebagai berikut :

Tabel 2 : Ikhtisar Kredit Komersial (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Kredit Komersial Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 23.081 10,1 % - -2010 31.271 13,8 % 8.190 35,4 %2011 44.710 19,7 % 13.439 42,9 %2012 59.295 26,1 % 14.585 32,6 %2013 68.854 30,3 % 9.559 16,2 % Jumlah 227.219 100 % Rata-rata 31,7 %

Dari tabel diatas Bank BCA mencatat outstanding kredit Komersial pada

tahun 2009 sebesar yang sebesar Rp. 68.854 milyar,pada tahun 2010

kenaikan 13,8 % dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 44.710 milyar.

Sedangkan pada tahun 2013, pertumbuhannya mencapai 16,2 % dari

nilai 59.295 milyar pada tahun sebelumnya. Kredit komersial juga

mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan 31,7

% pertahun. Adanya peningkatan dikarenakan penurunan pada suku

bunga kredit komersial yang  merupakan salah satu indikator ekonomi

yang tidak lepas dari peran Bank Indonesia.

3. Kredit UKM

Kredit yang diberikan untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dan

mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional,

oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan

penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil

Page 48: Analisis Kinerja Keuangan

pembangunan. Adapun kredit UKM Bank BCA yang disalurkan dari tahun

2009-2013 sebagai berikut :

Tabel 3 : Ikhtisar Kredit UKM (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Kredit UKM Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 23.927 12,8 % - -2010 28.705 15,5 % 4.778 19,9 %2011 34.309 18,5 % 5.604 19,5 %2012 42.365 22,8 % 8.056 23,4 %2013 56.437 30,4 % 14.072 33,2 % Jumlah 185.743 100 % Rata-rata 24 %

Dari data diatas Kredit UKM juga mengalami peningkatan tiap tahun

nya rata-rata 24 % pertahun. Pada tahun 2009 total kredit UKM sebesar Rp.

23.927 milyar, tahun 2010 sebesar Rp. 28.705 milyar dan tahun 2011

mengalami peningkatan 19,5 % sebesar Rp. 34.309 milyar. Pada tahun

2012 mengalami peningkatan 22,8 % yaitu sebesar Rp.42.365 Milyar. Bank

Central Asia mencatatkan kredit UKM sebesar 30,4 % yaitu 56.437 milyar

tahun 2013. Meski persaingan cukup ketat untuk penyaluran kredit usaha

kecil menengah (UKM) tetapi perseroan masih menjadi potensi cukup

besar untuk penyaluran kredit UKM dengan adanya kestabilan ekonomi

yang semakin baik tiap tahunnya.

4. Kredit Konsumer

Kredit konsumer adalah fasilitas kredit yang di berikan oleh pihak

bank yang di peruntukan untuk konsumsi secara pribadi, lebih tepatnya

yaitu Kredit konsumtif. Kredit konsumer hanya di berikan kepada

perorangan yang ingin mendapatkan bantuan uang yang akan di belikan

barang tidak bergerak seperti rumah dan barang bergerak yaitu

Page 49: Analisis Kinerja Keuangan

kendaraan mobil atau motor. Adapun kredit Konsumer Bank BCA yang

disalurkan dari tahun 2009 - 2013 sebagai berikut :

Tabel 4 : Ikhtisar Kredit Konsumer (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Kredit Konsumer Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 27.690 10,3 % - -2010 36.532 13,5 % 8.842 31,9 %2011 50.281 18,6 % 13.749 37,6 %2012 68.926 25,4 % 18.645 37,1 %2013 86.984 32,2 % 18.058 26,2 % Jumlah 270.413 100 % Rata-rata 33,2 %

Berdasarkan data diatas pada tahun 2013 penyaluran kredit

Konsumer sebesar 86.984 milyar mengalami peningkatan sebesar 26,2 %

dari Rp. 69.926 milyar pada tahun 2012. Begitu pula pada tahun – tahun

sebelumnya mengalami peningkatan dengan rata-rata perkembangan

sebesar 33,2 %. Hal ini menjunjukkan, PT. Bank Central Asia Tbk dalam

penyaluran kredit Konsumer cukup bagus dilihat dari perkembangan dari

tahun-ketahun yang terus meningkat.

5. Kredit Pegawai

Kredit pegawai adalah fasilitas pemberian kredit yang ditujukan

kepada PNS, POLRI, atau TNI. Dengan kebijaksanaan bank, pegawai

swasta pada instansi tertentu dapat pula diberikan. Kredit ini digunakan

untuk konsumtif, investasi, maupun modal kerja. Adapun kredit pegawai

Bank BCA yang disalurkan dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :

Tabel 5 : Ikhtisar Kredit Pegawai (dalam Milyar Rupiah)

Tahun Kredit Pegawai Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

Page 50: Analisis Kinerja Keuangan

2009 1.179 18,3 % - -2010 1.203 18,6 % 24 2,1 %2011 1.183 18,2 % 20 1,6 %2012 1.312 20,3 % 129 10,9 %2013 1.597 24,6 % 285 21,7 % Jumlah 6.474 100 % Rata-rata 8,2 %

Berdasarkan tabel diatas, jumlah kredit pegawai tahun 2013

sebesar Rp. 1.597 milyar dimana pada tahun 2012 sebelumnya hanya

sebesar Rp. 1.312 milyar atau terjadi peningkatan sebesar 21,7 %.

Sedangkan pada tahun 2011 jumlah kredit yang disalurkan sebesar 1,1

trilyun terjadi penurunan dengan persentase penurunan sebesar 1,6 %.

Ini menunjukkan bahwa kredit tersebut belum maksimal dalam

penyalurannya dilihat dari tahun ke tahun yang tidak menentu

perkembangannya.

Perkembangan keseluruhan total kredit diatas dapat dilihat pada

tabel Analisis Pemberian Kredit dari tahun 2009-2013 berikut ini :

Tabel 6 : Ikhtisar Total Kredit (dalam Milyar Rupiah )

Kredit 2013 2012 2011 2010 2009Korporasi 98.418 84.815 71.786 56.253 47.719Komersial 68.854 59.295 44.710 31.271 23.081UKM 56.437 42.365 34.309 28.705 23.927Konsumer 86.984 68.926 50.281 36.532 27.690Pegawai 1.597 1.312 1.183 1.203 1.179Jumlah 312.290 256.778 202.778 153.923 123.901

Dari tabel diatas maka dapatlah dihitung kenaikan dan penurunan

total kredit yang terjadi dari tahun 2009 – 2013 sebagai berikut :

Tabel 7 : Ikhtisar Persentase Kredit Yang Disalurkan (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Kredit yang Disalurkan Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

Page 51: Analisis Kinerja Keuangan

2009 123.901 11,8 % - -2010 153.923 14,6 % 30.022 24,2 %2011 202.778 19,3 % 48.855 31,7 %2012 256.778 24,5 % 54.000 26,6 %2013 312.290 29,8 % 55.512 26,6 % Jumlah 1.049.670 100 % Rata-rata 27,2 %

Dapat dilihat bahwa Kredit yang disalurkan terendah Bank BCA

pada tahun 2009 sebesar 11,8 % dan kredit yang disalurkan tertinggi

yaitu pada tahun 2013 sebesar 29,8 %.Namun dapat dilihat bahwa Kredit

yang disalurkan Bank Central Asia setiap tahunnya terus mengalami

peningkatan dengan rata-rata peningkatan 26,1 % pertahun yang artinya

peningkatan kredit yang dikeluarkan terus meningkat.

B. Analisis Dana Pihak Ketiga PT. Bank Central Asia Tbk.

Selain penyaluran kredit, ada pula dana pihak ketiga yang dihimpun

oleh bank tersebut. Dana-dana masyarakat tersebut berupa :

1. Giro

Giro adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, BG,

atau surat perintah penarikan lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Sedangkan Jumlah Giro yang dimaksud adalah total keseluruhan Giro

yang dihimpun oleh bank dalam periode tertentu. Adapun Giro Bank BCA

yang terhimpun dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :

Tabel 8 : Ikhtisar Total Giro (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Giro Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 51.641 13,2 % - -2010 63.991 16,4 % 12.350 23,9 %2011 76.020 19,5 % 12.029 18,7 %

Page 52: Analisis Kinerja Keuangan

2012 96.456 24,6 % 20.436 26,8 %2013 103.157 26,3 % 6.701 6,9 % Jumlah 391.265 100 % Rata-rata 19,1 %

Berdasarkan tabel diatas, terlihat dari tahun ketahun bahwa giro

mengalami peningkatan dari 2009 sebesar Rp. 51.641 milyar dengan

kenaikan 23,9 % pada tahun 2010 , dan peningkatan terbesar terjadi pada

tahun 2012 sebesar 26,8 % sedangkan peningkatan terendah terjadi pada

tahun 2013 sebesar 6,9 %. Ini menunjukkan bahwa giro mengalami

peningkatan dengan rata – rata 19,1 % pertahunnya.

2. Tabungan

Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,

tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang

dapat dipersamakan dengan itu.Sedangkan Jumlah Tabungan yang

dimaksud adalah total keseluruhan Tabungan yang dihimpun oleh bank

dalam periode tertentu. Adapun Tabungan Bank BCA yang terhimpun dari

tahun 2009-2013 sebagai berikut :

Tabel 9 : Ikhtisar Total Tabungan (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Tabungan Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 128.137 14,8 % - -2010 145.553 16,8 % 17.416 13,5 %2011 172.990 19,9 % 27.437 18,8 %2012 200.802 23,2 % 27.812 16.1 %2013 219.738 25,3 % 18.936 9,4 % Jumlah 867.220 100 % Rata-rata 14,4 %

Page 53: Analisis Kinerja Keuangan

Dapat dilihat pada tabel diatas dengan jumlah tabungan yang

terhimpun pada tahun 2009 sebesar Rp. 128.137 milyar mengalami

peningkatan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010 sebesar 13,5 %,

sedangkan tahun 2011 peningkatan 18,8 % begitupun dari tahun ketahun

rata-rata peningkatan sebesar 14,4 %. Dengan Jumlah Akhir tahun 2013

sebesar Rp. 219.738 milyar. Terlihat bahwa perkembangan tabungan

semakin mengalami kemajuan.

3. Deposito

Simpanan Berjangka atau Deposito (time deposit = deposito

berjangka) adalah simpanan dari pihak ketiga pada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. Adapun

Deposito Bank BCA yang terhimpun dari tahun 2009-2013 sebagai berikut

Tabel 10 : Ikhtisar Total Deposito (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Deposito Naik / TurunMilyar Pers en Milyar Persen

2009 65.362 17,8 % - -2010 67.987 18,6 % 2.625 4,1 %2011 74.418 20,3 % 6.431 9,4 %2012 73.016 19,8 % 1.402 1,8 %2013 86.591 23,5 % 13.575 18,5 % Jumlah 367.374 100 % Rata-rata 7,5 %

Berdasarkan tabel diatas, dari tahun ketahun perkembangan

deposito terus mengalami peningkatan,pada tahun 2009 deposito sebesar

Rp. 65.362 milyar, juga pada tahun 2010 tumbuh 4,1 % sebesar Rp.

67.987 milyar dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp.

74.418 milyar. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 18,5 % dan

Page 54: Analisis Kinerja Keuangan

pada tahun 2012 terjadi peningkatan terkecil sebesar 1,8 %, dengan rata-

rata perkembangan yang cukup bagus pada PT. Bank Central Asia Tbk

sebesar 7,5 %.

Perkembangan keseluruhan total Dana Pihak Ketiga diatas dapat

dilihat pada tabel Analisis dari tahun 2009-2013 berikut ini :

Tabel 11 : Ikhtisar Total Dana Pihak Ketiga (dalam Milyar Rupiah )

DPK 2013 2012 2011 2010 2009Giro 103.157 96.456 76.020 63.991 51.641Tabungan 219.738 200.802 172.990 145.553 128.137Deposito 86.591 73.016 74.418 67.987 65.362Jumlah 409.486 370.274 323.428 277.531 245.140

Dari tabel diatas maka dapat dihitung kenaikan dan penurunan total

Dana Pihak Ketiga yang terjadi dari tahun 2009 – 2013 sebagai berikut :

Tabel 12 : Ikhtisar Persentase Dana Pihak Ketiga (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Dana Pihak Ketiga Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 245.140 15,1 % - -2010 277.531 17,2 % 32.391 13,2 % 2011 323.428 19,8 % 45.897 16,5 %2012 370.274 22,7 % 46.846 14,4 %2013 409.486 25,2 % 39.212 10,5 %Jumlah 1.049.670 100 % Rata-rata 13,6 %

Berdasarkan tabel diatas perkembangan dana pihak ketiga yang

terjadi dari tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 254.140 milyar, juga pada tahun

2010 tercatat sebesar 13,2 %. Kemudian pada tahun 2011 perkembangan

tercatat 16,5% sebesar Rp. 323.428 milyar.Pada tahun 2012 sebesar Rp.

370.274 milyar dan 2013 tumbuh sebesar Rp. 409.486 milyar yang terus

Page 55: Analisis Kinerja Keuangan

mengalami perkembangan tiap tahunnya , dengan rata-rata

perkembangan tiap tahunnya sebesar 13,6 %.

C. Analisis KLBI PT. Bank Central Asia Tbk.

Kredit Likuiditas Bank Indonesia atau berupa pinjaman likuiditas

yang diterima oleh PT. Bank Central Asia dari Bank Indonesia. KLBI yang

dimaksud disini adalah berupa pinjaman yang diterima dari Bank

Indonesia bukan pinjaman dari instansi lain atau pada bank-bank lain.

Untuk melihat perkembangan pinjaman likuiditas dari tahun 2009 - 2013

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13 : Ikhtisar Total Dana KLBI (dalam Milyar Rupiah )

Tahun KLBI Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 3.219 29,8 % - -2010 3.345 24,5 % 126 3,7 %2011 3.916 19,3 % 571 14,5 %2012 2.458 14,6 % 1.458 59,3 %2013 3.802 11,8 % 1.344 35,3 % Jumlah 16.740 100 % Rata-rata 28,2 %

Dari tabel diatas menunjukkan pinjaman yang diterima dari Bank

Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2009 jumlah pinjaman

sebesar Rp. 3.219 Milyar mengalami kenaikan pinjaman sebesar 3,7 %

pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.345 milyar . Kemudian pada tahun 2012

jumlah pinjaman yang diterima oleh PT. Bank Central Asia Tbk menurun

sebesar 59,3 % dengan nilai 2.458 Milyar dari tahun sebelumnya sebesar

3.916 Milyar.

D. Analisis Modal Inti PT. Bank Central Asia Tbk.

Page 56: Analisis Kinerja Keuangan

Modal inti yang dimaksud disini adalah modal yang berasal dari

Bank Central Asia Tbk itu sendiri bukan merupakan pinjaman yang

diterima ataupun simpanan pada bank lain dan bukan pula dana pihak

ketiga.

Perkembangan modal inti dari tahun 2009 sampai pada tahun 2013

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14 : Ikhtisar Modal Inti (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Modal Inti Naik / TurunMilyar Persen Milyar Persen

2009 399 4,6 % - -2010 1.120 12,9 % 721 64,3 %2011 1.481 17,2 % 361 24,3 %2012 2.522 29,1 % 1.041 41,2 %2013 3.133 36,2 % 611 19,5 % Jumlah 8.655 100 % Rata-rata 37,3 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat besar dari modal inti yang

dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk senilai Rp. 399 milyar pada tahun

2009, kemudian pada tahun 2010 terlihat mengalami peningkatan sebesar

Rp. 1.120 milyar, atau sebesar 64,3 % dan pada tahun 2011 terlihat

jumlah modal inti sebesar Rp. 1.1481 milyar dan mengalami peningkatan

pada tahun 2012 sebesar 41,2 % dengan nilai Rp. 2.522 milyar.

Memenuhi ketentuan permodalan minimum dapat menutupi kemungkinan

terjadi kerugian pada aktiva yang memiliki risiko yang tidat dapat

diperkirakan sehingga operasi bank dapat tetap berjalan tanpa mengalami

gangguan yang berarti.

E. Analisis Loan to Deposit Ratio PT. Bank Central Asia Tbk.

Page 57: Analisis Kinerja Keuangan

Dalam menganalisis tingkat LDR digunakan rumus ratio LDR. Ratio

ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menciptakan dana

kredit atau tingkat likuiditas. Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka tingkat

likuiditasnya akan semakin kecil, karena jumlah dana yang diperlukan

untuk membiayai kreditnya semakin banyak. Dari sisi lain ini dapat juga

menunjukkan seberapa besar dana pihak ketiga dapat disalurkan dalam

pemberian kredit, maka semakin tinggi nilai rasio ini, semakin tinggi pula

dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.

Dalam penulisan ini, analisis rasio LDR akan digunakan untuk

melihat perkembangan tingkat LDR dan untuk melihat seberapa besar

pengaruh perkembangan kredit dalam tingkat LDR PT. Bank Central Asia

Tbk dengan rumus Loan To Deposit Ratio ( LDR ) sebagai berikut :

Tahun 2009

Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 248.758 milyar sedangkan kredit

yang disalurkan 123.901 milyar

Pada tahun 2009 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan

tingkat LDR sebesar 49,8 %

Tahun 2010

Pinjaman Yang DiberikanLDR = ------------------------------------------------- x 100 %

Dana Pihak Ketiga+KLBI+Modal Inti

123.901LDR = ------------------------------------------------- x 100 %

245.140 + 3.219 + 399

= 49,8 %

Page 58: Analisis Kinerja Keuangan

Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 281.996 Milyar sedangkan kredit

yang disalurkan 153.923 Milyar

Pada tahun 2010 LDR mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya

dengan tingkat kenaikan LDR sebesar 54,5 %.

Tahun 2011

Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 328.825 Milyar sedangkan kredit

yang disalurkan 202.778 Milyar.

Pada tahun 2011 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan

tingkat LDR sebesar 61,6 %

Tahun 2012

Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 375.254 Milyar sedangkan kredit

yang disalurkan 256.778 Milyar.

Pada tahun 2012 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan

tingkat LDR sebesar 68,4 %

153.923LDR = ------------------------------------------------- x 100 %

277.531 + 3.345 + 1.120

= 54,5 %

202.778LDR = ------------------------------------------------- x 100 %

323.428 + 3.916 + 1.481

= 61,6 %

256.778LDR = ------------------------------------------------- x 100 %

370.274 + 2.458 + 2.522

= 68,4 %

Page 59: Analisis Kinerja Keuangan

Tahun 2013

Dana pihak ketiga terhimpun sebesar 416.421 Milyar sedangkan kredit

yang disalurkan 312.290 Milyar.

Pada tahun 2013 ini LDR menunjukkan nilai yang cukup bagus dengan

tingkat LDR sebesar 74,9 %

Untuk melihat lebih jelasnya dapat dilihat perkembangan LDR dari

tahun 2009 - 2013 pada tabel berikut :

Tabel 15 : Ikhtisar Rasio LDR Bank BCA (dalam Milyar Rupiah )

Tahun Total Kredit Total DPK LDR IdealMilyar Milyar Persen Persen

20092010201120122013

123.901 153.923 202.778 256.778 312.290

248.758 281.996 328.825 375.254 416.421

49,8 %54,5 %61,6 %68,4 %74,9 %

85-110 %85-110 %85-110 %85-110 %85-110 %

Jumlah 1.049.670 1.652.254 61,8 % Rata – Rata

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa loans to deposits

ratio PT. Bank Central Asia Tbk pada tahun 2009 sebesar 49,8 % yang

menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 dana yang dihimpun, dijamin oleh

kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,498. Pada tahun 2010 loans to deposits

ratio mengalami kenaikan sebesar 54,5 % bahwa setiap Rp. 1,00 dana

yang dihimpun dijamin oleh kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,545 dan

tahun 2011 tumbuh sebesar 61,6 % dimana setiap Rp, 1,00 dana yang

dihimpun dijamin oleh kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,616. Begitupun

pada tahun 2012 tumbuh sebesar 68,4 % juga tahun 2013 tumbuh sebesar

312.290LDR = ------------------------------------------------- x 100 %

409.486 + 3.802 + 3.133

= 74,9 %

Page 60: Analisis Kinerja Keuangan

74,9 % dimana setiap Rp. 1,00 dana yang dihimpun dijamin oleh kredit yang

diberikan sebesar Rp. 0,749.

Hasil perhitungan yang didapat berdasarkan laporan keuangan

PT. Bank Central Asia Tbk periode tahun 2001 - 2005, data Loan to

Deposit Ratio menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun,

namun dilihat dari jumlah prosentasenya dalam rasio ini masih belum

mencapai tingkat rata-rata bank BI yaitu 85 % - 110 %. Jika ada bank

yang tingkat LDR-nya di bawah 85% maka BI akan meminta untuk

menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,1% dari jumlah

simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap 1% nilai kelebihan LDR

yang dialami bank. Sementara bank yang LDR-nya di atas 110% maka BI

akan meminta untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM)

sebesar 0,2% dari jumlah simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap

1% nilai kelebihan LDR yang dialami bank. Namun dapat dilihat bahwa

tingkat LDR Bank Central Asia dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami

peningkatan, dimana total dana kredit yang disalurkan sebesar Rp.

1.049.670 milyar dan total dana pihak ketiga sebesar Rp. 1.652.254

milyar, mempengaruhi peningkatan Loan to Deposit Ratio sebesar 61,8 %

yang dimana setiap Rp 1,00 dana yang dihimpun dijamin oleh kredit yang

diberikan sebesar Rp. 0,618. Kenaikan loans to deposits ratio

disebabkan oleh penurunan total loans dan terjadi kenaikan kredit yang

diberikan yang cukup besar dari tahun ketahun.

Page 61: Analisis Kinerja Keuangan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian – uraian yang telas penulis paparkan terhadap

data penelitian yang telah terkumpul yang kemudian diolah, mengenai

pengaruh kinerja keuangan terhadap tingkat Loan to Deposit Ratio pada

Bank Central Asia yang menjadi objek penelitian, maka penulis dapat

mengambil beberapa kesimpulan atas identifikasi masalah yang menjadi

acuan dasar dari tujuan penelitian ini, yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis perkembangan penyaluran kredit dan penghimpunan

dana pihak ketiga tersebut dapat diketahui bahwa bank dapat

mempertahankan peningkatan perkembangan tersebut.

2. Melihat rata-rata tingkat LDR dari tahun 2003-2005 yaitu sebesar 61, 8

% yang berarti menunjukkan pada batas positif untuk penilaian tingkat

kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI.

3. Dari total dana kredit yang disalurkan sebesar Rp. 1.049.670 milyar

dan total dana pihak ketiga sebesar Rp. 1.652.254 milyar,

mempengaruhi peningkatan Loan to Deposit Ratio sebesar 61,8 %

Page 62: Analisis Kinerja Keuangan

yang dimana setiap Rp 1,00 dana yang dihimpun, dijamin oleh kredit

yang diberikan sebesar Rp. 0,618.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis

mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat

memberikan manfaat yang berguna baik bagi kemajuan pihak bank

maupun bagi peneliti selanjutnya di masa mendatang. Adapun beberapa

saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pihak Bank

Penulis menyarankan agar bank lebih meningkatkan lagi kualitas

penyaluran kredit dengan lebih aktif menyalurkan dana kepada

masyarakat sampai pada batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

sebesar 85 % - 110 %. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara

lain dengan mempermudah syarat pengajuan kartu kredit, kredit

kepemilikan ruamah dan pemberian pinjaman pada nasabah dan

pengusaha.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dengan melihat pada hasil penelitian di atas, peneliti menyarankan

kepada peneliti selanjutnya untuk mencoba menambah jumlah periode

variabel yang diteliti secara mendalam dengan cara-cara yang lebih

akurat dan maksimal. sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat

diperbandingkan apakah diperoleh hasil yang sama atau berbeda.

Page 63: Analisis Kinerja Keuangan

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto, 2000, Dasar-Dasar Perbelanjaan Perusahaan, Edisi Lima , Salemba Empat, Jakarta

Dendawijaya, Lukman. 2001., Manajemen Perbankan, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta

Dendawijaya, Lukman. 2005., Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta

Fahmi. 2006, Analisis Kinerja Keuangan, CV.Alfabeta, Bandung

Hanafi, M. 2005., Analisis Laporan Keuangan, Edisi Empat, UPP STIM YKPN, Jakarta.

Hasibuan. Malayu SP, 2002., Dasar-Dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Hasibuan. Malayu SP, 2005., Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, Jakarta

http://www.bca.co.id/id/about/hubungan-investor/laporan tahunan / laporan tahunan landing.jsp

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Jumingan. 2006, Analisis Laporan Keuangan, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir. 2008., Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta

Marzuki Usman. 2005., Analisis sector Perbankan Moneter dan Keuangan Indonesia, Witra Wacana Media, Yogyakarta

Munawir, S. 2002., Analisis Laporan Keuangan, edisi Empat, Liberty, Yogyakarta

Parera, J.D, 2004. Bank Sentral Republik Indonesia, Penerbit-Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta.

Sawir, Agnes. 2001., Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Perusahaan, Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sugiyono, 2008, Metode penelitian Bisnis, CV.Alfabeta, Bandung

Page 64: Analisis Kinerja Keuangan

L A M P I R A N